kabar untuk anda september 2012

4
caritas Maumere Kabar untuk Anda Caritas Maumere KABAR UNTUK ANDA 1 NGO dan Umat Edisi September 2012 Eman Embu SVD | Manager Program Caritas Maumere M enjadi rakyat atau umat dalam hubungan dengan macam-macam lembaga lebih banyak susah daripada senangnya. Rakyat pada umumnya, atau umat, secara lebih khusus, sering diatasnamakan untuk bermacam-macam kepentingan dan keuntungan. Dua-duanya, entah kepentingan manusiawi dengan macam- macam kategorinya, ataupun kepentingan ilahi. Dalam pemilu atau pilkada mereka dimobilisir untuk memilih, konon untuk membangun demokrasi. Tapi dalam banyak kasus, suara mereka diperalat dan diperjualbelikan. Ada operasi, entah senyap atau terang-benderang ini dan itu, untuk membeli suara mereka demi legitimasi kekuasaan para pejabat pemerintahan. Soalnya menjadi lebih rumit kalau rakyat atau umat diorganisasi bukan lagi atas nama atau kepentingan manusia tetapi untuk dan atas nama Tuhan. Dalam ihwal ini mereka ditempatkan pada posisi yang lemah. Ini sangat serius lantaran urusannya ialah dengan Tuhan maka taruhannya bukan saja pada hidup hari ini tetapi juga untuk hidup pada masa yang akan datang, apalagi yang abadi sifatnya. Singkatnya, ia dikaitkan dengan taruhan surga dan neraka. Tak sulit untuk menyebut contoh-contoh ihwal umat dan urusan surga dan neraka tadi. Sebut saja, gerakan pengumpulan dana ini dan itu, apa pun namanya. Mobilisasi umat untuk menjalankan program ini dan itu, entah untuk pembangunan gereja, kapela, atau urusan-urusan sosial pada umumnya. Konsekuensinya adalah surga dan neraka yang baru disebutkan tadi. Atas nama kemiskinan dan penderitaan, banyak cara dipakai untuk mendapatkan dana dari banyak lembaga dari luar entah karitatif ataupun tidak untuk menjalankan proyek- proyek (kemanusiaan) yang jumlahnya tak hanya satu. Dalam kenyataannya, ini dilakukan oleh lembaga-lembaga non- pemerintah (Non Governmental Organization/NGOs) dengan bermacam-macam background, termasuk lembaga-lembaga yang berbasis agama. Lazimnya, NGOs bukan bagian dari pemerintah atau diorganisir pertama-tama bukan untuk tujuan atau kepentingan mencari keuntungan (profit). Tapi, di daerah kita ada kelainan karena dikenal apa yang disebut dengan istilah NGO plat merah, yaitu, seolah-seolah NGO, karena adanya NGOs yang dibentuk dan secara tak langsung dikelola oleh (orang-orang) pemerintah. Teriakan kritik yang sering kita dengar adalah bahwa NGOs datang ke dan pergi dari satu komunitas ke komunitas lain, tapi tak banyak impak untuk komunitas yang bersangkutan. Tumpukan dana sudah dikucurkan untuk dan atas nama penderitaan rakyat atau umat, tapi sebetulnya dalam banyak kasus tak banyak dari dana-dana itu dinikmati secara langsung oleh anggota-anggota komunitas. Kenyataan seperti inilah yang harus mendapat perhatian secara sangat serius dari Caritas Keuskupan kita. Posisi kita yang paling dasar ialah bahwa Caritas sebagai bagian dari NGO anggota-anggotanya adalah kita, yaitu, umat Allah di keuskupan ini. Melalui stakeholder utama dari Caritas keuskupan ini, kita menetapkan kebijakan-kebijakan dan program-program yang harus dijalankan oleh Caritas Keuskupan kita. Melalui sarana- sarana yang dipunyai, umat Allah di keuskupan ini mempunyai tugas untuk mengontrol dan memastikan bahwa Caritas sebagai lembaga gerejawi di keuskupan kita pertama-tama bekerja untuk kepentingan umat di keuskupan ini. Artinya, umat menjadi subjek dari seluruh pekerjaan Caritas keuskupan kita. Anda punya tugas untuk memastikan bahwa dana-dana program, misalnya, sebagian besarnya dialokasikan untuk kepentingan umat. Sebagai subjek, umat di keuskupan ini mesti memastikan bahwa Caritas menjalankan mandat yang Anda tetapkan. Kabar Solidaritas

description

Kabar untuk anda dari Caritas Maumere edisi september 2012

Transcript of kabar untuk anda september 2012

caritasMaumere

Kabaruntuk Anda

Caritas Maumere KABAR UNTUK ANDA 1

NGO dan Umat

Edisi September 2012

Eman Embu SVD | Manager Program Caritas Maumere

Menjadi rakyat atau umat dalam hubungan dengan macam-macam lembaga lebih banyak susah daripada senangnya. Rakyat pada umumnya,

atau umat, secara lebih khusus, sering diatasnamakan untuk bermacam-macam kepentingan dan keuntungan. Dua-duanya, entah kepentingan manusiawi dengan macam-macam kategorinya, ataupun kepentingan ilahi.

Dalam pemilu atau pilkada mereka dimobilisir untuk memilih, konon untuk membangun demokrasi. Tapi dalam banyak kasus, suara mereka diperalat dan diperjualbelikan. Ada operasi, entah senyap atau terang-benderang ini dan itu, untuk membeli suara mereka demi legitimasi kekuasaan para pejabat pemerintahan.

Soalnya menjadi lebih rumit kalau rakyat atau umat diorganisasi bukan lagi atas nama atau kepentingan manusia tetapi untuk dan atas nama Tuhan. Dalam ihwal ini mereka ditempatkan pada posisi yang lemah. Ini sangat serius lantaran urusannya ialah dengan Tuhan maka taruhannya bukan saja pada hidup hari ini tetapi juga untuk hidup pada masa yang akan datang, apalagi yang abadi sifatnya. Singkatnya, ia dikaitkan dengan taruhan surga dan neraka.

Tak sulit untuk menyebut contoh-contoh ihwal umat dan urusan surga dan neraka tadi. Sebut saja, gerakan pengumpulan dana ini dan itu, apa pun namanya. Mobilisasi umat untuk menjalankan program ini dan itu, entah untuk pembangunan gereja, kapela, atau urusan-urusan sosial pada umumnya. Konsekuensinya adalah surga dan neraka yang baru disebutkan tadi.

Atas nama kemiskinan dan penderitaan, banyak cara dipakai untuk mendapatkan dana dari banyak lembaga dari luar entah karitatif ataupun tidak untuk menjalankan proyek-proyek (kemanusiaan) yang jumlahnya tak hanya satu. Dalam kenyataannya, ini dilakukan oleh lembaga-lembaga non-pemerintah (Non Governmental Organization/NGOs) dengan

bermacam-macam background, termasuk lembaga-lembaga yang berbasis agama.

Lazimnya, NGOs bukan bagian dari pemerintah atau diorganisir pertama-tama bukan untuk tujuan atau kepentingan mencari keuntungan (profit). Tapi, di daerah kita ada kelainan karena dikenal apa yang disebut dengan istilah NGO plat merah, yaitu, seolah-seolah NGO, karena adanya NGOs yang dibentuk dan secara tak langsung dikelola oleh (orang-orang) pemerintah.

Teriakan kritik yang sering kita dengar adalah bahwa NGOs datang ke dan pergi dari satu komunitas ke komunitas lain, tapi tak banyak impak untuk komunitas yang bersangkutan. Tumpukan dana sudah dikucurkan untuk dan atas nama penderitaan rakyat atau umat, tapi sebetulnya dalam banyak kasus tak banyak dari dana-dana itu dinikmati secara langsung oleh anggota-anggota komunitas.

Kenyataan seperti inilah yang harus mendapat perhatian secara sangat serius dari Caritas Keuskupan kita. Posisi kita

yang paling dasar ialah bahwa Caritas sebagai bagian dari NGO anggota-anggotanya adalah kita, yaitu, umat Allah di keuskupan ini.

Melalui stakeholder utama dari Caritas keuskupan ini, kita menetapkan kebijakan-kebijakan dan program-program yang harus dijalankan oleh Caritas Keuskupan kita. Melalui sarana-sarana yang dipunyai, umat Allah di keuskupan ini mempunyai tugas untuk mengontrol dan memastikan bahwa Caritas sebagai lembaga gerejawi di keuskupan kita pertama-tama bekerja untuk kepentingan umat di keuskupan ini.

Artinya, umat menjadi subjek dari seluruh pekerjaan Caritas keuskupan kita. Anda punya tugas untuk memastikan bahwa dana-dana program, misalnya, sebagian besarnya dialokasikan untuk kepentingan umat. Sebagai subjek, umat di keuskupan ini mesti memastikan bahwa Caritas menjalankan mandat yang Anda tetapkan. Ka

bar S

olid

arita

s

Caritas Maumere KABAR UNTUK ANDA2

Akhir Maret tahun ini Badai Lua datang dan melanda sebagian besar wilayah Maumere. Banyak tanaman pangan penduduk seperti jagung dan padi hancur

berantakan. Pohon-pohon tumbang. Dan tak sedikit rumah penduduk yang rusak berantakkan. Entah roboh seluruhnya, atau pun bagian atapnya diterbangkan angin.

Bencana itu memberikan dampak yang sangat buruk dan sungguh merugikan untuk para petani. Selain kehilangan bahan pangan, selama hari-hari badai bencana tersebut melanda, orang harus mengungsi ke rumah tetangga atau rumah anggota kerabat yang lebih kokoh agar selamat dari bencana tersebut.

Pertanyaannya, apa yang komunitas pelajari pasca bencana angin dahsyat itu melanda? Secara lebih khusus, mengapa rumah-rumah penduduk itu, atau sejumlah fasilitas umum seperti kapela-kapela, gampang rusak setelah diterpa oleh angin kencang?

Dalam kerangka implementasi program CMDRR/Community Managed Disaster Risk Reduction atau Pengurangan Risiko Bencana yang Dimanajemeni oleh Masyarakat, pertanyaan ini mesti dijawab dengan segera dalam bentuk aksi atau kegiatan yang nyata oleh Caritas Keuskupan Maumere.

Stasi Riit di Paroki Bloro adalah salah satu komunitas di Keuskupan Maumere yang menjalankan program CMDRR. Hasil kajian bencana yang dijalankan oleh komunitas pada bulan Juli 2012 menyebut angin topan sebagai salah satu ancaman yang nyata dan serius untuk kehiduan warga dan lingkungannya.

Hampir tiap tahun pada musim barat, angin kencang melanda wilayah ini. Komunitas ini terletak pada ketinggian sekitar 800-1000 meter di atas permukaan laut. Kebanyakan pemukiman terletak pada jajaran pemukiman yang sangat terbuka dari terpaan angin.

Sebagai respon terhadap kenyataan itu, maka sebagai bagian dari pelaksanaan program pengurangan resiko bencana, warga komunitas sepakat untuk mendirikan sebuat bangunan

Kaba

r Kom

unita

s

Caritas Keuskupan Maumere didirikan pada tanggal 01 November 2006 oleh Mgr. Vincentius Sensi, Uskup Maumere, sebagai respon terhadap rentetan bencana yang terjadi di Indonesia pada tahun 2004. Selanjutnya, tahun 2008 sampai dengan 2010 Caritas Maumere menjalankan tiga program yang sesuai dengan rencana strategisnya yaitu Pengurangan Resiko Bencana

yang Dimanajemeni oleh Masyarakat, Anti Kekerasan dalam Rumah Tangga (Anti Domestic Violence), dan Program Dukungan untuk Pengembangan Lembaga.

Pada tahun 2010 sampai 2012 selain melanjutkan tiga program yang sudah ada, Caritas Maumere menjalankan beberapa program baru yaitu Program Paroki Hijau (Green Parish), Manajemen Sampah, Partnership for Resilience (PfR) dan Rehabilitasi Berbasis Komunitas (Community Based Rehabilitation).

Siapa Kami

Rumah Tahan AnginDesiderius Gudipung | Community Fasilitator, Caritas Maumere

Lokasi yang disiapkan untuk pembangunan contoh rumah tahan angin

contoh tahan angin. Yang dipilih oleh warga adalah sebuah bangunan umum yaitu kapela komunitas.

Bangunan betonnya dibuat sebagaimana lazim, tetapi konstruksi dari atap bangunan kapela tersebut didesain agar tetap tahan kalau diterpa angin kencang. Tentu saja, desain bangunan tersebut harus bisa dipertanggungjawabkan dari teknis pembangunan. Untuk itu, pihak komunitas yang difasilitasi oleh Caritas Maumere telah melakukan konsultasi teknis dengan ahli bangunan dan menjelaskannya kepada pada para tukang dan buruh dari komunitas tersebut agar membangun kapela yang kuat dan teruji jika dihantam oleh angin topan.

Tentu saja, apa yang dibuat ini dimaksudkan untuk menjadi contoh bagi warga komunitas. Semoga kelak bangunan tersebut menjadi contoh bagi warga ketika membangun rumah kediaman ataupun fasilitas umum lainnya yang lebih tahan terhadap ancaman angin kencang.

Eco Flores Congress dilaksanakan di Labuanbajo, 26-29 September 2012. Kongres ini dihadiri oleh lebih dari 100 peserta.

Ada utusan Pemda, ada anggota DPRD, pegiat-pegiat LSM dari semua kabupaten di Flores, ambil bagian dalam kongres ini. Eco Flores Congress bertujuan untuk membuat network di antara para aktivis kemaunsiaan, pegiat LSM dan pemerintah dari semua daerah di pulau Flores. Ini dimaksudkan agar karya pembangunan yang berkelanjutan dikoordinasi dengan baik. Bidang-bidang pembangunan yang mendaat pertahatian khusus adalah pariwisata, lingkungan hidup, kehutanan, pertanian, pendidikan, kesehatan, kelautan, pertambangan, dan pengelolaan sampah.

Kongres dibuka oleh Bupati Manggarai Barat, Agustinus Ch. Dulla. Sesudah penjelasan pembukaan oleh penyelenggara kongres, ibu Nina van Toulon, para peserta mengikuti pelatihan pendidikan kerja sama sosial, yang dipimpin oleh Mr. Nigel Grier (Green Asian Group). Peserta membahas dalam kelompok pertanyaan yang berbeda. Satu, Apa yg seharusnya terjadi? Dua, Apa keadaan real atau nyata? Tiga, Apa yang seharusnya ada?

Hari kedua kongres dibuka dengan menampilkan beberapa pembicara utama. Satu, Dr. Sonny Keraf tentang pembangunan Flores berkelanjutan. Dua, Dr. Jatna Supriatna, tentang keragaman hayati Indonesia dan ekoturisme. Tiga, Dr. Agustinus Bandur, tentang pembangunan Flores melalui pendidikan di Era Globalisasi. Empat, Prof. Maribeth Erb, dengan makalah berjudul, “Pariwisata yang berkelanjutan, apakah mungkin?”

Sesudahnya, para peserta dibagikan dalam 17 kelompok kerja, dan selama dua setengah hari membahas bidang kerjanya, mulai dengan persoalan, tantangan dan kebutuhan

(challenges, needs, and issues), dan bermuara kepada rencana tindakan (action plans).

Karena banyaknya bidang dan kelompok kerja, maka presentasi rencana tindakan oleh masing-masing kelompok kerja pada hari terakhir dibuat agak tergesa dan pembahasan

tidak bisa cukup lama dan mendalam. Panitia akan mengirim semua hasil kelompok kerja dengan rencana tindakannya lewat e-mail kepada para peserta.

Sesudah jedah singkat dengan pembicara YW Junardy, President Indonesia Global Compact Network, serta Mr David Taylor, Ambassador of New Zealand, kongres ini ditutup oleh Bupati Manggarai, Christian Rotok.

Apa tindak lanjutnya? Satu, hasil dari kelompok-kelompok kerja akan digodok oleh satu tim kecil para ahli, lalu dikirim lewat e-mail kepada semua peserta kongress. Dua, Ibu Nina dan Pak Marius, penyelenggara kongres, akan kunjungi semua kabupaten di Flores, dalam bulan ini, untuk melihat situasi dari dekat. Tiga, para peserta dilengkapi dengan alamat/nomor HP dari semua peserta lain, untuk menjamin kerjasama selanjutnya. Ada peserta yang telah menjanjikan kerjasama di salah satu bidang, atas inisiatip pribadi. Empat, team penyelenggara dan ahli-ahli pendamping akan presentasikan rencana aksi dari kongres ini kepada para bupati se Flores. Lima, tahun depan akan diadakan

lagi kongres Eco Flores.Saya masuk dalam kelompok kerja pengelolaan sampah.

Telah disepakati kerja sama dalam bidang ini dengan Swisscontact. Mitra ini akan datang ke Maumere untuk membuat pemetaan. Juga ada kerja sama dengan plastic-man yaitu Papa Jo yang akan datang ke Maumere untuk menjelaskan tentang “Bank Sampah” kepada Forum Sampah di Geliting.

VisiTerciptanya masyarakat Allah Keuskupan Maumere yang sejahtera lahir dan batin dalam semangat solidaritas Kristiani

Misi#1. Membebaskan masyarakat dari bencana malaria, TBC, kusta, narkoba, dan HIV/AIDS

#2. Membebaskan masyarakat dari kelaparan dan gizi buruk#3. Membebaskan masyarakat dari KDRT#4. Melestarikan lingkungan hidup#5. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk tanggap darurat#6. Memperjuangkan kebijakan publik yang lebih memihak rakyat kecil

Visi & Misi Kami

Eco Flores CongressKlaus Naumann SVD | Direktur Caritas Maumere

Caritas Maumere KABAR UNTUK ANDA 3

Kaba

r Kom

unita

s

Salah satu sesi kegiatan Eco Flores yang mendukung akses masyarakat luas dalam pemanfaatan pantai Pede

Caritas Maumere KABAR UNTUK ANDA4Ka

bar L

emba

gaJu

rnal

Car

itas

Sprit

ualit

as

BARANG CETAKANPrinted Matter

Kepada Yth.:

Mohon maaf, bila salah menulis nama/gelar

Pimpinan Caritas Belgia untuk Wilayah Asia, Joery Leysen mengunjungi Caritas Maumere dari tanggal 14-24 September 2012. Dalam kunjungan tersebut,

selain mengadakan pertemuan bersama staf, beliau juga mengadakan kunjungan ke lokasi kegiatan Caritas Maumere yang didukung oleh Caritas Belgia. Lokasi yang dikunjungi antara lain Komunitas Bora di Paroki Kloangpopot yang menjalankan program rehabilitasi Kakao, dan Warga Desa Geliting yang menjalankan program manajemen sampah.

Di komunitas Bora, Joery Leysen mengadakan dialog dengan beberapa anggota komunitas yang sedang mengikuti kegiatan sekolah lapangan yang dipandu oleh Fasilitator Caritas, Yosef Suyanto Nong Files. "Beberapa informasi tentang program ini mungkin juga perlu diketahui dalam kerjasama dengan mitra lain, misalnya tentang kalender musim untuk mengetahui kapan kakao dipanen, kapan harus menanam sayuran, kapan panen sayuran, dan seterusnya"

imbuh Joery di sela sela kegiatan kunjungannya sambil menekankan bahwa pengetahuan akan kalender musim akan membantu kita untuk membuat jadwal pelaksanaan program secara lebih baik. Pembentukan kelompok dan manajemen keuangan di komunitas juga harus mendapat perhatian serius dalam rangka pemberdayaan masyarakat setempat.

Di Kewapante, Joery mengikuti presentasi mesin pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar yang setara minyak tanah dan bensin. Pembuatan mesin ini difasilitasi oleh Tim dari SMK 3 Madiun - Jawa Timur. "Saya pikir mesin ini sangat menarik, dan tentu sangat dibutuhkan. Karena itu mungkin kita butuh yang lebih besar," ungkap Joery. Sehari sebelum presentasi mesin ini, Tim SMK 3 Madiun telah memberi pelatihan bagi anggota Program Sampah Kewapante dan beberapa orang simpatisan di bengkel Yaspem Maumere untuk membuat mesin sederhana pengolah sampah plastik.

Joery Leysen kunjung Caritas Maumere Agustinus Atrius | Redaktur Kabar Untuk Anda

31 Agustus | Pertemuan Forum Kakao di kantor Veco international. Sehubungan dengan kebutuhan akan koordinasi bersama dalam penanganan program kakao di Kabupaten Sikka, maka Caritas Keuskupan Maumere merasa terpanggil untuk memulai inisiatif pertemuan ini.

09 Oktober| Pertemuan Forum Kakao Flores di Aula Bappeda. Pertemuan dibuka oleh Sekretaris Bapeda, Ir Tony Lameng. "Tujuan dari pertemuan ini adalah agar kita mengadakan koordinasi di antara semua pihak yang terlibat di dalam forum kakao ini. Baik dari pemerintahan, Dinas Pertanian, Subdin Perkebunan, juga dengan NGO dalam

artian agar kita saling sharing, menyampaikan apa yang telah kita laksanakan di Kabupaten Sikka ini, menyangkut wilayah dan kegiatan yang sudah kita kerjakan, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan nanti", demikian antara lain Ir Tony dalam sambutan pembukaannya. Pertemuan ini antara lain dihadiri oleh P. Klaus Nauman SVD, Staf Caritas Keuskupan Maumere, Swiss Contact, WVI, Veco, Wetland, Karina, PT Mars, Litbang Pertanian, dan utusan BPK dari beberapa kecamatan antara lain Nita, Paga, Magepanda, Kewapante, Doreng, Waigete, dan Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Sikka.

Dia terlebih dahulu mencintai kita dan senantiasa mencintai kita, kita pun, kemudian, dapat menanggapinya dengan kasih

Paus Bendediktus XVI, Ensiklik Deus Caritas Est, art. 17

SEKRETARIAT: Jl. Soekarno Hatta, No. 07, Kelurahan Kota Baru, Maumere 86111 Website: www.caritasmaumere.weebly. com Tlp. 0382 21989, Mobile: 082146352996

Kabar untuk Anda