KAJIAN EKONOMI REGIONAL -...

122
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Kantor Bank Indonesia Jambi Triwulan I - 2010

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL -...

Page 1: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Jambi

Kantor Bank Indonesia Jambi

Triwulan I - 2010

Page 2: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 3: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

K A T A P E N G A N T A R

Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi triwulan I-2010 dapat diselesaikan dengan baik. KER merupakan salah satu terbitan periodik Bank Indonesia Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun stakeholders eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KER mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan, keuangan daerah, sistem pembayaran, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah.

Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi pada triwulan I-2010 masih menunjukkan pertumbuhan namun mengalami perlambatan dibandingkan triwulan IV-2009. Dari sisi harga, laju inflasi Kota Jambi (y-o-y) mengalami peningkatan selama periode triwulan laporan. Perkembangan perbankan dari sisi aset dan penghimpunan dana mengalami penurunan namun penyaluran kredit masih menunjukkan pertumbuhan. Menurunnya penghimpunan DPK menyebabkan meningkatnya Loan to deposits ratio (LDR) perbankan menjadi 84,59%. Sementara itu, kualitas kredit terus menunjukkan perbaikan, ditunjukkan oleh menurunnya angka Non Performing Loan (NPL) menjadi 2,36%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang bergantung pada peningkatan konsumsi rumah tangga. Dalam penyusunan KER triwulan I-2010 ini, kami banyak memperoleh support dari dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.

Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KER ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, April 2010

Page 4: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

i

DAFTAR ISI Daftar Isi ................................................................................................... i Daftar Tabel .......................................................................................... ii Daftar Grafik .......................................................................................... iii Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... 1 BAB I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional ................................. 5 A. Umum ............................................................................. 5 B. PDRB Sisi Produksi.............................................................. 7 C. PDRB Sisi Pengeluaran........................................................ 21 Boks 1 : Menata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Dunia BAB II. Perkembangan Harga-Harga..................................................... 33

A. Kajian Umum ................................................................. 33 B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ................................. 35

Boks 2 : Inflasi Kota Jambi dan Proyeksi Inflasi Tahun 2010 BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah ............................................ 45 A. Perkembangan Kelembagaan .......................................... 45

B. Bank Umum ................................................................... 46 C. Bank Perkreditan Rakyat .................................................... 55

BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 57 A. Anggaran Pendapatan Tahun 2010 .................................... 58 B. Anggaran Belanja Tahun 2010 ........................................... 59 C. Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2009 ........................... 61 D. Realisasi Belanja Derah Tahun 2009.................................... 62 E. Keuangan Pemerintah Daerah ............................................ 62

BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran ....................................... 65 A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai .............................. 65 B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai ..................... 67

BAB VI Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan ............................. 69 A. Keternagakerjaan Daerah................................................... 69 B. Kesejahteraan .................................................................... 71 C. Kemiskinanan .................................................................... 74 BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah....................................... 77 A. Pertumbuhan Ekonomi......................................................... 77 B. Proyeksi Inflasi ..................................................................... 82 Lampiran Daftar Istilah

Page 6: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

ii

DAFTAR TABEL

1.1 Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi

Penggunaan 7

2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 34

2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Tahunan (y-o-y) serta tahunan

Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 36

2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi

Periode triwulan I-2009 37

3.1 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi 47

3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 48

3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank 49

3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 50

3.5 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi 52

3.6 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi

Jambi 53

4.1 Realisasi APBD Provinsi Jambi Tahun 2009 58

4.2 Pendapatan APBD Provinsi Jambi Tahun 2010 59

4.3 Belanja APBD Provinsi Jami tahun 2010 60

5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Provinsi Jambi 65

5.2 Perkembangan Transaksi RTGS 78

6.1 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100) 74

7.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha 79

Page 7: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

iii

DAFTAR GRAFIK

1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) 5 1.2 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 6 1.3 Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) 7 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

Triwulan I Tahun 2009 8 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama triwulan IV Tahun 2009 9 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I Tahun 2010 9 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Trwulan IV Tahun 2009 9 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I Tahun 2010 9 1.9 Perkembangan harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 10 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) 11 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%) 11 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 11 1.13 Distribusi Jenis Pupuk 12 1.14 Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk 12 1.15 Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR 13 1.16 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis 13 1.17 PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi 14 1.18 Lifting Minyak Bumi 15 1.19 Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%) 15 1.20 Volume Penjualan Minyak Bakar dan Minyak Diesel 16 1.21 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 16 1.22 Perkembangan Indeks Produksi Industri Karet , CPO, Makanan dan dan Minuman 16 1.23 Perkembangan Indeks Produksi Industri Barang dari Semen, Kayu dan Batu Bata 16 1.24 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 17 1.25 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik 17 1.26 Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi 18 1.27 Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen 18 1.28 Perkembangan Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur 19 1.29 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 19 1.30 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang 19 1.31 Perkembangan Total Arus Peti Kemas 20 1.32 Perkembangan Total Arus Barang 20 1.33 Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 22 1.34 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan I tahun 2010 22 1.35 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan

Page 8: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

iv

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 23 1.36 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 23 1.37 Perkembangan Penjualan Premium 24 1.38 Perkembangan Penjualan Solar 24 1.39 Perkembangan Penjualan Minyak Tanah 24 1.40 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi 24 1.41 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor 24 1.42 Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru 24 1.43 Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru 25 1.44 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 25 1.45 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 25 1.46 Pangsa Ekspor Provinsi Jambi triwulan I-2010 27 1.47 Pangsa Impor Provinsi Jambi triwulan I-2010 27 1.48 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 27 1.49 Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 28 1.50 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi 28 1.51 Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 29 1.52 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 29 1.53 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 31 1.54 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 31 1.55 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 32 1.56 Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 32 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 33 2.2 Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi 34 2.3 Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota Sekitarnya 35 2.4 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 38 2.5 Perkembangan Harga Tepung Terigu 39 2.6 Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang 40 2.7 Perkembangan Harga Jagung 41 2.7 Perkembangan Harga Daging 41 2.9 Perkembangan Harga Beras 41 2.10 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional i43 2.11 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 44 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 46 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 48 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi 52 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi 53 3.5 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito

Bank Umum di Provinsi Jambi 54 4.1 APBD Provinsi Jambi 57 4.2 Perkembangan Belanja per Dinas 2009-2010 61 4.3 Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi 61

Page 9: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

v

4.4 Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi 61 4.5 Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi 62 4.6 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah di Provinsi Jambi 63 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 66 5.2 Perkembangan Nominal 67 5.3 Perkembangan Volume Kliring 67 6.1 Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi 70 6.2 Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi 70 6.3 Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran 71 6.4 Perkembangan Harga Beras 71 6.5 Perkembangan Harga Tepung Terigu 71 6.6 Perkembangan Harga Minyak Goreng 72 6.7 Perkembangan Harga Komoditas Lainnya 72 6.8 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 75 7.1 Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan

Ekspektasi Penghasilan 78 7.2 Rencana Konsumsi dalam 6-12 Bulan yang akan datang 78 7.3 Saldo Bersih Ekspektasi Harga dalam 6-12 bulan yang akan datang 83 7.4 Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Periode Tahun 2006 s.d Maret 2010 serta Perkiraan April s.d Juni 2010 83 7.5 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2006 s.d Maret 2010 serta Perkiraan April s.d Juni 2010 84

Page 10: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 11: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

a. Inflasi dan PDRB

2010Trw.III Trw.IV TRW.I TRW.II TRW.III TRW.IV TRW.I

MAKROIndeks Harga Konsumen Kota Jambi 114.9 114.68 114.98 114.15 116.86 117.54 119.34

Laju Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi 13.68 11.47 9.16 1.10 1.71 2.49 3.79

PDRB - Harga Konstan (Juta Rp)1) 3,898,058 3,943,926 3,965,750 4,027,901 4,111,755 4,166,853 4,201,156 - Pertanian 1,182,053 1,205,603 1,235,488 1,243,970 1,256,515 1,262,809 1,279,436 - Pertambangan dan Penggalian 504,880 503,518 461,554 466,949 469,120 467,021 468,083 - Industri Pengolahan 522,112 519,819 524,604 528,115 547,324 558,241 560,557 - Listrik, Gas, dan Air Bersih 28,722 30,424 30,707 32,763 32,581 32,595 32,862 - Bangunan 180,183 185,235 191,514 193,824 197,188 199,949 201,493 - Perdagangan Hotel dan Restoran 643,712 655,068 657,881 679,789 702,015 716,906 723,880 - Pengangkutan dan Komunikasi 300,815 305,932 307,479 312,192 320,521 327,983 329,032 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 197,934 196,554 208,813 217,632 228,191 234,883 236,652

- Jasa 337,646 341,773 347,711 352,666 358,301 366,468 369,161

Nilai Ekspor Non Migas (USD ribu) 2) 311,030 209,987 135,430 132,722 160,671 185,609 138,768 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 665,155 437,162 350,397 304,581 312,052 370,525 188,719

Nilai Impor Nonmigas (USD Ribu) 3) 29,826 21,592 24,146 23,329 17,661 21,486 18,155 Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 27,115 18,243 10,204 25,710 31,770 27,136,920 20,519,738

Catatan1) Angka sementaratahun dasar 2000

2009

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR

2) Pengklasifikasian komoditi menggunakan 21 kelompok barang berdasarkan SITC 2 digit yang berlaku.Data Trw.I-2010 s.d Februari 20103) Pengklasifikasian komoditi dalam statistik impor menggunakan SITC 2 digit yang berlaku data Trw.I-2010

2008

Page 12: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

b. Perbankan

TAHUN 2010Tw.I-09 Tw.II-09 Tw.III-09 Tw.IV-09 Tw.I-10

PERBANKANA. Bank Umum 1):a. Bank Umum Konvensional:Total Aset (Rp Juta) 11,980,624 12,658,318 12,819,920 13,758,932 13,580,333 DPK(Rp Juta) 10,080,116 10,349,880 9,998,588 10,597,374 10,533,026

- Tabungan 2,325,515 4,909,160 5,002,675 5,904,495 5426593- Giro 4,610,190 2,373,677 2,047,600 1,929,641 2318177- Deposito 3,144,411 3,067,043 2,948,313 2,763,238 2788256

Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi proyek2) 10,235,363 11,066,183 11,450,631 11,835,042 11,626,744 - Modal Kerja 3,664,993 3,953,360 4,475,510 4,570,316 3858155- Konsumsi 3,988,832 4,201,873 4,275,718 4,388,293 5450103- Investasi 2,581,538 2,910,950 2,699,403 2,876,433 2318486- Dana 10,256,857 10,460,659 10,200,831 10,269,077 9,952,250- LDR 99.79 105.79 112.25 115.25 116.83

Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 7,431,265 8,037,073 8,406,361 8,622,182 8,698,459 - Modal Kerja 2,796,879 3,042,475 3,237,796 3,379,032 2,604,545- Konsumsi 3,244,468 3,545,072 3,577,231 3,549,838 1,538,550- Investasi 1,389,918 1,449,526 1,591,334 1,693,312 4,555,364- LDR (%) 73.72 77.65 84.08 81.36 82.58

b. Bank Umum Syariah:Total Aset (Rp Juta) 353,385 394,006 427,719 456,827 465,464 DPK(Rp Juta) 201,046 214,609 232,860 245,135 253,477

- Tabungan 103,455 110,390 117,482 131,172 131,172 - Giro 50,230 48,821 53,782 54,778 54,778 - Deposito 47,361 55,398 61,596 59,185 62900

Kredit (Rp Juta) - berdasarkan lokasi kantor cabang 316,887 355,202 387,162 410,914 425,375 - Modal Kerja 171771 200,262 223,425 244,584 251786- Konsumsi 81624 80,545 85,803 91,418 75468- Investasi 63492 74,395 77,934 74,912 98121- LDR 157.62 165.51 166.26 167.63 167.82

B. BPR :Total Aset (Rp Juta) 217,933 218,360 233,877 244,249 244,144DPK (Rp Juta) 162,982 163,937 177,803 49,487 208,402- Tabungan (Rp Juta) 31,554 31,739 31,919 33,749 36,852- Deposito (Rp Juta) 131,428 132,198 145,884 15,738 171,550

Kredit (Rp Juta) 165,514 172,440 177,708 183,445 191,507 - Modal Kerja 43,295 46,089 45,878 45,895 49,358- Konsumsi 94,338 96,822 102,237 109,159 113,887- Investasi 27,881 29,529 29,593 28,391 28,262

Kredit UMKM (Rp Juta) 165,514 172,440 177,708 183,445 191,507 Rasio NPL Gross (%) 8.26 8.13 8.54 7.88 7.38 - NPL Gross (Nominal) 13,668 14,022 15,184 14,454 14,136- PPAP 4,707 4,373 4,607 4,757 7,677Rasio NPL Net (%) 5.41 5.60 5.95 5.29 3.37 LDR (%) 101.55 105.19 99.95 370.69 91.89

Catatan :1) Data s.d Bulan Februari 2010

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

2) Sumber: SEKDA Provinsi Jambi Edisi Maret 2010 Bab II.16

TAHUN 2009INDIKATOR

Page 13: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

1

RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI

I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan I-2010 menunjukkan

pertumbuhan sebesar 0,82% (q-t-q), menurun dibandingkan dengan

triwulan IV-2009 yang mencapai 1,34% (q-t-q). Namun demikian secara

tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi meningkat yaitu sebesar

5,94% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar

5,57%. Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi secara triwulanan

(q-t-q) dipicu oleh sektor pertanian serta perdagangan, hotel dan restoran

(PHR).

Ditinjau dari sisi pengeluaran, peningkatan PDRB Provinsi Jambi pada

triwulan laporan terutama berasal dari meningkatnya pengeluaran

konsumsi rumah tangga dan konsumsi swasta. Meningkatnya konsumsi

swasta seiring dengan masa tutup buku anggaran yang biasanya pada

bulan Februari-April 2010.

II. Perkembangan Harga-Harga

Inflasi Kota Jambi pada triwulan I-2010 mencapai 1,53% (q-t-q),

meningkat dibandingkan triwulan IV-2009 yang mengalami inflasi sebesar

0,58% (q-t-q).

Pergerakan inflasi yang tercatat di bulan Januari, Februari dan Maret 2010

masing-masing sebesar 1,95%(m-t-m), minus 0,36%(m-t-m) dan minus

0,05%(m-t-m). Sementara itu, secara tahunan inflasi Kota Jambi

menunjukkan peningkatan yaitu dari 2,49% (y-o-y) pada Desember 2009

menjadi 3,79% (y-o-y). Inflasi tahunan Kota Jambi ini lebih tinggi

dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 3,43%.

Inflasi yang terjadi di Kota Jambi pada triwulan laporan berasal dari

meningkatnya laju inflasi dari kelompok bahan makanan diikuti dengan

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Meningkatnya

harga sub kelompok sayur-sayuran dan sub kelompok daging dan hasil-

hasilnya selama periode triwulan laporan memberikan sumbangan inflasi

pada kelompok bahan makanan. Sementara itu, meningkatnya sub

Perekonomian Provinsi Jambi triwulan I- 2010

ditandai tumbuhnya laju pertumbuhan ekonomi sebesar 0,82% (q-t-q).....

Pada triwulan I- 2010, Provinsi jambi mengalami

inflasi sebesar 3,79% (y-o-y) ..........

Page 14: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

RINGKASAN EKSEKUTIF

2

kelompok makanan jadi, memicu inflasi pada kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau.

III. Perkembangan Perbankan Daerah

Kinerja perbankan pada triwulan I-2010 menunjukkan penurunan dari sisi

aset dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) namun penyaluran

kredit masih menunjukkan pertumbuhan. Menurunnya penghimpunan

DPK menyebabkan meningkatnya Loan to deposits ratio (LDR) perbankan

menjadi 84,59%. Sementara itu, kualitas kredit terus menunjukkan

perbaikan, ditunjukkan oleh menurunnya angka Non Performing Loan

(NPL) menjadi 2,36%.

Outstanding kredit bank umum meningkat sebesar 0,08% sehingga

menjadi sebesar Rp9,12 triliun sementara DPK turun sebesar 0,52%. Aset

perbankan pada triwulan laporan sebesar Rp14,05 triliun.

IV. Perkembangan Keuangan Daerah

APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan

kabupaten) tahun 2010 sebesar Rp1,50 triliun, turun 7,14% dari APBD

tahun lalu yang sebesar Rp 1,62 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan,

jumlah anggaran pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2010 sebesar

Rp1,30 triliun atau meningkat 3,82% dibandingkan anggaran

pendapatan tahun 2009 yang sebesar Rp1,26 triliun.1 Dari kondisi

tersebut, jumlah defisit anggaran selama tahun 2010 diperkirakan sebesar

Rp200,00 miliar yang akan dibiayai dari sisa lebih perhitungan anggaran

tahun sebelumnya. Sementara, simpanan pemerintah daerah di

perbankan Jambi di awal tahun ini meningkat 97,13% menjadi Rp1,33

triliun.2

1 APBD Provinsi Jambi tahun 2010 ini disahkan tanggal 5 Oktober 2009 2 Posisi bulan Februari 2010 dibandingkan dengan Desember 2009

Kinerja perbankan menurun ditandai dengan menurunnya jumlah aset dan penghimpunan dana namun kualitas kredit menunjukkan perbaikan....

APBD Provinsi Jambi Tahun 2010 sebesar Rp1,50 triliun ....

Page 15: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

RINGKASAN EKSEKUTIF

3

V. Perkembangan Sistem Pembayaran

Aktivitas pembayaran tunai dan serta pembayaran non tunai melalui

kliring di Jambi mengalami penurunan. Pada triwulan laporan, nilai

transaksi kliring turun sebesar 5,16%. Sementara itu, aliran kas keluar

menurun sejumlah Rp809,04 miliar sedangkan kas masuk menurun

sebesar Rp170,50 miliar. Namun demikian secara total aliran kas keluar

masih lebih besar dari aliran kas masuk sehingga pembayaran tunai di

Jambi menunjukkan net outflow.

VI. Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Pada periode triwulan laporan, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK)

menunjukkan bahwa nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi

masyarakat terhadap kondisi pengangguran masih berada pada level

pesimis. Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang pendidikan

pada triwulan laporan menurun signifikan sebesar 70,41% jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi

bulan Februari 2010) mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan

sebelumnya (posisi Desember 2009). Upah minimum Provinsi (UMP) Jambi

pada tahun 2010 meningkat sebesar 12,50% dari sebesar Rp800.000,00

pada tahun 2009 menjadi Rp900.000,00 (tahun 2010). Sementara itu,

rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup layak

(KHL) pada triwulan I tahun 2010 menurun sebesar 1454 bps jika

dibandingkan triwulan IV tahun 2009.

VII. Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah

Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan II-

2010 diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan

I-2010. Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan

mendatang diperkirakan pada kisaran 5,3-6,3% (y-o-y).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan pemerintah diperkirakan

menjadi kontributor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi

pada triwulan mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan

ekonomi Jambi masih dominan oleh sektor pertanian, sektor

perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa.

Di bidang sistem pembayaran, aktivitas

pembayaran tunai maupun non tunai

melalui kliring mengalami

penurunan....

NTP Provinsi Jambi meningkat.....

Laju pertumbuhan PDRB triwulan II-2010

diperkirakan berkisar 5,30-6,30% (y-o-y).....

Page 16: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

RINGKASAN EKSEKUTIF

4

Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan akan

lebih tinggi dibanding triwulan laporan (q-t-q). Dengan demikian, inflasi

tahunan (y-o-y) diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan laporan.

Inflasi Kota Jambi pada Triwulan II-2010 diperkirakan sebesar 5,00%-

6,00%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 6,00%-7,00%/y-o-y

(skenario pesimis)

Faktor-faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama

triwulan mendatang antara lain: 1) Tingginya perputaran uang di

masyarakat dalam menjelang Pilkada Gubernur Jambi bulan Juni 2010, 2.)

Masa tahun ajaran baru direspon oleh institusi pendidikan dengan

meningkatkan biaya pendidikan, 3.) Meningkatnya tarif dasar listrik

sebesar 15% di bulan Juni diperkirakan akan meningkatkan angka inflasi

Jambi sebesar 0,50% secara langsung 4.) Kondisi infrastruktur (jalan,

jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi dan

transportasi barang dan jasa, serta 5) Potensi kenaikan harga minyak

mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-

bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar

internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu

meningkatnya angka inflasi pada periode triwulan II-2010.

Laju inflasi triwulan II-2010 diperkirakan berkisar 5,00-7,0% (y-o-y).....

Page 17: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

5

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

A. Umum

Perkembangan perekonomian Jambi pada triwulan I-2010 masih

menunjukkan pertumbuhan walaupun melambat dibandingkan triwulan IV-2009.

Pertumbuhan ekonomi Jambi triwulan laporan 0,82% (q-t-q) menurun

dibandingkan triwulan IV-2009 yang mencapai 1,34% (q-t-q).

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q)

1.55 1.32

1.79 1.64

2.68

0.77

1.43

0.96

1.27

3.01 3.04

1.18

0.55

1.57

2.08

1.34

0.82

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

PersenRp miliarNominal (aksis kiri) Pertumbuhan (aksis kanan)

Pada awal tahun, konsumsi masyarakat masih terbatas sementara

konsumsi pemerintah cenderung mengalami penurunan. Dari sisi produksi,

tingginya intensitas hujan cukup menghambat aktivitas ekonomi. Kondisi inilah

yang memicu terbatasnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan.

Pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan dipicu oleh

meningkatnya sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Musim panen sejak bulan Februari lalu memicu meningkatnya produksi pertanian

terutama tanaman bahan makanan. Sementara itu meningkatnya aktivitas

Page 18: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

6

perdagangan baik perdagangan besar maupun eceran memicu pertumbuhan

sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Perkembangan dari sisi permintaan ditunjukkan oleh masih tumbuhnya

konsumsi masyarakat serta terakselerasinya konsumsi swasta. Meningkatnya

konsumsi swasta seiring dengan berakhirnya masa tutup buku anggaran pada

triwulan laporan.

Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y)

5.134.93

5.866.06 6.06

6.736.74

5.84 6.21 6.30 6.25

5.274.53

4.08 4.16

5.435.70

5.81 5.745.58

6.44

7.647.05

6.68

5.96

4.50

6.82

8.51

8.75

7.98

6.475.48 5.65

5.94

3.00

5.00

7.00

9.00

Q1-06

Q2-06

Q3-06

Q1V-06

Q1-07

Q2-07

Q3-07

Q1V-07

Q1-08

Q2-08

Q3-08

Q1V-08

Q1-09

Q2-09

Q3-09

Q1V-09

Q1-010

Sumber: BPS (diolah)^): Perkiraan berdasarkan Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan IV-2009 oleh Bank Indonesiaonesia

%

Indonesia

Jambi

Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi meningkat menjadi

sebesar 5,94% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 5,65%.

Pertumbuhan ekonomi Jambi juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan angka

nasional yang pada triwulan I-2010 diperkirakan berkisar 5,70%.3

3 Sumber : Laporan Kebijakan Moneter (LKM) triwulan IV-2009, Bank Indonesia.

Page 19: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

7

Tabel 1.1. Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan

2010***

I II III IV I II iii IV I

2.20 2.04 1.60 1.99 2.48 0.69 1.01 0.50 1.32 Pertambangan dan Penggalian 2.06 11.70 13.50 (0.27) (8.33) 1.17 0.47 (0.45) 0.23 Industri Pengolahan 0.81 2.12 1.68 (0.44) 0.92 0.67 3.64 1.99 0.41 Listrik, Air dan Gas 1.14 3.95 (3.81) 5.93 0.93 6.70 (0.56) 0.04 0.82

1.58 1.34 0.54 2.80 3.39 1.21 1.74 1.40 0.77 Perdagangan, Hotel dan Restoran (0.26) 1.31 1.19 1.76 0.43 3.33 3.27 2.12 0.97 Pengangkutan dan Komunikasi 0.45 (0.40) 1.87 1.70 0.51 1.53 2.67 2.33 0.32 Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan 1.73 9.71 5.02 (0.70) 6.24 4.22 4.85 2.93 0.75

1.11 0.85 1.57 1.22 1.74 1.43 1.60 2.28 0.73 1.27 3.01 3.04 1.18 0.55 1.57 2.08 1.34 0.82

2010***

I II III IV I II iii IV I

Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 0.66 3.01 3.56 1.25 (1.22) 1.18 3.75 0.93 0.47 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1.14 0.66 5.60 0.34 (3.86) 3.65 4.64 5.13 (1.32) Lembaga Swasta Nirlaba 0.16 2.76 1.03 9.24 5.59 3.44 1.91 1.95 16.98 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 0.54 1.42 1.07 5.60 (4.51) 1.04 1.72 4.82 (4.97) Perubahan Stok 0.78 3.55 3.38 2.53 1.14 0.83 1.93 0.74 (2.66)

-12.98 1.61 -7.53 -0.41 4.41 1.69 11.27 0.18 -10.12-11.41 0.82 -4.89 1.01 -1.20 1.68 12.45 1.83 -10.561.27 3.01 3.04 1.18 0.55 1.57 2.08 1.34 0.82 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

JENIS PENGELUARAN2008*

Ekspor Impor

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Pertanian

Bangunan

Jasa-Jasa

LAPANGAN USAHA2008* 2009**

2009**

B. PDRB Sisi Produksi

Perkembangan PDRB Provinsi Jambi menunjukkan bahwa sektor-sektor

yang masih memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor pertanian, serta

sektor perdagangan, hotel dan restoran (lihat grafik 1.3). Kontribusi terbesar

terhadap pertumbuhan disumbangkan oleh sektor pertanian sebesar 0,40% (q-t-

q), diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (0,17%/q-t-q).

Dari sisi distribusinya (share), pada periode triwulan laporan

menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar yaitu

41,60% dari jumlah PDRB Provinsi Jambi, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) 39,48%

dan sektor sekunder sebesar 18,92%.

Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q)

0.15 (0.05)

0.27

0.00

0.07

0.36

0.18

0.16

0.20

0.40

0.03

0.06

0.01

0.04

0.17

0.03

0.04

0.06

(0.40) (0.30) (0.20) (0.10) - 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Air dan Gas

bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan

Jasa-Jasa

Trw I-10

Trw IV-09

Page 20: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

8

Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar

Rp11,68 triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian

sebesar 25,82%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 19,57%, serta

sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,27%. Dengan demikian,

struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami

perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.4).

Grafik 1.4. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan I Tahun 2010

Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan &

Perikanan25.82%

Pertambangan dan Penggalian

19.57%Industri Pengolahan

11.63%Listrik dan Air bersih0.81%Bangunan

4.72%

Perdagangan, Hotel dan restauran

15.27%

Pengangkutan dan Komunikasi

6.93%

Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan5.20%

Jasa-jasa10.05%

1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

Pada triwulan laporan, sektor pertanian, perkebunan, peternakan,

kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 1,32% (q-t-q), meningkat

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,50% (q-t-q).

Peningkatan laju pertumbuhan sektor ini berasal dari meningkatnya produksi

tanaman bahan makanan.

Page 21: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

9

Grafik 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan IV tahun 2009 (ha) Grafik 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I tahun 2010 (ha)

48,196

14,846

3,388

2,181 457 170 871 591

Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar

Grafik 1.5

33,553

3,491 1,925

2,202460

104851 621

Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar

Grafik 1.6

Grafik 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan IV tahun 2009 (ha) Grafik 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I tahun 2010 (ha)

22,088

4,873

5,431

2,071441 110 746 509

Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar

Grafik 1.7

29,25117,416

1,3541,356404

103753 440

Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai

Grafik 1.8

Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2010

Sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) mengalami pertumbuhan

menjadi 1,90% (q-t-q) setelah pada triwulan lalu mengalami penurunan sebesar

2,75%. Masuknya musim panen tanaman sejak bulan Februari lalu memicu

meningkatnya pertumbuhan nilai tambah sektor tabama. Pada triwulan laporan,

luas panen komoditas tanaman bahan makanan (tabama) meningkat sebesar

14,81 Kha menjadi sebesar 51,08 Kha. Peningkatan luas panen tersebut

disumbangkan oleh meningkatnya luas panen padi baik padi sawah maupun padi

ladang sementara komoditi lainnya seperti jagung, kedelai, kacang-kacangan dan

ubi-ubian mengalami penurunan. Sebaliknya, luas tanam komoditi tabama

mengalami penurunan yaitu dari 70,70 Kha menjadi 43,21 Kha (grafik 1.5-grafik

1.8).

Page 22: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

10

Nilai Tukar Petani (NTP) (s.d. bulan Februari 2010), mengalami sedikit

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.4 NTP Februari 2010

dibandingkan NTP Desember 2009 meningkat sebesar 0,34% menjadi 95,14. Hal

ini dikarenakan peningkatan indeks yang diterima petani (1,86%) lebih tinggi

dibandingkan indeks yang dibayarkan yang sebesar 1,53% (lihat grafik 1.12 dan

1.9). Namun demikian, Nilai Tukar Petani yang masih dibawah 100 menunjukkan

bahwa pendapatan petani Jambi masih lebih rendah dibanding harga-harga

kebutuhan hidup dan biaya bertani.

Grafik 1.9. Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi

6,373.16,790.0

2,678.33,717.2

1,290.71,403.8

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2007 2008 2009 2010Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi

Harga (Rp)

CPO INTI TBS 10 TAHUN

Sub sektor perkebunan yang mempunyai share sebesar 11,99% dari PDRB

mengalami pertumbuhan positif sebesar 1,15% (q-t-q), menurun dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 2,98% (q-t-q). Melambatnya pertumbuhan

sub sektor ini antara lain didukung oleh menurunnya produksi karet dan pinang.

Hujan deras yang melanda Jambi di awal tahun ini menghambat aktivitas

ekonomi terutama terkait dengan panen hasil perkebunan.

Namun demikian, tren peningkatan harga komoditas perkebunan mampu

meningkatkan gairah para petani sehingga sektor perkebunan masih mampu

4 Data NTP s.d. bulan Februari 2010. NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sehingga NTP merupakan cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.

Page 23: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

11

tumbuh positif. Harga tandan buah segar (TBS) serta CPO Jambi terus mengalami

peningkatan di triwulan laporan. Pada bulan Maret 2010, harga TBS 10 tahun

dan CPO masing-masing mencapai Rp1.404/kg dan Rp6.790/kg meningkat

masing-masing sebesar 8,76% dan 6,54% dibandingkan posisi Desember 2009.

Grafik 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%)

Grafik 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%)

20.39

(12.64)

1.38

98.04

(32.56)(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10

Produksi Hortikultura Produksi Karet Produksi Kelapa Sawit

Produksi Kelapa Produksi Pinang

Grafik 1.10

3.64 20.04

(1.74)

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

120

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10

Produksi Telur Produksi Daging Produksi Perikanan

Grafik 1.11

Grafik 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi

111.84112.92 113.92

117.94 119.21 119.74

94.82 94.72 95.14

80

90

100

110

120

130

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2009 2010

indeks terima indeks bayar NTP

Sumber: BPS Provinsi Jambi,2009.

Meningkatnya pertumbuhan sub sektor perkebunan disumbangkan oleh

meningkatnya hasil perkebunan kelapa, holtikultura dan kelapa sawit.

Berdasarkan data prompt indikator sub sektor perkebunan selama periode

triwulan laporan, produksi kelapa meningkat 98,04%, produksi holtikultura

meningkat 20,39% dan produksi kelapa sawit meningkat 1,42%. (lihat grafik

1.10-1.11)

Page 24: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

12

Realisasi penyaluran pupuk dalam menunjang proses produksi sub sektor

tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan

laporan sebesar 19.372,3 ton.5 Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Provinsi Jambi, penyaluran pupuk bersubsidi sebagian besar

didominasi oleh pupuk Urea (62,78%), diikuti oleh pupuk NPK Phonska

(18,46%), SP-36 (14,47%), dan ZA (4,29%).

Grafik 1.13. Distribusi Jenis Pupuk Grafik 1.14. Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk

0 5000 10000 15000 20000 25000

TW I

TW II

TW III

TW IV

TW I

TW II

TW III

TW IV

TW I

2008

2009

2010

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi

(Ton)

SP-36/Superphos ZA NPK PHONSKA Urea

Grafik 1.13

(40.00)

(20.00)

-

20.00

40.00

60.00

80.00

0

5000

10000

15000

20000

25000

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I

2008 2009 2010

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi

Persen (%)Ton

Realisasi Pupuk (Ton) Pertumbuhan Realisasi Pupuk

Grafik 1.14

Pada triwulan laporan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya tumbuh

melambat yaitu sebesar 0,84% (q-t-q) setelah pada triwulan lalu tumbuh sebesar

2,35% (q-t-q). Setelah mengalami peningkatan permintaan hasil ternak saat

menjalani Hari Raya Kurban (Idul Adha) pada triwulan lalu, maka produksi

peternakan dan hasil-hasilnya kembali stabil di triwulan laporan. Sementara itu

sub sektor perikanan mengalami peningkatan sebesar 0,35% (q-t-q) setelah pada

triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 0,57% (q-t-q).

Sub sektor kehutanan mengalami pertumbuhan sebesar 0,14% (q-t-q),

sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar

0,12% (q-t-q). Sub sektor kehutanan yang sempat menjadi primadona bagi

pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi mulai menurun kontribusinya semenjak

aparat keamanan mulai intensif dalam memberantas penebangan liar (illegal

logging).

5 Jenis pupuk bersubsidi yang disalurkan terdiri dari SP-36, ZA, NPK Phonska dan Urea.

Page 25: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

13

2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor perdagangan, hotel dan restoran masih mampu tumbuh sebesar

0,97% (q-t-q); melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya

sebesar 3,12% (q-t-q). Pelambatan ini terutama disebabkan oleh siklus musiman.

Periode triwulan IV-2009, sektor PHR mampu tumbuh lebih baik yang didorong

oleh aktivitas perdagangan selama Idul Adha 1430 H serta hari Natal dan Tahun

Baru.

Pada triwulan laporan, sub sektor perdagangan besar dan eceran masih

tumbuh sebesar 1,03% (q-t-q) melambat dari triwulan sebelumnya 2,18%/q-t-q).

Sub sektor hotel dan sub sektor restoran masing-masing tumbuh sebesar 0,42%

(q-t-q) serta 0,39% (q-t-q).

Terbatasnya konsumsi masyarakat pada triwulan laporan terutama untuk

kebutuhan-kebutuhan yang bersifat sekunder mendorong melambatnya aktivitas

perdagangan pada periode triwulan laporan.

Grafik 1.15. Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Grafik 1.16. Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis

(2.41)

32.34

10.46

21.21

(20)

-

20

40

60

80

100

120

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10

(%) Persen

Harga Perdagangan Besar

Harga Perdagangan Barang Konstruksi

Perdagangan Kendaraan Bermotor

Perdagangan Pulsa

Tingkat Hunian Hotel

Restorasi

* Perhitungan perdagangan kendaraan bermotor, perdagangan pulsa dan restorasi sejak tahun 2009

Grafik 1.16

(25.48)

5.61 4.88

22.41

(10.43)

4.43

(7.36)

8.99

(7.42)

19.27

(0.46)

12.96

(15.75)

-30.0

-20.0

-10.0

0.0

10.0

20.0

30.0

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)

KWH (dalam Ribuan)

Bisnis Pertumbuhan Bisnis

Grafik 1.17

Masih tumbuhnya sektor PHR pada triwulan laporan dikonfirmasi dengan

meningkatnya indeks produksi baik sub sektor perdagangan, restorasi dan tingkat

hunian hotel. Peningkatan yang cukup signifikan dialami oleh indeks

perdagangan pulsa dan indeks restorasi yaitu masing-masing sebesar 32,34%

dan 21,21%. (lihat grafik 1.16.).

Melambatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran

berpengaruh pada menurunnya konsumsi listrik untuk bisinis. Konsumsi listrik

Page 26: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

14

bisnis yang sempat meningkat pada triwulan lalu, saat ini mengalami penurunan

sebesar 15,75%. Sektor perdagangan, hotel dan restoran berdasarkan pangsanya

didominasi oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai

14,14% terhadap PDRB, diikuti oleh sub sektor restoran dan sub sektor hotel

masing-masing sebesar 0,93% dan 0,20%.

3. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian meningkat sebesar 0,23% (q-t-q)

jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun sebesar 0,45% (q-t-q). Kondisi

ini didorong oleh meningkatnya hasil pertambangan migas, non migas dan

penggalian masing-masing sebesar 0,18%; 0,14%; 0,69%. Sub sektor

pertambangan non migas dan penggalian yang mengalami penurunan pada

triwulan lalu kini dapat kembali meningkat. Di sisi lain, pertambangan migas

mengalami perlambatan pertumbuhan. Perlambatan produksi migas pada

triwulan laporan diperkiraan akibat menurunnya lifting migas.

Grafik 1.17. PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Grafik 1.19. Lifting Minyak Bumi

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV* I

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Ribu Barel

Keterangan: *) angka perkiraan Bank Indonesia Jambi untuk bulan Desember 2009.Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi dan BPS Provinsi Jambi (diolah)

miliar rupiah

PDRB sub sektor minyak dan gas bumi Lifting Minyak Bumi

Page 27: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

15

Grafik 1.18. Lifting Minyak Bumi

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I*

2006 2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi.*: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk triwulan I 2010

BBTU

Lifting Gas Alam (BBTU), aksis kiriPertumbuhan, aksis kanan

Meningkatnya hasil produksi penggalian salah satunya dipicu oleh

peningkatan produksi bahan galian gol. C. Hal ini dikonfirmasi dari meningkatnya

indeks produksi penggalian sebesar 1,39% pada triwulan laporan. Sementara itu

perkembangan produksi batu bara relatif belum menunjukkan perkembangan

yang menggembirakan. Salah satu kendala dalam pengembangan usaha batu

bara di Jambi adalah terkait dengan perizinan. Mudahnya proses izin usaha batu

bara diharapkan dapat semakin menggalakkan pengembangan sektor ini yang

berpotensi meningkatkan pendapatan asli daerah.

Grafik 1.19. Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%)

(6.39)

1.39

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10

Produksi Batubara Produksi Bahan Galian Gol.C

Page 28: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

16

4. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 0,41% (q-t-q), melambat

bila dibandingkan angka triwulan sebelumnya 1,99% (q-t-q). Melambatnya

pertumbuhan pada sektor ini dipicu oleh melambatnya pertumbuhan baik sub

sektor industri migas ataupun tanpa migas yang masing-masing sebesar 0,62%

(q-t-q) dan 0,40% (q-t-q).

Grafik 1.20. Volume Penjualan Minyak Bakar dan Minyak Diesel Grafik 1.21. Perkembangan Total Pemakaian Listrik sektor industri

(100.0)

(50.0)

-

50.0

100.0

150.0

200.0

250.0

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009 2010

(%)

Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang

Kilo Liter

M. Bakar g.Myk. Bakar

Grafik 1.20

(1.48)

3.86

6.88

(10.46)

(2.21)

4.69

(13.99)

(0.16)

2.16

5.39

(3.61)

18.82

4.49

-20.0

-15.0

-10.0

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)

KWH (dalam Ribuan)

Industri Pertumbuhan Industri

Grafik 1.21

Melambatnya sub sektor industri migas terlihat dari menurunnya

konumsi minyak bakar pada triwulan laporan. Sementara itu, konsumsi listrik

sektor industri pada triwulan laporan menunjukkan trend yang serupa yaitu

tumbuh melambat sebesar 4,49%.

Grafik 1.22. Perkembangan Indeks Produksi Industri Karet, CPO, Makanan dan Minuman Grafik 1.23. Perkembangan Indeks Produksi Industri Barang dari Semen, Kayu dan Batu Bata

0.18

(20.88)

163.79

73.22 46.80

(50)

-

50

100

150

200

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10Industri Karet Industri CPO

Industri Makanan Industri Minuman

Grafik 1.22

8.88

5.33

(150)

(50)

50

150

250

350

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10

Industri Barang dari Semen Industri Barang dari Kayu

Industri Batu Bata

Grafik 1.23

Melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan tanpa migas

tercermin dari melambatnya bahkan menurunnya indeks produksi beberapa

industri pengolahan di Jambi. Industri CPO yang merupakan salah satu industri

unggulan di Jambi mengalami penurunan sebesar 18,64%. Melambatnya hasil

Page 29: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

17

perkebunan kelapa sawit pada triwulan laporan memicu turunnya hasil produksi

CPO. Sementara itu industri pengolahan karet mengalami peningkatan walaupun

sangat kecil yaitu sebesar 0,18%. Perkembangan industri yang masih cukup baik

adalah untuk industri primer seperti industri makanan.

5. Sektor-sektor Lain

Sektor listrik, gas, dan air (LGA) bersih tumbuh sebesar 0,82% (q-t-q)

pada triwulan laporan atau lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang sebesar 0,04% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan sektor ini

berasal dari tumbuhnya sub sektor listrik dan air bersih yaitu masing-masing

sebesar 0,86% (q-t-q) dan 0,56% (q-t-q).

Jumlah konsumsi listrik pada triwulan laporan mengalami penurunan

sebesar 0,05%. Penurunan konsumsi listrik ini dipicu oleh menurunnya konsumsi

sektor bisnis sebesar 15,75%. Namun demikian, terus meningkatnya konsumsi

listrik untuk sektor lainnya terutama rumah tangga dan lainnya membuat

penurunan konsumsi listrik secara total relatif kecil.

Grafik 1.24. Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik 1.25. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik

(2.25)

4.68

6.77 6.77

(2.64)

7.05

(1.80)

8.02

(3.49)

6.99

1.45 3.60

(0.05)

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)

KWH (dalam Ribuan)

Total Pemakaian Pertumbuhan Total

Grafik 1.24

2.14

0.75

2.93

3.60 3.41

2.82

2.32

2.57

3.05

0.50 0.41

1.28

3.10

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)

Pelanggan

Total Pelanggan Perumbuhan Pelanggan

Grafik 1.25

Sementara, sub sektor air bersih tumbuh sebesar 0,56% (q-t-q).

Konsumsi air bersih melalu PDAM Kota Jambi pada triwulan laporan sebesar 2,63

juta M² menurun sebesar 3,21% dari bulan lalu. Penurunan ini dipicu oleh

menurunnya konsumsi air oleh rumah tangga sebesar 3,40%. Namun demikian

konsumsi air oleh industri menunjukkan peningkatan sebesar 0,16% sehingga

penurunan konsumsi air di kota Jambi relatif masih cukup tinggi.

Page 30: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

18

Grafik 1.26. Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

400,000

450,000

500,000

550,000

600,000

650,000

700,000

750,000

800,000

850,000

900,000

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2008 2009 2010

m3

Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2009

m3

Rumah TanggaIndustri

Sektor bangunan masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 0,77% (q-

t-q) walaupun melambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya. Melambatnya

pertumbuhan sektor bangunan dikonfirmasi dengan menurunnya konsumsi

semen sebesar 3,58%. Hal yang senada juga ditunjukkan oleh indeks industri

batu bata yang turun sebesar 18,64% pada triwulan laporan.

Grafik 1.27. Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I

2007 2008 2009 2010

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia dan BPS Provinsi Jambi (diolah)

PDRB sektor Bangunan (juta Rp), aksis kiri Konsumsi Semen (ton), aksis kiri

Pert. Konsumsi Semen (%), aksis kanan Pert. PDRB Bangunan (%), aksis kanan

Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar

0,32% (q-t-q) pada triwulan laporan, melambat dari triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 2,33% (q-t-q). Melambatnya pertumbuhan sektor ini terutama

berasal melambatya pertumbuhan sub sektor pengangkutan yang tumbuh

0,14% dibandingkan pertumbuhan triwulan lalu yang sebesar 2,33%.

Page 31: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

19

Pasca hari besar keagamaan (Idul Adha, Tahun Baru Hijriah, Natal) serta

tahun baru 2010, aktivitas transportasi masyarakat cenderung mengalami

perlambatan. Aktivitas transportasi melalui angkutan darat seperti jasa bus antar

kota dalam provinsi (AKDP) maupun antar kota antar provinsi (AKAP) serta

penggunaan jasa travel dan sewa mobil tumbuh melambat. Relatif lebih stabilnya

demand akan moda transportasi ini menyebabkan moda transportasi ini masih

tumbuh dalam triwulan laporan.

Sementara itu, sektor angkutan udara mengalami penurunan 0,44% (q-

t-q). Hal ini tercermin dari jumlah lalu lintas penumpang di Bandar Udara Sultan

Thaha masih yang mengalami penurunan untuk kedatangan dan keberangkatan

masing-masing 3,36% dan 3,50%. Namun demikian, pada triwulan laporan

terdapat penambahan sebuah rute penerbangan baru yaitu Jambi-Kerinci.

Adanya penerbangan baru yang melayani dua kali seminggu ini diharapkan dapat

semakin mempermudah hubungan dan komunikasi antara Kota Jambi dengan

wilayah timur provinsi Jambi.

Grafik 1.28. PDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

60

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IVTW I*

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang dan BPS Provinsi Jambi (diolah)Konsumsi bulan Maret 2010 merupakan angka perkiraan

PDRB sub sektor Angkutan Udara (juta Rp), aksis kiriKonsumsi Avtur (ratusan liter), aksis kiriPert. Konsumsi Avtur (%), aksis kanan

Grafik 1.29. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang

Page 32: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

20

Grafik 1.30. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang

(15)

(10)

(5)

-

5

10

15

20

-

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Thou

sand

s

Sumber: PT. Angkasa Pura II

ribu orang

Kedatangan Penumpang (aksis kiri) Keberangkatan Penumpang (aksis kiri)

Datang (aksis kanan) Berangkat (aksis kanan)

Grafik 1.29

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

60

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: PT.Angkasa Pura II

ton

Jumlah Bongkar (aksis kiri) Jumlah Muat (aksis kiri)

Pertumbuhan Bongkar (aksis kana) Pertumbuhan Muat (aksis kanan)

Grafik 1.30

Pada triwulan laporan, sub sektor angkutan laut tumbuh sebesar 0,18%.

Tumbuhnya sub sektor angkutan tercermin dari meningkatnya arus barang

sementara arus peti kemas mengalami penurunan. Total arus barang tercatat

sebanyak 1,62 juta ton, meningkat 8,96% dibandingkan triwulan sebelumnya.6

Sedangkan jumlah arus peti kemas berdasarkan perdagangan di Pelabuhan

Tungkal dan Pelabuhan Talang Dukuh sebesar 12.192 peti kemas, turun 15,35%

dibandingkan triwulan sebelumnya.7

Grafik 1.31. Perkembangan Total Arus Peti Kemas Grafik 1.32. Perkembangan Total Arus Barang

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

persen(%)

Sumber: Pelindo Jambi

ribu unit

Jumlah Total Arus Barang Pertumbuhan

Grafik 1.31

-100

-50

0

50

100

150

200

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

persen(%)

Sumber: Pelindo Jambi

ribu unit

Jumlah Arus Peti Kemas Pertumbuhan

Grafik 1.32

Perkembangan sub sektor telekomunikasi tercermin dari jasa pos dan

telekomunikasi serta jasa penunjang komunikasi masing-masing yang mengalami

pertumbuhan sebesar 2,18% (q-t-q) dan 1,79% (q-t-q), melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 2,32% (q-t-q) dan 2,07% (q-t-q).

6 Total arus barang yang dimaksud terdiri dari impor, ekspor, bongkar dan muat.. 7 Arus Peti kemas diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: 20”, 40” serta diatas 40”. Arus barang berdasarkan perdagangan yaitu impor, ekspor, bongkar dan muat.

Page 33: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

21

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar

0,75% (q-t-q) pada triwulan laporan atau melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 2,93% (q-t-q). Pelambatan tersebut terutama disebabkan

oleh melambatnya pertumbuhan sub sektor bank yang memiliki pangsa cukup

besar pada sektor keuangan, persewaan dan jasa-jasa. Sub sektor bank tumbuh

melambat sebesar 0,81% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mampu mencapai 4,54% (q-t-q).

Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan mengalami perlambatan dengan

tumbuh 0,73% (q-t-q) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

mencapai 2,28% (q-t-q). Pelambatan ini dipicu oleh melambatnya semua sub

sektor jasa-jasa. Setelah akselerasi realisasi pembangunan di akhir tahun lalu yang

dilakukan oleh pemerintah, jasa pemerintahan umum kini mengalami

perlambatan dengan tumbuh 0,83% (q-t-q) dari triwulan lalu yang tumbuh

0,73% (q-t-q).

C. PDRB Sisi Pengeluaran

Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada

triwulan laporan terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga

dan nirlaba. Perdagangan antar daerah dan luar negeri provinsi Jambi yang

tercermin dari angka ekspor dan impor mengalami penurunan. Sementara itu

lebih tingginya nilai impor (dari luar daerah dan luar negeri) dari pada ekspor (ke

luar daerah dan luar negeri) menyebabkan Provinsi Jambi mengalami net impor

pada triwulan laporan.

Page 34: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

22

Grafik 1.33. Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 8

0.67

0.99

0.01

0.76

0.02

(1.12)

0.34

-0.26

0.10

-0.81

-0.08

1.55

-2.00 -1.50 -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00

Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Lembaga Swasta Nirlaba

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

Perubahan Stok

Net Ekspor/Impor

Trw I-10 Trw IV-09

Dari sisi distribusinya (share), konsumsi rumah tangga masih mempunyai

pangsa yang paling besar, yaitu mencapai 69,95% dari PDRB Jambi pada triwulan

I-2010 (lihat grafik 1.34). Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah dan

PMTDB juga memiliki pangsa yang relatif besar dengan masing-masing

sebesar 18,26% dan 16,75%. Sedangkan share perubahan stok sebesar 2,57%

dan lembaga swasta nirlaba sebesar 0,65%.

Grafik 1.34. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan I tahun 20109

Pengeluaran konsumsi rumah

tangga63.95%

Pengeluaran Konsumsi

pemerintah 18.26%

Lembaga Swasta Nirlaba0.65%

Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto16.75%

Perubahan Stok2,57%

Net Impor2.18%

8 Yang dimaksud kontribusi ’net ekspor’ adalah nilai kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor. 9 Pangsa (share) net impor sebesar 9,67% merupakan pengurang dari total share PDRB sisi pengeluaran.

Page 35: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

23

1. Pengeluaran Konsumsi

Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga

konstan selama triwulan laporan sebesar 0,47% (q-t-q), melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,93% (q-t-q). Masih tumbuhnya konsumsi

masyarakat terlihat dari masih meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga

sebesar 1,15%. Hal ini didukung juga dengan meningkatnya indeks keyakinan

konsumen (IKK), indeks kondisi ekonomi (IKE) dan indeks ekspektasi konsumen

(IEK) dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 1.35. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Grafik 1.36. Konsumsi Listrik Rumah Tangga

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2009

Indeks

Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen

Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 1.35

(0.55)1.75

7.87 6.51

(2.87)

6.73

0.64

8.29

(1.94)

4.98 4.25

0.40 1.15

-4.0

-2.0

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)

KWH (dalam Ribuan)

Rumah Tangga Pertumbuhan RT

Grafik 1.36

Namun demikian, pelambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga

pada triwulan laporan masih ditopang oleh meningkatnya daya beli masyarakat

terhadap pembelian kendaraan bermotor. Penjualan kendaraan bermotor pada

triwulan laporan meningkat sebesar 8,18% yang didorong oleh meningkatnya

penjualan penjualan sedan, jeep dan minibus (118,52%), minibus/combi/micro

sebesar 20,59%, penjualan truck/pick up (9,52%), serta penjualan sepeda motor

(7,83%). Hal ini mencerminkan bahwa konsumsi masyarakat terhadap kendaraan

bermotor terus membaik setelah sempat mengalami penurunan pertumbuhan

semenjak semenjak triwulan III-2008 sampai dengan triwulan I-2009.

Pada periode triwulan laporan, pengeluaran konsumsi pemerintah

mengalami penurunan sebesar 1,32% (q-t-q), dari triwulan sebelumnya yang

mampu tumbuh mencapai 5,13% (q-t-q). Pada triwulan laporan, belanja

pemerintah belum terealisasi secara optimal dimana realisasi belanja baru yang

bersifat administratif. Sementara, pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba tumbuh

mencapai 16,98% (q-t-q), jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

Page 36: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

24

sebesar 1,95% (q-t-q). Masa akhir tahun perusahaan swasta yang berakhir di

bulan Februari-April memicu tingginya pengeluaran swasta di triwulan laporan.

Grafik 1.37. Perkembangan Penjualan Premium Grafik 1.38. Perkembangan Penjualan Solar

Grafik 1.39. Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Grafik 1.40. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi

Grafik 1.41. Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Grafik 1.42. Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru

(10.0)

(5.0)

-

5.0

10.0

15.0

20.0

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009 2010

(%)

Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang

Kilo Liter

Premium g.Premium

Grafik 1.37.

(30.0)

(20.0)

(10.0)

-

10.0

20.0

30.0

40.0

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009 2010

(%)

Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang

Kilo Liter

M. Solar g.M. Solar

Grafik 1.38.

(20.0)

(15.0)

(10.0)

(5.0)

-

5.0

10.0

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2006 2007 2008 2009 2010

(%)

Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang

Kilo Liter

M.Tanah g.M.Tanah

Grafik 1.39.

7.03

1.873.803.60

3.33

12.6811.96

5.24

8.38

10.9811.71

2.43

5.48

9.01

1.77

-0.420

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

TW I TW II TW III TW IV

TW I TW II TW III TW IV

TW I TW II TW III TW IV

TW I TW II TW III TW IV

2006 2007 2008 2009

Kredit Konsumsi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Konsumsi (%),aksis kiri Grafik 1.40.

(14.21)

21.56 26.81

9.78

23.64

1.61 (1.58)

(32.52)

(33.43)

8.22

43.83

3.99 8.18

(50)(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40 50

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Persen(%)

Sumber: Dispenda Provinsi Jambi

unitKENDARAAN BERMOTOR Pertumbuhan

Grafik 1.41.

(15.19)

21.26 26.81

10.01

23.49

1.05 (1.04)

(32.73)(34.04)

9.33

44.35

4.06

7.83

(50)

(40)

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Persen(%)

Sumber: Dispenda Provinsi Jambi

unitSEPEDA MOTOR Pertumbuhan

Grafik 1.42.

2. Investasi

Pada triwulan laporan, pembentukan modal tetap domestik bruto

(PMTDB) mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) menurun sebesar 4,97% (q-

t-q) setelah pada triwulan lalu tumbuh sebesar 4,82% (q-t-q). Tren akselerasi

Page 37: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

25

investasi yang meningkat di akhir tahun kini menunjukkan penurunan di awal

tahun ini.

Grafik 1.43. Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Grafik 1.44. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi

Grafik 1.45. Konsumsi Semen Provinsi Jambi

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Persen(%)

Sumber: Dispenda Provinsi Jambi

unit

TRUCK/PICK UP Pertumbuhan

Grafik 1.43.

3.261.60

14.28

16.65

16.18

11.78

10.28

1.21-0.11

4.85

9.65

5.92

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

2,000,000

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV

2007 2008 2009

Kredit Investasi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Investasi (%),aksis kiri

Grafik 1.44.

(60.0)

(40.0)

(20.0)

-

20.0

40.0

60.0

80.0

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2008 2009 2010

(%)

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah

Ton

Konsumsi Semen

Pertumbuhan

Grafik 1.45.

Sementara itu, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) terlihat

situasi bisnis masih cukup baik pada triwulan laporan, tercermin dari nilai saldo

bersih situasi bisnis dunia usaha sebesar 18,75. Masih relatif baiknya situasi bisnis

dunia usaha juga berdampak pada masih tumbuhnya kredit investasi sebesar

5,92% atau sebesar Rp98,94 miliar pada triwulan laporan. Hal ini juga tercermin

dari prompt indikator investasi yaitu meningkatnya penjualan kendaraan

truck/pick up sebesar 1,76% serta meningkatnya konsumsi semen sebesar

30,86% pada triwulan laporan.

Perubahan stok pada triwulan I-2010 mengalami penurunan sebesar

2,66% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,74% (q-t-q).

Sementara, pangsa stok pada triwulan laporan sebesar 2,57%.

Page 38: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

26

3. Perdagangan Eksternal10

Perkembangan ekspor dan impor Provinsi Jambi (ke/dari luar daerah

maupun ke/dari luar negeri) mengalami penurunan. Ekspor provinsi Jambi barang

(dari luar provinsi maupun luar negeri) turun 10,12% (q-t-q) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,18% (q-t-q). Sementara impor barang (dari

luar provinsi maupun luar negeri) mengalami penurunan mencapai 10,56% jika

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,83% (q-t-q). Pada

triwulan laporan, impor Provinsi Jambi mencapai Rp5,51 triliun, lebih tinggi

dibandingkan ekspor yang hanya mencapai Rp5,3 triliun

3.1. Ekspor Impor Antar Daerah

Dilihat karakteristiknya, ketergantungan Provinsi Jambi dari daerah

(provinsi lain) cukuplah besar. Hal ini dapat dilihat dari pangsa impor yang relatif

lebih besar dibandingkan ekspor. Sekitar 95,45% impor Provinsi Jambi berasal

dari daerah lain, hanya sekitar 4,55% yang berasal dari luar negeri. Sejalan

dengan hal tersebut, perkembangan ekspor juga didominasi oleh ekspor ke luar

daerah (provinsi lain) yang mencapai 62,54% dari total ekspor Provinsi Jambi.

Penurunan ekspor dan impor pada triwulan laporan terutama dipicu dari

turunnya ekspor dan impor ke/dari luar daerah (provinsi lain). Ekspor Provinsi

Jambi ke luar daerah (provinsi lain) menurun sebesar 12,31% (q-t-q) sementara

impor Provinsi Jambi dari daerah (provinsi) lain turun 10,20% (q-t-q).

Grafik 1.46. Pangsa Ekspor Provinsi Jambi triwulan I-2010 Grafik 1.47. Pangsa Impor Provinsi Jambi triwulan I-2010

Ekspor Luar

Negeri26.45%

Ekspor Antar

Daerah73.55%

Grafik 1.46

Impor Luar

Negeri2.33%

Impor Antar

Daerah97.67%

Grafik 1.47

10 Pembahasan dalam perdagangan eksternal dilihat dari ekspor impor Jambi secara keseluruhan yang dirinci menjadi a) ekspor impor antar daerah serta b) ekspor impor luar negeri berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB) dengan sumber data berasal dari DSM, BI.

Page 39: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

27

3.2. Ekspor Impor Luar Negeri

Perkembangan ekspor impor luar negeri Provinsi Jambi masih mengalami

perkembangan yang baik. Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang

(PEB), ekspor Provinsi Jambi sebesar USD 138,77 juta sedangkan impor sebesar

USD 18,15 juta pada triwulan laporan.11 Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi

mengalami net ekspor sebesar USD 120,61 juta, meningkat sebesar

24,86% dibandingkan posisi yang sama periode triwulan sebelumnya yang

mencapai USD 96,60 juta.12 Ekspor Provinsi Jambi masih didominasi oleh

komoditas karet dan CPO.13 Sementara kelompok peralatan mesin dan transport

masih mendominasi nilai impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan.

Grafik 1.48. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2008 2009 2010

Sumber: DSM, Bank Indonesia

ribu USD

Impor Ekspor Net

11 Data s.d. bulan Februari 2010 (Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter, Bank Indonesia). 12 Net ekspor yang dimaksud disini adalah net ekspor bulan dibandingkan net ekspor bulan Januari-Februari 2010 dengan Oktober-November 2009. 13 Klasifikasi barang menurut Standard International Trading Classification (SITC).

Page 40: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

28

Grafik 1.49. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2008 2009 2010

Total Ekspor Provinsi Jambi (juta USD)

CRUDE MATERIALS, INEDIBLE ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS LAINNYA

Grafik 1.50. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2009 2010

Ribu USD

23 - CRUDE RUBBER 25 - PULP AND WASTE PAPER 42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 64 - PAPER,PAPERBOARD&MFD THEREOF 32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES LAINNYA

Pada triwulan laporan (Januari-Februari 2010), ekspor ke luar negeri

Provinsi Jambi meningkat sebesar 22,55% dibandingkan periode yang sama

triwulan sebelumnya (Oktober-November 2009), yaitu dari USD 100,65 juta

menjadi USD 138,77 juta. Berdasarkan komoditasnya, peningkatan ekspor pada

triwulan laporan dipicu oleh ekspor karet mentah (crude rubber) sebesar USD

100,65 juta (72,53% dari total ekspor Provinsi Jambi). Membaiknya permintaan

karet mentah dan CPO dari negara mitra dagang serta terus meningkatnya harga

internasional karet dan CPO memicu peningkatan nilai ekspor Provinsi Jambi.

Page 41: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

29

Grafik 1.51. Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2009 2010

Ribu USD

C. UNITED STATES OF AMERICA SINGAPORE MALAYSIA C. JAPAN C. R.R.C LAINNYA

Grafik 1.52. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2009 2010C. UNITED STATES OF AMERICA MALAYSIA C. JAPAN C. R.R.C #REF! LAINNYA

Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor tertinggi (Januari-Februari

2010) dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 100,65

juta atau 72,53% dari total ekspor non migas, sementara nilai ekspor lemak

nabati dan minyak (fixed, vegetable oil and fats), serta kertas, kertas karton dan

olahannya (paper,paperboard&mfd thereof) masing-masing mencapai USD 17,79

juta (12,82% dari total ekspor non migas), dan USD 5,76 juta (4,15% dari total

ekspor non migas).

Ekspor non migas lain yang cukup besar kontribusinya adalah komoditas

buah-buahan dan sayur-sayuran (fruit and vegetables), serta pulp dan kertas (pulp

Page 42: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

30

and waste paper) yang masing-masing mencapai USD 5,64 juta (4,06%) serta

USD 2,31 juta (1,66%). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat

bahwa ekspor produk primer masih mendominasi terutama komoditas karet

mentah, lemak nabati dan minyak, serta produk buah-buahan dan sayur-sayuran

disusul pulp dan kertas.

Berdasarkan negara tujuan, ekspor Provinsi Jambi sebagian besar ke

negara-negara dikawasan Asia yang hampir setara dengan 60,57% total ekspor

Provinsi Jambi. Penyumbang utama ekspor ke negara Asia adalah Singapura yang

mencapai USD 26,65 juta (19,20%), diikuti dengan Jepang sebesar USD 17,24

juta (12,42%), dan Malaysia sebesar USD 14,25 juta (12,59%). Sementara ekspor

ke negara Amerika Serikat sebesar USD 14,80 juta (13,07%) pada triwulan

laporan.

Dari sisi impor (Januari-Februari 2010), impor non migas mengalami

peningkatan sebesar 9,13% (USD 1,52 juta) jika dibandingkan periode yang sama

triwulan sebelumnya (Oktober-November 2009) sehingga menjadi sebesar USD

18,15 juta. Impor migas luar negeri terbesar adalah untuk mesin industri

tertentu/khusus (Mach.Special for Partic Inds.) sebesar USD 5,95 juta diikuti oleh

mesin dan perlengkapan penghasil daya (power generating machine &

equipment) sebesar USD 4,19 juta (23,08% dari total impor Provinsi Jambi), serta

besi dan baja (iron and steel) sebesar USD 3,25 juta (17,90%). Peningkatan impor

pada triwulan laporan disebabkan oleh meningkatnya sub kelompok mesin

industri tertentu/khusus (Mach.Special for Partic Inds.) sebesar USD 4,27 juta

(meningkat 252,80%).

Page 43: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

31

Grafik 1.53. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2008 2009 2009

Total Impor Provinsi Jambi

MACHINERY & TRANSPORT EQP CHEMICAL LAINNYA

Grafik 1.54. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2009 2010

Ribu USD

71 - POWER GENERATING MACH. & EQP 72 - MACH.SPECIAL FOR PARTIC.INDS 74 - GENERAL INDUSTRIAL MACH.&EQP 59 - CHEM.MATERIALS& PRODUCTS,NES LAINNYA

Pangsa impor Provinsi Jambi pada periode triwulan laporan masih

didominasi oleh kelompok peralatan mesin dan transport (machinery&transport

equipment) yang menguasai 59,76% dari nilai impor. Selain itu, kelompok

barang-barang manufaktur juga memberikan kontribusi impor sebesar 24,40%

dari total impor Provinsi Jambi dengan komoditas utamanya adalah besi dan baja

serta benang tenun, kain tekstil dan hasil-hasilnya masing-masing sebesar USD

3,25 juta dan USD 709,29 ribu.

Page 44: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

32

Grafik 1.55. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2009 2010

Ribu USD

C. CANADA SINGAPORE MALAYSIA C. HONGKONG C. TAIWAN C. R.R.C

Grafik 1.56. Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2009 2010LAINNYA C. R.R.C C. TAIWAN C. HONGKONG

MALAYSIA SINGAPORE C. CANADA

Berdasarkan negara penjual, impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan

terutama berasal dari Hongkong sebesar USD 10,08 juta (55,53%), diikuti

dengan Singapura sebesar USD 4,76 juta (26,24%) dari total impor pada triwulan

laporan (s.d. bulan Februari) sebesar USD 18,15 juta.

Page 45: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

i

Boks 1.

Analisis Efektivitas APBD dalam Upaya Mempercepat Pembangunan Daerah:

Simulasi Menggunakan Tabel Input-Output (IO)

Setelah kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal diimplementasikan

pada tahun 2001, pelaksanaan pembangunan di daerah memiliki peran yang semakin

penting dan bahkan menjadi ujung tombak bagi keberhasilan pembangunan nasional.

Perluasan kewenangan daerah dalam merencanakan dan mengalokasikan dana untuk

membiayai berbagai kegiatan, memberikan peluang yang lebih besar bagi setiap

daerah untuk melaksanakan aktivitas pembangunan sesuai dengan potensi yang

dimilikinya dan mememilih sektor-sektor ekonomi secara lebih selektif sebagai sektor

unggulan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang

optimal berbasis potensi sumber daya lokal pada berbagai daerah, secara simultan

pada gilirannya akan menghasikan pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara agregat

di tingkat nasional.

Provinsi Jambi termasuk daerah yang masih berada dalam tahap awal proses

pembangunan sehingga pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal

merupakan momentum untuk menata fondasi ekonomi melalui pemanfaatan potensi

sumberdaya yang dimiliki secara lebih tepat dan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Pengalaman menunjukkan pengelolaan sumberdaya kehutanan dan pertambangan

migas yang dilakukan secara sentralistik ternyata tidak memberikan manfaat yang

optimal bagi masyarakat Provinsi Jambi. Selama periode 1993-2000 perekonomian

daerah ini hanya tumbuh pada tingkat 1,67% per tahun, lebih rendah dari rata-rata

laju pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera sebesar 2,54% (BPS, 1997 dan 2001).

Setelah hampir sepuluh tahun perluasan otonomi daerah, percepatan aktivitas

perekonomian Provinsi Jambi ternyata belum dapat diwujudkan, padahal potensi

sumber daya yang dimilikinya masih cukup besar. Pasca booming industri perkayuan,

perekonomian daerah ini sesungguhnya telah mulai menggeliat dengan laju

pertumbuhan mencapai 5,59% per tahun pada periode 2000-2007, menempati

urutan tertinggi ketiga di Sumatera setelah Provinsi Riau dan Kepulauan Riau (BPS,

2009). Pada tahun 2008 dan 2009 laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi

mencapai 7,16% dan 6,37%, lebih tinggi dari laju pertumbuhan ekonomi nasional,

namun capaian laju pertumbuhan tersebut ternyata belum berhasil mengejar

ketertingalannya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara signifikan.

Tingkat PDRB per kapita Provinsi Jambi masih tergolong sangat rendah hanya sebesar

Page 46: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

ii

Rp 5.486.040,35 pada tahun 2008 berada pada urutan terendah ketiga di Pulau

Sumatera setelah Provinsi Bengkulu dan Lampung.

Sumber utama pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi masih berasal dari sektor

primer. Secara rata-rata, selama periode 2001-2008 kontribusi sektor pertanian

terhadap PDRB mencapai lebih dari 30% dengan sumbangan terbesar berasal dari sub

sektor perkebunan 13,07%. Peningkatan aktivitas ekplorasi pertambangan migas dan

nonmigas dalam beberapa tahun terakhir meningkatkan kontribusinya mencapai

12,78% pada periode yang sama. Pertumbuhan sektor ini bahkan mencapai angka

tertinggi sebesar 14,70% pada tahun 2008 menempati urutan kedua setelah sektor

keuangan. Sub sektor perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit cenderung

padat lahan, sementara sektor pertambangan bersifat enclave sehingga peningkatan

nilai tambah kedua aktivitas ekonomi ini tidak menyentuh sebagian besar kehidupan

masyarakat. Sub sektor tanaman bahan makanan, peternakan dan perikanan yang

potensinya sangat besar dan melibatkan lebih banyak tenaga kerja mulai dari aktivitas

budi daya hingga pemasarannya, pemanfaatannya justeru belum diupayakan secara

lebih optimal (underutilization).

Kondisi Infrastruktur Transportasi

Optimalisasi pemanfaatan potensi sumber daya alam di Provinsi Jambi

terkendala oleh berbagai faktor, diantaranya adalah keterbatasan infrastruktur

pendukung khususnya transportasi. Ketersediaan infrastruktur transportasi seperti

jaringan jalan menuju sentra produksi berbagai komoditas unggulan daerah masih

sangat terbatas dan kualitasnya pun sangat kurang memadai. Sebagian wilayah sentra

produksi tanaman bahan makanan dan perkebunan seperti Jangkat di Kabupaten

Merangin dan Renah Pemetik di Kabupaten Kerinci masih terisolasi dengan kondisi

infrastruktur jalan yang sangat tidak layak. Pada musim kemarau ruas jalan di kedua

wilayah tersebut terputus dan tidak dapat dilalui sama sekali sehingga berbagai produk

yang dihasilkan petani tidak memiliki nilai ekonomi.

Panjang keseluruhan ruas jalan kabupaten, provinsi dan nasional di Provinsi

Jambi pada tahun 2007 mencapai 2.387,08 km. Jenis permukaan jalan beraspal

kurang setengah dari total panjang jalan, selebihnya masih berupa jalan berpermukaan

kerikil dan tanah. Ruas jalan berpermukaan aspal sebagian besar merupakan jalan

nasional dan provinsi, sedangkan ruas jalan yang berpermukaan kerikil dan tanah

merupakan jalan kabupaten. Jalan kabupaten berhubungan langsung dengan wilayah-

Page 47: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

iii

wilayah sentra produksi berbagai jenis

produk terutama produk-produk

pertanian sehingga kualitasnya yang

kurang memadai berdampak

langsung terhadap inefisiensi biaya

transportasi berbagai input yang

diperlukan dan pengangkutan output

ke lokasi pasar. Bila dicermati per

kabupaten, masih terdapat wilayah

yang memiliki jalan berpermukaan

aspal kurang dari 20% yaitu

Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Pada kabupaten ini proporsi jalan

berpermukaan tanah lebih separoh

dari total panjang jalan. Kabupaten yang memiliki jalan beraspal di atas 50% hanya

Kerinci dan Batanghari (Tabel 1).

Ketidakmemadaian

kualitas infrastruktur jalan dalam

lingkungan wilayah Provinsi

Jambi juga ditunjukkan oleh

kondisinya yang sebagian besar

berada dalam keadaan rusak dan

rusak berat. Secara rata-rata

proporsi jalan yang berada dalam

kondisi rusak dan rusak berat

mencapai hambir separoh dari

total ruas jalan yang ada. Ruas

jalan yang benar-benar berada

dalam kondisi baik sesuai dengan yang dipersyaratkan bagi kelayakan berlalu lintas

hanya sekitar seperempat bagian, sementara kondisi jalan dalam keadaan sedang

hampir mencapai 30%. Seiring dengan kualitas permukaannya, kondisi jalan yang

berada dalam keadaan baik proporsinya relatif sangat kecil di Kabupaten Tanjung

Jabung Timur. Kabupaten ini bersama kabupaten Kerinci termasuk daerah terisolasi

yang tidak dilalui oleh jaringan jalan Negara. Proporsi paling rendah kondisi jalan

Tabel 1. Jenis permukaan jalan dirinci menurut

kabupaten di Provinsi Jambi, Tahun 2007 (%) Jenis Permukaan Kabupaten

Aspal Kerikil Tanah Kerinci 74,22 8,01 17,77 Merangin 48,97 35,95 15,08 Sarolangun 26,81 40,94 32,24 Tebo 38,29 22,54 39,16 Bungo 41,66 22,17 36,17 Batang Hari 54,78 45,22 - Muaro Jambi 42,70 14,82 42,48 Tanjung Jabung Barat

29,08 30,54 40,38

Tanjung Jabung Timur

17,02 20,96 62,02

Rata-rata 41,29 26,75 31,96 Sumber: Jambi dalam angka 2007 (BPS,

2008)

Tabel 2. Kondisi Jalan dirinci per Kabupaten di Provinsi

Jambi, Tahun 2007 (%) Kabupaten Baik Sedang Rusak Rsk.Berat

Kerinci 27,30 46,20 11,69 14,82 Merangin 32,08 26,26 29,24 12,42 Sarolangun 22,53 36,99 16,44 24,05 Tebo 36,72 20,72 14,07 28,49 Bungo 38,98 9,32 21,55 30,15 Batang Hari - - - - Muaro Jambi 26,64 19,07 41,23 13,06 Tanjung Jabung Barat

15,46 35,24 31,71 17,59

Tanjung Jabung Timur

17,37 38,26 36,12 8,25

Rata-rata 26,30 29,67 25,62 18,41 Sumber: Jambi dalam angka 2007 (BPS, 2008)

Page 48: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

iv

dalam keadaan baik ditemukan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat yang sebagian

wilayahnya dilalui jalan lintas timur Sumatera. Seluruh jalan Negara yang melalui

daerah ini telah beraspal dan barada dalam kondisi baik dan sedang. Ini berarti kondisi

jalan dalam kondisi rusak dan rusak berat di kabupaten ini mencerminkan kondisi

infrastruktur jalan kabupaten dan jalan provinsi.

Investasi Infrastruktur Transportasi

Infrastruktur transportasi khususnya jalan, merupakan urat nadi perekonomian

yang intensitas pemakaiannya sangat tinggi sehingga tingkat penyusutannya juga

tinggi. Konsekuensinya peningkatan investasi pada infrastruktur ini mencakup dua

komponen yaitu pengalokasian dana untuk peningkatan penyediaannya dan

pembiayaan pemiliharaan infrastruktur jalan yang telah ada. Kegiatan investasi dalam

kedua komponen tersebut memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang

terhadap aktivitas perekonomian suatu daerah. Investasi infrastruktur memiliki efek

penggandaan (multiplier effect) terhadap pengeluaran agregat regional dalam jangka

pendek, sementara akumulasi stok kapital infrastruktur yang ditimbulkannya,

meningkatkan kapasitas produksi yang akan mendorong peningkatan output,

produktivitas dan pertumbuhan ekonomi daerah dalam jangka panjang.

Besarnya dampak yang ditimbulkan investasi infrastruktur terhadap

perekonomian masih menjadi perdebatan dikalangan peneliti. Munnell (1992) telah

merangkum berbagai studi yang telah dilakukan selama periode 1973-1992 pada

berbagai tingkatan perekonomian. Pada tingkat perekonomian nasional, studi Holz-

Eakin (1988), Aschauer (1989) dan Munnell (1990) telah menemukan bahwa dampak

kapital publik agregat terhadap output dan produktivitas sektor swasta di Amerika

Serikat sangat besar. Pada tingkat perekonomian negara (state) studi mengenai peran

kapital sektor publik terhadap produktivitas telah dilakukan oleh Martin (1987),

Munnel (1990), dan Eisner (1991) untuk Amerika Serikat serta Mera (1973) untuk

perekonomian wilayah di Jepang yang menemukan koefisien elastisitas output

terhadap kapital sektor publik sebesar 0,20, 0.15, 0.17 dan 0.20. Munnell juga

menemukan adanya hubungan kausalitas antara investasi publik dan investasi swasta.

Kapital sektor publik mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan output,

investasi, dan kesempatan kerja sehingga ketersediaannya berperan sebagai stimulus

bagi investasi swasta.

Berbeda dengan studi-studi di atas, hasil penelitian Duffi-Deno dan Eberts

(1989), Eberts (1986 dan 1990) dan Morrizon dan Schwartz (1996) menunjukkan

Page 49: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

v

bahwa kapital infrastruktur justeru mempunyai produk marginal yang lebih rendah

dibanding kapital swasta. Senada dengan temuan ini, studi Baffes dan Shah (1998)

dan Wangs (2002) juga menunjukkan peran yang relatif lebih kecil dari stok kapital

infrastruktur bila dibandingkan dengan peran yang dimiliki stok kapital hasil akumulasi

investasi swasta.

Penilaian dampak infrastruktur terhadap kinerja perekonomian selanjutnya

berkembang lebih jauh seperti yang dilakukan Burman dan Rietveld (1999) yang

memfokuskan studinya pada infrastruktur transportasi dan dampaknya terhadap lokasi

industri di Thailand. Chandra dan Thompson (2000) memfokuskan studinya pada

infrastruktur jalan raya antar negara di perdesaan dan melihat efeknya terhadap

aktivitas ekonomi di Amerika Serikat, sementara Hulten at al (2003) secara lebih

spesifik melakukan studi dampak infrastruktur jalan raya dan listrik terhadap industri

manufaktur di berbagai daerah di India. Studi Chandra dan Thompson menunjukkan

bahwa investasi infrastruktur jalan raya hanya dapat mendorong peningkatan aktivitas

ekonomi pada negara-negara bagaian yang dilalui secara langsung, tetapi negara

bagian yang areal yang lokasinya lebih jauh dari jalan raya terutama daerah-daerah

non metropolitan, aktivitas ekonominya ternyata tidak banyak mengalami perubahan.

Investasi infrastruktur dapat dilakukan oleh pemerintah atau pihak swasta,

namun pada tahap awal proses pembangunan investasi infrastruktur lebih banyak

berperan sebagai promoting sector bagi tumbuh dan berkembangnya aktivitas sektor

ekonomi lainnya, dibanding perannya sebagai servicing sector yang menyediakan jasa

transportasi bagi kegiatan bisnis dan rumah tangga. Konsekuensinya pemerintah harus

berperan aktif menyediakan infrastruktur transportasi pada perekonomain yang

sedang memulai proses pembangunan melalui alokasi anggaran baik pemerintah pusat

maupun daerah. Provinsi Jambi tergolong sebagai daerah yang sedang memulai

proses pembangunan sehingga membutuhkan penyediaan infrastruktur dalam jumlah

yang mencukupi dan kualitas lebih baik. Implikasinya diperlukan pengalokasian dana

APBD yang lebih besar untuk meningkatkan penyediaan dan pemiliharaan infrastruktur

transportasi baik ditingkat pemerintah kabupaten maupun Provinsi. Pada tingkat

pemerintah Provinsi Jambi, pengalokasian dana untuk infrastruktur masih relatif kecil

dan kenaikannya cenderung menurun (Tabel 3).

Nilai nominal alokasi APBD untuk belanja modal sebagai pencerminan dari

efektivitas anggaran belanja daerah meningkat pada periode 2004-2008, namun turun

drastis pada tahun 2009. Bila diamati lebih jauh, tingkat kenaikannya cenderung

Page 50: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

vi

melambat hingga mengalami kontraksi pada tahun 2009. Seiring dengan peningkatan

belanja modal, nilai nominal pengalokasiannya untuk belanja infrastruktur transportasi

jalan juga mengalami

peningkatan. Pola

peningkatan- nya searah

dengan total belanja modal

yang melambat hingga

tahun 2007 dan mencatat

angka negativ pada tahun

2009 setelah mengalami

peningkatan kembali pada

tahun 2008. Pada tahun

2010, alokasi APBD untuk

belanja infrastruktur kembali

menurun sekitar 19%

dibanding tahun sebelumnya. Fakta ini memperlihatkan bahwa efektivitas

pengalokasian dana APBD cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir.

Penurunan proporsi belanja modal disebabkan meningkatnya proporsi belanja tidak

langsung yang bersifat non produktiv dan belanja langsung non modal lainnya.

Pada tingkat pemerintah kabupaten, pengalokasian dana APBD untuk

penyediaan infrastruktur fisik semakin sulit diharapkan. Sebagian besar dana APBD

tersedot untuk belanja tidak langsung terutama belanja pegawai dan belanja barang

serta belanja untuk meningkatkan pelayanan jasa publik berskala lokal seperti

pendidikan dan kesehatan. Potensi penerimaan pemerintah kabupaten dari

Pendapatan Asli Daerah (PAD) relatif sangat kecil karena pajak-pajak kabupaten

berbasis sempit, sementara itu jumlah dana perimbangan yang diterima pemerintah

kabupaten berupa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan bagi

hasil pajak dan non pajak kurang berimbang dengan tugas administrativ yang harus

diselenggarakan. Akibatnya hanya sebagaian kecil dana APBD yang dapat disisihkan

untuk belanja modal khususnya infrastruktur transportasi.

Penurunan belanja infrastruktur di satu sisi dan memburuknya kondisi

infrastruktur transportasi di sisi lainnya menyebabkan Provinsi Jambi terjebak pada

krisis infrastruktur dan sangat berpotensi menmbulkan stagnasi aktivitas ekonomi

dalam jangka panjang. Peningkatan alokasi dana APBD provinsi dan kabupaten untuk

Tabel 3. Perkembangan alokasi belanja infrastruktur

transportasi jalan/jembatan dan total belanja modal pada realisasi APBD Provinsi Jambi, Tahun 2004-2009.

Tahun

Belanja Modal

(Juta Rp)

Pertbhn. (%)

Belanja Jalan dan

Jembatan (Juta Rp)

Pertb. (%) Rasio

(1) (2) (3) (4) (5) (6)=(4:2)

2004 105080,49 - 41492,00 - 39,49

2005 208417,93 98,34 111047,14 167,64 53,28

2006 333832,01 60,17 214404,84 93,08 64,23

2007 422441,97 26,54 195200,47 -8,96 46,21

2008 560254,72 32,62 285873,62 46,45 51,03

2009 445681,36 -20,45 282023,89 -1,35 63,28 Sumber: Laporan realisasi penjabaran anggaran

pendapatan dan belanja daerah, berbagai tahun penerbitan (Biro Keuangan Provinsi Jambi)

Page 51: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

vii

mengkompensir penurunan kondisi infrastruktur transportasi yang ada dan

peningkatan penyediaannya untuk mengakomodir perkembangan berbagai aktivitas

ekonomi menjadi mutlak dilakukan dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Peningkatan investasi infrastruktur transportasi

terhadap aktivitas ekonomi hanya akan menghasilkan dampak ekonomi yang lebih

besar bila didasari oleh pemilihan secara lebih tepat lokasi yang akan dilalui jaringan

infrastruktur transportasi sesuai dengan potensi yang dimiliki setiap wilayah dan

komoditas unggulan yang akan dikembangkan.

Secara teoritis, kontribusi marginal yang dihasilkan dari penyediaan

infrastruktur lebih kecil untuk daerah yang tingkat produktivitasnya lebih tinggi bila

dibandingkan dengan daerah yang tingkat produktivitasnya lebih rendah. Ini berarti

penyediaan infrastruktur transportasi yang melalui berbagai daerah potensial yang

tertinggal dan terisolasi akan menghasilkan tingkat pengembalian investasi (return of

public invesment) yang lebih tinggi (Takahasi, 1998). Hal tersebut terutama dapat

dicapai apabila mobilisasi sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur tidak

menimbulkan kelangkaan sumberdaya di sektor swasta yang memiliki produktivitas

tinggi (Kondo, 2004).

Sebagai daerah potensial yang memiliki berbagai keunggulan dari sisi letak

goegrafis, peningkatan alokasi dana untuk belanja infrastruktur diperkirakan akan

dapat menstimulasi peningkatan investasi swasta baik berskala lokal dan nasional

maupun internasional. Salah satu keunggulan spesifik Provinsi Jambi adalah letak

lokasinya yang berdekatan dan berhadapan langsung dengan pusat pertumbuhan

ekonomi dunia yaitu kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara. Penyediaan infrasruktur

transportasi secara lebih memadai akan dapat merangsang limpahan investasi dari

kawasan tersebut ke wilayah sekitarnya termasuk Provinsi Jambi. Terkait dengan hal

tersebut pengalokasian dana untuk pembangunan jaringan infrastruktur juga harus

didasari atas pertimbangan orientasi pengembangan ekonomi sektoral yaitu pilihan

antara aktivitas budidaya di bagian hulu atau industri pengolahannya di bagian hilir.

Dampak Investasi Infrastruktur Terhadap Output Sektoral

Infrastruktur berperan sebagai fasilitas pendukung bagi berbagai aktivitas

ekonomi. Peningkatan alokasi dana untuk penyediaannya, hanya akan menghasilkan

mafaat yang optimal jika diikuti oleh peningkatan investasi oleh pihak swasta pada

berbagai aktivitas ekonomi. Untuk melihat besarnya dampak peningkatan investasi

infrastruktur terhadap perubahan output sektoral telah dilakukan simulasi

Page 52: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

viii

menggunakan pendekatan model Input-Output. Simulasi diformulasikan dalam dua

skenario yaitu: (1) peningkatan investasi infrastruktur jalan yang diikuti oleh

peningkatan investasi swasta di bagian hulu dan (2) peningkatan investasi infrastruktur

jalan yang diikuti oleh peningkatan investasi swasta pada industri pengolahan di

bagain hilir.

Besaran pengguncang (shock) peningkatan investsi infrastruktur didekati dari

alokasi dana untuk belanja modal yang mencapai Rp326.005,4 milyar dan belanja

infrastruktur jalan sebesar Rp169.603,6 milyar per tahun selama periode 2004-2008.

Apabila belanja infrastruktur transportasi yang dilakukan pemerintah kabupaten ikut

diperhitungkan jumlahnya akan lebih besar. Pada Table I-O Provinsi Jambi, tidak

seluruh lajur pembentukan modal tetap domestik bruto atau investasi terisi sementara

data total investasi pada berbagai sektor ekonomi dibagian hulu dan hilir juga tidak

tersedia dengan lengkap.

Oleh sebab itu, peningkatan

investasi pada berbagai

sektor lainnya ditetapkan

secara arbitrer dengan

peningkatan investasi pada

sektor unggulan di bagian

hulu dan hilir ditetapkan

lebih besar dari sektor-sektor

non unggulan. Berdasarkan

pertimbangan tersebut

besarnya nilai guncangan

peningkatan investasi pada

ketiga kelompok skenario

simulasi yang telah disusun

ditunjukkan pada tabel 4.

Hasil simulasi pada

skenario pertama

memperlihatkan bahwa

peningkatan investasi pada

infrastruktur transportasi

yang disertai dengan peningkatan investasi pada aktivitas budi daya dibagian hulu

menghasilkan peningkatan output yang lebih tinggi pada aktivitas budi daya.

Tabel 4. Besaran nilai Pengguncang (Shock) pada Skenario Simulasi Peningkatan Investasi

Infrastruktur

Skenari Simulasi Nilai

Investasi (Milyar Rp)

1. Peningkatan investasi infrastruktur dan aktivitas budi daya di bagian hulu: a. Infrastruktur jalan b. Infrastruktur transportasi lainnya c. Komoditas karet d. Komoditas kelapa sawit e. Komoditas kentang f. Komoditas-komoditas non

unggulan

300 250 25 25 25 10

2. Peningkatan investasi infrastruktur dan aktivitas budi daya di bagian hulu: a. Infrastruktur jalan b. Infrastruktur transportasi lainnya c. Industri pengolahan karet d. Industri pengolahan kelapa sawit e. Industri makanan dan minuman f. Industri lainnya (kayu, kertas dan

lainnya)

300 250 25 25 25

10

Page 53: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

ix

Peningkatan output tertinggi ditemukan pada komoditas perkebunan pinang diikuti

oleh kentang, kelapa dalam, perkebunan lainnya, jagung, tanaman bahan makanan

lainnya, kopi dan kelapa sawit, kehutanan, padi, karet dan komoditas lainnya.

Peningkatan output pada kelompok industri pengolahan justeru mencatat angka

tertinggi pada industri lainnya, sementara peningkatan output pada industri

pengolahan karet, bahan makanan dan kelapa sawit relatif sangat rendah (Tabel 5 dan

grafik 1).

Pada skenario simulasi 2, peningkatan investasi infrastruktur transportasi disertai

oleh peningkatan investasi pada industri pengolahan di bagian hilir menghasilkan

peningkatan output yang lebih tinggi pada aktivitas industri di bagian hilir dari pada

peningkatan output aktivitas budi daya dibagian hulu. Akan tetapi kenaikan output

industri pengolahan karet, kelapa sawit dan bahan makanan sebagai komoditas

unggulan Provinsi Jambi ternyata tetap lebih rendah dari kenaikan output industri

lainnya dan industri kertas dan barang dari kertas.

Tabel 5. Hasil Simulasi Dampak Peningkatan Investasi Infrastruktur

terhadap Peningkatan Output Sektoral dan PDRB di Provinsi Jambi (%) No. Komoditas Sim 1 Sim 2 No. Komoditas Sim 1 Sim 2

1 Padi 1,556 0,628 17 Pertambangan dan Penggalian 0,167 0,151

2 Jagung 6,397 0,446 18 Ind. Minyak Kelapa Sawit 0,005 1,186

3 Kentang 11,394 0,06 19 Ind. Makanan & Minuman Lain 0,155 0,747

4 Sayuran 1,454 0,008 20 Ind. Perkayuan 0,127 0,485

5 Buahan 1,244 0,012 21 Ind. Brg dr Karet & Plastik 0,420 1,237

6 Tan. Bhn. Mkn. Lainnya 3,914 0,352 22

Ind. Kertas & Brg dr Krts 1,112 4,391

7 karet 1,519 0,425 23 Ind. Barang Lainnya 5,462 4,978

8 kelapa sawit 2,177 0,26 24 Listrik dan Air Bersih 0,433 0,432

9 kelapa dalam 9,629 0,371 25 Bangunan 0,126 0,088

10 Pinang 126,029 0 26 Perdagangan 0,664 0,637

11 kopi 2,680 0,072 27 Hotel dan Restoran 0,355 0,342

12 Kayu manis 1,254 0 28 Angkutan Jalan Raya 13,998 13,907

13 Perk.lainnya 6,606 0,174 29 Angkutan Lainnya 10,812 10,765

14 Peternakan 1,420 0,064 30 Komunikasi 1,612 1,555

15 Kehutanan 1,790 0,572 31 Bank, Lbg Keu, Sw & Js Prsh 1,154 1,005

16 Perikanan 1,475 0,058 32 Jasa-jasa dan Lainnya 0,148 0,108

PDRB 1,832 1,611

Hasil simulasi di atas memperlihatkan bahwa peningkatan investasi

infrastruktur cenderung berdampak lebih besar terhadap aktivitas budi daya di bagian

hulu bila dibandingkan dengan dampaknya terhadap aktivitas industri pengolahan di

Page 54: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

x

bagian hilir. Lebih jauh ditunjukkan bahwa peningkatan output aktivitas budi daya di

bagian hulu ternyata lebih rendah pada komoditas yang diunggulkan pemerintah

daerah yaitu perkebunan karet dan kelapa sawit. Peningkatan output komoditas

unggulan yang cukup tinggi terjadi pada komoditas tanaman kentang. Pada kelompok

komoditas lainnya peningkatan output tertinggi terjadi pada komoditas tanaman

pinang diikuti oleh kelapa dalam, perkebunan lainnya, jagung dan tanaman bahan

makanan lainnya. Temuan ini memperlihatkan bahwa komoditas yang kurang

diunggulkan pemerintah daerah sesungguhnya memiliki potensi yang cukup besar

untuk dikembangkan melalui pembukaan akses transportasi ke sentra produksi.

Tidak jauh berbeda dengan dampaknya terhadap peningkatan output aktivitas

budidaya dibagian hulu, peningkatan output pada kelompok industri pengolahan

ternyata juga lebih rendah pada komoditas unggulan daerah. Kenaikan output industri

pengolahan kelapa sawit, pengolahan karet dan industri makanan dan minuman

justeru lebih rendah dari peningkatan output yang terjadi pada industri kertas dan

barang dari kertas dan industri barang lainnya.

Peningkatan penyediaan infrastruktur di Provinsi Jambi ternyata berdampak

lebih besar terhadap aktivitas pertanian on farm dari pada aktivitas off farm terutama

industri pengolahan. Temuan ini membuktikan bahwa peningkatan efektivitas APBD

kabupaten melalui peningkatan alokasi dana untuk belanja modal khususnya

transportasi jalan sangat diperlukan untuk mendorong peningkatan aktivitas budidaya

berbagai komoditas di bagian hulu. Bila dilihat dampaknya terhadap peningkatan

PDRB atau pertumbuhan ekonomi, skenario simulasi 1 juga menghasilkan laju

pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Peningkatan alokasi dana untuk penyediaan

Page 55: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

xi

infrastruktur transportasi yang berhubungan langsung dengan wilayah-wilayah sentra

produksi dengan demikian juga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah

yang lebih tinggi daripada peningkatan investasi infrstruktur yang ditujukan untuk

memfasilitasi industri pengolahan.

Lemahnya daya pendorong infrastruktur transportasi dan peningkatan investasi

pada industri pengolahan terhadap peningkatan outputnya erat kaitannya dengan

terbatasnya rantai pengolahan yang terjadi di wilayah Provinsi Jambi. Prosesing bahan

mentah karet dan kelapa sawit masih terbatas pada karet lembaran dan minyak sawit

yang merupakan barang setengah jadi atau bahan baku bagi berbagai industri

turunannya. Pengolahan lanjutannya kedua produk tersebut lebih banyak dilakukan di

luar Provinsi Jambi. Peran Provinsi Jambi sebagai pensuplai bahan baku khususnya

kelapa sawit cenderung dipertahankan oleh pemilik perkebunan besar yang sekaligus

pemilik industri pengolahan kelapa sawit. Struktur pasar kelapa sawit mengarah pada

oligopoly yang dikuasai hanya oleh lima investor besar. Posisi tawar petani dan

pemerintah daerah relatif sangat rendah. Selain itu, pengolahan kelapa sawit dan karet

tergolong ke dalam weight loosing industry sehingga lokasi pabrik lebih

menguntungkan di dekat lokasi perkebunan, sedangkan prosesing lanjutan minyak

kelapa sawit dan karet olahan cenderung bersifat foot loose industry dimana lokasi

pabrik lebih menguntungkan mendekati pasar. Konsekuensinya tidak mudah bagi

investor untuk merelokasi industri pengolahan lanjutan minyak sawit dan karet

lembaran (SIR 20 dan 50) ke lokasi bahan baku seperti halnya yang terjadi pada

relokasi industri perkayuan dari pusat pasarnya di negara maju ke lokasi bahan baku

pada tahun 1990-an.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan

1. Peningkatan alokasi dana APBD untuk belanja modal khususnya infrastruktur

transportasi berdampak lebih besar terhadap perkembangan aktivitas budi daya di

bagian hulu bila dibandingkan dengan kemampuannya menstimulasi

perkembanngan aktivitas industri pengolahan di bagian hilir.

2. Peningkatan output aktivitas budi daya di bagian hulu lebih rendah pada

komoditas yang diunggulkan pemerintah daerah yaitu perkebunan karet dan

kelapa sawit bila dibandingkan dengan komoditas non unggulan, kecuali output

komoditas kentang yang keniakan outputnya relatif lebih tinggi.

3. Peningkatan output industri pengolahan komoditas unggulan yaitu industri

pengolahan kelapa sawit, karet dan makanan dan minuman lebih rendah dari

kenikan output industri kertas dan barang dari kertas dan industri lainnya.

Page 56: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

xii

4. Peningkatan alokasi dana pembangunan infrastruktur transportasi ke sentra

produksi yang diikuti investasi pada aktivitas budi daya berdampak lebih besar

terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dibanding peningkatan investasi

infrastruktur yang diikuti investasi pada industri pengolahan.

Rekomendasi

1. Mengingat besarnya dampak peningkatan penyediaan infrastruktur transportasi

pada wilayah sentra produski terhadap peningkatan output dan pertumbuhan

ekonomi daerah, perlu dilakukan reformulasi pengalokasian dana APBD

kabupaten dengan meningkatkan proporsi belanja modal khusunya belanja

infrastruktur melalui peningkatan efisiensi belanja tidak langsung dan peningkatan

pendapat daerah.

2. Industri pengolahan berbasis sumber daya lokal ternyata memiliki respon yang

relatif rendah terhadp peningkatan alokasi dana untuk infrastruktur transportasi.

Oleh sebab itu, diperlukan reformulasi penetapan komoditas unggulan daerah

yang lebih responsiv terhadap kebijakan daerah sisi penawaran yaitu penyediaan

infrastruktur dan memiliki prosfek yang lebih baik dipasar domestik dan luar

negeri.

Page 57: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

33

BAB II PERKEMBANGAN HARGA-HARGA

A. Kajian Umum

Inflasi Kota Jambi pada triwulan I-2010 mencapai 1,53% (q-t-q),

meningkat dibandingkan triwulan IV-2009 yang mengalami inflasi sebesar 0,58%

(q-t-q). Inflasi yang terjadi di Kota Jambi pada triwulan laporan berasal dari

meningkatnya laju inflasi dari kelompok bahan makanan diikuti dengan

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: BPS Provinsi Jambi. Sejak Januari 2008 menggunakan IHK tahun dasar 2007=100

Persen (%)

Bulanan (m-t-m) Triwulanan (q-t-q) Year to date (y-t-d) Year on year (y-o-y)

Inflasi Kota Jambi pada akhir periode triwulan I-2010 sebesar 3,79% (y-o-

y) meningkat dari triwulan sebelumnya 2,49% (y-o-y) pada Desember 2009.

Sementara, pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan Januari, Februari

dan Maret 2010 masing-masing sebesar 1,95%(m-t-m), minus 0,36%(m-t-m)

dan minus 0,05%(m-t-m).

Page 58: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

INFLASI

- 34 - 34

Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama berasal dari

meningkatnya angka inflasi kelompok bahan makanan serta makanan jadi

sementara kelompok sandang mengalami penurunan harga pada triwulan

laporan (lihat tabel 2.1.).

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi

qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy

I Bahan Makanan -2.11 9.93 -2.73 -3.14 5.04 -1.18 -2.13 -2.12 2.10 2.09

II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 3.63 15.41 0.16 7.66 1.23 7.83 3.67 8.92 3.51 8.79

III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar 3.74 11.55 -0.32 6.65 0.09 4.42 -0.06 3.44 0.83 0.54

IV Sandang 3.45 6.46 0.10 4.98 0.06 4.82 1.56 5.23 -0.10 1.62

V Kesehatan 0.52 8.91 1.21 3.28 0.60 3.21 5.19 7.66 1.08 8.26

VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0.15 5.54 -0.10 2.17 6.79 7.72 1.30 8.23 0.45 8.56

VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan -4.44 1.19 0.39 -6.57 1.95 -5.52 1.20 -1.02 0.34 3.93

INFLASI 0.26 9.16 -0.72 1.10 2.37 1.71 0.58 2.49 1.53 3.79

Sumb Sumber: BPS (diolah)

Triwulan I-2010Triwulan IV-2009Triwulan II-2009Triwulan I-2009 Triwulan III-2009KELOMPOK

Meningkatnya biaya sub kelompok sayur-sayuran dan sub kelompok

daging dan hasil-hasilnya selama periode triwulan laporan memberikan

sumbangan inflasi pada kelompok bahan makanan. Sementara itu, meningkatnya

sub kelompok makanan jadi, memicu inflasi pada kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau.

Grafik 2.2. Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi

8.437.66

8.46 8.96

7.25

9.65

16.35

10.66

12.62

10.96

3.796.836.27 6.40

8.81

6.52

11.06

3.43

5.12 4.67 4.49

6.677.52

16.50

15.1216.10

9.92

7.42

5.69

13.9913.68

11.57

9.16

1.101.71

2.49

7.12 6.836.20

5.06 5.11

7.40

9.06

17.11

15.7415.5314.55

6.65.77

6.95 6.59

8.17

11.0312.14

7.92

3.652.83 2.86

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Persen

Kota Jambi Nasional

Page 59: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

INFLASI

35

Perkembangan inflasi tahunan Kota Jambi dan nasional pada triwulan

laporan kembali menunjukkan peningkatan semenjak triwulan III-2009. Pada

triwulan laporan Inflasi Kota Jambi secara tahunan (y-o-y) adalah sebesar 3,79%

lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 3,43%.

Secara regional, tingkat inflasi di Jambi cukup tinggi dibandingkan daerah

sekitarnya. Inflasi di Jambi lebih tinggi dibandingkan Padang (3,05%/y-o-y),

Pekanbaru (2,26%/y-o-y), serta Palembang (2,50%/y-o-y) namun masih lebih

rendah dibandingkan Bengkulu (4,18%/y-o-y).14

Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota sekitarnya

catatan: mulai bulan Juni 2008, angka inflasi menggunakan tahun dasar 2007

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3

2007 2008 2009

Y-O-Y

Bengkulu Jambi Padang Palembang Pekanbaru

B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

Dilihat per sub kelompok, inflasi tertinggi pada triwulan laporan adalah

sub kelompok sayur-sayuran serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya.

Sementara, sub kelompok yang mengalami penurunan harga (deflasi) terbesar

adalah sub kelompok ikan segar.

14 Sumber: DSM, Bank Indonesia.

Page 60: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

INFLASI

- 36 - 36

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoyI. BAHAN MAKANAN -2.73 -3.14 5.04 -1.18 -2.13 -2.12 2.10 2.09a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA -1.53 -4.61 3.16 -3.37 4.87 4.32 3.64 10.41b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA 7.68 2.10 -1.84 -2.87 -10.20 0.14 9.43 3.86c. IKAN SEGAR -12.43 2.69 10.11 -2.06 -0.10 -7.97 -11.44 -14.69d. IKAN DIAWETKAN -2.85 11.82 -0.34 -0.57 1.73 -0.15 -0.08 -1.59e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA 0.33 1.82 2.57 -1.42 -0.63 0.76 -2.19 0.03f. SAYUR-SAYURAN 3.36 -5.86 -0.11 0.84 8.57 6.78 12.24 25.81g. KACANG-KACANGAN -9.10 -8.49 -0.55 -8.97 2.94 -13.01 0.61 -6.38h. BUAH-BUAHAN 6.18 4.98 11.55 6.52 -3.72 2.12 3.33 17.84i. BUMBU-BUMBUAN -15.27 -28.49 44.70 29.32 -25.32 -13.18 6.96 -2.06j. LEMAK DAN MINYAK -1.03 1.80 -9.03 -16.44 2.46 -5.81 3.25 -4.76k. BAHAN MAKANAN LAINNYA -0.90 -4.61 2.18 0.85 -5.26 -5.43 8.68 4.26II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 0.16 7.66 1.23 7.83 3.67 8.92 3.51 8.79a. MAKANAN JADI 0.04 6.61 0.38 5.20 4.43 7.43 4.49 9.59b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 0.08 16.43 5.89 23.24 3.78 25.24 2.79 13.04c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 0.47 5.43 0.44 5.78 1.92 3.96 1.72 4.63III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR -0.32 6.65 0.09 4.42 -0.06 3.44 0.83 0.54a. BIAYA TEMPAT TINGGAL -0.59 9.80 0.39 7.65 0.31 7.66 1.36 1.46b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 0.31 3.04 0.00 0.32 -0.84 -0.53 0.71 0.17c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA -1.77 3.40 -1.11 2.25 1.16 -3.88 -0.98 -2.70d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 0.64 3.82 -0.31 1.67 -0.85 -0.14 -0.24 -0.76IV. SANDANG 0.10 4.98 0.06 4.82 1.56 5.23 -0.10 1.62a. SANDANG LAKI-LAKI 0.00 0.71 1.12 1.83 -0.08 1.13 2.06 3.13b. SANDANG WANITA -0.46 0.32 1.34 1.48 -0.04 0.95 -0.14 0.69c. SANDANG ANAK-ANAK 1.15 -1.10 0.20 1.61 -0.05 1.57 -0.44 0.86d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA -0.09 20.09 -2.16 14.17 5.78 16.76 -1.63 1.72V. KESEHATAN 1.21 3.28 0.60 3.21 5.19 7.66 1.08 8.26a. JASA KESEHATAN 0.00 0.00 0.00 0.00 7.11 7.11 0.00 7.11b. OBAT-OBATAN 5.05 11.77 1.88 12.54 0.36 9.13 4.06 11.78c. JASA PERAWATAN JASMANI 0.00 0.00 1.84 1.84 42.28 44.89 0.16 45.12d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 0.88 3.52 0.45 2.67 -0.28 1.68 1.01 2.07VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA -0.10 2.17 6.79 7.72 1.30 8.23 0.45 8.56a. JASA PENDIDIKAN 0.00 1.76 11.53 11.53 0.00 11.53 0.00 11.53b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0.00 0.00 1.69 1.69 0.00 1.69 0.00 1.69c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 0.62 8.28 -0.29 6.13 -0.03 1.14 3.85 4.16d. REKREASI -1.15 -0.79 0.00 -0.79 7.67 6.51 -0.78 5.60e. OLAHRAGA 0.00 -0.38 4.74 4.34 1.12 5.90 -0.20 5.70VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 0.39 -6.57 1.95 -5.52 1.20 -1.02 0.34 3.93a. TRANSPOR 0.34 -10.35 2.40 -8.98 -0.28 -4.43 0.51 2.99b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 1.07 0.00 1.07 0.00 0.39 0.00 0.00c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 1.77 5.40 3.58 6.81 15.02 22.96 0.02 21.27d. JASA KEUANGAN 0.00 1.78 0.22 0.22 0.00 0.22 0.00 0.22

INFLASI (UMUM) -0.72 1.10 2.37 1.71 0.58 2.49 1.53 3.79

Sumb Sumber: BPS (diolah)

Triwulan I-2010Triwulan IV-2009Triwulan II-2009 Triwulan III-2009KELOMPOK/SUBKELOMPOK

Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi

terbesar adalah cabe merah; beras; daging ayam ras (Januari 2010), beras; daging

ayam ras; rokok kretek filter (Februari 2010) serta daging ayam ras; bayam; nasi

Maret 2010). Sementara itu, deflasi yang dialami kota Jambi pada bulan Februari

dan Maret 2010 dipicu oleh menurunnya harga emas; ikan dencis; ikan nila

(Februari 2010) serta kacang panjang; telur ayam ras; saluang (Maret 2010).

Page 61: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

INFLASI

37

Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan IV-2009

TW I-2010 TW I-2010

Sumbangan Sumbangan

JANUARI JANUARI

1 Cabe Merah 0.7540 1 Telur Ayam Ras -0.0390

2 Beras 0.2643 2 Jeruk -0.0309

3 Daging Ayam Ras 0.1355 3 Bawang Merah -0.0281

4 Minyak Goreng 0.1102 4 Ikan Dencis -0.0185

5 Gula Pasir 0.0944 5 Kentang -0.0131

6 Tomat Buah 0.0798 6 Ikan Tongkol -0.0120

7 Tomat Sayur 0.0647 7 Mesin Cuci -0.0100

8 Kangkung 0.0640 8 Emas Perhiasan -0.0098

9 Kacang Panjang 0.0541 9 Kelapa -0.0087

10 Bayam 0.0507 10 Kerang -0.0087

1.6717 -0.1788FEBRUARI FEBRUARI

1 Beras 0.1051 1 Emas Perhiasan -0.0141

2 Daging Ayam Ras 0.0663 2 Ikan Dencis -0.0129

3 Rokok Kretek Filter 0.0355 3 Ikan Nila -0.0117

4 Bawang Merah 0.0352 4 Cumi-Cumi -0.0089

5 Buku Pelajaran SD 0.0265 5 Majalah Remaja -0.0079

6 Kacang Panjang 0.0191 6 Cabe Hijau -0.0072

7 Jeruk 0.0171 7 Kopi Bubuk -0.0060

8 Bensin 0.0159 8 Pasir -0.0053

9 Batu Bata/Batu Tela 0.0121 9 Sawi Hijau -0.0053

10 Cabe Rawit 0.0093 10 Gula Pasir -0.0052

0.3421 -0.0845MARET MARET

1 Daging Ayam Ras 0.1252 1 Kacang Panjang -0.0064

2 Bayam 0.1248 2 Telur Ayam Ras -0.0061

3 Nasi 0.0785 3 Saluang -0.0059

4 Gado-Gado 0.0752 4 Celana Panjang Jeans -0.0057

5 Empek-Empek 0.0575 5 Emas Perhiasan -0.0048

6 Bawang Merah 0.0562 6 Kerang -0.0041

7 Batu Bata/Batu Tela 0.0435 7 Wortel -0.0039

8 Bensin 0.0376 8 Lele -0.0038

9 Patin 0.0372 9 Televisi Berwarna -0.0033

10 Kangkung 0.0348 10 Besi Beton -0.0033

0.6705 -0.0473Sumber : BPS (diolah)

Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas

10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI

Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas

Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas

1. Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada triwulan I-2010 mengalami inflasi

sebesar 2,10% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi terjadi

pada sub kelompok sayur-sayuran sebesar 12,24% (q-t-q) serta sub kelompok

daging dan hasil-hasilnya sebesar 9,43% (q-t-q).

Page 62: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

INFLASI

- 38 - 38

Grafik 2.4. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng

(Ringgit/Ton)

26282578

8726

7935

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

3500

4500

5500

6500

7500

8500

9500

10500

11500

12500(Rp/Kg)

CPO internasional (aksis kiri)Minyak goreng lokal (aksis kanan)

Pada triwulan laporan, harga rata-rata crude palm oil (CPO) internasional

kembali mengalami peningkatan. Selama triwulan I-2010, harga CPO meningkat

6,96%. Sejalan dengan hal tersebut, kenaikan harga CPO diikuti dengan

meningkatnya harga minyak goreng lokal. Harga rata-rata minyak goreng lokal

berdasarkan data dari Disperindag naik 14,64% dari triwulan lalu. Naiknya harga

minyak goreng terutama disebabkan oleh dihentikannya subsidi Pajak

Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk minyak goreng per 1

Januari 2010. Dengan dihapuskannya PPN DTP untuk minyak goreng maka

konsumen harus menanggung pajak sebesar 10%.15 Disamping itu,

meningkatnya permintaan terhadap CPO menyebabkan harga minyak goreng

dalam negeri turut naik pada triwulan laporan.

Sementara, perkembangan harga tepung terigu merek Segitiga Biru relatif

stabil yaitu di harga Rp7.500/kg. Tren penurunan rata-rata harga gandum, yang

merupakan bahan baku tepung terigu, di pasar internasional sebesar 12,04%

15 Sumber: www.pajakonline.com dan www.kontan.co.id. Lihat juga PMK Nomor 25/PMK.011/2010 tentang PPNDTP Atas Penyerahan Minyak Goreng Kemasan Sederhana di Dalam Negeri untuk Tahun Anggaran 2010.

Page 63: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

INFLASI

39

menjadi $477/bushel pada triwulan laporan belum diikuti dengan turunnya harga

tepung terigu di Jambi.16

Grafik 2.5. Perkembangan Harga Tepung Terigu

(USD/Bushel)

541.5

450.5

7500

0

200

400

600

800

1000

1200

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

3000

3500

4000

4500

5000

5500

6000

6500

7000

7500

8000

8500

(Rp/Kg)

Wheat/Gandum (aksis kiri)

Tepung Terigu lokal (aksis kanan)

Perkembangan harga sub kelompok bumbu-bumbuan pada triwulan

laporan mengalami peningkatan sebesar 6,96% (q-t-q) terutama dipengaruhi

oleh meningkatnya harga cabe merah (keriting dan biasa) yang cukup signifikan

pada bulan Januari 2010. Kendala cuaca serta jalur transportasi yang belum

membaik turut memicu meningkatnya harga cabe pada triwulan laporan.17

Sejalan dengan hal tersebut, harga sayuran yang didatangkan dari luar daerah

juga mengalami kenaikan pada periode triwulan laporan. Meningkatnya harga

bayam juga dipicu oleh terendamnya tanaman bayam petani akibat meluapnya

sungai Batanghari sehingga mengganggu jumlah pasokan di pasar-pasar Jambi.18

16 Satu bushel setara dengan 27 kg. 17 Terus meningkatnya harga cabe merah dipicu oleh siklus tanaman yang sedang memasuki musim tanam sehingga produksi berkurang sementara musim hujan yang melanda menyebabkan hasil panen ada membusuk. Meningkatnya harga cabe merah secara signifikan terjadi semenjak bulan Januari 2010. 18 Meningkatnya harga bayam dipicu oleh tingginya permukaan air sungai Batanghari sehingga menggenangi sentra-sentra petani sayur bayam di sekitar Kota Jambi. Hal ini membuat hasil panen sayur terganggu dan petani mengalami kesusahan dalam memanen hasil pertaniannya

Page 64: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

INFLASI

- 40 - 40

Grafik 2.6. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang

(Rp/kg)

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Disperindag Provinsi Jambi

Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa

Bawang Putih Bawang Merah

Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi sebesar

9,43% (q-t-q). Selama triwulan I-2010, daging ayam ras merupakan tiga besar

komoditi penyumbang inflasi terbesar. Kenaikan harga daging ayam ras sejalan

dengan kenaikan harga garansi komoditi.19 Sementara pergerakan harga daging

sapi cenderung turun selama triwulan laporan. Perkembangan harga beras (IR

64) menunjukkan peningkatan selama triwulan laporan terutama pada bulan

Januari 2010 yang cukup signifikan. Secara rata-rata, harga beras naik 6,45%

pada triwulan laporan menjadi sebesar Rp6.439/kg. Meningkatnya harga beras

antara lain dipicu oleh kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) tahun 2010

sebesar 10%.20

19 Daging ayam ras menerapkan pola kemitraan dimana terdapat harga garansi komoditi. Terus meningkatnya harga garansi memicu meningkatnya harga daging ayam ras di pasar (Sumber: Disperindag Provinsi Jambi dalam rapat Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI) Provinsi Jambi, 2010) 20 Sesuai dengan Inpres No.7 Tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan tanggal 29 Desember 2009 (www.bulog.co.id). Harga beras premium yang dipasok dari Sumatera Selatan mengalami kenaikan harga dari sentra produksinya, sedangkan beras kualitas medium di gudang-gudang beras Jambi hampir kosong sehingga menyebabkan harga beras beranjak naik pada triwulan laporan.

Page 65: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

INFLASI

41

Grafik 2.7. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.8. Perkembangan Harga Daging

(USD/Bushel)

345414.5

3500

3500

0

100

200

300

400

500

600

700

800

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

5500

6000

6500

7000

7500(Rp/Kg)

Jagung internasional (aksis kiri)Jagung pipilan kering (aksis kanan)

(Rp/Kg)

0

8000

16000

24000

32000

40000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Disperindag Provinsi Jambi

(Rp/Kg)

45000

50000

55000

60000

65000

70000

Ayam Kampung (aksis kiri) Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Daging Sapi Murni (aksis kanan)

Grafik 2.9. Perkembangan Harga Beras21

(USD/CWT)

12.22

14.57

6450

6148

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

3500

4000

4500

5000

5500

6000

6500

7000

(Rp/Kg)

Beras internasional (aksis kiri)lokal IR 64 (aksis kanan)

2. Kelompok Makanan Jadi

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan I-

2010 mengalami inflasi sebesar 8,79% (y-o-y) dengan laju inflasi triwulanan

sebesar 3,51% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi

tercatat pada sub kelompok makanan jadi sebesar 4,49% (q-t-q), diikuti sub

kelompok minuman tidak beralkohol (2,79%/q-t-q) serta sub kelompok

tembakau dan minuman beralkohol (1,72%/q-t-q).

Selama triwulan laporan, pergerakan komoditas makanan jadi yang

memberikan andil terhadap kenaikan inflasi adalah gula pasir (Januari), rokok

21 Cwt maksudnya hundredweight (100 pounds). 1 pounds setara dengan 453,59 gram/0,453 kg. Jadi 100 pounds sekitar 45,3 kg.

Page 66: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

INFLASI

- 42 - 42

kretek filter (Februari) serta nasi dan gado-gado(Maret). Kenaikan harga gula

lokal menyusul dampak naiknya harga komoditas gula di pasar internasional.

Naiknya harga rokok dipengaruhi oleh kenaikan cukai rokok yang mulai

berlaku 1 Januari 2010 sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor

181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.22 Sementara itu, naiknya

harga beras dan harga ayam broiler turut mempengaruhi harga nasi, gado-gado

yang beranjak naik pada triwulan laporan.

3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan I-

2010 mengalami inflasi sebesar 0,83% (q-t-q) serta dengan laju inflasi tahunan

mencapai 0,54% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, biaya tempat tinggal

mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 1,36% (q-t-q) diikuti kelompok bahan

bakar, penerangan dan air (0,71%/q-t-q). Sementara, sub kelompok

perlengkapan rumah tangga serta penyelenggaraan rumah tangga mengalami

deflasi masing-masing sebesar 0,98% (q-t-q) dan 0,24% (q-t-q) pada triwulan

laporan.

4. Kelompok Sandang

Kelompok sandang pada triwulan I-2010 mengalami deflasi sebesar

0,10% (q-t-q). Deflasi pada kelompok sandang pada triwulan laporan

disumbangkan oleh sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya 1,63% (q-

t-q), sub kelompok anak-anak (0,44%/q-t-q) serta sub kelompok wanita

(0,14%/q-t-q). Sementara sub kelompok sandang laki-laki mengalami inflasi pada

triwulan laporan.

Harga emas pada triwulan laporan kembali mengalami peningkatan.

Harga rata-rata emas (logam mulia) 24 karat di Jambi pada triwulan I-2010

22 Sumber: www.depkeu.go.id. Besaran kenaikan tarif cukai tahun 2010 untuk sigaret adalah, SKM (Sigaret Kretek Mesin) I rata-rata sebesar Rp 20, SKM II sebesar Rp 20, SPM (Sigaret Putih Mesin) I sebesar Rp 35, SPM II sebesar Rp 28, SKT I (Sigaret Kretek Tangan) sebesar Rp 15, SKT II sebesar Rp 15, SKT III sebesar Rp 25.

Page 67: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

INFLASI

43

sebesar Rp320.148,00/gram meningkat 1,36% dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar Rp315.864,00/gram.23

Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional

Harga Emas (USD/Troy Ounce)

1113

1,097

0100200300400500600700800900

1000110012001300

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Bloomberg

5. Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 8,26% (y-o-y) pada

triwulan I-2010 atau dengan laju inflasi triwulanan sebesar 1,08% (q-t-q).

Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok

obat-obatan sebesar 4,06% (q-t-q) diikuti oleh sub kelompok perawatan jasmani

dan kosmetika 1,01% (q-t-q), serta sub kelompok jasa perawatan jasmani 0,16%

(q-t-q). Sementara itu, sub kelompok jasa kesehatan tidak mengalami perubahan

harga.

6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan I-2010

mengalami inflasi sebesar 0,45% (q-t-q). Sub kelompok perlengkapan/peralatan

pendidikan mengalami inflasi sebesar 3,85% (q-t-q). Sub kelompok rekreasi serta

sub kelompok olahraga mengalami deflasi pada triwulan laporan. Sementara itu

biaya jasa pendidikan dan kursus-kursus relatif tetap pada triwulan laporan.

23 Sumber: BPS Provinsi Jambi.

Page 68: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

INFLASI

- 44 - 44

7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Perkembangan harga yang terjadi pada kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan di kota Jambi pada triwulan I-2010 sebesar

0,34% (q-t-q) dengan laju inflasi tahunan sebesar 3,93% (y-o-y). Berdasarkan

sub kelompoknya, inflasi terjadi pada sub kelompok transpor sebesar 0,51% (q-

t-q) serta sub kelompok sarana dan penunjang transpor sebesar 0,02% (q-t-q).

Sementara, sub kelompok komunikasi dan pengiriman serta jasa keuangan tidak

mengalami perubahan .

Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional

Harga Minyak (USD/Barrel)

83.76

79.36

0

25

50

75

100

125

150

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Bloomberg

Perkembangan harga minyak di pasar internasional mengalami tren

peningkatan selama periode triwulan I-2010. Setelah mencapai harga USD

79,36/barrel di akhir tahun 2009, pada akhir Maret 2010 harga minyak mampu

mencapai USD 83,76/barrel. Selama triwulan I-2010, harga minyak internasional

telah naik sebesar 5,54%. Namun demikian, harga minyak di pasar internasional

masih berada pada kisaran aman dari target pemerintah sehingga belum ada

rencana pemerintah untuk menaikkan kembali harga BBM dalam negeri.

Page 69: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

45

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Kinerja perbankan pada triwulan I-2010 menunjukkan penurunan dari sisi

aset dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), sementara penyaluran kredit

mengalami peningkatan. Menurunnya pertumbuhan aset dan penghimpunan

DPK yang diikuti peningkatan penyaluran kredit menyebabkan kinerja perbankan

yang terlihat dari Loan to Deposits Ratio (LDR) perbankan mengalami

peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Sementara, dari sisi kualitas kredit

yang diberikan menunjukkan perbaikan, dimana pada triwulan laporan angka

Non Performing Loan (NPL) mengalami penurunan.

A. Perkembangan Kelembagaan

Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor

Bank Indonesia Jambi sampai dengan Triwulan I tahun 2010 tercatat sebanyak 23

(dua puluh tiga) bank umum dan 11 (sebelas) BPR, yang terdiri dari 177 kantor

cabang dan cabang pembantu bank umum (tidak termasuk kantor kas) dan 17

kantor BPR.

Pada periode triwulan laporan tidak terdapat penambahan bank umum,

namun terdapat penambahan 2 (dua) kantor cabang pembantu bank umum,

yaitu KCP BCA Muara Bungo dan KCP Bank Panin Sarolangun. Selain itu,

terdapat penambahan 3 (tiga) Bank Perkreditan Rakyat dan sekaligus 3 (tiga)

kantor pusatnya, yaitu BPR Central dana Mandiri, BPR Bungo Mandiri, dan BPR

Kencana Mandiri.

Dari 23 (dua puluh tiga) bank umum yang beroperasi di wilayah Jambi,

terdapat 19 (sembilan belas) bank konvensional, termasuk diantaranya 1 (satu)

Bank Pembangunan Daerah, dan 4 (empat) bank syariah. Dilihat dari sebarannya,

jumlah kantor bank terbesar masih terdapat di Kota Jambi, yaitu sebanyak 64

(enam puluh empat) kantor atau 36,57% dari seluruh total kantor bank di

Page 70: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

46

Provinsi Jambi. Sementara, untuk kabupaten yang paling sedikit jumlah kantor

banknya adalah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, yaitu sebanyak 4 (empat)

kantor (2,29%).

B. Bank Umum24

1. Perkembangan Aset Bank

Total aset bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami

penurunan sebesar Rp169,96 miliar atau mencapai 1,20%. Penurunan aset bank

umum lebih dipengaruhi oleh aset bank konvensional yang mengalami

penurunan sebesar Rp178,60 miliar (1,30%). Sementara untuk aset bank syariah

justru mengalami peningkatan, yaitu sebesar Rp8,64 miliar (1,89%). Dengan

demikian, total aset bank umum pada triwulan laporan turun menjadi sebesar

Rp14.045,80 miliar.25

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

Q1-04

Q2-04

Q3-04

Q4-04

Q1-05

Q2-05

Q3-05

Q4-05

Q1-06

Q2-06

Q3-06

Q4-06

Q1-07

Q2-07

Q3-07

Q4-07

Q1-08

Q2-08

Q3-08

Q4-08

Q1-09

Q2-09

Q3-09

Q4-09

Q1-10

Rp miliar

-4.00

0.00

4.00

8.00

12.00

16.00

20.00

Persen

Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%)

Dilihat dari total pangsa pasar aset bank umum, pangsa aset bank

konvensional tercatat sebesar 96,69% sementara aset bank syariah sebesar

3,31% pada triwulan laporan.

24 Posisi data bank umum diambil berdasarkan periode Laporan Bank Umum bulan Februari 2010. 25 Bank konvensional termasuk bank milik pemerintah dan bank swasta nasional.

Page 71: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

47

2. Perkembangan Dana Masyarakat

Jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan

laporan turun sebesar 0,52%, yaitu dari Rp10.842,51 miliar menjadi Rp10.786,50

miliar.

Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan DPK bank umum dirasakan

oleh bank pemerintah dan bank syariah. DPK bank pemerintah meningkat

sebesar Rp40,99 miliar atau setara dengan 0,60% dan DPK bank syariah

meningkat sebesar Rp8,34 miliar atau naik 4,99% dari triwulan sebelumnya.

Disisi lain, bank swasta mengalami penurunan sebesar Rp105,34 miliar atau lebih

rendah 2,78% dibanding triwulan sebelumnya. Dengan lebih tingginya nilai

penurunan DPK yang dialami bank swasta dibanding kelompok bank umum

lainnya, mengakibatkan total DPK bank umum pada triwulan laporan mengalami

penurunan sebesar Rp56 miliar atau 0,52%.

Tabel 3.1 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)

2010Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Nominal Persen

6,582,172 6,885,592 6,486,375 6,809,872 6,850,866 40,994 0.60 1 1,843,254 1,823,585 1,515,112 1,398,671 1,791,618 392,947 28.09 2 3,071,431 3,362,425 3,377,120 4,091,147 3,672,739 (418,408) (10.23) 3 Simpanan Berjangka 1,667,487 1,699,582 1,594,143 1,320,054 1,386,509 66,455 5.03

3,497,944 3,464,288 3,512,213 3,787,502 3,682,160 (105,342) (2.78) 1 482,261 550,092 532,488 530,970 526,559 (4,411) (0.83) 2 1,538,759 1,546,735 1,625,555 1,813,348 1,753,854 (59,494) (3.28) 3 Simpanan Berjangka 1,476,924 1,367,461 1,354,170 1,443,184 1,401,747 (41,437) (2.87)

201,046 214,609 232,860 245,135 253,477 8,342 3.40 1 50,230 48,821 53,782 54,778 54,822 44 0.08 2 103,455 110,390 117,482 131,172 135,755 4,583 3.49 3 47,361 55,398 61,596 59,185 62,900 3,715 6.28

10,281,162 10,564,489 10,231,448 10,842,509 10,786,503 (56,006) (0.52) 1 2,375,745 2,422,498 2,101,382 1,984,419 2,372,999 388,580 19.58 2 4,713,645 5,019,550 5,120,157 6,035,667 5,562,348 (473,319) (7.84) 3 3,191,772 3,122,441 3,009,909 2,822,423 2,851,156 28,733 1.02

Tabungan

Jumlah

Bank Syariah

Bank Swasta Nasional

Tabungan

GiroTabungan

Giro

GiroTabungan Simpanan Berjangka

Simpanan Berjangka

URAIAN

Bank Konvensional

2009

Giro

Pertumbuhan

Bank Pemerintah

Berdasarkan jenis penghimpunan dana, menurunnya DPK pada

triwulan laporan dipicu oleh penurunan tabungan masyarakat sebesar Rp473,32

miliar (7,84%). Sementara, penghimpunan dana melalui giro dan deposito

meningkat masing-masing sebesar Rp388,58 miliar (19,58%) dan Rp28,73 miliar

Page 72: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

48

(1,02%). Berdasarkan pangsanya, penghimpunan dana terbesar masih diraih oleh

tabungan yaitu sebesar 51,57%, diikuti oleh deposito 26,43% dan giro 22%.

Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi

0500

1,0001,5002,0002,5003,0003,5004,0004,5005,0005,5006,0006,500

Q1-03

Q2-03

Q3-03

Q4-03

Q1-04

Q2-04

Q3-04

Q4-04

Q1-05

Q2-05

Q3-05

Q4-05

Q1-06

Q2-06

Q3-06

Q4-06

Q1-07

Q2-07

Q3-07

Q4-07

Q1-08

Q2-08

Q3-08

Q4-08

Q1-09

Q2-09

Q3-09

Q4-09

Q1-10

Rp miliar

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

Rp miliar

Giro (aksis kiri) Simpanan Berjangka (aksis kiri) Tabungan (aksis kiri) DPK (aksis kanan)

Berdasarkan golongan pemilik, menurunnya nilai DPK berasal dari

beberapa golongan pemilik, yaitu perorangan yang turun sebesar Rp107,73

miliar, perusahaan swasta sebesar Rp285,50 miliar, Badan Usaha Milik Negara

sebesar Rp107,73 miliar, dan koperasi sebesar Rp1,23 miliar. Sementara,

memasuki periode keuangan 2010 dana simpanan pemerintah daerah meningkat

sebesar Rp656,91 miliar.

Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik (dalam jutaan rupiah)

Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Share

1 Pemerintah 57,054 0.55 123,276 1.17 71,641 0.70 55,502 0.51 63,267 0.59

2 Pemerintah Daerah 1,925,290 18.73 1,717,794 16.26 1,424,546 13.92 676,473 6.24 1,333,383 12.36

3 Badan/lembaga pemerintah 85,805 0.83 102,410 0.97 88,067 0.86 70,394 0.65 76,401 0.71

4 Badan Usaha Milik Negara 128,686 1.25 109,758 1.04 86,253 0.84 204,031 1.88 96,302 0.89

5 Perusahaan asuransi 34,878 0.34 42,906 0.41 41,196 0.40 271,145 2.50 276,945 2.57

6 Perusahaan swasta 599,417 5.83 605,634 5.73 655,906 6.41 856,492 7.90 570,997 5.29

7 Yayasan dan Badan Sosial 65,650 0.64 72,682 0.69 77,369 0.76 87,178 0.80 94,294 0.87

8 Koperasi 30,218 0.29 71,069 0.67 29,936 0.29 31,724 0.29 30,495 0.28

9 Perorangan 7,287,671 70.88 7,589,518 71.84 7,690,055 75.16 8,507,058 78.46 8,209,191 76.12

10 Lainnya 66,493 0.65 129,442 1.23 66,479 0.65 82,512 0.76 33,614 0.31

Jumlah 10,281,162 100.00 10,564,489 100.00 10,231,448 100.00 10,842,509 100.00 10,784,889 100.00

Bukan Penduduk/Non-Residents - - - - - - - 1,614 0

10,281,162 10,564,489 10,231,448 10,842,509 10,786,503 Penduduk dan bukan penduduk

No. Golongan PemilikTrw.I-2009 Trw.I-2010

Penduduk/Residents

Trw.III-2009 Trw.IV-2009Trw.II-2009

Page 73: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

49

Berdasarkan pangsanya, DPK terbesar masih dikuasai oleh golongan

pemilik perorangan yang mencapai 76,12%, diikuti oleh pemerintah daerah

(12,36%), dan perusahaan swasta (5,29%).

Berdasarkan lokasi bank, jumlah dana masyarakat di perbankan

mengalami peningkatan dan penurunan di beberapa kabupaten/kota.

Peningkatan terjadi di Kota Jambi, yaitu sebesar Rp332,45 miliar (4,61%),

Kabupaten Bungo Rp177,01 miliar (29,77%), Kabupaten Kerinci Rp46,46 miliar

(8,02%), dan Kabupaten Tanjung Tanjung Timur Rp44,42 miliar (32,27%).

Sementara, penurunan DPK tertinggi dialami Kabupaten Tanjung Jabung Barat

yang mencapai Rp400,32 miliar (41,75%), diikuti oleh Kabupaten Merangin Rp

72,06miliar (12,93%), Kabupaten Sarolangun Rp57,46 miliar (34,57%), dan

kabupaten lainnya.

Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank (dalam jutaan rupiah)

Nominal Share Nominal Share Nominal Persen

1 Kota Jambi 7,703,930 71.05 7,539,351 69.90 (164,579) (2.14)

2 Batanghari 406,613 3.75 431,712 4.00 25,099 6.17

3 Tanjung Jabung Barat 552,483 5.10 558,420 5.18 5,937 1.07

4 Merangin 496,200 4.58 485,433 4.50 (10,767) (2.17)

5 Kerinci 579,339 5.34 625,797 5.80 46,458 8.02

6 Sarolangun 73,452 0.68 108,743 1.01 35,291 48.05

7 Bungo 840,254 7.75 771,572 7.15 (68,682) (8.17)

8 Tebo 52,585 0.48 83,404 0.77 30,819 58.61

9 Tanjung Jabung Timur 137,653 1.27 182,071 1.69 44,418 32.27

10,842,509 100.00 10,786,503 100.00 (56,006) (0.52)

Pertumbuhan

JUMLAH

Kota/KabupatenNo.Trw.I-10Trw.IV-09

3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana

Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi tumbuh sebesar

0,08% (Rp6,92 miliar), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya

yang mencapai 2,79%. Total penyaluran kredit pada triwulan laporan adalah

sebesar Rp9.123,83 miliar meningkat dari triwulan lalu yang sebesar Rp9.116,91

miliar.

Page 74: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

50

Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)

2010TW I TW II TW III TW IV TW I Nominal Persen

Kelompok Bank 7,748,152 8,392,275 8,869,187 9,116,912 9,123,834 6,922 0.08 1 Bank Pemerintah 5,434,083 5,998,544 6,358,653 6,471,259 6,456,234 (15,025) (0.23) 2 Bank Swasta 1,997,182 2,038,529 2,123,372 2,234,739 2,242,225 7,486 0.33 3 Bank Syariah 316,887 355,202 387,162 410,914 425,375 14,461 3.52

Jenis Penggunaan 7,748,152 8,392,275 8,869,187 9,116,912 9,123,834 6,922 0.08 1 Modal Kerja 2,968,650 3,242,737 3,508,606 3,672,737 2,856,331 (816,406) (22.23) 2 Investasi 1,453,410 1,523,921 1,670,957 1,769,894 1,614,018 (155,876) (8.81) 3 Konsumsi 3,326,092 3,625,617 3,689,624 3,674,281 4,653,485 979,204 26.65

Sektor Ekonomi 7,748,152 8,392,275 8,869,187 9,116,912 9,123,834 6,922 0.08 1 Pertanian 1,009,514 1,059,957 1,208,369 1,350,288 657,855 (692,433) (51.28) 2 Pertambangan 28,382 31,780 29,409 25,941 26,964 1,023 3.94 3 Perindustrian 377,768 439,771 459,335 438,242 409,444 (28,798) (6.57) 4 Listrik, Gas dan Air 28,020 26,793 26,852 26,852 27,010 158 0.59 5 Konstruksi 248,025 244,248 252,991 250,442 218,199 (32,243) (12.87) 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 2,156,927 2,385,394 2,628,817 2,740,329 1,922,069 (818,260) (29.86) 7 Pengangkutan, Pergudangan dan

Komunikasi 113,757 105,746 98,848 109,939 128,869 18,930 17.22 8 Jasa-jasa Dunia Usaha 302,607 316,146 326,087 340,406 326,169 (14,237) (4.18) 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 128,091 132,964 138,022 148,433 124,445 (23,988) (16.16)

10 Lain-lain 3,355,061 3,649,476 3,700,457 3,686,040 5,282,810 1,596,770 43.32

Pertumbuhan2009URAIAN

Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami oleh

bank swasta dan bank syariah. Peningkatan terbesar dialami oleh bank syariah,

yaitu sebesar Rp14,46 miliar (3,52%) dan diikuti bank swasta yang meningkat

sebesar Rp7,49 miliar (0,33%). Di sisi lain, penyaluran kredit oleh bank

pemerintah mengalami penurunan, yaitu sebesar Rp 15,03 miliar atau turun

0,23% dari triwulan sebelumnya. Sementara, jika dilihat dari pangsa (share)

penyaluran kredit, kelompok bank pemerintah masih mendominasi dengan

pangsa sebesar 70,76%, diikuti dengan kelompok bank swasta sebesar 24,58%,

dan kelompok bank syariah sebesar 4,66%.

Berdasarkan Jenis Penggunaan, peningkatan jumlah kredit dialami oleh

kredit konsumsi, yaitu sebesar Rp979,20 miliar atau naik 26,65% dari triwulan

sebelumnya. Sementara disisi lain, jumlah kredit modal kerja dan investasi

mengalami penurunan. Penurunan tertinggi dialami oleh kredit modal kerja

sebesar Rp816,41 miliar (22,23%) dan diikuti oleh kredit investasi yang turun

sebesar Rp155,88 miliar (8,81%).

Berdasarkan pangsanya, kredit terbesar masih didominasi oleh kredit

konsumsi, yaitu sebesar 51% dari total kredit pada triwulan laporan. Kemudian

diikuti oleh kredit modal kerja sebesar 31,31%, dan kredit investasi sebesar

Page 75: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

51

17,69%. Pertumbuhan kredit yang melambat dan meningkatnya pangsa kredit

konsumsi menunjukkan kepercayaan perbankan untuk pembiayaan usaha

masyarakat mengalami penurunan.

Berdasarkan Sektor Ekonomi, hampir semua sektor ekonomi

mengalami penurunan jumlah penyaluran kreditnya, kecuali untuk sektor

pertambangan, listrik gas dan air, serta pengangkutan, pergudangan dan

komunikasi. Secara nominal, peningkatan kredit terbesar dialami oleh sektor

pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi, yaitu sebesar Rp18,93 miliar

(17,22%), yang kemudian diikuti oleh sektor pertambangan sebesar Rp1,02

miliar (3,94%) dan sektor listrik, gas, dan air sebesar Rp0,16 miliar (0,59%).

Pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit sektor lain-lain,

yaitu sebesar 57,90%, yang kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, restoran,

dan hotel sebesar 21,07% dan sektor pertanian sebesar 7,21%. Dominasi

penyaluran kredit pada ketiga sektor tersebut mencapai 86,18% dari total

outstanding kredit.

Berdasarkan lokasi Proyek26, jumlah kredit yang disalurkan oleh

perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan

sebesar 3%, yaitu dari total kredit sebesar Rp11.288,44 miliar menjadi sebesar

Rp11.626,74 miliar.27 Meningkatnya jumlah kredit ini hampir dialami oleh semua

sektor ekonomi kecuali untuk sub sektor lain-lain. Berdasarkan nominal kredit,

peningkatan kredit lokasi proyek pada triwulan laporan terutama dipicu oleh

meningkatnya kredit sektor pertanian sebesar Rp324,58 miliar (27,5%), diikuti

dengan sektor perindustrian Rp51,75 miliar (6,5%) dan sektor jasa-jasa Rp49,77

miliar (4,69%).

26 Data s.d. bulan Februari 2010. Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) Provinsi Jambi. Data kredit lokasi proyek termasuk kredit dari BPR serta bank asing dan bank campuran sesuai dengan format SEKDA Provinsi Jambi. 27 Data s.d. bulan Februari 2010. Mulai Mei 2007, data dana/kredit telah menggunakan konsep net, yaitu tidak memasukkan dana/kredit pada pemerintah pusat dan bukan penduduk. Hal ini telah disesuaikan dengan publikasi SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia).

Page 76: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

52

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)

2010III IV I II III IV I

Pertanian 1,962,425 1,993,259 1,959,270 2,026,202 2,077,761 1,180,447 1,505,031Pertambangan 68,288 103,673 97,700 105,661 158,199 146,259 174,183Perindustrian 956,173 885,244 824,440 831,221 810,173 796,171 847,919Perdagangan 2,185,613 2,247,894 2,234,779 2,457,387 2,682,693 1,955,251 1,991,064Jasa-jasa 1,250,435 1,232,322 1,203,112 1,519,917 1,521,339 1,062,204 1,111,974 - listrik, gas dan air 111,225 174,412 189,230 492,546 467,801 189,248 190,744 - konstruksi 400,845 334,814 295,102 298,423 312,752 240,057 240,738 - pengangkutan 129,041 123,644 120,743 114,564 104,524 144,259 157,622 - jasa dunia usaha 474,273 464,894 465,298 471,301 484,654 364,385 397,285 - jasa sosial masyarakat 135,051 134,558 132,739 143,083 151,608 124,255 125,585Lain-lain 3,865,525 3,971,675 4,085,517 4,301,199 4,380,585 6,148,107 5,996,573TOTAL 10,288,458 10,434,067 10,404,818 11,241,587 11,630,750 11,288,439 11,626,744

2009Sektor Ekonomi

2008

4. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL)

gross Bank Umum di Provinsi Jambi

Lebih tingginya tingkat penurunan aset dan penghimpunan dana pihak

ketiga dibandingkan dengan tingkat kenaikan penyaluran kredit perbankan

menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR)28 berdasarkan wilayah pelapor

mengalami peningkatan, sedangkan LDR berdasarkan lokasi proyek pada triwulan

laporan mengalami penurunan. Loan to Deposits Ratio (LDR) berdasarkan wilayah

pelapor meningkat dari 84,08% menjadi 84,59%, sedangkan LDR berdasarkan

lokasi proyek29 menurun dari 110,84% menjadi 107,79%,.

Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi

Rp juta

6,025,6226,921,211

7,513,877 7,593,187 7,748,1528,392,275 8,869,187 9,123,834

9,116,91283.26%90.63%

97.77% 101.97% 101.20%106.41%

113.68% 110.84% 107.79%

62.78% 66.80%72.65% 75.41% 75.36% 79.44%

86.69% 84.08% 84.59%

-

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

Kredit Lokasi Proyek (Rp juta) Kredit Perbankan Jambi (Rp juta) DPK Perbankan (Rp juLDR Lokasi Proyek (persen) LDR Perbankan Jambi (persen)

28 LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan. 22 LDR berdasarkan lokasi proyek adalah rasio antara kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan DPK bank umum pada triwulan laporan. Data LDR berdasarkan lokasi proyek s.d Februari2010.

Page 77: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

53

Grafik 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

530

405

197

124111

8668

140176

130

282228

482

5985

169174176

286308

0

100

200

300

400

500

600

Tebo Batanghari Ma. Jambidan lainnya

Saro langun Kerinci Bungo Merangin Tanjabbar Kota Jambi Tanjabtim

Triwulan IV-09Triwulan I-10

Berdasarkan Kabupaten/Kota, Kabupaten Tebo memiliki LDR tertinggi

di antara seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi, yaitu sebsar 404,76%, diikuti

oleh Kabupaten Batanghari dan lainnya. Sementara itu terdapat dua

kabupaten/kota dengan tingkat LDR kurang dari 100% yaitu Kota Jambi dan

Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang masing-masing sebesar 85,32% dan

58,98%.

Kualitas kredit yang diberikan pada triwulan laporan menunjukkan

perbaikan. Kondisi ini tercermin dari menurunnya rasio Non Performing Loan

(NPL) gross bank umum, yaitu dari 3,29% pada triwulan sebelumnya menjadi

2,36%.

Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor

perindustrian, yaitu sebesar 7,88% yang berarti di atas ketentuan Bank Indonesia

yang sebesar 5%. Sementara itu, NPL sektor-sektor ekonomi lainnya masih

berada dalam kategori baik (dibawah 5%).

Tabel 3.6 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi

KreditNominal

NPL NPL (%) KreditNominal

NPL NPL (%) KreditNominal

NPL NPL (%)1. Pertanian 1,208,369 119,140 9.86 1,350,288 105,997 7.85 657,855 8,586 1.312. Pertambangan 29,409 251 0.85 25,941 157 0.61 26,964 197 0.733. Perindustrian 459,335 34,145 7.43 438,242 32,233 7.36 409,444 32,259 7.884. Listrik, Gas dan Air 26,852 - - 26,852 - 27,010 460 1.705. Konstruksi 252,991 8,663 3.42 250,442 8,371 3.34 218,199 9,151 4.19

6.Perdagangan, Restoran dan Hotel 2,628,817 93,705 3.56 2,740,329 94,528 3.45 1,922,069 46,804 2.44

7Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 98,848 589 0.60 109,939 202 0.18 128,869 2,830 2.20

8. Jasa-jasa Dunia Usaha 326,087 9,106 2.79 340,406 7,264 2.13 326,169 14,406 4.429. Jasa-jasa Sosial Masyarakat 138,022 3,413 2.47 148,433 712 0.48 124,445 5,926 4.7610. Lain-lain 3,700,457 60,690 1.64 3,686,040 50,743 1.38 5,282,810 94,875 1.80

8,869,187 329,702 3.72 9,116,912 300,207 3.29 9,123,834 215,494 2.36

TW III-09

J U M L A H

No Sektor EkonomiTW I-10TW IV-09

LDR < 100%

Page 78: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

54

Dilihat dari spread bunga (grafik 3.8), terlihat bahwa margin keuntungan

perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami penurunan.

Margin rata-rata tertimbang30 antara suku bunga kredit dengan suku bunga

deposito 3 (tiga) bulan turun dari 7,58% menjadi 6,38% pada triwulan laporan.

Penurunan ini dipicu oleh semakin rendahnya suku bunga kredit pada triwulan

laporan, sementara suku bunga simpanan tetap, sehingga menyebabkan

keuntungan dari margin bunga yang diperoleh pada triwulan laporan relatif lebih

kecil dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 3.5 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan

Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi

4.144.484.574.895.555.976.286.626.796.86.917.397.197.737.737.17.076.856.826.927.067.076.736.596.425.955.244.894.864.664.694.955.616.026.176.366.56.747.157.067.777.496.436.38

02468

101214161820

Jul

Agu

sSe

ptO

ktN

ov Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

sSe

ptO

ktN

ov Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

sSe

ptO

ktN

ov Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Ags

Sept

Okt

Nov Des Jan

Feb

2006 2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Margin Kredit Deposito 3 Bulan SBI

Ekspektasi dan respon perbankan terhadap penurunan BI Rate, yang

sampai dengan triwulan laporan masih stabil diangka 6,5%, cukup berpengaruh

dengan turunnya suku bunga kredit. Pada triwulan laporan, suku bunga kredit

turun sebesar 5 bps yaitu menjadi 13,69%, dan suku bunga simpanan tetap di

kisaran 7,31%.

C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibanding

triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset, DPK dan penyaluran kredit yang 30 Data menggunakan suku bunga rata-rata tertimbang bank umum pemerintah s.d. bulan Februari 2010.

Page 79: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

55

mengalami pertumbuhan positif. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi

mencapai sebesar Rp270,29 miliar atau meningkat 10,66% dibanding pada

triwulan sebelumnya yang sebesar Rp244,25 miliar. Sementara itu, jumlah

penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh BPR di Provinsi Jambi meningkat

sebesar Rp21,92 miliar (11,75%), dan penyaluran kredit tumbuh sebesar Rp8,06

miliar (3,23%).

Lebih tingginya peningkatan jumlah penghimpunan dana dibandingkan

penyaluran kredit pada triwulan laporan menyebabkan Loan to Deposits Ratio

(LDR) mengalami penurunan, yaitu menjadi sebesar 91,89% dari sebelumnya

sebesar 98,37%. Sementara itu, kualitas kredit menunjukkan perbaikan, yaitu

dengan menurunnya persentase Non Performing Loan (NPL) menjadi 7,38%.

Page 80: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 81: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

57

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan

kabupaten) tahun 2010 sebesar Rp1,50 triliun, turun 7,14% dari APBD tahun lalu

yang sebesar Rp ,62 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan, jumlah anggaran

pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2010 sebesar Rp1,30 triliun atau

meningkat 3,82% dibandingkan anggaran pendapatan tahun 2009 yang sebesar

Rp1,26 triliun.41 Dari kondisi tersebut, jumlah defisit anggaran selama tahun 2010

diperkirakan sebesar Rp200,00 miliar yang akan dibiayai dari sisa lebih

perhitungan anggaran tahun sebelumnya.

Grafik 4.1. APBD Provinsi Jambi

557.77

894.92955.96

1,136.131256.89 1304.93

776.83

1156.84

1291.6

1429.178

1620.591504.932

534.655607.84557.73

654.98

(4.14)

13.69

6.82

18.85

10.63

3.82

10.6513.39

(7.14)

34.35

47.2334.34

17.44

18.60

48.92

11.65

0

250

500

750

1000

1250

1500

1750

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Biro Keuangan (diolah)

-10

10

30

50miliar (Rp) persen (%)

Pendapatan (aksis kiri) Belanja (aksis kiri)% Pertumbuhan Pendapatan (aksis kanan) % Pertumbuhan Belanja (aksis kanan)

Sementara, realisasi anggaran pendapatan tahun 2009 telah mencapai

104,85% dari target penerimaan sebesar Rp1,29 triliun. Sedangkan realisasi

41 APBD Provinsi Jambi tahun 2010 ini disahkan tanggal 5 Oktober 2009

Page 82: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

58

anggaran belanja tahun 2009 sebesar mencapai 91,76% (Rp1,53 triliun), lebih

tinggi dibandingkan realisasi tahun 2008 (lihat tabel 4.1)

Tabel 4.1. Realisasi APBD Provinsi Jambi tahun 2009

Nominal Persen Nominal Persen

PENDAPATAN 1,292.67 506.80 39.21 1,355.34 104.85 Pendapatan Asli Daerah 498.17 202.98 40.75 527.88 105.96

Pajak Daerah 423.80 176.14 41.56 438.53 103.48Retribusi Daerah 40.45 8.67 21.43 36.85 91.10Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 9.35 0.28 2.99 9.77 104.45Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 24.57 17.89 72.79 42.73 173.90

Pendapatan Transfer 793.41 303.82 38.29 826.35 104.15Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 769.45 303.82 39.49 802.39 104.28

Dana Bagi Hasil Pajak 129.19 8.64 6.69 133.57 103.39Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 131.64 40.70 30.92 159.87 121.44Dana Alokasi Umum 473.51 236.75 50.00 473.51 100.00Dana Alokasi Khusus 35.12 17.72 50.47 35.45 100.93

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 23.96 0.00 0.00 23.96 100.00Dana Penyesuaian 23.96 0.00 0.00 23.96 100.00

Lain-lain Pendapatan yang Sah 1.09 0.00 0.00 1.11 102.11Pendapatan Dana Darurat 1.09 0.00 0.00 1.11 102.11

BELANJA 1,670.05 389.63 23.33 1,532.40 91.76Belanja Operasi 1,001.17 251.94 25.16 910.64 90.96

Belanja Pegawai 412.44 188.33 45.66 378.63 91.80Belanja Barang 390.30 56.40 14.45 348.27 89.23Belanja Subsidi 8.95 0.00 0.00 8.69 97.08Belanja Hibah 7.50 3.50 46.67 7.50 100.00Belanja Bantuan Sosial 26.04 0.71 2.72 22.33 85.77Belanja Bantuan Keuangan 155.94 3.00 1.92 145.22 93.13

Belanja Modal 483.93 52.74 10.90 445.68 92.10Belanja Tanah 2.80 0.00 0.00 2.80 99.83Belanja Peralatan dan Mesin 76.53 10.05 13.14 73.13 95.56Belanja Bangunan dan Gedung 77.08 7.91 10.26 69.26 89.84Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 303.04 31.93 10.54 282.02 93.06Belanja Aset Tetap Lainnya 24.47 2.85 11.64 18.47 75.49

Belanja Tak Terduga 10.00 0.81 8.06 2.67 26.75Belanja Tak Terduga 10.00 0.81 8.06 2.67 26.75

Transfer 174.95 84.14 48.09 173.40 99.11Transfer Bagi Hasil Ke Kab/Kota/Desa 174.95 84.14 48.09 173.40 99.11

Bagi Hasil Pajak 174.47 0.00 0.00 172.81 99.05Bagi hasil Retribusi 0.485 0.00 0.000 0.60 122.826Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 0.00 200.32

ANGGARAN 2009

REALISASI SMT.II-2009URAIAN

REALISASI SMT.I-2009

A. Anggaran Pendapatan Tahun 2010

Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2010

diperkirakan akan meningkat sebesar 3,82% dari tahun 2009. Secara nominal,

peningkatan pendapatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya Pendapatan

Asli Daerah (PAD) maupun Dana Perimbangan dari pusat. Di tahun 2010 PAD

sebesar Rp23,50 miliar (3,72%) serta dana perimbangan sebesar Rp24,54 miliar

(3,16%).

Page 83: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

59

Meningkatnya PAD Jambi disebabkan oleh meningkatnya retribusi daerah

sebesar Rp12,25 miliar (45,10%), pajak daerah Rp7,01 miliar (1,65%) serta hasil

pengelolaan pajak daerah yang dipisahkan Rp6,33 miliar (133,74%).

Secara umum, pendapatan daerah Provinsi Jambi masih bertumpu pada

jumlah dana perimbangan dengan pangsa sebesar 61,39% dari total pendapatan

daerah yang berarti ketergantungan daerah terhadap transfer dana dari pusat

sangat besar. Jika Pemerintah Daerah Provinsi Jambi mampu mengoptimalkan

sumber-sumber pendapatan daerah dan digunakan seefektif serta seefisien

mungkin untuk kemajuan daerah, niscaya tingkat kesejahteraan masyarakat

Jambi bisa lebih baik lagi.

Tabel 4.2. Pendapatan APBD Provinsi Jambi Tahun 2010 (dalam miliar Rupiah)

APBD APBD APBD APBD APBD 2006 2007 2008 2009 2010

Pendapatan Daerah 336.59 364.93 406.31 480.31 503.81 4.89 Pajak Daerah 297.82 319.49 351.44 423.79 430.80 1.65 Retribusi Daerah 19.40 22.46 23.58 27.78 40.03 44.10 Hasil Pengelolaan Pajak daerah yang dipisahkan 4.03 4.03 2.96 4.73 11.06 133.74 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 15.34 18.95 28.33 24.01 21.92 (8.69)

Dana Perimbangan 532.04 591.03 713.83 776.58 801.12 3.16 Dana Bagi Hasil pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 157.67 156.02 220.57 267.95 292.32 9.09 Dana Alokasi Umum 374.36 415.02 468.80 473.51 488.51 3.17 Dana Alokasi Khusus 20.00 24.45 35.12 20.30 (42.20)

Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah 26.30 - 16.00 - - Pendapatan HibahDana Darurat 5.00 Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda LainnyaDana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 11.00 Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemda LainnyaBantuan Dana Kontijensi/Penyeimbang dr Pemerintah 26.30

Total Pendapatan 894.93 955.96 1,136.13 1,256.89 1,304.93 3.82

Keterangan Perubahan (%)

B. Anggaran Belanja Tahun 2010

Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2010 diperkirakan akan

menurun sebesar 7,14% dari tahun lalu. Menurunnya sisa lebih perhitungan

anggaran tahun 2010 dibandingkan dengan tahun sebelumnya menyebabkan

menurunnya dana yang dapat dipergunakan dalam APBD 2010. Penurunan belanja

pemerintah ini diikuti dengan menurunnya belanja langsung sebesar Rp137,10 miliar

(-14,66%). Sementara itu, belanja tidak langsung mengalami peningkatan Rp21,44

miliar (3,13%).

Menurunnya anggaran belanja langsung tahun 2010 diikuti dengan

penurunan belanja barang dan jasa serta belanja modal masing-masing sebesar

Page 84: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

60

Rp82,91 miliar (19,52%), dan Rp57,72 miliar (12,77%) sementara belanja pegawai

tetap meningkat. Belanja barang dan jasa serta modal merupakan upaya pemerintah

untuk meningkatkan pembangunan secara langsung.

Meningkatnya anggaran belanja tidak langsung terutama disebabkan oleh

meningkatnya belanja pegawai dan belanja hibah masing-masing sebesar Rp45,55

miliar (12,82%) dan Rp43,30 miliar (1237,44%).

Tabel 4.3. Belanja APBD Provinsi Jambi Tahun 2010 (dalam miliar Rupiah)

APBD APBD APBD APBD APBD 2006 2007 2008 2009 2010

Belanja Tidak Langsung 356.56 404.20 522.38 685.67 707.11 3.13 Belanja Pegawai 179.31 219.38 354.30 355.25 400.80 12.82 Belanja Subsidi - Belanja Hibah 2.64 3.50 46.80 1,237.14 Belanja Bantuan Sosial 21.53 11.29 31.20 4.45 (85.74) Belanja Bagi Hasil Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa 144.70 142.42 142.65 170.95 176.27 3.11 Belanja Bantuan Keuangan Kpd Provinsi/Kab/Kota dan Desa

20.10 15.88 6.50 114.77 58.79 (48.78)

Belanja Tidak Terduga 12.44 5.00 5.00 10.00 20.00 100.00 Belanja Langsung 800.28 887.40 906.79 934.92 797.83 (14.66)

Belanja Pegawai 123.87 85.14 61.90 58.15 61.68 6.07 Belanja Barang dan Jasa 265.26 338.22 335.68 424.68 341.77 (19.52) Belanja Modal 411.16 464.04 509.22 452.09 394.37 (12.77)

Total Belanja 1,156.84 1,291.60 1,429.18 1,620.59 1,504.93 (7.14)

Keterangan Perubahan (%)

Sementara itu, belanja pada APBD 2010 menurut urusan pemerintahan

daerah dan organisasinya, belanja terbesar diperuntukkan untuk otonomi daerah,

pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,

kepegawaian dan persandian yaitu sebesar 34,8% dari total belanja, diikuti oleh

urusan pekerjaan umum 17,9%; pendidikan 12,1%; kesehatan 9,4%; pertanian

sebesar 6,6%; tenaga kerja 2,2%; perumahan 1,9%; kepegawaian 1,5% serta

lainnya 13,7%.

Anggaran otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan

daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian; pekerjaan umum,

pendidikan, pertanian dan perumahan mengalami penurunan dibandingkan

tahun lalu dengan penurunan terbesar adalah untuk pertanian (39,0%).

Anggaran pekerjaan umum menurun Rp57,19 miliar (17,5%). Selama ini

anggaran pekerjaan umum masih di bawah kebutuhan anggaran penanganan

ideal yang dibutuhkan. Oleh sebab itu penggunaan dana infrastruktur saat ini

adalah berdasarkan skala prioritas dimana pemeliharaan jalan supaya tidak putus.

Page 85: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

61

Anggaran kesehatan tahun 2010 meningkat Rp20,34 miliar (16,9%).

Peningkatan ini diharapkan dapat memperbaiki pelayanan kesehatan yang

bermutu dan berbiaya murah (gratis) bagi masyarakat, terutama bagi golongan

yang kurang mampu.

Grafik 4.2. Perkembangan Belanja per Dinas 2009-2010

Grafik 4.3. Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi

(5.0)(17.5)

(7.4)

16.9

(39.0)

43.5

(17.7)

68.8

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

0

100

200

300

400

500

600

Otoda PkrjnUmum

Pnddkn Kshtn Pertanian Tng Krj

Prmhn Kpgwn

2009 2010 Pertumbuhan %), RHS

Otoda34.8%

PkrjnUmum17.9%

Pnddkn12.1%

Kshtn9.4%

Pertanian6.6%

Tng Krj

2.2%

Prmhn1.9%

Kpgwn1.5% Lainnya

13.7%

C. REALISASI PENDAPATAN DAERAH TAHUN 2009

Sampai dengan semester II tahun 2009, realisasi pendapatan Provinsi

Jambi telah mencapai 104,85% dari target penerimaan (Rp1,29 triliun) atau

setara dengan Rp1,35 triliun. Realisasi pendapatan ini lebih rendah dibandingkan

pencapaian realisasi pendapatan pada semester II tahun 2008 yang mampu

mencapai Rp1,44 triliun. Penurunan realisasi pendapatan terutama berasal dari

lebih rendahnya pendapatan asli daerah (PAD) pada tahun 2009. Penurunan

terbesar terutama disumbangkan oleh realisasi pajak daerah yang turun sebesar

Rp88,47 miliar (16,79%).

Grafik 4.4. Perkembangan Pendapatan APBD Provinsi Jambi

Page 86: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

62

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

TW I TW II TW III TWIV

TW I TW II TW III TWIV

TW I TW II TW III TWIV

TW I TW II TW III TWIV

SMTI

SMTII

SMTI

SMTII

SMTI

SMTII

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009Sumber: Biro Keuangan (diolah)Mulai tahun 2007 laporan realisasi APBD dilakukan per-semester

0

25

50

75

100

125

150miliar (Rp) persen (%)

Pendapatan (aksis kiri) Realisasi Pendapatan (aksis kiri) % Realisasi Pendapatan (aksis kanan)

Dari segi pencapaian realisasi pendapatan, komponen lain-lain pendapatan

asli daerah yang sah memiliki realisasi tertinggi yang mencapai 173,90%, diikuti

oleh komponen dana bagi hasil bukan pajak (SDA) yang mencapai 121,44% serta

komponen hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan mencapai

104,45% pada semester II tahun 2009.

D. REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2009

Belanja pemerintah Provinsi Jambi tahun 2009 terdiri dari belanja operasi,

belanja modal, belanja tak terduga serta transfer. Sampai dengan semester II

tahun 2009, realisasi belanja mencapai 91,76% (Rp1,53 triliun). Realisasi belanja

tahun 2009 masih lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2008 yang hanya

mencapai 86,94%.

Grafik 4.5. Perkembangan Belanja APBD Provinsi Jambi

Page 87: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

63

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

TW I TW II TW III TWIV

TW I TW II TW III TWIV

TW I TW II TW III TWIV

TW I TW II TW III TWIV

SMTI

SMTII

SMTI

SMTII

SMTI

SMTII

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Sumber: Biro KeuanganMulai tahun 2007, laporan realisasi APBD per-semester

0

25

50

75

100

125

150

miliar (Rp) persen (%)

Belanja (aksis kiri) Realisasi Belanja (aksis kiri) % Realisasi Belanja (aksis kanan)

Berdasarkan jenis belanja, realisasi belanja terbesar secara nominal adalah

untuk belanja operasi yaitu sebesar Rp910,64 miliar diikuti dengan belanja modal

sebesar Rp445,68 miliar. Belanja operasi terealisasi sebesar 90,96% dari

anggaran dengan komposisi biaya terbesar (secara nominal) untuk belanja

pegawai yaitu sebesar Rp378,63 miliar diikuti dengan belanja barang sebesar

Rp348,27 miliar. Dari sisi belanja modal, pengeluaran terbesar dari komponen

belanja ini adalah untuk belanja jalan, irigasi dan jaringan yaitu sebesar Rp282,02

miliar (terealisasi 93,06%). Sementara itu, anggaran transfer terealisasi sebesar

Rp173,40 miliar (99,11%) di tahun 2009. Belanja transfer merupakan transfer

bagi hasil pajak ke kabupaten/kota/desa di Provinsi Jambi.

E. Keuangan Pemerintah Daerah

Perkembangan simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi

mencapai Rp1,33 triliun pada triwulan laporan (posisi Februari 2010), meningkat

sebesar 97,13% dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan jenisnya,

simpanan pemerintah daerah paling besar dalam bentuk giro (88,77%), diikuti

dengan deposito (10,43%).

Grafik 4.6. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi

Page 88: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

64

(dalam miliar Rupiah)

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

jan feb mar apr mei jun jul agus sep okt nov des jan feb mar apr mei jun jul agus sep okt nov des jan feb

2008 2009 2010

Deposito Giro

Periode awal tahun anggaran 2010, realisasi belanja pemerintah daerah

belum seluruhnya optimal. Belanja pemerintah daerah masih terbatas pada

realisasi belanja operasional (belanja gaji pegawai dan belanja operasional rutin

lainnya). Dampaknya, simpanan pemerintah daerah meningkat drastis

dikarenakan transfer dana perimbangan (khususnya dana alokasi umum/DAU)

dari pemerintah pusat terus mengalir ke rekening pemerintah daerah, sementara

realisasi belanja masih belum optimal.

Page 89: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

i

Boks 2.

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jambi Tahun 2010

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi Jambi merupakan salah satu

rangkaian dan tahapan perencanaan yang bertujuan menyusun dokumen Rencana

Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2011. Kegiatan ini didasari pada Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Musrenbang Provinsi Jambi tahun 2010 diselenggarakan selama 4 hari, dari

tanggal 12 April 2010 sampai dengan 15 April 2010. Acara ini diikuti oleh komisi-

komisi dan Badan Anggaran DPRD Provinsi Jambi, Kepala SKPD di lingkungan

Pemerintah Provinsi Jambi, Kepala Bappeda dan Kepala SKPD terkait di lingkup

Pemerintah Kabupaten/Kota, Asosiasi Profesi serta Perwakilan dari Masyarakat.

1. Kebijakan Pembangunan Nasional.

2. Kebijakan Penataan Ruang Nasional.

3. Arah dan Kebijakan Pembangunan Provinsi Jambi Tahun 2011.

4. Pembahasan Usulan Program dan Kegiatan Masing-masing Kabupaten/Kota.

Berdasarkan Rencana Pola dan Struktur Ruang maka RKPD Provinsi Jambi 2011

diarahkan kepada penguatan hirarki pusat-pusat kegiatan dengan melaksanakan

pembangunan dan pengembangan infrastruktur dasar perkotaan. Pada tahun 2011,

program prioritas RKPD Provinsi Jambi tahun 2011 adalah:

1. Pembangunan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Dasar

2. Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Kebudayaan

3. Penataan Kelembagaan

4. Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup

Fokus pembangunan tersebut juga diikuti oleh seluruh kabupaten/kota.

Pembangunan dan Peningkatan Sarana dan Prasarana Pelayanan Dasar

Peningkatan sarana dan prasarana pelayanan dasar merupakan fokus utama

provinsi Jambi di tahun 2011. Fokus pengembangan sektor ini terutama untuk

pembangunan dan pemeliharaan jalan, pengembangan irigasi, pengembangan sektor

energi, serta pembangunan dan pengembangan sarana perhubungan. Pembangunan

jalan baik berupa pembangunan jalan provinsi maupun kabupaten tetap menjadi

prioritas utama. Kondisi infrastruktur jalan darat yang buruk akan menghambat

aktivitas ekonomi. Rusaknya infrastruktur akan menyebabkan tingginya biaya distribusi

sehingga harga-harga barang akan meningkat. Sementara itu dari sisi petani, kondisi

ini dapat menyebabkan turunnya pendapatan.

Dari sisi perhubungan, kabupaten kerinci sudah meresmikan bandara di awal

tahun ini. Saat ini baru sebuah penerbangan yang beroperasi ke Kerinci dari Kota

Page 90: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

ii

Jambi. Adanya pembangunan bandara ini diharapkan semakin mempermudah akses

komunikasi antara wilayah barat dan timur provinsi Jambi. Sementara itu,

pengembangan bandara Bungo sudah sampai tahap pengerasan untuk landasan pacu.

Pengembangan sumber energi baru sudah dirintis oleh beberapa kabupaten.

Pengembangan sumber energi alternatif diharapkan dapat terlaksana dengan segera.

Sampai dengan saat ini Jambi masih mengalami defisit listrik. Produksi listrik di Jambi

hanya mencukupi kurang dari 40% kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan listrik

bergantung pada jaringan interkoneksi Sumatera. Oleh sebab itu diperlukan

pengembangan sumber energi baru yang murah. Pengembangan sumber energi listrik

di Jambi adalah:

Kabupaten Bungo

- Pemasangan jaringan listrik, Saluran Udara Tegangan Menengah/ Rendah dan

Travo

- Peningkatan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hydro

- Pengadaan PLTS 801 unit : Dusun Senamat Ulu, Timbolasi dan Sei. Telang

Kabupaten Merangin

Saat ini masih terdapat 38% desa di Kabupaten Merangin yang belum dialiri

listrik. Pengembangan sumber energi yang akan dibangun adalah:

- Peningkatan Kapasitas PLTMH (Desa Tanjung Dalam, Lembah Masurai)

- Peningkatan kapasitas PLTMH (Desa Tuo, Lembah Masurai)

- Pembangunan Baru PLTMH (Desa Renah Pelaan, Jangkat)

- Peningkatan/Penggantian PLTMH (50 KWH) dan Penggantian Jaringan

Tegangan Rendah (JTR) (Desa Rantau Suli, Sungai Tenang)

Kabupaten Kerinci

- Pembangunan Pembangkit Listrik Mikrohidro (PLTMH) di Kabupaten Kerinci (2

lokasi)

- Pengembangan dan Pembangunan PLTS (2 lokasi)

- Percepatan Pembangunan PLTA Kerinci

Kabupaten Tanjung Jabung Timur

- Pengembangan listrik SIS di 73% kecamatan dan 46,2% desa

- Pengembangan PLTS di 12 Desa dengan ruang lingkup mencapai 40% di

setiap desa

Kabupaten Sarolangun

- Pembangunan PLTMH Telun Seluro Kecamatan Batang Asai

- Pembangunan Jaringan Listrik Tegangan Menengah (JLTM)

- Pembangunan Jaringan Listrik Tegangan Rendah (JLTR)

Page 91: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

iii

Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Kebudayaan

Pengembangan SDM dan kebudayaan difokuskan pada pendidikan dan

kesehatan. Pengembangan kedua sub sektor ini merupakan kelanjutan dari program-

program sebelumnya. Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan, pengembangan

sarana dan prasarana sekolah, dan pencanangan program melek huruf merupakan

beberapa program dari sub sektor pendidikan. Sementara pengembangan layanan

kesehatan diutamakan untuk pengembangan rumah sakit, puskesmas dan jejaringnya,

serta penanganan penyakit-penyakit tertentu.

Penataan Kelembagaan

Penataan kelembagaan akan dilaksanakan melalui penguatan dan

pemberdayaan lembaga baik dari tingkat desa sampai ke tingkat kabupaten. Dengan

adanya program ini diharapkan iklim usaha akan semakin membaik sehingga memicu

para pengusaha untuk menanamkan modalnya di Jambi. Mudahnya pemberian izin

usaha akan meningkatkan minat pengusaha untuk melegalkan usaha mereka misalnya

untuk usaha batubara dan bahan galian. Meningkatnya izin usaha untuk komoditi ini

akan memicu meningkatnya pendapatan asli daerah (PAD).

Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup

Fokus pengembangan perekonomian di Jambi disesuaikan dengan struktur

ekonomi masing-masing daerah. Namun demikian, sektor pertanian tetap menjadi

prioritas utama pengembangan mengingat dapat menyerap banyak tenaga kerja.

Oleh sebab itu pengembangan sektor pertanian yang didukung oleh teknologi

memadai serta pengembangan sektor industri yang tepat diharapkan dapat lebih

mengoptimalkan kinerja pertanian di Jambi.

Fokus utama pengembangan sektor pertanian terdapat pada sub sektor

perkebunan dan tanaman bahan makanan selain juga sub sektor peternakan dan

perikanan untuk beberapa daerah tertentu. Pengembangan sub sektor tanaman bahan

makanan diusulkan melalui:

- Peningkatan produksi pertanian melalui penyediaan dan sertifikasi bibit unggul,

pengelolaan distribusi pupuk serta penanganan pasca panen yang tepat.

- Peningkatan penerapan teknologi pertanian melalui penyediaan sarana dan

prasarana pertanian, pengembangan irigasi.

- Peningkatan pemanfaatan lahan untuk pertanian (terutama lahan tidur) dan

penyusunan kebijakan pencegahan alih fungsi lahan pertanian.

Sementara itu, pengembangan sub sektor perkebunan lebih diarahkan kepada

pengembangan kelapa sawit dan karet yang merupakan komoditi unggulan Jambi.

Beberapa pengembangan sub sektor perkebunan yang diusulkan adalah:

- Peremajaan karet dan optimalisasi program revitalisasi perkebunan

Page 92: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

iv

- Perluasan areal perkebunan

- Peningkatan sarana dan prasarana perkebunan dengan pengembangan jalan

produksi

- Perbaikan fasilitas yang mendukung pemasaran produk perkebunan seperti di

pasar lelang karet.

REKOMENDASI

1. Peningkatan integrasi program RKPD provinsi Jambi. Saat ini intergrasi

program pengembangan belum terlaksana dengan baik antar kabupaten/kota

sehingga terjadi tumpang tindih. Beberapa kabupaten/kota mengusulkan

program yang serupa (misal pengembangan sumber energi). Pengembangan

ini akan lebih optimal jika difokuskan daerah mana yang akan menjalankannya

dan bagaimana penyalurannya sehingga biaya akan lebih efisien dan waktu

pengerjaan akan lebih cepat.

2. Pemerintah daerah sebaiknya lebih fokus dalam menentukan rencana

program ke depan beserta targetnya. Beberapa kabupaten/kota belum

fokus dalam menentukan target yang akan dicapai dalam beberapa tahun ke

depan. Hal ini terlihat dari terlalu banyaknya program-pogram yang diusulkan.

Banyaknya program tentu akan berdampak pada semakin sedikitnya anggaran,

waktu dan tenaga kerja yang tersisa untuk menjalankan program tersebut

sehingga hasilnya akan kurang optimal.

Page 93: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

65

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Pada periode triwulan laporan, perkembangan pembayaran tunai di Jambi

mengalami penurunan, sedangkan pembayaran non tunai mengalami

peningkatan. Penurunan pembayaran tunai tercermin pada jumlah aliran uang

masuk/inflows dan uang keluar/outflows Bank Indonesia yang berasal dari

setoran dan pembayaran kepada bank-bank umum di wilayah kerja Kantor Bank

Indonesia Jambi. Sementara untuk pertumbuhan pembayaran non-tunai dapat

dilihat dari meningkatnya volume aktivitas kliring dan nominal transaksi RTGS di

Provinsi Jambi selama kurun waktu periode laporan.

Tabel 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KBI Jambi

2010Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Nominal Persen

Nilai Kliring (juta Rp) 2,066,986 2,010,418 1,413,797 1,585,118 1,600,873 1,721,046 1,632,198 (88,848) (5.16) Volume Kliring (lembar warkat) 68,947 60,278 58,349 59,407 61,323 61,397 61,881 484 0.79 Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 226,795 558,429 295,018 124,946 179,942.58 387701 217,196 (170,505) (43.98) Aliran Uang Keluar/Ouflows (juta Rp) 1,191,144 695,552 263,397 923,429 930,375 1205071 396,030 (809,041) (67.14) Net Inflows/ (Net Outflows) (juta Rp) (964,349) (137,123) 31,621 (798,483) (750,433) (817,370) (178.830) 817,191 (99.98) RTGS dari jambi (miliar Rp) 7,204 7,384 5,511 6,168 6,554 8,032 9,259 1,227 15.28 RTGS ke Jambi (miliar Rp) 19,315 19,030 18,792 19,149 13,348 17,998 30,773 12,775 70.98 Penemuan Uang Palsu- Pecahan Rp100.000,00 - - - - - - - - - - Pecahan Rp50.000,00 - - - - - - - - - - Pecahan Rp20.000,00 - - - - - - - - - - Pecahan Rp10.000,00 - - - - - - - - - Jumlah PTTB (juta Rp) 63,707 70,922 29,578 25,812 78,279 148,972 130,156 (18,816) (12.63) Perbandingan PTTB thd. Inflows (%) 28.09 12.70 10.03 20.66 43.50 38.42 59.93 22 55.96 Cek dan BG Kosong- Lembar 808 971 900 992 1,147 894 716 (178) (19.91) - Nominal (juta Rp) 28,487 32,389 27,286 34,355 29,945 24,805 19,222 (5,584) (22.51)

Pertumbuhan (q-t-q)2008 2009Uraian

A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai

A.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi

Pada triwulan laporan, perkembangan sistem pembayaran tunai

mengalami penurunan, baik dari sisi penerimaan (inflow) maupun aktivitas

pembayaran (outflow), jika dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya.

Page 94: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

66

Pergerakan outflow di bulan Maret 2010 mencapai sebesar Rp220,07 miliar atau

sebesar 55,57% dari total outflow triwulan laporan.

Grafik 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi

-200

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

Q1-03

Q2-03

Q3-03

Q4-03

Q1-04

Q2-04

Q3-04

Q4-04

Q1-05

Q2-05

Q3-05

Q4-05

Q1-06

Q2-06

Q3-06

Q4-06

Q1-07

Q2-07

Q3-07

Q4-07

Q1-08

Q2-08

Q3-08

Q4-08

Q1-09

Q2-09

Q3-09

Q4-09

Q1-10

Rp miliar

-200

300

800

1,300

1,800

2,300

2,800

Persen

Inflows Outflows Net Outflows Pert. Net Outflows (%)

Pada triwulan laporan, aliran kas keluar bersih (net cash outflow) menurun

sebesar Rp638,54 miliar (78,12%). Arus kas masuk (cash inflow) turun sebesar

Rp170,50 miliar (43,98%) menjadi Rp217,20 miliar, sedangkan aliran kas keluar

(cash outflow) turun sebesar Rp809,04 miliar (67,14%) menjadi Rp396,03 miliar.

A.2. Penyediaan Uang Layak Edar

Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang tidak

layak edar (lusuh/rusak) yang masuk ke Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga

kelayakan uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, jumlah

ratio PTTB dibandingkan inflows sebesar 59,93% (Rp130,15 miliar).

A.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan

Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu pada pecahan

berapapun. Untuk menjaga tidak beredarnya uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor

Bank Indonesia Jambi masih terus melakukan kegiatan Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian

Uang Rupiah kepada masyarakat.

Page 95: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

67

B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai

B.1. Perkembangan Kliring Lokal

Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan

laporan tercatat sebesar Rp1.632,20 miliar atau turun sebesar 5,16%

dibandingkan triwulan sebelumnya. Sebaliknya, jumlah warkat kliring justru

mengalami peningkatan sebesar 0,79%, yaitu dari 61.323 lembar menjadi

61.881 lembar.

Di sisi lain, jumlah cek dan BG kosong mengalami penurunan sebesar

19,91%, yaitu dari 894 lembar menjadi 716 lembar. Penurunan tersebut diikuti

juga dengan penurunan secara nominal jumlah penolakan sebesar 22,51%, yaitu

dari Rp24,81 miliar menjadi Rp19,22 miliar.

B.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)

Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross

Settlement (BI RTGS) di Kantor Bank Indonesia Jambi secara total (keluar dan

masuk/dari dan ke) meningkat yaitu sebesar 53,79% sehingga menjadi sebesar

Rp40,03 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp26,03 triliun.

Transfer masuk ke Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp12,75 triliun (174,72%)

dan transfer keluar dari Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp1,23 triliun (16,95%)

pada triwulan I tahun 2010.

Grafik 5.2 dan 5.3 Perkembangan Nominal dan Volume Kliring

1,6711,932

2,067 2,010

1,4141,585 1,601 1,721 1,632

(4.41)

15.61

7.00

(2.74)

12.12

0.997.51

(5.16)

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

Trw.I Trw.II Trw. III Trw.IV

Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IVTrw. I

2008 2009 2010

(25)

(15)

(5)

5

15

25

35

dalam miliar RupiahPersen

Nilai Kliring Pertumbuhan Nilai Kliring

Grafik 5.2

60,526 58,349 61,323 61,397 61,88160,27868,94767,008 59,407

0.96 0.12 0.79

(3.20)

(12.57)

3.231.81

2,89

2.89

-

40,000

80,000

120,000

Trw.I Trw.II Trw. III Trw. IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw. I

2008 2009 2010

(15)

-

15

lembar warkatPersen

Volume Kliring Pertumbuhan Volume Kliring

Grafik 5.3

Page 96: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

68

Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah)

Dari Ke Dari KeTW I-07 5,552.37 4,540.66 89.55 73.24 (28.00) (33.72) (31.48) (36.93) TW II-07 5,469.05 11,659.81 88.21 188.06 (1.50) 156.79 (1.50) 156.79 TW III-07 6,683.00 15,264.37 102.82 234.84 22.20 30.91 16.56 24.87 TW IV-07 6,789.21 14,003.22 113.15 233.39 1.59 (8.26) 10.06 (0.62) TW I-08 5,620.00 16,025.00 93.67 267.08 (17.22) 14.44 (17.22) 14.44 TW II-08 6,351.75 16,874.15 100.82 267.84 13.02 5.30 7.64 0.28 TW III-08 7,204.01 19,314.53 114.35 306.58 13.42 14.46 13.42 14.46 TW IV-08 7,384.30 19,030.05 121.05 311.97 2.50 (1.47) 5.86 1.76 TW I-09 5,511.05 18,792.30 93.41 318.51 (25.37) (1.25) (22.84) 2.10 TW II-09 6,168.31 19,149.01 99.49 308.86 11.93 1.90 6.51 (3.03) TW III-09 6,554.08 13,347.82 107.44 218.82 6.25 (30.29) 8.00 (29.15) TW IV-09 8,031.94 17,997.98 127.49 285.68 22.55 34.84 18.66 30.56 TW I-10 9,259.26 30,772.72 151.79 504.47 15.28 70.98 19.06 76.58 Sumber: www.bi.go.id & KBI Jambi

Kumulatif triwulananPertumbuhan

Rata-rata harianKeteranganDari Ke Dari Ke

Kumulatif Triwulanan Rata-Rata Harian

Page 97: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

69

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

Pada periode triwulan laporan, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK)

menunjukkan bahwa nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi

masyarakat terhadap kondisi pengangguran masih berada pada level pesimis.32

Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang pendidikan pada triwulan

laporan menurun signifikan sebesar 70,41% jika dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya.33

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi

bulan Februari 2010) mengalami peningkatan jika dibandingkan triwulan

sebelumnya (posisi Desember 2009). Upah minimum Provinsi (UMP) Jambi pada

tahun 2010 meningkat sebesar 12,50% dari sebesar Rp800.000,00 pada tahun

2009 menjadi Rp900.000,00 (tahun 2010). Sementara itu, rasio Upah Minimum

Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan I tahun 2010

menurun sebesar 1454 bps jika dibandingkan triwulan IV tahun 2009.34

A. Ketenagakerjaan Daerah

Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi pada bulan Maret tahun 2010, jumlah

pencari kerja menurun sebesar 70,41% jika dibandingkan triwulan sebelumnya.35

Hal ini dikarenakan pada triwulan sebelumnya berlangsung kegiatan penerimaan

pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan pemerintah daerah seluruh

kabupaten/kota di Provinsi Jambi yang menyebabkan angka pencari kerja

32 Nilai saldo dibawah 100 artinya berada pada level pesimis. Jika nilai saldo meningkat, berarti masyarakat memandang kondisi pengangguran membaik. 33 Perbandingan pada 2 bulan awal periode triwulanan. Posisi data bulan Januari-Februari 2010 (triwulan I-2010) dibandingkan posisi data bulan Oktober-November (triwulan IV-2009). Data pencari kerja terkini tersedia sampai dengan bulan Februari 2010. 34 Rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) dinyatakan dalam satuan persen (%). 35 Posisi data bulan Januari-Februari 2010 (triwulan I-2010) dibandingkan posisi data bulan Oktober-November (triwulan IV-2009)

Page 98: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

70

meningkat signifikan. Minat masyarakat untuk menjadi PNS sangatlah besar

sehingga mendorong pencari kerja terutama tingkat pendidikan Sarjana untuk

ikut tes penerimaan CPNS tahun 2009.

Secara nominal, jumlah pencari kerja didominasi oleh tingkat pendidikan

dari SLTA sebanyak 1.099 orang, diikuti dengan sarjana sebesar 206 orang

dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan distribusinya (share), pencari

kerja dengan jenjang pendidikan SLTA merupakan bagian terbesar pencari kerja

(69,73%) diikuti oleh lulusan sarjana (S1&S2) sebesar 13,07%.

Grafik 6.1. Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi Grafik 6.2. Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi

(orang)

( 10 .56 )

( 55.6 3 )

2 1.13

( 50 .2 6 )

10 7.0 1

( 8 .2 8 )( 2 .3 3 )

9 2 .8 6

16 7.9 7

( 55.6 4 )

6 4 .2 6

( 6 5.9 0 )

( 2 8 .14 )

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2009 2010

Sumber: Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, 2009

(100)

(50)

-

50

100

150

200(%)

Total Pencari Kerjag.pencari kerja

Grafik 6.1

orang

-200400600800

1,0001,2001,4001,6001,8002,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2009 2010

Sumber:Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, 2009

SD SLTPSLTA DI/DIID III/Sarjana Muda Sarjana

Grafik 6.2

Berdasarkan survei ekspektasi konsumen, jumlah penganguran saat ini

dibandingkan 6 s.d 12 bulan yang lalu menunjukkan penurunan. Kondisi ini

tercermin dari menurunnya nilai saldo kondisi pengangguran dari sebesar

77,33 pada triwulan IV-2009 menjadi 66,77 pada triwulan I-2010. Sejalan

dengan hal tersebut, nilai saldo ekspektasi konsumen terhadap kondisi

pengangguran menunjukkan penurunan nilai saldo yaitu dari sebesar 70,00

menjadi 67,33. Nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi terhadap

pengangguran masih berada pada level pesimis pada triwulan laporan

menunjukkan bahwa masyarakat memandang kondisi ketenagakerjaan masih

kurang kondusif.

Page 99: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

71

Grafik 6.3. Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran

Indeks

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Ekspektasi pengangguran Kondisi pengangguran

Sumber: Bank Indoneisa (diolah)

B. Kesejahteraan

Pergerakan inflasi Kota Jambi pada triwulan laporan meningkat sebesar

1,53%/q-t-q jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya harga-harga

beberapa kebutuhan pokok tersebut pada akhirnya menyebabkan naiknya rata-

rata triwulanan kebutuhan hidup layak (KHL) di Provinsi Jambi sebesar 34,09%,

yaitu dari Rp885.901,00 pada triwulan IV-2009 menjadi Rp1.187.921,00 pada

triwulan laporan.

Grafik 6.4-6.7. Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok

Rp

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Rp

4,000

4,500

5,000

5,500

6,000

6,500

7,000

Merk Anggur Merk King Merk Belida IR 64 (aksis kanan) IR 42 (aksis kanan)

Perkembangan Harga Beras

Grafik 6.4

Rp

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Segi Tiga Biru Merk Lencana

Perkembangan Harga Tepung Terigu

Grafik 6.5

Page 100: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

72

Rp

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Bimoli Botol Special Tanpa Merk

Perkembangan Harga Minyak Goreng

Grafik 6.6

Rp

-

8,000

16,000

24,000

32,000

40,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3

2007 2008 2009 2010

Rp

-

4,000

8,000

12,000

16,000

20,000

Ayam Kampung (aksis kiri) Susu Merk Dancow (aksis kiri) Kacang Kedelai Impor Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Bawang Merah

Perkembangan Harga Komoditas lainnya

Grafik 6.7

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, 2009.

Perkembangan harga rata-rata beberapa bahan kebutuhan pokok (lihat

Grafik 6.4-6.7) mengalami perkembangan yang cukup beragam. Harga rata-rata

beras ukuran 20 kg, yaitu Merek Anggur, Merek King dan Merek Belida

mengalami peningkatan harga pada kisaran Rp9.531-Rp11.205/20kg selama

periode triwulan laporan.36 Peningkatan harga juga terjadi pada harga rata-rata

gula selama triwulan laporan. Tren peningkatan harga gula dimulai pada awal

tahun 2009 terus berlanjut sampai dengan akhir periode triwulan I-2010. Bahkan,

harga gula sempat mencapai Rp11.500/kg di akhir tahun 2009 dan relatif

bergerak stabil sampai dengan akhir Maret 2010.

Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan harga terjadi pada komoditas

minyak goreng, daging ayam (broiler dan kampung), bawang merah, kacang

hijau, dan susu. Pada periode triwulan laporan, harga rata-rata minyak goreng

curah (tanpa merek) mengalami peningkatan sebesar Rp1.116/kg. Sejalan

dengan hal tersebut, kelompok harga daging ayam, yaitu daging ayam broiler

dan daging ayam kampung naik secara rata-rata masing-masing sebesar

Rp692/kg dan Rp163/kg. Sementara, harga rata-rata bumbu-bumbuan seperti

cabe merah keriting dan cabe merah biasa mengalami penurunan.

Pada triwulan laporan, tantangan masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya semakin berat. Hal ini tercermin dari menurunnya

kemampuan Upah Minimum Provinsi (UMP) dalam memenuhi kebutuhan hidup

36 Sumber: Disperindag Provinsi Jambi, 2010.

Page 101: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

73

layak (KHL). Sebagaimana diketahui, Upah Minimum Provinsi (UMP)37 Provinsi

Jambi tahun 2010 yang telah ditetapkan sebesar Rp900.000 per bulan,

meningkat 12,50% dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp800.000,00. Rasio UMP

terhadap rata-rata KHL mengalami penurunan dari 90,30% pada triwulan IV-

2009 menjadi 75,76% pada triwulan I-2010. Hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan UMP dalam menutupi KHM/KHL relatif semakin menurun. Bagi para

pekerja yang mendapatkan upah sesuai dengan UMP atau bahkan dibawah UMP

tentunya sangat berat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara

lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi pada bulan

Februari 2010. Pada bulan Februari 2010, NTP sebesar 95,14 atau sedikit

meningkat 0,34% dibandingkan bulan Desember 2009 (94,82).38 Namun

demikian, NTP yang masih berada dibawah 100 menunjukkan bahwa kenaikan

indeks harga hasil produksi pertanian relatif lebih rendah dibandingkan kenaikan

indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun

untuk keperluan produksi pertanian.

Indeks harga yang diterima petani (It) dari 5 sub sektor menunjukkan

fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan

Februari 2010, It mengalami peningkatan sebesar 1,86% dibandingkan bulan

Desember 2009. Sementara, indeks yang dibayar (Ib) petani juga meningkat

sebesar 1,53% dibandingkan bulan Desember 2009. Namun demikian,

peningkatan indeks yang dibayar (Ib) yang lebih kecil dibandingkan peningkatan

indeks yang diterima (It) menyebabkan NTP pada bulan Februari 2010 masih

relatif lebih baik dibandingkan NTP bulan Desember 2009.

37 Biasanya Upah Minimun Provinsi disesuaikan 1 (satu) tahun sekali. 38 NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.

Page 102: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

74

Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100)

Okt Nov Des Jan Feb

1 Tanaman Padi Palawijaa Indeks Diterima Petani 112.28 114.37 114.22 115.63 117.58 2.94

- Padi 105.71 107.42 107.42 109.09 112.04 4.30- Palawija 137.9 141.45 140.72 141.09 139.17 -1.10

b Indeks Dibayar Petani 118.87 118.23 118.12 119.21 119.75 1.38- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118.03 117.06 116.90 118.23 118.80 1.63- Indeks BPPBM 122.4 123.15 123.25 123.29 123.71 0.37Nilai Tukar Petani (NTP-P) 94.45 96.74 96.70 97.00 98.19 1.54

2 Hortikulturaa Indeks Diterima Petani 115.1 111.45 109.48 111.58 111.59 1.93

- Sayur-sayuran 116.46 112.36 110.68 114.35 116.01 4.82- Buah-buahan 113.46 110.36 108.03 108.23 106.24 -1.66

b Indeks Dibayar Petani 118.41 117.87 117.71 118.91 119.31 1.36- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 117.66 116.68 116.53 117.89 118.47 1.66- Indeks BPPBM 121.26 122.37 122.21 122.79 122.49 0.23Nilai Tukar Petani (NTP-H) 97.21 94.56 93.01 93.84 93.53 0.56

3 Tanaman Perkebunan Rakyata Indeks Diterima Petani 107.96 109.88 110.71 111.53 112.24 1.38

- Tanaman Perkebunan Rakyat 107.96 109.88 110.71 111.53 112.24 1.38b Indeks Dibayar Petani 119.12 118.70 118.51 119.93 120.45 1.64

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118.99 118.37 118.20 119.80 120.36 1.83- Indeks BPPBM 119.62 119.98 119.74 120.42 120.81 0.89Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 90.64 92.57 93.41 93.00 93.18 -0.24

4 Peternakana Indeks Diterima Petani 113.99 115.19 114.85 114.56 116.01 1.01

- Ternak Besar 108.4 109.69 109.28 108.66 110.19 0.83- Ternak Kecil 112.01 112.47 112.47 112.47 112.47 0.00- Unggas 126.17 126.87 126.50 126.85 129.10 2.06- Hasil Ternak 130.51 134.45 134.45 134.45 134.45 0.00

b Indeks Dibayar Petani 116.16 116.24 116.26 117.49 118.28 1.74- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 116.39 116.40 116.26 118.18 118.97 2.33- Indeks BPPBM 115.84 116.01 116.26 116.53 117.34 0.93Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 98.13 99.10 98.79 97.51 98.08 -0.72

5 Perikanana Indeks Diterima Petani 106.72 106.72 107.57 107.69 107.56 -0.01

- Penangkapan 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 0.00- Budidaya 118.65 118.65 121.12 121.48 121.10 -0.02

b Indeks Dibayar Petani 116.51 115.72 115.74 117.19 117.75 1.74- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 116.83 115.72 115.52 117.65 118.45 2.54- Indeks BPPBM 115.84 115.73 116.21 116.22 116.26 0.04Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 91.60 92.22 92.94 91.90 91.35 -1.72

a INDEKS YANG DITERIMA (It) 111.02 111.9 111.84 112.92 113.92 1.86b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 118.54 118.07 117.94 119.21 119.74 1.53c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 93.66 94.77 94.82 94.72 95.14 0.34

Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)

KELOMPOK DAN SUB KELOMPOKPERSENTASE

PERUBAHAN (%) (Nov Ke Sep)

PROVINSI JAMBI

2009 2010

C. Kemiskinan

Dalam rangka turut mensukseskan program pemerintah dalam hal

penanggulangan kemiskinan, pemerintah Jambi (melalui Bulog Divre Jambi)

secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masayarakat yang berhak.

Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar 4.980 ton, menurun

47,85% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9.550 ton.39

39 Provinsi Jambi pada 2010 mendapat jatah Raskin sekitar 20.000 ton untuk penyaluran selama 10 bulan bagi 133.137 RTS tersebar di dua kota dan sembilan kabupaten dengan harga Rp1.600/Kg.

Page 103: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

75

Grafik 6.8. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi

-

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

TW II TWIII

TWIV

TW I TW II TWIII

TWIV

TW I TW II TWIII

TWIV

TW I TW II TWIII

TRWIV

TW I TW II TWIII

TRWIV

TW I

2005 2006 2007 2008 2009 2010

(100)

(50)

-

50

100

150

200

250

Sumber: Bulog Prov. Jambi

Penyaluran Raskin (kg), aksis kiri Pertumbuhan Raskin (%), aksis kanan

Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)

Page 104: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 105: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

77

BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan II-

2010 diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan I-2010.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi kontributor utama

pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi

penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi masih didominasi oleh

sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-jasa.

Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan akan

lebih tinggi dibanding triwulan laporan (q-t-q). Dengan demikian, inflasi tahunan

(y-o-y) diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan laporan. Dari sisi

permintaan, penyelenggaraan pemilihan umum Kepala Daerah Gubernur Jambi

serta memasuki masa liburan sekolah memicu meningkatnya permintaan

masyarakat sehingga harga-harga diperkirakan akan cenderung meningkat. Dari

sisi penawaran, kenaikan tarif dasar listrik serta adanya potensi kenaikan harga

minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-

bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO), di pasar

internasional disertai dengan belum membaiknya kondisi jalan dapat memicu

meningkatnya angka inflasi Kota Jambi.

A. Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang

diperkirakan pada kisaran 5,3-6,3% (y-o-y). Pengeluaran konsumsi rumah tangga

masih menjadi motor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada

triwulan mendatang. Hal ini tercermin dari nilai indeks ekspektasi ekonomi

sebesar 118,00 yang masih berada pada level optimis (nilai indeks diatas 100).

Sejalan dengan hal tersebut, indeks ekspektasi penghasilan masyarakat

terus tumbuh secara optimis dan berada pada level 148,67. Semakin

Page 106: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

78

membaiknya perekonomian di Jambi meningkatkan harapan akan penghidupan

yang lebih baik bagi masyarakat.

Grafik 7.1. Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Indeks

Ekspektasi ekonomi Ekspektasi pengangguran Ekspektasi penghasilan

Hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) pada triwulan laporan

menggambarkan rencana konsumsi dalam 6 s.d 12 bulan yang akan datang

sebagian besar berada pada level pesimis, kecuali nilai saldo bersih rencana

konsumsi barang sandang tercatat sebesar 145,33. Sedangkan indikator lainnya

masih bertengger pada level pesimis yaitu: pembelian/perbaikan rumah (74,67);

peralatan rumah tangga (56,67); perabotan rumah tangga (56,00); kendaraan

bermotor (40,67); serta rekreasi/tamasya (73,33). Hal ini menunjukkan bahwa

kecenderungan belanja masyarakat di triwulan II-2010 masih diutamakan untuk

memenuhi kebutuhan pokok, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan

lainnya.

Grafik 7.2. Rencana Konsumsi dalam 6-12 bulan yang akan datang

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Indeks

Peralatan rumah tangga Perabotan rumah tangga Kendaraan bermotor

Barang sandang Pembelian/perbaikan rumah Rekreasi/tamasya

Page 107: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

79

Berdasarkan hasil SKDU triwulan I-2010, optimisme responden pada

triwulan mendatang diyakini oleh pelaku usaha pada sektor pertambangan dan

penggalian; industri pengolahan; listrik dan air minum (LGA); keuangan

persewaan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa. Hal ini terlihat dari

perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk sektor-sektor tersebut yang

masih positif (Tabel 7.1).

Tabel 7.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha

Triwulan I-2010

Triwulan II-2010*

1 Pertanian 6.14 (2.63)

2 Pertambangan dan Penggalian (1.27) 2.55

3 Industri Pengolahan 0.55 1.11

4 Listrik dan Air Minum 0.40 0.20

5 Bangunan - (0.69)

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran (1.27) (0.55)

7 Pengangkutan dan Komunikasi - (0.49)

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 0.68 3.42

9 Jasa-jasa (5.00) 3.75

0.23 6.67

Saldo Bersih Tertimbang = Saldo Bersih dikalikan bobot Bobot didasarkan pada Distribusi PDRB Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000

Saldo Bersih TertimbangNo Sektor/Subsektor

Total

Keterangan : Saldo Bersih = % naik dikurangi turun

Keterangan : *) Angka perkiraan

Dari sisi penawaran, perkembangan sektor industri pengolahan

diperkirakan akan meningkat pertumbuhannya. Perkembangan industri

pengolahan baik industri pengolahan hasil komoditi pertanian maupun industri

makanan dan minuman akan semakin membaik.

Di sisi lain, sektor jasa-jasa juga diperkirakan akan meningkat. Adanya

Pilkada di triwulan depan akan memicu meningkatnya usaha jasa yang

mendukung semua atribut Pilkada. Selain itu, masa tahun ajaran baru juga ikue

mendorong pertumbuhan sektor ini.

Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia Jambi, pertumbuhan ekonomi

tahunan (y-o-y) Provinsi Jambi pada triwulan II-2010 diperkirakan pada kisaran

5,30%-5,80% (skenario pesimis) atau sebesar 5,81%-6,30% (skenario optimis).

Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir tahun 2010

Page 108: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

80

diperkirakan pada kisaran 6,00%-7,00% (skenario pesimis) atau sebesar 7,01%-

8,00% (skenario optimis).

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

pasca krisis ekonomi dunia, diperlukan langkah nyata dan effort yang lebih besar

dari Pemerintah Daerah Jambi untuk memacu pertumbuhan ekonominya.

Beberapa prasyarat agar pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi bisa tumbuh lebih

baik, antara lain melalui:

1. Percepatan realisasi APBD terutama proyek-proyek fisik yang

berorientasi memacu perekonomian.

Infrastruktur merupakan kunci pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah

dengan optimal. Sampai dengan triwulan I-2010, perkembangan proyek-

proyek fisik dengan dana APBD relatif masih rendah. Oleh sebab itu

diharapkan pemerintah daerah dapat menyegerakan realisasi belanja modal

APBD 2010 sehingga mampu mempercepat stimulus pembangunan ekonomi

di Jambi. Pembangunan Infrastruktur bidang transportasi (terutama jalan dan

jembatan) harus dipercepat dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi

aktivitas perdagangan serta mengurangi biaya distribusi akibat kurang

kondusifnya sarana jalan dan jembatan.

2. Peningkatan koordinasi antar kabupaten/kota.

Koordinasi pembangunan antar kabupaten/kota diharapkan dapat lebih

ditingkatkan. Setiap daerah diharapkan dapat fokus dalam mencapai target

pembangunan yang nantinya akan dimanfaatkan oleh daerah-daerah di

sekitarnya. Pengembangan yang bersifat one village one product ini

diharapkan dapat lebih mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber

pendanaan yang ada.

3. Pengendalian Inflasi yang Forward Looking.

Diperlukan keberlangsungan kebijakan penanganan inflasi (pengendalian

harga-harga) yang koordinatif antar dinas/instansi terkait secara

berkesinambungan sehingga dapat mendukung terciptanya inflasi yang relatif

rendah dan stabil melalui pengendalian inflasi yang forward looking

diantaranya melalui:

a. Koordinasi antara FKPI Provinsi Jambi dengan Tim Pengendalian Inflasi di

level pusat yang lebih intensif.

Page 109: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

81

b. Meningkatkan kegiatan diseminasi untuk memberikan pemahaman

kepada masyarakat di daerah terkait kondisi dan prospek ekonomi dan

resiko tekanan inflasi.

c. Pemerintah daerah memberikan perhatian yang lebih kepada komoditas

bahan makanan utama yang masih didatangkan dari luar daerah

sehingga harganya berpotensi untuk bergejolak.

4. Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Daerah.

Percepatan realisasi belanja modal pemerintah, terutama untuk proyek-proyek

fisik serta program percepatan ekonomi lainnya harus mampu

mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja lokal sehingga mampu membuka

lapangan pekerjaan bagi masyarakat Jambi yang berdampak pada

menurunnya angka pengangguran dan kemiskinan, serta peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Disamping itu, peningkatan program padat karya

(misal: revitalisasi pertanian, perikanan dan peternakan, program

pengembangan jalan lingkungan) dapat menjadi solusi untuk peningkatan

penyerapan tenaga kerja.

5. Kebijakan Agrobisnis yang menguntungkan bagi petani dan

pengusaha.

Beberapa hal yang bisa dilaksanakan adalah:

- Percepatan realisasi tersedianya industri hilir (misal industri minyak

goreng, sabun dll) yang dapat menopang supply sawit dan karet untuk

dioptimalkan menjadi komoditas yang memiliki value added labih baik

sehingga dapat meningkatkan daya saing Provinsi Jambi dalam sektor

perkebunan.

- Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti

serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses

produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk

yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi.

- Pengawasan distribusi pupuk yang komprehensif sehingga tidak terjadi

kelangkaan di tingkat petani yang dapat mendorong peningkatan harga

pupuk yang sangat memberatkan petani.

- Penentuan tingkat harga yang saling menguntungkan antara petani

dengan pengusaha sehingga terjadi hubungan bisnis yang kondusif. Oleh

karena itu, perusahaan harus menghindari pembelian komoditas tersebut

Page 110: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

82

melalui toke.40 Hal ini dikarenakan toke membeli harga komoditas

unggulan Jambi (sawit dan karet) ke petani dibawah harga pasar/harga

yang telah ditetapkan sehingga merugikan petani.

6. Penguatan ekspor barang dan jasa.

Penguatan ekspor di Jambi dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas dan

produktivitas komoditas utama ekspor (seperti karet dan kelapa sawit)

sehingga dapat tetap menjaga daya saing di pasar internasional yang

didukung dengan ketersediaan industri hilir.

7. Pertumbuhan kredit perbankan

Mendorong laju pertumbuhan kredit Provinsi Jambi pada triwulan I-2010

berkisar 15-20% (y-o-y) melalui program-program pendampingan kepada

usaha mikro dan kecil.

B. Proyeksi Inflasi

Secara tahunan (y-o-y), perkembangan harga-harga pada triwulan II-2010

diperkirakan relatif meningkat dibandingkan triwulan I-2010. Kondisi ini

tercermin dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) yang menunjukkan bahwa

keyakinan masyarakat terhadap perbaikan harga-harga masih berada pada level

pesimis. Hal tersebut tercermin dari seluruh indikator ekspektasi harga yang

memiliki nilai dibawah 100 atau berada dalam level pesimis (lihat Grafik 7.3).

Sedangkan nilai saldo bersih (SB) untuk indikator kenaikan harga umum sebesar

26,67 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (36,67).41

Grafik 7.3. Saldo Bersih Ekspektasi harga dalam 6-12 bulan yang akan datang

40 Toke bisa juga diartikan tengkulak atau cukong. 41 SB (Saldo Bersih) = (%baik-%buruk)+100%. Nilai dibawah 100% berarti pesimis. Nilai diatas 100% berarti optimis. Saldo Bersih ekspektasi harga merupakan hasil survey dari jawaban pertanyaan ekspektasi terhadap harga barang/jasa pada 6-12 bulan mendatang.

Page 111: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

83

-

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Indeks

Bahan sandang Perumahan & bahan bangunanTransportasi & komunikasi Harga UmumBahan makanan

Inflasi Kota Jambi pada Triwulan II-2010 diperkirakan sebesar 5,00%-

6,00%/y-o-y (skenario optimis) atau sebesar 6,01%-7,00%/y-o-y (skenario

pesimis). Adanya Pilkada Gubernur Jambi serta musim liburan sekolah memicu

meningkatnya angka inflasi dari sisi permintaan. Dari sisi penawaran, kenaikan

tarif dasar listrik serta adanya potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang

diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan (kedelai, jagung,

gandum), crude palm oil (CPO), di pasar internasional disertai dengan belum

membaiknya kondisi jalan dapat memicu meningkatnya angka inflasi Kota Jambi.

Grafik 7.4. Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi periode tahun 2006 s.d. Maret 2010 serta Perkiraan April s.d. Juni 2010

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Catatan: Inflasi bulan April- Juni 2010 adalah angka perkiraan

m-t-m (%)

2006 2007 2008 2010 2009

Grafik 7.5. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi

Page 112: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

84

periode tahun 2006 s.d. Maret 2010 serta Perkiraan April s.d. Juni 2010

-5

0

5

10

15

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Catatan: Inflasi Bulan April-Juni 2010 merupakan angka perkiraan dengan deviasi ±1%

y-o-y (%)

2006 2007 2008 2009 2010 optimis

Beberapa faktor-faktor lain yang masih berpotensi akan memberikan

tekanan inflasi selama triwulan mendatang dan menyebabkan perkiraan inflasi

melampaui sasaran antara lain 1) Tingginya perputaran uang di masyarakat

menjelang Pilkada Gubernur Jambi bulan Juni 2010, 2.) Masa tahun ajaran baru

direspon oleh institusi pendidikan dengan meningkatkan biaya pendidikan, 3.)

Meningkatnya tarif dasar listrik sebesar 15% di bulan Juni diperkirakan akan

meningkatkan angka inflasi Jambi sebesar 0,50% secara langsung 4.) Kondisi

infrastruktur (jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan biaya

distribusi dan transportasi barang dan jasa, serta 5) Potensi kenaikan harga

minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-

bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar

internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya

angka inflasi pada periode triwulan II-2010.

Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok

diperkirakan mampu meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktu-waktu

akibat kemungkinan shock di sisi penawaran. Stok beras di Bulog Divre Jambi

diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras. Faktor lain, belum

adanya rencana pemerintah pusat menaikkan harga komoditas administered

price yang strategis (bahan bakar minyak/BBM, dan elpiji) selama tahun 2010

diperkirakan mampu memperbaiki ekspekatsi inflasi masyarakat sehingga dapat

menahan laju inflasi naik lebih tinggi.

Page 113: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

LAMPIRAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

Page 114: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 115: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

2010**I II III IV I II III IV I

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1. PERTANIAN 2,264,958.82 2,398,374.33 2,527,467.86 2,601,183.58 2,697,692.70 2,816,726.34 2,888,832.44 2,947,155.23 3,015,958.83 a. Tanaman Bahan Makanan 760,459.33 806,070.94 841,868.06 875,756.85 920,059.35 987,506.80 1,002,255.43 1,003,865.16 1,030,473.94 b. Tanaman Perkebunan 1,067,338.57 1,137,740.73 1,210,085.67 1,212,572.70 1,255,285.44 1,279,405.27 1,322,145.34 1,371,807.24 1,400,364.17 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 128,869.16 132,928.56 136,627.55 139,897.13 148,622.58 155,852.41 159,827.17 164,253.66 167,894.86 d. Kehutanan 194,164.34 199,574.46 206,938.52 209,924.75 216,967.74 234,889.11 239,958.33 242,005.27 247,458.46 e. Perikanan 114,127.43 122,059.64 131,948.07 163,032.15 156,757.59 159,072.74 164,646.16 165,223.89 169,767.39 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 2,160,772.53 2,920,395.13 3,163,638.97 2,280,953.39 1,615,029.73 1,828,851.06 2,067,178.10 2,261,571.09 2,285,511.33 a. Minyak dan Gas Bumi 1,923,091.04 2,655,784.49 2,857,582.73 1,901,090.92 1,336,814.01 1,532,097.69 1,761,428.45 1,971,062.47 1,990,290.83 b. Pertambangan tanpa Migas 143,246.66 167,931.41 207,326.93 277,742.63 172,445.40 187,467.98 192,573.43 177,589.09 179,708.99 c. Penggalian 94,434.84 96,679.24 98,729.31 102,119.84 105,770.32 109,285.39 113,176.22 112,919.53 115,511.51 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,094,101.43 1,129,188.32 1,169,351.29 1,175,637.25 1,203,091.13 1,236,200.31 1,296,004.16 1,337,478.39 1,358,636.21 a. Industri Migas 111,258.70 107,913.43 120,071.65 108,466.62 114,034.83 114,948.29 117,112.58 118,415.22 120,394.09 1. Pengilangan Minyak Bumi 111,258.70 107,913.43 120,071.65 108,466.62 114,034.83 114,948.29 117,112.58 118,415.22 120,394.09 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 982,842.73 1,021,274.89 1,049,279.64 1,067,170.63 1,089,056.30 1,121,252.02 1,178,891.58 1,219,063.18 1,238,242.13

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 79,186.96 82,892.56 81,055.23 86,224.15 87,294.61 93,306.14 93,695.18 93,746.83 95,189.35 a. Listrik 65,854.34 68,780.00 65,921.82 70,523.15 71,056.60 77,013.53 76,913.13 76,933.25 78,158.53 b. Gas c. Air Bersih 13,332.62 14,112.56 15,133.41 15,701.00 16,238.01 16,292.61 16,782.05 16,813.58 17,030.81 5. BANGUNAN 423,266.64 435,005.87 446,648.65 466,934.14 493,113.64 506,913.35 524,079.68 539,131.19 551,398.94

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1,334,699.12 1,386,667.22 1,446,907.64 1,479,699.08 1,494,477.94 1,591,195.93 1,680,254.97 1,736,845.63 1,784,032.94 a. Perdagangan Besar & Eceran 1,223,738.58 1,274,014.64 1,333,341.11 1,365,611.58 1,374,992.62 1,469,259.46 1,553,974.97 1,607,473.94 1,652,220.99 b. Hotel 19,480.12 20,545.46 20,701.05 20,805.54 21,508.28 21,960.56 22,573.73 23,380.09 23,655.32 c. Restoran 91,480.43 92,107.12 92,865.48 93,281.96 97,977.04 99,975.91 103,706.27 105,991.60 108,156.64 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 625,379.84 636,321.17 659,411.31 683,149.36 715,779.03 740,847.70 776,000.05 798,781.23 809,175.69 a. Pengangkutan 578,246.69 587,161.07 609,776.51 632,732.56 659,885.17 683,992.44 716,408.82 737,664.67 746,281.14 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 406,539.81 415,211.07 433,631.62 449,411.83 465,406.90 476,048.14 499,729.05 516,023.38 521,082.60 3. Angkutan Laut 66,912.29 69,505.08 71,109.98 71,714.73 80,671.26 82,189.64 83,447.37 84,249.14 85,740.90 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 29,227.28 29,951.52 30,164.87 30,209.36 32,197.45 33,212.14 33,818.58 34,265.54 35,195.88 5. Angkutan Udara 45,664.56 41,730.55 43,339.86 49,137.81 46,592.19 56,847.00 61,934.04 64,380.99 64,975.66 6. Jasa Penunjang Angkutan 29,902.75 30,762.85 31,530.18 32,258.82 35,017.37 35,695.53 37,479.77 38,745.62 39,286.09 b. Komunikasi 47,133.15 49,160.10 49,634.80 50,416.80 55,893.87 56,855.26 59,591.23 61,116.56 62,894.55 1. Pos dan Telekomunikasi 46,324.20 48,332.04 48,796.48 49,571.05 55,015.82 55,960.06 58,660.98 60,162.76 61,916.67 2. Jasa Penunjang Komunikasi 808.96 828.05 838.32 845.76 878.05 895.20 930.25 953.80 977.88

8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 403,888.80 446,879.48 474,578.91 480,418.56 522,531.95 547,770.21 576,594.69 597,181.68 607,241.80 a. Bank 148,243.29 180,486.71 197,951.47 192,555.05 212,093.81 227,748.97 246,505.29 258,177.46 264,661.01 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 29,688.96 30,484.82 31,070.76 31,630.91 34,987.26 35,930.47 36,658.47 37,463.81 38,272.60 c. Jasa Penunjang Keuangan 1,967.14 2,033.51 2,101.62 2,125.04 2,341.56 2,387.91 2,498.91 2,586.78 2,623.25 d. Sewa Bangunan 217,288.89 226,998.15 236,426.04 246,835.21 265,053.92 273,495.31 282,443.12 290,215.99 292,784.08 e. Jasa Perusahaan 6,700.51 6,876.29 7,029.01 7,272.34 8,055.40 8,207.55 8,488.89 8,737.64 8,900.87 9. JASA-JASA 972,886.31 992,233.42 1,012,262.83 1,033,863.40 1,061,354.04 1,085,949.30 1,112,711.30 1,150,555.88 1,173,890.66 a. Pemerintahan Umum 833,856.20 850,804.49 867,152.58 886,876.32 912,522.22 933,904.32 954,152.66 985,673.80 1,004,684.34 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 571,314.96 582,389.64 595,095.24 608,132.47 628,028.66 641,648.75 654,863.52 677,639.15 690,105.51 2. Jasa Pemerintah lainnya 262,541.24 268,414.85 272,057.33 278,743.85 284,493.56 292,255.57 299,289.14 308,034.64 314,578.83 b. Swasta 139,030.11 141,428.93 145,110.26 146,987.08 148,831.82 152,044.98 158,558.64 164,882.08 169,206.32 1. Sosial Kemasyarakatan 95,138.30 96,535.59 98,960.66 100,592.66 101,573.42 103,955.92 109,268.72 113,820.51 116,936.67 2. Hiburan & Rekreasi 7,124.14 7,229.56 7,336.85 7,367.30 7,496.30 7,619.00 7,819.86 8,168.90 8,263.76 3. Perorangan & Rumahtangga 36,767.66 37,663.78 38,812.75 39,027.12 39,762.10 40,470.06 41,470.06 42,892.68 44,005.88 PDRB Migas 9,359,140.46 10,427,957.50 10,981,322.69 10,288,062.91 9,890,364.78 10,447,760.33 11,015,350.57 11,462,447.17 11,681,035.76 PDRB Tanpa Migas 7,324,790.72 7,664,259.58 8,003,668.31 8,278,505.37 8,439,515.94 8,800,714.36 9,136,809.55 9,372,969.48 9,570,350.84

2008* 2009**LAPANGAN USAHA

Keterangan: *angka sementara

** angka sangat sementara

Page 116: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

2010**

I II III IV I II III IV I(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1. PERTANIAN 1,140,156.78 1,163,383.47 1,182,052.55 1,205,603.17 1,235,487.70 1,243,970.45 1,256,514.56 1,262,808.61 1,279,435.94 a. Tanaman Bahan Makanan 415,167.90 428,478.31 437,572.75 450,618.23 466,009.83 470,041.38 470,484.01 457,546.65 466,256.56 b. Tanaman Perkebunan 538,419.01 546,629.93 553,762.77 558,285.33 576,519.49 580,081.59 588,790.11 606,358.89 613,318.28 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 76,182.50 76,357.09 76,759.06 77,064.20 78,063.18 78,144.42 79,812.89 81,686.80 82,370.35 d. Kehutanan 67,430.77 67,607.12 67,875.43 67,987.09 65,683.37 65,803.52 66,410.54 66,488.67 66,583.93 e. Perikanan 42,956.60 44,311.03 46,082.54 51,648.32 49,211.83 49,899.54 51,017.01 50,727.59 50,906.81 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 398,238.51 444,841.89 504,880.40 503,517.63 461,553.56 466,948.56 469,120.23 467,020.54 468,082.62 a. Minyak dan Gas Bumi 312,835.24 352,240 401,473.50 381,152.93 367,608.26 368,316.08 368,528.26 371,467.84 372,129.93 b. Pertambangan tanpa Migas 41,362.48 48,090.02 58,430.27 76,796.07 47,215.02 50,772.11 51,458.00 46,952.15 47,015.89 c. Penggalian 44,040.80 44,512.03 44,976.62 45,568.63 46,730.29 47,860.38 49,133.97 48,600.55 48,936.80 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 502,840.62 513,480.82 522,111.87 519,818.82 524,604.28 528,114.89 547,323.88 558,240.57 560,557.19 a. Industri Migas 33,805.43 32,984.05 35,310.24 31,513.18 33,032.28 33,180.59 33,747.74 34,015.21 34,227.42 1. Pengilangan Minyak Bumi 33,805.43 32,984.05 35,310.24 31,513.18 33,032.28 33,180.59 33,747.74 34,015.21 34,227.42 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 469,035.18 480,496.77 486,801.63 488,305.64 491,572.01 494,934.30 513,576.14 524,225.36 526,329.77 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 28,725.19 29,859.78 28,721.66 30,424.36 30,706.63 32,763.31 32,580.63 32,595.21 32,861.91 a. Listrik 24,209.08 25,258.69 24,191.29 25,851.37 25,998.33 28,080.85 27,790.86 27,796.80 28,036.78 b. Gas c. Air Bersih 4,516.12 4,601.09 4,530.37 4,572.98 4,708.29 4,682.47 4,789.77 4,798.41 4,825.13 5. BANGUNAN 176,847.49 179,216.33 180,183.25 185,235.31 191,514.20 193,824.13 197,187.75 199,948.62 201,492.90 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 627,939.14 636,138.93 643,712.48 655,067.71 657,880.69 679,789.26 702,014.83 716,906.02 723,880.00 a. Perdagangan Besar & Eceran 570,784.46 578,548.76 585,962.92 597,115.75 599,302.58 621,003.96 642,873.07 656,895.70 663,633.98 b. Hotel 10,295.23 10,554.09 10,566.62 10,617.30 10,904.55 11,022.09 11,066.68 11,287.72 11,335.09 c. Restoran 46,859.45 47,036.07 47,182.94 47,334.66 47,673.56 47,763.21 48,075.08 48,722.60 48,910.93 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 296,468.81 295,297.25 300,814.87 305,931.63 307,479.24 312,192.03 320,521.06 327,982.64 329031.7717 a. Pengangkutan 270,278.90 268,851.18 274,172.72 279,064.10 280,036.94 284,368.60 291,723.18 298,517.10 298925.8202 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 175,064.39 175,491.96 179,787.82 181,198.26 182,466.58 183,308.35 187,526.48 192,764.61 193,216.77 3. Angkutan Laut 37,522.13 37,637.47 37,672.37 37,899.58 39,042.73 39,122.67 39,401.84 39,687.40 39,757.03 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 16,382.90 16,427.93 16,497.83 16,515.56 16,601.76 16,655.35 16,700.28 16,869.50 16,890.33 5. Angkutan Udara 24,723.28 22,517.83 23,115.94 26,269.95 24,713.12 27,935.14 30,320.51 30,999.28 30,862.93 6. Jasa Penunjang Angkutan 16,586.21 16,775.98 17,098.76 17,180.75 17,212.75 17,347.10 17,774.07 18,196.30 18,198.77 b. Komunikasi 26,189.91 26,446.07 26,642.15 26,867.53 27,442.30 27,823.43 28,797.87 29,465.54 30,105.95 1. Pos dan Telekomunikasi 25,902.97 26,155.54 26,349.31 26,573.03 27,141.53 27,517.22 28,483.59 29,144.76 29,779.44 2. Jasa Penunjang Komunikasi 286.94 290.53 292.85 294.50 300.77 306.21 314.28 320.78 326.51 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 171,802.42 188,479.58 197,934.46 196,554.41 208,813.16 217,632.43 228,190.80 234,882.66 236,652.20 a. Bank 70,582.71 85,934.69 94,250.15 91,680.76 100,831.08 108,016.90 116,691.28 121,985.70 122,975.22 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 11,125.60 11,275.85 11,429.86 11,483.77 12,014.13 12,061.11 12,185.54 12,444.81 12,559.74 c. Jasa Penunjang Keuangan 1,054.72 1,059.95 1,075.47 1,084.06 1,189.68 1,207.83 1,236.88 1,279.65 1,283.55 d. Sewa Bangunan 85,612.95 86,759.95 87,675.10 88,736.48 91,169.85 92,719.97 94,422.75 95,449.63 96,094.53 e. Jasa Perusahaan 3,426.43 3,449.13 3,503.88 3,569.35 3,608.42 3,626.61 3,654.33 3,722.87 3,739.16 9. JASA-JASA 329,638.69 332,431.39 337,646.06 341,772.83 347,710.56 352,666.34 358,301.15 366,467.92 369,161.34 a. Pemerintahan Umum 272,143.73 274,528.75 278,902.23 282,807.21 288,597.60 293,009.38 296,930.46 303,627.72 306,155.58 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 173,818.82 175,156.66 178,397.30 180,658.11 185,191.79 187,548.93 189,747.65 194,097.33 195,798.72 2. Jasa Pemerintah lainnya 98,324.92 99,372.09 100,504.93 102,149.10 103,405.81 105,460.45 107,182.80 109,530.39 110,356.87 b. Swasta 57,494.95 57,902.65 58,743.83 58,965.63 59,112.96 59,656.96 61,370.69 62,840.21 63,005.75 1. Sosial Kemasyarakatan 36,748.41 36,947.37 37,474.04 37,664.17 37,742.32 38,201.80 39,685.49 40,748.48 40,847.90 2. Hiburan & Rekreasi 3,381.09 3,390.09 3,405.61 3,410.80 3,415.84 3,424.93 3,453.13 3,560.10 3,566.95 3. Perorangan & Rumahtangga 17,365.46 17,565.19 17,864.18 17,890.65 17,954.79 18,030.23 18,232.07 18,531.62 18,590.89 PDRB Migas 3,672,657.65 3,783,129.45 3,898,057.60 3,943,925.87 3,965,750.03 4,027,901.41 4,111,754.89 4,166,852.79 4,201,155.87 PDRB Tanpa Migas 3,326,016.98 3,397,905.56 3,461,273.86 3,531,259.76 3,565,109.50 3,626,404.74 3,709,478.88 3,761,369.74 3,794,798.53

2008* 2009**LAPANGAN USAHA

Keterangan: *angka sementara

** angka sangat sementara

Page 117: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)

Komponen Trw I-2008 Trw II-2008 Trw III-2008 Trw IV-2008 Trw I-2009 Trw II-2009 Trw III-2009 Trw IV-2009 Trw I-2010(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5,700,110 6,183,404 6,593,740 6,925,017 6,519,396 6,696,182 7,138,285 7,290,868 7,469,497 1.1. Makanan 3,702,384 4,009,329 4,292,661 4,469,096 4,163,240 4,267,390 4,523,367 4,581,518 4,694,360 1.2. Non Makanan 1,997,727 2,174,075 2,301,079 2,455,921 2,356,156 2,428,793 2,614,919 2,709,350 2,775,137

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 37,006 43,314 43,957 48,823 54,993 59,329 61,988 63,943 76,492 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,423,090 1,552,700 1,646,599 1,661,563 1,610,379 1,728,186 1,838,600 2,114,473 2,132,544 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 1,469,136 1,528,692 1,550,859 1,665,206 1,687,309 1,796,878 1,905,116 2,012,664 1,956,110 5. Perubahan Stok 215,220 234,252 242,781 254,199 272,397 284,620 298,961 302,154 300,526 6. Ekspor Barang dan Jasa 5,025,355 5,733,214 7,233,286 5,591,030 3,989,332 4,896,090 5,014,369 5,769,824 5,257,815

6.1. Ekspor Luar Negeri 2,688,963 2,437,586 3,801,036 2,766,292 1,601,416 1,782,012 1,806,181 2,020,033 1,969,518 6.2. Ekspor Antar Daerah 2,336,392 3,295,629 3,432,251 2,824,739 2,387,916 3,114,078 3,208,188 3,749,791 3,288,297

7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 4,510,778 4,847,618 6,329,899 5,857,774 4,243,441 5,013,525 5,241,968 6,091,478 5,511,949 7.1. Impor Luar Negeri 368,658 393,104 489,896 284,728 305,557 301,416 201,232 232,649 250,986 7.2. Impor Antar Daerah 4,142,120 4,454,515 5,840,003 5,573,045 3,937,884 4,712,108 5,040,736 5,858,829 5,260,963

PDRB 9,359,140 10,427,958 10,981,323 10,288,063 9,890,365 10,447,760 11,015,351 11,462,447 11,681,036

(1)

Keterangan: *angka sementara

** angka sangat sementara

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)

Komponen Trw I-2008 Trw II-2008 Trw III-2008 Trw IV-2008 Trw I-2009 Trw II-2009 Trw III-2009 Trw IV-2009 Trw I-2010(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2,667,359 2,747,745 2,845,495 2,881,003 2,845,832 2,879,304 2,987,171 3,014,852 3,028,957 1.1. Makanan 1,736,739 1,781,698 1,852,274 1,881,032 1,850,343 1,886,718 1,961,313 1,968,423 1,979,130 1.2. Non Makanan 930,619 966,047 993,221 999,971 995,489 992,586 1,025,858 1,046,428 1,049,826

2. Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 18,306 18,810 19,004 20,759 21,921 22,674 23,108 23,558 27,557 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 712,712 717,391 757,531 760,080 730,776 757,457 792,630 833,263 822,276 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 611,827 620,495 627,134 662,253 632,389 638,964 649,984 681,291 647,443 5. Perubahan Stok 111,211 115,154 119,040 122,056 123,445 124,474 126,879 127,821 124,421 6. Ekspor Barang dan Jasa 2,048,062 2,080,947 1,924,276 1,916,407 2,000,920 2,034,809 2,264,204 2,268,206 2,038,721

6.1. Ekspor Luar Negeri 1,137,153 1,166,809 1,086,352 1,012,878 1,067,401 1,080,161 1,282,746 1,131,881 1,064,975 6.2. Ekspor Antar Daerah 910,910 914,138 837,924 903,529 933,519 954,647 981,458 1,136,325 973,746

7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa 2,496,820 2,517,412 2,394,422 2,418,633 2,389,532 2,429,780 2,732,221 2,782,138 2,488,220 7.1. Impor Luar Negeri 299,493 199,161 192,827 240,317 132,876 130,232 85,119 98,511 105,209 7.2. Impor Antar Daerah 2,197,326 2,318,251 2,201,595 2,178,316 2,256,656 2,299,549 2,647,103 2,683,627 2,383,011

PDRB 3,672,658 3,783,129 3,898,058 3,943,926 3,965,750 4,027,901 4,111,755 4,166,853 4,201,156

(1)

Keterangan: *angka sementara

** angka sangat sementara

Page 118: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

Indeks Harga Konsumen (IHK) Jambi Tahun Dasar 2007=100

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES JAN FEB MARI UMUM 115.16 115.92 114.98 113.52 114.62 114.15 115.36 115.76 116.86 118.30 117.90 117.54 119.83 119.40 119.34II BAHAN MAKANAN 129.27 128.65 124.26 119.00 122.98 120.87 123.47 124.51 126.96 130.73 126.32 124.25 131.12 129.27 126.86III. MAKANAN JADI, MNMAN, ROKOK & TBK 119.16 120.32 121.00 120.95 121.02 121.19 121.24 121.59 122.68 124.44 126.21 127.18 128.92 129.30 131.64IV. PERUMAHAN 109.63 113.48 113.71 113.50 113.49 113.35 113.32 113.57 113.45 113.20 113.73 113.38 113.93 113.83 114.32V. SANDANG 109.84 112.12 113.25 113.19 112.96 113.36 113.16 112.97 113.43 113.13 113.82 115.20 115.08 114.73 115.09VI. KESEHATAN 107.83 108.12 108.27 108.65 109.44 109.58 109.23 109.44 110.24 112.84 115.84 115.96 116.63 116.79 117.21VII. PENDIDIKAN, REKREASI & OR 106.77 106.83 106.70 106.81 106.86 106.59 112.23 113.76 113.83 114.37 115.24 115.31 115.50 115.87 115.83VIII. TRANSPORT & KOMUNIKASI 103.55 102.06 102.07 102.04 102.03 102.47 103.63 103.26 104.47 104.81 105.61 105.72 105.72 105.84 106.08

2010Uraian 2009

Sumber: BPS Provinsi Jambi

Page 119: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang

bersifat komersil maupun bukan komersil.

Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.

PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian.

PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya.

Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.

Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan.

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.

Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional.

Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.

Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.

Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.

Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.

Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.

Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.

Page 120: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

Aktiva Produktif adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh

bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank,

seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada

Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) adalah pembobotan terhadap

aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing

aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya.

Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot

yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada

perorangan.

Kualitas Kredit adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja

debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit

digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus

(DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio antara modal (modal inti dan modal

pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang diterima perbankan dari

masyarakat, yang berupa giro, tabungan atau deposito.

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara pembiayaan yang

diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama

dengan konsep LDR pada bank umum konvensional.

Inflasi adalah Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus

(persistent).

Inflasi Administered Price adalah Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-

barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya diatur oleh

pemerintah (misalnya bahan bakar).

Inflasi Inti adalah Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat

and permintaan agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga

barang impor dan ekspektasi masyarakat.

Inflasi Volatile Food adalah Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga

barang-barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya

bergerak sangat volatile (misalnya beras).

Page 121: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar

peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta

yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Kliring Debet adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang

disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro,

nota debet kepada penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank

Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia

sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring

debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menangani SKNBI

di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional.

Kliring Kredit adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang

dikirim langsung oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank

Indonesia tanpa menyampaikan fisik warkat (paperless).

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan

terhadap dana yang diterima (giro, tabungan dan deposito).

Net Interest Income (NII) adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan

beban bunga.

Non Core Deposit (NCD) adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

pergerakan suku bunga. Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari

30% giro, 30% tabungan dan 10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan.

Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls) adalah kredit/pembiayaan yang

termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet

Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah suatu

pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari

tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP

ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin

besar PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong

Kurang Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah

dikurangi agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus

dibentuk adalah 100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan).

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs) adalah rasio

kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total

Page 122: KAJIAN EKONOMI REGIONAL - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/ProdukHukum/BankIndonesia/KajianEkonomi...selama periode triwulan laporan. ... 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar

kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross.

Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) – Net adalah rasio kredit yang tergolong

NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Pengghapusan Aktiva

Produktif (PPAP), terhadap total kredit

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) adalah proses

penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real

time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat

bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) adalah sistem kliring Bank

Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian

akhirnya dilakukan secara nasional.