Kadar Air Dan Abu
Click here to load reader
-
Upload
sarah-noviatri -
Category
Documents
-
view
21 -
download
0
Transcript of Kadar Air Dan Abu
PENENTUAN KADAR AIR DAN ABU
Air
Air merupakan salah satu unsur penting dalam bahan makanan. Meskipun bukan
merupakan sumber nutrien seperti bahan makanan yang lain, namun air sangat penting dalam
proses biokimiawi bagi makhluk hidup. Air sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang seperti
pertanian, pengolahan makanan dan sebagai air minum. Akan tetapi, air yang pada bahan pangan
juga dapat mengakibatkan cepat rusaknya bahan tersebut, terutama kandungan air bebas pada
bahan yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk tumbuh, dan biasanya akan cepat
merusak bahan.
Air juga bahan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya tidak pernah
dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan komponen penting dalam bahan
makanan karena air dapat mempengaruhi penampakannya, tekstur, serta cita rasa makanan kita,
bahkan dalam bahan makanan kering sekalipun, seperti buah kering, tepung, serta biji-bijian
terkandung air dalam jumlah tertentu (Winarno, 1989).
Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan ternyata lebih bersifat higroskopis dari pada
bahan asalnya. Oleh karena itu selama pendinginan sebelum penimbangan, bahan selalu
ditempatkan dalam ruang tertutup yang kering, misalnya dalam eksikator atau desikator yang
telah diberi zat penyerap air. Penyerapan air/uap air ini dapat menggunakan kapur aktif, asam
sulfat ; silika gel, alumunium oksida, kalium klorida, kalium hidroksida, kalium sulfat atau
barium oksida (Nazaruddin, 2000).
Di dalam bahan pangan terdapat air dalam bentuk (1) Air Bebas, yaitu air yang berada di
permukaan benda padat dan sifatnya mudah diuapkan, (2) Air terikat, yaitu air yang terikat
secara fisik menurut sistem kapiler atau air absorpsi karena adanya tenaga penyerapan, (3) Air
terikat secara kimia, yaitu air yang berada dalam bahan dalam bentuk air kristal dan air yang
terikat dalam system dispersi koloid. Peranan air dalam bahan pangan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi aktivitas metabolisme seperti misalnya aktivitas enzim, aktivitas
mikroba, dan aktivitas kimiawi, yaitu terjadinya ketengikan, dan reaksi-reaksi nonenzimatis,
sehingga menimbulkan perubahan sifat-sifat organoleptik, penampakan, tekstur dan citarasa serta
nilai gizinya. Cara mencegah pertumbuhan mikroba dapat dilakukan dengan cara mengganggu
lingkungan hidupnya, dengan cara mengubah suhu, kadar air substrat (aw), pH, kadar oksigen,
komposisi substrat, serta penggunaan bahan pengawet anti mikroba (Muchtadi, 2003).
Salah satu metode penentuan kadar air yang sederhana dan banyak digunakan untuk
produk pangan adalah metode pengeringan atau metode oven (thermogravimetri). Pada metode
ini sampel dibiarkan dalam alat pengering (oven) pada suhu 70-1050C. Kelebihan metode ini
adalah prosedurnya yang sederhana dan data yang diperoleh cukup baik dan akurat. Tetapi,
waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan sampel cukup lama dan pada sampel yang
mempunyai kadar gula tinggi sangat sulit dilakukan pengeringan (Anonim, 2009a).
Di dalam analisis bahan pangan, biasanya kadar air bahan dinyatakan dalam persen berat
kering. Hal ini disebabkan perhitungan berdasarkan berat basah mempunyai kelemahan yaitu
berat basah bahan selalu berubah-ubah setiap saat, sedangkan berat bahan kering selalu tetap.
Metode pengukuran kadar air yang umum dilakukan di Laboratorium adalah metode oven atau
dengan cara destilasi. Pengukuran kadar air secara praktis di lapangan dapat dilakukan dengan
menggunakan moisture meter yaitu alat pengukur kadar air secara elektronik (Adnan, 2005).
Salah satu metode yang digunakan untuk menetapkan kadar air pada suatu bahan adalah
dengan menggunakan metode “Penetapan air dengan metode oven“, yaitu suatu metode yang
dapat digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali produk tersebut mengandung
komponen-komponen yang mudah menguap atau jika produk tersebut mengalami dekomposisi
pada pemanasan 100oC–102oC sampai diperoleh berat yang konstan pada penimbangan berkali-
kali (Apriyantono, 1989).
Kadar air dalam makanan menurut Sudarmadji (1989) dapat ditentukan dengan berbagai
cara:
1. Metode Pengeringan (Thermogravimetri)
Prinsipnya menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian
menimbang bahan sampai berat konstan berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah
dan murah. Kelemahannya antara lain:
a. Bahan lain di samping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap misalnya
alkohol, asam asetat, minyak atsiri, dan lain-lain.
b. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap lain.
Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi dan
sebagainya.
c. Bahan yang mengandung bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya
meskipun sudah dipanaskan.
2. Metode Destilasi (Thermovolumetri)
Prinsip penentuan kadar air dengan destilasi adalah menguapkan air dengan “pembawa”
cairan kimia yang mempunyai titik didih lebih tinggi daripada air dan tidak dapat campur dengan
air serta mempunyai berat jenis lebih rendah daripada air. Zat kimia yang dapat digunakan antara
lain: toluen, xylen, benzena, tetrakhlorethilen, dan xylol.
Cara penentuannya adalah dengan memberikan zat kimia sebanyak jumlah yang
ditentukan biasanya 75–100 mL pada sampel yang diperkirakan mengandung air sebanyak 2–5
mL, kemudain dipanaskan sampai mendidih. Uap air dan zat kimia tersebut diembunkan dan
ditampung dalam tabung penampung. Karena berat jenis air lebih besar daripada zat kimia
tersebut maka air akan berada di bagian bawah pada tabung penampung. Bila pada tabung
penampung dilengkapi skala maka banyaknya air dapat diketahui langsung. Alat yang dipakai
sebagai penampung ini antara lain tabung Strak-Dean dan Sterling-Bidwell atau modifikasinya.
3. Metode Khemis
Ada beberapa cara penentuan kadar air metode khemis antara lain:
a. Cara Titrasi Karl Fischer
b. Cara Kalsium Karbid
c. Cara Asetil Klorida
4. Metode Fisis
Ada beberapa cara penentuan kadar air cara fisis antara lain:
a. Berdasarkan tetapan dielektrikum
b. Berdasarkan konduktivitas listrik (daya hantar listrik) atau resistansi
c. Berdasarkan resonansi nuklir magnetik
d. Metode khusus misalnya dengan kromatografi
http://landasanteori.blogspot.com/2012/11/penetapan-kadar-air-dalam-suatu-sampel.html
Kadar Air
Kadar air yang terkandung dalam makanan merupakan banyaknya air yang terkandung
dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat
penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan citarasa
pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet
bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan
khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan .
Sifat dari metode analisa kadar air dengan menggunakan metode oven berdasarkan pada
gravimetri, yaitu berdasarkan pada selisih berat sebelum pemanasan dan setelah pemanasan.
Sehingga sebelum dilakukan analisa, terlebih dahulu dilakukan penimbangan cawan yang akan
dipergunakan untuk mengeringkan sample. Penimbangan dilakukan sampai berat cawan konstan,
yaitu dengan memanaskan cawan dalam oven pada suhu 100-105 oC selama 1 jam .
Penentuan kadar air menggunakan oven
Salah satu metode penentuan kadar air yang sederhana dan banyak digunakan untuk
produk pangan adalah metode pengeringan atau metode oven (thermogravimetri). Pada metode
ini sampel dibiarkan dalam alat pengering (oven) pada suhu 70-1050C hingga bahan mencapai
berat yang konstan. Kelebihan metode ini adalah prosedurnya yang sederhana dan data yang
diperoleh cukup baik dan akurat. Pengeringan dengan cara oven adalah suatu metode untuk
mengeluarkan atau menghilangakan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air
tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan tersebut dikurangi
sampai suatu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi didalamnya (Anonim, 2009a).
Abu
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu
bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air, sedangkan sisanya
merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar
abu tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik
dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah
disebut sebagai kadar abu. Produk perikanan memiliki kadar abu yang berbeda-beda. Standar
mutu ikan segar berdasar SNI 01-2354.1-2006, ialah memiliki kadar abu kurang dari 2%. Produk
olahan hasil diversifikasi dari jelly fish product (kamaboko) yang tidak diolah menjadi surimi
dahulu memiliki standar kadar abu antara 0,44 – 0,69% menurut SNI 01-2693-1992. Contoh jelly
fish product, yakni otak-otak, bakso dan kaki naga.
Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan
baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai
penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan. Penggilingan gandum, misalnya, apabila
masih banyak lembaga dan endosperm maka kadar abu yang dihasilkannya tinggi. Banyaknya
lembaga dan endosperm pada gandum menandakan proses pengolahan kurang baik karena masih
banyak mengandung bahan pengotor yang menyebabkan hasil analisis kadar abu menjadi tidak
murni. Kandungan abu juga dapat digunakan untuk memperkirakan kandungan dan keaslian
bahan yang digunakan. Kadar abu sebagai parameter nilai gizi, contohnya pada analisis kadar
abu tidak larut asam yang cukup tinggi menunjukan adanya kontaminan atau bahan pengotor
pada makanan tersebut. Penentuan kadar abu dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pengabuan
cara langsung (cara kering) dan pengabuan cara tidak langsung (cara basah).
A. Penentuan kadar abu secara langsung
Prinsip pengabuan cara langsung yaitu semua zat organik dioksidasi pada suhu tinggi, yaitu
sekitar 500-600oC, kemudian zat yang tertinggal setelah proses pembakaran ditimbang.
Mekanisme pengabuan cara langsung yaitu cawan porselen dioven terlebih dahulu selama 1 jam
kemudian diangkat dan didinginkan selama 30 menit dalam desikator. Cawan kosong ditimbang
sebagai berat a gram. Setelah itu, bahan uji dimasukan sebanyak 5 gram ke dalam cawan,
ditimbang dan dicatat sebagai berat b gram. Pengabuan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu
pemanasan pada suhu 300oC agar kandungan bahan volatil dan lemak terlindungi hingga
kandungan asam hilang. Pemanasan dilakukan hingga asam habis. Selanjutnya, pemanasan pada
suhu bertahap hingga 600oC agar perubahan suhu secara tiba-tiba tidak menyebabkan cawan
menjadi pecah.
B. Penentuan kadar abu secara tidak langsung
Prinsip pengabuan cara tidak langsung yaitu bahan ditambahkan reagen kimia tertentu sebelum
dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa ditambahkan adalah gliserol alkohol atau pasir bebas
anorganik yang selanjutnya dipanaskan dalam suhu tinggi. Pemanasan menyebabkan gliserol
alkohol membentuk kerak sehingga menyebabkan terjadinya porositas bahan menjadi besar dan
memperbesar oksidasi. Pemanasan pada pasir bebas dapat membuat permukaan yang
bersinggungan dengan oksigen semakin luas dan memperbesar porositas sehingga proses
pengabuan semakin cepat.
Mekanisme pengabuan cara tidak langsung yaitu cawan porselen dioven terlebih dahulu selama
1 jam kemudian diangkat dan didinginkan selama 30 menit dalam desikator. Cawan kosong
ditimbang sebagai berat a gram. Setelah itu, bahan uji dimasukan sebanyak 5 gram ke dalam
cawan, ditimbang dan dicatat sebagai berat b gram. Gliserol alkohol ditambahkan dalam cawan
sebanyak 5 ml dan dimasukan dalam tanur pengabuan hingga putih keabu-abuan. Abu yang
terbentuk dibiarkan dalam muffle selama 1 hari. Cawan porselen dioven terlebih dahulu untuk
mengeringkan air yang mungkin terserap saat disimpan dalam muffle lalu dimasukan ke
desikator. Penimbangan cawan setelah pengabuan dicatat sebagi berat c gram. Suhu yang tinggi
menyebabkan elemen abu yang volatil, seperti Na, S, Cl, K dan P menguap. Pengabuan juga
menyebabkan dekomposisi tertentu, seperti K2CO3 dan CaCO3. Pengeringan dengan metode ini
bertujuan mendapatkan berat konstan.
http://astutipage.wordpress.com/tag/kadar-abu/
Kadar abu
Abu adalah zat organik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar
abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam satu bahan
dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organik dan garam anorganik. Garam organik
terdiri dari garam-garam asam malat, oksalat, asetat, dan pektat, sedangkan garam anorganik
antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat ,klorida, sulfat, nitrat. Mineral juga biasanya
berbentuk sebagai senyawa kompleks yang bersifat organis. Apabila akan ditentukan jumlah
mineralnya dalam bentuk aslinya adalah sangat sulit, oleh karenanya biasanya dilakukan dengan
menentukan sisa-sia pembakaran garam mineral tersebut, yang dikenal dengan pengabuan
(Anonim, 2010a).
Kadar abu pada bahan pangan menggambarkan kandungan mineral dari sampel bahan
makanan. Kadar abu ialah material yang tertinggal bila bahan makanan dipijarkan dan dibakar
pada suhu sekitar 500-800°C. dalam hal ini metode pengabuan dengan metode tanur adalah
dengan cara membakar bahan hingga mencapai suhu 600-750 oC hingga bahan berwarna abu-
abu. Semua bahan organik akan terbakar sempurna menjadi air dan CO2 serta NH3 sedangkan
elemen-elemen tertinggal sebagai oksidannya. Dengan mengetahui berat cawan ketika mula-
mula kosong, dapat dihitung berat abu yang telah terjadi. Bila berat dinyatakan dalam persen
berat asal sampel pada permulaan pengabuan, terdapatlah kadar berat abu dalam persen.
Pengerjaan penimbangan harus dilakukan cepat, karena abu yang kering ini umumnya bersifat
higroskopik, sehingga bila pengerjaan dilakukan lambat, abu akan bertambah berat karena
mengisap uap air dari udara Sediaoetomo (2000).
Penentuan kadar abu dengan menggunakan tanur
Prinsip pengabuan cara tanur yaitu semua zat organik dioksidasi pada suhu tinggi, yaitu
sekitar 500-600 oC, kemudian zat yang tertinggal setelah proses pembakaran ditimbang.
Mekanisme pengabuan cara langsung yaitu cawan porselen dioven terlebih dahulu selama 1 jam
kemudian diangkat dan didinginkan selama 30 menit dalam desikator. Cawan kosong ditimbang
sebagai berat a gram. Setelah itu, bahan uji dimasukan sebanyak 5 gram ke dalam cawan,
ditimbang dan dicatat sebagai berat b gram. Pemanasan dilakukan hingga asam habis.
Selanjutnya, pemanasan pada suhu bertahap hingga 600 oC agar perubahan suhu secara tiba-tiba
tidak menyebabkan cawan menjadi pecah (Anonim, 2009a).
http://realitassyamsul.blogspot.com/2013/02/penentuan-kadar-air-dan-kadar-abu.html