KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan...

112
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN IV website : www.bi.go.id email : [email protected] 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Transcript of KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan...

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

TRIWULAN IV

website : www.bi.go.id email : [email protected]

2014

KAJIAN EKONOMI DAN

KEUANGAN REGIONAL

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

VISI BANK INDONESIA :

kredibel dan terbaik di regional

melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian

inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

MISI BANK INDONESIA :

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi

kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

yang berkualitas;

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien

serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk

mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi

pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional;

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang

berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan

stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan

akses dan kepentingan nasional;

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia

yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta

melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka

NILAI-NILAI STRATEGIS ORGANISASI BANK INDONESIA :

-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen, dan pegawai

untuk bertindak dan atau berperilaku, yang terdiri atas Trust and Integrity,

Professionalism, Excellence, Public Interest, dan Coordination and Teamwork

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah

xvii

Aktiva Produktif

Adalah penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan

tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran

kredit, penempatan pada antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank

Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)

Adalah pembobotan terhadap aktiva yang dimiliki oleh bank berdasarkan

risiko dari masing-masing aktiva. Semakin kecil risiko suatu aktiva, semakin

kecil bobot risikonya. Misalnya kredit yang diberikan kepada pemerintah

mempunyai bobot yang lebih rendah dibandingkan dengan kredit yang

diberikan kepada perorangan.

Kualitas Kredit

Adalah penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan

kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5

kualitas yaitu Lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kurang Lancar,

Diragukan dan Macet.

Capital Adequacy Ratio (CAR)

Adalah rasio antara modal (modal inti dan modal pelengkap) terhadap Aktiva

Tertimbang Menurut Resiko (ATMR).

Dana Pihak Ketiga (DPK)

Adalah dana yang diterima perbankan dari masyarakat, yang berupa giro,

tabungan atau deposito.

DAFTAR ISTILAH

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah

xviii

Financing to Deposit Ratio (FDR)

Adalah rasio antara pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah terhadap

dana yang diterima. Konsep ini sama dengan konsep LDR pada bank umum

konvensional.

Inflasi

Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persistent).

Inflasi Administered Price

Inflasi yang terjadi pergerakan harga barang-barang yang termasuk dalam

kelompok barang yang harganya diatur oleh pemerintah (misalnya bahan

bakar).

Inflasi Inti

Inflasi yang terjadi karena adanya gap penawaran aggregat and permintaan

agregrat dalam perekonomian, serta kenaikan harga barang impor dan

ekspektasi masyarakat.

Inflasi Volatile Food

Inflasi yang terjadi karena pergerakan harga barang-barang yang termasuk

dalam kelompok barang yang harganya bergerak sangat volatile (misalnya

beras).

Kliring

Adalah pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar peserta

kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah peserta yang

perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.

Kliring Debet

Adalah kegiatan kliring untuk transfer debet antar bank yang disertai dengan

penyampaian fisik warkat debet seperti cek, bilyet giro, nota debet kepada

penyelenggaran kliring lokal (unit kerja di Bank Indonesia atau bank yang

memperoleh persetujuan Bank Indonesia sebagai penyelenggara kliring lokal)

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah

xix

dan hasil perhitungan akhir kliring debet dikirim ke Sistem Sentral Kliring (unit

kerja yang menangani SKNBI di KP Bank Indonesia) untuk diperhitungkan

secara nasional.

Kliring Kredit

Adalah kegiatan kliring untuk transfer kredit antar bank yang dikirim langsung

oleh bank peserta ke Sistem Sentral Kliring di KP Bank Indonesia tanpa

menyampaikan fisik warkat (paperless).

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Adalah rasio antara jumlah kredit yang disalurkan terhadap dana yang

diterima (giro, tabungan dan deposito).

Net Interest Income (NII)

Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga.

Non Core Deposit (NCD)

Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap pergerakan suku bunga.

Dalam laporan ini, NCD diasumsikan terdiri dari 30% giro, 30% tabungan dan

10% deposito berjangka waktu 1-3 bulan.

Non Performing Loans/Financing (NLPs/Ls)

Adalah kredit/pembiayaan yang termasuk dalam kualitas Kurang Lancar,

Diragukan dan Macet

Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Adalah suatu pencadangan untuk mengantisipasi kerugian yang mungkin

timbul dari tidak tertagihnya kredit yang diberikan oleh bank. Besaran PPAP

ditentukan dari kualitas kredit. Semakin buruk kualitas kredit, semakin besar

PPAP yang dibentuk. Misalnya, PPAP untuk kredit yang tergolong Kurang

Lancar adalah 15% dari jumlah kredit Kurang Lancar (setelah dikurangi

agunan), sedangkan untuk kredit Macet, PPAP yang harus dibentuk adalah

100% dari total kredit macet (setelah dikurangi agunan).

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Istilah

xx

Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs)

Adalah rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total

kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs gross. Semakin

rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ysb.

Rasio Non Performing Loans (NPLs) Net

Adalah rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan

Penyisihan Pengghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit

Sistem Bank Indonesia Real Time Settlement (BI RTGS)

Adalah proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan

seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta

pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan

pembayaran.

Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)

Adalah sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring

kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kata Pengantar

iii

BUKU Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Riau ini merupakan

terbitan rutin triwulanan yang berisi analisis perkembangan ekonomi dan

perbankan di Provinsi Riau. Terbitan kali ini memberikan gambaran perkembangan

ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 dengan penekanan

kajian pada kondisi ekonomi makro regional (PDRB dan Keuangan Daerah), Inflasi,

Perbankan dan Sistem Pembayaran, Ketenagakerjaan dan Prakiraan Perkembangan

Ekonomi Daerah pada triwulan I 2015. Analisis dilakukan berdasarkan data laporan

bulanan bank umum, data ekspor-impor yang diolah oleh Kantor Pusat Bank

Indonesia, data PDRB dan inflasi yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS)

Provinsi Riau, serta data dari instansi/lembaga terkait lainnya.

Tujuan dari penyusunan buku KEKR ini adalah untuk memberikan informasi kepada

stakeholders tentang perkembangan ekonomi dan perbankan di Provinsi Riau,

dengan harapan kajian tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

referensi bagi para pemangku kebijakan, akademisi, masyarakat, dan pihak-pihak

lain yang membutuhkan.

Kami menyadari masih banyak hal yang harus dilakukan untuk menyempurnakan

buku ini. Oleh karena itu kritik, saran, dukungan penyediaan data dan informasi

sangat diharapkan.

Pekanbaru, 20 Februari 2015

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau

Mahdi Muhammad Direktur

KATA PENGANTAR

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kata Pengantar

iv

duduk di rumah memegang amanah

duduk di tanah memegang petuah

duduk di kampung menjadi payung

duduk di banjar bertunjuk ajar

duduk di ladang tenggang menenggang

duduk di negeri tahukan diri

duduk di dusun ia penyantun

duduk beramai elok perangai

apa tanda Melayu bertuah,

tahu berguru pada yang sudah

tahu berbuat pada yang ada

tahu memandang jauh ke muka

apa tanda Melayu terbilang,

dada lapang pandangan panjang

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Daftar Isi

iv

HALAMAN

Kata Pengantar ..................................................................................................... iii

Daftar Isi ............................................................................................................... iv

Daftar Tabel ......................................................................................................... vii

Daftar Grafik ........................................................................................................ ix

Daftar Gambar...................................................................................................... xiii

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih............................................................................ xiv

RINGKASAN EKSEKUTIF ........................................................................................ 1

BAB 1. KONDISI EKONOMI MAKRO REGIONAL .............................................. 8

1.

2.

Kondisi Umum...........................................................................

PDRB Sisi Penggunaan...............................................................

8

9

2.1. Konsumsi ..................................................................... 10

2.2 Investasi ....................................................................... 12

2.3 Ekspor dan Impor ......................................................... 13

2.3.1. Ekspor ................................................................

2.3.2. Impor .................................................................

13

16

3. PDRB Sektoral ........................................................................... 17

3.1. Sektor Pertanian ........................................................... 19

3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian .......................... 19

3.3. Sektor Industri Pengolahan ........................................... 20

3.4. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran ...................... 22

3.5. Sektor Konstruksi.......................................................... 23

Boks 1 Perubahan Tahun Dasar PDB/PDRB Berbasis SNA 2008

Boks 2 Prospek Industri Kelapa Sawit Provinsi Riau

DAFTAR ISI

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Daftar Isi

v

HALAMAN

BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ................................................... 26

1. Kondisi Umum........................................................................... 26

2. Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy)

2.1. Inflasi Kota.........................................................................

2.1.1. Inflasi Kota Pekanbaru..............................................

2.1.2. Inflasi Kota Dumai....................................................

2.1.3. Inflasi Kota Tembilahan............................................

2.2. Disagregasi Inflasi...............................................................

2.2.1.Inflasi Inti (Core)........................................................

2.2.2. Inflasi Volatile Foods.................................................

2.2.3. Inflasi Administered Price..........................................

27

31

31

32

33

34

35

36

37

Boks 3. Dampak Penyesuaian Harga BBM, Tarif Tenaga Listrik, dan harga LPG

12 Kg Terhadap Kinerja Perusahaan

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH 39

1. Kondisi Umum........................................................................... 39

2. 41

2.1. Perkembangan Bank Umum ... .................................... 41

2.1.1. Perkembangan Jaringan Kantor ...................... 41

2.1.2. Perkembangan Aset ............................................. 41

2.1.3. Kredit ...................................... 42

2.1.3.1. Perkembangan Penyaluran Kredit........... 42

2.1.3.2. Konsentrasi Kredit ................................. 43

2.1.3.3. Penyaluran Kredit UMKM 47

2.1.3.4. Kelonggaran Tarik (Undisbursed Loan) 49

2.1.3.5. Risiko Kredit ... 50

2.1.4. Dana Pihak Ketiga . 52

2.1.5. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) 55

2.1.6. Profitabilitas ... 55

2.1.6.1. Spread Bunga . 55

2.1.6.2. Pendapatan dan Beban Bunga ... 56

2.2. Perbankan Syariah ......................................................... 58

2.3 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR/S) .. 59

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Daftar Isi

vi

HALAMAN

3.Perkembangan Transaksi Pembayaran............................................. 60

3.1. Kondisi Umum ..................................................... 62

3.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai....................... 62

3.2.1. Aliran Uang Masuk dan Keluar (Inflow-Outflow).... 62

3.2.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar .. 63

3.2.3. Uang Rupiah Tidak Asli . 64

3.3. Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai . 65

3.3.1. Transaksi Kliring . 65

3.3.2. Real Time Gross Settlement (RTGS) .. 65

BAB 4 KONDISI KEUANGAN DAERAH ........................................................... 68

1. Kondisi Umum .......................................................................... 68

2. Realisasi APBD 2013.................................................................. 69

2.1. Realisasi Pendapatan..................................................... 69

2.2. Realisasi Belanja............................................................. 70

BAB 5 KESEJAHTERAAN DAERAH.................................. ............................ 72

1. Kondisi Umum ....... 72

2. Kemiskinan............ ....... 73

2.1. Penduduk Miskin Riau...................................................... 73

2.2. Garis Kemiskinan Riau ..................................................... 74

2.3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Keparahan

Kemiskinan (P2) Riau .................................................................

75

BAB 6 PROSPEK PEREKONOMIAN 77

1. ....... 77

2. Perkiraan Inflasi...... ................ 79

Daftar Istilah xvii

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Daftar Isi

vii

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Tabel

vii

HALAMAN

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan

Dengan Migas (yoy) ........................................................................ 10

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Riau Triwulanan Sisi

Penggunaan Dengan Migas(yoy) ..................................................... 10

Tabel 1.3. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas

Riau (Ribu Ton) .............................................................................. 14

Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral

Dengan Migas (yoy,%) ................................................................... 18

Tabel 1.5. Pertumbuhan Ekonomi Riau Triwulanan Sisi Sektoral

(yoy,%) (yoy,%) ............................................................................ 19

Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan Riau

(dalam Rp Juta) ............................................................................. 40

Tabel 3.2. Perkembangan Jaringan Kantor Bank Umum di

Riau Triwulan IV 2014 ..................................................................... 41

Tabel 3.3. Posisi Kredit Bank Umum Di Provinsi Riau

(dalam Rp juta) .............................................................................. 42

Tabel 3.4. Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Riau

(Rp juta) ........................................................................................ 44

Tabel 3.5. Distribusi Penyaluran Kredit Lokasi

Proyek Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau (Rp juta) ................. 46

Tabel 3.6. Perkembangan Kredit UMKM di Provinsi Riau (Rp juta) ...................... 47

Tabel 3.7. NPLs Kredit UMKM di Provinsi Riau Tw IV 2014

Menurut Sektor Ekonomi ................................................................ 48

DAFTAR TABEL

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Tabel

viii

Tabel 3.8. Sebaran Kredit UMKM menurut Sektor Ekonomi

(Rp juta) ........................................................................................ 48

Tabel 3.9. Sebaran Kredit UMKM menurut Jenis Penggunaan

(Rp juta) ........................................................................................ 49

Tabel 3.10. NPLs Per Sektor Ekonomi di Provinsi Riau ........................................ 51

Tabel 3.11. NPLs Berdasarkan Kota/Kabupaten di Provinsi Riau .......................... 51

Tabel 3.12. Perkembangan DPK di Provinsi Riau (Rp miliar) ............................... 52

Tabel 3.13. Perkembangan DPK di Provinsi Riau Menurut

Kepemilikan (Rp juta) .................................................................... 53

Tabel 3.14. Penghimpunan DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten

di Provinsi Riau .............................................................................. 54

Tabel 3.15. Indikator Kinerja Utama PerbankanSyariah di

Provinsi Riau (Rp juta) .................................................................... 58

Tabel 3.16. Indikator Kinerja Utama BPR/S di Provinsi Riau

(dalam Rp juta) ............................................................................. 60

Tabel 3.17. Perkembangan Penyaluran KUR di Riau .......................................... 61

Tabel 3.18. Perkembangan Nilai BI-RTGS di Provinsi Riau

Triwulan IV 2014 (dalam Rp miliar) ................................................. 66

Tabel 3.19. Perkembangan Volume Warkat BI-RTGS di Riau Triwulan

IV 2014 ........................................................................................ 67

Tabel 4.1. Ringkasan Realisasi APBD Riau Tahun 2013 dan 2014 ........................ 69

Tabel 4.2. Ringkasan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Riau

Triwulan IV-2013 dan Triwulan IV 2014 (Rp miliar) ............................ 70

Tabel 4.3. Ringkasan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Riau

Triwulan IV-2013 danTriwulan IV 2014 (Rp miliar) ............................. 71

Tabel 6.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Aktual dan

Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2015 .............................. 78

Tabel 6.2. Perkembangan Inflasi Aktual dan Prakiraan

Inflasi Riau Triwulan I 2015 ......................................................... 79

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik

ix

HALAMAN

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional Secara Tahunan (yoy,%) .... 9

Grafik 1.2. Perkembangan Kredit Durable Goods ................................................ 11

Grafik 1.3. Perkembangan Kredit Multiguna ........................................................ 11

Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Perumahan ..................................................... 11

Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor ....................................... 11

Grafik 1.6. Pergerakan Indeks Keyakinan Konsumen Riau 2011-2014 ................ 12

Grafik 1.7. Realisasi Belanja Pemerintah Daerah 2011-2014 Provinsi Riau ........... 12

Grafik 1.8. Perkembangan Nilai Realisasi PMA dan PMDN di Provinsi Riau ......... 13

Grafik 1.9 Perkembangan Jumlah proyek PMA dan PMDN di Provinsi Riau ....... 13

Grafik 1.10.Perkembangan Penjualan Ritel, Indeks Produksi,

FAI-Sk Kanan Tiongkok ..................................................................... 15

Grafik 1.11. Ekspor CPO dan Turunan Riau ......................................................... 15

Grafik 1.12. Pulp and Paper Riau ........................................................................ 15

Grafik 1.13 Perkembangan Volume Ekspor Batubara Riau ................................. 16

Grafik 1.14. Perkembangan Volume Ekspor Karet Olahan Riau ............................ 16

Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Ekspor Migas dan Non Migas Provinsi Riau ..... 16

Grafik 1.16. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Riau

Menurut Wilayah Tujuan ................................................................ 16

17

Grafik 1.18. Perkembangan Volume Impor Barang Modal di Provinsi Riau .......... 17

Grafik 1.19. Perkembangan Impor Barang Konsumsi .......................................... 17

Grafik 1.20. Perkembangan Volume Impor Barang Intermedier ......................... 18

Grafik 1.21. Kontribusi Volume Komponen Impor Triwulan IV 2014 ................... 18

Grafik 1.22. Perkembangan Usaha Sektor Pertanian, Perkebunan,

dan Peternakan .............................................................................. 20

Grafik 1.23. Pertumbuhan Subsektor dalam Sektor Pertanian ............................. 20

DAFTAR GRAFIK

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik

x

Grafik 1.24. Perkembangan Volume Lifting Minyak Bumi di Provinsi Riau ........... 21

Grafik 1.25 Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan Berdasarkan

Lokasi Proyek di Provinsi Riau ......................................................... 21

Grafik 1.26. Perkembangan Konsumsi CPO Dunia .............................................. 22

Grafik 1.27. Perkembangan KapasitasTerpakai Indutri Pengolahan ..................... 22

Grafik 1.28. Perkembangan Harga TBS Domestik dan CPO Global ...................... 22

Grafik 1.29. Perkembangan Ekspor CPO dan Turunan Provinsi Riau .................... 22

Grafik 1.30. Perkembangan Kredit Perdagangan Besar dan Eceran Makanan,

Minuman dan Tembakau di Riau ..................................................... 23

Grafik 1.31. Perkembangan Kredit Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit ......... 23

Grafik 1.32. Perkembangan Kredit Perdagangan Berdasarkan

Lokasi Bank di Riau 23

Grafik 1.33. Konsumsi Semen Riau ...................................................................... 24

Grafik 1.34. Perkembangan Kredit Konstruksi Lokasi Proyek Riau ........................ 24

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi di Riau dan Nasional (yoy) ................................ 28

Grafik 2.2. Inflasi dan Sumbangan KelompokBarang

dan Jasa yang di Survey (yoy) ........................................................... 28

Gr afik 2.3. Perkembangan Inflasi Riau Nasional secara Triwulanan (qtq) ............. 29

Grafik 2.4. Historis Inflasi selama Tw IV di Provinsi Riau (qtq) .............................. 30

Grafik 2.5. Inflasi dan Kontribusi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa

yang di Survei Tw III-2014 di Riau (qtq) 31

Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Kota Pekanbaru dan Rata-rata

Historis Tw IV (2009-2013) .............................................................. 32

Grafik 2.7. Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa

di Kota Pekanbaru Tw IV- 2014 ....................................................... 32

Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kota Dumai dan Rata-rata

Historis Tw IV (2009-2013) .............................................................. 33

Grafik 2.9. Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan

Jasa di Kota Dumai Tw IV-2014 ...................................................... 33

Grafik 2.10. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa di Kota Tembilahan

Tw IV-2014 Sumber : BPS, diolah .................................................. 33

Grafik 2.11. Inflasi IHK dan Disagregasi Inflasi (yoy) ............................................ 34

Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Inti (core) di Riau (yoy) .................................. 35

Grafik 2.13. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD ............................ 35

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik

xi

Grafik 2.14. Perkembangan Harga Emas Dunia ................................................... 35

Grafik 2.15. Perkembangan Inflasi Tradables Goods

dan Non Tradable Goods (yoy) ...................................................... 35

Grafik 2.16. Perkembangan Inflasi Volatile Food di Riau (yoy) ............................. 36

Grafik 2.17. Perkembangan Harga Komoditas Beras dan

37

Grafik 2.18. Perkembangan inflasi Administered Price 38

Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum di Provinsi Riau ............................. 41

Grafik 3.2. Perkembangan Pangsa Aset Bank Umum Menurut Kelompok .......... 41

Grafik 3.3. Perkembangan Pangsa Kredit Menurut Jenis Penggunaan (%) .......... 45

Grafik 3.4. Pertumbuhan Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan (qtq) ... 45

Grafik 3.5. Pertumbuhan Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan (yoy) ... 45

Grafik 3.6. Perkembangan Jumlah Rekening Kredit Perbankan .......................... 46

Grafik 3.7. Perkembangan Jumlah Rekening Kredit Perbankan .......................... 49

Grafik 3.8. Perkembangan NPL Grossdi Provinsi Riau ......................................... 50

Grafik 3.9. Perkembangan Jumlah Rekening Dana ............................................. 54

Grafik 3.10. Perkembangan LDR Di Provinsi Riau ............................................... 55

Grafik 3.11. Perkembangan Suku Bunga Rata-Rata Tertimbang Kredit

dan Deposito 3 Bulan .................................................................... 56

Grafik 3.12. Komposisi Pendapatan Bunga (Rp miliar) ........................................ 57

Grafik 3.13. Komposisi Beban Bunga (Rp miliar) ................................................ 57

Grafik 3.14. Perkembangan Pendapatan, Beban Bunga serta

Pendapatan Bunga Bersih Bank Umum di Riau .............................. 58

Grafik 3.15. KUR menurut Sektor Ekonomi ........................................................ 61

Grafik 3.16. KUR menurut Jenis Penggunaan ..................................................... 61

Grafik 3.17. Perkembangan Inflow dan Outflow ................................................ 63

Grafik 3.18. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang

Dimusnahkan Terhadap Inflow di Provinsi Riau .............................. 64

Grafik 3.19. Perkembangan Peredaran Uang Rupiah Tidak Asli di Provinsi Riau . 64

Grafik 3.20. Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Riau ............................. 65

Grafik 5.1. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin ................. 73

Grafik 5.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin ......................................... 74

Grafik 5.3. Perkembangan Garis Kemiskinan (GK) Riau ...................................... 75

Grafik 5.4. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Riau .................. 76

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Grafik

xii

Grafik 5.5. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Riau .................... 76

Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Perkiraan Pengeluaran Dibandingkan

3 Bulan yang Mendatang ................................................................ 78

Grafik 6.2. Perkembangan Harga Minyak WTI .................................................... 78

Grafik 6.3. Perkembangan Inflasi Aktual dan Prakiraan Inflasi Riau

Triwulan I 2015 .......................................................................................... 80

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Gambar

xiii

HALAMAN

Gambar 2.1. Perkembangan Inflasi Riau, Sumatera dan Nasional

dibandingkan dengan Historisnya (yoy).....................................

27

DAFTAR GAMBAR

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Gambar

xiv

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Tabel Indikator

xv

Tw I Tw II Tw III Tw IV

Indeks Harga Konsumen*) :

- Kota Pekanbaru 111.13 111.89 114.51 119.56

- Kota Dumai 111.27 112.62 115.02 119.60

- Kota Tembilahan 116.05 117.61 120.11 124.06

Laju Inflasi Tahunan (yoy, %) :

- Kota Pekanbaru 7.38 6.17 5.50 8.53

- Kota Dumai 7.26 6.78 5.88 8.53

- Kota Tembilahan 12.59 10.64 8.91 10.06

Pertumbuhan PDRB (yoy %, dengan migas) 3.93 2.90 2.67 1.05

Nilai Ekspor Non Migas (Juta USD) 2,988.85 2,833.27 3,075.96 3,162.66

Volume Ekspor Non Migas (ribu Ton) 4,442.86 4,119.36 4,548.42 5,196.40

Nilai Impor Non Migas (Juta USD) 407.21 351.21 380.77 299.12

Volume Impor Non Migas (ribu Ton) 542.25 585.34 602.44 686.66

INDIKATOR

(dalam Rp juta) Tw I Tw II Tw III Tw IV

Bank Umum

Total Aset 73,201,701 82,036,875 86,572,336 85,652,213

DPK 54,466,287 60,795,211 63,383,834 64,143,197

- Giro 12,556,764 16,863,613 14,828,129 13,723,591

- Tabungan 27,363,917 26,936,859 27,586,835 29,478,220

- Deposito 14,545,606 16,994,736 20,968,870 20,941,386

Kredit - berdasarkan lokasi proyek 67,020,254 72,391,925 71,441,476 74,731,969

LDR - Lokasi Proyek (%) 123.05 119.08 112.71 116.51

Kredit 48,487,679 50,668,252 50,978,867 52,283,437

- Modal Kerja 14,871,302 15,620,041 15,971,702 16,318,273

- Investasi 15,482,142 16,292,777 16,080,635 16,621,249

- Konsumsi 18,134,236 18,755,434 18,926,530 19,343,915

- LDR (%) 89.02 83.34 80.43 81.51

- NPL (%) 3.32 3.54 3.57 3.46

Kredit UMKM 18,094,921 19,753,458 19,687,770 20,032,690

- Mikro 4,424,699 5,210,241 4,940,401 5,402,536

- Kecil 7,030,433 7,279,402 7,669,811 7,531,647

- Menengah 6,639,789 7,263,815 7,077,558 7,098,507

NPL MKM (%) 5.12 5.82 5.99 5.49

BPR

Total Aset 1,102,376 1,091,313 1,106,417 1,160,162

DPK 748,775 744,336 770,216 809,748

- Tabungan (RpMiliar) 336,569 345,835 352,030 356,075

- Deposito (Rp ) 412,206 398,502 418,186 453,673

Kredit - berdasarkan lokasi proyek 762,700 782,561 815,127 836,111

Rasio NPL 15.47 15.78 15.56 13.75

LDR 101.86 105.14 105.83 103.26

B. PERBANKAN

2014

2014

A. INFLASI DAN PDRB

INDIKATOR

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Tabel Indikator

xvi

C. SISTEM PEMBAYARAN

I II III IV

247,524 2,250,641 2,610,379 3,154,898

1,884,781 1,135,202 2,330,869 721,361

2,132,305 3,385,843 4,941,248 3,876,259

Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) 380,769 317,520 196,336 249,464

Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 73,538 97,703 90,461 104,120

Volume Transaksi RTGS (lembar) 47,244 48,670 48,509 52,078

Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 1,226 1,656 1,413 1,578

Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) 787 825 758 789

Nominal Tolakan Cek/BG Kosong 199,841 251,359 189,004 182,239

Volume Tolakan Cek/BG Kosong 5,522 6,931 5,737 5,415

Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong 3,331 4,260 3,150 2,988

Rata-rata Harian Cek/BG Kosong 60 59 60 61

2014

Inflow

Outflow

Posisi Kas Gabungan

INDIKATOR

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

1

I. GAMBARAN UMUM

Kinerja ekonomi Riau pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau pada tahun 2014 mencapai

2,62% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2013 yang tercatat sebesar 2,49%

(yoy). Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau secara triwulanan pada

triwulan IV 2014 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III 2014, yaitu dari

2,67% (yoy) menjadi 1,05% (yoy).

RINGKASAN EKSEKUTIF

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

2

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 juga didorong oleh

pertumbuhan sektor pertanian. Sementara pertumbuhan sektor industri

pengolahan, sektor perdagangan, dan sektor konstruksi mengalami

perlambatan. Di sisi lain, kinerja sektor pertambangan mengalami kontraksi

yang lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya.

Dari sisi penggunaan, peningkatan ekonomi utamanya disebabkan oleh masih

kuatnya perekonomian domestik yang tercermin dari meningkatnya

pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Sementara pertumbuhan investasi

masih tercatat positif meskipun cenderung mengalami perlambatan. Dari sisi

eksternal, membaiknya kinerja ekspor dan menurunnya impor memberikan

kontribusi yang positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi

Riau.

II. ASSESMEN MAKROEKONOMI REGIONAL

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 dari sisi

penggunaan ditopang oleh pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang

tercatat meningkat dibandingkan triwulan III 2014, yakni dari 7,11% (yoy)

menjadi 8,59% (yoy). Berbeda dengan konsumsi rumah tangga,

perkembangan konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah

Tangga (LNPRT) mengalami perlambatan, sementara perkembangan

konsumsi pemerintah masih mengalami kontraksi sebesar 3,25% (yoy). Dari

sisi eksternal, perkembangan ekspor luar negeri Provinsi Riau pada triwulan

IV 2014 mengalami penurunan yaitu dari kontraksi sebesar 5,65% (yoy)

pada triwulan III 2014 menjadi kontraksi sebesar 37,93% (yoy). Hal serupa

juga terjadi pada perkembangan impor yang tercatat mengalami kontraksi

sebesar 37,94% (yoy) dari tumbuh sebesar 0,99% (yoy) pada triwulan

sebelumnya.

Dari sisi sektoral, kondisi perekonomian Provinsi Riau pada triwulan IV 2014

secara sektoral menunjukkan perkembangan yang kurang

menggembirakan. Hal ini tercermin dari penurunan kinerja sektor utama

dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor pertambangan dan penggalian

mengalami kontraksi yang lebih dalam pada triwulan laporan, sementara

itu perlambatan terjadi pada sektor industri pengolahan, dan sektor

Pertumbuhan ekonomi Riau di triwulan VI 2014 kembali mengalami perlambatan.

Motor penggerak ekonomi Riau pada triwulan IV 2014 masih berasal dari konsumsi.

Secara sektoral, perlambatan ekonomi utamanya disumbang oleh sektor

pertambangan.

Penurunan pertumbuhan ekonomi didorong oleh melambatnya sektor industri pengolahan dan kontraksi yang lebih dalam pada sektor pertambangan.

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

3

perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, dan

sektor konstruksi. Sementara. Meningkatnya kinerja sektor pertanian

menahan laju perlambatan pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan

laporan.

III. ASSESMEN INFLASI

Inflasi Riau pada triwulan IV 2014 (yoy) tercatat sebesar 8,65%, meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,81%. Kondisi

ini sejalan dengan perkembangan inflasi nasional yang juga menunjukkan

peningkatan dari 4,53% pada triwulan III 2014 menjadi 8,36% pada

triwulan IV 2014. Namun demikian, bila dibandingkan dengan rata-rata

historisnya sejak 2009-2013, inflasi Riau pada triwulan IV 2014 masih

tercatat lebih rendah. Dengan perkembangan tersebut, inflasi Riau pada

triwulan IV 2014 masih berada di luar sasaran inflasi nasional tahun 2014

yang ditetapkan sebesar 4,5% ± 1%. Secara tahunan, peningkatan inflasi

Riau disebabkan oleh tekanan dari kelompok administered price. Faktor

yang menyebabkan tingginya inflasi pada kelompok administered price,

antara lain kenaikan harga BBM bersubsidi yang terjadi pada November

2014. Kenaikan tarif dasar listrik (TTL) yang terjadi pada November 2014

dan penyesuaian harga LPG pada September 2014 lalu juga memberi

tekanan terhadap inflasi kelompok administered price.

Bila dilihat dari kota yang disurvei di Provinsi Riau, inflasi tertinggi masih

terjadi di Kota Tembilahan yaitu mencapai 10,06% (yoy), diikuti oleh Kota

Dumai dan Kota Pekanbaru masing-masing-masing berada pada level yang

sama yaitu 8,53% (yoy). Tekanan inflasi pada ketiga kota tersebut

menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Sumber peningkatan inflasi Riau pada triwulan IV 2014 berdasarkan

kelompok barang dan jasa yang disurvei, berasal dari peningkatan inflasi

kelompok bahan makanan, kelompok transportasi, dan kelompok

makanan jadi

Faktor utama penyebab meningkatnya inflasi Riau pada triwulan IV 2014 didominasi oleh kenaikan BBM

bersubsidi.

Kota Pekanbaru tercatat mengalami inflasi sebesar 8,53% (yoy), Kota Dumai sebesar 8,53% (yoy), dan Kota Tembilahan sebesar 10,06% (yoy).

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

4

IV. ASSESMEN KEUANGAN

Perbankan

Kinerja perbankan Riau pada triwulan laporan relatif lebih baik bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini dapat terlihat dari

pertumbuhan aset perbankan Riau yang mencapai Rp86,81 triliun atau

meningkat dari 7,27% (yoy) menjadi 11,43% (yoy). Sejalan dengan

pertumbuhan aset, kredit perbankan Riau juga tumbuh membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 7,22% (yoy) menjadi 7,31%

(yoy), atau secara nominal mencapai Rp53,12 triliun. Dana Pihak Ketiga

(DPK) bank umum di provinsi Riau pada triwulan IV tercatat tumbuh

sebesar 15,52% (yoy) menjadi Rp64,14 triliun, meningkat jika

dibandingkan triwulan III yang tumbuh sebesar 11,44 % (yoy).

Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum di Provinsi Riau pada triwulan

laporan tercatat mengalami peningkatan dari 80,43% pada triwulan III

2014 menjadi 81,78%. NPLs kredit bank umum pada periode pelaporan

menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari

3,57% menjadi 3,23%.

Total kredit yang disalurkan kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) oleh bank umum di Provinsi Riau mencapai Rp20,03 triliun pada

triwulan IV 2014, jumlah ini tumbuh meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yaitu dari 13,51% (yoy) menjadi 13,73%(yoy). Porsi kredit

yang diserap UMKM dari total kredit yang diberikan bank umum di Provinsi

Riau tercatat stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar

38,32%. NPL tertinggi pada Kredit UMKM berada pada sektor konstruksi

yaitu sebesar 8,53% yang diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan

restoran sebesar 6,46% dan sektor jasa-jasa sebesar 5,69%.

Kinerja perbankan syariah pada triwulan IV 2014 di Provinsi Riau

menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan

aset dan dana masih menunjukkan arah negatif dibandingkan periode yang

sama pada tahun lalu, namun pembiayaan masih tercatat tumbuh positif

serta meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV 2014

aset perbankan syariah terkontraksi sebesar 4,34% (yoy) sehingga menjadi

Penyaluran kredit kepada UMKM tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

Kegiatan usaha perbankan Riau cenderung membaik tercermin dari peningkatan pertumbuhan aset, DPK dan kredit

Intermediasi perbankan mengalami peningkatan disertai dengan meningkatnya kualitas kredit

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

5

Rp 4,89 triliun. Share asset bank umum syariah terhadap aset perbankan

secara keseluruhan pada triwulan IV 2014 di Provinsi Riau adalah sebesar

5,63%, turun jika dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya yang

mencapai 5,85%. Jumlah bank syariah maupun kantor cabang bank syariah

di Provinsi Riau tidak berubah dibandingkan dengan periode yang lalu,

tercatat beroperasi 13 bank syariah di lingkup wilayah Provinsi Riau yaitu11

bank umum dan 2 BPR.

Pada triwulan laporan, aset BPR/S tercatat tumbuh meningkat dari 4,00%

(yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,84% (yoy). Peningkatan

pertumbuhan aset didorong oleh adanya peningkatan pada pertumbuhan

dana yang dihimpun yaitu dari 9,66% (yoy) menjadi 12,26% (yoy). DPK yang

dihimpun BPR/S pada triwulan IV 2014 mencapai Rp809,75 miliar. Jumlah

kredit yang disalurkan mencapai Rp836,11 miliar atau tumbuh 11,35%

(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar

7,68% (yoy).

Keuangan Daerah

Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Riau hingga

akhir tahun 2014 tercatat lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya.

Realisasi anggaran pendapatan Provinsi Riau pada triwulan IV 2014

mencapai 106,39% atau sebesar Rp7,87 triliun. Sementara, realisasi

anggaran belanjanya tercatat lebih rendah yaitu sebesar Rp5,54 triliun atau

sekitar 62,59% dari total anggaran yang dialokasikan.

V. PROSPEK

Perekonomian Daerah

Perkembangan ekonomi Riau pada triwulan I-2015 secara umum

diperkirakan relatif meningkat dibandingkan triwulan IV 2014.

Pertumbuhan ekonomi Riau secara tahunan diperkirakan berada pada

kisaran 1,5-2,1% (yoy). Sumber pertumbuhan dari sisi penggunaan

diperkirakan masih berasal dari konsumsi domestik, sementara perbaikan

Realisasi alokasi APBD daerah hingga triwulan IV 2014 mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

6

kinerja sektor utama diperkirakan akan mendorong pertumbuhan

perekonomian Riau pada triwulan I 2015.

Ditinjau dari sisi penggunaan, motor penggerak pertumbuhan diperkirakan

masih ditopang oleh permintaan domestik terutama konsumsi rumah

tangga, meskipun diperkirakan tumbuh melambat. Kondisi ini sejalan

dengan perkembangan indeks perkiraan pengeluaran dibandingkan 3

bulan yang akan datang cenderung melambat berdasarkan survei

konsumen Bank Indonesia. Konsumsi pemerintah diperkirakan masih akan

mengalami kontraksi, terkait dengan realisasi anggaran yang masih minim

di awal tahun, sementara investasi diperkirakan relatif stabil dibandingkan

triwulan sebelumnya. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor diperkirakan belum

membaik sejalan dengan penurunan harga komoditas global yang

didorong oleh penurunan harga minyak dunia dan masih terbatasnya

perbaikan perekonomian global.

Sementara itu, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan mengalami

perlambatan pada triwulan I 2015 terkait dengan tingkat curah hujan yang

mulai menurun pada bulan Februari-Maret 2015. Di sisi lain,

perkembangan sektor industri pengolahan diperkirakan akan relatif

meningkat sehubungan dengan meningkatnya pasokan bahan baku yang

tercermin dari peningkatan kinerja sektor pertanian pada triwulan IV 2014.

Meskipun demikian, terdapat risiko yang berpotensi membawa

pertumbuhan ekonomi Riau menyentuh batas bawah proyeksi (downside

risks). Kondisi ini utamanya terkait dengan kondisi sumur minyak yang tidak

produktif yang diperkirakan berpotensi mengakibatkan pertumbuhan

sektor pertambangan migas masih mengalami kontraksi. Di sisi lain, salah

satu faktor yang berpotensi membawa pertumbuhan menyentuh batas atas

(upside risks) adalah potensi pemulihan ekonomi negara mitra dagang

utama Riau dan negara berkembang (emerging market) di kawasan Asia

serta peningkatan harga komoditas internasional yang diperkirakan akan

memberikan spill over positif bagi kinerja ekspor utama Riau.

Prospek perekonomian Riau pada triwulan I 2015 diperkirakan relatif meningkat yakni berada pada kisaran 1,5%-2,1% (yoy).

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ringkasan Eksekutif

7

Inflasi

Inflasi Riau pada triwulan mendatang diperkirakan akan cenderung

menurun, yaitu berada pada kisaran 6,5-7,5% (yoy). Sedangkan secara

triwulanan, inflasi diperkirakan berkisar (0,50)-0,05% (qtq). Inflasi Riau

pada triwulan I 2015 diperkirakan masih akan berasal dari inflasi

administered price dan inflasi volatile food. Inflasi kelompok administered

price utamanya diperkirakan akibat belum meredanya dampak penyesuaian

harga BBM bersubsidi, terutama pada tarif angkutan. Meskipun demikian,

adanya penurunan harga solar sebesar Rp200 yang mulai diberlakukan

sejak pertengahan Februari 2015 diperkirakan akan menahan laju

peningkatan inflasi pada kelompok ini. Peningkatan inflasi volatile food

diperkirakan bersumber dari rencana kenaikan harga beras di daerah Jawa

sebesar 30% pada akhir Februari. Selain itu, adanya rencana kenaikan HPP

(harga pokok produksi) beras diperkirakan juga akan berkontribusi

terhadap peningkatan inflasi Riau.

Namun terdapat,beberapa faktor yang diidentifikasi berpotensi membawa

inflasi melewati batas atas kisaran proyeksi (upside risks) antara lain, (i) nilai

tukar rupiah yang kembali terdepresiasi mengingat perbaikan kondisi

perekonomian global yang masih terbatas sehingga akan mendorong

peningkatan inflasi pada barang-barang impor, dan (iii) rencana pemerintah

menaikkan tarif dasar listrik.

Proyeksi inflasi pada triwulan I-20145 diperkirakan mencapai 6,5%-

7,5% (yoy)

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

8

1. KONDISI UMUM

Kinerja ekonomi Riau pada tahun 2014 mengalami peningkatan dibandingkan

tahun 2013. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau pada tahun 2014 mencapai

2,62% (yoy)1, meningkat dibandingkan tahun 2013 yang tercatat sebesar 2,49%

(yoy). Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau secara triwulanan pada

triwulan IV 2014 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan III 2014, yaitu dari

2,67% (yoy) menjadi 1,05% (yoy).

1 Angka pertumbuhan berdasarkan ADHK 2010. Penjelasan terkait perubahan tahun dasar perhitungan PDRB terdapat pada box 1 buku kajian ini.

Bab 1 KONDISI EKONOMI

MAKRO REGIONAL

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

9

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau dan Nasional Secara Tahunan (yoy,%)

Sumber: BPS

Peningkatan ekonomi Riau pada tahun 2014 utamanya disebabkan oleh

meningkatnya kinerja sektor pertanian dan sektor konstruksi. Sementara sektor

industri pengolahan tercatat mengalami perlambatan dibandingkan tahun

sebelumnya. Di sisi lain, sektor pertambangan mengalami kontraksi yang lebih

dalam pada tahun 2014. Perkembangan perekonomian Provinsi Riau pada triwulan

IV 2014 tidak jauh berbeda dengan perkembangan total tahun 2014. Pertumbuhan

ekonomi Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 juga didorong oleh pertumbuhan

sektor pertanian. Sementara pertumbuhan sektor industri pengolahan, sektor

perdagangan, dan sektor konstruksi mengalami perlambatan. Di sisi lain, kinerja

sektor pertambangan mengalami kontraksi yang lebih dalam dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Dari sisi penggunaan, peningkatan ekonomi utamanya disebabkan oleh masih

kuatnya perekonomian domestik yang tercermin dari meningkatnya pertumbuhan

konsumsi rumah tangga. Tingkat inflasi yang relatif menurun hingga awal triwulan

IV 2014 diperkirakan mendorong perbaikan daya beli masyarakat Provinsi Riau.

Sementara pertumbuhan investasi masih tercatat positif meskipun cenderung

mengalami perlambatan. Kondisi ini disebabkan oleh perilaku investor yang bersifat

wait and see untuk melakukan investasi di tahun politik ini. Dari sisi eksternal,

membaiknya kinerja ekspor dan menurunnya impor memberikan kontribusi yang

positif terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau.

2. PDRB SISI PENGGUNAAN

Pertumbuhan ekonomi Riau tahun 2014 dan triwulan IV 2014 dari sisi penggunaan

utamanya didorong oleh konsumsi rumah tangga. Meningkatnya pertumbuhan

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

10

konsumsi disebabkan karena masih kuatnya optimisme konsumen. Kondisi ini

sejalan dengan tingkat inflasi yang cenderung menurun sejak awal tahun 2014,

sehingga mampu mendorong daya beli masyarakat. Selain itu, membaiknya ekspor

juga menjadi faktor yang menahan laju penurunan pertumbuhan ekonomi Riau

pada tahun 2014.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Penggunaan (yoy)

Tabel 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Riau Triwulanan Tahun 2014 Sisi Penggunaan (yoy)

2.1. Konsumsi

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 tercatat

meningkat dibandingkan triwulan III 2014, yakni dari 7,11% (yoy) menjadi 8,59%

(yoy). Meningkatnya konsumsi rumah tangga didorong oleh tingkat keyakinan

konsumen yang masih bergerak di level optimis, meskipun cenderung mengalami

penurunan pada akhir tahun yang disebabkan oleh faktor kenaikan harga BBM

Kategori 2010 2011 2012 2013 2014*Sumber

Pertumbuhan (%)

Konsumsi RT 4,58 7,54 6,74 6,76 7,23 2,04

Konsumsi LNPRT (1,12) 5,96 6,29 8,09 15,53 0,06

Konsumsi Pemerintah 0,11 4,99 0,79 8,75 (3,58) (0,13)

PMTB 4,52 15,93 9,65 5,40 1,62 0,39

Perubahan Inventori (4,67) 97,42 (16,94) (6,98) (3,99) (0,17)

Ekspor Luar Negeri (33,00) 7,80 38,21 (10,46) 2,92 1,16

Impor Luar Negeri 22,74 43,66 13,61 (6,30) (13,01) (0,61)

PDRB 4,94 5,57 3,76 2,49 2,62 2,62

Sumber: BPS, diolah

Ket: *) Data sangat sementara

Kategori Tw I 2014* Tw II 2014* Tw III 2014* Tw IV 2014*

Konsumsi RT 6,46 6,72 7,11 8,59

Konsumsi LNPRT 19,81 20,10 12,88 10,22

Konsumsi Pemerintah (1,68) (3,24) (5,91) (3,25)

PMTB 2,57 2,36 1,09 0,52

Perubahan Inventori 23,13 (13,56) 36,89 3,83

Ekspor Luar Negeri 45,11 41,89 (5,65) (37,93)

Impor Luar Negeri 3,60 (10,22) 0,99 (37,94)

PDRB 3,93 2,90 2,67 1,05

Sumber: BPS, diolah

Ket: *) Data sangat sementara

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

11

bersubsidi. Kondisi ini diperkirakan juga didorong oleh meningkatnya tingkat

konsumsi masyarakat karena faktor libur akhir tahun dan libur sekolah serta

perayaan natal dan tahun baru.

Selain itu, masih kuatnya pertumbuhan konsumsi juga tercermin dari kegiatan

konsumsi yang dibiayai melalui kredit perbankan, khususnya untuk kredit

multiguna, dan kredit durable goods. Peningkatan pada kredit multiguna dan

durable goods diperkirakan sebagai dampak dari faktor musim liburan menyambut

akhir tahun. Namun demikian, kontraksi pertumbuhan penyaluran kredit

perumahan dan kredit kendaraan bermotor menjadi faktor yang menahan laju

pertumbuhan konsumsi, khususnya konsumsi rumah tangga. Penurunan ini

diperkirakan merupakan dampak dari kebijakan Loan to Value (LTV) dan kenaikan

suku bunga perbankan.

Secara tahunan, perkembangan konsumsi rumah tangga Provinsi Riau juga tercatat

mengalami peningkatan. Peningkatan kinerja konsumsi rumah tangga diperkirakan

merupakan dampak dari tingkat inflasi yang cenderung turun hingga awal triwulan

IV 2014. Kondisi ini tentunya mempengaruhi daya beli masyarakat. Meskipun

Grafik 1.2. Perkembangan Kredit Durable

Goods

Grafik 1.3. Perkembangan Kredit Multiguna

Grafik 1.4. Perkembangan Kredit Perumahan

Grafik 1.5. Perkembangan Kredit

Kendaraan Bermotor

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

12

demikian, penurunan harga komoditas ekspor utama Riau sejak pertengahan tahun

2014 diperkirakan menjadi penghambat laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga

untuk tumbuh lebih tinggi lagi.

Berbeda dengan konsumsi rumah tangga, perkembangan konsumsi Lembaga Non

Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) mengalami perlambatan. Sementara

itu, perkembangan konsumsi pemerintah masih mengalami kontraksi sebesar

3,25% (yoy). Kondisi ini diperkirakan akibat realisasi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD)2 yang mengalami penundaan di awal tahun dan terdapat

perubahan nomenklatur pemerintahan sehingga total realisasi pada akhir tahun

mengalami penurunan yang siginifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini

tercermin dari masih rendahnya realisasi anggaran belanja pemerintah pada akhir

tahun 2014.

2.2. Investasi (PMTB)

Secara tahunan, perkembangan investasi di Provinsi Riau pada tahun 2014

melambat dibandingkan tahun 2013, yaitu dari 5,40% (yoy) menjadi 1,62% (yoy).

Perlambatan ini diduga akibat perilaku investor yang cenderung menunda investasi

atau wait and see akibat penurunan harga komoditas global, terutama komoditas

ekspor utama Riau. Selain itu, terlaksananya pemilu presiden dan wakil presiden

pada tahun 2014 diperkirakan juga mempengaruhi perilaku investor dalam

melakukan investasi.

2 Penjelasan terkait APBD dapat dilihat pada BAB 4 buku kajian ini

Grafik 1.6. Pergerakan Indeks Keyakinan

Konsumen Riau 2011-2014

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 1.7. Realisasi Belanja Pemerintah

Daerah 2011-2014 Provinsi Riau

Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau

86,2

76,63

84,17

62,59

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

2011 2012 2013 2014

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

13

Perkembangan investasi (PMTB) di Riau pada triwulan IV 2014 juga masih

mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 1,09% (yoy)

menjadi 0,52% (yoy). Kondisi ini diperkirakan karena masih terbatasnya perbaikan

perekonomian global dan rendahnya harga komoditas global sehingga investasi

pelaku usaha relatif terbatas. Perlambatan investasi di sektor migas diduga juga

menjadi pemicu perlambatan ivestasi secara total. Melambatnya investasi di sektor

migas diperkirakan karena sektor ini menjadi semakin kurang prospektif terkait

minimnya penemuan sumur minyak baru yang produktif. Berdasarkan liaison3 Bank

Indonesia sebagian besar pelaku usaha hanya melakukan investasi rutin untuk

maintenance dalam rangka menjaga kualitas produksi. Namun demikian,

pertumbuhan PMA dan PMDN di Provinsi Riau cenderung mengalami peningkatan.

2.3. Ekspor dan Impor

2.3.1. Ekspor

Perkembangan ekspor luar negeri Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 mengalami

penurunan yaitu dari kontraksi sebesar 5,65% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi

kontraksi sebesar 37,93% (yoy). Meskipun demikian, perkembangan ekspor luar

negeri Riau masih mengalami peningkatan di tahun 2014 dibandingkan tahun

2013 yang lalu. Perlambatan ekspor Riau pada triwulan laporan diperkirakan

berasal dari perlambatan ekspor migas dan ekspor non migas. Kinerja ekspor migas

Riau diperkirakan juga mengalami penurunan seiring dengan menurunnya kinerja

sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan. Perlambatan

pertumbuhan ekspor luar negeri non migas Riau pada triwulan laporan

3Survei liaison Bank Indonesia kepada beberapa pelaku usaha di sektor utama Riau

Grafik 1.8. Perkembangan Nilai Realisasi PMA dan PMDN di Provinsi Riau

Grafik 1.9. Perkembangan Jumlah proyek PMA dan PMDN di Provinsi Riau

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

-100

-50

0

50

100

150

200

250

300

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

yo

y,%

Rp

Tri

liu

n

Nilai PMA Nilai PMDN Nilai (kiri) g. Nilai (RHS)

-20

0

20

40

60

80

100

120

-

20

40

60

80

100

120

140

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

yoy,

%

PMDN PMA Proyek g. Proyek (RHS)

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

14

diperkirakan akibat masih belum pulihnya permintaan negara tujuan ekspor utama

Provinsi Riau, seperti Tiongkok dan Jepang.

Berdasarkan komoditasnya, penurunan ekspor non migas Riau pada triwulan

laporan didorong oleh penurunan ekspor batubara, karet, pulp dan kertas.

Penurunan ekspor batubara disebabkan oleh pelaku usaha belum mendapatkan

izin ekspor. Pada triwulan IV 2014, Provinsi Riau tidak mencatatkan ekspor

batubara. Berdasarkan informasi contact liaison, penurunan kinerja ekspor

batubara diperkirakan masih akan berlanjut hingga triwulan I 2015.

Sementara itu, penurunan ekspor karet disebabkan oleh masih berlanjutnya

penurunan harga karet internasional. Kondisi ini disebabkan oleh penurunan harga

minyak dunia yang mempengaruhi harga karet olahan (karet sintetis), dalam hal ini

merupakan komoditas substitusi dari karet olahan Riau. Selain itu, kondisi

permintaan dari negara tujuan ekspor utama juga belum mengalami perbaikan,

dalam hal ini yaitu Tiongkok. Hal ini juga tercermin dari pelemahan indeks produksi

Tiongkok pada November 2014. Munculnya eksportir karet baru dari beberapa

negara Indochina seperti Vietnam, Laos, Kamboja dan Myanmar serta kondisi

perkebunan karet Riau yang rata-rata telah memasuki usia tua juga mempengaruhi

pernurunan kinerja ekspor karet lokal.

Tabel 1.3. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Riau (Ribu Ton)

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

15

Grafik 1.10. Perkembangan Penjualan Ritel, Indeks Produksi, FAI-Sk Kanan Tiongkok

Sumber: RED Bank Indonesia, Januari 2015

Perkembangan ekspor pulp dan kertas pada triwulan IV 2014 tercatat mengalami

penurunan, meskipun cenderung mengalami perbaikan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Berdasarkan informasi dari contact liaison, penurunan ekspor pulp dan

kertas pada triwulan laporan disebabkan oleh penurunan produksi akibat

terbatasnya bahan baku produksi. Selain itu, kondisi supply pulp dunia cenderung

mengalami peningkatan, sehingga juga berpengaruh terhadap permintaan ekspor

pulp lokal.

Di sisi lain, kinerja ekspor komoditas unggulan Riau yaitu CPO dan turunannya

mengalami peningkatan pada triwulan IV 2014. Kondisi ini utamanya dipengaruhi

oleh peningkatan ekspor CPO. Penurunan harga komoditas diperkirakan tidak

berpengaruh terhadap kinerja ekspor CPO Riau.

Grafik 1.11. Perkembangan Volume Ekspor CPO dan Turunan Riau

Grafik 1.12. Perkembangan Volume Ekspor Pulp and Paper Riau

Penjualan Ritel

Indeks Produksi

Fixed Asset Investment (FAI) Sk. Kanan

(100,0)

(50,0)

-

50,0

100,0

150,0

200,0

0

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

I IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIV

200620072008200920102011201220132014

%rib

u t

on

Vol (kiri) yoy (kanan)

(100,0)

(50,0)

-

50,0

100,0

150,0

200,0

-

100,0

200,0

300,0

400,0

500,0

600,0

700,0

800,0

900,0

I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

%

rib

u t

on

Vol (kiri) yoy (kanan)

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

16

Grafik 1.13. Perkembangan Volume Ekspor Batubara Riau

Grafik 1.14. Perkembangan Volume Ekspor Karet Olahan Riau

Dilihat dari negara tujuan ekspornya, volume ekspor non migas Riau secara umum

mengalami perlambatan. Kondisi ini utamanya didorong oleh penurunan volume

ekspor ke Tiongkok dan ASEAN. Pada triwulan IV 2014, volume ekspor ke

Tiongkok, dan ASEAN masing-masing tercatat sebesar 942 ribu ton dan 518 ribu

ton, atau tercatat mengalami kontraksi sebesar 8,02% (yoy) dan 43,73% (yoy).

Sementara ekspor ke MEE dan India masih mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Ekspor

Migas dan Non Migas Provinsi Riau

Sumber : BPS Provinsi Riau

Grafik 1.16. Perkembangan Volume Ekspor Non Migas Riau Menurut Wilayah Tujuan

Sumber : Cognos Bank Indonesia, diolah

2.3.2. Impor

Perkembangan impor Riau pada triwulan IV 2014 menunjukkan penurunan yang

siginifikan yakni dari tumbuh 0,99% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi kontraksi

sebesar 37,94% (yoy). Secara tahunan, total impor Riau pada tahun 2014 juga

tercatat mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013, yaitu dari kontraksi dari

sebesar 6,30% (yoy) menjadi kontraksi sebesar 13,01% (yoy). Sumber penurunan

(200,0)

(100,0)

-

100,0

200,0

300,0

400,0

500,0

600,0

700,0

-

200,0

400,0

600,0

800,0

1.000,0

1.200,0

1.400,0

1.600,0

I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV I II IIIIV

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

%

ribu t

on

Vol (kiri) yoy (kanan)

(500,0)

-

500,0

1.000,0

1.500,0

2.000,0

2.500,0

-1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0

10,0

I IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIVI IIIIIIV

200620072008200920102011201220132014

%

rib

u to

n

Vol (kiri) yoy (kanan)

500.000,00

600.000,00

700.000,00

800.000,00

900.000,00

1.000.000,00

1.100.000,00

1.200.000,00

1.300.000,00

1.400.000,00

1.500.000,00

400.000,00

600.000,00

800.000,00

1.000.000,00

1.200.000,00

1.400.000,00

1.600.000,00

1.800.000,00

2.000.000,00

1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2012 2013 2014

Rib

u U

SD

Rib

u U

SD

Total Ekspor (LHS) Ekspor Non Migas (LHS)

Ekspor Migas (RHS)

786 762 1.078 1.034

678 759 766 1.024 967 780 869 942

511 481

787 675 835 818 635

920 598

538 651

990 783 733

842 922

851 662 814

920

691 651

547

518 734

563

600 901

644 585 658

609

573

432 589

759

1.343

1.257

1.433 1.457

1.830 1.657 1.558

1.667

1.525

1.710

2.610 1.988

-

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

Lainnya

MEE

ASEAN

India

Cina

1.667

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

17

impor luar negeri Provinsi Riau pada triwulan laporan diperkirakan merupakan

penurunan impor migas. Sementara kinerja impor non migas Riau pada triwulan

laporan mengalami perlambatan, yang didorong oleh perlambatan komponen

impor barang intermedier.

Grafik 1.17. Perkembangan Nilai Impor Migas Provinsi Riau

Sumber: BPS

Pada triwulan IV 2014, impor barang intermedier Riau tercatat tumbuh sebesar

2,36% (yoy), melambat dibandingkan triwulan III 2014 yang tercatat tumbuh

sebesar 49,29% (yoy). Komposisi impor barang intermedier sebagian besar

didominasi untuk pasokan industri seperti bahan makanan setengah jadi, dan

bahan baku industri. Di sisi lain, pertumbuhan impor barang konsumsi dan barang

modal pada triwulan IV 2014 mengalami peningkatan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Meskipun pangsa kedua komponen impor tersebut tidak begitu besar,

namun peningkatan impor kedua komponen tersebut diperkirakan menjadi

penahan laju perlambatan pertumbuhan impor non migas pada triwulan laporan.

Grafik 1.18. Perkembangan Volume Impor Barang Modal di Provinsi Riau

Grafik 1.19. Perkembangan Impor Barang Konsumsi

(200)

(100)

-

100

200

300

400

500

600

700

800

-

20

40

60

80

100

120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013 2014

rib

u T

on

Barang Modal(lhs) yoy (rhs)

(100)

(50)

-

50

100

150

200

250

300

350

-

10,00

20,00

30,00

40,00

50,00

60,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013 2014

rib

u T

on

Barang Konsumsi (lhs) yoy (rhs)

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

18

Grafik 1.20. Perkembangan Volume Impor Barang Intermedier

Grafik 1.21. Kontribusi Volume Komponen Impor Triwulan IV 2014

3. PDRB SEKTORAL

Kondisi perekonomian Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 secara sektoral

menunjukkan perkembangan yang kurang menggembirakan. Hal ini tercermin dari

pertumbuhan sektor utama yang tercatat melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Perlambatan terjadi pada sektor industri pengolahan, dan sektor

perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, dan sektor

konstruksi. Sementara sektor pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi

yang lebih dalam pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Meningkatnya kinerja sektor pertanian menahan laju perlambatan pertumbuhan

ekonomi Riau pada triwulan laporan.

Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Riau Sisi Sektoral Dengan Migas (yoy,%)

(100)

(50)

-

50

100

150

-

100

200

300

400

500

600

700

800

900

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013 2014

rib

u T

on

Barang intermedier (lhs) yoy (rhs)

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

19

Tabel 1.5. Pertumbuhan Ekonomi Riau Triwulanan Sisi Sektoral (yoy,%)

3.1. Sektor Pertanian

Pertumbuhan sektor pertanian Riau pada triwulan laporan mengalami peningkatan

yaitu dari 4,5% (yoy) menjadi 5,3% (yoy). Peningkatan sektor ini juga terjadi secara

tahunan, yaitu sebesar 4,40% (yoy) pada tahun 2013 menjadi 6,34% (yoy) pada

tahun 2014. Peningkatan bersumber dari meningkatnya produksi sub sektor

tanaman perkebunan yang berasal dari panen tanaman kelapa sawit yang

berlangsung selama triwulan laporan. Pada triwulan IV 2014, pertumbuhan hasil

tanaman perkebunan tercatat sebesar 8,48% (yoy) atau meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,63% (yoy). Kondisi ini diperkirakan

karena faktor curah hujan yang cukup dan mendukung produktivitas pada triwulan

laporan. Selain itu, survei kegiatan dunia usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank

Indonesia mengkonfirmasi indikasi peningkatan pada sektor pertanian, perkebunan

dan peternakan yaitu dari 0,81% pada triwulan sebelumnya menjadi 1,63% pada

triwulan laporan.

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

20

Grafik 1.22. Perkembangan Usaha Sektor Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan

Grafik 1.23. Pertumbuhan Subsektor dalam Sektor Pertanian

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia

Sumber : BPS Riau, data sementara

3.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Kinerja sektor pertambangan Riau selama tahun 2014 tercatat mengalami kontraksi

sebesar 5,47% (yoy), menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat

mengalami kontraksi sebesar 4,44% (yoy). Sementara, kontraksi sektor

pertambangan dan penggalian pada triwulan IV 2014 tercatat sebesar 6,4% (yoy),

juga menurun dibandingkan triwulan III 2014 yang tercatat mengalami kontraksi

sebesar 5,4% (yoy). Kontraksi pada sektor pertambangan utamanya didorong oleh

kontraksi pada subsektor migas. Kondisi ini disebabkan karena kinerja lifting

minyak bumi di Riau yang semakin menurun akibat penurunan produktivitas sumur

minyak yang sudah tua dan minimnya penemuan sumur baru yang produktif di

Provinsi Riau.

Selain itu, kontraksi pada sektor pertambangan di triwulan laporan juga

dipengaruhi oleh kinerja pertambangan batubara di Provinsi Riau yang cenderung

menurun akibat terkendalanya izin usaha. Pada triwulan IV 2014 tidak terdapat

ekspor batubara dari Provinsi Riau. Penurunan kinerja batubara diperkirakan masih

akan berlangsung hingga triwulan I 2015. Penurunan kinerja sektor pertambangan

dan penggalian juga dikonfirmasi oleh perkembangan penyaluran kredit kepada

sektor ini yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 10,48% (yoy) pada triwulan

laporan. Penurunan penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek ke sektor

pertambangan dan penggalian telah terjadi sejak akhir tahun 2013. Hal ini

mengindikasikan bahwa perkembangan sektor ini semakin tidak prospektif bagi

investor dan pelaku usaha.

-5

-4

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

2010 2011 2012 2013 2014

%

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

21

Grafik 1.24. Perkembangan Volume Lifting Minyak Bumi di Provinsi Riau

Sumber : http://lifting.migas.esdm.go.id

Grafik 1.25. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan Berdasarkan Lokasi Proyek

di Provinsi Riau

3.3. Sektor Industri Pengolahan

Pertumbuhan sektor industri pengolahan dengan migas pada triwulan IV 2014

tercatat melambat signifikan dibandingkan triwulan III 2014 yaitu dari 6,8% (yoy)

menjadi 2,4% (yoy). Sementara pertumbuhan sektor industri pengolahan pada

tahun 2014 juga melambat dibandingkan tahun 2013, yaitu dari 6,95% (yoy)

menjadi 5,63% (yoy). Penurunan diperkirakan terjadi pada industri pengolahan

migas, sementara industri pengolahan non migas diperkirakan melambat.

Penurunan pada industri pengolahan migas disebabkan oleh lifting minyak bumi

yang semakin menurun. Di sisi lain, perlambatan industri pengolahan non migas

diperkirakan karena penurunan harga komoditas global seperti CPO dan karet serta

kondisi permintaan negara tujuan ekspor yang belum membaik sehingga pelaku

usaha masih menahan produksi. Sementara produk industri pengolahan lainnya

seperti pulp dan kertas juga mengalami perlambatan pada triwulan laporan karena

terkendala oleh ketersediaan bahan baku.

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

22

Melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan terkonfirmasi oleh

penurunan kapasitas terpakai sektor industri pengolahan hasil SKDU yang

dilakukan oleh Bank Indonesia. Meskipun demikian, perkembangan sektor industri

pengolahan ke depannya, terutama industri kelapa sawit diperkirakan akan

semakin prospektif seiring dengan semakin meningkatnya konsumsi CPO dunia

pada grafik 1.25. Sementara perkembangan produk turunan CPO diperkirakan juga

mengalami peningkatan, tercermin dari masih dominannya ekspor produk turunan

CPO hingga triwulan laporan.

Grafik 1.26. Perkembangan Konsumsi CPO Dunia

Sumber : Sumber: USDA

Grafik 1.27. Perkembangan Kapasitas Terpakai Indutri Pengolahan

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia

Grafik 1.28. Perkembangan Harga TBS Domestik dan CPO Global

Sumber : Bloomberg, Dinas Perkebunan Riau

Grafik 1.29. Perkembangan Ekspor CPO dan Turunan Provinsi Riau

-

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

2010 2011 2012 2013 2014Other Singapore Russia Iran

Colombia Egypt Bangladesh United States

Nigeria Thailand Pakistan Malaysia

Europa Union China India Indonesia

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.000

1.100

1.200

1.300

1.400

1.500

1.600

1.700

1.800

1.900

2.000

2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 9101112

2011 2012 2013 2014

US

D/M

T

Rp

/Kg

TBS Domestik (lh) CPO Dunia (rhs)

0

100

200

300

400

500

600

700

800

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

2011 2012 2013 2014

Juta

To

n

Vol Turunan Vol CPO

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

23

3.4. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor

Dalam perhitungan PDRB dengan tahun dasar 2010, sektor perdagangan, hotel,

dan restoran dibagi menjadi 2 (dua) sektor besar yaitu sektor perdagangan besar

dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor, serta sektor penyediaan

akomodasi dan makan minum. Kontribusi sektor perdagangan besar dan eceran

dan reparasi mobil dan sepeda motor cukup besar terhadap perekonomian Provinsi

Riau pada tahun 2014, yaitu mencapai 0,21%. Perkembangan sektor perdagangan

besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor pada triwulan laporan tercatat

melambat yaitu dari 1,4% (yoy) menjadi 0,2% (yoy). Perlambatan ini diperkirakan

karena tingginya inflasi di akhir tahun akibat kenaikan BBM bersubsidi.

Grafik.1.30. Perkembangan Kredit Perdagangan Besar dan Eceran Makanan, Minuman dan

Tembakau di Riau

Ket: MK= Modal Kerja, I=Investasi

Grafik.1.31. Perkembangan Kredit Perdagangan Kelapa dan Kelapa Sawit

Ket: MK= Modal Kerja, I=Investasi

Grafik.1.32. Perkembangan Kredit Perdagangan Berdasarkan Lokasi Bank di Riau

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

24

Dilihat secara subsektor, perlambatan pertumbuhan sektor perdagangan juga

diindikasikan oleh menurunnya kinerja ekspor dan melambatnya pertumbuhan

penyaluran kredit berdasarkan lokasi bank di Provinsi Riau pada triwulan IV 2014.

Perlambatan tersebut didorong oleh masih berlanjutnya kontraksi penyaluran kredit

pada subsektor perdagangan besar dan eceran makanan, minuman, dan

tembakau. Pada triwulan IV 2014, jumlah kredit yang disalurkan ke subsektor

perdagangan besar dan eceran makanan, minuman dan tembakau mencapai

Rp2,41 triliun atau turun sebesar 17,08% (yoy). Selain itu, penyaluran kredit ke

subsektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit juga mengalami perlambatan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan penyaluran kredit terhadap

sektor perdagangan kelapa dan kelapa sawit pada triwulan IV 2014 tercatat

sebesar 14,63% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tercatat tumbuh sebesar 15,35% (yoy).

3.5. Sektor Konstruksi

Secara umum kegiatan perkembangan sektor konstruksi dalam triwulan laporan

tercatat melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan sektor

konstruksi di Riau mencapai 6,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,6% (yoy). Meskipun

demikian, pertumbuhan sektor konstruksi secara total pada tahun 2014 tercatat

mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013.

Grafik 1.33. Konsumsi Semen Riau

Grafik 1.34. Perkembangan Kredit Konstruksi Lokasi Proyek Riau

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : SEKDA

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Kondisi Ekonomi Makro Regional

25

Perlambatan pertumbuhan konstruksi pada triwulan laporan diindikasikan dengan

penurunan penyaluran kredit sektor konstruksi berdasarkan lokasi proyek secara tahunan.

Pada triwulan IV 2014 penyaluran kredit konstruksi berdasarkan lokasi proyek tercatat

mencapai Rp1,12 triliun atau mengalami kontraksi sebesar 17,73% (yoy). Meskipun

demikian, pertumbuhan konsumsi semen yang relatif meningkat merupakan faktor

pendorong pertumbuhan sektor konstruksi pada triwulan laporan.

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

PERUBAHAN TAHUN DASAR PDB/PDRB BERBASIS

SNA 2008

Selama sepuluh tahun terakhir, banyak perubahan yang terjadi pada tatanan global dan

lokal yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Krisis finansial global

yang terjadi pada tahun 2008, penerapan perdagangan bebas antara China-ASEAN

(CAFTA), perubahan sistem pencatatan perdagangan internasional dan meluasnya jasa

layanan pasar modal merupakan contoh perubahan yang perlu diadaptasi dalam

mekanisme pencatatan statistik nasional. Salah satu bentuk adaptasi pencatatan

statistik nasional adalah melakukan perubahan tahun dasar PDB Indonesia dari tahun

2000 ke 2010.

Perubahan tahun dasar PDB/PDRB dilakukan seiring dengan mengadopsi rekomendasi

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tertuang dalam 2008 System of National

Accounts (SNA 2008 ) melalui penyusunan kerangka Supply and Use Tables (SUT) 2010

sebagai dasar penghitungan PDB menurut tiga (3) pendekatan yaitu pendekatan

produksi, pengeluaran, dan pendapatan. Perubahan Tahun Dasar juga menunjukkan

penghitungan yang lebih akurat terkait level dan struktur ekonomi dengan

memasukkan kegiatan ekonomi baru yang belum dicatat dalam penghitungan

sebelumnya. Manfaat yang ingin diperoleh dari perubahan tahun dasar ini antara lain:

a. Memberikan gambaran perekonomian nasional terkini:

1) Pergeseran struktur ekonomi;

2) Pertumbuhan ekonomi.

b. Meningkatkan kualitas data PDB/PDRB yang dihasilkan;

c. Menjadikan data PDB dapat diperbandingkan secara Internasional.

Sumber data baru untuk perbaikan PDB/PDRB berasal dari data Sensus Penduduk 2010

(SP 2010) dan Indeks Harga Produsen (IHP)/ Producer Price Index (PPI). Adapun implikasi

dari perubahan tahun dasar ini meliputi:

a. Meningkatnya nominal PDB/PDRB, yang pada gilirannya akan berdampak pada

pergeseran kelompok pendapatan suatu negara/wilayah dari rendah, menjadi

menengah, atau tinggi;

b. Akan mengubah indikator makro seperti rasio pajak, rasio hutang, rasio

investasi dan tabungan, nilai neraca berjalan, struktur dan pertumbuhan

ekonomi;

Boks 1

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

c. Akan menyebabkan perubahan pada input data untuk modelling dan forecasting

Gambar Kerangka Matriks Supply Regional

Terdapat 118 revisi dari SNA sebelumnya dan 44 revisi merupakan revisi utama dalam

SNA2008. Adopsi revisi SNA tersebut meliputi beberapa konsep dan cakupan:

1. Adopsi Cultivated Biological Resources (CBR), Eksplorasi mineral dan evaluasi,

produk original pada karya seni dan sastra, perlakuan software dan database,

serta lisensi sebagai PMTB.

2. Metodologi: Perbaikan metode penghitungan output bank dari Imputed Bank

Service Charge (IBSC) menjadi Financial Intermediation Services Indirectly

Measured (FISIM).

3. Valuasi: Nilai tambah lapangan usaha dinilai dengan harga dasar/Basic Price

4. Klasifikasi: Update penggunaan klasifikasi KBLI2009 dan KBKI 2010

Tabel Contoh Perbandingan Perubahan Konsep dan Metode SNA sebelumnya vs SNA

2008

10

PDRB (Produksi) = Output dikurangi

Konsumsi Antara

TABEL PENYEDIAAN

Penyediaan Domestik Harga Produsen

TO

TA

L

PEN

YED

IAA

N

TOTAL OUTPUT

Konsumsi Antara

PDRB (Produksi)

KOMPONEN PENGGUNAAN

Konsumsi Rumahtangga

Konsumsi Lembaga Non Profit Melayani

Rumahtangga (LNPRT)

Konsumsi Pemerintah

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Perubahan Inventori

Ekspor

Impor (-)

PDRB (Pengeluaran)

PDRB (Pengeluaran)=Konsumsi

Rumahtangga+ LNPRT+Konsumsi

Pemerintah+PMTB+Perubahan

Inventori+Ekspor-Impor

=

Nilainya sama

Lapangan UsahaK

om

od

iti

Variabel Konsep Lama Konsep Baru

1. Output pertanian Hanya mencakup output pada saat panen.

Output saat panen ditambah nilai hewan dan tumbuhan yang belum menghasilkan.

2. Metode penghitungan output bank komersial.

Menggunakan metode Imputed Bank Services Charge (IBSC) .

Menggunakan metode Financial Intermediation Services Indirectly Measured (FISIM).

3. Valuasi Nilai tambah lapangan usaha dinilai dengan harga produsen.

Nilai tambah lapangan usaha dinilai dengan harga dasar.

4. Biaya eksplorasi mineral dan pembuatan produk original

Dicatat sebagai biaya antara. Dicatat sebagai biaya antara dan dikapitalisasi sebagai PMTB.

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

Perbandingan Klasifikasi PDB Menurut Lapangan Usaha

Perbandingan Klasifikasi PDB Menurut Pengeluaran

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

PROSPEK INDUSTRI KELAPA SAWIT PROVINSI

RIAU

Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi yang memiliki perkebunan kelapa sawit

terluas di Indonesia dengan tingkat pertumbuhan luas areal kebun dan produksi yang

meningkat setiap tahunnya.

Hal ini terlihat dari data luas

areal kebun dan produksi

kelapa sawit yang dipublikasi

oleh Dinas Perkebunan

Provinsi Riau. Pada tahun

2010 luas lahan perkebunan

kelapa sawit di Provinsi Riau

tercatat seluas 2.103.174 Ha

dengan produksi 2.258.553

ton, terus meningkat sekitar

7,39% hingga tahun 2013

menjadi 2.399.172 Ha dengan

produksi 7.570.854 ton. Peningkatan produksi ini didukung oleh harga CPO yang

relatif stabil dipasar internasional sehingga memberikan tingkat profit yang

menguntungkan bagi petani dan produsen. Tahun ini, luas areal perkebunan kelapa

sawit di Provinsi Riau diperkirakan meningkat sekitar 4.000 ha seiring dengan alih

fungsi lahan karet yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan di sektor

perkebunan dan pengolahan kelapa sawit.

Meningkatnya produksi juga diikuti oleh peningkatan permintaan baik dari dalam

maupun luar negeri seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan konsumsi

minyak sawit. Dibandingkan dengan minyak nabati lainnya seperti soybean, rapeseed

dan sunflower oil, pangsa konsumsi minyak sawit jauh lebih tinggi bahkan mencapai

41,10% dari total konsumsi dunia. Hal ini dikarenakan kelapa sawit memiliki kualitas

yang lebih bagus sehingga tidak mengherankan jika palm oil dijadikan sebagai bahan

politik bisnis agar tidak menyaingi minyak nabati lainnya.

Grafik 1

Luas Areal dan Produksi Kelapa Sawit

Sumber: Statistik Perkebunan Provinsi Riau

Boks 2

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

Grafik 2. Konsumsi Minyak Nabati Dunia

Sumber: Oil World, 2014

Sementara itu, sejumlah contact liaison yang bergerak di sektor perkebunan dan

pengolahan sawit menginformasikan bahwa kelapa sawit memiliki nilai keekonomisan

yang tinggi. Saat ini sebagian

besar perusahaan perkebunan

kelapa sawit di Provinsi Riau

sudah melakukan hilirisasi

yang tidak hanya berupa CPO

melainkan juga Oleochemical,

Refined, Bleached and

Deodorised Palm Kernel Oil

(RBD PKO), Refined, Bleached

and Deodorised Palm Kernel

Cake (RBD PKC), Biodiesel, Minyak Goreng dan berbagai produk turunan lainnya yang

tentunya memiliki harga lebih tinggi dibandingkan TBS dan CPO. Namun sebagian

besar contact menyatakan lebih tertarik untuk menghasilkan produk turunan selain

biodiesel karena nilai keekonomisannya yang relatif rendah. Hal ini dikonfirmasi oleh

salah satu contact liaison yang menyatakan lebih tertarik mengolah CPO menjadi

produk pangan dan kosmetik, serta melakukan pengembangan biogas sebagai sumber

energi alternatif disamping penggunaan cangkang kelapa sawit yang saat ini menjadi

primadona. Ke depannya, contact juga berencana untuk menghasilkan bahan bakar

dari batang pohon sawit melalui kerjasama dengan Jepang.

Melihat potensi yang dimiliki kelapa sawit maka jelas bahwa industri ini tidak hanya

memberikan manfaat ekonomis melainkan juga manfaat sosial dan lingkungan.

Manfaat ekonomis yang dapat dirasakan oleh sejumlah pelaku usaha yang bergerak

Grafik 3

Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Sumber: GAPKI, 2014

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

disubsektor usaha ini adalah potensi CPO untuk diolah menjadi berbagai produk bahan

pangan, sumber energi alternatif, kosmetik, dan lainnya. Sementara manfaat sosial

yang dapat diperoleh dari industri ini antara lain adalah peranannya dalam menciptakan

kesempatan kerja, pembangunan pedesaan dan pengurangan kemiskinan.

Disamping itu, menurut GAPKI (2014) perkebunan kelapa sawit merupakan bagian

penting dari pelestarian siklus karbondioksida (C02), oksigen (O2) dan air (H20).

Kemampuan perkebunan kelapa sawit dalam menyerap CO2 dan menghasilkan 02

lebih tinggi dari kemampuan hutan primer. Dengan demikian, meningkatkan produksi

kelapa sawit merupakan salah satu langkah strategis untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan informasi dari Gabungan Pengusaha Kepala Sawit Indonesia (GAPKI)

pusat, sehubungan dengan meningkatnya daya beli masyarakat global terhadap CPO

dan produk turunannya, Indonesia sebagai salah satu produsen kelapa sawit terbesar

akan diuntungkan. Pelaku usaha sawit nasional menargetkan produksi CPO sekitar 33

juta ton, meningkat sekitar 6% dari produksi tahun 2014 sekitar 31 juta ton. Lebih dari

60% dari produksi tersebut akan diekspor untuk target pasar besar dunia seperti India,

Pakistan, Korea Selatan dan beberapa negara di Eropa Timur, sisanya sekitar 10 juta ton

untuk memenuhi konsumsi dalam negeri dengan faktor pendukung adanya komitmen

dari Pertamina untuk menjalankan program biosolar. Searah dengan proyeksi produksi

CPO nasional, beberapa contact liaison di provinsi Riau juga menyatakan produksi CPO

di 2015 akan tetap tinggi seiring dengan mulai berproduksinya beberapa lahan

replantasi yang sudah mulai produksi pada tahun ini sehingga diperkirakan akan

meningkat pada kisaran 2-5%. Faktor pendorong peningkatan lainnya berasal dari

perkembangan harga yang pada awal tahun 2015 ini mulai meningkat, dilihat dari

Grafik 4 Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja

Sumber: GAPKI, 2014

Grafik 5 Kebutuhan CPO untuk Industri Hilir Domestik

Sumber: GAPKI, 2014

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

kontrak perdagangan di Bursa Malaysia yang mulai bergerak naik sekitar 2,7% atau

sekitar Rp7,83 juta/ton untuk pengiriman bulan Maret dan April 2015.

Disisi lain, GAPKI pusat menyampaikan beberapa tantangan perkembangan kelapa

sawit mulai dari terbatasnya jumlah tenaga kerja terampil dengan kualifikasi khusus di

bidang kelapa sawit, peningkatkan upah tenaga kerja setiap tahun, masalah

pertanahan dan sulitnya ijin usaha, sampai dengan minimnya infrastruktur sarana

prasarana pendukung industri kelapa sawit. Sementara itu, perkembangan industri

kelapa sawit di Provinsi Riau menghadapi sejumlah kendala seperti keterbatasan bahan

baku, masalah Rencana Tata Ruang Wilayah, pencurian buah sawit dan faktor cuaca

yang ekstrim. Hal ini dikonfirmasi salah satu contact liaison yang menginformasikan

bahwa pada tahun 2000an pabrik memiliki kapasitas produksi mencapai 90 ton/jam,

namun seiring dengan semakin bertambahnya kompetitor industri sejenis maka

pasokan bahan baku menjadi berkurang hingga rata-rata kapasitas produksi saat ini

menjadi 60 ton/jam. Selain itu, masalah RTRW menjadi kendala utama bagi sejumlah

perusahaan untuk menambah luas areal kebun sehingga sebagian besar perusahaan

melakukan alih fungsi lahan dari karet ke kelapa sawit. Disisi lain, pencurian buah sawit

dan faktor cuaca yang ekstrim juga menjadi kendala peningkatan produksi. Secara

normal, pabrik dapat mengolah 600 ton TBS/hari namun akibat pencurian tersebut

pabrik hanya dapat mengolah 450 ton TBS/hari. Demikian juga dengan terjadinya

musim trek hingga 2 kali dalam 1 tahun akibat cuaca yang cukup ekstrim. Sebagai

informasi, contact dapat memperoleh hasil TBS mencapai 1000 ton/hari namun karena

terjadinya musim trek maka hasil TBS yang diperoleh hanya berkisar 500-600 ton/hari.

Untuk mengatasi kendala yang dihadapi tersebut, pada tahun ini Dinas Perkebunan

Provinsi Riau berupaya untuk meningkatkan produktivitas lahan sawit melalui

pembelian bibit untuk 500 Ha kebun rakyat senilai Rp.9,61 Miliar. Disamping itu,

contact juga menginformasikan bahwa Kementerian Pertanian bekerjasama dengan

Perbankan untuk memberikan fasilitas pembiayaan revitalisasi kebun (revit bun) kepada

petani swadaya. Saat ini, lebih dari 29 petani swadaya di Provinsi Riau telah

mendapatkan fasilitas revit bun dari BRI Agro sekitar Rp.24-51 juta dengan tingkat suku

bunga 12,75%. Revit bun ini merupakan bagian dari inovasi pembiayaan untuk

meningkatkan produktivitas kebun sawit petani.

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

26

1. KONDISI UMUM

Perkembangan inflasi Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 berada di luar

perkiraan sebelumnya. Tekanan inflasi Riau pada triwulan IV 2014 (yoy)1 mengalami

peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Peningkatan inflasi

bersumber dari kelompok administered prices karena kenaikan BBM bersubsidi

yang terjadi pada November 2014 yang lalu. Dengan demikian, inflasi Riau pada

triwulan laporan masih berada di luar sasaran inflasi nasional tahun 2014 yang

ditetapkan sebesar 4,5%±1%.

1 yoy (year on year) atau inflasi tahunan merupakan perbandingan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan laporan dengan IHK di bulan yang sama tahun sebelumnya

PERKEMBANGAN

INFLASI DAERAH

Bab 2

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

27

2. PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI RIAU

Inflasi Riau pada triwulan IV 2014 (yoy) tercatat sebesar 8,65%, meningkat

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,81%. Kondisi ini

sejalan dengan perkembangan inflasi nasional yang juga menunjukkan

peningkatan dari 4,53% pada triwulan III 2014 menjadi 8,36% pada triwulan IV

2014. Namun demikian, bila dibandingkan dengan rata-rata historisnya sejak

2009-2013, inflasi Riau pada triwulan IV 2014 masih tercatat lebih rendah. Dengan

perkembangan tersebut, inflasi Riau pada triwulan IV 2014 masih berada di luar

sasaran inflasi nasional tahun 2014 yang ditetapkan sebesar 4,5% ± 1%.

Gambar 2.1. Inflasi Riau dan Nasional Tw IV 2014 dibandingkan dengan Historisnya (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Secara tahunan, peningkatan inflasi Riau disebabkan oleh tekanan dari kelompok

administered price. Faktor yang menyebabkan tingginya inflasi pada kelompok

administered price, antara lain kenaikan harga BBM bersubsidi yang terjadi pada

November 2014. Selain itu, kenaikan tarif dasar listrik (TTL)2 yang terjadi pada

November 2014 dan penyesuaian harga LPG pada September 2014 lalu juga

memberi tekanan terhadap inflasi kelompok administered price. Sementara itu,

perkembangan inflasi pada kelompok volatile food juga memberikan kontribusi

positif terhadap peningkatan inflasi. Penyumbang utama kenaikan inflasi volatile

food di akhir tahun bersumber dari komoditas beras dan cabe merah yang

terkendala pasokan. Di sisi lain, relatif stabilnya inflasi core (inti) pada triwulan

laporan ditengah masih kuatnya tekanan eksternal juga menjadi penahan

2 Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) dilakukan secara berkala sejak 1 Juli 2014 setiap dua bulan sekali hingga 1 November 2014

Riau

Nasional

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

28

Grafik 2.2. Inflasi dan Sumbangan Kelompok Barang dan Jasa yang di Survei (yoy)

Sumber : BPS, diolah

menurunnya tekanan inflasi Riau pada triwulan III 2014. Kondisi ini didorong oleh

masih berlanjutnya penurunan harga emas dunia.

Bila dilihat dari kota yang disurvei di Provinsi Riau, inflasi tertinggi masih terjadi di

Kota Tembilahan yaitu mencapai 10,06% (yoy), diikuti oleh Kota Dumai dan Kota

Pekanbaru masing-masing-masing berada pada level yang sama yaitu 8,53% (yoy).

Tekanan inflasi pada ketiga kota tersebut menunjukkan peningkatan bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi di Riau dan Nasional (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Jika dilihat berdasarkan

kelompok barang dan jasa

yang disurvei di Provinsi Riau,

sumber peningkatan inflasi

pada triwulan IV 2014 berasal

dari peningkatan inflasi

kelompok bahan makanan,

kelompok transportasi, dan

kelompok makanan jadi, yaitu

masing-masing menyumbang

sebesar 2,50%, 2,09%, dan

2,02% terhadap inflasi Riau. Peningkatan inflasi terjadi pada hampir seluruh

kelompok inflasi, kecuali kelompok kesehatan dan kelompok pendidikan yang

mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi tertinggi pada

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

29

triwulan laporan dialami oleh kelompok transportasi yaitu dari 2,62% (yoy) menjadi

12,99% (yoy), diikuti kelompok makanan dari 9,34% (yoy) menjadi 10,41% (yoy)

dan kelompok bahan makanan dari 8,34% (yoy) menjadi 10,14% (yoy). Sebaliknya,

inflasi terendah dialami oleh kelompok pendidikan yaitu sebesar 2,70% (yoy) dari

3,14% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Perkembangan inflasi Riau secara triwulanan menunjukkan tren meningkat bila

dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari 2,29% (qtq) menjadi 4,26%

(qtq). Angka inflasi Riau pada triwulanan laporan juga lebih tinggi jika

dibandingkan dengan rata-rata historisnya dalam kurun waktu 4 (empat) tahun

terakhir yang tercatat sebesar 1,30% (qtq).

Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Riau Nasional secara Triwulanan (qtq)

Sumber : BPS, diolah

Meningkatnya tekanan inflasi Riau pada triwulan laporan tidak terlepas dari

meningkatnya harga-harga pada sub kelompok transpor, sub kelompok bumbu-

bumbuan, dan sub kelompok makanan jadi. Dilihat dari komoditasnya, maka

peningkatan utamanya bersumber dari peningkatan harga bensin, cabe merah,

tarif listrik, beras dan nasi dengan lauk.

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

30

Grafik 2.4. Historis Inflasi selama Tw IV di Provinsi Riau (qtq)

Sumber : BPS, diolah

Namun demikian, penurunan harga daging dan hasil-hasilnya secara umum

menjadi faktor yang menahan laju peningkatan inflasi pada triwulan laporan. Selain

itu, langkah-langkah yang ditempuh TPID di Riau dalam melakukan pengelolaan

ekspektasi harga, sedikit banyak juga mampu meredam inflasi Riau meningkat

pada level yang lebih tinggi lagi. Sinergi antar lembaga/instansi untuk menjaga

distribusi dan kecukupan stok menjadi salah satu kunci utama terjaganya

ekspektasi masyarakat di Provinsi Riau.

Berdasarkan kota yang disurvei di Provinsi Riau, maka inflasi tertinggi terjadi di Kota

Pekanbaru yaitu mencapai 4,41% (qtq), meningkat cukup signifikan dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai 2,34% (qtq). Selanjutnya inflasi Kota

Tembilahan dan Kota Dumai tercatat masing-masing sebesar 3,98% (qtq) dan

3,29% (qtq), juga meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang

tercatat sebesar 2,13% (qtq). Secara umum, perkembangan inflasi ketiga kota yang

disurvei secara triwulanan pada triwulan laporan tercatat lebih rendah

dibandingkan dengan rata-rata historisnya (2009-2013).

Jika dilihat berdasarkan kelompok barang dan jasa yang disurvei, maka kelompok

transpor, komunikasi, dan jasa keuangan tercatat mengalami inflasi tertinggi yaitu

mencapai 10,63% (qtq). Kelompok ini juga memberikan andil terbesar pada

tekanan inflasi triwulan laporan yaitu mencapai 1,69%. Kemudian, kelompok

bahan makanan dan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau,

masing-masing tercatat mengalami inflasi sebesar 4,31% (qtq) dan 3,43% (qtq).

Kedua kelompok tersebut tercatat mengalami peningkatan inflasi dibandingkan

triwulan sebelumnya.

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

31

Grafik 2.5. Inflasi dan Kontribusi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa yang di Survei Tw IV 2014 di Riau (qtq)

Sumber : BPS, diolah

2.1. Inflasi Kota

2.1.1. Inflasi Kota Pekanbaru

Pada triwulan IV 2014, Kota Pekanbaru mengalami Inflasi sebesar 8,53% (yoy),

meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 5,50% (yoy).

Peningkatan tekanan inflasi terjadi pada seluruh kelompok disagregasinya. Tekanan

inflasi utamanya berasal dari kenaikan harga BBM bersubsidi pada 18 November

2014 lalu. Selain itu, kenaikan tarif dasar listrik secara bertahap sejak 1 Juli 2014

hingga akhir tahun juga berkontribusi positif terhadap peningkatan tekanan inflasi.

Tren pelemahan nilai rupiah yang masih berlanjut hingga akhir tahun juga

memberikan tekanan yang berarti terhadap peningkatan inflasi, terutama untuk

komoditas dengan bahan baku tepung. Sebaliknya, penurunan harga emas dunia

merupakan faktor yang menahan laju penurunan inflasi pada triwulan laporan.

Sementara, kondisi pasokan yang belum stabil menyebabkan tekanan inflasi dari

bahan makanan cukup tinggi. Peningkatan inflasi pada bahan makanan bersumber

dari meningkatnya harga beras, cabe merah telur ayam ras dan beberapa jenis

sayur. Terjadinya peningkatan pada komoditas tersebutdiperkirakan tidak terlepas

dari pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi. Selain itu, faktor cuaca yang kurang

kondusif di daerah sentra produksi, seperti di daerah Jawa, juga meyebabkan Kota

Pekanbaru kekurangan pasokan.

Dilihat berdasarkan kelompok barang jasa yang disurvei, maka inflasi tertinggi

dialami oleh kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (13,55%, yoy),

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

32

meningkat siginifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami

inflasi sebesar 2,94% (yoy). Selanjutnya, diikuti oleh inflasi pada kelompok

makanan jadi (10,88%,yoy) dan kelompok bahan makanan (9,79%, yoy), juga

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi pada ketiga kelompok

barang dan jasa ini tercatat memberikan kontribusi tertinggi terhadap inflasi

Pekanbaru pada triwulan laporan.

Sebaliknya, inflasi terendah dialami oleh kelompok pendidikan (2,18%,yoy) dan

kelompok sandang (3,63%,yoy) yang memberikan kontribusi terendah pada

triwulan laporan. Bahkan inflasi pada kelompok pendidikan tercatat mengalami

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya (2,25%,yoy).

Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kota Pekanbaru dan Rata-rata Historis Tw IV (2009-

2013)

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.7. Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa di Kota Pekanbaru Tw IV

2014

Sumber : BPS, diolah

2.1.2. Inflasi Kota Dumai

Sejalan dengan perkembangan inflasi kota Pekanbaru, inflasi kota Dumai juga

mengalami peningkatan dari 5,88% (yoy) menjadi 8,53%(yoy). Peningkatan

tekanan inflasi kota Dumai didorong oleh peningkatan inflasi kelompok bahan

makanan yang berasal dari subkelompok padi-padian, umbi-umbian & hasilnya,

dan bumbu-bumbuan. Dilihat berdasarkan komoditasnya, tekanan inflasi pada

kedua subkelompok tersebut utamanya berasal dari beras dan cabe merah. Kondisi

ini disebabkan oleh kondisi cuaca yang kurang kondusif di daerah sentra pasokan

sehingga mempengaruhi produksi dan kondisi pasokan di Kota Dumai.

Sementara itu, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami

inflasi sebesar 10,98% (yoy), meningkat signifikan dibandingkan triwulan

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

33

Grafik 2.10. Inflasi Kelompok Barang dan Jasa di Kota Tembilahan Tw IV 2014

Sumber : BPS, diolah

sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 5,16% (yoy). Berdasarkan

komoditasnya peningkatan inflasi pada kelompok ini didorong oleh kenaikan harga

BBM bersubsidi, dan menyebabkan peningkatan pada tarif angkutan. Selain itu,

masih berlanjutnya kenaikan tarif dasar listrik bertahap hingga triwulan IV 2014

juga memberikan andil terhadap peningkatan tekanan inflasi di Kota Dumai.

Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Kota Dumai dan Rata-rata Historis Tw IV (2009-2013)

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.9. Andil Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa di Kota Dumai Tw IV 2014

Sumber : BPS, diolah

2.1.3. Inflasi Kota Tembilahan

Inflasi yang terjadi di Kota Tembilahan

masih tercatat yang paling tinggi di

Provinsi Riau yaitu mencapai 10,06%

(yoy) pada triwulan IV 2014. Searah

dengan dua kota lainnya, tekanan

inflasi Kota Tembilahan pada triwulan

laporan mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya.

Berdasarkan kelompoknya, maka

inflasi tertinggi dialami oleh kelompok

bahan makanan, kelompok transportasi dan kelompok perumahan. Inflasi pada

ketiga kelompok tersebut juga tercatat memberikan kontribusi tertinggi terhadap

inflasi kota Tembilahan. Selanjutnya, kelompok kesehatan tercatat mengalami

inflasi terendah dialami oleh Kota Tembilahan, yaitu mencapai 3,13% (yoy) dan

juga tercatat memberikan kontribusi terendah.

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

34

Grafik 2.11. Inflasi IHK dan Disagregasi Inflasi (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Dilihat berdasarkan subkelompok, penyumbang inflasi pada kelompok bahan

makanan utamanya berasal dari subkelompok ikan segar, subkelompok

transportasi, subkelompok bumbu-bumbuan dan subkelompok padi-padian, umbi-

umbian & hasilnya. Komoditas penyumbang inflasi dari subkelompok ikan segar

berasal dari udang, sementara penyumbang inflasi pada subkelompok transportasi

berasal dari bensin. Cabe merah dan beras masing-masing menjadi penyumbang

terbesar inflasi pada subkelompok bumbu-bumbuan dan subkelompok padi-

padian,umbi-umbian & hasilnya.

Sebaliknya, deflasi pada subkelompok daging dan hasil-hasilnya serta subkelompok

buah-buahan menahan laju peningkatan inflasi Kota Tembilahan pada triwulan IV

2014. Penurunan tekanan inflasi utamanya terjadi pada komoditas daging ayam

ras, jeruk, dan pisang. Penurunan juga terjadi pada komoditas bawang merah,

kangkung, dan ikan asin dibelah.

2.2. Disagregasi Inflasi3 (yoy)

Peningkatan tekanan inflasi Riau

pada triwulan laporan, utamanya

didorong oleh meningkatnya

tekanan dari kelompok

administered price, yang berasal

dari kenaikan harga BBM

bersubsidi pada 18 November

2014 yang lalu. Selain itu,

peningkatan tekanan inflasi juga

terjadi pada kelompok volatile food (kelompok makanan bergejolak) juga

mengalami peningkatan yang dipicu oleh peningkatan harga bahan makanan

seperti beras dan cabe merah karena keterbatasan pasokan. Sementara, tekanan

inflasi kelompok core (inti) disebabkan oleh kenaikan beberapa harga komoditas

makanan jadi sebagai dampak kenaikan BBM bersubsidi dan pelemahan nilai tukar

rupiah yang masih berlangsung hingga akhir tahun .

3 Disagregasi dilakukan dengan pendekatan subkelompok

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

35

2.2.1. Inflasi Inti (Core)

Laju inflasi inti pada triwulan IV 2014 mengalami peningkatan dibandingkan

triwulan III 2014 karena dampak kenaikan harga BBM bersubsidi. Selain itu,

pelemahan nilai tukar rupiah yang kembali terjadi pada akhir tahun diperkirakan

memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan inflasi kelompok ini, terutama

bersumber dari bahan baku yang diimpor seperti tepung. Di sisi lain, masih

berlanjutnya penurunan harga emas global yang ditransmisikan ke harga emas

perhiasan domestik menahan laju peningkatan inflasi inti pada triwulan laporan.

Kondisi ini tercermin dari mulai menurunnya inflasi tradables goods4 pada triwulan

laporan. Peningkatan inflasi kelompok non tradable goods5 menjadi faktor yang

mendorong peningkatan inflasi inti Riau pada triwulan laporan.

Grafik 2.12. Perkembangan Inflasi Inti (core) di Riau (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Grafik 2.13. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD

Sumber : Bank Indonesia

Grafik 2.14. Perkembangan Harga Emas Dunia

Sumber : Bloomberg, diolah

Grafik 2.15. Perkembangan Inflasi Tradables Goods dan Non Tradable Goods (yoy)

Sumber : BPS, diolah

4 Tradable goods merupakan barang atau jasa yang dapat diperjualbelikan di lokasi yang berbeda atau berjarak dari lokasi dimana barang atau jasa tersebut dihasilkan 5 Non tradable goods merupakan barang atau jasa yang tidak dapat diperjualbelikan di lokasi yang berbeda atau berjarak dari lokasi dimana barang atau jasa tersebut dihasilkan

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

36

Grafik 2.16. Perkembangan Inflasi Volatile Food di Riau (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Jika dilihat berdasarkan kota yang disurvei, maka inflasi inti tertinggi terjadi di Kota

Dumai. Inflasi inti yang terjadi di kota ini tercatat cukup tinggi dibandingkan 2 (dua)

kota lainnya, dan menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Peningkatan inflasi inti juga terjadi di Kota Pekanbaru. Sebaliknya,

inflasi inti di Kota Tembilahan cenderung mengalami penurunan.

Secara umum, sumber inflasi inti pada triwulan laporan berasal dari inflasi pada

nasi dengan lauk, kue kering berminyak, dan kue basah yang didorong oleh

kenaikan harga BBM bersubsidi. Selain itu, peningkatan harga kue kering

berminyak dan kue basah juga disebabkan oleh trend pelemahan nilai tukar yang

menjadi penyebab kenaikan harga tepung untuk kedua komoditas tersebut.

2.2.2. Inflasi Volatile Food

Tekanan inflasi yang berasal dari

kelompok volatile food pada periode

laporan mengalami peningkatan yang

berarti dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Meningkatnya tekanan

inflasi volatile food didorong oleh

inflasi yang terjadi pada kelompok

bahan makanan yang utamanya

berasal dari subkelompok padi-padian

dan subkelompok bumbu-bumbuan. Komoditas utama penyumbang inflasi dari

kedua kelompok tersebut ialah beras dan cabe merah. Selain itu, peningkatan

harga pada beberapa jenis ikan segar dan sayuran-sayuran juga mendorong

peningkatan inflasi pada kelompok volatile food. Namun demikian, laju

peningkatan inflasi kelompok volatile food tertahan oleh deflasi yang terjadi pada

subkelompok bumbu-bumbuan yaitu bawang merah, dan daun bawang, dan

subkelompok daging dan hasil-hasilnya yaitu daging ayam ras dan ayam hidup.

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

37

Grafik 2.17. Perkembangan Harga Komoditas Beras dan Cabe Merah di Kota Pekanbaru

Sumber: Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia

Peningkatan tekanan inflasi volatile food terjadi pada seluruh kota yang disurvei

dengan peningkatan tertinggi terjadi di Kota Tembilahan. Sementara penigkatan

terendah terjadi di kota Dumai yang juga mengalami inflasi volatile food terendah

dibandingkan dua kota lainnya.

2.2.3. Inflasi Administered Prices

Inflasi kelompok administered prices Riau pada triwulan laporan kembali

mengalami peningkatan setelah mengalami penurunan pada triwulan sebelumnya.

Jika dilihat dari kota yang disurvei, maka peningkatan inflasi administered price

terjadi pada semua kota yang disurvei di Provinsi Riau. Inflasi administered price

tertinggi dialami oleh Kota Pekanbaru, diikuti oleh Kota Tembilahan dan Kota

Dumai.

Peningkatan tekanan inflasi pada kelompok administered price disebabkan oleh

kenaikan harga BBM bersubsidi pada 18 November 2014 yang lalu. Kenaikan ini

terjadi pada komoditas bensin dan solar. Peningkatan tersebut juga berdampak

terhadap penyesuaian tarif angkutan umum, baik darat maupun sungai dan laut.

Selain itu, kebijakan peningkatan tarif dasar listrik yang dilakukan secara bertahap

setiap dua bulan sekali sejak tanggal 1 Juli 2014 juga mendorong peningkatan

inflasi pada kelompok ini. Meskipun demikian, adanya kebijakan pemerintah dalam

penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk LPG 3 kg pada akhir tahun

menahan laju peningkatan inflasi kelompok administered price lebih tinggi.

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Inflasi Daerah

38

Grafik 2.18. Perkembangan Inflasi Administered Price (yoy)

Sumber : BPS, diolah

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

DAMPAK PENYESUAIAN HARGA BBM, TARIF

TENAGA LISTRIK, DAN HARGA LPG 12 KG

TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN

Kebijakan Pemerintah Pusat untuk menaikkan harga BBM bersubsidi pada tanggal 18

November 2014 yang lalu, telah mendorong kenaikan harga tarif angkutan, diikuti

dengan kenaikan harga kebutuhan pokok, serta harga beberapa produk industri

lainnya. Selanjutnya memasuki tahun 2015, sejalan dengan semakin menurunnya harga

minyak dunia, pada tanggal 1 Januari 2015 Pemerintah Pusat menurunkan harga BBM

bersubsidi yaitu premium turun menjadi Rp7.600,- dan solar turun menjadi Rp7.250,-.

Penurunan harga BBM berlanjut pada tanggal 19 Januari 2015, harga BBM premium

turun menjadi Rp6.600,- (luar Jawa), Rp6.700,- (jawa & Madura), Rp7.000,- (Bali), dan

harga solar turun menjadi Rp6.400,-.

Di bidang kelistrikan, melalui Peraturan Menteri ESDM No. 09 Tahun 2014, pemerintah

per 1 Mei 2014 melakukan penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL) untuk rumah tangga

besar, kantor pemerintah skala menengah, bisnis skala menengah & besar, dan untuk

industri skala menengah & besar (per 2 bulan sampai dengan November 2014). Selain

harga BBM dan TTL, pemerintah juga menaikkan harga LPG 12 Kg menyusul

meningkatnya harga LPG dp pasar internasional dan penurunan nilai tukar rupiah.

Berbagai kebijakan yang dilaksanakan oleh Pemerintah di tahun 2014 tersebut

memberikan dampak pada peningkatan harga barang dan jasa, yang disebabkan

karena perubahan biaya bahan baku, biaya energi, maupun biaya distribusi. Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau melakukan liaison untuk mendapatkan

informasi singkat dampak penyesuaian harga BBM, TTL, dan LPG tersebut terhadap

kinerja beberapa perusahaan.

Grafik B2.1

Sebaran Responden Grafik B2.2

Respon Penyesuaian Harga BBM

Boks 3

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

Berdasarkan hasil liaison dengan 15 contact yang mewakili beberapa sektor ekonomi di

Provinsi Riau (Grafik B2.1), diperoleh informasi bahwa secara umum kenaikan harga

BBM pada 18 November 2014

mendorong sebagian besar

perusahaan di Provinsi Riau untuk

menaikkan harga jual dalam

jangka waktu 1 minggu sampai

dengan 1,5 bulan setelah

kenaikan harga BBM (Grafik

B2.2). Namun sebaliknya,

penurunan harga BBM per 1

Januari 2015 relatif tidak disertai

dengan penurunan harga jual.

Hal ini dikonfirmasi oleh sejumlah perusahaan yang bergerak di Sektor Perdagangan,

Hotel dan Restoran; Pengangkutan dan Bangunan. Namun demikian, penyesuaian

harga tersebut relatif tidak berpengaruh terhadap penjualan, daya saing dan rencana

investasi perusahaan melainkan berpengaruh terhadap penurunan margin yang

diperoleh hingga 1-10%. Penurunan margin tersebut disebabkan oleh peningkatan

biaya operasional perusahaan seiring dengan meningkatnya harga BBM (Grafik B2.3).

Di sisi lain, sejumlah contact menginformasikan bahwa kenaikan TTL secara bertahap

per 2 bulan terhitung bulan Mei 2014 tidak berpengaruh terhadap kenaikan harga jual

meskipun kenaikan TTL ini turut menjadi faktor yang mempengaruhi peningkatan biaya

operasional yang pada akhirnya menurunkan margin sekitar 1-5%. Meskipun demikian,

sebagian besar contact menyatakan bahwa kenaikan/penurunan TTL tidak berpengaruh

signifikan terhadap daya saing dan rencana investasi (Grafik B2.5).

Grafik B2.4 Proporsi Biaya BBM dan TTL

Grafik B2.5 Dampak Kenaikan/Penurunan TTL

Grafik B2.3

Dampak Penyesuaian Harga BBM

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

Sementara itu, dampak penyesuaian kebijakan LPG sangat dirasakan oleh perusahaan

yang bertindak sebagai distributor LPG 12 Kg. Hal ini tercermin dari kenaikan harga

LPG 12 Kg yang berdampak terhadap penurunan permintaan konsumen mencapai 2-

20%. Penurunan permintaan tersebut secara langsung menggerus margin perusahaan

hingga 10%. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti selisih harga antara LPG

12 Kg dan 3 Kg yang cukup signifikan dan disertai pula dengan penambahan kuota

LPG 3 Kg sehingga mengakibatkan konsumen beralih pada penggunaan LPG 3 Kg.

Terkait dengan kebijakan harga BBM yang mengikuti perkembangan harga pasar, 73%

menyatakan setuju sepanjang masih berada dalam rentangan harga yang wajar dan

subsidinya hanya dinikmati oleh kalangan masyarakat menengah-bawah. Sementara

itu, 60% contact menyatakan tidak

setuju terhadap perubahan TTL

secara otomatis mengikuti

pergerakan inflasi, harga minyak

dunia, dan nilai tukar rupiah

terhadap dollar AS. Hal ini

dikarenakan TTL bukan seharusnya

menjadi prioritas melainkan

pasokan listrik yang memadailah

yang harus dibenahi terlebih

dahulu.

Disamping itu, perubahan TTL tersebut dapat menyulitkan perusahaan dalam

memproyeksikan biaya dan target keuntungan yang diperoleh karena berpotensi

menyebabkan gejolak harga yang cukup tajam. Untuk meminimalisir dampak dari

ketidakpastian harga BBM dan TTL tersebut, sebagian besar contact memutuskan untuk

menentukan harga jual dengan mengikuti perkembangan harga pasar dan

mengoptimalkan penggunaan cangkang kelapa sawit terutama bagi perusahaan di

sektor industri pengolahan untuk dijadikan sebagai sumber energi alternatif.

Grafik B2.6 Respon Kebijakan Perubahan Harga BBM

dan TTL

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

39

1. Kondisi Umum

Perkembangan perbankan Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 relatif lebih baik

dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, pertumbuhan baik aset, dana,

maupun kredit tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Kualitas kredit juga

masih relatif stabil, namun kualitas kredit yang disalurkan BPR perlu mendapat

perhatian serius, mengingat tingginya NPL BPR dalam kurun waktu beberapa tahun

terakhir.

Bab 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN

DAN SISTEM PEMBAYARAN

DAERAH

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

40

2. Perkembangan Perbankan Riau

Kinerja perbankan Riau pada triwulan laporan relatif lebih baik bila dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya. Hal ini dapat terlihat dari pertumbuhan aset perbankan

Riau yang mencapai Rp86,81 triliun atau meningkat dari 7,27% (yoy) menjadi

11,43% (yoy). Peningkatan aset perbankan utamanya didorong oleh peningkatan

aset bank umum dari 7,31% pada triwulan sebelumnya menjadi 11,44% pada

triwulan laporan.

Sejalan dengan pertumbuhan aset, kredit perbankan Riau juga tumbuh membaik

dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 7,22% (yoy) menjadi 7,31% (yoy).

Posisi kredit perbankan Riau pada triwulan IV mencapai Rp 53,12 triliun. Namun,

kredit yang disalurkan oleh perbankan Riau tercatat lebih tinggi bila dilihat

berdasarkan lokasi proyek, yaitu mencapai Rp 74,73 triliun atau tumbuh 10,29%

(yoy). Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan Riau juga tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar

15,53% (yoy) dari 11,42% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Nilai DPK perbankan

Riau saat ini mencapai Rp 64,95 triliun.

Tabel 3.1. Perkembangan Indikator Perbankan Riau (dalam Rp Juta)

Pertumbuhan kredit yang meningkat lebih besar secara triwulanan dibandingkan

pertumbuhan dana menyebabkan peningkatan LDR perbankan Riau yaitu dari

80,73% menjadi 81,78%. Namun dengan memperhitungkan kredit berdasarkan

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

41

Tabel 3.2. Perkembangan Jaringan Kantor Bank Umum di Riau Triwulan IV 2014

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan Provinsi Riau

lokasi proyek, LDR perbankan Riau masih tercatat lebih tinggi yaitu mencapai

115,06%. Sementara itu, risiko kredit yang disalurkan relatif membaik yaitu sebesar

3,39%, dan tercatat masih berada dalam batas aman yang ditetapkan.

2.1. Perkembangan Bank Umum

2.1.1. Perkembangan Jaringan Kantor

Jumlah Bank Umum yang beroperasi di

Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 tidak

mengalami perubahan dibandingkan

triwulan sebelumnya yaitu tercatat

sebanyak 49 Bank. Jumlah jaringan

kantor bank umum yang ada di Provinsi

Riau baik Kantor Kas, Kantor Cabang,

Kantor Cabang Pembantu maupun yang

setingkat juga tidak mengalami

perubahan yang siginifikan dibandingkan triwulan sebelumnya.

2.1.2. Perkembangan Aset

Aset bank umum di Provinsi Riau tercatat sebesar Rp 85,65 triliun pada triwulan IV

2014, tumbuh 11,44% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan III 2014 yang

tumbuh sebesar 7,31% (yoy). Pertumbuhan aset bank umum didorong oleh

pertumbuhan dana yang dihimpun. Namun demikian, jika dilihat secara triwulanan

aset bank umum justru mengalami kontraksi sebesar 1,06% (qtq).

Grafik 3.1. Perkembangan Aset Bank Umum di Provinsi Riau

Grafik 3.2. Perkembangan Pangsa Aset Bank Umum Menurut Kelompok

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

Aset Pemerintah Aset Swasta

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

42

Berdasarkan kepemilikannya, maka pertumbuhan aset bank umum pada triwulan

laporan utamanya didorong oleh pertumbuhan aset bank milik pemerintah yaitu

sebesar 14,20% (yoy) sehingga menjadi Rp60,45 triliun. Sementara pertumbuhan

aset bank milik swasta hanya meningkat sebesar 5,32% (yoy), sehingga jumlahnya

mencapai Rp25,20 triliun. Pangsa aset bank umum pemerintah masih tetap

mendominasi dengan share 70,58%, relatif stabil dibandingkan triwulan

sebelumnya.

2.1.3. Kredit

2.1.3.1. Perkembangan Penyaluran Kredit

Kredit yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi Riau pada triwulan IV 2014

tercatat sebesar Rp52,28 triliun. Jumlah ini tumbuh sebesar 7,26% (yoy), relatif

stabil jika dibandingkan triwulan III 2014 yang tumbuh sebesar 7,22% (yoy)

Perlambatan penyaluran kredit pada triwulan IV 2014 terjadi pada bank milik

pemerintah yaitu sebesar 7,81 (yoy) dari 8,42% (yoy) di triwulan sebelumnya.

Sedangkan pada bank swasta, pertumbuhan penyaluran kredit justru meningkat

dari 5,11% (yoy) menjadi 6,27% (yoy).

Tabel 3.3. Posisi Kredit Bank Umum Di Provinsi Riau (dalam Rp juta)

Berdasarkan valutanya penyaluran kredit masih didominasi oleh mata uang rupiah

yaitu mencapai Rp51,14 triliun, tumbuh 7,94% (yoy) namun melambat dari

triwulan sebelumnya (8,33% yoy). Disisi lain, penyaluran kredit dalam mata uang

asing mengalami penurunan sebesar 16,62% (yoy), namun tidak sedalam triwulan

sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 29,92% (yoy).

IV I II III IV yoy (%) qtq (%)

A. Kelompok Bank 1. Bank Pemerintah 31.241.365 30.819.077 32.527.892 32.798.861 33.681.037 7,81 2,69 2. Bank Swasta 17.504.103 17.668.602 18.140.360 18.180.006 18.602.399 6,27 2,32

B. V a l u t a 1. Rupiah 47.378.560 47.233.118 49.421.211 50.009.977 51.138.174 7,94 2,26 2. Valas 1.366.907 1.254.562 1.247.042 968.890 1.145.263 -16,22 18,20

T o t a l 48.745.468 48.487.679 50.668.252 50.978.867 52.283.437 7,26 2,56

2013 2014 Pertumbuhan Tw IV-2014Keterangan

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

43

2.1.3.2. Konsentrasi Kredit

Penyerapan kredit di Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 masih didominasi oleh

sektor pertanian dan sektor perdagangan yang memiliki pangsa masing-masing

sebesar 21,78% dan 21,45% dengan nilai kredit masing-masing sebesar Rp 11,39

triliun dan Rp 11,21 triliun. Tingginya penyerapan kredit pada sektor tersebut tidak

terlepas dari masih prospektifnya sektor tersebut di Provinsi Riau. Penyaluran kredit

kepada sektor pertanian didominasi oleh subsektor perkebunan kelapa sawit

dengan pangsa 88,58% dari total kredit sektor pertanian atau sebesar Rp. 10,08

triliun. Sedangkan sektor perdagangan didominasi oleh subsektor perdagangan

eceran makanan, minuman dan tembakau dengan pangsa 21,50% dari total kredit

sektor perdagangan atau sebesar Rp 2,41 triliun. Namun, penyaluran kredit kepada

sektor pertanian dan sektor pedagangan melambat dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya. Pertumbuhan sektor pertanian melambat dari 16,33% (yoy) pada

triwulan III 2014 menjadi 14,46% (yoy) pada triwulan IV 2014. Sejalan dengan

sektor pertanian, sektor perdagangan juga melambat dari 5,57% (yoy) menjadi

3,46% (yoy).

Pertumbuhan tertinggi penyaluran kredit pada triwulan IV 2014 disumbang oleh

sektor pertambangan yang tercatat tumbuh hingga 30,50% (yoy) dan 38,66%

(qtq). Pertumbuhan tersebut utamanya berasal dari subsektor jasa pertambangan

minyak dan gas bumi yang tercatat tumbuh meningkat sebesar 58,56% (qtq).

Meskipun pertumbuhan pada kredit sektor pertambangan cukup tinggi namun

pangsa kredit pertambangan terhadap total kredit hanya sebesar 0,73% sehingga

andil terhadap pertumbuhan kredit tidak terlalu besar.

Sektor lain yang juga menyerap kredit cukup besar adalah sektor jasa-jasa yaitu

mencapai Rp4,30 triliun dengan share yang meningkat dari 7,93% di triwulan

sebelumnya menjadi 8,53% di triwulan IV 2014. Dari segi pertumbuhan, secara

tahunan sektor jasa-jasa mengalami kontraksi sebesar 7,12% (yoy), namun tumbuh

6,37% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, sektor industri

pengolahan tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 16,93% (yoy) dan 7,81%

(qtq), cenderung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 13,66% (yoy) dan turun sebesar 3,65% (qtq). Penyerapan kredit pada

sektor ini sebagian besar terkonsentrasi pada subsektor industri minyak mentah

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

44

(minyak makan) dari nabati dan hewan yang mengolah hasil dari perkebunan

kelapa sawit yang banyak tersebar di Provinsi Riau, yaitu mencapai Rp 658,28 miliar

atau 32,40% dari total kredit sektor industri pengolahan. Selanjutnya, penyaluran

kredit kepada sektor konstruksi masih menunjukkan kontraksi yaitu sebesar 2,17%

(yoy) namun tidak sedalam kontraksi pada triwulan sebelumnya yang sebesar

7,79% (yoy). Penyaluran kredit sektor listrik, gas, dan air tumbuh sebesar 19,79%

pada triwulan IV 2014 membaik dibandingkan yang pada triwulan sebelumnya

yang mengalami kontraksi 10,19% (yoy).

Tabel 3.4. Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Provinsi Riau (Rp juta)

Berdasarkan jenis penggunaannya, penyaluran kredit pada triwulan IV 2014

sebagian besar disalurkan kepada sektor produktif yaitu mencapai Rp 32,94 triliun.

Sementara penyaluran pada kredit konsumsi sebesar Rp 19,34 triliun. Komponen

kredit produktif terdiri dari kredit modal kerja dan kredit investasi yang masing-

masing memiliki pangsa sebesar 31,21% dan 31,79% dari total kredit yang

disalurkan.

Pertumbuhan kredit modal kerja mengalami sedikit perlambatan dibandingkan

triwulan sebelumnya yaitu dari 7,99% (yoy) menjadi 5,87% (yoy). Di sisi lain,

pertumbuhan kredit investasi menunjukkan peningkatan dari sebesar 5,01% (yoy)

menjadi 8,05% (yoy). Sementara,kredit konsumsi tercatat mengalami perlambatan

dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 8,49% (yoy) menjadi 7,77% (yoy)

atau sebesar Rp 19,34 triliun.

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

45

Grafik 3.3.Perkembangan Pangsa Kredit Menurut Jenis Penggunaan (%)

Perlambatan pada pertumbuhan Kredit Modal Kerja sebagian besar masih

disumbang oleh subsektor perkebunan kelapa sawit yang tercatat sebesar Rp2,49

triliun yang tumbuh melambat dari 40,54% (yoy) menjadi sebesar 22,18% (yoy).

Selain itu, kontraksi kredit modal kerja pada subsektor perdagangan eceran

berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman dan tembakau juga

mendorong perlambatan penyerapan kredit modal kerja pada triwulan laporan.

Jumlah kredit modal kerja pada subsektor ini tercatat sebesar Rp1,98 triliun atau

tercatat mengalami kontraksi sebesar 14,46% (yoy). Peningkatan kredit investasi

utamanya didorong oleh peningkatan kredit investasi kepada subsector

perkebunan kelapa sawit yang mencapai Rp7,59 triliun atau tumbuh meningkat

dari 14,02% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 14,54% (yoy) pada triwulan IV

2014.

Grafik 3.4. Pertumbuhan Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan (qtq)

Grafik 3.5. Pertumbuhan Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan (yoy)

Realisasi kredit berdasarkan lokasi proyek di Provinsi Riau pada triwulan IV 2014

tumbuh meningkat dibandingkan periode sebelumnya yaitu dari 9,23% (yoy) pada

triwulan III 2014 menjadi 10,29% (yoy). Berdasarkan wilayahnya, penyerapan kredit

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2009 2010 2011 2012 2013 2014

qtq

,%

Modal Kerja (qtq) Investasi (qtq)

Konsumsi (qtq) Total

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

46

paling besar masih terpusat di Kota Pekanbaru yaitu mencapai Rp28,80 triliun,

diikuti oleh Kabupaten Kampar yang mencatatkan serapan kredit hingga Rp8,83

triliun. Penyaluran kredit di Kota Pekanbaru tumbuh stabil yaitu sebesar 7,64%

(yoy). Selanjutnya, penyaluran kredit di Kabupaten Kampar tumbuh 9,38% (yoy),

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 7,15% (yoy). Dilihat

dari pertumbuhannya, penyaluran kredit di Kabupaten Indragiri Hilir mengalami

peningkatan yang signifikan hingga mencapai 239% (yoy) yang utamanya berasal

dari sektor pertanian. Di sisi lain, penyaluran kredit di Kota Dumai kembali

menunjukkan kontraksi yang lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu

sebesar 39,86% (yoy) akibat melambatnya penyaluran kredit sektor perdagangan.

Tabel 3.5. Distribusi Penyaluran Kredit Lokasi Proyek Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Riau (Rp juta)

Total rekening kredit pada bank umum di triwulan IV 2014 berjumlah 512.588

rekening, meningkat 7.148 rekening dibandingkan periode sebelumnya. Berbeda

dibandingkan triwulan sebelumnya, total rekening UMKM pada triwulan IV 2014

lebih besar dibandingkan jumlah rekening non UMKM. Kenaikan jumlah rekening

berasal dari kategori debitur UMKM yang tumbuh sebesar 3,16% (qtq)

dibandingkan periode sebelumnya atau menjadi 257.386 rekening, sedangkan

rekening non-UMKM mengalami penurunan sebesar 0,28% menjadi 255.202

rekening.

Grafik 3.6.Perkembangan Jumlah Rekening Kredit Perbankan

IV I II III IV yoy (%) qtq (%)

1 Pekanbaru 26.757.453 26.520.104 27.742.506 27.885.963 28.802.595 7,64 3,29

2 Bengkalis 3.785.837 3.771.437 3.947.862 3.891.743 4.017.021 6,11 3,22

3 Dumai 8.300.244 8.359.329 6.708.876 5.478.910 4.991.981 (39,86) (8,89)

4 Indragiri Hilir 2.436.017 2.484.726 6.181.447 6.428.477 8.258.084 239,00 28,46

5 Indragiri Hulu 3.775.862 3.702.339 3.904.106 3.942.846 4.174.278 10,55 5,87

6 Rokan Hulu 3.559.387 3.487.928 3.648.069 3.784.887 3.781.254 6,23 (0,10)

7 Rokan Hilir 2.281.114 2.566.084 2.615.149 2.628.794 2.709.162 18,76 3,06

8 Kampar 8.072.888 8.050.638 8.447.262 8.472.008 8.830.210 9,38 4,23

9 Pelalawan 3.328.846 3.253.929 3.531.341 3.233.269 2.697.431 (18,97) (16,57)

10 Siak 3.094.771 3.051.732 3.226.964 3.238.054 3.851.485 24,45 18,94

11 Meranti 347.921 303.975 339.516 345.026 373.667 7,40 8,30

12 Kuantan Singingi 2.020.429 2.034.995 2.098.826 2.111.501 2.244.801 11,11 6,31

67.760.769 67.587.218 72.391.925 71.441.476 74.731.969 10,29 4,61 Jumlah

Pertumbuhan Tw IV-No Kab./Kota

2013 2014

0%

10%

20%30%

40%50%

60%70%

80%

90%

100%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013 2014

UMKM Non-UMKM

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

47

2.1.3.3. Penyaluran Kredit UMKM

Total kredit yang disalurkan kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

oleh bank umum di Provinsi Riau mencapai Rp20,03 triliun pada triwulan IV 2014,

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 13,51% (yoy) menjadi

13,73%(yoy). Porsi kredit yang diserap UMKM dari total kredit yang diberikan bank

umum di Provinsi Riau tercatat stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu

sebesar 38,32%. Penyaluran kredit skala usaha mikro memiliki pertumbuhan

tertinggi pada triwulan IV 2014 yaitu sebesar 25,12% (yoy). Di sisi lain,

perkembangan kredit skala usaha kecil yang memiliki pangsa terbesar kredit UMKM

Riau (37,60%) pada triwulan IV 2014 tercatat melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya.

Selanjutnya, pangsa kredit skala usaha menengah tercatat sebesar 35,43% dengan

nilai kredit mencapai Rp7,1 triliun. Dilihat berdasarkan lokasinya, penyerapan kredit

UMKM di Kota Pekanbaru merupakan yang tertinggi dengan pangsa 57,77% dari

total kredit UMKM yaitu mencapai Rp11,57 triliun. Sementara, perkembangan

kualitas kredit UMKM perlu mendapat perhatian karena meskipun NPL tercatat

membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 5,99% menjadi 5,49%,

namun NPL masih berada di atas batas wajar yang ditentukan BI yaitu sebesar 5%.

Tabel 3.6. Perkembangan Kredit UMKM di Provinsi Riau (Rp juta)

Ket : Kriteria UMKM mengikuti UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

NPL tertinggi pada Kredit UMKM berada pada sektor konstruksi yaitu sebesar

8,53% yang diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 6,46%

dan sektor jasa-jasa sebesar 5,69%. Dilihat dari pangsanya, sektor Perdagangan,

Hotel dan restoran merupakan sektor yang terbesar dalam penyaluran kredit

UMKM di Riau, sehingga tingginya NPL pada kedua sektor tersebut perlu menjadi

perhatian bagi pihak perbankan.

III IV I II III IV Tw III-14 Tw IV-14 qtq, % Pangsa (%)

Mikro 4.287.628 4.317.958 4.424.699 5.210.241 4.940.401 5.402.536 15,22 25,12 9,35 26,97

Kecil 6.566.675 6.912.290 7.030.433 7.279.402 7.669.811 7.531.647 16,80 8,96 (1,80) 37,60

Menengah 6.490.190 6.384.535 6.639.789 7.263.815 7.077.558 7.098.507 9,05 11,18 0,30 35,43

Kredit MKM 17.344.493 17.614.783 18.094.921 19.753.458 19.687.770 20.032.690 13,51 13,73 1,75 100,00

NPL MKM 5,38% 4,83% 5,13% 5,82% 5,99% 5,49%

Total Kredit 47.548.033 48.745.468 48.487.679 50.668.252 50.978.867 52.283.437

(% terhadap Total Kredit) 36,48% 36,14% 37,32% 38,99% 38,62% 38,32%

yoy,% Tw IV- 2014 Skala Usaha

2013 2014

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

48

Tabel 3.7. NPLs Kredit UMKM di Provinsi Riau Tw IV 2014 Menurut Sektor Ekonomi

Dilihat secara sektoral, penyerapan kredit UMKM masih didominasi oleh sektor

perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa mencapai 43,12% dari total

kredit UMKM. Subsektor yang memiliki porsi kredit terbesar adalah subsektor

perdagangan eceran berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman

dan tembakau, yaitu mencapai Rp2,32 triliun. Selanjutnya sektor pertanian juga

menyerap kredit UMKM dalam jumlah yang besar yaitu sebesar Rp6,59 triliun

(pangsa 32,89%) pada triwulan IV 2014 dengan porsi terbesar adalah kredit

subsektor perkebunan kelapa sawit yaitu mencapai Rp 5,75 triliun.

Tabel 3.8. Sebaran Kredit UMKM menurut Sektor Ekonomi (Rp juta)

Porsi kredit yang diberikan kepada UMKM paling besar diserap dalam bentuk kredit

modal kerja yaitu mencapai Rp11,80 triliun (pangsa 58,92%). Sementara jumlah

kredit UMKM yang disalurkan dalam bentuk kredit investasi pada triwulan IV 2014

mencapai Rp8,23 triliun (pangsa 41,08%). Penyerapan kredit investasi memiliki

pertumbuhan yang meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari

11,88% (yoy) menjadi 12,64% (yoy). Di sisi lain penyaluran kredit modal kerja

tumbuh relatif stabil yaitu sebesar 14,50% (yoy). Secara umum, pertumbuhan

Sektor ekonomi NPL (%)

Pertanian 3,87

Pertambangan 4,34

Industri Pengolahan 3,33

Listrik, Gas dan Air 1,53

Konstruksi 8,53

Perdagangan Hotel dan Restoran 6,46

Pengangkutan, Pergudangan dan Komunikasi 5,34

Jasa-jasa 5,69

Lain-lain 5,87

Total 5,49

III IV I II III IV Tw III-2014 Tw IV-2014

1 Pertanian 5.123.883 5.347.401 5.538.770 6.137.287 6.351.038 6.589.237 23,95 23,22 32,89

2 Pertambangan 92.032 102.510 102.663 95.482 103.340 127.905 12,29 24,77 0,64

3 Perindustrian 294.894 290.038 306.847 330.424 349.239 393.370 18,43 35,63 1,96

4 Listrik, Gas dan Air 11.898 11.587 99.833 103.551 85.721 112.589 620,47 871,67 0,56

5 Konstruksi 909.977 915.573 862.249 1.076.985 1.121.439 1.137.332 23,24 24,22 5,68

6 Perdag., Resto. & Hotel 8.248.008 8.291.906 8.381.922 8.740.109 8.614.234 8.638.755 4,44 4,18 43,12

7 Pengangkutan, Pergud. 753.635 778.492 862.778 954.817 789.588 748.616 4,77 (3,84) 3,74

8 Jasa-jasa 1.909.171 1.875.077 1.934.210 2.189.297 2.208.914 2.198.666 15,70 17,26 10,98

9 Lain-lain 996 2.200 5.649 125.506 64.256 86.221 6.353,53 3.820,00 0,43

17.344.493 17.614.783 18.094.921 19.753.458 19.687.770 20.032.690 13,51 13,73 100,00

Pangsa Tw IV-

2014 (%)

2013 yoy (%)2014

Jumlah

No. Sektor Ekonomi

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

49

kredit UMKM tercatat lebih tinggi dari pertumbuhan kredit perbankan secara

umum.

Tabel 3.9. Sebaran Kredit UMKM menurut Jenis Penggunaan (Rp juta)

Jumlah rekening kredit UMKM pada bank umum di Provinsi Riau pada triwulan IV

2014 mengalami kenaikan sebesar 7.875 rekening sehingga jumlahnya meningkat

dari 249.511 rekening menjadi 257.386 rekening. Peningkatan rekening kredit

UMKM tersebut memperlihatkan perluasan askes keuangan dan layanan

perbankan terhadap UMKM di Provinsi Riau semakin membaik.

2.1.3.4. Kelonggaran Tarik (Undisbursed Loan)

Jumlah kredit yang belum dicairkan atau Undisbursed Loan triwulan IV 2014

mencapai Rp5,04 triliun meningkat tinggi sebesar16,62% (yoy). Porsi Undisbursed

Loan di Provinsi Riau mencapai 9,63% dari total kredit yang diberikan bank umum

Provinsi Riau. Pertumbuhan Undisbursed Loan bank umum di Provinsi Riau baik

milik pemerintah maupun milik swasta tercatat meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya, yaitu masing-masing tumbuh menjadi 35,96% (yoy) dan 7,51% (yoy).

Pangsa terbesar Undisbursed Loan masih berada di bank milik swasta.

Grafik 3.7. Perkembangan Undisbursed Loan Bank Umum di Riau

III IV I II III IV Tw III-2014 Tw IV-2014

Investasi 7.224.688 7.305.573 7.631.556 8.307.849 8.083.107 8.228.757 11,88 12,64

Modal Kerja 10.119.805 10.309.210 10.463.366 11.445.609 11.604.663 11.803.933 14,67 14,50

Kredit UMKM 17.344.493 17.614.783 18.094.921 19.753.458 19.687.770 20.032.690 13,51 13,73

Total Kredit Perbankan 47.548.033 48.745.468 48.487.679 50.668.252 50.978.867 52.283.437 7,22 7,26

yoy (%)Keterangan

2013 2014

0,00

1,00

2,00

3,00

4,00

5,00

6,00

Tw I 11 Tw II11

Tw III11

Tw IV11

Tw I 12 Tw II12

Tw III12

Tw IV12

Tw I 13 Tw II-13

Tw III-13

Tw IV-13

Tw I-14 Tw II-14

Tw III-14

Tw IV-14

Pemerintah 1,72 1,50 1,57 1,83 1,88 1,67 1,62 1,41 1,32 1,31 1,62 1,38 1,64 1,52 1,87 1,88

Swasta 1,65 1,97 2,19 2,00 2,01 1,96 2,24 2,34 2,44 2,69 3,12 2,94 2,85 3,07 3,21 3,16

Total 3,36 3,47 3,77 3,83 3,89 3,63 3,86 3,75 3,76 4,01 4,74 4,32 4,49 4,60 5,08 5,04

Rp Triliun

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

50

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit modal kerja mendominasi porsi undisbursed

loan pada bank umum. Total undisbursed loan dalam bentuk kredit modal kerja

mencapai Rp3,82 triliun, atau 75,89% dari total undisbursed loan di bank umum.

Secara sektoral, undisbursed loan terbesar berada di sektor perdagangan yaitu

mencapai Rp1,59 triliun, utamanya berasal dari subsektor perdagangan eceran

berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman dan tembakau yang

mencapai Rp169,29 miliar. Subsektor perkebunan kelapa sawit juga memiliki

undisbursed loan yang tinggi yaitu hingga sebesar Rp 513,1 miliar. Tingginya angka

Undisbursed Loan tersebut diperkirakan akibat dari pencairan kredit yang dilakukan

secara bertahap, sehingga kredit yang diberikan bank belum digunakan seluruhnya

oleh para pelaku usaha.

2.1.3.5. Risiko Kredit

NPLs kredit bank umum pada periode pelaporan menunjukkan penurunan

dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 3,57% menjadi 3,23%. Tingkat NPL

kredit bank umum yang menurun menunjukkan membaiknya kualitas kredit yang

disalurkan bank umum di Provinsi Riau dalam kurun waktu 3 bulan terakhir.

Grafik 3.8. Perkembangan NPL Gross di Provinsi Riau

Dilihat dari sektor ekonominya, NPL tertinggi masih dialami oleh sektor konstruksi

yaitu sebesar 7,64%, meningkat dibandingkan triwulan III 2014 yang sebesar

7,27%. Tingginya NPL pada sektor konstruksi utamanya didorong oleh kredit

bermasalah pada sektor konstruksi di Kota Pekanbaru. Subsektor penyiapan lahan

lainnya tercatat memberikan porsi kredit bermasalah tertinggi dari total NPL di

sektor konstruksi Kota Pekanbaru.

1,50

2,00

2,50

3,00

3,50

4,00

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

Tw I11

Tw II11

Tw III11

TwIV 11

Tw I12

Tw II12

Tw III12

TwIV 12

Tw I13

Tw II13

Tw III13

TwIV 13

Tw I14

Tw II14

Tw III14

TwIV14

%Rp miliar

Kurang Lancar Diragukan Macet NPLs (kanan)

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

51

Beberapa sektor lain yang memiliki NPL cukup tinggi pada periode laporan ini

adalah sektor perdagangan sebesar 5,36% dan sektor jasa sosial masyarakat

sebesar 4,18%, namun untuk kedua sektor tersebut angka NPL yang tercatat

menunjukkan perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Tabel 3.10. NPLs Per Sektor Ekonomi di Provinsi Riau

Berdasarkan Kab/Kota, Kabupaten Indragiri Hilir tercatat memiliki NPL tertinggi

yaitu 9,03%, dan menunjukkan tren yang cenderung meningkat dalam kurun

waktu empat tahun terakhir. Secara sektoral, NPL di Kabupaten Indragiri Hilir

berasal dari sektor perdagangan yang didominasi oleh subsektor perdagangan

eceran berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman dan

tembakau. Sementara dilihat dari jenis penggunaannya, mayoritas NPL berasal dari

kredit konsumsi.

Tabel 3.11. NPLs Berdasarkan Kota/Kabupaten di Provinsi Riau

Selanjutnya, NPL yang cukup tinggi juga dialami Kabupaten Rokan Hilir yang

tercatat sebesar 4,92%, namun membaik dibandingkan periode sebelumnya. NPL

juga didorong oleh Sektor Perdagangan besar dan Eceran yang didominasi oleh

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV

1 Pertanian 2,73% 2,78% 3,08% 2,66% 2,82% 2,65% 2,53% 2,34%

2 Pertambangan 0,60% 0,42% 0,32% 0,36% 1,71% 1,68% 2,24% 1,56%

3 Perindustrian 1,09% 1,10% 1,09% 0,64% 0,74% 0,76% 0,77% 0,66%

4 Listrik 0,54% 0,20% 0,26% 0,16% 0,17% 1,54% 1,57% 1,43%

5 Konstruksi 7,91% 6,61% 6,00% 5,95% 6,54% 7,94% 7,27% 7,64%

6 Perdagangan 4,33% 4,31% 4,78% 4,33% 4,90% 5,47% 5,82% 5,36%

7 Pengangkutan 0,52% 1,87% 2,48% 2,97% 3,21% 2,83% 3,23% 3,02%

8 Jasa Dunia Usaha 2,51% 2,59% 3,91% 3,66% 4,85% 4,46% 4,61% 4,14%

9 Jasa Sosial Masy. 4,65% 4,80% 5,48% 4,44% 3,94% 4,47% 4,56% 4,18%

10 Lain-lain 2,94% 2,75% 2,80% 2,32% 2,57% 2,70% 2,61% 2,24%

3,21% 3,19% 3,48% 3,06% 3,32% 3,54% 3,57% 3,23%Total

No. Sektor Ekonomi20142013

I II III IV

Kota Pekanbaru 2,10% 2,92% 2,95% 3,22% 3,35% 3,43% 3,17%

Kota Dumai 1,58% 2,25% 2,95% 3,10% 4,06% 4,26% 3,53%

Kab. Bengkalis 1,89% 3,68% 3,04% 3,47% 4,26% 4,22% 3,77%

Kab. Indragiri Hulu 1,09% 3,24% 5,49% 5,64% 5,41% 5,57% 4,33%

Kab. Indragiri Hilir 1,29% 6,09% 7,86% 8,54% 8,93% 9,50% 9,03%

Kab. Kampar 1,04% 1,60% 1,40% 2,06% 2,25% 2,10% 1,80%

Kab. Rokan Hulu 1,97% 2,23% 1,81% 2,35% 3,16% 3,13% 2,78%

Kab. Rokan Hilir 4,47% 6,73% 5,94% 6,38% 6,59% 6,07% 4,92%

Kab. Pelalawan 0,90% 0,55% 1,27% 1,28% 1,52% 1,24% 0,99%

Kab. Siak 1,46% 1,43% 1,38% 1,39% 1,60% 1,54% 1,57%

Kab. Kuantan Singingi 0,92% 1,11% 2,58% 2,27% 2,05% 1,84% 1,68%

Kab. Kep. Meranti 1,52% 1,63% 1,68% 2,44% 1,92% 1,42%

JUMLAH 2,35% 2,89% 3,06% 3,32% 3,54% 3,57% 3,23%

Lokasi 2011 2012 20132014

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

52

subsektor perdagangan eceran berbagai macam barang yang didominasi makanan,

minuman dan tembakau.

2.1.4. Dana Pihak Ketiga

Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum di provinsi Riau pada triwulan IV tercatat

tumbuh sebesar 15,52% (yoy) menjadi Rp64,14 triliun, meningkat jika

dibandingkan triwulan III yang tumbuh sebesar 11,44 % (yoy). Komponen DPK

yang memiliki pangsa terbesar adalah tabungan yaitu sebesar 45,96% yang

kemudian diikuti dengan deposito dan giro yang memiliki pangsa masing-masing

sebesar 32,65% dan 21,40%. Komponen giro dan deposito tumbuh meningkat

pada triwulan IV 2014 masing-masing sebesar 3,20% (yoy) dan 53,56% (yoy),

sedangkan komponen tabungan tumbuh melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yaitu sebesar 3,11% (yoy). Namun secara triwulanan komponen DPK

bank umum di Provinsi Riau memiliki pertumbuhan yang melambat. Hal ini tidak

terlepas dari komponen giro yang kembali mengalami penurunan sebesar 7,45%

(qtq) dan deposito turun 0,13% (qtq) meskipun tabungan tumbuh meningkat

sebesar 6,86% (qtq).

Tabel 3.12. Perkembangan DPK di Provinsi Riau (Rp miliar)

Berdasarkan kepemilikannya, perlambatan dalam pertumbuhan DPK secara

triwulanan didorong oleh penurunan dana milik pemerintah sebesar 29,78% (qtq).

Penurunan ini disumbang utamanya oleh penurunan dana milik pemerintah daerah

yang memiliki pangsa 82,86% dari total dana milik pemerintah. Dana milik

pemerintah daerah pada triwulan IV 2014 mengalami penurunan sebesar 31,36%

(qtq), meskipun secara tahunan meningkat 46,95% (yoy).

Disisi lain, dana milik sektor swasta mengalami peningkatan sebesar 5,07% (yoy)

dan 29,88% (qtq). Kenaikan dana milik sektor swasta didorong oleh kenaikan dana

milik perusahaan swasta sebesar 5,69% (yoy) dan 31,83% (qtq). Dana milik

I II III IV I II III IV yoy qtq

1 Giro 15.784 16.721 15.833 13.298 12.557 16.864 14.828 13.724 3,20 (7,45)

2 Tabungan 23.838 23.861 25.714 28.588 27.364 26.937 27.587 29.478 3,11 6,86

3 Deposito 13.132 15.408 15.332 13.638 14.546 16.995 20.969 20.941 53,56 (0,13)

a. s.d 3 bln 9.902 12.562 12.572 10.749 11.081 13.519 17.344 16.841 56,68 (2,90)

b. > 3-6 bln 1.745 1.667 1.470 1.610 1.925 1.552 1.566 1.692 5,09 8,02

c. > 6-12 bln 1.201 994 1.085 935 1.139 1.692 1.827 1.878 100,90 2,80

d. > 12 bln 284 184 205 344 400 232 232 531 54,16 128,76

52.754 55.990 56.878 55.524 54.466 60.795 63.384 64.143 15,52 1,20

Pertumbuhan (%) Tw IV 2014

Total DPK

No Komponen DPK2013 2014

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

53

perorangan tumbuh stabil dibandingkan periode sebelumnya yaitu mencapai

11,87% (yoy) dan 7,88% (qtq), yang utamanya didorong oleh peningkatan

deposito dan tabungan. Kondisi ini mengindikasikan bahwa tingkat suku bunga

saat ini cukup menarik bagi masyarakat, sehingga jumlah dana yang dihimpun

perbankan meningkat.

Tabel 3.13. Perkembangan DPK di Provinsi Riau Menurut Kepemilikan (Rp juta)

Total rekening dana bank umum Provinsi Riau pada triwulan IV mencapai

3.685.168 rekening meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat

berjumlah 3.613.045. Jumlah rekening dana tumbuh sebesar 6,67% (yoy),

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 14,62% (yoy).

Peningkatan jumlah rekening dana Provinsi Riau pada triwulan IV berasal dari

pembukaan 69.054 rekening tabungan, 2.581 rekening deposito, dan 488

rekening giro. Dilihat dari pertumbuhannya, pembukaan rekening deposito

memiliki pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 11,80% (yoy), diikuti dengan

tabungan sebesar 6,70% (yoy) dan giro sebesar 1,57% (yoy).Peningkatan jumlah

rekening dana yang juga searah dengan peningkatan DPK di bank umum

menunjukkan bahwa tingkat suku bunga perbankan saat ini dipandang prospektif

oleh masyarakat. Selain itu, hal ini juga menunjukkan adanya peningkatan inklusi

keuangan di Provinsi Riau.

IV III IV I II III IV yoy qtq

9.105.668 13.204.736 7.345.905 8.093.251 14.316.253 15.444.957 10.845.951 47,65 -29,78

1 Pemerintah Pusat 388.934 366.284 272.111 389.211 362.380 349.443 245.328 -9,84 -29,79

2 Pemerintah Daerah 7.794.785 11.975.709 6.115.631 6.655.970 12.084.807 13.093.248 8.986.882 46,95 -31,36

3 Badan/ Lembaga Pemerintah 119.414 107.994 58.409 109.858 96.784 112.106 55.851 -4,38 -50,18

4 Badan Usaha Milik Negara 704.665 569.608 780.138 780.654 1.723.426 1.837.297 1.485.439 90,41 -19,15

5 Badan Usaha Milik Daerah 97.870 185.141 119.616 157.558 48.857 52.863 72.451 -39,43 37,05

8.557.573 7.186.205 8.863.838 7.398.097 7.361.210 7.170.852 9.313.249 5,07 29,88

6 Perusahaan Asuransi 109.135 110.889 112.587 114.652 100.800 103.120 118.861 5,57 15,26

7 Perusahaan Swasta 7.504.515 6.290.914 7.797.562 6.428.695 6.483.030 6.251.271 8.241.175 5,69 31,83

8 Yayasan dan Badan Sosial 771.308 627.435 769.038 671.376 606.358 650.475 767.233 -0,23 17,95

9 Koperasi 159.213 145.290 172.191 169.698 166.776 162.624 185.980 8,01 14,36

10 Lainnya 13.402 11.678 12.459 13.676 4.246 3.362 2.953 -76,30 -12,17

34.579.298 36.487.409 39.314.143 38.974.939 39.117.748 40.768.025 43.980.711 11,87 7,88

52.242.540 56.878.350 55.523.886 54.466.287 60.795.211 63.383.834 64.139.911 15,52 1,19

Pertumbuhan (%)2012 2013 2014

Jumlah

Sektor Swasta

Sektor Pemerintah

Perorangan

No Kepemilikan

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

54

Grafik 3.9. Perkembangan Jumlah Rekening Dana

Berdasarkan Kota/Kabupaten, Kota Pekanbaru masih merupakan daerah yang

menyerap DPK terbesar pada triwulan IV 2014 yaitu sebesar Rp 34,96 triliun atau

54,51% dari total DPK di Propinsi Riau, namun DPK Kota Pekanbaru tumbuh

melambat yaitu sebesar 1,08% (yoy) jika dibandingkan triwulan III 2014 yang

tumbuh 14,30% (yoy). Jika dilihat secara triwulanan DPK Kota Pekanbaru

mengalami kontraksi sebesar 11,44% (qtq). Adapun pertumbuhan yang meningkat

dari DPK Provinsi Riau didorong salah satunya oleh Kabupaten Bengkalis yang

merupakan pangsa DPK terbesar kedua di Provinsi Riau. DPK Kabupaten Bengkalis

meningkat secara signifikan sebesar 56,99% (yoy) menjadi Rp 6,73 triliun di

Triwulan IV 2014. Kabupaten Rokan Hulu masih menjadi lokasi dengan

pertumbuhan penghimpunan dana tertinggi yaitu tumbuh meningkat hingga

145,88%, namun pangsa DPK di Kabupaten Rokan Hulu masih merupakan yang

terendah setelah Kabupaten Meranti dan Kuantan Singingi.

Tabel 3.14. Penghimpunan DPK Berdasarkan Kota/Kabupaten di Provinsi Riau

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

Giro 56.973 57.747 58.671 59.227 60.831 60.944 61.917 62.101 63.878 62.582 62.585 63073

Tabungan 2.411.87 2.526.52 2.668.86 2.688.79 2.849.17 2.881.76 3.046.48 3.346.94 3.467.061 3.461.02 3.502.26 3571323

Deposito 43.568 42.853 43.054 44.051 244.664 43.458 43.886 45.413 47.369 46.811 48.191 50772

Total 2.512.41 2.627.12 2.770.59 2.792.06 3.154.67 2.986.17 3.152.28 3.454.46 3.578.30 3.570.41 3.613.04 3.685.16

-

500.000

1.000.000

1.500.000

2.000.000

2.500.000

3.000.000

3.500.000

4.000.000

I II III IV I II III IV III-2014 IV-2014 IV-2014

1 Pekanbaru 31.914.153 33.275.692 34.538.207 34.589.115 34.593.620 37.838.302 39.478.858 34.962.196 14,30 1,08 54,51

2 Bengkalis 4.808.789 5.283.058 5.275.732 4.286.310 3.999.920 4.871.172 4.918.565 6.729.011 (6,77) 56,99 10,49

3 Dumai 4.273.823 4.318.030 4.653.006 4.905.930 4.650.967 4.732.253 4.910.925 4.038.655 5,54 (17,68) 6,30

4 Indragiri Hilir 1.976.805 2.121.300 2.085.913 1.993.557 2.171.498 2.202.073 2.153.477 2.562.969 3,24 28,56 4,00

5 Indragiri Hulu 2.174.236 2.310.321 2.208.729 2.153.659 2.033.563 2.210.084 2.298.624 2.436.551 4,07 13,14 3,80

6 Kampar 1.138.308 1.170.466 1.216.432 1.393.224 1.086.369 1.427.954 1.374.764 2.063.726 13,02 48,13 3,22

7 Rokan Hulu 611.784 643.119 584.694 664.798 744.830 904.385 888.629 1.634.629 51,98 145,88 2,55

8 Rokan Hilir 1.633.183 1.972.962 1.673.537 1.308.436 1.206.136 1.649.956 1.867.377 2.942.892 11,58 124,92 4,59

9 Kuantan Singingi 907.579 992.020 970.529 915.030 897.188 1.088.802 1.091.527 1.249.041 12,47 36,50 1,95

10 Meranti 671.168 790.035 687.035 743.045 640.059 747.813 868.088 717.435 26,35 (3,45) 1,12

11 Siak 1.598.446 1.946.899 1.769.969 1.505.950 1.399.299 1.892.753 2.110.305 2.729.403 19,23 81,24 4,26

12 Pelalawan 1.045.494 1.166.168 1.214.567 1.064.832 1.042.836 1.229.665 1.422.696 2.076.579 17,14 95,01 3,24

52.753.768 55.990.071 56.878.350 55.523.886 54.466.285 60.795.211 63.383.834 64.143.087 11,44 15,52 100,00

Pangsayoy,%2013 2014

No.

Jumlah

Kab./Kota

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

55

2.1.5. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR)

Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum di Provinsi Riau pada triwulan laporan

tercatat mengalami peningkatan dari 80,43% pada triwulan III 2014 menjadi

81,78%. Peningkatan LDR tersebut tidak terlepas dari peningkatan nilai kredit yang

lebih besar pada triwulan IV 2014 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Sejalan dengan hal tersebut LDR berdasarkan lokasi proyek juga mengalami

peningkatan dibandingkan periode sebelumnya yaitu dari 112,71% pada triwulan

III 2014 menjadi 116,51%. Namun demikian, LDR berdasarkan lokasi proyek di

Provinsi Riau lebih tinggi dibanding angka LDR nasional yang tercatat sebesar

91,98%.

Grafik 3.10. Perkembangan LDR Di Provinsi Riau

Ket : LDR1 = LDR berdasarkan kredit lokasi proyek *) Data s.d. Agustus 2014

2.1.6. Profitabilitas

2.1.6.1. Spread Bunga

Suku bunga rata-rata tertimbang kredit bank umum di Provinsi Riau pada triwulan

IV 2014 relatif stabil dibandingkan triwulan III 2014, sementara suku bunga dana

mengalami peningkatan. Suku bunga tertimbang kredit bank umum menurun tipis

yaitu sebesar 3 bps menjadi13,28%, sedangkan untuk suku bunga tertimbang

dana dengan acuan suku bunga deposito 3 bulan meningkat sebesar 80 bps dari

level 7,63% di triwulan III 2014 menjadi 8,43% pada triwulan laporan.

Terdapatnya peningkatan suku bunga dana yang cukup besar bila dibandingkan

dengan suku bunga kredit yang relatif stabil pada triwulan IV 2014 menyebabkan

Tw I-11 Tw II-11Tw III-

11Tw IV-

11Tw I-12 Tw II-12

Tw III-12

Tw IV12

Tw I 13 Tw II 13 Tw III 13Tw IV

13Tw I 14 Tw II 14 Tw III 14 Tw IV14

LDR 75.2% 75.9% 76.5% 80.3% 77.2% 80.1% 78.3% 83.2% 83.60% 83.14% 83.60% 87.79% 89.02% 83.34% 80.43% 81.78%

LDR1*) 114.0% 112.1% 113.7% 113.7% 108.5% 111.0% 111.4% 114.9% 115.00% 113.68% 114.99% 120.12% 123.05% 119.08% 112.71% 115.06%

Nasional* 77.2% 80.0% 81.7% 79.0% 80.8% 83.4% 84.36% 84.53% 85.94% 88.38% 89.92% 90.61% 91.39% 91.15% 91.35% 91.98%

0.0%

20.0%

40.0%

60.0%

80.0%

100.0%

120.0%

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

56

margin yang diterima perbankan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu

dari level 5,68% menjadi 4,85%.

Peningkatan suku bunga dana pada triwulan IV 2014 diperkirakan terkait dengan

kebijakan Bank Indonesia yang menaikkan BI rate dari 7,50% menjadi 7,75% pada

pertengahan November 2014. Sedangkan stabilnya suku bunga kredit pada

triwulan IV 2014 diperkirakan karena suku bunga kredit telah mencapai level yang

cukup tinggi serta sebagai upaya bank untuk menghindari perlambatan laju

pertumbuhan kredit.

Grafik 3.11. Perkembangan Suku Bunga Rata-Rata Tertimbang Kredit

dan Deposito3 Bulan

2.1.6.2. Pendapatan dan Beban Bunga

Total pendapatan bunga yang dihasilkan bank umum di Provinsi riau pada triwulan

IV 2014 tumbuh 10,01% (yoy) meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 10,28% (yoy). Perlambatan pendapatan bunga bank

umum utamanya masih berasal dari kredit yang memiliki pangsa sebesar 78% dari

total pendapatan bunga. Pendapatan bunga dari kredit bank umum tumbuh

melambat dari 10,83% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 9,22% (yoy) pada

triwulan laporan. Perlambatan pendapatan bunga kredit tidak terlepas dari suku

bunga kredit yang peningkatannya relatif terbatas.Komposisi pendapatan bunga

utamanya masih berasal dari pendapatan bunga kredit dan diikuti oleh SBI dan

surat berharga.

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00

14,00

16,00

18,00

20,00

%

Margin Kredit Deposito 3 bulan BI rate

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

57

Grafik 3.12. Komposisi Pendapatan Bunga (Rp miliar)

Di sisi lain beban bunga bank umum di Provinsi Riau justru mengalami sedikit

peningkatan dilihat dari pertumbuhan tahunan yaitu dari 26,71% (yoy) di triwulan

III 2014 menjadi 27,50% (yoy) di triwulan IV 2014, namun melambat secara

triwulanan yaitu dari 18,47% (qtq) menjadi 5,07% (qtq). Beban bunga pada

deposito masih memiliki pangsa tertinggi yaitu sebesar 42,33% diikuti oleh

tabungan sebesar 13,64%. Jika dilihat secara lebih rinci beban bunga baik pada

deposito dan tabungan tumbuh melambat. Beban bunga deposito melambat dari

66,58% (yoy) di triwulan III 2014 menjadi 56,80% (yoy) di triwulan, sedangkan

beban bunga tabungan dari 30,35% (yoy) menjadi 21,11% (yoy). Di sisi lain beban

bunga giro mengalami penurunan sebesar 5,07% (yoy) pada triwulan IV 2014.

Grafik 3.13. Komposisi Beban Bunga (Rp miliar)

Meskipun pertumbuhan beban bunga lebih tinggi dari pertumbuhan pendapatan

bunga, jumlah pendapatan bunga bersih pada triwulan laporan tercatat meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya meskipun terbatas. Pendapatan bunga bersih

bank umum pada triwulan IV 2014 tercatat sebesar Rp 1,20 triliun dari Rp 1,19

triliun pada triwulan sebelumnya.

Tw II10

Tw III10

Tw IV10

Tw I11

Tw II11

Tw III11

Tw IV11

Tw I12

Tw II12

Tw III12

Tw IV12

Tw I13

Tw II13

Tw III13

Tw IV13

Tw I14

TW II14

Tw III14

Tw IV2014

Lainnya 85,7 81,9 86,0 100,4 103,3 110,3 140,4 89,8 84,8 86,0 123,7 99,9 554,7 372,6 351,1 279,9 305,7 394,0 396,0

Antar Bank 45,3 47,4 42,3 28,0 40,6 43,5 34,9 21,3 43,2 47,6 51,9 51,8 63,7 77,1 80,19 33,20 67,13 74,18 83,81

Kredit 994,0 1.048 1.072 1.103 1.115 1.223 1.257 1.243 1.361 1.432 1.464 1.471 1.488 1.572 1.654 1.652 1.657 1.742 1.807

SBI dan surat berharga 30,7 25,1 25,8 36,1 42,7 50,4 55,1 40,5 39,9 42,5 34,6 15,9 30,6 15,6 19,88 17,49 21,04 36,18 29,72

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Tw I 10Tw II

10Tw III

10Tw IV

10Tw I-11

Tw II-11

Tw III-11

Tw IV-11

Tw I-12Tw II-

12Tw III-

12Tw IV-

12Tw I-13

Tw II-13

Tw III-13

Tw IV-13

Tw I-14Tw II-

14Tw III-

14Tw IV-

14

Lainnya 72,72 77,42 88,34 83,19 113,1 110,3 114,0 125,6 101,9 110,2 92,97 102,6 151,3 551,5 336,1 319,0 292,7 225,5 342,7 346,6

Antar Bank 38,02 43,71 44,76 39,83 23,51 16,62 23,25 11,79 7,04 6,13 8,03 8,66 10,29 12,55 29,69 36,68 30,12 59,83 51,28 68,20

Tabungan 107,9 102,8 109,3 116,5 125,0 128,9 133,5 129,0 124,3 110,3 111,4 114,2 115,2 114,3 116,6 125,2 125,7 167,4 152,0 151,6

Deposito 144,7 174,1 160,1 165,3 157,1 193,2 211,7 222,5 206,0 220,2 207,2 207,9 193,6 209,3 254,1 300,1 262,9 348,4 423,2 470,6

Giro 45,32 55,64 57,04 56,06 61,65 63,20 68,20 69,17 66,35 79,24 94,41 98,37 86,81 111,7 98,51 90,98 75,53 92,00 88,89 74,75

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

58

Grafik 3.14. Perkembangan Pendapatan, Beban Bunga serta Pendapatan Bunga Bersih

Bank Umum di Riau

2.2. Perbankan Syariah

Kinerja perbankan syariah pada triwulan IV 2014 di Provinsi Riau menunjukkan

penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan aset, dan dana masih

menunjukkan arah negatif dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, namun

pembiayaan masih tercatat tumbuh positif serta meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya. Pada triwulan IV 2014 aset perbankan syariah kontraksi sebesar 4,34%

(yoy) sehingga menjadi Rp 4,89 triliun. Share asset bank umum syariah terhadap aset

perbankan secara keseluruhan pada triwulan IV 2014 di Provinsi Riau adalah sebesar

5,63%, turun jika dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya yang mencapai

5,85%. Jumlah bank syariah maupun kantor cabang bank syariah di Provinsi Riau

tidak berubah dibandingkan dengan periode yang lalu, tercatat beroperasi 13 bank

syariah di lingkup wilayah Provinsi Riau yaitu11 bank umum dan 2 BPR.

Tabel 3.15. Indikator Kinerja Utama PerbankanSyariah di Provinsi Riau (Rp juta)

Penurunan aset didorong oleh penurunan dana yang dihimpun sebesar 5,71% (yoy)

sehingga jumlahnya menjadi Rp3,49 triliun. Di sisi lain pembiayaan syariah hanya

mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,56% (yoy). Penurunan dana yang dihimpun

yang diikuti dengan peningkatan kredit menyebabkan FDR meningkat dibandingkan

triwulan sebelumnya dari 95,48%menjadi 99,23%. Kualitas pembiayaan juga

400

500

600

700

800

900

1.000

1.100

1.200

1.300

0

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

1.600

1.800

2.000

2.200

Tw

I 0

9

Tw

II

09

Tw

III

09

Tw

IV

09

Tw

I 1

0

Tw

II

10

Tw

III

10

Tw

IV

10

Tw

I-1

1

Tw

II-

11

Tw

III

-11

Tw

IV

-11

Tw

I-1

2

Tw

II-

12

Tw

III

-12

Tw

IV

-12

Tw

I-1

3

Tw

II-

13

Tw

III

-13

Tw

IV

-13

Tw

I-1

4

Tw

II-

14

Tw

III

-14

Tw

IV

-14

Juta

Rp

Juta

Rp

Beban Bunga

Pendapatan Bunga

NII (RHS)

I II III IV I II III IV yoy qtq

1 Jumlah Bank 12 12 13 13 13 13 13 13

2 Aset 4.640.850 5.027.412 5.421.995 5.112.961 5.118.736 5.150.121 5.133.283 4.891.004 -4,34 -4,72

3 DPK 3.568.478 3.675.883 3.939.521 3.705.550 3.819.126 3.751.134 3.600.116 3.493.835 -5,71 -2,95

4 Pembiayaan 3.047.067 3.260.505 3.362.977 3.347.598 3.324.491 3.411.590 3.437.477 3.466.839 3,56 0,85

5 NPF 4,40% 3,89% 4,38% 4,01% 4,76% 5,25% 5,04% 4,70%

6 FDR 85,39% 88,70% 85,37% 90,34% 87,03% 90,95% 95,48% 99,23%

No. Keterangan2013 2014

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

59

menunjukkan perbaikan yang dilihat dari NPF yang menurun pada triwulan laporan

namun masih berada pada level yang mengkhawatirkan.

Berdasarkan penggunaannya, pembiayaan konsumsi masih memiliki pangsa tertinggi

dibandingkan jenis kredit penggunaan lain yaitu mencapai 47,51% dari total kredit

yang disalurkan perbankan syariah. Pembiayaan konsumsi pada triwulan IV 2014

tumbuh 11,94% hingga mencapai sebesar Rp 1,65 triliun. Sementara itu sektor

produktif yang terdiri dari modal kerja dan investasi memiliki pangsa masing-masing

sebesar 26,01% dan 26,48% dari total kredit perbankan syariah. Dari sisi

pertumbuhannya, kedua jenis pembiayaan sektor produktif ini tercatat mengalami

kontraksi pada triwulan IV 2014 yaitu sebesar 1,85% untuk kredit modal kerja dan

4,12% untuk kredit investasi. Posisi pembiayaan modal kerja untuk perbankan

syariah di Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 mencapai Rp901,96 miliar, sedangkan

untuk pembiayaan investasi mencapai Rp918,19 miliar.

Peningkatan penyaluran pembiayaan secara sektoral didorong oleh sektor konstruksi,

sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor pertanian, masing-masing

tercatat tumbuh 61,32% (yoy), 39,20% (yoy), dan 23,20% (yoy). Ketiga sektor

tersebut masih menjadi sektor dengan pangsa terbesar pada pembiaayan oleh

perbankan syariah. Pada triwulan IV 2014 sektor pertanian tercatat menyerap

pembiayaan sebesar Rp 458,66 miliar, atau sebesar 13,23% dari total pembiayaan

bank umum syariah. Selanjutnya, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor

konstruksi mencatat penyerapan pembiayaan masing-masing sebesar Rp399,48

miliar dan Rp312,07 miliar.

2.3. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR/S)

Secara umum, kegiatan usaha BPR/S pada triwulan laporan juga menunjukkan

perkembangan yang cukup baik. Kondisi ini tercermin dari pertumbuhan yang

meningkat baik dari sisi aset, dana, maupun jumlah kredit yang disalurkan oleh

perbankan syariah dibandingkan dengan triwulan III 2014. Jumlah BPR/S yang

beroperasi di Provinsi Riau tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan

sebelumnya, yaitu sebanyak 35 BPR/S.

Pada triwulan laporan, aset BPR/S tercatat tumbuh meningkat dari 4,00% (yoy)

pada triwulan sebelumnya menjadi 7,84% (yoy). Peningkatan pertumbuhan aset

didorong oleh adanya peningkatan pada pertumbuhan dana yang dihimpun yaitu

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

60

dari 9,66% (yoy) menjadi 12,26% (yoy). DPK yang dihimpun BPR/S pada triwulan

IV 2014 mencapai Rp809,75 miliar. Peningkatan pada penghimpunan DPK ini tidak

terlepas dari pertumbuhan deposito yang saat ini nilainya telah mencapai Rp

453,67 miliar atau meningkat dari 9,54% (yoy) di triwulan III 2014 menjadi

17,45% (yoy) di triwulan laporan. Di sisi lain, pertumbuhan tabungan justru

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 9,79% (yoy) menjadi

6,28% (yoy) atau menjadi sebesar Rp 356,08 miliar.

Jumlah kredit yang disalurkan mencapai Rp 836,11 miliar atau tumbuh 11,35%

(yoy) dan 2,57% (qtq), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

sebesar 7,68% (yoy). Berdasarkan sektoral, peningkatan penyaluran kredit BPR/S

pada triwulan laporan utamanya utamanya disumbang oleh sektor pertanian yang

tumbuh sebesar 19,52 % (yoy) dan sektor perdagangan yang tumbuh sebesar

8,71% (yoy). Kedua sektor tersebut menyerap kredit dengan pangsa terbesar, yaitu

masing-masing tercatat sebesar 30,35% dan 24,73% dari total kredit perbankan

syariah pada triwulan IV 2014.

Peningkatan jumlah dana yang lebih besar dibandingkan dengan peningkatan

jumlah kredit yang disalurkan mengakibatkan terjadinya penurunan nilai LDR

dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 105,83% menjadi 103,26%. Kualitas

kredit yang disalurkan tercatat mengalami perbaikan, tercermin dari penurunan NPL

BPR/S yaitu dari 15,56% menjadi 13,75%. Akan tetapi, NPLs BPR/S masih berada di

atas batas kewajaran yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%) sehingga masih

perlu menjadi perhatian bagi pihak bank.

Tabel 3.16. Indikator Kinerja Utama BPR/S di Provinsi Riau (dalam Rp juta)

2.4. Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 oleh

bank pelaksana KUR mencapai Rp 4,83 triliun, tumbuh 4,43% (qtq) dibandingkan

triwulan sebelumnya. Secara tahunan penyaluran KUR tumbuh melambat yaitu dari

I I I I I I IV I II I I I IV yoy qtq

1. Jumlah BPR/S 33 34 34 34 34 35 35 35 35 35

2. Asset 920,404 1,038,271 1,019,107 1,047,697 1,063,827 1,075,865 1,102,376 1,091,313 1,106,417 1,160,162 7.84 4.86

3. DPK 642,785 694,541 688,364 676,577 702,399 721,299 748,775 744,336 770,216 809,748 12.26 5.13

4. Kredit 617,548 708,530 715,763 748,449 757,009 750,891 762,700 782,561 815,127 836,111 11.35 2.57

5. LDR 96.07% 102.01% 103.98% 110.62% 107.77% 104.10% 101.86% 105.14% 105.83% 103.26%

6. NPLs 8.22% 13.11% 14.44% 14.88% 15.52% 14.22% 15.47% 15.78% 15.56% 13.75%

Pertumbuhan (%)2012Keterangan 2011

2013 2014

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

61

21,08% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 19,95% (yoy) pada triwulan laporan.

Sejalan dengan realisasi KUR, pertumbuhan jumlah debitur juga tumbuh melambat

dari 21,86% (yoy) menjadi 21,15% (yoy). Dilihat dari penyaluran rata-rata KUR

pada triwulan IV 2014 terjadi penurunan dari Rp 23,82 juta/jiwa menjadi Rp 23,72

juta/jiwa.

Tabel 3.17. Perkembangan Penyaluran KUR di Riau

Sumber: Kantor Menko Perekonomian

Sektor pertanian masih merupakan sektor penerima KUR terbesar di Provinsi Riau,

yaitu dengan pangsa 57,45%. Sub-sektor perkebunan kelapa sawit dan

perkebunan karet merupakan jenis perkebunan yang menerima kredit dalam

jumlah yang terbesar. Kondisi ini tidak terlepas dari besarnya peranan sektor

pertanian dalam perekonomian Provinsi Riau disamping migas. Selanjutnya, sektor

perdagangan, hotel dan restoran memiliki pangsa sebesar 35,66% yang didominasi

oleh subsektor perdagangan eceran berbagai macam barang yang didominasi

makanan, minuman dan tembakau.Berdasarkan penggunaannya, alokasi KUR di

Provinsi Riau lebih banyak digunakan untuk modal kerja, yaitu sebesar 53,98% dari

total alokasi KUR di Provinsi Riau, dan sisanya KUR untuk investasi.

Grafik 3.15. KUR menurut

Sektor Ekonomi

Grafik 3.16. KUR menurut Jenis

Penggunaan

I II III IV I II III IV

Realisasi KUR 1,964 3,079 3,411 3,680 3,819 4,026 4,202 4,432 4,624 4,829

Outstanding KUR 1,198 1,678 1,734 1,769 1,766 1,684 1,634 1,619 1,576 1,569

Jumlah Debitur (jiwa) 94,246 127,571 138,403 150,366 159,282 168,059 175,735 184,443 194,101 203,598

Rata-Rata (RpJuta/Jiwa) 20.84 24.14 24.65 24.48 23.98 23.96 23.91 24.03 23.82 23.72

Indikator 20112013

20122014

57.45%

0.01%0.92%

0.11%

0.48%

35.66%

0.47%

4.80%

0.08%Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air

Konstruksi

Perdag, hotel dan restoran

Transportasi, Pergudangan danKomunikasi

Jasa

Lain-lain

53.98%

46.02%

Modal Kerja Investasi

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

62

3. Perkembangan Transaksi Pembayaran

3.1. Kondisi Umum

Perkembangan transaksi pembayaran tunai di Provinsi Riau pada triwulan IV 2014

mengalami net outflow, tidak jauh berbeda dengan kondisi historisnya. Hal ini

utamanya didorong oleh outflow yang lebih besar dari inflow. Meningkatnya outflow

Riau pada triwulan laporan diperkirakan karena kebutuhan uang tunai yang masih

tinggi di masyarakat. Sementara itu, transaksi pembayaran non tunai, baik melalui

kliring maupun Real Time Gross Settlement (RTGS) pada triwulan IV 2014 meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya.

3.2. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai

3.2.1. Aliran Uang Masuk dan Keluar (Inflow Outflow)

Sesuai dengan pola musimannya, perkembangan transaksi pembayaran tunai

mengalami penurunan pada triwulan laporan. Kondisi ini tercermin dari penurunan

baik dari sisi transaksi inflow maupun outflow di Provinsi Riau. Outflow yang lebih

besar dibandingkan inflow, menyebabkan Provinsi Riau pada triwulan IV 2014

mengalami net outflow yang tercatat sebesar Rp 3,15 triliun. Jumlah net outflow

tersebut mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar

Rp 2,61 triliun atau meningkat 20,86% (qtq). Meskipun demikian, nilai net outflow

tersebut tidak setinggi triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai

Rp4,85 triliun.

Penurunan outflow pada triwulan laporan terkait oleh faktor musiman dimana

penurunan pada triwulan IV 2014 disebabkan oleh berakhirnya bulan Ramadhan

serta hari raya Idul Fitri sehingga euphoria penduduk Riau dalam membelanjakan

uangnya cendurung menurun. Pada triwulan IV 2014 tercatat penurunan arus uang

keluar sebesar 21,55% (qtq) atau dari Rp 4,94 triliun pada triwulan sebelumya

menjadi Rp 3,88 triliun pada triwulan laporan.

Arus uang masuk uang ke Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 tercatat sebesar Rp

721,36 miliar, turun signifikan sebesar 69,05% (qtq) dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 2,33 triliun. Penurunan inflow yang cukup

siginifikan dipengaruhi oleh pola musimannya dimana pada akhir tahun inflow

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

63

cenderung menurun karena kebutuhan masyarakat akan uang tunai masih relatif

tinggi.

Grafik 3.17. Perkembangan Inflow dan Outflow

3.2.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar

Penyediaan uang kartal layak edar merupakan tugas Bank Indonesia.Terkait dengan

hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau secara berkala

melakukan kegiatan penghimpunan dan pemusnahan Uang Tidak Layak Edar

(UTLE) dari masyarakat dan setoran bank di Provinsi Riau. Upaya ini dilakukan Bank

Indonesia untuk memastikan ketersediaan uang layak edar (fit for circulation) di

tengah-tengah masyarakat.

Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) pada triwulan IV-2104 meningkat

dibandingkan periode sebelumnya. UTLE yang dimusnahkan pada periode tersebut

sebanyak Rp 249,46 miliar, lebih tiggi dibandingkan periode lalu yang tercatat

sebesar Rp 196,34 miliar. Rasio UTLE terhadap arus uang masuk juga mengalami

peningkatan signifikan karena rendahnya inflow pada triwulan laporan dan

meningkatnya jumlah UTLE. Peningkatan UTLE juga mengindikaskan semakin

tingginya tingkat kerusakan uang di masyarakat, hal ini tidak terlepas dari tingginya

transaksi keuangan pada periode sebelumnya.

(900)

(300)

300

900

1,500

2,100

2,700

3,300

3,900

4,500

5,100

5,700

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013 2014

Rp

. mili

ar

Net Outflow (Rpmiliar) Inflow (Rpmiliar) Outflow (Rpmiliar)

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

64

Grafik 3.18. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang Dimusnahkan

Terhadap Inflow di Provinsi Riau

3.2.3. Uang Rupiah Tidak Asli

Dalam upaya meningkatkan awareness masyarakat dalam mengidentifikasi keaslian

uang rupiah, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau secara rutin

melakukan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada masyarakat

termasuk kalangan perbankan melalui penerapan prinsip 3D (Dilihat, Diraba,

Diterawang). Dengan adanya sosialisasi ciri keaslian uang rupiah, masyarakat

diharapkan terhindar dari penyebaran uang rupiah tidak asli.

Pada triwulan IV 2014, penemuan uang rupiah tidak asli di Provinsi Riau mengalami

penurunan dibandingkan periode sebelumnya. Pada triwulan laporan terdapat

penemuan 87 lembar uang palsu yang terdiri dari 33 lembar menyerupai pecahan

Rp 100.000, 51 lembar menyerupai pecahan Rp 50.000, 1 lembar menyerupai

pecahan Rp 20.000, dan 2 lembar menyerupai pecahan Rp10.000. Penemuan

tersebut berdasarkan atas permintaan klarifikasi dari perbankan dan masyarakat

serta setoran dari bank ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Riau.

Grafik 3.19. Perkembangan Peredaran Uang Rupiah Tidak Asli di Provinsi Riau

0

20

40

60

80

100

120

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2010 2011 2012 2013 2014

Pe

rse

n (

%)

Rp

.mili

ar

UTLE Inflow Ratio (RHS)

-

100

200

300

400

500

600

I II III IV I II III IV I II III IV

2012 2013 2014

Lem

bar

Page 97: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

65

3.3. PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI

Transaksi pembayaran non-tunai di Provinsi Riau pada triwulan IV-2104 mengalami

peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan transaksi non tunai

di Provinsi Riau pada akhir tahun sesuai dengan pola triwulanannya, dimana pada

triwulan IV banyak penyelesaian anggaran kegiatan di akhir tahun atau dalam

rangka tutup buku.

3.3.1. Transaksi Kliring

Transaksi pembayaran dengan kliring pada triwulan IV 2014 tercatat meningkat

baik dari segi nominal transaksi dibandingkan triwulan sebelumnya maupun jumlah

warkat yang digunakan. Nilai transaksi kliring pada triwulan IV 2014 tercatat

sebesar Rp 8,44 triliun dengan volume transaksi mencapai 274.715 lembar

meningkat dibandingkan dengan triwulan III 2014 yang nilainya tercatat sebesar

Rp. 8,07 triliun dengan volume transaksi 256.711 lembar. Meskipun terdapat

peningkatan nominal transaksi, namun nilai rata-rata transaksi per warkat tercatat

menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp 31,44 juta menjadi

sebesar Rp 30,22 juta per transaksi.

Grafik 3.20. Perkembangan Transaksi Kliring di Provinsi Riau

3.3.2. Real Time Gross Settlement (RTGS)

Transaksi RTGS pada triwulan IV 2014 di Provinsi Riau mencapai Rp 104,12 triliun,

meningkat sebesar 15,10% (qtq) dari triwulan III 2014 yang tercatat sebesar Rp

90,46 triliun. Seiring dengan peningkatan nilai transaksi, penggunaan warkat untuk

230

240

250

260

270

280

290

300

310

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

10,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2011 2012 2013 2014

Nominal (Rp. miliar) (LHS) Warkat (ribu lembar)

Page 98: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

66

transaksi RTGS juga ikut meningkat sebesar 7,36% (qtq). Peningkatan nilai

transaksi RTGS yang lebih tinggi dari volume transaksi RTGS menunjukkan

peningkatan rasio transaksi per warkat dari Rp 1,86 miliar menjadi sebesar Rp 2

miliar per warkat.

Kota Pekanbaru masih merupakan kota dengan transaksi RTGS tertinggi di Provinsi

Riau yaitu sebesar Rp 100,02 triliun, 96,06% dari keseluruhan transaksi RTGS di

Provinsi Riau. Tingginya aktifitas RTGS di Kota Pekanbaru mengindikasikan bahwa

pusat kegiatan bisnis di Provinsi Riau belum bergeser dari Kota Pekanbaru. Selain

menjadi pusat kegiatan bisnis, geliat perekonomian di Kota Pekanbaru masih cukup

menarik, terutama bagi sektor perdagangan dan jasa. Selain di Kota Pekanbaru,

jumlah transaksi RTGS di Kota Dumai juga relatif tinggi. Hal ini sejalan dengan

banyaknya perusahaan berskala besar di kota tersebut yang dalam transaksinya

sudah menggunakan transaksi non tunai.

Kabupaten Kuantan Singingi dan Rokan Hilir merupakan dua daerah dengan

aktifitas RTGS terendah di Provinsi Riau. Daerah Kuantan Singingi mencatatkan

transaksi RTGS sebesar Rp 0,17 miliar dengan volume hanya sebesar 2 warkat.

Sementara Kabupaten Rokan Hilir hanya mencatatkan transaksi RTGS sebesar Rp

2,33 miliar sepanjang triwulan III 2014 dengan jumlah warkat hanya sebanyak 8

lembar. Keterbatasan akses perbankan di daerah tersebut merupakan penyebab

utama tidak berkembangnya penggunaan media transaksi RTGS bagi masyarakat

dan pelaku usaha di kedua daerah tersebut.

Tabel 3.18. Perkembangan Nilai BI-RTGS di Provinsi Riau Triwulan IV 2014

(dalam Rp miliar)

FROM TO FROM -TOKumulatif

Nilai FROM TO FROM -TO

Kumulatif

Nilai

BENGKALIS 541 338 208 671 1,149 398 279 1,269

DUMAI 1,377 1,144 407 2,115 1,328 1,119 514 1,934

INDRAGIRI HULU 34 2 - 35 64 2 - 66

INDRAGIRI HILIR 10 0 - 10 12 0 - 12

KAMPAR 9 23 0 32 17 28 1 45

KUANTAN SINGINGI - 1 - 1 - 0 - 0

PEKANBARU 52,388 66,192 31,488 87,092 72,366 64,840 37,186 100,020

PELALAWAN 0 16 0 16 0 48 - 48

ROKAN HILIR - 6 - 6 - 2 - 2

ROKAN HULU 36 4 - 40 28 3 0 30

SIAK 319 170 47 442 602 136 44 694

RIAU 54,715 67,896 32,150 90,461 75,566 66,578 38,024 104,120

TW III-2014 TW IV-2014

Kabupaten/Kota

Page 99: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Daerah

67

Tabel 3.19. Perkembangan Volume Warkat BI-RTGS di Riau Triwulan IV 2014

FROM TO FROM- TOKumulatif

VolumeFROM TO FROM- TO

Kumulatif

Volume

BENGKALIS 925 425 155 1,195 1,189 569 265 1,493

DUMAI 3,033 2,274 855 4,452 3,193 2,499 1,007 4,685

INDRAGIRI HULU 167 6 - 173 251 9 1 259

INDRAGIRI HILIR 48 2 - 50 57 2 - 59

KAMPAR 110 57 4 163 139 70 4 205

KUANTAN SINGINGI - 3 - 3 - 2 - 2

PEKANBARU 22,236 27,054 8,145 41,145 24,644 28,616 9,111 44,149

PELALAWAN 10 55 1 64 3 96 - 99

ROKAN HILIR - 30 - 30 - 8 - 8

ROKAN HULU 508 18 - 526 379 17 5 391

SIAK 472 263 27 708 551 202 25 728

RIAU 27,509 30,187 9,187 48,509 30,406 32,090 10,418 52,078

TW III-2014 TW IV-2014

Kabupaten/Kota

Page 100: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kondisi Keuangan Daerah

68

1. Kondisi Umum

Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Riau hingga akhir

tahun 2014 tercatat lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi

anggaran pendapatan Provinsi Riau pada triwulan IV 2014 mencapai 106,39% atau

sebesar Rp7,87 triliun. Sementara, realisasi anggaran belanjanya tercatat lebih

rendah yaitu sebesar Rp5,54 triliun atau sekitar 62,59% dari total anggaran yang

dialokasikan.

Bab 4 KONDISI KEUANGAN

DAERAH

Page 101: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kondisi Keuangan Daerah

69

2. Realisasi APBD 2014

Realisasi pendapatan Provinsi Riau hingga triwulan IV 2014 mencapai Rp7,87 triliun

atau sebesar 106,39% dari total anggaran pendapatan yang dialokasikan. Jumlah

realisasi ini lebih tinggi dibandingkan realisasi pendapatan hingga triwulan IV 2013.

Kondisi ini justru berbanding terbalik dengan realisasi belanja pemerintah daerah

yang hingga triwulan IV 2014 yang hanya mencapai 62,59% dari total anggaran

belanja yang dialokasikan, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang

mencapai 84,17%. Realisiasi belanja hingga triwulan IV 2014 tercatat sebesar

Rp5,54 triliun.

Tabel 4.1. Ringkasan Realisasi APBD Riau Tahun 2013 dan 2014

Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau

Ket: *) Data sementara

Jumlah realisasi pendapatan yang lebih besar dibandingkan jumlah realisasi belanja

hingga akhir tahun 2014 menyebabkan anggaran pemerintah Provinsi Riau tercatat

mengalami surplus sebesar Rp2,33 triliun. Hal ini berbanding terbalik dengan

alokasi APBD 2014 yang semula direncanakan akan mengalami defisit sebesar

Rp1,45 triliun.

2.1. Realisasi Pendapatan

Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Riau hingga akhir tahun 2014 tercatat

lebih tinggi dibandingkan realisasi periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Hingga triwulan IV 2014 realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Riau tercatat

sebesar Rp7,87 triliun atau sebesar 106,39% dari total yang dianggarkan.

Meningkatnya realisasi pendapatan terjadi pada semua komponen pendapatan

Dana Perimbangan, yaitu dari 95,29% pada tahun 2013 menjadi 111,58% pada

tahun 2014 atau mencapai Rp4,25 triliun. Adanya surplus dalam realisasi tersebut

disebabkan karena terdapat penyelesaian dana perimbangan yang belum

dibayarkan pada periode yang sama di tahun sebelumnya dan baru dibayarkan di

akhir tahun 2014.

Page 102: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kondisi Keuangan Daerah

70

Tabel 4.2. Ringkasan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Riau Triwulan IV-2013 dan

Triwulan IV 2014 (Rp miliar)

Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau

Di sisi lain, realisasi pendapatan asli daerah lebih rendah dibandingkan tahun

sebelumnya disebabkan oleh realisasi pendapatan pajak dan retribusi daerah. Hal

ini diperkirakan bersumber dari penurunan pajak yang didapatkan dari perhotelan

seiring dengan menurunnya pendapatan hotel akibat larangan kegiatan pertemuan

pegawai pemerintahan di hotel. Realisasi pendapatan pajak daerah dan retribusi

daerah hingga akhir tahun 2014 masing-masing tercatat sebesar Rp2,44 triliun dan

Rp17 miliar atau masing-masing mencapai 99,72% dan 90,68% dari total yang

dianggarkan.

2.2. Realisasi Belanja

Realisasi anggaran belanja pemerintah Provinsi Riau tahun 2014 mencapai Rp5,54

triliun, atau mencapai 62,59% dari total yang dianggarkan. Realisasi ini lebih

rendah dibandingkan dengan tahun 2013 yang terealisasi sebesar 84,17% dari

total yang dianggarkan. Belum optimalnya realisasi anggaran belanja daerah

hingga akhir tahun anggaran diperkirakan karena tertundanya realisasi anggaran di

awal tahun terkait masalah perubahan nomenklatur pemerintahan setempat,

sehingga beberapa rencana kegiatan tidak dapat terlaksana.

Berdasarkan komponennya, realisasi belanja terbesar adalah Belanja Operasi

mencapai Rp3,3 triliun atau sebesar 59,63%, menurun dibandingkan tahun

sebelumnya yang mampu mencapai 82,38% dengan nilai realisasi Rp4,39 triliun.

Rendahnya realisasi belanja operasi disebabkan oleh belum optimalnya realisasi

belanja barang dan jasa dan belanja pegawai. Total belanja barang dan jasa yang

terealisasi hingga akhir tahun 2014 mencapai Rp1,31 triliun atau sebesar 43,88%

dari total yang dianggarkan. Sementara total belanja pegawai yang terealisasi

hingga akhir tahun 2014 mencapai Rp1,11 triliun atau sebesar 82,97% dari total

Page 103: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kondisi Keuangan Daerah

71

yang dianggarkan. Realisasi kedua komponen tersebut lebih rendah dibandingkan

realisasi pada periode yang sama di tahun sebelumnya.

Tabel 4.3. Ringkasan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Riau Triwulan IV-2013

danTriwulan IV 2014 (Rp miliar)

Sumber : Biro Perekonomian Provinsi Riau

Ket: *) Data sementara

Selanjutnya belanja modal yang secara umum memberikan multiplier efek terhadap

perekonomian realisasinya lebih rendah dibandingkan komponen belanja lainnya.

Total realisasi belanja modal hingga akhir tahun 2014 tercatat sebesar Rp621 miliar

atau sebesar 42,71% dari total yang dianggarkan. Sementara itu, realisasi

anggaran transfer ke masing-masing kab/kota baru telah terealisasi 87,25% dari

nilai transfer sebesar Rp1,85triliun. Dengan perkembangan realisasi pendapatan

dan realisasi belanja tersebut maka APBD Riau pada tahun 2014 tercatat

mengalami surplus sebesar Rp2,34 triliun, berbeda dengan tahun sebelumnya yang

mencatatkan deficit sebesar Rp710,90 miliar.

Page 104: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kesejahteraan Daerah

72

Bab 5

1. KONDISI UMUM

Perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat di Provinsi Riau menunjukkan

kecenderungan meningkat pada tahun 20141. Hal ini terlihat dari penurunan jumlah

penduduk miskin dibandingkan dengan tahun 2013 dan 2012. Kondisi ini

diperkirakan tidak terlepas dari membaiknya pertumbuhan ekonomi yang diikuti

dengan tekanan inflasi yang cenderung menurun pada tahun 2014. Meskipun

demikian, tingkat keparahan kemiskinan2 Riau mengalami peningkatan

1 Posisi Agustus 2014 2 Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin

KESEJAHTERAAN DAERAH

Page 105: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kesejahteraan Daerah

73

dibandingkan tahun 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa ketimpangan

pengeluaran penduduk miskin di Riau menjadi lebih besar.

2. KEMISKINAN

2.1 Penduduk Miskin Riau

Persentase penduduk miskin di Riau pada tahun 2014 kembali menunjukkan

penurunan setelah meningkat pada tahun lalu. Kondisi ini diperkirakan akibat

tingkat inflasi pada tahun 2014 yang lebih rendah dibandingkan tahun 2013, yaitu

dari 8,79% (yoy) menjadi 8,65% (yoy). Jumlah penduduk miskin di Riau pada tahun

2014 mencapai 498 ribu jiwa atau sekitar 7,99% dari jumlah penduduk.

Grafik 5.1. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Sepanjang historisnya, penyebaran penduduk miskin di Provinsi Riau masih dominan

di daerah pedesaan dibandingkan perkotaan. Hingga September 2014, jumlah

penduduk miskin di pedesaan menyumbang 67,98% dari total penduduk miskin di

Provinsi Riau, atau mencapai 339 ribu jiwa dari total 498 ribu jiwa. Meskipun

demikian, jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan cenderung mengalami

penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang

mencapai 360 ribu jiwa.

Page 106: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kesejahteraan Daerah

74

Dilihat dari persentasenya, jumlah penduduk miskin di pedesaan mencapai 8,93%

dari total penduduk pedesaaan. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang

sama pada tahun sebelumnya yang mencapai 9,55% dari total penduduk pedesaan.

Sementara itu, jumlah penduduk miskin Riau di daerah perkotaan relatif lebih

rendah yakni mencapai 6,53% terhadap total penduduk di perkotaan atau sebesar

160 ribu jiwa. Angka jumlah penduduk miskin di perkotaan juga relatif menurun

dibandingkan tahun 2013 lalu yang tercatat sebesar 6,68% atau 163 ribu jiwa.

Menurunnya jumlah penduduk miskin Riau baik di Desa maupun di Kota

diperkirakan terkait dengan penurunan tingkat inflasi hingga September 2014.

Selain itu, meningkatnya perekonomian Riau tahun 2014 dibandingkan tahun 2013

yang bersumber dari peningkatan kinerja sekto pertanian, diperkirakan juga turut

memberikan pengaruh terhadap taraf hidup masyarakat Provinsi Riau.

Grafik 5.2. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

2.2 Garis Kemiskinan Riau

Garis Kemiskinan (GK)3 Riau terus menunjukkan kecenderungan yang meningkat.

Pada tahun 2014, GK Riau mengalami peningkatan sebesar 8,30% menjadi

Rp379.223,- perkapita/bulan. Jika dilihat berdasarkan wilayahnya, GK di kota lebih

tinggi dari GK di desa. GK di Kota tahun 2014 mencapai Rp386.606,-

3 Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin

Page 107: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kesejahteraan Daerah

75

perkapita/bulan meningkat 5,61% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Sementara, GK di desa tercatat sebesar Rp374.466,- perkapita/bulan, meningkat

8,30% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meskipun demikian,

perkembangan GK di provinsi Riau pada tahun 2014 secara umum melambat

dibandingkan pertumbuhan GK pada tahun sebelumnya.

Perlambatan GK tersebut didorong oleh melambatnya pertumbuhan GK makanan

pada periode yang sama tahun lalu yaitu menjadi dari 13,15% pada September

2013 lalu menjadi 8,63%. Sementara GK bukan makanan juga mengalami

perlambatan dari 11,56% pada September 2013 menjadi 7,42%. Melambatnya GK

Riau pada tahun 2014 dipengaruhi oleh tingkat inflasi yang relatif lebih rendah

dibandingkan September 2013 lalu akibat dampak penyesuaian harga BBM

bersubsidi pada tahun 2013 yang mendorong terbentuknya keseimbangan harga

baru baik pada bahan makanan maupun makanan jadi.

Grafik 5.3. Perkembangan Garis Kemiskinan (GK) Riau

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

2.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Keparahan

Kemiskinan (P2) Riau

Meskipun jumlah penduduk miskin pada tahun 2014 mengalami penurunan, namun

dapat dilihat bahwa tingkat keparahan kemiskinan berada pada tren yang

meningkat. Kondisi ini diperkirakan karena tren penurunan harga komoditas

internasional yang masih berlanjut sehingga mempengaruhi tingkat pendapatan

Page 108: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kesejahteraan Daerah

76

masyarakat setempat. Di sisi lain, perkembangan indeks kedalaman kemiskinan

cenderung stabil.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Riau pada tahun 2014 relatif stabil dibandingkan

dengan tahun 2013 yang lalu, yaitu dari 1.18 menjadi 1.2. Dilihat dari aspek spasial,

peningkatan Indeks P1 terjadi baik di daerah desa, sementara di kota indeks P1

cenderung mengalami penurunan. Indeks P1 di desa meningkat sebesar 15,38%

(yoy) menjadi 1.5 pada tahun 2014. Sementara, Indeks P1 di kota mengalami

penurunan sebesar 26,26% (yoy) menjadi 0,73. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-

rata pengeluaran penduduk miskin di daerah pedesaan lebih menjauh dari garis

kemiskinan dibandingkan dengan penduduk miskin di daerah perkotaan yang

pengeluaran penduduk miskinnya semakin mendekati garis kemiskinan.

Di sisi lain, Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Riau pada tahun 2014 menunjukkan

peningkatan yaitu dari 0,24 menjadi 0,29. Berdasarkan aspek kewilayahan,

diketahui bahwa Indeks P2 di desa mengalami peningkatan dari 0,26 menjadi 0,40

pada tahun 2014. Sementara, Indeks P2 di kota justru menunjukkan penurunan

yakni dari 0,21 menjadi 0,11. Kondisi ini menunjukkan bahwa ketimpangan

pengeluaran penduduk miskin di desa lebih tinggi dibandingkan di kota, dan

ketimpangan di kota menurun sementara ketimpangan di desa meningkat.

Grafik 5.4. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Riau

Grafik 5.5. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Riau

Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah Sumber : BPS Provinsi Riau, diolah

Page 109: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

77

1. PROSPEK MAKROREGIONAL

Perkembangan ekonomi Riau pada triwulan I-2015 secara umum diperkirakan

relatif meningkat dibandingkan triwulan IV-2014. Pertumbuhan ekonomi Riau

secara tahunan diperkirakan berada pada kisaran 1,5-2,1% (yoy). Sumber

pertumbuhan dari sisi penggunaan diperkirakan masih berasal dari konsumsi

domestik, sementara perbaikan kinerja sektor utama diperkirakan akan mendorong

pertumbuhan perekonomian Riau pada triwulan I 2015.

PROSPEK PEREKONOMIAN

DAERAH

Bab 6

Page 110: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

78

Tabel 6.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Aktual dan Prakiraan Pertumbuhan

Ekonomi Triwulan I-2015

Ditinjau dari sisi penggunaan, motor penggerak pertumbuhan diperkirakan masih

ditopang oleh permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga, meskipun

pertumbuhannya diperkirakan melambat. Kondisi ini sejalan dengan

perkembangan indeks perkiraan pengeluaran dibandingkan 3 bulan yang akan

datang cenderung melambat berdasarkan survei konsumen Bank Indonesia.

Konsumsi pemerintah diperkirakan masih akan mengalami kontraksi, terkait

dengan realisasi anggaran yang masih minim di awal tahun. Selain itu,

perkembangan investasi diperkirakan relatif stabil dibandingkan triwulan

sebelumnya. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor diperkirakan belum membaik sejalan

dengan penurunan harga komoditas global yang didorong oleh penurunan harga

minyak dunia dan masih terbatasnya perbaikan perekonomian global.

Grafik 6.1. Perkembangan Indeks Perkiraan

Pengeluaran Dibandingkan 3 Bulan yang

Mendatang

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 6.2. Perkembangan Hrga Minyak WTI

Sumber: Bloomberg

Sementara itu, kinerja sektor pertanian diperkirakan akan mengalami perlambatan

pada triwulan I 2015 terkait dengan curah hujan yang mulai menurun pada bulan

Februari-Maret 2015. Di sisi lain, perkembangan sektor industri pengolahan

diperkirakan akan relatif meningkat sehubungan dengan meningkatnya pasokan

Page 111: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

79

bahan baku yang tercermin dari peningkatan kinerja sektor pertanian pada triwulan

IV 2014.

Meskipun demikian, terdapat risiko yang berpotensi membawa pertumbuhan

ekonomi Riau menyentuh batas bawah proyeksi (downside risks). Kondisi ini

utamanya terkait dengan kondisi sumur minyak yang tidak produktif yang

diperkirakan berpotensi mengakibatkan pertumbuhan sektor pertambangan migas

masih mengalami kontraksi. Di sisi lain, salah satu faktor yang berpotensi

membawa pertumbuhan menyentuh batas atas (upside risks) adalah potensi

pemulihan ekonomi negara mitra dagang utama Riau dan negara berkembang

(emerging market) di kawasan Asia serta peningkatan harga komoditas

internasional yang diperkirakan akan memberikan spill over positif bagi kinerja

ekspor utama Riau.

2. PERKIRAAN INFLASI

Tabel 6.2. Perkembangan Inflasi Aktual dan Prakiraan Inflasi Riau Triwulan I 2015

Sumber: BPS Provinsi Riau Ket: (p) Proyeksi Bank indonesia

Inflasi Riau pada triwulan mendatang diperkirakan akan cenderung menurun, yaitu

berada pada kisaran 6,5-7,5% (yoy). Sedangkan secara triwulanan, inflasi

diperkirakan berkisar (0,50)-0,05% (qtq). Inflasi Riau pada triwulan I 2015

diperkirakan masih akan berasal dari inflasi administered price dan inflasi volatile

foods. Inflasi kelompok administered price utamanya diperkirakan akibat belum

meredanya dampak penyesuaian harga BBM bersubsidi, terutama pada tarif

angkutan. Meskipun demikian, adanya penurunan harga solar sebesar Rp200 yang

mulai diberlakukan sejak pertengahan Februari 2015 diperkirakan akan menahan

laju peningkatan inflasi pada kelompok ini. Sementara itu, peningkatan inflasi

volatile foods diperkirakan bersumber dari rencana kenaikan harga beras di daerah

Jawa sebesar 30% pada akhir Februari. Selain itu, adanya rencana kenaikan HPP

(harga pokok produksi) beras diperkirakan juga akan berkontribusi terhadap

peningkatan inflasi Riau.

2015 (p)

I II III IV I II III IV I (p)

yoy,% 5,40 5,69 7,74 8,79 7,76 6,60 5,82 8,65 6,5-7,5

qtq,% 2,45 1,42 2,99 1,67 1,05 0,81 1,03 4,26 (0,50)-0.05

Inflasi2013 2014

Page 112: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL - bi.go.id · Adalah antara pendapatan bunga dikurangi dengan beban bunga. Non Core Deposit (NCD) Adalah dana masyarakat yang sensitif terhadap

GE KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Prospek Perekonomian Daerah

80

Tabel 6.2. Perkembangan Inflasi Aktual dan Prakiraan

Inflasi Riau Triwulan I 2015

Sumber: Survei Pemantauan Harga Bank Indonesia

Ket: *) data hingga pertengahan Februari 2015

Namun terdapat,beberapa faktor yang diidentifikasi berpotensi membawa inflasi

melewati batas atas kisaran proyeksi (upside risks) antara lain, (i) nilai tukar rupiah

yang kembali terdepresiasi mengingat perbaikan kondisi perekonomian global yang

masih terbatas sehingga akan mendorong peningkatan inflasi pada barang-barang

impor, dan (iii) rencana pemerintah menaikkan tarif dasar listrik.

Sementara itu, terdapat beberapa faktor yang berpotensi membawa inflasi ke batas

bawah (downside risks) proyeksi. Pada tingkat regional, solusi dini (pre-emptive

solution) TPID yang dihasilkan melalui koordinasi dengan berbagai instansi terkait

dalam menjaga ekspektasi diperkirakan dapat mengurangi permasalahan informasi

pasokan yang asimetris terutama di tingkat konsumen. Kemudian, pada tingkat

nasional, masih berlanjutnya koordinasi kebijakan yang bersifat counter cyclical

dalam menstabilkan tekanan terhadap nilai Rupiah diperkirakan dapat sedikit

banyak membantu mengurangi inflasi barang impor.