Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

18
halaman 1 GEOGRAFI. (disadur dari : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten maros) Luas wilayah Kabupaten Maros kurang lebih 1 612 km 2 , terbagi menjadi 14 wilayah kecamatan dan 103 desa/keluarahan, terletak pada koordinat 40 0 45’ - 50 0 07’ Lintang Selatan dan 109 0 205’ - 129 0 12’ Bujur Timur. Kabupaten maros di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Pangkep, di sebelah selatan berbatasan dengan kota Makasar dan kabupaten Gowa, di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Bone, dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Makasar. Pembagian Administratif Wilayah Kabupaten maros menjadi Kecamatan , kemudian pembagian Kecamatan menjadi Desa/ Kelurahan diperlihatkan dalam gambar 04 RTRW – sudah di scan.. TOPOGRAFI. Secara umum keadaan topografi kabupaten maros digambarkan dengan memperlihatan sebaran wilayah mukabumi dengan ketinggian diatas permukaan laut antara 0 – 300 DPL, 300 – 500 DPL, 500 – 1000 DPL, 1000 – 1500 DPL dan 1500 – 3000 DPL seperti diperlihatkan pada gambar 05 RTRW – sudah di scan.., serta dengan memperlihatkan sebaran wilayahmuka bumi dengan kemiringan lereng 0 – 8 %, kemiringan lereng 8 – 15 %, kemiringan lereng 15 – 25 %, kemiringan lereng 25 – 40 % dan kemiringan lereng >40 % seperti diperlihatkan dalam gambar 06 RTRW – sudah di scan

Transcript of Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

Page 1: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 1

GEOGRAFI. (disadur dari : Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten maros)

Luas wilayah Kabupaten Maros kurang lebih 1 612 km2, terbagi menjadi 14 wilayah kecamatan dan 103 desa/keluarahan, terletak pada koordinat 400 45’ - 500 07’ Lintang Selatan dan 1090 205’ - 1290 12’ Bujur Timur.

Kabupaten maros di sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Pangkep, di sebelah selatan berbatasan dengan kota Makasar dan kabupaten Gowa, di sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Bone, dan sebelah barat berbatasan dengan Selat Makasar.

Pembagian Administratif Wilayah Kabupaten maros menjadi Kecamatan , kemudian pembagian Kecamatan menjadi Desa/ Kelurahan diperlihatkan dalam gambar 04 RTRW – sudah di scan..

TOPOGRAFI. Secara umum keadaan topografi kabupaten maros digambarkan dengan memperlihatan sebaran wilayah mukabumi dengan ketinggian diatas permukaan laut antara 0 – 300 DPL, 300 – 500 DPL, 500 – 1000 DPL, 1000 – 1500 DPL dan 1500 – 3000 DPL seperti diperlihatkan pada gambar 05 RTRW – sudah di scan.., serta dengan memperlihatkan sebaran wilayahmuka bumi dengan kemiringan lereng 0 – 8 %, kemiringan lereng 8 – 15 %, kemiringan lereng 15 – 25 %, kemiringan lereng 25 – 40 % dan kemiringan lereng >40 % seperti diperlihatkan dalam gambar 06 RTRW – sudah di scan

Page 2: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 2

Page 3: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 3

GEOLOGI. Mengacu pada Laporan Geologi Terpadu Kabupaten Maros, pada rupabumi dengan skala 1:50000 (Suwanda Wijaya, dkk 1994) kabupaten maros dibagi dalam : kelompok wilayah kemiringan lereng < 3 %, kelompok wilayah kemiringan lereng 3 – 5 %, kelompok wilayah kemiringan lereng 5 – 10 %, kelompok wilayah kemiringan lereng 10 – 15 %, kelompok wilayah kemiringan lereng 15 – 30 %, kelompok wilayah kemiringan lereng 30 – 70 dan kelompok wilayah kemiringan lereng > 70 %.

Deskiripsi bentangan dan batuan penyusun serta sebaran wilayah formasi kondisi Geologi kabupaten Maros diperlihatkan dalam Tabel 1 berikut dibawah ini serta peta geologi yang diperlihatkan dalam gambar 07 RTRW – sudah di scan.

no. kemiringan

lereng (%) ketinggian D.P.L (m)

luas (%)

bentangan dan batuan penyusun

sebaran (kecamatan) jenis peruntukan lahan

1 < 3 0 - 30 33.33 pedataran: dominan Aluvium

lau, bontoa, Turikale, Maros Baru, Marusu, Mandai, Bantimurung, Camba dan Tanralili

persawahan, pertambakan, perkebunan, permukiman, pertambangan

2 3 – 5 15 - 300 1.87 perbukitan, sedimen dan vulkanik

Mallawa, Camba, Bantimurung, Bontoa dan Tanralili

permukiman, perkebunan

3 5 – 10 25 - 750 4.31 perbukitan kars dan intrusi serta pegunungan vulkanik

Mallawa, Camba, Tanralili, Tompubulu dan Bantimurung

perkebunan, peternakan, permukiman, pertambangan

4 10 – 15 100 - 1565 11.48 perbukitan intrusi, vulkanik, kars dan sedimen

Mallawa, Camba, Bantimurung, Bontoa, Simbang, Tanralili dan Tompobulu

perkebunan, peternakan, permukiman, hutan belukar, alang-alang

5 15 – 30 25 - 1540 23.30 pegunungan vulkanik, perbukitan kars, intrusi

Mallawa , Camba, Bantimurung, Bontoa,

perkebunan, hutan lindung, semak belukar,

Page 4: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 4

dan sedimen Tompobulu, Tanralili, Moncongloe dan Simbang

peternakan, permukiman

6 30 – 70 100 - 1458 20.09 pegunungan vulkanik, perbukitan intrusi dan kars

Mallawa, Camba, Bantimurung, Simbang, dan Bontoa

hutan lindung, hutan produksi terbatas, perkebunan, rekreasi, pertambangan, permukiman

7 >70 35 - 1437 5.61 perbukitan kars dan pegunungan vulkanik

Mallawa, Camba, Bantimurung, Simbang, Tompobulu dan Tanralili

hutan lindung, hutan produksi terbatas, perkebunan, semak belukar, rekreasi

sumber : Dinas pertambangan dan Energi Kabupaten Maros, 2009 –dikutip dari draft RUTR Kab.Maros

Pemetaan Geologi Lapangan dalam skala 1:250000 yang dilakukan Rab. Sukamto dan Supriatna (1982) membagi Kabupaten Maros dalam 4 satuan geomorfologi :

a. Satuan Pegunungan Vulkanik : menempati bagian utara, tengah dan timur dengan puncak tertinggi di Bulu Lekke ( 1361 m dpl ) tersebar di 30 % areal wilayah kabupaten Maros dicirikan dengan relief topografi yang tinggi, kemiringan terjal, tekstur topografi yang kasar dengan batuan penyusun jenis batuan gunung api (vulkanik).

b. Satuan Perbukitan Vulkanik : Intrusi dan Sedimen, menempati daerah perbukitan yang menyebar secara setempat-setempat sekitar 15 % arel wilayah kabupaten Maros, dicirikan dengan topografi berbukit dengan batuan penyusun jenis : batuan vulkanik, batuan intrusi ( batuan beku ) dan batuan sedimen.

c. Satuan Perbukitan Karst : Satuan perbukitan ini tersebar cukup luas pada bagian tengah, timur-laut Kabupaten Maros yang meliputi kecamatan Bontoa, Bantimurung, Simbang, Tanralili, Mallawa dan Camba. Ciri khas satuan geomorfologi ini adalah : topografi berbukit-bukit karst dengan tekstur sangat kasar dengan batuan penyusun jenis batu gamping.

d. Satuan Pedataran Alluvium : terletak di bagian barat yang tersebar engan arah utara-selatan, meliputi 25 % wilayah kabupaten maros. Dicirikan dengan bentuk morfologi topografi datar, erlief rendah, tekstur halus dengan batuan dasar endapan alluvium.

Pemetaaan geologi lapangan dalam skala 1:250000 yang dilakuan oleh Rb. Sukamto dan Supriatna, 1982, berdasarkan sifat fisik, tekstur serta genesa dan batuan pembentuknya , jenis tanah di kabupaten Maros diklasifikasikan dalam 4 tipe sbb. ;

a. Alluvial Muda merupakan endapan aluvium ( endapan aluvial sungai, pantai dan rawa ) yang berumur kuarter (resen) dan menempati daerah morfologi pedataran dengan ketinggian 0 – 60 m dengan sudut kemiriingan lereng < 3 %. Tekstur beraneka mulai dari ukuran lempung, lanau, pasir, lumpur, kerikil, hingga kerakal, dengan tingkat kesuburan yang tinggi menyebar di 14.20 % areal kabupaten Maros (229.91 km2) meliputi Kecamatan Lau, Bontoa, Turikale, Maros Baru, Moncongloe, Marusu, Mandai, Bantimurung, Camba, Tanralili dan Tompobulu.

b. Regosol adalah tanah hasil lapukan dari batuan gunung api dan menempati daerah perbukitan vulkanik pada ketinggian 110 – 1540 m DPL dengan sudut kemiringan lereng > 15 %. Berwarna coklat hingga kemerahan, berukuran lempung lanauan – pasir lempungan, plastisitas sedang, agak padu tebal 0.1 – 2.0 m menyebar di 26.50 % areal Kabupaten maros (429 km2) meliputi kecamatan Cenrana, Camba, mallawa dan Tompobulu.

c. Litosol merupakan tanah mineral hasil pelapukan batuan induk, berupa batuan beku (intrusi) dan/atau batuan sedimen yang menempati daerah perbukitan intrusi pada ketinggian 3 – 1150

Page 5: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 5

m dengan sudut kemiringan lereng < 70 %. Berwarna coklat kemerahan, berukuran lempung, lempung lanauan, hingga pasir lempungan, plasitisitas sedang – tinggi, agak padu, solum dangkal, tebal 0.2 – 4.5 m. menyebar di sekitar 37.60 % areal kabupaten Maros (608.79 km2) meliputi kecamantan Mallawa, Camba, Bantimurung, Cenrana, Simbang, Tompobulu, Tanralili dan Mandai.

d. Mediteran merupaan tanah yang berasal dari pelapukan batugamping yang menempatai daerah perbukitan karst pada ketinggian 8 – 750 m DPL dengan sudut lereng > 70 %. Berwarna coklat kehitaman, berukuran lempung pasiran, plastisitas sedang – tinggi, agak padu, permeabilitas sedang, rentan erosi, tebal 0.1 – 1.5 m tersebar di 21.70 % areal kabupaten Maros meliputi Kecamatan Mallawa, Camba, Bantimurung, Bontoa, Simbang, Tompobulu dan Tanralili.

Draft RTRW Kabupaten maros menampilkan peta jenis tanah seperti yang diperlihatkan dalam gambar 10 RTRW – belum di scan.

Perbukitan Karst.

Sulawesi Selatan memiliki kawasan kars yang terletak di Kabupaten Maros dan Kabupaten Pangkep (Kawasan Kars Maros-Pangkep, KKMP) yang telah menjadi salah satu kawasan yang direkomendasikan untuk diperhatikan oleh pemerintah dalam the Asia-Pacific Forum on Karst Ecosystems and World Heritage pada tahun 2001 di Sarawak, Malaysia. Kawasan ini merupakan singkapan batugamping yang luas di daerah Sulawesi Selatan, antara Pangkajene dan Maros, membentuk tipe kars tersendiri. Bukit-bukit berlereng terjal (yang sebagian besar genesanya dipengaruhi oleh struktur geologi, sebelum diperlebar dan diperluas oleh proses pelarutan atau karstifikasi) membentuk bangun menara yang sangat khas (karst tower). Di antara bukit-bukit tersebut membentang dataran, dengan permukaannya yang rata. Oleh penduduk setempat, dataran kars tersebut didayagunakan menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Bukit-bukit menara tersebut sejenis dengan yang ada di Cina Selatan dan Vietnam

Page 6: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 6

(Samodra 2001). Selain menjadi lahan pertanian dan lahan penambangan, kawasan ini memiliki hutan lindung, areal pariwisata, situs-situs arkelogi, beberapa jenis fauna endemik, serta sistem hidrologi bawah permukaan yang khas.

Saat ini kawasan ini sedang mengalami tekanan yang cukup berat, karena usaha pertambangan batugamping untuk semen dan industri lainnya. Kawasan kars ini memiliki semua nilai strategis yang disebutkan di atas yang pada kenyataannya memiliki tarik-ulur kepentingan dalam pemanfaatannya. Selain itu, era otonomi daerah diprakirakan mendorong pengelolaan kawasan secara parsial berbasis batas administratif bukan batas ekologis. Kawasan seluas sekitar 40.000 hektar ini telah terbagi dua menjadi 20.000 hektar areal budidaya dan sisanya, 20.000 hektar menjadi bagian dari 43.750 hektar kawasan konservasi Taman Nasional Bantimurung – Bulusaraung (TNBB). Penambangan kars yang dilakukan di Kawasan Kars Maros-Pangkep mengancam ketersediaan air tanah di sekitar kawasan karst (Bappenas 2006).

Berdasarkan data Bapedal Regional III, saat ini aktivitas penambangan kapur oleh dua industri semen besar (PT. Semen Tonasa dan PT. Semen Bosowa) dengan luas daerah operasi mencapai 2.354,7 ha. Selain itu, sampai tahun 1998 terdapat 24 perusahan penambangan marmer dengan luas areal eksploitasi 15-25 ha setiap perusahaan. Selain itu, di kawasan yang berpenduduk 250.000 an jiwa ini, kegiatan pertanian, pembersihan vegetasi, dan penebangan masih berlangsung dengan mengabaikan kepentingan konservasi [1]. Di kawasan tersebut cadangan batu gamping, bahan baku semen, diduga sebanyak 11.650 juta ton. Sedangkan marmer di perut Bumi Maros diperkirakan 2.609 juta ton. Marmer Maros terkenal karena variasi warnanya yang sesuai dengan selera pasar. Produknya sudah diekspor ke Singapura dan Malaysia (Adhisumarta 2003). PT Semen Tonasa yang memproduksi 3,5 juta metrik ton semen tiap tahun ini memberikan kontribusi terhadap penerimaan Pemprov Sulsel rata-rata Rp 500 juta setiap tahunnya.

Selain itu, dari sisi keanekaragaman hayati di Kawasan Kars Maros-Pangkep terdapat 284 jenis tumbuhan dan ratusan jenis kupu-kupu di Bantimurung. Pada kawasan ini dapat ditemui tarsius, kuskus, 2 jenis kelelawar yang merupakan key-stone species yang berfungsi untuk melakukan penyerbukan terhadap sekitar 100 jenis tumbuhan, dan 103 jenis kupu-kupu. Tujuh di antara jenis kupu-kupu ini merupakan serangga endemik, yaitu Papilio blumei, P. polites, P. satapses, Troides haliptron, T. helena, T. hypolites, dan Graphium androcles [2]. Bahkan pada kawasan wisata alam Bantimurung yang pernah dijuluki sebagai Kingdom of The Butterfly, menurut Baharuddin dari BKSDA Sulsel pada tahun 1960-an masih terdapat sekitar 300 spesies kupu-kupu, saat ini hanya tersisa sekitar 135 spesies [3].

Climate. The annual precipitation for the catchment varies along the main stream. The average annual precipitation for the upper basin is about 3,700 (3,707 mm at the Malino station) and is about 2,160 mm (2,166 mm at the Bontosunggu station) in the lower stream. Climate conditions in this catchment are influenced by the monsoon, which has two seasons each year, a dry season between March and August and wet season between September and April.

Available climate observation is at sta. number 711001 , sta. name : Bontosungu, elevation = 10 m , location : S 05° 15' 00" - E 119° 26' 10" , observation period : 1975 – 1992, mean annual precepitation = 2166 mm, mean annual evaporation 54 mm.

Page 7: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 7

Monthly Climate Data at Station: Bontosunggu (period for the mean : 1975 – 1992) observation jan feb mar apr mei jun jul aug sep oct nov dec annual

relative humidity (%)

91.2 90.6 89.2 85.8 84.2 81.2 82 82.6 79.2 83.4 85 88 85.2

temperature (oC)

27.1 27.4 27.5 28.1 28.1 27.1 26.9 26.6 28.1 27.8 27.8 26.9 27.4

evaporation (mm)

133.2 121.9 136.4 147.3 143.7 139.6 156.3 182 211.2 206.7 153.4 129.2 1,861.2

Sumber Air. Terkait dengan daerah pelayanan dan IPA (WTP) yang dikelola PDAM Kabupaten Maros serta kemungkinan pengembangannya, dalam TOR dan SPAR sumber air yang ada dan dipandang potensial untuk dimanfaatkan dalam rangka pengembangan kapasitas layan lebih lanjut adalah sebagai berikut :

Tertulis dalam “TERMS OF REFERENCE FOR: THE PRE-FEASIBILITY STUDY AND TRANSACTION

ADVISORY SERVICES FOR THE KABUPATEN MAROS WATER SUPPLY PROJECT” halaman 4 :

The water resource for the new WTP will be supplied by Jamala Spring. The raw water will be flown about 2 km through closed tunnel from Jamala Spring to the built pond. The new WTP will be built next to the raw water intake installation at the built pond area. Based on PDAM Kabupaten Maros survey, the spring could reserve minimum 400 lps in summer period.

Page 8: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 8

Furthermore, Bantimurung River could also be back up for long term water resource as its minimum debit on summer period is 1500 lps.

Dibawah ini disajikan Tabel nilai-nilai terkecil hasil pengukuran (random-sesaat) debit di pos duga air Bantimurung yang diperoleh dari Seksi Hidrologi, Bidang Bina Teknik, Dinas PSDA Propinsi Sulawesi Selatan.

tgl Q (m3/det) tgl Q (m3/det) tgl Q (m3/det) tgl Q (m3/det)

19-Jun-78 2.600 25-Nov-82 0.850 15-Oct-89 1.640 23-Sep-02 0.505

16-Sep-78 2.695 10-Sep-83 1.160 22-Sep-90 1.095 14-Sep-03 0.957

2-Nov-79 0.877 4-Oct-84 1.600 17-Oct-91 0.880 11-Oct-05 0.694

7-Dec-76 0.877 8-Oct-85 1.130 9-Oct-92 0.996 27-Oct-08 0.986

25-Sep-80 1.197 8-Aug-86 1.930 16-Oct-93 0.776

20-Oct-81 1.190 23-Aug-88 1.230 12-Sep-01 0.950

Angka-angka yang tercantum dalam tabel diatas , dapat dikatakan = debit mata air Jamala + debit air terjun Bantimurung. Memperhatikan angka-angka terkecil yang tercantum dalam tabel hasil pengukuran debit diatas dapat diambil kesimpulan bahwa : apa yang tertulis dalam TOR halaman 4 “ ......... the spring could reserve minimum 400 lps in summer period ..... ”

• dimana lokasi mata air Jamala berada,

perlu direvisi menjadi jumlah yang lebih kecil.

Air terjun Bantimurung dan Mata air Jamala berlokasi di Taman Wisata Air Terjun Bantimurung yang otorita pengelolaannya berada dibawah Departemen Kehutanan cq. Pengelola Taman Nasional Bulusaraung.

Memperhatikan :

• saluran dan pintu-pintu air pengatur aliran dari kolam tampung mata air Jamala yang telah ada

• angka-angka debit hasil pengukuran Seksi Hidrologi Dinas PSDA seperti yang diperlihatkan dalam tabel diatas

,- serta

dapatlah diduga bahwa : SIPA untuk pengambilan air langsung dari mata air Jamala sejumlah 200 – 250 liter/detik sebagai pasok air baku PDAM kabupaten Maros sangat mungkin akan sulit diperoleh, seandainya SIPA dapat diperolehpun , khususnya dimusim kemarau, cara pengaturan pintu-pintu air yang telah ada sangat mungkin membuat pasok air untuk PDAM menjadi jauh kurang dari yang diperlukan, bahkan mungkin saja menjadi tidak tersedia sama sekali.

Page 9: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 9

Memperhatikan lokasi mata air Jamala, lokasi air terjun Bantimurung, lokasi pengukuran debit dan lokasi bd. batubassi serta intake PDAM Bantimurung seperti yang diperlihatkan dalam gambar diatas – dapat dikatakan lokasi Intake pasok air baku IPA Bantimurung sudah merupakan posisi penyadapan air terbaik, mengingat posisinya yang dekat konstruksi bendung dan air yang mengalir ke lokasi ini adalah gabungan dari air yang berasal dari mata air Jamala, sungai Bantimurung ( air terjun Bantimurung ) dan cabang sungai S. Makkatoane.

Alokasi air dari bendung Batubassi sampai sejauh ini paling tidak diperuntukan bagi : 1. irigasi (kanan) Bantimurung untuk pasok air ke lahan pertanian k.l. seluas 3000 ha, 2. PT Semen Bosoa ( intakenya berdampingan dengan intake PDAM ) 3. PDAM 80 liter/detik.

Page 10: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 10

Data hasil pengukuran debit (Seksi Hidrologi – PSDA), menguatkan kebenarana “isue” bahwa : pada saat ini telah terjadi kekurangan pasok air , terutama pasok air untuk irigasi pertanian di musim kemarau.

Di masa y.a.d. , apabila PDAM Kabupaten Maros meningkatkan jumlah pengambilan air dengan tambahan sejumlah 250 liter/detik misalnya, hampr dapat dipastikan bahwa masalah deficit air akan menjadi lebih kritis, apalagi jika saluran kiri irigasi Bantimurung ( yang saat ini belum mengambil air dari sungai Bantimurung) telah mulai menuntut alokasi air.

Solusi terhadap masalah ini hanyalah menampung kelebihan air pada saat surplus air kemudian memanfaatan air yang tertampung ini pada saat defisit air.

Fenomena air sangat sangat berlimpah pada musim hujan, bahkan berupa banjir yang merugikan, tapi kering atau sama sekali tak berair di musim kemarau, adalah indikasi ketidak mampuan catchment area menahan laju aliran permukaan pada saat turun hujan, serta meng-inflitrasi-kannya kedalam lapisan tanah bawah. Air dalam lapisan tanah bawah adalah salah satu komponen penting yang menentukan dapat atau tidaknya air di sungai tersedia di musim kemarau.

Fenomena seperti diuraikan diatas umumnya disebabkan karena tindakan-tindakan “exploitasi sumberdaya alam” di areal catchment area yang mengabaikan kepentingan “kesinambungan kelestarian lingkungan”.

Pencegahan terhadap degradasi lingkungan dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat “exploitasi sumberdaya alam” seperti dimaksud diatas tentu akan sangat membantu meningkatnya ketersediaan air di musim kemarau serta meredam dampak-dampak negatif akibat terlampau melimpahnya aliran sungai di musim hujan..

Upaya lain yang mungkin dapat dilakukan adalah : dengan membangun infrastruktur yang memungkinkan penampungan air pada saat terjadi surplus air, misalnya membangun bendungan atau bendung dengan “long-storage” yang memadai.

Dibawah ini disajikan Tabel hasil pengukuran (random-sesaat) debit di pos duga air Bantimurung selengkapnya yang diperoleh dari Seksi Hidrologi, Bidang Bina Teknik, Dinas PSDA Propinsi Sulawesi Selatan.

hasil pengukuran debit random sesaat pada bulan (m3/det)

jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des

1978 10.700 11.100 2.600 4.527 3.000 2.695 2.780 3.019 7.138

1979 9.881 10.316 9.952 6.418 18.097 4.504 2.455 4.849 1.599

0.877 0.877

1980 50.030 7.712 27.859 9.148 4.490 1.950 1.600 1.585 1.376 20.888

1981 14.558 9.984 10.300 6.420 2.661 4.220 1.600 1.190 7.280

1982 12.600 8.600 6.830 10.500 4.550 5.420 1.990 1.380 0.740 1.040 0.850 1.040

1983 3.720 13.400 4.550 11.200 12.300 4.980 2.850

1.160

3.280 7.490

1984 9.600 10.300 16.400 5.360 2.430 2.760 1.600 4.040 14.200

1985 19.600 11.200 16.100 16.600 2.880 1.370 1.130 1.350 3.620

1986 50.500 21.300 14.000 2.260 1.930 9.550 7.300

1987 33.400 11.600 8.290

1988 2.260 1.230 3.330

1989 4.300 3.100 1.770 1.640 17.110

1990 7.550 2.281 2.817 1.307 1.258 1.127 8.798

1991 2.845 17.500 0.917

6.760 3.131 1.787 1.082 0.880

8.331

Page 11: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 11

1992 8.455 9.820 7.816 4.651 2.177 1.611 1.338 0.996 2.572 3.260

1993 12.230 13.060 25.738 12.660 3.765 2.222 0.904 0.766 3.304

1994 5.909

1.960 1.536

1995 44.212 4.646 3.864 2.779 4.550 8.230

1996 2.246 1.992 9.454

1997 38.520 1.221

1998 4.676 6.995

1999 3.209 11.637

2000 11.499 4.973 3.705 1.874

2001 3.285 1.813 0.950

2002 6.547 1.347 0.505 3.850

2003 10.954 2.953 1.746 1.336

2004 11.374 10.284 3.836 2.071 1.440 0.957

2005 0.992 0.694 12.346

2006 11.581 5.898 3.680 1.655 6.173

2007 1.989 3.651

2008 7.443 2.723

0.986 21.272

Tertulis dalam “SPAR Kabupaten Maros - versi bahasa Indonesia – disiapkan untuk ADB – final : November 2005” halaman 29 :

SUMBER AIR BAKU

63. Sumber Air Baku yang dimanfaatkan saat ini berasal dari: Air Permukaan, dan saluran irigasi, untuk IPA Bantimurung menggunakan sumber air baku dari sungai Bantimurung, dengan kapasitas minimum sumber sebesar 5.000 l/det. Dimanfaatkan oleh PDAM sebesar 40 l/det sisanya untuk kebutuhan irigasi. IPA Patontongan memanfaatkan sumber air baku dari saluran bendungan Lekopancing dengan debit minimum sebesar 700 l/det pada musim kemarau, dimanfaatkan oleh PDAM sebesar 50 l/det, selebihnya dimanfaatkan oleh PDAM Kota Makassar.

64. Sungai Bantimurung dan Saluran Bendungan Lekopancing tidak disarankan untuk digunakan sebagai sumber air baku untuk pengembangan pelayanan air minum Kabupaten Maros, karena keterbatasan kapasitas yang ada.

Menyipak data debit debit di pos duga air Bantimurung seperti diperlihatkan dalam tabel data debit diatas, kata-kata “ ............. sumber air baku dari sungai Bantimurung, dengan kapasitas minimum sumber sebesar 5.000 l/det ...........” perlu diralat menjadi besaran yang lebih kecil.

Tertulis dalam “SPAR Kabupaten Maros - versi bahasa Indonesia – disiapkan untuk ADB – final : November 2005” halaman 53 :

X USULAN SUB-PROJECT

A. AIR MINUM

136. Peningkatan system air minum di kabupaten Maros direncanakan memanfaatkan sumber air baku dari sungai Maros (Dulang) yang terletak di desa Dulang Kecamatan Tanralili dengan kapasitas minimum lebih dari 4.000 l/det pada musim kemarau. Sumber

Page 12: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 12

air baku ini diusulkan untuk rencana pengembangan karena ditinjau dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat memungkinkan, sehingga dapat melayani sebagian wilayah di Kabupaten Maros. Sistem pengaliran menggunakan pompa, dan lokasi sumber ini tidak jauh dari wilayah pelayanan. Lokasi WTP dan reservoir berada di desa Dulang Kecamatan Tanralili. Kapasitas WTP untuk pengembangan sebesar 200 l/dtk, dan di lengkapi dengan reservoir distribusi dengan kapasitas sebesar 3.000 m3.

Kata-kata dalam butir 136 - SPAR halaman 53 sbb. : “............................... dengan kapasitas minimum lebih dari 4.000 l/det pada musim kemarau ..................” sangat perlu ditinjau kembali kebenarannya sehubungan dengan hal-hal sebagai berikut dibawah ini :

1. Letak titik Lokasi Dulang – Sungai Maros yang berada lebih ke-hilir

2. Debit Aliran di titik lokasi Dulang - Sungai Maros

bendung Lekopancing, dimana di bendung Lekopancing dilakukan penyadapan (pengambilan) dan “diversi’ air ke luar dari alur sungai Maros.

kurang lebih sama dengan debit aliran di titik lokasi Tompobulu – Sungai Maros dikurangi

3. Data debit aliran sungai Maros di stasiun Tompobulu seperti diperlihatkan dalam tabel berikut dibawah ini.

debit “diversi” air ke saluran dari sungai Maros

Page 13: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 13

Data debit aliran sungai Maros di sta. Tompobulu

Q rerata bulanan (m3/det) Q rerata

tahunan

maximum sesaat minimum sesaat

jan feb mar apr mei jun jul ags sep okt nov des tgl Q (m3/det) tgl Q (m3/det)

1990 48.6 29.4 29.3 11.5 18 14.2 4.33 2.69 1.5 1.15 2.3 33.5 16.373 18-Feb-90 246 22-Oct-90 1.000

1991 16.7 26.3 16.4 5.02 1.12 1.29 1.11 23-Jan-91 267 17-Oct-91 0.790

1992 30.4 25 20.6 16 8.15 6.22 4.08 2.28 2.11 3.61 6.07 16.8 11.777 2-Feb-92 550 3-Sep-92 1.360

1993 39.8 36.9 25.9 24.5 1.48 1.34 7.45 36.7 24-Dec-93 652 19-Oct-93 0.900

1994 12.7 14.7 26.7 11.1 12.5 5 2.59 2.29 1.72 3.98 9.21 23.5 10.499 23-Mar-94 335 29-Sep-94 1.450

1995 47 22 32.6 15 11.9 12.9 8.26 2.47 1.61 2.09 11 55.3 18.511 13-Jan-95 384 17-Sep-95 1.220

1996 1.74 0.78 2.17 5.8 19.8 109 11-Jan-96 302 27-Jul-96 0.510

1997 78.4 68.3 14.4 6.84 3.54 1.62 1.43 1.17 0.87 1.78 20.7 3-Mar-97 625 15-Nov-97 0.720

1998 13.3 8.41 10.9 8.99 8.87 40.8 44.2 28-Feb-98 478 1-Oct-98 4.600

1999 11.79 7.7 3.55 5.55 33.04 30-Nov-99 104 1-Oct-99 1.700

2000 39.97 38.21 2-Feb-00 663 25-Sep-00 0.250

2001 15.47

2002 58.03 37.54 35.8 27.11 12.95 6.41 4.09 18-Jan-02 572 16-Apr-02 0.470

2003

2004 7.01 2.02 5.24 2.28 2.35

2005 11.35 12.51 3.87 3.97 2.52 1.89 0.91 0.58 4.47 18.61 25-Feb-05 39 1-Jan-05 0.098

2006 32.46 86.55 9.37 12.69 27-Feb-06 114 4-Oct-06 1.880

2007 15.66 14.34 7.07 6.49 7.19 6.59 13.89 27.56 26-Dec-07 145 1-Jan-07 0.860

sumber ;: Seksi Hidrologi, Bidang Bina Teknik, Dinas PSDA Propinsi Sulawesi Selatan

Page 14: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 14

Bendung Batubassi , Intake dan IPA Bantimurung.

intake irigasi kanan dan intake PDAM

Page 15: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 15

IPA Bantimurung

saluran irigasi Bantimurung kiri yang sedang dalam proses konstruksi.

Page 16: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 16

Bendung Lekopancing.

Page 17: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 17

bendung lekopancing

saluran pembawa terutama untuk pasok air ke PDAM Makasar

IPA Patontongan – PDAM Kabupaten Maros memperoleh quato pengambilan dari saluran ini sebanyak 50 liter/detik

Lokasi Potensial dibangun Bendungan. Di titik lokasi Pucak ( Bontosungu ) – S. Maros dipandang potensial dibangun bendungan yang diyakini akan memberikan solusi defisit air di musim kemarau.

Diperoleh informasi bahwa beberapa kunjungan ke lokasi pernah dilakukan oleh tenaga akhli JICA.

Letak titik lokasi Pucak ( Bontosungu ) – S. Maros dapat dilihat di halaman berikut dibawah ini :

Page 18: Kajian Ketersedian Air Baku Untuk Pdam Kabupaten Maros - Inception Report

halaman 18