KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

80
KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK BERNAI KABUPATEN TANJUG JABUNG BARAT SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Stara Satu (S1) Dalam Sejarah Peradaban Islam Pada Fakultas Adab dan Humaniora Oleh M HAVIS AS150494 JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Transcript of KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

Page 1: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA

LUBUK BERNAI KABUPATEN TANJUG JABUNG BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Syarat-Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Stara Satu (S1) Dalam Sejarah

Peradaban Islam Pada

Fakultas Adab dan Humaniora

Oleh

M HAVIS

AS150494

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UIN SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2019

Page 2: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...
Page 3: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...
Page 4: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...
Page 5: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

iv

MOTTO

ينَ لِ جَاهِ نِ الْ َعْرِضْ عَ أ عُرْفِ وَ رْ بِالْ مُ أْ وَ وَ فْ عَ خُذِ الْ

Artinya :

“Jadilah Engkau Pema’af dan Suruhlah Orang Mengerjakan Yang Ma’ruf, Serta

Berpalinglah Dari Pada Orang-Orang Yang Bodoh” (Qs. Al- A’raf: 199).1

1 Nanang Solihin, Al-Qur’anku dengan metode tajwid akronim, (Jakarta: Lautan Lestari,

2010), hlm. 176.

Page 6: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

v

PERSEMBAHAN

حِيمِ رَحْمنِ الرَّ ِ الَّ بسِْمِ اللّه

Karya ilmiah ini penulis persembahkan untuk:

Bapak, Ibrahim Noor Ahmad

Bapak yang selalu mengajarkanku kesederhanaan, perihatin, sabar, selalu tetap

optimis, dan percaya diri. Terima kasih telah membesarkanku dan membimbingku

dengan penuh pengorbanan, kasih sayang, perhatian, serta doa yang begitu besar

dan tulus demi keberhasilanku.

Ibu, RTS. Nurlia

Kaulah pelitaku, sosok yang penuh kesabaran bagaikan telaga bening, tempat

menampung segala keluh kesah. Jiwa kokoh bagai karang yang berulang kali

diterjang pongahnya kehidupan.

Page 7: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

vi

KATA PENGANTAR

حِيمِ رَحْمنِ الرَّ ِ الَّ بسِْمِ اللّه

Assalamualaikum Wr Wb

Alhamdulillah, puji dan syukur tak henti-hentinya penulis ucapkan

kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan anugrah kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

Shalawat dan salam penulis hadiahkan kepada junjungan alam, yakni

Rasulullah Muhammad SAW, karena berkat perjuangan beliau kita terbebas dari

alam kegelapan dan dapat merasakan manisnya ilmu pengetahuan seperti yang

dirasakan saat sekarang ini.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengaturkan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Yth. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi.

2. Yth. Bapak Prof. Dr. H. Sua’idi Asyari, MA., Ph.D, Yth. Bapak Dr. H.

Hidayat, M.Pd, Yth. Ibu Dr. Hj. Fadhilah.M.Pd selaku Wakil Rektor I, II, dan

III UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

3. Yth. Ibu Prof. Dr. Hj. Maisah, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Yth. Bapak Dr. Alfian,S.Pd., M.Ed , Yth. Bapak Dr. H. Muhammad Fadhil,

M.Ag, Yth. Ibu Dr. Roudhoh, S.Ag, SS., M.Pd.I selaku Wakil Dekan I, II, dan

III Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Page 8: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

vii

5. Yth. Bapak Aliyas, S.Th.I., M.Fil.I selaku ketua Jurusan Sejarah Peradaban

Islam UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Yth. Bapak Dr. Ali Muzakir, M.Ag dan Yth. Bapak Agus Fiadi, S.IP, M.Si ,

selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah membantu dan

memberi kritikan maupun saran serta nasehat dalam penyusunan skripsi ini.

7. Yth. Ibu Mailinar, SS.Sos Selaku Dosen Pembimbing Akademik.

8. Yth. Seluruh Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sulthan Thaha

Saifuddin Jambi yang telah mengajar dan memberikan ilmu pengetahuan

kepada penulis.

9. Yth. Kepala Perpustakaan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi beserta stafnya

serta Kepala Perpustakaan Wilayah Jambi

10. Yth. Seluruh kepala desa dan ketua adat desa Lubuk Bernai Kabupaten

Tanjung Jabung Barat. Yang telah membantu dalam penelitian ini.

11. Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dan dorongan serta do’a

yang tiada hentinya agar dapat segera menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat-sahabati SPI’15 yang sama-sama berjuang di Fakultas Adab dan

Humaniora UIN STS Jambi. Khususnya lokal SPI/B yang telah menjadi

partner diskusi yang baik bagi penulis.

13. Teman-teman Mahad Al-Jamiah yang sama-sama berjuang dibangku kuliah

UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan Motivasi dan

Nasehat selama berada dibangku kuliah.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini, semoga Allah

Page 9: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

vii

Page 10: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

ix

ABSTRAK

M Havis. 2019. Kajian Naskah Tambo Hukum Adat Suku Nan Tigo Di Desa

Lubuk Bernai Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Jurusan Sejarah Peradaban

Islam Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha

Saifudin Jambi. Pembimbing I : Dr. Ali Muzakir M.Ag dan Pembimbing II : Agus

Fiadi, S.IP, M.Si.

Penelitian ini membahas tentang naskah tambo hukum adat suku nan tigo di desa

Lubuk Bernai Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Naskah ini berisi tentang hukum

adat atau aturan yang ada di desa tersebut. Adapun tujuan penelitian adalah ingin

mencari tahu apa hal-hal yang melatar belakangi naskah tambo hukum adat suku

nan tigo dan ingin mengetahui apa saja isi dari naskah tersebut, juga mencari tahu

fungsi dan peranan naskah bagi desa tersebut. Penelitian ini merupakan kajian

lapangan yang menggunakan metode Filologi dengan pendekatan tehnik

wawancara kepada seluruh informan yang berkaitan dengan penelitian tersebut.

Dan tambahan kepustakaan berupa buku, jurnal. Hasil penelitian ini adalah isi dari

naskah ini merupkan aturan-aturan yang harus ditaati oleh masnyarakat dan aturan

terhadap seorang pemimpin dalam menjalankan kewajiban di daerah tersebut,

naskah ini ditulis pada masa kepala desa pertama desa Lubuk Bernai atau dahulu

disebut riyo yang namanya tertulis di naskah tambo hukum adat suku nan tigo

yaitu datuk suroh pada tahun 1656 dengan kulit kerbau yang ditulis dengan aksara

Arab (Jawi) dengan mengunakan bahasa melayu, kemudian naskah ini hilang pada

masa kepala desa datuk Jatim pada tahun 1949. Dan kemudian disalinan kembali

pada kertas milimeter pada tahun 1954 pada masa kepala desa datuk Suhur.

Kata Kunci : Naskah, Hukum Adat, Filologi.

Page 11: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

x

DAFTAR ISI

NOTA DINAS .......................................................................................................... I

PENGESAHAN ........................................................................................................ II

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................... III

MOTTO .................................................................................................................... IV

PERSEMBAHAN ..................................................................................................... V

KATA PENGANTAR .............................................................................................. VI

ABSTRAK ................................................................................................................ IX

DAFTAR ISI ............................................................................................................. X

DAFTAR TABEL..................................................................................................... XIII

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7

C. Tujuan dan Manfaat penelitian ........................................................... 8

D. Batasan Masalah ................................................................................. 8

E. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 8

F. Kerangka Teori ................................................................................... 9

G. Sistematika Penulisan ......................................................................... 19

G. Jadwal Penelitian ................................................................................ 20

BAB II METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ............................................................................... 22

B. Tehnik Pengumpulan Data ................................................................. 22

C. Langkah Kerja Filoogi ........................................................................ 22

1. Iventarisasi Naskah ...................................................................... 22

2. Deskripsi Naskah ......................................................................... 23

3. Transeliterasi Naskah ................................................................... 24

Page 12: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

xi

4. Penyuntingan Teks ....................................................................... 25

D. Lingkup Penelitin............................................................................... 26

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis ................................................................................ 27

B. Sejarah Desa ..................................................................................... 28

C. Keadaan Penduduk ........................................................................... 32

D. Keadaan Sosial Ekonomi, Agama dan Pendidikan .......................... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Naskah tambo hukum adat suku nan tigo di desa Lubuk Bernai

Kabupaten Tanjung Jabung Barat ...................................................... 38

1. Deskripsi Naskah ......................................................................... 38

2. Tranliterasi Naskah ...................................................................... 39

3. Suntingan Teks ............................................................................. 45

B. Latar Belakang Penulisan Naskah Tambo Hukum Adat Suku Nan

Tigo Di Desa Lubuk Bernai Kabupaten Tanjung Jabung Barat ......... 49

C. Isi dan Makna yang Terkandung Dalam Naskah Tambo Hukum

Adat Suku Nan Tigo ........................................................................... 50

D. Fungsi dan Peranan Naskah Terhadap Kehidupan Masnyarakat

Desa Lubuk Bernai ............................................................................. 55

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 57

B. Rekomendasi ...................................................................................... 59

C. Kata Penutup ...................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 61

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA .............................................................. 62

CURRICULUM VITAE ............................................................................................ 64

Page 13: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian ................................................................................ 21

Tabel 3,1 Jumlah Penduduk ...................................................................................... 34

Tabel 3.2 Jumlah Pekerjaan ...................................................................................... 35

Tabel 3.3 Sarana pekerjaan ....................................................................................... 36

Tabel 4.1 Pedoman Tranliterasi Arab Latin .............................................................. 40

Page 14: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lahirnya hukum adat pada hakekatnya sudah ada pada zaman kuno,

zaman pra-Hindu tersebut menurut ahli-ahli hukum adat merupakan adat

melayu Polinesia, lambat laun datang di kepulauan kita di kultur Hindu,

kemudian kultur Islam dan kultur Kristen yang masing-masing mempengaruhi

kultur-kultur asli tersebut.

Pengaruh hukum tersebut sangat besar sehingga akhirnya kultur yang asli

yang sejak lama menguasai tata kehidupan Indonesia itu terdesak. Kenyataan

yang ada, hukum adat yang timbul dan berkembang dimasyarakat merupakan

hasil akulturasi antar peraturan-peraturan adat istiadat zaman pra-Hindu

dengan peraturan-peraturan hidup yang dibawa oleh kultur Hindu, Islam dan

Kristen.1

Hukum adat merupakan nilai-nilai yang hidup dan berkembang didalam

masyarakat disuatu daerah. Walaupun sebagian besar hukum adat tidak

tertulis, namun ia mempunyai daya ikat yang kuat dalam masyarakat. Ada

sanksi tersendiri dari masyarakat jika melanggar aturan hukum adat. Hukum

adat yang hidup dalam masyarakat ini, bagi masyarakat yang masih kental

budaya aslinya akan sangat terasa.

Penerapan hukum adat dalam kehidupan sehari-hari juga sering

diterapkan oleh masyarakat. Bahkan seorang hakim, jika ia menghadapi

sebuah perkara dan dia tidak dapat menemukannya dalam hukum tertulis, ia

harus dapat menemukan hukumnya dalam aturan yang hidup dalam

masyarakat. Artinya hakim juga harus mengerti perihal hukum adat. Hukum

adat dapat dikatakan sebagai hukum perdatanya masyarakat Indonesia.

Dari kebanyakan hukum adat di Nusantara, Sering kali kita temui bahwa

hukum adat itu kebanyakan hanya dituturkan secara lisan dan dikatakan hanya

dengan mulut saja. Namun dengan perkembangan zaman, hukum adat itu

sudah ada yang ditulis, sudah ada yang ditulis dalam bentuk teks, tujuanya

1 Dominikus Rato, Hukum Adat Kontemporer, (Surabaya : Laks Bang Justitia, 2015) Hal: 24.

Page 15: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

2

adalah agar suatu hukum adat itu tidak hilang begitu saja, karena sudah

banyak dari hukum adat itu banyak yang sudah terlupakan. Kebanyakan dari

hukum adat itu disalin ke dalam kertas atau kulit-kulit binatang-binatang.

Hukum adat di tulis dalam bentuk naskah.

Namun hukum adat berbentuk naskah itu sangat jarang ditemukan, hanya

beberapa daerah yang menyalinnya dalam bentuk naskah. Kebanyakan dari

daerah-daerah hanya menerapkan hukum adat dengan secara perkataan saja,

dan hanya orang-orang tertentu yang mengetahui tentang aturan hukum adat

tersebut.

Berbicara tentang naskah, naskah menyimpan banyak informasi tentang

kehidupan suatu masyarakat bangsa pada masa lampau. Berbagai aspek

kehidupan pada masa lampau, seperti aspek politik, ekonomi, kesehatan,

sosial, dan budaya bangsa, termasuk di dalamnya antara lain unsur-unsur

sejarah, bahasa, sastra, diantaranya seperti hukum yang berkenaan dengan

hukum adat istiadat yang berlaku bagi masnyarakat. Beberapa kandungan

naskah tersebut memperlihatkan kesinambungan dengan eksperesi kehidupan

pada masa kini.2

Khazanah peninggalan masa lalu berupa naskah merupakan bagian

penting dalam kajian suatu peradaban atau kebudayaan, tak terkecuali kajian

keislaman. Ribuan naskah yang dihasilkan oleh suatu kebudayaan sangat

disayangkan jika tidak digali lebih lanjut sebagai sumber kajian dalam

mempelajari kebudayaan yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan naskah

mengandung berbagai unsur yang sangat menarik untuk diselidiki, misalnya,

isi, kebahasaan, kesastraan dan keadaan sosial budaya bangsa pada waktu dan

tempat naskah itu diciptakan. Robson mengemukakan titik tolak pandangan

yang penting dalam menghadapi naskah, yaitu: naskah lama sebagai hasil

karya sastra merupakan hasil suatu kebudayaan pada saat tertentu, maka fakta-

fakta yang diambil dari karya itu harus diterangkan dalam hubungan

2 Dedi Supriadi, 2011, Tradisi Pembacaan Naskah Nyi Sri Pohaci Didesa Racakalong

Kabupaten Sumedang Jawa Barat (Jakarta: Jurnal Manassa, Vol. 1, No 2), Hal: 1-2.

Page 16: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

3

pengetahuan kita dengan masnyarakat pada waktu itu dan tempat ia

diciptakan.3

Naskah atau manuskrip merupakan salah satu sumber primer yang paling

otentik, yang dapat mendekatkan jarak antara masa lalu dan masa kini. Naskah

juga merupakan sumber yang sangat menjanjikan bagi suatu penelitian,

tentunya bagi mereka yang tahu cara membaca dan menafsirkannya. Naskah

bisa disebut juga sebuah “ jalan pintas “ istimewa (privileged shotcut access),

untuk mengetahui khazanah intelektual dan sejarah sosial, kehidupan

masyarakat di masa lalu.4

Pentingnya naskah sebagai warisan budaya yang rentan rusak dengan

kondisi yang kurang diperhatikan secara khusus serta tidak sedikit naskah-

naskah yang disimpan di Negara Belanda. Maka sebaiknya dilakukan

penyelamatan terhadap naskah. Salah satu penyelamatan terhadap naskah

yakni dengan melakukan penelitian naskah. Penelitian naskah pada mulanya

dikaji dalam filologi sebelum diteliti dalam cakupan berbagai bidang ilmu

lainnya.5

Naskah kuno sebagai dokumen produk masyarakat sejak ratusan tahun

lalu menyimpan ragam informasi dan kearifan lokal yang menggambarkan

sejarah kebhinekaan Indonesia, ada lebih dari 20 bahasa daerah yang

digunakan.6 Naskah biasanya ditulis dalam berbagai aksara dan bahasa,

seperti huruf Arab (Jawi) untuk teks bahasa Melayu, Minang dan Ambon,

Huruf Buri Wolio (Huruf Arab) untuk teks bahasa Wolio, Huruf Pegon (Huruf

Arab) untuk teks bahasa Jawa, Madura dan Sunda, Serta banyak lagi aksara

dan bahasa lainnya. Secara umum isi naskah di Indonesia dapat dibagi

beberapa katagori. Katagori naskah ini seperti teks keagamaan, teks bernuansa

3 Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Penelitian Bahasa Dan Sastra Dalam Naskah

Cerita Sri Tanjung Di Banyuwangi, (Jakarta: Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa,1997),

Hal: 6. 4 Oman Faturahman, Filologi dan Islam Indonesia, (Jakarta: Badan Litbang, 2010), Hal: 3-4. 5 Sri Wulan Rujianti Mulyadi, Kodikologi Melayu Di Indonesia ( Depok: FS_UI, 1994), Hal: 6-

9. 6 Dinar Puspita Dewi, Preservasi Naskah Kuno, ( Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2014),

Hal: 1.

Page 17: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

4

sejarah, bahasa, sastra, etika, undang undang, hukum adat, foklor, legenda,

seni, teknologi, permainan dan lain sebagainya.7

Naskah mempunyai manfaat dan peranan yang bersifat universal. Artinya,

isi naskah dapat dinikmati atau dimanfaatkan oleh siapapun, dari berbagai

kalangan maupun berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, naskah

perlu dilestarikan dan dikaji lebih lanjut. Oleh karena itu, salah satu studi

keilmuan yang mengarahkan pandangannya ke sana, adalah penelitian filologi.

Penelitian filologi ini merupakan ilmu penelitian yang objek kajiannya

berupa naskah-naskah lama, yang berfokus pada dua hal yakni Naskah dan

Teks. Dijelaskannya juga bahwa objek penelitian filologi adalah naskah

tulisan tangan yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan

sebagai hasil budaya masa lampau. Filologi dalam arti luas adalah ilmu yang

mempelajari segala segi kehidupan masa lampau, yang tertuang dalam tulisan.

Di dalam tulisan mencakup bahasa, sastra, adat istiadat, hukum dan lain-lain

sebagainya.8

Penggarapan naskah melalui filologi merupakan salah satu upaya

penyelamatan warisan nenek moyang yang berbentuk tulisan, yaitu naskah.

Penggarapan naskah juga merupakan salah satu upaya untuk

menyelamatkannya dari kerusakan. Apabila naskah telah hancur karena

umurnya yang sudah tua, akan kesulitan dalam melacak ajaran nenek moyang

melalui naskah tersebut. Jika dilacak melalui informan untuk mengetahui

secara langsung ajaran-ajaran yang disampaikan dalam bentuk tertulis,

kemungkinan sulit untuk mendapatkan informan itu.

Pada kenyataannya penanganan naskah tidak seperti yang diharapkan.

Beberapa kendala yang dihadapi dalam penanganan naskah di antaranya

adalah jenis huruf yang digunakan dalam naskah sudah tidak dikenal oleh

kebanyakan masnyarakat sekarang, karena tulisan dan bahasanya sudah tidak

dipakai sehari-hari pada saat ini. Oleh karena itu, harus ada yang

7 Titik Pudjiastuti, Naskah Dan Identitas Budaya (Bogor: Akademia, 2006), Hal: 10. 8 Achdiati Ikram, Filologi Nusantara (Jakarta: Pustaka Jaya, 1980), Hal: 1.

Page 18: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

5

mengenalkannya dalam bahasa sekarang. Agar generasi sekarang maupun

generasi mendatang dapat mengetahui dan memahami segala aspek

kebudayaan terdahulu.

Pemikiran-pemikiran masyarakat masa lampau yang tertulis di dalam

naskah tidak sepenuhnya dapat tersampaikan dengan baik kepada masyarakat

masa kini, hal itu dikarenakan naskah-naskah kuno masih menggunakan

aksara dan bahasa daerah. Masih digunakannya aksara dan bahasa daerah pada

naskah-naskah kuno itu berdampak pada minat masyarakat masa kini untuk

membaca dan mempelajarinya. Jika minat masyarakat masa kini terhadap

naskah kuno semakin menurun, maka warisan kebudayaan ini akan musnah

seiring berjalannya waktu.

Teks naskah yang akan dijadikan objek penelitian ini adalah naskah

hukum adat (Tambo) desa Lubuk Bernai yang diberi nama “Tambo Hukum

Adat Suku Nan Tigo”. Naskah ini terdapat di Kabupaten Tanjung Jabung

Barat, Desa Lubuk Bernai. Naskah ini ditulis mengunakan aksara Arab dan

berbahasa Melayu. Naskah ini sangat penting untuk diteliti, karena naskah ini

berkaitan dengan hukum adat yang berlaku sampai sekarang di desa Lubuk

Bernai. Naskah tambo hukum adat suku nan tigo merupakan awal dalam

membuka wawasan untuk mengetahui peranan fungsi naskah, terlebih lagi

naskah ini berkaitan dengan hukum adat yang masih berlaku pada saat

sekarang.

Naskah yang ada di daerah ini dipegang oleh seorang ketua adat desa

Lubuk Bernai. Dan menurut informasi dari ketua adat setempat, naskah ini

bukan saja sebagai hukum adat di desa Lubuk Bernai saja, tapi menurut tambo

Tungkal Ulu dijelaskan bahwa wilayah Tungkal Ulu dibagi dalam tiga area

atau disebut “suku nan tigo”. Tiga suku yang dimaksud adalah anak-anaknya

yang mendiami tiga wilayah masin-masing, Lubuk Kambing, Lubuk Benai

(Tanjung Gentting), dan Rantau Benar. Jadi dapat dipastikan hukum adat yang

berlaku di desa Lubuk Bernai sama dengan dua suku di atas. Naskah ini berisi

tentang hukum atau aturan yang harus ditaati oleh masnyarakat setempat dan

Page 19: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

6

tidak boleh diingkari meskipun kepala desa setempat.9 Naskah umumnya

mengunakan aksara ataupun bahasa yang sedikit tidak dipahami oleh orang

banyak termasuk warga setempat yang buta huruf yang susah untuk

membacanya, dan memahaminya. Oleh karna itu, perlu dilakukan kajian

filologi terhadap naskah, agar dapat berguna apabila naskah ini rusak atau

hilang. Maka naskah yang berisi tentang hukum adat wilayah tersebut, sangat

penting untuk dilakukan kajian guna mengetahui isi atau makna dan

mengetahui hukum adat yang disebutkan dalam naskah ini. Dalam mengkaji

naskah ini peneliti akan melakukan penelitian dengan mengkaji naskah dengan

metode penelitian filologi.

Dalam penelitian ini, diawali dengan pendeskripsian fisik naskah dan

akan difokuskan untuk memahami latar belakang naskah berupa hal-hal yang

berkaitan dengan naskah seperti asal usul naskah, serta peranan naskah dalam

menentukan hukum adat, atau kegunaan naskah dalam keadaan masa sekarang

ini. Penelitian mengenai naskah ini dilakukan sebagai membuka Suber

Informasi bagi masnyarakat. Di samping itu peneliti juga bertujuan untuk

membantu mempertahankan naskah tersebut. Berdasarkan latar belakang di

atas, maka penulis mengangkat skripsi yang berjudul “Kajian Naskah Tambo

Adat Suku Nan Tigo di desa Lubuk Bernai Kabupaten Tanjug Jabung Barat“

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang di atas, agar tidak terjadi kesalahan dalam

penulisan skripsi nantinya, maka penulis membatasi permasalahan dengan

rumusan masalah ini adalah sebagai berikut :

1. Apa yang melatar belakangi penulisan naskah tambo adat suku nan tigo

Desa Lubuk Bernai Kabupaten Tanjung Jabung Barat ?

2. Apa isi yang terdapat dalam naskah tambo adat suku nan tigo Desa Lubuk

Bernai Kabupaten Tanjung Jabung Barat ?

3. Apa fungsi dan peranan naskah terhadap kehidupan masnyarakat di desa

Lubuk Bernai ?

9 Hasil Wawancara Ketua Adat Lubuk Bernai, Bapak Ali Hasan ( Rabu,17 Januari 2018 ).

Page 20: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian tersebut, yaitu :

1. Agar kita mengetahui latar belakang isi naskah tambo adat suku nan tigo

desa Lubuk Bernai Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

2. Agar kita bias memahami apa saja isi yang terdapat dalam naskah tambo

adat suku nan tigo desa Lubuk Bernai Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

3. Agar mengetahui fungsi dan peranan naskah terhadap kehidupan

masnyarakat di desa Lubuk Bernai.

Adapun manfaat penelitian ini, yaitu :

1. Manfaat Lembaga

Sumbangan terhadap civitas akademika. Penelitian ini diharapkan

dapat dimanfaatkan sebagai percontohan hasil studi mahasiswa

terutama bagi Jurusan Sejarah Peradaban Islam pada Fakultas Adab dan

Humaniora Universitas Islam Negeri Sultan Thata Saifuddin Jambi

sehingga dapat memberi ide untuk melaksanakan kegiatan serupa

dalam pelaksanaan aktivitas perkuliahan atau hal lain sesuai dengan

tujuan lain.

2. Keilmuan

a. Digunakan untuk penulisan Skripsi sebagai salah satu syarat guna

menempuh mata kuliah Tugas Akhir atau Skripsi yang diprogramkan

pada semester VIII.

b. Digunakan untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman.

D. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini difokuskan pada kajian filologi

mengenai kajian filologi naskah tambo adat suku nan tigo desa Lubuk Bernai

Kabupaten Tanjung Tabung Barat.

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan judul penelitin di atas peneliti menemukan beberapa

penelitian atau karya ilmiah yang terkait dengan judul penelitian, yang dapat

dijadikan sumber panduan atau bandingan untuk penelitian ini.

Page 21: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

8

Penelitian pertama, oleh R. Aris Hidayat tahun 2010 di Jurnal Analisa

volume XVII, No.01, Balai Litbang Agama Semarang. Isi penelitian ini

menceritakan tentang hasil penelitian terhadap naskah keagamaan klasik

tentang tasawuf menggunakan pendekatan filologi. Naskah yang digunakana

adalah naskah tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah, berbahasa Jawa dengan

aksara Arab pegon. Penelitian ini lebih mengedepankan makna ritual Tarekat

Qodiriyah yang terkandung dalam naskah.

Penelitian kedua, penelitian karya eka purwanti yang berjudul “manuskrip

sifat dua puluh sebuah kajian naskah di desa lubuk resam kecamatan

cerminan gedang kabupaten sarolangun”, penelitian ini berisi tentang

mengetahui apa itu naskah sifat dua puluh, dalam penelitian ini metode

penelitiannya yaitu metode filologi.

Penelitian yang ketiga, yang dijadikan sumber acuan penelitian ini adalah

penelitian karya indriana fajalaras yang diberi nama Piagam perbatasan

(tambo) batin tunggal desa lubuk resam: piagam cerminan gedang, muaro

limun, lubuk resam, di dalam penelitian ini peneliti mengunakan metode

penelitian filologi, di dalam penelitian ini di jelaskan tentang apa saja

perbatasan desa Lubuk resam dan keterkaitan antara tiga piagam tersebut.

Penelitian keempat, Piagam muara mandras, more malay documents from

highland jambi, merupakan suatu kajian filologi yang berisi tentang

perbatasan wilayah yang terdiri dari beberapa manuskrip, dalam penelitian ini

sama yang akan di teliti oleh penulis, karna dalam kajian filologi di atas

melakukan pendeskripsian naskah, memahami makna naskah dan sebagainya.

F. Kerangka Teori

Dalam sebuah penelitian, untuk memecahkan sebuah masalah yang

diteliti dibutuhkan seperangkat teori untuk menguraikan persoalan dengan

tepat. Pengertian teori menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah asas-

asas dan hukum yang menjadi dasar dalam suatu kesenian dan ilmu

pengetahuan. Teori merupakan alat terpenting dari suatu ilmu pengetahuan,

tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja. Oleh karena

Page 22: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

9

itu penulis akan menguraikan teori yang digunakan untuk menganalisis data

sebagai jalan keluar dalam penelitian ini:

1. Filologi

Filologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu philos yang

berarti cinta dan logos yang berarti kata. Dengan demikian, kata filologi

membentuk arti “cinta kata” Arti itu kemudian berkembang menjadi senang

belajar dan senang kesustraan atau senang kebudayaan. Sebagai istilah,

filologi merupakan suatu disiplin ilmu yang ditujukan pada studi teks yang

tersimpan dalam peninggalan tulisan masa lampau. Menurut Djamaris filologi

merupakan suatu ilmu yang objek penelitiannya berupa manuskrip-manuskrip

kuno. Dari pengertian tersebut, penelitian dengan pendekatan filologi bertugas

mencari kandungan naskah yang disimpan di dalam teks-teks naskah lama.

Di Inggris dan beberapa negara Eropa dan Amerika menyebutnya

pengertian filologi dengan filologi komparatif yang berada di bawah rumpun

linguistik. Sementara di Jerman, dengan kata philologie lebih mengacu pada

kajian mengenai teks-teks sastra, khususnya teks-teks sastra Yunani-Romawi

kuno dan kajian kebudayaan dan peradaban melalui dokumen-dokumen sastra.

Pengertian sangat spesifik mengenai filologi diungkapkan oleh Edwar

Djamaris. Menurutnya filologi adalah ilmu yang meneliti naskah-naskah lama.

Naskah, tambahnya adalah semua bahan tulisan tangan nenek moyang yang

terdapat pada kertas, lontar, kulit kayu dan rotan. Asumsi ini didasarkan pada

tulisan tangan yang tersimpan dalam media-media tersebut rentan dengan

kerusakan. Apalagi jika berusia ratusan tahun, tentu banyak tanda baca yang

hilang seperti titik dan huruf. Dengan begitu dibutuhkanlah suatu cara untuk

merekontruksi tulisan tersebut.

Pemfokusan pada naskah yang diutarakan Edwar ini selaras dengan

pernyataan filolog angkatan pertama dari Alexandria, Erastothenes (3 SM)

Hanya saja pemfokusannya dikhususkan pada teks. Menurutnya, filologi

merupakan ilmu yang mengkaji teks (kandungan) dari sebuah naskah. Maksud

teks ini berbeda dengan maksud Baroroh dkk. Bagi Erastothenes teks adalah

Page 23: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

10

mengetahui maksud pengarang dengan jalan menyisihkan kesalahan-

kesalahan dalam naskah. Seperti diketahui pada masa itu teks berada dalam

beberapa naskah yang masing-masing mempunyai bacaan yang berbeda,

bahkan ada pula yang sudah korup (rusak). Jadi, objek kajian filologi menurut

Erastothenes adalah teks, namun begitu untuk mengetahui kandungan teks itu

diharuskan meneliti telebih dahulu naskahnaskah yang mewadahinya.10

Filologi memandang perbedaan yang ada dalam berbagai naskah sebagai

suatu ciptaan dan menitikberatkan kerjanya pada perbedaan-perbedaan itu

serta memandangnya justru sebagai alternatif yang positif. Dalam hal ini,

suatu naskah dipandang sebagai satu penciptaan baru yang mencerminkan

perhatian yang aktif dari pembacanya. Selain itu, naskah juga dipandang

sebagai dokumen budaya serta refleksi dari zamannya. Filologi dalam aspek

kerja demikian disebut filologi modern.11 Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa filologi merupakan suatu studi tentang naskah yang berisi

teks-teks pada masa lampau dengan tujuan menggali kandungannya dari segi

budaya nenek moyang masa lampau.

Mulyani menyebutkan bahwa sikap pandang gejala variasi dalam teks-

teks yang tersimpan dalam naskah lama, muncul aliran filologi sebagai

berikut:

a. Filologi aliran tradisional memandang variasi sebagai bentuk korup,

sehingga tujuan kerjanya adalah menemukan bentuk mula teks atau yang

paling dekat dengan teks mula.

b. Filologi aliran modern memandang variasi sebagai bentuk kreasi untuk

memahami teks, menafsirkannya, membetulkannya, mengaitkan dengan

ilmu bahasa, sastra, agama, dan tata politik yang ada pada zamannya.

Selain itu, penelitian dengan pendekatan filologi bertugas meneliti varian

suatu naskah hingga menjadi naskah terbaca, sehingga didapatkan naskah

10 Khabib Muhammad Luthfi, 2016,Kontekstualisasi Filologi Dalam Teks-teks Islam

Nusantara, (Jawa Tengah, Jurnal Kebudayaan Islam, Vol. 14, No 1), Hal: 114-128. 11 Baried, Siti Baroroh, Pengantar Teori Filolologi, (Jakarta, pusat pembinaan dan

pengembangan bahasa departermen pendidikan dan kebudayaan, 1985), Hal: 3.

Page 24: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

11

yang bersih dari korup. Untuk itu, penelitian ini diarahkan pada penelitian

filologi modern, yaitu bukan hanya menyajikan teks menjadi terbaca, tetapi

juga bertujuan mengungkap nilai yang terkandung di dalam naskah.

Siti baroroh dkk membagi tujuan kajian filologi ke dalam dua bagian,

yaitu tujuan umum dan khusus.

a. Tujuan umum

1) Mengungkapkan produk masa lampau melalui peninggalan tulisan.

2) Mengungkapkan fungsi tulisan pada masnyarakat penerimanya.

3) Mengungkapkan nilai-nilai budaya masa lampau.

b. Tujuan khusus

1) Mengungkapkan bentuk mula teks yang tersimpan dalam peninggalan

tulisan masa lampau.

2) Mengungkapkan sejarah perkembangan teks.

3) Menyajikan teks dalam bentuk yang terbaca oleh masnyarakat masa

kini, yaitu dalam bentuk suntingan.12

Jadi dapat disimpulkan bahwa filologi merupakan suatu disiplin yang

mempelajari perkembangan kebudayaan suatu bangsa yang meliputi berbagai

aspek kehidupan masa lampau. Perkembangan tersebut dipelajari melalui hasil

budaya masa lampau berupa teks yang tersimpan dalam naskah peninggalan

tulisan masa lampau. Studi teks itu didasari adanya informasi tentang hasil

budaya manusia pada masa lampau yang tersimpan di dalamnya. Oleh karena

itu, filologi bertujuan untuk mengungkapkan hasil budaya masa lampau yang

tersimpan dalam peninggalan tulisan yang berisi buah pikiran, perasaan,

kepercayaan, adat istiadat, dan nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat

pada masa lampau.

2. Objek Penelitian Filologi

Setiap kajian ilmu mempunyai objek penelitian. Kajian ilmu filologi juga

mempunyai objek sebagai sasaran untuk penelitiannya. Objek dari penelitian

12 Baried, Siti Baroroh, Pengantar Teori Filolologi , Hal: 5-6.

Page 25: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

12

filologi berupa naskah dan teks. Filologi mempelajari kebudayaan masa

lampau melalui teks-teks tertulis yang terdapat dalam naskah.

Peninggalan suatu kebudayaan yang berupa naskah merupakan dokumen

bangsa yang paling menarik bagi para peneliti kebudayaan lama, karena

memiliki kelebihan yaitu dapat memberi informasi yang lebih luas. Adapun

objek penelitian filologi adalah sebagai berikut:

a. Naskah/Manuskrip

Kata manuscript di ambil dari ungkapan latin codicesmanu scripti,

artinya buku-buku yang di tulis dengan tangan. Kata manu berasal dari kata

manus, yang artinya tangan sedangkan scriptusx berasal dari kata scriber

yang artinya menulis.

Kata naskah berasal dari berasal dari bahasa Arab (al-nuskhah) yang

berarti tulisan tangan. Dalam kata latin disebut “manusript”, atau disebut

juga ‘kodeks’ Kodeks sendiri mempuyai arti “Esp of ancient texts” atau

dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan menjadi gulungan atau buku

tulisan tangan. Dalam bahasa belanda istilah naskah disebut handschrift.13

Naskah dalam kajian filologi merupakan bentuk konkret suatu tulisan yang

dapat dilihat dan dipegang. Sedangkan Dalam KBBI tahun 1997 Naskah

adalah (1) karangan yang masih ditulis dengan tangan; (2) karangan

seseorang yang belum diterbitkan; (3) bahan bahan berita yang siap untuk

diset; dan (4) rancangan.14

Perlu diketahui bahwa pengertian bahan tulisan bukan semua benda

yang dapat menerima teks tetapi mempunyai makna benda-benda tertentu,

artinya tidak semua benda kuno yang terdapat tulisan bisa dikatakan naskah.

Hal demikian terjadi karena para ahli memisahkan benda-benda tertentu dari

kategori naskah seperti batu. Batu yang memiliki tulisan disebut piagam,

batu bersurat, atau inkripsi. Ilmu dalam bidang tulisan dalam batu disebut

epigrafi dan epigrafi merupakan bagian dari cabang ilmu arkeologi.15

13 Edwar Jamaris, Metode Penelitian Filologi, (Jakarta: Manasco, 2002), Hal: 6. 14 Oman Fathurahman, Filologi Indonesia, (Jakarta: Prenamedia Group,2015), Hal: 21. 15 Supriadi, Aplikasi Metode Penelitian Filologi, (Bandung: PustakaRahmat, 2011), Hal:4.

Page 26: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

13

Naskah kuno adalah benda budaya yang merekam informasi dan

pengetahuan masyarakat lampau yang diturunkan secara turun-temurun dari

dulu hingga sekarang. Warisan budaya berupa naskah tersebut bermacam-

macam bentuknya dan tersebar di seluruh Indonesia, ditulis dengan berbagai

bahasa dan aksara. Bahasa yang dipergunakan terkadang identik dengan

tempat naskah ditulis, seperti bahasa Sunda di wilayah Jawa, bahasa Melayu

di sekitar wilayah Sumatera dan Kalimantan, dan bahasa lainnya yang

disesuaikan dengan bahasa di wilayah masyarakatnya.

Di Indonesia, bahan naskah kuno terbuat dari berbagai bahan seperti

lontar (daun siwalan), dan dawulang yaitu kertas jawa yang terbuat dari daun

teh. Setelah datang kertas Eropa, mulailah digunakan kertas tersebut karena

kualitasnya lebih baik. Satu hal yang hampir dapat dipastikan adalah bahwa

lebih banyak naskah salinan yag sampai kepada kita daripada naskah asli

yang ditulis asli yang ditulis langsung oleh pengarangnya (autograph).

Berkaitan dengan hal usia naskah, terdapat klasifikasi yaitu naskah

kuno dan naskah kontemporer. Menurut Undang-undang nomor 43 tahun

2007 tentang perpustakaan pasal 1 point a menyebutkan: Naskah kuno

adalah sebua dokumen tertulis yang tidak dicetak atau tidak diperbanyak

dengan cara lain, baik yang berada di dalam negeri atau di luar negeri yang

berumur sekurang-kurangnya 50 tahun dan yang mempunyai nilai penting

bagi kebudayaan nasional, sejarah dan ilmu pengetahuan.16 Sementara

naskah kontemporer yaitu naskah yang usianya belum mencapai 50 tahun.

Filologi naskah banyak berhubungan dengan pengetahuan mengenai

kehidupan naskah, mengenai berbagai segi penyaksian dengan tulisan

tangan. Dalam praktek, dapat terjadi dua atau tiga bentuk tradisi bercampur.

Misalnya, cerita rakyat yang setelah beberapa lama hidup dalam tradisi lisan,

lalu ditulis dalam naskah, kemudian mengalami penyalinan-penyalinan dan

selanjutnya dicetak. Keadaan lain dapat terjadi, misalnya teks lisan

16 Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan

Pasal 1 Point A.

Page 27: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

14

kemudian dipindahkan dalam bentuk naskah, dan dari bentuk naskah hidup

lagi dalam bentuk lisan.

Naskah-naskah di Nusantara mengemban isi yang sangat kaya.

Kekayaan itu dapat ditunjukkan oleh aneka ragam aspek kehidupan yang

dikemukakan, misalnya masalah sosial, politik, ekonomi, agama,

kebudayaan, bahasa, dan sastra. Apabila dilihat sifat pengungkapannya,

dapat dikatakan bahwa kebanyakan isinya mengacu kepada sifat-sifat

histories, didaktis, religius, dan belletri. Naskah yang menjadi sasaran kerja

filologi dipandang sebagai hasil budaya yang berupa `cipta sastra. Naskah

itu dipandang sebagai cipta sastra karena teks yang terdapat dalam naskah

itu merupakan suatu keutuhan dan mengungkapkan pesan. Pesan yang

terbaca dalam teks secara fungsional berhubungan erat dengan filsafat hidup

dan dengan bentuk kesenian yang lain. Dilihat dari kandungan maknanya.

Sebagai peninggalan lama, masalah waktu penciptaan naskah tidak dapat

diketahui secara pasti karena dalam fisik naskah tidak dijumpai data

waktu.17

b. Teks

Teks dapat diartikan sebagai kandungan atau muatan naskah. Jika

naskah merupakan bentuk konkret suatu tulisan, maka teks adalah sesuatu

yang abstrak yang hanya dapat dibayangkan saja. Menurut Mulyani teks

adalah rangkaian kata-kata yang merupakan bacaan dengan isi tertentu atau

kandungan naskah yang memberi informasi mengenai kebudayaan suatu

bangsa pada masa lampau yang disajikan dalam bentuk lisan atau tertulis.

Teks adalah kata-kata atau tulisan asli pengarang atau naskah asli yang

ditulis oleh pengarang. Teks ini biasanya di tulis oleh pengarangnya dengan

tulisan tangan lembar demi lembar hingga siap untuk dibaca. Setiap

pengarang biasanya hanya membuat sebuah teks untuk kemudian

disebarluaskan atau disosialisikan. Setelah selesai membuat karangan,

bisanya energi seorang pengarang difokuskan untuk karya berikutnya.

17 Baried, Siti Baroroh, Pengantar Teori Filolologi , Hal: 55.

Page 28: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

15

Ketika teks tersebut telah sampai di masyarakat muncullah kegiatan

lain, yaitu pembacaan teks yang dilakuan oleh masyarakat. Peristiwa

pembacaan tersebut mendorong munculnya peristiwa lain, yaitu keinginan-

keinginan untuk menggandakan atau menyalin teks tersebut dengan berbagai

macam alasan.

Adapun alasan untuk menggandakan teks tersebut adalah sebagai

berikut :

1) ingin memiliki sendiri teks tersebut.

2) kekhawatiran terjadi sesuatu dengan teks atau naskah asli, misalnya

hilang,terbakar, ketumpahan benda cari dan lain sebagainya.

3) Tujuan magis, yaitu dengan menyalin naskah tertentu orang akan

merasa mendapat kekuatan magis dari teks yang disalin itu.

4) Naskah dianggap penting untuk disalin karena tujuan politik agama,

pendidikan, dan sebagainya.

Proses penggandaan atau penyalinan teks (naskah asli) disebut juga

sebagai penurunan atau tradisi teks. Penurunan teks tidak hanya terjadi pada

teks atau naskah asli tetapi juga terjadi pada naskah turunan pertama, kedua,

ketiga dan seterusnya. Pada proses ini, berbagai kemungkinan bisa saja

terjadi. Kemungkinan yang paling sering terjadi adalah naskah turunan

mengalami perubahan baik yang berupa kesalahan penyalinan atau bahkan

sengaja diubah oleh penyalin karena berbagai alasan. Bentuk kesalahan

penyalinan atau perubahan setidaknya ada dua pola, yaitu bentuk perubahan

karena ketidaksengajaan dan bentuk perubahan karena adanya kesengajaan.

Bentuk bentuk perubahan karena ketidaksengajaan antara lain ialah adanya

beberapa bagian yang ditanggalkan (lakuna), huruf yang hilang (haplografi),

penyalinan maju dari perkataan keperkataan yang sama suatu kata, suatu

bagian kalimat, beberapa baris, atau satu bait terlampui, atau sebaliknya

ditulis dua kali (ditografi), atau ada tambahan

(interpolasi). Bentuk perubahan karena adanya kesengajaan biasanya karena

adanya beberapa tujuan seperti politik, ideologi, budaya, dan sebagainya.

Page 29: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

16

Secara teoretis, semakin tinggi frekuensi penyalinan atau penurunan

naskah semakin tinggi pula intensitas perubahannya. Teks atau naskah asli

mungkin diturunkan lebih dari satu kali. Artinya, kemungkinan

perubahannyapun lebih dari satu kali. Di samping itu, naskah turunan

tersebut juga berkemungkinan untuk diturunkan lagi lebih dari satu kali.

Dengan demikian, sebuah teks atau naskah asli bisa diturunkan menjadi

anak, cucu, cicit dan seterusnya. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa

tingkat intensitas perubahan sangat ditentukan oleh frekuensi penyalinan.

Peristiwa di atas mengakibatkan setiap naskah mempunyai perbedaan

dengan naskah yang lain. Akibatnya, teks atau naskah asli yang jumlahnya

hanya satu tidak dapat teridentifikasi lagi. Dalam penelitian filologi, teks

atau naskah asli selanjutnya dijadikan hipotesis atau dugaan. Dengan

demikian, teks atau naskah asli menjadi abstrak sedangkan yang kongkret

adalah naskah turunannya. Teks atau naskah asli dalam posisi seperti di atas

sering juga disamakan dengan bahan cerita. Sedangkan naskah turunannya

yang bermacam-macam disamakan dengan cerita yang tertulis atau wacana

(discourse atau syuzet). Teks atau naskah asli baru dapat ditemukan setelah

dilakukan rekonstruksi penelusuran penurunan teks berdasarkan atas ciri-ciri

perbedaan dan persamaan naskah yang terdapat dalam setiap naskah variabel

yang ditemukan.

Teks sendiri terdiri dari 2 unsur yaitu isi dan bentuk. Di dalam isi,

memuat ide-ide atau amanat yang hendak disampaikan pengarang kepada

pembaca. Sedangkan bentuk, yaitu cerita dalam teks yang dapat dibaca dan

dipelajari menurut berbagai pendekatan melalui alur, perwatakan, gaya

bahasa, dan sebagainya. Secara garis besar teks terbagi menjadi tiga macam,

yaitu: teks lisan, teks tulisan tangan dan teks cetakan.18

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa teks merupakan bagian yang

abstrak dari suatu naskah. Teks hanya dapat dibayangkan saja dan dapat

diketahui isinya jika sudah dibaca. Isi dari teks adalah berupa ide-ide,

18 Musthofa, Materi Kuliah Filologi Uin Sunan Kalijaga (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga,

2010), Hal: 23

Page 30: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

17

informasi, pesan atau amanat yang akan disampaikan oleh pengarang kepada

pembaca.

3. Tambo

Tambo adalah salah satu bentuk ekspressi atas kesadaran masyarakat

terhadap masa lalu mereka. Tambo berisikan tentang seluk beluk kebudayaan

dan adat serta asal usul masyarakat di suatu daerah. Dalam Tambo terkandung

"narasi-narasi kesejarahan" yang ditujukan untuk berbagai kepentingan

sebagai ekspressi atas kondisi sosial pada waktu dimana Tambo itu dibuat.

Pada awalnya substansi Tambo dituturkan secara oral, dikabarkan

(dikhabarkan) dan didendangkan, dari istilah "Tambo", yang diperkirakan

berasal dari bahasa Sanskerta "Tambay" atau "Tambe" yang berarti bermula.19

Setelah masuknya agama Islam dan memperkenalkan tradisi menulis,

maka Tambo kemudian mengalami perobahan transmisi dari bentuk oral ke

bentuk tertulis. Tambo-Tambo yang semula dikabarkan, ditulis ke dalam

tulisan Arab Melayu. Sejalan dengan perubahan bentuk ini, substansinyapun

mengalami perubahan dan masuknya wacana-wacana keislaman ke dalam

narasinya. Hampir semua tambo yang ditemukan itu memiliki kesamaan, baik

bentuk, isi, maupun plot ceritanya. Perbedaan yang lazim terlihat antara tambo

satu daerah dengan tambo daerah lainnya adalah dalam penggunaan istilah dan

idiom yang digunakan yang disesuaikan dengan istilah atau idiom yang

digunakan oleh lingkungan sosial penulisanya dengan persamaan-persamaan

yang disebutkan, menjadikan tambo tertulis dapat dianggap sebagai tradisi

tuturan (folklore) dan setidaknya dari kandungan isinya memperlihatkan ciri

tradisi lisan yang merupakan hasil kegiatan berbahasa, disusun dalam bentuk

frasa, kalimat atau wacana, dan digunakan secara umum oleh masyarakat dari

generasi kegenerasi.

19 A.A Navis, Pemikiran Minangkabau, (Bandung : Angkasa,1 984), Hal: 45.

Page 31: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

18

G. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini terbagi dalam lima bab, antara babnya ada yang

terdiri dari sub-sub bab. Masing-masing bab membahas permasalahan

tersendiri, tetapi tetap saling berkaitan antara sub bab dengan bab yang

berikutnya. Untuk memberikan gambaran secara mudah agar lebih terarah dan

jelas mengenai pembahasan skripsi ini penyusunan menggunakan sistematika

penulisan membagi pembahasan sebagai berikut:

Bab I, merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah,

tinjauan pustaka, kerangka teori dan diakhiri dengan sistematika penulisan dan

jadwal penelitian.

Bab II, merupakan bab yang membahas tentang metode penelitian.

Bab III, merupakan bab yang membahas tentang gambaran umum lokasi

penelitian mulai dari letak geografis, sejarah desa, keadaan penduduk dan

keadaan sosial ekonomi, agama dan pendidikan desa.

Bab IV, merupakan bab pembahasan digunakan untuk memaparkan

pembahasan dan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan rumusan

masalah dimulai dari menjawab pertanyaan pertama, dilanjutkan ke

pertanyaan kedua dan ketiga.

Bab V, pada bab ini berisikan kesimpulan , rekomendasi, saran-saran dan

diakhiri dengan kata penutup.

Page 32: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

19

H. Jadwal Penelitian

Penelitian dilakukan dengan pembuatan proposal, kemudian dilanjutkan

dengan perbaikan hasil seminar proposal skripsi. Setelah pengesahan judul

dan riset, maka penulis mengadakan pengumpulan data, verifikasi, dan analisa

data dalam waktu yang berurutan. Hasilnya penulis akan berkonsultasi kepada

dosen pembimbing sebelum diajukan sidang munaqasah nantinya. Hasil

sidang munaqasah dilanjutkan dengan perbaikan dan pengadaan laporan

skripsi.

Tabel 1.I Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

2018/2019

Novem

ber

Desem

ber

Januari

Feb

ruari

Maret

April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan

judul

X

2 Pengajuan

dosen

pembimbing

x

3 Bimbingan,

perbaikan

proposal dan

izin seminar

x

x

x

X

x

X

4 Seminar

proposal

x

5 Revisi hasil

seminar dan

Surat izin

riset

X

x

x

6 Pengumpulan

data

x x x x X

7 Pengolahan

data

x X X X

8 Penulisan

skripsi

x X X X X X

9 Bimbingan X

Page 33: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

20

dan

perbaikan

10 Agenda dan

ujian skripsi

x

11 Perbaikan

dan

penjilidan

x

Page 34: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

BAB II

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode filologi,

metode filologi merupakan suatu disiplin ilmu yang meneliti naskah atau

penaskahan tulisan tangan (manuscripts). Metode yang digunakan dalam

filologi yaitu metode standar yang di dalamnya mencakup suntingan teks,

terjemahan teks, dan menyajikan kandungan isi. Disertai analisis isi dengan

menggunakan pendekatan Intertekstual, sehinga teks tampak mudah di pahami

oleh pembaca.

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan cara wawancara dan studi pustaka. Wawancara dilakukan dengan para

informan untuk mendapatkan informasi tentang naskah dan memperoleh data

yang berkitan dengan hubungan pengunaan naskah. Kemudian, studi pustaka

dapat dikatakan seperti membaca naskah yang berhubungan dengan penelitian

ini, kemudian memilih bagian-bagian yang relevan dengan penelitian.

C. Langkah Kerja Filologi

Naskah dan teks adalah objek dari filologi, maka untuk mengetahui

deskripsi dari objek filologi tersebut dilakukan langkah-langkah kerja

penelitian filologi. Langkah-langkah kerja penelitian filologi dituntut untuk

sabar, teliti, hatihati, cermat, dan tekun. Selain itu, ada beberapa langkah

langkah yang perlu dilakukan dalam kerja penelitian filologi.

Adapun langkah-langkah penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu :

1. Inventarisasi Naskah

Inventarisasi naskah adalah langkah awal yang dilakukan oleh

peneliti, dalam inventarisasi naskah di lakukan dengan cara

mengumpulkan semua naskah yang tersebar di berbagai tempat

penyimpanan. Tahap inventarisasi naskah dalam penelitian ini dilakukan

dengan metode studi lapangan, setelah pencarian dan pengumpulan maka,

Page 35: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

akhirnya penulis menemukan naskah “Naskah Tambo Adat Suku Nan

Tigo”, yang terdapat di desa Lubuk Bernai, Kabupaten Tanjung Jabung

Barat.

2. Deskripsi Naskah

Setelah melakukan inventarisasi naskah, langkah selanjutnya adalah

membuat uraian atau deskripsi naskah dan teks. Deskripsi naskah adalah

memaparkan atau menggambarkan dengan kata kata secara jelas dan

terperinci keadaan naskah yang diteliti. Adapun uraian atau deskripsi

naskah berisi keterangan sebagai berikut:

a. Tempat penyimpanan naskah (pribadi, pemerintah atau swasta) dan

nomor kodeks.

b. Judul, berdasarkan keterangan dalam teks oleh penulis pertama, atau

berdasarkan keterangan yang diberikan bukan oleh penulis yang

pertama.

c. Pengantar, uraian pada bagian awal di luar isi teks: waktu penulisan,

tempat penulisan, alasan penulis, tujuan penulisan, nama penulis,

harapan penulis, dan lain-lain.

d. Tarikh, tempat, tujuan, nama, dan pemrakarsa penyalinan.

e. Keadaan naskah, jenis bahan, tebal naskah, ukuran naskah.

f. Ukuran teks (panjang x lebar teks), jumlah halaman teks.

g. Kelengkapan teks (lengkap atau kurang, terputus atau hanya fragmen),

jenis (piwulang, sejarah, dan sebagainya), dan sampul naskah (warna,

bentuk, keadaan, bahan, hiasan, jilidan).

h. Isi: satu atau kumpulan dari beberapa teks.

i. Penomoran halaman, pembagian halaman naskah secara keseluruhan,

letak dan jumlah halaman teks yang menjadi objek penelitian jika

merupakan kodeks.

j. Tanda air atau cap air dalam naskah.

k. Hiasan atau gambar naskah (deskripsi warna, bentuk, goresan tinta,

letak, dan lain-lain).

l. Penulisan judul teks dalam naskah.

Page 36: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

m. Jumlah baris setiap halaman teks, bentuk teks (puisi atau prosa).

n. Jenis huruf (Jawi, Latin, dan lain-lain), goresan (tebal, tipis), ukuran

(besar, sedang, kecil), sikap (tegak, miring ke kanan atau ke kiri).

o. Warna tinta, goresan tinta (jelas, tidak jelas, dan lain-lain).1

Dengan deskripsi naskah dapat diketahui lengkap tidaknya naskah,

jelas tidaknya tulisan dan urut tidaknya cerita dalam naskah.

3. Transeliterasi Naskah

Transeliterasi adalah pengantian jenis aksara, huruf demi huruf dari

satu abjad yang satu ke abjad yang lain. Istilah lain adalah transkripsi,

pengubahan teks dari ejaan yang satu ke ejaan lain, atau pengatian teks

lisan ke dalam teks tulisan.2 Namun, dalam tahap penerjemahan ini harus

mempertahankan ciri teks asli sepanjang hal itu dapat dilaksanakan

penafsiran teks yang bertanggung jawab sangat membantu pembaca dan

memahaminya.

Transliterasi dibagi menjadi dua, yaitu:

a) Transliterasi diplomatik, yaitu transliterasi sesuai apa adanya.

b) Transliterasi standar, yaitu transliterasi yang disesuaikan dengan ejaan

yang berlaku.3

Dalam peneliti ini peneliti menggunakan pola terjemah setengah

bebas, dengan maksud agar terjemahan mampu mengungkapkan makna

atau pesan teks secara mudah dan menyeluruh. Peneliti menerjemahkan

ide tulisan dengan tidak terlalu terikat pada susunan kata demi kata. Dan

dalam penelitian ini penulis menerjemahkan naskah dari aksara arab

menjadi aksara latin dengan bahasa melayu.

4. Penyuntingan Teks

1 Darusuprapta, Ajaran Moral dalam Susastra Suluk, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan,1990), Hal:1 2 Dedi Supriadi, Aplikasi Metode Penelitian Filologi Terhadap Pustaka Pesantren

(Bandung:Pustaka Rahmat, 2011), Hal: 14. 3 Robson, Prinsip-prinsip Filologi Indonesia, (Jakarta: RUL. 1994), Hal: 15.

Page 37: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

Dalam Suntingan teks ada dua macam suntingan, yaitu suntingan teks

edisi diplomatik dan suntingan teks edisi standar. Suntingan teks edisi

diplomatik dibuat dengan maksud agar pembaca dapat mengetahui teks

dari naskah sumber. Suntingan teks edisi standar, yaitu menerbitkan

naskah dengan membetulkan kesalahan-kesalahan dan ketidakejaan serta

ejaannya disesuaikan dengan ketentuan ejaan yang berlaku. Pada

suntingan teks edisi standar diadakan pembagian kata atau pembagian

kalimat, serta diberikan komentar mengenai kesalahan-kesalahan teks.

Suntingan teks dengan perbaikan bacaan terdapat campur tangan peneliti

sehingga teks dapat dipahami.

Suntingan teks dengan metode edisi standar dilakukan untuk

membantu pembaca mengatasi berbagai kesulitan yang bersifat tekstual

atau berkenaan dengan interpretasi, sehingga pembaca dapat lebih mudah

dalam membaca dan memahami isi teks. Di samping itu, penggunaan

suntingan edisi standar dimaksudkan agar diperoleh teks yang bersih dari

kekurangan dan kekeliruan. Hal itu dilakukan dengan harapan agar teks

tersebut dapat dipakai sebagai sumber data yang mantap sebagai sumber

penelitian. Metode penyuntingan ini digunakan apabila isi naskah

dianggap sebagai cerita biasa, bukan cerita yang dianggap suci atau

penting dari sudut agama atau sejarah sehingga tidak perlu diperlakukan

secara khusus.

Proses penyuntingan teks mencakup tiga hal, yaitu transliterasi, kritik

teks, dan terjemahan. Penyuntingan teks didasarkan pada suatu metode

kritik teks. Kritik teks adalah menempatkan teks sebagaimana mestinya,

memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti atau mengkaji lembaran

naskah, lembaran bacaan naskah yang memuat kalimat atau kata-kata

tertentu. Tujuan kritik teks adalah untuk menyajikan suatu teks yang

bersih dari kesalahan berdasarkan bukti-bukti yang terdapat dalam

masalah yang dikritik

D. Lingkup Penelitian

Page 38: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif yang terfokus pada

hal-hal khusus serta menganalisis secara deskriftif. Deskriftif kualitatif

bertujuan untuk memberikan penjelasan lebih mendalam dengan

mengandalkan wawancara dan dokumentasi di lapangan penelitian agar

tercipta kesimpulan yang lebih rinci dan akurat. Selain itu juga, dengan

mengunakan analisis ini juga digunakan untuk mengidentifikasi dan

menganalisi isi dan makna naskah tambo adat suku nan tigo desa Lubuk

Bernai Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Page 39: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis

Berdasarkan sumber informasi, desa Lubuk Bernai merupakan salah satu

desa yang berada di Kecamatan Sungai Asam Kabupaten Tanjung Jabung

Barat. Kecamatan Sungai Asam memiliki sejumlah desa sebanyak 11 Desa.

Diantaranya Dusun Kebun, Suban, Sri Agung, Rawang Kempas, Rawa

Medang, Sungai Penoban, Sungai Badar, Tanjung Bojo, Kampung Baru,

Lubuk Lawas, dan Lubuk Bernai. Desa Lubuk Bernai memiliki 25 Rt dan

memiliki 6 kadus.

Desa Lubuk Bernai berjarak sekitar 12,5 km dari Kecamatan yaitu

Kecamatan Sungai Asam, sedangkan jarak dari kota provinsi Jambi sekitar

125,5 km. Sedangkan luas desa adalah sekitar 20 ribu hektar, yang mana lebih

dari 1/3 nya adalah perkebunan rakyat, yang pada umumnya, dan selebihnya

adalah pemukiman dan pekarangan, persawahan, tegalan, serta kolam.

Adapun batas-batas desa Lubuk Bernai, yaitu:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Lubuk Kambing.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Merlung.

3. Sebelah barat berbatasan dengan Taman Raja.

4. Sebelah timur berbatasan dengan Suban.

Dampak geografis bagi kehidupan sosial manyarakat, menurut kepala desa

Lubuk Bernai, dikarenakan wilayah desa yang jauh kedalam dari kecamatan

maka dampak yang paling dominan terhadap geografis desa Lubuk Bernai

adalah akses keluar masuknya penduduk desa. Akses jalan dari kecamatan

yang rusak dan ditambah dengan jalan aspal yang tidak merata, lebih banyak

jalan tanah dibandingkan dengan jalan aspal. Apalagi ketika musim penghujan

akses jalan yang becek dan berlubang menyebabkan aktifitas penduduk desa

Lubuk Bernai terhambat. Apalagi anak-anak desa yang masih bersekolah,

sebagian dari mereka menganti pakaiannya setelah sampai disekolah, dan

Page 40: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

sebagian lagi ada juga yang kembali kerumah mereka dan menunda

sekolahnya.1

B. Sejarah Desa

Menurut informasi dari lembaga adat desa Lubuk Bernai yang penulis

wawancarai pada tanggal 22 Desember 2018, masnyarakat desa Lubuk Bernai

diyakini berasal dari Pagaruyung. Karena bukti kultural dan hukum adat

menunjukan bahwa pendapat tersebut ada benar dan terdapat sejumlah

persamaan dalam hukum adat dan bahasa. Dan dijelaskan juga pada tambo

tungkal ulu yang ditulis oleh cendikiawan tungkal ulu HA Rivai, menurutnya

suku yang pertama kali mendiami wilayah Tungkal Ulu disebut suku

Mandaliko. Orang-orang Minangkabau ini diperkirakan datang pada abad ke-

17.

Namun sebelum kedatangan orang-orang Pagaruyung datang dan

mendiami Tungkal Ulu, beberapa dusun seperti Merlung, Tanjung Paku, dan

Suban sudah berpenghuni yaitu masnyarakat peninggalan kerajaan Kutala

yang sudah memiliki struktur pemerintahan sendiri yang di kepalai seorang

Demong.

Rombongan dari Pagaruyung ini dipimpin oleh tiga saudara yang pertama

Datuk Sultan Setio Jayo yang sekarang makamnya di ulu sungai Pengabuhan,

yang kedua bernama Ratu Majeleng dan ketiga Datuk Sultan Mandaliko

Panai. Mereka membawa rombongan sebanyak 199 orang. Dalam

perjalanannya pertama mereka sampailah di Lambing Batu Batingkap atau

Lubuk Kambing Sekarang, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan ke

Sugai Ibul dekat Lubuk Bernai namun dalam perjalanan ini rombongan

tersebut hanya membawa 99 orang dan selebihnya menetap di Lubuk

Kambing. Perjalanan rombangan ini juga di tulis di tambo alam minangkabau

yang di tulis oleh Datuk Mandaliko, disebutkan “ dari labing batu betingkap (

Lubuk Kambing) sampai tunggul nan belepat menuju ke bukit merbau sebelah

utara ke bukit merbau( Sungai Ibul, dekat Lubuk Bernai) meniti pematang

1 Hasil wawancara dengan bapak Pahmi Kepala Desa Lubuk Bernai, (Sabtu, 22 Desember

2018).

Page 41: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

cindai halus menuju batu enam delapan melereng ke batu tiga Sembilan

sampai empat puluh, terus menuju ulu Mendaharo kiri mengalir sampai ke

Muaro Mendahalo menuju aris alang tigo pulau berhalo kebarat masuk kualo

sungai kerang seberang Tanjung Labu menuju pulau kijang berjalan sampai

sungai gergaji menuju kualo retih memudik batang retih sampai Selensen

menuju kualo bubur, bergerak bukit cundung sebelah pematang kulim, menuju

suo-suo balik lagi ke tunggul nan belepat labing batu betingkap (Lubuk

Kambing)”.2

Dalam perjalan tersebut mereka hanya menetap dan mendiami tiga

wilayah masing-masing atau di sebut suku nan tigo diantaranya di Lubuk

Kambing yang dipimpin oleh Ratu Majeleng, di Rantau Benar yang di pimpin

oleh Datuk Sultan Bagindo Setio Jayo, dan di Lubuk Bernai di pimpin oleh

Datuk Sultan Mandaliko Panai.

Pada akhir abad ke-17 wilayah ini dikuasai oleh pemerintahan johor.

Dimana yang menjadi wakil Raja Johor di daerah ini pada waktu itu adalah

Orang Kayo Depati. Setelah lama memerintah Orang Kayo Depati pulang ke

Johor dan ia digantikan oleh Orang Kayo Syahbandar yang berkedudukan di

Lubuk Petai. Setelah Orang Kayo Syahbandar kemudian diganti lagi oleh

Orang Kayo Ario Santiko yang berkedudukan di Tanjung Agung (Lubuk

petai) dan Datuk Bandar Dayah yang berkedudukan di Batu Ampar, daerahnya

meliputi Tanjung rengas sampai ke Hilir Kuala Tungkal atau Tungkal Ilir

sekarang.

Memasuki abad ke- 18 atau sekitar tahun 1841-1855 Tungkal dikuasai dan

dibawah Pemerintahan Sultan Jambi yaitu Sultan Abdul Rahman Nasaruddin.

Pada saat itu kesultanan Jambi mengirim seorang Pangeran yang bernama

Pangeran Badik Uzaman ke Tungkal yaitu Tungka Ulu sekarang

Kedatangannya disambut baik oleh orang Kayo Ario Santiko dan Datuk

Bandar Dayah.

2 Hasil Wawancara dengan bapak Ali Hasan Tokoh Adat Desa Lubuk Bernai (Minggu, 23

Desember 2018).

Page 42: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

Setelah terbukanya Kota Kuala Tungkal maka semakin banyak orang

mulai datang, sekitar tahun 1902 dari suku Banjar yang berimigrasi dari Pulau

Kalimantan melalui Malaysia. Mereka ini berjumlah 16 orang antara lain :

H.Abdul Rasyid, Hasan, Si Tamin gelar Pak Awang, Pak Jenang, Belacan

Gelar Kucir, Buaji dan kemudian mereka ini berdatangan lagi dengan jumlah

agak lebih besar yaitu 56 orang yang dipimpin oleh Haji Anuari dan iparnya

Haji Baharuddin, Rombongan 56 orang ini banyak menetap di Bram Itam

Kanan dan Bram Itam Kiri. Selanjutnya datang lagi dari suku Bugis, Jawa,

Suku Donok atau Suku Laut yang banyak hidup dipantai/laut, dan Cina serta

India yang datang untuk berdagang .

Pada tahun 1901 kerajaan Jambi takluk keseluruhannya kepada

Pemerintahan Belanda termasuk Tanah Tungkal khususnya di Tungkal Ulu

yang Konteleir jenderalnya berkedudukan di Pematang Pauh. Sehingga

pecahlah perperangan antara masyarakat Tungkal Ulu dan Merlung dengan

Belanda. Karena mendapat serangan yang cukup berat akhirnya pemerintah

Belanda mengundurkan diri dan hengkang dari wilayah itu. Perperangan itu

dipimpin oleh Raden Usman anak dari Badik Uzaman. Raden Usman

kemudian wafat dan dimakamkan di Pelabuhan Dagang.

Selanjutnya muncullah Pemerintahan Kerajaan Lubuk Petai yang dipimpin

oleh Orang Kayo Usman dan Lubuk Petai kemudian membentuk

pemerintahan baru. Pada waktu itu dibentuklah oleh H.Muhammad Dahlan

Orang Kayo yang pertama dalam penyusunan pemerintahan yang baru.

Orang Kayo pertama ini pada waktu itu masih diintip dan diserang oleh

rombongan dari Jambi. Ia diserang dan ditembak dirumahnya lalu patah. Maka

bernamalah pemerintahan itu dengan Pemerintahan Pesirah Patah sampai

zaman kemerdekaan. Maka dari pemerintahan Lubuk Petai ini mucullah

beberapa Dusun-dusun yang berada dikawasan Lubuk Petai diantaranya :

1. Dusun Lubuk Kambing tadinya berasal dari Benaluh dan Lingkis

2. Dusun Sungai Rotan tadinya berasal dari Dusun Timong dalam.

3. Dusun Ranatu Benar tadinya berasal dari Riak Runai dan Air dan Air

Talun.

Page 43: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

4. Dusun Pulau Pauh tadinya berasal dari Kampung Jelmu pulau Embacang.

5. Dusun Penyambungan dan Lubuk Terap berasal dari Suku Teberau.

6. Dusun Merlung tadinya berasal dari suku Pulau Ringan yang dibagi lagi

dalam beberapa suku yaitu : Pulau Ringan, Kebon Tengah, Langkat, Aur

Duri, Kuburan Panjang, Gemuruh, dan Teluk yang tunduk dengan

Demong.

7. Dusun Tanjung Paku tadinya berasal dari Tangga Larik.

8. Dusun Rantau Badak tadinya berasal dari Dusun Lubuk Lalang dan

Tanjung Kemang.

9. Dusun Mudo tadinya Talang Tungkal dan Lubuk Petai.

10. Dusun Kuala Dasal yang pada waktu itu belum lahir adalah dusun Pecang

Belango.

11. Dusun Tanjung Tayas tadinya berasal dari Bumbung.

12. Dusun Batu Ampar yang sekarang menjadi Pelabuhan Dagang.

13. Dusun Taman Raja tadinya bernama Pekan atau pasar dari kerajaan Lubuk

Petai. Kemudian disebut Taman Raja karena dulunya merupakan tempat

pertemuan dan musyawarah Raja Lubuk Petai dan Raja Gagak.

14. Dusun Suban tadinya berasal dari Suban Dalam.

15. Dusun Lubuk Bernai tadinya Tanjung Getting dan Lubuk Lawas.

16. Dusun Kampung Baru.

17. Dusun Tanjung Bojo.

18. Dusun Kebun.

19. Dusun Tebing Tinggi.

20. Dusun Teluk Ketapang.

Setelah datangnya kerajaan Johor Malaysia mayoritas penduduk Desa

Lubuk Bernai adalah Suku Melayu, dan diikuti suku-suku pendatang seperti

Suku Batak, Suku Jawa dan Suku Nias.

Page 44: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

Jadi dapat dikatakan bahwa masnyarakat Desa Lubuk Bernai berasal dari

keturunan Datuk Mandaliko Panai yang berasal dari Pagaruyung.3

Nama Lubuk Bernai sendiri dinamakan karena seorang yang bernama

Datuk Raden Eting salah satu putra keturunan kerajaan Kutala yang pergi

meninggalkan tempat tinggalnya karena perlakuaan ayahnya yang tidak

mempedulikan dirinya, dibandingkan saudara perempuanya, dikarnakan

sifatnya yang pemalas, kemudian dia pergi ke pinggir sungai yang di pinggir

sungai tersebut banyak tumbuh pohon bernai dan dia bersandar disalah satu

pohon tersebut, kemudian diambilnya sabut kelapa dan batu, kemudian dia

membakar sebuah kemenyan dengan sabut kelapa, dan dia berdoa,

“bismillahirohmanirohim asalamualaikum kemenyan, aku tau asal mulamu

dari getah kemenyan peluh nabi Muhammad asal kau jadi getah kemenyan

awan belarak ya robbi ya Allah ya Tuhan ku”

kemudian setelah itu datanglah saudara perempuanya membujuk

saudaranya untuk pulang, sebelum dia pergi dibuanglah batu yang dia bakar

dengan kemenyan tadi ke sungai yang kebetulan di bawah tempat dia

bersandar tadi merupakan lubuknya sungai, sambil berkata, ”kau batang

bernai jadilah saksiku, bahwa aku tidak akan pernah datang kesini lagi,

apabila aku mengikari matilah aku berdiri, tidak berapa lama dia pergi, air

sungai naik sampai ke atas batang bernai tadi. Maka desa tersebut di namai

desa Lubuk Bernai.4

C. Keadaan penduduk

Menurut sejarah Desa Lubuk Bernai Penduduk asli yang pertama kali

mendiami Desa Lubuk Bernai adalah suku pagaruyung dari Sumatra barat.

Namun setelah datangnya kerajaan johor Malaysia mayoritas penduduk Desa

Lubuk Bernai adalah suku melayu, dan diikuti suku-suku pendatang seperti

suku Batak, suku Jawa dan suku Nias. Kedatangan suku-suku lain kedesa

Lubuk Bernai tidak diketahui secara pasti, namun dapat dikatakan kedatangan

3 Hasil Wawancara dengan bapak Ali Hasan Tokoh Adat Desa Lubuk Bernai (Minggu, 23

Maret 2019). 4 Hasil Wawancara dengan bapak Ali Hasan Tokoh Adat Desa Lubuk Bernai (Minggu, 23

Desember 2018).

Page 45: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

mereka beransur-ansur sampai sekarang, kedatangan mereka ini dikarnakan

desa Lubuk Bernai merupakan desa yang tanahnya subur dan mudah untuk

bercocok tanam, selain itu juga dikarnakan penduduk desa Lubuk Bernai

mudah diajak bersosialisasi dan menerima dengan baik suku-suku pendatang

maka mereka sangat betah dan nyaman tinggal di desa Lubuk Bernai.5

Hubungan sosial antar penduduk yang beragam dan bermacam-macam,

hubungan mereka berjalan baik tidak terjadi konflik antar suku maupun

agama, mereka mengikuti cara adat yang berlaku di desa Lubuk Bernai.

Terlihat adanya kerja sama yang baik, contohnya seperti kegiatan gotong

royong, mereka melakukannya bersam-sama. Bentuk kerja sama seperti itu

masih terpelihara dan terjaga dengan baik oleh manyarakat karena mereka

menyadari bahwa kehidupan yang berdampingan dengan baik akan

mencitapkan kehidupan desa menjadi damai dan rukun.

Berbicara masalah penduduk, yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah

bahwa penduduk di samping sebagai objek pembangunan, juga merupakan

subjek dari pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu masalah penduduk perlu

mendapatkan perhatian yang begitu serius dari semua pihak, baik pemerintah,

swasta maupun masyarakat itu sendiri. Menurut data yang ada di kantor desa

Lubuk Bernai tahun 2017-2018, penduduk desa Lubuk Bernai berjumlah 7680

jiwa atau sebanyak 1920 KK.6

Untuk lebih terperinci dan terorganisirnya jumlah penduduk, pada

umumnya para ahli monografi biasanya membagi jumlah penduduk

berdasarkan jenis kelamin hal ini dimaksudkan agar dapat mengetahui

komposisi penduduk serta perkembangan dan lajunya tingkat pertumbuhan

penduduk serta perkembangan dan lajunya tingkat pertumbuhan penduduk

yang mengacu pada pembagian kerja secara jenis kelamin. Berdasarkan

analisis di atas maka penulis dalam penelitiaan ini mencoba membagi

komposisi penduduk desa Lubuk Bernai berdasarkan jenis kelamin, hal ini

5 Hasil wawancara dengan bapak Pahmi Kepala Desa Lubuk Bernai, (Sabtu, 22 Desember

2018). 6 Data dari Kantor Desa Lubuk Bernai (Sabtu, 22 Desember 2018).

Page 46: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

penulis maksudkan agar penulis benar-benar mendapat suatu analisis yang

faktual.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.1

No Jenis kelamin Jumlah (Jiwa)

1 Laki-laki 3816

2 Perempuan 3864

Jumlah 7680

Dari tabel di atas dapat memperlihatkan bahwa komposisi jumlah

penduduk Desa Lubuk Bernai bahwa jumlah penduduk yang berjenis kelamin

laki-laki sebanyak 3816 jiwa, sedangkan yang berjenis kelamin perempuan

sebanyak 3864 jiwa, dan dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk perempuan

lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.

D. Keadaan Sosial Ekonomi, Agama dan Pendidikan

1. Sosial Ekonomi

Penduduk desa Lubuk Bernai pada umumnya bekerja sebagai petani, ini

disebabkan oleh faktor geografis yang sangat menunjang, disamping itu juga

disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan penduduk sehingga mereka

susah untuk mendapatkan pekerjaan lain. Jenis pertanian yang dominan di

desa Lubuk Bernai adalah perkebunan karet dan kelapa sawit.

Pekebunan karet pertama kali ditanam ketika awal-awal desa lubuk bernai

terbentuk, akan tetapi penanamannya masih dengan sistem liar, tidak ada

prosedur yang diatur oleh desa. Pada tahun 1982 desa Lubuk Bernai pernah

menjadi produksi karet terbesar di Tungkal Ulu, selain karet dahulu pernah

juga masnyarakat menanam tanaman selingan yaitu kopi dan pernah juga

menjadi desa penghasil kopi terbanyak di Tungkal Ulu. Lambat laun setelah

masuknya perusahaan-perusahaan ke desa Lubuk Bernai, pada awalnyo

mereka menanam tanaman coklat, lalu pindah ke tanaman karet dan terakhir

Page 47: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

mereka beralih ke tanaman kelapa sawit. Dari sanalah pada tahun 1995

masnyarakat yang dahulunya menanam karet beralih ke tanaman sawit.

Dilihat dari perkembangan desa Lubuk Bernai sekarang kebanyakan dari

masnyarakat bermata pencaharian sawit dibandingkan karet, perbandinganya

30% ,70%.7

Untuk pekerjaan disektor lain seperti pegawai negeri, pegawai swasta,

pedagang dan jenis pekerjaan lain, dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Jumlah Pekerjaan

No Nama Pekerjaan Jumlah/(KK)

1 Pegawi Negeri Sipil (PNS) 59

2 Buruh 27

3 Pedagang 194

4 Pekerja Perusahaan 340

5 Petani 525

Jumlah 1145

Kehidupan sosial ekonomi masnyarakat desa Lubuk Bernai rata-rata

menengah kebawah, pendapatan perkapita rata-rata 60-80 ribu per-hari. Jadi

dapat dikatakan bahwa pendapatan ekonomi masnyarakat dari tahun ketahun

selalu stabil.

2. Agama

Jika ditinjau dari agama yang dianut oleh masyarakat desa Lubuk Bernai

maka bisa dikatakan bahwa masyarakat tersebut adalah pemeluk agama Islam

80%, dan 20% lagi beragama Kristen. mereka dalam agama sangat fanatik,

walaupun diketahui masih banyak yang tak melaksanakan ajaran agama

seperti apa yang diperintahkan oleh Al-Quran dan Sunnah, tapi mereka akan

sangat tersinggung jika ada orang yang melecehkan agama mereka.

3. Pendidikan

7 Hasil wawancara dengan bapak Pahmi Kepala Desa Lubuk Bernai, (Sabtu, 17 Februari 2019).

Page 48: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

Pendidikan sangat berpengaruh terhadap cara berpikir dan pola tindak

seseorang. Pendidikan akan berpengaruh bagi peningkatan kualitas

keterampilan dan kemampuan seseorang dalam berbuat dan berinteraksi

dengan lingkungannya. Dalam pendidikan juga dapat ditanamkan suatu sikap

dan kepribadian yang berwawasan luas.

Berdasarkan monografi Desa Lubuk Bernai tahun 2017/2018 tercatat

bahwa jumlah penduduk desa Lubuk Bernai sebanyak 7680 jiwa dan hampir

sebagian diantaranya pernah mengikuti pendidikan formal Sekolah Dasar

sampai dengan perguruan tinggi, baik itu tamat maupun tidak tamat.

Pada tahun 1972 di desa Lubuk Bernai hanya ada satu sekolah dasar dan

sekolah lain berada di luar desa. Pada tahun 2009 berdirilah sekolah menengah

pertama (SMP) di desa Lubuk Berai. Selain itu juga sudah dibangun dua

sekolah dasar. Dan pada tahun 2016 sudah mulai dibuat paud untuk anak-anak

usia dini.

Adapun sarana pendidikan desa Lubuk Bernai, dapat dilihat dari tabel

dibawah ini :

Tabel 3.3

Jumlah Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan Jumlah

Paut/Tk 1 Paut

Sekolah Dasar (SD) 3 Sd

Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 Smp

Jumlah 5 sekolah

Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwah sarana pendidikan desa Lubuk

Bernai hanya memiliki 3 sekolah dasar, 1 smp, dan 1 paud. Dan pendidikan

yang lain seperti sma, penduduk desa Lubuk Bernai bersekolah di Desa lain.8

8 Hasil wawancara dengan bapak Pahmi Kepala Desa Lubuk Bernai, (Sabtu, 17 Februari 2019).

Page 49: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Naskah Tambo Adat Suku Nan Tigo Di Desa Lubuk Bernai Kabupaten

Tanjung Jabung Barat

1. Deskripsi Naskah

Deskripsi naskah bertujuan untuk menggambarkan keadaan fisik naskah

secara utuh.Tahap deskripsi naskah yaitu tahap melakukan identifikasi, baik

terhadap kondisi fisik naskah, isi teks, maupun identitas kepengarangan dan

kepenyalinan dengan tujuan untuk menghasilkan sebuah deskripsi naskah dan

teks secara utuh.

Naskah yang menjadi sumber data dalam penelitian ini berjudul Tambo

Hukum Adat Suku Nan Tigo yang terdapat di desa Lubuk Bernai Kabupaten

Tanjung Jabung Barat. Naskah ini dipegang oleh ketua adat desa Lubuk

Bernai bapak Ali Hasan. Naskah ini berisi tentang hukum atau aturan yang

harus ditaati oleh masyarakat di desa Lubuk Bernai. Namun naskah yang

dijadikan objek penelitian ini merupakan naskah salinan yang ditulis oleh

datuk Suhur selaku demong atau sekarang disebut kepala desa Lubuk Bernai

pada tahun 1949. Sedangkan naskah aslinya tidak diketahui keberadaannya

atau hilang pada masa datuk Jatim tahun 1954. Dan naskah asli diperkirakan

sudah ada pada tahun 1656 atau sudah 363 tahun yang lalu.

Naskah ini ditulis dengan aksara Arab (Jawi) dengan mengunakan bahasa

melayu. Keadaan naskah masih cukup baik, teksnya masih mudah dibaca.

Naskah ini hanya terdiri atas 1 halaman, dan tidak mempunyai nomor dan cap

sehingga tidak diketahui siapa pengarang yang sebenarnya.

Dilihat secara fisik, naskah ini memiliki tebal 0,1cm, dengan ukuran

panjang 91,5cm dan lebar 21cm. Bahan yang digunakan untuk penulisan

adalah kertas milimeter. Dalam naskah ini memiliki 3 sub bab, sub bab

pertama memiliki 7 baris tulisan, di sub bab kedua memiliki 39 baris tulisan

dan untuk su bab yang ketiga memiliki 34 baris tulisan.

Naskah tambo adat suku nan tigo ini tidak memiliki kolofon, tidak di

jelaskan ataupun ditulis di dalam naskah yang berkaitan dengan nama

Page 50: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

penyalin naskah, tempat penyalin naskah dan tahun penyalin naskah. Tetapi

penulis mengetahui dari wawancara dengan ketua desa Lubuk Bernai bapak

Ali Hasan.

Naskah ini ditulis bertujuan agar para generasi sekarang ataupun generasi

yang akan datang mengetahui apa saja aturan atau hukum yang harus ditaati

oleh masnyarakat desa Lubuk Bernai. Dan tujuan yang lain, kenapa hukum

adat ini ditulis agar masnyarakat tahu bahwa hukum adat ini benar adanya dari

dulu hingga sekarang, bukan hanya omongan yang dibuat-buat oleh nenek

moyang terdahulu.1

Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap tulisan naskah, diprediksi

bahwa teks adalah hasil salinan/cetakan, bukan tulisan asli pengarang karena

banyak ditemukan kesalahan dalam penulisan huruf atau kata juga kesalahan

gramatikal. Di samping itu pada naskah sebenarnya terdapat beberapa tulisan

yang berulang, tidak jelas atau tidak sinkron maknanya. Hal ini terlihat pada

beberapa bagian naskah yang tulisannya kadang sulit terbaca sehingga tidak

diketahui secara jelas maksudnya.

2. Transliterasi Naskah

Tujuan dari transliterasi naskah yaitu agar memudahkan peneliti atau

masnyarakat luas dalam membaca dan memahami naskah tersebut. Adapun

dalam tahap transliterasi dalam penelitian ini ada beberapa ketentuan yaitu

sebagai berikut:

a. Alih aksara dilakukan dari aksara Arab–Melayu ke aksara Latin.

b. mentransliterasikan teks dengan tugas utama menjaga keaslian atau ciri

khusus penulisan.

c. Simbol-simbol yang terdapat pada naskah tetap dipertahankan dalam

bentuk aslinya dan teks dialihaksarakan sesuai dengan bentuk yang tertera

pada naskah.

d. Kata yang menandakan ragam bahasa lama tetap dipertahankan ke

asliannya agar kelestaraian ragam bahasa lama tetap terjaga.

1 Hasil Wawancara dengan bapak Ali Hasan Tokoh Adat Desa Lubuk Bernai (Minggu, 23

Desember 2018).

Page 51: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

e. Kosa kata yang sulit dipahami pembaca ditulis dengan tulisan miring.

f. Tanda baca yang terdapat di dalam naskah tetap dipertahankan.

Pedoman penulisan bahasa Arab dengan huruf Latin dapat dirincikan

sebagai berikut.

1) Pedoman teranselate

Tabel 4.1

Pedoman Pengalih Aksara Bahasa Arab ke dalam huruf Latin

NO HURUF ARAB PADANAN

A ا 1

B ب 2

T ت 3

S ث 4

J ج 5

H ح 6

KH خ 7

D د 8

Z ذ 9

R ر 10

ZA ز 11

S س 12

SY ش 13

S ص 14

D ض 15

T ط 16

Z ظ 17

E ع 18

GH غ 19

F ف 20

Q ق 21

Page 52: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

K ك 22

L ل 23

M م 24

N ن 25

W و 26

HA ه 27

Y ى 28

, ء 29

2) Hasil teranselate

Setelah dijelaskan teknis dan kaidah dalam transelate naskah. Maka

adapun hasil transelate naskah hukum adat suku nan tigo desa Lubuk Bernai

adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1

Tambo adat suku nan 3

Yang hukuman kambing

1. Bunting dalam betunangan hukum kambing nama memukak seluk nenek

mamak tua tua tenganai

2. Belarian dalam bertunangan hukum melelek sirih menebang pinang

3. Belarian tidak ngantar keluar kampung tanduk runcing

Tambo adat suku nan 3

Page 53: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

Yang hukuman kambing

4. Bunting dalam betunangan hukum kambing nama memukak seluk nenek

mamak tua tua tenganai

5. Belarian dalam bertunangan hukum melelek sirih menebang pinang

6. Belarian tidak ngantar keluar kampung tanduk runcing

7. Ketangkap basah dalam bilik atau hutan sunyi layu bungga setangkai

8. Tidak bertulung bunting jantan adat sudah engkau kelapa di belah jadi

pinang yang jalan memegang anak bini orang tidak senang nama hukum

telur dimakan jadi tulang

9. kalau pempin adat dan syarak buat kesalahan dua kali lipat

memadamkan suluk

mulonyo riyo suku nan tigo

1. suroh 15

2. gubuh 17

3. lais 16

4. suroh 18

5. macang 18

6. gubuh 17

7. rohim 16

8. piding 20

9. macang 17

10. timbul 18

11. dampal 21

12. dagu 21

13. piding 19

14. maklum 12

15. lasu 13

16. dagu 20

17. mangcik 15

18. sumur 5

Page 54: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

19. jatim 12

20. saudin 18

21. liyas 5

22. basarudin 4

23. yunus 8

24. melan 12

25. haris 6

26. pahmi

yang keruh sama dijernikan yang kusut samo diselesaikan oleh tuo

tenganai namun keruh biso diheningkan namun kusut biso di bukak caro

lambat lambat asal jadi elok, perhitung buruk di perlambat supayo jadi

baik, permata elok jangankan sampai tibul buruk, harum samo dicium busuk

samo diiguskan, jangan mengunting dalam lipatan, manis di luar busuk di

dalam, biar mati anak asal jangan mati adat, mati adat rusak sebuah

kampung, mati anak rusak sebuah rumah

jangan pepatah luar runcing di dalam adat iko dak hanyut di air nan

deras tidak rubuh diangin nan kencang, tidak mempan dibeset tajam, tidak

pilihh sanak pemili.

ayam hijau lubuk bernai bulunyo hijau tegah kepak buluhnyo merah

tecangkul, kepalaknyo kecik, hewanyo busuk, kakinyo hitam, kukunyo hitam,

kukuknyo berukuh lidah culit hitam, jangan sampai terendam tidak basah

terhampai tidak kering, anak kecik jangan sangko anak besak jangan

sangko bapak kecil dipukul dengan kayu besak, pukul dengan katu, dimano

kayu berangkut di situ angin bertiup, besar samo dibelah, kecik samo

ditemes, jangan mutuskan hukuman atau lidah sebatang mato duo, harus

makai kato orang yang banyak.

Hukuman adat

Luko ditangan dimuko tidak tertutup kain dan baju hukuman kambing,

nama hukuman berubah rupo kerendo

Page 55: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

Kalau keluar darah hukuman kain putih sekilo beras riyapuh, bangku

kursi beram pokok pangkal dan waris bukak sirih pinang kalau mati hak

rajo punyo

Aturan adat suku nan tigo

Yang tinggi samo dijuluk yang rendah samo dijangkau yang gugur samo

diputar yang manis samo di makan yang pahit samo di luman, bungkuk

samo di lurus silang samo di susun yang lurus samo di ikat panjang samo di

kerat yang pendek samo di sambung, terhempai samo kering rendam samo

basah, tegak samo tinggi duduk samo rendah baring samo panjang, tagar

yang setengah delapan sebulan tiga pulh hari dikit samo dimakan , ku dak

ado samo dicari, patah adat mengatakan yang gedang gantung pucuk yang

kecik dapat berita terbenam samo di cukil, kok hamyut samo diputar hilang

samo dicari, adat itu punya, rakyat bersama besar di perkecil yang kecil

dipersudah asal di bayar kampung dipgar adat. Adat memagar kampung

kerabat sirih pinangan, sirih dijadikan jangat, pinang dijadikan jantung,

gambir dijadikan rebuh kapur dijadikan otak, tembako dijadikan

rambutnya, buluh adat iko adat keturunan suku nan tigo jangan dirubah

lagi kato orang yang diatas.

Di mana bumi di pinjak di langit di junjung, di mana tembilang tecacak di

situ tetanam tumbuh jangan terkurang diluar tertindih diatas jalan,

berambah nan di ikut kayu bertebang nan dititih, ngambik contoh nan sudah

teijak benang orang hitam tapak tesuruk gunung kapur putih tetungkuk

pulai bertingkat nenek meninggalkan buku dengan ruas manusio menurun,

Perbasuan menjauhkan tuturan ku tandan pinang naik keatas meningalkan

uratnya, naik tandanya menurung kebawah, mengejar urat dan tanah jadi

pimpin itu ada dua sarat 1 mau di pilih 2 orang mau memilih, jadi pimpin

itu ada syratnya, telingo dipekakkan, mato dipejamkan, di jagakan dengan

kepalo yang sejuk, muko yang manis, tangan harus nan ringan, sebelum

bercakap di peliharo lidah sebelum berjanji, disiapkan, pakian berkato

denagan pimpin,bemuko lembut dan bersopan santun atau dengan bapak

guru dan orang-orang tuo tengani cerdik pandai alim ulama jangan awak

Page 56: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

betingkahlah tenganai hiduplah mewah sampai lupo dimasa tuanyo, karna

orang semacum itu di sumpah adat suku nan tigo, jangan sampai tibo

dibatu, tertukik ajaknyo tibo dilumpur tidak berkesan jangan ambur-ambur

tali ajungan dipegang

Jangan di kepak dikukuli dipangil dikelakkan, jangan kuman di barang

lautan tempat gajah di tepi, mato tidak Nampak, mato tidak liat, air beriak

tanda tak dalam, kelapo bernguncang tando tidak penuh, rajo kampung adat

yang menentukan hukum islah benarnyo yang kadang di perkecikan, yang

kecik di persudah asal di bayar hukumnya

Kalau menurutkan orang belarian hukuman serba duakambing 2 beras 20

gantang kelapo 20 butir, salak manis.

3. Suntingan teks

Sebelum melakukan sutingan teks terhadap naskah tambo adat suku nan tigo

desa Lubuk Bernai. Terlebih dahulu memaparkan tanda-tanda yang terdapat di

dalam sutingan teks. Adapun tanda-tanda dalam sutingan teks yaitu sebagai

berikut:

a. Tanda-tanda pada suntingan dan bahsa dalam teks yang disunting, yaitu:

a) {...} : Tanda ini digunakan untuk penggantian atau perubahan huruf

atau kata dari aslinya. Namun di dalam teks ini tidak ada perubahan atau

pengtian huruf atau kata.

b) [...] : Tanda ini digunakan untuk penghilangan huruf atau kata dari

penyunting. Cotohnya seperti :

- “Yang jalan” kata yang nya di hilangkan.

- “katu” huruf “K” dibuang karena tidak sesuai makna.

- “kudak” kata “KU” di buang.

- “ hamyut” huruf “M” di hapus.

- “menurung” huruf “G” di hilangkan karena kata aslinya ialah

menurun.

- “culit” huruf “C” dihapus karena kata sebenarnya adalah kulit.

c) <...> : Tanda ini digunakan untuk tambahan huruf atau kata dari

penyunting.

Page 57: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

- “Jalan” ditambah awal katanya “ ber” menjadi berjalan.

- “dijernikan” ditambah huruf “H” menjadi dijernihkan.

- “tegah” menjadi tengah. Ditambah huruf N.

- “ulit” menjadi kulit, ditambah huruf K.

- “atu” menjadi batu, ditambah huruf B.

- “hayut” menjadi hanyut, di tambah huruf N.

- “diukuli”menjadi dipukulikarena di tambah dengan huruf P.

d) Tanda garis bawah Tanda ini digunakan untuk menandai kata atau huruf

yang tidak konsisten penulisannya. Contohnya di dalam teks yaitu:

- Melelek (memelek).

- Kukuknya berukuh(kokoknya berkokok)

- Riyapuh(ribu)

- Beram(meram)

e) Penambahan titik dan koma dalam teks.

f) Huruf kapital dipakai untuk awal kalimat dan nama orang.

b. Hasil suntingan teks

Tambo adat suku nan 3

Yang hukuman kambing

1. Bunting dalam betunangan hukum kambing nama memukak seluk nenek

mamak tua tua tenganai.

2. Belarian dalam bertunangan hukum melelek(memelek)sirih menebang

pinang.

3. Belarian tidak ngantar keluar kampung tanduk runcing.

4. Ketangkap basah dalam bilik atau hutan sunyi layu bunga setangkai.

5. Tidak bertulung buntingjantan adat sudah engkau kelapa dibelah jadi

pinang. [yang]<ber>jalan memegang anak bini orang tidak senang

nama hukum telur dimakan jadi tulang.

6. kalau pempin adat dan syarak buat kesalahan dua kali lipat

memadamkan suluk.

mulonyo riyo suku nan tigo

1. Suroh 15

Page 58: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

2. Gubuh 17

3. Lais 16

4. Suroh 18

5. Macang 18

6. Gubuh 17

7. Rohim 16

8. Piding 20

9. Macang 17

10. Timbul 18

11. Dampal 21

12. Dagu 21

13. Piding 19

14. Maklum 12

15. Lasu 13

16. Dagu 20

17. Mangcik 15

18. Sumur 5

19. Jatim 12

20. Saudin 18

21. Liyas 5

22. Basarudin 4

23. Yunus 8

24. Melan 12

25. Haris 6

26. Pahmi

Yang keruh sama dijerni<h>kan, yang kusut samo diselesaikan oleh tuo

tenganai, namun keruh biso diheningkan namun kusut biso dibukak caro

lambat lambat asal jadi elok, perhitung buruk di perlambat supayo jadi

baik, permata elok jangankan sampai tibul buruk, harum samo dicium busuk

samo diiguskan, jangan mengunting dalam lipatan, manis di luar busuk di

Page 59: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

dalam, biar mati anak asal jangan mati adat, mati adat rusak sebuah

kampung, mati anak rusak sebuah rumah.

Jangan pepatah luar runcing di dalam adat iko dak hanyut di air nan

deras tidak rubuh diangin nan kencang, tidak mempan dibeset tajam, tidak

pilih sanak pemili.

ayam hijau Lubuk Bernai bulunyo hijau,te<n>gahkepak buluhnyo merah,

tecangkul kepalaknyo kecik, hewanyo busuk, kakinyo hitam, kukunyo hitam,

kukuknyo berukuh (Kokoknya berkokok) lidah [C]<K>ulit hitam, jangan

sampai terendam tidak basah terhampai tidak kering, anak kecik jangan

sangko anak besak jangan sangko bapak kecil dipukul dengan kayu besak,

pukul dengan [k]<B>atu, dimano kayu berangkut di situ angin bertiup,

besar samo dibelah kecik samo ditemes, jangan mutuskan hukuman atau

lidah sebatang mato duo, harus makai kato orang yang banyak.

Hukuman adat

Luko ditangan dimuko tidak tertutup kain dan baju hukuman kambing,

nama hukuman berubah rupo kerendo.

Kalau keluar darah hukuman kain putih sekilo beras riyapuh(ribu), bangku

kursi beram(meram) pokok pangkal dan waris bukak sirih pinang kalau

mati hak rajo punyo

Aturan adat suku nan tigo

Yang tinggi samo dijuluk yang rendah samo dijangkau, yang gugur samo

diputar yang manis samo di makan yang pahit samo di luman, bungkuk

samo di lurus silang samo di susun yang lurus samo di ikat panjang samo di

kerat yang pendek samo di sambung, terhempai samo kering rendam samo

basah, tegak samo tinggi duduk samo rendah baring samo panjang, tagar

yang setengah delapan sebulan tiga pulh hari dikit samo dimakan,[ku]dak

ado samo dicari, patah adat mengatakan yang gedang gantung pucuk yang

kecik dapat berita terbenam samo di cukil, kok ha[m]<n>yut samo diputar

hilang samo dicari, adat itu punya rakyat bersama, besar di perkecil yang

kecil dipersudah asal di bayar kampung dipagar adat. Adat memagar

kampung kerabat sirih pinangan, sirih dijadikan jangat, pinang dijadikan

Page 60: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

jantung, gambir dijadikan rebuh kapur dijadikan otak, tembako dijadikan

rambutnya, buluh adat iko adat keturunan suku nan tigo jangan dirubah

lagi kato orang yang diatas.

Di mana bumi di pinjak di langit di junjung, di mana tembilang tecacak di

situ tetanam tumbuh jangan terkurang diluar tertindih diatas jalan,

berambah nan di ikut kayu bertebang nan dititih, ngambik contoh nan sudah

teijak benang orang hitam tapak tesuruk gunung kapur putih tetungkuk

pulai bertingkat nenek meninggalkan buku dengan ruas manusio menurun,

Perbasuan menjauhkan tuturan kutandan pinang naik keatas meningalkan

uratnya, naik tandanya menurung kebawah, mengejar urat dan tanah jadi

pimpin itu ada dua sarat 1 mau di pilih 2 orang mau memilih, jadi pimpin

itu ada syratnya, telingo dipekakkan, mato dipejamkan, di jagakan dengan

kepalo yang sejuk, muko yang manis, tangan harus nan ringan, sebelum

bercakap di peliharo lidah sebelum berjanji, disiapkan, pakian berkato

denagan pimpin,bemuko lembut dan bersopan santun atau dengan bapak

guru dan orang-orang tuo tengani cerdik pandai alim ulama jangan awak

betingkahlah tenganai hiduplah mewah sampai lupo dimasa tuanyo, karna

orang semacum itu di sumpah adat suku nan tigo, jangan sampai tibo

dibatu, tertukik ajaknyo tibo dilumpur tidak berkesan jangan ambur-ambur

tali ajungan dipegang.

Jangan di kepak di<p>ukuli dipangil dikelakkan, jangankuman di barang

lautan tempat gajah di tepi, mato tidak Nampak, mato tidak liat, air beriak

tanda tak dalam, kelapo bernguncang tando tidak penuh, rajo kampung adat

yang menentukan hukum islah benarnyo yang kadang di perkecikan, yang

kecik di persudah asal di bayar hukumnya.

Kalau menurutkan orang belarian hukuman serba dua kambing 2 beras 20

gantang kelapo 20 butir, salak manis.

B. Latar Belakang Penulisan Naskah Tambo Hukum Adat Suku Nan Tigo

Di Desa Lubuk Bernai Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Menurut masnyarakat desa Lubuk Bernai adanya hukum adat ini dipercaya

berbarengan dengan berdirinya desa Lubuk Bernai. Yang dibawa oleh suku

Page 61: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

Mandaliko yang berasal dari pagaruyung yaitu pada abad 17. Mereka

dipercaya sebagai penetap dan penentuan dari hukum adat tersebut. Namun

tidak semua hukum adat ini ditetapkan oleh orang-orang pagaruyung karena

ada pembauran dengan masnyarakat melayu yang sudah ada yang mendiami

Tungkal Ulu.

Dahulu dapat dikatakan bahwa masnyarakat asal yang sudah mendiami

daerah tersebut tidak mau mengikuti aturan adat yang dibawa oleh orang-

orang pagaruyung tersebut yaitu masnyarakat peningalan kerajaan Kutala

yang sudah memiliki struktur pemerintahanya sendiri yang dikepalai seorang

Demong, tetapi lambat laun akhirnya mereka mau menerima hukum adat yang

berasal dari pagaruyung tersebut.

Pembawa dari hukum adat ini adalah para pemimpin dari rombongan

pagaruyung, yang terdiri dari tiga bersaudara yang pertama Datuk Sultan Setio

Jayo yang sekarang makamnya di ulu sungai Pengabuhan, yang kedua

bernama Ratu Majeleng dan ketiga Datuk Sultan Mandaliko Panai yang

dipercaya sebagai pendiri pertama desa Lubuk Bernai yang makamnya berada

di desa tersebut.

Dari pengamatan peneliti dan wawancara dengan ketua adat desa Lubuk

Bernai, bahwa tambo hukum adat suku nan tigo ini hampir sama dengan

tambo yang ada di Pagaruyung. Akan tetapi tidak diketahui secara pasti apa

nama dari tambo tersebut, namun hanya bahasanya yang agak berbeda.2

Namun dahulu hukum adat ini hanya dituturkan saja dan di sampaikan

secara lisan kepada masnyarakat, lambat laun agar hukum adat ini ditulis di

kulit kerbau tujuannya agar para generasi sekarang ataupun generasi yang

akan datang mengetahui apa saja aturan atau hukum yang harus ditaati oleh

masnyarakat desa Lubuk Bernai. Dan tujuan yang lain, kenapa hukum adat ini

ditulis agar masnyarakat tahu bahwa hukum adat ini benar adanya dari dulu

hingga sekarang, bukan hanya omongan yang dibuat-buat oleh nenek moyang

terdahulu.

2 Hasil Wawancara dengan bapak Ali Hasan Tokoh Adat Desa Lubuk Bernai (Minggu, 23

Desember 2018).

Page 62: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

Hukum adat ini ditulis pada masa kepala desa pertama desa Lubuk Bernai

atau dahulu disebut demong yang namanya tertulis di naskah tambo hukum

adat suku nan tigo yaitu datuk suroh pada tahun 1656 dengan kulit kerbau

yang ditulis dengan aksara Arab (Jawi) dengan mengunakan bahasa melayu.

Pada tahun 1901 kerajaan Jambi takluk keseluruhannya kepada

Pemerintahan Belanda termasuk Tanah Tungkal khususnya di Tungkal Ulu

yang Konteleir jenderalnya berkedudukan di Pematang Pauh. Sehingga

pecahlah perperangan antara masyarakat Tungkal Ulu dan Merlung dengan

Belanda termasuk desa Lubuk Bernai. Disinilah diperkirakan naskah yang

berisi hukum adat ini hilang atau dicuri. Namun ada juga yang berpendapat

bahwa naskah ini hilang pada masa kepala desa datuk Jatim pada tahun 1949.

Dan kemudian disalinan kembali pada kertas milimeter pada tahun 1954 pada

masa kepala desa datuk Suhur.

Sampai sekarang hukum adat desa Lubuk Bernai masih berpedoman

dengan naskah hukum adat terdahul dan tidak bisa berubah sampai kapan pun.

Hukum adat ini sekarang dipegang oleh ketua adat desa Lubuk Bernai yaitu

bapak Ali Hasan. Hukum ini digunakan ketika penduduk desa melangar aturan

yang telah ditulis dalam naskah ini. 3

C. Isi Dan Makna Yang Terkandung Dalam Naskah Tambo Hukum Adat

Suku Nan Tigo

Langkah kerja filologi telah dilakukan terhadap naskah tambo adat suku

nan tigo. Selanjutnya adalah mengetahui isi dan makna yang terkandung

dalam naskah ini. Tentunya dalam mengartikan beberapa kata yang

mengunakan bahasa yang kurang dipahami dan banyak soloko-soloko adat

yang tidak diketahui sebelumnya maka akan dialihkan menjadi bahasa

Indonesia agar mudah dipahami dengan berpedoman terhadap wawancara

yang penelitian lakukan dengan pemegang naskah. Begitu pula agar

mengetahui apa saja hukum atau aturan yang terdapat naskah.

3 Hasil Wawancara dengan bapak Ali Hasan Tokoh Adat Desa Lubuk Bernai (Minggu, 23

Desember 2018).

Page 63: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

Adapun isi dan makna yang terkandung dalam naskah tambo adat suku

nan tigo sebagai berikut:

1. “Bunting dalam betunangan hukum kambing nama memukak seluk nenek

mamak tua tua tenganai”.

apabila seseorang laki-laki dan perempuan yang telah melaksanakan

pertunangan, namun dalam pertunangan tersebut wanita tersebut didapat

sedang hamil, maka hukumnya membayar dengan 1 ekor kambing.

2. “Belarian dalam bertunangan hukum melelek sirih menebang pinang”.

Apabia seorang laki-laki membawa lari perempuan yang sudah

bertunangan dengan orang lain hukumnya membayar dengan daun sirih

dan satu pohon buah pinang kepada keluarga wanita.

3. “Ketangkap basah dalam bilik atau hutan sunyi layu bungga setangkai”.

Apabila sepasang kekasih yang belum menikah tertangkap basah

sedang berhubungan dikamar atau hutan sepi hukumnya membayar

kambing.

4. “berjalan memegang anak bini orang tidak senang nama hukum telur

dimakan jadi tulang”.

Apabila seseorang didapat memegang anak istri orang lain hukumnya

kambing.

5. “kalau pemimpin adat dan syarak buat kesalahan dua kali lipat

memadamkan suluk”.

Apabila pemangku adat melakukan kesalahan yang berlaku di dalam

hukum adat hukumnya dua kali lipat dari masnyarakat lain.

6. “Yang keruh sama dijernihkan, yang kusut samo diselesaikan oleh tuo

tenganai, namun keruh biso diheningkan namun kusut biso dibukak caro

lambat lambat asal jadi elok, perhitung buruk di perlambat supayo jadi

baik, permata elok jangankan sampai tibul buruk, harum samo dicium

busuk samo diiguskan”.

Segala hal yang kotor harus di bersihkan, yang beratakan harus

diselesaikan oleh para petuah, namun hal yang berantakan bisa

dihilangkan sendiri dan diperbaiki secara lambat-lambat supaya jadi baik,

Page 64: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

segalo hal yang dilakukan, lakukanlah dengan lambat-lambat supaya jadi

baik jangan tertergesah-gesah, dan sesuatu perbuatan yang baik itu jangan

dijadikan jelek, hal yang baik itu sama-sama kita bagikan dan yang jelek

itu sama-sama kita buang.

7. “jangan mengunting dalam lipatan, manis di luar busuk di dalam”.

Terhadap sesama manusia hendaknya selalu baik, jangan di luar baik

di dalam buruk.

8. “biar mati anak asal jangan mati adat, mati adat rusak sebuah kampung,

mati anak rusak sebuah rumah”.

Tidak apa-apa mati anak daripada mati adat karena kalau mati adat

hancurlah sebuah kampung, sedangkan kalau mati anak cuma merusakan

sebuah rumah.

9. “Jangan pepatah luar runcing di dalam adat iko dak hanyut di air nan

deras tidak rubuh diangin nan kencang, tidak mempan dibeset tajam, tidak

pilih sanak pemili”.

Adat ini sangat kuat tidak bisa digugat lagi, walau adat ini dibuang

atau dirusak hukum adat ini masih berlaku baik terhadap masnyarakat

maupun sanak saudara.

10. “jangan mutuskan hukuman atau lidah sebatang mato duo, harus makai

kato orang yang banyak”.

Seorang pemimpin adat tidak diperbolehkan memutuskan suatu

permasalahan sendirinya, harus mengikut perkataan orang banayak.

11. “Luko ditangan dimuko tidak tertutup kain dan baju hukuman kambing,

nama hukuman berubah rupo kerendo”.

Apabila melukai orang dengan luka besar hukumnya kambing

12. “Kalau keluar darah hukuman kain putih sekilo beras riyapuh”.

Kalau lukanya mengeluarkan darah deras hukumnya memberikan

kain putih dan sekilo beras.

13. “Yang tinggi samo dijuluk yang rendah samo dijangkau, yang gugur samo

diputar yang manis samo di makan yang pahit samo di luman, bungkuk

samo di lurus silang samo di susun yang lurus samo di ikat panjang samo

Page 65: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

di kerat yang pendek samo di sambung, terhempai samo kering rendam

samo basah, tegak samo tinggi duduk samo rendah baring samo panjang,

tagar yang setengah delapan sebulan tiga pulh hari dikit samo dimakan,

dak ado samo dicari, patah adat mengatakan yang gedang gantung pucuk

yang kecik dapat berita terbenam samo di cukil, kok hanyut samo diputar

hilang samo dicari, adat itu punya rakyat bersama, besar di perkecil yang

kecil dipersudah asal di bayar kampung dipagar adat. Adat memagar

kampung kerabat sirih pinangan, sirih dijadikan jangat, pinang dijadikan

jantung, gambir dijadikan rebuh kapur dijadikan otak, tembako dijadikan

rambutnya, buluh adat iko adat keturunan suku nan tigo jangan dirubah

lagi kato orang yang diatas”.

Di soloko ini dijelaskan terhadap sesama hendaknya harus berkerja

sama dengan baik, tidak ada perselisihan terhadap sesama manusia, ada

masalah dilakukan bersama-sama. Dan apapun yang terdapat dalam

hukum ini tidak bisa diubah lagi.

14. “Di mana bumi di pinjak di langit di junjung, di mana tembilang tecacak

di situ tetanam tumbuh jangan terkurang diluar tertindih diatas jalan,

berambah nan di ikut kayu bertebang nan dititih, ngambik contoh nan

sudah teijak benang orang hitam tapak tesuruk gunung kapur putih

tetungkuk pulai bertingkat nenek meninggalkan buku dengan ruas

manusio menurun, Perbasuan menjauhkan tuturan ku tandan pinang naik

keatas meningalkan uratnya, naik tandanya menurung kebawah, mengejar

urat dan tanah jadi pimpin itu ada dua sarat 1 mau di pilih 2 orang mau

memilih, jadi pimpin itu ada syratnya, telingo dipekakkan, mato

dipejamkan, di jagakan dengan kepalo yang sejuk, muko yang manis,

tangan harus nan ringan, sebelum bercakap di peliharo lidah sebelum

berjanji, disiapkan, pakian berkato denagan pimpin, bemuko lembut dan

bersopan santun atau dengan bapak guru dan orang-orang tuo tengani

cerdik pandai alim ulama jangan awak betingkahlah tenganai hiduplah

mewah sampai lupo dimasa tuanyo, karna orang semacum itu di sumpah

Page 66: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

adat suku nan tigo, jangan sampai tibo dibatu, tertukik ajaknyo tibo

dilumpur tidak berkesan jangan ambur-ambur tali ajungan dipegang”.

Disini dijelaskan syarat seorang pemimpin itu harus mau dipilih oleh

masnyarakat dan harus memilih, juga dijelaskan seorang pemimpin itu

harus berbuat adil, tidak boleh membedakan yang satu dengan yang lain,

tidak boleh berat sebelah, semua harus diperlakukan sama dan mendapat

hak yang sama karena mereka juga merupakan bagian dari orang yang

dipimpin.

15. “Jangan di kepak dipukuli dipangil dikelakkan, jangan di barang lautan

tempat gajah di tepi, mato tidak Nampak, mato tidak liat, air beriak tanda

tak dalam, kelapo bernguncang tando tidak penuh, rajo kampung adat

yang menentukan hukum islah benarnyo yang kadang di perkecikan, yang

kecik di persudah asal di bayar hukumnya, Kalau menurutkan orang

belarian hukuman serba dua kambing 2 beras 20 gantang kelapo 20 butir,

salak manis”.

Seseorang raja atau pemimpin yang menetukan hukum adat haruslah

hal apapun yang bersifat benar harus diperkecilkan, hal yang kecil

disudahi, tetapi harus membayar kabing, sedangkan kalau pempinana itu

menghidar dan tidak melakuakan kewajibanya hukunya dua kali lipat dua

ekor kambing, dua puluh gantang beras, dua puluh butir kelapa dan salak

manis.4

D. Fungsi Dan Peranan Naskah Terhadap Kehidupan Masnyarakat Desa

Lubuk Bernai

Menurut aliran fungsionalisme, hukum adat berfungsi sebagai pedoman

hidup bermasnyarakat agar masnyarakat utuh hidup tertib, tenang, tentram dan

damai menuju masnyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.

Tidak jauh juga seperti halnya masnyarakat di desa Lubuk Bernai mereka

mengangap bahwa hukum adat merupakan hal yang sangat berpengaruh

terhadap pemersatu masnyarakat. Tanpa hukum adat mereka tidak bisa

4 Hasil Wawancara dengan bapak Ali Hasan Tokoh Adat Desa Lubuk Bernai (Minggu, 23

Desember 2018).

Page 67: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

menciptakan masnyarakat yang satu, tanpa hukum adat mereka tidak bisa

hidup dengan tertip, karena apa hukum adat itu merupakan suatu yang sakral

bagi masnyarakat.

Dari hasil yang peneliti dapatkan dan dari hasil wawancara kepada

penduduk desa setempat. Maka Adapun funsi hukum adat suku nan tigo

terhadap kehidupan masnyarakat desa Lubuk Bernai, di antaranya sebagai

berikut :

a. Dengan hukum adat tersebut masnyarakat bisa terhindar dari hal bersifat

kebodohan, kemiskinan, dan kemeralatan.

b. Hukum adat ini sebagai alat untuk mengubah masnyarakat agar sesuai

dengan yang dikedaki hukumya, agar menjadi lebih baik lagi dan menjadi

desa yang tentaram.

c. Dalam hukum adat ini bisa membantu masnyarakat supaya hidup lebih

tertib lagi, dan merupakan suatu keamanan bagi masnyarakat.

d. Dengan hukum adat ini juga bisa mendisplinkan seseorang atau penduduk

agar hidup lebih disiplin lagi.

e. Memberikan keadilan bagi masnyarakat contohnya seperti memberikan

sesuatu kepada seseorang apa yang menjadi haknya, sesuai dengan amal

bakti dan perbuatanya, secara jujur.

f. Membantu masnyarakat terhindar dari segala kejahatan atau virus-virus

perbuatan tercela.

g. Funsi hukum adat ini sebagai pemandu masnyarakat dalam berpikir,

berbuat atau bertindak dan berprilaku agar tidak tersesat (melanggar

hukum), fungsi ini diperoleh dari pengamatan terhadap penduduk desa.5

5 Hasil Wawancara dengan bapak Iblul dan bapak Taridi selaku penduduk Desa Lubuk Bernai

(Minggu, 17 Maret 2019).

Page 68: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “Kajian Naskah Tambo

Hukum Adat Suku Nan Tigo Di Desa Lubuk Bernai Kabupaten Tanjung

Jabung Barat” maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. adanya hukum adat suku nan tigo ini dipercaya berbarengan dengan

berdirinya desa Lubuk Bernai. Yang dibawa oleh suku Mandaliko yang

berasal dari pagaruyung yaitu pada abad 17. Mereka dipercaya sebagai

penetap dan penentuan dari hukum adat tersebut. Namun tidak semua

hukum adat ini ditetapkan oleh orang-orang pagaruyung karena ada

pembauran dengan masnyarakat melayu yang sudah ada yang mendiami

Tungkal Ulu. Dahulu dapat dikatakan bahwa masnyarakat asal yang sudah

mendiami daerah tersebut tidak mau mengikuti aturan adat yang dibawa

oleh orang-orang pagaruyung tersebut yaitu masnyarakat peningalan

kerajaan Kutala yang sudah memiliki struktur pemerintahanya sendiri

yang dikepalai seorang Demong, tetapi lambat laun akhirnya mereka mau

menerima hukum adat yang berasal dari pagaruyung tersebut. Pembawa

dari hukum adat ini adalah para pemimpin dari rombongan pagaruyung,

yang terdiri dari tiga bersaudara yang pertama Datuk Sultan Setio Jayo

yang sekarang makamnya di ulu sungai Pengabuhan, yang kedua bernama

Ratu Majeleng dan ketiga Datuk Sultan Mandaliko Panai yang dipercaya

sebagai pendiri pertama desa Lubuk Bernai yang makamnya berada di

desa tersebut.

2. Naskah Tambo hukum adat suku nan tigo merupakan hal yang sangat

berpengaruh terhadap pemersatu masnyarakat. Tanpa hukum adat mereka

tidak bisa menciptakan masnyarakat yang satu, tanpa hukum adat mereka

tidak bisa hidup dengan tertip, karena apa hukum adat itu merupakan suatu

yang sakral bagi masnyarakat. Dengan hukum adat tersebut masnyarakat

bisa terhindar dari hal bersifat kebodohan, kemiskinan, dan kemeralatan.

Hukum adat ini sebagai alat untuk mengubah masnyarakat agar sesuai

Page 69: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

dengan yang dikedaki hukumya, agar menjadi lebih baik lagi dan menjadi

desa yang tentaram. Dalam hukum adat ini bisa membantu masnyarakat

supaya hidup lebih tertib lagi, dan merupakan suatu keamanan bagi

masnyarakat. Dengan hukum adat ini juga bisa mendisplinkan seseorang

atau penduduk agar hidup lebih disiplin lagi.

3. Isi dari hukum adat suku nan tiga yaitu apabila seseorang laki-laki dan

perempuan yang telah melaksanakan pertunangan, namun dalam

pertunangan tersebut wanita tersebut didapat sedang hamil, maka

hukumnya membayar dengan 1 ekor kambing. Apabia seorang laki-laki

membawa lari perempuan yang sudah bertunangan dengan orang lain

hukumnya membayar dengan daun sirih dan satu pohon buah pinang

kepada keluarga wanita. Apabila sepasang kekasih yang belum menikah

tertangkap basah sedang berhubungan dikamar atau hutan sepi hukumnya

membayar kambing. Apabila seseorang didapat memegang anak istri

orang lain hukumnya kambing. Apabila pemangku adat melakukan

kesalahan yang berlaku di dalam hukum adat hukumnya dua kali lipat dari

masnyarakat lain. Segala hal yang kotor harus di bersihkan, yang

beratakan harus diselesaikan oleh para petuah, namun hal yang berantakan

bisa dihilangkan sendiri dan diperbaiki secara lambat-lambat supaya jadi

baik, segalo hal yang dilakukan, lakukanlah dengan lambat-lambat supaya

jadi baik jangan tertergesah-gesah, dan sesuatu perbuatan yang baik itu

jangan dijadikan jelek, hal yang baik itu sama-sama kita bagikan dan yang

jelek itu sama-sama kita buang. Terhadap sesama manusia hendaknya

selalu baik, jangan di luar baik di dalam buruk. Tidak apa-apa mati anak

daripada mati adat karena kalau mati adat hancurlah sebuah kampung,

sedangkan kalau mati anak cuma merusakan sebuah rumah. Adat ini

sangat kuat tidak bisa digugat lagi, walau adat ini dibuang atau dirusak

hukum adat ini masih berlaku baik terhadap masnyarakat maupun sanak

saudara. Seorang pemimpin adat tidak diperbolehkan memutuskan suatu

permasalahan sendirinya, harus mengikut perkataan orang banayak.

Apabila melukai orang dengan luka besar hukumnya kambing. Kalau

Page 70: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

lukanya mengeluarkan darah deras hukumnya memberikan kain putih dan

sekilo beras. soloko ini dijelaskan terhadap sesama hendaknya harus

berkerja sama dengan baik, tidak ada perselisihan terhadap sesama

manusia, ada masalah dilakukan bersama-sama. Dan apapun yang terdapat

dalam hukum ini tidak bisa diubah lagi. Disini dijelaskan syarat seorang

pemimpin itu harus mau dipilih oleh masnyarakat dan harus memilih, juga

dijelaskan seorang pemimpin itu harus berbuat adil, tidak boleh

membedakan yang satu dengan yang lain, tidak boleh berat sebelah, semua

harus diperlakukan sama dan mendapat hak yang sama karena mereka juga

merupakan bagian dari orang yang dipimpin. Seseorang raja atau

pemimpin yang menetukan hukum adat haruslah hal apapun yang bersifat

benar harus diperkecilkan, hal yang kecil disudahi, tetapi harus membayar

kabing, sedangkan kalau pempinana itu menghidar dan tidak melakuakan

kewajibanya hukunya dua kali lipat dua ekor kambing, dua puluh gantang

beras, dua puluh butir kelapa dan salak manis.

B. Rekomendasi

Dari permasalahan yang dikemukan diatas, maka ada beberapa

rekomendasi yang disarankan antara lain:

1. Untuk pihak pemerintah daerah setempat khususnya pemerintah Provinsi

Jambi untuk dapat memberikan perhatian khusus terhadap setiap tokoh

pejuang Jambi agar lebih dikenal oleh masyarakat luas.

2. Kepada generasi muda diharapkan dapat kembali mengenal dan

mempelajari dan mencari tahu serta memahami hasil dari kebudayaan

terdahulu, baik berupa naskah atau aturan hukum adat masa lalu. Jangan

hanya terhanyut dalam perkembangan zaman sehingga tidak lagi

memandang hal yang bersifat tradisi dan budaya dan hukum adat sebagai

media pembelajaran yang baik dalam membangun jiwa dan mentalitas

sebagai warga negara Indonesia.

C. Kata Penutup

Page 71: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadiran Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya berupa kesehatan dan

kekuatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tentunya banyak sekali terdapat kekurangan dan

kesalahan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan

hati penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun

dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi.

Akhirnya, tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dan berpartisipasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk dan rahmat-Nya kepada

kita semua. Amin ya rabbal’alam

Page 72: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

DAFTAR PUSTAKA

Baried, Siti Baroroh. 1985. Pengantar Teori Filolologi. Jakarta : Pusat pembinaan

dan pengembangan bahasa departermen pendidikan dan kebudayaan.

Darusuprapta. 1990. Ajaran Moral dalam Susastra Suluk. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Dewi Dinar Puspita. 2014. Preservasi Naskah Kuno.Yogyakarta: UIN Sunan

Kalijaga.

Faturahman Oman. 2015. Filologi dan Islam Indonesia. Jakarta: Badan Litbang.

Fathurahman Oman. 2015. Filologi Indonesia. Jakarta: Prenamedia Group.

Ikram Achdiati. 1980. Filologi Nusantara. Jakarta: Pustaka Jaya.

Jamaris Edwar. 2002. Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Manasco.

Mulyadi Sri Wulan Rujianti. 1994. Kodikologi Melayu Di Indonesia. Depok:

FS_UI.

Musthofa. 2010. Materi Kuliah Filologi Uin Sunan Kalijaga. Yogyakarta: UIN

Sunan Kalijaga.

Navis. 1984. Pemikiran Minangkabau. Bandung : Angkasa.

Pudjiastuti Titik. 2006. Naskah Dan Identitas Budaya. Bogor: Akademia.

Robson. 1994. Prinsip-prinsip Filologi Indonesia. Jakarta: RUL.

Rato Dominikus. 2015. Hukum Adat Kontemporer. Surabaya : Laks Bang Justitia.

Supriadi Dedi. 2011. Aplikasi Metode Penelitian Filologi Terhadap Pustaka

Pesantren. Bandung:Pustaka Rahmat.

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1997. Penelitian Bahasa Dan Sastra

Dalam Naskah Cerita Sri Tanjung Di Banyuwangi. Jakarta: Pusat

Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa.

Luthfi Khabib Muhammad. 2016. Kontekstualisasi Filologi Dalam Teks-teks

Islam Nusantara. Jawa Tengah: Jurnal Kebudayaan Islam, Vol. 14, No 1.

Supriadi Didi. 2011. Tradisi Pembacaan Naskah Nyi Sri Pohaci Didesa

Racakalong Kabupaten Sumedang Jawa Barat. Jakarta: Jurnal Manassa,

Vol. 1, No 2.

Page 73: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD) I

NO TEHNIK KAT SUPERTANYAAN

1 Wawancara Sejarah Tambo 1. Darimana asal Tambo?

2. Kapan Tambo dibuat?

3. Apa peranan Tambo bagi kehidupan

masnyarakat?

4. Apa isi yang terkandung dalam

Naskah Tambo Hukum Adat Suku

Nan Tigo?

5. Bagaimana latar belakang Naskah

Tambo Hukum Adat Suku Nan Tigo?

6. Hukum apa saja yang dimaksud

dalam naskah?

2 Dokumentasi Kajian tambahan 1. Adakah buku-buku atau arsip-arsip

yang berhubungan dengan naskah?

2. Adakah salinan lain dari naskah?

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (IPD) II

NO TEHNIK KAT SUBPERTANYAAN

1 Dokumentasi

dan

wawancara

Sejarah Desa 1. Bagaimana latar belakang

terbentuknya desa Lubuk Bernai?

2. Kenapa nama desa Lubuk benai

tercipta?

3. Suku apa yang pertama kali

mendiami desa Lubuk Bernai?

4. Siapa tokoh yang berpengaruh

terhadap terbentuknya desa Lubuk

Bernai?

5. Kenapa suku dari pagaruyung

datang ketungkal dan mendiami

Page 74: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

wilayah desa Lubuk Bernai?

2 Dokumentasi

dan

wawancara

Geografis Desa 1. Ada berapa desa yang ada di

Kecamatan batang Asam?

2. Berapa jumlah Rt yang ada di desa

Lubuk Bernai?

3. Berapa jarak desa dari Kecamatan,

kota provinsi?

4. Berapa Luas desa Lubuk Bernai?

5. Batas-batas desa Lubuk Bernai?

6. Dampak geografis bagi kehidupan

masnyarakat desa Lubuk Bernai?

3 Dokumentasi

dan

wawancara

Kehidupan sosial

Manyarakat

1. Bagaiman sistem mata pencaharian

manyarakat desa pada masa lalu dan

masa sekarang?

2. Bagaimana hubungan sosial

masnyarakat yang bermacam-

macam?

3. Bagaimana keadaan agama di desa

Lubuk Bernai?

4. Bagaimana keadaan pendidikan di

desa Lubuk Bernai?

5. Bagaimana struktur pemerintahan

yang berlaku di desa Lubuk Bernai

6. Berapa jumlah penduduk yang

berada di desa Lubuk Bernai?

7. Suku apa saja yang berada di desa

Lubuk Bernai?

Page 75: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...
Page 76: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...
Page 77: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...
Page 78: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...

LAMPIRAN

Naskah Tambo Adat Suku Nan Tigo

Page 79: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...
Page 80: KAJIAN NASKAH TAMBO ADAT SUKU NAN TIGO DI DESA LUBUK ...