K04-GEOLOGI & POTENSI

45
PEMANFAATAN SUMBERDAYA MINERAL & ENERGI TKP 492114 K04-GEOLOGI & POTENSI DOSEN PENGASUH : Ir. A. Rahman, MS Ir. Mukiat, MS FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN 2014 I. KLASIFIKASI CARA TERBENTUK BGI

description

geologi dan potensi

Transcript of K04-GEOLOGI & POTENSI

PEMANFAATAN SUMBERDAYA MINERAL & ENERGI TKP 492114

K04-GEOLOGI & POTENSIDOSEN PENGASUH:Ir. A. Rahman, MSIr. Mukiat, MS

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYAJURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN2014I. KLASIFIKASI CARA TERBENTUK BGISecara garis besar dari cara terbentuknya bahan galian industri dapat dibedakan menjadi enam kelompok, yaitu kelompok yang berkaitan dengan batuan sedimen, batuan beku (pluktonik) dan batuan gunung api, endapan residu dan ledakan, proses hidrotermal, serta bantuan malihan. 1. KELOMPOK BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERKAITAN DENGAN BATUAN SEDIMEN Bahan galian industri yang termasuk dalam kelompok ini dibagi dua bagian yaitu berkaitan dengan batu gamping dan yang berkaitan dengan batuan sedimen lainnya. a. Bahan Galian Industri yang Berkaitan Dengan Batu Gamping, Kelompok ini mencakup batu gamping dan marmer, dolomite, kalsit, batu keprus, fosfat oniks, rijang dan gypsum.

BATU GAMPING DAN MARMERBatu gamping tersusun oleh mineral kalsit (CaCO3) terjadi secara organik rombakan atau kimia, tetapi yang banyak dijumpai adalah cara yang pertama. Jenis ini berasal dari kumpulan endapan, kerang atau siput, foraminifera, serta ganggang.Jenis kedua terjadi dari pengendapan hasil perombakan jenis pertama yang berlangsung tidak dari tempatnya semula. Jenis ketiga terjadi dari pengendapan kalsium karbonat dalam kondisi iklim dan suasana lingkungan tertentu, baik dalam air laut atau tawar, ataupun endapan sinter kapur. Umur batu gamping di Indonesia bervariasi mulai dari pra tersier, tersier sampai karakter.Batu gamping yang kompak berwarna atau bermotif menarik, yang belum atau sudah mengalami ubahan, baik dipoles dan diperdagangkan sebagai marmer. Beberapa lokasi endapan batu gamping di Indonesia yang penting antara lain terdapat di daerah Gresik, Tuban, Lamongan, dan Bojonegoro (Jawa Timur) ; Pati, Cilacap dan Karangputih, Indarung (Sumatera Barat) ; Pangkajene (Sulawesi Selatan); Kupang (Nusa Tenggara Timur); dan tempat-tempat lainnya.

DOLOMIT Dolomit umumnya terjadi karena proses pelindian (leaching) atau peresapan unsur magnesium dari air laut ke dalam batu gamping. Proses ini disebut dolomitisasi, yaitu proses perubahan mineral kalsit dolomit. Dolomit juga dapat diendapkan secara tersendiri sebagai evaporit. Keterdapatan endapan dolomit di Indonesia antara lain di Socah (Madura), Pacitan (Lamongan), Kaklak dan Sekapuk (Gresik), Cungki (Aceh) dan tempat-tempat lain.Dolomit banyak digunakan untuk bahan refraktori, dalam tungku pemanas atau tungku pencair, dalam bidang pupuk (unsur Mg) dan pengatur pH tanah, pengembang dan pengisi cat, plastik, kertas, bahan pembuat semen sorel, sea-water magnesia, dan lain-lain. Keterdapatan endapan dolomit di Indonesia antara lain di Socah (Madura), Pacitan (Lamongan), Kaklak dan Sekapuk (Gresik), Cungki (Aceh), dan tempat-tempat lainnya.

KALSIT Kalsit terjadi karena penghabluran kembali larutan batu-batu gamping akibat pengaruh air tanah. Endapan kalsit ditemukan berupa pengisian rongga, rekahan atau kekar, sehingga jumlahnya tidak banyak karena sifatnya setempat-setempat. Selain karena proses penghabluran kembali, kalsit juga dapat terbentuk karena proses metamorposa pada batuan gamping yang diterobos oleh batuan beku.Endapan kalsit di Indonesia terutama di gua-gua batu gamping sebagai stalaktit dan stalakmit, seperti di jalur pegunungan Seribu di Jawa, Madura, dan daerah-daerah sebaran batu gamping di pulau-pulau lain. Sedangkan kalsit dari metamorposa antara lain terdapat di Suriah dan Alahan Panjang (Sumatera Barat), serta tempat-tempat lainnya.

BATU KEPRUS Batu Keprus adalah batu gamping bioklasik lunak dan sarang, yang secara megaskopis berwarna putih sampai kekuningan, terdiri dari cangkang-cangkang fosil moluska, koral dan foraminifera, serta berbutir sedang sampai kasar (0,2 mm 0,5 mm).Endapan batu kerpus yang telah diketahui antara lain terdapat di daerah Gunung Kidul (Yogyakarta), Pracimantoro (Wonogiri), dan tempat-tempat lainnya.

FOSFAT Endapan fosfat guano yang berkomposisi kalsium fosfat terdapat sebagai endapan permukaan, endapan gua dan endapan bawah permukaan. Secara garis besar proses pembentukan ketiga jenis fosfat guano ini adalah sama, yaitu berasal dari tumpukan kotoran burung dan kelelawar yang terlarut dan bereaksi dengan batu gamping karena pengaruh air hujan dan air tanah. Endapan fosfat permukaan umumnya terdapat dilapisan teratas batu gamping klastik, sedangkan endapan fosfat bawah pemukaan terdapat dalam rongga pada tubuh batu gamping terumbu. Endapan fosfat permukaan gua terdapat didasar gua batu gamping dan berasal dari kotoran kelelawar dan burung. Endapan fosfat permukaan dan bawah pemukaan yang berasal dari kotoran burung pemakan ikan diperkirakan cukup berpotensi di Indonesia. Endapan fosfat Guano di Indonesia terdapat di daerah Ciampea (Ciamis Selatan), Karangbolong, Ajibarang, Pati Selatan, Grobongan, Lamongan, Tuban, Gresik, Madura dan tempat-tempat lainnya di daerah pegunungan gamping di Pulau Jawa.

ONIKSEndapan oniks terdiri dari mineral klasit yang berlapis-lapis, umumnya berwarna putih kekuningan dan agak bening sehingga tembus pandang. Oniks terendapkan pada rongga atau rekahan batu gamping yang berasal dari larutan kalsium karbonat (panas atau dingin). Oniks ini mengalami metamorposa maka akan terbentuk oniks marmer. Endapan oniks di Indonesia antara lain terdapat di Cigunung (Tasikmalaya), Ciniru (Kuningan), serta Jati, Kecamatan Bubulan, Kabupaten Bojonegoro (Jawa Timur), dan daerah-daerah lain.

RINJANG Rinjang (SiO2) terbentuk dari proses replacement terhadap batu gamping oleh silika organik atau anorganik. Rinjang berbutir sangat halus (cryptocrystalline), umumnya berwarna kemerah-merahan (merah hati), namun sering juga berwarna kehijauan atau kehitaman. Di Indonesia belum ditemukan endapan rinjang yang berpotensi.

GIPSUMGipsum (CaSO42H2O) terjadi karena air tanah yang mengandung ion sulfat yang berasal dari oksida, berintegrasi dengan kalsium dari batu gamping atau karbonat lainnya. Secara teori gips mempunyai komposisi 32,6% CaO, 46,5% SO3 dan 20,9% H2O. Umumnya gipsum berbutir halus, kompak dan masif, serta tidak berwarna (bening). Disamping itu gipsum dapat terbentuk secara hidrotermal. Di Indonesia gipsum berbentuk sedimen ditemukan di banyak daerah, tetapi hanya dalam endapan-endapan kecil yang berserakan dan tidak teratur.

b. Kelompok Bahan Galian Industri yang Berkaitan Dengan Batuan Sedimen LainnyaBahan galian industri yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah bentonit, ball clay, bond clay, fire clay, zeolit, felspar, yodium dan diatomea. Kelompok bahan galian ini erat kaitannya dengan pengendapan batu sedimen Tersier dan piroklastika berbutir halus bersifat riolitik, yang terdapat di lingkungan air lakustrin sampai neritik. Kondisi demikian ini di Indonesia terdapat di daerah cekungan batubara, minyak dan gas bumi, dan cekungan sedimen tersier lainnya di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Irian Jaya.

BENTONIT Bentonit adalah jenis lempung yang 80% lebih terdiri dari mineral monmorilonit. Bentonit terbentuk karena proses diagenetik (pelapukan dan transformasi) abu gunung api yang bersifat asam dan berkomposisi riolitik. Bentonit yang terbentuk karena proses devitrifikasi umumnya terendapkan dalam lingkungan pengendapan lakustrin sampai neritik ataupun rawa-rawa yang cukup luas. Oleh karena itu, endapan bentonit ini sering dijumpai di daerah cekungan minyak dan gas bumi seperti di cekungan Palembang, Sumatera Selatan. Selain itu juga di daerah pengendapan sedimen tersier yang berasosiasi dengan bantuan piroklastik yang berbutir halus di lingkungan neritik seperti Nanggung Bogor (Jawa Barat), Boyolali (Jawa Tengah), Pacitan (Jawa Timur) dan tempat-tempat lainnya. Di alam dikenal ada dua jenis bentonit masing-masing bertonit natrium (swelling bentonite) dan bentonit kalsium (non-swelling bentonite).

BALL CLAY DAN BOND CLAY Ball clay adalah jenis lempung yang tersusun dari mineral koalinit yang bentuk kristalnya tidak sempurna (disordered koalinite 149 60%), ilit (18 - 33%), kuarsa (7 22 %) dan mineral lain yang mengandung karbon (1 4 %). Apabila sifat-sifat fisik ball clay tersebut lebih rendah dari standar maka lempung tersebut disebut bond clay. Ball clay dan bond clay umumnya bersifat sangat plastik karena terdiri dari partikel sangat halus. Selain plastik bond clay juga mempunyai sifat daya ikat dan daya alir yang sangat baik. Ball clay dan bond clay terjadi karena proses sedimentasi dalam cekungan lakustrin atau delta serta berasosiasi dengan endapan pasir, lanau dan lignit/batubara, umumnya berumur tersier. Ball clay dan bond clay di Indonesia umumnya terdapat di daerah cekungan batubara bagian bawah, antara lain di Ombilin (Sumatera Barat), Cisaat, Sukabumi (Jawa Barat), Sambiroto Rembang (Jawa Tengah), Monterado (Kalimantan Barat) dan tempat-tempat lainnya.

FIRE CLAY Fire clay adalah sejenis lempung yang terdiri dari mineral kaolinit yang bentuk kristalnya, tidak sempurna (melonit disordered kaolinite), ilit kuarsa dan mineral lempung lainnya, bersifat lunak dan tidak mempunyai perlapisan. Lempung ini mempunyai nilai PCE > 19 sehingga tahan terhadap suhu tinggi (lebih dari 1.500 C) tanpa adalanya pembentukan masa gelas. Berbeda dengan ball clay dan bond clay, maka fire clay terbentuk karena tanah (soil) yang tertimbun oleh sedimen lain di daratan atau cekungan lakustrin ataupun delta yang umumnya mengandung lapisan batubara. Endapan ini terdapat antara lain di Cicarucug (Jawa Barat) dan Binuang (Kalimantan Selatan), serta dibeberapa tempat lainnya.

ZEOLIT Zeolit adalah senyawa alumino silikat hidrat dengan logam alkali yang merupakan kelompok mineral yang terdiri dari beberapa jenis. Endapan zeolit biasanya terdapat dalam batuan sedimen prioklasik berbutiran halus dengan komposisi riolitik. Endapan ziolit umumnya terjadi karena proses diagenesa dalam lingkungan pengendapan lakustrin sampai neritik. Endapan ini sering dijumpai berdampingan atau berlapis-lapis dengan endapan bentonit atau felspar. Zeolit di Indonesia umumnya terdapat di daerah sedimen piroklastik yang berasosiasi dengan sedimen tersier seperti di Malang Selatan, Sukabumi, Nanggung dan Bayah (Jawa Barat) dan tempat-tempat lainnya.

FELSPAR Endapan felspar jenis ini karena proses diagenesa dari sedimen piroklastik halus, bersifat asam (riolitik) dan terendapkan dalam lingkungan air lakustrin dan umumnya berasosiasi dengan cekungan sedimen tersier. Disamping itu juga terdapat endapan felspar yang terbentuk bersamaan dengan pembentukan pluktonik. Endapan felspar yang terbentuk karena proses diagnesa di Indonesia terdapat antara lain di Lodoyo-Blitar Selatan, Trenggalek dan Ponorogo (Jawa Timur) dan tempat lainnya.

YODIUM Yodium (iodine) adalah unsur halogen yang terberat dan aktif yang didapat pada tumbuh-tumbuhan laut dan sumber air garam (brine). Umumnya yodium berasosiasi dengan cekungan minyak bumi dan gas bumi serta sering terdapat bersamaan dengan bromium. Endapan yodium di Indonesia antara lain terdapat di Petikan dan Watudakon, Mojekerto (Jawa Timur). Yodium di daerah ini terdapat dalam Formasi Kalibeng yang berumur Miosen.

DIATOMEA Diatomea adalah sejenis tanaman air yang tak berbunga termasuk plankton atau ganggang yang cangkangnya terdiri dari asam silikat SiO2. Endapan diatomea terjadi dari sedimentasi cangkang-cangkang diatomea yang telah mati dalam cekungan air laut yang berhubungan dengan lakustrin sampai neritik, ataupun di dasar danau-danau dan rawa-rawa tempat dia hidup. Endapan diatomea biasanya berasosiasi dengan sedimen piroklasik tersier sampai kuarter seperti aliran lava, tufa breksi. Bantuan tersebut menjadi sumber silika bagi pembentukan cangkang diatom, hingga mereka dapat berkembang biak dengan cepat. Endapan diatomea di Indonesia antara lain dijumpai di Pulau Samosir Tapanuli Utara, Cirucug, dan Naggung, Cianjur Selatan, Tasikmalaya dan Darma Kuningan (Jawa Barat), Wadaslintang, Pringsurat dan Wonosari (Jawa Tengah), Flores (Nusa Tenggara Timur) serta tempat-tempat lainnya. Endapan bijih mangan dapat terbentuk melalui beberapa proses yaitu hidrotermal, metamofik, sedimenter dan residu. Endapan mangan sedimenter merupakan endapan bijih mangan (Mn) yang banyak dijumpai di Indonesia, umumnya terdapat sebagai oksida (MnO2) dan berasosiasi dengan kegiatan vulkanis dan batuan yang bersifat basa. Bijih mangan (Mn) di Indonesia juga umumnya terdapat dalam bentuk mineral irolusit dan psilomelan, kadang-kadang juga redonit dan rodokhrosit. Endapan bijih mangan di Indonesia terdapat di Karangnunggal dan tempat-tempat lainnya.

2. KELOMPOK BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERKAITAN DENGAN BATUAN GUNUNG APIKegiatan gunung api menghasilkan material lepas bersifat asam sampai basa, berukuran debu sampai bongkah yang berasal dari magma. Bahan-bahan ini melalui proses geologi tertentu menghasilkan berbagai jenis bahan galian industri seperti : Perlit, obsidian, batu apung, belerang, bantuan trakit, kayu terkesikkan, opal, kalsedon, pasir gunung api, tras (puzzolan), andesit dan basal.

PERLIT Pelit terbentuk karena pembekuan tiba-tiba dari magma asam yang mengandung masa gelas berupa sill, retas, lelehan atau aliran. Endapan perlit selalu berkaitan dengan rangkaian gunung api berumur sampai tersier, seperti Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, Maluku. Endapan perlit di Indonesia antara lain terdapat di Lampung, Ciamis (Jawa Barat) dan tempat-tempat lainnya.

OBSIDIAN Keterjadian obsidian sama dengan perlit, namun tanpa dipengaruhi oleh faktor tekanan dan suasana basa. Kegunaan obsidian hampir sama dengan perlit. Keterdapatannya juga berkaitan dengan rangkaian gunung api tersier dan kuarter. Endapan obsidian banyak terdapat di daerah lampung dan Ciasmara (Jawa Barat), serta lokasi-lokasi lainnya.

BATU APUNG Batu apung bila magma asam muncul kepermukaan dan bersentuhan dengan udara luar, dimana ada kebebasan gas yang terkandung di dalamnya untuk keluar sehingga buih gelas alam tadi membeku dengan tiba-tiba. Batu apung umumnya terdapat sebagai fragmen yang dilemparkan pada letusan gunung api, dengan ukuran dari kerikil sampai bongkah. Batu apung umumnya terdapat sebagai lelehan atau aliran permukaan, bahan lepas dan fragmen dalam breksi gunung api. Keterdapatan batu apung di Indonesia selalu berkaitan dengan rangkaian gunung api kuarter sampai tersier muda, seperti di Serang dan Sukabumi (Jawab Barat) dan Lombok (Nusa Tenggara Barat) dan tempat lainnya.

BELERANG Belerang atau sulfur ditemukan di dalam dua bentuk, yaitu sebagai belerang alam dan sebagai belerang persenyewaan sulfida logam. Belerang alam berbentuk Kristal bercampuran lumpur. Endapan belerang ini terbentuk oleh kegiatan solfatara, fumarola atau sebagai akibat daripada gas-gas dan larutan yang mengandung belerang keluar dari bumi, serta selalu berkaitan dengan rangkaian gunung api aktif. Kedua jenis endapan belerang alam yaitu tipe sublimasi dan tipe lumpur (danau-kawah).

BANTUAN TRAKHIT Batuan trakhit yaitu jenis bantuan baku yang kekurangan unsur silika (SiO2), kaya akan unsur kalium (K2O) dan berstektur afanitik. Bantuan ini terdapat sebagai retas, aliran permukaan, bongkahan, debu dan breksi gunung api. Sebarannya merupakan suatu jalur rangkaian pegunungan yang dikenal dengan nama Mediteranian Type, yang di Indonesia dikenal sebagai jalur gunung api busur dalam, mulai dari sebelah timur Sumatera-pantai utara Jawa Bawean terdapat di Gunung Muria (Jawa Tengah) dan Danau Toba (Sumatera Utara) dan bentuk tufa yang berkomposisi riolit dasitik.

KAYU TERKERSIKKAN (SILICIFIED WOOD)Sebaran kayu terkersikkan di Indonesia berkaitan erat dengan sebaran debu gunung api Kuarter hingga Tersier di Sumatera Jawa Bali NTB NTT Sulawesi dan Maluku. Lokasi yang cukup potensial antara lain terdapat di daerah Muara Enim (Sumatera Selatan), Jampang dan Garut Selatan (Jawa Barat).

OPAL Opal terjadi dari larutan silika koloid (agar-agar silika) yang berasal dari bantuan piroklastik. Larutan agar-agar silika tersebut selanjutnya terendapkan dalam pori, rongga atau rekahan batuan yang bersifat kedap air. Di Indonesia opal baru dijumpai di daerah Rangkasbitung (Jawa Barat).

KALSEDON Kalsedon adalah variasi mineral silika yang terbentuk oleh mengendapan berlapis larutan silika koloid tidak jenuh di dalam rongga dan celah-celah bantuan perangkap. Silika koloid tersebut berasal dari mineral lempung atau bantuan piroklastik yang mengalami proses diagenesa. Berdasarkan variasi warna dan struktur yang dimilikinya, kalsedon mempunyai beberapa jenis yaitu : karnelian (merah), sardion (coklat), krisopras (hijau), agar (pelapisan konsentris), oniks (pelapisan sejajar) dan sardoniks (oniks merah). Sebarannya di Indonesia mengikuti jalur penyebaran gunung api, yang membentang dari Sumatera, Jawa, NTB, NTT, Maluku hingga Sulawesi. Lokasi yang cukup potensial terdapat di daerah Sukabumi, Tasikmalaya dan Garut (Jawa Barat), Pacitan (Jawa Timur) dan lokasi lainnya.

TRAS Tras terjadi bila rempah gunung api, khususnya yang berkomposisi andesitik, mengalami pelapukan tertentu. Bila dicampur dengan kapur dan air pada suhu kamar, tras akan mengeras. Sebaran tras di Indonesia sangat luas, yaitu mengikuti jalur rangkaian pegunungan Tersier hingga Kuarter, mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, NTB, NTT, Sulawesi hingga Maluku. Lokasi yang cukup potensial terdapat antara lain di Lembang, Negrek dan Cicurug (Jawa Barat), Situbondo (Jawa Timur) dan tempat-tempat lainnya.

ANDESIT DAN BASALAndesit dan basal adalah bantuan beku luar yang terjadi akibat pembukuan magma intermedier sampai basa. Bantuan ini bertekstur porfiritik sampai afanitik, umumnya berwarna abu-abu sampai hitam, berat jenis = 2,3 2,7 dengan kuat 22 tekan antara 600 2.400 kg/cm. Keterdapatannya dapat berupa retas, sill, aliran permukaan, atau lahar gunung api. Sebaran bantuan beku ini di Indonesia cukup luas, mengikuti rangkaian pegunungan mulai dari Sumatera Jawa NTB NTT Sulawesi Maluku sampai Irian Jaya.

PASIR GUNUNG API Pasar gunung api adalah bahan-bahan lepas berukuran pasir yang disemburkan pada waktu letusan gunung api. Sebaran pasir gunung api di Indonesia berikaitan dengan rangkaian gunung api mulai dari Sumatera Jawa Bali NTB NTT Sulawesi sampai Maluku.

3. KELOMPOK BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERKAITAN DENGAN INTRUSI PLUTONIK BATUAN ASAM DAN ULTRA BASA Bahan galian industri yang keterjadiannya berkaitan dengan intrusi ini adalah bantuan granit, granodiorit, gabro dan peridotit. Di samping ini terdapat sejumlah cebakan mineral yang asal pembentukannya berkaitan dengan intrusi magma yang sama, seperti falspar dan mika, ataupun magma yang ultra basa, seperti asbes.

GRANIT DAN GRANODIORIT Bantuan ini terjadi dari proses pembekuan magma bersifat asam, sedang bentuk intrusinya dapat berupa sill, korok ataupun batolit. Warna bantuan granit dan granodiorit yang beraneka ragam tergantung dari komposisi mineral pembentukan batuannya, dari merah hati, merah bata, merah muda, abu-abu muda hingga putih keabu-abuan. Lokasi sebaran granit dan granodiorit di Indonesia umumnya menempati wilayah kepulauan Indonesia bagian barat, mulai dari Sumatera Bagian Utara, Kepulauan Riau, hingga Sumatera Bagian Salatan kemudian membelok ke bagian timur mulai dari pulau Bangka, pulau Belitung hingga Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Berdasarkan lokasi dan kemudahan untuk mencapainya serta sarana yang tersedia, endapan granit dan granodiorit di daerah Riau Kepulauan (Pulau Karimun, Pulau Bulan, dan lain-lain), Pulau Bangka, Pulau Belitung, Propinsi Sumatera Selatan dan daerah Singkawang serta Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat, mempunyai potensi untuk dikembangkan.

ALKALI FELSPAR Mineral ini terbentuk dari proses kristalisasi pada fase pembekuan magma bersifat asam yang tinggi kadar silika (SiO2) serta unsur alkalinya (K dan Na) dan merupakan kelompok mineral pembentukan bantuan dengan komposisi kimia KA2 SiO8 Na2 SiO8. Keterdapatan mineral felspar jenis ini berkaitan erat dengan daerah sebaran batuan granit pegmatit. Umumnya mineral ini ditemukan berupa uret atau tersebar sebagai komponen utama dalam tubuh batuan granit pegmatit. Endapan-endapan alkali falspar di Indonesia yang mempunyai potensial untuk dikembangkan antara lain di Gunung Buduk, Sanggau (Kalimantan Barat), Rikit Gabib dan Kendawi (D.I. Aceh), Lampung dan Sumatera Selatan.

BAUKSIT Bauksit tersusun oleh kelompok mineral aluminium hidroksida, seperti gibbsite boehmite dan diaspore dengan beberapa mineral ikutan seperti silica, oksida besi dan oksida titan. Bauksit terjadi dari proses pelapukan (lateritization) batuan induk yang mengandung aluminium, antara lain granit. Endapan bauksit di Indonesia antara lain terdapat di Pulau Bintan (daerah Riau Kepulauan) yang sebagian sudah ditambang oleh PT Aneka Tambang.

MIKA Kelompok mika (muskovit dan plogopit) terbentuk pada tahap akhir proses pembekuan magma yang kekentalannya rendah dan bersifat asam. Kristal muskovit dan flogopit yang berukuran lebar atau berlapis seperti buku umumnya ditemukan dalam batuan malihan regional. Batuan granit pegmatit juga merupakan sumber pembukuan lembaran-lembaran mika, namun ukuran tidak terlalu lebar. Mutu mika sangat ditentukan oleh ukuran lebar dan tebal lembaran kristalnya, warna, sifatnya terhadap kelistrikan serta kemampuan terhadap perubahan temperatur yang tinggi. Pemakaian terbesar bahan ini umumnya adalah industri mesin dan kelistrikan serta kemampuan terhadap perubahan temperatur tinggi. Pemakai terbesar bahan ini umumnya adalah industri mesin dan kelistrikan. Endapan mika di Indonesia antara lain terdapat di Sulawesi Tengah, Pangaribuan Tapanuli Utara dan tempat-tempat lainnya.

GABRO DAN PERIDOTIT Gabo dan peridotit terjadi dari proses pembekuan magma yang bersifat ultra basa, berwarna cenderung gelap, hijau kehitaman hingga hitam legam. Sebaran bantuan ini di Indonesia umumnya menempati daerah bagian timur kepulauan Indonesia seperti pulau Sulawesi, Kalimantan, Kepulauan Halmahera, Pulau Timor dan Irian. Daerah-daerah yang memiliki potensi untuk dikembangkan antara lain daerah Pulau Padamarang/Pulau Lambassina (Sulawesi Tengah dan Tenggara) dan Kabupaten Manatuto, Propinsi Timor Timur.

ASBES Asbes adalah sebuah kolompok mineral berserabut yang terdiri dari mineral krisotil, krokidolit, amosit, antofilit, tremolit dan aktinolit. Jenis asbes yang disusun oleh mineral krisotil adalah yang terbanyak diproduksi (94% produksi dunia), sedangkan untuk jenis yang disusun oleh tremolite dan aktinolit hampir tidak memiliki nilai ekonomi. Asbes terjadi karena proses gabro, peridotit dan dunit. Keterdapatan endapan asbes di Indonesia berkaitan erat dengan daerah sebaran batuan basa atau ultra basa, yang umumnya menempati wilayah bagian timur Kepulauan Indonesia seperti di daerah Pulau Halmehera, Pulau Sulawesi, Pulau Irian dan Pulau Timor.

4. KELOMPOK BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERKAITAN DENGAN ENDAPAN RESIDU DAN ENDAPAN LETAKANBahan galian yang termasuk kelompok ini terdiri dari lempung residu, kaolin, zirkon pasir kuarsa, kasedon, korundum, sirtu, intan dan kuarsa kristal.

LEMPUNG RESIDU Lempung residu adalah sejenis lempung yang terbentuk karena proses pelapukan (alterasi) batuan beku dan ditemukan di sekitar batuan induknya. Mutu lempung residu umumnya lebih baik dari lempung letakan. Komposisi lempung residu adalah didominasi oleh mineral ilit dan umumnya dipakai untuk bahan pembuatan keramik struktur seperti bata, genting dan gerabah. Lempung residu di Indonesia, terutama di Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, banyak mengandung ilit umumnya merupakan hasil pelapukan tufa laterit, lempung laterit dan laterit didaerah-daerah yang relatif datar dan rendah. Lempung residu banyak dijumpai di Pulau Jawa, karena di Pulau ini banyak diendapkan hasil rempah gunung api berumur kuarter.

KAOLIN Kaolin jenis ini adalah hasil pengendapan kembali kaolin residu. Umurnya keterjadiannya tidak bersifat regional dan biasanya berselang dengan lapisan pasir kuarsa. Endapan kaolin ini berasosiasi dengan endapan alluvial, banyak dijumpai di Bangka, Belitung, Riau Daratan dan Kalimantan Barat.

PASIR KUARSA Pasir kuarsa letakan di Indonesia merupakan pasir kuarsa lepas yang umumnya berasosiasi dengan endapan alluvial. Pasir kuarsa ini terjadi karena rombakan batuan asal seperti granit, granodiorit dan dasit, atau batu pasir kuarsa yang berumur lebih tua. Endapan pasir kuarsa jenis ini di Indonesia yang bermutu tinggi terdapat didaerah Pulau Pandan Besar (Riau Kepulauan), serta sesulu, lawi-lawi dan daerah Muara Kaman (Kalimantan Timur). Endapan yang tedapat di daerah-daerah lain mempunyai mutu kimia yang baik, namun pemilahan kurang seragam, misalnya yang ditemukan didaerah Bangka, Belitung, Singkawang dan Padang, (Kalimantan Barat).

ZIRKON Zirkon merupakan mineral imbuhan (mineral aksesoris) pada batuan beku, terutama pada batuan beku dalam (pluktonik) yang kaya akansodium seperti granit dan syenit. Zirkon letakan di Indonesia terdapat atau diendapkan bersama pasir kuarsa pantai dan pasir kuarsa sungai. Di daerah Sungai Seputih (Lampung) terdapat bersama pasir kuarsa dan kasiteri, dengan perkiraan cadangan sebanyak 21.350 ton. Daerah endapan bijih timah letakkan merupakan daerah zirkon yang prospektif. Zirkon digunakan misalnya untuk refraktori tinggi karena mempunyai temperatur leleh 12430oC.

GROUP KALSEDONGroup kalsedon merupakan mineral yang terjadi oleh larutan (aqueous solution). Larutan tersebut mengisi rekahan (cavity fillings) dan urat-urat (veins). Variasi mineralnya terdiri dari kalsedon, opal, jasper (jaspis) dan agat, umumnya mineral/batu tersebut digunakan sebagai batu permata dan batu cincin (batu ali). Variasi warna tergantung dari pada mineral/unsur-unsur yang terkandung. Misalnya kalau mengandung besi warnanya merah atau ungu. Mineral-mineral yang terombak dari batuan asalnya kemudian larut dan diangkut oleh media air permukaan dan diendapkan di dearah-daerah yang relatif rendah. Terkadang bongkahan rombakan urat-urat dan rekahan terakumulasi dialiran sungai. Hal begini terdapat di daerah Sukabumi Selatan (Jawa Barat) dan hulu sungai Grindulu (Jawa Timur). Yang merupakan endapan letakan tentu saja pengambilannya relatif tidak mudah, karena telah merupakan kerikil dan butiran. Hal demikian misalnya terdapat di daerah Martapura (Kalimantan Selatan) dan daerah Pangkalan Bun (Kalimantan Tengah). Selain mudah pengambilannya, letakan group kasedon, lebih mudah pula mengerjakannya, tinggal menggerinda dan menghaluskan dan kemudian mengkilapkan (memoles). Terkadang teknik sayatan dan polesan menentukan mutu dan sekaligus harganya. Misalnya sayatan dan polesan untuk ammetis dan oval.

KORUNDUMKorundum adalah mineral dengan rumus kimia sederhana yaitu A2O3, kekerasannya 9 menurut skala Mohs, berat jenis 3,95 4,10, sistem kristal rhombohedral, kilap adamantin dengan goresan tak berwarna serta pecahan konkoidal. Warna korundum bermacam-macam, yaitu biru, merah, abu-abu, coklat dan putih. Korundum terbentuk dari segregasi batuan bebas silika yang terdapat pada batuan syenit nefelin atau batuan pagmatitik. Korundum yang berwarna baik dan berkristral cukup besar digunakan sebagai batu permata. Disamping itu korundum juga digunakan sebagai bahan refraktori tinggi dan bahan abrasif. Hingga saat ini di Indonesia belum dijumpai endapan korundum yang potensial, baik berupa endapan letakan ataupun yang endapan insitu (primer).

SIRTU Sirtu adalah singkatan dari pasir batu, karena komposisi ukuran butir yang tidak seragam. Sirtu terjadi karena akumulasi pasir dan batuan yang terendapkan di daerah-daerah relatif rendah atau lembah. Sirtu yang terdapat di Jawa, Bali, dan Sumbawa umumnya berasal dari pasir dan batuan gunung api, bersifat andesitik dan sering bercampur dengan pasir batu apung. Sirtu tersebar luas di Indonesia, terutama di sekitar daerah gunung api di Jawa, Bali, Sumbawa dan Sulawesi Utara.

INTAN Kristal intan terbentuk bersamaan dengan pembekuan batuan ultra basa, misalnya peridotit dan kimberlit. Kristalisasi intan terjadi pada tahap awal pembekuan magma basa pada kedalaman lebih dari 200 km di bawah bumi dan temperatur antara 1.500o-2.000oC. kalimantan merupakan daerah intan letakan yang utama di Indonesia. Intan tersebut terdapat bersamaan dengan pasir kuarsa, kristal kuarsa, ametis dan variasi kuarsa lainnya. Disamping Kalimantan, maka di daerah Saibu, Kabupaten Kampar (Bangkinang), Riau Daratan dijumpai indikasi intan letakan.

KUARSA KRISTAL Kuarsa kristal umumnya terbentuk pada fase akhir pembentukan larutan asam (sisa larutan magma) atau bersamaan dengan pengendapan bijih logam berupa urat-urat (kuarsa geoda). Disamping itu juga kuarsa kristal dapat terbentuk pada fase akhir pengendapan kalsedon berupa kristal sisir atau gigi anjing (dog tooth). Ukuran kuarsa kristal ini bervariasi dari beberapa milimeter samapai beberapa meter. Demikian pula warna kuarsa kristal bermacam-macam mulai dari bening, kuning, coklat, merah muda, merah hijau, abu-abu hingga kehitam-hitaman. Kuarsa kristal letrakan terbentuk oleh rombakan kuarsa kristal insitu yang terangkut oleh air dan terendapkan kembali bersama material lain. Umumnya endapan kuarsa kristal letakan kurang mempunyai nilai ekonomi karena umumnya berukuran kecil.

5. KELOMPOK BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERKAITAN DENGAN PROSES UBAHAN HIDROTERMALCukup banyak mineral industri yang keterjadiannya berkaitan dengan proses ubahan hidrotemal. Di Indonesia beberapa diantaranya memiliki potensi yang menonjol. Kelompok bahan galian industri ini cukup penting dalam berbagai kegunaan sebagai bahan mentah industri, misalnya toseki (batuan kuarsa-serisit), pirofilit, kaolin, mangan, barit dan sebagainya).

TOSEKI, KAOLIN DAN PIROFILITKeterdapatan toseki, pirofilit dan koalin umumnya berasosiasi satu sama lain karena terbentuk oleh proses hidrotermal dan dari sumber yang sama. Endapan bahan galian ini merupakan hasil ubahan hidrotermal batuan volkanik (gunung api), yang berkomposisi kalkalkalin andesitik, disitik dan riodasitik. Proses tersebut berlangsung dengan adanya berbagai faktor pendukung, seperti komposisi larutan hidrotermal, temperatur permaebilitas, porositas dari bantuan samping dan sanitas. Kondisi pembentukan berbeda, sehingga terbentuk lah zonasi, toseki, kaolin dan pirofilit, umumnya terbentuk pada zona ubahan fisik argilik lanjut.

TOSEKI Toseki atau batuan kuarsa-serisit terbentuk dalam zona ubahan filik, yakni pada temparatur pembentukan 220oC dan kondisi pH netral. Komposisi mineral pembentukannya terdiri dari kuarsa 59% - 70%, serisit 15%-30%, koalinit 7%-12%, felspar 1%-3%.

KAOLINKaolin terjadi pada zona ubahan argilik lanjut (hipogen), yang dicirikan oleh sifat hidrolisis yang ekstrim dan cation leaching, kondisi oksidasi serta jumlah sulfur yang tinggi. Kaolin terbentuk pada temperatur rendah (1800 C), dimana mineral felspar dan mika tumbuh menjadi mineral kaolinit. Komposisi mineral kaolin hidroternal biasanya terdiri dari kelompok kolonit dan montmorillonit dan mempunyai ciri tubuh endapan meluas ke arah bawah dan makin ke bawah makin berkurang kandungan mineral asal.

PIROFILITSeperti halnya kaolin, pirofilit juga terbentuk pada zona ubahan argilik lanjut (hipogen), namun terbentuk pada temperatur tinggi (2500 C) dan pH asam pirofilit termasuk jenis mineral lempung (silikat alumia) yang berair (hydrous alumina silicate : A3,O34SiO4H2O) dan mempunyai komposisi kimia hampir sama dengan mineral lempung lainnya. Di Jepang, batuan ubahan yang banyak mengandung pirofilit sebagai roseki. Berdasarkan jenis mineral lempunng yang dikandungnya, pirofilit (rokesi) dibedakan menjadi jenis kaolinit, serisit, dan rokesi pirofilit. Keterdapatan tegia bahan galian tersebut di indonesia umunya berkaitan erat dengan sebaran formasi andesit tua berumur Oligo-Miosen, yang memiliki kontrol struktur dan intensitas ubahan hidroternal yang kuat, antara lain terdapat di Pacitan, Trenggalek, Malang Selatan, Blitar, dan di beberapa daerah lainnya.

BARITBarit dapat terjadi dalam berbagai lingkungan geologi, baik dalam batuan sedimen, beku, ataupun metamorfosa. Secara geologi, endapan barit yang bernilai ekonomis dapat diklasifikasikan oleh cara terjadinya, diantaranya sebagai jenis endapan urat (vein) dan pengisian rekahan (cavity filing), yang terbentuk pada proses ubahan hidroternal temperature rendah (epiterrmal). Endapan barit umumnya mengisi atau menempati rekahan berbagi bentuk struktur yang berkembang dalam batuan yan gditerobos oleh larutan hidotermal, misalnya pengisian bidang patahan, kekar, bidang perlapisan, zona bresiasi atau rongga-rongaa lainnya. Endapan barit ini berasosiasi dengan cebakan bijih emas epiternal dan merupakan mineral petunjuk. Sebaran endapan barit di indonesia diperkirakan mengikuti pola sebaran emas epiternal serta searah dengan jalur tektonik lempeng. Beberapa indikasi endapan barit yang telah diketahui di indonesia antara lain terdapat di daerah Puworejo dan Kulonprogo, Tasikmalaya (Jawa Barat), Pulau Lomblen, Pulau Lembata, Flores Timur, NTT, Sangkaropi (Sul-Sel), Pulau Wetar (Maluku) dan daerah Batubalai Balaikarang (Kal-Bar) dan tempat lainnya.

MAGNESITMagnesit kristalin umumnya terbentuk pada proses dolomitisasi hidrotermal batu gamping atau penggantian dolomit oleh larutan hidrotremal. Umunya proses ini berasosiasi dengan intrusi batuan amfibolit, piroksinit, diabas, peridolit, riolit, basal, granit, dan lain-lain. Di lain pihak magnesit kritokristalin atau amorf terbentuk dari alterasi larutan serpentin atau larutan ultra basa lainnya. Magnesit jenis kedua ini umumnya terdapat dalam jumlah sedikit karean sebarannya terbatas hanya dipermukaan batuan induk. Keterdapatan magnesit alam sangat terbatas sehingga untuk memenuhi kebutuhan dibuat magnesit yang potensial belum ditemukan di indonesia. Kebutuhan magnesit untuk keperluan berbagai keperluan berbagai industri di dalam negeri masih impor.

TALKTalk merupakan hasil ubahan hidrotermal metamorfosa pada temperatur lebih dari 3000 C dari batuan induk yang umumnya terdiri dari batuan ultra basa atau dolomit. Talk yang bermutu baik biasanya berasal dari batuan induk dolomit. Mineral talk umumnya berasosiasi dengan tremolit, aktilonit, dan mineral malihan lainnya. Sebaran talk di indonesia, antara lain di daarah Poso (Sulawesi Tengah), daerah Halmahera (Maluku Utara), dan Kebumen (Jawa Tengah) dan tempat lainnya.Selain terbentuk karena segregasi dan evaporasi, endapan gipsum juga dapat terjadi karena proses hidroternal. Endapan gipsum yang terbentuk karena proses hidroternal ditemukan antara lain di Cidadapan Karangnunggul, Tasilmalaya (Jawa Barat) dan Slahung kabupaten Ponorogo (Jawa Timur). Endapan gips di kedua daerah tersebut berasosiasi dengan lempung serisit dalam formasi andesit tua yang mengandung pirit.

6. KELOMPOK BAHAN GALIAN INDUSTRI YANG BERKAITAN DENGAN BATUAN MALIHANBahan galian industri yang keterjadiannya berkaitan dengan proses malihan antara lain adalah marmer, batu sabak, kuarsit, jade, grafit, mika, wolastinit, talk, dan asbes.

MARMERDalam istilah dagang (umum) marmer adalah segala jenis batuan yang apabila digosok (dipoles) menjadi mengkilap, batuannya bisa berupa batu gamping, marmer (marble), basal, granit, dan sebagainya. Marmer dalam istilah geologi adalah batu gamping atau dolomit yang mengalami metemorfosa kontrak ataupun regional. Batu gamping atau dolomit bisa diterobos oleh batuan beku akan mengalami perubahan fisik yang berupa penghabluran mineral kalsir atau dolomit dengan tekstur gula pasir (sacharoidal texture) dan membentuk marmer. Mineral-mineral lain sebagai pengikat atau pengotor antara lain kuarsa, granit, hematit, limonit, pirit, mika idorit, tremolit, wolastonit diopsit dan horolende, meskipun dalam jumlah kecil, dapat mempengaruhi warna dan mutu marmer. Pada umumnya marmer murni berwarna putih mengkilap, sedangkan warna-warni lain tergantung kepada mineral pengotor yang terkandung di dalamnya seperti : abu-abu muda sampai hitam karena adanya mineral grafit, hijau karena adanya mineral khlorit, merah muda sampai merah kerana adanya limonit, atau mangan. Di Indonesia endapan marmer terdapat antara lain di daerah Panggul, Trenggalek (Jawa Timur), Lampung, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Timor Timur dan tempat-tempat lainnya.

BATU SABAKBatu sabak merupakan batuan malihan yang berasal dari lempung atau serpih yang telah mengalami metamorfosa regional, bercirikan adanya bidang belah (clevage) yang sejajar yang berkembang baik yang disebabkan oleh rekristalisasi atau pembentukan Kristal mika. Batu sabak tersusun oleh mineral kuarsa (30%), ilit (27%), serisit (10%), kalsit (10%), plagioklas (6%), khlorit (5%), dolomite (5%), pirit (4%), grafit (2,5%) dan rutil (0,5%). Kandungan mineral tersebut dapat mempengaruhi warna batu sabak misal warna abu-abu sampai hitam karena grafit, merah dan violet karena hematit, dan hijau karena klorit atau oksida besi. Sebaran batu sabak yang penting di Indonesia antara lain terjadi di daerah Aceh dan Sumatera Barat.

KUARSITKuarsit merupakan batuan malihan yang berasal dari batupasir kuarsa greywacke, arkose, jasper, flint atau batuan silika lainnya. Kuarsit umumnya berwarna putih hingga abu-abu namun dapat berwarna lain tergantung mineral pengotornya, misalnya berwarna hitam bila banyak mengandung biofit atau magnetit. Sebaran kuarsit di Indonesia antara lain di daerah : Aceh, Sumatera Utara dan Riau.

GRAFIT Endapan grafit terjadi karena proses metamorfosa kontak atau regional dan dapat dijumpai dalam berbagai tipe endapan antara lain, Diseminasi lembaran grafit pada bahan sedimen yang kaya akan silika yang mengalami metamorfosa dan diseminasi lembaran grafit pada batuan marmer. Urat grafi yang mengisi rekahan atau rongga batuan induk. Pengisian zona kontak metasomatik pada batuan induk. Endapan grafit yang ekonomis, umumnya berasosiasi dengan marmer, genes dan sekis. Di Indonesia grafit terdapat di daerah Sumatera Barat, tetapi hanya dalam jumlah kecil saja.

JADE[Na(Al,Fe)Si2O6] terbentuk oleh proses metamorfosa regional derajat rendah (burial metamorphism) pada fasies green schit dan pada glaucophan schist. Jade juga terbentuk sebagai endapan metasomatik pada batuan ultrabasa yang telah mengalami proses serpentinisasi dan berasosiasi dengan batuan nephelin. Di Indonesia indikasi jade terdapat dalam batuan kuarsit dan glaucophan schist di pegunungan Pompageo, kabupaten Poso (Sulawesi Tengah). Selain itu juga terdapat di pulau Kabaena (Sulawesi Tenggara) dan Blangkejeran (Aceh).

MIKA Mika adalah nama sekumpulan mineral yang terdiri dari muskovit (K-Mika), flogopit (Mg-Mika), biotit (Mg-Fe-Mika) dan lepidolit (Li-Mika). Endapan mika yang ekonomis biasanya terdiri dari mineral muskovit dan flogopit. Moskovit pada umumnya terdapat dalam granit pegmatit sedangkan flogopit dalam batuan sedimen yang mengalami metamorfosa regional akibat intrusi granit pegmatit. Sebaran mika di Indonesia antara lain di daerah Aceh, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Irian.

WOLASTONITWolastonit (CaSiO3) yang berkomposisi CaO 48,3% dan SiO2 51,7% diopsid, merupakan mineral metamorfosa kontak pada batu gamping. Wolastonit berasosiasi dengan mineral diopsid, epidot, kalsit dan kuarsa, mempunyai berat jenis 2,8 3,0, kekerasan 4,5-5 dan berwarna putih mengkilap hingga keabuan-abuan sampai kecoklatan tentang dari mineral pengotornya. Indikasi keterpadatan endapan wolastonit di Indonesia dijumpai di daerah Air Abu, Solok (Sumatera Barat).

KALSIT Keterjadian kalsit jenis ini sama dengan pembekuan marmer, berbutir halus maupun berbutir sangat kasar, dan sering disebut sugary limestone. Endapan kalsit malihan ini di Indonesia terdapat di Indarung (Sumatera Barat) dan daerah-daerah endapan marmer lainnya. Survei dan eksplorasi bahan galian industri, selain dilakukan pengusaha tambang yang berminat, dalam rangka bimbingan, banyak pula dilakukan oleh pihak pemerintah, masing-masing oleh Direktorat Sumber Daya Mineral, Pusat Pengembangan Teknologi Mineral, dan Kanwil Departemen Pertambangan dan Energi. Dari segi usaha dan teknologi, pengusaha-pengusaha menengah dan kecil seperti halnya di bidang industri lainnya dapat meminta bantuan bimbingan dari pemerintah. Bagi para pengusaha yang berminat, berikut ini disajikan beberapa peta penting ikhtisar penyebaran bahan galian industri yang terpenting hasil pengumpulan data dan pemetaan Direktorat Sumber Daya Mineral dan Pusat Pengembangan Teknologi Mineral.

II. KLASIFIKASI PRAKTIS BGIKarakteristik BGI yang beragam menjadi kendala utama untuk pengembangannya agar dapat dimanfaatkan secara universal dan untuk pengklasifikasiannya secara konsisten. Karena itu, berbagai klasifikasi praktis telah digunakan yang tergantung pada tujuan dan kriteria klasifikasi. Klasifikasi praktis ini berbasiskan:1. Ekonomi2. Genetik3. Geologi-ekonomi4. Penggunaan akhir (end-use)

1. KLASIFIKASI BGI BERBASIS EKONOMI

Klasifikasi ini dikembangkan berdasarkan pada unit value/harga, dan volume prosuksi (bulk). Pada klasifikasi ini tidak diberikan kriteria kuantitatif, tetapi sebagai bahan perbandiangan untuk komoditi BGI harga rendah ditentukan berdasarkan nilai jual, yaitu harga rendah dibawah US$ 5/ton dan harga tinggi diatas US$ 50/ton (tahun dasar 1983). Sedangkan untuk komoditi BGI volume besar tidak ada ukuran kuantitatif. Komoditi volume besar (bulk) termasuk raw material untuk bahan semen seperti limestone, shale, dan clay, untuk bahan batu bata dan konstruksi seperti sand, gravel, dan crushed stone (table berikut menyatakan Klasifikasi BGI Berbasis Ekonomi)

SUBGRUP KOMODITITIPE KOMODITI

Komoditi-komoditi BGI harga rendah, volume besarTerutama material-material kkonstruksi : sand, gravel, crushed stone

Komoditi-komoditi BGI harga sedang-tinggi, volume besarMineral-mineral bahan pupuk dan kimia : salt, sulfur, potash

Komoditi-komoditi BGI harga tinggi, volume kecilProcess minerals : feldspar, fluorspar, talac, baryte

2. KLASIFIKASI BGI BERBASIS GENETIK

Klasifikasi ini untuk tujuan investigasi geostatistik dan inventarisasi sumberdaya geologi, tapi klasifikasi ini tidak ada kaitannya dengan aspek ekonomi (tabel berikut menyatakan klasifikasi bgi berbasis genetik).

KELAS GENETIKBAHAN GALIAN INDUSTRI

Batuan Beku (Igneous rock)1. Intrusive

2. Pegmatic & hydrothermal

3. ExtrusiveOlivine, chromite, nepheline, syenite, granite.Feldspar, mica, quartz crystal, lithium minerals, fluorspar.Basalt, pumice, perlite.

Batuan Sedimen 1. Clastic

2. Biogenetic

3. Chemical

Sand, gravel, sandstone, clay, mineral-mineral titanium dan zirconium, rare-earth minerals, diamonds.Liemestone, diatomite, phosphate, rocks, sulfur.Barite, salt, sodium carbonate, sodium sulfate, gypsum, mineral potassium, borate, nitrate, bromine, iodine.

Ubahan (Surficially altered)Vermiculite, manganese minerals, bauxite, oksida besi, tripoli, novaculite, zeolite

Batuan MetamorfikMarble, slate, asbestos, talc, magnesite, graphite, korundum, emery, garnet, wollastonite, sillimanite minerals, pyrophyllite

3. KLASIFIKASI BGI BERBASIS GEOLOGI-EKONOMI

Tujuan klasifikasi ini adalah untuk studi geologi dan pertimbangan ekonomi pendahuluan (Tabel berikut menyatakan Klasifikasi BGI Berbasis Geologi-Ekonomi).

ASPEKGRUP 1GRUP 2

Bulk (vol produksi)Unit value/hargaPlace valueImpor & eksporDistribusiGeologiPengolahan BesarRendah/murahTinggi/mahalSedikitTersebar luasSimpelSimpelKecilTinggi/mahalRendah/murahBanyakTerbatasKompleksKompleks

GENETIKGRUP 1 (INDUSTRIAL ROCKS)GRUP 2 (INDUSTRIAL MINERALS)

Batuan BekuGranit, basalt, diabase, pumice, perliteNepheline syenite, feldspar, mica, lithium, minerals, beryl, quartz crystal, fluorspar, barite, magnesite

Batuan MetamorfikSlate, marbleGraphite, asbestose, talc, vermiculite

Batuan SedimenSand, gravel, sandstone, clay, limestone, dolomite, phosphate rock, gypsum, saltDiamond, diatomite, potash minerals, sodium minerals, borates, nitrates, sulfur

4. KLASIFIKASI BGI BERBASIS KEGUNAAN AKHIR (END-USE)

Beragam sifata dan multiguna merupakan karakteristik kunci BGI yang menjadi fakta penting untuk pengembangan industri dan material kemakmuran. Karakteristik ini juga memberikan persyaratan-persyaratan tertentu dalam pemasaran produk-produk BGI. Secara umum kegunaan akhir BGI sebagai berikut,

Abrasive/ampelas Material keramik (ceramic raw materials) Industri kimia Material konstruksi : aggregate (crushed stone, sand dan gravel), semen, dimension stone, material isolasi, (dari panas dan suara), dan bahan atap. Elektronik dan optik Pupuk Filler, filter, dan absorbent Fluks Pengecoran logam Material permata Material gelas Bahan pewarna (mineral pigment) Refractory Lumpur pemboran

TABEL BERIKUT INI MENYATAKAN KLASIFIKASI BAHAN GALIAN INDUSTRI BERBASIS PENGGUNAAN AKHIR (END-USE)

KEGUNAAN AKHIRBGI (MINERAL/ROCK)FUNGSI UTAMA PRODUK AKHIR

Abrasive Industrial diamondGarnetSilica sandDiatomitePumiceTripoliCorundum & emeryGlass sand &salt

Drill bits, saws, abrasive paper, cutting sand, metal polish, dental paste, polishing compound, cleaning powders and soaps, nonslip floor, stair treads

Cremic raw materialsClays, silica, kaolinAlumina, zircon, magnesite, olivine, talc, wollastonite, limestone, calcite, chromite, pyrophyllite

Silica from quartz sand, sandstone

Senyawa dari : lithium, sodium, potassium, magnesium, calcium, boron

Skeleton formersRefractory filler

Glass former & bonding agent

Ceramic fluxes

Chemical industryBoron (from borax, colemanite)

Bomine (from brines, seawater)

Fluorine (from fluorspar)

Sodium, caustic soda, soda ash (from salt, lime stone)

Sulfur (from brimstone, pyrite)Fluxes in metal processing & ceramics, aid in glass & textile manufacture, gasoline additives, pharmaceuticals, insecticides, flame retardant

Flame retardant, gasoline additives, insecticides, disinfectant, bleaching agents, photography, medicines, textiles, rubbers

Chemical for refrigerants, aerosol propellants, fire extinguishing agents, dielectrics, anesthetics, medicines

Glass manufacture, chemicals, pulp & paper, soaps & detergents, water treatment

Sulfuric acid for fertilizer manufacture, chemicals, pigments, taxtiles, steel, petroleum, insectide, pulp & paper

Construction materialsCrushed stone : granite, diorite, basalt, diabase, dolomite, limestone, sandstone, gneiss, amphibolite, marble, quartzite

Pumice, volcanic cinders, tuff, clay, shale, slate, vermiculite, perlite

Sand & gravel

Cement raw materials: lime, stone, marble, shale, clay, bauxite

Building stone: granite, sandstone, limestone, marble, slate, basalt, pumice, greenstone

Gypsum, anhydrite

Insulating materials: perlite, pumice, vermiculite, argillaceous limestone

Roofing granules: basaltic gravels, diabase, nepheline synite, greenstoneCrushed stone aggregate for highway construction, residential & non-residential construction, road base stone, concrete aggregate

Light weight aggregate, concrete plaster aggregate, masonry & cavity fill, formed products, insulation

Concret aggregate, plaster sand, asphaltic concrete, concrete products, roadbase, fill, railroad ballast

Cement sebagai concrete components for construction

Dimension & cut stone, monumental stone, paving, roofing slate, curbing, laboratory furniture, millstone, grindstones

Construction materials: wallboard, plaster.Industrial use: moulding for sanitary ware, pottery, metal casting.Cementing agent in well drilling.Retarder in portland cement, container glass.Agricultural use: soil conditioner

Thermal & acoustic insulating, rock woll, glass fiber, insulating plaster & aggregate

Roof surfacing, coating asphalt shingles

Electronic & optical useQuartz crystal, calcite, micaPiezoelectric units, microscope accessories, light retardationplates, thermometer, oscillators

Fertilizer mineralsPhosphorus, potassium, calcium, magnesium, sulfur, boron, manganese, chlorine

Primary, secondary and trace minerals for fertilizer production, plant nutrients

Fillers, filters & absorbents

Filler materials

Asbestos, barite, bentonite, diatomite, feldspar, nepheline syenite, fullers earth, gypsum, kaolin, limestone, mica, perlite, cement, pumicite, prophylite, talc, Tripoli, vermiculite

Industrial fillers for: floor tiles, plastics, building & insulating compounds, rubber, paint, asphalt, detergents, pesticides, pellets, paper, greases, adhesive, ink, drilling mud, wallpaper, plasters, insecticides, cosmetics, textiles

Filter mediaDiatomite, asbestos, fullers earth, activated bauxiteFiltration of: water, waste effluents, coolants, industrial liquids, petroleum, metallurgical processes, drugs & pharmaceuticals, chemical, food products

Absorbents Fullers earth, bentonite, montmorillonite, diatomiteAbsorption of: oils, fats, waxes, resins, brewery productsCarriers of: insecticides, herbicides

Fluxes Sodium, potassium, lithium, boron, fluorides

Limestone, silica, fluorsparCleaning & degreasing metal surfaces for soldering, arc welding

Metallurgical smelting operations, increasing slag fluidity, lowering melting point

Foundry sandClay-free silica san, clay containing silica sand, zircon, olivine sand, chromite sand, stauroliteMold making and core media for foundry industry

Industrial gemsDiamond, sapphire, ruby, topaz, quartz, garnet, tourmaline, fluoriteDrill bits, grinding wheels, optical instruments, bearing in watches, compasses, gages & matering devices, analytical balances

Glass raw materialsSilica sand, soda ash, limestone, dolomite, feldspar, nepheline syenite, fluorspar, borax, gypsum, bariteGlass container, pressed and blow glass, flat glass

Mineral pigmentsNatural iron oxides: limestone, hematite, siderite, pyrite, magnetitePaints & coatings: primers, surfacers, coloring of rubber, plastics, building materials

Refractories Clay, kaolin, bauxite, kyanite, quartzite, magnesite, periclase, chromite, dolomite, zircon, graphite Fire clay bricks: metallurgical furnaces, ceramic kilns, High alumina bricks: cement & lime kilns, metallurgical furnacesSilica bricks: steel-makingBasic bricks: steel and cement industry, glassSpecial refractories: crucible, heat treating furnaces

Well drilling fluidsBarite, bentonite, asbestos, fullers earth, graphite, gypsum, limestone, mica, perlite, quartz, saltComponents of mud: weighting materials, viscosity, thinning & dispersing agents, fluidless control agents, hydrofracking, cake formation

KESIMPULAN KLASIFIKASI BGI BERDASARKAN PROSES DAN BANTUAN PEMBEBTUKNYA

1. BGI Yang Berkaitan Dengan Batuan Sedimen

a. Berkaitan dengan batu gamping Batu gamping (CaCO3) Dolomit (MgCO3) Kalsit (CaCO3) murni Marmer/marble/batu pualam hasil metamarfosa batu gamping Oniks, sejenis kalsit tapi memiliki pelapisan Fosfat, hasil reaksi batu gamping dengan kotoran burung dan kelelawar Rijang (SiO2), replacement batu gamping oleh silica Gipsum (CaSO42H2O)

b. BGI yang berkaitan dengan batuan sedimen lain Bentonit, termasuk jenis lempung. Disebut juga soap clay/bleaching clay Ball clay dan bond clay, bersifat sangat plastis Fire clay, tahan terhadap suhu tinggi, lebih dari 1600C tidak terbentuk masa gelas Zeolit, merupakan senyawa alumino silikat hidrat Diatomea, sejenis ganggang yang jaringan batangnya dari SiO2 Yodium Mangan (pirolusit, kriptomelan, psilomelan) Feldspar (ortoklas dan plagioklas)

2. BGI Yang Berkaitan Dengan Batuan Gunung Api Obsidian (batuan beku luar hasil pembekuan magma kaya silica) Perlit Pumice Tras/pozolan Belerang Trakhit (seperti granit tapi tanpa kuarsa) Opal (SiO2nH2O) Kalsedon (berkomposisi silica) Andesit dan basalt (jenis batuan beku luar) Pasir gunung api Breksi

3. BGI Yang Berkaitan Dengan Industri Plutonik Batuan Asam Dan Ultra Basa Granit dan granodiorit (batuan beku dalam dari magma basa) Gabro dan peridotit (batuan beku dalam dari magma ultra basa) Alkali feldspar Bauksit (kelompok mineral aluminium hidroksida) Mika ( muskovit dan biotit) Asbes (sejenis mineral yang dapat dipidahkan menjadi serabut-serabut yang tahan api/tidak dapat dibakar)

4. BGI Yang Berkaitan Dengan Endapan Residu Lempung (lempung residu dan lempung sedimen/tanah liat) Pasir kuarsa Intan Kaolin Zircon (ZrSiO4) disebut juga jargon atau batu yakut Korundum Kalsedon Kuarsa kristal Sirtu (penamaan praktis bukan akademis, merupakan campuran material berukuran pasir sampai bongkah-bongkah kecil)

5. BGI Yang Berkaitan Dengan Proses Uabahan Hidrotermal Barit Gipsum Kaolin Talk Magnesit (MgCaCO3), magnesit alam sangat terbatas, tapi dapat dibuat magnesit sintetis dari dolomit atau batu gamping dolomitan Pirofilit mineral hydrus aluminium silicate, banyak digunakan pada industri keramik, refraktori, kosmetik, kertas, cat, plastic, karet, dan kimia Toseki, untuk bahan keramik, refraktori, dan isolator Oker, tanah liat yang banyak mengandung oksida besi, sebagai bahan uatama cat merah Tawas

6. BGI Yang Berkaitan Dengan Batuan Malihan Kalsit Marmer Batu sabak (slate) Kuarsit Grafit Mika Wolastonit