KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf ·...

46
KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL NO. 7 DSN-MUI/IV/TAHUN 2000 TENTANG PEMBIAYAAN MUDĀRABAH SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM DISUSUN OLEH : KHAMBALI 05380081 PEMBIMBING : 1. Drs. H. DAHWAN, M.Si 2. ABDUL MUGHITS, S.Ag., M.Ag MUAMALAT FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2009

Transcript of KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf ·...

Page 1: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL

NO. 7 DSN-MUI/IV/TAHUN 2000 TENTANG PEMBIAYAAN

MUD�ĀRABAH

SKRIPSI

DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH

GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM

DISUSUN OLEH :

KHAMBALI 05380081

PEMBIMBING :

1. Drs. H. DAHWAN, M.Si 2. ABDUL MUGHITS, S.Ag., M.Ag

MUAMALAT

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2009

Page 2: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

ii

ABSTRAK

Dalam akad mud�ārabah hubungan antara şāh�ib al-māl dengan mud�ārib adalah hubungan yang bersifat “amanah” artinya mud�ārib itu orang yang dipercaya oleh şāh�ib al-māl untuk mengelola hartanya, oleh karena itu jika şāh�ib al-māl meminta jaminan pada mud�ārib maka akad mud�ārabah tersebut akan menjadi rusak atau batal, demikian yang diungkapkan oleh Iman Syafi’i dan Imam Malik.

Namun aplikasi mud�ārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah (mud�ārib) untuk menyertakan jaminan, hal ini karena pihak LKS mengacu pada fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) No. 7 DSN-MUI/IV/2000 yakni: “pada prinsipnya dalam pembiayaan mud�ārabah tidak ada jaminan, namun agar mud�ārib tidak melakukan penyimpangan, bank dapat meminta jaminan dari mud�ārib atau pihak ketiga”.

Atas dasar fatwa DSN tersebut, maka pihak bank menyertakan jaminan dalam pembiayaan mud�ārabah, padahal sudah dikatakan oleh Imam Madzhab, bahwa akad mud�ārabah itu tidak sah apabila şāh�ib al-māl meminta jaminan kepada mud�ārib karena konsep akad mud�ārabah itu dibangun atas dasar kepercayaan, jika adanya jaminan berarti akad tersebut bukan merupakan akad mud�ārabah, akan tetapi, mengapa dalam hal ini, DSN mengeluarkan istinbat pembolehan hukum jaminan tersebut. Dari sini penyusun tertarik untuk meneliti hal tersebut yang engacu pada pokok masalahnya berikut: Faktor apa yang menjadi pertimbangan adanya jaminan pada pembiayaan mud�ārabah terkait dengan fatwa dewan syari’ah nasional No. 07 DSN-MUI/IV/2000 di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS)? Apakah faktor-faktor tersebut dapat dijadikan sebagai h�ujjah yang menjadi dasar hukum pembolehan jaminan pada pembiayaan mud�ārabah?.

Dalam penelitian ini, jenis penelitiannya adalah field reseach. Sifat penelitiannya adalah deskriptif analitik. Sedangkan langkah yang digunakan dalam tehnik pengumpulan datanya yaitu dengan menelaah pustaka dan wawancara. Analisis data yang digunakan dengan metode deduktif.

Pada akhir penelitian ini berkesimpulan: hukum jaminan dalam pembiayaan mud�ārabah itu diperbolehkan karena adanya faktor-faktor yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk melakukan istinbat, yakni : a. Jaminan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya moral hazard (pelaku

usaha) b. Jaminan dijadikan sebuah ikatan antara pihak bank dengan nasabah c. Jaminan dimaksudkan untuk melindungi dana (amanah) nasabah investor d. Jaminan dimaksudkan untuk menghindari resiko-resiko pembiayaan Akan tetapi, disyaratkan bahwa jaminan tersebut harus didasarkan pada tujuan menjaga agar tidak terjadi moral hazard berupa penyimpangan oleh pengelola dana, bukan bertujuan mengembalikan modal bank atau sebagai ganti rugi setiap kerugian atas kegagalan usaha mud�ārib secara mutlak.

Page 3: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah
Page 4: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah
Page 5: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah
Page 6: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

vi

MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO

��� ������� � �� ����

���� � ��� �� ���� �� ��

Bermuamlah-lah dengan jalan Syar’i

Karena harta itu ibaratkan sebagai pembiayaan,

Maka kita harus membayarnya dengan amal ibadah

Page 7: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

vii

KATA PENGANTAR

���� ��� �� � ا��� ان ا� ا ا� و��� ���� � وا��� ان ����ا ���� و ر�ا����� رب ا�����

�� ا�$��# وا"��� ا!���� وا�+)ة وا�()م �&% ر

Puji syukur terpanjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan

nikmat kekuatan fisik, spiritual maupun intelektual, sehingga penulisan skripsi

yang cukup berat ini dapat terselesaikan. Tanpa semua nikmat-Nya, tentu tulisan

ini tidak akan pernah mengenal kata “selesai”. Sebab hanya dengan rid}a-Nya

setiap kesulitan hidup di muka bumi dalam pelbagai dimensinya akan dapat

ditemukan solusinya.

Şalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad

SAW. beserta keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Sebagai sebuah produk penelitian, skripsi ini tentu melibatkan partisipasi

banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam membantu

mempermudah kesulitan-kesulitan yang penyusun alami. Mereka semua telah

berjasa, oleh karenanya penyusun ucapkan banyak terimakasih. Dengan tidak

mengurangi rasa hormat kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per

satu secara khusus, penyusun perlu menghaturkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Amin Abdullah, selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta

2. Bapak Prof. Drs. Yudian Wahyudi, M.A., Ph. D. Selaku Dekan Fakultas

Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Page 8: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

viii

3. Bapak Drs. Riyanta M.Hum Selaku Ketua Jurusan Muamalah, Bapak Gusnam

Haris, S.Ag., M.Ag. Selaku Sekretaris Jurusan Muamalat, dan Setap TU

Jurusan Muamalah Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

4. Bapak Drs. H. Dahwan, M.Si. Selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

Pembimbing I dan Bapak Abdul Mughits, S.Ag., M.Ag. Selaku Pembimbing

II, yang selalu meluangkan waktunya kepada penyusun untuk membimbing

dan memberikan arahan guna kesempurnaan skripsi ini.

5. Segenap petugas perpustakaan UIN SUKA, Perpustakaan Fakultas Syari’ah

UIN, Perpustakaan Daerah Yogyakarta, dan segenap Perangkat BMT as-

Salam Banguntapan Bantul dan BMT UIN Sunan Kalijaga yang telah

membantu dalam mencari data, guna kesempurnaan skripsi ini.

6. Kedua orang tua, mas Fa’i, embak Eka, dan dik Nurul, yang selalu membantu

dan mendukung penyusun untuk menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas

bantuan imateril (do’a) dan materilnya. Semoga kita semua mendapatkan

rahmat dan hidayahNya.

7. Semua teman-teman Jurusan Muamalah angkatan 2004 dan 2005 khususnya

dan semua temen-temen Universitas umumnya, terimakasih atas saran dan

idenya. Temen-temen organisasi KSC yang sudah memberikan kontribusinya

kepada penyusun selama menimbah ilmu di Jogjakarta.

Akhirnya, kendati penyusun telah berusaha secara maksimal untuk

menghasilkan sebuah karya yang berkualitas, namun masih begitu banyak

sekali kekurangan yang berada di luar jangkauan penyusun untuk

memperbaikinya. Oleh karena itu saran dan kritik konstruktif, akan selalu

Page 9: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

ix

penyusun harapkan dari semua pihak. Semoga Allah senantiasa membimbing

kita semua ke jalan lurus.

Yogyakarta, 14 Rajab 1430 H

06 Juli 2009 M

Penyusun

Khambali NIM. 05380081

Page 10: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

x

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB

Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini merujuk pada SKB Mentri Agama

dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 Januari 1988 Nomor:

158/1987 dan Nomor: 0543 b/U/1987.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif TTTTidak dilambangkanidak dilambangkanidak dilambangkanidak dilambangkan ا

tidak dilambangkan

Ba’ BBBB ب

Be

Ta’ TTTT ت

Te

Śa’ Ś ث

es titik atas

Jim JJJJ ج

je

�H�a’ HHHH ح

Ha (dengan titik bawah)

Kha’ KhKhKhKh خ

ka dan ha

Dal DDDD د

De

Źal Ź ذ

ze (dengan titik di atas)

Ra’ RRRR ر

Er

Zai ZZZZ ز

zet

Page 11: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

xi

Sin SSSS س

es

Syin SySySySy ش

es dan ye

Şad Ş ص

Es (dengan titik di bawah)

Dad� D ض

De (dengan titik di bawah)

Ţā’ Ţ ط

Te (dengan titik di bawah)

Za’ Z ظ

Zet (dengan titik di bawah)

…‘……‘……‘……‘… Ain’ ع

koma terbalik di atas

Gayn GGGG غ

ge

Fa’ FFFF ف

ef

Qaf QQQQ ق

qi

Kaf KKKK ك

Ka

Lam LLLL ل

el

Mim MMMM م

em

Nun NNNN ن

en

Waw WWWW و

We

! Ha’ HHHH

Ha

Page 12: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

xii

…’……’……’……’… Hamzah ء

Apostrof

Ya’ YYYY ي

Ye

B. Konsonan Rangkap KarenaTasydīd ditulis Rangkap

������ ditulis Muta’aqqidah

��� ditulis ’Iddah

C. Ta’ Marbûtah di Akhir Kata

1. Bila dimatikan tulis h

�� ditulis H�ikmah

�� � ditulis Jizyah

(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti Zakat, shalat dan sebagainya,

kecuali dikehendaki lafal aslinya)

2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t:

����� ���� ditulis Zakā al-fit�r

D. Vokal Pendek

______َ____ (fathah) ditulis a contoh ��� ditulis D�araba

_____ِ_____ (kasrah) ditulis i contoh ��� ditulis Fahima

_____ُ_____ (Dhamah) ditulis u contoh ��� ditulis Kutiba

E. Vokal Panjang

1. fathah + alif, ditulis ā’ (garis diatas)

Page 13: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

xiii

��� �� ditulis Jā’hiliyyah

2. fathah + Alif maqsur ditulis ā’ (garis diatas)

!"#$ ditulis Tansā

3. kasrah + ya mati, ditulis ī (garis diatas)

%�� ditulis Karīm

4. Dhammah + Wau mati ditulis ū (garis diatas)

&'�� ditulis Furūd�

F. Vokal Rangkap

1. Fathah + yā’ mati, ditulis ai

�#�( ditulis Bainakum

2. Fathah + wau mati, ditulis au

)*+ ditulis Qaul

G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan

apostrof

��,-- ditulis A’antum

.��- ditulis U’iddat

/�0 12� ditulis La’in syakartum

H. Kata Sandang Alif + Lam

1. Bila diikuti huruf qomariyah ditulis al-

34���� ditulis Al-Qur’ān

5����� ditulis Al-Qiyās

Page 14: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

xiv

2. Bila diikuti huruf syamsiyah ditulis menggandakan syamsiyah yang

mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)nya.

6�"�� ditulis As-Samā’

78�� ditulis Asy-Syams

I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut

penulisannya

&'���� 9': ditulis Źawī al-furūd �

�#"�� ; � ditulis Ahl as-sunnah

J. Huruf Besar

Huruf besar dalam tulisan latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD)

Page 15: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

ABSTRAK .............................................................................................................. ii

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v

HALAMAN MOTO ............................................................................................ vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ...................................................................... vii

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................................... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................... xv

BAB I: PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Pokok Masalah ........................................................................... 5

C. Tujuan dan Kegunaan ................................................................. 6

D. Telaah Pustaka ............................................................................ 6

E. Kerangka Teoretik ...................................................................... 9

F. Metode Penelitian ....................................................................... 14

G. Sitematika Pembahasan .............................................................. 16

BAB II: DESKRIPSI UMUM MUD�ĀRABAH ............................................. 19

A. Mud�ārabah Dalam Literatur Fiqh ............................................... 18

1. Pengertian Mud�ārabah .......................................................... 18

2. Dasar Hukum Mud�ārabah .................................................... 29

3. Rukun dan Syarat Mud�ārabah .............................................. 21

4. Jaminan Dalam Mud�ārabah .................................................. 23

5. Masa Berlakunya Mud�ārabah ............................................... 24

B. Aplikasi Mud�ārabah Dalam Perbankan Syari’ah ....................... 24

C. Konsep Jaminan Dalam Hukum Islam ....................................... 31

Page 16: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

xvi

BAB III: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADANYA

JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN MUD�ĀRABAH ................. 37

A. Profil Dewan Syari’ah Nasional . ............................................... 37

B. Fatwa DSN No. 7 DSN-MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan

Mud�ārabah ................................................................................ 44

C. Faktor-Faktor yang Mmpengaruhi Adanya Jaminan Dalam

Pembiayaan Mud�ārabah ............................................................. 48

BAB IV: ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

ADANYA JAMINAN DALAM PEMBIAYAAN MUD�ĀRABAH

.............................................................................................................. 54

A. Analisis Faktor-Faktor Yang Menjadi Pertimbangan Adanya

Jaminan Dalam Pembiayaan Mud�ārabah ................................... 54

B. Analisis Kehujjahan Faktor yang Menjadi Dasar Pembolehan

Jaminan Dalam Pembiayaan Mud�ārabah ................................... 58

BAB V: PENUTUP ........................................................................................... 64

A. Kesimpulan ............................................................................. 64

B. Saran – Saran ............................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 67

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Terjemah

Biografi Ulama

Pedoman Wawancara

Surat Izin Penelitian

Curriculum Vitae

Page 17: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan ekonomi Islam adalah untuk mewujudkan perekonomian

jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia.1 di Indonesia

ekonomi Islam memiliki fungsi sebagai pelengkap atau sebagai kontrol

terhadap sistem ekonomi kekinian, karena ekonomi yang berjalaan saat ini

tidak bisa memunculkan keadilan dan tidak bisa mengentaskan kemiskinan,

oleh karena itu sudah selayaknya ekonomi Islam memberikan perubahan

untuk umatnya sebagai alternatif atau solusi perkembangan ekonomi yang

sudah berjalan (kapitalis). Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia dapat

dibuktikan dangan kehadiran lembaga keuangan yang berbasis syari’ah.

Umat Islam sudah seharusnya patut mensyukuri atas kehadiran

perbankan syari’ah karena sudah sekian lama umat Islam dibawa oleh sistem

ekonomi konvensional yang tidak memandang prinsip keadilan dalam

bertransaksi, umat Islam meyakini bahwa bank syari’ah dengan membawa

konsep bagi hasil dan penanggungan risiko bersama antara pihak nasabah dan

pihak perbankan akan memunculkan keadilan dalam bertransaksi.

Konsep bagi hasil dan penanggungan risiko secara bersama yang

diterapkan dalam perbankan syari’ah sebenarnya mengacu pada praktek

1 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2004),

hlm. 1.

Page 18: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

2

mu’amalah terdahulu, kemudian diaplikasikan kedalam lembaga keuangan

syari’ah, misalnya, perbankan syari’ah dalam menerapkan produk pembiayaan

di antaranya mengacu pada konsep musyārakah, mud�ārabah, dan murābah�ah.

Dalam aplikasi konsep musyārakah, mud�ārabah dan murābah�ah tidak

sepenuhnya sesuai dengan yang dibicarakan oleh Imam Madzhab. Seperti

halnya Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) yang menerapkan konsep

mud�ārabah dalam pembiayaan, pihak bank yang bertindak sebagai s�āh�ib al-

māl meminta jaminan kepada mud�ārib, padahal menurut sebagian Imam

Madzhab melarangnya.

Imam Malik dan Imam Syafi’i berpendapat bahwa jika pemilik harta

mensyaratkan jaminan kepada orang yang bekerja maka mud�ārabah tersebut

akan menjadi rusak, karena mensyaratkan jaminan itu menambahkan

kesamaran dalam bagi hasil, hingga karenanya mud�ārabah tersebut akan

menjadi rusak.2 Imam Abu Hanifah dan para pengikutnya membolehkah

adanya jaminan dalam akad mud�ārabah hanya saja syaratnya menjadi batal

seperti halnya dalam jual beli yang syaratnya rusak namun jual belinya

diperbolehkan.3

Konsep akad mud�ārabah yang dimaksudkan oleh fiqh, di mana

hubungan antara şāh�ib al-māl dengan mud�ārib adalah hubungan yang bersifat

2 Ibn ar-Rusyd, Bidāyah al-Mujtahid wā-Nihayah al-Muqtasid, (Semarang: Maktabah Taha

Putra, t.t.), II, hlm. 179. 3 Ibid.

Page 19: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

3

“amanah”, 4 artinya mud�ārib adalah orang yang dipercaya oleh şāh�ib al-māl,

maka tidak ada jaminan dalam akad mud�ārabah, oleh karena itu Imam Malik

dan Imam Syafi’i melarangnya.

Meskipun sebagian Imam Madzhab sudah menyatakan larangan

penyertaan jaminan dalam akad mud�ārabah, namun dalam praktek di

perbankan syari’ah, pihak bank benar-benar meminta berbagai bentuk jaminan

dari nasabah maupun pihak ketiga, sehingga hal ini menjadikan keraguan bagi

umat Islam atas keberadaan bank syari’ah untuk mengedepankan nilai-nilai

Syar’i, karena pemahaman masyarakat hanya didasarkan dari konteks fiqh.

Dewan Syari’ah Nasional (DSN) adalah sebuah lembaga yang di

dalamnya terdiri dari para ulama, praktisi dan para ahli dalam bidangnya, yang

diberi tugas untuk menanamkan nilai-nilai Syar’i dalam produk-produk yang

dijalankan oleh LKS dan DSN memiliki tugas serta kewenangan untuk

memonitoring segala transaksi yang diterapkan di LKS.

Oleh karena itu, LKS menerapkan jaminan pada pembiayaan

mud�ārabah dengan mendasarkan pada fatwa DSN No. 7 DSN-MUI/IV/2000,

yakni: “pada prinsipnya dalam pembiayaan mud�ārabah tidak ada jaminan,

namun agar mud�ārib tidak melakukan penyimpangan, bank dapat meminta

jaminan dari mud�ārib atau pihak ketiga. dan Jaminan ini hanya dapat

4 ‘Al ī Ahmad as-Sālūsi, al-Mu’ammalat al-Mālīyah al-Muhād�arah Fī al-Mijānī al-Fiqh Al-

Islāmī, (Kuait: Maktabah Dār al-Fikr 1987), hlm. 38.

Page 20: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

4

dicairkan jika mud�ārib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang

telah disepakati”.5

Penegasan larangan jaminan dalam akad mud�ārabah yang

dimaksudkan oleh sebagian Imam Madzhab, di mana hubungan antara şāh�ib

al-māl dengan mud�ārib adalah hubungan yang bersifat amanah6

(kepercayaan), jadi tidak memerlukan adanya jaminan, namun jika jaminan itu

diminta dari tangan mud�ārib maka konsep akad kepercayaan itu akan hilang

dan bisa dikatakan bahwa modal yang diberikan oleh şāh�ib al-māl adalah

hutang mud�ārib, oleh karena itu akad tersebut akan menjadi rusak atau batal.

Larangan adanya jaminan dalam akad mud�ārabah yang dimaksudkan

oleh sebagian Imam Madzhab, bukan berarti hukum Islam akan berhenti di

sini, karena Syari’at Islam itu memiliki kemampuan dalam merespon

perkembangan umat, kemajuan zaman dan relevan untuk dipraktekkan

sepanjang zaman dan ruang7 serta tidak menyulitkan terhadap umatnya.

����� �� ��� � ����� �� �� ���8

5 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah

Nasional MUI, cet. ke-4 (Jakarta: Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, 2006), hlm. 43.

6 ‘Al ī Ahmad as-Sālūsi, al-Mu’amalat al-Mālīyah al-Muhād�arah Fi al-Mijānī al-Fiqh Al-

Islam, hlm. 38. 7 Kamal Muhtar, Maslahat Sebagai Dalil Dalam Penetapan Hukum Islam Masalah

Kontemporer, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 2000), hlm. 15. 8 Al-Baqarah (2): 185.

Page 21: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

5

Terlebih-lebih dalam akad mud�ārabah yang dapat membawa nilai-nilai

ta’awun (tolong menolong) antara pihak yang kelebihan harta dengan pihak

yang kekurangan harta, sesuai dengan firman Allah:

��� ��� ��� ��� � ������ ��� ��� ��� ��� ��� ��9

Oleh karena itu, Penyusun sangat tertarik untuk meneliti faktor apa

yang dijadikan pertimbangan oleh DSN dalam mengapalikasikan mud�ārabah

di LKS, sehingga dapat mengambil istinbat� membolehkan adanya jaminan

dalam akad mud�ārabah.

B. Pokok Masalah

Berdasarkan kajian latar belakang di atas memunculkan adanya suatu

pokok masalah dalam akad pembiayaan mud�ārabah. Penyusun merumuskan

pokok masalah sebagai berikut:

1. Faktor apa yang menjadi pertimbangan adanya jaminan pada pembiayaan

mud�ārabah terkait dengan fatwa dewan syari’ah nasional No. 07 DSN-

MUI/IV/2000 di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS)?

2. Apakah faktor-faktor tersebut dapat dijadikan h�ujjah yang menjadi dasar

hukum pembolehan jaminan pada pembiayaan mud�ārabah?

9 Al-Māidah (5): 2.

Page 22: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

6

C. Tujuan dan Kegunaan

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mendiskripsikan Fatwa Dewan Syari’ah Nasional (DSN) No.7

DSN-MUI/2000, terkait dengan faktor yang membolehkan adanya

jaminan pada pembiayaan mud�ārabah.

b. Menjelaskan validitas argumentasi pembolehan jaminan dalam

pembiayaan mud�ārabah di perbankan syari’ah.

2. Kegunaan Penelitian

a. Segi akademis:

1) Sebagai kontribusi pemikiran dalam kajian fiqh muamalat.

2) Memberikan pemahaman dan sumbangan pemikiran yang

bermanfaat dan khususnya dalam praktek fiqh muamalat yang

diaplikasikan dalam dunia perbankan syari’ah di Indonesia.

b. Segi Praktis:

1) Memperluas wawasan penyusun dalam bidang fiqh muamalat.

2) Sebagai stimulan bagi studi berikutnya mengenai persoalan-

persoalan dalam hukum Islam

D. Telaah Pustaka

Kajian tentang jaminan dalam perbankan sebagai syarat mengajukan

kredit memang telah banyak dibicarakan dalam kalangan masyarakat baik

berupa buku-buku, makalah, tesis, tugas akhir S-I atau tulisan lepas dimedia

Page 23: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

7

masa. Kebanyakan lebih menekankan pada macam-macam jaminan yang

dalam hukum Islam disebut dengan rāhn dan kāfālah, sedangkan dalam

hukum konvensional kebanyakan sekedar menyebutkan macam-macam

jaminan kebendaan dan aneka perjanjian dan perikatan, yang semuanya hanya

menjelaskan bentuk-bentuk jaminan ditinjau dari kedua hukum tersebut.

Adapun buku-buku yang berkaitan dengan masalah jaminan dalam

pembiayaan mud�ārabah diantaranya:

Dalam buku Abdullah Saeed menjelaskan perbedaan pembiayaan

mud�ārabah yang harus disertai jaminan, akan tetapi tidak memberikan

perbedaan yang signifikan dengan sistem yang ada pada bank konvensional

dan pada akhir pembahasan mud�ārabah mempunyai sebuah kesimpulan

pendapat ulama kontemporer membolahkan adanya jaminan, akan tetapi

pembahasannya belum sampai pada faktor-faktor yang dijadikan alasan

pembolehan adanya jaminan pada akad mud�ārabah.10

Karya Mahalul Ilmi menjelaskan hubungan antara pemilik modal

(şāh�ib al-māl) dan pengelola modal (mud�ārib) yang didasarkan pada akad

mud�ārabah, akan tetapi pembahasannya belum sampai pada faktor yang

mempengaruhi adanya jaminan pada pembiayaan mud�ārabah.11

Karya Ibn ar-Rusyd menjelaskan permasalahan-permasalahan dalam

akad mud�ārabah menurut sebagian Imam Madzhab, salah satunya mengenai

10 Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga (Studi Kritis da Interpetasi Kontemporer Tentan

Riba dan Bunga), alih bahasa Mohamad Ufuqul Mubin, cet. ke-2 (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 97.

11 Makhalul Ilmi, Teori dan Prektek Lembaga Mikro Syari’ah, cet. ke-1 (Yogyakarta: UII

Press, 2002), hlm. 32.

Page 24: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

8

adanya tanggungan pada mud�ārib itu tidak diperbolehkan menurut Imam

Syafi’i dan Imam Maliki, akan tetapi permaslahan tersebut tidak menjelaskan

adanya alasan yang melarang adanya jaminan pada akad mud�ārabah.12

Dalam buku as-Sayyid Sābiq, menjelaskan konsep mud�ārabah dengan

“amanah” sehingga şāh�ib al-māl tidak boleh meminta jaminan, akan tetapi

hanya kepercayaan mud�ārib.13 Namun dalam pembahasannya belum

menyentuh pada aspek larangan hukum jaminan menurut para Imam Madzhab

sehingga tidak dapat ditemukan alasan larangan penyertaan jaminan pada akad

mud�ārabah.

Dalam karya tugas akhir juga ada yang membahas mud�ārabah, seperti

Asep Ermansyah dalam karyanya menjelaskan, pembiayaan mud�ārabah pada

praktek yang dijalankan oleh pihak BMT sesuai atau tidak dengan prinsip

hukum Islam, akan tetapi pembahasannya belum menyentuh pada adanya

jaminan dalam pembiayaan mud�ārabah.14

Karya Iwan Indrawijaya, menjelaskan tinjauan hukum Islam terhadap

adanya pembiayaan mud�ārabah dengan menggunakan sistem lelang pada bagi

12 Ibn ar-Rusyd, Bidāyah al-Mujtahid wā-Nihayah al-Muqtasid, hlm. 179. 13 As-Sayyid Sābiq, Fiqh as-Sunnah, (Libanon, Dār al-Kitab al-‘Arabiyyah, t.t.), III, hlm.

144. 14 Asep Ermansyah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Pembiayaan Mud��ārabah

di BMT at-Taqwa Kab Tasikmalaya, skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta, Fak. Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga, 2000.

Page 25: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

9

hasil, akan tetapi pembahasannya tidak sampai menyentuh pada aspek jaminan

pada akad mud�ārabah.15

Dari literatur di atas, tidak satupun yang membahas mengenai faktor

apa yang dijadikan alasan pembolehan jaminan pada pembiayaan mud�ārabah,

tetapi masing-masing hanya membahas secara sekilas, terbatas dan hanya pada

dataran hukum penyertaan jamianan dalam akad mud�ārabah.

E. Kerangka Teoretik

Segala ucapan dan perbuatan manusia, baik itu berupa aspek ibadah,

mu’amalah, pidana, perdata, atau berbagai macam perjanjian atau

pembelanjaan,16 semua itu mempunyai hukum dalam Syari’at Islam. Hukum-

hukum tersebut sudah ada yang dijelaskan oleh al-Qur’an dan as-Sunnah.

Misalnya dalam aspek mu’amalah tentang pelaksanaan mud�ārabah secara

umum sudah diisyarahkan dalam firman Allah:

........ �� !"# $% ��&�'� (�� ) ���"� � �*.......17

Dan firman Allah:

15 Iwan Indrajaya, Mud��ārabah dengan Metode Lelang Sukarela Pada BMT al-Jabar Merden

Kecamatan Purwonegoro Kabupaten Banjarnegara, skripsi tidak diterbitkan, Yogyakarta, Fak. Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga, 2005, hlm. 55.

16 Abdu Wāhab Khālaf, Ilmu Ushul Fiqh, cet. ke-1 (Semarang: Dina Utama Semarang,

1994), hlm. 1. 17 Al-Muzzammil (73): 20.

Page 26: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

10

� (+�� ) � �,���# -./�� 0�"1 �2�# �� !"# $% ��&�.....18

Sebagian belum ada hukumnya dalam al-Qur’an dan As-Sunnah

seperti adanya jaminan dalam mud�ārabah, lantas bagaimana Islam menjawab

permasalahan-permasalahan yang baru, padahal Islam itu sendiri memiliki

sifat feleksibel dan keluasan Syari’at Islam memiliki kemampuan dalam

merespon perkembangan umat dan kemajuan zaman dan relevan untuk

dipraktekan sepanjang zaman dan ruang.19 Oleh karena itu terbentuklah fiqh,20

yang memuat persoalan yang baru dalam hukum Islam yang diambil dari dalil-

dalil kemudian menjadikan ilmu ushul fiqh.

Selain al-Qur’an dan as-Sunnah, sumber hukum lainnya adalah ijmā’ ,

qiyās (analogi), istihsan, istişhāb, ‘urf dan maslahah mursalah yaitu, suatu

kemaslahatan dimana Syari’ tidak mensyariatkan suatu hukum untuk

merealisir itu, dan tidak ada dalil yang menunjukan atas pengakuannya atau

pembatalannya.21

Persoalan jaminan dalam mud�ārabah tidak ada dalil yang menunjukan

pembolehan atau pelarangan dalam Syara’, namun hukum mu’amalah itu

memiliki prinsip-prinsip sebagi acuan hukum yakni, sebagai berikut:22

18 Al-Jumu’ah (62): 10. 19 Kamal Muhtar, Maslahat Sebagai Dalil Penetapan Hukum Islam Masalah Kotemporer,

(Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 2000), hlm. 15. 20 Abdu Wāhab Khālaf, Ilmu Ushul Fiqh, hlm. 1. 21 Ibid., hlm. 116. 22 Ahmad Azar Basyir, Asas-asas Hukum Islam, (Yogyakarta: UII, 1993), hlm. 15-16.

Page 27: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

11

1. Pada dasarnya hukum mu’amalah adalah mubah, kecuali yang ditentukan

lain oleh al-Qur’an dan Sunah Rasul.

2. Mu’amalah dilakukan atas dasar sukarela tanpa ada unsur-unsur

pemaksaan.

3. Mu’amalah dilakukan atas dasar pertimbangan mendatangkan manfaat dan

menghindari mad�ārat dalam hidup masyarakat.

4. Mu’amalah dilakukan dengan memelihara nilai keadilan, menghindari

unsur-unsur penganiayaan, unsur-unsur pengambilan kesampatan dalam

kesempitan.

Ulama fiqh seperti Imam Malik dan Imam Syafi’i merespon hukum

jaminan pada akad mud�ārabah dengan menggunakan metode ijtihadnya, yang

mana tentunya tidak terlepas dengan kontek sosial masyarakat pada waktu itu

sehingga beliau mengatakan bahwa hukum jaminan dalam akad mud�ārabah

itu tidak diperbolehkan karena akan menjadikan tidak sah.23 Imam Abu

Hanifah dan para pengikutnya membolehkah adanya jaminan dalam akad

mud�ārabah hanya saja syaratnya batal.24

Pendapat sebagian Imam Madzhab di atas mempunyai perbedaan

dengan pendapat Dewan Syari’ah Nasional (DSN) selaku badan pengawas

perbankan syari’ah di Indonesia. Dalam fatwanya No. 7 DSN-MUI/IV/2000

menjelaskan bahwa pada “prinsipnya dalam pembiayaan mud�ārabah tidak ada

jaminan, namun agar mud�ārib tidak melakukan penyimpangan, bank dapat

23 Ibn ar-Rusyd, Bidāyah al-Mujtahid wā-Nihayah al-Muqtasid, II, hlm. 179. 24 Ibid.

Page 28: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

12

meminta jaminan dari mud�ārib atau pihak ketiga dan jaminan ini hanya dapat

dicairkan jika mud�ārib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang

telah disepakati”.25

Kalau kita lihat konsep dari akad mud�ārabah adalah şāh�ib al-māl

(pemilik dana) membiayai 100% kebutuhan suatu usaha, sedangkan nasabah

bertindak sebagai mud�ārib (pengelola dana). Prinsip paling utama dalam

pelaksanaan akad mud�ārabah adalah kepercayaan.

Hukum adanya jaminan dalam akad mud�ārabah memang sudah ada

ketetapan hukum dari ijtihad yang dilakukan oleh sebagian Imam Madzhab,

yang tentunya melihat realitas masyarakat pada saat itu, sehingga beliau bisa

menetapkan suatu hukum, akan tetapi jika ketetapan hukum itu sudah tidak

relavan untuk saat ini maka bisa dimungkinkan untuk adanya suatu perubahan

ketetapan hukum lagi tergantung pada adanya suatu dalil atau alasan yang kuat

untuk merubah ketetapan hukum, asalkan ketetapan tersebut tidak melanggar

dari ketetapan-ketetapan yang sudah ada dalam naş. Sesuai dengan kaidah:

3 4��� 5% + � ��6��7�%� �26

Dalam hal ini, Islam memiliki salah satu sumber hukum yang

dinamakan istihsan. Istihsan menurut bahasa adalah mencari kebaikan.27

25 Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah

Nasional MUI, cet. ke-4 (Jakarta: Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, 2006), hlm.43.

26 Djazuli, Ilmu Fiqh Penggalian, Perkembangan, dan Penerapan Hukum Islam, cet. Ke-5

(Bandung: Prenada Media, 2005), hlm. 26. 27 Chairul Umam, Ushūl Fiqh, cet. ke-2 (Bandung, Pustaka Setia, 2000), hlm. 117.

Page 29: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

13

Menurut istilah istihsan adalah menarjihkan/mengunggulkan suatu dalil dari

dalil yang menentangnya disebabkan adanya murājih (faktor yang

mengunggulkannya) yang diakui (mu’tabar/respectable).28

Menurut Ibn ‘Arabī istihsan ialah memilih meninggalkan dalil dan

mengambil rukhşah dengan hukum sebaliknya, karena dalil itu berlawanan

dengan dalil lain pada sebagian kasus tertentu.29 Beliau juga membagi istihsan

menjadi empat macam, yakni:30

a. Meninggalkan dalil Karena ‘urf

b. Meninggalkan dalil karena ijma’

c. Meninggalkan dalil karena maslahat

d. Meninggalkan dalil karena untuk meringankan dan menghindarkan

masyaqqat

Sementara menurut Abdu Wāhab Khāllaf, istihsan terbagi menjadi dua

macam, yakni:

a. Pentarjihan qiyas khafī (yang tersembunyi) atas qiyas jall ī (nyata) karena

ada suatu dalil.

b. Pengecualian kasuistis (juz’iyyah) dari suatu hukum kullī (umum) dengan

adanya suatu dalil.

Tidak menutup kemungkinan kalau hukum jaminan yang sudah

ditetapkan oleh para Imam melalui ijtihadnya itu akan berubah dengan

28 Ibid., hlm. 123. 29 Muhamad Abū Zahrah, Ushūl Fiqh, cet. ke-12 (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), hlm. 403. 30 Ibid.

Page 30: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

14

berkembangnya kondisi sosial umat Islam, akan tetapi perubahan itu berubah

harus didasarkan kepada kebaikan atau kemaslahatan umat Islam itu sendiri.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan

(library research) yaitu, menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data

yang berasal dari buku-buku atau kitab-kitab yang ada kaitannya dengan

masalah jaminan pada pembiayaan mud�ārabah.

2. Sifat Penelitian

Penulisan skripsi ini bersifat deskriptif-analitik. Deskriptik adalah

metode yang menggunakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat,

sedangkan analisa adalah menguraikan sesuatu yang cermat dan terarah.31

Yaitu penulis berupaya memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi

adanya jaminan dalam pembiayaan mud�ārabah kemudian dikaji dengan

sumber hukum Islam untuk menguji validitas kehujjahan hukum jaminan

tersebut.

3. Pengumpulan Data

Teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data yang diperlukan

adalah:

a. Kepustakaan, dengan menelaah pada sumber hukum Islam melalui

naş, kemudian menelaah dari buku-buku fiqh seperti karya Ibn ar-

31 Muhammad Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hlm. 63.

Page 31: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

15

Rusyd yang membahas sekilas perselisihan para ulama dalam

Mud�ārabah., Bank Islam dan Bunga karya Abdullah Saeed, dan buku-

buku lain yang berkaitan tentang pembahasan jaminan pada

pembiayaan mud�ārabah.

b. Interview/Wawancara, teknik interview yang dilakukan adalah

wawancara tidak terstruktur, di mana wawancara ini dilakukan dengan

bebas untuk menanyakan apa saja yang berkaitan dengan penelitian

dengan cara tanya jawab langsung kepada pimpinan BMT UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta dan pimpinan BMT As-Salam Jl. Sorowajan,

Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Data yang akan digali adalah

berupa informasi orisinil atau fakta yang ada pada BMT untuk

memperoleh data rinci tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

adanya jaminan pada pembiayaan mud�ārabah.

4. Pendekatan masalah

Pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah

pendekatan yuridis-normatif. Yaitu, telaah kritis terhadap faktor-faktor

yang mempengaruhi adanya jaminan pada pembiayaan mud�ārabah

menurut hukum Islam berdasarkan kepada naş-naş al-Qur’an dan al-Hadis

serta pendapat para ulama yang tertuang dalam kitab-kitab fiqh, dan fatwa

DSN-MUI/IV/2000 tentang jaminan dalam pembiayaan mud�ārabah.

5. Analisis Data

Dalam menganalisa data, penyusun menggunakan metode deduktif.

Metode ini akan digunakan untuk menganalisa faktor-faktor yang

Page 32: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

16

mempengaruhi adanya jaminan dalam pembiayaan mud�ārabah dengan

cara mengkaji faktor-kator tersebut kemudian ditarik sebuah kesimpulan

yang akan dijadikan pertimbangan dasar hukum adanya jaminan dalam

pembiayaan mud�ārabah.

G. Sistematika Pembahasan

Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi ini, maka penyusun

membuat sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab pertama merupakan pendahuluan, yang meliputi latar belakang

masalah, pokok masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka,

kerangka teoritik, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Dalam bab

pertama ini menggambarkan lahirnya sebuah permaslahan hukum adanya

jaminan pada mud�ārabah dengan cara membandingkan teori klasik melalui

pandapat ulama Imam Maz�hab dengan fatwa dewan syari’ah nasional No. 7

DSN-MUI/IV/2000, dan kemudian akan dijabarkan penggunaan metode-

metode yang digunakan untuk memecahkan masalah.

Bab kedua, mendiskripsikan tentang mud�ārabah meliputi pengertian,

rukun dan syarat, dasar hukum, jaminan pada akad mud�ārabah. Pembahasan

selanjutnya mengenai aplikasi mud�ārabah dalam perbankan melalui

pembiayaan meliputi pengertian, bagi hasil yang diterapkan dalam perbankan,

risiko-risiko pada pembiayaan mud�ārabah, jaminan pada pembiayaan

mud�ārabah, dan yang terakhir konsep jaminan dalam hukum Islam.

Page 33: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

17

Bab ketiga, mendiskripsikan tentang profil dewan syari’ah nasional

dan aspek historis lahirannya dewan syari’ah nasional, tugas dan wewenang

dewan syari’ah nasional, fatwa DSN No. 7 DSN-MUI/IV/2000 dan yang

terakhir akan mendiskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi adanya

jaminan dalam pembiayaan mud�ārabah.

Bab keempat, penyusun akan memberikan penjelasan analisis jaminan

faktor-faktor yang mempengaruhi adanya jaminan dalam pembiayaan

mud�ārabah, dan penyusun akan menganalisis faktor yang dapat menjadi h�ujah

atas pembolehan jaminan dalam pembiayaan mud�ārabah.

Bab kelima berisi tentang penutup dari keseluruhan rangkaian

pembahasan, dimuat dalam kesimpulan dan saran-saran yang relevan dengan

pembahasan.

Page 34: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

63

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari uraian faktor-faktor yang menyebabkan adanya jaminan dalam

pembiayaan mud��ārabah di atas, yang digunakan sebagai istidlāl hukum para ulama

kontemporer dalam melakukan istinbat��� hukum penyertaan jaminan dalam

pembiayaan mud�ārabah, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Konsep yang dibangun dalam akad mud�ārabah adalah keparcayaan (amanah)

şāh�ib al-māl terhadap mud�ārib untuk mengelola hartanya, oleh karena itu

şāh�ib al-māl tidak boleh meminta jaminan kepada mud�ārib, namun dalam

aplikasinya di perbankan syari’ah, pihak bank meminta jaminan kepada

nasabah dikerenakan adanya bebarapa faktor yang menjadi pertimbangan akan

keberadaan jaminan dalam akad mud�ārabah tersebut, yakni:

a. Jaminan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya moral hazrd (moral

pelaku usaha)

b. Jaminan dijadikan sebuah ikatan antara pihak bank dengan nasabah

c. Jaminan dimaksudkan untuk melindungi dana (amanah) nasabah investor

d. Jaminan dimaksudkan untuk menghindari resiko-resiko pembiayaan

2. Keberadaan jaminan dalam produk pembiayaan di perbankan syari’ah

sebagaimana perbankan konvensional, sangat penting mengingat bank

merupakan lembaga intermediary yang menerima “amanah financial” dari

Page 35: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

64

para nasabahnya. Dalam kaitan ini jaminan merupakan wujud dari kehati-

hatian (prudential) bank dalam mengelola dana dari para nasabahnya.

Hukum jaminan dalam akad mud�ārabah menurut Imam Syafi’i dan

Imam Maliki melarangnya dan menyebabkan tidak sahnya akad karena

bertentangan dengan prinsip “amanah” yang dijadikan dasar dalam akad ini.

Aplikasi akad mud�ārabah di perbankan syari’ah meminta adanya

jaminan kepada mud�ārib karena adanya faktor-faktor yang dapat dijadikan

pertimbangan sebagai istidlāl maka jaminan dalam pembiayaan mud�ārabah

itu diperbolehkan, akan tetapi bukan dimaksudkan untuk memastikan

kembalinya modal, melainkan untuk memastikan bahwa kinerja mud�ārib

sesuai dengan syarat-syarat kontrak dan untuk menjaga agar tidak terjadi

moral hazard berupa penyimpangan oleh pengelola dana (şāh�ib al-māl). Oleh

karena itu, jaminan hanya dapat dicairkan apabila pengelola dana terbukti

melakukan pelanggaran, kelalaian, atau menyalahi kesepakatan yang telah

ditentukan.

B. SARAN-SARAN

1. Kepada Dewan Syari’ah Nasional

Istinbat hukum yang sudah dilakukan oleh DSN agar dapat

dimediasikan baik lewat media elektronik ataupun media cetak, tujuannya

agar masyarakat mengetahui proses penetapan hukum tersebut dan

masyarakat menjadi percaya akan penerapan nilai-nilai hukum Syara’ di

lembaga keuangan syari’ah.

Page 36: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

65

2. Kepada Şah�ib al-Māl (Bank)

Jangan takut mengoprasikan jasa pembiayaan mud�ārabah,

walaupun memilki resiko yang cukup besar, namun resiko itu dapat

ditanggulangi dengan cara:

a. Peningkatan kualitas preferensi mud�ārib dalam menerima amanah dari

şāh�ib al-māl

b. Peningkatan kualitas transparansi dalam kontrak

c. Penerapan standar akuntansi yang memadai

3. Kepada Mud�ārib (Nasabah)

Akad mud�ārabah memiliki sebuah keuntungan yang sangat besar

bagi mud�ārib karena dengan akad mud�ārabah ini mud�ārib yang baru

terjun dalam dunia usaha dapat menaggulangi resiko apabila mengalami

kerugian, selain itu juga masih banyak keuntungan yang akan didapat

melalui kontrak mud�ārabah ini.

Page 37: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

67

DAFTAR PUSTAKA

A. Al-Qur’an

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Tarjamah, Jakarta: CV. Darus Sunnah,

2002.

B. KELOMPOK HADIS

Asqolanī, Ibn Hajar al-, Bulūg al-Marām Min Adillah al-Ahkam, Bandung: al-

Ma’arif, t.t.

C. KELOMPOK FIQH/USUL FIQH

Antonio, Muhamad Syafi’i, Bank Syari’ah Dari Teori ke Praktek, cet. I,

Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Basyir, Amad Azar, Asas-asas Hukum Islam, Yogyakarta: UII, 1993.

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan

Syariah Nasional MUI, cet. VI, Jakarta: Dewan Syariah Nasional

Majelis Ulama Indonesia, 2006.

Djajuli, Ilmu Fiqh Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum Islam,

cet. V, Bandung: Prenada Media, 2005.

Ilmī, Makhalūl, Teori dan Prektek Lembaga Mikro Syari’ah, cet. I,

Yogyakarta: UII Press, 2002.

Page 38: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

68

Khālaf, Abdu Wāhab, Ilmu Ushul Fiqh, Semarang: Dina Utama Semarang,

1994.

Manan, Muhammad Abdu, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Ahli Bahasa M.

Nastangin, Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1993.

Muhtar, Kamal, Maslahat Sebagai Dalil Penetapan Hukum Islam Masalah

Kotemporer, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 2000.

Ar-Rusyd, Ibn, Bidāyah al-Mujtahid wa-Nihāyah al-Muqtasid, Juz II,

Semarang: Maktabah Taha Putra, t.t..

Sābiq, as-Sayyid, Fiqh as-Sunnah, Juz III, Libanon: Dār al-Kitab al-

‘Arabiyyah, t.t..

Syafei’, Rahmat, Fiqh Mu’amalah, cet. III, Bandung: CV. Pustaka Setia,

2006.

Suhendi, Hendi, Fiqh Mu’amalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

As-Sālusi, ‘Al ī Ahmad, al-Mu’amalah al-Māliyah al-Ma’āsirah, Juz II,

Kuwait: Maktab al-Fikr, 1987.

Umam, Chaerul, Ushul Fiqh I, cet. II, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000.

Zahrah, Muhamad Abū, Ushul Fiqh, cet. XII, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008.

az-Zūhaili, Wahbah, al-Fiqh al-Islamī Wa Adillatuh, cet.VI, Beirut: Dār al-

Fikr, 2002.

Page 39: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

69

D. KELOMPOK BUKU LAIN-LAIN

Anshori, Abdul Ghafur, Payung Hukum Perbankan Syari’ah, cet. II,

Yogyakarta: UII Press, 2009.

‘Ar īfin, Zainu, Dasar-Dasar Manajeman Bank Syari’ah, cet. III, Jakarta:

Pustaka Alvabet, 2005.

Bank Indonesia, petunjuk pelaksanaan pembukuan kantor bank syari’ah,

Jakarta. BI, 1999.

Hosain, Nad�ratuzzaman, dan DKK, Menjawab Keraguan Umat Islam

Terhadap Bank Syari’ah, cet. I, Jakarta: Pusat Komunikasi Ekonomi

Syari’ah, 2007.

Pass, Cristopher dan Lowes, Bryan, Kamus Lengkap Ekonomi, cet. II, Jakarta:

Erlangga, 1994.

Rizky, Awalil, BMT Fakta dan Produk Baitu māal wā-Tamwil, cet. II,

Yogyakarta: Kreasi Wacana Yogyakarta, 2007.

Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, cet. I, Yogyakarta: UUP AMP

YKPN, 2002.

----, Teknik Bagi Hasil dan Profit Margin Pada Bank Syari’ah, cet. II,

Yogyakarta: UII Press, 2004.

Muhammad Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998.

Saeed, Abdullah, Bank Islam dan Bunga (Studi Kritis dan Interpretasi

Kontemporer Tentang Riba dan Bunga), alih bahasa Muhamad

Ufuqul Mubin, cet. II, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Page 40: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

70

Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Yogyakarta:

Ekonnisia, 2004.

Tim Pengembangan Perbankan Syariah, Konsep, Produk dan Implementasi

Operasional Bank Syari’ah, Jakarta: Djambatan, 2001.

Trisantoso, Budi, Mengenal Dunia Perbankan, Yogyakarta: Andi, 1997.

Page 41: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

Lampran I

TERJEMAHAN

No Hal Footnote Terjemah

BAB I

1. 4 8 Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak

menghendaki kesukaran bagimu

2. 5 9 Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan)

kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong dalam

berbuat dosa dan permusuhan

3. 9 17 Dan yang lain berjalan di bumi mencari karunia Allah

4. 10 18 Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah

kamu di bumi; carilah karunia Allah

5. 20 26 Hukum itu selalu mengikuti ilat hukum, ada dan tidak

adanya hukum tergantung kepada ada dan tidak adanya

‘illat hukum

BAB II

6. 19 35 Lihat Footnote 17, BAB I

7. 20 37 Lihat Footnote 18, BAB I

8. 20 39 Ada tiga perkara yang diberkati: jual beli yang ditegakkan,

memberi modal dan mencampur gandumdengan jelai untuk

keluarga, bukan untuk dijual

9. 31 59 Dan barang siapa yang dapat mengembalikan piala raja,

maka ia akan memperoleh bahan makanan seberat beban

Page 42: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

unta dan akau yang menjamin terhadapnya

10. 33 64 Dan jika kamu sedang dalam perjalanan, sedang kamu tidak

mendapatkan seorang penulis, maka hendaklah ada barang

jaminan yang dipegang

BAB IV

11. 59 89 Lihat Footnote 8, BAB I

12. 60 90 Lihat Footnote 9, BAB I

13. 60 91 Tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang

lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya

dan hendaklah dia bertaqwa kepada Allah

14. 61 92 Lihat Footnote 26, BAB I

Page 43: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

LAMPIRAN II

BIOGRAFI ULAMA

Imam Bukhari

Nama lengkapnya adalah abu Abdillah Muhammad Ismail ibn Ibrahim ibn

Mughirah al-Bukhari. Lahir pada tahun 194 H/ 1910 M. Beliau mempelajari hadis

ke Khurasan, Irak, Mesir, dan Syam. Wafat pada tahun 256 H / 870 M di

Samarkhan. Karyanya adalah Shahih Bukhari dan hadisnya dipandang shahih.

Imam Muslim

Nama lengkapnya abu Abdillah Muslim Ibn Hajjat ibn Muslim al-Quraisy

an-Naisabury. Lahir tahun 206 H dan wafat pada tahun 261 H di

Naesaburi.Kitabnya yang terkenal adalah Shahih Muslim , kitab sahih setelah

kitab Shahih Bukhari.

Ibnu Majah

Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Yazid al-

Qazwaniy Ibnu Majah, lahir pada tahun 207 H dan wafat pada hari selasa, delapan

hari sebelum hari raya Idul Fitri tahun 275 H, beliau mengumpulkan 4000 hadis

yang terkumpul dalam kitab “Sunan Ibn Majah” dan kitab ini termasuk dalam

kitab tujuh.

Dr. Wahbah az-Zuhaili

Beliau adalah gurur besar fiqh dan ushul fiqh pada universitas Damaskus.

Beliau seorang ulama yang produktif dalam bidang tulis menulis, di antara

karyanya yang terkenal adalah ushul al-Fiqh al-Isla>mi> dan fiqh al-Islam wa

Adillatun.

Page 44: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

As-Sayyid Sabiq

Beliau salah seorang ulama besar pada universitas al-Azhar Cairo. Beliau

adalah teman sejawat dengan ustad Hasan al-Bannan, seorang mursid al-‘Am dari

partai Ikhwanul Muslimin di Mesir. Beliau seorang ulama yang mengajarkan

ijtihad dan menganjurkan kembali kepada al-Qur’an dan al-Hadis, selain itu beliau

juga seorang ahli hukum yang menghasilkan banyakkarya, diantaranya yang

terkenal “Fiqh as-Sunnah” dan “al-Aqidh al-Islamiyah”.

Ahmad Azhar Basyir

Beliau lahir pada 21 November 1982. Seorang alumnus dari PT IAIN

Sunan Kalijaga Yogyakarta, Pernah mendalami bahasa Arab di Universitas

Bagdad tahun 1957 sampai 1958. Memperoleh gelar Magister of Art pada

Universitas Kairo dalam Dirasah Islam tahun 1965. Pernah mengikuti pendidikan

Purna Sarjana di UGM tahun 1971-1972. pernah juga menjadi Lektor di UGM,

Dosen luar biasa di UII, UMY dan IAIN Sunan Kalijaga. Pernah menjadi Ketua

PP Muhammadiyah periode 1990-1995. Hasil karyanya antar lain Hukum Perdata

Islam, Garis Besar system Ekonomi Islam, Hukum Adat Bagi Umat Islam dan

Asas-asas Hukum Muamalat.

Prof. TM. Hasbi Ash-Shiddieqy

Beliau dilahirkan di lokseumawe (Aceh Utara) dengan nama lengkapnya

Tengku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy pada tanggal 10 maret 1904 M. Belaiu

pernah mendalami ilmu agama di pondok pesantren di daerah Sumatera kemudian

melanjutkan studinya ke Jawa Timur (PT. Al-Irsyad Suarabaya) sejak itu beliau

mulai terjun dalam dunia ilmiah, Beliau pernah menjabat dosen dan dekan pada

fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta. Adapun karyanya yang terkenal

“ Falsafah hukum Islam”, pengantar “Fiqh Muamalah” dan masih banyak lagi.

Beliau wafat pada tahun1975 di Jakarta.

Page 45: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

Lampiran IV

PADOMAN WAWANCARA

1. Konsep akad mud�ārabah didasarkan pada adanya kepercayaaan antara şāh�ib

al-māl pada mud�ārib, maka seharusnya tidak ada jaminan dalam akad

mud�ārabah, Bagaimana penerapan akad mud�ārabah dalam pembiayaan

mud�ārabah di BMT ini, apakah mengharuskan adanya jaminan atau tidak?

2. Sebutkan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan adanya jaminan pada jasa

pembiayaan mud�ārabah tersebut?

3. Apakah penyertaan jaminan dalam pembiayaan mud�ārabah ada batasannya?

Misalnya ada anggota BMT yang memerlukan dana dibawah satu juta, lalu ia

menginginkan kerjasama melalui akad mud�ārabah tetapi tidak mempunyai

jaminan, apakah pihak BMT akan menyetujuinya atau tidak? Lalu apa saja

persyaratnya?

4. Apakah Jaminan itu harus berupa barang-barang yang bernilai saja? Jelaskan?

5. Apakah selain barang-barang yang bernilai bisa dijadikan jaminan dalam

pembiayaan mud�ārabah, misalnya seperti surat SK PNS atau surat

rekomendasi dari pemerintah setempat (keterangan RT, RW, Lurah)?

6. Apakah nasabah yang menggunakan jasa pembiayaan mud�ārabah selalu

membuat laporan hasil kinerjanya pada setiap akhir bulan? Bagaimana cara

pembagian bagi hasil dari keuntungan nasabah/anggota BMT?

7. Apa perbedaan kedudukan jaminan dalam pembiayaan mud�ārabah dengan

pembiayaan murābah�ah?

8. Apakah jaminan/agunan dalam pembiayaan mud�ārabah itu dapat dicairkan

oleh pihak BMT?

Page 46: KAJIAN JAMINAN PADA FATWA DEWAN SYARI’AH NASIONAL …digilib.uin-suka.ac.id/3595/1/BAB I,V.pdf · Namun aplikasi mudārabah di Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) menuntut nasabah

Lampiran V

CURRICULUM VITAE

Nama : Khambali

TeTaLa : Cirebon, 05 September 1985

Alamat Asal : Ds. Warujaya Kec. Depok Kab. Cirebon Prop. Jawa barat

Alamat Jogja : Jl. Pon-Pes Alimaksum Gg. Mawar No. 154 Mantrijeron

Yogyakarta

No. HP : 081324303321

Motto Hidup : Jangan bingung dengan perbedaan

Latar Belakang Pendidikan:

SD : SDN Warujaya Kec. Depok Kab. Cirebon

SLTP : MTS N. Babakan Kec. Ciwaringin Kab. Cirebon

SLTA : MAN Model Babakan Kec. Ciwaringin Kab. Cirebon

PT : Jurusan. Muamalat Fak. Syari’ah UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta

Pengalaman Organisasi :

� PMI

� OSIS

� KSC (Keluarga Santri Cirebon)

� IMMAN (Ikatan Mutakharijin Madrasah Aliyah Negeri

Babakan Ciwaringin Cirebon)

� PMII

� Kordiska