Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

download Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

of 152

Transcript of Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    1/152

    Al Iman Dan Al Kufr

    (Batasan-batasan Dalam Takfir)Dlawabit Takfir

    DariAl Jami' Juz ke 8 lanjutan Bab ke 7

    PenulisSyaikh Abdul Qadir Ibnu Abdul Aziz

    Dengan komentarAbu Muhammad 'Ashim Al Maqdisiy

    Dalam An Nukat Al Lawami'

    Alih bahasaAbu Sulaiman Aman Abdurrahman

    JAMA'ATUT TAUHID WAL JIHAD

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    2/152

    Materi Al-Iman dan Al-Kufr

    Materi Iman dan Kufur adalah materi i'tiqad yang palingpenting, karena ia adalah buah hasil pebahasan di dalamnya,yaitu tathbiq 'amaliy (penerapan amalan kongkrit) terhadapnya.Dan kami telah mengakhirkannya dalam pembahasan karena iasangat penting. Dan kami meskipun maksud utama kami adalahmenuturkan referensi-referensi materi dari kitab-kitab yangmudah, akan tetapi kami akan memberikan pendahuluan untuk halitu dengan sebagian masalah-masalah penting yang membantupencari ilmu untuk memahami materi ini dari kitab-kitab yangkami anjurkan untuk mempelajarinya Insya Allah. Dan atas dasarini kami akan berbicara dalam 4 masalah, yaitu:

    . Pentingnya materi ini.

    . Masalah-masalah materi Al-Iman.

    . Dlawabith Takfir.

    . Kemudian Referensi-referensi terpenting materi ini.

    MASALAH PERTAMA

    Pentingnya Materi Iman dan Kufur

    Tidaklah berlebihan bila kami mengatakan bahwa materi Al-Iman dan Al-Kufr ini adalah materi keagaman yang paling urgen,karena banyaknya hukum-hukum yang dibangun di atasnya di duniadan akhirat. Allah Subhanahu WaTaala berfirman:

    Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangkabahwa kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang

    beriman dan mengerjakan amal yang shalih, yaitu sama antara

    kehidupan dan kematian mereka ?. amat buruklah apa yang mereka

    sangka itu (Al-Jatsiyah: 21)

    Adapun diakhirat, maka sesungguhnya akhir tempat kembalimakhluk ke surga atau ke neraka itu tergantung kepada Al-Imandan Al-Kufr.Dan adapun di dunia, maka hukum-hukum yang dibangun di atas hal itu adalah sangat banyak, di antaranya:

    1. Dalam urusan-urusan siyasah syar'iyyah (politik syar'iy):yaitu apa-apa yang berkaitan dengan keadaan-keadaan parapenguasa dan sistem-sistem pemerintahan di suatu negara, makasesungguhnya hukum-hukum Al-Iman dan Al-Kufr yang berkaitandengan hal itu sangatlah penting karena ia memiliki pengaruhterhadap seluruh kaum muslimin bukan sebagian mereka, sebabsesungguhnya Allah Taala telah mewajibkan kaum muslimin

    2

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    3/152

    mentati dan membantu pemerintah yang muslim, sebagaimana Diamengharamkan atas mereka tat atau membantu pemerintah yangkafir, serta Dia mewajibkan atas mereka untuk melengserkanpemimpin bila dia kafir, oleh sebab itu para ulama' berkatasesungguhnya wajib atas setiap muslim untuk mengetahui keadaan

    pemerintahnya.(lihat Al-Mustashfa, Abu Hamid Al-Ghozali juz 2hal 390).Dan pentingnya hal ini dijelaskan dengan realitabahwa negara-negara yang diperintah dengan qowanin wadl'iyyah-sebagaimana ia adalah realita hari ini di berbagai negerikaum muslimin- adalah memiliki hukum-hukum yang sangatpenting yang wajib diketahui oleh setiap muslim, agar binasaorang yang binasa di atas kejelasan dan agar hidup orang yanghidup di atas kejelasan. Dan diantara hukum-hukum ini adalah:

    A. Bahwa para penguasa negeri-negeri ini adalah kafir dengankufur akbar lagi keluar dari Islam.

    B. Bahwa para hakim di negeri-negeri ini adalah kafir dengankufur akbar, dan ini artinya haram bekerja dengan profesiini.

    Sedangkan dalil kekafiran para penguasa dan para hakim ituadalah Firman-Nya Allah Taala:

    ...Barang siapa yang tidak memutuskan dengan apa yang telah

    Allah turunkan, maka mereka itu adalah orang-orang kafir.(Al-Maidah: 44)

    Dan pengisyaratan kepada materi ini akan ada pada satmembicarakan kekeliruan-kekeliruan takfir di akhir materibahasan ini, dan begitu juga dalam materi keempat daribahasan kedelapan dari pasal ini, yaitu materi khusustentang Al hukmu bighairi ma anzalallah, di mana di dalamnyaada isyarat sekilas tentang batahan terhadap sebagiansyubhat yang muncul sat berdalil dengan ayat ini InsyaAllah, maka silahkan rujuk ke sana.

    C. Bahwa tidak boleh tahakum (berhakim/mengajukan perkara)kepada mahakim1 di negeri-negeri ini, dan tidak (boleh pula)bekerja di sana. Dan barang siapa tahakum kepada undang-undang mereka seraya ridho dengannya, maka ia kafir juga.

    D. Bahwa anggota lembaga-lembaga legislatif di negeri-negeriini -seperti parlemen, majlis rakyat, dan yang lainnya2-

    1 Mahakim adalah bentuk jama' dari mahkamah yang bisa di terjemahkanpengadilan (di Indonesia Pengadilan negeri, pengadilan tinggi dan MA) yang

    tidak benar di sebut pengadilan, tapi yang tepat adalah pendzaliman, karenaselain hukum Allah adalah zhalim. (pent)2 Seperti MPR dan DPR di negara kafir Republik Indonesia. (pent)

    3

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    4/152

    adalah orang-orang kafir dengan kufur akbar, karenamerekalah orang-orang yang merekomendasikan penerapanqowanin yang kafir ini dan merekalah orang-orang yangmembuat hukum-hukum baru darinya.

    E. Bahwa orang-orang yang memilih para anggota parlemen-parlemen ini adalah orang-orang kafir dengan kufur akbar3,karena mereka dengan pencoblosannya ini berarti menjadikanpara wakilnya itu sebagai arbab musyarri'in (tuhan-tuhanyang membuat hukum) selain Allah, sedangkan yang dianggapitu adalah isi (makna). Dan kafir juga setiap orang yang

    3Abu Muhammad 'Ashim Al Maqdisiy hafidhahullah berkata : " Berkaitan

    dengan orang-orang yang memilih, maka mesti ada rincian pada mereka, itu dikarenakan sesungguhnya orang yang memilih itu tidaklah terjun padapembuatan hukum dan tidak terjatuh pada mukaffirat (hal-hal yangmengkafirkan ) yang beraneka ragam yang terjatuh ke dalamnya si anggota

    parlemen yang dia pilih, seperti sumpah untuk menghormati UUD dan loyalterhadap arbabnya, atau tahakum (berhakim) kepada undang-undangnya danpembuatan aturan yang tidak Allah izinkan sesuai (panduan) qowaninwadl'iyyah serta yang lainnya, si pemilih menjadi kafir bila dia memilih sianggota itu dan menjadikannya sebagai wakil dan pengganti dia untukmelakukan perbuatan-perbuatan kekafiran ini, oleh sebab itu si anggotaparlemen di namakan wakil (rakyat) karena ia mewakili sejumlah masyarakatyang memilihnya dalam hal pembuatan hukum atau tugas-tugas lainnya yang dijalankannya menurut teks-teks UUD.Dan atas dasar ini, barangsiapa memilih mereka karena hal itu maka ia telahkafir, karena dia mengangkatnya sebagai wakil dia dalam menjalankankekafiran, dan dia bersepakat dan bermufakat bersama mereka terhadap ajarandemokrasi yang mana ia adalah hukum rakyat untuk rakyat dan bukan hukum

    Allah. Dan inilah maksud melakukan perbuatan kekufuran yang wajib menjadisyarat dalam takfir para pemilih, bukan maksud untuk kafir yaitu keluardari agama (Islam) sebagaimana yang di syaratkan oleh sebagian orang.Adapun maksud memilih, begitu saja tanpa ada rincian sebagaimana yangdituturkan oleh mushannif (penulis), maka sesungguhnya ia tidaklah tepatdengan sebab tersamarnya keadaan parlemen-parlemen ini di hadapan manusia(terutama) banyak kalangan awam dan lanjut usia yang di datangkan untukmemberikan suara mereka bagi karib-kerabat mereka atau kalangan lainnyayang mengangkat slogan-slogan (Islamlah solusinya) dan yang serupa itu.Sesungguhnya diantara mereka ada yang tidak mengetahui hakikat pemilu danmaknanya, tidak (pula mengetahui) hakikat parlemen-parlemen ini, realitanyadan tugas-tugas para anggotanya serta apa yang di jalaninya di sana. Dan diantara para pemilih ada orang yang mengira para wakil itu dan berinteraksi

    bersama mereka serta memilih mereka atas dasar anggapan bahwa mereka itupara wakil, pelayan yang memberikan pelayanan-pelayanan itu bagi daerahmereka, suku mereka dan para pemilih mereka, seperti membangun RS ataujalan atau mengangkat kezaliman dan seterusnya, atau dia mengira bahwadengan ia memilih syaikh pulan maka si syaikh itu akan menerapkan Islamsedang ia tidak tahu bahwa si syaikh shahibul fadhilah ! yang bersorbanpanjang itu akan mengucapkan sumpah di awal tahapan pekerjannya untukmenghormati kekafiran (UUD) dan loyal (setia) kepada orang-orang kafir danpara thoghut, serta bahwa ia tidak menjalankan kewenangan dan pekerjannyaapa pun kecuali menurut pedoman butir-butir UUD dan undang-undang, danbahwa tugas terpenting pekerjan mereka seluruhnya adalah tasyri' (pembuatanhukum) yang mana terbentuk darinya nama Musyarri' (anggota dewanlegislatif) dan nama Majlis Tasyri' (lembaga legislatif).

    Barangsiapa mengetahui hal itu maka ia kafir sebagaimana yang dikatakanmushannif (hal : 780) : " karena pemilihan mereka ini pada hakikatnyaadalah pengangkatan arbab selain Allah, sebagaimana ia di dalamnya

    4

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    5/152

    mengajak untuk ikut memilih atau yang menyemangati oranguntuk ikut serta di dalamnya.

    Sedangkan dalil kekafiran para anggota parlemen itu adalahfirman Allah Taala:

    "Apakah mereka memiliki sembahan-sembahan selain Allah yangmenyari'atkan bagi mereka dari dien ini apa yang tidak di

    izinkan Allah?"(Asy-Syura: 21)

    Dan firman-Nya Taala:

    mengandung pengakuan akan tugas parlemen yang memegang kewenangan pembuatanhukum secara muthlaq, sedangkan ini semuanya termasuk kekafiran yang nyata" selesai dari Al Jami'.Barangsiapa memilih, memberikan suara dan mengangkat seorang wakil sedangia mengetahui bahwa ini adalah hakikat tugasnya maka ia kafir meskipun ia

    tidak mengetahui bahwa Tasyri' (pembuatan hukum) dan ketatan di dalamnyaadalah kekafiran dan kemusyrikan, selagi dia telah memaksudkan melakukanperbuatan yang mengkafirkan itu, karena sesungguhnya orang-orang yangmentati para alim ulama' dan rahib-rahib mereka dan mengikutinya di atashukum buatannya tidaklah mengetahui bahwa ketatan dan pengikutannya iniadalah ibadah, sebagaimana dalam hadits 'Addiy Ibnu Hatim Ath Thaiy, namunternyata hal itu bukanlah penghalang dari keberadaan status mereka itutelah menyekutukan arbab bersama Allah.Adapun suatu yang dengannya kami mengudzur orang-orang awwam di sini adalahketidakadaan maksud dan pilihan mereka terhadap perbuatan yangmengkafirkan, akan tetapi banyak dari mereka sebagaimana yang di kenal olehorang yang bergaul dengan kalangan awwam dan lanjut usia serta yangmengetahui mereka, tidaklah mengetahui arti dan hakikat majelis-majelis ini

    dan mereka tidak memilih orang-orang yang mereka pilih atas dasar bahwamereka itu para pembuat hukum, dan mereka tidak mengetahui hakikatperbuatan mereka, akan tetapi mereka memilih orang-orang itu untukpelayanan atau untuk memberlakukan syari'at tanpa mengetahui tata caranya,jadi mereka di sini tidak memaksudkan perbuatan yang mengkafirkan itu namunmemaksudkan hal lain.Dan inilah Khatha' / kekeliruan (tidak adaanya kesengajan) yang di sebutkanAllah Taala dalam firman-Nya : " Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apayang kamu khilaf padaanya, tetapi ( yang ada dosanya ) apa yang di sengaja

    oleh hatimu. Dan adalah Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang ". ( AlAhzab : 5 ).Dhahir mereka itu adalah bahwa mereka telah melakukan perbuatan yangmengkafirkan, akan tetapi mereka tidak di kafirkan kecuali setelah

    penegakkan hujjah dengan memberitahu mereka akan hakikat parlemen-parlemenini dan hakikat para wakil rakyat itu.Dan kesimpulan :Bahwa kami tidak mengudzur mereka itu pada ketidaktahuan mereka bahwamemilih para pembuat hukum dan mentati mereka dalam hukum buatannya ituadalah kekafiran, dan tidak pula dengan apa yang sering di lontarkansebagian orang bahwa tidak di kafirkan kecuali orang yang bermaksud kafirdan keluar dari agama, akan tetapi (kami mengudzurkan mereka) karena merekatidak memaksudkan perbuatan yang mengkafirkan itu, namun mereka memaksudkansuatu yang lain, dan itu di sebabkan ketidaktahuan mereka akan hakikat danrealita parlemen-parlemen ini, sehingga keadaan mereka ini seperti keadaanorang non arab yang mengucapkan kalimat kekafiran (yang berbahasa arab)sedang dia tidak mengetahui maknanya. Selesai ucapan Al Maqdisiy dalam An

    Nukat Al Lawami' pada komentarnya terhadap ucapan syaikh Abdul Qadir ditempat lain di al jami' dalam materi yang sama.Kesimpulannya :

    5

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    6/152

    ...

    "Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahibmereka sebagai arbab (Tuhan-tuhan) selain Allah..." (At-Taubah: 31)

    Dan para ulama' tafsir tidak berselisih bahwa rububiyyah(pentuhanan) di sini adalah dalam hal tasyri' (pembuatanhukum) selain Allah, sedangkan para wakil rakyat (di)parlemen-parlemen ini adalah arbab yang merebut wewenangpembuatan hukum (UU/UUD) dari Allah. Dan orang-orang yangmemilih mereka adalah menjadikan mereka sebagai arbab selainAllah. Dan pembicaran dalam masalah ini telah lalu dalam babke empat dari kitab ini dalam materi niat sat membantahFatwa syaikh Ibnu Baz, dan akan datang dalam materi pertamayang khusus berkaitan dengan Siyasah Syar'iyyah di mabhatske delapan tambahan rincian dalam masalah ini Insya Allah

    Taala.F. Bahwa haram memba'iat para penguasa itu untuk memegang

    pemerintahan di negeri-negeri ini atau untuk terusmemerintah sebagaimana yang terjadi pada berbagai jejakpendapat yang khusus untuk itu, karena dalam pemba'iatan ituterkandung keinginan langgengnya kekafiran, sedang siapayang menginginkan hal itu maka ia kafir. Lihat ( Al Furuqkarya Al Qarafiy 4/118 ).

    G. Bahwa aparatur militer yang mempertahankan system-systemkafir ini adalah orang-orang kafir dengan kufur akbar,

    karena mereka itu berperang di jalan thogut, dan AllahTaala berfirman :

    ...

    "...Dan orang-orang yang kafir adalah mereka berperang dijalan thogut...". (An Nisa': 76).

    Orang yang memberikan suara dalam pemilu sedang ia mengetahuihakikat dan makna demokrasi dan mengetahui tugas parlemen danpara anggotanya, maka dia kafir walau tidak mengetahui bahwaitu adalah kekafiran. Jadi dalam hal ini dia Jahilul hukmi( bodoh akan hukum ) namun tidak jahil akan hakikat dan maknaapa yang dia lakukan, sedangkan Jahilul hukmi dalam hal initidaklah di udzur.

    Orang yang memberikan suara, sedang ia tidak mengetahui hakikatdan makna demokrasi juga tidak mengetahui hakikat parlemen(MPR/DPR) dan tugas para anggotanya, maka ia tidak di kafirkansebelum di tegakkan hujjah terhadapnya dengan cara di beritahu

    hakikat hal tadi. Orang ini di sebut Jahilul hal ( bodoh akankeadaan ). ( Pent ).

    6

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    7/152

    Sedangkan thogut yang mana mereka berperang di jalannyaadalah thogut hukum yang berbentuk UUD, undang-undang buatanlainnya dan para penguasa yang menerapkannya. Allah Taalaberfirman:

    ...

    "...Mereka hendak berhakim kepada thogut...".(An Nisa': 60).

    Maka setiap yang di jadikan rujukan hukum selain Allahadalah thogut.

    Dan masuk dalam status hukum (kafir) ini setiap orang yangmembela system-system kafir ini dengan bentuk perangmelindunginya seperti aparat militer (polisi dan tentara),atau orang yang membelanya dengan perkatan seperti sebagian

    wartawan dan orang-orang pemberitan dan para syaikh (ulama'suu').

    Oleh sebab itu maka haram ikut mengabdi pada dinasketentaran negara-negara kafir ini. Dan akan datang isyaratpada hukum masalah ini di akhir mabhats ini Insya Allahdalam koreksi kami terhadap kitab "Ar Risalah Al LimaniyyahFil Muwalah".

    H. Bahwa tidak boleh orang muslim tat kepada pemerintah negara-negara ini, dan ia tidak harus komitmen dengan perundang-undangnya, bahkan ia itu bebas leluasa untuk menyelisihinya

    kapan saja dia berkehendak dengan dua syarat: Dia tidak melakukan apa yang tidak boleh ia

    lakukan secara syari'at.

    Dan tidak menyakiti atau mendzalimi orang muslim.

    I. Bahwa negeri yang dihukumi dengan undang-undang kafir adalahdar kufr(negeri kafir). Dan bila dahulunya ia itu dihukumidengan syari'at terus muncul di atasnya undang-undang kaumkafir sedang ia masih di huni oleh kaum muslimin maka iaadalah dar kufr thori (Negeri kafir yang baru), dan akandatang pengisyaratan kepada status-status negeri di akhirmabhats ini Insya Allah.

    Inilah, dan saya tidak bertujuan melakukan rincian disini dalam masalah ini, namun saya ingin menjelaskanpentingnya mengetahui hukum-hukum Al Iman dan Al Kufr bagisetiap muslim, dan di sini saya telah menyebutkan apa yangberkaitan di antaranya dengan siyasah syar'iyyah.

    Kemudian kami lanjutkan pembicaran tentang hukum-hukumduniawiy yang di bangun di atas materi Al Iman dan Al Kufr.

    2. Dari hukum-hukum perwalian: adalah gugurnya perwalian

    orang kafir atas orang muslim dalam banyak bentuk:

    7

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    8/152

    Orang kafir tidak bisa menjadi pengurus atau pemimpinatau qadli bagi kaum muslimin.

    Shalatnya batal sehingga tidak bisa menjadi imamshalat, dan orang yang shalat di belakangnya padahal

    dia mengetahui keadaannya maka shalatnya adalah batal. Orang kafir tidak bisa menjadi wali bagi muslimah dalam

    pernikahan.

    Dan ia tidak menjadi mahram bagi (si muslimah itu)meskipun dia adalah kerabat yang mahram selama-lamanya.

    Orang kafir tidak bisa menangani harta orang muslim,sehingga ia tidak bisa menjadi pemegang wasiat atasnya.

    Dan orang kafir tidak boleh di berikan kesempatan untukmemungut laqith (anak hilang) di darul Islam.

    Dan bentuk-bentuk perwalian lainnya yang beraneka ragam

    3. Dari hukum-hukum pernikahan: sesungguhnya orang kafir diantaranya orang murtad seperti orang yang meninggakan shalatdan orang yang mencela agama:

    Haram menikahkannya dengan muslimah.

    Tidak boleh menjadi wali muslimah dalam pernikahan.

    Dan bila si laki-laki menikah sedang dia muslim, kemudiandia murtad maka nikahnya rusak dan bila ia terus dalam

    menggauli istrinya maka ini zina.Dan bila engkau terapkan ini terhadap realita maka engkau

    mendapatkan bahwa banyak dari pernikahan-pernikahan yang adaadalah batil dan rusak lagi tidak memiliki pengaruhkonsekuensi hukum di atasnya karena kemurtaddan si suami atausi istri sebelum atau sesudah nikah, jadi masalahnya adalahsangat bahaya.

    4. Dari hukum-hukum warisan.

    Perbedan agama adalah penghalang dari saling mewarisi,namun Ibnu Taimiyyah dan di ikuti oleh Ibnul Qoyyim telah

    menyelisihi dalam hal ini, di mana mereka membolehkanpewarisan orang muslim dari kerabatnya yang kafir, sebagaimanayang di sebutkan oleh Ibnul Qoyyim dan beliau telah panjanglebar dalam membela pendapat ini dalam kitabnya (Ahkam AhlidzDzimmah 2/462 dst terbitan Darul ilmi limalayin 1983 M). Danpendapat mereka berdua ini adalah keliru lagi tertolak karenamenyelisihi nash-nash yang shahih lagi tegas yang selamat dari(Nash) yang menentang, dan keduanya telah berhujjah denganucapan-ucapan para sahabat sedang ucapan seseorang tidak dianggap di sisi ucapan Rosulullah Shalallahu Alaihi Wasallam.

    5. Dari hukum-hukum 'Ishmah (Keterjagan): sesungguhnya'Ishmah darah dan harta tidak terjadi kecuali dengan iman atau

    8

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    9/152

    aman. Adapun iman maka yang di maksud dengannya adalah IslamHukmiy Dhahir. Dan adapun aman maka ia ada dua macam:

    Aman (keamanan) yang sementara, dan ia bagi orang yangmeminta jaminan keamanan yang di beri izin untuk masukke Darul Islam bukan untuk menetap terus di sana.

    Dan aman selamanya, dan ia adalah bagi dzimmiy yangmenetap selamanya di Darul Islam dengan syarat diakomitmen dengan syarat-syarat akad dzimmah.

    Dan jaminan keamanan ini dengan kedua macamnya tidaklahberlaku kecuali bagi kafir asli, adapun orang murtad makatidak ada aman baginya, sedangkan orang yang tidak memilikijaminan keamanan, baik ia itu kafir asli atau orang murtadmaka ia adalah halal darah dan hartanya. Dan engkau bilamembunuh orang yang tidak di ketahui agamanya secara sengaja

    kemudian ternyata terbukti bahwa dia itu orang kafir yangtidak terjaga darahnya atau orang murtad, maka tidak adaqishash dan diyat atas dirimu, ini dalam hukum qodlary(putusan dunia), adapun dosa di akhirat maka di dalamnya adaperselisihan dengan sebab kesengajan bersama ketidaktahuanakan keadaannya sedang ia berkemungkinan Islam. Dan bilaengkau membunuhnya secara tidak sengaja maka tidak adakewajiban Diyat dan Kaffarat atas dirimu.

    6. Dari hukum-hukum jenazah:

    Bahwa orang kafir atau orang murtad tidak dimandikan,

    tidak disholatkan dan tidak dikuburkan bersama kaummuslimin .

    Tidak boleh orang muslim berdiri di atas kuburannya satmenguburkannya atau memintakan ampunan baginya meskipunboleh mengiringi jenazahnya.

    Ini adalah termasuk kesempurnan bara'ah dari orang-orangkafir dalam masa hidup dan kematian mereka Allah Taalaberfirman:

    "Dan janganlah kamu sekali kali mensholatkan (jenazah) seorang

    yang mati diantara mereka, dan janganlah kamu berdiri

    (mendoakan) di kuburnya. Sesungguh nya mereka telah kafir

    kepada Allah dan rosul-Nya dan mereka mati dalam keadaan

    fasik." (Qs At Taubah: 84)

    Dan firman-Nya Taala :

    9

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    10/152

    "Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang berimanmemintakan apa pun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik.

    Walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya)."

    (At Taubah: 113)

    7. Hukum-hukum Al Wala' dan Al Bara':

    Wajib muwalah (loyalitas) kepada orang mu'min denganberdasarkan keimananya.

    Dan haram muwalah kepada orang kafir, wajib bara'darinnya dan wajiob orang mu' min membencinya di jalanAllah secara (wajib) menampakkan dihapannya permusuhanselagi itu mungkin bagi dia. Dan tidak bolehmembantunya terhadap suatu yang membahayakan kaummuslimin, trapi wajib mempersulit orang kafir tanpa

    menzholiminya bila ia itu kafir mu'ahid atau dzimmy.

    8. Hukum-hukum hijrah:

    Ia dibangun diatas iman dan kufur, wajib atas orangmu'min untuk hijrah dari tengah orang-orang kafir bila ia

    nmampu agar ia selamat dengan agamanya dari penindasan merekadan agar tidak memperbanyak jumlah mereka serta tidak membantumereka terhadap orang muslim

    9. Hukum-hukum jihad dan apa yang di bangun di atasnya,seperti memperlakukan tawanan, ghonimah, fa'I, jizyah dankharaj . semua ini dibangun diatas iman dan kufur

    10. Hukum-hukum negeri:

    Dibangun diatas iman dan kufur, maka tidak boleh seorangmuslim bepergian ke negeri kafir kecuali kebutuhan, dan tidakbileh muqim (menetap) disana kecuali karena darurat, sebagai

    mana orang kafir tidak boleh masuk ke darul Islam kecualidengan perjanjian dan tidak boleh menetap disana kecualidengan jizah. Dan disana ada tempat-tempat yang mana orangkafir tidak boleh menetap disana , yaitu jazirah arab dandisana ada tempat-tempat yang tidak boleh mereka memasukinyayaitu al harom.

    11. Dari hukum-hukum pradilan (Qodla')

    Bahwa tidak diterima kesaksian orang kafir atas orangmuslim pada dasarnya, ini apa lagi sangat haramlah orang kafirmenjadi qodly yang memfonis terhadap kaum muslimin sebagai

    mana yang telah kami utarakan dalam hukum-hukum perwalian.

    10

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    11/152

    Kita bila lebih jauh menelusuri hukum-hukum yang dibangundiatas al iman dan al kufr dalam berbagai bab fiqh yangberaneka ragam tentu kita akan menghimpun sesuatu yang amatbanyak, dimana bejana-bejana kaum kafir memiliki banyak hukum,sembelihan mereka memiliki banyak hukum, serta transaksi

    bersama orang kafir dalam hal jual beli dan sewa menyewamemiliki banyak hukum. Ini adalah pintu yang luas, kitamencukupkan darinya dengan contoh-contoh yang lalu. Dansesungguhnya Allah Taala menjadikan makhluknya dua kelompok,Dia Taala berfirman:

    Dialah yang telah menciptakan kamu, maka diantaramu ada

    orang-orang kafir dan diantaramu ada orang yang mu'min " . (AtTaghobun: 2)

    Dan Dia SWT tidak menyamakan antara dua kelompok ini baikdi dunia maupun di akhirat, Dia Taala berfirman:

    "Maka apakah patut kami menjadikan orang-orang Islam itu samadengan orang-orang yang berdosa (orang kafir). Mengapa kamu

    (berbuat demikian) : bagaimanakah kamu mengambil keputusan."(Al Qolam: 35-36)

    Dan firman-Nya Taala:

    "Maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik(kafir) ? mereka tidak sama " (As Sajdah: 18)

    Dan firman-Nya Taala:

    "Tidak sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni

    surga." (Al Hasyr: 20)

    Dan atas dasar ini maka penyetaran antara dua kelompokadalah bentuk pembangkangan terhadap ajaran Allah, dan inilahyang diperankan oleh undang-undang dasar jahiliah yangmenegaskan dahwa semua warga Negara dihadapan hukum/UU adalah

    sama, dan bahwa tidak dibenarkan diantara mereka dalam hal hakdan kewajiban dengan sebab keyakinan (agama) dan hal lainnya.

    11

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    12/152

    Sedangkan pengguguran perbedan ini menghantarkan kerusakanyang besar dalam agama dan dunia kaum muslimin., serta tidakmengambil untung dari hal itu kecuali orang-orang kafir . Daninilah realita hari ini kerusakan pada agama kaum muslimin,kehancuran pada dunia mereka serta keunggulan bagi kaum kafir.

    Padahal sesungguhnya pengalaman hukum-hukum iman dan kufurmenyebabkan pemilahan manusia pada dua kelompok : mu'min dankafir. Dan pemilahan ini adalah kunci jihad fi sabilillah danpendahuluannya, sedangkan pada jihad itu terdapat kehidupanbagi umat Islam dan kejayannya sebagaimana didalamnya terdapatpembungkaman dan penghinan orong-orang kafir. Dan pemilahanmanusia ini adalah hal yang dicintai Allah Ta`ala sebagai manafirman-nya ta`ala:

    Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang beriman

    dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga dia menyisihkan yang

    buruk (munafik) dari yang baik (umum).(Ali Imron: 179)

    Dan Dia Ta`ala berfirman:

    Supaya Allah memisah kan (golongan) yang buruk dari yang baik

    dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagian nya diatas

    sebagian yang lain, lalu kesemuannya ditumpukkan-Nya, dan

    dimasukan-Nya kedalam neraka jahanam. Mereka itulah orang-

    orang yang merugi. (Al Anfal: 37)

    Begitu juga sesunguhnya cara pemilihan ini yaitumengamalkan hukum-hukum iman dan kufur menjadi dan menjadisaksi atas (perbuatan) manusia adalah hal yang di cintai AllahTa`ala sebagai mana firman-Nya Ta`ala:

    ...

    Dan demikian (pula) kami telah menjadikan kamu (umat Islam),umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas

    (perbuatan) manusia...(Al Baqoroh: 143)

    12

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    13/152

    Sedangkan lalai dari ini semuannya adalah termasuk lalaidari agama Allah dan dari apa yang di cintai Allah SWT, makabagaimana dengan orang yang menghalangi kaum muslimin dariberbicara dalam materi al iman dan al kufr, dengan klaim bahwakeselamatan dari ketergelinciran adalah dalam menjauhinya? dan

    bagaimana bila ikut serta dalam penghalang-halangan inisebagian orang-orang yang mengaku penebar Dakwah Islamiyah?dan ini tidak lain adalah tergolong kebodohan terhadap agamaAllah dan termasuk kurangnya iman sesungguhnya sebagian orang-orang yang kafir untuk dakwah Islamiah dan untuk memimpinJamah-jamah Islamiyah pada hari ini, mereka itu adalahsebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW: Manusiamenjadikan para pemimpin yang bodoh, terus mereka itu ditanya

    maka mereka memberikan fatwa tanpa ilmu sehingga mereka sesat

    dan menyesatkan(Mutafaq Alaih)

    Dan manusia mungkin bisa membela agama Allah atauberdakwah kepadaanya orang yang tidak bisa membedakan orangmu'min dengan orang kafir atau orang yang menghalangi dari halitu.

    Sesungguhnya pemilahan antara orang mu'min dengan orangkafir dan berinteraksi bersama masing-masing dari keduanyadengan sesuai apa yang di tentukan oleh Syariat tidak hanyaberpengaruh pada nasib individu-individu, akan tetapisesunguhnya pengaruhnya pada nasib bangsa-bangsa dan Negaraadalah lebih jauh berbahaya. Coba apa yang menghalangi antarakaum muslimin dengan penegakan Syariat Islam di negeri-negeri

    mereka? Selain para penguasa kafir yang mana kaki tanganmereka dari kalangan para syaikh yang sesat menyebut merekasebagai penguasa muslim, dan mereka dikawal oleh aparattentara kafir yang menduga diri merka dan para penguasa merekasebagai muslimin. Sedangkan tidak ada yang menghantarkankepada realita ini selain bertumpuknya pembodohan yangdisengaja dan penyesatan yang terprogram semenjak puluhantahun, dan yang mana hal itu menyebabkan berpalingnyamayoritas kaum muslimin dari berpikir dalam hal ini -yaitumasalah iman dan kufur dan pemilahan orang mu'min dari kafir-bahkan itu menghantarkan mereka kepada Jahl Murokab (kebodohan

    yang berlapis) akan hal ini, yaitu keyakinan mereka didalamnyamenyelisihi akan hakekat sebenarnya, maka akhirnya merekamemandang penguasa yang kafir itu sebagai orang muslim yangtat, dan mereka memandang orang muslim yang aktif dakwah lagimujahid sebagai bagian Khawarij yang sesat, sehingga denganhal itu dakwah menjadi terbatasi dan para dai pun tetap asinglagi tertinsdas. Dan inilah realita di berbagai negeri-negerikaum muslimin hari ini. Oleh sebab itu bukan hal yang anehbila para ulama mengatakan bahwa wajib atas setiap muslimuntuk mengetahui keadaan penguasanya karena terbangun diatasnya banyak hukum. (lihat Al Mustashfa, Abu Hamid Al

    Ghaza'iy; 2/390)

    13

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    14/152

    Sesungguhnya penelantaran yang di sengaja akan hal ini-yaitu masalah pemilahan muslim dari orang kafir- danpemalingan kaum muslimin dari-Nya adalah yang dimaksudkandengannya pembodohan kaum muslimin terhadap musuh-musuh merekayang sebenarnya dari kalangan pemerintah kafir di dalam negeri

    mereka sendiri dan dari kekuatan kafir internasional di luarnegeri mereka, agar kaum muslimin berpaling dari menjihadimusuh-musuh mereka di dalam dan di luar negeri mereka,sedangkan tidak ada kehidupan bagi umat Islam dan tidak adaIzzah (kemulian) bagi mereka kecuali dengan jihad. Bila jihadterlantar maka rusaklah agama kaum muslimin, dan hancurlahdunia mereka dan berkuasalah orang-orang kafir di muka bumileluasa melakukan kerusakan dan inilah realita hari inisemenjak dahulu. Rosulullah saw bersabda: "Bila kalian jualbeli dengan 'inah (riba) dan kalian mengikuti ekor sapi, dan

    kalian rela dengan pertanian serta kalian meninggalkan jihad,

    maka Allah kuasakan terhadap kalian kehinan yang tidak Diamencabutnya sampai kalian kembali kepada agama kalian." (H.R.Ahmad dan Abu Dawud dengan isnad yang hasan dari Ibnu Umar)

    'Inah adalah macam dari riba, dan mengikuti ekor sapi danridla dengan pertanian keduanya mennunjukan terhadapkecenderungan kepada dunia yang termasuk konsekuensinya adalahmeninggalkan jihad sedangkan ini semuanya menghantarkan kepadakehinan yang tidak mungkin diangkat kecuali denganmeninggalkan sebab-sebabnya

    Dan ini semuanya dalam penjelasan pantingnya materi al

    iman dan al kufru, dan dalam penjelasan pentingnya materi iniIbnu Taimiyyah rh berkata: Bila hal itu sudah jelas, makaketahuilah bahwa sesungguhnya (masalah-masalah takfier dantafsik) adalah masalah-masalah (nama-nama dan hukum-hukum)yang berkaitan dengannya loyalitas, permusuhan, pembunuhan,keterjagan (harta dan darah) serta hal lainnya di negeri duniaini karena sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan surga bagimu'min dan mengharamkan surga atas kafirin. Sedangkan iniadalah termasuk hukum-hukum yang menyeluruh di setiap waktudan tempat (Majmuatul Fatawa; 12/468).

    Ibnu Taimiyah rh berkata juga: Sesungguhnya keliru dalamnama Iman tidaklah seperti kekeliruan dalam nama yang baru dantidak pula seperti kekeliruan pada nama-nama lainnya, karenahukum-hukum dunia dan akhirat dikaitkan dengan nama Iman,Islam, Kufur dan Nifaq (Majmu Al Fatawa, 7/395)

    Dan berkata juga: Dan tidak ada dalam ucapan suatunamapun yang digantungkan padaanya kebahagian, kebinasan,pujian, celan pahala dan siksa yang lebih besar dari nama imandan kufur, oleh sebab ini inti ini dinamakan masailiil asmawal ahkam (Majmu Al Fatawa, 13/58)

    Ibnu Rajab Al Hanbaliy rh berkata: Dan masalah-masalahini -yaitu masalah-masalah Islam, Iman, Kufur, dan Nifaqadalah masalah-masalah yang agung sekali, karena Allah 'Azza

    14

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    15/152

    Wa Jalla telah mengaitkan pada nama-nama ini kebahagian,kesengsaran serta keberhakan akan surga dan neraka, sedangkanperselisihan pada penaman-penamannya adalah perselisihanpaling awal yang terjadi di tengah umat (Jamiul Ulum WalHikam: 27)

    Ibnu Qoyim rh berkata sat membicarakan datangnya syari'atdengan ajaran penutupan pintu-pintu kejahatan dan kerusakan,terus beliau menyebutkan di antara conto-contoh hal itu:Sesungguhnya syarat-syarat yang di tetapkan terhadap ahludzimmah mengandung pemilahan mereka dari kaum muslimin dalamhal pakaian, rambut, kendaran dan yang lainnya supayapenyerupan mereka itu tidak menghantarkan orang kafirdiperlakukan seperti orang muslim, maka pintu ini ditutupdengan cara mengharuskan mereka tampil beda dari orang muslim(I'lamul Muwaqqi'in, 3/154)

    Dan kesimpulan masalah ini adalah: Bahwa buah hasilmateri ini -yaitu perbincangan al iman dan al kufru- adalahmembedakan orang mu'min dari orang kafir agar memperlakukanmasing-masing dari keduanya dengan semestinya dalam ajaranAllah Taala, sedangkan ini adalah wajib atas setiap muslim.Kemudian sesungguhnya termasuk maslahat orang kafir atau orangmurtad adalah dia mengetahui bahwa ia itu kafir sehingga iasegera taubat atau dengan memperbaharui keIslamanya, maka iniadalah baik bagi dia di dunia dan di akhirat. Adapun kitamenyembunyikan dari dia statusnya dan kita tidak mengabarkankepada dia akan kekafirannya atau kemurtaddannya dengan dalil

    bahwa perbincangan dalam masalah ini adalah tidak amanakibatnya maka ini disamping penyembunyian al haq danpenghancuran terhadap pilar-pilar dien ini adalah kezalimanterhadap orang kafir ini dan penipuan terhadapnya denganmenghalanginya dari kesempatan taubat bila dia telah tahukekafiran pada dirinya, karena banyak orang kafir itu merekatergolong ...orang-orang yang telah sia-sia perbuatannyadalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa

    mereka berbuat sebaik baiknya(Al Kahfi: 104)

    Dan telah lalu dalam tingkatan pertama yang khusus denganilmu orang awam, saya menyebutkan bahwa saya tidak menuntutorang awam untuk berfatwa dalam hukum-hukum al iman dan alkufr, bahkan hal itu tidak boleh baginya, akan tetapi materiini wajib hadir dalam pikirannya pada interaksi yang beranekaragam agar dia meminta fatwa di dalamnya sat membutuhkan,sebagai bentuk pengamalan kewajiban berilmu sebelum berbicaradan berbuat.

    Adapun pencari ilmu dalam tingkat ke tiga, yaitu tingkatsepesialis dan pencapaian ijtihad, maka seyogyanya perhatiandia terhadap materi ini adalah lebih tinggi dari itu, dengancara ia mengkajinya dengan pengkajian yang cukup agar ia

    memiliki kelayakan untuk berfatwa di dalamnya.

    15

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    16/152

    MASALAH KEDUA

    Masalah-Masalah Materi Al Iman

    Ketahuilah bahwa pemahaman materi-materi al kufr, annifaq dan al fisq adalah dibangun diatas pemahaman materi al

    iman, karena ia adalah pembatal-pembatal baginnya dariberbagai sisi. Kekafiran dan nifaq keyakinan adalahmembatalkan Ashlu Iman, sedangkan kefasikan dan nifaq amalanadalah membatalkan iman yang wajib. Dan penjelasan ini telahlalu di awal peringatan penting yang disebutkan dalam komentarsaya terhadap Al Aqidah Ath Thahawiyyah.

    Dan untuk memahami materi al iman maka seyogyanyamengkaji masalah-masalahnya yang penting, dan yang mana buku-buku aqidah berbeda-beda dalam meliputi dan merincinya. Dankami menuturkan masalah-masalah ini disini agar si pencariilmu menyempurnakan pengkajiannya dari kitab-kitab yangberaneka ragam.

    Dan sedangkan masalah-masalah al iman yang mana firqah-firqah berselisih di dalamnya adalah:

    1. Masalah hakikat Al Iman dari sisi keterkaitannya denganhati, lisan, dan amalan anggota badaan.

    2. Masalah apakah iman itu tersusun dari banyak cabangataukah ia itu sesuatu yang satu ? dan perbedan antararukun-rukun iman dan cabang-cabangnya ?

    3. Masalah bertambah dan berkurangnya al iman, bertingkat-

    tingkatnya orang-orang mu'min dalam iman mereka,berkumpulnya ketatan dan maksiat dalam diri seseorang, danberkumpulnya iman dan nifaq di dalamnya.

    4. Masalah tingkatan-tingkatan iman dan bagian-bagiannya danitu menurut orang yang mengatakan bahwa iman itu murakkab(tersusun dari banyak hal), dimana ia membaginya menjadiashl (inti), kesempurnan yang wajib dan kesempurnan yangmustahabb. Adapun orang yang mengatakan bahwa iman adalahsatu hal maka tidak ada bagian-bagian baginya menurutorang itu.

    5. Masalah bertingkat-tingkatnya cabang-cabang iman menurutorang yang megatakan bahwa ia murakkab dari cabang-cabang.

    6. Masalah macam-macam cabang-cabang,dan di antaranya adayang merupakan syarat dalam ashlul iman, atau dalamkesempurnannya yang wajib atau dalam kesempurnanya yangmustahab / dan ini menurut orang yang mengatakan bahwaiman itu tersusun dari berbagai cabang.

    7. Masalah para pelaku dosa besar : status mereka di duniadan nasib mereka di akhirat ? dan muncul cabang darimasalah ini berbagai macam istilah diantaranya : kabair

    (dosa-dosa besar), shaghouir (dosa-dosa kecil), fasiqmaliy, mutlaqul iman, iman muthlaq, manzilah bainal

    16

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    17/152

    manzilatain, kufrun duna kufrin, syirkun duna syirkin,dhulmun duna dhulmin, fisqu dun fisqin, nifaqun dunafisqin, jahiliyyah duna jahiliyyah, jahlu duna jahlin,danistilah- istilah lauinnya.

    8. Masalah iman dan Islam, apa ia itu satu atau dua hal yang

    berbeda ?

    9. Masalah istitsna (pengecualian dengan insya Allah) dalamiman, danistitsna dalam Islam.

    10. Masalah apakah iman itu makhluk atau bukan makhluk ?

    11. Perbedan dalam iman dan Islam antara hukum dhahir (hukumdunia atau hukum-hukumy) dengan hukum hakiki (atau hukumakhirat atau hukum balasan sebenarnya).

    Ini adalah masalah-masalah al iman yang paling penting,dan ketahuilah bahwa ia mencabang semuanya dari satu masalah

    yang mana ia adalah yang paling pertama di sini, yaitu masalahhakikat iman. Dan saya memberikan di hadapan anda sebuahcontoh dengan mazhab Murjiah dalam hal itu:

    Hakikat iman menurut mereka adalah tasdiq (pembenaran)dengan hati (dan sebagian firqah Murjiah menambahkan ikrardengan lisan sebagai syarat untuk memberlakukan hukum-hukumdunia, padahal ikrar itu tidak masuk dalam hakekat imanmenurut jumhur Murjiah). Dan terbangun diatas dasar inimenurut mereka (yaitu bahwa iman adalah pembenaran saja)masalah-masalah lain berikut ini:

    1. Bahwa iman adalah hal yang satu lagi tidak tersusun daricabang-cabang, bila lenyap sebagiannya maka lenyaplahseluruhnya.

    2. Bahwa iman itu tidak bertambah dan tidak berkurang,karena tasdik adalah hal yang satu, dan seandainya iaberkurang tentu ia menjadi keraguan, sedang ia adalahkekafiran.

    3. Bahwa orang-orang beriman di dalamnya adalah sama, yangbejat seperti yang bertaqwa, semua mereka keimanannyaseperti keimanan nabi saw bahkan seperti keimanan jibril

    dan mikail as, karena iman adalah satu yang satu. Dan initermasuk kebusukan Murjiah.

    4. Bahwa amal bukan termasuk dari iman, karena iman adalahpembenaran hati, sedangkan amal hanyalah buah keimanan,dan bila amal dinamakan iman maka sebagai bentuk majaz.

    5. Bahwa orang bejat yang fasiq adalah mu'min yang sempurnaimannya selagi ia membenarkan. Dan ini termasuk kebusukanmereka.

    6. Bahwa orang yang beriman itu tidak bertingkat-tingkat didalamnya, akan tetapi iman mereka itu sama-sebagai manayang telah lalu, dan mereka hanya bertingkat-tingkat dalamhal amalan, sedangkan ia bukan tergolong keimanan.

    17

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    18/152

    7. Bahwa tidak boleh mengecualikan dalam iman, yaituucapan : "saya mu'min insya Allah", karena ia adalahkeraguan, sedangkan ragu dalam iman yang mana ia adalahtasdiq adalah kekafiran, akan tetapi dia musti berkata :"saya mu'min sebenarnya atau pasti".

    8. Bahwa al kufru adalah takdzib (pendustan) tidak yanglainnya atau suatu yang kembali kepada takdzib sepertijuhud ( pengingkaran) dan istihlal, karena al kufru adalahkebalikan al iman, sedangkan iman adalah tasdiqu qolbi(pembenaran hati) maka kekafiran tidak lain adalahtakdhibul qolbi (pendustan hati).

    Kemudian mereka terpecah beberapa kelompok dalammenyikapi orang yang mengucapkan atau melakukan suatu yangtelah datang nash akan kekafiran pelakunya:

    - Asya'riyah dan Murjiah fuqaha berkata: ia kafir dhahir

    dan batin, akan tetapi bukan dengan ucapan atau perbuatan itu,namun karena sesungguhnya ucapan atau perbuatan yangmengkafirkan itu adalah tanda terhadap keadaan bahwa ia adalahmendustakan dengan hatinya.

    - Jahmiyyah berkata: ia kafir secara dhahir karenaadaanya nash yang menegaskan kekafiran dan boleh jadi iamu'min di dalam bathin bila tashdiknya masih ada. Dan orang-orang yang memiliki pendapat ini telah dikafirkan oleh salafkarena nash syar'iy yang mana ia adalah pemberitahuan AllahTaala tidak terjadi kecuali atas dasar hakikat sebenarnya

    bukan dhahir belaka. Dan jahmiyyah memiliki pendapat laindalam hal ini seperti pendapat asyariyah dan Murjiah fuqaha.

    - Dan Ghulatul Murjiah sedang mereka itu banyak sekalipada zaman ini lagi banyak menyusun kitab-kitab yang saratdengan muatan kesesatan, berkata: orang ini tidak dikafirkankecuali bila ia mengingkari (juhud) atau menganggap halal(istihlal) dan terang-terangan dengan hal itu. Dan mereka initelah dikafirkan oleh salaf karena penolakan mereka trerhadapnash syar'iy yang memfonis kafir orang yang mendatangkanucapan atau perbuatan yang mengkafirkan itu. Dan hal ini telahlalu dalam komentar saya terhadap Al Aqidah Ath Tohawiyah.

    Ini adalah ringkasan madzhab Murjiah dalam hal imandengan berbagai kelompoknya. Dan sebagaimana yang engkau lihatbahwa madzhab mereka dengan berbagai masalah -masalahnyaadalah dibangun diatas satu masalah, yaitu hakikat imanmenurut mereka, dan ucapan mereka tentang hakikat iman iniadalah bid'ah yang tercela yang memunculkan bid'ah- bid'ahyang banyak, sebagaimna bahwa sanksi keburukan adalahkeburukan sesudahnya (kegelapan-kegelapan yang sebahagiannyadiatas sebahagian yang lain), oleh sebab itu perselisihanmereka bersama Ahlussunnah bukan sekedar lafadz sebagaimana

    yang telah saya utarakan sebelumnya dalam komentar sayaterhadap Al-Aqidah Athahawiyyah.

    18

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    19/152

    Dan begitu juga keadaannya menurut Ahlussunnah,mu'tazilah dan Khawarij, madzhab-madzhab mereka dalam hal imanadalah dibangun batasan hakikat al-iman menurut masing-masingdari mereka.

    Ini apa yang berkaitan dengan masalah-masalah iman yang

    seyogyanya hanya sang pencari ilmu mengkaji dali-dalil tiapkelompok yang beselisih di dalamnya dari referensi-referensiyang akan kami tuturkan InssyAllah.

    MASALAH KETIGA

    Dlawabit (Batasan-Batasan)Takfier

    Dalam masalah ini akan kami tuturkan empat sub bahasanyaitu posisi bahasan masalah takfier, definisi riddah, kaidahtakfier serta kekeliruan-kekeliruan yang umum dalam masalahini.

    Sub Bahasan Pertama

    Posisi Bahasan Materi Takfier

    Perkatan kami dalam takfier disini akan terbatas padaorang yang sebelumnya telah tetap sebagai orang yang berstatushukum muslim, baik dia itu masuk Islam dengan sendirinyaataupun dilahirkan di atas fiitrah karena dua ornag tua yangmuslim,buka orag kafir yang asli, messkiun kekafiran itu

    adalah kekafiran dengan tanpa melihat orang yang terperosokdidalamnya akan tetapi pembicaran mengenai kafir asli adalahtidak ada kesulitan di dalamnya dan tempatnya adalah bab AlJihad.

    Maka kami katakan bahwa sesunggguhnya materi takfir(yaitu memvonis kafir seseorang yaitu yang dikenal dengan nama(takfier muayyan ) adalah memiliki dua sisi pembahasankeduanya ada di dalam berbagai kitab-kitab ilmu, yaitu:

    1. Sisi i'tiqod (keyakinan): yang berkaitan dengan hakikatkekafiran dan macam-macamnya sedangkan tempat bahasanya

    adalah bab-bab al iman dan pembatal-pembatalnya dalam bukuaqidah.

    2. Dan sisi qodloiy (peradilan): dan ini membahas dua hal:

    (1) Pertama: Hal yang mengkafirkan yaitu ashabul kufri dansangsi orang kafir. Dan tempat bahasan masalah iniadalah bab-bab riddah dan murtad dalam kitab fiqh.

    (2) Kedua: Pembuktian terjadinya hal yang mengakfirkan-sebab kekafiran- dari orang tertentu dan memandangnyapada kekosongannya dari penghalang-penghalang hukumyang dianggap secara syariat dan itu untuk memvonisnyadengan kekafiran atau untuk membebaskannya . Dan tempat

    19

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    20/152

    pembahasan masalah ini adalah bab-bab qadla(peradialan), dakwan danbukti-bukti dalam kitab fiqh.

    Sedangkan maksud di sini adalah mengingatkan bahwa tidakboleh memfatwakan dalam masalah takfier muayyan dengan hanyamelihat pada kitab-kitab aqidah tanpa melihat pada proses

    peradilan yang berkaitan dengan hal itu. Dan akan datangsesuatu dari rincian dalam hal itu sat berbicara tentangkaidah takfier.

    Sub Bahsan Kedua

    Definisi Riddah

    Riddah adalah kembali dari agama Islam kepada kekafiranatau pemutusan keIslaman dengan kekafiran. Allah Taalaberfirman:

    Barangsiapa di antara kamu murtad dari agamanya terus dia

    mati sednag dia itu kafir maka merek itu hapuslah amalan

    mereka di dunia dan di akhirat dan mereka itu adalah para

    penghuni neraka,mereka kekal di dalamnya. (Al Baqarah :217)

    Sedang murtad adalah orang yang kafir setelahkeIslamannya dengan ucapan atau perbuatan atau keyakinan ataukeraguan.

    Definisi-definisi madzhab yang empat dan selain ynagempat tentang riddah dan murtad semuanya berkisar seputarmakna ini. Dan itu dikarenakan kekafiran itu bisa terjadidengan amalan lisan (yaitu ucapan ) atau dengan amalan anggotabadaan (yaitu perbuatan ) atau dengan amalan hati (yaitudengan keyakinan atau keraguan).(Lihat Kasysyaful Qina karyaSayaikh Mansyur Al Bahutiy juz 6 hal: 167-168)

    Abu Bakar Al Hishniy Asy Syafiiiy berkata dalamKifayatul Ahkyar: Riddah menurut syariat adalah kembalikepada Islam kepada kekafiran dan memutus keIslamansedang ia

    bisa terjadi kadaang dengan ucapan dan kadaang dengan

    perbuatan dan kadaang dengan perbuatan dan kadaang dengan

    keyakinan. Dan masing-masing dari ketiga macam ini di dalamnya

    banyak masalah yang tidak terhitung.(Kifayatul Ahkyar 2/123)

    20

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    21/152

    Syaikh Hamd Ibnu Atiq An Najdiy rh (wafat 1301) berkata:Sesunggguhnya ulama sunnah dan hadits berkata sesungguhnya

    orang yang murtad adalah orang yang kafir setelah keIslamannya

    baik berupa ucapan, perbuatan maupun keyakinan.. Mereka

    menetapkanbahwa orang yang mengucapkan kekafiran adalah kafir

    walaupun tidak meyakininya dan tidak mengamalkannya bila dipaksa.Begitu juga bila ia melakukan kekafiran maka ia kafir

    walaupun tidak meyakininya dan tidak mengucapkannya. Begitu

    juga bila ia melapangkan dadaanya dengan kekafiran yaitu dia

    membukanya dan meluaskanya (maka ia kafir) walaupun ia tidak

    mengucapkan hal itu dan tidak mengamalkannya.Ini adalah

    sesuatu yang maklum secara pasti dari kitab-kitab mereka dan

    orang ynag memiliki kesibukan dalam ilmu maka mesti telah

    mencapai sebagaian dari hal itu(Ad Difa An Ahlis SunnahWal Ittiba karya Syaikh Hamd Ibnu Atiq terbitan DarulQuranil Karim 1400H hal: 30)

    Sebagaian ulama membatasi dengan tiga sebab kekafiran(ucapan, perbuatan atau keyakinan) dan sebagian dari merekamenambahakan (atau keraguan)dan itu demi membedakan keraguandari keyakinan padahal sesungguhnya keduannya termasuk amalanhati, akan tetapi keyakinan adalah suatu yang terikat lagimenetap, adapun keraguan maka ia adalah sesuatu yang tidakterikat dan tidak menetap dikarenakan ia dan kebalikannyaadalah seimbang. Barang siapa yang bersarang dalam hatinyakedustan rasuk maka ini kufur Itiqod (keyakinan) dan barangsiapa yang ragu akan kebenaran dan bagi dia Rasul itu bisajadi berdusta maka ini kufur keraguan(syakk) Allah Taalaberfirman:

    Dan di hati mereka ragu-ragu, kerena itu mereka selalu

    bimbang dalam keragu-raguannya(At Taubah: 45)

    Dan disini ada peringatan penting: yaitu yang telah laluitu adalah definisi riddah secara hakikat sebenarnya. Adapun

    dalam hukum-hukum dunia yang berjalan sesuai dhahir maka tidakdivonis murtad kecuali dengan sebab ucapan mukaffir (yangmengkafirkan) atau perbuatan mukaffir, karena perbuatan danperkatan keduanya adalah apa yang nampak dari manusia, adapunkeyakinan dan keraguan yang mana tempatnya adalah hati makatidak ada sangsi dengan sebab keduanya di dunia selagikeduanya tidak nampak pada ucapan atau perbuatan. DanRasulullah SAW telah berkata dalam hadits shahih Sesungguhnyaaku tidak diperintahkan untuk mengorek hati manusia dan didalam As Shahih juga bahwa beliau SAW berkata kepada Usamah:Apakah kamu membelah hatinya

    Barang siapa kafir dengan hatinya (dengan keyakinanatau keraguan) dan dia tidak menampakkannya dalam ucapan atau

    21

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    22/152

    perbuatan maka ia muslim dalam hukum dunia akan tetapi iakafir pada hakikat sebenarnya di sisi Allah dan dia adalahorang munafiq dengan nifaq akbar yang menutupi dirinya dengankekafirannya.

    Ibnul Qoyyim berkata: Dan beliau tidak memberlakukan

    hukum-hukum itu terhadap sekedar apa yang ada di dalam jiwatanpa ada indikasi perbuatan atau ucapan(Ilamul muwaqqiin,3/117)

    Dan ini tidak ada perselisihan di dalamnya dalam hukum-hukum dunia yang berjalan sesuai dhahir dan dalam hal iniberkata Al Imam Ath Thahawiy rh dalam Itiqadnya tentang ahlikiblat- Dan kami tidak memvonis mereka kafir, musyrik danmunafiq selama tidak nampak dari mereka sesuatu dari hal itudan kami serahkan rahasia-rahasia mereka kepada Allah TaalaPensyarah berkata: Karena kita telah diperintahkan untuk

    menghukumi berdasarkan dhahir dan kita dilarang dari pradugadan dari mengikuti apa yang tidak diketahui ilmunya (SyarhulAqidah At Thahawiyyah hal 427 terbitan Al Maktabah Al Islamiy1403 )

    Dan kesimpulan bahwa vonis murtad di dunia tidak terjadikecuali dengan ucapan mukaffir atau perbuatan mukaffir.

    Ibnu Taimiyyah rh berkata: Orang yang murtad adalahsetiap orang yang mendatangkan setelah keIslamannya sesuatuyang menggugurkan keIslamannya berupa ucapan dan perkatan,dimana ia tidak bisa bersatu kumpul bersama ( Asy Sharimul

    Maslul:459)Dan berkata: Dan secara umum barang siapa yang

    mengucapkan atau melakukan yang merupakan kekafiran maka iakafir dengan hal itu meskipun ia tidak bermaksud untuk kafir,kerena tidak seorang pun bermaksud kafir kecuali apa yangtelah Allah kehendaki( As Syarimul Maslul 177-178)

    Perhatian akan kemungkinan terjadinya riddah dan cepatnyaterjadi: Banyak orang-orang berlebihan dalam menghati-hatikandalam pengkafiran manusia meskipun mereka telah melakukan apayang mereka lakukan dan mereka mengatakan bahwa ini adalah

    madzhab Khawarij bahkan mereka berpendapat akan peniadaankemungkinan terjadinya riddah dan bahwa orang muslim yangmengikrarkan dua kalimat syahadat tidak mungkin kafir selamnyadan sebagian mereka berdalil dengan ungkapan kami tidakmengkafirkan seorang muslimpun dengan sebab dosa.

    Dan ini termasuk dalam kebodohan terhadap agama Islam.Sesungguhnya Khawarij, mereka itu mengkafirkan dengan sebabdosa yang tidak mukaffirah sedangkan Ahlussunnah makasesungguhnya dengan sebab dosa-dosa mukaffirah. Dan adapunungkapan Kami tidak mengkafirkan seorang muslim pun dengansebab dosa maka telah lalu penjelasan maknanya dalam komentar

    saya terhadap Al Aqidah Thahawiyyah.

    22

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    23/152

    Sungguh telah murtad sejumlah manusia pada masa hidupNabi sw dan setelah beliau wafat murtadlah mayoritas orangyang telah masuk Islam dari kalangan bangsa Arab kecualipenduduk Makkah, madinah dan Bahrain dan mereka pun diperangiatas akibat kemurtadaan oleh Abu Bakar dan para sahabat.

    Allah Taala berfirman:

    ...

    Tak usah kamu meminta maf, krena kamu kafir sesudah

    beriman... (At taubah: 66)

    Dan firman-Nya:

    ......Sesunguhnya mereka telah mengucapkan perkatan kekafiran

    dan telah menjadi sesudah Islam... (At Taubah:74 )

    Orang-orang yang mana ayat-ayat tadi turun berkenandengan mereka adalah telah kafir dengan sebab-sebab ucapan-icapan yang mereka ucapkan pada masa Nabi saw.

    Dan Nabi saw bersabda:

    Bersegeralah kalian beramal sebelum datang berbagai

    fitnah seperti potongan malam yang gelap, oran di pagi hari

    mumin dan di sore hari ia kafir , atau disore hari dia mumindan di pagi dia kafir, dia menjual agamanya dengan materi

    dunia. (HR Muslim ).

    Seseorang bisa kafir dengan satu kalimat yang ialontarkan walaupun ia bersendau gurau (bercanda main-main)oleh sebab itu pensyarah Al Aqidah Ath Thahawiyyah berkata:Dienul Islam adalah apa yang disyariatkan Allah Taala untukhamba-hambaNya lewat lisan para RasulNya. Inti dien ini dancabang-cabangnya periwayatanya adalah dari para rasul dan iasangat jelas sekali, mungkin bagi setiap mumayyis baik kecilmaupun besar, orang fashih maupun non arab, pandai maupun

    bodoh- untuk masuk di dalamnya dengan waktu yang sesingkatmungkin dan sesungguhnya keluar darinya juga bisa lebih cepatdari itu (Syarhul Aqidah Ath Thahawiyyah, terbitan Al MaktabAl Islamiy 1403 H hal : 585)

    Perhatikan ucapannya Dan sesungguhnya keluar darinya(juga) bisa lebih cepat dari itu Oleh sebab itu para ulamamenuturkan riddah dalam pembatalpembatal wudhu, adzan,shalat, shaum dan yang lainya, yaitu bahwa orang bisa jadiwudhu untuk shalat terus ia melakukan sesuatau yangmegkafirkan baik ucapan atau perbuatan atau keyakinan atau

    keraguan sehingga murtad, kemudian bila ia taubat maka wajibatasnya memperbarui wudhu yang telah rusak dengan riddah maka

    23

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    24/152

    perhatikanlah cepatnya riddah, tentu engkau mengetahuikerusakan pendapat orang-orang yang menganggap riddah sebagaibagian hal-hal yang sangat jauh terjadi/ mustahil.

    Dan diantara hal ini adalah ucapan Ibnu Qudamah rhSesunguhnya adalah membatalkan wudhu dan membatalkan tayamum

    dan ini adalah pendapat Al Auzai dan Abu Tauri. Dan Ia(riddah) adalah mendatangkan sesuatu yang dengan sebabnya iakeluar dari Islam baik itu ucapan ataupun keyakinan atau punkeraguan yang memindahkan dari Islam, kemudia kapan saja iakembali kepada keIslamannya dengan rujuk kepada dienul haqmaka ia tidak boleh shalat sampai ia berwudhu meskipun iatelah berwudhu sebelum ia murtad. (Al Mughniy Maa SyarhilKhabir juz 1/168)

    Ibnu Qudamah berkata juga: (riddah)itu membatalkan adzanbila ia ada di tengah adzan (Referensi yang sama 1/438 )

    Dan berkata juga: Kami tidak mengetahui perbedandiantara ahli ilmu bahwa orang yang murtad dari Islam ditengah shaum sesungguhnya shaumnya rusak dan ia wajibmengqada hari itu bila ia kembali Islam di tengah hari ituataupun hari itu sudah habis (refensi yang lalu 3/52 )

    Ibnu Qudamah berkata juga: Bila isterinya berkata:Cerailah saya dengan satu dinar, maka ia mencerainya terus siwanita murtad maka ia wajib membayar satu dinar itu makacerainya menjadi bain dan kemurtadaanya tidak berpengaruhkarena riddah ada setengah bainunah. Dan bila ia mencerainya

    setelah kemurtadaan si wanita dan sebelum dukhul (berhubunganbadaan) si suami dengan si dia maka dia menjadi bain (tidakada rujuk) dengan seba riddah dan cerai pun tidak terjadikarena ia mengenai si wanita yang sudah bain (sama di atas8/186).

    Abul QoshIm Al Khorqiy berkata: Andai ia menikahinyadalam keadaan keduanya muslim terus si wanita murtad sebelumdukhul maka pernikahan lepas begitu saja dan dia tidak berhakatas mahar. Dan bila yang murtad adalah si laki-laki sebelunyadan sesudah dukhul maka begitu juga akan tetapi si laki-lakiwajib bayar separuh mahar dan berkata juga: Bila riddah

    wanita setetlah dukhul maka ia tida berhak mendapat nafkahdan bila ia tidak masuk Islam sampai iddahnya habis makapernikahannya lepas begitu saja. Dan andai si laki-laki murtadterus ia tidak kembali kepada Islam sampai iddahnya makanikahnya lepas semenjak dua agama berlainan ( Rujukan yangsama 9/584-565).

    Ini adalah sedikit dari hal yang banyak dan iamenjelaskan kemungkinan terjadinya riddah dan bahkan sangatcepatnya ia terjadi, berbeda dengan apa yang dikliam sebagianorang, sampai-sampai orang yang berwudhu bisa murtad antara

    wudhunya dengan shalatnya dan orang yang adzan bisa murtad satia menyuarakan shalat dengan lafald mukaffir yang ia ucapkan

    24

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    25/152

    atau dengan keyakinan mukaffir yang diyakini hatinya ataumukaffirat lainnya. Perhatikan hal ini tentu engkau mengetahuikejahilan yang memalukan yang ada pada banyak orang-orang masasekarang.

    Syaikh Muhammad Hamid Al Faqiy berkata: Sampaisampai

    sesungguhnya banyak ulama di abad-abad ini sangat mengingkariterhadap orang yang mengingkari syirik akbar sehingga jadilahmereka itu dan para sahabat ra berada di atas dua tepi yangbertentangan, dimana para sahabat sangat mengingkari suatu halyang sedikit dari kemusyrikan, sedangkan para ulama itujusteru malah mengingkari terhadap orang yang mengingkarisyirik akbar dan mereka menjadikan pelarangan dari syirik iniadalah biah dan kesesatan.

    Dan begitulah keadaan uamt-umat bersama para rasul dannabi seluruhnya dalam apa yang dengannya mereka diatas, berupa

    tauhidullah Taala, ikhlas beribadah kepadaanya saja danlarangan dari penyekutuan denganNya .

    Dan berkata juga: Banyak para pengklaim berilmu tidakmengetahui La ilaha illAllah sehingga mereka menghukumisetiap orang yang mengucapkannya sebagai seorang muslimwalaupun dia itu terang-terangan dengan kekafiran yang nyata,seperti peribadatan kepada kuburan, mayit dan berhala,pengahalalan hal yang haram yang diketahui pengharamannyasecara pasti oleh agama ini, pemutusan dengan selain apa yangtelah Allah turunkan serta mejadikan alim ulama dan para ahliibadah sebagai arbab selain Allah (Dari catatan kaki hal 128dan 221 dari kitab Fathul Majid Syarhi Kitab At Tauhidterbitan Darul Fikr 1399H ).

    Sub Bahasan Ketiga

    Kaidah Takfier

    Dan yang dimaksud di sini adalah takfir muayyan danSyaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan Istillah kaidahtakfier dalam banyak tempat di Majmu Al Fatawa. Dan sayatelah berupaya sejak lama untuk mendapatkan suatu teks bagi

    kaidah ini dlam karya-karya syaikhul Islam yang beraneka ragamnamun sampai sekarang saya tidak mendapatkannya padahalsangat banyak dilakukan penelusuran. Dan saya mengiranyamemaksudkan dengan hal itu apa yang telah baku di kalanganpara ulama berupa memperhatikan dlawabit takfier (batasan-batasan takfier) dari sisi proses peradilan yang sudah dikenaldan bisa jadi -karena sebab itu tidak ada kebutuhan untukmembukukannya pada masa mereka karena mereka menjalankanperadilan syar'iy sat itu.

    Dan paling tidak disebutkan Syaikhul Islam dan beliau

    ulang-ulang dalam banyak tempat adalah takfier muayyan itutergantung pada keterpenuhan syarat-syarat dan ketiakadaan

    25

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    26/152

    penghalang-penghalang (takfier) pada si muayyan itu. Silahkanlihat sebagai contoh (Majmu' Al Fatawa 12/484, 487, 489, dan498)

    Adapun hari ini beserta terputusnya peradilan syar'iy danlenyapnya hal itu dari mayoritas negeri beserta berkurangnya

    ilmu serta munculnya kebodohan maka sesungguhnya kebutuhansangat menuntut untuk pembukuan kaidah semacam ini. Dan olehsebab itu maka saya telah menetapkan teks bagi kaidah takfiermuayyan seraya saya berharap ia memenuhi apa yang dimaksuddan ia adalah sebagai berikut :

    Dalam hukum-hukum dunia yang berjalan sesuai dhahir,orang tertentu dihukumi kafir dengan sebab ucapan mukaffiratau perbuatan mukaffir , yang telah terbukti terhadapnyasecara keterbuktian syar'iy. Bila syarat-syarat hukumterpenuhi dan penghalang-penghalang tidak ada pada dirinya ,

    dan memvonis terhadapnya orang yang layak untuk menghukumi,kemudian dilihat :

    Bila orang itu adalah maqdur alaih di darul Islam maka iadisuruh bertaubat secara wajib sebelum dikenakan hukumanterhadapnya oleh pihak penguasa.

    Dan bila dia itu mumtani' dengan kekuatan atau dengandarul harbi maka boleh bagi setiap orang untuk membunuhnya danmengambil hartanya tanpa proses istitabah, dan dalam hal inimalihat kepada maslahat dan mafsadat yang ditimbulkan olehhal itu. Dan bila berbenturan mashlahat dan mafsadat maka di

    dahulukan yang paling kuat dari keduanya. Selesai.Dan saya jelaskan kaidah ini dengan penjelasan yang

    ringkas maka saya katakan dengan memohon taufiq Allah Taala:

    1. Ucapan saya dalam kaidah takfir-:

    Dalam hukum-hukum dunia yang berjalan sesuai dhahiradalah pembuka dan pendahuluan adalah pembuka dan pendahuluanbagi ucapan saya dengan sebab ucapan atau perbuatan karenasesungguhnya keduanya adalah sesuatu yang nampak dari manusiadan dengannya ia diberi sangsi di dunia. Adapun kekafiranyang ada berdiri di hati (berupa keyakinan mukaffir atau

    keraguan pada rukun-rukun iman dan cabang-cagangnya) maka halini si pelakunya tidak dikenakan sangsi dengan sebabnya didunia, namun urusannya diserahkan kepada Allah (di hari satsegala rahasia ditampakkan) sedangkan Allah swt tidak mungkinmengampuni orang yang mati dalam kondisi kafir. Dan saya telahmenjelaskan hal itu dalam peringatan penting yang menuturkansetelah definisi riddah.

    2. Ucapan saya dalam kaidah takfir-:

    Dengan sebab ucapan atau perbuatan dan inilah sebabvonis kafir -dalam hukum-hukum dunia hanyalah ucapan atau

    perbuatan. Adapun ucapan maka seperti ini menghinakan AllahTaala atau menghina rasul saw atau menghina agama ini. Dan

    26

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    27/152

    adapun perbuatan maka seperti melempar mushab ke dalam kotorandan masuk dalam perbuatan meninggalkan dan menolak darimelakukan apa yang diperintahkan seperti meninggalkan shalatdan meninggalkan pemutusan dengan apa yang diperintahkandinamakan sebagai perbuatan sesuai dengan pengkajian

    berdasarkan firman Allah Taala:

    Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar

    yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang

    mereka perbuat itu. (Al Maidah: 79).

    Allah menamakan sikap mereka tidak saling melarang darihal munkar sebagai perbuatan. Dan di dalamnya ad dalil-dalil

    lain yang dituturkan oleh Syaikh Muhammad Al Amin AsySyinqhitiy dalam Mudzakkirah Ushulil Fiqh

    3. Ucapan saya dalam kaidah takfir-:

    Mukkafir adalah sifat bagi ucapan dan perbuatan. Dan sifatkekafiran ini terealisasi dengan dua syarat:

    A. Syarat pertama: Terbuktinya dengan dalil syar'iykekafiran orang yang mendatangkan ucapan atau perbuatan ini,dan ini adalah yang dinamakan takfier mutlaq tanpa menerapkanhukum kafier terhadap orang tertentu. Jadi takfier mutlaq

    adalah menerapkan vonis kafir terhadap sebab bukan terhadaporang si pelaku sebab itu.

    Dan disyaratkan pada dalil syar'iy itu adalah qathiydilalahnya (pasti indikasinya) terhadap kufur akbar. Karena disana ada bentuk-bentuk ungkapan yang penunjukan terhadapkekafirannya masih muhtamal (ada kemungkinan lain) bisaberarti kufur akbar dan bisa berarti berupa kufur asghar dankefasikan. Sedangkan penentuan apa yang dimaksud dari nashyang muhtamal dilalahnya adalah terjadi dengan qarinah-qarinahdari dalam nash itu atau dari nash-nash lainnya .Dan contohnyaitu: Apa yang diriwayatkan Al Bukhoriy dalam kitab Iman dari

    shahihnya pada Bab Khufianul Asyir dan Kufrun Duna Kufrin dandi dalamnya diriyawatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi SAWbersabda: Saya diperlihatkan nereka, ternyata mayoritas

    penghuninya wanita ,mereka kafir (ingkar) dikatakan: apa

    mereka ingkar kepada Allah? Beliau berkata Mereka ingkar

    kepada suami dan kepada kebaikan (Hadits no: 29)

    Dan beliau meriwayatkan dalam kitabul haidli dari AbuSa'ad bahwa Nabi melewati para wanita, beliau berkata: Wahaisekalian wanita bershadaqahlah, karena saya diperlihatkan

    kalian adalah mayoritas penghuni neraka. Maka bertanyalah

    mereka: dan apa sebabnya whai rasulullah? Beliau menjawab:

    27

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    28/152

    Kalian banyak melaknat dan ingkar kepada suami (Hadits no304)

    Di dalam hadits ini beliau saw mensifati sikap wanitatidak menunaikan hak suaminya ('asyir) dan sikapnya yang tidakberterima kasih kepada kebaikan suaminya sebagai kekafiran.

    Sedangkan qarinah-qarinah telah menunjukkan bahwa yangdimaksud denganya adalah kufur ashghar bukan kufur akbar yagmengeluarkan dari agama, dan qarinah-qarinahnya adalah bahwabeliau saw memerintahkan mereka bersedekah untuk menebusmaksiat-maksiat ini, sedang sedekah itu hanyalah bermanfaatbagi orang mu'min berdasarkan sabdanya saw: Shadaqah itumenghapuskan menghapus kesalahan sebagaimana air mematikan

    api (HR At Tirmizi dan berkata: hadits hasan shahih). Danshadaqah tidak diterima dari orang yang kafir dan tidak bisamenutupi kesalahan-kesalahannya berdasarkan firmanNya Taala:Sesungguhnya Aloh Tidak akan mengampuni dosa penyekutuan

    terhadapNya maka ini menunjukkan bahwa mereka itu wanita-wanita mu'minah bersama pensifatan maksiat mereka dengankekafiran dan ini adalah sifat kufur asghar.

    Dan contoh itu juga sabda beliau saw: Menghina orangmuslim adalah kefasikan dan memeranginya adalah kekafiran Dansabdanya saw: "Janganlah kalian kembali setelahku kafir,sebagian kalian memenggal leher sebagian yang lain" (Keduahadist itu driwayatkan Al-Bukhari).

    Beliau menamakan pembunuhan muslim terhadap muslimsebagai kekafiran, dan begitu juga sikap saling memeranginya,sedang nah-nash telah menunjukkan bahwa pembunuhan sengaja itutidak kafir berdasarkan firman-Nya Taala:

    "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qisosberkenaan dengan orang-orang yang dibunuh...-sampai pada

    firman-Nya- ...maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari

    saudaranya" (Al-Baqoroh: 178)

    Dimana Allah menetapkan ukhuwwah imaniyyah (persaudaraankeimanan) antara si pembunuh dengan wali orang yang terbunuh,dan begitu juga dalam hal saling berperang sebagaimana firman-Nya Taala:

    28

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    29/152

    "Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu'minberperang..." (Al-Hujurat: 9)

    Allah menamakan mereka mu'min bersama sikap salingberperang, dan ini menunjukkan bahwa kufur di dalam hadits-hadits yang lalu tidak lenyap bersama keimanan, sehingga iaadalah kufur Ashghar atau kufrun duna kufrin.

    Dan yang yang dimaksud disini adalah penginsyaratan bukanperincian, karena saya sudah merinci semua masalah-masalah inidalam kitab saya (Al-Hujjah Fie Ahkamil Millah Al Islamiyyah).

    Dan diantara bentuk-bentuk ungkapan yang dilalahnya

    muhtamal yang ada kemungkinan kufur akbar dan yang dibawahnyaadalah:

    Kufur dengan bentuk fi'il madli ( ) atau fi'ilmudlari ( )

    Kufur dengan bentuk isim nakiroh, baik mufrod ( )maupun jamak ( )

    Bentuk penafian iman ( /tidak beriman)

    Bentuk ( /bukan tergolong dari kami)

    Bentuk "maka ia dineraka'

    Bentuk "Allah haramkan terhadapnya surga"

    Bentuk "telah lepas darinya jaminan, atau telahberlepas darinya Allah dan Rasul-Nya saw"

    Dan yang lain

    Contoh-contoh untuk ini semuanya beserta penjelasandilalahnya disebutkan dalam kitab saya (Al-Hujjah Fie AhkamilMillah Al Islamiyyah), dan Al Imam Abu Ubaid Al Khosim ibnuSalam telah menuturkan sejumlah dari bentuk-bentuk ungkapan

    yang ihtimal dilalahnya ini dalam kitabnya (al iman).

    Adapun dalil-dalil syar'i yang qathiy dilalahnya terhadapkufur akbar maka contohnya adalah firman Allah Taala:

    "Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang merekalakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: sesungguhnya kami

    29

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    30/152

    hanylah bersendagurau dan bermain-main saja, katakanlah:

    apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan Rasul-Nya kamu selalu

    berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir

    setelah beriman" (At-Taubah: 65-66)

    Allah menegaskan terhadap kekafiran mereka setelah

    beriman, sedangkan ini adalah kufur akbar.

    Dan contoh firman Allah Taala:

    "Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya

    sendiri: ia berkata: aku kira kebun ini tidak akan binasa

    selama-lamanya, dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan

    datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku,

    pasti aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik dari

    pada kebun-kebun itu. Kawannya (yang mu'min) berkata

    kepadaanya sedang dia bercakap-cakap dengannya: apakah kamu

    kafir kepada Tuhan yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian

    dari setetes air mani, lalu dia menjadikan kamu seorang laki-

    laki yang sempurna." (Al-Kahfi: 35-37).

    Allah menegaskan bahwa ia kafir kepada Allah, dan iaadalah kufur akbar.

    Dan contohnya adalah firman-Nya tentang orang yangmenyeru selain Allah dalam apa yang tidak mampu terhadapnyaselain Allah:

    "Yang (berbuat) itulah Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah

    kerajaan. Dan orang orang-orang yang kamu seru (sembah) selain

    Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.Jika

    kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar suaramu, dan kalau

    mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan

    permintaanmu. Dan dihari kiamat mereka akan mengingkari

    kemusyrikanmu" (Fathir: 13-14).

    Dan firman-Nya Taala:

    30

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    31/152

    "Hanya bagi Allahlah (hak mengabulkan) do'a yang benar. Dan

    berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapatmemperkenankan sesuatuoun bagi mereka, melainkan seperti orang

    yang membukakan kedua telapak tangannya kedalam air supaya

    sampai air kemulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai

    kemulutnya. Dan do'a (ibadah) orang-orang kafir, hanyalah sia-

    sia belaka" (Arro'du: 14).

    Dan sebagai kaidah umum:

    Sesungguhnya setiap yang datang dengan bentuk isimma'rifat dengan alif dan lam ( ) dalam al kitab danassunnah maka ia adalah kufur akbar, seperti lafadz (

    - - - - ), karena alifdan lam menunjukkan pencakupan isim pada kesempurnaanmakna. Dan ini tidak ada perselisihan makna terhadapnyadiantara ahli ilmu dan ahli bahasa.

    Dan setiap yang ada dalam Al-Qur'an maka ia adalahkufur akbar, baik itu datang dengan bentuk isim ataufi'il (kata kerja) atau masdar (kata dasar), karenalafadz-lafadz Al-Qur'an adalah paten (baku), sedangkantelah terbukti hal ini dengan istiqra (penelusuran)satuan-satuan lafadza Al-Qur'an termasuk kufur yang ada

    dalam konteks kufur nikmat, ia adalah kufur akbarsebagaimana dalam surat Ibrahim: 28 dan An-Nahl: 112.Dan termasuk apa yang nampak bahwa dimaksud dengankufur lughowi (secara bahasa) nama yang dimaksud dengantafsirnya adalah kufur akbar syar'i sebagaimana dalamsurat Al-Hadid: 20.

    Setelah itu tinggallah lafadz-lafadz kufur yang adadalam assunnah, dimana apa yang datang darinya denganbentuk isim ma'rifat dengan maka ia adalah kufurakbar sebagaimana dalam hadist: "antara seorang denganal kufur adalah meninggalkan shalat"

    (HR. Muslim).Adapun bila ia dengan selain bentuk ini maka hukum asal

    di dalamnya adalah membawanya kepada kufur akbar sampai tegakqorinah yang memalingkannya kepada kufur asghor. Dan dalilnyaadalah hadist kufranul asryir (ingkar kepada suami) yang lalu.Coba perhatikan tatkala Rasulullah saw -tentang para wanita-(mereka kafir) maka para sahabat berkata; Apa mereka kafir(ingkar) kepada Allah? Maka ini menunjukkan bahwa kufur biladiutarakan begitu saja maka maknanya langsung mengarah kepadakufur akbar sampai ada qarinah yang memalingkannya kepadaasghor sebagaimana dalam contoh-contoh yang lalu.

    31

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    32/152

    Syaikh Abdulatif ibnu Abdurahman ibnu Hasan ibnu sayikhulIslam Muhammad ibnu Abdul Wahab berkata: "Dan lafadzh -

    - - -

    - - - dan lafadz-lafadz lainnya yangada di dalam Al-Kitab dan Assunnah kadaang dimaksudkan

    dengannya maknanya yang mutlak dan hakikatnya yang mutlak, dankadaang dimaksudkan dengannya mutlaqul haqiqoh (sekedarmemiliki makna), sedangkan yang pertama adalah hukum asalmenurut para ahli usul, dan yang kedua tidaklah digunakankecuali dengan qorinah lafdhiyyah yang maknawiyyah, namun itubisa diketahi dengan penjelasan yang berasal dari nabi danpenafsiran sunnah. Allah Taala berfirman:

    "Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul-pun melainkan dengan

    bahasa kaumnya untuk memberikan penjelasan kepada mereka"

    (Ibrahim: 4).

    Selesai (arrosail al-mufidah, syaikh Abdulatif, kumpulanSulaiman ibnu Sahman, hal: 21-22)

    Dan disini ada peringatan penting: sesungguhnya tidakdisyaratkan untuk menghukumi terhadap sesuatu bahwa ia adalahmukafir (mengkafirkan), datangnya nash tertentu yangmenunjukkan bahwa sesuatu itu mukafir (hal yang mengkafirkan).

    Syaikh Hamed ibnu Nasir ibnu Mamar rh 1225 H, sedang baliauadalah tergolong imam dakwah nadzdiyyah dan termasuk muridsyaikh Muhammad ibnu Abdul Wahab rh, berkata: "Dan jugasesungguhnya banyak dari masalah-masalah yang dituturkan paraulama dalam masalah-masalah kufur dan ridah serta terjalinijma' terhadapnya adalah tidak datang berkenaan dengannyanash-nash yang tegas yang menamakannya sebagai kekafiran, akantetapi para ulama menyimpulkan dari keumumman kandungan nash-nash, seperti bila orang muslim menyembelih sembelihan sebagaitaqorub (mendekatkan diri) dengannya kepada selain Allah makasesungguhnya itu adalah kekafiran berdasarkan ijma,

    sebagaimana hak itu ditegaskan oleh An Nawawi dan yanglainnya, dan begitu juga seandainya ia bersujud selain kepadaAllah" (Ad Duror assaniyyah fil ajwibah an najdiyyah 9/9).

    Saya berkata: "Dan diantara dalil yang paling jelasterhdap apa yang dikatakan syaikh Hamd ibnu Ma'mar adalah:kafir orang yang mengatakan Al-Qur'an makhluk-, dan initergolong hal yang paling terkenal dalam kitab-kitab salafdimana mereka mengatakan: Al-Qur'an adalah kalamullah bukanmakhluk dan barangsiapa mengatakan bahwa ia adalah makhlukmaka dia kafir."

    32

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    33/152

    Lihat kitab Assnunnah, karya Abdullah ibnu Ahmad,Assunnah karya Al Khallal, kitab Al Lalikaiy, kitab Al Uluwkarya Adzdzahabiy dan yang lainnya sangat banyak.

    Padahal tidak ada satu nash pun dalam alkitab atauassunah yang menegaskan bahwa barangsiapa yang mengatakan Al-

    Qur'an makhluk maka ia kafir, seperti di dapatkannya nash yangmenyatakan bahwa barangsiapa meninggalakan shalat maka iakafir. sebagaimana tidak didapatkan atsar dari sahabat tentangmasalah kholqul qur'an, akan tetapi para ulama menyimpulkanvonis kekafirannya dari sisi bahwa nushush telah menunnjukkanbahwa Al-Qur'an adalah kalamullah dan ilmuNya, sedangkan kalam(firman) dan ilmuNya adalah termasuk sifat Allah jallasya'nuh, dan sifatNya bukanlah makhkluk, dan barangsiapamengingkari hal itu serta malah mengatakan bahwa ini adalahmakhluk maka ia telah kafir. Sampai akhirnya hukum masalah iniadalah tempat yang diijmakan Ahlussunnah.

    Dan diantara yang membuktikan dihadapanmu kesamaranmasalah hukum masalah ini adalah apa yang diriwayatkan Adzdzahabiy dari Al Qodli Abu Yusuf, ia berkata: "Saya mengajakdiskusi Abu Hanifah selama enam bulan, maka sepakatlahpendapat kami bahwa orang yang mengatakan al qur'an makhluk-adalah kafir" selesai. (Mukhtasor Al 'Uluw Lil A'liyyilGhoffaar, Adz Dzahabiy, terbitan Al Maktab al Islamiy 1401 H,hal 155).

    Keduanya berdiskusi selama ini dikarenakan dalam masalahini tidak ada nash sorikh (tegas) pun dari al kitab danassunnah serta tidak penukilan dari sahabat didalamnya dan inisemua termasuk yang menjelaskan bahwa tidak disyaratkan dalamdalil syar'i yang mengkafirkan itu ia berbentuk nash yangtegas dalam masalah ini secara langsung, akan tetapi bolehsaja hukumnya itu diistinbath dari nash-nash yang ada.

    Dan dalam masalah ini yaiu terbuktinya sifat kufur bagiucapan dan perbuatan dengan dalil yang qath'iy masuklahperselihan berbagai firqoh:

    Khawarij mengkafirkan dengan sebab sesuatu yang bukankekafiran, seperti dosa-dosa besar yang tidak mengkafirkan,

    sedangkan Murjiah, mereka tidak mengkafirkan dengan sebabapapun dari amanat (ucapan dan perbuatan) akan tetapi merekasejalan dengan Ahlussunnah dalam memvonis kafir orang yangmendatangkan amal mukafir, bukan dengan sebab amal itu sendiritapi dikarenakan sesungguhnya amal yang ditegaskan dalilterhdap kekafiran pelakunya adalah ciri (tanda) yangmenunjukkan bahwa ia itu kafir dengan hatinya, sehinga merekasepakat dengan Ahlussunnah dalam hal vonis dan mereka berbedadengan Ahlussunnah dalam tafsirnya. Dan Murjiah yang sayamaksudkan dalam ucapan Saya yang lalu adalah Asyairah danMurjiah fuqaha.

    33

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    34/152

    Adapun Ghalatul Murjiah yang jauh tersesat, maka merekatidak mengkafirkan dengan dalil yang syari yang qathiydilalahnya terhadap kufur akbar dan mereka mensyaratkan untuktakfir orang yang melakukan amal mukaffir sikap terang-terangan dengan takdhib dan juhud atau istihlal. Dan inilah

    yang terkenal luas pada banyak duat masa kini. Dan saya sudahmenuturkan kepada anda bahasa salaf telah mengkafirkan orangyang berpendapat seperti ini.

    Ini adalah yang berkaitan dengan syarat pertama yaitukeberadaan dalil syari itu tegas dilalahnya terhadap kufurakbar.

    B. Syarat kedua: Keberadaan ucapan atau perbuatan itutegas (sharih) dilalahnya terhadap kekafiran yaitu bahwa iaberisi manath (alasan) yang mengkafirkan yang ada dalam nashsyari yang dijadikan dalil terhadap takfir.

    Contohnya orang yang mengatakan: Wahai tuanku Al Badawiytolonglah saya atau penuhilah kebutuhan saya atau lapangkanlahrizki saya atau selamatkan saya dari musuh saya. Maka iniadalah ucapan-ucapan mukaffirah, karena ia jelas dilalahnyaterhadap penyeruan selain Allah dan karena dalil syari telahmenunjukan bahwa orang yang menyeru selain Allah adalah kafir.

    Dan diantara perbuatanperbuatan yang jelas dilalahnyaterhadap kekafiran: orang melempar mushab kepada kotoran makaini tidak mengandung kemungkinan kecuali bahwa ia telahmelecehkan mushab sedang telah tsabit dengan dlail syari

    qathiy kekafiran yang memperolok-olok ayat-ayat Allah.Adapun bila ia melemparkan mushab kedalam api maka ini

    adalah perbuatan yang tidak tegas dilalahnya terhadpkekafiran. Sebagaimana akan datang penjelasan dalam hal-halyang dilalahnya mauhtamal (memiliki kemungkinan)

    Dan berseberangan dengan sharihuddilalah (yang tegasdilalahnya)ada amalan yang dilalahnya muhtamal yaitu amalan(ucapan atau perbuatan) yang tidak menunjukan terhadapkekafiran dan yang lainnya. Dan ini dinamakan takfirbilmuhtamalat (takfir dengan hal-hal ynag masih memiliki

    kemungkinan)dan termasuk darinya ucapan yang bukan merupakankekafiran dengan sendirinya tetapi menghantarkan kepadakekafiran dan ini yang dinamakan takfir bil maal atau takfirbilazamil qaul.

    Amalan yang muhtamal dilalahnya ini mesti memperhatikanbeberapa hal yang menentukan dilalahnya dan apakah dibawaterhadap kekafiran yang jelas ataukah digugurkan. Dan dalamhal ini berkatalah Al Qodliy Syihabuddien Al Qarafiy: Setiapyang memiliki dhahir maka maknanya terpaling langsung kepadadhahirnya kecuali saat adaanya hal yang merintangnya atau yangmengalahkan dhahir itu. Sedangkan suatu tak bisa diunggulkan

    kecuali dengan murajjih (yang mengunggulkan) yang syari(Alfaruq Al Qarafiy 2/195 terbitan Darul Marifah)

    34

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    35/152

    Sedangkan murajjih syari untuk menuntukan apa yangdimaksud dari amalan yang muhtamal dilalahnya adalah melihatpada tiga hal atau sebagainya yaitu:

    Mencari kejelasan maksud si pelaku

    Memperhatikan qarinah-qarinah keadaan yang menyertaiamalan itu

    Dan mengetahui urf (adat kebisan )orang yang berbicaraitu dan penduduk negernya.

    Adapun mencari kejelasan maksud si pelaku yaitu niatnyamaka adalah dengan menanyakan kepadaanya tentang apa yang iamaksudkan dengan ucapan dan perbuatanya. Seperti orang yangberdoa dipinggir suatu kuburan sedang tidak bisa didengarsuaranya dan siapa yang diminta dan dengan apa ia berdoa makaia mesti ditanya bila dia berkata: Saya berdoa kepada Allah

    agar mengampuni si mayit ini, maka ia berbuat baik. Bila iaberkata: Saya berdoa kepada Allah di sis kuburan ini denganharapan diijabah maka amalannya ini adalah bidah ghairmukaffirah. Bila ia berkata: Sesungguhnya ia menyeru penghunikubur agar memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, maka amalannyaini adalah mukaffirah. Jadi mencari kejelasan maksudnya iniadalah menentukan apa yang dimaksud dari suatu yang muhtamaldilalahnya. Dan dalam hal ini berkatalah An Nawawiy dalam apayang ia nukil dari Asy Syaimary an Alkhatib: Dan biladitanya yaitu si mufti tentang orang yag mengatakan ini danitu, berupa hal-hal ang memilii kemungkinan banyak hal yang

    sebagaianya bukan kekafran, maka seyogyanya bagi si muftiuntuk mengatakan : Orang ini mesti ditanya tentang apa yangia maksudkan dari apa yang ia katakan, bila ia memaksudkanbegini maka jawabanya begini, dan bila memaksudkan begini makajawabannya begini (Al Majmu, An Nawawiy 1/49 )

    Dalam hal ini juga berkatalah Al Imam As SyafiiRahimahulloh: Dan ucapan(yang dipegang) adalah ucapanya dalamsuatu yang memiliki kemungkinan selain dhahir(Al-Umm, AsSyafii 7/297 )

    Dan disini ada peringatan penting yang akan datang

    penjelasanya dalam kekeliruan-kekeliruan takfir:

    Yaitu bahwa maksud yang dituntut pencarian kejelasannyadan yang bepengaruh dalam hukum, adalah penentuan apa yangdimaksud dari perbuatan si pelaku bukan pencarian kejelasanmaksud dia untuk kafir dengan hal itu maka didalam contoh yanglalu, bila ia berkata: Sesungguhnya ia menyeru mayit agarmenyelamatkannya dari bencana, maka maksud inilah yangdituntut pencarian kejelasannya dan inilah yang berpengaruhdalam hukum, dan tidak mesti nenanyakan kepada dia apa kamubermakud kafir denga hal itu...?

    Bahkan andai kata ia berkata : Sesungguhnya ia tidakbermaksud kufur dengan hal hal itu tentulah peniadaan

    35

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    36/152

    (maksud kafir ) ini tidak berpengaruh dalam hukum. Dan akudatang .........................

    Dan adapun memperhatikan qarinah-qarinah keadaan yang

    menyertai amalan itu, maka seperti orang yang mengucapkanucapan yang memliki kemungkinan kekafiran dan ia mengingkarimaksud kekafiran dan ternyata setealah diteliti terbuktipertemuan dia dengan kaum zindiq atau ia tertuduh sebagaizindiq maka in adalah qarinah-qarinah keadaan yang menguatkanmaksud kekafiran.

    Contohnya seandainya seorang melemparkan muashab ke dalamapi maka ini ada kemungknan bahwa ia itu melecehkan mushaf kedalam kotoran dan ada kemungkinan ia memusnahkan mushaf yanglama yang ada padaanya dengan dibakar sebagaimana Utsman ratelah membakar mushaf-mushaf (selain mushaf Utsmani) maka ini

    adalah sunnah khalifah rasyid maka ia tidak kafir. Dan bilakita telah mencari kejelasan maksud dia dan ia berkata bahwaia ingin memusnahkannya, kemudian dengan mencari kejelasanindikasi keadaannya terbukti bahwa mushaf itu baru atau bahwaia itu dusta dalam ucapannya bahwa ia ingin memusnahkanmushaf itu akan tetapi ia itu justeru melecehkannya.

    Ibnu Rajab Al Hambaliy rahimahullohu berkata: Indikasi-indikasi keadaan membuat berbeda dengan indikasi berbagaiucapan dalam penerimaan kalimat apa yang menyelarasinya danpenolakan apa yang menyelisihinya dan terbangun di atasnya

    berbagai hukum dengan sekedarnya (Al Qowaid , Ibnu Rajab,kaidah :151 hal:322)

    Dan adapun melihat pada urf maka sebagaimana yangdikatakan Ibnul Qoyyim dalam ahkamul mufti-: Ia tidak bolehmemberikan fatwa dalam kasus iqrar /pengakuan, sumpah, wasiatdan yang lannya yang berkaitan dengan lafadh denganberdasarkan apa yang bisa ia pahami dari lafadh-lafadh itutanpa mengetahui urf pemilik bahasa itu dan orang-orang yangberkomunikasi dengannya sehinggga ia membawanya kepada maknayang mereka teriasa dengannya dan mereka kenal meskipunbertentangan dengan hakikat asalnya, dan bila dia tidak

    melakukannya maka sesat lagi menyesatkan (Ilamul Muwaqqiin4/228)

    Inilah tiga murajjihat syariyyah yang dengannya kitatentukan apa yang dimaksud dari suatu yang muhtamaldilalahnya, namun lengkap dalilnya terhadap kekafiran: AlQodhli Iyadl rh berkata: Saya telah menyaksikan syaikh kamiAl Qodhli Abu Abdullah Muhammad Ibnu Isa dihari-hari tugasnyatelah dihadirkan seorang laki-laki lain, terus laki-laki itumendekati seekor anjing kemudian ia memukul dengan kakinyaseraya berkata kepadaanya Bangkitlah hai Muhammad, terus si

    laki-laki itu mengingkari bahwa ia telah mengatakan itu, dansejumlah orang telah menjadi saksi terhadapnya, maka ia

    36

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    37/152

    diperintahkan untuk dipenjara. Dan beliau meneliti keadaannyadan apakah ia bertemu dengan orang yang agama mencurigakan?Kemudian tatkala beliau tidak mendapatkan kecurigaan apa yangmenguatkan akan aqidahnya maka beliau mencambuknya danmelepasnya selasai.

    Pensyarah berkata: Sesunguhnya lawan orang itu namanyaMuhammad.

    Al Qodli Iyad berkata juga: Dan muncul juga suatumasalah yang mana sebagian qodli di Andalus meminta fatwa didalamnya kepada guru kami Al Qodli Abu Muhammad Mansyur rhtentang orang yang dihina orang dengan sesuatu maka beliuberkata kepadaanya kamu ingin kami memutuskan berdasarkanucapanmu sedangkan saya adalah orang biasa dan semua manusiamemiliki kekurangan termasuk Nabi SAW, maka beliaumenfatwakan agar dia dipenjara dalam waktu yang lama dan

    diberi pelajaran yang menyakitkan, karena ia tidak memaksudkancelaan (terhadap nabi) Sedangkan sebagian fuqaha Andalusmenfatwakan hukuman mati (As Syafa, Al Qodli Iyad terbitanIsa Al Harabiy 2/984, 996)

    Syaikhul Islam ditanya tentang orang yang menghina Syarifdari ahlul bait dimana orang itu berkata: Semoga Allahmelaknat orang yang memuliakannya, maka Ibnu Taimiyah rhberkata: Ucapan ini dengan sendirinya tidak tergolong hinaan(terhadap Nabi) yang mana dibunuh pelakunya, akan tetapi diadiminta keterangan tentang ucapannya orang yang memuliakanyakemudian bila terbukti dengan keterangan dia atau denganqarinah-qarinah yang bersiafat keadaan atau lafad bahwa iamelaknat Nabi SAW maka ia wajb dibunuh. Dan bila ucapannya itutidak terbukti maka hal itu tidak menyebabkan membunuhnya(Majmu Fatawa 35/197-198 Dan hal serupa 34/ 135-136) Itulahtenatang ucapan yang dilalahnya muhtamal.

    Dan diantara perbuatan-perbuatan yang muhtamal:orangyang solat menghadap kiblat sedang didepannya ada api ataukuburan, ini ada kemungkinan ia solat kepada kuburan, api ataukepada Allah maka harus mesti mencari kejelasan maksud tentangqorinah-qorinah keadaan: Apakah ia terkenal baik atau adakah

    kecurigaan pada agamanya separti majusi dari kalanganpenyembah api yang menampakkkan Islam secara taqiyah, dan yanglainnya?. Dan Al Bukhori telah membuatkan bab untuk masalahini dalam kitabus sholat dari sahihnya pada bab (orang yangsolat sedang didepanya ada api atau perapian atau sesuatu yangdiibadahi namun ia memaksudkan Allah dengannya (Fatul Baari1/527)

    Maka ini yang wajib diikuti untuk menentukan dilalah(penunjukkan) amalan yang muhtamal dan sestatusnya dalam halitu adalah seperti sindirin dalam talaq, tuduhan zina(qadzaf), pembebasan budak dan yang lainnya yang tidak bisadibedakan kecuali dengan mengetahui niat si pembicara danmelihat pada qorinah keadaan serta urf si pembicara.

    37

  • 8/22/2019 Kafir Tanpa Sadar - Syaikh Abdul Qadir

    38/152

    Adapun yang shorih (jelas) dalam hal ini semua maka tidakbutuh melihat pada niat dan tujuan kecuali dari sisikesengajaan sebagaimana yang akan kami jelaskan dalamkekeliruan takfir.

    Sedangkan acuan dalam menentukan apa yang dimaksud dari

    sesuatu yang dilalahnya muhtamal (dalam hukum-hukum dunia)adalah kepada ijtihad qodli yang mengkaji berbgai pengaduansebgaimana yang ada dalam contoh-contohb yang dinulkil dariAl Qodli Iyad tadi, dan boleh bagi