Bab 2 Kajian Literatur

download Bab 2 Kajian Literatur

of 58

description

tinjauan perencanaan

Transcript of Bab 2 Kajian Literatur

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    1/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 1

    BAB II

    KAJIAN LITERATUR

    2.1 Revitalisasi Kawasan Perkotaan

    2.1.1 Pengertian Revitalisasi

    evitalisasi adalah usaha pengembalian vitalitas suatu kawasan. Vitalitas kawasan merupakan

    kualitas fungsi lahan yang dapat memberikan kontribusi peningkatan kegiatan sebagai daya tarik,

    sehingga meningkatkan kegiatan ekonomi sebagai faktor pertumbuhan kawasan. Menurut

    Departemen Kimpraswil (2002) revitalisasi dapat dijelaskan, adalah rangkaian upaya menghidupkan

    kembali kawasan yang cenderung mati, meningkatkan nilai-nilai vitalitas yang strategis dan signifikan dari

    kawasan yang masih mempunyai potensi dan atau mengendalikan kawasan yang cenderung kacau atau

    semrawut. Dalam lingkup kawasan, vitalitas dapat diartikan kemampuan, kekuatan kawasan untuk tetap

    bertahan hidup. Hidupnya suatu kawasan dapat tercermin dari kegiatan yang berlangsung di dalam kawasan

    sepanjang waktu di mana orang datang, menikmati, dan melakukan aktivitas-nya di sini. Namun dalam konteks

    perkotaan sebuah vitalitas atau revitalisasi tidak hanya menekankan pada aspek ekonomi saja, tetapi perbaikan

    fisik dalam kawasannya yang akan dijadikan objek juga harus mendapat perhatian khusus. Vitalitas terlihat dari

    kualitas kehidupan di sepanjang jalan (Abramson 1981:82). Kualitas kehidupan ini dinikmati oleh suluruh lapisan

    masyarakat, baik pengunjung maupun pekerja, yang ditandai dengan peningkatan penjualan dan menjadi daya

    tarik pengunjung (Wiedenhoeft 1981:5).

    Revitalisasi ialah kegiatan pemugaran yang bersasaran untuk mendapatkan nilai tambah yang optimal

    secara ekonomi, sosial, dan budaya dalam pemanfaatan bangunan dan lingkungan cagar budaya dan dapat

    sebagai bagian dari revitalisasi kawasan kota lama untuk mencegah hilangnya aset-aset kota yang bernilai

    sejarah karena kawasan tersebut mengalami penurunan produktivitas (Ref. UNESCO.PP. 36/2005, Ditjen PU-

    Ditjen Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan). Menurut Danisworo (2000) revitalisasi adalah upaya untuk mendaur-

    ulang (recycle) lahan kota yang ada dengan tujuan untuk memberikan vitalitas baru, meningkatkan vitalitas yang

    ada atau bahkan menghidupkan kembali vitalitas (re-vita-lisasi) yang pada awalnya pernah ada, namun telah

    memudar. Selanjutnya dapat dikatakan bahwa revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu

    kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup akan tetapi kemudian mengalami

    kemunduran/degradasi.

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    2/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 2

    2.1.2 Alasan Dilakukan Revitalisasi

    Berdasarkan Kimpraswil (2003) dalam www.kimpraswil.go.id/Ditjen-Kota/Revitalisasi, revitalisasi

    diperlukan saat terjadi kondisi sebagai berikut:

    Tabel II.1Kondisi Lingkungan

    Kondisi Karakteristik

    Penurunann vitalitas ekonomi kawasan perkotaan

    Ekonomi tidak stabil

    Kemunduran ekonomi kawasan

    Penurunan pertumbuhan kawasan

    Menurunnya nilai properti

    Penurunan produktivitas kawasan

    Meluasnya kantong-kantong kumuh yang terisolir Tidak terjangkau secara spasial

    Terputusnya pelayanan sarana dan prasarana Terisolirnya kegiatan ekonomi sosial budaya

    Ketidakmandirian sarana dan prasarana Penurunan kondisi dan pelayanan prasarana (jalan,air

    bersih, drainase, dan persampahan)

    Penurunan kondisi dan pelayanan sarana (pasar, sarana

    transportasi, ruang ekonomi formal dan informal)

    Penurunan kualitas lingkungan

    Kerusakan ekologis perkotaan

    Kerusakan fasilitas kawasan

    Kerusakan bentuk dan ruang kota Kerusakan diri sendiri

    Kerusakan karena kreasi baru

    Penurunan kualitas sosial Pudarnya tradisi sosial, budaya setempat

    lemahnya kesadaran berpolitik ruangSumber:www.kimpraswil.go.id/Ditjen-kota/revitalisasi,2003

    2.1.3 Pendekatan Revitalisasi

    Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu

    kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami

    kemunduran/degradasi. Untuk itu, revitalisasi dapat dikatakan sebagai salah satu pendekatan dalam

    meningkatkan vitalitas suatu kawasan kota yang bisa berupa:

    1.

    Penataan kembali pemanfaatan lahan dan bangunan

    2. Renovasi kawasan maupun bangunan-bangunan yang ada, sehingga dapat ditingkatkan dan

    dikembangkan nilai ekonomis dan sosialnya

    3. Rehabilitasi kualitas lingkungan hidup

    4. Peningkatan intensitas pemanfaatan lahan dan bangunannya.

    Keberhasilan pendekatan revitalisasi dalam suatu kawasan dipengaruhi oleh aspek sosial dan

    karakteristik kawasan yang merupakan image atau citra suatu kawasan, bukan pada ide atau konsep yang

    diterapkan tanpa penyesuaian dengan lingkungan kawasan tersebut. Pendekatan revitalisasi berdasarkan

    tingkat, sifat dan skala perubahan yang terjadi di dalam kawasan dapat dilakukan dengan preservasi/konservasi,

    rehabilitasi dan pembangunan kembali (redevelopment).

    http://www.kimpraswil.go.id/Ditjen-kota/revitalisasihttp://www.kimpraswil.go.id/Ditjen-kota/revitalisasi
  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    3/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 3

    Revitalisasi kawasan diarahkan untuk memberdayakan daerah dalam usaha menghidupkan kembali

    aktivitas perkotaan/perdesaan dan vitalitas kawasan untuk mewujudkan kawasan layak huni (livable),

    mempunyai daya saing pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokal, berkeadilan sosial, berwawasan budaya serta

    terintegrasi dalam kesatuan sistem kota/desa. Revitalisasi pada prinsipnya tidak hanya menyangkut masalah

    konservasi bangunan dan ruang kawasan bersejarah saja, tetapi lebih kepada upaya untuk mengembalikan atau

    menghidupkan kembali kawasan dalam konteks kota yang tidak berfungsi atau menurun fungsinya agar

    berfungsi kembali, atau menata dan mengembangkan lebih lanjut kawasan yang berkembang sangat pesat

    namun kondisinya cenderung tidak terkendali.

    2.1.4 Ruang Lingkup Revitalisasi

    Ruang lingkup revitalisasi meliputi:

    1) Fisik

    Revitalisasi kawasan mencakup aspek fisik kawasan yang berkenaan dengan rehabilitasi fisik prasarana

    lingkungan yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas bangunan dan prasarana kawasan

    bersagkutan.

    2)

    Ekonomi

    Revitalisasi kawasan mencakup aspek ekonomi yang bertujuan meningkatkan taraf hidup dan ekonomi

    masyarakat sehingga memperkuat basis keuangan pada suatu kawasan

    3)

    Sosial budaya

    Revitalisasi menempatkan manusia pada kedudukan sentral, interaksi sehari-hari yang sangat dibutuhkanguna menciptakan kondisi yang memungkinkan keberhasilan masyarakat secara ekonomi dan sosial.

    Revitalisasi kawasan merupakan sebuah program berkelanjutan yang dimulai dari tahap jangka pendek

    sampai dengan tahap jangka panjang. Kegiatan revitalisasi mencakup tiga aspek (Danisworo, 2000:5)

    1. Sosial budaya

    Revitalisasi kawasan tidak lepas dari aspek sosial budaya karena pada setiap kawasan terdapat aktivitas

    sosial budaya yang dapat dilihat pada interaksi warga/prosedur hidup tetangga, pelaksanaan upacara

    keagamaan, dan lain-lain yang mencakup kehidupan warga.

    2.

    Ekonomi

    Aspek ekonomi dalam upaya revitalisasi kawasan selalu menjadi sorotan utama yang mempengaruhi

    perkembangan suatu kawasan karena berdampak pula bagi pertumbuhan suatu kota. Cakupan ekonomi ini

    meliputi aktivitas perdagangan dan jasa yang dapat diperinci lagi misalnya menjadi perdagangan eceran

    maupun grosir yang akan dikembangkan yang keberadaannya didukung program-program dan warga;

    aktivitas perdagangan tradisonal/pasar yang dikelola secara modern dengan manajemen pengelolaan yang

    modern; kemudian pembentukan koperasi oleh warga guna kesejahteraan warga; PKL.

    3. Fisik

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    4/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 4

    Aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan aspek fisik antara lain, perbaikan jalan yang sudah mengalami

    kerusakan, perbaikan drainase kawasan dan lain-lain yang berkaitan dengan perbaikan kualitas

    lingkungan.

    2.1.5

    Tahapan dalam Revitalisasi

    Pelaksanaan revitalisasi harus melalui beberapa tahapan, di mana masing-masing tahapan harus

    memberikan upaya untuk mengembalikan atau menghidupkan kawasan dalam konteks perkotaan. Dengan

    demikian konservasi bangunan dan kawasan bersejarah merupakan tempat yang dapat difungsikan kembali

    menjadi kawasan yang mempunyai nilai sosial-ekonomi tinggi. Tahapan-tahapan yang dapat kita cermati di

    antaranya adalah:

    1. Intervensi fisik

    Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan

    peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan

    ruang terbuka kawasan. Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visual kawasan

    khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Isu lingkungan

    (environmental sustainability) pun menjadi penting, sehingga intervensi fisik pun sudah semestinya

    memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus dilandasi pemikiran jangka panjang.

    2. Rehabilitasi ekonomi

    Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi

    kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasikegiatan ekonomi informal dan formal (local economic development), sehingga mampu memberikan nilai

    tambah bagi kawasan kota (P.Hall/U.Pfeiffer, 2001). Dalam konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi

    campuran yang bisa mendorong terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru).

    3. Revitalisasi sosial atau institusional

    Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik

    (interesting), jadi bukan sekedar membuat beautiful place. Maksudnya, kegiatan tersebut harus berdampak

    positif serta dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga. Sudah menjadi sebuah

    tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan

    sosial yang berjati diri dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan institusi yang

    baik.

    Tujuan utama revitalisasi : Meningkatkan nilai kehidupan kawasan melalui intervensi yang mampu

    menciptakan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi lokal, terintegrasi dengan sistim kota, layak huni, berkeadilan

    sosial, berwawasan budaya dan berkelanjutan. Langkah-langkah sasaran yang ingin dicapai dalam revitalisasi

    kawasan adalah :

    Meningkatnya kegiatan yang mampu mengembangkan vitalitas ekonomi kawasan.

    Meningkatnya ekonomi kawasan

    Meningkatnya nilai properti kawasan.

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    5/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 5

    Berkurangnya kantong-kantong kawasan kumuh yang tidak memiliki akses terhadap sistem jaringan

    prasarana kota.

    Meningkatnya kuantitas dan kualitas prasarana dan sarana kawasan

    Meningkatnya fasilitas kenyamanan kawasan

    Terciptanya konservasi aset warisan budaya kawasan lama.

    Mendorong partisipasi komunitas, investor dan pemerintah lokal.

    Mencegah terjadinya penurunan produksi ekonomi melalui penciptaan usaha lapangan kerja dan

    pendapatan ekonomi daerah;

    Meningkatkan stabilitas ekonomi kawasan dengan upaya mengembangkan daerah usaha dan pemasaran

    serta keterikatan dengan kegiatan lain;

    Meningkatkan daya saing ekonomi kawasan dengan mengatasi berbagai permasalahan lingkungan dan

    prasarana sarana yang ada;

    Mengembangkan amenitas kawasan.

    2.1.6 Manfaat dan Fungsi Revitalisasi

    Revitalisasi membawa berbagai keuntungan dalam masyarakat, yaitu keuntungan budaya, ekonomi,

    sosial, dan perencanaan (California dalam Shirvani, 1985:45)

    Keuntungan budaya meliputi sumber-sumber bersejarah yang berkaitan dengan kawasan kawasan

    bersejarah yang menjadi obyek penelitian

    Keuntungan ekonomi meliputi nilai properti, kenaikan penjualan eceran dan sewa, penghindaranterhadap biaya penggantian dan kenaikan pajak pendapat

    Keuntungan sosial dan perencanaan meliputi kegiatan pelestarian yang tidak terukur.

    Menurut Attoe dan Logan (1989:13), empat motif dilakukan revitalisasi yaitu:

    Melindungi kawasan budaya atau bersejarah sebagai urban artefak

    Menjamin variasi dalam pembangunan perkotaan sebagai tuntutan aspek estetis dan variasi budaya

    masyarakat.

    Motif ekononomi yang menganggap bangunan yang dilestarikan dapat meningkat nilainya bila

    dipelihara dengan baik dan biasanya merupakan investasi yang baik sehingga memiliki komersial yang

    digunakan sebagai modal lingkungan

    Motif simbol yang menganggap bentuk fisik merupakan identitas dari suatu kelompok masyarakat

    tertentu yang pernah menjadi kegiatan suatu kota.

    Revitalisasi dianggap sebagai upaya pemvitalan kembali suatu kawasan yang mempunyai beragam

    fungsi, antara lain:

    a. Meningkatkan kemampuan kawasan baik secara fisik, ekonomi, dan sosial budaya.

    b. Membuat suatu kawasan jadi penting kembali.

    c.

    Menigkatkan fisik kawasan (sarana dan prasarana)

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    6/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 6

    d.

    Meningkatkan stabiltas lingkungan, pertumbuhan pekonomian masyarakat, pelestarian, dan pengenalan

    budaya.

    e. Memberikan kehidupan baru yang produktif yang akan mampu memberikan kontribusi positif pada

    kehidupan sosial budaya, dan ekonomi

    f.

    Meningkatkan nilai sejarah suatu tempat.

    2.1.7 Pengaruh Revitalisasi

    Menurut Soegijoko (2004:4) revitalisasi dapat membawa pengaruh sebagai berikut:

    1.

    Pengaruh revitalisasi terhadap kondisi fisik

    Revitalisasi dikatakan berhasil apabila mampu memperbaiki kondisi fisik suatu kawasan. Peningkatan

    kualitas lingkungan fisik berperan pada perbaikan bangunan. Revitalisasi mampu mengembalikan citra

    bangunan yang telah memudar.

    2.

    Pengaruh revitalisasi terhadap kondisi sosial

    Proses pembangunan akan berjalan jika terdapat manusia. Hal ini disebabkan karena manusia memiliki

    sifat dinamis dan selalu ingin melakukan perubahan menuju kemajuan. Revitalisasi diharapkan

    membawa perkembangan terhdap masyarakat.

    3. Pengaruh revitalisasi terhdap kondisi ekonomi

    Revitalisasi akan membawa kelancaran dalam aktivitas ekonomi yang terjadi pada lingkungan .

    Sujarto (2002:8) menyebutkan pada dasarnya esensi pokok dari suatu kegiatan revitalisasi adalah

    meningkatkan nilai basis ekonomi dan sosial kawasan tersebut secara keseluruhan. Ada beberapa faktor yangmenjadi pertimbangan dalam proses revitalisasi (Sujarto, 2002:49):

    1.

    Adanya sifat dualisme dari pola sosial budaya, sosial ekonomi, dan struktur fisik sehingga perlu

    menyerasikan keadaan tersebut guna mencapai tujuan yang diharapkan.

    2. Mengingat adanya pola perekonomian yang tumbuh dan adanya pola dualisme, maka revitalisasi

    merupakan salah satu usaha meningkatkan perekonomian masyarakat yang dapat mewadahi

    perekonomian formal maupun informal.

    2.1.8

    Strategi RevitalisasiKonsep revitalisasi menegaskan bahwa konservasi bukan bertujuan untuk mengawetkan kawasan

    bersejarah, namun menjadi alat dalam mengolah transformasi dan mengembalikan vitalitas kawasan. Upaya ini

    bertujuan untuk memberikan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik berdasar kekuatan asset lama, dan

    melakukan pencangkokan program-program yang menarik dan kreatif, berkelanjutan, serta merencanakan

    program partisipasi dengan memperhitungkan estimasi ekonomi (Rido M Ichwan, 2004; Laretna Adisakti, 2005 ).

    Sebuah kawasan lama bisa mengalami penurunan fisik prasarana dan sarana, utilitas, serta lingkungannya.

    Penurunan fisik mengakibatkan vitalitas kota menurun. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk memelihara

    dan melestarikan pusaka budaya merupakan awal dari kemerosotan vitalitas kawasan. Penurunan vitalitas fisik

    akan diikuti oleh penurunan vitalitas ekonomi kawasan lama (Rido M Ichwan, 2004).

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    7/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 7

    Fungsi baru pada suatu tempat harus bisa meminimalkan perubahan pada bahan dan fungsi yang

    signifikan, menghargai asosiasi dan makna, dan jika layak harus mendukung kesinambungan kegiatan-kegiatan

    yang member kontribusi pada signifikasi budaya tempat tersebut (ICOMOS, 1981). Ada hal-hal yang harus

    dipertahankan dan boleh diubah dalam revitalisasi kawasan. Untuk lebih jelasnya, hal-hal tersebut dapat dilihat

    pada tabel berikut ini:

    Tabel II.2Hal-Hal Yang Dipertahankan Dan Boleh Diubah Dalam Revitalisasi

    No. Harus dipertahankan Boleh diubah Ketentuan Perubahan

    1 Siginiaksi budayaFungsi dari elemem-elemen dalam

    kawasan

    Memperhatikan signifikansi budaya

    2Kegiatan/karakter non fisik

    kawasan

    Kegiatan-kegiatan lain yang tumbuh

    kemudian dan tidak sesuai dengan

    karakter kawasan

    Kegiatan lain sebagai pengganti harus

    mendukung kegiatan/karakter khas

    kawasan

    3 Fisik khas kawasan

    Fisik kawasan yang tidak atau kurang

    khas dan secara fungsi sudah tidak

    signifikan, termasuk bangunan,

    infrastruktur jalan, sanitasi, drainase

    Perubahan harus mendukung karakter

    kawasan, mendukung usaha

    konservasi dan meningkatkan vitalitas

    kawasan

    4Ciri/langgam arsitektur

    pada bangunan kuno

    - Elemen structural bangunan yang

    sudah mengalami penurunan fungsi

    - Utilitas bangunan yang sudah tidak

    berfungsi dengan baik

    - Elemen arsitektural yang bukan

    elemen sebagai penanda cirri/langgam

    arsitektural- Fungsi bangunan

    - Peruangan bangunan jika diperlukan

    guna mengikuti fungsi bangunan

    Perubahan elemen struktural,

    arsitektural, utilitas, peruangan, dan

    fungsi bangunan tidak merusak

    cirri/langgam arsitektur pada

    bangunan kuno

    Sumber: Doby, 1978

    Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam upaya konservasi bangunan dan kawasan bersejarah

    adalah organisasi pengelola revitalisasi, dokumentasi dan inventarisasi data, sosialisasi, kegiatan yang akan

    dikembangkan, masterplan, serta upaya peningkatan ekonomi setempat. Beberapa hal yang perlu dipersiapkan

    dalam rangka melakukan revitalisasi antara lain: peraturan mengenai konservasi, promosi dan sosialisasi, serta

    pemberdayaan masyarakat (Laretna Adhisakti, 2005). Materi-materi yang perlu disiapkan dalam upaya

    revitalisasi adalah:

    1. Pendaftaran pendaftaran dan inventarisasi bangunan atau kawasan

    2. Pengklasifikasian kelompok bangunan atau kawasan berdasarkan parameter-parameter tertentu, mana

    yang harus ditangani segera, penanganan beikutnya dan mana yang belum perlu diadakan penanganan

    3. Pengklasifikasian berdasarkan tingkat potensi konservasi

    4. Penetapan serta regulasi (ICOMOS, 1981).

    Berbagai langkah nyata bahkan dilaksanakan secara bersamaan agar upaya revitalisasi kawasan lamadapat berhasil (Eko Budiharjo,1997 B). Langkah-langkah tersebut yaitu adanya perundang-undangan,

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    8/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 8

    masterplan oleh tim ahli, kerjasama pemerintah dan swasta, kepemilikan, menggairahkan iklim investasi, dan

    keringanan pajak. Keberadaan objek-objek konservasi yang telah teridentifikasi dan terdaftar semakin banyak

    dan beragam, misalnya bangunan-bangunan kuno, monumen-monumen, dan artefak-artefak.Dengan fungsi-

    fungsi yang signifikan terhadap pemanfaatan kembali/revitalisasi bangunan-bangunan kuno seperti taman atau

    public space, kafe-kafe, restoran, motel dan lain-lain, objek konservasi bisa dianggap sebagai potensi kota yang

    bisa mendukung pertumbuhan perekonomian kota (Clark, 2000). Dengan kondisi, kebijakan, dan permasalahan

    yang berbeda di masingmasing daerah, maka tingkat kesuksesan dalam mewujudkan revitalisasi sebagai

    kerangka mobilisasi masyarakat setempat juga berbeda-beda (Paulsen, 2006).

    Berdasarkan hasil telaah pustaka, maka langkah-langkah yang perlu ditinjau dalam penanganan

    masalah revitalisasi adalah:

    1. Perbaikan lingkungan fisik kawasan

    2. Regulasi

    3. Pendanaan revitalisasi

    4.

    Pengembangan kegiatan khas kawasan

    5. Sosialisasi

    6. Penentuan pelaksana revitalisasi

    7.

    Pemberdayaan masyarakat

    8. Kegiatan pendampingan

    9. Masterplan

    2.1.9 Kriteria Kawasan Yang Membutuhkan Revitalisasi

    Penataan dan revitalisasi kawasan adalah:

    Rangkaian upaya untuk menata kembali kawasan perkotaan yang tidak teratur.

    Meningkatkan vitalitas kawasan yang memiliki potensi dan nilai strategis.

    Mengembalikan vitalitas kawasan yang telah atau mengalami penurunan agar kawasan kawasan

    tersebut meningkat produktifitas ekonominya.

    Melihat rentang kegiatan yang luas tersebut, maka setting lokasi kegiatan revitalisasi dapat menjadi

    sangat beragam seperti pada kawasan pusat kota, kawasan permukiman, kawasan bisnis/perdagangan,kawasan industri, suatu koridor jalan tertentu, kawasan kota lama, atau pun pusat kegiatan ekonomi masa lalu

    seperti pelabuhan (waterfront). Meskipun demikian mengingat bahwa pusat kawasan/kota merupakan suatu

    lokasi yang sangat multidimensi dan sangat dinamis, maka dalam kegiatan revitalisasi lebih banyak mengarah

    pada lokasi ini. Juga perlu diperhatikan bahwa program revitalisasi haruslah bertumpu pada komunitas,

    sehingga harus mempertimbangkan faktor-faktor nilai lokal, sejarah, budaya maupun lingkungan alam setempat.

    a. Kawasan Mati

    Tidak mampu merawat dan memanajemen pertumbuhan

    Kepemilikan majemuk

    Nilai property 'negatif'

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    9/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 9

    Rendahnya intervensi publik, menyebabkan rendahnya investasi oleh masyarakat.

    Residential flight (pindahnya penduduk)

    Business flight (pindahnya kegiatan usaha)

    b. Kawasan Hidup tapi Kacau

    Infrastructure distressdan pertumbuhan ekonomi tidak terkendali

    Nilai property tinggi, namun menyebabkan : penghancuran secara creative tehadap aktifitas

    tradisional, pembangunan tidak kontekstual, dan penghancuran nilai-nilai lama.

    c.

    Kawasan hidup tapi kurang terkendali

    Kegiatan cukup hidup, namun kurang kontrol

    Terjadinya pergeseran fungsi dan nilai lama yg signifikan

    Pergeseran setting tradisionalnya.

    Menurut Lynn M Ross, AICP bila kegiatan revitalisasi masih dalam proses awal penentuan visi dan

    perencanaan, maka pendekatan community based sangat cocok digunakan, karena dapat memfokuskan pada

    eksplorasi dan identifikasi atribut-atribut komunitas seperti sejarah dan budaya lokal, termasuk kondisi alami

    setempat. Pemahaman terhadap kondisi lokalitas tersebut bermanfaat untuk menetapkan atau memfokuskan

    pada obyek awal revitalisasi yang sesuai karakter dan nilai-nilai local, misalnya perbaikan atau penambahan

    kebutuhan fasilitas baru (infill), perubahan fasade bangunan atau perbaikan faslitas jalan (streetscape). Untuk

    merealisasikan pendekatan tersebut Lynn mengusulkan penggunaan metode berikut sebagai instrument

    implementasi yaitu:

    Design guidelines, sebagai alat, pedoman atau arahan untuk melindungi dan memperkuat karakter,

    estetika dan sejarah lokal yang unik, yang telah eksis di kawasan perencanaan

    Special district regulation, sebagai alat untuk memberikan karakter khusus pada suatu kawasan yang

    berbeda dengan kondisi kawasan lain maupun kota pada umumnya, sehingga mejadi lebih unik, menarik

    dan spesifik;

    Mix it up, menciptakan kawasan dan atau koridor yang multi fungsi yang unik dan spesifik, sehingga

    menjadi daya tarik ekonomi, maupun pengunjung, untuk berusaha/berbisnis, tinggal/hidup, dan bekerja di

    kawasan ini.

    2.1.10 Kebijakan dan Strategi Revitalisasi

    a. Kebijakan:

    Pada kawasan yang menurun produktifitas ekonominya, kawasan potensial dan strategis lainnya

    Meningkatkan aksesibilitas, keterkaitan serta fasilitas kawasan

    Memberikan bantuan teknis dan stimulan untuk mengembangkan kawasan berwawasan budaya

    lokal

    Mengembangkan manajemen revitalisasi kawasan

    Mengembangkan kapasitas institusi serta tumbuhnya kesadaran pemerintah, komunitas lokal dan

    perangkat hukum yang baik dalam rangka good governance and management

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    10/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 10

    Menggerakkan terjadinya investasi pada kawasan lama dan kawasan potensial lainnya.

    b. Strategi

    Mendorong pertumbuhan ekonomi lokal melalui pemberian STIMULAN

    Meningkatkan kualitas pelayanan P/S, utilitas kawasan serta aksesibilitas kawasan dalam rangka

    mewujudkan integrasi kawasan dengan sistem kota

    Memprioritaskan pelaksanaan PRK yang signifikan secara sejarah, kultural dan ilmu pengetahuan

    Menyusun agenda yang lebih partisipatif terhadap aspirasi dan permasalahan komunitas lokal

    Menggali sumber-sumber pendanaan pembangunan yang lebih luas

    Mendorong tumbuhnya komitmen untuk melakukan preservasi, restorasi, rehabilitasi, dan adaptasi

    terhadap kawasan lama termasuk pembentukan kelembagaan pengelolaan kawasan

    Memberdayakan institusi pemerintah kab./kota dan masyarakat

    Mengembangan sistem monitoring dan evaluasi

    Dokumentasi dan diseminasi

    2.1.11 Klasifikasi Kawasan Revitalisasi

    a.

    Ditinjau dari fungsi kawasan :

    Revitalisasi Kawasan Perniagaan

    Revitalisasi Kawasan Perumahan

    Revitalisasi Kawasan Perindustrian

    Revitalisasi Kawasan Perkantoran pemerintah

    Revitalisasi Kawasan Olah Raga, dan Fasilitas sosial lainnya

    Revitalisasi Kawasan Khusus

    Gambar 2.1Revitalisasi Kawasan Permukiman Nelayan

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    11/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 11

    b.

    Ditinjau dari letak kawasan

    Revitalisasi kawasan pegunungan / perbukitan

    Revitalisasi kawasan tepian air (sungai, laut, dan dana)

    Revitalisasi kawasan perairan / rawa

    Gambar 2.2Revitalisasi Kawasan Pasar Tradisional

    c. Ditinjau dari kekunoan dan kesejarahannya

    Revitalisasi kawasan bersejarah

    Revitalisasi kawasan baru

    Gambar 2.3Revitalisasi Kawasan Bersejarah

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    12/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 12

    2.1.12 Lingkup Kegiatan Program Penataan Dan Revitalisasi Kawasan

    1. Penyusunan Kebijakan dan Strategi

    2. Penyusunan NSPM

    3.

    Identifikasi Lokasi

    4.

    Studi dan Penyusunan Masterplan Revitalisasi Kawasan:

    5. Penyusunan DED

    6. Pelaksanaan Fisik dan Supervisi

    7.

    Pengelolaan Kawasan Revitalisasi

    8. Penguatan Kelembagaan (Capacity Building)

    9. Sosialisasi, Pelatihan/diseminasi,

    10. Promosi dan Pemasaran Kawasan

    11.

    Kerjasama dengan Swasta dalam pengelolaan kawasan

    12. Penyusunan Rencana Operasi dan Pemeliharaan Kawasan

    13. Pembinaan Pelaku Usaha

    14.

    Pengembangan Atraksi Budaya

    15. Dokumentasi dan Publikasi

    2.1.13 Elemen Fisik Revitalisasi

    Perancangan kawasan kota merupakan proses menciptakan atau memandu penciptaan lingkungan

    binaan yang mampu mewadahi aktivitas masyarakatnya dengan nyaman, berkualitas tinggi dan mampu

    meningkatkan harkat kemanusiaannya. Dengan perkataan lain, urban design harus merupakan proses yang

    memberikan arahan bagi terwujudnya suatu lingkungan binaan fisik yang layak, yang sesuai dengan aspirasi

    masyarakat, kemampuan sumber daya setempat, serta daya dukung lahannya.

    Hamid Shirvani dalam bukunya THE URBAN DESIGN PROCESS (1985), menyatakan bahwa urban

    designadalah bagian dari proses perencanaan yang berhubungan dengan kualitas fisik lingkungan, yaitu yang

    berkaitan dengan desain fisik dan spatial dari lingkungan. lingkup urban design memiliki batas dari eksterior

    bangunan pribadi ke Iuar. Konsepsi urban design dari system pola struktur ruang dasarnya adalah penciptaan

    jalan (street) dan ruang terbuka (open space) seolah-olah dari cungkilan (carving out) dari sebuah massa yang

    sebelumnya solid. Proses pertumbuhan kota semacam ini tentu saja diawali dengan pembangunan beberapa

    bangunan. Namun pada evolusi selanjutnya yang menjadi semakin kompleks sebagai akibat logis dari tradisi

    yang masih homogen, aglomerasi ekonomi, kohesi sosial dan keamanan pertumbuhan in fill dimana modern

    cenderung merusak struktur ruang yang ada.

    Mohammad Danisworo dalam bukunya STRATEGI PENERAPAN RANCANGAN KOTA (1994),

    menyakinkan bahwa unsur-unsur arsitektur kota yang berpengaruh terhadap (proses) pembentukan ruang harus

    diarahkan serta dikendalikan perancangannya sesuai dengan skenario pembangunan yang telah digariskan.

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    13/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 13

    Tabel II.3Elemen Fisik dalam Urban Design Guidelines

    ELEMEN UTAMA RINCIAN

    PERUNTUKKAN (Tata Guna Lahan)

    - Makro-Mikro- HorisontalVertikal

    -useMixed Used

    - Fasos-Fasum

    INTENSITAS PEMBANGUNAN

    - Land-Use-Intensity (LUI)- Integrasi Antara Floor-Area Yang Diizinkan (KLB), Setbacks,

    Ketinggian, Bentuk Massa/Selubung Dan Pengendalian Site-Coverage(KDB),

    TAUTAN (LINKAGE)

    - Circulation And Parking (Sirkulasi Dan Area Parkir)- Pedestrian Ways (Area Pejalan Kaki)- Activity Support (Kegiatan Pendukung)

    RUANG TERBUKA/HIJAU

    - Lansekap- Tata Hijau- Ruang Terbuka

    -Badan Air (Sungai, Laut, Danau)

    - Street Furniture/Fixture

    TATA BANGUNAN

    - Pengendalian Bentuk Massa Bangunan (sosok, tinggi, kepadatan, jarakbebas, dan sebagainya).

    - Pengendalian Dampak (aspek ekonomi, sosial, budaya, psikologi, dansebagainya.

    - Pengendalian Lingkungan (orientasi, aliran udara, sinar matahari,bayangan, yang kesemuanya berkaitan dengan iklim, warna, tekstur,dan sebagainya).

    - Bangunan BaruInfill serta Bangunan Konservasi- Tetenger/Landmark

    Sumber: Danisworo, 1994

    2.1.14 Rencana Pengembangan Kawasan

    1. Skenario Penataan dan Revitalisasi Kawasan (PRK)

    2. Rencana Penataan dan Revitalisasi Kawasan: meliputi : konservasi, pembangunan baru/new

    development, perbaikan/upgrading, pemindahan/relokasi-resetlement,dan peremajaan/renewal)

    3. Rencana Penataan dan Revitalisasi Fisik Kawasan; Rencana Tapak, Rencana Pergerakan, Rencana

    Tata Hijau

    4. Rencana Pelayanan Prasarana (air bersih, drainase, persampahan, air limbah, jalan), sarana (pasar

    rakyat, pedagang kecil, pedagang kaki lima /PKL, pertokoan, fasilitas sosial, fasilitas transportasi) dan

    utilitas (listrik, gas, telepon)

    5. Rencana Sirkulasi dan Aksesibilitas

    6. Rencana Detail (Design Guidelines)

    7.

    Rencana Pengembangan Ekonomi Lokal

    8. Rencana Pengembangan Lingkungan, Tradisi Sosial dan Budaya

    9. Rencana Pengembangan Sumber-sumber Pendanaan

    10.

    Rencana Pengembangan Kelembagaan

    11. Program Investasi PRK

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    14/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 14

    12.

    Rencana Tindak Pengembangan/Peningkatan Keuangan Kawasan

    13. Rencana Tindak Pengembangan/peningkatan Kelembagaan Kawasan

    2.1.15 Pelembagaan Dan Penataan Revitalisasi Kawasan

    Untuk dapat melaksanakan hasil-hasil perencanaan revitalisasi, maka upaya-upaya yang dapat

    dilakukan adalah dengan cara melibatkan stakehoder terkait (masyarakat, swasta/dunia usaha, pemerintah kota,

    pemerintah propinsi dan pemerintah pusat). Pada tahap ini melibatkan instansi pemerintah terkait, masyarakat,

    pelaksana konstruksi, pengawas konstruksi, perencana konstruksi dan pengelola proyek untuk mewujudkan

    DED ke dalam bentuk fisik. Bentuk pelibatan ini dapat dalam wujud Badan Pengelola Kawasan yang

    melibatkan stakeholder yang akan berperan sebagai fasilifator dan katalisator untuk pemerintah, swasta dan

    masyarakat dalam suatu Kemitraan (partnership) dalam manajemen pengelolaan kawasan. Hal-hal yang dapat

    diatur dalam landasan hukum terdiri dari:

    Keberadaan organisasi Badan Pengelola Kawasan.

    Kawasan sebagai kawasan Revitalisasi dan Konservasi dan batas-batasnya.

    Proses Perijinan, bagi pembangunan dalam kawasan

    Sanksi bagi pihak-pihak yang melanggar ketentuan

    Insentif/ disinsentif, Retribusi dan pajak.

    Berupa Peraturan Daerah baik ditingkat Kabupaten/Kota ataupun Provinsi atau dapat berupa Surat

    Keputusan (SK) yang dikeluarkan oleh Kepala Daerah.

    Pengendalian pembangunan dan pemanfaatan kawasan. Pemeliharaan dan perawatan kawasan.

    Pelayanan terpadu dibidang perijinan.

    Fasilitator dan katalisator antara Pemerintah, Swasta dan Masyarakat.

    Promosi, pemasaran, dan penyelenggaraan acara.

    Penggalangan dana masyarakat baik berupa tanah maupun berupa investasi

    Pengembangan atraksi budaya yang diharapkan dapat merangsang kegiatan ekonomi

    lokal baik berkala maupun secara terus menerus.

    Promosi dan Pemasaran Kawasan.

    Pengendalian Pembangunan Kawasan

    Penyusunan Rencana O & M

    Pembinaan pelaku usaha

    2.1.16 Revitalisasi Kawasan

    Revitalisasi kawasan merupakan rangkaian upaya untuk menghidupkan kembali kawasan yang

    cenderung mati, meningkatkan nilai-nilai vitalitas yang strategis dan signifikan dari kawasan yang masih

    mempunyai potensi, dan/atau mengendalikan kawasan yang cenderung tidak teratur untuk mengembalikan atau

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    15/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 15

    menghidupkan kawasan dalam konteks kota yang tidak berfungsi atau menurun fungsinya agar berfungsi

    kembali, atau menata dan mengembangkan lebih lanjut kawasan yang berkembang sangat pesat namun

    kondisinya cenderung tidak terkendali. Revitalisasi kawasan dilakukan melalui pengembangan kawasan-

    kawasan tertentu yang layak untuk direvitalisasi baik dari segi settingkawasan, sosio cultural, sosio ekonomi,

    dan sosio politik. Kegiatan revitalisasi merupakan proses pembangunan kembali ekonomi, sosial, dan budaya

    suatu lingkungan permukiman bersignifikansi budaya dan/atau kawasan bersejarah (tradisional) dengan pola

    penanganan:

    a. Berazaskan tridaya (daya usaha, daya lingkungan dan daya manusia) sebagai suatu kesatuan upaya

    dalam setiap kegiatan penanganan.

    b.

    Menggunakan pendekatan pembangunan bertumpu pada masyarakat

    c. Mengacu pada kebijakan penataan ruang, penyelenggaraan bangunan gedung dan lingkungan, dan

    kebijakan lain terkait dengan upaya pemberdayaan dan pelibatan mayarakat dalam pembangunan.

    Secara khusus penataan dan revitalisasi kawasan untuk meningkatkan vitalitas kawasan terbangun

    melalui intervensi perkotaan yang mampu menciptakan pertumbuhan dan stabilitas ekonomi local, terintegrasi

    dengan sistem kota, layak huni, berkeadilan sosial, berwawasan budaya dan lingkungan, maka sasaran yang

    dapat dilakukan dalam revitalisasi kawasan adalah sebagai berikut:

    a.

    Meningkatkan kegiatan melalui intervensi yang mampu mengembangkan penciptaan lapangan kerja,

    peningkatan jumlah usaha dan variasi usaha serta produktivitas kawasan.

    b. Meningkatkan stabilitas ekonomi kawasan melalui intervensi untuk mengembangkan penciptaan iklim yang

    kondusif bagi kontinuitas dan kepastian usaha, menstimulasi faktor-faktor yang mendorong peningkatan

    produktivitas kawasan, mengurangi jumlah capital bergerak keluar kawasan dan meningkatkan investasi

    yang masuk ke dalam kawasan.

    c.

    Meningkatkan nilai property kawasan dengan mereduksi berbagai faktor eksternal yang menghambat

    sebuah kawasan sehingga nilai properti kawasan sesuai dengan nilai pasar dan kondusif bagi investasi

    jangka panjang.

    d.

    Terintegrasinya kantong-kantong kawasan kumuh yang terisolir dengan sistem kota dari segi spasial,

    prasarana, sarana serta kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya.

    e.

    Meningkatkan kuantitas dan kualitas prasarana lingkungan seperti jalan dan jembatan, air bersih, drainase,sanitasi, dan persampahan, serta kawasan sarana seperti pasar, ruang untuk industri, ruang ekonomi

    informal dan formal, fasilitas sosial dan budaya, dan sarana transportasi.

    Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur jika mampu menciptakan lingkungan yang

    menarik (interesting), bukan sekedar membuat beautiful place, kegiatan tersebut harus berdampak positif

    terutama dapat meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat.

    1) Revitalisasi Pusat Kota Lama

    Konservasi kota lama adalah suatu upaya untuk melindungi, menjaga, mencegah, dan mengurangi

    degradasi lingkungan kawasan akibat kegiatan masyarakat. dalam konteks revitalisasi, konservasi juga

    menyertakan kehidupan baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam bentuk penyertaan potensi

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    16/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 16

    masyarakat setempat dan fungsi-fungsi baru tanpa harus menghilangkan ciri dan karakteristik yang melekat

    pada kawasan atau kota tersebut.

    Banyak kegiatan revitalisasi yang dilakukan dengan memperbaiki kualitas fisik, sosial, dan ekonomi

    kawasan yang hanya bermotivasi ekonomi-komersial dengan meningkatkan pembangunan fisiknya saja,

    sehingga mengaburkan hal-hal yang menyangkut citra, psikologi ruang, dan persepsi warga kota. Kegiatan

    revitalisasi yang hanya mementingkan ekonomi komersial semacam itu menyebabkan terjadinya penggusuran

    terhadap bangunan-bangunan kuno yang menjadi ciri khas kawasan perdagangan lama, padahal bangunan-

    bangunan tersebut merupakan saksi sejarah kota yang seharusnya dilestarikan, sehingga kota tidak kehilangan

    masa lalunya (Budiharjo, 1997: 221). Beberapa langkah nyata yang dapat dilakukan kegiatan untuk revitalisasi

    antara lain (Budiharjo; 1997:222-225):

    1. Berkaitan dengan peraturan perundang-undangan. Perda tentang konservasi bangunan dan lingkungan

    bersejarah seyogianya segera disahkan. Dengan berlakunya Undang-undang Benda Cagar Budaya, perda

    yang disusun memiliki patokan hukum yang kuat. Dengan adanya Perda Konservasi, keberadaan dan

    kelestarian bangunan kuno bersejarah dapat lebih terjamin. Kemungkinan kecolongan yang

    mengakibatkan lenyapnya bangunan kuno sangat tipis.

    2. Pemda beserta pakar dan konsultan yang kompeten dalam bidang konservasi perlu segera menyusun

    panduan perencanaan dan perancangan kawasan konservasi. Dengan adanya panduan tersebut

    diharapkan agar keunikan, karakter, dan kekhasan bangunan kuno maupun kawasan bersejarah dapat

    terjaga atau ditingkatkan.

    3.

    Menyangkut kemitraan pemerintah dengan pihak swasta, dalam bentuk joint venture. Melalui

    penggalangan dana dan daya kemitraan tersebut, dapat diupayakan revitalisasi kawasan pusat kota lama

    yang tidak sekadar berorientasi pada kepentingan budaya maupun kesejahteraan, tetapi juga berwawasan

    ekonomis finansial. Dengan demikian bukan hanya bangunan terjaga lestari, tetapi kehidupan ekonominya

    juga berkembang.

    4. Berkaitan dengan upaya pemilikan oleh Pemda atau public acquisition. Beberapa bangunan kuno yang

    bermakna sebagai landmark yang berskala kota sebaiknya dimiliki oleh Pemda atau paling tidak Pemda

    memiliki saham cukup besar pada bangunan tersebut agar tetap memegang peran yang menentukan masa

    depan bangunan kuno yang dimaksud.5.

    Sistem insentif dan disintensif, reward and punishment agar diterapkan dalam menggairahkan iklim

    investasi di kawasan pusat kota lama. Sektor swasta yang berminat menanam modal diberi insentif yang

    menarik. Selain itu juga bisa diterapkan sistem transfer of development rights atau pemindahan hak

    membangun dari kaawsan bersejarah yang dikonvensi ke tempat lain.

    6. Pemberian keringanan pajak pada pengusaha atau pemilik bangunan kuno di kawasan bersejarah.

    Keringanan pajak tersebut disertai dengan persyaratan yang mengikat tentang pelestarian dan

    pemanfaatan bangunan kunonya.

    2)

    Revitalisasi Permukiman Nelayan

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    17/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 17

    Menurut buku panduan penjelasan umum RPIJM Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen

    Pekerjaan Umum, untuk mendukung revitalisasi permukiman, maka telah disusun cakupan dan kegiatan pokok

    dari setiap cakupan tersebut adalah:

    a. Revitalisasi kawasan permukiman tradisional/bersejarah:

    b.

    Revitalisasi penataan bangunan dan lingkungan:

    - Penataan dan revitalisasi kawasan perkotaan

    - Rehabilitasi bangunan istana presiden dan kebunnya.

    Kegiatan revitalisasi lingkungan permukiman tradisional/bersejarah memiliki tujuan untuk meningkatkan

    kualitas lingkungan kawasan lingkungan permukiman tradisonal/bersejarah sehingga dapat mendorong

    pengembangan potensi ekonomi dan wisata yang diharapkan dapat mendukung kondisi ekonomi

    kabupaten/kota serta mendukung kelestarian nilai budaya kawasan. Adapun kriteria penanganannya adalah

    sebagai berikut:

    Nilai historis bangunan bersejarah berskala nasional

    Bangunan bersejarah atau lingkungan permukiman tradisional tersebut mampu mendukung kelestarian

    nilai budaya kawasan.

    Adanya potensi kegiatan ekonomi masyarakat yang spesifik dan menonjol (kerajinan daerah dan

    potensi wisata)

    Kondisi lingkungan budaya yang kondusif, dalam arti dapat menerima pembaharuan yang dibawa oleh

    pembangunan dan program pemerintah.

    Luas kawasan antara 5 sampai 40 Ha

    Telah sesuai dengan RUTR/RDTR

    Revitalisasi kawasan permukiman tidak saja bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan

    kualitas lingkungan dan masyarakat tersebut sebagai obyek wisata sejarah yang menarik. Perbaikan

    permukiman dilakukan melalui peningkatan kebersihan dan penghijauan lingkungan, serta melalui kegiatan

    composting.

    Gambar 2.4Revitalisasi Kawasan Permukiman

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    18/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 18

    3)

    Revitalisasi Pasar Tradisional

    Revitalisasi pasar berarti mensinergikan sumberdaya potensial yang dimiliki oleh pasar tradisional

    dengan mempertimbangkan seluruh aspek secara komprehensif, terintegrasi, dan holistic sehingga mampu

    meningkatkan daya saing pasar tradisional dengan mempertahankan kekhasan maupun keunggulan yang

    dimiliki pasar tradisional tersebut. Revitasilasi pasar tradisional bisa dilakukan dengan menata dan membenahi

    pasar tradisional. Revitalisasi pasar tradisional membutuhkan kebijakan yang berpihak baik pemerintah maupun

    pelaku usaha terkait. Adapun kebijakan yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka revitalisasi

    pasar tradisional adalah:

    1. Mengubah wajah pasar tradisional agar bisa lebih higienis, lebih nyaman, dan lebih teratur.

    Pembenahan pasar tradisional hendaknya mengutamakan kepentingan para pedagang dan konsumen,

    bukan kepentingan investor semata.

    2. Melakukan kampanye masal untuk mendorong kesadaran pedagang dalam melakukan sanitasi

    lingkungan, kesehatan, dan menjual produk yang higienis.

    3.

    Mendorong dan membangun kesadaran masyarakat dan pedagang akan pentingnya atribut mutu dan

    keamanan produk.

    4. Menggunakan instrument CSR perusahaan-perusahaan distributor untuk membina pedagang pasar

    tradisional

    Diperlukan koordinasi dan kerjasama yang erat antar semua pihak agar tidak terjadi kerancauan dalam

    menyikapi kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan.

    2.1.17 Best Practice Revitalisasi

    Revitalisasi Kawasan Monumen Panglima Besar jenderal Soedirman

    Monumen Panglima Besar jenderal Soedirman terletak di Desa Pakis Baru, Kecamatan Nawangan,

    Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Bangunan monumen ini berdiri tepat pada puncak pegunungan dan telah

    diresmikan sejak tahun 1993. Kawasan monumen panglima besar Jenderal Soedirman merupakan pusat

    aktivitas baru yaitu sebagai napak tilas rute gerilya, serta dijadikan tempat wisuda bagi para taruna angkatan

    darat, laut, dan udara. Kondisi eksisting sarana dan prasarana kawasan masih belum memadai, yaitu

    aksesibilitas dalam kawasan yang masih kurang, kesulitan air bersih, fasilitas komunal seperti toilet umum, dan

    sebagainya.

    Sebagai pusat aktivitas baru, akan dirancang fasilitas seperti perpustakaan, galeri, amphitheater, dan

    lain sebagainya. Upaya revitalisasi kawasan monument Panglima Besar Jenderal Besar Soedirman juga untuk

    mengkonservasi patung dan rumah yang semula dijadikan markas diwaktu gerilya melawan penjajah untuk

    merebut kemerdekaan RI. Konsepsi Revitalisasi Kawasan mempertimbangkan adanya kebutuhan peningkatan

    kualitas sarana dan prasarana kawasan, maka Departemen Pekerjaan Umum menyusun konsepsi revitalisasi

    sesuai dengan kriteria penataan dan revitalisasi kawasan. Fungsi pelataran upacara vital untuk mendukung

    penyelenggaraan kegiatan TNI, yaitu wisuda angkatan. Nilai sejarah kawasan juga membantu menanamkan

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    19/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 19

    pendidikan akan nilai semangat kejuangan Panglima Besar Jenderal Soedirman di masa lampau bagi generasi

    penerus bangsa untuk terus berjuang demi bangsa dan Negara Indonesia.

    Revitalisasi Pusat Kota Nagahama, Jepang

    Kota Nagatama merupakan kota kecil yang berada di pinggiran danau Biwako ini banyak memiliki

    peninggalan lama, mulai dari machiya (rumah tradisional) hingga lumbung-lumbung beras yang kosong,

    membentuk wajah kota yang sangat khas. Pada suatu waktu, sebuah toko serba ada akan dibangun di tengah

    kota. Namun penduduk menolak, karena akan merusak wajah pusat kota serta ekonomi rakyat yang ada.

    Gagasan pemerintah setempat, toko besar tersebut kemudian akan dibangun di pinggiran kota. Masyarakat

    kembali menolak, mereka berfikir pusat kota akan menjadi area yang mati, banyak orang nanti memilih pergi ke

    area baru tersebut. Apalagi, pada umumnya, pusat kota selalu memiliki persoalan dengan lalu lintas yang padat

    dan jalan-jalan yang relatif kecil.

    Agar toko serba ada tetap dapat dibangun, dan pusat kota lama tidak menjadi mati, sebuah program

    peniupan kehidupan untuk pusat kota dilakukan dengan memilih program yang inovatif, bernilai jual tinggi dan

    berkelanjutan. Dipilih industri kecil yaitu kerajinan gelas, yang tidak dimiliki di kota itu dan justru didatangkan dari

    Tokyo, sebagai citra industri kota yang baru. Alasan pemilihan tersebut adalah sebagai berikut:

    1.

    Industri kerajinan gelas yang dapat diwujudkan dalam bentuk peralatan rumah tangga, perhiasan wanita,

    dan cenderamata diprediksi akan mampu mendatangkan wanita dari berbagai penjuru Jepang ke sana

    untuk berbelanja. Apabila disain terus berkembang, mereka akan datang kembali dan kembali lagi.

    2.

    Kerajinan ini dapat dilakukan langsung oleh masyarakat sendiri sehingga akan mendukung kegiatan

    ekonomi rakyat setempat.

    3. Kerajinan tersebut baik dari segi pengolahan maupun penataan penjualan dapat adaptif menempati

    peninggalan lama yang ada, sehingga bangunan tradisional dapat dipugar dan dikembangkan sesuai

    kebutuhan tanpa merusak keasliannya.

    Tiupan kehidupan di kota Nagahama ini dikelola langsung oleh pemerintah kota bekerja sama dengan

    masyarakat dan melakukan kemitraan dengan berbagai pihak swasta. Untuk perencanaan dan pelaksanaan

    revitalisasi yang bekerja sama dengan masyarakat ini dilakukan melalui pertemuan-pertemuan yang

    dilaksanakan di Community Center yang memakan waktu hingga tahunan. Berbagai program perbaikan fisik,infrastruktur, dan keindahan kota mulai dari penutup jalan, hiasan jembatan, lampu kota serta street furniture

    lainnya dilaksanakan untuk mendukung revitalisasi tersebut. Beberapa festival masyarakat juga dibangkitkan

    kembali. Dan kini, memang banyak wanita dari berbagai penjuru lalu lalang di kota tua ini berburu kerajinan

    gelas, dan masyarakat lokal dapat memenuhi kebutuhan modern di lingkungan tradisional yang sehat, serta

    pusaka kota bersejarah ini secara berkelanjutan terpelihara dan lestari dengan baik.

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    20/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 20

    2.2

    Pengertian Kota

    Berdasarkan UU Tata Ruang no. 26 Tahun 2007, kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai

    kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,

    pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

    Perancangan Kota merupakan suatu proses yang memberikan arahan bagi terwujudnya suatu

    lingkungan binaan fisik yang layak dan sesuai dengan aspirasi masyarakat, kemampuan sumber daya setempat

    serta daya dukung lahannya. Perancangan kota tidak akan terlepas dari rentetan kolektif memori dari masa lalu

    yang ditengarai menjadi urban heritage (Widodo, 2004). Peninggalan sejarah dalam wujud artefak kota menjadi

    pusaka mampu menciptakan keunikan sebuah tempat, membangun brand dan kondisi yang kuat terhadap skala

    makro kota (Rossi,1982) . Selain itu, peningkatkan citra dan identitas kota dengan pengenalan pada asset

    pusaka terbukti menumbuhkan kebanggaan pada warganya sehingga memberi semangat pada komunitas untuk

    lebih aktif membangun kotanya.

    Tiap kota memiliki kawasan yang bernilai historis sebagai salah satu cikal bakal dari pusat kegiatan

    masyarakat. Di mana nilai historis tersebut dapat menjadi salah satu potensi yang sangat bermanfaat bagi

    seluruh masyarakat. Potensi pariwisata dapat tumbuh dan berkembang dengan baik diantara pesatnya

    pembangunan di pusat kota.

    Namun seiring dengan berjalannya waktu dan gencarnya pembangunan dan pengembangan wilayah

    perkotaan, kawasan ini justru sering terabaikan dan kehilangan identitasnya. Eksistensi kawasan tersebut

    mengalami degradasi fungsi, peranan, fisik, dan kualitas visual kawasan Pusat kota. Penyebabnya antara lain

    akibat kurangnya rasa memiliki dari masyarakat. Untuk itu, pemerintah setempat gencar menggelar upaya

    peningkatan program wisata setempat yang tentunya telah diintegrasikan dengan prioritas program pada sektor

    transportasi, kebersihan dan pertamanan, kependudukan serta penataan bangunan dan lingkungan.

    Isu lingkungan hidup sedang menjadi perhatian nasional dan internasional dalam penanganan

    pembangunan. Selama ini masalah tersebut ditanggapi sebagai satu bagian dari program pembangunan, tetapi

    sesuai dengan perubahan paradigma pembangunan akan menjadi salah satu arus utama (mainstream) konsep

    pembangunan yang mengharuskan seluruh sektor dalam program pembangunan menempatkan issue

    lingkungan hidup sebagai pertimbangan utama, dimana setiap tindakan harus menjadikan isu tersebut tertangani

    dengan baik.Kota-kota yang berusaha mengatasi masalah tersebut dan menjaga kebersihan, relatif aman dari

    bencana dan lebih menjamin unhik dihuni, akan mendapatkan keuntungan dalam orangorang dan bisnis yang

    mereka perlukan pada masa mendatang.

    Abad sekarang ini lebih dikenal sebagai abad perkotaan, dimana permasalahan perkotaan semakin

    mencuat ke permukaan. Pada awalnya, kota merupakan suatu magnet, tempat dimana orang saling bertemu,

    melakukan transaksi perdagangan dan jual beli hasil bumi. Tempat asal mula pertumbuhan kota tersebut, yang

    seringkali kita sebut sebagai kawasan kota lama, dalam perkembangannya seringkali menjadi :

    Mati karena ditinggalkan penghuninya, karena kondisi fisik dan infrastrukturnya sudah tidak memadai

    dengan dinamika perkembangan dewasa ini.

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    21/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 21

    Berkembang namun masih menyimpan potensi untuk berkembang lebih lanjut.

    Berkembang sangat pesat, bahkan cenderung kacau, semrawut dan tidak terkendali.

    Melihat hal tersebut kegiatan perencanaan kota (city planning) juga mengatur dan

    mengalokasikan sumber daya di lahan-lahan kota, agar hasilnya dapat terdistribusi dengan merata.

    Hubungan ini tercermin dalam pengaturan ruangruang melalui sistem zoning. Kecenderungan

    pembangunan sekarang, peruntukan campuran di pusat kota dalam perencanaan kota semakin kuat

    sejalan dengan maraknya area development. Selain itu, peruntukan kawasan ini perlu dilengkapi

    dengan perencanaan aksesibilitas. Dengan meningkatkan sistem tautan ini, daerah belakang yang

    semula under-use dapat ditingkatkan menjadi use. Dengan bertambahnya tingkat pencapaian akan

    menambah nilai lahan dari lahan kawasan tersebut. Beberapa aspek perencanaan kota dapat dibagi

    aspek fisik dan aspek social ekonomi kota.

    2.2.1 Aspek Fisik Kota

    Aspek ini meliputi: daya dukung alam, bentukan fisik kota, fotografi / geologi, transportasi kota, iklim

    makro, dan vegetasi. Temuan dari aspek fisik ini antara lain akan menentukan nilai itensitas pembangunan yang

    diberikan untuk setiap jenis peruntukan lahan. Hal ini harus didasarkan kepada kemampuan daya dukung yang

    dipenggaruhi oleh beberapa faktor lain. Antara lain meliputi: tingkat aksesibilitas, potensi lokasi, daya dukung

    tanah, dan intervensi teknologi.

    2.2.2 Aspek Sosial-Ekonomi Kota

    Aspek ini meliputi: populasi (ukuran komposisi), peran kota (konteks kompetisi regional), struktur ekonomi

    kota, demografi, finansial, dan sebagainya. Beberapa hal yang dapat ditentukan berdasarkan aspek ini, adalah:

    Program kegiatan kawasan haruslah berdasarkan studi yang lebih luas, sehingga fasilitas yang disiapkan

    tidak akan mematikan kawasan di sekitarnya, dan justru akan memperkuat (bersinergi) fasilitas sekitar.

    Keberadaan sektor informal pada ekonomi perkotaan adalah untuk mendukung kehidupan kota.

    Masyarakat marginal ini perlu mendapat perhatian dan juga menjadi target group bagi pembangunan ini.

    Perlu adanya perbaikan kualitas lingkungan pada hunian masyarakat ini, dengan berbagai cara, antara lain

    relokasi setempat pada kawasan peremajaan.

    Peraturan dan kebijakan pembangunan kota, termasuk kebijakan pola menejemen pembangunan/

    kawasan perkotaan yang melibatkan semua pihak yang potensial (publicprivat partnership).

    Strategi pemasaran kawasan. Beberapa hal yang ikut menentukan faktor pemasaran kawasan antara lain

    adalah; citra yang positif (aman, bagus, dan cantik), atraksi berkala (event), dan program atraksi, serta

    fasilitas/ jasa yang ada. Beberapa jenis atraksi yang mungkin pada kawasan ini adalah: atraksi alam &

    binaan (pantai, tepian air, taman), bangunan bersejarah, kegiatan outdoor (restoran terbuka), atraksi baru

    (distrik hiburan, pasar festival), perayaan dan sebagainya.

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    22/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 22

    Dengan diterapkannya Otonomi Daerah yang memberikan kewenangan kebijakan pembangunan pada

    pemerintah daerah, diharapkan terdapat panduan dan manual program pembangunan kota yang berlaku dan

    mudah diterapkan/ dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia dengan memberikan fleksibilitas dan kesempatan

    pada nilai-nilai lokal untuk berkembang dan menjadi ciri positif bagi tiap-tiap kota.

    2.2.3 Paradigma Pembangunan Kota

    Perubahan paradigma pembangunan juga diarahkan pada pembangunan yang komprehensif tidak

    sektoral. Pembangunan dengan pola pikir sektoral yang selama ini dilakukan kurang memiliki koordinasi yang

    baik masing-masing sektor menyusun programnya sendiri tanpa terintegrasi satu sama lain sehingga

    pembangunan yang terjadi tidak berkesinambungan dan berjalan tanpa tujuan dan sasaran yang bersifat lebih

    luas. Terjadinya program yang tumpang tindih (overlapping), ketidaksinambungan tindak lanjut program pada

    tahap-tahap berikutnya, dan tidak tertanganinya suatu masalah atau wilayah, adalah hal-hal yang selama ini

    terjadi akibat sektoralisasi pembangunan.

    Kawasan perkotaan merupakan kawasan yang memiliki kompleksitas yang tinggi baik pada tatanan

    fisik, sosial, maupun ekonomi. Untuk itu penanganan pembangunan kota memerlukan perencanaan yang

    mengarah pada lintas sektoral dan komprehensif. Dalam sub-bab ini akan diuraikan mengenai tinjauan program

    pembangunan perkotaan yang sedang dan telah dilaksanakan.

    Pergeseran tersebut bertujuan untuk memberi arah yang lebih tepat dan lebih baik sesuai dengan

    perubahan-perubahan yang selama ini terjadi. Berbagai penyesuaian dilakukan sejalan dengan perkembangan

    di dalam masyarakat (sosial) maupun pada lingkungan fisik. Pergeseran paradigma tersebut secara umum

    adalah:

    2.2.4

    Pembangunan Berdasar Pada Kelompok Masyarakat

    Merupakan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat yang menekankan pada nilai guna (use

    value) dan mendudukan penghuni sebagai pelaku utama dan penentu dimana semua keputusan dan tindakan

    pembangunan didasarkan atas aspirasi masyarakat, kepentingan masyarakat, kemampuan masyarakat, dan

    upaya masyarakat. Jadi pola kebijakan yang dilakukan bersifat bottom-up, dari bawah (masyarakat) kepada atas

    (pemerintah). Konsep CBD dikembangkan berdasarkan kenyataan bahwa masyarakat merupakan pemiliksumberdaya terbesar dan tersebar, dimana 80 % kebutuhan perumahan nasional dipenuhi secara swadaya dan

    informal. Konsep CBD sangat mendukung paradigma pembangunan saat ini yang menekankan pada

    pembangunan yang berbasis kepada masyarakat.

    Pembangunan yang terjadi selama ini lebih bersifat top-down approachment atau pendekatan atas-

    bawah, menempatkan pemerintah sebagai pelaku utama yang tidak jarang hanya berupa pembangunan satu

    arah. Beberapa program dinilai merugikan masyarakat sehingga pada akhirnya menimbulkan masalah yang sulit

    untuk diselesaikan. Pemihakan pembangunan pada masyarakat harus menjadi pertimbangan utama program

    pembangunan, karena kepentingan masyarakat merupakan kepentingan yang harus diutamakan.

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    23/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 23

    Pada pola ini tetap memerlukan pelaku-pelaku pembangunan lainnya dan mendudukkan pemerintah

    sebagai katalisator, fasilitator, dan sekaligus pengawas, sedangkan sektor swasta sebagai penunjang. Kedua

    sektor terakhir secara konseptual dikelompokkan dalam pengertian enabler, dipaparkan dalam bentuk-bentuk

    berikut :

    Sektor Pemerintah. Mewakili unsur-unsur pemerintah baik pemerintah pusat, pemerintah daerah dan

    Badan Usaha Milik Negara/Daerah yang mempersiapkan produk-produk pengaturan yang mempermudah

    proses pembangunan dan membuka akses ke berbagai sumber daya kunci yang diperlukan seperti

    informasi lahan, dana, perijinan, teknologi, dll.

    Sektor Swasta. Mewakili unsur-unsur swasta baik di bidang industri maupun jasa, misalnya developer

    swasta dan konsultan pembangunan yang semuanya berperan penting sebagai mitra pemerintah untuk

    penanganan kawasan kumuh, penyediaan dana murah, pembimbing dan pendamping komunitas dalam

    penyelenggaraan pembangunan permukiman.

    Sektor Kelompok/Komunitas. Mewakili kelompok-kelompok kepentingan bersama, misalnya kelompok

    masyarakat (pokmas), kelompok usaha bersama (KUB), dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

    Sektor Individu. Mewakili individu-individu baik sebagai anggota kelompok maupun anggota masyarakat

    lepas.

    Paradigma pembangunan saat ini lebih menekankan pada pembangunan yang melibatkan peran

    masyarakat dalam keikutsertaan pengambilan keputusan, sedangkan pemerintah bertindak sebagai

    penyelenggara yang menampung, membina, dan mengelola. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menghasilkan

    kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat sehingga berbagai program yang

    direncanakan dapat terlaksana secara tepat guna dan sasaran. Konsep Community Based Development

    (CBD) merupakan suatu pendekatan yang tepat diterapkan dalam peningkatan partisipasi masyarakat.

    Pendekatan CBD memiliki kemungkinan implementasi yang optimal pada masyarakat karena langsung

    maupun tidak langsung masyarakat diberikan kesempatan dalam merumuskan dan memilih komponen-

    komponen program (detail program) yang dianggap merepresentasikan tingkat kebutuhannya. Pembangunan

    kawasan dengan CBD juga dapat secara menyeluruh menetapkan pola pembangunan tribina yaitu bina

    lingkungan (perencanaan kawasan sesuai dengan potensi dan keinginan masyarakat), bina manusia (pelibatan

    masyarakat sebagai salah satu pelaku utama pembangunan), dan bina usaha (peningkatan kegiatan ekonomimasyarakat yang diintegrasikan dengan upaya penataan kawasan secara keseluruhan).

    2.3 Pelestarian Kawasan Bersejarah di Perkotaan

    Pelestarian adalah upaya pegelolaan pusaka melalui kegiatan penelitian, perencanaan, perlindungan,

    pemeliharaan, pemanfaatan, pengawasan,dan/atau pengembangan secara selektif untuk menjaga

    kesinambungan, keserasian, dan daya dukungnya dalam menjawab dinamika jaman untuk membangun

    kehidupan bangsa yang berkualitas (Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia 2003). Pelestarian adalah segenap

    proses pengelolaan suatu tempat dan bangunan atau artefak agar secara historis, makna kultural yang

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    24/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 24

    dikandungnya, terpelihara dengan baik (www.pu.go.id). Menurut Kevin Lynch (1960: 46-90) benda-benda

    pusaka terdiri dari:

    - Benda-benda arkeologi

    - Bangunan-bangunan kuno/bersejarah

    -

    Lingkungan, baik lingkungan tradisional, colonial atau lingkungan arkeologi

    - Kota bersejarah

    Pelestarian kota merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam perkembangan suatu kota/

    kawasan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut :

    Benda cagar budaya memiliki arti penting bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan

    dan kebudayaan.

    Suatu benda menjadi bagian/ merupakan bagian dari kehidupan masa lalu.

    Benda alam maupun benda buatan manusia dapat berupa karya rumah tinggal, bangunan komersial,

    benda budaya dan keagamaan, bangunan industri atau bangunan pemerintah, taman, jembatan dan

    sebagainya, kota lama, kawasan bersejarah maupun kelompok hunian tradisional. Benda atau tempat

    cagar budaya memperkaya kehidupan manusia, sering memberikan ikatan rasa pada masyarakat dan

    lansekapnya, kepada masa lalu dan berbagai pengalaman hidup.

    Tempat tempat budaya adalah rekaman sejarah yang penting sebagai ekspresi nyata dari sejarah

    negara/tempat.

    Adanya perkembangan pembangunan Kota yang saat ini mengalami peningkatan dan perubahan yang

    pesat, sehingga dapat berpengaruh terhadap kelestarian bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya.

    2.3.1 Signfikansi Konservasi Kawasan Bersejarah di Perkotaan

    Kawasan strategis dan warisan budaya adalah merupakan salah satu issue pokok yang perlu mendapat

    penanganan serius dalam pembangunan perkotaan di Indonesia. Untuk melaksanakannya dibutuhkan upaya

    revitalisasi dan konservasi melalui analisa dan pendekatan pembangunan perkotaan yang terintegrasi.

    Berdasarkan riset kawasan warisan budaya di perkotaan dan perdesaan yang pemah kami lakukan, dapat

    disimpulkan adanya beberapa preposisi umum mengenai logika sosial yang timbul dari dampak urbanisme

    dalam revitalisasi dan konservasi.Dalam hal ini, urbanisme dapat didefinisikan sebagai suatu rasa romantik : perhatian holistik terhadap

    built environment yang meliputi konteks fisik, historis dan sosial ekonomi yang mengeksplotasi hubungan antara

    aspek kreatif bentukan kota dan pemaanfaatan ruang ekonomi dan sosial. Misalnya adalah disain riset preposisi

    yang merupakan cara untuk menemukan kemampuan disain revitalisasi dalam mengembangkan kesempatan

    yang menyatu dengan strategi urban townscapedalam pengembangan aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat

    dan sektor ekonomi.

    Dalam revitalisasi kawasan warisan budaya terbangun maka kawasan tersebut harus dikembangkan

    sehingga menjadi suatu kawasan yang vibrant dan viable untuk kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata

    yang modern dalam rona arsifektural dan lingkungan warisan budaya sehingga tercipta kawasan yang hidup.

    http://www.pu.go.id/http://www.pu.go.id/http://www.pu.go.id/http://www.pu.go.id/
  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    25/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 25

    Pendekatan yang harus dilakukan adalah:

    a. Pengembangan Signifikasi Historis Konservasi

    Dalam pengembangan signifikasi historis konservasi ini, program dan komponen proyek yang

    dikembangkan antara lain:

    Menentukan dan mendefinisikan struktur ruang eksisfing dari kawasan warisan budaya dengan cara

    mengidentifikasi dan mendefiniskan bentukannya baik dari aspek sejarah maupun keberadaannya

    saat ini sehingga dapat digunakan untuk merumuskan bentukan ruang yang baru.

    Pelestarian dan pengembangan kawasan inti (curtilage area) dan akumulasi kawasan warisan budaya

    yang ada.

    Pelestarian terhadap bangunan dan ruang kuno yang merupakan prioritas konservasi dan memiliki

    potensi historis.

    Fungsi ulang untuk artefak kuno bersejarah sebagai penghargaan historis dan atau adaptif re-used

    lewat penerapan fungsi-fungsi yang compatible dengan citra kawasan.

    Pengembangan jaringan wisata arsitektur kawasan warisan budaya.

    Pengembangan museum, perpustakaan dan pusat pusat inforrnasi kawasan warisan budaya.

    b. Pengembangan Signifikasi Budaya

    Dalam pengembangan signifikasi budaya ini, program dan komponen proyek yang dikembangkan antara

    lain:

    Pengembangan museum.

    Pengembangan komunitas seni dan budaya yang memiliki signifikasi budaya khas.

    Pelestarian dan pengembangan living culture dan fungsi-fungsi khas yang masih ada, diantaranya

    budaya khas, kesenian tradisional, kerajinan tangan, souvenir, makanan tradisional dan lain

    sebagainya.

    Guidelines revitalisasi kawasan warisan budaya.

    Pengembangan atraksi wisata melalui paket wisata budaya, festival, karnaval dan promosi

    kesenian.

    Pengembangan signage, intepretasi presentasi dan representasi sejarah.

    c.

    Pengembangan Infrastruktur Perkotaan dan PerdesaanDalam revitalisasi kawasan warisan budaya perlu diikuti dengan penyediaan infrastruktur perkotaan dan

    perdesaan yang memadai dan terintegrasi dengan sistim kota serta mampu mendukung dan

    memberdayakan potensi kawasan warisa budaya yang bersangkutan. Program dan komponen proyek

    yang dikembangkan adalah:

    Peningkatan aksesibilitas dari dan ke arah kawasan warisan budaya serta peningkatan kualitas

    jalan yang ada.

    Penanganan sanitasi dan drainase.

    Penyediaan air bersih yang memadai.

    Peningkatan sarana penerangan jalan umum, penerangan pedestrian, penerangan taman atau

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    26/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 26

    ruang terbuka publik.

    Penyediaan transfer station persampahan dan sistem penanganan persampahan terkait.

    Penyediaan fasilitas listrik dan telepon.

    Peningkatan kualitas lansekap kota.

    Penyediaan fasilitas transportasi publik yang murah dan terdistribusi dengan baik.

    d. Pengembangan Perumahan dan Lingkungan yang Sehat

    Dalam pengembangan perumahan dan lingkungan yang sehat ini maka pembangunan infrastruktur

    perkotaan dan perdesaan menjadi salah satu fokus utama. Program dan komponen proyek yang

    dikembangkan antara lain:

    Memfungsikan kembali bangunan-bangunan kuno yang pernah digunakan permukiman.

    Mengembangkan kawasan untuk perumahan.

    Perlindungan dan penciptaan lingkungan pedestrian dan ruang publik yang manusiawi.

    Perencanaan ruang terbuka publik sebagai unsur kenyamanan kota, lengkap dengan street

    furniture, vegetasi dan penandaan.

    Pengembangan potensi riverfront untuk wisata air dan pemandangan.

    Revitalisasi dapat diukur berdasarkan tingkat vitalitas yang signifikan pada kawasan terbangun yaitu

    melalui beberapa variabel berikut:

    1. Populasi, menyangkut tingkat kepadatan, flight dan status stakeholder. Indikator utama yang

    dibahas adalah mengenai:

    Densitas yang mengacu pada angka kepadatan penduduk per hektar.

    In-out migration yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi tingkat perpindahan yang ada.

    Perhitungannya merupakan hasil pertambahan jumlah penduduk (penghuni baru dan

    kelahiran) yang dikurangi dengan angka perpindahan penduduk (penghuni yang pindah dan

    angka kematian).

    Status hunian bangunan menyangkut legalitas hunian dan kepemilikan properti aset warisan

    budaya tersebut.

    2. Ekonomi, menyangkut pendapatan kawasan dan besamya layanan. Indikator utama yang dibahas

    adalah: PADS kawasan yaitu menyangkut pendapatan kawasan dibanding kawasan lain di sekitamya,

    apabila kawasan warisan budaya tersebut memiliki PADS yang jauh kebih rendah

    dibandingkan dengan PADS kawasan di sekitamya maka hal ini akan menunjukkan bahwa

    kawasan yang dimaksud perlu didekati dengan cara revitalisasi.

    Active commercial use. Penghitungannya adalah berdasarkan profit yang didapat selama

    kurun waktu lima tahun terakhir.

    Jenis usaha meliputi variasi jenis usaha dan pangsa pasar yang terlayani oleh kawasan yano

    bersangkutan. Penilaian vitalitas kawasan juga ditentukan berdasarkan perkembangan jumlah

    unit usaha yang ada.

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    27/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 27

    3.

    Sosial, menyangkut tingkat kriminalitas / keamananan, tingkat kesehatan dan tingkat keamanan.

    Indikator utama yang dibahas adalah mengenai:

    Penilaian keamanan ditentukan berdasarkan angka / kejadian kriminalitas yang dapat

    membahayakan keselamatan jiwa, properti dan kelestarian kawasan warisan budaya yang

    bersangkutan. Penilaian ini dilakukan kaema dampak dari kondisi ini adalah buruknya image

    kawasan sehingga menyebabkan orang menjadi enggan untuk mengunjungi atau bahkan

    tinggal dan berusaha di sana.

    Kondisi kesehatan lingkungan / epidemi dalam kawasan adalah untuk mengindikasikan apakah

    kondisi kawasan / lingkungan tersebut cukup nyaman dan sehat.

    Penilaian terhadap keselamatan meliputi kemungkinan terjadinya kecelakaan dan bencana

    alam yang dapat membahayakan keselamatan nyawa, properti dan kelangsungan kawasan

    warisan budaya. Faktor yang mempengaruhi kondisi keselamatan kawasan adalah mungkinan

    buruknya layanan aksesibilitas, transportasi, traffic system management, turunnya kondisi

    warisan budaya terbangun, gempa bumi, tanah longsor, banjir dan lain sebagainya. Dampak

    dari rendahnya keselamatan kawasan adalah rusaknya kawasan warisan budyaa dan matinya

    investasi akibat kurang terjaminnya keselamatan jiwa dan properti yang ada di dalamnya.

    Budaya, menyangkut eksistensi warisan budaya intangible. indikator utama yang dibahas:

    Keberadaan komunitas budaya, yaitu mengenai jumlah, variasi pelaku, variasi penikmat.

    Eksistensi kepercayaan setempat baik itu berupa belief maupun relasi ritual kawasan warisan

    budaya,

    Keberadaan produksi built ervironment baik berupa art, handycraft, ataupun arsitektur serta

    lingkup layanan yang dijangkaunya.

    4.

    Sarana, menyangkut kualitas dan kapasitas penyediaan serta distribusi. Indikator utama yang

    dibahas adalah mengenai ketersediaan infrastruktur perkotaan seperti Air bersih, Drainage,

    Persampahan, Sanitasi, Jalan, Listrik, Telepon.

    e.

    Pengembangan ekonomi

    Dalam pengembangan ekonomi, nantinya perlu diperhatikan masalah globalisasi, modemisasi dan

    pengaruh urbanisasi baik di kawasan perkotaan maupun perdesaan. Secara umum program dankomponen proyek yang dikembangkan antara lain:

    Penciptaan kesempatan pertumbuhan usaha baik bagi masyarakat maupun investor (job creation,

    full employment)

    Pemberdayaan masyarakat.

    Pemberdayaan pasar (enabling the market). Penguatan kemampuan ekonomi pemerintah kota.

    Pengembangan properti dan bisnis.

    Pengembangan minat investasi dan pengembangan usaha.

    f.

    Pengembangan Aspek Legal

    Dalam pengambangan aspek legal ini, hal - hal yang harus diatur antara lain:

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    28/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 28

    Penetapan delineasi kawasan.

    Pelestarian terhadap bentuk kota dan bangunan, pembangunan baru dan lain sebagainya.

    Hak dan kewajiban stakeholder.

    Penghargaan dan sanksi harus diberikan kepada para stakeholder revitalisasi dalam kawasan

    warisan budaya tersebut.

    g. Pengembangan Institusi

    Program dan komponen proyek yang dikembangkan antara lain:

    Pemasaran properti dan investasi

    Pengembangan pariwisata.

    Konservasi bangunan dan lingkungan.

    Pengelolaan bangunan dan kawasan.

    Perijinan.

    Pengaturan peraturan.

    Pengarsipan dan penyusunan data base yang baik.

    Urgensi konservasi dapat diukur melalui beberapa variabel menyangkut peran historis, peran signifikasi

    kultur dan level kerusakan. Indikator utama yang dibahas adalah mengenai:

    Historical significance dibedakan atas bangunan dan kawasan bersejarah. Parameter yang menentukan

    urgensinya adalaah apabila kawasan warisan budaya tersebut tergolong sangat memenuhi kriteria

    konservasi yakni usianya telah mencapai 50 tahun atau bahkan lebih dari satu abad. Selain itu untuk

    mengidentifikasi apakah kawasan tersebut memiliki potensi sebagai suatu locus solus maka kawasan

    tersebut harus memiliki nilai lebih yang merekam peristiwaperistiwa penting yang berhubungan dengan

    sejarah sosial, ekonomi dan atau peristiwa politik baik yang berskala lokal, regional, nasional hingga

    internasional.

    Cultural significance Untuk bangunan bersejarah atau memenuhi kriteria sebagai warisan budaya yang

    perlu dilestarikan maka penilaian yang dilakukan adalah berdasarkan tipologi dan estetika/ arsitektur yang

    meliputi penilaian terhadap elemen arsitektur, gaya, detail/ornamen, material bangunan, warna, tata ruang

    dan kejamakan. Penilaian terutama dikaitkan dengan eksistensi dan intensitasnya. Nilai lebih dapat

    ditambahkan apabila bangunan bersejarah tersebut sudah jarang atau keberadaannya sangat mencolok diurban fabric disekitarnya. Bangunan warisan budaya tersebut temyata sangat dominan dalam arti tidak

    dapat lagi ditemui di tempat lain dan atau peran kehadirannya sangat mempengaruhi keberadaan urban

    fabric lain. Sedangkan untuk kawasan warisan budaya yang bersejarah, penentuan penilaian adalah

    berdasarkan keutuhan dan eksistensi keseluruhan morfologi bangunan, path, batas tepian, landmark,

    distrik, nodes, ketinggian bangunan.

    2.3.2 Kegiatan Pelestarian Kawasan Bersejarah

    Penanganan pelestarian menurut Burra Charter dapat dibedakan atas:

    a.

    Preservasi

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    29/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 29

    Adalah upaya / tindakan pelestarian suatu tempat sama dengan keadaan aslirrya tanpa ada

    perubahan termasuk upaya mencegah kehancuran. Preservation Adalah kegiatan mempertahankan

    bangunan sepertil kondisi saat akan diawetkan. Pengawetan merupakan kegiatan pelestarian yang paling

    sederhana dan bertujuan agar tidak rusak atau berubah bentuk pada masa yang akan datang. Preservasi

    juga usaha mempertahankanbentuk tanpa menambah atau mengurangi jumlah elemen urban artefak. Jika

    perlu, urban artefak dapat dipertahankan kondisi fisiknya terhadap api, pencurian, perubahan udara panas

    dan dingin secara mendadak, cahaya, dengan mempergunakan berbagai alat bantu seperti zat pengawet

    maupun teknologi. Penggunaan alat bantu ini perlu dilakukan secara tersamar, sehingga tampilan urban

    artefak tetap alamiah. Tahapan kegiatannya adalah:

    - Merekam kondisi eksisiting bangunan yang akan dipreservasi secara utuh termasuk kondisi

    kerusakan yang terjadi.

    - Kondisi eksisting bangunan dipertahankan tanpa menambah atau mengurangi elemen yang ada.

    Kondisi eksisting bangunan dipertahankan dan kerusakan akibat api, pencurian, perubahan udara

    panas dan dingin secara drastis maupun cahaya dengan menggunakan pengawet maupun teknologi.

    b. Restorasi

    Adalah upaya tindakan mengembalikan kondisi fisik bangunan seperti semula dengan membuang

    elemen tambahan serta memasang kembali elemen orisinil yarrg telah hilang tanpa menggunakan bahan

    baru. Prinsip-prinsip pokok yang harus di pahami antara lain pendekatan restorasi digunakan bila tersedia

    bukti konkrit tentang kondisi aslinya dan bahwa signifikasi budaya dari kawasan warisan budaya tersebut

    hanya bisa dikembalikan melalui pemasangan kembali elemen orisinil tersebut.

    Melalui restorasi harus dapat ditunjukkan aspek-aspek budaya yang signifikan dari kawasan warisan

    budaya tersebut. Dasarnya adalah penghargaan akan semua peninggalan fisik, dokumen dan bukti-bukti

    lain yang memperkuat dugaan tersebut. Tindakan restorasi adalah pemasangan kembali komponen yang

    telah dipindahkan. Bila kawasan warisan budaya tersebut mewakili beberapa periode yang berbeda maka

    setiap signifikasi budaya yang ada harus dihargai.

    c.

    Rehabilitasi

    Adalah upaya/tindakan untuk mengembalikan kondisi bangunan rusak atau menurun,

    sehingga berfungsiseperti sediakala, dalam hal ini kesan sejarah dan kesan yang khas harus tetap

    terjaga.

    d. Renovasi

    Upaya merubah sebagian atau seluruh interior bangunan, sehubungan dengan perlunya

    adaptasi bangunan yang bersangkutan terhadap fungsi baru.

    e. Rekonstruksi

    Adalah upaya/ tindakan untuk mengembalikan suatu tempat semirip mungkin dengan keadaan

    semula dengan menggunakan bahan baru melalui suatu penelitian. Prinsip-prinsip pokok yang harus

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    30/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 30

    dipahami antara lain pendekatan rekonstruksi dapat diterapkan bila kawasan warisan budaya tersebut

    menjadi tidak lengkap akibat rusak atau berubah sehingga agar kelestariannya dapat terjaga maka seluruh

    signifikasi budaya yang ada harus dipulihkan. Batasan rekonstruksi hanya pada tindakan untuk

    melengkapi kesatuan fabric dari kawasan warisan budaya. Selain itu batasan juga dilakukan terhadap

    repkonstruksi fabric, bentuk yang dapat dideteksi secara fisik atau lewat dokumen.

    f. Adaptasi

    Adalah upaya / tindakan merubah bangunan / tempat agar dapat digunakan untuk fungsi baru yang

    lebih sesuai (kegunaan yang tidak mengakibatkan perubahan drastis terhadap signifikasi budaya atau

    harrya memerlukan sedikit dampak minimal). Prinsip-prinsi pokok yang harus dipahami antara lain

    adaptasi dapat diiakukan bilamana konservasi kawasan warisan budaya tidak dapat dilakukan dan

    tersebut tidak melemahkan substansi budaya yang signfikan. Tindakan adaptasi dibatasi oleh pemanfaatan

    ruang yang esensial yaitu compabble uses. Keseluruhan signifikasi budaya kawasan warisan budaya yang

    terpaksa harus dipindahkan selama proses adaptasi harus tetap dijaga sehingga dapat digunakan bila

    sewaktu-waktu dibutuhkan.

    2.3.3 Manfaat Pelestarian

    Secara umum, Manfaat tindakan pelestarian antara lain:

    Pelestarian memperkaya pengalaman visual, menyalurkan hasrat berkesinambungan, memberi kaitan

    kesinambungan yang berarti antara masa kini dengan masa lalu, serta memberi pilihan untuk tinggal dan

    bekerja berdampingan antara masa lalu dengan lingkungan modem masa kini.

    Pelestarian memberi pengalaman psikologis bagi seseorang untuk dapat melihat, menyentuh dan

    merasakan bukti - bukti sejarah.

    Pelestarian mewariskan karya-karya arsitektur, menyediakan catatan historis tentang masa lalu dan

    melambangkan keterbatasan masa hidup manusia.

    Kelestarian lingkungan lama dapat dimanfaatkan sebagai suatu asset komersial dalam kegiatan wisata

    intemasional.

    Tujuan dari pelestarian (Catanese, 1986) antara lain:

    Melindungi kawasan budaya atau bersejarah sebagai urban artefak Menjamin variasi dalam pembangunan perkotaan sebagai tuntutan aspek estetis dan budaya masyarakat

    Bangunan yang dilestarikan dapat meningkatkan nilai dan suatu investasi sehingga memiliki nilai

    komersial.Ben

    Bentuk fisik merupakan identitas atau sense of place dari suatu kelompok masyarakat yang pernah

    menjadi bagian dari suatu kota.

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    31/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 31

    Gambar 2.4Konservasi dinamis

    (Sumber: Adhisakti)

    Upaya pelestarian tidak lepas dari kegiatan perlindungan dan penataan serta tujuan perencanaan kota

    yang bukan hanya secara fisik saja, tetapi juga stabilitas penduduk dan gaya hidup yang serasi yakni,

    pencegahan perubahan sosial. Mengingat hal itu, dalam upaya konservasi perlu digariskan sasaran yang tepat,

    antara lain (Budihardjo dan Sidharta,1989):

    - Mengembalikan wajah dari obyek pelestarian

    - Memanfaatkan peninggalan obyek pelestarian yang ada untuk menunjang kehidupan masa kini

    - Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu yang tercermin

    dalam obyek pelestarian tersebut.

    - Menampilkan sejarah pertumbuhan kota/ lingkungan dalam wujud fisik tiga dimensi

    Pelestarian peninggalan sejarah dan purbakala (bangunan bersejarah) mempunyai manfaat antara lain

    sebagai berikut (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Proyek

    pelestarian/pemanfaatan peninggalan sejarah dan purbakala Jakarta, 1991 : 5) :

    2.3.4 Sasaran Pelestarian

    Adapun sasaran kegiatan pelestarian adalah sebagai berikut: Mengembalikan wajah pada obyek pelestarian

    Memanfaatkan peninggalan obyek pelestarian yang ada untuk menunjang kehidupan masa kini

    Mengarahkan perkembangan masa kini yang diselaraskan dengan perencanaan masa lalu yang tercermin

    dalam obyek pelestarian tersebut

    Menampilkan sejarah pertumbuhan kota/lingkungan dalam wujud fisik tiga dimensi

    2.3.5 Obyek dan Lingkup Pelestarian

    Lingkup Pelestarian menurut Kevin Lynch dalam The Image of The City(1960: 46-90) meliputi:

    - Benda-benda arkeologi

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    32/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 32

    - Bangunan-bangunan kuno/bersejarah

    - Lingkungan, baik lingkungan tradisional, kolonial, atau lingkungan arkeologi.

    - Kota bersejarah

    Objek dan lingkup pelestarian menurut Budihardjo dan Sidharta dalam Konservasi Lingkungan dan

    Bangunan Kuno Bersejarah di Surakarta(1989: 11-12) digolongkan ke beberapa luasan antara lain:

    - Satuan areal

    Adalah satuan areal dalam kota yang dapat berwujud sub wilayah kota (bahkan keseluruhan kota itu

    sendiri sebagai suatu system kehidupan). Ini dapat terjadi pada bagian tertentu kota yang dipandang

    mempunyai ciri-ciri atau nilai khas kota bersangkutan atau bahkan daerah dimana kota itu berada.

    - Satuan pandangan/visual/landscape

    Adalah satuan yang dapat mempunyai arti dan peran yang penting bagi suatu kota. Satuan ini berupa

    aspek visual, yang dapat memberi bayangan mental atau image yang khas tentang suatu sesuatu

    lingkungan kota. Dalam satuan ini ada lima unsur pokok penting yaitu:

    Jalur (path)

    Tepian (edges)

    Kawasan (district)

    Pemusatan (node)

    Tetenger (landmark)

    Termasuk ke dalam golongan ini adalah jaringan fungsional route bersejarah atau jalur angkutan

    tradisional.

    - Satuan fisik

    Adalah satuan yang berwujud bangunan, kelompok atau deretan bangunan-bangunan, rangkaian

    bangunan yang membentuk ruang umum atau dinding jalan, apabila dikehendaki lebih jauh hal ini bisa

    diperinci sampai kepada unsur-unsur bangunan, baik unsur fungsional, struktur atau entesis ornamental.

    Sedangkan secara umum bentuk konservasi meliputi kota dan desa, distrik, lingkungan perumahan, garis

    cakrawala wajah garis dan bangunan.

    MenurutAttoe, 1986 lingkup pelestarian tidak hanya terbatas pada bangunan, melainkan mencakup:

    -Lingkungan alami seperu kawasan pesisir, kehutanan, kawasan arkeologi dan sebagainya.

    - Kota dan desa

    - Garis langit (sky line) dan koridor pandang (view corridor).

    - Kawasan yang mewakili gaya tradisi tertentu dan patut dilindungi.

    - Wajah jalan (streetscape) seperti pelestarian facade bangunan dan kelengkapan jalan.

    - Bangunan tua yang memenuhi kriteria untuk dilestarikan.

    - Benda seperti puing sejarah, trem listrik, kereta kabel dan sebagainya yang memiliki arti penting.

    2.3.6

    Dasar Hukum Pelestarian

    Dasar hukum pelestarian adalah sebagai berikut :

  • 5/21/2018 Bab 2 Kajian Literatur

    33/58

    LAPORAN ANTARA| Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan Kab.Bangkep II- 33

    a.

    UU No. 23/1997 Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 ayat 15

    Konservasi sumber Daya alam merupakan Pengelolaan sumberdaya alam tak terbaharui untuk menjamin

    pemanfaatannya secara bijaksana dan sumberdaya alam yang terbaharui untuk menjamin

    ketersediaannya dg tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.

    b.

    UU No. 5/1992 Benda Cagar Budaya

    Undang-undang ini merupakan salah satu kebijakan Indonesia yang berisi mengenai benda cagar budaya

    dan di dalamnya berisi antara lain hal-hal mengenai penguasaan, pemilikan, pendaftaran dan