KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.19 Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian...

114
Triwulan II - 2010 Kantor Bank Indonesia Jambi KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi

Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.19 Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian...

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Jambi

Triwulan II - 2010

Kantor Bank Indonesia Jambi

Halaman ini sengaja dikosongkan

K A T A P E N G A N T A R

Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi triwulan II-2010 dapat diselesaikan dengan baik. KER merupakan salah satu terbitan periodik Bank Indonesia Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun stakeholders eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KER mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan, keuangan daerah, sistem pembayaran, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah.

Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi pada triwulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010. Dari sisi harga, laju inflasi Kota Jambi (y-o-y) mengalami peningkatan selama periode triwulan laporan. Perkembangan perbankan dari sisi aset dan penyaluran kredit mengalami peningkatan namun penghimpunan dana pihak ketiga menunjukkan penurunan. Loan to deposits ratio (LDR) perbankan sebesar 86,64%. Sementara itu, kualitas kredit masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,48%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang bergantung pada peningkatan konsumsi rumah tangga. Dalam penyusunan KER triwulan II-2010 ini, kami banyak memperoleh support dari dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.

Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KER ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Agustus 2010

Halaman ini sengaja dikosongkan

i

DAFTAR ISI Daftar Isi ................................................................................................... i Daftar Tabel .......................................................................................... ii Daftar Grafik .......................................................................................... iii Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... 1 BAB I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional ................................. 5 A. Umum ............................................................................. 5 B. PDRB Sisi Produksi.............................................................. 7 C. PDRB Sisi Pengeluaran........................................................ 20 Boks 1 : DAMPAK PENYELENGGARAAN PEMILUKADA TERHADAP PEREKONOMIAN JAMBI BAB II. Perkembangan Harga-Harga..................................................... 33

A. Kajian Umum ................................................................. 35 B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ................................. 35

Boks 2 : KONDISI HARGA TERKINI SERTA PERSIAPAN MENJELANG BULAN RAMADHAN BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah ............................................ 45 A. Perkembangan Kelembagaan .......................................... 45

B. Bank Umum ................................................................... 46 C. Bank Perkreditan Rakyat .................................................... 55

BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 57 A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun 2010.................. 58 B. Keuangan Pemerintah ....................................................... 59 C. Keuangan Pemerintah Daerah ............................................ 61

BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran ....................................... 65 A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai .............................. 63 B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai ..................... 65

BAB VI Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan ............................. 67 A. Keternagakerjaan Daerah................................................... 67 B. Kesejahteraan .................................................................... 69 C. Kemiskinanan .................................................................... 71 BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah....................................... 73 A. Pertumbuhan Ekonomi......................................................... 73 B. Proyeksi Inflasi ..................................................................... 78 Lampiran Glosary

ii

DAFTAR TABEL

1.1 Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi

Penggunaan 6

2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 34

2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Tahunan (y-o-y) serta tahunan

Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 36

2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi

Periode triwulan II-2009 37

3.1 Perkembangan Jumlah kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi 46

3.2 Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi 47

3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 48

3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank 49

3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 49

3.6 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi 51

3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi

Jambi 53

4.1 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 59

4.2 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 60

5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui Provinsi Jambi 63

5.2 Perkembangan Transaksi RTGS 66

6.1 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100) 71

7.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha 75

iii

DAFTAR GRAFIK

1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) 5 1.2 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 6 1.3 Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) 7 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha

Triwulan II Tahun 2010 8 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama triwulan I Tahun 2010 8 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan Ii Tahun 2010 8 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Trwulan I Tahun 2010 9 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan Ii Tahun 2010 9 1.9 Perkembangan harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 10 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) 11 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%) 11 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 11 1.13 Distribusi Jenis Pupuk 12 1.14 Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk 12 1.15 Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR 13 1.16 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis 13 1.17 PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi 14 1.18 Lifting Minyak Bumi 14 1.19 Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%) 15 1.20 Volume Penjualan Minyak Bakar 15 1.21 Volume Penjualan Minyak Diesel 15 1.22 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 15 1.23 Perkembangan Indeks Produksi Industri Karet , CPO, Makanan dan dan Minuman 16 1.24 Perkembangan Indeks Produksi Industri Barang dari Semen, Kayu dan Batu Bata 16 1.25 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 17 1.26 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik 17 1.27 Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi 17 1.28 Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen 18 1.29 PPDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur 19 1.30 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 19 1.31 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang 19 1.32 Perkembangan Total Arus Peti Kemas 20 1.33 Perkembangan Total Arus Barang 20 1.34 Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 21 1.35 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan II tahun 2010 21

iv

1.36 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 22 1.37 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 22 1.38 Perkembangan Penjualan Premium 23 1.39 Perkembangan Penjualan Solar 23 1.40 Perkembangan Penjualan Minyak Tanah 23 1.41 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi 23 1.42 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor 23 1.43 Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru 23 1.44 Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru 24 1.45 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 24 1.46 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 24 1.47 Pangsa Ekspor Provinsi Jambi triwulan II-2010 25 1.48 Pangsa Impor Provinsi Jambi triwulan II-2010 25 1.49 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 26 1.50 Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 27 1.51 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi 27 1.52 Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 28 1.53 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 28 1.54 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 29 1.55 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 30 1.56 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 30 1.57 Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 31 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 33 2.2 Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi 34 2.3 Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota Sekitarnya 35 2.4 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 38 2.5 Perkembangan Harga Tepung Terigu 38 2.6 Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang 49 2.7 Perkembangan Harga Jagung 40 2.7 Perkembangan Harga Daging 40 2.9 Perkembangan Harga Beras 40 2.10 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 42 2.11 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 44 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 46 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 48 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi 52 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi 52 3.5 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito

Bank Umum di Provinsi Jambi 53 3.6 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 54 3.7 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 54

v

4.1 APBD Provinsi Jambi 57 4.2 Perkembangan Belanja per Dinas 2009-2010 58 4.3 Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi 58 4.4 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 59 4.5 Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi 59 4.6 Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 60 4.7 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah di Provinsi Jambi 61 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 64 5.2 Perkembangan Nominal Kliring 65 5.3 Perkembangan Volume Kliring 65 6.1 Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi 68 6.2 Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi 68 6.3 Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran 68 6.4 Perkembangan Harga Beras 69 6.5 Perkembangan Harga Tepung Terigu 69 6.6 Perkembangan Harga Minyak Goreng 69 6.7 Perkembangan Harga Komoditas Lainnya 69 6.8 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 72 7.1 Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan

Ekspektasi Penghasilan 74 7.2 Rencana Konsumsi dalam 6-12 Bulan yang akan datang 75 7.3 Saldo Bersih Ekspektasi Harga dalam 6-12 bulan yang akan datang 79 7.4 Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Periode Tahun 2006 s.d Maret 2010 serta Perkiraan April s.d Juni 2010 80 7.5 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2006 s.d Maret 2010 serta Perkiraan Juli s.d September 2010 80

Halaman ini sengaja dikosongkan

1

RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI

I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan II-2010 menunjukkan

pertumbuhan sebesar 2,29% (q-t-q), meningkat dibandingkan dengan

triwulan I-2010 yang sebesar 1,05% (q-t-q). Sejalan dengan hal tersebut,

pertumbuhan ekonomi tahunan Provinsi Jambi meningkat menjadi

sebesar 6,93% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

sebesar 6,17%(y-o-y). Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi

secara triwulanan (q-t-q) dipicu oleh sektor pertanian serta perdagangan,

hotel dan restoran (PHR).

Ditinjau dari sisi pengeluaran, peningkatan PDRB Provinsi Jambi pada

triwulan laporan terutama berasal dari meningkatnya pengeluaran

konsumsi rumah tangga dan konsumsi swasta terkait penyelenggaraan

pemilihan kepala daerah (PILKADA) Gubernur Jambi serta memasuki

musim liburan sekolah.

II. Perkembangan Harga-Harga

Inflasi Kota Jambi pada triwulan II-2010 mencapai 3,22% (q-t-q),

meningkat dibandingkan triwulan I-2010 yang mengalami inflasi sebesar

1,53% (q-t-q).

Pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan April, Mei dan Juni 2010

masing-masing sebesar minus 0,02%(m-t-m), 0,01%(m-t-m) dan

3,23%(m-t-m). Sementara itu, secara tahunan inflasi Kota Jambi

menunjukkan peningkatan yaitu dari 3,79% (y-o-y) pada Maret 2010

menjadi 7,91% (y-o-y). Inflasi tahunan Kota Jambi ini lebih tinggi

dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 5,05%.

Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama disumbangkan oleh

inflasi kelompok bahan makanan. Kelompok perumahan, air, listrik dan

bahan bakar serta kelompok sandang juga mengalami inflasi yang lebih

tinggi dari triwulan sebelumnya. Meningkatnya biaya sub kelompok

bumbu-bumbuan serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya selama

periode triwulan laporan memberikan sumbangan inflasi pada kelompok

Perekonomian Provinsi Jambi triwulan II- 2010

ditandai tumbuhnya laju pertumbuhan ekonomi sebesar 2,29% (q-t-q).....

Pada triwulan II- 2010, Provinsi jambi mengalami

inflasi sebesar 3,22% (y-o-y) ..........

RINGKASAN EKSEKUTIF

2

bahan makanan. Hal ini didorong juga dengan meningkatnya sub

kelompok biaya tempat tinggal serta sub kelompok barang pribadi dan

sandang lainnya sehingga memicu inflasi pada kelompok perumahan, air,

listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok sandang

III. Perkembangan Perbankan Daerah

Kinerja perbankan pada triwulan II-2010 menunjukkan peningkatan dari

sisi aset dan penyaluran kredit sementara penghimpunan dana pihak

ketiga mengalami penurunan. Dengan demikian, Loan to Deposits Ratio

(LDR) perbankan mengalami peningkatan 439 bps menjadi 86,64%. Dari

sisi kualitas kredit yang diberikan menunjukkan penurunan, dimana pada

triwulan laporan angka Non Performing Loan (NPL) mengalami

peningkatan.

Outstanding kredit bank umum meningkat sebesar 5,27% sehingga

menjadi sebesar Rp9,93 triliun sementara DPK turun sebesar 0,07%. Aset

perbankan pada triwulan laporan sebesar Rp15,28 triliun.

IV. Perkembangan Keuangan Daerah

APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan

kabupaten) tahun 2010 sebesar Rp1,50 triliun, turun 7,14% dari APBD

tahun lalu yang sebesar Rp ,62 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan,

jumlah anggaran pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2010 sebesar

Rp1,30 triliun atau meningkat 3,82% dibandingkan anggaran

pendapatan tahun 2009 yang sebesar Rp1,26 triliun.

Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan II- 2010 terealisasi

sebesar Rp801,14 miliar, meningkat sebesar 116,98% dibandingkan

triwulan sebelumnya. Sedangkan belanja pemerintah pusat di wilayah

Jambi pada triwulan II-2010 terealisasi sebesar Rp729,35 miliar,

meningkat sebesar 95,64% dibandingkan triwulan sebelumnya.

V. Perkembangan Sistem Pembayaran

Pada periode triwulan II-2010, aktivitas pembayaran tunai mengalami

peningkatan net outflow. Sementara, nilai nominal kliring serta volume

lembar warkat pada periode laporan mengalami penurunan. Namun

Kinerja perbankan meningkat ditandai dengan tumbuhnya jumlah aset dan penyaluran kredit....

Penerimaan Pajak dan realisasi Belanja Pemerintah pusat di daerah meningkat .... ....

Di bidang sistem pembayaran, aktivitas pembayaran tunai maupun RTGS mengalami peningkatan....

RINGKASAN EKSEKUTIF

3

demikian, perkembangan RTGS di Provinsi Jambi mengalami

pertumbuhan.

VI. Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Pada periode triwulan laporan, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK)

menunjukkan bahwa nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi

masyarakat terhadap kondisi pengangguran masih berada pada level

pesimis. Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang pendidikan

pada bulan April 2010 menurun sebesar 17,69% jika dibandingkan

dengan Maret 2010.

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi

bulan Juni 2010) mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan

sebelumnya (posisi Maret 2010). Sementara itu, rasio Upah Minimum

Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan II

tahun 2010 meningkat sebesar 709 bps jika dibandingkan triwulan I

tahun 2010.

VII. Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah

Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan III-

2010 diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan

II-2010. Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan

mendatang diperkirakan pada kisaran 6,30-7,30% (y-o-y).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi kontributor

utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan

mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi

didorong oleh sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor

perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi

serta sektor jasa-jasa.

Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan masih

cukup tinggi. Dengan demikian, inflasi tahunan (y-o-y) diperkirakan

meningkat dibandingkan triwulan laporan. Inflasi Kota Jambi pada

Triwulan II-2010 diperkirakan sebesar sebesar 8±1% (y-o-y).

Faktor-faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama

triwulan mendatang antara lain: 1)Meningkatnya demand masyarakat

terhadap kebutuhan barang dan jasa terutama terkait dengan datangnya

NTP Provinsi Jambi menurun.....

Laju pertumbuhan PDRB triwulan III-2010

diperkirakan berkisar 6,30-7,30% (y-o-y).....

Laju inflasi triwulan III-2010 diperkirakan

berkisar 8±1% (y-o-y).....

RINGKASAN EKSEKUTIF

4

bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri 1431 H serta perayaan Hari

Kemerdekaan Republik Indonesia, 2) Meningkatnya income masyarakat

(pembayaran THR) dan menurunnya suku bunga perbankan dapat

memicu meningkatnya konsumsi masyarakat, 3) Kondisi infrastruktur

(jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan biaya

distribusi dan transportasi barang dan jasa, 4) Tekanan melemahnya

Rupiah dapat mempengaruhi inflasi barang impor, 5) Kondisi cuaca di

musim pancaroba ini dapat menjadi ancaman dalam produksi pertanian

dan pendistribusian barang, serta 6)Potensi kenaikan harga minyak

mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-

bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar

internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu

meningkatnya angka inflasi pada periode triwulan III - 2010.

5

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

A. Umum

Perkembangan perekonomian Jambi pada triwulan II-2010 menunjukkan

akselerasi pertumbuhan dibandingkan triwulan I-2010. Pertumbuhan ekonomi

Jambi triwulan laporan mencapai 2,29% (q-t-q) meningkat dibandingkan

triwulan I-2010 yang sebesar 1,05% (q-t-q).

Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q)

1.551.32

1.791.64

2.68

0.77

1.43

0.96

1.27

3.01 3.04

1.18

0.55

1.57

2.08

1.34

1.05

2.29

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

4,500

5,000

Trw.I-0

6

Trw.II-0

6

Trw.III-

06

Trw.IV

-06

Trw.I-0

7

Trw.II-0

7

Trw.III-

07

Trw.IV

-07

Trw.I-0

8

Trw.II-0

8

Trw.III-

08

Trw.IV

-08

Trw.I-0

9

Trw.II-0

9

Trw.III-

09

Trw.IV

-09

Trw.I-1

0

Trw.II-1

0

Rp miliar

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

PersenNominal (aksis kiri) Pertumbuhan (aksis kanan)

Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) Gubernur Jambi pada

triwulan laporan memicu meningkatnya pengeluaran konsumsi pemerintah

sementara itu konsumsi rumah tangga juga mengalami peningkatan seiring

dengan musim liburan sekolah. Dari sisi produksi, meningkatnya produksi

pertanian serta perdagangan, hotel dan restoran memicu terakselerasinya

pertumbuhan ekonomi Jambi.

Pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan dipicu oleh

meningkatnya sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Membaiknya faktor cuaca pada triwulan laporan ikut memicu meningkatnya

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

6

produksi hasil perkebunan. Sementara itu, meningkatnya konsumsi masyarakat

dan pemerintah memicu meningkatnya aktivitas perdagangan di provinsi Jambi.

Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y)

%

6.06

6.746.25

5.27

4.16

5.435.69

6.17

7.98

6.47

5.656.17

6.93

4.53

4.08

6.306.215.84

6.73

5.48

8.758.51

6.82

4.50

5.96

6.687.057.64

3.00

5.00

7.00

9.00

Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q1V-07

Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q1V-08

Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q1V-09

Q1-010

Q2-010

Sumber: BPS (diolah)

Indonesia Jambi

Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi meningkat menjadi

sebesar 6,93% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 6,17%.

Pertumbuhan ekonomi Jambi juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan angka

nasional yang pada triwulan II-2010 yang sebesar 6,17%.

Tabel 1.1. Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi

Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan

I II III IV I II iii IV I II0.68 0.63 0.49 0.60 0.76 0.21 0.31 0.15 0.43 0.62

Pertambangan dan Penggalian 0.22 1.27 1.59 (0.03) (1.06) 0.14 0.05 (0.05) 0.03 0.06 Industri Pengolahan 0.11 0.29 0.23 (0.06) 0.12 0.09 0.48 0.27 0.26 0.44 Listrik, Air dan Gas 0.01 0.03 (0.03) 0.04 0.01 0.05 (0.00) 0.00 0.00 0.01

0.08 0.06 0.03 0.13 0.16 0.06 0.08 0.07 0.04 0.09 Perdagangan, Hotel dan Restoran (0.05) 0.22 0.20 0.29 0.07 0.55 0.55 0.36 0.17 0.47 Pengangkutan dan Komunikasi 0.04 (0.03) 0.15 0.13 0.04 0.12 0.21 0.18 0.03 0.23 Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan 0.08 0.45 0.25 (0.04) 0.31 0.22 0.26 0.16 0.04 0.06

0.10 0.08 0.14 0.11 0.15 0.12 0.14 0.20 0.06 0.30 1.27 3.01 3.04 1.18 0.55 1.57 2.08 1.34 1.05 2.29

I II III IV I II iii IV I IIPengeluaran Konsumsi Rumahtangga 0.48 2.19 2.58 0.91 (0.89) 0.84 2.68 0.67 0.30 0.39 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 0.22 0.13 1.06 0.07 (0.74) 0.67 0.87 0.99 (0.38) 0.73 Lembaga Swasta Nirlaba 0.00 0.01 0.01 0.05 0.03 0.02 0.01 0.01 0.10 0.05 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 0.09 0.24 0.18 0.90 (0.76) 0.17 0.27 0.76 (0.98) 0.14 Perubahan Stok 0.02 0.11 0.10 0.08 0.04 0.03 0.06 0.02 (0.08) 0.03

-8.42 0.90 -4.14 -0.20 2.14 0.85 5.70 0.10 -3.13 4.12-8.87 0.56 -3.25 0.62 -0.74 1.01 7.51 1.21 -5.22 3.171.27 3.01 3.04 1.18 0.55 1.57 2.08 1.34 1.05 2.29

2008* 2009**

2009**2008*

Ekspor

JENIS PENGELUARAN

ImporPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

LAPANGAN USAHA

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Pertanian

Bangunan

Jasa-Jasa

2010***

2010***

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

7

B. PDRB Sisi Produksi

Perkembangan PDRB Provinsi Jambi menunjukkan bahwa sektor-sektor

yang masih memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor pertanian, serta

sektor perdagangan, hotel dan restoran (lihat grafik 1.3). Kontribusi terbesar

terhadap pertumbuhan disumbangkan oleh sektor pertanian sebesar 0,62% (q-t-

q), diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (0,47%/q-t-q) dan sektor

industri pengolahan (0,44%/q-t-q).

Dari sisi distribusinya (share), pada periode triwulan laporan

menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar yaitu

45,03% dari jumlah PDRB Provinsi Jambi, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) 37,62%

dan sektor sekunder sebesar 17,35%.

Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q)

0.43

0.26

0.00

0.04

0.17

0.03

0.04

0.06

0.62

0.06

0.44

0.01

0.09

0.47

0.23

0.06

0.30

0.03

(0.40) (0.20) - 0.20 0.40 0.60 0.80

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Air dan Gas

bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pengangkutan dan Komunikasi

Keuangan, Persew aan dan Jasa Keuangan

Jasa-Jasa

Trw II-10

Trw I-10

Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar

Rp12,37 triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian

sebesar 25,97%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 19,06%, serta

sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,20%. Dengan demikian,

struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami

perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.4).

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

8

Grafik 1.4. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan II Tahun 2010

Perkebunan, Peternakan, Kehutanan &

Perikanan25.97%

Pertambangan dan Penggalian

19.06%Industri Pengolahan

11.84%Listrik dan Air bersih

0.77%Bangunan4.74%

Perdagangan, Hotel dan restauran

15.20%

Pengangkutan dan Komunikasi

6.76%

Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan4.99%

Jasa-jasa10.67%

1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

Pada triwulan laporan, sektor pertanian, perkebunan, peternakan,

kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 2,03% (q-t-q), meningkat

dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,40% (q-t-q).

Peningkatan laju pertumbuhan sektor ini berasal dari meningkatnya produksi

tanaman perkebunan.

Grafik 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I tahun 2010 (ha) Grafik 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan II tahun 2010 (ha)

33,553

3,4911,925

2,202 460 104851 621

Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar

Grafik 1.5

32,420

1,431

5,947

2,904 515

140 887 521

Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar

Grafik 1.6

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

9

Grafik 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I tahun 2010 (ha) Grafik 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan II tahun 2010 (ha)

29,25117,416

1,3541,356

404 103 753 440

Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar

Grafik 1.7

47,062

2,1451,288 2,034 468147780 538

Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai

Grafik 1.8 Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2010

Sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) mengalami pertumbuhan

sebesar 1,40% (q-t-q) melambat dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar

2,14% (q-t-q). Masih berlangsungnya musim panen di triwulan laporan memicu

meningkatnya pertumbuhan nilai tambah sektor tabama. Pada triwulan laporan,

luas panen komoditas tanaman bahan makanan (tabama) meningkat sebesar

3,39 Kha menjadi sebesar 54,46 Kha. Peningkatan luas panen tersebut terutama

disumbangkan oleh meningkatnya luas panen padi sawah sementara luas panen

padi ladang mengalami penurunan. Di sisi lain, luas tanam tanaman pangan juga

mengalami peningkatan, yaitu dari 43,21 Kha menjadi 44,76 Kha (grafik 1.5-

grafik 1.8).

Nilai Tukar Petani (NTP), mengalami sedikit penurunan dibandingkan

triwulan sebelumnya.1 NTP Juni 2010 dibandingkan NTP Maret 2010 meningkat

sebesar 0,03% menjadi 96,09. Tingginya peningkatan indeks yang dibayarkan

petani (0,99%) dibandingkan indeks yang diterima (0,97%) memicu penurunan

NTP petani pada triwulan laporan (lihat grafik 1.12). Seiring dengan itu, Nilai

Tukar Petani yang masih dibawah 100 menunjukkan bahwa pendapatan petani

Jambi masih lebih rendah dibanding harga-harga kebutuhan hidup dan biaya

bertani.

1 NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sehingga NTP merupakan cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

10

Grafik 1.9. Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi

6,373.16,790.0

2,678.33,717.2

1,290.71,403.8

0

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2007 2008 2009 2010Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi

Harga (Rp)

CPO INTI TBS 10 TAHUN

Sub sektor perkebunan yang mempunyai share sebesar 12,40% dari PDRB

mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,71% (q-t-q), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,15% (q-t-q). Relatif membaiknya cuaca

pada triwulan laporan ikut memicu meningkatnya hasil sadapan karet sehingga

produksi meningkat.

Namun demikian, produksi kelapa sawit mengalami penurunan pada

bulan laporan. Kondisi ini juga diiringi dengan menurunnya harga TBS dan CPO di

provinsi Jambi. Harga TBS yang mengalami peningkatan semenjak bulan Oktober

2009, kembali mengalami penurunan di awal triwulan II-2010. Sementara itu,

pada bulan Juni 2010, harga TBS 10 tahun dan CPO masing-masing mencapai

Rp1.371/kg dan Rp6.506/kg menurun masing-masing sebesar 2,31% dan 4,18%

dibandingkan posisi Maret 2010.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

11

Grafik 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%)

Grafik 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%)

12.10

10.97 (0.31)

(21.57)

53.21

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10

Produksi Hortikultura Produksi Karet Produksi Kelapa Sawit

Produksi Kelapa Produksi Pinang

Grafik 1.10

7.80

13.14

3.78

(40)

(20)

-

20

40

60

80

100

120

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10

Produksi Telur Produksi Daging Produksi Perikanan

Grafik 1.11

Grafik 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi

111.84112.92 113.92

117.94 119.21 119.74

94.82 94.72 95.14

80

90

100

110

120

130

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2009 2010

indeks terima indeks bayar NTP

Sumber: BPS Provinsi Jambi,2010.

Meningkatnya pertumbuhan sub sektor perkebunan disumbangkan oleh

meningkatnya hasil perkebunan pinang dan karet. Berdasarkan data prompt

indikator sub sektor perkebunan selama periode triwulan laporan, produksi

pinang meningkat 53,21%, sementara prouksi karet meningkat 10,97%. (lihat

grafik 1.10).

Realisasi penyaluran pupuk dalam menunjang proses produksi sub sektor

tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan

laporan sebesar 14.803 ton.2 Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Provinsi Jambi, penyaluran pupuk bersubsidi sebagian besar

didominasi oleh pupuk Urea (63,44%), diikuti oleh pupuk SP-36 (18,78%), NPK

Phonska (14,90%), dan ZA (2,87%).

2 Jenis pupuk bersubsidi yang disalurkan terdiri dari SP-36, ZA, NPK Phonska dan Urea.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

12

Grafik 1.13. Distribusi Jenis Pupuk Grafik 1.14. Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000

TW I

TW II

TW III

TW IV

TW I

TW II

TW III

TW IV

TW I

TW II

2008

2009

2010

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi

(Ton)

SP-36/Superphos ZA NPK PHONSKA Urea

Grafik 1.13

(40.00)

(20.00)

-

20.00

40.00

60.00

80.00

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

20000

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2008 2009 2010

Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi

Persen (%)Ton

Realisasi Pupuk (Ton) Pertumbuhan Realisasi Pupuk

Grafik 1.14

Pada triwulan laporan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya tumbuh

melambat yaitu sebesar 0,77% (q-t-q) dibandingkan triwulan lalu yang sebesar

0,84% (q-t-q). Seiring dengan itu, berdasarkan data indikator produksi , baik

produksi daging maupun telur tetap meningkat pada triwulan laporan.

Sementara itu sub sektor perikanan mengalami peningkatan sebesar 2,59% (q-t-

q) meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 0,35% (q-t-q).

Sub sektor kehutanan mengalami pertumbuhan sebesar 1,44% (q-t-q).

Setelah selalu tumbuh di bawah 1% sejak beberapa tahun terakhir pasca aktifnya

pemberantasan penebangan liar (illegal logging), pada triwulan laporan

perkembangan sub sektor kehutanan menunjukkan angka yang cukup baik.

2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan pertumbuhan

mencapai 2,76% (q-t-q); meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya sebesar 0,97% (q-t-q). Musim liburan sekolah serta penyelenggaraan

Pilkada pada triwulan laporan menyebabkan tingginy aktivitas perdagangan di

provinsi Jambi serta meningkatnya penggunaan hotel dan restoran.

Pada triwulan laporan, sub sektor perdagangan besar dan eceran

tumbuh mencapai 2,85% (q-t-q) meningkat dari triwulan sebelumnya 1,03% (q-

t-q). Sub sektor hotel dan sub sektor restoran masing-masing tumbuh sebesar

2,68% (q-t-q) serta 1,46% (q-t-q).

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

13

Grafik 1.15. Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Grafik 1.16. Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis

5.59

69.82

(0.37)

12.80

24.18

(20)

-

20

40

60

80

100

120

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10

(%) Persen

Harga Perdagangan Besar Harga Perdagangan Barang Konstruksi Perdagangan Kendaraan BermotorPerdagangan PulsaTingkat Hunian HotelRestorasi

* Perhitungan perdagangan kendaraan bermotor, perdagangan pulsa dan restorasi sejak tahun 2009

Grafik 1.15

(25.48)

5.61 4.88

22.41

(10.43)

4.43

(7.36)

8.99

(7.42)

19.27

(0.46)

12.96

(15.75)

11.94

-30.0

-20.0

-10.0

0.0

10.0

20.0

30.0

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)

KWH (dalam Ribuan)

Bisnis Pertumbuhan Bisnis

Grafik 1.16

Masih tumbuhnya sektor PHR pada triwulan laporan dikonfirmasi dengan

meningkatnya indeks produksi baik sub sektor perdagangan, restorasi dan tingkat

hunian hotel. Peningkatan yang cukup signifikan dialami oleh indeks

perdagangan kendaraan bermotor dan indeks restorasi yaitu masing-masing

sebesar 69,82% dan 24,18%. (lihat grafik 1.16.).

Meningkatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran

berpengaruh pada meningkatnya konsumsi listrik untuk bisinis. Konsumsi listrik

bisnis yang sempat menurun pada triwulan lalu, saat ini mengalami peningkatan

sebesar 11,94%.

Berdasarkan pangsanya, sektor perdagangan, hotel dan restoran

didominasi oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai

14,10% terhadap PDRB, diikuti oleh sub sektor restoran dan sub sektor hotel

masing-masing sebesar 0,91% dan 0,20%.

3. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 0,58% (q-t-q)

meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,23%

(q-t-q). Kondisi ini didorong oleh meningkatnya pertumbuhan hasil

pertambangan migas, non migas dan penggalian masing-masing sebesar 0,38%;

1,34%; 1,44%. Peningkatan produksi migas pada triwulan laporan diperkirakan

berasal dari meningkatnya lifting gas alam (LPG).

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

14

Grafik 1.17. PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Grafik 1.19. Lifting Minyak Bumi

Barel

-

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi. *: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk triwulan II-2010

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

Persen (%)

M inyak Bumi (Barel)

Pertumbuhan, aksis kanan

Grafik 1.18. Lifting Minyak Bumi

BBTU

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi. *: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk triwulan II-2010

(40.00)

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

Persen (%)

Lifting Gas Alam (BBTU), aksis kiriPertumbuhan, aksis kanan

Meningkatnya hasil produksi penggalian salah satunya dipicu oleh

peningkatan produksi bahan galian gol. C. Hal ini dikonfirmasi dari meningkatnya

indeks produksi penggalian sebesar 27,24% pada triwulan laporan. Sementara

itu perkembangan produksi batu bara relatif belum menunjukkan perkembangan

yang menggembirakan. Salah satu kendala dalam pengembangan usaha batu

bara di Jambi adalah terkait dengan perizinan. Mudahnya proses izin usaha batu

bara diharapkan dapat semakin menggalakkan pengembangan sektor ini yang

berpotensi meningkatkan pendapatan asli daerah.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

15

Grafik 1.19. Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%)

(1.80)

27.24

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10

Produksi Batubara Produksi Bahan Galian Gol.C

4. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan tumbuh mencapai 3,24% (q-t-q), meningkat

bila dibandingkan angka triwulan sebelumnya 1,91% (q-t-q). Melambatnya

pertumbuhan pada sektor ini dipicu oleh meningkatnya pertumbuhan sub sektor

industri tanpa migas sebesar 3,44% (q-t-q).

Grafik 1.20. Volume Penjualan Minyak Bakar Grafik 1.21. Volume Penjualan Minyak Diesel

(100.0)

(50.0)

-

50.0

100.0

150.0

200.0

250.0

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010

(%)

Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang

Kilo Liter

M. Bakar g.Myk. Bakar

Grafik 1.20

(60.0)

(40.0)

(20.0)

-

20.0

40.0

60.0

80.0

-

200

400

600

800

1,000

1,200

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010

(%)

Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang

Kilo Liter

M. Diesel g.Myk. Diesel

Grafik 1.21

Grafik 1.22. Perkembangan Total Pemakaian Listrik sektor industri

(1.48)

3.86

6.88

(10.46)

(2.21)

4.69

(13.99)

(0.16)

2.16

5.39

(3.61)

18.82

4.49

22.21

-20.0

-15.0

-10.0

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

20,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2010 (diolah)

KWH (dalam Ribuan)

Industri Pertumbuhan Industri

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

16

Meningkatnya pertumbuhan industri pengolahan tercermin dari

meningkatnya konsumsi listrik untuk industri dan minyak bakar. Konsumsi listrik

untuk industri meningkat signifikan dengan tumbuh mencapai 22,21% lebih

tinggi dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 4,40%.

Grafik 1.23. Perkembangan Indeks Produksi Industri Karet, CPO, Makanan dan Minuman Grafik 1.24. Perkembangan Indeks Produksi Industri Barang dari Semen, Kayu dan Batu Bata

21.73 11.20

24.55

(50)

-

50

100

150

200

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10Industri Karet Industri CPO

Industri Makanan Industri Minuman Grafik 1.23

8.88 8.12 (3.22)

(150)

(50)

50

150

250

350

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10

Industri Barang dari Semen Industri Barang dari Kayu Industri Batu Bata

Grafik 1.24

Meningkatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan tanpa migas

tercermin dari meningkatnya pertumbuhan mayoritas komoditi industri. Komoditi

industri pengolahan yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri

makanan dan minuman yang masing-masing tumbuh sebesar 24,55% dan

24,35%. Sementara itu, industri karet yang merupakan salah satu industri

unggulan di Jambi mengalami peningkatan sebesar 21,73%. Meningkatnya hasil

perkebunan karet pada triwulan laporan memicu meningkatnya hasil produksi

industri karet.

5. Sektor-sektor Lain

Sektor listrik, gas, dan air (LGA) bersih tumbuh sebesar 0,97% (q-t-q)

pada triwulan laporan atau lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang sebesar 0,37% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan sektor ini

berasal dari tumbuhnya sub sektor listrik dan air bersih yaitu masing-masing

sebesar 1,04% (q-t-q) dan 0,55% (q-t-q).

Seiring dengan itu, jumlah konsumsi listrik pada triwulan laporan

mengalami peningkatan sebesar 9,20%. Peningkatan konsumsi listrik ini

disebabkan oleh meningkatnya semua jenis pelanggan listrik. Sementara itu,

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

17

jumlah pelanggan listrik juga meningkat sebesar 1,19% dibandingkan triwulan

lalu.

Grafik 1.25. Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik 1.26. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik

(2.25)

4.68

6.77 6.77

(2.64)

7.05

(1.80)

8.02

(3.49)

6.99

1.45 3.60

(0.05)

9.20

-5.0

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)

KWH (dalam Ribuan)

Total Pemakaian Pertumbuhan Total

Grafik 1.25

2.14

0.75

2.93

3.60 3.41

2.82

2.32

2.57

3.05

0.50 0.41

1.28

3.10

1.19

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)

Pelanggan

Total Pelanggan Perumbuhan Pelanggan

Grafik 1.26

Sementara, sub sektor air bersih tumbuh sebesar 0,55% (q-t-q).

Konsumsi air bersih melalu PDAM Kota Jambi pada triwulan laporan sebesar 2,62

juta M² meningkat sebesar 2,86% dari triwulan lalu. Peningkatan ini dipicu oleh

meningkatnya konsumsi air baik oleh rumah tangga maupun industri masung-

masing sebesar 2,63% dan 6,96%.

Grafik 1.27. Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

400,000

450,000

500,000

550,000

600,000

650,000

700,000

750,000

800,000

850,000

900,000

4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2008 2009 2010

m3

Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2009

m3

Rumah Tangga

Industri

Sektor bangunan masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 1,88% (q-t-

q), meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,77% (q-t-q).

Meningkatnya pertumbuhan sektor bangunan dikonfirmasi dengan naiknya

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

18

indeks industri barang dari semen dan indeks industri batu bata masing-masing

sebesar 8,12% dan 34,67%. Namun demikian, konsumsi semen mengalami

penurunan jika dibandingkan triwulan lalu sebesar 12,07%.

Grafik 1.28. Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2007 2008 2009 2010

(30.00)

(20.00)

(10.00)

-

10.00

20.00

30.00

40.00

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia dan BPS Provinsi Jambi (diolah)

PDRB sektor Bangunan (juta Rp), aksis kiri Konsumsi Semen (ton), aksis kiri

Pert . Konsumsi Semen (%), aksis kanan Pert. PDRB Bangunan (%), aksis kanan

Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar

2,98% (q-t-q) pada triwulan laporan, meningkat dari triwulan sebelumnya yang

tumbuh sebesar 0,32% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan sektor ini berasal

dari meningkatnya pertumbuhan sub sektor pengangkutan maupun komunikasi

masing-masing sebesar 2,83% (q-t-q) dan 4,44% (q-t-q).

Memasuki masa liburan sekolah pada bulan Juni lalu, aktivitas

transportasi meningkat baik angkutan darat maupun udara. Sementarta itu,

menjelang PILKADA Gubernur Jambi, aktivitas transportasi terutama transportasi

darat juga meningkat seiring dengan penyelenggaraan kampanye di seluruh

kabupaten/kota oleh semua calon.

Sektor angkutan udara meningkat 3,23% (q-t-q). Hal ini tercermin dari

jumlah lalu lintas penumpang di Bandar Udara Sultan Thaha masih yang

mengalami peningkatan baik untuk kedatangan dan keberangkatan masing-

masing 8,23% dan 8,88%.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

19

Grafik 1.29. PDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

60

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

TW II TW III TW IV

TW I TW II TW III TW IV

TW I TW II TW III TW IV

TW I TW II TW III TW IV

TW I TW II TW III TW IV

TW I TW II

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang dan BPS Provinsi Jambi (diolah)

PDRB sub sektor Angkutan Udara (juta Rp), aksis kiriKonsumsi Avtur (ratusan liter), aksis kiriPert. Konsumsi Avtur (%), aksis kanan

Grafik 1.30. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang

Grafik 1.31. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang

(15)

(10)

(5)

-

5

10

15

20

-

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: PT. Angkasa Pura II

ribu orang

Kedatangan Penumpang (aksis kiri) Keberangkatan Penumpang (aksis kiri)

Datang (aksis kanan) Berangkat (aksis kanan)

Grafik 1.30

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

60

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: PT.Angkasa Pura II

ton

Jumlah Bongkar (aksis kiri) Jumlah Muat (aksis kiri)

Pertumbuhan Bongkar (aksis kana) Pertumbuhan Muat (aksis kanan)

Grafik 1.31

Pada triwulan laporan, sub sektor angkutan laut tumbuh sebesar 0,93%.

Tumbuhnya sub sektor angkutan tercermin dari meningkatnya arus peti kemas

sementara arus barang mengalami penurunan. Total arus barang tercatat

sebanyak 1,15 juta ton, menurun 28,92% dibandingkan triwulan sebelumnya.3

Sedangkan jumlah arus peti kemas berdasarkan perdagangan di Pelabuhan

Tungkal dan Pelabuhan Talang Dukuh sebesar 12.494 peti kemas, meningkat

21,05% dibandingkan triwulan sebelumnya.4

3 Total arus barang yang dimaksud terdiri dari impor, ekspor, bongkar dan muat.. 4 Arus Peti kemas diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: 20”, 40” serta diatas 40”. Arus barang berdasarkan perdagangan yaitu impor, ekspor, bongkar dan muat.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

20

Grafik 1.32. Perkembangan Total Arus Peti Kemas Grafik 1.33. Perkembangan Total Arus Barang

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

1800

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

persen(%)

Sumber: Pelindo Jambi

ribu unit

Jumlah Total Arus Barang Pertumbuhan

Grafik 1.32

-100

-50

0

50

100

150

200

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

persen(%)

Sumber: Pelindo Jambi

ribu unit

Jumlah Arus Peti Kemas Pertumbuhan

Grafik 1.33

Perkembangan sub sektor telekomunikasi tercermin dari jasa pos dan

telekomunikasi serta jasa penunjang komunikasi masing-masing yang mengalami

pertumbuhan sebesar 4,44% (q-t-q) dan 4,45% (q-t-q), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 2,18% (q-t-q) dan 1,79% (q-t-q).

Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar

1,12% (q-t-q) pada triwulan laporan atau meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 0,75% (q-t-q). Peningkatan tersebut terutama

disumbangkan oleh meningkatnya pertumbuhan sub sektor jasa penunjang

keuangan. Di sisi lain, sub sektor bank mengalami perlambatan dengan tumbuh

sebesar 0,68% (q-t-q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencapai 0,81% (q-t-q).

Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan tumbuh 3,47% (q-t-q) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 0,73% (q-t-q).

Peningkatan ini terutama dipicu oleh meningkatnya jasa pemerintahan umum

sebesar 4,03% (q-t-q). Kondisi ini mencerminkan mulai terakselarasinya belanja

pemerintah pada triwulan laporan.

C. PDRB Sisi Pengeluaran

Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada

triwulan laporan terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi pemerintah

dan rumah tangga. Di samping itu, perdagangan antar daerah dan luar negeri

provinsi Jambi yang tercermin dari angka ekspor dan impor juga mengalami

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

21

peningkatan. Sementara itu lebih tingginya nilai impor (dari luar daerah dan luar

negeri) dari pada ekspor (ke luar daerah dan luar negeri) menyebabkan Provinsi

Jambi mengalami net impor pada triwulan laporan.

Grafik 1.34. Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 5

0.30

-0.38

0.10

-0.98

-0.08

2.09

0.39

0.73

0.05

0.14

0.03

0.95

-1.50 -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Lembaga Swasta Nirlaba

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto

Perubahan Stok

Net Ekspor/Impor

Trw II-10 Trw I-10

Dari sisi distribusinya (share), konsumsi rumah tangga masih mempunyai

pangsa yang paling besar, yaitu mencapai 62,96% dari PDRB Jambi pada triwulan

II-2010 (lihat grafik 1.34). Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah dan

PMTDB juga memiliki pangsa yang relatif besar dengan masing-masing sebesar

17,94% dan 17,20%. Sedangkan share perubahan stok sebesar 2,56% dan

lembaga swasta nirlaba sebesar 0,68%.

Grafik 1.35. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan II tahun 20106

Pengeluaran konsumsi rumah

tangga62.96%

Pengeluaran Konsumsi

pemerintah 17.94%

Lembaga Swasta Nirlaba0.68%

Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto17.20%

Perubahan Stok2,56%

Net Impor1.44%

5 Yang dimaksud kontribusi ’net ekspor’ adalah nilai kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor. 6 Pangsa (share) net impor sebesar 9,67% merupakan pengurang dari total share PDRB sisi pengeluaran.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

22

1. Pengeluaran Konsumsi

Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga

konstan selama triwulan laporan sebesar 0,54% (q-t-q), meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya 0,42% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan konsumsi

masyarakat terlihat dari meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga sebesar

8,51%. Hal ini didukung juga dengan meningkatnya indeks ekspektasi konsumen

(IEK) dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 1.36. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)

Grafik 1.37. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Indeks

0

20

40

60

80

100

120

140

160

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen

Grafik 1.36

(0.55)1.75

7.87 6.51

(2.87)

6.73

0.64

8.29

(1.94)

4.98 4.25

0.40 1.15

8.51

-4.0

-2.0

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

-20,000 40,000 60,000 80,000

100,000 120,000 140,000 160,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

Persen (%)

Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)

KWH (dalam Ribuan)

Rumah Tangga Pertumbuhan RT

Grafik 1.37

Meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan

laporan juga ditopang oleh meningkatnya daya beli masyarakat terhadap

pembelian kendaraan bermotor. Penjualan kendaraan bermotor pada triwulan

laporan meningkat signifikan sebesar 30,48% yang terutama didorong oleh

meningkatnya penjualan sepeda motor (30,96%) serta sedan, jeep dan minibus

(21,26%). Kondisi ini mencerminkan semakin membaiknya konsumsi masyarakat

di tahun 2010.

Pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami peningkatan sebesar

3,78% (q-t-q), dari triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan mencapai

1,92% (q-t-q). Terselenggaranya PILKADA Gubernur Jambi pada triwulan laporan

memicu meningkatnya pengeluaran pemerintah. Sementara itu, memasuki

pertengahan tahun, proyek-proyek pembangunan sudah mulai berjalan sehingga

turut mengakselerasi pengeluaran konsumsi pemerintah.

Di sisi lain, pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba tumbuh mencapai

7,00% (q-t-q), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 17,02% (q-

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

23

t-q). Tingginya pertumbuhan konsumsi swasta pada triwulan lalu dipicu oleh

siklus masa tutup buku yang berakhir di bulan Februari-April.

Grafik 1.38. Perkembangan Penjualan Premium Grafik 1.39. Perkembangan Penjualan Solar

Grafik 1.40. Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Grafik 1.41. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi

Grafik 1.42. Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Grafik 1.43. Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru

(10.0)

(5.0)

-

5.0

10.0

15.0

20.0

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

90,000

100,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010

(%)

Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang

Kilo Liter

Premium g.Premium

Grafik 1.38.

(30.0)

(20.0)

(10.0)

-

10.0

20.0

30.0

40.0

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010

(%)

Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang

Kilo Liter

M. Solar g.M. Solar

Grafik 1.39.

(20.0)

(15.0)

(10.0)

(5.0)

-

5.0

10.0

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2006 2007 2008 2009 2010

(%)

Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang

Kilo Liter

M.Tanah g.M.Tanah

Grafik 1.40.

7.03

1.873.803.60

3.33

12.6811.96

5.24

8.38

10.9811.71

2.43

5.48

9.01

1.77

-0.42

12.15

9.76

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

3,500,000

4,000,000

4,500,000

5,000,000

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

16

TW I TW II TW III

TW IV

TW I TW II TW III

TW IV

TW I TW II TW III

TW IV

TW I TW II TW III

TW IV

TW I TW II

2006 2007 2008 2009 2010

Kredit Konsumsi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Konsumsi (%),aksis kiri Grafik 1.41.

(14.21)

21.56 26.81

9.78

23.64

1.61 (1.58)

(32.52)

(33.43)

8.22

43.83

3.99 8.18

30.48

(50)(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40 50

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

Persen(%)

Sumber: Dispenda Provinsi Jambi

unitKENDARAAN BERMOTOR Pertumbuhan

Grafik 1.42.

(15.19)

21.26 26.81

10.01

23.49

1.05 (1.04)

(32.73)(34.04)

9.33

44.35

4.06

7.83

30.96

(50)

(40)

(30)

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

Persen(%)

Sumber: Dispenda Provinsi Jambi

unitSEPEDA MOTOR Pertumbuhan

Grafik 1.43.

2. Investasi

Pada triwulan laporan, pembentukan modal tetap domestik bruto

(PMTDB) meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pembentukan

modal tetap domestik bruto (PMTDB) meningkat sebesar 0,95% (q-t-q) setelah

pada triwulan lalu turun sebesar 5,99% (q-t-q). Setelah mengalami tren

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

24

penurunan di awal tahun, investasi pada triwulan II-2010 kini mengalami

peningkatan.

Grafik 1.44. Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Grafik 1.45. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi

Grafik 1.46. Konsumsi Semen Provinsi Jambi

(60)

(40)

(20)

-

20

40

60

-

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

Persen(%)

Sumber: Dispenda Provinsi Jambi

unit

TRUCK/PICK UP Pertumbuhan

Grafik 1.44.

1.50

2.33 2.704.28

3.261.60

14.28

16.6516.18

11.7810.28

1.21

-0.11

4.85

9.65

5.92

-5.85

13.34

0

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

1,800,000

2,000,000

-10

-5

0

5

10

15

20

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II

2006 2007 2008 2009 2010

Kredit Investasi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Investasi (%),aksis kiri

Grafik 1.45.

Ton

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2008 2009 2010

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah

(60.0)

(40.0)

(20.0)

-

20.0

40.0

60.0

80.0(%)

Konsumsi SemenPertumbuhan

Grafik 1.46.

Sementara itu, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) terlihat

situasi bisnis masih cukup baik pada triwulan laporan, tercermin dari nilai saldo

bersih situasi bisnis dunia usaha sebesar 22,92. Masih relatif baiknya situasi bisnis

dunia usaha juga berdampak pada masih tumbuhnya kredit investasi sebesar

13,34% atau sebesar Rp222,28 miliar pada triwulan laporan. Hal ini juga

tercermin dari prompt indikator investasi yaitu meningkatnya penjualan

kendaraan truck/pick up sebesar 31,75%.

Perubahan stok pada triwulan II-2010 mengalami peningkatan sebesar

0,90% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya yang menurun sebesar 2,64% (q-t-q).

Meningkatnya hasil produksi sektoral pada triwulan laporan ikut memicu

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

25

meningkatnya perubahan stok. Sementara, pangsa stok pada triwulan laporan

sebesar 2,56%.

3. Perdagangan Eksternal7

Perkembangan ekspor dan impor Provinsi Jambi (ke/dari luar daerah

maupun ke/dari luar negeri) mengalami peningkatan. Ekspor barang (dari luar

provinsi maupun luar negeri) meningkat mencapai 8,11% (q-t-q) dibandingkan

triwulan sebelumnya yang turun 5,75% (q-t-q). Sementara impor barang (dari

luar provinsi maupun luar negeri) meningkat 5,20% jika dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yang turun 7,82% (q-t-q). Pada triwulan laporan, impor

Provinsi Jambi mencapai Rp5,99 triliun, lebih tinggi dibandingkan ekspor yang

hanya mencapai Rp5,81 triliun.

3.1. Ekspor Impor Antar Daerah

Dilihat karakteristiknya, ketergantungan Provinsi Jambi dari daerah

(provinsi lain) cukuplah besar. Hal ini dapat dilihat dari pangsa impor yang relatif

lebih besar dibandingkan ekspor. Sekitar 95,14% impor Provinsi Jambi berasal

dari daerah lain, hanya sekitar 4,86% yang berasal dari luar negeri. Sejalan

dengan hal tersebut, perkembangan ekspor juga didominasi oleh ekspor ke luar

daerah (provinsi lain) yang mencapai 61,43% dari total ekspor Provinsi Jambi.

Grafik 1.47. Pangsa Ekspor Provinsi Jambi triwulan II-2010 Grafik 1.48. Pangsa Impor Provinsi Jambi triwulan II-2010

Ekspor Luar Negeri

38.57%

Ekspor Antar

Daerah61.43%

Grafik 1.47

Impor Luar Negeri4.86%

Impor Antar Daerah95.14%

Grafik 1.48

7 Pembahasan dalam perdagangan eksternal dilihat dari ekspor impor Jambi secara keseluruhan yang dirinci menjadi a) ekspor impor antar daerah serta b) ekspor impor luar negeri berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB) dengan sumber data berasal dari DSM, BI.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

26

Ekspor Provinsi Jambi ke luar daerah (provinsi lain) meningkat sebesar

9,25% (q-t-q) sementara ekspor ke luar negeri meningkat sebesar 7,12% (q-t-q).

Di sisi lain, pertumbuhan impor Provinsi Jambi dari luar negeri sebesar 8,00% (q-

t-q) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan impor ke daerah

(provinsi) lain yang sebesar 5,07% (q-t-q).

3.2. Ekspor Impor Luar Negeri

Perkembangan ekspor impor luar negeri Provinsi Jambi masih mengalami

perkembangan yang baik. Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang

(PEB), ekspor Provinsi Jambi sebesar USD 213,68 juta sedangkan impor sebesar

USD 30,43 juta pada triwulan laporan.8 Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi

mengalami net ekspor sebesar USD 120,61 juta, meningkat sebesar 24,86%

dibandingkan posisi yang sama periode triwulan sebelumnya yang mencapai USD

96,60 juta.9 Ekspor Provinsi Jambi masih didominasi oleh komoditas karet dan

CPO.10 Sementara kelompok peralatan mesin dan transport masih mendominasi

nilai impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan.

Grafik 1.49. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi

0

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2008 2009 2010Sumber: DSM, Bank Indonesia

ribu USD

Impor Ekspor Net

8 Data Bulan April-Mei 2010 (Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter, Bank Indonesia). 9 Net ekspor yang dimaksud disini adalah net ekspor bulan dibandingkan net ekspor bulan April-Mei2010 dengan Januari-Februari 2010. 10 Klasifikasi barang menurut Standard International Trading Classification (SITC).

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

27

Grafik 1.50. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi

-

20,000

40,000

60,000

80,000

100,000

120,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2008 2009 2010

CRUDE MATERIALS, INEDIBLE ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS LAINNYA

Grafik 1.51. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2009 2010

Ribu USD

23 - CRUDE RUBBER 25 - PULP AND WASTE PAPER 42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 64 - PAPER,PAPERBOARD&MFD THEREOF 32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES LAINNYA

Pada triwulan laporan (April-Mei 2010), ekspor ke luar negeri Provinsi

Jambi meningkat sebesar 53,96% dibandingkan periode yang sama triwulan

sebelumnya (Januari-Februari 2010), yaitu dari USD 138,77 juta menjadi USD

213,68 juta. Berdasarkan komoditasnya, peningkatan ekspor pada triwulan

laporan dipicu oleh ekspor karet mentah (crude rubber) sebesar USD 148,17 juta

(69,34% dari total ekspor Provinsi Jambi). Meningkatnya produksi karet di

triwulan laporan serta terus meningkatnya permintaan karet mentah dari negara

mitra dagang serta terus meningkatnya harga internasional karet, memicu

peningkatan nilai ekspor Provinsi Jambi.

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

28

Grafik 1.52. Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2009 2010

Ribu USD

C. UNITED STATES OF AMERICA SINGAPORE MALAYSIA C. JAPAN C. R.R.C LAINNYA

Grafik 1.53. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2009 2010C. UNITED STATES OF AMERICA MALAYSIA C. JAPAN C. R.R.C #REF! LAINNYA

Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor tertinggi (April-Mei 2010)

dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 148,17 juta

atau 69,34% dari total ekspor non migas, sementara nilai ekspor lemak nabati

dan minyak (fixed, vegetable oil and fats), serta kertas, kertas karton dan

olahannya (paper,paperboard&mfd thereof) masing-masing mencapai USD 30,22

juta (14,14% dari total ekspor non migas), dan USD 9,19 juta (2,57% dari total

ekspor non migas).

Ekspor non migas lain yang cukup besar kontribusinya adalah komoditas

pulp dan kertas (pulp and waste paper) serta batu bara dan briket (coal, coke and

briquettes) yang masing-masing mencapai USD 6,79 juta (3,18%) serta USD 5,49

juta (2,57%). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

29

ekspor produk primer masih mendominasi terutama komoditas karet mentah,

lemak nabati dan minyak, disusul pulp dan kertas.

Berdasarkan negara tujuan, meningkatnya ekspor provinsi Jambi pada

triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya ekspor ke Malaysia dan Ameraka

Serikat yang masing-masing meningkat USD 17,90 juta (148,34%) dan USD

16,01 juta (52,39%). Berdasarkan pangsanya negara tujuan ekspor utama

provinsi Jambi berada di kawasan Asia yang hampir setara dengan 59,93% total

ekspor Provinsi Jambi. Penyumbang utama ekspor ke negara Asia adalah

Singapura yang mencapai USD 34,42 juta (16,11%), diikuti Malaysia sebesar USD

29,97 juta (14,02%), dan Jepang sebesar USD 23,17 juta (10,84%). Sementara

ekspor ke negara Amerika Serikat sebesar USD 46,56 juta (21,79%) pada

triwulan laporan.

Dari sisi impor (April-Mei 2010), impor non migas mengalami peningkatan

sebesar 67,64% (USD 12,28 juta) jika dibandingkan periode yang sama triwulan

sebelumnya (Januari-Februari 2010) sehingga menjadi sebesar USD 30,43 juta.

Impor migas luar negeri terbesar adalah untuk perlengkapan dan mesin penghasil

daya (power generating machine & equipment) sebesar USD 10,32 juta (33,92%)

diikuti dengan Perlengkapan dan mesin industri (General industrial mach & eqpt.)

sebesar USD 4,00 juta (13,16%). Peningkatan impor pada triwulan laporan

disebabkan oleh meningkatnya sub mesin penghasil daya (power generating

machine & equipment) sebesar USD 6,13 juta (meningkat 146,40%).

Grafik 1.54. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2008 2009 2009

MACHINERY & TRANSPORT EQP CHEMICAL LAINNYA

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

30

Grafik 1.55. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2009 2010

Ribu USD71 - POWER GENERATING MACH. & EQP 72 - MACH.SPECIAL FOR PARTIC.INDS

74 - GENERAL INDUSTRIAL MACH.&EQP 59 - CHEM.MATERIALS& PRODUCTS,NES

LAINNYA

Pangsa impor Provinsi Jambi pada periode triwulan laporan masih

didominasi oleh kelompok peralatan mesin dan transport (machinery&transport

equipment) yang menguasai 56,33% dari nilai impor. Selain itu, kelompok

barang-barang manufaktur juga memberikan kontribusi impor sebesar 26,64%

dari total impor Provinsi Jambi dengan komoditas utamanya adalah besi dan baja

sebesar USD 7,12 juta.

Grafik 1.56. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2009 2010

Ribu USD

C. CANADA SINGAPORE MALAYSIA C. HONGKONG C. TAIWAN C. R.R.C LAINNYA

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

31

Grafik 1.57. Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5

2009 2010LAINNYA C. R.R.C C. TAIWAN C. HONGKONG

MALAYSIA SINGAPORE C. CANADA

Berdasarkan negara penjual, impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan

terutama berasal dari Singapura sebesar USD 14,83 juta (48,72%), diikuti dengan

Hongkong sebesar USD 10,88 juta (35,76%) dari total impor pada triwulan

laporan (s.d. bulan Mei) sebesar USD 30,43 juta.

Halaman ini sengaja dikosongkan

i

Boks 1.

DAMPAK PENYELENGGARAAN PEMILUKADA TERHADAP PEREKONOMIAN

JAMBI

I. PENDAHULUAN

Pemilukada yang diselenggarakan di Provinsi Jambi pada tanggal 19 Juni 2010

bukan saja menjadi media implementasi prinsip demokrasi namun juga berdampak

secara ekonomi. Dalam tahapan pemilukada biasanya terjadi peningkatan

pengeluaran, baik yang dilakukan oleh peserta pemilukada maupun yang bersumber

dari pemerintah yang dianggarkan dalam APBD. Kondisi ini berpotensi memberi

dampak yang positif bagi kinerja perekonomian terutama yang berasal dari

meningkatnya belanja konsumsi beberapa sektor terkait.

Ada beberapa sektor yang ditenggarai menerima dampak meningkatnya

pengeluaran karena Pemilukada. Sektor dimaksud diantaranya adalah industri

pengolahan kertas dan barang cetakan, sektor perdagangan, hotel dan restoran,

sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perbankan dan lembaga keuangan

lainnya (jasa perusahaan) serta sektor jasa pemerintahan. Dampak tersebut akan

menjadi sangat optimal bila belanja pemilukada tersebut secara maksimal terserap oleh

pelaku ekonomi di Provinsi Jambi.

Bila mencermati fenomena yang terjadi, tidak semua dana pengeluaran

pemilukada dibelanjakan di daerah Provinsi Jambi. Beberapa argumentasi yang dapat

menjelaskan fenomena tersebut antara lain, pertama adanya penggunaan jasa

konsultan marketing politik yang berasal dari Jakarta. Kedua, kapasitas dan teknik

produksi pada sektor ekonomi terkait yang masih terbatas. Dengan demikian terdapat

kecenderungan sebagian besar belanja konsumsi dalam pemilukada terjadi diluar

Provinsi Jambi. Bila hipotesis ini benar maka pemilukada tidak secara signifikan

berdampak terhadap perekonomian Jambi. Untuk lebih mengetahui secara spesifik

dampak pemilukada terhadap perekonomian Jambi maka diperlukan sebuah kajian

singkat lebih lanjut.

II. KERANGKA KONSEPSIONAL

Indikator ekonomi yang paling umum digunakan untuk memahami

perkembangan perekonomian suatu daerah dapat diamati dari perkembangan nilai

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara konsepsional ada 3 pendekatan dalam

perhitungan nilai PDRB yaitu pendekatan produksi (production approach), pendekatan

pengeluaran (consumption approach) dan pendekatan pendapatan (income approach).

Pendekatan pertama dan kedua merupakan pendekatan yang lebih populer digunakan

dalam menganalisis perekonomian suatu daerah guna perumusan kebijakan.

ii

Pada pendekatan produksi, perekonomian dikelompokan kedalam sembilan

sektor produksi. Nilai PDRB dihitung berdasarkan nilai tambah yang dihasilkan oleh

masing-masing sektor produksi. Dalam kasus pemilukada, pengeluaran yang terjadi

akan mendorong dan menjadi stimulus pada sektor-sektor yang terkait sehingga

diharapkan berdampak terhadap perekonomian secara keseluruhan. Sedangkan

pendekatan pengeluaran, nilai PDRB dihitung berdasarkan pengeluaran yang dilakukan

oleh 4 pelaku ekonomi yaitu rumah tangga (C), swasta (I), pemerintah (G) dan

perdagangan luar negeri (X-M). Dampak pengeluaran pemilukada akan terlihat melalui

peningkatan pengeluaran konsumsi pemerintah dan pengeluaran lembaga swasta

nirlaba.

Bila kita mencoba melakukan analisis dampak Pemilukada terhadap

perekonomian maka analisis akan dimulai dari seberapa besar dana yang tersalurkan

kepada masyarakat dalam aktivitas pemilukada. Secara substantif, kucuran dana ke

masyarakat berasal dari dua sumber yaitu dari dana kampanye calon peserta

pemilukada dan partai pengusung serta dana APBD untuk membiayai

penyelenggaraan pemilukada.

Undang-Undang No.32 Tahun 2004 pasal 112 menyatakan bahwa anggaran

penyelenggaraan pemilukada adalah tanggung jawab pemerintah. Ini berarti,

pemerintah daerah harus mengalokasikan besaran dana tertentu didalam APBD untuk

membiayai penyelenggaraan pemilukada. Bila dikaitkan dengan konsep PDRB, berarti

kucuran dana yang dianggarkan dalam APBD ini dihitung sebagai pengeluaran

pemerintah (G) yang akan menjadi stimulus dalam perekonomian dan pada akhirnya

mempengaruhi besaran perkembangan perekonomian daerah.

Pada sisi lain, dalam Undang-Undang No. 32 pasal 83 ayat (1) Tahun 2004

tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008, menyatakan bahwa dana kampanye pemilihan umum Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah diperoleh dari pasangan calon yang bersangkutan,

partai politik dan/atau gabungan partai politik yang mengusulkan, dan/atau

sumbangan pihak-pihak lain yang meliputi sumbangan perseorangan dan/atau badan

hukum swasta, serta dapat berupa uang, barang, dan/ atau jasa. Semua dana

kampanye tersebut harus dilaporkan secara transparan dan akuntable sesuai dengan

Peraturan KPU No. 06 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaporan Dana Kampanye

Peserta Pemilihan Umum Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah. Dalam konsep PDRB, penggunaan dana kampanye yang berasal

dari peserta pemilukada ini diperhitungkan sebagai pengeluaran lembaga swasta

nirlaba atau non profit.

Secara makro, dampak pemilukada terhadap perekonomian akan terlihat dari

besaran total dana yang berperan sebagai stimulus dalam perekonomian. Bila logika ini

dipakai maka dampak pemilukada secara sederhana dapat diukur dari multiplier effect

yang dihasilkan dari kegiatan pemilukada tersebut yaitu dengan menggunakan rumus

xDPMPC

ME−

=1

1 . Dimana ME adalah koefisien multiplier effect, MPC adalah marginal

provensity to consume sedangkan DP adalah besaran total dana pemilukada yang

dikucurkan ke masyarakat.

Konsep di atas tentu saja memerlukan asumsi yang ketat dalam

implementasinya. Dalam artian, semua dana yang terpakai dalam pemilukada

semuanya dilepaskan dalam wilayah daerah tersebut sehingga benar-benar berfungsi

sebagai stimulus bagi pelaku ekonomi yang ada.

III. DAMPAK PENGELUARAN PEMILUKADA TERHADAP PEREKONOMIAN

Secara umum, dampak pemilukada lebih didasarkan pada besaran pengeluaran

yang dilakukan oleh peserta pemilukada dan pemerintah daerah yang dianggarkan

dalam APBD. Dengan demikian, dalam menganalisis dampak pemilukada tersebut

harus beranjak dari kedua hal tersebut.

Dampak Dana (Kampanye) Peserta Pemilukada

iii

Terdapat beberapa pos pengeluaran yang harus dibiayai oleh peserta

pemilukada. Pertama, dana untuk partai pengusung. Dana ini pada prinsipnya akan

digunakan oleh partai pengusung untuk menggerakan mesin partai dalam

memobilisasi konstituen partai. Pengeluaran dari pos pertama ini diharapkan memberi

dampak pada pergerakan sektor transportasi serta sektor riil dalam memenuhi

konsumsi. Kecenderungan umum, dana yang dikeluarkan oleh pasangan calon

pemilukada berada pada besaran 3 milyar rupiah sehingga secara total diperkirakan

sekitar 12 milyar rupiah dana yang dikeluarkan untuk pos ini. Kedua, dana untuk

keperluan kampanye, termasuk didalamnya dana untuk membiayai promosi melalui

media massa atau media lainnya, tim sukses, mobilitas massa dan mendatangkan

hiburan dari luar kota. Besaran dana untuk kegiatan ini pada kisaran 7 milyar rupiah

atau 28 milyar rupiah untuk empat pasangan calon. Secara umum hanya sebagian

kecil dana yang akan terserap didaerah. Idealnya, diharapkan pengeluaran dari pos ini

dapat maksimal terserap oleh pelaku ekonomi lokal. Namun kecenderungan yang

terjadi, peralatan kampanye dalam skala besar diproduksi justru di luar Provinsi Jambi.

Sehingga dampak pengeluaran dari pos ini menjadi tidak maksimal. Ketiga adalah

pengeluaran untuk membiayai konsultan marketing politik. Kegiatan yang harus

dibiayai biasanya didahului dengan survey hingga sampai pada kegiatan pencitraan

calon. Untuk keperluan ini dibutuhkan dana sebesar 3 milyar rupiah. Hal ini biasanya

dilakukan oleh konsultan dari Jakarta. Ini berarti, hampir keseluruhan pengeluaran pos

ini tidak terserap oleh pelaku ekonomi lokal. Keempat, dana yang dikeluarkan pada

saat pemungutan suara berlangsung. Fenomena riil yang ditemui, peserta pemilukada

menyiapkan 2-10 orang saksi pada masing-masing TPS, yang berjumlah sebanyak 700

TPS. Masing-masing saksi diberi uang saku berkisar Rp 100.000,- sampai dengan Rp

iv

250.000,- Bila dipakai skenario minimal maka diperkirakan dana yang akan dikucurkan

oleh keempat peserta pemilukada sebanyak 1,26 milyar atau (700x4x3x150.000).

Perkiraan diatas menyimpulkan bahwa pengeluaran dana yang dilakukan oleh

peserta pemilukada masih belum berdampak optimal. Karena hampir 50% dana yang

dikeluarkan untuk pos kedua dan ketiga justru dibelanjakan diluar daerah sehingga

lebih bersifat capital out flow. Bila dikalkulasikan secara keseluruhan berarti dana yang

terserap dalam perekonomian lokal pada kisaran 33,26 milyar rupiah, sisanya sebesar

20 milyar rupiah bersifat capital out flow.

Dampak Anggaran Pemerintah Untuk Pemilukada

Sesuai dengan amanah Undang-Undang No.32 Tahun 2004 pasal 112

menyatakan bahwa anggaran penyelenggaraan pemilukada adalah tanggung jawab

pemerintah yang dianggarkan dalam APBD. Untuk Provinsi Jambi, dana yang

dianggarkan dalam APBD adalah sebesar 50 milyar. Dana tersebut digunakan untuk

membiayai semua tahapan pemilukada, baik pengeluaran yang bersifat honor maupun

untuk peralatan kegiatan pemilukada.

Pengeluaran yang dianggarkan melalui APBD ini diharapkan memiliki dampak

terhadap pergerakan ekonomi lokal, terutama yang terkait dengan honor pada saat

pelaksanaan pemilukada dan upah tenaga kerja dalam pencetakan kertas suara.

Sedangkan bahan pencetakan peralatan pemilukada justru didatangkan dari luar

Jambi. Dana yang terserap dari anggaran yang dialokasikan dalam APBD diperkirakan

pada kisaran 25% atau 12,5 milyar.

Dampak Pemilukada Terhadap Perekonomian

Berdasarkan perkiraan yang telah dilakukan, dari total pengeluaran yang

dilakukan oleh peserta pemilukada yaitu sebesar 53,26 milyar rupiah dan pengeluaran

yang dianggarkan pemerintah sebesar 50 milyar maka diperkirakan dana yang terserap

dalam perekonomian Jambi hanya sebesar 45,76 milyar rupiah.

Diperkirakan, dari besaran dana tersebut hanya memberi dampak ekonomi

yang kecil pada sektor industri pengolahan (industri kertas dan barang cetakan), sektor

perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor

perbankan dan lembaga keuangan lainnya (jasa perusahaan) dan sektor jasa-jasa (jasa

pemerintahan).

Bila diskenariokan semua pengeluaran yang terjadi dalam pemilukada terserap

oleh semua sektor ekonomi di Provinsi Jambi maka diperkirakan akan memberi

dampak multiplier effect sebesar 295,03 milyar rupiah atau akan memberi daya

tumbuh ekonomi cukup besar yaitu 1,90%. Namun dikarenakan tidak semua

pengeluaran pemilukada terserap oleh pelaku ekonomi lokal yaitu hanya sebesar 45,76

milyar rupiah atau hanya 44,23% maka multiplier effect yang tercipta adalah sebesar

130,74 milyar rupiah atau akan mendorong ekonomi tumbuh hanya sebesar 0,63%.

v

IV. PENUTUP

Ada beberapa hal yang menjadi catatan terhadap dampak pengeluaran

pemilukada terhadap perekonomian daerah Provinsi Jambi.

1. Diperkirakan besaran pengeluaran dana kampanye peserta pemilukada

mencapai angka 13,4 milyar rupiah per peserta, melebihi angka 4 milyar seperti

yang dilaporkan secara resmi. Sedangkan pengeluaran pemerintah yang

dianggarkan dalam APBD 2010 adalah sebesar 50 milyar rupiah.

2. Dampak pengeluaran pemilukada terhadap kinerja konsumsi daerah tidak

terlihat secara significant. Dikarenakan tidak semua pengeluaran pemilukada

terkucur didaerah Jambi karena belanja pemilukada hampir 55,77%

dibelanjakan di luar Jambi terutama untuk membiayai pencetakan peralatan

kampanye, artis penghibur dan konsultan marketing politik.

3. Bila diasumsikan, semua dana yang dikucurkan dalam kegiatan pemilukada

terserap pelaku ekonomi Provinsi Jambi maka diperkirakan akan memberi

multiplier effect terhadap perekonomian Jambi sebesar 295,03 milyar rupiah

atau dapat mendorong bertambahnya daya tumbuh perekonomian Jambi

sebesar 1,90%. Namun dikarenakan perkiraan dana yang terserap oleh pelaku

ekonomi Jambi hanya pada kisaran 44,23% maka multiplier effect yang

tercipta hanya pada kisaran 130,74 milyar rupiah atau hanya dapat mendorong

ekonomi Jambi pada kisaran 0,63%.

Halaman ini sengaja dikosongkan

BAB II PERKEMBANGAN HARGA-HARGA

A. Kajian Umum

Inflasi Kota Jambi pada triwulan II-2010 mencapai 3,22% (q-t-q),

meningkat dibandingkan triwulan I-2010 yang mengalami inflasi sebesar 1,53%

(q-t-q). Inflasi yang terjadi di Kota Jambi berasal dari meningkatnya laju inflasi

kelompok bahan makanan. Perkembangan harga sub kelompok bumbu-

bumbuan serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya yang cukup tinggi

membuat angka inflasi Kota Jambi meningkat cukup signifikan.

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi

(5.00)

-

5.00

10.00

15.00

20.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: BPS Provinsi Jambi. Sejak Januari 2008 menggunakan IHK tahun dasar 2007=100

Persen (%)

Bulanan (m-t-m) Triwulanan (q-t-q) Year to date (y-t-d) Year on year (y-o-y)

Inflasi Kota Jambi pada akhir periode triwulan II-2010 sebesar 7,91% (y-o-

y) meningkat dari triwulan sebelumnya 3,79% (y-o-y) pada Maret 2010.

Sementara, pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan April, Mei dan Juni

2010 masing-masing sebesar minus 0,02%(m-t-m), 0,01%(m-t-m) dan 3,23%(m-

t-m).

33

INFLASI

Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama disumbangkan oleh

inflasi kelompok bahan makanan. Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan

bakar serta kelompok sandang juga mengalami inflasi yang lebih tinggi dari

triwulan sebelumnya. Sementara, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga

serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan

harga (deflasi) (lihat tabel 2.1.).

Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi

qtq yoy qtq yoy qtq yoy

I Bahan Makanan -2.13 -2.12 2.10 2.09 9.14 14.54

II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 3.67 8.92 3.51 8.79 1.40 10.14

III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar -0.06 3.44 0.83 0.54 1.23 2.10

IV Sandang 1.56 5.23 -0.10 1.62 1.45 3.00

V Kesehatan 5.19 7.66 1.08 8.26 0.67 7.67

VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 1.30 8.23 0.45 8.56 -0.02 8.65

VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.20 -1.02 0.34 3.93 -0.09 3.43

INFLASI 0.58 2.49 1.53 3.79 3.22 7.91

Sumb Sumber: BPS (diolah)

Triwulan I-2010 Triwulan II-2010Triwulan IV-2009KELOMPOK

Meningkatnya biaya sub kelompok bumbu-bumbuan serta sub kelompok

daging dan hasil-hasilnya selama periode triwulan laporan memberikan

sumbangan inflasi pada kelompok bahan makanan. Hal ini didorong juga dengan

meningkatnya sub kelompok biaya tempat tinggal serta sub kelompok barang

pribadi dan sandang lainnya sehingga memicu inflasi pada kelompok perumahan,

air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok sandang.

Grafik 2.2. Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi

8.437.66

8.46 8.96

7.25

9.65

16.35

10.66

12.62

10.96

3.79

7.91

5.124.674.49

6.677.52

16.50

15.1216.10

9.92

7.42

5.69

13.9913.68

11.57

9.16

1.101.71

2.49

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

20.00

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Persen

Kota Jambi

Nasional

- 34 - 34

INFLASI

Perkembangan inflasi tahunan Kota Jambi dan nasional kembali

menunjukkan peningkatan semenjak triwulan III-2009. Pada triwulan laporan

Inflasi Kota Jambi secara tahunan (y-o-y) sebesar 7,91% lebih tinggi

dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 5,05%.

Secara regional, tingkat inflasi di Jambi paling tinggi dibandingkan daerah

sekitarnya. Inflasi di Jambi lebih tinggi dibandingkan Bengkulu (7,21%/y-o-y),

Padang (6,96%/y-o-y), Pekanbaru (4,58%/y-o-y) serta Palembang (3,62%/y-o-y).12

Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota sekitarnya

catatan: mulai bulan Juni 2008, angka inflasi menggunakan tahun dasar 2007

0

2

4

6

8

10

12

14

16

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6

2008 2009

Y-O-Y

Bengkulu Jambi Padang

Palembang Pekanbaru

B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang

Dilihat per sub kelompok, inflasi tertinggi pada triwulan laporan adalah

sub kelompok bumbu-bumbuan serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya.

Sementara, sub kelompok yang mengalami penurunan harga (deflasi) terbesar

adalah sub lemak dan minyak.

12 Sumber: DSM, Bank Indonesia.

35

INFLASI

Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa

qtq yoy qtq yoy qtq yoyI. BAHAN MAKANAN -2.13 -2.12 2.10 2.09 9.14 14.54a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 4.87 4.32 3.64 10.41 3.03 15.52b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA -10.20 0.14 9.43 3.86 13.03 9.02c. IKAN SEGAR -0.10 -7.97 -11.44 -14.69 -2.25 -4.77d. IKAN DIAWETKAN 1.73 -0.15 -0.08 -1.59 -2.58 -1.31e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA -0.63 0.76 -2.19 0.03 2.08 1.77f. SAYUR-SAYURAN 8.57 6.78 12.24 25.81 -3.11 17.94g. KACANG-KACANGAN 2.94 -13.01 0.61 -6.38 -0.33 2.65h. BUAH-BUAHAN -3.72 2.12 3.33 17.84 8.76 20.71i. BUMBU-BUMBUAN -25.32 -13.18 6.96 -2.06 87.46 116.68j. LEMAK DAN MINYAK 2.46 -5.81 3.25 -4.76 -3.24 -6.89k. BAHAN MAKANAN LAINNYA -5.26 -5.43 8.68 4.26 1.41 6.68II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 3.67 8.92 3.51 8.79 1.40 10.14a. MAKANAN JADI 4.43 7.43 4.49 9.59 1.52 11.21b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 3.78 25.24 2.79 13.04 0.43 13.44c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 1.92 3.96 1.72 4.63 1.69 5.89III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR -0.06 3.44 0.83 0.54 1.23 2.10a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 0.31 7.66 1.36 1.46 2.02 4.13b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR -0.84 -0.53 0.71 0.17 0.48 0.34c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 1.16 -3.88 -0.98 -2.70 0.08 -0.87d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA -0.85 -0.14 -0.24 -0.76 -0.05 -1.44IV. SANDANG 1.56 5.23 -0.10 1.62 1.45 3.00a. SANDANG LAKI-LAKI -0.08 1.13 2.06 3.13 0.69 3.84b. SANDANG WANITA -0.04 0.95 -0.14 0.69 -0.21 0.94c. SANDANG ANAK-ANAK -0.05 1.57 -0.44 0.86 -0.13 -0.41d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA 5.78 16.76 -1.63 1.72 4.79 6.68V. KESEHATAN 5.19 7.66 1.08 8.26 0.67 7.67a. JASA KESEHATAN 7.11 7.11 0.00 7.11 0.00 7.11b. OBAT-OBATAN 0.36 9.13 4.06 11.78 1.01 7.47c. JASA PERAWATAN JASMANI 42.28 44.89 0.16 45.12 8.26 57.10d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA -0.28 1.68 1.01 2.07 -0.45 0.72VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 1.30 8.23 0.45 8.56 -0.02 8.65a. JASA PENDIDIKAN 0.00 11.53 0.00 11.53 0.00 11.53b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0.00 1.69 0.00 1.69 0.00 1.69c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN -0.03 1.14 3.85 4.16 0.30 3.83d. REKREASI 7.67 6.51 -0.78 5.60 -0.40 6.40e. OLAHRAGA 1.12 5.90 -0.20 5.70 0.44 6.16VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 1.20 -1.02 0.34 3.93 -0.09 3.43a. TRANSPOR -0.28 -4.43 0.51 2.99 -0.70 1.92b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 0.39 0.00 0.00 0.00 0.00c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 15.02 22.96 0.02 21.27 3.49 23.32d. JASA KEUANGAN 0.00 0.22 0.00 0.22 0.00 0.22

INFLASI (UMUM) 0.58 2.49 1.53 3.79 3.22 7.91

Sumb Sumber: BPS (diolah)

Triwulan I-2010 Triwulan II-2010Triwulan IV-2009KELOMPOK/SUBKELOMPOK

Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi

terbesar adalah cabe merah; bawang putih; bawang merah (April 2010), udang

basah; daging ayam ras; lambak (Mei 2010) serta cabe merah; daging ayam ras;

beras (Juni 2010). Sementara itu, deflasi yang dialami kota Jambi pada bulan April

2010 dipicu oleh menurunnya harga daging ayam ras; bayam dan beras.

- 36 - 36

INFLASI

Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan II-2009

TW II-2010 TW II-2010

Sumbangan Sumbangan

APRIL APRIL

1 CABE MERAH 0.4374 1 DAGING AYAM RAS -0.2492

2 BAWANG PUTIH 0.0375 2 BAYAM -0.1605

3 BAWANG MERAH 0.0304 3 BERAS -0.0899

4 TOMAT SAYUR 0.0283 4 MINYAK GORENG -0.0445

5 KOL PUTIH/KUBIS 0.0251 5 UDANG BASAH -0.0250

6 PEPAYA 0.0195 6 GABUS -0.0221

7 TARIP GUNTING RAMBUT PRIA 0.0191 7 CABE RAWIT -0.0219

8 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA 0.0149 8 GULA PASIR -0.0159

9 ROKOK KRETEK FILTER 0.0115 9 KACANG PANJANG -0.0139

10 EMAS PERHIASAN 0.0110 10 TAHU MENTAH -0.0129

0.6347 -0.6558MEI MEI

1 UDANG BASAH 0.0663 1 BERAS -0.1370

2 DAGING AYAM RAS 0.0549 2 NILA -0.0941

3 LAMBAK 0.0390 3 PASIR -0.0379

4 EMAS PERHIASAN 0.0265 4 TOMAT BUAH -0.0262

5 JERUK 0.0233 5 DENCIS -0.0260

6 BAYAM 0.0232 6 GABUS -0.0232

7 BENSIN 0.0232 7 MINYAK GORENG -0.0191

8 PETAI 0.0205 8 PATIN -0.0186

9 CABE MERAH 0.0153 9 KACANG PANJANG -0.0107

10 GULA PASIR 0.0150 10 BAWANG MERAH -0.0087

0.3072 -0.4015JUNI JUNI

1 CABE MERAH 1.3291 1 BENSIN -0.1096

2 DAGING AYAM RAS 0.6779 2 KANGKUNG -0.0255

3 BERAS 0.4504 3 TONGKOL -0.0210

4 TUKANG BUKAN MANDOR 0.2084 4 GULA PASIR -0.0173

5 BAWANG MERAH 0.1131 5 PATIN -0.0139

6 NASI 0.1070 6 DENCIS -0.0130

7 PISANG 0.0619 7 BAYAM -0.0125

8 PEMELIHARAAN/SERVICE 0.0459 8 NANAS -0.0113

9 ROKOK KRETEK FILTER 0.0455 9 MINYAK GORENG -0.0103

10 CABE RAWIT 0.0436 10 DAUN SINGKONG -0.0098

3.0828 -0.2442Sumber : BPS (diolah)

Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas

10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI

Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas

Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas

1. Kelompok Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan pada triwulan II-2010 mengalami inflasi

sebesar 9,14% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi terjadi

pada sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 87,46% (q-t-q) serta sub kelompok

daging dan hasil-hasilnya sebesar 13,03% (q-t-q).

37

INFLASI

Grafik 2.4. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng

(Ringgit/Ton)

2425

8500

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

3500

4500

5500

6500

7500

8500

9500

10500

11500

12500(Rp/Kg)

CPO internasional (aksis kiri)Minyak goreng lokal (aksis kanan)

Pada triwulan laporan, harga rata-rata crude palm oil (CPO) internasional

mengalami penurunan. Selama triwulan II-2010, harga CPO menurun 2,24%.

Sejalan dengan hal tersebut, penurunan harga CPO diikuti dengan turunnya

harga minyak goreng lokal. Harga rata-rata minyak goreng lokal berdasarkan

data dari Disperindag turun 3,84% dibandingkan triwulan lalu. Melambatnya

permintaan terhadap CPO menyebabkan harga minyak goreng dalam negeri

turun.

Grafik 2.5. Perkembangan Harga Tepung Terigu

(USD/Bushel)

464.75

7500

0

200

400

600

800

1000

1200

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

3000

3500

4000

4500

5000

5500

6000

6500

7000

7500

8000

8500

(Rp/Kg)

Wheat/Gandum (aksis kiri)

Tepung Terigu lokal (aksis kanan)

- 38 - 38

INFLASI

Sementara, perkembangan harga tepung terigu merek Segitiga Biru relatif

stabil yaitu di harga Rp7.500/kg. Tren penurunan rata-rata harga gandum, yang

merupakan bahan baku tepung terigu, di pasar internasional sebesar 1,17%

menjadi $464,75/bushel pada triwulan laporan belum diikuti dengan turunnya

harga tepung terigu di Jambi.13

Perkembangan harga sub kelompok bumbu-bumbuan pada triwulan

laporan mengalami peningkatan sebesar 87,46% (q-t-q) terutama dipengaruhi

oleh meningkatnya harga cabe merah (keriting dan biasa) yang cukup signifikan.

Terjadinya keterlambatan pasokan cabai di pasar menyebabkan harganya

melonjak naik.14 Keterlambatan pasokan cabai lokal ke pasar Angso Duo terkait

buruknya kondisi infrastruktur.15 Disamping itu, naiknya harga karena supply

cabai di daerah penghasil (sentra cabai) terserang hama serta kondisi jalur

transportasi yang belum membaik sehingga turut memicu meningkatnya harga

cabai.16 Grafik 2.6. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang

(Rp/kg)

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Disperindag Provinsi Jambi

Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa

Bawang Putih Bawang Merah

13 Satu bushel setara dengan 27 kg. 14 Pasokan cabai ke Kota jambi dipasok dari Kerinci, Sarolangun, Sumatra Barat serta Bengkulu (Curup) 15 Sumber: Jambi Ekspres, 14 Juni 2010 16 Terus meningkatnya harga cabai merah juga dipicu oleh siklus tanaman yang sedang memasuki musim tanam sehingga produksi berkurang sementara musim hujan yang melanda menyebabkan hasil panen ada yang membusuk bahkan terserang hama. Tren peningkatan harga cabai merah secara signifikan terjadi semenjak bulan April 2010.

39

INFLASI Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi sebesar

13,03% (q-t-q). Selama bulan Mei dan Juni 2010, daging ayam ras merupakan

tiga besar komoditi penyumbang inflasi terbesar. Kenaikan harga daging ayam

ras antara lain berasal dari naiknya harga pakan ternak dan harga bibit ayam.

Sementara pergerakan harga daging sapi cenderung stabil selama triwulan

laporan. Perkembangan harga beras (IR 64) menunjukkan peningkatan pada

bulan Juni 2010 sebesar 5,97% dibandingkan Mei 2010. Harga rata-rata beras

yang sempat stabil pada level Rp6.450/kg dari Februari-Mei 2010, meningkat

menjadi Rp6.835/kg pada Juni 2010.

Grafik 2.7. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.8. Perkembangan Harga Daging (USD/Bushel)

354.25

3500

0

100

200

300

400

500

600

700

800

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

5000

5500

6000

6500

7000

7500(Rp/Kg)

Jagung internasional (aksis kiri)Jagung pipilan kering (aksis kanan)

(Rp/Kg)

0

8000

16000

24000

32000

40000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Disperindag Provinsi Jambi

(Rp/Kg)

45000

50000

55000

60000

65000

70000

Ayam Kampung (aksis kiri) Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Daging Sapi Murni (aksis kanan)

Grafik 2.9. Perkembangan Harga Beras17

(USD/CWT)

12.22

6450

0

5

10

15

20

25

1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6

2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi

3500

4000

4500

5000

5500

6000

6500

7000

7500

(Rp/Kg)

Beras internasional (aksis kiri)lokal IR 64 (aksis kanan)

17 Cwt maksudnya hundredweight (100 pounds). 1 pounds setara dengan 453,59 gram/0,453 kg. Jadi 100 pounds sekitar 45,3 kg.

- 40 - 40

INFLASI

Meningkatnya harga beras dipicu oleh menurunnya pasokan beras di

wilayah sentra produksi di luar provinsi Jambi (Sumatera Selatan) akibat dilanda

banjir. Dengan demikian distribusi beras ke kota Jambi mengalami hambatan

sehingga harga meningkat.18

2. Kelompok Makanan Jadi

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan II-

2010 mengalami inflasi sebesar 10,14% (y-o-y) dengan laju inflasi triwulanan

sebesar 1,40% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi

tercatat pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 1,69%

(q-t-q), diikuti sub kelompok makanan jadi (1,52%/q-t-q) serta sub kelompok

minuman tidak beralkohol (0,43%/q-t-q).

Pada triwulan laporan, rokok kretek filter memberikan sumbangan yang

cukup berarti bagi kenaikan harga sub kelompok tembakau dan minuman

beralkohol. Naiknya harga rokok masih dipengaruhi oleh kenaikan cukai rokok

yang mulai berlaku 1 Januari 2010 sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK)

Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.19

Sementara itu, naiknya harga beras dan harga ayam broiler terutama pada

akhir perode triwulan laporan turut mempengaruhi harga nasi yang beranjak naik

pada triwulan laporan. Pergerakan komoditas makanan jadi yang memberikan

andil terhadap kenaikan inflasi adalah rokok kretek filter (April), gula pasir (Mei)

serta nasi dan rokok kretek filter (Juni).

3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan II-

2010 mengalami inflasi sebesar 1,23% (q-t-q) serta dengan laju inflasi tahunan

mencapai 2,10% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, biaya tempat tinggal

18 Sumber: Jambi Independen, 11 Juni 2010. Penduduk Kota Jambi lebih suka mengkonsusmi beras yang berasal dari wilayah lain (Sumatera Selatan) sehingga pengaruh panen terhadap harga beras di Kota Jambi relatif kecil. Sementara itu, beras yang dihasilkan oleh provinsi Jambi cenderung untuk dijual ke provinsi sekitar (Kepulauan Riau, Bengkulu dan Sumatera Barat). 19 Sumber: www.depkeu.go.id. Besaran kenaikan tarif cukai tahun 2010 untuk sigaret adalah, SKM (Sigaret Kretek Mesin) I rata-rata sebesar Rp 20, SKM II sebesar Rp 20, SPM (Sigaret Putih Mesin) I sebesar Rp 35, SPM II sebesar Rp 28, SKT I (Sigaret Kretek Tangan) sebesar Rp 15, SKT II sebesar Rp 15, SKT III sebesar Rp 25.

41

INFLASI mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 2,02% (q-t-q) diikuti kelompok bahan

bakar, penerangan dan air (0,48%/q-t-q) serta perlengkapan rumah tangga

(0,08%/q-t-q). Sementara, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga

mengalami deflasi sebesar 0,05% (q-t-q).

4. Kelompok Sandang

Kelompok sandang pada triwulan II-2010 mengalami inflasi sebesar

1,45% (q-t-q). Inflasi kelompok sandang disumbangkan oleh sub kelompok

barang pribadi dan sandang lainnya 4,79% (q-t-q) dan sub kelompok sandang

laki-laki (0,69%/q-t-q). Sementara, sub kelompok wanita serta sub kelompok

anak-anak masing-masing mengalami deflasi sebesar 0,21% (q-t-q) dan 0,13%

(q-t-q).

Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional

Harga Emas (USD/Troy Ounce)

1113

0100200300400500600700800900

10001100120013001400

1 2 34 5 6 7 8910111212 3 4 5 67 8 91011121 2 3 45 6 7 8 91011121 23 4 5 6 78 91011121 2 3 4 56 7 8 91011121 2 34 5 6

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Bloomberg

Harga emas pada triwulan laporan kembali mengalami peningkatan.

Harga rata-rata emas (logam mulia) 24 karat di Jambi pada triwulan II-2010

sebesar Rp331.927,00/gram meningkat 4,24% dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar Rp318.418,00/gram.20 Hal ini sejalan dengan peningkatan

20 Sumber: BPS Provinsi Jambi.

- 42 - 42

INFLASI

harga emas internasional yang mampu mencapai 1242,25/troy ounce pada akhir

Juni 2010.21

5. Kelompok Kesehatan

Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 7,67% (y-o-y) pada

triwulan II-2010 atau dengan laju inflasi triwulanan sebesar 0,67% (q-t-q).

Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok

jasa perawatan jasmani sebesar 8,26% (q-t-q) diikuti oleh sub kelompok obat-

obatan sebesar 1,01% (q-t-q). Sementara itu, sub kelompok jasa kesehatan relatif

tidak mengalami perubahan harga. Sedangkan sub kelompok perawatan jasmani

dan kosmetika mengalami deflasi sebesar 0,45% (q-t-q).

6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan II-2010

mengalami deflasi sebesar 0,02% (q-t-q). Sub kelompok rekreasi mengalami

penurunan harga terbesar yaitu 0,40% (q-t-q). Sub kelompok

perlengkapan/peralatan pendidikan serta sub kelompok olahraga mengalami

inflasi. Sementara itu biaya jasa pendidikan dan kursus-kursus relatif tetap pada

triwulan laporan.

7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Perkembangan harga yang terjadi pada kelompok transportasi,

komunikasi dan jasa keuangan di kota Jambi pada triwulan II-2010 sebesar

minus 0,09% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi terjadi pada sub

kelompok transportasi sebesar 0,70% (q-t-q). Sub kelompok sarana dan

penunjang transpor mengalami inflasi sebesar 3,49% (q-t-q). Sementara, sub

kelompok komunikasi dan pengiriman serta jasa keuangan tidak mengalami

perubahan .

Perkembangan harga minyak di pasar internasional mengalami tren

penurunan selama periode triwulan II-2010. Setelah mampu mencapai harga

USD 83,76/barrel pada akhir Maret 2010, harga minyak berangsur turun selama

21 Sumber: Bloomberg. 1 (satu) troy ounce setara dengan 31,1034768 gram (http://en.wikipedia.org)

43

INFLASI triwulan II-2010. Di akhir Juni 2010, harga minyak internasional sebesar USD

75,63/barrel. Dengan perkembangan tersebut, harga minyak internasional telah

turun sebesar 0,24%. Penurunan harga minyak di pasar internasional

berdampak baik pada APBN sehingga subsidi bahan bakar tidak melampaui

target pemerintah. Implikasinya, pemerintah belum ada rencana untuk

menaikkan kembali harga BBM dalam negeri yang dapat memicu kenaikan

angka inflasi lebih tinggi lagi.

Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional

Harga Minyak (USD/Barrel)

83.76

0

25

50

75

100

125

150

1 2 34 5 6 7 891011121 23 4 5 6 78 910111212 3 4 5 67 8 91011121 2 3 4 56 7 8 91011121 2 3 45 6 7 8 91011121 2 34 5 6

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Bloomberg

- 44 - 44

Boks 2.

KONDISI HARGA TERKINI SERTA PERSIAPAN MENJELANG BULAN RAMADHAN

Perkembangan harga Kota Jambi pada bulan Juni 2010 mengalami peningkatan

yang sangat signifikan yaitu sebesar 3,23% (m-t-m). Dengan demikian inflasi tahunan

kota Jambi yang pada bulan Mei 2010 sebesar 4,11% meningkat menjadi 7,91%. Angka

tersebut jauh di atas angka inflasi nasional yang mencapai 5,05%.

Berdasarkan kelompoknya, inflasi kota Jambi pada bulan Juni terutama

disumbangkan oleh kelompok bahan makanan yaitu sebesar 2,78% dengan laju inflasi

bulanan sebesar 9,82%. Sementara berdasarkan komoditinya, sumbangan inflasi terbesar

pada bulan Juni 2010 berasal dari cabe merah (1,33%); daging ayam ras (0,68%); beras

(0,45%).

Grafik 1. Sumbangan Inflasi Tiga Komoditas Penyumbang Inflasi Kota Jambi Terbesar di

Tahun 2010

Jan Feb Mar Apr Mei Jun

Sumb. Inflasi Beras 0.26 0.11 -0.13 -0.09 -0.14 0.45

Sumb. Inflasi Cabe merah 0.75 -0.14 -0.52 0.44 0.02 1.33

Sumb. Inflasi Daging ayam ras 0.14 0.07 0.13 -0.25 0.05 0.68

Inflasi (mtm) 1.95 -0.36 -0.05 -0.02 0.01 3.23

-1.0-0.50.00.51.01.52.02.53.03.5

Memasuki bulan Juni 2010, luas panen padi provinsi Jambi masih cukup tinggi,

bahkan meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Namun demikian, harga

beras di Kota Jambi cenderung mengalami peningkatan dengan kisaran 3,71% - 7,50%

dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

I

Grafik 2. Luas Panen Padi Provinsi Jambi Tahun 2009-2010

-100

-50

0

50

100

150

200

250

300

350

-

5

10

15

20

25

Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun Jul

Agu

st

Sept

Okt

Nov

Des Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun

2009 2010

%

KH

a

Luas Panen Padi Sawah (ha) Luas Panen Padi Ladang (ha)

Pertumbuhan Padi Sawah (RHS) Pertumbuhan Padi Ladang (RHS)

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi

Masyarakat kota Jambi cenderung untuk mengkonsumsi beras bermerek dengan

kualitas premium seperti beras putri palembang, padi burung, sepat siam, dan Anggur.

Namun, beras-beras jenis tersebut berasal dari provinsi lain seperti Sumatera Selatan.

Dengan demikian, menipisnya persediaan beras di wilayah di sentra produksi Sumatera

Selatan akan berdampak pada harga beras di Kota Jambi walaupun di provinsi Jambi

sendiri masih mengalami musim panen. Lebih lanjut, meningkatnya harga beras di kota

Jambi ternyata memicu meningkatnya harga beras di kabupaten-kabupaten sehingga

kenaikan harga tersebut menjadi merata di seluruh provinsi Jambi.

Sementara itu, di dalam provinsi Jambi sendiri, produksi beras terutama berasal

dari Kabupaten Kerinci, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan Merangin.

Namun demikian, hasil produksi beras tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan

lokal juga akan dijual ke daerah di provinsi lain. Petani di Tanjung Jabung sudah

menjalin kerjasama dengan Kepulauan Riau sementara beras produksi wilayah Kerinci

sebagian dipasarkan di Sumatera Barat.

II

Grafik 3. Ketersediaan dan Kebutuhan Beras Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120

Kerinci Tanjabtim Tanjabbar Merangin Batanghari Sarolangun bungo Tebo Muaro Jambi

Kota Jambi

Kilo

To

n

Ketersediaan Kebutuhan Neraca

Sumber: Badan Koordinasi Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi

Sementara itu, cabe merah yang merupakan produk dari luar provinsi Jambi

juga berfluktuasi mengikuti harga dan pasokan di sentra produksi. Selama bulan Juni

2010, harga cabe merah meningkat sebesar 81,18%. Menurunnya pasokan akibat

kurang kondusifnya cuaca juga terjadinya banjir di daerah produsen menyebabkan

naiknya harga tersebut.

Di sisi lain, daging ayam ras yang merupakan komoditi produksi lokal kota

Jambi juga mengalami peningkatan harga. Menurunnya pasokan daging ayam di

tingkat penjual juga menjadi faktor utama meningkatnya harga komoditi ini.

Menjelang bulan Ramadhan dan hari besar keagamaan, persediaan bahan

makanan pokok mencukupi. Namun demikian, harga beberapa komoditi terutama

cabe merah dan daging ayam ras dikhawatirkan akan kembali meningkat. Cabe merah

merupakan komoditi yang mudah membusuk sehingga fluktuasi harga dapat terjadi

dalam waktu yang relatif singkat. Menurunnya pasokan di saat tingginya permintaan

dapat menimbulkan kepanikan bagi masyarakat sehingga memicu semakin tingginya

harga.

Sementara itu, untuk mengurangi dampak meningkatnya harga beras terutama

bagi masyarakat kurang mampu, Pemerintah Daerah akan mengantisipasi dengan

mengadakan operasi pasar di beberapa kabupaten/kota. Namun demikian,

penyelenggaraan operasi pasar tersebut hanya bersifat jangka pendek dalam

membantu daya beli masyarakat.

III

IV

REKOMENDASI

1. Dalam jangka panjang, diperlukan upaya untuk meningkatkan kemandirian

provinsi Jambi akan pangan, misalnya dengan pengembangan budidaya cabe

merah di tingkat rumah tangga, serta pengembangan jagung sebagai pakan

ternak.

2. Peningkatan kualitas dan kuantitas beras produksi provinsi Jambi. Dengan

demikian diharapkan, beras yang dihasilkan dari kabupaten dapat dikonsumsi

oleh masyarakat Kota Jambi sehingga ketergantungan beras akan provinsi lain

berkurang.

3. Perlu adanya suatu kajian mengenai peta produksi dan distribusi beras di

provinsi Jambi. Saat ini, belum diketahui berapa angka produksi beras yang

pasti di setiap kabupaten/kota di provinsi Jambi. Selain itu, diperlukan pula

kajian mengenai arah distribusi beras tersebut.

4. Meningkatkan koordinasi antara Bank Indonesia, dinas/instansi terkait melalui

optimalisasi Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi Provinsi Jambi.

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Kinerja perbankan pada triwulan II-2010 menunjukkan peningkatan dari

sisi aset dan penyaluran kredit sementara penghimpunan dana pihak ketiga

mengalami penurunan. Dengan demikian, Loan to Deposits Ratio (LDR)

perbankan mengalami peningkatan 439 bps menjadi 86,64%. Dari sisi kualitas

kredit yang diberikan menunjukkan penurunan, dimana pada triwulan laporan

angka Non Performing Loan (NPL) mengalami peningkatan.

A. Perkembangan Kelembagaan22

Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor

Bank Indonesia Jambi sampai dengan Triwulan II - 2010 tercatat sebanyak 24

(dua puluh empat) bank umum dan 11 (sebelas) BPR, yang terdiri dari 204 kantor

bank umum dan 17 kantor BPR. Dari 24 (dua puluh tiga) bank umum yang

beroperasi di wilayah Jambi, terdapat 20 (dua puluh) bank konvensional,

termasuk diantaranya 1 (satu) Bank Pembangunan Daerah, dan 4 (empat) bank

syariah.

Pada periode triwulan laporan terdapat penambahan satu buah bank

umum yaitu kantor cabang Bank Agro serta 3 (tiga) kantor bank yaitu KCP BNI

KLN Thehok, KCP Bank Mandiri Rimbo Bujang dan KK Bank Muamalat.

Sementara untuk BPR, tidak terdapat penambahan kantor.

Berdasarkan sebarannya, jumlah kantor bank umum terbesar masih

terdapat di Kota Jambi, yaitu sebanyak 81 (delapan puluh satu) kantor atau

36,65% dari seluruh total kantor bank di Provinsi Jambi. Sementara, untuk

kabupaten yang paling sedikit jumlah kantor banknya adalah Kabupaten Tanjung

Jabung Timur, yaitu sebanyak 5 (lima) kantor (2,26%).

22 Rincian jumlah Kantor Bank Umum dan BPR per-kabupaten/kota se-Provinsi Jambi dapat dilihat pada halaman lampiran.

45

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi

Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw IIKota Jambi 69 73 75 76 79 81 36.65Kerinci 19 20 20 21 21 21 9.50Bungo 14 15 16 18 20 21 9.50Muara Jambi 18 18 18 19 19 19 8.60Sarolangun 13 13 13 15 16 16 7.24Tebo 13 13 13 14 14 15 6.79Merangin 14 15 15 15 15 15 6.79Batanghari 12 12 12 14 14 14 6.33Tanjung Jabung Barat 13 13 13 13 14 14 6.33Tanjung Jabung Timur 5 5 5 5 5 5 2.26T O T A L 190 197 200 210 217 221 100.00

JUMLAH BANK2009 2010 Pangsa

(%)

B. Bank Umum23

1. Perkembangan Aset Bank

Total aset bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan meningkat

Rp286,34 miliar atau 1,91% namun melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang mampu tumbuh mencapai 5,46%. Meningkatnya aset

perbankan dipicu oleh meningkatnya aset bank swasta sebesar Rp264,20 miliar

(6,45%). Sementara itu aset bank syariah meningkat Rp27,40 miliar (meningkat

5,69%). Dengan demikian, total aset bank umum pada triwulan laporan naik

menjadi sebesar Rp15.278,71 miliar.24

Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi

-4.00

0.00

4.00

8.00

12.00

16.00

20.00

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

Q1-04

Q2-04

Q3-04

Q4-04

Q1-05

Q2-05

Q3-05

Q4-05

Q1-06

Q2-06

Q3-06

Q4-06

Q1-07

Q2-07

Q3-07

Q4-07

Q1-08

Q2-08

Q3-08

Q4-08

Q1-09

Q2-09

Q3-09

Q4-09

Q1-10

Q2-10

PersenRp miliar

Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%)

23 Posisi data bank umum diambil berdasarkan periode Laporan Bank Umum bulan Mei 2010. 24 Bank konvensional termasuk bank milik pemerintah dan bank swasta nasional.

46

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Dilihat dari total pangsa pasar aset bank umum, pangsa aset bank

konvensional tercatat sebesar 96,67% sementara aset bank syariah sebesar

3,33% pada triwulan laporan.

2. Perkembangan Dana Masyarakat

Jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan

laporan turun sebesar 0,07%, yaitu dari Rp11.470,94 miliar menjadi Rp11.463,46

miliar.

Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan DPK bank umum dialami

oleh bank syariah sementara penghimpunan dana oleh bank konvensional

mengalami penurunan. DPK bank syariah meningkat sebesar Rp4,70 miliar atau

setara dengan 1,83% sementara DPK bank konvensional menurun sebesar

Rp12,18 miliar atau sebesar 0,11% dari triwulan sebelumnya. Dengan demikian

total DPK bank umum pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar

Rp7,48 miliar.

Tabel 3.2 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)

Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Nominal Persen10,080,116 10,349,880 9,998,588 10,597,374 11,213,788 11,201,607 (12,181) (0.11)

1 2,325,515 2,373,677 2,047,600 1,929,641 2,880,322 2,604,015 (276,307) (9.59) 2 4,610,190 4,909,160 5,002,675 5,904,495 5,494,397 5,690,716 196,319 3.57 3 Simpanan Berjangka 3,144,411 3,067,043 2,948,313 2,763,238 2,839,069 2,906,876 67,807 2.39

201,046 214,609 232,860 245,135 257,148 261,848 4,700 1.83 1 50,230 48,821 53,782 54,778 52,815 52,111 (704) (1.33) 2 103,455 110,390 117,482 131,172 138,017 142,323 4,306 3.12 3 47,361 55,398 61,596 59,185 66,316 67,414 1,098 1.66

10,281,162 10,564,489 10,231,448 10,842,509 11,470,936 11,463,455 (7,481) (0.07) 1 2,375,745 2,422,498 2,101,382 1,984,419 2,933,137 2,656,126 (277,011) (9.44) 2 4,713,645 5,019,550 5,120,157 6,035,667 5,632,414 5,833,039 200,625 3.56 3 3,191,772 3,122,441 3,009,909 2,822,423 2,905,385 2,974,290 68,905 2.37

Pertumbuhan

Bank Konvensional

URAIAN2009 2010

GiroTabunganSimpanan Berjangka

GiroTabungan

Bank SyariahGiroTabungan Simpanan Berjangka

Jumlah

Berdasarkan jenis penghimpunan dana, menurunnya DPK pada

triwulan laporan dipicu oleh menurunnya penghimpunan giro masyarakat sebesar

Rp277,01 miliar (9,44%). Sementara, penghimpunan dana melalui tabungan dan

deposito meningkat masing-masing sebesar Rp200,63 miliar (3,56%) dan

Rp68,91 miliar (2,37%). Berdasarkan pangsanya, penghimpunan dana terbesar

masih diraih oleh tabungan yaitu sebesar 50,88%, diikuti oleh deposito 25,95%

dan giro 23,17%.

47

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

0 500

1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 5,500 6,000 6,500

Q1-03 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10

Rp miliarRp miliar

Giro (aksis kiri) Simpanan Berjangka (aksis kiri) Tabungan (aksis kiri) DPK (aksis kanan)

Berdasarkan golongan pemilik, menurunnya nilai DPK terutama

berasal dari golongan pemerintah daerah Rp147,28 miliar, perusahaan swasta

sebesar Rp75,17 miliar, serta perorangan sebesar Rp29,03 miliar. Dengan

demikian, berdasarkan pangsanya, DPK terbesar masih dikuasai oleh golongan

pemilik perorangan yang mencapai 73,54%, diikuti oleh pemerintah daerah

(14,73%), dan perusahaan swasta (5,83%).

Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik25

(dalam jutaan rupiah)

Nominal Share Nominal Share

1 Pemerintah 62,629 0.55 60,776 0.54

2 Pemerintah Daerah 1,796,811 15.66 1,649,529 14.73

3 Badan/lembaga pemerintah 78,112 0.68 63,509 0.57

4 Badan Usaha Milik Negara 112,636 0.98 121,301 1.08

5 Perusahaan asuransi 272,663 2.38 269,828 2.41

6 Perusahaan swasta 728,267 6.35 653,151 5.83

7 Yayasan dan Badan Sosial 93,097 0.81 104,099 0.93

8 Koperasi 34,019 0.30 24,508 0.22

9 Perorangan 8,266,470 72.07 8,237,444 73.54

10 Lainnya 25,530 0.22 17,062 0.15

Jumlah 11,470,234 100.00 11,201,207 100.00

Bukan Penduduk/Non-Residents 0 0

11,470,234 11,201,207 Penduduk dan bukan penduduk

No. Golongan PemilikTrw.I-2010

Penduduk/Residents

Trw.II-2010

Berdasarkan lokasi bank, jumlah dana masyarakat perbankan

mengalami penurunan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tebo masing –

masing sebesar Rp57,00 miliar (8,42%) dan Rp31,10 miliar (29,97%). Sementara

25 Perhitungan DPK berdasarkan golongan pemilik ada lah perhitungan untuk statistik moneter sehingga terdapat perbedaan dengan perhitungan DPK pada tabel sebelumnya.

48

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

itu, peningkatan DPK tertinggi dialami oleh Kota Jambi yang tumbuh sebesar

Rp28,95 miliar (0,37%) diikuti dengan Sarolangun Rp19,53 miliar (28,77%) dan

Kerinci Rp12,61 miliar (1,84%).

Tabel 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank (dalam jutaan rupiah)

Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Persen

1 Kota Jambi 7,703,930 71.05 7,872,852 68.63 7,901,798 68.93 28,946 0.37

2 Batanghari 406,613 3.75 454,127 3.96 459,264 4.01 5,137 1.13

3 Tanjung Jabung Barat 552,483 5.10 677,151 5.90 620,148 5.41 (57,003) (8.42)

4 Merangin 496,200 4.58 528,091 4.60 532,542 4.65 4,451 0.84

5 Kerinci 579,339 5.34 683,879 5.96 696,486 6.08 12,607 1.84

6 Sarolangun 73,452 0.68 67,893 0.59 87,424 0.76 19,531 28.77

7 Bungo 840,254 7.75 829,584 7.23 837,202 7.30 7,618 0.92

8 Tebo 52,585 0.48 103,762 0.90 72,662 0.63 (31,100) (29.97)

9 Tanjung Jabung Timur 137,653 1.27 253,597 2.21 255,929 2.23 2,332 0.92

10,842,509 100.00 11,470,936 100.00 11,463,455 100.00 (7,481) (0.07)

Trw.II-10Trw.I-10Trw.IV-09 Pertumbuhan

JUMLAH

Kota/KabupatenNo.

3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana

Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan

mengalami percepatan pertumbuhan dengan tumbuh sebesar 5,27% (Rp497,17

miliar), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang

mencapai 3,48%. Total penyaluran kredit pada triwulan laporan sebesar

Rp9.931,46 miliar meningkat dari triwulan lalu yang sebesar Rp9.434,29 miliar.

Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)

TW I TW II TW III TW IV TW I TW II Nominal Persen

Kelompok Bank 7,748,152 8,392,275 8,869,187 9,116,912 9,434,289 9,931,460 497,171 5.27 1 Bank Konvensional 7,431,265 8,037,073 8,482,025 8,705,998 8,992,671 9,457,463 464,792 5.17 2 Bank Syariah 316,887 355,202 387,162 410,914 441,618 473,997 32,379 7.33

Jenis Penggunaan 7,748,152 8,392,275 8,869,187 9,116,912 9,434,289 9,931,460 497,171 5.27 1 Modal Kerja 2,968,650 3,242,737 3,508,606 3,672,737 3,647,185 3,519,729 (127,456) (3.49) 2 Investasi 1,453,410 1,523,921 1,670,957 1,769,894 1,666,305 1,888,584 222,279 13.34 3 Konsumsi 3,326,092 3,625,617 3,689,624 3,674,281 4,120,799 4,523,147 402,348 9.76

Sektor Ekonomi 7,748,152 8,392,275 8,869,187 9,116,912 9,434,289 9,931,460 497,171 5.27 1 Pertanian 1,009,514 1,059,957 1,208,369 1,350,288 993,939 1,015,331 21,392 2.15 2 Pertambangan 28,382 31,780 29,409 25,941 28,484 22,824 (5,660) (19.87) 3 Perindustrian 377,768 439,771 459,335 438,242 448,754 471,007 22,253 4.96 4 Listrik, Gas dan Air 28,020 26,793 26,852 26,852 27,073 27,007 (66) (0.24) 5 Konstruksi 248,025 244,248 252,991 250,442 238,904 251,548 12,644 5.29 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 2,156,927 2,385,394 2,628,817 2,740,329 2,149,003 2,205,185 56,182 2.61 7 Pengangkutan, Pergudangan dan

Komunikasi 113,757 105,746 98,848 109,939 127,354 123,233 (4,121) (3.24) 8 Jasa-jasa Dunia Usaha 302,607 316,146 326,087 340,406 336,225 376,535 40,310 11.99 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 128,091 132,964 138,022 148,433 126,424 134,989 8,565 6.77

10 Lain-lain 3,355,061 3,649,476 3,700,457 3,686,040 4,958,129 5,303,801 345,672 6.97

URAIAN2009 Pertumbuhan2010

Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami baik

oleh bank konvensional maupun bank syariah. Penyaluran kredit bank

konvensional tumbuh Rp464,75 miliar (5,17%) sementara kredit bank syariah

49

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH tumbuh Rp32,40 miliar (7,33%). Sementara, jika dilihat dari pangsa (share)

penyaluran kredit, kelompok bank pemerintah masih mendominasi dengan

pangsa sebesar 95,23%, diikuti dengan kelompok bank syariah sebesar 4,77%.

Berdasarkan Jenis Penggunaan, peningkatan jumlah kredit dialami oleh

kredit konsumsi dan investasi sementara kredit modal kerja mengalami

penurunan. Kredit konsumsi meningkat Rp402,35 miliar (9,76%) dari triwulan

sebelumnya diikuti dengan kredit investasi yang tumbuh Rp222,28 miliar

(13,34%). Sementara itu, kredit modal kerja mengalami penurunan sebesar

Rp127,46 miliar (3,49%).

Berdasarkan pangsanya, kredit terbesar masih didominasi oleh kredit

konsumsi, yaitu sebesar 45,54% dari total kredit pada triwulan laporan.

Kemudian diikuti oleh kredit modal kerja sebesar 35,44%, dan kredit investasi

sebesar 19,02%.

Berdasarkan Sektor Ekonomi, hampir semua sektor ekonomi

mengalami peningkatan jumlah penyaluran kreditnya, kecuali untuk sektor

pertambangan, listrik gas dan air, serta pengangkutan, pergudangan dan

komunikasi. Secara nominal, peningkatan kredit terbesar dialami oleh sektor lain-

lain yaitu sebesar Rp345,67 miliar (6,97%), yang kemudian diikuti oleh sektor

perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp56,18 miliar (2,61%) dan sektor jasa

dunia usaha sebesar Rp40,31 miliar (11,99%).

Pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit sektor lain-lain,

yaitu sebesar 53,40%, yang kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, restoran,

dan hotel sebesar 22,20% dan sektor pertanian sebesar 10,22%. Dominasi

penyaluran kredit pada ketiga sektor tersebut mencapai 85,83% dari total

outstanding kredit.

Berdasarkan lokasi Proyek26, jumlah kredit yang disalurkan oleh

perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan

sebesar 1,96%, yaitu dari total kredit sebesar Rp12.011,12 miliar menjadi sebesar

26 Data s.d. bulan Mei 2010. Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) Provinsi Jambi. Data kredit lokasi proyek termasuk kredit dari BPR serta bank asing dan bank campuran sesuai dengan format SEKDA Provinsi Jambi.

50

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Rp12.246,80 miliar.27 Meningkatnya jumlah kredit ini hampir dialami oleh semua

sektor ekonomi kecuali untuk sub sektor pertanian, pertambangan, perindustrian

dan pengangkutan. Berdasarkan nominal kredit, peningkatan kredit lokasi proyek

pada triwulan laporan terutama dipicu oleh meningkatnya kredit perdagangan

sebesar Rp255,84 miliar (11,90%), diikuti dengan sektor jasa dunia usaha

Rp44,19 miliar (11,57%) dan sektor lain-lain Rp107,71 miliar (1,83%).

Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)

I II III IV I IIPertanian 1,959,270 2,026,202 2,077,761 2,218,021 1,831,035 1,673,054Pertambangan 97,700 105,661 158,199 218,987 170,809 153,392Perindustrian 824,440 831,221 810,173 960,764 872,224 860,872Perdagangan 2,234,779 2,457,387 2,682,693 2,800,588 2,149,467 2,405,303Jasa-jasa 1,203,112 1,519,917 1,521,339 1,485,762 1,111,385 1,170,268 - listrik, gas dan air 189,230 492,546 467,801 415,761 187,280 188,532 - konstruksi 295,102 298,423 312,752 278,993 259,019 269,961 - pengangkutan 120,743 114,564 104,524 117,160 156,118 149,501 - jasa dunia usaha 465,298 471,301 484,654 510,934 381,849 426,043 - jasa sosial masyarakat 132,739 143,083 151,608 162,914 127,119 136,231Lain-lain 4,085,517 4,301,199 4,380,585 4,582,113 5,876,199 5,983,907TOTAL 10,404,818 11,241,587 11,630,750 12,266,234 12,011,119 12,246,796

Sumber: SEKDA Provinsi Jambi

20102009Sektor Ekonomi

4. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL)

gross Bank Umum di Provinsi Jambi

Menurunnya penghimpunan dana pihak ketiga sementara penyaluran

kredit perbankan meningkat menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR)28

berdasarkan wilayah pelapor dan lokasi proyek mengalami peningkatan. Loan to

Deposits Ratio (LDR) berdasarkan wilayah bank pelapor meningkat dari 82,25%

menjadi 86,64%, sedangkan LDR berdasarkan lokasi proyek29 meningkat dari

104,71% menjadi 106,83%.

27 Data s.d. bulan Mei 2010. Mulai Mei 2007, data dana/kredit telah menggunakan konsep net, yaitu tidak memasukkan dana/kredit pada pemerintah pusat dan bukan penduduk. Hal ini telah disesuaikan dengan publikasi SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia). 28 LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan. 22 LDR berdasarkan lokasi proyek adalah rasio antara kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan DPK bank umum pada triwulan laporan. Data LDR berdasarkan lokasi proyek s.d Mei 2010.

51

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi

97.77% 101.97% 101.20%106.41%

113.68% 110.84%104.71% 106.83%

72.65% 75.41% 75.36% 79.44%86.69% 84.08% 82.25% 86.64%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

0

2

4

6

8

10

12

14

Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10

Rp triliun

Kredit Lokasi Proyek (Rp juta) Kredit Perbankan Jambi (Rp juta)DPK Perbankan (Rp juta) LDR Lokasi Proyek (persen)LDR Perbankan Jambi (persen)

Grafik 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi

327297

341

212 216

15098

5982

119

604

511459

355

250

93 90 8079 72

0

100

200

300

400

500

600

700

Batanghari Ma. Jambi dan lainnya

Tebo Saro langun Merangin Bungo Tanjabbar Tanjabtim Kota Jambi Kerinci

Triwulan I-10Triwulan II-10

LDR < 100%

Berdasarkan Kabupaten/Kota, Kabupaten Batanghari memiliki LDR

tertinggi di antara seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi, yaitu sebsar

6030,83%, diikuti oleh Kabupaten Muara Jambi dan lainnya. Sementara itu

terdapat lima kabupaten/kota dengan tingkat LDR kurang dari 100% yaitu Bungo

(92,99%), Tanjung Jabung Barat (89,71%), Tanjung Jabung Timur (79,81%),

Kota Jambi (79,24%) dan Kerinci (72,22%).

Kualitas kredit yang diberikan pada triwulan laporan menunjukkan

penurunan. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya rasio Non Performing Loan

(NPL) gross bank umum, yaitu dari 2,38% pada triwulan sebelumnya menjadi

2,48%.

Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor

perindustrian, yaitu sebesar 6,60% yang berarti di atas ketentuan Bank Indonesia

52

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

yang sebesar 5%. Sementara itu, NPL sektor-sektor ekonomi lainnya masih

berada dalam kategori baik (dibawah 5%).

Tabel 3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi

Kredit KreditNominal

NPL NPL (%) KreditNominal

NPL NPL (%) KreditNominal

NPL NPL (%)1. Pertanian 1,208,369 1,350,288 105,997 7.85 993,939 23,376 2.35 1,015,331 26,142 2.572. Pertambangan 29,409 25,941 157 0.61 28,484 285 1.00 22,824 275 1.203. Perindustrian 459,335 438,242 32,233 7.36 448,754 31,826 7.09 471,007 31,079 6.604. Listrik, Gas dan Air 26,852 26,852 - 27,073 460 1.70 27,007 501 1.865. Konstruksi 252,991 250,442 8,371 3.34 238,904 7,169 3.00 251,548 7,249 2.88

6.Perdagangan, Restoran dan Hotel 2,628,817 2,740,329 94,528 3.45 2,149,003 55,291 2.57 2,205,185 59,151 2.68

7Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 98,848 109,939 202 0.18 127,354 2,776 2.18 123,233 2,837 2.30

8. Jasa-jasa Dunia Usaha 326,087 340,406 7,264 2.13 336,225 6,660 1.98 376,535 6,838 1.829. Jasa-jasa Sosial Masyarakat 138,022 148,433 712 0.48 126,424 5,899 4.67 134,989 5,310 3.93

10. Lain-lain 3,700,457 3,686,040 50,743 1.38 4,958,129 90,872 1.83 5,303,801 106,912 2.028,869,187 9,116,912 300,207 3.29 9,434,289 224,614 2.38 9,931,460 246,294 2.48J U M L A H

NoTW IV-09TW III-09 TW II-10TW I-10

Sektor Ekonomi

Dilihat dari spread bunga (grafik 3.8), terlihat bahwa margin keuntungan

perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan kembali mengalami

peningkatan. Margin rata-rata tertimbang30 antara suku bunga kredit dengan

suku bunga deposito 3 (tiga) bulan meningkat dari 5,17% menjadi 5,22% pada

triwulan laporan. Peningkatan ini dipicu oleh lebih tingginya penurunan suku

bunga deposito pada triwulan laporan dibandingkan dengan suku bunga kredit.

Grafik 3.5 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi

6.85 6.82 6.92 7.06 7.07 6.73 6.59 6.42 5.95 5.24 4.89 4.86 4.66 4.69 4.95 5.61 6.02 6.17 6.36 6.5 6.74 7.15 7.06 7.77 7.49 6.43 6.38 5.17 5.24 5.22

0.002.004.006.008.00

10.0012.0014.0016.0018.0020.00

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Agu

s

Sept

Okt

Nov

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun Jul

Ags

Sept

Okt

Nov

Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

2008 2009 2010

Persen (%)

Margin Kredit Deposito 3 Bulan SBI

Stabilnya angka BI Rate semenjak bulan Agustus 2009 diikuti dengan

penurunan suku bunga secara perlahan-lahan oleh perbankan. Pada triwulan

laporan, suku bunga kredit turun sebesar 14 bps yaitu menjadi 12,22%, dan suku

bunga simpanan turun 19 bps di kisaran 7,00%.

30 Data menggunakan suku bunga rata-rata tertimbang bank umum pemerintah s.d. bulan Mei 2010.

53

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 5. Perkembangan UMKM

Seiring dengan pertumbuhan kredit perbankan sebesar 5,27% pada

triwulan laporan, kredit UMKM juga mengalami pertumbuhan bahkan sedikit di

atas pertumbuhan total kredit yaitu sebesar 6,59%. Hal tersebut menunjukkan

bahwa kepercayaan perbankan akan kredit UMKM masih cukup tinggi. Dengan

demikian pangsa kredit UMKM terhadap total kredit terus mengalami

peningkatan yaitu dari sebesar 83,54% menjadi 84,59% pada triwulan laporan.

Grafik 3.6 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi

024681012141618

-

2

4

6

8

10

12

TW I-08 TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09 TW II-09 TW III-09 TW IV-09 TW I-10 TW II-10

Rp

Tri

liun

Total Kredit - Bank Pelapor MikroKecil MenengahPertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor Pertumbuhan UMKM (%)

Dilihat dari distribusinya, kredit UMKM sektor usaha kecil memiliki pangsa

yang terbesar yaitu 40,36% lalu diikuti sektor usaha mikro sebesar 27,25%, serta

sektor usaha menengah sebesar 16,98% dari total kredit perbankan.

Grafik 3.7 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi

36.55 36.11 36.06 35.57 36.08 34.27 34.06 33.59 27.78 27.25

25.08 26.65 29.14 30.52 32.11 34.47 35.14 35.64 39.71 40.36

19.96 19.13 19.15 19.05 18.02 17.50 16.93 17.10 16.05 16.98

18.41 18.11 15.66 14.85 13.78 13.77 13.87 13.67 16.46 15.41

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

TW I-08 TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09 TW II-09 TW III-09 TW IV-09 TW I-10 TW II-10

2008 2009 2010Kredit Besar/Non-UMKM Menengah Kecil Mikro

54

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Berdasarkan komposisinya, pertumbuhan kredit UMKM ditopang oleh

meningkatnya pertumbuhan kredit usaha kecil sebesar Rp262,09 miliar (7,00%)

diikuti dengan kredit menengah dan mikro yaitu masing-masing sebesar

Rp172,42 miliar (11,39%) dan Rp85,24 miliar (3,25%).

C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibanding

triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset, DPK dan penyaluran kredit yang

mengalami pertumbuhan positif. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi

mencapai sebesar Rp303,89 miliar atau meningkat 3,86% dibanding pada

triwulan sebelumnya yang sebesar Rp292,6 miliar. Sementara itu, jumlah

penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh BPR di Provinsi Jambi meningkat

sebesar Rp12,62 miliar (6,06%), dan penyaluran kredit tumbuh sebesar Rp9,14

miliar (4,77%).

Lebih tingginya peningkatan jumlah penghimpunan dana dibandingkan

penyaluran kredit pada triwulan laporan menyebabkan Loan to Deposits Ratio

(LDR) mengalami penurunan, yaitu menjadi sebesar 90,78% dari sebelumnya

sebesar 91,90%. Sementara itu, kualitas kredit menunjukkan perbaikan, yaitu

dengan menurunnya persentase Non Performing Loan (NPL) menjadi 7,12%.

55

Halaman ini sengaja dikosongkan

BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan

kabupaten) tahun 2010 sebesar Rp1,50 triliun, turun 7,14% dari APBD tahun lalu

yang sebesar Rp1,62 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan, jumlah anggaran

pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2010 sebesar Rp1,30 triliun atau

meningkat 3,82% dibandingkan anggaran pendapatan tahun 2009 yang sebesar

Rp1,26 triliun.31 Dari kondisi tersebut, jumlah defisit anggaran selama tahun 2010

diperkirakan sebesar Rp200,00 miliar yang akan dibiayai dari sisa lebih

perhitungan anggaran tahun sebelumnya.

Grafik 4.1. APBD Provinsi Jambi

557.77

894.92955.96

1,136.131256.89 1304.93

776.83

1156.84

1291.6

1429.178

1620.591504.932

534.655607.84557.73

654.98

(4.14)

13.69

6.82

18.85

10.63

3.82

10.6513.39

(7.14)

34.35

47.2334.34

17.44

18.60

48.92

11.65

0

250

500

750

1000

1250

1500

1750

2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: Biro Keuangan (diolah)

-10

10

30

50miliar (Rp) persen (%)

Pendapatan (aksis kiri) Belanja (aksis kiri)% Pertumbuhan Pendapatan (aksis kanan) % Pertumbuhan Belanja (aksis kanan)

Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan II- 2010 terealisasi

sebesar Rp801,14 miliar, meningkat sebesar 116,98% dibandingkan triwulan

sebelumnya. Sedangkan belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan

31 APBD Provinsi Jambi tahun 2010 ini disahkan tanggal 5 Oktober 2009

57

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH II-2010 terealisasi sebesar Rp729,35 miliar, meningkat sebesar 95,64%

dibandingkan triwulan sebelumnya.

A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun 2010

Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2010

diperkirakan akan meningkat sebesar 3,82% dari tahun 2009. Secara nominal,

peningkatan pendapatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya Pendapatan

Asli Daerah (PAD) maupun Dana Perimbangan dari pusat. Di tahun 2010 PAD

sebesar Rp23,50 miliar (3,72%) serta dana perimbangan sebesar Rp24,54 miliar

(3,16%).

Sementara itu, belanja pada APBD 2010 menurut urusan pemerintahan

daerah dan organisasinya, belanja terbesar diperuntukkan untuk otonomi daerah,

pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,

kepegawaian dan persandian yaitu sebesar 34,8% dari total belanja, diikuti oleh

urusan pekerjaan umum 17,9%; pendidikan 12,1%; kesehatan 9,4%; pertanian

sebesar 6,6%; tenaga kerja 2,2%; perumahan 1,9%; kepegawaian 1,5% serta

lainnya 13,7%.

Grafik 4.2. Perkembangan Belanja per Dinas 2009-2010

Grafik 4.3. Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi

(5.0)(17.5)

(7.4)

16.9

(39.0)

43.5

(17.7)

68.8

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

0

100

200

300

400

500

600

Otoda PkrjnUmum

Pnddkn Kshtn Pertanian Tng Krj

Prmhn Kpgwn

2009 2010 Pertumbuhan %), RHS

Otoda34.8%

PkrjnUmum17.9%

Pnddkn12.1%

Kshtn9.4%

Pertanian6.6%

Tng Krj

2.2%

Prmhn1.9%

Kpgwn1.5% Lainnya

13.7%

B. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah

Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan II- 2010 terealisasi

sebesar Rp801,14 miliar, meningkat sebesar 116,98% dibandingkan triwulan

sebelumnya dan meningkat sebesar 57,40% dibandingkan dengan triwulan yang

sama tahun lalu. Secara nominal, penerimaan pajak tertinggi dicapai oleh jenis

58

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

pajak bumi dan bangunan sebesar Rp363,26 miliar, diikuti jenis pajak

penghasilan sebesar Rp204,45 miliar.

Berdasarkan pangsanya, pendapatan pajak dalam negeri memiliki pangsa

paling besar yaitu 95,72% dari total penerimaan pajak pada triwulan laporan.

Jika dirinci lagi dari pendapatan pajak dalam negeri, maka pendapatan pajak

bumi dan bangunan (43,34%) memiliki pangsa paling besar, diikuti pajak

penghasilan (25,52%), serta pajak pertambahan nilai (22,26%).

Tabel 4.1. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah)

Nominal (%)I Pendapatan Pajak Dalam Negeri 309,825,440,340 766,844,431,227 457,018,990,887 147.51

Pendapatan Pajak Penghasilan 149,463,488,691 204,450,473,043 54,986,984,352 36.79 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 144,241,599,007 181,037,982,423 36,796,383,416 25.51 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 3,687,606,231 363,261,432,324 359,573,826,093 9,750.87 Pendapatan BPHTB 5,807,485,121 10,659,948,287 4,852,463,166 83.56 Pendapatan Cukai - - - - Pendapatan Pajak Lainnya 6,625,261,290 7,434,595,150 809,333,860 12.22 Pengembalian Pendapatan Pajak dan Cukai - - - -

II Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional

6,351,103,553 8,098,197,819 1,747,094,266 27.51

Pendapatan Bea Masuk 3,097,689,346 2,205,530,389 (892,158,957) (28.80) Pendapatan Bea Keluar 3,253,414,207 5,892,667,430 2,639,253,223 81.12 Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor - - - -

III Penerimaan Sumber Daya Alam 557,233,933 718,380,526 161,146,593 28.92 Pendapatan Pertambangan Umum 557,233,933 718,380,526 161,146,593 28.92 Pendapatan kehutanan - - - -

IV Pendapatan PNPB Lainnya 52,487,470,452 25,477,171,121 (27,010,299,331) (51.46) V Pendapatan Hibah - - - -

369,221,248,278 801,138,180,693 431,916,932,415 116.98 Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah

Triwulan I 2010 Triwulan II 2010

Total Realisasi Pendapatan

KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAHPertumbuhan

REALISASI PENDAPATAN

Grafik 4.4. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Grafik 4.5. Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi

Pendapatan PPh26.66%

Pendapatan PPN23.61%

Pendapatan PBB47.37%

Pendapatan BPHTB1.39%

Pendapatan Cukai0.00% Pendapatan

Pajak Lainnya0.97%

Pendapatan Pajak Dalam

Negeri95.72%

Pendapatan Pajak

Perdagangan Int'l

1.01%

Penerimaan SDA

0.09%

Pendapatan PNPB Lainnya

3.18%

Grafik 4.4 Grafik 4.5

Belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan II-2010 terealisasi

sebesar Rp729,35 miliar, meningkat sebesar 95,64% dibandingkan triwulan

sebelumnya. Namun demikian, belanja pemerintah pusat didaerah turun 8,30%

59

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun lalu. Secara nominal,

belanja pemerintah pusat tertinggi adalah untuk belanja gaji dan tunjangan yaitu

sebesar Rp271,39 miliar (37,21%), diikuti dengan belanja modal jalan, irigasi dan

jaringan yang mencapai Rp117,58 miliar (16,12%).

Tabel 4.2. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah)

Nominal (%)

I Belanja Pegawai 205,004,864,088 276,662,079,996 71,657,215,908 34.95 Belanja Gaji dan Tunjangan 203,118,163,260 271,391,600,396 68,273,437,136 33.61 Belanja Honorarium/Lembur/ Vakasi/Tunj K 1,909,364,928 5,421,648,664 3,512,283,736 183.95 Belanja Kontribusi Sosial (22,664,100) (151,169,064) (128,504,964) 567.00

II Belanja Barang 45,411,298,738 155,602,019,974 110,190,721,236 242.65 Belanja Barang 30,005,124,020 106,624,352,377 76,619,228,357 255.35 Belanja Jasa 6,288,401,684 15,664,863,345 9,376,461,661 149.11 Belanja Perjalanan 9,117,773,034 33,312,804,252 24,195,031,218 265.36 Belanja Pemeliharaan - - - #DIV/0!

III Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan 1,214,571 - (1,214,571) (100.00) Belanja Denda 1,214,571 - (1,214,571) (100.00) Belanja Subsidi Perusahaan Negara - - - #DIV/0!

IV Belanja Bantuan Sosial 72,653,304,750 158,548,016,170 85,894,711,420 118.23 Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan d 66,604,304,750 92,501,551,600 25,897,246,850 38.88 Belanja Lembaga Sosial Lainnya 6,049,000,000 66,046,464,570 59,997,464,570 991.86

V Belanja Lain-Lain 2,035,022,998 3,918,468,518 1,883,445,520 92.55 Belanja Lain-Lain 2,035,022,998 3,918,468,518 1,883,445,520 92.55

VI Belanja Modal 47,700,740,640 134,617,868,400 86,917,127,760 182.21 Belanja Modal Tanah 506,440,000 1,623,822,400 1,117,382,400 220.63 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 1,528,616,000 7,798,631,894 6,270,015,894 410.18 Belanja Modal Gedung dan Bangunan 1,204,303,184 7,179,100,915 5,974,797,731 496.12

Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan 44,193,696,936 117,584,089,391 73,390,392,455 166.07

Belanja Pemeliharaan yang dikapitalisasi - - - #DIV/0!Belanja Modal Fisik Lainnya 267,684,520 432,223,800 164,539,280 61.47

372,806,445,785 729,348,453,058 356,542,007,273 95.64

Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah

Triwulan I 2010 Triwulan II 2010

KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH

Total Realisasi Belanja

PertumbuhanREALISASI BELANJA

Meningkatnya belanja pemerintah pusat di Jambi terutama dipicu

peningkatan belanja barang sebesar 242,65%, sedangkan belanja modal

mengalami peningkatan sebesar 182,21%. Namun demikian porsi belanja modal

yang baru 18,46% menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk

meningkatkan pembangunan di daerah masih bisa dioptimalkan lagi.

Grafik 4.6. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi

Belanja Gaji dan Tunjangan35.07%

Belanja Honorarium/Lembur/ Vakasi/Tunj Khusus

0.70%

Belanja Kontribusi Sosial0.02%

Belanja Barang13.78%

Belanja Jasa2.02%

Belanja Perjalanan4.30%

Belanja Pemeliharaan3.07%

Belanja Denda0.00%

Belanja Subsidi Perusahaan Negara

0.00%

Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan

dan Peribadatan11.95%

elanja Lembaga Sosial Lainnya8.53%

Belanja Lain-Lain0.51%

Transfer Dana Bagi Hasil

20.04%

60

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

C. Keuangan Pemerintah Daerah

Perkembangan simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi

mencapai Rp1,74 triliun pada triwulan laporan (posisi Juni 2010), sedikit menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp1,79 triliun. Berdasarkan jenisnya,

simpanan pemerintah daerah paling besar dalam bentuk giro (79,58%), diikuti

dengan deposito (19,61%).

Grafik 4.7. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi

(dalam miliar Rupiah)

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

1,800

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2009 2010

Deposito Giro

Periode semester I tahun anggaran 2010, realisasi belanja pemerintah

daerah masih belum terakselerasi dengan optimal. Belanja pemerintah daerah

masih terbatas pada realisasi belanja operasional (belanja gaji pegawai dan

belanja operasional rutin lainnya). Dampaknya, simpanan pemerintah daerah di

perbankan masih cukup tinggi sebesar Rp1,74 triliun (per Juni 2010). Transfer

dana perimbangan (khususnya dana alokasi umum/DAU) dari pemerintah pusat

yang terus mengalir ke rekening pemerintah daerah belum secara optimal

direalisasikan.

61

Halaman ini sengaja dikosongkan

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Pada periode triwulan II-2010, aktivitas pembayaran tunai mengalami

peningkatan net outflow.32 Sementara, nilai nominal kliring serta volume lembar

warkat pada periode laporan mengalami penurunan. Namun demikian,

perkembangan RTGS di Provinsi Jambi mengalami pertumbuhan.

Tabel 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KBI Jambi

Trw. IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Nominal Persen

Nilai Kliring (juta Rp) 2,010,418 1,413,797 1,585,118 1,600,873 1,721,046 1,632,198 1,499,717 (132,481) (8.12) Volume Kliring (lembar warkat) 60,278 58,349 59,407 61,323 61,397 61,881 57,197 (4,684) (7.57) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 558,429 295,018 124,946 179,942.58 387701 217,196 134,582 (82,614) (38.04) Aliran Uang Keluar/Ouflows (juta Rp) 695,552 263,397 923,429 930,375 1,205,071.09 396,030 1,019,262 623,232 157.37 Net Inflows/ (Net Outflows) (juta Rp) (137,123) 31,621 (798,483) (750,433) (817,370) (178,834) (884,679) (705,846) 394.69 RTGS dari jambi (miliar Rp) 7,384 5,511 6,168 6,554 8,032 9,259 12,437 3,178 34.32 RTGS ke Jambi (miliar Rp) 19,030 18,792 19,149 13,348 17,998 30,773 30,963 190 0.62 Penemuan Uang Palsu- Pecahan Rp100.000,00 - - - - - - - - - - Pecahan Rp50.000,00 - - - - - - - - - - Pecahan Rp20.000,00 - - - - - - - - - - Pecahan Rp10.000,00 - - - - - - - - - Jumlah PTTB (juta Rp) 70,922 29,578 25,812 78,279 148,972 130,156 114,152 (16,004) 394.69 Perbandingan PTTB thd. Inflows (%) 12.70 10.03 20.66 43.50 38.42 59.93 84.82 25 394.69 Cek dan BG Kosong- Lembar 971 900 992 1,147 894 716 713 (3) (0.42) - Nominal (juta Rp) 32,389 27,286 34,355 29,945 24,805 19,222 17,737 (1,485) (8.37)

Pertumbuhan (q-t-q)2008Uraian

2009 2010

A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai

A.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi

Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan laporan di Provinsi Jambi

mengalami net outflow. Jika dibandingkan pada triwulan yang lalu (q-t-q),

outflow di Provinsi Jambi mengalami peningkatan sebesar sebesar Rp623,23

miliar atau 157.37% (Grafik 5.1). Hal ini disebabkan oleh kebutuhan uang kartal

32 Net outflow adalah kondisi dimana aliran uang masuk (inflow) lebih sedikit dibandingkan aliran uang keluar (outflow) pada periode yang sama.

63

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN dalam rangka pembayaran gaji ke-13 pegawai negeri sipil (PNS), POLRI serta

pensiunan dan dalam rangka penyelenggaraan Pilkada Gubernur Jambi.33

Grafik 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi

-200

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

1,600

Q1-05 Q2-05 Q3-05 Q4-05 Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10

Rp miliar

-200

300

800

1,300

1,800

2,300

2,800

Persen

Inflows Outflows Net Outflows Pert. Net Outflows (%)

Pada triwulan laporan, aliran kas keluar bersih (net cash outflow)

meningkat sebesar Rp705.85 miliar (394,70%). Arus kas masuk (cash inflow)

menurun sebesar Rp82.62 miliar (38.04%) menjadi Rp134.58 miliar.

A.2. Penyediaan Uang Layak Edar

Secara berkala BI melaksanakan pemusnahan terhadap uang yang sudah

tidak layar edar (UTLE) melalui kegiatan yang diberi nama Pemberian Tanda Tidak

Berharga (PTTB). Pemberian tanda terhadap uang kartal yang tidak layak edar

(lusuh/rusak) yang masuk ke Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga kelayakan

uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, jumlah ratio PTTB

dibandingkan inflows mengalami penurunan sebesar 14,02% (Rp16,004 miliar).

A.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan

Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu pada pecahan

berapapun. Untuk menjaga tidak beredarnya uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor

Bank Indonesia Jambi masih terus melakukan kegiatan Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian

Uang Rupiah kepada masyarakat.

33 PILKADA Gubernur jambi dilaksanakan tanggal 19 Juni 2010.

64

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai

B.1. Perkembangan Kliring Lokal

Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan

laporan tercatat sebesar Rp1.499.72 miliar atau turun sebesar 8,12%

dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi pada jumlah

warkat kliring juga menurun sebesar 7,57%, yaitu dari 61.881 lembar menjadi

57.197 lembar.

Di sisi lain, jumlah cek dan BG kosong mengalami penurunan sebesar

0.42%, yaitu dari 716 lembar menjadi 713 lembar. Penurunan tersebut diikuti

juga dengan penurunan secara nominal jumlah penolakan sebesar 8,37%, yaitu

dari Rp19,22 miliar menjadi Rp17,74 miliar.

Grafik 5.2 dan 5.3 Perkembangan Nominal dan Volume Kliring

1,4141,585 1,601

1,721 1,6321,500

12.12

0.997.51

(5.16)

-

500

1,000

1,500

2,000

Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw. I Trw. II

2009 2010

(25)

(15)

(5)

5

15

25

35

dalam miliar RupiahPersen

Nilai Kliring Pertumbuhan Nilai Kliring

Grafik 5.2

58,349 61,881 57,19759,407 61,323 61,397

(3.20)3.23

2,89

(7.57)

0.12 0.79

-

40,000

80,000

120,000

Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw. I Trw. II

2009 2010

(15)

-

15

lembar warkatPersen

Volume Kliring Pertumbuhan Volume Kliring

Grafik 5.3

B.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)34

Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross

Settlement (BI RTGS) di Kantor Bank Indonesia Jambi secara total (keluar dan

masuk/dari dan ke) meningkat yaitu sebesar 8,41% sehingga menjadi sebesar

Rp43,40 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp40,03 triliun.

Transfer masuk ke Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp0,19 triliun (0,62%) dan

34 Sistem BI-RTGS adalah suatu system transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang penyelesaian transaksi dilakukan secara seketika (real time).

65

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN transfer keluar dari Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp3,18 triliun (34,32%)

pada triwulan II tahun 2010.

Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah)

Dari Ke Dari KeTW I-07 5,552.37 4,540.66 89.55 73.24 (28.00) (33.72) (31.48) (36.93) TW II-07 5,469.05 11,659.81 88.21 188.06 (1.50) 156.79 (1.50) 156.79 TW III-07 6,683.00 15,264.37 102.82 234.84 22.20 30.91 16.56 24.87 TW IV-07 6,789.21 14,003.22 113.15 233.39 1.59 (8.26) 10.06 (0.62) TW I-08 5,620.00 16,025.00 93.67 267.08 (17.22) 14.44 (17.22) 14.44 TW II-08 6,351.75 16,874.15 100.82 267.84 13.02 5.30 7.64 0.28 TW III-08 7,204.01 19,314.53 114.35 306.58 13.42 14.46 13.42 14.46 TW IV-08 7,384.30 19,030.05 121.05 311.97 2.50 (1.47) 5.86 1.76 TW I-09 5,511.05 18,792.30 93.41 318.51 (25.37) (1.25) (22.84) 2.10 TW II-09 6,168.31 19,149.01 99.49 308.86 11.93 1.90 6.51 (3.03) TW III-09 6,554.08 13,347.82 107.44 218.82 6.25 (30.29) 8.00 (29.15) TW IV-09 8,031.94 17,997.98 127.49 285.68 22.55 34.84 18.66 30.56 TW I-10 9,259.26 30,772.72 151.79 504.47 15.28 70.98 19.06 76.58 TW II-10 12,437.08 30,962.79 207.28 516.05 34.32 0.62 36.56 2.29 Sumber: www.bi.go.id & KBI Jambi

Kumulatif triwulananPertumbuhan

Rata-rata harianKeteranganDari Ke Dari Ke

Kumulatif Triwulanan Rata-Rata Harian

66

BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

Pada periode triwulan laporan, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK)

menunjukkan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran masih

berada pada level pesimis.35 Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang

pendidikan pada bulan April 2010 menurun sebesar 17,69% jika dibandingkan

dengan Maret 2010.36

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi

bulan Juni 2010) mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan sebelumnya

(posisi Maret 2010). Sementara itu, rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap

kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan II tahun 2010 meningkat sebesar 709

bps jika dibandingkan triwulan I tahun 2010.37

A. Ketenagakerjaan Daerah

Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Dinas Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi pada bulan April-2010, jumlah pencari kerja

menurun sebesar 17,69% jika dibandingkan bulan maret 2010. Belum adanya

rencana kegiatan penerimaan pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan

pemerintah daerah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi menyebabkan angka

pencari kerja menurun. Penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) merupakan

salah satu momentum yang mampu mendorong peningkatan pencari kerja

terutama tingkat pendidikan Sarjana.

Secara nominal, jumlah pencari kerja didominasi oleh tingkat pendidikan

dari SLTA sebanyak 442 orang, diikuti dengan sarjana sebesar 70 orang pada

bulan April-2010. Berdasarkan distribusinya (share), pencari kerja dengan jenjang

35 Nilai saldo dibawah 100 artinya berada pada level pesimis. Jika nilai saldo meningkat, berarti masyarakat memandang kondisi pengangguran membaik. 36 Data terbaru dari Disnakertrans Provinsi Jambi baru tersedia s.d. posisi April 2010. 37 Rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) dinyatakan dalam satuan persen (%).

67

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN pendidikan SLTA merupakan bagian terbesar pencari kerja (71,41%) diikuti oleh

lulusan sarjana (S1&S2) sebesar 11,31%.

Grafik 6.1. Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi Grafik 6.2. Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi

(orang)

( 10 .56 )

( 55.6 3 )

2 1.13

( 50 .2 6 )

10 7.0 1

( 8 .2 8 )( 2 .3 3 )

9 2 .8 6

16 7.9 7

( 55.6 4 )

6 4 .2 6

( 6 5.9 0 )

( 2 8 .14 )

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2

2009 2010

Sumber: Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, 2009

(100)

(50)

-

50

100

150

200(%)

Total Pencari Kerjag.pencari kerja

Grafik 6.1

orang

-200400600800

1,0001,2001,4001,6001,8002,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4

2009 2010

Sumber:Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, 2009

SD SLTPSLTA DI/DIID III/Sarjana Muda Sarjana

Grafik 6.2

Berdasarkan survei ekspektasi konsumen, jumlah penganguran saat ini

dibandingkan 6 s.d 12 bulan yang lalu masih belum menunjukkan perbaikan.

Kondisi ini tercermin dari nilai saldo kondisi pengangguran yang masih berada

pada level pesimis (68,67) pada triwulan laporan. Sejalan dengan hal tersebut,

nilai saldo ekspektasi konsumen terhadap kondisi pengangguran juga belum

menunjukkan perbaikan yang berarti yaitu dari sebesar 67,33 menjadi 68,67.

Nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi terhadap pengangguran masih

berada pada level pesimis menunjukkan bahwa masyarakat memandang kondisi

ketenagakerjaan masih kurang kondusif.

Grafik 6.3. Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran

Indeks

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Ekspektasi pengangguran Kondisi pengangguran

Sumber: Bank Indoneisa (diolah)

68

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

B. Kesejahteraan

Pergerakan inflasi Kota Jambi pada triwulan laporan meningkat sebesar

3,22%/q-t-q jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya harga-harga

beberapa kebutuhan pokok tersebut pada akhirnya menyebabkan rata-rata

triwulanan kebutuhan hidup layak (KHL) di Provinsi Jambi cukup tinggi,

yaitumencapai Rp1.086.294,00 pada triwulan II-2010.

Grafik 6.4-6.7. Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok

Rp

60,000

80,000

100,000

120,000

140,000

160,000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2007 2008 2009 2010

Rp

4,000

4,500

5,000

5,500

6,000

6,500

7,000

Merk Anggur Merk King Merk Belida IR 64 (aksis kanan) IR 42 (aksis kanan)

Perkembangan Harga Beras

Grafik 6.4

Rp

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6

2007 2008 2009 2010

Segi Tiga Biru Merk Lencana

Perkembangan Harga Tepung Terigu

Grafik 6.5

Rp

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

18,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2007 2008 2009 2010

Bimoli Botol Special Tanpa Merk

Perkembangan Harga Minyak Goreng

Grafik 6.6

Rp

-

8,000

16,000

24,000

32,000

40,000

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6

2007 2008 2009 2010

Rp

-

4,000

8,000

12,000

16,000

20,000

Ayam Kampung (aksis kiri) Susu Merk Dancow (aksis kiri) Kacang Kedelai Impor Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Bawang Merah

Perkembangan Harga Komoditas lainnya

Grafik 6.7

Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, 2009.

Perkembangan harga rata-rata beberapa bahan kebutuhan pokok (lihat

Grafik 6.4-6.7) sebagian besar menunjukkan tren peningkatan. Harga rata-rata

beras Merek Anggur ukuran 20 kg, mengalami peningkatan harga sebesar

Rp2.002/20kg selama periode triwulan laporan, begitu juga dengan beras jenis IR

64 dan IR 42 yang naik mencapai Rp139/kg.38

Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan harga terjadi pada komoditas

daging ayam (broiler dan kampung), bawang merah, cabe merah, bawang (putih

38 Sumber: Disperindag Provinsi Jambi, 2010.

69

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN dan merah). Pada periode triwulan laporan, harga rata-rata cabe (merah dan

keriting) mengalami peningkatan pada kisaran Rp3.257-Rp6.114/kg. Sejalan

dengan hal tersebut, kelompok harga daging ayam, yaitu daging ayam broiler

dan daging ayam kampung naik secara rata-rata masing-masing sebesar

Rp1.350/kg dan Rp1.331/kg. Sementara, harga rata-rata minyak goreng dan

semen mengalami penurunan.

Pada triwulan laporan, tantangan masyarakat dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya semakin berat. Hal ini tercermin dari rasio Upah Minimum

Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup layak (KHL). Sebagaimana diketahui,

Upah Minimum Provinsi (UMP)39 Provinsi Jambi tahun 2010 yang telah ditetapkan

sebesar Rp900.000 per bulan, meningkat 12,50% dibandingkan tahun 2009

sebesar Rp800.000,00. Rasio UMP terhadap rata-rata KHL pada triwulan laporan

sebesar 82,85%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan UMP dalam menutupi

KHM/KHL masih terbatas. Bagi para pekerja yang mendapatkan upah sesuai

dengan UMP atau bahkan dibawah UMP tentunya sangat berat dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara

lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi pada bulan Juni

2010. Pada bulan Juni 2010, NTP sebesar 96,09 atau sedikit menurun 0,03%

dibandingkan bulan Maret 2010 (96,12).40 NTP yang masih berada dibawah 100

menunjukkan bahwa kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian relatif lebih

rendah dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi

oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian.

Indeks harga yang diterima petani (It) dari 5 sub sektor menunjukkan

fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan

Juni 2010, It mengalami peningkatan sebesar 0,97% dibandingkan bulan Maret

39 Biasanya Upah Minimun Provinsi disesuaikan 1 (satu) tahun sekali. 40 NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.

70

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

2010. Sementara, indeks yang dibayar (Ib) petani juga meningkat sebesar 0,99%

dibandingkan bulan Maret 2010. Namun demikian, peningkatan indeks yang

dibayar (Ib) yang lebih besar dibandingkan peningkatan indeks yang diterima (It)

menyebabkan NTP pada bulan Juni 2010 menurun dibandingkan NTP bulan

Maret 2010.

Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100)

Jan Feb Mar Apr Mei Juni

1 Tanaman Padi Palawijaa Indeks Diterima Petani 115.63 117.58 119.30 118.84 119.21 120.01 0.60

- Padi 109.09 112.04 113.35 113.30 113.30 113.30 -0.04- Palawija 141.09 139.17 142.49 140.44 142.22 146.17 2.58

b Indeks Dibayar Petani 119.21 119.75 119.75 120.07 120.02 120.96 1.01- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118.23 118.80 118.76 118.94 118.92 119.98 1.03- Indeks BPPBM 123.29 123.71 123.91 124.85 124.63 125.05 0.92Nilai Tukar Petani (NTP-P) 97.00 98.19 99.63 98.97 99.32 99.22 -0.41

2 Hortikulturaa Indeks Diterima Petani 111.58 111.59 111.56 112.69 111.96 113.71 1.93

- Sayur-sayuran 114.35 116.01 114.16 116.96 113.93 114.94 0.68- Buah-buahan 108.23 106.24 108.41 107.53 109.57 112.23 3.52

b Indeks Dibayar Petani 118.91 119.31 119.26 119.44 119.48 120.35 0.91- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 117.89 118.47 118.43 118.59 118.58 119.65 1.03- Indeks BPPBM 122.79 122.49 122.43 122.64 122.88 123.01 0.47Nilai Tukar Petani (NTP-H) 93.84 93.53 93.54 94.35 93.71 94.49 1.02

3 Tanaman Perkebunan Rakyata Indeks Diterima Petani 111.53 112.24 113.63 117.34 116.14 114.86 1.08

- Tanaman Perkebunan Rakyat 111.53 112.24 113.63 117.34 116.14 114.86 1.08b Indeks Dibayar Petani 119.93 120.45 120.43 120.88 120.82 121.87 1.20

- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119.80 120.36 120.30 120.59 120.61 121.75 1.21- Indeks BPPBM 120.42 120.81 120.89 122.01 121.64 122.31 1.17Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 93.00 93.18 94.36 97.07 96.13 94.25 -0.12

4 Peternakana Indeks Diterima Petani 114.56 116.01 117.18 117.41 117.41 117.61 0.37

- Ternak Besar 108.66 110.19 111.94 112.66 112.66 112.66 0.64- Ternak Kecil 112.47 112.47 112.47 115.11 115.11 115.11 2.35- Unggas 126.85 129.10 129.51 127.38 127.38 128.23 -0.99- Hasil Ternak 134.45 134.45 134.45 134.45 134.45 134.45 0.00

b Indeks Dibayar Petani 117.49 118.28 118.62 118.63 118.63 119.15 0.45- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118.18 118.97 119.15 119.07 119.08 119.87 0.60- Indeks BPPBM 116.53 117.34 117.88 118.01 118.01 118.15 0.23Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 97.51 98.08 98.79 98.98 98.97 98.71 -0.08

5 Perikanana Indeks Diterima Petani 107.69 107.56 107.87 107.87 107.87 107.87 0.00

- Penangkapan 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 0.00- Budidaya 121.48 121.10 121.99 121.99 121.99 121.99 0.00

b Indeks Dibayar Petani 117.19 117.75 117.58 117.54 117.51 118.16 0.49- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 117.65 118.45 118.31 118.24 118.20 119.15 0.71- Indeks BPPBM 116.22 116.26 116.05 116.07 116.07 116.07 0.02Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 91.90 91.35 91.74 91.77 91.79 91.29 -0.49

a INDEKS YANG DITERIMA (It) 112.92 113.92 115.1 116.67 116.17 116.22 0.97b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 119.21 119.74 119.75 120.06 120.03 120.94 0.99c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 94.72 95.14 96.12 97.18 96.79 96.09 -0.03

Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)

KELOMPOK DAN SUB KELOMPOKPERSENTASE

PERUBAHAN (%) (Jun ke Mar)

PROVINSI JAMBI

2010

C. Kemiskinan

Dalam rangka turut mensukseskan program pemerintah dalam hal

penanggulangan kemiskinan, pemerintah Jambi (melalui Bulog Divre Jambi)

secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masyarakat yang berhak.

71

KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar 5.890 ton, meningkat

18,27% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4.980 ton.41

Grafik 6.8. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi

-

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

12,000,000

14,000,000

TWII

TWIII

TWIV

TW I TWII

TWIII

TWIV

TW I TWII

TWIII

TWIV

TW I TWII

TWIII

TRWIV

TW I TWII

TWIII

TRWIV

TW I TWII

2005 2006 2007 2008 2009 2010

(100)

(50)

-

50

100

150

200

250

Sumber: Bulog Prov. Jambi

Penyaluran Raskin (kg), aksis kiri Pertumbuhan Raskin (%), aksis kanan

Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)

41 Provinsi Jambi pada 2010 mendapat jatah Raskin sekitar 20.000 ton untuk penyaluran selama 10 bulan bagi 133.137 RTS tersebar di dua kota dan sembilan kabupaten dengan harga Rp1.600/Kg.

72

73

BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan III-

2010 diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan II-2010.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi kontributor utama

pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi

penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi didorong oleh sektor

pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran,

sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa.

Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan masih

cukup tinggi. Dengan demikian, inflasi tahunan (y-o-y) diperkirakan meningkat

dibandingkan triwulan laporan. Dari sisi permintaan, datangnya bulan Ramadhan

dan perayaan Idul Fitri 1431 H akan meningkatkan konsumsi masyarakat

terhadap bahan pokok sehingga dapat memicu angka inflasi Kota Jambi pada

triwulan III-2010 lebih tinggi dari triwulan laporan. Disamping itu, masih adanya

kendala jalur distribusi akibat kondisi jalan yang belum baik serta kondisi cuaca

dapat mengganggu kelancaran arus distribusi barang sehingga berpotensi

meningkatkan angka inflasi.

A. Pertumbuhan Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang

diperkirakan pada kisaran 6,3-7,3% (y-o-y). Pengeluaran konsumsi rumah tangga

masih menjadi motor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada

triwulan mendatang. Hal ini tercermin dari nilai indeks ekspektasi ekonomi

sebesar 111,33 yang masih berada pada level optimis (nilai indeks diatas 100).

Sejalan dengan hal tersebut, indeks ekspektasi penghasilan masyarakat

juga masih berada pada level yang optimis (145,33) setelah terus tumbuh secara

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

74

optimis.42 Semakin membaiknya perekonomian di Jambi serta pembayaran gaji

ke-13 pegawai negeri sipil (PNS), TNI, POLRI meningkatkan harapan akan

penghidupan yang lebih baik bagi masyarakat pada triwulan mendatang.

Grafik 7.1. Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I

2007 2008 2009 2010

Indeks

Ekspektasi ekonomi Ekspektasi pengangguran Ekspektasi penghasilan

Hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) pada triwulan laporan

menggambarkan rencana konsumsi dalam 6 s.d 12 bulan yang akan datang

sebagian besar berada pada level pesimis, kecuali nilai saldo bersih rencana

konsumsi barang sandang tercatat sebesar 162,67. Sedangkan indikator lainnya

masih bertengger pada level pesimis yaitu: pembelian/perbaikan rumah (48,67);

peralatan rumah tangga (54,00); perabotan rumah tangga (56,00); kendaraan

bermotor (32,00); serta rekreasi/tamasya (94,00). Hal ini menunjukkan bahwa

kecenderungan belanja masyarakat di triwulan III-2010 masih diutamakan untuk

memenuhi kebutuhan pokok, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan

lainnya.

42 Setelah triwulan II-2008 yang tumbuh pesimis (60,67), indeks ekspektasi penghasilan terus tumbuh pada level optimis.

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

75

Grafik 7.2. Rencana Konsumsi dalam 6-12 bulan yang akan datang

20

40

60

80

100

120

140

160

180

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

Indeks

Peralatan rumah tangga Perabotan rumah tangga Kendaraan bermotor

Barang sandang Pembelian/perbaikan rumah Rekreasi/tamasya

Berdasarkan hasil SKDU triwulan II-2010, optimisme responden pada

triwulan mendatang diyakini oleh pelaku usaha pada sektor industri pengolahan;

sekor perdagangan,hotel dan restoran (PHR); serta sektor jasa-jasa. Hal ini terlihat

dari perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk sektor-sektor tersebut

yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 7.1).

Tabel 7.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha

Triwulan II-2010

Triwulan III-2010*

1 Pertanian 3.51 (0.88)

2 Pertambangan dan Penggalian (3.82) (1.27)

3 Industri Pengolahan 1.66 3.87

4 Listrik dan Air Minum 0.20 0.20

5 Bangunan (1.37) (1.37)

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.85 1.09

7 Pengangkutan dan Komunikasi 1.46 0.97

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.73 2.73

9 Jasa-jasa 1.25 2.50

6.47 7.84

Saldo Bersih Tertimbang = Saldo Bersih dikalikan bobot Bobot didasarkan pada Distribusi PDRB Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000

Saldo Bersih TertimbangNo Sektor/Subsektor

Total

Keterangan : Saldo Bersih = % naik dikurangi turun

Keterangan : *) Angka perkiraan

Dari sisi penawaran, perkembangan sektor industri pengolahan

diperkirakan akan meningkat pertumbuhannya seiring dengan datangnya bulan

Ramadhan serta Lebaran (terutama industri makanan dan minuman).

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

76

Perkembangan industri pengolahan baik industri pengolahan hasil komoditi

pertanian diperkirakan juga semakin membaik. Sejalan dengan hal tersebut,

sektor PHR juga semakin meningkat volume perdagangannya akibat naiknya

demand masyarakat terhadap kebutuhan pokok selama bulan Puasa serta

menjelang Lebaran.

Di sisi lain, sektor jasa-jasa juga diperkirakan akan meningkat. Adanya

Pilkada tingkat II (Bupati dan wakil Bupati) di beberapa daerah pada triwulan

mendatang akan memicu meningkatnya usaha jasa yang mendukung semua

atribut Pilkada. Selain itu, masa bulan Ramadhan serta Lebaran juga ikut

mendorong pertumbuhan sektor ini.

Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia Jambi, pertumbuhan ekonomi

tahunan (y-o-y) Provinsi Jambi pada triwulan III-2010 diperkirakan pada kisaran

6,30%-7,30%. Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir

tahun 2010 diperkirakan pada kisaran 6,00-8,00%.

Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas

pasca krisis ekonomi dunia, diperlukan langkah nyata dan effort yang lebih besar

dari Pemerintah Daerah Jambi untuk memacu pertumbuhan ekonominya.

Beberapa prasyarat agar pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi bisa tumbuh lebih

baik, antara lain melalui:

1. Percepatan realisasi APBD terutama proyek-proyek fisik yang

berorientasi memacu perekonomian.

Akselerasi pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh

ketersediaan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur merupakan kunci

pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dengan optimal. Sampai dengan

triwulan II-2010, perkembangan proyek-proyek fisik dengan dana APBD relatif

masih rendah. Pemerintah daerah diharapkan dapat menyegerakan realisasi

belanja modal APBD 2010 sehingga mampu mempercepat stimulus

pembangunan ekonomi di Jambi. Pembangunan Infrastruktur bidang

transportasi (terutama jalan dan jembatan) harus dipercepat dalam rangka

meningkatkan pelayanan bagi aktivitas perdagangan serta mengurangi biaya

distribusi akibat kurang kondusifnya sarana jalan dan jembatan.

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

77

2. Peningkatan koordinasi antar kabupaten/kota.

Koordinasi pembangunan antar kabupaten/kota diharapkan dapat lebih

ditingkatkan. Setiap daerah diharapkan dapat fokus dalam mencapai target

pembangunan yang nantinya akan dimanfaatkan oleh daerah-daerah di

sekitarnya. Pengembangan yang bersifat one village one product ini

diharapkan dapat lebih mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber

pendanaan yang ada.

3. Pengendalian Inflasi yang Forward Looking.

Inflasi pada triwulan II-2010 melonjak cukup tinggi dari perkiraan Bank

Indonesia Jambi. Diperlukan keberlangsungan kebijakan penanganan inflasi

(pengendalian harga-harga) yang koordinatif antar dinas/instansi terkait

secara berkesinambungan sehingga dapat mendukung terciptanya inflasi yang

relatif rendah dan stabil melalui pengendalian inflasi yang forward looking

diantaranya melalui:

a. Koordinasi antara FKPI Provinsi Jambi dengan Tim Pengendalian Inflasi di

level pusat yang lebih intensif.

b. Meningkatkan kegiatan diseminasi untuk memberikan pemahaman

kepada masyarakat di daerah terkait kondisi dan prospek ekonomi dan

resiko tekanan inflasi.

c. Pemerintah daerah memberikan perhatian yang lebih kepada komoditas

bahan makanan utama yang masih didatangkan dari luar daerah

sehingga harganya berpotensi untuk bergejolak.

4. Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Daerah.

Peningkatan program padat karya (misal: revitalisasi pertanian, perikanan dan

peternakan, program pengembangan jalan lingkungan) dapat menjadi solusi

untuk peningkatan penyerapan tenaga kerja. Disamping itu, percepatan

realisasi APBD pemerintah daerah untuk proyek-proyek fisik (jalan, jembatan

dll) diharapkan mampu menyerap tenaga kerja lokal di Jambi untuk

mengurangi pengangguran.

5. Kebijakan Agrobisnis yang menguntungkan bagi petani dan

pengusaha.

Beberapa hal yang bisa dilaksanakan adalah:

- Percepatan realisasi tersedianya industri hilir (misal industri minyak

goreng, sabun dll) yang dapat menopang supply sawit dan karet untuk

dioptimalkan menjadi komoditas yang memiliki value added labih baik

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

78

sehingga dapat meningkatkan daya saing Provinsi Jambi dalam sektor

perkebunan.

- Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti

serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses

produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk

yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi.

- Pengawasan distribusi pupuk yang komprehensif sehingga tidak terjadi

kelangkaan di tingkat petani yang dapat mendorong peningkatan harga

pupuk yang sangat memberatkan petani.

- Penentuan tingkat harga yang saling menguntungkan antara petani

dengan pengusaha sehingga terjadi hubungan bisnis yang kondusif. Oleh

karena itu, perusahaan harus menghindari pembelian komoditas tersebut

melalui toke.43 Hal ini dikarenakan toke membeli harga komoditas

unggulan Jambi (sawit dan karet) ke petani dibawah harga pasar/harga

yang telah ditetapkan sehingga merugikan petani.

6. Penguatan ekspor barang dan jasa.

Penguatan ekspor di Jambi dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas dan

produktivitas komoditas utama ekspor (seperti karet dan kelapa sawit)

sehingga dapat tetap menjaga daya saing di pasar internasional yang

didukung dengan ketersediaan industri hilir.

7. Pertumbuhan kredit perbankan

Mendorong laju pertumbuhan kredit Provinsi Jambi pada triwulan III-2010

berkisar 15-20% (y-o-y) melalui program-program pendampingan kepada

usaha mikro dan kecil.

B. Proyeksi Inflasi

Secara tahunan (y-o-y), perkembangan harga-harga pada triwulan III-2010

diperkirakan relatif meningkat dibandingkan triwulan II-2010. Kondisi ini

tercermin dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) yang menunjukkan bahwa

keyakinan masyarakat terhadap perbaikan harga-harga masih berada pada level

pesimis. Hal tersebut tercermin dari seluruh indikator ekspektasi harga yang

memiliki nilai dibawah 100 atau berada dalam level pesimis (lihat Grafik 7.3).

43 Toke adalah sebutan bagi tengkulak atau cukong.

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

79

Sedangkan nilai saldo bersih (SB) untuk indikator kenaikan harga umum sebesar

20,67 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (26,67).44

Grafik 7.3. Saldo Bersih Ekspektasi harga dalam 6-12 bulan yang akan datang

Indeks

-

20

40

60

80

100

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2007 2008 2009 2010

Bahan sandang Perumahan & bahan bangunan Transportasi & komunikasi Harga Umum Bahan makanan

Inflasi Kota Jambi pada Triwulan III-2010 diperkirakan sebesar 8,00% ± 1

(y-o-y). Datangnya bulan Ramadhan serta Lebaran serta masih berlangsungnya

musim liburan sekolah memicu meningkatnya angka inflasi dari sisi permintaan

akibat meningkatnya konsumsi masyarakat. Dari sisi penawaran, rencana

kenaikan tarif dasar listrik serta adanya potensi kenaikan harga minyak mentah

dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan

(kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO), di pasar internasional disertai

dengan belum membaiknya kondisi jalan dapat memicu meningkatnya angka

inflasi Kota Jambi.

44 SB (Saldo Bersih) = (%baik-%buruk)+100%. Nilai dibawah 100% berarti pesimis. Nilai diatas 100% berarti optimis. Saldo Bersih ekspektasi harga merupakan hasil survey dari jawaban pertanyaan ekspektasi terhadap harga barang/jasa pada 6-12 bulan mendatang.

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

80

Grafik 7.4. Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi periode tahun 2006 s.d. Juni 2010 serta Perkiraan Juli s.d. September 2010

m-t-m (%)

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Catatan: Inflasi bulan Juli-September 2010 adalah angka perkiraan

2006 2007 2008

2010 2009

Grafik 7.5. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi

periode tahun 2006 s.d. Juni 2010 serta Perkiraan Juli s.d. September 2010 y-o-y (%)

0

5

10

15

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Catatan: Inflasi Bulan Juli-September2010 merupakan angka perkiraan dengan deviasi 1%

2006 2007 2008 2009 2010

Beberapa faktor-faktor lain yang masih berpotensi akan memberikan

tekanan inflasi selama triwulan mendatang serta berpotensi menyebabkan

perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)Meningkatnya demand

masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa terutama terkait dengan

datangnya bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri 1431 H serta perayaan Hari

Kemerdekaan Republik Indonesia, 2) Meningkatnya income masyarakat

(pembayaran THR) dan menurunnya suku bunga perbankan dapat memicu

meningkatnya konsumsi masyarakat, 3) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan)

yang masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi

barang dan jasa, 4) Tekanan melemahnya Rupiah dapat mempengaruhi inflasi

barang impor, 5) Kondisi cuaca di musim pancaroba ini dapat menjadi ancaman

dalam produksi pertanian dan pendistribusian barang, serta 6) Potensi kenaikan

PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH

81

harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas

bahan-bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar

internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya

angka inflasi pada periode triwulan III tahun 2010.

Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok

diprakirakan cukup mampu meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktu-

waktu akibat kemungkinan shock di sisi penawaran. Stok beras di Bulog Divre

Jambi diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras.

Halaman ini sengaja dikosongkan

LAMPIRAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAMBI

Halaman ini sengaja dikosongkan

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi

Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

I* II* III* IV* I** II**(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. PERTANIAN 2,697,692.70 2,816,726.34 2,888,832.44 2,947,155.23 3,032,902.90 3,210,751.63 a. Tanaman Bahan Makanan 920,059.35 987,506.80 1,002,255.43 1,003,865.16 1,030,473.94 1,073,111.48 b. Tanaman Perkebunan 1,255,285.44 1,279,405.27 1,322,145.34 1,371,807.24 1,417,308.24 1,533,270.21 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 148,622.58 155,852.41 159,827.17 164,253.66 167,894.86 173,532.69 d. Kehutanan 216,967.74 234,889.11 239,958.33 242,005.27 247,458.46 254,209.79 e. Perikanan 156,757.59 159,072.74 164,646.16 165,223.89 169,767.39 176,627.46 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,615,029.73 1,828,851.06 2,067,178.10 2,261,571.09 2,309,593.36 2,357,201.69 a. Minyak dan Gas Bumi 1,336,814.01 1,532,097.69 1,761,428.45 1,971,062.47 2,014,372.87 2,049,121.87 b. Pertambangan tanpa Migas 172,445.40 187,467.98 192,573.43 177,589.09 179,708.99 186,755.66 c. Penggalian 105,770.32 109,285.39 113,176.22 112,919.53 115,511.51 121,324.16 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,203,091.13 1,236,200.31 1,296,004.16 1,337,478.39 1,393,504.56 1,463,937.28 a. Industri Migas 114,034.83 114,948.29 117,112.58 118,415.22 120,394.09 120,995.14 1. Pengilangan Minyak Bumi 114,034.83 114,948.29 117,112.58 118,415.22 120,394.09 120,995.14 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 1,089,056.30 1,121,252.02 1,178,891.58 1,219,063.18 1,273,110.47 1,342,942.14

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 87,294.61 93,306.14 93,695.18 93,746.83 94,707.37 95,725.40 a. Listrik 71,056.60 77,013.53 76,913.13 76,933.25 77,676.56 78,599.20 b. Gas c. Air Bersih 16,238.01 16,292.61 16,782.05 16,813.58 17,030.81 17,126.20 5. BANGUNAN 493,113.64 506,913.35 524,079.68 539,131.19 551,398.94 586,038.07 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1,494,477.94 1,591,195.93 1,680,254.97 1,736,845.63 1,804,028.25 1,879,874.16 a. Perdagangan Besar & Eceran 1,374,992.62 1,469,259.46 1,553,974.97 1,607,473.94 1,672,212.46 1,743,448.01 b. Hotel 21,508.28 21,960.56 22,573.73 23,380.09 23,655.32 24,294.21 c. Restoran 97,977.04 99,975.91 103,706.27 105,991.60 108,160.47 112,131.93 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 715,779.03 740,847.70 776,000.05 798,781.23 809,175.69 835,344.67 a. Pengangkutan 659,885.17 683,992.44 716,408.82 737,664.67 746,281.14 769,505.17 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 465,406.90 476,048.14 499,729.05 516,023.38 521,082.60 539,621.34 3. Angkutan Laut 80,671.26 82,189.64 83,447.37 84,249.14 85,740.90 86,560.83 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 32,197.45 33,212.14 33,818.58 34,265.54 35,195.88 35,227.13 5. Angkutan Udara 46,592.19 56,847.00 61,934.04 64,380.99 64,975.66 67,456.55 6. Jasa Penunjang Angkutan 35,017.37 35,695.53 37,479.77 38,745.62 39,286.09 40,639.31 b. Komunikasi 55,893.87 56,855.26 59,591.23 61,116.56 62,894.55 65,839.50 1. Pos dan Telekomunikasi 55,015.82 55,960.06 58,660.98 60,162.76 61,916.67 64,825.78 2. Jasa Penunjang Komunikasi 878.05 895.20 930.25 953.80 977.88 1,013.73 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 522,531.95 547,770.21 576,594.69 597,181.68 607,241.80 616,592.53 a. Bank 212,093.81 227,748.97 246,505.29 258,177.46 264,661.01 267,073.86 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 34,987.26 35,930.47 36,658.47 37,463.81 38,272.60 39,073.93 c. Jasa Penunjang Keuangan 2,341.56 2,387.91 2,498.91 2,586.78 2,623.25 2,807.32 d. Sewa Bangunan 265,053.92 273,495.31 282,443.12 290,215.99 292,784.08 298,654.05 e. Jasa Perusahaan 8,055.40 8,207.55 8,488.89 8,737.64 8,900.87 8,983.37 9. JASA-JASA 1,061,354.04 1,085,949.30 1,112,711.30 1,150,555.88 1,173,890.66 1,319,561.58 a. Pemerintahan Umum 912,522.22 933,904.32 954,152.66 985,673.80 1,004,684.34 1,148,128.94 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 628,028.66 641,648.75 654,863.52 677,639.15 690,105.51 788,668.78 2. Jasa Pemerintah lainnya 284,493.56 292,255.57 299,289.14 308,034.64 314,578.83 359,460.16 b. Swasta 148,831.82 152,044.98 158,558.64 164,882.08 169,206.32 171,432.64 1. Sosial Kemasyarakatan 101,573.42 103,955.92 109,268.72 113,820.51 116,936.67 118,474.63 2. Hiburan & Rekreasi 7,496.30 7,619.00 7,819.86 8,168.90 8,263.76 8,329.99 3. Perorangan & Rumahtangga 39,762.10 40,470.06 41,470.06 42,892.68 44,005.88 44,628.03 PDRB Migas 9,890,364.78 10,447,760.33 11,015,350.57 11,462,447.17 11,776,443.53 12,365,027.01 PDRB Tanpa Migas 8,439,515.94 8,800,714.36 9,136,809.55 9,372,969.48 9,641,676.58 10,194,910.00

2010LAPANGAN USAHA

2009

Keterangan: *angka sementara

** angka sangat sementara

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)

I* II* III* IV* I** II**(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. PERTANIAN 1,235,487.70 1,243,970.45 1,256,514.56 1,262,808.61 1,280,521.91 1,306,579.13 a. Tanaman Bahan Makanan 466,009.83 470,041.38 470,484.01 457,546.65 467,342.53 473,884.52 b. Tanaman Perkebunan 576,519.49 580,081.59 588,790.11 606,358.89 613,318.28 629,921.56 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 78,063.18 78,144.42 79,812.89 81,686.80 82,370.35 83,000.87 d. Kehutanan 65,683.37 65,803.52 66,410.54 66,488.67 66,583.93 67,545.76 e. Perikanan 49,211.83 49,899.54 51,017.01 50,727.59 50,906.81 52,226.42 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 461,553.56 466,948.56 469,120.23 467,020.54 468,082.62 470,814.69 a. Minyak dan Gas Bumi 367,608.26 368,316.08 368,528.26 371,467.84 372,129.93 373,527.83 b. Pertambangan tanpa Migas 47,215.02 50,772.11 51,458.00 46,952.15 47,015.89 47,647.51 c. Penggalian 46,730.29 47,860.38 49,133.97 48,600.55 48,936.80 49,639.35 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 524,604.28 528,114.89 547,323.88 558,240.57 568,908.89 587,323.57 a. Industri Migas 33,032.28 33,180.59 33,747.74 34,015.21 34,227.42 34,243.01 1. Pengilangan Minyak Bumi 33,032.28 33,180.59 33,747.74 34,015.21 34,227.42 34,243.01 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 491,572.01 494,934.30 513,576.14 530,364.78 534,681.47 553,080.55 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 30,706.63 32,763.31 32,580.63 32,595.21 32,716.82 33,034.55 a. Listrik 25,998.33 28,080.85 27,790.86 27,796.80 27,891.69 28,183.04 b. Gas c. Air Bersih 4,708.29 4,682.47 4,789.77 4,798.41 4,825.13 4,851.51 5. BANGUNAN 191,514.20 193,824.13 197,187.75 199,948.62 201,492.90 205,271.84 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 657,880.69 679,789.26 702,014.83 716,906.02 723,881.69 743,830.99 a. Perdagangan Besar & Eceran 599,302.58 621,003.96 642,873.07 656,895.70 663,633.98 682,565.63 b. Hotel 10,904.55 11,022.09 11,066.68 11,287.72 11,335.09 11,638.62 c. Restoran 47,673.56 47,763.21 48,075.08 48,722.60 48,912.62 49,626.74 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 307,479.24 312,192.03 320,521.06 327,982.64 329,031.77 338,840.19 a. Pengangkutan 280,036.94 284,368.60 291,723.18 298,517.10 298,925.82 307,396.48 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 182,466.58 183,308.35 187,526.48 192,764.61 193,216.77 199,846.01 3. Angkutan Laut 39,042.73 39,122.67 39,401.84 39,687.40 39,757.03 40,127.37 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 16,601.76 16,655.35 16,700.28 16,869.50 16,890.33 16,899.88 5. Angkutan Udara 24,713.12 27,935.14 30,320.51 30,999.28 30,862.93 31,861.17 6. Jasa Penunjang Angkutan 17,212.75 17,347.10 17,774.07 18,196.30 18,198.77 18,662.05 b. Komunikasi 27,442.30 27,823.43 28,797.87 29,465.54 30,105.95 31,443.71 1. Pos dan Telekomunikasi 27,141.53 27,517.22 28,483.59 29,144.76 29,779.44 31,105.99 2. Jasa Penunjang Komunikasi 300.77 306.21 314.28 320.78 326.51 337.72 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 208,813.16 217,632.43 228,190.80 234,882.66 236,652.20 239,297.42 a. Bank 100,831.08 108,016.90 116,691.28 121,985.70 122,975.22 123,806.11 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 12,014.13 12,061.11 12,185.54 12,444.81 12,559.74 12,713.54 c. Jasa Penunjang Keuangan 1,189.68 1,207.83 1,236.88 1,279.65 1,283.55 1,326.46 d. Sewa Bangunan 91,169.85 92,719.97 94,422.75 95,449.63 96,094.53 97,683.52 e. Jasa Perusahaan 3,608.42 3,626.61 3,654.33 3,722.87 3,739.16 3,767.79 9. JASA-JASA 347,710.56 352,666.34 358,301.15 366,467.92 369,161.34 381,974.52 a. Pemerintahan Umum 288,597.60 293,009.38 296,930.46 303,627.72 306,155.58 318,489.40 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 185,191.79 187,548.93 189,747.65 194,097.33 195,798.72 203,722.72 2. Jasa Pemerintah lainnya 103,405.81 105,460.45 107,182.80 109,530.39 110,356.87 114,766.68 b. Swasta 59,112.96 59,656.96 61,370.69 62,840.21 63,005.75 63,485.11 1. Sosial Kemasyarakatan 37,742.32 38,201.80 39,685.49 40,748.48 40,847.90 41,107.48 2. Hiburan & Rekreasi 3,415.84 3,424.93 3,453.13 3,560.10 3,566.95 3,568.22 3. Perorangan & Rumahtangga 17,954.79 18,030.23 18,232.07 18,531.62 18,590.89 18,809.42 PDRB Migas 3,965,750.03 4,027,901.41 4,111,754.89 4,166,852.79 4,210,450.13 4,306,966.88 PDRB Tanpa Migas 3,565,109.50 3,626,404.74 3,709,478.88 3,761,369.74 3,804,092.79 3,899,196.04

LAPANGAN USAHA2009 2010

Keterangan: *angka sementara

** angka sangat sementara

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)

TRW.I* TRW.II* TRW.III* TRW.IV* TRW. I** TRW.II**(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 6,519,395.74 6,696,182.38 7,138,285.29 7,290,867.80 7,512,483.71 7,811,727.97

2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,610,379.42 1,728,185.63 1,838,599.51 2,114,472.58 2,099,584.27 2,212,100.71

3. Lembaga Swasta Nirlaba 54,993.08 59,328.75 61,988.31 63,942.59 76,712.09 83,935.86

4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 1,687,308.54 1,796,877.85 1,905,115.63 2,012,663.91 2,008,190.45 2,120,245.26

5. Perubahan Stok 272,397.07 284,620.36 298,961.19 302,154.03 304,591.08 315,072.98

6. Ekspor 3,989,331.98 4,896,090.27 5,014,368.76 5,769,824.07 5,402,030.94 5,808,894.62

7. Impor 4,243,441.06 5,013,524.90 5,241,968.12 6,091,477.80 5,627,149.00 5,986,950.39

JUMLAH 9,890,364.78 10,447,760.33 11,015,350.57 11,462,447.17 11,776,443.53 12,365,027.01

JENIS PENGELUARAN Tahun 2009 Tahun 2010

Keterangan: *angka sementara

** angka sangat sementara

Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)

TRW.I* TRW.II* TRW.III* TRW.IV* TRW. I** TRW.II**(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 2,845,831.60 2,879,304.21 2,987,170.93 3,014,851.75 3,027,455.71 3,043,767.19

2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 730,776.04 757,456.68 792,630.38 833,262.97 817,296.04 848,213.59

3. Lembaga Swasta Nirlaba 21,920.77 22,674.49 23,107.77 23,557.74 27,567.24 29,496.94

4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 632,388.71 638,963.91 649,984.06 681,290.96 640,483.40 646,567.99

5. Perubahan Stok 123,445.30 124,473.89 126,879.44 127,821.34 124,451.34 125,571.40

6. Ekspor 2,000,919.73 2,034,808.71 2,264,203.78 2,268,206.23 2,137,891.20 2,311,342.65

7. Impor 2,389,532.12 2,429,780.48 2,732,221.46 2,782,138.20 2,564,694.80 2,697,992.88

JUMLAH 3,965,750.03 4,027,901.41 4,111,754.89 4,166,852.79 4,210,450.13 4,306,966.89

Tahun 2009JENIS PENGELUARAN Tahun 2010

Keterangan: *angka sementara

** angka sangat sementara

Jumlah Bank Provinsi Jambi (Bank Umum dan BPR)

A. Jumlah Kantor Bank Umum

KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK TotalKota Jambi 1 24 42 5 72 1 24 42 6 73 1 25 43 6 75Kerinci 0 3 15 2 20 0 3 15 2 20 0 3 15 2 20Bungo 0 4 13 17 0 4 14 0 18 0 4 14 1 19Muara Jambi 0 0 12 3 15 0 0 12 3 15 0 0 12 3 15Sarolangun 0 2 11 13 0 2 12 0 14 0 2 12 0 14Tebo 0 1 11 2 14 0 1 11 2 14 0 1 12 2 15Merangin 0 3 11 14 0 3 11 0 14 0 3 11 0 14Batanghari 0 2 11 1 14 0 2 11 1 14 0 2 11 1 14Tanjung Jabung Barat 0 3 9 12 0 3 10 0 13 0 3 10 0 13Tanjung Jabung Timur 0 1 3 1 5 0 1 3 1 5 0 1 3 1 5T O T A L 1 43 138 14 196 1 43 141 15 200 1 44 143 16 204

B. Jumlah Kantor BPR

KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK TotalKota Jambi 4 0 0 0 4 6 0 0 0 6 6 0 0 0 6Kerinci 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1Bungo 0 1 0 0 1 1 1 0 0 2 1 1 0 0 2Muara Jambi 2 0 0 2 4 2 0 0 2 4 2 0 0 2 4Sarolangun 0 2 0 0 2 0 2 0 0 2 0 2 0 0 2Tebo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Merangin 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1Batanghari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Tanjung Jabung Barat 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1Tanjung Jabung Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0T O T A L 8 4 0 2 14 11 4 0 2 17 11 4 0 2 17

C. Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR

KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK TotalKota Jambi 5 24 42 5 76 7 24 42 6 79 7 25 43 6 81Kerinci 1 3 15 2 21 1 3 15 2 21 1 3 15 2 21Bungo 0 5 13 0 18 1 5 14 0 20 1 5 14 1 21Muara Jambi 2 0 12 5 19 2 0 12 5 19 2 0 12 5 19Sarolangun 0 4 11 0 15 0 4 12 0 16 0 4 12 0 16Tebo 0 1 11 2 14 0 1 11 2 14 0 1 12 2 15Merangin 0 4 11 0 15 0 4 11 0 15 0 4 11 0 15Batanghari 0 2 11 1 14 0 2 11 1 14 0 2 11 1 14Tanjung Jabung Barat 1 3 9 0 13 1 3 10 0 14 1 3 10 0 14Tanjung Jabung Timur 0 1 3 1 5 0 1 3 1 5 0 1 3 1 5T O T A L 9 47 138 16 210 12 47 141 17 217 12 48 143 18 221

Trw IV-2009 Trw I-2010 Trw II-2010Bank Umum

T O T A LTrw IV-2009 Trw I-2010 Trw II-2010

BPRTrw IV-2009 Trw I-2010 Trw II-2010

Indeks Harga Konsumen (IHK) Jambi Tahun Dasar 2007=100

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUNI UMUM 115.16 115.92 114.98 113.52 114.62 114.15 115.36 115.76 116.86 118.30 117.90 117.54 119.83 119.40 119.34 119.32 119.33 123.18II BAHAN MAKANAN 129.27 128.65 124.26 119.00 122.98 120.87 123.47 124.51 126.96 130.73 126.32 124.25 131.12 129.27 126.86 126.41 126.07 138.45III. MAKANAN JADI, MNMAN, ROKOK & TBK 119.16 120.32 121.00 120.95 121.02 121.19 121.24 121.59 122.68 124.44 126.21 127.18 128.92 129.30 131.64 131.73 131.90 133.48IV. PERUMAHAN 109.63 113.48 113.71 113.50 113.49 113.35 113.32 113.57 113.45 113.20 113.73 113.38 113.93 113.83 114.32 114.49 114.50 115.73V. SANDANG 109.84 112.12 113.25 113.19 112.96 113.36 113.16 112.97 113.43 113.13 113.82 115.20 115.08 114.73 115.09 115.37 116.00 116.76VI. KESEHATAN 107.83 108.12 108.27 108.65 109.44 109.58 109.23 109.44 110.24 112.84 115.84 115.96 116.63 116.79 117.21 117.81 118.01 117.99VII. PENDIDIKAN, REKREASI & OR 106.77 106.83 106.70 106.81 106.86 106.59 112.23 113.76 113.83 114.37 115.24 115.31 115.50 115.87 115.83 115.61 115.53 115.81VIII. TRANSPORT & KOMUNIKASI 103.55 102.06 102.07 102.04 102.03 102.47 103.63 103.26 104.47 104.81 105.61 105.72 105.72 105.84 106.08 106.15 106.30 105.98

20102009Uraian

Sumber: BPS Provinsi Jambi

Halaman ini sengaja dikosongkan

Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang

bersifat komersil maupun bukan komersil.

Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.

PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian.

PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya.

Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.

Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan.

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.

Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional.

Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.

Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.

Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.

Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.

Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.

Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.

Aktiva Produktif adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh

bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank,

seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada

Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) adalah pembobotan terhadap

aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing

aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya.

Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot

yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada

perorangan.

Kualitas Kredit adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja

debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit

digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus

(DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio antara modal (modal inti dan modal

pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang diterima perbankan dari

masyarakat, yang berupa giro, tabungan atau deposito.

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara pembiayaan yang

diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama

dengan konsep LDR pada bank umum konvensional.

Inflasi adalah Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus

(persistent).

Inflasi Administered Price adalah Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-

barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya diatur oleh

pemerintah (misalnya bahan bakar).

Inflasi Inti adalah Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat

and permintaan agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga

barang impor dan ekspektasi masyarakat.

Inflasi Volatile Food adalah Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga

barang-barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya

bergerak sangat volatile (misalnya beras).

Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar

peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta

yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Kliring Debet adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang

disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro,

nota debet kepada penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank

Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia

sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring

debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menangani SKNBI

di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional.

Kliring Kredit adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang

dikirim langsung oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank

Indonesia tanpa menyampaikan fisik warkat (paperless).

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan

terhadap dana yang diterima (giro, tabungan dan deposito).

Net Interest Income (NII) adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan

beban bunga.

Non Core Deposit (NCD) adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

pergerakan suku bunga. Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari

30% giro, 30% tabungan dan 10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan.

Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls) adalah kredit/pembiayaan yang

termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet

Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah suatu

pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari

tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP

ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin

besar PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong

Kurang Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah

dikurangi agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus

dibentuk adalah 100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan).

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs) adalah rasio

kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total

kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross.

Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) – Net adalah rasio kredit yang tergolong

NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Pengghapusan Aktiva

Produktif (PPAP), terhadap total kredit

Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) adalah proses

penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real

time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat

bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) adalah sistem kliring Bank

Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian

akhirnya dilakukan secara nasional.