KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme...

104
KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN PENYEDIAAN SUMBERDAYA AIR (Studi Kasus di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat) NINI SRIANI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

Transcript of KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme...

Page 1: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN

JASA LINGKUNGAN PENYEDIAAN SUMBERDAYA AIR

(Studi Kasus di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram,

Nusa Tenggara Barat)

NINI SRIANI

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 2: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN

JASA LINGKUNGAN PENYEDIAAN SUMBERDAYA AIR

(Studi Kasus di Lombok Barat dan Kota Mataram,

Nusa Tenggara Barat)

NINI SRIANI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

Page 3: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

RINGKASAN

NINI SRIANI. Kajian Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Penyediaan Sumberdaya Air (Studi Kasus di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat). Di bawah bimbingan HARYANTO R. PUTRO dan AGUS PRIYONO.

Mata air di hulu DAS Jangkok merupakan pemasok kebutuhan air bersih

bagi masyarakat di wilayah Kabupaten Lombok Barat, Kota Mataram dan sebagian wilayah di Kabupaten Lombok Tengah. Kawasan hutan Sesaot merupakan daerah hulu dari DAS Jangkok. Sebagian besar arealnya telah dikelola oleh masyarakat petani hutan dengan sistem Hutan Kemasyarakatan (HKm). Pada areal DAS Jangkok tersebut banyak terdapat permasalahan, antara lain terjadi degradasi lahan, terdapat potensi kerusakan aspek biofisik dan aspek kelembagaan kelompok petani hutan, terjadi penurunan jumlah mata air dan debit rata-rata di Sungai Jangkok, longsor, erosi, sedimentasi dan ancaman terjadi krisis air akibat penurunan debit dan peningkatan kebutuhan air. Masyarakat hulu sebagai penyedia jasa dituntut untuk melindungi tutupan lahan sekaligus harus memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat hilir di Kota Mataram memanfaatkan jasa lingkungan berupa air melalui PDAM. Bentuk kepedulian masyarakat hilir terhadap berharganya air, yang seharusnya dijadikan barang ekonomi, dan pembayaranan terhadap masyarakat hulu, yang sudah menjaga kelestarian DAS di daerah tangkapan air, saat ini dikenal sebagai mekanisme pembayaran jasa lingkungan (PJL). Upaya yang ada di Kabupaten Lombok Barat, yang didukung oleh Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Lombok Barat No. 4 tahun 2007 tentang pengelolaan jasa lingkungan untuk pemanfaatan air dan objek wisata, tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan.

Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema yang baru di Indonesia. Untuk penerapan yang lebih lanjut dibutuhkan pembelajaran meliputi pihak yang terlibat, peran setiap stakeholder, penegakan hukum, peraturan yang ada, dan kesepakatan bersama serta perlu dilihat keberhasilan dari kinerja setiap stakeholder meliputi realita di lapang dan manfaat bagi tiap pihak. Data dikumpulkan melalui metode triangulasi yaitu wawancara, observasi lapang dan penelusuran dokumen. Analisis data menggunakan metode analisis stakeholder dan analisis deskriptif kualitatif.

Stakeholder yang terlibat dalam mekanisme PJL penyediaan sumberdaya air di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram teridentifikasi sebanyak 18 stakeholder. Mekanisme PJL penyediaan sumberdaya air yang ada di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram dikelola oleh IMP dan telah memiliki dasar hukum. Mekanisme PJL penyediaan sumberdaya air di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram termasuk dalam bentuk payments for environmental services (PES) murni dengan memenuhi lima kriteria yaitu transaksi secara sukarela, jasa lingkungan terdefinisi dengan baik, ada pembeli dan penyedia jasa lingkungan, serta penyedia jasa mampu menjamin ketersediaan jasa lingkungan.

Kata kunci: PJL, air, stakeholder, IMP, Lombok

Page 4: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

SUMMARY

NINI SRIANI. The Study of Payments for Environmental Services (PES) Mechanism for Water Resources Supply (Case Study at West Lombok District and Mataram City, Nusa Tenggara Barat). Under supervision of HARYANTO R. PUTRO and AGUS PRIYONO.

The springs at the upper Jangkok watersheds are the supplier of clean water

for West Lombok District, Mataram City and some areas in Central Lombok District society. Sesaot forest area are the headwaters of Jangkok watershed. Most of their area has been managed by farm-forest society with Community Forest Management system (CFM). There are many problems in Jangkok watershed area, such as land degradation, many potential damage of biophysical aspects and institutional aspects of forest community groups, a decreasing of springs number and the lowering of average water debit at Jangkok river, landsliding, erosion, sedimentation and water crisis threathening as the result of water debit decreases and water demand increases. The upstream society as a service providers had been required to protect the land cover and the same time they are has had their lives on. Downstream society in Mataram City utilizing the environment services of water through PDAM. The downstream society moval for water preciousness, which should be used as economic goods, and payments for the upstream society who preserves watersheds in the catchment area, known as the payment for environmental services (PES) mechanism. An efforts in West Lombok District, supported by local regulation West Lombok District No. 4/2007 about management of environmental services for water utilization and tourism, is a form of payment for environmental services mechanisms.

Payment for environmental services mechanisms was a new scheme in Indonesia. For further application, learning is needed for the involved parties, each stakeholder role, law enforcement, regulations and agreements along with the stakeholder succesfullness at the field. This performances included the field realities and each party benefits. The data had been collected by triangulation method : interview, field observation and documents tracking. Stakeholder analysis method and qualitative descriptive analysis had been used for data analysis.

Stakeholder which are involved in PES mechanism for water resources supply in West Lombok District and Mataram City identified as many as 18 stakeholder. PES mechanisms for water resources supply in West Lombok District and Mataram City managed by IMP and it has a legal basis. It is counted as pure PES. Its fulfill five criteria there are voluntary transaction, well-defined environmental service, a buyer and provider of environmental services, and environmental services provider secures environmental service provision.

Keywords: PES, water, stakeholder, IMP, Lombok

Page 5: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Mekanisme

Pembayaran Jasa Lingkungan Penyediaan Sumberdaya Air (Studi Kasus di

Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat) adalah

benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan

belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga

manapun. Sumber informasi yang berasal atau kutipan dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, Maret 2012

Nini Sriani E34070014

Page 6: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

Judul Skripsi : Kajian Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan

Penyediaan Sumberdaya Air (Studi Kasus di Kabupaten

Lombok Barat dan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat)

Nama : Nini Sriani

NIM : E34070014

Menyetujui,

Pembimbing I,

Ir. Haryanto R. Putro, MS. NIP. 196009281985031004

Pembimbing II,

Ir. Agus Priyono, MS. NIP. 196108121986011001

Mengetahui,

Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP. 195809151984031003

Tanggal Lulus :

Page 7: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul Kajian Mekanisme

Pembayaran Jasa Lingkungan Penyediaan Sumberdaya Air Studi Kasus di

Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat

disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana bidang kehutanan di

Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Pelaksanaan penelitian hingga penulisan skripsi ini tak lepas dari bantuan

banyak pihak. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh

dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya

membangun guna pengembangan skripsi ini. Penulis berharap semoga karya ini

bermanfaat, baik bagi penulis maupun pembaca pada umunya.

Bogor, Maret 2012

Penulis

Page 8: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 10 Juli 1988.

Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara

pasangan Bapak Nursalim dan Ibu Samini. Penulis menempuh

pendidikan di TK Dharma Wanita (1993-1995), SDN

Mojokerep 1 (1995-2001), SMPN 1 Kunjang (2001-2004),

dan SMAN 2 Pare (2004-2007). Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis

aktif sebagai mahasiswa mayor Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata, Fakultas Kehutanan dan mengambil minor Arsitektur Lanskap.

Selama menuntut ilmu di Institut Pertanian Bogor, Penulis aktif di beberapa

organisasi kemahasiswaan antara lain: Agricampus Bycycle Community (Ability),

Beastudi Etos Bogor Community (BEB-C), Dewan Keluarga Masjid (DKM) Al-

Hurriyah, Forum Silaturahim Mahasiswa (Fosma) ESQ, KPG dan KPF Himpunan

Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) dan Badan

Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Kehutanan tahun 2008-2009 (Bendahara

II). Penulis juga aktif mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

Beberapa PKM yang berhasil didanai yaitu PKMK “Pendirian Usaha Jasa Terapi

Bekam bagi Civitas Akademika IPB” (didanai tahun 2008) dan PKMM

“Perintisan Usaha Konservasi Tumbuhan Obat Langka Pule Pandak (Rauvolfia

serpentina Benth.) dengan Teknologi Aeroponik di Kampung Gunung Leutik

Ciampea Bogor” (didanai tahun 2011). Pada tahun 2010 penulis mendapatkan

medali perunggu dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke XXIII

di Bali berkat PKM-GT yang berjudul “Fitpot : Inovasi Kreasi Baru Sistem

Pertanian Terintegrasi Multifungsi dengan Konsep Modern untuk Berbagai Jenis

Lahan”. Penulis mendapatkan hibah dana dari Program Mahasiswa Wirausaha

(PMW) 2010 untuk usaha Es Krim Madu.

Selama masa kuliah penulis mengikuti praktikum lapang yaitu Praktek

Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar Alam Papandayan-Cagar Alam

Leuweung Sancang (2009), Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan

Pendidikan Gunung Walat Sukabumi (2010) dan Praktek Kerja Lapang dan

Page 9: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

iii  

 

Profesi di Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi (2011). Kegiatan Lapang

yang pernah diikuti yaitu Kegiatan Ekspedisi Kelompok Pemerhati Goa (KPG)

Hira-Himakova di Goa Cipereuy, Gunung Walat Sukabumi. Penulis juga

terdaftar sebagai asisten Praktikum Dendrologi (2011) dan Fasilitator dalam

Kegiatan PESTANI (Pesta Pertanian) di IPB 2011.

Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan IPB,

penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Kajian Mekanisme Pembayaran

Jasa Lingkungan Penyediaan Sumberdaya Air (Studi Kasus di Kabupaten

Lombok Barat dan Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat) dibawah bimbingan

Ir. Haryanto R. Putro, MS. dan Ir. Agus Priyono, MS.

iii

Page 10: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat, rahmat dan

kesempatan kepada penulis. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan para pengikutnya.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan studi banyak pihak yang

telah membantu. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Haryanto R. Putro, MS dan Bapak Ir. Agus Priyono, MS

sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan

arahan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik

2. Bapak Ir. Edje Djamhuri selaku penguji dalam sidang komprehensif,

Bapak Dr. Ir. Harnios Arief, M. Sc selaku ketua sidang, Bapak Ir. Edhi

Sandra, MSi selaku moderator dalam seminar yang memberikan saran dan

kritik demi kesempurnaan skripsi ini serta Ibu Dr. Ir. Yeni A. Mulyani,

MSc. selaku pembimbing akademik

3. Emak dan Bapak yang tak lelah memberikan cinta kasih, do’a mustajab

dan dukungan tiada henti. Pak dhe Imam Mahmudi, Kakak-kakak (Zaenal

Fanani dan Umi Mahmudah sekeluarga) dan adikku Ani serta

M.Taufiqurrochman AAZ atas bantuan doa, semangat, dukungan dan

motivasinya

4. Beastudi Etos Republika dan Eka Tjipta Foundation atas bantuan finansial

dan program pengembangan diri yang diberikan selama penulis menempuh

pendidikan

5. Seluruh Dosen dan Staf Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan

Ekowisata dan Fakultas Kehutanan serta mamang dan bibi yang membantu

penulis dalam menempuh pendidikan selama di IPB

6. Ibu Titik Sekeluarga atas bantuan kasih sayang, tempat tinggal, semangat

persaudaraan dan rasa kepedulian di Soka 15

7. Seluruh staf di BPDAS Dodokan-Moyosari, SCBFWM, IMP, WWF Nusa

Tenggara, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lombok Barat,

Page 11: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

8. PDAM Menang-Mataram, PT Narmada Awet Muda, Konsepsi dan BLHP

NTB atas bantuan data dan pendampingan selama penelitian

9. Mbak Yunia Muji, Mas Erwien Kusumawan, Saffa dan Zulfan, serta Bibi

Munawaroh atas segala dukungan selama penelitian

10. Keluarga Pak Rahman di Desa Sedau, Keluarga Pak Tirtawan di

Batumekar, dan Keluarga (Alm. Pak Ripaah di Desa Suranadi, serta

Keluarga Pak Ahmad Mulyadi (Ketua Forum Kawasan) di Desa Sesaot

atas bantuan data dan akomodasi selama di lapang

11. Aswan, Nining, Lulu, Andi, Fitri, Jean, Mas Aris, Mba Zi, Mas Bayu, Mas

Jimmo, Mas Marsandi dan Mbak Eliza yang telah membantu pengumpulan

data dan transportasi selama penelitian

12. Keluarga Besar Etos Bogor khususnya Pendamping dan Blue-G (Fauji,

Eko, Nasrul, Uca, Dijah, Desi, Iis dan Indah) atas kebersamaan menimba

ilmu, kasih sayang dan rasa kekeluargaan

13. Keluarga Besar Soka : Bu Nah, Mba Sri, Mba Ane, Mba Miftah, Ana,

Siska, Supe, Bu Janah atas hari-hari indah layaknya di rumah sendiri

14. Teman-teman PMW Es krim Madu (Windy, Hireng, Atik dan R. Pradipta)

atas pengalaman praktek wirausaha kita, semoga kita semua bisa menjadi

pengusaha sukses

15. Teman-teman seperjuangan : Neina, Rakhmi, Irvan, Metha, Tiwi, Piyet,

Jefri, Irham, Sri Gosleana, Resi,Yaser, Brigita, Risa, Diena, Rahmat dan de

Woro, Windu, Bayu serta Retno atas bahan skripsi, saran pendapat dan

motivasinya

16. Teman-teman PKL (Ulfa, Emel, Nurul, Akbar, Juli, Putu), Teman-teman

PPH (Dira, Fidel, Juli, Wina, Kak Age, Septian,Werdi), Teman-teman

PPEH (Nurul, Ana, Surya, Wiwin, Wiwit, Vino), Teman-teman KPG dan

KPF atas pengalaman di lapang yang tak terlupakan

17. Keluarga Besar KSHE KOAK 44 atas suka dan duka yang kita lewati

bersama

18. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah

memberikan arahan, bantuan dan motivasi dalam menempuh pendidikan di

IPB.

v

Page 12: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1

1.2 Tujuan ............................................................................................................ 3

1.3 Manfaat .......................................................................................................... 3

1.4 Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6

2.1 Jasa Lingkungan Penyediaan Air .................................................................. 6

2.2 Pembayaran Jasa Lingkungan ....................................................................... 7

2.3 Peraturan Perundangan Jasa Lingkungan ...................................................... 9

2.4 Penelitian Terdahulu .................................................................................... 10

2.4.1 Jasa lingkungan di Pulau Lombok ...................................................... 10

2.4.2 Implementasi pembayaran jasa lingkungan ........................................ 12

2.4.2.1 Pembayaran jasa lingkungan air di Costa Rica ...................... 12

2.4.2.1 DAS Cidanau, Banten ............................................................ 14

2.4 Analisis Stakeholder .................................................................................... 16

2.5 Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Lombok Barat ....................................... 17

2.6 Pajak Ganda (Double Taxation) pada PDAM ............................................. 19

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 21

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................................... 21

3.2 Obyek dan Alat Penelitian ........................................................................... 21

3.3 Jenis Data..................................................................................................... 21

3.4 Metode Pengumpulan Data ......................................................................... 22

3.4.1 Studi literatur ...................................................................................... 22

3.4.2 Observasi lapang dan wawancara ....................................................... 22

3.5 Metode Analisis Data .................................................................................. 24

Page 13: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

vii  

 

3.5.1 Analisis keterlibatan stakeholder ........................................................ 24

3.5.2 Analisis mekanisme pembayaran jasa lingkungan ............................. 26

3.5.3 Analisis untuk mengevaluasi mekanisme yang berjalan .................... 26

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN ...................................... 28

4.1 Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram ............................................. 28

4.2 DAS Jangkok ............................................................................................... 29

4.2.1 Letak dan luas ..................................................................................... 29

4.2.2 Kondisi geografis ................................................................................ 29

4.2.3 Curah hujan ......................................................................................... 30

4.2.4 Luas dan tata guna lahan .................................................................... 30

4.2.5 Sosial ekonomi penduduk ................................................................... 32

4.3 Penyedia (Providers) Jasa Lingkungan ....................................................... 32

4.4 Pembeli (Buyers) Jasa Lingkungan ............................................................. 34

4.5 Obyek Jasa Lingkungan .............................................................................. 35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 37

5.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan di Pulau Lombok ..................... 37

5.2 Analisis Stakeholder .................................................................................... 41

5.2.1 Identifikasi stakeholder ...................................................................... 41

5.2.2 Klasifikasi stakeholder ....................................................................... 42

5.2.2 Peranan stakeholder ............................................................................ 46

5.3 Perkembangan Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan ......................... 49

5.3.1 Mekanisme PJL sebelum adanya peraturan daerah ............................ 49

5.3.2 Mekanisme PJL setelah adanya peraturan daerah .............................. 51

5.3.2.1 Dasar hukum pelaksanaan kegiatan ....................................... 53

5.3.2.2 Institusi Multipihak (IMP) pengelola jasa lingkungan ........... 54

5.3.2.3 Mekanisme pengelolaan jasa lingkungan ............................... 54

5.3.2.4 Implementasi mekanisme PJL ................................................ 57

5.4 Permasalahan dan Rekomendasi PJL Penyediaan Sumberdaya Air ........... 61

5.4.1. Implementasi peraturan daerah .......................................................... 61

5.4.2. Kasus double taxation pada PDAM Menang-Mataram .................... 62

5.4.3. Optimalisasi fungsi IMP .................................................................... 63

5.5 Evaluasi Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan ................................... 64

vii

Page 14: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

viii  

 

5.5.1 Transaksi bersifat sukarela ................................................................. 64

5.5.2 Jasa lingkungan yang terdefinisi dengan jelas .................................... 65

5.5.3 Ada penyedia jasa dan pembeli jasa lingkungan ................................ 65

5.5.4 Penyedia jasa menjamin ketersediaan jasa lingkungan ...................... 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 67

6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 67

6.2 Saran ............................................................................................................ 68

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69

LAMPIRAN ......................................................................................................... 73

viii

Page 15: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1 Pembayaran jasa lingkungan air di Costa Rica ................................................. 14

2 Jenis, sumber, dan metode pengumpulan data .................................................. 23

3 Kepentingan (interest) masing-masing stakeholder .......................................... 25

4 Sebaran tipe penggunaan lahan dan luasan di kawasan DAS Jangkok ............. 31

5 Nama-nama desa di wilayah hulu DAS Jangkok .............................................. 32

6 Nama-nama lembaga masyarakat lokal di kawasan hulu DAS Jangkok .......... 33

7 Beberapa nama mata air yang ada di hulu DAS Jangkok ................................. 35

8 Sumber air baku PDAM Menang-Mataram ...................................................... 36

9 Perkembangan mekanisme pembayaran jasa lingkungan di Lombok Barat ..... 38

10 Stakeholder yang terkait dengan PJL penyediaan sumberdaya air .................. 41

11 Penilaian kepentingan, tingkat kepentingan dan pengaruh ............................. 42

12 Peranan stakeholder ........................................................................................ 47

Page 16: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1 Bagan kerangka pemikiran penelitian. ................................................................ 4

2 Skema pembayaran jasa lingkungan Costa Rica. .............................................. 13

3 Skema pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau, Banten. ....................... 15

4 Diagram matriks kepentingan dan pengaruh dari tiap stakeholder. .................. 25

5 Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram. ................................................. 28

6 Tingkat kekritisan di DAS Jangkok .................................................................. 31

7 Diagram matriks minat dan pengaruh dari tiap stakeholder ............................. 45

8 Jumlah pelanggan dan potensi pelanggan PDAM Menang Mataram ............... 47

9 Skema PJL sebelum adanya Peraturan daerah .................................................. 50

10 Skema PJL hulu-hilir sesuai peraturan daerah ................................................ 52

11 Skema PJL di Lombok Barat dan Mataram. ................................................... 53

12 Struktur kepengurusan institusi multipihak. ................................................... 54

13 Mekanisme pengumpulan dan penyaluran dana jasa lingkungan. .................. 55

14 Mekanisme proses pengajuan dan penilaian usulan........................................ 56

15 Implementasi PJL di Dusun Lebah suren, Desa Sedau. .................................. 58

16 Implementasi PJL di Forum Ranget, Desa Suranadi. ..................................... 59

17 Implementasi PJL di kelompok tani Mule Paice, Desa Batumekar. ............... 60

Page 17: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman 

1 Panduan wawancara untuk Masyarakat ............................................................. 74 

2 Panduan wawancara untuk Ketua Kelompok Tani ............................................ 75 

3 Panduan wawancara untuk Swasta..................................................................... 76 

4 Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat No. 4 Tahun 2007 ....................... 77 

5 Laporan penggunaan dana IMP 2009-2010 ....................................................... 85 

6 Dokumentasi penelitian ...................................................................................... 86 

Page 18: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

  

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Isu perubahan iklim global dewasa ini menjadi perhatian sebagian besar

negara di dunia. Adanya isu tersebut telah menyadarkan masyarakat dunia

mengenai pentingnya menjaga kelestarian alam. Skema-skema untuk pelestarian

sumberdaya alam seperti Reducing Emissions from Deforestation and Forest

Degradation (REDD), Clean Development Mechanism (CDM), dan Payment for

Environmental Services (PES) terus dikembangkan. Salah satu skema tersebut

yaitu PES, atau di Indonesia lebih dikenal dengan nama pembayaran jasa

lingkungan (PJL), telah dikembangkan di beberapa negara seperti Costa Rica,

Equador, El Salvador, Vietnam (Wunder et al 2005, Pagiola 2003), Mexico,

Colombia, Venezuela, South Africa (Pagiola 2003) untuk adaptasi perubahan

iklim.

Negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim adalah negara

kepulauan. Indonesia merupakan salah satunya karena sebagian besar wilayahnya

berupa pulau-pulau kecil. Pulau Lombok merupakan pulau di bagian timur

kepulauan Indonesia. Pulau dengan luas 4.738,70 km2 tersebut memiliki diameter

80 km2 dari utara ke selatan dan 70 km2 dari barat ke timur. Karena luas areanya

yang relatif kecil maka Pulau Lombok termasuk pulau yang diprediksikan rentan

terhadap dampak perubahan iklim. Aspek penting yang mudah terpengaruh

terhadap dampak perubahan iklim adalah aspek ketersediaan air. Pulau Lombok

memiliki sektor penting di bidang pertanian, perikanan dan pariwisata. Ketiga

sektor tersebut sangat membutuhkan air.

Ketersediaan air di Pulau Lombok semakin berkurang dari tahun ke tahun.

Pulau Lombok mengalami gejala krisis air berkepanjangan, karena terjadi

penurunan debit air dalam kurun waktu 10 tahun (1992-2002). Pada tahun 2003,

diketahui 40 % mata air telah hilang akibat perubahan tata guna lahan menjadi

pertanian dan kerusakan hutan di sekitar Rinjani (Prasetya et al 2009).

Kota Mataram adalah daerah yang penting karena merupakan ibukota

provinsi Nusa Tenggara Barat. Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat

Page 19: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

2  

  

termasuk ke dalam wilayah daerah aliran sungai (DAS) Jangkok. Ketersediaan air

di Kota Mataram sangat tergantung pada keberadaan mata air di hulu DAS

Jangkok yang terletak di Kawasan Sesaot, Kabupaten Lombok Barat. Mata air

tersebut ada yang berada di dalam kawasan hutan lindung dan ada pula yang

berada di luar kawasan hutan (lahan milik masyarakat). DAS Jangkok

digolongkan ke dalam salah satu DAS prioritas dari 22 DAS yang masuk kategori

kritis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Departemen

Kehutanan (Setiawan et al 2010). Di areal hulu DAS Jangkok banyak terjadi

permasalahan, antara lain ilegal logging dan perambahan hutan baik di dalam

hutan lindung maupun hutan primer, praktek hutan kemasyarakatan (HKm) yang

menyalahi aturan, pembuangan limbah dan sampah ke sungai, serta penggunaan

bahan kimia. Hasil temuan Strengthening Community-Based Forest and

Watershed Management (SCBFWM) tahun 2010 menyebutkan bahwa tingkat

erosi di sungai Jangkok sangat tinggi dengan sedimentasi 773,53 ton setiap

ha/tahun dan tekanan penduduk sangat tinggi yaitu tiap kepala keluarga mengelola

lahan di hutan lindung seluas 0,5 ha. Dengan tingginya tekanan penduduk,

kebutuhan akan penggunaan lahan semakin meningkat baik untuk pemukiman

maupun mata pencaharian mereka. Hal ini menyebabkan jasa lingkungan semakin

berkurang dan semakin berharga. Jasa yang diberikan petani sekitar hutan melalui

penerapan sistem agroforesty dan pengubahan sawah/pekarangan penduduk yang

menjadi daerah resapan air dengan penanaman tanaman keras/berkayu patut

mendapat mengakuan dan imbalan dari pengguna jasa. Hal ini diperkuat dengan

kondisi masyarakat sekitar hutan yang merupakan masyarakat miskin.

Berawal dari kondisi tersebut, timbul inisiasi dari berbagai pihak untuk

melibatkan masyarakat hilir/pengguna jasa agar ikut bertanggung jawab dalam

pelestarian jasa lingkungan khususnya air di daerah Lombok Barat dan Kota

Mataram. Upaya ini mendapat dukungan dari Pemerintah Daerah Kabupaten

Lombok Barat berupa disahkannya Peraturan Daerah (Perda) No. 4 tahun 2007

tentang pengelolaan jasa lingkungan untuk pemanfaatan air dan objek wisata di

Kabupaten Lombok Barat. Bentuk kepedulian masyarakat hilir terhadap

berharganya air, yang seharusnya dijadikan barang ekonomi, dan pembayaranan

terhadap masyarakat hulu, yang sudah menjaga kelestarian DAS di daerah

Page 20: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

3  

  

tangkapan air, saat ini dikenal sebagai mekanisme pembayaran jasa lingkungan

(PJL). Upaya yang ada di Kabupaten Lombok Barat tersebut merupakan salah

satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Pembayaran jasa lingkungan

ini akan membuka kesempatan bagi masyarakat yang hidup di dalam dan di

sekitar kawasan konservasi atau kawasan hutan untuk meningkatkan taraf hidup

mereka. Peluang ini tidak hanya dari sisi ekonomi tetapi juga dari sisi lain yaitu

dengan adanya peningkatan modal sosial dan pengakuan atas hak masyarakat

dalam mengelola dan mengakses sumber daya alam (ICRAF 2005).

Mekanisme PJL di Indonesia telah banyak dilakukan, baik melalui

kerjasama lembaga-lembaga domestik maupun dengan dorongan dan bantuan

lembaga internasional. Meskipun begitu mekanisme ini masih merupakan konsep

yang masih baru di Indonesia, dan sebagian besar dalam tahap pengembangan

konsep dan uji coba implementasi (Prasetyo et al 2009). Sampai saat ini, belum

ada payung hukum yang secara khusus mengatur mekanisme ini. Pelaksanaan

program-program yang telah berjalan masih banyak dijumpai masalah dan

kendala. Oleh karena itu dibutuhkan kajian dari mekanisme-mekanisme yang

telah berjalan untuk pembentukan kebijakan lebih lanjut dengan batasan-batasan

aturan yang jelas dan payung hukum tersendiri mengenai mekanisme ini.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui stakeholder yang terlibat dalam mekanisme pembayaran jasa

lingkungan penyediaan air

2. Mengetahui mekanisme pembayaran jasa lingkungan penyediaan sumberdaya

air yang berjalan

3. Mengevaluasi mekanisme pembayaran jasa lingkungan penyediaan air

1.3 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rekomendasi untuk pelaksanaan

mekanisme pembayaran jasa lingkungan selanjutnya dan sebagai bahan

pertimbangan bagi proses perumusan regulasi, kebijakan dan peraturan

perundangan yang lebih lanjut.

Page 21: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

4  

  

1.4 Kerangka Pemikiran

Gambar 1 Bagan kerangka pemikiran penelitian.

Mata air di hulu DAS Jangkok, NTB merupakan pemasok kebutuhan air bersih masyarakat di wilayah Lombok Barat, kota Mataram dan sebagian wilayah di Lombok Tengah 

Melihat keberhasilan dari kinerja setiap stakeholder : • Realita di lapang • Manfaat bagi tiap pihak 

Terjadi degradasi lahan di areal DAS Jangkok, terdapat potensi kerusakan aspek biofisik dan aspek kelembagaan kelompok petani hutan.

Terjadi longsor, erosi, sedimentasi dan ancaman terjadi krisis air akibat penurunan debit dan peningkatan kebutuhan air.

Organisasi • Pihak yang terlibat • Peran setiap stakeholder • Penegakan hukum

Willingness to Pay (WTP) nilai pembayaran yang bersedia diberikan oleh masyarakat untuk perbaikan lingkungan hulu

Willingness to Accept (WTA) nilai pembayaran yang bersedia diterima oleh masyarakat sebagai penyedia jasa lingkungan

Dibutuhkan suatu mekanisme untuk : Mengurangi kerusakan hutan, memperbaiki kualitas dan kuantitas air dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. 

PES (Payments for Environmental Services)

Masyarakat hilir atau Pengguna air dari DAS Jangkok

Norma • Peraturan yang ada • Perjanjian yang telah

disepakati bersama

Terjadi penurunan jumlah mata air dan debit rata-rata di Sungai Jangkok, DAS Jangkok sebesar 5,6% setiap tahun.

Masyarakat hulu di sekitar Hutan Sesaot merupakan masyarakat petani hutan yang miskin

Kawasan hutan Sesaot seluas 5.950,18 ha, merupakan daerah hulu dari DAS Jangkok. Sebagian besar arealnya telah dikelola oleh masyarakat petani hutan dengan sistem Hutan Kemasyarakatan (HKm)

Page 22: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

5  

  

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka perlu diketahui beberapa hal

diantaranya:

1. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan di Kabupaten Lombok Barat dan

Kota Mataram meliputi hal-hal yang telah disepakati bersama seperti latar

belakang, aturan, isi perjanjian, dasar perhitungan nilai imbal jasa dan

penegakan aturan (monitoring dan evaluasi, pemberian sanksi,

perkembangan, permasalahan dan penyelesaian yang timbul selama

pelaksanaan)

2. Pihak-pihak yang terkait dalam mekanisme pembayaran jasa lingkungan di

Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram dalam hal ketepatan dalam

keterlibatan para pihak, sehingga kegiatan yang dilakukan berupa

identifikasi para pihak, peranan, tingkat kepentingan dan pengaruh

3. Bagaimana perkembangan yang telah dicapai hingga saat ini. Apakah telah

ada manfaat yag terasa oleh masyarakat dan lingkungan, sejauh mana

mekanisme ini telah mengakomodasi kepentingan dari stakeholder yang

terlibat.

Oleh karena itu dibutuhkan analisis deskriptif melalui metode triangulasi

(Bachri 2010) yaitu wawancara, observasi lapang dan penelusuran dokumen untuk

mencapai tujuan kesatu dan ketiga. Sedangkan untuk tujuan kedua dilakukan

dengan analisis stakeholder.

Page 23: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

  

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jasa Lingkungan Penyediaan Air

Jasa lingkungan didefinisikan sebagai jasa yang diberikan oleh fungsi

ekosistem alam maupun buatan yang nilai dan manfaatnya dapat dirasakan secara

langsung (tangible) maupun tidak langsung (intangible) oleh para pemangku

kepentingan (stakeholder) dalam rangka membantu memelihara dan/atau

meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat dalam mewujudkan

pengelolaan ekosistem secara berkelanjutan (Suprayitno 2008). Ada empat jasa

lingkungan yang paling banyak dibayarkan (Landell-Mills dan Porras 2002) yaitu

penyerapan karbon, konservasi keanekaragaman hayati, perlindungan DAS dan

keindahan lanskap.

Salah satu bentuk jasa lingkungan yang keberadaannya menyangkut hajat

hidup orang banyak adalah air. Pada pengelompokan jasa lingkungan bentuk jasa

lingkungan air termasuk ke dalam jasa perlindungan DAS. Dixon dan Easter

(1986) menyebutkan bahwa DAS merupakan penyatu ekosistem alami antara

wilayah hulu (dari puncak gunung/bukit) dengan wilayah hilir (sampai dengan

muara sungai dan wilayah pantai yang masih terpengaruh daratan) melalui

siklus/daur hidrologi/air. Daerah hulu yang biasanya berupa kawasan hutan

berfungsi sebagai penyedia air bagi masyarakat di sekitar kawasan maupun

pengguna air di bagian hilir. Menurut Suprayitno (2008), Pemanfaatan jasa

lingkungan air dari maupun di kawasan hutan telah dilakukan tanpa disadari oleh

masyarakat, serta telah berlangsung baik secara non komersial (digunakan oleh

masyarakat setempat guna keperluan rumah tangga) maupun komersial

(perusahaan air minum, perusahaan air minum dalam kemasan, pembangkit

listrik/hydro-power, perhotelan, perkebunan, dan lain-lain).

Pemanfaatan air di dalam kawasan hutan ataupun hulu yang berkaitan

dengan kelestarian ekosistem kawasan hutan belum diatur dalam regulasi.

Sedangkan untuk pemanfaatan air di luar kawasan hutan ataupun hilir telah ada

beberapa undang-undang dan peraturan. Beberapa peraturan tersebut umumnya

Page 24: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

7  

  

belum mengakomodir kepentingan bagi pendanaan untuk kepentingan

pengelolaan dan kelestarian ekosistem hutan di bagian hulu (Suprayitno 2008).

2.2 Pembayaran Jasa Lingkungan

Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) merupakan pemberian penghargaan

berupa pembayaran, kemudahan dan keringanan kepada pelaku, pengelola,

penghasil jasa lingkungan dari suatu kawasan hutan, lahan atau ekosistem

(Suprayitno 2008). Pendapat yang lain menyebutkan bahwa PJL adalah suatu

transaksi sukarela yang menggambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu

dilestarikan dengan cara memberikan nilai kepada penerima manfaat jasa

lingkungan (Wunder 2005).

Menurut Pagiola (2004) prinsip dari sistem pembayaran jasa lingkungan

sangatlah sederhana yaitu kompensasi yang ditentukan oleh pengguna

sumberdaya untuk menghasilkan jasa lingkungan yang disediakan lingkungan

akan mendorong insentif pengguna sumberdaya untuk melestarikannya. Wunder

(2005) menggambarkan lima kriteria yang relatif sederhana untuk prinsip PJL,

yaitu: 1) transaksi sukarela, 2) jasa lingkungan yang terdefinisikan dengan baik

untuk ditransaksikan, 3) minimal ada satu pembeli, 4) dengan minimal satu

penyedia, 5) jika dan hanya jika penyedia jasa lingkungan menjamin penyediaan

jasa lingkungan (conditionality).

Menurut Suprayitno (2008) jenis PJL dapat berupa dana kompensasi atau

insentif, dana konservasi, dan dana-dana lainnya untuk kepentingan pengelolaan,

rehabilitasi, dan pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan atau ekosistem

tertentu. Sementara itu FAO (2003) diacu dalam USAID (2009) membagi ke

dalam dua tipe skema pembayaran jasa lingkungan. Tipe pertama yaitu PJL yang

berhubungan dengan jasa pasar global atau skala geografi yang sangat luas,

bertujuan menggunakan instrumen pasar untuk membayar jasa yang penggunanya

tidak terbatas pada tingkat lokal, seperti konservasi keanekaragaman hayati,

keindahan alam, penyimpanan karbon dan lain-lain. Tipe kedua yaitu pembayaran

jasa lingkungan dirancang untuk mengkompensasi penghasil dengan

menggunakan pasar lokal, dimana pengguna umumnya terdefinisi dengan lebih

baik dan terbatas pada area geografik tertentu, yang dekat dengan lokasi dimana

penyedia melaksanakan kegiatan produktifnya. Karena pengguna dan penyedia

Page 25: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

8  

  

secara geografik dekat antara satu dengan lainnya, maka biaya transaksi minimal

dan aliran informasi menjadi lebih mudah dilakukan oleh pihak yang mengadakan

kesepakatan. Sedangkan menurut Wunder terdapat dua bentuk skema PJL yaitu

user-financed schemes dan government-financed schemes. User-financed schemes

memiliki karakteristik skala kecil, jasa tunggal dan pembeli tunggal, jarang ada

tujuan sampingan, serta fokus. Contoh skema ini adalah skema PJL DAS dan

skema PJL karbon. Government-financed schemes memiliki karakteristik skala

besar, beberapa jasa lingkungan, banyak tujuan (politik), negara bertindak sebagai

pembeli dan kurang fokus. Contoh skema ini adalah PSA Costa Rica, Mexico dan

Agri-envir (Eropa, Amerika, dan Cina). Pembayaran jasa lingkungan dalam

bentuk jasa air dalam DAS termasuk dalam kategori tipe pembayaran kedua ini.

Mekanisme imbal jasa multifungsi DAS menurut Cahyono dan Purwanto (2006)

dapat dikelompokkan dalam 3 bentuk, yaitu:

a. Kesepakatan yang di atur sendiri

Kesepakatan diatur sendiri antara penyedia jasa dengan penerima jasa,

biasanya bersifat tertutup, cakupannya sempit, negosiasi terjadi secara tatap muka,

perjanjian cenderung sederhana, dan campur tangan yang rendah dari pemerintah.

Misalnya, skema ekolabel, sertifikasi, pembelian hak pengembangan lahan

dimana jasa itu berada, pembayaran langsung antara pemanfaat jasa DAS yang

berada di luar lokasi dengan pemilik lahan yang bertanggungjawab atas

ketersediaan jasa multifungsi DAS.

b. Skema pembayaran publik

Pendekatan ini sering digunakan bila pemerintah bermaksud menyediakan

landasan kelembagaan untuk suatu program dan sekaligus menanamkan

investasinya. Pemerintah dapat memperoleh dana melalui beberapa jenis iuran dan

pajak. Contohnya, kebijakan penetapan harga air, persetujuan penggunaan pajak

air untuk melindungi DAS, menciptakan mekanisme pengawasan, pemantauan

dan pelaksanaan regulasi yang bersifat melindungi penyedia jasa dan menerapkan

denda bagi pelanggarnya.

c. Skema pasar terbuka

Skema ini jarang diterapkan dan cenderung dapat diterapkan di negara yang

sudah maju. Pemerintah dapat mendefinisikan barang atau jasa apa saja dari

Page 26: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

9  

  

multifungi DAS yang dapat diperjual belikan. Selanjutnya dibuat regulasi yang

dapat menimbulkan permintaan. Perlu sebuah kerangka regulasi yang kuat dan

penegakan hukum, transparansi, penghitungan secara ilmiah yang akurat dan

sistem verifikasi yang terjamin.

Di Indonesia mulai banyak dikembangkan bentuk-bentuk mekanisme imbal

jasa lingkungan di beberapa daerah. Hal terpenting dalam skema imbal jasa yang

dibuat menurut Setiawan et al (2010) memenuhi empat kriteria yaitu: realistis,

kondisional, sukarela dan berpihak pada yang miskin. Sedangkan menurut BSR

(2007) ada empat prasyarat keberhasilan PJL yaitu:

1. Jasa lingkungan yang benar-banar dipahami oleh seluruh pemangku

kepentingan, serta adanya kemampuan teknis pengelolaannya

2. Informasi pasar yang mudah dipahami dan mudah diakses siapapun

(transparen dan akuntabel)

3. Kerangka hukum yang suportif serta adanya lembaga pengawas yang

kredibel

4. Selalu bersedia melakukan perbaikan mekanisme apabila ada

keberatan/kritik.

2.3 Peraturan Perundangan Jasa Lingkungan

Peraturan perundangan yang berhubungan dengan PJL di Indonesia menurut

Prasetyo et al (2009) yaitu :

1. UU 23/1997 tentang Lingkungan Hidup, mengatur kewenangan dalam

pengelolaan lingkungan

2. UU 41/1999 tentang Kehutanan dan PP 6/2007, mengatur pengelolaan jasa

lingkungan

3. UU 7/2004 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air, mengatur jasa

lingkungan terkait air

4. Kombinasi ketiga di atas dengan UU 34/2000 dan PP 65/2001 menjadi

dasar bagi PJL di Indonesia

5. MPB/CDM juga merupakan PJL, dan diatur pelaksanaannya dalam UU

17/2004

USAID (2007) mengemukakan bahwa kebijakan pengelolaan lingkungan,

khususnya yang terkait dengan jasa perlindungan fungsi DAS merupakan

Page 27: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

10  

  

landasan utama dalam mengembangkan skema pembayaran jasa lingkungan.

Kebijakan pengelolaan lingkungan tersebut antara lain:

1. Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah

3. Undang Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang

Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah

4. Peraturan Daerah tentang Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah

Tanah dan Air Permukaan

5. Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-236/mbu/2003

Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha

Kecil dan Program Bina Lingkungan

6. Keputusan Menteri Energi dan Sumber daya Mineral Nomor: 1451

K/10/Mem/2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas

Pemerintahan di bidang Pengelolaan Air Bawah Tanah.

Peraturan daerah mengenai jasa lingkungan terdapat di Kabupaten Lombok

Barat yaitu Peraturan Daerah (Perda) No 4 tahun 2007 tentang pengelolaan jasa

lingkungan untuk pemanfaatan air dan objek wisata di Kabupaten Lombok Barat

(Setiawan et al 2010). Perda Jasa Lingkungan Kabupaten Lombok Barat tersebut

mengatur bahwa 75 persen dana jasa lingkungan yang terkumpul akan

dikembalikan ke alam untuk mendukung kegiatan konservasi, rehabilitasi dan

penguatan kegiatan ekonomi masyarakat sekitar hutan, sedangkan 25 persen akan

dialokasikan bagi pembangunan infrastruktur yang akan dilakukan oleh

pemerintah daerah.

2.4 Penelitian Terdahulu

2.4.1 Jasa lingkungan di Pulau Lombok

Ada beberapa penelitian yang terkait dengan jasa lingkungan di Lombok.

Salah satu penelitian tersebut adalah yang dilakukan WWF Nusa Tenggara

mengenai nilai ekonomi kawasan Rinjani. Hasil penelitian tersebut menyebutkan

bahwa nilai kawasan Gunung Rinjani senilai Rp. 5,178,159 triliun. Nilai ini

Page 28: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

11  

  

merupakan nilai kawasan Gunung Rinjani dari nilai sumberdaya air, pariwisata

dan hutan jika kawasan ini tetap dilestarikan. Kontribusi bagi air irigasi untuk

menunjang pertanian di Pulau Lombok mencapai nilai 5,4 milyar/tahun. Dari

sektor pertanian diperoleh nilai benefit sebesar 386 milyar/tahun. Nilai air ini juga

diperoleh dari perusahaan air mineral Narmada Awet Muda yang memanfaatkan

air langsung dari kawasan Rinjani, yaitu senilai Rp. 1,75 milyar/tahun. Selain itu,

kawasan Rinjani juga memberikan kontribusi bagi nilai pariwisata sebesar Rp.286

milyar/tahun (IMP 2009).

Penelitian selanjutnya adalah studi tentang Willingness to Pay (WTP)

pelanggan PDAM Menang-Mataram yang bekerjasama dengan LP3ES. Hasil

penelitian tersebut menyebutkan bahwa pelanggan PDAM bersedia membayar

sejumlah Rp.1000,00-Rp.5.000,00 untuk dana konservasi daerah hulu. Penelitian

mengenai pembayaran jasa lingkungan di Pulau Lombok dan Sumbawa dilakukan

oleh Latifah et al (2011) dalam program Climate Change Adaption Project atas

kerjasama CSIRO, AUSAID dan Universitas Mataram. Penelitian ini merupakan

identifikasi praktek-praktek pembayaran jasa lingkungan yang ada di Pulau

Lombok dan Sumbawa yang nantinya dilakukan studi lanjutan untuk menjadikan

pembayaran jasa lingkungan sebagai alternatif strategi adaptasi terhadap

perubahan iklim dan penghidupan masyarakat pedesaan. Hasil penelitian ini

menyebutkan terdapat enam praktek pembayaran jasa lingkungan. Dari enam

praktek tersebut terdapat lima lokasi di Pulau Lombok dan satu lokasi di Pulau

Sumbawa. Praktek pembayaran jasa lingkungan tersebut yaitu di Kabupaten

Lombok Barat, Desa Lendang Nangka, Desa Salut, Desa Genggelang, Desa

Sedau, dan Desa Sabedo.

Penelitian berikutnya adalah penelitian mengenai proses pengembangan

Mekanisme PJL di Indonesia oleh LPM Equator (2011). Pada penelitian ini

disajikan kondisi eksisting mekanisme PJL di tiga lokasi yakni di Lombok,

Lampung dan Kuningan. Penelitian ini menyebutkan belum ada inisiatif PJL di

Indonesia yang bisa dikategorikan PJL murni. Penelitian ini juga menyebutkan

bahwa respon masyarakat mengenai PJL di Lombok Barat cukup bervariasi. Ada

pihak yang keberatan dengan PJL namun lebih banyak yang setuju dan bersedia

untuk membayar lebih. Industri (hotel, restoran dan lain-lain) masih enggan dan

Page 29: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

12  

  

keberatan dengan adanya pembayaran tersebut, karena mereka merasa telah

dibebani oleh pajak dan retribusi. Namun demikian nampaknya masih ada

kemungkinan untuk mengembangkan PJL di Lombok Barat melalui tanggung

jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR).

2.4.2 Implementasi pembayaran jasa lingkungan

2.4.2.1 Pembayaran jasa lingkungan air di Costa Rica

Costa Rica menjadi negara perintis pembayaran jasa lingkungan (PJL) di

dunia. PJL di Costa Rica mulai dikenal tahun 1997 bersamaan dengan disahkan

Undang-Undang Jasa Lingkungan yang mengakui hutan sebagai penyedia jasa

lingkungan. Sebelumnya pemerintah Costa Rica telah menetapkan serangkaian

kebijakan mengenai tata guna lahan, dan kini peraturan mengenai air masih dalam

proses perumusan. Komitmen awal dari pemerintah Costa Rica yaitu

mengalokasikan 5% dari pajak bahan bakar untuk membiayai skema PJL

(Munawir 2006). Undang-undang Kehutanan nomor 7575 menyebutkan empat

jasa lingkungan yang disediakan hutan, yaitu 1) mitigasi terhadap emisi gas rumah

kaca, 2) jasa hidrologis termasuk kuantitas dan kualitas air untuk konsumsi, irigasi

dan penyediaan energi, 3) konservasi keanekaragaman hayati, 4) penyediaan

keindahan bentang alam untuk kepentingan rekreasi dan pariwisata (Pagiola

2005). Dalam hukum tersebut juga untuk menghimpun dana pembiayaan

kehutanan nasional untuk pembiayaan Fondo Nacional de Financiamiento

Forestal (FONAFIFO) yaitu sebuah lembaga pemerintah yang mengelola

program PJL dan mengelola pendapatan dari pajak bahan bakar serta mengelola

dana multilateral dan bilateral lainnya. Kegiatan konservasi dan perlindungan

ekosistem di Costa Rica pada tingkat nasional difokuskan pada kegiatan

konservasi dengan menggunakan dana dari skema PJL sebesar lebih dari 80%

(Latifah 2011). Skema pembayaran PJL di Costa Rika lebih rigkasnya dapat

dilihat pada gambar 2.

Page 30: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

Gamb

Pada

secara adm

skema PJL

negoisasi

listrik dan

secara su

FONAFIF

air namun

perusahaa

(buyer), se

jasa lingk

berpartisip

rencana y

berkelanju

praktek-pr

pengelolaa

lingkunga

kesepakata

1 berikut.

ar 2 Skema

a skema PJ

ministratif

L daerah al

dengan FO

n satu peru

ukarela (M

FO semakin

n juga peng

an tersebut s

edangkan m

kungan (se

pasi pada p

yang dibu

utan. Setela

raktek sep

an hutan y

an yang dih

an pembaya

a pembayara

JL di Costa

telah diteta

liran sungai

ONAFIFO.

usahaan air

Munawir 20

n meningkat

gguna air iri

sebagai pem

masyarakat p

eller) atau

program ini

uat oleh r

ah rencana

perti penan

yang berkela

hasilkan da

aran jasa lin

  

an jasa ling

a Rica besa

apkan pada

i besarnya p

Hingga tah

minum ya

006). Juml

t tiap tahun

igasi dan p

manfaat jas

pengguna l

penerima

i, pemilik l

imbawan b

itu disetuju

naman tana

anjutan lain

apat dipero

ngkungan ai

gkungan Cos

arnya pemb

a program n

pembayaran

hun 2006 te

ang menand

lah kesepa

n, bukan ha

erhotelan (P

sa lingkung

ahan di hu

a insentif

ahan di hu

berlisensi

ui, pemilik

aman kayu

n sehingga

oleh. Ketera

ir di Costa R

sta Rica ( L

bayaran pad

nasional. S

n ditentukan

elah ada em

datangani k

akatan yan

anya perusa

Pagiola 200

gan yang m

ulu DAS se

dari buyer

ulu DAS ha

untuk pen

k lahan haru

u, konserv

pembayara

angan men

Rica ditunju

Latifah 2011

da penyedia

Sedangkan u

n melalui p

mpat perusa

kesepakatan

g dicapai

ahaan energ

05). Perusa

memberi in

ebagai pen

r. Untuk

arus menyia

ngelolaan h

us menerap

vasi hutan

an terhadap

ngenai nilai

ukkan pada

13

).

a jasa

untuk

proses

ahaan

n PJL

oleh

gi dan

haan-

sentif

nyedia

dapat

apkan

hutan

pakan

dan

p jasa

i dan

tabel

Page 31: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

14  

  

Tabel 1 Pembayaran jasa lingkungan air di Costa Rica Perusahaan DAS Area

kontrak (ha)

Nilai pembayaran ($/ha/tahun)

Keterangan konntrak

Energia Global Rio Volcan Rio San Fernando

2.000

12 tahun1997, diperbaharui 2002

Platanar Rio Platanar 750 15/30 tahun 1999, diperbaharui 2004, Pemilik tanah tanpa sertifikat dimulai tahun 2000 selama 10 tahun.

CNFL Rio Aranjuez Rio Balsa Lago Cote

4.000 6.000

900

40 40 40

tahun 2000

Florida Ice & Farm

Río Segundo - 45 tahun 2001

Heredia ESPH Río Segundo 1.000 22 tahun 2004 Azucarera El Viejo

Acuífero El Tempisque

550 45 tahun 2004

La Costeña SA Acuífero de Guanacaste

100 45 tahun 2004

Olefinas Acuífero de Guanacaste

40 45 tahun 2004

Exporpac Acuífero de Guanacaste

100 45 tahun 2005

Hidroeléctrica Aguas Zarcas

Río Aguas Zarcas 1.666 30 tahun 2005

Desarrollos Hoteleros Guanacaste

Acuífero de Guanacaste

925 45 tahun 2005

Sumber : Pagiola 2005

2.4.2.1 DAS Cidanau, Banten

Budhi et al. (2008) melakukan penelitian mengenai konsep dan

implementasi dari program PJL di DAS Cidanau. Hasil dari penelitian tersebut

menyebutkan bahwa implementasi PJL di DAS Cidanau dimotivasi oleh

gangguan yang merusak daerah tangkapan air dan penggunaan pupuk dan

pestisida pada pertanian yang mencemari air. Faktor lain adalah kebutuhan akan

ketersediaan air yang diketahui telah mengalami fluktuasi pada beberapa tahun

terakhir.

PJL diagggap penting untuk diimplementasikan untuk mengatasi masalah

air. Selain itu, banyak perusahaan yang setuju untuk membayar sejumlah

kompensasi kepada masyarakat hulu. Namun, implementasi dari program tersebut

tidaklah mudah. PT KTI sebagai perusahaan air siap mendanai implementasi

tersebut sebagai uji coba PJL. PT KTI mendanai komunitas hulu dari DAS

Cidanau untuk menanam pohon dan menggunakan teknik konservasi pada

Page 32: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

15  

  

pertanian mereka. Dalam pelaksanaannya, dibentuk suatu Forum Komunikasi

DAS Cidanau atau disingkat FKDC yang beranggotakan unsur masyarakat,

pemerintah, LSM, dan swasta. Peran forum komunikasi DAS Cidanau dalam

implementasi jasa lingkungan antara lain :

1. Mengelola dana hasil pembayaran jasa lingkungan dari pemanfaat (buyer)

jasa untuk rehabilitasi dan konservasi lahan

2. Mendorong pembangunan hutan di lahan milik oleh masyarakat dengan

mekanisme pembayaran jasa lingkungan

3. Menggalang dana dari potensial pemanfaat jasa lingkungan DAS Cidanau

4. Mendorong pemerintah untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan di

DAS Cidanau.

Skema PJL yang terjadi di DAS Cidanau lebih rinci dapat dilihat pada

Gambar 3.

Keterangan : : Komunikasi dan Fasilitasi : MoU dan PES

: Air dan Pembayarannya

Gambar 3 Skema pembayaran jasa lingkungan di DAS Cidanau, Banten

(modifikasi dari Budhi et al. 2007).

Implementasi PES telah memberikan beberapa manfaat kepada lingkungan

dan kondisi petani yang terlibat dalam proyek. Manfaat tersebut antara lain

penurunan praktek illegal logging, pertumbuhan pohon yang baik, pengaplikasian

Kelompok Tani

LP3ES dan Rekonvasi

Bhumi

PDAM

PLN

FKDC

Sektor Swasta

Industri

PT KTI

 

Page 33: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

16  

  

pertanian berbasis konservasi, sikap petani yang ramah lingkungan dan kondisi

ekonomi petani, yang penting untuk keberlanjutan implementasi PES. Namun

ditemui beberapa hambatan dimana konsep PES masih sulit untuk diterima

sebagai regulasi baru, karena adanya anggapan dari pembuat kebijakan bahwa

konsep tersebut telah diakomodasi oleh kebijakan yang telah ada. Kisah sukses

dari implementasi PES di DAS Cidanau perlu diambil sebagai pelajaran oleh

pemerintah untuk kebijakan lingkungan ke depan.

Implementasi yang sukses oleh PT KTI ditekankan pada aspek

pembelajaran dimana hak dan kewajiban tiap stakeholder dapat dikontrol secara

transparan. Dengan beberapa improvisasi dan modifikasi, implementasi PES dapat

di uji coba pada skala nasional.

2.4 Analisis Stakeholder

Stakeholder adalah keseluruhan aktor atau kelompok yang mempengaruhi

dan atau dipengaruhi oleh kebijakan, keputusan, dan penerapan sebuah proyek

(Groenendijk 2003). Metode analisis stakeholder digunakan untuk mengetahui

keterlibatan stakeholder meliputi identifikasi, peranan, fungsi dan pengaruh

stakeholder. Analisis stakeholder adalah sebuah proses untuk : 1) menjelaskan

aspek sosial dan fenomena alam yang dipengaruhi oleh suatu keputusan atau

kegiatan, 2) mengidentifikasi individu, kelompok dan organisasi yang dipengaruhi

atau dapat dipengaruhi oleh bagian dari fenomena tersebut (bisa termasuk bukan

manusia atau kesatuan yang tidak hidup dan generasi mendatang), 3) Untuk

mengetahui prioritas individu atau kelompok dalam keterlibatan untuk mengambil

keputusan dan kebijakan (Reed et al 2009).

Reed et al (2009) membagi stakeholder berdasarkan kepentingan dan

pengaruhnya menjadi:

1. Key Player, merupakan stakeholder yang paling aktif dalam pengelolaan

karena memiliki kepentingan dan pengaruh yang besar

2. Subject, memiliki kepentingan yang besar tetapi pengaruhnya kecil.

Stakeholder ini mungkin memberikan dukungan tetapi memiliki kapasitas

yang kecil untuk mengubah keadaan. Stakeholder ini dimungkinkan akan

memiliki pengaruh yang jauh lebih besar jika bekerjasama dengan

stakeholder lain

Page 34: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

17  

  

3. Context Setter, memberikan pengaruh yang besar, tetapi memiliki

kepentingan yang kecil. Stakeholder kategori ini mungkin akan

memberikan gangguan yang signifikan terhadap suatu sistem pengelolaan.

Sehingga dalam suatu pengelolaan, stakeholder ini harus selalu dipantau

dan harus selalu diatur

4. Crowd, merupakan stakeholder dengan kepentingan dan pengaruh yang

kecil. stakeholder ini akan memperhatikan segala kegiatan yang dilakukan.

2.5 Hutan Kemasyarakatan (HKm) di Lombok Barat

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No.P37/2007, Hutan

Kemasyarakatan (HKm) didefinisikan sebagai hutan negara yang pemanfaatan

utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Program ini

merupakan langkah strategis dalam pelestarian hutan sekaligus dapat

meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar hutan. Tujuan HKm adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat melalui pemanfaatan sumber

daya hutan dengan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan dan lingkungan hidup.

Diharapkan penyelenggaraan HKm mampu mengembangkan kapasitas dan

pemberian akses terhadap masyarakat setempat dalam mengelola hutan secara

lestari guna menjamin ketersediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat

untuk memecahkan persoalan ekonomi dan sosial yang terjadi di masyarakat.

HKm dapat diterapkan di kawasan hutan Lindung dan hutan Produksi.

Pemilik izin HKm disebut sebagai Izin Usaha Pemegang Hak Hutan

Kemasyarakatan (IUPHKm) yang berada pada hutan lindung. Pemegang

IUPHKm berhak mendapat fasilitasi pendampingan dari pemerintah kabupaten,

memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan kawasan dan memungut hasil

hutan bukan kayu. Sedangkan di sisi lain Pemegang IUPHKm berkewajiban

melakukan penataan batas areal kerja, menyusun rencana kerja, melakukan

penanaman, pemeliharaan dan pengamanan, membayar penyediaan sumberdaya

hutan sesuai ketentuan, dan menyampaikan laporan kegiatan pemanfatan hutan

kemasyarakatan kepada pemberi izin.

Sejarah hutan lindung sesaot dimulai sejak zaman penjajahan Belanda.

Masyarakat Desa Sesaot merupakan pendatang yang berasal dari Kabupaten

Lombok Barat dan Mataram (sekarang) serta pendatang dari Karang Asem Bali.

Page 35: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

18  

  

Mereka pada awalnya didatangkan oleh pemerintah Belanda sebagai pekerja

dalam reboisasi hutan tutupan (hutan lindung). Pemerintah Belanda memberikan

hak kelola masyarakat dalam bentuk tumpang sari dibawah tegakan pohon kayu-

kayuan. Adanya hak pengelolaan tersebut mendorong masyarakat untuk

membangun rumah tempat berteduh di luar kawasan hutan tutupan. Adanya

insentif yang tinggi dari dalam kawasan hutan merupakan faktor penarik

masyarakat luar mendekat dan berdomisili disekitar hutan (Dipokusumo 2011).

Menurut hasil penelitian Khususiyah et al (2010), Pengelolaan hutan Sesaot

oleh masyarakat dimulai sejak tahun 1957. Pada tahun tersebut, hutan Sesaot

ditanami tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dan buah-buahan oleh

masyarakat setempat sebagai bagian dari program penghijauan. Masyarakat

diperkenankan untuk mengelola tanaman tersebut. Pada tahun 1968-1969,

masyarakat mulai menanam kopi di bawah tegakan pohon penghijauan tersebut.

Agar penanaman kopi ini dikelola dengan baik, pihak kehutanan setempat pada

tahun 1972 membentuk Koperasi Rimbawan yang menaungi pengelolaan kopi

masyarakat. Penanaman dan pemeliharaan kopi ini juga berlanjut hingga tahun

1984-1985. Luas tanaman kopi di hutan Sesaot di tahun tersebut mencapai 1.662

ha sehingga diusulkan sebagai hutan penyangga kopi. Usulan ini mendapat

tanggapan dengan dikeluarkannya SK Gubernur No.140 tanggal 26 Mei 1986

yang juga memuat perjanjian pemeliharaan tanaman kopi di dalam kawasan hutan

lindung. Masyarakat yang memelihara tanaman kopi tersebut dibenarkan untuk

mendapat setengah dari hasil panen tersebut.

Pengelolaan hutan oleh masyarakat bukan hanya ketika mereka menanam

dan memelihara tanaman kopi saja. Pada tahun 1982, dilakukan program

penghijauan khususnya di wilayah bekas eks-HPH di hutan Sesaot. Tanaman

mahoni, sengon dan lamtoro disertai juga tanaman buah-buahan ditanam melalui

mekanisme banjar harian dan tumpangsari. Bahkan masyarakat menanam pisang

di antara tanaman buah-buahan.

Pada tahun 1995, dikembangkan uji coba pola HKm di atas hutan tersebut

seluas 25 ha. Uji coba tersebut dievaluasi cukup berhasil ditinjau dari aspek

konservasi dan ekonomi sehingga diperluas oleh Pemerintah Kabupaten Lombok

Barat menjadi 236 ha. Hingga hari ini, sekitar 3.857 ha hutan Sesaot dikelola oleh

Page 36: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

19  

  

masyarakat dengan pola HKm dimana seluas 185 ha di antaranya telah

mendapatkan izin Usaha Pengelolaan HKm (SK Bupati Lombok Barat No.

2130/65/Dishut/2009) berdasarkan pencadangan areal HKm oleh Menteri

Kehutanan (Kepmenhut No. 445/Menhut-II/2009). Selebihnya, lahan yang

dikelola masyarakat sedang diusulkan untuk mendapatkan izin HKm kepada

Menteri Kehutanan (Surat Bupati Lombok Barat No 522/726/Dishut/2010). Sejak

tahun 1995 hingga sekarang, 6.000 KK atau 18.000 jiwa di kawasan Sesaot

menggantungkan sumber kehidupannya dari pengelolaan kawasan tersebut.

Berdasarkan Dipokusumo (2011), Kelembagaan di HKm hutan Lindung

sesaot berupa Forum HKm. Kelembagaan ini berperan sebagai sumber informasi

pengelola HKm dan advokasi antara masyarakat dengan pihak luar (termasuk

pemerintah). Kelembagaan HKm tersebut belum dapat berfungsi optimal sebagai

wadah yang dapat menjembatani penggarap HKm (pesanggem) dengan pihak luar

termasuk pemerintah. Berbagai informasi berhenti sampai pada tingkat pengurus

kelompok.

Luas HKm Hutan Lindung Sesaot yaitu 211 hektar dengan jumlah petani

pengelola sebesar 1.224 KK yang berlokasi di lima dusun yaitu Dusun Bunut

Ngengkang (Desa Sesaot) seluas 25 hektar, Dusun Pesuren (Desa Lebah

Sempage) seluas 35 hektar, Dusun Kumbi I dan II (Desa Lebah Sempage) seluas

35 hektar, Dusun Lebah Suren (Desa Sedau) seluas 65 hektar dan Dusun Selen

Aik (Desa Sedau) seluas 51 hektar. Dengan demikian, total luas lahan HKm

mencapai 236 ha (Dipokusumo 2011).

2.6 Pajak Ganda (Double Taxation) pada PDAM

Pajak ganda atau double taxation adalah kondisi dimana wajib pajak dikenai

dua atau lebih pajak untuk pendapatan atau modal yang sama. Hal ini terjadi

apabila terdapat dua hukum atau peraturan yang tumpang tindih sehingga

transaksi, modal, atau pendapatan dikenai pajak di kedua peraturan tersebut.

Badan hukum atau perusahaan negara bisa terkena pajak ganda ini, selama badan

hukum atau perusahaan negara membayar pajak terhadap laba dan pemegang

saham juga dikenai pajak sekali lagi. Pajak ganda juga bisa terjadi apabila penjual

dan pembeli dikenai pajak yang sama. Pajak ganda lebih sering terjadi pada

transaksi yang melibatkan dua negara (Saunders 2002).

Page 37: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

20  

  

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 2007 tentang

Perubahan Ketiga atas Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2001 tentang Impor

dan atau Penyerahan Barang Kena Pajak tertentu yang Bersifat Strategis yang

Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, pada pasal 1 ayat 1 huruf g

dan pasal 2 ayat 2 huruf g dinyatakan bahwa salah satu barang kena pajak tertentu

yang bersifat strategis adalah air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh

Perusahaan Air Minum, sehingga dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan

Nilai (PPN). Pajak ganda pada PDAM biasa terjadi pada saat pengadaan pipa dan

meter air (PERPAMSI 2010). PDAM sudah dikenai PPN atas air bersih.

Pengenaan PPN atas Pendapatan Non-air yang jika ditagihkan oleh PDAM kepada

pelanggan berarti terjadi pengenaan pajak ganda. Hal ini tentu saja akan menjadi

beban tambahan bagi pelanggan PDAM.

Pembiayaan pengolahan sumberdaya air, termasuk pada PDAM, ditetapkan

berdasarkan kebutuhan nyata pengelolaan sumberdaya air agar pelaksanaannya

dilakukan secara wajar untuk menjamin keberlanjutan fungsinya. Jenis

pembiayaan pengelolaan sumberdaya air meliputi biaya sistem informasi,

perencanaan, pelaksanaan kontruksi termasuk didalamnya biaya konservasi

sumberdaya air, operasi, pemeliharaan, pemantauan, evaluasi dan biaya

pemberdayaan masyarakat (Nugroho 2002 diacu dalam Fadillah 2011).

Pendapatan PDAM dihasilkan dari pendapatan penjualan (operasional)

dan pendapatan lain-lain, sementara biaya dapat dikelompokkan menjadi

biaya langsung dan tidak langsung. Menurut Kusuma (2006), yang termasuk

biaya langsung pada proses produksi air PDAM adalah biaya sumber, biaya

pengolahan, biaya transmisi, dan biaya distribusi. Sedangkan biaya tidak

langsungnya adalah biaya administrsi dan umum yang meliputi biaya pegawai,

biaya kantor, biaya penelitian dan pengembangan, biaya instalasi umum,

hubungan langganan, biaya pemeliharaan, serta biaya bank (Ardiansyah 2010).

Page 38: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

  

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini secara umum dilaksanakan di Kabupaten Lombok Barat dan

Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Pengambilan data dilaksanakan di beberapa

lokasi yang berkaitan dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan penyediaan

sumberdaya air antara lain Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lombok

Barat, PDAM Menang-Mataram,WWF Nusa Tenggara, Konsepsi, Desa Sedau,

Desa Suranadi dan Desa Batu Mekar serta dinas yang terkait dengan Pengelolaan

Jasa Lingkungan (BPDAS Dodokan-Moyosari dan BLHP). Penelitian

dilaksanakan pada bulan September-November 2011.

3.2 Obyek dan Alat Penelitian

Obyek penelitian yang dikaji antara lain mekanisme pembayaran jasa

lingkungan yang berlaku dan para stakeholder serta peranan masing-masing

stakeholder yang terkait dengan mekanisme pembayaran jasa lingkungan

penyediaan sumberdaya air di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram.

Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tape recorder,

camera digital, panduan wawancara, serta alat tulis.

3.3 Jenis Data

Jenis data yang diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer

diperoleh melalui observasi lapang dan wawancara dengan stakeholder yang

terkait dalam mekanisme pembayaran jasa lingkungan penyediaan sumberdaya air

di Lombok Barat dan Mataram, yaitu : kelompok tani di sekitar kawasan Hutan

Sesaot (diwakili Kelompok Tani Lebah Suren, Forum Ranget, Kelompok Tani

Mule Paice, dan Forum Kawasan), PDAM Menang-Mataram, LSM Konsepsi,

WWF Nusa Tenggara dan Dinas Kehutanan (yang tergabung dalam IMP) serta PT

Narmada Awet Muda. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran

dokumen SOP mekanisme pembayaran jasa lingkungan penyediaan sumberdaya

air Lombok Barat dan Mataram yang sedang berjalan, undang-undang terkait,

Page 39: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

22  

  

buku referensi, jurnal, internet, dan data pendukung lainnya seperti data fluktuasi

debit air dan kualitas air serta data kependudukan dari desa terkait.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan adalah studi literatur,

observasi lapang dan wawancara. Metode-metode tersebut akan digunakan secara

kombinasi untuk mendapatkan data di semua lokasi penelitian.

3.4.1 Studi literatur

Studi Literatur akan dilakukan melalui penelusuran dokumen perjanjian

mekanisme pembayaran jasa lingkungan penyediaan sumberdaya air di Lombok

Barat dan Kota Mataram yang sedang berjalan, undang-undang terkait, buku

referensi, jurnal, internet, dan data pendukung lainnya yang berkaitan dengan

mekanisme pembayaran jasa lingkungan sumberdaya air di Kabupaten Lombok

Barat dan Kota Mataram. Data-data tersebut diantaranya :

1. Penelusuran dokumen mengenai peraturan perundangan secara umum

maupun secara lokal daerah Lombok Barat dan Kota Mataram mengenai jasa

lingkungan penyediaan sumberdaya air

2. Penelusuran dokumen perjanjian kerjasama antara para pihak penyedia

maupun pengguna jasa lingkungan penyediaan sumberdaya air di Lombok

Barat dan Kota Mataram

3. Penelusuran dokumen mengenai kondisi mata air maupun aliran air di DAS

Jangkok, Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram

4. Penelusuran dokumen mengenai kondisi sosial dan ekologi masayarakat desa

sekitar Hutan Sesaot

5. Penelusuran dokumen terkait lainnya.

3.4.2 Observasi lapang dan wawancara

Observasi lapang dan wawancara dilakukan untuk mengetahui mekanisme

pembayaran jasa lingkungan penyediaan sumberdaya air di Kabupaten Lombok

Barat dan Kota Mataram, para pihak yang terkait serta peranan para pihak tersebut

dalam mekanisme pembayaran jasa lingkungan yang dilakukan. Selain itu,

observasi lapang dan wawancara juga dilakukan untuk mengetahui perkembangan

mekanisme pembayaran yang dilakukan. Observasi lapang juga digunakan untuk

Page 40: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

23  

  

melihat perubahan yang terjadi setelah adanya mekanisme pembayaran jasa

lingkungan di kawasan tersebut. Wawancara dilakukan secara purposive

sampling pada narasumber yang memiliki peranan penting dalam mekanisme

pembayaran sumberdaya air tersebut. Selain itu, narasumber yang diwawancarai

merupakan pihak yang terlibat dalam perumusan maupun implementasi

mekanisme pembayaran sumberdaya air yang berjalan. Narasumber dipilih

dengan mempertimbangkan tingkat pengetahuan narasumber terhadap mekanisme

pembayaran sumberdaya air yang berjalan (key person). Jenis dan metode

pengunpulan data selengkapnya tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis, sumber, dan metode pengumpulan data No. Tujuan Data Sumber Data Metode

Pengumpulan Data

1. Mengetahui stakeholder yang terlibat dalam mekanisme pembayaran jasa lingkungan penyediaan sumberdaya air

Keterlibatan para pihak : - Identifikasi para pihak - Tingkat kepentingan

serta pengaruh para pihak

- Peranan para pihak

• Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lombok Barat

• WWF Nusa Tenggara

• Konsepsi • PDAM Menang-

Mataram • PT Narmada Awet

Muda • SCBFWM • Kelompok Tani

Penelusuran dokumen, observasi lapang, dan wawancara

2. Mengetahui mekanisme pembayaran jasa lingkungan penyediaan sumberdaya air

Skema PJL di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram : - Latar Belakang adanya

mekanisme PJL - Aturan dan penegakan

aturan mekanisme PJL yang berjalan

- Perkembangan mekanisme PJL yang dilakukan

- Permasalahan yang timbul dan penyelesaian yang diambil

• Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lombok Barat

• WWF Nusa Tenggara

• Konsepsi • PDAM Menang-

Mataram • PT Narmada Awet

Muda • SCBFWM • Kelompok Tani • Fakultas Pertanian

universitas Mataram • LP3ES

Penelusuran dokumen, observasi lapang, dan wawancara

3. Mengevaluasi mekanisme pembayaran jasa lingkungan penyediaan air

- Perundangan - Rencana Strategis

lembaga - Kondisi mata air - Kondisi sosial

masyarakat

• IMP • BPDAS Dodokan-

Moyosari • BLHP • Forum Kawasan

Penelusuran dokumen, observasi lapang, dan wawancara

Page 41: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

24  

  

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis keterlibatan stakeholder

Analisis terhadap keterlibatan stakeholder dilakukan untuk mengetahui

peran dan fungsi dari masing-masing stakeholder. Keterlibatan stakeholder

tersebut dianalisis melalui metode analisis stakeholder yang dikemukakan oleh

Groenendjik (2003), Reed et al (2009) dan Mayers (2001). Proses indentifikasi

stakeholder merupakan proses awal dalam metode ini. Selanjutnya, dilakukan

pengklasifikasian stakeholder menjadi stakeholder primer, sekunder, dan

eksternal. Pembagian ini dilakukan berdasarkan tingkat keterkaitan stakeholder

dengan mekanisme yang ada. Stakeholder primer langsung adalah pihak yang

memiliki kepentingan penuh dan menerima keuntungan secara langsung dari

berjalannnya suatu proyek. Selebihnya disebut stakeholder primer tak langsung.

Sedangkan stakeholder sekunder adalah pihak yang tidak terlibat secara langsung

namun menaruh kepentingan pada dampak dari proyek.

Atribut kunci dari masing-masing stakeholder kemudian diidentifikasi dan

dianalisis. Atribut yang dimaksud adalah kepentingan (interest), pengaruh

(influence) dan nilai penting (importance). Masing-masing stakeholder memiliki

atribut yang berbeda dan dianalisis tergantung pada situasi dan tujuan analisis.

Kepentingan (interest) terhadap tujuan mekanisme merupakan atribut yang

penting untuk diinvestigasi dari stakeholder. Kepentingan ini mendukung tujuan

(stakeholder juga menginginkan apa yang coba dicapai oleh mekanisme) atau

kebalikannya (tujuan mekanisme bertolak belakang terhadap kepentingan dari

stakeholder). Kepentingan merupakan tingkat perlu atau tidaknya suatu pihak

dalam sistem. Jika suatu pihak mutlak harus ada maka kepentingannya besar,

begitu pula sebaliknya. Pengaruh (influence) adalah kewenangan stakeholder

untuk mengontrol keputusan apa yang dibuat, untuk memfasilitasi penerapannya

atau untuk menggunakan tekanan yang mempengaruhi mekanisme secara negatif.

Pengaruh mungkin saja diartikan sebagai tingkatan orang, kelompok, atau

organisasi yang dapat membujuk atau memaksa pihak lain dalam membuat

keputusan dan mengikuti beberapa tindakan. Pengaruh juga bisa diartikan sebagai

tingkatan besarnya kekuatan dalam mendukung atau menghambat sistem.

Kekuatan tersebut dapat berupa hak secara formal dalam hal wewenang sampai

Page 42: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

25  

  

kepada aspek informal yang dimiliki pihak tertentu dalam mempengaruhi pihak

lain. Nilai penting (importance) mengindikasikan prioritas yang diberikan untuk

memuaskan kebutuhan dan kepentingan stakeholder pada proyek. Oleh karena itu,

kepentingan merujuk pada masalah, kebutuhan dan kepentingan stakeholder yang

merupakan prioritas dari mekanisme. Atribut-atribut tersebut kemudian disajikan

pada Tabel 3.

Tabel 3 Kepentingan (interest) masing-masing stakeholder Kepentingan Nilai penting Pengaruh

Stakeholder primer Stakeholder 1 ..... Stakeholder n

Stakeholder sekunder Stakeholder 1 ...... Stakeholder n

Keterangan : Diadaptasi dari Mayers (2001) menurut penilaian dengan tingkatan tertentu secara kualitatif.

Kesuksesan sebuah program atau mekanisme sebagian tergantung dari

kebenaran asumsi yang dibuat dari stakeholder yang berbeda, dan resiko yang

dihadapi oleh mekanisme. Dengan mengkombinasikan pengaruh dan kepentingan

dari tiap stakeholder pada sebuah diagram matriks, asumsi terhadap resiko pada

stakeholder dapat teridentifikasi. Posisi dari stakeholder pada kuadran tertentu

mengindikasikan resiko relatif yang mungkin ditimbulkan dan potensi koalisi

untuk mendukung mekanisme yang ada. Berikut adalah bentuk matriks tersebut

(Gambar 4).

High

Importance

Low Influence High

Gambar 4 Diagram matriks kepentingan dan pengaruh dari tiap stakeholder.

A  B 

D  C 

• stakeholder 2

• stakeholder 3

• Stakeholder 5

• stakeholder 1 • Stakeholder 4

Page 43: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

26  

  

Berdasarkan matriks tersebut, kotak A, B, dan C merupakan stakeholder

kunci yang dapat mempengaruhi mekanisme secara signifikan. Implikasi dari

masing-masing kotak adalah sebagai berikut :

a) Subject : Stakeholder dengan tingkat kepentingan tinggi terhadap mekanisme

tetapi memiliki pengaruh yang rendah. Hal tersebut mengimplikasikan

stakeholder tersebut memerlukan inisiatif khusus untuk melindungi

kepentingan mereka.

b) Key Player : Stakeholder dengan tingkat pengaruh dan kepentingan yang

tinggi terhadap keberhasilan mekanisme. Untuk membentuk kerjasama efektif

dalam mendukung mekanisme, sebaiknya pihak yang terlibat langsung

dengan mekanisme membangun hubungan kerja dengan stakeholder ini.

c) Context Setter : Stakeholder yang memiliki pengaruh tinggi tetapi tidak

memiliki kepentingan terhadap mekanisme. Stakeholder ini dapat menjadi

sumber resiko yang signifikan. Selain itu, dibutuhkan monitoring dan

manajemen dengan hati-hati. Stakeholder ini dapat menghentikan mekanisme

dan perlu diperhatikan.

d) Crowd : Stakeholder pada kuadran ini memiliki pengaruh dan kepentingan

yang rendah terhadap mekanisme. Stakeholder tersebut mungkin memerlukan

monitoring dan evaluasi namun dengan prioritas yang rendah. Stakeholder

pada kuadran ini bukanlah subyek dari mekanisme yang berlangsung.

3.5.2 Analisis mekanisme pembayaran jasa lingkungan

Analisis deskriptif dilakukan berdasarkan data dari dokumen perjanjian

mekanisme pembayaran jasa lingkungan yang ada dengan tiga jalur analisis data

(Miles dan Huberman 1992 dalam Agusta 2003), yaitu reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data untuk menyederhanakan data,

meringkas, dan menggolongkannya. Penyajian data dapat berupa skema atau

bagan alir mekanisme atau teks naratif. Penarikan kesimpulan dengan cara

peninjauan ulang data untuk menarik kesimpulan.

3.5.3 Analisis untuk mengevaluasi mekanisme yang berjalan

Evaluasi terhadap mekanisme pembayaran jasa lingkungan yang berjalan

mengacu pada kriteria pembayaran jasa lingkungan oleh Wunder (2005). Evaluasi

Page 44: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

27  

  

ini bertujuan sebagai bahan untuk menentukan kebijakan lebih lanjut dalam

pengelolaan. Evaluasi dilakukan dengan metode triangulasi, yaitu dengan

mengecek kesesuaian antara data yang ada di dokumen kesepakatan, pengamatan

lapang serta wawancara. Hasil dari ketiga hal tersebut kemudian dianalisis secara

deskriptif.

Page 45: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

28  

  

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram

Kabupaten Lombok Barat dengan luas wilayah 862,62 Km2 atau 86.262 Ha

terbagi menjadi 10 kecamatan. Terletak antara 115o46’ sampai dengan 11o28’

Bujur Timur, dan 8o12’ sampai dengan 8o55’ Lintang Selatan (BPS dan Bappeda

NTB 2010). Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lombok Utara (KLU)

• Sebelah barat berbatasan dengan Selat Lombok dan Kota Mataram

• Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lombok Tengah

• Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

Gambar 5 Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram (Googlemap.com).

Mataram selain dikenal sebagai ibu kota Propinsi Nusa Tenggara Barat juga

dikenal sebagai ibu kota Pemda Kota Mataram. Kota Mataram terdiri dari tiga

kecamatan yaitu Kecamatan Mataram, Ampenan dan Cakranegara dengan 23

kelurahan dan 247 Lingkungan. Secara geografis wilayah Kota Mataram

mempunyai luas wilayah 61,30 km2 dengan batas-batas sebagai berikut :

Page 46: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

29  

  

• Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lombok Barat

• Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lombok Barat

• Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lombok Barat

• Sebelah barat berbatasan dengan Selat Lombok

4.2 DAS Jangkok

4.2.1 Letak dan luas

Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram termasuk ke dalam wilayah

DAS Jangkok. DAS Jangkok merupakan DAS yang sangat penting di pulau

Lombok. DAS ini berbentuk bulu burung yang mengalir dari hulu Gunung Rinjani

dan bermuara di Selat Lombok dengan aliran perenial. Panjang sungai utama DAS

Jangkok mencapai 47,22 km, dengan luas mencapai 176,06 Km2. Luas tersebut

melewati empat wilayah administratif yakni Kabupaten Lombok Tengah,

Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram serta sebagian kecil wilayah

Kabupaten Lombok Utara (SCBFWM 2010). Berdasarkan toposekuesnya, dibagi

menjadi wilayah bagian hulu, tengah dan hilir. Wilayah bagian hulu berada di

kabupaten Lombok tengah dan sebagian di kabupaten Lombok Barat. Wilayah

bagian tengah berada di di kabupaten Lombok Barat dan wilayah bagian hilir

berada di Kota Mataram.

4.2.2 Kondisi geografis

Jenis tanah yang ada di kawasan DAS Jangkok terdiri dari tiga jenis yakni

jenis entosol, alfisol dan inceptisol. Jenis tanah entisol merupakan jenis tanah

mineral, dengan tanpa atau sedikit perkembangan. Secara umum terdapat pada

topografi berbukit maupun pegunungan dengan kemiringan lereng agak curam

hingga curam. Tekstur tanah beraneka dan pada umumnya berpasir. Jenis tanah

alfisol merupakan jenis tanah yang telah mengalami perkembangan horizon dan

berasal dari batuan kapur keras (Limestone) maupun tuf vulkanis. Solum tanah

dangkal hingga sedang dan mempunyai warna coklat hingga merah. Tekstur tanah

geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila

basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorbsi sedang

dan agak peka erosi. Sedangkan jenis tanah inceptisol merupakan jenis tanah

Page 47: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

30  

  

aluvial yang berkembang pada zona penggenangan. Jenis inceptisol mempunyai

sifat drainase jelek.

4.2.3 Curah hujan

Iklim di kawasan Gunung Rinjani (wilayah hulu DAS Jangkok) termasuk

tipe iklim C dengan klasifikasi Schmidth Fergusson. Iklim C agak basah dicirikan

dalam satu tahun jumlah bulan kering tiga bulan dan bulan basah delapan bulan.

Hasil pengukuran curah hujan Badan Meteorologi selaparang Mataram periode

tahun 2005-2010 di wilayah Kecamatan Narmada (wilayah Hulu) dan Kecamatan

Ampenan (Wilayah Hilir) menunjukkan perbedaan tingkat curah hujan masing-

masing lokasi. Hasil perhitungan pada tahun 2010 menunjukkan hasil yang

berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, biasanya curah hujan tertinggi terjadi

kebanyakan di wilayah hulu, namun padda tahun 2010 menunjukkan bahwa curah

hujan tertinggi terjadi di wilayah hilir hampir di setiap bulannya, terkecuali pada

bulan Juni dan Agustus yang menunjukkan bahwa tidak adanya hujan yan terjadi

di wilayah hilir (BPDAS Dodokan-Moyosari 2010).

4.2.4 Luas dan tata guna lahan

Berdasarkan hasil pembaruan data DAS Jangkok (BPDAS Dodokan-

Moyosari 2010) menyebutkan bahwa DAS Jangkok terdiri dari 11 Sub-DAS

(sungai) yakni Sungai Tembiras, Sungai Semotoq, Sungai Bentoyang, Sungai

Jangkok (sungai utama), Sungai Aiknyet, Sungai Bensuwe, Sungai Betung,

Sungai Sekot, Sungai Sesaot, Kali Batu Asak dan Kali Tungtungan (BPDAS

Dodokan-Moyosari 2010). Hulu DAS Jangkok memiliki peranan penting sebagai

cathment area untuk mensuplai kebutuhan air bagi wilayah tengah yang

umumnya penggunaan lahan didominasi oleh persawahan dan wilayah hilir yang

didominasi oleh pemukiman.

Lahan kering masih cukup dominan di kawasan DAS Jangkok. Berdasarkan

data yang diperoleh dari BPS dan Bappeda Provinsi NTB tahun 2010, dapat

digambarkan bahwa sistem penggunaan lahan dikawasan hulu DAS Jangkok

masih didominasi oleh tanah kering yaitu sebesar 16.124 Ha atau sekitar 73 %

dari total penggunaan lahan dikawasan hulu, kemudian disusul dengan sawah

dengan persentase sebesar 11 % dari total penggunaan lahan dikawasan hulu.

Page 48: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

31  

  

Penggunaan lahan di kawasan hilir DAS Jangkok sangat berbeda dengan sistem

penggunaan lahan di kawasan hulu dan tengah yang didominasi oleh lahan kering

dan persawahan. Untuk kawasan hilir DAS Jangkok sistem penggunaan lahannya

didominasi oleh lahan pemukiman dan pekarangan. Sebaran tipe penggunaan

lahan dan luasan kawasan DAS Jangkok selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran tipe penggunaan lahan dan luasan di kawasan DAS Jangkok No Tipe Penggunaan Lahan Luas (Ha) Presentase (%) 1. Hutan lahan kering primer 7.870,11 44,7 2. Hutan lahan kering sekunder 3.808,33 21,6 3. Pemukiman 1.157,82 6,6 4.. Perkebunan 1.485,86 8,4 5. Pertanian lahan kering 808,83 4,6 6. Pertanian lahan kering campuran semak 627,29 3,6 7. Sawah 332,90 1,9 8 Semak / belukar 1.483,47 8,4 9. Tanah terbuka 31,72 0,2 Jumlah 17.606.33 100

Sumber : BPDAS Dodokan Moyosari (2009) diacu dalam BPDAS Dodokan-Moyosari (2010)

Luasan lahan kritis DAS Jangkok menurut BPDAS Dodokan Moyosari

tahun 2009 diacu dalam SCBFWM 2010 belum dominan. Lahan kritis hanya

sebagian kecil dari kawasan DAS Jangkok dan berada di kawasan tengah dan

hilir. Sedangkan kawasan di bagian hulu termasuk tidak kritis dan potensial kritis.

Kondisi tingkat kekritisan DAS Jangkok dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6 Tingkat kekritisan di DAS Jangkok.

Page 49: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

32  

  

4.2.5 Sosial ekonomi penduduk

Daerah hulu DAS Jangkok secara administrasi terbagi atas 11 desa. Mata

pencaharian penduduk di kawasan hulu DAS Jangkok adalah di dalam sektor

hutan kemasyarakatan (HKm), agroforestry, perkebunan, peternakan dan sawah.

Daerah tengah DAS Jangkok sebanyak 9 desa. Kawasan tengah DAS Jangkok

digunakan untuk perikanan, pertanian dan hortikultura. Demikian juga dengan

wilayah hilir yang terbagi menjadi 18 desa/kelurahan yang kesemuanya berada di

wilayah Kota Mataram. Kawasan hilir DAS Jangkok ini mata pencaharian

penduduknya di bidang jasa, pertanian, sawah dan hortikultura.

4.3 Penyedia (Providers) Jasa Lingkungan

Penyedia jasa lingkungan adalah pihak yang memiliki peran dalam menjaga

atau melindungi obyek jasa lingkungan. Praktek penggunaan lahan memberi

dampak terhadap kondisi air di hilir, sehingga penjual potensial adalah pemilik

lahan yang ada di hulu (Engel et al 2008). Tidak menutup kemungkinan bahwa

lahan di hulu merupakan milik negara, misalnya saja apabila hulu merupakan

hutan lindung. Seperti yang ada di Lombok Barat ini, daerah hulu merupakan

kawasan hutan Sesaot yang berstatus hutan lindung, maka yang menjadi penjual

atau penyedia jasa lingkungan adalah komunitas lokal yang hidup di sekitar

kawasan tersebut. Wilayah hulu DAS Jangkok terdiri dari 11 desa yaitu tujuh desa

di Kabupaten Lombok Barat, dua desa di Kabupaten Lombok Utara dan satu desa

di Kabupaten Lombok Tengah (BPDAS Dodokan-Moyosari 2010). Nama-nama

desa yang berada di Hulu DAS Jangkok dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Nama-nama desa di wilayah hulu DAS Jangkok No. Desa/Kelurahan Kecamatan Kabupaten Luas Wilayah (km2) 1. Suranadi Narmada Lombok Barat 892,0 2. Sesaot Narmada Lombok Barat 1214,0 3. Senaru Bayan Lombok Utara 41,6 4. Sedau Narmada Lombok Barat 364,0 5. Mumbul sari Bayan Lombok Utara 25,0 6. Lebah Sempaga Narmada Lombok Barat 838,0 7. Karang Bayan Narmada Lombok Barat 5,8 8. Batu Mekar Lingsar Lombok Barat 11,9 9. Batu Kumbung Lingsar Lombok Barat 28,2 10. Akar-Akar Bayan Lombok Utara 49,0 11. Aik Berik Batukliang Utara Lombok Tengah 41,9

Sumber: BPDAS Dodokan-Moyosari 2010

Page 50: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

33  

  

Fungsi kawasan daerah hulu sebagian besar masih berupa kawasan hutan.

Kawasan hutan tersebut terdiri dari hutan lindung, hutan produksi terbatas (HPH),

hutan produksi biasa, taman wisata alam, taman hutan rakyat dan taman nasional

(Suryandari dan Alviya 2009). Kawasan hutan Sesaot merupakan bagian hulu dari

DAS Jangkok. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No.756/Kpts/Um/1982, status

dan fungsi hutan Sesaot adalah hutan lindung. Penunjukan ini didasari atas

pertimbangan hutan ini memiliki fungsi penting sebagai sumber mata air bagi

irigasi pertanian skala besar serta untuk kebutuhan rumah tangga, khususnya di

Kota Mataram, Kabupaten Lombok Barat dan sebagian Kabupaten Lombok

Tengah (Galudra et al 2010).

Masyarakat sekitar hutan Sesaot yang sebagian besar bermata pencaharian

sebagai petani HKm, sehingga dalam menjalankan kegiatan sosial ekonominya

membentuk kelompok-kelompok kecil atau lembaga tingkat lokal. Lembaga-

lembaga tersebut aktif bekerjasama dengan berbagai pihak, antara lain lembaga

pemerintah, LSM, lembaga internasional maupun perusahaan. Kelompok

masyarakat atau lembaga tingkat lokal yang terlibat dalam pengelolaan

sumberdaya hutan di kawasan hulu DAS Jangkok disajikan pada tabel 6.

Tabel 6 Nama-nama lembaga masyarakat di tingkat lokal Nama Keterangan

Forum Kawasan

Kelompok yang dibentuk untuk mengkoordinasikan dan mendampingi kelompok-kelompok tani HKm dan kelompok tani non-HKm termasuk dalam pengamanan kawasan hutan lindung Sesaot,

Kelompok Wana Dharma Kelompok masyarakat/ kelompok tani yang mengelola lahan HKm izin dan HKm non izin

Kelompok Wana Lestari Kelompok masyarakat/ kelompok tani yang mengelola lahan HKm izin dan HKm non izin

Kelompok Wana Abadi Kelompok masyarakat/ kelompok tani yang mengelola lahan HKm izin dan HKm non izin

Kelompok Mitra Pelestarian Hutan (KMPH)

Wadah organisasi yang bersifat sekunder, merupakan pengembangan dari kelompok usaha bersama, kelompok - kelompok kopi penyangga dan kelompok – kelompok perkebunan lahan milik yang ada di sekitar kawasan Hutan Lindung Sesaot

Forum Ranget Kelompok masyarakat/ kelompok tani yang mengelola lahan HKm izin dan HKm non izin

Kelompok Tani Sinar Harapan Pengembangan ekonomi mikro melalui kios sarana produksi

Kelompok perempuan Ale-Ale

Lembaga yang berfungsi menampung aspirasi dan pengembangan kapasitas kaum perempuan di kawasan sesaot dalam melakukan pengelolaan sumberdaya hutan khususnya di hutan sesaot.

Page 51: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

34  

  

Tabel 6 Nama-nama lembaga masyarakat di tingkat lokal (lanjutan) Nama Keterangan

Kelompok tani Cempaka Kelembagaan masyarakat, khususnya kaum perempuan sesaot yang bergerak dalam bidang simpan pinjam dan pengembangan kreatifitas masyarakat.

Kelmpok tani Dahlia Desa Suranadi

Merupakan kelompok yang bergerak dalam bidang pembibitan tanaman kehutanan dan perkebunan

Kelompok tani Hidup Baru

Merupakan kelembagaan yang berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya kaum ibu yang ingin berusaha, dengan lingkup kegatan seperti sinpan pinjam, santunan, dan usaha bakulan.

Kelompok Melati Desa Lembah Sempage

Merupakan kelompok perempuan yang bergerak dalam bidang simpan pinjam dan sebagai pengumpul HHBK dari kawsan hutan lembah sempage

Kelompok Melati Desa Sesaot Merupakan kelompok masyarakat yan bergerak dalam bidang simpan pinjam, dan pengumpuh HHBK khususnya yang berasal dari kawasan hutan sesaot

Kelompok Sanggar Muda Tani Mandiri (Batumekar)

Lembaga yang bergerak dalam bidang pembibitan sampai pemasaran hasil usaha pertanian.

Organisasi Rakyat Darma Utama (Ora Darma)

Lembaga yang bergerak dalam pengelolaan air dengan sistem water meter di desa Batumekar.

Kelompok Masyarakat Peduli Sedau

Merupakan kelompok yang berorientasi pada usaha pembibitan.

Sumber : BPDAS Dodokan-Moyosari 2010

4.4 Pembeli (Buyers) Jasa Lingkungan

Pembeli jasa lingkungan biasanya berasal dari pihak yang memanfaatkan

jasa lingkungan (user financed schemes). Pembeli jasa lingkungan juga bisa

berasal dari lembaga pemerintah maupun lembaga internasional (pada

Government schemes). Pemanfaat jasa lingkungan pada skema pembayaran jasa

lingkungan biasanya adalah dari daerah hilir sungai. Pembeli potensial pada jasa

lingkungan adalah pihak yang bersedia menjaga atau melindungi aliran

keberlanjutan dari jasa lingkungan yang bersangkutan (Engel et al 2008).

Pada skema PJL di kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram yang

menjadi pihak pembeli jasa lingkungan adalah merupakan pihak pemanfaat jasa

lingkungan. Pihak tersebut adalah sebagian besar masyarakat Lombok barat dan

Kota Mataram yang berada di hilir DAS Jangkok. Pada mekanisme yang terjadi

saat ini penerima jasa lingkungan yang telah bersedia membayar adalah pelanggan

PDAM Menang-Mataram. PDAM Menang-Mataram merupakan perusahaan

daerah milik dua pemerintahan, yaitu Kabupaten Lombok Barat dan Kota

Mataram. Dalam Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1993 disepakati

kepemilikan PDAM secara bersama oleh kedua Pemerintahan dengan proposi

pembagian 65% untuk Kabupaten Lombok Barat dan 35% untuk Kota Mataram.

Page 52: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

35  

  

4.5 Obyek Jasa Lingkungan

Pada kawasan Hutan Sesaot tersebut banyak ditemukan mata air yang

merupakan objek jasa lingkungan pada penelitian ini. Berdasarkan data yang

dihimpun dari Bappeda Provinsi NTB tahun 2005 teridentifikasi sebanyak 20

mata air, tetapi berdasarkan hasil pembaharuan data diperoleh 82 mata air yang

dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih, irigasi pertanian dan untuk pemandian

oleh masyarakat sekitar (BPDAS Dodokan-Moyosari 2010). Beberapa mata air

yang belum termanfaatkan langsung mengalir ke sungai. Beberapa nama mata air

di lokasi penelitian disajikan pada tabel 7.

Tabel 7 Beberapa nama mata air yang ada di hulu DAS Jangkok

No Mata Air Desa Pemanfaatan Saat Ini 1 Sarasuta I Suranadi Sumber air irigasi

2 Sarasuta II Suranadi Air bersih untuk masyarakat di Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat

3 Saraswaka Suranadi Air bersih untuk masyarakat di Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat

4 Pura Lingsar I Lingsar Sumber air irigasi

5 Pura Lingsar II Lingsar Sumber air irigasi

6 Suranadi (Hulu) Suranadi Air bersih untuk masyarakat sekitar, Sumber air irigasi

7 Suranadi (Hilir) Suranadi Sumber air irigasi, permandian/kolam renang

8 Suranadi (Teratai) Suranadi Sumber air irigasi, air bersih untuk hotel/ penginapan

dan tempat rekreasi

9 Ranget I Ranget Air bersih yang dikelola PDAM Giri Menang untuk masyarakat Kota Mataram dan Kab. Lobar

10 Ranget II Ranget Air bersih yang dikelola PDAM Giri Menang untuk masyarakat Kota Mataram dan Kab. Lobar

11 Ranget III Ranget Sumber air irigasi

12 Gandari I Gandari Sebagai sumber air bersih masyarakat sekitar dan permandian umum, mengalir kesungai

13 Gandari II Gandari Sebagai sumber air bersih masyarakat sekitar dan permandian umum, mengalir kesungai

14 Pancor Gading P. Gading Sumber air bersih dan permandian umum masyarakat

15 Temas Temas Hanya dimanfaatkan untuk permandian masyarakat disekitar mata air selanjutnya mengalir kesungai

16 Gandawari Gandawari Permandian umum dan sumber air bersih masyarakat

17 Taman Narmada Narmada Dimanfaatkan untuk taman rekreasi berupa kolam ikan, kolam renang dan sumber air

18 PDAM Menang Montong Sebagai sumber air bersih masyarakat di Narmada serta sebagai sumber air irigasi

19 Kokok Jelateng Sesaot Sumber air irigasi dengan pembuatan bendung dan permandian umum masyarakat

20 Aiknyet Sesaot Sebagai sumber air bersih masyarakat sekitar dan permandian umum

Sumber : Bappeda Provinsi NTB 2005 diacu dalam BPDAS Dodokan-Moyosari 2010

Page 53: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

36  

  

Nama-nama mata air di atas adalah yang sebagian besar digunakan oleh

masyarakat. Selain masyarakat lokal, telah terdapat beberapa pengguna komersial

dari mata air di DAS Jangkok. Pengguna tersebut yaitu PDAM Menang-Mataram

yang dimiliki oleh dua pemerintah daerah. Selain itu juga terdapat PT Narmada

Awet Muda yakni perusahaan swasta yang memproduksi air minum dalam

kemasan. Untuk nama mata air yang digunakan oleh PT Narmada Awet Muda

penulis tidak berhasil mendapatkan data. Mata air yang digunakan oleh PDAM

Menang-Mataram sebagai sumber air baku dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8 Sumber air baku PDAM Menang-Mataram No. Sumber Air Desa Kapasitas

Sumber (l/dt) Kapasitas Produksi (l/dt) tahun 2009

1. MA Sarasuta Lingsar 300 71,26 2. MA Saraswaka Lingsar 200 106,20 3. MA Ranget Suranadi 1640 578,42 4. MA Montong Selat 50 26,64 5. MA Orong Petung Sesaot 20 5,30 6. MA Jong Plangka Bentek 50 45,32 7. MA Bangket Bayan 20 25,99 8. MA Mandala Bayan 20 7,62 9. SPL Penimbung Penimbung - 15,57 10. BBI Lingsar - 128,25

Sumber : PDAM 2011

Page 54: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

  

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan di Pulau Lombok

Adanya inisiatif untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan (PJL)

antara hulu dan hilir bermula ketika pada tahun 1995 LP3ES melakukan

pendampingan untuk program HKm di Lombok. Selama melakukan

pendampingan ke desa-desa, LP3ES menemukan banyak model sederhana

kearifan lokal tentang pembayaran atau berbagi tanggung jawab atas suatu jasa

lingkungan yang dilakukan penduduk di beberapa desa di Lombok. Model

sederhana tersebut seperti PAMDES, BUMDES, PLTMH, dan Subak/Sistem

Pengairan (Latifah et al 2011).

Permasalahan lingkungan yang timbul pada saat itu adalah kondisi

sumberdaya air di Pulau Lombok yang tidak merata serta krisis air yang terjadi

pada musim kemarau. Secara umum terjadi penurunan debit air di Pulau Lombok

dalam kurun waktu 10 tahun (1992-2002). Hal ini ditunjukkan oleh penurunan

debit pada tiga sungai (sebagai indikator) yaitu Sungai Aiknyet, Babak dan

Sesaot. Pada tahun 1992 debit air pada ketiga sungai tersebut secara berurutan

27,30 m3/detik; 8,44 m3/detik dan 16,08 m3/detik dan pada tahun 2002 menurun

menjadi 10,37 m3/detik; 5,68 m3/detik dan 9,096 m3/detik (Markum et al 2004).

Pada tahun 2003, diketahui 40 % mata air telah hilang akibat perubahan tata guna

lahan menjadi pertanian dan kerusakan hutan di sekitar Rinjani (Prasetya et al

2009).

DAS Jangkok adalah salah satu DAS di Pulau Lombok yang masuk ke

dalam DAS prioritas dari 22 DAS yang masuk kategori kritis dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Departemen Kehutanan (Setiawan et al

2010). Padahal fungsi DAS ini adalah mensuplai kebutuhan air untuk 9.697 Ha

sawah di Lombok Barat dan 2.873 ha di Kabupaten Lombok Tengah. Sisanya

dimanfaatkan untuk kebutuhan domestik warga Kota Mataram (75%) melalui

PDAM Mataram dengan memanfaatkan 4 mata air (Ranget, Montong, Sarasutha

dan Penimbung). DAS Jangkok memiliki sejumlah potensi alam dan pemanfaatan

multi-use oleh masyarakat sekitar maupun pemerintah. Pemanfaatan lahan di

Page 55: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

38  

  

kawasan DAS Jangkok bersifat multi-use yakni aktivitas pengelolaan HKm,

perkebunan masyarakat, penambangan pasir dan pariwisata di wilayah hulu,

kemudian aktivitas budidaya pertanian dan perikanan di wilayah tengah dan

aktivitas masyarakat di wilayah perkotaan (wilayah hilir) yang cukup kompleks

seperti budidaya pertanian, perikanan, penambangan pasir, industri dan tempat

pembuangan sampah. DAS Jangkok juga telah mengalami degradasi lahan, erosi,

sedimentasi dan penurunan debit sebesar 5,6 % setiap tahun (SCBFWM 2009).

Oleh karena itu DAS Jangkok dipilih menjadi lokasi implementasi PJL.

Bermula dari berbagai permasalahan lingkungan itulah diinisiasi model

sederhana pembayaran jasa lingkungan dengan mekanisme persaudaran hulu dan

hilir. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan di Lombok Barat dan Kota

Mataram telah mulai dirintis sejak lama. Tahap perkembangan dari awal hingga

tercapai Mekanisme PJL di Lombok Barat dan Kota Mataram seperti saat ini,

secara ringkas dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9 Sejarah perkembangan mekanisme PJL di Lombok Barat Waktu Kegiatan Hasil

Sebelum Tahun 2001

Pendampingan masyarakat hulu (Ranget dan Lingsar)

Terbentuknya 2 kelompok pelestari air 1. Lingsar (Kel. Banyu Lestari)

Anggota 25 orang, Kelompok bersedia direlokasi dari Zona II dengan ketentuan disepakati bersama dengan PDAM

2. Ranget (Kel. Forum Ranget) Anggota 37 orang, Ada kesepakatan untuk mengkonservasi sumberdaya air

Tahun 2001 Studi yang dilaksanakan oleh WWF NTB mengenai Nilai ekonomi Rinjani

Jumlah nilai bruto sumberdaya air Rinjani: Nilai Aktual: 1.061,8 milyar Nilai Potensial : 11.795,7 milyar

Tahun 2002 Studi awal yang dilaksanakan oleh Konsepsi /LP3ES dan PDAM Menang Mataram mengenai WTP (Willingness to Pay)

Studi tersebut menghasilkan : • Konsumen RT 95 % bersedia membayar dana konservasi air, 3 % tidak bersedia, 2 % tidak tahu/tidak menjawab • Perusahaan (skala kecil) 89 % bersedia membayar dana konservasi air, 11 % tidak bersedia

Agustus 2003 Lokakarya Hasil Studi WTP

Ada rencana aksi bersama dalam mendukung gagasan pengembangan peluang pembayaran air : 1. Pembentukan Working Group (8

stakeholder), audiensi 2. Mengadakan pertemuan untuk menyusun

background paper, draft SKB dan merancang studi banding

Page 56: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

39  

  

Tabel 9 Sejarah perkembangan mekanisme PJL di Lombok Barat (lanjutan) Waktu Kegiatan Hasil

September 2003

Pertemuan working group I tentang draft MoU

Terdapat 2 draft yang berasal dari hasil lokakarya dan usulan draft dari Kabag Hukum Pemkot Mataram.

September 2003

Konsepsi berhasil memfasilitasi komunikasi penyelesaian konflik warga Apitaik Lingsar-PDAM Menang-Mataram

Warga Apitaik akan direlokasi dari zone II Mata air Sarasutha ke tempat lain. PDAM membayar sejumlah Rp. 350 juta untuk pengadaan tanah dan pembangunan pemukiman.

Oktober 2003 Studi banding working group ke PDAM Sleman

1.Komitmen pihak-pihak yang berkepentingan Ada 2 pihak yang dapat menghantarkan gagasan PJL ke pihak eksekutif yaitu PDAM Menang dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lombok Barat 2.Konsultasi Publik

Nopember 2003

Workshop pertama memperkenalkan PES (Payment for Environmental Services)

April 2004 Adanya Pemilihan Umum, pergantian personil pemerintahan dan Perubahan UU Otonomi Daerah

Proses audiensi yang dirintis sebelumnya kembali ke nol. Adanya UU no 32 tahun 2004 tetang Otonomi Daerah sebagai penggganti UU no 22 tahun 2000 semakin membatasi peluang pengembangan MoU sebagai legal basis jasa lingkungan.

April 2004 Proses inisiasi awal pengembangan jasa lingkungan kabupaten Lombok Barat

Kerjasama dengan Dishutbun Lobar, WWF Indonesia Program Nusa Tenggara, BKSDA, BTNGR

September-Oktober 2004

Pertemuan stakeholder untuk memproses Perda

Bahasan awal pembentukan tim penyusun draft Perda Jasa Lingkungan

September 2004

Workshop Asosiasi Pelanggan

Disepakatinya pembentukan asosiasi pelanggan PDAM sebagai wakil dari masyarakat hilir: • Bentuk organisasi • Struktur organisasi dan pengurus • Adanya AD/ART • Kesepakatan besarnya sumbangan untuk

konservasi air Oktober 2004 Sosialisasi jasa lingkungan

kepada 17 kelurahan di Kota Mataram dan 4 desa di Kabupaten Lombok Barat

Tahun 2005 Pembentukan Tim Penyusun Draft Perda Jasa Lingkungan Kabupaten Lombok Barat (Januari 2005)

SK Bupati Lombok Barat No.660/07/Dishutbun/2005

Tahun 2006 • Deklarasi Kesepakatan Pembayaran Jasa Lingkungan

• Ujicoba pembayaran jasa lingkungan air untuk Kelurahan Mataram Timur melalui pelanggan PDAM

• Penandatanganan surat kerjasama Air yang telah ditandatangani oleh Pemda Kota/Lobar, DPRD Kota/Lobar, PDAM, private sector, instansi pemerintah, media massa, masyarakat hulu, DFID, WWF, Konsepsi, dan Universitas Mataram untuk membayar jasa lingkungan

Page 57: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

40  

  

Tabel 9 Sejarah perkembangan mekanisme PJL di Lombok Barat (lanjutan) Waktu Kegiatan Hasil

Tahun 2007 Pengesahan Perda No.4/2007 tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan Lombok Barat beserta peraturan bupatinya diikuti dengan kampanye dan sosialisasi program PES

Disahkannya dasar legal dari PJL di Kabupaten Lombok Barat. Terpilihnya kepengurusan pertama IMP.

Tahun 2008 Diselesaikannya Kelengkapan Perda Jasa Lingkungan

2 Peraturan Bupati dan 1 Keputusan Bupati : 1. Peraturan Bupati Lombok Barat No.7 Tahun 2009 2. Keputusan Bupati Lombok Barat No. 1072/207/Dishut/2009 3. Peraturan Bupati Lombok Barat No.42 Tahun 2008

Desember 2008 Restrukturisasi kepengurusan IMP

Terpilihnya pengurus IMP kedua

Tahun 2008-2009

Revisi Kelengkapan Perda Jasa Lingkungan yang disesuaikan dengan hasil Rapat Umum IMP

Oktober 2009 Penandatanganan kesepakatan implementasi jasa lingkungan dengan PDAM Menang-Mataram

Dana jasa lingkungan mulai ditarik bulan November 2009

Februari 2010 Uji coba implementasi di hulu

Penanaman seluas 6 ha

Agustus 2010 Implementasi program jasa lingkungan

Di 3 Kelompok yaitu Kelompok Lebah Suren Desa Sedau, Kelompok Mule Paice Desa Batumekar, dan Forum Ranget Desa Suranadi

Sumber: hasil wawancara dan penelusuran dokumen

Pada awal kemunculannya, jasa lingkungan ini diusung oleh beberapa

pihak. Dari hasil wawancara dan penelusuran dokumen secara garis besar terdapat

dua pihak yang mengusung jasa lingkungan sejak tahun 2001. Pihak pertama yaitu

LP3ES/ Konsepsi yang mengusung konsep jasa lingkungan yang berdasarkan

persaudaraan hulu dan hilir. Konsep ini dibangun karena pihak ini telah lama

mendampingi masyarakat hulu. Pihak ini telah berhasil membangun kesadaran

masyarakat hulu akan pentingnya melestarikan hutan dan mengubah beberapa

sawah milik masyarakat yang berada di daerah tangkapan air menjadi pekarangan

yang ditanami dengan pohon. Pihak ini berhasil memberikan mediasi konflik

antara PDAM menang-Mataram dan merelokasi masyarakat hulu yang tinggal di

zona II (sekitar mata air). Pihak ini menggagas pembayaran jasa lingkungan

dengan berlandaskan surat kesepahaman (MoU). Pihak selanjutnya adalah WWF

yang mengusung konsep jasa lingkungan dengan pendekatan regulasi. WWF

Page 58: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

41  

  

mengadakan audiensi ke beberapa stakeholder di Kabupaten Lombok Barat dan

Kota Mataram untuk menghasilkan sebuah peraturan yang berlandaskan hukum.

Berkat pihak inilah berhasil disahkannya Peraturan daerah Kabupaten Lombok

Barat No. 4 tahun 2007.

5.2 Analisis Stakeholder

Analisis stakeholder terkait dengan mekanisme pembayaran jasa

lingkungan sumberdaya air di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram

dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu identifikasi stakeholder, analisis

tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholder dan pemetaan stakeholder serta

peranan stakeholder.

5.2.1 Identifikasi stakeholder

Hasil identifikasi stakeholder yang terkait dengan pembayaran jasa

lingkungan sumberdaya air di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram yang

diklasifikasikan ke dalam enam kelompok yakni pemerintah provinsi, pemerintah

Kabupaten/Kota, masyarakat, LSM, perguruan tinggi dan swasta. Stakeholder

yang dicantumkan merupakan stakeholder yang telah terlibat, sedang terlibat

maupun berpotensi untuk terlibat. Hasil identifikasi stakeholder disajikan pada

tabel 10.

Tabel 10 Stakeholder yang terkait dengan PJL penyediaan sumberdaya air No. Nama Lembaga Klasifikasi Keterlibatan 1. BPDAS Dodokan Moyosari Pemerintah Provinsi Belum terlibat 2. SCBFWM Pemerintah Provinsi Belum terlibat 3. BTNGR/BKSDA Pemerintah Provinsi Terlibat 4. BLHP NTB Pemerintah Provinsi Belum terlibat 5. Dinas Pertanian NTB Pemerintah Provinsi Belum terlibat 6. Dinas Kehutanan NTB Pemerintah Provinsi Belum terlibat 7. IMP Pemerintah Kabupaten Terlibat 8. Dinas Perikanan dan Kelautan Lobar Pemerintah Kabupaten Terlibat 9. Dinas Kehutanan Lombok Barat Pemerintah Kabupaten Terlibat 10. Pemkab Lombok barat Pemerintah Kabupaten Terlibat 11. Pemkot Mataram Pemerintah Kota Belum terlibat 12. Universitas Mataram Perguruan Tinggi Belum terlibat 13. BUMN (PDAM Menang-Mataram) Pemerintah

Kabupaten/Kota Terlibat

14. PT Narmada Awet Muda Swasta Pernah Terlibat 15. WWF Nusa Tenggara LSM Terlibat 16. Konsepsi LSM Pernah terlibat 17. Asosiasi Pelanggan PDAM Masyarakat Pernah terlibat 18. Kelompok Tani Masyarakat Terlibat

Page 59: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

42  

  

Nama-nama stakeholder tersebut di atas adalah stakeholder baik yang

telah terlibat pada mekanisme saat ini, yang pernah terlibat maupun yang

seharusnya terlibat pada mekanisme pembayaran jasa lingkungan penyediaan

sumberdaya air. Para stakeholder yang tercantum merupakan stakeholder yang

ditemul di lapang maupun yang disebut responden saat wawancara. Jika ditelusuri

lebih lanjut, akan ditemukan lebih banyak lagi stakeholder yang terlibat dalam

pengelolaan sumberdaya air, karena keterbatasan penulis maka dibatasi menjadi

18 stakeholder.

5.2.2 Klasifikasi stakeholder

Hasil penilaian atribut stakeholder meliputi kepentingan, nilai penting dan

pengaruh berdasarkan hasil observasi, wawancara dan penelusuran dokumen

dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11 Penilaian kepentingan, nilai penting dan pengaruh Stakeholder Kepentingan Nilai

Penting Pengaruh terhadap proyek

Stakeholder Primer Kelompok Tani 1. Menjaga mata air dan

kelestarian hutan 2. Akses sumberdaya air

Tinggi Rendah

Asosiasi Pelanggan PDAM

1.Peningkatan pelayanan pelanggan 2. Ketersediaan air

Tinggi Rendah

PDAM Menang-Mataram

1. Menjaga kualitas dan kuantitas air 2. Akses ke sumberdaya air

Tinggi Tinggi

Institusi Multi Pihak (IMP)

Mengelola dana jasa lingkungan untu kelestarian sumberdaya dan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan

Tinggi Tinggi

PT Narmada Awet Muda(Swasta)

1. Menjaga kualitas dan kuantitas air 2. Akses terhadap air

Tinggi Tinggi

Konsepsi Pendampingan masyarakat desa Sedang Sedang Dishutbun Lobar Konservasi hutan Tinggi Sedang Pemkab Lombok barat 1. Peningkatan PAD,

2. Akses sumberdaya air Tinggi Tinggi

PEMKOT Mataram Akses sumberdaya air Tinggi Tinggi WWF Nusa Tenggara Konservasi hutan dan

keanekaragaman hayati Sedang Sedang

SCBFWM Pembinaan masyarakat sekitar hutan

Sedang Sedang

BPDAS Dodokan-Moyosari

Pengelolaan Wilayah DAS Tinggi Tinggi

Dinas Perikanan dan Kelautan Lombok barat

Pendampingan budidaya air tawar

Sedang Sedang

Page 60: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

43  

  

Tabel 11 Penilaian kepentingan, nilai penting dan pengaruh (lanjutan) Stakeholder Kepentingan Nilai

Penting Pengaruh terhadap proyek

Stakeholder Sekunder Dinas Pertanian NTB Pembangunan saluran irigasi dan

pertanian Rendah Sedang

PUSLIDA UNRAM Penelitian dan sarana praktikum Sedang Rendah BLHP Monitoring kualitas air,

Konservasi sumbedaya Sedang Rendah

Dinas Kehutanan NTB Pengelolaan Tahura Sesaot Rendah Tinggi BKSDA Perlindungan Kawasan Sedang Sedang

Keterangan: Diadaptasi dari Mayers (2001) menurut penilaian dengan tingkatan tertentu secara kualitatif.

Penilaian tinggi dan rendahnya tingkat kepentingan dan pengaruh

stakeholder didasarkan pada posisi masing-masing dalam kemitraan. Ada pihak

yang berkepentingan secara legal menurut mandat negara yang dibebankan

sebagai tanggung jawab dan ada juga yang berkepentingan riil terhadap

sumberdaya, baik dalam dalam hal pengelolaan maupun pemanfaatan.

Sebagai faktor penentu IMP dan PDAM Menang-Mataram memiliki kepentingan

dan pengaruh yang tinggi dalam mekanisme PJL. Kepentingannya antara lain

karena keberadaan IMP mutlak diperlukan untuk mengelola dana jasa lingkungan.

IMP memiliki kewenangan sesuai Perda No. 4 tahun 2007, sehingga

pengaruh terhadap berlangsungnya mekanisme PJL cukup tinggi. Demikian pula

dengan PDAM Menang-Mataram sebagai lembaga pengelola air dan penghubung

antara masyarakat pelanggan PDAM dan IMP. Kelompok tani sebagai penyedia

jasa lingkungan memiliki kepentingan yang tinggi untuk melestarikan kawasan

hutan sebagai sumber penghidupan mereka dan untuk akses kebutuhan air. Namun

sayangnya kelompok tani sebagai lembaga informal kecil tidak memiliki

wewenang atas pelaksanaan mekanisme ini. Keberadaan mereka tidak memiliki

kewenangan untuk menentukan pelaksanaan dari program PJL yang berlaku.

Asosiasi pelanggan PDAM awalnya dibentuk atas keinginan dari PDAM Menang-

Mataram untuk memudahkan dalam komunikasi dengan pelanggan.

Kepentingannya tinggi karena mewakili dari masyarakat pelanggan untuk jaminan

ketersediaan air dari hulu. Pada kenyataannya asosiasi ini kurang berpengaruh

karena pengurus terpilih dianggap tidak kompeten oleh PDAM Menang-Mataram.

Universitas Mataram menggunakan daerah Sesaot dan DAS Jangkok sebagai

Page 61: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

44  

  

lokasi penelitian dan pengabdian masyarakat sehingga memiliki kepentingan yang

cukup dan pengaruh yang ditimbulkan kecil pada mekanisme PJL.

PT Narmada Awet Muda memiliki kepentingan yang tinggi, yakni aksesnya

terhadap mata air sebagai bahan baku produksinya. Perusahaan ini juga memiliki

pengaruh yang tinggi karena merupakan perusahaan besar. Keikutsertaan

perusahaan ini pada mekanisme akan memberikan kontribusi yang besar sebagai

pembeli jasa lingkungan. Namun sampai saat ini perusahaan ini belum

berkontribusi pada mekanisme PJL. Konsepsi dan WWF Nusa Tenggara

merupakan perintis mekanisme PJL yang ada di Lombok Barat. Konsepsi

berperan dalam pendampingan masyarakat dan fasilitasi perizinan HKm. WWF

Nusa Tenggara bergerak dalam bidang konservasi dan pengembangan jasa

lingkungan. Baik Konsepsi maupun WWF NT merupakan LSM berskala lokal

sehingga hanya memiliki pengaruh yang sedang.

SCBFWM, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Lombok Barat, dan Dinas

Perikanan dan Kelautan Lombok Barat merupakan unit-unit teknis di lembaga

pemerintahan. Wewenang dan Tugas mereka berada pada lokasi

diselenggarakannya mekanisme PJL ini, sehingga mereka memiliki kepentingan

dan pengaruh yang cukup tinggi terhadap mekanisme PJL ini. Sedangkan

Pemerintah Kota Mataram dan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat memiliki

kepentingan yang tinggi karena obyek jasa lingkungan yaitu air yang terkait

mekanisme ini merupakan produk yang strategis bagi masyrakat dan memberikan

pemasukan yang cukup besar bagi kedua pemerintah daerah tersebut. Pengaruh

mereka tinggi karena pemerintah mekanisme PJL ini berlokasi di wilayah

administratif kedua pemerintahan. BPDAS Dodokan-Moyosari memiliki

kepentingan dan pengaruh yang tinggi karena obyek jasa lingkungan adalah air,

apabila berbicara tentang air tentu tidak bisa lepas dari daerah aliran sungai

(DAS). DAS berada dibawah pengelolaan BPDAS.

Pada kelompok stakeholder sekunder terdapat Dinas Pertanian NTB,

Puslida Universitas Mataram, BLHP, Dinas Kehutanan NTB dan BKSDA.

Stakeholder tersebut tidak terlibat langsung dalam mekanisme PJL, namun

menaruh kepentingan pada dampak keberadaan mekanisme PJL. Rekapitulasi dari

Page 62: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

45  

  

tingkat kepentingan dan tingkat pengaruh dari stakeholder dapat dipetakan dalam

matriks berikut (Gambar 7 ).

High

Importance

Low High

Influence

Gambar 7 Diagram matriks minat dan pengaruh dari tiap stakeholder.

Berdasarkan matriks tersebut, kotak A, B, dan C merupakan stakeholder

kunci yang dapat mempengaruhi mekanisme secara signifikan. Implikasi dari

masing-masing kotak adalah sebagai berikut :

a) Stakeholder dengan tingkat kepentingan tinggi terhadap mekanisme tetapi

memiliki pengaruh yang rendah (Subject). Pada mekanisme PJL

stakeholder yang termasuk Subject adalah Kelompok Tani, Asosiasi

Pelanggan PDAM, Konsepsi dan WWF.

b) Stakeholder dengan tingkat pengaruh dan kepentingan yang tinggi

terhadap keberhasilan mekanisme (Key Player). Stakeholder yang

termasuk Key Player adalah PDAM Menang-Mataram, Institusi Multi

Pihak (IMP), PT Narmada Awet Muda (Swasta), Dishutbun Lombok

Barat, Dinas Perikanan dan Kelautan Lobar, SCBFWM, BPDAS

Dodokan-Moyosari, Pemkab Lombok Barat dan PEMKOT Mataram.

• PDAM , IMP, PT Narmada, Pemkab. Lobar, Pemkot Mataram, BPDAS

A

• Kelompok Tani, Asosiasi Pelanggan PDAM

B

• Dishut NTB

• Konsepsi, WWF

• SCBFWM, Dishutbun Lobar, Dinas Perikanan dan kelautan Lobar

D C • Dinas Pertanian NTB, BLHP, Unram

• BKSDA

Page 63: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

46  

  

c) Stakeholder yang memiliki pengaruh tinggi tetapi tidak memiliki

kepentingan terhadap mekanisme (Context setter). Stakeholder yang

termasuk dalam Context setter adalah Dinas Kehutanan NTB dan BKSDA.

d) Stakeholder pada kuadran ini memiliki pengaruh dan kepentingan yang

rendah terhadap mekanisme (Crowd). Stakeholder yang termasuk dalam

Crowd adalah Dinas Pertanian NTB, Universitas Mataram dan BLHP.

Matriks tersebut dapat menjelaskan posisi stakeholder dalam mekanisme

pembayaran jasa lingkungan. Kelompok Tani, Asosiasi Pelanggan PDAM,

Konsepsi dan WWF sebagai subject harus memiliki inisiatif khusus bila

kepentingan mereka ingin dilindungi. Di sisi lain PDAM Menang-Mataram,

Institusi Multi Pihak (IMP), PT Narmada Awet Muda (Swasta), Dishutbun

Lombok Barat, Dinas Perikanan dan Kelautan Lobar, SCBFWM, BPDAS

Dodokan-Moyosari, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dan Pemerintah Kota

Mataram sebagai key player yang menentukan kesuksesan dari berjalannya

mekanisme PJL ini. Stakeholder lainnya harus menjalin kerjasama dan hubungan

baik dengan key player tersebut.

Stakeholder yang berperan sebagai Context setter dalam hal ini Dinas

Kehutanan NTB dan BKSDA, membutuhkan manajemen dan monitoring yang

hati-hati. Stakeholder ini mampu menghentikan mekanisme, sehingga harus

diperhatikan. Sedangkan stakeholder yang menjadi crowd yaitu Universitas

Mataram, Dinas Pertanian NTB dan BLHP bukan merupakan subyek dalam

mekanisme, sehingga hanya dibutuhkan monitoring dan evaluasi dalam prioritas

yang rendah.

5.2.2 Peranan stakeholder

Peranan stakeholder yang wajib ada dalam mekanisme PJL adalah pembeli

jasa lingkungan (buyers) dan penjual/penyedia jasa lingkungan (sellers). Untuk

memungkinkan terjadinya transaksi dibutuhkan fasilitator sebagai penghubung

antara penyedia dan pembeli jasa lingkungan. Peranan yang dibutuhkan

bergantung pada kondisi lokasi PJL. Berikut akan dijelaskan beberapa peranan

stakeholder yang teridentifikasi pada PJL penyediaan air di Kabupaten Lombok

Barat dan Kota Mataram (Tabel 12)

Page 64: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

Tabel 12

Penyedia j

Pembeli ja

Perantara/Pembuat KLSM pendPerguruan

1. Pembel

Pem

dari jasa l

dan instan

pembeli j

pelanggan

disajikan p

Gambar

Jum

pelanggan

Kabupaten

jasa ling

228.134.0

Lombok U

020000400006000080000100000120000140000160000180000

Peranan staPerana

jasa lingkunga

asa lingkungan

/ Fasilitator Kebijakan/Perdukung n Tinggi

i jasa lingku

mbeli jasa lin

lingkungan

nsi internasi

asa lingkun

n PDAM da

pada grafik

r 8 Jumlah p

mlah pelangg

n yang terd

n Lombok B

gkungan y

00,00 dari K

Utara. Untu

akeholder an an (providers)

n (buyers)

raturan

ungan (buye

ngkungan d

maupun pe

ional). Pada

ngan adala

an potensi pe

berikut (Ga

pelanggan d

gan PDAM

diri dari 42.

Barat, dan 4

ang terkum

Kabupaten

uk daerah

Poten

  

) Masyabaru 3 Saat inPembePerhotIMP (IPemeriWWF Univer

ers)

dalam skema

embeli yang

a kasus di K

ah pelangga

elanggan PD

ambar 8).

dan potensi

M Menang-M

.690 pelang

4.811 dari K

mpul pada

Lombok Ba

Kota Mata

nsi pelanggan

Sarakat hulu di

Kelompok) ni: Pelanggan Peli potensial: elan, dan Tem

Institusi Multiintah KabupatNusa Tenggarrsitas Mataram

a PJL bisa m

g lain (biasa

Kabupaten L

an PDAM

DAM di Ka

pelanggan

Mataram tah

ggan dari K

Kabupaten L

a tahun 2

arat dan 21

aram dana j

n Pelangga

Stakeholder i sekitar huta

PDAM MenanPT Narma

mpat Wisata pihak), PDAMten Lombok Bra, konsepsi

m

merupakan

anya dari pe

Lombok Bar

Menang-M

abupaten da

PDAM Me

hun 2010 m

Kota Matar

Lombok Uta

2010 yaitu

.420.000,00

jasa lingku

an

an sesaot (saa

ng-Mataram da Awet M

M Barat

pengguna a

emerintah, L

rat yang me

Mataram. Ju

an Kota Mat

enang Matar

mencapai 6

ram, 20.667

ara. Jumlah

u sebesar

0 dari Kabu

ungan tidak

47

at ini

Muda,

aktual

LSM,

enjadi

umlah

taram

ram

8.168

7 dari

h dana

Rp.

upaten

k bisa

Page 65: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

48  

  

dicairkan karena adanya protes dari pihak Kota Mataram mengenai dasar

penarikan yaitu Peraturan Daerah No.4 Tahun 2007 yang merupakan peraturan

daerah Kabupaten Lombok Barat, sehingga peraturan tersebut tidak berlaku di

Kota Mataram.

Terdapat potensi pembeli jasa lingkungan yang cukup besar di Kabupaten

Lombok Barat dan Kota Mataram. Potensi tersebut antara lain Perusahaan air

dalam kemasan (PT Narmada Awet Muda, PT Metro), Perhotelan, dan tempat-

tempat wisata, maupun perusahaan yang menggunakan air dalam jumlah yang

besar untuk kegiatan komersial. Untuk ketentuan tersebut maka PDAM Menang-

Mataram yang merupakan perusahaan air minum daerah seharusnya menjadi

pembeli jasa lingkungan.

2. Penjual atau penyedia jasa lingkungan

Pada kasus PJL di kabupaten Lombok barat dan Kota Mataram, Penjual jasa

lingkungan adalah kelompok masyarakat di sekitar mata air yang digunakan

sebagai bahan baku oleh PDAM dan penggunaan masyarakat di sekitar Hutan

Sesaot yang menjadi catchment area dari mata air tersebut. Pada implementasi

PJL tahun 2011 dana diberikan kepada 3 kelompok dari 3 desa yang berbeda.

Kelompok tersebut adalah kelompok Lebah Suren dari Desa Sedau

(beranggotakan 80 orang), kelompok Mule Paice dari Desa Batumekar (18 orang),

dan Forum Ranget dari Desa Suranadi (70 orang). Beberapa pihak menyebutkan

bahwa implementasi di kelompok Lebah Suren dan Mule Paice agak kurang tepat.

Hal ini dikarenakan masih banyak kelompok lain yang lokasinya di sekitar mata

air yang digunakan oleh PDAM Menang-Mataram.

3. Fasilitator

Institusi Multi Pihak (IMP) merupakan suatu badan independen mitra

Pemda dalam pengelolaan jasa lingkungan di Kabupaten Lombok Barat yang

anggotanya terdiri dari berbagai pihak (Latifah et al 2011). IMP terbentuk

berdasarkan Perda No 4 tahun 2007 tentang pengelolaan jasa lingkungan untuk

pemanfaatan air dan objek wisata di Kabupaten Lombok Barat. IMP merupakan

forum bersama antara instansi terkait, sektor bisnis, wakil masyarakat setempat,

LSM, akademisi dan Pelanggan PDAM. IMP dalam menjalankan tugasnya

bertanggungjawab kepada Bupati Lombok Barat.

Page 66: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

49  

  

Sesuai peranan IMP sebagai mediator, tugas dari IMP sesuai dengan

Peraturan Bupati Lombok Barat No. 7/2009 tentang Susunan Organisasi, Tata

Kerja, Tugas dan Wewenang Institusi Multipihak Lobar adalah: 1) Menyusun,

merancang serta menetapkan rencana strategis serta tata kelola institusi

multipihak, 2) Menjamin pengelolaan, penyaluran serta pembayaran jasa

lingkungan untuk upaya-upaya konservasi serta pemberdayaan ekonomi

masyarakat, 3) Mengawasi serta mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan jasa

lingkungan di Lombok barat yang didukung oleh dana jasa lingkungan, 4)

Melaporkan pelaksanaan pengelolaan penggunaan dana pembayaran jasa

lingkungan ke Bupati serta publik.

5.3 Perkembangan Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan

5.3.1 Mekanisme PJL sebelum adanya peraturan daerah

Awal tahun 2000, jasa lingkungan merupakan isu yang hangat dibicarakan

di tingkat internasional. Hal ini dipicu karena keberhasilan Costa Rica

menerapkan Undang-Undang Jasa Lingkungan yang mengakui hutan sebagai

penyedia jasa lingkungan pada tahun 1997. Isu ini dirasa sangat sesuai untuk

mengatasi permasalahan krisis dan ketidakmerataan sumberdaya air di Pulau

Lombok serta kemiskinan masyarakat hulu.

Beberapa LSM sekaligus mengusung isu jasa lingkungan di Lombok.

LP3ES beserta Konsepsi mengusung jasa lingkungan untuk dibangun suatu

mekanisme persaudaraan antara hulu dan hilir karena latar belakang LSM tersebut

yang dekat dengan masyarakat. Pada pihak ini, lebih menyoroti pada distribusi

imbal jasa lingkungan. Bagaimana agar masyarakat hilir yang telah menikmati

jasa lingkungan berupa air bersih dengan sukarela memberikan imbalan kepada

masyarakat hulu yang telah menjaga sumber air. Pendekatan yang digunakan

adalah kesadaran masyarakat yang dibangun secara perlahan. Kesepakatan

pembayaran dirancang dengan surat kesepahaman atau MoU.

WWF Nusa Tenggara mengusung jasa lingkungan dengan pendekatan

regulasi. Bagaimana agar jasa lingkungan dapat diterapkan dengan dasar hukum

yang jelas. Kesepakatan pembayaran diatur dengan peraturan daerah. Langkah ini

dirasa sesuai karena untuk memberikan jaminan kepada mekanisme PJL yang

Page 67: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

50  

  

tergolong masih baru sehingga dapat diterapkan dalam jangka panjang. Skema

yang terjadi sebelum disahkannya peraturan daerah tentang jasa lingkungan lebih

jelasnya dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9 Skema PJL sebelum adanya Peraturan daerah (Prasetya et al 2007)

LP3ES dan Konsepsi telah berhasil melakukan pendekatan kepada

masyarakat hulu. Hal ini karena LP3ES dan Konsepsi sebelumnya memang telah

melakukan pendampingan HKm sehingga telah memperoleh kepercayaan dari

masyarakat hulu. Secara perlahan usaha yang dilakukan mulai didukung beberapa

pihak. Mulai disusun draft MoU untuk kesepakatan pembayaran jasa lingkungan.

Pada bulan April 2004 terjadi pemilihan umum daerah di Lombok. Pasca

pemilihan umum tersebut, terjadi dua perubahan yang mempengaruhi respon

pemerintah daerah terhadap mekanisme pembayaran jasa lingkungan, antara lain:

1. Pergantian anggota legislatif melalui Pemilu 2004 dan mutasi dikalangan

birokrat mengakibatkan proses komunikasi kembali ke titik nol.

2. Munculnya UU no 32 tahun 2004 tetang Otonomi Daerah sebagai

penggganti UU no 22 tahun 2000 semakin membatasi peluang

pengembangan MoU sebagai legal basis jasa lingkungan. Dalam UU

otonomi yang baru, pemerintah daerah tidak dapat mengeluarkan surat

Bestari Rinjani

Payment for Water Service (PWS)

Masyarakat miskin di Kota

Mataram

Masyarakat hulu

Mata air Pelanggan PDAM

Pemerintah Daerah

D a n a k o n s e r v a s i

Independent Body

Skema PJL

Konsepsi

Regulasi imbalan Distribusi imbalan

Pembayaran melalui

komponen tagihan air

PDAM Mengesahkan regulasi daerah

Akomodasi penyusunan regulasi, Studi WTP

Pendampingan

Program pengurangan kemiskinan

Meningkatkan kehidupan masyarakat lokal

Page 68: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

51  

  

keputusan seperti SKB (MoU) tanpa didasari dengan adanya Peraturan

Daerah. Di sisi lain, UU tersebut juga tidak memperkenankan pemerintah

daerah melakukan pungutan atau retribusi dan atau dengan nama lain

sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Undang-undang tersebut.

Berdasarkan kedua hal diatas, maka legal basis bagi pengembangan jasa

lingkungan yang mengkait dua pemda tidak dimungkinkan lagi dengan MoU

bahkan alternatif yang paling memungkinkan adalah melalui inisiatif peraturan

daerah pada kedua pemerintah daerah. Sehingga sampai pada tahap ini LP3ES

dan Konsepsi bekerjasama dengan WWF untuk merintis rancangan regulasi untuk

pembayaran jasa lingkungan.

Kendala yang dialami dalam penyusunan peraturan daerah PJL adalah

belum adanya payung hukum baik di tingkat pusat maupun daerah mengenai jasa

lingkungan sebelumnya. Regulasi mengenai PJL di tingkat nasional memang

belum ada. PJL hanya disinggung di beberapa perundangan sekilas maupun secara

umum biasanya dikaitkan pada aspek pengelolaan hidup. Misalnya PJL

disinggung pada Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup khususnya pada pasal 43. Undang-undang ini

menyebut PJL pada bagian instrumen ekonomi lingkungan hidup. Perundangan

lain yang menyinggung mengenai PJL bisa dilihat pada tinjauan pustaka.

5.3.2 Mekanisme PJL setelah adanya peraturan daerah

Sejak tahun 2004, upaya untuk merintis PJL cenderung ke arah penyusunan

regulasi yang sesuai. Sekitar bulan Juni 2004, WWF NT resmi bekerjasama

dengan Konsepsi. LP3ES tidak lagi mengikuti PJL di Lombok karena program-

program di daerah Lombok telah usai dan memutuskan untuk lebih fokus pada

lokasi PJL di DAS Cidanau, DAS Brantas dan DAS Citarum. Setelah mengalami

berbagai proses dan tahapan dihasilkan sebuah skema PJL dengan dasar Peraturan

Daerah Kabupaten Lombok Barat No. 4 tahun 2007 tentang Pengelolaan Jasa

Lingkungan. Setelah resminya peraturan daerah tersebut, Konsepsi tidak lagi

terlibat dalam mekanisme PJL. Ketidakterlibatan ini disebabkan adanya

pergantian personil dan diduga adanya ketidaksepahaman mengenai beberapa

Page 69: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

52  

  

keputusan yang digunakan oleh WWF. Skema mekanisme PJL menurut peraturan

daerah No. 4 tahun 2007 tersebut disajikan pada gambar 10.

Gambar 10 Skema PJL hulu-hilir sesuai peraturan daerah di Kabupaten Lombok

Barat dan Kota Mataram (LPM Equator 2011)

Mekanisme PJL yang berjalan di Lombok Barat sesuai dengan peraturan

daerah tersebut tidak hanya mengatur tentang jasa lingkungan air tetapi juga

mengatur tentang jasa lingkungan wisata alam. Walaupun Peraturan daerah

tersebut disoroti banyak pihak masih terdapat banyak kekurangan, namun

kehadirannya telah mendapat apresiasi sebagai peraturan daerah pertama di

Indonesia yang mengatur mengenai jasa lingkungan. Peraturan daerah No. 4 tahun

2007 tersebut terdiri dari ketentuan umum, asas dan tujuan, obyek dan subyek

pembayaran jasa lingkungan, pengelolaan obyek jasa lingkungan, pembayaran

jasa lingkungan, pembagian dan pertanggungjawaban pembayaran, pembinaan

serta pengawasan. Peraturan tersebut pun kemudian dilengkapi dengan dua

Peraturan Bupati dan satu Keputusan Bupati. Namun sayangnya dalam

implementasi dari Peraturan daerah tersebut belum bisa dilaksanakan sepenuhnya.

Skema mekanisme PJL pun mengalami penyesuaian dengan kondisi dan situasi di

Kabupaten Lombok dan Kota Mataram. Skema yang ditunjukkan di bawah ini

(gambar 11) merupakan skema mekanisme PJL yang berlaku saat ini di

Kabupaten Lombok Barat.

Page 70: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

53  

  

Gambar 11 Skema PJL di Lombok Barat dan Mataram (LPM Equator 2011).

Ketentuan mekanisme PJL yang berlaku saat ini meliputi dasar hukum

pelaksanaan kegiatan, tentang Institusi Multi Pihak (IMP) Pengelola Jasa

Lingkungan dan Mekanisme PJL lebih rinci akan dibahas pada bagian

selanjutnya.

5.3.2.1 Dasar hukum pelaksanaan kegiatan

1. Peraturan Daerah No. 4 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Jasa Lingkungan yang

disahkan pada bulan Juni 2007 oleh Bupati Lombok Barat, memberikan arahan

dan kebijakan terhadap rancangan Implementasi Pembayaran Jasa Lingkungan

di Kabupaten Lombok Barat

2. Peraturan Bupati Lombok Barat No.7 Tahun 2009 tentang Susunan Organisasi,

Tata Kerja, Tugas dan Wewenang Institusi Multipihak. Ditetapkan di Gerung

tanggal 20 April 2009

3. Keputusan Bupati Lombok Barat No. 1072/207/Dishut/2009, tanggal 27 Mei

2009 tentang Pembentukan Institusi Multipihak Pengelolaan Jasa Lingkungan

Kabupaten Lombok Barat

4. Peraturan Bupati Lombok Barat No.42 Tahun 2008 tentang Obyek, Tarif, Tata

Cara Pembayaran dan Sanksi Administratif.

Studi WTP Pelanggan PDAM

Pelanggan PDAM

Rekening daerah Lobar

25 % ke KAS Daerah Kab. Lomnok Barat (Penerimaan Daerah)

75 % untuk upaya konservasi & pengentasan kemiskinan

70% dana untuk program

30% dana untuk operasional: biaya ATK, insentif pengurus, biaya kesekretariatan, biaya negosiasi , dan biaya lain-lain

Konservasi

70%

30%

 

Page 71: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

54  

  

5.3.2.2 Institusi Multipihak (IMP) pengelola jasa lingkungan

Pengelolaan jasa lingkungan di Lombok Barat diserahkan penuh kepada

Institusi Multi Pihak (IMP). IMP merupakan lembaga yang terdiri dari berbagai

institusi. Hal ini bertujuan sebagai peningkatan kapasitas kelembagaan,

transparansi dan meminimalisir konflik. Struktur Kepengurusan IMP sesuai

dengan Peraturan Bupati Lombok Barat No. 7 Tahun 2009 ditunjukkan pada

gambar 12.

Gambar 12 Struktur kepengurusan institusi multipihak.

  Implementasi dari struktur tersebut tidak banyak mengalami

penyimpangan. Struktur yang berjalan saat ini belum terdapat manager. Namun

dalam rapat IMP bulan September 2011 keberadaan manager akan segera

diusahakan. Divisi kerjasama dan penggalangan dana kurang berfungsi

sebagaimana mestinya, padahal divisi ini memegang peranan yang cukup penting.

Keberadaan IMP merupakan stakeholder utama keberlangsungan PJL.

Menurut Munawir (2006), keberadaan IMP ini sebagai pengelola dana jasa

lingkungan bukan pengelola jasa lingkungan. Pengelolaan jasa lingkungan

memiliki pengertian lebih luas, sedangkan yang diatur dalam peraturan daerah dan

keputusan bupati tersebut hanya pengelolaan pungutan dana dan distribusinya.

5.3.2.3 Mekanisme pengelolaan jasa lingkungan

1. Pengumpulan dana jasa lingkungan

KETUA

Sekretariat 1. Sekretaris 2.Administrasi Keuangan

Manager

Divisi Database dan Sistem informasi

Divisi Pengelolaan Program

 

Divisi Kerjasama dan Penggalangan Dana 

Dewan Pengarah Pelindung (1 orang) Ketua (1 orang) Sekretaris (1 orang) Anggota (15 Orang)

Page 72: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

55  

  

Mekanisme pengumpulan dana jasa lingkungan dilakukan dengan cara IMP

bekerjasama dengan masing masing sektor/lembaga/perusahaan untuk melakukan

pengumpulan dana jasa lingkungan. Sesuai dengan konsep note IMP mekanisme

pengumpulan dan penyaluran dana jasa lingkungan ditunjukkan pada gambar 13.

Gambar 13 Mekanisme pengumpulan dan penyaluran dana jasa lingkungan.

2. Penyaluran dana jasa lingkungan

Pengalokasian dana jasa lingkungan didistribusikan menjadi :

a. Dari seluruh dana jasa lingkungan yang terkumpul 75% akan digunakan untuk

upaya upaya konservasi dan pengentasan kemiskinan. 75% dana yang akan

dikelola oleh IMP terdiri dari komponen operasional dan program.

b. Komponen operasional tidak melebihi dari 30% dana yang akan dikelola oleh

IMP, yang terdiri dari biaya ATK, insentif pengurus, biaya kesekretariatan,

biaya negosiasi serta biaya lain yang disepakati. Sedangkan 70% merupakan

dana yang akan dialokasikan ke program.

Penyaluran/pengalokasian dana oleh IMP didasarkan pada rencana kerja

tahunan dan usulan program/kegiatan dari kelompok masyarakat. Pengalokasian

dan rencana pengelolaan dana IMP harus mendapatkan persetujuan dari Badan

Pengarah dan Pengurus.

3. Kriteria lembaga pengusul dan kriteria usulan/proposal

a. Kriteria lembaga pengusul

Lembaga pengusul merupakan lembaga non profit (kelompok masyarakat,

forum dan lembaga kolaborasi) dan lebih diutamakan memiliki wilayah kerja di

Dipungut oleh instansi terkait

Rekening IMP

Obyek Jasa Lingkungan (air)

Disetorkan ke Pemda 25% Kembali ke Alam 75 %

Page 73: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

56  

  

sekitar kawasan hutan, areal sumber mata air, pesisir laut dan obyek wisata alam.

Lembaga pengusul dapat juga berasal dari lembaga yang memiliki kesepakatan

kerjasama dengan IMP (Perusahaan, UPT Pusat, PDAM dan sebagainya).

Lembaga tersebut memiliki program program yang bertemakan konservasi,

pelestarian lingkungan dan pengentasan kemiskinan, merupakan lembaga yang

mampu menyediakan sharing sumberdaya, memiliki kelembagaan yang jelas

(aturan internal) dan bersedia membangun sistem keuangan yang jelas dan

transparan.

b. Kriteria usulan / proposal

Usulan/proposal dari kelompok masyarakat harus mendapat rekomendasi

dari pemerintahan desa. Dukungan pendanaan hanya diberikan pada kegiatan

kegiatan yang berkaitan dengan konservasi dan rehabilitasi sumber daya alam dan

pengembangan perekonomiam masyarakat.

4. Alur proses pengajuan dan penilaian usulan program oleh kelompok

masyarakat

Gambar 14 Mekanisme proses pengajuan dan penilaian usulan.

5. Pertanggungjawaban serta transparansi penggunaan dana

Kelompok Masyarakat/Pengusul

Penilaian awal

Ditolak Diterima (dengan atau tanpa Catatan)

USULAN

Rekomendasi Desa

Fasilitasi • Verifikasi • Asistensi • Revisi/

Perbaikan

Penilaian Akhir• Presentasi • Pembahasan

final Ditolak

Diterima

• Pemberitahuan • Agreement

Penyaluran Dana

Monev dan Pelaporan

Page 74: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

57  

  

a. Pertanggungjawaban pengelolaan dana jasa lingkungan secara internal akan

dilaksanakan pada periode 1 tahunan dan pada akhir kepengurusan IMP

b. IMP juga mempunyai kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan

keuangannya kepada publik. Pertanggungjawaban ini dilakukan dengan cara

penyampaian informasi neraca keuangan melalui media massa lokal terkemuka

setiap akhir tahun dan diaudit oleh akuntan publik.

5.3.2.4 Implementasi mekanisme PJL

Program Jasa Lingkungan di Lombok Barat terimplementasikan dalam

bentuk program restorasi, usaha simpan pinjam, dan peningkatan kapasitas

kelembagaan kelompok. Tahun 2011 ini ada tiga Kelompok yang memperoleh

pendanaan jasa lingkungan. Ketiga kelompok tersebut yaitu :

1. Kelompok Lebah Suren Desa Sedau

Lebah suren adalah nama salah satu dusun di desa Sedau. Kelompok yang

memperoleh dana Jasa Lingkungan di Dusun Lebah Suren ini adalah Kelompok

yang anggotanya mengelola Hutan Kemasyarakatan di Sesaot. Anggota

Kelompok ini berjumlah 80 orang. Alokasi dana Jasa lingkungan pada kelompok

ini digunakan sebagai berikut:

• Program Pembibitan (60.000 bibit) dan restorasi lahan kritis seluas 25 ha

senilai Rp. 68.115.000,00

• Program peningkatan ekonomi kelompok untuk peningkatan usah kecil dan

simpan pinjam senilai Rp. 15.000.000,00

Program restorasi pada tahap pertama seluas 12,5 ha mengalami kegagalan

karena adanya serangan hama gayas yang menyerang akar tanaman sehingga

tingkat pertumbuhan hanya 40 %. Sedangkan restorasi pada tahap kedua seluas

12,5 ha dilaksanakan pada musim kemarau sehingga sebagian tanaman tidak

tumbuh dengan baik. Harapan dari Kelompok Lebah Suren adalah adanya

pendampingan yang intensif dari IMP. Masyarakat juga membutuhkan

pengetahuan mengenai pengendalian hama penyakit.

Page 75: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

58  

  

a. Penanaman tahap 1 b. Penanaman tahap 2

c. Blok penanaman d. Lahan terbuka

Gambar 15 Implementasi PJL di Dusun Lebah suren, Desa Sedau.

Implementasi jasa lingkungan di kelompok Lebah Suren, Desa Sedau

menurut beberapa responden dirasa kurang sesuai. Karena masih banyak

kelompok masyarakat yang lebih dekat dengan obyek jasa lingkungan atau mata

air yang digunakan oleh PDAM menang-Mataram. Di sisi lain pihak IMP telah

bekerjasama dengan masyarakat Sedau untuk melakukan pemetaan lahan kritis

yang ada di Dusun Lebah Suren dan Dusun Selen Aik.

2. Forum Ranget Desa Suranadi

Forum Ranget terletak di dusun Kalimanting, desa Suranadi. Kelompok ini

berfungsi sebagai lembaga intermediasi yang terdapat di Ranget untuk membantu

masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui program-program

untuk mencapai visi dan misi. Kegiatan yang dilakukan Forum Ranget selama ini

adalah menjaga kelestarian sumber daya alam (hutan/air), meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, mempererat hubungan tali silaturahmi, dan

meningkatkan kualitas sumber manusia melalui berbagai kegiatan. Jumlah

anggota dari kelompok ini adalah 70 orang.

Dana dari Program Jasa Lingkungan pada kelompok ini dialokasikan

sebagai berikut :

Page 76: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

59  

  

• Program pembibitan sejumlah 60.000 bibit dengan nilai Rp. 48.844.000,00

• Program peningkatan ekonomi kelompok sejumlah Rp. 10.000.000,00

Forum Ranget adalah kelompok masyarakat yang dibentuk oleh LP3ES dan

Konsepsi, untuk sejak awal aktif dalam kegiatan konservasi mata air. Sehingga

hasil pembibitan dari program jasa lingkungan ini kemudian dibagikan kepada

masyarakat sekitar Desa Suranadi untuk ditanam di pekarangan maupun lahan

garapan HKm. Anggota Forum Ranget ini sebagian besar telah memiliki

pekarangan yang ditanami tanaman berkayu. Lokasi pemukiman dari anggota

Forum ranget ini cukup dekat dengan mata air Ranget yang digunakan oleh

PDAM sebagai sumber air baku.

a. Pembibitan b. Mata air ranget yang digunakan PDAM

c. Sekretariat Forum Ranget d. Hutan lindung ranget

Gambar 16 Implementasi PJL di Forum Ranget, Desa Suranadi.

3. Kelompok Mule Paice Desa Batu mekar

Kelompok Tani Mule Paice terletak di dusun Perabe desa Batu mekar

kecamatan Lingsar. Anggota kelompok berjumlah 18 orang. Kegiatan dari

kelompok Tani ini adalah : menghasilkan produk kopi organik siap saji,

Pembibitan jenis pohon untuk restorasi, melestarikan hutan dan simpan pinjam.

Dana Program Jasa Lingkungan pada Kelompok ini dialokasikan sebagai berikut :

Page 77: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

60  

  

• Program pembibitan (3000 bibit) dan restorasi seluas 5 ha dengan nilai Rp.

11.725.000,00

• Program peningkatan kapasitas kelompok ekonomi dengan nilai Rp.

38.275.000,00

a. Program kelompok tani b. Hasil Penanaman

c. Mata air d. Produk kelompok tani

Gambar 17 Implementasi PJL di kelompok tani Mule Paice, Desa Batumekar.

Kelompok Mule Paice Desa Batumekar ini awalnya adalah usaha

keluarga. Sehingga dari 18 orang anggotanya sebagian besar keluarga. Kegiatan

utamanya adalah pengolahan biji kopi menjadi kopi bubuk, dikemas kemudian

dijual. Kelompok ini menampung hasil panen petani HKm di desa Batumekar dan

membuka lapangan pekerjaan bagi pemuda-pemuda. Pengadaan peralatan

pengolahan kopi atas kerjasama dengan LIPI.

Program untuk ketiga kelompok terebut telah berakhir bulan September

2011. Pada bulan Oktober 2011 lalu Institusi Multipihak (IMP) telah mulai

melakukan verifikasi untuk kelompok yang akan didanai tahun 2012. Kelompok

yang telah pasti memperoleh dana karena lolos verifikasi akhir adalah Kelompok

Sanggar Muda Tani Mandiri dari Desa Punikan Utara dan Kelompok Maju

Bersama dari Desa Punikan Selatan.

Page 78: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

61  

  

5.4 Permasalahan dan Rekomendasi PJL Penyediaan Sumberdaya Air

Mekanisme PJL Penyediaan Sumberdaya Air di Kabupaten Lombok dan

Kota Mataram merupakan suatu mekanisme yang kompleks. Berikut merupakan

permasalahan yang terjadi pada lokasi tersebut dan rekomendasi yang dapat

diberikan.

5.4.1. Implementasi peraturan daerah

1. Kurangnya penegakan hukum (Law Enforcement)

Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat No. 4 Tahun 2007 tentang jasa

lingkungan dijadikan dasar hukum untuk memberlakukan tarif jasa lingkungan air

dan wisata alam. Implementasi peraturan daerah ini belum dilaksanakan

sepenuhnya. Tarif jasa lingkungan hanya berjalan pada pelanggan PDAM,

sedangkan untuk PDAM sendiri, perusahaan air dalam kemasan dan perhotelan

peraturan ini tidak berlaku. Aturan untuk pungutan pada jasa lingkungan wisata

alam juga belum bisa dilaksanakan. Hal ini diduga karena IMP sebagai lembaga

pengelola dana belum bisa mendapat kepercayaan dari masyarakat maupun

instansi lain. Penyelesaian masalah ini dibicarakan pada rapat IMP bulan

September 2011. Untuk mendapatkan kepercayaan publik, dibutuhkan pemimpin

IMP yang memiliki charisma. Pada rapat tersebut, IMP juga membahas mengenai

masa jabatan personil IMP yang akan segera berakhir Desember 2011.

2. Target pungutan kurang sesuai

Pemberlakuan tarif jasa lingkungan dikenakan kepada semua pelanggan

PDAM Menang-Mataram. Pelanggan PDAM Menang-Mataram tercatat berasal

dari tiga kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Lombok Barat, Kabupaten Lombok

Utara dan Kota Mataram. Setelah diberlakukan mulai November 2009, terjadi

protes dari pihak Kota Mataram karena peraturan tersebut adalah peraturan

daerah Kabupaten Lombok Barat, sehingga seharusnya tidak berlaku di Kota

Mataram dan Kabupaten Lombok Utara. Menanggapi hal tersebut penarikan dana

jasa lingkungan di Kota Mataram dilakukan hanya sampai bulan Maret 2010.

Dana jasa lingkungan yang terlanjur ditarik masih berada di rekening PDAM

Menang-Mataram.

Page 79: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

62  

  

Permasalahan masih berlanjut karena setelah dicermati jumlah pelanggan di

Kota Mataram merupakan 72% dari jumlah pelanggan PDAM keseluruhan.

Pemerintah Kabupaten Lombok Barat merasa keberatan jika masyarakat Kota

Mataram yang menggunakan air dari hulu yang merupakan wilayah Kabupaten

Lombok Barat tidak menyumbang untuk biaya pelestarian sumber air. Konflik

tersebut sempat terjadi beberapa waktu. Penyelesaian konflik yang dilakukan

yaitu diadakan musyawarah antar pemerintah daerah dengan difasilitasi oleh IMP.

Pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2011 tersebut dihadiri oleh

Sekretaris Daerah Kabupaten Lombok Barat dan Sekretaris Daerah Kota Mataram

beserta Kepala Bagian Hukum masing-masing daerah. Pada pertemuan itu

dihasilkan keputusan bahwa masing-masing daerah akan membiayai pelestarian

lingkungan dengan mengalokasikan beberapa persen dari dividen PDAM.

Pemerintah Kota Mataram tetap tidak setuju terhadap pemberlakuan tarif jasa

lingkungan pada PDAM karena dianggap memberatkan masyarakat.

5.4.2. Kasus double taxation pada PDAM Menang-Mataram

Tarif jasa lingkungan diintegrasikan dengan tagihan pelanggan PDAM

Menang-Mataram. Setiap pelanggan akan membayar Rp. 1000,00 untuk dana jasa

lingkungan. Dana tersebut masuk ke rekening Pemerintah Daerah Lombok Barat

yang kemudian sebesar 75% disalurkan ke IMP untuk pendanaan program

konservasi, peningkatan ekonomi dan penguatan kelembagaan di daerah hulu.

Permasalahan muncul ketika berdasarkan temuan Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Denpasar dengan Laporan Hasil

Pemeriksaan (LHP) Nomor : 900/PW 22/5/2010 tanggal 12 Oktober 2010

menyebutkan bahwa program jasa lingkungan yang dipungut oleh PDAM telah

terjadi double tax. Double tax tersebut terjadi karena PDAM pada dasarnya telah

memungut pajak air bawah tanah yang ditetapkan dalam perda sebelumnya yakni

Rp. 30,00/m3. Karena itu, PDAM sebagai juru pungut diminta mengembalikan

hasil pungutan retribusi tersebut ke kas daerah. Penyelesaian untuk permasalahan

ini belum berhasil ditemukan.

Rekomendasi dari penulis perlu adanya pemantauan terhadap pajak air

bawah tanah yang dipungut, apakah sampai saat ini telah tersalurkan sesuai

dengan peruntukannya. Pajak air bawah tanah tersebut seharusnya diperuntukkan

Page 80: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

63  

  

untuk konservasi daerah mata air. Namun berdasarkan pantauan di lapang dana

tersebut masuk ke pemerintah daerah dan tidak ada pelaporan secara jelas

mengenai penggunaan pajak tersebut. Sedangkan untuk iuran jasa lingkungan

sebaiknya dilakukan perbaikan pada peraturan daerah dan dicari mekanisme

penarikan jasa lingkungan yang lain. Harapan ke depan iuran jasa lingkungan dan

pajak air bawah tanah tersebut dapat dipergunakan untuk kepentingan konservasi

daerah hulu.

5.4.3. Optimalisasi fungsi IMP

Keberadaan IMP merupakan stakeholder utama keberlangsungan PJL.

Menurut Munawir (2006), keberadaan IMP yang ada saat ini sebagai pengelola

dana jasa lingkungan bukan pengelola jasa lingkungan. Pengelolaan jasa

lingkungan memiliki pengertian yang lebih luas, sedangkan yang diatur dalam

peraturan daerah dan keputusan bupati tersebut hanya pengelolaan pungutan dana

dan distribusinya. Menurut responden dari kelompok masyarakat, program yang

diberikan membutuhkan pendampingan dari IMP. Pendampingan ini belum bisa

diakomodasi oleh IMP. Hal ini dikarenakan jumlah personil yang terbatas. Selain

itu personil yang ada juga merangkap jabatan di institusi asal, sehingga memiliki

keterbatasan waktu.

IMP sebagai pengelola jasa lingkungan seharusnya memiliki kewenangan

hingga ke wilayah Kota Mataram, karena pengguna air utama berada di wilayah

Kota Mataram. Kondisi saat ini IMP hanya memiliki wewenang di Kabupaten

Lombok Barat sesuai dengan surat keputusan(SK) Bupati yang menjadi landasan

hukum IMP. Seharusnya IMP dibentuk menggunakan landasan hukum yang lebih

tinggi, seperti pembentukan Forum Komunikasi DAS Cidanau (FKDC) yang

menggunakan SK Gubernur. IMP sebagai pengelola jasa lingkungan seharusnya

memiliki divisi kerjasama dan penggalangan dana yang berfungsi dengan baik,

sehingga secara pro aktif mencari sumber-sumber dana alternatif untuk jasa

lingkungan. Dengan demikian diharapkan mampu menjadi jaminan jangka

panjang keberadaan mekanisme PJL di Lombok. Divisi ini juga diharapkan

mampu bekerjasama dengan beberapa program yang memiliki kegiatan yang

hampir sama di DAS Jangkok. Selama ini dari hasil observasi banyak ditemukan

kegiatan penanaman, pembibitan dan pelatihan industri rumah tangga dari

Page 81: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

64  

  

lembaga pemerintah, pihak swasta maupun LSM lain. Kegiatan ini akan lebih baik

dan memberikan dampak yang besar apabila diintegrasikan dengan kegiatan PJL.

Rekomendasi selanjutnya, apabila telah tercapai kerjasama dengan berbagai

pihak, maka dibutuhkan suatu kajian mengenai bentuk pemberian imbal jasa yang

sesuai kepada masyarakat hulu. Hal ini berhubungan dengan peningkatan

kesejahteraan dari masyarakat hulu tersebut. Implementasi tahun 2011 belum

menunjukkan adanya hasil yang signifikan baik untuk tujuan konservasi maupun

peningkatan kesejahteraan. Salah satu bentuk kegiatan yang bisa ditempuh untuk

mencapai kedua tujuan tersebut adalah penanaman lahan HKm dengan jenis

Gaharu (Dipokusumo 2011).

5.5 Evaluasi Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan

Mekanisme PJL di Kabupaten Lombok barat dan Kota Mataram dievaluasi

menurut prinsip-prinsip PJL menurut Wunder (2005) yaitu transaksi bersifat

sukarela, jasa lingkungan yang terdefinisi dengan jelas, ada penyedia jasa

lingkungan dan pembeli jasa lingkungan, dan penyedia jasa menjamin

ketersediaan jasa lingkungan (air).

5.5.1 Transaksi bersifat sukarela

Transaksi sukarela didefinisikan sebagai suatu perjanjian yang tidak

dipaksakan atau tidak mengikat berdasarkan dari kesadaran masing-masing, yang

terutama dibedakan pada ukuran perintah dan kontrol (Prasetyo et al 2007). Di

Kabupaten Lombok dan Kota Mataram, PJL muncul karena didasari pada

kesadaran masyarakat akan ketersediaan air yang mulai berkurang akibat

degradasi lahan di hulu. Kesadaran ini muncul karena hasil kajian dari LSM

mengenai penilaian sumberdaya dan mengadakan konsultasi publik sehingga

menciptakan pemberdayaan masyarakat. Prasetya et al (2007) menyebutkan

bahwa sulit untuk menerapkan kriteria sukarela sepenuhya terhadap PJL yang

berjalan di Lombok. Pada tahap awal PJL di Lombok ini digunakan dengan teknik

perintah dan kontrol untuk melindungi sumberdaya air dari perambahan dan alih

guna lahan yang bisa dihindari. Terutama untuk daerah-daerah yang masuk ke

zona hutan lindung Gunung Rinjani. Sementara itu untuk sumber air di lahan

Page 82: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

65  

  

milik masyarakat dapat dilindungi melalui program pemberdayaan masyarakat

yang akan mengakibatkan perlindungan sumber air masyarakat secara sukarela.

Kesukarelaan juga menjadi agak rancu ketika pada implementasinya

dikenakan tarif yang besarnya tetap tiap bulan dan dikenakan pada semua buyer

berdasarkan Peraturan Bupati Lombok Barat Nomor 42 Tahun 20008 tentang

Penetapan Obyek, Tarif, Tata Cara Pembayaran Jasa Lingkungan dan Sanksi

Administrasi. Penentuan tarif yang dilakukan sesuai dengan hasil studi

Willingness to Pay (WTP) pelanggan PDAM yang dilakukan oleh PDAM

Menang-Mataram dan LP3ES/Konsepsi NTB.

Untuk membangun kesukarelaan dibutuhkan pendekatan terhadap

masyarakat dan sosialisasi yang berkelanjutan. Peraturan juga diperlukan, namun

harus didahului dengan kesadaran masyarakat. Kombinasi antara kesadaran dan

peraturan merupakan stategi yang baik untuk menerapkan PJL.

5.5.2 Jasa lingkungan yang terdefinisi dengan jelas

Jasa Lingkungan yang diperdagangkan pada kasus di Kabupaten Lombok

Barat dan Kota Mataram adalah air. Pada PJL di lokasi ini jasa lingkungan yang

dalam hal ini air bersih dari PDAM tidak dinilai sesuai dengan nilai secara

ekonomi. Nilai air disamaratakan per pelanggan PDAM yaitu Rp. 1000,00. Nilai

ini adalah hasil dari studi WTP. Menurut Prasetya et al (2007) metode

penghitungan air seperti ini dirasa kurang sesuai, dan dibutuhkan suatu revisi

metode pengukuran dari jasa lingkungan atau air yang digunakan. Di beberapa

kasus PJL di Indonesia memang penentuan nilai jasa lingkungan menjadi kendala

tersendiri. Namun hendaknya kendala ini tidak menghalangi dalam penerapan

atau implementasi PJL.

5.5.3 Ada penyedia jasa dan pembeli jasa lingkungan

Pada mekanisme PJL di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram ini

pembeli jasa lingkungan yang utama adalah masyarakat pelanggan PDAM

Menang-Mataram. Sedangkan penyedia jasa lingkungan adalah masyarakat hulu

di sekitar Hutan Sesaot terutama yang berada di sekitar mata air yang digunakan

PDAM sebagai sumber air baku. Sebagain besar masyarakat hulu merupakan

pengelola hutan kemasyarakatan (HKm). Pada implementasi tahun 2011

Page 83: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

66  

  

masyarakat yang memperoleh dana ada tiga kelompok dari tiga desa di sekitar

hutan Sesaot, namun disoroti beberapa pihak sasaran ini belum tepat karena masih

banyak masyarakat di sekitar mata air sebagai sumber air baku PDAM yang lebih

tepat memperoleh dana jasa lingkungan tersebut. Pembeli jasa lingkungan saat ini

berasal dari pelanggan PDAM dari Kabupaten Lombok Barat, padahal mayoritas

pelanggan ada di Kota Mataram.

Pada skema PJL di Lombok Barat dan Kota Mataram ini motivasi awal

dari pembeli adalah kesadaran akan krisis air. Sehingga dana jasa lingkungan

diharapkan mampu menjaga mata air sebagai sumber air baku PDAM.

Keberadaan peraturan daerah diharapkan mampu memaksa pembeli potensial

yang ada, namun ternyata menimbulkan permasalahan. Oleh karena itu

dibutuhkan suatu peraturan daerah yang baru

5.5.4 Penyedia jasa menjamin ketersediaan jasa lingkungan

Mekanisme PJL di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram muncul

dikarenakan kebutuhan masyarakat untuk ketersediaan air. Pada kasus ini, PJL

dijalankan dengan asumsi bahwa dengan kondisi hutan atau tutupan lahan yang

baik maka fungsi DAS juga baik. DAS yang berfungsi baik akan terus mensuplai

air bersih yang dibutuhkan masyarakat. Masyarakat hulu yang memperoleh dana

jasa lingkungan diharapkan mampu menjaga atau setidaknya dengan adanya

program PJL menjadi teralihkan dari kegiatan illegal logging. Namun untuk bukti

nyata ketersediaan air belum bisa dilihat langsung pada saat ini. Dibutuhkan

waktu setidaknya 5-10 tahun untuk melihat dampak langsung dari adanya

program PJL ini. Sehingga upaya yang dilakukan oleh penyedia jasa adalah

dengan menjaga tata lingkungan di sekitar mata air dan daerah hutan yang

menjadi tangkapan air.

Berdasarkan kriteria Wunder (2005) tersebut dapat diperoleh bahwa

mekanisme PJL yang berlaku di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram

merupakan mekanisme PJL dengan pendekatan regulasi. Mekanisme ini akan

lebih baik bila disempurnakan dengan pendekatan pasar.

Page 84: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

  

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Keterlibatan stakeholder

Stakeholder yang termasuk subject adalah Kelompok Tani, Asosiasi

Pelanggan PDAM, Konsepsi dan WWF. Key Player adalah PDAM Menang-

Mataram, Institusi Multi Pihak (IMP), PT Narmada Awet Muda (Swasta),

Dishutbun Lombok Barat, Dinas Perikanan dan Kelautan Lobar, SCBFWM,

BPDAS Dodokan-Moyosari, Pemkab Lombok Barat dan Pemkot Mataram.

Context setter adalah Dinas Kehutanan NTB dan BKSDA. Stakeholder yang

termasuk dalam Crowd adalah Dinas Pertanian NTB, Universitas Mataram dan

BLHP.

2. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan

Mekanisme PJL penyediaan sumberdaya air yang ada di Kabupaten

Lombok Barat dan Kota Mataram merupakan jenis user-financed schemes yaitu

pembeli jasa lingkungan berasal dari pemanfaat jasa lingkungan dimana dalam

kasus ini adalah pelanggan PDAM. Sedangkan penyedia jasa lingkungan adalah

kelompok masyarakat yang ada di hulu (Kawasan Hutan Sesaot). Mekanisme

pemungutan dana melalui tarif jasa lingkungan yang dititipkan pada rekening air

pelanggan PDAM sebesar Rp 1000,00. Mediator dalam mekanisme ini adalah

institusi multipihak (IMP) dengan dasar hukum Peraturan Daerah Kabupaten

Lombok Barat No. 4 Tahun 2007 tentang jasa lingkungan.

3. Evaluasi Mekanisme pembayaran jasa lingkungan

Evaluasi mekanisme PJL berdasarkan kriteria Wunder (2005) bahwa

mekanisme PJL penyediaan sumberdaya air di Kabupaten Lombok Barat dan

Kota Mataram termasuk dalam bentuk payments for environmental services (PES)

dengan memenuhi 5 kriteria yaitu transaksi secara sukarela, jasa lingkungan

terdefinisi dengan baik, ada pembeli dan penyedia jasa lingkungan, serta penyedia

jasa mampu menjamin ketersediaan jasa lingkungan.

Page 85: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

68  

  

6.2 Saran

Untuk mencapai keberhasilan mekanisme PJL di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram khususnya, dan mekanisme PJL di Indonesia secara umum, masih dibutuhkan perbaikan-perbaikan di berbagai bidang. Penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Perlu kajian mengenai efektivitas dan efisiensi dari mekanisme PJL yang

berlaku saat ini

2. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai potensi bentuk pemberian

dana jasa lingkungan yang lebih efektif bagi masyarakat hulu

3. Perlu ditinjau kembali peraturan daerah yang ada, sehingga bisa

diimplementasikan lebih optimal.

Page 86: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

  

DAFTAR PUSTAKA

Agusta I. 2003. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data Kualitatif. Makalah pelatihan metode kualitatif di Pusat Penelitian Sosial Ekonomi. Litbang Pertanian Bogor, 27 Februari 2003.

Ardiansyah. 2010. Kajian Kemitraan Pengelolaan Air Taman Nasional Bromo

Tengger Semeru di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. [skripsi]. Bogor : Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB.

Asdak C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press. Bachri BS. 2010. Meyakinkan validitas data melalui triangulasi pada penelitian

kualitatif. Jurnal Teknologi Pendidikan 10 (1) : 46-62. [BPDAS Dodokan-Moyosari] Badan Pengelola Daerah aliran Sungai Dodokan-

Moyosari. 2010. Laporan Pembaharuan Data DAS Jangkok. unpublished. [BPS dan Bappeda NTB] Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Nusa Tenggara Barat. 2010. Nusa Tenggara Barat dalam Angka 2010. Mataram : UD Mahisa.

Budhi GS, Kuswanto SA, Iqbal M. 2008. Concept and Implementation of PES

Program in the Cidanau Watershed : A Lesson Learned For Future Environmental Policy. Analisis Kebijakan Pertanian 6 (1) : 37-55.Crosby, B.L. 1992. Stakeholder Analysis: A vital tool for strategic managers. Technical Notes, No.2. Washington DC : Agency for International Development.

Cahyono SA, Purwanto. 2006. Imbal Jasa Multifungsi DAS untuk Mendukung

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Makalah Seminar Peran Stakeholder dalam Pengelolaan Jasa Lingkungan DAS Cicatih Hulu, 21 September 2006 di Bogor.

Dipokusumo B. 2011. Model Partisipatif Perhutanan Sosial Menuju Pengelolaan

Hutan Berkelanjutan (Kasus Pembangunan Hutan Kemasyarakatan pada Kawasan Hutan Lindung di Pulau Lombok). [disertasi]. Bogor : Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Dixon JA, Easter KW. 1986. Integrated Watershed Management : An Approach

to Resource Management. In. K.W. Easter, J.A. Dixon, and M.M. Hufschmidt. Watershed Resources Management. An Integrated Framework with Studies from Asia and the Pasific. Studies in Water Policy and Management, No. 10. London : Westview Press.

Page 87: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

70  

  

Engel S, Pagiola S, Wunder S .2008. Designing payments for environmental

services in theory and practice: An overview of the issues. Journal of Ecological economics 65 663-674.

Fadillah N. 2011. Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air Pada Instalasi

Pengolahan Air di Pdam Bekasi. [skripsi]. Bogor : Program Studi Ekonomi Sumberdaya Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Galudra G, Buana Y, Khususiyah N. 2010. Mau Melangkah ke Mana Pengelolaan

Hutan Sesaot?. Brief No. 09. World Agroforestry Centre. Bogor Groenendijk L. 2003. Planning and Management Tools, A Reference Book.

Netherlands: The International Institute for Geo-Information Science and Earth Observation (ITC).

[ICRAF] International Centre for Research in Agroforestry. 2005. Strategi

Pengembangan Pembayaran dan Imbal Jasa Lingkungan di Indonesia. Laporan Lokakarya Nasional di Jakarta 14-15 Februari 2005. Editor : Aunul Fauzi, Beria Leimona dan Muhtadi. World Agroforetry Centre (ICRAF). Bogor.

[IMP] Institusi Multipihak. 2009. Bussines Plan : Rancangan Implementasi

Program Jasa Lingkungan dan Kerangka Kerja Institusi Multipihak (IMP). unpublished.

Kusuma NE. 2006. Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air dan

Kebijakan Tarif Air PDAM Kota Madiun [skripsi]. Bogor : Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Landell-Mills N, Porras I. 2002. Silver Bullet or Fool’s Gold? A Global Review of

Markets for Forest Environmental Services and Their Impact on The Poor. London : International Institute for Environment and Development. IIED.

[LPM] Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Equator. 2011. Laporan Proses

Pengembangan Mekanisme PES. Bogor: LPM Equator. Mayers J. 2001. Power Tools Series. Stakeholder Power Analysis. IIED. London. Markum, Sutedjo EB, Hakim MR. 2004. Dinamika Hubungan Kemiskinan dan

Pengelolaan Sumberdaya Alam Pulau Kecil Kasus Pulau Lombok. WWF Indonesia Program Nusa Tenggara.

Pagiola S. 2003. Can Programs of Payments for Environmental Services Help

Preserve Wildlife?. Workshop on Economic Incentives and Trade Policies. Geneva.

Page 88: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

71  

  

Pagiola S. 2004. Can the Poor Participate in Payments for Environmental

Services? Washington : WorldBank.. Pagiola S. 2005. Payments for Environmental Services in Costa Rica. ZEF-

CIFOR workshop: 6 Payments for environmental services in developed and developing countries. Titisee.

[PERPAMSI] Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia. 2010. Peta

Masalah PDAM. Ringkasan Eksekutif. Prasetyo FA, Suwano A, Purwanto, Hakim R. 2009. Making Policies Work for

Payment for Environmental Services (PES): An Evaluation of the Experience of Formulating Conservation Policies in District of Indonesia. Journal of Sustainable Forestry 28: 415-433.

Race D, Millar J. 2006. Training Manual: Social and community dimensions of

ACIAR Projects. Australian Center for International Agricultural Research – Institute for Land, Water, and Society of Charles Sturt University, Australia.

Reed MS, Graves A, Dandy N, Posthumus H, Hubacek K, morris J, Prell C,

Quinn CH, Stringer LC. 2009. Who’s in and Why? A Typhology of Stakeholder Analysis Methods for Natural Resources Management. Jounal of Environmental Management xxx: 1-17.

[RUPES] Rewards for Use of and shared investment in Pro-poor Environmental

Services scheme. 2010. Where We Work: Brief Profiles of RUPES Action Research Sites. Bogor: RUPES-ICRAF.

Sanim B. 2003. Ekonomi sumberdaya air dan manajemen pengembangan sektor

air bersih bagi kesejahteraan publik. Orasi ilmiah guru besar tetap bidang ilmu ekonomi sumberdaya dan lingkungan, Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Saunders J. 2002. Understanding Double Tax Treaties. Journal of International

Trust and Corporate Planning. Vol 9 No 1. [SCBFWM] Strengthening Community-Based Forest and Watershed

Management. 2009. DAS Jangkok, Nusa Tenggara Barat. http://scbfwm.org.id/projectsite/ (7 Juni 2011)

Setiawan E, Asmawan T, Suyanto. 2010. Penilaian Kondisi Daerah Aliran Sungai

dengan Metode PaLA dan Model Flow Persistence. Brief No. 08. World Agroforestry Centre. Bogor.

Sulaiman S. 2005. Pengembangan Jasa Lingkungan di Kabupaten Lombok.

Makalah dalam Lokakarya Nasional : Strategi Pengembangan Pembayaran

Page 89: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

72  

  

dan Imbal Jasa Lingkungan di Indonesia. Jakarta 14-15 Pebruari 2005. ICRAFT-Bappenas. Jakarta.

Suprayitno. 2008. Teknik Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam.

Pusdiklat Kehutanan : Bogor. Suyanto S, Khususiyah N. 2006. Imbalan Jasa Lingkungan untuk Pengentasan

Kemiskinan. Jurnal Agro Ekonomi 24 (1): 95-113. [USAID] United States Agency for American People. 2007. Laporan Studi PES

untuk Mengembangkan Skema PES di DAS Deli, Sumatra Utara dan DAS Progo, Jawa Tengah. Jakarta: ESP-USAID.

[USAID] United States Agency for American People. 2009. Pembayaran Jasa

Lingkungan di Beberapa Daerah Aliran Sungai. Jakarta : USAID Wunder S. 2005. Payments for Environmental Services: Some Nuts and Bolts.

CIFOR occasional Paper No. 42. Wunder S, Bui DT, Ibarra E. 2005. Payment is Good, Control is Better. Bogor :

CIFOR. [WWF] World Wide Fund Indonesia. (2001). Rinjani economic valuation

[Unpublished Rep.]. Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Zaini LA. 2005. Program Pengelolaan Perlindungan Sumber Air Baku PDAM

Menang Mataram, Nusa Tenggara Barat. Makalah dalam Lokakarya Nasional : Strategi Pengembangan Pembayaran dan Imbal Jasa Lingkungan di Indonesia. Jakarta 14-15 Pebruari 2005. ICRAFT-Bappenas. Jakarta.

Page 90: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

 

  

LAMPIRAN

Page 91: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

74  

  

Lampiran 1 Panduan wawancara untuk Masyarakat

a. Pertanyaan umum 1. Apakah mata pencaharian utama dan sampingan Bapak/Ibu saat ini? 2. Berapa jumlah tanggungan Bapak/Ibu? 3. Apakah pendidikan terakhir Bapak/Ibu? 4. Berapa penghasilan rata-rata Bapak/Ibu per bulan? 5. Berapa rata-rata pengeluaran Bapak/Ibu sebulan? Untuk keperluan apa? 6. Apakah Bapak/Ibu mempunyai sejumlah lahan? Berapa hektar?

Digunakan untuk apa? Bagaimana status lahan tersebut? b. Pertanyaan terkait mekanisme PJL

7. Apakah Bapak/Ibu mengetahui jasa lingkungan dari hutan/tegakan berkayu?

8. Bagaimana perilaku bapak/Ibu terhadap mata air dan aliran sungai sekitar rumah Bapak/Ibu?

9. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang Pembayaran Jasa Lingkungan di desa ini?

10. Apakah Bapak/Ibu menerima sejumlah pembayaran jasa lingkungan? Berapa besar? sejak kapan?

11. Siapakah yang memberikan informasi/pengetahuan mengenai mekanisme PJL yang ada saat ini di desa Bapak/Ibu? Dalam bentuk apa informasi tersebut? Informasi apa saja yang disampaikan?

12. Apa alasan Bapak/Ibu mau berpartisipasi dalam mekanisme PJL ini? 13. Dalam perjanjian mekanisme PJL apa saja yang Bapak/Ibu harus lakukan

sebagai kewajiban untuk menjalani mekanisme tersebut? Dan apakah ada kegiatan lainnya?

14. Apa hambatan-hambatan yang Bapak/Ibu rasakan selama mengikuti mekanisme PJL ini?

15. Apa harapan Bapak/Ibu ke depannya terhadap mekanisme PJL ini?

Page 92: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

75  

  

Lampiran 2 Panduan wawancara untuk Ketua Kelompok Tani

a. Pertanyaan terkait mekanisme PJL 1. Bagaimanakah pandangan Bapak/Ibu mengenai lingkungan sekitar? 2. Siapakah yang memberikan informasi/pengetahuan mengenai mekanisme

PJL yang ada saat ini di desa Bapak/Ibu? Dalam bentuk apa informasi tersebut? Informasi apa saja yang disampaikan?

3. Bagaimana latar belakang keterlibatan dan proses keterlibatan kelompok tani ini dalam mekanisme PJL?

4. Apa alasan Bapak/Ibu mau berpartisipasi dalam mekanisme PJL ini? 5. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai mekanisme PJL? 6. Bagaimana alur mekanisme PJL tersebut berlangsung?

b. Pertanyaan terkait kepentingan 7. Apa yang Bapak/Ibu harapkan dari mekanisme PJL ini? 8. Apa manfaat yang Bapak/Ibu rasakan dari berjalannya mekanisme PJL

ini? 9. Sumberdaya/komitmen apa yang dipunyai Bapak/Ibu untuk bersedia (atau

tidak) dipertukarkan dalam mekanisme ini? 10. Apakah minat Bapak/Ibu yang mungkin bertentangan dengan mekanisme

ini? 11. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap LSM/pemerintah/swasta?

c. Pertanyaan terkait evaluasi mekanisme PJL 12. Bagaimana proses monitoring dan evaluasi yang dilakukan dalam

mekanisme PJL ini? 13. Dalam perjanjian mekanisme PJL apa saja yang Bapak/Ibu harus lakukan

sebagai kewajiban untuk menjalani mekanisme tersebut? Dan apakah ada kegiatan lainnya?

14. Apa saja keuntungan yang Bapak/Ibu rasakan setelah terlibat dalam mekanisme PJL ini?

15. Apa hambatan-hambatan yang Bapak/Ibu rasakan selama mengikuti mekanisme PJL ini?

16. Apa harapan Bapak/Ibu ke depannya terhadap mekanisme PJL ini?

Page 93: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

76  

  

Lampiran 3 Panduan wawancara untuk Swasta

a. Pertanyaan umum mengenai sub DAS 1. Apa peran penting sub DAS Jangkok yang Bapak/Ibu ketahui? Apakah

manfaat air dari sub DAS tersebut untuk perusahaan Bapak/Ibu? 2. Dari peran penting tersebut apakah upaya konservasi perlu dilakukan?

Mengapa? 3. Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai kondisi dari sub DAS Jangkok

saat ini? b. Pertanyaan terkait mekanisme PJL

4. Siapakah yang memberikan informasi/pengetahuan mengenai mekanisme PJL? Dalam bentuk apa informasi tersebut? Informasi apa saja yang disampaikan?

5. Apa alasan Bapak/Ibu mau berpartisipasi dalam mekanisme PJL ini? 6. Berapakah dana yang Bapak/Ibu keluarkan untuk dana kompensasi PJL

ini? Bagaimana cara penetapan besarnya dana tersebut? Apakah jumlah dana tersebut sesuai dengan keinginan Bapak/Ibu?

c. Pertanyaan terkait kepentingan 7. Apa yang Bapak/Ibu harapkan dari mekanisme PJL ini? 8. Apa manfaat yang Bapak/Ibu rasakan dari berjalannya mekanisme PJL

ini? 9. Sumberdaya/komitmen apa yang dipunyai Bapak/Ibu untuk bersedia (atau

tidak) dipertukarkan dalam mekanisme ini? 10. Apakah minat Bapak/Ibu yang mungkin bertentangan dengan mekanisme

ini? 11. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu terhadap LSM/pemerintah/masyarakat?

d. Pertanyaan terkait evaluasi mekanisme PJL 12. Bagaimana proses monitoring dan evaluasi yang dilakukan dalam

mekanisme PJL ini? 13. Dalam perjanjian mekanisme PJL apa saja yang Bapak/Ibu harus lakukan

sebagai kewajiban untuk menjalani mekanisme tersebut? Dan apakah ada kegiatan lainnya?

14. Apa saja keuntungan yang Bapak/Ibu rasakan setelah terlibat dalam mekanisme PJL ini?

15. Apa hambatan-hambatan yang Bapak/Ibu rasakan selama mengikuti mekanisme PJL ini? Solusi apa yang diambil untuk mengatasi hambatan tersebut?

16. Apa harapan Bapak/Ibu ke depannya terhadap mekanisme PJL ini?

Page 94: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

77  

  

Lampiran 4 Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Barat No. 4 Taun 2007

Page 95: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

78  

  

Page 96: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

79  

  

Page 97: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

80  

  

Page 98: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

81  

  

Page 99: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

82  

  

Page 100: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

83  

  

Page 101: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

84  

  

Page 102: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

85  

  

Lampiran 5 Laporan penggunaan dana IMP 2009-2010

 

Page 103: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

86  

  

Lampiran 6 Dokumentasi penelitian

a. Hulu Sungai Jangkok b. Hilir Sungai Jangkok

c. Mata pencaharian masyarakat HKm d. Kayu bakar untuk dijual

e. Presentasi kelompok pengusul f. Kerjasama Lobar-Mataram

g. Pekarangan warga Suranadi h. Mata air Aik Nyet

Page 104: KAJIAN MEKANISME PEMBAYARAN JASA LINGKUNGAN … · tersebut merupakan salah satu bentuk mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Mekanisme pembayaran jasa lingkungan merupakan skema

87  

  

i. Publikasi Laporan IMP j. Tarif jasling pada rekening air

k. Tarif jasling wisata l. Rapat IMP

m. Proses Monitoring IMP n. Kawasan wisata Sesaot

o. Hasil HKm p. PLTMH di Desa Sedau