Kajian Literatur

13
KAJIAN LITERATUR 1. Air Baku 1.1 Definisi Air Baku Sumber air baku memegang peranan yang sangat penting dalam industri air minum. Air baku atau raw water merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan pengolahan air bersih. Menurut SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Pengolahan Air dan SNI 6774:2008 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air, yang disebut dengan Air Baku adalah : air yang berasal dari sumber air pemukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Sumber air baku adalah semua air yang ada di alam dapat dijadikan sebagai air bersih tergantung dari kebutuhan manusianya dan manfaat sumber air baku tersebut. Sumber air baku untuk air bersih secara garis besar dapat digolongkan menjadi 4 (empat) bagian yaitu : air laut, air atmosfir atau air hujan, air permukaan dan air tanah yang masing – masing mempunyai karakteristik yang berbeda – beda ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya. (Totok Sutrisno, 2004) 1. Air laut Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%, dengan keadaan ini maka air laut jarang digunakan sebagai air baku untuk keperluan air minum karena tidak memenuhi syarat untuk air minum. 2. Air atmosfir atau air hujan Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Air hujan mempunyai sifat agresif terhadap pipa – pipa penyalur maupun bak – bak reservoir karena pada umumnya air hujan mempunyai pH rendah, sehingga dapat mempercepat terjadinya korosi. Air hujan juga mempunyai sifat lunak (soft water) karena kurang mengandung larutan garam dan zat

Transcript of Kajian Literatur

Page 1: Kajian Literatur

KAJIAN LITERATUR

1. Air Baku

1.1 Definisi Air Baku

Sumber air baku memegang peranan yang sangat penting dalam industri air minum. Air baku atau raw water merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan pengolahan air bersih. Menurut SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Pengolahan Air dan SNI 6774:2008 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air, yang disebut dengan Air Baku adalah : air yang berasal dari sumber air pemukaan, cekungan air tanah dan atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.

Sumber air baku adalah semua air yang ada di alam dapat dijadikan sebagai air bersih tergantung dari kebutuhan manusianya dan manfaat sumber air baku tersebut.

Sumber air baku untuk air bersih secara garis besar dapat digolongkan menjadi 4 (empat) bagian yaitu : air laut, air atmosfir atau air hujan, air permukaan dan air tanah yang masing – masing mempunyai karakteristik yang berbeda – beda ditinjau dari segi kualitas dan kuantitasnya. (Totok Sutrisno, 2004)

1. Air laut

Mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%, dengan keadaan ini maka air laut jarang digunakan sebagai air baku untuk keperluan air minum karena tidak memenuhi syarat untuk air minum.

2. Air atmosfir atau air hujan

Dalam keadaan murni, sangat bersih, karena dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh kotoran-kotoran industri/debu dan lain sebagainya. Air hujan mempunyai sifat agresif terhadap pipa – pipa penyalur maupun bak – bak reservoir karena pada umumnya air hujan mempunyai pH rendah, sehingga dapat mempercepat terjadinya korosi. Air hujan juga mempunyai sifat lunak (soft water) karena kurang mengandung larutan garam dan zat mineral, sehingga akan boros dalam pemakaian sabun dan terasa kurang segar.

3. Air permukaan

Air permukaan adalah air yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota, limbah domestik rumah tangga, dan sebagainya. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia dan bakteriologi. Air permukaan merupakan sumber air yang relatif cukup besar, akan tetapi karena kualitasnya kurang baik maka perlu pengolahan. Air permukaan ada 2 macam yaitu :

a. Air sungai

Page 2: Kajian Literatur

Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna mengingat bahwa air sungai pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Sedangkan debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi.

b. Air rawa atau danau

Kebanyakan air rawa berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat. Dengan adanya pembusukan, kadar zat organis tinggi maka kadar Fe dan Mn akan tinggi dan kelarutan O2 kurang sekali (anaerob). Oleh karena itu unsur Fe dan Mn akan larut, jadi untuk pengambilan air sebaiknya pada kedalaman tertentu di tengah-tengah agar endapan – endapan Fe dan Mn tidak terbawa.

4. Air Tanah

Pada umumnya air tanah mempunyai kualitas yang cukup baik, dan apabila dilakukan pengambilan yang baik dan bebas dari pengotoran dapat dipergunakan langsung. Untuk melindungi pemakaian air dari bahaya terkontaminasi melalui air diperlukan proses klorinasi.

Menurut Totok Sutrisno air tanah terbagi atas tiga bagian besar, yaitu :

a. Air tanah dangkalb. Air tanah dalamc. Mata air

1.2 Macam Kebutuhan Air Baku

Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang berlaku. Dalam hal air bersih, sudah merupakan praktek umum bahwa dalam menetapkan kualitas dan karakteristik dikaitkan dengan suatu baku mutu air tertentu (standar kualitas air). Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang karakteristik air baku, seringkali diperlukan pengukuran sifat-sifat air atau biasa disebut parameter kualitas air, yang beraneka ragam. Formulasi- formulasi yang dikemukakan dalam angka-angka standar tentu saja memerlukan penilaian yang kritis dalam menetapkan sifat-sifat dari tiap parameter kualitas air.

Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan sifat-sifat fisik, kimia, radioaktif maupun bakteriologis yang menunjukkan persyaratan kualitas air tersebut. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, air menurut kegunaannya digolongkan menjadi :

a. Kelas I : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut,

b. Kelas II : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, Peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau

Page 3: Kajian Literatur

peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut,

c. Kelas III : air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

d. Kelas IV, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Sedangkan menurut Terence (1991), kebutuhan air baku dalam suatu kota diklasifikasikan menjadi :

1. Kebutuhan Domestik

Kebutuhan domestik adalah kebutuhan air bersih untuk pemenuhan kegiatan sehari-hari atau rumah tangga seperti untuk minum, memasak, kesehatan individu (mandi, cuci dan sebagainya), menyiram tanaman, halaman, penganggkutan air buangan (buangan dapur dan toilet).

2. Kebutuhan non domestik

Kebutuhan non domestik adalah kebutuhan air baku yang digunakan untuk beberapa kegiatan seperti :

a. Kebutuhan institusional,b. Kebutuhan komersial dan industri,c. Kebutuhan fasilitas umum, adalah kebutuhan air bersih untuk kegiatan tempat-tempat

ibadah, rekreasi, terminal.

Pada hakikatnya, pemantauan kualitas air pada perairan umum memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia, dan biologi. 2. Membandingkan nilai kualitas air tersebut dengan baku mutu sesuai dengan

peruntukannya menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001,3. Menilai kelayakan suatu sumberdaya air untuk kepentingan tertentu (Effendie 2003).

5. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

1.3 Definisi SPAM

Persoalan penyediaan infrastruktur air bersih, sebagai kebutuhan dasar manusia, masih menjadi masalah serius yang dihadapi Indonesia. Sesuai kesepakatan dari Millenium Development Goals (MDG) dan Sidang Umum PBB mengenai kebutuhan air bersih, Indonesia membutuhkan Rp 4 triliun per tahun untuk memenuhi kekurangan air bersih mulai tahun 2000

Page 4: Kajian Literatur

hingga 2015 mendatang. Secara nasional, jika tahun 2000 masyarakat yang membutuhkan air bersih baru tercapai 41 juta jiwa atau 20 persen maka tahun 2015 mendatang ditargetkan 150 juta jiwa atau 60 persen. Program penyediaan infrastruktur air bersih pada tahun 2015 yaitu, jumlah penduduk yang sudah mendapatkan pelayanan air minum mencapai 80 persen di perkotaan dan 60 persen di pedesaan.

Penyediaan infrastruktur air bersih menjadi sangat penting karena air memiliki peranan yang luas dalam kehidupan sosial dan ekonomi manusia. Air diperlukan dalam kegiatan industri, institusi (sekolah, perkantoran), kesehatan (rumah sakit, puskesmas), aktivitas komersil (pasar, pertokoan, hotel), aktivitas sosial (tempat ibadah), kegiatan pertanian (sawah, penyiraman pertanian lahan kering), budidaya ternak dan perikanan, serta untuk memenuhi berbagai kebutuhan dasar manusia seperti makan, minum, kebersihan tubuh (mandi, cuci, kakus), dan sebagainya. Oleh karena peranan air yang sangat luas tersebut, maka sistem penyediaan air untuk suatu komunitas masyarakat haruslah higienis, dapat dikonsumsi, tersedia dalam jumlah yang cukup, dan dapat diperoleh dengan harga yang ekonomis.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri terdapat pengertian mengenai air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, didapat beberapa pengertian mengenai:

1. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.

2. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

3. Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja manusia dari lingkungan permukiman.

4. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.

5. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum.

6. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.

7. Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah badan usaha milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang

Page 5: Kajian Literatur

melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.

1.4 SPAM Regional

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional merupakan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan keterbatasan air baku yang dialami PDAM. Dengan SPAM regional, PDAM bisa mendapatkan air baku dari wilayah administrasi kota/kabupaten yang lain dengan fasilitas dari Pemerintah Provinsi. SPAM Regional yang akan diwujudkan, salah satunya oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Terdapat 9 SPAM Regional yang dirintis di Provinsi Jawa Tengah yaitu SPAM Regional Bregas, Wosusokas, Petanglong, Keburejo, Purbamas, Wononegara, Semarsalat, Dadi Muria dan Gelangmantul. Dalam rangka peningkatan kinerja PDAM, BPPSPAM turut mendampingi proses terwujudnya SPAM Regional Gelangmantul, yang meliputi Provinsi DIY dan Jateng, yaitu Kabupaten Magelang (Jawa Tengah), Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta serta Kabupaten Bantul (DIY).

Gambar berikut menunjukkan peta lokasi SPAM Regional Jawa Tengah dan DIY.

Gambar 1 Lokasi SPAM Regional Jawa Tengah dan DIY

(sumber : Buletin Cipta Karya, 2012)

Pada 2011, Kementerian Pekerjaan Umum memfasilitasi penandatanganan kerjasama 9 SPAM Regional antara Pemprov Jateng dan pemerintah kabupaten/kota di Jawa Tengah dan DI. Yogyakarta. SPAM ini akan menghasilkan 9.550 liter per detik untuk melayani kebutuhan air minum di 8 kawasan yang mencakup 25 kabupaten/kota di Jawa Tengah dan 1 kawasan Gelang

Page 6: Kajian Literatur

Mantul (Magelang, Sleman, dan Bantul) yang bersifat lintas provinsi (Buletin Cipta Karya Bulan Maret 2012)

Setelah dilakukan kajian mendalam terhadap ketersediaan air baku, agar tidak mengganggu keseimbangan kebutuhan lainnya, maka didapat kapasitas yang dihasilkan sebanyak 6.750 liter/detik. Besaran itu didapat dari rencana SPAM Bregas 650 liter/detik, SPAM Wosusoka (Kab. Wonogiri, Kab. Sukoharjo, Kota Solo, Kab. Karanganyar, Kab. Sragen) 1.600 liter/detik, SPAM Petanglong (Kab. Pekalongan, Kab. Batang, Kota Pekalongan) 1.100 liter/detik, SPAM Dadimuria (Kab. Grobogan, Kab. Kudus, Kab. Pati, Kab. Jepara) 1.150 liter/detik, SPAM Semarsalat (Kab. Semarang, Kota Salatiga) 250 liter/detik, SPAM Wononegara (Kab. Banjarnegara) 150 liter/detik, SPAM Purbamas (Kab. Purbalingga, Kab. Banjarnegara, Kab. Banyumas) 600 liter/detik, SPAM Keburejo (Kab. Kebumen, Kab. Purworejo) 600 liter/detik, dan SPAM Regional Jateng-DIY sebesar 2.650 liter/detik. Disamping itu, dengan kebutuhan biaya sekitar Rp. 6,8 Triliun, juga memerlukan pemikiran terhadap berbagai alternatif pembiayaan, karena tidak mungkin seluruhnya ditanggung oleh pemerintah.

1.5 SPAM Regional Wosusokas

Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Wosusokas merupakan salah satu dari delapan SPAM Regional di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Tujuan pembangunan delapan SPAM itu adalah untuk meningkatkan pelayanan air minum perkotaan dari 40,60 persen saat ini menjadi 75 persen pada tahun 2015 sesuai target Tujuan Pembangunan Milenium  (MDGs) 2015. (www.ditpampu.org, 2013)

SPAM Regional Wosusokas akan melayani kebutuhan masyarakat perkotaan di bidang air minum yang sehat, aman dan terjamin di lima daerah kabupaten dan kota di Jateng, yaitu Kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Kota Solo (Surakarta), Kabupaten Karanganyar dan Sragen. Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Wosusokas bertujuan untuk meningkatkan pelayanan air minum yang sehat dan aman bagi masyarakat perkotaan di provinsi itu. Berdasarkan situs www.ditpampu.org, SPAM Regional Wosusokas akan dikelola oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, sedangkan pengeluaran air curahnya akan menjadi tanggung jawab lima pemerintah kabupaten/kota.

Pembagian wilayah pelayanan pada SPAM Regional Wosusokas Tahap I , yaitu untuk wilayah Kabupaten Wonogiri terdiri atas dua kecamatan dan 18 desa/kelurahan, wilayah Kabupaten Sukoharjo terdiri atas tujuh kecamatan dan 45 desa/kelurahan dan untuk Kota Surakarta terdiri atas dua kecamatan dan tiga kelurahan. Kemudian wilayah pelayanan di Kabupaten Karanganyar meliputi tiga kecamatan dan 27 desa, sedangkan untuk wilayah Kabupaten Sragen yang terdiri atas lima kecamatan dan 33 desa/kelurahan.

SPAM Regional Wosusokas memanfaatkan sumber air baku dari Waduk Gajah Mungkur dengan besar kapasitas pengambilan masing-masing sebesar 1.100 liter/detik untuk tahap pertama dan 1.000 liter/detik untuk tahap kedua, sehingga totalnya 2.100 liter/detik.

Page 7: Kajian Literatur

6. Sistem Informasi Geografis (SIG)

1.6 Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pada dasarnya, istilah sistem informasi geografi merupakan gabungan dari tiga unsur pokok: sistem, informasi, dan geografi. Dengan demikian, pengertian terhadap ketiga unsur-unsur pokok ini akan sangat membantu dalam memahami SIG. Dengan melihat unsur-unsur pokoknya, maka jelas SIG merupakan salah satu sistem informasi. SIG merupakan suatu sistem yang menekankan pada unsur informasi geografi.

Istilah “geografis” merupakan bagian dari spasial (keruangan). Kedua istilah ini sering digunakan secara bergantian atau tertukar hingga timbul istilah yang ketiga, geospasial. Ketiga istilah ini mengandung pengertian yang sama di dalam konteks SIG. Penggunaan kata “geografis” mengandung pengertian suatu persoalan mengenai bumi: permukaan dua atau tiga dimensi. Istilah “informasi geografis” mengandung pengertian informasi mengenai tempat-tempat yang terletak di permukaan bumi, pengetahuan mengenai posisi dimana suatu objek terletak di permukaan bumi, dan informasi mengenai keterangan-keterangan (atribut) yang terdapat di permukaan bumi yang posisinya diberikan atau diketahui.

Dengan memperhatikan pengertian sistem informasi, maka SIG merupakan suatu kesatuan formal yang terdiri dari berbagai sumberdaya fisik dan logika yang berkenaan dengan objek-objek yang terdapat di permukaan bumi.

Jadi SIG juga merupakan sejenis perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi geografis berikut atribut-atributnya.

Menurut Demers definisi SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasikan, dan menganalisa informasi-informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi. (Prahasta, 2002).

Sedangkan menurut ESRI definisi SIG adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang didesain untuk memperoleh, menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi. (Prahasta, 2002).

1.7 Ciri-Ciri SIG

Menurut Demers ciri-ciri SIG adalah sebagai berikut:

a. SIG memiliki sub sistem input data yang menampung dan dapat mengolah data spasial dari berbagai sumber. Sub sistem ini juga berisi proses transformasi data spasial yang berbeda jenisnya, misalnya dari peta kontur menjadi titik ketinggian.

b. SIG mempunyai subsistem penyimpanan dan pemanggilan data yang memungkinkan data spasial untuk dipanggil, diedit, dan diperbaharui.

Page 8: Kajian Literatur

c. SIG memiliki subsistem manipulasi dan analisis data yang menyajikan peran data, pengelompokan dan pemisahan, estimasi parameter dan hambatan, serta fungsi permodelan

d. SIG mempunyai subsistem pelaporan yang menyajikan seluruh atau sebagian dari basis data dalam bentuk tabel, grafis dan peta.

1.8 Komponen SIG

SIG merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan lingkungan sistem-sistem komputer yang lain di tingkat fungsional dan jaringan.

Menurut Gistut, komponen SIG terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data dan informasi geografi, sera manajemen. Komponen SIG dijelaskan di bawah ini:

a. Perangkat keras (hardware)

Hardware komputer digunakan untuk mendukung bekerjanya SIG dan komponen hardware pendukung lainnya diantaranya adalah plotter, printer, scanner, digitizer.

b. Perangkat lunak (software)

Komponen software ini mencakup didalamnya adalah software SIG, seperti software SIG Arcinfo, dan juga perangkat software pendukung lainnya, yaitu sistem operasi, dan software database lainnya, seperti Oracle.

c. Data dan Informasi Geografi

Komponen ini sangat menentukan kualitas informasi dari output SIG. Pemahaman sistem data, termasuk didalamnya adalah sistem referensi spasial (sistem koordinat dan datum). Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan dikumpulkan dalam suatu tempat khusus yang dapat dibeli dari penyedia data komersial. SIG akan menggabungkan ruang data dengan sumber-sumber data lainnya dan menggunakan software database untuk mengorganisasikan dan memelihara serta mengatur data. Sistem SIG yang digunakan, hendaknya dapat menangani berbagai format software SIG.

d. Manajemen

Suatu proyek SIG akan berhasil jika dikelola dengan baik dan dikerjakan oleh orang-orang memiliki keahlian yang tepat pada semua tingkatan.

1.9 Penerapan SIG untuk SPAM Regional

Sesuai dengan fungsinya, SIG dapat diimplementasikan untuk membantu SPAM Regional dalam memetakan jaringan distribusi air baku. SIG dapat digunakan untuk memetakan :

1. Kondisi fisik sosial kawasan, meliputi :a. Peta administrasi Kabupaten

Page 9: Kajian Literatur

b. Peta jaringan jalanc. Sumber air baku yang digunakan (sungai, mata air, sumur bor, danau)d. Geohidrologie. Kawasan rawan bencanaf. Kategori kemiskinang. Wilayah kumuh, dan sebagainya

2. Kondisi eksisting jaringan perpipaan air minum yang menyajikan informasi menyangkut jaringan perpipaan perkotaan dan pedesaan (peta sebaran jaringan perpipaan) disusun dalam kerangka sistem informasi manajemendata yang mencakup :a. Peta jaringan pipa SPAM dan pendukungnyab. Tabel atribut peta dari data peta jaringan SPAMc. Grafik analisa jaringan perpipaan dari data peta jaringan SPAMd. Foto/ video kondisi lapangan (dokumentasi)

Keempat elemen sistem informasi tersebut disusun dalam sistem linkage data yang saling terkoneksi.

3. Jumlah dan jenis sambungan pelanggan jaringan pipa air minum , antara lain :a. Jenis pelangganb. Jumlah sambungan tiap jalurc. Klasifikasi pelanggan tiap jalur pipad. Klasifikasi konsumsi air pelanggan tiap jalur pipa

7. Daftar Pustaka

Buletin Cipta Karya Edisi 3 Tahun X/Maret 2012, Mengelola Air BakuTak Bisa Ditanggung Sendiri, Kementerian Pekerjaan Umum, 2012

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan. Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Prahasta, Eddy. 2002. Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar. Informasi Goegrafis. Bandung: Informatika Bandung

SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Pengolahan Air

SNI 6774:2008 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Pengolahan Air

Page 10: Kajian Literatur

Terence J. McGhee, Ernest William Steel, Water supply and sewerage, 1991 McGraw-Hill,

Totok Sutrisno, 2004, Teknologi penyediaan air bersih, Rineka Cipta, Jakarta.

http://www.ditpam-pu.org/berita-267-spam-wosusokas-salah-satu-spam-regional-strategis-di-jawa-tengah.html, diakses tanggal 9 Nopember 2013

http://spamjateng.com, diakses tanggal 9 Nopember 2013

http://www.bppspam.com/index.php?option=com_content&view=artIcle&id=674:workshop-pendampingan-peningkatan-kinerja-wilayah-1-pengembangan-spam-regional-keburejo-masih-menunggu-air-baku-&catid=50:kegiatan-bppspam&Itemid=100, diakses tanggal 9 Nopember 2013