KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA...

31
KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PADA KORIDOR JALAN MT. HARYONO KOTA CILACAP TUGAS AKHIR Oleh: AGUS PURNOMO L2D 605 182 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010

Transcript of KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA...

Page 1: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PADAKORIDOR JALAN MT. HARYONO KOTA CILACAP

TUGAS AKHIR

Oleh:

AGUS PURNOMOL2D 605 182

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG2010

Page 2: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

ABSTRAK

Berdasarkan undang-undang no. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang adalah mensyaratkan 30%RTH di perkotaan, yaitu dengan luas perbandingan 20% untuk publik dan 10% untuk privat. Seiring dengankemajuan dalam peningkatan aktivitas di kota, maka berdampak pada RTH dalam kebijakan pembangunanpola ruang kota. Seperti koridor jalan dimana di undang-undang no. 38 tahun 2004 tentang jalanmenyebutkan ruang milik jalan dan pengawasan jalan (rumija dan ruwasja) ini, pemanfaatannya adalahsebagai ruang hijau. Ironisnya ruang yang termasuk pada sisi tepian jalan ini merupakan pasar ekonomiyang potensial, sehingga penghijuan semakin tersingkirkan oleh kepentingan yang berorientasi padakeuntungan semata (Irwan, 2005). Koridor Jalan MT. Haryono kedudukannya sebagai salah satu aksesutama di Kota Cilacap dengan fungsi guna lahan dominan sebagai kawasan industri. Kekurangan proporsi20% RTH publik di koridor jalan ini, akan memperparah masalah dampak dari efektivitas koridor jalanseperti: polusi udara, debu dan bising, yang dapat mengganggu aktivitas masyarakat serta kesehatanlingkungan kawasan. Ruang terbuka hijau baik RTH Privat dan RTH Publik ini selain sebagai unsur estetispembentuk kawasan terlihat lembut diantara bangunan dan struktur perkerasan lainnya, tetapi dapat dapatmengurangi dampak pencemaran lingkungan. Jika kondisi ini bisa diciptakan sesuai dengan norma, maka dikoridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap bisa tercipta lingkungan lebih nyaman dan meningkatkan citrakawasan koridor jalan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan penyediaan RTH pada ruang terbuka hijau yang meliputiruang terbuka publik dan privat untuk mencapai kondisi RTH sesuai norma di koridor Jalan MT. HaryonoKota Cilacap. Pendekatan Penelitian ini adalah kualitatif. Metode pendekatan penelitiannya menggunakandeskriptif, karena penelitian ini bermaksud untuk mengidentifikasi dengan memahami karakteristik RTHyaitu jenis, fungsi, bentuk, luas, lokasi dan vegetasi untuk penyediaan dan pemanfaatan RTH pada koridorjalan di sepanjang Koridor Jalan MT. Haryono, sehingga mencapai pada kondisi yang sesuai dengankebutuhan. Teknik analisis yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif dan deskriptif normatif dan kuantitatif.Deskriptif kualitatif ini sebagai langkah untuk mengidentifikasi karakteristik ketersediaan RTH eksistingpada koridor jalan dan mengkaitkanya dengan norma sebagai penyediaan RTH sehingga dapat mengetahuikesesuaian penyediaan terhadap pengembangan RTH. Sedangkan deskriptif normatif dan kuantitatif adalahsebagai upaya mengetahui bentuk ruang dan fungsi pemanfaatannya sesuai dengan aturan – aturan yangada diseertakan dengan perhitungan angka, sehingga kondisi ruang terbuka hijau menjadi lebih efektif danefisien.

Kajian ketersediaan RTH eksisting pada RTH publik ini memiliki luas sekitar 12,8% dari luaskawasan koridor, sehingga RTH masih kurang sekitar 7,2% koridor. Penelitian ini mendapatkan penyediaanRTH berdasarkan kajian tentang karakteristik RTH yang meliputi:- Jenis RTH yaitu; jalur hijau jalan, publik relation green dan RTH taman kota- Fungsi RTH yaitu; peneduh dan batas pandang serta taman kota untuk aktivitas manusia dan kawasan

ekologis dengan fungsi:produsen oksigen, penurun suhu, penyerap karbon dan penyaring debu.- Bentuk RTH yaitu; pengoptimalan RTH koridor jalur pada kanan- kiri jalan, RTH lapangan dan hutan

kota berbentuk memanjang (path) dan sabuk hijau (green belt) dengan bergerombol (cluster) strata dua.- Luas RTH yaitu; penyediaan RTH pada jalur hijau jalan 4,64% luas koridor, pembuatan taman bebas

pandang pada persimpangan jalan 392m², RTH taman kecamatan 30.527,5m² (dalam kawasan green belt),sehingga total penyediaan 7,3% luas kawasan koridor.

- Lokasi RTH yaitu: jalur hijau pada tepi kanan dan kiri jalan, persimpangan jalan ada 4 (empat) titik untukdaerah bebas pandang yaitu:(1) Persimpangan 4 (simpang empat) ujung selatan Jalan MT. Haryono,(2)Persimpangan 3 (simpang tiga) dengan Jalan Husni Tamrin,(3) Persimpangan 3 (simpangtiga) denganjalan arah ke Pelabuhan barat,(4) Persimpangan 3 (simpangtiga) ujung utara Jalan MT. Haryono.Berikutnya untuk penyediaan RTH Taman Kota yaitu lokasinya berada pada bagian green belt.

- Vegetasi RTH yaitu; menanam pohon tahunan dan jenis tanaman khas Cilacap yaitu tanamanwijayakusuma ditanam pada lokasi RTH privat dan publik seperti taman dan halaman pekarangan.

Berdasarkan uraian dan analisis dalam mencari pencapaian proporsi RTH publik ini didapatkanluas total RTH publik sebesar 20,1% luas koridor, sehingga ini sudah sesuai dengan norma. Hasil akhirpenelitian ini sebagai rekomendasi untuk penyediaan RTH yaitu pengoptimalan RTH publik, penyediaanpublic relation green, sisem insentif – disinsentif, dan saran kepada pemerintah dalam penyediaan RTHuntuk menjadikan kawasan hijau, nyaman dan asri pada Koridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap.

Kata kunci: ketersediaan, penyediaan, koridor, ruang terbuka hijau (RTH)

Page 3: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................... ii

PERSEMBAHAN................................................................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... v

DAFTAR ISI......................................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL................................................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ x

DAFTAR PETA.................................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................................................................................ 1

1.2 Perumusan Masalah........................................................................................................ 4

1.3 Tujuan, Sasaran dan Manfaat Studi ................................................................................ 5

1.3.1 Tujuan................................................................................................................ 5

1.3.2 Sasaran............................................................................................................... 5

1.3.3 Manfaat Studi .................................................................................................... 5

1.4 Ruang Lingkup............................................................................................................... 6

1.4.1 Ruang Lingkup Materi....................................................................................... 6

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah.................................................................................... 6

1.5 Keaslian Penelitian dan Posisi Penelitian ....................................................................... 9

1.6 Metode Pendekatan Penelitian........................................................................................ 14

1.7 Metode Pengumpulan Data ............................................................................................ 14

1.7.1 Kebutuhan Data ................................................................................................. 15

1.7.2 Tahap Pengumpulan Data.................................................................................. 17

1.8 Kerangka Pikir Studi....................................................................................................... 18

1.9 Metode dan Teknik Analisis........................................................................................... 21

1.9.1 Definisi Oprasional............................................................................................ 21

1.9.2 Metode Analisis Deskriptif................................................................................ 21

1.9.3 Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif ................................................................ 21

1.9.4 Teknik Analisis Deskriptif Normatif dan Kuantitatif........................................ 22

1.9.5 Teknik Digitasi dan Interpretasi Citra Gambar Satelit ...................................... 22

1.10 Tahapan Proses Analisis ............................................................................................... 23

Page 4: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

1.10.1 Analisis karakteristik RTH Koridor Jalan MT. Haryono .................................. 23

1.10.2 Analisis Penyediaan RTH dengan Standar Normatif ........................................ 23

1.10.3 Analisis Ketersediaan RTH Koridor Jalan......................................................... 24

1.11 Sistematika Pembahasan ............................................................................................... 27

BAB II KAJIAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KORIDOR

JALAN ................................................................................................................... 27

2.1 Kajian Kebijakan tentang RTH pada Koridor Jalan Kota .............................................. 27

2.1.1 Jenis Ruang Terbuka Hijau................................................................................ 28

2.1.2 Fungsi RTH pada RTH Koridor Jalan ............................................................... 31

2.1.3 Bentuk RTH....................................................................................................... 35

2.1.4 Luas RTH .......................................................................................................... 35

2.1.5 Lokasi RTH....................................................................................................... 40

2.1.6 Vegetasi RTH .................................................................................................... 41

2.2 Kajian Literatur tentang RTH Kota dan Koridor Jalan................................................... 46

3.2.1 Jenis Ruang Terbuka Hijau................................................................................ 47

3.2.2 Fungsi Ruang Terbuka Hijau............................................................................. 48

3.2.3 Bentuk Ruang Terbuka Hijau............................................................................ 50

3.2.4 Luas Ruang Terbuka Hijau................................................................................ 53

3.2.5 Lokasi Ruang Terbuka Hijau............................................................................. 53

3.2.6 Vegetasi Ruang Terbuka Hijau.......................................................................... 54

2.3 Review Literatur dan Variabel Penelitian....................................................................... 56

BAB III GAMBARAN UMUM KORIDOR JALAN MT. HARYONO KOTA

CILACAP ............................................................................................................ 58

3.1 Gambaran Umum Koridor Jalan MT. Haryono dalam Wilayah Kota Cilacap............... 58

3.1.1 Kondisi dan Letak Geografis Kota Cilacap....................................................... 58

3.1.2 Kawasan Koridor dalam Administrasi Kota ..................................................... 60

3.1.3 Kedudukan Jalan MT. Haryono dalam Kota Cilacap........................................ 60

3.1.4 Pemanfaatan Ruang Koridor Jalan MT. Haryono ............................................ 63

3.2 Identifikasi Karakteristik Kondisi RTH Eksisting di Koridor

Jalan MT. Haryono Kota Cilacap ................................................................................... 65

3.2.1 Jenis RTH pada Koridor Jalan MT. Haryono.................................................... 65

3.2.2 Fungsi RTH pada Koridor Jalan MT. Haryono ................................................. 66

3.2.3 Bentuk RTH pada Koridor Jalan MT. Haryono ................................................ 67

3.2.4 Luas RTH pada Koridor Jalan MT. Haryono.................................................... 67

Page 5: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

3.2.5 Lokasi RTH pada Koridor Jalan MT. Haryono ................................................. 69

3.2.6 Vegetasi pada Koridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap ................................. 74

BAB IV ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA

KOIDOR JALAN MT. HARYONO................................................................. 81

4.1 Analisis Ketersediaan RTH dengan standar normatif pada Koridor

Jalan MT. Haryono Kota Cilacap ................................................................................... 81

4.1.1. Analisis Jenis RTH............................................................................................ 82

4.1.2. Analisis Fungsi RTH......................................................................................... 85

4.1.3. Analisis Bentuk RTH......................................................................................... 88

4.1.4. Analisis Luas RTH ............................................................................................ 90

4.1.5. Analisis Lokasi RTH......................................................................................... 95

4.1.6. Analisis Vegetasi Pengisi RTH ......................................................................... 100

4.2 Analisis Penyediaan RTH di Koridor Jalan MT. Haryono ............................................. 104

4.2.1. Jenis RTH .......................................................................................................... 105

4.2.2. Fungsi RTH ....................................................................................................... 106

4.2.3. Bentuk RTH....................................................................................................... 110

4.2.4. Luas RTH .......................................................................................................... 111

4.2.5. Lokasi RTH....................................................................................................... 114

4.2.6. Vegetasi RTH ....................................................................................................118

4.3 Hasil Temuan Studi ........................................................................................................ 121

BAB V PENUTUP............................................................................................................... 123

5.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 123

5.2 Rekomendasi .................................................................................................................. 126

5.3 Keterbatasan Penelitian .................................................................................................. 127

5.4 Rekomendasi Penelitian Lebih Lanjut............................................................................ 128

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 129

LAMPIRAN

Page 6: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

1

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pengembangan RTH minimal 30% dari luas wilayah kota merupakan realisasi Pasal 29

ayat 2 pada Undang – Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Oleh karena itu ruang

hijau di perkotaan perlu perencanaan, perancangan dan penataan yang baik. Hal ini didukung juga

oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka Hijau

Kawasan Perkotaan bahwa minimal 20% untuk publik dari luas kawasan perkotaan. Pada rencana

penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau selain dimuat dalam RTRW Kota, RDTR Kota,

atau RTR Kawasan Strategis Kota, juga dimuat dalam RTR Kawasan Perkotaan yang merupakan

rencana rinci tata ruang wilayah Kabupaten. Hal ini merupakan dasar pengembangan RTH kota dan

wilayah. Pada rencana rinci RTH memiliki kewenangan khusus yang dipayungi oleh Perda.

Dengan dibentuknya rencana RTH disetiap kota, inilah yang menjadi acuan pengembangan RTH

yang sesuai dengan fungsi ekologis, estetis dan ekonomis.

Pengembangan RTH di kota ini meliputi RTH alami dan non-alami. RTH alami ini

mengintregasikan unsur bentukan fisik alam yaitu hijau pada sungai, pantai, lembah sedangkan,

RTH non alami adalah merupakan bentukan manusia seperti jalan, taman, halaman dan saluran

(Irwan, 2005). Penghargaan pemerintah bagi kota yang bisa menjaga lingkungannya ini adalah

Penghargaan Kalpataru dan Adipura. Fenomena ini menjadikan kota makin gencar untuk

mengindahkan kotanya dengan menata ruang hijaunya. Kalpataru ini adalah pohon kehidupan yang

mencerminkan suatu tatanan lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang, sedangkan adipura ini

merupakan makna dari kota yang bersih dan agung, dimana masyarakat kota mampu membina

lingkungan kota yang bersih, sehat dan indah (Manik, 2003).

Jenis kepemilikan ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH Privat

dimana proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20%

ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat, namun apabila luas RTH

baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari

peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan

keberadaannya. RTH publik maupun RTH privat ini memiliki beberapa fungsi utama seperti fungsi

ekologis serta fungsi tambahan, yaitu sosial budaya, ekonomi, estetika atau arsitektural. Khusus

untuk RTH dengan fungsi sosial seperti tempat istirahat, sarana olahraga dan atau area bermain,

maka RTH ini harus memiliki aksesibilitas yang baik untuk semua orang, termasuk aksesibilitas

bagi penyandang cacat (Departemen PU, 2008). Adanya perencanaan akan membawa konsekuensi

1

Page 7: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

2

terhadap perubahan fisik lingkungan di sekitarnya yang berhubungan dengan public space dan

private space, termasuk di dalamnya adalah segala aktivitas masyarakat baik formal maupun

informal. Aktivitas perdagangan informal banyak menempati public space, sedangkan ruang-ruang

kosong kota (pada awalnya sebagai sawah dan open space lainnya menjadi private space yang

memiliki nilai lahan tinggi). Bahkan tidak sedikit aktivitas perdagangan informal yang menempati

daerah larangan (diatas saluran drainase, bantaran sungai). Disisi lain tingginya nilai lahan

membawa akibat semakin banyaknya perumahan atau permukiman menengah ke atas, area terbuka

kota (sawah, taman, kebun) berubah menjadi lahan ekonomis. Menurut Irwan (2005) bahwa harga

tanah akan naik apabila berada dekat jalan karena memiliki nilai ekonomi pasar yang potensial.

Penghijauan ini tidak menguntungkan dari perspektif ekonomis banyak lahan yang dikembangkan

dengan mengecilkan peran vegetasi artinya sebagai unsur keindahan ruang saja (Shirvani, 1985).

Potensi jalur transportasi membawa akibat terhadap semakin melambungnya land value. Sehingga

dalam penataan ruang memerlukan pelibatan semua stakeholder.

Kawasan koridor jalan yang merupakan bagian ruang terbuka hijau yaitu pengembangan

jalur hijau, dimana fungsinya sebagai penunjang aktivitas publik dengan memiliki karakteristik

yang khas. Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang

Jalan dijelaskan bahwa ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan adalah bagian dari elemen

ruang terbuka kota di Koridor jalan. Ketentuan untuk lebih jelasnya terdapat pada Peraturan

Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006, dimana teknis pengaturan ruang manfaat jalan (rumaja), ruang

milik jalan (rumija) dan ruang pengawasan jalan (ruwasja) ini lebih detail dan spesifik untuk

mengelola pelaksanaan jalan secara komprehensif. Rumija dan Ruwasja merupakan sejalur tanah

tertentu yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi menciptakan lansekap

jalan. Penghijauan pada koridor jalan ini penting karena bisa meningkatkan keindahan, keasrian

dan kenyamanan kawasan sekitar ruas jalan baik masyarakat setempat maupun pengguna jalan.

Jalur hijau jalan memiliki ketentuan penanaman pohon atau tumbuhan yaitu dengan

penempatan tanaman antara 20 – 30 % dari luas rumija sesuai dengan kelas jalan (Departemen

DPU, 2008). Jalur hijau ini memerlukan kajian tertentu agar dalam penataannya bisa berfungsi

menciptakan lansekap jalan. Artinya lansekap ini menurut Departemen PU (2008) bahwa jalan ini

wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada lingkungan jalan, baik yang terbentuk

dari elemen lansekap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang

indah, maupun yang terbentuk dari elemen lansekap buatan manusia yang disesuaikan dengan

kondisi lahannya. Kaitannya dengan arsitektur lansekap bahwa ada usaha untuk memperkecil

proses kerawanan lingkungan dan memperbesar proses pemanfaatan lingkungan dengan usaha

meningkatkan fungsi lingkungan, meningkatkan nilai keindahan, serta dapat menciptakan

keseimbangan ekologis (Irwan, 2005:11). Lansekap jalan ini mempunyai ciri-ciri khas karena harus

Page 8: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

3

disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan

pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan jalan yang indah, nyaman dan

memenuhi fungsi keamanan.

Kota Cilacap merupakan kota tepi pantai yang beriklim panas. Maka memerlukan adanya

konsep ruang hijau yang terintregasi dengan aktivitas perkotaan yang terencana. Berdasarkan

terbentuknya Masterplan RTH Kota Cilacap Tahun 2008 ini, pada pengembangan RTH seluruh

kawasan di perkotaan menjadi program jangka panjang dimana waktu perencanaan dan

pelaksanaannya adalah 20 tahun. Saat ini program tersebut belum berjalan masih dalam proses

pengodokan di dinas terkait, karena terbentuknya dokumen masterplan RTH ini masih baru. Pada

pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) diusahakan vegetasi pengisinya adalah tanaman khas

daerah yang sudah teradaptasikan dengan kondisi iklim Kota Cilacap seperti tanaman wijaya

kusuma. RTH ini berperan positif bagi Kota Cilacap karena dapat menjadikan green city yang akan

meningkatkan citra Kota Cilacap.

Peran dan kedudukan jalan tersebut sebagai arteri primer dan untuk jalur keluar kota, maka

terdapat beragam jenis moda transportasi yang melintas. Adanya aktivitas yang terjadi di koridor

Jalan MT. Haryono membawa akibat pertumbuhan aktivitas lain di sepanjang jalan ini. Seperti

aktivitas perekonomian yang berorientasi pada keuntungan, baik aktivitas perekonomian formal

maupun informal. Perkembangan ini terhadap koridor Jalan MT Haryono tidak hanya berpengaruh

terhadap fungsi keruangan dan aktivitas di dalamnya. Bahkan elemen-elemen penting perkotaan

menjadi bagian yang tidak terlewatkan. Saluran drainase, pedestrian dan ruang publik lainnya yang

termasuk di dalam golongan elemen perkotaan menjadi sasaran penunjang aktivitas. Jika terjadi

ketidak optimalan fungsi pada elemen perkotaan disebabkan oleh kerusakan fisik ini tidak akan

dapat mendukung aktivitas dan fungsi utamanya sebagai salah satu elemen perkotaan pendukung

aktivitas publik.

Tata guna lahan di sekitar Jalan MT. Haryono ini sebagian besar adalah kawasan industri.

Penggunaan lahan yang lain sekitar ruas jalan ini yaitu perkantoran, pendidikan, perumahan dan

komersial (perdagangan dan jasa). Dampak lingkungan di kawasan industri ini dapat

mempengaruhi kualitas ruang sekitar. Disamping itu juga jalan ini dilalui kendaraan lalulintas,

sehingga dampak yang ditimbulkan seperti debu, polusi dan bising menjadi bagian yang tidak

terelakkan lagi. Hal ini diperparah pula dengan minimnya penanaman pohon di ruang terbuka milik

privat maupun ruang publik yang esensinya sebagai pelindung dan reduktor atau pengurang polusi.

Masyarakat sekitar koridor jalan kurang memahami penghijauan karena tidak ada sosialisasi,

sehingga lingkungan sekitar koridor estetika atau keindahannya kurang. Keadaan sepanjang jalan

ini terlihat tandus dan gersang karena minimnya penghijauan pada ruang publik dan ruang privat.

Lihat gambar 1.1 kondisi riil koridor Jalan MT. Haryono sebagai berikut:

Page 9: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

4

Kurangnya Jalur Hijau Kurangnya RTH Private Ruang Terbuka Non-Hijau

Sumber : Observasi Lapangan 21 juli 2008

Gambar I.1

Kondisi Koridor Jalan MT. Haryono

Berdasarkan uraian di atas bahwa perlunya kajian ketersediaan RTH sepanjang koridor

sebagai jalur hijau yang meliputi ruang publik dan ruang privat untuk mengembalikan

eksistensinya dan fungsinya sebagai kawasan hijau sesuai dengan norma guna mendapatkan nilai

estetis dan ekologis kawasan. Oleh karena itu pengkajian yang dimaksud ketersediaan RTH

terhadap kondisi ruang di Jalan MT. Haryono yang masih kurang penghijauannya agar bisa tercapai

sesuai norma guna mendukung aktivitas masyarakat Kota Cilacap. RTH dengan jenis – jenis

vegetasi tertentu ini ditanam sebagai pengisi ruang hijau yang berperan penting untuk estetis dan

ekologis. Dengan demikian perlu upaya bagi pemilik lahan yang berada pada sekitar kawasan

koridor Jalan MT. Haryono ini untuk bisa menjadi partner (pelibatannya) dalam penyediaan RTH,

sehingga dapat menghasilkan pencapaian ketersediaan RTH yang lebih berkualitas.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari penjelasan di atas telah tersirat berbagai permasalahan penting terkait

dengan kajian ketersediaan Ruang Terbuka Hijau untuk ruang publik dan ruang privat di koridor

Jalan MT. Haryono Kota Cilacap. Permasalahan – permasalahan yang bisa dirumuskan sebagai

kajian adalah sebagai berikut:

1. Fungsi ruang hijau sepanjang koridor Jalan MT. Haryono di sekitar kawasan industri yang

belum optimal, untuk unsur nilai estetis dan ekologis kawasannya. Dan masih kurangnya

pemanfaatan ruang hijau sebagai barier kawasan industri.

2. Ketersediaan RTH di Koridor Jalan MT. Haryono masih kurang dan belum sesuai dengan

kondisi iklim Kota Cilacap.

3. Belum berjalannya program pengembangan ruang terbuka hijau disebabkan baru

terbentuknya dokumen Masterplan RTH Kota Cilacap akhir tahun 2008.

Page 10: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

5

Berdasarkan uraian perumusan masalah tersebut muncul pertanyaan penelitian (research

question)”Bagaimana Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau pada Koridor Jalan MT. Haryono Kota

Cilacap berdasarkan aspek normatif ?”

1.3. Tujuan, sasaran dan manfaat studi

Pada lingkup materi studi ini diarahkan supaya tidak keluar dari latar belakang yang telah

diuraikan di atas serta untuk menjawab permasalahan yang ada, maka dirumuskan tujuan dan

sasaran yang merupakan keluaran (output) akhir yang ingin dicapai dalam studi ini.

1.3.1 Tujuan

Tujuan dari studi ini adalah menemukan penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) koridor

yang meliputi ruang publik dan ruang privat untuk mencapai kondisi RTH yang sesuai norma di

koridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap.

1.3.2 Sasaran

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perlu dilakukan kajian-kajian terhadap elemen-

elemen tertentu sebagai sasaran terhadap tujuan yang telah disebutkan di atas. Sasaran tersebut

meliputi :

1. Identifikasi karakteristik RTH di Koridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap.

2. Analisis Ketersediaan RTH dengan standar normatif di Jalan MT. Haryono Kota

Cilacap

3. Analisis Penyediaan RTH di koridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap

1.3.3 Manfaat Studi

Secara riil bahwa pemanfaatan ruang terbuka hijau ini berarti menciptakan kenyamanan

dan ekologis kawasan. Jalur hijau di Jalan MT. Haryono menjadi bagian dari penataan ruang RTH

selain sebagai pencegah dampak dari aktivitas jalan juga berfungsi sebagai lansekap jalan. Ruang

milik jalan ini dioptimalkan pemanfaatannya sebagai RTH, sehingga dapat menunjang aktivitas

sekitar Jalan MT. Haryono. Keberadaan ruang publik dan ruang privat ini menjadi wadah bagi

pemanfaatan penghijauan yang mendukung aktivitas masyarakat kota, kemudian bisa menjadikan

koridor MT. Haryono Kota Cilacap memiliki citra kota yang dapat meningkatkan nilai bagi Kota

Cilacap secara keseluruhan.

Dalam konteks teoritis studi ini dapat memberikan pemahaman mengenai pentingnya ruang

terbuka hijau dalam suatu kota. Kajian ketersediaan ruang terbuka hijau di koridor Jalan MT.

Haryono ini menjadi studi praktis para stakeholders diantaranya sebagai berikut:

1. Pengoptimalan ruang terbuka hijau untuk keketersediaan RTH publik dan privat yang

menjadikan kawasan ekologis sehingga meningkatkan fungsi ruang tersebut.

Page 11: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

6

2. Menjadikan bahan pertimbangan untuk pemerintah dalam membuat kebijakan terkait

dengan penataan ruang kota hijau.

3. Mengoptimalkan aktivitas sekitar perkotaan dan mencitrakan ruang perkotaan yang

bisa mendukung ruang publik.

4. Studi ini mendukung penghargaan kalpataru dan adipura yang identik dengan Green

and Clean city yang erat kaitannya dengan cinta terhadap lingkungan.

1.4. Ruang Lingkup

Dalam mencapai tujuan studi dan menjawab permasalahan yang ada, maka diperlukan

beberapa pembatasan guna mengarahkan agar kajian yang dilakukan tidak keluar dari sasaran yang

telah ditentukan. Pembatasan tersebut meliputi pembatasan secara substansial dan teritorial yang

didasarkan pada keterbatasan waktu dan tingkat kedalaman materi.

1.4.1 Ruang Lingkup Materi

Dalam studi ini, kajian secara materi meliputi :

1. Kedudukan fungsi Jalan MT. Haryono dalam Kota Cilacap dan rencana tapak

pemanfaatan ruang lingkungan perkotaannya.

2. Karakteristik RTH yang meliputi ruang publik dan ruang privat sepanjang koridor

Jalan MT. Haryono sebagai aspek fisik ruang hijau dengan menggali permasalahan dan

potensi yang ada, serta dampak dari potensi dan permasalahan tersebut berpengaruh

pada ketersediaan RTH di sepanjang Jalan MT. Haryono Kota Cilacap.

3. Pengaruh bentuk dan pola ruang koridor sebagai dampak dari aktivitas koridor Jalan

MT. Haryono yang terintegrasi dengan aktivitas kawasan sekitar.

4. Kajian terhadap unsur penghijauan di sepanjang koridor Jalan MT. Haryono,

keberadaan RTH yang dapat memberikan kontribusi estetika dan citra Kota Cilacap.

5. Kajian ketersediaan RTH berdasarkan pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang

terbuka hijau dan standar normatif yang meliputi ruang terbuka hijau publik dan privat.

1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah yang dijadikan studi adalah koridor Jalan MT. Haryono Kota

Cilacap. Dimana ruang lingkup wilayah yang meliputi batasan yaitu secara fisik di batasi oleh

kawasan industri Cilacap (Pertamina yang mendominasi), perkantoran dan Perumahan Koperta

Donan PT. Pertamina. Kawasan ini mencakup administratif dua (2) Kecamatan dalam kota yaitu:

1. Kecamatan Cilacap Tengah meliputi: Kelurahan Lomanis, Kelurahan Donan;

2. Kecamatan Cilacap Selatan meliputi: Kelurahan Tegalreja.

Page 12: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

7

Pada ujung jalan yang dibatasi oleh; sebelah utara Jalan Nusantara dan Jalan Ir. Juanda dan

sebelah selatan jalan perempatan arah lurus adalah Jalan D.I Panjaitan, kiri Jalan Jend. Suparpto

dan kanan Jalan Karangsuci. Kawasan koridor ini definisinya mencakup:(1) Wilayah fungsional

ruang yaitu ruang manfaat jalan, ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan serta lahan

pekarangan milik pribadi di sebelah kiri dan kanan pada koridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap

(2) Wilayah oprasional yaitu lebar kanan dan kiri jalan yang dilakukan dengan pendekatan atas

dasar normatif jalan yaitu PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan dan RDTRK BWK I Kota Cilacap

2004 – 2014. Menjelaskan bahwa Jalan MT. Haryono adalah merupakan jalan Arteri Primer maka

aturan tentang teknis jalan yaitu Rumija 25 m dan Ruwasja 30 (kanan dan kiri 15 m) dijumlahkan

keluar angka 55 m. Karena wilayah studi ini berkaitan dengan kawasan industri maka dilakukan

rujukan terhadap arahan sempadan bangunan untuk kawasan industri dan pergudangan yaitu

berjarak 80 m (kanan dan kiri 40 m) dari badan jalan. Sehingga hasil akhir untuk batasan imajiner

kawasan koridor untuk kanan dan kiri jalan adalah 67,5m diukur dari as jalan. Total lebar kawasan

koridor jalan sebagai batasan wilayah studi adalah 135 m. Sedangkan batasan wilayah Panjang

Jalan MT. Haryono 4,3 km. Untuk lebih jelas lihat penampang jalan berikut.

Sumber : Hasil Analisis Penulis 2010

Gambar I.2Penampang Batasan Koridor Jalan MT. Haryono

Pemilihan wilayah studi di Koridor Jalan MT. Haryono dilakukan oleh peneliti dan

diangkat menjadi tema penelitian, karena berdasarkan pengamatan objek ruang fisik kawasan

koridor Jalan MT. Haryono ini memiliki beberapa kekurangan. Dimana perlu aspek penambahan

atau perbaikan terhadap masalah tersebut dengan melakukan pembangunan dan pengembangan

unsur-unsur yang membentuk kawasan menjadi tertata dan asri terkait dengan peran RTH untuk

meningkatkan kualitas lingkungan di koridor jalan tersebut. Ruang koridor Jalan MT. Haryono

adalah objek yang dinilai sesuai untuk kajian ketersediaan ruang hijau dimana fungsi dan menfaat

ruang hijau ini menjadi unsur pelestarian lingkungan dan ekologis kawasan industri dan sekitarnya.

Untuk lebih jelasnya berupa tentang kawasan ruang Jalan MT. Haryono yang memiliki panjang 4,3

m ini dibagi menjadi tiga segmen peta yaitu peta A bagian selatan, peta B bagian tengah dan peta C

bagian selatan. Berikut adalah peta yang dimaksud.

Sepadan industri 40 m

AS

Rumija 25 m

Ruwasja 15 m Ruwasja 15 m14 mSepadan industri 40 m

67,5 m67,5 m135 m

5,5 m5,5 m

Page 13: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

8

Gambar I.3 Peta Kawasan Koridor Jalan MT. Haryono

43' 00"

42' 00"

42' 30"

41' 30"

00' 30" 01' 00"

KELURAHAN TEGALREJA

KELURAHAN DONAN

KELURAHAN SIDANEGARA

KECAMATAN CILACAP TENGAH

KECAMATAN CILACAP SELATAN

109' 00' 00"BT

BATAS KELURAHAN

BATAS KECAMATAN

ORIENTASISKALA

U

SUMBER :Image Google earth, Tanggal 23 Juni 2006 danBakosurtanal RUTRK Kota Cilacap Tahun 2004 - 2014

JALAN

JL

.M

T.H

AR

YO

NO

JL. JEND SUPRAPTOJL. KARANGSUCI

JL.

D.I

.PA

NJ

AIT

AN

JL. BRANTAS

JL. PE RK UTU TT IMU R

J L.K UT ILA NG

JL .BE OT IMUR

JL .NU RI TIM UR

JL.KAT IK

JL.B

UA YA NGA WE L

JL. KUNTUL

J L. MEL IWI S

JL.KRANJI

JL. BLE KOK

JL.MANYAR

JL . W ID UR I

JL .

Ir.JU

AN D

A

JL.

NUS

ANT

AR A

JL .KA LIB A

NJ AR AN

JL.KUN ING

AN

JL.TU

R I

JL.HU

SN I

THA

MRIN

BANGUNAN

JL.

MT

.HA

RY

ON

O

JL

.MT

.HA

RY

ON

O

JL. MT.HARYONO

KELURAHAN LOMANIS

KETERANGAN

KOTA CILACAP

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFAKULTAS TEKNIK

UNVERSITAS DIPONEGORO

PETA

EKSISTING KORIDORJALAN MT. HARYONO

MATAKULIAHTUGAS AKHIR

(TKP244P)DIKERJAKAN OLEH:AGUS PURNOMO

L2D605182

JL .BEO BAR A

T

JL .PE RK UTU TB AR AT

J L.N UR IBA RA T

JL. PUD AN G

JL .KA LIS AP U

J L.K UN TU L

J L.T AJU M

KAL

ICINYEM

U H

K. SENDANG

400 M0 200100

KELURAHAN LOMANIS

KELURAHAN DONAN

BATASAN KORIDOR

Page 14: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

9

Page 15: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

10

Page 16: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

11

Page 17: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

12

1.5. Keaslian Penelitian dan Posisi Penelitian

Studi mengenai ruang terbuka hijau telah dilakukan sebelumnya, namun pada penelitian

tersebut sebagian besar memiliki perbedaan baik tema dan kajian wilayah studinya serta berdiri

sendiri. keaslian penelitian ini terletakan pada fokus permasalahan yang dikaji yaitu ketersediaan

ruang terbuka hijau pada koridor MT. Haryono yang keadaannya sangat minim, sehingga dapat

mengembangkan ruang terbuka hijau yang dapat mendukung aktivitas yang ada di sepanjang Jalan

MT. Haryono. Keaslian dapat di lihat pada tabel 1.1

TABEL I.1KEASLIAN PENELITIAN

Nama/Tahun Judul Tujuan RuangLingkup

Metode Hasil

DonyFauzan,2000

Identifikasikarakteristikfungsi sosialtaman aktif dikota semarang

Mengidentifikasikarakteristis fungsisosial taman aktif dikota semarangmelalui tinjauanterhadap 2 objekstudi yaitu tamanaktif danpenggunanya.

Taman -taman aktifyang dikelolaan olehdinaspertamanandanpariwisata.

Kualitatif,Deskriptif

Faktor yangmempengaruhi fungsisosial pada taman aktif,klasifikasi penggunataman aktif berdasarkanfungsi sosial, herarkifungsi sosial tamanaktif di kota semarang.

Intan KemuningH, 2008

KarakteristikRuang TerbukaHijau DiKawasanPermukimanKelurahanTandang,KecamatanTembalang,Kota Semarang

mengidentifikasikarakteristikpengembangan ruangterbuka hijau padakawasan permukimanpadat di KelurahanTandang, KecamatanTembalang, KotaSemarang sehinggadiketahui strukturruang terbuka hijauyang berkembang.

Taman –tamankawasanpermukiman,jalur hijau,penghijauanRTH privat,

DeskriptifNormatifDeskriptifKualitatif

Mengetahuikarakteristikpengembangan ruangterbuka hijau padakawasan permukimanTandang, KecamatanTembalang, KotaSemarang

Agus Purnomo,2010

KajianketersediaanRuang TerbukaHijau PadaKoridor JalanMT. HaryonoKota Cilacap

Menemukanpenyediaan RuangTerbuka Hijau (RTH)koridor yang meliputiruang publik danruang privat untukmencapai kondisiRTH yang sesuainorma di koridorJalan MT. HaryonoKota Cilacap.

RuangTerbukaHijaumeliputi RTHpublikdanRTHprivat PadaKoridor JalanMT. HaryonoKota Cilacap

DeskriptifNormatif danKuantitatifDeskriptifKualitatif,

Mengetahui bentuktemuan penyediaanRTH tentangketersediaan RuangTerbuka Hijau sesuainorma Pada KoridorJalan MT. Haryono,Kota Cilacap

Sumber : Hasil Analisis Penulis 2010

Keaslian pada penelitian ini dapat diperjelas keterkaitannya dengan menggunakan bagan diagram

alur dapat dilihat pada gambar I.3. Penelitian ini memiliki peran penting bagi perencanaan wilayah

dan kota. Pada penataan RTH koridor meliputi RTH publik dan privat ini merupakan bagian dari

perancangan kota yang secara fisik dapat meningkatkan nilai kawasan. Fungsi dari peranan RTH

ini tidak terlepas dari ekonomis, estetis dan ekologis dimana pada kenyataannya kepentingan –

Page 18: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

13

kepentingan tersebut saling berkaitan dalam penataan RTH. Adapun posisi penelitian dalam

perencanaan wilayah dan kota dapat dilihat pada gambar I.4.

Sumber: Hasil Analisis, 2010

Gambar I.4Keaslian Penelitian

Fauzan, 2001

RTH publik

Faktor yangmempengaruhi fungsisosial pada taman aktif

Herarki fungsisosial taman aktif

Klasifikasipengguna

Karakteristik fungsisosial taman aktif

Kota

Purnomo, 2010

Intan, 2008

Unsur RTH dalam Perencanaan Kota

RTH privat

Pengembangan RTH diPermukiman Tembalang

Mengetahui strukturpengembangan RTH

Karakteristik RTH dalampermukiman padat

Ketersediaan RTH koridor jalan

Karakteristik RTHkoridor MT. Haryono

Kota Cilacap

Adanya penyediaan lahan padakoridor untuk pengembangan RTH

Menemukan BentukKetersediaan RTH koridor Jalan

MT. Haryono Kota Cilacap

Standar normatif RTHpada koridor jalan

Page 19: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

14

Sumber: Hasil Analisis, 2010

Gambar I.5Posisi Penelitian dalam Perencanaan Wilayah dan Kota

1.6. Metode Pendekatan Penelitian

Penelitian “Kajian Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Koridor Jalan MT. Haryono Kota

Cilacap” ini pada dasarnya berusaha memaparkan antara aspek tentang struktur , fungsi dan manfaat

RTH dalam mencari penyediaan RTH pada kawasan guna mendukung aktivitas yang ada di koridor

MT. Haryono dengan acuan normatif. Variabel dari kajian literatur mengenai struktur dan

penyediaan RTH yang nantinya akan menjadi input dalam proses analisis. Proses pencarian data

dilakukan dengan penelaahan data-data yang ada.

Pendekatan yang akan dipakai dalam mengkaji studi tentang kajian ketersediaan ruang

terbuka hijau koridor Jalan MT. Haryono adalah Pendekatan spasial digunakan untuk melihat

obyek atau topik penelitian secara keruangan. Dalam hal ini struktur RTH dengan penyediaan dan

vegetasi RTH di koridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap.

1.7. Metode Pengumpulan Data

Kerangka tahapan penelitian merupakan kerangka yang menggambarkan tahapan yang

dilakukan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Penyusunan tahapan penelitian

bertujuan untuk mempermudah pemahaman mengenai penelitian “Kajian Ketersediaan Ruang

Terbuka Hijau Koridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap” yang akan dilakukan. Tahapan penelitian

ini terdiri dari tahap-tahap memilih pengukuran variabel, alat-alat untuk pengumpulan informasi

kemudian editing, dan memprosesnya.

Pada kegiatan kajian atau penelitian, proses analisis membutuhkan data-data yang akurat

agar setiap analisis yang dilakukan diperoleh hasil yang maksimal dan sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai. Begitu pula pada kajian ini, juga diperlukan data-data yang mendukung dan valid

dari berbagai aspek yang terkait dalam kajian ini. Kevalidan data tersebut dapat menggambarkan

PerencanaanWilayah dan Kota

Perencanaan Kota

Perencanaan Wilayah

PengembanganWilayah Pesisir

Fisik

NonFisik

Pengembangan RTH padaKoridor jalan

Penyediaan RTH danvegatasi yang sesuai

Kajian ketersediaan RTHkoridor Jalan MT. HaryonoKota Cilacap.

Page 20: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

15

faktualitas dan keakuratan kondisi lapangan yang sangat menentukan output analisis sebagai dasar

dan pertimbangan dalam kegiatan selanjutnya. Oleh karena itu, dalam kajian ini perlu disusun suatu

desain kebutuhan data serta metode yang digunakan secara sistematis dan terstruktur untuk

memudahkan proses pengumpulan data, mencegah pemborosan dana serta sesuai dengan target

yang telah ditetapkan.

1.7.1 Kebutuhan Data

Pada kajian ini kebutuhan data diperlukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi

serta karakteristik/ kondisi RTH pada Koridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap. Adapun data-data

yang dibutuhkan dalam kajian ini disesuaikan dengan sasaran yang akan dicapai. Data menurut

sumbernya dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data Primer merupakan

data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui observasi, wawancara. Sedangkan data

sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait. Lebih jelas lihat pada

tabel I.2.

Page 21: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

16

TABEL I.2KEBUTUHAN DATA

No Tujuan Sasaran Analisis Data Bentuk Sumber Data Tahun

1

Tujuan dari studi ini adalahmenemukan penyediaanRuang Terbuka Hijau(RTH) koridor yangmeliputi ruang publik danruang privat untukmencapai kondisi RTHyang sesuai norma dikoridor Jalan MT. HaryonoKota Cilacap.

Identifikasi karakteristikRTH di Koridor Jalan MT.Haryono Kota Cilacap

AnalisisDeskriptifKualitatif

Kepemilikan lahanSekitar Koridor Jalan

Penggunaan Lahan (PetaKota Cilacap 2008)Sekala 1:25.000

Image Google earth 23juni 2006

Fungsi RTHLuas RTHLokasi RTHVegetasi RTHVCR /smp

Primer(Observasi)Sekunder(Telaahdokumen)

BappedaBLHPT.PertaminaDCKKPDishubBrowsing

internet

2006-2009

2

Analisis RTH denganpedoman standar normatif

AnalisisDeskriptifNormatifdanKuantitatif

Undang –undang danperaturan tentang RTH

Dokumen Rencana:RTBL, RUTRK,danmasterplan RTH KotaCilacap

Sekunder(Telaahdokumen)

BappedaBrowsing

internet

2007-2009

3

Analisis penyediaan RTH dikoridor Jalan MT. HaryonoKota Cilacap

AnalisisDeskriptifNormatifDeskriptifkualitatif

Jenis RTHFungsi RTHBentuk RTHLuas RTHLokasi RTHVegetasi RTH

Analisissebelumnya

2009

Sumber: Penyusun, 2010

Page 22: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

17

1.7.2 Tahapan Pengumpulan Data

Tahapan pelaksanaan survei yaitu kegiatan pengumpulan data di lapangan berupa data

primer dan data sekunder. Data ini berfungsi sebagai dasar dalam melakukan analisis terhadap

masalah dan menjelaskan realitas yang ada di masyarakat, serta mampu menyediakan informasi

seakurat mungkin tentang objek. Dalam pelaksanan survei harus sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan, agar tidak terjadi pengulangan pelaksanaan survei di lapangan mengingat wilayah studi

yang cukup luas, sehingga dapat meminimalkan waktu dan tenaga seefektif dan seefisien mungkin.

Pencarian data primer dilakukan dengan cara mendistribusikan surveyor ke lapangan

sehingga diharapkan terjadi kontak langsung antara peneliti dengan wilayah studi dan penduduk

agar diketahui keadaan eksisiting wilayah koridor Jalan MT. Haryono sehingga dapat disebut

bahwa out-put dari pencarian data primer yaitu fakta atau realitas yang ada. Sedangkan pencarian

data sekunder dilakukan dengan mendistribusikan surveyor ke instansi-instansi atau dinas-dinas

pemerintahan guna mengumpulkan informasi eksisiting yang lain dan tersedia dari sumber

sekunder, seperti buku, artikel, seri statistik, peta, laporan, maupun dalam bentuk file.

a. Teknik pengumpulan data primer

Proses pengumpulan data ini diperoleh secara langsung di Kota Cilacap. Adapun

data tersebut dapat diperoleh dengan cara :

1. Observasi Lapangan

Observasi lapangan ditujukan untuk memperoleh data-data mengenai kondisi wilayah

studi yang tidak dapat diperoleh dari survei instansional. Observasi langsung di lapangan

diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai karakteristik aktivitas wilayah studi dan

kondisi sosial kemasyarakatan.

b. Teknik pengumpulan data Sekunder

Survei sekunder merupakan proses pengumpulan data yang diperoleh dengan cara

mencari data atau informasi dari intansi yang terkait mauun pihak lain berdasarkan

narasumber tertentu. Selain itu, data sekunder juga dapat diperoleh melalui kajian literatur,

data dapat berupa data statistik, data peta, laporan-laporan serta dokumen terkait.

Survei Instansional

Survei instansional dilakukan pada instansi-instansi yang terkait pentaan penghijauan,

penataan ruang dan penanama jenis vegetasi, antara lain Dinas DKLH, Bappeda

Kabupaten Cilacap, BPN Kabupaten Cilacap, PDAM, Dinas Pertamanan dan

Pemakaman serta DPU. Hal ini ditujukan untuk memperoleh data-data sekunder

berupa peta, data kepemilikan lahan dengan luasnya, dokumen rencana dan data

jaringan air dan lainya. Data dari kegiatan survei instansi ini berfungsi untuk

Page 23: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

18

melengkapi data yang tidak didapat dalam kegiatan lapangan ataupun kegiatan

penjaringan aspirasi masyarakat.

Kajian Literatur

Kajian literatur ini dilakukan pada literatur terkait Ruang Terbuka Hijau (RTH),

kajian ketersediaan dan penyediaan RTH dengan jenis vegetasi sebagai pengisi,

antara lain dari buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah, pedoman RTH serta artikel-artikel.

Hal ini ditujukan untuk memperoleh data-data sekunder berupa teori-teori yang

mendukung penelitian “Kajian Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Koridor Jalan MT.

Haryono Kota Cilacap”

1.8. Kerangka Pikir Studi

Penataan ruang terbuka hijau Kota Cilacap ini merupakan langkah tindak lanjut dari

Masterplan RTH Kota Cilacap yang saat ini belum maksimal pengembangan RTHnya karena

masih baru. Kegiatan penataan secara fisik ini meliputi ruang publik dan ruang privat yang

kondisinya sekarang kurang RTH karena adanya aktivitas industri sekitar kawasan koridor tersebut.

Kurangnya penyediaan ruang sebagai penghijauan pada ruang publik dan privat pada kawasan

industri ini karena sebagian belum adanya ruang terbuka yang cukup. Dilihat dari non-fisik

berkaitan dengan sosial dan budaya masih belum optimal karena kurangnya sosialisasi tentang

penghijauan dari program pengembangan RTH masterplan RTH Kota Cilacap. Penghijauan masih

terlihat sedikit pada koridor Jalan MT. Haryono, sehingga menjadi kurang nyaman dan indah.

Kekurangan RTH ini di sebabkan karena kesadaran dan ketidak tahuan masyarakat yang masih

minim dalam penyediaan RTH yang terdapat pada koridor, kemudian itu muncul ketidak tepatan

penyediaan disertai minimnya pengelolaan RTH. Berkaitan dengan adanya aktivitas jalan dapat

berdampak pada kenyamanan, kesehatan dan menurunnya estetika kawasan koridor jalan

menunjukan lemahnya fungsi hijau untuk mereduksi hal tersebut, karena kurangnya kuantitas dan

kualitas hijau. Sehingga dampak seperti polusi udara, debu, bising karena efektivitas jalan dan

industri dapat menurunkan kualitas ligkungan sekitar. Permasalahan utama yang muncul adalah

kurangnya ketersediaan RTH pada koridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap.

Setelah mengetahui permasalahannya kemudian mengkaji masalah tersebut, maka

memunculkan pertanyaan penelitian yaitu”Bagaimana Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau pada

Koridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap berdasarkan aspek normatif ?”, maka sehubungan

dengan hal tersebut penelitian bisa di lakukan dengan memiliki Tujuan dari studi yaitu menemukan

penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) koridor yang meliputi ruang publik dan ruang privat

untuk mencapai kondisi RTH yang sesuai norma di koridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap.

Page 24: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

19

Setelah melakukan kajian masalah dan merumuskan tujuan maka dilakukan langkah

analisis. Identifikasi karakteristik RTH yang meliputi ruang publik dan ruang privat yang berada di

sekitar Jalan MT. Haryono, mengetahui ketersediaan RTH dan vegetasi pengisi serta persebaran

RTH yang menggambarkan kondisi eksisting di jalan tersebut. Kajian terhadap Kebijakan RTH

tetang Standar normatif penyediaan dan pemanfaatan RTH di Koridor jalan meliputi, aturan –

aturan tentang ketentuan penyediaan RTH koridor jalan dianalisis menghasilkan kondisi sesuai

dengan ketentuan Penyediaan RTH meliputi ruang publik dan privat di koridor jalan. Hasil kedua

analisis tersebut akan bertemu dan dikaji untuk menghasilkan Pencapaian penyediaan RTH sesuai

ketentuan yang representatif dengan kondisi riil di koridor Jalan MT.Haryono Kota Cilacap. Pada

tahapan berikutnya pencapaian kondisi RTH yang sesuai dengan penyediaan RTH menjadi input

dengan kajian literatur, kemudian melakukan analisis ketersediaan RTH yang menentukan proporsi

penyediaan 30% RTH dari luas koridor yang hasil analisis akhirnya adalah mendapatkan

Ketersediaan RTH yang sesuai untuk pengembangan RTH baik RTH publik maupun privat di

koridor Jalan MT. Haryono dan kemudian terakhir adalah kesimpulan.

Pendekatan kualitatif, kuantitatif dan normatif digunakan untuk studi ini, dengan model

deskriptif ini dimaksudkan untuk mengkaji data dan fakta yang digunakan untuk mengkaji bentuk

fisik ruang Koridor Jalan MT. Haryono yang sesuai dengan kondisi eksisting berkaitan dengan

pengembangan RTH publik dan privat. Deskriptif kualitatif dimana langkah menganalisa

penggambaran kondisi dan hasil dari data yang dikaji untuk dapat menginterpretasikan makna dari

data dan fakta tersebut. Sedangkan deskriptif normatif digunakan untuk mengukur dimensi dan

kebutuhan penyediaan RTH pada koridor Jalan MT. Haryono sesuai ketentuan dari pedoman

penyediaan RTH dengan berdasarkan kondisi riil ruang studi. Deskriptif kuantitatif adalah salah

satu cara mendapatkan angka yang berdasarkan acuan normatif tentang kajian ketersediaan yang

terukur. Sehingga dari hasil kedua analisis ini akan menghasilkan penemuan tehadap ketersediaan

RTH pada koridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap sebagai out-put studi ini. Kerangka pemikiran

ini mendasari langkah untuk melakukan penelitian yang sesuai dengan alur yang sudah tersusun

secara teknis berdasarkan rasional penyusun. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar I.5.

Page 25: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

20

Sumber: Hasil Analisis, 2010

Gambar I.6Kerangka Pikir

keberadaan kawasan industrimuncul dampak lingkungan

Aktivitas Sosial, Budayadan keamanan penduduk

Belum terlaksananyaprogram

pengembangan RTH

Ketidak tepatan penyediaanRTH dan minimnyapengelolaan RTH

Kurangnya pengetahuandan kesadaran

penyediaan tentang RTH

RTH PrivatRTH Publik

Ketersediaan RTHminim pada Jalan MT.

Haryono

Materplan RTH Kota Cilacap

Belum optimalnyapengembangan

ruang publik danprivat sebagai ruang

penghijauan

Kurangnya Ketersediaan RTH pada KoridorJalan MT. Haryono Cilacap

Kurangnya penyediaan RTHsepanjang koridor MT.

Haryono Cilacap

Analisis

Tujuan

Research Question

Latar belakang

”Bagaimana Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau pada Koridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap berdasarkanaspek normatif ?”

Tujuan dari studi ini adalah menemukan penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) koridor yangmeliputi ruang publik dan ruang privat untuk mencapai kondisi RTH yang sesuai norma di koridor

Jalan MT. Haryono Kota Cilacap.

Identifikasikarkteristik RTH diKoridor Jalan MT.Haryono Jenis RTHJenis RTHFungsi RTHBentuk RTHluas RTHLokasi RTHVegetasi RTH

Kebijakantentang RTHperaturan dan UU Penyediaan RTH di

koridor Jalan MT.HaryonoPencapaianpenyediaan RTHsesuai ketentuanyang representatifdengan kondisi riildi koridor JalanMT.Haryono

Ketersediaan RTH koridor Jalan MT.Haryono Kota Cilacap

Output

Ketersediaan RTH danvegetasi pengisi sertapersebaran RTH yangmenggambarkankondisi eksisting diJalan MT. Haryono

Kondisi yang sesuaiPenyediaan RTHmeliputi ruangpublik dan privat dikoridor jalan

Ketersediaan ruang untukpengembangan RTH dikoridor Jalan MT. Haryono

KESIMPULAN

Page 26: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

21

1.9. Metode dan Teknik Analisis

1.9.1. Definisi Oprasional

Berdasarkan Permen Pu (2008) untuk RTH yang terbagi berdasarkan kepemilikan privat

dan publik di koridor Jalan MT. Haryonoyaitu dapat dikriteriakan sebagai berikut:

RTH publik

RTH publik ini ciri – cirinya adalah RTH yang berada pada lahan milik pemerintah,

berupa ruang milik jalan, taman dan pulau jalan. Kemudian RTH hutan kota atau green belt

yang ada pada kawasan tertetu yang sudah ditentukan oleh pemerintah menjadi kawasan hijau.

RTH privat

RTH privat ini memiliki ciri – ciri yaitu merupakan lahan yang bukan milik

pemerintah yaitu seperti pekarangan, lahan milik industri dan lahan hijau pada kawasan

permukiman sekitar kawasan koridor Jalan MT. Haryono.

1.9.2. Metode Analisis Deskriptif

Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu kondisi fisik

lingkungan di sekitar Koridor Jalan MT. Haryono. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui

penyediaan dan jenis vegetasi RTH di ruang publik dan privat yang sesuai dengan wilayah studi.

Berdasarkan pengamatan tentang ketersediaan yang ada di lapangan dipandang sebagai solusi

dalam penyediaan RTH yang sesuai dengan norma.

Dilakukannya pemetaan ini sebagai proses bentukan gambar ruang secara detail dan

skalatis pada ruang wilayah penelitian untuk menghasilkan visualisasi kawasan yang sesuai dengan

ketersediaan RTH pada wilayah studi. Untuk mempermudah dalam menganalisis ruang wilayah

koridor dengan bantuan software untuk digitasi peta dan olah image citra sehingga mempercepat

kegiatan menganalsis.

1.9.3. Teknik Analisis Deskriptif Kualitatif

Metode analisis kualitatif merupakan metode analisis yang lebih mengutamakan uraian,

penjelasan dan perbandingan. Menurut Sugiono (2005), metode ini digunakan untuk meneliti pada

obyek yang alamiah, diamana metode ini juga digunakan untuk menganalisis data yang berbentuk

non numerik atau data-data yang tidak bisa diterjemahkan dalam bentuk angka-angka, misalnya

data mengenai kondisi fisik alam, keadaan sosial masyarakat, budaya, kebijaksanaan dan politik.

Metode ini digunakan karena dapat dianggap praktis dan mudah dipahami. Selain itu juga

digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang sedikit pun belum dipahami (Strauss

Page 27: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

22

dan Juliet, 1997). Tetapi kekurangan dari metode ini yakni kurang mampu menerangkan secara

nyata dan sifatnya kadang-kadang terlalu umum untuk sebagian permasalahan.

Teknik analisis deskriptif kualitatif ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik wilayah

studi yang secara riil dapat digali dan kegiatan menganalisis terhadap ketentuan normatif tentang

penyediaan RTH sebagai pedoman untuk mendapatkan kondisi yang ideal.

1.9.4. Teknik Analisis Deskriptif Normatif dan Kuantitatif

Metode Normatif merupakan suatu metode kualitatif yang berkaitan dengan unsur

peraturan, kebijakan dan pedoman teknis pengembangan RTH yang bersumber dari pemerintah

pusat dan daerah. Hal ini untuk menentukan suatu kondisi ketersediaan RTH ideal yang sesuai

dengan aktivitas lingkungannya. Kuantitatif adalah analisis yang menggunakan ketentuan berupa

angka yang menjadi salah satu indikator out-put penelitian seperti luas proporsi RTH. Analisis ini

mencakup berbagai macam jenis peraturan yang memiliki ketentuan dan pedoman yang mengatur

RTH dan penyediaannya agar dapat mencapai kondisi yang ideal.

Teknik ini dapat untuk mengetahui ketersediaan RTH dalam bentuk angka pasti pada

penyediaan RTH yang sesuai dengan daerahnya. Dan peraturan ini juga sebagai pedoman dalam

menganalisis RTH di koridor Jalan MT. Haryono. Pada RTH ini menganalisis data – data dan

perhitungan untuk menghasilkan bentuk penyediaan yang representatif pada wilayah studi.

1.9.5. Teknik Digitasi dan Interpretasi Citra Gambar Satelit

Data gambar citra satelit yang tersedia adalah gambar google earth yang pembuatannya

tanggal 23 juni 2006. Jenis citra satelit ini merupakan true colour atau warna yang sebenarnya.

Cara untuk mengidentifiasi dari citra satelit ini memerlukan alat bantu berupa software AutoCAD.

Langkah yang dilakukan pertama yaitu; (1) mendigitasi gambar dan memisahkanya ke dalam layer

yang berbeda berdasarkan jenis objek gambar, (2) mengskalakan peta berdasarkan jarak yang

sebenarnya dilapangan dengan perbandingan 1 : 1 unit, pada format file peta AutoCAD, sehingga

ukuran yang sebenarnya secara langsung dapat dibuat skala garis. Jadi hasil dari digitasi tersebut

menjadi peta dasar yang berguna sebagai dasar untuk mengolah data gambar selanjutnya.

Interpretasi citra gambar satelit berkaitan dengan penelitian ini yaitu tentang bagaimana

cara mengidetifikasi RTH. Berdasarkan data image dari google earth dan wikimapia ini adalah

termasuk data citra dengan sifat warna yang sebenarnya (true colour), maka dalam mengkriteriakan

RTH ini dengan identifikasi gambar citra. Cara mengidentifikasi objek terkait ruang hijau dibantu

dengan unsur-unsur interpretasi yang terdiri dari rona dan warna, bentuk, tekstur dan pola

sedangkan untuk mengamati yang lain pada wilayah koridor dengan ukuran, bayang, situ dan

asosiasi (Kusumowidagdo dkk, 2007).

Page 28: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

23

1.10.Tahapan Proses Analisis

Pada tahapan ini menggambarkan alur proses analisis dalam penelitian. Jenis penelitian

deskripsi ini memerlukan data dan fakta atau informasi yang akurat sebagai input kemudian

dilakukan analisis untuk menghasilkan output berupa sasaran dalam penelitian, dan hasil tersebut

bisa mengalir lagi menjadi input dengan penambahan data beserta faktor yang menjadi

kebutuhannya untuk kelangsungan analisis selanjutnya.

1.10.1. Identifikasi Karakteristik RTH Koridor Jalan MT. Haryono

Identifikasi karakteristik RTH Publik dan Privat di koridor Jalan MT. Haryono ini yang

meliputi: jenis, fugsi, bentuk, luas, lokasi dan vegetasi pengisi RTH adalah bentuk pengamatan

terhadap ruang koridor jalan secara keruangan untuk memahami ketersediaan RTH yang sesuai

dengan kondisi eksisting. Berdasarkan kawasan koridor yang mempunyai lebar kanan dan kiri

sejauh 67,5 m maka cara untuk mengidentifikasi RTH dengan menginterpretasi ruang yang

menggunakan data gambar citra satelit tanggal 23 juni 2006 sumber dari google earth.

Mendeskripsikan kondisi ketersediaan RTH yang memiliki peran dan fungsinya yang khas pada

aktivitas yang ada di koridor Jalan MT. Haryono. Bentuk fisik keberadaan RTH pada koridor Jalan

MT. Haryono diukur dengan teliti untuk luasnya, agar dapatkan data kuantitas luas total lahan dan

luas penyediaan RTH pada koridor jalan tersebut. Pengamatan ruang untuk menunjukan lokasi

keberadaan RTH ini analisisnya dengan menggunakan peta digitasi kawasan koridor Jalan

MT.Haryono. Peta ini adalah data dasar dalam menganalisis luas dan lokasi karena pengamatan di

lapangan yang terlampau luas. Ketersediaan RTH dan vegetasi pengisi serta persebaran RTH ini

didapatkan dari kondisi eksisting dan data instansi tentang pengembangan RTH di Jalan MT.

Haryono. Hasil analisisnya yaitu Ketersediaan RTH dan vegetasi pengisi serta persebaran RTH

yang menggambarkan kondisi eksisting di Jalan MT. Haryono.

1.10.2. Analisis Ketersediaan RTH dengan Standar Normatif

Kebijakan mengenai RTH memiliki peran yang penting untuk menjaga eksistensi ruang

hijau di perkotaan. Undang-undang no. 26 tanun 2007 tantang Penataan ruang sebagai dasar bagi

penyediaan RTH di kota minimal 30% dari luas kota. Peraturan dan ketentuan lain juga mengatur

tentang RTH baik RTH privat maupun RTH publik, yaitu ; PP RI no 34 tahun 2006 tentang jalan,

PerMenPU No.5/PRT/M Tahun 2008 Tentang Pedoman dan Pemanfaatan RTH di Kawasan

Perkotaan, PerMenDageri No. 1 Tahun 2007 Tentang RTH Kawasan Perkotaan, Kepmen PU No.

468/KPTS/1998, tentang Persyaratan Teknis Aksesiblitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan

dan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki, serta

Dokumen Rencana: RTBL, RUTRK,dan masterplan RTH Kota Cilacap. Sumber data dapat di

akses ke instansi dan mencari lewat browsing internet.

Page 29: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

24

Teknik analisis yang digunakan adalah Deskriptif normatif dan kuantitatif dimana hasil

dari analisis ini adalah kondisi yang sesuai ketentuan (ideal). Penyediaan RTH ini meliputi ruang

publik dan privat di koridor jalan yang dapat menjadi pembanding dengan karakteristik RTH untuk

menghasilkan bentuk nilai ketersediaan RTH baik kekurangan maupun kelebihan yang ada pada

koridor jalan tersebut. Membedakan RTH Publik dan Privat ini adalah menggunakan data citra

dengan mengkriteriakan bentuk dan lokasi yang ada kemudian disesuaikan berdasarkan dengan

data observasi lapangan sebagai dukungan pembuktiannya. Melihat secara keseluruhan analisis ini

tergabungkan menjadi satu dengan identifikasi karakeristik RTH eksisting dan kajian normatif

penyediaan RTH, agar keterpaduan tersebut mempermudah dan menjadikan hasil akhir untuk

penyediaan RTH meliputi RTH publik dan RTH privat yang ideal pada kawasan koridor Jalan MT.

Haryono.

1.10.3. Analisis Penyediaan RTH Koridor Jalan

Ketersediaan RTH yang didapatkan dengan menguraikan kondisi eksisting yang

sebelumnya sudah dilakukannya dengan kajian karakteristik RTH terhadap norma sebagai telaah

ketersediaan RTH di Jalan MT. Haryono yang tujuannya mendapatkan hasil yaitu berupa bentuk

identifikasi ketersediaan RTH eksisting yang masih belum sesuai baik dalam keadaan kurang

maupun lebih. Kondisi yang belum sesuai dengan ketentuan pada penyediaan RTH tersebut dalam

hal ini yang meliputi ruang publik dan ruang privat di koridor jalan, maka itu merupakan suatu

temuan untuk dapat dilajutkan ketahap pengamatan berikutnya, yaitu supaya untuk memenuhi

standar yang ditentukan. Dengan dilakukannya langkah lebih lanjut tersebut, maka terkait pada

pencapaian penyediaan RTH yang sesuai kententuan dengan proporsi yaitu 30% luas total wilayah

studi yang terdiri dari, 20% RTH publik dan 10% RTH privat menjadi dasar penyediaan RTH pada

koridor jalan ini .

Teknik analaisis yang digunakan adalah deskriptif normatif dan analisis deskriptif

kualitatif. Untuk analisis deskriptif kualitatif yaitu dengan mengambil intisari dari pembahasan

sebelumnya tentang kondisi eksisting RTH dan dengan kajian normatif tentang penyediaannya

yang sesuai standar pada koridor Jalan MT. Haryono. Sehingga menghasilkan hasil kesimpulan

penyediaan RTH yang terkait dengan kesesuaian RTH tersebut. Kemudian pada analisis deskriptif

normatif, yaitu bentuk penyediaan RTH yang berdasarkan kaedah peraturan dan ketentuan-

ketentuan stadar teknis yang sudah tercantum dalam pedoman dan pemanfaatan RTH ini sebagai

dasar acuan dalam menentukan penyediaan RTH di koridor jalan tersebut. Hasil dari analisis ini

yaitu pencapaian pada penyediaan RTH yang sesuai dengan norma yang representatif terhadap

kondisi riil koridor jalan MT. Haryono. Dan kesimpulan sebagai hasil akhir dari proses analisis

penelilitian ini adalah ketersediaan RTH pada koridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap.

Page 30: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

25

Sumber: Penyusun 2010

Gambar I.7Kerangka Analisis

INPUT ANALISIS OUTPUT

Identifikasi Karakteristik RTH di KoridorJalan MT. HaryonoJenis RTHFungsi RTHBentuk RTHluas RTHLokasi RTHVegetasi RTHData Google earthPeta digitasi data google earth

Identifikasi karakteritikRTH koridor jalan

Deskriptif Kualitatif,Digitasi dan interpretasi

citra satelit

Ketersediaan RTH danpersebaran RTH yangmenggambarkankondisi RTH eksistingdi Jalan MT. Haryono.

Kebijakan RTH tetang Standar normatifpenyediaan RTH di Koridor jalanPP RI no 34 tahun 2006 tentang jalanPerMenPU No.5/PRT/M Tahun 2008

Tentang Pedoman dan Pemanfaatan RTHdi Kawasan Perkotaan

PerMenDageri No. 1 Tahun 2007 TentangRTH Kawasan Perkotaan

Kepmen PU No. 468/KPTS/1998, tentangPersyaratan Teknis Aksesiblitas padaBangunan Umum dan Lingkungan danPedoman Penyediaan dan PemanfaatanPrasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki.

P P RI No. 63 TH 2002 tentang HutanKota

Analisis KetersediaanRTH dangan standar

normatifDeskriptif Normatif dan

Kuantitatif

Kondisi yang sesuaisyarat ketentuanPenyediaan RTHmeliputi ruang publikdan privat di koridorjalan.

Penyediaan RTH pada rancangankoridor Jalan.

Analisis Penyediaan RTHkoridor Jalan

Deskriptif KualitatifDeskriptif Normatif

Penyediaan ruang yang sesuaiuntuk pengembangan RTH dikoridor Jalan MT. Haryono

KesimpulanKetersediaan RTH koridor

Jalan MT. HaryonoKota Cilacap

Pencapaian penyediaanRTH sesuai ketentuanyang representatifdengan kondisi riil dikoridor JalanMT.Haryono KotaCilacap.

Page 31: KAJIAN KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU · PDF fileJURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK ... oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 Tentang Ruang Terbuka

26

1.11. Sistematika Pembahasan

Secara umum pembahasan dalam studi ini dapat dijabarkan kedalam beberapa bagian yang

meliputi :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang, research question, tujuan dan sasaran,

keaslian penelitian, ruang lingkup, metode pendekatan, metode pengumpulan data,

teknik analisis, kerangka pikir kajian dan sistematika pembahasan dalam laporan ini.

BAB II KAJIAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KORIDOR

JALAN

Pada bab ini diuraikan berbagai kajian secara teoritis yang mendukung pembahasan

materi studi yang dimaksudkan agar langkah-langkah tindak lanjut yang akan diambil

memiliki landasan secara teoritis yang kuat dan jelas.

BAB III GAMBARAN UMUM KORIDOR JALAN MT. HARYONO KOTA CILACAP

Pada bagian ini, akan digambaran kondisi eksisting lingkup teritorial wilayah studi

yang meliputi gambaran umum secara mikro maupun makro. Serta dengan identifikasi

karakteristik RTH eksisting pada Koridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap.

BAB IV ANALISIS KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PADA

KORIDOR JALAN MT. HARYONO KOTA CILACAP

Bab ini berisi kajian mengenai karateristik RTH di Jalan MT. Haryono dalam

penyediaan ruang hijaunya yang meliputi RTH Publik dan RTH Privat dipaparkan

melalui tahapan - tahapan analisis yaitu identifikasi karakteristik RTH eksisting yang

membahas Analisis ketersediaan RTH dan analisis normatif penyediaan RTH pada

koridor Jalan MT. Haryono Kota Cilacap dan Analisis penyediaan RTH pada koridor

Jalan MT. Haryono Kota Cilacap.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang temuan studi, kesimpulan yang didapat, rekomendasi yang

dapat disarankan peneliti terhadap permasalahan yang dihadapi, keterbatasan studi,

serta rekomendasi penelitian lebih lanjut.