Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

51
KAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN KAPUAS HULU RENCANA PENELITIAN OLEH NATALIA SUSANTI NIM 511100024 FAKULTAS BAHASA DAN SENI INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

description

NATALIA SUSANTI_IKIP PGRI_SEMESTER 6

Transcript of Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

Page 1: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

KAJIAN MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK

DI KECAMATAN BIKA KABUPATEN

KAPUAS HULU

RENCANA PENELITIAN

OLEH

NATALIA SUSANTI

NIM 511100024

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

PONTIANAK

2014

Page 2: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa.

Peneliti dapat menyelesaikan desain penelitian ini sebagaimana ketentuan yang

berlaku. Desain penelitian ini berjudul Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

Di Kecamatan Bika Kabupaten Kapuas Hulu. Dengan ada nya penelitian ini dapat

diselesaikan berkat ada nya kerjasama dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu

pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada Al ashadi alimin,

M.Pd selaku dosen mata kuliah Penelitian Bahasa yang telah banyak memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyelesaian desain penelitian ini.

Penulis sudah berusaha sebaik mungkin dalam penulisan desain penelitian

ini, apabila masih ada kesalahan peneliti mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun guna memperbaiki segala kekurangan dalam penulisan

desain penelitian ini. Semoga desain ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

khususnya, pada program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.

Pontianak, April 2014

Penulis

i

Page 3: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................ii

BAGIAN I PENDAHULUAN

A. Latar belakang .........................................................................................1

B. Masalah penelitian ..................................................................................7

C. Tujuan penelitian.....................................................................................6

D. Manfaat penelitian...................................................................................8

E. Definisi operasional.................................................................................9

F. Prosedur penelitian...................................................................................10

1. Metode penelitian...............................................................................10

2. Bentuk penelitian...............................................................................11

3. Sumber data dan data.........................................................................12

4. Teknik dan alat pengumpul data........................................................12

G. Teknik analisa data..................................................................................15

H. Rencana jadwal pelaksanaan penelitian...................................................17

BAGIAN 11 MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK

A. Morfologi ................................................................................................18

1. Pengertian morfologi.........................................................................18

2. Keterkaitan morfologi dengan ilmu bahasa lain................................20

B. Proses morfologis.....................................................................................25

1. Afiksasi..............................................................................................26

2. Reduplikasi........................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................31

ii

Page 4: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

BAGIAN I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.

Jadi, fungsi bahasa yang paling mendasar adalah sebagai alat komunikasi,

yakni sebagai alat pergaulan antar sesama dan alat untuk menyampaikan

pikiran.

Kata Dayak berasal dari kata "Daya" yang artinya hulu, untuk

menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan

Kalimantan umumnya dan Kalimantan Barat. Dayak merupakan suku yang

memiliki keanekaragaman budaya baik dari segi bahasa maupun adat istiadat

yang berlaku dalam komunitas mereka. Walaupun sama-sama Suku Dayak,

bahasa yang mereka gunakan dalam komunikasi sehari-hari akan berbeda

antara masyarakat.

Orang-orang Dayak ialah penduduk pulau Kalimantan yang sejati, dahulu

mereka ini mendiami pulau Kalimantan. Kalimantan adalah salah satu dari 5

pulau besar yang ada di Indonesia. Sebenarnya pulau ini tidak hanya

merupakan daerah asal orang Dayak semata karena di sana ada orang Banjar

(Kalimantan Selatan) dan orang Melayu. Dan di kalangan orang Dayak sendiri

satu dengan lainnya menumbuh-kembangkan kebudayaan tersendiri. Dengan

perkataan lain, kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan oleh Dayak-Iban

tidak sama persis dengan kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan Dayak-

1

Page 5: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

Punan dan seterusnya. Namun demikian, satu dengan lainnya mengenal atau

memiliki senjata khas Dayak yang disebut sebagai mandau. Dalam kehidupan

sehari-hari senjata ini tidak lepas dari pemiliknya. Artinya, kemanapun ia

pergi mandau selalu dibawanya karena mandau juga berfungsi sebagai simbol

seseorang (kehormatan dan jati diri). Dahulu mandau dianggap memiliki unsur

magis dan hanya digunakan dalam acara ritual tertentu seperti perang,

pengayauan, perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan upacara. Mandau

dipercayai memiliki tingkat-tingkat keampuhan atau kesaktian. Kekuatan

saktinya itu tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang melalui

ritual-ritual tertentu, tetapi juga dalam tradisi pengayauan (pemenggalan

kepala lawan). Ketika itu (sebelum abad ke-20) semakin banyak orang yang

berhasil di-kayau, maka mandau yang digunakannya semakin sakti. Biasanya

sebagian rambutnya digunakan untuk menghias gagangnya. Mereka percaya

bahwa orang yang mati karena di-kayau, maka rohnya akan mendiami mandau

sehingga mandau tersebut menjadi sakti. Namun, saat ini fungsi mandau sudah

berubah, yaitu sebagai benda seni dan budaya, cinderamata, barang koleksi

serta senjata untuk berburu, memangkas semak belukar dan bertani.

Seni tato dan telinga panjang menjadi ciri khas atau identitas yang sangat

menonjol sebagai penduduk asli Kalimantan. Dengan ciri khas dan identitas

itulah yang membuat suku Dayak di kenal luas hingga dunia internasional dan

menjadi salah satu kebanggan budaya yang ada di Indonesa. Namun tradisi ini

sekarang justru semakin ditinggalkan dan hampir punah. Trend dunia fashion

2

Page 6: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

telah mengikis budaya tersebut . Kalaupun ada yang bertahan, hanya sebagian

kecil golongan generasi tua suku Dayak yang berumur di atas 60 tahun.

Ada beberapa adat istiadat bagi suku dayak yang masih terpelihara hingga

kini, di dunia supranatural Suku Dayak pada zaman dahulu maupun zaman

sekarang yang masih kuat sampai sekarang. Adat istiadat ini merupakan salah

satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, karena pada awal

mulanya Suku Dayak berasal dari pedalaman Kalimantan. Adat istiadat

tersebut bisa berupa upacara tiwah, dunia supranatural, mangkok merah.

Selain dari adat istiadat tersebut ada juga senjata-senjata yang masih

digunakan pada zaman dahulu sampai sekarang yang berupa sumpit, dohong,

mandau dan tombak.

Suku Dayak yang hidup merambah di hutan-hutan mempunyai cara unik

dalam berburu binatang. Untuk berburu mereka tidak menunggu binatang

buruannya datang mendekati mereka tetapi mereka memanggil binatang yang

diinginkannya untuk datang mendekati mereka. Misalnya, untuk binatang rusa

mereka akan menirukan suara anak rusa dengan menggunakan sejenis daun

serai yang dilipat melintang dan ditiup. Hasil tiupannya akan muncul suara

seperti suara anak rusa. Karena Rusa selalu melindungi anaknya. Dengan

mendengar suara ini dia merasa anaknya membutuhkan pertolongan. Selama

berburu mereka juga menghitung waktu dan arah angin. Perhitungan waktu

berkaitan dengan aktivitas binatang buruan sementara arah angin untuk

membantu mereka menentukan posisi untuk menyembunyikan diri.

Bersedianya binatang buruan mendekati mereka sangat dipengaruhi oleh bau

3

Page 7: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

asing yang dibawa angin. Hal yang bisa diambil dari kehidupan suku Dayak

adalah kearifan tradisional sangat melekat pada mereka bahkan dalam hal

berburu. Mereka hanya berburu pada saat-saat tertentu di mana persediaan

lauk mereka sudah mulai menipis atau mereka akan mengadakan pesta. Suku

Dayak sangat menghormati alam. Karena bagi mereka alam memberikan

mereka semua kebutuhan yang mereka perlukan tergantung bagaimana kita

memanfaatkan dan mengelolanya.

Suku Dayak Kantuk  adalah salah satu suku dayak yang berada di

kabupaten Kapuas Hulu provinsi Kalimantan Barat. Wilayah penyebaran suku

Dayak Kantuk tersebar di 14 kecamatan di kabupaten Kapuas Hulu. Populasi

suku Dayak Kantuk termasuk salah satu yang terbesar di kabupaten Kapuas

Hulu. Pemukiman orang Dayak Kantuk berada di sekitar hulu sungai Kapuas

di Kalimantan Barat. Populasi orang Dayak Kantuk dikatakan sekitar 2000

orang, tapi sebenarnya jumlah orang Dayak Kantuk lebih dari itu, karena

banyaknya orang Dayak Kantuk yang tersebar di luar kabupaten Kapuas Hulu,

Suku Dayak Kantuk memiliki kerabat dekat dalam rumpun yang sama,

yaitu dengan suku Dayak Iban. Pada masa lalu, sekitar tahun 1900-an suku

Dayak Kantuk sering terjadi pertikaian dengan suku Dayak Iban.

Tradisi kayau atau mengayau sering terjadi di antara kedua suku dayak

ini. Orang Dayak Kantuk bermukim berdekatan dengan wilayah persebaran

orang Dayak Iban. Kedua kelompok ini hidup berdampingan, kadang mereka

hidup bersahabat, tapi kadang terjadi pertikaian di antara mereka. Tragedi

Mpanang Derayh (Empanang Deras) merupakan salah satu cerita lama

4

Page 8: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

mengenai hubungan kedua kelompok yang secara linguistic masih sangat

bekerabat ini. Oleh karena itu peneliti menempatkan kedua kelompok bahasa

ini dalam satu rumpun bahasa Ibanik. Pada dasarnya bahasa Dayak Kantuk

tetap sama walaupun masyarakat suku Dayak Kantuk tersebar di beberapa

wilayah berbeda. Suku Dayak Kantuk di kabupaten Kapuas Hulu tidak

mengenal pembagian kasta dalam kehidupan struktur kemasyarakatan,

sehingga dalam berbahasa mereka tidak membeda-bedakan penggunaan tata

bahasa dalam berkomunikasi.

Suku Dayak Kantuk memiliki pola hidup nomaden atau berpindah-pindah

dari satu tempat ke tempat lain. Rumah adat suku Dayak Kantuk, dalam

bahasa suku Dayak Kantuk disebut Panyay atau Rumah Betang. Pada saat ini

banyak dari masyarakat suku Dayak Kantuk tidak tinggal di Rumah Betang

lagi, tetapi telah membangun rumah pemukiman seperti bentuk rumah suku

Melayu, dalam bentuk rumah panggung biasa. Pada masa lalu sebelum orang

Dayak Kantuk masih mengamalkan kepercayaan animisme yaitu percaya

terhadap roh-roh dan kekuatan gaib pada benda-benda yang dianggap keramat.

Mereka melaksanakan berbagai tradisi adat seperti Nyengkelan Tanah, Tolak

Bala, Upacara Kematian dan Upacara Pengobatan. Saat ini suku Dayak

Kantuk telah memeluk agama seperti Kristen dan Islam, sehingga beberapa

tradisi animisme yang mereka anut pada masa lalu tidak lagi mereka jalankan.

Beberapa jenis mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat suku

Dayak Kantuk untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, yaitu :

berladang, menangkap ikan, berburu binatang liar di hutan, menyadap getah

5

Page 9: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

karet dan memelihara ternak seperti ayam, sapi dan babi, serta kerajinan

membuat anyaman.

Bahasa dayak merupakan salah satu bahasa daerah yang melambangkan

identitas diri yang saat ini terkena oleh dampak negatif pengaruh dari

globalisasi. Karena rata-rata suku dayak yang menguasai bahasa daerah nya

sudah mulai berkurang oleh karena itu kita sebagai generasi penerus harus

tetap mempertahankan bahasa daerah kita masing-masing dengan tidak juga

mengabaikan bahasa Indonesia nya.

Morfologi yaitu mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh

perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Interferensi

atau penyimpangan morfologi dapat terjadi apabila dalam pembentukan kata

bahasa Indonesia menyerap unsur bahasa atau afiks lain, dalam hal ini

terjadinya penyerapan unsur bahasa Dayak Kantuk ke dalam pembentukan

kata bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia ada empat unsur proses

morfologi yaitu: kata dasar, proses pembubuhan afiks (afiksasi), proses

pengulangan (reduplikasi), proses pemajemukan (komposisi).

Berdasarkan pemaparan di atas dapat dideskripsikan bahwa peneliti

memilih judul Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk Di Kecamatan Bika

Kabupaten Kapuas Hulu yaitu pertama belum ada peneliti yang meneliti

mengenai Bahasa Dayak Kantuk yang terdapat di Bika, kedua untuk

mengetahui lebih mendalami bahasa Dayak Kantuk dalam penyerapan unsur

bahasa Dayak Kantuk ke dalam pembentukkan kata bahasa Indonesia serta

pengaruh-pengaruh bentuk kata terhadap golongan kata atau arti dengan

6

Page 10: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

proses Morfologis melalui kajian afiksasi dan reduplikasi dan penelitian

mengenai Bahasa Dayak Kantuk belum ada yang pernah meneliti nya melalui

kajian Morfologi kemudian peneliti sangat tertarik dengan Bahasa yang

digunakan di daerah tersebut yaitu di Bika contoh nya kata Makai dalam

bahasa Dayak Kantuk yang arti nya makan dan masih banyak contoh-contoh

lain nya yang akan dijelaskan dalam bagian pembahasan desain ini. Dan

diharapkan dengan ada nya penelitian ini para pengguna bahasa khusus nya

bahasa Dayak Kantuk dapat mengetahui pengaruh-pengaruh pembentukan

kata melalui kajian morfologi dan dapat melestarikan bahasa-bahasa tersebut

supaya tidak dilupakan oleh suku-suku Dayak khusus nya di Bika agar tidak

melupakan ciri khas bahasa mereka dengan marak nya perkembangan zaman

pada sekarang ini.

B. Masalah penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan

umum dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Kajian Morfologi Bahasa

Dayak Kantuk Di Kecamatan Bika Kabupaten Kapuas Hulu ?

Agar permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas, maka masalah umum

tersebut peneliti batasi dengan sub-sub masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Afiksasi Bahasa Dayak Kantuk Di Kecamatan Bika

Kabupaten Kapuas Hulu ?

2. Bagaimanakah Reduplikasi Bahasa Dayak Kantuk Di Kecamatan Bika

Kabupaten Kapuas Hulu?

7

Page 11: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum yaitu untuk mengetahui Kajian

Morfologi Bahasa Dayak Kantuk Di Kecamatan Bika Kabupaten Kapuas

Hulu.

Adapun tujuan khusus nya dalam penelitian ini yaitu :

1. Untuk mendeskripsikan Afiksasi Bahasa Dayak Kantuk Di Kecamatan

Bika Kabupaten Kapuas Hulu.

2. Untuk mendeskripsikan Reduplikasi Bahasa Dayak Kantuk Di Kecamatan

Bika Kabupaten Kapuas Hulu.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini sebagai bahan pembelajaran dan

pengembangan yang bermanfaat untuk meningkatkan dan menambah

wawasan dalam kajian kebahasaan yang disesuaikan dengan disiplin ilmu

yaitu Morfologi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru bahasa Indonesia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan guru bahasa

Indonesia sebagai salah satu alternatif bahan pembelajaran bahasa

Indonesia, khususnya dalam pembelajaran kebahasaan yang berkaitan

dengan Morfologi.

b. Bagi peneliti

8

Page 12: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

 Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu

alternatif bahan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya di

bidang kebahasaan, khususnya yang berkaitan dengan Morfologi.

E. Definisi operasional

Penjelasan istilah dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman

antara peneliti dan pembaca dalam memahami istilah yang digunakan dalam

penelitian. Penjelasan istilah tersebut sebagai berikut :

1. Morfologi

Kata morfologi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris,

morphology. Morf berarti wujud atau bentuk konkret atau susunan

fonemis dari morfem. Logy ( logos ) berarti ilmu. Jadi morfologi adalah

ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk wujud morfem ( Kridalaksana

1982 ). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Morfologi

adalah cabang linguistik tentang morfem dan kombinasi-kombinasi nya.

Secara populer, morfologi dibatasi dengan cabang ilmu bahasa yang

mempelajari seluk beluk bentuk bahasa ( Iyo Mulyono 2013 : 1 ).

2. Bahasa Dayak Kantuk

Bahasa dayak Kantuk adalah bahasa yang digunakan oleh

sekelompok suku masyarakat dayak yang bertempat tinggal di kecamatan

bika kabupaten kapuas hulu.

9

Page 13: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

3. Proses morfologis

Dalam bahasa Indonesia ada empat unsur proses morfologi yaitu:

kata dasar, proses pembubuhan afiks (afiksasi), proses pengulangan

(reduplikasi), proses pemajemukan (komposisi).

a. Kata dasar yaitu susunan dari bahasa yang mengandung arti dari satu

morfem atau lebih.

b. Afiksasi yaitu pembentukan kata dengan cara pembubuhan kata afiks

atau imbuhan pada kata dasar yang terdiri dari prefiks, infiks, sufiks

dan konfiks.

c. Reduplikasi yaitu pembentukan kata dengan cara mengulang bentuk

kata dasar.

d. Pemajemukan atau penggabungan kata yaitu penggabungan dua kata

atau lebih dengan membentuk kata-kata baru.

F. Prosedur Penelitian

1. Metode penelitian

Setiap kegiatan penelitian memerlukan suatu metode pendekatan

yang tepat, agar pelaksanaan penelitian dapat berjalan dengan lancar

sesuai dengan apa yang di harapkan. Secara umum metode penelitian

dapat di artikan seabagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu.

Menurut Hadari Nawawi ( 2007:65-99 ) dalam penelitian

terdapat empat metode antara lain :

a. Metode filosofi

10

Page 14: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

b. Metode deskriptif

c. Metode historis

d. Metode eksperimen

Dari keempat metode diatas yang cocok dengan rumusan masalah

ini adalah metode Deskriptif . Hadari Nawawi (1983:63) menyatakan

bahwa metode deskriptif merupakan prosedur pemecahan masalah

yang di selidiki dengan menggambarkan keadaan atau subjek dan

objek peneliti (seorang, lembaga masyarakat dan lainya) yang

berdasarkan fakta – fakta tampak dan sebagaimana adanya.

Jadi melalui penelitian deskriptif kualitatif, peneliti berusaha untuk

menggambarkan secara jelas mengenai Morfologi Bahasa Dayak

Kantuk di Kecamatan Bika Kabupaten Kapuas Hulu.

2. Bentuk penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

penelitian deskriptif kualitatif yang dimaksudkan sebagai jenis penelitian

yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau

bentuk hitungan lainnya. Dapat dikemukakan bahwa tujuan penelitian

kualitatif   dalam bidang pendidikan yaitu untuk:

a. Mendeskripsikan suatu proses kegiatan pendidikan berdasarkan apa

yang terjadi di lapangan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk

menemu kenali kekurangan dan kelemahan pendidikan sehingga dapat

ditentukan upaya penyempurnaannya.

11

Page 15: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

b. Menganalisis dan menafsirkan suatu fakta, gejala dan peristiwa

pendidikan yang terjadi di lapangan sebagaimana adanya dalam

konteks ruang dan waktu serta situasi lingkungan pendidikan secara

alami.

3. Sumber data dan data

a. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini berasal dari data lapangan.

Penelitian lapangan dilakukan dalam kaitannya dengan objek

penelitian yaitu Bahasa Dayak Kantuk.

b. Data

Data adalah semua informasi atau bahan deskriptif yang berupa

uraian data, ungkapan pernyataan, kata-kata tertulis, dan perilaku yang

diamati. Data tersebut harus dikumpulkan untuk memberikan jawaban

terhadap masalah yang dikaji. 

         Data dalam penelitian ini adalah kata, kalimat, dan ungkapan

dalam setiap ucapan yang berasal dari penutur Bahasa Dayak Kantuk.

4. Teknik dan alat pengumpul data

a. Teknik Pengumpul Data

Dalam suatu penelitian di perlukan teknik tertentu untuk

mempelancar penelitian dan teknik harus sesuai dengan tujuan- tujuan

penelitian yang relevan . penetapan teknik yang tepat dalam penelitian

akan memberi dampak yang positif dan memiliki arti penting yang

12

Page 16: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

sangat strategis , sebab semua yang akan di tata, di analisis dan

interprestasikan akan menjadi tepat.

Data yang di peroleh melalui kegiatan penelitian merupakan faktor

yang sangat dalam upaya untuk memecahkan suatu masalah penelitian.

Oleh karena itu, data yang di peroleh harus akurat dan dapat di

pertanggung jawabkan secara ilmiah. Sehubungan dengan itu di

perlukan penggunaan teknik dan alat pengumpulan data yang tepat.,

ada beberapa teknik yang di gunakan dari tiap teknik itu sendiri

berbeda.

Berkaitan dengan teknik pengumpullan data penelitian ini

Hadari Nawawi (2007:100) mengungkapkan pendapatnya bahwa

dalam pengumpulan data dapat di bedakan menjadi :

1) Teknik komunikasi tidak lansung

2) Teknik Observasi langsung

3) Teknik komunikasi langsung

4) Observasi tidak lansung

Berdasarkan pengelompokan teknik pengumpulan data diatas,

maka yang di anggap relevan dengan penelitian ini adalah :

a) Teknik komunikasi tidak langsung

Hadari Nawawi ( 2007: 101 ) mengatakan bahwa “Teknik

komunikasi tidak lansung adalah cara mengumpulkan data dengan

cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan mengadakan

hubungan tidak lansung atau dengan perantara alat, baik alat yang

13

Page 17: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

sudah disediakan maupun alat khusus yang di buat untuk

keperluanya”. Jadi teknik Komunikasi tidak lansung adalah suatu

cara untuk mengumpul data mengenai objek penelitian dengan

perantaraan alat .

b) Teknik observasi langsung

Menurut Hadari Nawawi ( 2007: 100 ), mengatakan bahwa

“Teknik observasi lansung adalah cara mengumpulkan data yang

dilakukan melalui pengamatan atau pencatatan dari gejala-gejala

yang tanpak pada objek penelitian yang pelaksanaannya langsung

pada tempat dimana suatu peristiwa atau situasi yang sedang

terjadi”. Jadi teknik observasi langsung pengamatan dalam

pengumpulan data secara langsung pad tempat nya.

c) Teknik komunikasi langsung

Dalam memperoleh data yang diinginkan peneliti, maka

peneliti di sini harus bertatap lansung terhadap objek yang ingin di

teliti agar dapat mempermudah dalam memproleh data yang di

perlukan dalam penelitian. Hadari Nawawi (2007: 101) dalam

“teknik ini mengharuskan seorang peneliti mengadakan kontak

lansung secara lisan atau pun tatap muka (face to face) dengan

sumber data, baik dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi

yang sengaja di buat dalam keperluan tersebut”.

b. Alat pengumpul Data

14

Page 18: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

Untuk mendapatkan data yang akurat di lapangan dalam penelitian

ini akan menetapkan beberapa alat sebagai pengumpulan data antara

lain :

1) Wawancara

2) Rekam atau tape recorder

3) Catatan lapangan

G. Teknik analisa data

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kualitatif. Terdapat tiga jalur

analisis data kualitatif yaitu Reduksi data, penyajian data dan penarikan

kesimpulan. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data yang muncul dari catatan-

catatan tertulis di lapangan. Penelitian ini berlangsung secara terus menerus

selama penelitian berlangsung, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul

sebagaimana terlihat dari data konseptual penelitian, permasalahan studi dan

pendekatan pengumpulan data yang dipilih peneliti. Reduksi data ini meliputi

meringkas data, mengkode, menelusur tema dan membuat gugus-gugus.

Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir

dapat di ambil.

Penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun,

sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif yaitu teks naratif yang

15

Page 19: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

berbentuk catatan lapangan, matriks, grafik, jaringan dan bagan. Bentuk-

bentuk ini menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang

padu dan mudah diraih, sehingga memudahkan untuk melihat apa yang sedang

terjadi, apakah kesimpulan sudah tepat atau sebaliknya melakukan analisis

kembali.

Upaya penarikan kesimpulan dilakukan peneliti secara terus menerus

selama berada dilapangan. Dari permulaan pengumpulan data, peneliti

tersebut mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan pola-pola,

penjelasan-penjelasan dan alur sebab akibat serta proposisi.

Kesimpulan-kesimpulan itu juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung dengan cara memikir ulang selama penulisan, meninjau ulang

catatan lapangan, tinjau kembali dan tukar pikiran antar teman sejawat untuk

mengembangkan kesepakatan intersubyektif, upaya-upaya yang luas untuk

menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain.

16

Page 20: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

H. Rencana jadwal pelaksanaan penelitian

Rencana jadwal penelitian

NoJadwal

Kegiatan

Maret Apil Mei Juni Jul-Agus Sept Okt

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1Pemilihan Judul

2Pengajuan Outline

3Penggarapan Desain

4Konsultasi Desain

5Presentasi Seminar

6 Penelitian

7Konsultasi Bab I-V

8 Sidang Skripsi

17

Page 21: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

BAGIAN II

MORFOLOGI BAHASA DAYAK KANTUK

A. Morfologi

1. Pengertian Morfologi

Salah satu kajian dalam studi kebahasaan adalah morfologi. Kata

morfologi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris, morphology. Morf

berarti wujud atau bentuk konkret atau susunan fonemis dari morfem.

Logy ( logos ) berarti ilmu. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia Morfologi adalah cabang linguistik tentang morfem dan

kombinasi-kombinasi nya. Secara populer, morfologi dibatasi dengan

cabang ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk bahasa

(Mulyono 2013 : 1 ).

Ketiga batasan di atas tidak ada yang patut disisihkan. Semua nya

bisa kita terima. Batasan yang pertama dan yang kedua berangkat dari

bentukan objek studi ilmu bahasa yang paling kecil yakni morfem. Jika

morfem itu berkombinasi terjadilah kata berimbuhan, kata berulang dan

kata majemuk. Batasan yang ketiga memberikan penekanan terhadap frasa

seluk beluk kata sebagai objek studi morfologi.

Ungkapan seluk beluk bentuk kata dalam batasan yang terakhir

memiliki maksud yang cukup luas, yakni mencakup bentuk kata,

perubahan bentuk kata, serta pengaruh perubahan tersebut terhadap jenis

dan makna kata. Mislanya kata baca, kata ini bisa berubah bentuk yang

18

Page 22: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

akan berpengaruh terhadap jenis dan maksudnya. Kata baca tersebut bisa

berubah menjadi bacaan, membaca, pembaca, pembacaan, dibaca, terbaca,

keterbacaan, membacakan, membaca-baca, lomba baca, baca tulis.

Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk

beluk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap

golongan dan arti kata. Atau morfologi mempelajari seluk beluk  kata

fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun

fungsi semantik ( Ramlan, 1983 : 16-17 ).

Menurut Haspelmath (2002:1), morfologi adalah suatu studi tentang

struktur internal kata. Menurut Kridalaksana (2009:10), morfologi dapat

dipandang sebagai subsistem yang berupa proses yang mengolah leksem

menjadi kata.

Pengertian morfologi yang dijadikan acuan adalah pendapatan para

ahli bahasa. Morfologi is the study of morphemes and their arrangements

in forming words. Morphemes and the minimal meaningflunits which my

contute words or partt of woeds, c.q.re-, -un, ish, -ly, -coive, demand,

untie, boyish, likely. The morphemes arrangements wich are treated,

under, the morfologi of a language include all combinations that form

words or part of words (Nida dalam Mursalin, 1992:4). 

Jadi dapat dijelaskan bahwa Morfologi merupakan ilmu yang

mempelajari seluk beluk kata (struktur kata) serta pengaruh perubahan-

perubahan bentuk kata terhadap makna (arti) dan kelas kata.

19

Page 23: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

2. Keterkaitan Morfologi Dengan Ilmu Bahasa Lainnya

Objek studi ilmu bahasa mencakup tiga hal yang pokok, yakni

fonologi, morfologi dan sintaksis. Ketiga cabang ilmu bahasa tersebut

memiliki kaitan yang erat bahkan yang satu dengan yang lain nya tidak

bisa dipisahkan. Jadi keterkaitan morfologi dengan dua cabang ilmu

bahasa tersebut yaitu :

a. Keterkaitan morfologi dengan fonologi

Fonologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang menyelidiki bunyi-

bunyi bahasa secara umum. Bagaimana bunyi bahasa itu dihasilkan

oleh alat ucap manusia, mana sajakah jenis-jenis bunyi bahasa itu dan

apakah fungsi bunyi bahasa dalam ujaran yang dipelajari dalam studi

fonologi. Fonologi terbagi atas dua bagian yaitu fonetik dan fonemik.

1) Fonetik

Fonetik adalah ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa

dalam tuturan serta mempelajari bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu

dihasilkan oleh alat ucap manusia. Misalnya, bunyi /e/ di lafalkan

[e] jika berada dalam suku kata terbuka, seperti kata so-re, be-sok.

Dan dilafalkan [ɛ] jika berada dalam suku kata tertutup seperti

pada kata dompet, loket. Arti nya kata [e] memiliki dua jenis

alofon.

Jadi fonetik mempelajari semua jenis bunyi bahasa tanpa

memperhatikan apakah bunyi bahasa tersebut membedakan arti

kata atau tidak.

20

Page 24: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

2) Fonemik

Fonemik adalah ilmu yang mempelajari bunyi-bunyi bahasa

yang berfungsi membedakan arti. Bunyi-bunyi bahasa yang

berfungsi membedakan arti kata disebut fonem. Misal nya dalam

bahasa Indonesia terdapat fonem /k/ karena ada kata batu dan

batuk, kata peti dan petik serta kata kotak dan otak yang setiap kata

tersebut mempunyai arti yang berbeda. Perbedaan tersebut

menunjukkan bahwa dalam bahasa Indonesia ada fonem /k/.

Letak hubungan antara fonologi dan morfologi yaitu bahwa

morfologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan bentuk kata.

Salah satu bentuk perubahan bentuk kata itu adalah afiksasi.

Misalnya afiksasi afiks meN- sebagai berikut :

meN- + tulis = menulis

berdasarkan contoh tersebut bahwa pengimbuhan meN-

terhadap bentuk kata dasar memunculkan gejala perubahan bunyi

seperti kata menulis. Gejala pergantian bunyi merupakian peristiwa

fonologi namun gejala tersebut terjadi akibat peristiwa morfologi.

Maka dari itu muncul ilmu yang mempelajari perubahan-

perubahan bunyi akibat bergabung nya dua morfem atau lebih yang

disebut morfofonemik atau morfofonologi.

21

Page 25: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

b. Keterkaitan morfologi dengan sintaksis

Struktur kalimat menentukan struktur kata atau sebaliknya, bahwa

struktur kalimat ditentukan oleh struktur kata. Contoh kalimat nya

yaitu :

1) Dalam hati nya mengandung rasa penyesalan yang luar biasa.

( K+P+O)

2) Dalam hati nya terkandung rasa penyesalan yang luar biasa.

( K+P+S)

Karena erat nya keterkaitan antara ilmu tentang bentuk kata

atau morfologi dan ilmu tentang kalimat atau sintaksis maka lahir

istilah morfosintaksis.

3. Morfem sebagai bentuk Linguistik

a. Bentukan Linguistik

Dalam berkomunikasi dengan media bahasa, siapa pun

menggunakan tuturan, setiap tuturan merupakan rangkaian bentuk

bahasa yang sistematis. Rangkaian bentuk bahasa yang paling besar

adalah wacana. Unsur pembangun wacana itu, di antara nya satuan

paragraf, dan unsur pembangun paragraf adalah bentukan bahasa yang

disebut kalimat. Berdasarkan bentukan kalimat ini lah kita berangkat

untuk mempelajari bentukan Linguistik.

Contoh kalimat , pada hari ini anak-anak sekolah tidak

mengenakan pakaian seragam. Kalimat tersebut merupakan bentukan

kebahasaan yang lazim digunakan dalam kehidupan berbahasa dan

22

Page 26: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

mengandung pengertian. Begitu pula frasa-frasa pada hari ini, anak-

anak sekolah, tidak mengenakan, pakaian seragam merupakan

bentukan-bentukan bahasa yang lazim digunakan sehari-hari. Frasa-

frasa tersebut terdiri dari kata pada, hari, ini, anak-anak, sekolah, tidak,

mengenakan, pakaian, seragam yang merupakan bentukan-bentukan

bahasa yang mengandung arti. Dalam kata tersebut ada unsur anak

( reduplikasi ), ada afiks meN-, -kan, kena dan pakai dan afiks –an.

Bentukan-bentukan yang disebut di atas merupakan bentuk kalimat,

frasa, kata, reduplikasi dan afiks yang merupakan bentukan-bentukan

Linguistik. Jadi bentukan Linguistik adalah bentukan-bentukan

kebahasaan yang mengandung arti atau yang lazim digunakan dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Morfem

1) Pengertian Morfem

Dalam pembahasan tentang bentukan Linguistik dikemukan

tentang unsur-unsur terkecil dari kalimat pada hari ini, anak-anak

sekolah tidak mengenakan pakaian seragam. Unsur-unsur terkecil

pada kalimat tersebut adalah pada, hari, ini, anak ( reduplikasi ),

sekolah, tidak, kena, meN-, -kan, pakai-an, ragam, dan se. Unsur-

unsur tersebut merupakan bentukan Linguistik yang terkecil karena

tidak terdiri atas unsur-unsur yang lebih kecil lagi. Bentukan yang

terkecil itu lah yang disebut Morfem. Jadi morfem adalah bentukan

23

Page 27: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

Linguistik yang paling kecil, yang tidak terdiri atas bentukan-

bentukan yang lebih kecil yang mengandung arti.

2) Morf dan Alomorf

Morf merupakan wujud konkret dari sebuah morfem. Dengan

kata lain, morf adalah struktur fonologis atau susunan fonem dari

sebuah morfem. Wujud –i dalam warnai adalah morf. Afiks –i

merupakan sebuah morfem. Begitu pula wujud warna merupakan

morf dengan begitu maka warna merupakan sebuah morfem. Jadi

bentukan warnai terdiri atas dua buah morf yaitu morf warna dan

morf –i. Jadi bentukan warnai terdiri atas dua buah ( wujud )

morfem. Sedangkan alomorf adalah anggota morfem yang telah

ditentukan posisinya atau anggota morfem yang memiliki fungsi

yang komplementer.

3) Jenis morfem

Morfem merupakan bentukan linguistik yang paling kecil yang

tidak dapat dibagi lagi menjadi bentukan-bentukan linguistik yang

paling kecil. Jadi jenis-jenis morfem antara lain :

a) Morfem bebas

Morfem yang dalam tuturan sehari-hari dapat berdiri sendiri.

Contoh : ayah ada di rumah, rumah itu bagus.

b) Morfem terikat

Morfem yang tidak dapat berdiri sendiri untuk membentuk

sebuah kata. Morfem ini terdiri atas empat kelompok yakni

24

Page 28: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

morfem imbuhan, morfem terikat terbagi, morfem terikat

bentuk dasar dan morfem unik.

(1) Morfem imbuhan adalah berupa prefiks, infiks, sufik dan

konfiks. Contoh : ber-, ter-, se-, el-, -i.

(2) Morfem terikat terbagi adalah morfem yang kehadiran nya

diikuti morfem lain. Contoh : ber-an dalam berhadapan.

(3) Morfem terikat bentuk dasar adalah morfem bentuk dasar.

Contoh : tamu, juang bentuk kata bertamu, berjuang.

(4) Morfem unik adalah morfem yang kehadirannya melekatkan

diri pada pasangan yang tetap, contoh : belia, bangka dalam

bentuk kata majemuk dan kata ulang muda belia, tua bangka

B. Proses Morfologis

Proses morfologis adalah proses pembentukan kata dari suatu bentuk dasar

menjadi suatu bentuk jadian. Proses ini , meliputi kata dasar, afiksasi

(pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi (pemajemukan).

Proses morfologis merupakan cara pembentukan kata-kata dengan

menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Dengan kata

lain, proses morfologis ialah proses penggabungan morfem-morfem menjadi

kata. Proses morfologis meliputi lima proses, yaitu afiksasi, reduplikasi,

perubahan, intern, suplisi, dan modifikasi kosong (Samsuri, 1991: 190-194).

Proses morfologis sebagai pembentukan kata-kata dari bentuk lain yang

merupakan bentuk dasarnya. Ada tiga macam proses morfologis yaitu afiksasi,

reduplikasi, dan pemajemukan” (Ramlan, 1997: 27). Proses pembentukan kata

25

Page 29: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain dengan afiksasi,

pengulangan, dan pemajemukan (Diah, 1999: 4).

1. Afiksasi

Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada suatu satuan, baik

berupa satuan tunggal maupun kompleks untuk membentuk kata. Afiks

adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan ke bentuk lain akan

mengubah makna gramatikal ( Kridalaksana 1993). Afiksasi adalah salah

satu dari proses morfologis. Pada umumnya imbuhan afiks terdapat empat

jenis yaitu prefiks, infiks, sufiks dan konfiks.

a. Prefiks ( awalan )

Imbuhan yang ditempatkan dibagian depan. Contoh :

1) Prefiks di-

Membentuk kata kerja dan menyatakan makna pasif : diambil,

diketik, ditulis, dijemput, dikelola.

2) Prefiks me-

Membentuk kata kerja : menari, mengarsip, menanam, menulis,

mencatat.

3) Prefiks ber-

Berfungsi membentuk kata kerja ( biasanya dari kata benda, kata

sifat) contoh : bernama, beristri, berjanggut, berdasi, berbaju.

4) Prefiks pe-

Berfungsi membentuk kata kerja, kata benda dan kata benda sendiri.

Contoh : perekat, penjudi, pengukur, perasa.

26

Page 30: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

5) Prefiks ter-

Berfungsi membentuk kata kerja ( pasif ) dan kata sifat. Contoh :

terkunci, terikat, tertutup, terpaksa.

b. Infiks

Infiks atau sisipan adalah afiks yang dibubuhkan pada tengah-tengah

kata.

1) Sisipan –el-

Jajah menjadi jelajah

Gembung menjadi gelembung

Luhur menjadi leluhur

Tunjuk menjadi telunjuk

Tapak menjadi telapak

2) Sisipan –er-

Jari menjadi jemari

Gigi menjadi gerigi

Suling menjadi seruling

Runtuh menjadi reruntuh

3) Sisipan –em-

Kilau menjadi kemilau

Kuning menjadi kemuning

Tali menjadi temali

Turun menjadi temurun

27

Page 31: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

4) Sisipan –in-

Kerja menjadi kinerja

Sambung menjadi sinambung

5) Sisipan –ha-

Dulu menjadi dahulu

Basa menjadi bahasa

c. Sufiks

Akhiran adalah afiks yang dibubuhkan pada akhir sebuah kata. Macam-

macam sufiks yaitu : -an, -kan, -i, wati, -wan, -man, -logi, -sasi, -if, -is, -

iah. Contoh : mainan, ambilkan, sirami, karyawati, seniman, egois,

alamiah.

d. Konfiks

Afiks yang terdiri dari prefiiks dan sufiks yang ditempatkan diantara

kata dasar.

1) Ber –kan, Contoh : bersenjatakan, berdasarkan

2) Ber –kan, Contoh : berpotongan, berterbangan

3) Per- kan, Contoh : pertunjukan, perkenalkan

4) Per- an, contoh : pergerakan, perekonomian, perhotelan

5) Pe-an, contoh : penulisan, pelelangan, pemakaman.

6) Me- kan, contoh : membingungkan, menghancurleburkan

7) Me-i, contoh : menerangi, menggulai.

28

Page 32: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

2. Reduplikasi

Reduplikasi adalah proses pengulangan kata dasar baik keseluruhan

maupun sebagian. Adapun ciri-ciri proses pengulangan antara lain :

a. Menimbulkan makna gramatis.

b. Terdiri lebih dari satu morfem.

c. Selalu memiliki bentuk dasar.

d. Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata atau kelas

kata. Apabila suatu kata ulang berkelas kata benda, bentuk dasarnyapun

berkelas kata benda. Begitu juga apabila kata ulang itu berkelas kata

kerja bentuk dasarnya juga berkelas kata kerja.

e. Bentuk dasar kata ulang selalu ada dalam pemakaian bahasa.

Maksudnya dapat dipakai dalam konteks kalimat.

Reduplikasi dalam bahasa Indonesia dapat dibagi sebagai berikut :

1) Pengulangan seluruh

Perulangan bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak dengan

proses afiks. Contoh :

Orang menjadi orang-orang

Cantik menjadi cantik-cantik

2) Pengulangan sebagian

Pengulangan sebagian morfem dasar baik sebagian awal maupun

sebagian akhir morfem. Contoh :

Tamu menjadi tetamu

Berapa menjadi beberapa

29

Page 33: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

3) Pengulangan dengan perubahan fonem

Morfem dasar yang diulang mengalami perubahan fonem. Contoh :

Lauk menjadi lauk-pauk

Gerak menjadi gerak-gerik

4) Pengulangan berimbuhan

Pengulangan bentuk dasar diulang secara keseluruhan dan mengalami

proses pembubuhan afiks. Afiks yang dibubuh bisa berupa prefiks,

sufiks atau konfiks. Contoh :

Batu menjadi batu-batuan

Hijau menjadi kehijau-hijauan

Tolong menjadi tolong-menolong

30

Page 34: Kajian Morfologi Bahasa Dayak Kantuk

DAFTAR PUSTAKA

Kridalaksana, harimurti. 1996. Pembentukan Kata Dalam Bahasa

Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Mulyono, iyo. 2013. Morfologi. Bandung : CV Yrama Widya.

Nasucha, yakub dkk. 2012. Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Media

Perkasa.

Nawawi, hadari. 2007. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

31