KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem...

112
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGAH

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGAH

TRIWULAN I 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Visi Bank Indonesia

Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui

penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan

nilai tukar yang stabil.

Misi Bank Indonesia

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan

moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta

mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung

alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan

dan stabilitas perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem

keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan

nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang

menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata

kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang

diamanatkan UU.

Kritik, saran, masukan dan komentar dapat disampaikan kepada :

Redaksi :

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tengah

Jl. Dr. Sam Ratulangi No.23 Palu

Telp : 0451 - 421181

Fax : 0451 - 421180

Email :[email protected];[email protected];

[email protected]; [email protected];

Homepage : www.bi.go.id

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkankehadirat Tuhan YME, karena atas perkenan-Nya maka

penyusunan buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sulawesi

Tengah triwulan I-2014 ini dapat diselesaikan.Tujuan dari penyusunan buku KEKR adalah

untuk memberikan informasi kepada para pemangku kepentingan tentang

perkembangan ekonomi di Sulawesi Tengah. Secara lengkap, buku KEKR ini meliputi

kajian perkembangan makroekonomi regional, perkembangan inflasi, perkembangan

perbankan, perkembangan sistem pembayaran, perkembangan ketenagakerjaan dan

kesejahteraan masyarakat, perkembangan keuangan daerah serta prospek ekonomi dan

inflasi ke depan.

Kami berharap kiranya informasi yang terangkum dalam buku KEKR ini dapat

dijadikan sebagai salah satu sumber referensi bagi pembuat kebijakan, akademisi,

masyarakat dan pihak-pihak lainnya yang membutuhkan dan memiliki perhatian terhadap

perkembangan ekonomi di Sulawesi Tengah.

Selanjutnya, pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu

penerbitan buku ini. Dalam rangka penyempurnaan dan peningkatan kualitas kajian di

waktu yang akan datang, sangat diharapkan saran, masukan dan tentunya update data

dan informasi terkini dari berbagai pihak. Selain kami cetak secara terbatas, buku KEKR

ini juga dapat diunduh di http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/.

Semoga Tuhan YME selalu meridhoi upaya kita sekecil apapun dalam berkontribusi

untuk ikut memajukan ekonomi di wilayah yang kita cintai ini. Terima kasih.

Palu, Mei 2014

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI TENGAH

ttd

Purjoko

Deputi Direktur

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Daftar Isi

ii

Boks 1. Penurunan Signifikan Kinerja Sektor Pertambangan Sulawesi Tengah Pasca

Penerapan UU Minerba Tahun 2009

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ i

Daftar Isi ........................................................................................................................... ii

Daftar Tabel ..................................................................................................................... v

Daftar Grafik .................................................................................................................... vii

Tabel Indikator Ekonomi .................................................................................................. xi

Ringkasan Eksekutif ......................................................................................................... 1-6

BAB 1. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL ..................................................... 7

1.1. Analisis PDRB dari Sisi Penawaran ............................................................. 9

1.1.1. Sektor Pertanian ................................................................................. 10

1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ................................................. 13

1.1.3. Sektor Industri Pengolahan .................................................................. 14

1.1.4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih ....................................................... 16

1.1.5. Sektor Bangunan ................................................................................. 16

1.1.6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran ............................................ 17

1.1.7. Sektor Angkatan dan Komunikasi ........................................................ 18

1.1.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa ................................................. 19

1.1.9. Sektor Jasa-Jasa .................................................................................... 20

1.2. Analisis PDRB dari Sisi Permintaan .............................................................. 20

1.2.1. Konsumsi ............................................................................................. 21

1.2.2. Investasi ............................................................................................... 22

1.2.3. Ekspor .................................................................................................. 24

1.2.4 Impor .................................................................................................... 26

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Daftar Isi

iii

Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang

Probability of Default

Boks 2 Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) : Upaya Peningkatan Kesejahteraan

Masyarakat dan Pengendalian Inflasi

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ........................................................................ 28

2.1. Perkembangan Inflasi Secara Umum di Kota Palu ...................................... 28

2.2. Tekanan Inflasi Sisi Penawaran .................................................................... 32

2.3. Tekanan Inflasi Sisi Permintaan .................................................................... 33

2.4. Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa ...................... 34

2.5. Disagregasi Inflasi ......................................................................................... 40

2.6. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) ....................................................... 41

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH ................................................................ 43

3.1. Kinerja Perbankan di Sulawesi Tengah (Bank Umum & BPR) .................. 43

3.2. Intermediasi Bank Umum ............................................................................ 45

3.2.1. Penghimpunan Dana Masyarakat Bank Umum .................................... 46

3.2.2. Penyaluran Kredit Bank Umum ............................................................ 47

3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ................................................... 50

3.4. Kinerja Bank Umum Syariah ....................................................................... 53

3.5. Kredit UMKM................................................................................................ 55

BAB 4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN ................................................................ 58

4.1. Transaksi Keuangan Secara Tunai .............................................................. 58

4.1.1. Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow) ...................................... 58

4.1.2. Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan ....................................... 59

4.1.3. Aliran Perkasan Berdasarkan Denominasi ............................................ 60

4.2. Transaksi Keuangan Secara Non Tunai ...................................................... 61

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Daftar Isi

iv

BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ............................................................................ 64

5.1. Ketenagakerjaan ......................................................................................... 64

5.2. Kemiskinan .................................................................................................. 67

BAB 6. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ................................................................. 71

6.1. Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2014 .............................. 71

6.1.1. Realisasi Pendapatan APBD ................................................................. 72

6.2.2 Realisasi Belanja APBD ......................................................................... 74

6.2. Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah ...................................................... 75

BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ....................................................................... 77

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi ................................................................. 77

7.2. Prospek Inflasi ............................................................................................. 81

LAMPIRAN

Daftar Istilah dan Singkatan

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Daftar Tabel

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000 ................................................................... 9

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000 .................................................................. 9

Tabel 1.3. Produksi Padi Sawah Provinsi Sulawesi Tengah

(Angka Sementara 2013 dan Prognosa 2014) .............................................. 11

Tabel 1.4. Produksi Padi Ladang Provinsi Sulawesi Tengah

(Angka Sementara 2013 dan Prognosa 2014) .............................................. 11

Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sulawesi Tengah Menurut Penggunaan

Atas Dasar Harga Konstan 2000 ................................................................... 20

Tabel 1.6. Pertumbuhan Triwulanan (qtq) PDRB Sulawesi Tengah Menurut

Penggunaan Atas Dasar Harga Konstan 2000 .......................................... 20

Tabel 1.7. Perkembangan Nilai Ekspor Berdasar SITC 2 Digit Komoditas Utama

Provinsi Sulawesi Tengah (Ribu USD) ........................................................... 25

Tabel 1.8. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sulawesi Tengah

(Ribu USD) .................................................................................................. 27

Tabel 2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas .................................................... 31

Tabel 2.2. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi terbesar Bulan Januari Maret 2014 .. 32

Tabel 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan per Kelompok Komoditas ............................... 35

Tabel 2.4. Inflasi Kelompok Bahan Makanan ................................................................ 35

Tabel 2.5. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau ................. 38

Tabel 2.6. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar ..................... 38

Tabel 2.7. Inflasi Kelompok Sandang ............................................................................ 39

Tabel 2.8. Inflasi Kelompok Kesehatan ......................................................................... 39

Tabel 2.9. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga ..................................... 39

Tabel 2.10. Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan ..................... 40

Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan di Sulawesi Tengah ........................ 44

Tabel 3.2. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah ......... 45

Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Bank Umum per Sektor .............................................. 49

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Daftar Tabel

vi

Tabel 3.4. Jumlah Kantor Pusat dan Cabang BPR di Sulawesi Tengah (Belum Termasuk

Daerah Pemekaran) ..................................................................................... 53

Tabel 4.1. Perkembangan Uang Palsu Yang Ditemukan ................................................ 60

Tabel 4.2. Pangsa Denominasi Uang Inflow .................................................................. 60

Tabel 4.3. Pangsa Denominasi Uang Outflow ............................................................... 61

Tabel 4.4 . Perkembangan RTGS Provinsi Sulawesi Tengah ............................................. 62

Tabel 5.1. Penduduk Menurut Jenis Kegiatan Utama .................................................... 65

Tabel 5.2. Perkembangan Penduduk Miskin Di Sulawesi Tengah (Rilis September

2013) .......................................................................................................... 68

Tabel 5.3. Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Di

Sulawesi Tengah Berdasarkan Sektor Ekonomi .............................................. 70

Tabel 6.1 Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah per Triwulan ............................. 73

Tabel 6.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah ................................... 73

Tabel 6.3. Perkembangan Realisasi Belanja Daerah per Triwulan .................................... 74

Tabel 6.4. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah .......................................... 74

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Daftar Grafik

vii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan dan Nominal PDRB (triwulanan) Sulawesi Tengah ADHK

2000 (yoy) ................................................................................................... 7

Grafik 1.2. Pangsa PDRB Provinsi Sulawesi Tengah per Sektor ........................................ 8

Grafik 1.3. Perkembangan Kegiatan Usaha (Survei Kegiatan Dunia Usaha) . ................... 8

Grafik 1.4. Andil Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektoral ....................................... 10

Grafik 1.5. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor

Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah .............................................................. 10

Grafik 1.6. Pangsa Nominal PDRB Sektor Pertanian ........................................................ 10

Grafik 1.7. Perkembangan Stok Beras BULOG ................................................................ 12

Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Bank Umum Sektor Pertanian ..................................... 13

Grafik 1.9. Perkembangan Volume Ekspor Kakao .......................................................... 13

Grafik 1.10. Perkembangan Nominal dan Volume Ekspor Tambang ................................. 13

Grafik 1.11. Pertumbuhan Tahunan (yoy) dan Triwulanan (qtq) Volume Ekspor Tambang . 13

Grafik 1.12 Pertumbuhan Tahunan Sektor dan Subsektor Pertambangan ........................ 14

Grafik 1.13. Perkembangan Produksi Bahan Galian C di Kabupaten Donggala .................. 14

Grafik 1.14. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor Industri

Pengolahan ................................................................................................. 15

Grafik 1.15. Kapasitas Terpakai Industri Pengolahan ........................................................ 15

Grafik 1.16. Perkembangan Pertumbuhan Tahunan (yoy) Produksi Industri Manufaktur

Besar dan Sedang Provinsi Sulawesi Tengah.................................................. 15

Grafik 1.17. Perkembangan Volume Ekspor Kayu, Kayu Olahan dan Furniture .................. 15

Grafik 1.18. Perkembangan Konsumsi Listrik Di Kota Palu ................................................ 16

Grafik 1.19. Perkembangan Vol. Penjualan Air PDAM Donggala ....................................... 16

Grafik 1.20. Realisasi Pengadaan Semen Di Sulawesi Tengah ........................................... 17

Grafik 1.21. Perkembangan Kredit Bank Umum Sektor Bangunan .................................... 17

Grafik 1.22. Perkembangan Pertumbuhan PHR dan subsektornya .................................... 17

Grafik 1.23. Tingkat Penghunian Kamar Hotel ................................................................. 18

Grafik 1.24. Perkembangan Jumlah Tamu Hotel Berbintang ............................................. 18

Grafik 1.25. Perkembangan Arus Penumpang Pesawat Udara Melalui Bandara Mutiara

Palu............................................................................................................. 19

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Daftar Grafik

viii

Grafik 1.26. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor dan Subsektor Keuangan,

Persewaan dan Jasa ..................................................................................... 19

Grafik 1.27. Perkembangan Kredit, DPK, dan NTB Perbankan Di Sulawesi Tengah ........... 19

Grafik 1.28. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Kelompok Penggunan .............................. 21

Grafik 1.29. Perkembangan Kredit Konsumsi Di Sulawesi Tengah ..................................... 21

Grafik 1.30. Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru Di Kota Palu ......................................... 21

Grafik 1.31 Perkembangan Nilai Tukar Petani ................................................................. 22

Grafik 1.32. Indeks Keyakinan Konsumen (Survei Konsumen) ........................................... 22

Grafik 1.33. Kredit Investasi Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah .................................. 23

Grafik 1.34. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Sulawesi Tengah .......................................................................................... 23

Grafik 1.35. Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) Sulawesi Tengah ................. 23

Grafik 1.36. Perkembangan Nominal dan Volume Ekspor Sulawesi Tengah ...................... 24

Grafik 1.37. Perkembangan Volume Muat Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan .............. 25

Grafik 1.38. Jumlah Barang Keluar Melalui Bandara Mutiara Palu. .................................... 25

Grafik 1.39. Negara Tujuan Ekspor Sulawesi Tengah ....................................................... 26

Grafik 1.40. Perkembangan Volume Bongkar Barang Melalui Pelabuhan Pantoloan. ......... 27

Grafik 1.41. . Jumlah Barang Masuk Melalui Bandara Mutiara Palu ...................................... 27

Grafik 2.1. Event Analysis Inflasi Tahunan Kota Palu ....................................................... 29

Grafik 2.2. Inflasi Bulanan Kota Palu, Sulampua dan Nasional......................................... 29

Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan Beberapa Kota di Indonesia Timur. .................. 29

Grafik 2.4. Disagregasi Inflasi Kota Palu (Tahunan) ......................................................... 30

Grafik 2.5. Kontribusi Komponen Disagregasi Inflasi Kota Palu (Tahunan) ....................... 30

Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Aktual Vs Historis ............................................................. 30

Grafik 2.7. Perkembangan Ekspor dan Harga Kakao di Pasar Internasional...................... 33

Grafik 2.8. Indeks Kondisi Ekonomi, Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks

Ekspektasi Konsumen .................................................................................. 34

Grafik 2.9. Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Umum Yang Akan Datang ..................... 34

Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Palu Menurut Kelompok Komoditas ...... 34

Grafik 2.11. Perkembangan Harga Komoditas Bumbu-Bumbuan ...................................... 36

Grafik 2.12. Perkembangan Harga Komoditas Ikan Segar ................................................. 36

Grafik 2.13. Perkembangan Harga Komoditas Beras ........................................................ 36

Grafik 2.14. Perkembangan Harga Komoditas Daging dan Telur ...................................... 36

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Daftar Grafik

ix

Grafik 3.1. Perkembangan DPK Menurut Jenis Simpanan ............................................... 43

Grafik 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Jasa Keuangan ............................................. 43

Grafik 3.3. Perkembangan DPK Bank Umum ................................................................. 46

Grafik 3.4. Pangsa DPK Bank Umum Menurut Jenis Simpanan ....................................... 46

Grafik 3.5. Rasio Rekening Simpanan Pada Bank Umum Terhadap Jumlah Penduduk ...... 46

Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Bank Umum berdasarkan Jenis Penggunaan ............... 48

Grafik 3.7. Pangsai Kredit Bank Umum berdasarkan Jenis Penggunaan ........................... 48

Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Properti ...................................................................... 49

Grafik 3.9. Perkembangan Kredit KPR Berdasarkan Tipe ................................................. 49

Grafik 3.10. Rasio Rekening Kredit Pada BU Terhadap Jumlah Penduduk .......................... 50

Grafik 3.11. Perkembangan Aset BPR Di Sulteng.............................................................. 51

Grafik 3.12. Perkembangan DPK BPR Menurut Jenis Simpanan ........................................ 52

Grafik 3.13. Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan .................................. 52

Grafik 3.14. Perkembangan Aset Bank Syariah Di Sulteng ................................................ 54

Grafik 3.15. Perkembangan DPK Bank Syariah Menurut Jenis Simpanan ........................... 54

Grafik 3.16. Perkembangan Pembiayaan Bank Syariah Menurut Jenis Penggunaan ........... 54

Grafik 3.17. Perkembangan Kredit Mikro Kecil dan Menengah Bank Umum ..................... 56

Grafik 4.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Tunai .................................................. 58

Grafik 4.2. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB)................................ 59

Grafik 4.3. Perkembangan Lembar Uang Yang Dimusnahkan ......................................... 59

Grafik 4.4. Perkembangan Uang Palsu Yang di Temukan .............................................. 59

Grafik 4.5. Perkembangan Transaksi Non Tunai di Sulawesi Tengah ............................... 62

Grafik 4.6. Share Nominal Transaksi RTGS (Outgoing) dan Kliring Provinsi Sulawesi

Tengah ........................................................................................................ 62

Grafik 4.7. Perkembangan Nominal dan Jumlah Warkat Kliring Prov. Sulawesi Tengah.... 62

Grafik 4.8. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sulawesi Tengah .................. 62

Grafik 5.1. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama .............................. 66

Grafik 5.2. Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama ............................. 66

Grafik 5.3. Perkembangan Tingkat UMP Sulawesi Tengah dan Inflasi Kota Palu ............. 67

Grafik 5.4. Perkembangan UMP dan Kebutuhan Hidup Layak (KHL) ............................... 67

Grafik 5.5. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Di Sulteng ............................................ 69

Grafik 5.6. Persentase Penduduk Miskin Menurut Lokasi Tinggal Di Sulteng ................... 69

Grafik 5.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan ..................................................................... 69

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Daftar Grafik

x

Grafik 5.8. Indeks Keparahan Kemiskinan Di Sulteng ..................................................... 69

Grafik 6.1 Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah ........................................... 71

Grafik 6.2. Perkembangan Deposito, Tabungan dan Giro Pemda .................................... 72

Grafik 6.3. Perkembangan Nilai Realisasi per Pos Pendapatan Daerah ............................. 73

Grafik 6.4. Perkembangan Tingkat Realisasi per Pos Pendapatan Daerah ........................ 73

Grafik 6.5. Perkembangan Nilai Realisasi per Pos Belanja Daerah.. .................................. 75

Grafik 6.6. Perkembangan Tingkat Realisasi per Pos Belanja Daerah ............................... 75

Grafik 6.7. Realisasi Penerimaan Pajak APBN di Sulawesi Tengah .................................... 75

Grafik 6.8. Realisasi Belanja APBN di Sulawesi Tengah.................................................... 76

Grafik 6.9. Persentase Realisasi Belanja APBN Provinsi Sulawesi Tengah .......................... 76

Grafik 7.1. Perkiraan Kegiatan Usaha (SKDU) ................................................................. 77

Grafik 7.2. Perkembangan BI Rate dan Suku Bunga Kredit Bank Umum .......................... 78

Grafik 7.3. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ................................................ 79

Grafik 7.4. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen ................................................ 79

Grafik 7.5. Proyeksi Inflasi Kota Palu (Tw II-2014) ........................................................... 81

Grafik 7.6. Prakiraan Sifat Hujan April 2014 ................................................................... 82

Grafik 7.7. Prakiraan Sifat Hujan Mei 2014 .................................................................... 82

Grafik 7.8. Prakiraan Sifat Hujan Juni 2014 .................................................................... 82

Grafik 7.9. Laju Inflasi Bulanan dan Indeks Ekspektasi Perubahan Harga ......................... 83

Grafik 7.10 Proyeksi Harga Emas .................................................................................... 83

Grafik 7.11 Proyeksi Harga Minyak Mentah Dunia .......................................................... 83

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

TabelIndikatorUtama

xi

TABEL INDIKATOR EKONOMI

PROVINSI SULAWESI TENGAH

a. Inflasi dan PDRB

*) Tahun dasar 2012=100

2014

TOTAL Tw I Tw II Tw III Tw IV TOTAL Tw I

Ekonomi Makro Regional

Produk Domestik Regional Bruto (%,yoy) 9,24 10,71 10,87 9,99 6,28 9,38 2,98

Berdasarkan Sektor

- Pertanian 5,79 6,92 5,06 5,12 5,23 5,57 3,99

- Pertambangan dan Penggalian 29,22 67,18 74,20 55,74 (13,10) 35,23 (44,62)

- Industri Pengolahan 5,29 4,17 6,60 3,91 5,16 4,96 6,56

- Listrik dan Air Bersih 8,32 8,31 8,78 9,67 11,87 9,68 10,46

- Bangunan 18,20 8,23 15,35 15,80 14,26 13,48 14,26

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,58 2,70 6,89 8,63 12,34 7,68 12,10

- Pengangkutan dan Komunikasi 8,57 8,66 8,02 8,48 8,16 8,32 7,68

- Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan 8,07 13,39 12,01 12,33 14,91 13,17 9,41

- Jasa-Jasa 8,64 9,46 6,35 8,03 8,67 8,11 9,37

Berdasarkan Permintaan

-Konsumsi Rumah Tangga 6,87 7,71 7,11 7,77 7,34 7,48 8,33

-Konsumsi Pemerintah 6,21 7,10 5,40 5,39 8,12 6,51 8,98

-Investasi 16,33 17,27 18,01 18,58 16,40 17,54 25,59

-Ekspor 13,46 12,52 16,27 14,20 (5,16) 8,73 (41,42)

-Impor(-) 11,47 6,20 6,07 14,01 15,71 10,57 15,12

Ekspor

Nilai Ekspor Non-Migas (USD Juta) 280 73 68 54 74 269 25

Volume Ekspor Non-Migas (ribu ton) 7.565 3.267 2.785 2.684 3.718 12.330 1.174

Impor

Nilai Impor Non-Migas (USD Juta) 1,62 - 11,80 - 171,18 182,99 0,75

Volume Impor Non-Migas (ribu Ton) 31,20 - 1,88 - 2,32 4,20

Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Palu 142,34 143,27 142,88 151,43 153,12 153,12 111,45*

Laju Inflasi Tahunan (%) Kota Palu 5,87 5,97 3,89 7,29 7,57 7,57 8,42

2012 2013

Indikator

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

TabelIndikatorUtama

xii

b. Perbankan

2014

Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1

PERBANKAN

Bank Umum:

Total Aset (Rp juta) 16.154.302 17.401.652 18.226.059 18.895.932 19.112.111 19.988.338

DPK (Rp juta) 10.022.402 10.441.931 10.923.688 11.364.133 11.330.363 11.876.744

- Giro 1.723.758 2.851.054 2.917.255 2.905.915 1.737.348 2.796.067

- Deposito 1.719.884 1.730.559 1.808.852 1.840.392 1.919.917 2.158.694

- Tabungan 6.578.760 5.860.318 6.197.582 6.617.826 7.673.099 6.921.983

Kredit (Rp juta) 13.731.000 14.321.413 15.452.047 16.144.997 16.693.036 17.158.777

1 Modal Kerja 5.123.000 5.214.992 5.471.095 5.598.727 5.748.122 5.797.644

2 Investasi 1.350.000 1.428.695 1.734.522 1.809.522 1.970.161 2.063.591

3 Konsumsi 7.258.000 7.677.726 8.246.430 8.736.748 8.974.754 9.297.542

% NPL GROSS 1,74% 2,02% 1,98% 2,20% 1,95%

LDR 137,00% 137,15% 141,45% 142,07% 147,33% 144,47%

Kredit UMKM (Rp juta) 5.131.000 5.285.270 5.870.218 5.956.501 6.169.927 6.320.727

1 Modal Kerja 4.328.000 4.450.474 4.738.724 4.801.047 4.950.478 5.067.999

2 Investasi 790.000 811.744 1.105.338 1.124.965 1.185.913 1.214.452

3 Konsumsi 13.000 23.052 26.156 30.489 33.535 38.276

Kredit Mikro 1.182.000 1.259.905 1.378.349 1.432.986 1.530.312 1.592.636

1 Modal Kerja 1.035.000 1.102.661 1.120.730 1.164.707 1.231.209 1.272.490

2 Investasi 147.000 157.244 257.619 268.279 299.103 320.145

3 Konsumsi - - - - -

Kredit Kecil 2.001.000 2.076.344 2.252.839 2.242.124 2.255.570 2.311.609

1 Modal Kerja 1.615.000 1.654.556 1.714.250 1.703.700 1.704.167 1.740.777

2 Investasi 373.000 398.736 512.432 507.935 517.868 532.556

3 Konsumsi 13.000 23.052 26.156 30.489 33.535 38.276

Kredit Menengah 1.948.000 1.949.021 2.239.031 2.281.391 2.384.044 2.416.482

1 Modal Kerja 1.678.000 1.693.258 1.903.743 1.932.641 2.015.102 2.054.732

2 Investasi 270.000 255.763 335.287 348.751 368.942 361.751

3 Konsumsi - - - - - -

NPL UMKM gross 3,39% 3,99% 3,89% 4,24% 3,79% 4,18%

BPR:

Total Aset (Rp juta) 954.667 1.059.567 1.219.874 1.304.191 1.383.952 1.366.666

DPK (Rp juta) 284.159 356.446 352.202 347.353 332.737 318.180

Tabungan 45.050 50.549 56.398 55.947 56.967 57.092

Deposito 239.109 305.897 295.803 291.407 275.770 261.088

Kredit (Rp juta) 810.891 952.311 1.059.820 1.135.285 1.195.018 1.218.248

1 Modal Kerja 99.032 149.001 92.299 100.909 74.617 71.438

2 Investasi 43.101 88.139 25.025 31.730 2.759 3.151

3 Konsumsi 668.759 715.171 942.496 1.002.645 1.117.642 1.143.659

Rasio NPL gross (%) 0,81% 1,02% 1,05% 1,05% 1,02% 1,12%

LDR 285,37% 267,17% 300,91% 326,84% 359,15% 382,88%

RINCIAN2012 2013

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

TabelIndikatorUtama

xiii

c. Sistem Pembayaran

RRH = Rata-Rata Harian

2014

Tr I Tr II Tr III Tr IV TOTAL Tr I

Posisi Kas Gabungan (Miliar Rp) 1.099,36 1.264,05 1.021,42 789,93 789,93 1.023,08

Inflow (Miliar Rp) 873,95 432,15 950,63 325,22 2.581,95 1.009,12

Outflow (Miliar Rp) 507,79 1.218,47 1.567,93 1.859,38 5.153,58 823,33

Pemusnahan Uang (Miliar Rp) 184,43 96,15 174,77 203,39 658,74 209,66

Transaksi RTGS

Ingoing (Miliar Rp) 7.787,67 5.683,10 8.200,38 13.157,13 34.828,28 13.018,66

Outgoing (Miliar Rp) 10.644,93 8.225,22 10.480,88 14.635,77 43.986,80 16.938,50

Nominal Kliring (Miliar Rp) 1.311,38 1.369,15 1.542,35 1.105,69 5.328,56 934,98

Volume Kliring (Lembar) 38.434,00 39.719,00 39.540,00 28.652,00 146.345,00 24.226,00

Kliring Kredit

Nominal Kliring Kredit (Miliar Rp) 66,17 79,49 117,35 97,81 360,82 -

Volume Kliring Kredit (Lembar) 3.640,00 3.701,00 3.613,00 2.569,00 13.523,00 -

RRH Nominal Kliring Kredit (Miliar Rp) 1,10 1,26 1,86 1,58 1,33 -

RRH Volume Kliring Kredit (Lembar) 60,67 58,75 57,35 41,44 69,16 -

Kliring Debet

Nominal Kliring Debet (Miliar Rp) 1.245,21 1.289,66 1.425,00 1.007,88 4.967,74 934,98

Volume Kliring Debet (Lembar) 34.794,00 36.018,00 35.927,00 26.083,00 132.822,00 24.226,00

RRH Nominal Kliring Debet (Miliar Rp) 20,75 20,47 22,62 16,26 18,65 15,58

RRH Volume Kliring Debet (Lembar) 579,90 571,71 570,27 420,69 536,90 403,77

Kliring Pengembalian

Nominal Kliring Pengembalian (Miliar Rp) 22,10 36,49 34,99 29,03 122,60 23,41

Volume Kliring Pengembalian (Lembar) 754,00 991,00 1.057,00 736,00 3.538,00 651,00

RRH Nominal Kliring Pengembalian (Miliar

Rp)

0,37 0,58 0,56 0,47 0,44 0,39

RRH Volume Kliring Pengembalian

(Lembar)

12,57 15,73 16,78 11,87 12,64 10,85

Cek/BG Kosong

Nominal Kliring Cek/BG Kosong (Miliar

Rp)

18,84 25,02 30,86 23,51 98,23 16,58

Volume Kliring Cek/BG Kosong (Lembar) 596,00 702,00 909,00 616,00 2.823,00 512,00

RRH Nominal Kliring Cek/BG Kosong

(Miliar Rp)

0,31 0,40 0,49 0,38 0,32 0,28

RRH Volume Kliring Cek/BG Kosong

(Lembar)

9,93 11,14 14,43 9,94 10,15 8,53

RRH Nominal Cek/BG Kosong (%) 1,44 1,83 2,00 2,13 1,84 1,77

RRH Volume Cek/BG Kosong (%) 1,55 1,77 2,30 2,15 1,93 2,11

2013

Indikator

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

RingkasanEksekutif

1

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PROVINSI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I-2014

PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I-2014

mengalami penurunan pertumbuhan yang signifikan hingga menjadi 2,98%

(yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 6,28%

(yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya 10,71% (yoy). Di sisi

penggunaan, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh kelompok

investasi, konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, dan kelompok

konsumsi pemerintah dengan kontribusi masing-masing sebesar 5,92%, 4,57%

dan 1,37%. Sementara di sisi sektoral, sektor perdagangan, hotel dan restoran,

sektor pertanian, dan sektor jasa-jasa memiliki kontribusi terbesar dengan

masing-masing sumbangan sebesar 1,49%; 1,48% dan 1,47%. Penurunan

kinerja produksi dan ekspor tambang pasca kebijakan larangan ekspor mentah

minerba, memburuknya kinerja subsektor perkebunan dan tabama serta

perlambatan kinerja keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menjadi faktor

utama penurunan tajam perekonomian pada triwulan laporan. Berdasarkan

strukturnya, PDRB Sulawesi Tengah mengalami pergeseran dari yang sebelumnya

dominan ditopang oleh sektor primer (42,32%) kini justru ditopang oleh sektor

tersier (42,78%) .

PERKEMBANGAN INFLASI

Secara tahunan (yoy), laju inflasi kota Palu pada akhir triwulan I-2014

mencapai 8,42%, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya sebesar 5,97% dan inflasi nasional 7,32%. Pada triwulan laporan,

kota Palu mengalami deflasi kuartalan sebesar 0,91% (qtq) atau lebih rendah

dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 1,12% (qtq). Secara bulanan,

Perekonomian

Provinsi Sulawesi

Tengah pada

triwulan I-2014

turun tajam

Laju inflasi

meningkat

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

RingkasanEksekutif

2

inflasi triwulan I-2014 mengalami puncak pada bulan Januari dengan tingkat

inflasi sebesar 1,03% (mtm). Pada bulan tersebut, curah hujan yang tinggi

disertai banjir dan longsor di beberapa daerah di Sulawesi Tengah berimbas pada

kurangnya pasokan beberapa komoditas pangan utama serta terganggunya

proses distribusi dari sentra produksi ke pasar-pasar utama yang memberikan

dampak cukup besar pada inflasi Kota Palu.

PERKEMBANGAN PERBANKAN

Perkembangan berbagai indikator perbankan pada triwulan I-2014

menunjukkan adanya pertumbuhan tahunan positif bila dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya. Secara industri (gabungan Bank Umum dan BPR), jumlah

aset perbankan di Sulawesi Tengah pada bulan Maret 2014 tercatat sebesar

Rp21,36 triliun atau tumbuh sebesar 15,67% (yoy). Sementara itu jumlah DPK

yang dihimpun di akhir triwulan I-2014 tercatat sebesar Rp11,88 triliun atau

tumbuh sebesar 13,74% (yoy). Dalam hal penyaluran kredit, secara keseluruhan

kinerja perbankan meningkat dengan pertumbuhan hingga mencapai 19,81%

(yoy) sehingga total penyaluran kredit menjadi Rp17,16 triliun pada akhir

triwulan I-2014. Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi mengalami

pertumbuhan tertinggi, diikuti kredit kredit konsumsi dan kredit modal kerja.

Berdasarkan data akhir Maret 2014, jumlah rekening simpanan pada bank

umum sebanyak 1.393.227 rekening, atau meningkat 202.358 rekening dari

triwulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Sulawesi

Tengah sebanyak 2,79 juta orang, jumlah tersebut cukup besar dengan rasio

50,02%. Dengan kata lain, lebih dari separuh jumlah penduduk Sulawesi Tengah

telah memiliki tabungan pada bank umum.

Sementara itu, kualitas kredit yang diberikan masih tetap terjaga di level

rendah yang tercermin dari rasio NPL-gross perbankan pada triwulan I-2014 yang

tercatat sebesar 2,06% atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya sebesar 1,88%. Di sisi lain, tingkat LDR perbankan di Sulawesi

Tengah mencapai angka 151%. Hal ini menunjukkan intermediasi yang

dilakukan perbankan sudah baik.

Secara tahunan

Aset, DPK dan

Kredit perbankan

tumbuh melambat

dibandingkan

triwulan sebelumnya

Tingkat NPL

masih dibawah

5%

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

RingkasanEksekutif

3

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Berdasarkan siklusnya nominal inflow kembali meningkat di awal tahun

sementara outflow mengalami penurunan bila dibandingkan triwulan

sebelumnya. Aliran uang kartal di KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan

I-2014 berada pada kondisi net inflow. Jumlah aliran uang kartal yang masuk ke

KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah dari perbankan dan masyarakat (inflow)

sepanjang triwulan I-2014 tercatat Rp1.009,12 miliar atau tumbuh 15,47%

(yoy), sementara aliran uang kartal yang keluar dari KPw BI Provinsi Sulawesi

Tengah ke perbankan dan masyarakat (outflow) juga tumbuh 62,14% (yoy)

hingga menjadi Rp823,33 miliar. Apabila dibandingkan antara angka inflow dan

outflow maka akan diperoleh net-outflow selama triwulan I-2014 sebesar

Rp185,79 miliar. Pada triwulan laporan jumlah temuan uang palsu di Sulawesi

Tengah mengalami peningkatan.

Secara non tunai, pertumbuhan tahunan (yoy) melalui kliring mengalami

penurunan sedangkan melalui RTGS mengalami peningkatan yang tinggi.

Nominal kliring di triwulan laporan tercatat sebesar Rp934,98 miliat atau turun

-28,70% (yoy) sedangkan RTGS di sisi (outgoing) meningkat 59,12% (yoy)

hingga menjadi Rp16.938,50 miliar. Di sisi lain kualitas kliring di wilayah kerja

KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I-2014 cenderung meningkat

(terjadi penurunan Cek/BG kosong).

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah pada Februari 2014 relatif

mengalami penurunan dibandingkan satu tahun sebelumnya. Jumlah angkatan

kerja pada bulan Februari 2014 tercatat sebanyak 1,43 juta orang dengan jumlah

angkatan kerja yang telah bekerja mencapai 1,39 juta orang. Tingkat Partisipasi

Angkatan Kerja (TPAK) tercatat naik menjadi 71,79%. Penerapan UU Minerba

tahun 2009 (PP No.1 tahun 2014) berdampak pada penurunan jumlah pekerja di

sektor pertambangan hingga sebesar -24,94% (yoy) sehingga secara akumulatif

menyebabkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat ke level 2,92%

(yoy). Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS pada Januari 2014, jumlah

penduduk miskin di Sulawesi Tengah posisi September 2013 adalah sebanyak

Aktivitas tunai

dan non tunai

mengalami

peningkatan

Tingkat

pengangguran

meningkat

Persentase

penduduk

miskin menurun

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

RingkasanEksekutif

4

400.090 jiwa atau 14,32% dari seluruh penduduk Sulteng. Jumlah tersebut lebih

kecil dari posisi Maret 2013 yang tercatat sebesar 14,67%.

Berdasarkan data posisi bulan Maret 2014, jumlah KUR yang disalurkan di

wilayah Sulawesi Tengah mencapai Rp657,63 miliar, dengan jumlah rekening

sebanyak 47.980 rekening. Jumlah outstanding tersebut meningkat Rp110,95

miliar dari posisi tahun sebelumnya atau sebesar 20,30% (yoy). Dari jumlah

tersebut sebagian besar diserap oleh sektor perdagangan besar dan eceran

dengan pangsa mencapai 60,53%, diikuti sektor pertanian, perburuan dan

kehutanan dengan pangsa 21,52%.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Anggaran pemerintah pusat pada triwulan I-2014 di Provinsi Sulawesi

Tengah mengalami peningkatan dari sisi pendapatan maupun belanja. Hingga

akhir triwulan I-2014 total realisasi penerimaan pemerintah pusat di Sulawesi

Tengah mencapai Rp185,71 miliar, yang didominasi oleh penerimaan perpajakan

sebesar 61,28%. Sedangkan realisasi pos pengeluaran mencapai Rp396,80 miliar

yang didominasi oleh belanja pegawai (54,63%), diikuti belanja barang

(24,54%), belanja bantuan sosial (11,50%) dan dan belanja modal (9,34%).

Pada periode triwulan I-2014, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Tengah baik di sisi pendapatan maupun belanja

mengalami peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Hingga akhir Maret 2014, realisasi pendapatan daerah hingga

triwulan I-2014 mencapai Rp507,26 miliar atau mencapai 21,32% dari total

target anggaran 2014 yang sebesar Rp2.379,65 miliar. Sementara itu, total

realisasi belanja daerah mencapai Rp292,39 miliar atau sebesar 11,98% dari

anggaran yang sebesar Rp2.440,48 miliar.

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan II-2014

diperkirakan tumbuh sebesar 4,04% - 5,04% (yoy), atau lebih tinggi

dibandingkan dengan triwulan I-2014 sebesar 2,98% (yoy), namun lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 10,87% (yoy). Penurunan

kinerja sektor pertambangan pasca kebijakan larangan ekspor tambang dalam

Realisasi KUR

meningkat

Kinerja

realisasi

pendapatan

dan belanja

APBD dan

APBN

meningkat

Pertumbuhan

Ekonomi secara

tahunan (yoy) di

Tw II-2014

diperkirakan

meningkat

dibandingkan

triwulan

sebelumnya

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

RingkasanEksekutif

5

bentuk mentah berpengaruh besar pada perlambatan pertumbuhan ekonomi

Sulawesi Tengah di triwulan II 2014. Konsumsi Rumah Tangga dan pemerintah

diperkirakan tetap tumbuh tinggi yang disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya masa kampanye pemilihan presiden (Pilpres), mulai di realisasikannya

berbagai proyek APBD dan APBN serta panen raya padi. Kinerja ekspor pada

triwulan II-2014 diperkirakan melambat signifikan. Ekspor Sulawesi Tengah yang

didominasi oleh ekspor bahan tambang diperkirakan kontraksi signifikan seiring

dengan penerbitan Peraturan Pemerintah No. I/2014 tentang Implementasi

Larangan Ekspor Mineral Mentah yang merupakan revisi PP No. 23/2010 dan

menjadi dasar pelaksanaan UU no.4/2009 tentang mineral dan batu bara.

Di triwulan II-2014 sektor pertanian diperkirakan meningkat seiring

dengan masa panen raya di berbagai sentra produksi di Sulawesi Tengah. Kinerja

sektor jasa-jasa dan sektor bangunan diproyeksikan meningkat. Mulai

meningkatnya realisasi proyek Pemda serta pembangunan smlter dan beberapa

perusahaan besar di Banggai menjadi faktor utama meningkatnya kinerja kedua

sektor ini.

Berdasarkan perkembangan inflasi pada triwulan I-2014, kota Palu pada

triwulan II-2014 diperkirakan mengalami inflasi tahunan (yoy) sebesar 9,1% -

10,1% atau lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun

sebelumnya yang tercatat sebesar 3,98% (yoy-tahun dasar 2007=100). Di sisi lain

inflasi triwulanan (qtq) diperkirakan mencapai 0,8% - 1,3% atau lebih tinggi

dibandingkan dengan inflasi triwulanan periode yang sama tahun sebelumnya

sebesar 0,91%(qtq).

Di sisi penawaran, tekanan inflasi pada triwulan II-2014 diperkirakan

moderat. Panen raya yang terjadi pada periode April 2014 memberikan dampak

positif pada stok beras di Sulteng. Namun di sisi lain, komoditas ikan segar dan

bumbu-bumbuan masih menghadapi tekanan seiring dengan tingginya transaksi

perdagangan ke luar Provinsi Sulawesi Tengah. Di sisi permintaan, tekanan inflasi

diperkirakan meningkat. Hal ini disebabkan oleh adanya masa kampanye

pemilihan presiden. Berdasarkan data historis, masa kampanye dan pemilihan

legislatif di triwulan I 2014 mengakibatkan tingginya permintaan subkelompok

makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kondisi demikian diperkirakan

akan berulang seiring masa kampanye Pilpres. Di sisi eksternal, risiko inflasi

Inflasi tahunan

(yoy) di tw II-

2014

diperkirakan

meningkat

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

RingkasanEksekutif

6

cenderung moderat. Pengaruh nilai tukar terhadap imported inflation masih

moderat. Di sisi lain, berdasarkan proyeksi dari financial forecast center, harga

minyak dunia cenderung meningkat sedangkan dan harga emas dunia

cenderung menurun pada triwulan II-2014. Berdasarkan karakteristiknya,

penurunan harga emas internasional akan diikuti oleh harga emas domestik

khususnya di Sulawesi Tengah yang pada gilirannya akan menurunkan tekanan

pada inflasi inti.

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

7

BAB 1

PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL

- Perekonomian Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan I-2014 mengalami penurunan

pertumbuhan yang signifikan hingga menjadi 2,98% (yoy), lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 6,28% (yoy) maupun periode yang

sama tahun sebelumnya 10,71% (yoy).

- Di sisi penggunaan, pertumbuhan ekonomi terutama ditopang oleh kelompok

investasi, konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, dan kelompok

konsumsi pemerintah dengan kontribusi masing-masing sebesar 5,92%, 4,57% dan

1,37%. Sementara di sisi sektoral, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor

pertanian, dan sektor jasa-jasa memiliki kontribusi terbesar dengan masing-masing

sumbangan sebesar 1,49%; 1,48% dan 1,47%.

- Penurunan kinerja produksi dan ekspor tambang pasca kebijakan larangan ekspor

mentah minerba, memburuknya kinerja subsektor perkebunan dan tabama serta

perlambatan kinerja keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menjadi faktor utama

memburuknya perekonomian pada triwulan laporan.

Kebijakan larangan ekspor minerba yang diberlakukan pemerintah berpengaruh

signifikan terhadap penurunan kinerja perekonomian Sulawesi Tengah.

Perekonomian Provinsi Sulawesi

Tengah pada triwulan I-2014

tumbuh sebesar 2,98% (yoy)

atau melambat dibandingkan

pertumbuhan triwulan

sebelumnya 6,28% (yoy)

maupun periode yang sama

tahun sebelumnya 10,71% (yoy).

Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) Provinsi Sulawesi Tengah

Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000 pada triwulan laporan sebesar Rp5,71 triliun,

Grafik 1.1. Laju Pertumbuhan dan Nominal PDRB

(triwulanan) Sulawesi Tengah ADHK 2000 (yoy)

9,999,42

6,60

10,95 10,71 10,879,99

6,28

2,98

0

2

4

6

8

10

12

4.400

4.600

4.800

5.000

5.200

5.400

5.600

5.800

6.000

6.200

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Nominal PDRB (Rp miliar) Pert. Ekonomi Prov. Sulteng (yoy)

Rp miliar (%,yoy)

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

8

lebih tinggi dibandingkan PDRB periode yang sama pada tahun sebelumnya yang tercatat

sebesar Rp5,54 triliun. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) pada triwulan laporan

tercatat sebesar Rp15,21 triliun. Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah pada triwulan

laporan terkonfirmasi oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dengan Saldo

Bersih Tertimbang (SBT) perkembangan kegiatan usaha pada triwulan I-2014 sebesar

3,73% atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,75%.

Grafik 1.2. Pangsa PDRB Provinsi Sulawesi Tengah

per Sektor

Grafik 1.3. Perkembangan Kegiatan Usaha

(Survei Kegiatan Dunia Usaha)

Pertanian37%

Pertambangan & Penggalian

5%

Industri Pengolahan

6%

Listrik,Gas & Air Bersih

1%

Bangunan8%

Perdagangan, Hotel & Restoran

13%

Angkutan & Komunikasi

8%

Keuangan, Persewaan &

Jasa Perusahaan

5%

Jasa - jasa17%

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

-10,0

0,0

10,0

20,0

II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Ekspektasi Pelaku Usaha (%SBT) Pertumbuhan PDRB (%qtq)

% SBT

Sumber : SKDU KPw BI Prov. Sulteng

Dari sisi permintaan, dominasi struktur PDRB mengalami pergeseran. Pada

periode sebelumnya komponen ekspor menjadi salah satu dari tiga komponen

utama penopang PDRB Sulawesi Tengah. Di triwulan I-2014 struktur PDRB utama

berubah dengan komponen penopang utama konsumsi rumah tangga dan lembaga

nirlaba, investasi, dan konsumsi pemerintah dengan porsi masing-masing sebesar

57,75%, 28,20% dan 17,80%. Bila dilihat secara sektoral, PDRB Sulawesi Tengah

terutama di topang oleh kinerja pada sektor pertanian, diikuti sektor jasa-jasa, dan sektor

perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa masing-masing sebesar 37,52%,

16,62% dan 13,39%.

Berdasarkan strukturnya, PDRB Sulawesi Tengah mengalami pergeseran dari

yang sebelumnya dominan ditopang oleh sektor primer (42,32%) kini justru

ditopang oleh sektor tersier (42,78%). Pangsa sektor primer tersebut menurun -1,65%

dibandingkan triwulan sebelumnya. Menurunnya pangsa di sektor primer terutama

didorong oleh penurunan signifikan pangsa sektor pertambangan dalam PDRB Provinsi

Sulawesi Tengah pasca pelarangan ekspor tambang mentah pada awal 2014.

Peningkatan terjadi pada sektor sekunder yang ditopang oleh semakin tingginya andil

sektor bangunan dalam struktur perekonomian Sulawesi Tengah. Pada triwulan laporan

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

9

pangsa sektor sekunder mencapai 14,90% meningkat 0,32% dibandingkan triwulan

sebelumnya. Sementara itu sektor tersier mengalami penurunan sebesar 1,33% hingga

menjadi 42,78%.

1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran

Sektor bangunan mengalami pertumbuhan tertinggi hingga sebesar 14,26%

(yoy), diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor listrik, gas dan air

dengan tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 12,10% (yoy) dan 10,46% (yoy).

Sementara berdasarkan andilnya, pertumbuhan pada triwulan laporan terutama

bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran diikuti sektor pertanian, dan

sektor jasa-jasa dengan masing-masing sumbangan sebesar 1,49%, 1,48% dan 1,47%.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000

2014**

I II III IV I* II* III* IV** I**

1. Pertanian 4,9 7,0 5,8 5,4 5,8 6,9 5,1 5,1 5,2 5,6 4,0

2. Pertambangan & Penggalian 23,2 12,2 -6,2 82,0 29,2 67,2 74,2 55,7 -13,1 35,2 -44,6

3. Industri Pengolahan 8,9 4,7 3,4 4,4 5,3 4,2 6,6 3,9 5,2 5,0 6,6

4. Listrik,Gas dan Air Bersih 8,3 9,1 9,4 6,5 8,3 8,3 8,8 9,7 11,9 9,7 10,5

5. Bangunan 24,6 23,3 12,6 14,1 18,2 8,2 15,3 15,8 14,3 13,5 14,3

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 16,2 11,0 8,6 3,5 9,6 2,7 6,9 8,6 12,3 7,7 12,1

7. Angkutan dan Komunikasi 9,9 9,0 7,2 8,3 8,6 8,7 8,0 8,5 8,2 8,3 7,7

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4,9 9,6 9,1 8,5 8,1 13,4 12,0 12,3 14,9 13,2 9,4

9. Jasa - jasa 9,3 9,3 8,6 7,5 8,6 9,5 6,3 8,0 8,7 8,1 9,4

TOTAL 9,99 9,42 6,60 10,95 9,24 10,71 10,87 9,99 6,28 9,38 2,98

2013**Sektoral2012

2012*2013

*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000

2014

I II III IV I* II* III* IV** I**

1. Pertanian -1,1 3,4 0,9 2,1 0,3 1,6 1,0 2,2 -0,8

2. Pertambangan & Penggalian -0,5 -1,5 -10,6 107,6 -8,6 2,7 -20,1 15,8 -41,8

3. Industri Pengolahan -0,1 1,1 2,5 0,8 -0,3 3,5 -0,1 2,0 1,0

4. Listrik,Gas dan Air Bersih 1,1 2,6 1,8 0,8 2,8 3,1 2,6 2,9 1,5

5. Bangunan 0,1 1,6 4,1 7,8 -5,1 8,3 4,6 6,4 -5,1

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1 1,3 1,2 0,9 -0,6 5,4 2,8 4,3 -0,9

7. Angkutan dan Komunikasi -2,5 2,4 2,7 5,7 -2,2 1,8 3,1 5,4 -2,6

8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan -2,7 5,9 2,8 2,5 1,6 4,6 3,1 4,9 -3,2

9. Jasa - jasa -3,4 6,3 2,7 1,9 -1,6 3,3 4,3 2,5 -0,9

TOTAL -1,3 3,1 1,2 7,8 -1,5 3,2 0,4 4,2 -4,6

Sektoral2012 2013

*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara

Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

10

Grafik 1.4. Andil Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Sektoral

1,4

8

(3,9

9)

0,3

7

0,0

7

1,0

7

1,4

9

0,5

6

0,4

5

1,4

7

(5,00)

(4,00)

(3,00)

(2,00)

(1,00)

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

Pe

rtan

ian

Pe

rtam

ban

gan

Ind

ust

ri P

en

gola

han

LGA

Ban

gun

an

PH

R

An

gku

tan

Keu

anga

n

Jasa

- ja

sa

Tw I 2013 Tw IV 2013 Tw I 2014

%

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

1.1.1. Sektor Pertanian

Pada triwulan I-2014, sektor pertanian tumbuh sebesar 3,99% (yoy), lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,23% (yoy). Selain subsektor

perikanan, seluruh subsektor mengalami perlambatan dengan penurunan tertinggi

terjadi subsektor tanaman bahan makanan (tabama) diikuti subsektor tanaman

perkebunan dan peternakan. Subsektor perikanan tetap melanjutkan tren pertumbuhan

tahunan tertinggi hingga mencapai 8,45% (yoy).

Grafik 1.5. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB

Sektor dan Subsektor Pertanian Provinsi Sulawesi

Tengah

Grafik 1.6. Pangsa Nominal PDRB Sektor

Pertanian

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

SEKTOR PERTANIAN

Tanaman BahanMakanan

TanamanPerkebunan

Peternakan

Kehutanan

Perikanan

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

Tanaman Bahan Makanan

29%

Tanaman Perkebunan

39%

Peternakan6%

Kehutanan9%

Perikanan17%

Pangsa Sektor Pertanian

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

Selain ditopang oleh perikanan tangkap dan perikanan budidaya, tingginya

pertumbuhan pada subsektor perikanan juga disebabkan oleh perkembangan budidaya

rumput laut dan udang di berbagai daerah seperti Morowali dan Parigi Moutong. Di sisi

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

11

lain pemerintah daerah bersama dengan pemerintah pusat melakukan berbagai program

penguatan kapasitas nelayan yang tersebar di berbagai daerah di Sulawesi Tengah. Dinas

Kelautan dan Perikanan antara lain memberikan bantuan kapal Inkamina 30 Gros Ton

(GT) dan 20 GT kepada nelayan di Sulteng dan pembagian kartu sosial yang nantinya

akan memberikan kemudahan bagi para nelayan dalam mendapatkan berbagai

pelayanan sosial.

Tabel 1.3. Produksi Padi Sawah Provinsi Sulawesi Tengah

(Angka Sementara 2013 dan Prognosa 2014)

Jan - Mei - Sep - Jumlah Jan - Mei - Sep - Jumlah

Apr Ags Sep Okt Nop Des Des Jan-Des Apr Ags Des Jan-Des

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

1 Luas Panen (Ha) 65.111 61.780 22.802 31.098 23.292 12.761 89.953 216.844 64.918 63.584 90.112 218.614

Luas tanaman akhir bulan (Ha)

Kol (3),(4),(11),(12) akhir subround

3 Luas Tanam (Ha) 78.665 83.686 12.440 7.736 14.866 20.808 55.850 218.201

4 Luas Puso (Ha) 237 152 46 122 149 0 317 706

5 Hasil per hektar (Ku) 47,88 45,87 45,95 46,51 47,89 45,62 46,12 46,50

6 Produksi (Ton) 311.758 283.414 413.313 1.008.485 310.892 290.070 415.597 1.016.559

2 59.688 81.983 46.721 61.473 82.695

No. Uraian

ASEM tahun 2013 Angka Prognosa tahun 2014

September-Desember

Tabel 1.4. Produksi Padi Ladang Provinsi Sulawesi Tengah

(Angka Sementara 2013 dan Prognosa 2014)

Jan - Mei - Sep - Jumlah Jan - Mei - Sep - Jumlah

Apr Ags Sep Okt Nop Des Des Jan-Des Apr Ags Des Jan-Des

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14)

1 Luas Panen (Ha) 2.342 3.528 463 298 134 106 1.001 6.871 2.873 3.579 1.342 7.794

Luas tanaman akhir bulan (Ha)

Kol (3),(4),(11),(12) akhir subround

3 Luas Tanam (Ha) 3.213 1.323 429 775 747 619 2.570 7.106

4 Luas Puso (Ha) 23 3 5 2 3 0 10 36

5 Hasil per hektar (Ku) 30,18 30,14 24,76 29,37 29,84 28,97 27,64 29,06

6 Produksi (Ton) 7.069 10.633 2.478 20.180 8.573 10.368 3.709 22.651

2 3.700 1.492

No. Uraian

ASEM tahun 2013 Angka Prognosa tahun 2014

September-Desember

3.051 3.648 1.688

Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah

Puso akibat banjir/kekeringan dan serangan OPT pada tanaman padi yang

terjadi di triwulan I-2014 penjadi faktor utama menurunnya kinerja tabama di

Sulawesi Tengah. Hal ini terkonfirmasi oleh sulitnya pengadaan beras yang dilakukan

Bulog di triwulan I-2014. Stok beras Bulog Divre Sulawesi Tengah akhir Maret 2014

tercatat sebesar 11.930 ton, atau turun cukup dalam sebesar -46,47% dibandingkan

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

12

stok periode yang sama tahun sebelumnya. Bulog Provinsi Sulawesi Tengah hingga akhir

Maret 2014 baru melakukan pengadaan beras sebanyak 881 ton. Di tahun 2014, Perum

Bulog Divre Sulteng menargetkan pembelian beras petani sebanyak 50.000 ton atau

meningkat sebesar 11,11% dibandingkan target tahun sebelumnya sebesar 45.000 ton.

Grafik 1.7. Perkembangan Stok Beras BULOG

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2012 2013 2014

Palu Poso

Luwuk Tolitoli

Total SultengSumber : Bulog Divre Sulteng

ton

Pada triwulan laporan, subsektor perkebunan tumbuh melambat hingga menjadi

4,90% (yoy). Tren perlambatan kakao terus berlanjut seiring dengan berkurangnya

tingkat produksi kakao di berbagai sentra produksi kakao. Tidak optimalnya hasil

program Gernas Kakao, serangan hama penggerek buah dan batang, produktivitas

kakao yang semakin menurun, usia tanaman non produktif yang semakin meningkat

serta alih fungsi lahan ke komoditas pertanian lain merupakan sederet permasalahan

yang hingga saat ini menjadi momok pengembangan kakao di Sulawesi Tengah.

Semakin berkurangnya jumlah produksi kakao di kalangan petani, berimbas pada aspek

usaha eksportir kakao yang juga kesulitan mencari bahan baku untuk diekspor. Pada

triwulan I-2014, Provinsi Sulawesi Tengah sama sekali tidak melakukan ekspor kakao ke

luar negeri (nihil). Para pedagang kakao di Sulawesi Tengah saat ini lebih memilih

melakukan perdagangan antar daerah dengan beberapa perusahaan yang ada di Jawa

atau Sumatera dengan pertimbangan tidak adanya bea keluar yang dibebankan serta

margin (profit) yang lebih optimal dibandingkan bila melakukan ekspor ke luar negeri.

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

13

Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Bank Umum Sektor

Pertanian

Grafik 1.9. Perkembangan Volume Ekspor Kakao

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013 2014

Kredit Pertanian Pert. (%, yoy)

Rp miliar %,yoy

Sumber : Bank Indonesia

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013 2014Ekspor Kakao Harga Rata-Rata (ICCO) Tren Expon.Kakao

Ton USD/Ton

1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Seiring dengan penerapan kebijakan larangan ekspor minerba per tanggal 12

Januari 2014, kinerja sektor pertambangan mengalami kontraksi pertumbuhan yang

dalam hingga -44,62% (yoy). Di triwulan I 2013, nominal ekspor sektor pertambangan

mencapai USD65,16 juta namun di triwulan I 2014, nominal ekspor sektor pertambangan

turun drastis hingga USD19,34 juta yang lebih ditopang oleh ekspor pertambangan

periode 1-11 Januari 2014.

Grafik 1.10 Perkembangan Nominal dan Volume

Ekspor Tambang

Grafik 1.11 Pertumbuhan Tahunan (yoy) dan

Triwulanan (qtq) Volume Ekspor Tambang

05001.0001.5002.0002.5003.0003.5004.0004.500

0

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Nominal Ekspor Tambang (Juta USD)-sb kiri

Volume Ekspor Tambang (ribu ton)-sb kanan

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Juta USD ribu ton

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

300%

350%

400%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Pert. Volume Ekspor Tambang (yoy)

Pert. Volume Ekspor Tambang (qtq)

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

14

Grafik 1.12 Pertumbuhan Tahunan Sektor dan

Subsektor Pertambangan

Grafik 1.13 Perkembangan Produksi Bahan Galian

C di Kabupaten Donggala

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN

Minyak & Gas Bumi

Penggalian

Pertambangan bukan Migas

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

-

100.000

200.000

300.000

400.000

500.000

600.000

700.000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Produksi (m3) Growth (y-o-y) Growth (q-t-q)

Sumber : Dinas ESDM Kab. Donggala

m3

Subsektor pertambangan bukan migas mengalami kontraksi paling tinggi hingga

mencapai -70,33% (yoy) disusul subsektor minyak dan gas bumi yang juga kontraksi -

1,67% (yoy). Penyumbang penurunan terbesar subsektor pertambangan bukan migas

adalah berhentinya produksi dan ekspor perusahaan-perusahaan tambang yang

mayoritas berasal dari Morowali dan Morowali Utara (lihat boks 1). Di tengah terjadinya

kontraksi pada subsektor yang lain, subsektor penggalian tetap tumbuh positif sebesar

12,20% (yoy) ditopang oleh masih besarnya realisasi investasi dan tingginya geliat

pembangunan di daerah Kalimantan dan Sulawesi.

1.1.3. Sektor Industri Pengolahan

Sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 6,56% (yoy), lebih tinggi dari

pertumbuhan triwulan sebelumnya 5,16% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei

Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) pada triwulan I-2014 dengan kapasitas terpakai sektor

tersebut sebesar 79,70% atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya 69,38%. Dari survei

yang dilakukan BPS diperoleh informasi bahwa pertumbuhan produksi Industri

Manufaktur Besar dan Sedang (IBS) Provinsi Sulawesi Tengah di triwulan I-2014 sebesar

4,07% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 2,90% (yoy). Seiring

dengan hal tersebut, produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil (IMK) di Sulawesi

Tengah juga meningkat hingga sebesar 11,27% (yoy).

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

15

Grafik 1.14. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor

dan Subsektor Industri Pengolahan

Grafik 1.15. Kapasitas Terpakai Industri

Pengolahan

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

3. INDUSTRI PENGOLAHAN

Makanan, Minuman & Tembakau

Kayu dan Hasil Hutan Lainnya

Semen & Barang Galian bukan Logam

Lainnya

57,75 58,13

70,13

62,22 63,33

68,13 67,8669,38

79,70

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Sumber : SKDU KPw BI Prov. Sulteng

Grafik 1.16. Perkembangan Pertumbuhan Tahunan

(yoy) Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang

Provinsi Sulawesi Tengah

Grafik 1.17. Perkembangan Volume Ekspor Kayu,

Kayu Olahan dan Furniture

-10

-5

0

5

10

15

20

I II III IV I II III IV I II III IV* I **

2011 2012 2013 2014

IBS Sulawesi Tengah

IBS Nasional

Sumber : BPS Prov. Sulteng

%

Keterangan : *) Angka perbaikan

**) Angka sangat sementara

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

0200400600800

1.0001.2001.4001.6001.8002.000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Volume Ekspor Kayu, Kayu Olahan& Furniture (ton)g.qtq

Sumber : Bank Indonesia,

ton

*) Data Sementara

Subsektor lainnya mengalami pertumbuhan tertinggi hingga mencapai 16,52%

(yoy) diikuti subsektor makanan, minuman dan tembakau yang tumbuh 10,54% (yoy).

Pertumbuhan pada subsektor makanan, minuman dan tembakau ditopang oleh adanya

kampanye pemilihan legislatif di berbagai pelosok daerah di Sulawesi Tengah. Untuk

beberapa komoditas seperti rokok bahkan menjadi salah satu penyumbang utama inflasi

pada April 2014 yang mengkonfirmasi peningkatan konsumsi subsektor ini menjelang

Pileg. Di sisi lain subsektor kayu dan hasil hutan lainnya yang memiliki pangsa terbesar

terhadap sektor industri pengolahan hanya tumbuh sebesar 3,60% (yoy).

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

16

1.1.4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih

Sektor listrik dan air bersih pada triwulan I-2014 tumbuh sebesar 10,46% (yoy) atau

lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya 11,87% (yoy). Beberapa faktor yang

menyebabkan terjadinya perlambatan diantaranya berhentinya operasi perusahaan-

perusahaan tambang di Morowali dan Morowali Utara serta belum tingginya realisasi

APBD dan APBN di triwulan awal 2014. Salah satu indikator yang mendukung hal

tersebut adalah konsumsi listrik masyarakat di Kota Palu pada triwulan laporan yang

tumbuh melambat hingga menjadi 4,51% (yoy). Namun di sisi lain masih terjaganya

tingkat konsumsi masyarakat Sulawesi Tengah serta cukup tingginya pertumbuhan

investasi pada triwulan laporan menjadi penopang tetap tumbuhnya kinerja sektor ini.

Grafik 1.18. Perkembangan Konsumsi Listrik Di

Kota Palu

Grafik 1.19. Perkembangan Vol. Penjualan Air

PDAM Donggala

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

-

10.000.000

20.000.000

30.000.000

40.000.000

50.000.000

60.000.000

70.000.000

80.000.000

90.000.000

100.000.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Pemakaian Listrik YoY QtQ

Sumber : PT PLN Cabang Palu

Kwh

-15%

-10%

-5%

0%

5%

10%

15%

20%

1000000

1050000

1100000

1150000

1200000

1250000

1300000

1350000

1400000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Vol. Air Tersalur g.vol (qtq) g.vol (yoy)

Sumber : PDAM Donggala

m3

1.1.5. Sektor Bangunan

Kinerja sektor bangunan relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya dengan

tingkat pertumbuhan sebesar 14,26% (yoy). Kinerja sektor bangunan pada triwulan

laporan ditopang oleh realisasi investasi proyek konstruksi PT. Donggi Senoro LNG serta

pembangunan smelter PT Bintang Delapan di Morowali. Besarnya nilai investasi kedua

proyek tersebut memberikan nilai tambang yang signifikan kepada sektor bangunan di

Sulawesi Tengah. Di sisi lain, tingginya realisasi pembangunan beberapa hotel bintang,

ruko, dan properti lainnya di daerah Palu dan sekitarnya juga memberikan kontribusi

yang tidak sedikit pada peningkatan sektor bangunan.

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

17

Grafik 1.20. Realisasi Pengadaan Semen Di

Sulawesi Tengah

Grafik 1.21. Perkembangan Kredit Bank Umum

Sektor Bangunan

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

160000

180000

200000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Jumlah (ton) Growth (y-o-y) Growth (q-t-q)

ton %

Sumber : AsosiasiSemen Indonesia

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

-

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Kredit Konstruksi Pert. (%, yoy)

Rp miliar %,yoy

Sumber : Bank Indonesia

Beberapa indikator seperti sektor bangunan menunjukkan kinerja positif. Realisasi

pengadaan semen di Sulawesi Tengah yang tercatat sebesar 161.700 ton atau tumbuh

sebesar 23,79% (yoy). Sementara kredit yang disalurkan Bank Umum pada sektor

bangunan juga meningkat mencapai Rp 458,47 miliar atau tumbuh 32,89% (yoy). Ke

depan, sektor bangunan menghadapi tantangan berupa risiko kenaikan biaya bahan

produksi seiring dengan potensi peningkatan suku bunga kredit serta kebijakan Loan To

Value.

1.1.6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR)

Grafik 1.22 Perkembangan Pertumbuhan PHR dan subsektornya

0%

5%

10%

15%

20%

25%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

6. PERDAGANGAN HOTEL DAN RESTORAN

Perdagangan Besar dan Eceran

H o t e l

R e s t o r a n

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

Pada triwulan I-2014 kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh

sebesar 12,10% (yoy) atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

12,34% (yoy). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada subsektor perdagangan besar dan

eceran yang tercatat sebesar 12,39%, disusul subsektor restoran dan subsektor hotel

yang masing-masing tercatat sebesar 10,01% (yoy) dan 1,37% (yoy). Kenaikan UMP di

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

18

awal tahun serta masa kampanye pemilihan legislatif (pileg) menjadi penopang utama

kinerja sektor PHR pada triwulan laporan.

Grafik 1.23. Tingkat Penghunian Kamar Hotel Grafik 1.24. Perkembangan Jumlah Tamu Hotel

Berbintang

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 204

TPK Total TPK Hotel Bintang TPK Hotel Melati

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

%

-60%

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Total Tamu g. (qtq) g.(yoy)

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

orang

Rendahnya tingkat pertumbuhan subsektor hotel terkonfirmasi dari rata-rata

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang selama triwulan I-2014 sebesar

51,62%, lebih rendah dibandingkan rata-rata triwulan IV-2013 sebesar 71,67%.

Penurunan TPK hotel tersebut disebabkan oleh belum tingginya realisasi berbagai proyek

APBD dan APBN serta tidak beroperasinya perusahaan-perusahaan tambang di beberapa

kabupaten yang menurunkan tingkat permintaan penginapan hotel.

1.1.7. Sektor Angkutan dan Komunikasi

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sektor angkutan dan komunikasi pada

triwulan I-2014 mengalami sedikit perlambatan dengan pertumbuhan sebesar 7,68%

(yoy). Subsektor komunikasi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 12,66%,

sedangkan subsektor komunikasi tumbuh sebesar 7,22% (yoy). Penopang utama kinerja

sektor angkutan dan komunikasi antara lain pelaksanaan kampanye Pileg di berbagai

daerah di Sulawesi Tengah. Beberapa indikator menunjukkan bahwa jumlah penumpang

khususnya angkutan udara yang datang dan pergi melalui Bandara Mutiara selama

triwulan I-2014 tercatat berjumlah 225.845 penumpang atau tumbuh melambat sebesar

5,32% (yoy).

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

19

Grafik1.25. Perkembangan Arus Penumpang Pesawat

Udara Melalui Bandara Mutiara Palu

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

140.000

160.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Penumpang Datang Penumpang Berangkat

Total (qtq) Tota (yoy)

Sumber : Bandara Mutiara Palu

orang

1.1.8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan I-2014

tumbuh 9,41% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 14,91%

(yoy). Penurunan kinerja sektor ini dominan disebabkan oleh melambatnya subsektor

bank hingga ke level 7,73% (yoy). Padahal di tahun 2013 rata-rata pertumbuhan

subsektor bank selalu di atas 20%. Kebijakan perlambatan pertumbuhan kredit nasional

yang ingin dicapai otoritas moneter sebesar 15%-17% (yoy) di respon pihak perbankan di

Sulawesi Tengah dengan mengurangi ekspansi kredit. Di sisi lain, tingginya geliat investasi

bangunan di Sulawesi Tengah memberikan implikasi positif pada subsektor sewa

bangunan sehingga mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 12,13% (yoy).

Grafik1.26. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sektor

dan Subsektor Keuangan, Persewaan dan Jasa

Grafik 1.27. Perkembangan Kredit, DPK, dan NTB

Perbankan Di Sulawesi Tengah

0%

5%

10%

15%

20%

25%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN

B a n k

Lembaga Keuangan Tanpa Bank

Sewa Bangunan

Jasa Perusahaan

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

0

100

200

300

400

500

600

700

02.0004.0006.0008.000

10.00012.00014.00016.00018.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013

DPK BU Kredit BU

NTB BU (sb.kanan)

Sumber : Bank Indonesia

Rp miliar Rp miliar

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

20

1.1.9. Sektor Jasa-Jasa

Pada triwulan I-2014 kinerja sektor jasa tumbuh sebesar 9,37% (yoy), meningkat

dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 8,67% (yoy). Pertumbuhan pada

sektor ini terutama ditopang oleh kinerja subsektor pemerintahan umum yang pada

triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 9,57% (yoy), lebih tinggi

dibandingkan dengan pertumbuhan subsektor swasta sebesar 8,91% (yoy).

1.2. Analisis PDRB Dari Sisi Permintaan

Di sisi permintaan, pertumbuhan tertinggi dialami kelompok investasi hingga sebesar

25,59% (yoy) diikuti kelompok impor 15,12% (yoy) dan kelompok konsumsi pemerintah

sebesar 8,98% (yoy). Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah

pada triwulan I-2014 terutama ditopang oleh kelompok investasi dengan andil sebesar

5,92% diikuti konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba dan konsumsi

pemerintah dengan andil masing-masing sebesar 4,57% dan 1,51%. Realisasi berbagai

proyek besar PT. Donggi Senoro, PT Bintang Delapan, kenaikan UMP di awal tahun serta

pelaksanaan Pileg menjadi faktor utama besarnya andil kelompok pengeluaran tersebut

dalam pembentukan pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan.

Tabel 1.5. Pertumbuhan Tahunan (yoy) PDRB Sulawesi Tengah Menurut Penggunaan

Atas Dasar Harga Konstan 2000

2014**

I II III IV I* II* III* IV** I**

1. Konsumsi Rumah Tangga dan Lembaga Swasta Nirlaba6,9 7,2 6,3 7,0 6,9 7,7 7,1 7,8 7,3 7,5 8,3

2. Konsumsi Pemerintah 6,1 7,6 6,5 4,7 6,2 7,1 5,4 5,4 8,1 6,5 9,0

3. Investasi 19,0 18,4 12,6 15,8 16,3 17,3 18,0 18,6 16,4 17,5 25,6

4. Ekspor 18,2 11,9 2,2 21,3 13,5 12,5 16,3 14,2 -5,2 8,7 -41,4

5. Dikurangi Impor 15,4 15,0 10,0 6,3 11,5 6,2 6,1 14,0 15,7 10,6 15,1

TOTAL 10,0 9,4 6,6 11,0 9,2 10,7 10,9 10,0 6,3 9,4 3,0

20132013**

2012Sektoral 2012*

*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Tabel 1.6. Pertumbuhan Triwulanan (qtq) PDRB Sulawesi Tengah Menurut Penggunaan

Atas Dasar Harga Konstan 2000 2014**

I II III IV I* II* III* IV** I**

1. Konsumsi Rumah Tangga dan Lembaga Swasta

Nirlaba-0,56 1,40 3,80 2,56 -0,63 1,40 3,85 3,13 0,36

2. Konsumsi Pemerintah -2,04 3,88 0,28 5,95 -3,07 3,70 -1,21 4,24 -1,27

3. Investasi 0,64 5,63 2,75 6,56 0,18 4,67 3,24 6,59 8,60

4. Ekspor -4,91 3,04 -7,35 4,48 -3,40 11,28 -4,36 11,60 -41,27

5. Dikurangi Impor 1,06 0,35 9,37 4,32 -11,36 9,08 3,50 2,85 0,54

TOTAL -1,51 3,21 0,36 4,18 0,09 3,24 1,52 5,56 -4,57

Penggunaan2012 2013

*Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Sulawesi Tengah

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

21

Grafik 1.28. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Kelompok Penggunan

4,57

1,51

5,92

(7,1

8)

1,84

(8)

(6)

(4)

(2)

0

2

4

6

8

Konsumsi RumahTangga dan

Lembaga SwastaNirlaba

KonsumsiPemerintah

Investasi Ekspor Impor

Tw I 2013 Tw IV 2013 Tw I 2014

%

Sumber : BPS Prov. Sulteng, diolah

1.2.1. Konsumsi

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, konsumsi rumah tangga dan

lembaga nirlaba pada triwulan laporan tumbuh sebesar 8,33% (yoy) meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya 7,34% (yoy). Tingginya pertumbuhan komponen

konsumsi ditopang oleh pelaksanaan kampanye pemilu legislatif (Pileg) yang memicu

permintaan berbagai barang dan jasa. Di samping itu kenaikan Upah Minimum Provinsi

(UMP) di triwulan laporan juga berpengauh positif terhadap meningkatnya daya beli

masyarakat.

Grafik 1.29. Perkembangan Kredit Konsumsi

Di Sulawesi Tengah

Grafik 1.30. Jumlah Pendaftaran Kendaraan Baru

Di Kota Palu

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

45%

50%

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

9.000

10.000

Mar

Jun

i

Sep

t

De

s

Mar

Jun

i

Sep

t

De

s

Mar

Jun

i

Sep

t

De

s

Mar

2011 2012 2013 2014

Kredit Konsumsi % g. kredit kon (yoy)

Sumber : Bank Indonesia

Rp miliar

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Roda 2 Roda 4

Total qtq (%) Total yoy (%)

Unit

Sumber : Samsat Palu

Beberapa indikator seperti penjualan kendaraan bermotor menunjukkan adanya

peningkatan sedangkan kredit konsumsi menunjukkan perlambatan. Pendaftaran

kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat pada triwulan laporan tercatat

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

22

sebesar 9.004 kendaraan atau tumbuh sebesar 7,50% (yoy). Kredit konsumsi pada

triwulan laporan tercatat tumbuh sebesar 21,10% (yoy) atau melambat dibandingkan

triwulan sebelumnya 23,66% (yoy).

Berdasarkan hasil Survei Konsumen pada periode Januari-Maret 2014, rata-rata

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masih dalam level optimis yang mencapai 129,17,

lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 140,50. Indeks keyakinan

konsumen pada triwulan laporan dipengaruhi oleh ekspektasi menurunnya kondisi

perekonomian pasca keluarnya kebijakan pelarangan ekspor mentah minerba.

Grafik 1.31. Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 1.32. Indeks Keyakinan Konsumen (Survei

Konsumen)

80859095

100105110115120125130135140145150155

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1* 2* 3*

2012 2013 2014

NTP Indeks Diterima Indeks Dibayar

Sumber : BPS Prov. Sulteng*) Perubahan Tahun Dasar dari (2007=100) ke (2012=100)

60

80

100

120

140

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4

2012 2013 2014

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Indeks Keyakinan Konsumen

Indeks Ekspektasi Konsumen

Sumber : KPw BI Prov. Sulteng

Di sisi lain, konsumsi pemerintah pada triwulan I-2014 tumbuh sebesar 8,98%

(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 8,12% (yoy). Realisasi belanja

APBD di akhir triwulan I-2014 mencapai 11,98% lebih tinggi dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya 7,18%.

1.2.2. Investasi

Secara tahunan komponen investasi pada triwulan I-2014 tumbuh signifikan

hingga 25,59% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya

16,40% (yoy). Selain ditopang oleh pembangunan PT. Donggi Senoro di Banggai, kinerja

investasi pada triwulan laporan juga ditopang oleh pembangunan smelter di Morowali.

Selain itu tingkat realisasi proyek APBD yang lebih cepat dibandingkan tahun lalu juga

berpengaruh pada pertumbuhan komponen investasi. Berdasarkan Laporan Kegiatan

Penanaman Modal (LKPM) dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diperoleh

informasi bahwa rencana investasi PMA pada triwulan I-2014 yang telah memiliki izin

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

23

prinsip di Sulawesi Tengah tercatat sebesar USD 16,60 juta lebih rendah dari triwulan

sebelumnya sebesar USD 86,55. Berbeda halnya dengan investasi PMDN yang di triwulan

laporan tercatat sebesar Rp24,8 miliar atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya Rp2,02 miliar. Kredit investasi bank umum berdasarkan bank pelapor pada

bulan Maret 2014 tercatat sebesar Rp2.063,59 milyar, tumbuh 44,44% (yoy) atau sedikit

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 45,95% (yoy). Sementara volume realisasi

semen di Sulawesi Tengah pada triwulan I-2014 mencapai 161.700 ton atau tumbuh

tinggi 23,79% (yoy).

Grafik 1.33. Kredit Investasi Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

Des Mar Jun Sept Des Mar Jun Sept Des Mar

2012 2013 2014

N. Kredit inv

g. kredit inv (yoy)

g. kredit inv (qtq)

Sumber : Bank Indonesia

Rp miliar

Grafik 1.34 Perkembangan Penanaman Modal Dalam

Negeri (PMDN) Sulawesi Tengah

Grafik 1.35. Perkembangan Penanaman Modal

Asing (PMA) Sulawesi Tengah

24,8

1

0

1

2

3

4

5

6

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Nilai Investasi (Rp miliar)-sbkiriJumlah Proyek-sb kanan

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Rp miliar

16,6

27

0

5

10

15

20

25

30

0

100

200

300

400

500

600

700

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Nilai Investasi (US $ Juta)-sb kiri

Jumlah Proyek-sb kanan

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

USD juta

Penerapan UU Minerba yang baru memicu arus investasi pembangunan smelter

sektor pertambangan ke Sulawesi Tengah khususnya di kabupaten-kabupaten sentra

pertambangan seperti Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai. Saat ini baru ada

satu perusahaan di Morowali yang melakukan pembangunan smelter dengan kapasitas

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

24

300.000 ton FeNi per tahun. Untuk tahap II, perusahaan juga akan membangun smelter

dengan kapasitas 600.000 ton per tahun. Ke depan, rencananya akan ada beberapa

perusahaan lain yang membangun smelter baik di Morowali dan Morowali Utara. Dengan

nominal yang besar, diharapkan pembangunan smelter ini berimplikasi signifikan

terhadap terhadap investasi di Sulawesi Tengah.

1.2.3. Ekspor

Penurunan drastis kinerja

pertambangan berimplikasi

langsung pada kinerja ekspor

Sulawesi Tengah. Di triwulan I-

2014 pangsa komoditas

tambang terhadap total ekspor

Sulawesi Tengah mencapai

76,75%. Volume ekspor

Sulawesi Tengah pada triwulan I-

2014 mengalami kontraksi

sebesar -64,08% (yoy) atau jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya -

10,57% (yoy) maupun periode yang sama tahun sebelumnya 174,58% (yoy). Kinerja

ekspor di triwulan laporan lebih ditopang oleh ekspor tambang sebelum larangan ekspor

minerba mentah diberlakukan (periode tanggal 1-11 Januari 2014). Ekspor kakao yang

diharapkan dapat mengkompensasi penurunan kinerja ekspor secara total justru ikut

memperburuk kondisi tersebut. Berdasarkan data Askindo Sulawesi Tengah, pada periode

Januari s.d. Maret 2014, ekspor kakao Sulawesi Tengah tercatat nihil atau tidak

melakukan ekspor sama sekali.

Grafik 1.36 Perkembangan Nominal dan Volume

Ekspor Sulawesi Tengah

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

4.000

4.500

0

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Nominal Ekspor Sulteng-Sb.kiri

Volume Ekspor Sulteng -Sb. kanan

USD juta

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

25

Grafik 1.37. Perkembangan Volume Muat Barang

Melalui Pelabuhan Pantoloan

Grafik 1.38. Jumlah Barang Keluar Melalui Bandara

Mutiara Palu

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

(50.000)

50.000

150.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

Volume Muat (T/M3) g. (qtq) g. (yoy)

T/M3

Sumber : Pelindo

-25%-20%-15%-10%-5%0%5%10%15%20%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

jumlah barang keluar (ton) g. barang keluar (qtq) g. barang keluar (yoy)

ton

Sumber : Bandara Mutiara Palu

Nominal ekspor Sulawesi Tengah pada triwulan I-2014 sebesar USD 25,19 juta jauh

lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar USD 74,36. Ditinjau dari negara

pembeli, pangsa ekspor Sulawesi Tegah didominasi oleh pembeli dari negara di Asia

khususnya China dengan komoditas utama adalah tambang.

Tabel 1.7. Perkembangan Nilai Ekspor Berdasar SITC 2 Digit Komoditas Utama Provinsi

Sulawesi Tengah (Ribu USD)

Tahun BulanTotal

Ekspor

FISH,CRUST.

,MOLLUSES

AND THEIR

PREP

COFFEE,

TEA,

COCOA,

SPICES

WOOD,

LUMBER

AND

CORK

METALLIFE

ROUS

ORES&MET

AL SCR

CRD.ANIM

AL&VEGET

ABLE

MAT,NES

WOOD

AND CORK

MANUFAC

TURES

OTHERS

1 20.007 3 1.860 63 17.940 124 0 16

2 26.777 359 1.696 269 24.077 147 199 31

3 26.007 234 2.145 310 23.140 93 71 16

4 20.839 191 2.738 251 17.403 195 60 0

5 17.194 584 3.065 259 12.762 195 100 228

6 29.592 367 8.924 205 19.950 123 22 0

7 15.970 81 1.902 274 13.551 49 82 31

8 21.786 82 3.778 148 17.656 30 77 15

9 16.299 136 3.527 326 12.165 32 98 16

10 27.068 72 3.109 338 23.452 26 57 16

11 36.021 169 3.483 240 32.044 36 31 17

12 11.274 85 2.816 404 7.662 63 32 212

Total 268.837 2.365 39.042 3.088 221.803 1.113 828 598

Pangsa 100% 0,88% 14,52% 1,15% 82,50% 0,41% 0,31% 0,22%

1 19.819 260 0 142 19.335 56 0 25

2 4.907 301 0 307 0 27 13 4.259

3 467 167 0 251 0 31 5 13

Total 25.193 729 0 699 19.335 114 18 4.298

Pangsa 100% 2,89% 0,00% 2,78% 76,75% 0,45% 0,07% 17,06%

2013

2014

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

26

Grafik 1.39. Negara Tujuan Ekspor Sulawesi Tengah

AMERICA2%

ASIA97%

AUSTRALIA1%

EUROPE0%

C. R.R.C97%

C. SOUTH KOREA

1%

C. JAPAN1%

OTHER ASIA1%

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Berdasarkan titik ekspornya, selama Januari-Maret 2014, Pelabuhan Kolonodale

masih mendominasi ekspor sebesar 87,21% dari total nilai ekspor, disusul Pantoloan

1,11%, Loli 0,63%, dan Banggai sebesar 0,02%. Sementara itu, ekspor melalui

pelabuhan di provinsi lainnya tercatat sebesar 11,03 %. Kedepan, ekspor tambang masih

menghadapi tantangan berupa kebijakan pelarangan ekspor tambang mentah. Dengan

kondisi seperti ini maka investasi smelter diharapkan dapat segera terealisasi agar kinerja

sektor pertambangan dan kinerja ekspor Sulawesi Tengah dapat pulih dan meningkat

secara progresif.

1.2.4. Impor

Impor Sulawesi Tengah pada triwulan I-2014 tumbh relatif stabil di level

pertumbuhan 15,12% (yoy). Selain ditopang kinerja impor antar daerah, kinerja impor

juga ditopang oleh impor dari luar negeri .Barang yang diimpor dari luar negeri pada

triwulan laporan termasuk dalam subkelompok barang elektrik. Secara triwulanan, impor

Sulawesi Tengah yang berasal dari luar negeri selama Januari-Maret 2014 tercatat sebesar

USD 751 ribu, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya USD 171,18 juta.

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 1. Perkembangan Makroekonomi Regional

27

Grafik 1.40. Perkembangan Volume Bongkar Barang

Melalui Pelabuhan Pantoloan

Grafik 1.41 . Jumlah Barang Masuk Melalui Bandara

Mutiara Palu

-30%

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

Volume Bongkar (T/M3) g. (q-t-q) g. (y-o-y)

T/M3

Sumber : Pelindo

-25%-20%-15%-10%-5%0%5%10%15%20%25%

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2012 2013 2014

jumlah barang masuk (ton) g. barang masuk (qtq) g. barang masuk (yoy)

ton

Sumber : Bandara Mutiara Palu

Tabel 1.8. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sulawesi Tengah (Ribu USD)

Tahun Bulan Total Impor

NON

METALIC

MINERALS

MFS

IRON AND

STEEL

MANUFACT

URES OF

METAL NES

POWER

GENERATING

MACH. &

EQP

MACH.SPECI

AL FOR

PARTIC.INDS

GENERAL

INDUSTRIAL

MACH.&EQP

ELECTRICAL

MACH.,

APPARATUS

1 0 0 0 0 0 0 0 0

2 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0 0 0 0 0 0 0 0

4 5.933 0 0 0 0 5.933 0 0

5 5.463 0 0 0 0 4.493 970 0

6 406 0 0 0 216 0 190 0

7 0 0 0 0 0 0 0 0

8 0 0 0 0 0 0 0 0

9 0 0 0 0 0 0 0 0

10 171.184 0 27 725 122.081 0 48.351 0

11 0 0 0 0 0 0 0 0

12* 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 182.987 0 27 725 122.297 10.426 49.511 0

Pangsa 100% 0,00% 0,01% 0,40% 66,83% 5,70% 27,06% 0,00%

1 751 0 0 0 0 0 0 751

2 0 0 0 0 0 0 0 0

3 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 751 0 0 0 0 0 0 751

Pangsa 100% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 100%

2013

2014

*) Data masih berjalan (Angka Sementara)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

--- o0o ---

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Boks 1. Penurunan Signifikan Kinerja Sektor Pertambangan Sulawesi

Tengah Pasca Penerapan UU Minerba Tahun 2009

Latar Belakang Penerapan UU Minerba

Dengan mempertimbangkan peningkatan manfaat mineral bagi rakyat dan untuk kepentingan

pembangunan daerah, pemerintah memandang perlu dilakukan peningkatan nilai tambah mineral

melalui kegiatan pengolahan dan pemurnian sumber daya mineral di dalam negeri, sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 103 dan Pasal 170 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Pertambangan Mineral dan Batubara. Ketentuan tersebut tertuang Peraturan Pemerintah tentang

Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan

Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara, yang ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono pada 11 Januari 2014.

Tabel 7.1 Kesepakatan Kadar Pemurnian Mineral Berdasarkan PP No. I/2014

Dampak Penerapan UU Minerba

Pada pertengahan Maret 2014 KPw BI Provinsi Sulteng melakukan survei dan liaison

tentang Dampak Penerapan UU No.4 tahun 2009 dan PP No.1 tahun 2014 terhadap Sektor

Pertambangan di Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah dengan responden antara lain

perusahaan tambang dan Pemda setempat. Dari hasil survei diperoleh informasi bahwa seluruh

perusahaan tambang di Kabupaten Morowali telah menerapkan kebijakan PP No.1 tahun 2014

tentang larangan ekspor bahan tambang dalam bentuk mentah. Akibatnya seluruh operasi

tambang di kabupaten Morowali saat ini telah berhenti dan tidak ada aktivitas ekspor ke negera

tujuan ekspor seperti Tiongkok. Dari pengamatan langsung ke lokasi tambang diperoleh informasi

bahwa banyak manajemen perusahaan yang sudah tidak ada di lokasi tambang. Sebagian besar

Bijih ore Mineral Permen 20/2013 Kesepakatan

Tembaga 99% 15%

Pasir Besi Pig iron 90% 58%

Nikel matte 70% 70%

Feronikel 10% 10%

Nikel pig iron 6% 4%

Logam Nikel 99% 93%

Smelter grade 98% 99%

Alumina

Chemical 99% 90%

Grade alumina

Bijih besi Bijih besi laterit - 51%

Bijih besi primer - 62%

Nikel

Bauksit

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

perusahaan tambang hanya menempatkan pihak security yang bertugas untuk menjaga aset serta

karyawan yang melakukan pemeliharaan.

Tidak beroperasinya perusahaan tambang di Morowali terkonfirmasi dengan data ekspor

tambang di Bank Indonesia. Bila dilihat secara tahunan, produksi dan ekspor Sulawesi Tengah terus

meningkat dari tahun 2011 hingga tahun 2013. Nilai ekspor yang dihasilkan dari komoditas

pertambangan pada tahun 2013 mencapai USD 219,75 juta atau meningkat sebesar 6,71% (yoy).

Namun pasca pelarangan ekspor tambang dalam bentuk mentah mulai 12 Januri 2014, tidak ada

ekspor tambang Sulawesi Tengah yang dilakukan sejak Februari dan Maret 2014 (nihil). Kondisi ini

diperkirakan berlanjut hingga akhir tahun 2014 akibat belum adanya penyelesaian smelter hingga

akhir tahun 2014.

Grafik 1.. Perkembangan Ekspor Tambang Provinsi

Sulawesi Tengah (Bulanan)

Grafik 2. Perkembangan Ekspor Tambang

Provinsi Sulawesi Tengah (Tahunan)

Pasca penerapan PP No.1 tahun 2014, seluruh perusahaan baik yang ada di Morowali

maupun Morowali Utara belum memiliki fasilitas untuk melakukan kegiatan pengolahan dan

pemurnian mineral (pabrik smelter). Sebagian perusahaan yang di survei memiliki

komitmen/rencana untuk melakukan investasi dalam pembangunan fasilitas pabrik smelter

sementara sebagian perusahaan lainnya tidak memiliki rencana membangun smelter mengingat

besarnya nilai investasi yang harus dikeluarkan. Berdasarkan realisasi fisik, saat ini hanya ada satu

perusahaan yang paling progresif melakukan pembangunan smelter di Morowali dengan tingkat

realisasi penyelesaian fisik telah mencapai + 52%. Pembangunan smelter perusahaan tersebut

diperkirakan selesai pada semester I-2015. Output perusahaan berupa FeNi dengan kapasitas

sebesar 300.000 ton per tahun. Berdasarkan hasil survei dan liaison juga diperoleh informasi bahwa

terdapat satu perusahaan lain yang akan membangun smelter yang rencananya akan dimulai tahun

(200)

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

0

5

10

15

20

25

30

35

40

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2011 2012 2013 2014

Nominal Ekspor Tambang -sb kiri

Volume Ekspor Tambang -sb kanan

USD Juta ribu ton

Sumber : Bank Indonesia

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

-

50

100

150

200

250

2011 2012 2013 2014(Maret)

Volume EksporTambang Tahunan-Sb kanan

Ekspor TambangTahunan-Sb kiri

Sumber : Bank Indonesia

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

2014 (durasi 2 tahun) yang dapat menghasilkan nickel kadar 10% dengan kapasitas 320.000

ton/tahun. Saat ini perusahaan telah melakukan proses land clearing di areal tambang dan sedang

mempersiapkan infrastruktur pendukung. Akibat belum memadainya pasokan listrik, perusahaan

tersebut secara paralel akan membangun power plant dengan kapasitas 26 MW dengan bahan

bakar batubara. Untuk mendukung proses peleburan, perusahaan juga akan membuat pabrik

kokas di sekitar area smelter. Melalui penyelesaian pembangunan smelter perusahaan-perusahaan

tersebut, diharapkan kinerja sektor pertambangan dan industri pengolahan di tahun 2015 dapat

pulih kembali bahkan tumbuh jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi saat ekspor bahan

mentah tambang masih diperbolehkan.

Selain perusahaan yang sudah berkomitmen dan telah melakukan realisasi pembangunan

smelter, di Kabupaten Morowali dan Morowali Utara juga terdapat perusahaan-perusahaan yang

memiliki rencana untuk membangun smelter namun wait and see tian

dari para investor smelter dan situasi pasca Pemilu. Terkait hal tersebut, sebagian besar perusahaan

tambang saat ini melakukan proses reklamasi lahan-lahan yang telah dilakukan proses pengerukan

serta melakukan proses rutin pemeliharaan sambil menunggu keputusan kebijakan strategis dari

pimpinan perusahaan.

Selain berdampak pada penurunan kinerja PDRB secara makro, berhentinya produksi dan

ekspor perusahaan-perusahaan tambang di Morowali dan Morowali Utara juga memberikan

dampak sosial yang besar terhadap peningkatan karyawan yang dinonaktifkan (PHK, dirumahkan ,

dan kontrak yang tidak diperpanjang). Banyaknya karyawan yang dinonaktifkan mengakibatkan

turunnya tingkat pendapatan dan daya beli masyarakat. Usaha ikutan seperti kost-kostan, rumah

makan dan usaha bidang transportasi pada gilirannya juga banyak yang tutup akibat merosotnya

permintaan dari pekerja tambang. Cicilan kredit yang diambil oleh sebagian karyawan juga

terancam macet. Sebagian besar karyawan nonaktif saat ini masih menganggur. Ketika melakukan

shifting ke sektor pertanian yang merupakan sektor utama masyarakat Morowali sebelum booming

pertambangan, masyarakat butuh penyesuaian waktu dan modal yang cukup besar. Sementara itu

karyawan yang berasal dari luar Morowali banyak yang memilih untuk kembali ke daerah asal dan

mencari pekerjaan di tempat asal mereka.

Usulan dan Masukan dari Perusahaan Tambang

Dalam rangka mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh penerapan UU Minerba

tahun 2009, beberapa perusahaan memberikan beberapa usulan sebagai berikut :

a. Mendorong peran pemerintah yang lebih besar khususnya dalam hal penyediaan energi listrik

mengingat sangat besarnya listrik yang dibutuhkan smelter.

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

b. Menambah anggaran pemerintah pusat dan pemerintah daerah khususnya dalam membangun

infrastruktur jalan penghubung antar daerah di Morowali dan Morowali Utara.

c. Pemerintah pusat harus segera memastikan perusahaan-perusahaan mana saja yang akan

dicabut terkait dengan penerapan PP No.1 tahun 2014 mengacu pada syarat-syarat yang telah

ditetapkan (validasi dan verifikasi IUP). Dalam hal ini pemerintah juga harus memberikan

kepastian nasib perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki rencana untuk membangun

smelter.

d. Pembangunan smelter tidak mungkin dilakukan dalam jumlah yang banyak mengingat adanya

keterbatasan area untuk membangun smelter dan keterbatasan sumber daya energi. Oleh

karena itu, kebijakan pemerintah sebaiknya ke arah mendorong perusahaan untuk melakukan

joint dengan perusahaan lain dalam membangun smelter.

e. Perlunya komunikasi dua arah yang intensif dari perusahaan dengan pemerintah tentang

smelter.

f. Pemerintah perlu memberikan perlakuan khusus dan keringanan dalam mekanisme konsorsium

perusahaan tambang.

g. Pemerintah perlu mengambil sejumlah langkah untuk mengurangi dampak negatif yang

ditimbulkan oleh penerapan PP No.1 2014 khususnya dalam hal peningkatan angka

pengangguran yang drastis di Morowali.

h. Pemerintah perlu membuat Peraturan Daerah (Perda) Pertambangan di Morowali sehingga

perusahaan-perusahaan tambang tahu secara jelas hak dan kewajiban yang harus dilakukan.

Selama ini perusahaan hanya memakai kebiasaan-kebiasaan umum yang berlaku di Morowali,

contoh : Mekanisme Corporate Social Responsibility (CSR) yang belum ada standardisasi antar

perusahaan.

--- o0o ---

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

28

Bab 2. Perkembangan Inflasi

BAB 2

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Memasuki triwulan pertama 2014 tekanan inflasi Kota Palu cenderung

meningkat yang didorong oleh kenaikan harga BBM, dan faktor cuaca;

Kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau, dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan menjadi

komoditas utama pergerakan inflasi pada triwulan laporan;

2.1 Perkembangan Inflasi Secara Umum di Kota Palu

Kota Palu mengalami inflasi tahunan tertinggi dibandingkan periode yang

sama selama 2 tahun terakhir. Inflasi tahunan kota palu pada akhir triwulan I-2014

sebesar 8,42% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada triwulan I-2012 dan

triwulan I-2013 sebesar 2,50% (yoy) dan 5,97% (yoy). Memasuki triwulan pertama tahun

2014, Kota Palu tercatat mengalami inflasi dua kali, yakni pada bulan Januari dan Maret,

serta satu kali deflasi yakni pada bulan Februari. Meningkatnya tekanan inflasi pada awal

triwulan didorong oleh faktor cuaca, berupa curah hujan yang tinggi disertai banjir dan

longsor di beberapa daerah di Sulawesi Tengah berimbas pada kurangnya pasokan

beberapa komoditas pangan utama serta terganggunya proses distribusi dari sentra

produksi ke pasar-pasar utama. Setelah sempat mereda pada bulan Februari, tekanan

inflasi kembali meningkat menjelang akhir triwulan laporan seiring dengan kenaikan tarif

angkutan udara.

Realisasi inflasi Palu lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional. Inflasi nasional

pada triwulan I-2014 sebesar 7,32% (yoy). Ditinjau dari pergerakan inflasi tahunan

selama Januari-Maret 2014, tingkat inflasi di Palu menunjukkan tren pergerakan fluktuatif

yang berbeda dengan inflasi nasional yang menunjukkan tren penurunan. Selain itu,

inflasi tahunan Kota Palu cenderung lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan nasional.

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

29

Bab 2. Perkembangan Inflasi

Grafik 2.1. Event Analysis Inflasi Tahunan Kota Palu

Panen

(4.00)

(2.00)

-

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2012 2013 2014

%

Inflasi yoy Inflasi mtm

A

A : panen raya beras

B : bulan puasa dan hari raya Idul Fitri

B

C

A

C : Hari raya Natal dan Tahun Baru

B

D

D : larangan impor hortikultura

E : impor bawang

E

F

F : kenaikan harga BBM

CH

G

G: Curah hujan dan bencana alamH: Kenaikan tarif angkutan udara

Dalam dua tahun terakhir,

inflasi bulanan Kota Palu

menunjukan tren pencapaian inflasi

bulanan rata-rata yang lebih tinggi

dibandingkan nasional dan

Sulampua. Namun demikian, inflasi

bulanan rata-rata Kota Palu cenderung

lebih rendah dibandingkan inflasi

nasional dan Sulampua dalam tiga

bulan terakhir. Inflasi Kota Palu pada Januari-Maret 2014 secara berturut sebesar 1,03%

(mtm); -0,72% (mtm) dan 0,60 % (mtm).

Inflasi Tahunan Kota

Palu tercatat menempati

urutan keenam teratas di

antara kota-kota se-

Sulampua. Namun demikian,

inflasi Kota Palu lebih rendah

dibandingkan Kota Bulukumba

(13,94%), Merauke (11,02%),

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2012 2013 2014

% mtm

Palu Nasional Sulampua

Sumber: BPS (diolah)

Grafik 2.2. Inflasi Bulanan Kota Palu, Nasional dan Sulampua

13.94

11.02

9.12 9.07 8.80 8.427.86

7.00 6.89 6.54 6.24 6.225.67 5.58 5.46 5.13 5.10

3.46

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

BU

LUK

UM

BA

MER

AU

KE

AM

BO

N

JAYA

PU

RA

TER

NA

TE

PA

LU

WA

TAM

PO

NE

TUA

L

BA

U-B

AU

SOR

ON

G

MA

MU

JU

PA

LOP

O

MA

NA

DO

PA

REP

AR

E

MA

KA

SSA

R

KEN

DA

RI

GO

RO

NTA

LO

MA

NO

KW

AR

I

Inflasi Tahunan NasionalKet:

Grafik 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan Beberapa Kota di Indonesia Timur

Sumber: BPS

Sumber: BPS (diolah)

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

30

Bab 2. Perkembangan Inflasi

Ambon (9,12%), Jayapura (9,07%), dan Ternate (8,80%). Dibandingkan inflasi nasional

yang mencapai 7,32% (yoy), terdapat 7 kota se-Sulampua yang mengalami inflasi diatas

inflasi nasional dan 11 kota se-Sulampua yang mengalami inflasi dibawah inflasi nasional.

Disagregasi inflasi menunjukan komponen tren pergerakan inflasi volatile

foods cenderung menurun, namun di lain pihak pergerakan inflasi inti dan inflasi

administered price menunjukan pergerakan meningkat. Pada akhir triwulan laporan,

inflasi inti sebesar 5,53 % (yoy), inflasi volatile foods sebesar 7,33% (yoy) dan inflasi

administered price sebesar 17,03% (yoy). Inflasi inti dan inflasi administered price tercatat

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dipicu oleh kenaikan harga BBM pada

bulan Juni 2013. Secara historis disagregasi inflasi tahunan pada triwulan laporan lebih

tinggi dibandingkan rata-rata disagregasi inflasi selama periode 2011-2013, kecuali

kelompok inflasi inti.

(5.0)

(3.0)

(1.0)

1.0

3.0

5.0

7.0

9.0

11.0

(5.0)

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2012 2013 2014

%,yoy%,yoy

Inflasi IHK (rhs) Core Adm Price Volatile Foods

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok)

0.0

1.0

2.0

3.0

4.0

5.0

6.0

7.0

8.0

9.0

10.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2012 2013 2014

%,yoy

Volatile Foods Adm Price Core

Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok)

5.69 5.866.58

5.437.05

16.79

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

18.00

Inti Volatile Foods Administered Price

%yoy

Rata-rata 2011-2013 Triwulan I-2014

Grafik 2.4. Disagregasi Inflasi Kota Palu (Tahunan) Grafik 2.5. Kontribusi Komponen Disagregasi Inflasi Kota Palu (Tahunan)

Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Aktual Vs Historis

Sumber: BPS (data diolah)

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

31

Bab 2. Perkembangan Inflasi

Inflasi tahunan tertinggi dicapai oleh kelompok makanan jadi, minuman,

rokok dan tembakau. Berdasarkan kelompok barang, inflasi kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau tercatat sebesar 13,62% (yoy), yang kemudian diikuti

oleh kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok bahan

makanan yaitu masing-masing sebesar 12,60 % (yoy) dan 8,13% (yoy). Sebaliknya, inflasi

paling rendah terjadi pada kelompok kesehatan sebesar 1,18% (yoy).

Tabel 2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas

mtm qtq ytd yoy

Umum 0.60 0.91 0.91 8.42

Bahan Makanan -0.02 -0.20 -0.20 8.13

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 0.45 2.20 2.20 13.62

Perumahan, Air, Listrik, Bahan Bakar dan Gas 0.83 1.94 1.94 4.38

Sandang -0.04 0.86 0.86 3.37

Kesehatan 0.33 -0.12 -0.12 1.18

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.00 0.27 0.27 5.93

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 1.64 -0.17 -0.17 12.60

KELOMPOK KOMODITASMar-14

Palu mengalami deflasi pada bulan Februari, sedangkan inflasi terjadi pada

bulan Januari dan Maret. Inflasi pada bulan Januari sebesar 1,03% (mtm) dipengaruhi

faktor cuaca berupa curah hujan yang tinggi disertai banjir dan longsor di beberapa

daerah di Sulawesi Tengah berimbas pada kurangnya pasokan beberapa komoditas

pangan utama serta terganggunya proses distribusi dari sentra produksi ke pasar-pasar

utama. Memasuki bulan Februari 2014, terjadi deflasi sebesar -0,72% (mtm). Pada bulan

berjalan, pendorong utama terjadinya deflasi berasal dari komoditas ikan segar dan

bumbu-bumbuan yang mengalami deflasi sebesar -15,76% (mtm) dan -4,61% (mtm).

Pada bulan Maret 2014, tekanan inflasi bulanan kembali meningkat. Inflasi tercatat

sebesar 0,60% (mtm) yang didorong oleh komoditas bumbu-bumbuan dan transpor,

yakni cabai rawit dan angkutan udara. Kenaikan harga cabai rawit pada bulan laporan

disebabkan oleh berkurangnya pasokan seiring dengan curah hujan yang cukup tinggi di

beberapa daerah penghasil. Di sisi lain, konsumsi masyarakat akan cabai rawit tetap

tinggi. Dari hasil pengamatan di Pasar Masomba, hingga akhir Maret 2014 harga cabai

rawit mengalami kenaikan sebesar Rp10.000/kg dibandingkan harga pada akhir Februari

2014. Di lain pihak, inflasi angkutan udara didorong oleh pemberlakukan penyesuaian

atau kenaikan tarif angkutan udara penerbangan domestik pada akhir Februari 2014.

Kenaikan tarif ini akibat biaya operasional yang semakin membengkak seiring dengan

%

Sumber: BPS

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

32

Bab 2. Perkembangan Inflasi

kenaikan harga avtur dan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika

Serikat.

Tabel 2.2. Komoditas Penyumbang Inflasi/Deflasi terbesar Bulan Januari Maret 2014

Januari 2013 (Inflasi) Februari 2014 (Deflasi) Maret 2014 (Inflasi)

Selar/Tude Selar/Tude Angkutan Udara

Rokok Kretek Filter Angkutan Udara Cabai Rawit

Tomat Buah Bawang Merah Ekor Kuning

Daging Ayam Ras Ekor Kuning Bahan Bakar Rumah Tangga

Kembung Kembung Donat

Kakap Merah Cakalang Kayu Balokan

Bahan Bakar Rumah Tangga Kakap Merah Kipas Angin

Telepon Seluler Layang/Benggol Susu Bubuk

Sop Mujair Minyak Kelapa

Bayam Obat Dengan Resep Jagung Manis

Sumber : BPS

2.2 Tekanan Inflasi Sisi Penawaran

Faktor cuaca dan panen menjadi faktor utama yang mempengaruhi

pencapaian inflasi/deflasi selama triwulan berjalan. Pada bulan Januari, inflasi

komoditas ikan segar dan sayur-sayuran mencapai 12,54% (mtm) dan 12,94% (mtm).

Musim ombak dan angin kencang mengakibatkan ribuan nelayan di tiga sentra

Pendaratan ikan utama, yaitu di PPI Donggala di Selat Makassar, PPI Paranggi di

Kecamatan Ampibabo Parigi Moutong dan PPI Pagimana di Kecamatan Pagimana sering

tidak melaut. Keadaan cuaca yang ekstrem dengan ketinggian gelombang laut di atas 3

meter, hampir secara merata terjadi di tiga wilayah peraian, yaitu Selat Makassar dan Laut

Sulawesi, Teluk Tomini dan sebagian kawasan Teluk Tolo. Kondisi ini mengakibatkan

berkurangnya pasokan ikan segar di pasar yang memicu peningkatan harga yang cukup

signifikan. Di Pasar Masomba, kenaikan harga ikan bervariasi dari Rp5.000 hingga 10.000

per kg. Setelah mengalami kenaikan yang cukup signifikan sejak Desember 2013, harga

ikan segar mengalami koreksi seiring dengan bertambahnya jumlah nelayan yang melaut

di bulan Februari yang berdampak pada meningkatnya pasokan ikan di pasar. Di lain

pihak, jumlah bawang merah yang diperdagangkan di pasar bertambah karena adanya

panen di beberapa daerah di Sulawesi Tengah dan di Kabupaten Brebes yang merupakan

salah satu sentra utama produksi bawang merah di Indonesia. Selain panen, penambahan

pasokan bawang merah juga didorong oleh impor bawang merah yang datang melalui

Pelabuhan Belawan Medan. Pada bula Maret, curah hujan tinggi kembali mendorong

terjadinya kenaikan harga, terutama dari komoditas bumbu-bumbuan. Salah satunya

ialah cabai rawit yang menjadi komoditas utama pendorong inflasi pada bulan Maret

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

33

Bab 2. Perkembangan Inflasi

2014. Selain itu, disparitas harga komoditas cabai yang cukup tinggi antara wilayah

Sulawesi Tengah dengan provinsi di sekitar (Kalimantan Timur, Gorontalo, Jawa Timur

dan Sulawesi Selatan) menjadi faktor pendorong produksi cabai Sulawesi Tengah dijual

ke daerah tersebut.

Hingga triwulan I-2014, kebijakan kenaikan harga BBM pada tahun 2013

masih berkontribusi signifikan terhadap pencapaian inflasi tahunan periode berjalan.

Pada tahun 2013, pemerintah mengambil beberapa kebijakan yang mempengaruhi inflasi

administered price, yaitu kenaikan tarif listrik pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober

serta kenaikan harga premium dari Rp4.500 menjadi Rp6.500 serta harga solar Rp4.500

menjadi Rp5.500 pada bulan Juni. Pada triwulan I-2014, inflasi kelompok administered

price tercatat sebesar 17,03% (yoy) atau jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi pada

tahun sebelumnya yang mencapai 3,73% (yoy). Kenaikan harga BBM tersebut

mempengaruhi inflasi komoditas lainnya, terutama komoditas yang berkaitan langsung

dengan penggunaan BBM, seperti kelompok transportasi dan bahan makanan.

2.3 Tekanan Inflasi Sisi Permintaan

Perkembangan tekanan inflasi

dari sisi permintaan cenderung

menurun dibandingkan tahun

sebelumnya. Minimnya event lokal dan

nasional di Kota Palu selama triwulan

berjalan, serta penurunan pertumbuhan

ekonomi Sulawesi Tengah ditengarai

menjadi salah satu penyebab menurunnya

permintaan barang dan jasa di Kota Palu.

Dari sisi momen persiapan penyelenggaraan Pemilu, kontak liaison melihat momen

tersebut tidak akan meningkatkan nilai penjualan perusahaan. Selain itu, perkembangan

ekspor kakao ke pasar luar negeri belum menunjukkan hasil postif selama triwulan

berjalan. Meskipun harga kakao di pasar internasional mengalami kenaikan selama

Januari-Maret, tercatat bahwa tidak ada ekspor kakao yang dilakukan. Nihilnya ekspor

kakao yang tercatat, bukan berarti tidak ada kakao yang diproduksi dan dikirim keluar

dari Sulawesi Tengah. Hasil rapat TPID Sulawesi Tengah mengindikasikan adanya

pengiriman kakao saat ini banyak dilakukan melalui jalan darat dengan pertimbangan

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

(5,000)

-

5,000

10,000

15,000

20,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3

2011 2012 2013

Ekspor Kakao (ton)

Harga Internasional Kakao

Ton USD/Ton

Sumber : Askindo & ICCO

Grafik 2.7. Perkembangan Ekspor dan Harga Kakao di Pasar Internasional

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

34

Bab 2. Perkembangan Inflasi

kondisi jalan yang sudah membaik, waktu tempuh yang relatif lebih cepat, serta telah

beroperasinya beberapa perusahaan pengolah coklat di Makassar.

Konsumen Palu optimis. Nilai Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) berada di atas

100 yang menunjukkan kecenderungan optimisme konsumen. Namun demikian,

optimisme konsumen atas kondisi ekonomi pada triwulan berjalan menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya. Rata-rata IKK pada triwulan I-2014 sebesar 129,06

lebih rendah dari triwulan IV-2013 sebesar 140,5. Penurunan optimisme konsumen

tersebut diharapkan akan mengurangi tekanan inflasi dari sisi permintaan seiring dengan

berkurangnya konsumsi.

Ekspektasi kenaikan harga konsumen mengalami peningkatan. Konsumen

berpendapat akan terjadi kenaikan harga secara umum dalam 3 s/d 6 bulan mendatang.

Kondisi tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen di Kota Palu yang tercermin

dari indeks net balance perkiraan harga 3 bulan dan 6 bulan mendatang dibandingkan

saat ini yang bernilai di atas 100. Ekspektasi kenaikan harga untuk 6 bulan yang akan

datang pada bulan Maret 2014 terlihat meningkat dibandingkan bulan Desember 2013,

demikian pula ekspektasi kenaikan harga 3 bulan yang akan datang.

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2011 2012 2013

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Ekspektasi Konsumen (IEK)

IIndeks

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

100

120

140

160

180

200

220

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2012 2013 2014

Inflasi Palu (mtm) Ekspektasi Harga dalam 3 bulan yang akan datang

Ekspektasi Harga dalam 6 bulan yang akan datang

% m.t.mIndeks

2.4 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa

Inflasi tertinggi dialami

oleh kelompok makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau

sebesar 13,62% (yoy) dan

terendah dialami oleh kelompok

kesehatan sebesar 1,18% (yoy)

Grafik 2.8. Indeks Kondisi Ekonomi, Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Ekspektasi Konsumen

Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sulawesi

Tengah Sumber: Survei Konsumen KPw BI Sulawesi Tengah

Grafik 2.9. Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Umum Yang Akan Datang

-4.00

-2.00

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

14.00

16.00

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2012 2013 2014

% yoy

UMUM BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR

SANDANG KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN

Grafik 2.10. Perkembangan Inflasi Tahunan Kota Palu Menurut Kelompok Komoditas

Sumber: BPS

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

35

Bab 2. Perkembangan Inflasi

pada triwulan I-2014. Selama periode berjalan, hampir semua kelompok komoditas

menunjukan pergerakan inflasi tahunan yang meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya, kecuali kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan, rekreasi dan

olahraga. Dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, hal serupa juga

terjadi dimana hampir semua kelompok komoditas menunjukan pencapaian inflasi

tahunan yang lebih tinggi, kecuali kelompok bahan makanan dan kesehatan.

Secara keseluruhan,

inflasi tahunan kelompok

transportasi, komunikasi dan

jasa keuangan pada triwulan

laporan mencatat kenaikan

paling tinggi dibandingkan

triwulan yang sama pada tahun

sebelumnya. Hal ini tercermin

dari inflasi pada triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 12,60% (yoy), sedangkan pada

triwulan I-2013 tercatat sebesar 2,00% (yoy). Hal tersebut dipengaruhi oleh kenaikan

harga BBM pada bulan Juni 2013 yang mendorong inflasi tahunan subkelompok

transportasi sebesar 20,47% (yoy).

Subkelompok sayur-sayuran dan

kacang-kacangan menjadi komoditas

utama penyumbang inflasi tahunan di

Kota Palu pada triwulan berjalan. Rata-

rata Inflasi tahunan subkelompok sayur-

sayuran dan kacang-kacangan selama

Januari-Maret 2014 sebesar 23,31% (yoy)

dan 29,11(yoy). Dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya, tekanan inflasi

pada kedua subkelompok tersebut menunjukan peningkatan yang cukup signifikan

dimana rata-rata inflasi tahunan selama Januari-Maret 2013 sebesar 4,01% (yoy) dan

2,67% (yoy).

Perkembangan harga beberapa komoditas bahan makanan di Kota Palu selama

bulan Januari Maret 2014 terekam dalam hasil Survei Pemantauan Harga (SPH)

sebagaimana ditunjukkan dalam grafik berikut:

2014

TW I TW I

UMUM 5.97 8.42

I. BAHAN MAKANAN 8.95 8.13

II. MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 9.92 13.62

III. PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 4.15 4.38

IV. SANDANG (0.63) 3.37

V. KESEHATAN 6.60 1.18

VI. PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 3.58 5.93

VII. TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 2.00 12.60

KELOMPOK KOMODITAS2013

Tabel 2.3. Perbandingan Inflasi Tahunan per Kelompok Komoditas %

Sumber: BPS

Tabel 2.4. Inflasi Kelompok Bahan Makanan

Sumber: BPS

%

qtq ytd yoy

Bahan Makanan -0.20 -0.20 8.13

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya1.02 1.02 2.86

Daging dan Hasil-hasilnya 1.51 1.51 13.30

Ikan Segar -4.07 -4.07 17.63

Ikan Diawetkan 12.66 12.66 18.34

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 4.38 4.38 8.96

Sayur-sayuran 11.49 11.49 30.61

Kacang - kacangan 2.18 2.18 29.78

Buah - buahan -4.50 -4.50 1.66

Bumbu - bumbuan -9.60 -9.60 -21.32

Lemak dan Minyak 2.70 2.70 11.94

Bahan Makanan Lalnnya 0.00 0.00 6.05

KELOMPOK/SUBKELOMPOKMaret 2014

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

29

Bab 2. Perkembangan Inflasi

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

M I M II M III M IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV

JAN-14 FEB-14 MAR-14

CABE MERAH BESAR CABE RAWIT BAWANG MERAH

BAWANG PUTIH TOMAT SAYUR TOMAT BUAH

15,000

20,000

25,000

30,000

35,000

40,000

45,000

50,000

M I M II M III M IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV

JAN-14 FEB-14 MAR-14

IKAN BANDENG IKAN KEMBUNG IKAN MAS/LAYANG

IKAN TONGKOL/CAKALANG IKAN EKOR KUNING IKAN SELAR

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

M I M II M III M IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV

JAN-14 FEB-14 MAR-14

CIHERANG MEMBRAMO SUPERWIN CIMANDI CINTANUR

0

20,000

40,000

60,000

80,000

M I M II M III M IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV

JAN-14 FEB-14 MAR-14

DAGING SAPI DAGING AYAM RAS TELUR AYAM RAS

Inflasi tahunan pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama pada

periode sebelumnya. Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau

pada triwulan I-2014 tercatat sebesar 13,62% (yoy), sedangkan pada triwulan I-2013

tercatat sebesar 9,92% (yoy). Kenaikan inflasi tersebut didukung oleh kenaikan inflasi

pada seluruh subkelompok. Salah satu faktor pendorong inflasi pada subkelompok

tembakau dan minuman beralkohol ialah kenaikan harga rokok kretek filter yang

disebabkan oleh adanya kebijakan kenaikan pajak daerah tembakau yang dilakukan

pemerintah. Dari hasil Survei Pemantauan Harga (SPH), terlihat bahwa harga rokok

kretek mengalami kenaikan. Kenaikan rata-rata harga sebesar Rp500 Rp1.000 bungkus

untuk masing-masing jenis produk.

Grafik 2.11. Perkembangan Harga Komoditas Bumbu-Bumbuan

Grafik 2.12. Perkembangan Harga Komoditas Ikan Segar

Sumber: Survei Pemantauan Harga KPw BI Sulawesi

Tengah Sumber: Survei Pemantauan Harga KPw BI Sulawesi Tengah

Grafik 2.13. Perkembangan Harga Komoditas Beras Grafik 2.14. Perkembangan Harga Komoditas Daging dan Telur

Sumber: Survei Pemantauan Harga KPw BI Sulawesi Tengah

Sumber: Survei Pemantauan Harga KPw BI Sulawesi

Tengah

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

38

Bab 2. Perkembangan Inflasi

Tabel 2.5. Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau

qtq ytd yoy

Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau2.20 2.20 13.62

Makanan Jadi 1.93 1.93 13.82

Minuman yang Tidak Beralkohol 2.94 2.94 9.97

Tembakau dan Minuman Beralkohol 2.58 2.58 15.68

KELOMPOK/SUBKELOMPOKMaret 2014

Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar bergerak

moderat. Inflasi pada masing-masing subkelompok menunjukkan pergerakan yang

bervariasi. Beberapa subkelompok yang mengalami tekanan inflasi lebih tinggi

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya ialah komoditas bahan bakar,

penerangan dan air, komoditas perlengkapan rumah tangga dan komoditas

penyelenggaraan rumah tangga. Di lain pihak, subkelompok biaya tempat tinggal justru

mengalami tekanan inflasi yang lebih rendah. Beberapa kebijakan pemerintah yang

berpengaruh terhadap inflasi kelompok ini adalah kenaikan TDL sebanyak empat kali

pada tahun 2013, serta kenaikan harga elpiji yang sempat terjadi pada bulan Januari

2014, meskipun kebijakan tersebut akhirnya ditinjau kembali.

Tabel 2.6. Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar

qtq ytd yoy

Perumahan, alr, Listrik, Gas & Bahan Bakar1.94 1.94 4.38

Biaya Tempat Tinggal 0.88 0.88 2.13

Bahan Bakar, Penerangan dan alr 3.18 3.18 9.18

Perlengkapan Rumahtangga 7.73 7.73 12.53

Penyelenggaraan Rumahtangga 2.25 2.25 4.64

KELOMPOK/SUBKELOMPOKMaret 2014

Inflasi kelompok sandang relatif terkendali. Dibandingkan periode yang sama

pada tahun sebelumnya, inflasi pada triwulan laporan tercatat lebih tinggi dibandingkan

triwulan yang pada periode sebelumnya dimana inflasi kelompok sandang pada triwulan

I-2014 tercatat sebesar 3,37% (yoy) sedangkan pada triwulan I-2013 tercatat sebesar

-0,63% (yoy). Kenaikan inflasi kelompok sandang pada triwulan laporan dipengaruhi oleh

inflasi pada seluruh subkelompok yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Tekanan inflasi terbesar dialami oleh subkelompok barang pribadi dan sandang lain, yang

sebelumnya mengalami deflasi -2,77% (yoy).

Sumber: BPS

Sumber: BPS

%

%

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

39

Bab 2. Perkembangan Inflasi

Tabel 2.7. Inflasi Kelompok Sandang

qtq ytd yoy

Sandang 0.86 0.86 3.37

Sandang Laki-laki -0.17 -0.17 4.38

Sandang zanita 0.51 0.51 2.35

Sandang Anak-anak 1.01 1.01 2.16

Barang Pribadi dan Sandang Lain 2.51 2.51 4.47

KELOMPOK/SUBKELOMPOKMaret 2014

Subkelompok perawatan

jasmani dan kosmetika mengalami laju

inflasi yang lebih besar dibandingkan

subkelompok lainnya pada kelompok

kesehatan. Dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya,

inflasi kelompok kesehatan lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Hal serupa juga terjadi pada seluruh subkelompok pada kelompok

kesehatan.

Inflasi tahunan kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga pada

triwulan laporan tercatat 5,93% (yoy)

atau lebih tinggi dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya yang

mencapai 3,58% (yoy). Tercatat hampir

semua subkelompok mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya, kecuali subkelompok kursus-kursus/pelatihan.

Kenaikan harga BBM pada bulan Juni 2013 masih berpengaruh signifikan

terhadap pencapaian inflasi tahunan pada kelompok transportasi, komunikasi dan

jasa keuangan pada periode berjalan. Beberapa komoditas yang menunjukan inflasi

tahunan cukup tinggi hingga triwulan laporan ialah bensin, angkutan dalam kota, busi,

dan solar.

Sumber: BPS

qtq ytd yoy

Kesehatan -0.12 -0.12 1.18

Jasa Kesehatan 0.00 0.00 0.00

Obat-obatan -0.06 -0.06 -0.26

Jasa Perazatan Jasmani 0.00 0.00 1.77

Perawatan Jasmani dan Kosmetika -0.24 -0.24 2.54

KELOMPOK/SUBKELOMPOKMaret 2014

Tabel 2.8. Inflasi Kelompok Kesehatan

Sumber: BPS

qtq ytd yoy

Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 0.27 0.27 5.93

Jasa Pendidikan 0.00 0.00 7.56

Kursus-kursus/Pelatihan 0.00 0.00 0.00

Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 0.13 0.13 4.50

Rekreasi 1.61 1.61 3.27

Olahraga 0.00 0.00 1.53

KELOMPOK/SUBKELOMPOKMaret 2014

Tabel 2.9. Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

Sumber: BPS

%

%

%

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

40

Bab 2. Perkembangan Inflasi

Tabel 2.10. Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan

qtq ytd yoy

Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan-0.17 -0.17 12.60

Transpor -0.39 -0.39 20.47

Komunikasi dan Pengiriman 0.00 0.00 -3.63

Sarana dan Penunjang Transpor 1.39 1.39 1.94

Jasa Keuangan 0.00 0.00 0.00

KELOMPOK/SUBKELOMPOKMaret 2014

2.5 Disagregasi Inflasi

Bila dilihat berdasarkan kontribusinya terhadap inflasi, inflasi inti masih memiliki

kontribusi yang besar dalam struktur inflasi di Kota Palu. Inflasi inti (core inflation)

berkontribusi sebesar 54,91% terhadap pembentukan inflasi. Sementara volatile food

yang sebagian besar terdiri dari subkelompok barang bahan pangan berkontribusi sebesar

21,63% terhadap pembentukan inflasi. Di sisi lain, subkelompok yang pergerakan

harganya sangat terkait dengan kebijakan pemerintah baik dalam penentuan harga

bahan bakar minyak (BBM), gas, Tarif Tenaga Listrik (TTL), maupun cukai barang tertentu

secara keseluruhan berkontribusi sebesar 23,46% terhadap pembentukan inflasi.

Pergerakan inflasi inti (core) pada posisi terakhir di triwulan I-2014

menunjukkan pergerakan yang lebih moderat. Rata-rata pertumbuhan inflasi inti

selama triwulan I-2014 sebesar 0,48% (mtm), lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi

bulanan selama triwulan IV-2013, yakni sebesar 0,32% (mtm), dan masih lebih tinggi

dibandingkan rata-rata inflasi bulanan selama tahun 2011-2013, yakni sebesar 0,47%

(mtm). Dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, inflasi inti masih

menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah dimana inflasi inti pada triwulan I-2014

sebesar 5,43% (yoy), sedangkan pada triwulan I-2013 sebesar 5,80% (yoy). Masih relatif

terjaganya pergerakan inflasi inti seiring dengan penurunan tekanan inflasi yang terjadi

pada beberapa subkelompok, antara lain jasa kesehatan, jasa perawatan jasmani,

beberapa subkelompok lainnya.

Sementara di sisi lain, pergerakan inflasi dari kelompok volatile foods dan

administered price menunjukkan pergerakan yang berbeda. Inflasi volatile foods pada

triwulan I-2013 mencapai 7,33% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

yang mencapai 7,43% (yoy). Hal yang sebaliknya terjadi pada inflasi administered price

pada triwulan I-2014 mencapai 17,03% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan

sebelumnya sebesar 14,14% (yoy). Beberapa faktor yang

Sumber: BPS

%

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

41

Bab 2. Perkembangan Inflasi

menyebabkan tingginya inflasi volatile foods antara lain faktor cuaca yang menyebabkan

pasokan ikan segar dan hasil panen beberapa komoditas yang tidak optimal. Sementara

itu, tingginya inflasi administered price antara lain akibat kebijakan kenaikan tarif listrik

secara bertahap setiap triwulan serta kenaikan harga BBM pada bulan Juni.

2.6. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)

Sebagai respons terhadap perkembangan inflasi Kota Palu selama tiga bulan

terakhir, serta rencana program kerja yang akan dilakukan pada tahun 2014,

TPID Sulawesi Tengah dan TPID Kota Palu telah melaksanakan high level meeting yang

pertama pada tanggal 4 Maret 2014. Beberapa rencana strategi yang dibahas pada

pertemuan tersebut adalah:

1. Dalam rangka pengendalian inflasi secara menyeluruh di Sulawesi Tengah, akan

dibentuk TPID di kabupaten-kabupaten yang rencananya akan dilakukan Survei

Biaya Hidup seperti kabupaten Luwuk dan kabupaten Tolitoli sesuai Instruksi

Mendagri No. 027/1696/SJ tanggal 2 April 2013 perihal Menjaga

Keterjangkauan Barang dan Jasa di Daerah dan Surat Edaran Mendagri

No.500/6414/SJ tanggal 19 September 2013 perihal Rencana Aksi Tindak Lanjut

Paket Kebijakan Stabilisasi dan Pertumbuhan Ekonomi.

2. Pembangunan infrastruktur jalan antara Palu-Parigi (Kebun Kopi) yang akan

diupayakan terus penyelesaiannya. Proses pembangunan yang masih terkendala

tersebut menyebabkan kurang efektifnya proses distribusi barang dari Palu ke

Parigi ataupun sebaliknya.

3. Seiring dengan terjadinya bencana alam di berbagai daerah di luar Sulawesi

Tengah serta tingginya transaksi perdagangan beras keluar Sulawesi Tengah

yang berpotensi mengurangi pasokan beras di pasar, beberapa langkah yang

akan diambil:

a. Mengumumkan secara luas kepada masyarakat akan kecukupan stok bahan

makanan khususnya beras

b. Melakukan penambahan kapasitas gudang beras Bulog di Toili

c. Bulog melakukan perluasan daerah pembelian beras petani dengan

menggunakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP)

Sejalan dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.027/1696/SJ tgl. 02 April 2013

tentang Menjaga Keterjangkauan Barang dan Jasa di Daerah, pemerintah Provinsi

Sulawesi Tengah telah mengamanatkan kepada seluruh kota/kabupaten di

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

42

Bab 2. Perkembangan Inflasi

Sulawesi Tengah untuk segera melakukan tindak lanjut, minimal dengan pembentukan

TPID di tingkat kota/kabupaten. Salah satu kota/kabupaten yang telah melakukan tindak

lanjut adalah Kabupaten Banggai dengan penerbitan SK Bupati no. 750/170/Bagekon

tanggal 15 Januari 2014 tentang Pembentukan TPID Kabupaten Banggai. Dengan

demikian, hingga akhir triwulan I-2014 telah terbentuk 3 TPID di Provinsi Sulawesi

Tengah, yaitu TPID Provinsi Sulawesi Tengah, TPID Kota Palu dan TPID Kabupaten

Banggai.

---oOo---

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Boks 2. Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN) : Upaya Peningkatan

Kesejahteraan Masyarakat dan Pengendalian Inflasi

Latar Belakang

Wilayah perairan laut Provinsi Sulawesi Tengah memiliki potensi sumberdaya ikan

pelagis yang berlimpah. Berdasarkan data statistik perikanan tangkap Provinsi Sulawesi Tengah,

produksi ikan pelagis Sulawesi Tengah tahun 2012 sebesar 221.512 ton, terdiri dari ikan pelagis

kecil sebanyak 145.752 ton dan ikan pelagis besar sebanyak 75.760 ton. Walaupun tersedia

potensi sumberdaya ikan pelagis yang berlimpah, namun angka kemiskinan di wilayah pesisir

cukup tinggi. Permasalahan utama yang dihadapi adalah lemahnya sektor hulu dan hilir serta

belum terintegrasinya hulu-hilir.

Di sektor hulu, aktivitas produksi sebagian besar masih berlangsung secara tradisional

dan belum didukung sepenuhnya oleh sarana dan prasarana yang memadai. Berbagai

keterbatasan mewarnai sistem produksi yang masih tradisional, seperti kekurangan es, BBM,

dan biaya operasional melaut. Konsekuensinya, di saat musim ikan, harga ikan jatuh dan

nelayan sulit untuk meningkatkan produktivitas hasil tangkapan. Di sektor hilir, industri olahan

ikan belum berkembang. Sebagian besar industri olahan dilakukan oleh pelaku usaha mikro

skala rumah tangga dengan keterbatasan permodalan dan teknologi. Secara faktual, di

Sulawesi Tengah telah ada beberapa pengusaha cold storage yang mengirim ikan beku ke

Jawa. Permasalahan yang dihadapi disamping terbatasnya kapasitas pabrik es dan cold storage

juga yang paling penting adalah tingginya biaya logistik ikan, sehingga sulit untuk berperan

sebagai buffer dalam menampung ikan nelayan.

Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN)

Dalam RPJP 2005-2025, ditetapkan sasaran untuk menjadi negara kepulauan yang

mandiri, maju, dan kuat. Dalam mewujudkan sasaran jangka panjang nasional tersebut,

langkah strategis yang ditempuh adalah mengimplementasikan MP3EI dimana salah satu pilar

pentingnya adalah terwujudnya sistem logistik ikan nasional atau SLIN dalam wujud konektivitas

ekonomi. SLIN adalah sistem manajemen rantai pasokan ikan dan produk perikanan, bahan dan

alat produksi, serta informasi mulai dari pengadaan, penyimpanan, sampai dengan distribusi,

sebagai suatu kesatuan dari kebijakan untuk meningkatkan kapasitas dan stabilisasi sistem

produksi perikanan hulu-hilir, pengendalian disparitas harga, serta untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi dalam negeri. Implementasi dari kebijakan SLIN telah dimulai sejak tahun 2013, dan

Sulawesi Tengah akan diimplementasikan pada tahun 2014. Adapun peta kebijakan SLIN

nasional yang terkait dengan Provinsi Sulawesi Tengah disajikan pada gambar berikut.

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Gambar 1 Keterkaitan SLIN Dengan Program Nasional

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah

Pembangunan berbasis komoditi di sektor kelautan dan perikanan Sulawesi Tengah

diselaraskan dengan MP3EI 2011-2025. Olehnya, Sulawesi Tengah menetapkan 7 komoditi

unggulan MP3EI, yaitu : rumput laut, pelagik besar, pelagik kecil (ketahanan pangan), udang,

ikan demersal (karang), sidat, bandeng dan ikan air tawar (ketahanan pangan). Terkait dengan

upaya percepatan industrialisasi perikanan, wilayah Sulawesi Tengah dibagi kedalam dua blok

industri perikanan, yakni blok barat dan blok timur.

Gambar 2. Cluster Industrialisasi Perikanan Sulawesi Tengah

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Masterplan Pengembangan Ikan Pelagis Di Sulawesi Tengah 2014-2025

Industrialisasi perikanan ikan pelagis di Sulawesi Tengah yang akan mengintegrasikan

hulu dan hilir akan diimplementasikan dalam kondisi angka kemiskinan relatif masih tinggi dan

kondisi lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap biomasa ikan. Oleh karena itu, seluruh

strategi, program dan kegiatan dalam masterplan ini hendaknya mempertimbangkan beberapa

paradigma kekinian yang diakui oleh masyarakat global sebagai tonggak nilai yang tidak boleh

terlupakan dalam setiap aspek dari perencanaan yang disusun. Adapun paradigma

perencanaan dimaksud meliputi :

1. Blue Economy

2. Triple Track Strategies - Pro Poor, Pro Job, Pro Growth

3. Community-Based Development

4. Kemandirian Lokal

5. Good Governance

6. Pembangunan Lintas Sektor, Lintas Daerah dan Lintas Pelaku

7. Kemitraan Publik dan Privat (Public-Private Partnership)

8. Debirokratisasi, Deregulasi dan Desentralisasi

9. Sinergi Model Pertumbuhan-Pemerataan (Growth- Equity Oriented Models)

Impian untuk menjadi penyedia bahan baku industri dan produk industri pelagis

berdaya saing tinggi dan berbasis masyarakat hanya bisa dicapai manakala terbangun integrasi

perikanan pelagis hulu dan hilir yang berkelanjutan. Peta jalan (road map) untuk berada pada

situasi yang diinginkan tersebut melalui setiap tahapan (stage) selama periode 2014 hingga

2025. Tahapan pengembangan dimaksud disajikan dalam gambar berikut :

Gambar 4. Tahapan Industrialisasi Pelagis Sulawesi Tengah 2014 2025

Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah

--- o0o ---

2022-2025

SPESIALISASI

Focus Product, Focus Market

T R A N S F O R M A S I S O S I A L

2017-2021

INTEGRASI HULU – HILIR

Raw Material, Industrial Product

2014 – 2016

FUNDAMENTAL

Design, Facility & Raw Material

BLUE ECONOMY

Triple Track Strategies - Pro Poor, Pro Job, Pro Growth

Community-Based Development

Kemandirian Lokal

Good Governance

Pembangunan Lintas Sektor, Lintas Daerah dan Lintas Pelaku

Kemitraan Publik dan Privat (Public-Private Partnership)

Debirokratisasi, Deregulasi dan Desentralisasi

Sinergi Model Pertumbuhan-Pemerataan (Growth- Equity Oriented Models)

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

43

Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

BAB 3

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Secara tahunan laju pertumbuhan aset perbankan di Sulawesi Tengah pada

triwulan laporan tercatat sebesar 15,67% (yoy), diikuti dengan pertumbuhan kredit

dan DPK sebesar 20,32% (yoy) dan 12,93% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih

lambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Hal ini sesuai

dengan target pertumbuhan nasional yang berkisar 15-17%.

Kualitas kredit perbankan Sulawesi Tengah menunjukkan penurunan dengan

meningkatnya rasio NPL dari 1,88% pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar

2,06% pada triwulan berjalan. Namun demikian, rasio tersebut masih berada pada

batas aman, yakni dibawah 5%.

Laju pertumbuhan kredit properti terus menunjukan perlambatan seiring dengan

implementasi kebijakan loan to value oleh Bank Indonesia.

3.1. Kinerja Perbankan di Sulawesi Tengah (Bank Umum dan BPR)

Kinerja perbankan di Sulawesi Tengah pada triwulan laporan menunjukkan

adanya perkembangan positif. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya pertumbuhan

volume usaha, kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Volume usaha perbankan di Sulawesi

Tengah tercatat sebesar Rp21,36 triliun, meningkat Rp2,89 triliun dibandingkan tahun

sebelumnya. Dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, aset

perbankan Sulawesi Tengah tercatat mengalami pertumbuhan lebih lambat dari 19,80%

(yoy) pada triwulan IV-2013 turun menjadi 15,67% (yoy) pada triwulan laporan.

Perlambatan pertumbuhan volume usaha (aset) terjadi seiring dengan perlambatan

pertumbuhan ekspansi kredit perbankan pada triwulan laporan.

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

1,500

3,000

4,500

6,000

7,500

9,000

Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar

2012 2013 2014

%g (yoy)miliar rupiah

Giro Deposito Tabungan

Pert. Giro Pert. Deposito Pert. Tabungan

0

10

20

30

40

50

60

70

0

3,000

6,000

9,000

12,000

15,000

18,000

21,000

Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Mar

2012 2013 2014

%g (yoy)miliar rupiah

Konsumsi Investasi Modal Kerja Pert. K.Inv Pert. K.Kons Pert. KMK

Grafik 3.1. Perkembangan DPK

Menurut Jenis Simpanan

Sumber: Bank Indonesia *) Data BPR Hingga Februari 2014

Sumber: Bank Indonesia *) Data BPR Hingga Februari 2014

Grafik 3.2. Perkembangan Kredit

Menurut Jenis Penggunaan

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

44

Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan di Sulawesi Tengah

2014

Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1 Tw 2 Tw 3 Tw 4 Tw 1

1 Total Aset 15,281 16,458 17,056 17,109 18,461 19,446 20,200 20,496 21,355

Total Aset - Bank Umum 14,802 15,792 16,214 16,154 17,402 18,226 18,896 19,112 19,988

Total Aset - BPR 478 666 843 954.67 1,060 1,220 1,304 1,384 1,367

2 Dana Pihak Ketiga 9,575 10,365 10,469 10,307 10,798 11,276 11,711 11,663 12,195

DPK - Bank Umum 9,338 10,064 10,177 10,022 10,442 10,924 11,364 11,330 11,877

DPK - BPR 237 301 292 284 356 352 347 333 318

3 Kredit yang diberikan 11,761 12,697 13,515 14,542 15,274 16,512 17,280 17,888 18,377

Kredit - Bank Umum 11,378 12,145 12,799 13,731 14,321 15,452 16,145 16,693 17,159

Kredit - BPR 382 552 717 811 952 1,060 1,135 1,195 1,218

4 Loan to Deposit Ratio (LDR) 123% 122% 129% 141% 141% 146% 148% 153% 151%

LDR - Bank Umum 122% 121% 126% 137% 137% 141% 142% 147% 144%

LDR - BPR 161% 183% 246% 285% 267% 301% 327% 359% 383%

5 Non Performing Loan (NPL) 2.59% 2.22% 2.09% 1.69% 1.96% 1.92% 2.12% 1.88% 2.06%

NPL - Bank Umum 2.61% 2.26% 2.14% 1.74% 2.02% 1.98% 2.20% 1.95% 2.12%

NPL - BPR 1.82% 1.25% 1.12% 0.81% 1.02% 1.05% 1.05% 1.02% 1.12%

No RINCIAN2012 2013

Pada sisi aktiva pertumbuhan aset didorong oleh pertumbuhan penyaluran kredit

yang tumbuh sebesar 20,32% (yoy). Lingkungan usaha yang kondusif dan suku bunga

yang cukup bersaing menjadi faktor pendorong permintaan kredit perbankan baik

nasabah perorangan maupun korporasi. Sementara pada sisi pasiva, pertumbuhan aset

terutama berasal dari peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tercatat tumbuh

12,93%. Struktur DPK perbankan masih didominasi oleh tabungan yang memiliki pangsa

57,23%, diikuti giro dan deposito masing-masing 22,93% dan 19,84%. Dibandingkan

posisi triwulan sebelumnya simpanan berbentuk giro dan deposito mengalami

pertumbuhan masing-masing sebesar 60,94% dan 10,21% sementara tabungan

mengalami penurunan sebesar -9,72%.

Jumlah DPK pada akhir Maret 2014 tercatat sebesar Rp12,19 triliun, sementara

penyaluran kredit tercatat Rp18,38 triliun, sehingga rasio penyaluran kredit terhadap

penghimpunan dana (LDR) perbankan Sulawesi Tengah tercatat sebesar 150,69% naik

dibandingkan posisi tahun sebelumnya sebesar 141,44%. Peningkatan LDR terjadi seiring

dengan pertumbuhan kredit yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan

dana yang dihimpun.

Pertumbuhan kredit yang cukup tinggi dalam 1 tahun terakhir sebesar 20,32%

(yoy) diikuti oleh kenaikan rasio NPL. Rasio NPL-gross pada akhir Maret 2014 tercatat

Miliar rupiah (kecuali dinyatakan dalam satuan lain)

Sumber: Bank Indonesia

*) Data BPR Hingga Februari 2014

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

45

Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

sebesar 2,06% atau lebih tinggi dari posisi Maret 2013 yang tercatat sebesar 1,96%.

Dibandingkan triwulan sebelumnya, rasio NPL triwulan laporan menunjukkan

perkembangan kurang memuaskan di mana rasio NPL triwulan laporan lebih tinggi

dibandingkan rasio NPL triwulan sebelumnya yang mencapai 1,88%. Namun demikian,

rasio NPL tersebut masih dalam batas aman, yakni dibawah 5%. Kenaikan rasio NPL

dialami oleh kelompok kredit yang disalurkan Bank Umum dan BPR. NPL Bank Umum

pada triwulan IV-2013 sebesar 1,95% naik menjadi 2,12% pada triwulan laporan,

sedangkan NPL Bank Umum pada triwulan IV-2013 sebesar 1,02% naik menjadi 1,12%

pada triwulan laporan.

3.2. Intermediasi Bank Umum

Fungsi intermediasi Bank Umum di Sulawesi Tengah tumbuh cukup baik dengan

risiko kredit yang masih terkendali, tercermin dari beberapa indikator kinerja perbankan

seperti aset, penyaluran kredit dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tetap

mengalami pertumbuhan. Jumlah DPK yang dihimpun Bank Umum sampai dengan

triwulan laporan mencapai Rp11,88 triliun, sedangkan kredit yang disalurkan sebesar

Rp17,16 triliun, sehingga Rasio Loan to Deposits (LDR) mencapai 144,47%. Kondisi ini

mencerminkan bahwa kredit yang disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tengah tidak

hanya menggunakan DPK yang dihimpun dari masyarakat saja, tetapi juga menggunakan

pinjaman antar bank, baik dalam wilayah Sulawesi Tengah maupun di luar wilayah

Sulawesi Tengah.

Tabel 3.2. Perkembangan Indikator Kinerja Bank Umum Provinsi Sulawesi Tengah

2014

I II III IV I II III IV I

Total Aset 14,802 15,792 16,214 16,154 17,402 18,226 18,896 19,112 19,988

Dana Pihak Ketiga 9,338 10,064 10,177 10,022 10,442 10,924 11,364 11,330 11,877

Giro 2,519 2,588 2,621 1,724 2,851 2,917 2,906 1,737 2,796

Deposito 1,932 1,809 1,811 1,720 1,731 1,809 1,840 1,920 2,159

Tabungan 4,887 5,666 5,745 6,579 5,860 6,198 6,618 7,673 6,922 Kredit (Jenis

Penggunaan) 11,378 12,145 12,799 13,731 14,321 15,452 16,145 16,693 17,159

Modal Kerja 4,797 5,326 4,915 5,123 5,215 5,471 5,599 5,748 5,798

Investasi 986 1,104 1,133 1,350 1,429 1,735 1,810 1,970 2,064

Konsumsi 5,595 5,715 6,751 7,258 7,678 8,246 8,737 8,975 9,298

LDR (%) 121.85 120.67 125.76 137.00 137.15 141.45 142.07 147.33 144.47

NPL 297.00 274.50 274.74 239.32 289.90 306.33 354.71 324.91 364.21

NPL Gross 2.61% 2.26% 2.15% 1.74% 2.02% 1.98% 2.20% 1.95% 2.12%

Keterangan2012 2013

Miliar rupiah (kecuali dinyatakan dalam satuan lain)

Sumber: Bank Indonesia

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

46

Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

3.2.1. Penghimpunan Dana Masyarakat Bank Umum

Pada triwulan laporan jumlah DPK Bank Umum tumbuh sebesar 13,74% (yoy)

atau 4,82% (qtq). Pertumbuhan jumlah DPK triwulan laporan lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan triwulan periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,31% (yoy). Secara

tahunan, peningkatan DPK bersumber dari meningkatnya simpanan dalam bentuk

deposito sebesar 24,74% (yoy) dan tabungan sebesar 18,12% (yoy). Namun demikian,

simpanan giro mengalami penurunan secara tahunan, yaitu -1,93%(yoy). Hingga Maret

2014, DPK milik pemerintah yang disimpan di perbankan Sulawesi Tengah tercatat

sebesar Rp2,02 triliun atau sebesar 17,03% dari total DPK pada perbankan Sulawesi

Tengah. Angka tersebut menurun -0,17% dari posisi tahun sebelumnya. Pada saat yang

sama DPK milik perseorangan tercatat tumbuh 20,13% menjadi Rp8,96 triliun, namun

DPK milik perusahaan swasta turun -1,42% menjadi Rp542 triliun dibandingkan tahun

sebelumnya.

-20%

-10%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar

2012 2013 2014

% (yoy)Rp miliar

Giro Deposito Tabungan Pert. Giro Pert. Deposito Pert.Tabungan

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar

2012 2013 2014

Giro Deposito Tabungan

Grafik 3.5. Rasio Rekening Simpanan Pada Bank Umum Terhadap Jumlah Penduduk

86%

51%

63%

11% 15% 16%

29%

67%

50.02%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Po

so

Ban

ggai

Toli-

Toli

Ban

ggai

Kep

.

Mo

row

ali

Bu

ol

Par

igi M

ou

ton

g

Pal

u, D

on

ggal

a,Si

gi, T

ou

na

Sult

eng

Grafik 3.3. Perkembangan DPK Bank

Umum

Grafik 3.4. Pangsa DPK Bank Umum

Menurut Jenis Simpanan

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

47

Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

Berdasarkan data akhir Maret 2014, jumlah rekening simpanan pada Bank Umum

sebanyak 1.393.227 rekening, atau meningkat 202.358 rekening dari tahun sebelumnya.

Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Sulawesi Tengah berdasarkan data BPS

dalam Statistik Kependudukan Sulawesi Tengah sebanyak 2,79 juta orang, jumlah

tersebut masih relatif besar dengan rasio 50,02%. Dengan perbandingan sederhana, kita

dapat memperoleh informasi bahwa setengah jumlah penduduk Sulawesi Tengah sudah

memiliki tabungan pada Bank Umum. Secara nasional berdasarkan data World Bank

bahwa pada tahun 2011, hanya 20% penduduk Indonesia di atas 15 tahun yang tercatat

memiliki rekening di institusi keuangan formal.

3.2.2. Penyaluran Kredit Bank Umum

Sampai dengan akhir Maret 2014, jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum

mencapai Rp17,16 triliun. Jumlah tersebut tumbuh 19,81% (yoy) atau sebesar 2,79%

(qtq). Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan masih didominasi oleh kelompok bank

milik pemerintah (Persero) yang tumbuh 18,90% (yoy) dengan market share sebesar

71,76%. Pertumbuhan kredit oleh kelompok bank swasta nasional dan bank pemerintah

daerah masing-masing sebesar 9,58% (yoy) dan 73,09% (yoy). Tingginya pertumbuhan

kredit bank pemerintah daerah tersebut didorong oleh tingginya pertumbuhan kredit

konsumsi yang disalurkan bank pemerintah daerah sebesar 84,59% (yoy).

Pada triwulan laporan kredit konsumsi masih tumbuh 21,10% (yoy), lebih rendah

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 23,65% (yoy). Namun demikian, penurunan

pertumbuhan tersebut justru diikuti dengan kenaikan pangsa kredit konsumsi dari

53,76% pada triwulan sebelumnya menjadi 54,19%. Demikian halnya kredit modal kerja

yang tumbuh melambat sebesar 11,17% (yoy), dan memiliki pangsa sebesar 33,79%

pada triwulan laporan. Sementara itu, pertumbuhan tertinggi dicatat oleh kredit investasi

yang tumbuh 44,44% (yoy) dengan pangsa kredit sebesar 12,03%.

Dalam rangka mendorong penyaluran kredit produktif khususnya kepada UMKM,

Bank Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No.14/22/PBI/2012 yang

mengharuskan perbankan untuk menyalurkan minimal 20% dari total kreditnya pada

sektor UMKM pada tahun 2018. Tahapan implementasi ketentuan tersebut telah dimulai

sejak tahun 2013 dimana Bank wajib memenuhi

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

48

Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

target penyaluran kredit kepada UMKM sebagaimana yang tertuang dalam Rencana

Bisnis masing-masing bank.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

0

2,000,000

4,000,000

6,000,000

8,000,000

10,000,000

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar

2012 2013 2014

%g (yoy)juta rupiah

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Pert Modal Kerja Pert Investasi Pert Konsumsi

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar

2012 2013 2014

K.Modal Kerja K.Investasi K.Konsumsi

Kualitas kredit Bank Umum pada periode laporan relatif mengalami penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya, tercermin dari meningkatnya kredit non lancar (Non

Performing Loans) dari 1,95% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,12% pada triwulan

laporan. Meskipun demikian, rasio NPL tersebut masih tergolong baik dibandingkan batas

aman nasional sebesar 5%. Kenaikan NPL gross tersebut disumbang oleh kenaikan rasio

NPL seluruh kategori bank pada triwulan laporan. Rasio NPL Bank Pemerintah Daerah

meningkat dari 2,92% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,99% pada triwulan laporan.

Demikian pula rasio NPL Bank Swasta Nasional yang meningkat dari 2,61% pada triwulan

sebelumnya menjadi 2,86% pada triwulan laporan dan rasio NPL Bank Persero naik

1,66% pada triwulan sebelumnya menjadi 1,82% pada triwulan laporan.

Berdasarkan penggunaan kredit, NPL tertinggi terjadi pada kredit modal kerja

dengan rasio sebesar 4,23%, diikuti dengan kredit investasi dan kredit konsumsi dengan

rasio NPL masing-masing sebesar 2,21% dan 0,79%. Secara umum, rasio NPL pada

masing-masing jenis kredit tersebut mengalami kenaikan seluruhnya.

Secara sektoral, pangsa kredit yang diberikan Bank Umum masih didominasi oleh

sektor penerima kredit bukan lapangan usaha (kredit konsumtif) yaitu sebesar Rp9,3

triliun atau sebesar 54,19% dari total kredit yang diberikan, diikuti sektor perdagangan

besar dan eceran sebesar Rp4,97 triliun atau 28,97%. Tingginya kredit sektor

perdagangan pada umumnya tersalurkan untuk sub sektor perdagangan eceran

Grafik 3.6. Perkembangan Kredit Bank

Umum Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik 3.7. Pangsa Kredit Bank Umum

Berdasarkan Jenis Penggunaan

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

49

Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

yang semakin berkembang. Sementara itu, kredit sektor pertanian, perburuan dan

kehutanan tercatat sebesar Rp767 miliar atau memiliki share sebesar 4,47%, meningkat

dari share pada triwulan IV-2013 sebesar 4,35%. Kenaikan pangsa kredit pertanian

tersebut tidak terlepas dari pertumbuhan kredit sektor tersebut yang mencapai 28,45%

(yoy). Sementara itu, penyaluran kredit pada sektor perikanan tercatat sebesar Rp64 miliar

dengan porsi 0,37%.

Tabel 3.3. Perkembangan Kredit Bank Umum Per Sektor

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

160%

0

500

1,000

1,500

2,000

2,500

Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12 Mar-13 Jun-13 Sep-13 Dec-13 Mar-14

%g (yoy)miliar rupiah

KPR Kredit Ruko Growth KPR Growth Kredit Ruko

-200%

-100%

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

0

200

400

600

800

1,000

1,200

1,400

Mar-12 Jun-12 Sep-12 Dec-12 Mar-13 Jun-13 Sep-13 Dec-13 Mar-14

%g (yoy)miliar rupiah

KPR s.d. Tipe 21 KPR Tipe 22 s.d. 70 KPR Tipe > 70

Pert. KPR s.d. Tipe 21 Pert. KPR Tipe 22 s.d. 70 Pert. KPR Tipe > 70

Pasar properti di Sulawesi Tengah yang berkembang cepat mendorong

pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Ruko. Pada triwulan I-

2014, kredit KPR mencapai Rp1,81 triliun atau tumbuh 37,29% (yoy) dan Kredit

Pemilikan Ruko mencapai Rp258 miliar atau tumbuh 44,75% (yoy).

Miliar rupiah

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Properti Grafik 3.9. Perkembangan Kredit KPR

Berdasarkan Tipe

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

50

Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

Berdasarkan tipe KPR, KPR tipe s.d. 21 berkembang paling cepat dengan tingkat

pertumbuhan mencapai 260,44% (yoy) atau mencapai Rp422 miliar. Di lain pihak, share

kredit KPR terbesar ialah KPR tipe 22 s.d. 70 dengan nilai kredit sebesar Rp1,07 triliun

yang tumbuh 60,44% (yoy). Sedangkan nilai KPR tipe > 70 mencapai Rp318 miliar atau

tumbuh 37,29% (yoy). Untuk mengantisipasi terjadinya buble di sektor kredit properti,

Bank Indonesia menerbitkan Surat Edaran BI No.15/40/DKMP terkait pembayaran uang

muka pembelian properti.

Grafik 3.10. Rasio Rekening Kredit Pada Bank Umum Terhadap Jumlah Penduduk

18%

8%

11%

1%3%

1%

6%

11%

8.66%

0%

4%

8%

12%

16%

20%

Po

so

Ban

ggai

Toli-

Toli

Ban

ggai

Kep

.

Mo

row

ali

Bu

ol

Par

igi M

ou

ton

g

Pal

u, D

on

ggal

a,Si

gi, T

ou

na

Sult

en

g

Jumlah rekening kredit di bank umum se-Sulawesi Tengah sebanyak 241.238

rekening, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 237.396

rekening. Adapun rasio rekening kredit terhadap jumlah penduduk Sulteng sebesar

8,66%. Artinya secara sederhana baru 1 dari 12 orang dari jumlah penduduk Sulawesi

Tengah yang telah memiliki akses kredit ke lembaga perbankan. Faktor geografis dan

infrastruktur jaringan kantor bank yang terbatas menjadi salah satu kendala bagi

masyarakat untuk menggunakan layanan perbankan. Di sisi lain terbatasnya kuantitas

SDM perbankan yang memiliki kapabilitas untuk melakukan analisis kredit produktif

menjadi faktor penghambat berkembangnya kredit produktif.

3.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat

Hingga akhir triwulan laporan jumlah BPR di Sulawesi Tengah tercatat berjumlah

9 BPR dengan jumlah aset sebesar Rp1.367 miliar atau memiliki pangsa sebesar 6,40 %

terhadap total aset perbankan Sulawesi Tengah. Jumlah tersebut

Sumber: Bank Indonesia

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

51

Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

meningkat cukup signifikan bila dibandingkan share aset BPR pada triwulan I-2013

sebesar Rp1.060 miliar yang mencapai pangsa 5,74%. Beberapa indikator kinerja BPR

lainnya juga menunjukkan perbaikan dari kondisi sebelumnya. Secara tahunan aset BPR

se Sulawesi Tengah tumbuh 28,98% (yoy). Pertumbuhan aset tersebut didorong oleh

pertumbuhan kredit sebesar 27,93% (yoy), namun pada sisi pasiva jumlah DPK turun

sebesar -10,74% (yoy).

Jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun BPR pada triwulan laporan

adalah sebesar Rp318 miliar atau turun -10,74% dalam satu tahun terakhir. Komposisi

dana pihak ketiga tersebut masih didominasi oleh simpanan berbiaya tinggi (deposito)

dengan pangsa sebesar 82,06%, sementara simpanan dalam bentuk tabungan memiliki

pangsa 17,94%. Kondisi tersebut mencerminkan bahwa sebagian besar masyarakat

memilih BPR sebagai tempat untuk menyimpan dana karena bersedia memberikan imbal

jasa yang lebih menarik dari Bank Umum.

Pada sisi aktiva, jumlah kredit yang disalurkan BPR juga mengalami pertumbuhan

positif. Pada periode laporan total kredit yang diberikan adalah sebesar Rp1.218 miliar,

tumbuh 27,93% (yoy). Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan didorong oleh

pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 56,91% (yoy) dengan pangsa terbesar, yaitu

93,88%. Sementara itu, kredit investasi memiliki pangsa hingga 0,26% tercatat turun

-96,42% (yoy) dan kredit modal kerja dengan pangsa 5,86% mengalami penurunan

-52,06% (yoy).

Grafik 3.11. Perkembangan Aset BPR di Sulawesi Tengah

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

1,600,000

Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Feb

2012 2013 2014

%g (yoy)juta rupiah

ASET Pert. Aset

Kualitas kredit BPR pada akhir triwulan laporan tercatat mengalami kenaikan

dibandingkan tahun lalu. Hal ini tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPLs)-

Sumber: Bank Indonesia *) Data BPR Hingga Februari 2014

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

52

Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

gross yang meningkat dari 1,02% pada triwulan I-2013 menjadi sebesar 1,12% pada

triwulan I-2014. Berdasarkan kredit menurut jenis penggunaan, NPL tertinggi terjadi pada

kredit modal kerja dengan NPL sebesar 6,64% diikuti kredit investasi dan kredit konsumsi

masing-masing sebesar 5,06% dan 0,77%.

Sementara itu berdasarkan sektor ekonomi yang dibiayai oleh BPR, NPL tertinggi

terdapat pada sektor administrasi, pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib

dengan NPL 22,73%, diikuti oleh sektor jasa pendidikan dengan NPL sebesar 22,64%.

Adapun NPL pada kredit sektor pertanian, sektor perdagangan, dan industri pengolahan

masing-masing tercatat sebesar 5,54%; 7,71%; dan 7,30%. NPL tertinggi pada triwulan

laporan tercatat terdapat pada debitur yang berada di Kabupaten Parigi Moutong dan

Kabupaten Buol dengan NPL sebesar 3,11% dan 2,92%. Sementara NPL terendah untuk

debitur BPR terdapat di Kabupaten Donggala sebesar 0,00%.

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit yang diberikan dialokasikan untuk kredit

konsumsi sebesar Rp1.144 miliar dengan pangsa 93,88%, kredit modal kerja sebesar

Rp71,44 miliar dengan pangsa 5,86% dan kredit investasi sebesar Rp3,15 miliar dengan

pangsa 0,26% dari total kredit yang diberikan. Hal ini menunjukkan sebagian besar kredit

BPR lebih banyak disalurkan ke sektor non produktif dibandingkan sektor produktif.

-100%

0%

100%

200%

-

75,000

150,000

225,000

300,000

375,000

Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Feb

2012 2013 2014

%g (yoy)juta rupiah

Deposito Tabungan Pert.Deposito Pert.Tabungan

-200%

0%

200%

400%

600%

800%

1000%

-

200,000

400,000

600,000

800,000

1,000,000

1,200,000

1,400,000

Mar Jun Sept Des Mar Jun Sep Des Feb

2012 2013 2014

%g (yoy)juta rupiah

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Pert. Modal Kerja Pert.Investasi Pert.Konsumsi

Dalam hal menjalankan fungsi intermediasi, BPR di Sulawesi Tengah memiliki kinerja

yang cukup baik, tercermin dari rasio Loan to Deposits (LDR) yang di atas 100%. LDR BPR

pada periode laporan tercatat 383%. Tingginya LDR BPR dipicu oleh ekspansi kredit yang

lebih besar dibandingkan dengan kemampuan BPR dalam menghimpun Dana Pihak

Ketiga dari masyarakat. Kondisi ini sekaligus menjelaskan bahwa untuk mendukung

kegiatan ekspansi kredit, BPR lebih banyak bertumpu pada

Grafik 3.12. Perkembangan DPK BPR

Menurut Jenis Simpanan

Grafik 3.13. Perkembangan Kredit BPR

Menurut Jenis Penggunaan

Sumber: Bank Indonesia

*) Data BPR Hingga Februari 2014

Sumber: Bank Indonesia

*) Data BPR Hingga Februari 2014

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

53

Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

sumber pembiayaan lain selain DPK seperti pinjaman antar bank melalui skema linkage

programme (channelling dan executing) maupun dana lainnya.

Berdasarkan data sebaran kantor BPR, terlihat bahwa keberadaan BPR di Sulawesi

Tengah belum tersebar di seluruh wilayah Kabupaten. Lokasi bank sebagian besar

terbesar di 4 lokasi, yaitu Kabupaten Parigi Moutong, Kota Palu, Kabupaten Banggai dan

Kabupaten Poso. Konsentrasi lokasi bank pada beberapa wilayah tertentu menyebabkan

akses masyarakat terhadap jasa perbankan menjadi terbatas.

Tabel 3.4. Jumlah Kantor Pusat dan Cabang BPR di Sulawesi Tengah (belum termasuk daerah pemekaran)

Pusat Cabang

1. Kab. Banggai Kepulauan 2 2

2. Kab. Buol 1 1

3. Kab. Donggala 1 1

4. Kab. Morowali 2 2

5. Kab. Parigi Moutong 3 2 5

6. Kab. Banggai 1 2 3

7. Kab. Poso 1 2 3

8. Kab. Tojo Una-Una 1 1

9. Kab. Toli-Toli 1 1

10. Kota Palu 4 4

Total 9 14 23

Provinsi Sulawesi TengahKantor

Jumlah

3.4. Kinerja Bank Umum Syariah

Pada triwulan laporan kinerja perbankan syariah juga menunjukkan pertumbuhan

yang cukup baik. Aset perbankan syariah pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1.042

miliar atau tumbuh sebesar 7,98% (yoy).

Di sisi pasiva, dalam satu tahun terakhir DPK perbankan syariah tumbuh sebesar

18,85% (yoy) dari Rp569,56 miliar menjadi Rp676,90 miliar. Peningkatan jumlah DPK

pada triwulan laporan terutama dipengaruhi adanya peningkatan deposito yang tumbuh

sebesar 41,73% (yoy), yaitu dari Rp143 miliar menjadi Rp202 miliar. Hal yang serupa juga

dialami oleh tabungan pada perbankan syariah yang tumbuh sebesar 14,61% (yoy)

menjadi sebesar Rp432 miliar. Namun demikian, giro perbankan syariah mengalami

penurunan sebesar -14,51% (yoy) menjadi Rp43 miliar. Dari sisi struktur DPK, DPK

perbankan syariah didominasi oleh simpanan dalam bentuk tabungan dengan kontribusi

sebesar 63,81% diikuti deposito dan giro dengan pangsa sebesar 29,88% dan 6,31%.

Sumber: Bank Indonesia

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

54

Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

Seiring dengan pertumbuhan DPK, jumlah pembiayaan perbankan syariah juga

mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Pada triwulan laporan pembiayaan perbankan

syariah tumbuh sebesar 6,52% (yoy), yaitu dari sebesar Rp910 miliar menjadi sebesar

Rp969 miliar. Peningkatan pembiayaan pada triwulan laporan didorong oleh peningkatan

jumlah pembiayaan konsumsi sebesar Rp43 miliar atau tumbuh 7,20,% (yoy) menjadi

sebesar Rp637 miliar diikuti pembiayaan untuk investasi yang meningkat Rp33 miliar atau

tumbuh 50,31% (yoy) menjadi Rp99 miliar dan pembiayaan untuk modal kerja yang

menurun Rp16 miliar atau turun -6,59% (yoy) menjadi Rp234 miliar. Rasio FDR

perbankan syariah menurun dari 147,90% pada triwulan sebelumnya menjadi 143,15%

pada triwulan I-2014.

Grafik 3.14. Perkembangan Aset Bank Syariah di Sulawesi Tengah

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

-

200

400

600

800

1,000

1,200

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar

2012 2013 2014

%g (yoy)miliar rupiah

ASET Pert. Aset

-100%

0%

100%

200%

0

100

200

300

400

500

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar

2012 2013 2014

%g (yoy)miliar rupiah

Giro Deposito Tabungan

Pert. Giro Pert.Deposito Pert.Tabungan

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

140%

0

100

200

300

400

500

600

700

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar

2012 2013 2014

%g (yoy)miliar rupiah

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Pert. Modal Kerja Pert.Investasi Pert.Konsumsi

Jumlah bank syariah di Provinsi Sulawesi Tengah sampai dengan triwulan laporan

sebanyak 5 (lima) Bank Umum syariah sementara belum terdapat BPR

Sumber: Bank Indonesia

Grafik 3.15. Perkembangan DPK Bank

Syariah Menurut Jenis Simpanan

Grafik 3.16. Perkembangan Pembiayaan

Bank Syariah Menurut Jenis Penggunaan

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

55

Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

Syariah di Sulawesi Tengah. Jumlah rekening simpanan pada perbankan syariah di

Sulawesi Tengah pada triwulan I-2014 tercatat sebanyak 119.981 rekening atau

meningkat 4.212 rekening dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 115.769

rekening, sementara jumlah rekening pembiayaan tercatat sebanyak 13.827 rekening

atau berkurang 216 rekening dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 14.043

rekening.

Dalam rangka mendukung perkembangan industri perbankan syariah di

Indonesia, Bank Indonesia mencanangkan program Gerakan Ekonomi Syariah (GRES)

pada bulan November 2013 secara nasional. Hingga saat ini, program tersebut telah

menunjukkan perkembangan cukup memuaskan. Salah satu indikatornya ialah

perkembangan jumlah Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) di Sulawesi Tengah dimana jumlah

BMT sebelum pencanangan program GRES sebanyak 12 BMT dan saat ini telah berjumlah

20 BMT.

3.5. Kredit UMKM

Sebagai salah satu pilar pendukung pembangunan yang menyerap tenaga kerja

dalam jumlah banyak, UMKM telah membuktikan diri sebagi kelompok pelaku usaha

yang tahan terhadap krisis ekonomi. Dalam upaya meningkatkan kinerja usahanya

UMKM membutuhkan dukungan pembiayaan dari perbankan. Penyaluran kredit untuk

usaha Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) oleh perbankan di Sulawesi Tengah pada

triwulan laporan tercatat meningkat sebesar Rp1,04 triliun dari triwulan I-2013 atau

tumbuh 19,45% (yoy), yaitu dari sebesar Rp5,35 triliun pada triwulan I-2013 menjadi

sebesar Rp6,39 triliun pada triwulan laporan. Penyaluran kredit kepada UMKM masih

didominasi oleh kelompok Bank Umum dengan pangsa 98,89%, sementara BPR hanya

memberikan kontribusi sebesar 1,11%.

Jumlah kredit yang disalurkan oleh Bank Umum kepada UMKM pada triwulan

laporan tercatat berjumlah Rp6,32 triliun, meningkat 19,59% (yoy). Dibandingkan

dengan total kredit yang disalurkan oleh Bank Umum, penyaluran kredit kepada UMKM

oleh Bank Umum tercatat mencapai 36,84%. Dari jumlah kredit kepada UMKM tersebut,

pangsa kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) masing-masing adalah sebesar

25,81%; 37,47%; dan 39,17%. Dilihat dari kualitasnya, jumlah kredit usaha Mikro, Kecil

dan Menengah (MKM) oleh Bank Umum di Sulawesi Tengah pada triwulan berjalan yang

tergolong non-lancar sebesar Rp264 miliar atau 4,18 % dari

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

56

Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

total kredit MKM atau setara dengan 1,54% dari total kredit Bank Umum. Berdasarkan

lokasi proyek, tingkat NPL kredit untuk kelompok UMKM tertinggi tercatat di Kabupaten

Buol yakni sebesar 9,51% dan terendah di Kabupaten Banggai sebesar 2,30%.

Per akhir Maret 2014, jumlah kredit yang disalurkan oleh BPR pada kelompok

UMKM tercatat sebesar Rp71 miliar. Jumlah tersebut meningkat 7,82% (yoy) dari jumlah

kredit UMKM pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan laporan rasio

NPL kredit UMKM yang disalurkan oleh BPR tercatat sebesar 6,77% atau 0,39% dari total

kredit yang disalurkan oleh BPR.

Sementara itu, penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk pelaku usaha di

Sulawesi Tengah berdasarkan lokasi bank pelapor sampai dengan triwulan laporan

berjumlah Rp657,63 miliar, atau meningkat 0,27% dibandingkan triwulan sebelumnya.

Jumlah tersebut disalurkan melalui 47,98 ribu rekening dengan realisasi paling banyak

dilakukan oleh perbankan yang berada di wilayah Kota Palu sebesar Rp257 miliar atau

39,1% dari total realisasi KUR di Sulawesi Tengah. Sektor ekonomi yang paling banyak

menyerap KUR adalah sektor perdagangan besar dan eceran dengan porsi mencapai

60,53%, diikuti sektor Pertanian, Perburuan dan Kehutanan dengan porsi 21,52%.

Grafik 3.17. Perkembangan Kredit Mikro, Kecil dan Menengah Bank Umum

-40%

-20%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0

500,000

1,000,000

1,500,000

2,000,000

2,500,000

3,000,000

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar

2012 2013 2014

%g (yoy)juta rupiah

K.Mikro K.Kecil K.Menengah K.Mikro K.Kecil K.Menengah

Dilihat dari lokasi proyek, sebagian besar penyaluran KUR berada di Kota Palu

yaitu sebesar Rp163 miliar atau 24,94% dari total penyaluran KUR di Sulawesi Tengah

dan didominasi oleh debitur pada sektor perdagangan yang biasanya

Sumber: Bank Indonesia

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

57

Bab 3. Perkembangan Perbankan Daerah

berkembang lebih pesat di kawasan perkotaan. Sementara KUR sektor pertanian paling

banyak disalurkan kepada debitur di Kabupaten Banggai dengan nilai penyaluran sebesar

Rp39,11 miliar yang didominasi KUR untuk pertanian tanaman padi. Dari segi kualitas,

kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) gross KUR di Sulawesi Tengah tercatat

sebesar 3,63% atau naik dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,21%. Adapun NPL

KUR yang disalurkan oleh perbankan Sulawesi Tengah pada sektor perdagangan dan

sektor pertanian masing-masing tercatat sebesar 3,45% dan 1,98%.

--- o0o ---

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

BOKS 3. STABILITAS SISTEM KEUANGAN DI SULAWESI TENGAH:

SELAYANG PANDANG PROBABILITY OF DEFAULT

Dalam rangka menjaga kestabilan sistem keuangan, Bank Indonesia secara rutin

melakukan pemantauan resiko kredit yang berpotensi menimbulkan krisis ekonomi yang

berdampak sistemik. Penilaian resiko kredit merupakan hal yang penting bagi bank dan lembaga

keuangan lainnya, karena kredit yang tidak tertagih, khususnya yang tidak terantisipasi, akan

menekan modal bank dan lembaga keuangan dan dalam nilai/jumlah tertentu, adanya kredit tak

tertagih (potensi kredit tak tertagih dicerminkan dari Non Performing Loan) dapat menimbulkan

ancaman terhadap Stabilitas Sistem Keuangan (SSK).

Dalam hal penilaian resiko kredit tersebut, Bank Indonesia menggunakan pendekatan

mortality rate untuk menghitung Probability of Default (PD). Metode perhitungan PD dengan

pendekatan mortality rate menghitung persentase kredit debitur yang beralih dari kategori

kolektibilitas lancar dan dalam perhatian khusus (performing loan) menjadi kolektibilitas kurang

lancar, diragukan dan macet (non performing loan) selama satu tahun terakhir. Perhitungan PD

tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan jumlah baki debet dan jumlah debitur.

Perhitungan PD berdasarkan jumlah baki debet dimaksudkan untuk melihat jumlah nominal kredit

yang berpotensi mempunyai resiko berdasarkan data seluruh debitur dalam satu tahun terakhir.

Demikian juga untuk perhitungan PD berdasarkan jumlah debitur untuk melihat potensi resiko

kredit debitur. Hasil perhitungan PD dapat memberikan gambaran perkembangan potensi resiko

kredit pada sektor dan wilayah tertentu. Namun demikian, hasil perhitungan PD perlu dilengkapi

dengan analisis debitur untuk memberikan informasi yang lebih lengkap.

Hasil Simulasi per Sektor Utama

Terdapat sekitar 580.000 data debitur untuk semua sektor di wilayah Sulawesi Tengah

dalam periode setahun terakhir yang menjadi cakupan observasi. Berdasarkan lokasi proyek yang

ada di Sulawesi Tengah, perhitungan PD periode April 2013 - Maret 2014 secara agregat masih

relatif rendah atau dibawah 5%. Namun demikian, sejalan dengan perlambatan ekonomi,

terdapat potensi resiko PD secara agregat. PD agregat mengalami kenaikan dibandingkan dengan

periode triwulan sebelumnya (Januari 2013 Desember 2013) baik untuk baki debet maupun

jumlah debitur. Perhitungan PD menurut baki debet menunjukkan adanya peningkatan sebesar

0,03% yaitu dari 2,00% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,03% saat ini. Sektor yang memiliki

kenaikan PD mortality terbesar berdasarkan baki debet di bulan Maret 2014 adalah sektor industri

pengolahan sebesar 0,39% menjadi 4,88% dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

0,14% menjadi sebesar 4,48%. Ditinjau dari subsektor pada kedua sektor tersebut, salah satu

komoditas yang menjadi kontributor kenaikan PD tersebut ialah minyak kelapa sawit. Tercatat PD

subsektor industri minyak biji kelapa sawit naik 13,61% dan subsektor ekspor bahan baku biji

kelapa sawit naik 15,24% dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun dari sisi persebaran jumlah

debitur, kenaikan PD tersebut disumbang oleh sejumlah debitur besar pada masing-masing

subsektor. Hal ini menujukan adanya konsentransi kredit macet pada debitur besar. Di lain pihak,

sektor yang mengalami penurunan PD terbesar pada triwulan berjalan ialah sektor konstruksi

sebesar -0,65% dibandingkan triwulan sebelumnya menjadi 1,33%. Hal ini sejalan dengan

pertumbuhan ekonomi di sektor konstruksi yang tumbuh sebesar 14,26% (yoy) pada triwulan I-

2014.

Seiring dengan adanya pemberlakuan Undang-Undang Minerba per Februari 2014 yang

melarang adanya ekspor barang tambang mentah yang berimplikasi dengan menurunnya kegiatan

usaha di bidang pertambangan, terlihat bahwa hal tersebut telah diantisipasi oleh pihak perbankan

sejak beberapa bulan sebelumnya. Dalam kurun 6 bulan terakhir, PD sektor pertambangan

berdasarkan baki debet terlihat terus mengalami penurunan setiap bulannya, dari 1,27% pada

Oktober 2013 menjadi 0,74% pada Maret 2014. Namun demikian, sektor pertambangan tetap

perlu mendapat khusus dari perbankan, mengingat PD pada sektor tersebut berdasarkan jumlah

debitur. Dibandingkan sektor-sektor lainnya, PD jumlah debitur sektor pertambangan tercatat

paling besar, yaitu sebesar 16,88%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa potensi resiko kredit

tidak terkonsentrasi pada beberapa debitur besar.

Tabel 1.

Hasil Perhitungan Probability of Default metode Mortality Rate per Sektor Utama (%)

Rate (baki debet) Rate (debitur) Rate (baki debet) Rate (debitur) Rate (baki debet) Rate (debitur)

Lain-lain 1.60 3.05 1.64 3.01 1.56 2.55

Pertanian 3.76 8.04 3.67 8.13 3.44 8.32

Pertambangan 0.79 13.33 0.81 16.67 0.74 16.88

Industri 4.66 9.48 5.55 10.59 4.88 10.36

LGA 0.03 3.45 0.03 3.23 0.00 0.00

Konstruksi 2.21 10.99 1.95 6.46 1.33 3.53

PHR 5.14 11.86 4.50 12.70 4.48 11.08

Transportasi & Komunikasi 0.18 3.50 0.20 3.70 0.24 3.50

Jasa Dunia Usaha 3.13 5.02 3.56 5.02 3.36 4.71

Jasa Sosial Masyarakat 0.90 2.21 0.86 2.17 0.83 2.20

Rata-rata Industri 2.20 4.48 2.05 4.60 2.03 4.31

Jan' 14 Feb' 14 Mar' 14Sektor

Sumber: Sistem Informas Debitur

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Ditinjau dari perbandingan PD per sektor ekonomi berdasarkan baki debet dan jumlah

debitur, serta rata-rata sektor ekonomi, terlihat bahwa bahwa sektor pertambangan, sektor listrik,

gas dan air, sektor konstruksi, dan sektor transportasi dan komunikasi memiliki karakteristik yang

sama, yaitu PD baki debet lebih rendah dibandingkan PD jumlah debitur. Hal ini mengindikasikan

bahwa jumlah kredit beresiko tidak terkonsentrasi pada beberapa debitur besar. Di lain pihak,

sektor jasa dunia usaha menunjukkan PD baki debet lebih tinggi dibandingkan PD jumlah debitur.

Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah kredit beresiko terkonsentrasi pada beberapa debitur besar.

--- o0o ---

Grafik 1.

PD per Sektor Ekonomi Berdasarkan Baki Debet

Grafik 2.

PD per Sektor Ekonomi Berdasarkan Jumlah Debitur

Ket: Rata-rata Industri

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

58

Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran

BAB 4

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

- Berdasarkan siklusnya nominal inflow kembali meningkat di awal tahun sementara

outflow mengalami penurunan bila dibandingkan triwulan sebelumnya.

- Secara non tunai, pertumbuhan tahunan (yoy) peredaran uang pada triwulan I-2014

menunjukkan adanya penurunan di sisi kliring namun mengalami peningkatan yang

tinggi di sisis RTGS.

- Jumlah temuan uang palsu sedikit meningkat pada triwulan laporan.

4.1 Transaksi Keuangan Secara Tunai

4.1.1 Perkembangan Uang Kartal (Inflow/Outflow)

Berdasarkan siklusnya, nominal transaksi uang tunai di Sulawesi Tengah

mengalami peningkatan di sisi inflow namun mengalami penurunan di sisi outflow.

Nominal outflow pada triwulan laporan mencapai Rp823,33 miliar, lebih rendah

dibandingkan inflow sebesar Rp1009,12 miliar. Masih rendahnya realisasi proyek-proyek

APBD dan APBN di Sulawesi Tengah serta belum tibanya panen raya di berbagai daerah

mengakibatkan lebih rendahnya outflow dibandingkan inflow pada triwulan laporan.

Grafik 4.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Tunai

(2.500)

(2.000)

(1.500)

(1.000)

(500)

-

500

1.000

1.500

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Inflow Outflow Netflow

Rp miliar

Sumber : KPw BI Prov. Sulteng

Dilihat dari pertumbuhannya, pertumbuhan tahunan inflow tercatat 15,47% (yoy)

lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya -2,23% (yoy). Sejalan dengan kondisi

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

59

Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran

inflow, pertumbuhan outflow pada triwulan laporan juga lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya hingga mencapai 62,14% (yoy). Apabila diperbandingkan antara

angka inflow dan outflow maka akan diperoleh net-inflow selama triwulan I 2014 sebesar

Rp185,79 miliar.

Melalui kegiatan perkasan, KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah juga melakukan

penarikan uang lusuh sebagai wujud dari clean money policy Bank Indonesia untuk

memenuhi kebutuhan uang dalam kondisi layak edar. Pada triwulan I 2014, jumlah uang

kertas yang dimusnahkan mencapai Rp209,66 miliar atau tumbuh sebesar 13,68% (yoy),

lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 349,60% (yoy). Secara

tidak langsung hal ini mengkonfirmasi melambatnya geliat dan pertumbuhan ekonomi di

Sulawesi Tengah yang salah satu media alat tukarnya dengan menggunakan uang tunai.

Pada triwulan laporan, uang pecahan Rp2.000,- merupakan pecahan yang memiliki

persentase paling banyak dimusnahkan, dan diikuti pecahan Rp50.000,- dan Rp5.000,-.

Grafik 4.2. Perkembangan Pemberian Tanda Tidak

Berharga (PTTB)

Grafik 4.3. Perkembangan Persentase Lembar

Uang Yang Dimusnahkan

33

63

36

66

47

14

2

14

21 22 18

63

21

0

10

20

30

40

50

60

70

-

200

400

600

800

1.000

1.200

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Inflow PTTB Rasio PTTB Thd Inflow

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013 2014

1.000

2.000

5.000

10.000

20.000

50.000

100.000

Sumber : KPw BI Prov. Sulteng

4.1.2 Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan

Jumlah temuan uang palsu di Sulawesi Tengah pada triwulan I-2014

menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Uang palsu

yang ditemukan melalui laporan perbankan dan masyarakat ke KPw BI Provinsi Sulawesi

Tengah sebanyak 20 lembar dengan pecahan terbanyak Rp50.000. Temuan uang palsu

tersebut tidak termasuk uang palsu yang ditemukan oleh pihak kepolisian. Terkait dengan

peredaran uang palsu, masyarakat Sulawesi Tengah perlu berhati-hati dalam bertransaksi

atau melakukan kegiatan ekonominya. Pemahaman yang baik akan ciri-ciri keaslian uang

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

60

Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran

perlu diketahui oleh masyarakat. KPw Bank Indonesia provinsi Sulawesi Tengah juga

secara rutin melakukan sosialisasi keaslian uang rupiah ini kepada berbagai kelompok

masyarakat. Selain itu juga sosialisasi cara memperlakukan uang dengan baik agar ciri

keaslian uang dapat mudah dikenali.

Tabel 4.1 Perkembangan Uang Palsu Yang Ditemukan

4.1.3 Aliran Perkasan Berdasarkan Denominasi

Aliran perkasan selama periode laporan didominasi oleh pecahan Rp50.000,-

baik di sisi inflow maupun outflow. Di sisi inflow, pada triwulan I-2014, jumlah lembar

uang kertas denominasi Rp50.000,- mencapai 7,47 juta lembar atau 33,57% dari total

seluruh uang kertas. Sementara di sisi outflow, denominasi Rp50.000,- tercatat sebanyak

5,55 juta lembar atau 27,99% dari total seluruh uang kertas. Khusus untuk uang logam,

pecahan Rp1.000,- mendominasi outflow dengan persentase sebesar 35,06% sedangkan

inflow didominasi pecahan Rp500 dengan persentase sebesar 38,82% dari total seluruh

uang logam.

Tabel 4.2. Pangsa Denominasi Uang Inflow

2014

I II III IV I II III IV I

100.000 19,07% 13,61% 21,51% 11,14% 19,63% 15,06% 23,75% 11,20% 25,94%

50.000 29,75% 27,10% 28,13% 20,82% 31,80% 25,14% 31,65% 21,62% 33,57%

20.000 5,83% 7,27% 6,51% 8,77% 5,44% 6,58% 3,17% 7,02% 5,13%

10.000 8,54% 10,98% 10,11% 10,96% 7,94% 10,89% 9,78% 14,14% 8,02%

5.000 10,56% 13,31% 13,17% 16,20% 12,63% 15,94% 14,91% 19,49% 9,81%

2.000 14,20% 17,00% 13,77% 21,10% 15,45% 18,41% 13,09% 19,68% 13,92%

1.000 12,06% 10,73% 6,81% 11,01% 7,11% 7,98% 3,65% 6,85% 3,61%

Jlh. Uang Kertas 93,41% 91,16% 93,70% 92,96% 95,39% 92,96% 95,02% 95,97% 95,98%

1.000 8,87% 7,78% 10,12% 3,50% 2,27% 6,26% 26,81% 18,52% 18,29%

500 50,68% 42,47% 39,15% 41,73% 52,63% 46,62% 36,05% 33,65% 38,82%

200 15,04% 16,17% 12,24% 10,70% 18,83% 17,54% 11,05% 15,34% 6,62%

100 24,15% 28,82% 17,63% 20,48% 21,97% 21,66% 17,35% 22,73% 17,54%

50 1,26% 3,26% 20,86% 23,60% 4,30% 7,92% 8,73% 9,66% 18,72%

25 0,00% 1,50% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,10% 0,01%

Jlh. Uang Logam 6,59% 8,84% 6,30% 7,04% 4,61% 7,04% 4,98% 4,03% 4,02%

Juml. UK + UL 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

Pecahan20132012

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

61

Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran

Tabel 4.3. Pangsa Denominasi Uang Outflow

2014

I II III IV I II III IV I

100.000 17,16% 29,99% 22,91% 27,08% 15,28% 27,45% 27,50% 31,81% 24,41%

50.000 30,08% 36,36% 30,43% 38,88% 28,42% 36,81% 33,40% 34,88% 27,99%

20.000 7,38% 5,34% 5,03% 4,31% 7,32% 4,19% 1,08% 4,17% 6,37%

10.000 10,30% 6,59% 7,13% 4,78% 10,25% 7,81% 9,86% 6,87% 8,52%

5.000 12,52% 9,03% 12,70% 8,90% 15,80% 11,12% 13,99% 8,89% 11,82%

2.000 18,10% 10,04% 12,86% 9,56% 14,55% 12,14% 13,91% 9,49% 15,49%

1.000 4,45% 2,64% 8,94% 6,49% 8,39% 0,49% 0,26% 3,89% 5,39%

Jlh. Uang Kertas 86,78% 91,50% 91,63% 94,91% 92,85% 93,56% 92,08% 94,45% 90,72%

1.000 43,42% 44,28% 27,61% 19,17% 9,51% 32,56% 43,37% 35,54% 35,06%

500 19,11% 19,40% 24,29% 24,08% 34,63% 25,31% 20,01% 22,27% 26,33%

200 18,56% 16,85% 20,88% 20,89% 29,33% 19,56% 15,73% 19,94% 13,14%

100 17,37% 18,06% 16,90% 21,04% 22,14% 16,68% 16,09% 18,95% 15,40%

50 1,54% 1,42% 10,32% 14,81% 4,38% 5,88% 4,80% 3,30% 10,07%

25 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%

Jlh. Uang Logam 13,22% 8,50% 8,37% 5,09% 7,15% 6,44% 7,92% 5,55% 9,28%

Juml. UK + UL 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

Pecahan20132012

4.2. Transaksi Keuangan Secara Non Tunai

Dalam kajian ini, transaksi keuangan secara non tunai mencakup transaksi yang

menggunakan BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Sistem Kliring Nasional Bank

Indonesia (SKNBI). Seperti halnya daerah lain, transaksi RTGS (outgoing) lebih dominan

digunakan di Provinsi Sulawesi Tengah bila dibandingkan dengan sistem kliring.

Grafik 4.5. Perkembangan Transaksi Non Tunai di

Sulawesi Tengah

Grafik 4.6. Pangsa Nominal Transaksi RTGS

(Outgoing) dan Kliring Provinsi Sulawesi Tengah

5.5

68

7.2

02

6.6

11

15

.32

5

10

.64

5

8.2

25

10

.48

1 1

4.6

36

16

.93

9

1.1

34

1.1

89

1.1

95

1.4

59

1.3

11

1.3

69

1.5

42

1.1

06

93

5

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

14.000

16.000

18.000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Nominal RTGS Outgoing Nominal Kliring

Rp miliar

Sumber : Bank Indonesia

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Nominal Kliring Nominal RTGS Outgoing

Sumber : Bank Indonesia

Seiring dengan tidak adanya kliring kredit yang dilakukan sejak awal 2014,

kegiatan kliring di Sulawesi Tengah menurun baik dari sisi jumlah warkat maupun

dari sisi nominal dibandingkan triwulan sebelumnya. Nominal kliring pada triwulan I-

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

62

Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran

2014 tercatat sebesar Rp935 miliar atau mengalami kontraksi pertumbuhan -28,70%

(yoy) dengan jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 24.226 lembar.

Grafik 4.7. Perkembangan Nominal dan Jumlah

Warkat Kliring Prov. Sulawesi Tengah

Grafik 4.8. Perputaran Cek dan Bilyet Giro

Kosong Provinsi Sulawesi Tengah

-5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 45.000

-200 400 600 800

1.000 1.200 1.400 1.600 1.800

I II III IV I II III IV I II III IV I

2011 2012 2013 2014

Nominal Kliring Volume Kliring

Rp miliar

Sumber : Bank Indonesia

Lembar

-

0,50

1,00

1,50

2,00

2,50

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

RRH Nominal Cek/BG Kosong (%)

RRH Volume Cek/BG Kosong (%)

Sumber : Bank Indonesia

Ke depan transaksi non tunai oleh masyarakat ini masih perlu lebih ditingkatkan

penggunaannya. Transaksi non tunai ini mengurangi risiko tindakan kejahatan seperti

perampokan, pencurian dan terhindar dari uang palsu, namun tetap ada kelemahan

seperti adanya Cek/BG kosong.

Pada triwulan I-2014 peredaran cek dan bilyet giro kosong mengalami

penurunan baik di sisi nominal maupun jumlah warkat. Cek dan Bilyet Giro (BG)

kosong yang dikliringkan pada triwulan laporan tercatat sebanyak 512 lembar dengan

nominal sebesar Rp16,58 miliar. Persentase rata-rata harian nominal Cek/BG yang ditolak

pada triwulan I-2014 tercatat 1,77% sementara rata-rata harian volume Cek/BG yang

ditolak sebesar 2,11%.

Tabel 4.3. Perkembangan RTGS Provinsi Sulawesi Tengah

2014

I II III IV I

Nominal RTGS Ingoing (Miliar Rp) 7.787,67 5.683,10 8.200,38 13.157,13 13.018,66

Nominal RTGS Outgoing (Miliar Rp) 10.644,93 8.225,22 10.480,88 14.635,77 16.938,50

Net Outgoing (Miliar Rp) 2.857 2.542 2.281 1.479 3.920

Pert. RTGS Ingoing (yoy) 122,80% -3,67% 37,67% 0,97% 67,17%

Pert. RTGS Outgoing (yoy) 91,18% 14,21% 58,55% -4,50% 59,12%

2013Keterangan

Pertumbuhan nominal transaksi pembayaran non tunai melalui sistem Bank

Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) pada triwulan I-2014 mengalami

peningkatan pertumbuhan baik di sisi ingoing maupun outgoing dibandingkan

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

63

Bab 4. Perkembangan Sistem Pembayaran

triwulan sebelumnya. Aliran dana masuk (ingoing) melalui RTGS pada triwulan I-2014

tercatat sebesar Rp13,02 triliun atau tumbuh 67,17% (yoy) dibandingkan triwulan

sebelumnya. Demikian halnya dengan dana keluar (outgoing) melalui RTGS pada triwulan

I-2014 tercatat sebesar Rp16,94 triliun atau tumbuh sebesar 59,12%.

--- o0o ---

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

64

BAB 5

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Melambatnya kinerja perekonomian Sulawesi Tengah terkonfirmasi oleh penurunan

jumlah penduduk yang bekerja menurut lapangan kerja utama (sektor pertanian dan

sektor pertambangan).

Penerapan UU Minerba tahun 2009 (PP No.1 tahun 2014) berdampak pada

penurunan jumlah pekerja di sektor pertambangan hingga sebesar -24,94% (yoy)

sehingga secara akumulatif menyebabkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

meningkat ke level 2,92% (yoy).

Posisi outstanding KUR yang disalurkan di wilayah Sulawesi Tengah di triwulan I-

2014 sebesar Rp657,63 miliar, tumbuh 20,30% (yoy) atau lebih rendah

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 26,98% (yoy).

5.1. Ketenagakerjaan

Dari data ketenagakerjaan terakhir yang dikeluarkan oleh BPS, menunjukkan

bahwa kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Tengah secara umum mengalami

penurunan dibandingkan satu tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja pada bulan

Februari 2014 tercatat sebanyak 1,43 juta orang dengan jumlah angkatan kerja yang

telah bekerja mencapai 1,38 juta orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

meningkat menjadi 71,79%. Jumlah penganggur pada Februari 2014 mencapai 41.716

orang atau bertambah sebanyak 4.760 orang jika dibanding keadaan Februari 2013 yang

sebanyak 36.956 orang. Persentase kenaikan jumlah pengangguran yang lebih besar dari

persentase kenaikan jumlah pekerja menyebabkan terjadinya kenaikan Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 0,27% selama periode setahun terakhir. Dengan

diberlakukannya UU Minerba tahun 2009 melalui penerbitan PP No.1 tahun 2014,

mayoritas perusahaan tambang di Morowali mulai 12 Januari 2014 melakukan PHK yang

mengakibatkan meningkatnya jumlah pengangguran di Sulawesi Tengah.

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

65

Tabel 5.1. Penduduk Menurut Jenis Kegiatan Utama

*) Februari 2012 -Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk ang digunakan pada

Februari 2014

**) Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk

Sumber : BPS Prov. Sulawesi Tengah

Menurut tingkat pendidikannya, pada Februari 2014, angkatan kerja di

Sulawesi Tengah paling banyak berpendidikan SD ke bawah r 678.621 orang diikuti

SMA sebanyak 246.422 orang dan SMP sebanyak 237.823 orang. Sedangkan jumlah

angkatan kerja yang paling sedikit adalah berpendidikan DI/II/III sebanyak 39.626 orang.

TPT tertinggi di Sulawesi Tengah pada kelompok angkatan kerja dengan tingkat

pendidikan SMA sebesar 6,73% diikuti Sekolah Menengah Kejuruan sebesar 6,31%

dengan dan Diploma I/II/III sebesar 5,63 %. Di sisi lain TPT terendah justru terjadi pada

tingkat pendidikan SD ke bawah dan SMP dengan TPT masing-masing sebesar 1,22%

dan 1,79%. Hal ini menunjukkan bahwa masih perlunya upaya-upaya pemerintah untuk

lebih meningkatkan penciptaan lapangan kerja di masyarakat. Lulusan Sekolah

Menengah Kejuruan yang cenderung memiliki skill pekerja lebih baik dibandingkan

lulusan SMA perlu didorong untuk lebih berani dan kreatif menjadi wirausaha yang

justru akan menampung para penganggur .

Penurunan jumlah penduduk yang bekerja menurut lapangan kerja utama

sejalan dengan kondisi kinerja PDRB Provinsi Sulawesi Tengah secara sektoral.

Perlambatan di sektor pertanian terkonfirmasi dengan jumlah pekerja di sektor pertanian

di triwulan I 2014 tercatat turun sebesar -1,08% dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya. Demikian halnya dengan sektor pertambangan yang mengalami

kontraksi pertumbuhan sebesar -44,62% (yoy) yang berimplikasi pada penurunan pekerja

2014**)

Februari Agustus Februari Agustus Februari

1. Angkatan Kerja orang 1.428.589 1.280.017 1.396.799 1.293.332 1.427.819

Bekerja orang 1.376.072 1.229.597 1.359.843 1.239.122 1.386.103

Pengangguran orang 52.517 50.120 36.956 54.210 41.716

2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja % 74,26 65,96 71,40 65,56 71,79

3. Tingkat Pengangguran Terbuka % 3,68 3,92 2,65 4,19 2,92

4. Pekerja Tidak Penuh orang 543.891 488.857 518.333 575.833 508.418

Setengah Penganggur orang 223.832 163.157 141.983 148.815 140.543

Paruh Waktu orang 320.059 325.700 376.350 427.018 367.875

Jenis Kegiatan Utama Satuan2012*) 2013*)

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

66

hingga -24,94% (yoy). Di sisi lain, pesatnya pertumbuhan sektor bangunan

mengakibatkan pertumbuhan positif permintaan pekerjaan hingga sebesar 19,36% (yoy).

Grafik 5.1. Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama

*) Februari 2012-Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada

Februari 2014

**) Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk

***) Lapangan pekerjaan Utama/sektor lainnya terdiri dari : Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air

Grafik 5.2. Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

*) Februari 2012-Agustus 2013 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk yang

digunakan pada Februari 2014

**) Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk

Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerja formal mencakup kategori

berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk

0

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

1.600.000

Februari Agustus Februari Agustus Februari

2012*) 2013*) 2014**)

Lainnya***)

Jasa Kemasyarakatan

Keuangan

Transportasi, Pergudangan

dan Komunikasi

Perdagangan

Konstruksi

Industri

Pertanian

orang

Sumber : BPS Prov. Sulteng

0

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

450.000

Februari Agustus Februari Agustus Februari

2012*) 2013*) 2014**)

Berusaha Sendiri

Berusaha dibantuburuh tidak tetap

Berusaha dibantuburuh tetap

Buruh/Karyawan

Pekerja Bebas dipertanian

Pekerja bebas dinonpertanian

Pekerja keluarga/takdibayar

Sumber : BPS Prov. Sulteng

orang

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

67

pekerja informal. Berdasarkan identifikasi ini, maka pada Februari 2014 sebanyak

456.680 orang (32,95%) bekerja pada kegiatan formal dan 929.423 orang (67,05%)

bekerja pada kegiatan informal. Dilihat dari trennya, pekerja kategori buruh/karyawan

mengalami peningkatan yang cukup progresif. Dari segi jumlah, buruh/karyawan juga

mengalami penambahan terbesar dalam satu tahun terakhir hingga 34.052 orang.

Kondisi ini memiliki kelemahan mengingat relatih terbatasnya penciptaan lapangan

pekerjaan kategori buruh/karyawan dibandingkan dengan di bidang enterpreneurship.

Sementara itu sesuai dengan SK Gubernur Sulawesi Tengah no.

56/563/DISNAKERTRANS-G.ST/2013 tertanggal 1 November 2013 tentang UMP

Sulteng 2014, tingkat UMP pada tahun 2014 ditetapkan sebesar Rp1.250.000,-

meningkat 25,63% dari tahun sebelumnya. Penyesuaian UMP tersebut dilakukan

dengan memperhatikan tingkat Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dan menciptakan iklim

usaha yang kondusif bagi para investor.

Grafik 5.3. Perkembangan Tingkat UMP Sulawesi

Tengah dan Inflasi Kota Palu

Grafik 5.4 Perkembangan UMP dan Kebutuhan

Hidup Layak (KHL)

5.2. Kemiskinan

Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS pada Januari 2014, jumlah penduduk

miskin di Sulawesi Tengah posisi September 2013 adalah sebanyak 400.090 jiwa

atau 14,32% dari seluruh penduduk Sulteng. Jumlah tersebut lebih kecil dari posisi

Maret 2013 yang tercatat sebesar 14,67%. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir

jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah terus mengalami penurunan

yang mengindikasikan bahwa program pengentasan kemiskinan yang dilaksanakan

berdampak positif terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Sulawesi Tengah. Namun

45

0.0

00

49

0.0

00

57

5.0

00

61

5.0

00

67

0.0

00

72

0.0

00

77

7.5

00

82

7.5

00

88

5.0

00

99

5.0

00

1.2

50

.00

0

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

0%

10%

20%

30%

20

04

20

05

20

06

20

07

20

08

20

09

20

10

20

11

20

12

20

13

20

14

UMP (Rupiah) g upah inflasi

Sumber : Disnakertrans & BPS

Rp

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

-

200.000

400.000

600.000

800.000

1.000.000

1.200.000

1.400.000

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

UMP (Rupiah) KHL Rasio UMP/KHL

Rp

Sumber : Disnakertrans & BPS

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

68

demikian, meski jumlah penduduk miskin berkurang, tingkat kemiskinan di Sulawesi

Tengah tercatat masih lebih tinggi dibandingkan tingkat kemiskinan secara nasional yang

tercatat 11,47%. Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya pengentasan kemiskinan yang

dijalankan di Sulawesi Tengah masih perlu ditingkatkan dengan berfokus pada daerah

pedesaan yang memiliki jumlah dan prosentase penduduk miskin lebih tinggi.

Tabel 5.2 Perkembangan Penduduk Miskin Di Sulawesi Tengah (Rilis September 2013)

Tahun Penduduk Miskin Persentase

2007 557.400 22,42

2008 524.700 20,75

2009 489.840 18,98

2010 474.990 18,07

2011 432.070 16,04

2012 409.600 14,94

2013 400.090 14,32

Sumber : BPS Sulawesi Tengah, data Susenas diolah

Dalam menanggulangi kemiskinan di provinsi Sulawesi Tengah, pada tahun 2014,

pemerintah daerah Provinsi Sulawesi Tengah akan menggulirkan Program Terpadu

Pengentasan Kemiskinan Berbasis Bedah Kampung (PTPK-BBK) yang tidak semata-mata

ditujukan pada pembangunan fisik, tetapi juga untuk pemberdayaan dalam bentuk

peningkatan sumber daya manusia dan pemberian modal. Dalam hal ini pemda

menyiapkan Rp 40 miliar yang dialokasikan pada 200 desa lokasi PTPK-BBK di lima

kabupaten yaitu Parigi Moutong, Donggala, Banggai, Poso dan Tojo Una-Una.

Berdasarkan lokasi tempat tinggalnya, meski memiliki standar garis kemiskinan

yang lebih rendah, jumlah penduduk miskin Sulawesi Tengah lebih banyak berada di

pedesaan. Dari jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada tahun 2013, sebanyak

335.780 jiwa (83,92%) tinggal di wilayah pedesaan, sementara penduduk miskin di

wilayah perkotaan sebanyak 64.320 jiwa (16,08%).

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

69

Grafik 5.5. Persentase Jumlah Penduduk Miskin Di

Sulteng

Grafik 5.6. Persentase Penduduk Miskin Menurut

Lokasi Tinggal di Sulteng

Grafik 5.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan Grafik 5.8. Indeks Keparahan Kemiskinan Di

Sulteng

Berdasarkan data posisi bulan Maret 2014, jumlah KUR yang disalurkan di

wilayah Sulawesi Tengah mencapai Rp657,63 miliar, dengan jumlah rekening

sebanyak 47.980 rekening. Jumlah outstanding tersebut meningkat Rp110,95 miliar

dari posisi tahun sebelumnya atau sebesar 20,30% (yoy). Dari jumlah tersebut

sebagian besar diserap oleh sektor perdagangan besar dan eceran dengan pangsa

mencapai 60,53%, diikuti sektor pertanian, perburuan dan kehutanan dengan pangsa

21,52%. Selain KUR, pemerintah memiliki beberapa skema pembiayaan yang dapat

digunakan untuk meningkatkan usaha pertanian masyarakat, diantaranya KKP-E (Kredit

Ketahanan Pangan dan Energi) dan Kredit Revitalisasi Perkebunan yang memberikan

subsidi bunga kredit kepada penerima yang telah memenuhi persyaratan. Meski

merupakan kredit program yang digagas oleh pemerintah, namun sumber dana yang

disalurkan berasal dari dana perbankan yang dihimpun dari masyarakat.

22,42 20,75

18,98 18,07

16,0414,94 14,32

16,58 15,42

14,15 13,33 12,49 11,66 11,47

0

5

10

15

20

25

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sulteng Nasional

%

Sumber : BPS Prov. Sulteng

12,9% 11,5% 10,1% 9,82% 9,46% 9,02% 9,45%

25,0%23,2%

21,4% 20,26%17,89% 16,85% 15,89%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Kota Desa

0,0

2,0

4,0

6,0

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

4,46 4,334,09

3,092,76 2,82

2,28

2,992,77

2,52,21

2,081,9 1,89

Sulteng Nasional

Sumber : BPS Prov. Sulteng

%

0

0,5

1

1,5

2

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

1,38 1,41 1,37

0,80,75 0,82

0,53

0,840,76

0,680,58 0,55

0,48 0,48

Sulteng Nasional

Sumber : BPS Prov. Sulteng

%

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

70

Tabel 5.3 Realisasi Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Di Sulawesi Tengah

Berdasarkan Sektor Ekonomi

Sumber : Bank Indonesia

--- o0o ---

Sep-13 Des-13 Mar-14 Sep-13 Des-13 Mar-14

1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 14.041 15.614 16.461 113,33 133,88 141,51

2. PERIKANAN 1066 1208 1293 7,86 9,47 10,26

3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 48 55 59 1,15 1,14 0,71

4. INDUSTRI PENGOLAHAN 1.287 1.478 1.557 20,94 22,82 22,55

5. LISTRIK, GAS DAN AIR 18 21 22 0,20 0,24 0,25

6. KONSTRUKSI 107 107 89 15,07 17,71 16,12

7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 23.016 23.878 24.088 395,46 403,81 398,07

8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN

MAKAN MINUM 548 694 767 9,14 12,20 12,33

9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN

KOMUNIKASI 200 225 221 3,80 4,43 4,63

10. PERANTARA KEUANGAN 7 10 10 1,36 2,79 2,58

11. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA

PERUSAHAAN 738 627 526 8,29 7,89 6,91

12. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN

DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB 1 4 8 0,00 0,05 0,09

13. JASA PENDIDIKAN 20 19 16 1,21 1,11 1,02

14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL 54 58 63 1,43 1,44 1,45

15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA,

HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA 1.741 2.171 2.349 26,85 31,99 32,19

16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH

TANGGA 370 416 446 4,27 4,68 5,04

17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA

INTERNASIONAL LAINNYA 0 0 0 - - -

18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA 9 1 5 3,08 0,19 1,90

19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA 0 0 0 - - -

TOTAL 43.271 46.586 47.980 613,42 ##### 657,63

SEKTOR EKONOMIJUMLAH REKENING OUTSTANDING KUR (Rp miliar)

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

71

Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah

BAB 6

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Realisasi pendapatan dan belanja APBD Provinsi Sulawesi Tengah mengalami

peningkatan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Anggaran pemerintah pusat di Provinsi Sulawesi Tengah mengalami peningkatan

baik dari sisi penerimaan maupun pengeluaran.

Nominal dan realisasi belanja modal baik APBD maupun APBN masih perlu

ditingkatkan

6.1. Realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah Tahun 2014

Realisasi pendapatan daerah lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja

daerah. Realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I-2014 mencapai Rp507,26 miliar

atau mencapai 21,32% dari total target anggaran 2014 yang sebesar Rp2.379,65 miliar.

Sementara itu, total realisasi belanja daerah mencapai Rp292,39 miliar atau sebesar

11,98% dari anggaran yang sebesar Rp2.440,48 miliar.

Grafik 6.1. Perkembangan Pendapatan dan Belanja Daerah

21,32%

11,981%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

40%

0

100

200

300

400

500

600

700

Tw I 2011 Tw I 2012 Tw I 2013 Tw I 2014

Rp

mily

ar

Nominal Realisasi Pendapatan Nominal Realisasi Belanja

Realisasi Pendapatan-Sb kanan Realisasi Belanja Sb kanan

Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Realisasi Pendapatan daerah dan belanja daerah menunjukkan tren

berfluktuatif setiap tahun. Dibandingkan triwulan I-2013, total realisasi pendapatan

daerah hingga akhir triwulan I-2014 hanya mengalami kenaikan sebesar 0,03%,

sedangkan belanja daerah meningkat sebesar 4,80%. Hingga akhir triwulan I-2014

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

72

Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah

realisasi APBD Provinsi Sulawesi Tengah mengalami surplus sebesar Rp214,87 miliar.

Dana Pihak Ketiga milik pemerintah daerah hingga akhir triwulan I-2014

tercatat sebesar Rp2.022,38 miliar atau naik Rp1.445,32 miliar dibandingkan

triwulan IV-2013. Meningkatnya DPK milik pemerintah daerah ini menunjukkan masih

relatif rendahnya realisasi proyek pemerintah di Sulawesi Tengah di triwulan I-2014.

6.1.1 Realisasi Pendapatan APBD

Kontribusi terbesar pada pendapatan daerah disumbang oleh dana

perimbangan dari pemerintah pusat dengan pangsa sebesar 53,62%. Pendapatan asli

daerah dan lain-lain pendapatan daerah yang sah masing-masing menyumbang 29,40%

dan 16,98% terhadap total pendapatan. Sementara itu, realisasi pendapatan APBD

Provinsi Sulawesi Tengah hingga triwulan I-2014 mencapai 21,32% dengan tingkat

realisasi tertinggi pada komponen lain-lain pendapatan daerah sebesar 23,14%, diikuti

dana perimbangan dan pendapatan asli daerah masing-masing sebesar 21,98% dan

19,37%.

Grafik 6.2. Perkembangan Deposito, Tabungan dan Giro Pemda

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2010 2011 2012 2013 2014

Deposito Tabungan Giro

Rp miliar

Sumber : Bank Indonesia

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

73

Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah

Grafik 6.3. Perkembangn Nilai Realisasi per Pos

Pendapatan Daerah

Grafik 6.4. Perkembangan Tingkat Realisasi per

Pos Pendapatan Daerah

96

202

1

139

323

154

132

250

73

149

272

86

0 200 400

PAD

Dana Perimbangan

Lain-lain PAD yangsah

Rp Milyar

Tw I 2014

Tw I 2013

Tw I 2012

Tw I 2011

Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

30%

24%

17%

30%

33%

48%

22%

22%

20%

19%

22%

23%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%

PAD

Dana Perimbangan

Lain-lain PAD yang sah

Tw I 2014 Tw I 2013 Tw I 2012 Tw I 2011

Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah

Tabel 6.1. Perkembangan Realisasi Pendapatan Daerah per Triwulan

Rp miliar

2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Pendapatan Asli Daerah 139 133 149 155 132 158 160 212 149

Dana Perimbangan 323 184 250 286 250 314 302 294 272

Lain-Lain PAD Yang Sah 154 0 93 66 73 72 80 85 86

Total Pendapatan Daerah 616 317 491 508 455 544 542 592 507

g.qtq -48,55% 54,93% 3,30% -10,29% 19,50% -0,36% 9,14% -14,28%

g.yoy -26,13% 71,57% 10,33% 16,58% 11,39%

KETERANGAN2012 2013

Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Tabel 6.2. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Rp juta

URAIAN ANGGARAN REALISASI SD

TW I- 2014

( % ) REALISASI

PENDAPATAN 2.379.647,47 507.259,31 21,32%

PENDAPATAN ASLI DAERAH 769.714,31 149.131,80 19,37%

Pendapatan Pajak Daerah 684.649,81 142.918,09 20,87%

Retribusi Daerah 3.596,87 635,33 17,66%

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah

yang Dipisahkan

10.762,64 0,00 0,00%

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

yang Sah

70.705,00 5.578,38 7,89%

DANA PERIMBANGAN 1.237.627,67 271.971,24 21,98%

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan

Pajak

85.800,18 0,00 0,00%

Dana Alokasi Umum 1.087.885,01 271.971,24 25,00%

Dana Alokasi Khusus 63.942,48 0,00 0,00%

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH

YANG SAH

372.305,49 86.156,27 23,14%

Pendapatan Hibah 9.757,05 334,97 3,43%

Dana Penyesuaian dan Otonomi

Khusus

362.548,44 85.821,30 23,67%

Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

74

Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah

6.2.2 Realisasi Belanja APBD

Kontribusi terbesar pada belanja daerah disumbang oleh belanja tidak

langsung dengan kontribusi sebesar 65,31%. Realisasi belanja APBD Provinsi Sulawesi

Tengah hingga triwulan I-2014 baru mencapai 11,98% dengan tingkat realisasi tertinggi

pada komponen belanja tidak langsung sebesar 16,28%, sedangkan tingkat realisasi

belanja langsung sebesar 8%.Sesuai dengan pola selama satu tahun, realisasi belanja

tidak langsung lebih besar daripada belanja langsung di semester I, sedangkan di

semester II justru terjadi sebaliknya. Hal ini disebabkan karena karakter proyek belanja

langsung yang membutuhkan waktu yang lebih lama dari pelaksanaan tender hingga

penyelesaian proyek yang biasanya pembayarannya dilakukan pada akhir tahun

anggaran.

Tabel 6.3. Perkembangan Realisasi Belanja Daerah per Triwulan

Rp miliar

2014

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

Belanja Tidak Langsung 253,10 166,78 234,59 307,68 137,06 349,39 263,81 192,64 190,96

Belanja Langsung 48,31 155,04 238,32 594,59 21,44 306,19 287,81 586,92 101,42

Total Belanja Daerah 301,42 321,82 472,90 902,27 158,50 655,58 551,63 779,56 292,39

g.qtq 6,77% 46,95% 90,79% -82,43% 313,63% -15,86% 41,32% -62,49%

g.yoy -47,42% 103,71% 16,65% -13,60% 84,48%

2012 2013KETERANGAN

Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Tabel 6.4. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Rp juta

URAIAN ANGGARAN REALISASI SD

TW I- 2014

( % ) REALISASI

BELANJA 2.440.483,87 292.387,25 11,98%

BELANJA TIDAK LANGSUNG 1.172.861,71 190.963,02 16,28%

Belanja Pegawai 388.057,71 98.492,88 25,38%

Belanja Hibah 363.350,20 87.495,14 24,08%

Belanja Bantuan Sosial 5.000,00 0,00 0,00%

Belanja Bagi Hasil kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota dan

Pemerintah Desa

293.005,34 0,00 0,00%

Belanja Bantuan Keuangan kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota dan

Pemerintahan Desa

118.448,47 4.975,00 4,20%

Belanja Tidak Terduga 5.000,00 0,00 0,00%

BELANJA LANGSUNG 1.267.622,16 101.424,23 8,00%

Belanja Pegawai 152.779,85 17.386,17 11,38%

Belanja Barang dan Jasa 836.656,29 62.393,98 7,46%

Belanja Modal 278.186,02 21.644,08 7,78% Sumber : Badan Pengelolaan Aset dan Keuangan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

75

Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah

Grafik 6.5. Perkembangn Nilai Realisasi per Pos

Belanja Daerah

Grafik 6.6. Perkembangan Tingkat Realisasi per

Pos Belanja Daerah

162

58

253

48

137

21

191

101

0 200 400

Belanja TidakLangsung

Belanja Langsung

Rp Milyar

Tw I 2014

Tw I 2013

Tw I 2012

Tw I 2011

Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

27%

9%

25%

5%

14%

2%

16%

8%

0% 30%

Belanja Tidak Langsung

Belanja Langsung

Tw I 2014

Tw I 2013

Tw I 2012

Tw I 2011

Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset

6.2 Keuangan Pemerintah Pusat di Daerah

Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan realisasi anggaran

pemerintah pusat di Provinsi Sulawesi Tengah tercatat lebih tinggi , baik dari sisi

penerimaan maupun pengeluaran. Pos pendapatan hingga triwulan I-2014 tercatat

Rp185,15 miliar, mengalami kenaikan sebesar Rp31,80 miliar atau naik 20,74% (yoy)

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, pos pengeluaran

hingga triwulan I-2014 mencapai Rp396,80 miliar, mengalami kenaikan sebesar Rp42,37

miliar atau naik 11,95% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Grafik 6.7 . Realisasi Penerimaan Pajak APBN di Sulawesi Tengah

0%

100%

200%

300%

400%

500%

600%

700%

800%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

2011 2012 2013 2014

Penerimaan Perpajakan Pen. Negara Bukan Pajak Rasio Penerimaan Pajak vs Bukan Pajak

Sumber : KPPN Palu

Rp miliar

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

76

Bab 6. Perkembangan Keuangan Daerah

Total penerimaan pemerintah pusat di Sulawesi Tengah hingga akhir triwulan

I-2014 didominasi oleh penerimaan pajak sebesar 61,28%. Penerimaan pajak ini

didominasi oleh Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan

Persentase Pajak Penghasilan (PPh) terhadap total pendapatan mencapai 58,06%

atau tertinggi diantara semua sumber pos pajak.

Grafik 6.8. Realisasi Belanja APBN di Sulawesi Tengah Grafik 6.9. PersentaseRealisasi Belanja APBN

Provinsi Sulawesi Tengah

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Lainnya (Denda+Lain-lain+ Transfer)

Sumber : KPPN Palu

Rp miliar

0%

20%

40%

60%

80%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013

Belanja Lainnya (Denda+Lain-lain+ Transfer)

Belanja Bantuan Sosial

Belanja Modal

Belanja Barang

Belanja Pegawai

Sumber : KPPN Palu

Sedangkan realisasi pos pengeluaran hingga triwulan IV-2013 mencapai

Rp4.381,66 miliar yang didominasi oleh belanja modal (40,83%), diikuti belanja barang

(28,27%) dan belanja pegawai (22,37%). Pola porsi belanja modal yang semakin tinggi

perlu terus dilanjutkan untuk memberikan dampak yang besar terhadap pertumbuhan

ekonomi di Sulawesi Tengah.

--- o0o ---

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

77

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

BAB 7

PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan II-2014 diperkirakan

mencapai 4,04% - 5,04% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan dengan periode

yang sama tahun sebelumnya.

Inflasi Tahunan Kota Palu pada triwulan II-2014 diperkirakan mencapai 9,1%-10,1%

(yoy) lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan periode yang sama tahun sebelumnya.

7.1. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah pada triwulan II-2014

diperkirakan tumbuh sebesar 4,04% - 5,04% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan

dengan triwulan I-2014 sebesar 2,98% (yoy), namun lebih rendah dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya 10,87% (yoy). Penurunan kinerja sektor

pertambangan pasca kebijakan larangan ekspor tambang dalam bentuk mentah

berpengaruh besar pada perlambatan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah di

triwulan II 2014.

Grafik 7.1. Perkiraan Kegiatan Usaha

(Survei Kegiatan Dunia Usaha)

-10,0

0,0

10,0

20,0

II III IV I II III IV I II*

2012 2013 2014

Ekspektasi Pelaku Usaha (%SBT)

Pertumbuhan PDRB (%qtq)

% SBT

Sumber : SKDU KPw BI Prov. Sulteng

Konsumsi Rumah Tangga diperkirakan tetap tumbuh tinggi. Pelaksanaan

kampanye pemilihan legislatif di triwulan I 2014 memberikan dampak yang cukup

signifikan terhadap tingkat konsumsi masyarakat. Kondisi serupa diperkirakan akan

berulang seiring pelaksanaan pemilihan presiden (Pilpres) di triwulan II. Di sisi lain panen

raya yang berlangsung di triwulan II 2014 diperkirakan juga ikut mendongkrak kinerja

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

78

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

konsumsi. Mulai direalisasikannya berbagai proyek APBD dan APBN di triwulan II 2014

diharapkan memberikan efek positif pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi

pemerintah. Di sektor perbankan, kebijakan moneter yang kontraktif diperkirakan

memberikan perlambatan di sisi penyaluran kredit.

Grafik 7.2. Perkembangan BI Rate dan Suku Bunga

Kredit Bank Umum di Sulawesi Tengah

5

7

9

11

13

15

17

19

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2012 2013 2014

SUKU BUNGA TERTIMBANG MODAL KERJA SUKU BUNGA TERTIMBANG INVESTASI

SUKU BUNGA TERTIMBANG KONSUMSI BI Rate

%

Sumber : Bank Indonesia

Kinerja ekspor pada triwulan II-2014 diperkirakan mengalami kontraksi.

Ekspor Sulawesi Tengah yang didominasi oleh ekspor bahan tambang menghadapi

tantangan berupa penerbitan Peraturan Pemerintah No. I/2014 tentang Implementasi

Larangan Ekspor Mineral Mentah yang merupakan revisi PP No. 23/2010 dan menjadi

dasar pelaksanaan UU no.4/2009 tentang mineral dan batu bara. Berdasarkan data

terbaru yang dirilis BPS dan Bank Indonesia diperoleh informasi bahwa nominal ekspor

tambang Provinsi Sulawesi Tengah di bulan Februari dan Maret 2014 nihil (nol). Kondisi

ini diperkirakan berlanjut hingga akhir tahun 2014 akibat belum adanya penyelesaian

smelter hingga akhir tahun 2014. Akibatnya selama tahun 2014 sektor pertambangan

akan memberikan andil negatif pada pertumbuhan ekonomi secara agregat. Di sisi lain

produksi kakao diperkirakan masih belum mengalami trend pertumbuhan positif seiring

dengan menurunnya produksi kakao di berbagai daerah dan belum teratasinya

permasalahan hama serta perubahan pemanfaatan lahan ke komoditas lain yang lebih

menguntungkan seperti padi dan kelapa sawit. Akibatnya walaupun ada ekspor kakao di

triwulan II 2014, namun jumlahnya masih terbatas.

Kinerja investasi di triwulan II-2014 diperkirakan melanjutkan tren

pertumbuhan tinggi seperti pada triwulan sebelumnya. Berdasarkan informasi dari

Badan Koordinasi Penanaman Modal, nilai realisai investasi PMA di Provinsi Sulawesi

Tengah di triwulan I 2014 mencapai USD 16,60 juta sedangkan PMDN mencapai Rp24,8

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

79

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

miliar. Kinerja PMA terutama ditopang oleh realisasi investasi yang dilakukan oleh

perusahaan beberapa industri pengolahan besar. Di triwulan I-2014, beberapa proyek

seperti konstruksi PT Donggi Senoro (LNG), PT Panca Amara (Pupuk), dan PT Bintang

Delapan (pertambangan) masih terus berjalan. Disamping itu berbagai proyek investasi

yang terus berlanjut di Kota Palu seperti Palu City Square, persiapan infrastruktur

Kawasan Ekonomi Khusus serta berbagai proyek properti rumah, ruko dan perkantoran

menjadi faktor pendorong kinerja investasi bangunan. Di sisi lain, mulai meningkatnya

realisasi APBD dan APBN di triwulan II 2014 memberikan efek positif pada kinerja

investasi Sulawesi Tengah. Di tahun 2014 tren investasi diperkirakan tetap tinggi seiring

dengan masih besarnya arus investasi dari luar daerah ke dalam Provinsi Sulawesi Tengah,

upaya perbaikan iklim investasi yang dilakukan oleh pemerintah serta perbaikan dan

peningkatan infrastruktur di berbagai daerah seperti listrik, jalan, bandara dan pelabuhan.

Hasil Survei Konsumen bulan April 2014 menunjukkan indeks keyakinan

konsumen triwulan II-2014 dan indeks ekspektasi konsumen yang masih dalam area

optimis namun dalam tren menurun. Penerapan kebijakan larangan ekspor mentah

minerba serta rencana kenaikan tarif listrik menjadi faktor berkurangnya optimisme

masyarakat.

Grafik 7.3. Perkembangan Indeks Keyakinan

Konsumen

Grafik 7.4. Perkembangan Ekspektasi Konsumen

80

100

120

140

160

180

200

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2012 2013 2014

Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Ekspektasi Konsumen (IEK)

IIndeks

90

110

130

150

170

190

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2012 2013 2014

Ekspektasi Konsumen (IEK)

Ekspektasi Kegiatan Usaha

Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja

Ekspektasi Penghasilan

Sumber : Survei Konsumen KPw BI Prov. Sulteng

Kebijakan larangan ekspor tambang dalam bentuk mentah memberikan

perubahan yang besar dalam struktur PDRB Sulawesi Tengah. Di triwulan II 2014,

sektor pertambangan diperkirakan melanjutkan tren kontraksi yang dalam seperti halnya

yang terjadi pada triwulan I 2014. Di triwulan I 2014, sektor pertambangan mengalami

kontraksi secara tahunan sebesar -44,62% (yoy) sehingga memberikan andil terhadap

penurunan perekonomian sebesar -3,99%. Dari periode triwulan II 2014 hingga akhir

Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

80

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

tahun, kondisi serupa diperkirakan akan terjadi akibat belum adanya realisasi

penyelesaian smelter hingga akhir tahun.

Di sisi lain, sektor pertanian yang memiliki pangsa PDRB terbesar di Sulawesi

Tengah diperkirakan meningkat.. Selain karena adanya panen raya, adanya pergeseran

musim tanam di beberapa daerah di triwulan I 2014 mengakibatkan terjadinya

pergeseran panen antara yang seharusnya dapat dilakukan pada Maret 2014, namun

menjadi bergeser ke April 2014. Kinerja sektor perkebunan diperkirakan tumbuh moderat

seiring dengan adanya panen kakao. Walaupun demikian, tingkat produksi diperkirakan

masih relatif rendah seiring dengan produktivitas kakao yang semakin menurun serta

serangan hama penyakit yang masih terjadi di banyak daerah. Di sisi lain subsektor

perikanan diperkirakan melanjutkan tren pertumbuhan tinggi pada triwulan-triwulan

sebelumnya seiring dengan semakin besarnya perhatian pemerintah kepada subsektor ini

seperti program bantuan kapal inkamina, budidaya udang vaname dan Sistem Logistik

Ikan nasional (SLIN).

Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan tumbuh positif. Faktor

penopang di sisi suplai antara lain semakin banyaknya hotel yang dibuka di Kota Palu

seperti Hotel Mercure dan Hotel Sutan Raja sehingga semakin memperbesar pangsa

sektor PHR dan memicu peningkatan pelaksanaan even-event skala regional maupun

nasional di Sulawesi Tengah. Sementara di sisi permintaan adanya pelaksanaan Sulawesi

Tengah Expo dan Pemilihan Legislatif (Pileg) memicu peningkatan permintaan akan hotel

dan restoran serta perdagangan barang yang pada gilirannya meningkatkan kinerja PHR.

Di sisi lain beroperasinya Hypermart dan Matahari Department Store di Palu juga

berkontribusi pada pertumbuhan subsektor perdagangan. Namun berdasarkan liaison

yang dilakukan KPw BI Provinsi Sulawesi Tengah terhadap beberapa daerah seperti

Banggai, Morowali dan Morowali Utara diperoleh hasil yang berbeda. Di Banggai, seiring

dengan tingginya investasi PMA seperti PT Donggi Senoro, PT Panca Amara dan

perusahaan lainnya mengakibatkan tingginya kinerja PHR di daerah tersebut. Sementara

di Morowali dan Morowali Utara, tidak beroperasinya perusahaan-perusahaan tambang

di daerah tersebut memberikan dampak ikutan berupa penurunan tingkat hunian kamar

hotel dan penurunan kinerja pedagang besar dan eceran akibat menurunnya daya beli

masyarakat.

Kinerja sektor jasa-jasa dan sektor bangunan diproyeksikan meningkat.

Meningkatnya realisasi proyek Pemda di triwulan II 2014 menjadi faktor utama

Page 105: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

81

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

meningkatnya kinerja kedua sektor ini. Di sisi lain pembangunan smelter di Morowali dan

beberapa perusahaan besar di Banggai berkontribusi besar pada pertumbuhan sektor-

sektor tersebut.

7.2. Prospek Inflasi

Berdasarkan perkembangan inflasi pada triwulan I-2014, kota Palu pada

triwulan II-2014 diperkirakan mengalami inflasi tahunan (yoy) sebesar 9,1% - 10,1%

atau lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang

tercatat sebesar 3,98% (yoy-tahun dasar 2007=100). Di sisi lain inflasi triwulanan

(qtq) diperkirakan mencapai 0,8% - 1,3% atau lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi

triwulanan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,91%(qtq).

Grafik 7.5. Proyeksi Inflasi Kota Palu (Tw II-2014)

3,8

3,0

2,5

4,2 4,2

5,0

5,5

6,4 6,8 6,7

5,7 5,9 5,6

6,24 5,97

4,80

3,96 3,89

6,67

5,94

7,29 6,87

8,15

7,57

8,81

7,37

8,42

9,42

-

1,0

2,0

3,0

4,0

5,0

6,0

7,0

8,0

9,0

10,0

Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agu

st

Sep

Okt

No

p

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

Jul

Agu

st

Sep

Okt

No

v

Des Jan

Feb

Mar

Ap

r

Mei

Jun

2012 2013 2014

Proyeksi moderat

Proyeksi optimisProyeksi pesimis

Sumber : BPS Prov Sulteng dan Proyeksi BI

(%, yoy)

Di sisi penawaran, tekanan inflasi pada triwulan II-2014 diperkirakan moderat.

Panen raya yang terjadi pada periode April 2014 memberikan dampak positif pada stok

beras di Sulawesi Tengah. Namun di sisi lain, komoditas ikan segar dan bumbu-bumbuan

masih menghadapi tekanan seiring dengan tingginya transaksi perdagangan ke luar

Provinsi Sulawesi Tengah. Pada bulan April, komoditas cabai rawit dan ikan cakalang,

ikan ekor kuning masih menjadi penyumbang utama inflasi pada bulan tersebut.

Berdasarkan data dari Balai Karantina diperoleh informasi bahwa komoditas cabai banyak

di transaksikan ke daerah-daerah seperti Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Jawa Timur

dan Jakarta. Sementara untuk komoditas ikan, lebarnya disparitas harga ikan segar di

Sulawesi Tengah dengan provinsi lain di luar Sulawesi Tengah antara lain Kalimantan

Timur menyebabkan besarnya jumlah ikan yang ditransaksikan keluar Sulawesi Tengah

sehingga pasokan di Sulawesi Tengah berkurang. Di sisi cuaca, berdasarkan prakiraan

Page 106: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

82

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

sifat hujan yang dikeluarkan oleh BMKG Provinsi Sulawesi Tengah diperoleh informasi

bahwa sifat hujan Provinsi Sulawesi Tengah di triwulan II 2014 cenderung normal (86-

115%).

Grafik 7.6. Prakiraan Sifat Hujan April 2014 Grafik 7.7. Prakiraan Sifat Hujan Mei 2014

Grafik 7.8. Prakiraan Sifat Hujan Juni 2014

Sumber : BMKG Provinsi Sulawesi Tengah

Di sisi permintaan, tekanan inflasi diperkirakan meningkat. Hal ini disebabkan

oleh adanya masa kampanye pemilihan presiden. Berdasarkan data historis, masa

kampanye dan pemilihan legislatif di triwulan I 2014 mengakibatkan tingginya

permintaan subkelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Kondisi

demikian diperkirakan akan berulang seiring masa kampanye Pilpres. Di sisi lain mulai

meningkatnya realisasi APBD dan APBN di Sulawesi Tengah di triwulan II 2014 juga ikut

memberikan tekanan inflasi di sisi permintaan.

Survei Konsumen bulan April 2014 menunjukkan ekspektasi inflasi cenderung

meningkat dalam jangka pendek. Hal tersebut tercermin dari ekspektasi inflasi

Page 107: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

83

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

konsumen (3 bulan) yang cenderung masih tinggi. Bulan Ramadhan yang tiba pada Juni

dan Juli menjadi salah satu faktor utama masih tingginya ekspektasi inflasi 3 bulan ke

depan.

Grafik 7.9. Laju Inflasi Bulanan dan Indeks Ekspektasi Perubahan Harga

-3%

-2%

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

0

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4

2011 2012 2013 2014

Inflasi Aktual (m-t-m)Indeks Ekspektasi Perubahan Harga Umum 6 bulan yadIndeks Ekspektasi Perubahan Harga Umum 3 bulan yad

Indeks

Sumber : KPw BI Prov. Sulteng

Di sisi eksternal, risiko inflasi cenderung moderat. Pengaruh nilai tukar terhadap

imported inflation masih moderat. Di sisi lain, berdasarkan proyeksi dari financial forecast

center, harga minyak dunia cenderung meningkat sedangkan harga emas dunia

cenderung menurun pada triwulan II-2014. Berdasarkan karakteristiknya, penurunan

harga emas internasional akan diikuti oleh harga emas domestik khususnya di Sulawesi

Tengah yang pada gilirannya akan menurunkan tekanan pada inflasi inti.

Grafik 7.10. Proyeksi Harga Emas (USD/Troy) Grafik 7.11. Proyeksi Harga Minyak Mentah Dunia

(USD/barrel)

Sumber : Financial Forecast Center

Page 108: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

84

Bab 7. Prospek Perekonomian Daerah

Inflasi inti pada triwulan I-2014 diperkirakan sedikit meningkat.. Faktor yang

berpotensi meningkatkan inflasi inti antara lain kenaikan harga angkutan udara dan

kenaikan tarif listrik industri. Kenaikan tarif angkutan udara disebabkan oleh biaya

operasional yang semakin membengkak seiring dengan kenaikan harga avtur dan

melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat. Di sisi permintaan,

adanya penyelenggaraan Sulawesi Tengah Expo dan pemilu legislatif mengakibatkan

meningkatnya permintaan tiket angkutan udara dibandingkan dengan kondisi normal.

Sementara kenaikan tarif listrik biasanya akan ditransmisikan pengusaha atau produsen

ke kenaikan harga jual. Di sisi lain, semakin meningkatnya tren investasi di Sulawesi

Tengah juga memberikan tekanan pada komoditas inflasi inti antara lain bahan

bangunan. Faktor-faktor yang mengurangi risiko (downward risk) inflasi inti relatif minim

antara lain penurunan harga emas yang biasanya akan ditransmisikan ke penurunan

harga domestik.

Dampak langsung kenaikan tarif listrik terhadap industri Sulawesi Tengah

diperkirakan tidak terlalu besar terhadap kelompok barang administered price

mengingat masih sedikitnya jumlah industri yang termasuk dalam kriteria kenaikan

tarif. Akan tetapi, besarnya jumlah barang yang diimpor dari daerah lain di luar Sulawesi

Tengah seperti dari Jakarta, Surabaya dan Makassar mengakibatkan besarnya dampak

tidak langsung kenaikan tarif listrik terhadap pembentukan inflasi di Sulawesi Tengah. Di

sisi lain, masih belum optimalnya pelaksanaan konversi gas 3 kg di Kota Palu berpotensi

memberikan tekanan harga pada komoditas bahan bakar rumah tangga.

Tekanan inflasi volatile foods cukup tinggi. Walaupun produksi bumbu-bumbuan

dan ikan segar di Sulawesi Tengah surplus, akan tetapi banyaknya pedagang di Sulawesi

Tengah yang menjual komoditas-komoditas volatile foods ke luar Sulawesi Tengah

memberikan tekanan di sisi suplai. Khusus tanaman bahan pangan, walaupun stok

komoditas beras cenderung meningkat di bulan April 2014 dan Bulog memiliki stok yang

mencukupi, akan tetapi pasokan beras di Sulawesi Tengah perlu terus dijaga agar upaya

stabilisasi harga dapat berjalan dengan baik.

--- o0o ---

Page 109: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

LAMPIRAN

Page 110: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Daftar Istilah dan Singkatan

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Inflasi

Inflasi month to month

Inflasi year to date

Inflasi year on year

Inflasi quarter to quarter

Inflasi inti (core inflation)

Adalah peningkatan harga barang dan jasa secara umum

dalam satu periode. Umumnya inflasi diukur dengan

melihat perubahan harga sekelompok barang dan jasa

yang dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat seperti

tercermin pada perkembangan Indeks Harga Konsumen

(IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat

dipengaruhi baik oleh sisi permintaan maupun sisi

penawaran.

Adalah perbandingan harga (nisbah) perubahan Indeks

Harga Konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK

bulan sebelumnya (inflasi bulanan), dan sering disingkat

(m-t-m).

Adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga

perubahan Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan

dibandingkan IHK bulan Desember tahun sebelumnya

(inflasi kumulatif), dan sering disingkat (y-t-d).

Adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga

perubahan Indeks Harga Konsumen bulan bersangkutan

dibandingkan IHK bulan yang sama tahun sebelumnya

(inflasi tahunan), dan sering disingkat (y-o-y).

Adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga

perubahan Indeks Harga Konsumen pada akhir triwulan

yang bersangkutan dibandingkan IHK akhir triwulan

sebelumnya (inflasi triwulanan), dan sering disingkat

(q-t-q).

Adalah inflasi komoditas yang perkembangan harganya

dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum

(faktor-faktor fundamental seperti ekspektasi inflasi, nilai

tukar dan keseimbangan permintaan dan penawaran

agregat) yang akan berdampak pada perubahan harga-

harga secara umum dan lebih bersifat permanen.

Page 111: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Daftar Istilah dan Singkatan

Inflasi volatile foods

Inflasi administered prices

Uang kartal

Uang kuasi

Uang giral

LDR

NPLs

PPAP

Adalah inflasi kelompok komoditas bahan makanan yang

perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-

faktor tertentu.

Adalah inflasi kelompok komoditas yang perkembangan

harganya diatur oleh pemerintah.

Adalah uang kertas, uang logam, komemoratif koin dan

uang kertas komemoratif yang dikeluarkan oleh bank

sentral yang menjadi alat pembayaran yang sah di suatu

negara.

Adalah kewajiban sistem moneter dalam bentuk deposito

berjangka, tabungan dalam rupiah dan saldo rekening

valuta asing milik penduduk. Berdasarkan standar

penyusunan dan penyajian statistik secara internasional

yang terbaru, BPR/BPRS dimasukkan sebagai anggota sistem

moneter sehingga tabungan dan deposito yang ada di

BPR/BPRS diperhitungkan sebagai uang kuasi.

Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman

uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh

tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk

dalam rupiah pada sistem moneter.

Adalah rasio total kredit terhadap total Dana Pihak Ketiga

(DPK). DPK terdiri dari deposito berjangka, tabungan dan

giro. LDR singkatan dari Loans to Deposit Ratio.

Adalah kredit-kredit di perbankan yang tergolong

kolektibilitas tidak lancar, yaitu kurang lancar, diragukan

dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. NPLs

singkatan dari Non Performing Loans.

Adalah sejumlah dana yang dialokasikan untuk

mengantisipasi tidak tertagihnya aktiva produktif yang

tergolong kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan

ketentuan Bank Indonesia. Aktiva produktif dalam hal ini

adalah kredit. PPAP singkatan dari Penyisihan Penghapusan

Aktiva Produktif.

Page 112: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI … · Daftar Isi iii Boks 3. Stabilitas Sistem Keuangan di Sulawesi Tengah: Selayang Pandang Probability of Default Boks 2 Sistem Logistik

Daftar Istilah dan Singkatan

Cash Inflow

Cash outflow

Net flow

PTTB

PDB-PDRB

DAU

DAK

Bagi Hasil

Adalah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia,

misalnya melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh

bank-bank umum.

Adalah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia melalui

proses penarikan tunai bank umum dari giro di Bank

Indonesia atau pembayaran tunai melalui Bank Indonesia.

Adalah selisih antara outflow dan inflow.

Adalah kegiatan pemusnahan uang atau Pemberian Tanda

Tidak Berharga, sebagai upaya Bank Indonesia untuk

menyediakan uang kartal yang layak dan segar (fit for

circulation) untuk bertransaksi.

Adalah sebuah analisis perhitungan pertumbuhan ekonomi

dengan menghitung seluruh nilai tambah yang terjadi di

sebuah wilayah tertentu pada waktu tertentu. Untuk skala

nasional disebut Produk Domestik Bruto (PDB) dan untuk

skala regional/daerah disebut Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB).

DAU singkatan dari Dana Alokasi Umum. DAU merupakan

transfer yang bersifat umum (block grant) untuk mengatasi

masalah ketimpangan horisontal (antar daerah) dengan

tujuan utama pemerataan kemampuan keuangan antar

daerah.

DAK singkatan dari Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan

transfer yang bersifat khusus (specific grant) untuk

memenuhi pembiayaan kebutuhan khusus daerah dan atau

kepentingan nasional.

Merupakan dana perimbangan untuk mengatasi masalah

ketimpangan vertikal (antara pusat dan daerah) yang

dilakukan melalui pembagian hasil antara pemerintah

pusat dan daerah penghasil, dari sebagian penerimaan

perpajakan (nasional) dan penerimaan sumber daya alam.