KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.19 Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian...
Transcript of KAJIAN EKONOMI REGIONAL - bi.go.id · 1.19 Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian...
K A T A P E N G A N T A R
Pertama-tama ijinkanlah kami memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Jambi triwulan II-2010 dapat diselesaikan dengan baik. KER merupakan salah satu terbitan periodik Bank Indonesia Jambi sebagai sarana untuk membangun komunikasi dua arah dalam pertukaran data dan informasi baik dengan stakeholders internal maupun stakeholders eksternal. Dengan demikian, para pemangku kepentingan seperti pelaku usaha, perbankan dan terutama Pemerintah Daerah Jambi (provinsi dan kabupaten/kota) diharapkan dapat memperoleh masukan dalam merumuskan kebijakan pengembangan ekonomi daerah. KER mencakup beberapa aspek seperti perkembangan ekonomi makro regional, inflasi daerah, perbankan, keuangan daerah, sistem pembayaran, ketenagakerjaan daerah dan kesejahteraan. Publikasi ini juga memuat perkiraan ekonomi dan inflasi daerah.
Berdasarkan asesmen atas data dan informasi, perekonomian Jambi pada triwulan II-2010 menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan I-2010. Dari sisi harga, laju inflasi Kota Jambi (y-o-y) mengalami peningkatan selama periode triwulan laporan. Perkembangan perbankan dari sisi aset dan penyaluran kredit mengalami peningkatan namun penghimpunan dana pihak ketiga menunjukkan penurunan. Loan to deposits ratio (LDR) perbankan sebesar 86,64%. Sementara itu, kualitas kredit masih berada pada level yang aman, ditunjukkan oleh angka Non Performing Loan (NPL) sebesar 2,48%. Pembenahan sektor riil secara terus menerus diperlukan sebagai upaya akselerasi penyaluran kredit perbankan terutama dalam rangka meningkatkan investasi. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan yang akan datang bergantung pada peningkatan konsumsi rumah tangga. Dalam penyusunan KER triwulan II-2010 ini, kami banyak memperoleh support dari dinas-dinas pemerintah daerah, instansi, perbankan, BUMN/BUMD dan pelaku usaha. Oleh karena itu, kami menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Semoga kerjasama yang telah terjalin selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang.
Seiring dengan keterbatasan yang ada, kami mengharapkan kritik dan saran dalam meningkatkan kualitas KER ini agar dapat memberikan manfaat yang optimal, untuk kemakmuran masyarakat Jambi. Jambi, Agustus 2010
i
DAFTAR ISI Daftar Isi ................................................................................................... i Daftar Tabel .......................................................................................... ii Daftar Grafik .......................................................................................... iii Ringkasan Eksekutif ..................................................................................... 1 BAB I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional ................................. 5 A. Umum ............................................................................. 5 B. PDRB Sisi Produksi.............................................................. 7 C. PDRB Sisi Pengeluaran........................................................ 20 Boks 1 : DAMPAK PENYELENGGARAAN PEMILUKADA TERHADAP PEREKONOMIAN JAMBI BAB II. Perkembangan Harga-Harga..................................................... 33
A. Kajian Umum ................................................................. 35 B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang ................................. 35
Boks 2 : KONDISI HARGA TERKINI SERTA PERSIAPAN MENJELANG BULAN RAMADHAN BAB III. Perkembangan Perbankan Daerah ............................................ 45 A. Perkembangan Kelembagaan .......................................... 45
B. Bank Umum ................................................................... 46 C. Bank Perkreditan Rakyat .................................................... 55
BAB IV Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 57 A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun 2010.................. 58 B. Keuangan Pemerintah ....................................................... 59 C. Keuangan Pemerintah Daerah ............................................ 61
BAB V Perkembangan Sistem Pembayaran ....................................... 65 A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai .............................. 63 B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai ..................... 65
BAB VI Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan ............................. 67 A. Keternagakerjaan Daerah................................................... 67 B. Kesejahteraan .................................................................... 69 C. Kemiskinanan .................................................................... 71 BAB VII Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah....................................... 73 A. Pertumbuhan Ekonomi......................................................... 73 B. Proyeksi Inflasi ..................................................................... 78 Lampiran Glosary
ii
DAFTAR TABEL
1.1 Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi Sisi Produksi dan Sisi
Penggunaan 6
2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 34
2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q-t-q) Tahunan (y-o-y) serta tahunan
Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa 36
2.3 Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi
Periode triwulan II-2009 37
3.1 Perkembangan Jumlah kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi 46
3.2 Penghimpunan Dana bank umum di Provinsi Jambi 47
3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik 48
3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank 49
3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 49
3.6 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi 51
3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum Provinsi
Jambi 53
4.1 Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 59
4.2 Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 60
5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui Provinsi Jambi 63
5.2 Perkembangan Transaksi RTGS 66
6.1 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100) 71
7.1 Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha 75
iii
DAFTAR GRAFIK
1.1 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q) 5 1.2 Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y) 6 1.3 Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q) 7 1.4 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Triwulan II Tahun 2010 8 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama triwulan I Tahun 2010 8 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan Ii Tahun 2010 8 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Trwulan I Tahun 2010 9 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan Ii Tahun 2010 9 1.9 Perkembangan harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi 10 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%) 11 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%) 11 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi 11 1.13 Distribusi Jenis Pupuk 12 1.14 Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk 12 1.15 Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR 13 1.16 Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis 13 1.17 PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi 14 1.18 Lifting Minyak Bumi 14 1.19 Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%) 15 1.20 Volume Penjualan Minyak Bakar 15 1.21 Volume Penjualan Minyak Diesel 15 1.22 Perkembangan Total Pemakaian Listrik Sektor Industri 15 1.23 Perkembangan Indeks Produksi Industri Karet , CPO, Makanan dan dan Minuman 16 1.24 Perkembangan Indeks Produksi Industri Barang dari Semen, Kayu dan Batu Bata 16 1.25 Perkembangan Total Pemakaian Listrik 17 1.26 Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik 17 1.27 Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi 17 1.28 Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen 18 1.29 PPDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur 19 1.30 Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang 19 1.31 Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang 19 1.32 Perkembangan Total Arus Peti Kemas 20 1.33 Perkembangan Total Arus Barang 20 1.34 Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran Terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 21 1.35 Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan II tahun 2010 21
iv
1.36 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 22 1.37 Konsumsi Listrik Rumah Tangga 22 1.38 Perkembangan Penjualan Premium 23 1.39 Perkembangan Penjualan Solar 23 1.40 Perkembangan Penjualan Minyak Tanah 23 1.41 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi 23 1.42 Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor 23 1.43 Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru 23 1.44 Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru 24 1.45 Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi 24 1.46 Konsumsi Semen Provinsi Jambi 24 1.47 Pangsa Ekspor Provinsi Jambi triwulan II-2010 25 1.48 Pangsa Impor Provinsi Jambi triwulan II-2010 25 1.49 Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi 26 1.50 Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi 27 1.51 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi 27 1.52 Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 28 1.53 Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan 28 1.54 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi 29 1.55 Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi 30 1.56 Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 30 1.57 Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual 31 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Jambi 33 2.2 Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi 34 2.3 Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota Sekitarnya 35 2.4 Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng 38 2.5 Perkembangan Harga Tepung Terigu 38 2.6 Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang 49 2.7 Perkembangan Harga Jagung 40 2.7 Perkembangan Harga Daging 40 2.9 Perkembangan Harga Beras 40 2.10 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional 42 2.11 Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional 44 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi 46 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi 48 3.3 Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi 52 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per kabupaten/kota di Provinsi Jambi 52 3.5 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito
Bank Umum di Provinsi Jambi 53 3.6 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi 54 3.7 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi 54
v
4.1 APBD Provinsi Jambi 57 4.2 Perkembangan Belanja per Dinas 2009-2010 58 4.3 Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi 58 4.4 Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 59 4.5 Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi 59 4.6 Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi 60 4.7 Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah di Provinsi Jambi 61 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi 64 5.2 Perkembangan Nominal Kliring 65 5.3 Perkembangan Volume Kliring 65 6.1 Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi 68 6.2 Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi 68 6.3 Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran 68 6.4 Perkembangan Harga Beras 69 6.5 Perkembangan Harga Tepung Terigu 69 6.6 Perkembangan Harga Minyak Goreng 69 6.7 Perkembangan Harga Komoditas Lainnya 69 6.8 Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi 72 7.1 Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan
Ekspektasi Penghasilan 74 7.2 Rencana Konsumsi dalam 6-12 Bulan yang akan datang 75 7.3 Saldo Bersih Ekspektasi Harga dalam 6-12 bulan yang akan datang 79 7.4 Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi Periode Tahun 2006 s.d Maret 2010 serta Perkiraan April s.d Juni 2010 80 7.5 Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Periode Tahun 2006 s.d Maret 2010 serta Perkiraan Juli s.d September 2010 80
1
RINGKASAN EKSEKUTIF PEREKONOMIAN JAMBI
I. Perkembangan Ekonomi Makro Regional
Perekonomian Provinsi Jambi pada triwulan II-2010 menunjukkan
pertumbuhan sebesar 2,29% (q-t-q), meningkat dibandingkan dengan
triwulan I-2010 yang sebesar 1,05% (q-t-q). Sejalan dengan hal tersebut,
pertumbuhan ekonomi tahunan Provinsi Jambi meningkat menjadi
sebesar 6,93% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
sebesar 6,17%(y-o-y). Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi
secara triwulanan (q-t-q) dipicu oleh sektor pertanian serta perdagangan,
hotel dan restoran (PHR).
Ditinjau dari sisi pengeluaran, peningkatan PDRB Provinsi Jambi pada
triwulan laporan terutama berasal dari meningkatnya pengeluaran
konsumsi rumah tangga dan konsumsi swasta terkait penyelenggaraan
pemilihan kepala daerah (PILKADA) Gubernur Jambi serta memasuki
musim liburan sekolah.
II. Perkembangan Harga-Harga
Inflasi Kota Jambi pada triwulan II-2010 mencapai 3,22% (q-t-q),
meningkat dibandingkan triwulan I-2010 yang mengalami inflasi sebesar
1,53% (q-t-q).
Pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan April, Mei dan Juni 2010
masing-masing sebesar minus 0,02%(m-t-m), 0,01%(m-t-m) dan
3,23%(m-t-m). Sementara itu, secara tahunan inflasi Kota Jambi
menunjukkan peningkatan yaitu dari 3,79% (y-o-y) pada Maret 2010
menjadi 7,91% (y-o-y). Inflasi tahunan Kota Jambi ini lebih tinggi
dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 5,05%.
Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama disumbangkan oleh
inflasi kelompok bahan makanan. Kelompok perumahan, air, listrik dan
bahan bakar serta kelompok sandang juga mengalami inflasi yang lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya. Meningkatnya biaya sub kelompok
bumbu-bumbuan serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya selama
periode triwulan laporan memberikan sumbangan inflasi pada kelompok
Perekonomian Provinsi Jambi triwulan II- 2010
ditandai tumbuhnya laju pertumbuhan ekonomi sebesar 2,29% (q-t-q).....
Pada triwulan II- 2010, Provinsi jambi mengalami
inflasi sebesar 3,22% (y-o-y) ..........
RINGKASAN EKSEKUTIF
2
bahan makanan. Hal ini didorong juga dengan meningkatnya sub
kelompok biaya tempat tinggal serta sub kelompok barang pribadi dan
sandang lainnya sehingga memicu inflasi pada kelompok perumahan, air,
listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok sandang
III. Perkembangan Perbankan Daerah
Kinerja perbankan pada triwulan II-2010 menunjukkan peningkatan dari
sisi aset dan penyaluran kredit sementara penghimpunan dana pihak
ketiga mengalami penurunan. Dengan demikian, Loan to Deposits Ratio
(LDR) perbankan mengalami peningkatan 439 bps menjadi 86,64%. Dari
sisi kualitas kredit yang diberikan menunjukkan penurunan, dimana pada
triwulan laporan angka Non Performing Loan (NPL) mengalami
peningkatan.
Outstanding kredit bank umum meningkat sebesar 5,27% sehingga
menjadi sebesar Rp9,93 triliun sementara DPK turun sebesar 0,07%. Aset
perbankan pada triwulan laporan sebesar Rp15,28 triliun.
IV. Perkembangan Keuangan Daerah
APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan
kabupaten) tahun 2010 sebesar Rp1,50 triliun, turun 7,14% dari APBD
tahun lalu yang sebesar Rp ,62 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan,
jumlah anggaran pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2010 sebesar
Rp1,30 triliun atau meningkat 3,82% dibandingkan anggaran
pendapatan tahun 2009 yang sebesar Rp1,26 triliun.
Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan II- 2010 terealisasi
sebesar Rp801,14 miliar, meningkat sebesar 116,98% dibandingkan
triwulan sebelumnya. Sedangkan belanja pemerintah pusat di wilayah
Jambi pada triwulan II-2010 terealisasi sebesar Rp729,35 miliar,
meningkat sebesar 95,64% dibandingkan triwulan sebelumnya.
V. Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada periode triwulan II-2010, aktivitas pembayaran tunai mengalami
peningkatan net outflow. Sementara, nilai nominal kliring serta volume
lembar warkat pada periode laporan mengalami penurunan. Namun
Kinerja perbankan meningkat ditandai dengan tumbuhnya jumlah aset dan penyaluran kredit....
Penerimaan Pajak dan realisasi Belanja Pemerintah pusat di daerah meningkat .... ....
Di bidang sistem pembayaran, aktivitas pembayaran tunai maupun RTGS mengalami peningkatan....
RINGKASAN EKSEKUTIF
3
demikian, perkembangan RTGS di Provinsi Jambi mengalami
pertumbuhan.
VI. Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Pada periode triwulan laporan, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK)
menunjukkan bahwa nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi
masyarakat terhadap kondisi pengangguran masih berada pada level
pesimis. Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang pendidikan
pada bulan April 2010 menurun sebesar 17,69% jika dibandingkan
dengan Maret 2010.
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi
bulan Juni 2010) mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan
sebelumnya (posisi Maret 2010). Sementara itu, rasio Upah Minimum
Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan II
tahun 2010 meningkat sebesar 709 bps jika dibandingkan triwulan I
tahun 2010.
VII. Perkiraan Ekonomi dan Harga Daerah
Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan III-
2010 diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan
II-2010. Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan
mendatang diperkirakan pada kisaran 6,30-7,30% (y-o-y).
Pengeluaran konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi kontributor
utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan
mendatang. Dari sisi penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi
didorong oleh sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi
serta sektor jasa-jasa.
Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan masih
cukup tinggi. Dengan demikian, inflasi tahunan (y-o-y) diperkirakan
meningkat dibandingkan triwulan laporan. Inflasi Kota Jambi pada
Triwulan II-2010 diperkirakan sebesar sebesar 8±1% (y-o-y).
Faktor-faktor yang berpotensi akan memberikan tekanan inflasi selama
triwulan mendatang antara lain: 1)Meningkatnya demand masyarakat
terhadap kebutuhan barang dan jasa terutama terkait dengan datangnya
NTP Provinsi Jambi menurun.....
Laju pertumbuhan PDRB triwulan III-2010
diperkirakan berkisar 6,30-7,30% (y-o-y).....
Laju inflasi triwulan III-2010 diperkirakan
berkisar 8±1% (y-o-y).....
RINGKASAN EKSEKUTIF
4
bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri 1431 H serta perayaan Hari
Kemerdekaan Republik Indonesia, 2) Meningkatnya income masyarakat
(pembayaran THR) dan menurunnya suku bunga perbankan dapat
memicu meningkatnya konsumsi masyarakat, 3) Kondisi infrastruktur
(jalan, jembatan) yang masih terkendala akan meningkatkan biaya
distribusi dan transportasi barang dan jasa, 4) Tekanan melemahnya
Rupiah dapat mempengaruhi inflasi barang impor, 5) Kondisi cuaca di
musim pancaroba ini dapat menjadi ancaman dalam produksi pertanian
dan pendistribusian barang, serta 6)Potensi kenaikan harga minyak
mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-
bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar
internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu
meningkatnya angka inflasi pada periode triwulan III - 2010.
5
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
A. Umum
Perkembangan perekonomian Jambi pada triwulan II-2010 menunjukkan
akselerasi pertumbuhan dibandingkan triwulan I-2010. Pertumbuhan ekonomi
Jambi triwulan laporan mencapai 2,29% (q-t-q) meningkat dibandingkan
triwulan I-2010 yang sebesar 1,05% (q-t-q).
Grafik 1.1. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi (q-t-q)
1.551.32
1.791.64
2.68
0.77
1.43
0.96
1.27
3.01 3.04
1.18
0.55
1.57
2.08
1.34
1.05
2.29
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
Trw.I-0
6
Trw.II-0
6
Trw.III-
06
Trw.IV
-06
Trw.I-0
7
Trw.II-0
7
Trw.III-
07
Trw.IV
-07
Trw.I-0
8
Trw.II-0
8
Trw.III-
08
Trw.IV
-08
Trw.I-0
9
Trw.II-0
9
Trw.III-
09
Trw.IV
-09
Trw.I-1
0
Trw.II-1
0
Rp miliar
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
PersenNominal (aksis kiri) Pertumbuhan (aksis kanan)
Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) Gubernur Jambi pada
triwulan laporan memicu meningkatnya pengeluaran konsumsi pemerintah
sementara itu konsumsi rumah tangga juga mengalami peningkatan seiring
dengan musim liburan sekolah. Dari sisi produksi, meningkatnya produksi
pertanian serta perdagangan, hotel dan restoran memicu terakselerasinya
pertumbuhan ekonomi Jambi.
Pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan laporan dipicu oleh
meningkatnya sektor pertanian serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Membaiknya faktor cuaca pada triwulan laporan ikut memicu meningkatnya
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
6
produksi hasil perkebunan. Sementara itu, meningkatnya konsumsi masyarakat
dan pemerintah memicu meningkatnya aktivitas perdagangan di provinsi Jambi.
Grafik 1.2. Perkembangan PDRB Provinsi Jambi dan Nasional (y-o-y)
%
6.06
6.746.25
5.27
4.16
5.435.69
6.17
7.98
6.47
5.656.17
6.93
4.53
4.08
6.306.215.84
6.73
5.48
8.758.51
6.82
4.50
5.96
6.687.057.64
3.00
5.00
7.00
9.00
Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q1V-07
Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q1V-08
Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q1V-09
Q1-010
Q2-010
Sumber: BPS (diolah)
Indonesia Jambi
Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi meningkat menjadi
sebesar 6,93% (y-o-y) dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 6,17%.
Pertumbuhan ekonomi Jambi juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan angka
nasional yang pada triwulan II-2010 yang sebesar 6,17%.
Tabel 1.1. Laju Triwulanan (q-t-q) Pertumbuhan Provinsi Jambi
Sisi Produksi dan Sisi Penggunaan
I II III IV I II iii IV I II0.68 0.63 0.49 0.60 0.76 0.21 0.31 0.15 0.43 0.62
Pertambangan dan Penggalian 0.22 1.27 1.59 (0.03) (1.06) 0.14 0.05 (0.05) 0.03 0.06 Industri Pengolahan 0.11 0.29 0.23 (0.06) 0.12 0.09 0.48 0.27 0.26 0.44 Listrik, Air dan Gas 0.01 0.03 (0.03) 0.04 0.01 0.05 (0.00) 0.00 0.00 0.01
0.08 0.06 0.03 0.13 0.16 0.06 0.08 0.07 0.04 0.09 Perdagangan, Hotel dan Restoran (0.05) 0.22 0.20 0.29 0.07 0.55 0.55 0.36 0.17 0.47 Pengangkutan dan Komunikasi 0.04 (0.03) 0.15 0.13 0.04 0.12 0.21 0.18 0.03 0.23 Keuangan, Persewaan dan Jasa Keuangan 0.08 0.45 0.25 (0.04) 0.31 0.22 0.26 0.16 0.04 0.06
0.10 0.08 0.14 0.11 0.15 0.12 0.14 0.20 0.06 0.30 1.27 3.01 3.04 1.18 0.55 1.57 2.08 1.34 1.05 2.29
I II III IV I II iii IV I IIPengeluaran Konsumsi Rumahtangga 0.48 2.19 2.58 0.91 (0.89) 0.84 2.68 0.67 0.30 0.39 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 0.22 0.13 1.06 0.07 (0.74) 0.67 0.87 0.99 (0.38) 0.73 Lembaga Swasta Nirlaba 0.00 0.01 0.01 0.05 0.03 0.02 0.01 0.01 0.10 0.05 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 0.09 0.24 0.18 0.90 (0.76) 0.17 0.27 0.76 (0.98) 0.14 Perubahan Stok 0.02 0.11 0.10 0.08 0.04 0.03 0.06 0.02 (0.08) 0.03
-8.42 0.90 -4.14 -0.20 2.14 0.85 5.70 0.10 -3.13 4.12-8.87 0.56 -3.25 0.62 -0.74 1.01 7.51 1.21 -5.22 3.171.27 3.01 3.04 1.18 0.55 1.57 2.08 1.34 1.05 2.29
2008* 2009**
2009**2008*
Ekspor
JENIS PENGELUARAN
ImporPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
LAPANGAN USAHA
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Pertanian
Bangunan
Jasa-Jasa
2010***
2010***
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
7
B. PDRB Sisi Produksi
Perkembangan PDRB Provinsi Jambi menunjukkan bahwa sektor-sektor
yang masih memberikan kontribusi cukup besar adalah sektor pertanian, serta
sektor perdagangan, hotel dan restoran (lihat grafik 1.3). Kontribusi terbesar
terhadap pertumbuhan disumbangkan oleh sektor pertanian sebesar 0,62% (q-t-
q), diikuti oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (0,47%/q-t-q) dan sektor
industri pengolahan (0,44%/q-t-q).
Dari sisi distribusinya (share), pada periode triwulan laporan
menunjukkan bahwa sektor primer masih menjadi penyumbang terbesar yaitu
45,03% dari jumlah PDRB Provinsi Jambi, diikuti sektor jasa-jasa (tersier) 37,62%
dan sektor sekunder sebesar 17,35%.
Grafik 1.3. Kontribusi PDRB Sisi Produksi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (q-t-q)
0.43
0.26
0.00
0.04
0.17
0.03
0.04
0.06
0.62
0.06
0.44
0.01
0.09
0.47
0.23
0.06
0.30
0.03
(0.40) (0.20) - 0.20 0.40 0.60 0.80
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Air dan Gas
bangunan
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persew aan dan Jasa Keuangan
Jasa-Jasa
Trw II-10
Trw I-10
Nominal PDRB Provinsi Jambi atas dasar harga berlaku tercatat sebesar
Rp12,37 triliun yang secara sektoral masih didominasi oleh sektor pertanian
sebesar 25,97%, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 19,06%, serta
sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 15,20%. Dengan demikian,
struktur ekonomi regional dalam jangka pendek relatif tidak mengalami
perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 1.4).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
8
Grafik 1.4. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Triwulan II Tahun 2010
Perkebunan, Peternakan, Kehutanan &
Perikanan25.97%
Pertambangan dan Penggalian
19.06%Industri Pengolahan
11.84%Listrik dan Air bersih
0.77%Bangunan4.74%
Perdagangan, Hotel dan restauran
15.20%
Pengangkutan dan Komunikasi
6.76%
Keuangan, Persewaan dan Jasa
Perusahaan4.99%
Jasa-jasa10.67%
1. Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
Pada triwulan laporan, sektor pertanian, perkebunan, peternakan,
kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 2,03% (q-t-q), meningkat
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,40% (q-t-q).
Peningkatan laju pertumbuhan sektor ini berasal dari meningkatnya produksi
tanaman perkebunan.
Grafik 1.5 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan I tahun 2010 (ha) Grafik 1.6 Luas Tanam Sektor Tabama Triwulan II tahun 2010 (ha)
33,553
3,4911,925
2,202 460 104851 621
Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Grafik 1.5
32,420
1,431
5,947
2,904 515
140 887 521
Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Grafik 1.6
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
9
Grafik 1.7 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan I tahun 2010 (ha) Grafik 1.8 Luas Panen Sektor Tabama Triwulan II tahun 2010 (ha)
29,25117,416
1,3541,356
404 103 753 440
Padi Sawah Padi Ladang Jagung KedelaiKacang Tanah Kacang Hijau Ubi Kayu Ubi Jalar
Grafik 1.7
47,062
2,1451,288 2,034 468147780 538
Padi Sawah Padi Ladang Jagung Kedelai
Grafik 1.8 Sumber: BPS Provinsi Jambi, 2010
Sub sektor tanaman bahan makanan (tabama) mengalami pertumbuhan
sebesar 1,40% (q-t-q) melambat dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar
2,14% (q-t-q). Masih berlangsungnya musim panen di triwulan laporan memicu
meningkatnya pertumbuhan nilai tambah sektor tabama. Pada triwulan laporan,
luas panen komoditas tanaman bahan makanan (tabama) meningkat sebesar
3,39 Kha menjadi sebesar 54,46 Kha. Peningkatan luas panen tersebut terutama
disumbangkan oleh meningkatnya luas panen padi sawah sementara luas panen
padi ladang mengalami penurunan. Di sisi lain, luas tanam tanaman pangan juga
mengalami peningkatan, yaitu dari 43,21 Kha menjadi 44,76 Kha (grafik 1.5-
grafik 1.8).
Nilai Tukar Petani (NTP), mengalami sedikit penurunan dibandingkan
triwulan sebelumnya.1 NTP Juni 2010 dibandingkan NTP Maret 2010 meningkat
sebesar 0,03% menjadi 96,09. Tingginya peningkatan indeks yang dibayarkan
petani (0,99%) dibandingkan indeks yang diterima (0,97%) memicu penurunan
NTP petani pada triwulan laporan (lihat grafik 1.12). Seiring dengan itu, Nilai
Tukar Petani yang masih dibawah 100 menunjukkan bahwa pendapatan petani
Jambi masih lebih rendah dibanding harga-harga kebutuhan hidup dan biaya
bertani.
1 NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. Sehingga NTP merupakan cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
10
Grafik 1.9. Perkembangan Harga CPO, Inti dan TBS 10 Tahun di Provinsi Jambi
6,373.16,790.0
2,678.33,717.2
1,290.71,403.8
0
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2007 2008 2009 2010Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Jambi
Harga (Rp)
CPO INTI TBS 10 TAHUN
Sub sektor perkebunan yang mempunyai share sebesar 12,40% dari PDRB
mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,71% (q-t-q), meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,15% (q-t-q). Relatif membaiknya cuaca
pada triwulan laporan ikut memicu meningkatnya hasil sadapan karet sehingga
produksi meningkat.
Namun demikian, produksi kelapa sawit mengalami penurunan pada
bulan laporan. Kondisi ini juga diiringi dengan menurunnya harga TBS dan CPO di
provinsi Jambi. Harga TBS yang mengalami peningkatan semenjak bulan Oktober
2009, kembali mengalami penurunan di awal triwulan II-2010. Sementara itu,
pada bulan Juni 2010, harga TBS 10 tahun dan CPO masing-masing mencapai
Rp1.371/kg dan Rp6.506/kg menurun masing-masing sebesar 2,31% dan 4,18%
dibandingkan posisi Maret 2010.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
11
Grafik 1.10 Pertumbuhan Indikator Produksi Sub Sektor Hortikultura dan Sub Sektor Tanaman Perkebunan (%)
Grafik 1.11 Pertumbuhan Indikator Produksi, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Perikanan (%)
12.10
10.97 (0.31)
(21.57)
53.21
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10
Produksi Hortikultura Produksi Karet Produksi Kelapa Sawit
Produksi Kelapa Produksi Pinang
Grafik 1.10
7.80
13.14
3.78
(40)
(20)
-
20
40
60
80
100
120
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10
Produksi Telur Produksi Daging Produksi Perikanan
Grafik 1.11
Grafik 1.12 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi
111.84112.92 113.92
117.94 119.21 119.74
94.82 94.72 95.14
80
90
100
110
120
130
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2009 2010
indeks terima indeks bayar NTP
Sumber: BPS Provinsi Jambi,2010.
Meningkatnya pertumbuhan sub sektor perkebunan disumbangkan oleh
meningkatnya hasil perkebunan pinang dan karet. Berdasarkan data prompt
indikator sub sektor perkebunan selama periode triwulan laporan, produksi
pinang meningkat 53,21%, sementara prouksi karet meningkat 10,97%. (lihat
grafik 1.10).
Realisasi penyaluran pupuk dalam menunjang proses produksi sub sektor
tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan pada triwulan
laporan sebesar 14.803 ton.2 Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Provinsi Jambi, penyaluran pupuk bersubsidi sebagian besar
didominasi oleh pupuk Urea (63,44%), diikuti oleh pupuk SP-36 (18,78%), NPK
Phonska (14,90%), dan ZA (2,87%).
2 Jenis pupuk bersubsidi yang disalurkan terdiri dari SP-36, ZA, NPK Phonska dan Urea.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
12
Grafik 1.13. Distribusi Jenis Pupuk Grafik 1.14. Jumlah dan Pertumbuhan Realisasi Pupuk
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000 20000
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
TW III
TW IV
TW I
TW II
2008
2009
2010
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
(Ton)
SP-36/Superphos ZA NPK PHONSKA Urea
Grafik 1.13
(40.00)
(20.00)
-
20.00
40.00
60.00
80.00
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
20000
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2008 2009 2010
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi
Persen (%)Ton
Realisasi Pupuk (Ton) Pertumbuhan Realisasi Pupuk
Grafik 1.14
Pada triwulan laporan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya tumbuh
melambat yaitu sebesar 0,77% (q-t-q) dibandingkan triwulan lalu yang sebesar
0,84% (q-t-q). Seiring dengan itu, berdasarkan data indikator produksi , baik
produksi daging maupun telur tetap meningkat pada triwulan laporan.
Sementara itu sub sektor perikanan mengalami peningkatan sebesar 2,59% (q-t-
q) meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 0,35% (q-t-q).
Sub sektor kehutanan mengalami pertumbuhan sebesar 1,44% (q-t-q).
Setelah selalu tumbuh di bawah 1% sejak beberapa tahun terakhir pasca aktifnya
pemberantasan penebangan liar (illegal logging), pada triwulan laporan
perkembangan sub sektor kehutanan menunjukkan angka yang cukup baik.
2. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan pertumbuhan
mencapai 2,76% (q-t-q); meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya sebesar 0,97% (q-t-q). Musim liburan sekolah serta penyelenggaraan
Pilkada pada triwulan laporan menyebabkan tingginy aktivitas perdagangan di
provinsi Jambi serta meningkatnya penggunaan hotel dan restoran.
Pada triwulan laporan, sub sektor perdagangan besar dan eceran
tumbuh mencapai 2,85% (q-t-q) meningkat dari triwulan sebelumnya 1,03% (q-
t-q). Sub sektor hotel dan sub sektor restoran masing-masing tumbuh sebesar
2,68% (q-t-q) serta 1,46% (q-t-q).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
13
Grafik 1.15. Perkembangan Indikator produksi Bulanan Sektor PHR Grafik 1.16. Perkembangan Konsumsi Listrik Sektor Bisnis
5.59
69.82
(0.37)
12.80
24.18
(20)
-
20
40
60
80
100
120
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10
(%) Persen
Harga Perdagangan Besar Harga Perdagangan Barang Konstruksi Perdagangan Kendaraan BermotorPerdagangan PulsaTingkat Hunian HotelRestorasi
* Perhitungan perdagangan kendaraan bermotor, perdagangan pulsa dan restorasi sejak tahun 2009
Grafik 1.15
(25.48)
5.61 4.88
22.41
(10.43)
4.43
(7.36)
8.99
(7.42)
19.27
(0.46)
12.96
(15.75)
11.94
-30.0
-20.0
-10.0
0.0
10.0
20.0
30.0
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: PLN Jambi, 2008 (diolah)
KWH (dalam Ribuan)
Bisnis Pertumbuhan Bisnis
Grafik 1.16
Masih tumbuhnya sektor PHR pada triwulan laporan dikonfirmasi dengan
meningkatnya indeks produksi baik sub sektor perdagangan, restorasi dan tingkat
hunian hotel. Peningkatan yang cukup signifikan dialami oleh indeks
perdagangan kendaraan bermotor dan indeks restorasi yaitu masing-masing
sebesar 69,82% dan 24,18%. (lihat grafik 1.16.).
Meningkatnya pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran
berpengaruh pada meningkatnya konsumsi listrik untuk bisinis. Konsumsi listrik
bisnis yang sempat menurun pada triwulan lalu, saat ini mengalami peningkatan
sebesar 11,94%.
Berdasarkan pangsanya, sektor perdagangan, hotel dan restoran
didominasi oleh sub sektor perdagangan besar dan eceran yang mencapai
14,10% terhadap PDRB, diikuti oleh sub sektor restoran dan sub sektor hotel
masing-masing sebesar 0,91% dan 0,20%.
3. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh sebesar 0,58% (q-t-q)
meningkat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,23%
(q-t-q). Kondisi ini didorong oleh meningkatnya pertumbuhan hasil
pertambangan migas, non migas dan penggalian masing-masing sebesar 0,38%;
1,34%; 1,44%. Peningkatan produksi migas pada triwulan laporan diperkirakan
berasal dari meningkatnya lifting gas alam (LPG).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
14
Grafik 1.17. PDRB Sub Sektor Minyak dan Gas Bumi serta Lifting Minyak Bumi Grafik 1.19. Lifting Minyak Bumi
Barel
-
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi. *: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk triwulan II-2010
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
Persen (%)
M inyak Bumi (Barel)
Pertumbuhan, aksis kanan
Grafik 1.18. Lifting Minyak Bumi
BBTU
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II*
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi. *: Angka proyeksi Bank Indonesia Jambi untuk triwulan II-2010
(40.00)
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
Persen (%)
Lifting Gas Alam (BBTU), aksis kiriPertumbuhan, aksis kanan
Meningkatnya hasil produksi penggalian salah satunya dipicu oleh
peningkatan produksi bahan galian gol. C. Hal ini dikonfirmasi dari meningkatnya
indeks produksi penggalian sebesar 27,24% pada triwulan laporan. Sementara
itu perkembangan produksi batu bara relatif belum menunjukkan perkembangan
yang menggembirakan. Salah satu kendala dalam pengembangan usaha batu
bara di Jambi adalah terkait dengan perizinan. Mudahnya proses izin usaha batu
bara diharapkan dapat semakin menggalakkan pengembangan sektor ini yang
berpotensi meningkatkan pendapatan asli daerah.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
15
Grafik 1.19. Pertumbuhan Indeks Produksi Batubara dan Bahan Galian Gol. C (%)
(1.80)
27.24
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10
Produksi Batubara Produksi Bahan Galian Gol.C
4. Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan tumbuh mencapai 3,24% (q-t-q), meningkat
bila dibandingkan angka triwulan sebelumnya 1,91% (q-t-q). Melambatnya
pertumbuhan pada sektor ini dipicu oleh meningkatnya pertumbuhan sub sektor
industri tanpa migas sebesar 3,44% (q-t-q).
Grafik 1.20. Volume Penjualan Minyak Bakar Grafik 1.21. Volume Penjualan Minyak Diesel
(100.0)
(50.0)
-
50.0
100.0
150.0
200.0
250.0
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010
(%)
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Kilo Liter
M. Bakar g.Myk. Bakar
Grafik 1.20
(60.0)
(40.0)
(20.0)
-
20.0
40.0
60.0
80.0
-
200
400
600
800
1,000
1,200
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010
(%)
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Kilo Liter
M. Diesel g.Myk. Diesel
Grafik 1.21
Grafik 1.22. Perkembangan Total Pemakaian Listrik sektor industri
(1.48)
3.86
6.88
(10.46)
(2.21)
4.69
(13.99)
(0.16)
2.16
5.39
(3.61)
18.82
4.49
22.21
-20.0
-15.0
-10.0
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
20,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2010 (diolah)
KWH (dalam Ribuan)
Industri Pertumbuhan Industri
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
16
Meningkatnya pertumbuhan industri pengolahan tercermin dari
meningkatnya konsumsi listrik untuk industri dan minyak bakar. Konsumsi listrik
untuk industri meningkat signifikan dengan tumbuh mencapai 22,21% lebih
tinggi dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 4,40%.
Grafik 1.23. Perkembangan Indeks Produksi Industri Karet, CPO, Makanan dan Minuman Grafik 1.24. Perkembangan Indeks Produksi Industri Barang dari Semen, Kayu dan Batu Bata
21.73 11.20
24.55
(50)
-
50
100
150
200
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10Industri Karet Industri CPO
Industri Makanan Industri Minuman Grafik 1.23
8.88 8.12 (3.22)
(150)
(50)
50
150
250
350
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10
Industri Barang dari Semen Industri Barang dari Kayu Industri Batu Bata
Grafik 1.24
Meningkatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan tanpa migas
tercermin dari meningkatnya pertumbuhan mayoritas komoditi industri. Komoditi
industri pengolahan yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah industri
makanan dan minuman yang masing-masing tumbuh sebesar 24,55% dan
24,35%. Sementara itu, industri karet yang merupakan salah satu industri
unggulan di Jambi mengalami peningkatan sebesar 21,73%. Meningkatnya hasil
perkebunan karet pada triwulan laporan memicu meningkatnya hasil produksi
industri karet.
5. Sektor-sektor Lain
Sektor listrik, gas, dan air (LGA) bersih tumbuh sebesar 0,97% (q-t-q)
pada triwulan laporan atau lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang sebesar 0,37% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan sektor ini
berasal dari tumbuhnya sub sektor listrik dan air bersih yaitu masing-masing
sebesar 1,04% (q-t-q) dan 0,55% (q-t-q).
Seiring dengan itu, jumlah konsumsi listrik pada triwulan laporan
mengalami peningkatan sebesar 9,20%. Peningkatan konsumsi listrik ini
disebabkan oleh meningkatnya semua jenis pelanggan listrik. Sementara itu,
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
17
jumlah pelanggan listrik juga meningkat sebesar 1,19% dibandingkan triwulan
lalu.
Grafik 1.25. Perkembangan Total Pemakaian Listrik Grafik 1.26. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik
(2.25)
4.68
6.77 6.77
(2.64)
7.05
(1.80)
8.02
(3.49)
6.99
1.45 3.60
(0.05)
9.20
-5.0
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)
KWH (dalam Ribuan)
Total Pemakaian Pertumbuhan Total
Grafik 1.25
2.14
0.75
2.93
3.60 3.41
2.82
2.32
2.57
3.05
0.50 0.41
1.28
3.10
1.19
0.0
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000
350,000
400,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)
Pelanggan
Total Pelanggan Perumbuhan Pelanggan
Grafik 1.26
Sementara, sub sektor air bersih tumbuh sebesar 0,55% (q-t-q).
Konsumsi air bersih melalu PDAM Kota Jambi pada triwulan laporan sebesar 2,62
juta M² meningkat sebesar 2,86% dari triwulan lalu. Peningkatan ini dipicu oleh
meningkatnya konsumsi air baik oleh rumah tangga maupun industri masung-
masing sebesar 2,63% dan 6,96%.
Grafik 1.27. Perkembangan Total Konsumsi Air Kota Jambi
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
400,000
450,000
500,000
550,000
600,000
650,000
700,000
750,000
800,000
850,000
900,000
4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2008 2009 2010
m3
Sumber: PDAM Tirta Mayang Kota Jambi, 2009
m3
Rumah Tangga
Industri
Sektor bangunan masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 1,88% (q-t-
q), meningkat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 0,77% (q-t-q).
Meningkatnya pertumbuhan sektor bangunan dikonfirmasi dengan naiknya
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
18
indeks industri barang dari semen dan indeks industri batu bata masing-masing
sebesar 8,12% dan 34,67%. Namun demikian, konsumsi semen mengalami
penurunan jika dibandingkan triwulan lalu sebesar 12,07%.
Grafik 1.28. Perkembangan PDRB Sektor Bangunan dan Konsumsi Semen
-
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2007 2008 2009 2010
(30.00)
(20.00)
(10.00)
-
10.00
20.00
30.00
40.00
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
PDRB sektor Bangunan (juta Rp), aksis kiri Konsumsi Semen (ton), aksis kiri
Pert . Konsumsi Semen (%), aksis kanan Pert. PDRB Bangunan (%), aksis kanan
Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan sebesar
2,98% (q-t-q) pada triwulan laporan, meningkat dari triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 0,32% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan sektor ini berasal
dari meningkatnya pertumbuhan sub sektor pengangkutan maupun komunikasi
masing-masing sebesar 2,83% (q-t-q) dan 4,44% (q-t-q).
Memasuki masa liburan sekolah pada bulan Juni lalu, aktivitas
transportasi meningkat baik angkutan darat maupun udara. Sementarta itu,
menjelang PILKADA Gubernur Jambi, aktivitas transportasi terutama transportasi
darat juga meningkat seiring dengan penyelenggaraan kampanye di seluruh
kabupaten/kota oleh semua calon.
Sektor angkutan udara meningkat 3,23% (q-t-q). Hal ini tercermin dari
jumlah lalu lintas penumpang di Bandar Udara Sultan Thaha masih yang
mengalami peningkatan baik untuk kedatangan dan keberangkatan masing-
masing 8,23% dan 8,88%.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
19
Grafik 1.29. PDRB Sub Sektor Angkutan Udara dan Jumlah Konsumsi Avtur
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
45,000
TW II TW III TW IV
TW I TW II TW III TW IV
TW I TW II TW III TW IV
TW I TW II TW III TW IV
TW I TW II TW III TW IV
TW I TW II
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang dan BPS Provinsi Jambi (diolah)
PDRB sub sektor Angkutan Udara (juta Rp), aksis kiriKonsumsi Avtur (ratusan liter), aksis kiriPert. Konsumsi Avtur (%), aksis kanan
Grafik 1.30. Perkembangan Keberangkatan dan Kedatangan Penumpang
Grafik 1.31. Perkembangan Jumlah Bongkar dan Muat Barang
(15)
(10)
(5)
-
5
10
15
20
-
20
40
60
80
100
120
140
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: PT. Angkasa Pura II
ribu orang
Kedatangan Penumpang (aksis kiri) Keberangkatan Penumpang (aksis kiri)
Datang (aksis kanan) Berangkat (aksis kanan)
Grafik 1.30
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
60
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: PT.Angkasa Pura II
ton
Jumlah Bongkar (aksis kiri) Jumlah Muat (aksis kiri)
Pertumbuhan Bongkar (aksis kana) Pertumbuhan Muat (aksis kanan)
Grafik 1.31
Pada triwulan laporan, sub sektor angkutan laut tumbuh sebesar 0,93%.
Tumbuhnya sub sektor angkutan tercermin dari meningkatnya arus peti kemas
sementara arus barang mengalami penurunan. Total arus barang tercatat
sebanyak 1,15 juta ton, menurun 28,92% dibandingkan triwulan sebelumnya.3
Sedangkan jumlah arus peti kemas berdasarkan perdagangan di Pelabuhan
Tungkal dan Pelabuhan Talang Dukuh sebesar 12.494 peti kemas, meningkat
21,05% dibandingkan triwulan sebelumnya.4
3 Total arus barang yang dimaksud terdiri dari impor, ekspor, bongkar dan muat.. 4 Arus Peti kemas diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: 20”, 40” serta diatas 40”. Arus barang berdasarkan perdagangan yaitu impor, ekspor, bongkar dan muat.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
20
Grafik 1.32. Perkembangan Total Arus Peti Kemas Grafik 1.33. Perkembangan Total Arus Barang
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
1800
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
persen(%)
Sumber: Pelindo Jambi
ribu unit
Jumlah Total Arus Barang Pertumbuhan
Grafik 1.32
-100
-50
0
50
100
150
200
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
persen(%)
Sumber: Pelindo Jambi
ribu unit
Jumlah Arus Peti Kemas Pertumbuhan
Grafik 1.33
Perkembangan sub sektor telekomunikasi tercermin dari jasa pos dan
telekomunikasi serta jasa penunjang komunikasi masing-masing yang mengalami
pertumbuhan sebesar 4,44% (q-t-q) dan 4,45% (q-t-q), meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 2,18% (q-t-q) dan 1,79% (q-t-q).
Sektor keuangan, persewaan, dan jasa-jasa perusahaan tumbuh sebesar
1,12% (q-t-q) pada triwulan laporan atau meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar 0,75% (q-t-q). Peningkatan tersebut terutama
disumbangkan oleh meningkatnya pertumbuhan sub sektor jasa penunjang
keuangan. Di sisi lain, sub sektor bank mengalami perlambatan dengan tumbuh
sebesar 0,68% (q-t-q) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencapai 0,81% (q-t-q).
Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan tumbuh 3,47% (q-t-q) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 0,73% (q-t-q).
Peningkatan ini terutama dipicu oleh meningkatnya jasa pemerintahan umum
sebesar 4,03% (q-t-q). Kondisi ini mencerminkan mulai terakselarasinya belanja
pemerintah pada triwulan laporan.
C. PDRB Sisi Pengeluaran
Ditinjau dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada
triwulan laporan terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi pemerintah
dan rumah tangga. Di samping itu, perdagangan antar daerah dan luar negeri
provinsi Jambi yang tercermin dari angka ekspor dan impor juga mengalami
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
21
peningkatan. Sementara itu lebih tingginya nilai impor (dari luar daerah dan luar
negeri) dari pada ekspor (ke luar daerah dan luar negeri) menyebabkan Provinsi
Jambi mengalami net impor pada triwulan laporan.
Grafik 1.34. Kontribusi PDRB Sisi Pengeluaran terhadap Pertumbuhan (q-t-q) 5
0.30
-0.38
0.10
-0.98
-0.08
2.09
0.39
0.73
0.05
0.14
0.03
0.95
-1.50 -1.00 -0.50 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50
Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
Lembaga Swasta Nirlaba
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto
Perubahan Stok
Net Ekspor/Impor
Trw II-10 Trw I-10
Dari sisi distribusinya (share), konsumsi rumah tangga masih mempunyai
pangsa yang paling besar, yaitu mencapai 62,96% dari PDRB Jambi pada triwulan
II-2010 (lihat grafik 1.34). Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah dan
PMTDB juga memiliki pangsa yang relatif besar dengan masing-masing sebesar
17,94% dan 17,20%. Sedangkan share perubahan stok sebesar 2,56% dan
lembaga swasta nirlaba sebesar 0,68%.
Grafik 1.35. Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Triwulan II tahun 20106
Pengeluaran konsumsi rumah
tangga62.96%
Pengeluaran Konsumsi
pemerintah 17.94%
Lembaga Swasta Nirlaba0.68%
Pembentukan Modal Tetap
Domestik Bruto17.20%
Perubahan Stok2,56%
Net Impor1.44%
5 Yang dimaksud kontribusi ’net ekspor’ adalah nilai kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan dikurangkan dengan nilai kontribusi impor terhadap pertumbuhan pada triwulan laporan. Jika bernilai positif disebut net ekspor, sedangkan jika bernilai negatif disebut net impor. 6 Pangsa (share) net impor sebesar 9,67% merupakan pengurang dari total share PDRB sisi pengeluaran.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
22
1. Pengeluaran Konsumsi
Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga
konstan selama triwulan laporan sebesar 0,54% (q-t-q), meningkat dibandingkan
triwulan sebelumnya 0,42% (q-t-q). Meningkatnya pertumbuhan konsumsi
masyarakat terlihat dari meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga sebesar
8,51%. Hal ini didukung juga dengan meningkatnya indeks ekspektasi konsumen
(IEK) dibandingkan triwulan sebelumnya.
Grafik 1.36. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)
Grafik 1.37. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Indeks
0
20
40
60
80
100
120
140
160
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen
Grafik 1.36
(0.55)1.75
7.87 6.51
(2.87)
6.73
0.64
8.29
(1.94)
4.98 4.25
0.40 1.15
8.51
-4.0
-2.0
0.0
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
-20,000 40,000 60,000 80,000
100,000 120,000 140,000 160,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
Persen (%)
Sumber: PLN cabang Jambi & PLN cabang Muara Bungo, 2009 (diolah)
KWH (dalam Ribuan)
Rumah Tangga Pertumbuhan RT
Grafik 1.37
Meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan
laporan juga ditopang oleh meningkatnya daya beli masyarakat terhadap
pembelian kendaraan bermotor. Penjualan kendaraan bermotor pada triwulan
laporan meningkat signifikan sebesar 30,48% yang terutama didorong oleh
meningkatnya penjualan sepeda motor (30,96%) serta sedan, jeep dan minibus
(21,26%). Kondisi ini mencerminkan semakin membaiknya konsumsi masyarakat
di tahun 2010.
Pengeluaran konsumsi pemerintah mengalami peningkatan sebesar
3,78% (q-t-q), dari triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan mencapai
1,92% (q-t-q). Terselenggaranya PILKADA Gubernur Jambi pada triwulan laporan
memicu meningkatnya pengeluaran pemerintah. Sementara itu, memasuki
pertengahan tahun, proyek-proyek pembangunan sudah mulai berjalan sehingga
turut mengakselerasi pengeluaran konsumsi pemerintah.
Di sisi lain, pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba tumbuh mencapai
7,00% (q-t-q), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 17,02% (q-
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
23
t-q). Tingginya pertumbuhan konsumsi swasta pada triwulan lalu dipicu oleh
siklus masa tutup buku yang berakhir di bulan Februari-April.
Grafik 1.38. Perkembangan Penjualan Premium Grafik 1.39. Perkembangan Penjualan Solar
Grafik 1.40. Perkembangan Penjualan Minyak Tanah Grafik 1.41. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Provinsi Jambi
Grafik 1.42. Pertumbuhan Pendaftaran Kendaraan Bermotor Grafik 1.43. Pertumbuhan Pendaftaran Sepeda Motor Baru
(10.0)
(5.0)
-
5.0
10.0
15.0
20.0
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
90,000
100,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010
(%)
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Kilo Liter
Premium g.Premium
Grafik 1.38.
(30.0)
(20.0)
(10.0)
-
10.0
20.0
30.0
40.0
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010
(%)
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Kilo Liter
M. Solar g.M. Solar
Grafik 1.39.
(20.0)
(15.0)
(10.0)
(5.0)
-
5.0
10.0
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2006 2007 2008 2009 2010
(%)
Sumber: PT. Pertamina UPMS II, Palembang
Kilo Liter
M.Tanah g.M.Tanah
Grafik 1.40.
7.03
1.873.803.60
3.33
12.6811.96
5.24
8.38
10.9811.71
2.43
5.48
9.01
1.77
-0.42
12.15
9.76
0
500,000
1,000,000
1,500,000
2,000,000
2,500,000
3,000,000
3,500,000
4,000,000
4,500,000
5,000,000
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
16
TW I TW II TW III
TW IV
TW I TW II TW III
TW IV
TW I TW II TW III
TW IV
TW I TW II TW III
TW IV
TW I TW II
2006 2007 2008 2009 2010
Kredit Konsumsi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Konsumsi (%),aksis kiri Grafik 1.41.
(14.21)
21.56 26.81
9.78
23.64
1.61 (1.58)
(32.52)
(33.43)
8.22
43.83
3.99 8.18
30.48
(50)(40)(30)(20)(10)-10 20 30 40 50
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
Persen(%)
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
unitKENDARAAN BERMOTOR Pertumbuhan
Grafik 1.42.
(15.19)
21.26 26.81
10.01
23.49
1.05 (1.04)
(32.73)(34.04)
9.33
44.35
4.06
7.83
30.96
(50)
(40)
(30)
(20)
(10)
-
10
20
30
40
50
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
40,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
Persen(%)
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
unitSEPEDA MOTOR Pertumbuhan
Grafik 1.43.
2. Investasi
Pada triwulan laporan, pembentukan modal tetap domestik bruto
(PMTDB) meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pembentukan
modal tetap domestik bruto (PMTDB) meningkat sebesar 0,95% (q-t-q) setelah
pada triwulan lalu turun sebesar 5,99% (q-t-q). Setelah mengalami tren
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
24
penurunan di awal tahun, investasi pada triwulan II-2010 kini mengalami
peningkatan.
Grafik 1.44. Pertumbuhan Pendaftaran Truck/Pick Up Baru Grafik 1.45. Nominal dan Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Jambi
Grafik 1.46. Konsumsi Semen Provinsi Jambi
(60)
(40)
(20)
-
20
40
60
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
Persen(%)
Sumber: Dispenda Provinsi Jambi
unit
TRUCK/PICK UP Pertumbuhan
Grafik 1.44.
1.50
2.33 2.704.28
3.261.60
14.28
16.6516.18
11.7810.28
1.21
-0.11
4.85
9.65
5.92
-5.85
13.34
0
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
1,400,000
1,600,000
1,800,000
2,000,000
-10
-5
0
5
10
15
20
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II
2006 2007 2008 2009 2010
Kredit Investasi (juta Rp), aksis kanan Pertumbuhan Kredit Investasi (%),aksis kiri
Grafik 1.45.
Ton
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2008 2009 2010
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI), diolah
(60.0)
(40.0)
(20.0)
-
20.0
40.0
60.0
80.0(%)
Konsumsi SemenPertumbuhan
Grafik 1.46.
Sementara itu, dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) terlihat
situasi bisnis masih cukup baik pada triwulan laporan, tercermin dari nilai saldo
bersih situasi bisnis dunia usaha sebesar 22,92. Masih relatif baiknya situasi bisnis
dunia usaha juga berdampak pada masih tumbuhnya kredit investasi sebesar
13,34% atau sebesar Rp222,28 miliar pada triwulan laporan. Hal ini juga
tercermin dari prompt indikator investasi yaitu meningkatnya penjualan
kendaraan truck/pick up sebesar 31,75%.
Perubahan stok pada triwulan II-2010 mengalami peningkatan sebesar
0,90% (q-t-q) dari triwulan sebelumnya yang menurun sebesar 2,64% (q-t-q).
Meningkatnya hasil produksi sektoral pada triwulan laporan ikut memicu
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
25
meningkatnya perubahan stok. Sementara, pangsa stok pada triwulan laporan
sebesar 2,56%.
3. Perdagangan Eksternal7
Perkembangan ekspor dan impor Provinsi Jambi (ke/dari luar daerah
maupun ke/dari luar negeri) mengalami peningkatan. Ekspor barang (dari luar
provinsi maupun luar negeri) meningkat mencapai 8,11% (q-t-q) dibandingkan
triwulan sebelumnya yang turun 5,75% (q-t-q). Sementara impor barang (dari
luar provinsi maupun luar negeri) meningkat 5,20% jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang turun 7,82% (q-t-q). Pada triwulan laporan, impor
Provinsi Jambi mencapai Rp5,99 triliun, lebih tinggi dibandingkan ekspor yang
hanya mencapai Rp5,81 triliun.
3.1. Ekspor Impor Antar Daerah
Dilihat karakteristiknya, ketergantungan Provinsi Jambi dari daerah
(provinsi lain) cukuplah besar. Hal ini dapat dilihat dari pangsa impor yang relatif
lebih besar dibandingkan ekspor. Sekitar 95,14% impor Provinsi Jambi berasal
dari daerah lain, hanya sekitar 4,86% yang berasal dari luar negeri. Sejalan
dengan hal tersebut, perkembangan ekspor juga didominasi oleh ekspor ke luar
daerah (provinsi lain) yang mencapai 61,43% dari total ekspor Provinsi Jambi.
Grafik 1.47. Pangsa Ekspor Provinsi Jambi triwulan II-2010 Grafik 1.48. Pangsa Impor Provinsi Jambi triwulan II-2010
Ekspor Luar Negeri
38.57%
Ekspor Antar
Daerah61.43%
Grafik 1.47
Impor Luar Negeri4.86%
Impor Antar Daerah95.14%
Grafik 1.48
7 Pembahasan dalam perdagangan eksternal dilihat dari ekspor impor Jambi secara keseluruhan yang dirinci menjadi a) ekspor impor antar daerah serta b) ekspor impor luar negeri berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB) dengan sumber data berasal dari DSM, BI.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
26
Ekspor Provinsi Jambi ke luar daerah (provinsi lain) meningkat sebesar
9,25% (q-t-q) sementara ekspor ke luar negeri meningkat sebesar 7,12% (q-t-q).
Di sisi lain, pertumbuhan impor Provinsi Jambi dari luar negeri sebesar 8,00% (q-
t-q) sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan impor ke daerah
(provinsi) lain yang sebesar 5,07% (q-t-q).
3.2. Ekspor Impor Luar Negeri
Perkembangan ekspor impor luar negeri Provinsi Jambi masih mengalami
perkembangan yang baik. Berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang
(PEB), ekspor Provinsi Jambi sebesar USD 213,68 juta sedangkan impor sebesar
USD 30,43 juta pada triwulan laporan.8 Dengan kondisi tersebut, Provinsi Jambi
mengalami net ekspor sebesar USD 120,61 juta, meningkat sebesar 24,86%
dibandingkan posisi yang sama periode triwulan sebelumnya yang mencapai USD
96,60 juta.9 Ekspor Provinsi Jambi masih didominasi oleh komoditas karet dan
CPO.10 Sementara kelompok peralatan mesin dan transport masih mendominasi
nilai impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan.
Grafik 1.49. Perkembangan Ekspor dan Impor Non Migas Provinsi Jambi
0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2008 2009 2010Sumber: DSM, Bank Indonesia
ribu USD
Impor Ekspor Net
8 Data Bulan April-Mei 2010 (Sumber: Direktorat Statistik dan Ekonomi Moneter, Bank Indonesia). 9 Net ekspor yang dimaksud disini adalah net ekspor bulan dibandingkan net ekspor bulan April-Mei2010 dengan Januari-Februari 2010. 10 Klasifikasi barang menurut Standard International Trading Classification (SITC).
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
27
Grafik 1.50. Perkembangan Ekspor Provinsi Jambi
-
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2008 2009 2010
CRUDE MATERIALS, INEDIBLE ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS LAINNYA
Grafik 1.51. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Ekspor Provinsi Jambi
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
80,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2009 2010
Ribu USD
23 - CRUDE RUBBER 25 - PULP AND WASTE PAPER 42 - FIXED VEGETABLE OILS & FATS 64 - PAPER,PAPERBOARD&MFD THEREOF 32 - COAL, COKE AND BRIQUETTES LAINNYA
Pada triwulan laporan (April-Mei 2010), ekspor ke luar negeri Provinsi
Jambi meningkat sebesar 53,96% dibandingkan periode yang sama triwulan
sebelumnya (Januari-Februari 2010), yaitu dari USD 138,77 juta menjadi USD
213,68 juta. Berdasarkan komoditasnya, peningkatan ekspor pada triwulan
laporan dipicu oleh ekspor karet mentah (crude rubber) sebesar USD 148,17 juta
(69,34% dari total ekspor Provinsi Jambi). Meningkatnya produksi karet di
triwulan laporan serta terus meningkatnya permintaan karet mentah dari negara
mitra dagang serta terus meningkatnya harga internasional karet, memicu
peningkatan nilai ekspor Provinsi Jambi.
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
28
Grafik 1.52. Perkembangan Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
-
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
30,000
35,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2009 2010
Ribu USD
C. UNITED STATES OF AMERICA SINGAPORE MALAYSIA C. JAPAN C. R.R.C LAINNYA
Grafik 1.53. Pangsa Ekspor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Tujuan
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2009 2010C. UNITED STATES OF AMERICA MALAYSIA C. JAPAN C. R.R.C #REF! LAINNYA
Berdasarkan jenis komoditasnya, nilai ekspor tertinggi (April-Mei 2010)
dicapai oleh komoditas karet mentah (crude rubber) sebesar USD 148,17 juta
atau 69,34% dari total ekspor non migas, sementara nilai ekspor lemak nabati
dan minyak (fixed, vegetable oil and fats), serta kertas, kertas karton dan
olahannya (paper,paperboard&mfd thereof) masing-masing mencapai USD 30,22
juta (14,14% dari total ekspor non migas), dan USD 9,19 juta (2,57% dari total
ekspor non migas).
Ekspor non migas lain yang cukup besar kontribusinya adalah komoditas
pulp dan kertas (pulp and waste paper) serta batu bara dan briket (coal, coke and
briquettes) yang masing-masing mencapai USD 6,79 juta (3,18%) serta USD 5,49
juta (2,57%). Berdasarkan struktur ekspor non migas Jambi, terlihat bahwa
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
29
ekspor produk primer masih mendominasi terutama komoditas karet mentah,
lemak nabati dan minyak, disusul pulp dan kertas.
Berdasarkan negara tujuan, meningkatnya ekspor provinsi Jambi pada
triwulan laporan dipicu oleh meningkatnya ekspor ke Malaysia dan Ameraka
Serikat yang masing-masing meningkat USD 17,90 juta (148,34%) dan USD
16,01 juta (52,39%). Berdasarkan pangsanya negara tujuan ekspor utama
provinsi Jambi berada di kawasan Asia yang hampir setara dengan 59,93% total
ekspor Provinsi Jambi. Penyumbang utama ekspor ke negara Asia adalah
Singapura yang mencapai USD 34,42 juta (16,11%), diikuti Malaysia sebesar USD
29,97 juta (14,02%), dan Jepang sebesar USD 23,17 juta (10,84%). Sementara
ekspor ke negara Amerika Serikat sebesar USD 46,56 juta (21,79%) pada
triwulan laporan.
Dari sisi impor (April-Mei 2010), impor non migas mengalami peningkatan
sebesar 67,64% (USD 12,28 juta) jika dibandingkan periode yang sama triwulan
sebelumnya (Januari-Februari 2010) sehingga menjadi sebesar USD 30,43 juta.
Impor migas luar negeri terbesar adalah untuk perlengkapan dan mesin penghasil
daya (power generating machine & equipment) sebesar USD 10,32 juta (33,92%)
diikuti dengan Perlengkapan dan mesin industri (General industrial mach & eqpt.)
sebesar USD 4,00 juta (13,16%). Peningkatan impor pada triwulan laporan
disebabkan oleh meningkatnya sub mesin penghasil daya (power generating
machine & equipment) sebesar USD 6,13 juta (meningkat 146,40%).
Grafik 1.54. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi
0
5,000
10,000
15,000
20,000
25,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2008 2009 2009
MACHINERY & TRANSPORT EQP CHEMICAL LAINNYA
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
30
Grafik 1.55. Lima Komoditi Tertinggi Nilai Impor Provinsi Jambi
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2009 2010
Ribu USD71 - POWER GENERATING MACH. & EQP 72 - MACH.SPECIAL FOR PARTIC.INDS
74 - GENERAL INDUSTRIAL MACH.&EQP 59 - CHEM.MATERIALS& PRODUCTS,NES
LAINNYA
Pangsa impor Provinsi Jambi pada periode triwulan laporan masih
didominasi oleh kelompok peralatan mesin dan transport (machinery&transport
equipment) yang menguasai 56,33% dari nilai impor. Selain itu, kelompok
barang-barang manufaktur juga memberikan kontribusi impor sebesar 26,64%
dari total impor Provinsi Jambi dengan komoditas utamanya adalah besi dan baja
sebesar USD 7,12 juta.
Grafik 1.56. Perkembangan Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2009 2010
Ribu USD
C. CANADA SINGAPORE MALAYSIA C. HONGKONG C. TAIWAN C. R.R.C LAINNYA
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
31
Grafik 1.57. Pangsa Impor Non Migas Provinsi Jambi Berdasarkan Negara Penjual
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5
2009 2010LAINNYA C. R.R.C C. TAIWAN C. HONGKONG
MALAYSIA SINGAPORE C. CANADA
Berdasarkan negara penjual, impor Provinsi Jambi pada triwulan laporan
terutama berasal dari Singapura sebesar USD 14,83 juta (48,72%), diikuti dengan
Hongkong sebesar USD 10,88 juta (35,76%) dari total impor pada triwulan
laporan (s.d. bulan Mei) sebesar USD 30,43 juta.
i
Boks 1.
DAMPAK PENYELENGGARAAN PEMILUKADA TERHADAP PEREKONOMIAN
JAMBI
I. PENDAHULUAN
Pemilukada yang diselenggarakan di Provinsi Jambi pada tanggal 19 Juni 2010
bukan saja menjadi media implementasi prinsip demokrasi namun juga berdampak
secara ekonomi. Dalam tahapan pemilukada biasanya terjadi peningkatan
pengeluaran, baik yang dilakukan oleh peserta pemilukada maupun yang bersumber
dari pemerintah yang dianggarkan dalam APBD. Kondisi ini berpotensi memberi
dampak yang positif bagi kinerja perekonomian terutama yang berasal dari
meningkatnya belanja konsumsi beberapa sektor terkait.
Ada beberapa sektor yang ditenggarai menerima dampak meningkatnya
pengeluaran karena Pemilukada. Sektor dimaksud diantaranya adalah industri
pengolahan kertas dan barang cetakan, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perbankan dan lembaga keuangan
lainnya (jasa perusahaan) serta sektor jasa pemerintahan. Dampak tersebut akan
menjadi sangat optimal bila belanja pemilukada tersebut secara maksimal terserap oleh
pelaku ekonomi di Provinsi Jambi.
Bila mencermati fenomena yang terjadi, tidak semua dana pengeluaran
pemilukada dibelanjakan di daerah Provinsi Jambi. Beberapa argumentasi yang dapat
menjelaskan fenomena tersebut antara lain, pertama adanya penggunaan jasa
konsultan marketing politik yang berasal dari Jakarta. Kedua, kapasitas dan teknik
produksi pada sektor ekonomi terkait yang masih terbatas. Dengan demikian terdapat
kecenderungan sebagian besar belanja konsumsi dalam pemilukada terjadi diluar
Provinsi Jambi. Bila hipotesis ini benar maka pemilukada tidak secara signifikan
berdampak terhadap perekonomian Jambi. Untuk lebih mengetahui secara spesifik
dampak pemilukada terhadap perekonomian Jambi maka diperlukan sebuah kajian
singkat lebih lanjut.
II. KERANGKA KONSEPSIONAL
Indikator ekonomi yang paling umum digunakan untuk memahami
perkembangan perekonomian suatu daerah dapat diamati dari perkembangan nilai
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara konsepsional ada 3 pendekatan dalam
perhitungan nilai PDRB yaitu pendekatan produksi (production approach), pendekatan
pengeluaran (consumption approach) dan pendekatan pendapatan (income approach).
Pendekatan pertama dan kedua merupakan pendekatan yang lebih populer digunakan
dalam menganalisis perekonomian suatu daerah guna perumusan kebijakan.
ii
Pada pendekatan produksi, perekonomian dikelompokan kedalam sembilan
sektor produksi. Nilai PDRB dihitung berdasarkan nilai tambah yang dihasilkan oleh
masing-masing sektor produksi. Dalam kasus pemilukada, pengeluaran yang terjadi
akan mendorong dan menjadi stimulus pada sektor-sektor yang terkait sehingga
diharapkan berdampak terhadap perekonomian secara keseluruhan. Sedangkan
pendekatan pengeluaran, nilai PDRB dihitung berdasarkan pengeluaran yang dilakukan
oleh 4 pelaku ekonomi yaitu rumah tangga (C), swasta (I), pemerintah (G) dan
perdagangan luar negeri (X-M). Dampak pengeluaran pemilukada akan terlihat melalui
peningkatan pengeluaran konsumsi pemerintah dan pengeluaran lembaga swasta
nirlaba.
Bila kita mencoba melakukan analisis dampak Pemilukada terhadap
perekonomian maka analisis akan dimulai dari seberapa besar dana yang tersalurkan
kepada masyarakat dalam aktivitas pemilukada. Secara substantif, kucuran dana ke
masyarakat berasal dari dua sumber yaitu dari dana kampanye calon peserta
pemilukada dan partai pengusung serta dana APBD untuk membiayai
penyelenggaraan pemilukada.
Undang-Undang No.32 Tahun 2004 pasal 112 menyatakan bahwa anggaran
penyelenggaraan pemilukada adalah tanggung jawab pemerintah. Ini berarti,
pemerintah daerah harus mengalokasikan besaran dana tertentu didalam APBD untuk
membiayai penyelenggaraan pemilukada. Bila dikaitkan dengan konsep PDRB, berarti
kucuran dana yang dianggarkan dalam APBD ini dihitung sebagai pengeluaran
pemerintah (G) yang akan menjadi stimulus dalam perekonomian dan pada akhirnya
mempengaruhi besaran perkembangan perekonomian daerah.
Pada sisi lain, dalam Undang-Undang No. 32 pasal 83 ayat (1) Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008, menyatakan bahwa dana kampanye pemilihan umum Kepala
Daerah dan Wakil Kepala Daerah diperoleh dari pasangan calon yang bersangkutan,
partai politik dan/atau gabungan partai politik yang mengusulkan, dan/atau
sumbangan pihak-pihak lain yang meliputi sumbangan perseorangan dan/atau badan
hukum swasta, serta dapat berupa uang, barang, dan/ atau jasa. Semua dana
kampanye tersebut harus dilaporkan secara transparan dan akuntable sesuai dengan
Peraturan KPU No. 06 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaporan Dana Kampanye
Peserta Pemilihan Umum Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah. Dalam konsep PDRB, penggunaan dana kampanye yang berasal
dari peserta pemilukada ini diperhitungkan sebagai pengeluaran lembaga swasta
nirlaba atau non profit.
Secara makro, dampak pemilukada terhadap perekonomian akan terlihat dari
besaran total dana yang berperan sebagai stimulus dalam perekonomian. Bila logika ini
dipakai maka dampak pemilukada secara sederhana dapat diukur dari multiplier effect
yang dihasilkan dari kegiatan pemilukada tersebut yaitu dengan menggunakan rumus
xDPMPC
ME−
=1
1 . Dimana ME adalah koefisien multiplier effect, MPC adalah marginal
provensity to consume sedangkan DP adalah besaran total dana pemilukada yang
dikucurkan ke masyarakat.
Konsep di atas tentu saja memerlukan asumsi yang ketat dalam
implementasinya. Dalam artian, semua dana yang terpakai dalam pemilukada
semuanya dilepaskan dalam wilayah daerah tersebut sehingga benar-benar berfungsi
sebagai stimulus bagi pelaku ekonomi yang ada.
III. DAMPAK PENGELUARAN PEMILUKADA TERHADAP PEREKONOMIAN
Secara umum, dampak pemilukada lebih didasarkan pada besaran pengeluaran
yang dilakukan oleh peserta pemilukada dan pemerintah daerah yang dianggarkan
dalam APBD. Dengan demikian, dalam menganalisis dampak pemilukada tersebut
harus beranjak dari kedua hal tersebut.
Dampak Dana (Kampanye) Peserta Pemilukada
iii
Terdapat beberapa pos pengeluaran yang harus dibiayai oleh peserta
pemilukada. Pertama, dana untuk partai pengusung. Dana ini pada prinsipnya akan
digunakan oleh partai pengusung untuk menggerakan mesin partai dalam
memobilisasi konstituen partai. Pengeluaran dari pos pertama ini diharapkan memberi
dampak pada pergerakan sektor transportasi serta sektor riil dalam memenuhi
konsumsi. Kecenderungan umum, dana yang dikeluarkan oleh pasangan calon
pemilukada berada pada besaran 3 milyar rupiah sehingga secara total diperkirakan
sekitar 12 milyar rupiah dana yang dikeluarkan untuk pos ini. Kedua, dana untuk
keperluan kampanye, termasuk didalamnya dana untuk membiayai promosi melalui
media massa atau media lainnya, tim sukses, mobilitas massa dan mendatangkan
hiburan dari luar kota. Besaran dana untuk kegiatan ini pada kisaran 7 milyar rupiah
atau 28 milyar rupiah untuk empat pasangan calon. Secara umum hanya sebagian
kecil dana yang akan terserap didaerah. Idealnya, diharapkan pengeluaran dari pos ini
dapat maksimal terserap oleh pelaku ekonomi lokal. Namun kecenderungan yang
terjadi, peralatan kampanye dalam skala besar diproduksi justru di luar Provinsi Jambi.
Sehingga dampak pengeluaran dari pos ini menjadi tidak maksimal. Ketiga adalah
pengeluaran untuk membiayai konsultan marketing politik. Kegiatan yang harus
dibiayai biasanya didahului dengan survey hingga sampai pada kegiatan pencitraan
calon. Untuk keperluan ini dibutuhkan dana sebesar 3 milyar rupiah. Hal ini biasanya
dilakukan oleh konsultan dari Jakarta. Ini berarti, hampir keseluruhan pengeluaran pos
ini tidak terserap oleh pelaku ekonomi lokal. Keempat, dana yang dikeluarkan pada
saat pemungutan suara berlangsung. Fenomena riil yang ditemui, peserta pemilukada
menyiapkan 2-10 orang saksi pada masing-masing TPS, yang berjumlah sebanyak 700
TPS. Masing-masing saksi diberi uang saku berkisar Rp 100.000,- sampai dengan Rp
iv
250.000,- Bila dipakai skenario minimal maka diperkirakan dana yang akan dikucurkan
oleh keempat peserta pemilukada sebanyak 1,26 milyar atau (700x4x3x150.000).
Perkiraan diatas menyimpulkan bahwa pengeluaran dana yang dilakukan oleh
peserta pemilukada masih belum berdampak optimal. Karena hampir 50% dana yang
dikeluarkan untuk pos kedua dan ketiga justru dibelanjakan diluar daerah sehingga
lebih bersifat capital out flow. Bila dikalkulasikan secara keseluruhan berarti dana yang
terserap dalam perekonomian lokal pada kisaran 33,26 milyar rupiah, sisanya sebesar
20 milyar rupiah bersifat capital out flow.
Dampak Anggaran Pemerintah Untuk Pemilukada
Sesuai dengan amanah Undang-Undang No.32 Tahun 2004 pasal 112
menyatakan bahwa anggaran penyelenggaraan pemilukada adalah tanggung jawab
pemerintah yang dianggarkan dalam APBD. Untuk Provinsi Jambi, dana yang
dianggarkan dalam APBD adalah sebesar 50 milyar. Dana tersebut digunakan untuk
membiayai semua tahapan pemilukada, baik pengeluaran yang bersifat honor maupun
untuk peralatan kegiatan pemilukada.
Pengeluaran yang dianggarkan melalui APBD ini diharapkan memiliki dampak
terhadap pergerakan ekonomi lokal, terutama yang terkait dengan honor pada saat
pelaksanaan pemilukada dan upah tenaga kerja dalam pencetakan kertas suara.
Sedangkan bahan pencetakan peralatan pemilukada justru didatangkan dari luar
Jambi. Dana yang terserap dari anggaran yang dialokasikan dalam APBD diperkirakan
pada kisaran 25% atau 12,5 milyar.
Dampak Pemilukada Terhadap Perekonomian
Berdasarkan perkiraan yang telah dilakukan, dari total pengeluaran yang
dilakukan oleh peserta pemilukada yaitu sebesar 53,26 milyar rupiah dan pengeluaran
yang dianggarkan pemerintah sebesar 50 milyar maka diperkirakan dana yang terserap
dalam perekonomian Jambi hanya sebesar 45,76 milyar rupiah.
Diperkirakan, dari besaran dana tersebut hanya memberi dampak ekonomi
yang kecil pada sektor industri pengolahan (industri kertas dan barang cetakan), sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
perbankan dan lembaga keuangan lainnya (jasa perusahaan) dan sektor jasa-jasa (jasa
pemerintahan).
Bila diskenariokan semua pengeluaran yang terjadi dalam pemilukada terserap
oleh semua sektor ekonomi di Provinsi Jambi maka diperkirakan akan memberi
dampak multiplier effect sebesar 295,03 milyar rupiah atau akan memberi daya
tumbuh ekonomi cukup besar yaitu 1,90%. Namun dikarenakan tidak semua
pengeluaran pemilukada terserap oleh pelaku ekonomi lokal yaitu hanya sebesar 45,76
milyar rupiah atau hanya 44,23% maka multiplier effect yang tercipta adalah sebesar
130,74 milyar rupiah atau akan mendorong ekonomi tumbuh hanya sebesar 0,63%.
v
IV. PENUTUP
Ada beberapa hal yang menjadi catatan terhadap dampak pengeluaran
pemilukada terhadap perekonomian daerah Provinsi Jambi.
1. Diperkirakan besaran pengeluaran dana kampanye peserta pemilukada
mencapai angka 13,4 milyar rupiah per peserta, melebihi angka 4 milyar seperti
yang dilaporkan secara resmi. Sedangkan pengeluaran pemerintah yang
dianggarkan dalam APBD 2010 adalah sebesar 50 milyar rupiah.
2. Dampak pengeluaran pemilukada terhadap kinerja konsumsi daerah tidak
terlihat secara significant. Dikarenakan tidak semua pengeluaran pemilukada
terkucur didaerah Jambi karena belanja pemilukada hampir 55,77%
dibelanjakan di luar Jambi terutama untuk membiayai pencetakan peralatan
kampanye, artis penghibur dan konsultan marketing politik.
3. Bila diasumsikan, semua dana yang dikucurkan dalam kegiatan pemilukada
terserap pelaku ekonomi Provinsi Jambi maka diperkirakan akan memberi
multiplier effect terhadap perekonomian Jambi sebesar 295,03 milyar rupiah
atau dapat mendorong bertambahnya daya tumbuh perekonomian Jambi
sebesar 1,90%. Namun dikarenakan perkiraan dana yang terserap oleh pelaku
ekonomi Jambi hanya pada kisaran 44,23% maka multiplier effect yang
tercipta hanya pada kisaran 130,74 milyar rupiah atau hanya dapat mendorong
ekonomi Jambi pada kisaran 0,63%.
BAB II PERKEMBANGAN HARGA-HARGA
A. Kajian Umum
Inflasi Kota Jambi pada triwulan II-2010 mencapai 3,22% (q-t-q),
meningkat dibandingkan triwulan I-2010 yang mengalami inflasi sebesar 1,53%
(q-t-q). Inflasi yang terjadi di Kota Jambi berasal dari meningkatnya laju inflasi
kelompok bahan makanan. Perkembangan harga sub kelompok bumbu-
bumbuan serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya yang cukup tinggi
membuat angka inflasi Kota Jambi meningkat cukup signifikan.
Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
(5.00)
-
5.00
10.00
15.00
20.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: BPS Provinsi Jambi. Sejak Januari 2008 menggunakan IHK tahun dasar 2007=100
Persen (%)
Bulanan (m-t-m) Triwulanan (q-t-q) Year to date (y-t-d) Year on year (y-o-y)
Inflasi Kota Jambi pada akhir periode triwulan II-2010 sebesar 7,91% (y-o-
y) meningkat dari triwulan sebelumnya 3,79% (y-o-y) pada Maret 2010.
Sementara, pergerakan inflasi bulanan yang tercatat di bulan April, Mei dan Juni
2010 masing-masing sebesar minus 0,02%(m-t-m), 0,01%(m-t-m) dan 3,23%(m-
t-m).
33
INFLASI
Inflasi yang terjadi pada triwulan laporan terutama disumbangkan oleh
inflasi kelompok bahan makanan. Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan
bakar serta kelompok sandang juga mengalami inflasi yang lebih tinggi dari
triwulan sebelumnya. Sementara, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga
serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan
harga (deflasi) (lihat tabel 2.1.).
Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Kota Jambi
qtq yoy qtq yoy qtq yoy
I Bahan Makanan -2.13 -2.12 2.10 2.09 9.14 14.54
II Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 3.67 8.92 3.51 8.79 1.40 10.14
III Perumahan, Air, Listrik & Bahan Bakar -0.06 3.44 0.83 0.54 1.23 2.10
IV Sandang 1.56 5.23 -0.10 1.62 1.45 3.00
V Kesehatan 5.19 7.66 1.08 8.26 0.67 7.67
VI Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 1.30 8.23 0.45 8.56 -0.02 8.65
VII Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 1.20 -1.02 0.34 3.93 -0.09 3.43
INFLASI 0.58 2.49 1.53 3.79 3.22 7.91
Sumb Sumber: BPS (diolah)
Triwulan I-2010 Triwulan II-2010Triwulan IV-2009KELOMPOK
Meningkatnya biaya sub kelompok bumbu-bumbuan serta sub kelompok
daging dan hasil-hasilnya selama periode triwulan laporan memberikan
sumbangan inflasi pada kelompok bahan makanan. Hal ini didorong juga dengan
meningkatnya sub kelompok biaya tempat tinggal serta sub kelompok barang
pribadi dan sandang lainnya sehingga memicu inflasi pada kelompok perumahan,
air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok sandang.
Grafik 2.2. Perkembangan Laju Inflasi Kota Jambi
8.437.66
8.46 8.96
7.25
9.65
16.35
10.66
12.62
10.96
3.79
7.91
5.124.674.49
6.677.52
16.50
15.1216.10
9.92
7.42
5.69
13.9913.68
11.57
9.16
1.101.71
2.49
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
16.00
18.00
20.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Persen
Kota Jambi
Nasional
- 34 - 34
INFLASI
Perkembangan inflasi tahunan Kota Jambi dan nasional kembali
menunjukkan peningkatan semenjak triwulan III-2009. Pada triwulan laporan
Inflasi Kota Jambi secara tahunan (y-o-y) sebesar 7,91% lebih tinggi
dibandingkan dengan inflasi nasional yang sebesar 5,05%.
Secara regional, tingkat inflasi di Jambi paling tinggi dibandingkan daerah
sekitarnya. Inflasi di Jambi lebih tinggi dibandingkan Bengkulu (7,21%/y-o-y),
Padang (6,96%/y-o-y), Pekanbaru (4,58%/y-o-y) serta Palembang (3,62%/y-o-y).12
Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi (y-o-y) Kota Jambi dan Kota sekitarnya
catatan: mulai bulan Juni 2008, angka inflasi menggunakan tahun dasar 2007
0
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 2 3 4 5 6
2008 2009
Y-O-Y
Bengkulu Jambi Padang
Palembang Pekanbaru
B. Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang
Dilihat per sub kelompok, inflasi tertinggi pada triwulan laporan adalah
sub kelompok bumbu-bumbuan serta sub kelompok daging dan hasil-hasilnya.
Sementara, sub kelompok yang mengalami penurunan harga (deflasi) terbesar
adalah sub lemak dan minyak.
12 Sumber: DSM, Bank Indonesia.
35
INFLASI
Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan (qtq) serta Tahunan (y-o-y) Kota Jambi Berdasarkan Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa
qtq yoy qtq yoy qtq yoyI. BAHAN MAKANAN -2.13 -2.12 2.10 2.09 9.14 14.54a. PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA 4.87 4.32 3.64 10.41 3.03 15.52b. DAGING-DAN HASIL-HASILNYA -10.20 0.14 9.43 3.86 13.03 9.02c. IKAN SEGAR -0.10 -7.97 -11.44 -14.69 -2.25 -4.77d. IKAN DIAWETKAN 1.73 -0.15 -0.08 -1.59 -2.58 -1.31e. TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA -0.63 0.76 -2.19 0.03 2.08 1.77f. SAYUR-SAYURAN 8.57 6.78 12.24 25.81 -3.11 17.94g. KACANG-KACANGAN 2.94 -13.01 0.61 -6.38 -0.33 2.65h. BUAH-BUAHAN -3.72 2.12 3.33 17.84 8.76 20.71i. BUMBU-BUMBUAN -25.32 -13.18 6.96 -2.06 87.46 116.68j. LEMAK DAN MINYAK 2.46 -5.81 3.25 -4.76 -3.24 -6.89k. BAHAN MAKANAN LAINNYA -5.26 -5.43 8.68 4.26 1.41 6.68II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 3.67 8.92 3.51 8.79 1.40 10.14a. MAKANAN JADI 4.43 7.43 4.49 9.59 1.52 11.21b. MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 3.78 25.24 2.79 13.04 0.43 13.44c. TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 1.92 3.96 1.72 4.63 1.69 5.89III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR -0.06 3.44 0.83 0.54 1.23 2.10a. BIAYA TEMPAT TINGGAL 0.31 7.66 1.36 1.46 2.02 4.13b. BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR -0.84 -0.53 0.71 0.17 0.48 0.34c. PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 1.16 -3.88 -0.98 -2.70 0.08 -0.87d. PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA -0.85 -0.14 -0.24 -0.76 -0.05 -1.44IV. SANDANG 1.56 5.23 -0.10 1.62 1.45 3.00a. SANDANG LAKI-LAKI -0.08 1.13 2.06 3.13 0.69 3.84b. SANDANG WANITA -0.04 0.95 -0.14 0.69 -0.21 0.94c. SANDANG ANAK-ANAK -0.05 1.57 -0.44 0.86 -0.13 -0.41d. BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA 5.78 16.76 -1.63 1.72 4.79 6.68V. KESEHATAN 5.19 7.66 1.08 8.26 0.67 7.67a. JASA KESEHATAN 7.11 7.11 0.00 7.11 0.00 7.11b. OBAT-OBATAN 0.36 9.13 4.06 11.78 1.01 7.47c. JASA PERAWATAN JASMANI 42.28 44.89 0.16 45.12 8.26 57.10d. PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA -0.28 1.68 1.01 2.07 -0.45 0.72VI. PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 1.30 8.23 0.45 8.56 -0.02 8.65a. JASA PENDIDIKAN 0.00 11.53 0.00 11.53 0.00 11.53b. KURSUS-KURSUS / PELATIHAN 0.00 1.69 0.00 1.69 0.00 1.69c. PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN -0.03 1.14 3.85 4.16 0.30 3.83d. REKREASI 7.67 6.51 -0.78 5.60 -0.40 6.40e. OLAHRAGA 1.12 5.90 -0.20 5.70 0.44 6.16VII TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 1.20 -1.02 0.34 3.93 -0.09 3.43a. TRANSPOR -0.28 -4.43 0.51 2.99 -0.70 1.92b. KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN 0.00 0.39 0.00 0.00 0.00 0.00c. SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 15.02 22.96 0.02 21.27 3.49 23.32d. JASA KEUANGAN 0.00 0.22 0.00 0.22 0.00 0.22
INFLASI (UMUM) 0.58 2.49 1.53 3.79 3.22 7.91
Sumb Sumber: BPS (diolah)
Triwulan I-2010 Triwulan II-2010Triwulan IV-2009KELOMPOK/SUBKELOMPOK
Berdasarkan komoditinya (Tabel 2.3.), penyumbang pembentukan inflasi
terbesar adalah cabe merah; bawang putih; bawang merah (April 2010), udang
basah; daging ayam ras; lambak (Mei 2010) serta cabe merah; daging ayam ras;
beras (Juni 2010). Sementara itu, deflasi yang dialami kota Jambi pada bulan April
2010 dipicu oleh menurunnya harga daging ayam ras; bayam dan beras.
- 36 - 36
INFLASI
Tabel 2.3. Sumbangan Inflasi Bulanan (mtm) Kota Jambi Berdasarkan Komoditi Periode triwulan II-2009
TW II-2010 TW II-2010
Sumbangan Sumbangan
APRIL APRIL
1 CABE MERAH 0.4374 1 DAGING AYAM RAS -0.2492
2 BAWANG PUTIH 0.0375 2 BAYAM -0.1605
3 BAWANG MERAH 0.0304 3 BERAS -0.0899
4 TOMAT SAYUR 0.0283 4 MINYAK GORENG -0.0445
5 KOL PUTIH/KUBIS 0.0251 5 UDANG BASAH -0.0250
6 PEPAYA 0.0195 6 GABUS -0.0221
7 TARIP GUNTING RAMBUT PRIA 0.0191 7 CABE RAWIT -0.0219
8 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA 0.0149 8 GULA PASIR -0.0159
9 ROKOK KRETEK FILTER 0.0115 9 KACANG PANJANG -0.0139
10 EMAS PERHIASAN 0.0110 10 TAHU MENTAH -0.0129
0.6347 -0.6558MEI MEI
1 UDANG BASAH 0.0663 1 BERAS -0.1370
2 DAGING AYAM RAS 0.0549 2 NILA -0.0941
3 LAMBAK 0.0390 3 PASIR -0.0379
4 EMAS PERHIASAN 0.0265 4 TOMAT BUAH -0.0262
5 JERUK 0.0233 5 DENCIS -0.0260
6 BAYAM 0.0232 6 GABUS -0.0232
7 BENSIN 0.0232 7 MINYAK GORENG -0.0191
8 PETAI 0.0205 8 PATIN -0.0186
9 CABE MERAH 0.0153 9 KACANG PANJANG -0.0107
10 GULA PASIR 0.0150 10 BAWANG MERAH -0.0087
0.3072 -0.4015JUNI JUNI
1 CABE MERAH 1.3291 1 BENSIN -0.1096
2 DAGING AYAM RAS 0.6779 2 KANGKUNG -0.0255
3 BERAS 0.4504 3 TONGKOL -0.0210
4 TUKANG BUKAN MANDOR 0.2084 4 GULA PASIR -0.0173
5 BAWANG MERAH 0.1131 5 PATIN -0.0139
6 NASI 0.1070 6 DENCIS -0.0130
7 PISANG 0.0619 7 BAYAM -0.0125
8 PEMELIHARAAN/SERVICE 0.0459 8 NANAS -0.0113
9 ROKOK KRETEK FILTER 0.0455 9 MINYAK GORENG -0.0103
10 CABE RAWIT 0.0436 10 DAUN SINGKONG -0.0098
3.0828 -0.2442Sumber : BPS (diolah)
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
10 KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI 10 KOMODITAS PENYUMBANG DEFLASI
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
Sumbangan 10 Komoditas Sumbangan 10 Komoditas
1. Kelompok Bahan Makanan
Kelompok bahan makanan pada triwulan II-2010 mengalami inflasi
sebesar 9,14% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi tertinggi terjadi
pada sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 87,46% (q-t-q) serta sub kelompok
daging dan hasil-hasilnya sebesar 13,03% (q-t-q).
37
INFLASI
Grafik 2.4. Perkembangan Harga CPO dan Minyak Goreng
(Ringgit/Ton)
2425
8500
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
3500
4500
5500
6500
7500
8500
9500
10500
11500
12500(Rp/Kg)
CPO internasional (aksis kiri)Minyak goreng lokal (aksis kanan)
Pada triwulan laporan, harga rata-rata crude palm oil (CPO) internasional
mengalami penurunan. Selama triwulan II-2010, harga CPO menurun 2,24%.
Sejalan dengan hal tersebut, penurunan harga CPO diikuti dengan turunnya
harga minyak goreng lokal. Harga rata-rata minyak goreng lokal berdasarkan
data dari Disperindag turun 3,84% dibandingkan triwulan lalu. Melambatnya
permintaan terhadap CPO menyebabkan harga minyak goreng dalam negeri
turun.
Grafik 2.5. Perkembangan Harga Tepung Terigu
(USD/Bushel)
464.75
7500
0
200
400
600
800
1000
1200
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
8000
8500
(Rp/Kg)
Wheat/Gandum (aksis kiri)
Tepung Terigu lokal (aksis kanan)
- 38 - 38
INFLASI
Sementara, perkembangan harga tepung terigu merek Segitiga Biru relatif
stabil yaitu di harga Rp7.500/kg. Tren penurunan rata-rata harga gandum, yang
merupakan bahan baku tepung terigu, di pasar internasional sebesar 1,17%
menjadi $464,75/bushel pada triwulan laporan belum diikuti dengan turunnya
harga tepung terigu di Jambi.13
Perkembangan harga sub kelompok bumbu-bumbuan pada triwulan
laporan mengalami peningkatan sebesar 87,46% (q-t-q) terutama dipengaruhi
oleh meningkatnya harga cabe merah (keriting dan biasa) yang cukup signifikan.
Terjadinya keterlambatan pasokan cabai di pasar menyebabkan harganya
melonjak naik.14 Keterlambatan pasokan cabai lokal ke pasar Angso Duo terkait
buruknya kondisi infrastruktur.15 Disamping itu, naiknya harga karena supply
cabai di daerah penghasil (sentra cabai) terserang hama serta kondisi jalur
transportasi yang belum membaik sehingga turut memicu meningkatnya harga
cabai.16 Grafik 2.6. Perkembangan Harga Cabe Merah dan Bawang
(Rp/kg)
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
Cabe Merah Keriting Cabe merah Biasa
Bawang Putih Bawang Merah
13 Satu bushel setara dengan 27 kg. 14 Pasokan cabai ke Kota jambi dipasok dari Kerinci, Sarolangun, Sumatra Barat serta Bengkulu (Curup) 15 Sumber: Jambi Ekspres, 14 Juni 2010 16 Terus meningkatnya harga cabai merah juga dipicu oleh siklus tanaman yang sedang memasuki musim tanam sehingga produksi berkurang sementara musim hujan yang melanda menyebabkan hasil panen ada yang membusuk bahkan terserang hama. Tren peningkatan harga cabai merah secara signifikan terjadi semenjak bulan April 2010.
39
INFLASI Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami inflasi sebesar
13,03% (q-t-q). Selama bulan Mei dan Juni 2010, daging ayam ras merupakan
tiga besar komoditi penyumbang inflasi terbesar. Kenaikan harga daging ayam
ras antara lain berasal dari naiknya harga pakan ternak dan harga bibit ayam.
Sementara pergerakan harga daging sapi cenderung stabil selama triwulan
laporan. Perkembangan harga beras (IR 64) menunjukkan peningkatan pada
bulan Juni 2010 sebesar 5,97% dibandingkan Mei 2010. Harga rata-rata beras
yang sempat stabil pada level Rp6.450/kg dari Februari-Mei 2010, meningkat
menjadi Rp6.835/kg pada Juni 2010.
Grafik 2.7. Perkembangan Harga Jagung Grafik 2.8. Perkembangan Harga Daging (USD/Bushel)
354.25
3500
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500(Rp/Kg)
Jagung internasional (aksis kiri)Jagung pipilan kering (aksis kanan)
(Rp/Kg)
0
8000
16000
24000
32000
40000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Disperindag Provinsi Jambi
(Rp/Kg)
45000
50000
55000
60000
65000
70000
Ayam Kampung (aksis kiri) Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Daging Sapi Murni (aksis kanan)
Grafik 2.9. Perkembangan Harga Beras17
(USD/CWT)
12.22
6450
0
5
10
15
20
25
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6
2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Bloomberg & Disperindag Prov. Jambi
3500
4000
4500
5000
5500
6000
6500
7000
7500
(Rp/Kg)
Beras internasional (aksis kiri)lokal IR 64 (aksis kanan)
17 Cwt maksudnya hundredweight (100 pounds). 1 pounds setara dengan 453,59 gram/0,453 kg. Jadi 100 pounds sekitar 45,3 kg.
- 40 - 40
INFLASI
Meningkatnya harga beras dipicu oleh menurunnya pasokan beras di
wilayah sentra produksi di luar provinsi Jambi (Sumatera Selatan) akibat dilanda
banjir. Dengan demikian distribusi beras ke kota Jambi mengalami hambatan
sehingga harga meningkat.18
2. Kelompok Makanan Jadi
Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan II-
2010 mengalami inflasi sebesar 10,14% (y-o-y) dengan laju inflasi triwulanan
sebesar 1,40% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi
tercatat pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 1,69%
(q-t-q), diikuti sub kelompok makanan jadi (1,52%/q-t-q) serta sub kelompok
minuman tidak beralkohol (0,43%/q-t-q).
Pada triwulan laporan, rokok kretek filter memberikan sumbangan yang
cukup berarti bagi kenaikan harga sub kelompok tembakau dan minuman
beralkohol. Naiknya harga rokok masih dipengaruhi oleh kenaikan cukai rokok
yang mulai berlaku 1 Januari 2010 sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.19
Sementara itu, naiknya harga beras dan harga ayam broiler terutama pada
akhir perode triwulan laporan turut mempengaruhi harga nasi yang beranjak naik
pada triwulan laporan. Pergerakan komoditas makanan jadi yang memberikan
andil terhadap kenaikan inflasi adalah rokok kretek filter (April), gula pasir (Mei)
serta nasi dan rokok kretek filter (Juni).
3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan II-
2010 mengalami inflasi sebesar 1,23% (q-t-q) serta dengan laju inflasi tahunan
mencapai 2,10% (y-o-y). Berdasarkan sub kelompoknya, biaya tempat tinggal
18 Sumber: Jambi Independen, 11 Juni 2010. Penduduk Kota Jambi lebih suka mengkonsusmi beras yang berasal dari wilayah lain (Sumatera Selatan) sehingga pengaruh panen terhadap harga beras di Kota Jambi relatif kecil. Sementara itu, beras yang dihasilkan oleh provinsi Jambi cenderung untuk dijual ke provinsi sekitar (Kepulauan Riau, Bengkulu dan Sumatera Barat). 19 Sumber: www.depkeu.go.id. Besaran kenaikan tarif cukai tahun 2010 untuk sigaret adalah, SKM (Sigaret Kretek Mesin) I rata-rata sebesar Rp 20, SKM II sebesar Rp 20, SPM (Sigaret Putih Mesin) I sebesar Rp 35, SPM II sebesar Rp 28, SKT I (Sigaret Kretek Tangan) sebesar Rp 15, SKT II sebesar Rp 15, SKT III sebesar Rp 25.
41
INFLASI mengalami inflasi tertinggi yaitu sebesar 2,02% (q-t-q) diikuti kelompok bahan
bakar, penerangan dan air (0,48%/q-t-q) serta perlengkapan rumah tangga
(0,08%/q-t-q). Sementara, sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga
mengalami deflasi sebesar 0,05% (q-t-q).
4. Kelompok Sandang
Kelompok sandang pada triwulan II-2010 mengalami inflasi sebesar
1,45% (q-t-q). Inflasi kelompok sandang disumbangkan oleh sub kelompok
barang pribadi dan sandang lainnya 4,79% (q-t-q) dan sub kelompok sandang
laki-laki (0,69%/q-t-q). Sementara, sub kelompok wanita serta sub kelompok
anak-anak masing-masing mengalami deflasi sebesar 0,21% (q-t-q) dan 0,13%
(q-t-q).
Grafik 2.10. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
Harga Emas (USD/Troy Ounce)
1113
0100200300400500600700800900
10001100120013001400
1 2 34 5 6 7 8910111212 3 4 5 67 8 91011121 2 3 45 6 7 8 91011121 23 4 5 6 78 91011121 2 3 4 56 7 8 91011121 2 34 5 6
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Bloomberg
Harga emas pada triwulan laporan kembali mengalami peningkatan.
Harga rata-rata emas (logam mulia) 24 karat di Jambi pada triwulan II-2010
sebesar Rp331.927,00/gram meningkat 4,24% dibandingkan triwulan
sebelumnya sebesar Rp318.418,00/gram.20 Hal ini sejalan dengan peningkatan
20 Sumber: BPS Provinsi Jambi.
- 42 - 42
INFLASI
harga emas internasional yang mampu mencapai 1242,25/troy ounce pada akhir
Juni 2010.21
5. Kelompok Kesehatan
Kelompok kesehatan mengalami inflasi sebesar 7,67% (y-o-y) pada
triwulan II-2010 atau dengan laju inflasi triwulanan sebesar 0,67% (q-t-q).
Berdasarkan sub kelompoknya, urutan inflasi tertinggi dialami oleh sub kelompok
jasa perawatan jasmani sebesar 8,26% (q-t-q) diikuti oleh sub kelompok obat-
obatan sebesar 1,01% (q-t-q). Sementara itu, sub kelompok jasa kesehatan relatif
tidak mengalami perubahan harga. Sedangkan sub kelompok perawatan jasmani
dan kosmetika mengalami deflasi sebesar 0,45% (q-t-q).
6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga
Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada triwulan II-2010
mengalami deflasi sebesar 0,02% (q-t-q). Sub kelompok rekreasi mengalami
penurunan harga terbesar yaitu 0,40% (q-t-q). Sub kelompok
perlengkapan/peralatan pendidikan serta sub kelompok olahraga mengalami
inflasi. Sementara itu biaya jasa pendidikan dan kursus-kursus relatif tetap pada
triwulan laporan.
7. Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan
Perkembangan harga yang terjadi pada kelompok transportasi,
komunikasi dan jasa keuangan di kota Jambi pada triwulan II-2010 sebesar
minus 0,09% (q-t-q). Berdasarkan sub kelompoknya, deflasi terjadi pada sub
kelompok transportasi sebesar 0,70% (q-t-q). Sub kelompok sarana dan
penunjang transpor mengalami inflasi sebesar 3,49% (q-t-q). Sementara, sub
kelompok komunikasi dan pengiriman serta jasa keuangan tidak mengalami
perubahan .
Perkembangan harga minyak di pasar internasional mengalami tren
penurunan selama periode triwulan II-2010. Setelah mampu mencapai harga
USD 83,76/barrel pada akhir Maret 2010, harga minyak berangsur turun selama
21 Sumber: Bloomberg. 1 (satu) troy ounce setara dengan 31,1034768 gram (http://en.wikipedia.org)
43
INFLASI triwulan II-2010. Di akhir Juni 2010, harga minyak internasional sebesar USD
75,63/barrel. Dengan perkembangan tersebut, harga minyak internasional telah
turun sebesar 0,24%. Penurunan harga minyak di pasar internasional
berdampak baik pada APBN sehingga subsidi bahan bakar tidak melampaui
target pemerintah. Implikasinya, pemerintah belum ada rencana untuk
menaikkan kembali harga BBM dalam negeri yang dapat memicu kenaikan
angka inflasi lebih tinggi lagi.
Grafik 2.11. Perkembangan Harga Minyak di Pasar Internasional
Harga Minyak (USD/Barrel)
83.76
0
25
50
75
100
125
150
1 2 34 5 6 7 891011121 23 4 5 6 78 910111212 3 4 5 67 8 91011121 2 3 4 56 7 8 91011121 2 3 45 6 7 8 91011121 2 34 5 6
2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Bloomberg
- 44 - 44
Boks 2.
KONDISI HARGA TERKINI SERTA PERSIAPAN MENJELANG BULAN RAMADHAN
Perkembangan harga Kota Jambi pada bulan Juni 2010 mengalami peningkatan
yang sangat signifikan yaitu sebesar 3,23% (m-t-m). Dengan demikian inflasi tahunan
kota Jambi yang pada bulan Mei 2010 sebesar 4,11% meningkat menjadi 7,91%. Angka
tersebut jauh di atas angka inflasi nasional yang mencapai 5,05%.
Berdasarkan kelompoknya, inflasi kota Jambi pada bulan Juni terutama
disumbangkan oleh kelompok bahan makanan yaitu sebesar 2,78% dengan laju inflasi
bulanan sebesar 9,82%. Sementara berdasarkan komoditinya, sumbangan inflasi terbesar
pada bulan Juni 2010 berasal dari cabe merah (1,33%); daging ayam ras (0,68%); beras
(0,45%).
Grafik 1. Sumbangan Inflasi Tiga Komoditas Penyumbang Inflasi Kota Jambi Terbesar di
Tahun 2010
Jan Feb Mar Apr Mei Jun
Sumb. Inflasi Beras 0.26 0.11 -0.13 -0.09 -0.14 0.45
Sumb. Inflasi Cabe merah 0.75 -0.14 -0.52 0.44 0.02 1.33
Sumb. Inflasi Daging ayam ras 0.14 0.07 0.13 -0.25 0.05 0.68
Inflasi (mtm) 1.95 -0.36 -0.05 -0.02 0.01 3.23
-1.0-0.50.00.51.01.52.02.53.03.5
Memasuki bulan Juni 2010, luas panen padi provinsi Jambi masih cukup tinggi,
bahkan meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Namun demikian, harga
beras di Kota Jambi cenderung mengalami peningkatan dengan kisaran 3,71% - 7,50%
dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
I
Grafik 2. Luas Panen Padi Provinsi Jambi Tahun 2009-2010
-100
-50
0
50
100
150
200
250
300
350
-
5
10
15
20
25
Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun Jul
Agu
st
Sept
Okt
Nov
Des Jan
Feb
Mar
Apr
May Jun
2009 2010
%
KH
a
Luas Panen Padi Sawah (ha) Luas Panen Padi Ladang (ha)
Pertumbuhan Padi Sawah (RHS) Pertumbuhan Padi Ladang (RHS)
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi
Masyarakat kota Jambi cenderung untuk mengkonsumsi beras bermerek dengan
kualitas premium seperti beras putri palembang, padi burung, sepat siam, dan Anggur.
Namun, beras-beras jenis tersebut berasal dari provinsi lain seperti Sumatera Selatan.
Dengan demikian, menipisnya persediaan beras di wilayah di sentra produksi Sumatera
Selatan akan berdampak pada harga beras di Kota Jambi walaupun di provinsi Jambi
sendiri masih mengalami musim panen. Lebih lanjut, meningkatnya harga beras di kota
Jambi ternyata memicu meningkatnya harga beras di kabupaten-kabupaten sehingga
kenaikan harga tersebut menjadi merata di seluruh provinsi Jambi.
Sementara itu, di dalam provinsi Jambi sendiri, produksi beras terutama berasal
dari Kabupaten Kerinci, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat dan Merangin.
Namun demikian, hasil produksi beras tersebut selain untuk memenuhi kebutuhan
lokal juga akan dijual ke daerah di provinsi lain. Petani di Tanjung Jabung sudah
menjalin kerjasama dengan Kepulauan Riau sementara beras produksi wilayah Kerinci
sebagian dipasarkan di Sumatera Barat.
II
Grafik 3. Ketersediaan dan Kebutuhan Beras Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
100
120
Kerinci Tanjabtim Tanjabbar Merangin Batanghari Sarolangun bungo Tebo Muaro Jambi
Kota Jambi
Kilo
To
n
Ketersediaan Kebutuhan Neraca
Sumber: Badan Koordinasi Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Provinsi Jambi
Sementara itu, cabe merah yang merupakan produk dari luar provinsi Jambi
juga berfluktuasi mengikuti harga dan pasokan di sentra produksi. Selama bulan Juni
2010, harga cabe merah meningkat sebesar 81,18%. Menurunnya pasokan akibat
kurang kondusifnya cuaca juga terjadinya banjir di daerah produsen menyebabkan
naiknya harga tersebut.
Di sisi lain, daging ayam ras yang merupakan komoditi produksi lokal kota
Jambi juga mengalami peningkatan harga. Menurunnya pasokan daging ayam di
tingkat penjual juga menjadi faktor utama meningkatnya harga komoditi ini.
Menjelang bulan Ramadhan dan hari besar keagamaan, persediaan bahan
makanan pokok mencukupi. Namun demikian, harga beberapa komoditi terutama
cabe merah dan daging ayam ras dikhawatirkan akan kembali meningkat. Cabe merah
merupakan komoditi yang mudah membusuk sehingga fluktuasi harga dapat terjadi
dalam waktu yang relatif singkat. Menurunnya pasokan di saat tingginya permintaan
dapat menimbulkan kepanikan bagi masyarakat sehingga memicu semakin tingginya
harga.
Sementara itu, untuk mengurangi dampak meningkatnya harga beras terutama
bagi masyarakat kurang mampu, Pemerintah Daerah akan mengantisipasi dengan
mengadakan operasi pasar di beberapa kabupaten/kota. Namun demikian,
penyelenggaraan operasi pasar tersebut hanya bersifat jangka pendek dalam
membantu daya beli masyarakat.
III
IV
REKOMENDASI
1. Dalam jangka panjang, diperlukan upaya untuk meningkatkan kemandirian
provinsi Jambi akan pangan, misalnya dengan pengembangan budidaya cabe
merah di tingkat rumah tangga, serta pengembangan jagung sebagai pakan
ternak.
2. Peningkatan kualitas dan kuantitas beras produksi provinsi Jambi. Dengan
demikian diharapkan, beras yang dihasilkan dari kabupaten dapat dikonsumsi
oleh masyarakat Kota Jambi sehingga ketergantungan beras akan provinsi lain
berkurang.
3. Perlu adanya suatu kajian mengenai peta produksi dan distribusi beras di
provinsi Jambi. Saat ini, belum diketahui berapa angka produksi beras yang
pasti di setiap kabupaten/kota di provinsi Jambi. Selain itu, diperlukan pula
kajian mengenai arah distribusi beras tersebut.
4. Meningkatkan koordinasi antara Bank Indonesia, dinas/instansi terkait melalui
optimalisasi Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi Provinsi Jambi.
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Kinerja perbankan pada triwulan II-2010 menunjukkan peningkatan dari
sisi aset dan penyaluran kredit sementara penghimpunan dana pihak ketiga
mengalami penurunan. Dengan demikian, Loan to Deposits Ratio (LDR)
perbankan mengalami peningkatan 439 bps menjadi 86,64%. Dari sisi kualitas
kredit yang diberikan menunjukkan penurunan, dimana pada triwulan laporan
angka Non Performing Loan (NPL) mengalami peningkatan.
A. Perkembangan Kelembagaan22
Secara kelembagaan, jumlah bank yang beroperasi di wilayah kerja Kantor
Bank Indonesia Jambi sampai dengan Triwulan II - 2010 tercatat sebanyak 24
(dua puluh empat) bank umum dan 11 (sebelas) BPR, yang terdiri dari 204 kantor
bank umum dan 17 kantor BPR. Dari 24 (dua puluh tiga) bank umum yang
beroperasi di wilayah Jambi, terdapat 20 (dua puluh) bank konvensional,
termasuk diantaranya 1 (satu) Bank Pembangunan Daerah, dan 4 (empat) bank
syariah.
Pada periode triwulan laporan terdapat penambahan satu buah bank
umum yaitu kantor cabang Bank Agro serta 3 (tiga) kantor bank yaitu KCP BNI
KLN Thehok, KCP Bank Mandiri Rimbo Bujang dan KK Bank Muamalat.
Sementara untuk BPR, tidak terdapat penambahan kantor.
Berdasarkan sebarannya, jumlah kantor bank umum terbesar masih
terdapat di Kota Jambi, yaitu sebanyak 81 (delapan puluh satu) kantor atau
36,65% dari seluruh total kantor bank di Provinsi Jambi. Sementara, untuk
kabupaten yang paling sedikit jumlah kantor banknya adalah Kabupaten Tanjung
Jabung Timur, yaitu sebanyak 5 (lima) kantor (2,26%).
22 Rincian jumlah Kantor Bank Umum dan BPR per-kabupaten/kota se-Provinsi Jambi dapat dilihat pada halaman lampiran.
45
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Tabel 3.1 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR Provinsi Jambi
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw IIKota Jambi 69 73 75 76 79 81 36.65Kerinci 19 20 20 21 21 21 9.50Bungo 14 15 16 18 20 21 9.50Muara Jambi 18 18 18 19 19 19 8.60Sarolangun 13 13 13 15 16 16 7.24Tebo 13 13 13 14 14 15 6.79Merangin 14 15 15 15 15 15 6.79Batanghari 12 12 12 14 14 14 6.33Tanjung Jabung Barat 13 13 13 13 14 14 6.33Tanjung Jabung Timur 5 5 5 5 5 5 2.26T O T A L 190 197 200 210 217 221 100.00
JUMLAH BANK2009 2010 Pangsa
(%)
B. Bank Umum23
1. Perkembangan Aset Bank
Total aset bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan meningkat
Rp286,34 miliar atau 1,91% namun melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang mampu tumbuh mencapai 5,46%. Meningkatnya aset
perbankan dipicu oleh meningkatnya aset bank swasta sebesar Rp264,20 miliar
(6,45%). Sementara itu aset bank syariah meningkat Rp27,40 miliar (meningkat
5,69%). Dengan demikian, total aset bank umum pada triwulan laporan naik
menjadi sebesar Rp15.278,71 miliar.24
Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Provinsi Jambi
-4.00
0.00
4.00
8.00
12.00
16.00
20.00
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
Q1-04
Q2-04
Q3-04
Q4-04
Q1-05
Q2-05
Q3-05
Q4-05
Q1-06
Q2-06
Q3-06
Q4-06
Q1-07
Q2-07
Q3-07
Q4-07
Q1-08
Q2-08
Q3-08
Q4-08
Q1-09
Q2-09
Q3-09
Q4-09
Q1-10
Q2-10
PersenRp miliar
Jumlah Aset (aksis kiri) Pertumbuhan q-t-q (%)
23 Posisi data bank umum diambil berdasarkan periode Laporan Bank Umum bulan Mei 2010. 24 Bank konvensional termasuk bank milik pemerintah dan bank swasta nasional.
46
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Dilihat dari total pangsa pasar aset bank umum, pangsa aset bank
konvensional tercatat sebesar 96,67% sementara aset bank syariah sebesar
3,33% pada triwulan laporan.
2. Perkembangan Dana Masyarakat
Jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank umum pada triwulan
laporan turun sebesar 0,07%, yaitu dari Rp11.470,94 miliar menjadi Rp11.463,46
miliar.
Berdasarkan kelompok bank, pertumbuhan DPK bank umum dialami
oleh bank syariah sementara penghimpunan dana oleh bank konvensional
mengalami penurunan. DPK bank syariah meningkat sebesar Rp4,70 miliar atau
setara dengan 1,83% sementara DPK bank konvensional menurun sebesar
Rp12,18 miliar atau sebesar 0,11% dari triwulan sebelumnya. Dengan demikian
total DPK bank umum pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar
Rp7,48 miliar.
Tabel 3.2 Penghimpunan Dana Bank Umum di Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Nominal Persen10,080,116 10,349,880 9,998,588 10,597,374 11,213,788 11,201,607 (12,181) (0.11)
1 2,325,515 2,373,677 2,047,600 1,929,641 2,880,322 2,604,015 (276,307) (9.59) 2 4,610,190 4,909,160 5,002,675 5,904,495 5,494,397 5,690,716 196,319 3.57 3 Simpanan Berjangka 3,144,411 3,067,043 2,948,313 2,763,238 2,839,069 2,906,876 67,807 2.39
201,046 214,609 232,860 245,135 257,148 261,848 4,700 1.83 1 50,230 48,821 53,782 54,778 52,815 52,111 (704) (1.33) 2 103,455 110,390 117,482 131,172 138,017 142,323 4,306 3.12 3 47,361 55,398 61,596 59,185 66,316 67,414 1,098 1.66
10,281,162 10,564,489 10,231,448 10,842,509 11,470,936 11,463,455 (7,481) (0.07) 1 2,375,745 2,422,498 2,101,382 1,984,419 2,933,137 2,656,126 (277,011) (9.44) 2 4,713,645 5,019,550 5,120,157 6,035,667 5,632,414 5,833,039 200,625 3.56 3 3,191,772 3,122,441 3,009,909 2,822,423 2,905,385 2,974,290 68,905 2.37
Pertumbuhan
Bank Konvensional
URAIAN2009 2010
GiroTabunganSimpanan Berjangka
GiroTabungan
Bank SyariahGiroTabungan Simpanan Berjangka
Jumlah
Berdasarkan jenis penghimpunan dana, menurunnya DPK pada
triwulan laporan dipicu oleh menurunnya penghimpunan giro masyarakat sebesar
Rp277,01 miliar (9,44%). Sementara, penghimpunan dana melalui tabungan dan
deposito meningkat masing-masing sebesar Rp200,63 miliar (3,56%) dan
Rp68,91 miliar (2,37%). Berdasarkan pangsanya, penghimpunan dana terbesar
masih diraih oleh tabungan yaitu sebesar 50,88%, diikuti oleh deposito 25,95%
dan giro 23,17%.
47
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Grafik 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Provinsi Jambi
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
0 500
1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 5,500 6,000 6,500
Q1-03 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10
Rp miliarRp miliar
Giro (aksis kiri) Simpanan Berjangka (aksis kiri) Tabungan (aksis kiri) DPK (aksis kanan)
Berdasarkan golongan pemilik, menurunnya nilai DPK terutama
berasal dari golongan pemerintah daerah Rp147,28 miliar, perusahaan swasta
sebesar Rp75,17 miliar, serta perorangan sebesar Rp29,03 miliar. Dengan
demikian, berdasarkan pangsanya, DPK terbesar masih dikuasai oleh golongan
pemilik perorangan yang mencapai 73,54%, diikuti oleh pemerintah daerah
(14,73%), dan perusahaan swasta (5,83%).
Tabel 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Pemilik25
(dalam jutaan rupiah)
Nominal Share Nominal Share
1 Pemerintah 62,629 0.55 60,776 0.54
2 Pemerintah Daerah 1,796,811 15.66 1,649,529 14.73
3 Badan/lembaga pemerintah 78,112 0.68 63,509 0.57
4 Badan Usaha Milik Negara 112,636 0.98 121,301 1.08
5 Perusahaan asuransi 272,663 2.38 269,828 2.41
6 Perusahaan swasta 728,267 6.35 653,151 5.83
7 Yayasan dan Badan Sosial 93,097 0.81 104,099 0.93
8 Koperasi 34,019 0.30 24,508 0.22
9 Perorangan 8,266,470 72.07 8,237,444 73.54
10 Lainnya 25,530 0.22 17,062 0.15
Jumlah 11,470,234 100.00 11,201,207 100.00
Bukan Penduduk/Non-Residents 0 0
11,470,234 11,201,207 Penduduk dan bukan penduduk
No. Golongan PemilikTrw.I-2010
Penduduk/Residents
Trw.II-2010
Berdasarkan lokasi bank, jumlah dana masyarakat perbankan
mengalami penurunan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tebo masing –
masing sebesar Rp57,00 miliar (8,42%) dan Rp31,10 miliar (29,97%). Sementara
25 Perhitungan DPK berdasarkan golongan pemilik ada lah perhitungan untuk statistik moneter sehingga terdapat perbedaan dengan perhitungan DPK pada tabel sebelumnya.
48
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
itu, peningkatan DPK tertinggi dialami oleh Kota Jambi yang tumbuh sebesar
Rp28,95 miliar (0,37%) diikuti dengan Sarolangun Rp19,53 miliar (28,77%) dan
Kerinci Rp12,61 miliar (1,84%).
Tabel 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Lokasi Bank (dalam jutaan rupiah)
Nominal Share Nominal Share Nominal Share Nominal Persen
1 Kota Jambi 7,703,930 71.05 7,872,852 68.63 7,901,798 68.93 28,946 0.37
2 Batanghari 406,613 3.75 454,127 3.96 459,264 4.01 5,137 1.13
3 Tanjung Jabung Barat 552,483 5.10 677,151 5.90 620,148 5.41 (57,003) (8.42)
4 Merangin 496,200 4.58 528,091 4.60 532,542 4.65 4,451 0.84
5 Kerinci 579,339 5.34 683,879 5.96 696,486 6.08 12,607 1.84
6 Sarolangun 73,452 0.68 67,893 0.59 87,424 0.76 19,531 28.77
7 Bungo 840,254 7.75 829,584 7.23 837,202 7.30 7,618 0.92
8 Tebo 52,585 0.48 103,762 0.90 72,662 0.63 (31,100) (29.97)
9 Tanjung Jabung Timur 137,653 1.27 253,597 2.21 255,929 2.23 2,332 0.92
10,842,509 100.00 11,470,936 100.00 11,463,455 100.00 (7,481) (0.07)
Trw.II-10Trw.I-10Trw.IV-09 Pertumbuhan
JUMLAH
Kota/KabupatenNo.
3. Perkembangan Kredit/Penyaluran Dana
Penyaluran kredit oleh bank umum di Provinsi Jambi pada triwulan laporan
mengalami percepatan pertumbuhan dengan tumbuh sebesar 5,27% (Rp497,17
miliar), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
mencapai 3,48%. Total penyaluran kredit pada triwulan laporan sebesar
Rp9.931,46 miliar meningkat dari triwulan lalu yang sebesar Rp9.434,29 miliar.
Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II Nominal Persen
Kelompok Bank 7,748,152 8,392,275 8,869,187 9,116,912 9,434,289 9,931,460 497,171 5.27 1 Bank Konvensional 7,431,265 8,037,073 8,482,025 8,705,998 8,992,671 9,457,463 464,792 5.17 2 Bank Syariah 316,887 355,202 387,162 410,914 441,618 473,997 32,379 7.33
Jenis Penggunaan 7,748,152 8,392,275 8,869,187 9,116,912 9,434,289 9,931,460 497,171 5.27 1 Modal Kerja 2,968,650 3,242,737 3,508,606 3,672,737 3,647,185 3,519,729 (127,456) (3.49) 2 Investasi 1,453,410 1,523,921 1,670,957 1,769,894 1,666,305 1,888,584 222,279 13.34 3 Konsumsi 3,326,092 3,625,617 3,689,624 3,674,281 4,120,799 4,523,147 402,348 9.76
Sektor Ekonomi 7,748,152 8,392,275 8,869,187 9,116,912 9,434,289 9,931,460 497,171 5.27 1 Pertanian 1,009,514 1,059,957 1,208,369 1,350,288 993,939 1,015,331 21,392 2.15 2 Pertambangan 28,382 31,780 29,409 25,941 28,484 22,824 (5,660) (19.87) 3 Perindustrian 377,768 439,771 459,335 438,242 448,754 471,007 22,253 4.96 4 Listrik, Gas dan Air 28,020 26,793 26,852 26,852 27,073 27,007 (66) (0.24) 5 Konstruksi 248,025 244,248 252,991 250,442 238,904 251,548 12,644 5.29 6 Perdagangan, Restoran dan Hotel 2,156,927 2,385,394 2,628,817 2,740,329 2,149,003 2,205,185 56,182 2.61 7 Pengangkutan, Pergudangan dan
Komunikasi 113,757 105,746 98,848 109,939 127,354 123,233 (4,121) (3.24) 8 Jasa-jasa Dunia Usaha 302,607 316,146 326,087 340,406 336,225 376,535 40,310 11.99 9 Jasa-jasa Sosial Masyarakat 128,091 132,964 138,022 148,433 126,424 134,989 8,565 6.77
10 Lain-lain 3,355,061 3,649,476 3,700,457 3,686,040 4,958,129 5,303,801 345,672 6.97
URAIAN2009 Pertumbuhan2010
Berdasarkan Kelompok Bank, peningkatan jumlah kredit dialami baik
oleh bank konvensional maupun bank syariah. Penyaluran kredit bank
konvensional tumbuh Rp464,75 miliar (5,17%) sementara kredit bank syariah
49
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH tumbuh Rp32,40 miliar (7,33%). Sementara, jika dilihat dari pangsa (share)
penyaluran kredit, kelompok bank pemerintah masih mendominasi dengan
pangsa sebesar 95,23%, diikuti dengan kelompok bank syariah sebesar 4,77%.
Berdasarkan Jenis Penggunaan, peningkatan jumlah kredit dialami oleh
kredit konsumsi dan investasi sementara kredit modal kerja mengalami
penurunan. Kredit konsumsi meningkat Rp402,35 miliar (9,76%) dari triwulan
sebelumnya diikuti dengan kredit investasi yang tumbuh Rp222,28 miliar
(13,34%). Sementara itu, kredit modal kerja mengalami penurunan sebesar
Rp127,46 miliar (3,49%).
Berdasarkan pangsanya, kredit terbesar masih didominasi oleh kredit
konsumsi, yaitu sebesar 45,54% dari total kredit pada triwulan laporan.
Kemudian diikuti oleh kredit modal kerja sebesar 35,44%, dan kredit investasi
sebesar 19,02%.
Berdasarkan Sektor Ekonomi, hampir semua sektor ekonomi
mengalami peningkatan jumlah penyaluran kreditnya, kecuali untuk sektor
pertambangan, listrik gas dan air, serta pengangkutan, pergudangan dan
komunikasi. Secara nominal, peningkatan kredit terbesar dialami oleh sektor lain-
lain yaitu sebesar Rp345,67 miliar (6,97%), yang kemudian diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp56,18 miliar (2,61%) dan sektor jasa
dunia usaha sebesar Rp40,31 miliar (11,99%).
Pangsa penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit sektor lain-lain,
yaitu sebesar 53,40%, yang kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, restoran,
dan hotel sebesar 22,20% dan sektor pertanian sebesar 10,22%. Dominasi
penyaluran kredit pada ketiga sektor tersebut mencapai 85,83% dari total
outstanding kredit.
Berdasarkan lokasi Proyek26, jumlah kredit yang disalurkan oleh
perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan
sebesar 1,96%, yaitu dari total kredit sebesar Rp12.011,12 miliar menjadi sebesar
26 Data s.d. bulan Mei 2010. Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) Provinsi Jambi. Data kredit lokasi proyek termasuk kredit dari BPR serta bank asing dan bank campuran sesuai dengan format SEKDA Provinsi Jambi.
50
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Rp12.246,80 miliar.27 Meningkatnya jumlah kredit ini hampir dialami oleh semua
sektor ekonomi kecuali untuk sub sektor pertanian, pertambangan, perindustrian
dan pengangkutan. Berdasarkan nominal kredit, peningkatan kredit lokasi proyek
pada triwulan laporan terutama dipicu oleh meningkatnya kredit perdagangan
sebesar Rp255,84 miliar (11,90%), diikuti dengan sektor jasa dunia usaha
Rp44,19 miliar (11,57%) dan sektor lain-lain Rp107,71 miliar (1,83%).
Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Lokasi Proyek Provinsi Jambi (dalam jutaan rupiah)
I II III IV I IIPertanian 1,959,270 2,026,202 2,077,761 2,218,021 1,831,035 1,673,054Pertambangan 97,700 105,661 158,199 218,987 170,809 153,392Perindustrian 824,440 831,221 810,173 960,764 872,224 860,872Perdagangan 2,234,779 2,457,387 2,682,693 2,800,588 2,149,467 2,405,303Jasa-jasa 1,203,112 1,519,917 1,521,339 1,485,762 1,111,385 1,170,268 - listrik, gas dan air 189,230 492,546 467,801 415,761 187,280 188,532 - konstruksi 295,102 298,423 312,752 278,993 259,019 269,961 - pengangkutan 120,743 114,564 104,524 117,160 156,118 149,501 - jasa dunia usaha 465,298 471,301 484,654 510,934 381,849 426,043 - jasa sosial masyarakat 132,739 143,083 151,608 162,914 127,119 136,231Lain-lain 4,085,517 4,301,199 4,380,585 4,582,113 5,876,199 5,983,907TOTAL 10,404,818 11,241,587 11,630,750 12,266,234 12,011,119 12,246,796
Sumber: SEKDA Provinsi Jambi
20102009Sektor Ekonomi
4. Peran Intermediasi Perbankan dan Kondisi Non Performing Loans (NPL)
gross Bank Umum di Provinsi Jambi
Menurunnya penghimpunan dana pihak ketiga sementara penyaluran
kredit perbankan meningkat menyebabkan Loan to Deposits Ratio (LDR)28
berdasarkan wilayah pelapor dan lokasi proyek mengalami peningkatan. Loan to
Deposits Ratio (LDR) berdasarkan wilayah bank pelapor meningkat dari 82,25%
menjadi 86,64%, sedangkan LDR berdasarkan lokasi proyek29 meningkat dari
104,71% menjadi 106,83%.
27 Data s.d. bulan Mei 2010. Mulai Mei 2007, data dana/kredit telah menggunakan konsep net, yaitu tidak memasukkan dana/kredit pada pemerintah pusat dan bukan penduduk. Hal ini telah disesuaikan dengan publikasi SEKI (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia). 28 LDR perbankan adalah rasio antara penyaluran kredit bank umum dengan dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum pada triwulan laporan. 22 LDR berdasarkan lokasi proyek adalah rasio antara kredit yang disalurkan berdasarkan lokasi proyek oleh bank umum dibandingkan dengan penghimpunan DPK bank umum pada triwulan laporan. Data LDR berdasarkan lokasi proyek s.d Mei 2010.
51
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Grafik 3.3 Perkembangan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Provinsi Jambi
97.77% 101.97% 101.20%106.41%
113.68% 110.84%104.71% 106.83%
72.65% 75.41% 75.36% 79.44%86.69% 84.08% 82.25% 86.64%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
0
2
4
6
8
10
12
14
Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10
Rp triliun
Kredit Lokasi Proyek (Rp juta) Kredit Perbankan Jambi (Rp juta)DPK Perbankan (Rp juta) LDR Lokasi Proyek (persen)LDR Perbankan Jambi (persen)
Grafik 3.4 Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Lokasi Proyek per Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi
327297
341
212 216
15098
5982
119
604
511459
355
250
93 90 8079 72
0
100
200
300
400
500
600
700
Batanghari Ma. Jambi dan lainnya
Tebo Saro langun Merangin Bungo Tanjabbar Tanjabtim Kota Jambi Kerinci
Triwulan I-10Triwulan II-10
LDR < 100%
Berdasarkan Kabupaten/Kota, Kabupaten Batanghari memiliki LDR
tertinggi di antara seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi, yaitu sebsar
6030,83%, diikuti oleh Kabupaten Muara Jambi dan lainnya. Sementara itu
terdapat lima kabupaten/kota dengan tingkat LDR kurang dari 100% yaitu Bungo
(92,99%), Tanjung Jabung Barat (89,71%), Tanjung Jabung Timur (79,81%),
Kota Jambi (79,24%) dan Kerinci (72,22%).
Kualitas kredit yang diberikan pada triwulan laporan menunjukkan
penurunan. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya rasio Non Performing Loan
(NPL) gross bank umum, yaitu dari 2,38% pada triwulan sebelumnya menjadi
2,48%.
Berdasarkan sektor ekonomi, NPL tertinggi dialami oleh sektor
perindustrian, yaitu sebesar 6,60% yang berarti di atas ketentuan Bank Indonesia
52
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
yang sebesar 5%. Sementara itu, NPL sektor-sektor ekonomi lainnya masih
berada dalam kategori baik (dibawah 5%).
Tabel 3.7 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Gross Bank Umum di Provinsi Jambi
Kredit KreditNominal
NPL NPL (%) KreditNominal
NPL NPL (%) KreditNominal
NPL NPL (%)1. Pertanian 1,208,369 1,350,288 105,997 7.85 993,939 23,376 2.35 1,015,331 26,142 2.572. Pertambangan 29,409 25,941 157 0.61 28,484 285 1.00 22,824 275 1.203. Perindustrian 459,335 438,242 32,233 7.36 448,754 31,826 7.09 471,007 31,079 6.604. Listrik, Gas dan Air 26,852 26,852 - 27,073 460 1.70 27,007 501 1.865. Konstruksi 252,991 250,442 8,371 3.34 238,904 7,169 3.00 251,548 7,249 2.88
6.Perdagangan, Restoran dan Hotel 2,628,817 2,740,329 94,528 3.45 2,149,003 55,291 2.57 2,205,185 59,151 2.68
7Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 98,848 109,939 202 0.18 127,354 2,776 2.18 123,233 2,837 2.30
8. Jasa-jasa Dunia Usaha 326,087 340,406 7,264 2.13 336,225 6,660 1.98 376,535 6,838 1.829. Jasa-jasa Sosial Masyarakat 138,022 148,433 712 0.48 126,424 5,899 4.67 134,989 5,310 3.93
10. Lain-lain 3,700,457 3,686,040 50,743 1.38 4,958,129 90,872 1.83 5,303,801 106,912 2.028,869,187 9,116,912 300,207 3.29 9,434,289 224,614 2.38 9,931,460 246,294 2.48J U M L A H
NoTW IV-09TW III-09 TW II-10TW I-10
Sektor Ekonomi
Dilihat dari spread bunga (grafik 3.8), terlihat bahwa margin keuntungan
perbankan di Provinsi Jambi pada triwulan laporan kembali mengalami
peningkatan. Margin rata-rata tertimbang30 antara suku bunga kredit dengan
suku bunga deposito 3 (tiga) bulan meningkat dari 5,17% menjadi 5,22% pada
triwulan laporan. Peningkatan ini dipicu oleh lebih tingginya penurunan suku
bunga deposito pada triwulan laporan dibandingkan dengan suku bunga kredit.
Grafik 3.5 Perkembangan Suku Bunga Rata-rata Tertimbang Kredit dan Deposito Bank Umum di Provinsi Jambi
6.85 6.82 6.92 7.06 7.07 6.73 6.59 6.42 5.95 5.24 4.89 4.86 4.66 4.69 4.95 5.61 6.02 6.17 6.36 6.5 6.74 7.15 7.06 7.77 7.49 6.43 6.38 5.17 5.24 5.22
0.002.004.006.008.00
10.0012.0014.0016.0018.0020.00
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Agu
s
Sept
Okt
Nov
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun Jul
Ags
Sept
Okt
Nov
Des Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
2008 2009 2010
Persen (%)
Margin Kredit Deposito 3 Bulan SBI
Stabilnya angka BI Rate semenjak bulan Agustus 2009 diikuti dengan
penurunan suku bunga secara perlahan-lahan oleh perbankan. Pada triwulan
laporan, suku bunga kredit turun sebesar 14 bps yaitu menjadi 12,22%, dan suku
bunga simpanan turun 19 bps di kisaran 7,00%.
30 Data menggunakan suku bunga rata-rata tertimbang bank umum pemerintah s.d. bulan Mei 2010.
53
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH 5. Perkembangan UMKM
Seiring dengan pertumbuhan kredit perbankan sebesar 5,27% pada
triwulan laporan, kredit UMKM juga mengalami pertumbuhan bahkan sedikit di
atas pertumbuhan total kredit yaitu sebesar 6,59%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kepercayaan perbankan akan kredit UMKM masih cukup tinggi. Dengan
demikian pangsa kredit UMKM terhadap total kredit terus mengalami
peningkatan yaitu dari sebesar 83,54% menjadi 84,59% pada triwulan laporan.
Grafik 3.6 Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Provinsi Jambi
024681012141618
-
2
4
6
8
10
12
TW I-08 TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09 TW II-09 TW III-09 TW IV-09 TW I-10 TW II-10
Rp
Tri
liun
Total Kredit - Bank Pelapor MikroKecil MenengahPertumbuhan Total Kredit - Bank Pelapor Pertumbuhan UMKM (%)
Dilihat dari distribusinya, kredit UMKM sektor usaha kecil memiliki pangsa
yang terbesar yaitu 40,36% lalu diikuti sektor usaha mikro sebesar 27,25%, serta
sektor usaha menengah sebesar 16,98% dari total kredit perbankan.
Grafik 3.7 Pangsa Kredit Bank Umum Provinsi Jambi
36.55 36.11 36.06 35.57 36.08 34.27 34.06 33.59 27.78 27.25
25.08 26.65 29.14 30.52 32.11 34.47 35.14 35.64 39.71 40.36
19.96 19.13 19.15 19.05 18.02 17.50 16.93 17.10 16.05 16.98
18.41 18.11 15.66 14.85 13.78 13.77 13.87 13.67 16.46 15.41
0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%
100%
TW I-08 TW II-08 TW III-08 TW IV-08 TW I-09 TW II-09 TW III-09 TW IV-09 TW I-10 TW II-10
2008 2009 2010Kredit Besar/Non-UMKM Menengah Kecil Mikro
54
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Berdasarkan komposisinya, pertumbuhan kredit UMKM ditopang oleh
meningkatnya pertumbuhan kredit usaha kecil sebesar Rp262,09 miliar (7,00%)
diikuti dengan kredit menengah dan mikro yaitu masing-masing sebesar
Rp172,42 miliar (11,39%) dan Rp85,24 miliar (3,25%).
C. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Kinerja BPR pada triwulan laporan mengalami peningkatan dibanding
triwulan sebelumnya, tercermin dari jumlah aset, DPK dan penyaluran kredit yang
mengalami pertumbuhan positif. Jumlah aset seluruh BPR di Provinsi Jambi
mencapai sebesar Rp303,89 miliar atau meningkat 3,86% dibanding pada
triwulan sebelumnya yang sebesar Rp292,6 miliar. Sementara itu, jumlah
penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) oleh BPR di Provinsi Jambi meningkat
sebesar Rp12,62 miliar (6,06%), dan penyaluran kredit tumbuh sebesar Rp9,14
miliar (4,77%).
Lebih tingginya peningkatan jumlah penghimpunan dana dibandingkan
penyaluran kredit pada triwulan laporan menyebabkan Loan to Deposits Ratio
(LDR) mengalami penurunan, yaitu menjadi sebesar 90,78% dari sebelumnya
sebesar 91,90%. Sementara itu, kualitas kredit menunjukkan perbaikan, yaitu
dengan menurunnya persentase Non Performing Loan (NPL) menjadi 7,12%.
55
BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
APBD Provinsi Jambi (tidak termasuk anggaran pemerintah kota dan
kabupaten) tahun 2010 sebesar Rp1,50 triliun, turun 7,14% dari APBD tahun lalu
yang sebesar Rp1,62 triliun. Dari sisi anggaran pendapatan, jumlah anggaran
pendapatan daerah Provinsi Jambi tahun 2010 sebesar Rp1,30 triliun atau
meningkat 3,82% dibandingkan anggaran pendapatan tahun 2009 yang sebesar
Rp1,26 triliun.31 Dari kondisi tersebut, jumlah defisit anggaran selama tahun 2010
diperkirakan sebesar Rp200,00 miliar yang akan dibiayai dari sisa lebih
perhitungan anggaran tahun sebelumnya.
Grafik 4.1. APBD Provinsi Jambi
557.77
894.92955.96
1,136.131256.89 1304.93
776.83
1156.84
1291.6
1429.178
1620.591504.932
534.655607.84557.73
654.98
(4.14)
13.69
6.82
18.85
10.63
3.82
10.6513.39
(7.14)
34.35
47.2334.34
17.44
18.60
48.92
11.65
0
250
500
750
1000
1250
1500
1750
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber: Biro Keuangan (diolah)
-10
10
30
50miliar (Rp) persen (%)
Pendapatan (aksis kiri) Belanja (aksis kiri)% Pertumbuhan Pendapatan (aksis kanan) % Pertumbuhan Belanja (aksis kanan)
Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan II- 2010 terealisasi
sebesar Rp801,14 miliar, meningkat sebesar 116,98% dibandingkan triwulan
sebelumnya. Sedangkan belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan
31 APBD Provinsi Jambi tahun 2010 ini disahkan tanggal 5 Oktober 2009
57
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH II-2010 terealisasi sebesar Rp729,35 miliar, meningkat sebesar 95,64%
dibandingkan triwulan sebelumnya.
A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Tahun 2010
Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi pada tahun 2010
diperkirakan akan meningkat sebesar 3,82% dari tahun 2009. Secara nominal,
peningkatan pendapatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya Pendapatan
Asli Daerah (PAD) maupun Dana Perimbangan dari pusat. Di tahun 2010 PAD
sebesar Rp23,50 miliar (3,72%) serta dana perimbangan sebesar Rp24,54 miliar
(3,16%).
Sementara itu, belanja pada APBD 2010 menurut urusan pemerintahan
daerah dan organisasinya, belanja terbesar diperuntukkan untuk otonomi daerah,
pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah,
kepegawaian dan persandian yaitu sebesar 34,8% dari total belanja, diikuti oleh
urusan pekerjaan umum 17,9%; pendidikan 12,1%; kesehatan 9,4%; pertanian
sebesar 6,6%; tenaga kerja 2,2%; perumahan 1,9%; kepegawaian 1,5% serta
lainnya 13,7%.
Grafik 4.2. Perkembangan Belanja per Dinas 2009-2010
Grafik 4.3. Distribusi Belanja APBD Provinsi Jambi
(5.0)(17.5)
(7.4)
16.9
(39.0)
43.5
(17.7)
68.8
-60
-40
-20
0
20
40
60
80
0
100
200
300
400
500
600
Otoda PkrjnUmum
Pnddkn Kshtn Pertanian Tng Krj
Prmhn Kpgwn
2009 2010 Pertumbuhan %), RHS
Otoda34.8%
PkrjnUmum17.9%
Pnddkn12.1%
Kshtn9.4%
Pertanian6.6%
Tng Krj
2.2%
Prmhn1.9%
Kpgwn1.5% Lainnya
13.7%
B. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah
Penerimaan pajak pusat di wilayah Jambi pada triwulan II- 2010 terealisasi
sebesar Rp801,14 miliar, meningkat sebesar 116,98% dibandingkan triwulan
sebelumnya dan meningkat sebesar 57,40% dibandingkan dengan triwulan yang
sama tahun lalu. Secara nominal, penerimaan pajak tertinggi dicapai oleh jenis
58
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
pajak bumi dan bangunan sebesar Rp363,26 miliar, diikuti jenis pajak
penghasilan sebesar Rp204,45 miliar.
Berdasarkan pangsanya, pendapatan pajak dalam negeri memiliki pangsa
paling besar yaitu 95,72% dari total penerimaan pajak pada triwulan laporan.
Jika dirinci lagi dari pendapatan pajak dalam negeri, maka pendapatan pajak
bumi dan bangunan (43,34%) memiliki pangsa paling besar, diikuti pajak
penghasilan (25,52%), serta pajak pertambahan nilai (22,26%).
Tabel 4.1. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah)
Nominal (%)I Pendapatan Pajak Dalam Negeri 309,825,440,340 766,844,431,227 457,018,990,887 147.51
Pendapatan Pajak Penghasilan 149,463,488,691 204,450,473,043 54,986,984,352 36.79 Pendapatan Pajak Pertambahan Nilai 144,241,599,007 181,037,982,423 36,796,383,416 25.51 Pendapatan Pajak Bumi dan Bangunan 3,687,606,231 363,261,432,324 359,573,826,093 9,750.87 Pendapatan BPHTB 5,807,485,121 10,659,948,287 4,852,463,166 83.56 Pendapatan Cukai - - - - Pendapatan Pajak Lainnya 6,625,261,290 7,434,595,150 809,333,860 12.22 Pengembalian Pendapatan Pajak dan Cukai - - - -
II Pendapatan Pajak Perdagangan Internasional
6,351,103,553 8,098,197,819 1,747,094,266 27.51
Pendapatan Bea Masuk 3,097,689,346 2,205,530,389 (892,158,957) (28.80) Pendapatan Bea Keluar 3,253,414,207 5,892,667,430 2,639,253,223 81.12 Pendapatan Pajak/Pungutan Ekspor - - - -
III Penerimaan Sumber Daya Alam 557,233,933 718,380,526 161,146,593 28.92 Pendapatan Pertambangan Umum 557,233,933 718,380,526 161,146,593 28.92 Pendapatan kehutanan - - - -
IV Pendapatan PNPB Lainnya 52,487,470,452 25,477,171,121 (27,010,299,331) (51.46) V Pendapatan Hibah - - - -
369,221,248,278 801,138,180,693 431,916,932,415 116.98 Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
Triwulan I 2010 Triwulan II 2010
Total Realisasi Pendapatan
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAHPertumbuhan
REALISASI PENDAPATAN
Grafik 4.4. Pangsa Realisasi Pendapatan Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi Grafik 4.5. Pangsa Realisasi Pendapatan Pajak Dalam Negeri di Provinsi Jambi
Pendapatan PPh26.66%
Pendapatan PPN23.61%
Pendapatan PBB47.37%
Pendapatan BPHTB1.39%
Pendapatan Cukai0.00% Pendapatan
Pajak Lainnya0.97%
Pendapatan Pajak Dalam
Negeri95.72%
Pendapatan Pajak
Perdagangan Int'l
1.01%
Penerimaan SDA
0.09%
Pendapatan PNPB Lainnya
3.18%
Grafik 4.4 Grafik 4.5
Belanja pemerintah pusat di wilayah Jambi pada triwulan II-2010 terealisasi
sebesar Rp729,35 miliar, meningkat sebesar 95,64% dibandingkan triwulan
sebelumnya. Namun demikian, belanja pemerintah pusat didaerah turun 8,30%
59
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun lalu. Secara nominal,
belanja pemerintah pusat tertinggi adalah untuk belanja gaji dan tunjangan yaitu
sebesar Rp271,39 miliar (37,21%), diikuti dengan belanja modal jalan, irigasi dan
jaringan yang mencapai Rp117,58 miliar (16,12%).
Tabel 4.2. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi (dalam juta Rupiah)
Nominal (%)
I Belanja Pegawai 205,004,864,088 276,662,079,996 71,657,215,908 34.95 Belanja Gaji dan Tunjangan 203,118,163,260 271,391,600,396 68,273,437,136 33.61 Belanja Honorarium/Lembur/ Vakasi/Tunj K 1,909,364,928 5,421,648,664 3,512,283,736 183.95 Belanja Kontribusi Sosial (22,664,100) (151,169,064) (128,504,964) 567.00
II Belanja Barang 45,411,298,738 155,602,019,974 110,190,721,236 242.65 Belanja Barang 30,005,124,020 106,624,352,377 76,619,228,357 255.35 Belanja Jasa 6,288,401,684 15,664,863,345 9,376,461,661 149.11 Belanja Perjalanan 9,117,773,034 33,312,804,252 24,195,031,218 265.36 Belanja Pemeliharaan - - - #DIV/0!
III Belanja Denda dan Subsidi Perusahaan 1,214,571 - (1,214,571) (100.00) Belanja Denda 1,214,571 - (1,214,571) (100.00) Belanja Subsidi Perusahaan Negara - - - #DIV/0!
IV Belanja Bantuan Sosial 72,653,304,750 158,548,016,170 85,894,711,420 118.23 Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan d 66,604,304,750 92,501,551,600 25,897,246,850 38.88 Belanja Lembaga Sosial Lainnya 6,049,000,000 66,046,464,570 59,997,464,570 991.86
V Belanja Lain-Lain 2,035,022,998 3,918,468,518 1,883,445,520 92.55 Belanja Lain-Lain 2,035,022,998 3,918,468,518 1,883,445,520 92.55
VI Belanja Modal 47,700,740,640 134,617,868,400 86,917,127,760 182.21 Belanja Modal Tanah 506,440,000 1,623,822,400 1,117,382,400 220.63 Belanja Modal Peralatan dan Mesin 1,528,616,000 7,798,631,894 6,270,015,894 410.18 Belanja Modal Gedung dan Bangunan 1,204,303,184 7,179,100,915 5,974,797,731 496.12
Belanja Modal Jalan, Irigasi, dan Jaringan 44,193,696,936 117,584,089,391 73,390,392,455 166.07
Belanja Pemeliharaan yang dikapitalisasi - - - #DIV/0!Belanja Modal Fisik Lainnya 267,684,520 432,223,800 164,539,280 61.47
372,806,445,785 729,348,453,058 356,542,007,273 95.64
Sumber: Direktorat Jenderal Perbendaharaan Kanwil V Jambi, Laporan Arus Kas SAKUN Wilayah Jambi. Unaudited, diolah
Triwulan I 2010 Triwulan II 2010
KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DI DAERAH
Total Realisasi Belanja
PertumbuhanREALISASI BELANJA
Meningkatnya belanja pemerintah pusat di Jambi terutama dipicu
peningkatan belanja barang sebesar 242,65%, sedangkan belanja modal
mengalami peningkatan sebesar 182,21%. Namun demikian porsi belanja modal
yang baru 18,46% menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah untuk
meningkatkan pembangunan di daerah masih bisa dioptimalkan lagi.
Grafik 4.6. Pangsa (Share) Realisasi Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Jambi
Belanja Gaji dan Tunjangan35.07%
Belanja Honorarium/Lembur/ Vakasi/Tunj Khusus
0.70%
Belanja Kontribusi Sosial0.02%
Belanja Barang13.78%
Belanja Jasa2.02%
Belanja Perjalanan4.30%
Belanja Pemeliharaan3.07%
Belanja Denda0.00%
Belanja Subsidi Perusahaan Negara
0.00%
Belanja Bantuan Sosial Lembaga Pendidikan
dan Peribadatan11.95%
elanja Lembaga Sosial Lainnya8.53%
Belanja Lain-Lain0.51%
Transfer Dana Bagi Hasil
20.04%
60
KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
C. Keuangan Pemerintah Daerah
Perkembangan simpanan pemerintah daerah di perbankan Jambi
mencapai Rp1,74 triliun pada triwulan laporan (posisi Juni 2010), sedikit menurun
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Rp1,79 triliun. Berdasarkan jenisnya,
simpanan pemerintah daerah paling besar dalam bentuk giro (79,58%), diikuti
dengan deposito (19,61%).
Grafik 4.7. Perkembangan Deposito dan Giro Pemerintah Daerah Provinsi Jambi
(dalam miliar Rupiah)
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
2009 2010
Deposito Giro
Periode semester I tahun anggaran 2010, realisasi belanja pemerintah
daerah masih belum terakselerasi dengan optimal. Belanja pemerintah daerah
masih terbatas pada realisasi belanja operasional (belanja gaji pegawai dan
belanja operasional rutin lainnya). Dampaknya, simpanan pemerintah daerah di
perbankan masih cukup tinggi sebesar Rp1,74 triliun (per Juni 2010). Transfer
dana perimbangan (khususnya dana alokasi umum/DAU) dari pemerintah pusat
yang terus mengalir ke rekening pemerintah daerah belum secara optimal
direalisasikan.
61
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Pada periode triwulan II-2010, aktivitas pembayaran tunai mengalami
peningkatan net outflow.32 Sementara, nilai nominal kliring serta volume lembar
warkat pada periode laporan mengalami penurunan. Namun demikian,
perkembangan RTGS di Provinsi Jambi mengalami pertumbuhan.
Tabel 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran melalui KBI Jambi
Trw. IV Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Nominal Persen
Nilai Kliring (juta Rp) 2,010,418 1,413,797 1,585,118 1,600,873 1,721,046 1,632,198 1,499,717 (132,481) (8.12) Volume Kliring (lembar warkat) 60,278 58,349 59,407 61,323 61,397 61,881 57,197 (4,684) (7.57) Aliran Uang Masuk/Inflows (juta Rp) 558,429 295,018 124,946 179,942.58 387701 217,196 134,582 (82,614) (38.04) Aliran Uang Keluar/Ouflows (juta Rp) 695,552 263,397 923,429 930,375 1,205,071.09 396,030 1,019,262 623,232 157.37 Net Inflows/ (Net Outflows) (juta Rp) (137,123) 31,621 (798,483) (750,433) (817,370) (178,834) (884,679) (705,846) 394.69 RTGS dari jambi (miliar Rp) 7,384 5,511 6,168 6,554 8,032 9,259 12,437 3,178 34.32 RTGS ke Jambi (miliar Rp) 19,030 18,792 19,149 13,348 17,998 30,773 30,963 190 0.62 Penemuan Uang Palsu- Pecahan Rp100.000,00 - - - - - - - - - - Pecahan Rp50.000,00 - - - - - - - - - - Pecahan Rp20.000,00 - - - - - - - - - - Pecahan Rp10.000,00 - - - - - - - - - Jumlah PTTB (juta Rp) 70,922 29,578 25,812 78,279 148,972 130,156 114,152 (16,004) 394.69 Perbandingan PTTB thd. Inflows (%) 12.70 10.03 20.66 43.50 38.42 59.93 84.82 25 394.69 Cek dan BG Kosong- Lembar 971 900 992 1,147 894 716 713 (3) (0.42) - Nominal (juta Rp) 32,389 27,286 34,355 29,945 24,805 19,222 17,737 (1,485) (8.37)
Pertumbuhan (q-t-q)2008Uraian
2009 2010
A. Perkembangan Alat Pembayaran Tunai
A.1. Aliran Uang Kartal Melalui Bank Indonesia Jambi
Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan laporan di Provinsi Jambi
mengalami net outflow. Jika dibandingkan pada triwulan yang lalu (q-t-q),
outflow di Provinsi Jambi mengalami peningkatan sebesar sebesar Rp623,23
miliar atau 157.37% (Grafik 5.1). Hal ini disebabkan oleh kebutuhan uang kartal
32 Net outflow adalah kondisi dimana aliran uang masuk (inflow) lebih sedikit dibandingkan aliran uang keluar (outflow) pada periode yang sama.
63
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN dalam rangka pembayaran gaji ke-13 pegawai negeri sipil (PNS), POLRI serta
pensiunan dan dalam rangka penyelenggaraan Pilkada Gubernur Jambi.33
Grafik 5.1 Inflows, Outflows, Netflows dan Perkembangan Netflows di Provinsi Jambi
-200
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
Q1-05 Q2-05 Q3-05 Q4-05 Q1-06 Q2-06 Q3-06 Q4-06 Q1-07 Q2-07 Q3-07 Q4-07 Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09 Q3-09 Q4-09 Q1-10 Q2-10
Rp miliar
-200
300
800
1,300
1,800
2,300
2,800
Persen
Inflows Outflows Net Outflows Pert. Net Outflows (%)
Pada triwulan laporan, aliran kas keluar bersih (net cash outflow)
meningkat sebesar Rp705.85 miliar (394,70%). Arus kas masuk (cash inflow)
menurun sebesar Rp82.62 miliar (38.04%) menjadi Rp134.58 miliar.
A.2. Penyediaan Uang Layak Edar
Secara berkala BI melaksanakan pemusnahan terhadap uang yang sudah
tidak layar edar (UTLE) melalui kegiatan yang diberi nama Pemberian Tanda Tidak
Berharga (PTTB). Pemberian tanda terhadap uang kartal yang tidak layak edar
(lusuh/rusak) yang masuk ke Bank Indonesia ditujukan untuk menjaga kelayakan
uang yang diedarkan (fit for circulation). Pada triwulan laporan, jumlah ratio PTTB
dibandingkan inflows mengalami penurunan sebesar 14,02% (Rp16,004 miliar).
A.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan
Pada triwulan laporan tidak ditemukan uang palsu pada pecahan
berapapun. Untuk menjaga tidak beredarnya uang palsu di Provinsi Jambi, Kantor
Bank Indonesia Jambi masih terus melakukan kegiatan Sosialisasi Ciri-ciri Keaslian
Uang Rupiah kepada masyarakat.
33 PILKADA Gubernur jambi dilaksanakan tanggal 19 Juni 2010.
64
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
B. Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai
B.1. Perkembangan Kliring Lokal
Lalu lintas pembayaran non tunai melalui kliring lokal pada triwulan
laporan tercatat sebesar Rp1.499.72 miliar atau turun sebesar 8,12%
dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi pada jumlah
warkat kliring juga menurun sebesar 7,57%, yaitu dari 61.881 lembar menjadi
57.197 lembar.
Di sisi lain, jumlah cek dan BG kosong mengalami penurunan sebesar
0.42%, yaitu dari 716 lembar menjadi 713 lembar. Penurunan tersebut diikuti
juga dengan penurunan secara nominal jumlah penolakan sebesar 8,37%, yaitu
dari Rp19,22 miliar menjadi Rp17,74 miliar.
Grafik 5.2 dan 5.3 Perkembangan Nominal dan Volume Kliring
1,4141,585 1,601
1,721 1,6321,500
12.12
0.997.51
(5.16)
-
500
1,000
1,500
2,000
Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw. I Trw. II
2009 2010
(25)
(15)
(5)
5
15
25
35
dalam miliar RupiahPersen
Nilai Kliring Pertumbuhan Nilai Kliring
Grafik 5.2
58,349 61,881 57,19759,407 61,323 61,397
(3.20)3.23
2,89
(7.57)
0.12 0.79
-
40,000
80,000
120,000
Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw. I Trw. II
2009 2010
(15)
-
15
lembar warkatPersen
Volume Kliring Pertumbuhan Volume Kliring
Grafik 5.3
B.2. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS)34
Pada triwulan laporan, transaksi melalui Bank Indonesia Real Time Gross
Settlement (BI RTGS) di Kantor Bank Indonesia Jambi secara total (keluar dan
masuk/dari dan ke) meningkat yaitu sebesar 8,41% sehingga menjadi sebesar
Rp43,40 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp40,03 triliun.
Transfer masuk ke Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp0,19 triliun (0,62%) dan
34 Sistem BI-RTGS adalah suatu system transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang Rupiah, yang penyelesaian transaksi dilakukan secara seketika (real time).
65
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN transfer keluar dari Provinsi Jambi meningkat sebesar Rp3,18 triliun (34,32%)
pada triwulan II tahun 2010.
Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS (dalam miliar rupiah)
Dari Ke Dari KeTW I-07 5,552.37 4,540.66 89.55 73.24 (28.00) (33.72) (31.48) (36.93) TW II-07 5,469.05 11,659.81 88.21 188.06 (1.50) 156.79 (1.50) 156.79 TW III-07 6,683.00 15,264.37 102.82 234.84 22.20 30.91 16.56 24.87 TW IV-07 6,789.21 14,003.22 113.15 233.39 1.59 (8.26) 10.06 (0.62) TW I-08 5,620.00 16,025.00 93.67 267.08 (17.22) 14.44 (17.22) 14.44 TW II-08 6,351.75 16,874.15 100.82 267.84 13.02 5.30 7.64 0.28 TW III-08 7,204.01 19,314.53 114.35 306.58 13.42 14.46 13.42 14.46 TW IV-08 7,384.30 19,030.05 121.05 311.97 2.50 (1.47) 5.86 1.76 TW I-09 5,511.05 18,792.30 93.41 318.51 (25.37) (1.25) (22.84) 2.10 TW II-09 6,168.31 19,149.01 99.49 308.86 11.93 1.90 6.51 (3.03) TW III-09 6,554.08 13,347.82 107.44 218.82 6.25 (30.29) 8.00 (29.15) TW IV-09 8,031.94 17,997.98 127.49 285.68 22.55 34.84 18.66 30.56 TW I-10 9,259.26 30,772.72 151.79 504.47 15.28 70.98 19.06 76.58 TW II-10 12,437.08 30,962.79 207.28 516.05 34.32 0.62 36.56 2.29 Sumber: www.bi.go.id & KBI Jambi
Kumulatif triwulananPertumbuhan
Rata-rata harianKeteranganDari Ke Dari Ke
Kumulatif Triwulanan Rata-Rata Harian
66
BAB VI KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
Pada periode triwulan laporan, hasil survei ekspektasi konsumen (SEK)
menunjukkan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi pengangguran masih
berada pada level pesimis.35 Sementara, jumlah pencari kerja berdasarkan jenjang
pendidikan pada bulan April 2010 menurun sebesar 17,69% jika dibandingkan
dengan Maret 2010.36
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan laporan (posisi
bulan Juni 2010) mengalami penurunan jika dibandingkan triwulan sebelumnya
(posisi Maret 2010). Sementara itu, rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap
kebutuhan hidup layak (KHL) pada triwulan II tahun 2010 meningkat sebesar 709
bps jika dibandingkan triwulan I tahun 2010.37
A. Ketenagakerjaan Daerah
Berdasarkan data ketenagakerjaan terbaru yang dikeluarkan Dinas Tenaga
Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jambi pada bulan April-2010, jumlah pencari kerja
menurun sebesar 17,69% jika dibandingkan bulan maret 2010. Belum adanya
rencana kegiatan penerimaan pegawai negeri sipil (PNS) di lingkungan
pemerintah daerah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Jambi menyebabkan angka
pencari kerja menurun. Penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) merupakan
salah satu momentum yang mampu mendorong peningkatan pencari kerja
terutama tingkat pendidikan Sarjana.
Secara nominal, jumlah pencari kerja didominasi oleh tingkat pendidikan
dari SLTA sebanyak 442 orang, diikuti dengan sarjana sebesar 70 orang pada
bulan April-2010. Berdasarkan distribusinya (share), pencari kerja dengan jenjang
35 Nilai saldo dibawah 100 artinya berada pada level pesimis. Jika nilai saldo meningkat, berarti masyarakat memandang kondisi pengangguran membaik. 36 Data terbaru dari Disnakertrans Provinsi Jambi baru tersedia s.d. posisi April 2010. 37 Rasio Upah Minimum Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup minimum (KHM)/kebutuhan hidup layak (KHL) dinyatakan dalam satuan persen (%).
67
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN pendidikan SLTA merupakan bagian terbesar pencari kerja (71,41%) diikuti oleh
lulusan sarjana (S1&S2) sebesar 11,31%.
Grafik 6.1. Jumlah Pencari Kerja dan Pertumbuhannya di Provinsi Jambi Grafik 6.2. Jumlah Pencari Kerja per Jenjang Pendidikan di Provinsi Jambi
(orang)
( 10 .56 )
( 55.6 3 )
2 1.13
( 50 .2 6 )
10 7.0 1
( 8 .2 8 )( 2 .3 3 )
9 2 .8 6
16 7.9 7
( 55.6 4 )
6 4 .2 6
( 6 5.9 0 )
( 2 8 .14 )
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2
2009 2010
Sumber: Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, 2009
(100)
(50)
-
50
100
150
200(%)
Total Pencari Kerjag.pencari kerja
Grafik 6.1
orang
-200400600800
1,0001,2001,4001,6001,8002,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
2009 2010
Sumber:Dinas Sosnakertrans Provinsi Jambi, 2009
SD SLTPSLTA DI/DIID III/Sarjana Muda Sarjana
Grafik 6.2
Berdasarkan survei ekspektasi konsumen, jumlah penganguran saat ini
dibandingkan 6 s.d 12 bulan yang lalu masih belum menunjukkan perbaikan.
Kondisi ini tercermin dari nilai saldo kondisi pengangguran yang masih berada
pada level pesimis (68,67) pada triwulan laporan. Sejalan dengan hal tersebut,
nilai saldo ekspektasi konsumen terhadap kondisi pengangguran juga belum
menunjukkan perbaikan yang berarti yaitu dari sebesar 67,33 menjadi 68,67.
Nilai saldo kondisi pengangguran serta ekspektasi terhadap pengangguran masih
berada pada level pesimis menunjukkan bahwa masyarakat memandang kondisi
ketenagakerjaan masih kurang kondusif.
Grafik 6.3. Grafik Nilai Saldo Ekspektasi Pengangguran dan Kondisi Pengangguran
Indeks
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Ekspektasi pengangguran Kondisi pengangguran
Sumber: Bank Indoneisa (diolah)
68
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
B. Kesejahteraan
Pergerakan inflasi Kota Jambi pada triwulan laporan meningkat sebesar
3,22%/q-t-q jika dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya harga-harga
beberapa kebutuhan pokok tersebut pada akhirnya menyebabkan rata-rata
triwulanan kebutuhan hidup layak (KHL) di Provinsi Jambi cukup tinggi,
yaitumencapai Rp1.086.294,00 pada triwulan II-2010.
Grafik 6.4-6.7. Perkembangan Harga Rata-rata Bulanan Beberapa Bahan Kebutuhan Pokok
Rp
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2007 2008 2009 2010
Rp
4,000
4,500
5,000
5,500
6,000
6,500
7,000
Merk Anggur Merk King Merk Belida IR 64 (aksis kanan) IR 42 (aksis kanan)
Perkembangan Harga Beras
Grafik 6.4
Rp
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
9,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6
2007 2008 2009 2010
Segi Tiga Biru Merk Lencana
Perkembangan Harga Tepung Terigu
Grafik 6.5
Rp
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
16,000
18,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9101112 1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2007 2008 2009 2010
Bimoli Botol Special Tanpa Merk
Perkembangan Harga Minyak Goreng
Grafik 6.6
Rp
-
8,000
16,000
24,000
32,000
40,000
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6
2007 2008 2009 2010
Rp
-
4,000
8,000
12,000
16,000
20,000
Ayam Kampung (aksis kiri) Susu Merk Dancow (aksis kiri) Kacang Kedelai Impor Daging Ayam Broiler (aksis kiri) Bawang Merah
Perkembangan Harga Komoditas lainnya
Grafik 6.7
Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jambi, 2009.
Perkembangan harga rata-rata beberapa bahan kebutuhan pokok (lihat
Grafik 6.4-6.7) sebagian besar menunjukkan tren peningkatan. Harga rata-rata
beras Merek Anggur ukuran 20 kg, mengalami peningkatan harga sebesar
Rp2.002/20kg selama periode triwulan laporan, begitu juga dengan beras jenis IR
64 dan IR 42 yang naik mencapai Rp139/kg.38
Sejalan dengan hal tersebut, peningkatan harga terjadi pada komoditas
daging ayam (broiler dan kampung), bawang merah, cabe merah, bawang (putih
38 Sumber: Disperindag Provinsi Jambi, 2010.
69
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN dan merah). Pada periode triwulan laporan, harga rata-rata cabe (merah dan
keriting) mengalami peningkatan pada kisaran Rp3.257-Rp6.114/kg. Sejalan
dengan hal tersebut, kelompok harga daging ayam, yaitu daging ayam broiler
dan daging ayam kampung naik secara rata-rata masing-masing sebesar
Rp1.350/kg dan Rp1.331/kg. Sementara, harga rata-rata minyak goreng dan
semen mengalami penurunan.
Pada triwulan laporan, tantangan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya semakin berat. Hal ini tercermin dari rasio Upah Minimum
Provinsi (UMP) terhadap kebutuhan hidup layak (KHL). Sebagaimana diketahui,
Upah Minimum Provinsi (UMP)39 Provinsi Jambi tahun 2010 yang telah ditetapkan
sebesar Rp900.000 per bulan, meningkat 12,50% dibandingkan tahun 2009
sebesar Rp800.000,00. Rasio UMP terhadap rata-rata KHL pada triwulan laporan
sebesar 82,85%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan UMP dalam menutupi
KHM/KHL masih terbatas. Bagi para pekerja yang mendapatkan upah sesuai
dengan UMP atau bahkan dibawah UMP tentunya sangat berat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Untuk melihat indikator kesejahteraan petani pada triwulan laporan, antara
lain dapat menggunakan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Jambi pada bulan Juni
2010. Pada bulan Juni 2010, NTP sebesar 96,09 atau sedikit menurun 0,03%
dibandingkan bulan Maret 2010 (96,12).40 NTP yang masih berada dibawah 100
menunjukkan bahwa kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian relatif lebih
rendah dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi
oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian.
Indeks harga yang diterima petani (It) dari 5 sub sektor menunjukkan
fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan
Juni 2010, It mengalami peningkatan sebesar 0,97% dibandingkan bulan Maret
39 Biasanya Upah Minimun Provinsi disesuaikan 1 (satu) tahun sekali. 40 NTP adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam bentuk persentase. NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang atau jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Sehingga, NTP dapat dikatakan sebagai cerminan atau indikator relatif tingkat kesejahteraan petani.
70
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN
2010. Sementara, indeks yang dibayar (Ib) petani juga meningkat sebesar 0,99%
dibandingkan bulan Maret 2010. Namun demikian, peningkatan indeks yang
dibayar (Ib) yang lebih besar dibandingkan peningkatan indeks yang diterima (It)
menyebabkan NTP pada bulan Juni 2010 menurun dibandingkan NTP bulan
Maret 2010.
Tabel 6.1. Nilai Tukar Petani (NTP) Per Sub Sektor (2007=100)
Jan Feb Mar Apr Mei Juni
1 Tanaman Padi Palawijaa Indeks Diterima Petani 115.63 117.58 119.30 118.84 119.21 120.01 0.60
- Padi 109.09 112.04 113.35 113.30 113.30 113.30 -0.04- Palawija 141.09 139.17 142.49 140.44 142.22 146.17 2.58
b Indeks Dibayar Petani 119.21 119.75 119.75 120.07 120.02 120.96 1.01- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118.23 118.80 118.76 118.94 118.92 119.98 1.03- Indeks BPPBM 123.29 123.71 123.91 124.85 124.63 125.05 0.92Nilai Tukar Petani (NTP-P) 97.00 98.19 99.63 98.97 99.32 99.22 -0.41
2 Hortikulturaa Indeks Diterima Petani 111.58 111.59 111.56 112.69 111.96 113.71 1.93
- Sayur-sayuran 114.35 116.01 114.16 116.96 113.93 114.94 0.68- Buah-buahan 108.23 106.24 108.41 107.53 109.57 112.23 3.52
b Indeks Dibayar Petani 118.91 119.31 119.26 119.44 119.48 120.35 0.91- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 117.89 118.47 118.43 118.59 118.58 119.65 1.03- Indeks BPPBM 122.79 122.49 122.43 122.64 122.88 123.01 0.47Nilai Tukar Petani (NTP-H) 93.84 93.53 93.54 94.35 93.71 94.49 1.02
3 Tanaman Perkebunan Rakyata Indeks Diterima Petani 111.53 112.24 113.63 117.34 116.14 114.86 1.08
- Tanaman Perkebunan Rakyat 111.53 112.24 113.63 117.34 116.14 114.86 1.08b Indeks Dibayar Petani 119.93 120.45 120.43 120.88 120.82 121.87 1.20
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 119.80 120.36 120.30 120.59 120.61 121.75 1.21- Indeks BPPBM 120.42 120.81 120.89 122.01 121.64 122.31 1.17Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 93.00 93.18 94.36 97.07 96.13 94.25 -0.12
4 Peternakana Indeks Diterima Petani 114.56 116.01 117.18 117.41 117.41 117.61 0.37
- Ternak Besar 108.66 110.19 111.94 112.66 112.66 112.66 0.64- Ternak Kecil 112.47 112.47 112.47 115.11 115.11 115.11 2.35- Unggas 126.85 129.10 129.51 127.38 127.38 128.23 -0.99- Hasil Ternak 134.45 134.45 134.45 134.45 134.45 134.45 0.00
b Indeks Dibayar Petani 117.49 118.28 118.62 118.63 118.63 119.15 0.45- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 118.18 118.97 119.15 119.07 119.08 119.87 0.60- Indeks BPPBM 116.53 117.34 117.88 118.01 118.01 118.15 0.23Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 97.51 98.08 98.79 98.98 98.97 98.71 -0.08
5 Perikanana Indeks Diterima Petani 107.69 107.56 107.87 107.87 107.87 107.87 0.00
- Penangkapan 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 100.52 0.00- Budidaya 121.48 121.10 121.99 121.99 121.99 121.99 0.00
b Indeks Dibayar Petani 117.19 117.75 117.58 117.54 117.51 118.16 0.49- Indeks Konsumsi Rumah Tangga 117.65 118.45 118.31 118.24 118.20 119.15 0.71- Indeks BPPBM 116.22 116.26 116.05 116.07 116.07 116.07 0.02Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 91.90 91.35 91.74 91.77 91.79 91.29 -0.49
a INDEKS YANG DITERIMA (It) 112.92 113.92 115.1 116.67 116.17 116.22 0.97b INDEKS YANG DIBAYAR (Ib) 119.21 119.74 119.75 120.06 120.03 120.94 0.99c NILAI TUKAR PETANI (NTPp) 94.72 95.14 96.12 97.18 96.79 96.09 -0.03
Sumber: BPS Provinsi Jambi (diolah)
KELOMPOK DAN SUB KELOMPOKPERSENTASE
PERUBAHAN (%) (Jun ke Mar)
PROVINSI JAMBI
2010
C. Kemiskinan
Dalam rangka turut mensukseskan program pemerintah dalam hal
penanggulangan kemiskinan, pemerintah Jambi (melalui Bulog Divre Jambi)
secara rutin membagikan beras miskin (raskin) kepada masyarakat yang berhak.
71
KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Pada triwulan laporan, penyaluran raskin mencapai sebesar 5.890 ton, meningkat
18,27% dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4.980 ton.41
Grafik 6.8. Penyaluran Raskin di Provinsi Jambi
-
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
TWII
TWIII
TWIV
TW I TWII
TWIII
TWIV
TW I TWII
TWIII
TWIV
TW I TWII
TWIII
TRWIV
TW I TWII
TWIII
TRWIV
TW I TWII
2005 2006 2007 2008 2009 2010
(100)
(50)
-
50
100
150
200
250
Sumber: Bulog Prov. Jambi
Penyaluran Raskin (kg), aksis kiri Pertumbuhan Raskin (%), aksis kanan
Sumber: Bulog Provinsi Jambi (diolah)
41 Provinsi Jambi pada 2010 mendapat jatah Raskin sekitar 20.000 ton untuk penyaluran selama 10 bulan bagi 133.137 RTS tersebar di dua kota dan sembilan kabupaten dengan harga Rp1.600/Kg.
72
73
BAB VII PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
Laju pertumbuhan kuartalan (q-t-q) PDRB Provinsi Jambi pada triwulan III-
2010 diperkirakan masih mampu tumbuh positif dibandingkan triwulan II-2010.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga diperkirakan menjadi kontributor utama
pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada triwulan mendatang. Dari sisi
penawaran, kontribusi pertumbuhan ekonomi Jambi didorong oleh sektor
pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa.
Perkembangan harga-harga pada triwulan mendatang diperkirakan masih
cukup tinggi. Dengan demikian, inflasi tahunan (y-o-y) diperkirakan meningkat
dibandingkan triwulan laporan. Dari sisi permintaan, datangnya bulan Ramadhan
dan perayaan Idul Fitri 1431 H akan meningkatkan konsumsi masyarakat
terhadap bahan pokok sehingga dapat memicu angka inflasi Kota Jambi pada
triwulan III-2010 lebih tinggi dari triwulan laporan. Disamping itu, masih adanya
kendala jalur distribusi akibat kondisi jalan yang belum baik serta kondisi cuaca
dapat mengganggu kelancaran arus distribusi barang sehingga berpotensi
meningkatkan angka inflasi.
A. Pertumbuhan Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi pada triwulan mendatang
diperkirakan pada kisaran 6,3-7,3% (y-o-y). Pengeluaran konsumsi rumah tangga
masih menjadi motor utama pendorong pertumbuhan ekonomi Jambi pada
triwulan mendatang. Hal ini tercermin dari nilai indeks ekspektasi ekonomi
sebesar 111,33 yang masih berada pada level optimis (nilai indeks diatas 100).
Sejalan dengan hal tersebut, indeks ekspektasi penghasilan masyarakat
juga masih berada pada level yang optimis (145,33) setelah terus tumbuh secara
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
74
optimis.42 Semakin membaiknya perekonomian di Jambi serta pembayaran gaji
ke-13 pegawai negeri sipil (PNS), TNI, POLRI meningkatkan harapan akan
penghidupan yang lebih baik bagi masyarakat pada triwulan mendatang.
Grafik 7.1. Perkembangan Ekspektasi Ekonomi, Ekspektasi Pengangguran dan Ekspektasi Penghasilan
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I
2007 2008 2009 2010
Indeks
Ekspektasi ekonomi Ekspektasi pengangguran Ekspektasi penghasilan
Hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) pada triwulan laporan
menggambarkan rencana konsumsi dalam 6 s.d 12 bulan yang akan datang
sebagian besar berada pada level pesimis, kecuali nilai saldo bersih rencana
konsumsi barang sandang tercatat sebesar 162,67. Sedangkan indikator lainnya
masih bertengger pada level pesimis yaitu: pembelian/perbaikan rumah (48,67);
peralatan rumah tangga (54,00); perabotan rumah tangga (56,00); kendaraan
bermotor (32,00); serta rekreasi/tamasya (94,00). Hal ini menunjukkan bahwa
kecenderungan belanja masyarakat di triwulan III-2010 masih diutamakan untuk
memenuhi kebutuhan pokok, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan
lainnya.
42 Setelah triwulan II-2008 yang tumbuh pesimis (60,67), indeks ekspektasi penghasilan terus tumbuh pada level optimis.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
75
Grafik 7.2. Rencana Konsumsi dalam 6-12 bulan yang akan datang
20
40
60
80
100
120
140
160
180
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
Indeks
Peralatan rumah tangga Perabotan rumah tangga Kendaraan bermotor
Barang sandang Pembelian/perbaikan rumah Rekreasi/tamasya
Berdasarkan hasil SKDU triwulan II-2010, optimisme responden pada
triwulan mendatang diyakini oleh pelaku usaha pada sektor industri pengolahan;
sekor perdagangan,hotel dan restoran (PHR); serta sektor jasa-jasa. Hal ini terlihat
dari perkiraan nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) untuk sektor-sektor tersebut
yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (Tabel 7.1).
Tabel 7.1. Saldo Bersih Tertimbang Perkembangan Dunia Usaha
Triwulan II-2010
Triwulan III-2010*
1 Pertanian 3.51 (0.88)
2 Pertambangan dan Penggalian (3.82) (1.27)
3 Industri Pengolahan 1.66 3.87
4 Listrik dan Air Minum 0.20 0.20
5 Bangunan (1.37) (1.37)
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0.85 1.09
7 Pengangkutan dan Komunikasi 1.46 0.97
8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.73 2.73
9 Jasa-jasa 1.25 2.50
6.47 7.84
Saldo Bersih Tertimbang = Saldo Bersih dikalikan bobot Bobot didasarkan pada Distribusi PDRB Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000
Saldo Bersih TertimbangNo Sektor/Subsektor
Total
Keterangan : Saldo Bersih = % naik dikurangi turun
Keterangan : *) Angka perkiraan
Dari sisi penawaran, perkembangan sektor industri pengolahan
diperkirakan akan meningkat pertumbuhannya seiring dengan datangnya bulan
Ramadhan serta Lebaran (terutama industri makanan dan minuman).
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
76
Perkembangan industri pengolahan baik industri pengolahan hasil komoditi
pertanian diperkirakan juga semakin membaik. Sejalan dengan hal tersebut,
sektor PHR juga semakin meningkat volume perdagangannya akibat naiknya
demand masyarakat terhadap kebutuhan pokok selama bulan Puasa serta
menjelang Lebaran.
Di sisi lain, sektor jasa-jasa juga diperkirakan akan meningkat. Adanya
Pilkada tingkat II (Bupati dan wakil Bupati) di beberapa daerah pada triwulan
mendatang akan memicu meningkatnya usaha jasa yang mendukung semua
atribut Pilkada. Selain itu, masa bulan Ramadhan serta Lebaran juga ikut
mendorong pertumbuhan sektor ini.
Berdasarkan proyeksi Bank Indonesia Jambi, pertumbuhan ekonomi
tahunan (y-o-y) Provinsi Jambi pada triwulan III-2010 diperkirakan pada kisaran
6,30%-7,30%. Sementara proyeksi pertumbuhan ekonomi sampai dengan akhir
tahun 2010 diperkirakan pada kisaran 6,00-8,00%.
Dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas
pasca krisis ekonomi dunia, diperlukan langkah nyata dan effort yang lebih besar
dari Pemerintah Daerah Jambi untuk memacu pertumbuhan ekonominya.
Beberapa prasyarat agar pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi bisa tumbuh lebih
baik, antara lain melalui:
1. Percepatan realisasi APBD terutama proyek-proyek fisik yang
berorientasi memacu perekonomian.
Akselerasi pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur merupakan kunci
pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah dengan optimal. Sampai dengan
triwulan II-2010, perkembangan proyek-proyek fisik dengan dana APBD relatif
masih rendah. Pemerintah daerah diharapkan dapat menyegerakan realisasi
belanja modal APBD 2010 sehingga mampu mempercepat stimulus
pembangunan ekonomi di Jambi. Pembangunan Infrastruktur bidang
transportasi (terutama jalan dan jembatan) harus dipercepat dalam rangka
meningkatkan pelayanan bagi aktivitas perdagangan serta mengurangi biaya
distribusi akibat kurang kondusifnya sarana jalan dan jembatan.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
77
2. Peningkatan koordinasi antar kabupaten/kota.
Koordinasi pembangunan antar kabupaten/kota diharapkan dapat lebih
ditingkatkan. Setiap daerah diharapkan dapat fokus dalam mencapai target
pembangunan yang nantinya akan dimanfaatkan oleh daerah-daerah di
sekitarnya. Pengembangan yang bersifat one village one product ini
diharapkan dapat lebih mengoptimalkan penggunaan sumber-sumber
pendanaan yang ada.
3. Pengendalian Inflasi yang Forward Looking.
Inflasi pada triwulan II-2010 melonjak cukup tinggi dari perkiraan Bank
Indonesia Jambi. Diperlukan keberlangsungan kebijakan penanganan inflasi
(pengendalian harga-harga) yang koordinatif antar dinas/instansi terkait
secara berkesinambungan sehingga dapat mendukung terciptanya inflasi yang
relatif rendah dan stabil melalui pengendalian inflasi yang forward looking
diantaranya melalui:
a. Koordinasi antara FKPI Provinsi Jambi dengan Tim Pengendalian Inflasi di
level pusat yang lebih intensif.
b. Meningkatkan kegiatan diseminasi untuk memberikan pemahaman
kepada masyarakat di daerah terkait kondisi dan prospek ekonomi dan
resiko tekanan inflasi.
c. Pemerintah daerah memberikan perhatian yang lebih kepada komoditas
bahan makanan utama yang masih didatangkan dari luar daerah
sehingga harganya berpotensi untuk bergejolak.
4. Optimalisasi Penyerapan Tenaga Kerja Daerah.
Peningkatan program padat karya (misal: revitalisasi pertanian, perikanan dan
peternakan, program pengembangan jalan lingkungan) dapat menjadi solusi
untuk peningkatan penyerapan tenaga kerja. Disamping itu, percepatan
realisasi APBD pemerintah daerah untuk proyek-proyek fisik (jalan, jembatan
dll) diharapkan mampu menyerap tenaga kerja lokal di Jambi untuk
mengurangi pengangguran.
5. Kebijakan Agrobisnis yang menguntungkan bagi petani dan
pengusaha.
Beberapa hal yang bisa dilaksanakan adalah:
- Percepatan realisasi tersedianya industri hilir (misal industri minyak
goreng, sabun dll) yang dapat menopang supply sawit dan karet untuk
dioptimalkan menjadi komoditas yang memiliki value added labih baik
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
78
sehingga dapat meningkatkan daya saing Provinsi Jambi dalam sektor
perkebunan.
- Perlunya pemberian subsidi dalam pemenuhan stok pupuk dan obat anti
serangga/hama yang dapat digunakan untuk mendukung proses
produksi sehingga petani tetap dapat mempergunakan jumlah pupuk
yang seimbang dan sesuai untuk meningkatkan proses produksi.
- Pengawasan distribusi pupuk yang komprehensif sehingga tidak terjadi
kelangkaan di tingkat petani yang dapat mendorong peningkatan harga
pupuk yang sangat memberatkan petani.
- Penentuan tingkat harga yang saling menguntungkan antara petani
dengan pengusaha sehingga terjadi hubungan bisnis yang kondusif. Oleh
karena itu, perusahaan harus menghindari pembelian komoditas tersebut
melalui toke.43 Hal ini dikarenakan toke membeli harga komoditas
unggulan Jambi (sawit dan karet) ke petani dibawah harga pasar/harga
yang telah ditetapkan sehingga merugikan petani.
6. Penguatan ekspor barang dan jasa.
Penguatan ekspor di Jambi dapat dilakukan dengan perbaikan kualitas dan
produktivitas komoditas utama ekspor (seperti karet dan kelapa sawit)
sehingga dapat tetap menjaga daya saing di pasar internasional yang
didukung dengan ketersediaan industri hilir.
7. Pertumbuhan kredit perbankan
Mendorong laju pertumbuhan kredit Provinsi Jambi pada triwulan III-2010
berkisar 15-20% (y-o-y) melalui program-program pendampingan kepada
usaha mikro dan kecil.
B. Proyeksi Inflasi
Secara tahunan (y-o-y), perkembangan harga-harga pada triwulan III-2010
diperkirakan relatif meningkat dibandingkan triwulan II-2010. Kondisi ini
tercermin dari hasil Survei Ekspektasi Konsumen (SEK) yang menunjukkan bahwa
keyakinan masyarakat terhadap perbaikan harga-harga masih berada pada level
pesimis. Hal tersebut tercermin dari seluruh indikator ekspektasi harga yang
memiliki nilai dibawah 100 atau berada dalam level pesimis (lihat Grafik 7.3).
43 Toke adalah sebutan bagi tengkulak atau cukong.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
79
Sedangkan nilai saldo bersih (SB) untuk indikator kenaikan harga umum sebesar
20,67 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (26,67).44
Grafik 7.3. Saldo Bersih Ekspektasi harga dalam 6-12 bulan yang akan datang
Indeks
-
20
40
60
80
100
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2007 2008 2009 2010
Bahan sandang Perumahan & bahan bangunan Transportasi & komunikasi Harga Umum Bahan makanan
Inflasi Kota Jambi pada Triwulan III-2010 diperkirakan sebesar 8,00% ± 1
(y-o-y). Datangnya bulan Ramadhan serta Lebaran serta masih berlangsungnya
musim liburan sekolah memicu meningkatnya angka inflasi dari sisi permintaan
akibat meningkatnya konsumsi masyarakat. Dari sisi penawaran, rencana
kenaikan tarif dasar listrik serta adanya potensi kenaikan harga minyak mentah
dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas bahan-bahan pangan
(kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO), di pasar internasional disertai
dengan belum membaiknya kondisi jalan dapat memicu meningkatnya angka
inflasi Kota Jambi.
44 SB (Saldo Bersih) = (%baik-%buruk)+100%. Nilai dibawah 100% berarti pesimis. Nilai diatas 100% berarti optimis. Saldo Bersih ekspektasi harga merupakan hasil survey dari jawaban pertanyaan ekspektasi terhadap harga barang/jasa pada 6-12 bulan mendatang.
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
80
Grafik 7.4. Perkembangan Inflasi Bulanan (m-t-m) Kota Jambi periode tahun 2006 s.d. Juni 2010 serta Perkiraan Juli s.d. September 2010
m-t-m (%)
-2
-1
0
1
2
3
4
5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi bulan Juli-September 2010 adalah angka perkiraan
2006 2007 2008
2010 2009
Grafik 7.5. Perkembangan Inflasi Tahunan (y-o-y) Kota Jambi
periode tahun 2006 s.d. Juni 2010 serta Perkiraan Juli s.d. September 2010 y-o-y (%)
0
5
10
15
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Catatan: Inflasi Bulan Juli-September2010 merupakan angka perkiraan dengan deviasi 1%
2006 2007 2008 2009 2010
Beberapa faktor-faktor lain yang masih berpotensi akan memberikan
tekanan inflasi selama triwulan mendatang serta berpotensi menyebabkan
perkiraan inflasi keluar dari sasaran antara lain 1)Meningkatnya demand
masyarakat terhadap kebutuhan barang dan jasa terutama terkait dengan
datangnya bulan Ramadhan dan perayaan Idul Fitri 1431 H serta perayaan Hari
Kemerdekaan Republik Indonesia, 2) Meningkatnya income masyarakat
(pembayaran THR) dan menurunnya suku bunga perbankan dapat memicu
meningkatnya konsumsi masyarakat, 3) Kondisi infrastruktur (jalan, jembatan)
yang masih terkendala akan meningkatkan biaya distribusi dan transportasi
barang dan jasa, 4) Tekanan melemahnya Rupiah dapat mempengaruhi inflasi
barang impor, 5) Kondisi cuaca di musim pancaroba ini dapat menjadi ancaman
dalam produksi pertanian dan pendistribusian barang, serta 6) Potensi kenaikan
PERKIRAAN EKONOMI DAN HARGA DAERAH
81
harga minyak mentah dunia yang diikuti pergerakan harga-harga komoditas
bahan-bahan pangan (kedelai, jagung, gandum), crude palm oil (CPO) di pasar
internasional. Beberapa hal tersebut diperkirakan akan memacu meningkatnya
angka inflasi pada periode triwulan III tahun 2010.
Sementara, masih tercukupinya stok beberapa kebutuhan pokok
diprakirakan cukup mampu meredam potensi gejolak harga yang terjadi sewaktu-
waktu akibat kemungkinan shock di sisi penawaran. Stok beras di Bulog Divre
Jambi diprakirakan cukup untuk meredam gejolak harga beras.
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
I* II* III* IV* I** II**(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. PERTANIAN 2,697,692.70 2,816,726.34 2,888,832.44 2,947,155.23 3,032,902.90 3,210,751.63 a. Tanaman Bahan Makanan 920,059.35 987,506.80 1,002,255.43 1,003,865.16 1,030,473.94 1,073,111.48 b. Tanaman Perkebunan 1,255,285.44 1,279,405.27 1,322,145.34 1,371,807.24 1,417,308.24 1,533,270.21 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 148,622.58 155,852.41 159,827.17 164,253.66 167,894.86 173,532.69 d. Kehutanan 216,967.74 234,889.11 239,958.33 242,005.27 247,458.46 254,209.79 e. Perikanan 156,757.59 159,072.74 164,646.16 165,223.89 169,767.39 176,627.46 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1,615,029.73 1,828,851.06 2,067,178.10 2,261,571.09 2,309,593.36 2,357,201.69 a. Minyak dan Gas Bumi 1,336,814.01 1,532,097.69 1,761,428.45 1,971,062.47 2,014,372.87 2,049,121.87 b. Pertambangan tanpa Migas 172,445.40 187,467.98 192,573.43 177,589.09 179,708.99 186,755.66 c. Penggalian 105,770.32 109,285.39 113,176.22 112,919.53 115,511.51 121,324.16 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1,203,091.13 1,236,200.31 1,296,004.16 1,337,478.39 1,393,504.56 1,463,937.28 a. Industri Migas 114,034.83 114,948.29 117,112.58 118,415.22 120,394.09 120,995.14 1. Pengilangan Minyak Bumi 114,034.83 114,948.29 117,112.58 118,415.22 120,394.09 120,995.14 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 1,089,056.30 1,121,252.02 1,178,891.58 1,219,063.18 1,273,110.47 1,342,942.14
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 87,294.61 93,306.14 93,695.18 93,746.83 94,707.37 95,725.40 a. Listrik 71,056.60 77,013.53 76,913.13 76,933.25 77,676.56 78,599.20 b. Gas c. Air Bersih 16,238.01 16,292.61 16,782.05 16,813.58 17,030.81 17,126.20 5. BANGUNAN 493,113.64 506,913.35 524,079.68 539,131.19 551,398.94 586,038.07 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 1,494,477.94 1,591,195.93 1,680,254.97 1,736,845.63 1,804,028.25 1,879,874.16 a. Perdagangan Besar & Eceran 1,374,992.62 1,469,259.46 1,553,974.97 1,607,473.94 1,672,212.46 1,743,448.01 b. Hotel 21,508.28 21,960.56 22,573.73 23,380.09 23,655.32 24,294.21 c. Restoran 97,977.04 99,975.91 103,706.27 105,991.60 108,160.47 112,131.93 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 715,779.03 740,847.70 776,000.05 798,781.23 809,175.69 835,344.67 a. Pengangkutan 659,885.17 683,992.44 716,408.82 737,664.67 746,281.14 769,505.17 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 465,406.90 476,048.14 499,729.05 516,023.38 521,082.60 539,621.34 3. Angkutan Laut 80,671.26 82,189.64 83,447.37 84,249.14 85,740.90 86,560.83 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 32,197.45 33,212.14 33,818.58 34,265.54 35,195.88 35,227.13 5. Angkutan Udara 46,592.19 56,847.00 61,934.04 64,380.99 64,975.66 67,456.55 6. Jasa Penunjang Angkutan 35,017.37 35,695.53 37,479.77 38,745.62 39,286.09 40,639.31 b. Komunikasi 55,893.87 56,855.26 59,591.23 61,116.56 62,894.55 65,839.50 1. Pos dan Telekomunikasi 55,015.82 55,960.06 58,660.98 60,162.76 61,916.67 64,825.78 2. Jasa Penunjang Komunikasi 878.05 895.20 930.25 953.80 977.88 1,013.73 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 522,531.95 547,770.21 576,594.69 597,181.68 607,241.80 616,592.53 a. Bank 212,093.81 227,748.97 246,505.29 258,177.46 264,661.01 267,073.86 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 34,987.26 35,930.47 36,658.47 37,463.81 38,272.60 39,073.93 c. Jasa Penunjang Keuangan 2,341.56 2,387.91 2,498.91 2,586.78 2,623.25 2,807.32 d. Sewa Bangunan 265,053.92 273,495.31 282,443.12 290,215.99 292,784.08 298,654.05 e. Jasa Perusahaan 8,055.40 8,207.55 8,488.89 8,737.64 8,900.87 8,983.37 9. JASA-JASA 1,061,354.04 1,085,949.30 1,112,711.30 1,150,555.88 1,173,890.66 1,319,561.58 a. Pemerintahan Umum 912,522.22 933,904.32 954,152.66 985,673.80 1,004,684.34 1,148,128.94 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 628,028.66 641,648.75 654,863.52 677,639.15 690,105.51 788,668.78 2. Jasa Pemerintah lainnya 284,493.56 292,255.57 299,289.14 308,034.64 314,578.83 359,460.16 b. Swasta 148,831.82 152,044.98 158,558.64 164,882.08 169,206.32 171,432.64 1. Sosial Kemasyarakatan 101,573.42 103,955.92 109,268.72 113,820.51 116,936.67 118,474.63 2. Hiburan & Rekreasi 7,496.30 7,619.00 7,819.86 8,168.90 8,263.76 8,329.99 3. Perorangan & Rumahtangga 39,762.10 40,470.06 41,470.06 42,892.68 44,005.88 44,628.03 PDRB Migas 9,890,364.78 10,447,760.33 11,015,350.57 11,462,447.17 11,776,443.53 12,365,027.01 PDRB Tanpa Migas 8,439,515.94 8,800,714.36 9,136,809.55 9,372,969.48 9,641,676.58 10,194,910.00
2010LAPANGAN USAHA
2009
Keterangan: *angka sementara
** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah)
I* II* III* IV* I** II**(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. PERTANIAN 1,235,487.70 1,243,970.45 1,256,514.56 1,262,808.61 1,280,521.91 1,306,579.13 a. Tanaman Bahan Makanan 466,009.83 470,041.38 470,484.01 457,546.65 467,342.53 473,884.52 b. Tanaman Perkebunan 576,519.49 580,081.59 588,790.11 606,358.89 613,318.28 629,921.56 c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 78,063.18 78,144.42 79,812.89 81,686.80 82,370.35 83,000.87 d. Kehutanan 65,683.37 65,803.52 66,410.54 66,488.67 66,583.93 67,545.76 e. Perikanan 49,211.83 49,899.54 51,017.01 50,727.59 50,906.81 52,226.42 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 461,553.56 466,948.56 469,120.23 467,020.54 468,082.62 470,814.69 a. Minyak dan Gas Bumi 367,608.26 368,316.08 368,528.26 371,467.84 372,129.93 373,527.83 b. Pertambangan tanpa Migas 47,215.02 50,772.11 51,458.00 46,952.15 47,015.89 47,647.51 c. Penggalian 46,730.29 47,860.38 49,133.97 48,600.55 48,936.80 49,639.35 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 524,604.28 528,114.89 547,323.88 558,240.57 568,908.89 587,323.57 a. Industri Migas 33,032.28 33,180.59 33,747.74 34,015.21 34,227.42 34,243.01 1. Pengilangan Minyak Bumi 33,032.28 33,180.59 33,747.74 34,015.21 34,227.42 34,243.01 2. Gas Alam Cair b. Industri Tanpa Migas **) 491,572.01 494,934.30 513,576.14 530,364.78 534,681.47 553,080.55 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 30,706.63 32,763.31 32,580.63 32,595.21 32,716.82 33,034.55 a. Listrik 25,998.33 28,080.85 27,790.86 27,796.80 27,891.69 28,183.04 b. Gas c. Air Bersih 4,708.29 4,682.47 4,789.77 4,798.41 4,825.13 4,851.51 5. BANGUNAN 191,514.20 193,824.13 197,187.75 199,948.62 201,492.90 205,271.84 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 657,880.69 679,789.26 702,014.83 716,906.02 723,881.69 743,830.99 a. Perdagangan Besar & Eceran 599,302.58 621,003.96 642,873.07 656,895.70 663,633.98 682,565.63 b. Hotel 10,904.55 11,022.09 11,066.68 11,287.72 11,335.09 11,638.62 c. Restoran 47,673.56 47,763.21 48,075.08 48,722.60 48,912.62 49,626.74 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 307,479.24 312,192.03 320,521.06 327,982.64 329,031.77 338,840.19 a. Pengangkutan 280,036.94 284,368.60 291,723.18 298,517.10 298,925.82 307,396.48 1. Angkutan Rel 2. Angkutan Jalan Raya 182,466.58 183,308.35 187,526.48 192,764.61 193,216.77 199,846.01 3. Angkutan Laut 39,042.73 39,122.67 39,401.84 39,687.40 39,757.03 40,127.37 4. Angk. Sungai, Danau & Penyebr. 16,601.76 16,655.35 16,700.28 16,869.50 16,890.33 16,899.88 5. Angkutan Udara 24,713.12 27,935.14 30,320.51 30,999.28 30,862.93 31,861.17 6. Jasa Penunjang Angkutan 17,212.75 17,347.10 17,774.07 18,196.30 18,198.77 18,662.05 b. Komunikasi 27,442.30 27,823.43 28,797.87 29,465.54 30,105.95 31,443.71 1. Pos dan Telekomunikasi 27,141.53 27,517.22 28,483.59 29,144.76 29,779.44 31,105.99 2. Jasa Penunjang Komunikasi 300.77 306.21 314.28 320.78 326.51 337.72 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 208,813.16 217,632.43 228,190.80 234,882.66 236,652.20 239,297.42 a. Bank 100,831.08 108,016.90 116,691.28 121,985.70 122,975.22 123,806.11 b. Lembaga Keuangan tanpa Bank 12,014.13 12,061.11 12,185.54 12,444.81 12,559.74 12,713.54 c. Jasa Penunjang Keuangan 1,189.68 1,207.83 1,236.88 1,279.65 1,283.55 1,326.46 d. Sewa Bangunan 91,169.85 92,719.97 94,422.75 95,449.63 96,094.53 97,683.52 e. Jasa Perusahaan 3,608.42 3,626.61 3,654.33 3,722.87 3,739.16 3,767.79 9. JASA-JASA 347,710.56 352,666.34 358,301.15 366,467.92 369,161.34 381,974.52 a. Pemerintahan Umum 288,597.60 293,009.38 296,930.46 303,627.72 306,155.58 318,489.40 1. Adm. Pemerintahan & Pertahanan 185,191.79 187,548.93 189,747.65 194,097.33 195,798.72 203,722.72 2. Jasa Pemerintah lainnya 103,405.81 105,460.45 107,182.80 109,530.39 110,356.87 114,766.68 b. Swasta 59,112.96 59,656.96 61,370.69 62,840.21 63,005.75 63,485.11 1. Sosial Kemasyarakatan 37,742.32 38,201.80 39,685.49 40,748.48 40,847.90 41,107.48 2. Hiburan & Rekreasi 3,415.84 3,424.93 3,453.13 3,560.10 3,566.95 3,568.22 3. Perorangan & Rumahtangga 17,954.79 18,030.23 18,232.07 18,531.62 18,590.89 18,809.42 PDRB Migas 3,965,750.03 4,027,901.41 4,111,754.89 4,166,852.79 4,210,450.13 4,306,966.88 PDRB Tanpa Migas 3,565,109.50 3,626,404.74 3,709,478.88 3,761,369.74 3,804,092.79 3,899,196.04
LAPANGAN USAHA2009 2010
Keterangan: *angka sementara
** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
TRW.I* TRW.II* TRW.III* TRW.IV* TRW. I** TRW.II**(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 6,519,395.74 6,696,182.38 7,138,285.29 7,290,867.80 7,512,483.71 7,811,727.97
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1,610,379.42 1,728,185.63 1,838,599.51 2,114,472.58 2,099,584.27 2,212,100.71
3. Lembaga Swasta Nirlaba 54,993.08 59,328.75 61,988.31 63,942.59 76,712.09 83,935.86
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 1,687,308.54 1,796,877.85 1,905,115.63 2,012,663.91 2,008,190.45 2,120,245.26
5. Perubahan Stok 272,397.07 284,620.36 298,961.19 302,154.03 304,591.08 315,072.98
6. Ekspor 3,989,331.98 4,896,090.27 5,014,368.76 5,769,824.07 5,402,030.94 5,808,894.62
7. Impor 4,243,441.06 5,013,524.90 5,241,968.12 6,091,477.80 5,627,149.00 5,986,950.39
JUMLAH 9,890,364.78 10,447,760.33 11,015,350.57 11,462,447.17 11,776,443.53 12,365,027.01
JENIS PENGELUARAN Tahun 2009 Tahun 2010
Keterangan: *angka sementara
** angka sangat sementara
Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jambi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan (Juta Rupiah)
TRW.I* TRW.II* TRW.III* TRW.IV* TRW. I** TRW.II**(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 2,845,831.60 2,879,304.21 2,987,170.93 3,014,851.75 3,027,455.71 3,043,767.19
2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 730,776.04 757,456.68 792,630.38 833,262.97 817,296.04 848,213.59
3. Lembaga Swasta Nirlaba 21,920.77 22,674.49 23,107.77 23,557.74 27,567.24 29,496.94
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 632,388.71 638,963.91 649,984.06 681,290.96 640,483.40 646,567.99
5. Perubahan Stok 123,445.30 124,473.89 126,879.44 127,821.34 124,451.34 125,571.40
6. Ekspor 2,000,919.73 2,034,808.71 2,264,203.78 2,268,206.23 2,137,891.20 2,311,342.65
7. Impor 2,389,532.12 2,429,780.48 2,732,221.46 2,782,138.20 2,564,694.80 2,697,992.88
JUMLAH 3,965,750.03 4,027,901.41 4,111,754.89 4,166,852.79 4,210,450.13 4,306,966.89
Tahun 2009JENIS PENGELUARAN Tahun 2010
Keterangan: *angka sementara
** angka sangat sementara
Jumlah Bank Provinsi Jambi (Bank Umum dan BPR)
A. Jumlah Kantor Bank Umum
KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK TotalKota Jambi 1 24 42 5 72 1 24 42 6 73 1 25 43 6 75Kerinci 0 3 15 2 20 0 3 15 2 20 0 3 15 2 20Bungo 0 4 13 17 0 4 14 0 18 0 4 14 1 19Muara Jambi 0 0 12 3 15 0 0 12 3 15 0 0 12 3 15Sarolangun 0 2 11 13 0 2 12 0 14 0 2 12 0 14Tebo 0 1 11 2 14 0 1 11 2 14 0 1 12 2 15Merangin 0 3 11 14 0 3 11 0 14 0 3 11 0 14Batanghari 0 2 11 1 14 0 2 11 1 14 0 2 11 1 14Tanjung Jabung Barat 0 3 9 12 0 3 10 0 13 0 3 10 0 13Tanjung Jabung Timur 0 1 3 1 5 0 1 3 1 5 0 1 3 1 5T O T A L 1 43 138 14 196 1 43 141 15 200 1 44 143 16 204
B. Jumlah Kantor BPR
KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK TotalKota Jambi 4 0 0 0 4 6 0 0 0 6 6 0 0 0 6Kerinci 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1Bungo 0 1 0 0 1 1 1 0 0 2 1 1 0 0 2Muara Jambi 2 0 0 2 4 2 0 0 2 4 2 0 0 2 4Sarolangun 0 2 0 0 2 0 2 0 0 2 0 2 0 0 2Tebo 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Merangin 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1Batanghari 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Tanjung Jabung Barat 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1Tanjung Jabung Timur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0T O T A L 8 4 0 2 14 11 4 0 2 17 11 4 0 2 17
C. Jumlah Kantor Bank Umum dan BPR
KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK Total KP KC KCP KK TotalKota Jambi 5 24 42 5 76 7 24 42 6 79 7 25 43 6 81Kerinci 1 3 15 2 21 1 3 15 2 21 1 3 15 2 21Bungo 0 5 13 0 18 1 5 14 0 20 1 5 14 1 21Muara Jambi 2 0 12 5 19 2 0 12 5 19 2 0 12 5 19Sarolangun 0 4 11 0 15 0 4 12 0 16 0 4 12 0 16Tebo 0 1 11 2 14 0 1 11 2 14 0 1 12 2 15Merangin 0 4 11 0 15 0 4 11 0 15 0 4 11 0 15Batanghari 0 2 11 1 14 0 2 11 1 14 0 2 11 1 14Tanjung Jabung Barat 1 3 9 0 13 1 3 10 0 14 1 3 10 0 14Tanjung Jabung Timur 0 1 3 1 5 0 1 3 1 5 0 1 3 1 5T O T A L 9 47 138 16 210 12 47 141 17 217 12 48 143 18 221
Trw IV-2009 Trw I-2010 Trw II-2010Bank Umum
T O T A LTrw IV-2009 Trw I-2010 Trw II-2010
BPRTrw IV-2009 Trw I-2010 Trw II-2010
Indeks Harga Konsumen (IHK) Jambi Tahun Dasar 2007=100
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUNI UMUM 115.16 115.92 114.98 113.52 114.62 114.15 115.36 115.76 116.86 118.30 117.90 117.54 119.83 119.40 119.34 119.32 119.33 123.18II BAHAN MAKANAN 129.27 128.65 124.26 119.00 122.98 120.87 123.47 124.51 126.96 130.73 126.32 124.25 131.12 129.27 126.86 126.41 126.07 138.45III. MAKANAN JADI, MNMAN, ROKOK & TBK 119.16 120.32 121.00 120.95 121.02 121.19 121.24 121.59 122.68 124.44 126.21 127.18 128.92 129.30 131.64 131.73 131.90 133.48IV. PERUMAHAN 109.63 113.48 113.71 113.50 113.49 113.35 113.32 113.57 113.45 113.20 113.73 113.38 113.93 113.83 114.32 114.49 114.50 115.73V. SANDANG 109.84 112.12 113.25 113.19 112.96 113.36 113.16 112.97 113.43 113.13 113.82 115.20 115.08 114.73 115.09 115.37 116.00 116.76VI. KESEHATAN 107.83 108.12 108.27 108.65 109.44 109.58 109.23 109.44 110.24 112.84 115.84 115.96 116.63 116.79 117.21 117.81 118.01 117.99VII. PENDIDIKAN, REKREASI & OR 106.77 106.83 106.70 106.81 106.86 106.59 112.23 113.76 113.83 114.37 115.24 115.31 115.50 115.87 115.83 115.61 115.53 115.81VIII. TRANSPORT & KOMUNIKASI 103.55 102.06 102.07 102.04 102.03 102.47 103.63 103.26 104.47 104.81 105.61 105.72 105.72 105.84 106.08 106.15 106.30 105.98
20102009Uraian
Sumber: BPS Provinsi Jambi
Daftar Istilah Ekspor adalah seluruh barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang
bersifat komersil maupun bukan komersil.
Impor adalah seluruh barang yang masuk suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.
PDRB atas dasar harga pasar adalah penjumlahan nilai tambah bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen faktor pendapatan yaitu gaji, bunga, sewa tanah, keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung dari seluruh sektor perekonomian.
PDRB atas dasar harga konstan merupakan perhitungan PDRB yang didasarkan atas produk yang dihasilkan menggunakan harga tahun tertentu sebagai dasar perhitungannya.
Bank pemerintah adalah bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari Bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI.
Bank swasta adalah perbankan yang sepenuhnya dimiliki oleh swasta nasional sebelum dilakukannya program rekapitalisasi perbankan.
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Net Interest Margin (NIM) adalah selisih bersih antara biaya bunga operasional dengan pendapatan bunga operasional.
Loan to Deposits Ratio (LDR) adalah rasio antara kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.
Non Performing Loan (NPL) adalah jumlah kredit yang termasuk dalam kategori kurang lancar, diragukan dan macet sesuai ketentuan Bank Indonesia.
Cash inflows adalah jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dalam periode tertentu.
Cash outflows adalah jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dalam periode tertentu.
Net cashflows adalah selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outflows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash inflows bila terjadi sebaliknya.
Administered prices adalah kelompok barang yang pergerakan harganya ditentukan oleh pemerintah baik secara keseluruhan maupun sebagian.
Aktiva Produktif adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh
bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank,
seperti penyaluran kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada
Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) adalah pembobotan terhadap
aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan risiko dari masing-masing
aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin kecil bobot risikonya.
Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah mempunyai bobot
yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang diberikan kepada
perorangan.
Kualitas Kredit adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja
debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit
digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus
(DPK), Kurang Lancar, Diragukan dan Macet.
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio antara modal (modal inti dan modal
pelengkap) terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).
Dana Pihak Ketiga (DPK) adalah dana yang diterima perbankan dari
masyarakat, yang berupa giro, tabungan atau deposito.
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara pembiayaan yang
diberikan oleh bank syariah terhadap dana yang diterima. Konsep ini sama
dengan konsep LDR pada bank umum konvensional.
Inflasi adalah Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus
(persistent).
Inflasi Administered Price adalah Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-
barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya diatur oleh
pemerintah (misalnya bahan bakar).
Inflasi Inti adalah Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat
and permintaan agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga
barang impor dan ekspektasi masyarakat.
Inflasi Volatile Food adalah Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga
barang-barang yang termasuk dalam kelompok barang yang harganya
bergerak sangat volatile (misalnya beras).
Kliring adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar
peserta kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta
yang perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
Kliring Debet adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang
disertai dengan penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro,
nota debet kepada penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank
Indonesia atau bank yang memperoleh persetujuan Bank Indonesia
sebagai penyelenggara kliring lokal) dan hasil perhitungan akhir kliring
debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit kerja yang menangani SKNBI
di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan secara nasional.
Kliring Kredit adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang
dikirim langsung oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank
Indonesia tanpa menyampaikan fisik warkat (paperless).
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan
terhadap dana yang diterima (giro, tabungan dan deposito).
Net Interest Income (NII) adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan
beban bunga.
Non Core Deposit (NCD) adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap
pergerakan suku bunga. Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari
30% giro, 30% tabungan dan 10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan.
Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls) adalah kredit/pembiayaan yang
termasuk dalam kualitas Kurang Lancar, Diragukan dan Macet
Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah suatu
pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin timbul dari
tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP
ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin
besar PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong
Kurang Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah
dikurangi agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus
dibentuk adalah 100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan).
Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs) adalah rasio
kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total
kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross.
Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb.
Rasio Non Performing Loans (NPLs) – Net adalah rasio kredit yang tergolong
NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Pengghapusan Aktiva
Produktif (PPAP), terhadap total kredit
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) adalah proses
penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real
time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat
bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) adalah sistem kliring Bank
Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian
akhirnya dilakukan secara nasional.