Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id filePuji syukur kami panjatkan kepada Allah...
Transcript of Kajian Ekonomi Regional Jakarta - bi.go.id filePuji syukur kami panjatkan kepada Allah...
i
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Kajian Ekonomi RegionalJakarta
Triwulan IV - 2008
ii
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Subhanahuwata»ala yang telah melimpahkan
rahmat-Nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Jakarta yang
secara rutin triwulanan dilakukan dapat diselesaikan. Buku Kajian Ekonomi Regionalberisi potret perkembangan ekonomi dan perbankan di Jakarta yang di era otonomi
daerah keberadaannya dirasakan semakin penting. Tujuan dari penyusunan buku
laporan triwulanan ini adalah untuk memberikan informasi kepada»stakeholdertentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Jakarta, dengan harapan
informasi tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi pembuat
kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkan danmemiliki perhatian terhadap perkembangan ekonomi di Jakarta.
Cakupan kajian di dalam buku KER cukup luas, yaitu meliputi kajian perkembangan
ekonomi regional, inflasi, perbankan, keuangan daerah,Ω perkembangankesejahteraan dan outlook perekonomian satu triwulan ke depan. Berdasarkan
asesmen pada triwulan IV-2008, pertumbuhan ekonomi Jakarta masih stabil,
tekanan inflasi melemah, sementara fungsi intermediasi perbankan relatif stabil.Sementara itu, kesejahteraan masyarakat mengalami perbaikan namun kualitasnya
masih perlu ditingkatkan.
Kami menyadari bahwa publikasi ini masih belum sempurna. Masih banyak halyang harus dilakukan untuk menyempurnakan dan meningkatkan kualitas kajian
buku ini. Untuk itu masukan dan terutama supplai data terkini, serta kritik dan
saran yang membangun sangat kamiΩ harapkan.Ω Selanjutnya, pada kesempatanini kami juga mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini.
Jakarta, 28 Januari 2009
BIRO KEBIJAKAN MONETER
Hendar
iii
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Daftar Isi
halaman v
halaman 1
halaman 1
halaman 10
halaman 22
halaman 28
halaman 31
halaman 41
halaman 41
halaman 46
halaman 48
halaman 51
halaman 52
halaman 57
halaman 59
halaman 60
halaman 60
halaman 63
halaman 65
halaman 65
halaman 66
halaman 69
RINGKASAN EKSEKUTIF
BAB I. KONDISI MAKRO EKONOMI REGIONAL
Sisi Permintaan
Sisi Penawaran
BOX I. POTENSI KERENTANAN EKONOMI DKI JAKARTA MENGHADAPI
KRISIS KEUANGAN GLOBAL
BOX II. DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP SEKTOR RIIL
BOX III. PENGARUH PERKEMBANGAN HARGA KOMODITAS PADA
PEREKONOMIAN DAERAH
BAB II. PERKEMBANGAN INFLASI JAKARTA
Inflasi Berdasarkan Kelompok
Inflasi Berdasarkan Inflasi Inti dan Non Inti
BOX IV. PROYEKSI INFLASI JAKARTA 2009
BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN PASAR KEUANGAN
Intermediasi Perbankan
Risiko Kredit Perbankan
Risiko Likuiditas Perbankan
Risiko Pasar
Kredit UMKM (Lokasi Proyek)
Pasar Keuangan
BAB IV. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Transaksi RTGS
Transaksi Kliring
Transaksi Tunai
iv
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi :Biro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterBiro Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterDirektorat Riset Ekonomi dan Kebijakan MoneterBank IndonesiaGedung Sjafruddin Prawiranegara Lt. 18Kompleks Bank IndonesiaJl MH Thamrin No. 2 JakartaPh. 021-381-8868, 381-8199Fax. 021-386-4929, 345-2489Email : BKM [email protected] site : www.bi.go.id
halaman 71
halaman 71
halaman 73
halaman 74
halaman 75
halaman 75
halaman 77
halaman 77
halaman 80
halaman 83
halaman 83
halaman 94
halaman 97
BAB V. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Ketenagakerjaan
Upah
Kemiskinan
Indeks Kesengsaraan
Indeks Pembangunan Manusia
BAB VI. KEUANGAN DAERAH
Perkembangan Keuangan Daerah 2008
APBD 2009
BAB VII. OUTLOOK KONDISI EKONOMI DAN INFLASI
Pertumbuhan Ekonomi
Inflasi
BAB VIII. KESIMPULAN DAN USULAN TINDAK LANJUT
v
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Ringkasan Eksekutif
Gejolak perekonomian global yang semakin dalam sudah mulaiberdampak pada perekonomian nasional, namun belum sepenuhnyaterjadi di perekonomian DKI Jakarta sampai dengan triwulan IV 2008.Beberapa indikator perekonomian nasional yang juga tercermin padaindikator perekonomian DKI Jakarta masih berkembang secara positif.Perekonomian DKI Jakarta diperkirakan tumbuh sebesar 6,1% (y-o-y),relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III 2008. Disisi permintaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi bersumber daripeningkatan pertumbuhan konsumsi dan investasi. Faktor yangmempengaruhi peningkatan konsumsi antara lain adalah daya belimasyarakat yang masih tinggi; peningkatan konsumsi pemerintah,ekpektasi masyarakat yang masih relatif positif; dan dukunganpembiayaan konsumen yang masih tinggi, walaupun pertumbuhannyamulai melambat. Investasi yang masih tumbuh dipengaruhi olehmeningkatnya belanja modal fiskal, baik APBN maupun APBD di Jakartamenjelang akhir tahun dan masih relatif tingginya konsumsi. Sedangkankegiatan ekspor sejalan dengan pelemahan ekonomi dunia tumbuh agakmelambat, dan impor seiring dengan permintaan domestik yang masihcukup kuat meningkat lebih tinggi. Di sisi penawaran, walaupunsebagian besar sektor unggulan tumbuh sedikit melambat namuntingginya pertumbuhan di sektor bangunan, listrik, dan komunikasimampu memepertahankan pertumbuhan ekonomi tetap tinggi.Sementara itu, di sisi harga-harga, tekanan inflasi melemah, namun angkauntuk keseluruhan tahun inflasi masih di level yang cukup tinggi.Membaiknya pertumbuhan di Jakarta telah memberikan dampak pada
vi
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Perkembangan Makro RegionalPada triwulan IV 2008 perekonomian DKI Jakarta relatif tumbuh masih tinggi 6,1%Pada triwulan IV 2008 perekonomian DKI Jakarta relatif tumbuh masih tinggi 6,1%Pada triwulan IV 2008 perekonomian DKI Jakarta relatif tumbuh masih tinggi 6,1%Pada triwulan IV 2008 perekonomian DKI Jakarta relatif tumbuh masih tinggi 6,1%Pada triwulan IV 2008 perekonomian DKI Jakarta relatif tumbuh masih tinggi 6,1%.Sumber peningkatan pertumbuhan ini terutama pertumbuhan konsumsi dan
investasi. Sementara itu, kegiatan ekspor sedikit melambat, dan disisi lain impor
tumbuh masih tinggi. Di sisi penawaran, sektor industri, keuangan, perdagangan,dan pengangkutan dan komunikasi menjadi penyumbang pertumbuhan Jakarta.
Di sisi permintaan, konsumsi dan investasi masih menjadi penyumbangDi sisi permintaan, konsumsi dan investasi masih menjadi penyumbangDi sisi permintaan, konsumsi dan investasi masih menjadi penyumbangDi sisi permintaan, konsumsi dan investasi masih menjadi penyumbangDi sisi permintaan, konsumsi dan investasi masih menjadi penyumbang
pertumbuhan Jakarta. pertumbuhan Jakarta. pertumbuhan Jakarta. pertumbuhan Jakarta. pertumbuhan Jakarta. Konsumsi tumbuh 6,7%, relatif naik dibandingkan dengantriwulan sebelumnya. Faktor yang mempengaruhi konsumsi masih tumbuh tinggi
antara lain adalah daya beli masyarakat yang masih cukup mendukung;
peningkatan belanja konsumsi pemerintah; keyakinan konsumen terhadap kondisiperekonomian yang baik; dan dukungan pembiayaan yang masih tinggi, walaupun
melambat. Sementara itu, investasi tumbuh 9,1%, naik tipis dibandingkan triwulan
III 2008 (8,9%). Faktor yang mempengaruhi investasi masih meningkat antaralain dipicu konsumsi domestik yang masih tinggi dan belanja modal pemerintah
yang meningkat di akhir tahun.
Walaupun secara keseluruhan perekonomian tumbuh masih cukup tinggi, namunWalaupun secara keseluruhan perekonomian tumbuh masih cukup tinggi, namunWalaupun secara keseluruhan perekonomian tumbuh masih cukup tinggi, namunWalaupun secara keseluruhan perekonomian tumbuh masih cukup tinggi, namunWalaupun secara keseluruhan perekonomian tumbuh masih cukup tinggi, namun
sebagian besar sektor ekonomi tumbuh sedikit melambatsebagian besar sektor ekonomi tumbuh sedikit melambatsebagian besar sektor ekonomi tumbuh sedikit melambatsebagian besar sektor ekonomi tumbuh sedikit melambatsebagian besar sektor ekonomi tumbuh sedikit melambat. Sektor ekonomi yang
pertumbuhannya melampaui triwulan sebelumnya antara lain adalah sektor
bangunan (8,2%) dan listrik (6,3%). Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan disektor bangunan antara lain adalah penyerapan belanja modal fiskal di Jakarta
yang tinggi pada akhir tahun dan masih tingginya permintaan produk properti,
khususnya properti residensial. Sektor unggulan yang lain, seperti sektor industri,perdagangan, keuangan dan komunikasi secara perlahan namun pasti mulai
terimbas oleh dampak krisis keuangan global yang semakin parah dan sudah mulai
perbaikan kesejahteraan walaupun dengan kualitas yang belummembaik secara signifikan. Sementara itu, kegiatan di sektor perbankandan keuangan, termasuk di sistem pembayaran menunjukkanperkembangan dan kinerja yang stabil. Diproyeksikan pada triwulan I-2009 krisis keuangan global mulai berimbas terhadap perekonomianDKI Jakarta.
vii
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
mengenai perekonomian nasional. Secara keseluruhan permintaan internasional
dan permintaan nasional yang melemah mulai berdampak pada sektor-sektor
unggulan di Jakarta.
Perkembangan Inflasi RegionalTekanan terhadap harga-harga di DKI Jakarta pada triwulan IV-2008 menurunTekanan terhadap harga-harga di DKI Jakarta pada triwulan IV-2008 menurunTekanan terhadap harga-harga di DKI Jakarta pada triwulan IV-2008 menurunTekanan terhadap harga-harga di DKI Jakarta pada triwulan IV-2008 menurunTekanan terhadap harga-harga di DKI Jakarta pada triwulan IV-2008 menurun
dibandingkan dengan triwulan sebelumnyadibandingkan dengan triwulan sebelumnyadibandingkan dengan triwulan sebelumnyadibandingkan dengan triwulan sebelumnyadibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan laporan (q-t-q)
sebesar 0,87%, turun tajam dibandingkan triwulan sebelumnya (2,54%). Secara
tahunan inflasi di Jakarta mencapai 11,11% (y-o-y), sedikit menurun dibandingkandengan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,31%. Sumber inflasi di triwulan
laporan adalah pada kelompok makanan jadi, perumahan dan sandang. Sementara
itu, faktor yang mempengaruhi inflasi adalah tekanan kenaikan konsumsi makananjadi dan pakaian bersamaan dengan perayaan hari besar keagamaan dan tahun
baru, dan kenaikan harga bahan bakar rumah tangga. Di sisi lain dampak lanjutan
penurunan harga BBM pada bulan Desember 2008 belum ditransmisikan padapenurunan komoditas ataupun jasa yang lain.
Perkembangan Perbankan dan Pasar KeuanganPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan lembaga keuangan non bank diPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan lembaga keuangan non bank diPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan lembaga keuangan non bank diPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan lembaga keuangan non bank diPerkembangan kegiatan usaha perbankan dan lembaga keuangan non bank di
Jakarta sampai dengan akhir bulan November 2008 menunjukkan perkembanganJakarta sampai dengan akhir bulan November 2008 menunjukkan perkembanganJakarta sampai dengan akhir bulan November 2008 menunjukkan perkembanganJakarta sampai dengan akhir bulan November 2008 menunjukkan perkembanganJakarta sampai dengan akhir bulan November 2008 menunjukkan perkembangan
yang relatif normal.yang relatif normal.yang relatif normal.yang relatif normal.yang relatif normal. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada triwulan IV (November)
2008 naik 14,2% (q-t-q). Sumber peningkatan penghimpunan dana masyarakat
di bank antara lain adalah peningkatan simpanan perusahaan swasta dan deposanindividual. Adapun faktor yang mempengaruhi antara lain adalah alternatif
berinvestasi di perbankan menjadi lebih menarik dan aman dibandingkan dengan
alternatif lainnya, seperti di pasar modal yang kinerjanya terganggu sebagai dampakkrisis keuangan global, dan di sisi lain imbal hasil DPK, khususnya deposito naik.
Sementara itu, penyaluran kredit bank yang berlokasi di Jakarta, di tengah-tengah
kekhawatiran peningkat risiko dunia usaha, meningkat 13,4% (q-t-q). Denganperkembangan tersebut rasio penyaluran kredit terhadap dana yang dihimpun
bank (LDR) di Jakarta pada akhir November 82,0%, di atas angka LDR Nasional
(77,6%). Tingginya LDR tersebut masih diikuti dengan performance kredit yangrelatif baik, sebagaimana tercermin pada angka NPLs Gross yang rendah (3,8%).
Dari sisi kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) penyaluran di Jakarta tertinggi
dibanding provinsi lainnya. Secara keseluruhan, risiko likuiditas dan risiko pasarperbankan di Jakarta masih dapat tertangani dengan baik. Sementara itu, kegiatan
viii
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
usaha lembaga keuangan non bank, khususnya pembiayaan konsumen juga masih
menunjukkan pertumbuhan, walaupun melambat. Sedangkan kegiatan di pasar
modal terimbas oleh krisis keuangan global masih mengalami koreksi ke bawah.
Perkembangan Sistem PembayaranPerkembangan kegiatan sistem pembayaran non tunai di wilayah DKI Jakarta padaPerkembangan kegiatan sistem pembayaran non tunai di wilayah DKI Jakarta padaPerkembangan kegiatan sistem pembayaran non tunai di wilayah DKI Jakarta padaPerkembangan kegiatan sistem pembayaran non tunai di wilayah DKI Jakarta padaPerkembangan kegiatan sistem pembayaran non tunai di wilayah DKI Jakarta pada
triwulan laporan relatif menurun, sedangkan untuk transaksi tunai terjaditriwulan laporan relatif menurun, sedangkan untuk transaksi tunai terjaditriwulan laporan relatif menurun, sedangkan untuk transaksi tunai terjaditriwulan laporan relatif menurun, sedangkan untuk transaksi tunai terjaditriwulan laporan relatif menurun, sedangkan untuk transaksi tunai terjadi
peningkatan outflowpeningkatan outflowpeningkatan outflowpeningkatan outflowpeningkatan outflow. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, transaksi
pembayaran non tunai dengan menggunakan sarana BI Real Time Gross Settlement(RTGS) dan kliring sedikit menurun. Rata-rata harian nilai transaksi RTGS Rp 65,49
triliun dengan volume 20.854 transaksi dan kliring Rp 3,51 triliun dengan jumlah
warkat kliring 213.995 warkat. Faktor yang mempengaruhi diperkirakan adalahaktifitas perekonomian yang sedikit melambat karena jumlah hari libur yang cukup
banyak di triwulan laporan. Untuk kebutuhan uang tunai turun, sebagaimana
tercermin pada penurunan arus net outflow menjadi rata-rata Rp 36,17 miliar perhari. Sementara itu, pada triwulan laporan, temuan uang palsu relatif rendah.
Rasio temuan uang palsu terhadap uang kartal yang beredar 0,0000015%.
Perkembangan Kesejahteraan MasyarakatBeberapa indikator kesejahteraan di DKI Jakarta sampai dengan triwulan IV 2008Beberapa indikator kesejahteraan di DKI Jakarta sampai dengan triwulan IV 2008Beberapa indikator kesejahteraan di DKI Jakarta sampai dengan triwulan IV 2008Beberapa indikator kesejahteraan di DKI Jakarta sampai dengan triwulan IV 2008Beberapa indikator kesejahteraan di DKI Jakarta sampai dengan triwulan IV 2008
perbaikannya belum optimal, walaupun disisi lain ekonominya tumbuh tinggiperbaikannya belum optimal, walaupun disisi lain ekonominya tumbuh tinggiperbaikannya belum optimal, walaupun disisi lain ekonominya tumbuh tinggiperbaikannya belum optimal, walaupun disisi lain ekonominya tumbuh tinggiperbaikannya belum optimal, walaupun disisi lain ekonominya tumbuh tinggi.
Indikator kesejahteraan tersebut antara lain adalah ketenagakerjaan, angka
kemiskinan, upah/gaji, angka indeks kesengsaraan (misery indeks) dan kualitashidup sebagaimana tercermin pada indeks pembangunan manusia (IPM). Meskipun
angka pengangguran di DKI menurun, dari 12,57% pada tahun 2007 menjadi
12,16% pada tahun 2008 namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan tingkatpengangguran nasional (8,39%). Persentase tingkat kemiskinan sedikit mengalami
perbaikan, yaitu turun dari 4,6% menjadi 4,3%. Kualitas pertumbuhan ekonomi
yang belum optimal diduga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi masihrelatif rendahnya perbaikan kedua indikator kesejahteraan dimaksud. Pertumbuhan
lebih didukung oleh pertumbuhan konsumsi, dan disisi lain sektor yang tumbuh
tinggi adalah sektor yang padat modal. Kesenjangan pendapatan sebagaimanatercermin pada peningkatan angka gini rasio walaupun tergolong rendah namun
memburuk dari 0,269 pada tahun 2005 menjadi 0,336 pada 2007 (Maret).
Demikian pula indikator-indikator kesejahteraan lain, seperti indeks kesengsaraan,walaupun angkanya menurun.
ix
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Perkembangan Keuangan DaerahSeperti diperkirakan semula, angka realisasi sementara APBD DKI Jakarta tahunSeperti diperkirakan semula, angka realisasi sementara APBD DKI Jakarta tahunSeperti diperkirakan semula, angka realisasi sementara APBD DKI Jakarta tahunSeperti diperkirakan semula, angka realisasi sementara APBD DKI Jakarta tahunSeperti diperkirakan semula, angka realisasi sementara APBD DKI Jakarta tahun
2008 relatif rendah2008 relatif rendah2008 relatif rendah2008 relatif rendah2008 relatif rendah. Realisasi pendapatan mencapai Rp 16,19 triliun atau 85,05%
dari yang dianggarkan Rp 19,03 triliun. Realisasi belanja Rp 16,34 triliun atau82,70% dari total belanja. Rendahnya realisasi penerimaan antara lain bersumber
dari rendahnya realisasi dana perimbangan dan lain-lain pendapatan. Sementara
itu, realisasi pengeluaran yang rendah antara lain disebabkan oleh berlarutnyapengesahan APBD dan juga penyesuaian APBD-P yang harus mengakomodir
keluarnya Surat Edaran Sekretaris daerah April 2008 yang merespon terhadap
terjadinya pemotongan anggaran pos-pos tertentu oleh DPRD. Faktor penyebabyang lain diperkirakan lebih terkait dengan permasalahan teknis pengeluaran
anggaran dan permasalahan teknis pelaksanaan proyek di lapangan.
Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan InflasiKrisis keuangan global diperkirakan mulai berimbas terhadap perekonomian DKIKrisis keuangan global diperkirakan mulai berimbas terhadap perekonomian DKIKrisis keuangan global diperkirakan mulai berimbas terhadap perekonomian DKIKrisis keuangan global diperkirakan mulai berimbas terhadap perekonomian DKIKrisis keuangan global diperkirakan mulai berimbas terhadap perekonomian DKI
Jakarta pada triwulan I-2009. Jakarta pada triwulan I-2009. Jakarta pada triwulan I-2009. Jakarta pada triwulan I-2009. Jakarta pada triwulan I-2009. Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I-2009diproyeksikan tumbuh pada kisaran angka 5,5% ± 0,5% (y-o-y), melambat
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perlambatan tersebut bersumber darimelambatnya pertumbuhan konsumsi, investasi dan kegiatan ekspor. Konsumsi
menurun dipengaruhi oleh daya beli yang melemah dan ekspektasi konsumen
terhadap kondisi perekonomian dengan tren yang turun, serta dukunganpembiayaan bank yang melambat seiring meningkatnya risiko. Investasi melambat
sejalan dengan permintaan internasional dan domestik yang melemah. Kegiatan
ekspor dan impor tumbuh melambat dipengaruhi oleh permintaan dunia dandomestik yang melemah. Secara sektoral beberapa sektor unggulan diperkirakan
tumbuh melambat, mengikuti pelemahan pertumbuhan konsumsi, investasi, dan
ekspor.
Pada triwulan I-2009, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan kembaliPada triwulan I-2009, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan kembaliPada triwulan I-2009, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan kembaliPada triwulan I-2009, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan kembaliPada triwulan I-2009, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan kembali
akan turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnyaakan turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnyaakan turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnyaakan turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnyaakan turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan angka
inflasi diperkirakan mencapai 1,3 ± 0,5% (q-t-q) dan secara tahunan 9,3 ± 1%
(y-o-y). Angka inflasi dimungkinkan dapat lebih rendah apabila tarif angkutanturun yang diikuti penurunan harga komoditas. Penurunan inflasi di triwulan I-
2009 diperkirakan berasal dari menurunnya tekanan dari kelompok perumahan,
transportasi dan makanan jadi. Sementara itu tekanan harga diperkirakan berasaldari kelompok bahan makanan. Secara umum, faktor positif yang dapat menjaga
perkembangan harga relatif lebih terkendali :
x
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
1. Penurunan harga BBM internasional dan penurunan harga beberapa komoditas
di pasar internasional, seperti BBM, kedelai, gandum dan CPO.
2. Penurunan harga premium, solar, dan tarif angkutan serta penurunan harga
komoditas lainnya.
3. Ketersediaan stok barang kebutuhan pokok masih mencukupi.
4. Konsumsi masyarakat yang relatif normal, sehingga tekanan dari sisi permintaan
berkurang.
Walaupun laju inflasi diperkirakan melambat, namun demikian beberapa hal tetapWalaupun laju inflasi diperkirakan melambat, namun demikian beberapa hal tetapWalaupun laju inflasi diperkirakan melambat, namun demikian beberapa hal tetapWalaupun laju inflasi diperkirakan melambat, namun demikian beberapa hal tetapWalaupun laju inflasi diperkirakan melambat, namun demikian beberapa hal tetap
harus diwaspadai.harus diwaspadai.harus diwaspadai.harus diwaspadai.harus diwaspadai. Hal tersebut antara lain adalah :Ω :Ω :Ω :Ω :Ω
1. Ketersediaan pasokan dan stok beras serta pasokan sayuran. Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta mengkhawatirkan ketersediaan stok beras pada triwulan I-2009
antara lain karena perkiraan terlambatnya musim panen dari Jawa Baratmengingat sebanyak 60% beras di Pasar Induk Beras Cipinang berasal dari
Jawa Barat.
2. Kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras mulai 1Januari 2009. HPP gabah kering panen (GKP) di tingkat petani naik 9,1 persen
menjadi Rp 2.400 per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp 2.240 per kg. HPP
gabah kering giling di penggilingan naik 7,2 persen menjadi Rp 3.000 per kgdari sebelumnya Rp 2.400 per kg. HPP beras naik 7 persen dari Rp 4.300 per kg
menjadi Rp 4.600 per kg.
3. Pelemahan nilai tukar rupiah.
4. Potensi bencana banjir yang dapat mengganggu distribusi barang.
1
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
A. SISI PERMINTAANPerekonomian Jakarta pada triwulan IV-2008 tumbuh 6,1%, atau sama denganPerekonomian Jakarta pada triwulan IV-2008 tumbuh 6,1%, atau sama denganPerekonomian Jakarta pada triwulan IV-2008 tumbuh 6,1%, atau sama denganPerekonomian Jakarta pada triwulan IV-2008 tumbuh 6,1%, atau sama denganPerekonomian Jakarta pada triwulan IV-2008 tumbuh 6,1%, atau sama dengan
pertumbuhan triwulan sebelumnya (Tabel I.1)pertumbuhan triwulan sebelumnya (Tabel I.1)pertumbuhan triwulan sebelumnya (Tabel I.1)pertumbuhan triwulan sebelumnya (Tabel I.1)pertumbuhan triwulan sebelumnya (Tabel I.1). Pertumbuhan ini terutama ditopang
oleh sisi konsumsi dan investasi yang masih kuat. Demikian pula, kegiatan eksporimpor masih tumbuh relatif normal, walaupun impor tumbuh lebih tinggi sejalan
dengan permintaan domestik yang masih cukup kuat.
KondisiMakro Ekonomi Regional
BAB 1
Gejolak perekonomian global yang masih berlanjut sampai dengantriwulan IV-2008, belum berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhanperekonomian DKI. Perekonomian DKI Jakarta tumbuh masih relatiftinggi (6,1%). Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi ditopang olehpeningkatan konsumsi dan investasi. Konsumsi meningkat didukungoleh daya beli masyarakat yang masih baik dan ekspektasi terhadapkondisi perekonomian yang masih positif. Investasi tetap meningkatterutama dipengaruhi meningkatnya belanja modal fiskal, baik APBNmaupun APBD di Jakarta menjelang akhir tahun. Sementara kegiatanekspor-impor berjalan normal, namun impor masih tumbuh tinggi seiringdengan permintaan domestik yang meningkat lebih tinggi. Sementaradi sisi penawaran, walaupun sebagian besar sektor unggulan tumbuhsedikit melambat, namun tingginya pertumbuhan di sektor bangunan,listrik, dan komunikasi mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomiJakarta tetap tinggi.
2
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
1. KonsumsiPada triwulan IV-2008, konsumsi tumbuh 6,7%, naik dibandingkan denganPada triwulan IV-2008, konsumsi tumbuh 6,7%, naik dibandingkan denganPada triwulan IV-2008, konsumsi tumbuh 6,7%, naik dibandingkan denganPada triwulan IV-2008, konsumsi tumbuh 6,7%, naik dibandingkan denganPada triwulan IV-2008, konsumsi tumbuh 6,7%, naik dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya (6,4%). triwulan sebelumnya (6,4%). triwulan sebelumnya (6,4%). triwulan sebelumnya (6,4%). triwulan sebelumnya (6,4%). Faktor yang mempengaruhi konsumsi masih
meningkat antara lain adalah naiknya daya beli masyarakat dan masih cukup
kuatnya dukungan pembiayaan lembaga keuangan non bank seperti pegadaiandan lembaga pembiayaan, disertai keyakinan konsumen terhadap kondisi
perekonomian yang masih positif. Dari sisi pemerintah, belanja konsumsi
pemerintah (daerah dan pusat) juga meningkat sehingga turut berkontribusi padapeningkatan konsumsi pada triwulan laporan.
Peningkatan konsumsi tersebut diperkirakan berasal dari peningkatan konsumsiPeningkatan konsumsi tersebut diperkirakan berasal dari peningkatan konsumsiPeningkatan konsumsi tersebut diperkirakan berasal dari peningkatan konsumsiPeningkatan konsumsi tersebut diperkirakan berasal dari peningkatan konsumsiPeningkatan konsumsi tersebut diperkirakan berasal dari peningkatan konsumsi
makanan dan belanja yang sifatnya makanan dan belanja yang sifatnya makanan dan belanja yang sifatnya makanan dan belanja yang sifatnya makanan dan belanja yang sifatnya leisureleisureleisureleisureleisure, serta konsumsi pemerintah., serta konsumsi pemerintah., serta konsumsi pemerintah., serta konsumsi pemerintah., serta konsumsi pemerintah. Liburanpanjang, baik lebaran, natal maupun tahun baru mendorong peningkatan konsumsi
masyarakat terhadap produk-produk jasa yang sifatnya entertain dan leisure.
Sementara itu, belanja barang yang sifatnya tahan lama justru turun, sebagaimanatercermin pada penurunan pembelian mobil dan barang elektronik, sedangkan
* angka sementaraSumber : BPS, diolah
Tabel I.1Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Jakarta (%, y-o-y)
Konsumsi 7,8 6,1 6,4 6,7 3,7 6,7 3,9Investasi 8,3 8,6 8,9 9,1 3,1 8,7 3,0Net Ekspor -24,3 -33,8 -31,1 -34,1 -0,7 -30,7 -0,7P D R B 6,3 6,1 6,1 6,1 6,1 6,2 6,2
D K I Q1-2008 Q2-2008 Q3-2008* Q4-2008*KontribusiQ4-2008
Grafik I.1Grafik I.1Grafik I.1Grafik I.1Grafik I.1Perkembangan UMP Riil
Grafik I.2Grafik I.2Grafik I.2Grafik I.2Grafik I.2Upah Buruh Informal
KontribusiPertumbuhan 20082008*
%, y-o-y
Sumber : Apindo, diolah
0
4
8
12
16
20
2007 2008
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011 12
g.Upah Riil Jakarta g.Konsumsi Jkt (lhs)g.Upah Buruh Bangunang.Upah Potong Rambutg.Upah Pembantu Rumah Tangga
Sumber : BPS, diolah
%, y-o-y %, y-o-y
0
2
4
6
8
10
12
2006 2007 2008
-12-10-8-6-4-202468
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
3
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Grafik I.3Grafik I.3Grafik I.3Grafik I.3Grafik I.3Pendaftaran Mobil di Jakarta
Grafik I.4Grafik I.4Grafik I.4Grafik I.4Grafik I.4Pendaftaran Motor di Jakarta
Sumber : Dispenda Jakarta, diolah
23456789
1011
%, y-o-y %, y-o-y
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
2006 2007 2008
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100g.PDRB Konsumsi Jktg.Sedan, Jeep, Minibus,B.Wagon, Delvan[baru] (rhs)
Sumber : Dispenda Jakarta, diolah
23456789
1011
%, y-o-y %, y-o-y
2006 2007 2008
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12-40
-20
0
20
40
60
80g.PDRB Konsumsi Jktg.Motor [baru] (rhs)
Grafik I.5Grafik I.5Grafik I.5Grafik I.5Grafik I.5Pertumbuhan Penjualan Elektronik
Grafik I.6Grafik I.6Grafik I.6Grafik I.6Grafik I.6Survei Penjualan Eceran - BI
%, y-o-y %, y-o-y
Sumber : EMC, diolah
4
5
6
7
8
9
10
11
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-30
-20-10
010
20
3040
50
g.PDRB Konsumsi Jktg.Penjualan Elektronik (rhs)
%, y-o-y %, y-o-y
0
2
4
6
8
10
12
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-80-60
-40
-200
20
40
6080
g.PDRB Konsumsi Jktg.indeks spe (rhs)
pembelian kendaraan roda dua meningkat karena harga terjangkau, pasar masih
tinggi dan dukungan pembiayaan non bank masih kuat. Pada triwulan laporan
tersebut, daya beli masyarakat juga masih relatif baik, bahkan pada golongan
Tabel I.2Strata penghasilan
Penghasilan Jakarta(Rp Ribu) (%)
Strata
A1 > 3.000 13A2 2.000 - 3.000 16B 1.500 - 2.000 20
C1 1.000 - 1.500 25C2 700 - 1.000 18D 500 - 700 4E < 500 3
Sumber : AC Nielsen, 2007
4
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
menengah bawah membaik sebagaimana tercermin pada kenaikan upah riil pekerja
dan dukungan pembiayaan non bank juga meningkat. Naiknya upah pekerjatercermin dari perkembangan upah riil provinsi, upah riil buruh informal (Grafik
I.1-2) dan adanya bonus akhir tahun dari perusahaan. Di sisi lain, kredit pegadaian
juga meningkat 20%.
Masih kuatnya konsumsi didukung oleh optimis konsumen terhadap kondisiMasih kuatnya konsumsi didukung oleh optimis konsumen terhadap kondisiMasih kuatnya konsumsi didukung oleh optimis konsumen terhadap kondisiMasih kuatnya konsumsi didukung oleh optimis konsumen terhadap kondisiMasih kuatnya konsumsi didukung oleh optimis konsumen terhadap kondisi
perekonomian, walaupun di bulan Desember turun.perekonomian, walaupun di bulan Desember turun.perekonomian, walaupun di bulan Desember turun.perekonomian, walaupun di bulan Desember turun.perekonomian, walaupun di bulan Desember turun. Konsumen meyakini bahwa
kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi kondisi 6 bulan yang akan datangmasih akan membaik. Bahkan masyarakat berekspektasi bahwa kondisi ekonomi
6 bulan yang akan datang akan lebih baik dari kondisi saat ini, terutama ekspektasi
terhadap penghasilan mereka.
Meningkatnya konsumsi tidak sepenuhnya dibiayai oleh kredit konsumsi. Meningkatnya konsumsi tidak sepenuhnya dibiayai oleh kredit konsumsi. Meningkatnya konsumsi tidak sepenuhnya dibiayai oleh kredit konsumsi. Meningkatnya konsumsi tidak sepenuhnya dibiayai oleh kredit konsumsi. Meningkatnya konsumsi tidak sepenuhnya dibiayai oleh kredit konsumsi. Seiringtingginya suku bunga dan makin selektifnya bank dalam penyaluran kredit maka
Grafik I.7Grafik I.7Grafik I.7Grafik I.7Grafik I.7Indeks Konsumsi Komoditi Non Makanan
Grafik I.8Grafik I.8Grafik I.8Grafik I.8Grafik I.8Indeks Keyakinan Konsumen (SK-BI)
Grafik I.9Grafik I.9Grafik I.9Grafik I.9Grafik I.9Indeks Kondisi Saat Ini (SK-BI)
117,26
72,82
59,87
82,74
132,6
128,74
56,0
141,9
141,6
65,2
144,1
83,4
Q3-2008Q4*-2008
Sumber : BPS, diolah
Rekreasi
Kesehatan
Transportasi
Pendidikan
Perumahan
Pakaian
0 20 40 60 80 100 120 140 160
%, y-o-y Indeks
0
2
4
6
8
10
12
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
50556065707580859095100
g.PDRB Konsumsi JktIndeks Keyakinan Konsumen (rhs)
%, y-o-y Indeks
0
2
4
6
8
10
12
2006 2007 2008
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 1240
45
50
55
60
65
70
75
80g.PDRB Konsumsi JktIndeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (rhs)
5
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
penyaluran kredit konsumsi di Jakarta tumbuh terbatas. Kredit konsumsi hanya
meningkat 25,5%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya(29,8%). Sementara itu, pertumbuhan pembiayaan lembaga keuangan nonbank
masih meningkat, khususnya untuk pegadaian.
Grafik I.10Grafik I.10Grafik I.10Grafik I.10Grafik I.10Indeks Ekspektasi Konsumen (SK-BI)
Grafik I.11Grafik I.11Grafik I.11Grafik I.11Grafik I.11Rincian Indeks Ekspektasi Konsumen (SK-BI)
%, y-o-y Indeks
0
2
4
6
8
10
12
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
50
6070
80
90
100110
120
130g.PDRB Konsumsi JktIndeks Ekspektasi Konsumen (rhs)
2006 2007 2008
Indeks
0
20
40
60
80
100
120
140
160
2006 2007 2008
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
Ekspektasi penghasilan 6 bulan yadKetersediaan lapangan kerja 6 bulan yadKondisi ekonomi 6 bulan yad
Grafik I.12Grafik I.12Grafik I.12Grafik I.12Grafik I.12Kredit Konsumsi Berdasarkan Lokasi Proyek
Grafik I.13Grafik I.13Grafik I.13Grafik I.13Grafik I.13Pembiayaan Lembaga Keuangan Non Bank
%, y-o-y %, y-o-y
34
5
6
78
9
10
11
2006 2007 2008
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 120
5
10
15
20
25
30
35g.PDRB Konsumsi Jktg.kredit konsumsi Jkt (rhs)
%, y-o-y %, y-o-y
0
2
4
6
8
10
12
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-20
0
20
40
60
80
100
120g.PDRB Konsumsi Jkt (lhs)g.Total Pembiayaang.Leasingg.Pembiayaan Konsumen
2. InvestasiInvestasi tumbuh 9,1%, meningkat dibandingkan triwulan III 2008 (8,9%).Investasi tumbuh 9,1%, meningkat dibandingkan triwulan III 2008 (8,9%).Investasi tumbuh 9,1%, meningkat dibandingkan triwulan III 2008 (8,9%).Investasi tumbuh 9,1%, meningkat dibandingkan triwulan III 2008 (8,9%).Investasi tumbuh 9,1%, meningkat dibandingkan triwulan III 2008 (8,9%). Faktor
yang mempengaruhi investasi masih meningkat antara lain adalah realisasi belanja
modal pemerintah (APBD dan APBN) yang melonjak di akhir tahun. Di sisi investasiswasta diperkirakan tumbuh pada level yang relatif tinggi, walaupun sedikit
melambat. Realisasi belanja modal pemerintah daerah Jakarta meningkat pesat
dari hanya sekitar 14% pada triwulan III-2008 menjadi 85%. Persentase realisasibelanja modal tersebut meningkat 3% dibandingkan realisasi belanja tahun
sebelumnya yang sekitar 82%. Belanja modal Pemerintah daerah Jakarta terutama
6
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Grafik I.14Grafik I.14Grafik I.14Grafik I.14Grafik I.14Realisasi Belanja Modal APBD
Grafik I.15Grafik I.15Grafik I.15Grafik I.15Grafik I.15Konsumsi Semen Jakarta
ditujukan bagi pembangunan infrastruktur, seperti perbaikan sarana dan prasarana
kota yang rusak, pemeliharaan jalan siklus lima tahunan, pembangunan jalan
tembus, jalan baru, dan peningkatan kapasitas jalan. Sementara itu realisasi belanjamodal pemerintah pusat yang dibelanjakan di Jakarta diperkirakan cukup besar.
*data sementara
68707274767880828486
%
2005 2006 2007 2008*
Grafik I.16Grafik I.16Grafik I.16Grafik I.16Grafik I.16Impor Barang Modal
Grafik I.17Grafik I.17Grafik I.17Grafik I.17Grafik I.17Impor Barang Modal Utama Tertimbang
%, y-o-y %, y-o-y
0123456789
10
2006 2007 2008
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12-60
-40
-20
0
20
40
60
80g.PDRB Investasi Jktg.Kons Semen Jkt(rhs)
Investasi swasta, walaupun masih tumbuh pada level yang relatif tinggi, namunInvestasi swasta, walaupun masih tumbuh pada level yang relatif tinggi, namunInvestasi swasta, walaupun masih tumbuh pada level yang relatif tinggi, namunInvestasi swasta, walaupun masih tumbuh pada level yang relatif tinggi, namunInvestasi swasta, walaupun masih tumbuh pada level yang relatif tinggi, namun
sedikit melambat. sedikit melambat. sedikit melambat. sedikit melambat. sedikit melambat. Di sisi investasi bangunan, indikasi bahwa investasi bangunan
sedikit tumbuh melambat antara lain tercermin pada perlambatan pertumbuhankonsumsi semen sesuai dengan hasil Survei Penjualan Eceran yang terlihat menurun.
Sementara itu, di sisi investasi non bangunan, sejalan dengan dampak krisis yang
sudah mulai kuat dirasakan, telah mendorong sebagian dunia usaha untukmenahan ekspansi, bahkan sebagian mengurangi penggunaan kapasitas.
Terbatasnya pertumbuhan investasi swasta tercermin pula dari impor barang modal
seperti mesin, peralatan industri dan suku cadang yang arahnya melambat.
%, y-o-y %, y-o-y
0123456789
10
2006 2007 2008
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 121 2 4 6 8 10 12-90
-40
10
60
110
160g.PDRB Investasi Jktg.Volum Tertimbang ImporBrg Modal (rhs)
Machinery & transport eqpParticels industriesRoad VehiclesPower generatingGeneral industrial mach.&eqp
%, y-o-y
-100
-50
0
50
100
150200
250
300
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
7
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Dari sisi pembiayaan, relatif masih tingginya peningkatan investasi juga didukungDari sisi pembiayaan, relatif masih tingginya peningkatan investasi juga didukungDari sisi pembiayaan, relatif masih tingginya peningkatan investasi juga didukungDari sisi pembiayaan, relatif masih tingginya peningkatan investasi juga didukungDari sisi pembiayaan, relatif masih tingginya peningkatan investasi juga didukung
oleh pembiayaan kredit investasi perbankan.oleh pembiayaan kredit investasi perbankan.oleh pembiayaan kredit investasi perbankan.oleh pembiayaan kredit investasi perbankan.oleh pembiayaan kredit investasi perbankan. Pembiayaan investasi yang berasal
dari dana perbankan yang berlokasi di Jakarta meningkat 57,96% (y-o-y), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (52,9%). Sementara itu, di sisi
Grafik I.18Grafik I.18Grafik I.18Grafik I.18Grafik I.18Survei Penjualan Eceran
Grafik I.19Grafik I.19Grafik I.19Grafik I.19Grafik I.19Unit Perkantoran Tersedia
%, y-o-y %, y-o-y
4
5
6
7
8
9
10
2006 2007 2008
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12-100
-50
0
50
100
150
200g.PDRB Investasi Jkt (lhs)g.Bahan konstruksi
Grafik I.20Grafik I.20Grafik I.20Grafik I.20Grafik I.20Ekspektasi Kegiatan Usaha
Rp miliar
0
4.000
8.000
12.000
16.000
20.000
2007 2008
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
ObligasiSahamPasar Modal
Grafik I. 21Grafik I. 21Grafik I. 21Grafik I. 21Grafik I. 21Kredit Investasi Berdasarkan Lokasi Proyek
Grafik I.22Grafik I.22Grafik I.22Grafik I.22Grafik I.22IPO Saham dan Obligasi
%, y-o-y %, y-o-y
2
3
45
6
7
89
10
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-20-1001020304050607080
g.PDRB Investasi Jktg.kredit investasi Jkt (rhs)
Rp miliar
0
4.000
8.000
12.000
16.000
20.000
2007 2008
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
ObligasiSahamPasar Modal
8
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
pembiayaan yang berasal dari pasar modal sampai dengan akhir bulan Desember
2008 belum tercatat Initial Public Offering (IPO) saham maupun obligasi baru.
3. Kegiatan Ekspor-ImporKegiatan ekspor-impor di Jakarta pada triwulan IV-2008 masih menunjukkan netKegiatan ekspor-impor di Jakarta pada triwulan IV-2008 masih menunjukkan netKegiatan ekspor-impor di Jakarta pada triwulan IV-2008 masih menunjukkan netKegiatan ekspor-impor di Jakarta pada triwulan IV-2008 masih menunjukkan netKegiatan ekspor-impor di Jakarta pada triwulan IV-2008 masih menunjukkan net
ekspor yang negatif, yaitu dari -31,1% menjadi -34,1%.ekspor yang negatif, yaitu dari -31,1% menjadi -34,1%.ekspor yang negatif, yaitu dari -31,1% menjadi -34,1%.ekspor yang negatif, yaitu dari -31,1% menjadi -34,1%.ekspor yang negatif, yaitu dari -31,1% menjadi -34,1%. Di satu sisi impor sejalan
dengan permintaan domestik yang masih relatif tumbuh meningkat, sedangkan
ekspor tumbuh lebih rendah.
Impor Jakarta tumbuh 14,5%, naik dibandingkan dengan triwulan III 2008 (7,7%).Impor Jakarta tumbuh 14,5%, naik dibandingkan dengan triwulan III 2008 (7,7%).Impor Jakarta tumbuh 14,5%, naik dibandingkan dengan triwulan III 2008 (7,7%).Impor Jakarta tumbuh 14,5%, naik dibandingkan dengan triwulan III 2008 (7,7%).Impor Jakarta tumbuh 14,5%, naik dibandingkan dengan triwulan III 2008 (7,7%).Faktor utama yang mempengaruhi masih tingginya pertumbuhan impor antara
lain adalah konsumsi dan investasi yang masih tumbuh tinggi. Di samping itu,
ketergantungan terhadap bahan baku dan barang modal untuk kegiatan prosesproduksi yang menghasilkan barang konsumsi juga relatif tinggi. Bahkan kebutuhan
bahan baku impor bagi industri-industri yang berlokasi di luar Jakarta sebagaian
di impor melalui pelabuhan Jakarta. Di sisi perdagangan antar propinsi, Jakartaseperti kota besar lainnya merupakan pasar yang besar dan potensial serta menjadi
hub perdagangan yang cukup besar dari provinsi/daerah lain.
Impor dari luar negeri, baik di sisi nilai maupun volumenya masih didominasi olehImpor dari luar negeri, baik di sisi nilai maupun volumenya masih didominasi olehImpor dari luar negeri, baik di sisi nilai maupun volumenya masih didominasi olehImpor dari luar negeri, baik di sisi nilai maupun volumenya masih didominasi olehImpor dari luar negeri, baik di sisi nilai maupun volumenya masih didominasi oleh
impor bahan baku.impor bahan baku.impor bahan baku.impor bahan baku.impor bahan baku. Faktor yang mempengaruhi tingginya impor bahan bakuterutama adalah tingginya ketergantungan penggunaan bahan baku impor di
dalam proses produksi oleh sebagian besar industri berada di Jakarta. Akibatnya,
kenaikan permintaan domestik memberikan dampak pada peningkatan imporbahan baku dan barang modal. Dalam beberapa bulan terakhir, peningkatan impor
Grafik I. 23Grafik I. 23Grafik I. 23Grafik I. 23Grafik I. 23Nilai Impor Jakarta
Grafik I.24Grafik I.24Grafik I.24Grafik I.24Grafik I.24Perkembangan Volume Impor
Juta USD %, y-o-y
0500
10001500200025003000350040004500
2005 2006 2007
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11-40
-20
0
20
40
60
80Total Impor Jakartag. Total impor Jkt (rhs)
%, y-o-y
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2006 2007 2008
-80-60-40-20
020406080
100120140
g.Barang Modalg.Konsumsig.Bahan Baku
9
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
barang modal di Jakarta lebih disebabkan oleh peningkatan permintaan dari sektortransportasi dan komunikasi.
Ekspor beberapa komoditas hasil manufaktur masih menunjukkan peningkatan.Ekspor beberapa komoditas hasil manufaktur masih menunjukkan peningkatan.Ekspor beberapa komoditas hasil manufaktur masih menunjukkan peningkatan.Ekspor beberapa komoditas hasil manufaktur masih menunjukkan peningkatan.Ekspor beberapa komoditas hasil manufaktur masih menunjukkan peningkatan.
Meskipun krisis keuangan global mulai merambah ekonomi Indonesia, permintaanbarang manufaktur dari Jakarta relatif belum terlalu dalam mengalami tekanan.
Salah satu penyebabnya adalah order barang yang diekspor pada umumnya telah
dilakukan kontrak di awal tahun untuk pengiriman barang dalam jangka waktusetahun. Nilai ekspor produk manufaktur Jakarta mencapai 90% dari total nilai
ekspor Jakarta. Komoditi tersebut antara lain adalah produk barang kimia, mesin
dan perlengkapan transportasi, pakaian, alas kaki dan barang-barang manufakturlainnya. Dari sisi pasar, ekspor tersebut tersebar di negara Amerika, Asia dan Eropa.
Asia menjadi pasar yang terbesar, dengan porsi 60%, selanjutnya diikuti pasar
Eropa (14% - 20%).
Grafik I.27Grafik I.27Grafik I.27Grafik I.27Grafik I.27Komposisi Ekspor Jakarta Berdasarkan Komoditi
Grafik I.28Grafik I.28Grafik I.28Grafik I.28Grafik I.28Pertumbuhan Nilai Ekspor Komponen Utama
Jakarta
Grafik I. 25Grafik I. 25Grafik I. 25Grafik I. 25Grafik I. 25Perkembangan Nilai Ekspor
Grafik I.26Grafik I.26Grafik I.26Grafik I.26Grafik I.26Perkembangan Volume Ekspor
Jutaan USD %, y-o-y
0
200
400
600
800
1.000
-40
-20
0
20
40
60
80
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
Total Eksporg.Total Ekspor (rhs)
Juta Kg %, y-o-y
050
100150
200250
300350
400
-40
-20
0
20
40
60
80
100
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
Total Eksporg.Total Ekspor (rhs)
Pertanian0.8%
Tambang0.0%
Manufaktur99,2%
%, y-o-y%, y-o-y
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
2006 2007 2008
-100
-50
0
50
100
150
200
250
-1000
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
Non metalic minerals mfs (lhs) Animal&Vegetable Oils & Fats (lhs)Metalliferous ores & metal scr Ess. Oils & perfum materialsMisc. Food preparations
10
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
B. SISI PENAWARANWalaupun secara keseluruhan perekonomian tumbuh masih cukup tinggi, namunWalaupun secara keseluruhan perekonomian tumbuh masih cukup tinggi, namunWalaupun secara keseluruhan perekonomian tumbuh masih cukup tinggi, namunWalaupun secara keseluruhan perekonomian tumbuh masih cukup tinggi, namunWalaupun secara keseluruhan perekonomian tumbuh masih cukup tinggi, namun
sebagian besar sektor ekonomi tumbuh sedikit melambat.sebagian besar sektor ekonomi tumbuh sedikit melambat.sebagian besar sektor ekonomi tumbuh sedikit melambat.sebagian besar sektor ekonomi tumbuh sedikit melambat.sebagian besar sektor ekonomi tumbuh sedikit melambat. Sektor ekonomi yangpertumbuhannya melampaui triwulan sebelumnya adalah sektor bangunan, listrik,
pertanian dan pertambangan. Sektor unggulan yang lain, seperti sektor industri,
perdagangan, keuangan dan komunikasi secara perlahan namun pasti mulaiterimbas oleh dampak krisis keuangan global yang semakin parah dan sudah mulai
berdampak pada perekonomian nasional. Secara keseluruhan permintaan
internasional dan permintaan nasional yang melemah mulai berpengaruh padasektor-sektor unggulan di Jakarta.
* angka sementaraSumber : BPS, diolah
Tabel I.3Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Jakarta (%, y-o-y)
D K I Q1-2008 Q2-2008 Q3-2008* Q4-2008*KontribusiQ4-2008
KontribusiPertumbuhan 20082008*
Pertanian 1,4 -0,3 0,7 1,4 0,0 0,8 0,0
Pertambangan 1,5 0,9 1,4 1,5 0,0 1,3 0,0
Industri 4,1 4,0 4,1 3,9 0,7 4,0 0,6
Listrik 6,8 7,0 5,2 6,3 0,0 6,3 0,1
Bangunan 7,5 7,6 7,8 8,2 0,8 7,8 0,9
Perdagangan 6,8 6,2 6,2 6,0 1,3 6,3 1,3
Pengangkutan 15,2 14,9 15,0 14,8 1,4 15,0 1,3
Keuangan 4,1 4,1 4,1 3,8 1,1 4,0 1,2
Jasa-jasa 6,4 6,0 5,9 5,8 0,7 6,0 0,8
PDRB 6,3 6,1 6,1 6,1 6,1 6,2 6,2
1. BangunanSektor bangunan pada triwulan IV-2008 tumbuh sebesar 8,2%, meningkatSektor bangunan pada triwulan IV-2008 tumbuh sebesar 8,2%, meningkatSektor bangunan pada triwulan IV-2008 tumbuh sebesar 8,2%, meningkatSektor bangunan pada triwulan IV-2008 tumbuh sebesar 8,2%, meningkatSektor bangunan pada triwulan IV-2008 tumbuh sebesar 8,2%, meningkat
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-2008 (7,8%). dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-2008 (7,8%). dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-2008 (7,8%). dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-2008 (7,8%). dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan III-2008 (7,8%). Peningkatanpertumbuhan pada sektor bangunan bersumber dari percepatan kegiatan
pembangunan infrastruktur pemerintah memasuki triwulan IV dan di sisi lain sektor
bangunan yang pelaksanaannya dilakukan oleh swasta juga masih cukup tinggi.Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan di sektor bangunan antara lain adalah
penyerapan stimulus fiskal daerah dalam bentuk belanja modal di Jakarta yang
tinggi pada akhir tahun dan masih tingginya permintaan produk properti, khususnyaproperti residensial.
11
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Pembangunan beberapa proyek infrastruktur di Jakarta masih terus berlanjut.Pembangunan beberapa proyek infrastruktur di Jakarta masih terus berlanjut.Pembangunan beberapa proyek infrastruktur di Jakarta masih terus berlanjut.Pembangunan beberapa proyek infrastruktur di Jakarta masih terus berlanjut.Pembangunan beberapa proyek infrastruktur di Jakarta masih terus berlanjut.
Proyek Banjir Kanal, realisasi lahan yang dibebaskan telah mencapai 58%, dengan
perkembangan pembangunan mencapai 31% yang antara lain berupa pengerjaangalian dan pembangunan 1 jembatan dari rencana 25 jembatan. Rumah susun
bersubsidi di Jakarta Timur dan Jakarta Utara telah terbangun 17 blok. Sementara
itu, pembangunan beberapa proyek masih berlangsung diantaranya: pembangunanJORR 2, pembangunan beberapa taman di Jakarta Selatan dan restorasi stasiun
Tanjung Priok. Di sisi lain, proyek infrastruktur yang dibiayai non APBD antara lain
adalah proyek penambahan dan peninggian ruas tol Bandara Sukarno Hatta yangsudah memasuki tahapan uji coba jalur lalu-lintasnya.
Kegiatan pembangunan gedung perkantoran, apartemen, properti komersialKegiatan pembangunan gedung perkantoran, apartemen, properti komersialKegiatan pembangunan gedung perkantoran, apartemen, properti komersialKegiatan pembangunan gedung perkantoran, apartemen, properti komersialKegiatan pembangunan gedung perkantoran, apartemen, properti komersial
maupun hunian di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya masih berlanjut.maupun hunian di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya masih berlanjut.maupun hunian di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya masih berlanjut.maupun hunian di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya masih berlanjut.maupun hunian di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya masih berlanjut.
Pembangunan gedung komersial dan hunian oleh pihak swasta terutama adalahpembangunan apartemen, pusat perkantoran, retail dan residensial. Beberapa
Grafik I. 29Grafik I. 29Grafik I. 29Grafik I. 29Grafik I. 29Konsumsi Semen Jakarta
Grafik I. 30Grafik I. 30Grafik I. 30Grafik I. 30Grafik I. 30Pembangunan Apartemen di Jakarta
%, y-o-y %, y-o-y
Sumber : CEIC, diolah
6
6,5
7
7,5
8
8,5
2006 2007 2008
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12-60
-40
-20
0
20
40
60
80g.PDRB Bangunan Jktg.Semen Jkt(rhs)
Ribuan meter2 %, y-o-y
Sumber : CII, diolah
45
50
55
60
65
III IV I II III IVp
2007 2008
-30-20-100102030405060
Unit Tersediag.Unit Tersedia (rhs)
Grafik I. 31Grafik I. 31Grafik I. 31Grafik I. 31Grafik I. 31Kredit Lokasi Proyek Sektor Bangunan
%, y-o-y %, y-o-y
4
5
6
7
8
9
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
0
10
20
3040
5060
70
80g.PDRB Bangunan Jktg.kredit Bangunan (rhs)
Rp miliar %
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
0
2
4
6
8
10
12
14
16Nominal NPL Bangunan JakartaNPL Bangunan Jakarta (rhs)
Grafik I. 32Grafik I. 32Grafik I. 32Grafik I. 32Grafik I. 32NPLs Sektor Bangunan
12
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
proyek besar gedung perkantoran swasta yang diperkirakan selesai tahun 2008antara lain adalah : City Tower, Boutique Office, Talavera, Grand Kebon Sirih,
Arcadia Tower dan The Boulevard, Nirvana Boutique Residence, dan EssenceDarmawangsa1.
Meningkatnya kinerja sektor bangunan didukung oleh pembiayaan kredit yangMeningkatnya kinerja sektor bangunan didukung oleh pembiayaan kredit yangMeningkatnya kinerja sektor bangunan didukung oleh pembiayaan kredit yangMeningkatnya kinerja sektor bangunan didukung oleh pembiayaan kredit yangMeningkatnya kinerja sektor bangunan didukung oleh pembiayaan kredit yang
meningkat. meningkat. meningkat. meningkat. meningkat. Outstanding kredit perbankan di sektor bangunan yang berlokasi di
Jakarta pada posisi akhir November 2008 mencapai Rp 26,5 triliun, naik 45,4%(y-o-y). Sementara itu resiko kredit di sektor bangunan sebagaimana tercermin
pada besaran NPLs relatif rendah dan masih dalam tren yang relatif menurun
(2,6%).
2. IndustriPada triwulan IV-2008, sektor industri tumbuh sedikit melambat 3,9%,Pada triwulan IV-2008, sektor industri tumbuh sedikit melambat 3,9%,Pada triwulan IV-2008, sektor industri tumbuh sedikit melambat 3,9%,Pada triwulan IV-2008, sektor industri tumbuh sedikit melambat 3,9%,Pada triwulan IV-2008, sektor industri tumbuh sedikit melambat 3,9%,
dibandingkan triwulan sebelumnya (4,1%).dibandingkan triwulan sebelumnya (4,1%).dibandingkan triwulan sebelumnya (4,1%).dibandingkan triwulan sebelumnya (4,1%).dibandingkan triwulan sebelumnya (4,1%). Faktor yang mempengaruhi
pelemahan pertumbuhan di sektor industri antara lain adalah penurunanpermintaan dunia dan permintaan nasional sebagai dampak dari krisis ekonomi
global yang mendorong dunia usaha mengurangi volume produksi. Namun
demikian, perlambatan pada sektor industri ini tidak separah dibandingkandengan provinsi-provinsi yang lebih mengandalkan sektor perkebunan dan
pertambangan. Hal ini disebabkan produk-produk di sektor industri, khususnya
yang berorientasi ekspor harganya relatif stabil dan pasar juga lebihterdiversifikasin.
Perlambatan di sektor industri terindikasi pada penurunan penggunaan energiPerlambatan di sektor industri terindikasi pada penurunan penggunaan energiPerlambatan di sektor industri terindikasi pada penurunan penggunaan energiPerlambatan di sektor industri terindikasi pada penurunan penggunaan energiPerlambatan di sektor industri terindikasi pada penurunan penggunaan energi
dan turunnya indeks produksi beberapa industri. dan turunnya indeks produksi beberapa industri. dan turunnya indeks produksi beberapa industri. dan turunnya indeks produksi beberapa industri. dan turunnya indeks produksi beberapa industri. Konsumsi energi industri (BBMdan listrik) cenderung turun. Indeks produksi industri (total) juga turun. Secara
individual indeks produksi industri yang turun adalah industi mesin dan industri
makanan. Sementara itu indeks produksi industri tekstil masih cukup tinggi yangantara lain terkait dengan pemenuhan kontrak yang telah dilakukan di awal tahun.
Beberapa anekdotal menyebutkan bahwa pada tahun 2009 prospek sebagian
industri tekstil di Jakarta dan nasional pada umumnya, khususnya garmen masihmempunyai prospek yang baik, antara lain terkait dengan adanya pengalihan order
dari RRC dan Vietnam yang pada saat ini sedang dihadapkan pada kenaikan biaya
produksi.
1 data dari Collier Internasional Indonesia
13
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Meskipun Meskipun Meskipun Meskipun Meskipun risk profilerisk profilerisk profilerisk profilerisk profile sektor industri relatif tinggi, pembiayaan perbankan terhadap sektor industri relatif tinggi, pembiayaan perbankan terhadap sektor industri relatif tinggi, pembiayaan perbankan terhadap sektor industri relatif tinggi, pembiayaan perbankan terhadap sektor industri relatif tinggi, pembiayaan perbankan terhadap
sektor ini masih meningkat. sektor ini masih meningkat. sektor ini masih meningkat. sektor ini masih meningkat. sektor ini masih meningkat. Peningkatan pembiayaan perbankan di sektor industri
Grafik I. 33Grafik I. 33Grafik I. 33Grafik I. 33Grafik I. 33Pemakaian Listrik Industri
Grafik I. 34Grafik I. 34Grafik I. 34Grafik I. 34Grafik I. 34Konsumsi BBM Industri
Grafik I. 35Grafik I. 35Grafik I. 35Grafik I. 35Grafik I. 35Indeks Produksi Industri
Grafik I. 36Grafik I. 36Grafik I. 36Grafik I. 36Grafik I. 36Indeks Produksi Tekstil
%, y-o-y%, y-o-y
Sumber : PLN, diolah
2
2,5
3
3,5
4
4,5
5
5,5
6
4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
2006 2007 2008
-40-30-20-100102030405060
g.PDRB Industri Jktg.Kons Listrik Industri (rhs)
%, y-o-y %, y-o-y
Sumber : Pertamina, diolah
0
1
2
3
4
5
6
7
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-80-70-60-50-40-30-20-100102030
g.PDRB Industri Jktg.Kons. BBM Industri (rhs)
Sumber : CEIC, diolah
%, y-o-y %, y-o-y
0
1
2
3
4
5
6
2006 2007 20081 2 34 5 6 7 8 91011121 23 4 5 6 7 8 91011121 2 34 5 6 7 8 9101112
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
g.PDRB Industri Jktg.Industrial Production Index(rhs)
%, y-o-yIndeks
Sumber : CEIC, diolah
0
20
40
60
80
100
120
2006 2007 2008
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 23 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 78 9-40
-30
-20
-100
10
20
30
40
IPI Tekstilg.IPI Tekstil (rhs)
Grafik I. 37Grafik I. 37Grafik I. 37Grafik I. 37Grafik I. 37Indeks Produksi Mesin
Grafik I. 38Grafik I. 38Grafik I. 38Grafik I. 38Grafik I. 38Indeks Produksi Makanan
Sumber : CEIC, diolah
%, y-o-y %, y-o-y
0
1
2
3
4
5
6
2006 2007 20081 2 34 5 6 7 8 91011121 23 4 5 6 7 8 91011121 2 34 5 6 7 8 9101112
-15
-10
-5
0
5
10
15
20
g.PDRB Industri Jktg.Industrial Production Index(rhs)
%, y-o-yIndeks
Sumber : CEIC, diolah
0
20
40
60
80
100
120
2006 2007 2008
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 23 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 78 9-40
-30
-20
-100
10
20
30
40
IPI Tekstilg.IPI Tekstil (rhs)
14
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
masih sekitar 50,5%, dengan outstanding kredit lokasi proyek di sektor industri
Jakarta pada posisi akhir bulan November mencapai Rp 83,6 triliun. Resiko kredit
relatif turun meskipun masih di atas ambang aman sebagaimana tercermin padaNPLs (6,9%).
Grafik I. 39Grafik I. 39Grafik I. 39Grafik I. 39Grafik I. 39Kredit Lokasi Proyek Sektor Industri
Grafik I. 40Grafik I. 40Grafik I. 40Grafik I. 40Grafik I. 40NPLs Kredit Industri
%, y-o-y %, y-o-y
0
1
2
3
4
5
6
7
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-20-100
10
20
30
40
50
60g.PDRB Industri Jktg.kredit Industri (rhs)
Rp miliar %
0
5.000
10.000
15.000
20.000
25.000
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
024681012141618
Nominal NPL Industri JakartaNPL Industri Jakarta (rhs)
3. Perdagangan, Hotel dan RestoranSektor perdagangan hotel dan restoran (PHR) pada triwulan IV-2008 tumbuhSektor perdagangan hotel dan restoran (PHR) pada triwulan IV-2008 tumbuhSektor perdagangan hotel dan restoran (PHR) pada triwulan IV-2008 tumbuhSektor perdagangan hotel dan restoran (PHR) pada triwulan IV-2008 tumbuhSektor perdagangan hotel dan restoran (PHR) pada triwulan IV-2008 tumbuh
sebesar 6,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan III-2008 (6,2%).sebesar 6,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan III-2008 (6,2%).sebesar 6,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan III-2008 (6,2%).sebesar 6,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan III-2008 (6,2%).sebesar 6,0% (y-o-y), melambat dibandingkan dengan triwulan III-2008 (6,2%).
Melambatnya kinerja perdagangan, walaupun tidak signifikan, dipengaruhi oleh
kecenderungan peningkatan konsumsi masyarakat pada triwulan laporan lebihbanyak dilakukan untuk konsumsi non barang, sejalan dengan libur panjang yang
ada di triwulan laporan. Sementara itu, sektor hotel dan restoran tumbuh relatif
normal.
Secara keseluruhanSecara keseluruhanSecara keseluruhanSecara keseluruhanSecara keseluruhan, pertumbuhan subsektor perdagangan yang sedikit melambat pertumbuhan subsektor perdagangan yang sedikit melambat pertumbuhan subsektor perdagangan yang sedikit melambat pertumbuhan subsektor perdagangan yang sedikit melambat pertumbuhan subsektor perdagangan yang sedikit melambat
berpengaruh pada perlambatan pada sektor perdagangan/hotel/restoran.berpengaruh pada perlambatan pada sektor perdagangan/hotel/restoran.berpengaruh pada perlambatan pada sektor perdagangan/hotel/restoran.berpengaruh pada perlambatan pada sektor perdagangan/hotel/restoran.berpengaruh pada perlambatan pada sektor perdagangan/hotel/restoran. Indikator-
indikator yang mendukung perlambatan pertumbuhan di sektor perdagangandiantaranya arus bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok, konsumsi listrik sektor
bisnis, pertumbuhan indeks penjualan eceran2. Di sisi lain, occupancy ratepersewaan untuk sektor retail3 sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnyamenjadi 88,75%. Sementara untuk pasar tradisional, sekitar 13,95% kios masih
kosong4.
2 Survei Penjualan Eceran-BI3 Survei oleh Collier International Indonesia4 PD Pasar Jaya
15
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Subsektor hotel dan restoran diperkirakan memberikan kontribusi yang tidak terlaluSubsektor hotel dan restoran diperkirakan memberikan kontribusi yang tidak terlaluSubsektor hotel dan restoran diperkirakan memberikan kontribusi yang tidak terlaluSubsektor hotel dan restoran diperkirakan memberikan kontribusi yang tidak terlaluSubsektor hotel dan restoran diperkirakan memberikan kontribusi yang tidak terlalu
tinggi terhadap pertumbuhan sektor perdagangan.tinggi terhadap pertumbuhan sektor perdagangan.tinggi terhadap pertumbuhan sektor perdagangan.tinggi terhadap pertumbuhan sektor perdagangan.tinggi terhadap pertumbuhan sektor perdagangan. Jumlah wisman yang masuk
Grafik I. 41Grafik I. 41Grafik I. 41Grafik I. 41Grafik I. 41Jumlah Arus Barang di Pelabuhan Tanjung Priok
(BPS)
Grafik I. 42Grafik I. 42Grafik I. 42Grafik I. 42Grafik I. 42Jumlah Arus Bongkar Muat Pelabuhan Tj. Priok
(CEIC)
Ribu ton %, y-o-y
2006 2007 2008
600
1100
1600
2100
2600
3100
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9-30
-20
-100
10
20
30
40
50UnloadedLoadedg_unloaded (rhs)g_loaded (rhs)
%, y-o-y%, y-o-y
Sumber : BPS, diolah
0
2
4
6
8
10
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-30-20-10010203040506070
g.PDRB Perdagangan Jktg.Brg Tnjg. Priok (rhs)
Grafik I. 43Grafik I. 43Grafik I. 43Grafik I. 43Grafik I. 43Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
Grafik I. 44Grafik I. 44Grafik I. 44Grafik I. 44Grafik I. 44Survei Penjualan Eceran
%, y-o-y%, y-o-y
Sumber : PLN, diolah
0123456789
2006 2007 20084 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-10
0
10
20
30g.PDRB Perdagangan Jktg.Kons Listrik Bisnis (rhs)
%, y-o-y %, y-o-y
4
5
6
7
8
9
10
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-40
-20
0
20
40
60g.PDRB Perdagangan Jktg.SPE (rhs)
Grafik I. 45Grafik I. 45Grafik I. 45Grafik I. 45Grafik I. 45Arus wisatawan mancanegara
Grafik I. 46Grafik I. 46Grafik I. 46Grafik I. 46Grafik I. 46Tingkat Hunian Hotel di Jakarta
Ribuan orang Ribuan orang
Sumber : CEIC
30
50
70
90
110
130
150
170
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
2
3
4
5
6
7
8
9Kedatangan di Empat Pintu Utama JakartaKedatangan di Tanjung Priok(rhs)
% Hari
Sumber : CEIC
40
45
50
55
60
65
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10
0
1
2
3
4Tingkat hunian hotel JakartaLama tinggal turis di Jakarta (rhs)
16
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
melalui bandara Sukarno Hatta dan menginap di Jakarta relatif normal. Libur
panjang yang terjadi di triwulan IV 2008, diperkirakan justru mendorong penduduk
Jakarta melakukan perjalanan ke luar provinsi.
Sementara itu, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor ini masih kuat denganSementara itu, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor ini masih kuat denganSementara itu, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor ini masih kuat denganSementara itu, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor ini masih kuat denganSementara itu, dukungan pembiayaan perbankan ke sektor ini masih kuat dengan
perfomanceperfomanceperfomanceperfomanceperfomance kredit yang baik. kredit yang baik. kredit yang baik. kredit yang baik. kredit yang baik. Outstanding kredit lokasi proyek yang disalurkan di
sektor ini tumbuh tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada posisi
akhir November 2008, jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp 75,7 triliun,naik 28,3% (y-o-y). Sementara itu, performance kredit yang tercermin pada NPLs
tetap berada di level yang rendah (3,3%).
4. Keuangan, Persewaan dan JasaPada triwulan laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh 3,8%,Pada triwulan laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh 3,8%,Pada triwulan laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh 3,8%,Pada triwulan laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh 3,8%,Pada triwulan laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa tumbuh 3,8%,
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 4,1%. melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 4,1%. melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 4,1%. melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 4,1%. melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 4,1%. Dampak krisis keuangan
global secara langsung hanya sedikit berdampak pada sektor keuangan, antara
lain karena rendahnya portofolio instrumen keuangan asing bermasalah yangdimiliki lembaga keuangan domestik. Dampak yang lebih dalam justru disebabkan
oleh melemahnya kinerja di sektor riil yang melemah sebagai akibat krisis global
yang pada gilirannya telah menyebabkan risk exposure di sektor riil dan juga dayabeli masyarakat terganggu. Hal ini menyebabkan lembaga keuangan semakin
meningkatkan kehati-hatian. Risiko tersebut antara lain direfleksikan oleh
peningkatan suku bunga kredit dan juga persyaratan untuk memperolehpembiayaan yang semakin ketat.
Sementara itu, di subsektor persewaan dan jasa pada triwulan diperkirakan masihSementara itu, di subsektor persewaan dan jasa pada triwulan diperkirakan masihSementara itu, di subsektor persewaan dan jasa pada triwulan diperkirakan masihSementara itu, di subsektor persewaan dan jasa pada triwulan diperkirakan masihSementara itu, di subsektor persewaan dan jasa pada triwulan diperkirakan masih
tumbuh moderat.tumbuh moderat.tumbuh moderat.tumbuh moderat.tumbuh moderat. Permintaan domestik yang masih kuat menyebabkan sewa
Grafik I. 47Grafik I. 47Grafik I. 47Grafik I. 47Grafik I. 47Kredit Lokasi Proyek Sektor Perdagangan
Grafik I. 48Grafik I. 48Grafik I. 48Grafik I. 48Grafik I. 48Perkembangan NPLs
% Hari
Sumber : CEIC
40
45
50
55
60
65
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10
0
1
2
3
4Tingkat hunian hotel JakartaLama tinggal turis di Jakarta (rhs)
%, y-o-y %, y-o-y
4
5
6
7
8
9
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-10
0
10
20
30
40g.PDRB Perdagangan Jktg.kredit Perdagangan (rhs)
17
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Grafik I. 49Grafik I. 49Grafik I. 49Grafik I. 49Grafik I. 49Perkembangan NTB Bank di Jakarta
Grafik I. 50Grafik I. 50Grafik I. 50Grafik I. 50Grafik I. 50Perkembangan Kegiatan Lembaga Keuangan
Bukan Bank
Rp Triliun %, y-o-y
0
4
8
12
16
20
2006 2007 2008 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
-80
-40
0
40
80
120Nilai Tambah Bankg.NTB (rhs)
Rp Triliun %, y-o-y
0
20
40
60
80
100
120140
160
2006 2007 2008
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 100
10
20
30
40
50
60Total Pembiayaang.Total Pembiayaan (rhs)
Grafik I. 51Grafik I. 51Grafik I. 51Grafik I. 51Grafik I. 51Tingkat Hunian dan Persediaan Perkantoran
Grafik I. 52Grafik I. 52Grafik I. 52Grafik I. 52Grafik I. 52Tingkat Hunian Apartemen
Source : Colliers International Indonesia - Research Department
SupplyDemandOccupancy Rate
5.500.0005.000.0004.500.0004.000.0003.500.0003.000.0002.500.0002.000.0001.500.0001.000.000 70%
73%76%79%82%85%88%91%94%97%100%
20002001
20022003
20042005
20062007
2008p2009p
2010p
%
Source : Colliers International Indonesia - Research Department
10095908580757065605550
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 3Q08
Apartment Non ServiceApartment ServiceAverage Occupancy Rate
*) s.d. November 2008
Tabel I.4Perkembangan Kegiatan Bank
Jakarta DPK Rp Miliar 717.000,7 765.022,5 785.919,1 840.976,1
Pertumbuhan (%, y-o-y) 15,7 15,8 15,2 20,5
Kredit Lokasi Bank Rp Miliar 524.871,4 577.897,6 633.266,8 689.768,4
Pertumbuhan (%, y-o-y) 32,5 34,8 40,5 42,5
Kredit Lokasi Proyek Rp Miliar 374.904,6 408.253,9 450.225,6 490.886,5
Pertumbuhan (%, y-o-y) 33,7 39,3 41,1 43,9
LDR (%) 73,2 75,5 80,6 82,0
NPL (%) 3,9 3,8 3,6 3,8
1 2 3 4*
2 0 0 8U r a i an
18
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
untuk perkantoran, apartemen dan retail diperkirakan masih mengalami
peningkatan pertumbuhan. Persewaan gedung perkantoran meningkat 1%
menjadi 89,6% sementara persewaan apartemen meningkat 2% menjadi71,4%5.
5. Pengangkutan dan KomunikasiSektor pengangkutan dan komunikasi tetap tumbuh pada level yang tinggiSektor pengangkutan dan komunikasi tetap tumbuh pada level yang tinggiSektor pengangkutan dan komunikasi tetap tumbuh pada level yang tinggiSektor pengangkutan dan komunikasi tetap tumbuh pada level yang tinggiSektor pengangkutan dan komunikasi tetap tumbuh pada level yang tinggi
(14,8%), meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan III-2008 (15%).(14,8%), meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan III-2008 (15%).(14,8%), meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan III-2008 (15%).(14,8%), meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan III-2008 (15%).(14,8%), meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan III-2008 (15%).Pertumbuhan yang tinggi diperkirakan terutama terjadi di subsektor komunikasi,
tercermin dari jumlah pelanggan seluler yang tumbuh tinggi (diatas 50%).
Peningkatan kapasitas oleh beberapa provider seluler yang diikuti dengan inovasiproduk, serta tarif yang kompetitif mampu meningkatkan kinerja subsektor
komunikasi.
5 Berdasarkan publikasi Collier International Indonesia,
Grafik I. 53Grafik I. 53Grafik I. 53Grafik I. 53Grafik I. 53Perkembangan Telepon Seluler
Grafik I. 54Grafik I. 54Grafik I. 54Grafik I. 54Grafik I. 54Jumlah Penumpang KA Jabodetabek
Sumber : CEIC dan Pers Release
Jumlah pelanggan (juta orang) %, y-o-y
0
20
40
60
80
100
120
140
2004 2005 2006 2007 20082 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
0
10
20
30
40
50
60
70Cellular (telkomsel +Indosat + ProXL)g.Cellular (rhs)
%, y-o-y%, y-o-y
Sumber : BPS, diolah
0
2
4
6
8
10
12
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-10
-5
0
5
10
15
20
25
30
g.PDRB Transpor Bntng.Pnpg KA Jabodetabek (rhs)
Sementara itu, kinerja di subsektor pengangkutan turun cukup tinggi. Sementara itu, kinerja di subsektor pengangkutan turun cukup tinggi. Sementara itu, kinerja di subsektor pengangkutan turun cukup tinggi. Sementara itu, kinerja di subsektor pengangkutan turun cukup tinggi. Sementara itu, kinerja di subsektor pengangkutan turun cukup tinggi. Indikatoryang mendukung terjadinya perlambatan di sub sektor ini antara lain adalah
penurunan pertumbuhan konsumsi BBM transportasi dan penurunan jumlah
penumpang di Bandara Soekarno Hatta. Sedangkan di angkutan darat, jumlahpenumpang kereta api Jabodetabek tumbuh relatif moderat.
Dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini cukup tinggi dengan resikoDukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini cukup tinggi dengan resikoDukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini cukup tinggi dengan resikoDukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini cukup tinggi dengan resikoDukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor ini cukup tinggi dengan resiko
kredit yang kecilkredit yang kecilkredit yang kecilkredit yang kecilkredit yang kecil. Outstanding kredit yang disalurkan perbankan pada sektor ini
19
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Grafik I.55Grafik I.55Grafik I.55Grafik I.55Grafik I.55Jumlah Penumpang Udara di Bandara
Soekarno Hatta
Grafik I.56Grafik I.56Grafik I.56Grafik I.56Grafik I.56Konsumsi BBM Sektor Transportasi Jakarta
per posisi akhir bulan November 2008 tercatat sebesar Rp 45,7 triliun, naik 104,7%.Peningkatan kredit ini diikuti dengan kualitas kredit yang semakin baik (NPLs sebesar
2,1%).
%, y-o-y%, y-o-y
Sumber : BPS, diolah
0
2
4
6
8
10
12
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-20
-10
0
10
20
30
40
50
g.PDRB Transpor Bntng.Pnpg Soeka (rhs)
%, y-o-y %, y-o-y
Sumber : Pertamina, diolah
0
4
8
12
16
20
-20
-10
0
10
20
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
g.PDRB Transport Jktg.Kons. BBM Transport (rhs)
Grafik I.57Grafik I.57Grafik I.57Grafik I.57Grafik I.57Kredit Lokasi Proyek Sektor Transportasi
Grafik I.58Grafik I.58Grafik I.58Grafik I.58Grafik I.58NPLs Sektor Transportasi
%, y-o-y %, y-o-y
8
910
111213
1415
16
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-200
2040
6080
100
120
140
g.PDRB Transport Jktg.Kredit Transport (rhs)
Rp miliar %
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
0
2
4
6
8
10
12
14
16Nominal NPL Transport JakartaNPL Transport Jakarta (rhs)
6. Listrik, Gas dan Air BersihSektor listrik tercatat tumbuh 6,3% (y-o-y), naik dibandingkan triwulan sebelumnyaSektor listrik tercatat tumbuh 6,3% (y-o-y), naik dibandingkan triwulan sebelumnyaSektor listrik tercatat tumbuh 6,3% (y-o-y), naik dibandingkan triwulan sebelumnyaSektor listrik tercatat tumbuh 6,3% (y-o-y), naik dibandingkan triwulan sebelumnyaSektor listrik tercatat tumbuh 6,3% (y-o-y), naik dibandingkan triwulan sebelumnya
(5,2%)(5,2%)(5,2%)(5,2%)(5,2%). Relatif lancarnya pasokan bahan bakar ke beberapa PLTU dan relatif
lancarnya proses produksi listrik mempengaruhi peningkatan pertumbuhan di subsektor ini. Sementara itu, dari sisi penyediaan air bersih, seiring keberhasilan PD
PAM Jaya dalam menekan jumlah kebocoran dan memperluas cakupan pelayanan
turut berkontribusi terhadap pertumbuhan sektor ini.
20
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Pembiayaan perbankan kepada sektor ini walaupun jumlahnya relatif kecil namunPembiayaan perbankan kepada sektor ini walaupun jumlahnya relatif kecil namunPembiayaan perbankan kepada sektor ini walaupun jumlahnya relatif kecil namunPembiayaan perbankan kepada sektor ini walaupun jumlahnya relatif kecil namunPembiayaan perbankan kepada sektor ini walaupun jumlahnya relatif kecil namun
meningkat tinggi yang diikuti dengan kualitas kredit yang membaikmeningkat tinggi yang diikuti dengan kualitas kredit yang membaikmeningkat tinggi yang diikuti dengan kualitas kredit yang membaikmeningkat tinggi yang diikuti dengan kualitas kredit yang membaikmeningkat tinggi yang diikuti dengan kualitas kredit yang membaik. Kenaikankredit antara lain terkait dengan peningkatan investasi di subsektor listrik dan air
bersih, antara lain digunakan untuk penggantian pipa tua dan sambungan baru.
Jumlah kredit di sektor ini naik 164,1% dengan outstanding kredit per November2008 Rp 10,5 triliun. Kualitas kredit di sektor listrik relatif baik dengan NPLs sebesar
0,1 %.
Grafik I.59Grafik I.59Grafik I.59Grafik I.59Grafik I.59Konsumsi BBM Sektor Listrik Jakarta-Tangerang
%, y-o-y %, y-o-y
Sumber : Pertamina, diolah
0123456789
10
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-150-100-50050100150200250300350
g.PDRB Listrik Jktg.Kons. BBM Listrik (rhs)
Grafik I.60Grafik I.60Grafik I.60Grafik I.60Grafik I.60Kredit Lokasi Proyek Sektor Listrik
Grafik I.61Grafik I.61Grafik I.61Grafik I.61Grafik I.61NPLs Sektor Listrik
%, y-o-y %, y-o-y
01
23
4
56
7
8
2006 2007 20084 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-100
-50
0
50
100
150
200g.PDRB Listrik Jktg.kredit Listrik (rhs)
Rp miliar %
0100200300400500600700800900
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 910111 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
024681012141618
Nominal NPL Listrik JakartaNPL Listrik Jakarta (rhs)
7. Sektor Jasa-JasaPertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan IV-2008 sebesar 5,8%, sedikitPertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan IV-2008 sebesar 5,8%, sedikitPertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan IV-2008 sebesar 5,8%, sedikitPertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan IV-2008 sebesar 5,8%, sedikitPertumbuhan sektor jasa-jasa pada triwulan IV-2008 sebesar 5,8%, sedikit
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (5,9%)melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (5,9%)melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (5,9%)melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (5,9%)melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (5,9%). Melambatnya sektor jasa
antara lain disebabkan terdapatnya pembatasan-pembatasan hiburan malam di
DKI menghadapi perayaan hari besar keagamaan, nuansa perekonomian yang
21
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
melambat menyebabkan masyarakat lebih menahan diri dan sebagian penduduk
Jakarta menghabiskan libur panjangnya di luar kota. Lokasi rekreasi di Jakarta
yang mengalami pertumbuhan namun relatif terbatas diantaranya : Taman MiniIndonesia Indah (TMII), Kebun Binatang Ragunan dan Ancol. Sementara
berdasarkan hiburan live music, selama triwulan IV 2008 sedikitnya terdapat 4
artis mancanegara dan 2 festival musik yang melakukan konser di Jakarta.
Grafik I.62Grafik I.62Grafik I.62Grafik I.62Grafik I.62Kredit Lokasi Proyek Sektor Jasa
Grafik I.63Grafik I.63Grafik I.63Grafik I.63Grafik I.63NPLs Sektor Jasa
%, y-o-y %, y-o-y
01
23
4
56
7
8
2006 2007 20084 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-100
-50
0
50
100
150
200g.PDRB Listrik Jktg.kredit Listrik (rhs)
Rp miliar %
0100200300400500600700800900
2006 2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 910111 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011
024681012141618
Nominal NPL Listrik JakartaNPL Listrik Jakarta (rhs)
Di sisi pembiayaan, kredit sektor jasa masih tumbuh tinggi dengan resiko kreditDi sisi pembiayaan, kredit sektor jasa masih tumbuh tinggi dengan resiko kreditDi sisi pembiayaan, kredit sektor jasa masih tumbuh tinggi dengan resiko kreditDi sisi pembiayaan, kredit sektor jasa masih tumbuh tinggi dengan resiko kreditDi sisi pembiayaan, kredit sektor jasa masih tumbuh tinggi dengan resiko kredit
yang membaikyang membaikyang membaikyang membaikyang membaik. Outstanding kredit di sektor ini hingga November 2008 mencapai
Rp 110,3 triliun atau tumbuh sekitar 26,8 % (y-o-y). Kualitas kredit sektor ini
relatif baik, dengan NPLs kredit selalu di bawah batas aman (<5%).
22
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Boks I
Potensi Kerentanan Ekonomi DKI JakartaMenghadapi Krisis Keuangan Global1
Gambaran UmumPerkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yangPerkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yangPerkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yangPerkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yangPerkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang
meningkat seiring masih berlangsungnya krisis keuangan global.meningkat seiring masih berlangsungnya krisis keuangan global.meningkat seiring masih berlangsungnya krisis keuangan global.meningkat seiring masih berlangsungnya krisis keuangan global.meningkat seiring masih berlangsungnya krisis keuangan global. Krisis globaltelah berimbas terhadap perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Imbas
tersebut akhir-akhir ini semakin dirasakan baik melalui pasar barang dan
pasar uang (pasar modal dan perbankan). Di pasar barang, indikasinya terlihatdari adanya pembatalan kontrak ekspor, penundaan pengiriman barang
dan kelancaran pembayaran yang sebagian terganggu, khususnya dalam
rangka ekspor. Kondisi ini diperparah dengan harga komoditas yang turun,sehingga mempengaruhi nilai ekspor dan disisi lain menjadi potensi
masuknya barang impor dengan harga yang relatif murah ke pasar domestik.
Di pasar modal, IHSG mengalami penurunan dibandingkan dengan kondisiawal tahun. Sementara itu, pembiayaan ekspor-impor melalui perbankan
terganggu terkait dengan memburuknya kepercayaan, terutama terhadapbank-bank internasional yang berskala besar. Namun demikian, untuk
kegiatan pembiayaan domestik masih relatif aman, walaupun kewaspadaan
tetap harus ditingkatkan. Ekspor yang terganggu, harga komoditas yangturun, sistem pembayaran yang terganggu, dan kinerja di pasar modal yang
terkoreksi menurun akan dapat mengganggu perkembangan di sektor riil.
Di sisi lain, rentetan dari perlambatan tersebut pada gilirannya menurunkanpula pendapatan pelaku ekonomi yang bermuara pada tekanan daya beli
sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu pertumbuhan domesticdemand. Di samping itu, sudah mulai muncul kekhawatiran bahwa PHK,khususnya pada sektor industri yang berorientasi ekspor, akan meningkat
dalam periode ke depan.
Di sisi daerah, perekonomian daerah akan menghadapi problem yang samaDi sisi daerah, perekonomian daerah akan menghadapi problem yang samaDi sisi daerah, perekonomian daerah akan menghadapi problem yang samaDi sisi daerah, perekonomian daerah akan menghadapi problem yang samaDi sisi daerah, perekonomian daerah akan menghadapi problem yang sama
namun dengan tingkat pengaruh yang bervariasi terhadap ekonomi dinamun dengan tingkat pengaruh yang bervariasi terhadap ekonomi dinamun dengan tingkat pengaruh yang bervariasi terhadap ekonomi dinamun dengan tingkat pengaruh yang bervariasi terhadap ekonomi dinamun dengan tingkat pengaruh yang bervariasi terhadap ekonomi di
masing-masing daerah.masing-masing daerah.masing-masing daerah.masing-masing daerah.masing-masing daerah. Perbedaan pengaruh dari krisis ekonomi global
1 Catatan Analisis
23
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
terhadap ekonomi daerah tergantung pada struktur dari ekonomi masing-masing daerah. Daerah yang memiliki tingkat ketergantungan ekspor yang
relatif besar diperkirakan akan menghadapi implikasi yang lebih kuat
dibandingkan daerah yang lebih didukung oleh domestik demand.Berdasarkan Kajian Ekonomi Regional, perekonomian provinsi di wilayah
Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi-Maluku-Papua memiliki tingkat
ketergantungan terhadap ekspor yang relatif besar yaitu antara 22,6% sd.27,4%, dimana 70,3% s.d 72,2%2 dari ekspor tersebut ditujukan ke luar
negeri. Sementara itu, propinsi yang sektor keuangannya menjadi salah satu
leading ekonomi akan mengalami tekanan yang kuat, khususnya dengantergerusnya nilai kapitalisasi di pasar modal dan kemungkinan tekanan di
subsektor perbankan.
Tabel 1Struktur Ekonomi Daerah ditinjau dari sisi Permintaan
Sumatera 59,6 19,3 22,6 53,3 46,7Jakarta 57,5 33,9 14,8 69,1 30,9Jabalnustra 73,9 19,0 5,2 49,5 50,5Kali-Sulampua 52,7 19,5 27,4 71,0 29
Konsumsi PMTB Net Ekspor
Sumber : BPS Daerah (diolah)
Ekspor Impor
Porsi di dalam NetEkspor
PersentasePersentasePersentasePersentasePersentase
Struktur Ekonomi DKI JakartaJakarta, sebagai barometer perekonomian nasional, memiliki karakteristikJakarta, sebagai barometer perekonomian nasional, memiliki karakteristikJakarta, sebagai barometer perekonomian nasional, memiliki karakteristikJakarta, sebagai barometer perekonomian nasional, memiliki karakteristikJakarta, sebagai barometer perekonomian nasional, memiliki karakteristik
ekonomi yang relatif berbeda dibandingkan daerah lainnya.ekonomi yang relatif berbeda dibandingkan daerah lainnya.ekonomi yang relatif berbeda dibandingkan daerah lainnya.ekonomi yang relatif berbeda dibandingkan daerah lainnya.ekonomi yang relatif berbeda dibandingkan daerah lainnya. Struktur ekonomi
Jakarta dari sisi permintaandari sisi permintaandari sisi permintaandari sisi permintaandari sisi permintaan lebih didominasi oleh konsumsi dengan porsi
mencapai 57,5% (Tabel 1). Adapun struktur konsumsi di Jakarta lebihdidominasi oleh konsumsi rumah tangga yang mencapai 80%. Apabila
dikaitkan dengan jenis barang yang dikonsumsi oleh rumah tangga di Jakarta,
maka sekitar 55% barang yang dikonsumsi merupakan barang non makanan(durables goods), sedangkan 45% merupakan barang makanan dan
minuman.
2 Pengertian ekspor daerah adalah merupakan ekspor ke luar negeri, tidak termasuk ekspor antar daerah.
24
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Tingginya peran konsumsi di DKI didukung oleh tingginya jumlah pendudukTingginya peran konsumsi di DKI didukung oleh tingginya jumlah pendudukTingginya peran konsumsi di DKI didukung oleh tingginya jumlah pendudukTingginya peran konsumsi di DKI didukung oleh tingginya jumlah pendudukTingginya peran konsumsi di DKI didukung oleh tingginya jumlah penduduk
yang berpenghasilan menengah ke atas.yang berpenghasilan menengah ke atas.yang berpenghasilan menengah ke atas.yang berpenghasilan menengah ke atas.yang berpenghasilan menengah ke atas. Jumlah masyarakat yang
berpenghasilan di atas Rp. 3 juta mencapai 74% dari total penduduk Jakarta3
(Tabel 2). Dengan jumlah penduduk berpenghasilan strata menengah ke atas
yang besar tersebut, maka kemampuan untuk membeli barang-barang tahan
lama relatif tinggi. Berdasarkan hasil kajian4, terdapat dua jenis barang durablesyang relatif signifikan terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga di
Jakarta, yaitu konsumsi kendaraan bermotor roda empat dan barang
elektronik, serta barang kebutuhan konsumsi lainnya (eceran). Kecenderunganpertumbuhan konsumsi masyarakat strata atas dan menengah di Jakarta
terefleksi pula dari pertumbuhan konsumsi kendaraan bermotor roda empat,
barang elektronik, dan penjualan eceran barang lainnya. Akibat krisis,terindikasi bahwa kedua prompt indikator dan hasil survei penjualan eceran5
memasuki triwulan IV 2008 menunjukkan tanda-tanda perlambatan
pertumbuhan.
Dari sisi penawaran,Dari sisi penawaran,Dari sisi penawaran,Dari sisi penawaran,Dari sisi penawaran, struktur ekonomi Jakarta dipengaruhi oleh sektorkeuangan, sektor perdagangan/hotel/restoran, dan sektor industri
pengolahan. Porsi sektor keuangan dalam mempengaruhi ekonomi Jakarta
mencapai 29,6%, dimana subsektor perbankan dan subsektor keuangan non
3 Survei AC Nielsen, 2007. Susenas BPS Jakarta juga menyatakan : terdapat kecenderungan bahwa semakin kayasebuah rumah tangga, pengeluaran untuk non makanan semakin meningkat
4 Uji korelasi antara pertumbuhan mobil baru dan pertumbuhan penjualan elektronik dengan pertumbuhan konsumsimenghasilkan korelasi yang positif yaitu masing-masing 0,64 dan 0,69, Bank Indonesia.
5 Bank Indonesia melakukan survei penjualan eceran secara rutin
Tabel 2Strata Penghasilan di Jakarta
Pengeluaran Penghasilan Jakarta(Rp ribu) (Rp ribu) (%)
Strata
A1 > 3.000 > 9.000 13A2 2.000 - 3.000 6.000 - 9.000 16B 1.500 - 2.000 4.500 - 6.000 20
C1 1.000 - 1.500 3.000 - 4.500 25C2 700 - 1.000 2.100 - 3.000 18D 500 - 700 1.500 - 2.100 4E < 500 < 1.500 3
Sumber : AC Nielsen, 2007
25
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
bank memiliki porsi relatif besar di dalam sektor keuangan yaitu masing-
masing sebesar 56,0% dan 44,0%. Sektor perdagangan/hotel/ restoranmemberikan peranan dalam struktur ekonomi Jakarta sebesar 21,7%, di
mana subsektor perdagangan menjadi penyumbang terbesar dari sektor
tersebut. Sementara itu, sektor industri memberikan peranan sebesar 16,9%dengan subsektor industri yang terbesar adalah industri alat angkut, mesin
dan peralatannya dan sub sektor industri pupuk dan kimia. Terkait dengan
sektor industri di Jakarta, output yang dihasilkan oleh sektor industri di Jakartadiperuntukkan bagi ekspor rata-rata sebesar 23,9%, sehingga perlambatan
demand dunia akan berdampak pula bagi sektor industri. Di Sektor keuangan,
koreksi besar di pasar modal dan mulai melambatnya kinerja perbankan akanberdampak pada perlambatan pertumbuhan ekonomi Jakarta.
Tabel 3Struktur Ekonomi Daerah Jakarta dari sisi Penawaran
Lapangan Usaha Share (%)
1 Pertanian 0,092 Pertambangan dan penggalian 0,283 Industri Pengolahan 16,88
Alat Angkutan, Mesin & Peralatannya 10,09Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 2,09
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,665 Bangunan 10,096 Perdagangan, Hotel dan Restoran 21,70
Perdagangan 16,74Restoran 3,92
7 Pengangkutan dan Komunikasi 9,228 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 29,60
B a n k 16,57Jasa Perusahaan 5,93Sewa Bangunan 4,34
9 Jasa-jasa 11,49Produk Domestik Regional Bruto 100,00
Pembiayaan Perbankan untuk Ekonomi JakartaUntuk menganalisis dampak krisis keuangan global terhadap ekonomi Jakarta
maka diperlukan analisis peranan pembiayaan perbankan terhadap ekonomi
Jakarta. Fokus dari analisis pembiayaan diarahkan pada peranan perbankan
26
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
terhadap konsumsi rumah tangga dan pembiayaan kredit sektor-sektor yang
berperanan besar terhadap ekonomi Jakarta. Konsumsi rumah tangga di
Jakarta lebih didominasi oleh pembiayaan sendiri (self-financing) yang berasaldari gaji ataupun pendapatan lainnya (bunga, capital gain, warisan, dll).
Sementara peranan pembiayaan kredit konsumsi terhadap konsumsi rumah
tangga di Jakarta relatif rendah, yaitu sebesar 7,1%. Di sisi sektoral, sektorperdagangan dan sektor industri pengolahan memiliki ketergantungan yang
relatif besar terhadap pembiayaan dari sektor keuangan (kredit bank, obligasi,
penerbitan saham di pasar modal), dengan tingkat ketergantungan masing-masing sebesar 24,8% dan 55%6. Dengan kondisi ini, maka konsumsi rumah
tangga penduduk Jakarta sangat rentan terhadap perubahan self financing,
sedangkan sektor utama di Jakarta lebih rentan terhadap perkembangansektor keuangan.
6 Informasi beberapa Perusahaan yang Go Public, 2008
Tabel 4Struktur Pembiayaan Sektor Industri dan Perdagangan
Pinjaman Self Financing
Industri PengolahanAlat Angkutan, Mesin & Peralatannya 53,2 46,8Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet 57,7 42,3
Perdagangan, Hotel dan Restoran Perdagangan 24,8 75,2
Sumber : Neraca Perusahaan dan Anekdotal info
Persentase
Implikasi Ke depanMasih berlanjutnya krisis keuangan global perlu mendapatkan perhatian
mengingat potensi risiko yang dihadapi ekonomi Jakarta relatif masihsignifikan, dimana. PertamaPertamaPertamaPertamaPertama, , , , , menurunnya pendapatan pada kelompok
masyarakat atas dan menengah yang diikuti oleh ketatnya penyaluran kredit
konsumsi akan mempengaruhi daya beli sehingga pertumbuhan konsumsidapat terhambat. Selain itu, penurunan pendapatan masyarakat
dikhawatirkan dapat mempengaruhi kemampuan pembayaran kredit yang
berdampak pada meningkatnya net performing loan (NPL). KeduaKeduaKeduaKeduaKedua,,,,, Krisis di
27
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
pasar keuangan global yang belum jelas titik terangnya akan memunculkan
ketidakpastian di pasar keuangan dan memperlemah kondisi sektor
keuangan. KetigaKetigaKetigaKetigaKetiga,,,,, berlanjutnya perlambatan permintaan dunia yang diikutidengan penurunan harga komoditas internasional akan dapat mempengaruhi
kinerja sektor industri pengolahan, terutama yang berorientasi ekspor. Kondisi
ini dapat menjadi semakin parah mengingat risk profile sektor industri yangtinggi dengan Non Performing Loan sebesar 6,5%, tertinggi dibandingkan
sektor lainnya. KeempatKeempatKeempatKeempatKeempat, dalam jangka panjang, berlanjutnya pelemahan
ekonomi dunia akan mempengaruhi arus investasi yang masuk ke Jakarta.
Dengan memperhatikan potensi risiko yang dihadapi ekonomi Jakarta,diharapkan terdapat koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah DKI
Jakarta guna mereduksi dampak yang dihadapi, melalui :
1. Salah satu faktor yang dapat menghambat perlambatan daya beli adalahturunnya laju inflasi sehingga upaya pengendalian inflasi daerah semakin
penting.
2. Pemda beserta pengusaha menyusun kenaikan upah pada level yangmemungkinkan perusahaan masih dapat bertahan, namun tetap
membantu daya beli pekerja terhadap tekanan inflasi.
3. Pemda mempercepat dan meningkatkan realisasi belanja, khususnya
belanja modal dalam rangka men-stimulus ekonomi daerah.
4. Kebijakan jangka pendek bagi industri misalnya kebijakan insentif bagi
sektor industri yang berorientasi ekspor dan sektor perdagangan berupa
penundaan/reduksi pajak. Kebijakan jangka menengah melalui pengetatanmasuknya impor ilegal ke Indonesia khususnya barang konsumsi. Kebijakan
jangka panjang adalah mencari alternatif pasar ekspor dan mengurangi
impor barang konsumsi dengan meningkatkan kontain domestik.
5. Pemda dapat mengakselerasi kebijakan iklim investasi yang lebih kondusif.
28
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Boks II
Dampak Krisis Ekonomi Global TerhadapSektor Riil7
Penurunan kegiatan usaha dan kapasitas produksi dikhawatirkan akanberdampak pada melambatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009.Mayoritas responden menyatakan pada tahun 2009 penggunaan tenagakerja relatif tetap. Tingkat suku bunga pinjaman rupiah dari perbankan dalamnegeri yang diperkirakan tidak mengganggu kondisi keuangan perusahaanberada pada rata-rata sebesar 12% dengan range 9-16%.
Krisis keuangan global yang berdampak terhadap kondisi perekonomian
global semula diperkirakan tidak terlalu berpengaruh terhadap kondisiperekonomian Indonesia. Namun, pada awal triwulan IV-2008 dampak krisis
mulai dirasakan oleh dunia usaha dengan ditandai oleh melemahnyapermintaan akan produk-produk ekspor, menurunnya beberapa harga
komoditas internasional, ditambah dengan pelemahan nilai tukar rupiah
terhadap USD. Sebagai dampak lanjutan dari memburuknya kondisi duniausaha, beberapa perusahaan telah dan berencana melakukan pemutusan
hubungan kerja antara lain pada industri tekstil, industri baja, industri pulp
& paper, industri elektronik, industri otomotif, dan industri plastik. Untukmemperoleh gambaran mengenai dampak krisis ekonomi global terhadap
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2009 dilakukan Survei Khusus Sektor
Rill (SKSR) dengan topik ≈Dampak Krisis Ekonomi Global terhadap SektorRiil∆ terhadap 80 perusahaan yang berada pada sektor pertanian,
pertambangan, industri pengolahan, bangunan, perdagangan, hotel, &
restoran dan transportasi & komunikasi. Berdasarkan hasil survei dapatdiperoleh informasi sebagai berikut:
7 Hasil Survei Khusus Sektor Riil-BI. Survei Khusus Sektor Riil (SKSR) merupakan survei yang bertujuan untuk mengetahuikondisi sektor riil (usaha) sehubungan dengan perkembangan indikator ekonomi terkini. Responden merupakanperusahaan yang dipilih secara purposive sampling dan survei dilakukan melalui metode wawancara melalui telepon.Hasil survei diolah dan disajikan dengan metode saldo bersih (SB), rata-rata sederhana dan pooling system.
29
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Kondisi UsahaIndikasi memburuknya kondisi usaha pada akhir tahun 2008 diperkirakanIndikasi memburuknya kondisi usaha pada akhir tahun 2008 diperkirakanIndikasi memburuknya kondisi usaha pada akhir tahun 2008 diperkirakanIndikasi memburuknya kondisi usaha pada akhir tahun 2008 diperkirakanIndikasi memburuknya kondisi usaha pada akhir tahun 2008 diperkirakan
masih akan berlanjut pada tahun 2009. masih akan berlanjut pada tahun 2009. masih akan berlanjut pada tahun 2009. masih akan berlanjut pada tahun 2009. masih akan berlanjut pada tahun 2009. Hal ini tercermin dari nilai Saldo
Bersih (SB) sebesar -16,25% (33,75% menyatakan meningkat dan 50,00%menyatakan menurun) yang berarti pengusaha merasa pesimis terhadap
kondisi usaha pada tahun 2009.
Secara rata-rata kegiatan usaha pada 80 perusahaan tersebut diperkirakan
akan mengalami kontraksi sebesar 6,24% dibandingkan tahun sebelumnya.Khusus bagi perusahaan yang melakukan kegiatan ekspor, kegiatan usaha
pada 2009 juga diperkirakan akan mengalami kontraksi dengan nilai SB
sebesar -20,75%. Secara rata-rata nilai kontraksi tersebut sebesar 7,51%.
Kapasitas ProduksiPerkiraan menurunnya kegiatan usaha tersebut sejalan dengan perkiraan
penurunan kapasitas utilisasi (SB -14,89%). Kapasitas utilisasi diperkirakan
akan menurun 5,68% dari 76,43% di tahun 2008 menjadi 70,75% di tahun2009.
Tenaga KerjaMayoritas responden (72,16%) menyatakan pada tahun 2009 penggunaan
tenaga kerja relatif tetap dibandingkan tahun 2008. Sementara itu, persentaseresponden yang memperkirakan penggunaan tenaga kerja akan mengalami
penurunan sama dengan yang memperkirakan peningkatan penggunaan
tenaga kerja pada tahun 2009 yaitu sebesar 13,92%.
Kondisi KeuanganDari sebanyak 80 perusahaan, setengahnya memiliki pinjaman dari perbankandalam negeri untuk menjalankan kegiatan usahanya. Adapun tingkat suku
bunga pinjaman rupiah dari perbankan dalam negeri yang diperkirakan tidak
mengganggu kondisi keuangan perusahaan berada pada rata-rata sebesar12% dengan range 9-16%.
Khusus untuk perusahaan yang memperkirakan kondisi usaha pada tahun
2009 akan mengalami kontraksi (50% dari total responden), sebanyak 45%memiliki pinjaman dari perbankan dalam negeri.
30
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Pelemahan Nilai TukarPelemahan nilai tukar rupiah terhadap USD ditengah melemahnya mata uang
negara lainnya ternyata tidak memberikan keuntungan bagi perusahaaneksportir. Hal ini dinyatakan oleh 58,20% responden. Beberapa alasan yang
dikemukakan oleh responden antara lain peningkatan harga bahan baku
impor, penurunan volume penjualan dan permintaan pembeli untukmenurunkan harga. Sementara 23,88% responden menyatakan pelemahan
nilai tukar rupiah terhadap USD menguntungkan perusahaan, dan sisanya
(20,62%) menyatakan tidak ada pengaruh.
Profil Responden
Grafik 1Grafik 1Grafik 1Grafik 1Grafik 1Sebaran Responden Menurut Sektor
Ekonomi
Grafik 2Grafik 2Grafik 2Grafik 2Grafik 2Sebaran Responden Berdasarkan Orientasi
Penjualan
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Bangunan
Perdagangan,Hotel & Restoran
Transportasi & Komunikasi
2,50%1,25%
7,50%
26,25%
5,00%
57,50%
domestik
ekspor 1-20%
ekspor 21-40%
ekspor 41-60%
ekspor 61-80%
ekspor 81-100%12,16%
11,15%
5,7%
3,4%
16,22%
27,36%
Grafik 3Grafik 3Grafik 3Grafik 3Grafik 3Sebaran Responden Berdasarkan
Lokasi Survei
DKI Jakarta & Banten
Bali
Jawa
Sulawesi Utara
Sumatera
12,16%
3,75%
25,00%
6,25%3,75%
61,25%
31
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Boks III
Pengaruh Perkembangan Harga Komoditaspada Perekonomian Daerah8
LATAR BELAKANGBerlanjutnya krisis keuangan global yang berepisentrum di Amerika SerikatBerlanjutnya krisis keuangan global yang berepisentrum di Amerika SerikatBerlanjutnya krisis keuangan global yang berepisentrum di Amerika SerikatBerlanjutnya krisis keuangan global yang berepisentrum di Amerika SerikatBerlanjutnya krisis keuangan global yang berepisentrum di Amerika Serikat
telah merambat ke berbagai sendi perekonomian negara-negara di dunia,telah merambat ke berbagai sendi perekonomian negara-negara di dunia,telah merambat ke berbagai sendi perekonomian negara-negara di dunia,telah merambat ke berbagai sendi perekonomian negara-negara di dunia,telah merambat ke berbagai sendi perekonomian negara-negara di dunia,
tak terkecuali Indonesia.tak terkecuali Indonesia.tak terkecuali Indonesia.tak terkecuali Indonesia.tak terkecuali Indonesia. Setelah sampai dengan triwulan III 2008perekonomian tumbuh tinggi, maka memasuki triwulan IV perekonomian
Indonesia yang didominasi oleh sektor tradable mulai tertekan dengan
anjoknya harga komoditas akibat melemahnya permintaan di pasar dunia.Penurunan kinerja perekonomian Indonesia, terutama terjadi di daerah-
daerah yang berbasis ekspor. Secara mikro, menurunnya permintaan pada
beberapa produk komoditas primer dan produk industri yang diekspormengancam penurunan penggunaan kapasitas dan akan mendorong dunia
usaha melakukan efesiensi yang salah satunya dilakukan melaluipengurangan jumlah jam kerja dan bahkan pemutusan hubungan kerja.
Implikasi selanjutnya adalah terganggu daya beli dan tingkat kesejahteraan
masyarakat. Di sisi pembiayaan, berlanjutnya krisis keuangan globalberpotensi menurunkan kinerja dan kualitas pembiayaan kredit di daerah.
Di sisi harga, perkembangan inflasi daerah 2008 juga dipengaruhi olehDi sisi harga, perkembangan inflasi daerah 2008 juga dipengaruhi olehDi sisi harga, perkembangan inflasi daerah 2008 juga dipengaruhi olehDi sisi harga, perkembangan inflasi daerah 2008 juga dipengaruhi olehDi sisi harga, perkembangan inflasi daerah 2008 juga dipengaruhi oleh
dinamika perkembangan ekonomi global. dinamika perkembangan ekonomi global. dinamika perkembangan ekonomi global. dinamika perkembangan ekonomi global. dinamika perkembangan ekonomi global. Kenaikan harga komoditas yang
terjadi dalam beberapa waktu terakhir9 menjadi salah satu faktor yangmenyebabkan kenaikan tekanan inflasi di hampir semua wilayah di Indonesia.
Tekanan inflasi yang lebih tinggi terutama terjadi di daerah yang
perekonomiannya cukup dominan disupport oleh produk komoditasberbasis primer yang memperoleh wind profit dari tingginya harga
komoditas, struktur konsumsinya lebih di dominasi makanan, dan memiliki
ketergantungan pasokan bahan pangan dari daerah lain. Namun memasuki
8 Catatan Analisis9 Kenaikan harga komoditas dunia menurut IMF dalam publikasi World Economic Outlook, Oktober 2008 disebabkan
oleh (1) pertumbuhan ekonomi dunia yang tinggi, (2) terbatasnya inventory dan tingkat kapasitas produksi yangpada gilirannya menyebabkan (3) supply inellasticity dalam merespon permintaan dalam jangka pendek (4) ekspektasiyang lebih dipengaruhi sentimen dan investor behavior sehingga dalam jangka pendek menyebabkan fluktuasiharga berlebihan.
32
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
10 Harga CPO pada tahun 2007 naik hingga 75% dibandingkan dengan rata-rata harga tahun 2006, dan mencapaipuncaknya pada Maret 2008 yaitu naik hingga 218% dari harga rata-rata tahun 2006. Kenaikan harga CPO inimendorong terjadinya perluasan lahan kelapa sawit dari 4,2 juta ha menjadi 5,5 juta ha di Sumatera, dan menjadikanSumatera sebagai wilayah pengekspor sawit terbesar di Indonesia (90,1%) pada tahun 2007.
11 Produksi karet alam pada tahun 2007 mencapai 2,55 juta ton sehingga menjadikan Indonesia sebagai negarapenghasil karet terbesar kedua setelah Thailand.
12 Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor batu bara terbesar di dunia.
triwulan IV-2008, seiring dengan anjloknya harga komoditas dunia, harga-
harga di dalam negeri terkoreksi secara signifikan sehingga tekanan inflasi
pada akhir Tw-IV menurun.
PERKEMBANGAN EKONOMI DAERAH TERKINIPeriode awal 2008 s.d triwulan III-2008Memasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulaiMemasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulaiMemasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulaiMemasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulaiMemasuki tahun 2008, peningkatan harga komoditas internasional mulai
mempengaruhi perekonomian daerah secara signifikan terutama pada sektormempengaruhi perekonomian daerah secara signifikan terutama pada sektormempengaruhi perekonomian daerah secara signifikan terutama pada sektormempengaruhi perekonomian daerah secara signifikan terutama pada sektormempengaruhi perekonomian daerah secara signifikan terutama pada sektor
yang yang yang yang yang tradabletradabletradabletradabletradable. . . . . Kenaikan harga berbagai komoditas primer di pasar duniatelah memberikan berkah tersendiri pada meningkatnya perekonomian di
berbagai wilayah di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang struktur
ekonominya didominasi oleh hasil-hasil pertambangan (batu bara, timah,tembaga) dan perkebunan (kelapa sawit, karet, kopi, dan coklat). Peningkatan
harga komoditas tersebut telah menyebabkan pendapatan dan daya beli
masyarakat terdongkrak sehingga konsumsi di daerahpun meningkat.Beberapa komoditas yang memberikan sumbangan signifikan terhadap
perekonomian daerah, diantaranya adalah komoditas minyak kelapa sawit10,karet alam11, dan batubara12:
Pertumbuhan ekonomi daerah yang pesat terutama terjadi di zona SumateraPertumbuhan ekonomi daerah yang pesat terutama terjadi di zona SumateraPertumbuhan ekonomi daerah yang pesat terutama terjadi di zona SumateraPertumbuhan ekonomi daerah yang pesat terutama terjadi di zona SumateraPertumbuhan ekonomi daerah yang pesat terutama terjadi di zona Sumatera
Bagian Tengah dan Selatan, zona Kalimantan dan Zona Sulawesi denganBagian Tengah dan Selatan, zona Kalimantan dan Zona Sulawesi denganBagian Tengah dan Selatan, zona Kalimantan dan Zona Sulawesi denganBagian Tengah dan Selatan, zona Kalimantan dan Zona Sulawesi denganBagian Tengah dan Selatan, zona Kalimantan dan Zona Sulawesi dengan
rata-rata pertumbuhan triwulanan hingga triwulan III-2008 masing-masingrata-rata pertumbuhan triwulanan hingga triwulan III-2008 masing-masingrata-rata pertumbuhan triwulanan hingga triwulan III-2008 masing-masingrata-rata pertumbuhan triwulanan hingga triwulan III-2008 masing-masingrata-rata pertumbuhan triwulanan hingga triwulan III-2008 masing-masing
6,4%, 5,8%, 6,36,4%, 5,8%, 6,36,4%, 5,8%, 6,36,4%, 5,8%, 6,36,4%, 5,8%, 6,3%, dan 6,9%dan 6,9%dan 6,9%dan 6,9%dan 6,9%. Peningkatan pertumbuhan ekonomi di
Sumatera dan Kali-Sulampua telah mendorong terjadinya konvergensi
pertumbuhan ekonomi antar daerah (Gambar 1 - 3 : Peta Deviasi gPDRB TwI - III 2008). Terdapat hubungan yang relatif simetris antara peningkatan harga
komoditas primer tersebut dengan pertumbuhan PDRB di masing-masing
wilayah (Sulawesi, Kalimantan dan sebagian wilayah Sumatra). Di sisi lain,meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera dan Kali-Sulampua turut
pula memberikan sumbangan positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa
terutama pada sektor industri dan sektor perdagangan.
33
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
gPDB Tw I-08: 6,0%
Deviasi gPDRB dg gPDB √ Tw I-08
Deviasi gPDRB dg Nasional
(0,5) - 0,5
lebih dari (1,5)
0,6 - 1,5
(1,5) - (0,6)
lebih dari 1,5
B.Utara B.Tengah B.Selatan B.Barat B.Tengah B.Timur Balnusra Kalimantan SulampuaQ1-08 Sumatera Jabalnusra Kali-Sulampua
gKredit,%NPL, %
32,9 40,8 7,6 22,0 21,5 27,0 21,7 28,8 31,93,4 2,6 2,5 3,7 3,5 3,4 3,0 3,1 7,0
gPDB Tw II-08: 6,4%
B.Utara B.Tengah B.Selatan B.Barat B.Tengah B.Timur Balnusra Kalimantan SulampuaQ2-08 Sumatera Jabalnusra Kali-Sulampua
gKredit,%NPL, %
40,0 47,7 12,7 25,9 27,8 33,3 26,6 35,6 36,33,2 2,4 2,6 3,5 3,2 3,1 2,4 3,3 6,2
Deviasi gPDRB dg gPDB √ Tw II-08
Deviasi gPDRB dg Nasional
(0,5) - 0,5
lebih dari (1,5)
0,6 - 1,5
(1,5) - (0,6)
lebih dari 1,5
Gambar 1 - 3Deviasi Perkembangan PDRB Tw I - III 2008
Gambar 1 Gambar 2
gPDB Tw III-08: 6,1%
B.Utara B.Tengah B.Selatan B.Barat B.Tengah B.Timur Balnusra Kalimantan SulampuaQ3-08 Sumatera Jabalnusra Kali-Sulampua
gKredit,%NPL, %
Deviasi gPDRB dg gPDB √ Tw III-08
Deviasi gPDRB dg Nasional
(0,5) - 0,5
lebih dari (1,5)
0,6 - 1,5
(1,5) - (0,6)
lebih dari 1,5
35,2 33,9 38,3 29,2 29,7 30,6 30,1 37,1 36,03,1 2,1 2,7 3,3 2,9 3,0 2,2 2,9 5,2
Gambar 3
Gambar 4 - 6Deviasi Perkembangan Inflasi Tw I - III 2008
Deviasi Inflasi Daerah dan NasionalTw III-08
Deviasi Inflasi dg Nasional
(0,5) - 0,5
lebih dari (1,5)
0,6 - 1,5
(1,5) - (0,6)
lebih dari 1,5
Inflasi Nasional (yoy)Tw III-08: 12,1%
Gambar 6
Deviasi Inflasi Daerah dan NasionalTw I-08
Deviasi Inflasi dg Nasional
(0,5) - 0,5
lebih dari (1,5)
0,6 - 1,5
(1,5) - (0,6)
lebih dari 1,5
Inflasi Nasional (yoy)Tw I-08: 7,1%
Gambar 4
Deviasi Inflasi Daerah dan NasionalTw II-08
Deviasi Inflasi dg Nasional
(0,5) - 0,5
lebih dari (1,5)
0,6 - 1,5
(1,5) - (0,6)
lebih dari 1,5
Inflasi Nasional (yoy)Tw II-08: 11,0%
Gambar 5
34
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Disisi pembiayaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera danDisisi pembiayaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera danDisisi pembiayaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera danDisisi pembiayaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera danDisisi pembiayaan, meningkatnya pertumbuhan ekonomi di Sumatera dan
Kali-Sulampua yang bersumber dari sektor Kali-Sulampua yang bersumber dari sektor Kali-Sulampua yang bersumber dari sektor Kali-Sulampua yang bersumber dari sektor Kali-Sulampua yang bersumber dari sektor tradabletradabletradabletradabletradable juga didukung oleh juga didukung oleh juga didukung oleh juga didukung oleh juga didukung oleh
peningkatan pembiayaan kreditpeningkatan pembiayaan kreditpeningkatan pembiayaan kreditpeningkatan pembiayaan kreditpeningkatan pembiayaan kredit. Di wilayah Sumatera, penyaluran kredit ke
sektor pertanian yang juga sebagai penyerap kredit terbesar, pada paruhpertama 2008 rata-rata tumbuh sebesar 36,1%. Sementara di wilayah Kali-
Sulampua, penyaluran kredit ke sektor pertambangan rata-rata tumbuh
35,1%. Sebagian besar penyaluran kredit di kedua wilayah ini bersifatproduktif, yaitu kredit modal kerja yang memiliki porsi 49,3% dari total
oustanding kredit di Sumatera dan 41,4% di Kali-Sulampua. Di sisi lain,
membaiknya pendapatan penduduk di kedua wilayah tersebut telah memacupenyaluran kredit konsumsi meningkat cukup tinggi, yaitu mengalami
pertumbuhan 35,7% di Sumatera dan 36,5% di Kali-Sulampua. Sementara
itu, pesatnya ekonomi Sumatera dan Kali-Sulampua juga berdampak padasektor industri dan perdagangan di Jawa sehingga kredit di kedua sektor
tersebut di Jawa meningkat. Pertumbuhan kredit sektor industri dan
perdagangan di Jawa tumbuh masing-masing sebesar 37,2% dan 30,2%.Sampai dengan triwulan III 2008, peningkatan kredit di seluruh daerah diikuti
oleh kualitas kredit yang masih baik, sebagaimana tercermin dari NPL yang
rendah di semua wilayah bahkan lebih rendah dibanding periode akhir tahun2007.
Di sisi inflasi, perkembangan harga komoditas di pasar dunia yang meningkatDi sisi inflasi, perkembangan harga komoditas di pasar dunia yang meningkatDi sisi inflasi, perkembangan harga komoditas di pasar dunia yang meningkatDi sisi inflasi, perkembangan harga komoditas di pasar dunia yang meningkatDi sisi inflasi, perkembangan harga komoditas di pasar dunia yang meningkat
cukup tinggi turut pula meningkatkan tekanan inflasi di daerah.cukup tinggi turut pula meningkatkan tekanan inflasi di daerah.cukup tinggi turut pula meningkatkan tekanan inflasi di daerah.cukup tinggi turut pula meningkatkan tekanan inflasi di daerah.cukup tinggi turut pula meningkatkan tekanan inflasi di daerah. Kenaikanharga berbagai komoditas di pasar internasional, khususnya harga komoditas
Grafik 1Grafik 1Grafik 1Grafik 1Grafik 1Dispersi Pertumbuhan dan Inflasi antar Daerah
2007 2008Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
Dispersi Inflasi (Std.Dev)Dispersi gPDRB (Std.Dev.)
35
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
yang termasuk di dalam kelompok makanan, seperti kedelai, minyak goreng
dan gandum menjadi salah satu faktor yang cukup kuat mendorong tekanan
inflasi daerah, terutama di daerah yang pola konsumsinya lebih didominasioleh kelompok makanan dan juga daerah-daerah yang memiliki
ketergantungan pada pasokan dari daerah lain yang ongkos
transportasinyapun meningkat. Hal ini terutama terlihat dari meningkatnyalaju inflasi di wilayah luar Jawa dengan deviasi positif yang melebar terhadap
inflasi nasional (Gamba 4 - 6 : Deviasi Inflasi Tw I sd. III 2008). Kota-kota di
wilayah Kalimantan, Sulawesi, Sumatera Selatan dan Irian Jaya deviasianyarelatif lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal.
Periode Triwulan IV-2008Memasuki triwulan ke IV 2008, perlambatan ekonomi dunia yang berimbasMemasuki triwulan ke IV 2008, perlambatan ekonomi dunia yang berimbasMemasuki triwulan ke IV 2008, perlambatan ekonomi dunia yang berimbasMemasuki triwulan ke IV 2008, perlambatan ekonomi dunia yang berimbasMemasuki triwulan ke IV 2008, perlambatan ekonomi dunia yang berimbas
pada anjloknya harga komoditas mulai memberikan dampak terhadappada anjloknya harga komoditas mulai memberikan dampak terhadappada anjloknya harga komoditas mulai memberikan dampak terhadappada anjloknya harga komoditas mulai memberikan dampak terhadappada anjloknya harga komoditas mulai memberikan dampak terhadap
perekonomian di berbagai daerah.perekonomian di berbagai daerah.perekonomian di berbagai daerah.perekonomian di berbagai daerah.perekonomian di berbagai daerah. Di wilayah Sumatera dan sebagian Kali-Sulampua penurunan permintaan ekspor - berupa penundaan pengiriman
dan pembatalan sepihak kontrak ekspor - hasil-hasil perkebunan mulaiterjadi. Di sisi lain, harga CPO di pasar dunia yang turun tajam hingga
mencapai 70% (pertengahan November 2008)13 langsung berimbas pada
turunnya harga tandan buah segar (TBS) di tingkat petani menjadi Rp300/Kg14. Wilayah Sumatera dan sebagian Kali-Sulampua merupakan wilayah
yang paling terkena dampak turunnya harga CPO dan turunnya volume
ekspor, yang selanjutnya menekan daya beli masyarakat sebagaimanadiindikasikan oleh turunnya indeks Nilai Tukar Petani di kedua wilayah ini.
Melambatnya ekspor di kedua wilayah telah menjadi faktor pemicu
melambatnya ekonomi pada beberpa sektor unggulan, seperti pertanian,pertambangan dan perdagangan. Perlambatan ekonomi ini juga
menyebabkan deviasi pertumbuhan ekonomi daerah-daerah dimaksud
terhadap pertumbuhan nasional kembali melebar (1,5%, deviasi negatif)dan perekonomian tumbuh di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi
nasional (lihat peta dibawah).
13 Terhadap harga tertingginya pada Maret 200814 Harga TBS tertinggi sebelumnya mencapai rerata Rp 1.800/Kg
36
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Semakin dalamnya krisis keuangan global berimbas pula pada perkembanganSemakin dalamnya krisis keuangan global berimbas pula pada perkembanganSemakin dalamnya krisis keuangan global berimbas pula pada perkembanganSemakin dalamnya krisis keuangan global berimbas pula pada perkembanganSemakin dalamnya krisis keuangan global berimbas pula pada perkembangan
ekonomi daerah yang berbasis industri manufaktur yang ekonomi daerah yang berbasis industri manufaktur yang ekonomi daerah yang berbasis industri manufaktur yang ekonomi daerah yang berbasis industri manufaktur yang ekonomi daerah yang berbasis industri manufaktur yang export-orientedexport-orientedexport-orientedexport-orientedexport-oriented. Di
wilayah Jabalnustra, permintaan ekspor berbagai produk industri manufakturmulai terindikasi mengalami penurunan dengan berkurangnya pesanan dan
pembatalan sepihak pembeli di luar negeri. Permintaan dari dalam negeri
juga sedikit mengalami tekanan searah dengan tertekannya perekonomiandi luar Jawa. Hal ini berdampak langsung pada berkurangnya penggunaan
kapasitas dan mendorong perusahaan melakukan berbagai upaya efisiensi
yang antara lain dilakukan dengan cara melakukan pengurangan jam kerjamaupun jumlah tenaga kerja.
Gambar 7Gambar 7Gambar 7Gambar 7Gambar 7Deviasi Perkembangan PDRB Tw IV 2008
Gambar 8Gambar 8Gambar 8Gambar 8Gambar 8Deviasi Perkembangan Inflasi Tw IV 2008
gPDB Tw IV-08: 5,7%
B.Utara B.Tengah B.Selatan B.Barat B.Tengah B.Timur Balnusra Kalimantan SulampuaQ4-08* Sumatera Jabalnusra Kali-Sulampua
gKredit,%NPL, %
Deviasi gPDRB dg gPDB √ Tw IV-08
Deviasi gPDRB dg Nasional
(0,5) - 0,5
lebih dari (1,5)
0,6 - 1,5
(1,5) - (0,6)
lebih dari 1,5
* November 2008
31,23,2
30,72,2
35,22,7
32,43,6
31,22,8
32,72,9
30,12,2
37,43,2
34,45,4
Deviasi Inflasi Daerah dan NasionalTw IV-08
Deviasi Inflasi dg Nasional
(0,5)-0,5
lebih dari (1,5)
0,6 - 1,5
(1,5)-(0,6)
lebih dari 1,5
Inflasi Nasional (yoy)Tw IV-08: 11,1%
Perekonomian yang melambat, walaupun tidak signifikan diikuti olehPerekonomian yang melambat, walaupun tidak signifikan diikuti olehPerekonomian yang melambat, walaupun tidak signifikan diikuti olehPerekonomian yang melambat, walaupun tidak signifikan diikuti olehPerekonomian yang melambat, walaupun tidak signifikan diikuti oleh
perlambatan pertumbuhan kredit di daerah. perlambatan pertumbuhan kredit di daerah. perlambatan pertumbuhan kredit di daerah. perlambatan pertumbuhan kredit di daerah. perlambatan pertumbuhan kredit di daerah. Di sebagian besar daerah, kredittumbuh namun mulai melambat karena potensi resiko meningkat yang antara
lain tercermin pada peningkatan nilai nominal NPLs. NPL secara nominal
yang meningkat dari Rp40,687 milyar pada Juni 2008 menjadi Rp45,831milyar pada November 2008. Kenaikan NPL tersebut terutama terjadi pada
penyaluran kredit pada sektor-sektor yang mulai melambat pertumbuhannya,
seperti : pertanian, perdagangan, perindustrian dan sektor lain-lain(konsumsi).
Di sisi inflasi, menurunnya harga komoditas di pasar dunia berperan dalamDi sisi inflasi, menurunnya harga komoditas di pasar dunia berperan dalamDi sisi inflasi, menurunnya harga komoditas di pasar dunia berperan dalamDi sisi inflasi, menurunnya harga komoditas di pasar dunia berperan dalamDi sisi inflasi, menurunnya harga komoditas di pasar dunia berperan dalam
memperlemah tekanan inflasi di daerah.memperlemah tekanan inflasi di daerah.memperlemah tekanan inflasi di daerah.memperlemah tekanan inflasi di daerah.memperlemah tekanan inflasi di daerah. Inflasi di daerah secara umum turun,namun mengingat tingkat ketergantungan luar Jawa terhadap supply barang
37
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
dari Jawa, maka perlambatan inflasi di daerah relatif tidak terlalu kuat (Lihat
Grafik Perkembangan Inflasi dan Kontribusi Makanan per Wilayah). Inflasi
di luar Jawa, secara rata-rata masih di atas angka inflasi nasional, namundeviasi inflasi di daerah-daerah yang sebelumnya mengalami booming
ekonomi karena kenaikan harga komoditas, terhadap inflasi nasional secara
umum turun (wilayah Kalimantan dan Sulawesi), walaupun cenderung tidaksesimetris sebagaimana dampak terhadap PDRB. Di wilayah Irian Jaya deviasi
inflasinya terhadap angka inflasi nasional cenderung tetap di level yang tinggi.
faktor ketergantungan pasokan barang dari Jawa diduga merupakan salahsatu faktor yang cukup signifikan mempengaruhi inflasi. Sementara itu, inflasi
di pulau Jawa secara umum di bawah angka rata-rata inflasi nasional.
POTENSI RISIKO EKONOMI DAERAH KE DEPANKrisis keuangan global yang semakin berimbas pada melambatnyaKrisis keuangan global yang semakin berimbas pada melambatnyaKrisis keuangan global yang semakin berimbas pada melambatnyaKrisis keuangan global yang semakin berimbas pada melambatnyaKrisis keuangan global yang semakin berimbas pada melambatnya
perekonomian daerah akan dapat menyebabkan terjadinya kembaliperekonomian daerah akan dapat menyebabkan terjadinya kembaliperekonomian daerah akan dapat menyebabkan terjadinya kembaliperekonomian daerah akan dapat menyebabkan terjadinya kembaliperekonomian daerah akan dapat menyebabkan terjadinya kembali
divergensi pertumbuhan ekonomi antar daerah. divergensi pertumbuhan ekonomi antar daerah. divergensi pertumbuhan ekonomi antar daerah. divergensi pertumbuhan ekonomi antar daerah. divergensi pertumbuhan ekonomi antar daerah. Wilayah Sumatera dan Kali-
Sulampua yang pada saat terjadinya kenaikan harga komoditas mampumengejar pertumbuhan ekonomi daerah di Jawa akan menghadapi potensi
risiko perlambatan ekonomi yang lebih besar. Sementara itu, ekonomi Jawayang menopang perekonomian di kedua wilayah tersebut, melalui
penyerapan input produksi industri manufaktur, secara perlahan-lahan mulai
terimbas perlambatan ekonomi Sumatera dan Kali-Sulampua, meskipun tidakterlalu signifikan. Hal ini mengingat struktur ekonomi di Jawa masih bertumpu
pada domestic demand dari wilayah Jawa itu sendiri. Namun demikian,
dampak melemahnya permintaan dunia pada ekspor hasil industripengolahan dan mulai terbatasnya domestic demand akibat tertekannya
daya beli akan dapat melemahkan perekonomian Jawa.
Sementara itu, di sisi harga-harga masih menurunnya harga komoditasSementara itu, di sisi harga-harga masih menurunnya harga komoditasSementara itu, di sisi harga-harga masih menurunnya harga komoditasSementara itu, di sisi harga-harga masih menurunnya harga komoditasSementara itu, di sisi harga-harga masih menurunnya harga komoditas
internasional akan memberikan sumbangan positif terhadap melemahnyainternasional akan memberikan sumbangan positif terhadap melemahnyainternasional akan memberikan sumbangan positif terhadap melemahnyainternasional akan memberikan sumbangan positif terhadap melemahnyainternasional akan memberikan sumbangan positif terhadap melemahnya
tekanan inflasi di daerahtekanan inflasi di daerahtekanan inflasi di daerahtekanan inflasi di daerahtekanan inflasi di daerah. Penurunan inflasi juga akan dipengaruhi oleh
penurunan harga BBM bersubsidi dan dampak lanjutannya, dan di sisi lain
daya beli masyarakat relatif melemah. Namun demikian, potensi terhadaptekanan inflasi tetap harus diwaspadai, seperti gangguan pasokan karena
musim pada komoditas
38
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
pangan, pelemahan nilai tukar dan ekkspektasi masyarakat terhadap inflasi.
Sedangkan, di sisi pembiayaan, meningkatnya risiko kredit terutama di sektor-
sektor yang terkena dampak krisis keuangan global perlu dicermati mengingatpeningkatan nilai nominal mulai terindikasi di berbagai daerah.
KESIMPULAN1. Perkembangan harga komoditas dunia memberikan dampak yang cukup
signifikan pada perekonomian daerah, khususnya pada daerah-daerah
yang berbasis komoditas (tradable), seperti Sumatera dan Kalimantan.Terdapat hubungan yang cenderung simetris antara peningkatan harga
komoditas dengan peningkatan PDRB yang juga memberikan dampak
kearah konvergensi pertumbuhan ekonomi di Sumatera dan Kali-Sulaterhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sebaliknya, seiring dengan
penurunan permintaan dunia yang juga berakibat turunnya harga
komoditas telah menyebabkan pertumbuhan PDRB di wilayah-wilayahdimaksud terkoreksi, potensi risiko perlambatan ekonomi cukup besar dan
konvergensi meningkat.
2. Imbas krisis keuangan global juga berdampak negatif pada daerah berbasissektor industri expor-oriented, dimana terdapat upaya efisiensi produksi
sebagai akibat dari menurunnya permintaan luar negeri. Penurunan
produksi berdampak pada penurunan penggunaan kapasitas yangberpotensi terjadinya pengurangan jam kerja dan peningkatan PHK.
3. Di sisi harga, fluktuasi harga komoditas di pasar dunia mempengaruhi
tingkat inflasi terutama pada daerah-daerah yang memiliki tingkatkomposisi konsumsi makanan yang besar. Tekanan Inflasi di daerah-daerah
luar Jawa cenderung meningkat lebih tinggi dibandingkan di Jawa,
terutama disebabkan Oleh tingginya ketergantungan pasokan dari Jawa.Secara umum kenaikan harga komoditas telah menyebabkan deviasi inflasi
kota-kota di luar Jawa terhadap angka inflasi nasional meningkat, atau
lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal. Sementara itupenurunan harga komoditas, secara umum hanya berdampak pada
semakin kecilnya deviasi angka inflasi, kecuali di Irian Jaya yang deviasi
inflasi cenderung tetap tinggi.
39
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
4. Sementara itu di sisi pembiayaan, risiko kredit terutama di sektor-sektor
yang terkena dampak krisis keuangan global perlu dicermati mengingat
potensi penurunan kualitas kredit mulai terindikasi diberbagai daerah,sebagaimana tercermin dari peningkatan nilai NPLs.
IMPLIKASI KEBIJAKAN1. Untuk mengurangi dampak negatif pengaruh fluktuasi harga komoditas
di pasar dunia pada perkembangan perekonomian daerah, maka untuk
ke depan perlu dilakukan upaya-upaya :
- Peningkatkan produktifitas perlu diintensifkan dibandingkan dengan
upaya-upaya penambahan lahan baru.
- Peningkatkan diversivikasi produk perkebunan (pertanian)
- Peningkatkan nilai tambah produksi, seperti pengembangan produksiturunan CPO.
- Perlunya kebijakan yang dapat menyangga dan menstabilkan harga,
khususnya di tingkat petani yang antara lain dilakukan dalam bentukupaya menjaga keseimbangan pasokan. Peran asosiasi disini perlu
ditingkatkan.
2. Disisi harga-harga, upaya-upaya meningkatkan produksi dan pasokan,
khususnya bahan makanan di daerah perlu ditingkatkan. Swasembadakebutuhan pokok perlu menjadi prioritas daerah.
Dengan mulai terbatasnya domestic demand seiring dengan melemahnya
daya beli masyarakat, dalam jangka pendek peran fiskal untuk menstimulasiperekonomian dan menjaga momentum pertumbuhan ekonomi menjadi
sangat penting. Terlebih dengan potensi meningkatnya pengangguran akibat
meningktanya ancaman PHK. Untuk itu, berbagai kendala dalammerealisasikan anggaran pemerintah perlu diminimalisasi dan jadwal realisasi
dapat lebih terarah dengan tetap memperhatikan siklus perekonomian
daerah setempat.
41
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
A. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK1. Inflasi Triwulanan (q-t-q)Kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok makanan jadiKenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok makanan jadiKenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok makanan jadiKenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok makanan jadiKenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok makanan jadi
(0,54%) diikuti oleh perumahan (0,48%) dan sandang (0,20%). (0,54%) diikuti oleh perumahan (0,48%) dan sandang (0,20%). (0,54%) diikuti oleh perumahan (0,48%) dan sandang (0,20%). (0,54%) diikuti oleh perumahan (0,48%) dan sandang (0,20%). (0,54%) diikuti oleh perumahan (0,48%) dan sandang (0,20%). Kenaikan tertinggi
di kelompok makanan jadi terutama terjadi pada sub kelompok makanan jadidan sembako yang disebabkan karena adanya kenaikan konsumsi seiring perayaan
hari besar keagamaan dan menjelang tutup tahun. Sementara pada kelompok
perumahan, kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok bahan bakar, seiring dengankenaikan gas yang sempat terganggu distribusinya dan di sisi lain harga minyak
tanah juga naik searah dengan naiknya permintaan sementara pasokan dibatasi.
Kenaikan harga gas rumah tangga (12 kg dan 3 kg) relatif tinggi, mencapai 20%
Perkembangan Inflasi Jakarta
BAB 2
Tekanan terhadap harga-harga di DKI Jakarta pada triwulan IV-2008menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi padatriwulan laporan (q-t-q) sebesar 0,87%, turun tajam dibandingkantriwulan sebelumnya (2,54%). Namun, Secara tahunan inflasi di Jakartamencapai 11,11% (y-o-y), sedikit menurun dibandingkan dengantriwulan sebelumnya yang mencapai 11,31%. Sumber inflasi di triwulanlaporan adalah pada kelompok makanan jadi, perumahan dan sandang.Sementara itu, faktor yang mempengaruhi inflasi adalah tekanankenaikan konsumsi makanan jadi dan pakaian bersamaan denganperayaan hari besar keagamaan dan tahun baru, dan kenaikan hargabahan bakar rumah tangga. Di sisi lain dampak lanjutan penurunanharga BBM pada bulan Desember 2008 belum ditransmisikan padapenurunan komoditas ataupun jasa yang lain.
42
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
di tingkat eceran. Penyebab gangguan pasokan antara lain adalah adanya
perawatan rutin (overhaul) stasiun pengisian elpiji oleh pertamina yang kurang
dapat diantisipasi dengan baik. Sementara itu kenaikan harga di kelompok sandangdipengaruhi oleh masuknya perayaan hari besar dan tahun baru.
Grafik II. 1Inflasi Berdasarkan Kelompok
Grafik II. 2Sumbangan Inflasi Berdasarkan Kelompok
%(q-t-q)
Bhn Makanan Mknn jadiPerumahan PakaianKesehatan PendidikanTransportasi IHK
Sumber : BPS, diolah
-4-2
024
68
1012
2006 2007 2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
-0,11
0,00
0,00
0,07
0,05
0,41
-0,11
0,87SHARE : IHK
Bhn Makanan
Mknn jadi
Permhn
Pakaian
Kesehatan
Penddkn
Transports
-0,20 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00
100,
021
,516
,330
,65,
93,
66,
415
,7
2. Inflasi Tahunan (y-o-y)Secara tahunan, inflasi DKI Jakarta pada triwulan IV-2008 sedikit menurun (11,11%)Secara tahunan, inflasi DKI Jakarta pada triwulan IV-2008 sedikit menurun (11,11%)Secara tahunan, inflasi DKI Jakarta pada triwulan IV-2008 sedikit menurun (11,11%)Secara tahunan, inflasi DKI Jakarta pada triwulan IV-2008 sedikit menurun (11,11%)Secara tahunan, inflasi DKI Jakarta pada triwulan IV-2008 sedikit menurun (11,11%)
dibandingkan triwulan sebelumnya (11,31%). dibandingkan triwulan sebelumnya (11,31%). dibandingkan triwulan sebelumnya (11,31%). dibandingkan triwulan sebelumnya (11,31%). dibandingkan triwulan sebelumnya (11,31%). Tekanan harga tertinggi terjadi pada
kelompok perumahan, bahan makanan dan makanan jadi. Kenaikan pada
kelompok perumahan bersumber dari kenaikan harga bahan bakar dan biayatempat tinggal. Kenaikan harga dipengaruhi antara lain oleh kenaikan harga gas
karena sempat langkanya pasokan gas untuk rumah tangga selama bulan Desember
2008. Kenaikan pada kelompok bahan makanan bersumber dari tingginya kenaikanharga daging dan ikan segar. Harga daging sapi meningkat terkait dengan kenaikan
harga pembelian daging impor dan juga biaya pakan yang meningkat, sementara
untuk harga ikan segar disamping biaya meningkat juga terkait dengan kelancaranpasokan (cuaca) dan distribusinya. Sementara itu, kenaikan pada kelompok
makanan jadi bersumber dari naiknya harga-harga komoditas dunia yang
mendorong kenaikan biaya input dan pada periode-periode tertentu tekananpermintaan pada kelompok komoditas ini juga meningkat. Memasuki triwulan IV
2008, walaupun harga-harga komoditas cenderung turun, namun penurunannya
masih belum kembali ke level awal.
Sejak diterapkannya SBH 2007, inflasi Jakarta cenderung meningkat. Sejak diterapkannya SBH 2007, inflasi Jakarta cenderung meningkat. Sejak diterapkannya SBH 2007, inflasi Jakarta cenderung meningkat. Sejak diterapkannya SBH 2007, inflasi Jakarta cenderung meningkat. Sejak diterapkannya SBH 2007, inflasi Jakarta cenderung meningkat. Salah satu
sumber penyebabnya adalah bobot inflasi non makanan di DKI yang meningkat
43
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Grafik II.3Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
(y-o-y)
Grafik II.4Kontribusi Per Kelompok Barang Dalam Inflasi
(y-o-y)
dari 62,82% menjadi 71,37%. Dalam tiga triwulan terakhir inflasi di DKI Jakarta
tercatat (q-t-q) 4,3%; 2,5% dan 0,87% sementara angka inflasi nasional padaperiode waktu yang sama berturut-turut adalah 4,01%; 2,88% dan 0,54%. Secara
tahunan (yoy), inflasi di Jakarta selama 2008 berturut-turut setiap triwulan adalah
7,66%; 9,96%; 11,31% dan 11,11%.
Jakarta (y-o-y,%)
Sumber : BPS, diolah
0
5
10
15
20
25
30
35
2006 2007 2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Bhn Makanan Mknn jadiPerumahan PakaianKesehatan PendidikanTransportasi IHK
1,170,350,23
0,54 4,15
2,17 3,52 11,20
%, y-o-y
100,
021
,516
,330
,65,
93,
66,
415
,7
SHARE : IHK
Bhn Makanan
Mknn jadi
Permhn
Pakaian
Kesehatan
Penddkn
Transports
0 2 4 6 8 10 12
Tabel II.1Sub Kelompok dengan Kontribusi Kenaikan Harga (Y-o-Y) Tertinggi
UMUM 11,31 11,11 11,11BAHAN MAKANAN 18,79 15,48 3,32Daging dan Hasil-hasilnya 26,64 19,80 0,60Ikan Segar 19,59 28,68 0,57MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 10,78 12,91 2,10Makanan Jadi 15,69 15,34 1,61Tembakau dan Minuman Beralkohol 4,27 8,78 0,25PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 13,19 14,84 4,54Bahan Bakar, Penerangan dan Air 44,28 58,64 4,46Biaya Tempat Tinggal 4,33 5,10 0,89SANDANG 10,04 8,56 0,51Barang Pribadi dan Sandang Lain 24,48 13,53 0,28Sandang Laki-laki 9,15 6,83 0,11KESEHATAN 6,56 7,31 0,26Perawatan Jasmani dan Kosmetika 10,07 10,61 0,19Jasa Kesehatan 5,71 5,77 0,06PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 5,37 5,56 0,36Pendidikan 7,36 7,36 0,29Rekreasi 1,08 5,89 0,09TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 8,39 6,20 0,98Transpor 3,45 0,00 0,00Komunikasi Dan Pengiriman -10,25 0,00 0,00
Q3-2008 Q4-2008 Kontribusi
Kenaikan Harga Y-o-Y
44
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
3. Pantauan Terhadap Harga Komoditas Bahan MakananPenyumbang Utama Inflasi JakartaKomoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi dalam kelompok bahanKomoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi dalam kelompok bahanKomoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi dalam kelompok bahanKomoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi dalam kelompok bahanKomoditi beras sebagai komoditi dengan bobot tertinggi dalam kelompok bahan
makanan, harganya cukup stabil meskipun pasokan sedikit menurun. makanan, harganya cukup stabil meskipun pasokan sedikit menurun. makanan, harganya cukup stabil meskipun pasokan sedikit menurun. makanan, harganya cukup stabil meskipun pasokan sedikit menurun. makanan, harganya cukup stabil meskipun pasokan sedikit menurun. Pasokan
beras ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) pada triwulan IV 2008 relatif menurundari rata-rata 2.319 ton per hari menjadi 1.920 ton per hari. Turunnya pasokan
disebabkan belum masuknya musim panen dan sentra-sentra produksi padi pada
saat ini sedang musim tanam. Walaupun pasokan menurun, namun harga berasrelatif stabil seiring stok beras yang cukup stabil.
Dalam triwulan laporan beberapa harga komoditas di kelompok bahan makananDalam triwulan laporan beberapa harga komoditas di kelompok bahan makananDalam triwulan laporan beberapa harga komoditas di kelompok bahan makananDalam triwulan laporan beberapa harga komoditas di kelompok bahan makananDalam triwulan laporan beberapa harga komoditas di kelompok bahan makanan
di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan menurun. di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan menurun. di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan menurun. di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan menurun. di luar beras yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan menurun. Pasokan sayur-sayuran
ke Pasar Induk Kramat Jati pada triwulan IV 2008 relatif normal, yaitu mencapai
rata-rata 35 ribu ton per bulan. Meningkatnya pasokan sayuran telah berdampak
Grafik II.5Pemasukan dan Pengeluaran Beras di DKI
Grafik II.6Harga dan Pasokan Beras di PIBC
Ton Ribuan Ton
Sumber : Departemen Perdagangan
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
2007 2008
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 1205101520253035404550
Pasokan HarianPengeluaran HarianStok Harian (rhs)
Rp Ton
3000
3600
4200
4800
5400
6000
6600
2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
0
600
1200
1800
2400
3000
3600Harga Beras Rata-rataPasokan Harian (rhs)
Grafik II.7Perkembangan Rata-rata Pasokan dan
Harga Sayur
Grafik II.8Perkembangan Rata-rata Pasokan dan
Harga Buah
Ribu Ton Rp/kg
Sumber : Biro Adms Perekonomian Jakarta
05
101520253035404550
020004000600080001000012000140001600018000
2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
Pasokan SayurRata-rata Harga Sayur (rhs)
Ribu ton Rp/kg
Sumber : Biro Adms Perekonomian Jakarta
05
1015202530354045
52005400560058006000620064006600680070007200
2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
Pasokan BuahRata-rata Harga Buah (rhs)
45
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
menurunkan harga sayur-sayuran. Rata-rata harga sayuran terpantau menurunhingga 40%. Sementara itu, pasokan buah-buahan ke Pasar Induk Kramat Jati di
triwulan IV 2008 juga relatif stabil, rata-rata mencapai 38 ribu ton per bulan
sehingga menyebabkan harga buah-buahan rata-rata turun sebesar 4,0%.
Harga komoditas bahan makanan lainnya menunjukkan perkembangan yangHarga komoditas bahan makanan lainnya menunjukkan perkembangan yangHarga komoditas bahan makanan lainnya menunjukkan perkembangan yangHarga komoditas bahan makanan lainnya menunjukkan perkembangan yangHarga komoditas bahan makanan lainnya menunjukkan perkembangan yang
bervariasi. bervariasi. bervariasi. bervariasi. bervariasi. Di satu sisi harga daging, ikan dan telur menunjukkan trend yang
Grafik II.9Perkembangan Harga Sembako
Rp
Sumber : Biro Adms Perekonomian Jakarta
2000
7000
12000
17000
22000
27000
32000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011
2007 2008
Gula pasir Tepung teriguMinyak goreng curah Telur ayam rasAyam Boiler/Potong
Tabel II.2Sub Kelompok dengan Kontribusi Kenaikan Harga (Q-t-Q) Tertinggi
UMUM 2,54 0,87 0,87BAHAN MAKANAN 5,82 0,58 0,13Ikan Segar 12,18 8,65 0,17Bumbu - bumbuan -4,22 7,51 0,13MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 1,10 3,31 0,54Tembakau dan Minuman Beralkohol 0,00 8,39 0,24Makanan Jadi 1,12 2,26 0,24PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 5,49 1,58 0,48Bahan Bakar, Penerangan dan Air 17,29 4,31 0,33Biaya Tempat Tinggal 0,92 0,60 0,10SANDANG -0,74 3,33 0,20Barang Pribadi dan Sandang Lain -3,82 7,00 0,15Sandang Laki-laki 4,50 0,11 0,00KESEHATAN 1,62 1,09 0,04Perawatan Jasmani dan Kosmetika 1,76 1,97 0,03Obat-obatan 4,37 2,50 0,01PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 2,47 0,07 0,00Perlengkapan / Peralatan Pendidikan 0,06 0,51 0,00Rekreasi 0,00 0,04 0,00TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K 0,37 -2,76 -0,43Sarana dan Penunjang Transpor 0,09 1,14 0,01Komunikasi Dan Pengiriman 0,00 0,00 0,00
Q3-2008 Q4-2008 Kontribusi
Kenaikan Harga Q-t-Q
Sumber : BPS, diolah
46
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
meningkat, namun di sisi lain harga minyak goreng curah, tepung terigu dan gula
pasir turun. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan harga ketiga
komoditas di atas, antara lain adalah kenaikan biaya input dan khusus di sektorperikanan juga dipengaruhi oleh terganggunya pasokan akibat cuaca yang kurang
mendukung. Di sisi lain permintaan tinggi. Namun, mengingat harga daging, ikan
dan telur sudah berada pada level yang tinggi, maka kenaikan harga ketigakomoditas dimaksud relatif terbatas, apalagi ditengah-tengah konsumsi masyrakat
yang cenderung melemah.
B. INFLASI BERDASARKAN INFLASI INTI DAN NON INTI1
Sedikit menurunnya inflasi IHK pada triwulan IV-2008 diperkirakan lebih bersumberSedikit menurunnya inflasi IHK pada triwulan IV-2008 diperkirakan lebih bersumberSedikit menurunnya inflasi IHK pada triwulan IV-2008 diperkirakan lebih bersumberSedikit menurunnya inflasi IHK pada triwulan IV-2008 diperkirakan lebih bersumberSedikit menurunnya inflasi IHK pada triwulan IV-2008 diperkirakan lebih bersumber
dari turunnya inflasi non inti, sedangkan inflasi inti masih meningkat.dari turunnya inflasi non inti, sedangkan inflasi inti masih meningkat.dari turunnya inflasi non inti, sedangkan inflasi inti masih meningkat.dari turunnya inflasi non inti, sedangkan inflasi inti masih meningkat.dari turunnya inflasi non inti, sedangkan inflasi inti masih meningkat.
Perkembangan harga untuk komoditas volatile seperti sayur-sayuran dan padi-padian relatif menurun. Harga komoditas lainnya, seperti minyak goreng, gandum,
kedelai dan gula pasir juga mengalami penurunan seiring penurunan harga di
level internasional. Penurunan ini juga berdampak lanjut pada harga komoditasturunannya. Sementara di kelompok administered, penurunan harga premium
oleh Pemerintah pada bulan Desember 2008 rata-rata sebesar 16,7% belum diikuti
penurunan administered prices angkutan sampai dengan akhir triwulan laporan.
Di sisi inflasi inti, komoditas yang masuk dalam keranjang inflasi inti pada triwulanDi sisi inflasi inti, komoditas yang masuk dalam keranjang inflasi inti pada triwulanDi sisi inflasi inti, komoditas yang masuk dalam keranjang inflasi inti pada triwulanDi sisi inflasi inti, komoditas yang masuk dalam keranjang inflasi inti pada triwulanDi sisi inflasi inti, komoditas yang masuk dalam keranjang inflasi inti pada triwulan
IV 2008 diperkirakan sedikit mengalami tekanan. IV 2008 diperkirakan sedikit mengalami tekanan. IV 2008 diperkirakan sedikit mengalami tekanan. IV 2008 diperkirakan sedikit mengalami tekanan. IV 2008 diperkirakan sedikit mengalami tekanan. Faktor yang menyebabkan
Grafik II.10Perkembangan Harga Sembako Mingguan
(SPH-BI)
Grafik II.11Perkembangan Harga Sembako Mingguan
(SPH-BI)
1 Dengan diberlakukannya SBH 2007 dan keterbatasan memperoleh data yang detail (per komoditas) dari instansi yangberwewenang, maka penghitungan inflasi inti dan non inti dihentikan sejak bulan Mei 2008.
%, m-t-m
Sumber : data mingguan SPH, diolah
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des1 234 123 412 34 123 451 234 12 3412 34 123 4123 41 23 4123 412 34
Daging sapi Cabe merahBeras Minyak goreng
%, m-t-m %, m-t-m
Sumber : data mingguan SPH, diolah
-4-3-2-10123456
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des1234123412341234512341234123412341234123412341234
-20
-10
0
10
20
30
40
50Nasi Gula PasirEmas Perhiasan (rhs) Tempe (rhs)
47
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
kenaikan adalah faktor musiman (perayaan hari besar keagamaan dan menjelang
akhir tahun) dan sebagian kenaikan juga dipengaruhi oleh dampak lanjutan
kenaikan harga administered yang sempat terganggu pasokannya. Komoditas-komoditas yang tergolong inti dan mengalami kenaikan harga terutama adalah
komoditas yang masuk di kelompok sandang dan makanan jadi.
Sementara itu, disisi Sementara itu, disisi Sementara itu, disisi Sementara itu, disisi Sementara itu, disisi administered priceadministered priceadministered priceadministered priceadministered price, pada triwulan IV relatif tidak ada kebijakan, pada triwulan IV relatif tidak ada kebijakan, pada triwulan IV relatif tidak ada kebijakan, pada triwulan IV relatif tidak ada kebijakan, pada triwulan IV relatif tidak ada kebijakan
untuk menaikkan harga. untuk menaikkan harga. untuk menaikkan harga. untuk menaikkan harga. untuk menaikkan harga. Seiring harga minyak mentah dunia yang turun ke level
$40 per barrel dari triwulan sebelumnya yang mencapai lebih dari $100 per barrel
mendorong penurunan harga BBM non subsidi seperti Pertamax, rata-ratamencapai 20%. Pemerintah, pada bulan Desember bahkan menurunkan harga
premium dari Rp 6.000 per liter menjadi Rp 5.500. Namun demikian, respon harga
komoditas lain terhadap penurunan harga ini relatif lambat dan pada akhir triwulanIV 2008 dipastikan masih minim2. Pada triwulan laporan tersebut bahkan harga
gas sempat naik, karena terganggunya pasokan.
2 Terdapat kecenderungan respon harga barang lain terkait dengan penurunan harga BBM relati rigid untuk turun ataupunmemiliki lag yang lebih panjang responnya dibandingkan dengan respon kalau harga naik.
TTTTTabel II.4 Harga BBM di Jakarta
Premium 6.000 5.000 0.0 -16.7Pertamax Plus 8.700 6.850 -15.5 -21.3Pertamax 8.450 6.500 -15.5 -23.1Pertamax Dex 10.300 8.100 -18.9 -21.4Minyak Tanah 9.483 6.400 22.6 -32.5Minyak Solar 5.500 4.800 0.0 -12.7
Harga (Rp) Perubahan (%)
Sumber : Pertamina
J e n i sTw III 08 Tw IV 08 Tw II - III 08 Tw III - IV 08
Tabel II.3 Tarif Parkir
1 Jam pertama Rp 1.500 Rp 3.0001 Jam berikutnya Rp 1.500 Rp 1.500
Tarif Lama Tarif Baru*Golongan I (sedan dan jeep)
Sumber : *) Pergub No. 86 - 2006
Golongan II (bus-dan truk)
1 Jam pertama Rp 1.500 Rp 3.0001 Jam berikutnya Rp 1.500 Rp 3.000
Tarif Lama Tarif Baru*
Golongan III (sepeda motor)
1 Jam pertama Rp 500 Rp 7501 Jam berikutnya Rp 500 Rp 750
Tarif Lama Tarif Baru*
48
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Boks IV
Proyeksi Inflasi Jakarta 20091
Tugas Bank Indonesia sesuai dengan UU No.3/2004 tentang Bank IndonesiaTugas Bank Indonesia sesuai dengan UU No.3/2004 tentang Bank IndonesiaTugas Bank Indonesia sesuai dengan UU No.3/2004 tentang Bank IndonesiaTugas Bank Indonesia sesuai dengan UU No.3/2004 tentang Bank IndonesiaTugas Bank Indonesia sesuai dengan UU No.3/2004 tentang Bank Indonesia
mengamanatkan untuk memelihara stabilitas nilai rupiah, melalui pencapaianmengamanatkan untuk memelihara stabilitas nilai rupiah, melalui pencapaianmengamanatkan untuk memelihara stabilitas nilai rupiah, melalui pencapaianmengamanatkan untuk memelihara stabilitas nilai rupiah, melalui pencapaianmengamanatkan untuk memelihara stabilitas nilai rupiah, melalui pencapaian
inflasi yang rendah dan stabil.inflasi yang rendah dan stabil.inflasi yang rendah dan stabil.inflasi yang rendah dan stabil.inflasi yang rendah dan stabil. Seiring amanat undang-undang tersebut, BI
mengimplementasikan inflation targeting framework. Inflation Targeting
Framework (ITF) merupakan kerangka kerja kebijakan moneter yang secaratransparan dan konsisten diarahkan untuk mencapai sasaran inflasi beberapa
tahun ke depan yang secara eksplisit ditetapkan dan diumumkan. Mulai
Juli 2005 konsisten dengan penerapan ITF, Bank Indonesia menggunakansuku bunga sebagai reference rate dalam pengendalian moneter. BI Rate
digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian moneter
untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI 1 bulan hasillelang OPT (suku bunga instrumen liquidity adjustment) berada di sekitar BI
Rate. BI Rate merupakan respon bank sentral terhadap tekanan inflasi ke
depan agar tetap berada pada sasaran yang telah ditetapkan. Inflasi yangrendah dan stabil menjadi prasyarat mendasar dalam mencapai pertumbuhan
ekonomi dan meningkatkan masyarakat secara berkelanjutan
Secara umum, inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga barangSecara umum, inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga barangSecara umum, inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga barangSecara umum, inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga barangSecara umum, inflasi merupakan kecenderungan kenaikan harga barang
dan jasa secara terus menerus.dan jasa secara terus menerus.dan jasa secara terus menerus.dan jasa secara terus menerus.dan jasa secara terus menerus. Untuk menghitung angka inflasi, BPS
1 Catatan Analisis. Proyeksi menggunakan model struktural sederhana dengan asumsi ekspektasi inflasi, nilai tukardan output gap akan yang membaik pada tahun 2009.
Tabel 1Perbandingan SBH 2007 dengan SBH 2002
1 Cakupan Kota 45 66a. Ibukota Provinsi 30 33b. Kabupaten/Kota 15 33
2 Paket Komoditasa. Jumlah komoditas 744 774b. Komoditas per kota 283 - 397 290-450
3 Pasara. Tradisional 120 153b. Modern 97 98
No. Perbedaan SBH 2002 SBH 2007
Sumber : BPS
49
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
melakukan Survei Biaya Hidup (SBH) di kota-kota terpilih yang dapatmerefleksikan konsumsi masyarakat secara keseluruhan. Pada SBH 2007,
cakupan komoditas maupun daerah yang disurvei menjadi lebih besar. Bobot
inflasi di daerah (di luar DKI) menjadi semakin besar, yaitu dari sebelumnya73% menjadi 78%. Porsi kota Jakarta dalam membentuk inflasi nasional
menurun menjadi 22% dari semula 27%.
Walaupun porsi inflasi di Jakarta dalam pembentukan inflasi nasional turun,Walaupun porsi inflasi di Jakarta dalam pembentukan inflasi nasional turun,Walaupun porsi inflasi di Jakarta dalam pembentukan inflasi nasional turun,Walaupun porsi inflasi di Jakarta dalam pembentukan inflasi nasional turun,Walaupun porsi inflasi di Jakarta dalam pembentukan inflasi nasional turun,
namun tetap perlu mendapatkan perhatian. namun tetap perlu mendapatkan perhatian. namun tetap perlu mendapatkan perhatian. namun tetap perlu mendapatkan perhatian. namun tetap perlu mendapatkan perhatian. Terdapat beberapa alasan yang
melatarbelakanginya, antara lain :
1. Bobot Jakarta masih yang terbesar diantara 66 kota.
2. Kota Jakarta menjadi referensi bagi perkembangan inflasi di beberapadaerah mengingat Jakarta merupakan salah satu sentra distribusi barang
kebutuhan pokok.
3. Karakteristik inflasi daerah yang berbeda-beda perlu dilakukan pendekatan
yang berbeda dalam pengendaliannya.
4. Pergerakan inflasi Jakarta apabila diplot dengan inflasi nasional memiliki
pergerakan yang relatif sama (Grafik 1).
Berdasarkan pertimbangan di atas, dipandang penting untuk melakukananalisis dan proyeksi inflasi di daerah sehingga dapat mendukung target
inflasi Nasional yang rendah dan stabil.
Grafik 1Perbandingan Inflasi Jakarta
%, y-o-y
INFLASI NASIONALINFLASI JAKARTA
1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 20081991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007-10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
50
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Proyeksi Inflasi Jakarta 2009Pada tahun 2009, laju inflasi di Jakarta diperkirakan akan cenderung menurun.
Berdasarkan hasil model proyeksi, inflasi Jakarta pada akhir tahun 2009diperkirakan mencapai 5,9 + 1 %. Adapun beberapa asumsi yang
dipergunakan di dalam model adalah sbb:
1. Ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh inflasi sebelumnya2.
2. Nilai tukar rupiah diperkirakan memiliki trend terapresiasi terhadap dollar.
3. Pertumbuhan ekonomi Jakarta 2009 masih di bawah output potensial.
2 Chapter 3, Is Inflation Back? Commodity Prices and Inflation, World Economic Outlook, October 2008.
Grafik 2Grafik 2Grafik 2Grafik 2Grafik 2Perkembangan Inflasi Terkini
0,0
2,0
4,0
6,0
8,0
10,0
12,0
14,0
16,0
18,0
20,0
Sura
karta
Bata
mSa
mpi
tTe
gal
Peka
nbar
uSu
raba
yaBa
nda
Aceh
Gor
onta
loM
anad
oDe
npas
arPe
mat
ang
Sian
tar
Kupa
ngSu
men
epYo
gyak
arta
Med
anPa
luKe
diri
Mam
uju
Mal
ang
Sem
aran
gPo
ntia
nak
Sibo
lga
Prob
olin
ggo
Band
ung
Pale
mba
ngTa
nger
ang
Jaka
rtaBe
kasi
Jem
ber
Suka
bum
uTe
rnat
eM
akas
sar
Ambo
nPa
dang
Banj
arm
asin
Jam
biTa
sikm
alay
aBa
likpa
pan
Jaya
pura
Purw
oker
toSi
ngka
wan
gTa
njun
g Pi
nang
Lhok
seum
awe
Depo
kM
atar
amPa
lang
kara
yaPa
dang
Sam
arin
daPa
repa
reCi
lego
nSe
rang
Beng
kulu
Dum
aiBi
ma
Mad
iun
Cile
gon
Bogo
rW
atam
pone
Kend
ari
Band
ar L
ampu
ngPa
lopo
Pang
kal P
inan
gTa
raka
nM
aum
ere
Man
okw
ari
Soro
ng
51
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Perkembangan Perbankandan Pasar Keuangan1
BAB 3
1 Data yang disajikan dan dianalisis adalah data yang didasarkan pada kegiatan kantor bank yang berlokasi di wilayah Jakarta,bukan data menurut kriteria lokasi proyek. Fokusnya adalah untuk mengetahui perkembangan kegiatan kantor bank yangberlokasi di Jakarta, termasuk risiko yang dihadapi bank di Jakarta. Sumber data berasal dari Direktorat Perizinan dan InformasiPerbankan.
Perkembangan kegiatan usaha perbankan dan lembaga keuangan nonbank di Jakarta sampai dengan akhir bulan November 2008menunjukkan perkembangan yang relatif normal. Penghimpunan DanaPihak Ketiga pada triwulan IV (November) 2008 naik 14,2% (q-t-q).Sumber peningkatan penghimpunan dana masyarakat di bank antaralain adalah peningkatan simpanan perusahaan swasta dan deposanindividual. Adapun faktor yang mempengaruhi antara lain adalahalternatif berinvestasi di perbankan menjadi lebih menarik dan amandibandingkan dengan alternatif lainnya, seperti di pasar modal yangkinerjanya terganggu sebagai dampak krisis keuangan global, dan disisi lain imbal hasil DPK, khususnya deposito naik. Sementara itu,penyaluran kredit bank yang berlokasi di Jakarta, di tengah-tengahkekhawatiran peningkatan risiko dunia usaha, masih naik sebesar 13,4%(q-t-q. Dengan perkembangan tersebut rasio penyaluran kredit terhadapdana yang dihimpun bank (LDR) di Jakarta pada akhir November sebesar82,0% masih di atas angka LDR Nasional (77,6%). Tingginya LDRtersebut masih diikuti dengan performance kredit yang relatif baik,sebagaimana tercermin pada angka NPLs Gross yang rendah (3,8%).
52
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
A. INTERMEDIASI PERBANKAN
Penghimpunan dana (DPK) dan penyaluran kredit di perbankan Jakarta sampaiPenghimpunan dana (DPK) dan penyaluran kredit di perbankan Jakarta sampaiPenghimpunan dana (DPK) dan penyaluran kredit di perbankan Jakarta sampaiPenghimpunan dana (DPK) dan penyaluran kredit di perbankan Jakarta sampaiPenghimpunan dana (DPK) dan penyaluran kredit di perbankan Jakarta sampai
dengan posisi akhir November 2008 meningkat dibandingkan dengan akhirdengan posisi akhir November 2008 meningkat dibandingkan dengan akhirdengan posisi akhir November 2008 meningkat dibandingkan dengan akhirdengan posisi akhir November 2008 meningkat dibandingkan dengan akhirdengan posisi akhir November 2008 meningkat dibandingkan dengan akhir
triwulan sebelumnya. triwulan sebelumnya. triwulan sebelumnya. triwulan sebelumnya. triwulan sebelumnya. Peningkatan DPK terjadi pada komponen giro, tabungan,
maupun deposito. Adapun faktor yang mempengaruhi antara lain adalah alternatif
berinvestasi di perbankan menjadi lebih menarik dan aman dibandingkan denganalternatif lainnya, seperti di pasar modal yang kinerjanya terganggu sebagai dampak
krisis keuangan global dan di sisi lain imbal hasil DPK, khususnya deposito naik.Sementara itu, kredit masih meningkat cukup tinggi. Faktor yang mempengaruhi
antara lain adalah masih kondusifnya perkembangan beberapa sektor ekonomi
seperti, sektor konstruksi, listrik dan juga sektor industri, serta di sisi lain tingkatsuku bunga dianggap masih kompetitif. Outstanding kredit ketiga sektor tersebut
trennya masih meningkat, dan di sektor lainnya peningkatan kredit masih tetap di
level yang tinggi.
Dari sisi kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) penyaluran di Jakartatertinggi dibanding provinsi lainnya. Secara keseluruhan, risiko likuiditasdan risiko pasar perbankan di Jakarta masih dapat tertangani denganbaik. Sementara itu, kegiatan usaha lembaga keuangan non bank,khususnya pembiayaan konsumen juga masih menunjukkanpertumbuhan, walaupun melambat. Sedangkan kegiatan di pasar modalterimbas oleh krisis keuangan global masih mengalami koreksi ke bawah.
*) s.d. November 2008
Tabel III. 1Beberapa Indikator Perbankan Jakarta
Jakarta DPK Rp Miliar 717.000,7 765.022,5 785.919,1 840.976,1Pertumbuhan (%, y-o-y) 15,7 15,8 15,2 20,5Kredit Lokasi Bank Rp Miliar 524.871,4 577.897,6 633.266,8 689.768,4Pertumbuhan (%, y-o-y) 32,5 34,8 40,5 42,5Kredit Lokasi Proyek Rp Miliar 374.904,6 408.253,9 450.225,6 490.886,5Pertumbuhan (%, y-o-y) 33,7 39,3 41,1 43,9LDR (%) 73,2 75,5 80,6 82,0NPL (%) 3,9 3,8 3,6 3,8
1 2 3 4*
2 0 0 8U r a i an
53
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
1. Penghimpunan Dana MasyarakatPenghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta sampai denganPenghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta sampai denganPenghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta sampai denganPenghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta sampai denganPenghimpunan dana pihak ketiga oleh perbankan di Jakarta sampai dengan
November 2008 meningkat cukup tinggi.November 2008 meningkat cukup tinggi.November 2008 meningkat cukup tinggi.November 2008 meningkat cukup tinggi.November 2008 meningkat cukup tinggi. Secara triwulanan (q-t-q) penghimpunanDPK meningkat (14,2%, November), naik dibandingkan dengan peningkatan
triwulan sebelumnya (2,7%). Dengan perkembangan ini maka pertumbuhan
penghimpunan DPK sampai dengan November 2008 meningkat 11,9% (y-t-d)dan secara tahunan (y-o-y) tumbuh 20,5%.
Grafik III.1Grafik III.1Grafik III.1Grafik III.1Grafik III.1Perkembangan DPK Jakarta
Grafik III.2Grafik III.2Grafik III.2Grafik III.2Grafik III.2Perkembangan Komponen DPK Jakarta
Peningkatan penghimpunan DPK (q-t-q) bersumber dari kenaikan seluruhPeningkatan penghimpunan DPK (q-t-q) bersumber dari kenaikan seluruhPeningkatan penghimpunan DPK (q-t-q) bersumber dari kenaikan seluruhPeningkatan penghimpunan DPK (q-t-q) bersumber dari kenaikan seluruhPeningkatan penghimpunan DPK (q-t-q) bersumber dari kenaikan seluruh
komponen DPK. komponen DPK. komponen DPK. komponen DPK. komponen DPK. Pada posisi November 2008 Peningkatan terbesar terjadi pada
giro (19,1%) menjadi Rp 232,4 trilun, sementara outstanding tabungan dandeposito meningkat berturut-turut 4,6% (Rp 133,1 triliun) dan 14,7% (Rp 475,4
triliun). Peningkatan giro dan deposito yang tinggi terutama bersumber dari
peningkatan dana milik perusahaan swasta non lembaga keuangan dan danadeposan individual. Sementara DPK yang berasal dari Pemerintah Daerah dan
BUMN/BUMD terpantau menurun.
Struktur atau komposisi dana pihak ketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatifStruktur atau komposisi dana pihak ketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatifStruktur atau komposisi dana pihak ketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatifStruktur atau komposisi dana pihak ketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatifStruktur atau komposisi dana pihak ketiga (DPK) perbankan di DKI Jakarta relatif
tidak berubah, deposito tetap memiliki porsi tertinggi (Grafik III. 3-4). tidak berubah, deposito tetap memiliki porsi tertinggi (Grafik III. 3-4). tidak berubah, deposito tetap memiliki porsi tertinggi (Grafik III. 3-4). tidak berubah, deposito tetap memiliki porsi tertinggi (Grafik III. 3-4). tidak berubah, deposito tetap memiliki porsi tertinggi (Grafik III. 3-4). Simpanan
dalam bentuk deposito tercatat sebesar Rp 475,4 triliun (56,8%), diikuti giro Rp
232,4 triliun (27,6%) dan tabungan Rp 133,1 triliun (15,8%). Faktor yangmempengaruhi tingginya porsi deposito di dalam komposisi DPK antara lain
dikarenakan sebagian deposan masih menganggap deposito masih
menguntungkan dan aman. Dalam kondisi ketidakpastian ekonomi global yangmeningkat, dorongan masyarakat untuk menyimpan dananya ke perbankan juga
semakin meningkat. Sementara itu, aktivitas bisnis yang masih tinggi di Jakarta
Rp Triliun %
Total (lhs) g(q-t-q)g(y-t-d) g(y-o-y)
0100200300400500600700800900
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
-10
-5
0
5
10
15
20
25%, y-o-y
-20
-10
0
10
20
30
40
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
GiroTabunganDeposito
54
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
berpengaruh pada tingginya porsi simpanan dalam bentuk giro yang melampaui
porsi simpanan dalam bentuk tabungan. Sementara itu, berdasarkan
kepemilikannya sebesar 49,0% DPK perbankan di Jakarta dimiliki oleh nasabahdari sektor swasta (terutama nasabah individual), 36,5% dimiliki oleh perusahaan
bukan lembaga keuangan swasta. Sementara dana milik BUMN/BUMD sebesar
4,6% dan dana milik pemerintah daerah di bawah 1,0%.
Grafik III.3Grafik III.3Grafik III.3Grafik III.3Grafik III.3Komposisi DPK Bank Umum Jakarta
Grafik III.4Grafik III.4Grafik III.4Grafik III.4Grafik III.4Kepemilikan DPK Bank di Jakarta
2. Penyaluran KreditPertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan Jakarta terpantau masihPertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan Jakarta terpantau masihPertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan Jakarta terpantau masihPertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan Jakarta terpantau masihPertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan Jakarta terpantau masih
meningkat.meningkat.meningkat.meningkat.meningkat. Pada triwulan laporan pertumbuhan kredit mencapai 13,4% (q-t-q,
November). Peningkatan yang tinggi terjadi pada kredit modal kerja dan investasi,
sementara kredit konsumsi tren pertumbuhannya melambat. Peningkatanoutstanding kredit modal kerja dan investasi pada November 2008 masing-masing
secara triwulanan tumbuh 15,1% dan 15,7%, dan kredit konsumsi hanya tumbuh
Grafik III.5Grafik III.5Grafik III.5Grafik III.5Grafik III.5Perkembangan Kredit Jakarta
Grafik III.6Grafik III.6Grafik III.6Grafik III.6Grafik III.6Perkembangan Kredit Modal Kerja
Rp Triliun
-100200300400500600700800900
1.000DepositoTabunganGiro
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
Rp Triliun
0100200300400500600700800900
1.000
2007 20085 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sektor Swasta LainnyaBU Bukan-Keuangan Milik SwastaBU Bukan Keuangan Milik Negara
Pemerintah DaerahLembaga Keuangan Lainnya:
Triliun Rupiah %
0
100
200
300
400
500
600
700
800
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
-10
0
10
20
30
40
50Total kredit (sisi kiri)y-o-yq-t-qy-t-d
%Triliun Rupiah
050
100150200250300350400450
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
-10
0
10
20
30
40
50Modal Kerja (sisi kiri)g.Modal Kerja (y-o-y)g.Modal Kerja (y-to-d)
55
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
6,24% melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 10,4%. Faktor yang
mempengaruhi peningkatan kredit modal kerja dan investasi adalah aktifitas duniausaha yang masih tinggi di triwulan IV 2008. Kebutuhan modal kerja, khususnya
di sektor perdagangan dan jasa dunia usaha juga masih tinggi. Sementara untuk
kredit investasi antara lain disalurkan di sektor industri dan listrik, gas dan air minumyang peningkatan kreditnya cukup signifikan. Untuk kredit konsumsi
pertumbuhannya relatif melambat, antara lain terkait dengan kehatian-hatian bank
yang meningkat, terutama terkait dengan keyakinan bank atas kemampuannasabah individual non bisnis.
Berdasarkan komposisinya, kredit modal kerja masih mendominasi kredit perbankanBerdasarkan komposisinya, kredit modal kerja masih mendominasi kredit perbankanBerdasarkan komposisinya, kredit modal kerja masih mendominasi kredit perbankanBerdasarkan komposisinya, kredit modal kerja masih mendominasi kredit perbankanBerdasarkan komposisinya, kredit modal kerja masih mendominasi kredit perbankan
di Jakartadi Jakartadi Jakartadi Jakartadi Jakarta. Outstanding kredit modal kerja per November 2008 sebesar Rp 386,5triliun (56,0%), diikuti oleh kredit investasi Rp166,5 triliun (24,1%) dan kredit
konsumsi Rp136,8triliun (19,8%). Tingginya kredit modal kerja dan kredit investasi
yang disalurkan oleh perbankan di DKI Jakarta tersebut tidak terlepas dari pengaruhDKI Jakarta sebagai pusat kegiatan bisnis, perdagangan dan jasa terbesar di
Indonesia. Transaksi ekonomi yang tinggi membutuhkan likuiditas yang tinggi yang
diantaranya dipenuhi dengan kredit modal kerja. Sementara itu, dilihat darijumlahnya, penyaluran kredit di Jakarta yang besar tidak terlepas dari banyaknya
kantor pusat bank dan perusahaan yang berlokasi di Jakarta. Pengajuan kredit
dalam jumlah yang besar maupun keputusannya pada umumnya di lakukan dikantor pusat, walaupun mungkin proyeknya berlokasi di luar Jakarta.
Secara sektoral kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi diSecara sektoral kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi diSecara sektoral kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi diSecara sektoral kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi diSecara sektoral kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta terkonsentrasi di
sektor industri, lain-lain, perdagangan dan jasa dunia usahasektor industri, lain-lain, perdagangan dan jasa dunia usahasektor industri, lain-lain, perdagangan dan jasa dunia usahasektor industri, lain-lain, perdagangan dan jasa dunia usahasektor industri, lain-lain, perdagangan dan jasa dunia usaha. Outstanding kredit di
sektor industri sampai dengan bulan November 2008 Rp172,8 triliun (25,1%),sektor lain-lain Rp136,9 triliun (19,8%), sektor jasa dunia usaha Rp112,8 triliun
Grafik III.7Grafik III.7Grafik III.7Grafik III.7Grafik III.7Perkembangan Kredit Investasi
Grafik III.8Grafik III.8Grafik III.8Grafik III.8Grafik III.8Perkembangan Kredit Konsumsi
%Triliun Rupiah
Investasi (sisi kiri)g.Investasi (y-o-y)g.Investasi (y-to-d)
020406080
100120140160180
2006 2007 2008
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11-10
0
10
20
30
40
50
60%Triliun Rupiah
0
20
40
60
80
100
120
140
160
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
-10-5051015202530354045
Konsumsi (sisi kiri)gKonsumsi (y-o-y)gKonsumsi (y-to-d)
56
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
(16,4%) dan sektor perdagangan Rp96,6 triliun (14,0%). Kredit di masing-masing
sektor tersebut, tumbuh di atas 20% (y-o-y). Dengan peningkatan tertinggi pada
kredit di sektor listrik, gas dan air minum (153,8%); sektor perdagangan (91,0%);sektor jasa dunia usaha sebesar 50,3%; dan sektor industri (44,4%). Tingginya
outstanding kredit yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha tersebut
menunjukkan bahwa arah pembiayaan kredit bank untuk mendukungperekonomian berada sudah pada jalur yang benar, yaitu mampu memberikan
multiplier effect yang lebih ketimbang kredit disalurkan untuk membiayai konsumsi.
Grafik III. 9Grafik III. 9Grafik III. 9Grafik III. 9Grafik III. 9Perkembangan Kredit Sektor Ekonomi Utama
Grafik III. 10Grafik III. 10Grafik III. 10Grafik III. 10Grafik III. 10Perkembangan Kredit Sektor Ekonomi
%, y-o-y
IndustriPerdaganganJasa DU
-10
0
10
2030
40
50
60
70
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
%, y-o-y
-40
-200
2040
60
80
100120
2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10
2006 2007 2008
Jasa Sosial/MasyarakatKonstruksiPengk, perg, kom
Dengan perkembangan di atas, rasio pinjaman terhadap DPK (Dengan perkembangan di atas, rasio pinjaman terhadap DPK (Dengan perkembangan di atas, rasio pinjaman terhadap DPK (Dengan perkembangan di atas, rasio pinjaman terhadap DPK (Dengan perkembangan di atas, rasio pinjaman terhadap DPK (Loan to DepositLoan to DepositLoan to DepositLoan to DepositLoan to DepositRatio/LDRRatio/LDRRatio/LDRRatio/LDRRatio/LDR) meningkat cukup tinggi. ) meningkat cukup tinggi. ) meningkat cukup tinggi. ) meningkat cukup tinggi. ) meningkat cukup tinggi. Pertumbuhan kredit tahunan yang lebih tinggidaripada penghimpunan DPK berimplikasi pada peningkatan LDR perbankan di
Jakarta dari 80,6% menjadi 82,0% (Grafik III.11). Hal ini mencerminkan aktifitas
intermediasi perbankan di Jakarta sampai dengan akhir November membaik,walaupun di tengah-tengah gejolak finansial global yang secara cukup dalam
melanda institusi keuangan di negara-negara lain. Peningkatan penyaluran kredit
juga membuktikan bahwa kepercayaan bank terhadap kondisi perekonomian dankhususnya terhadap kemampuan nasabah untuk melakukan pelunasan masih
tinggi, walaupun dalam beberapa bulan terakhir tren pertumbuhannya sedikit
melambat.
Sementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyekSementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyekSementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyekSementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyekSementara itu, LDR dengan menggunakan kredit berdasarkan lokasi proyek22222
menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12).menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12).menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12).menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12).menunjukan angka rasio LDR yang lebih rendah (Grafik III. 12). Pada posisi akhir
bulan November 2008, penghitungan LDR dengan menggunakan jumlah kredit
2 Kredit berdasarkan lokasi proyek adalah kredit yang disalurkan di suatu daerah atau wilayah tertentu, tempat dimana lokasiproyek yang dibiayai kredit tersebut berada tanpa memperhatikan asal daerah/wilayah kantor bank yang membiayai.
57
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
berdasarkan lokasi proyek di Jakarta adalah 58,4%, naik dibandingkan dengan
posisi triwulan III 2008 (57,3%). Jumlah kredit untuk membiayai proyek yangberlokasi di Jakarta pada posisi akhir November 2008 adalah Rp 490,9 triliun,
lebih rendah dibandingkan dengan jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan
di DKI pada posisi yang sama sebesar Rp 689,8 triliun. Artinya, sebanyak Rp 198,9triliun kredit yang disalurkan oleh perbankan di Jakarta digunakan untuk membiayai
proyek yang berlokasi di luar Jakarta.
B. RISIKO KREDIT PERBANKAN
Sampai dengan triwulan laporan, risiko kredit perbankan secara agregat masihSampai dengan triwulan laporan, risiko kredit perbankan secara agregat masihSampai dengan triwulan laporan, risiko kredit perbankan secara agregat masihSampai dengan triwulan laporan, risiko kredit perbankan secara agregat masihSampai dengan triwulan laporan, risiko kredit perbankan secara agregat masih
relatif rendah, namun ke depan potensinya diperkirakan meningkat.relatif rendah, namun ke depan potensinya diperkirakan meningkat.relatif rendah, namun ke depan potensinya diperkirakan meningkat.relatif rendah, namun ke depan potensinya diperkirakan meningkat.relatif rendah, namun ke depan potensinya diperkirakan meningkat. Sampai denganposisi akhir November, risiko kredit relatif rendah yang tercermin pada NPLs gross
bank yang cukup rendah3 dan masih dalam batas aman rasio NPLs masih di bawah
5%. Berdasarkan tolok ukur ini maka NPLs gross perbankan di DKI Jakarta sampaidengan November 2008 masih relatif rendah sebesar 3,8% (Grafik III.13).
Rendahnya NPLs tersebut bersumber dari relatif baiknya performance semua kredit.
Intensifnya penagihan dan restrukturisasi kredit bermasalah, serta konsistensi dalampenilaian kelayakan kredit termasuk implementasi manajemen risiko mampu
mendorong kinerja kredit cukup baik.
Menurut jenis penggunaannya, NPLs semua skim kredit rata-rata berada di bawahMenurut jenis penggunaannya, NPLs semua skim kredit rata-rata berada di bawahMenurut jenis penggunaannya, NPLs semua skim kredit rata-rata berada di bawahMenurut jenis penggunaannya, NPLs semua skim kredit rata-rata berada di bawahMenurut jenis penggunaannya, NPLs semua skim kredit rata-rata berada di bawah
batas aman yang diatur.batas aman yang diatur.batas aman yang diatur.batas aman yang diatur.batas aman yang diatur. NPLs kredit modal kerja, investasi dan konsumsi perbankandi Jakarta per November 2008 berturut-turut adalah 3,4%, 4,4% dan 4,4% dengan
3 NPLs pada beberapa Bank besar menurun yang dipengaruhi oleh keberhasilan restrukturisasi dan pelunasan hutang olehsebagian debitur besar.
Grafik III. 11Grafik III. 11Grafik III. 11Grafik III. 11Grafik III. 11LDR Kredit Lokasi Bank
Grafik III. 12Grafik III. 12Grafik III. 12Grafik III. 12Grafik III. 12LDR Kredit Lokasi Proyek
%
50
55
60
65
70
75
80
85
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
JakartaNasional
%
0
20
40
60
80
100JakartaNasional
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
58
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Grafik III.13Grafik III.13Grafik III.13Grafik III.13Grafik III.13NPLs Perbankan Jakarta
Grafik III.14Grafik III.14Grafik III.14Grafik III.14Grafik III.14NPLs Jenis Penggunaan
tren yang stabil dalam batas rendah (Grafik III.14). Sementara itu, secara sektoral
NPLs di semua sektor, kecuali di sektor industri pengolahan relatif rendah (Grafik
III.15-16). Tingginya NPLs di sektor industri (6,9%) antara lain disebabkan olehrisk profile di sektor ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sektor ekonomi
lainnya. Risiko tersebut antara lain adalah sifat kredit yang lebih berjangka waktu
panjang; kinerja di sektor industri juga sangat dipengaruhi oleh kondisi pasar,antara lain pasar yang kompetitif dan perkembangan permintaan pasarnya sendiri.
Ke depan, NPLs di sektor industri ini memiliki potensi untuk meningkat yang antara
lain disebabkan oleh pelemahan ekonomi global. Pelemahan ini dikhawatirkanakan mengurangi pasar produk hasil industri nasional, artinya kegiatan produksi
dapat saja turun dan pada gilirannya akan dapat mengganggu cash flow dunia
usaha, termasuk mengurangi kemampuannya dalam membayar hutang.
Kekhawatiran terhadap potensi peningkatan NPLs ke depan juga dapat saja terjadiKekhawatiran terhadap potensi peningkatan NPLs ke depan juga dapat saja terjadiKekhawatiran terhadap potensi peningkatan NPLs ke depan juga dapat saja terjadiKekhawatiran terhadap potensi peningkatan NPLs ke depan juga dapat saja terjadiKekhawatiran terhadap potensi peningkatan NPLs ke depan juga dapat saja terjadi
pada kredit di sektor-sektor unggulan yang lain. pada kredit di sektor-sektor unggulan yang lain. pada kredit di sektor-sektor unggulan yang lain. pada kredit di sektor-sektor unggulan yang lain. pada kredit di sektor-sektor unggulan yang lain. Sektor-sektor ekonomi yang
Grafik III.15Grafik III.15Grafik III.15Grafik III.15Grafik III.15NPLs Sektor Ekonomi Utama
GrafikGrafikGrafikGrafikGrafik III.16III.16III.16III.16III.16NPLs Sektor Ekonomi
Rp Triliun %
0
5
10
15
20
25
30
35
40
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
0
2
4
6
8
10
12Nominal Non PerformingLoan JakartaNon Performing Loan (%) (rhs)
%
02468
101214161820
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
KonsumsiModal KerjaInvestasi
%
-5
0
5
10
15
20
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
Jasa Dunia UsahaLain-LainIndustri PengolahanPerdg, Rest, dan Hotel
%
02468
101214161820
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
KonstruksiPeng., Pergd., dan Kom.Pert., Perb., & Alat Pert.Pertambangan
59
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
berorentiasi ekspor dan di luar sektor industri, seperti sub sektor perkebunan potensi
peningkatan NPLs-nya perlu diwaspadai. Hal ini sejalan dengan perlambatan
perkonomian global yang diperkirakan masih akan berlanjut di tahun 2009. Potensirisiko di sektor ini pada gilirannya juga akan merambat ke potensi peningkatan
NPLs di sektor lainnya, seperti sektor lain-lain (konsumsi), perdagangan dan jasa
dunia usaha.
C. RISIKO LIKUIDITAS PERBANKAN
Risiko likuiditas bankRisiko likuiditas bankRisiko likuiditas bankRisiko likuiditas bankRisiko likuiditas bank44444 di triwulan IV secara umum masih minim, walaupun beberapa di triwulan IV secara umum masih minim, walaupun beberapa di triwulan IV secara umum masih minim, walaupun beberapa di triwulan IV secara umum masih minim, walaupun beberapa di triwulan IV secara umum masih minim, walaupun beberapa
bank yang skalanya relatif kecil sempat mengalami gangguan (bank yang skalanya relatif kecil sempat mengalami gangguan (bank yang skalanya relatif kecil sempat mengalami gangguan (bank yang skalanya relatif kecil sempat mengalami gangguan (bank yang skalanya relatif kecil sempat mengalami gangguan (segmentedsegmentedsegmentedsegmentedsegmented).).).).).Pengelolaan likuiditas bank, yaitu kemampuan bank di dalam memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo merupakan hal yang penting di dalam pengelolaan kegiatan
bank sehingga risiko likuiditas dapat diminimalisasi. Sampai dengan akhir November2008, posisi likuiditas perbakan relatif aman, dana likuid bank yang antara lain
berupa kas maupun surat berharga yang likuid seperti SBI secara umum masih
memadai. Likuiditas bank bahkan cenderung membaik antara lain dengan adanyapelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) baik rupiah maupun valas.
Pengelolaan likuiditas yang baik dan benar memungkinkan dihidarinya risiko-risikoPengelolaan likuiditas yang baik dan benar memungkinkan dihidarinya risiko-risikoPengelolaan likuiditas yang baik dan benar memungkinkan dihidarinya risiko-risikoPengelolaan likuiditas yang baik dan benar memungkinkan dihidarinya risiko-risikoPengelolaan likuiditas yang baik dan benar memungkinkan dihidarinya risiko-risiko
yang dapat mengganggu kinerja bank, maupun kemungkinan munculnya risikoyang dapat mengganggu kinerja bank, maupun kemungkinan munculnya risikoyang dapat mengganggu kinerja bank, maupun kemungkinan munculnya risikoyang dapat mengganggu kinerja bank, maupun kemungkinan munculnya risikoyang dapat mengganggu kinerja bank, maupun kemungkinan munculnya risiko
sistemik jika skalanya besar.sistemik jika skalanya besar.sistemik jika skalanya besar.sistemik jika skalanya besar.sistemik jika skalanya besar. Sebagaimana telah diungkapkan di atas, risiko likuiditas
perbankan di Jakarta masih relatif kecil. Hal ini antara lain dapat dilihat dari
komposisi antara pasiva dan aktiva. Struktur dana pihak ketiga perbankan di Jakarta(pasiva) memiliki outstanding dana jangka pendek yang cukup besar, baik dalam
bentuk giro, tabungan maupun deposito jangka pendek. Kondisi ini menyebabkan
perbankan relatif berhati-hati di dalam meningkatkan aktiva kreditnya, dan kredityang disalurkan lebih didominasi pada kredit modal kerja yang berjangka waktu
pendek. Kredit konsumsi outstanding-nya juga cukup tinggi karena dianggap lebih
aman, dan risikonya lebih terukur. Sementara itu kredit investasi outstandingnyarelatif lebih rendah karena sifatnya yang jangka panjang, exposure risk yang lebih
besar dan jika tidak berhati-hati dapat berpotensi menimbulkan mismatch. Kehati-
hatian Bank juga tercermin pada LDR yang tumbuh relatif terjaga, rasio kecukupanmodal (CAR) yang relatif masih tinggi dan di sisi lain aset bank yang likuid (termasuk
dalam bentuk SBI) masih cukup tinggi. Secara keseluruhan, memperhatikan perilaku
4 Risiko likuiditas adalah suatu ketidakmampuan bank untuk mengakomodasi jatuh tempo kewajiban dan penarikan sertapembiayaan pertumbuhan aktiva dan untuk memenuhi kewajiban pada tingkat harga pasar yang layak.
60
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
bank di dalam mengelola aset, perbankan dipandang masih tetap beroperasi di
dalam koridor asas-asas kehati-hatian dan kondisi likuiditas perbankan terjaga.
D. RISIKO PASAR
Risiko lain yang juga dihadapi bank adalah risiko pasar.Risiko lain yang juga dihadapi bank adalah risiko pasar.Risiko lain yang juga dihadapi bank adalah risiko pasar.Risiko lain yang juga dihadapi bank adalah risiko pasar.Risiko lain yang juga dihadapi bank adalah risiko pasar. Risiko pasar adalah fluktuasi
nilai aset yang disebabkan oleh perubahan harga-harga pasar dan yields. Bagi
bank risiko itu terutama tercermin pada suku bunga dan sebagian pada nilai tukar.Untuk suku bunga, perbankan diuntungkan oleh relatif fleksibelnya suku bunga
DPK, sementara suku bunga kredit relatif rigid untuk turun namun fleksibel untuk
naik. Kondisi ini menyebabkan spread bunga masih cukup terjaga, namun banktetap berhati-hati menyalurkan kreditnya. Kondisi lainnya adalah tingkat suku
bunga SBI yang masih lebih tinggi dibandingkan suku bunga DPK sehingga menjadi
alternatif investasi yang aman bagi perbankan untuk mengalokasikan kelebihanlikuiditasnya. Dengan pola yang masih seperti ini, maka fluktuasi tingkat bunga
secara keseluruhan masih dapat dihadapi oleh perbankan dengan risiko terbesar
hanya berupa kemungkinan turunnya keuntungan (dengan catatan pengelolaanbank tetap benar).
Risiko yang terkait dengan nilai tukar yang dihadapi perbankan, pada saat iniRisiko yang terkait dengan nilai tukar yang dihadapi perbankan, pada saat iniRisiko yang terkait dengan nilai tukar yang dihadapi perbankan, pada saat iniRisiko yang terkait dengan nilai tukar yang dihadapi perbankan, pada saat iniRisiko yang terkait dengan nilai tukar yang dihadapi perbankan, pada saat ini
relatif masih aman, walaupun nilai tukar rupiah mengalami tekanan.relatif masih aman, walaupun nilai tukar rupiah mengalami tekanan.relatif masih aman, walaupun nilai tukar rupiah mengalami tekanan.relatif masih aman, walaupun nilai tukar rupiah mengalami tekanan.relatif masih aman, walaupun nilai tukar rupiah mengalami tekanan. Ketentuan-ketentuan perbankan yang relatif ketat, seperti pembatasan exposure valas (Posisi
Devisa Netto) dan aturan yang ketat bagi bank dalam melakukan pinjaman luar
negeri mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar yang akan dihadapi oleh perbankan.Selain itu, dukungan Bank Indonesia dan pemerintah untuk menjaga nilai tukar
juga mampu mengurangi tekanan risiko yang berasal dari pergerakan nilai tukar.
Namun demikian, kondisi eksternal akhir-akhir ini yang relatif kurang kondusif,yaitu krisis finansial global perlu untuk diwaspadai. Penarikan dana asing di pasar
keuangan, penurunan kinerja ekspor, dan berkuranganya pasokan valas dapat
saja terjadi, dan dikhawatirkan dapat memberi tekanan pada nilai tukar rupiah.Untuk menambah pasokan, Bank Indonesia bahkan sudah melonggarkan kebijakan
GWM.
E. KREDIT UMKM (LOKASI PROYEK)
OutstandingOutstandingOutstandingOutstandingOutstanding kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) kredit mikro, kecil dan menengah (MKM) di Bank Umum di Jakartadi Bank Umum di Jakartadi Bank Umum di Jakartadi Bank Umum di Jakartadi Bank Umum di Jakarta
tumbuh tinggi.tumbuh tinggi.tumbuh tinggi.tumbuh tinggi.tumbuh tinggi. Outstanding kredit UMKM di Jakarta hingga akhir bulan November
61
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
2008 tumbuh 24,5% (y-o-y) menjadi Rp 137,4 triliun (Grafik III.5). Secara nominal
jumlah MKM yang disalurkan di Jakarta besar, namun demikian proporsi kredit
MKM di DKI Jakarta terhadap total kredit yang disalurkan di Jakarta hanya 21,8%,relatif lebih rendah dibandingkan dengan proporsi kredit MKM di provinsi lain.
Penyebabnya antara lain : pertama, kondisi riil Jakarta sebagai pusat kegiatan
bisnis nasional sehingga jumlah kredit bank dalam nominal besar lebih didominasioleh debitur korporat, kedua adalah ketidaktahuan MKM tentang adanya fasilitas
kredit5. Selain itu, juga disebabkan karena sebagian MKM belum membutuhkan
kredit karena kapasitas ekspansi terbatas.
Grafik III.17Grafik III.17Grafik III.17Grafik III.17Grafik III.17Proporsi Kredit UMKM
Grafik III.18Grafik III.18Grafik III.18Grafik III.18Grafik III.18Pertumbuhan Kredit
5 Berdasarkan penelitian Bank Indonesia dengan SEM Institute terhadap 255 orang responden, hanya 54,7% UMKM yangmengetahui adanya fasilitas kredit. Dari persentase tersebut hanya 33,5% yang pernah mengajukan kredit. Sementara itu,faktor penghambat akses UMKM untuk mendapatkan kredit adalah faktor prosedur (43,9%), persyaratan berat (43,6%),jaminan (43,4%), bunga tinggi (38,1%) dan keharusan membuat studi kelayakan (35,2%). Di dalam survei tersebut sebanyak28,2% menyatakan tidak membutuhkan kredit.
6 Termasuk kredit UMKM oleh BPR, BPRS dan Bank Syariah namun tidak termasuk kartu kredit
Rp Triliun Rp Ribu Triliun
020
40
60
80
100
120
140
160
-
100
200
300
400
500
600
700
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
UMKM Jakarta 21,8%UMKM Nasional(rhs)
%, y-o-y
-5
101520253035404550
g Kredit UMKM Jakarta 24,4%g Total Kredit Jakarta 42,5%
2006 2007 20081 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11
Outstanding Outstanding Outstanding Outstanding Outstanding kredit MKMkredit MKMkredit MKMkredit MKMkredit MKM66666 di Jakarta tersebut merupakan yang tertinggi di Jakarta tersebut merupakan yang tertinggi di Jakarta tersebut merupakan yang tertinggi di Jakarta tersebut merupakan yang tertinggi di Jakarta tersebut merupakan yang tertinggi
dibandingkan dengan provinsi lain (Tabel III.2). dibandingkan dengan provinsi lain (Tabel III.2). dibandingkan dengan provinsi lain (Tabel III.2). dibandingkan dengan provinsi lain (Tabel III.2). dibandingkan dengan provinsi lain (Tabel III.2). Kredit MKM di Jakarta sampai
dengan akhir bulan November 2008 sebesar Rp 137,9 triliun (21,0%), menyusulkemudian adalah Jawa Barat (15,4%), Jawa Timur (11,6%), dan Jawa Tengah
(9,5%). Tingginya outstanding MKM di Jakarta adalah merupakan fenomena yang
normal, terutama mengingat Jakarta sebagai pusat kegiatan ekonomi di Indonesiamenjadi daya tarik pelaku ekonomi pada berbagai ukuran (size) untuk beraktifitas
di Jakarta.
Sementara itu, dari sisi ekspansi bersih penyaluran kredit MKM di Jakarta padaSementara itu, dari sisi ekspansi bersih penyaluran kredit MKM di Jakarta padaSementara itu, dari sisi ekspansi bersih penyaluran kredit MKM di Jakarta padaSementara itu, dari sisi ekspansi bersih penyaluran kredit MKM di Jakarta padaSementara itu, dari sisi ekspansi bersih penyaluran kredit MKM di Jakarta pada
triwulan laporan (s.d November 2008) relatif rendah (tabel III.4).triwulan laporan (s.d November 2008) relatif rendah (tabel III.4).triwulan laporan (s.d November 2008) relatif rendah (tabel III.4).triwulan laporan (s.d November 2008) relatif rendah (tabel III.4).triwulan laporan (s.d November 2008) relatif rendah (tabel III.4).Selama periodeOktober dan November 2008 ekspansi kredit MKM di Jakarta mencapai Rp 2,1
62
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Tabel III.2Outstanding Kredit MKM Lokasi Proyek 10 Propinsi Terbesar (miliar rupiah)
1. DKI Jakarta/DKI Jakarta 115.329,2 22,0% 137.859,5 21,0% 24,4% 19,5%2. Jawa Barat/West Java 81.399,7 15,5% 101.170,4 15,4% 27,3% 24,3%3. Jawa Timur/East Java 63.511,4 12,1% 76.603,3 11,6% 24,3% 20,6%4. Jawa Tengah/Central Java 51.538,7 9,8% 62.752,8 9,5% 24,3% 21,8%5. Sumatera Utara/North Sumatra 26.545,4 5,1% 34.751,4 5,3% 32,7% 30,9%6. Banten/Banten 21.973,7 4,2% 29.440,5 4,5% 35,2% 34,0%7. Sulawesi Selatan/South Sulawesi 17.363,3 3,3% 22.339,2 3,4% 29,9% 28,7%8. Riau/Riau 12.401,2 2,4% 17.058,9 2,6% 39,0% 37,6%9. Bali/Bali 12.884,8 2,5% 16.052,9 2,4% 28,7% 24,6%10. Sumatera Selatan/South Sumatera 10.441,3 2,0% 14.305,2 2,2% 40,0% 37,0%Total 10 Propinsi/Total 10 Propinsi/Total 10 Propinsi/Total 10 Propinsi/Total 10 Propinsi/Total of 10 ProvincesTotal of 10 ProvincesTotal of 10 ProvincesTotal of 10 ProvincesTotal of 10 Provinces 413.388,9413.388,9413.388,9413.388,9413.388,9 78,9%78,9%78,9%78,9%78,9% 512.334,1512.334,1512.334,1512.334,1512.334,1 77,9%77,9%77,9%77,9%77,9% 27,3%27,3%27,3%27,3%27,3% 23,9%23,9%23,9%23,9%23,9%Propinsi Lainnya/Propinsi Lainnya/Propinsi Lainnya/Propinsi Lainnya/Propinsi Lainnya/Other ProvincesOther ProvincesOther ProvincesOther ProvincesOther Provinces 110.785,6110.785,6110.785,6110.785,6110.785,6 145.346,3145.346,3145.346,3145.346,3145.346,3 34,2%34,2%34,2%34,2%34,2% 31,2%31,2%31,2%31,2%31,2%Total Kredit MKM Nasional/Total Kredit MKM Nasional/Total Kredit MKM Nasional/Total Kredit MKM Nasional/Total Kredit MKM Nasional/Total ofTotal ofTotal ofTotal ofTotal of National's MSM Credits National's MSM Credits National's MSM Credits National's MSM Credits National's MSM Credits 524.174,5524.174,5524.174,5524.174,5524.174,5 657.680,4657.680,4657.680,4657.680,4657.680,4 28,7%28,7%28,7%28,7%28,7% 25,5%25,5%25,5%25,5%25,5%
Tw IV/Qrt IV Pangsa/ Nop/Nov Pangsa/ Pertumbuhan/ Pertumbuhan/2007 Share 2008 Share Growth Growth
Nop 07 - Nop 08 Des 07 - Nop 08Baki Debet/Outstanding
Tabel III.3Ekspansi Kredit MKM Lokasi Proyek 10 Propinsi Terbesar (miliar rupiah)
1. DKI Jakarta/DKI Jakarta 6.645,5 12.730,0 15,4% 11.183,7 17.268,2 18,0% 12.073,6 2.120,4 22.530,3 16,9%2. Jawa Barat/West Java 1.789,3 12.158,2 14,7% 3.711,1 14.080,0 14,6% 6.490,1 1.220,1 19.770,7 14,8%3. Jawa Timur/East Java 1.183,5 9.397,2 11,3% 3.047,7 11.261,4 11,7% 4.182,0 647,1 13.091,2 9,8%4. Jawa Tengah/Central Java 911,8 7.889,1 9,5% 1.952,4 8.929,8 9,3% 3.355,0 460,2 11.214,0 8,4%5. Sumatra Utara/North Sumatra 803,5 4.608,7 5,6% 1.155,8 4.960,9 5,2% 2.545,8 472,4 8.206,0 6,1%6. Banten/Banten 527,8 4.292,7 5,2% 719,1 4.484,0 4,7% 2.926,4 984,0 7.466,8 5,6%7. Sulawesi Selatan/South Sulawesi 579,6 2.620,0 3,2% 741,5 2.782,0 2,9% 1.455,4 504,2 4.975,9 3,7%8. Riau/Riau 361,7 2.577,0 3,1% 486,7 2.702,1 2,8% 1.326,8 131,8 4.657,7 3,5%9. Sumatra Selatan/South Sumatra 117,9 1.848,0 2,2% 344,4 2.074,5 2,2% 1.330,5 186,1 3.864,3 2,9%10. Bali/Bali 372,7 1.670,1 2,0% 786,5 2.083,9 2,2% 1.065,0 273,5 3.168,1 2,4%Total 10 Propinsi/Total 10 Propinsi/Total 10 Propinsi/Total 10 Propinsi/Total 10 Propinsi/Total of 10 ProvincesTotal of 10 ProvincesTotal of 10 ProvincesTotal of 10 ProvincesTotal of 10 Provinces 13.293,313.293,313.293,313.293,313.293,3 59.791,059.791,059.791,059.791,059.791,0 56,8%56,8%56,8%56,8%56,8% 24.129,024.129,024.129,024.129,024.129,0 53.358,553.358,553.358,553.358,553.358,5 55,5%55,5%55,5%55,5%55,5% 36.750,536.750,536.750,536.750,536.750,5 6.999,86.999,86.999,86.999,86.999,8 98.945,098.945,098.945,098.945,098.945,0 74,1%74,1%74,1%74,1%74,1%Propinsi Lainnya/Propinsi Lainnya/Propinsi Lainnya/Propinsi Lainnya/Propinsi Lainnya/Other ProvincesOther ProvincesOther ProvincesOther ProvincesOther Provinces 3.274,33.274,33.274,33.274,33.274,3 23.073,223.073,223.073,223.073,223.073,2 27,8%27,8%27,8%27,8%27,8% 5.752,55.752,55.752,55.752,55.752,5 42.819,742.819,742.819,742.819,742.819,7 44,5%44,5%44,5%44,5%44,5% 10.705,110.705,110.705,110.705,110.705,1 2.999,52.999,52.999,52.999,52.999,5 34.560,934.560,934.560,934.560,934.560,9 25,9%25,9%25,9%25,9%25,9%Net Ekspansi Kredit MKM /Net Ekspansi Kredit MKM /Net Ekspansi Kredit MKM /Net Ekspansi Kredit MKM /Net Ekspansi Kredit MKM / Net Expansion of MSM CreditsNet Expansion of MSM CreditsNet Expansion of MSM CreditsNet Expansion of MSM CreditsNet Expansion of MSM Credits 16.567,516.567,516.567,516.567,516.567,5 82.864,282.864,282.864,282.864,282.864,2 84,6%84,6%84,6%84,6%84,6% 29.881,529.881,529.881,529.881,529.881,5 96.178,296.178,296.178,296.178,296.178,2 100,0%100,0%100,0%100,0%100,0% 47.455,747.455,747.455,747.455,747.455,7 9.999,39.999,39.999,39.999,39.999,3 133.505,9133.505,9133.505,9133.505,9133.505,9 100,0%100,0%100,0%100,0%100,0%
Okt+NopOkt+NopOkt+NopOkt+NopOkt+Nop Akumulasi/Akumulasi/Akumulasi/Akumulasi/Akumulasi/ Pangsa/Pangsa/Pangsa/Pangsa/Pangsa/ Tw IV/Tw IV/Tw IV/Tw IV/Tw IV/Qrt IVQrt IVQrt IVQrt IVQrt IV Akumulasi/Akumulasi/Akumulasi/Akumulasi/Akumulasi/ Pangsa/Pangsa/Pangsa/Pangsa/Pangsa/ Tw III/Tw III/Tw III/Tw III/Tw III/Qrt IIIQrt IIIQrt IIIQrt IIIQrt III Okt+NopOkt+NopOkt+NopOkt+NopOkt+Nop Akumulasi/Akumulasi/Akumulasi/Akumulasi/Akumulasi/ Pangsa/Pangsa/Pangsa/Pangsa/Pangsa/20072007200720072007 AccumulationAccumulationAccumulationAccumulationAccumulation ShareShareShareShareShare 20072007200720072007 AccumulationAccumulationAccumulationAccumulationAccumulation ShareShareShareShareShare 20082008200820082008 20082008200820082008 AccumulationAccumulationAccumulationAccumulationAccumulation ShareShareShareShareShare
Nop/Nov 2007Nop/Nov 2007Nop/Nov 2007Nop/Nov 2007Nop/Nov 2007 20072007200720072007 20082008200820082008Net Ekspansi/Net Ekspansi/Net Ekspansi/Net Ekspansi/Net Ekspansi/Net ExpansionNet ExpansionNet ExpansionNet ExpansionNet Expansion
triliun, turun dibandingkan dengan periode waktu yang sama tahun sebelumnya(Rp 6,6 triliun), namun secara akumulasi meningkat (Rp22,5 triliun, y-t-d))
dibandingkan tahun sebelumnya (Rp12,7 triliiun). Net ekspansi kredit UMKM di
Jakarta tersebut termasuk tertinggi dibandingkan di provinsi lainnya. Pendorongtingginya ekspansi kredit MKM di Jakarta antara lain adalah kinerja perbankan di
Jakarta yang relatif baik, intensnya program pembiayaan UMKM oleh pemerintah,
usaha kecil dan mikro, walaupun peningkatan kredit konsumsi tersebut di dalamnyasebagian memasukkan kredit konsumsi.
63
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Di sisi penggunaan, sebagian besar kredit MKM digunakan untuk konsumsi danDi sisi penggunaan, sebagian besar kredit MKM digunakan untuk konsumsi danDi sisi penggunaan, sebagian besar kredit MKM digunakan untuk konsumsi danDi sisi penggunaan, sebagian besar kredit MKM digunakan untuk konsumsi danDi sisi penggunaan, sebagian besar kredit MKM digunakan untuk konsumsi dan
modal kerja, sementara untuk investasi relatif rendah. modal kerja, sementara untuk investasi relatif rendah. modal kerja, sementara untuk investasi relatif rendah. modal kerja, sementara untuk investasi relatif rendah. modal kerja, sementara untuk investasi relatif rendah. Dengan menggunakan angka
MKM nasional, kredit MKM konsumsi memiliki porsi 51,8%, modal kerja 39,6%,dan investasi hanya 8,6% dari total outstanding Rp 657,7 triliun. Sementara itu,
di sisi sektoral tingginya kredit konsumsi tercermin pada tingginya outstandingMKM pada sektor lain-lain (52,3%) dan untuk modal kerja tercermin pada tingginyaoutstanding kredit di sektor perdagangan (25,1%).
Dengan menggunakan kinerja kredit MKM Nasional sebagai indikasi, kinerja MKMDengan menggunakan kinerja kredit MKM Nasional sebagai indikasi, kinerja MKMDengan menggunakan kinerja kredit MKM Nasional sebagai indikasi, kinerja MKMDengan menggunakan kinerja kredit MKM Nasional sebagai indikasi, kinerja MKMDengan menggunakan kinerja kredit MKM Nasional sebagai indikasi, kinerja MKM
cukup baikcukup baikcukup baikcukup baikcukup baik. Pada posisi November 2008 NPLsgross MKM 3,5%, relatif turun
dibandingkan dengan triwulan-triwulan sebelumnya. NPLs gross MKM tersebutmembaik seiring dengan membaiknya angka NPLs gross non MKM yang tercatat
3,2%. Faktor yang mempengaruhi angka NPLs di sektor MKM relatif rendah antara
lain adalah risiko di sektor ini relatif lebih terukur, MKM relatif lebih kuat dalammenghadapi shock dan komitmen dari pelaku MKM dalam pengembalian kredit
cukup tinggi.
F. PASAR KEUANGAN
Pertumbuhan pembiayaan yang berasal dari beberapa lembaga keuangan di luarPertumbuhan pembiayaan yang berasal dari beberapa lembaga keuangan di luarPertumbuhan pembiayaan yang berasal dari beberapa lembaga keuangan di luarPertumbuhan pembiayaan yang berasal dari beberapa lembaga keuangan di luarPertumbuhan pembiayaan yang berasal dari beberapa lembaga keuangan di luar
bank masih tinggi namun tidak sepesat perbankan (Grafik II.19 - 22). bank masih tinggi namun tidak sepesat perbankan (Grafik II.19 - 22). bank masih tinggi namun tidak sepesat perbankan (Grafik II.19 - 22). bank masih tinggi namun tidak sepesat perbankan (Grafik II.19 - 22). bank masih tinggi namun tidak sepesat perbankan (Grafik II.19 - 22). Pertumbuhanpembiayaan yang berasal dari lembaga keuangan non bank, kecuali kartu kredit,
trennya masih meningkat. Outstanding pembiayaan melalui leasing, sampai dengan
akhir Oktober 2008 mencapai Rp 48,5 triliun, pembiayaan konsumen mencapaiRp 85,6 triliun, sementara kartu kredit hanya sebesar Rp 1,2 triliun. Penurunan
kinerja terjadi di pasar modal, pembiayaan yang berasal dari Initial Public Offering(IPO) saham pada triwulan IV 2008 tercatat masih nihil.
Grafik III.19Grafik III.19Grafik III.19Grafik III.19Grafik III.19Perolehan Dana Pasar Modal
Grafik III.20Grafik III.20Grafik III.20Grafik III.20Grafik III.20Pembiayaan Konsumen Lembaga Keuangan
Non Bank
Rp Miliar
0
4.000
8.000
12.000
16.000
20.000
2007 20081 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
ObligasiSahamPasar Modal
Total Pembiayaan Cons. FinancingLeasing Credit Card (rhs)
Rp Triliun Rp Triliun
0
2040
60
80
100120
140
160
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10
00,20,40,60,811,21,41,61,82
64
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Penurunan kinerja di pasar modal terhitung cukup dalam.Penurunan kinerja di pasar modal terhitung cukup dalam.Penurunan kinerja di pasar modal terhitung cukup dalam.Penurunan kinerja di pasar modal terhitung cukup dalam.Penurunan kinerja di pasar modal terhitung cukup dalam. IHSG yang pada posisi
bulan Desember 2007 mencapai 2745,8 turun menjadi 1355,4 pada akhir bulanDesember 2008. Penurunan ini berdampak pada turunnya nilai kapitalisasi pasar
dari Rp 1.988,3 triliun menjadi Rp 1.076,5 triliun. Perlambatan kinerja pasar modal
dalam beberapa bulan terakhir tersebut dipengaruhi oleh perlambatan kinerjapasar keuangan dunia sebagai rentetan dari dampak gejolak di sektor keuangan
di Amerika. Hampir seluruh bursa regional mengalami tekanan sehingga indeksnyaterkoreksi.
Grafik III.21Grafik III.21Grafik III.21Grafik III.21Grafik III.21Pertumbuhan Pembiayaan Konsumen Lembaga
Keuangan Non Bank
Grafik III.22Grafik III.22Grafik III.22Grafik III.22Grafik III.22Kapitalisasi Pasar Modal
%, y-o-y
Sumber : CEIC
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10
g.Total Pembiayaan g.Leasingg.Credit Card g.Pemb. Kons.
Grafik III.23Grafik III.23Grafik III.23Grafik III.23Grafik III.23Indeks IHSG
%, y-o-yRp Triliun
0
500
1000
1500
2000
2500
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-60
-40
-200
2040
6080
100KapitalisasigKapitalisasi (rhs)
Indeks %, y-o-y
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
2006 2007 20082 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12 2 4 6 8 10 12
-80-60-40-20020406080100
Indeks IHSGg.Indeks IHSG (rhs)
65
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Perkembangan SistemPembayaran
BAB 4
Perkembangan kegiatan sistem pembayaran non tunai di wilayah DKIJakarta pada triwulan laporan relatif menurun, sedangkan untuk transaksitunai terjadi peningkatan outflow. Dibandingkan dengan triwulansebelumnya, transaksi pembayaran non tunai dengan menggunakansarana BI Real Time Gross Settlement (RTGS) dan kliring sedikit menurun.Faktor yang mempengaruhi diperkirakan adalah aktifitas perekonomianyang sedikit melambat karena jumlah hari libur yang cukup banyak ditriwulan laporan. Untuk kebutuhan uang tunai turun, sebagaimanatercermin pada penurunan arus net outflow menjadi Rp 36,17 miliarper hari. Sementara itu, pada triwulan laporan, temuan uang palsu relatifrendah. Rasio temuan uang palsu terhadap uang kartal yang beredar0,0000015%.
A. TRANSAKSI RTGS
Nilai transaksi dengan menggunakan sarana RTGS turun, namun volumenyaNilai transaksi dengan menggunakan sarana RTGS turun, namun volumenyaNilai transaksi dengan menggunakan sarana RTGS turun, namun volumenyaNilai transaksi dengan menggunakan sarana RTGS turun, namun volumenyaNilai transaksi dengan menggunakan sarana RTGS turun, namun volumenya
meningkatmeningkatmeningkatmeningkatmeningkat11111 (Tabel IV.1). (Tabel IV.1). (Tabel IV.1). (Tabel IV.1). (Tabel IV.1). Nilai transaksi RTGS dalam triwulan laporan mencapai Rp
65,49 triliun per hari dan dari sisi volume sebanyak 20.854 transaksi per hari.
Walaupun nilai transaksi dibandingkan triwulan sebelumnya turun, namun secaravolume transaksi yang menggunakan RTGS masih tinggi. Penggunaan RTGS masih
1 Penggunaan RTGS yang tinggi menunjukkan kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap alternatif sistem pembayarannon tunai ini. Dengan RTGS penyelesaian transaksi dapat dilakukan seketika dan resiko settlement-nya kecil. Faktor yang lainadalah adanya ketentuan yang mewajibkan bahwa transaksi non tunai dengan jumlah minimal tertentu wajib dilaksanakandengan menggunakan RTGS.
66
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
mendominasi pembayaran non tunai yang nilai nominalnya mencapai lebih dari
95% dari total nilai transaksi non tunai. Sumber tingginya volume maupun nilai
nominal transaksi antara lain berasal dari transaksi pengelolaan moneter, transaksiantar nasabah dan transaksi di pasar uang antar bank (PUAB). Berdasarkan data
yang terekam, proporsi penggunaan sistem RTGS paling banyak dilakukan oleh
nasabah bank.
Tabel IV. 1Transaksi RTGS Harian
RTGS (Rp Miliar) 77.568 93.101 95.038 97.597 106.742 83.953 82.046 65.490Dari Jakarta 42.669 51.755 53.560 54.358 59.795 47.093 47.594 39.080
ke Jakarta(f-t) 17.399 20.803 21.123 21.472 23.358 18.120 17.434 13.637 ke Luar Jakarta(f) 25.270 30.952 32.437 32.886 36.437 28.973 30.160 25.443
Ke Jakarta 34.899 41.346 41.478 43.239 46.947 36.860 34.452 26.409dari Luar Jakarta(t) 34.899 41.346 41.478 43.239 46.947 36.860 34.452 26.409
RTGS (Volume) 18.251 20.412 21.278 23.696 25.170 22.797 20.761 20.854Dari Jakarta 9.180 10.259 10.635 11.963 12.180 11.071 11.678 11.914
ke Jakarta(f-t) 3.299 3.676 3.742 4.115 4.155 3.656 3.667 3.708ke Luar Jakarta(f) 5.881 6.582 6.893 7.848 8.025 7.414 8.011 8.206
Ke Jakarta 9.072 10.153 10.643 11.733 12.990 11.727 9.083 8.940dari Luar Jakarta(t) 9.072 10.153 10.643 11.733 12.990 11.727 9.083 8.940
2 0 0 82 0 0 7Q1 Q2 Q3 Q4
Grafik IV. 1Grafik IV. 1Grafik IV. 1Grafik IV. 1Grafik IV. 1Transaksi Nilai RTGS Harian
Q1 Q2 Q3 Q4
Grafik IV. 2Grafik IV. 2Grafik IV. 2Grafik IV. 2Grafik IV. 2Transaksi Volume RTGS Harian
Rp triliun %, q-t-q
2006 2007 2008Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
40
5060
70
80
90100
110120
-25-20-15-10-50510152025
g.RTGS nilai (rhs)Nilai RTGS
Ribuan transaksi %, q-t-q
2006 2007 2008Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
-
5
10
15
20
25
30
-25-20-15-10-50510152025
g.RTGS Volume (rhs)RTGS (Volume)
B. TRANSAKSI KLIRING
Penyelesaian rata-rata harian transaksi melalui kliring di Jakarta pada triwulan IVPenyelesaian rata-rata harian transaksi melalui kliring di Jakarta pada triwulan IVPenyelesaian rata-rata harian transaksi melalui kliring di Jakarta pada triwulan IVPenyelesaian rata-rata harian transaksi melalui kliring di Jakarta pada triwulan IVPenyelesaian rata-rata harian transaksi melalui kliring di Jakarta pada triwulan IV
2008 sedikit menurun (Tabel IV.2). 2008 sedikit menurun (Tabel IV.2). 2008 sedikit menurun (Tabel IV.2). 2008 sedikit menurun (Tabel IV.2). 2008 sedikit menurun (Tabel IV.2). Rata-rata harian nilai nominal transaksi kliring
di triwulan laporan Rp 3,51 triliun, sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya (Rp 3,65 triliun). Disisi lain, rata-rata harian jumlah warkat kliring
67
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
213.995 warkat, turun dibandingkan triwulan sebelumnya 225.148 warkat. Faktor
yang mempengaruhi penurunan nilai maupun jumlah warkat transaksi tersebut
antara lain adalah penurunan aktifitas ekonomi di trriwulan laporan yang antarasejalan dengan jumlah hari libur yang cukup panjang. Namun demikian, ke depan
seiring dengan semakin luasnya wilayah yang terhubung dengan sistem kliring
nasional2 dan juga karena diberlakukannya daftar hitam nasional dan upaya BankIndonesia untuk mendorong masyarakat lebih banyak melakukan transaksi non
tunai (less cash society/LCS), maka transaksi non tunai melalui kliring dipastikan
meningkat. Coverage Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) pada saat inisudah mencakup lebih dari 95% nilai transaksi kliring per hari.
Tabel IV. 2Rata-rata Harian Transaksi Kliring
Nominal(jutaan rupiah)Triwulan Volume
2006 1 149.564 2.235.1692 177.479 1.953.7183 176.950 2.586.2904 188.975 2.780.473
2007 1 158.162 2.105.1102 189.459 2.759.0943 196.663 2.998.2944 198.518 3.094.510
2008 1 198.919 3.173.5722 217.356 3.498.5433 225.148 3.647.6374 213.995 3.510.452
Grafik IV. 3Grafik IV. 3Grafik IV. 3Grafik IV. 3Grafik IV. 3Transaksi Nilai Kliring Harian
Grafik IV. 4Grafik IV. 4Grafik IV. 4Grafik IV. 4Grafik IV. 4Transaksi Volume Kliring Harian
Miliar rupiah %,q-t-q
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
2006 2007 20082 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40g.Nilai (rhs) Nilai Kliring Harian
Ribuan transaksi %,q-t-q
-
50
100
150
200
250
(20)(15)(10)(5)-510152025
2006 2007 20082 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
g.Volume (rhs)Volume Kliring Harian
2 Coverage SKNBI pada saat ini sudah mencakup lebih dari 95% nilai transaksi kliring per hari.
68
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Sementara itu, dari sisi kualitas kliring di Jakarta, pada triwulan IV 2008 relatif baikSementara itu, dari sisi kualitas kliring di Jakarta, pada triwulan IV 2008 relatif baikSementara itu, dari sisi kualitas kliring di Jakarta, pada triwulan IV 2008 relatif baikSementara itu, dari sisi kualitas kliring di Jakarta, pada triwulan IV 2008 relatif baikSementara itu, dari sisi kualitas kliring di Jakarta, pada triwulan IV 2008 relatif baik
(Tabel IV. 3). (Tabel IV. 3). (Tabel IV. 3). (Tabel IV. 3). (Tabel IV. 3). Persentase rata-rata harian tolakan kliring terhadap total rata-rata
harian kliring, baik dari sisi jumlah warkat maupun nilai transaksi relatif rendah.Persentase rata-rata harian nilai nominal dan volume cek dan BG yang ditolak
masing-masing adalah 0,58% dan 0,32%, relatif hampir sama dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Terkait dengan upaya untuk meningkatkan kualitaskliring, Bank Indonesia memberlakukan penerbitan daftar hitam nasional penarik
cek dan atau bilyet giro kosong. Latar belakang dari dikeluarkannya ketentuan ini
adalah mengingat bahwa penggunaan instrumen cek dan atau bilyet giro sebagaialat pembayaran di Indonesia masih diminati, namun di sisi lain masih terdapat
praktik penarikan cek dan atau bilyet giro kosong yang dapat mempengaruhi
kepercayaan masyarakat. Sementara itu penerapan sanksi daftar hitam penarikcek dan atau bilyet giro kosong serta pemberlakuannya cakupan wilayah kliring
lokal belum cukup efektif menurunkan tingkat pencairan cek dan atau bilyet giro
kosong sehingga perlu diterapkan prinsip self assesment agar penatausahaan daftarhitam dapat dilakukan dengan lebih akurat. Oleh karena itu, dalam rangka
melindungi dan menjaga kepercayaan masyarakat atas penarikan cek dan/atau
bilyet kosong, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No 8/29/PBI/2006 tentang daftar hitam nasional penarik cek dan/atau bilyet giro kosong
yang berlaku efektif per 1 Juli 2007.
Tabel IV. 3Rata-rata Harian Penarikan Cek/BG Kosong
2006 1 11.818 585 2.235.169 149.564 0,53 0,39
2 14.772 658 1.953.718 177.479 0,76 0,37
3 13.232 657 2.586.290 176.950 0,51 0,37
4 15.126 722 2.780.473 188.975 0,54 0,38
2007 1 14.193 642 2.105.110 158.162 0,67 0,41
2 12.368 605 2.759.094 189.459 0,45 0,32
3 14.479 480 2.998.294 196.663 0,48 0,24
4 12.926 537 3.094.510 198.518 0,42 0,27
2008 1 14.943 514 3.173.572 198.919 0,47 0,26
2 15.424 513 3.498.543 217.356 0,44 0,24
3 20.185 587 3.647.637 225.148 0,55 0,26
4 20.233 677 3.510.452 213.995 0,58 0,32
Penarikan Cek/BG Kosong Kliring Total Persentase
Nominal Volume Nominal Volume Nominal Volume(juta Rupiah) (lembar) (juta Rupiah) (lembar) (%) (%)
Triwulan
69
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Ke depan, Bank Indonesia bersama dengan perbankan menghendaki meningkatnyaKe depan, Bank Indonesia bersama dengan perbankan menghendaki meningkatnyaKe depan, Bank Indonesia bersama dengan perbankan menghendaki meningkatnyaKe depan, Bank Indonesia bersama dengan perbankan menghendaki meningkatnyaKe depan, Bank Indonesia bersama dengan perbankan menghendaki meningkatnya
penggunaan transaksi non tunai dan selalu mendorong masyarakat untuk lebihpenggunaan transaksi non tunai dan selalu mendorong masyarakat untuk lebihpenggunaan transaksi non tunai dan selalu mendorong masyarakat untuk lebihpenggunaan transaksi non tunai dan selalu mendorong masyarakat untuk lebihpenggunaan transaksi non tunai dan selalu mendorong masyarakat untuk lebih
banyak melakukan transaksi non tunai (banyak melakukan transaksi non tunai (banyak melakukan transaksi non tunai (banyak melakukan transaksi non tunai (banyak melakukan transaksi non tunai (less cash society/LCSless cash society/LCSless cash society/LCSless cash society/LCSless cash society/LCS) yang lebih efisien) yang lebih efisien) yang lebih efisien) yang lebih efisien) yang lebih efisien
dan aman.dan aman.dan aman.dan aman.dan aman. Peningkatan penggunaan transaksi non tunai dapat juga dijadikan
sebagai cerminan kemajuan suatu daerah ataupun negara, terutama dalam hal
menilai efisiensi dan intensitas aktifitas perekonomian. Sementara itu, dari sisiBank Indonesia, dengan meningkatnya penggunaan transaksi non tunai, maka
biaya pencetakan uang dan biaya logistik pengedaran uang dapat ditekan.
C. TRANSAKSI TUNAI
Perkembangan transaksi tunai antara perbankan dan Bank Indonesia terutamaPerkembangan transaksi tunai antara perbankan dan Bank Indonesia terutamaPerkembangan transaksi tunai antara perbankan dan Bank Indonesia terutamaPerkembangan transaksi tunai antara perbankan dan Bank Indonesia terutamaPerkembangan transaksi tunai antara perbankan dan Bank Indonesia terutama
transaksi transaksi transaksi transaksi transaksi inflowinflowinflowinflowinflow pada triwulan laporan meningkat dibandingkan dengan triwulan pada triwulan laporan meningkat dibandingkan dengan triwulan pada triwulan laporan meningkat dibandingkan dengan triwulan pada triwulan laporan meningkat dibandingkan dengan triwulan pada triwulan laporan meningkat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya.sebelumnya.sebelumnya.sebelumnya.sebelumnya. Dari sisi inflow, setoran yang dilakukan bank meningkat antara lainbersember dari meningkatnya jumlah uang tidak layak edar yang disetorkan ke
Bank Indonesia, sejalan dengan kembalinya sebagian uang ke Bank Indonesia
setelah pada triwulan lalu terjadi aliran outflow yang tinggi. Dari sisi outflow,terpantau sedikit menurun mendekati pola normal musiman. Permintaan uang
tunai melambat sejalan dengan berakhirnya perayaan hari besar keagamaanterbesar, Idul Fitri 2008.
Dengan perkembangan di atas Dengan perkembangan di atas Dengan perkembangan di atas Dengan perkembangan di atas Dengan perkembangan di atas net outflow net outflow net outflow net outflow net outflow di triwulan laporan relatif menurun.di triwulan laporan relatif menurun.di triwulan laporan relatif menurun.di triwulan laporan relatif menurun.di triwulan laporan relatif menurun.
Rata-rata harian uang yang masuk ke Bank Indonesia pada triwulan IV 2008 sebesar
Rp 224,82 miliar, dan pada saat yang bersamaan rata-rata harian uang yang keluarsebesar Rp 260,98 miliar, sehingga secara harian rata-rata terjadi net outflowsebesar Rp 36,17 miliar.
Grafik IV. 5Grafik IV. 5Grafik IV. 5Grafik IV. 5Grafik IV. 5Rata-rata Harian Arus Uang Tunai BI Jakarta
Grafik IV. 6Grafik IV. 6Grafik IV. 6Grafik IV. 6Grafik IV. 6Net Arus Uang Tunai BI Jakarta
Rp Milliar/hari
050
100150200250300350400450500
2006 2007 20081 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
OutflowInflow
Rp Milliar/hari
Net Inflow
2006 2007 20081 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
(300)
(250)
(200)
(150)
(100)
(50)
-
50
70
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Sementara itu, temuan uang palsu relatif rendah sebagaimana tercermin padaSementara itu, temuan uang palsu relatif rendah sebagaimana tercermin padaSementara itu, temuan uang palsu relatif rendah sebagaimana tercermin padaSementara itu, temuan uang palsu relatif rendah sebagaimana tercermin padaSementara itu, temuan uang palsu relatif rendah sebagaimana tercermin pada
rendahnya rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas yang diedarkanrendahnya rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas yang diedarkanrendahnya rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas yang diedarkanrendahnya rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas yang diedarkanrendahnya rasio temuan uang palsu terhadap uang kertas yang diedarkan. Rata-
rata rasio temuan uang palsu terhadap uang yang diedarkan selama triwulan IV2008 (s.d. November 2008) relatif rendah sebanyak 0,0000015, relatif sama
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (0,0000018). Di Kantor Pusat Bank
Indonesia, rata-rata temuan uang palsu selama triwulan IV 2008 mencapai 31,18%dari total temuan uang palsu nasional, sedikit naik dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya (29,61%). Sedangkan, dilihat per Kantor Koordinator Bank Indonesia,
temuan uang palsu yang cukup besar adalah di Kantor Koordinator Bank IndonesiaSemarang dan Surabaya.
Grafik IV. 7 Grafik IV. 7 Grafik IV. 7 Grafik IV. 7 Grafik IV. 7 Rasio Temuan Uang Palsu TerhadapUang Diedarkan
Grafik IV. 8 Grafik IV. 8 Grafik IV. 8 Grafik IV. 8 Grafik IV. 8 Persentasi Uang Palsu di DKIterhadap Total Uang Palsu
Lembar
* s.d. November 2008
2006 2007 20081 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4*
Rasio Uang Palsu ThdUang Diedarkan
0,0000000
0,0000010
0,00000200,0000030
0,0000040
0,0000050
0,0000060
0,0000070
0,0000080
* s.d. November 2008
%
2006 2007 20081 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4*
0
20
40
60
80
100
Di Luar KPBIKPBI
71
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Kesejahteraan Masyarakat
BAB 5
A. KETENAGAKERJAAN
Berdasarkan data Agustus 2008, jumlah angkatan kerja dan jumlah orang yangBerdasarkan data Agustus 2008, jumlah angkatan kerja dan jumlah orang yangBerdasarkan data Agustus 2008, jumlah angkatan kerja dan jumlah orang yangBerdasarkan data Agustus 2008, jumlah angkatan kerja dan jumlah orang yangBerdasarkan data Agustus 2008, jumlah angkatan kerja dan jumlah orang yang
bekerja di DKI Jakarta meningkat yang disertai dengan penurunan tingkatbekerja di DKI Jakarta meningkat yang disertai dengan penurunan tingkatbekerja di DKI Jakarta meningkat yang disertai dengan penurunan tingkatbekerja di DKI Jakarta meningkat yang disertai dengan penurunan tingkatbekerja di DKI Jakarta meningkat yang disertai dengan penurunan tingkat
pengangguran terbuka (Grafik V.1). pengangguran terbuka (Grafik V.1). pengangguran terbuka (Grafik V.1). pengangguran terbuka (Grafik V.1). pengangguran terbuka (Grafik V.1). Pada posisi Agustus 2008 jumlah angkatan
kerja di DKI Jakarta mencapai 4,77 juta jiwa, meningkat dibandingkan dengan
Beberapa indikator kesejahteraan di DKI Jakarta sampai dengan triwulanIV 2008 perbaikannya belum optimal, walaupun disisi lain ekonominyatumbuh tinggi. Indikator kesejahteraan tersebut antara lain adalahketenagakerjaan, angka kemiskinan, upah/gaji, angka indekskesengsaraan (misery indeks) dan kualitas hidup sebagaimana tercerminpada indeks pembangunan manusia (IPM). Meskipun angkapengangguran di DKI menurun, dari 12,57% pada tahun 2007 menjadi12,16% pada tahun 2008 namun masih lebih tinggi dibandingkan dengantingkat pengangguran nasional (8,39%). Persentase tingkat kemiskinansedikit mengalami perbaikan, yaitu turun dari 4,6% menjadi 4,3%.Kualitas pertumbuhan ekonomi yang belum optimal diduga menjadisalah satu faktor yang mempengaruhi masih relatif rendahnya perbaikankedua indikator kesejahteraan dimaksud. Pertumbuhan lebih didukungoleh pertumbuhan konsumsi, dan disisi lain sektor yang tumbuh tinggiadalah sektor yang padat modal. Kesenjangan pendapatan sebagaimanatercermin pada peningkatan angka gini rasio walaupun tergolong rendahnamun memburuk dari 0,269 pada tahun 2005 menjadi 0,336 pada2007 (Maret). Demikian pula indikator-indikator kesejahteraan lain,seperti indeks kesengsaraan, walaupun angkanya menurun.
72
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
kondisi Agustus 2007 (4,40 juta jiwa). Penyerapan tenaga kerja meningkat cukup
tinggi, dari 3,84 juta jiwa menjadi 4,19 juta jiwa. Kombinasi perkembangan dua
hal yang positif ini menyebabkan tingkat pengangguran terbuka turun, dari 12,57%pada posisi Agustus 2007 menjadi 12,16% pada posisi Agustus 2008.
Grafik V.1Grafik V.1Grafik V.1Grafik V.1Grafik V.1Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja
Grafik V.2Grafik V.2Grafik V.2Grafik V.2Grafik V.2Angka Pengangguran Terbuka
Sementara itu, walaupun angka persentase pengangguran di Jakarta turun, namunSementara itu, walaupun angka persentase pengangguran di Jakarta turun, namunSementara itu, walaupun angka persentase pengangguran di Jakarta turun, namunSementara itu, walaupun angka persentase pengangguran di Jakarta turun, namunSementara itu, walaupun angka persentase pengangguran di Jakarta turun, namun
demikian masih lebih tinggi dibandingkan persentase angka penganggurandemikian masih lebih tinggi dibandingkan persentase angka penganggurandemikian masih lebih tinggi dibandingkan persentase angka penganggurandemikian masih lebih tinggi dibandingkan persentase angka penganggurandemikian masih lebih tinggi dibandingkan persentase angka pengangguran
nasional (8,39%) (Grafik V.2). nasional (8,39%) (Grafik V.2). nasional (8,39%) (Grafik V.2). nasional (8,39%) (Grafik V.2). nasional (8,39%) (Grafik V.2). Tingginya tingkat pengangguran di Jakarta antara
lain disebabkan oleh : (1). Karakteristik perekonomian di Jakarta yang didominasi
oleh sektor-sektor ekonomi yang padat modal dan teknologi sehingga penyerapantenaga kerjanya terbatas, (2). Dugaan bahwa meskipun sebagian dari masyarakat
Jakarta tidak memiliki pekerjaan, namun demikian sebagian dari masyarakat
tersebut memiliki dan mengelola asset yang mampu menghasilkan uang, dansebagian yang lain memperoleh subsidi dari anggota keluarga yang lain
(dependensi), (3). Ketersediaan lapangan kerja formal tumbuh terbatas padahal
rata-rata struktur tenaga kerja 70%-nya merupakan tenaga kerja formal, (4).Tingginya migrasi dan urbanisasi dari daerah lain.
Pada triwulan-triwulan mendatang perkembangan ketenaga-kerjaan di JakartaPada triwulan-triwulan mendatang perkembangan ketenaga-kerjaan di JakartaPada triwulan-triwulan mendatang perkembangan ketenaga-kerjaan di JakartaPada triwulan-triwulan mendatang perkembangan ketenaga-kerjaan di JakartaPada triwulan-triwulan mendatang perkembangan ketenaga-kerjaan di Jakarta
diperkirakan akan menghadapi tantangan yang lebih beratdiperkirakan akan menghadapi tantangan yang lebih beratdiperkirakan akan menghadapi tantangan yang lebih beratdiperkirakan akan menghadapi tantangan yang lebih beratdiperkirakan akan menghadapi tantangan yang lebih berat. Faktor yang
mempengaruhinya antara lain adalah : perkiraan pertumbuhan ekonomi yangmelambat sebagai dampak krisis ekonomi global, sektor ekonomi yang tumbuh
Ribuan orang Ribuan orang
400420440460480500520540560580600
Agust Agust Agust
Angkatan KerjaBekerjaPengangguran (rhs)
2006 2007 2008
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
DKI Jakarta
%
2006 2007 2008
Sumber : BPS (Posisi Agustus)
3
5
7
9
11
13
15
SumateraJawaBali dan NTKallimantanSulawesiPapuaNasional
12,168,009,194,366,767,905,188,39
12,612,610,45,57,99,98,79,1
14,311,810,66,48,3
10,78,6
10,3
73
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
tinggi terutama adalah sektor-sektor yang padat modal, dan pertumbuhan sertamigrasi penduduk.
B. UPAH
Upah yang diterima tenaga kerja pada di awal tahun umumnya meningkat, namunUpah yang diterima tenaga kerja pada di awal tahun umumnya meningkat, namunUpah yang diterima tenaga kerja pada di awal tahun umumnya meningkat, namunUpah yang diterima tenaga kerja pada di awal tahun umumnya meningkat, namunUpah yang diterima tenaga kerja pada di awal tahun umumnya meningkat, namun
demikian peningkatan upah terutama lebih dirasakan oleh pekerja pada leveldemikian peningkatan upah terutama lebih dirasakan oleh pekerja pada leveldemikian peningkatan upah terutama lebih dirasakan oleh pekerja pada leveldemikian peningkatan upah terutama lebih dirasakan oleh pekerja pada leveldemikian peningkatan upah terutama lebih dirasakan oleh pekerja pada level
menengah ke atas karena menengah ke atas karena menengah ke atas karena menengah ke atas karena menengah ke atas karena base salarybase salarybase salarybase salarybase salary-nya relatif sudah tinggi.-nya relatif sudah tinggi.-nya relatif sudah tinggi.-nya relatif sudah tinggi.-nya relatif sudah tinggi. Survei HumanResources Development Club (HRD Club) menunjukkan bahwa kenaikan gaji
manajerial di sektor formal pada berbagai level jabatan mendekati angka 15%.
Sementara itu, untuk golongan masyarakat berpenghasilan relatif subsisten kenaikanpendapatannya relatif kurang dapat secara signifikan mendorong peningkatan
konsumsi terlebih jika harga bahan makanan melonjak tinggi. Hal ini tercermin
pada struktur pengeluaran masyarakat miskin yang dominan untuk makanan.Kondisi ini menyebabkan peningkatan pendapatan pada berbagai level pekerjaan
kurang memberikan dampak pada pengurangan disparitas pendapatan,
sebagaimana tercermin pada angka gini ratio 2007 (0,336) yang meningkatdibandingkan tahun 2005 (0,269). Ke depan, disamping upaya menjaga kestabilan
harga dioptimalkan, kebijakan pengupahan ada baiknya lebih diarahkan pada upaya
untuk dapat mengerem disparitas yang semakin membesar. Kebijakan tersebutantara lain dapat dilakukan melalui pengaturan peningkatan gaji yang lebih rendah
untuk level yang lebih tinggi namun di sisi lain kenaikan upah pada low level dapat
lebih tinggi namun tetap dalam batas-batas normal dan mampu meredam
Grafik V. 3Grafik V. 3Grafik V. 3Grafik V. 3Grafik V. 3Angka Gini Ratio
Tabel V. 1 Jumlah Tenaga KerjaBerdasarkan Pendidikan di Jakarta
Share (%)Lapangan
Tidak Sekolah 0,1 0,1Tidak Tamat SD 2,8 2,4SD 14,3 14,8SLP 17,8 16,4SLA 53,6 54,1Diploma 5,3 5,6Universitas 6,1 6,5
Total 100,0 100,0
2005 2006
Sumber : BPSSumber : BPS
Gini Ratio
DKI Jakarta 0,27 0,34
Jawa Timur 0,36 0,34
Jawa Barat 0,34 0,34
Banten 0,36 0,37
INDONESIA 0,36 0,36
2005 20070,00
0,050,10
0,15
0,20
0,250,30
0,35
0,40
74
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
ekspektasi terhadap inflasi. Ekspose lebih dititikberatkan pada peningkatan gaji
yang lebih rendah yang akan dapat mempengaruhi ekspektasi lebih positif.
C. KEMISKINAN1
Persentase penduduk miskin di Jakarta menurun, dan lebih rendah dibandingkanPersentase penduduk miskin di Jakarta menurun, dan lebih rendah dibandingkanPersentase penduduk miskin di Jakarta menurun, dan lebih rendah dibandingkanPersentase penduduk miskin di Jakarta menurun, dan lebih rendah dibandingkanPersentase penduduk miskin di Jakarta menurun, dan lebih rendah dibandingkan
dengan presentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.). dengan presentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.). dengan presentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.). dengan presentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.). dengan presentase jumlah penduduk miskin nasional (Grafik V. 3.). Berdasarkandata Badan Pusat Statistik Jakarta, pada tahun 2008 persentase penduduk miskin
di DKI Jakarta hanya 4,3% dari total jumlah penduduk DKI Jakarta. Persentase
penduduk miskin tersebut turun setelah sempat meningkat pada tahun 2007(4,6%). Penurunan ini searah dengan penurunan jumlah penduduk miskin nasional
yang turun dari 37,2 juta jiwa (16,6%) pada tahun 2007 menjadi 34,9 juta jiwa
(15,4%) pada tahun 2008. Faktor utama yang menyebabkan tingkat kemiskinanmenurun adalah perekonomian yang membaik. Selain itu juga dipengaruhi oleh
upaya pemerintah untuk mengurangi kemiskinan (pro poor) melalui pelaksanaan
program-program yang terkait dengan jaring pengaman sosial, seperti pemberianberas rakyat miskin (raskin), Bantuan Langsung Tunai (BLT) penyaluran kredit yang
diarahkan pada usaha kecil (KUR), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat(PNPM) Mandiri dan lain-lain.
Upaya lain untuk menjaga agar kemiskinan tidak melonjak adalah pentingnyaUpaya lain untuk menjaga agar kemiskinan tidak melonjak adalah pentingnyaUpaya lain untuk menjaga agar kemiskinan tidak melonjak adalah pentingnyaUpaya lain untuk menjaga agar kemiskinan tidak melonjak adalah pentingnyaUpaya lain untuk menjaga agar kemiskinan tidak melonjak adalah pentingnya
awareness semua pihak untuk menjaga level harga makanan. awareness semua pihak untuk menjaga level harga makanan. awareness semua pihak untuk menjaga level harga makanan. awareness semua pihak untuk menjaga level harga makanan. awareness semua pihak untuk menjaga level harga makanan. Dilihat dari struktur
pengeluarannya, porsi pengeluaran masyarakat miskin untuk makan lebih besar
1 Data yang digunakan adalah data BPS. Sementara itu berdasarkan data dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, jumlah kemiskinanmencapai 70 ribu keluarga atau 640 ribu jiwa. Meningkat dari tahun sebelumnya 560 ribu jiwa. Jumlah penduduk miskinterbanyak bermukim di Jakarta Utara dan Jakarta Timur.
Tabel V. 3Strata Pengeluaran
Pengeluaranuntuk makan (%)
Golongan
Termiskin (1) 56 442 53 473 51 494 49 515 48 526 46 547 45 558 43 579 38 62
Terkaya (10) 25 75
Sumber : Susenas BPS Jakarta, 2004 diolah
Pengeluaran untuknon makan (%)
Tabel V. 2Pengeluaran Penduduk Miskin
Kota (%) Desa(%)Keterangan
Kebutuhan dasar MakananKebutuhan dasar MakananKebutuhan dasar MakananKebutuhan dasar MakananKebutuhan dasar MakananBeras 15,5 22,0Telur, Daging & Susu 4,44 3,36Kebutuhan lainnya 49 46,35
Kebutuhan dasar bukan MakananKebutuhan dasar bukan MakananKebutuhan dasar bukan MakananKebutuhan dasar bukan MakananKebutuhan dasar bukan MakananPerumahan 7,37 8,05Listrik 4,06 2,35Pendidikan 1,73 1,02Transportasi 2,58 1,58Kebutuhan lainnya 15,32 15,29
TotalTotalTotalTotalTotal 100100100100100 100100100100100
Sumber :BPS, diolah
75
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Grafik V.4Grafik V.4Grafik V.4Grafik V.4Grafik V.4Angka Penduduk Miskin
dibandingkan masyarakat kaya. Mayarakat paling miskin bahkan separuh
pendapatannya hanya untuk makanan. Oleh karena menjaga agar inflasi rendah,
khususnya harga pada kelombok bahan dan makanan jadi penting untuk tetapdapat mempertahankan daya beli masyarakat miskin.
D. INDEKS KESENGSARAAN
Dipengaruhi oleh tingkat inflasi yang masih cukup tinggi angka indeksDipengaruhi oleh tingkat inflasi yang masih cukup tinggi angka indeksDipengaruhi oleh tingkat inflasi yang masih cukup tinggi angka indeksDipengaruhi oleh tingkat inflasi yang masih cukup tinggi angka indeksDipengaruhi oleh tingkat inflasi yang masih cukup tinggi angka indeks
kesengsaraan di Jakarta masih cukup tinggi (Grafik V.5)kesengsaraan di Jakarta masih cukup tinggi (Grafik V.5)kesengsaraan di Jakarta masih cukup tinggi (Grafik V.5)kesengsaraan di Jakarta masih cukup tinggi (Grafik V.5)kesengsaraan di Jakarta masih cukup tinggi (Grafik V.5). Indeks kesengsaraan
yang dihitung dengan cara menjumlahkan persentase tingkat pengangguranterbuka dengan tingkat inflasi pertama kali dikenalkan oleh Arthur Okun. Indeks
ini mengasumsikan bahwa tingkat pengangguran yang tinggi dan tingkat inflasi
yang memburuk akan menciptakan biaya sosial dan ekonomi suatu negara.Berdasarkan indikator indeks kesengsaraan, kondisi kesejahteraan masyarakat
pada triwulan IV 2008 diperkirakan sedikit meningkat sejalan dengan laju inflasi
yang cukup menurun.
E. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
Angka indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia menunjukkan perbaikan,Angka indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia menunjukkan perbaikan,Angka indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia menunjukkan perbaikan,Angka indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia menunjukkan perbaikan,Angka indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia menunjukkan perbaikan,
walaupun belum terlalu signifikan. walaupun belum terlalu signifikan. walaupun belum terlalu signifikan. walaupun belum terlalu signifikan. walaupun belum terlalu signifikan. IPM merupakan gabungan dari nilai yangmenunjukkan tingkat kemiskinan, kemampuan baca tulis, pendidikan, harapan
hidup, dan faktor-faktor lainnya di sebuah negara atau wilayah administratif
Grafik V.5Grafik V.5Grafik V.5Grafik V.5Grafik V.5Indeks Kesengsaraan
%
0
5
10
15
20
25
30
35
3,6 4,6 4,38,9 9,1 8,214,2 15,9 13,616,4 15,7 14,420,3 19,7 18,510,7 10,1 8,919,3 19,3 17,621,6 30,8 28,316,7 16,6 15,4
2005 2007 2008DKI JakartaBantenJawaSumateraBali dan NTKallimantanSulawesiMaluku/PapuaNasional
Sumber : BPS, diolah
-
5
10
15
20
25
30
2006 2007 2008
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Jakarta Nasional
76
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
tertentu2 (Grafik V. 5 √ 6). Terdapat tiga kriteria IPM, yaitu IPM tinggi dengan
angka indeks di atas 0,800, IPM sedang dengan batas angka IPM 0,500 √ 0,799,
dan IPM rendah dengan nilai di bawah 0,500. Angka IPM Indonesia dankebanyakan provinsi di Indonesia pada saat ini masuk dalam kategori IPM sedang.
Sementara itu berdasarkan release terakhir dari UNDP, IPM Indonesia pada tahun
2007 adalah 0,728 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya 0,711.Peringkat IPM Indonesia pada rangking 107 dari 177 negara, namun demikian
ranking Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga, yaitu
Malaysia berada diperingkat 63, Thailand 78 dan Singapore 25. Indeks ini dapatdigunakan untuk membandingkan human development antara satu negara dengan
negara lainnya ataupun membandingkan human development antara satu provinsi
ataupun kota dengan provinsi ataupun lain di dalam satu wilayah negara.
Grafik V.6Grafik V.6Grafik V.6Grafik V.6Grafik V.6IPM Provinsi DKI Jakarta
Sumber : BPS
1999 2002 2004 2005 2006*60
64
68
72
76
80
Provinsi DKI Jakarta, IPM-nya menunjukkan adanya perbaikan, walaupun masihProvinsi DKI Jakarta, IPM-nya menunjukkan adanya perbaikan, walaupun masihProvinsi DKI Jakarta, IPM-nya menunjukkan adanya perbaikan, walaupun masihProvinsi DKI Jakarta, IPM-nya menunjukkan adanya perbaikan, walaupun masihProvinsi DKI Jakarta, IPM-nya menunjukkan adanya perbaikan, walaupun masih
tetap dalam kategori sedangtetap dalam kategori sedangtetap dalam kategori sedangtetap dalam kategori sedangtetap dalam kategori sedang. Data terakhir menunjukkan bahwa IPM Provinsi
Jakarta lebih baik dibandingkan dengan IPM Provinsi Banten dan juga IPM Provinsi
lain di Indonesia. IPM Provinsi DKI Jakarta meningkat tipis dari 0,761 pada tahun2005 menjadi 0,762 pada tahun 2006. Dengan memperhatikan perkembangan
angka harapan hidup, indeks pendidikan dan indeks daya beli, maka pada tahun
2008, IPM DKI Jakarta diperkirakan membaik. Hal ini searah dengan perekonomianyang bertumbuh dan meningkatnya alokasi belanja untuk jaring pengaman sosial
mengalami perbaikan, walaupun peningkatannya terkait dengan kapasitas yang
ada masih terbatas.
2 Indeks ini dikembangkan pada tahun 1990 oleh ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, dan telah digunakan sejak tahun 1993oleh UNDP pada laporan tahunannya. Nilai IPM menunjukkan pencapaian rata-rata pada sebuah negara dalam tiga dimensidasar pembangunan manusia, yakni: 1. Usia yang panjang dan sehat, yang diukur dengan angka harapan hidup, 2. Pendidikan,yang diukur dengan dengan tingkat baca tulis dengan pembobotan dua per tiga; serta angka partisipasi kasar denganpembobotan satu per tiga, 3. Standar hidup yang layak, yang diukur dengan produk domestik bruto (PDB) per kapita padaparitas daya beli dalam mata uang Dollar AS.
Triwulan IV-2008 |
| Kajian Ekonomi Regional Jakarta 77
BAB 6
Keuangan Daerah
Angka realisasi APBD DKI Jakarta sampai dengan akhir tahun 2008
sudah cukup baik meskipun masih belum mencapai rencana yang
dianggarkan pada awal tahun. Realisasi penerimaan mencapai Rp
16,19 triliun atau 85,05% dari yang dianggarkan Rp 19,03 triliun,
dengan sumber utama penerimaan berasal dari dana perimbangan
dan pendapatan lain-lain. Realisasi belanja Rp 16,64 triliun atau
82,70% dari total belanja. Sumber utama belanja berasal dari
belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta bantuan keuangan.
Realisasi belanja yang tercatat lebih rendah dari realisasi
penerimaan diperkirakan lebih terkait dengan permasalahan teknis
pengeluaran anggaran dan permasalahan teknis pelaksanaan
proyek di lapangan.
A. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 2008
Seperti diperkirakan semula, angka realisasi APBD DKI Jakarta
tahun 2008 sekitar 80%. Realisasi belanja APBD DKI Jakarta sampai
dengan triwulan IV mencapai 82,7%, sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan tahun sebelumnya (86,8%). Peran APBD 2008 sebagai stimulus
fiskal, terutama yang berasal dari belanja modal sekitar 63%.
| Triwulan IV-2008
Kajian Ekonomi Regional Jakarta |
78
Tabel VI.1 APBD DKI Jakarta dan Realisasi (Miliar Rupiah)
Uraian (Rp Miliar)Anggaran Perubahan
2007
Realisasi 2007
%Anggaran Perubahan
2008
Realisasi 2008
%Anggaran 2009
P e n d a p a t a n
Pendapatan Asli Daerah 10,290.6 9,143.1 88.8 10,381.5 10,010.5 96.43 11,134.5
Pajak Daerah 8,334.3 7,202.5 86.4 8,484.3 8,500.4 100.19 9,397.0
Retribusi Daerah 625.6 668.3 106.8 363.6 383.0 105.34 384.6
Laba Perusahaan Milik Daerah 139.4 144.0 103.4 171.0 160.6 93.94 180.0
Lain‐Lain Pendapatan 1,191.4 1,128.2 94.7 1,362.7 966.4 70.92 1,172.9
Dana Perimbangan 7,572.1 7,254.0 95.8 8,523.9 6,143.1 72.07 9,540.0
Lain‐Lain Penerimaan Yang Sah 796.8 653.1 82.0 126.4 33.4 26.42 ‐
Total Pendapatan Daerah 18,659.6 17,050.2 91.4 19,031.9 16,186.9 85.05 20,674.5
B e l a n j a
Belanja Administrasi dan Ops 13,807.5 12,611.6 91.3 15,108.5 13,428.3 88.88 na
Belanja Pegawai 7,422.5 7,060.2 95.1 8,416.6 7,789.3 92.55 6,191.2
Belanja Barang dan Jasa 5,086.2 4,395.0 86.4 6,499.5 5,447.3 83.81 na
Belanja Lain‐lain ‐ ‐ ‐ 192.4 191.7 99.63 na
Belanja Modal 6,126.0 4,634.6 75.7 4,557.0 2,869.9 62.98 na
Belanja Bantuan Keuangan 679.1 670.7 98.8 369.3 330.9 89.61 na
Belanja Tidak Tersangka 23.5 5.1 21.8 82.6 8.1 9.78 na
Total Belanja Daerah 20,636.1 17,922.0 86.8 20,117.4 16,637.2 82.70 22,293.2
Surplus (Defisit) (1,976.5) (4,029.9) 203.9 (1,085.5) (450.3) 41.48 (1,618.7)
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan Daerah
a. Realisasi Pendapatan APBD 2008
Angka realisasi sementara pendapatan APBD 2008 mencapai Rp
16,19 triliun (85,05%), sediit lebih rendah dari realisasi tahun
sebelumnya (Tabel VI.1). Realisasi pendapatan daerah ini terutama
bersumber dari realisasi dana perimbangan Rp 6,14 triliun (72,07%) dan
Pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) (93,43%) terutama pada laba
perusahaan milik daerah dan pendapatan lain-lain yang masing-masing
mencapai 93,94% dan 70,92%. Realisasi dana perimbangan yang
sedikit menurun antara lain disebabkan oleh DAU DKI Jakarta sudah
tidak dialokasikan lagi1. Sementara itu, pencapaian realisasi penerimaan
pajak daerah sebagai komponen penerimaan terbesar mencapai target,
terutama yang berasal dari pajak kendaraan bermotor. Data
menunjukkan bahwa penjualan kendaraan bermotor di DKI Jakarta
1 Proporsi PAD yang relatif lebih tinggi menjadikan Jakarta dianggap relatif mandiri dalam hal anggaran (Grafik VI.1). Dalam Peraturan Presiden
(perpres) No 110 tahun 2007 tanggal 6 Desember 2007 tidak dicantumkan berapa DAU yang diterima Provinsi DKI Jakarta. DKI Jakarta dianggap
telah mampu memenuhi kebutuhan fiskalnya. Sesuai dengan UU No.33/2004 tentang Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah, maka mulai tahun 2008 DAU dialokasikan dalam formula murni (non hold harmless). Konsekuensinya, daerah yang memiliki kapasitas
fiskal lebih, mendapatkan DAU yang lebih kecil dari tahun sebelumnya atau tidak memperoleh sama sekali. Dana tersebut untuk selanjutnya
dialihkan ke daerah miskin (balancing). Namun untuk tahun 2008 Pemprov DKI memperoleh dana penyesuaian DAU sebesar 25% dari total DAU
2007. Selain itu, APBD 2008 juga mengalami penambahan pendapatan daerah sebesar Rp 96,90 miliar dari Pemerintah Pusat yang terdiri atas
hibah untuk PT MRT Rp63 miliar dan bantuan Tunjangan Pendidikan senilai Rp 33,90 miliar.
Triwulan IV-2008 |
| Kajian Ekonomi Regional Jakarta 79
masih meningkat cukup tinggi. Selain itu, Pemda DKI Jakarta melalui
Dinas Pendapatan Daerah berusaha mengoptimalkan potensi pajak
daerah, disamping melalui upaya intensifikasi juga akan dilakukan
melalui peningkatan tarif pajak kendaran bermotor.
Proporsi Pendapatan
0
15
30
45
60
75
2005 2006 2007 2008 2009
%
Pendapatan Asli Daerah
Dana PerimbanganSumber : Badan Pengelola Keuangan Daerah
Grafik VI.1 Proporsi PAD dan dana Perimbangan dalam Penerimaan Daerah
Proporsi Pendapatan
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2005 2006 2007 2008
%
Belanja Administrasi dan Ops Belanja Modal
Sumber : Badan Pengelola Keuangan Daerah
Grafik VI.2 Proporsi Belanja Pegawai dan Belanja Modal dalam Belanja Daerah
b. Realisasi Belanja APBD 2008
Realisasi belanja daerah sementara sampai dengan akhir tahun
2008 mencapai Rp 16,64 triliun (82,70%), lebih rendah
dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya sekitar 86,8%.
Realisasi belanja APBD tersebut bersumber dari pos belanja administrasi
operasional maupun belanja modal. Pada pos belanja rutin, realisasi
mencapai Rp 13,43 triliun (88,9%). Realisasi belanja barang dan jasa
mencapai Rp 5,47 (83,8%) dan belanja pegawai Rp 7,79 triliun (92,6%).
Di sisi belanja modal, realisasinya masih belum optimal. Dari jumlah yang
dianggarkan Rp 4,56 triliun baru terealisir Rp 2,87 triliun (62,98%).
Secara keseluruhan, di luar belanja pegawai, realisasi APBD yang rendah
tersebut antara lain dipengaruhi oleh keterlambatan pengesahan RAPBD.
Permasalahan yang lain lebih terkait dengan masalah teknis pengeluaran
anggaran dan kendala-kendala teknis pelaksanaan proyek di lapangan,
antara lain terkait dengan permasalahan pembebasan lahan beberapa
proyek pembangunan infrastruktur.
| Triwulan IV-2008
Kajian Ekonomi Regional Jakarta |
80
B. APBD 2009
Penyusunan APBD DKI Jakarta tahun 2009 sudah diselesaikan oleh
Pemprov DKI Jakarta. APBD tersebut sudah dievaluasi oleh
Departemen Dalam Negri dan telah mendapat persetujuan dari DPRD
DKI (SK Ketua DPRD No. 1 tahun 2009 tanggal 6 Januari). Secara
keseluruhan jumlah APBD yang dianggarkan disisi penerimaan sebesar
Rp 20,67 triliun dan disisi pengeluaran Rp 22,29 triliun sehingga
terdapat defisit yang harus di biayai sebesar Rp 1,62 triliun (7,8%).
Dari sisi penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ditargetkan
sebesar Rp 11,13 triliun dan dana perimbangan Rp 9,54 triliun.
Target pendapatan asli daerah tersebut meningkat sebesar Rp 1,1 trilun
(11,23%) dibandingkan realisasi pada tahun 2008 sebesar Rp 10,01
triliun. Diperkirakan pencapaian target PAD tersebut akan cukup berat
mengingat kondisi perekonomian yang pada saat ini sedang
menghadapi tekanan sejalan dengan melemahnya kinerja perekonomian
dunia maupun domestik yang tercermin pula pada perlambatan
pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. Penerimaan yang berasal dari Pajak
Daerah diperkirakan akan menghadapi tantangan yang paling berat
walaupun upaya-upaya peningkatan pajak dilakukan2, antara lain karena
adanya koreksi penjualan kendaraan bermotor yang diperkirakan turun
di tahun 2009. Oleh karena itu perlu di gali sumber-sumber penerimaan
baru tanpa mengganggu aktifitas ekonomi, seperti identifikasi ulang
bumi dan bangunan sebagai dasar pengenaan PBB yang lebih tinggi,
mengoptimalkan penerimaan BPHTB yang pengelolaannya sudah
diserahkan ke daerah dengan cara meminimalisir kebocoran ataupun
menindak tegas praktek-praktek tidak sehat (moral hazzard). Sementara
itu pada pos dana perimbangan, kondisi perekonomian nasional terkini
juga akan memberi dampak pada potensi lebih rendahnya penerimaan
pemerintah pusat yang juga akan berdampak pada penerimaan dana
perimbangan APBD DKI Jakarta.
2 Upaya-upya meningkatkan pendapatan pajak daerah antara lain melalui penerapan one line system untuk meningkatkan Pajak Hotel, Hiburan
dan restoran ataupun sumber PAD lainnya; meminta BPKP melakukan audit hasil penghitungan penjualan BBM; Retrukturisasi pengelolaan
perpakiran dan tidak memberikan subsidi; intensifikasi pajak/retribusi; ekstensifikasi Pajak/retribusi (Nota Kesepakatan atraa Pemprov DKI Jakarta
dengan DPRD Provinsi Jakarta No. 17 tahun 2008, No. 1231/-1.713 tanggal 28 Oktober 2008.
Triwulan IV-2008 |
| Kajian Ekonomi Regional Jakarta 81
Di sisi pengeluaran, belanja APDB dialokasikan pada Belanja
Pegawai; Belanja Telepon, Air dan Listrik; Belanja Program
Dedicated; dan Prioritas SPKD3. Bidang-bidang yang memperoleh
anggaran terbesar antara lain adalah bidang pendidikan Rp 5,27 triliun;
pekerjaan umum Rp 3,94 triliun; lingkungan hidup Rp 1,57 triliun dan
perhubungan Rp 1,08 triliun. Terkait dengan tantangan yang dihadapi di
sisi penerimaan, maka disisi belanja diperkirakan akan juga terkena
dampaknya. Namun demikian, apabila realsisasi dapat sesuai dengan
anggaran maka APBD DKI Jakarta akan lebih memberikan stimulus
terhadap perekonomian DKI Jakarta.
3 Belaja pegawai terdiri dari gaji pegawai dan tunjangan PNS; Belanja TAL merupakan belanja untuk biaya pemakaian telepon, air dan listrik;
belanja multiyears, merupakan komitmen Pemprov dan DPRD untuk kegiatan pembangunan sarana dan prasana kota, yang telah ditetapkan
sebagai kegiatan tahun jamak berdasarkan persetujuan DPRD dan Keputusan Gubernur tentang tahun jamak. Belanja untuk program dedicated,
merupakan prioritas Gubernur dalam merespon kebutuhan masyrakat yang mendesak, berdampak luas, bersifat monumental dan lintas sektor;
belanja Prioritas SKPD merupakan belanja dala bentuk kegiatan yang menjadi prioritas masing-masing SKPD sebagai penjabaran target kinerja
2009.
83
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
OutlookKondisi Ekonomi dan Inflasi
BAB 7
Pertumbuhan ekonomi diproyeksikan melambat pada kisaran 5,5% +0,5% (y-o-y). Perlambatan tersebut bersumber dari melambatnyapertumbuhan konsumsi, investasi dan kegiatan ekspor. Sementara darisisi kenaikan harga, secara triwulanan angka inflasi diperkirakanmencapai 1,3+0,5% (q-t-q) dan secara tahunan 9,3+1% (y-o-y). Angkainflasi dimungkinkan dapat lebih rendah apabila tarif angkutan turunyang diikuti penurunan harga komoditas.
A. PERTUMBUHAN EKONOMI
Krisis keuangan global diperkirakan mulai berimbas terhadap perekonomian DKIKrisis keuangan global diperkirakan mulai berimbas terhadap perekonomian DKIKrisis keuangan global diperkirakan mulai berimbas terhadap perekonomian DKIKrisis keuangan global diperkirakan mulai berimbas terhadap perekonomian DKIKrisis keuangan global diperkirakan mulai berimbas terhadap perekonomian DKI
Jakarta pada triwulan I-2009. Jakarta pada triwulan I-2009. Jakarta pada triwulan I-2009. Jakarta pada triwulan I-2009. Jakarta pada triwulan I-2009. Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I 2009diproyeksikan tumbuh pada kisaran angka 5,5% + 0,5% (y-o-y), melambat
dibandingkan dengan periode sebelumnya. Perlambatan tersebut bersumber dari
melambatnya pertumbuhan konsumsi, investasi dan kegiatan ekspor. Konsumsimenurun dipengaruhi oleh daya beli yang melemah dan ekspektasi konsumen
terhadap kondisi perekonomian dengan tren yang turun, serta dukungan
pembiayaan bank yang melambat seiring meningkatnya risiko. Investasi melambatsejalan dengan permintaan internasional dan domestik yang melemah. Kegiatan
ekspor dan impor tumbuh melambat dipengaruhi oleh permintaan dunia dan
domestik yang melemah. Secara sektoral beberapa sektor unggulan diperkirakantumbuh melambat, mengikuti pelemahan pertumbuhan konsumsi, investasi, dan
ekspor.
84
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
1. Sisi PermintaanPertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan I-2009 diperkirakan melambat.Pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan I-2009 diperkirakan melambat.Pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan I-2009 diperkirakan melambat.Pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan I-2009 diperkirakan melambat.Pertumbuhan ekonomi Jakarta pada triwulan I-2009 diperkirakan melambat.
Perlambatan pertumbuhan permintaan domestik terutama dipengaruhi oleh dayabeli yang melemah, ekpektasi kondisi perekonomian yang trennya melemah, serta
melambatnya pertumbuhan pembiayaan kredit perbankan. Di sisi eksternal krisis
keuangan global dan perlambatan pertumbuhan perekonomian dunia diperkirakancukup berdampak pada ekspor DKI Jakarta. Sedangkan impor sejalan dengan
perlambatan permintaan domestik tumbuh melambat.
Grafik VII.1Grafik VII.1Grafik VII.1Grafik VII.1Grafik VII.1Indeks Ekspektasi Konsumen
Grafik VII.2Grafik VII.2Grafik VII.2Grafik VII.2Grafik VII.2Pendaftaran Mobil Baru
* angka sementarap proyeksi BI
Tabel VII.1Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Konsumsi 7,8 6,1 6,4 6,7 3,7 6,7 3,9 5,8 3,5Investasi 8,3 8,6 8,9 9,1 3,1 8,7 3,0 7,4 2,7Ekspor 6,4 0,8 -0,6 4,5 0,4 2,7 0,2 2,0 0,2Impor 17,3 12,5 7,7 14,5 -1,0 12,8 -0,9 9,8 -0,7P D R B 6,3 6,1 6,1 6,1 6,1 6,2 6,2 5,7 5,7
D K I Q1-2008 Q2-2008 Q3-2008* Q4-2008*KontribusiQ4-2008 2008* Kontribusi
Q1-2009Q1-
2009p
KontribusiPertumbuhan
2008
Konsumsi diproyeksikan akan sedikit melambat dengan laju pertumbuhan sebesarKonsumsi diproyeksikan akan sedikit melambat dengan laju pertumbuhan sebesarKonsumsi diproyeksikan akan sedikit melambat dengan laju pertumbuhan sebesarKonsumsi diproyeksikan akan sedikit melambat dengan laju pertumbuhan sebesarKonsumsi diproyeksikan akan sedikit melambat dengan laju pertumbuhan sebesar
5,8% (y-o-y), turun dibandingkan dengan triwulan IV-2008 (6,7%).5,8% (y-o-y), turun dibandingkan dengan triwulan IV-2008 (6,7%).5,8% (y-o-y), turun dibandingkan dengan triwulan IV-2008 (6,7%).5,8% (y-o-y), turun dibandingkan dengan triwulan IV-2008 (6,7%).5,8% (y-o-y), turun dibandingkan dengan triwulan IV-2008 (6,7%). Perlambatanpertumbuhan konsumsi dapat dilihat dari beberapa prompt indikator, hasil survei
dan informasi anekdotal. Hasil survei konsumen BI dan BPS menunjukkan indikasi
konsumsi melemah. Sementara itu, penjualan beberapa barang tahan lama trenpertumbuhannya terus menurun, seperti penjualan kendaraan bermotor dan
%, y-o-y Indeks
0
2
4
6
8
10
12
2006 2007 2008 20091 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
50
6070
80
90100
110
120130
g.PDRB Konsumsi JakartaIndeks Ekspektasi Konsumen (rhs)
%, y-o-y %, y-o-y
Sumber : Dispenda Jakarta
2006 2007 2008 2009
23456789
1011
-60
-40
-20
0
20
4060
80100
g.Sedan, Jeep, Minibus,B.Wagon, Delvan[baru] (rhs)
g.PDRB Konsumsi Jkt
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
85
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
produk elektronik. Informasi anekdotal dari beberapa asosiasi juga menyatakanbahwa penjualan di tahun 2009 akan menurun.
Investasi diproyeksikan melambat pada triwulan I-2009, dengan laju pertumbuhanInvestasi diproyeksikan melambat pada triwulan I-2009, dengan laju pertumbuhanInvestasi diproyeksikan melambat pada triwulan I-2009, dengan laju pertumbuhanInvestasi diproyeksikan melambat pada triwulan I-2009, dengan laju pertumbuhanInvestasi diproyeksikan melambat pada triwulan I-2009, dengan laju pertumbuhan
7,4%, turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (9,1%).7,4%, turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (9,1%).7,4%, turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (9,1%).7,4%, turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (9,1%).7,4%, turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (9,1%). Namun demikian
perlambatan di triwulan I 2009 diperkirakan belum terlalu dalam. Pembangunanproyek pemerintah dan swasta masih banyak yang berjalan1. Faktor yang
menyebabkan perlambatan lebih terkait dengan kecenderungan pasar domestikdan internasional yang relatif tertekan.
Ekspor pada triwulan I-2009 diperkirakan melambat, dengan laju pertumbuhanEkspor pada triwulan I-2009 diperkirakan melambat, dengan laju pertumbuhanEkspor pada triwulan I-2009 diperkirakan melambat, dengan laju pertumbuhanEkspor pada triwulan I-2009 diperkirakan melambat, dengan laju pertumbuhanEkspor pada triwulan I-2009 diperkirakan melambat, dengan laju pertumbuhan
2,0%, sedikit turun dibandingkan periode sebelumnya (4,5%). 2,0%, sedikit turun dibandingkan periode sebelumnya (4,5%). 2,0%, sedikit turun dibandingkan periode sebelumnya (4,5%). 2,0%, sedikit turun dibandingkan periode sebelumnya (4,5%). 2,0%, sedikit turun dibandingkan periode sebelumnya (4,5%). Perlambatan
pertumbuhan ekspor DKI Jakarta dipengaruhi oleh permintaan dunia yangmenurun. Sementara itu pasar dalam negeri belum cukup kuat sejalan dengan
daya beli yang terganggu.
Sementara itu, impor di triwulan I-2009 diperkirakan tumbuh lebih rendah 9,8%,Sementara itu, impor di triwulan I-2009 diperkirakan tumbuh lebih rendah 9,8%,Sementara itu, impor di triwulan I-2009 diperkirakan tumbuh lebih rendah 9,8%,Sementara itu, impor di triwulan I-2009 diperkirakan tumbuh lebih rendah 9,8%,Sementara itu, impor di triwulan I-2009 diperkirakan tumbuh lebih rendah 9,8%,
menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (14,5%).menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (14,5%).menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (14,5%).menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (14,5%).menurun dibandingkan triwulan sebelumnya (14,5%). Faktor yang mempengaruhi
impor masih tumbuh tinggi : untuk impor yang berasal dari provinsi lain (domestik)
Grafik VII.3Grafik VII.3Grafik VII.3Grafik VII.3Grafik VII.3Indeks Tendensi Konsumen
Grafik VII.4Grafik VII.4Grafik VII.4Grafik VII.4Grafik VII.4Prospek Penjualan Apartemen
Unit %
Sumber : CII, diolah
20.000
30.000
40.000
50.000
60.000
70.000
2006 2007 2007 2008 2009IV I II III IV I II III IVp Ip
Unit TersediaUnit TerjualTake Up Rate
60
65
70
75
80
85
1 PT Jasa Marga pada tahun 2009 akan membangun 5 proyek jalan tol diantaranya yang di Jakarta adalah JORR 2 antaraSerpong-Bandara 25 km, yang diharapkan pada awal 2009 pembebasan lahan bisa dilaksanakan sehingga pembangunanfisik konstruksi pertengahan tahun 2009, kemudian West 2 (W2) yang sekarang ini bekerjasama dengan pemda DKI untukpembebasan lahan, mulai proses tender. Pembangunan Trade Mall Seasons City di Jl Jembatan Besi, Jakarta Barat, yangdiperkirakan selesai Maret 2009. Sementara investasi pemerintah daerah diantaranya berupa proyek busway (pengadaanarmada). Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta memastikan bahwa pengoperasian busway koridor VIII (Lebakbulus-Harmoni) dilakukan Februari 2009. Sedangkan untuk koridor IX dan X dioperasikan pertengahan 2009. Namun untuk sementara,pengoperasian busway koridor VIII dilakukan setengah rute. Selain itu, akan dibangun pula Pluit City Terminal yaitu sebuahstasiun lengkap dengan jalur kereta yang langsung menuju Bandara Soekarno-Hatta. Sementara insentif investasi yang berasaldari APBD akan lebih dipercepat dan proses pelelangan akan segera dimulai pada bulan April 2009. Sementara itu proyekyang terkait dengan investasi non bangunan adalah pengadaan mesin-mesin dan peralatan yang diperkirakan pertumbuhannyarelatif lambat.
%, y-o-y Indeks ITK
* angka sementarap angka perkiraan
0
2
4
6
8
10
12
2005 2006 2007 2008 2009I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV* Ip
80
85
90
95
100
105
110
115
Indeks ITKg.PDRB Konsumsi Jakarta
86
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
dipengaruhi oleh permintaan/konsumsi DKI yang masih tumbuh tinggi. Sementara,
impor dalam rangka perdagangan internasional dipengaruhi oleh tingginya
komponen impor dalam kegiatan penciptaan nilai tambah di beberapa sektorunggulan yang ada di DKI, seperti sektor transportasi dan komunikasi, sektor
bangunan dan sektor industri.
2. Sisi PenawaranRespon di sisi sektoral terhadap perkembangan di sisi permintaan tercermin padaRespon di sisi sektoral terhadap perkembangan di sisi permintaan tercermin padaRespon di sisi sektoral terhadap perkembangan di sisi permintaan tercermin padaRespon di sisi sektoral terhadap perkembangan di sisi permintaan tercermin padaRespon di sisi sektoral terhadap perkembangan di sisi permintaan tercermin pada
pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. pertumbuhan beberapa sektor ekonomi utama. Sektor-sektor ekonomi utama di
DKI Jakarta pertumbuhannya hampir semuanya melambat. Meskipun demikian,beberapa sektor masih mencatat pertumbuhan yang tinggi, seperti sektor
transportasi dan komunikasi, sektor perdagangan dan sektor bangunan.
Sektor IndustriPertumbuhan di sektor industri diperkirakan melambat dengan perkiraan lajuPertumbuhan di sektor industri diperkirakan melambat dengan perkiraan lajuPertumbuhan di sektor industri diperkirakan melambat dengan perkiraan lajuPertumbuhan di sektor industri diperkirakan melambat dengan perkiraan lajuPertumbuhan di sektor industri diperkirakan melambat dengan perkiraan laju
pertumbuhan sebesar 3,9%, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnyapertumbuhan sebesar 3,9%, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnyapertumbuhan sebesar 3,9%, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnyapertumbuhan sebesar 3,9%, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnyapertumbuhan sebesar 3,9%, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya
sebesar 4,0%.sebesar 4,0%.sebesar 4,0%.sebesar 4,0%.sebesar 4,0%. Perlambatan terjadi pada hampir di semua sub sektor industri.Ditengarai industri masih melakukan berbagai efisiensi dengan mengurangi
produksi, seiring berkurangnya order dari dalam dan luar negeri. Indikasi tersebut
antara lain tercermin dari konsumsi energi industri yang menunjukkan trenpenurunan.
* angka sangat sementarap proyeksi BI
Tabel VII.2Pertumbuhan Ekonomi dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Pertanian 1,4 -0,3 0,7 1,4 0,0 0,8 0,0 1,0 0,0Pertambangan 1,5 0,9 1,4 1,5 0,0 1,3 0,0 1,5 0,0Industri 4,1 4,0 4,1 3,9 0,7 4,0 0,6 3,9 0,6Listrik 6,8 7,0 5,2 6,3 0,0 6,3 0,1 4,8 0,0Bangunan 7,5 7,6 7,8 8,2 0,8 7,8 0,9 7,0 0,7Perdagangan 6,8 6,2 6,2 6,0 1,3 6,3 1,3 6,1 1,3Pengangkutan 15,2 14,9 15,0 14,8 1,4 15,0 1,3 13,5 1,3Keuangan 4,1 4,1 4,1 3,8 1,1 4,0 1,2 3,8 1,1Jasa-jasa 6,4 6,0 5,9 5,8 0,7 6,0 0,8 4,9 0,6PDRB 6,3 6,1 6,1 6,1 6,1 6,2 6,2 5,7 5,7
D K I Q1-2008 Q2-2008* Q3-2008* Q4-2008*KontribusiQ4-2008 2008* Kontribusi
Q1-2009Q1-
2009p
KontribusiPertumbuhan
2008
87
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Sektor BangunanSektor Bangunan diproyeksikan tumbuh melambat (7,0%), lebih rendahSektor Bangunan diproyeksikan tumbuh melambat (7,0%), lebih rendahSektor Bangunan diproyeksikan tumbuh melambat (7,0%), lebih rendahSektor Bangunan diproyeksikan tumbuh melambat (7,0%), lebih rendahSektor Bangunan diproyeksikan tumbuh melambat (7,0%), lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya (7,8%).dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya (7,8%).dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya (7,8%).dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya (7,8%).dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya (7,8%). Perkiraanperlambatan tersebut terjadi seiring dengan melemahnya permintaan sebagai
akibat daya beli menurun. Beberapa pengembang menyatakan unit yang tersedia
masih mencukupi untuk memasok permintaan masyarakat.
Walaupun sektor bangunan relatif mengalami tekanan, namun pembangunanWalaupun sektor bangunan relatif mengalami tekanan, namun pembangunanWalaupun sektor bangunan relatif mengalami tekanan, namun pembangunanWalaupun sektor bangunan relatif mengalami tekanan, namun pembangunanWalaupun sektor bangunan relatif mengalami tekanan, namun pembangunan
beberapa proyek properti dan infrastruktur masih terus berjalan.beberapa proyek properti dan infrastruktur masih terus berjalan.beberapa proyek properti dan infrastruktur masih terus berjalan.beberapa proyek properti dan infrastruktur masih terus berjalan.beberapa proyek properti dan infrastruktur masih terus berjalan. Dari sisi pemerintah
prioritas pembangunan pada tahun 2009 akan difokuskan kepada pembangunanBanjir Kanal Timur, normalisasi sungai utama dan anak sungai, pembangunan tanggul
yang akan mulai dikerjakan pada bulan Januari, perbaikan sarana dan prasarana
kota yang rusak akan direalisasikan awal tahun, pemeliharaan jalan siklus limatahunan, pembangunan jalan tembus, jalan baru, dan peningkatan kapasitas jalan
yang sejajar dengan koridor bus trans-Jakarta dan operasional busway koridor VII-X.
a. Banjir Kanal Timura. Banjir Kanal Timura. Banjir Kanal Timura. Banjir Kanal Timura. Banjir Kanal Timur
Proyek Banjir Kanal Timur masih menyelesaikan proses pembebasan tanah danProyek Banjir Kanal Timur masih menyelesaikan proses pembebasan tanah danProyek Banjir Kanal Timur masih menyelesaikan proses pembebasan tanah danProyek Banjir Kanal Timur masih menyelesaikan proses pembebasan tanah danProyek Banjir Kanal Timur masih menyelesaikan proses pembebasan tanah dan
mempercepat proses pengerukan serta pembangunan beberapa jembatan. mempercepat proses pengerukan serta pembangunan beberapa jembatan. mempercepat proses pengerukan serta pembangunan beberapa jembatan. mempercepat proses pengerukan serta pembangunan beberapa jembatan. mempercepat proses pengerukan serta pembangunan beberapa jembatan. Proses
pembangunan BKT telah mencapai sekitar 31 persen. Diantaranya pembebasanbidang tanah mencapai 58 persen, proses penggalian mencapai sekitar 60 persen
dan pengerjaan 25 jembatan dengan 1 jembatan yang telah selesai. Pemda Jakarta
Timur sendiri telah membentuk lima satuan tugas (satgas) yang membantu tugasPanitia Pengadaan Tanah (P2T) untuk mempercepat proyek BKT terealisasi.
Grafik VII.5Grafik VII.5Grafik VII.5Grafik VII.5Grafik VII.5Konsumsi BBM Industri
Grafik VII.6Grafik VII.6Grafik VII.6Grafik VII.6Grafik VII.6Konsumsi Listrik Industri
%, y-o-y %, y-o-y
Sumber : Pertamina, diolah
2006 2007 2008 2009
0
1
2
3
4
5
6
7
-80-70-60-50-40-30-20-100102030
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
g.Kons. BBM Industri (rhs)g.PDRB Industri Jakarta
%, y-o-y%, y-o-y
Sumber : PLN, diolah
2006 2007 20083 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112
2
2,5
3
3,5
4
4,55
5,56
-40-30-20-100102030405060
g.PDRB Industri Jakartag.Kons Listrik Industri (rhs)
88
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
b. Buswayb. Buswayb. Buswayb. Buswayb. Busway
Tahap yang sedang berlangsung adalah pengadaan armada.Tahap yang sedang berlangsung adalah pengadaan armada.Tahap yang sedang berlangsung adalah pengadaan armada.Tahap yang sedang berlangsung adalah pengadaan armada.Tahap yang sedang berlangsung adalah pengadaan armada. Untuk operasional
busway koridor VIII-X diprediksi membutuhkan 206 armada. Koridor VIII butuh 45
unit (pengadaannya melalui lelang). Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakartamemastikan bahwa pengoperasian busway koridor VIII (Lebakbulus-Harmoni)
dilakukan Februari 2009. Koridor VIII yang akan dioperasikan akan melayani rute
Lebakbulus-Harmoni. Di koridor tersebut terdapat 17 unit halte dengan jaraktempuh 26 kilometer. Koridor IX butuh 97 unit armada terdiri dari 41 unit
pengadaannya melalui lelang dan 56 unit lainnya melalui konsorsium.Sedangkan
di koridor IX dengan rute Pinangranti-Pluit terdapat 24 unit halte dengan jaraktempuh sekitar 29,9 kilometer. Koridor X dibutuhkan 64 unit, terdiri dari 27 unit
yang pengadaannya melalui lelang dan 37 unit lainnya dari konsorsium. Pada
koridor X rute Cililitan-Tanjungpriok terdapat 15 halte dengan jarak tempuh 19kilometer.
c. Jalan Tolc. Jalan Tolc. Jalan Tolc. Jalan Tolc. Jalan Tol
Pembangunan JORR 2 yang melintas Bandara Sukarno Hatta - Tanjung PriokPembangunan JORR 2 yang melintas Bandara Sukarno Hatta - Tanjung PriokPembangunan JORR 2 yang melintas Bandara Sukarno Hatta - Tanjung PriokPembangunan JORR 2 yang melintas Bandara Sukarno Hatta - Tanjung PriokPembangunan JORR 2 yang melintas Bandara Sukarno Hatta - Tanjung Priok
sepanjang 122,6 km sudah mulai dilaksanakan.sepanjang 122,6 km sudah mulai dilaksanakan.sepanjang 122,6 km sudah mulai dilaksanakan.sepanjang 122,6 km sudah mulai dilaksanakan.sepanjang 122,6 km sudah mulai dilaksanakan. Proyek dengan nilai sekitar Rp 5
triliun dimulai tahun 2008 dan diperkirakan selesai tahun 2010, terdiri dari :
1. Bandara - Kunciran 15,2 km
2. Kunciran - Serpong 11,2 km
3. Serpong - Cinere 10,1 km
4. Cinere - Jagorawi 14,6 km, Jagorawi - Cibitung 25,4km
5. Cibitung - Cilincing 33,9 km.
Tol tersebut memungkinkan pengendara dari luar kota menuju ke Bandara Sukarno
Hatta tidak harus melewati tol dalam kota. Pada awal tahun 2009 pembebasanlahan akan mulai dilaksanakan sehingga pembangunan fisik konstruksi dapat
dilaksanakan pertengahan tahun 2009. Proyek ini sebagian besar akan dibiayai PT
Jakarta Tol Road Development (JTD) dengan anggaran sebesar 23 trilyun dandiperkirakan selesai 2010. Proyek yang lain adalah West 2 (W2) yang proses
tendernya sudah dimulai.
89
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
d. Rehabilitasi Infrastrukturd. Rehabilitasi Infrastrukturd. Rehabilitasi Infrastrukturd. Rehabilitasi Infrastrukturd. Rehabilitasi Infrastruktur
Sedikitnya 211.344 m2 jalan rusak di Jakarta akan segera diperbaiki.Sedikitnya 211.344 m2 jalan rusak di Jakarta akan segera diperbaiki.Sedikitnya 211.344 m2 jalan rusak di Jakarta akan segera diperbaiki.Sedikitnya 211.344 m2 jalan rusak di Jakarta akan segera diperbaiki.Sedikitnya 211.344 m2 jalan rusak di Jakarta akan segera diperbaiki. Pemda DKI
menyiapkan dana Rp 40 miliar untuk perbaikan jalan tersebut. Prioritas pertama,
perbaikan jalan dilakukan antara lain di sebagian Jl. Pondok Labu, Jl.Fatmawati, Jl.Panglima Polim, Jl. Sudirman, Jl. Thamrin, Jl. Gajahmada. Jl. Gelora Senayan, Jl.
Raya Kebonsirih, Jl. Rasuna Said, Jl. Supomo, Jl. Saharjo, Jl. Raya Bogor, Jl. Bekasi
Raya, Jl. Daanmogot, dan Jl. Ciputat Raya. Fasilitas lain yang diusulkan direhabilitasiadalah 60 gedung sekolah di Jakarta Timur.
e. Mass Rapid Transportatione. Mass Rapid Transportatione. Mass Rapid Transportatione. Mass Rapid Transportatione. Mass Rapid Transportation
Pembangunan MRT yang menyerap biaya total Rp 8,3 (pinjaman JICA), telahPembangunan MRT yang menyerap biaya total Rp 8,3 (pinjaman JICA), telahPembangunan MRT yang menyerap biaya total Rp 8,3 (pinjaman JICA), telahPembangunan MRT yang menyerap biaya total Rp 8,3 (pinjaman JICA), telahPembangunan MRT yang menyerap biaya total Rp 8,3 (pinjaman JICA), telah
dimulai pada akhir tahun 2008. dimulai pada akhir tahun 2008. dimulai pada akhir tahun 2008. dimulai pada akhir tahun 2008. dimulai pada akhir tahun 2008. Proses pengucuran pinjaman tahap II akan
dilakukan pada bulan Maret 2009 mendatang yaitu sebesar 450 juta dolar AS.
MRT diharapkan dapat beroperasi tahun 2014 yang pembangunannyadilaksanakan dalam 2 tahap :
Tahap 1 Jalur Lebak Bulus - Dukuh Atas yang terdiri dari :
a. Jalur di atas tanah : Lebak Bulus - Senayan (11,2 km)
b. Jalur di bawah tanah : Senayan - Dukuh Atas (3,1 km)
Tahap 2 Jalur Dukuh Atas - Kota
a. Jalur bawah tanah Dukuh Atas - Harmoni
b. Jalur di atas kali Ciliwung Harmoni - Kota
f. Infrastruktur Transportasif. Infrastruktur Transportasif. Infrastruktur Transportasif. Infrastruktur Transportasif. Infrastruktur Transportasi
Pemda Jakarta sangat menaruh perhatian terhadap pembangunan Monorail.Pemda Jakarta sangat menaruh perhatian terhadap pembangunan Monorail.Pemda Jakarta sangat menaruh perhatian terhadap pembangunan Monorail.Pemda Jakarta sangat menaruh perhatian terhadap pembangunan Monorail.Pemda Jakarta sangat menaruh perhatian terhadap pembangunan Monorail.Diharapkan proyek yang sebagian besar sahamnya (52,0%) dimiliki oleh BUMD
Jakarta Propertindo dapat mengurangi kemacetan. Saat ini, proses administrasi
pinjaman dari Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia,Konsorsium Bank DKI dan beberapa bank swasta telah dilakukan. Rencananya
Monorail akan memiliki 2 lintasan yaitu :
1. Jalur hijau (green line) melalui Kp melayu, Casablanca, Tanah Abang, H. Sabeni,
Jatibaru, Cideng Roxi (14,3 km)
90
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
2. Jalur biru (blue line) melalui HR Rasuna Said, Gatot Subroto, Sudirman, Senayan,
Kompleks DPR/MPR, S Parman, Kiapang-Pejompongan, Dukuh Atas.
Sementara itu, pembangunan KA Bandara pada saat ini masih dalam tahap studi
kelayakan. Proyek yang semula diperkirakan menelan biaya sebesar Rp 2,2 triliunternyata meningkat menjadi sebesar Rp 3,8 triliun. Proyek ini akan dikerjakan
oleh PT Railink yang dimiliki oleh PT KA 40% dan PT Angkasa Pura II sebesar 60%.
Proyek ini diharapkan dapat dikerjakan pada bulan Juni 2009. Sejalan denganproyek tersebut, Pemda akan melakukan pembangunan Pluit City Terminal yaitu
stasiun kereta di kawasan Pluit yang akan dimulai tahun 2009.
g. Apartemen, Kantor dan Pusat Belanjag. Apartemen, Kantor dan Pusat Belanjag. Apartemen, Kantor dan Pusat Belanjag. Apartemen, Kantor dan Pusat Belanjag. Apartemen, Kantor dan Pusat Belanja
Pada tahun 2009 beberapa apartemen, perkantoran dan retail akan dibangunPada tahun 2009 beberapa apartemen, perkantoran dan retail akan dibangunPada tahun 2009 beberapa apartemen, perkantoran dan retail akan dibangunPada tahun 2009 beberapa apartemen, perkantoran dan retail akan dibangunPada tahun 2009 beberapa apartemen, perkantoran dan retail akan dibangun
oleh pihak swasta. oleh pihak swasta. oleh pihak swasta. oleh pihak swasta. oleh pihak swasta. Pembangunan apartemen direncanakan berlangsung dalam
proyek multiyears (2009-2011) akan menambah pasokan menjadi 134.600 unit.Pasar yang dibidik adalah strata bawah 41%, sementara menengah ke bawah
31%. Pembangunan gedung perkantoran sepertinya masih menunggu
perkembangan perekonomian, dan hanya akan menawarkan suplai akhir tahun2008 yang sekitar 3,93 juta m2. Pembangunan pusat retail diproyeksikan akan
meningkat hampir 100% menjadi sekitar 466.804 m2. Sekitar 42% pusat retail
berupa strata title. Sementara itu Pemda akan menata kawasan Blok M menjadipusat kegiatan perkantoran, perdagangan dan jasa, serta hiburan yang
terintegrasi.
Grafik VII.7Grafik VII.7Grafik VII.7Grafik VII.7Grafik VII.7Proyeksi Pembangunan Apartemen di Jakarta
Source: Colliers International Indonesia-Research Department
160.000
140.000
120.000
100.000
80.000
60.000
40.000
20.000
0
2001 2003 2005 2007 2008(p) 2010(p)2000 2002 2004 2006 3Q08 2009(p) 2011(p)
91
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Sektor PerdaganganSektor Perdagangan Hotel dan Restoran diproyeksikan tumbuh 6,1%, sedikitSektor Perdagangan Hotel dan Restoran diproyeksikan tumbuh 6,1%, sedikitSektor Perdagangan Hotel dan Restoran diproyeksikan tumbuh 6,1%, sedikitSektor Perdagangan Hotel dan Restoran diproyeksikan tumbuh 6,1%, sedikitSektor Perdagangan Hotel dan Restoran diproyeksikan tumbuh 6,1%, sedikit
melemah dibandingkan periode sebelumnya (6,2%). melemah dibandingkan periode sebelumnya (6,2%). melemah dibandingkan periode sebelumnya (6,2%). melemah dibandingkan periode sebelumnya (6,2%). melemah dibandingkan periode sebelumnya (6,2%). Perlambatan terjadi karena
daya beli masyarakat yang melemah. Indikasi perlambatan antara lain tercermin
pada penurunan penjualan barang tahan lama, penurunan pertumbuhan indekspenjualan eceran. Selain itu data menunjukkan bahwa sebanyak 13,95 persen
dari 102.264 total kios yang ada di 151 pasar tradisional kosong2. Pedagang
memilih berhati-hati dan wait and see sebelum merencanakan ekspansi usaha.Supermarket kelas atas juga menyatakan tidak akan ada ekspansi usaha pada
tahun 20093.
2 PD Pasar Jaya3 Outlook dari Colier Internasional Indonesia
Tabel VII.3Pembangunan Properti oleh Swasta di DKI Jakarta
Jenis L o k a s i N a m a
Office Sector CBD The EnergyCBD Rasuna EpicentrumCBD Cyber 2CBD Prudential TowerCBD The PlazaCBD Menara PalmaCBD Menara DEA 2CBD UOB PlazaOutside CBD Menara 165Outside CBD Menara MTHOutside CBD KEM Tower
Retail Sector Latumenten Season CityPulomas Pulomas PlaceGajah Mada Grand ParagonPluit Selatan Raya Emporium PluitKoja Koja Trade MallGlodok Galeria GlodokSultan Iskandar Muda Shopping Mall GandariaSenen Pusat Grosir Senen JayaGrogol Central Park MallSatrio Kuningan City
Sumber : CII, diolah
92
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Sektor Pengangkutan dan KomunikasiSektor pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi meskipun tumbuhSektor pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi meskipun tumbuhSektor pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi meskipun tumbuhSektor pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi meskipun tumbuhSektor pengangkutan diperkirakan masih akan tumbuh tinggi meskipun tumbuh
melambat (13,5%) dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnyamelambat (13,5%) dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnyamelambat (13,5%) dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnyamelambat (13,5%) dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnyamelambat (13,5%) dibandingkan dengan pertumbuhan periode sebelumnya
(15,0%). (15,0%). (15,0%). (15,0%). (15,0%). Di sub sektor transportasi, masih tingginya pertumbuhan di sub sektor
ini antara lain berasal dari komponen angkutan udara dan kereta api. Kinerjaangkutan udara meningkat sejalan dengan adanya tambahan route penerbangan
dari Jakarta dan tambahan jumlah armada oleh beberapa perusahaan penerbangan.
Tabel VII.4Pasar Tradisional dan Pasar Modern di DKI Jakarta
Pasar Tradisional Pasar Modern
Jakarta Pusat 39 Hypermart Super Alfa 35Jakarta Timur 33 Giant 12Jakarta Selatan 28 Makro 15Jakarta Barat 27 Hypermart 15Jakarta Utara 24 Hero 90
Superindo 38
Super Market Matahari Supermarket 67Matahari 83Alfa Gudang Rabat 35Ramayana Bazar 35
Mini Market Ramayana Dept Store 38Indomart 758Alfamart 425Startmart 38
Total Pasar Tradisional 151 Total Pasar Modern 1684
Sumber : Informasi Anekdotal
Nama Lokasi Jumlah Jenis Nama Jumlah
Grafik VII.8Grafik VII.8Grafik VII.8Grafik VII.8Grafik VII.8Perkembangan Retail Sector di DKI Jakarta
Ribu m2 %
Sumber : CII, diolah
2006 2007 2008IV I II III IV I II IIIp IV
Occupation Rate (rhs)Unit Tersedia
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
80828486889092949698100
93
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
Kinerja angkutan kereta api meningkat sejalan dengan adanya tambahan 5 trayek
baru KA Jabotabek jurusan Jakarta Bekasi, dan penambahan trayek baru KA Ciujung
Semi Express dalam jalur ganda jurusan Jakarta Serpong. Kereta api Ekonomi ACJakarta Bogor yang telah diluncurkan sejak bulan Februari 2008, mendapat
tanggapan yang sangat baik dari masyarakat sehingga akan meningkatkan
pelayanan kepada pekerja komuter yang tinggal di daerah penyangga Jakarta(Debotabek). Untuk jalur dalam kota Stasiun Kereta Api Tanjungpriok rencananya
akan dioperasikan kembali pada awal April 2009. Ditambah dengan beroperasinya
busway koridor VIII pada Februari 2009. Ditambah dengan konsistensi Pemerintahdaerah untuk mengoptimalkan pemanfaatan jalur busway, antara lain dengan
dipasangnya portal otomatis.
Sub sektor komunikasi dipastikan juga masih meningkat cukup tinggi. Sub sektor komunikasi dipastikan juga masih meningkat cukup tinggi. Sub sektor komunikasi dipastikan juga masih meningkat cukup tinggi. Sub sektor komunikasi dipastikan juga masih meningkat cukup tinggi. Sub sektor komunikasi dipastikan juga masih meningkat cukup tinggi. Faktor
yang mempengaruhi peningkatan sub sektor ini adalah kebutuhan saranakomunikasi yang sudah mengarah menjadi kebutuhan primer dan disisi lain
operator telekomunikasi relatif kompetitif dan inovatif sehingga mampu menekan
biaya.
Sektor Keuangan dan PersewaanSektor keuangan dan persewaan diproyeksikan akan sedikit melambat menjadiSektor keuangan dan persewaan diproyeksikan akan sedikit melambat menjadiSektor keuangan dan persewaan diproyeksikan akan sedikit melambat menjadiSektor keuangan dan persewaan diproyeksikan akan sedikit melambat menjadiSektor keuangan dan persewaan diproyeksikan akan sedikit melambat menjadi
4,9% dari sebelumnya 6,0%. 4,9% dari sebelumnya 6,0%. 4,9% dari sebelumnya 6,0%. 4,9% dari sebelumnya 6,0%. 4,9% dari sebelumnya 6,0%. Sektor ini diproyeksikan akan tumbuh melambat
seiring dengan melemahnya perekonomian. Indikasinya antara lain tercermin pada
mulai melambatnya pertumbuhan pembiayaan, pemakaian ruang sewa kantoryang terindikasi menurun.
Grafik VII.9Grafik VII.9Grafik VII.9Grafik VII.9Grafik VII.9Perkembangan Office Sector di DKI Jakarta
Ribuan m2
Sumber : CII, diolah
2.000
2.500
3.000
3.500
4.000
4.500Unit TerpakaiUnit Tersedia
2007 2008 2009I II III IV I II III IV Ip
94
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
B. INFLASI
Pada triwulan I-2009, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan kembali akanPada triwulan I-2009, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan kembali akanPada triwulan I-2009, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan kembali akanPada triwulan I-2009, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan kembali akanPada triwulan I-2009, laju inflasi regional Jakarta (q-t-q) diperkirakan kembali akan
turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan angka inflasi
diperkirakan mencapai 1,3+0,5% (q-t-q) dan secara tahunan 9,3+1% (y-o-y). Angka
inflasi dimungkinkan dapat lebih rendah apabila tarif angkutan turun yang diikutipenurunan harga komoditas. Penurunan inflasi di triwulan I-2009 diperkirakan
berasal dari menurunnya tekanan dari kelompok perumahan, transportasi dan
makanan jadi. Sementara itu tekanan harga diperkirakan berasal dari kelompokbahan makanan. Secara umum, faktor positif yang dapat menjaga perkembangan
harga relatif lebih terkendali :
1. Penurunan harga BBM internasional dan penurunan harga beberapa komoditasdi pasar internasional, seperti BBM, kedelai, gadum dan CPO.
2. Penurunan harga premium, solar, dan tarif angkutan serta penurunan harga
komoditas lainnya.
3. Ketersediaan stok barang kebutuhan pokok masih mencukupi.
4. Konsumsi masyarakat yang relatif normal, sehingga tekanan dari sisi permintaanberkurang.
Grafik VII.10Grafik VII.10Grafik VII.10Grafik VII.10Grafik VII.10Outlook Inflasi (q-t-q)
Grafik VII.11Grafik VII.11Grafik VII.11Grafik VII.11Grafik VII.11Outlook Inflasi (y-o-y)
q-t-q, %
Sumber : BPS, diolah
-4
-2
0
24
6
8
10
12
2008 2009Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
Bhn Makanan Mknn jadiPerumahan PakaianKesehatan PendidikanTransportasi IHK
y-o-y, %
Sumber : BPS, diolah2007 2008 2009
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1p0
5
10
15
20Bhn Makanan Mknn jadiPerumahan PakaianKesehatan PendidikanTransportasi IHK
Walaupun laju inflasi diperkirakan melambat, namun demikian beberapa hal tetapWalaupun laju inflasi diperkirakan melambat, namun demikian beberapa hal tetapWalaupun laju inflasi diperkirakan melambat, namun demikian beberapa hal tetapWalaupun laju inflasi diperkirakan melambat, namun demikian beberapa hal tetapWalaupun laju inflasi diperkirakan melambat, namun demikian beberapa hal tetap
harus diwaspadai. harus diwaspadai. harus diwaspadai. harus diwaspadai. harus diwaspadai. Hal tersebut antara lain adalah:
1. Ketersediaan pasokan dan stok beras serta pasokan sayuran. Pemerintah ProvinsiDKI Jakarta4 mengkhawatirkan ketersediaan stok beras pada triwulan I-2009
4 Hasil Focus Group Discussion Tim Ketahanan Pangan DKI Jakarta
95
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
antara lain karena perkiraan terlambatnya musim panen dari Jawa Barat
mengingat sebanyak 60% beras di Pasar Induk Beras Cipinang berasal dari
Jawa Barat.
2. Kenaikan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk gabah dan beras mulai 1Januari 2009. HPP gabah kering panen (GKP) di tingkat petani naik 9,1 persen
menjadi Rp 2.400 per kilogram (kg) dari sebelumnya Rp 2.240 per kg. HPP
gabah kering giling di penggilingan naik 7,2 persen menjadi Rp 3.000 per kgdari sebelumnya Rp 2.400 per kg. HPP beras naik 7 persen dari Rp 4.300 per kg
menjadi Rp 4.600 per kg.
3. Pelemahan nilai tukar rupiah.
4. Potensi bencana banjir yang dapat mengganggu distribusi barang.
Namun demikian, khusus kekhawatiran terhadap ketersediaan pasokan dan stok
beras agak sedikit berkurang mengingat stok beras Bulog relatif aman. Stok beras
Bulog mencapai 1 hingga 1,5 juta ton di Gudang dan di masyarakat ada sekitar 6juta ton, sementara kebutuhan per bulan 2,5 juta ton dan rata-rata yang dikeluarkan
Bulog per bulan hanya 300.000 ton.
Grafik VII.12Grafik VII.12Grafik VII.12Grafik VII.12Grafik VII.12 Perkembangan Harga Rata-RataKomoditas Makanan (SPH-BI)
Grafik VII.13Grafik VII.13Grafik VII.13Grafik VII.13Grafik VII.13 Perkembangan Harga Rata-RataKomoditas Makanan (SPH-BI)
Dari sisi Dari sisi Dari sisi Dari sisi Dari sisi administered priceadministered priceadministered priceadministered priceadministered price, diperkirakan tekanan relatif lemah., diperkirakan tekanan relatif lemah., diperkirakan tekanan relatif lemah., diperkirakan tekanan relatif lemah., diperkirakan tekanan relatif lemah. Harga beberapakomoditas diperkirakan turun sejalan dengan turunnya harga premium dan solar.
Tarif angkutan umum diusulkan oleh Pemerintah Daerah untuk diturunkan rata-
rata sebesar 10,33 persen. Sementara itu, beberapa barang yang harganya diaturpemerintah yang diusulkan untuk dinaikkan pada tahun 2009 antara lain adalah:
(1) Usulan PT PAM Lyonaisse Jaya (Palyja) dan PT Thames Pam Jaya (TPJ) untuk
%, m-t-m
Daging sapi Cabe merahBeras Minyak goreng
Sumber : data mingguan SPH, diolah
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
1234 123412341234 512341234123 412341234123 412341234512Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jan
2008 2009
%, m-t-m %, m-t-m
Sumber : data mingguan SPH, diolah
2008 2009Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des Jan
1234123412341234512 34123 4123 41234 1234123412341234512-4-3-2-10123456
-20
-10
0
10
20
30
40
50Nasi Gula PasirEmas Perhiasan (rhs) Tempe (rhs)
96
Kajian Ekonomi Regional Jakarta
Triwulan IV-2008
menaikan tarif air minum sebesar 22,7%, (2) Kenaikan tarif parkir secara progresif
yang rencananya akan dilakukan pada beberapa kawasan yang terancam
kemacetan lalu lintas atau dinamakan sistem rayon. Usulan yang sedang dibahas,kenaikannya hampir mencapai dua kali lipat tarif yang sekarang berlaku. Kenaikan
kedua komoditas tersebut diperkirakan dampaknya relatif kecil mengingat bobot
nilai konsumsinya dalam keranjang inflasi kecil.