Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo,...

62

Click here to load reader

description

This Our Paper....Please enjoy that....

Transcript of Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo,...

Page 1: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KAYANGAN

KABUPATEN KULON PROGO, D.I. YOGYAKARTA

Yustinus Adityawan Herlambang 1*) - Winto Kurniawan 1) - Gemma Fatahillah 1) - M Arif Fahrudin Alfana 1) - Hendra Nova H 1) - Arifin Jati Sukma 1).

INTISARI

Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan, Kabupaten Kulon

Progo, D.I. Yogyakarta. Perkembangan suatu wilayah tentunya akan berbeda dengan wilayah

lainnya. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sumberdaya alam baik meliputi aspek abiotik,

biotik, dan kultural. Perkembangan suatu wilayah yang tidak berwawasan spasial-lingkungan

tentunya akan mengakibatkan munculnya berbagai dampak bagi kehidupan manusia. Salah

satunya tercermin melalui penurunan fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah survei lapangan dengan menggunakan

purposive sampling yang dikorelasikan dengan penelitian sebelumnya maupun dari data instansi

yang terkait. Penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan suatu

inventarisasi potensi dan masalah yang terdapat di DAS Kayangan. Dimana, KLHS tersebut

merupakan salah satu media untuk proses perencaan, evaluasi, dan monitoring bagi instansi

daerah.

Hasil dari penelitian ini berupa matriks yang berisi masalah, rumusan strategi pengelolaan

yang meliputi program, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan. Berdasarkan hasil penyusunan

matriks mengenai Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) DAS Kayangan, diharapkan

menjadi bagian dalam perumusan perencanaan, pengelolaan, perlindungan, dan monitoring bagi

penataan ruang di Kabupaten Kulon Progo.

Kata Kunci : Daerah Aliran Sungai (DAS), Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS),

Purposive Sampling, Matriks Pengelolaan Lingkungan Hidup.

1

1) Jurusan Geografi dan Ilmu LingkunganFakultas GeografiUniversitas Gadjah MadaYogyakarta

1*) e-mail : [email protected]

Page 2: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

1. Pendahuluan

Perkembangan wilayah dewasa ini mengalami perkembangan yang cukup

signifikan. Hal ini ditandai dengan adanya berbagai pengembangan diberbagai

macam sektor antara lain sektor pertanian, ekonomi, sosial, dan jasa. Tentunya

perkembangan suatu wilayah akan berbeda dengan wilayah lainnya. Hal ini

dikarenakan adanya perbedaan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya

manusia. Perkembangan suatu wilayah diharapkan turut berlandaskan aspek

lingkungan sehingga aspek kerusakan lingkungan hidup dapat diminimalisir.

Lingkungan hidup dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan ruang dengan

semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia

dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (Undang-Undang Republik

Indonesia nomer 4 Tahun 1982, Pasal 1 butir 1).

Salah satu komponen dari ekosistem yang memiliki hubungan erat dengan

manusia adalah sumberdaya alam. Sumberdaya alam dapat dibagi menjadi 2

bagian menurut bahan penyusunnya yaitu sumberdaya mineral (air, tanah, udara,

jebakan bahan tambang, dan jebakan energi) dan sumberdaya hayati (masyarakat,

hewan, dan tumbuhan) (Tejoyuwono Notohadiningrat, 2006).

Pemanfaatan sumberdaya alam dewasa ini mengalami peningkatan yang

cukup pesat. Hal ini tentunya menimbulkan berbagai macam permasalahan yang

ditimbulkan oleh pemanfaatan sumberdaya alam. Oleh sebab itu diperlukan

pengelolaan lingkungan hidup secara terpadu baik dalam lingkup lokal, regional,

maupun lingkup Daerah Aliran Sungai (DAS) yang multisektoral serta komplek

wilayah yang bervariasi.

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah dataran yang dipisahkan

dari wilayah lain disekitarnya oleh pemisah alam topografi, seperti punggung

bukit atau gunung, yang menerima air hujan, menampung, dan mengalirkannya

melalui sungai utama ke laut/danau (Gintings, 2006).

2

Page 3: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Pola pemanfaatan sumberdaya alam dalam lingkup DAS meliputi pola

produksi dan konsumtif yang agresif, eksploitatif, dan ekspansif baik terhadap

sumberdaya alam vegetasi, tanah, dan air telah menurunkan daya dukung dan

fungsi lingkungan dari Daerah Aliran Sungai (DAS) baik dari fungsi dan

karakteristik dari Daerah Aliran Sungai itu sendiri.

Karakteristik DAS tersusun sebagai hasil menyeluruh dari interaksi atau

hubungan timbal balik dari aspek penyusun lingkungan hidup itu sendiri meliputi

aspek abiotik, biotik, dan aspek sosial. Inventarisasi perubahan fungsi DAS secara

tidak langsung menggambarkan mengenai informasi degradasi lingkungan hidup

di wilayah DAS itu sendiri. Oleh sebab itu diperlukan adanya pengelolaan

lingkungan hidup yang terpadu baik meliputi proses perencanaan,

pengorganisasian, implementasi dan monitoring, serta proses evaluasi.

Perkembangan DAS seperti telah dikatakan sebelumnya akan memberikan

tekanan di dalamnya. Dari sinilah tentu saja pengelolaan lingkungan mutlak

diperlukan. Pengelolaan lingkungan secara umum bertujuan untuk memastikan

lingkungan tetap lestari dan mewujudkan keberlanjutan fungsional dari

lingkungan tersebut. Pengelolaan lingkungan seperti kita ketahui terbagi menjadi

tiga dasar besar. Ketiga unsur tersebut antara lain antara pengelolaan lingkungan

biotik, abiotik, dan kultural. Setiap unsur akan memberikan daya tarik dan daya

dorong yang berbeda antara satu dengan lainnya. Sisi positif dan negatif yang

memberikan pengaruh baik langsung dan tidak langsung untuk setiap

pengelolannya.

3

Page 4: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

2. Rumusan Masalah

Di setiap tempat setiap permasalahan merupakan hal lazim yang sering

dijumpai. Sub DAS Kayangan merupakan bagian tubuh dari DAS Progo yang

memiliki wilayah yang sangat luas untuk di kaji. Permasalahan yang ada di daerah

tersebut antara lain adalah masalah biotik, abiotik dan kultural. Dari masalah

tersebut di perlukan suatu model yang dapat menggambarkan permasalahan dan

pemecahan yang dapat divisualisasikan. Berdasarkan uraian di atas, maka

perumusan masalah dapat disimpulkan sebagai berikut :

Bagaimanakah model sajian matrik yang tersaji dalam pengelolaan di

daerah kajian Sub DAS Kayangan, Kabupaten Kulon Progo?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah Menyajikan model matrik dalam pengelolaan

lingkungan daerah Sub DAS Kayangan, Kabupaten Kulon Progo, D.I.

Yogyakarta.

4. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan langkah-langkah atau prosedur yang akan

dilakukan dalam pengumpulan, pengolahan, dan analisis data untuk mendeskripsi

pemecahan masalah penelitian (Anonim, 2005). Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu observasi langsung berupa

survei kerusakan lingkungan.

Pengukuran dan pengambilan data berdasarkan batas satuan pemetaan

satuan geoekosistem di daerah penelitian yang berbasis pada satuan bentuklahan.

Yang kemudian korelasikan dengan data sekunder baik penelitian pada wilayah

kajian maupun data dari instansi yang terkait. Pemaparan mengenai metode

penelitian pengelolaan lingkungan hidup dapat dilihat pada gambar 1.

4

Page 5: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Gambar 1. Diagram Metode Penelitian

( Hasil Perumusan, 2010)

Peta Rupa Bumi Indonesia

Peta Geologi Lembar Jogjakarta

Citra Landsat TM7 Band 352

Interpretasi Struktur Geologi

Interpretasi Material Batuan

Interpretasi Kronologi Bentuklahan

Interpretasi Penggunaan Lahan

Interpretasi MorfologiInterpretasi Kemiringan

Lereng, Pola Aliran Sungai

Interpretasi Struktur Geologi

Interpretasi MorfologiInterpretasi Penggunaan

Lahan

Satuan Geoekosistem

Matriks Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lingkup Daerah Aliran (DAS) Sungai

Kayangan

Survei Instansional dan Penelitian

Terdahulu

Survei Lapangan

Hasil Perumusan Masalah Lingkungan Hidup di

DAS Kayangan

5

Page 6: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

5. Deskripsi Wilayah

5.1. Kondisi Abiotik

5.1.1. Administratif

Secara astronomis DAS Khayangan termasuk kedalam zona 49 M

dengan koordinat 403152.59 - 415460.35 mT dan 9137851.76 -

9149338.15 mU. Secara geografis, Daerah Aliran Sungai (DAS)

Kayangan melingkupi beberapa wilayah antara lain dapat dilihat pada

tabel 2.1.

Tabel 1. Wilayah Administrasi DAS Kayangan

Kelurahan Kecamatan Luas (Ha) Luas (Km2)

Banjarsari Samigaluh 4,485 0,04485

Kebonharjo Samigaluh 510,403 5,10403

Purwosari Girimulyo 1288,491 12,88491

Pendoworejo Girimulyo 404,035 4,04035

Jatimulyo Girimulyo 245,171 2,45171

Giripurwo Girimulyo 139,621 1,39621

Jatisarono Nanggulan 44,862 0,44862

Tanjungharjo Nanggulan 230,539 2,30539

Wijimulyo Nanggulan 356,866 3,56866

Donomulyo Nanggulan 40,991 0,40991

Total 3265,464 32,65464

Sumber : PODES, 2003

Daerah penelitian menggunakan batas wilayah Daerah Aliran

Sungai (DAS). Hasil interpretasi berdasarkan peta administrasi daerah

penelitian, maka batas administrasi daerah penelitian, yaitu:

Utara : Kabupaten Purworejo-Provinsi Jawa Tengah, Kecamatan

Samigaluh, Desa Banjarsari, Kecamatan Girmulyo.

Timur : Desa Pondoworejo, Desa Banjararum, Desa Jatisarono

Barat : Desa Jatimulto, Kabupaten Purworejo-Provinsi Jawa

Tengah

6

Page 7: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Selatan : Desa Giripurwo, Desa Tanjungharjo, Desa Jatimulyo.

5.1.2. Geologi

Geologi adalah ilmu yang mempelajari komposisi, struktur, dan

sejarah bumi; meliputi bahan-bahan yang membentuk bumi, kekuatan-

kekuatan yang mempengaruhi bahan tersebut, serta struktur yang menjadi

akibatnya terhadap lingkungannya (Panizza, 1996).

Menurut Bemmelen (1949) pada bagian dari sungai Progo terdapat

formasi Sentolo yang terdari dari batu gamping berumur Meiosen Tengah.

Pegunungan Kulonprogo merupakan kubah yang memanjang, Secara

ringkas pembentukan geologi Pegunungan Kulonprogo adalah sebagai

berikut: setelah priode Eosen, magma naik ke permukaan membentuk

Gunung Gajah dengan disertai aliran lava dan breksi membentuk basaltic

piroksin andesit.

Gambar 2. Singkapan Batuan

(Sumber : Survei Lapangan, 2010)

Pembentuk lain selain Gunung Gajah di pegunungan Kulon Progo adalah

Gunungapi Ijo, Gunung api Menoreh dengan aktivitas Gunungapinya sehingga

mmbentuk pegunungan Kulonprogo seperti sekarang ini. Berdasarkan Peta

7

Page 8: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Geologi Lembar Yogyakarta skala 1:100.000, formasi gologi dan jenis batuan

yang menyusun DAS Kayangan adalah sebagai berikut:

1. Endapan Koluvial (Qc)

Endapan koluvial dijumpai di kaki prbukitan yang berasal dari bahan

rombakan tak terpilahkan Formasi Andsit Tua Bemmelen. Terletak pada

kaki perbukitan karena bahan endapan ini berasal dari endapan koluvial

material di atasnya. Dalam peta geologi terletak di bagian tengah DAS

Kayangan.

2. Endapan Vulkanik Gunungapi Merapi Muda (Qmi)

Formasi ini berumur kuarter dan terdiri dari material lepas sebagai hasil

kegiatan letusan Gunungapi Merapi. Endapan Gnungapi Merapi Muda ini

materialnya antara lain berupa tuff, abu, breksi, aglomerat, dan leleran lava

tak terpilahkan. Dalam peta geologi, endapan ini terletak di bagian hilir

DAS Kayangan yaitu pada bentuklahan dataran alluvial.

3. Formasi Sentolo

Formasi Sentolo berumur Miosen Tengah dan tersusun atas batu gamping

(limstone) dan batu pasir napalan (marly sandstone). Dalam peta geologi

formasi ini terletak di bagian hilir DAS kayangan dengan bentuk lahan

bergelombang denudasional.

4. Formasi Andesit Tua (Tmok)

Formasi Andesit Tua berumur oligosen akhir sampai Meiose awal yang

tersusun atas breksi andesit, tuff,, tuff lapili, aglomerat, dan sisipan lava

andesit. Formasi ini menyusun sebagian besar wilayah DAS Kayangan dan

tersebar banyak di bagian hulu DAS.

5. Formasi Nanggulan

Formasi Nanggulan merupakan formasi tertua yang tersingkap di

Pegunungan Kulonprogo. Pada peta geologi DAS Kayangan hanya

terdapat sdikit formasi ini yaitu pada bagian tengah DAS Kayangan.

8

Page 9: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Gambar 3. Singkapan Batuan Andesit (Survei Lapangan, 2010)

6. Formasi Jonggrangan

Fomasi Jonggrangan merupakan formasi dengan material

konglomerat, napal tuff, dan batu pasir gampingan. Terdapat di bagian

selatan dan utara DAS Kayangan bagian hulu.

5.1.3. Geomorfologi

Geomorfologi ilmu pengetahuan yang mempelajari bentuklahan

(landform) yang berada di permukaan bumi, baik yang berada di bawah

atau di atas permukaan air laut dengan penekanan pada genesa dan

perkembangan di masa mendatang kaitannya dengan konteks lingkungan

dan material penyusunnya (Verstappen, 1977).

Objek kajian geomorfologi adalah bentuklahan yang merupakan

hasil dari proses-proses yang bekerja didalamnya. Bentuklahan adalah

bagian dari permukaan bumi yang mempunyai bentuk yang khas sebagai

akibat dari proses dan struktur batuan selama periode tertentu

(Dibyosaputro, 1997).

9

Page 10: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Secara umum DAS Kayangan mempunyai topografi yang

bervariasi dari dataran hingga bergunung. DAS Kayangan membentang

dari barat laut hingga tenggara dengan relief terjal di bagian barat laut dan

berangsur-angsur turun menuju tenggara. Sebagian besar DAS Kayangan

didominasi oleh topografi berbukit hingga bergunung yang dapat dijumpai

pada bagian hulu dan bagian tengah DAS. Sedangkan topografi datar

hingga bergelombang relative lebih sedikit dan terdapat di bagiah hilir

DAS. Pada daerah dengan topografi berbukit hingga bergunung proses

erosi terjadi dengan cukup intensif. Sedangkan pada daratannya sebagian

besar terdapat proses pengendapan dari aktivitas sungai.

Gambar 4. Pengukuran displacement saluran air akibat soil creep.

(Survei Lapangan, 2010)

Proses geomorfologis yang terjadi di DAS Kayangan adalah proses

dnudasi, struktural, dan fluvial. Proses denudasional dapat dijumpai

hampir di sbagian besar wilayah DAS Kayangan terutama di bagian hulu

dan tengah. Proses struktural dijumpai di bagian tengah dan selatan DAS,

dan pada bagian hilir DAS didominasi proses fluvial.

10

Page 11: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Proses denudasional selalu berkaitan dengan proses pelapukan,

erosi, gerak masa batuan, dan pengndapan. Proses stuktural terait dengan

proses tktonism yaitu pngangkatan, penurunan dan perlipatan. Sedangkan

proses fluvial terkait dengan proses pengikisan, pengangkatan dan

sedimentasi.

Gambar 5. Kenampakan Dataran alluvial dan perbukitan terisolasi

(Survei Lapangan, 2010)

DAS Kayangan mempunyai morfologi yang beragan mulai dari

datar sampai bergunung. Hal tersebut dapat dilihat pada peta lereng yang

disajikan. Sedangkan menurut peta bentuklahan DAS Kayangan dapat

dilihat jika bentukan denudasional mendominasi di sebagian besar DAS

Kayangan. Kemudian bentukan asal proses fluvial yang terjadi dari adanya

aktivitas sungai dan bentukan asal struktural.

Bentukan asal proses dnudasional menghasilkan bentukan yang

bermacam-macam pada berbagai macam batuan induk. Proses erosi di

daerah ini, menyebabkan timbulnya brbagai macam prbukitan dngan

tingkat pengikisan yang berbeda-beda.

11

Page 12: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Gambar 6. Kenampakan longsor berupa rockfall.

(Survei Lapangan, 2010)

Batuan dengan tingkat pengikisan yang paling kuat akan

menghasilkan perbukitan dengan igir yang tajam dan lereng yang terjal.

Sedangkan batuan dengan tingkat erosi yang lmah akan menghasilkan

perbukitan dengan igir yang lebih membulat dan lereng yang relative lebih

landai. Sebagian besar DAS Kayangan didominasi oleh proses pengikisan

yang kuat sehingga prbukitannya berigir tajam dan berlereng terjal. Selain

itu didapati pula dari gambar seperti lembah bentuk V yang cukup dalam

sebagai akibat dari proses erosi yang terjadi pada wilayah tersebut.

Bentukan asal pross fluvial banyak dijumpai pada bagian hilir

sungai. Bentukan tersebut meliputi dataran alluvial yang paling dominan

mendominasi dan bentukan yang diidentifikasi sebagai teras sungai.

12

Page 13: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Gambar 7. Peta Satuan Bentuklahan DAS Kayangan

(Sumber : Laporan ESLA, 2009)

13

Page 14: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

5.1.4. Hidrologi

Hidrologi merupakan ilmu yang mempelajari mengenai air yang

berada dibumi, termasuk keberadaannya, sirkulasi, kualitasnya atau

sebagai agen alami yang menyebabkan terjadinya perubahan di bumi,

dengan menginvestigasi dan mengumpulkan data air yang berada di

atmosfer, permukaan, dan dibawah permukaan bumi (Sharp, 2007).

Hidrologi Permukaan

Hidrologi permukaan merupakan salah satu cabang ilmu hidrologi

yang mempelajari aliran permukaan dalam hal ini ialah aliran sungai.

Siklus hidrologi merupakan konsep dasar dalam mempelajari hidrologi

permukaan. Air hujan yang yang jatuh menuju permukaan bumi akan

mengalami berbagai macam proses yaitu proses interpsepsi, throughfall,

streamflow, infiltrasi, perkolasi, dan overlandflow. Debit aliran sungai

dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain masukan (input) dari limpasan

permukaan, kondisi morfometri sungai, tipe sungai (effluent atau influent),

adanya vegetasi penutup, dan aktivitas manusia.

Berikut ini disajikan pengukuran debit aliran sungai menggunakan

metode pelampung yang merupakan hasil pengukuran lapangan Oktober

2009 (Adit dan Udin).

Gambar 8. Lokasi Pengukuran Debit Aliran Sungai (2009)

14

Page 15: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Gambar 9. Profil Penampang Sungai

Gambar 10. Morfometri Sungai meliputi pajang dan lebar

Gambar 11. Kedalaman Pelampung

15

Page 16: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Tabel 2.Tabel Waktu Tempuh Pelampung

t Tempuh AB t Tempuh BC

t1 38 t1 40,04

t2 29,6 t2 38

t3 35,43 t3 28,52

t4 35,6 t4 40,42

t5 45 t5 35,39

t6 36,04 t6 34,47

t7 35,48 t7 36,57

t8 28,52 t8 35,53

t9 34,68 t9 29,58

t10 29,09 t10 33,8

Sumber : Pengukuran Lapangan (Oktober, 2009)

Waktu Tempuh jarak AB (Sabtu, 24 Oktober 2009)

0

10

20

30

40

50

0 2 4 6 8 10 12

Waktu Pengukuran

Wak

tu (d

etik

)

Waktu Tempuh jarak AB

Gambar 12 . Waktu Tempuh jarak AB

16

Page 17: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Waktu Tempuh jarak BC (Sabtu, 24 Oktober 2009)

05

1015202530354045

0 2 4 6 8 10 12

Waktu Pengukuran

Wak

tu (d

etik

)

Waktu Tempuh jarak BC

Gambar 13 . Waktu Tempuh jarak BC

Berdasarkan hasil pengukuran debit aliran sungai diperoleh debit

sebesar 0,425 m3/s. Tentunya berdasarkan nilai debit yang diperoleh, debit

alirannya relatif cukup rendah. Hal ini tentunya berkaitan dengan kondisi

iklim yang terdapat pada lokasi kajian. Dimana curah hujan yang terjadi

diwilayah kajian relatif kecil.

Hidrometeorologi

Hidrometeorologi ialah ilmu yang mengkaji bagian atmosfer dan

lahan dari siklus hidrologi dengan penekanan pada hubungan antara

keduanya (Nurjani, 2008). Dalam ilmu hidrometeorologi, terdapat

berbagai faktor yang berkaitan dengan kondisi air yang berada di atmosfer,

faktor tersebut antara lain ialah iklim, curah hujan, dan temperatur.

Iklim merupakan kondisi rata-rata cuaca dalam periode yang

panjang, menekankan pada keadaan atmosfer yang menyelubungi

permukaan bumi (Bayong, 1995). Unsur-unsur iklim adalah kecepatan

angin, curah hujan, dan temperatur.

17

Page 18: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Penentuan tipe iklim ditentukan dengan klasifikasi menurut Mohr

(1933), berdasarkan data curah hujan dan temperatur, sedangkan untuk

penentuan tipe curah hujan digunakan klasifikasi tipe curah hujan menurut

Schmidt & Fergusson (1951), berdasarkan jumlah rerata bulan basah dan

jumlah rerata bulan kering.

Curah hujan merupakan salah satu variabel iklim yang sangat

menentukan masukan (input) sistem airtanah dalam suatu siklus hidrologi.

Menurut Bayong (1995); Faktor iklim yang dapat digunakan sebagai dasar

untuk membedakan iklim di suatu tempat adalah radiasi matahari yang

disebut sebagai kendali iklim.

Matahari sebagai kendali iklim sangat penting dan sumber energi

di bumi yang menimbulkan gerak udara dan arus laut. Kendali iklim yang

lain, misalnya distribusi radiasi matahari darat dan air, tekanan tinggi dan

tekanan rendah, massa udara, pegunungan, arus laut, dan badai.

Tipe Iklim

Klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia seluruhnya

dikembangkan dengan menggunakan curah hujan sebagai krieteria

utamanya. Hal ini dikarenakan keragaman (variasi) curah hujan untuk

wilayah ini sangat nyata sedangkan unsure-unsur iklim yang lainnya tidak

berfluktuasi secara nyata sepanjang tahun.

Curah hujan sangat penting artinya, karena unsure iklim ini

merupakan faktor penentu juga pembatas bagi kegiatan budidaya pertanian

secara umum. Penentuan tipe iklim dalam penelitian ini didasarkan pada

data unsure iklim yaitu curah hujan. Data curah hujan yang digunakan

yaitu data curah hujan bulanan dan tahunan selama 17 tahun dari tahun

1990 hingga 2006 diperoleh dari stasiun hujan Nanggulan, Girimulyo,

Samigaluh dan Kalijoho.

18

Page 19: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Deskripsi tipe iklim menurut F. H. Schmidit dan J. H. A Ferguson

didasarkan atas nisbah antara jumlah bulan kering dengan jumlah bulan

basah dalam 1 tahun (Lakitan, 1994). Nisbah ini diberi simbol Q sesuai

dengan rumus berikut ini :

Q = Jumlah rata-rata bulan kering

Jumlah rata-rata bulan basah

Bulan basah adalah bulan dengan total curah hujan kumulatif >100 mm

Bulan kering adalah bulan dengan total curah hujan kumulatif <60 mm

Bulan lembab adalah bulan dengan curah hujan rata-rata antara 60-100 mm

Berdasarkan nilai Q ini, maka wilayah Indonesia mungkin untuk

dibedakan menjadi 8 zona iklim yang dapat dilihat pada table di bawah ini

Tabel 3. Zona Iklim Berdasarkan Klasifikasi Schmidit-Ferguson

Zona Nilai Q Kondisi Iklim

A < 0,14 Sangat basah

B 0,14-0,33 Basah

C 0,33-0,60 Agak Basah

D 0,60-1,00 Sedang

E 1,00-1,67 Agak Kering

F 1,67-3,00 Kering

G 3,00-7,00 Sangat Kering

H >7,00 Luar biasa Kering

Sumber : Lakitan, 1994

19

Page 20: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Berdasarkan data curah hujan yang diperoleh selama 17 tahun

stasiun hujan Nannggulan mempunyai curah hujan rata-rata tahunan

sebesar 1502 mm/tahun dengan elevasi sebesar 60 mdpal, stasiun hujan

Girimulyo mempunyai curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2025

mm/tahun dengan elevasi sebesar 96 mdpal, stasiun hujan Samigaluh

mempunyai curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2466 mm/tahun dengan

elevasi 515 mdpal, sedangkan stasiun hujan Kalijoho mempunyai curah

hujan rata –rata tahunan sebesar 1832 mm/tahun.

Dari data curah hujan rata-rata bulanan dalam satu tahun, maka

stasiun hujan Nanggulan mempunyai jumlah bulan kering sebanyak 4 dan

bulan basah sebanyak 6 sehingga akan didapatkan nilai Q sebesar 0,67 dan

menurut klasifikasi Schmidit –Ferguson termasuk dalam tipe iklim D atau

sedang. Stasiun hujan Girimulyo mempunyai jumlah byulan kering

sebanyak 4 dan bulan basah sebanyak 7 sehingga akan didapatkan nilai Q

sebesar 0,57 dan termasuk kedalam tipe iklim C atau agak basah

berdasarkan Scmidit Ferguson.

Stasiun hujan Samigaluh mempunyai jumlah bulan kering

sebanyak 3 dan bulan basah sebanyak 8 sehingga akan didapatkan nilai Q

sebesar 0,375 dan berdasarkan klasifikasi Schmidit-Ferguson termasuk

dalam tipe iklim C atau agak basah. Sedangkan stasiun hujan Kalijoho

mempunyai jumlah bulan kering sebanyak 4 dan bulan basah sebanyak 7

sehingga akan didapatkan nilai Q sebesar 0,57 dan termasuk dalam tipe

iklim C atau agak basah berdasarkan klasifikasi iklim Schmidit Ferguson.

Menurut ke 4 stasiun hujan tersebut, wilayah das Kayangan

sebagian besar memiliki klasifikasi iklim Schmidit Ferguson tipe iklim C

yaitu tipe iklim agak basah ( stasiun hujan Girimulyo, Samigaluh dan

Kalijoho). Sedangkan pada stasiuh hujan Nanggulan termasuk pada iklim

D yaitu sedang. Untuk lebih jelasnya penentuan tipe iklim daerah

penelitian menurut Schmidit-Ferguson disajikan dalam table di bawah ini.

20

Page 21: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Tabel 4. Penentuan Tipe Iklim Daerah Penelitian Menurut Schmidit-Ferguson

Stasiun Curah Hujan

(mm/thn)

Jumlah

bulan kering

Jumlah

bulan basah

Nilai Q Tipe Iklim

Nanggulan 1502 4 6 0,67 Sedang

Girimulyo 2025 4 7 0,57 Agak

Basah

Samigaluh 2466 3 8 0,375 Agak

Basah

Kalijoho 1832 4 7 0,57 Agak

Basah

Sumber : Hasil pengolahaan dan perhitungan data curah hujan, 2010

Curah Hujan

Curah hujan merupakan salah satu dalam siklus hidrologi, dimana

merupakan sumber input bagi sumberdaya air permukaan dan air bawah

permukaan. Berdasarkan hasil perhitungan data curah hujan yang terdapat

di Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan, Stasiun Samigaluh memiliki

curah hujan tahunan sebesar 2466 mm/tahun. Hal ini tentunya akan

berpengaruh terhadap kondisi iklim di lokasi kajian. Berdasarkan hasil

pengamatan lapangan, suhu udara dilokasi kajian relatif sejuk, dimana tipe

iklimnya Agak Basah dengan menggunakan pendekatan Schmidit-

Ferguson.

Curah hujan tahunan yang memiliki nilai kecil berada pada stasiun

meteorologi Nanggulan. Berdasarkan curah hujan tahunan yang bernilai

1502 mm/tahun, kondisi suhu yang ada dilokasi kajian relatif panas. Tipe

Iklim menurut Schmidit-Ferguson, daerah kajian termasuk tipe iklim

sedang.

Distribusi hujan wilayah dapat digambarkan dengan berbagai

metode antara lain metode polygon thiesen, garis isoyeth, dan aritmatik.

Distribusi hujan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan dapat

direpresentasikan dalam gambar 2.15. dibawah.

21

Page 22: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Jalan

Kecamatan

Desa

Batas admin

Sungai

Sub Das Khayangan

Dibuat oleh : 1. Yustinus Adityaw an (6054)2. Anggraini Arumsari (5881) 3. Widyastuti N urchayati (5917)

Su m be r : 1. Pe ta Rup a Bum i In do nes ia t ah un 19 99 , sk ala 1: 25 .00 02. I nte rp re tas i Kelo m pok da n An alis is Da ta Huja n

Legenda

Kec. Girimulyo

Kec. Nanggulan

Kec. Samigaluh

Donomulyo

Giripurwo

Jati Sarono

Jatimulyo

Kebon Harjo

Pendoworejo

Purwosari

Tanjungharjo

Wijimulyo

Kali Khayangan

Kab

upa

ten

Pur

wor

ejo

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Kebon Harjo

Jatimulyo

Giripurwo

Sidomulyo

Hargowilis

Sendangsari

Banjarsari

Purwoharjo

Banjararum

Banjarsari

Kembang

Sendangagung

BanyurotoDonomulyo

Sumberarum

Jatisarono

1740

1700

1620

166 0

404000 mT 408000 mT 412000 mT

91

40

00

0 m

U

91

40

00

0 mU

91

44

00

0 m

U

91

44

00

0 mU

91

48

00

0 m

U

91

48

00

0 mU

PETA ISOYETH TAHUNAN SUB DAS KHAYANGAN, KAB. KULONPROGO, D.I.YOGYAKARTA

Proyeksi : Transverse MercatorSistem Grid : Universal Transverse MercatorDatum Horizontal : WGS 84Zone : 49 S

U

0.6 5 0 0.6 5 1.3 1.9 5 KM

Sub DAS Khayangan

Kecamatan

Kec Samigaluh

Kec Nanggulan

Kec Girimulyo

Garis Isoyeth

Gambar 14. Peta Isoyeth Tahunan DAS Kayangan

(Sumber : Laporan ESLA, 2009)

22

Page 23: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Neraca Air Meteorologis

Hujan adalah salah satu bentuk air yang merupakan bagian dari

presipitasi. Pengolahan data hujan cukup penting untuk diketahui dalam

hidrologi, karena sebagian besar asal (suplay) air permukaan maupun air

tanah adalah hujan.

Hujan yang jatuh di permukaan bumi dapat diukur dengan rain

gauge, dan akan diperolah data hujan titik yang dapat diolah menjadi data

wilayah. Pengukuran neraca air meteorologis menggunakan metode

Thornwaite, dimana pengukuran curah hujan membutuhkan suhu sehingga

nantinya diperkirakan nilai evapotranspirasinya.

Berdasarkan hasil perhitungan neraca air stasiun meteorologi

Samigaluh tahun 2002 dan 2006. Ketersediaan air secara meteorologis,

dapat dikatakan memenuhi. Hal ini dikarenakan data curah hujan yang

terjadi pada kondisi tersebut relatif cukup tinggi.

Neraca air Stasiun Samigaluh 2002

-100

0

100

200

300

400

500

600

CH P

EP

EA

Gambar 15. Neraca Air Meteorologis Stasiun Samigaluh Tahun 2002

(Hasil Perhitungan 2010)

23

Page 24: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Neraca air Stasiun Samigaluh 2005

0

100

200

300

400

500

600

CH

P

EP

EA

Gambar 16. Neraca Air Meteorologis Stasiun Samigaluh Tahun 2005

(Hasil Perhitungan, 2010)

Hidrologi Bawah Permukaan

Hidrologi bawah permukaan merupakan salah satu cabang dari

ilmu hidrologi yang mempelajari keberadaan dan distribusi air yang

berada dibawah permukaan bumi. Air bawah permukaan bumi dapat

dibagi menjadi 2 yaitu air lengas tanah dan airtanah.

Berdasarkan kondisi litologi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Kayangan maka kondisi hidrostratigrafinya dapat dibagi menjadi 4 jenis

yaitu akuifer, bukan akuifer yang potensial, akuifug, dan akuiklud. Tipe

akuifer yang terdapat di lokasi kajian dibagi lagi menjadi 2 jenis yaitu

akuifer sistem percelahan (Porous) yang terdapat secara lokal dengan

material batugamping.

Sedangkan untuk tipe hidrostratigrafi yang berupa akuifug,

material batuannya berupa andesit yang merupakan hasil erupsi

Gunungapi Merapi.

24

Page 25: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Ditinjau dari segi materialnya, tingkat porositas dan

permeabilitasnya relatif kecil sehingga pada formasi batuan ini tidak dapat

mengalirkan dan menyimpan airtanah.

Akuifer yang mengandung airtanah yang relatif potensial terdapat

di dataran alluvial dengan morfologi dataran yang agak bergelombang.

Material yang terdapat didaerah tersebut merupakan hasil endapan

material gunungapi Merapi yang ditransportasikan dan diendapkan oleh

aliran sungai.

Untuk tipe hidrostratigrafi dataran rombakan berupa akuiklud.

Akuiklud merupakan perlapisan material batuan yang dapat menyimpan

dan tidak dapat meluluskan airtanah. Material batuan yang terdapat pada

satuan bentuklahan dataran rombakan berupa sisipan lignit, lempung, dan

napal pasiran.

Gambar 17. Kenampakan Mata Air (Survei Lapangan, 2010)

25

Page 26: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Jalan

Kecamatan

Desa

Batas admin

Sungai

Sub Das Khayangan

Dibuat oleh : 1. Yustinus Adityawan (6054)2. Anggraini Arumsari (5881) 3. W idyastuti Nurchayati (5917)

Sumber : 1. Peta Rupa Bumi Indonesia tahun 1999, skala 1: 25.0002. Peta Geologi Jogjakarta skala 1:100.0002. Interpretasi Kelompok

Legenda

Kec. Girimulyo

Kec. Nanggulan

Kec. Samigaluh

Donomulyo

Giripurwo

Jati Sarono

Jatimulyo

Kebon Harjo

Pendoworejo

Purwosari

Tanjungharjo

Wijimulyo

Kali Khayangan

Ka

bup

aten

Pur

wor

ejo

PR

OV

INS

I JA

WA

TE

NG

AH

Kebon Harjo

Tmj

Tmj

Jatimulyo

Giripurwo

Sidomulyo

Hargowilis

Sendangsari

Banjarsari

Purwoharjo

Banjararum

Banjarsari

Kembang

Sendangagung

BanyurotoDonomulyo

Sumberarum

Jatisarono

404000 mT 408000 mT 412000 mT

91

40

00

0 m

U

91

400

00

mU

91

44

00

0 m

U

91

440

00

mU

91

48

00

0 m

U

91

480

00

mU

PETA HIDROGEOLOGI SUB DAS KHAYANGAN, KAB. KULONPROGO, D.I.YOGYAKARTA

Proyeksi : Transverse MercatorSistem Grid : Universal Transverse MercatorDatum Horizontal : WGS 84Zone : 49 S

U

0.65 0 0.65 1.3 1.95 KM

Sub DAS Khayangan

Jenis Akuifer

Akuifer

Akuifer Sistem Percelahan

Akuifer Tipis

Akuifuge

Akuiklud

Bukan Akuifer Potensial

Gambar 18. Peta Hidrogeologi DAS Kayangan

(Sumber: Laporan ESLA, 2009).

26

Page 27: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

5.1.5. Tanah

Tanah adalah dapat diidentifikasikan sebagai bnda alam yang tersusun atas

padatan, cairan dan gas yang menmpati prmukaan dataran dan dicirikan horizon-

horizon atau lapisan-lapisan yang dapat dibdakan dari bahan asalnya sebagai suatu

hasil proses pnambahan, kehilangan, pemindahan, transformasi energi dan matri,

atau kemampuan mendukung tanaman berakar di dalam lingkungan alami.

Tanah dapat dibntuk dari bahan induk tanah yang berupa batuan induk atau

bahan organik (Soil Survey Staf .1998). Sebagian besar mineral tanah berasal dari

batuan beku, sedimen dan metamorf. Jenis batuan ini akan menentukan jenis dan

jumlah kandungan mineral tanah, sifat kimia tanah, dan tekstur tanah.

Gambar 5.1.5.1. Pengukuran Tekstur Tanah

(tekstur liat dengan persentase lempung cukup tinggi, Survei Lapangan,

2010)

Bahan organik merupakan bahan induk tanah yang berasal dari tumbuhan,

hewan dan kotorannya. Proses pembentukan tanah juga tak lepas dari faktor iklim,

relief, vegetasi dan organism tanah, manusia dan waktu. Bahan induk tanah

mempunyai peranan penting dalam pross pembentukan tanah. Di sub-DAS

Kayangan ini terdapat beberapa macam bahan induk, antara lain:

a. Bahan endapan sungai

b. Bahan koluvium

c. Bahan endapan vulkan

27

Page 28: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

d. Batuan gamping

e. Batuan sediment

Gambar 2.8. Kenampakan Pedestal akibat Splash Erosion.

(Survei Lapangan, 2010)

Sedangkan menurut jenis tanahnya tanah dibagi menjadi 4 ordo antara lain adalah:

1. Inceptisols

Merupakan tanah yang belum matang dan masih berkembang.

Biasanya terdapat di daerah yang tidak terlalu curam. Tanah ini

berkembang dari bahan induk breksi andesit, napal, tuff dan batu

kapur.

2. Alfisols

Merupakan tanah yang telah mengalami perkembangan dengan

ditandai adanya horizon eluviasi besi dan magnesium didalamnya.

Biasanya tanah ini terdapat di sekitar lembah antar perbukitan.

3. Vertisols

Merupakan tanah dengan bahan induk batuan gamping. Tanah ini

berkembang di kompleks perbukitan dengan bahan induk induksi

breksi andesit, tuff, dan gamping koral formasi Jonggrangan.

28

Page 29: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

4. Entisols

Merupakan tanah yang masih muda, belum mmperlihatkan horizon-

horizonnya dan sifatnya masih mirip dengan batuan induknya. Tanah

di daerah perbukitan ini biasanya memiliki lapisan yang sangat tipis.

Tanah ini terletak di sebagian besar tanah bagian tenggara yang

terletak dekat dngan hilir DAS yang berelief datar.

5.2. Kondisi Sosial

5.2.1. Kondisi Kependudukan

Berdasarkan jumlah penduduknya, Kabupaten Kulon Progo

termasuk ke dalam kabupaten yang memiliki jumlah penduduk yang

banyak Kondisi kependudukan daerah kajian termasuk dalam piramida

tua. Hal ini dikarenakan kuantitas penduduk tua jauh lebih besar daripada

kuantitas penduduk mudanya.

Daerah kajian memiliki jumlah penduduk yang tergolong tinggi.

Dengan jumlah yang demikian besar, ibarat sebuah pisau bermata dua.

Artinya bahwa di lain sisi penduduk tinggi merupakan suatu modal

pembangunan yang sangat besar yang jika dikelola dengan tepat akan

menjadikan kemakmuran sebagai target yang mutlak terpenuhi.

Akan tetapi di sisi lain, permasalah kependudukan akan siap

menunggu di belakang jika sumber daya manusia yang begitu besar tidak

dapat diklola. Masalah tersebut dapat berupa masalah kemiskinan,

pngangguran, degradasi moral, maupun lainnya.

Hal itulah mengapa dikatakan ibarat pisau bermata dua.

Kependudukan merupakan suatu hal yang mendasari dimana adanya

masalah di daerah DAS Kayangan, sebagai contoh masalah longsor

disebabkan karena kerusakan daerah tangkapan hujan ditas permukiman,

penambangan liar disebabkan oleh faktor dari manusia, semua ini juga

berdampak langsung bagi manusia seperti akibat semua bencana ini akan

mengakibatkan kemiskinan setelah terjadi kerusakan tersebut, namun

masalah yang mendasari manusia mengolah lahan yang mengakibatkan

29

Page 30: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

kerusakan lahan ini adalah masalah kemiskinan, jadi masalah ini

merupakan masalah yang tidak adanya habisnya.

Masyarakat DAS Kayangan mayoritas bekerja pada sektor

pertanian. Pada sektor pertanian ini masih banyak dikuasai oleh masyrakat

tua, karena kalangan muda di sana lebih memilih mencari pekerjaan di luar

daerah untuk merubah nasib. Faktor yang menyebabkan hal itu adalah

sudah majunya teknologi dan datangnya budaya barat yang

memperlihatkan kemewahan dikota dibanding dengan desa sehingga

timbul keinginan pemuda untuk bekerja di kota.

Masalah ini harus diperbaiki dengan lebih menanamkan nilai- nalai

luhur budaya indonesia. Perlu juga stimulus untuk menumbuhkan

keinginan membangun daerah asal oleh pemuda.

5.2.2. Kesehatan

Kesehatan merupakan unsur potensi dasar dan alami yang

diperlukan sejak awal kehidupan dan masa pertumbuhan. Jika unsur

kesehatan kurang memadai maka akan mengakibatkan terhambatnya

perkembangan fisik dan mental manusia.Indikator kesehatan juga sangat

penting bagi indikator kemajuan bangsa.

Pembangunan kesehatan yang diarahkan kepada peningkatan

sumber daya manusia, kualitas hidup, memperpanjang umur harapan

hidup, meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta

meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Pada

hakekatnya merupakan upaya peningkatan kualitas sebagai sumber daya

insani yang secara terus menerus dapat ditingkatkan baik dari aspek

jasmani, spiritual dan kepribadian. Sejalan dengan tujuan pembangunan

kesehatan yakni tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk

agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal

sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari Tujuan Nasional.

30

Page 31: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Kesehatan masyarakat yang bermukim di Daerah Aliran Sungai

(DAS) Kayangan dapat dikategorikan mendekati nilai rendah hingga

sedang. Hal ini tentunya didasarkan pada berbagai faktor yang

berpengaruh antara lain ialah kurangnya sarana dan prasarana MCK,

tempat pembuangan sampah, pola kultur sosial masyarakat dalam

membuang sampah, dan pendapatan masyarakat yang relatif sedikit. Selain

hal tersebut, sarana dan prasarana kesehatan yang relatif kurang turut

berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Hal ini disebabkan kondisi

topografi yang berbukit sehingga aksesbilitas dan waktu dalam mengakses

fasilitas kesehatan lama.

Masalah kesehatan yang timbul di DAS Kayangan memang tidak

terlalu menonjol artinya kebanyakan masyarakatnya sehat, namun fasilitas

kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit sengat jauh dan fasilitas

pembantunya kurang. Jadi sangat perlu bila ditambah fasilitasnya untuk

upaya kuratif apabila ada maslah kesehatan di DAS Kayangan

5.2.3. Pendidikan

Pendidikan merupakan investasi awal dari pembangunan manusia.

Oleh karena itu peranan pendidikan sangat penting untuk menunjang

pembangunan. Pentingnya peranan pendidikan dalam pembangunan dapat

di awali dengan adanya motivasi bagi setiap manusia agar menuntut ilmu

pengetahuan tanpa batas sehingga diharapkan dengan pendidikan ini setiap

warga negara menjadi warga negara yang cakap dan mampu berpartisipasi

dalam pembangunan menurut profesi masing – masing.

Untuk mencapai tujuan dan cita – cita bersama yaitu tersedianya

kader pembangunan yang cakap dan mampu berpartisipasi dalam

pembangunan nasional menurut profesinya masing – masing maka

hendaknya perlu ditingkatkan mutu pendidikan terutama dalam rangka

mempersiapkan generasi muda yang lebih berkompeten dalam peranan

pembangunan. Semua komponen bangsa harus bahu membahu dalam

rangka peningkatan mutu pendidikan.

31

Page 32: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

DAS Kayangan memiliki masalah yang cukup pelik akibat dari

kondisi geografisnya yang berbukit. Akibat dari kondisi tersebut DAS

Kayangan ini seperti terbelakang, dilihat dari ketersediaan fasilitas

Sekolah dan Kesehatan. DAS Kayangan masih kurang akses terhadap

pendidikan dengan jumlah sekolah yang sedikit dan jauh jangkauannya

dari permukiman.

5.2.4. Ketenagakerjaan dan Ekonomi

Meningkatnya kebutuhan hidup manusia yang tidak terbatas

menuntut manusia untuk bekerja guna memperoleh

penghasilan/pendapatan. Keadaan inilah yang mendorong manusia aktif

dalam kegiatan ekonomi dan terlibat dalam kesempatan kerja. Kesempatan

Tabel 5. Rasio Jumlah Murid:guru, Jumlah Murid:Sekolah

Kabupaten Kulon Progo

 

Rasio Murid:Guru

 

Rasio Murid:Sekolah

 

tahun Negeri Swasta Negeri Swasta

tahun2005 10.79 4.12 300.51 70.52

tahun2007 8.72 4.45 357.49 69.61

Sumber : BPS, Kulon Progo dalam Angka 2008

32

Page 33: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan

penyerapan tenaga kerja.

Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi

yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat

menyerap pertambahan angkatan kerja.

Di daerah kajian seperti kita ketahui berdasarkan profil

kependudukan di atas, masyarakat di daerah kajian di dominasi oleh

kelompok umur tua. Hal ini dikarenakan masyarakat usia muda

meninggalkan desa atau bermigrasi ke daerah lain, misalnya daerah kota

Yogyakarta atau ke Jakarta untuk bekerja. Hal itu dilakukan karena dalam

pikiran para pemuda, daerah desa tidak mampu mencukupi kebutuhan

ekonomi mereka. Maka dari itu, migrasi dilakukan.

Motif ekonomi merupakan alasan utama para pemuda untuk

melakukan migrasi tersebut. Seperti kita ketahui bahwa kondisi ekonomi

daerah kajian tergolong sedang. Maka hal itu sangat berkorelasi jika kita

mengaitkan keduanya

5.3. Kondisi Biotik

5.3.1. Kondisi Fauna

Kondisi fisiografis Sub DAS Kayangan yang sebagian besar

merupakan daerah lereng, mengakibatkan belum banyaknya pemanfaatan

lahan oleh penduduk sehingga penutup lahannya sebagian besar masih

berupa tanaman liar yang tumbuh didaerah tersebut. Hal ini

mengakibatkan masih banyaknya hewan liar yang menjadikan tanaman

atau daerah yang masih belum terjamah manusia sebagai tempat

tinggalnya.

Hewan liar yang masih banyak terdapat didaerah Sub DAS

Kayangan diantaranya adalah musang dan landak. Kedua hewan tersebut

tidak mendapatkan musuh alami yang begitu berarti dalam kehidupannya

didaerah tersebut. Perburuan elang ataupun alap-alap yang dulunya banyak

terdapat didaerah tersebut sebagai musuh alami musang mengakibatkan

33

Page 34: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

musang tidak memiliki musuh alami yang cukup berarti, sehingga populasi

pada beberapa daerah di Sub DAS Kayangan menjadi over populasi.

Populasi musang yang berlebihan memaksa mereka untuk

memasuki kawasan permukiman penduduk dimana pada permukiman

penduduk terdapat hewan peliharaan seperti ayam yang menjadi makanan

utama musang tersebut. Fakta ini didapatkan dari kesaksian penduduk

sekitar.

Selain hewan peliharaan yang berupa ayam kampung, banyak

penduduk yang memelihara sapi dan kambing Ettawa sebagai investasi.

Permasalahan yang timbul dalam pemeliharaan sapi dan kambing adalah

adanya cathak(hewan sejenis lalat yang menghisap darah dari luka sapi

dan kambing). Cathak tersebut mengakibatkan luka pada sapi dan kambing

menjadi lebih besar dan dapat mengakibatkan infeksi.

Populasi cathak tersebut diakibatkan dari kotoran sapi dan kambing

yang hanya dibuang disebelah kandang dan tidak dibersihkan, dimana

tumpukan kotoran tersebut ditambah dengan kelembaban yang pas

menjadikan habitat yang potensial untuk berkembang biang cathak. Hal ini

dapat dicegah dengan pembersiahan kandang secara periodik dan

pemanfaatan kotoran hewan sehingga tidak menumpuk. Kebersihan

ataupun sanitasi kandang sangat penting untuk kesehatan hewan ternak.

Selain kebersihan hewan ternak juga harus diberikan suplemen sehingga

tahan terhadap serangan penyakit atau virus.

Seperti waktu perubahan cuaca, dimana hal tersebut sangat

berpotensi menyebabkan virus, perubahan iklim global ini mengakibatkan

banyaknya hama yang makin meningkat populasinya seperti ulat dan

serangga. Ulat dan serangga menyerang pada tiap tanaman baik tanaman

keras maupun pertanian terutama memakan daun. Di DAS Kayangan

kasus hama ini cukup banyak terjadi di pertanian padi dan banyak juga di

jumpai pada tanaman jati. Upaya yang sering dilakukan adalah

pemberantasan dengan pestisida dan dengan dibunuh secara langsung

34

Page 35: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

5.3.2. Kondisi Flora

Hama dan Gulma merupakan suatu hama bagi tanaman pertanian.

Hama biasanya adalah serangga seperti walang dan juga hama perusak

tanaman persawahan yaitu tikus. Hama ini menyebabkan produksi

pertanian yang menurun. Semua kasus hama ini terjadi di seluruh

pertanian di DAS kayangan. Penaggulangan masalah ini semua dilakukan

dengan cara kuratif yaitu pemberantasan dengan insektisida.

Masalah lain yang ada adalah tidak sesuainya pola tanam dengan

musim tanamnya sehingga produktifitas tanamannya kurang baik. Kasus

ini terjadi di daerah Girimulyo. Upaya yang baik dilakukan adalah

sosialisasi penanaman sesuai dengan musimnya agar produksinya dapat

maksimal. Tanaman tidak akan berproduksi dengan baik jika tempatnya

tidak tepat. Masalah ini terjadi pada kecamatan Nanggulan, upaya yang

baik dilakukan adalah memberikan pengertian pada masyarakat untuk

menanam pada lahannya yang tepat.

Masalah selanjutnya yang terjadi di daerah kajian sebagian Sub

DAS Kayangan adalah ketidaksesuaiannya tempat tanaman dengan

tempatnya. Maksudnya di sini misalnya ditanaminnya tanaman keras pada

tanah lapisan tipis. Secara visual kenampakan ini dapat terlihat pada

daerah perbukitan yang berada di sepanjang daerah hulu Sub DAS ini.

Dapat dilihat bahwa sebagian masyarakat di daearah ini memanfaatkan

lahan di daearah perbukitan untuk menanam tanaman kayu keras atau

tanaman tahunan.

Tanaman tahunan yang umumnya ditanami di daearah tersebut

adalah tanaman jati, tanaman sengon, mahoni, dan lain sebagainya. Seperti

kita ketahui bersama bahwasanya tanaman keras yang ditanam pada tanah

yang tipis akan menambah massa tanah yang harus ditahan. Akibatnya

tanah akan mudah tergelincir jika tanah terkena hujan deras ketika musim

penghujan tiba. Masyarakat masih beranggapan bahwa tanah tersebut

adalah tanah kosong dan belum mengetahui bahwasanya pada tanah tipis

35

Page 36: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

seperti itu tidak boleh ditanami tanaman keras yang bermassa berat. Hal

tersebut harus disadarkan bagi masyarakat yang bertempat tinggal di

daerah sekitar.

Program pengelolaan yang bisa dilakukan adalah mengadakan

sosialisasi tentang masalah tersebut. Saat tanaman diberikan kepada

masyarakat sosialisasi dapat sekalian dilakukan. Tidak ada kata terlambat

untuk itu, karena jika program tersebut tidak segera dilakukan pola

tanaman yang salah semacam itu akan tetap terjadi terus-menerus

6. Matriks Pengelolaan Lingkungan Hidup

Berikut ini ialah tabel pengelolaan lingkungan hidup yang berisi rancangan

strategis, program pelaksanaan, instansi yang berkepentingan, serta waktu

pelaksanaan program yang dapat dilihat pada tabel 6 dibawah ini.

7. Daftar Pustaka

Alfana, M.A.A., Fatahillah, G.G., Sukma, A.J., Kurniawan, W., 2009.

Laporan Akhir Sumber Daya Air dan Lahan DAS Kayangan, Yogyakarta:

Fakultas Geografi, UGM.

Bemellen, R.W. Van., 1970, Geology of Indonesia, Netherland: The

Hague Govt. Printing Office.

Dibyosaputro, S., 1997, Catatan Kuliah Geomorfologi Dasar, Yogyakarta:

Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada.

Herlambang,Y.A., Restianingsih,W., Anggreani., 2009. Laporan Akhir

Sumber Daya Air dan Lahan Daerah Aliran Sungai Kayangan, Yogyakarta:

Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Mantra, I.B., 1995, Demografi Umum, Yogyakarta: PT. Bumi Aksara.

Purnama, Ig. S., 2000, Bahan Ajar Geohidrologi, Yogyakarta: Fakultas

Geografi, Universitas Gadjah Mada.

Suyono., 2000, Kajian Geografis Airtanah Di Daerah Istimewa

Yogyakarta, Laporan Penelitian, Yogyakarta: Fakultas Geografi, Universitas

Gadjah Mada.

36

Page 37: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Verstappen, H.Th., 1983, Applied Geomorphology (Geomorphological

Surveys for Environmental Development), Netherlands : Elsevier Science

Publishers B.V.

Yunus, H. S., 2004, Pendekatan Utama Geografi Acuan Khusus pada Pendekatan

Keruangan, Ekologis, dan Kompleks Wilayah, Semarang: Universitas Negeri

Semarang.

37

Page 38: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

TABEL PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAS KAYANGAN

Masalah Akar Masalah DistribusiStrategi

Program InstansiImplementasi

< 5 Tahun 5-10 tahun

> 10 Tahun

ABIOTIK AIR Kuantitas Air tanah Berkurang

Formasi Batuan Impermeabel

Ds. Kebonharjo, Purwosari,

Tawangsari, Banjarsari, Jatimulyo,

Pendoworejo, Tanjungharjo

Pengadaan Air Bersih

Pembuatan Tandon Air

Pekerjaan Umum     

 Berkurangnya Bulan Hujan  

Pembuatan Sarana Saluran Air      

 Bentukan Morfologi Relatif Curam  

Penghijauan di Lereng Kehutanan      

Sedimentasi Pembukaan Lahan

di Sepanjang Aliran Sub DAS Kayangan Penghijauan

Sosialisasi Masyarakat Pemkab. KP Berkelanjutan

       Pendidikan Usia Dini Dinas Pendidikan Berkelanjutan

Kualitas AirPembuangan Sampah dan Limbah RT

di Sepanjang Hilir Aliran Sub DAS Kayangan

  Pembuatan TPA PU dan Pemkab            Pembuatan MCK Pemkab. Dan Masyarakat      

     

Pengukuran Kualitas Air Meliputi Air Tanah dan Permukaan Pemkab. Dan Dinas LH Berkelanjutan

Kurangnya Data Air Kurangnya Pemantauan

di Sepanjang Aliran Sub DAS

Kayangan

Perbaikan Sarana dan Prasarana

Pelatihan dan Penambahan Kualitas Pegawai Yang Terkait        

 Kurangnya Ahli yang Berkompeten  

Perencanaan pembelian peralatan Pengukuran SD Air        

 Tidak Adanya Koordinasi Antar Instansi  

Perbaikan Rencana Kerja Birokrasi

 

     

  Mahalnya Peralatan  Inventarisasi Data Air        

Kuantitas Air tanah Berkurang

Formasi Batuan Impermeabel

Ds. Kebonharjo, Purwosari,

Tawangsari, Banjarsari, Jatimulyo,

Pendoworejo, Tanjungharjo

Pengadaan Air Bersih

Pembuatan Tandon Air

Pekerjaan Umum     

Berkurangnya Bulan Hujan  

Pembuatan Sarana Saluran Air

      

Bentukan Morfologi Relatif Curam  

Penghijauan di Lereng Kehutanan Berkelanjutan    

Sedimentasi Pembukaan Lahan Seluruh Area Penghijauan Sosialisasi Pemkab. KP Berkelanjutan    

1

Page 39: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Sub DAS Kayangan

MasyarakatPendidikan Usia Dini Dinas Pendidikan Berkelanjutan    

Kualitas Air

Pembuangan Sampah dan Limbah RT

Daerah Hilir Sub DAS Kayangan

Peningkatan Kualitas Air

Pembuatan TPA PU dan Pemkab      

Proses Erosi

Seluruh Area Sub DAS Kayangan Pembuatan MCK Pemkab. Dan Masyarakat      

Aktivitas Manusia

Seluruh Area Sub DAS Kayangan

Pengukuran Kualitas Air Meliputi Air Tanah dan Permukaan Pemkab. Dan Dinas LH Berkelanjutan    

Kurangnya Pemantauan dan

Inventarisasi Data Sumberdaya Air

Kurangnya Pemantauan

Seluruh Area Sub DAS Kayangan

Perbaikan Sarana dan Prasarana

Pelatihan dan Peningkatan

Kinerja Pegawai Pemkab, Dinas Pengairan

     

Kurangnya Ahli yang Berkompeten

 

Perencanaan pembelian peralatan Pengukuran SD Air Dinas Pengairan      

Tidak Adanya Koordinasi Antar Instansi

Perbaikan Rencana Kerja Birokrasi Pemkab      

Mahalnya Peralatan Inventarisasi Data Air Pemkab, Dinas Pengairan      

LAHAN

Bencana Longsor

Kemiringan Lereng Curam

Purwosari  

Sosialisasi bencana longsor, pembuatan terasering, pembuatan talut

Pemkab, Dinas Lingkungan Hidup dan PU

     

Litologi Batuan yang beragam

Hampir di seluruh bagian hulu sub DAS   Pembuatan saluran drainase  

Intensitas Hujan yang tinggi

Hampir di seluruh bagian hulu sub DAS

 

Alih Fungsi Lahan yang tidak sesuai peruntukannya

Hampir di seluruh bagian hulu sub DAS

 

Penggunaan lahan sesuai dengan peruntukannya dengan mengacu pada peraturan tata ruang lahan

Pemkab, PU, Kehutanan, Dinas Tata Kota

 

Pencemaran Tanah

Belum adanya manajemen pembuangan sampah plastik

Hampir di seluruh bagian hilir sub DAS

  Pembuatan TPA Dinas Kebersihan Kota      

 Kandungan Pb disekitar ruas jalan

Ruas jalan Kabupaten

 Penanaman tanaman kayu keras dipinggir jalan

Dinas Kehutanan, Bepedas Serayu Opak Progo.

 

Pertambangan Liar

Eksploitasi tambang andesit

Hulu sub Das Kayangan

Manajemen lingkungan

reklamasi Lahan. AMDAL dan

Dinas Pertambangan, Dinas Lingkungan Hidup

     

2

Page 40: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

pengetatan peraturan daerah tentang ambang batas penggalian bahan galian dengan memperhatikan land sustainability

Udara

Pencemaran Udara

Gas buang kendaraan bermotor(masih banyak menggunakan kendaraan 2 tak karena daerah curam dan tidak menggunakan filter)

    Dinas Lingkungan Hidup      

 Asap dapur(kebanyakan masih menggunakan kayu bakar)

    Dinas Lingkungan Hidup      

Kebisingan Suara gergaji mesinDaerah hulu Sub DAS Kayangan

 Penghentian pembalakan liar

Dinas Lingkungan Hidup      

 Suara kendaraan(banyak kendaraan 2 tak tidak menggunakan filter)

Jalan didaerah hulu Sub DAS Kayangan

 

Pemasangan filter pada kendaraan 2 tak dan penggantian kendaraan 4 tak, serta penanaman tanaman kayu keras sebagai peredam suara.

Dinas Lingkungan Hidup      

BIOTIK

Tanaman

Hama dan GulmaHama menurunkan tingkat produktivitas tanaman

Semua daerah di sepanjang sub DAS Kayangan

Penanggulangan Hama

Pemberian insektisida pada tanaman produksi, Memberikan lawan alami hama

Dinas Pertanian      

Tidak sesuai pola tanam

Hasil produksi berkurang Kec. GirimulyoSosialisasi cara tanam

Pemberian sosialisasi mengenai pola tanam yang baru menyesuaikan perubahan iklim Dinas Pertanian

     

Tanaman tidak sesuai dengan tempat

Tanaman kayu keras pada lereng yang curan dan memiliki lapisan tanah dangkal.

Kec. Nanggulan          

Hewan

CathakHewan ternak menjadi luka

Pada daerah tengah dan hilir Sub DAS Kayangan

Sanitasi kandangPembersihan kandang secara rutin

Dinas Peternakan dan Pertanian

     

Banyaknya tikus tanah

Mengurangi hasil produksi tanaman

Pada daerah tengah dan hilir

  Perburuan tikus tanah dan

     

3

Page 41: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Sub DAS Kayangan

pemeliharaan musuh alami tikus

Musang dan landak yang over populasi

Hilangnya ternak ayam Semua daerah di sepanjang sub DAS Kayangan

 Pembuatan kandang ayam.

     

Virus piler, flu burung, kuku dan mulut

Matinya beberapa hewan ternak seperti ayam dan sakitnya sapi kambing.

Pada daerah hilir Sub DAS Kayangan

Sanitasi kandang

Pembersihan kandang secara rutin, penggunaan disinfektan dan antiseptik

Dinas Pertanian dan Peternakan

     

Kurangnya air yang mengalir untuk perikanan

Variasi perikanan yang sedikit , kebanyakan hanya lele

Pada daerah hulu dan daerah lereng tengah Sub DAS Kayangan.

         

Ulat dan seranggaRusaknya daun jati dan padi karena dimakan.

Pada daerah hulu dan hilir Sub DAS Kayangan.

Pemusnahan hamaPenggunaan pestisida ramah lingkungan

Dinas Pertanian      

KULTURAL MANUSIA

Degradasi Moral Pemudi dan

Pemuda

Kondisi Alam Yang Menunjang

Daerah Hulu DAS Kayangan

Perbaikan Moral Generasi Muda

Pendidikan Seks Usia Dini Dinas Kesehatan Berkelanjutan

Kualitas Pendidikan Agama yang Kurang

Optimalisasi Pendidikan Agama Dinas Pendidikan      

Kurangnya Pengawasan Orang Tua

Pengawasan Daerah Rawan Organisasi Kemasyarakatan Berkelanjutan

Kurangnya Tenaga Kerja

ProduktifMigrasi Penduduk Usia Muda

Seluruh DAS Kayangan

Membuka Lapangan Kerja di Kawasan Pedesaan

Sosialisasi Pengembangan Kawasan Desa Disnaker      Memberikan Kemudahan Stimulus Usaha Kerja Pemkab, Dinsos, Disnaker      

Rendahnya Kualitas

Pendidikan

Kurangnya Fasilitas Pendidikan

Daerah Hulu DAS Kayangan

Peningkatkan Kualitas Pendidikan

Memperbaiki Fasilitas Pendidikan misal: Ruang Kelas

Dinas Pendidikan BerkelanjutanKurangnya Tenaga Pengajar

Memperbanyak Tenaga Pengajar di Daerah Pedesaan

Rendahnya Kesejahteraan Pengajar

Sertifikasi Khusus Bagi Pengajar Pedesaan

Minimnya Aksesibilitas

Perbaikan Aksesibilitas Bidang Pendidikan

Rendahnya Kualitas

Kesehatan

Kurangnya Fasilitas Kesehatan

Hulu DAS Kayangan

Meningkatnya Kualitas Kesehatan

Perbaikan Fasilitas Kesehatan

Dinas Kesehatan Berkelanjutan

Kurangnya tenaga Kesehatan

Perbaikan Layanan Kesehatan

4

Page 42: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

Minimnya Aksesibilitas

Penambahan Aksesibilitas Pendidikan

Ekonomi

Kurangnya Lapangan Kerja

Seluruh DAS Kayangan

Pengambangan Ekonomi masyarakat

Memberikan Kemudahan Stimulus Usaha Kerja Dinas Sosial, Pemkab

BerkelanjutanTingkat Pendidikan Rendah

Pengadaan Beasiswa Dinas Pendidikan, Pihak Swasta

Kesadaran masyarakat dalam pengambangan daerah

Sosialisasi Pengembangan Potensi Kawasan Desa Pemkab

Kurangnya Pengetahuan

kalangan muda terhadap budaya

asli daerah Perkembangan Teknologi

Seluruh DAS Kayangan

Pelestarian Budaya Lokal

sosialisai Budaya lokal pada kalangan muda

Dinas Pendidikan, Pemkab, dan ormas

BerkelanjutanMengadakan even budaya lokal tahunan

Dinas Pendidikan, Pemkab, dan ormas

5

Page 43: Kajian Lingkungan Hidup Strategis Daerah Aliran Sungai (DAS) Kayangan Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta

1