KABUPATEN ACEH BARAT DAYAsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen... ·...
Transcript of KABUPATEN ACEH BARAT DAYAsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/dokumen... ·...
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-1
BAB IV
PROFIL KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
Profil Kabupaten Aceh Barat Daya digambarkan dalam beberapa
aspek : kondisi geografis dan administrasi wilayah, demografi, topografi,
geohidrologi, geologi, klimatologi, serta kondisi sosial dan ekonomi.
4.1. Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah
Kabupaten Aceh Barat Daya merupakan salah satu dari 23
Kabupaten/Kota yang berada di wilayah administrasi Provinsi Aceh. Berada
di bagian barat Provinsi Aceh yang menghubungkan lintasan koridor barat
dengan berbatasan langsung laut lepas (Samudera Hindia), menjadi hilir
dari sungai-sungai besar serta mempunyai topografi yang sangat
fluktuatif, mulai dari datar (pantai) sampai bergelombang (gunung dan
perbukitan).
Secara geografis Kabupaten Aceh Barat Daya terletak pada
96034’57”–970 09 ’19” Bujur Timur dan 3034’24”-40 05’37” Lintang Utara.
Secara administrasi Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki batas-batas
wilayah sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Kabupaten Gayo Lues;
• Sebelah Selatan : Samudera Hindia;
• Sebelah Barat : Kabupaten Nagan Raya; dan
• Sebelah Timur : Kabupaten Aceh Selatan.
Kabupaten Aceh Barat Daya dengan ibukotanya Blangpidie yang
sesuai RTRW Kabupaten memiliki luas wilayah sebesar 1.882,05 Km2 atau
188.205,02 Ha, terbagi menjadi 9 Kecamatan, 20 Mukim, 3 Mukim
persiapan serta 132 Gampong dan 20 Gampong persiapan.
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-2
Tabel 4.1 Nama Dan Luas Kecamatan Dalam Wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya
1 Babah Rot Pante Rakyat 52.828 52,828.08 28.07%
2 Kuala Batee Pasar Kuta Bahagia 17.699 17,698.76 9.40%
3 Jeumpa Alue Sungai Pinang 36.712 36,712.31 19.51%
4 Susoh Padang Baru 1.905 1,905.41 1.01%
5 Blangpidie Pasar Blangpidie 47.368 47,368.20 25.17%
6 Setia Lhang 4.392 4,391.59 2.33%
7 Tangan-Tangan Tanjung Bunga 13.291 13,291.48 7.06%
8 Manggeng Kedai Manggeng 4.094 4,094.13 2.18%
9 Lembah Sabil Cot Bak U 9.915 9,915.06 5.27%
188.205 188,205.02 100.00%
Luas (Ha)%
Luasan
Jumlah
No Nama Kecamatan Ibukota Kecamatan Luas (Km2)
Sumber : Qanun RTRW Kab. Aceh Barat Daya Tahun 2013-2033
Sumber : Qanun RTRW Kab. Aceh Barat Daya Tahun 2013-2033
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupeten Aceh Barat Daya
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-3
4.2. Gambaran Demografi
Sesuai dengan dokumen Aceh Barat Daya Dalam Angka Tahun
2013, jumlah penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya tahun 2012
merupakan angka hasil proyeksi penduduk dari sensus penduduk
2010 yang dilaksanakan oleh BPS serta data-data sekunder sebagai
data pendukung. Jumlah penduduk Aceh Barat Daya pada tahun
2010, 2011, dan 2012 berturut-turut yaitu 126.036, 128.922, dan
131.087 jiwa. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk Aceh Barat Daya
tiap tahunnya dari tahun 2010 hingga 2012 sebesar 0,02.
Ukuran distribusi penduduk bermanfaat untuk mengetahui
persebaran penduduk tiap wilayah. Di Kabupaten Aceh Barat Daya
pada tahun 2012 distribusi penduduk terbesar ada di wilayah
kecamatan Susoh sebesar 16,5 persen, artinya 16,5 persen penduduk
Aceh Barat Daya berada di Kecamatan Susoh. Sementara distribusi
penduduk terkecil ada di kecamatan Setia, sebesar 5,9 persen.
Kepadatan penduduk bermanfaat untuk mengetahui konsenterasi
penduduk di suatu wilayah. Angka kepadatan penduduk terbesar
berada di Kecamatan Susoh sebesar 676 artinya bahwa secara rata-
rata tiap 1 kilometer persegi wilayah di kecamatan susoh didiami
oleh 676 penduduk. Angka kepadatan penduduk terkecil ada di
Kecamatan Kuala Batee sebesar 28.
Pada tahun 2012, rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten
Aceh Barat Daya berada di bawah 100. Ini berarti bahwa jumlah
penduduk perempuan di Kabupaten Aceh Barat Daya lebih banyak
daripada jumlah penduduk laki-laki. Setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 98 penduduk laki-laki. Banyaknya rumah tangga di Aceh Barat
Daya pada tahun 2012 sebanyak 29.714 rumah tangga, dimana tiap-
tiap rumah tangga rata-rata memiliki 4 anggota rumah tangga.
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-4
Dalam wilayah administratif Kabupaten Aceh Barat Daya selama
tahun 2012, banyaknya peristiwa kelahiran sebesar 1410 dan peristiwa.
Kematian sebesar 626, sehingga didapat perubahan reproduksi
sebesar 784. Banyaknya migrasi masuk sebesar 590 dan migrasi keluar
sebesar 496, sehingga di dapat migrasi netto sebesar 4.
Kepemilikan KTP juga mengalami peningkatan yang cukup
signifikan, tercatat tahun 2010, jumlah KTP yang dikeluarkan sebanyak
97.166 buah, sedangkan sepanjang tahun 2011 meningkat menjadi
sebanyak 100.420 buah. Adapun untuk penerbitan akta kelahiran pada
tahun 2011, tercatat jumlah penerbitan paling tinggi pada bulan
Desember, yaitu sebanyak 3.400, sedangkan pada bulan Juli tidak
ada akta kelahiran yang diterbitkan.
Tabel 4.2. Kondisi Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2012-2032
Sumber : Qanun RTRW Kab. Aceh Barat Daya Tahun 2013-2033
Masalah tenaga kerja merupakan masalah yang cukup pelik yang
dihadapi oleh banyak negara berkembang. Tercatat sebanyak 5.525
orang pencari kerja yang belum ditempatkan menurut Dinas Sosial
dan Tenaga Kerja Kabupaten Aceh Barat Daya. Dari total tersebut,
2.137 orang laki-laki dan sisanya perempuan.
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-5
4.3. Gambaran Topografi
Kondisi topografi Kabupaten Aceh Barat Daya merupakan daratan
yang relatif berbukit-bukit dengan tingkat kemiringan lereng yang relatif
curam dan beragam, yang dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu :
a. 0 – 3%; Berada di bagian Barat Kabupaten Aceh Barat Daya, pada
sebagian besar wilayah Kecamatan Blangpidie, Kecamatan Susoh dan
Kecamatan Babahrot;
b. 8%; Berada di bagian Tengah Kabupaten Aceh Barat Daya, pada
sebagian besar wilayah Kecamatan Babahrot, Kecamatan Setia,
Kecamatan Jeumpa dan sebagian kecil di Kecamatan Kuala Batee;
c. 15 – 30%; Berada di bagian Utara Kabupaten Aceh Barat Daya, pada
sebagian besar wilayah Kecamatan Blangpidie, Kecamatan Jeumpa
dan Kecamatan Setia;
d. 30%; Berada di bagian Timur Kabupaten Aceh Barat Daya, yang
membentang dari atas hingga bawah tepatnya berada di Kecamatan
Manggeng, sebagian besar Kecamatan Setia, Kecamatan Jeumpa dan
Kecamatan Kuala Batee.
Kondisi wilayah yang merupakan daerah dataran rendah, umumnya
memiliki ketinggian 0-25 mdpl tersebar di sepanjang jalan utama
kabupaten yang sebagian besar terletak pada Kecamatan Susoh, bagian
Barat Kecamatan Babahrot, Kecamatan Kuala Batee, Kecamatan
Blangpidie, Kecamatan Setia, Kecamatan Tangan-Tangan dan Kecamatan
Manggeng. Untuk wilayah dengan ketinggian di atas 500 mdpl berada di
bagian tengah Kabupaten Aceh Barat Daya pada sebagian besar wilayah
Kecamatan Jeumpa, Kecamatan Kuala Batee, Kecamatan Setia,
Kecamatan Tangan-Tangan dan Kecamatan Lembah Sabil. Sedangkan
wilayah dengan ketinggian diatas 1000 mdpl sebagian besar berada di
sebelah Timur Kabupaten Aceh Barat Daya, berada di Kecamatan Jeumpa,
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-6
Kecamatan Tangan-Tangan, Kecamatan Manggeng dan bagian Utara
Kecamatan Babahrot serta bagian Timur Kecamatan Lembah Sabil.
Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki iklim tropis basah dengan
variasi curah hujan rata – rata 3.228 mm – 4.912 mm pertahun, curah
hujan turun sekitar bulan September sampai dengan awal Januari,
sedangkan sisanya merupakan musim kering yang disertai curah hujan
secara terbatas. Sekitar 66,5% wilayah kabupaten merupakan dataran
rendah yang subur yang dipenuhi dengan hutan rakyat, hutan negara,
sawah, ladang, dan kebun lainnya.
Sumber : Qanun RTRW Kab. Aceh Barat Daya Tahun 2013-2033
Gambar 4.2 Peta Kemiringan Kabupeten Aceh Barat Daya
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-7
4.4. Gambaran Geohidrologi
Sumber mata air di Kabupaten Aceh Barat Daya berasal dari
pegunungan. Hal ini dapat terlihat dari morfologi wilayahnya. Daerah
cekungan yang merupakan rawa belakang dan didominasi oleh tanah
orgonosol terdapat di Kuala Batee, daerah tersebut merupakan daerah
genangan permanen. Prospek air tanah di Kabupaten Aceh Barat Daya
diantaranya :
• Dataran rendah di Kecamatan Blangpidie, yang tersusun dari sedimen
lepas atau setengah padu (kerikil, pasir, danau dan lempung). Wilayah
ini memiliki prospek air tanah yang tinggi, sedangkan wilayah dengan
endapan yang sama namun tersusun dari tanah mineral, mempunyai
potensi dan prospek air tanah yang tergolong rendah.
• Dataran tinggi yang tersusun dari batuan beku atau malihan dan
sedimen padu (tak terbedakan). Wilayah ini memiliki prospek air tanah
yang sangat rendah. Penyebaran daerah ini menempati areal terluas.
Ketersediaan sumber daya air di wilayah Kabupaten Aceh Barat
Daya dapat bersumber dari air permukaan, air sungai dan air tanah.
Wilayah di bagian Barat Kabupaten Aceh Barat Daya seperti di Kecamatan
Kuala Batee, Kecamatan Blangpidie dan Kecamatan Jeumpa mempunyai
sumber air tanah dan air permukaan yang besar. Sumber air permukaan
dapat diperoleh dari air yang terdapat di sungai-sungai.
Pada umumnya penduduk dalam memenuhi kebutuhan air untuk
berbagai keperluan sehari-hari menggunakan air sungai dan mata air, hal
ini di karenakan bagian Timur Kabupaten Aceh Barat Daya yang memiliki
kawasan hutan dengan pegunungan yang luas secara otomatis
menyimpan sumber air baku yang di alirkan oleh anak sungai. Selain
banyaknya sungai kecil yang mengalir sebagai konsumsi pemakaian air
bersih untuk keperluan sehari-hari, kondisi air tanah juga telah mulai di
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-8
manfaatkan oleh sebagaian masyakarat di perkotaan Kabupaten Aceh
Barat Daya.
Sebagai Kabupaten yang memiliki daerah ketinggian (dataran
tinggi) dan berada pada Daerah Aliran Sungai Krueng Babahrot dan
Krueng Batee Kabupaten Aceh Barat Daya merupakan wilayah yang
banyak memiliki lokasi mata air dimana arah aliran sungainya mengalir ke
bagian Selatan maupun Timur. Sumberdaya air yang ada di Kabupaten
Aceh Barat Daya selain diperoleh dari mata air dan air tanah juga
diperoleh dari sungai.Berdasarkan data yang diperoleh, Kabupaten Aceh
Barat Dayatermasuk kedalam 4 (empat) daerah aliran sungai (DAS).
A. Peraiaran Terbuka
Sumber daya air yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya selain
diperoleh dari mata air dan air tanah juga diperoleh dari sungai yang
semuanya berhulu di dataran tinggi bukit barisan dan bermuara ke Lautan
Samudra Hindia. Kabupaten Aceh Barat Daya termasuk ke dalam 4
(empat) daerah aliran sungai (DAS) yang cukup besar, yaitu: DAS
Seumanyam, DAS Babahrot, DAS Susoh dan DAS Manggeng. Sedangkan
sub das lainnya, diantaranya: Krueng Ie Mirah, Krueng Batee, Alue Sungai
Pinang, Krueng Tangan-Tangan dan Krueng Manggeng.
Jika dilihat bentuk pola alirannya, maka sungai-sungai yang
mengalir di wilayah ini berbentuk sub pararel di bagian hulu hal ini karena
wilayah yang bergunung sehingga pola aliran yang terbentuk mengikuti
lereng dari suatu jalur pegunungan, sedangkan pada bagian hilir
berbentuk linier. Keadaan sungai-sungai tersebut sebagian ada yang
sudah terkena erosi yang mengakibatkan lingkungan rusak dan rawan
bahaya banjir. Banjir ini disebabkan karena terjadinya penggundulan
hutan di wilayah hulu sungai.
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-9
B. Daerah Irigasi
Potensi sumberdaya air di Kabupaten Aceh Barat Daya sudah
mampu dimanfaatkan secara maksimal untuk pemenuhan kebutuhan
pertanian lahan basah melalui pembangunan jaringan irigasi di seluruh
Lahan Sawah yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya, saat ini terdapat 3
unit bendung irigasi yang melayani luasan lahan dalam kapasitas besar
yaitu Irigasi Susoh di bawah kewenangan pusat, Irigasi Babahrot dan
Irigasi Manggeng di bawah kewenangan propinsi, sedangkan sejumlah
irigasi lainnya berada di bawah kewenangan Kabupaten difungsikan untuk
mengairi luasan sawah dalam kapasitas kecil.
Tabel 4.3. Nama Lokasi Daerah Irigasi Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2011
1 DI SUSOH 1
2 DI PUSU 2
3 DI ALUE PADEE
2 DI BABAHROT 13
DI PANTON_CUT 24
DI PAYA RIEMUNG MATE
3 DI MANGGENG 14
DI ALUE BATEE LEUKAT 25
DI SUKA DAMAI
4 DI COT MANE 1 15
DI ALUE SABONG 26
DI LADANG NEUBOK
5 DI COT MANE 2 16
DI PANTON TEUNGKU 27
DI PUTROE IJO
6 DI GUNONG CUT 17
DI BLANG_DALAM 28
DI KUTA PAYA
7 DI ALUE THOE 18
DI ALUE DRIEN 29
DI PANTO MUE
8 DI LH. GEULUMPANG 19
DI BLANG THO 30
DI GUNUNG SAMARINDA
9 DI MUKABLANG 20
DI PANTE CERMIN 31
DI MEURANDEH
10
DI ALUE BULUH 21
DI ALUE PISANG
11
DI TANGAN-TANGAN 22
DI TUWI KARENG
Sumber : Qanun RTRW Kab. Aceh Barat Daya Tahun 2013-2033
C. Daerah Resapan Air
Daerah Resapan Air berupa Cekungan Air Tanah (CAT) suatu
wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat semua kejadian
hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air
tanah berlangsung. CAT dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu topografi,
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-10
curah hujan, jenis tanah, vegetasi, iklim dan media pembawa. Daerah
resapan air dapat terjadi pada tipe batuan (akuifer) yaitu: Tipe akuifer
endapan gunung api (endapan lahar dan endapan gunung api muda);
Tipe akuifer endapan sedimen (endapan kipas aluvial, endapan aluvial
sungai, endapan aluvial delta, endapan aluvial pantai, endapan batu
gamping karst); Tipe akuifer masa batuan (batuan sedimen terkekarkan,
batuan beku terkekarkan). Daerah cekungan air tanah Kabupaten Aceh
Barat Daya berada disepanjang recharge area pada kawasan pegunungan
dengan luas 47.004,52 Ha.
Daerah Resapan Air berupa daerah aliran sungai (DAS) adalah
suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan
anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami dengan batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
aktivitas daratan. Daerah resapan air di Kabupaten Aceh Barat Daya
meliputi DAS Seumayam, DAS Babahrot, DAS Susoh, DAS Manggeng
yang berhulu di dataran tinggi bagian utara yang merupakan lembah,
punggung pegunungan dan bukit yang berfungsi untuk menangkap air
hujan, terdapat 47 (empat puluh tujuh) sungai yang mengaliri wilayah ini
dengan luas 1.797,21 Ha.
4.5. Gambaran Geologi
Struktur geologi batuan di Kabupaten Aceh Barat Daya meliputi
batuan beku dan struktur geologi dan tektonik. Batuan ekstrusif atau
endapan volkanik di terjadi pada Jura akhir-awal Kapur yaitu Formasi
Tapaktuan (Muvt) yang didominasi oleh komposisi basalt dan andesit,
aglomerat, breksi dan tufa. Satuan batuan ini umumnya terdistribusi di
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-11
bagian zona pantai barat. Sesar besar Sumatera (Sumateran Fault
System) menjadi elemen tektonik yang paling signifikan.
Struktur geologi mempengaruhi pula pembentukan jenis tanah
yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya, selain faktor curah hujan dan
iklim. Hal inilah yang membuat adanya perbedaan sifat antara jenis tanah
yang satu dengan yang lainnya. Ada 6 jenis tanah di Kabupaten Aceh
Barat Daya, yaitu: histosols, entisols, inseptisols, andisols, alfisols dan
ultisols. Jenis yang dominan adalah inseptisols yang lokasinya berada di
bagian Utara dan Selatan Kabupaten Aceh Barat Daya atau tepatnya di
Kecamatan Tangan-Tangan dan sebagian kecil di Kecamatan Manggeng,
untuk jenis tanah oxisols dan ultisols lokasinya berada di bagian Tengah
Kabupaten Aceh Barat Daya, tepatnya di Kecamatan Blangpidie dan
sebagian di Kecamatan Kuala Batee dan Kecamatan Jeumpa. Sedangkan
untuk jenis mollisols hanya berada di Kecamatan Babahrot.
Wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya mempunyai kedalaman efektif
lebih dari 90 cm, maka dapat dikatakan bahwa kondisi lahan di
Kabupaten Aceh Barat Daya berpotensi untuk dikembangkan menjadi
kawasan budidaya baik kawasan budidaya pertanian maupun kawasan
budidaya non pertanian.
4.6. Gambaran Klimatologi
Kabupaten Aceh Barat Daya beriklim tropis dengan curah hujan
rata-rata 3.785,5 mm per tahun. Bulan Januari sampai Agustus
merupakan bulan musim kemarau, sedangkan musim hujan biasanya
terjadi pada bulan September sampai Desember. Dengan curah hujan
yang tinggi ini, sering terjadi penyimpangan dimana pada musim kemarau
sering juga terjadi hujan. Tidak pernah terjadi curah hujan kurang dari
100 mm di bulan kering, sedangkan rata-rata bulan basah dengan curah
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-12
hujan kurang dari 100 mm, sedangkan rata-rata bulan basah dengan
curah hujan lebih dari 200 mm adalah 9,5 bulan. Hujan pada umumnya
terjadi pada bulan Oktober hingga April. Curah hujan terbesar terjadi pada
bulan Desember dengan perbedaan temperatur antara siang dan malam
sebesar 50 – 70 C.
Ditinjau dari jumlah hari hujan menurut data yang diperoleh dari
Kantor Stasion Meteorologi Pertanian Khusus Kabupaten Aceh Barat Daya
pada tahun 2010 jumlah hari hujan berkisar antara 9 hingga 17 hari,
dengan rata – rata setiap bulannya sebanyak 13 hari.
4.7. Kondisi Sosial dan Ekonomi
4.7.1. Sosial Budaya
Sistem sosial pada masyarakat Kabupaten Aceh Barat Daya
merupakan perwujudan dari beberapa buah keluarga inti yang menjadi
suatu kelompok masyarakat yang disebut “Gampong” (Kampung).
Keluarga inti mempengaruhi keluarga inti lainnya, sehingga hubungan
antara satu keluarga inti dengan keluarga inti lainnya cukup erat. Pola
karakteristik budaya sebagian besar diatur oleh hukum adat yang
berlandaskan kaidah-kaidah hukum Islam melalui hubungan persaudaraan
yang kuat.
Pengembangan budaya di Kabupaten Aceh Barat Daya telah
memberikan arah bagi perwujudan identitas daerah sebagai bagian dari
nilai-nilai luhur budaya bangsa. Disamping itu, pengembangan budaya
juga telah menciptakan iklim kondusif dan harmonis sehingga nilai-nilai
kearifan lokal mampu merespon secara positif dan produktif terhadap
modernisasi sejalan dengan nilai-nilai dan norma-norma yang hidup di
dalam masyarakat. Secara keseluruhan, pertimbangan nilai-nilai budaya
dan kearifan lokal sudah baik, namun demikian dengan semakin
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-13
menguatnya pengaruh modernisasi yang berakibat semakin menguatnya
nilai-nilai materialisme dan kecenderungan individualisme harus menjadi
perhatian yang serius agar identitas daerah yang berupa nilai-nilai
solidaritas sosial, kekeluargaan dan keramahtamahan sosial dapat tetap
terpelihara dan dapat menjadi kekuatan pemersatu masyarakat.
Kebijakan pengembangan budaya di Kabupaten Aceh Barat Daya
adalah melalui pengembangan nilai budaya, pengelolaan keragaman dan
kekayaan budaya dengan cara meningkatkan fungsi dan mengembangkan
sarana pendukung kehidupan adat, tradisi dan kegiatan seni budaya serta
melestarikan warisan seni dan budaya masyarakat. Pengembangan nilai
budaya masyarakat dilakukan dengan cara memelihara aset budaya
masyarakat seperti kekayaan budaya, sejarah dan simbol kebanggaan
masyarakat Aceh Barat Daya sehingga kehidupan budaya masyarakatnya
dapat berjalan dengan kondusif dan harmonis.
Pengelolaan keragaman budaya masyarakat dilakukan dengan cara
merehabilitasi sarana, prasarana dan situs/benda cagar budaya sehingga
dapat terpeliharanya BCB/situs, museum dan bangunan tua bersejarah
yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya. Pengelolaan kekayaan budaya
dilakukan dengan cara memulihkan seluruh potensi industri budaya yang
ada melalui kelompok–kelompok masyarakat seperti lembaga adat,
budayawan, sejarawan, seniman dan pemuka agama sehingga nilai-nilai
kekayaan budaya dapat lestari.
4.7.2. Ekonomi
Dampak dari pembangunan ekonomi sebagai suatu
kebijaksanaan pembangunan adalah tercapainya kesejahteraan
masyarakat. Untuk mencapai hal tersebut dilakukan upaya seperti
memperluas lapangan kerja, meningkatkan pemerataan pendapatan
masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan
mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-14
sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan
ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik
secara mantap, dan dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin.
Sesuai dengan data pada dokumen PDRB Kabupaten Aceh Barat
Daya Tahun 2009-2012, nilai PDRB Aceh Barat Daya ADHB pada
tahun 2012 meningkat sebesar Rp. 0,21 triliun dibanding tahun 2011 atau
bertambah sebesar Rp. 0,57 triliun dibanding tahun 2009. Capaian ini
mengindikasikan tren peningkatan agregat ekonomi di Aceh Barat
Daya selama empat tahun terakhir. Sementara itu, nilai PDRB Aceh
Barat Daya ADHK 2000 pada tahun 2012 mencapai Rp 0,74 triliun,
meningkat sebesar Rp 0,04 triliun dibanding tahun 2011 atau
bertambah sebesar Rp 0,10 triliun dibanding tahun 2009. Dengan
demikian, PDRB Aceh Barat Daya ADHK 2000 menggambarkan tren
nilai yang terus meningkat selama tahun 2009-2012.
Perekonomian Aceh Barat Daya mencerminkan kondisi yang
semakin membaik, mencapai pertumbuhan positif dan terus menguat.
Meski masih di bawah capaian angka pertumbuhan Aceh tanpa migas
pada tahun 2012 yang mencapai 6,06 persen, ekonomi Aceh Barat Daya
telah tumbuh hingga mencapai 5,27 persen. Laju pertumbuhan
ekonomi pada tahun yang sama, sekaligus ini juga merupakan laju
pertumbuhan ekonomi Aceh Barat Daya yang tertinggi sejak tahun 2000.
Sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya pertumbuhan ekonomi Aceh
Barat Daya dari 4,44 persen pada tahun 2009, menjadi 4,92 persen
pada tahun 2010, dan 5,08 persen pada tahun 2011.
Secara lebih rinci, pada tahun 2012 semua sektor ekonomi Aceh
Barat Daya mengalami pertumbuhan. Sektor dengan pertumbuhan
tertinggi adalah sektor konstruksi yaitu sebesar 6,91 persen, disusul
sektor perdagangan, hotel, dan restoran yakni sebesar 6,82 persen,
sektor jasa-jasa sebesar 6,19 persen dan sektor listrik, gas, dan air
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-15
bersih yakni sebesar 5,78 persen, serta sewa bangunan dan jasa
perusahaan sebesar 5,45 persen. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi
pada sektor pertanian, pertambangan dan penggalian serta industri
pengolahan, hanya tumbuh rata-rata di bawah 5,27 persen. Struktur
PDRB Aceh Barat Daya pada tahun 2012 menunjukkan bahwa dua
sektor yang merupakan leading sektor bagi perekonomian Aceh Barat
Daya adalah sektor pertanian yang mencapai 30,12 persen dan sektor
perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 21,71 persen.
Sektor yang mempunyai peranan cukup besar di atas 10 persen
dalam struktur perekonomian Aceh Barat Daya yaitu sektor bangunan
yang mencapai 16,16 . Sektor berikutnya yang mendekati nilai
kontribusi 5 persen ialah sektor pengangkutan dan komunikasi
sebesar 5,11 persen, sektor keuangan, sewa bangunan dan jasa
perusahaan sebesar 4,08 persen, sektor industri pengolahan sebesar
2,92 persen. Sektor pertambangan dan penggalian hanya sebesar 0,43
persen, dan sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 0,34 persen.
Selama tahun 2009-2012, PDRB Aceh Barat Daya telah mengalami
kenaikan tingkat pendapatan regional per kapita yang disebabkan
oleh pertumbuhan PDRB Aceh Barat Daya lebih tinggi dibanding
dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Hal ini ditunjukkan oleh
capaian pendapatan regional per kapita Aceh Barat Daya ADHB pada
tahun 2012 sebesar Rp 14,19 juta, tumbuh sebesar 10,99 persen
dibanding tahun 2011 yang mencapai Rp 12,79 juta. Sedangkan
tinjauan pendapatan regional per kapita Aceh Barat Daya ADHK
2000, untuk melihat pendapatan regional per kapita secara riil,
menunjukkan capaian Rp 5,62 juta atau tumbuh sebesar 3,53 persen
dibanding tahun 2011. Secara rata-rata, pertumbuhan pendapatan
regional per kapita ADHB selama periode 2009-2012 mencapai 10,87
persen dan ADHK 2000 mencapai 3,07 persen.
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-16
Sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor penunjang
seluruh kegiatan ekonomi, dan sebagai infrastruktur yang mendorong
aktivitas proses produksi sektoral maupun pemenuhan kebutuhan
masyarakat. Produksi listrik sebagaian besar di hasilkan oleh Perusahaan
Listrik Negara (PLN) dan sebagian kecil oleh non PLN. Sedangkan air
bersih dihasilkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Kontribusi
sektor ini selama kurun waktu empat tahun terakhir relatif stabil
yaitu sekitar 0,35 persen tiap tahunnya. Dilihat secara spesifik,
kontribusi sektor ini sejak tahun 2009 paling utama didukung oleh
subsektor listrik. Sedangkan aktivitas ekonomi di subsektor air bersih
sangatlah kecil hingga tahun 2012 hanya mencapai 0,018 persen atau
Rp 326,97 juta sehingga nilai tambah bruto, kontribusi dan
pertumbuhan subsektor air bersih tidak memberikan peranan yang
signifikan bagi sektor listrik, gas dan air bersih.
4.8. Gambaran Kondisi Prasarana Keciptakaryaan
Sesuai dengan RTRW Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2013-
2033, panjang jaringan jalan nasional dalam wilayah Kabupaten Aceh
Barat Daya adalah 63,78 Km dan jalan strategis nasional sebagai jalan
alternatif antar jalan nasional adalah sepanjang 3,34 Km yang
menghubungkan ruas jalan Kota Blangpidie dengan ruas jalan Cot Mane,
Kecamatan Jeumpa. Untuk jaringan jalan provinsi sebagai ruaas jalan
kolektor primer adalah sepanjang 27,57 Km, yang menghubungkan
Babahrot dengan batas Kabupaten Gayo Luwes yang ada di Utara
Kabupaten Aceh Barat Daya, sementara jalan strategis provinsi yang
menghubungkan wilayah-wilayah pesisir dalam kabupaten memiliki
panjang 76,16 Km. Sebagaimana daerah lainnya, kondisi jalan kabupaten
ini masih memprihatinkan karena kondisi jalannya belum memadai dalam
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-17
mendukung proses produksi dan distribusi barang-barang yang dihasilkan
oleh masyarakat.
Kondisi prasarana dan sarana dasar keciptakaryaan Kabupaten
Aceh Barat Daya secara keseluruhan perlu ditingkatkan guna memberikan
kesempatan tumbuh dan berkembangnya aktivitas kawasan homogenitas
kegiatan perkotaan belum memungkinkan berkembangnya sektor usaha
jasa dan perdagangan secara luas. Kondisi yang dihadapi dalam proses
pembangunan keciptakaryaan, diantaranya :
a. Prasarana Air Minum : Rendahnya cakupan pelayanan; Terbatasnya
jaringan pipa distribusi; Volume penjualan air tidak memenuhi target;
Sarana dan prasarana pendukung tidak memadai; Sumber daya
manusia kurang memadai.
Sumber : Qanun RTRW Kab. Aceh Barat Daya Tahun 2013-2033
Gambar 4.3 Peta Rencana Sistem Air Minum
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-18
b. Prasarana Persampahan, meliputi : Sistem pembuangan sampah yang
dilaksanakan secara swadaya masyarakat, sampah yang dihasilkan
oleh rumah tangga didominasi dengan cara membuangnya ke lubang
dan dibakar, dikubur/ditanam atau oleh warga membuang ke sungai
atau ke lahan kosong di perkotaan. Sebagian lainnya memanfaatkan
sarana – sarana pembuangan sampah yang disediakan oleh
pemerintah berupa Tempat Pembuangan Sampah (TPS) dan Tempat
Pembuangan Akhir (TPA).
Sumber : Qanun RTRW Kab. Aceh Barat Daya Tahun 2013-2033
Gambar 4.4 Peta Rencana Jaringan Persampahan
c. Prasarana Pengolahan Limbah, meliputi : Limbah rumah tangga
seperti limbah mandi dan kakus menggunakan septick tank dan
cubluk. Sedangkan limbah dapur dan mencuci dibuang melalui saluran
yang dibuat sendiri oleh masyarakat menuju saluran pembuang dan
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-19
seterusnya ke sungai – sungai. Limbah cair rumah tangga pada
pemukiman apabila tidak ditangani dengan baik akan mempengaruhi
kualitas lingkungan, diantaranya penurunan kualitas air permukaan
dan air tanah serta penurunan estitika kawasan.
d. Prasarana Drainase : Pelayanan jaringan drainase di Kabupaten Aceh
Barat Daya umumnya merupakan sistem drainase tercampur,
limpasan air hujan dan air limbah rumah tangga/domestik mengalir
dalam satu saluran dan sebagian mengandalkan drainase alam
dengan memanfaatkan sungai – sungai yang ada disekitar pemukiman
penduduk dan ruas jalan. Jaringan drainase belum tersedia
sebagaimana yang diinginkan, hanya beberapa ruas jalan yang telah
ada saluran drainase, terutama di kawasan permukiman dan
perkantoran pemerintah.
e. Tata Bangunan dan Lingkungan : Bangunan yang dibangun banyak
melanggar garis sempadan; Kurang ditegakkannya aturan
keselamatan, keamanan dan kenyamanan bangunan gedung; Belum
optimalnya pembangunan lingkungan pemukiman berbasis budaya
untuk mendorong kemandirian masyarakat dalam mengembangkan
lingkungan berkelanjutan.
f. Pengembangan Permukiman : Secara umum memperlihatkan semakin
perlunya pembangunan permukiman yang lebih berbasis wilayah
bukan sektor. Sifat dikotomis yang menimbulkan pertentangan, antara
yang baru dengan lama, lokal dan pendatang, antar satu sektor
kegiatan dengan sektor kegiatan lainnya, modern dan tradisional, kota
dan desa, dan seterusnya. Perlu pengalihan orientasi dari membangun
rumah ke membangun permukiman.
RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA
SATGAS RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BARAT DAYA IV-20
Sumber : Qanun RTRW Kab. Aceh Barat Daya Tahun 2013-2033
Gambar 4.5 Peta Rencana Jaringan Drainase