Ka Amdal Kelompok 11

74
KERANGKA ACUAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) PEMBANGUNAN SANITARY LANDFILL Desa Kebonagung, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur KELOMPOK XI ANANDA PUTRI PERMATASARI 1006680650 BERLIANA CAHYA NINGTIAS 1006680700 PRATIWIE AZSMI 1006660932 PUTRI ASTRID INDAH 0806459545 RIRIS KUSUMANINGSIH 1006660964 DEPARTEMEN TEKNK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2012

description

Dokumen Analisa Mengenai Dampak Lingkungan

Transcript of Ka Amdal Kelompok 11

  • KERANGKA ACUAN

    ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN

    (KA-ANDAL)

    PEMBANGUNAN SANITARY LANDFILL

    Desa Kebonagung, Kecamatan Porong, Sidoarjo, Jawa Timur

    KELOMPOK XI

    ANANDA PUTRI PERMATASARI 1006680650

    BERLIANA CAHYA NINGTIAS 1006680700

    PRATIWIE AZSMI 1006660932

    PUTRI ASTRID INDAH 0806459545

    RIRIS KUSUMANINGSIH 1006660964

    DEPARTEMEN TEKNK SIPIL

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS INDONESIA

    DEPOK

    2012

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 2

    KATA PENGANTAR

    Salam sejahtera untuk kita semua.

    Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk

    belajar mengenai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) hingga hari ini, sampai

    makalah paruh semester berupa kerangka acuan mengenai proyek SANITARY LANDFILL

    SIDOARJO selesai dikerjakan dengan penuh proses yang bermanfaat dan tepat waktu.

    Kerangka acuan ini dibuat tidak lain untuk tujuan menganalisis dampak lingkungan

    atas dibangunnya infrastruktur pengelolaan sampah tersebut. selanjutnya, hasil daripad

    kerangka acuan ini digunakan untuk langkah selanjutnya guna menentukan layak atau

    tidaknya proyek tersebut untuk direalisasikan.

    Selanjutnya penulis mengucap terimakasih untuk pengajar mata kuliah AMDAL,

    yakni Dr. Ir. Setyo Sarwant Moersidik DEA dan Evi Novita Z. ST., M.Si. atas arahan dan

    segala cara memotivasi dalam belajar mengajar.

    Kepada sahabat, rekan seangkatan Teknik Lingkungan, senior Teknik Lingkungan

    atas segala bantuan dan semangat yang dicurahkan untuk kami sehingga kami tetap kembali

    pada cita-cita kami dan belajar dengan sungguh-sungguh.

    Tentunya serangkaian tulisan ini tidaklah sempurna dari segala sudut pandang. Oleh

    karena itu penulis membuka diri untuk menerima kriti serta masukan demi

    menghasilkankulitas makalah yang lebih baik.

    Depok, 10 Oktober 2012

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 3

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR 2

    DAFTAR ISI 3

    BAB I PENDAHULUAN 4

    I.1 Latar Belakang 4

    I.2 Tujuan dan Manfaat 4

    I.3 Peraturan Perundangan 4

    BAB II RUANG LINGKUP STUDI 7

    II.1 Lingkup Rencana Kegiatan 7

    II.2 Lingkup Rona Lingkungan Awal 17

    II.3 Pelingkupan 25

    II.4 Lingkup Wilayah Studi 31

    BAB III METODE STUDI 33

    III.1 Metode Pengumpulan dan Analisis Data 33

    III.2 Metode Prakiraan Dampak Penting 36

    III.3 Metode Evaluasi Dampak Penting 50

    BAB IV PELAKSANAAN STUDI 53

    IV.1 Pemrakarsa 53

    IV.2 Tim Studi AMDAL 53

    IV.3 Waktu Studi 53

    IV.4 Biaya Studi 53

    DAFTAR PUSTAKA 54

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. LATAR BELAKANG

    Persoalan sampah dewasa ini telah menjadi pusat perhatian dari berbagai isu lingkungan

    yang sedang hangat. Banyak kawasan terutama yang padat penduduk mengalami kendala

    dalam pengelolaan sampah, terutama karena volumenya yang meningkat dari hari ke hari.

    Untuk mengatasinya, pemerintah telah mengeluarkan regulasi-regulasi terkait pengelolaan

    sampah, salah satunya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

    Sayangnya, pematuhan terhadap peraturan tersebut belum terimplementasikan dengan baik.

    Tidak hanya kota besar yang mengalami permasalahan sampah. Bila Jakarta dengan

    penduduk 9.588.198 (BPS, 2010) jiwa menghasilkan sampah 24.773 m3 per hari (Dinas

    Kebersihan DKI, 2010), Sidoarjo yang merupakan kota kecil menghasilkan sampah 4.000 m3

    per hari dengan penduduk 1.945.252 jiwa (BPS Sidoarjo, 2012). Bila dikalkulasikan, sampah

    yang dihasilkan per penduduk Jakarta dan Sidoarjo berturut-turut adalah 0,0026 m3/jiwa/hari

    dan 0.00206 m3/jiwa/hari. Kedua nilai tersebut menunjukkan sampah yang dihasilkan kota

    besar (Jakarta) dengan yang dihasilkan kota kecil (Sidoarjo) adalah 20% atau dengan kata

    lain sampah yang dihasilkan tetap tinggi relatif terhadap perilaku masyarakat kota yang

    termasuk konsumtif.

    Oleh karena kebutuhan penampungan serta pengelolaan sampah tersebut, diperlukan

    adanya keseriusan lebih untuk mengelola sampah Sidoarjo. Berdasarkan Undang-Undang

    Nomor 18 Tahun 2008 Pasal 40, setiap kota/kabupaten diwajibkan menerapkan sanitary

    landfill. Bila tidak, penyelenggara penglola sampah dapat dikenakan sanksi pidana 4 10

    tahun penjara. Alasan tersebut menjadi alasan utama dibangunnya pengelolaan sampah

    Sidoarjo berupa sanitary landfill dalam waktu dekat.

    Pengadaan sistem sanitary landfill menggantikan open dumping dan/atau controlled

    landfill merupakan suatu urgensi karena open dumping maupun controlled landfill tidak

    cukup mampu mengelola sampah secara maksimal dari segi lingkungan, ekonomi, dan sosial.

    Sanitary landfill meliputi pengolahan air lindi sampah menjadi gas metan yang dapat

    digunakan sebagai sumber bahan bakar dan tenaga listrik.

    Dengan adanya suplai listrik dari sumber sampah, dimungkinkan adanya peningkatan

    kontribusi terhadap pengurangan emisi karbon ke atmosfer sehingga meminimalisir potensi

    pemanasan global yang makin parah. Selain itu, sanitary landfill unggul karena sampah

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 5

    ditimbun dan dipadatkan di dalam tanah. Air permukaan juga terhindar dari kontaminasi lindi

    yang disebabkan oleh lindi yang sampai pada lapisan kedap air dalam tanah (ilmusipil.com).

    Oleh karena berbagai kajian tersebut, pembangunan sanitary landfill Sidoarjo

    direncanakan, tepatnya di Kecamatan Porong, Desa Kebonagung. Pemilihan lokasi tersebut

    dilakukan setelah dilakukan studi kelayakan di beberapa tempat, seperti di Krembung dan

    Tambaksawah, Kecamatan Waru (beritajatim.com).

    I.2. TUJUAN DAN MANFAAT

    1.2.1. Tujuan Rencana Kegiatan

    Menyelesaikan masalah timbunan sampah berlebih di Sidoarjo.

    Mengelola sampah secara moderen (pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,

    pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah) dengan mengedepankan keberlanjutan

    lingkungan.

    Menerapkan sistem sanitary landfill yang merupakan sistem pengelolaan sampah

    terintegrasi dan ramah lingkungan.

    Mencegah adanya volum sampah berlebih yang dapat mengganngu aktivitas manusia.

    I.2.2. Manfaat Rencana Kegiatan

    Meningkatkan kontribusi terhadap adaptasi perubahan iklim.

    Memberikan kontribusi kepada mitigasi bencana akibat timbunan sampah.

    Membantu pemerintah dan stakeholders pembangunan lainnya dalam mewujudkan

    upaya pengelolaan sampah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

    I.3. REGULASI PERUNDANGAN

    Peraturan yang dijadikan dasar dalam pelaksanaan studi ANDAL proyek SANITARY

    LANDFILL SODOARJO meliputi berbagai stata payung hukum, yaitu undang-undang,

    peraturan pemerintah, peraturan menteri, keputusan menteri, dan peraturan daerah.

    1.3.1 Undang-Undang

    1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

    Pengelolaan Lingkungan Hidup

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 6

    2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi

    Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; digunakan sebagai dasar perlindungan

    sumber daya alam dan ekosistemnya.

    3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan

    dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; digunakan sebagai dasar pengelolaan dan

    perlindungan lingkungan hidup.

    4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan

    Angkutan Jalan; digunakan sebagai dasar analisa transportasi di kawasan saat

    pembangunan berlangsung.

    5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya

    Air; digunakan sebagai dasar pelestarian sumber daya air.

    6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan

    Ruang; digunakan sebagai dasar penataan ruang.

    7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan

    Sampah; digunakan sebagai acuan pengolahan limbah padat di lokasi kegiatan.

    1.3.2 Peraturan Pemerintah

    1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Nomor 27 Tahun 2012 Tentang Analisis

    Mengenai Dampak Lingkungan; digunakan sebagai acuan penyusunan AMDAL.

    2. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

    Pengendalian Pencemaran Air; digunakan sebagai acuan pengelolaan dan

    pengendalian pencemaran air yang kemungkinan ditimbulkan selama proses kegiatan

    berlangsung.

    3. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata Pengaturan Air.

    1.3.3 Peraturan Daerah Sidoarjo

    1. Peraturan Daerah Kabupaten Sidoarjo Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan

    Sampah dan Retribusi Pelayanan Persampahan/ Kebersihan; digunakan sebagai acuan

    pengelolaah limbah padat di tempat kegiatan.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 7

    BAB II

    RUANG LINGKUP STUDI

    2.1 LINGKUP RENCANA KEGIATAN

    2.1.1 Rencana Kegiatan

    Kegiatan Pembangunan sanitary landfill Sidoarjo digunakan untuk memenuhi

    kebutuhan penampungan sampah di Sidoarjo, tepatnya di desa Kebonagung Kecamatan

    Porong. Proyek ini seluas 15 ha yang dibangun dengan dana hibah dari Pemerintah Jerman

    dengan kesepakatan Kementrian Pekerjaan Umum (PU).

    2.1.2 Lingkup Rencana Usaha

    A. Tahap Pra Konstruksi

    1. Pemilihan Lokasi Sanitary Landfill

    Untuk mengantisipasi dampak negatif tersebut yang diakibatkan oleh metode

    pembuangan akhir sampah yang tidak memadai seperti yang selalu terjadi di

    berbagai kota di Indonesia, maka langkah terpenting adalah memilih lokasi yang

    sesuai dengan persyaratan. Sesuai dengan SNI No. 03-3241-1997 tentang Tata Cara

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 8

    Pemilihan Lokasi TPA, bahwa lokasi yang memenuhi persyaratan sebagai tempat

    pembuangan akhir sampah adalah :

    Jarak dari perumahan terdekat 500 m

    Jarak dari badan air 100 m

    Jarak dari airport 1500 m (pesawat baling-baling) dan 3000 m (pesawat jet)

    Muka air tanah > 3 m

    Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10 -6 cm / det

    Merupakan tanah tidak produktif

    Bebas banjir minimal periode 25 tahun

    Pemilihan lokasi TPA sebagai langkah awal dalam peningkatan metode

    pembuangan akhir sampah, perlu dilakukan secara teliti melalui tahapan studi

    yang komprehensif (feasibility study dan studi amdal). Sulitnya mendapatkan

    lahan yang memadai didalam kota, maka disarankan untuk memilih lokasi TPA

    yang dapat digunakan secara regional. Untuk lokasi TPA yang terlalu jauh (>25

    km) dapat menggunakan sistem transfer station. Dipilihnya Kebonagung karena

    lahannya memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), kedalaman airnya lebih

    dari tiga meter serta lokasinya jauh dari permukiman penduduk

    2. Survey dan pengukuran lapangan

    Data untuk pembuatan TPA harus meliputi :

    Jumlah sampah yang akan dibuang ke TPA

    Komposisi dan karakteristik sampah

    Jumlah alat angkut (truk) dan jaringan akses jalan ke lokasi TPA

    Pengumpulan data tersebut dapat dilakukan secara langsung (primer) maupun

    tidak langsung (sekunder). Pengukuran lapangan dilakukan untuk mengetahui data

    kondisi lingkungan TPA seperti:

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 9

    Topografi dan Karakteristik tanah, meliputi karakteristik fisik (komposisi

    tanah, konduktivitas hidrolik, pH, KTK dan lain-lain) dan karakteristik kimia

    (komposisi mineral tanah, anion dan kation) Sondir dan geophysic

    Kondisi air tanah, meliputi kedalaman muka air tanah, arah aliran air tanah,

    kualitas air tanah (COD, BOD, Chlorida, Fe, Organik dan lain-lain)

    Kondisi air permukaan, meliputi jarak dari TPA, level air, fluktuasi level air

    musim hujan dan kemarau, kualitas air sungai (BOD, COD, logam berat,

    chlorida, sulfat, pestisida dan lain-lain) Lokasi mata air ( jika ada) termasuk

    debit.

    Kualitas lindi, meliputi BOD, COD, Chlorida, Logam berat, Organik dan lain-

    lain. Kemudian Kualitas udara, meliputi kadar CH4, COx, SOx, NOx dan lain-

    lain.

    Jumlah penduduk yang tinggal disekitar TPA (radius < 500 m)

    3. Perencanaan

    Perencanaan TPA berupa Detail Engineering Design (DED), harus dapat

    mengantisipasi terjadinya pencemaran lingkungan. Dengan demikian maka

    perencanaan TPA tersebut harus meliputi :

    Disain site plan disesuaikan dengan kondisi lahan yang tersedia

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 10

    Gambar 1. Site Plan TPA Kebonagung (Sanitary Landfill)

    Disain fasilitas yang meliputi fasilitas umum (jalan masuk dan jalan operasi,

    saluran drainase, kantor TPA, pagar), fasilitas perlindungan lingkungan

    (tanggul, lapisan dasar kedap air, jaringan pengumpul dan pengolah lindi,

    ventilasi gas, barrier, tanah penutup, sumur uji, alat berat dan lain-lain) dan

    fasilitas pendukung (air bersih, bengkel, jembatan timbang dan lain-lain).

    Tahapan pembangunan disesuaikan dengan kemampuan pendanaan daerah

    untuk membangun suatu TPA sehingga dengan kondisi yang paling minimal

    TPA tersebut dapat berfungsi tanpa mencemari lingkungan.

    Dokumen DED dilengkapi juga dengan gambar detail, SOP, dokumen tender,

    spesifikasi teknis, disain note dan lain-lain

    Tahapan pembangunan disesuaikan dengan kemampuan pendanaan daerah

    untuk membangun suatu TPA sehingga dengan kondisi yang paling minimal

    TPA tersebut dapat berfungsi tanpa mencemari lingkungan.

    Dokumen DED dilengkapi juga dengan gambar detail, SOP, dokumen tender,

    spesifikasi teknis, disain note dan lain-lain.

    4. Pembebasan Lahan

    Pembebasan lahan TPA perlu memperhatikan dampak sosial yang mungkin

    timbul seperti kurang memadainya ganti rugi bagi masyarakat yang tanahnya

    terkena proyek. Luas lahan yang dibebaskan minimal dapat digunakan untuk

    menampung sampah selama 5 tahun.

    5. Pemberian izin

    Pemberian izin lokasi TPA harus diikuti dengan berbagai konsekuensi seperti

    dilarangnya pembangunan kawasan perumahan atau industri pada radius < 500 m

    dari lokasi TPA, untuk menghindari terjadinya dampak negatif yang mungkin

    timbul dari berbagai kegiatan TPA.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 11

    6. Sosialisasi

    Untuk menghindari terjadinya protes sosial atas keberadaan suatu TPA, perlu

    diadakan sosialisasi dan advokasi publik mengenai apa itu TPA, bagaimana

    mengoperasikan suatu TPA dan kemungkinan dampak negatif yang dapat terjadi

    namun disertai dengan rencana atau upaya pihak pengelola untuk menanggulangi

    masalah yang mungkin timbul dan tanggapan masyarakat terhadap rencana

    pembangunan TPA. Sosialisasi dilakukan secara bertahap dan jauh sebelum

    dilakukan perencanaan

    B. Tahap Konstruksi

    1. Mobilisasi Tenaga dan Alat

    - Tenaga Kerja

    Tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang akan melaksanakan

    pekerjaan konstruksi TPA. Untuk tenaga profesional seperti tenaga supervisi, ahli

    struktur dan mandor harus direkrut sesuai dengan persyaratan kualifikasi,

    sedangkan untuk tenaga buruh atau tenaga keamanan dapat direkrut dari tenaga

    setempat (jika ada). Rekrutmen tenaga setempat adalah untuk menghindari

    terjadinya konflik atau kecemburuan sosial.

    - Alat

    Mobilisasi peralatan konstruksi mungkin akan menimbulkan dampak

    kebisingan dan debu, namun sifatnya hanya sementara. Untuk itu agar dapat

    diusahakan mobilisasi atau demobilisasi alat berat dilakukan pada saat lalu lintas

    dalam keadaan sepi serta tidak melalui permukiman yang padat. - Mobilisasi alat

    berat

    2. Pembersihan lahan (land clearing)

    Pembersihan lahan akan menimbulkan dampak pengurangan jumlah tanaman

    dan debu sehingga perlu dilakukan penanaman pohon sebagai pengganti atau

    membuat green barrier yang memadai.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 12

    3. Pembangunan fasilitas umum

    - Akses Jalan TPA

    Pembangunan TPA dikuti dengan pembangunan jalan yang akan mendukung

    pengoperasian TPA tersebut. Perencanaan pembangunan jalan meliputi :

    Jalan masuk.

    Jalan kerja.

    Cul-de-sac sementara, berfungsi sebagai jalan penghubung maupun untuk

    ruas perletakan jalan kerja.

    Tipping Area.

    a) Jalan Masuk TPA

    Jalan masuk TPA akan digunakan oleh kendaraan pengangkut sampah dengan

    kapasitas yang cukup besar, sehingga kelas jalan dan lebar jalan perlu

    memperhatikan beban yang akan lewat serta antrian yang mungkin terjadi.

    Pengaturan lalu lintas untuk kendaraan yang akan masuk dan keluar TPA

    sedemikian rupa sehingga dapat menghindari antrian yang panjang karena dapat

    mengurangi efisiensi pengangkutan. Jalan masuk/ jalan penghubung adalah jalan

    yang menghubungkan likasi TPA dengan dengan jaringan jalan kota (jalan utama).

    Jalan masuk ini mengikuti jalan yang telah tersedia di lokasi TPA dengan

    perbaikan-perbaikan guna mencapai kriteria yang telah ditentukan.

    Perancangan dilaksanakan berdasarkan batasan desain sebagai berikut :

    Konstruksi permanen dan mampu menahan beban perlintasan minimal 10 ton

    (berat truk berisi sampah).

    Kecepatan rencana kendaraan yang melintas maksimum 10 km/jam.

    Merupakan jalan dua arah.

    Lebar badan jalan minimum 6 m.

    Kemiringan tanjakan dan turunan < 8%.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 13

    b) Jalan Kerja

    Jalan kerja yang terdapat di dalam lahan TPA dan berfungsi sebagai lintasan

    terdekat yang menghubung sel dengan jalan penghubung. Di setiap akhir, ruas

    perletakan jalan kerja akan dilengkapi dengan suatu cul-de-sac tipe kepala-martil

    (hammerhead) dan terdiri dari susunan lempeng jalan kerja yang dilengkapi

    dengan pasangan con-bloc agar menutup bagian-bagian rongga antara yang

    terbuka.

    Perletakan jalan kerja berdasarkan atas :

    Terletak di garis tepi batas utama subzona terakhir dari suatu fase pelaksanaan.

    Lebar perletakan 6 m dengan susunan 3 lempeng per meter lari (melintang).

    Panjang perletakan jalan kerja adalah 250 m.

    c) Tipping Area

    Tipping area adalah tempat dimana sampah diturunkan / dibongkar dari truk

    sampah. Terdapat 2 (dua) jenis lokasi penurunan yang khusus dibuat di dalam

    sanitary landfill zona ini, yaitu :

    a. Jalur lahan kerja penurunan.

    b. Lapak penurunan.

    Selain itu juga kendaraan pengangkut dapat menurunkan sampahnya dari lokasi

    lain yang ditentukan, seperti dari atas timbunan sampah yang sudah padat.

    - Kantor TPA

    Kantor TPA berfungsi sebagai kantor pengendali kegiatan pembuangan akhir

    mulai dari penimbangan/ pencatatan sampah yang masuk (sumber, volume/berat,

    komposisi dan lain-lain), pengendalian operasi, pengaturan menajemen TPA dan

    lain-lain. Luas dan konstruksi bangunan kantor TPA perlu memperhatikan fungsi

    tersebut. Selain itu juga dapat dilengkapi dengan ruang laboratorium sederhana

    untuk analisis kualitas lindi maupun efluen lindi yang akan dibuang kebadan air

    penerima.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 14

    - Saluran Drainase

    Drainase keliling TPA diperlukan untuk menampung air hujan agar tidak

    masuk ke area timbunan TPA, selain untuk mencegah tergenangnya area

    timbunan sampah juga untuk mengurangi timbulan lindi. Berfungsi untuk

    mencegah aliran air permukaan masuk ke dalam lahan atau keluar lahan efektif.

    Drainase ini terdiri dari :

    a. Drainase isolasi lahan kerja.

    Direncanakan terdapat disekeliling lokasi TPA. Saluran ini juga terletak

    dipinggir jalan yang berfungsi untuk menampung limpasan air hujan dari jalan.

    Beban tampungan terbesar saluran ini berasal dari bagian sebelah barat.

    b. Drainase lokal

    Saluran drainase yang berada di dalam lokal berfungsi untuk mengalirkan air

    dari permukaan lahan efektif. Limpahan ini memungkinkan bercampur dengan

    timbunan sampah, karena itu diarahkan menuju pengolahan lindi. Drainase ini

    akan pula berfungsi untuk menampung lindi yang berasal dari rembesan tanah

    penutup di sisi timbunan sampah.

    c. Drainase aliran air sebelum penimbunan.

    Mengingat tidak seluruh lahan tersedia disiapkan untuk lahan penimbunan,

    maka dibutuhkan drainase untuk menyalurkan air permukaan di daerah tersebut.

    Prinsip dari drainase ini adalah menyalurkan air yang terkumpul di hulu

    penimbunan agar tidak bercampur dengan sampah. Air permukaan diarahkan

    menuju saluran ke sungai. Pada saat lahan beroperasi drainase ini akan berfungsi

    sebagai drainasae lindi.

    Dalam menentukan arah aliran saluran drainase yang direncanakan terdapat

    batasan-batasan sebagai berikut :

    a). Arah pengaliran dalam saluran mengikuti penurunan menerus garis

    ketinggian yang ada sehingga diharapkan pengaliran secara gravitasi.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 15

    b). Pemanfaatan sungai/ anak sungai sebagai badan air penerima dari outfall

    yang direncanakan, untuk drainase isolasi lahan kerja dan drainase aliran air

    sebesar penimbunan.

    Perencanaan Saluran Drainase

    Dalam menentukan arah jalur saluran drainase yang direncanakan terdapat

    batasan-batasan sebagai berikut :

    Arah Pengaliran dalam saluran mengikuti penurunan menerus garis

    ketinggian yang ada sehingga diharapkan pengaliran secara gravitasi.

    Pemanfaatan sungai/anak sungai sebagai badan air penerima dari outfall yang

    direncanakan, untuk drainase lokasi lahan kerja dan drainase aliran air

    sebesar penimbunan.

    a. Intensitas Curah Hujan (I)

    b. Waktu Konsentrasi (tc)

    Waktu konsentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air hujan

    dari titik terjauh menuju titik tertentu yang ditinjau. Waktu konsentrasi terdiri

    dari waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir pada permukaan tanah

    melimpah menuju ke saluran terdekat (overland time of flow = to) dan waktu

    untuk mengalir dalam saluran ke saluran tempat yang ditinjau.

    c. Koefisien pengaliran (c)

    Koefisien pengaliran ini diperoleh dari hasil perbandingan antara jumlah hujan

    yang jatuh dengan yang mengalir sebagai limpasan dari suatu hujan dalam

    permukaan tanah tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi koefisiensi dan

    tampungan hujan pada tanah sehingga mempengaruhi jumlah yang mengalir

    pada tanah.

    d. Kecepatan Aliran

    Penentuan kecepatan aliran air di dalam saluran yang direncanakan didasarkan

    pada kecepatan minimum yang diperoleh agar tetap self cleansing dan

    kecepatan maksimum yang diperbolehkan agar konstruksi saluran tetap aman.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 16

    Untuk kecepatan minimum diambil sebesar 0,75 m/det, sedangkan maksimum

    2,5 m/det.

    e. Kemiringan Saluran dan Talud Saluran

    Kemiringan saluran yang dimaksudkan dalam perencanaan ini adalah

    kemiringan dasar saluran. Sedangkan talud saluran adalah kemiringan dinding

    saluran. Kemiringan dasar saluran didasarkan pada pertimbangan kemiringan

    minimal untuk menghindari terjadi sendimentasi pada dasar saluran, dan

    kemiringan maksimal untuk menjaga kedalaman bagian hilir saluran agar tidak

    terlalu dalam.

    Gambar 2. Saluran Drainase

    - Pagar TPA

    Pagar TPA selain berfungsi sebagai batas TPA dan keamanan TPA juga dapat

    berfungsi sebagai green barrier. Untuk itu maka pagar TPA sebaiknya dibuat

    dengan menggunakan tanaman hidup dengan jenis pohon yang rimbun dan cepat

    tumbuh seperti pohon angsana. Merupakan pagar hijau pelindung dibuat

    mengelilingi lokasi TPA. Bentuk dari pagar hijau merupakan pepohonan yang

    tinggi dan berdaun lebat. Rentang buffer direncanakan mencapai 40 m dari batas

    lokasi, kecuali di beberapa daerah memiliki rentang yang berbeda karena alasan

    tertentu.

    Fungsi dari pagar hijau adalah :

    Sebagai daerah resapan yang akan mengurangi aliran air permukaan ke

    dalam lahan urug.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 17

    Menghalangi pandangan langsung ke arah sanitary landfill terhadap

    lingkungan pemukiman di sekitarnya.

    Mengurangi kecepatan angin.

    Meminimasi pengaruh bau dari sanitary landfill terhadap lingkungan

    pemukiman di sekitarnya. Sebagai pencegahan bau, diperlukan minimal 1000

    m2 lahan aktif biologis untuk setiap hektarnya. Dengan demikian pada

    pemanfaatan lokasi TPA Regional Mamminasata diperlukan 4,3 ha lahan

    untuk pengurang bau, namun pada perencanaan dialokasikan sekitar 25 ha

    sebagai buffer area.

    Pembatas pada pembagian tata guna lahan sanitary landfill.

    Pemagaran merupakan batas dari lokasi yang menjadi bagian dari zone

    penyangga dan memiliki fungsi sebagai berikut:

    Menjaga estetika lokasi. Pagar direncanakan tidak memberikan pandangan

    secara jelas kegiatan di lokasi TPA.

    Berfungsi juga sebagai pembatas lokasi TPA.

    Pada pintu masuk direncanakan terdapat pintu dorong.

    4. Pengurugan Tanah

    Kegiatan penggalian tanah dengan menggunakan alat berat. Penyiapan lapisan

    dasar merupakan faktor yang sangat penting dalam penyiapan TPA. Lapisan ini

    harus mampu menahan pencemaran agar tidak keluar dari lokasi landfilling.

    Pencegahan ini terutama untuk menghindari kontaminasi terhadap air tanah yang

    digunakan oleh penduduk sebagai salah satu sumber air bersih.

    Dasar sebuah lahan urug akan terdiri dari :

    1. Lapisan-lapisan bahan liner untuk mencegah migrasi cemaran keluar lahan-

    urug.

    2. Sistem pengumpul lindi.

    C. Tahap Operasi (Pasca Konstruksi)

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 18

    1. Pemeriksaan dan Penimbangan

    Sebelum melakukan tahap-tahap operasional penimbunan, setiap kendaraan

    pengangkut harus melalui tahap berikut:

    Pemeriksaan izin masuk ke TPA

    Penimbangan kendaraan pengangkut sampah

    Setiap kendaraan yang masuk harus memiliki izin penimbangan dari Dinas

    Kebersihan. Surat Izin ini bertujuan untuk mencegah adanya kendaraan

    pengangkutan liar yang ingin melakukan pembuangan di dalam lahan TPA. Di

    dalam surat izin tercantum data sebagai berikut:

    Nomor Polisi

    Nomor daftar kendaraan pengangkut

    Jenis kendaraan pengangkut

    Berat Kosong pengangkut

    Nama pengemudi

    Tanda pengesahan dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta.

    2. Pembuangan dan Penimbunan Sampah

    Operasi penurunan sampah (unloading), yang dilakukan dilokasi penurunan

    (titik buang). Untuk menghindari antrian truk pengangkut sampah pada lokasi

    penurunan (titik buang) maka harus disediakan titik lokasi penurunan

    (titik buang) lebih dari satu. Dari hasil pengamatan di lapangan rata-rata truk

    sampah masuk 500 truk. Waktu unloading sampah rata-rata 5 menit, satu hari

    dengan asumsi efisiensi kerja 20 jam, satu lokasi penurunan samah melayani

    200 truk sampah, sehingga untuk melayani 500 truk sampah harus disediakan

    3 lokasi penurunan sampah.

    Operasi penimbunan sampah, merupakan operasi yang bertujuan

    memindahkan sampah menuju ke dalam lokasi kerja penimbunan. Operasi ini

    meliputi pengambilan dan penyebaran sampah serta pemadatan.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 19

    Operasi penutupan sampah (covering), merupakan operasi yang bertujuan

    untuk melapisi atau menutup timbunan sampah padat dengan tanah penutup.

    Operasi ini merupakan kegiatan terakhir dalam satu hari kerja.

    Terdapat tiga jenis penutupan sampah dengan lapisan tanah, yaitu :

    1. Lapisan Penutup Harian

    Dipergunakan pada setiap hari akhir operasi. Lapisan ini mempunyai

    fungsi untuk kontrol kelembaban sampah, mencegah tersebarnya sampah,

    mencegah timbulnya bau, mencegah pertumbuhan binatang/vektor

    penyakit dan mencegah kebakaran. Ketebalan lapisan adalah 20-30 cm

    dalam keadaan padat. Dalam sistem controlled landfill tidak

    dipergunakan.

    2. Lapisan Penutup Antara (Intermediate Cover)

    Selain fungsi-fungsi seperti lapisan harian di atas, lapisan antara ini

    mempunyai fungsi lain yaitu :

    a). Sebagai kontrol terhadap pembentukan gas akibat proses dekomposisi

    sampah yang memungkinkan pencegahan kebakaran.

    b). Pelintasan kendaraan di atasnya.

    Lapisan ini mempunyai ketebalan antara 30 cm - 50 cm dalam keadaan

    padat. Lapisan ini dilakukan setelah telah terjadi tiga lapis sel harian.

    Lapisan antara ini dapat dibiarkan selama 1/2 sampai 1 tahun.

    3. Lapisan Lapisan Akhir (Final Cover)

    Merupakan penutupan tanah terakhir setelah kapasitas terpenuhi.

    Ketebalan minimum yang disyaratkan adalah 50 cm dalam keadaan padat.

    Tanah penutup akhir ini juga akan berfungsi sebagai tempat dari akar

    tumbuhan penutup. Lapisan penutup tanah akhir terdiri dari :

    a). Lapisan pendukung, berfungsi untuk meratakan muka tanah penutup

    timbunan antara sebelumnya dan memberikan kemiringan permukaan

    bukit. Tebal hingga 10 cm dan dapat menggunakan tanah sekitar lokasi.

    b). Lapisan kedap, berfungsi untuk mencegah resapan air hujan atau air

    permukaan lainnya. Terdiri dari tanah lempung atau bentukannya

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 20

    dengan persyaratan yang sama dengan pembentukan lapisan dasar.

    Memiliki ketebalan lapisan 50 cm.

    c). Lapisan penutup, berfungsi untuk menunjang perkembangan

    tumbuhan penutup bukit. Kualitas tanah penutup yang diharapkan

    adalah mudah dalam pengerjaan, ikatan partikel cukup baik dan kuat.

    Untuk bahan yang sesuai adalah campuran antara pasir, lanau dan

    lempung dengan prosentase perbandingan lanau. lempung, dan pasir

    yang hampir sama. Tanah ini harus memiliki kapasitas kelembaban

    (moisture holding capacity) yang tinggi. Tebal lapisan minimal 15 cm.

    Sebaiknya lapisan ini diberikan tambahan kandungan bahan organik

    (pupuk). Namun demikian, pada pasca operasi direncanakan

    penanaman pohon dengan akar yang dalam, maka ketebalan harus

    mencapai (1,5 - 2 m) agar kondisi pohon cukup kuat dan pertumbuhan

    akarnya tidak terganggu oleh gas yang terperangkap dalam lapisan

    sampah.

    Rekapitulasi Rencana Penutupan :

    1. Tanah penutup dengan kelulusan maksimum 1 x 10-6 cm/det.

    2. Tanah penutup final dengan kelulusan maksimum 10-7 cm/det.

    3. Tebak tanah penutup antara = 0,30 0,50 m.

    4. Tebal tanah penutup final = 0,50 - 0,60 m.

    5. Rasio tanah penutup = 15 - 20 %.

    6. Tanah penutup mempunyai grading dengan kemiringan tidak lebih

    dari 30o untuk mencegah terjadinya erosi.

    3. Sistem Pengolahan Produk Akhir Landfill

    - Lapisan Dasar Kedap Air

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 21

    Lapisan dasar kedap air berfungsi untuk mencegah terjadinya

    pencemaran lindi terhadap air tanah. Untuk itu maka konstruksi dasar TPA

    harus cukup kedap, baik dengan menggunakan lapisan dasar

    geomembrane/geotextile maupun lapisan tanah lempung dengan kepadatan

    dan permeabilitas yang memadai (< 10-6 cm/det). Lapisan tanah lempung

    sebaiknya terdiri dari 2 lapis masing-masing setebal 30 cm. Hal tersebut

    dilakukan untuk mencegah terjadinya keretakan akibat kerusakan lapisan

    pertama karena terekspose cukup lama. Selain itu untuk menghindari

    terjadinya keretakan lapisan dasar tanah lempung, maka sebelum dilakukan

    peninmbunan sebaiknya lapisan dasar terlindung. Sebagai contoh dapat

    dilakukan penanaman rumput atau upaya lain yang cukup memadai.

    Tabel Karakteristik Fisik Tanah sebagai Bahan Lapisan Kedap

    Parameter Persyaratan Bahan

    Pelapisan

    Karakteristik Tanah

    Lokasi

    Jenis tanah MH,ML,CH,CL Memenuhi

    Prosentase butiran halus > 50 % Memenuhi

    Liquid limit 35 - 60 Tidak Memenuhi

    Indeks plastisitas vs liquid

    limit

    > garis A Memenuhi

    Koefisien permeabilitas < 4 x 10 -5

    (cm/detik) Memenuhi

    Sumber : Parametrix, Inc

    Keterangan : Jenis tanah berdasarkan Unified Solid Classification.

    - Jaringan Pengumpul Lindi

    Pipa jaringan pengumpul lindi di dasar TPA berfungsi untuk

    mengalirkan lindi yang terbentuk dari timbunan sampah ke kolam penampung

    lindi. Jaringan pengumpul lindi dapat berupa pipa PVC berlubang yang

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 22

    dilindungi oleh gravel. Tipe jaringan disesuaikan dengan kebutuhan seperti

    luas TPA, tingggi timbunan, debit lindi dan lain-lain. Sebagai contoh :

    Perancangan pengumpulan lindi meliputi:

    1. Pemilihan liner.

    2. Perencanaan.

    - Peletakan pengumpul lindi

    - Penyalur lindi

    - Pembuangan lindi

    3. Lay out dan perancangan

    Alternatif sistem pengumpulan lindi :

    a). Menggunakan pipa berlubang, kemudian diselubungi dengan batuan. Cara ini

    banyak dipergunakan dalam konstruksi pipa lindi di beberapa TPA dengan

    sistem lahan urug.

    b). Membuat saluran kemudian saluran tersebut diberi pelapis, dan

    didalamnya disusun batu kali kosong.

    Pada perancangan ini direncanakan pipa pengumpul menggunakan sistem

    perpipaan. Faktor pemilihan material pipa meliputi :

    Tipe lindi

    Kebutuhan pengaliran

    Korosi

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 23

    Pengikisan

    Karakteristik produk

    Kondisi fisik

    Inst`alasi yang dibutuhkan

    Efektivitas biaya

    Perlakuan khusus yang dibutuhkan

    Perancangan pipa pengumpul lindi TPA Kebonagung menggunakan jenis pipa

    PVC dengan berbagai pertimbangan yang telah dijabarkan dan berdasarkan

    kemudahannya dalam penyediaan. Pipa jenis ini memiliki kerentanan terhadap

    asam dan senyawa organik seperti asam asetat, hydroclorida, benzaldehida,

    carbon tetraklorida.

    Dengan sistem pengumpul lindi, diharapkan sebagian besar air sampah

    yang mengalir kebawah dapat tertangkap, guna selanjutnya dialirkan ke

    pengolahan lindi sebelum dibuang ke badan air. Saluran pengumpul lindi

    direncanakan terdiri dari :

    a). Saluran pengumpul, merupakan saluran yang mengumpulkan leachate

    dari timbunan sampah dan mengalirkannya menuju hilir saluran. Saluran

    ini dipasang memanjang di setiap garis setiap zone.

    b). Saluran sekunder, merupakan saluran yang mengalirkan lindi yang

    terkumpul hingga ke bak kontrol. Merupakan saluran berupa rangkaian

    pipa pada pertemuan antara pengumpul dan pengalir digunakan strip

    drainase plastik.

    c). Saluran primer, merupakan saluran yang mengaliran lindi dari akhir

    saluran pengalir di bak kontrol ke lokasi inlet bangunan pengolah lindi di

    bak pengumpul lindi.

    Sistem perpipaan pengumpul lindi juga berfungsi sebagai pengumpul air hujan

    pada saat lahan belum beroperasi. Saat lahan telah beroperasi, saluran pipa

    pembuangan ke sungai ditutup dan lindi dialirkan ke instalasi pengolahan

    lindi.

    - Pengolahan Lindi

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 24

    Untuk mencegah terjadinya pencemaran air tanah dan air permukaan setelah

    lindi terkumpul direncanakan pengolahan yang terdiri dari :

    Kolam penyeimbang yang merangkap sebagai kolam stabilisasi.

    Kolam maturasi

    Sistem Pengolahan Lindi ini meliputi komponen-komponen :

    Pengumpul lindi

    Pengatur aliran

    Perpipaan

    Bangunan pengolahan lindi

    Fasilitas pembuangan

    Instalasi atau kolam pengolahan lindi berfungsi untuk menurunkan kadar

    pencemar lindi sampai sesuai dengan ketentuan standar efluen yang berlaku.

    Mengingat karakteristik lindi didominasi oleh komponen organik dengan nilai BOD

    rata-rata 2000 - 10.000 ppm (Qasim, 1994), maka pengolahan lindi yang disarankan

    minimal dengan proses pengolahan biologi (secondary treatment). BOD influen

    diasumsikan sebesar 4000-5000 mg/l, sedangkan efluen untuk dibuang ke badan air

    sedapat mungkin mendekati Baku Mutu Air Golongan III yaitu 150 mg/l. Proses

    pengolahan lindi perlu memperhatikan debit lindi, karakteristik lindi dan badan air

    penerima tempat pembuangan efluen. Hal tersebut berkaitan dengan pemilihan

    proses pengolahan, penenutan kapasitas dan dimensi kolam serta perhitungan waktu

    detensi. Mengingat proses biologi akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan

    aktivitas mikroorganisme, maka pengkondisian dan pengendalian proses memegang

    peranan penting.

    Secara umum proses pengolahan lindi secara sederhana terdiri dari beberapa tahap

    sebagai berikut :

    Pengumpulan lindi, dilakukan di kolam pengumpul

    Proses anaerobik, dilakukan di kolam anaerob (kedalaman > 2m). Proses ini

    diharapkan dapat menurunkan BOD sampai 60 %

    Proses fakultatif yang merupakan proses peralihan dari anaerobik, dilakukan di

    kolam fakultatif. Proses ini diharapkan dapat menurunkan BOD sampai 70 %

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 25

    Proses maturasi atau stabilisasi, dilakukan di kolam maturasi dengan efisiensi

    proses 80 %

    Land treatment, dilakukan dengan membuat lahan yang berfungsi sebagai

    saringan biologi yang terdiri dari ijuk, pasir, tanah dan tanaman yang dapat

    menyerap bahan polutan.

    Gambar 3. Instalasi Pengolah Leachate

    - Ventilasi Gas

    Ventilasi gas berfungsi untuk mengalirkan gas dari timbunan sampah yang

    terbentuk karena proses dekomposisi sampah oleh aktivitas mikroorganisme.

    Tanpa adanya ventilasi yang memadai, akan dapat menyebabkan tingginya

    akumulasi gas di timbunan sampah sehingga sangat mudah terbakar. Gas yang

    mengalir dan keluar dari pipa ventilasi sebaiknya diolah sebagai biogas (di negara

    maju, gas dari landfill dimanfaatkan untuk menghasilkan tenaga listrik). Tetapi

    apabila tidak dilakukan pengolahan gas TPA, maka gas yang keluar dari pipa vent

    harus dibakar, hal tersebut untuk menghindari terjadinya dampak negatif terhadap

    pencemaran udara berupa efek rumah kaca (green house effect). Pemasangan pipa

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 26

    gas berupa pipa PVC berlubang (vertikal) yang dilindungi oleh casing yang diisi

    kerikil, harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan ketinggian lapisan sel

    sampah. Letak pipa gas agar berada pada jalur jaringan pipa lindi.

    Dekomposisi sampah, khususnya zat organik dalam kondisi anaerobik

    mengakibatkan produksi gas. Sebagian besar gas yang dihasilkan adalah metan

    dan karbondioksida dan sisanya berupa hidrogen sulfida. Strategi pengelolaan gas

    pada perencanaan sanitary landfill TPA Kebonagung ini adalah pada usaha untuk

    melakukan pengamanan lingkungan.

    Beberapa masalah yang dapat ditimbulkan dengan produksi gas ini, diantaranya :

    Gangguan terhadap tanaman sekitar lokasi. Hali ini disebabkan terdesaknya

    oksigen pada zone akar oleh produksi gas landfill. Masalah lainnya adalah

    peningkatan suhu tanah, efek toxic pada fisiologi tanaman.

    Gas Methane merupakan gas yang mudah terbakar dan merupakan salah satu

    penyebab timbulnya pemanasan global.

    Karbondioksida yang dihasilkan mengganggu saluran pernapasan dan dapat

    meningkatkan kesadahan.

    Masalah yang cukup mengganggu lainnya adalah timbulnya bau. Bau ini

    disebabkan produksi gas H2S, mercaptane, dan gas organik.

    Bentuk pengamanan terhadap gas yang timbul dari sanitary landfill ini adalah :

    a. Pengamanan selama pengoperasian.

    Bertujuan untuk melepaskan gas yang terperangkap di dalam timbunan ke

    udara lepas, yaitu dengan pengadaan :

    Saluran ventilasi vertikal, atau saluran pada dinding-dinding bukit yang

    berbatasan langsung dengan udara.

    Saluran ventilasi horizontal atau saluran pada lapisan tanah penutup

    harian.

    b. Pengamanan setelah pengoperasian (setelah mencapai bentuk bukit akhir).

    Merupakan saluran ventilasi akhir yang berupa sumuran terbuat dari pipa PVC

    dan dipasang pada jarak-jarak tertentu. Pada ujung-ujung sumuran bila perlu

    akan dipasang burner atau pembakar.

    Adapun kriteria desain untuk perpipaan gas antara lain sebagai berikut,

    Jarak antar pipa : - Vertikal : 25 m

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 27

    - Horizontal : 30 m

    Guna mengalirkan gas yang terbentuk ke udara dibutuhkan suatu sistem ventilasi.

    Sistem ini dapat dilakukan dengan :

    a). Secara Aktif

    Terdiri dari pipa berlubang dalam sumuran berisi kerikil atau pipa berlubang

    yang diletakkan secara horisontal dalam saluran berisi kerikil. Saluran atau

    sumuran ini dihubungkan dengan pipa utama ke suatu exhaust blower yang

    menciptakan keadaan vakum. Pada sistem ini pergerakan gas lebih terkontrol

    tetapi lebih mahal. Lebih lazim digunakan pada sistem yang mendayagunakan

    methane.

    b). Secara Pasif

    Sistem ini mengandalkan pada materi permeabel yang ditempatkan pada jalan

    aliran gas. Agar efektif pasir harus gradien tekanan alami. Saluran atau sumuran

    yang permeabel bertindak sebagai daerah dengan tekanan lebih rendah sehingga

    akan terjadi aliran konveksi. Pengendalian dari sekeliling lahan tidak dapat

    mengendalikan pergerakan gas ke udara tetapi hanya pergerakan dalam tanah

    (lateral).

    Alternatif Sistem Pengumpulan Gas :

    a) Sistem Perpipaan Gas Horizontal

    Sistem perpipaan gas horizontal adalah alternatif lain pengumpulan gas. An

    Hua (1981) telah menunjukkan bahwa aliran gas dalam arah horisontal adalah

    37,5 kali lebih besar dibandingkan dengan aliran gas dalam arah vertikal. Sistem

    pengumpul gas horizontal ini dibangun setelah terbentuk 2 (dua) lapisan atau lebih

    kemudian diteruskan hingga selesainya timbunan. Pipa-pipa gas tersebut dalam

    konstruksinya dapat dipasang dan diangkut dengan alat berat backhoe. Sistem

    pengumpul horizontal dengan perpipaan lebih diutamakan pada landfill yang luas.

    Oleh karena itu didalam perancangan ini tidak digunakan sistem pengumpul

    horisontal.

    b) Sistem Perpipaan Gas Vertikal

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 28

    Perpipaan gas terdiri dari pipa vertikal dan horizontal. Pipa gas horizontal

    dalam hal ini bukan merupakan sistem khusus penangkapan gas tetapi dikaitkan

    dengan pipa pengumpul lindi. Karenanya, di setiap ujung pipa pengumpul lindi

    dibuat pipa vertikal untuk menyalurkan gas yang terakumulasi di dalam pipa

    horisontal.

    Bertolak dari kriteria dan rekomendasi perancangan di atas, berikut ini

    perancangan sistem pengumpulan gas untuk TPA Kebonagung ini:

    Desain Sumur Pengumpul Vertikal

    Diisi dengan material permeable misalnya : gravel.

    Ditutup untuk mencegah masuknya udara.

    Diameter lubang sumur berkisar antara 12 - 36 inchi (300 -900 mm).

    masing-masing diberi pompa vakum (aliran udara konveksi).

    Kedalaman pipa pada perancangan ini 100% (mencapai dasar).

    Pipa vertikal direncanakan dengan sistem progessive well dengan rancangan:

    Diameter casing = 250 mm

    Diameter PVC berlubang = 100 mm

    Jarak antar pipa = 30 m

    Radius rencana = 15 m atau area layan + 700m2

    Perforasi pipa = 8 mm

    Material pengisi antara casing - pipa PVC : kerikil diameter 5 - 7 cm.

    Di dalam perancangan ini pipa vertikal :

    Mencapai dasar landfill.

    Dapat dibuang air terkumpul ke dalamnya.

    Perforasi pipa hingga 4 m dibawah muka tanah.

    Terbuat dari material anti korosi, garam, alkohol, gasoline, amonium,

    hidroksida, sulfida, nitrida dan asam hidroklorida. Untuk PVC tahan hingga

    suhu 140 derajat F.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 29

    Pada masa akhir operasi, maka pada pipa gas akhir dipergunakan penutupan

    gas dengan fleksibel joint. Gambar 4 akan memperlihatkan penempatan saluran gas

    vertikal yang digunakan, sedangkan detailnya dapat dilihat pada Gambar 5. Untuk

    perencanaan TPA Kebonagung ini akan dirancang sistem perpipaan untuk

    pengumpulan gas untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi.

    Alternatif Pemanfaatan Gas

    Prinsip dalam desain pemanfaatan gas adalah :

    1. Kualitas gas yang dihasilkan dan kualitas gas yang termanfaatkan.

    2. Kapasitas sistem yang direncanakan.

    Gas yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik ataupun

    digunakan dalam pembakaran. Keberadaan gas-gas selain gas methane dalam

    pemanfaatan tersebut tidak menjadikan masalah yang terlalu besar.

    Kapasitas sistem yang akan direncanakan akan berdasar kepada :

    Proyeksi gas yang dapat dihasilkan.

    Laju produktivitas gas.

    Estimasi presentasi gas yang dapat dimanfaatkan dan keinginan pemakai.

    Dalam perencanaan gas yang dihasilkan akan dimanfaatkan sebagai sumber

    bahan bakar atau akan dibakar. Pengelolaan gas TPA dengan tidak dimanfaatkan

    kembali pada akhir operasi akan membutuhkan pembangunan pipa beton berlubang-

    lubang diujung pipa vertikal. Tinggi elevasi pipa adalah 1 m dari elevasi akhir.

    Pemanfaatan 1 m3 gas bio (50 % methane) ekivalen dengan :

    - 0,58 liter bensin.

    - 1,07 liter alkohol.

    - 0,53 M gas alam.

    - 2,24 kg kayu bakar.

    - 5,80 kWH listrik.

    Komponen-komponen di dalam sistem pengelolaan gas meliputi :

    Perpipaan horisontal dan vertikal : pembawa gas.

    Kompresor : penyedot gas bio.

    Storage : pengumpul/penyimpan gas bio.

    Instalasi pemurni gas bio.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 30

    Gambar 4. Penempatan Perpipaan Leachate dan Pipa Gas Vertikal

    Gambar 5. Pertemuan Pipa Gas dan Drainase Lindi

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 31

    4. Green Barrier

    Untuk mengantisipasi penyebaran bau dan populasi lalat yang tinggi, maka perlu

    dibuat green barrier berupa area pepohonan disekeliling TPA. Tebal green barrier

    kurang lebih 10 m (canopi). Pohon yang cepat tumbuh dan rimbun untuk memenuhi

    kebutuhan ini antara lain jenis pohon angsana.

    Fungsi dari pagar hijau adalah :

    Sebagai daerah resapan yang akan mengurangi aliran air permukaan ke

    dalam lahan urug.

    Menghalangi pandangan langsung ke arah sanitary landfill terhadap

    lingkungan pemukiman di sekitarnya.

    Mengurangi kecepatan angin.

    Meminimalisasi pengaruh bau dari sanitary landfill terhadap lingkungan

    pemukiman di sekitarnya. Sebagai pencegahan bau, diperlukan minimal 1000

    m2 lahan aktif biologis untuk setiap hektarnya. Dengan demikian pada

    pemanfaatan lokasi TPA Kebonagung diperlukan 4,3 ha lahan untuk

    pengurang bau.

    Pembatas pada pembagian tata guna lahan sanitary landfill.

    5. Sumur Uji

    Sumur uji diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran terhadap air

    tanah yang disebabkan oleh adanya rembesan lindi dari dasar TPA (dasar TPA tidak

    kedap, adanya retakan lapisan tanah, adanya kebocoran geomembran). Sarana

    penimbunan limbah padat perkotaan sebaiknya dilengkapi dengan sistem pemantauan

    kualitas air tanah zona jenuh dan tak jenuh serta air permukaan di sekitar lokasi.

    Sistem pemantauan tersebut harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

    a. Jumlah, kedalaman, dan lokasi sumur pantau air tanah harus dipasang sesuai

    dengan kondisi hidrogeologi setemapat (jumlah minimum sumur pantau 3 buah,

    satu sumur pantau up-stream dan 2 sumur pantau down-stream dan harus

    mendapat persetujuan Bapedal.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 32

    b. Contoh air tanah harus diambil dari sumur pantau dan contoh air permukaan dari

    sungai berada di sekitar landfill, setiap bulan selama 2 tahun pertama

    beroperasinya kegiatan penimbunan limbah padat perkotaan dan setiap 3 bulan

    untuk tahun-tahun berikutnya. Contoh air tanah tersebut dianalisis sesuai dengan

    parameter.

    c. Hasil uji analisa contoh air tanah dan permukaan harus dicatat dan catatannya

    disimpan untuk dilaporkan ke Bapedal setiap 3 (tiga) bulan sekali.

    Jika satu parameter atau lebih parameter indikator lindi, dari contoh air sumur pantau

    melewati batas kisaran air tanah alam maksimum yang diizinkan, maka harus

    dilakukan analisis total parameter. Kemudian dicari penyebab dilampauinya baku

    mutu maksimum tersebut dan harus dilakukan langkah-langkah perbaikan yang

    diperlukan. Langkah-langkah perbaikan yang diambil ditetapkan bersama Bapedal

    atau oleh Bapedal.

    D. Tahap Pasca Operasi

    1. Reklamasi lahan bekas TPA

    Untuk menghindari terjadinya dampak negatif, karena proses dekomposisi sampah

    menjadi lindi dan gas berlangsung dalam waktu yang sangat lama 30 tahun

    (Tchobanoglous, 1993), maka lahan bekas TPA direkomendasikan untuk lahan

    terbuka hijau atau sesuai dengan rencana tata guna lahannya. Apabila lahan bekas

    TPA akan digunakan sebagai daerah perumahan atau bangunan lain, maka perlu

    memperhitungkan faktor keamanan bangunan secara maksimal.

    Reklamasi lahan bekas TPA disesuaikan dengan rencana peruntukannya terutama

    yang berkaitan dengan konstruksi tanah penutup akhir. Untuk lahan terbuka hijau,

    ketebalan tanah penutup yang dipersyaratkan adalah 1 m (tergantung jenis

    tanaman yang akan ditanam), ditambah lapisan top soil. Sedangkan untuk

    peruntukan bangunan, persyaratan penutupan tanah akhir serupa dengan

    konstruksi jalan dan faktor keamanan sesuai dengan peraturan konstruksi yang

    berlaku.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 33

    2. Monitoring (Pemantauan) TPA pasca operasi

    Monitoring (pemaantauan) kualitas lingkungan pasca operasi TPA diperlukan

    untuk mengetahui ada tidaknya pencemaran baik karena kebocoran dasar TPA,

    jaringan pengumpul lindi, proses pengolahan lindi yang tidak memadai maupun

    kebocoran pipa ventilasi gas. Fasilitas yang diperlukan untuk monitoring ini adalah

    sumur uji dan pipa ventilasi gas yang terlindung. Sumur uji yang harus ada minimal 3

    unit, yaitu yang terletak sebelum area peninmbunan, dekat lokasi penimbunan dan

    sesudah area penimbunan. Parameter kunci yang diperlukan antara lain meliputi :

    Kualitas air , meliputi antara lain BOD/COD, chlorida, sulfat

    Kualitas udara, meliputi debu, COx, NOx, H2S, gas metan (CH4)

    Kepadatan lalat

    Periode pemantauan sebaiknya dilakukan secara berkala terutama untuk parameter

    kunci, sedangkan untuk parameter yang lebih lengkap dapat dilakukan setahun 1-2

    kali (musim kemarau dan hujan).

    Untuk mendapatkan hasil yang baik dalam penanganan operasional di suatu landfill

    limbah padat, selain pelaksanaan tahapan perencanaan dan pengoperasian yang baik,

    perlu ditunjang juga dengan berbagai kegiatan pasca operasi. Kegiatan pasca operasi

    ini bertujuan untuk melakukan pemantauan dan pemeliharaan site. Kegiatan pasca

    operasi meliputi hal-hal sebagai berikut :

    Inspeksi yang dilaksanakan secara rutin

    Penanaman dan pemeliharaan tanaman di site

    Pemeliharaan sarana pemanfaatan dan penelitian landfill limbah padatseperti

    pengolahan leachate, pengukur curah hujan san lain-lain

    Pemeliharaan dan kontrol struktur

    Pembersihan dan pemeliharaan saluran drainase

    Pemeliharaan dan kontrol gas

    Pemeliharaan lapisan penutup dan pemantauan penurunan muka tanah

    Sistem pemantauan lingkungan.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 34

    2.2 RONA LINGKUNGAN HIDUP AWAL

    2.2.1 ASPEK FISIK DAN KIMIA

    1. Topografi (geografi tanah)

    Kabupaten Sidoarjo mempunyai morfologi berupa dataran rendah dengan topografi

    yang seragam dan tanahnya merupakan endapan aluvium dan batuan sedimen yang

    merupakan batuan induk. Sedangkan geologi struktur yang terdapat dalam kabupaten

    ini adalah pemunculan batuan kuarter bawah yang cenderung berumur tersier.

    Topografi menentukan kecepatan air larian (run-off) yang akan mencapai badan air di

    sekitar lokasi proyek. Air hujan yang jatuh pada area yang memiliki kemiringan yang

    tajam akan mencapai sungai lebih cepat daripada area yang landai sehingga dalam

    melaksanakan proyek, pemrakarsa juga memerlukan data mengeni topografi wilayah.

    2. Geologi (jenis dan sifat tanah)

    Tanah di Kecamatan Porong Sidoardjo ini terdiri dari endapan aluvial delta Brantas

    (di sebelah utara sungai Porong) dan endapan vulkanik di selatan sungai Porong

    sehingga daerah ini sangat aman bila dijadikan sebagai daerah Landfill. Jenis tanah

    akan menentukan berapa banyak air yang mencapai sungai. Jenis tanah tertentu,

    seperti tanah berpasir akan lebih banyak menyerap air ke dalam tanah daripada tanah

    berlempung (clay). Namun, tanah memiliki kapasitas tertentu hingga berada dalam

    kondisi jenuh. Akan tetapi, tanah yang banyak mengandung lempung yang hampir

    tidak tembus air (impermeable) sehingga air akan menjadi air larian (run-off) dan

    berkontribusi pada volume banjir. Pemrakarsa di sini akan merencanakan sebuah

    sanitary landfill dengan mempertimbangkan aliran air di atas tanah yang akan

    melimpas ataupun mengalir ke badan air sehingga meminimalisir terjadinya

    kontaminasi limbah padat lebih lanjut dengan daerah sekitarnya.

    3. Tata Guna Lahan

    Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Sidoarjo, lokasi

    pengembangan TPA Kebonagung telah sesuai dengan peruntukannya sebagai fasilitas

    sosial yang dalam hal ini dipakai sebagai tempat pembuangan akhir sampah.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 35

    4. Klimatologi

    Keadaaan Iklim di Kecamatan Porong Kabupaten Sidoarjo terbagi menjadi dua

    musim, yairu musim hujan 4 bulan dan musim kemarau 8 bulan.

    Menurut kepala seksi data dan informasi BMG Juanda Endro Tjahjono, rata-rata

    curah hujan di Porong dan sekitarnya pada bulan Januari mencapai 344 mm, bulan

    Februari 333 mm, dan bulan Maret 264 mm.

    Suhu

    Suhu udara Kota Sidoarjo berkisar antara 20oC sampai 35

    oC

    Kelembaban

    Kelembaban udara suatu wilayah akan bergantung pada suhu udara dan ketersediaan

    air di permukaan lahan. Wilayah Porong Sidoarjo merupakan dataran rendah sehingga

    banyak dijumpai adanya air permukaan. Kondisi demikian mengakibatkan wilayah

    tersebut mempunyai kelembaban udara rata-rata yang cukup tinggi. Kelembaban

    harian rata-rata antara tahun 2000-2006 berkisar antara 72,3-3,8%. Kelembaban

    terendah terjadi pada bulan Juli dan tertinggi pada bulan Januari. Kondisi tersebut

    mengindikasikan bahwa wilayah Porong tergolong wilayah yang lembab, di mana

    kelembaban tercatat lebih dari 65%. Hasil pengukuran lapangan yang dilakukan pada

    setiap jam selama 24 jam pad bulan Mei 2008 memperlihatkan bahwa suhu udara

    harian berkisar antara 26,5-34,5 derajat Celcius. Kelembaban harian berkisar antara

    43-92%, di mana kelembaban kurang dari 60% pada seluruh lokasi pengukuran relatif

    terbatas.

    Kecepatan Angin

    Kecepatan angin berkisar antara 3,7 m/detik 4,8 m/detik, terendah pada bulan

    Juni/Juli sedangkan kecepatan rata-rata tertinggi pada bulan Desember.

    5. Hidrologi

    Air Permukaan

    Debit air sungai di sekitar Lokasi: saat musim kemarau, debit sungai Porong hanya

    0,4 meter per detik. Sedangkan pada musim penghujan, air sungai memiliki debit

    hingga 2,5 meter per detik. Tinggi daratan Kecamatan Porong / Desa Kebonagung ini

    sekitar 4 m dari muka lautan sehingga dapat dikatakan dengan adanya pembangunan

    TPA Kebonagung tidak akan membawa pengaruh besar terhadap muka air tanah.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 36

    Sungai yang berada di perbatasan Sidoarjo dan Surabaya (Kali Brantas) dan di sungai

    Porong selama ini berfungsi sebagai saluran pengantar lumpur / partikel-partikel kea

    rah palung laut dalam di Selat Sunda sehingga bila terjadi kontaminasi produk akhir

    Landfill nantinya ke badan air, maka bukan tidak mungkin hal tersebut akan

    menyebabkan sumbatan-sumbatan / pencemaran terhadap air baku Kota Sidoarjo.

    Kapasitas Kali Porong untuk menyalurkan debit banjir selalu menunjukkan dinamika

    bila benar terjadi kontaminasi karena itu akan menambah kapasitas sungai secara

    tidak langsung dan akan terakumulasi. Besarnya debit yang dapat disalurkan sangat

    tergantung dari volume lumpur dan partikel kontaminan Landfill yang terbawa yang

    ada di alur Kali Porong. Besarnya debit air di Kali Porong juga sangat berpengaruh

    terhadap kemampuan Kali Porong untuk mengalirkan partikel kontaminan

    terakumulasi di badan air dan lumpur (khususnya Lumpur Lapindo yang kini melanda

    kota tersebut dan sekitarnya) ke laut, oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan

    monitoring dan evaluasi debit sungai Kali Porong secara bulanan.

    Air Tanah

    6. Kualitas Udara

    Guna mengetahui kualitas udara di sekitar lokasi pembangunan TPA Kebonagung

    maka dilakukanlah uji kualitas udara ambient dengan terlebih dulu melakukan

    pengambilan sample pada 3 (tiga) buah titik yaitu titik pertama (U1) sebelum lokasi

    TPA (Up Wind), titik dua (U2) di dalam lokasi dan titik ketiga (U3) sesudah lokasi

    TPA (Down Wind) TPA Kebonagung. (Lihat Tabel 3.4)

    Parameter kualitas udara yang dianalisa meliputi Sulfur Dioksida (S02), Karbon

    Monoksida (C0), Nitrogen Dioksida (NO2), Oksidan (O3), Hidrokarbon (HC), Debu

    (TSP), Timbal (Pb), Amonia (NH3) dan Hidrogen Sulfida (H2S).

    Tabel 3.4

    Hasil Analisis Kualitas Udara di Sekitar Tapak Proyek TPA Kebonagung

    NO. Parameter

    Hasil Uji

    Satuan Metode Uji/Alat

    Baku Mutu Udara

    Ambien MnLH RI

    No. 41 Th 1999

    Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 37

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    Sulfur Dioksida

    (SO2)

    Karbon Monokisda

    (CO)

    Nitrogen Dioksida

    (NO2)

    Oksidan (O3)

    Hidrokarbon (HC)

    Debu (TSP)

    Timbal (Pb)

    Amonia (NH3)

    Hidrogen Sulfida

    (H2S)

    9,80

    1375

    7,85

    24,69

    125

    58

    < 0,03

    0,08420

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 38

    hidrokarbon yang melebihi NAB itu kemungkinan diakibatkan oleh adanya pembakaran

    sampah di lokasi TPA.

    7. Kebisingan

    Kualitas kebisingan yang diukur di dalam dan di luar TPA adalah disajian pada Tabel

    3.5 sebagai berikut.

    Tabel 3.5

    Tingkat Kebisingan Di Sekitar Lokasi TPA Kebonagung

    No. Lokasi Pengukuran Satuan Hasil Pengukuran BML

    PENGUKURAN OUTDOOR

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    Sebelum lokasi TPA UD (up

    Wind)

    Sesudah lokasi TPA UD (Down

    Wind)

    Di dalam lokasi TPA UD

    Kampung Sambi Buhut

    Kampung Lebak gebang

    dB(A)

    dB(A)

    dB(A)

    dB(A)

    dB(A)

    62.0

    51.7

    58.5

    57.9

    57.1

    55

    55

    55

    55

    55

    Sumber : Hasil kebisingan pengujian lab. Lingkungan hidup PT. Unilab Perdana,

    Oktober 2007

    Keterangan:

    Nilai kebisingan adalah Nilai Equivalen selama waktu pengukuran 10

    menit dengan interval 5 detik.

    KEP. 48/MENLH/XI/1996 Lampiran I, Tentang Baku Mutu Tingkat

    Kebisingan.

    Pengukuran kebisingan di sekitar tapak pembangunan TPA Kebonagung diuraikan

    sebagai berikut: titik pengukuran tingkat kebisingan yang diambil sebelum, sesudah

    dan di dalam lokasi tapak proyek yang menunjukkan kebisingan masing-masing 62.0

    dB(A), 51.7 dB(A), 58.5 dB(A), 57.9 dB(A) dan 57.1 dB(A). Kondisi rona awal

    kebisingan dari ke lima titik sampel menunjukkan bahwa hanya di lokasi setelah TPA

    (downwind) yang masih di bawah NAB. Selebihnya telah melebihi baku mutu yang

    disyaratkan. Tingginya intensitas kebisingan ini disebabkan karena aktivitas

    pengoperasian peralatan pembangunan ruang parker dozer serta aktifitas alat berat

    yang mengelola sampah Kebonagung (contoh : mesin Backhoe, dozer, truk yang

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 39

    bongkar sampah dsb) dan aktivitas kendaraan berat seperti dump truck pengangkut

    bahan bangunan dan sebagainya.

    2.2.2 Aspek Biologis / Hayati

    Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai tempat habitat vegetasi di lokasi proyek. Jenis

    tanaman di dalam dan di sekitar lokasi merupakan tanaman yang umum dijumpai di

    daerah perkotaan.

    2.2.3. Aspek Sosial Ekonomi Budaya

    Kependudukan

    Jumlah penduduk kota Sidoarjo di pertengahan tahun 2010 mencapai 65.791 orang.

    Ketenagakerjaan

    Dari jumlah penduduk usia kerja di Kota Sidoarjo (usia 15 tahun ke atas), 61,55 persen

    diantaranya termasuk dalam angkatan kerja (bekerja dan mencari kerja). Sedangkan

    sisanya sebesar 38,45 % adalah penduduk yang tergolong bukan angkatan kerja yaitu

    mereka yang sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Berdasarkan sektor usaha,

    sebagian besar pekerja di Kota Sidoarjo bekerja di sektor Jasa (Services).

    Tingkat Kemiskinan

    Selama kurun waktu lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2005 sampai dengan tahun

    2009 pertumbuhan ekonomi di Kota Sidoarjo rata-rata tumbuh sebesar 5,11 persen per

    tahun. Sektor yang mengalami pertumbuhan rata-rata tertinggi adalah sektor

    Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu sebesar 5,95 persen. Sedangkan sektor Jasa

    Jasa pertumbuhan rata-ratanya terendah yaitu sebesar 3,43 persen.

    Tingkat Pendidikan

    Rata-rata lama sekolah di Kota Sidoarjo terus meningkat. Pada tahun 2009 untuk

    penduduk laki-laki rata-rata lama sekolah mencapai 10,10 tahun, yang berarti rata-rata

    penduduk laki-laki di Kota Sidoarjo berpendidikan kelas 1 SLTA. Sedangkan

    penduduk perempuan rata-rata lama sekolahnya hanya mencapai 8,85 tahun, yang

    berarti penduduk perempuan di Kota Sidoarjo rata-rata berpendidikan kelas 2 SMP.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 40

    Kesehatan Masyarakat

    Derajat kesehatan di Kota Sidoarjo dapat dilihat salah satunya dari angka harapan

    hidup. Angka harapan hidup di Kota Sidoarjo selama beberapa tahun terakhir terus

    meningkat. Jika di tahun 2007 angka harapan hidup mencapai 66,65 tahun, maka pada

    tahun 2009 telah meningkat menjadi 67,04 tahun. Persentase tertinggi penolong

    kelahiran di Kota Sidoarjo dilakukan oleh bidan dengan angka persentase yang terus

    meningkat dari tahun ke tahun.

    Budaya (Persepsi Masyarakat)

    Dari hasil wawancara dengan 60 warga yang hadir pada saat sosialisasi yang

    diadakan di Kelurahan Kebonagung serta isian questioner yang dibagikan kepada 40

    responden penduduk yang tinggal di sekitar lokasi kegiatan diperoleh gambaran

    tentang Persepsi masyarakat terhadap kegiatan TPA. Adapun karakteristik

    warga/responden secara rinci disajikan dalam uraian di lampiran.

    1) Pengetahuan responden terhadap jenis kegiatan TPA Kebonagung

    Pada umumnya (100%) pengetahuan responden akan jenis kegiatan pelayanan

    TPA Kebonagung sudah cukup memahami bahwa kegiatan TPA adalah untuk

    melayani pembuangan sampah dari seluruh kota CIlegon.

    2) Persepsi terhadap gangguan penanganan sampah dari TPA Kebonagung

    100% responden tidak merasa terganggu oleh rencana kegiatan penanganan

    sampah oleh TPA Kebonagung. Hal ini wajar karena lokasi penduduk dan tempat

    penanganan sampah berjauhan dan penanganan sampah ini dilakukan dengan

    tingkat kebersihan yang baik serta adanya prosedur penampungan sampah dengan

    kantong plastik sehingga gangguan baud an vector penyakit (khususnya lalat)

    dapat dikurangi.

    3) Persepsi terhadap gangguan pembuangan air limbah dari TPA Kebonagung

    2,5% responden mengatakan mereka merasa terganggu dengan penanganan air

    limbah TPA Kebonagung, sedang 97,5% responden merasa tidak terganggu. Alas

    an responden mengatakan terganggu terutama yang tinggal di seberang TPA dan

    depan TPA, karena buangan air limbah di saluran alirannya diperkirakan akan

    dialirkan menuju ke sungai yang mengalir kea rah Desa Kebonagung (mendekati

    lokasi penduduk), alas an responden mengatakan terganggu karena pembuangan

    air limbah akan menyebabkan gangguan penyakit dari air limbah yang dibuang.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 41

    Kekhawatiran ini menunjukkan pengetahuan masyarakat akan lingkungan hidup

    dan kesehatan sudah cukup baik, namun pengetahuan mereka tentang penanganan

    air limbah di TPA Kebonagung yang akan dilakukan pengolahan dalam IPAL

    masih rendah. Hal ini diperkirakan karena factor minimnya informasi kepada

    masyarakat sekitar TPA tentang karakteristik air limbah TPA.

    4) Persepsi terhadap manfaat dan keberadaan TPA Kebonagung

    Menanggapi atas manfaat keberadaan TPA Kebonagung, pada umumnya

    (100%) responden mengatakan tidak keberatan dengan keberadaan TPA

    Kebonagung (0%) responden mengatakan keberatan. Alas an responden setuju

    dengan keberadaan TPA Kebonagung akan memberikan manfaat berupa :

    - Kemudahan membuang sampah,

    - Lingkungan semakin ramai,

    - Peningkatan penghasilan dari usaha kontrakkan bagi karyawan Dinas

    Kebersihan,

    - Manfaat peluang bekerja bagi penduduk local di TPA,

    - Manfaat peluang usaha informal di sekitar TPA.

    5) Harapan responden terhadap TPA Kebonagung

    Dengan akan beroperasinya TPA Kebonagung, responden memberikan

    harapan kepada TPA sebagai berikut :

    - TPA agar tetap menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungannya termasuk

    penanganan limbah cair (Leacheate) dan gas yang ditimbulkan.

    - Untuk pembuangan air limbah sebaiknya salurannya menjauhi permukiman

    penduduk, sehingga meminimalkan kekhawatiran penduduk akan gangguan

    penyakit/kesehatan.

    - Mengingat keberadaan masyarakat dengan ekonomi rendah, diharapkan DInas

    Kebersihan TPA Kebonagung memberikan pengobatan minimal tiga bulan

    sekali.

    - Masyarakat menghendaki agar pemuda produktif (local) yang masih

    menganggur di sekitar TPA dapat diberdayakan di TPA.

    - Mengharapkan agar TPA tetap memberikan bantuan sosial kemayarakatan (ke

    majelis talim, masjid/musholah dan pengajian).

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 42

    2.2.4 Aspek Transportasi

    1. Jaringan Jalan: lokasi rencana proyek pembangunan TPA Kebonagung melewati jalan

    Porong Raya dan Jalan Macan Mati-Limposeseri. Dalam sistem jaringan transportasi

    Kota Sidoarjo, ruas jalan Porong Raya Sidoarjo merupakan jalan penghubung utama

    yang menghubungkan antar kecamatan dengan Jalan Raya ke arah wilayah Kota

    Sidoarjo. Kondisi jalan raya maupun gang-gang di Kota Sidoarjo ini merupakan jalan

    beraspal dan diperuntukkan dua jalur pulang pergi.

    2. Angkutan Umum Penumpang

    a. Kendaraan umum yang menghubungkan Desa Kebonagung dengan daerah

    lain di sekitar desa tersebut adalah berupa angkutan umum dan ojek.

    3. Volume Lalu Lintas

    a. Volume / arus lalu lintas merupakan jumlah kendaraan yang melintasi suatu

    titik pengamatan pada jalan raya per satuan waktu. Yang menjadi parameter

    pengukuran di sini adalah volume dan komposisinya untuk mengetahui

    terhadap lalu lintas akibat adanya komponen tambahan (arus pulang pergi

    truk). Dari hasil penelitian / survey penghitungan lalu lintas (traffic counting),

    maka didapatlah keimpulan bahwa kepadatan lalu lintas dari dan ke arah TPA

    Kebonagung belum menunjukkan angka kepadatan yang berarti.

    4. Kinerja Ruas Jalan

    a. Kinerja lalu lintas ruas jalan dapat dinilai dengan menggunakan parameter lalu

    lintas lainnya, seperti berikut ini:

    Ratio volume per kapasitas menunjukkan kondisi ruas jalan dalam

    melayani volume lalu lintas yang ada.

    Kecepatan rata-rata menunjukkan waktu tempuh dari satu titik ke titik

    tujuan di dalam wilayah pengaruh yang akan menjadi tolak ukur dalam

    pemilihan rute jalan menuju lokasi proyek.

    Tingkat pelayanan merupakan indikator yang menckup gabungan

    beberapa parameter, baik secara kualitatif dan kuantitatif ruas jalan.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 43

    2.3. PELINGKUPAN

    2.3.1. IDENTIFIKASI DAMPAK POTENSIAL

    Evaluasi dampak potensial dilakukan oleh pemrakarsa usaha dan/atau kegiatan

    yang dalam hal ini dapat diwakili oleh konsultan penyusun AMDAL dengan

    mempertimbangkan hasil konsultasi dan diskusi dengan pakar, instansi yang

    bertanggung jawab serta masyarakat yang berkepentingan. Tujuan kegiatan ini adalah

    menghilangkan dampak potensial yang dianggap tidak relevan atau tidak penting,

    sehingga diperoleh daftar dampak penting hipotetik yang dipandang perlu dan relevan

    untuk ditelaah secara mendalam dalam studi ANDAL.

    A. Tahap Pra-Konstruksi

    1. Pembebasan Lahan

    Kegiatan pembebasan lahan berpotensi menimbulkan dampak terhadap perubahan

    sikap dan persepsi masyarakat. Bila kegiatan pembebasan lahan tidak memberikan

    kepuasan kepada masyarakat maka dapat menimbulkan dampak penting terhadap

    persepsi masyarakat yang berada di sekitar tapak proyek.

    2. Sosialisasi

    Sosialisasi dapat menimbulkan dampak negatif maupun positif yang akan merubah

    sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan proyek pembangunan

    sanitary landfill yang akan dibangun oleh Pemrakarsa.

    B. Tahap Konstruksi

    1. Mobilisasi Tenaga dan Alat

    - Tenaga Kerja

    Berpotensi menimbulkan dampak terhadap pendapatan masyarakat, kesempatan

    kerja/berusaha, faktor keamanan dan ketertiban masyarakat.

    - Alat

    Berpotensi menimbulkan dampak terhadap lalu lintas kendaraan, kerusakan badan

    jalan, kulitas udara, dan kebisingan.

    2. Pembersihan lahan

    Berpotensi menimbulkan dampak terhadap kuaitas udara, kebisingan, kualitas air

    permukaan, dan vegetasi.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 44

    3. Pembangunan fasilitas umum

    - Jalan Masuk TPA

    Berpotensi menimbulkan dampak terhadap lalu lintas kendaraan, kerusakan badan

    jalan, kulitas udara, dan kebisingan.

    - Kantor TPA

    Diperkirakan berpotensi menimbulkan dampak terhadap timbulnya sampah, limbah

    cair, masalah keamanan, dan ketertiban masyarakat.

    - Drainase

    Berpotensi menimbulkan dampak terhadap kualitas air permukaan dan sanitasi

    lingkungan.

    4. Perurugan Tanah

    Berpotensi menimbulkan dampak terhadap struktur tanah sekitar, kebisingan, dan

    getaran.

    C. Tahap Operasi (Pasca Konstruksi)

    1. Pemeriksaan dan penimbangan kendaraan angkut sampah

    Berpotensi menimbulkan dampak terhadap lalu lintas kendaraan, kualitas udara,

    kebisingan, getaran, dan kerusakan badan jalan.

    2. Penurunan, penimbunan, dan penutupan sampah

    - Penurunan

    Berpotensi menimbulkan kebisingan, kualitas udara, sanitasi lingkungan

    - Penimbunan

    Berpotensi menimbulkan kebisingan, kualitas udara, dan dampak terhadap struktur

    tanah karena dilakukan pemadatan

    - Penutupan

    Berpotensi menimbulkan dampak terhadap struktur tanah

    D. Tahap Pasca Operasi

    1. Sistem Pengolahan Produk Akhir Landfill

    - Lapisan Dasar kedap air

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 45

    Berpotensi menimbulkan dampak terhadap struktur tanah, air tanah, dan air

    permukaan.

    - Jaringan pengumpul lindi

    Berpotensi menimbulkan dampak terhadap struktur tanah, kualitas air tanah, dan air

    permukaan

    - Pengolahan Lindi

    Berpotensi menimbulkan dampak terhadap kualitas udara, kehidupan mikrooganisme,

    dan peningkatan nilai BOD.

    - Ventilasi Gas

    Berpotensi menimbulkan dampak terhadap kualitas udara

    2. Green Barrier

    Berpotensi menimbulkan dampak terhadap vegetasi, estetika lingkungan, dan

    kualitas udara

    3. Sumur Uji

    Berpotensi menimbulkan dampak terhadap kualitas air tanah

    4. Rekalamasi lahan bekas TPA

    Berpotensi menimbulkan dampak terhadap tata guna lahan dan kualitas tanah

    5. Monitoring TPA pasca Operasi

    Berpotensi menimbulkan dampak terhadap kualitas air, kualitas udara, dan

    populasi mikroorganisme serta serangga.

    Berdasarkan uraian tersebut, jenis-jenis dampak potensial yang timbul akibat

    pembangunan sanitary landfill adalah sebagai berikut :

    Pendapatan masyarakat, kesempatan kerja/berusaha, faktor keamanan , ketertiban

    masyarakat. lalu lintas kendaraan, kerusakan badan jalan, kualitas udara, kebisingan.

    kualitas air permukaan, jumlah vegetasi., timbulnya sampah, limbah cair, sanitasi

    lingkungan, getaran, struktur tanah , kehidupan mikrooganisme, dan peningkatan

    nilai BOD, estetika lingkungan, dan tata guna lahan.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 46

    Matrix Identifikasi Dampak Kegiatan Proyek

    Komponen Lingkungan

    Rencana Kegiatan

    Pra

    konstruksi Konstruksi

    Operasi

    /

    Produksi

    Pasca

    Operasi

    1 2 3 1 2 3 4 1 2 1 2 3

    A. Fisik Kimia

    1. Curah Hujan

    2. Temperatur Udara x

    3. Kelembaban Udara x x

    4. Kualitas Udara x x x x x x x

    5. Kebisingan x x x x x x x x

    6. Erosi dan Sedimentasi x

    7. Kualitas Tanah x x x

    8. sumber daya mineral

    9. Air Permukaan x x x

    10. Air Tanah x x x x x x x x

    11. Geologi dan Seismologi

    B. Biologis

    1. Flora dan Fauna Penghalang x x x x x

    2. Tanaman Pertanian x

    3. Zona Biogeoklimatik x x

    C. SOSEKBUD dan KESLING MAS

    1. kesempatan kerja x x x x

    2. Perekonomian Lokal x x

    3. tata guna lahan pemukiman x x x

    4. kualitas lahan yang terbuka x x x x x

    5. Sruktur dan Interaksi Sosial x x x

    6. Sikap Masyarakat terhadap Proyek x x x x x x x x x x x x

    7. Taman dan daerah Konservasi x

    8. Jaringan Fasilitas Pembuangan Limbah x x x x

    9. Jaringan Pemanfaatan Fasilitas x x x x x x

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 47

    10. Kemudahan Jaringan Transportasi x x x x x x x x

    Konstruksi

    1. Mobilisasi Tenaga

    Kerja dan Alat

    2. Pembersihan Lahan

    3. Pembangunan Fasilitas Umum

    4. Pengurugan Tanah

    Pasca Operasi

    1. Sistem Pengelolaan Produk Akhir Landfill

    2. Maintenance

    3. Reklamasi

    2.3.2 EVALUASI DAMPAK POTENSIAL

    A. Komponen fisik kimia

    1. Penurunan kualitas udara

    Timbulnya gas yang dapat menyebabkan pencemaran udara. Gas-gas yang mungkin

    dihasilkan dari pembangunan sanitary landfill adalah methan, H2S, NH3 dan lainnya. Gas

    H2S dan NH3 walaupun jumlahnya sedikit, namun dapat menyebabkan bau yang tidak enak

    sehingga dapat merusak sistem pernafasan tanaman dan membuat tanaman kekurangan gas

    oksigen dan akhirnya mati.

    2. Perubahan kualitas air permukaan

    Menurunnya kualitas air permukaan disebabkan oleh kegiatan pematangan lahan, pembuatan

    saluran drainase, serta proses pengolahan air lindi. Kegiatan tersebut dapat berpotensi

    menutup daerah resapan air dan menyebabkan air hujanyang turun tidak dapat terserap ke

    dalam tanah dan tergenang di lingkungan konstruksi.

    3. Perubahan kuantitas air tanah

    Prakonstruksi

    1. Perizinan

    2. Studi Kelayakan

    Teknis

    3. Rekruitmen dan

    Seleksi Tenaga Kerja

    Operasi

    1. Demobilisasi Peralatan

    2. Pengoperasian Sistem

    Pembuangan Sampah

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 48

    Berkurangnya kuantitas air tanah disebabkan kegiatan pada tahap konstruksi dan operasi

    seperti kegiatan dewatering, kegiatan konstruksi, kegiatan operasi pada perawatan zona hijau

    yang memanfaatkan air tanah.

    4. Perubahan kebisingan dan getaran

    Alat berat yang beroperasi pada saat kegiatan pematangan lahan akan meningkatkan

    kebisingan.

    5. Peningkatan sampah

    Timbulan sampah di lokasi proyek disebabkan oleh kegiatan pekerja dalam pembangunan

    sanitary landfill. Sampah tersebut dihasilkan dari material sisa yang sudah tidak dapt

    digunakan lagi.

    B. Komponen Biologis/ Hayati

    1. Flora/vegetasi darat

    Dampak penting yang akan terjadi pada kegiatan konstruksi menyebabkan berkurangnya

    lahan hidup untuk vegetasi, karena lahan tersebut dijadikan tempat pembangunan dan sebagai

    jalur mobilisasi alat berat.

    2. Fauna darat

    Dampak penting bagi fauna akan terjadi pada proses dewatering dimana fauna seperti jenis

    moluska akan terkena dampak dari proses tersebut.

    C. Komponen Sosial Ekonomi

    1. Kesempatan kerja dan berusaha

    Dampak penting dari kesempatan kerja dan berusaha pada tahap konstruksi akibat kegiatan

    mobilisasi tenaga kerja. Pada tahap operasi dampak kesempatan kerja terjadi akibat kegiatan

    rekrutmen tenaga kerja, pengoperasian dan maintenance proyek.

    2. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)

    Kelalaian program kesehatan dan keselamatan kerja berdampak negatif terhadap kesehatan

    dan keselamatan pekerja dalam kegiatan konstruksi.

    3. Pendapatan masyarakat

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 49

    Penigkatan pendapatan masyarakat disebabkan oleh kegiatan mobilisasi tenaga kerja dan

    pengoperasian TPA. Pengoperasian TPA juga membuka peluang usaha yang bisa

    meningkatkan pendapatan masyarakat.

    4. Persepsi masyarakat

    Proses kegiatan yang menimbulkan pencemaran udara, tanah dan air, gangguan sanitasi

    lingkungan, menurunnya pendapatan serta tingkat kesehatan masyarakat dikhawatirkan

    memicu sikap penolakan dan penentangan masyarakat terhadap kegiatan pembangunan

    Pelabuhan Kontainer. Hal ini dapat diatasi melalui berbagai upaya persuasif disertai dengan

    upaya lain yang dapat meminimalisir berbagai dampak yang diprakirakan akan memicu sikan

    penolakan dan pertentengan masyarakat tersebut.

    2.3.3. DAMPAK PENTING HIPOTETIK

    Penurunan kualitas udara

    Peningkatan kebisingan

    Perubahan kualitas dan kuantitas air

    Peningkatan sampah

    Keanekaragaman flora dan fauna

    Kesempatan bekerja dan pendapatan masyarakat

    Perubahan sistem transportasi (kepadatan lalu lintas)

    Estetika dan Sanitasi Lingkungan

    2.3.4. LINGKUP WILAYAH STUDI

    i. Batas Proyek

    Batas proyek yang dimaksud adalah batas dimana lokasi dan sarana pendukung

    konstruksi proyek berada. Batas konstruksi proyek Sidoarjo Sanitary Landfill adalah:

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 50

    Sumber:

    https://maps.google.co.id/maps?hl=en&q=desa+kebon+agung+sidoarjo&ie=UTF-8

    Utara: Desa Pekarungan

    Selatan: Dusun Bakalan

    Barat: Desa Wilayut

    Timur: Dusun Luwung

    ii. Batas Ekologis

    Batas ekologis merupakan batas yang mempertimbangkan sebaran dampak melalui

    banyak media.Batas dalam proyek Sidoarjo Sanitary Landfill ini meliputi wilayah

    Porong, Sidoarjo.

    iii. Batas Sosial

    Batas sosial merupakan ruang di sekitar lokasi kegiatan yang merupakan tempat

    berbagai interaksi sosial yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar

    akibat rencana kegiatan. Batas sosial dalam proyek ini, meliputi wilayah

    administrasi Porong, Sidoarjo.

    iv. Batas Administratif

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 51

    Batas administratif proyek Sidoarjo Sanitary Landfill meliputi daerah admistrasi

    Surabaya, Gresik, Pasuruan dan Mojokerto.

    2.3.5. Batas Wilayah Studi

    Batas wilayah studi merupakan batas studi AMDAL dengan mempertimbangkan

    batas proyek, ekologi, sosial, dan administratif.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 52

    BAB III

    METODE STUDI

    3.1. METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS

    3.1.1. Komponen Fisik Kimia

    Pertimbangan mengenai lokasi yang akan dijadikan sampling serta jumlahnya bagi

    masing-masing aspek pengamatan komponen fisik kimia akan diuraikan sebagai

    berikut:

    a) Kualitas udara

    Data kualitas udara akan dikumpulkan melalui pengukuran secara langsung di

    lapangan dan pengambilan contoh udara untuk dianalisis di laboratorium. Lokasi

    pengambilan contoh ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut:

    Lokasi pengambilan sampel berada di dekat lokasi rencana kegiatan yang

    berpotensial menurunkan kualitas udara

    Arah angin dominan di sekitar lokasi proyek karena nantinya arah angin ini

    akan berpengaruh pada pergerakan-pergerakan mikroorganisme pada proyek

    yang mempengaruhi kualitas udara

    b) Iklim

    Data-data iklim digunakan sebagai data penunjang dalam menganalisis dampak-

    dampak yang akan muncul kedepannya sebagai akibat dari perubahan cuaca sehingga

    dapat mempengaruhi proyek ini pada saat keberlangsungannya.

    c) Hidrologi

    Pengumpulan data hidrologi akan dilakukan dengan menggunakan data sekunder

    yang dimiliki oleh Dinas PU Pengairan Kabupaten Sidoarjo, wawancara dengan

    pemrakarsa dan data-data dari penilitian relevan yang telah dilakukan.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 53

    3.1.2 Komponen Biologis/Hayati

    Proses pengumpulan data dilakukan dengan metode langsung pengambilan

    data di lapangan. Pengambilan data tersebut dilakukan pada titik pengambilan sampel.

    Komponen biologi yang dimaksud pada proyek ini mencakup flora dan fauna yang

    ada di dalam lokasi dan sekitar lokasi pembangunan proyek sanitary landfill ini.

    a) Flora

    Flora yang dimaksud adalah tumbuhan dan tanaman yang hidup pada suatu ekosistem

    di antaranya hutan, sungai, rawa, perkebunan, sawah, pekarangan dan lainnya.

    Parameter flora mencakup keberadaan jenis, status keberadaan jenis, kelimpahan

    (populasi), fungsi dan habitat.

    Status keberadaan jenis yang dimaksud adalah status dari jenis tumbuhan atau

    tanaman apakah tergolong tanaman langka, dilindungi undang-undang atau

    endemik.

    Manfaat atau fungsi mencakup fungsi ekologis, ekonomis dan estetis.

    Kelimpahan atau jumlah jenis (populasi) yang dimaksud adalah perkiraan jumlah

    jenis yang ada berdasarkan hasil informasi yang telah ada dari data sekunder

    maupun penghitungan menggunakan metode ilmiah yang telah melalui tahap

    observasi. Habitat yang dimaksud adalah tempat hidup tumbuhan termasuk

    melangsungkan daur hidupnya.

    b) Fauna

    Fauna yang dimaksud dalam komponen biologis ini adalah satwa budidaya atau satwa

    yang tergolong liar (tidak dibudidaya). Aspek yang diperhatikan sebagian besar sama

    seperti aspek pada flora dengan tambahan aspek habitat.

    Status keberadaan jenis yang dimaksud adalah apakah status jenis satwa yang ada

    pada suatu daerah tersebut tergolong satwa langka, dilindungi undang-undang atau

    endemik.

    Manfaat atau fungsi mencakup fungsi sebagai satwa mempunyai nilai ekologis,

    ekonomi dan estetis.

    Kelimpahan atau jumlah jenis (populasi) yang dimaksud adalah perkiraan jumlah

    jenis yang ada berdasarkan hasil data sekunder yang telah ada maupun

    penghitungan menggunakan metode ilmiah yang lazim melalui observasi.

  • DOKUMEN KERANGKA ACUAN AMDAL SANITARY LANDFILL SIDOARJO

    Page 54

    Habitat yang dimaksud adalah tempat hidup satwa termasuk melangsungkan daur

    hidupnya.

    c) Biota Air

    Biota air yang dimaksud adalah organisme (makhluk hidup) yang hidup di air baik di

    dalam air (submerged), di dasar (benthic) atau di permukaan air (emerged) yang

    termasuk flora maupun fauna. Komponen biota air yang mencakup plankton, nekton

    dan benthos.

    Plankton adalah organisme air yang hidup melayang di dalam atau permukaan air

    baik hewan atau tumbuhan yang mempunyai ukuran mikroskopis atau dapat

    dilihat langsung. Plankton berperan dalam keseimbangan ekosistem perairan

    antara lain dalam rantai makanan (food