JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS...

86
i PENDEKATAN SOSIOKULTURAL ATAS TEKS TERJEMAHAN: TELAAH DOMESTIKASI DAN FOREIGNISASI TERHADAP BUKU 303 PERCAKAPAN ARAB-INDONESIA-INGGRIS Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.) Oleh Nasrullah Nurdin NIM: 1070-2400-2444 JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H./2011 M.

Transcript of JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS...

Page 1: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

i

PENDEKATAN SOSIOKULTURAL ATAS TEKS TERJEMAHAN:

TELAAH DOMESTIKASI DAN FOREIGNISASI TERHADAP BUKU

303 PERCAKAPAN ARAB-INDONESIA-INGGRIS

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh

Nasrullah Nurdin NIM: 1070-2400-2444

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H./2011 M.

Page 2: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan (plagiat) dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 23 Juni 2011

Nasrullah Nurdin

Page 3: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

iii

PENDEKATAN SOSIOKULTURAL ATAS TEKS TERJEMAHAN:

TELAAH DOMESTIKASI DAN FOREIGNISASI TERHADAP BUKU

303 PERCAKAPAN ARAB-INDONESIA-INGGRIS

Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh

Nasrullah Nurdin NIM: 1070-2400-2444

Pembimbing

Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag NIP: 19690415 1997031 004

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H./2011 M.

Page 4: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

iv

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul PENDEKATAN SOSIOKULTURAL ATAS TEKS TERJEMAHAN: TELAAH DOMESTIKASI DAN FOREIGNISASI TERHADAP BUKU 303 PERCAKAPAN ARAB-INDONESIA-INGGRIS telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 23 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada Program Studi Tarjamah.

Jakarta, 23 Juni 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Penguji, Sekretaris, Dr. Ahmad Saehuddin, M.Ag Moh. Syarif Hidayatullah, M. Hum NIP: 19700505 20003103 NIP: 11979 1229 200501 1004

Anggota, Pembimbing, Penguji,

Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag Drs. Ahmad Syatibi, M.Ag NIP: 19690415 1997031 004 NIP: 19550703 198603 1002

Page 5: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

v

ABSTRAK Nasrullah Nurdin. NIM: 1070-2400-2444 "Pendekatan Sosiokultural atas Teks Terjemahan: Telaah Domestication dan Foreignization terhadap Buku 303 Percakapan Arab-Indonesia-Inggris." Di bawah bimbingan Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag.

Penerjemahan bukan hanya sekadar mengalihbahasakan bahasa sumber (Bsu) ke dalam nuansa pembaca sasaran (Bsa), melainkan memberikan pesan (message) yang dapat dipahami penikmat buku dengan baik. Sebuah hasil terjemahan yang baik dan benar, akan menghasilkan kenikmatan tersendiri tatkala dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah, pembaca pun kurang nyaman membacanya, dengan istilah lain tidak easy reading. Meskipun begitu, kerenyahan dalam menikmati hasil dari proses penerjemahan disesuaikan oleh siapa pembaca (audience design) dan untuk tujuan apa sebuah teks dialihbahasakan (need analysis). Dengan kata lain, disesuaikan dengan objek dan budaya pembacanya.

Dalam meneliti kajian ini, Penulis menggunakan jenis atau metode riset kualitatif dengan analisis deskriptif-analitis, yang bersifat humaniora, dan berbasis studi kepustakaan. Dalam menghimpun sumber data, Penulis merujuk sumber primer dan bahan sekunder yang dianggap perlu demi pengayaan penelitian ini. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi teks/document research. Observasi teks dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu teks berupa data primer berupa "303 Percakapan Arab-Indonesia-Inggris" karya Djalinus Sjah, dkk, dan data sekunder misalnya buku-buku seperti teori-teori penerjemahan, konsep seputar kebudayaan, wawasan mengenai domestikasi dan foreignisasi, kamus-kamus terkait (klasik-kontemporer), dan sekelumit tentang tata bahasa baik Arab maupun Indonesia, sampai searching engine di internet.. Data primer merupakan sasaran utama dalam analisis, sedangkan data sekunder diperlukan guna mempertajam analisis data primer sekaligus dapat dijadikan bahan pelengkap ataupun pembanding.

Dalam penelitian yang Penulis lakukan ini, terdapat beberapa point yang dapat dirumuskan; 1) sang penerjemah melakukan teori domestikasi dan foreignisasi. 2) Pada aplikasi teorinya, lebih mengedepankan hasil terjemahan yang bermuara pada budaya setempat atau melokalisasikan budaya asal pada budaya kita. 3) konsep foreignisasi yang tetap mempertahankan bahasa penulis asli sedikit sekali. 4) penerjemahan yang dilakukan oleh penyusun buku 303 percakapan ini cukup baik, namun begitu banyak memiliki ejaan yang tidak sesuai dengan EYD dan juga dari segi morfo-sintaksis. 5) dalam penelaahan buku ini, Penulis menemukan keganjilan dalam aspek gaya bahasa dan strukturisasi kalimat yang kurang tepat

.

Page 6: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

vi

KATA PENGANTAR

Salju telah cair, dan kehidupan telah terjaga dari kantuknya. Jiwa ini telah

siuman dan tersungkur ke haribaan Allah SWT, seraya memanjatkan ribuan puji

dan syukur yang terbungkus dalam kata Alhamdulillah. Dialah dzat yang

mengatur keseimbangan alam beserta isinya melalui shifat, asma’, dan af’al-Nya.

Dengan pelukan karunia-Nya kepada Penulis, sehingga skripsi yang merupakan

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora Jurusan Tarjamah Fakultas

Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini

dapat dirampungkan.

Curahan shalawat serta salam senantiasa Penulis panjatkan kepada

manusia sempurna, yang memancarkan sifat-sifat Ilahi dari setiap gerak-gerik dan

petuahnya. Dialah Nabi Muhammad SAW. Tahukah teman, betapa serakahnya

diri penulis terhadap syafa’atnya. Melalui perjuangan beliaulah, kita dapat

menghirup dan menerjemahkan makna kehidupan yang dalam ini. Semoga kita

semua mendapat syafa’at-Nya di yamil ma’ad. Amin.

Salam ta’dzim dan rasa cinta kasih terhaturkan kepada dua inspirator

gemilang Penulis yaitu Ayahanda H. Nurdin Jasan dan Ibunda Hj. Syamsiah

Saman yang benar-benar menyentuh sanubari Penulis agar selalu beribadah,

belajar, dan bekerja atas nama Allah dan Rasul-Nya, doa keduanya mendorong

gerak tubuh ini dalam jalan yang diridhai-Nya. Keduanya dengan sentuhan

keikhlasan dan ketenangan hati mendidik, membesarkan, dan memohonkan doa

untuk Penulis sejak 23 tahun silam. Semoga kedua orangtua Penulis dalam

Page 7: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

vii

naungan Allah SWT, diberikan panjang umur, rezeki yang halal, banyak lagi

berkah, amin. Babeh dan nyak, akhirnye anaz wisuda sarjana ke-84, 17 Juli ‘11.

Doa dan sayangku kepada dua adikku yang cantik nan cerdas; adinda Siti

Robiah al-Adawiyah yang saat ini sedang kuliah di STAI Darun Najah, Ulujami,

dan adinda Siti Qatrun Nada, yang selalu memberikan inspirasi dan senyum lepas

kepada Penulis. Jangan pada nakal ya de, doain aa ye, berkat merekalah penulisan

skripsi ini tergerak dengan cepat dan mengalir dengan deras.

Dalam sekapur sirih ini, izinkan Penulis menghaturkan ekspresi terima

kasih kepada:

1) Prof. Dr. H. Komaruddin Hidayat, MA., Rektor UIN Jakarta.

2) Dr. H. Abd. Wahid Hasyim, M.Ag., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.

3) Ketua dan Sekretaris Jurusan Tarjamah, Dr. H. Ahmad Saehudin, M.Ag.,

dan Moh. Syarif Hidayatullah, M. Hum. Untuk keduanya, Penulis

mengungkapkan rasa terima kasih atas arahan dan pinjaman literaturnya.

4) Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag, selaku pembimbing skripsi, yang telah

mengorbankan waktu di tengah kesibukannya. Beliau sangat sabar dalam

membimbing Penulis, penuh kehati-hatian, namun tetap berkualitas

wejangannya. Dibimbing beliau, bukan hanya mengenal low profile-nya,

tapi juga intelektualitasnya memang dahsyat. Penulis memotret beliau

sebagai insan yang never ending struggle.

5) Tak lupa kepada Khadim Ma’had High Institute 4 Hadith Sciences Darus

Sunnah al-mukarram Bapak Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yakub, MA,

beliau selalu menginspirasi Penulis untuk terus menggerakkan daya nalar

Page 8: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

viii

dan selalu autokritik dalam sebuah tulisan. Menulis, menerjemah, dan

“mengedit” santri adalah serpihan dari good personality beliau yang masih

terekam selama mondok di Darsun, hingga kini. Beliau memiliki the

power of writing, di samping ketawadhuannya. Mohon doakan santrimu

yang kurang giat ya Murabbi ruhana.

6) Ucapan terima kasih tersampaikan kepada segenap dosen Jurusan

Tarjamah yang telah mendidik dan mengajarkan Penulis beraneka ragam

ilmu pengetahuan bahasa, budaya, sastra, dan terjemah. Di antaranya

adalah Prof. Dr. KH. Ahmad Satori Ismail., Prof. Dr. H. Rofi‘i., Dr.

Zubair, M.Ag., Dr. Muhamad Yusuf., MA., Dr. Abdul Chair, MA., Dr. H.

Ismakun Ilyas, M.A., Drs. Ikhwan Azizi., MA., Irfan Abu Bakar, M.A.,

Ibu Karlina Helmanita, M.A., Drs. H.D Sirojuddin AR, M.Ag., Drs.

Ahmad Syatibi, M.Ag., Dra. Faozah, MA., dan Ibu Lili Fakhriyah yang

mensejahterakan masa studiku. Mereka benar-benar “sang pencerah” yang

telah menerangi hati kami akan seluk beluk dunia terjemahan. Exclusively

4 Miss Karlina yang di sela-sela penulisan riset ini men-support Penulis.

7) Kepada teman-temanku yang smart Jurusan Tarjamah angkatan 2007,

Syukron Buluk, Hilman, Rido Kondor, Reza, Kojek, Arif Darmawan,

Khoas, Ani, Ismi, Rahmawati, Syifa, Farida, Aisyah, Sa’dah, dan juga

teman-teman tarjamah yang lain, Penulis berterima kasih atas segala

kejasamanya, keep smile yee. Tak lupa K Tatam, K Rasyid, dan Mas

broww Sani yang telah membantu Penulis dalam sharing kebahasaan,

translating, editing, dan digital printing.

Page 9: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

ix

8) Kawan2 di Ponpes Darus Sunnah United’s ’06 yang menjadi jembatan

keilmuwan saat berdiskusi tentang hadis, bahasa, sastra, dan budaya.

Semoga kita semua wahai awak Darsun menjadi Ulama hadis berkaliber

nusantara, bahkan kalau perlu internasional. Amieen.

9) Temen2 kosan di Kampung Utan, Masjid Baiturrahim, Fadlan Mahasiswa

Pascasarjana UMJ, Mas Al sang akuntan, Nandar FITK UIN, Ibing dan

Yuda yang banyak berbagi tanda tawa, ayoo maen futsal lagi, coy..

10) Penulis juga kirimkan rasa terima kasih kepada teman-teman Basecamp sri

makmur, my friends di BSI Adab Yasir, Hendri, serdadu-serdadu BEMF

Adab periode 2010-2011, seluruh angkatan yang tidak bisa disebut satu

per satu, yang selalu menemani Penulis dalam mengarungi hidup dan

kehidupan di UIN Jakarta. Yakusa, mas broww.

11) Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang kenal Penulis

dalam perjumpaan di alam ini, termasuk teman-teman KKS di Jombang

’10 dari Fakultas Syari’ah, FDI, Adab, Ushuluddin, dan Saintek, maaf

tidak bisa Penulis sebutkan satu per satu.

Harapan sepenuh hati kepada pemegang tampuk jiwa ini, Allah SWT,

semoga karya ilmiah yang sangat sederhana ini bisa bermanfaat bagi peminat

penerjemahan khususnya penerjemahan yang berkaitan dengan aspek

sosiokultural. Pepatah Arab menuturkan: (Idza tamma al-amru, baada naqsuhu,

bila suatu perkara telai selesai, pasti ada saja sisi kurangnya). Oleh karena itu,

kritik konstruktif dan saran-saran dari semua khayalak pembaca sangat dinantikan

demi menyempurnakan skripsi ini. Encang-encing, nya’-babeh, saudare-saudare,

Page 10: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

x

anaz, anak Betawi tulen wisuda loch.. calon Gubernur DKI Jakarta di masa

mendatang amien.. semoga Penulis dalam pelukan rahmat dan taufik-Nya.

Sebagai kalimat pamungkas, Penulis memanjatkan doa kepada “Sang Pencerah”

sejati, Allahu Rabbuna:

ائلني آمني يا جميب الس... وفقنا اهللا وإياكم إىل طريقه القومي

Jakarta, 20 Juni 2011

Penulis

Nasrullah Nurdin, Lc., S.S

Page 11: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

xi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke

dalam huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin

dalam Buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, tahun 2007.

1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

T ط ا

Z ظ b ب

‘ ع t ت

Gh غ ts ث

F ف j ج

Q ق h ح

K ك kh خ

L ل d د

M م dz ذ

N ن r ر

W و z ز

Page 12: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

xii

H ة s س

` ء sy ش

Y ي s ص

d ض

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

A. Vokal tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

---- a Fathah

---- i Kasrah

----- u Dammah

B. Vokal rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي--- ai a dan i

و--- au a dan u

Page 13: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

xiii

C. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu :

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

----ا/ي â a dengan topi di atas

ي---- î i dengan topi di atas

و--- û u dengan topi di atas

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan

huruf, yaitu ال , dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf

syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh : al-rijâl bukan ar-

rijâl, al-dîwân bukan ad- dîwân.

4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda--- dalam alih aksara ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah

itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda

syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf

syamsiyyah. Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis ad-darûrah melainkan

al- darûrah, demikian seterusnya.

Page 14: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

xiv

5. Ta Marbûtah

Jika huruf Ta Marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka

huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (contoh no.1). hal yang

sama juga berlaku, jika Ta Marbûtah tersebut diikuti oleh (na’t) atau kata

sifat (contoh no.2). namun jika huruf Ta Marbûtah tersebut diikuti kata

benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (contoh

no.3)

No. Kata Arab Alih Aksara

Tarîqah طریقة 1

al-jâmi’ah al-islâmiyah الجامعة اإلسالمیة 2

wihdat al-wujûd وحدة الوجود 3

6. Huruf kapital

Mengikuti EYD bahasa Indonesia. Untuk proper name (nama diri, nama tempat,

dan sebagainya), seperti al-Kindi bukan Al-Kindi (untuk huruf “al” a tidak boleh

kapital.

Page 15: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KARYA ASLI ................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING. ............................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN... .............................................................. iv

ABSTRAK .................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... xi

DAFTAR ISI .................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ......................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 4

D. Tinjauan Pustaka ................................................................ 5

E. Metodologi Penelitian ....................................................... 6

1) Metode dan Jenis Penelitian ........................................... 6

2) Teknik Pengumpulan Data ............................................. 6

3) Teknik Penulisan ............................................................ 7

F. Sistematika Penulisan ........................................................ 9

Page 16: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

xvi

BAB II KERANGKA TEORITIS

A. Konsep Umum Penerjemahan .............................................. 12

1) Definisi Terjemahan .......................................................... 12

2) Metode Penerjemahan ....................................................... 14

3) Perangkat-perangkat Menjadi Penerjemah ....................... 23

B. Gambaran Umum Kebudayaan ......................................... 25

1) Pengertian Kebudayaan .................................................... 21

2) Wujud dan Unsur Kebudayaan ........................................ 28

3) Aspek Sosiokultural terhadap Penerjemahan ................... 31

4) Implikasi Budaya dalam Penerjemahan ........................... 33

5) Makna dan Prosedur Ekuivalensi Budaya......................... 35

BAB III

WAWASAN SEPUTAR DOMESTIKASI DAN FOREIGNISASI

A. Definisi Ideologi dalam Penerjemahan ................................ 42

B. Posisi Ideologi ................................................................... 45

1) Domesticating Translation ............................................ 46

2) Foregnizing Translation .................................................. 49

BAB IV ANALISIS HASIL TEMUAN

A. Telaah Penerjemahan Domestikasi .................................... 53

B. Telaah Penerjemahan Foreignisasi ..................................... 56

Page 17: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

xvii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................... 59

B. Saran-saran/Rekomendasi ................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA

Page 18: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

PENDEKATAN SOSIOKULTURAL ATAS TEKS

TERJEMAHAN: TELAAH DOMESTIKASI DAN

FOREIGNISASI TERHADAP BUKU

303 PERCAKAPAN ARAB-INDONESIA-INGGRIS

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sastra (S.S.)

Oleh

Nasrullah Nurdin NIM: 1070-2400-2444

JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1432 H./2011 M.

Page 19: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara seputar penerjemahan, maka secara tak langsung kita akan

menyentuh persoalan bahasa. Dalam konteks penerjemahan di sini adalah bahasa

Arab. Sebagaimana yang kita maklum, bahasa Arab memiliki peranan yang amat

besar dalam proses peradaban dan kebudayaan. Saat ini, bahasa Arab sudah resmi

menjadi bahasa kedua internasional dan merupakan salah satu dari kurang lebih

3500 bahasa di dunia dan satu di antara enam bahasa resmi internasional selain

Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol, Cina, dan Arab.1

Pada pertengahan abad ke-19, bahasa ini telah memasuki fase baru dalam

perkembangannya. Ada berbagai hal yang menunjukkan bahwa bahasa Arab telah

memainkan perannya sebagai pembawa ide-ide modern dan teknologi. Bahasa

Arab berada pada pengaruh tetap kebudayaan. Sebagai hasil kontak yang tetap ini,

bahasa ini telah meminjam beberapa kata atau menyerap istilah, ide, dan konsep

dari bahasa lain. Akademi-akademi di Kairo, Damaskus, Baghdad, dan Amman

aktif menstandarisasikan bahasa Arab dan memasukkan istilah-istilah asing dan

konsep baru ke dalam bahasa Arab (arabisasi atau lebih dikenal dengan konsep

ta'rib). Karenanya, proses arabisasi atau memungut bahasa asing dengan

perubahan seperlunya untuk disesuaikan dengan pola morfologi dan fonologi

1 Penjelasan dalam M. H Bakalla, Judul Asli: Arabic Culture Through Its Language, and

Literature, alih bahasa oleh Team Penerbit dengan judul Pengantar Penelitian Studi Bahasa Arab,

(Jakarta: PT. Hardjuna Dwitunggal, 1990), cet ke-1, h. 7-8.

Page 20: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

2

bahasa Arab bukanlah hal yang baru. Sebelumnya, ada sejumlah buku yang ditulis

lebih dari 1000 tahun yang lalu di mana isinya adalah kata pinjaman dari bahasa

Parsi dan bahasa lainnya, misalnya kata pinjaman hatif yang berangsur-angsur

berubah untuk menggantikan kata telephone.2

Menerjemah bukanlah semata-mata kegiatan dalam mentransfer maksud

(meaning) atau masalah pengalihan bahasa (linguistic transfer) dari sebuah

naskah asal ke dalam bahasa penerima, melainkan juga harus memecahkan

persoalan mengenai padanan (equivalence) dan perbedaaan kultural antar dua

bahasa yang melatarinya. Penerjemahan merupakan sebuah kerja yang amat

kompleks, seperti pengalihan lintas budaya (crosscultural transfer) dan konteks

situasi (context of situation).3 Di samping itu, tak kalah urgennya juga

permasalahan untuk siapa dan untuk apa kita menerjemahkan. Sebelum

menerjemahkan sebuah teks, seorang penerjemah harus mengetahui untuk siapa

(audience design) dan untuk tujuan apa (needs analysis) dia menerjemahkan.

Proses ini merupakan salah satu proses yang tidak dapat diabaikan dalam

menerjemahkan karena merupakan proses awal dalam menetukan metode

penerjemahan yang akan dan harus digunakan.

Hoed mengutip pernyataan Basnett dan Lefevere bahwa apa pun

tujuannya, setiap reproduksi terjemahan selalu dibayangi oleh ideologi tertentu.

Ideologi dalam penerjemahan adalah prinsip atau keyakinan tentang betul-salah

dan baik-buruk dalam penerjemahan, yakni terjemahan seperti apa yang terbaik

2 Ibid, h. 16. 3 Halliday, M A K dan Raquaiya Hasan, Language, Context, and Text: Aspects of

Language in a Social-Semiotic Perspective. (Victoria: Deakin University Press, 1986), h. 5-6.

Page 21: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

3

bagi masyarakat pembaca BSa atau terjemahan seperti apa yang cocok dan disukai

masyarakat tersebut.

Menurut Venuti (1995), seperti yang dikutip Benny Hoed, terjemahan

yang baik dan benar adalah yang sesuai dengan kebudayaan atau cita rasa

masyarakat pembaca. Pesan (message) tersebut harus dikemas dan disampaikan

penerjemah dengan bahasa yang sesuai dengan norma serta budaya pembaca

bahasa sasaran. Inilah yang dinamakan teori domestication. Adapula penikmat

buku terjemahan di dalam suatu masyarakat yang menginginkan budaya (culture)

yang terkandung dalam Bsu tetap dipertahankan, tidak dialihbahasakan.

Kemudian teori ini lebih dikenal dengan foreignization. 4

Berangkat dari problem inilah, Penulis tertarik sekali mengkaji lebih

dalam tentang sejauh mana posisi dan signifikansi domestikasi dan foreignisasi

dalam warna-warni dunia penerjemahan. Hal ini cukup beralasan, mengingat

tingkat kesulitan dan suasana budaya yang menghiasi teks sumber yang memiliki

style Arab hampir mustahil sama persis hingga dapat dialihkan secara sempurna.

Oleh karena itu, setiap pengalihbahasa harus membangun orientasi kerja

terjemahan yang makna oriented agar enak dikunyah oleh publik.

Adapun judul penelitian yang akan Penulis teliti ini bertemakan, "Analisis

Sosio-Kultural atas Teks Terjemahan: Telaah Domestication dan

Foreignization terhadap Buku 303 Percakapan Arab-Indonesia-Inggris".5

4 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, (Jakarta: PT Dunia Pustaka

Jaya, 2006), cet ke-1, h. 83. 5 Salah satu alasan primer Penulis mengangkat tema buku ini ialah buku tersebut best

seller dan telah mengalami cetak ulang sampai cetakan ke-15 tahun 2002. Buku yang bercorak

Page 22: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

4

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1) Pembatasan masalah

Penulis bermaksud menelisik lebih dalam tentang penerapan konsep

domestikasi dan foreignisasi dalam buku 303 Percakapan Arab-Indonesia-Inggris

yang disusun oleh Djalinus Sjah, dkk dan dikerucutkan kajiannya dalam satuan

lingual yang berbentuk kata, frasa, klausa atau kalimat.

2) Perumusan masalah

Adapun rumusan masalah yang dapat diurai adalah: apakah teori

domestikasi dan foreignisasi dipakai dalam buku tersebut?

C. Tujuan/Manfaat Penelitian

Sebagaimana rumusan masalah yang sudah disinggung dan

diidentifikasikan oleh Penulis, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan,

antara lain:

1) Memberikan sumbangan penelaahan atas unsur budaya dan aplikasi

pendekatannya dalam studi penerjemahan.

2) Mengetahui kompetensi penerjemah dalam menyelami lautan teks

Arab yang digenangi konteks budaya.

conversation ini merupakan karya team yang ditulis dan digarap oleh tenaga-tenaga ahli dari IKIP

Jakarta (sekarang UNJ Jakarta) yang sudah berpuluh-puluh tahun menimba ilmu di negara-negara

Timur Tengah. Pendahuluan oleh Penerbit Mutiara Sumber Widya.

Meskipun begitu, dalam pengamatan penulis, ada sejumlah terjemahan dalam buku

tersebut yang kurang akurat dan mengganjal dalam rasa kebahasaan (dzauqul lughah) penulis.

Dan inilah yang kemudian men-support Penulis untuk lebih mengkajinya lebih dalam.

Page 23: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

5

3) Mengetahui kenyamanan pembaca (easy reader), berorientasi pada

readability (faktor keterbacaan) dan tingkat keberterimaan

(acceptability) ketika menikmati hasil produk terjemahan.

Adapun manfaat yang bisa direngkuh dari hasil riset ini terbagi pada aspek

teoritis dan praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan gambaran umum (general picture) seputar dunia penerjemahan dan

memberikan kontribusi ilmiah terkait analisis teks terjemahan yang digenangi

lautan budaya. Adapun secara praktis, hasil riset ini semoga dapat menambah

informasi dalam spektrum yang sangat memadai mengenai seluk-beluk

penerjemahan bagi para pengkaji, pemerhati, dan praktisi penerjemahan. Dan

dapat dimanfaatkan oleh para mahasiswa Tarjamah, atau peneliti lain sebagai

bahan pertimbangan guna mengembangkan penelitian yang lebih terinci dan

mendalam.

D. Tinjaun Pustaka

Dalam penulisan apa pun seharusnya memang tidak terlepas dari tinjauan

pustaka atau kajian terdahulu agar tidak ada repetisi pengetahuan dan sebagai

penanda bahwa tulisan baru ini bukan merupakan hasil plagiasi dari tulisan-tulisan

lama. Sebelum memulai penulisan skripsi ini, Penulis telah melakukan tinjauan

pustaka. Untuk sejauh ini, Penulis merujuk pada skripsi-skripsi yang terkait

dengan penerjemahan dan bahasa. Penulis membatasi diri pada skripsi-skripsi

yang terdapat di perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, tempat Penulis

menggali ilmu.

Page 24: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

6

Dalam pantauan Penulis, penelitian tentang permasalahan menyangkut

studi budaya ini bukanlah yang perdana dikarenakan sudah ada yang

mengulasnya, yaitu Siti Marwiyah dengan judul Skripsi "Wawasan Budaya dalam

Penerjemahan (Analisis Polisemi kata Syaikh dari Bahasa Arab ke dalam Bahasa

Indonesia)" Tahun 2006 M/1427 H.

Namun, ada point-point yang cukup mencolok yang perlu digarisbawahi

dari penulis sebelumnya, yakni tidak menyentuh konsep-konsep domestikasi dan

foregnisasi dalam aspek kebudayaan. Faktor inilah yang memicu adrenalin

Penulis untuk menguak kedua pendekatan tersebut, dan karenanya pula, inilah

yang membedakan kajian ini dengan penelitian sebelumnya. Dan penulis

berkesimpulan bahwa riset yang dibahas ini sangat baru, sehingga ada dinamisasi

pengetahuan yang lebih mencerahkan dan tentunya dapat dilanjutkan oleh siapa

saja yang datang berikutnya untuk mempertajam pembahasan yang sudah Penulis

angkat dengan pisau analisis yang lebih tajam.

E. Metodologi Penelitian

1) Metode dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini, Penulis menggunakan metode deskriptif-

analitis yaitu dengan cara mengumpulkan data yang terkait dengan masalah yang

akan diteliti. Setelah itu, Penulis menyingkap masalah tersebut dengan data yang

ada dalam kerangka teoritikal domestikasi dan foreignisasi sehingga tujuannya

Page 25: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

7

dapat tercapai. Adapun jenis riset ini merupakan metodologi penelitian kualitatif6

yang bersifat humaniora, berbasiskan data kepustakaan, dengan kata lain

menempuh teknik studi kepustakaan (library reaserch) atau survey literatur

tentang gambaran umum terjemah dan budaya secara umum. Dengan begitu,

pendekatan ini akan mempermudah proses analisis dalam skripsi ini.

2) Teknik Pengumpulan Data

Dalam menghimpun sumber data, Penulis merujuk sumber primer dan

bahan sekunder yang dianggap perlu demi pengayaan penelitian ini. Pengumpulan

data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi teks/document research.

Observasi teks dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu teks berupa data

primer dan data sekunder. Data primer merupakan sasaran utama dalam analisis,

sedangkan data sekunder diperlukan guna mempertajam analisis data primer

sekaligus dapat dijadikan bahan pelengkap ataupun pembanding.

a. Data Primer (primary-sources) yaitu, teks terjemahan buku "303

Percakapan Arab-Indonesia-Inggris" karya Djalinus Sjah, dkk.7

6 Bogdon dan Taylor (1975), seperti yang dikutip Rahmat Kriyantono, menyatakan bahwa

metode kualitatif adalah sebagai sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati menyangkut

pokok permasalahan. Maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan

penelitian kualitatif adalah sebuah riset yang tidak mengutamakan besar atau banyaknya populasi

atau sampling. Riset ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena sedalam-dalamnya melalui

pengumpulan data. Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2006), h. 58. 7 Mengenai biografi penulis buku ini, Peneliti tidak menemukannya. Karenanya, pada

Bab III tidak dibahas biografi dan sepak terjang keilmuan para penulis buku tersebut. Peneliti

membahas seputar domestikasi dan foreignisasi.

Page 26: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

8

b. Data Sekunder (secondary-sources) yaitu, berupa buku-buku dan tulisan

lain berkaitan dengan masalah yang menjadi objek studi ini, misalnya buku-buku

seperti teori-teori penerjemahan, konsep seputar kebudayaan, wawasan mengenai

domestikasi dan foreignisasi, kamus-kamus terkait (klasik-kontemporer), dan

sekelumit tentang tata bahasa baik Arab maupun Indonesia, sampai searching

engine di internet. Data dianalisis dengan merujuk pada content analysis

(menganalisis isi pesan/teks terjemahan) yang ditampilkan penyusun dalam buku

tersebut. Pengolahan data dalam penelitian skripsi ini adalah dengan teori

kontekstual yaitu makna sebuah kata terikat oleh lingkungan kultural dan ekologis

pemakai bahasa tertentu. Pengumpulan datanya dengan cara selective coding,

yaitu memilih secara selektif kasus-kasus yang sesuai dengan topik pembahasan

terhadap semua data.

3) Teknik Penulisan

Untuk teknik penulisan riset ini, Penulis mengacu kepada “Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh

Center for Quality Development and Assurance (CeQDA UIN Jakarta) tahun

2007. Dan teori analisis yang dipakai adalah pendekatan sosio-kultural yang lebih

melihat pada sebuah hasil terjemahan itu dipakai dan sesuai (relevan) dengan

konteks kekinian.

Page 27: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

9

F. Sistematika Penulisan

Sistematika ini merupakan pengaturan langkah-langkah penulisan

penelitian agar runtut, ada keterkaitan yang harmonis antara pembahasan pertama

dengan pembahasan berikutnya, antara bab satu dengan bab-bab selanjutnya.

Untuk mempermudah dalam memberikan pemahaman dan gambaran yang

utuh dan jelas tentang isi penelitian ini, maka pembahasan dalam skripsi ini akan

disusun dalam sebuah sistematika pembahasan yang teratur, di mana skripsi ini

secara keseluruhan terdiri dari lima bab, sebuah bab pendahuluan dan tiga bab isi,

kemudian ditutup dengan sebuah bab penutup yang memuat kesimpulan

penelitian ini.

Agar penelitian ini dapat terarah dan sistematis, berikut ini langkah-

langkah yang akan Penulis lakukan sebagai berikut:

Bab I adalah pendahuluan. Dalam bab ini Penulis menjelaskan latar

belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan signifikansi

penelitian, tinjauan pustaka, dan metode penelitian, serta sistematika penulisan.

Karena penelitian ini bersifat ilmiah, maka perlu diadakan tinjauan pustaka

dengan tujuan untuk memposisikan studi ini di antara studi-studi terkait lainnya

yang pernah dilakukan atau searah dengan penelitian ini, selanjutnya dijelaskan

juga mengenai kekhususan penelitian ini. Setelah jelas posisi dan kekhususan

penelitian ini, lalu Penulis menguraikan kerangka teori dan metode penelitian

yang akan Penulis gunakan untuk menyelesaikan penelitian ini. Bab ini

merupakan kerangka yang menjadi rujukan penulisan bab berikutnya.

Page 28: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

10

Bab II merupakan pembahasan menyangkut teori penerjemahan. Pada bab

ini akan dikupas mengenai konsepsi budaya dan unsur-unsurnya, aspek sosio-

kultural terhadap penerjemahan, dan hubungan antara budaya dan bahasa. Di sini,

Penulis juga menyinggung persoalan terkait makna ekuivalensi budaya dan

implikasinya dalam dunia penerjemahan sehingga penelitian ini memperoleh hasil

yang maksimal dan tujuan dari penelitian ini akan tercapai. Pendekatan atau aspek

sosio-kultural inilah yang Penulis jadikan sebagai alat analisis pada Bab IV.

Bab III akan dikupas secara mendalam seputar domestikasi dan

foreignisasi. Dalam bab ini, Penulis membahas seberapa besar posisi dan

pengaruh keduanya dalam ranah penerjemahan. Kedua teori ini merupakan dua

kutub penerjemahan yang bersifat makro. Teori inilah yang menjadi pisau analisis

dalam penelitian skripsi ini. Dengan demikian, dapat diketahui nantinya pada bab

selanjutnya apakah sang penyusun buku 303 percakapan itu lebih banyak

menggunakan teori domestikasi ataukah foreignisasi.

Bab IV adalah inti dari penelitian ini. Pada bab ini, Penulis berbicara

mengenai ciri-ciri dan mengklasifikasikan mana kategori terjemahan domestikasi

dan foreignisasi. Pengelompokkan itu dalam bentuk frasa, klausa, dan kalimat.

Dalam bab keempat ini, Penulis akan mengeksplorasikan kerumitan-kerumitan

dalam buku itu, sehingga penikmat buku ini akan lebih jelas dalam memahami

kata-kata yang termaktub di dalamnya.

Bab V merupakan penutup atau bab akhir. Penulis memaparkan

kesimpulan yang merupakan jawaban dari perumusan masalah dalam penelitian

Page 29: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

11

ini. Dalam bab pamungkas ini berisikan kesimpulan (natijah) atau rekomendasi

dan saran-saran konstruktif (al-naqd al-bina'i).

Page 30: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

12

BAB II

KERANGKA TEORITIS

A. Konsep Umum Penerjemahan

1) Definisi Penerjemahan

Dalam bahasa Indonesia, istilah terjemah8 diambil dari bahasa Arab,

tarjamah.9 Bahasa Arab sendiri mengadopsi istilah tersebut dari bahasa Armenia,

turjuman. Kata turjuman sebentuk dengan tarjaman dan tarjuman yang berarti

orang yang mengalihkan tuturan dari satu bahasa ke bahasa lain.10

Penerjemahan bukanlah semata kegiatan menggantikan teks bahasa

sumber (TSu)11 ke dalam teks bahasa sasaran (TSa) melainkan perlu dipandang

8 Ada beberapa catatan yang perlu dikemukakan dalam kaitan istilah penerjemahan,

terjemahan, penerjemah, dan juru bahasa. Kata dasar terjemah yang berasal dari bahasa Arab

tarjamah di atas memiliki makna ihwal pengalihan dari suatu bahasa ke bahasa lain. Adapun

penerjemahan biasanya merujuk pada aktivitas (proses kerja) pengalihan pesan teks Bsu ke dalam

Bsa, sedangkan terjemahan lebih bersifat makro, dan bermuara pada product atau hasil dari proses

mentransfer pesan yang terkandung dalam nash (teks) asal. Dan sudah pasti orang yang

mentransfer itu dinamakan penerjemah.

Dalam bahasa Inggris misalnya, istilah penerjemahan atau aktivitas yang mengacu pada

proses penerjemahan disebut translating, dan terjemahan atau produk dari prosesnya disebut a

translation, sedangkan orangnya disebut translator. Dan yang terakhir adalah juru bahasa yakni

orang yang melakukan penerjemahan secara lisan (interpreter). Hoed, Penerjemahan dan

Kebudayaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 2006), cet ke-1, h. 23. 9 Kata tarjamah seperti yang terdapat dalam kamus al-Munjid, sama seperti tafsir, dalam

artian menerjemah itu "menafsirkan kembali gagasan atau ide dalam bahasa asli ke dalam bahasa

target." Louis Ma'luf, al-Munjid fi al-Lughah wa al-A'lam (Beirut: Dar al-Masyriq, 1986), h. 60. 10 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek), (Bandung:

Humaniora, 2005), h. 7-8. 11 Dalam bahasa Inggris, istilah bahasa sumber (Bsu) adalah terjemahan dari source

language (SL) atau bahasa yang diterjemahkan, sedangkan bahasa sasaran (Bsa) merupakan

Page 31: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

13

sebagai suatu tindak komunikasi, bukan sekadar kumpulan kata dan kalimat.

Penerjemah perlu melihat penerjemahan dari dua pendekatan, yaitu proses dan

produk, serta perlu dibekali dengan perangkat intelektual (kemampuan dalam

bahasa sumber dan sasaran, pengetahuan tentang topik terjemahan, penerapan

pengetahuan pribadi, serta keterampilan) dan praktis (penggunaan sumber rujukan

serta pengenalan konteks langsung maupun tak langsung).

Pengertian penerjemahan yang berkaitan dengan kesepadanan kata, atau

sesuai dengan konteks bahasa sasaran (budaya), Nida (1964), seperti yang dikutip

Roswita Silalahi, menerjemahkan berarti menghasilkan pesan (meaning) yang

paling dekat, sepadan dan wajar dari bahasa sumber ke dalam target hasil

terjemahan (target reader) yang ingin dituju baik soal makna maupun gaya

bahasa sang penulis BSu direproduksi dengan baik dalam BSa, dan suatu

penerjemahan dikatakan bagus, jika hasilnya (hasil terjemahan) itu ekuivalen.12

Dengan melihat sejumlah definisi yang telah dipaparkan para ahli di atas,

menurut hemat Penulis definisi-definisi tersebut bisa dirumuskan menjadi lebih

sistematis yakni bahwa penerjemahan merupakan sebuah upaya

mentransformasikan pesan (message) atau maksud yang ada dalam bahasa sumber

terjemahan dari target language (TL) yaitu bahasa terjemahan/hasil dari proses penerjemahannya.

Adapun dalam bahasa Arab, istilah bahasa sumber/teks sumber dinamakan al-lughah al-mutarjam

minha atau lughah al-ashl, sedangkan bahasa sasaran/teks sasaran disebut al-lughah al-mutarjam

ilaiha atau lughah al-naql. Ibnu Burdah, Menjadi Penerjemah; Metode dan Wawasan Menerjemah

Teks Arab (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), cet ke-1, h. 10-12. 12 Roswita Silalahi dalam Dampak Metode, Teknik, dan Ideologi Penerjemahan pada

Kualitas Terjemahan Teks Medical-Surgical Nursing dalam Bahasa Indonesia. Disertasi untuk

Memperoleh Gelar Doktor pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, bidang Ilmu

Lingusitik, 16 Juli 2009, dalam format PDF.

Page 32: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

14

secara tertulis ke dalam bahasa sasaran yang sesuai dengan konsep kebudayaan

setempat dan sepadan (equivalent) dengan sidang pembaca terjemahan. Khusus

kesepadanan, ini adalah hal utama yang harus diperhatikan oleh setiap pengalih

bahasa atau penerjemah.

2. Metode Penerjemahan

Istilah metode13 ini diartikan sebagai cara yang teratur yang digunakan

untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang

dikehendaki; cara kerja yang bersistematik untuk memudahkan pelaksanaan suatu

kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.14 Mengenai metode ini

sebenarnya berasal dari kata method dalam bahasa Inggris. Dalam Macquarie

Dictionary (1982), seperti yang dikutip Rochayah Machali, a method is a way of

doing something, especially in accordance with a definite plan (metode adalah

suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana

tertentu).15

Dari definisi itu, kita bisa mengambil benang merah bahwa metode

penerjemahan ialah pendekatan umum atau prinsip pokok yang sangat

13 Ada sisi dikotomis antara metode dan prosedur dalam penerjemahan. Konsep yang

pertama mengacu pada proses penerjemahan nash (teks) secara keseluruhan, dan konsep kedua

merujuk pada segala tindakan penerjemahan kalimat dan unit-unit terjemah yang lebih kecil

seperti kalimat, klausa, frase, kata, dan seterusnya. 14 Metode penerjemahan (translation method) bisa juga dipahami sebagai sebuah

instrumen penting dalam melakukan penerjemahan oleh seorang penerjemah ketika

mengungkapkan makna nash (teks) sumber secara keseluruhan di dalam bahasa penerima. Adapun

untuk semantikal metode dapat kita temukan dalam W. J . S. Peorwadarmita, Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI), (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2005), edisi ke-3, h. 740. 15 Rochayah Machali, Pedoman Bagi Penerjemah (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 48.

Page 33: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

15

mempengaruhi hasil terjemahan. Artinya hasil terjemahan teks sangat ditentukan

oleh metode penerjemahan yang dianut oleh penerjemah sendiri dengan rencana

yang jelas.

Bertalian dengan pembahasan metode ini, Newmark (1988: 45) dalam

Machali telah mengelompokkan sejumlah metode tersebut ke dalam dua

kelompok besar. Empat metode pertama16 lebih ditekankan pada Bsu; yaitu kata-

demi-kata (word-for-word translation), harfiah (literal translation), setia (faithful

translation), dan semantis (semantic translation); sedangkan empat metode yang

lain lebih ditekankan pada Bsa; yaitu adaptasi (adaptation), bebas (free

translation), idiomatik (idiomatic translation), dan komunikatif (communicative

translation).

Perbedaan dasar pada kedua metode di atas terletak pada penekanannya

saja, dan di luar perbedaan ini keduanya saling berbagi permasalahan.

Keberbagian itu menyangkut:

a. Maksud atau tujuan dalam sebuah teks Bsu sebagaimana tercermin pada

fungsi teks.

b. Tujuan penerjemah, misalnya, apakah ia ingin mereproduksi beban

emosional dan persuasif dari teks aslinya apakah ia ingin menambahkan

atau mengurangi 'nuansa' tertentu dalam terjemahannya tersebut.

16 Jenis pertama ini, sang penerjemah berupaya mewujudkan kembali setepat-tepatnya

makna kontekstual Tsu (teks sumber), meskipun dijumpai hambatan sintaksis dan semantis pada

Tsa (teks sasaran) yaitu hambatan pada tataran bentuk dan makna. Adapun jenis metode yang

kedua, seorang penerjemah berupaya menghasilkan dampak yang relatif sama dengan yang

diharapkan oleh penulis asli terhadap pembaca versi Bsu. Machali, ibid, h. 49.

Page 34: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

16

c. Pembaca atau setting teks, misalnya soal siapa pembacanya, jenis kelamin,

umur, tingkat pendidikan, serta apakah pembaca itu khayalak umum

ataukah para ahli (kalangan akademisi).

Semua pendekatan ini dapat membantu pengalihbahasa memilih cara kerja

yang sesuai dalam proses dan perencanaan penerjemahannya. Ini secara otomatis

dapat memperkaya kajian penerjemahan, karena yang selama ini berkembang

adalah metode harfiah dan penerjemahan bebas saja. Akan tetapi, dalam segi

operasionalnya keempat faktor tersebut tidak selalu berdiri sendiri dalam arti

bahwa ada kemungkinan kita menerapkan dua atau tiga jenis penerjemahan

sekaligus dalam menerjemahkan sebuah teks, dengan catatan disesuaikan dengan

kepentingan dan praktik penerjemahan yang dilakukan dalam konteks Indonesia.

Untuk selanjutnya, kesemua metode itu dapat kita perjelas satu persatu.

a. Penerjemahan Kata Demi Kata (word-for-word translation)

Penerjemahan ini disebut juga dengan interlinear translation, yaitu

susunan kata bahasa sumber (Bsu) dipertahankan dan kata-kata diterjemahkan

satu persatu dengan makna yang paling umum. Metode ini bertujuan untuk

memahami mekanisme dalam bahasa sumber (Bsu) maupun untuk menganalisis

teks yang sulit sebagai proses penerjemahan, contohnya kata cultural dipindahkan

apa adanya. Dalam penerapannya, Nababan menjelaskan bahwa metode

penerjemahan ini pada dasarya masih sangat terikat pada tataran kata.17

17 M. Rudolf Nababan, Teori Menerjemah Bahasa Inggris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2003), h. 30.

Page 35: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

17

Berikut ini adalah beberapa contoh hasil terjemahan yang menggunakan

contoh metode penerjemahan kata-demi-kata menurut beberapa pakar misalnya

Catford (1978:25) dan Newmark (1988:45-46) di atas:

Tsu : Look, little guy, you-all shouldn’t be doing that.

Tsa : *Lihat, kecil anak, kamu semua harus tidak melakukan ini.

Berdasarkan hasil terjemahan tersebut, kalimat Tsu yang dihasilkan

sangatlah rancu dan janggal karena susunan frase “kecil anak” tidak berterima

dalam tatabahasa Indonesia dan makna frase “harus tidak” itu kurang tepat.

Seharusnya kedua frase tersebut menjadi “anak kecil” dan “seharusnya tidak”.

Demikian pula dengan kata “that” yang sebaiknya diterjemahkan menjadi “itu”

bukan “ini”. Sehingga alternatif terjemahan dari kalimat tersebut menjadi: ‘Lihat,

anak kecil, kamu semua seharusnya tidak melakukan itu.’18

b. Penerjemahan Harfiah (literal translation)

Penerjemahan harfiah (literal translation) atau disebut juga penerjemahan

lurus (linear translation) berada di antara penerjemahan kata-demi-kata dan

penerjemahan bebas (free translation). Penerjemahan harfiah ini menggunakan

metode konversi, yaitu konstruksi gramatikal bahasa sumber (Bsu) dikonversikan

ke padanan bahasa sasaran (Bsa) yang paling dekat tetapi kata-kata leksikal masih

diterjemahkan kata perkata. Penerjemahan ini memang akan membingungkan

18 Moh Zulkifli Paputungan, dalam blog Pondok Orang Arab, sebuah Persembahan

Pengetahuan untuk Pencinta Dunia Pendidikan Bahasa Arab, diunduh pada Kamis, 10 Maret

2011, pukul 19.54 WIB.

Page 36: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

18

pembaca, oleh karena itu, penerjemah harus memberikan keterangan tambahan

berupa catatan kaki (footnote).

Perhatikan beberapa contoh berikut ini:

1.Tsu : Look, little guy, you-all shouldn’t be doing that.

Tsa : Lihat, anak kecil, kamu semua seharusnya tidak berbuat seperti

itu.

2. Tsu : It’s raining cats and dogs.

Tsa : Hujan kucing dan anjing.

3. Tsu : His hearth is in the right place.

Tsa : Hatinya berada di tempat yang benar.

4. Tsu : The Sooner or the later the weather will change.

Tsa : Lebih cepat atau lebih lambat cuaca akan berubah.

Jika dilihat dari hasil terjemahannya, beberapa kalimat-kalimat yang

diterjemahkan secara harfiah masih terasa janggal, misalnya kalimat ke-2

sebaiknya diterjemahkan “Hujan lebat” atau “Hujan deras”. Kalimat ke-3

sebaiknya diterjemahkan menjadi “Hatinya tenteram”. Namun jika demikian hasil

terjemahannya, memang lebih condong pada penerjemahan bebas. Demikian pula

dengan kalimat ke-4 sebaiknya diterjemahkan menjadi “Cepat atau lambat

cuacanya akan berubah”.

c. Penerjemahan Setia (faithful translation)

Penerjemahan ini merupakan proses menghasilkan kembali makna

kontekstual bahasa sumber (Bsu) yang tepat, dengan mentransfer kata-kata

cultural dan tetap mempertahankan tingkat ketidakwajaran gramatikal dan

Page 37: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

19

leksikal dalam proses penerjemahan. Di sini kata-kata yang bermuatan budaya

dialihbahasakan, tetapi penyimpangan dari segi tata bahasa dan pilihan kata masih

tetap dibiarkan, penerjemahan ini masih berpegang teguh pada maksud dan tujuan

Tsu sehingga hasil yang diterjemahkan kadang-kadang terasa kaku dan sering kali

terasa asing.

Perhatikan contoh terjemahan berikut ini:

1. Tsu : Ben is too well aware that he is naughty.

Tsa : Ben menyadari terlalu baik bahwa ia nakal.

2. Tsu : I have quite a few friends.

Tsa : Saya mempunyai sama sekali tidak banyak teman.

d. Penerjemahan Semantik (semantic translation)

Penerjemahan ini sudah lebih luwes, artinya sudah tidak mempertahankan lagi

tingkat ketidakwajaran gramatikal dan leksikal dalam proses penerjemahan.

Penerjemahan ini masih mempertimbangkan unsur estetika teks Bsu dengan memadukan

makna selama masih dalam batas kewajaran. Dibandingkan dengan penerjemahan lain.19

Penerjemahan semantik lebih fleksibel.

Perhatikan contoh berikut di bawah ini:

Tsu : He is a book-worm.

Tsa : *Dia (laki-laki) adalah seorang yang suka sekali membaca.

Frase book-worm diterjemahkan secara fleksibel sesuai dengan konteks

budaya dan batasan fungsional yang berterima dalam Bsa. Tetapi terjemahan di

atas kurang tepat dan seharusnya diterjemahkan menjadi: ’Dia seorang kutu buku.

19 Rochayah Machali, Pedoman bagi Penerjemah (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 52.

Page 38: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

20

Keempat metode di atas adalah metode yang lebih berorientasi atau sangat

menekankan pada sisi Bsu. Bersamaan dengan itu, di bawah ini akan dipaparkan

metode-metode yang bermuara pada Bsa.

a. Penerjemahan Saduran (adaptasi)

Penerjemahan ini merupakan bentuk terjemahan yang paling bebas yang

biasa dipakai dalam penerjemahan drama atau puisi. Biasanya antara tema,

karakter, dan plot masih dipertahankan, dan peralihan budaya bahasa sumber

(Bsu) ke dalam budaya bahasa sasaran (Bsa) ditulis kembali serta diadaptasi ke

dalam bahasa sasaran (Bsa).

Jika seorang penyair menyadur atau mengadaptasi sebuah naskah drama

untuk dimainkan, maka ia harus tetap mempertahankan semua karakter dalam

naskah asli dan alur cerita juga tetap dipertahankan, namun dialog Tsu sudah

disadur dan disesuaikan dengan budaya Bsa.

Berikut adalah contoh lirik lagu dari sebuah yang disadur dari bahasa

Inggris ke dalam bahasa Indonesia

Tsu : Hey Jude, don’t make it bad

Take a sad song and make it better

Remember to let her into your heart Then you can start to make it better

(Hey Jude-The Beatles, 196).

Tsa : Kasih, dimanakah. Mengapa kau tinggalkan aku, Ingatlah-ingatlah

kau padaku. Janji setiamu tak kan kulupa.20

20 http://anotherfool.wordpress.com, diakses pada Jumat, 11 Maret 2011, jam 10.00 WIB.

Page 39: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

21

b. Penerjemahan Bebas (free translation)

Penerjemahan ini merupakan metode yang mengutamakan isi dan bahkan

mengorbankan bentuk teks bahasa sumber (Bsu). Umumnya penerjemahan ini

berbentuk parafrase yang dapat lebih pendek atau lebih panjang dari teks aslinya

dan biasa dipakai di kalangan media massa.

Perhatikan contoh berikut ini:

1. Tsu : The flowers in the garden.

Tsa : Bunga-bunga yang tumbuh di kebun.

2. Tsu : How they live on what he makes?

Tsa : Bagaimana mereka dapat hidup dengan penghasilannya?

Dalam contoh nomor 1 terjadi pergeseran yang disebut dengan shunt up

(langsir ke atas), karena dari frase preposisi in the garden menjadi klausa ’yang

tumbuh di kebun’. Sedangkan pada nomor 2 terjadi pergeseran yang disebut

dengan shunt down (langsir ke bawah), karena klausa on what he makes menjadi

frase ’dengan penghasilannya’.

Ada catatan yang penting untuk diketahui, beberapa ahli cenderung

menggolongkan terjemahan hasil metode ini sebagai bukan karya terjemahan.

Jadi, meskipun Newmark menyebutnya sebagai 'metode' dalam penerjemahan,

namun ia sendiri pun keberatan menyebut hasilnya sebagai hasil terjemahan.

c. Penerjemahan Idiomatik (idiomatic translation)

Penerjemahan ini dipakai dalam menerjemahkan teks idom atau istilah-

istilah idiomatis. Penerjemahan ini bertujuan memproduksi pesan dalam teks

bahasa sumber (Bsu) dengan menggunakan kesan keakraban dan ungkapan

Page 40: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

22

idiomatic yang tidak didapati pada naskah aslinya, sehingga terjadi distorasi

nuansa makna. Terjemahan yang benar-benar idiomatik tidak tampak seperti hasil

terjemahan. Hasil terjemahannya seolah-olah seperti hasil tulisan langsung dari

penutur asli. Maka seorang penerjemah yang baik akan mencoba menerjemahkan

teks secara idiomatik.

Sebagai kasuistik, perhatikan contoh di bawah ini:

1. Tsu : Salina!, Excuse me, Salina!

Tsa : Salina!, Permisi, Salina!

2. Tsu : I can relate to that.

Tsa : Aku mengerti maksudnya.

d. Penerjemahan Komunikasi (communicative translation)

Penerjemahan ini merupakan upaya memberikan makna kontekstual

bahasa sumber (Bsu) yang tepat, sehingga isi dan bahasanya dapat diterima dan

dimengerti oleh pembaca. Metode ini tetap memperhatikan prinsip-prinsip

komunikasi seperti khalayak pembaca dan tujuan penerjemahan, sehingga teks

sumber dapat diterjemahkan menjadi beberapa versi.

Machali menambahkan bahwa metode ini memperhatikan prinsip-prinsip

komunikasi, yaitu mimbar pembaca dan tujuan penerjemahan. Contoh dari

metode penerjemahan ini adalah penerjemahan kata spine dalam frase thorns

spines in old reef sediments. Jika kata tersebut diterjemahkan oleh seorang ahli

biologi, maka padanannya adalah spina (istilah teknis Latin), tetapi jika

Page 41: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

23

diterjemahkan untuk mimbar pembaca yang lebih umum, maka kata itu

diterjemahkan menjadi ’duri’.21

Kemudian, dari keseluruhan metode yang telah diuraikan secara gamblang

dan terperinci itu, manakah yang paling baik? Jawabannya ialah tidak ada yang

terbaik. Hal ini difaktorkan pada setiap metode memiliki keunggulan masing-

masing sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh seorang penerjemah dan selaras

dengan tujuan serta konteksnya.

3. Perangkat-perangkat Menjadi Penerjemah

Hasil terjemahan yang baik (ideal) adalah terjemahan yang benar-benar

mampu memotret target makna dari Bsu ke dalam Bsa. Seluruh satuan makna

dalam Bsu tersebut teralihkan secara sempurna ke dalam Bsa. Dalam arti, rajutan

kata-kata, kalimat serta style (uslub) terjemahan itu benar-benar nyaman dan

mudah dicerna tatkala dibaca.

Untuk menggapai kenikmatan dan kenyamanan dalam membaca hasil

terjemahan, maka diperlukan soft skills dan background knowledge yang harus

dimiliki oleh para penerjemah. Setiap penerjemah harus memiliki kelihaian

transfer yang oleh para ahli diartikan sebagai taktik dan strategi untuk mengubah

teks Bsu ke dalam teks Bsa. Ada dua jenis perangkat yang selayaknya dipegang

teguh oleh penerjemah baik translator maupun interpreter; yaitu perangkat

intelektual dan perangkat praktis.

a) Perangkat atau piranti intelektual mencakup:

21 Op.cit, h. 55.

Page 42: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

24

- Kemampuan (competence) dan pengetahuan yang baik dalam

memahami Bsu dan Bsa, ini syarat mutlak. Tidak bisa tidak, karena ini modal

dasar. Pemahaman yang baik dan benar terhadap dua bahasa serta konteks budaya dalam

ranah penerjemahan menjadi sebuah keniscayaan. Jika sebagai penerjemah tidak

mengusai Bsu dan Bsa dengan cakap, maka mustahil terjemahan yang berkualitas

dapat tercapai.22

- mampu menangkap pesan atau isi naskah yang akan diterjemahkan.

Syarat ini sangat berkaitan erat dengan penguasaan Bsu dan Bsa serta

pengetahuan kosa kata dalam kamus.

- keterampilan atau menguasai teknik penerjemahan.

- berwawasan luas. Seorang penerjemah yang berwawasan pengetahuan

luas dalam kaitannya dengan bidang yang akan diterjemahkannya akan sangat

terbantu dalam menyelesaikan proses kreatif terjemahannya. Berbagai disiplin

ilmu seperti filsafat, sejarah, kimia, geografi, kedokteran dan lain-lain harus

dikuasai juga.23

- memiliki kemampuan berpikir secara logis. Dalam pengertian, sang

penerjemah harus memahami logika bahasa dalam naskah Bsu dan bisa

menuangkannya kembali amanat Bsu ke dalam Bsa.

- memiliki kemampuan (skill) menafsirkan dengan baik dan tepat. Untuk

ini, penerjemah harus bisa membaca konteks gagasan, ide. Pada konteks

22 Silvester Goridus Sukur, Kaya Lewat Terjemahan: Menyingkap Rahasia Sukses Bisnis

Alih Bahasa, (Bandung: Mizan Media Utama, 2009), cet ke-1, h. 9. 23 Nur Mufid dan Kaserun AS Rahman, Buku Pintar Menerjemah Arab-Indonesia: Cara

Paling Tepat, Mudah, dan Kreatif (Surabaya: Pustaka Progressif, 2007), cet ke-1, h. 29-30.

Page 43: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

25

menafsirkan, ini amat berkaitan erat dengan kata-kata yang tidak bisa ditemukan

artinya dalam kamus.

b) Adapun perangkat praktis meliputi:

- memiliki stok kata yang banyak

- kemampuan menggunakan sumber-sumber rujukan, baik yang

berbentuk aneka kamus, seperti kamus yang berkenaan dengan Bsu dan Bsa dan

kamus yang khusus berisi disiplin ilmu tertentu seperti kamus bilingual, kamus

mono-lingual, kamus hukum, kamus biologi, kamus idiom, kamus peribahasa,

atlas, kamus sinonim-antonim, thesaurus, glosarium, dan ensiklopedia. Kamus-

kamus ini baik yang berupa kamus konvensional (berbentuk buku) maupun kamus

elektronik dalam bentuk CD-ROM.

- keahlian (expertise) dalam mengaplikasikan audio visual dan akses

internet, seperti google translate agar pengetahuan sang pengalihbahasa

senantiasa men-upgrade dan men-update diri.24

B. Gambaran Umum Kebudayaan

1) Pengertian Kebudayaan

Salah satu tugas utama penerjemah adalah mencarikan padanan

(equivalent) antara kedua budaya yang melatari Bsu dan Bsa. Penerjemah,

berkenaan dengan persoalan ini berkududukan sebagai komunikator antara

pengarang dan pembaca. Dia (al-mutarjim) sebagai pembaca yang menyelami

makna dan maksud nas sumber, dan sebagai 'penulis' yang menyampaikan

24 Op.cit, h. 8-20.

Page 44: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

26

pemahaman yang diperolehnya dari bahasa sumber tersebut kepada orang lain

melalui sarana bahasa agar orang (pembaca sasaran) dapat memahaminya.

Sebelum melangkah kepada problem cultural tersebut, Penulis akan

memaparkan sedari awal bagaimana sesungguhnya konsep kebudayaan, seluk-

beluk yang melingkupinya seperti wujud-wujudnya dan unsur-unsur kebudayaan.

Kemudian dilanjutkan pada pengaruh konteks sosio-cultural terhadap

penerjemahan dan keterkaitan antara keduanya.

Ada sejumlah definisi yang dikemukakan oleh para pakar. Di antaranya, E.

B. Taylor seorang ahli antropologi berkebangsaan Inggris dalam karyanya,

primitive culture menjelaskan seperti yang dikutip Hilmi, bahwa kebudayaan

adalah keseluruhan yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,

hukum, adat, serta kemampuan dan kebiasaan lainnya yang diperoleh manusia

sebagai anggota masyarakat pendukung kebudayaan tersebut.25

Menurut Koentjaraningrat (1980) kebudayaan bersumber dari bahasa

Sansekerta, yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jama' (plural) dari kata

budhi berarti budi atau akal. Kata budaya (culture) merupakan suatu

perkembangan dari kata majemuk budi-daya yang berarti daya dari budi atau

kekuatan dari akal.26 Sedangkan kata culture itu sendiri merupakan istilah bahasa

asing yang memiliki makna yang sama yakni kebudayaan, berasal dari bahasa

25 Hilmi, Keterkaitan antara Bahasa, Pikiran, dan Kebudayaan, dalam Jurnal Al-Turats;

Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya, dan Agama, Volume XV, No. 2, Mei 2009, h. 116. 26 Hajjah Bainar dkk, Ilmu Sosial, Budaya, dan Kealaman Dasar (Jakarta: Jenki Satria,

2006), h. 24.

Page 45: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

27

latin yaitu colore yang bermakna mengolah, mengerjakan tanah atau bertani.27

Istilah umum culture berarti warisan sosial umat manusia. Sedangkan istilah

khusus kebudayaan adalah warisan sosial yang bercorak khusus tidak secara

naluriah seperti halnya berjalan atau tidur, melainkan melalui proses pembiasaan

dan pembelajaran dari generasi ke generasi.

Dengan demikian, pendek kata, kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-

hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Secara umum, kebudayaan dapat

ditafsirkan seluruh totalitas dari pikiran (gagasan), budi, dan hasil karya manusia

(hasil dari pengolahan akalnya tersebut) yang harus dibiasakannya melalui proses

belajar. Budaya dalam kacamata yang lain juga bisa dimaknai sebagai himpunan

pengalaman yang dipelajari mengacu pada pola-pola perilaku (learned behavior)

yang ditularkan secara sosial yang merupakan kekhususan kelompok sosial

tertentu.28

Lebih jauh lagi, Koentjaraningrat dalam karyanya yang lain mengatakan

bahwa konsep kebudayaan itu amat luas meliputi hampir seluruh aktivitas

manusia dalam kehidupannya. Hal-hal yang tidak termasuk kebudayaan hanyalah

beberapa refleks yang berdasarkan naluri, sedangkan suatu perbuatan yang

sebenarnya juga merupakan perbuatan naluri, makan misalnya, oleh manusia

dilakukan dengan peralatan, dan disertai tata cara atau sopan santunnya.29

27 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi (Jakarta: UI, 1965), cet. ke-2, h. 25. 28 Widyo Nugroho, Ilmu Budaya Dasar (Jakarta: PT. Gunadarma, 1994), cet ke-2, h. 15. 29 Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1993), cet ke-13, h. 1-2.

Page 46: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

28

Budaya didefinisikan Newmark (1995) sebagai cara hidup dan

manifestasinya yang khas dari masyarakat tertentu yang menggunakan bahasa

tertentu sebagai alat untuk mengekspresikan. Jadi budaya diekspresikan oleh

pendukungnya dengan sebuah media ekspresi yang disebut bahasa. Atau bisa pula

kita simpulkan bahwa bahasa adalah budaya verbal dari suatu masyarakat. Budaya

adalah ide, bahasa adalah ekspresinya. Budaya tidak saja menyangkut apa yang

tampak pada permukaan. Budaya melibatkan nilai-nilai kehidupan dan pergaulan

serta apa yang diyakini dari sebuah masyarakat. Budaya adalah gaya hidup

manusia biasa yang menyangkut nilai-nilai, keyakinan, dan prasangka yang

dimiliki bersama oleh sebuah masyarakat dalam wadah.30

2) Wujud dan Unsur Kebudayaan

Koentjraningrat mengatakan bahwa kebudayaan itu hanya dimiliki oleh

manusia dan tumbuh bersama dengan berkembangnya masyarakat manusia.

Untuk memahaminya, ia menggunakan sesuatu yang disebutnya kerangka

kebudayaan yang memiliki dua aspek tolak yaitu wujud kebudayaan yang terdiri

dari tiga, di antaranya:

a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-

nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

30 Sumardiono, Karya Ilmiah, Penerjemahan dan Budaya (Translation). Web:

http://dion-zydion2i.blogspot.com/2009/10/karya-ilmiah-penerjemahan-dan-budaya.html, diakses

pada 11 Maret 2011, jam 14.40 WIB.

Page 47: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

29

b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola

dari manusia dalam masyarakat (perilaku).

c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (fisik dan

benda).31

Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat

diraba dan difoto. Letaknya dalam pikiran manusia, wujud kedua adalah yang

disebut sistem sosial (social system) yaitu mengenai tindakan berpola manusia itu

sendiri, sistem sosial ini terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia yang berinteraksi

satu dengan yang lainnya dari waktu ke waktu yang selalu menurut pada pola

tertentu.

Sistem sosial ini bersifat konkret sehingga bisa diobservasi dan

didokumentasi. Wujud ketiga adalah yang disebut kebudayaan fisik yaitu seluruh

hasil fisik karya manusia dalam masyarakat. Sifatnya sangat konkret berupa

benda-benda yang bisa diraba dan dilihat. Ketiga wujud kebudayaan tersebut di

atas dalam masyarakat tidak terpisah satu dengan yang lainnya.

Wujud kebudayaan di atas mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi

manusia dan masyarakat. Bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi

masyarakat dan anggota-anggota masyarakat, misalnya kekuatan alam, kekuatan

di dalam masyarakat sendiri yang tidak selalu baik bagi masyarakat.

Kebudayaan yang merupakan hasil karya, rasa dan cita manusia dapat

digunakan untuk melindungi manusia dari bencana alam. Di samping itu,

kebudayaan dapat dipergunakan untuk mengatur hubungan sesama manusia.

31 Ibid, h. 5.

Page 48: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

30

Kemudian tanpa kebudayaan, manusia tidak bisa membentuk peradaban seperti

apa yang kita punyai sekarang ini.

Adapun unsur-unsur universal kebudayaan merupakan isi dari semua

kebudayaan di dunia. Menurut konsep Malinowski, seperti yang dikutip Ahmadi,

bahwa ada tujuh macam:

a. Sistem religi atau upacara keagamaan

b. Sistem dan organisasi sosial kemasyarakatan, seperti kekerabatan

c. Sistem mata pencaharian hidup (ekonomi), contohnya bertani

d. Pengetahuan

e. Bahasa sebagai mesin komunikasi baik lisan maupun tulisan

f. Kesenian

g. Teknologi dan peralatan (perlengkapan) hidup manusia sehari-hari,

misalnya pakaian, rumah, kendaraan.32

Masing-masing unsur universal kebudayaan ini pasti menjelma dalam

ketiga wujud kebudayaan yang sudah disinggung di atas. Ketujuh unsur tersebut

masing-masing dapat dipecah lagi ke dalam sub-unsur-unsurnya. Di samping itu,

sebagai hasil perilaku manusia, perilaku budaya manusia menghasilkan berbagai

bentuk kebudayaan material, termasuk di antaranya gastronomi dan bangunan

semuanya itu dikenal dengan nama artefak.

32 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Bina Aksara, 1988), cet ke-1, h. 53-55.

Page 49: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

31

3. Aspek Sosiokultural terhadap Penerjemahan

Dalam ruang lingkup studi penerjemahan, budaya mempunyai pengertian

yang sangat luas dan menyangkut semua aspek kehidupan manusia yang

dipengaruhi oleh aspek sosial. Terjemah dan budaya adalah satu paket, tidak

boleh dipisahkan dalam kerangka penerjemahan.

Menerjemahkan teks pada dasarnya adalah menerjemahkan budaya karena

bahasa pada hakekatnya adalah produk dari budaya tertentu. Budaya tidak saja

menyangkut apa yang tampak pada permukaan. Budaya melibatkan nilai-nilai

kehidupan dan pergaulan serta apa yang diyakini dari sebuah masyarakat. Budaya

adalah gaya hidup manusia biasa yang menyangkut nilai-nilai, keyakinan, dan

prasangka yang dimiliki bersama oleh sebuah masyarakat dalam wadah

kebahasaan dan kelompok sosial tertentu yang membedakannya dengan kelompok

yang lain. Nilai-nilai dan keyakinan serta prasangka budaya itu tentu saja akan

terealisasikan dalam bahasa yang bersangkutan. Dengan demikian,

menerjemahkan, disadari atau tidak, tidak akan bisa lepas dari tindakan

mentransfer budaya.

Newmark (1988) seperti yang dikutip Benny Hoed, menyatakan bahwa

sebuah teks sumber (Tsu) dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain, faktor

penulis, norma yang berlaku dalam bahasa sumber (Bsu), kebudayaan yang

melatari Tsu, budaya tulis dan cetak Tsu, dan hal yang dibicarakan dalam Tsu.

Pada sisi teks sasaran (Tsa), faktor yang mempengaruhi adalah calon pembaca

Page 50: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

32

yang diperkirakan, norma yang berlaku dalam Bsa, kebudayaan yang melingkupi

Tsa, budaya tulis dan cetak Tsa, dan penerjemah itu sendiri.33

Pengalihan pesan dalam proses penerjemahan selalu ditandai oleh

perbedaan budaya bahasa sumber dan bahasa sasaran. Perbedaan ini secara

langsung akan menempatkan penerjemah pada posisi yang dilematis dan

kompleks. Di satu sisi, dia harus mengalihkan pesan teks bahasa sumber ke dalam

bahasa sasaran secara akurat. Di sisi lain, dalam banyak kasus dia harus

menemukan padanan yang tidak mungkin ada dalam bahasa sasaran. Sebagai

akibatnya, persoalan ketaktakterjemahan linguistis dan kultural tidak dapat

dihindari.34

Tujuan praktis dari proses pengalihan pesan itu ialah untuk membantu

pembaca teks bahasa sasaran dalam memahami pesan yang dimaksudkan oleh

penulis asli teks bahasa sumber. Tugas pengalihan ini menempatkan penerjemah

pada posisi yang sangat penting dalam menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Apabila ilmu pengetahuan dan teknologi dipahami sebagai bagian dari

budaya, secara tidak langsung penerjemah turut serta dalam proses alih budaya.

Terjemahan merupakan alat komunikasi. Sebagai alat komunikasi,

terjemahan mempunyai tujuan komunikatif, dan tujuan komunikatif itu ditetapkan

oleh penulis teks bahasa sumber, penerjemah sebagai mediator, dan klien atau

pembaca teks bahasa sasaran. Penetapan tujuan itu sangat dipengaruhi oleh

33 Menurut Nida, aspek kebudayaan ini dapat menjadi kendala dalam proses

penerjemahan. Benny Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, h. 79. 34 Nababan, PhD, artikel Penerjemahan dan Budaya dalam Web

http://www.proz.com/translation-articles/articles/2074/1/Penerjemahan-dan-Budaya, dan di

Http://Pppsi-Apfi.Org/Datapdf/24-11. versi Pdf, diunduh pada Jumat, 11 Maret 2011, 14. 30 WIB.

Page 51: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

33

konteks sosial dan budaya serta ideologi penulis teks bahasa sumber, penerjemah,

dan klien atau pembaca teks bahasa sasaran.35

4. Implikasi Budaya dalam Penerjemahan

Penerjemahan tidaklah semata-mata masalah pengalihan bahasa

(linguistic transfer), atau pengalihan makna (transfer of meaning) tetapi juga

pengalihan budaya (cultural transfer). Penerjemahan yang melibatkan dua bahasa,

tidak bisa terhindar dari pengaruh dua budaya dari dua bahasa yang bersangkutan,

yaitu budaya bahasa sumber dan budaya bahasa sasaran. Sehingga bisa dikatakan

penerjemahan adalah proses komunikasi interkultural.

Karena budaya dan bahasa seperti dua sisi dari koin yang sama,

mentransfer bahasa pada hakekatnya juga mentransfer kebudayaan. Seorang

penerjemah tidak bisa terhindar dari peran ini; peran sebagai komunikator antar

dua budaya yang berbeda. Penerjemah berusaha menjembatani gap kultural antara

dua dunia dan membuat sebuah komunikasi memungkinkan terjadi di antara dua

komunitas bahasa yang berbeda.

Wawasan budaya dalam penerjemahan sangat diperlukan karena ketika

seseorang menerjemahkan, ia akan memasuki ranah yang tidak hanya dua bahasa,

tetapi juga dua kebudayaan yang berbeda. Kalau dicermati dari perspektif

komunikasi global, penerjemahan memiliki peran yang sangat strategis bagi

pembangunan nasional, sebagai bagian dari pengembangan intelektual

35 M. Rudolf Nababan, Kecenderungan Baru dalam Studi Penerjemahan. Makalah

disajikan dalam Semiloka Penerjemahan yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Jogyakarta

pada tanggal 23 Juli 2011.

Page 52: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

34

(intellectual development) dan pembentukan citra (image building). Peran

strategis yang dimiliki oleh penerjemahan ditunjukkan oleh kenyataan bahwa (1)

penerjemahan merupakan akses terhadap inovasi Iptek dan (2) media bagi

pengenalan dan apresiasi lintas budaya.

Globalisasi yang dicirikan oleh keterbukaan, persaingan dan

kesalingtergantungan antar bangsa telah menjadikan terjemahan sebagai medium

komunikasi yang penting dan perlu di masa-masa mendatang. Tuntutan akan

percepatan alih ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang bersumber dari acuan-

acuan berbahasa asing dan penerbitan capaian iptek dan pengenalan budaya

daerah dan nasional melalui bahasa asing ke dalam peradaban dunia menjadikan

penerjemahan dan studi tentang terjemahan sebagai masalah nasional dan

tantangan bagi pakar linguistik dan praktisi penerjemah, serta lembaga perguruan

tinggi.36

Terlepas dari sulit dan kompleknya masalah dan proses penerjemahan,

pentingnya penerjemahan dalam rangka alih ilmu pengetahuan dan teknologi

khususnya bagi negara-negara berkembang telah diakui dan dirasakan oleh

berbagai pihak. Jepang, umpamanya, merupakan contoh klasik dari cerita sukses

program penerjemahan bagi pembangunan suatu bangsa.

Usaha penerjemahan besar-besaran yang dilakukan oleh bangsa Jepang

telah menghasilkan perkembangan sain dan teknologi yang cepat. Dengan

demikian penerjemahan telah menjadi katalisator bagi kemajuan suatu bangsa dan

36 Ida Bagus Putra Yadnya dalam Implikasi Budaya dalam Penerjemahan, Pidato

Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Linguistik/Penerjemahan pada Fakultas

Sastra Universitas Udayana tanggal 29 April 2006, h. 3, versi PDF.

Page 53: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

35

berkat usaha-usaha penerjemahan itulah sekarang Jepang bisa mensejajarkan

dirinya dengan negara-negara maju. Selain Jepang, Eropa Barat juga merasakan

manfaat yang serupa. Sebagaimana dikutip oleh Alwasilah (1997), Louis Kelly

mengatakan dalam The True Interpreter (1979) bahwa dalam mengembangkan

peradabannya, Eropa Barat sangat berhutang budi pada para penerjemah yang

telah bertindak sebagai mediator antara penulis dan pembaca dari latar belakang

bahasa yang berbeda.

Implikasi budaya dalam terjemahan bisa muncul dalam berbagai bentuk

berkisar dari lexical content dan sintaksis sampai ideologi dan pandangan hidup

(way of life) dalam budaya tertentu. Oleh karena itu penerjemah harus

menentukan tingkat kepentingan yang diberikan pada aspek-aspek budaya tertentu

dan sampai sejauh mana aspek-aspek tersebut perlu atau diinginkan untuk

diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran.

Dengan kata lain sangat penting bagi penerjemah untuk

mempertimbangkan tidak saja dampak leksikal pada pembaca bahasa sasaran

tetapi juga cara bagaimana aspek budaya tersebut dipahami sehingga akhirnya

menerjemahkan merupakan suatu keputusan yang harus diambil penerjemah.37

5. Makna dan Prosedur Ekuivalensi Budaya

Padanan (equivalence) dipahami sebagai “accuracy”, “adequacy”,

“correctness”, “correspondence”, “fidelity”, atau “identity”.38 Kesepadanan

merupakan isu sentral dalam penerjemahan karena menyangkut perbandingan teks

37 Ibid, h. 4-10. 38 Venuti, The Translation Studies Reader (New York: Routledge, 2000), h. 5.

Page 54: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

36

dalam bahasa yang berbeda. Tujuan terjemahan adalah untuk menyediakan

padanan semantik antara BS (bahasa sumber) dan BT (bahasa target).

Inilah yang membedakan antara terjemahan dengan semua jenis kegiatan

linguistik. Banyak persoalan yang tersembunyi di dalam pernyataan sederhana ini,

semua dilakukan dengan standar padanan apa yang harus diharapkan dan diterima.

Padanan39 yang sebenarnya tentu saja tidak mungkin seorang penerjemah pun

dapat memberikan sebuah terjemahan yang benar-benar sama/padan dengan teks

sumbernya.

Meskipun ada kesamaan dalam penguraian kata-kata dalam satu bahasa,

selalu saja ada beberapa informasi yang hilang. Di sisi lain, ada banyak jenis

padanan nyata, sebagian di antaranya dapat berhasil pada suatu tingkatan fungsi

praktis tertentu. Keberhasilan suatu proses penerjemahan sangat bergantung pada

tujuan terjemahan itu dilakukan, yang hasilnya merefleksikan kebutuhan orang

yang memerlukannya.40

Pengertian pemadanan sebagai “pengalihan makna” mengacu pada

pengungkapan kembali makna (berkonteks budaya) yang terdapat dalam teks

bahasa sumber (unit terjemahan) ke dalam teks bahasa sasaran. Secara leksikal

kata “pengalihan” tersebut di atas mengandung pengertian adanya proses

pemindahan, penggantian, dan pengubahan. Pengertian pemindahan mengacu

39 Menurut Rochayah Machali, persoalan mengenai kesepadanan sebenarnya lebih banyak

diperdepatkan dalam kaitannya dengan penerjemahan karya sastra, terutama puisi. Dalam

perdebatan tersebut, kesepadanan lebih banyak dilihat sebagai tuntutan 'kesamaan'. Machali,

Pedoman bagi Penejemah (Jakarta: Grasindo, 2000), h. 106. 40 Eddy Setia dalam Terjemahan, Permasalahan, dan Beberapa Pendekatan, artikel pada

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, versi PDF, h. 125.

Page 55: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

37

pada konsep bahwa penerjemahan adalah penyesuaian budaya berbahasa bahasa

sumber ke dalam budaya berbahasa bahasa sasaran. Hasilnya adalah tuntutan agar

terjemahan menjadi wajar dan proporsional.

Meski demikian, upaya pencarian padanan teks Bsu ke dalam Bsa

sesungguhnya tidak berarti adanya keterikatan yang sangat formal dan literer

dalam menerjemah sehingga hasilnya menjadi kaku dan terasa janggal bagi

penutur bahasa sasaran. Dalam konteks inilah perlu kiranya membangun definisi

tentang terjemah yang mencakup baik pertimbangan pesan maupun sekaligus

pertimbangan padanan secara pas, dalam arti penerjemah perlu

mengkombinasikan antara kebebasan menyampaikan pesan dan ketepatan

proporsi terjemahan dengan teks sebelumnya.

Berkenaan dengan padanan, Nida memberikan dua orientasi dasar atau

tipe padanan, yaitu (1) padanan formal, dan (2) padanan dinamis (1964a:159).

Padanan formal memfokuskan perhatiannya pada pesan itu sendiri, baik bentuk

maupun isi bahwa pesan dalam bahasa penerima harus mencocokkan sedekat

mungkin unsur-unsur yang berbeda dalam BS. Padanan formal secara teliti

diorientasikan pada struktur TS, yang menggunakan pengaruh kuat dalam

menentukan akurasi dan kebenaran.

Padanan dinamis berdasarkan pada prinsip pengaruh padanan yang

hubungan antara penerima dan pesan secara substansi sama seperti yang ada

antara penerima aslinya dengan pesan. Pesan harus diciptakan untuk kebutuhan

linguistik penerima dan ekspektasi kultural dan “mengarah pada kewajaran

Page 56: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

38

ekspresi yang lengkap”. Tujuan padanan dinamis ini seperti mencari padanan

alami yang paling mendekati pesan BS.41

Dalam kaitannya dengan perpadanan, selain Nida, Catford juga

mengidentifikasi dua jenis kesepadanan, yaitu (1) kesepadanan formal (formal

equivalence) yang selanjutnya dirubah ke dalam istilah korespondensi formal

(formal correspondence) dan (2) kesepadanan tekstual (textual equivalence) yang

terjadi bila suatu teks atau sebagian dari teks bahasa target dalam situasi tertentu

sepadan dengan teks atau sebagian teks bahasa sumber.42

Berikut ini adalah salah satu contoh pemakaian prosedur ekuivalensi

budaya:

وقام عبد املؤمن ببناء مخسة أحزمة أمنية حول معسكره

Terjemah: Abdul Mu'min membangun lima ikat pinggang pengaman di

sekitar basecamp (tempat) militernya.

Pada contoh di atas, penerjemah berupaya mendeskripsikan ungkapan

kebudayaan ahzimah amniyyah dengan ikat pinggang pengaman. Namun,

prosedur ini menghilangkan nuansa budaya dari kata yang diterjemahkan, karena

deskripsi itu tidak lazim dalam bahasa penerima.

Bila kita menyelaminya lebih dalam lagi, dalam tuturan orang Indonesia

kata terjemahan itu tidak lazim digunakan, yang sering dipakai adalah sabuk

keselamatan untuk menggambarkan sesuatu yang berbentuk tali, jalur, atau

41 Ibid, h. 128. 42 Ida Bagus dan Putra Yadnya, Dinamika dalam Penerjemahan (the Dynamics of

Translation), h. 5-7, versi PDF.

Page 57: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

39

benteng yang berfungsi menjaga keamanan. Dengan demikian, kata ahzimah

amniyyah diterjemahkan menjadi sabuk keselamatan/sabuk pengaman.43

43 Syamsuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek), h. 78.

Page 58: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

40

BAB III

WAWASAN SEPUTAR DOMESTIKASI DAN FOREIGNISASI

Pembahasan pada bab ini mencakup penyerapan serta peminjaman bahasa

asing ke dalam bahasa Arab atau lebih dikenal dengan foreignisasi. Secara praktis,

istilah teknis itu diinterpretasikan menjadi sebuah hasil kerja penerjemahan yang

mempertahankan budaya asal, yang mana bahasa tersebut tidak dikenal dalam

konteks sosiokultural bahasa penerima. Di samping itu, ada yang disebut dengan

domestikasi, yakni sebuah pendekatan dalam studi penerjemahan dan linguistik

Arab yang lebih menyesuaikan diri dengan bahasa lokal/sasaran.

Pengantar Kata Serapan Arab dalam Bahasa Indonesia

Dalam ranah sosiolinguistik ada sebuah ketentuan mutlak yang

menganjurkan prinsip kontak bahasa yaitu setiap kali ada kontak kebudayaan

dalam bentuk apa pun, maka di sana harus ada kontak linguistik sebagai hasilnya.

Setelah itu bahasa akan menjadi sebuah sistem komunikasi manusia dan kata-kata

serta ide-ide dari suatu bahasa dapat tersebar melalui waktu dan tempat dengan

cara tersendiri.

Bahasa adalah sesuatu yang hidup karena selalu berkembang sebagaimana

pikiran manusia. Demikian pula bahasa Indonesia, bahasa ini berasal dari bahasa

Melayu yang terus tumbuh dan berkembang sampai saat ini. Perkembangan

bahasa Indonesia tampak terutama dalam segi kosakatanya. Kosa kata bahasa

Page 59: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

41

Indonesia terus berkembang bukan hanya dengan menyerap kosa kata dari bahasa

lain, seperti Arab, Inggris, Belanda, dan lain-lain.

Penyerapan merupakan salah satu faktor yang sangat aktif dalam

perkembangan bahasa. Penyerapan itu disebabkan antara lain adanya kontak

antara satu bahasa dengan bahasa lainnya, baik yang sekerabat maupun yang

tidak. Kontak dengan bahasa lain itu menimbulkan saling adanya pengaruh dalam

bahasa mereka dan yang paling sederhana adalah berupa pinjaman kata-kata. Dan

dalam proses penerjemahan, model-model penyerapan bahasa dan peminjaman

dari bahasa asing kerap kali terjadi, tentunya dengan kesepadanan kata

(equivalent) antara Bsu dan Bsa.

Penyerapan dari suatu bahasa ke bahasa lain dapat terjadi secara leksikal.

Contoh leksikal di antaranya penyerapan cultural, yakni bahasa yang diambil dari

bahasa yang tidak ada dalam domain kebahasaan Indonesia, semisal kata fakir,

jahiliyah, kiblat, kurban, kiamat, takdir, dan khusyu', yang kesemuanya itu diserap

dari bahasa Arab. Di samping itu, ada pula penyerapan secara stuktural, di

dalamnya mengandung unsur fonem, morfem, dan kalimat.44 Kata-kata serapan

dari bahasa Arab telah memperkaya khazanah perbendaharaan kosa kata bahasa

Indonesia. Beberapa kata tersebut sering digunakan oleh hampir seluruh

masyarakat di bumi pertiwi ini dalam keseharian mereka, terutama dalam konteks

keagamaan, misalnya lafal Masya Allah, Insya Allah, bi iznillah, ibadah, bakhil,

batil, hikmah, musyawarah, musibah, zalim, barokah, dan lain-lain.

44 Lihat Samsuri, Analisa Bahasa (Jakarta: Erlangga, 1994), cet ke-9, h. 52-53.

Page 60: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

42

Beralih ke persoalan peminjaman bahasa Arab, salah satu faktor penopang

yang membantu cepatnya modernisasi dalam bahasa Arab adalah adanya

pengasimilisasian sejumlah besar kata dari bahasa modern, seperti Inggris,

Perancis, Italia, Spanyol, Turki, dan Portugis. Dipandang dari segi linguistik,

pengenalan kata-kata pinjaman modern ke dalam bahasa Arab akan memperkaya

bahasa Arab itu sendiri. Proses asimilasi ini dari bahasa asing ke dalam Arab ini

disebut ta'rib atau arabisasi.45

A. Definisi Ideologi dalam Penerjemahan

Penerjemahan tidak hanya sekadar memberikan makna yang sepadan,

namun juga pertimbangan nilai bahasa sasaran dan bahasa sumber yang berkenaan

dengan pendekatan budaya.46 Sebagian penerjemah memilih mengolah bahasa

sumber dan membuatnya menjadi lebih berorientasi pada kaidah penerima bahasa

45 Mengenai konsep ta'rib ini, sebenarnya tidak dapat diterima secara mutlak oleh para

linguistic Arab saat itu. Hal ini disebabkan arabisasi akan menghadapi sebuah tantangan besar dari

proses lainnya yang dikenal dengan isytiqoq atau derivasi. Yang mendukung teori adalah

Muhammad Khudori, Abdul Qadir al-Maghribi, Tata Husain, dan Ya'qub Sarruf. Sedangkan yang

menentang adalah Mahmud Sakhri al-Alusi, dan Mustafa Sadiq al-Rafi'i. M.H. Bakalla, Pengantar

Penelitian Studi Bahasa Arab, dengan Judul Asli Arabic Culture, Though Its Language and

Literature, Penerjemah Males Sutiasumarga (Jakarta: Hardjuna Dwitunggal, 1990), cet ke-1, h.

88-90. 46 Pendekatan budaya (cultural approach) ini diusung oleh Snell-Homby (1990), seperti

yang dikutip Sakut bahwa pendekatan ni bisa dipahami dan diterima mengingat penerjemahan

merupakan transaksi budaya. Bahkan para praktisi maupun pakar penerjemahan mengakui bahwa

budaya adalah aspek yang membentuk perilaku penerjemahan itu sendiri. Sakut Anshori, Teknik,

Metode dan Ideologi Penerjemahan Buku Economic Concepts of ibn Taimiyah ke Dalam Bahasa

Indonesia dan Dampaknya pada Kualitas terjemahan. Seri Tesis untuk Mencapai Derajat Magister

Program Studi Linguistik, Minat Utama Linguistik Penerjemahan pada Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2010, versi PDF.

Page 61: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

43

sasaran yang dikenal dengan istilah domestikasi. Ini dilakukan ketika istilah asing

(tidak lazim) dari teks bahasa sumber akan menjadi hambatan bagi pembaca

bahasa sasaran dalam memahami teks tersebut. Di sisi lain, tidak sedikit

penerjemah yang memilih mempertahankan aspek bahasa sumber dan menuntut

pembaca mengikuti alur pemikiran mereka. Ini di kenal dengan istilah

foreignisasi. Kedua cara pandang atau dua kutub ini sering diistilahkan sebagai

ideologi47 dalam diskursus penerjemahan. 48

Istilah ideologi sering dihubungkan dengan konotasi politik. Terkadang

juga ideologi diidentikkan dengan pandangan hidup (way of life), falsafah, faham,

dan agama. Menurut Marx, sebagaimana yang dirujuk Sakut Anshori

mendefinisikan ideologi sebagai tindakan tanpa pengetahuan atau pemahaman

yang keliru, dan dalam makna lain diorientasikan sebagai pandangan politik yang

negatif dari sebuah sistem yang menyimpang (tahrif).49

Menurut Eagleton dalam Koruobi (2008) ideologi adalah ide dan

keyakinan yang digunakan untuk melegitimasi kepentingan kelompok berkuasa

melalui distorsi dan disimulasi. Pandangan seperti ini merupakan bagian dari

kajian postcolonialism. Sebuah pendekatan kultural terhadap kajian relasi

47 Ideologi ini begitu penting, sebagaimana yang dipaparkan oleh Benny Hoed untuk

memberikan pandangan yang bersifat super makro dalam membahas penerjemahan sebagai bagian

dari kegiatan sosil-budaya dan karya terjemahan sebagai bagian dari kebudayaan suatu

masyarakat. Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, h. 19-20. 48 Mazi-Leskovar, Domestication and Foreignization in Translating American Prose for

Slovenian Children, 2003), Meta Vol XLVIII, 1-2, h. 254. 49 Sakut Anshori, Op.cit, versi PDF.

Page 62: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

44

kekuasaan antar kelompok, budaya dan orang-orang di mana bahasa,

kesusasatraan dan penerjemahan mengambil peran di dalamnya50

Secara umum, ideologi dapat diartikan sebagai gagasan, sudut pandang

(point of view), mitos dan prinsip yang dipercayai kebenarannya oleh kelompok

masyarakat. Ideologi juga bisa dimaknai sebagai nilai-nilai budaya yang

disepakati dan dimiliki oleh sebuah komunitas dan berfungsi sebagai landasan

dalam berpikir dan bertindak. Oleh karena itu, ideologi merupakan suatu

konsepsi yang relatif di mana banyak kasus yang dianggap oleh sebagian

masyarakat itu benar bisa dipahami sebagai "sesuatu" yang salah dalam kelompok

lainnya, tergantung kepada "untuk siapa" dan "untuk tujuan apa" suatu terjemahan

dilakukan.

Para pakar di bidang bahasa, budaya dan penerjemahan, mereka lebih

cenderung menjabarkan konsep ideologi di luar zona politik atau di luar konteks

politik. Mereka mendefinisikan ideologi sebagai serangkaian ide-ide yang

mengatur kehidupan manusia dan membantu untuk memahami hubungan dalam

lingkungan kita. Dan bila kita kaitkan ideologi ke dunia penerjemahan, dapat

dikatakan bahwa ideologi menjadi paradigma berpikir seorang penerjemah ketika

melakukan aktivitas penerjemahan. Ideologi tersebut memainkan peran penting

terhadap keputusan yang diambil seorang penerjemah. Bagaimana seorang

penerjemah mengemas pesan bahasa sumber ke bahasa sasaran tentunya

dipengaruhi oleh ideologi yang mereka anut.

50 Hatim & Jeremy Munday, Translataion; An Advance resource Book (Guildfork UK:

University of Surrey, 2004), h. 106.

Page 63: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

45

B. Posisi Ideologi

Ideologi dalam penerjemahan selalu muncul pada proses dan produk

penerjemahan yang keduanya saling berhubungan erat. Sebelum menerjemahkan,

seorang penerjemah harus mengetahui untuk siapa (audience design) dan untuk

tujuan apa (needs analysis) dia menerjemahkan. Proses ini merupakan salah satu

proses yang tidak dapat diabaikan dalam menerjemahkan karena merupakan

proses awal dalam menetukan metode penerjemahan yang akan dan harus

digunakan. Ideologi dalam penerjemahan adalah prinsip atau keyakinan tentang

"benar-salah" (correctness) atau "baik-buruk" (good or bad translation) dalam

sebuah penerjemahan, dalam arti terjemahan seperti apa yang terbaik bagi

masyarakat pembaca Bsa atau terjemahan seperti apa yang cocok dan disukai

pembaca sasaran.

Sebagian penerjemah menganggap bahwa penerjemahan dikatakan benar

bila teks terjemahan telah menyampaikan pesan teks bahasa sumber ke dalam teks

bahasa sasaran secara tepat. Keberterimaan kemudian menjadi sesuatu yang tidak

diperhatikan. Sebagian yang lain menganggap teks terjemahan yang benar adalah

teks terjemahan dengan keberterimaan yang tinggi, teks terjemahan yang

memenuhi kaidah-kaidah bahasa sasaran baik kaidah gramatika maupun kaidah

kultural.51

Ada dua ideologi besar di dalam proses penerjemahan yang oleh Venuti

(1995) dikemukakan dengan istilah domesticating translation dan foreignizing

translation. Kedua ideologi tersebut akan Penulis paparkan di bawah ini.

51 Benny Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, h. 83.

Page 64: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

46

1) Domesticating Translation

Yang pertama adalah ideologi yang mengatakan bahwa terjemahan yang

baik adalah terjemahan yang mengacu pada bahasa sasaran. Ideologi ini disebut

lokalisasi atau domestikasi. Jadi, sebuah teks terjemahan dikatakan "baik",

"berterima", dan "benar" apabila bisa dipahami oleh pembaca bahasa target. Teks

terjemahan tersebut haruslah tidak terdengar seperti teks terjemahan, seakan-akan

sebuah karya asli bahasa yang bersangkutan.52

Dalam kaitan dengan kutub domestikasi ini, seorang penerjemah perlu

mengetahui mengapa suatu teks itu diterjemahkan dan apa fungsi dari teks

terjemahan tersebut karena setiap teks yang dihasilkan pasti mempunyai tujuan

tertentu dan teks tersebut harus bisa memenuhi tujuan yang akan dituju.

Penerapan ideologi ini akan tampak pada penggunaan metode penerjemahan

adaptasi, bebas, idiomatis, dan komunikatif.

Menurut Mazi-Leskovar (2003), seperti yang dikutip Sumardiono,

domestikasi atau lokalisasi mengacu pada semua perubahan pada semua tingkat

teks untuk membuat pembaca sasaran yang berasal dari Negara lain atau tinggal di

wilayah geografis yang berbeda dengan pengalaman sosio-kultural dan latar

belakang budaya yang berbeda bisa memahami teks terjemahan dengan baik.

52 Kecenderungan seperti ini sudah dicetuskan sebelumnya oleh para pakar teori

penerjemahan. Nida dan Taber dalam Hoed secara tegas mengemukakan bahwa penerjemahan

yang baik itu berorientasi pada keberterimaan (kebudayaan) dalam bahasa pembacanya. Kedua

pakar ini menganut dua kutub ideologi yaitu "transparansi" dan "domestication". Ibid, h. 84-85.

Page 65: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

47

Perubahan pada teks terjemahan dengan demikian merupakan suatu hal yang

dirasa oleh pengarang sebagai upaya untuk meningkatkat keberterimaan teks.53

Pada beberapa teks terjemahan novel atau bentuk karya prosa lain, upaya

lokalisasi dilakukan antara lain dengan melokalisasi nama-nama tokoh cerita

dengan penggunaan nama dengan pengucapan yang lebih mudah diucapkan

pembaca. Pada novel Romeo and Juliet, misalnya, pada versi bahasa Indonesia

diganti dengan Romi dan Yuli. Perubahan ini tentu dimaksudkan tidak saja agar

pembaca Indonesia lebih mudah mengucapkannya, tapi juga agar tokoh-tokoh

tersebut terasa lebih dekat dengan kultur pembaca Indonesia.

Pada contoh kasus lainnya, misalnya yang dilakukan oleh penerjemah

Slovenia, penerjemah mengubah nama tokoh Tom dengan Tomaz, sebuah nama

varian yang terdengar lebih akrab bagi pembaca Slovenian. Penerjemah bahkan

melakukan domestikasi dengan memperpendek judul, dan, selain mengubah nama

tokoh-tokoh hero yang lain, menghilangkan sebagian informasi yang dianggap

terlalu detail bagi rata-rata pembaca dan figure-figur politik yang tidak dikenal

oleh khalayak Slovenia (Mazi-Leskovar, 2003:5).

Pada terjemahan karya sastra tertentu, penerjemah bisa menghubungkan

isu sebuah peristiwa atau fenomena sosial tertentu dalam teks bahasa sumber ke

dalam fenomena yang mirip terjadi di dalam masyarakat pembaca bahasa sasaran.

Misalnya kasus perbudakan masyarakat Amerika abad 19 dihubungkan dengan

53 Sumardiono, Ideologi Penerjemahan dan Penerjemahan Ideologi (teori penerjemahan),

Linguistik Penerjemahan, Sekolah Pasca Sarjana UNS, tahun 2007.

Page 66: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

48

isu perlakuan majikan terhadap buruh. Di sini penerjemah menunjukan bahwa

perlakuan buruk para majikan pada buruhnya pada dasarnya adalah sama dengan

perbudakan yang terjadi pada masyarakat lain. Pengandaian ini akan membuat

pembaca lebih bisa memahami bagaimana situasi masyarakat yang diceritakan di

dalam novel dengan membandingkannya dengan situasi riil yang ada dalam

kehidupannya. Ini merupakan alat yang ampuh untuk membawa teks terjemahan

lebih dekat kepada pembaca target dengan menggambarkan dua situasi yang mirip

tapi dengan konteks kultural yang berbeda.

Lokalisasi bisa dilakukan untuk memenuhi kaidah sopan santun yang

berlaku pasa masyarakat bahasa sasaran. Ada ungkapan-ungkapan tertentu yang

kalau diterjemahkan secara harfiah akan menimbulkan ketidakberterimaan secara

kultural pada masyarakat bahasa sasaran. Bila seorang penerjemah menjumpai

kasus seperti ini, dia harus dengan pandai berusaha mencari padanan terdekat

tanpa harus melanggar norma yang dituntut masyarakat bahasa sasaran.

Lokalisasi mungkin juga dilakukan karena alasan politis atau ideologi.

Penerjemah kadang karena alasan tertentu atau pesan dari pihak tertentu

menggunakan penerjemahan sebagai alat untuk mendukung atau menyampaikan

tujuan dari sebuah ideologi yang mereka anut atau yang mereka sukai.

Keberadaan ideologi dalam mempengaruhi teks terjemahan dan memberi warna

ideologi penganutnya sudah berlangsung lama.

Page 67: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

49

2) Foreignizing Translation

Ideologi ini bermakna bahwa terjemahan yang baik adalah terjemahan

yang mengacu pada bahasa sumber atau dengan kata lain teks terjemahan yang

baik adalah teks terjemahan yang masih mempertahankan bentuk-bentuk atau

gaya-gaya bahasa sumber termasuk unsur-unsur kulturalnya. Menurut penganut

ini, mempertahankan teks bahasa sumber merupakan simbol kebenaran. Ideologi

ini disebut foreignisasi.

Penerjemah sepenuhnya berada di bawah kendali penulis TSu. Di sini

yang menonjol adalah suatu aspek kebudayaan asing yang diungkapkan dalam

bahasa pembaca. Sekait dengan Diagram-V dari Newmark, metode yang dipilih

biasanya juga metode yang berorientasi pada Bsu, yaitu cenderung menggunakan

jenis penerjemahan kata perkata, harfiah, penerjemahan setia, dan penerjemahan

semantik.

Sekait dengan ideologi ini, sebagai ilustrasi eorang penerjemah tidak

menerjemahkan kata-kata Mr, Mrs, Mom, Dad dan sejumlah kata asing lainnya

dalam penerjemahan dari bahasa Inggris dengan alasan sapaan seperti itu tidak

lagi asing bagi pembaca Indonesia, hal ini merupakan ciri bahwa penerjemah

tersebut penganut ideologi Foreignizing Translation. Alasan lain yang dapat

dikemukakan adalah agar anak-anak memperoleh pengetahuan kebudayaan lain.

Seorang penerjemah pada saat tertentu akan berhadapan dengan bentuk

atau istilah atau apapun dari teks bahasa sumber yang kemudian memerlukan

pertimbangan khusus apakah ia harus mempertahankan bentuk seperti yang

terdapat dalam bahasa sumber karena pertimbangan-pertimbangan tertentu

Page 68: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

50

ataukah harus merubah untuk memudahkan pembaca memahami.dengan cara

membuat sesuatu yang lebih dekat dengan khalayak pembaca.

Foreignisasi pada konteks penerjemahan adalah upaya mempertahankan

apa yang asing dan tidak lazim pada konteks bacaan pembaca target tapi

merupaka hal yang lazim, unik, dan khas dari budaya bahasa sumber (Mazi-

Leskovar, 2003:5). Menurut penganut ini, terjemahan yang bagus adalah

terjemahan yang tetap mempertahankan gaya, dan cita rasa kultural bahasa

sumber. Mempertahankan apa yang terdapat pada teks bahasa sumber adalah

symbol ‘kebenaran’ menurut penganut ini. Menurut Mazi-Leskovar (2003)

foreignisasi pada konteks penerjemahan adalah upaya mempertahankan apa yang

asing dan tidak lazim pada konteks bacaan pembaca target tapi merupakan hal

yang lazim, unik, dan khas dari budaya bahasa sumber. Dengan paradigma ini ,

terjemahan yang bagus adalah terjemahan yang tetap mempertahankan gaya, dan

cita rasa kultural bahasa sumber. Kebenaran, menurut paradigma ini, dilakukan

dengan mempertahankan apa adanya yang terdapat pada teks bahasa sumber.

Penerjemahan yang ‘benar’, ‘berterima’, dan ‘baik’ adalah yang sesuai

dengan selera dan harapan sidang pembaca yang menginginkan kehadiran

kebudayaan bahasa sumber (Hoed, 2003:4). Pemakaian kata sapaan system

kekerabatan seperti uncle, aunty atau Sir, misalnya, akan membuat pembaca

memahami kultur bahasa sumber dan secara tidak langsung telah belajar kultur

bahasa sumber ketika membaca karya terjemahan.

Ketika berhadapan dengan teks atau istilah atau konsep yang sulit

ditemukan padanannya dalam bahasa sasaran, seorang penerjemah mempunyai

Page 69: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

51

dua pilihan. Apakah ia akan mempertahankan seperti bentuk aslinya dalam bahasa

sumber yang dengan begitu dia mempertahankan keakuratan teks atau ia

berusakha menggunakan sesuatu yang sudah dikenali oleh pembaca meskipun

dengan resiko keakuratan penerjemahan menjadi berkurang.

Ada berbagai alasan kenapa seorang penerjemah melakukan lokalisasi bisa

karena alasan agar teks terjemahan lebih mudah dipahami oleh khalayak pembaca.

Bisa juga seorang penerjemah melakukan strategi lokalisasi karena alasan nilai-

nilai kultural, misalnya karena alasan kesopanan bahasa sasaran yang tidak

memungkinkan penerjemah menerjemahkan teks bahasa sumber secara apa

adanya, tapi harus memperhalusnya dengan ungkapan local yang lebih diterima.

Alasan lain yang melatarbelakangi proses lokalisasi adalah alasan ideologi atau

alasan politik. Ideology dan politik yang diyakini penerjemah akan ikut

mempengaruhi hasil terjemahannya.

Perdebatan mengenai penggunaan domestikasi dan foreignisasi menjadi

perhatian para ahli teori penerjemahan sudah sejak lama. Venuti membahas dua

teknik tersebut dalam bukunya, “The Translator Invisibility”, 1995. Venuti

melakukan penelitian dalam bidang penerjemahan pada budaya Anglo-Amerika.

Dia menemukan banyak penerbit cenderung menggunakan domestikasi dalam

menerjemahkan teks advokasi karena mempermudah pembaca. Kecenderungan

ini dilakukan untuk menjaga eksistensi atau nama si penerjemah di wilayah

tersebut.

Menurut Venuti, hal ini membuat penerjemah mendapat pengakuan

terhadap eksistensinya, namun di sisi lain adanya etnosentris terhadap nilai

Page 70: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

52

budaya bahasa target (ibid: 20). Dengan domestikasi cita rasa budaya dalam

bahasa sumber bisa jadi tidak tersampaikan dalam bahasa target. Untuk mencegah

terjadinya masalah budaya, Venuti menyarankan penggunaan foreignisasi sebagai

solusi terhadap perselisihan penerjemahan istilah-istilah budaya. Foreignisasi

diperkenalkan oleh Schleimacher yang mendefinisikan foreignisasi sebagai, “The

translator .....moves the reader to words the writer” (sebagaimana yang

dinyatakan dalam Hatim, 2001: 46).

Jika foreignisasi dilakukan dalam penerjemahan, pembaca bahasa sasaran

akan merasakan keberadaan si penerjemah dan mereka akan mengatakan bahwa

mereka sedang membaca teks terjemahan, (Munday, 2001: 147). Solusi ini akan

menjaga reputasi penerjemah dan memperlihatkan peran penting penerjemah,

Venuti (1995). Dari berbagai alasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

penerapan domestikasi dan foreignisasi sepenuhnya ada di tangan si penerjemah.

Seorang penerjemah dengan berbagai pertimbangan akan memutuskan ideologi

mana yang ia gunakan dalam menerjemahkan teks sumber.

Page 71: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

53

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Telaah Penerjemahan Domestikasi

Seperti yang telah kita ketahui bahwa ideologi domestikasi adalah suatu

teks terjemahan yang harus menghadirkan nuansa-nuansa kontekstual dalam

bahasa penerima atau lebih mendekatkan terjemahan pada budaya masyarakat

setempat.54

Berikut ini akan dipaparkan hasil analisis terjemahan domestikasi atau

lokalisasi yang ada pada buku 303 Percakapan Arab-Inggris yang disusun

Djalinus Syah, dkk. Dan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam batasan dan

rumusan masalah pada bab pendahuluan bahwa analisisnya dikerucutkan dalam

bentuk lingual kata, frasa, klausa, dan kalimat.

terjemahnya: Selamat Pagi صباح اخلري (1

Bila ungkapan tersebut kita terjemahankan secara harfiah, hasil

terjemahannya adalah pagi yang baik. Frasa ini agak berbeda bila kita menelisik

54 Penting menjadi catatan di sini, dikarenakan penelitian ini menggunakan pendekatan

sosio-kultural, maka ada beberapa pertimbangan, terutama aspek budaya dalam proses kerja

penerjemahan. Pertimbangan ini dengan tujuan agar dapat mencapai makna yang tepat. Ada 12

aspek budaya yang harus diperhatikan saat hendak menerjemahkan. Berikut ini dua belas budaya

tersebut: 1) Perangkat Mental; 2) Ungkapan Stereotip; 3) Peristiwa Budaya; 4) Bangunan

Tradisional; 5) Kekerabatan (kinship); 6) 'Amiyah-Fushha; 7) Idiom; 8) Ekologi; 9) Budaya

Meterial; 10) Konsep Agama; 11) Isyarat dan Kebiasaan; 12) Kata Ganti (dhomir atau pronoun).

Kampusislam.com, diunduh pada 10 April 2011, pukul 10.00 WIB.

Page 72: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

54

ungkapan itu dengan bahasa Indonesia. Selamat pagi bila kita terjemahkan

seharusnya berlafazkan ذا الـصباح أهنئك . Tapi karena memang budaya Arab

lebih pada sambutan/salam yang hangat (greeting) yang mengedepankan

komunikatif, maka terjemahannya selamat pagi. Kasus ini menunjukkan adanya

penggunaan teori domestikasi.55

terjemah: Tuan Tono يا سيد تونو (2

Sang penerjemah menggunakan konsep domestikasi, karena ia

menerjemahkan kata sayyid dengan tuan, dan menurut hemat Penulis, selain

diterjemahkan dengan tuan, kata sayyid itu bisa juga diterjemahkan dengan

Bapak/Pak, dan ini sebagai salah satu bentuk penghormatan saja.56

terjemah: Nyonya Smith يا سيدة سيمت (3

Sang penerjemah menggunakan konsep domestikasi, karena ia

menerjemahkan kata sayyidah dengan kata Nyonya, dan sebenarnya bisa juga

diartikan Ibu.57

terjemah: Selamat Berpisah وإىل اللقاء حىت صباح غد (4

Kasus domestikasi dalam kalimat di atas, sang penyusun

menerjemahkannya dengan selamat berpisah, padahal dalam bahasa Arab itu bisa

55 Djalinus Sjah, 303 Percakapan Arab-Indonesia-Inggris (Jakarta: Mutiara Sumber

Widya, 2002), cet ke-15, h. 1 56 Ibid, h. 1. 57 Ibid, h. 12.

Page 73: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

55

diterjemahkan cukup dengan إىل اللقـاء. Meskipun begitu, hal ini boleh-boleh

saja.58

terjemah: Terima Kasih Kembali ال شكر على الواجب (5

Ungkapan kalimat ini tidak biasa kita kenal dalam budaya kita. Yang popular

adalah syukron jazilan, yaitu sebuah jawaban rasa terima kasih kepada seseorang.

Dalam hal ini, sang penerjemah melokalisasi atau melakukan teori domestikasi.59

terjemah: Apakah anda sering هل كثريا ما تتفرج على اإلذاعة املرئيـة؟ (6

menonton televisi?

Kalimat ini jelas sekali mengandung unsur domestikasi. Sebab kata

al-idza'ah al-mariyyah itu bila kita terjemahkan secara harfiah sebenarnya siaran

yang dilihat/ditonton, namun tampaknya sang penyusun menggunakan

domestikasi yaitu dengan menonton televise (at-tilfizyun).60

!terjemah: selamat ألف مربوك (10

Pada frasa ini, penerjemah mengalihbahasakannya dengan kata selamat! Bila kita

menelisiknya lebih teliti, sejatinya frasa alfu mabruk itu memiliki semantikal

ribuan keberkahan atau semoga diberkahi selalu. Akan tetapi, penyusun buku

menerjemahkannya dengan ungkapan selamat (congratulations).61

58 Ibid, h. 2. 59 Ibid, h. 26. 60 Ibid, h. 78. 61 Ibid, h. 86

Page 74: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

56

11) ,terjemah: kalau begitu إذن، يستحسن لك أن تأخذ معـك الشمـسية

lebih baik Anda membawa payung

Pada kalimat di atas, kata as-syamsiah diartikan dengan payung. Dalam

hal ini, ada kasus domestikasi yang diterapkan oleh penyusun buku. Karena dalam

konteks budaya kita, istilah payung itu biasanya dengan mizhallah. Ada sedikit

kemiripan, sebab bila diartikan secara harfiah, kata as-syamsiah itu diterjemahkan

dengan pelindung dari sinar matahari yang penat. Dan penerjemahan kata payung

adalah sangat tepat sekali dengan minat pembaca.62

?terjemah: maaf, di mana toilet من فضلك، أين بيت املاء (12

Kata bayt al-ma' diartikan dengan toilet atau kamar kecil atau Wc (water

close). Dalam hal ini, nampak sekali konsep domestikasinya. Karena, frasa itu

tidak kita jumpai di kalangan penutur bahasa sumber. Biasanya untuk kata kamar

kecil digunakan hammam atau mirhadh, atau bisa juga baytul khala'. Bila kita

terjemahkan secara harfiah, frasa tersebut bermakna rumah air, dan konsep ini

tidak berlaku di konteks pembaca sasaran.63

B. Telaah Penerjemahan Foreignisasi

Adapun hakikat teori penerjemahan foreignisasi adalah menampilkan

wajah asli bahasa asing, dalam konteks ini bahasa Arab, atau bisa juga ditafsirkan

mempertahankan budaya bahasa sumber yang tidak dikenal oleh kebanyakan

62 Ibid, h. 92. 63 Ibid, h. 119.

Page 75: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

57

penutur/pembaca bahasa sasaran. Dengan demikian masyarakat bisa tahu bahwa

itu bahasa asing. Lihat contoh di bawah ini:

رمضان واجب على املسلمني يف كل سنة صوم

Terjemahan: "Setahun sekali, setiap Muslim wajib melaksanakan shaum

Ramadhan." Dalam contoh tersebut, terlihat jelas sekali bahwa sang penerjemah

menggunakan teori foreignisasi, yakni mempertahankan apa yang ada dalam

bahasa sumber. Kata shaum tidak diterjemahkan menjadi puasa.

Berikut ini akan dipaparkan hasil analisis terjemahan foreignisasi yang ada

pada buku 303 Percakapan Arab-Inggris yang disusun Djalinus Syah, dkk.

terjemahannya: Apa anda punya (laqob) atau هل عندك لقب ياوليـام؟ (1

nama panggilan, William?"

Sang penerjemah dalam hal ini menggunakan foreignisasi, karena dalam

konteks budaya kita , istilah laqob itu adalah gelar atau julukan, seperti si tukang

tidur (ya nauman atau ya nawwam).64

terjemah: kalau begitu, ayo kita pergi إذن، سنخرج إىل الرحلـة غـدا (2

rihlah esok hari

Pada contoh kasuistik di atas, kata ar-rihlah diterjemahkan dengan

menggunakan konsep budaya asal, dengan tetap mempertahankan kata rihlah,

64 Ibid, h. 5

Page 76: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

58

bukan dengan jalan-jalan (piknik atau tamasya) yang lebih akrab dengan nuansa

bahasa lokal.65

terjemah: berbicara tentang manzil احلديث حول املرتل (3

Bila ditelaah lebih dalam, kalimat tersebut mengandung unsur foreignisasi,

dalam arti si penyusun dan penerjemah buku itu menggunakan budaya pembaca

asal. Kata al-manzil di atas diterjemahkan menjadi manzil, masih

mempertahankan konsep budaya sumber. Padahal, ia memiliki semantikal rumah.

Sebab di budaya kita, kata manzil terdengar asing sekali.66

65 Ibid, h. 15-16 66 Ibid, h. 93.

Page 77: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang Penulis lakukan pada bab sebelumnya, maka

kesimpulannya secara garis besar (natijah kubro) adalah sebagai berikut:

1) Dalam buku yang disusun oleh Djalinus Sjah, dkk ini banyak

mengandung konsep domestikasi dan foreignisasi.

2) Ungkapan budaya atau konteks bahasa semula atau yang biasa dikenal

dengan bahasa sumber (Bsu) dialihkan dengan baik dan berhasil oleh

penerjemah.

3) Dalam mengimplementasikan dua objek studi penelitian ini, sang

pengalihbahasa lebih banyak menggunakan teori domestikasi daripada

foreignisasi. Ia lebih mengedepankan aspek keterpahaman pada budaya

setempat atau melokalisasi budaya Bsu dengan Bsa.

4) Wawasan budaya dalam ranah penerjemahan sangat diperlukan karena

ketika seseorang menerjemahkan, secara tidak sadar ia telah memasuki

budaya atau mentransferkan budaya dari bahasa sumber ke budaya

sasaran.

5) Sebelum menerjemahkan, seorang penerjemah menentukan dulu siapa

calon pembaca terjemahannya (audience design) dan akan digunakan

untuk apa terjemahan itu needs analysis.

6) Penerjemahan yang baik, dalam hal ini konsep atau ideologi

domestikasi dan foreignisasi adalah relatif (nisbi), keduanya tidak ada

Page 78: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

60

yang salah. Kedua ideologi yang digunakan benar, karena masing-

masing mewakili aspirasi yang ada di dalam masyarakat setempat.

B. Rekomendasi

Bertolak dari kesimpulan yang telah Penulis uraikan di atas, tampaknya

menjadi tantangan besar bagi para penerjemah dan penikmat buku terjemahan,

paling tidak buku yang semodel dengan ini, agar lebih dalam dan teliti lagi dalam

mengunyah hasil terjemahan yang dihidangkan. Di dalam buku ini, banyak

ditemukan makna bahasa yang kurang sesuai dengan rasa bahasa (dzauqul

lughah) kita dengan baik dan benar. Dan menjadi catatan khusus dalam kajian

skripsi ini adalah bahwa buku ini sangat jauh dari nuansa-nuansa kekinian,

terutama dari aspek bahasa yang digunakan. Semoga ini menjadi pertimbangan

selanjutnya bagi Penerbit yang akan mencetak ulang kembali. Dan menurut hemat

Penulis, terjemahannya harus dikoreksi baik dari sisi pemahaman, struktur kalimat

dan letak susunan kata (sintaksis) yang tidak gramatis, kekeliruan ejaan, diksi

yang digunakan, serta transliterasi yang dipakai.

Page 79: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

61

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Bina Aksara, 1988.

Akmal, Hilmi. Keterkaitan antara Bahasa, Pikiran, dan Kebudayaan, Jurnal Al-

Turats; Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya, dan Agama, Volume XV, No. 2,

Mei 2009.

Ali, Atabik dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. Kamus Kontemporer Arab – Indonesia.

Yogyakarta: Yayasan Ali Maksum Pondok Pesatren Krapyak, 1988.

Bainar, Hajjah, dkk, Ilmu Sosial, Budaya, dan Kealaman Dasar, Jakarta: Jenki

Satria, 2006.

Bagus, Ida dan Putra Yadnya, The Dynamics of Translation, dalam versi PDF.

Burdah, Ibnu. Menjadi Penerjemah; Metode dan Wawasan Menerjemah Teks

Arab Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004.

Hoed, Benny. Penerjemahan dan Kebudayaan, Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya,

2006.

Kamus Web Arab (versi digital) 2.0

Kriyantono, Rahmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2006.

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Jakarta: UI, 1965.

_____________, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1993.

Leskovar, Mazi. Domestication and Foreignization in Translating American

Prose for Slovenian Children, 2003), Meta Vol XLVIII

Page 80: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

62

Machali, Rochayah. Pedoman Bagi Penerjemah, Jakarta: Grasindo, 2000.

Ma'luf, Louis. al-Munjid fi al-Lughah wa al-A'lam, Beirut: Dar al-Masyriq, 1986.

Mufid, Nur. Buku Pintar Menerjemah Arab-Indonesia: Cara Paling Tepat,

Mudah, dan Kreatif, Surabaya: Pustaka Progressif, 2007.

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Yogyakarta:

Pustaka Progressif, 2002.

Nababan, M. Rudolf. Teori Menerjemah Bahasa Inggris, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2003.

_______, Kecenderungan Baru dalam Studi Penerjemahan. Makalah disajikan

dalam Semiloka Penerjemahan yang diselenggarakan oleh Universitas

Negeri Jogyakarta pada tanggal 23 Juli 2004.

_______, Penerjemahan dan Budaya, dalam Http://Pppsi-Apfi.Org/Datapdf/24-

11. versi Pdf, diunduh pada Jumat, 11 Maret 2011, 14. 30 WIB.

Nugroho, Widyo. Ilmu Budaya Dasar, Jakarta: PT. Gunadarma, 1994.

Peorwadarmita, W. J . S. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional, 2005.

Sukur, Silvester. Kaya Lewat Terjemahan: Menyingkap Rahasia Sukses Bisnis

Alih Bahasa, Bandung: Mizan Media Utama, 2009.

Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Teori dan Praktek), Bandung:

Humaniora, 2005.

Setia, Eddy. Terjemahan, Permasalahan, dan Beberapa Pendekatan, Fakultas

Sastra Universitas Sumatera Utara, versi PDF

Page 81: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

63

Silalahi, Roswita. Dampak Metode, Teknik, dan Ideologi Penerjemahan pada

Kualitas Terjemahan Teks Medical-Surgical Nursing dalam Bahasa

Indonesia. Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, bidang Ilmu Lingusitik, 16 Juli

2009, dalam format PDF.

Sumardiono, Ideologi Penerjemahan dan Penerjemahan Ideologi (teori

penerjemahan), Linguistik Penerjemahan, Sekolah Pasca Sarjana UNS,

tahun 2007, dalam versi PDF.

Venuti, The Translation Studies Reader, New York: Routledge, 2000.

________, Implikasi Budaya dalam Penerjemahan, Pidato Pengukuhan Jabatan

Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Linguistik/Penerjemahan pada

Fakultas Sastra Universitas Udayana tanggal 29 April 2006, h. 3, versi

PDF.

Zulkifli, Moh.Paputungan. Pondok Orang Arab, sebuah Persembahan

Pengetahuan untuk Pencinta Dunia Pendidikan Bahasa Arab, diunduh

pada Kamis, 10 Maret 2011, pukul 19.54 WIB.

Situs-Web Internet

1) http://anotherfool.wordpress.com,

2) Karya Ilmiah, Penerjemahan dan Budaya (Translation). Web: http://dion-

zydion2i.blogspot.com/2009/10/karya-ilmiah-penerjemahan-dan-

budaya.html

3) http://www.proz.com/translation-articles/articles/2074/1/Penerjemahan-

dan-Budaya,

Page 82: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

1

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke dalam huruf

latin. Transliterasi ini berdasarkan Pedoman Transliterasi Arab-Latin dalam Buku “Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah” CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2007.

1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

T ط ا

Z ظ b ب

‘ ع t ت

Gh غ ts ث

F ف j ج

Q ق h ح

K ك kh خ

L ل d د

M م dz ذ

N ن r ر

W و z ز

H ة s س

` ء sy ش

Page 83: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

2

Y ي s ص

d ض

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal

atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

A. Vokal tunggal

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

---- a Fathah

---- i Kasrah

----- u Dammah

B. Vokal rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي--- ai a dan i

و--- au a dan u

C. Vokal Panjang

Page 84: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

3

Ketentuan alih aksara vokal panjang (madd), yang dalam bahasa Arab

dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu :

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

----ا/ي â a dengan topi di atas

ي---- î i dengan topi di atas

و--- û u dengan topi di atas

3. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu

dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf , ال

qamariyyah. Contoh : al-rijâl bukan ar- rijâl, al-dîwân bukan ad- dîwân.

4. Syaddah (Tasydîd)

Syaddah atau Tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda--- dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang

yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis ad-

darûrah melainkan al- darûrah, demikian seterusnya.

5. Ta Marbûtah

Jika huruf Ta Marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut

dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (contoh no.1). hal yang sama juga berlaku, jika Ta

Marbûtah tersebut diikuti oleh (na’t) atau kata sifat (contoh no.2). namun jika huruf

Page 85: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

4

Ta Marbûtah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan

menjadi huruf /t/ (contoh no.3)

No. Kata Arab Alih Aksara

Tarîqah طریقة 1

al-jâmi’ah al-islâmiyah الجامعة اإلسالمیة 2

wihdat al-wujûd وحدة الوجود 3

6. Huruf kapital

Mengikuti EYD bahasa Indonesia. Untuk proper name (nama diri, nama tempat, dan

sebagainya), seperti al-Kindi bukan Al-Kindi (untuk huruf “al” a tidak boleh kapital.

Page 86: JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1488/1/101113... · dibaca. Namun, bila hasil terjemahannya bermasalah,

اإلسم األعظم

نصراهللا نورالدين الليسانس: الكاتب

د ومل يولد ومل يكن اللهم إين أسألك بأين أشهد أنك أنت اهللا الاله إال أنت األحد الصمد الذي مل يل

إلله إالاهللا العظيم احلليم إلله إالاهللا رب العرش الكرمي إلله إالاهللا رب السماوات ورب .له كفوا احد

إلله إال انت سبحانك إين كنت من الظاملني يا حي يا قريم برمحتـك . األ رض ورب العرش العظيم

نان بديع السماوات واألرض يا ذاجلـالل اللهم إين أسالك بأن لك احلمد إلله إال أنت امل .أستغيث

اللهم إين ظلمت نفسي ظلما كثريا فإنه ال يغفر الذنوب إال أنت فـاغفريل .واإلكرام يا حي يا قيوم

.مغفرة من عندك وارمحين إنك انت الغفور الرحيم

.سبحان اهللا العظيم يا حي ياقيوم برمحتك أستغيث

.فة عيين وأصلحلي شأين كله إلله إال انتاللهم رمحتك ارجو فال تكلين إيل نفسي طر

اللهم إين عبدك ابن عبدك ابن عمتك ناصيت بيدك ماض يف حكمك عدل يف قضاءك أسألك بكل

اسم هو لك مسيت به نفسك أو أنزلته ىف كتابك أوعلمته أحدا من خلقك أو إستئثرت ىف علم الغيب

.عندك أن جتعل القرآ ن ريبء قليب وجالء حزين وذهاب مهي

اللهم إين أسألك من خري ما سألك منه عبدك ونبيك حممد صلى اهللا . أهللا أهللا ريب ألشرك بريب أحدا

. وأعوذبك مما الستعاذك منه عبدك ونبيك حممد صلى اهللا عليه وسلم. عليه وسلم

ونعوذبك من الذنوب اليت متنح غيث الـسماء , نعوذبك من الذنوب اليت توجب النقم , يا كهيعص

من الذنوب اليت تذل األعزاء وتديل األعداءونعوذبك

الرامحني أرحم وأنت الضر مسين أين ريب