KAJIAN NIKEL
-
Upload
niel-hokii -
Category
Documents
-
view
199 -
download
7
description
Transcript of KAJIAN NIKEL
NIKEL LATERIT
I. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki endapan nikel laterit dalam jumlah yang cukup besar yang tersebar di
kawasan Timur Indonesia dan sebagian di Kalimantan bagian selatan dan barat.
Endapan nikel laterit terbentuk melalui pelapukan tropikal yang intensif pada batuan
ultrabasa yang mengandung nikel ( 0.2 – 0.5)%. Kadar nikel di bagian atas daerah
pelapukan (zona limonit) dapat mencapai 1.5%, hal ini disebabkan karena adanya
pengayaan relatif akibat hilangnya ke dua komponen utama batuan (silikon dan
magnesium) pada proses pelindian. Selanjutnya pada proses saprolit (zona reduksi
dibawah zona limonit), nikel akan dikayakan sampai 4.5% melalui penambahan nikel
dari bagian atas dan dari arah lateralnya (proses pengayaan absolut atau dapat juga
disebut sebagai proses pengayaan supergen) membentuk bijih nikel silikat.
Disamping batuan asal, intensitas pelapukan, dan struktur batuan yang sangat
mempengaruhi potensi endapan nikel lateritik, maka informasi perilaku mobilitas unsur
selama pelapukan akan sangat membantu dalam menentukan zonasi bijih di lapangan.
II. GEOLOGI NIKEL LATERIT
II.1. Genesa nikel laterit
Endapan nikel laterit terbentuk akibat pelapukan batuan ultramafik sepert peridotit, dunit
dan lain-lain yang disebabkan oleh pengaruh perubahan cuaca (iklim). Cuaca telah
merubah komposisi batuan dan melarutkan unsur – unsur yang mudah larut seperti Ni,
Co, dan Fe.
Air hujan yang mengandung CO2 dari udara meresap ke bawah sampai ke permukaan air
tanah sambil melindih mineral primer yang tidak stabil seperti olivin/serpentin, dan
piroksin. Air tanah meresap secara perlahan dari atas ke bawah sampai ke batas antara
zona limonit dan zona saprolit, kemudian mengalir secara lateral dan selanjutnya lebih
1
banyak didominasi oleh transportasi larutan secara horisontal (Valeton, 1967).
Magnesium dan silikon termasuk nikel terlindi dan terbawa bersama larutan, demikian
hingga memungkinkan terbentuknya mineral baru melalui pengendapan kembali dari
unsur-unsur yang larut tadi.
Batuan asal ultramafik pada zona saprolit di impregnasi oleh nikel melalui larutan yang
mengandung nikel, sehingga kadar nikel dapat naik hingga 7%. Dalam hal ini nikel dapat
mensubtitusi magnesium dalam serpentin atau juga mengendap pada rekahan bersama
dengan larutan yang mengandung magnesium silikon sebagai garnierit.
Akibat disintegrasi pada batuan, air tanah akan masuk pada rekahan yang terbentuk dan
memungkinkan intensitas pelindian, karena pengaruh morfologi yang semakin besar.
Disamping hidrolisamagnesium dan silikon, maka air tanah yang kontak dengan batuan
pada zona saprolit tersebut juga akan dijenuhkan oleh unsur nikel (Friedrich, et al, 1984).
Pada rekahan batuan asal sebagian magnesium mengendap sebagai gel magnesit yang
dilapangan dikenal sebagai akar pelapukan (roots of weathering).
Unsur –unsur yang tertinggal seperti besi, almunium, mangan, kobal dan juga nikel di
zona limonit akan dikayakan sebagai mineral oksida/hidroksida seperti limonit, goethit,
hematit, manganit. Selain itu terdapat juga mineral sisa (relict minerals) spinel-khrom
sertaan (accessory chromspinels) sebagai hasil konsentrasi residu akibat terlindinya
magnesium dan silikon. Karena sifatnya resisten terhadap pelapukan khromit akan
dikayakan secara relatif (relatif enrichment).
2
Gambar 1 : Skema pembentukan nikel laterit
3
II.2. Penampang laterit
Secara umum penampang endapan nikel laterit dari bawah ke atas berturut – turut
adalah :
Batuan dasar, umumnya didominasi oleh batuan ultramafik seperti dunit,
peridotit, piroksenit, serpentinit yang masih segar belum mengalami pelapukan,
tekstur asli batuan masih nampak jelas.
Zona saprolit, batuan asal ultramafik pada zona ini akan berubah menjadi saprolit
akibat pengaruh air tanah. Mineral – mieral utamanya adalah serpentin, kuarsa
sekunder, Ni-kalsedon, garnierit, dan beberapa tempat sudah terbentuk limonit (Fe
hidroksida).
Garnierit yang merupakan bijih nikel silikat merupakan suatu nama kelompok
mineral untuk green hydrous magnesian nickel silicates (serpentin yang
mengandung nikel, Ni talk, dan Ni klorit). Melalui penggantian magnesium oleh
nikel, kadar nikel dalam serpentin akan bertambah. Garnierit sendiri tidak
dijumpai sebagai mineral murni, tetapi tercampur juga dengan Ni serpentin kadar
rendah lainnya, sehingga kadar nikel dalam bijih menjadi menurun.
Zona pelindian, horison ini merupakan zona transisi dari zona saprolit ke zona
limonit di atasnya. Disini terjadi perubahan geokimia unsur yang terbesar dalam
penampang. Kadar Fe2O3 dan Al2O3 naik, sedangkan kadar SiO2 dan MgO
turun.
Zona limonit, pada zona limonit hampir seluruh unsur yang mudah larut hilang
terlindi, kadar MgO dan silika akan semakin berkurang, sebaliknya kadar Fe2O3
dan Al2O3 akan bertambah. Zona ini didominasi oleh mineral goethit, disamping
juga terdapat magnetit, hematit,talk, serta kuarsa sekunder.
Zona tanah penutup, umumnya pada zona ini didomiasi oleh humus dan bersifat
gembur kadang terdapat lempeng silika. Kadar Fe pada lapisan ini tinggi dan
sering dijumpai konkresi-konkresi besi, kadar nikel relatif rendah.
4
Gambar 2 : Profil ideal nikel laterit
5
Tabel 1 : Kandungan Ni dalam mineral-mineral nikel laterit
MINERAL FORMULA Ni (%)
Peridotit bedrock
- Olivine
- Orthopyroxene
- Serpentine
(Mg,Fe,Ni)2 SiO4
(Mg,Fe)SiO2
Mg3Si2O5(OH)4
0.25
0.05
0.25
Saprolite Zone
- Nickeliferous
serpentine
- Garnierite
(Mg,Fe,Ni)3Si2O5(OH)4
(Ni,Mg)3Si4O10(OH)2
1 - 10
10 - 24
Limonite zone
- Gothite (Fe,Al,Ni)OOH 0.5 – 1.5
II.3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Laterisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan endapan nikel laterit adalah
sebagai berikut :
1. Batuan asal
Dalam hal ini yang bertindak sebagai batuan asal adalah batuan ultrabasa, karena :
Mempunyai elemen Ni yang paling banyak diantara batuan-batuan lainnya
Mineral-mineralnya mudah lapuk (tidak stabil)
Komponen-komponennya mudah larut yang memungkinkan terbentuknya endapan
nikel.
6
Tabel 2 : Kandungan unsur – unsur pada batuan beku
No. UNSUR
UTAMA
ULTRA BASA
(%)
BASA
(%)
INTERMEDIT
(%)
ASAM
(%)
1 Si 19.0 24.0 26.0 32.2
2 Al 0.5 8.8 8.9 7.7
3 Fe 9.9 8.6 5.9 2.7
4 Mg 25.9 4.5 2.2 0.6
5 Ca 0.7 6.7 4.7 1.6
No.
UNSUR
MINOR
ULTRA BASA
(ppm)
BASA
(ppm)
INTERMEDIT
(ppm)
ASAM
(ppm)
1 Cr 2000 200 50 25
2 Ni 2000 160 55 8
3 Co 200 45 10 5
4 Mn 1500 2000 1200 600
5 Pb 1 8 15 20
2. Iklim
Adanya pergantian musim hujan dan kemarau dimana terjadi kenaikan dan penurunan
permukaan air tanah juga dapat menyebabkan terjadinya proses pemisahan dan akumulasi
unsur-unsur. Perbedaan temperatur yang cukup besar akan membantu terjadinya
pelapukan mekanis, dimana akan timbul rekahan-rekahan dalam batuan yang akan
mempermudah proses atau reaksi kimia terutama dekomposisi batuan.
3. Reagen-reagen kimia dan vegetasi
Yang dimaksud dengan reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senayawa-senayawa
yang menbantu mempercepat proses pelapukan. CO2 yang terlarut bersama dengan air
memegang peranan penting dalam proses pelapukan kimia. Asam-asam humus dapat
menyebabkan dekomposisi batuan dan merubah PH larutan, asam-asam humus ini erat
hubungannya dengan vegetasi, dalam hal ini vegetasi akan mengakibatkan :
Penetrasi air dapat lebih dalam dan lebih mudah dengan mengikuti jalur akar-akar
pohon-pohonan.
7
Akumulasi dari air hujan akan lebih banyak
Humus akan lebih tebal
Keadaan ini merupakan suatu petunjuk, dimana hutannya lebat pada lingkungan yang
baik akan terdapat endapan bijih nikel lebih tebal dengan kadar yang lebih tinggi. Selain
itu vegetasi dapat berfungsi untuk menjaga hasil pelapukan terhadap erosi mekanis.
4. Stuktur geologi
Struktur menyebabkan deformasi dari batuan, yang sangat dominan dalam pembentukan
endapan nikel adalah struktur rekahan (joints) dibandingkan terhadap struktur patahan.
Batuan ultrabasa mempunyai porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga
penetrasi air menjadi sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut akan lebih
memudahkan masuknya air dan berarti proses pelapukan akan lebih intensif
5. Topografi
Keadaan topografi setempat sangat mempengaruhi sirkulasi air beserta reagen-reagen
lain. Untuk daerah yang landai maka air akan begerak perlahan-lahan sehingga
mempunyai kesempatan untuk mengadakan penetrasi lebih dalam melalui rekahan-
rekahan atau pori-pori batuan. Akumulasi endapan umumnya berada di daerah yang
landai sampai kemiringan sedang, hal ini menerangkan bahwa ketebalan pelapukan
mengikuti bentuk topografi. Pada daerah yang curam jumlah air yang meluncur “run off”
lebih banyak dari pada air yang meresap, ini dapat menyebabkan pelapukan kurang
intesif. Pada tempat-tempat dimana terdapat keseimbangan, nikel akan mengendap
melalui proses pelapukan kimia.
6. Waktu
Waktu yang cukup lama akan menghasilkan pelapukan yang cukup intensif karena
akumulasi unsur nikel cukup tinggi.
8
Gambar 3 : Profil endapan nikel pada plateau
9
III. POTENSI ENDAPAN NIKEL LATERIT
Indonesia memiliki sejenis endapan bijih yang dikenal sebagai endapan laterit, khusus di
kawasan Timur Indonesia merupakan sumber daya mineral yang penting untuk
menghasilkan nikel, kobal, dan besi.
Endapan saprolitik yang relatif kaya nikel merupakan bahan yang sangat diminati dalam
industri ekstrasi bijih nikel, khususnya yang mengambil jalur pirometalurgi atau
peleburan. Bijih saprolit ini dengan mudah dapat dilebur menjadi ferronikel atau nikel
matte. Bijih limonit yang jumlahnya lebih banyak mulai menarik untuk diolah
menghasilkan nikel kobal dan besi baja. Untuk menghasilkan nikel dan kobal mulai
dikebangkan proses hidrometalurgi.
Tabel 3 : Perbandingan komposisi Bijih saprolit dan limonit
No. UNSUR LIMONIT (%) SAPROLIT (%)
1 Ni 0.12 – 3.0 1.0 – 4.0
2 Co 0.05 – 0.28 0.05 – 0.08
3 MgO 0.2 – 5.0 25 – 38
4 CaO 0.6 – 1.0 1.0 – 2.0
5 Al2O3 4.0 – 18 1.0 – 3.9
6 Cr2O3 1.5 – 4.5 1.0 – 3.0
7 Fe 39 – 60 10 – 25
8 SiO2 1.3 – 6.0 40 - 55
III.1 Evaluasi Sumber Daya Mineral Nikel
Eksplorasi pada daerah cadangan pertama-tama dilakukan dengan melokalisir secara
horizontal potensi laterit, kemudian dilakukan pemboran dengan spasi jauh (> 200 m) dan
tidak bersistim, selanjutnya diperapat menjadi spasi 200 x 200 sampai kepada spasi yang
lebih rapat lagi, yaitu 25 x 25 m. Pada saat akan dibuat rencana penambangan yang lebih
terinci serta perhitungan cadangan yang lebih akurat, conto inti diambil untuk setiap
interval kedalaman pengeboran satu meter dengan recovery conto mencapai > 90%.
10
Contoh yang diambil dari pengeboran kemudian dipreparasi dan dianalisa di
laboratorium. Metoda analisa XRF digunakan untuk menentukan kandungan unsur Ni,
Co, Fe, SiO2, CaO, dan MgO, setiap hasil analisa conto di catat dan disimpan sebagai
“file D’Base”
Perhitungan cadangan sumber daya mineral (SDM) nikel dengan mempergunakan suatu
metoda daerah pengaruh (area of influence) dan cara “Triangular grouping”
Metoda “area of influence, perhitungan cadangan untuk tiap blok hanya dipengaruhi oleh
satu titik bor/sumur uji saja. Volume blok sama dengan luas daerah pengaruh titik
bor/sumur uji dikalikan dengan ketebalan bijih pada titik bor/sumur uji itu juga. Sehingga
tonagenya adalah hasil kali volume blok dengan berat jenis natural, sedangkan rata-rata
kadar dari blok sama dengan rata-rata uji yang mewakili blok tersebut.
Pada cara “triangular grouping, perhitungan cadangan untuk tiap-tiap blok dipengaruhi
oleh tiga titik bor/sumur uji yang membatasi blok-blok tersebut, sehingga baik tonnage
maupun rata-rata kadar dari blok juga dihitung berdasarkan nilai titikbor/sumur uji yang
membatasi blok tersebut.
Mengingat sifat penyebaran endapan nikel yang tidak teratur ini, maka akan lebih teliti
cara “triangulat grouping” dibandingkan dengan “area influence” karena akan lebih
representatif menghitung cadangan berdasarkan tiga titik bor/ sumur uji dari pada satu
titik bor/sumur uji untuk setiap bloknya.
Parameter yang digunakan untuk memperkirakan/menghitung jumlah cadangan adalah :
Ketebalan ore minimal 2 meter.
Berat jenis 1.5 digunakan untuk menghitung ton unsur saprolit dan 1.6 untuk ton
limonit.
Hitungan didasarkan atas sisem zonasi atau level.
11
III.2. Cadangan
Cadangan yang diperoleh dari hasil eksplorasi diklasifikasikan dalam beberapa tahap “
Inferred Mineral Resources
Adalah cadangan tereka yang merupakan bagian dari mineral resources yang
diperoleh berdasarkan hasil eksplorasi geologi yang diasumsikan berdasarkan
bukti-bukti geologi tetapi berdasarkan data geologi yang akurat .
Indicated Mineral Resource
Adalah cadangan terindikasi yang diperoleh dari hasil pemboran inti/sumur uji,
jarak antar titiknya lebih rapat, yaitu denga spasi 100 x 100 m.
Measured Mineral Resources
Adalah cadangan terukur yang diperoleh dari hasil pemboran/sumur uji dimana
jarak antar titiknya berspasi 25 x 25 meter.
Proved Reserved
Adalah cadangan tambang yang pasti dan terukur (Measured) yang telah
mempunyai perencanaan tambang detail, telah dihitung “mining recovery” dan
“dilusion” berdasarkan realisasi produksi dan telah diketahui nilai ekonomisnya.
Probable reserved
Adalah cadangan tambang yang memungkinkan dari “indicated” atau “measured
mineral resources” yang telah mempunyai perencanaan tambang tetapi tidak
terlalu detail seperti “proved reserved”.
12
Gambar 4 : Klasifikasi cadangan “mineral resouceas” dan “ore reserved”
13
MINERALRESOURCES“ reported as mineralisation
ORERESERVES
“ Reported as miniable
Increasing
Level of
Geological
Knowledge
and
INFERRED
INDICATED PROBABLE
MEASURED PROVED
Consideration of mining , mettalurdical,
Economic, market, legal, environmental,
Social and governmanetal factors
Berdasarkan data Direktorat Sumber Daya mineral, 1996, cadangan nikel laterit
Indonesia mencapai jumlah diatas 900 juta ton dengan kadar rata-rata Ni 1.42%. Data ini
belum memasukkan berbagai temuan dan prospek baru endapan nikel laterit. Sebagai
conto adanya cadangan baru yang ditemukan di daerah Halmahera dan Weda Bay yang
mulai melakukan eksplorasi di daerah ini telah menemukan cadangan lebih dari 200 juta
ton.
Tabel 5 : Cadangan Nikel – Kobal laterit beberapa daerah di Indonesia
No LOKASI CADANGAN (TON) KADAR Ni - Co
1 Gn. Nuih 56.000.000 (Ni +Co) : 1.52%
2 Soroako dsk 180.000.000 Ni.1.67%, Co 0.15%
3 Pomala 136.600.000 Ni 1.28% - 2.45%
3 Halmahera dan Gebe 93.300.000 Ni 1.25% - 2.22%
4 P. Obi 87.900.000 Ni 1.20%, Co 0.07%
5 P. Gag 262.000.000 Ni 1.51%, Co 0.11%
6 P.Waigeo dsk 103.900.000 Ni 1.32%, Co 0.16%
7 Peg. Cylop 53.000.000 Ni 1.31%, Co 0.13%
Di tingkat global, cadangan nikel besi laterit kita termasuk dua atau tiga besar dunia,
dengan jumlah endapan lebih dari 1.7 miliar ton dan kandungan nikel sekitar 25 juta,
Indonesia hanya kalah dari New Kaledonia. Jumlah cadangan ini masih bisa melonjak
apabila memperhitungkan bijih dengan kadar nikel yang lebih rendah dan besi yang lebih
tinggi.
Tabel 6 : Distribusi cadangan nikel laterit dunia
No NEGARACADANGAN
(JT TON)
KADAR Ni
(%)
KANDUNGAN Ni
(RIBU)
1 Afrika Selatan 477 1.42 6773
2 Australia 233 1.22 2843
3 Indonesia 1740 1.48 25752
4 New Caledonia 3200 1.59 50880
5 Philipina 1138 1.10 12518
14
6 Yunani 253 1.11 2808
7 Eropa lainnya 164 1.03 1689
8 Amerika Serikat 34 0.94 320
9 Brasil 340 1.51 5134
10 Kuba 1179 1.30 15327
11 Guatemala 298 1.55 4620
12 Amerika Utara lainnya 200 1.54 3080
IV. PENAMBANGAN
Ada dua cara yang dapat diterapkan pada penambangan bijih nikel, yaitu sistem tambang
terbuka dan tambang dalam. Penerapannya sangat tergantung pada kondisi endapan bijih
nikel yang akan di tambang, antara lain : letak bijih nikel dalam tanah (dalam atau
tersingkap), kadar nikel pada bijih, kemiringan bijih, sifak fisik bijih.
Di Indonesia, kegiatan penambangan bijih nikel dilakukan secara tambang terbuka
dengan sistem jenjang (open cut). Hal ini karena endapan bijih nikel, yang umumnya
merupakan endapan lateritik, tersingkap dekat dengan permukaan.
Penambangan dilakukan dengan sistem “contour mining” dengan membuat jenjang
(bench) pada lereng bukit. Penggalian dilakukan secara “back filling”, dengan peralatan
gali yang digunakan adalah “power shovel, wheel loader atau hydraulic excavator”.
Penambangan bijih nikel dengan system ini telah diterapkan pada tambang bijih nikel di
Pomalaa, pulau Gebe, dan Soroako. Bukit – bukit dari ketiga daerah tersebut yang
mempunyai ketinggian antara 100 – 300 meter dari muka air laut di tambang dengan
menggunakan “hydraulic excavator” sebagai alat gali dan kemudian hasil penggaliannya
dimuat dan diangkut ke tempat penimbunan dengan “dump truck”.
15
Gambar 5 : Bagan alir pengolahan bijih nikel di Pomalaa
16
VI. Pengolahan
Jalur pengolahan bijih nikel laterit dilakukan dengan tiga cara, yaitu pirometalurgi,
hidrometalurgi, dan gabungan keduanya.
Jalur pirometalurgi umumnya dilakukan untuk mengolah bijih dengan kadar tinggi,
sedangkan hidrometalurgi untuk mengolah bijih dengan kadar rendah. Selain ditentukan
oleh tinggi rendahnya kadar nikel, jalur pengolahan yang tepat juga ditentukan oleh
spesifikasi bijih yang lain.
Saat ini di Indonesia telah ada dua pabrik pengolahan nikel laterit dengan jalur
pirometalurgi. Keduanya menghasilkan produk antara (intermedite) berupa ferro nikel
(FeNi) dan Ni-matte, dengan spesifikasi umpan (feed) bijih yang berkadar Ni > 1.8%.
Berkembannya penelitian geologi dan eksplorasi, menghasilkan data- data jebakan bijih
baru yang kadar nikelnya bervariasi, dan diantaranya ditemukan bijih dengan kandungan
nikel yang jauh lebih rendah tetapi jumlahnya cukup besar.
Fakta baru ini memunculkan permasalahn yang disebabkan tidak sesuainya spesifikasi
bijih yang ditemukan tersebut, dengan spesifikasi bijih untuk umpan pabrik yang sudah
ada.
Untuk mencapai sasaran perencanaan pemanfaatan bijih yang optimal, diperlukan
langkah-langkah kajian ke depan yang tidak terlepas dari dua faktor, yaitu data eksplorasi
yang lengkap dengan cakupan wilayah yang lebih luas sejalan dengan litbang (penelitian
dan pengembangan) proses. Beberapa pabrik FeNi seperti LARCO & FALCONDO telah
mampu mengolah bijih dengan kadar nikel yang rendah. Diduga hal ini merupakan hasil
litbang proses yang sukses dan tepat.
17
Bijih (Ni >2 %)
Drying
Screen
- 10mm
Reduction Kiln
800-900º C
Electric Furnace
1550º C
Fe-Ni
21%Ni
2.25% C
0.24% S
3,4% Si
0,018% P
Fe - Ni
HiC >18% Ni + Co LoC> 20% Ni + Co
Gambar 6 : Diagram alir untuk pembuatan ferro nikel (FeNi) dari nikel laterit PT Antam
Pomala
18
+ 25 mm dibuangUdaraBatu bara
Sulfur
Slag : Si/Mg=1.9
Asea /SKF Furnace
Fe-Ni Refining
1420-1500º C
0.03% S<3%C<0.03% P<3 % Si
0,02% S0,02% C0.02% P0,3% Si
CaO & FeO2
Bijih ( Ni > 2 % )
Drying
Screen
Reduction Kiln
800-900º C
Electric Furnace
1550º C
Matte
32% Ni 10 % S
Matte
78% Ni
21% S
<0,7 % Fe
Gambar 7 : Diagram alir untuk pembuatan nikel matte dari nikel laterit PT INCO
Soroako
19
+ 25 mm dibuangUdaraBatu bara
Sulfur
Slag : Si/Mg=1.9
Top Blown RotaryConverter1360º C
Piere Smith Converter1360º C
SulfurSulfur
Udara Udara
Slag :- High Grade
Ke kiln :- Low Grade
Dibuang
VII. Keguanaan
Secara garis besar penggunaan logam nikel ada dua macam, yaitu penggunaan
langsung dan tidak langsug.
VII. 1. Pengugunaan langsung
Yang dimaksud dengan penggunaan langsung adalah penggunaan dalam bentuk
nikel murni dan biasanya sangat terbatas sekali, misalnya untuk pembuatan
peralatan laboratorium kimia dan fisika, anoda pada baterai penyimpan listrik
jenis Edison, dan radio lampu sebelum transistor dan IC berkembang.
VII.2. Penggunaan tak langsung
Penggunaan tak langsung sangat luas meliputi berbagai pembuatan paduan logam,
padua besi dan bukan besi, dan pada berbagai pembuatan senyawa nikel organic
dan nikel anorganik.
Paduan logam dan besi
Unsur utama paduan logam ini adalah nikel dan besi, disamping sejumlah kecil
unsur logam tertentu lainnya. Ada beberapa jenis paduan logam nikel bergantung
pada kadar nikelnya :
- Wrought alloy steel (paduan logam dengan kadar nikel (0.5 – 10%), digunakan
untuk pembuatan peralatan mesin- mesin berat, transportasi dan lain lain.
- Wrought high strength steel (paduan logam dengan kadar nikel 5 – 10%)
digunakan untuk pembuatan hull plate, missile casing, permesinan.
- Structural and high strength cast alloy steel ( padua logam dengan knikel 0.5 –
20%), digunakan untuk pembuatan mesin-mesin berat, rel kereta api, dan
proses pencairan gas alam.
- Alloy cast iron (paduan logam dengan kadar nikel 1 – 6% dan 14 – 36%),
digunakan untuk pembuatan mmesin-mesin berat, perkakas mesin, mesin
diesel, dan otomotif.
- Magnetic alloy (paduan dengan kadar nikel 30 – 90%), digunakan untuk
peralatan listrik dan peralatan komunikasi.
20
- Permanent magnet alloy and magnetic compensator alloy (paduan dengan
kadar nikel 14 – 28%), digunakan untuk pembuatan peralatan motor, generator,
dan instrumentasi.
- Non magnetic alloy (paduan dengan kadar nikel 4 – 90%), digunakan untuk
pembuatan peralatan listrik, dan peralatan yang bersifat magnetic.
- Coated and clad metals (paduan dengan kadar nikel 5 – 40%), digunakan pada
pabrik pemrosesan makanan, kimia, dan minyak bumi.
- Thermal expansion and thermoclasic alloy (paduan dengan kadar nikel 22 –
50%), digunakan untuk pembuatan instrumen tertentu dan elektronik.
Paduan nikel bukan besi (Non ferrous alloys)
Unsur utama paduan ini adalah nikel dan logam bukan besi, seperti paduan nikel
tembaga, nikel kromium, atau nikel – alumunium. Beberapa paduan ini anatara
lain :
- High copper alloy (paduan dengan kadar nikel 2 – 45%), perbandingan
tembaga nikel 70 : 30 dan 90 : 10. Paduan ini tahan korosi pada air garam,
mudah di las, dan paduan dengan kekuatan yang tinggi digunakan untuk
kerangan pipa air.
- Cast copper-nickel alloy, paduan dari 70% tembaga dan 30% nikel yang
dimodifikasi dengan penambahan 0.7% Cb dan 0.4% Si dengan maksud untuk
meningkatkan daya tuang (castability) dan daya pengelasan. Paduan ini
digunakan untuk pembuatan pelat dan tabung kondesor.
- Coinage alloys, paduan dari 70% tembaga dan 25% nikel yang divariasikan
dengan penambahan seng dan tanah putih. Paduan ini digunakan untuk
pembuatan mata uang logam.
- Light nickel-copper alloys, paduan dari 70% nikel dan 30% tembaga. Jenis
merk dagang paduan ini yang terkenal adalah Monel 400, digunakan untuk
proses pengolahan makanan, kimia, dan minyak bumi.
- Nickel-chromium alloys (Ni-chrome), paduan dengan kadar nikel 60%, besi
26%, dan 12% chromium. Paduan ini tahan terhadap panas sampai 900° C,
digunakan untuk konstruksi pabrik kimia dan mesin pembakaran internal.
21
- Nickel-silver, paduan dengan kadar nikel 5 – 90%, seng 5 – 45 %serta tembaga
45 – 77 %. Digunakan pada peralatan listrik, telepon, alat -alat kedokteran gigi,
dan arsitektur.
- Nickel celutaining alumunium base alloys, paduan ini terdiri dari cylinder head
and piston alloys dengan kadar nikel 2%, low expansion alloys dengan kadar
nikel 1 – 25% dan bearing alloy dengan kadar nikel 1%, digunakan untuk
pembuatan peralatan pesawat terbang dan otomotif.
22