PERTAMBANGAN NIKEL

131
PERHITUNGAN CADANGAN NIKEL MENGGUNAKAN METODE PENAMPANG TEGAK DAN METODE DAERAH PENGARUH PADA BUKIT TLC-3 TAMBANG TENGAH DI PT ANTAM Tbk. UBPN POMALAA KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA TUGAS AKHIR II Oleh Zaenal Abbidin Kamarullah NIM : 711106072 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA 2010

Transcript of PERTAMBANGAN NIKEL

Page 1: PERTAMBANGAN NIKEL

PERHITUNGAN CADANGAN NIKEL MENGGUNAKAN METODE PENAMPANG TEGAK DAN METODE DAERAH

PENGARUH PADA BUKIT TLC-3 TAMBANG TENGAH DI PT ANTAM Tbk. UBPN POMALAA KABUPATEN KOLAKA

SULAWESI TENGGARA

TUGAS AKHIR II

Oleh

Zaenal Abbidin Kamarullah

NIM : 711106072

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL

YOGYAKARTA 2010

Page 2: PERTAMBANGAN NIKEL

ii

PERHITUNGAN CADANGAN NIKEL MENGGUNAKAN METODE PENAMPANG TEGAK DAN METODE DAERAH

PENGARUH PADA BUKIT TLC-3 TAMBANG TENGAH DI PT ANTAM Tbk. UBPN POMALAA KABUPATEN KOLAKA

SULAWESI TENGGARA

TUGAS AKHIR II

Karya Tulis ini Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Program Studi Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

Oleh :

Zaenal Abbidin Kamarullah NIM. 711106072

Yogyakarta, November 2010

Menyetujui

Pembimbing II Pembimbing I

(Ir. St. Soebantidjo, Msi) (Ir. Ag. Isjudarto, M.T) NIP : 131476787 NIK : 19730068

Mengetahui : Kaprodi Teknik Pertambangan

(Ir. Ag. Isjudarto, M.T) NIK : 19730068

Page 3: PERTAMBANGAN NIKEL

ii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Katakanlah ; Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui! sesungguhnya orang yang berakallha yang dapat menerima pelajaran. (Q.S 39 : 9)

Allah meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.S 58 : 11)

Sekiranya saya mengucap banyak syukur dan pujian sebesar-besarnya kepada Allah SWT karena dengan nikmat dan karuniaNYA yang diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir 2 ini dengan baik.

Tak lupa pula salawat dan salam saya haturkan keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluar, sahabat dan pengikut beliau yang merupakan panutan bagi kaum muslimin dan muslimat

Karya Tulis ini Kupersembahkan Kepada

1. Kedua orang tuaku tercinta Ibu Farida Mukarram dan Ayah Umayyah Kamarullah yang telah melahirkan, membesarkan dan mendidikku yang tidak sanggup penulis gantikan dengan apapun.

2. Adik-adik tercinta (Ridwan Kamarullah, Nurhafni Kamarullah dan Nurhasanah Kamarullah) terima kasih atas dukungan dan support selama ini.

3. Istri dan Anak-anak tercinta (Zaitum Marichar Sahib, Nurul Chalwa Luqyana, Alfiah Fairus) yang juga meberikan semangat dan dorongan serta doanya dalam suka dan duka.

Tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rekan-rekan seperjuangan tambang 03 Aques, Yuyun, Pace Jhon, Krisi, Manto, Aba, Pedro, Nikson, Yesri, Brown, Rini, Gusti, Anang, Topan, Yusias, Sahidul, terima kasih untuk semuanya dan untuk kebersamaannya.

2. Rekan-rekan HMTA STTNAS Yogyakarta

Page 4: PERTAMBANGAN NIKEL

iii

Zulfi 02, Ode 07, Utam 04, Beni 04, Al 04, Lia 06, Non 02, Marito 07, Lalu 08, Alfi 07, Oyong 09 serta semua anggota HMTA yang tidak dapat disebtkan satu persatu, Selalu dalam loyalitas HMTA, viva tambang yes.

3. Sohib-Sohib dan Saudara Acango, Uceng, Fatimah, Dr Ichad, Noval, Ko uci, K Sil, K Uban, Ian, Gei, dan teman dekat serta saudara yang tidak penulis sebutkan satu-persatu terima kasih telah memberi dorongan dan nasehatnya.

4. Dan semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah membantu penulis selama menjalankan proses di bangku kuliah sampai selesainya penulisan Tugas Akhir I ini.

Page 5: PERTAMBANGAN NIKEL

iv

SARI Penambangan bahan galian merupakan kegiatan dalam rangka penyediaan

bahan baku untuk keperluan pembangunan disegala bidang. Maka dari itu usaha pertambangan tidak lepas dari pekerjaan-pekerjaan dalam mencari bahan tambang. Estimasi cadangan merupakan salah satu pekerjaan yang penting dalam mengevaluasi suatu proyek pertambangan, dimana diperlukan suatu perkiraan mengenai keberadaan bahan galian agar dapat dimanfaatkan secara maksimal

Perhitungan cadangan berperan penting dalam menentukan jumlah,

kualitas, dan kemudahan dalam eksplorasi secara komersial dari suatu endapan. Sebab dari hasil perhitungan cadangan yang baik dan akurat yang sesuai dengan keberadaannya dilapangan dapat menentukan investasi yang akan ditanam oleh investor sebagai penanaman modal dalam usaha penambangan, penentuan kerja produksi, cara penambangan yang akan dilakukan, bahkan dalam memperkirakan waktu yang akan dibutuhkan oleh perusahaan dalam melaksanakan usaha penambangannya.

Berdasarkan data yang tersedia di peta kemajuan tambang maka

perhitungan cadangan dapat dilakukan dengan mengetahui jumlah cadangan berdasarkan metode yang dipakai, yakni metode penampang tegak dan metode daerah pengaruh. dan juga dapat menganalisa kadar rata-rata Ni.

Hasil perhitungan dengan metode penampang tegak didapatkan cadangan

nikel sebesar 659.955,8515 WMT dan dengan metode penampang tegak didapatkan hasil sebesar 742.800 WMT dengan selisih dari kedua metode tersebut sebesar 82.844,15 WMT. sedangkan persentasi kesalahan sebesar 13%. persentase kesalahan ini menurut Mc. Kelvey dianggap rendah dengan mengasumsikan pada klasifikasi cadangan terukur dengan persentase kesalahan 20%.

Page 6: PERTAMBANGAN NIKEL

v

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena

dengan karunia dan inayahNYA penulis dapat menyelesaikan tugas akhir II ini

dengan baik.

Tujuan penulisan tugas akhir II ini dengan judul Perhitungan Cadangan

Nikel Menggunakan Metode Penampang Tegak dan Metode Daerah Pengatuh

Pada Bukit TLC-3 Tambang Tengah di PT. ANTAM UBPN Pomalaa Kolaka

Sulawesi Tenggara, adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana teknik pada Program Studi Teknik Pertambangan Sekolah Tinggi

Teknologi Nasional Yogyakarta.

Penulisan tugas akhir II ini berdasarkan data yang tersedia dari peta

kemajuan tambang pada tanggal 31 Oktober 2008.

Atas segala bantuan, bimbingan serta saran-saran dalam penyusunan tugas

akhir ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Imron Rosyidin ST Selaku Manajer, Staf Pomalaa Mining

Manager.

2. Bapak Wiwit Setiawan ST, selaku pembimbing penulis selama

melakukan penelitian.

3. Bapak Ir. H. Ircham, M.T selaku Ketua Sekolah Tinggi Teknologi

Nasional Yogyakarta.

4. Bapak Ir. Ag. Isjudarto, M.T selaku Ketua Program Studi Teknik

Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta, dan

juga selaku Dosen Pembimbing I

5. Bapak Ir. St. Soebantijo, Msi selaku Dosen Pembimbing II.

6. Serta semua pihak yang telah membantu penulis selama proses

penyusunan sampai selesainya tugas akhir II ini.

Page 7: PERTAMBANGAN NIKEL

vi

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan

tugas akhir II ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari

pembaca sekalian. semoga kritik dan salam dapat memberikan motifasi kepada

penulis untuk lebih baik lagi kedepan.

Dan semoga tugas akhir II ini dapat bermanfaat bagi kita semua Amin

Yogyakarta,….2011

Penulis

Page 8: PERTAMBANGAN NIKEL

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….. ii

HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………….. iii

SARI………………………………………………………………….. v

KATA PENGANTAR………………………………………………. vi

DAFTAR ISI………………………………………………………… vii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………… x

DAFTAR TABEL…………………………………………………… xi

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah………………………… 1

1.2. Perumusan Masalah……………………………. 2

1.3. Batasan Masalah……………………………….. 2

1.4. Tujuan Penelitian………………………………. 2

1.5. Metode Penelitian……………………………… 3

1.6. Manfaat Penelitian……………………………... 4

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1. Lokasi Kesampaian Daerah……………………. 5

2.2. Keadaan Geologi Penelitian………………….... 7

2.2.1. Geologi Umum Sulawesi………………. 7

2.2.2. Morfologi………………………………. 7

2.2.3. Fisiografi……………………………….. 8

2.2.4. Stratigrafi Daerah Penelitian…………… 9

2.2.5. Struktur Geologi……………………….. 11

2.3. Genesa Endapan Nikel………………………… 13

2.4. Kondisi Iklim dan Curah Hujan……………….. 20

Page 9: PERTAMBANGAN NIKEL

viii

2.5. Penambangan Bijih Nikel………………………. 21

BAB III DASAR TEORI

3.1. Kegiatan Eksplorasi…………………………….. 29

3.2. Pengertian Cadangan…………………………… 33

3.3. Perhitungan Cadangan…………………………. 35

3.4. Metode Perhitungan Cadangan………………… 37

3.4.1. Metode Penampang Tegak……………… 38

3.4.2. Metode Daerah Pengaruh………………. 39

3.5. Penentuan Batas Cadangan…………………….. 42

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Metode Penampang Tegak……………………… 44

4.2. Metode Daerah Pengaruh………………………. 46

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Perhitungan Cadangan………………………….. 49

5.1.1. Metode Penampang Tegak……………… 49

5.1.2. Metode Daerah Pengaruh………………. 49

5.2. Kesalahan Perhitungan………………………….. 50

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan……………………………………… 51

6.2. Saran…………………………………………….. 51

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………. 52

LAMPIRAN…………………………………………………………… 53

Page 10: PERTAMBANGAN NIKEL

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Peta Lokasi Penelitian……………………………………………… 6

2.2. Stratigrafi Lembar Kolaka…………………………………………. 12

2.3. Peta Geologi Daerah Pomalaa……………………………………… 13

2.4. Penampang Endapan Nikel Sulfida………………………………… 16

2.5. Penampang Endapan Nikel Laterit…………………………………. 17

2.6. Skema Pembentukan NIkel Laterit…………………………………. 19

2.7. Grafik Rata-Rata Curah Hujan……………………………………... 20

2.8. Grafik Rata-Rata Hari Hujan……………………………………….. 21

2.9. Kegiatan Pemboran…………………………………………………. 22

2.10. Pengukuran Kemajuan Tambang…………………………………… 22

2.11. Persiapan Daerah Penambangan……………………………………. 24

2.12. Kegiatan Pereparasi Conto…………………………………………. 26

2.13. Alat Analisis Kadar Pada Bijih Nikel……………………………… 26

2.14. Proses Pengolahan dan Pemurnian Bijih Nikel…………………….. 28

3.1. Diagram Alir Tahap-Tahap Kegiatan Pertambangan………………. 31

3.2. Metode Eksplorasi………………………………………………….. 32

3.3. Klasifikasi Cadangan……………………………………………….. 35

3.4. Metoda Penampang Standar………………………………………... 39

3.5. Metoda Daerah Pengaruh…………………………………………… 41

F.1. Peta Lubang Bor dan Sayatan………………………………………. 119

G.1. Peta Lubang Bor dan Daerah Pengaruh…………………………….. 120

Page 11: PERTAMBANGAN NIKEL

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Mineral Utama yang Mengandung Nikel……………………... 13

4.1. Perhitungan Metoda Penampang Standar.................................. 44

4.2. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Penampang Tegak...... 45

4.3. Perhitungan Cadangan Menggunakan Metode Daerah Pengaruh 47

A.1. Data Curah Hujan dan Hari Hujan............................................. 53

B.1. Data Analisa Titik Bor dan Kadar.............................................. 54

Page 12: PERTAMBANGAN NIKEL

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Data Curah Hujan dan Hari Hujan.............................................. 53

B. Data Analisa Titik Bor dan Kadar............................................... 54

C. Perhitungan Luas Sayatan Metode Penampang Tegak................ 80

D. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Penampang Tegak........ 94

E. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Daerah Pengaruh.......... 100

F. Peta Lubang Bor dan Sayatan....................................................... 119

G. Peta Lubang Bor dan Daerah Pengaruh........................................ 120

Page 13: PERTAMBANGAN NIKEL

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penambangan bahan galian merupakan kegiatan dalam rangka penyediaan

bahan baku untuk keperluan pembangunan disegala bidang. Maka dari itu usaha

pertambangan tidak lepas dari pekerjaan-pekerjaan dalam mencari bahan

tambang. Estimasi cadangan merupakan salah satu pekerjaan yang penting dalam

mengevaluasi suatu proyek pertambangan, dimana diperlukan suatu perkiraan

mengenai keberadaan bahan galian agar dapat dimanfaatkan secara maksimal.

Perhitungan cadangan berperan penting dalam menentukan jumlah,

kualitas, dan kemudahan dalam eksplorasi secara komersial dari suatu endapan.

Sebab dari hasil perhitungan cadangan yang baik dan akurat yang sesuai dengan

keberadaannya dilapangan dapat menentukan investasi yang akan ditanam oleh

investor sebagai penanaman modal dalam usaha penambangan, penentuan kerja

produksi, cara penambangan yang akan dilakukan, bahkan dalam memperkirakan

waktu yang akan dibutuhkan oleh perusahaan dalam melaksanakan usaha

penambangannya.

Bila dilihat secara keseluruhan, betapa pentingnya mineral bagi kehidupan

manusia, sehingga makin maju dan modern kehidupan manusia, akan banyak lagi

mineral-mineral yang akan dibutuhkan dimasa yang akan datang. Bahkan para

ahli berpendapat kemajuan peradaban manusia dapat diukur dengan pemakaian

mineral. Kalau ditinjau dari sejarah, dimana penamaan suatu periode atau jaman

disebut berdasarkan pemakaian mineral saat itu. Mulai dari jaman batu sampai

jaman besi (logam).

Nikel merupakan salah satu bahan galian tambang yang digunakan dalam

berbagai bidang kehidupan, dimana kebutuhan akan nikel semakin besar seiring

meningkatnya penggunaan unsur nikel tersebut dalam pembangunan. Selain itu

terdapat pula kendala saat ini dimana semakin berkurangnya cadangan nikel yang

merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, maka dari salah satu

Page 14: PERTAMBANGAN NIKEL

2

cara untuk menyelidiki cadangan nikel yang lebih banyak, diperlukan suatu

metode eksplorasi yang lebih akurat dan sesuai.

Untuk menentukan estimasi cadangan diperlukan metode estimasi yang

sesuai dengan kodisi geologi, genesa, dan mineralisasi pada daerah penelitian,

maka penulis mencoba untuk menghitung nilai evaluasi cadangan bijih nikel di

PT. Aneka Tambang (Tbk) Unit Bisnis Pertambangan Nikel Operasi Pomalaa,

(PT.Antam Tbk UBPN) Sulawesi Tenggara terutama di tambang tengah pada

bukit TLC 3 dengan membandingkan Metode penampang tegak dengan metode

daerah pengaruh.

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian yang dilakukan dengan mencari data analisa pemboran melalui

pengamatan langsung daerah penambangan yang pada saat ini semakin berkurang,

sehingga perlu diadakan pencarian kembali dan perhitungan cadangan nikel sesuai

COG dengan menggunakan metode yang tepat.

Adapun permasalahan yang dihadapi, metode perhitungan cadangan yang

dilakukan PT. Antam (Tbk) UBPN Pomalaa hanya menggunakan metode daerah

pengaruh, dengan endapan bijih nikel merupakan endapan yang bersifat

heterogen, sehingga diperlukan metode lain yang sesuai dengan endapan bijih,

salah satunya menggunakan metode penampang tegak.

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini mengarah pada perhitungan cadangan

menggunakan metode penampang dan metode daerah pengaruh, dan mengetahui

penyebaran endapan bijih nikel dari hasil analisa conto dan hasil pemboran

endapan bijih nikel

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah cadangan bijih

nikel yang sesuai dengan Cut Off Grade (COG) yakni 1,6 %, dan memperoleh

gambaran suatu metode estimasi cadangan yang sesuai untuk digunakan dalam

Page 15: PERTAMBANGAN NIKEL

3

mengestimasi cadangan bijih nikel di PT. Antam (Tbk) UBPN Operasi Pomalaa

pada tambang tengah di bukit TLC 3, ini dengan tinjauan geologi, genesa, dan

mineralisasinya dengan mengunakan metode penampang tegak dan metode

daerah pengruh dengan cara membandingkan kedua metode tersebut, mana yang

lebih sesuai.

1.5 Metode Penelitian

Metode penilitian yang dilakukan di PT. ANTAM POMALAA ini

merupakan metode kuantitatif. Tahapan metode ini terdiri dari

A. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan dua cara yakni

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, yang terdiri

dari:

a. Jumlah titik bor.

b. Cara penambangan.

c. Pengambilan conto.

2. Data Sekunder

Data sekunder didapat dari mengumpulkan data dari instansi terkait,

berupa data analisis kadar, peta topografi, peta geologi, dan peta sebaran endapan

nikel.

B. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang ada untuk mendapatkan alternatif

pemecahan permasalahan yang dibahas, kemudian melakukan perhitungan-

perhitungan terhadap alternatif pemecah masalah, sehingga dapat menyelesaikan

permasalahan yang dibahas

C. Kesimpulan

Sebagai rekomendasi kepada perusahaan untuk menyelesaikan permaslahan

di lapangan berdasarkan hasil penelitian ini

Page 16: PERTAMBANGAN NIKEL

4

1.6 Manfaat Penilitian

Manfaat yang diperoleh dari penilitian ini adalah :

A. Mengetahui pola sebaran endapan nikel.

B. Sebagai masukan metode mana yang sesuai dengan perhitungan cadangan

nikel.

Page 17: PERTAMBANGAN NIKEL

5

BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Lokasi penambangan bahan galian bijih nikel yang dilakukan oleh PT.

Antam (Tbk). UBPN Operasi Pomalaa, secara adsminitrasi terletak di daerah

Pomalaa Kabupaten Kolaka, Propinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis

terletak pada 121°31’ BT - 121°40’ BT dan 4°10’ LS - 4°18’ LS.

Unit Bisnis Pertambangan Nikel Operasi Pomalaa, Kabupaten Kolaka,

Propinsi Sulawesi Tenggara berbatasan dengan :

A. Disebelah Utara berbatasan dengan Sungai Huko-Huko

B. Disebelah Timur berbatasan dengan Perbukitan Maniang

C. Disebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Oko-Oko

D. Disebelah Barat berbatasan dengan Teluk Mekongga

Dearah penelitian memiliki iklim tropis dengan temperatur berkisar antara

25° - 32°C dengan musim kering terjadi pada bulan Mei-Agustus sedangkan

musin hujan terjadi pada bulan September-April. Angin Barat merupakan angin

kencang yang biasanya terjadi di bulan Februari-Maret. Curah hujan rata-rata per

tahun 1980 mm, dengan rata-rata hari hujan 129 hari.

Lokasi penelitian berbatasan langsung dengan Propinsi Sulawesi Tengah

di sebelah Utara Sulawesi Tenggara dimana dapat dicapai dengan menggunakan

kendaraan roda dua maupun roda empat ke Kolaka dari Kendari. Ibukota Propinsi

Sulawesi Tenggara adalah Kota Kendari berjarak ± 165 km dari Kolaka,

sedangkan Pomalaa terletak disebelah Selatan kota Kolaka dengan jarak ± 29 km.

atau dapat juga ditempuh dari Makasar, Sulawesi Selatan dimana harus melewati

Teluk Bone di penyeberangan Bajoe berjarak ± 178 km dari Makasar. Jadi rute

menuju lokasi penelitian sebagai berikut Makasar – Bajoe - (Penyebrangan Teluk

Bone) – Kolaka – Pomalaa. Peta lokasi dan kesampaian daerah dapat dilihat pada

gambar 2.1.

Page 18: PERTAMBANGAN NIKEL

6

(Sumber : Arsip PT. ANTAM POMALAA)

Gambar 2.1 Peta Lokasi Penelitian

0 14 28

Skala

U : Jalan

: Sungai

: Gunung

: Ibukota propinsi

: Ibukota Kabupaten

: Lokasi Penelitian

Keterangan:

Page 19: PERTAMBANGAN NIKEL

7

2.2 Keadaan Geologi Penelitian

2.2.1. Geologi Umum Sulawesi

Sulawesi dan sekitarnya merupakan daerah dengan tatanan geologi yang

sangat kompleks. Hal ini disebabkan karena Sulawesi terletak pada zona

konvergen antara 3 lempeng litosfer, yaitu Lempeng Australia di bagian utara,

pergerakan ke barat Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia di bagian selatan-

tenggara (Herman dan Hasan Sidi, 2000 dalam arsip PT. Antam, Tbk UBPN

Operasi pomalaa). Pulau Sulawesi dan sekitarnya terdiri dari 3 Mandala Geologi

yaitu:

A. Mandala Geologi Sulawesi Barat, dicirikan oleh adanya jalur gunung api

paleogen, intrusi neogen dan sedimen mesozoikum.

B. Mandala Geologi Sulawesi Timur, dicirikan oleh batuan ofiolit yang berupa

batuan ultramafik peridotit, harzburgit, dunit, piroksenit dan serpentinit yang

diperkirakan berumur kapur.

C. Mandala Geologi Banggai Sula, dicirikan oleh batuan dasar berupa batuan

metamorf Permo-Karbon, batuan Plutonik yang bersifat granites berumur

Trias dan batuan sedimen Mesozoikum.

2.2.2. Morfologi

Menurut Hasanudin dkk, 1992 (arsip PT. Antam,Tbk UBPN Operasi

Pomalaa), daerah penelitian termasuk dalam morfologi Lembar Kolaka, yang

dapat dibedakan menjadi beberapa satuan morfologi, yaitu: morfologi

pegunungan, perbukitan, daerah karst dan morfologi dataran rendah.

Berdasarkan pembagian morfologi Lembar Kolaka, morfologi daerah

Pomalaa terbagi 2, yaitu perbukitan dan dataran rendah. Daerah konsesi

pertambangan PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa termasuk dalam

morfologi perbukitan. Daerah perbukitan menempati hampir seluruh daerah

pertambangan yang meliputi daerah Tambang Utara, Tambang Tengah dan

Tambang Selatan dengan ketinggian rata-rata daerah mencapai 250 meter di atas

permukaan air laut dengan tingkat kelerengan landai sampai sedang.

Page 20: PERTAMBANGAN NIKEL

8

2.2.3. Fisiografi

Sulawesi dan pulau-pulau kecil disekitarnya secara fisiografis oleh Van

Bemmelen 1994 (Arsip PT. Antam Tbk UBPN Pomalaa) dikelompokkan menjadi

tujuh system, yaitu :

A. Sangihe-Minahasa System.

B. Northern Part of Celebes Orogen.

C. Central Part of Celebas Orogen.

D. Southern Part of Celebes Orogen.

E. The Makasar System.

F. The Buton System.

G. System of The Lesser Surda Island.

Menurut Rusmana dkk 1998 (Arsip PT. ANTAM Tbk UBPN Pomalaa),

Sulawesi Tenggara adalah daerah lembar Kendari dan Kolaka morfologinya dapat

dibedakan menjadi empat satuan yaitu,satuan pegunungan, satuan perbukitan,

satuan karst, dan dataran rendah.

Satuan pegunungan sebagian besar menenpati daerah di Tengah dan Barat

lembar, dengan arah punggungnya memanjang Barat Laut- Tenggara. Pegunungan

tersebut antara lain, Pegunungan Mekongga, Pegunungan Abuki, Pegunungan

Tangkelomboke, dan Pegunungan Matarombeo. Daerah ini umumnya bertonjolan

halus sampai kasar dan berlereng sedang sampai curam. Ketinggian puncak-

puncaknya berkisar antara 750 meter samapai 3000 meter atas permukaan laut.

Satuan perbukitan terdapat dibagian Barat dan Timur lembar sekitar kaki

perbukitan. Satuan ini membentuk perbukitan bergelombang dengan ketinggian

berkisar antara 75 meter samapai 750 meter atas permukaan air laut.

Satuan Karst, sebagian terdapat dibagian Utara Perbukitan Matarombeo,

sebagian diantara Perbukitan Mekongga dan Perbukitan Tangkelomboke, serta

sebagian lagi di bagian Barat Kendari.

Satuan dataran rendah terdapat didaerah muara-muara sungai besar seperti,

Sungai Konaweha, Sungai Lahumbuti, Sungai Sampera, dan lain-lain. Ketinggian

berkisar dari beberapa meter sampai 75 meter atas permukaan air laut.

Page 21: PERTAMBANGAN NIKEL

9

2.2.4. Stratigrafi Daerah Penelitian

Menurut Van Bemmelen, 1949 dan Hutchison, 1983 (arsip PT. Antam,

Tbk UBPN Operasi Pomalaa), pada lengan tenggara Pulau Sulawesi, batuan

ultramafik kebanyakan masif peridotit, sebagian besar harzburgit, dunit dan

sedikit berasosiasi dengan gabro dan basalt. Menurut Hasanudin dkk, 1992 (arsip

PT. Antam,Tbk UBPN Operasi Pomalaa), secara regional satuan batuan di

Lembar Kolaka dapat dikelompokkan menjadi 2 Mandala Geologi Sulawesi

Timur dan Mandala Geologi Banggai Sula. Mandala Geologi Sulawesi Timur

dicirikan oleh gabungan batuan ultramafik, mafik dan malihan. Sedangkan

Mandala Geologi Banggai Sula dicirikan oleh kelompok batuan sedimen malih.

Menurut Simanjuntak dkk, 1994 (arsip PT. Antam,Tbk UBPN Operasi

pomalaa), Stratigrafi Lembar Kolaka juga dapat dikelompokkan menjadi 2

Mandala, yaitu:

1. Mandala Geologi Sulawesi Timur

Mandala geologi sulawesi timur disebut juga lajur ofiolit Sulawesi Timur,

tersusun oleh batuan ultramafik, mafik, malihan dan sedikit batuan sedimen

pelagos, berturut-turut dari tua ke muda adalah sebagai berikut:

a. Kompleks Ultramafik

Satuan ini terdiri dari: Harzburgit, dunit, serpentinit, gabro, mikrogabro basal,

dolerit dan setempat-setempat gabro malihan dan amfibolit. Batuan ultramafik

ini diperkirakan batuan tertua dan menjadi alas di Mandala Sulawesi Timur,

diduga berumur Kapur Awal.

b. Formasi Pompangeo (Kompleks Pompangeo)

Formasi ini tersusun oleh berbagai jenis sekis, diantaranya sekis mika, sekis

klorit, sekis kuarsa-mika dan setempat geneis, hornfels dan ekologit.

Kompleks Pompangeo ini bersentuhan tektonik dengan batuan ultramafik dan

mafik (ofiolit Sulawesi Timur), umur satuan ini belum diketahui secara pasti,

tetapi diduga tidak lebih tua dari Trias Awal-Kapur Akhir.

Page 22: PERTAMBANGAN NIKEL

10

c. Pualam

Satuan ini terdapat secara setempat-setempat dengan ketebalan dari beberapa

meter sampai puluhan meter. Kedudukannya melensa dan setempat menjari

dengan batuan asal sedimen di Formasi Pompangeo.

d. Formasi Mantano

Formasi ini tersusun oleh kalsiluit dengan sisipan rijang dan batu sabak,

satuan ini diperkirakan berumur Kapur Akhir. Formasi Matano

dikelompokkan menjadi lajur ofiolit Sulawesi Timur.

Hubungan antara batuan ultramafik dan mafik dengan batuan malihan adalah

berhubungan secara tektonik.

2. Mandala Tukang Besi-Buton

Mandala Tukang Besi-Buton tersusun oleh formasi yang berturut-turut dari

tua ke muda yaitu:

a. Kompleks Mekongga

Kompleks ini tersusun oleh sekis, geneis dan kuarsit, umumnya diperkirakan

berumur lebih tua dari Trias, bahkan mungkin Permo-Karbon. Kompleks ini

tertindih tak selaras oleh Formasi Meluhu dan Formasi Laonti.

b. Formasi Meluhu

Formasi ini tersusun oleh filit, batusabak, batupasir terubah, kuarsit, serpih

dan batugamping malihan. Formasi Meluhu merupakan satuan tertua pada

Mandala Arjung Tukang Besi-Buton yang tersingkap disini dan menjadi alas

batuan tersier dengan Formasi Laonti hubungannya menjari.

c. Formasi Laonti

Tersusun oleh batugamping malihan, pualam dan filit. Kedudukan formasi

laonti menjari dengan formasi meluhu dan menunjukkan bahwa umurnya

Trias Atas.

Kedua Mandala tersebut tertindih oleh kelompok Molasa Sulawesi, sedimen

klastik pasca Orogenesa Neogen. Kelompok tersebut berturut-turut dari tua ke

muda:

Page 23: PERTAMBANGAN NIKEL

11

Formasi Langkowala

Formasi ini tersusun oleh batupasir, serpih dan konglomerat. Formasi ini

tertindih secara tak selaras oleh Formasi Boepinang dan selaras dengan

Formasi Eimiko. Umur Formasi Langkolawa ialah Miosen Akhir atau

Akhir Miosen Tengah.

Formasi Emoiko

Formasi ini tersusun oleh kalkarenit, batugamping koral, batupasir dan

napal. Berdasarkan kedudukan stratigrafinya yang selaras di atas Formasi

Langkolawa, tertindih pula secara tak selaras oleh Formasi Buara dan

Formasi Alangga.

Formasi Boepinang

Formasi ini tersusun oleh batu lempung pasiran, napal pasiran dan

batupasir, umumnya berkisar antara Miosen Akhir-Pliosen. Formasi ini

mempunyai hubungan menjari dengan Formasi Eimoko, menindih selaras

dan setempat tak selaras oleh Formasi Langkolawa, tertindih pula secara

tak selaras oleh Formasi Buara dan Formasi Alangga.

Formasi Alangga

Formasi ini tersusun oleh konglomerat dan batupasir. Formasi ini

menindih tak selaras formasi Eimoko dan Boepinang, formasi ini berumur

plistosen.

Formasi Buara

Formasi ini tersusun oleh terumbu koral, setempat terdapat konglomerat

dan batupasir yang belum padat. Formasi ini masih memperlihatkan

hubungan yang menerus dengan pertumbuhan terumbu pada pantai yang

berumur Resen.

2.2.5. Struktur Geologi

Struktur geologi daerah penelitian merupakan jalur batuan beku ultra basa.

Jalur batuan beku ultrabasa di Sulawesi Tenggara mulai daerah Pomalaa. Jalur ini

terbagi 2 kelompok, kelompok pertama menyebar kearah timur, sedangkan

kelompok kedua menyebar kearah tenggara mulai Gunung Watumohae dan

Bombakau sampai ke Torobulu. Kemudian kedua kelompok ini bergabung lagi ke

Page 24: PERTAMBANGAN NIKEL

12

ujung tenggara di Sulawesi Tenggara. Di daerah Pomalaa singkapan batuan

ultrabasa ini umumnya telah mengalami pelapukan, berwarna kuning-coklat

berbintik hitam atau abu-abu putih dengan warna kehijauan pada bagian luar

tepi/pinggirnya, terlihat juga batuan ultrabasa di Pomalaa ini telah mengalami

proses serpentinisasi yang cukup kuat. Untuk menentukan jenis batuan ultrabasa

Pomalaa ini perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis atas sejumlah conto batuan

yang dianggap belum begitu lapuk dari beberapa bukit yang telah ditambang.

Conto diambil dari beberapa rock sample dan core sample.

FORMASI/SATUAN

Mandala Geologi Sulawesi Timur

Mandala Geologi Banggai Sula

Ultramafik mafik

Formasi Boroboro

Formasi Laonti

Formasi Kabaena

Komplek Pompangeo

Pualam

Anggota Konglomerat Anggota Batupasir Formasi Langkowala

Formasi Boepinang Formasi Eemoiko

Formasi Buara Aluvium

KoloviumAluvium Endapan

Rawa Formasi Alangga

Kapur

UMUR

Holosen

Plistosen

Pliosen

Akhir

Tengah

AwalOligosen EosenPaleosen

JuraTriasPerm

Karbon

Kua

rter

Ken

ozoi

kum

Te

rsie

r

Mio

sen

Mes

ozoi

kum

Pa

leoz

oiku

m

(Hasanuddin dkk, 1992)

Gambar 2.2. Stratigrafi Lembar Kolaka

Page 25: PERTAMBANGAN NIKEL

13

0 500 1000 ( Bag. Pengukuran & Ekploras PT. ANTAM, Tbk UBPN POMALAA 2008)

Gambar 2.3 Peta Geologi Daerah Pomalaa

2.3 Genesa Endapan Nikel

Ada beberapa mineral utama yang mengandung nikel dalam endapan bijih

nikel di alam ini, baik dilihat dari segi cara pembentukan, sifat maupun komposisi

kimia mineralnya (Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Mineral utama yang mengandung nikel, (Kajian nikel Dept ESDM 1985) Mineral Rumus Kimia Kandungan Nikel

Sulfida

Pentlandit

Millerit

Heazlewoodit

Linnaete

Polidimit

Violarit

Siegenit

(Ni,Fe)9S8

NiS

Ni3S2

(Fe,Co,Ni)3S4

Ni3S4

Ni2FeS4

(Co,Ni)3S4

34,22

64,67

73,30

Bervariasi

57,86

38,94

28,89

Arsenida

Nikolit

NiAs

43,92

Page 26: PERTAMBANGAN NIKEL

14

Maucherit

Rammelsbergit

Gersdorfit

Ni11As8

NiAs2

NiAsS

51,85

28,15

35,42

Antimonida

Breithauptit

NiSb

32,53

Arsenat

Annabergit

Ni3As2O8.8H2O

29,40

Silikat dan oksida

Garnierit

Limonit bernikel

(Ni,Mg)6Si4O10(OH)8

(Fe,Ni)O(OH).nH2O

Berkisar sampai 47%

Rendah tapi beragam

Inti bumi diperkirakan terdiri atas besi dengan kandungan nikel sekitar

7%. Zone diantara kerak bumi dan inti bumi, yaitu yang disebut mantel (mantle),

diperkirakan tebalnya 2.898 km dan mengandung 0,1% - 0,3% nikel. Deposit

nikel pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu nickel-

copper sulfida, nickel silicate dan laterites and serpentines (Kajian nikel Dept

ESDM 1985).

Deposit nikel yang mengandung sulfida terdapat pada atau dekat peridotit

atau intrusi norit yang diperkirakan saling berkaitan. Deposit tersebut tersebar

dalam badan yang masif atau terkonsentrasi di dalam urat bijih (vein), balok

(stringers) dan celah yang kosong (fissure filling) di sekitar induk batuan beku.

Badan bijih pada umumnya berbentuk memanjang (elongated), lensa (lenticular)

atau lembaran (sheetlike), dengan panjang beberapa ratus meter sampai ribuan

meter.

Formasi deposit nikel sulfida diperkirakan merupakan hasil dari proses

pemisahan magma (magmatic segregation). Tetesan cairan sulfida diperkirakan

memisah dari keluarga magma mafis atau ultra mafis magma selama kristalisasi.

Tetesan sulfida yang jatuh bersama-sama itu, kemudian membentuk zone sulfida

di bagian dasar intrusi.

Endapan laterit dibentuk oleh pelapukan dan erosi pada periode waktu

yang lama. Pelapukan tersebut akan menyingkap peridotit, dunit, piroksenit atau

serpentin sehingga akan menghasilkan formasi laterit yang kaya akan besi dan

Page 27: PERTAMBANGAN NIKEL

15

nikel. Laterit-laterit yang dibentuk dari pelapukan serpentin biasanya kaya akan

kandungan besi (45% - 55%) dan mengandung nikel sekitar 1%.

Tipe kedua dari nickelferous iron laterite adalah nikel silikat. Disebut

nikel silikat karena nikel terdapat sebagai hydrosilicate garnierite atau sebagai

nickel-bearing talc atau antigorit. Tipe laterit ini dihasilkan dari pelapukan pada

batuan peridotit segar, dunit dan piroksenit. Nikel silikat mengandung besi kurang

dari 30% dan kandungan nikelnya mencapai 1,5%.

Berdasarkan cara terjadinya, endapan nikel dapat digolongkan menjadi

dua macam, yaitu: endapan bijih nikel primer/sulfida dan endapan bijih nikel

sekunder/laterit.

2.3.1 Endapan bijih nikel primer atau sulfida

Endapan nikel dalam bentuk sulfida terdapat pada atau dekat suatu badan

batuan yang kandungan besinya tinggi, mengandung magnesium dan silikon nisbi

rendah, bervariasi dari gabro yang dikenal dari norit sampai peridotit. Endapan

tersebut adalah batuan beku intrusi di permukaan bumi yang berasal dari

terobosan magma pijar. Intrusi ini membentuk sekelompok massa yang pada

keadaan tertentu menyebar dengan membentuk lapisan-lapisan serta di lain saat

membentuk suatu bentuk yang tidak teratur.

Bijih nikel yang utama adalah mineral phyrotit (Fe7S8), yang di dalamnya

terdapat mineral pentlandit ((Ni, Fe)9S8) dan khalkopirit (CuFeS2). Deposit

mineral ini terbentuk sewaktu dan setelah proses pendinginan magma gabro dan

norit (ultra basa/ultra mafis), yaitu ketika magma mencari jalan ke atas dan

mengadakan intrusi di bagian atas kerak bumi (tanpa sampai ke permukaan bumi).

Badan bijih biasanya mencapai panjang beberapa antara beberapa ratus sampai

ribuan meter. Mengingat proses terjadinya jauh di bawah permukaan bumi, maka

penambangan bijih nikel sulfida dilakukan dengan cara tambang dalam.

Penampang endapan nikel sulfida dapat dilihat pada gambar 2.4.

Page 28: PERTAMBANGAN NIKEL

16

(Sumber : Kajian nikel Dept ESDM 1985)

Gambar : 2.4 Penampang endapan nikel sulfida 2.3.2 Endapan bijih nikel sekunder atau laterit

Mineral nikel yang terdapat di daerah Pomalaa pada dasarnya adalah bijih

lateritis, yaitu hasil pelapukan batuan ultrabasa yang mengandung nikel.

Bijih nikel laterit merupakan hasil pelapukan (weathering) batuan

ultrabasa peridotit yang terdapat di atas permukaan bumi. Proses pelapukan terjadi

karena pergantian musim panas dan dingin yang silih berganti, sehingga batuan

menjadi pecah-pecah dan mengalami pelapukan. Ion-ion yang mempunyai berat

jenis besar, termasuk nikel, mengalami pengayaan di tempat. Sementara ion-ion

yang mempunyai berat jenis kecil dihanyutkan oleh air, angin atau media lain ke

dataran yang lebih rendah. Pada umumnya bijih nikel laterit mengandung unsur

besi, kobalt dan khromium.

Proses pelapukan dimulai pada batuan peridotit. Batuan ini banyak

mengandung olivin, magnesium silikat dan besi silikat yang pada umumnya

mengandung 0,30% nikel. Batuan peridotit sangat mudah terpengaruh oleh

pelapukan lateritik. Air tanah yang kaya CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh-

tumbuhan akan menghancurkan olivin. Penguraian olivin, magnesium, nikel dan

silika ke dalam larutan cenderung untuk membentuk suspensi koloid dari partikel-

partikel silika yang submikroskopik. Di dalam larutan, besi akan bersenyawa

Page 29: PERTAMBANGAN NIKEL

17

dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida. Akhirnya endapan ini

akan menghilangkan air dengan membentuk mineral-mineral seperti karat, yaitu

geothit FeO(OH), Hematit (Fe2O3) dan kobalt dalam jumlah kecil. Jadi besi

oksida akan mengendap dekat dengan permukaan tanah. Sedang magnesium,

nikel silika tertinggal di dalam larutan selama air masih asam. Tetapi jika

dinetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan tanah, maka zat-zat tersebut

akan cenderung mengendap sebagai hydrosilikat.

Nikel mempunyai sifat kurang kelarutannya dibandingkan magnesium.

Perbandingan antara nikel dengan magnesium di dalam endapan lebih besar dari

pada larutan, karena ada sedikit magnesium yang terbawa oleh air tanah. Kadang-

kadang olivin di dalam batuan diubah menjadi serpentin sebelum tersingkap di

permukaan. Serpentin terurai ke dalam komponen-komponennya bersama-sama

dengan terurainya olivin.

Adanya erosi air tanah asam dan erosi di permukaan bumi, akan

menyerang nikel-nikel yang telah diendapkan. Zat-zat tersebut dibawa ke tempat

yang lebih dalam, selanjutnya diendapakan sehingga terjadi pengayaaan pada bijih

nikel. Kandungan nikel pada zat terendapkan akan semakin bertambah banyak

dan selama itu magnesium tersebar pada aliran air tanah. Dalam hal ini proses

pengayaan bersifat kumulatif (lihat Gambar 2.5.).

(Sumber : Kajian nikel Dept ESDM 1985)

Gambar 2.5. Penampang endapan nikel laterit

Page 30: PERTAMBANGAN NIKEL

18

Proses pengkayaan dimulai dari suatu batuan yang mengandung 0,25%

nikel, sehingga akan dihasilkan 1,50% bijih nikel. Keadaan ini merupakan suatu

kadar yang sudah dapat ditambang. Waktu yang diperlukan untuk proses

pengayaan tersebut mungkin dalam beberapa ribu atau bahkan berjuta-juta tahun.

Bijih nikel pada endapan laterit yang mempunyai kadar paling tinggi terdapat

dengan dasar zone pelapukan dan diendapkan pada retakan-retakan di bagian atas

dari lapisan dasar (bedrock). Perlu ditambahkan bahwa endapan nikel laterit

terletak pada lapisan bumi yang kaya akan besi. Pembagian yang sempurna dari

besi dan nikel ke dalam zone-zone yang berbeda, tidak pernah ada. Pengayaan

besi dan nikel terjadi melalui pemindahan magnesium dan silika. Besi dalam

material ini paling banyak berbentuk mineral ferri oksida yang pada umumnya

membentuk gumpalan (disebut limonit). Sehingga endapan nikel dapat

ditunjukkan dengan adanya jenis limonit tersebut atau sebagai nickelferous iron

ore. Hal ini berlawanan dengan endapan nikel yang bertipe silikat (kadang-kadang

disebut sebagai bijih serpentin); pemisahan nikel dari besi lebih baik. Skema

pembentukan endapan nikel daerah Pomalaa sebagai berikut:

Page 31: PERTAMBANGAN NIKEL

19

Ni, SiO2, MgO Urat – urat garnierite Urat –urat krisopras

Konsentrasi Residu

Peridotit – Serpentinit (lapuk)

Proses Pelapukan dan Lateritisasi

Peridotit serpentinit

Proses Serpentinisasi

Batuan Induk Peridotit (Ni Primer + 0.1%)

Urat – urat : Magnesit (MgCO3) Dolomit (CaMg)CO3 Kalsit (CaCO3)

Konsentrasi celah dari senyawa karbonat

Terbawa sebagai partikel koloidal

Terlarut sebagai larutan Ca – Mg karbonat

Bahan yang tertinggal (Fe, AL, Cr, Mn, Ni, Co)

Bahan yang terbawa bersama larutan

Konsentrasi Celah

Fe, Ni, Co Saprolit Soft Brown Ore Hard Brown Ore

Zona Tengah (Zona Saprolit) Zona paling bawah (Zona Bedrock)

Konsentrasi residu Fe oksidasi Al hidroksida Ni - Co

Zona paling atas (Zona overburden dan limonit)

Skema Pembentukan Nikel Laterit

Gambar 2.6. Skema pembentukan nikel laterit

Page 32: PERTAMBANGAN NIKEL

20

2.4 Kondisi Iklim dan Curah Hujan

Salah satu ciri tambang terbuka yang membedakannya dengan tambang

bawah tanah adalah pengaruh iklim pada kegiatan penambangan. Elemen-elemen

iklim seperti hujan, temperatur serta tekanan udara dapat mempengaruhi kondisi

tempat kerja, efisiensi alat dan kondisi pekerja.

Pada PT. Aneka tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa, curah hujan yang

turun tiap tahun rata-rata cukup tinggi. Dari stasiun pengamatan curah hujan PT.

Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa diketahui curah hujan tertinggi

dalam kurun waktu 5 tahun (2002-2007) terjadi pada bulan April sebesar 372,266

mm/bln. Sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar

58,564 mm/bln. Hari hujan terbesar pada bulan April dan hari hujan terendah pada

bulan Agustus. Grafik curah hujan dan hari hujan wilayah Pomalaa ditunjukkan

pada gambar 2.7 dan gambar 2.8.

Gambar 2.7. Grafik rata-rata curah hujan

Grafik Curah Hujan

0

50

100

150

200

250

300

350

400

Janu

ari

Februa

riMare

tApri

lMei

Juni Ju

li

Agustu

s

Septem

ber

Oktobe

r

Novem

ber

Desem

ber

Bulan

Cur

ah h

ujan

Rata-rata curah hujan

Page 33: PERTAMBANGAN NIKEL

21

2.5. Penambangan Bijih Nikel

Kegiatan pada Industri Pertambangan PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN

Operasi Pomalaa terdiri atas beberapa kegiatan utama yaitu:

1. Kegiatan Eksplorasi

Pekerjaan eksplorasi pada PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi

Pomalaa mempunyai tujuan untuk mengetahui:

A. Macam cadangan

B. Penyebaran cadangan

C. Kuantitas dan kualitas cadangan

Adapun kegiatan eksplorasi yang dilakukan yaitu:

a. Kegiatan Pemboran

Kegiatan pemboran merupakan kegiatan utama pada eksplorasi untuk

mengetahui kuantitas dan kualitas cadangan. Awal dari kegiatan ini adalah

membuat rencana titik-titik bor. Rencana penentuan titik-titik bor dibuat pada peta

topografi berskala 1 : 500 dengan grid pattern system yaitu membagi peta

sehingga berbentuk bujur sangkar dengan jarak 25 meter antar titik bor.

Gambar 2.8. Grafik rata-rata hari hujan

Grafik Rata-rata hari hujan

0

2

4

6

8

10

12

14

Janu

ari

Februa

riMare

tApri

lMei

Juni Ju

li

Agustu

s

Septem

ber

Oktobe

r

Novem

ber

Desem

ber

Bulan

Har

i huj

an

Rata-rata hari hujan

Page 34: PERTAMBANGAN NIKEL

22

Kegiatan pemboran pada PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi

Pomalaa dilakukan oleh CV. Cipta Utama

b. Pengukuran Kemajuan Tambang

Selain kegiatan eksplorasi, tim eksplorasi memiliki tugas penting lainnya

yaitu melakukan pengukuran terhadap kemajuan tambang. Hal ini bertujuan untuk

mengetahui jumlah cadangan nikel yang telah dieksploitasi pada suatu daerah

penambangan sekaligus untuk mengetahui sisa cadangan yang dapat dieksploitasi

selanjutnya. Alat yang digunakan adalah Theodolith Nikon Semi Digital.

Gambar 2.9. Kegiatan Pemboran

Gambar 2.10. Pengukuran Kemajuan Tambang

Page 35: PERTAMBANGAN NIKEL

23

2. Kegiatan Penambangan

Kegiatan penambangan bijih nikel di PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN

Operasi Pomalaa dilakukan secara tambang terbuka dengan sistem open cut

(selective mining).

Tahapan pada kegiatan penambangan adalah:

a. Persiapan daerah penambangan

Merupakan persiapan awal sebelum melakukan kegiatan penambangan.

Pekerjaan tersebut meliputi:

Pioneering (pembuatan jalan produksi)

Jalan produksi adalah jalan yang digunakan oleh dump truck untuk

mengangkut bijih nikel ke tempat penimbunan bijih (stock yard) dari

front penambangan atau sebaliknya.

Berdasarkan perbedaan kondisi jalan, dikenal dua macam jalan, yaitu

jalan utama yang menghubungkan tempat penimbunan dari kaki bukit

dan cabang jalan utama yang menghubungkan kaki bukit ke front

penambangan.

Land Clearing (Pembabatan)

Pekerjaan pembabatan dilakukan setelah lokasi penambangan telah

ditentukan. Pekerjaan ini meliputi pembersihan daerah rencana

penambangan dari semak-semak dan pohon-pohon. Alat yang

digunakan adalah Bulldozer D85E-SS.

Stripping of over burden

Kegiatan ini dilakukan apabila pekerjaan pembabatan selesai. Alat

yang digunakan adalah Bulldozer D85E-SS.

Pengontrolan terhadap hasil stripping adalah dengan jalan mengadakan

pengukuran terhadap tempat-tempat yang sudah dikerjakan, sambil

memasang patok-patok kembali. Dari hasil pengukuran inilah dapat

diketahui stripping sudah selesai atau perlu dilanjutkan lagi.

Page 36: PERTAMBANGAN NIKEL

24

b. Penambangan

Sistem penambangan yang digunakan adalah open cut dengan metode

selective mining. Sistem selective mining digunakan karena sistem ini dianggap

cukup efektif dalam memenuhi target produksi bijih nikel untuk saat ini. Kegiatan

penambangan pada PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa dilakukan

oleh pihak beberapa pihak kontraktor antara lain PT. Sumber Setia Budi (SSB),

PT. Jembatan Mas dan PT. Setia Budi Guna Abadi (SBGA). Alat muat yang

digunakan adalah Backhoe Komatsu PC 200 sedangkan untuk pengangkutan dari

lokasi tambang ke stock yard menggunakan Dump Truck Nissan Diesel CWM 432

HTRA yang berkapasitas 20 ton.

3. Pengapalan

Pelabuhan yang ada di PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa

terdiri dari Pelabuhan Pomalaa dan Pelabuhan Tanjung Leppe. Pada kedua

pelabuhan tersebut kapal tidak dapat merapat ke pantai karena dangkal. Oleh

karena itu untuk mengangkut bijih nikel ke ore ship digunakan tongkang yang

ditarik oleh tug boat. Ore ship yang berlabuh berasal dari beberapa negara yaitu

Australia, Jepang dan Cina. Untuk memindahkan bijih nikel dari stock yard ke ore

ship dibutuhkan peralatan darat dan peralatan laut.

Gambar 2.11. Persiapan daerah penambangan

Page 37: PERTAMBANGAN NIKEL

25

a. Peralatan darat

Yang dimaksud dengan peralatan darat adalah segala macam alat yang

digunakan untuk kepentingan pemuatan bijih yang operasinya di darat.

Macam-macam peralatan yang dipakai berdasarkan sistem yang digunakan

adalah:

Bijih Nikel diangkut secara langsung oleh dump truck ke dalam

tongkang. Alat muat yang digunakan adalah Wheel Loader.

Bijih Nikel diangkut dengan dump truck kemudian ditumpahkan pada

feeder yang telah disiapkan pada pelabuhan. Tongkang diletakkan di

bawah feeder sehingga bijih nikel tersebut akan langsung menuju

tongkang. Alat muat yang digunakan adalah Wheel Loader.

b. Peralatan Laut

Yang dimaksud dengan peralatan laut adalah segala macam alat yang

digunakan untuk pemuatan bijih ke ore ship yang beroperasi di laut.

Macam-macam peralatan yang dipakai adalah:

Tug boat dipergunakan untuk menarik tongkang yang telah berisi bijih

nikel untuk dibawa ke ore ship. Untuk menarik sebuah tongkang

digunakan 1 tug boat.

Tongkang dipergunakan untuk membawa bijih nikel ke ore ship.

Kapasitas tongkang yang digunakan adalah 500 ton.

4. Preparasi conto

Preparasi conto adalah pekerjaan mempersiapkan conto baik dalam hal

ukuran maupun jumlah sebelum conto tersebut dikirim ke laboratorium untuk

dianalisa. Kegiatan preparasi conto meliputi conto eksplorasi, conto produksi dan

conto pengapalan. Kegiatan preparasi conto ini dikerjakan oleh pihak kontaktor

yaitu CV. Putra Mekongga.

Page 38: PERTAMBANGAN NIKEL

26

5. Analisis Kadar

Analisa kadar dilakukan dengan menggunakan X-Ray Spectrometer

Simultix 12 (Rigaku). Penentuan kadar/unsur-unsur tidak hanya dilakukan

untuk ore tetapi juga untuk metal, batu kapur dan slag.

6. Pengolahan, Peleburan dan Pemurnian

Bijih Nikel dari lokasi tambang selain diekspor ada pula yang diolah

sendiri oleh PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa menjadi

ferronikel. Saat ini, PT. Aneka Tambang, Tbk UBPN Operasi Pomalaa

memiliki 3 unit pabrik pengolahan bijih nikel. Nama 3 unit pabrik pengolahan

Gambar 2.12. Kegiatan preparasi conto

Gambar 2.13. Alat Analisa Kadar pada bijih nikel

Page 39: PERTAMBANGAN NIKEL

27

nikel tersebut adalah Feni 1, Feni 2 dan Feni 3. Bagan proses pengolahan,

peleburan dan pemurnian bijih nikel dapat dilihat pada gambar 2.14.

7. Reklamasi

Salah satu kegiatan yang sangat penting dalam industri pertambangan

adalah reklamasi pada lahan tambang. Kegiatan reklamasi pada lahan tambang ini

terdiri dari:

a. Pembuatan sistem penyaliran dan kolam pengendapan.

Hal ini berfungsi untuk mengatur aliran air dan mengurangi kekeruhan air

khususnya air hujan sebelum dialirkan ke sungai atau ke laut dan

mengantisipasi terjadinya genangan air hujan pada lubang-lubang bekas

penambangan dan jalan tambang .

b. Penghijauan daerah bekas tambang

Sistem penghijauan pada daerah bekas tambang tersebut disesuaikan

dengan lingkungan daerah bekas tambang tersebut.

Beberapa cara penghijauan yaitu:

Sistem Pot: Sistem ini digunakan pada daerah bekas tambang yang

lokasinya berbatu-batu dan sulit untuk mendapatkan tanah humus.

Sistem Teras: Sistem ini digunakan pada daerah bekas tambang yang

topografinya landai serta mudah mendapatkan tanah humus.

Page 40: PERTAMBANGAN NIKEL

28

(Sumber : Teknologi Pertambangan Indonesia, PPTM, 1994) Gambar 2.14. Proses Pengolahan, Peleburan dan Pemurnian Bijih Nikel

Bijih Nikel Batubara Antrasit Batu Kapur

Pengeringan dengan Rotary Dryer

Pengayakan Pengayakan Pengayakan

Pemecahan Pemecahan Pemecahan

Penimbangan Penimbangan Penimbangan

Pencampuran

Kalsinasi dengan Rotary Kiln

Umpan Panas

Peleburan

Desulfurisasi Deoksidasi

Pencetakan

Pemurnian

Pengerjaan Akhir

Fe-Ni

Page 41: PERTAMBANGAN NIKEL

29

BAB III

DASAR TEORI

3.1 Kegiatan Eksplorasi

Eksplorasi merupakan bagian dari kegiatan pertambangan, dimana

kegiatan dimulai dari propeksi, eksplorasi, evaluasi, penambangan, pengolahan,

ekstraksi, dan pemasaran sampai reklamasi. Namun seluruh kegiatan tersebut

selalu dilakukan, hal ini bergantung pada jenis bahan galian, pemakaian bahan

galian tersebut dan permintaan pasar.

Menurut Mc. Kinstry H.E dan Alan M. Bateman (ore deposit 1987),

eksplorasi didefinisikan sebagai kegiatan yang tujuan akhirnya adalah penemuan

geologis berupa endapan mineral yang bernilai ekonomis. Selain itu eksplorasi

dapat juga diartikan sebagai pekerjaan selanjutnya setelah ditemukannya endapan

mineral berharga, yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk mendapatkan ukuran,

bentuk, letak (posisi), kadar rata-rata, dan jumlah cadangan dari endapan tersebut

(Nurhakim, bahan kuliah teknik eksplorasi Prodi Teknik Pertambangan Fakultas

Teknk Universitas Lambung Mangkurat 2006).

Tahapan kegiatan eksplorasi biasanya dilakukan berbeda untuk setiap jenis

endapan mineralnya dan bahkan untuk endapan mineral yang sama sekalipun. Ini

dikarenakan adanya perbedaan penekanan pada tahap-tahap eksplorasi yang

dilakukan pada jenis endapan tertentu, kepentingan masing-masing serta kondisi

geologi dan endapan mineral itu sendiri.

Adapun kegiatan eksplorasi meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

A. Studi Literatur

Studi literatur merupakan suatu kegiatan untuk mencari atau mendapatkan

informasi yang berkaitan dengan penentuan daerah cebakan mineral yang

dieksplorasi.

B. Tahap Pengamatan

Page 42: PERTAMBANGAN NIKEL

30

Analisa data sekunder dan peninjauan lapangan, untuk menentukan layak atau

tidaknya dilakukan eksplorasi.

C. Penyelidikan Pendahuluan

Mempersempit daerah prospek dengan cara pemetaan geologi, geokimia, atau

geofisika udara untuk sasaran eksplorasi. Hasil yang didapat adalah endapan

yang mungkin ekonomis dan masih merupakan cadangan tereka.

D. Eksplorasi Detil

Melanjutkan penyelidikan pada sasaran-sasaran eksplorasi dan mendapatkan

cadangan yang merupakan cadangan terindikasi.

E. Eksplorasi Lanjut

Penentan secara pasti sifat-sifat yang diperlukan sebagai data persiapan

penambangan dan persiapan produksi. Hasil yang didapat adalah endapan

ekonomis dan sudah didapat cadangan terukur.

Dan metode dari eksplorasi itu sendiri terdiri dari :

1. Metode Langsung

Menghasilkan gejala geologi tersebut dapat diamati dengan mata geologist ;

metode geologist.

2. Metode Tidak Langsung

Menghasilkan suatu anomali yang dapat ditafsirkan sebagai gejala geologi

yang dilacak dengan; metode geofisika dan metode geokimia.

Page 43: PERTAMBANGAN NIKEL

31

Tidak Layak

(Partanto Prodjosumarto, pengantar teknologi mineral ITB, Bandung 1996)

Gambar 3.1 Diagram Alir Tahap-Tahap Kegiatan Pertambanga

Layak

Tidak ada Ada

Eksplorasi Stop

Analisis dan Perhitungan Cadangan

Evaluasi

Studi Kelayakan

Development

Penambangan

Pengolahan/Ekstraksi

Pemasaran

Stop

Arsip

Ekplorasi Pendahuluan Eksplo Eksplorasi Detail rasi Lanjut

Prospeksi

Page 44: PERTAMBANGAN NIKEL

32

(Sumber : Nurhakim, 2006)

Gambar 3.2 Metode Eksplorasi

Metoda Eksplorasi

Metoda Geologi

Dari ruang angkasa: Analisa Citra Satelit

Metoda Geofisika Metoda Geokimia

Survei Indera Jauh

Dari Udara : Analisa Foto Udara,

Citra Radar, dll

Survei Geologi Permukaan

Survei Geologi Tinjau (Reconnaissance)

Suvei Geologi Singkapan

Sumur Uji dan Paritan

Pemboran Eksplorasi

Survei Geologi Bawah Tanah

Survei Geofisika Udara

Survei Gravitasi

Survei Magnetik

Survei Geofisika Darat

Survei Seismik

Survei Gravitasi

Survei Magnetik

Survei Geolistrik

IP

EM

Resistivitas

SP

Loging Sumur

Penyontohan Aliran Sungai

Penyontohan Batuan

Penyontohan Tanah

Page 45: PERTAMBANGAN NIKEL

33

3.2 Pengertian Cadangan

Menurut Mc. Kelvey yang dimaksud dengan cadangan (reserves) adalah

bagian dari sumber daya terindikasi dari suatu komoditas mineral yang dapat

diperoleh secara ekonomis dan tidak bertentangan dengan hukum dan

kebijaksanaan pemerintah pada saat itu. Suatu cadangan mineral biasanya

digolongkan berdasarkan ketelitian dari eksplorasinya. Klasifikasi cadangan di

Amerika menurut US Berau Of Mine and US Geological Survey (USBM and

USGS) dan usulan Mc. Kelvey, 1973 sebagai berikut :

A. Cadangan Terukur

Cadangan terukur adalah cadangan yang kuantitasnya dihitung dari

pengukuran nyata, misalnya dari pemboran, singkapan dan paritan, sedangkan

kadarnya diperoleh dari hasil analisa conto. Jarak titik-titik pengambilan conto

dan pengukuran sangat dekat dan terperinci, sehingga model geologi endpan

mineral dapat diketahui dengan jelas. Struktur, jenis , komposisi, kadar, ketebalan,

kedudukan , dan kelanjutan endapan mineral serta batas penyebarannya dapat

ditentukan dengan tepat. Batas kesalahan perhitungan baik kuantitas maupun

kualitas tidak boleh lebih dari 20%.

B. Cadangan Terkira/Teridikasi (indicated)

Cadangan terkira adalah cadangan yang jumlah tonase dan kadarnya

sebagian diperoleh dari hasil perhitungan pemercontoan dan sebagian lagi

dihitung sebagai proyeksi untuk jarak tertentu berdasarkan keadaan geologi

setempat titik-titik pemerconto dan pengukuran jaraknya tidak perlu rapat

sehingga struktur, kadar, ketebalan, kedudukan, dan kelanjutan endapan mineral

serta batas penyebarannya belum dapat dihitung secara tepat dan baru

disimpulkan/dinyatakan berdasar indikasi. Batas kesalahan baik kuantitas maupun

kualitas 20% - 40%.

C. Cadangan Terduga/Tereka (infered)

Cadangan terduga adalah cadangan yang diperhitungkan kuantitasnya

berdasarakan pengetahuan geologi, kelanjutan endapan mineral, serta batas dari

penyebaran. Ini diperhitungkan dari beberapa titik conto, sebagian besar

perhitungannya didasarkan kepada kadar dan kelanjutan endapan mineral yang

Page 46: PERTAMBANGAN NIKEL

34

mempunyai ciri endapan sama. Toleransi penyimpangan kesalahan terhadap

perhitungan cadangan adalah 60%.

Di Indonesia mengikuti klasifikasi cadangan menurut Mc. Kelvey, karena

dianggap paling detil, mempertimbangkan keadaan geologi, ekonomi, dan

memiliki wawasan luas tentang klasifikasi cadangan. Klasifikasi cadangan yang

diusulkan Mc. Kelvey ini berdasarkan pada :

a. Kenaikan tingkat keyakinan geologi.

b. Kenaikan tingkat kelayakan ekonomi.

Kriteria keyakinan geologi didasarkan tingkat keyakinan mengenai

endapan mineral yang meliputi ukuran, bentuk, sebaran, kuantitasnya sesuai

dengan tahap eksplorasinya. Kriteria kelayakan ekonomi didasarkan pada faktor-

faktor ekonomi layak atau tidaknya berdasarkan kondisi ekonomi pada saat itu.

Tingkat kesalahan adalah penyimpangan kesalahan baik kuantitas maupun

kualitas cadangan yang masih bisa diterima sesuai dengan tahap ekplorasinya.

Selain itu juga Mc. Kelvey membagi cadangan didasarkan pada kenaikan

tingkat pelaksanaan ekonomi dan tingkat keyakinan geologi yang dapat dilihat

pada gambar 3.3

Page 47: PERTAMBANGAN NIKEL

35

Sub

Econ

omic

Sub

Mar

gina

l, Pa

ram

argi

nal

Kenaikan Tingkat Keyakinan Geologi

(Sumber : Mc. Kelvey dalam Abdul Rauf Perhitungan cadangan endapan mineral, 1998)

Gambar 3.3 Klasifikasi Cadangan dan Sumber Daya Mineral

3.3 Perhitungan Cadangan

Setelah kita melakukan ekplorasi pada tahap-tahap kegiatan penambangan

kemudian melakukan analisa dan perhitungan cadangan seperti terlihat pada

Gambar 3.1. Adapun tujuan dari perhitungan cadangan yaitu agar dapat

menentukan jumlah dan mutu kualitas yang dapat dipertanggung jawabkan untuk

dieksploitasi sesuai dengan kebutuhan. Dengan perhitungan cadangan akan dapat

mengetahui biaya produksi, membantu perencanaan, efisiensi operasi, control

kehilangan dalam penambangan, unsur produksi tambang, dan sebagainya.

Kegiatan lapangan untuk memperoleh data guna perhitungan cadangan adalah

sebagai berikut :

Total Resources

Totalitas Sumber Daya Mineral Identified

Teridikasi

Undiscovered

Tak Terindikasi

Demontrated

Terunjuk

Tereka

Hypothermal

Hypotetik

Speculatives

Spekulatif

Measured

Terukur Indicated

Terindikasi

Economic

ekonomi Reserve

Cadangan

Resources

Ken

aika

n Ti

ngka

t Kel

ayak

an E

kono

mi

Page 48: PERTAMBANGAN NIKEL

36

A. Observasi Lapangan

Merupakan gambaran praktis kondisi dan keadaan dilapangan meliputi

pengambilan data geografi dan demografi.

B. Pemetaan

Tidak mutlak dilaksanakan, untuk pengambilan topografi, bentang alam, dan

lereng awal jika peta telah tersedia maka hanya dilakukan ploting.

C. Pengambilan Conto

Dapat berupa air, tanah, endapan, singkapan sesuai dengan metodenya.

D. Pengambilan Data Geologi

Dapat dilakukan dengan studi literatur dan pengecekkan langsung dilapangan.

E. Pengolahan Data

Dilakukan di lapangan (pengecekkan mudah) atau dikirim ke kantor termasuk

pekerjaan studio, uji laboratorium dan analisa.

Untuk Estimasi cadangan tidak lepas dari metode yang akan digunakan,

adapun metode perhitungan cadangan dapat dikategorikan menjadi :

1. Metode Konvesional

a. Tertua dan paling umum digunakan.

b. Mudah diterapkan, dikomunikasikan, dan dipahami.

c. Mudah di adaptasi dengan semua edapan mineral.

d. Kelemahannya sering menghasilkan perkiraan salah, karena cendrung

menilai kadar tinggi saja.

e. Kadar suatu luasan diasumsikan konstan sehingga tidak optimal secara

matematika.

f. Untuk endapan yang terpencar dapat terjadi penafsiran yang salah.

2. Metode Non Konvensional.

a. Pengembangan teori matematik dan statistik.

b. Secara teoritis akan lebih optimal.

c. Kelemahannya rumit data terbatas tidak optimal.

Page 49: PERTAMBANGAN NIKEL

37

3.4 Metode Perhitungan Cadangan

Dalam melakukan metode perhitungan cadangan haruslah ideal dan

sederhana, cepat dalam pengerjaan dan dapat dipercaya sesuai dengan keperluan

dan kegunaan. Metode perhitungan harus dipilih secara hati-hati dan rumusan

yang dipilih harus sederhana dan mempermudah perhitungan sehingga dapat

menghasilkan tingakat ketepatan yang sama dengan metode yang komplek. Maka

tingkat kebenaran perhitungan cadangan tergantung pada ketepatan dan

kesempurnaan pengetahuan atas endapan mineral seperti asumsi-asumsi yang

digunakan untuk menginterprestasikan variabel-veriabel pada batas-batas endapan

dan pada perumusan matematika.

Pemilihan metode untuk perhitungan cadangan tergantung pada :

A. Keadaan Geologi dari Endapan Mineral

Topografi daerah penelitian berupa perbukitan bergelombang

B. Ketersediaan Data

Tidak adanya data lubang bor yang menunjukkan ketebalan endapan bijih

nikel sehingga data merupakan indikasi secara geologi saja.

C. Jenis Bahan Galian.

Bijih nikel merupakan jenis bahan galian golongan B yang mempunyai bentuk

dan geometri yang sederhana, dan memiliki assosiasi dengan mineral-mineral

lainnya.

Secara umum endapan-endapan bahan galian dapat dikategorikan atas

sederhana (simple) atau kompleks (complex) tergantung dari distribusi kadar dan

bentuk geometrinya. Kriteria untuk mengkategorikan endapan bahan galian ini

didasarkan atas pendekatan geologi. Untuk kategori kompleks dicirikan dengan

kadar pada batas endapan dan pada tubuh bijihnya sangat bervariasi serta bentuk

geometrinya yang kompleks, sedangkan untuk kategori sederhana dicirikan

dengan bentuk geometri yang sederhana dan kadar pada batas endapan maupun

pada badan bijih relatif homogen.

Page 50: PERTAMBANGAN NIKEL

38

3.4.1. Metode Penampang Tegak (Cross Section)

Prinsip dari metode ini yaitu pembuata sayatan pada badan bijih, dalam hal

ini adalah nikel. Kemudian dihitung luasan masing-masing badan bijih tersebut,

dan untuk menghitung volumenya digunakan jarak antar penampang.

Untuk perhitungan volume dapat menggunakan rumus sebagai berikut :

A. Rumus luas rata-rata

1. Volume penampang yang sejajar

V : Volume Cadangan

S1 : Luas Penampang Satu

S2 : Luas Penampang Dua

L : Jarak Antar Penampang

2. Untuk menghitung tonase digunakan rumus

T = V x BJ

Dimana : T = Tonase (ton)

V = Volume (m3)

BJ = Berat Jenis Material (ton/ m3)

Rumus Prismoida

V = (S1 + 4M + S2)

S1,S2 = Luas Penampang Ujung

M = Luas Penampang Tengah

L = Jarak Antar S1 dan S2

V = Volume Cadangan

Page 51: PERTAMBANGAN NIKEL

39

3. Rumus Kerucut Terpancung

k S1 : Luas Penampang Atas

S2 : Luas Penampang Bawah

L : Jarak Antara S1 dan S2

V : Volume Cadangan

(Abdul Rauf 1998)

Gambar 3.4. Metoda Penampang Standar 3.4.2. Metode Daerah Pengaruh

Perhitungan cadangan menggunakan metode daerah pengaruh (Area Of

Influence) merupakan salah satu metode estimasi cadangan secara konvensional,

metode ini mempunyai luas daerah pengaruh yang sama dengan luas daerah

pengaruh dari titik-titik conto terdekat. Dalam hal ini pola luasan yang dibentuk

segi empat sama sisi dengan luas 625m2. Sedangkan kadar dari masing-masing

Page 52: PERTAMBANGAN NIKEL

40

titik conto bervariasi, dan luas daerah pengaruh setiap titik dihitung dengan

membagi jarak antara dua titik conto yang berdekatan menjadi dua.

Metode ini umumnya menggunakan nilai titik conto yang berada dipusat

blok sebagai pengganti terbaik nilai rata-rata luas tertentu didalam blok tersebut

tanpa mempertimbangkan pengaruh, hubungan letak, dan ruang titk conto di

sekelilingnya. Pada metode daerah pengaruh ini semua faktor ditentukan untuk

titik tertentu pada endapan mineral, diekstensikan (perluasan) sejauh setengah

jarak dari titik-titik sekitarnya yang membentuk daera pengaruh.

Ukuran blok yang ditentukan oleh tiap-tiap titik conto dipengaruhi

langsung oleh spasi conto. Jika spasi rapat maka ukuran blok akan semakin kecil

begitu juga sebaliknya, maka ukuran blok dibatasi. Ukuran blok dapat ditantukan

secara subyektif berdasarkan pengalaman dan perhitungan cadangan sejenis yang

pernah dilakukan sebelumnya.

Dengan demikian pengaruh dari tiap-tiap titik akan membentuk suatu

poligon tertutup, dimana bagian dari endapan yang akan diestimasi cadangannya

diganti oleh beberapa prisma poligon, setiap prisma poligon atau blok

menggambarkan volume daerah pengaruh suatu titik conto,

Dengan demikian untuk mengestimasi volume daerah pengaruh tiap-tiap

poligon, dilakukan dengan cara mengkalikan luas daerah pengaruh tiap-tiap

poligon dengan tebal bijih pada daerah pengaruh tersebut (tebal pada tiap-tiap

poligon)

Volume dari masing-masing daerah pengaruh dapat diestimasi dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

V = a x t

Keterangan :

V = Volume daerah pengaruh (m3)

a = Luas daerah pengaruh (m2)

t = Tebal bijih (m)

Sedangkan untuk mengestimasi volume total dari masing-masing poligon

digunakan persamaan sebagai berikut :

Vtotal = V1 + V2 + V3 +… + Vn atau

Page 53: PERTAMBANGAN NIKEL

41

= a1 x t1 + a2 x t2 + a3 x t3 + … + an x tn

Keterangan :

V1, V2, V3, … Vn = Volume masing-masing poligon (m3)

a1, a2, a3, … an = Luas daerah pengaruh dari masing-masing poligon (m2)

t1, t2, t3, … tn = Tebal bijih dari masing-masing poligon (m)

Untuk estimasi tonase bijih total digunakan persamaan sebagai berikut :

T = T1 + T2 + T3 + … + Tn

= (V1 x γ x C1) + (V2 x γ x C2) + (V3 x γ x C3) + … (Vn x γ x Cn)

Sedangkan rata-rata diestimasi dengan menggunakan persamaan sebagai

berikut :

CAV = C1V1 + C2V2 + C3V3 + … + CnVn

V1 + V2 + V3 + … Vn

Keterangan :

T = Tonase bijih total dari cadangan (WMT)

T1, T2, T3,… ,Tn = Tonase bijih dari masing-masing poligon (WMT)

γ = Densitas Batuan (Ton/m3)

V1, V2, V3, …,Vn = Volume dari masing-masing poligon (m3)

C1, C2, C3,…. ,Cn = Kadar dari masing-masing poligon (%)

Keterangan : Berprospek Tidak Berprospek

Gambar 3.5 Metode Daerah Pengaru

Page 54: PERTAMBANGAN NIKEL

42

3.5. Penentuan Batas Cadangan

Ketidakteraturan bentuk endapan bijih dan ketidakmerataan distribusi

kadar akan menimbulkan kesulitan dalam penentuan batas-batas endapan

bijihnya. Penanganan masalah ketidakteraturan bentuk endapan dan

ketidakmerataan distribusi kadar merupakan satu rangkaian dalam penentuan

batas-batas cadangan. Terdapat dua kriteria dalam penentuan batas cadangan,

yaitu :

1. Penentuan batas cadangan didasarkan pada interprestasi geologi atas daerah

mineralisasi, sehingga batas-batas struktur maupun litologi juga merupakan

batas cadangan.

2. Batas cadangan didasarkan atas nilai kandungan bijih nikel (kadar) didalam

bijih dengan acuan nilai Cut Off Grade sebesar 1.6 %.

Page 55: PERTAMBANGAN NIKEL

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan analisa-analisa maka penentuan layak tidaknya bijih nikel

akan ditambang didasarkan pada hasil ekplorasi yang telah dilaksanakan Pada

usaha penambangan yang dikelola oleh PT. Antam (Tbk) UPBN operasi Pomalaa

ini memiliki 4 Kuasa Wilayah (KW) penambangan yang terdiri dari :

1. KW 98PP0213 = 1584,00 Ha

2. KW 98PP0214 = 2372,00 Ha

3. KW 98PP0215 = 599,40 Ha

4. KW 98PP0216 = 3759,00 Ha +

Total Kuasa Wilayah = 8314,40 Ha

Di mana lokasi tambang tengah terletak di KW 98 PP0216. Di PT. Antam

(Tbk) UBPN Operasi Pomala membutuhkan kualitas pasar yang terbagi atas 2

kualitas yaitu:

1. High Grade

a. High Grade Saprolit Ore (HGSO)

Dimana nikel yang mempunyai kualitas ekspor dengan kadar berkisar

2,0% Up atas permintaan dari Negara Jepang, Eropa, Thailland, dan

Korea Selatan.

b. High Grade Pabrik

Kualitas ini untuk memenuhi kebutuhan akan pabrik FeNi 1 dan 2 yang

dikelola PT. Antam (Tbk) sendiri yang akan menghasilkan Ferro-nikel

sebagai bahan setengah jadi untuk dapat diproses selanjutnya

2. Low Grade Saprolit Ore (LGSO)

Kualitas nikel untuk LGSO ini memiliki kualitas yang kadar Ni rendah, yaitu

antara 1,60% sampai 2,0% dengan kadar besi (Fe) > 5% dan Bassisity > 50%.

Kualitas LGSO ini merupakan permintaan akan negara Australia dimana

selain nikel, mereka juga akan mengolah besi (Fe) sebagai mineral asosiasi.

Page 56: PERTAMBANGAN NIKEL

44

4.1. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Penampang Tegak

Perhitungan cadangan dengan metode penampang tegak menggunakan

metode standar, yakni mengikuti pedoman perubahan bertahap (rule of gradual

changes), dengan menghubungkan titik-titik pengamatan terluar.

Pada metode standar ini dengan prosedur :

a. Penentuan luas semua seksi.

b. Penentuan faktor rata-rata.

c. Perhitungan volume.

d. Perhitungan cadngan, satuan berat raw material / berat metal.

Tabel 4.1. Prosedur Perhitungan Metoda Penampang Standar

(Sumber : Abdul Rauf 1998)

Perhitungan cadangan dengan metoda penampang tegak ini dilakukan dengan

beberapa tahap :

1. Membuat sayatan pada badan bijh.

2. Mengitung luasan masing-masing sayatan dengan menggunakan rumus

1/3 simpson, dengan membagi beberapa segmen yang berjumlah genap

pada masing-masing sayatan.

Blok Seksi Luas Jarak Antar Seksi

Volume Tonage Faktor

Cadangan Raw

Material Kadar

Cadangan Mineral/

Metal

1 A-A' B-B' S1 S2 L1 F Q1=V1.F c1 P1=Q1.c1

2 B-B' C-C' S2 S3 L2 F Q2=V2.F c2 P2=Q2.c2

. . . . . . . . .

. . . . . . . . .

n Y-Y' Z-Z' Sn Sn Ln F Qn=Vn.F cn Pn=Qn.cn

Page 57: PERTAMBANGAN NIKEL

45

3. Menghitung volume antar sayatan yang stu dengan yang lain berdasarkan

blok-blok.

4. Menghitung cadangan dengan mengalikan jumlah volume total dengan

berat jenis material.

Maka dengan menggunakan rums pada tabel diatas di dapat hasil

perhitungan volume sebesar 343.727 m3 dan cadangan raw material sebesar

659.955,8515 WMT sebagaimana terlampir (lampiran D).

Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Cadangan Nikel Menggunakan Metode Penampang Tegak

BLOK SEKSI LUAS

PENAMPANG (m2)

JARAK ANTAR PENAMPANG

(m)

VOLUME (m3)

DENSITY (ton/m3)

TONASE (WMT)

1 A‐A' 672,34

100 32958.34 1,92 63280.0128 B‐B' 645,74

2 B‐B' 645,74

100 48376.04 1,92 92881.9968 C‐C' 954,606

3 C‐C' 954,606

100 75759.11 1,92 145457.4835D‐D' 1.496,09

4 D‐D' 1.496,09

100 48930.59 1,92 93946.7328 E‐E' 948,69

5 E‐E' 948,69

100 21498.69 1,92 41277.4848 F‐F' 411

6 F‐F' 411

100 19111 1,92 36693.12 G‐G' 374

7 G‐G' 374

100 19224 1,92 36910.08 H‐H' 377

8 H‐H' 377

100 16847 1,92 32346.24 I‐I' 329,4

9 I‐I' 329,4

50 5433.9 1,92 10433.088 J‐J' 204,18

10 J‐J' 204,18

50 21529.18 1,92 41336.0256 K‐K' 853

11 K‐K' 853

50 7742 1,92 14864.64 L‐L' 275,56

12 L‐L' 275,56

50 18975.56 1,92 36433.0752 M‐M' 748

13 M‐M' 748

100 7341.6 1,92 14095.872 N‐N' 131,872

TOTAL 343727 659955.8515

Page 58: PERTAMBANGAN NIKEL

46

4.2. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Daerah Pengaruh

Estimasi cadangan dengan menggunakan daerah pengaruh, (Area of

Influence) perhitungan-perhitungan berdasarkan kedalaman lubang bor, ketebalan,

jarak pengaruh, dan analisis kadar Ni dibuat dalam satu tabel teratur dan

terangkum.

Estimasi cadangan dengan menggunakan metode ini dilakukan dengan

membuat blok-blok daerah pengaruh berdasarkan aturan metode poligon,

sehingga akan didapat estimasi luas dari masing-masing segi banyak hasil

penggambaran secara manual.

Adapun langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut:

a. Memasukkan data no blok, luas, ketebalan tanah penutup, dan ketebalan bijih

nikel ke dalam lajur tabel yang telah dibuat..

b. Kemudian untuk mendapatkan volume dari masing-masing poligon, dilakukan

dengan jalan mengkalikan luas dari tiap-tiap poligon dengan tebal bijih dari

masing-masing poligon tersebut.

V = a × t

Keterangan : V : volume daerah pengaruh (m3)

a : luas daerah pengaruh (m2)

t : tebal endapan nikel (m)

c. Tonase bijih nikel didapatkan dari hasil perkalian antara volume poligon

dengan densitas batuan yang mempunyai kadar Ni.

T = V × BJ

Keterangan : T : tonase (WMT)

V : volume (m3)

BJ: densitas batuan (ton/m3)

d. Total tonase bijih nikel diperoleh dengan menjumlahkan seluruh tonase bijih

nikel dari tiap-tiap blok/poligon.

Page 59: PERTAMBANGAN NIKEL

47

Maka dengan langkah perhitungan diatas didapat hasil perhitungan volume

sebesar 386.875 m3, dan jumlah tonase sebesar 742.800 WMT (lampiran E)

Tabel 4.3. Hasil perhitungan cadangan nikel menggunakan metode daerah pengaruh

TB LUAS (m2)

KETEBALAN (m)

DENSITAS (ton/m3)

VOLUME (m3)

TONASE (WMT)

651A 625 10 1.92 6250 12000 650A 625 12 1.92 7500 14400 649A 625 12 1.92 7500 14400 648B 625 5 1.92 3125 6000 641A 625 10 1.92 6250 12000 641B 625 15 1.92 9375 18000 642A 625 7 1.92 4375 8400 643A 625 7 1.92 4375 8400 645A 625 10 1.92 6250 12000 645B 625 7 1.92 4375 8400 619A 625 11 1.92 6875 13200 617A 625 9 1.92 5625 10800 617B 625 9 1.92 5625 10800 615A 625 10 1.92 6250 12000 612A 625 5 1.92 3125 6000 592A 625 18 1.92 11250 21600 592B 625 9 1.92 5625 10800 593A 625 8 1.92 5000 9600 594A 625 14 1.92 8750 16800 596A 625 18 1.92 11250 21600 596B 625 7 1.92 4375 8400 597A 625 8 1.92 5000 9600 598B 625 6 1.92 3750 7200 574A 625 13 1.92 8125 15600 573A 625 9 1.92 5625 10800 572A 625 9 1.92 5625 10800 571A 625 16 1.92 10000 19200 570A 625 14 1.92 8750 16800 569A 625 11 1.92 6875 13200 546B 625 10 1.92 6250 12000 547A 625 14 1.92 8750 16800 548A 625 9 1.92 5625 10800 549A 625 6 1.92 3750 7200

Page 60: PERTAMBANGAN NIKEL

48

529A 625 8 1.92 5000 9600 528B 625 13 1.92 8125 15600 528A 625 9 1.92 5625 10800 527A 625 10 1.92 6250 12000 505A 625 6 1.92 3750 7200 506A 625 14 1.92 8750 16800 507A 625 11 1.92 6875 13200 508A 625 14 1.92 8750 16800 494C 625 12 1.92 7500 14400 493A 625 16 1.92 10000 19200 492A 625 10 1.92 6250 12000 473F 625 10 1.92 6250 12000 473E 625 16 1.92 10000 19200 473A 625 20 1.92 12500 24000 473B 625 17 1.92 10625 20400 473D 625 7 1.92 4375 8400 475A 625 10 1.92 6250 12000 471F 625 7 1.92 4375 8400 470D 625 6 1.92 3750 7200 472B 625 18 1.92 11250 21600 471A 625 11 1.92 6875 13200 470A 625 12 1.92 7500 14400 469A 625 9 1.92 5625 10800 449 625 7 1.92 4375 8400 450A 625 8 1.92 5000 9600 TOTAL 386875 742800

Page 61: PERTAMBANGAN NIKEL

49

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Perhitungan Cadangan

5.1.1. Metode Penampang Tegak

Untuk perhitungan dengan menggunakan metode penampang tegak,

digunakan rumus 1/3 simpson untuk menghitug luasan dari masing-masing

sayatan, kemudian digunakan rumus rata-rata (mean area formula) untuk

menghitung volume.

Penggunaan rumus rata-rata dianggap paling sederhana serta cocok untuk

menghitung volume cadangan yang terletak diantara dua penampang dengan luas

penampang 1 (S2) dan luas penampang 2 (S2) serta jarak antar penampang (L).

Pembuatan sayatan sendiri dilakukan dengan menggunakan program

Autocad 2005 dan Quicksurf 2005. pada perhitungan cadangan ini dibuat 14

sayatan sesuai dengan pola pemboran dengan jarak antar sayatan 100 m dan 50

m. Sayatn-sayatan tersebut dibagi dalam 13 blok daerah penambangan. Cadangan

dihitung tiap-tiap blok (tabel 4.2).

Hasil perhitungan cadangan nikel dengan metode penampang tegak

diperoleh jumlah cadangan sebesar 659.955,8515 WMT.

5.1.2. Metode Daerah Pengaruh

Untuk perhitungan cadangan menggunakan daerah pengaruh, dibuat

luasan membentuk segi empat sama sisi dengan luasan 25 × 25. Kemudian

dihitung volume dengan mengalikan ketebalan dengan luasan tiap daerah

pengaruh. Bentuk luasan daerah pengaruh dibuat dengan menggunakan surfer 8,

dan lubang bor sendiri berjumlah 58 titik bor.

Hasil perhitungan cadangan dengan metode daerah pengaruh yakni

742.800 WMT.

Page 62: PERTAMBANGAN NIKEL

50

5.2. Kesalahan Perhitungan

Hasil perhitunga yang didapat dari kedua metode ini memiliki selisih

perbedaan besar cadangan. Jumlah cadangan nikel yang didapat mempunyai

jumlah selisih sebesar 82.844,15 WMT. Dari perhitungan kedua metode tersebut

didapatkan persen kesalahan sebesar 13 %. nilai ini didapat dengan rumus

dibawah ini :

= 13%.

Persen kesalahan tersebut menunjukan bahwa kesalahan perhitungan

cadangan yang dilakukan relatif rendah. ini didasarkan pada klasifikasi cadangan

menurut Mc. Kelvey dengan toleransi tingkat kesalahan perhitungan untuk

cadangan terukur yaitu 20%.

Terdapatnya perbedaan jumlah dari perhitungan cadangan dengan dua

metode tersebut dari kedua bentuk metode menunjukan perbedaan perhitungan.

Faktor kesalahan lainnya adalah tingkat ketelitian dari program Autocad,

Quicksurf dan Surfer dalam menentukan luas daerahnya.

Page 63: PERTAMBANGAN NIKEL

51

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan-perhitungan yang dilakukan maka dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut

a. Besarnya cadangan nikel dihitung dengan merode penampang tegak

sebesar 659.955,8515 WMT, dan untuk metode daerah pengaruh

sebesar 742.800 WMT.

b. Persen kesalahan perhitungan cadangan adalah sebesar 13%.

6.2. Saran

Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil perhitungan cadangan

nikel menggunakan metode penampang tegak dan metode daerah pengaruh yaitu :

a. Kedua metode tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihannya yaitu : sederhana, murah dan dapat diterapkan secara umum,

sedangkan kekurangan dari kedua metode tersebut adalah dalam

menghitung luasan menggunakan Autocad, quicksurf dan surfer

diperlukan ketelitian dalam penggambaran.

b. Perbedaan hasil perhitungan diharapkan dapat saling melengkapi.

c. Dalam kegiatan lebih lanjut (penambangan) sebaiknya menggunakan

perkiraan jumlah cadangan dengan jumlah nilai cadangan yang kecil.

Page 64: PERTAMBANGAN NIKEL

52

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdul Rauf,” Perhitungan Cadangan Endapan Mineral”, Modul Kuliah, Jurusan Teknik Pertambangan, UPN ‘Veteran’ Yogyakarta, 1998

2. Abraham Beda,” Rancangan Teknis Sistem Penyaliran di Bukit TBL Tambang Tengah PT. ANTAM UBPN Pomalaa, Tugas Akhir, Program Studi Teknik Pertambangan, STTNAS Yogyakarta, 2008

3. Agus Haris, Metode Perhitungan Cadangan, Modul Responsi, Dep Teknik Pertambangan, ITB, Bandung, 2005

4. Hasanudin dkk, “Arsip PT. ANTAM Tbk UBPN POMALAA, 1992

5. J.E. Gill, R.A. Blais, V.A. Haw.” Ore Reserve Estimation and Grade Control”, The Canadian Institute Of Mining and Metalurgy, 1968

6. Nurhakim,” Teknik Eksplorasi”, Bahan Kuliah, Prodi Teknik Pertambangan, UNLAM, Banjarbaru, 2006

7. Partanto Prodjosumarto,” Pengantar Teknologi Mineral”, Diktat Kuliah, ITB, Bandung, 1996

8. -----, Kajian Nikel,” Dep Energi dan Sumber Daya Mineral, 1985

9. -----, Teknologi Pertambangan Indonesia, PPTM, Bandung, 1994

Page 65: PERTAMBANGAN NIKEL

LMPIRAN A

DATA CURAH HUJAN DAN HARI HUJAN

Tabel A.1 Tabel data cura hujan dan hari hujan

Bulan

T A HU N2002 2003 2004 2005 2006 2007

C. H Hari C. H Hari C. H Hari C. H Hari C.H

Hari C. Hujan

Hari (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)

Januari 33.41 13 6.55 4 9.2 9 40.6 14 22.4 10 23.6 10Februari 5.46 8 0 0 24.2 18 7.6 4 9,32 7.5 172.3 13Maret 23.62 12 10.65 7 40.5 8 34.7 10 27.37 9.25 323.25 16April 40.2 14 18.41 19 27.9 14 15.5 7 25.5 13.5 251.05 18Mei 37.68 7 27.74 15 14.8 5 19.7 7 24.98 8.5 404.65 23Juni 9.24 7 11.91 12 0 0 24.3 3 11.36 5.5 144.8 16Juli 0.71 1 15.54 11 0.97 1 13.5 4 7.68 1.5 264.05 24Agustus 0 0 7.67 8 0 0 1.6 1 2.32 2.25 63 9September 16.21 1 2.96 2 0 0 0 0 4.79 5.75 35.95 5

Oktober 1.64 1 16.76 7 0.8 2 44.5 13 15.93 7 116.8 5November 10.81 4 25.5 10 2.5 8 10.6 6 12.35 7 78.3 9Desember 42.74 9 30.3 20 56.17 13 32.6 10 40.45 13 97.55 19

221.72 77 173.99 115 177.04 78 245.2 79 172.73 90.75 1975.3 167

Page 66: PERTAMBANGAN NIKEL

LAMPIRAN B

DATA ANALISA TITIK BOR DAN KADAR

Tabel B.1 Data analisa titik bor dan kadar

TITIK BOR

KOORDINAT

TEBAL

NILAI KADAR (%) RATA‐RATA KETEBALAN

(m)

KADAR RATA‐

RATA Ni (%)

EASCO NORCO ELEVASI Ni CO Fe SiO2 CaO MgO

651A 2087,5 ‐1625 228,15 1 2,00 0,04 15,78 40,58 1,87 40,58 10 1,31 2087,5 ‐1625 228,15 2 2,08 0,04 15,36 39,58 1,74 16,48 2087,5 ‐1625 228,15 3 1,45 0,03 12,08 44,65 2,13 19,65 2087,5 ‐1625 228,15 4 1,72 0,03 13,95 46,04 1,82 18,29 2087,5 ‐1625 228,15 5 0,56 0,02 7,76 43,41 1,37 26,51 2087,5 ‐1625 228,15 6 1,47 0,03 13,39 47,12 1,80 18,78 2087,5 ‐1625 228,15 7 1,12 0,03 11,61 46,71 1,82 20,20 2087,5 ‐1625 228,15 8 0,89 0,02 8,89 42,32 1,78 26,52 2087,5 ‐1625 228,15 9 0,84 0,03 10,71 45,46 1,47 23,31 2087,5 ‐1625 228,15 10 0,67 0,06 21,58 37,89 0,82 9,10

650A 2112,5 ‐1625 220,05 1 0,71 0,05 21,29 41,90 0,89 9,06 12 0,75 2112,5 ‐1625 220,05 2 0,60 0,06 18,79 48,25 0,78 8,23 2112,5 ‐1625 220,05 3 0,79 0,07 20,92 43,47 0,82 9,27 2112,5 ‐1625 220,05 4 0,98 0,08 26,51 35,22 0,86 9,35 2112,5 ‐1625 220,05 5 0,92 0,08 24,99 35,37 0,98 10,00 2112,5 ‐1625 220,05 6 0,88 0,05 15,63 52,15 0,88 10,10 2112,5 ‐1625 220,05 7 0,73 0,05 18,16 45,27 0,86 9,82

Page 67: PERTAMBANGAN NIKEL

2112,5 ‐1625 220,05 8 0,57 0,05 16,48 51,83 0,77 7,64 2112,5 ‐1625 220,05 9 0,48 0,06 22,12 37,74 0,87 11,18 2112,5 ‐1625 220,05 10 1,33 0,03 11,51 43,39 1,79 19,64 2112,5 ‐1625 220,05 11 0,55 0,04 15,00 51,14 0,82 9,80 2112,5 ‐1625 220,05 12 0,69 0,04 15,16 52,61 0,82 9,80

649A 2137,5 ‐1625 210,39 1 0,82 0,07 31,10 24,73 0,86 7,62 12 0,99 2137,5 ‐1625 210,39 2 0,84 0,07 31,71 24,86 0,86 8,70 2137,5 ‐1625 210,39 3 0,83 0,07 32,51 24,13 0,80 9,41 2137,5 ‐1625 210,39 4 0,90 1,10 37,17 15,87 0,74 6,63 2137,5 ‐1625 210,39 5 1,12 0,08 29,85 22,82 1,23 9,91 2137,5 ‐1625 210,39 6 1,45 0,02 8,52 40,94 1,30 25,98 2137,5 ‐1625 210,39 7 1,08 0,04 13,89 38,62 0,69 29,20 2137,5 ‐1625 210,39 8 1,06 0,04 15,06 41,78 1,69 18,27 2137,5 ‐1625 210,39 9 0,94 0,04 14,86 49,09 1,56 4,60 2137,5 ‐1625 210,39 10 0,11 0,02 5,65 68,53 1,11 17,34 2137,5 ‐1625 210,39 11 1,00 0,03 12,60 52,85 1,40 15,11 2137,5 ‐1625 210,39 12 1,77 0,08 29,91 24,64 1,07 10,06

648B 2187.5 ‐1625 209.18 1 1,24 0,10 21,64 42,98 0,99 11,44 5 1,12 2187.5 ‐1625 209.18 2 1,15 0,03 9,50 42,29 1,41 28,71 2187.5 ‐1625 209.18 3 1,13 0,03 10,19 39,46 1,25 28,92 2187.5 ‐1625 209.18 4 1,36 0,03 9,12 42,15 1,43 19,76 2187.5 ‐1625 209.18 5 0,75 0,03 5,96 39,99 1,40 21,68

641A 2087.5 ‐1600 230.15 1 0,77 0,06 16,64 49,34 0,78 8,95 10 1,34 2087.5 ‐1600 230.15 2 1,79 0,06 17,70 38,39 1,08 14,55 2087.5 ‐1600 230.15 3 1,95 0,04 15,67 43,16 1,34 16,00

Page 68: PERTAMBANGAN NIKEL

2087.5 ‐1600 230.15 4 1,89 0,03 12,61 47,43 1,21 18,59 2087.5 ‐1600 230.15 5 1,76 0,03 9,31 48,54 1,16 22,22 2087.5 ‐1600 230.15 6 1,69 0,03 9,91 49,27 1,19 21,55 2087.5 ‐1600 230.15 7 1,26 0,02 8,86 47,26 1,58 23,68 2087.5 ‐1600 230.15 8 0,86 0,03 9,87 45,78 1,22 25,66 2087.5 ‐1600 230.15 9 0,84 0,02 9,37 50,49 1,47 23,27 2087.5 ‐1600 230.15 10 0,61 0,02 6,39 44,29 1,44 33,09

641B 2112.5 ‐1600 220.48 1 0,60 0,05 17,71 52,11 0,73 8,46 15 1,50 2112.5 ‐1600 220.48 2 0,75 0,06 19,99 44,30 0,72 9,06 2112.5 ‐1600 220.48 3 0,83 0,06 19,82 39,98 0,74 10,52 2112.5 ‐1600 220.48 4 1,17 0,07 23,97 34,26 0,79 9,50 2112.5 ‐1600 220.48 5 0,97 0,06 22,69 38,65 0,74 8,36 2112.5 ‐1600 220.48 6 0,96 0,05 19,01 44,17 0,78 10,32 2112.5 ‐1600 220.48 7 0,66 0,04 13,60 56,81 0,73 9,24 2112.5 ‐1600 220.48 8 2,84 0,04 76,29 39,43 1,17 15,45 2112.5 ‐1600 220.48 9 2,29 0,02 7,31 51,88 1,05 22,65 2112.5 ‐1600 220.48 10 2,32 0,03 12,55 53,51 0,97 16,51 2112.5 ‐1600 220.48 11 2,62 0,02 8,73 54,10 0,87 20,20 2112.5 ‐1600 220.48 12 2,00 0,03 10,27 55,91 0,86 25,35 2112.5 ‐1600 220.48 13 1,76 0,03 10,14 62,00 0,84 24,96 2112.5 ‐1600 220.48 14 1,42 0,02 6,40 62,10 0,89 26,27 2112.5 ‐1600 220.48 15 1,43 0,02 6,23 56,13 0,88 25,52

642 A 2137.5 ‐1600 211.68 1 0,90 0,06 16,64 49,34 0,78 8,95 7 0,82 2137.5 ‐1600 211.68 2 0,86 0,06 17,70 38,39 1,08 14,55 2137.5 ‐1600 211.68 3 0,39 0,04 15,67 43,16 1,34 16,00

Page 69: PERTAMBANGAN NIKEL

2137.5 ‐1600 211.68 4 0,78 0,03 12,61 47,43 1,21 18,59 2137.5 ‐1600 211.68 5 1,29 0,03 9,31 48,54 1,16 22,22 2137.5 ‐1600 211.68 6 1,22 0,03 9,91 49,27 1,19 21,55 2137.5 ‐1600 211.68 7 0,36 0,02 8,86 47,26 1,58 23,68

643A 2162.5 ‐1600 222.33 1 0,57 0,05 18,35 17,29 1,00 7,17 7 1,16 2162.5 ‐1600 222.33 2 1,41 0,03 10,11 43,54 1,49 23,16 2162.5 ‐1600 222.33 3 1,18 0,07 25,65 30,67 1,19 11,85 2162.5 ‐1600 222.33 4 1,24 0,02 80,52 40,52 0,87 29,57 2162.5 ‐1600 222.33 5 1,14 0,03 11,13 43,10 1,16 27,55 2162.5 ‐1600 222.33 6 1,42 0,03 9,33 44,24 0,78 30,98 2162.5 ‐1600 222.33 7 0,56 0,02 5,97 43,28 0,73 36,82

645A 2187.5 ‐1600 219.37 1 1,30 0,06 30,64 27,94 1,03 11,75 10 1,00 2187.5 ‐1600 219.37 2 1,38 0,10 25,41 35,49 0,98 11,29 2187.5 ‐1600 219.37 3 1,23 0,06 17,40 41,86 1,98 16,60 2187.5 ‐1600 219.37 4 1,12 0,03 9,75 51,03 1,90 20,64 2187.5 ‐1600 219.37 5 1,31 0,03 12,04 53,53 1,34 19,83 2187.5 ‐1600 219.37 6 1,28 0,03 11,21 50,30 1,47 21,90 2187.5 ‐1600 219.37 7 0,75 0,03 5,63 45,22 1,21 31,68 2187.5 ‐1600 219.37 8 0,44 0,02 3,82 43,14 0,99 33,51 2187.5 ‐1600 219.37 9 0,50 0,03 8,28 41,07 1,01 28,13 2187.5 ‐1600 219.37 10 0,76 0,03 7,75 43,44 1,01 29,08

645B 2112.5 ‐1600 218.21 1 2,36 0,07 15,09 40,66 0,97 18,48 7 2,03 2112.5 ‐1600 218.21 2 2,80 0,04 11,75 41,93 1,01 21,24 2112.5 ‐1600 218.21 3 2,46 0,07 25,86 29,18 0,92 14,46 2112.5 ‐1600 218.21 4 2,65 0,08 23,71 30,98 1,02 15,45

Page 70: PERTAMBANGAN NIKEL

2112.5 ‐1600 218.21 5 2,11 0,03 7,24 43,04 0,94 28,14 2112.5 ‐1600 218.21 6 1,28 0,03 4,99 42,27 1,16 30,68 2112.5 ‐1600 218.21 7 0,58 0,03 6,02 40,75 1,15 31,19

619A 2087.5 ‐1575 225.35 1 0,85 0,13 16,34 50,58 0,79 8,44 2087.5 ‐1575 225.35 2 0,63 0,06 16,90 54,31 0,73 6,28 2087.5 ‐1575 225.35 3 1,31 0,07 23,11 37,49 0,77 6,59 2087.5 ‐1575 225.35 4 1,44 0,06 15,05 53,86 0,83 7,75 2087.5 ‐1575 225.35 5 1,74 0,05 10,69 62,90 0,66 4,86 2087.5 ‐1575 225.35 6 2,02 0,06 17,17 55,48 0,77 5,86 2087.5 ‐1575 225.35 7 1,90 0,09 11,60 46,13 1,20 25,88 2087.5 ‐1575 225.35 8 2,18 0,04 8,22 57,14 1,01 18,67 2087.5 ‐1575 225.35 9 1,52 0,03 10,90 52,61 0,92 18,13 2087.5 ‐1575 225.35 10 1,07 0,03 6,62 57,89 0,87 18,05 2087.5 ‐1575 225.35 11 1,34 0,04 18,58 32,98 1,19 18,45

617A 2137.5 ‐1575 216.26 1 1,52 0,06 22,72 36,38 0,94 11,88 9 0,87 2137.5 ‐1575 216.26 2 0,94 0,05 16,58 49,01 0,99 15,08 2137.5 ‐1575 216.26 3 1,19 0,03 9,49 49,70 1,33 20,64 2137.5 ‐1575 216.26 4 0,75 0,03 9,30 59,88 1,21 15,59 2137.5 ‐1575 216.26 5 0,65 0,03 9,21 54,20 0,98 21,54 2137.5 ‐1575 216.26 6 1,09 0,04 12,44 41,73 2,59 21,26 2137.5 ‐1575 216.26 7 0,49 0,03 8,86 57,72 1,11 17,56 2137.5 ‐1575 216.26 8 0,52 0,03 9,78 59,62 1,03 17,74 2137.5 ‐1575 216.26 9 0,72 0,03 10,20 52,21 1,02 22,16

617B 2162.5 ‐1575 219.94 1 1,16 0,07 26,16 31,42 1,38 12,58 9 1,32 2162.5 ‐1575 219.94 2 1,60 0,04 14,24 40,33 2,09 22,73

Page 71: PERTAMBANGAN NIKEL

2162.5 ‐1575 219.94 3 1,14 0,06 21,68 28,88 0,74 19,19

2162.5 ‐1575 219.94 4 1,43 0,03 10,96 47,52 1,66 24,39 2162.5 ‐1575 219.94 5 1,31 0,02 8,19 48,54 1,71 25,53 2162.5 ‐1575 219.94 6 1,65 0,03 10,31 46,31 1,16 25,20 2162.5 ‐1575 219.94 7 1,81 0,02 8,22 44,56 1,18 28,32 2162.5 ‐1575 219.94 8 1,23 0,03 9.88 44.3 1.5 27.2 2162.5 ‐1575 219.94 9 0.63 0.02 5.81 44.8 2.2 32.3

615A 2187.5 ‐1575 224.31 1 1,47 0,07 26,94 34,40 0,97 13,79 10 1,37 2187.5 ‐1575 224.31 2 1,46 0,07 24,51 37,01 0,96 13,79 2187.5 ‐1575 224.31 3 1,55 0,04 18,82 44,68 0,96 19,37 2187.5 ‐1575 224.31 4 1,36 0,02 8,61 51,37 1,27 25,90 2187.5 ‐1575 224.31 5 1,78 0,02 8,14 51,63 1,34 25,50 2187.5 ‐1575 224.31 6 1,75 0,02 4,93 55,40 1,30 25,59 2187.5 ‐1575 224.31 7 1,15 0,03 12,30 51,00 1,34 23,76 2187.5 ‐1575 224.31 8 1,15 0,03 12,29 53,85 1,27 22,02 2187.5 ‐1575 224.31 9 1,11 0,02 10,70 53,98 1,40 23,36 2187.5 ‐1575 224.31 10 1,01 0,03 10,90 53,72 1,63 20,82

612A 2162.5 ‐1575 200.04 1 2,11 0,03 12,52 45,31 1,59 19,60 5 1,46 2162.5 ‐1575 200.04 2 0,87 0,02 5,46 47,70 1,74 28,33 2162.5 ‐1575 200.04 3 1,59 0,03 9,89 46,90 1,76 21,74 2162.5 ‐1575 200.04 4 1,53 0,03 10,55 45,56 1,69 22,20 2162.5 ‐1575 200.04 5 1,23 0,03 10,59 45,74 1,51 21,57

592A 2087.5 ‐1550 217.82 1 0,93 0,06 24,51 23,93 1,41 10,30 18 1,65 2087.5 ‐1550 217.82 2 0,68 0,06 19,26 30,51 1,08 8,78 2087.5 ‐1550 217.82 3 1,32 0,06 22,54 24,25 1,68 13,53

Page 72: PERTAMBANGAN NIKEL

2087.5 ‐1550 217.82 4 1,82 0,04 14,04 26,94 1,94 16,76 2087.5 ‐1550 217.82 5 2,48 0,07 23,51 19,44 1,37 13,14 2087.5 ‐1550 217.82 6 2,26 0,02 8,84 29,59 1,79 20,54 2087.5 ‐1550 217.82 7 2,66 0,02 6,23 28,89 1,85 20,39 2087.5 ‐1550 217.82 8 1,61 0,02 7,86 31,18 2,21 17,85 2087.5 ‐1550 217.82 9 1,95 0,02 9,21 26,28 2,23 17,89 2087.5 ‐1550 217.82 10 1,77 0,02 8,37 28,96 2,13 19,66 2087.5 ‐1550 217.82 11 1,12 0,02 7,40 32,57 2,09 15,72 2087.5 ‐1550 217.82 12 1,50 0,02 8,74 30,59 1,88 15,13 2087.5 ‐1550 217.82 13 1,38 0,02 6,98 33,48 1,91 15,39 2087.5 ‐1550 217.82 14 1,31 0,03 9,90 30,24 2,03 14,09 2087.5 ‐1550 217.82 15 1,30 0,02 9,71 27,13 2,10 16,65 2087.5 ‐1550 217.82 16 1,38 0,03 11,67 25,92 2,37 15,86 2087.5 ‐1550 217.82 17 2,06 0,03 10,43 24,39 1,55 17,34 2087.5 ‐1550 217.82 18 2,25 0,02 6,83 26,47 1,41 19,86

592B 2112.5 ‐1550 215.99 1 0,45 0,13 16,34 50,58 0,79 8,44 9 0,95 2112.5 ‐1550 215.99 2 1,06 0,06 16,90 54,31 0,73 6,28

2112.5 ‐1550 215.99 3 1,12 0,07 23,11 37,49 0,77 6,59 2112.5 ‐1550 215.99 4 0,88 0,06 15,05 53,86 0,83 7,75 2112.5 ‐1550 215.99 5 0,99 0,05 10,69 62,90 0,66 4,86 2112.5 ‐1550 215.99 6 1,02 0,06 17,17 55,48 0,77 5,86 2112.5 ‐1550 215.99 7 0,63 0,09 11,60 46,13 1,20 25,88 2112.5 ‐1550 215.99 8 0,85 0,04 8,22 57,14 1,01 18,67 2112.5 ‐1550 215.99 9 1,52 0,03 10,90 52,61 0,92 18,13

593 A 2137.5 ‐1550 217.73 1 0,91 0,10 21,82 42,09 0,70 5,19 8 0,95

Page 73: PERTAMBANGAN NIKEL

2137.5 ‐1550 217.73 2 1,01 0,10 13,33 54,75 0,81 15,40 2137.5 ‐1550 217.73 3 1,22 0,03 10,16 50,36 0,97 23,36 2137.5 ‐1550 217.73 4 1,27 0,03 10,62 51,23 1,08 19,51 2137.5 ‐1550 217.73 5 0,91 0,02 7,86 56,83 1,10 19,53 2137.5 ‐1550 217.73 6 1,25 0,03 13,55 49,05 0,97 17,86 2137.5 ‐1550 217.73 7 0,57 0,03 7,23 69,98 1,00 14,44 2137.5 ‐1550 217.73 8 0,51 0,03 11,50 52,98 1,25 20,90

594A 2162.5 ‐1550 225.46 1 0,63 0,04 17,03 54,48 0,85 9,38 14 1,67 2162.5 ‐1550 225.46 2 0,75 0,05 19,04 49,28 0,80 8,75 2162.5 ‐1550 225.46 3 0,73 0,05 13,66 57,84 0,77 9,29 2162.5 ‐1550 225.46 4 0,61 0,03 8,23 71,62 0,93 10,34 2162.5 ‐1550 225.46 5 0,86 0,04 14,75 .54,47 0,89 10,19 2162.5 ‐1550 225.46 6 2,60 0,03 8,71 58,49 1,10 15,20 2162.5 ‐1550 225.46 7 2,52 0,03 10,59 49,59 1,19 17,84 2162.5 ‐1550 225.46 8 2,50 0,05 19,90 37,94 1,02 16,87 2162.5 ‐1550 225.46 9 2,55 0,03 10,37 46,98 0,91 22,52 2162.5 ‐1550 225.46 10 2,43 0,03 10,83 49,38 1,31 21,48 2162.5 ‐1550 225.46 11 2,07 0,03 11,15 48,20 1,43 21,37 2162.5 ‐1550 225.46 12 1,77 0,04 15,82 48,95 1,19 15,76 2162.5 ‐1550 225.46 13 1,88 0,04 18,01 42,84 1,10 16,63 2162.5 ‐1550 225.46 14 1,52 0,05 21,65 38,63 1,12 14,31

596A 2187.5 ‐1550 226,20 1 1,31 0,09 27,51 33,74 0,80 11,19 18 2,08 2187.5 ‐1550 226,20 2 1,60 0,06 26,88 31,92 0,81 11,49 2187.5 ‐1550 226,20 3 1,64 0,09 29,05 30,51 0,77 11,95 2187.5 ‐1550 226,20 4 2,26 0,13 35,31 19,97 0,77 11,63

Page 74: PERTAMBANGAN NIKEL

2187.5 ‐1550 226,20 5 2,26 0,06 13,86 55,41 0,81 14,75 2187.5 ‐1550 226,20 6 2,30 0,04 17,52 43,28 0,84 16,80 2187.5 ‐1550 226,20 7 2,63 0,04 10,26 45,59 1,01 23,15 2187.5 ‐1550 226,20 8 2,48 0,03 10,58 47,84 1,18 21,29 2187.5 ‐1550 226,20 9 1,98 0,03 8,05 52,15 1,30 20,69 2187.5 ‐1550 226,20 10 1,80 0,04 8,44 47,37 1,14 19,10 2187.5 ‐1550 226,20 11 2,37 0,04 12,05 55,76 1,37 14,72 2187.5 ‐1550 226,20 12 1,83 0,04 8,34 52,49 1,23 21,79 2187.5 ‐1550 226,20 13 2,15 0,03 8,98 51,72 0,86 21,40 2187.5 ‐1550 226,20 14 4,26 0,04 7,01 47,74 0,94 22,53 2187.5 ‐1550 226,20 15 1,62 0,03 32,28 26,76 0,89 12,79 2187.5 ‐1550 226,20 16 1,50 0,03 34,15 24,30 0,80 12,34 2187.5 ‐1550 226,20 17 1,56 0,06 31,86 21,41 0,79 15,39 2187.5 ‐1550 226,20 18 1,94 0,03 34,18 21,59 0,81 12,41

596B 2212.5 ‐1550 221.26 1 1,37 0,10 30,37 22,40 0,88 8,73 7 1,38 2212.5 ‐1550 221.26 2 1,39 0,10 22,99 27,92 0,72 8,92 2212.5 ‐1550 221.26 3 1,05 0,10 22,37 43,17 0,73 9,17 2212.5 ‐1550 221.26 4 1,90 0,04 12,79 49,22 0,93 14,04 2212.5 ‐1550 221.26 5 1,53 0,04 11,59 50,87 0,97 13,22 2212.5 ‐1550 221.26 6 1,10 0,04 20,34 48,10 0,74 11,17 2212.5 ‐1550 221.26 7 1,38 0,06 21,11 43,14 0,83 10,22

597A 2237.5 ‐1550 211.46 1 1,15 0,07 24,58 36,13 1,00 11,24 8 2,24 2237.5 ‐1550 211.46 2 1,14 0,06 21,10 43,20 0,81 8,82 2237.5 ‐1550 211.46 3 2,64 0,24 13,71 42,33 0,90 20,05 2237.5 ‐1550 211.46 4 2,86 0,03 12,05 42,94 0,87 22,26

Page 75: PERTAMBANGAN NIKEL

2237.5 ‐1550 211.46 5 2,97 0,03 9,01 44,28 0,93 24,26 2237.5 ‐1550 211.46 6 2,50 0,02 8,29 46,04 1,53 23,89 2237.5 ‐1550 211.46 7 2,52 0,03 9,33 48,00 1,09 21,97 2237.5 ‐1550 211.46 8 2,18 0,02 7,75 50,65 1,10 22,40

598B 2262.5 ‐1550 204.83 1 1,50 0,04 17,03 54,48 0,85 9,38 5 1,42 2262.5 ‐1550 204.83 2 1,52 0,05 19,04 49,28 0,80 8,75 2262.5 ‐1550 204.83 3 1,32 0,05 13,66 57,84 0,77 9,29 2262.5 ‐1550 204.83 4 1,55 0,03 8,23 71,62 0,93 10,34 2262.5 ‐1550 204.83 5 1,20 0,04 14,75 .54,47 0,89 10,19

574A 2087.5 ‐1525 210.51 1 0,87 0,04 16,17 53,88 0,84 9,72 13 1,18 2087.5 ‐1525 210.51 2 0,92 0,04 16,09 52,18 0,85 9,89 2087.5 ‐1525 210.51 3 1,36 0,04 17,92 44,22 1,00 13,58 2087.5 ‐1525 210.51 4 1,53 0,02 9,61 52,02 1,55 21,92 2087.5 ‐1525 210.51 5 1,53 0,02 8,90 55,79 1,61 20,14 2087.5 ‐1525 210.51 6 1,72 0,02 7,98 56,77 1,52 20,30 2087.5 ‐1525 210.51 7 1,00 0,02 8,11 64,08 1,66 18,98 2087.5 ‐1525 210.51 8 0,86 0,02 6,89 62,55 1,98 21,97 2087.5 ‐1525 210.51 9 1,65 0,03 13,68 48,30 1,19 17,63 2087.5 ‐1525 210.51 10 1,67 0,03 9,36 47,78 1,41 15,02 2087.5 ‐1525 210.51 11 1,35 0,02 7,03 56,79 1,29 20,75 2087.5 ‐1525 210.51 12 1,32 0,02 7,10 55,57 1,31 20,17 2087.5 ‐1525 210.51 13 1,10 0,02 4,40 59,77 1,05 24,38

573A 2112.5 ‐1525 206.72 1 1,13 0,04 16,17 53,88 0,84 9,72 8 1,27 2112.5 ‐1525 206.72 2 0,88 0,04 16,09 52,18 0,85 9,89 2112.5 ‐1525 206.72 3 1,71 0,04 17,92 44,22 1,00 13,58

Page 76: PERTAMBANGAN NIKEL

2112.5 ‐1525 206.72 4 1,93 0,02 9,61 52,02 1,55 21,92 2112.5 ‐1525 206.72 5 1,32 0,02 8,90 55,79 1,61 20,14 2112.5 ‐1525 206.72 6 1,57 0,02 7,98 56,77 1,52 20,30 2112.5 ‐1525 206.72 7 0,96 0,02 8,11 64,08 1,66 18,98 2112.5 ‐1525 206.72 8 0,63 0,02 6,89 62,55 1,98 21,97

572A 2137.5 ‐1525 215.69 1 1,07 0,13 27,22 7,57 0,62 1,66 9 1,42 2137.5 ‐1525 215.69 2 1,19 0,06 25,68 9,49 0,62 0,26 2137.5 ‐1525 215.69 3 1,74 0,07 32,08 5,95 0,62 1,10 2137.5 ‐1525 215.69 4 1,86 0,04 12,72 45,83 1,17 15,75 2137.5 ‐1525 215.69 5 1,38 0,03 9,70 49,50 1,55 17,23 2137.5 ‐1525 215.69 6 1,42 0,03 9,47 44,83 2,03 19,23 2137.5 ‐1525 215.69 7 1,57 0,03 9,46 46,84 1,82 19,45 2137.5 ‐1525 215.69 8 1,32 0,02 8,92 49,93 2,19 20,02 2137.5 ‐1525 215.69 9 1,23 0,03 8,95 51,18 1,86 19,61

571A 2162.5 ‐1525 223,90 1 1,09 0,05 19,38 42,16 0,86 5,13 16 2,26 2162.5 ‐1525 223,90 2 1,44 0,05 12,98 55,44 0,93 6,60 2162.5 ‐1525 223,90 3 2,52 0,03 8,45 51,30 0,93 15,10 2162.5 ‐1525 223,90 4 2,18 0,03 7,51 46,65 1,02 19,50 2162.5 ‐1525 223,90 5 2,52 0,03 7,51 46,65 1,02 19,50 2162.5 ‐1525 223,90 6 1,64 0,03 11,09 53,05 1,40 12,77 2162.5 ‐1525 223,90 7 1,82 0,03 12,68 49,07 1,15 12,57 2162.5 ‐1525 223,90 8 1,70 0,03 11,68 52,13 1,21 12,14 2162.5 ‐1525 223,90 9 1,35 0,03 10,43 33,30 1,60 11,46 2162.5 ‐1525 223,90 10 2,79 0,06 19,32 36,30 1,16 9,52 2162.5 ‐1525 223,90 11 3,57 0,06 15,61 39,35 1,10 12,07

Page 77: PERTAMBANGAN NIKEL

2162.5 ‐1525 223,90 12 3,09 0,03 19,02 34,85 1,09 10,21 2162.5 ‐1525 223,90 13 3,21 0,04 16,04 41,31 1,20 10,00 2162.5 ‐1525 223,90 14 2,45 0,04 14,28 44,52 1,19 11,18 2162.5 ‐1525 223,90 15 2,53 0,05 15,08 43,20 1,32 10,92 2162.5 ‐1525 223,90 16 2,26 0,04 12,24 43,51 1,31 12,17

570A 2187.5 ‐1525 224.51 1 0,78 0,05 18,02 52,81 1,12 7,98 14 1,54 2187.5 ‐1525 224.51 2 0,97 0,04 16,46 51,27 1,13 4,13 2187.5 ‐1525 224.51 3 1,48 0,04 19,71 46,30 1,36 4,56 2187.5 ‐1525 224.51 4 1,82 0,03 15,31 47,57 1,84 8,03 2187.5 ‐1525 224.51 5 2,61 0,03 10,36 49,15 1,40 11,51 2187.5 ‐1525 224.51 6 2,16 0,03 10,68 49,38 1,49 10,54 2187.5 ‐1525 224.51 7 1,89 0,03 8,98 46,76 1,34 14,69 2187.5 ‐1525 224.51 8 1,41 0,02 6,71 54,10 1,77 11,87 2187.5 ‐1525 224.51 9 1,01 0,02 7,00 52,61 1,76 11,88 2187.5 ‐1525 224.51 10 1,37 0,03 12,66 45,79 1,39 10,65 2187.5 ‐1525 224.51 11 1,47 0,02 8,43 49,35 2,13 10,58 2187.5 ‐1525 224.51 12 1,12 0,02 9,87 54,41 3,00 9,09 2187.5 ‐1525 224.51 13 1,44 0,02 9,45 52,67 3,45 8,78 2187.5 ‐1525 224.51 14 2,06 0,03 6,90 48,09 1,92 11,47

569A 2212.5 ‐1525 220.31 1 0,94 0,06 19,54 45,13 1,20 9,68 11 1,57 2212.5 ‐1525 220.31 2 1,51 0,05 16,35 45,07 1,44 14,20 2212.5 ‐1525 220.31 3 1,63 0,03 12,17 48,33 1,40 17,72 2212.5 ‐1525 220.31 4 2,07 0,03 11,18 49,04 1,87 17,86 2212.5 ‐1525 220.31 5 2,05 0,03 9,60 40,78 1,51 20,47 2212.5 ‐1525 220.31 6 1,83 0,02 8,93 46,50 1,61 22,58

Page 78: PERTAMBANGAN NIKEL

2212.5 ‐1525 220.31 7 2,02 0,04 12,26 44,79 1,14 20,30 2212.5 ‐1525 220.31 8 2,02 0,04 12,38 43,91 1,22 19,66 2212.5 ‐1525 220.31 9 1,76 0,03 10,60 46,28 1,46 17,98 2212.5 ‐1525 220.31 10 2,35 0,03 12,12 49,85 1,77 17,19 2212.5 ‐1525 220.31 11 1,18 0,02 9,02 50,21 1,58 20,36

546B 2112.5 ‐1500 199.54 1 1,60 0,06 16,64 49,34 0,78 8,95 10 2,14 2112.5 ‐1500 199.54 2 1,86 0,06 17,70 38,39 1,08 14,55 2112.5 ‐1500 199.54 3 2,35 0,04 15,67 43,16 1,34 16,00 2112.5 ‐1500 199.54 4 2,64 0,03 12,61 47,43 1,21 18,59 2112.5 ‐1500 199.54 5 2,64 0,03 9,31 48,54 1,16 22,22 2112.5 ‐1500 199.54 6 2,19 0,03 9,91 49,27 1,19 21,55 2112.5 ‐1500 199.54 7 2,06 0,02 8,86 47,26 1,58 23,68 2112.5 ‐1500 199.54 8 2,91 0,03 9,87 45,78 1,22 25,66 2112.5 ‐1500 199.54 9 1,47 0,02 9,37 50,49 1,47 23,27 2112.5 ‐1500 199.54 10 1,70 0,02 6,39 44,29 1,44 33,09

547A 2137.5 ‐1500 213.75 1 0,85 0,06 18,42 37,54 1,51 14,56 14 2,00 2137.5 ‐1500 213.75 2 1,64 0,06 19,04 36,67 1,54 11,99 2137.5 ‐1500 213.75 3 1,12 0,05 17,63 40,60 1,61 12,10 2137.5 ‐1500 213.75 4 1,48 0,04 15,63 44,01 1,59 14,49 2137.5 ‐1500 213.75 5 2,36 0,03 12,33 48,07 1,68 19,39 2137.5 ‐1500 213.75 6 2,54 0,02 9,48 54,41 1,53 23,32 2137.5 ‐1500 213.75 7 2,89 0,03 11,23 48,22 1,26 21,61 2137.5 ‐1500 213.75 8 2,85 0,02 16,53 46,60 0,89 27,57 2137.5 ‐1500 213.75 9 2,29 0,02 8,50 49,41 1,28 25,16 2137.5 ‐1500 213.75 10 1,97 0,02 10,00 47,89 1,18 23,80

Page 79: PERTAMBANGAN NIKEL

2137.5 ‐1500 213.75 11 2,03 0,03 10,94 47,35 1,38 23,12 2137.5 ‐1500 213.75 12 1,83 0,02 10,23 55,26 1,92 19,94 2137.5 ‐1500 213.75 13 1,83 0,01 4,84 45,07 0,80 36,20 2137.5 ‐1500 213.75 14 2,29 0,02 10,24 48,80 1,55 23,51

548A 2162.5 ‐1500 220.25 1 1,25 0,04 14,27 47,03 1,42 14,19 9 1,21 2162.5 ‐1500 220.25 2 1,37 0,03 11,03 53,94 1,72 15,56 2162.5 ‐1500 220.25 3 0,83 0,04 11,05 66,42 0,79 6,86 2162.5 ‐1500 220.25 4 1,81 0,05 14,91 49,60 1,09 10,81 2162.5 ‐1500 220.25 5 0,62 0,02 7,49 81,35 0,84 8,48 2162.5 ‐1500 220.25 6 0,96 0,02 6,20 80,68 0,91 14,89 2162.5 ‐1500 220.25 7 1,78 0,03 9,43 52,34 1,22 23,70 2162.5 ‐1500 220.25 8 1,44 0,03 8,95 52,22 1,30 24,05 2162.5 ‐1500 220.25 9 0,80 0,03 10,27 65,12 2,06 14,79

549A 2187.5 ‐1500 218.74 1 0,98 0,07 16,30 50,34 0,94 10,96 6 1,30 2187.5 ‐1500 218.74 2 1,29 0,04 12,95 53,17 1,08 14,93 2187.5 ‐1500 218.74 3 1,59 0,03 9,90 53,38 1,21 18,52 2187.5 ‐1500 218.74 4 1,12 0,03 10,34 52,05 0,96 21,82 2187.5 ‐1500 218.74 5 1,19 0,02 8,27 56,47 0,98 19,93 2187.5 ‐1500 218.74 6 1,64 0,02 9,37 57,48 1,18 18,56

529A 2112.5 ‐1475 198.96 1 1,63 0,07 31,10 24,73 0,86 7,62 8 1,48 2112.5 ‐1475 198.96 2 1,34 0,07 31,71 24,86 0,86 8,70 2112.5 ‐1475 198.96 3 1,94 0,07 32,51 24,13 0,80 9,41 2112.5 ‐1475 198.96 4 1,57 1,10 37,17 15,87 0,74 6,63 2112.5 ‐1475 198.96 5 1,73 0,08 29,85 22,82 1,23 9,91 2112.5 ‐1475 198.96 6 1,28 0,02 8,52 40,94 1,30 25,98

Page 80: PERTAMBANGAN NIKEL

2112.5 ‐1475 198.96 7 1,27 0,04 13,89 38,62 0,69 29,20 2112.5 ‐1475 198.96 8 1,10 0,04 15,06 41,78 1,69 18,27

528B 2137.5 ‐1475 210.97 1 0,94 0,10 23,50 40,39 0,73 4,14 13 2,28 2137.5 ‐1475 210.97 2 1,42 0,11 19,34 39,58 0,81 5,68 2137.5 ‐1475 210.97 3 2,90 0,09 17,19 36,90 0,96 13,59 2137.5 ‐1475 210.97 4 3,06 0,08 17,20 35,55 0,94 15,79 2137.5 ‐1475 210.97 5 3,61 0,09 17,58 34,77 0,81 14,13 2137.5 ‐1475 210.97 6 2,51 0,04 16,58 33,88 0,89 15,96 2137.5 ‐1475 210.97 7 2,94 0,04 10,48 39,49 0,90 21,57 2137.5 ‐1475 210.97 8 2,46 0,03 9,27 42,20 0,83 28,36 2137.5 ‐1475 210.97 9 2,23 0,02 3,11 10,80 0,70 5,14 2137.5 ‐1475 210.97 10 2,46 0,03 12,40 44,60 0,80 23,49 2137.5 ‐1475 210.97 11 1,93 0,03 7,93 47,2 0,85 27,29 2137.5 ‐1475 210.97 12 1,94 0,03 11,01 45,27 0,87 25,94 2137.5 ‐1475 210.97 13 1,24 0,02 5,19 54,22 0,72 31,05

528A 2162.5 ‐1475 214.48 1 0,68 0,05 16,85 54,50 0,65 4,20 9 1,46 2162.5 ‐1475 214.48 2 0,73 0,07 23,11 47,40 0,60 3,97 2162.5 ‐1475 214.48 3 1,29 0,04 16,41 44,03 1,07 8,12 2162.5 ‐1475 214.48 4 0,60 0,02 7,36 79,25 0,74 7,08 2162.5 ‐1475 214.48 5 2,06 0,03 9,68 50,75 1,71 18,88 2162.5 ‐1475 214.48 6 1,79 0,03 9,48 54,07 1,24 17,00 2162.5 ‐1475 214.48 7 1,91 0,03 11,21 53,38 1,57 20,08 2162.5 ‐1475 214.48 8 1,71 0,03 11,21 53,38 1,57 16,60 2162.5 ‐1475 214.48 9 1,77 0,04 14,77 45,27 1,75 14,75

527A 2187.5 ‐1475 217.24 1 0,58 0,05 13,34 68,88 1,58 2,60 10 1,64

Page 81: PERTAMBANGAN NIKEL

2187.5 ‐1475 217.24 2 0,68 0,05 17,51 57,79 0,62 3,83 2187.5 ‐1475 217.24 3 2,41 0,04 13,47 47,25 1,46 15,37 2187.5 ‐1475 217.24 4 1,60 0,04 13,67 52,75 1,38 12,11 2187.5 ‐1475 217.24 5 1,74 0,05 20,97 44,25 0,82 6,55 2187.5 ‐1475 217.24 6 1,55 0,04 18,89 48,25 1,25 7,24 2187.5 ‐1475 217.24 7 2,60 0,04 17,92 45,56 1,21 12,04 2187.5 ‐1475 217.24 8 2,23 0,03 11,33 49,82 0,98 14,58 2187.5 ‐1475 217.24 9 1,71 0,03 12,11 55,93 1,06 13,36 2187.5 ‐1475 217.24 10 1,26 0,03 11,18 61,12 1,90 13,46

505A 2112.5 ‐1450 197.96 1 1,22 0,13 23,90 32,14 0,92 8,92 6 2,02 2112.5 ‐1450 197.96 2 2,37 0,06 14,28 35,73 1,77 19,73 2112.5 ‐1450 197.96 3 2,50 0,04 9,53 41,52 1,50 24,26 2112.5 ‐1450 197.96 4 2,31 0,03 8,86 45,22 1,11 25,99 2112.5 ‐1450 197.96 5 1,42 0,02 5,96 44,07 1,82 29,68 2112.5 ‐1450 197.96 6 1,78 0,03 7,63 44,01 1,45 28,77

506A 2137.5 ‐1450 207,80 1 2,75 0,10 10,85 44,02 1,47 22,57 14 2,13 2137.5 ‐1450 207,80 2 1,28 0,10 14,68 55,96 0,85 6,89 2137.5 ‐1450 207,80 3 2,43 0,12 16,74 44,36 1,00 11,17 2137.5 ‐1450 207,80 4 2,18 0,11 10,47 46,69 1,69 17,96 2137.5 ‐1450 207,80 5 1,41 0,10 19,54 43,55 0,70 6,00 2137.5 ‐1450 207,80 6 2,61 0,13 29,96 20,67 0,64 2,42 2137.5 ‐1450 207,80 7 2,53 0,15 31,78 22,37 0,67 3,64 2137.5 ‐1450 207,80 8 2,09 0,14 29,15 21,13 0,73 65,4 2137.5 ‐1450 207,80 9 2,53 0,14 31,31 17,67 0,67 3,64 2137.5 ‐1450 207,80 10 2,59 0,11 25,48 26,23 1,15 6,18

Page 82: PERTAMBANGAN NIKEL

2137.5 ‐1450 207,80 11 2,56 0,08 16,69 38,36 1,27 13,23 2137.5 ‐1450 207,80 12 1,52 0,05 7,18 42,63 1,21 29,20 2137.5 ‐1450 207,80 13 2,27 0,06 9,64 42,32 1,23 23,62 2137.5 ‐1450 207,80 14 1,09 0,04 22,29 40,00 0,67 8,71

507A 2162.5 ‐1450 215.65 1 0,84 0,11 18,34 47,37 0,70 3,40 11 0,57 2162.5 ‐1450 215.65 2 0,93 0,03 1,08 83,53 0,67 3,53 2162.5 ‐1450 215.65 3 0,31 0,04 16,09 52,71 1,11 6,73 2162.5 ‐1450 215.65 4 0,37 0,03 3,91 69,49 0,67 3,55 2162.5 ‐1450 215.65 5 0,75 0,09 16,36 47,29 0,67 4,31 2162.5 ‐1450 215.65 6 0,56 0,07 14,46 54,38 0,61 3,84 2162.5 ‐1450 215.65 7 0,46 0,05 9,02 71,14 0,64 3,21 2162.5 ‐1450 215.65 8 0,35 0,04 4,96 79,20 0,63 1,02 2162.5 ‐1450 215.65 9 0,36 0,03 7,56 70,57 0,23 3,23 2162.5 ‐1450 215.65 10 2,85 0,04 18,34 36,35 0,87 14,80 2162.5 ‐1450 215.65 11 0,56 0,02 5,90 87,40 0,61 7,57

508A 2187.5 ‐1450 210.69 1 1,07 0,06 34,64 27,62 0,63 2,91 14 1,28 2187.5 ‐1450 210.69 2 0,81 0,07 20,09 30,99 0,66 2,46 2187.5 ‐1450 210.69 3 1,16 0,05 23,91 36,81 0,70 5,11 2187.5 ‐1450 210.69 4 2,54 0,06 8,69 44,70 0,82 28,11 2187.5 ‐1450 210.69 5 1,11 0,04 20,67 45,00 0,79 4,14 2187.5 ‐1450 210.69 6 1,51 0,03 8,52 50,32 2,82 16,05 2187.5 ‐1450 210.69 7 1,14 0,02 7,27 55,66 2,52 15,02 2187.5 ‐1450 210.69 8 1,09 0,03 10,56 56,02 1,16 11,53 2187.5 ‐1450 210.69 9 1,11 0,03 10,47 36,62 1,24 15,64 2187.5 ‐1450 210.69 10 1,65 0,03 10,73 53,33 0,93 17,30

Page 83: PERTAMBANGAN NIKEL

2187.5 ‐1450 210.69 11 1,28 0,03 11,95 53,31 1,15 13,35 2187.5 ‐1450 210.69 12 1,15 0,03 11,58 53,14 1,04 17,71 2187.5 ‐1450 210.69 13 1,21 0,03 12,11 54,33 1,43 15,14 2187.5 ‐1450 210.69 14 1,18 0,03 9,38 54,73 1,33 13,11

494C 2137.5 ‐1425 204.18 1 0,81 0,13 16,34 50,58 0,79 8,44 12 1,50 2137.5 ‐1425 204.18 2 0,53 0,06 16,90 54,31 0,73 6,28 2137.5 ‐1425 204.18 3 0,70 0,07 23,11 37,49 0,77 6,59 2137.5 ‐1425 204.18 4 0,66 0,06 15,05 53,86 0,83 7,75 2137.5 ‐1425 204.18 5 0,49 0,05 10,69 62,90 0,66 4,86 2137.5 ‐1425 204.18 6 0,80 0,06 17,17 55,48 0,77 5,86 2137.5 ‐1425 204.18 7 1,96 0,09 11,60 46,13 1,20 25,88 2137.5 ‐1425 204.18 8 1,69 0,04 8,22 57,14 1,01 18,67 2137.5 ‐1425 204.18 9 1,58 0,03 10,90 52,61 0,92 18,13 2137.5 ‐1425 204.18 10 1,67 0,03 6,62 57,89 0,87 18,05 2137.5 ‐1425 204.18 11 1,68 0,04 18,58 32,98 1,19 18,45 2137.5 ‐1425 204.18 12 1,50 0,03 17,49 35,09 1,21 16,55

493A 2162.5 ‐1425 209,30 1 0,98 0,07 21,68 32,93 0,75 6,47 14 1,38 2162.5 ‐1425 209,30 2 0,97 0,07 23,50 23,50 0,79 5,66 2162.5 ‐1425 209,30 3 1,05 0,09 24,52 26,76 0,72 6,15 2162.5 ‐1425 209,30 4 0,92 0,06 26,59 30,57 0,76 3,28 2162.5 ‐1425 209,30 5 1,25 0,05 21,44 32,77 0,76 6,79 2162.5 ‐1425 209,30 6 1,03 0,04 17,69 39,12 0,81 6,76 2162.5 ‐1425 209,30 7 1,33 0,04 19,15 41,57 0,12 7,50 2162.5 ‐1425 209,30 8 1,68 0,03 10,28 46,22 0,91 26,71 2162.5 ‐1425 209,30 9 1,55 0,04 17,31 44,91 2,13 9,77

Page 84: PERTAMBANGAN NIKEL

2162.5 ‐1425 209,30 10 2,01 0,04 14,71 47,44 1,66 14,92 2162.5 ‐1425 209,30 11 2,14 0,03 11,92 44,63 1,66 20,57 2162.5 ‐1425 209,30 12 1,95 0,04 14,07 44,77 1,66 15,84 2162.5 ‐1425 209,30 13 1,58 0,04 14,66 45,50 1,58 12,12 2162.5 ‐1425 209,30 14 0,96 0,03 12,64 54,94 2,35 10,09

492A 2187.5 ‐1425 200.68 1 1,24 0,07 24,77 33,47 0,70 8,09 10 1,76 2187.5 ‐1425 200.68 2 1,14 0,06 19,33 43,78 0,82 10,69 2187.5 ‐1425 200.68 3 1,05 0,02 10,59 50,05 2,84 17,41 2187.5 ‐1425 200.68 4 1,95 0,05 20,41 57,59 1,21 11,47 2187.5 ‐1425 200.68 5 2,66 0,03 11,80 45,39 1,29 21,20 2187.5 ‐1425 200.68 6 1,63 0,03 11,45 57,53 1,33 16,23 2187.5 ‐1425 200.68 7 2,03 0,03 13,26 52,45 1,05 16,27 2187.5 ‐1425 200.68 8 1,53 0,03 10,86 58,15 1,48 17,79 2187.5 ‐1425 200.68 9 2,01 0,02 8,61 56,70 1,34 21,89 2187.5 ‐1425 200.68 10 2,55 0,02 9,39 48,00 1,21 23,49

473F 2150 ‐1412.5 204.35 1 1,16 0,07 19,10 43,22 0,78 9,23 11 1,74 2150 ‐1412.5 204.35 2 1,04 0,07 20,32 47,47 0,71 8,35 2150 ‐1412.5 204.35 3 1,39 0,06 21,29 39,14 0,89 9,23 2150 ‐1412.5 204.35 4 1,50 0,05 13,69 51,19 1,14 13,09 2150 ‐1412.5 204.35 5 1,81 0,03 8,40 65,38 0,95 14,01 2150 ‐1412.5 204.35 6 2,39 0,04 12,15 50,65 1,10 17,01 2150 ‐1412.5 204.35 7 2,75 0,03 8,25 51,29 1,43 20,91 2150 ‐1412.5 204.35 8 2,44 0,02 8,06 51,89 2,13 21,96 2150 ‐1412.5 204.35 9 1,90 0,02 7,86 40,95 1,79 22,66 2150 ‐1412.5 204.35 10 1,74 0,03 8,06 41,73 1,81 21,70

Page 85: PERTAMBANGAN NIKEL

2150 ‐1412.5 204.35 11 1,07 0,01 6,42 38,76 1,52 21,99 473E 2162.5 ‐1412.5 204.74 1 1,40 0,07 27,65 31,71 0,92 9,66 16 2,32

2162.5 ‐1412.5 204.74 2 2,16 0,03 13,86 44,59 1,52 18,07 2162.5 ‐1412.5 204.74 3 2,60 0,04 13,06 43,50 1,49 24,13 2162.5 ‐1412.5 204.74 4 2,10 0,03 12,00 47,99 1,37 21,79 2162.5 ‐1412.5 204.74 5 2,19 0,03 12,02 47,45 1,68 2,18 2162.5 ‐1412.5 204.74 6 1,74 0,03 12,19 51,51 2,18 19,77 2162.5 ‐1412.5 204.74 7 1,94 0,03 11,68 37,48 1,52 14,65 2162.5 ‐1412.5 204.74 8 2,32 0,02 9,42 50,40 1,53 25,13 2162.5 ‐1412.5 204.74 9 3,35 0,03 13,32 45,79 1,36 20,30 2162.5 ‐1412.5 204.74 10 2,57 0,03 12,22 44,94 2,25 19,25 2162.5 ‐1412.5 204.74 11 2,55 0,03 11,12 48,35 1,71 21,19 2162.5 ‐1412.5 204.74 12 2,26 0,03 10,79 45,64 1,67 23,32 2162.5 ‐1412.5 204.74 13 2,89 0,03 11,22 43,37 1,00 25,76 2162.5 ‐1412.5 204.74 14 2,48 0,02 9,89 44,26 1,76 25,98 2162.5 ‐1412.5 204.74 15 2,42 0,02 9,42 46,93 1,37 25,49 2162.5 ‐1412.5 204.74 16 2,20 0,03 11,12 51,77 0,96 21,20

473A 2212.5 ‐1400 195.97 1 0,85 0,02 9,02 50,21 1,58 20,36 20 1,66 2212.5 ‐1400 195.97 2 0,99 0,06 24,51 23,93 1,41 10,30 2212.5 ‐1400 195.97 3 0,98 0,06 19,26 30,51 1,08 8,78 2212.5 ‐1400 195.97 4 1,47 0,06 22,54 24,25 1,68 13,53 2212.5 ‐1400 195.97 5 1,81 0,04 14,04 26,94 1,94 16,76 2212.5 ‐1400 195.97 6 2,11 0,07 23,51 19,44 1,37 13,14 2212.5 ‐1400 195.97 7 1,60 0,02 8,84 29,59 1,79 20,54 2212.5 ‐1400 195.97 8 1,35 0,02 6,23 28,89 1,85 20,39

Page 86: PERTAMBANGAN NIKEL

2212.5 ‐1400 195.97 9 1,67 0,02 7,86 31,18 2,21 17,85 2212.5 ‐1400 195.97 10 1,88 0,02 9,21 26,28 2,23 17,89 2212.5 ‐1400 195.97 11 2,47 0,02 8,37 28,96 2,13 19,66 2212.5 ‐1400 195.97 12 2,00 0,02 7,40 32,57 2,09 15,72 2212.5 ‐1400 195.97 13 1,64 0,02 8,74 30,59 1,88 15,13 2212.5 ‐1400 195.97 14 1,68 0,02 6,98 33,48 1,91 15,39 2212.5 ‐1400 195.97 15 2,25 0,03 9,90 30,24 2,03 14,09 2212.5 ‐1400 195.97 16 1,87 0,02 9,71 27,13 2,10 16,65 2212.5 ‐1400 195.97 17 1,88 0,03 11,67 25,92 2,37 15,86 2212.5 ‐1400 195.97 18 1,94 0,03 10,43 24,39 1,55 17,34 2212.5 ‐1400 195.97 19 1,48 0,02 6,83 26,47 1,41 19,86 2212.5 ‐1400 195.97 20 1,22 0,03 11,12 48,35 1,71 21,19

473B 2137.5 ‐1400 204.13 1 0,98 0,06 16,56 53,17 0,75 8,15 17 1,26 2137.5 ‐1400 204.13 2 0,88 0,06 14,59 55,73 0,69 8,10 2137.5 ‐1400 204.13 3 0,96 0,05 15,13 53,47 0,85 8,60 2137.5 ‐1400 204.13 4 0,97 0,04 14,17 55,62 0,76 9,66 2137.5 ‐1400 204.13 5 2,26 0,03 13,59 50,13 1,79 17,46 2137.5 ‐1400 204.13 6 1,15 0,06 19,26 43,29 0,79 7,69 2137.5 ‐1400 204.13 7 1,23 0,05 18,05 45,72 0,90 8,10 2137.5 ‐1400 204.13 8 1,15 0,05 15,72 50,46 1,06 9,92 2137.5 ‐1400 204.13 9 1,75 0,05 17,60 38,36 1,66 11,63 2137.5 ‐1400 204.13 10 1,78 0,05 18,78 38,76 1,61 10,00 2137.5 ‐1400 204.13 11 1,40 0,05 15,83 49,74 1,33 9,67 2137.5 ‐1400 204.13 12 0,98 0,03 11,00 66,92 1,22 9,63 2137.5 ‐1400 204.13 13 1,00 0,04 13,80 53,85 1,32 3,52

Page 87: PERTAMBANGAN NIKEL

2137.5 ‐1400 204.13 14 1,86 0,04 14,44 47,34 1,20 11,20 2137.5 ‐1400 204.13 15 2,14 0,04 14,31 47,67 1,44 12,97 2137.5 ‐1400 204.13 16 1,88 0,03 14,88 45,59 1,37 12,75 2137.5 ‐1400 204.13 17 1,47 0,03 11,52 51,95 1,05 14,81

473D 2162.5 ‐1400 204.52 1 1,17 0,06 28,30 33,39 0,84 4,79 7 2,86 2162.5 ‐1400 204.52 2 1,99 0,04 17,72 41,36 0,75 10,37 2162.5 ‐1400 204.52 3 2,70 0,04 13,60 43,99 0,74 17,63 2162.5 ‐1400 204.52 4 2,56 0,04 13,18 47,59 0,80 19,76 2162.5 ‐1400 204.52 5 2,70 0,04 12,41 59,96 0,71 5,59 2162.5 ‐1400 204.52 6 2,08 0,03 9,36 47,54 0,78 27,50 2162.5 ‐1400 204.52 7 1,58 0,04 20,09 40,70 1,57 8,17

475A 2187.5 ‐1400 198.12 1 1,21 0,10 21,82 42,09 0,70 5,19 10 1,48 2187.5 ‐1400 198.12 2 1,38 0,10 13,33 54,75 0,81 15,40 2187.5 ‐1400 198.12 3 1,87 0,03 10,16 50,36 0,97 23,36 2187.5 ‐1400 198.12 4 1,83 0,03 10,62 51,23 1,08 19,51 2187.5 ‐1400 198.12 5 1,42 0,02 7,86 56,83 1,10 19,53 2187.5 ‐1400 198.12 6 1,58 0,03 13,55 49,05 0,97 17,86 2187.5 ‐1400 198.12 7 0,92 0,03 7,23 69,98 1,00 14,44 2187.5 ‐1400 198.12 8 1,59 0,03 11,50 52,98 1,25 20,90 2187.5 ‐1400 198.12 9 1,39 0,03 9,84 52,52 0,91 22,78 2187.5 ‐1400 198.12 10 1,18 0,02 7,55 47,63 1,29 29,58

471F 2137.5 ‐1387.5 201.98 1 1,32 0,09 24,87 29,85 0,96 9,72 7 1,94 2137.5 ‐1387.5 201.98 2 1,80 0,06 17,57 40,52 1,13 11,17 2137.5 ‐1387.5 201.98 3 2,67 0,03 10,42 50,69 1,59 19,81 2137.5 ‐1387.5 201.98 4 2,64 0,03 10,50 46,74 1,58 21,89

Page 88: PERTAMBANGAN NIKEL

2137.5 ‐1387.5 201.98 5 1,69 0,06 17,99 39,49 1,19 12,91 2137.5 ‐1387.5 201.98 6 1,69 0,10 27,96 22,92 0,76 9,96 2137.5 ‐1387.5 201.98 7 1,77 0,07 22,09 31,91 1,18 12,45

470D 2162.5 ‐1387.5 205.71 1 2,53 0,02 10,79 46,75 1,84 27,82 6 2,17 2162.5 ‐1387.5 205.71 2 2,52 0,02 10,80 45,68 1,85 22,81 2162.5 ‐1387.5 205.71 3 2,59 0,03 10,10 48,46 1,53 22,50 2162.5 ‐1387.5 205.71 4 2,07 0,02 10,32 49,89 1,88 22,76 2162.5 ‐1387.5 205.71 5 1,69 0,02 9,83 49,36 1,71 25,06 2162.5 ‐1387.5 205.71 6 1,62 0,02 7,97 51,57 1,23 28,59

472B 2112.5 ‐1375 191.29 1 1,81 0,06 18,42 37,54 1,51 14,56 18 1,70 2112.5 ‐1375 191.29 2 1,65 0,06 19,04 36,67 1,54 11,99 2112.5 ‐1375 191.29 3 1,64 0,05 17,63 40,60 1,61 12,10 2112.5 ‐1375 191.29 4 1,70 0,04 15,63 44,01 1,59 14,49 2112.5 ‐1375 191.29 5 1,65 0,03 12,33 48,07 1,68 19,39 2112.5 ‐1375 191.29 6 2,02 0,02 9,48 54,41 1,53 23,32 2112.5 ‐1375 191.29 7 2,12 0,03 11,23 48,22 1,26 21,61 2112.5 ‐1375 191.29 8 2,25 0,02 16,53 46,60 0,89 27,57 2112.5 ‐1375 191.29 9 1,94 0,02 8,50 49,41 1,28 25,16 2112.5 ‐1375 191.29 10 2,14 0,02 10,00 47,89 1,18 23,80 2112.5 ‐1375 191.29 11 2,25 0,03 10,94 47,35 1,38 23,12 2112.5 ‐1375 191.29 12 1,44 0,02 10,23 55,26 1,92 19,94 2112.5 ‐1375 191.29 13 0,64 0,01 4,84 45,07 0,80 36,20 2112.5 ‐1375 191.29 14 1,87 0,02 10,24 48,80 1,55 23,51 2112.5 ‐1375 191.29 15 1,32 0,02 8,28 48,36 2,19 25,32 2112.5 ‐1375 191.29 16 1,71 0,02 7,25 46,95 1,85 27,05

Page 89: PERTAMBANGAN NIKEL

2112.5 ‐1375 191.29 17 2,11 0,02 8,51 47,53 1,19 26,46 2112.5 ‐1375 191.29 18 0,50 0,01 5,05 51,66 2,07 31,27

471A 2137.5 ‐1375 202.18 1 2,07 0,07 17,18 40,59 1,37 10,65 11 2,21 2137.5 ‐1375 202.18 2 2,92 0,04 13,77 42,14 1,72 17,03 2137.5 ‐1375 202.18 3 2,62 0,02 10,10 49,08 1,32 22,63 2137.5 ‐1375 202.18 4 2,56 0,06 13,33 42,15 2,04 19,60 2137.5 ‐1375 202.18 5 2,36 0,03 12,56 45,41 1,90 19,17 2137.5 ‐1375 202.18 6 2,21 0,03 11,18 50,25 1,98 20,13 2137.5 ‐1375 202.18 7 2,45 0,03 11,47 49,22 1,19 21,01 2137.5 ‐1375 202.18 8 1,98 0,03 11,66 48,34 1,88 21,08 2137.5 ‐1375 202.18 9 1,74 0,03 11,61 52,68 1,80 19,96 2137.5 ‐1375 202.18 10 1,68 0,02 9,80 54,29 1,33 20,52 2137.5 ‐1375 202.18 11 1,77 0,01 6,40 64,36 1,81 20,81

470A 2162.5 ‐1375 204.96 1 1,81 0,08 12,92 51,23 2,13 10,96 12 1,77 2162.5 ‐1375 204.96 2 2,16 0,03 12,83 50,36 1,46 13,37 2162.5 ‐1375 204.96 3 2,30 0,05 12,02 49,69 1,48 14,55 2162.5 ‐1375 204.96 4 2,61 0,03 10,03 48,80 1,49 21,12 2162.5 ‐1375 204.96 5 2,50 0,02 9,13 51,67 1,57 19,83 2162.5 ‐1375 204.96 6 1,69 0,02 8,19 59,25 1,91 18,81 2162.5 ‐1375 204.96 7 1,96 0,03 9,24 51,63 1,83 17,68 2162.5 ‐1375 204.96 8 2,22 0,03 7,61 57,41 1,49 18,52 2162.5 ‐1375 204.96 9 1,45 0,02 7,48 55,61 2,16 20,93 2162.5 ‐1375 204.96 10 1,17 0,02 8,81 58,10 1,55 18,81 2162.5 ‐1375 204.96 11 0,69 0,02 5,52 56,83 1,31 24,36 2162.5 ‐1375 204.96 12 0,68 0,02 4,33 58,80 1,88 27,27

Page 90: PERTAMBANGAN NIKEL

469A 2151.5 ‐1375 197.92 1 1,24 0,02 7,31 53,34 1,84 22,39 9 1,42 2151.5 ‐1375 197.92 2 1,66 0,04 8,51 53,20 1,43 22,05 2151.5 ‐1375 197.92 3 2,18 0,03 10,61 48,64 1,03 24,40 2151.5 ‐1375 197.92 4 1,43 0,03 11,69 53,25 1,70 20,53 2151.5 ‐1375 197.92 5 1,45 0,03 11,65 52,33 1,51 19,97 2151.5 ‐1375 197.92 6 1,40 0,03 11,39 53,35 1,81 21,06 2151.5 ‐1375 197.92 7 1,30 0,02 8,80 57,40 1,01 24,19 2151.5 ‐1375 197.92 8 0,79 0,02 8,76 51,49 1,22 26,81 2151.5 ‐1375 197.92 9 1,30 0,02 8,22 49,40 1,02 27,36

449 2100 ‐1350 184.58 1 1,57 0,04 17,61 41,98 1,53 17,29 7 1,36 2100 ‐1350 184.58 2 1,78 0,03 11,02 44,04 2,04 20,59 2100 ‐1350 184.58 3 1,70 0,03 10,99 47,00 1,71 19,42 2100 ‐1350 184.58 4 1,35 0,02 7,78 47,02 1,41 26,61 2100 ‐1350 184.58 5 1,37 0,02 9,73 48,59 6,28 25,57 2100 ‐1350 184.58 6 0,91 0,02 8,36 49,72 1,41 25,13 2100 ‐1350 184.58 7 0,81 0,01 7,50 49,81 1,54 27,86

450A 2137.5 ‐1350 195.49 1 1,45 0,03 10,58 65,95 1,35 15,61 8 1,79 2137.5 ‐1350 195.49 2 2,18 0,02 9,79 55,24 1,41 21,01 2137.5 ‐1350 195.49 3 2,39 0,02 7,28 51,64 2,44 26,58 2137.5 ‐1350 195.49 4 1,99 0,02 8,89 53,00 2,50 22,93 2137.5 ‐1350 195.49 5 2,47 0,04 15,35 34,09 1,07 16,46 2137.5 ‐1350 195.49 6 0,81 0,02 8,65 58,14 1,87 24,59 2137.5 ‐1350 195.49 7 1,42 0,02 7,98 53,36 1,83 26,65 2137.5 ‐1350 195.49 8 1,61 0,02 11,27 53,02 1,85 18,95

Page 91: PERTAMBANGAN NIKEL

79

LAMPIRAN C

PERHITUNGAN LUAS SAYATAN METODE PENAMPANG TEGAK

Untuk perhitungan luasan metode penampang tegak digunakan rumus 1/3

simpson, dengan membagi segmen-segmen tiap luasan penampang, jumlah

segmen genap

1. Penampang A-A’

L = 0.67 x [1002]

L = 671.34

Page 92: PERTAMBANGAN NIKEL

80

2. Penampang B-B’

L = 0.83 x [778]

L = 645.74

Page 93: PERTAMBANGAN NIKEL

81

3. Penampang C-C’

L = 1.167 x [818]

L = 954.606

Page 94: PERTAMBANGAN NIKEL

82

4. Penampang D-D’

L = 1.167 x [1282]

L = 1496.09

Page 95: PERTAMBANGAN NIKEL

83

5. Penampang E-E’

L = 0.83 x [1143]

L = 948.69

Page 96: PERTAMBANGAN NIKEL

84

6. Penampang F-F’

L = 0.5 x [822]

L = 411

Page 97: PERTAMBANGAN NIKEL

85

7. Penampang G-G’

L = 0.5 x [748]

L = 374

Page 98: PERTAMBANGAN NIKEL

86

8. Penampang H-H’

L = 0.5 x [754]

L = 377

Page 99: PERTAMBANGAN NIKEL

87

9. Penampang I-I’

L = 0.3 x [1098]

L = 329.4

Page 100: PERTAMBANGAN NIKEL

88

10. Penampang J-J’

L = 0.83 x [246]

L = 204.18

Page 101: PERTAMBANGAN NIKEL

89

11. Penampang K-K’

L = 0.5 x [1706]

L = 853

Page 102: PERTAMBANGAN NIKEL

90

12. Penampang L=L’

L = 0.83 x [332]

L = 275.56

Page 103: PERTAMBANGAN NIKEL

91

13. Penampang M-M’

L = 0.5 x [1496]

L = 748

Page 104: PERTAMBANGAN NIKEL

92

14. Penampang N-N’

L = 0.416 x [317]

L = 131.872

Page 105: PERTAMBANGAN NIKEL

93

LAMPIRAN D

PERHITUNGAN JUMLAH CADANGAN DENGAN METODE

PENAMPANG TEGAK (CROSS SECTION)

Perhitungan Volume dan Tonase

Pada peta cadangan nikel dibagi menjadi 13 blok, dan dihitung berdasarkan

sayatan. Untuk mendapatkan jumlah cadangan pada masing-masing blok

dilakukan dengan cara mengalikan jumlah volume dengan densitas material yakni

1,92 ton/m3.

Blok 1 : sayatan A-A’ dengan sayatan B-B’

V = 32958.34 m3

T = V × BJ

= 32958.34 m3 × 1,92 ton/m3

T = 63280.0128 ton

Blok 2 : B-B’ dengan C-C’

V = 48376.04 m3

T = V × BJ

= 48376.04 m3 × 1,92 ton/m3

T = 92881.9968 ton

Page 106: PERTAMBANGAN NIKEL

94

Blok 3 : C-C’ dengan D-D’

V = 75759.106 m3

T = V × BJ

= 75759.106 m3 × 1,92 ton/m3

T = 145457.4835 ton

Blok 4 : D-D’ dengan E-E’

V = 48930.59 m3

T = V × BJ

= 48930.59 m3 × 1,92 ton/m3

T = 93946.7328 ton

Blok 5 : E-E’ dengn F-F’

V = 21498.69 m3

T = V × BJ

= 21498.69 m3 × 1,92 ton/m3

T = 41277.4848 ton

Blok 6 : F-F’ dengan G-G’

Page 107: PERTAMBANGAN NIKEL

95

V = 19111 m3

T = V × BJ

= 19111 m3 × 1,92 ton/m3

T = 36693.12 ton

Blok 7 : G-G’ dengan H-H’

V = 19224 m3

T = V × BJ

= 19224 m3 × 1,92 ton/m3

T = 36910.08 ton

Blpk 8 : H-H’ dengan I-I’

V = 16847 m3

T = 16847 m3 × 1,92 ton/m3

T = 32346.24 ton

Blok 9 : I-I’ dengan J-J’

V = 5433.9 m3

T = V × BJ

= 5433.9 m3 × 1,92 ton/m3

T = 10433.088 ton

Page 108: PERTAMBANGAN NIKEL

96

Blok 10 : J-J’ dengan K-K’

V = 21529.18 m3

T = V × BJ

= 21529.18 m3 × 1,92 ton/m3

T = 41336.0256 ton

Blok 11 : K-K’ dengan L-L’

V = 7742 m3

T = V × BJ

= 7742 m3 × 1,92 ton/m3

T = 14864.64 ton

Blok 12 : L-L’ dengan M-M’

V = 18975.56 m3

T = V × BJ

= 18975.56 m3 × 1,92 ton/m3

T = 36433.0752 ton

Blok 13 : M-M’ dengan N-N’

Page 109: PERTAMBANGAN NIKEL

97

V = 7341.6 m3

T = V × BJ

= 7341.6 m3 × 1,92 ton/m3

T = 14095.872 ton

Jumlah total Volume

= Blok (1 + 2 +3 + 4 + 5 + 6 + 7 + 8 + 9 + 10 + 11 + 12 + 13)

= 343.727m3

Jumlah total tonase

= 659.955,8515 ton

Tabel D.1. Hasil Perhitungan Cadangan Nikel Menggunakan Metode

BLOK SEKSI LUAS

PENAMPANG (m2)

JARAK ANTAR PENAMPANG

(m)

VOLUME (m3)

DENSITY (ton/m3)

TONASE (WMT)

1 A‐A' 672,34

100 32958.34 1,92 63280.0128 B‐B' 645,74

2 B‐B' 645,74

100 48376.04 1,92 92881.9968 C‐C' 954,606

3 C‐C' 954,606

100 75759.11 1,92 145457.4835 D‐D' 1.496,09

4 D‐D' 1.496,09

100 48930.59 1,92 93946.7328 E‐E' 948,69

5 E‐E' 948,69

100 21498.69 1,92 41277.4848 F‐F' 411

6 F‐F' 411

100 19111 1,92 36693.12 G‐G' 374

7 G‐G' 374

100 19224 1,92 36910.08 H‐H' 377

8 H‐H' 377

100 16847 1,92 32346.24 I‐I' 329,4

9 I‐I' 329,4

50 5433.9 1,92 10433.088 J‐J' 204,18

10 J‐J' 204,18

50 21529.18 1,92 41336.0256 K‐K' 853

11 K‐K' 853

50 7742 1,92 14864.64 L‐L' 275,56

Page 110: PERTAMBANGAN NIKEL

98

12 L‐L' 275,56

50 18975.56 1,92 36433.0752 M‐M' 748

13 M‐M' 748

100 7341.6 1,92 14095.872 N‐N' 131,872

TOTAL 343.727 659.955,8515

Page 111: PERTAMBANGAN NIKEL

99

LAMPIRAN E

PERHITUNGAN JUMLAH CADANGAN NIKEL MENGGUNAKAN METODE DAERAH PENGARUH

Perhitungan jumlah cadangan dengan metode daerah pengaruh dalah sebagai berikut :

TB 651A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 × 10

= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 × 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 650A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 12 m

Volume = 625 m2 × 12

= 7500 m3

Tonase = 7500 m3 × 1,92 ton/m3

= 14400 ton

TB 649A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 12 m

Volume = 625 m2 × 12

Page 112: PERTAMBANGAN NIKEL

100

= 7500 m3

Tonase = 14400 m3 × 1,92 ton/m3

= 27648 ton

TB 648B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 5 m

Volume = 625 m2 × 5

= 3125 m3

Tonase = 3125 m3 × 1,92 ton/m3

= 6000 ton

TB 641A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 × 10

= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 × 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 641B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 15 m

Volume = 625 m2 × 15

= 9375 m3

Tonase = 9375 m3 × 1,92 ton/m3

= 18000 ton

Page 113: PERTAMBANGAN NIKEL

101

TB 642A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 7 m

Volume = 625 m2 × 7

= 4375 m3

Tonase = 4375 m3 × 1,92 ton/m3

= 8400 ton

TB 643A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 7 m

Volume = 625 m2 × 7

= 4375 m3

Tonase = 4375 m3 × 1,92 ton/m3

= 8400 ton

TB 645A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 × 10

= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 × 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 645B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 7 m

Volume = 625 m2 × 7

Page 114: PERTAMBANGAN NIKEL

102

= 4375 m3

Tonase = 4375 m3 × 1,92 ton/m3

= 8400 ton

TB 619A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 11 m

Volume = 625 m2 × 11m

= 6875 m3

Tonase = 6875 m3 × 1,92 ton/m3

= 13200 ton

TB 617A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 9 m

Volume = 625 m2 × 9m

= 5625 m3

Tonase = 5625 m3 × 1,92 ton/m3

= 10800 ton

TB 617B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 9 m

Volume = 625 m2 × 9m

= 5625 m3

Tonase = 5625 m3 × 1,92 ton/m3

= 10800 ton

Page 115: PERTAMBANGAN NIKEL

103

TB 615A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 × 10m

= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 × 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 612A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 5 m

Volume = 625 m2 × 5m

= 3125 m3

Tonase = 3125 m3 × 1,92 ton/m3

= 6000 ton

TB 592A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 18 m

Volume = 625 m2 × 18m

= 11250 m3

Tonase = 11250 m3 × 1,92 ton/m3

= 21600 ton

TB 592B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 9 m

Volume = 625 m2 × 9m

Page 116: PERTAMBANGAN NIKEL

104

= 5625 m3

Tonase = 5625 m3 × 1,92 ton/m3

= 10800 ton

TB 593A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 8 m

Volume = 625 m2 × 8 m

= 5000 m3

Tonase = 5000 m3 × 1,92 ton/m3

= 9600 ton

TB 594A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 14 m

Volume = 625 m2 × 14 m

= 8750 m3

Tonase = 8750 m3 × 1,92 ton/m3

= 16800 ton

TB 596A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 18 m

Volume = 625 m2 × 18 m

= 11250 m3

Tonase = 11250 m3 × 1,92 ton/m3

= 21600 ton

Page 117: PERTAMBANGAN NIKEL

105

TB 596B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 7 m

Volume = 625 m2 × 7m

= 4375 m3

Tonase = 4375 m3 × 1,92 ton/m3

= 8400 ton

TB 598A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 8 m

Volume = 625 m2 × 8 m

= 5000 m3

Tonase = 5000 m3 × 1,92 ton/m3

= 9600 ton

TB 598A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 6 m

Volume = 625 m2 × 6 m

= 3750 m3

Tonase = 3750 m3 × 1,92 ton/m3

= 1.152 ton

TB 574A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 13 m

Volume = 625 m2 × 13 m

Page 118: PERTAMBANGAN NIKEL

106

= 8125 m3

Tonase = 8125 m3 × 1,92 ton/m3

= 15600 ton

TB 573A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 9 m

Volume = 625 m2 × 9 m

= 5625 m3

Tonase = 5625 m3 × 1,92 ton/m3

= 10800 ton

TB 572A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 9 m

Volume = 625 m2 × 9 m

= 5625 m3

Tonase = 5625 m3 × 1,92 ton/m3

= 10800 ton

TB 571A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 16 m

Volume = 625 m2 × 16 m

= 10000 m3

Tonase = 10000 m3 × 1,92 ton/m3

= 19200 ton

Page 119: PERTAMBANGAN NIKEL

107

TB 570A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 14 m

Volume = 625 m2 × 14 m

= 8750 m3

Tonase = 8750 m3 × 1,92 ton/m3

= 16800 ton

TB 569A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 11 m

Volume = 625 m2 × 11 m

= 6875 m3

Tonase = 6875 m3 × 1,92 ton/m3

= 13200 ton

TB 546B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 × 10 m

= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 × 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 547A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 14 m

Volume = 625 m2 × 14 m

Page 120: PERTAMBANGAN NIKEL

108

= 8750 m3

Tonase = 8750 m3 × 1,92 ton/m3

= 16800 ton

TB 548A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 9 m

Volume = 625 m2 × 9 m

= 5625 m3

Tonase = 5625m3 × 1,92 ton/m3

= 10800 ton

TB 549A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 6 m

Volume = 625 m2 × 6 m

= 3750 m3

Tonase = 3750 m3 × 1,92 ton/m3

= 7200 ton

TB 529A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 8 m

Volume = 625 m2 × 8 m

= 5000 m3

Tonase = 5000 m3 × 1,92 ton/m3

= 9600 ton

Page 121: PERTAMBANGAN NIKEL

109

TB 528B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 13 m

Volume = 625 m2 × 13 m

= 8125 m3

Tonase = 8125 m3 × 1,92 ton/m3

= 15600 ton

TB 528A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 9 m

Volume = 625 m2 × 9 m

= 5625 m3

Tonase = 5625 m3 × 1,92 ton/m3

= 10800 ton

TB 527A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 × 10 m

= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 × 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 505A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 6 m

Volume = 625 m2 × 6 m

Page 122: PERTAMBANGAN NIKEL

110

= 3750 m3

Tonase = 3750 m3 × 1,92 ton/m3

= 7200 ton

TB 506A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 14 m

Volume = 625 m2 × 14 m

= 8750 m3

Tonase = 8750 m3 × 1,92 ton/m3

= 16800 ton

TB 507A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 11 m

Volume = 625 m2 × 11 m

= 6875 m3

Tonase = 6875 m3 × 1,92 ton/m3

= 13200 ton

TB 508A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 14 m

Volume = 625 m2 × 14 m

= 8750 m3

Tonase = 8750 m3 × 1,92 ton/m3

= 16800 ton

Page 123: PERTAMBANGAN NIKEL

111

TB 494C

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 12 m

Volume = 625 m2 × 12 m

= 7500 m3

Tonase = 7500 m3 × 1,92 ton/m3

= 14400 ton

TB 493A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 16 m

Volume = 625 m2 × 16

= 10000 m3

Tonase = 10000 m3 × 1,92 ton/m3

= 19200 ton

TB 492A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 × 10 m

= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 × 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 473F

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 × 10 m

Page 124: PERTAMBANGAN NIKEL

112

= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 × 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 473E

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 16 m

Volume = 625 m2 × 16 m

= 10000 m3

Tonase = 10000 m3 × 1,92 ton/m3

= 19200 ton

TB 473A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 20 m

Volume = 625 m2 × 20 m

= 12500 m3

Tonase = 12500 m3 × 1,92 ton/m3

= 24000 ton

TB 473B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 17 m

Volume = 625 m2 × 17 m

= 10625 m3

Tonase = 10625 m3 × 1,92 ton/m3

= 20400 ton

Page 125: PERTAMBANGAN NIKEL

113

TB 473D

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 7 m

Volume = 625 m2 × 7

= 4375 m3

Tonase = 4375 m3 × 1,92 ton/m3

= 8400 ton

TB 475A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 10 m

Volume = 625 m2 × 10 m

= 6250 m3

Tonase = 6250 m3 × 1,92 ton/m3

= 12000 ton

TB 471F

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 7 m

Volume = 625 m2 × 7 m

= 4375 m3

Tonase = 4375 m3 × 1,92 ton/m3

= 8400 ton

TB 470D

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 6 m

Volume = 625 m2 × 6 m

Page 126: PERTAMBANGAN NIKEL

114

= 3750 m3

Tonase = 3750 m3 × 1,92 ton/m3

= 7200 ton

TB 472B

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 18 m

Volume = 625 m2 × 18 m

= 11250 m3

Tonase = 11250 m3 × 1,92 ton/m3

= 21600 ton

TB 471A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 11 m

Volume = 625 m2 × 11 m

= 6875 m3

Tonase = 6875 m3 × 1,92 ton/m3

= 13200 ton

TB 470A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 12 m

Volume = 625 m2 × 12

= 7500 m3

Tonase = 7500 m3 × 1,92 ton/m3

= 14400 ton

Page 127: PERTAMBANGAN NIKEL

115

TB 469A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 9 m

Volume = 625 m2 × 9 m

= 5625 m3

Tonase = 5625 m3 × 1,92 ton/m3

= 10800 ton

TB 449

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 7 m

Volume = 625 m2 × 7 m

= 4375 m3

Tonase = 4375 m3 × 1,92 ton/m3

= 8400 ton

TB 450A

Luas daerah pengaruh = 625 m2

Ketebalan = 8 m

Volume = 625 m2 × 8 m

= 5000 m3

Tonase = 5000m3 × 1,92 ton/m3

= 9600 ton

Page 128: PERTAMBANGAN NIKEL

116

Tabel E.1. Hasil Perhitungan Cadangan Menggunakan Daerah Pengaruh

TB LUAS (m2)

KETEBALAN (m)

DENSITAS (ton/m3)

VOLUME (m3)

TONASE (WMT)

651A 625 10 1.92 6250 12000 650A 625 12 1.92 7500 14400 649A 625 12 1.92 7500 14400 648B 625 5 1.92 3125 6000 641A 625 10 1.92 6250 12000 641B 625 15 1.92 9375 18000 642A 625 7 1.92 4375 8400 643A 625 7 1.92 4375 8400 645A 625 10 1.92 6250 12000 645B 625 7 1.92 4375 8400 619A 625 11 1.92 6875 13200 617A 625 9 1.92 5625 10800 617B 625 9 1.92 5625 10800 615A 625 10 1.92 6250 12000 612A 625 5 1.92 3125 6000 592A 625 18 1.92 11250 21600 592B 625 9 1.92 5625 10800 593A 625 8 1.92 5000 9600 594A 625 14 1.92 8750 16800 596A 625 18 1.92 11250 21600 596B 625 7 1.92 4375 8400 597A 625 8 1.92 5000 9600 598B 625 6 1.92 3750 7200 574A 625 13 1.92 8125 15600 573A 625 9 1.92 5625 10800 572A 625 9 1.92 5625 10800 571A 625 16 1.92 10000 19200 570A 625 14 1.92 8750 16800 569A 625 11 1.92 6875 13200 546B 625 10 1.92 6250 12000 547A 625 14 1.92 8750 16800 548A 625 9 1.92 5625 10800 549A 625 6 1.92 3750 7200 529A 625 8 1.92 5000 9600 528B 625 13 1.92 8125 15600 528A 625 9 1.92 5625 10800 527A 625 10 1.92 6250 12000

Page 129: PERTAMBANGAN NIKEL

117

505A 625 6 1.92 3750 7200 506A 625 14 1.92 8750 16800 507A 625 11 1.92 6875 13200 508A 625 14 1.92 8750 16800 494C 625 12 1.92 7500 14400 493A 625 16 1.92 10000 19200 492A 625 10 1.92 6250 12000 473F 625 10 1.92 6250 12000 473E 625 16 1.92 10000 19200 473A 625 20 1.92 12500 24000 473B 625 17 1.92 10625 20400 473D 625 7 1.92 4375 8400 475A 625 10 1.92 6250 12000 471F 625 7 1.92 4375 8400 470D 625 6 1.92 3750 7200 472B 625 18 1.92 11250 21600 471A 625 11 1.92 6875 13200 470A 625 12 1.92 7500 14400 469A 625 9 1.92 5625 10800 449 625 7 1.92 4375 8400 450A 625 8 1.92 5000 9600 TOTAL 386.875 742.800

Page 130: PERTAMBANGAN NIKEL

0 100 200 300 400

2100 2150 2200 2250 2300 2350 2400-1650

-1600

-1550

-1500

-1450

-1400

-1350

-1300

A

B

C

D

E

F

G

H

IJ

KL

M

N

PETALUBANG BOR & SAYATAN

Skala 1 : 500

LEGENDA

Garis Kontur (Interval Kontur 3 m)

Lubang Bor

Sayatan

Lokasi : Areal penambangan nikel tambang tengah bukit TLC-3PT. Antam Tbk UBPN Pomalaa,Kab Kolaka, Sulawesi Tenggara

OlehNama : Zaenal Abbidin KamarullahNo. Mhs : 71106072Jurusan : Teknik Pertambangan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONALYOGYAKARTA

LAMPIRAN F

PETA LUBANG BOR DAN SAYATAN

Page 131: PERTAMBANGAN NIKEL

0 100 200 300 400

2100 2150 2200 2250 2300 2350 2400-1650

-1600

-1550

-1500

-1450

-1400

-1350

-1300

651A 650A 649A 648B

641A 641B 642A 643A 645A 645B

619A 617A 617B 615A 612A

592A 592B 593A 594A 596A 596B 597A 598B

574A 573A 572A 571A 570A 569A

546B 547A 548A 549A

529A 528B 528A 527A

505A 506A 507A 508A

494C 493A 492A

473F 473E

473A473B 473D 475A

471F 470D

472B 471A 470A 469A

449 450A

PETALUBANG BOR & DAERAH PENGARUH

Skala 1 : 500

LEGENDA

Garis Kontur (Interval Kontur 3 m)

Lubang Bor

Daerah Pengaruh

Lokasi : Areal penambangan nikel tambang tengah bukit TLC-3PT. Antam Tbk UBPN Pomalaa,Kab Kolaka, Sulawesi Tenggara

OlehNama : Zaenal Abbidin KamarullahNo. Mhs : 71106072Jurusan : Teknik Pertambangan

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONALYOGYAKARTA

LAMPIRAN G

PETA LUBANG BOR DAN DAERAH PENGARUH