JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM...

130
MUSLIM TIONGHOA DI JAKARTA: PERAN YAYASAN HAJI KARIM OEI SEBAGAI WADAH DAKWAH MUSLIM TIONGHOA 1991-1998 SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Oleh : FIRDAUS ALANSYAH 1111022000003 JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Transcript of JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM...

Page 1: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

MUSLIM TIONGHOA DI JAKARTA:

PERAN YAYASAN HAJI KARIM OEI SEBAGAI WADAH DAKWAH MUSLIMTIONGHOA 1991-1998

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Humaniora (S.Hum)

Oleh :

FIRDAUS ALANSYAH

1111022000003

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAMFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA1438 H/2017 M

Page 2: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar strata satu di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan sudah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan

hasil jiplakan dari karta orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Mei 2017

Firdaus Alansyah

Page 3: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan
Page 4: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan
Page 5: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

v

DEDIKASI

Teruntuk Ayahanda Latif Suwirya, Ibunda Nurhaemah, Laela Hasanah, Ali

Muhammad, Ahmad Sobari, Devi Mutiara Sula, dan semua yang telah terlibat dalam

penyelesaian skripsi ini.

Page 6: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

vi

ABSTRAK

Firdaus Alansyah

Muslim Tionghoa di Jakarta: Peran Yayasan Haji Karim Oei Sebagai Wadah Dakwah

Muslim Tionghoa 1991-1998

Dalam penulisan ini akan dijabarkan peranan penting dari Yayasan Haji Karim Oeisebagai wadah muslim Tionghoa Jakarta dalam berdakwah. Yayasan Haji Karim Oei menjadisalah satu ujung tombak Tionghoa untuk mengenalkan Islam ke etnis Tionghoa ditengahpandangan negatif yang masih berkembang dikalangan etnis Tionghoa terhadap Islam.Sejarah panjang tentang keberadaan etnis Tionghoa dan juga peranannya dalamperkembangan agama Islam di Indonesia khususnya di pulau Jawa merupakan salah satufakta bahwa Islam dan Tionghoa di Indonesia tidak dapat dipisahkan. Namun dalamperjalanannya terjadi berbagai peristiwa mulai dari politik, sosial, hingga budaya yangmembuat pribumi dipandang kurang baik dimata etnis Tionghoa dan juga sebaliknya,akhirnya berdampak pula pada citra Islam sebagai agama mayoritas penduduk Indonesiadimata etnis Tionghoa akibat dari pemahaman yang salah tentang Islam karena kurangnyainformasi tentang agama Islam dikalangan etnis Tionghoa.

Oleh karena itu maka didirikanlah sebuah yayasan yang berfungsi sebagai sebuahtempat informasi mengenai Islam untuk etnis Tionghoa bernama Yayasan Haji Karim Oei.Yayasan Haji Karim Oei merupakan sebuah yayasan yang berada di jalan Lautze Pasar BaruJakarta Pusat. Yayasan ini didirikan pada tahun 1991, sejak saat itu yayasan ini secara aktifmenjadi wadah Tionghoa dalam berdakwah. Yayasan ini didirikan untuk mengenang jasa OeiTjeng Hien atau yang lebih dikenal dengan nama H. Abdul Karim Oei yang meninggal padatahun 1988. Beliau dikenal juga sebagai bapa pembaruan dan pembauran bagi muslimTionghoa. Yayasan Haji Karim Oei atau yang biasa disebut dengan YHKO berdiri dengantujuan untuk menyebarkan agama Islam di kalangan etnis Tiongoa, mendekatkan Islamdengan etis Tionghoa, menjadi pusat informasi tentang Islam untuk Tionghoa, danmemberikan pendampingan bagi orang Tionghoa yang baru masuk Islam.

Kata Kunci: Muslim Tionghoa, Jakarta, Yayasan Haji Karim Oei, Sejarah, 1991-1998

Page 7: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur untuk kehadirat Allah

Subhanahu wata’ala yang telah memberikan nikmat yang tiada terhitung, dan

dengan kasih sayang –Nya kita dapat terus bernafas dan berbuat di dunia tercinta

ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Kanjeng Nabi

Muhammad SAW. Karena berkat perjuangan beliaulah kita dapat hijrah dari the

dark age menuju the enlightenment age.

Banyaknya rintangan dan hambatan yang penulis hadapi dalam

merampungkan skripsi yang berjudul: Muslim Tionghoa di Jakarta: Peran

Yayasan Haji Karim Oei Sebagai Wadah Dakwah Muslim Tionghoa 1991-

1998. Namun, semua rintangan dan hambatan itu bisa terlewati sedikit demi

sedikit dan setahap demi setahap dengan usaha dan kerja keras. Oleh sebab itu

penulis ingin menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya kepada mereka semua,

diantaranya:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag. selaku Dekan Faultas Adab dan

Humaniora.

3. Bapak Nurhasan, MA. selaku Ketua Program Studi Sejarah dan

Peradaban Islam yang telah membantu penulis selama menjadi

mahasiswa dalam beberapa hal yang berhubungan dengan birokrasi

universitas sehingga segalanya menjadi mudah.

Page 8: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

viii

4. Ibu Sholikatus Sa’diyah, M.Pd. selaku Sekretaris Program Studi Sejarah

dan Peradaban Islam yang telah banyak membantu penulis saat menjadi

mahasiswa di prodi Sejarah dan Peradaban Islam tercinta ini baik yang

berkenaan dengan surat menyurta maupun motivasi untuk terus

berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

5. Bunda Imas Emalia, M.Hum. selaku dosen pembimbing skripsi yang

memberikan banyak masukan serta saran kepada penulis untuk terus

mencari sumber primer dalam penulisan sejarah, serta segala kemudahan

yang penulis dapatkan ketika menjadi mahasiswa bimbingan beliau.

6. Bunda Tati Hartimah, MA. selaku dosen pembimbing akademik yang

selalu memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan kewajiban

menulis skripsi.

7. H. Ali Karim, SH. selaku narasumber sebagai ketua Yayasan Haji Karim

Oei yang juga merupakan anak kandung dari Haji Karim Oei telah

bersedia meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukannya untuk

penulis wawancarai.

8. Yusman Iriansyah, SE. serta seluruh pengurus harian Yayasan Haji

Karim Oei, selaku narasumber yang telah bersedia meluangkan waktu di

tengah-tengah kesibukannya untuk diwawancarai serta memberikan

informasi yang penulis butuhkan.

9. Keluargaku, Ayahanda Latif Suwirya, Ibunda Nurhaemah, Kakakku

Laela Hasanah, serta Adik-adik tercintaku Ali Muhammad, Ahmad

Sobari, dan Devi Mutiara Sula yang selalu memberikan dukungan setiap

Page 9: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

ix

hari baik moril maupun materi tak terhingga dan didikan di rumah ini

menjadikan penulis menjadi pribadi yang memiliki karakter.

10. Yunita Amanda, yang telah menemani penulis dalam melakukan

pencarian sumber, penelitian dan wawancara, dan memberi motivasi

bagi penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi, serta telah

menemani penulis sejak awal perkuliahan hingga skripsi ini selesai.

11. Himpunanku, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Fakultas

Adab dan Humaniora (KOFAH) Cabang Ciputat, yang telah menjadi

tempat penulis belajar berorganisasi dan belajar banyak hal.

12. Teman-teman seperjuangan di SPI 2011, dan senior-juniornya yang

saking banyaknya sehingga tidak bisa disebutkan satu-persatu, namun

penulis merasa harus berterima kasih kepada, Bang Mayong, Bang

Johan, Bang Ali Tauan, Bang Mugni Labib, Yudha bengbeng, Ahmad

Al-Faiz, Ikhwanuddin, Illham, Humaedi, Cipay, dan Naufan sahabat

penulis yang banyak membantu selama masa perkuliahan ini.

13. Arif Ableh dan Giri, sahabat serta saudara penulis dari semasa SMP

dulu hingga kini, terima kasih telah menjadi tempat menuangkan segala

cerita dan memberi motivasi untuk penulisan skripsi ini.

Page 10: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................... iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................................................ iv

DEDIKASI ..................................................................................................................... v

ABSTRAK .................................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. x

DAFTAR ISTILAH ..................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................... 11

C. Tujuan dan Manfaat penelitian ................................................................ 12

D. Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 13

E. Metode penelitian..................................................................................... 15

F. Sistematika Penulisan .............................................................................. 16

Page 11: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

vii

BAB II SEJARAH MUSLIM TIONGHOA DI INDONESIA .............................. 18

A. Awal Kedatangan Muslim Tionghoa ke Indonesia Hingga Masa Orde

Baru (1407-1990)..................................................................................... 18

B. Keadaan Muslim Tionghoa 1991-1998: .................................................. 40

1. Aktifitas Ekonomi, Sosial, danBudayaMuslim Tionghoa Jakarta ..... 40

2. FasilitasDakwah Muslim Tionghoa Jakarta....................................... 43

3. Tokoh Muslim Tionghoa: Sebuah Simbol Yayasan .......................... 48

BAB III SEJARAH BERDIRINYA YAYASAN HAJI KARIM OEI (YHKO) .... 54

A. Sejarah BerdirinyaYayasan Haji Karim Oei ............................................ 54

B. Stuktur Kepengurusan Yayasan Haji Karim Oei ..................................... 58

BAB IV PERAN YAYASAN HAJI KARIM OEI SEBAGAI WADAH DAKWAH

MUSLIM TIONGHOA ............................................................................... 63

A. Aktifitas dan Kegiatan Yayasan Haji Karim Oei..................................... 63

A.1 Pengajian Mingguan ....................................................................... 63

A.2 Bimbingan Baca Al-Qur’an ............................................................ 66

A.3 Bimbingan Shalat ............................................................................ 67

A.4 Konsultasi Agama Islam ................................................................. 68

A.5 Shalat Berjamaah ............................................................................ 69

A.6 Kegiatan Sosial ............................................................................... 70

A.7 Pengislaman .................................................................................... 71

B. Metode Dakwah Yayasan Haji Karim Oei .............................................. 74

Page 12: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

viii

C. Peranan Yayasan Haji Karim Oei Sebagai Wadah Dakwah Muslim

Tionghoa .................................................................................................. 78

BAB V KESIMPULAN............................................................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 82

LAMPIRAN ................................................................................................................. 88

Page 13: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

xi

DAFTAR ISTILAH

Chinezenmood pembantaian orang-orang Tionghoa

Chiese Offcieren Kapitan Cina (tenaga administrasi dan

penarik pajak Cina)

Devide Et Impera Politik pecah belah

Geschoren Cinezeen Orang-orang Tionghoa cukuran

Hollandsch Chineesche School Sekolah untuk anak-anak Tionghoa yang

didirikan pemerintah Belanda

Inlander Sebutan mengejek oleh orang Belanda untuk

masyarakat asli Indonesia (pribumi) pada masa

penjajahan Belanda

Ius Soli Hak mendapatkan kewarganegaraan

berdasarkan tempat lahir di wilayah dari

suatu negara

Landraad Pengadilan untuk Pribumi pada masa

Kolonial

Pecinan Daerah pemukiman yang didominasi atau

di khususkan untuk etnis Tionghoa

Sinshe Pengobatan tradisional

Tiong Hoa Hwee Koan Perkumpulan Tionghoa

Vereenigde Oost Indische Compagnie Persekutuan dagang asal Belanda yang

didirikan pada 1602

Wijkenstelsel Peraturan untuk menciptakan pemukiman

etnis Tionghoa disejumlah kota besar di

Hindia Belanda

Page 14: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Perkembangan Jumlah Etnis Tionghoa di Pulau Jawa

Tabel 2 Data Pengislaman PITI 1965-1978

Tabel 3 Jumlah Pengislaman di Yayasan Haji Karim Oei 1997-

Oktober 2016

Page 15: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tampak depan Masjid Lautze Jakarta (Yayasan Haji Karim Oei) sebelum

dan sesudah direnovasi

Gambar 2 Kaligrafi yang dipasang di belakang mimbar Masjid,

Percampuranantaraseni Arab danCina

Gambar 3 Buya Hamka, Karim Oei, Soekarno

Gambar 4 Haji Abdul Karim Oei

Gambar 5 Suasana makan bersama yang dilaksanakan setiap hari minggu, terlihat

muallaf Tionghoa dengan akrab bercengkrama dengan pribumi.

Gambar 6 Seorang muallaf yang baru saja bersyahadat sedang belajar gerakan-

gerakan sholat bersama muallaf lainnya di bawah pengawasan atau

bimbingan Ustadz Suhaimi.

Gambar 7 Proses pengislaman etnis Tionghoa yang dilakukan di Masjid Lautze

(lantai satu Yayasan Haji Karim Oei).

Page 16: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Islam di Indonesia sampai saat ini tidak lepas dari peran

Muslim Tionghoa dalam dakwah Islam di Nusantara. Peran Muslim Tionghoa dalam

penyebaran Islam di Indonesia salah satunya dengan berdirinya Kesultanan Islam

pertama di Jawa yaitu Kesultanan Demak. Menurut Sumanto Al-Qurtubi berdirinya

Kesultanan Demak tidak lepas dari peran yang cukup besar dari orang-orang

Tionghoa, mengingat Raden Fatah sebagai Sultan atau raja pertama Kesultanan

Demak adalah keturunan Cina dengan nama Tionghoa yaitu Jin Bun. Dalam catatan

Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan bahwa

Raden Fatah alias Jin Bun adalah seorang anak dari raja Brawijaya V dan putri Cina

bernama Sio Ban Chi anak dari Syekh Bentong.1 Bukti lain yang menunjukan peran

Muslim Tionghoa dalam penyebaran agama Islam di Indonesia adalah beberapa wali

yang merupakan keturunan peranakan Tionghoa. Sebagai contoh Sunan Ampel alias

Raden Rahmat adalah seorang Tionghoa yang memiliki nama asli Bong Swi Hoo

berasal dari Yuan, beliau merupakan cucu dari penguasa Campa bernama Bong Tak

Keng yang berkuasa 1413-1446. Sunan Ampel menikah dengan Ni Gede Manila yang

merupakan anak dari seorang Kapten Cina yang bernama Gan Eng Yu dengan

perempuan pribumi yang berkedudukan di Tuban, perkawinan tersebut melahirkan

1 Sumanto Al-Qurtubbi, Arus Cina Islam Jawa, (Yogyakarta, Inspeal Press, 2003), hlm.214.

Page 17: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

2

keturunan peranakan bernama Boang Nang alias Sunan Bonang.2

Di Tiongkok sendiri Islam sudah bersentuhan dengan masyarakat Tionghoa

terutama ketika jazirah Arab dipimpin oleh Khalifah ketiga yaitu Utsman Bin Affan

(644-656 M). Saat itu Utsman Bin Affan mengirim utusannya yakni Saad Ibn Abu

Waqqas ke Cina pada tahun 651 M untuk menghadap kaisar Yong Hui di kota

Changan. Tujuannya adalah memberi teguran kepada kaisar agar tidak turut campur

dalam masalah peperangan antara pasukan Islam dan Persia. Pada saat itu Dinasti

Tang berkuasa di negri Cina sekitar tahun 618-905 M, bahkan peristiwa tersebut

diperkuat oleh fakta berupa naskah annals pada masa Dinasti Tang.3 Islam

mengalami perkembangan yang sangat pesat pada masa Dinasti Ming, bahkan ada

yang berpendapat bahwa Dinasti Ming saat itu adalah Dinasti Islam di Cina. Karena

untuk pertama kalinya seorang ratu Kaisar Chu Yuan Chang (Kaisar pertama dinasti

Ming) yakni Emprass Ma Hoe adalah Muslimah.4 Pada masa ini pula di tahun 1410-

1416 Laksamana Cheng Ho diutus oleh Kaisar Dinasti Ming untuk mengamankan

jalur pelayaran niaga di Nanyang. Hal ini dikarenakan lokasi terebut banyak diganggu

oleh bajak laut Hokkian pimpinan Lin Tao-Ch’ien.5

Pada tahun 1407 Dinasti Ming melakukan ekspansi dengan misi untuk

merebut Kukang (Palembang) dari para perampok Tionghoa non Islam dari Hokkian.6

2Selamet Mulyana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islamdi Nusantara, (Yogyakarta: LkiS), hlm. 84-86.

3Kong Yuan Zhi, Muslim Tionghoa Ceng Ho, (Jakarta: Pustaka Popular Obor, 2000), hlm.2734Ibrahim Ying Ma, Perkembangan Islam di Tiongkok, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm.7.5Sachiko Murata, Gemerlap Cahaya Sufi dari Cina, (Jakarta: Pustaka Sufi, 1999), hlm.19.6H. J. De Graaf, Cina Muslim di Jawa Abad XV dan XVI: Antara Histotitas dan Mitos,

(Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997), hlm.4.

Page 18: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

3

Di Kukang (Palembang) sendiri telah dibentuk komunitas Cina muslim bermazhab

Hanafi pertama di kepulauan Indonesia.7 Selain itu ketika ekspansi Cheng Ho yang

dikatakan di catatan Ma Huan menyebutkan secara jelas dan menggambarkan bahwa

pedagang Cina Muslim telah Menghuni kota-kota dan ibukota Majapahit pada abad

ke-15.8 Dapat dikatakan ini merupakan cikal bakal dari komunitas etnis Tionghoa

yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Menurut Leo Suryadinata ada kejadian dimana masyarakat etnis Tionghoa

masuk Islam pada masa sebelum datangnya Belanda ke Nusantara.9 Menurutnya

kedatangan Belanda datang ke Nusantara pada tahun 1596 dan berdirinya Vereenigde

Oost Indische Compagnie (VOC) dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkannya

telah menghambat proses asimilasi etnis Tionghoa. Kedekatan etnis Tionghoa dengan

pribumi serta kepiawaian mereka dalam hal perdagangan yang diatas pribumi

membuat VOC memberi perhatian khusus kepada etnis Tionghoa. VOC mengangap

etnis Tionghoa mampu memainkan peranan sebagai penguhubungan antara pribumi

dalam bidang perdagangan eceran/lokal, sehingga kegiatan ekonomi pedesaan di

Indonesia mayoritas dikuasai oleh etnis Tionghoa.10 Hal ini membuat VOC

memberikan kebijakan perlindungan dan keleluasaan yang lebih kepada etnis

Tionghoa, sehingga muncullah anggapan dimata pribumi bahwa etnis Tionghoa

adalah kaki tangan VOC.

7H. J. De Graaf, Cina Muslim di Jawa Abad XV dan XVI, hlm.5.8Mely G. Tan, Golongan Minoritas Tionghoa di Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1981), hlm.

11.9Leo Suryadinata, Mencari Identitas Nasional Dari Tjoe Bou San Sampai Yap Thiam Hien,

(Jakarta: LP3ES, 1990), hlm. 175.10 Sumanto Al-Qurtubi, Arus Cina-Islam-Jawa, (Yogyakarta, Inspeal Press, 2003), hlm. 178.

Page 19: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

4

Salah satu kebijakan VOC yang terkenal adalah politik devide et impera atau

politik pecah belah. Dalam penerapan politik pecah belahnya pemerintah Belanda

menggolongkan masyarakat Indonesia kedalam tiga golongan, yaitu: golongan atas

atau pertama adalah golongan untuk bangsa eropa, golongan menengah atau kedua

untuk bangsa pendatang dari timur asing (mayoritas Cina), dan golongan yang

terakhir dan yang terendah adalah untuk masyarakat pribumi. Pemerintah VOC tidak

mengingikan etnis-etnis yang ada di negri jajahannya, termasuk etnis Tionghoa

berbaur dengan pribumi. Ini dimaksudkan untuk mencegah segala kemungkinan yang

dapat menimbulkan pemberontakan di wilayah jajahannya. Pengelompokan golongan

sosial yang diberlakukan oleh VOC ini menempatkan pribumi di golongan terakhir,

sehingga pribumi dianggap sebagai masyarakat rendahan, miskin, dan bodoh.

Sehingga secara tidak langsung hal itu berdampak kepada citra Islam di mata etnis

Tionghoa.11

Pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 terjadi gelombang migrasi besar-

besaran orang Tionghoa menuju Hindia Belanda. Hampir seluruhnya berasal dari dua

propinsi di Tiongkok, yaitu Fujian dan Kwangtung yang terbagi ke dalam tiga

kelompok bahasa yang berbeda, yaitu Hokkian, Hakka, dan Kanton.12 Migrasi ini

merupakan dampak dari kekacauan dimana pada masa itu Tiongkok di bawah

pemerintahan Dinasti Qing (1644-1911) terjadi pembantaian besar-besaran terhadap

umat Islam di Tiongkok. Kedatangan orang-orang Tionghoa yang sangat besar pada

11Tanti Restiasih Skober, “Orang Cina di Bandung, 1930-1960: Merajut Geliat SiasatMinoritas Cina”, Makalah Konferensi Nasional Sejarah VIII , Jakarta: 14-17 November 2006, hlm.1.

12G.W Skiner, Golongan Minoritas Tionghoa, (Jakarta: Gramedia, 1981), hlm. 6-7.

Page 20: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

5

abad ke-19 hingga awal abad ke-20 ini secara drastis mengubah tatanan masyarakat

Hindia Belanda pada waktu itu. Jumlah mereka yang cukup banyak lambat laun

menggeser keberadaan orang-orang Tionghoa peranakan yang sudah menetap ratusan

tahun lebih dulu di Indonesia.13 Menurut Afthonul Afif14, Spirit nasionalisme

Tiongkok yang dibawa oleh para imigran pada migrasi yang mereka lakukan di awal

abad ke-20, memberi penegasan betapa mereka lah yang paling pantas menyebut diri

sebagai orang Tionghoa asli. Sementara mereka yang sudah membaur dengan

penduduk pribumi terlebih mereka yang memutuskan masuk Islam tidak lagi

dianggap sebagai orang Tionghoa asli. Situasi ini membuat sentimen yang timbul

tidak hanya antara etnis Tionghoa peranakan dengan Pribumi saja, namun timbul pula

perpecahan antara Tionghoa peranakan dengan Tionghoa totok.Kehidupan etnis

Tionghoa di Indonesia dalam rangka penyatuan diri mereka dengan pribumi tidaklah

mulus. Kenyataan bahwa mereka adalah imigran yang berasal dari kelompok ras dan

memeluk agama yang berbeda dari pribumi menyulitkan penyatuan itu.15

Setelah Indonesia merdeka, banyak dari masyarakat pribumi meragukan

nasionalisme Indonesia yang dimiliki oleh etnis Tionghoa. Ini bermula dari sikap

Tionghoa peranakan yang awalnya mendukung Indonesia, berbalik menjadi pihak

netral antara pihak Belanda dengan Pihak Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut,

etnis Tionghoa yang berada di Indonesia dan pemerintah Indonesia berusaha untuk

13Chang Yau Hoon, Identitas Tionghoa Pasca Soeharto: Budaya, Politik dan Media, (Jakarta,Yayasan Nabil dan LP3ES, 2012), hlm.xxxviii.

14Afthonul Afif,Identitas Tionghoa Muslim Indnonesia: Pergulatan Mencari Jati Diri,(Depok: Kepik, 2012), hlm. 35.

15Leo Suryadinata,Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia, (Jakarta: Gramedia,1988),hlm.97.

Page 21: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

6

menghilangkan semua sentimen yang ada dikalangan pribumi, dengan cara

melakukan pembauran dengan masyarakat pribumi. Pada 1946 pemerintahan

Soekarno mengeluarkan kebijakan tentang masalah kewarganegaraan terhadap

kelompok minoritas ini. Bentuk kebijakan yang dikeluarkan pemerintah saat itu

berupa undang-undang kewarganegaraan yang berdasarkan pada asas ius soli.16

Dalam sistem ini seorang Tionghoa dapat menjadi warga negara Indonesia tanpa

melakukan apapun. Hal ini dikarenakan setiap etnnis Tionghoa yang lahir di

Indonesia merupakan warga negara Indonesia. UU Kewarganegaraan ini berlaku

hingga diadakannya perjanjian Dwi Kewarganegaraan antara Indonesia dengan

Repubik Rakyat Cina pada 1955.17 Perjanjian Dwi Kewarganegaraan ini baru

diterapkan pada 1960.18

Situasi politik di Indonesia berubah secara drastis saat terjadi peristiwa

berdarah Gerakan 30 September 1965 (G 30 S). Berbekal Surat Peritah 11 Maret atau

yang sering kita sebut dengan SUPER SEMAR, Letnan Jendral Soeharto

membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dianggap bertanggung jawab

atas peristiwa tersebut, peralahan tapi pasti posisi Soekarno digantikan oleh

Soeharto.19 Pada G 30 S/PKI etnis Tionghoa diindikasikan ikut terlibat dalam

peristiwa tersebut, hal dikerenakan Cina kala itu merupakan negara yang menganut

16Leo Suryadinata, Dilema Minoritas Tionghoa,(Jakarta: Grafiti Pers. 1984), hlm.116.17Prof. Mr. Dr.s Gautama, Warganegara dan Orang-Orang Asing Berikut 42 Peraturan dan

Contoh,(Bandung: Alumni,1975),hlm.121-128.18Isi perjanjian Dwikenegaraan dapat dilihat selengkapnya dalam Prof. Mr. Dr.s Gautama,

Warganegara dan Orang-Orang Asing Berikut 42 Peraturan dan Contoh, hlm.185.19Cosmas Batubara, Sejarah Lahirnya Orde BaruHasil dan Tantangannya, (Jakarta;

Prahita,1986), hlm.27.

Page 22: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

7

sistem komunis. Sehingga pada awal pemerintahannya, Soeharto dengan segera

mengeluarkan kebijakan-kebijakan yeng berkaitan dengan etnis Tionghoa di Indonsia

terutama terkait masalah pembauran. Salah satunya mengeluarkan Intruksi Presiden

No.14/1967 tentang agama, kepercayaan, dan adat istiadat Cina tanggal 6 Desember

1967.20 Dalam Instruksi Presiden tersebut, semua hal yang berhubungan dengan Cina

yang bisa mengakibatkan terhambatnya proses pembauran seperti perayaan tahun

baru Cina, dilarang. Dengan demikian dapat dikatakan semenjak berkuasa, presiden

Soeharto pada saat itu berusaha untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang

mempercepat proses asimilasi demi tercapainya kedamaian di masyarakat pasca

peristiwa G 30 S.

Oleh sebab itu, etnis Tionghoa yang berada di Indonesia berusahauntuk

berasimilasi, mereka tidak segan-segan mengganti nama Tionghoa menjadi nama

Indonesia atau pun dengan cara memeluk agama Islam sebagai agama mayoritas yang

dipeluk oleh pribumi. Hal ini menunjukan bahwa mereka serius dalam mengatasi

sentimen negatif yang berkembang di masyarakat, serta agar bisa diterima secara utuh

sebagai bagian dari masyarakat Indonesia itu sendiri.

Menurut Leo Suryadinata, beberapa orang Tionghoa memeluk agama Islam

karena alasan praktis. Misalnya usahawan akan lebih mudah membuka usaha atau

menjalankan usaha mereka karena ketika masuk Islam, karena akan lebih mudah

diterima masyarakat pribumi yang mayoritas Islam. Atau tertarik terhadap Islam

20 Stuart W Grief, WNI Problematik Orang Indonesia Asal Cina, (Jakarta: Pusaka UtamaGrafiti, 1991), hlm. xvii-xviii.

Page 23: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

8

karena hubungan erat mereka dengan sahabat-sahabat muslim pribumi mereka.21

Namun terlepas dari pendapat tersebut, tidak sedikit pula yang masuk Islam

dikarenakan hubungan yang kuat dan tidak mengenal perbedaan suatu ras atau

golongan sesama muslim dalam Islam yang membuat mereka lebih memilih agama

yang dianut oleh mayoritas masyarakat Indonesia.

Menurut Junus Jahja, dengan etnis Tionghoa memeluk agama Islam dilihat

sebagai tindakan atau penyempurnaan terakhir dan final dari proses pembauran.22

Untuk itu, demi mengenalkan Islam kepada etnis Tionghoa dan menjaga

keimananorang-orang Tionghoa yang baru memeluk agama Islam, maka didirikanlah

suatu organisasi atau lembaga yang kemudian dikenal dengan Persatuan Islam

Tionghoa Indonesia atau yang disingkat PITI pada tahun 1961.23

PITI merupakan gabungan dari dua organisasi muslim sebelumnya, yaitu

Persatuan Islam Tionghoa (PIT) dan Persatuan Tionghoa Muslim (PTM). Persatuan

Islam Tionghoa oleh Yap A Siong di Medan, dan Persatuan Tionghoa Muslim

didirikan oleh Kho Goan Tjin di Bengkulu.24 Penggabungan ini diakukan karena sifat

kedua organisasi ini masih bersifat kedaerahan, sehingga pengaruh kedua organisasi

ini masih belum dirasakan oleh seluruh masyarakat Tionghoa muslim di Indonesia

pada saat itu. Kala itu ketua PP Muhammadiyah, H. Ibrahim memberikan saran

21Leo suryadinata, Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia,(Jakarta: Gramedia, 1988).hlm.95

22 Junus Jahja,Islam Dimata WNI, hlm.1523Afthonul Afif,Identitas Tionghoa Muslim Indnonesia: Pergulatan Mencari Jati Diri,

hlm.92.24 Benny G Setiono, Tionghoa Dalam Pusaran Politik,(Jakarta: Trans Media Pustaka, 2008),

hlm.81.

Page 24: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

9

kepada Abdul Karim bahwa tidak ada organisasi yang secara khusus meyebarkan

agama Islam di kalangan etnis Tionghoa, sehingga Abdul Karim Oei mengusulkan

untuk menggabungkan dua organisasi Islam yang sudah telebih dahulu berdiri yaitu

Persatuan Islam Tionghoa dan Persatuan Tionghoa Muslim untuk menjadi satu

organisasi yang di namakan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia di Jakarta pada 14

April 1961.25 Pasca peristiwa G 30 S, PITI mengubah nama menjadi Pembina Iman

Tauhid Islam dari sebelumnya Persatuan Islam Tionghoa Indonesia. Respon ini

dilakukan karena adanya kebijakan pemerintah Orde Baru yang saat itu sedang

menggalakan kebijakan politik anti Cina.26

Seperti yang sudah dikemukakan diatas, bahwasanya lahirnya PITI sebagai

suatu wadah Muslim Tionghoa di Indonesia tidak lepas dari peran Haji Karim Oei

sebagai tokoh sentral. Haji Karim Oei atau Haji Abdul Karim lahir di Padang Panjang

pada 6 Juni 1905 dengan nama Tionghoa Oei Tjeng Hien. Pada 1929 ia masuk Islam,

sesuatu yang sangat langka di kalangan Tionghoa pada saat itu. Karena ketaatannya ia

kemudian diangkat sebagai Konsul Muhammadiyah untuk wilayah Bengkulu dan

salanjutnya untuk seluruh wilayah Sumatra Selatan. Selain aktif dalam bidang

dakwah terlihat dengan posisinya yang cukup strategis di Muhammadiyah Sumatra

25Mustopa, Islam dan Pembaruan: Studi Mengenai Tionghoa Muslim di Jakarta, (Tesis,UI:2006), hlm.26-27.

26Afthonul Afif,Identitas Tionghoa Muslim Indnonesia, hlm.107.

Page 25: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

10

Selatan, ia juga seorang pebisnis yang sukses dan juga politisi yang ulung. Tercatat ia

pernah menjadi anggota DPR dan anggota Konstituante.27

Setelah H. Abdul Karim Oei meninggal pada 1988, para pengikutnya

kemudian mendirikan sebuah yayasan bernama Yayasan Haji Karim Oei (yang

selanjutnya akan disebut menjadi YHKO) yang didirikan pada 19 april 1991 dengan

tujuan untuk menyebarkan agama Islam dikalangan etnis Tionghoa, mendekatkan

Islam dengan etnis Tionghoa, dan memberikan pendampingan bagi orang Tionghoa

yang baru masuk Islam.28 Penggunaan nama Haji Karim Oei pada Yayasan ini

ditujukan untuk mengenang jasa dan kontribusinya dalam upaya dakwah Islam

dikalangan etnis Tionghoa.

Yayasan Karim Oei terletak di jalan Lautze no.89 Pasar Baru, Jakarta

Pusat.Yayasan ini berdiri dikawasan yang biasa disebut pecinan, artinya daerah yang

banyak dihuni oleh warga etnis Tionghoa. Tidak jauh dari lokasi berdirinya Yayasan

Haji Karim Oei ini berdiri pula beberapa Vihara yang letaknya berdekatan satu sama

lain, yaitu Vihara Tunggal Darma, Vihara Venuvana, Vihara Tri Ratna, dan Vihara

Buddhayana.29 Keberadaan Yayasan Haji Karim Oei di tengah-tengah pemukiman

Tionghoa ini dimaksudkan agar Yayasan Haji Karim Oei sebagai media untuk

mengenalkan Islam kepada warga Tionghoa disekitarnya lebih efektif. Oleh karena

27Junus Jahja, Peranakan Idealis: Dari Lie Eng Hok Sampai Teguh Karya, (Jakarta:Kepustakan Populer Gramedia,2002), hlm.22.

28Afthonul Afif,Identitas Tionghoa Muslim Indnonesia, hlm.108.29Mustopa, Islam dan Pembaruan: Studi Mengenai Tionghoa Muslim di Jakarta, hlm.54

Page 26: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

11

itu selain berdiri di daerah pecinan, Yayasan ini juga mendekorasi eksterior dan

interior bangunannya bergaya khas Tionghoa.

Oleh karena itu pemilihan topik mengenai etnis Tionghoa Indonesia, yang

mengerucut pada muslim Tionghoa di Jakarta merupakan pembahasan yang cukup

menarik untuk dikaji lebih dalam lagi. Dalam penelitian ini, penulis mencoba

mengangkat peran Yayasan Haji Karim Oei dalam upaya penyebaran agama Islam

dikalangan etnis Tionghoa khususnya di Jakarta.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini saya akan membatasi pembahasannya pada fokus

“Muslim Tionghoa di Jakarta” dengan melihat pada peran Yayasan Haji Karim Oei

sebagai suatu wadah dakwah Islam bagi masyarakat muslim Tionghoa di Jakarta

antara 1991-1998. Secara temporal saya mengambil rentang tahun tersebut karena,

pada 1991 adalah awal berdirinya Yayasan Haji Karim Oei, sedangkan 1998

peristiwa kerusuhan yang menyasar etnis Tionghoa sebagai objek kerusuhan pada

saat itu yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap aktifitas dakwah yayasan

ini.

Adapun perumusan masalah penelitian ini dapat diuraikan dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah muslim Tionghoa dari sejak kedatangannya ke Indonesia

sampai tahun 1990-an?

2. Bagaimana keberadaan muslim Tionghoa di Jakarta antara tahun 1991-1998?

Page 27: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

12

3. Bagaimana sejarah berdirinya Yayasan Haji Karim Oei dan peranannya dalam

perkembangan agama Islam di kalangan masyarakat Tionghoa di Jakarta?

Pertanyaan-pertanyaan di atas akan penulis jawab dalam uraian dan analisis

yang didasarkan pada sumber-sumber yang penulis gunakan.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitan

Penelitian ini bertujuan pertama, mengetahui peran Yayasan Haji Karim Oei

dalam penyebaran agama Islam di Jakarta khususnya pada masyarakat Tionghoa.

Kedua, untuk mengetahui metode yang dilakukan serta peranan Yayasan Haji Karim

Oei dalam dakwah Islam di Jakarta.

Adapun dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Untuk kepentingan Ilmu pengetahuan sebagai sumbangan sejarah Islam di

Indonesia

2. Mengetahuam keberadaan muslim Tionghoa di Jakarta khususnya antara

tahun 1991-1998 melalui peran Yayasan Haji Karim Oei dalam penyebaran

agama Islam khususnya pada masyarakat Tionghoa.

3. Memberikan wawasan kesejarahan tentang muslim Tionghoa di Indonesia

khususnya di Jakarta.

D. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka sangat diperlukan dalam suatu penelitian, untuk mengetahui

sejauh mana penelitian yang relevan dengan topik telah dilakukan, di samping untuk

memperkaya data.

Page 28: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

13

Buku Afthonul Afif yang berjudul “Identitas Tionghoa Muslim Indnonesia”,

buku ini secara umum menjelaskan kondisi yang dialami etnis tionghoa dalam hal

sosial politik, terdiri dari beberapa bagian yaitu jaman Kolonial, Orde Lama, Orde

Baru hingga masa Reformasi, akan tetapi lebih spesifik menjelaskan tentang kondisi

muslim Tionghoa di masa reformasi dan perjuangannya dalam mencari identitas

sebagai warga negara Indonesia yang diakui masyarakat. Buku ini sangat berguna

bagi penulisan skipsi ini, khususnya pada bab I dan II. Untuk menjelaskan tentang

kondisi Muslim Tionghoa pasca orde baru.

Buku selanjutnya ditulis oleh Leo Suryadinatayang berjudul Dilema Minoritas

Tionghoa dan Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia. Buku yang pertama

menjelaskan tentang situasi dan kondisi politik yang dialami etnis Tionghoa pada

zaman Orde Lama dan Orde Baru. Dimana etnis Tionghoa pada saat itu mengalami

tekanan sosial politik yang cukup berat, terutama pada masa Orde Baru. Sedangkan

buku kedua menjelaskan tentang kondisi sosial budaya yang di hadapi etnis Tionghoa

pada jaman Orde Baru. Dimana pada masa pemerintahan Presiden Soeharto etnis

Tionghoa tidak hanya mengalami tekanan dari sisi sosial politik saja, namun

kebudayaan mereka dipaksa untuk dihilangkan salah satu contohnya pelarangan

penggunaan nama Tionghoa dan perayaan hari besar Imlek. Buku ini juga sangat

berguna bagi penulis, khususnya pada bab II skipsi ini. Untuk mengetahui masalah-

masalah yang dihadapi etnis Tionghoa Indonesia pada masa orde baru.

Selain buku-buku di atas terdapat beberapa karya hasil penelitian skripsi

maupun tesis tentang muslim tionghoa. diantaranya skripsi yang ditulis oleh Nia

Page 29: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

14

Paramita dari Universitas Indonesia yang berjudul “Pembina Iman Tauhid Islam

(PITI) Sebagai wadah asimilasi etnis Tiongoa di Indonesia”. Skripsi tersebut

membahas peran PITI sebagai wadah asimilasi atau pembauran warga Tionghoa di

Indonesia pada masa Orde Baru namun tidak sama sekali tidak membahas tentang

Yayasan Haji Karim Oei sebagai salah satu sarana yang di pakai muslim Tionghoa

untuk berdakwah. Karena skripsi tersebut membatasi tahun penelitan dari 1961-1987.

Adapun Tesis yang berjudul: “Islam dan Pembauran: Suatu Studi Mengenai

Tionghoa Muslim di Jakarta”, karya Mustopa dari Universitas Indonesia. Tesis ini

membahas upaya pembauran yang dilakukan etnis Tionghoa, dan interaksi sosial

yang terjadi antara muslim Tionghoa dengan pribumi di Jakarta. Objek penelitian

dalam Tesis ini adalah Masjid Lautze Yayasan Haji Karim Oei sebagai tempat

observasi penelitian. Namun tidak membahas tentang sejarah berdiri hingga peran

Yayasan Haji Karim Oei dalam upaya mengenalkan Islam atau berdakwah ke etnis

Tionghoa di Jakarta. Hasil karya tulis dari para mahasiswa Universitas Indonesia ini

oleh penulis digunakan untuk bahan perbandingan penelitian, agar terhindar dari

plagiarisme.

Karya-karya tersebut pada dasarnya membahas tentang muslim Tionghoa,

namun tidak satu pun yang membahas tentang Yayasan Haji Karim Oei sebagai

sarana dakwah Muslim Tionghoa. Hal tersebut merupakan celah kajian penting bagi

peneliti, sebab hal tersebut mejadi tantangan penulis untuk mengungkapkan peran

Yayasan Haji Karim Oei sebagai sarana Dakwah Muslim Tionghoa di Jakarta.

Page 30: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

15

E. Metode Penelitian

Metode yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode

sejarah, yaitu untuk menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan

masa lampau,30dan menggunakan pendekaan sejarah sosial kontemporer. Metode ini

diharapkan dapat membantu untuk mengetahui fakta dan sejarah pada masa lampau,

sedangkan dalam penelitiannya terdapat 4 tahapan,31 di antaranya adalah heuristik,

kritik, interpretasi, dan historiografi.

Tahap pertama Heuristik, yaitu proses pencarian dan penemuan sumber data.

dalam tahap ini peneliti mendapatkan data atau sumber primer hasil observasi dan

wawancara langsung terhadap orang-orang yang terkait dengan Yayasan Haji Karim

Oei, separti pengurus Yayasan atau Organisasi seperti Yayasan Karim Oei, Persatuan

Islam Tionghoa Indonesia (PITI), dan Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Peneliti juga mendapatkan data berupa arsip-arsip dan majalah-majalah atau koran

yang berkaitan tentang etnis Tionghoa pada masa orde baru. Data-data tersebut

penulis dapatkan dari Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Perpustakaan

Nasional (PNRI) dan perpustakaan Yayasan Haji Karim Oei yang berhubungan

dengan etnis Tionghoa. Selain itu peneliti juga mendapatkan data sekunder berupa

buku dan jurnal dari beberapa perpustakaan dan situs media online yang terkait

dengan tema penelitian ini.

30Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (UI Pres: 1975) hlm. 3231Dudung Abdurahman, Metode Penitian Sejarah, (Logos. Jakarta 1999) hlm. 54

Page 31: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

16

Tahap kedua adalah Kritik Sejarah, yaitu proses penyeleksian sumber.

Seluruh data baik sekunder dan primer akan diseleksi kebenaran dan objektivitasnya.

Jika dipastikan bahwa sumber-sumber tersebut mengandung fakta terpercaya dan bisa

dipertanggungjawabkan kebenarannya, maka tahap selanjutnya adalah Interpretasi

atau yang sering disebut juga dengan analisis sejarah tujuaannya agar data yang ada

dapat digunakan untuk menjelaskan tema kajian penelitan ini sesuai dengan

permasalahan yang dibuat. Setelah itu pada tahap terakhir adalah Historiografi atau

penulisan sejarah. Yaitu proses penulisan hasil penelitian dengan cara merekonstruksi

peristiwa yang terjadi di masyarakat dalam hal ini terkait dakwah Islam yang

dilakukan oleh muslim Tionghoa di Jakarta 1991-1998 berdasarkan sumber data yang

diperoleh yang kemudian disajikan dalam bentuk deskriptif analisis.

F. Sistematika Penulisan

Penulis akan membagi penulisan skripsi ini dalam lima bab, dan masing-

masing bab tediri dari beberapa bab sebagai berikut:

Bab I: Meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BabII: Menuliskan tentang sejarah Muslim Tionghoa di Indonesia mulai dari awal

kedatangan muslim Tionghoa ke Indonesia hingga masa Orde Baru, dan menjelaskan

keadaan muslim Tionghoa 1991 hingga 1998 beserta aktifitasnya baik ekonomi dan

dakwah sosialnya.

Page 32: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

17

Bab III: Menjelaskan tentang profil Yayasan Haji Karim Oei (YHKO), sejarah

berdirinya YHKO, hingga struktur kepengurusan di YHKO.

Bab IV: Peranan Yayasan Haji Karim Oei sebagai wadah dakwah muslim Tionghoa

di Jakarta yang meliputi kegiatan dan aktifitas yang dilakukan YHKO, metode

dakwah yang digunakan, serta peranannya.

Bab V:Kesimpulan

Page 33: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

18

Page 34: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

19

BAB II

SEJARAH MUSLIM TIONGHOA DI INDONESIA

A. Awal Kedatangan Muslim Tionghoa ke Indonesia hingga Masa Orde Baru

(1407-1990)

Perkembangan muslim Tionghoa di Nusantara sudah terjadi sejak zaman

Kerajaan Hindu-Buddha. Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia diperkirakan

melalui jalur perdagangan dengan pedagang Arab dan Persia. Selain menjalin

hubungan dagang dengan saudagar Arab dan Persia, Nusantara juga menjalin

hubungan dagang dengan Cina. Para pedagang Cina yang datang ke Nusantara pada

saat itu berasal dari Cina bagian selatan (Hangzhou, Guangzhou, Yangzhou), dan

kawasan tersebut sejak awal abad ke-9 merupakan daerah komunitas muslim di

Cina.32

Persentuhan Islam dengan Tiongkok diperkirakan sudah terjadi pada

pertengahan abad ke-7 M, yang ketika itu di jazirah Arab Islam berada di bawah

kepemimpinan Ustman Bin Affan 577-656 M (Khalifah ketiga). Saat itu Saad Ibn

Abu Waqqas diutus oleh Utsman Bin Affan ke Cina pada 651 M untuk menghadap

kaisar Yong Hui dikota Changan dimana pada saat itu Tiongkok di bawah

pemerintahan Dinasti Tang (618-905M) dengan misi memberi teguran kepada kaisar

Yong Hui agar tidak turut campur dalam masalah peperangan antara pasukan Islam

32Ong Hok Ham, Riwayat Tionghoa Peranakan Jawa (Cet ke-2), (Depok: Komunitas Bambu,2009), hlm.89.

Page 35: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

20

dan Persia.33 Pendapat lain mengungkapkan bahwa Islam sudah dikenal di Cina sejak

masa Rasulullah. Persentuhan pertama ini dibawa oleh sahabat Rasulullah Saw yaitu

Sa’ad Ibn Lubaid. Perihal kedatanggannya dikarenakan pada masa itu umat Islam

Hijrah ke Ethiopia untuk pertama kali, namun Sa’ad kurang nyaman dengan pola

kehidupan di Ethiopia. Oleh karena itu ia berlayar menumpang dengan para pedagang

dari Persia dan akhirnya berlabuh di Kanton sebuah pusat perdagangan di wilayah

Cina saat itu.34

Di Tiongkok Islam mengalami perkembangan yang sangat pesat pada masa

pemerintahan Dinasti Ming (1368-1644). Melihat besarnya kontribusi Tionghoa

muslim dalam menggulingkan Kerajaan Yuan yang akhirnya berdiri Dinasti Ming,

maka pada kekaisaran pertama Dinasti Ming banyak di angkat jendral-jendral

terkenal yang beragama Islam naik tahta. Jendral-jendral tersebut antara lain, Chang

Yuchun, Mu Ying, Hu Dahai, dan Lan Yu.35 Bahkan ada yang berpendapat bahwa

Dinasti Ming saat itu adalah Dinasti Islam di Cina karena untuk pertama kalinya

seorang ratu Kaisar Chu Yuan Chang (Kaisar pertama dinasti Ming) yakni Emprass

Ma Hoe adalah Muslimah.36

Pada abad ke-15 di masa pemerintahan Dinasti Ming, orang-orang Tionghoa

dari Yunnan mulai berdatangan ke Nusantara. Kedatangan orang-orang Tionghoa ini

tidak lepas dari ekspedisi Laksamana Cheng Ho atau Sam Po Kong (1405-1433) yang

33 Kong Yuan Zhi, Muslim Tionghoa Ceng Ho, (Jakarta: Pustaka Popular Obor, 2000),hlm.273.

34 Sachiko Murata, Gemerlap Cahaya Sufi dari Cina, (Jakarta: Pusaka Sufi, 2003), hlm.19.35Kong Yuan Zhi, Muslim Tionghoa Ceng Ho, hlm.48.36Ibrahim Ying Ma, Perkembangan Islam di Tiongkok, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm.7.

Page 36: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

21

mengemban tugas dari Kaisar Yung Lo (1403-1424) yang memerintah pada Dinasti

Ming untuk membangun hubungan politik dan perdagangan ke Nusantara. Menurut

ahli sejarah dari China bernama Zhan Zhin Xi, selama pelayaran dengan misi utama

membangun hubungan diplomatik terutama dalam bidang ekonomi ke Nusantara,

Cheng Ho juga memanfaatkan waktunya untuk menyebarkan agama Islam di tempat

yang disinggahinya.37

Ekspedisi pertama laksamana Cheng Ho terjadi pada 1405 dengan tujuan

Samudera Pasai. Laksamana Cheng ho bertemu sultan Samudera Pasai, Zainal Abidin

Bahian Syah untuk menjalin hubungan politik dan ekonomi.38 Setelah hubungan

antara Tiongkok dan Samudera Pasai terjalin dengan baik, semakin banyak saudagar

Tionghoa yang datang ke Pasai, dan tidak sedikit pula orang-orang Tionghoa yang

memeluk agama Islam. Peninggalan Cheng Ho di Samudera Pasai berupa lonceng

raksasa yang bernama Cakradonya hingga kini masi bias kita lihat di Museum Banda

Aceh.39 Pada 1407 Dinasti Ming kembali melakukan ekspansi dengan misi untuk

merebut Kukang (Palembang) dari para perampok Tionghoa non Islam dari Hokkian

yang marak terjadi saat itu.40 Salah satu perompak terkenal asal Hokkian bernama

Cen Tsu Yi berhasil ditangkap, lalu ia dihukum pancung di Peking pada 1408.

Hukum pancung yang diberikan kepada Cen Tsu Yi merupakan salah satu peringatan

dari Kaisar Yung Lo untuk orang-orang Tionghoa Hokkian di seluruh Nanyang agar

37Kong Yuan Zhi, Muslim Tionghoa Ceng Ho, hlm.xviii.38Selamet Mulyana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam

di Nusantara, (Yogyakarta: LkiS, 2005), hlm.84.39Kong Yuan Zhi, Muslim Tionghoa Ceng Ho, hlm. 53.40H. J. De Graaf, Cina Muslim di Jawa Abad XV dan XVI: Antara Histotitas dan Mitos, hlm.4

Page 37: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

22

tidak ada lagi aksi peompakan serupa di Kukang karena bisa membuat hubungan

bilateral yang sedang dibangun oleh Dinasti Ming di Nusantara menjadi hancur. Di

Kukang (Palembang) sendiri telah ada komunitas Cina muslim bermazhab Hanafi

pertama di kepulauan Indonesia.41

Selain peran Cheng Ho sebagai muslim Tionghoa dalam perkembangan

agama islam di Indonesia, tidak lepas pula peran besar dari para Wali Songo dalam

penyebaran agama Islam di tahan Jawa pada khususnya. Beberapa sejarawan

menganggap beberapa Wali Songo merupakan keturunan Tionghoa. Sebagai contoh

Sunan Ampel alias Raden Rahmat adalah seorang Tionghoa yang memiliki nama asli

Bong Swi Hoo, beliau adalah anak dari Syekh Maulana Ibrahim Samargandi yang

menikah dengan Dewi Candrawulan yang merupakan anak dari penguasa Champa

bernama Bong Tak Keng (1413-1446). Sunan Ampel menikah dengan Ni Gede

Manila yang merupakan anak dari seorang Kapten Cina yang bernama Gan Eng Yu

dengan perempuan pribumi yang berkedudukan di Tuban, perkawinan tersebut

melahirkan keturunan peranakan bernama Boang Nang alias Sunan Bonang.42

Bahkan menurut Pramoedya Ananta Toer, Sunan Kali Jaga merupakan keturunan

Tionghoa. sunan kali jaga yang selama ini dikenal sebagai anak Adipati Tuban Arya

Teja Tumenggung Wilwatika, menurutnya merupakan anak dari Brawijaya raja

Majapahit yang menikah dengan seorang putri Cina muslim bernama Retna Subanci

41 Graaf, Cina Muslim di Jawa Abad XV dan XVI, hlm.542Selamet Mulyana, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam

di Nusantara, (Yogyakarta: LkiS), hlm. 84-86

Page 38: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

23

anak dari Babah Bantong alias Tan Go Hwat. Seperti dalam penjelasannya sebagai

berikut:

“Babah Bantong adalah Tionghoa Islam, nama sebenarnya Tan GoHwat. Benar anaknya (Retna Subanci) telah diselir oleh SriBaginda Bhra Wijaya, tetapi anak babah Bantong dikaruniakanoleh Sri Baginda kepada Adipati Tuban dan anak yangdilahirkannya di Tuban itu bernama Jaka Seca (Sunan KaliJaga)”.43

Fakta sejarah bahwa Sunan Kali Jaga lebih membela Demak dibandingkan

dengan Tuban karena Demak adalah rezim Cina, merupakan alasan yang memperkuat

pendapat yang di uatarakan Pram dalam bukunya. Pendapat Pram memang berlawan

dan sangat berbeda dengan historiografi lokal Jawa seperti Babad Tanah Djawi, Serat

Kanda, juga Tembang Babad Demak. Dalam teks-teks tersebut, Sunan Kali Jaga

adalah anak kandung dari Adipati Tuban, Arya Teja bukan anak Brawijaya dari Putri

Cina yang dititipkan kepada Arya Teja. Namun sebaliknya, dalam Babad-babad

tersebut disebutkan bahwa anak Brawijaya dari putri Cina bernama Sio Ban Chi anak

dari Syekh Bentong bernama Jin Bun atau Raden Fatah.44 Oleh Brawijaya, Sio Ban

Chi yang sedang hamil diserahkan kepada Arya Damar raja muda Palembang bukan

Arya Teja, dan di sanalah Raden Fatah dilahirkan. Berdirinya Kesultanan Demak juga

tidak lepas dari peran yang cukup besar dari orang-orang Tionghoa. Mengingat

43Pramoedya Ananta Toer, Arus Balik : Sebuah Epos Pasca Kejayaan Nusantara di AwalAbad ke-16, (Jakarta, Hasta Mitra, 2002), hlm.367.

44Sumanto Al-Qurtubbi, Islam di Tiongkok dan China Muslim di Jawa Pada Masa Pra-Kolonial Belanda, lihathttp://jurnal.elsaonline.com/?p=97 , diakses pada 21 Mei 2016.

Page 39: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

24

Raden Fatah sebagai Sultan atau raja pertama Kesultanan Demak (1475-1507) adalah

keturunan Cina dari darah ibunya dengan nama Tionghoa Jin Bun.45

Pengaruh muslim Tionghoa terhadap perkembangan Islam di Indonesia

khususnya di Jawa tidak bisa dipandang sebelah mata, ini dibuktikan juga dengan

berbagai peninggalan yang menunjukan adanya pengaruh Tionghoa yang cukup kuat

sehingga menimbulkan sebuah alkuturasi kebudayaan antara Tionghoa, Islam, dan

Jawa. Alkuturasi Tionghoa, Islam, dan kebudayaan Jawa bisa kita lihat dari segi

arsitektur. Contohnya adalah ukiran padas di masjid kuno Mantingan Jepara, menara

masjid di pecinan Banten, Kontruksi pintu makam sunan Giri di Gersik, kontruksi

masjid Demak terutama bagian soko tatal penyangga masjid berserta lambang

kurakura, dan konstruksi masjid Sekayu di Semarang.46 Peninggalan lainnya yang

berada di Jakarta ialah Masjid Angke yang terletak di Kebon Jeruk yang didirikan

pada 1761 oleh Tamiem Dosol dan Nyonya Tan. Masjid ini sangat kental akan

arsitektur Chinaanya, mulai dari bentuk pintu masuk, mimbar dan ujung-ujung atap

yang juga menyerupai atap-atap pagoda atau klenteng yang berasal dari Tiongkok.

Selain itu, bedug-bedug masjid di daerah utara pesisir Jawa juga menyerupai bedug-

bedug yang biasa tergantung di serambi klenteng.47 Adanya aktifitas masyarakat

Tionghoa di daerah tersebut sehingga dimungkinkan adanya kontak sosial dalam hal

pembangunan masjid atau pertukaran barang-barang budaya.

45Sumanto Al-Qurtubbi, Arus Cina Islam Jawa, (Yogyakarta, Inspeal Press, 2003), hlm.214.46Sumanto Al-Qurtubbi, Islam di Tiongkok dan China Muslim di Jawa Pada Masa Pra-

Kolonial Belanda, di akses pada 21 mei 2016.47Amin Budiman, Masyarakat Islam Tionghoa di Indonesia, (Semarang: Tanjung Sari, 1979),

hlm. 38.

Page 40: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

25

Proses asimilasi dan keharmonisan antara pribumi dengan etnis Tionghoa

mengalami kemunduran yang cukup siginifikan oleh beberapa peristiwa.

Diantaranya, ketika Kesultanan Demak yang dikenal memiliki kedekatan dengan

etnis Tionghoa dikarenakan sultan pertamanya merupakan keturunan Tionghoa

mengamali keruntuhan pada 1549 akibat dari konflik internal kesultanan. Ketika

terjadi masa transisi pemerintahan dari kesultanan Demak hingga berdirinya

Kesultanan Mataram 1588 etnis Tionghoa merasa kehilangan tempat. Sikap

Kesultanan Mataram pada saat itu dianggap etnis Tionghoa tidak berpihak kepada

mereka menjadi penyebab berubahnya sikap loyalitas mereka kepada pihak

Belanda.48

Migrasi besar-besaran etnis Tionghoa ke Nusantara yang terjadi pada masa

VOC membuat populasi penduduk etnis Tionghoa semakin banyak dan sulit

dikendalikan. Migrasi ini didominasi oleh orang-orang Hokkian dan Yunan sebagai

pelarian menghindari bangsa Manchu. Pada saat itu di Tiongkok sedang terjadi

pemberontakan oleh bangsa Manchu kepada dinasti Ming yang terjadi pada tahun

1616-1644, yang pada akhirnya dinasti Ming mengalami keruntuhan dan berdiri

imperium baru yaitu Dinasti Qing (1644-1911). Dalam pemberontakan dan masa

transisi pemerintahan tersebut diperkirakan 25 juta penduduk tewas dan jutaan

penduduk lainnya bermigrasi ke berbagai penjuru negeri, termasuk ke Nusantara.49

Sebagai gambaran besarnya gelombang migrasi etnis Tionghoa pada saat itu, pada

48Teguh Setiawan, Tionghoa Indonesia : Cina Muslim dan Runtuhnya Republik Bisnis.(Jakarta: Republika, 2012), hlm.31.

49Abdul Karim, Islam di Asia Tengah, (Yogyakarta: Bagaskara, 2006) hlm. 47

Page 41: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

26

1619 etnis Tionghoa yang ada di Batavia hanya berjumlah 400 jiwa meningkat

menjadi 2000 jiwa pada 1629, dan pada 1725 melonjak tajam menjadi 10.000 jiwa.50

Walaupun pada saat itu pemerintah VOC telah memberlakukan peraturan yang sangat

ketat dengan hanya memperbolehkan satu perahu yang membawa para imigran tidak

lebih dari 100 orang saja. Berikut gambaran jumlah etnis Tionghoa di Jawa masa

Hindia Belanda:

Tabel 1: Perkembangan Jumlah Etnis Tionghoa di Pulau Jawa51

Wilayah 1815 1920 1930 1972 1983Banten 628 4.545 7.823 60.974 81.452Batavia 52.394 97.870 149.225 20.432 37.767Bogor 2.633 24.748 37.577 89.872 81.871

Priangan 180 14.093 33.003 42.474 37.314Jawa Barat 58.178 167.751 259.718 329.381 360.934

Semakin banyaknya etnis Tionghoa pada masa itu membuat VOC merasa

kekuasaannya terancam, etnis Tionghoa yang sudah dianggap anak emas dan

memiliki peran strategis dalam bidang ekonomi semakin mendominasi. Hal ini

membuat kekuasaan VOC di Nusantara terancam disebabkan munculnya berbagai

konflik antara etnis Tionghoa dengan Pribumi, seperti pada 1740 terjadi Kerusuhan

etnis Tionghoa di Jakarta dengan pribumi. Kerusuhan ini disebabkan ketidakpuasan

masyarakat pribumi terhadap pemerintah Belanda pada waktu itu yang dianggap berat

sebelah terhadap etnis Tionghoa. Pada saat itu pribumi melakukan pembantaian

50Hembing Wijayakusuma, Pembantaian Masal 1740 : Tragedi Berdarah Angke. hlm.7851 Raffles, I, 1978:II Volkstelling 1930, VIII, 1936: 164-166: sensus 1972 dalam Edi S.

Ekadjati, Kebudayaan Sunda: Suatu Pendekatan Sejarah Jilid I, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), Hlm.42.

Page 42: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

27

terhadap etnis tionghoa yang mereka temui, membakar rumah-rumah, gudang-gudang

logistik, dan melakukan penjarahan terhadap aset-aset yang dimiliki etnis tionghoa di

batavia. Pada peristiwa ini Hembing menyebutnya dengan tragedi Chinezenmood

(pembantaian orang-orang Cina/Tionghoa).52 Setelah peristiwa Chinezenmood untuk

mengatasi gelombang migrasi yang cukup besar etnis Tionghoa pada masa itu, VOC

memberlakukan kebijakan dan memberikan pengawasan yang sangat ketat terhadap

para imigran serta pedagang-pedangang Tionghoa. Bagi para imigran Tionghoa yang

baru datang dan hendak tinggal di Batavia mereka diharuskan memiliki izin khusus

yang dikeluarkan oleh VOC.

Selain kebijakan migrasi, VOC juga memisahkan pemukiman Tionghoa

muslim dengan yang non muslim serta memberlakukan kebijakan cukur rambut untuk

etnis Tionghoa muslim. Dalam dokumen-dokumen VOC etnis Tionghoa yang telah

menjadi muslim disebut dengan “geschoren cinezeen” artinya orang-orang Tionghoa

cukuran.53 Peraturan-peraturan yang diberlakukan VOC ini dimaksudkan untuk

memudahkan Belanda dalam membedakan etnis Tionghoa yang sudah menjadi

muslim dengan etnis Tionghoa yang non muslim dan pribumi.

Kebijakan selanjutnya adalah penerapan politik devide et impera atau politik

pecah belah.Dalam sistem politik ini VOC mengelompokkan masyarakat Indonesia

kedalam tiga golongan, yaitu: golongan atas atau pertama adalah golongan untuk

bangsa Eropa, golongan menengah atau kedua untuk bangsa pendatang dari timur

52Hembing Wijayakusuma, Pembantaian Masal 1740: Tragedi Berdarah Angke. (Jakarta:Pustaka Populer Obor, 2005), hlm.65.

53 Lance Castles, Profil etnik Indonesia, (Jakarta: Masup Jakarta, 2007), hlm. xx-xxi.

Page 43: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

28

asing (mayoritas Cina), dan golongan yang terakhir dan yang terendah adalah untuk

masyarakat pribumi. Pemberlakuan sistem ini karena VOC tidak menginginkan etnis-

etnis yang ada di negeri jajahannya, termasuk etnis Tionghoa berbaur dengan

pribumi. Ini dimaksudkan untuk mencegah segala kemungkinan munculnya

pemberontan yang bisa mengganggu stabilityas politik dan ekonomi yang sedang

dibangun VOC. Pengelompokan golongan sosial yang diberlakukan oleh VOC yang

menempatkan pribumi di golongan terakhir, sehingga muncul anggapan bahwa

pribumi sebagai masyarakat rendahan, miskin, dan bodoh, yang akhirnya secara tidak

langsung juga berpengaruh terhadap citra Islam dimata etnis Tionghoa. Ditambah lagi

dengan kepiawaian yang dimiliki etnis Tionghoa dalam bidang perekonomian jauh

melebihi kamampuan penduduk pribumi, fenomena inilah yang membuat jurang

pemisah dan sentimentil yang terjadi semakin tinggi.54

Pada 1830 pemerintahan Hindia Belanda membentuk Chiese Offcieren atau

Kapitan Cina sebagai tenaga administrasi dan penarik pajak. Mereka diberi tugas

untuk menjelaskan berbagai peraturan pemerintah Hindia Belanda kepada kaum

sebangsanya dan mengumpulkan pajak yang mereka harus bayar. Sebagai

imbalannya, mereka diberi hak monopoli atas pembuatan garam, pertambangan

timah, dan pembuatan mata uang perak.55 Walaupun terdapat diskriminasi terhadap

etnis Tionghoa muslim seperti penerapan peraturan mengenai cara berpakaian dan

54Tanti Restiasih Skober, “Orang Cina di Bandung, 1930-1960: Merajut Geliat SiasatMinoritas Cina”, hlm.1.

55 Leo Suryadinata, Politik Etis Tionghoa Indonesia 1900-2002, (Jakarta: LP3ES, 2002). hlm.121.

Page 44: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

29

gaya rambut yang berbeda, namun pemerintah Hindia Belanda dengan adil

memberikan hak monopoli dan perdagangan kepada etnis Tionghoa tanpa

memandang agama. Hal ini membuat perbedaan status sosial dan ekonomi antara

muslim Tionghoa dengan pribumi semakin besar, sehingga memunculkan

kecemburuan sosial yang akhirnya menghambat proses asimilasi antara keduanya.

Berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda tidak selalu

pro terhadap etnis Tionghoa. Keberhasilan etnis Tionghoa dalam membuat jaringan

komersial hingga kepelosok daerah membuat pemerintah Hindia Belanda khawatir,

sehingga pada 1863 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk etnis

Tionghia untuk izin perjalanan bernama passenstelsel. Kebijakan ini mengatur etnis

Tionghoa yang akan berpergian selama beberapa hari, mereka harus mendapatkan

izin dari pemerintah Hindia Belanda dan bagi yang melanggar akan dikenakan denda

sebesar ƒ25.56 Peraturan ini dibuat agar pemerintah Hindia Belanda dapat mengawasi

dan mengontrol segala aktifitas perdagangan etnis Tionghoa dan mendapatkan

keuntungan dari aktifitas mereka tersebut. Pada 1900 pemerintah Hindia Belanda

kembali mengeluarkan kebijakan yang mewajibkan etnis Tionghoa untuk bermukim

di daerah tertentu dengan nama wijkenstelsel. Sistem ini dibuat bertujuan untuk

mempermudah pengawasan terhadap etnis Tionghoa. pelanggaran atas kebijakan ini

56 Ong Hok Ham. Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina, (Depok: KomunitasBambu, 2008), hlm. 146.

Page 45: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

30

akan dianggap tindakan kriminal, demikian pula pelanggaran atas ketentuan surat izin

perjalanan.57

Problematika yang dialami etnis Tionghoa tidak hanya sampai disitu. Pada

masa pergerakan kemerdekaan, masyarakat pribumi meragukan nasionalisme

Indonesia yang dimiliki oleh etnis Tionghoa. Ini terjadi akibat adanya kebangkitan

gerakan-gerakan nasionalis dan membawa spirit nasionalisme yang berorientasi ke

negri Tiongkok melibatkan orang-orang Tionghoa Indonesia. Tonggak awal

munculnya nasionalisme Tionghoa yang berorientasi ke Tiongkok di Indonesia

adalah dengan didirikannya Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) atau perkumpulan

Tionghoa pada tanggal 17 Maret 1900 di Jakarta.58

Gerakan ini lahir karena adanya perlakuan diskriminatif yang dirasakan etnis

Tionghoa dalam bidang hukum dan peradilan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia

Belanda. Sebagai contoh, dalam perkara kriminal tertuduh Tionghoa harus diadili di

Landraad (pengadilan untuk Pribumi) karena dalam aturan hukum pidana etnis

Tionghoa statusnya disamakan dengan pribumi oleh pemerintah Kolonial,walaupun

pada penerapan devide et imperaetnis Tionghoa berada di strata sosial kedua.Tujuan

utama gerakan ini adalah pengembangan ajaran Khonghucu, kebudayaan, dan tradisi

Tionghoa. Ini terlihat jelas dari bunyi pasal 2 ayat 1 dalam anggaran dasar THHK ini

yang berbunyi:

57 Ong Hok Ham. Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina, hlm.146.58Leo Suryadinata, Politik Tionghoa Peranakan di Jawa 1917-1942, (Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1986), hlm. 43.

Page 46: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

31

”Untuk mengembangkan adat-istiadat dan tradisi Tionghoa sesuaidengan ajaran-ajaran Khonghucu dan mengembangkan ilmupengetahuan terutama di bidang tulis-menulis dan bahasaTionghoa”.59

Tepat setahun kemudian THHK pada tahun 1901 mendirikan sekolah khusus

etnis Tionghoa di Jakarta dan mendidik mereka untuk menjadi nasionalis Tiongkok.

Ini bisa dilihat dari buku-buku pelajaran berbahasa Tionghoa yang digunakan pada

sekolah tersebut umumnya didatangkan langsung dari Tiongkok.60 Dalam waktu

singkat etnis Tionghoa di kota-kota lain ikut mendirikan sekolah-sekolah serupa yang

bernaung dibawah THHK, sehingga ratusan sekolah THHK berdiri diberbagai kota

dan menampung ribuan anak-anak Tionghoa.

Gerakan-gerakan yang dilakukan etnis Tionghoa dengan THHK membuat

pemerintah Hindia Belanda semakin khawatir.Berdirinya THHK telah menumbuhkan

rasa nasionalisme etnis Tionghoa di Hindia Belanda yang berkiblat ke Tiongkok yang

merupakan bagian dari Gerakan Tiongkok Raya (Gerakan Pan Tionghoa).61 Untuk

meredam pergerakan etnis Tionghoa yang semakin berkiblat ke Tiongkok, akhirnya

pemerintah Hindia Belanda mendirikan Hollandsch Chineesche School (HCS) yaitu

sekolah untuk anak-anak Tionghoa pada 1908.Sekolah ini menerapkan sistem

pendidikan Barat dengan bahasa pengantar bahasa Belanda.62 Walaupun diperuntukan

59Benny G. Setiono, Tionghoa Dalam Pusaran Politik, hlm. 306.60Leo Suryadinata, Politik Etis Tionghoa Indonesia 1900-2002, (Jakarta: LP3ES, 2002), hlm.

272.61G. William Skiner, Golongan Minoritas Tionghoa, hlm. 14.62 Benny G. Setiono, Tionghoa Dalam Pusaran Politik, hlm. 312.

Page 47: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

32

untuk anak-anak dari etnis Tionghoa, dalam penerapannya sekolah ini juga menerima

siswa dari kalangan Eropa dan pribumi, namun dengan kriteria-kriteria tertentu saja.

Selain itu, surat kabar berbahasa peranakan Tiongoa Sin Po, mendukung

nasionalisme politik Tionghoa. Ini bisa dilihat dari isi koran Sin Po yang lebih banyak

memuat berita tentang perkembangan keadaan sosial politik di negeri Tiongkok

dibandingkan dengan berita perkembangan di Hindia Belanda. Mereka mendesak

etnis Tionghoa di Hindia Belanda menarik diri dari institusi-institusi politik lokal, dan

menghimbau untuk terlibat secara aktif dalam politik di Tiongkok.63 Mereka

menginginkan kesetaraan dengan Belanda di depan hukum dan juga menuntut

pendidikan Tionghoa bagi etnis Tionghoa di Hindia Belanda.

Gerakan-gerakan yang terus terjadi hingga masa kemerdekaan Indonesia,

sehingga menimbulkan keraguan akan nasionalisme Indonesia yang dimiliki oleh

etnis Tionghoa. Untuk mengatasi masalah nasionalisme etnis Tionghoa tersebut,

pemerintah Indonesia berusaha dengan berbagai cara untuk menghilangkan semua

sentimen yang ada dikalangan etnis Tionghoa, dengan cara melakukan pembauran

dengan masyarakat pribumi. Pada 1946 pemerintahan Soekarno mengeluarkan

kebijakan tentang masalah kewarganegaraan terhadap kelompok minoritas ini.

Bentuk kebijakan yang dikeluarkan pemerintahsaat itu berupa undang-undang

kewarganegaraan yang berdasarkan pada asas ius soli.64 Dalam sistem ini menyatakan

bahwa warga negara adalah orang yang bertempat tinggal di negara tersebut, dengan

63Leo Suryadinata, Politik Etis Tionghoa Indonesia 1900-2002, hlm. 5.64 Leo Suryadinata, Dilema Minoritas Tionghoa,(Jakarta: Grafiti Pers. 1984), hlm.116.

Page 48: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

33

kata lain seorang Tionghoa secara otomatis menjadi warga negara Indonesia tanpa

melakukan apapun. Hal ini dikarenakan setiap etnnis Tionghoa yang lahir di

Indonesia merupakan warga negara Indonesia. UU Kewarganegaraan ini berlaku

hingga diadakannya perjanjian Dwi Kewarganegaraan antara RI dengan Repubik

Rakyat Cina pada 1955.65 Perjanjian Dwi Kewarganegaraan ini baru diterapkan pada

1960.66

Langkah yang di ambil pemerintahan Soekarno selanjutnya adalah dengan

mengeluarkan kebijakan yang sersifat asimilatif, yaitu pergantian nama bagi etnis

Tionghoa pada tahun 1961. Kebijakan tersebut berupa UU No.4 Tahun 1961 tentang

perubahan atau penambahan nama keluarga yang berbunyi:

“Sesuai dengan ketetapan Majelis Permusyawaratan RakyatSementara, dirasakan perlu untuk mengadakan penyeragaman danpenertiban dalam peraturan perubahan atau penambahan namakeluarga, sebagai suatu langkah untuk menghomogenkan warganegara Indonesia.”67

Kebijakan ini dimaksudkan agar menyesuaikan dengan nama khas Indonesia,

sebagai contoh Ong Gie Kong menjadi Ongkojaya.68 Pergantian nama di kalangan

etnis Tionghoa diharapkan menjadi cara asimilasi yang tepat bagi permasalahan

Tionghoa di Indonesia. Namun kebijakan tersebut sulit untuk dilaksanakan karena

rumitnya proses yang harus ditempuh. Bagi etnis Tionghoa yang ingin mengganti

65Prof. Mr. Dr.s Gautama, Warganegara dan Orang-Orang Asing Berikut 42 Peraturan danContoh, (Bandung: Alumni,1975), hlm.121-128.

66Isi perjanjian Dwi Kenegaraan dapat dilihat selengkapnya di Prof. Mr. Dr.s Gautama,Warganegara dan Orang-Orang Asing Berikut 42 Peraturan dan Contoh, hlm.185.

67 Lampiran Undang-Undang No.4 tahun 1961 tentang perubahan atau penambahan namakeluarga.

68Leo Suryadinata, Dilema Minoritas Tionghoa, hlm.118

Page 49: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

34

namanya diharuskan untuk melapor ke pengadilan dan kemudian mengumumkan

perubahan namanya tersebut dalam Berita Negara.69 Sulitnya proses tersebut

membuat kebijakan ini jalan di tempat bahkan tidak berjalan.

Seiring berjalannya waktu, Soekarno tidak mempermasalahkan keputusan

etnis Tionghoa yang memilih berasimilasi atau berintegrasi.70 Oleh sebab itu, pada

masa tersebut banyak perdebatan mengenai jalan mana yang harus di pilih oleh etnis

Tionghoa Indonesia. Dalam hal ini Soekarno lebih mementingkan kesatuan bangsa

yang berdasarkan nation-building demi tercapainya kestabilan negara. Oleh sebab itu

Soekarno mendukung organisasi Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan

Indonesia (Baperki) dan Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa (LPKB) dalam

memperjuangkan dukungan etnis Tionghoa di Indonesia untuk menentukan arah

pembauran yang mereka inginkan. Meskipun dalam perkembangannya presiden

Soekarno lebih dekat dengan Baperki dibanding LPKB, ini karena aktivitas Baperki

yang selalu setia mendukung kebijakan-kebijakan Politik Soekarno.71

Situasi politik di Indonesia berubah secara drastis saat terjadi peristiwa

berdarah G 30 S. Pada 11 maret 1966, Presiden Soekarno menandatangani Surat

Perintah yang dimandatkan kepada Letnan Jendral Soeharto untuk mengatasi

permasalahan peristiwa G 30 S tersebut. Surat yang sekarang kita kenal dengan

SUPERSEMAR (Surat Perintah Sebelas Maret) itu menjadi landasan untuk

69Benny G Setiono, Tionghoa Dalam Pusaran Politik, hlm. 96570Asimilasi adalah peleburan sifat-sifat asli yang dimiliki dengan sifat-sifat lingkungan

sekitar. Kamus Besar Bahasa Indonesia Ed.2, (Jakarta: Balai Pustaka. 1991), hlm. 60. Integrasi adalahpenyesuaian unsur kebudyaan yang salig berbeda, sehingga menciptakan suatu keserasian. KamusBesar Bahasa Indonesia Ed.2, (Jakarta: Balai Pustaka. 1991), hlm. 383

71Stuart W Grief, WNI Problematik Orang Indonesia Asal Cina, hlm.21

Page 50: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

35

memulihkan keadaan dari berbagai sektor, mulai dari sosial, ekonomi hingga politik

di Indonesia.72 Pasca peristiwa G 30 S banyak terjadi pengusiran- pengusiran etnis

Tionghoa yang terjadi diberbagai daerah di Indonesia.73 Hal ini merupakan imbas dari

kecurigaan masyarakat pribumi atas etnis Tionghoa terlibat dalam PKI karena negri

asal etnis Tionghoa yaitu Cina merupakan negara yang meganut paham komunis.

Selain membubarkan PKI, Soeharto juga bergerak memulihkan kondisi sosial di

Indonesia terutama menangani permasalahan etnis Tionghoa di Indonesia. Akibat

peristiwa September 1965 yang secara tidak langsung menjadikan etnis Tionghoa

sebagai objek kerusuhan, maka Soeharto mengeluarkan beberapa kebijakan yang

bersifat asimilatif. Ini dimaksudkan agar etnis Tionghoa dapat berbaur secara

menyeluruh dengan masyarakat Indonesia.

Kebijakan pertama kali yang dikeluarkan oleh pemerintah Soeharto pada masa

kekuasaannya terkait etnis Tionghoa adalah Keputusan Presidium Kabinet No.

127/U/KEP/12/1966. Kebijakan ini mengenai ganti nama bagi etnis Tionghoa yang

merupakan terusan dari UU No.4 tahun 1961 yang dikeluarkan presiden Soekarno.

Dalam Keppres 127/U/KEP/12/1966 disebutkan:

“Pergantian nama dari orang Indonesia keturunan asing dengan namayang sesuai dengan nama Indonesia asli akan dapat mendorong usahaasimilasi ini, oleh karena itu bagi warganegara Indonesia yang masihmemakai nama Cina, yang ingin mengubah namanya yang sesuaidengan nama Indonesia asli perlu diberikan fasilitas yang seluas-luasnya.”74

72Benny G Setiono, Tionghoa Dalam Pusaran Politik, hlm. 93373Antara, Pengusiran WNA Tjina adalah wajar dan tepat, Sabtu 29 Maret 196774 Lampiran Keputusan Presidium Kabinet No.127/U/KEP/12/1966 tentang Ganti Nama.

Page 51: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

36

Dikeluarkannya kebijakan tersebut dimaksudkan untuk mempermudah proses

pergantian nama untuk etnis Tionghoa dan dengan maksud mempercepat proses

asimilasi. Jika pada masa pemerintahan Soekarno etnis Tionghoa yang ingin

mengganti nama harus melakukannya di pengadilan dan di umumkan di Berita

Negara75, maka dengan dikeluarkannya Keppres ini etnis Tionghoa dapat mengganti

namanya di kantor walikota atau kabupaten saja.

Salah satu faktor lain yang menjadi penghambat tejadinya proses Islamisasi

dikalangan masyarakat keturunan Tionghoa adalah kebijakan-kebijakan diskriminatif

yang dikeluarkan pemerintah Orde Baru. Menurut Jendral A.H Nasution, setelah

terjadinya peristiwa 30 September 1965, banyak perwira yang melihat asimilasi

sebagai faktor penting dalam menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa demi

terciptanya keamanan nasional.76 Oleh sebab itu saat Soeharto menjabat sebagai

Presidium Kabinet ia mengeluarkan beberapa peraturan terkait dengan asimilasi

dikalangan etnis Tionghoa. Setelah Soeharto secara resmi menjadi Presiden

Indonesia, ia pun tetap mengeluarkan berbagai kebijakan terkait pembauran etnis

Tionghoa di Indonesia dalam upaya menyukseskan program pembangunan nasional.

Kebijakan-kebijakan pemerintah Soeharto terhadap etnis Tionghoa, diantaranya

adalah77 :

75Lampiran Undang-Undang No.4 tahun 1961 pada Pasal 6 mengenai Prosedur Ganti Nama.76Junus Jahja, Non Pri Di Mata Pribumi, (Jakarta: Yayasan Tunas Bangsa,1991), hlm. 168.77Junus Jahja, Masalah Tionghoa di Indonesia Asimilasi vs Integrasi, (Jakarta: LPMB, 1999),

hlm. 126.

Page 52: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

37

1. Keputusan Presidium No.127/U/Kep/12/1966 tentang peraturan

ganti nama. “Pergantian nama dari keturunan asing dengan nama

yang sesuai dengan nama Indonesia asli akan dapat mendorong

usaha asimilasi.”78

2. Intruksi Presiden No.37/U/IN/6/1967 tentang Badan Kordinasi

Masalah Cina. “Pembinaan warga negara asing dijalankan dengan

melalui proses asimilasi terutama untuk mencegah terjadinya

kehidupan yang ekslusif rasial.”79

3. Intruksi Presiden No.14/1967 tentang agama, kepercayaan dan

adat istiadat Cina. “Perayaan-perayaan pesta agama dan adat

istiadat Cina dilakukan secara tidak mencolok di depan umum,

melainkan dilakukan dalam lingkungan keluarga atau

perorangan.”80

4. Intruksi Presiden No.15/1967 tentang pembentukan staf khusus

urusan Cina. “Untuk peningkatan daya guna dan kelancaran

pelaksanaan penyelesaian masalah Cina di daerah,

Gubernur/Kepala Daerah dapat dibantu oleh staf khusus.”81

5. Keputusan Presiden No.240/1967 tentang kebijaksanaan pokok

yang menyangkut warga negara keturunan asing. “Terhadap warga

negara Indonesia keturunan asing yang masih memakai nama Cina

dianjurkan mengganti nama-namanya dengan nama Indonesia

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.”82

78Lampiran, Keputusan Presidium Kabinet No.127/U/Kep/12/1966, pada poin Menimbang.79 Wahyu Efendi, “Tinjauan atas Rumusan Pasal mengenai Diskriminasi Rasial dalam

Rancangan KUHP”, (Jakarta: Focus Grup Discussion, 23 November 2006).80Lampiran,Intruksi Presiden No.14 tahun 1967, tentang Agama, Kepercayaan dan Adat

Istiadat Cina pada poin Intruksi Pertama.81Lampiran,Intruksi Presiden No.15/1967, tentang Pembentukan Staf Khusus Urusan Cina

pada Pasal 1 ayat 2.82Lihat lampiran,Keputusan Presiden No.240/1967, tentang Kebijaksanaan Pokok Yang

Menyangkut Warga Negara Keturunan Asing pada Pasal 5.

Page 53: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

38

6. Intruksi Mendagri No. 455.2-360/1988 tentang penataan

kelenteng. “Segala tata budaya (Cina) yang tidak sesuai dengan

kepribadian Indonesia perlu dihindarkan.”83

7. SK. Mentri Perdagangan dan Koperasi No.286/1978 tentang

pelarangan Impor, penjualan, dan pengedaran terbitan dalam

bahasa dan aksara Cina. “Melarang mengimpor, memperdagang

kan, dan mengedarkan segala jenis barang cetakan dalam

huruf/aksara dan bahasa Cina.”84

8. SE 02/SE/Ditjen/PPG/K/1988 tentang larangan penerbitan dan

percetakan tulisan atau iklan beraksara dan berbahasa Cina.

“Melarang penerbitan dan percetakan tulisan atau iklan dalam

huruf/aksara dan bahasa Cina.”85

Kebijakan-kebijakan di atas yang dimaksudkan untuk mempercepat proses

asimilasi, namun kenyataanya kebijakan-kebijakan tersebut membuat etnis Tionghoa

semakin mengeklusifkan diri dan memisahkan diri karena merasa diperlakukan tidak

adil oleh pemerintah Orde Baru. Sebagai contoh kebijakan yang membuat etnis

Tionghoa mengekslusifkan diri adalah Intruksi Presiden No.14/1967. Dalam Intruksi

Presiden tersebut disebutkan bahwa aktifitas peribadatan dan perayaan-perayaan yang

berpusat pada negeri leluhur, pelaksanaannya harus dilakukan secara intern dalam

keluarga atau perorangan.86

83 Wahyu Efendi, “Tinjauan atas Rumusan Pasal mengenai Diskriminasi Rasial dalamRancangan KUHP”,

84Lampiran,SK. Menteri Perdagangan dan Koperasi No.286/KP/XII/1978, pada poinMenetapkan.

85 Wahyu Efendi, “Tinjauan atas Rumusan Pasal mengenai Diskriminasi Rasial dalamRancangan KUHP”.

86Lampiran,Intruksi Presiden No.14 tahun 1967, tentang Agama, Kepercayaan dan AdatIstiadat China.

Page 54: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

39

Berbagai macam upaya dilakukan pemerintah Orde Baru pasca peristiwa G 30

S yang menduga keterlibatan etnis Tionghoa didalamnya, oleh karena itu pada masa

Orde Baru segala organisasi etnis Tionghoa baik muslim ataupun non muslim, yang

bersifat politik maupun keagamaan didalam struktur kepengurusan harus terdapat

warga pribumi.87 Kebijakan pelarangan penggunaan nama China juga berdampak

pada sebuah organisasi dakwah untuk masyarakat Tionghoa di masa presiden

Soeharto yang bernama PITI.

PITI merupakan singkatan dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia yang

berdiri pada 14 April 1961. PITI yang merupakan gabungan antara dua organisasi

serupa yang bernama Persatuan Islam Tionghoa (PIT) yang didirian oleh Yap A

Siong di Medan dan Persatuan Muslim Tionghoa (PMT) yang didirikan oleh Kho

Goan Tjin di Bengkulu.88 Berdirinya PITI pada saat itu sebagai tanggapan realistis

atas saran Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah K.H. Ibrahim kepada Abdul Karim

Oei bahwa untuk dakwah Islam kepada etnis Tionghoa harus dilakukan oleh etnis

Tiongoa yang beragama Islam.

Pada Desember 1972 PITI yang semula singkatan dari Persatuan Islam

Tionghoa Indonesia berganti nama menjadi Pembina Iman Tauhid Islam. Pergantian

nama ini adalah respon PITI atas surat kiriman dari Kejaksaan Agung yang berisikan

larangan untuk menggunakan kata “Tionghoa” di dalam nama organisasinya.89 Hal

87Leo Suryadinata, Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, (Jakarta:LP3ES,2005) hlm. 343

88 Beny G Setiono, Tionghoa Dalam Pusaran Politik, hlm.8189Afif,Identitas Tionghoa Muslim Indnonesia, hlm.108.

Page 55: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

40

tersebut dikarenakan penggunaan nama Tionghoa dikhawatirkan dapat menimbulkan

ketegangan di masyarakat. Walaupun berganti nama, PITI tetap konsisten dalam

upayanya dibidang dakwah etnis Tionghoa kala itu.

PITI juga aktif dalam proses pengislaman dan memberikan dukungan moral

bagi orang yang baru memeluk Islam. Dari arsip yang di miliki DPP PITI Jakarta,

tercatat pada 1965 hingga 1978 sebanyak 119 etnis Tionghoa telah memeluk agama

Islam.

Tabel 2: Data Pengislaman PITI 1965-197890

Tahun Jumlah Muallaf

1965 30

1966 8

1967 15

1968 10

1969 7

1970 81971 3

1972 4

1973 3

1974 3

1975 9

1976 4

1977 6

1978 9

Jumlah 119(Sumber: Arsip DPP PITI Jakarta)

Data tersebut merupakan data yang dikumpulkan oleh PITI tanpa

menambahkan data jumlah muslim Tionghoa dari Kantor Urusan Agama. Menurut

Junus Jahja, salah seorang tokoh pembauran, jumlah etnis Tionghoa di Indonesia

90Lihat arsip DPP PITI Jakarta.

Page 56: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

41

yang memeluk agama Islam berkisar antara 0,5% - 1% dari jumlah penduduk

Indonesia atau sekitar 25.000 – 50.000 orang.91

B. Keadaan MuslimTionghoa 1991-1998

Permasalahan yang dihadapi etnis Tionghoa khususnya muslim Tionghoa

pada masa Orde Baru sangat kompleks. Hal ini dikarenakan kelanjutan masalah yang

belum usai di masa Orde Lama yang kemudian memunculkan masalah baru di masa

Orde Baru. Dimasa Orde Baru segala aktifitas mulai dari ekonomi hingga agama atau

kepercayaan etnis Tionghoa semua diatur oleh pemerintah kala itu, sehingga aktifitas

dan kegiatan mereka sangat terbatas. Adapun keadaan etnis Tionghoa khususnya

Tionghoa pada tahun 1990-1998 sebagai berikut:

B.1 Aktivitas Ekonomi, Sosial, dan Budaya Muslim Tionghoa Jakarta

Beberapa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah Orde Baru terkait etnis

Tionghoa dimaksudkan untuk mempercepat proses pembauran agar etnis Tionghoa

dapat benar-benar menyatu dengan penduduk pribumi. Namun dalam kenyataanya

kebijakan-kebijakan tersebut membuat pribumi dengan etnis Tionghoa semakin jauh.

Bahkan tidak sedikit Tionghoa yang sudah menjadi seorang muslim merasa terus-

menerus didiskriminasi dan dicurigai masih memiliki rasa ekslusivisme.92

Salah satu contoh dampak kebijakan yang semakin menambah jurang pemisah

antara pribumi dengan masyarakat muslim Tionghoa dari kebijakan pemerintah Orde

Baru adalah di sektor ekonomi. Pada Peraturan Presiden No.10/1967 (PP 10)

91Leo Suryadinata, Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1988)hlm.97

92Leo Suryadinata, Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, hlm.355.

Page 57: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

42

pemerintah Orde Baru memberikan ruang lingkup seluas-luasnya kepada etnis

Tionghoa dalam aspek ekonomi.93 Kebijakan ini merupakan keputusan yang dibuat

pada seminar Angkatan Darat yang diselenggarakan di Bandung tahun 1966, dimana

ditetapkan bahwa Etnis Tionghoa muslim maupun non muslim harus dicegah masuk

ke bidang lain terutama pada bidang politik. Selain Peraturan Presiden No.10/1967,

Orde baru juga mengeluarkan kebijakan lain terkait situasi ekonomi yang akhirnya

menguntungkan etnis Tionghoa, antara lain, TAP No. XXIII/MPRS/1966, Undang-

undang Penanaman Modal Asing (UUPMA) dan Undang-undang Penanaman Modal

Dalam Negri (UUPMDN).94Dalam UUPMA pada pasal 10 dan UUPMDN pasal 15

disebutkan:

“Modal yang ditanam dalam usaha-usaha yang dimaksud akandibebaskan dari pengenaan pajak kekayaan.”95

Dengan adanya UUPMA dan UUPMDN pemerintah Orde Baru memberikan

berbagai kemudahan dan perlakuan istimewa terhadap investor asing, khususnya

pengusaha etnis Tionghoa berkewarganegaraan Taiwan, Hongkong, dan Singapura

yang memiliki dan akhirnya menanamkan modal yang besar di Indonesia.

Berbagai kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Orde Baru terkait masalah

ekonomi tidak lepas dari situasi ekonomi yang sangat tidak stabil pada masa itu.

Sebagai gambaran, sejak 1965 harga-harga pada umumnya naik lebih dari 500%,

93I Wibowo, Retrospeksi dan Rekontekstualisasi Masalah Cina, (Jakarta: Gramedia, 1999)hlm.72.

94Yusiu Liem, Prasangka Terhadap Etnis Cina, (Jakarta: Djambatan,2000), hlm.31.95Lihat lampiran Undang-Undang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang

Penanaman Modal Dalam Negri.

Page 58: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

43

keadaan semakin memburuk pada bulan Januari hingga Maret 1966.96 Dalam catatan

Fujitsu Research di Tokyo yang mengamati daftar perusahaan-perusahaan di-6 negara

berkembang di Asia pada rentang 1980-1990, digambarkan bahwa perusahaan-

perusahaan tersebut mayoritas dikuasai oleh etnis Tionghoa perantauan. Sebagai

contoh di Thailand sebanyak 81% perusahaan dikelola atau dimiliki oleh etnis

Tionghoa, di Singapura 81%, dan di Indonesia sendiri 73% nya didominasi etnis

Tionghoa.97 Gambaran diatas membuktikan besarnya pengaruh dan peran ekonomi

etnis Tionghoa dalam perekonomian di Indonesia bahkan Asia, yang akhirnya

menimbulkan kecemburuan sosial di masyarakat akibat kesenjangan yang semakin

jauh anatar etnis Tionghoa muslim maupun yang non muslim dengan masyarakat

pribumi.

Selain dari aspek ekonomi, dampak lain dari kebijakan pemerintah Orde Baru

terhadap etnis Tionghoa adalah di sektor sosial dan budaya. Kebijakan pertama yang

dikeluarkan pemerintahan Orde Baru terkait masalah sosial dan budaya adalah

dikeluarkannya Keputusan Presidium No.127/U/Kep/12/1966 tentang peraturan ganti

nama untuk etnis Tionghoa agar bersedia mengubah nama mereka dengan nama

Indonesia.98 Sebagai contoh nama Tionghoa yang berubah menjadi nama khas

Indonesia adalah Lim Sek Nio menjadi Nurhalim, Hauw Eng Hoa menjadi

96Yahya A Muhaimin, Bisnis dan Politik: Kebijakan Ekonomi Indonesia 1950-1980, (Jakarta:LP3ES, 1990) hlm.51

97Leo Suryadinata, Etnis Tionghoa dan Pembanguan Bangsa, (Jakarta: LP3ES, 1999) hlm.6898Leo Suryadinata, Pemikiran Politik Etnis Tionghoa Indonesia 1900-2002, hlm. 343.

Page 59: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

44

Walitimena Hawardinata, dan Tee Bian Swie menjadi Tedjakusumah.99 Melalui

kebijakan tersebut pemerintah memutuskan agar prosedur penggantian nama

dipermudah prosesnya. Sebelumnya pada 1961 Presiden Soekarno telah

mengumumkan kebijakan serupa akan tetapi belum terlaksanakan. Kebijakan

selanjutnya adalah Intruksi Presiden No.14/1967 tentang agama, kepercayaan dan

adat istiadat China. Dalam instruksi ini disebutkan:

“pelaksanaan peribadatan, perayaan-perayaan pesta agama, dan adat istiadat

cina dilakukan secara tidak mencolok didepan umum, melainkan dilakukan dalam

lingkungan keluarga.”100

Kebijakan-kebijakan diatas merupakan upaya yang lakukan pemerintah Orde

Baru agar terwujudnya asimilasi total kepada etnis Tionghoa, namun dalam

perjalanannya upaya tersebut tidak berpengaruh signifikan. Ini bisa dilihat dari sikap

pemerintah yang ternyata masih membedakan status warga negara berdasarkan

keturunan. Sebagai contoh, Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk etnis Tionghoa

diberikan tanda atau kode khusus yang khas. Tanda atau kode khusus di ktp ini juga

berlaku untuk etnis Tionghoa yang sudah menjadi seorang muslim.101 Meskipun

dampak dari semua kebijakan pemerintah Orde Baru untuk etnis Tionghoa termasuk

muslim Tionghoa lebih banyak mempersempit ruang lingkup mereka, namun disisi

99Sinar Harapan, Peraturan Ganti Nama di DCI Djakarta Raya, Rabu 24 Mei 1967.100 Lampiran, Inpres No.14 tahun 1967, tentang Agama, Kepercayaan dan Adat Istiadat

China.101Charles A Coppel, Tionghoa Indonesia Dalam Krisis, (Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan,1994), hlm.212.

Page 60: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

45

lain dalam kenyataan kehidupan sosial di Jakarta etnis Tionghoa yang sudah menjadi

muslim dalam lebih mudah diterima dan beradaptasi dengan pribumi.

B.2 Fasilitas Dakwah Muslim Tionghoa Jakarta

Sejak masa kolonial Belanda hingga masa Orde Baru, etnis Tionghoa kurang

mendapatkan informasi mengenai Islam akibat dari berbagai kebijakan yang

dikeluarkan masing-masing pemerintahan saat itu. Oleh sebab itu tidak mudah bagi

seorang keturunan Tionghoa untuk memeluk agama Islam, sehingga didirikanlah

sebuah masjid dikawasan Pecinan Pasar Baru Jakarta Pusat bernama Masjid Lautze

yang bertujuan sebagai sarana dakwah untuk kalangan Etnis Tionghoa di Jakarta.

Masjid Lautze merupakan bagian dari yayasan bernama Yayasan Haji Karim Oei.

Dengan nama “Lautze” dan adanya kata “Oei” pada Papan nama yang terpampang

didepan Masjid atau yayasan ini juga mempunyai daya tarik tersendiri karena adanya

identitas Tionghoa didalamnya.

Nama masjid ini diambil dari nama jalan dimana masjid ini berada, yaitu jalan

Lautze No.88-89 Pasar Baru, Jakarta Puat. Selain diambil dari nama jalan, Lautze

sendiri merupakan seorang nabi bernama Lao Tze yang menyebarkan agama Taoisme

di negri Tirai Bambu. Menurut Buya Hamka, Lao Tze mengajarkan bahwa “Tuhan

itu adalah satu yang tidak dapat diraba, tidak berbentuk tetapi ada”.102 Ajaran tersebut

identik dengan ajaran Tauhid pada Islam, sehingga nama Lautze dianggap tepat

untuk mengimplementasikan visi misi yang akan dijalankan Yayasan Haji Karim Oei

sebagai pengelola Majis Lautze ini.

102Junus Jahja, 10 Tahun Masid Lautze, (Jakarta: Yayasan Haji Karim Oei, 2001), hlm.3.

Page 61: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

46

Lokasi berdirinya masjid yang juga bagian dari Yayasan Haji Karim Oei ini

cukup strategis, berjarak kurang dari satu kilometer ke jalan Gunung Sahari Raya

yang merupakan salah satu jalan utama di Jakarta, serta sangat dekat dengan stasiun

kereta Comuter Line Sawah Besar yang dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki,

sehingga memudahkan bagi orang-orang yang ingin menuju yayasan ini dari berbagai

sudut kota Jakarta. Tidak hanya strategis berdasarkan letak geografis namun

pemilihan letak berdirinya masjid dan yayasan ini juga strategis secara sosial

keagamaan, dimana terletak di salah satu kawasan pecinan Jakarta. Ini bisa dilihat

dari tak kurang dari lima buah kelenteng yang ada di lingkungan sekitar masjid ini.

Klenteng pertama yang terletak bedekatan dengan jalan Lautze menuju jalan Kartini

adalah Vihara Venuvana. klenteng selanjutnya bernama Vihara Tunggal Dharma,

Vihara Tri Ratna dan tepat di depannya terdapat Vihara Graha Laotze, lalu yang

terakhir adalah Vihara Buddhayana. Dengan demikian, ditemukannya beberapa

klenteng atau Vihara yang berdekatan dengan Yayasan Haji Karim Oei atau masjid

Lautze menggambarkan bahwa lokasi sekitar yayasan merupakan tempat pemukiman

warga etnis Tionghoa yang banyak menganut agama Buddha.103

Selain Klenteng yang merupakan salah satu ciri kawasan pecinan, dikawasan

ini juga terdapat banyak Sinshe atau pengobatan tradisional Cina yang telah membuka

praktek bahkan sejak puluhan taun lalu, hal ini yang seringkali kita ditemui di sekitan

daerah pecinan, ini adalah salah satu dari sekian banyak cirikhas kawasan pecinan.

103 Nurarni Widiastuti, Penggunaan dan Pengakuan Indentitas Islam pada Masyarakat CinaMuslim, (Depok: Tesis FISIP UI, 2009) hlm. 25

Page 62: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

47

Oleh sebab itu, masjid yang juga menjadi bagian dari Yayasan Haji Karim Oei ini

bertujuan sebagai pusat informasi Islam yang sasarannya adalah para warga etnis

Tionghoa pada akhirnya didirikan di kawasan Sawah Besar agar memudahkan warga

Cina yang ingin belajar tentang Islam karena lokasinya yang berada di tengah-tengah

daerah pecinan di Jakarta.

Masjid Lautze Jakarta berada di bagian lantai 1 dan 2 gedung yayasan yang

menempati dua blok Ruko yang disatukan berukuran 15x20 meter, tanpa bedug,

tanpa kubah, dan tanpa menara yang menjadi ciri khas masjid pada umumnya. Masjid

Lautze Jakarta memiliki ciri tersendiri, ornamen-ornamen khas Tiongoa tampak

dominan pada eksterior maupun interior masjid ini. Bagian depan bangunan masjid

terkesan sangat oriental, ini bisa dilihat dari konsep pintu yang dibuat serupa

layaknya pintu yang ada pada sebuah kelenteng atau Vihara.

Gambar 1: Tampak depan Masjid Lautze Jakarta (Yayasan Haji Karim Oei) sebelum dansesudah direnovasi

(Sumber: Arsip Yayasan Haji Karim Oei dan dokumentasi pribadi)

Page 63: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

48

Didalam masjid ini setiap sudutnya terdapat kaligrafi Arab-Cina yang cukup

menarik perhatian. Kaligrafi tersebut bertuliskan huruf Arab dengan percampuran

seni antara Arab dan Cina. Semua kaligrafi Arab-Cina yang ada di Yayasan Hji

Karim Oei ini hanya menonjolkan hasil sapuan kuas dengan tinta hitam pada

selembar kain putih yang bingkai kayu berwarna merah, tidak banyak menonjolkan

detail dan variasi seperti halnya kaligrafi Arab pada umumnya, pada kaligrafi ini

hanya menonjolkan hasil sapuan kuas dengan tinta hitam pada selembar kain putih

yang bingkai kayu berwarna merah.

Gambar 2: Kaligrafi yang dipasang di belakang mimbar Masjid,Percampuran antara seni Arab dan Cina

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Masjid ini didominasi warna merah dan kuning, serta diberikannya dekorasi

seperti lampion-lampion pada bagian depan dan beberapa bagian dalam Masjid.

Corak ornamen dan dekorasi yang tak jauh beda dengan Klenteng atau Vihara ini

Page 64: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

49

memang sengaja dibuat oleh pihak Yayasan Haji Karim Oei selaku pengelola Masjid

Lautze Jakarta. Hal ini dibuat agar para muallaf atau etnis Tionghoa yang ingin

belajar Islam dan datang ke masjid atau yayasan ini tidak merasa canggung dan agar

lebih dekat dengan kebudayaan mereka.

Masjid Lautze sendiri menempati dua dari empat lantai bangunan ruko

Yayasan Haji Karim Oei. Lantai satu dan dua dipergunakan untuk kegiatan sholat

khususnya sholat Jum’at, karena setiap hari Jum’at Masjid Lautze selalu dipenuhi

jamaah yang berasal dari warga sekitar maupun mualaf Tionghoa. Dikarenakan lokasi

berdirinya Masjid Lautze ini berada dipusat bisnis serta para jamaah didominasi oleh

pelaku bisnis, maka Masjid Lautze Jakarta tidak buka untuk melayani jamaah disetiap

waktu sholat. Masjid yang juga Yayasan ini hanya pada waktu kerja saja, sehingga

hanya dua sholat fardu yang dilaksanakan dimasjid ini yaitu sholat Dzuhur dan Ashar

serta sholat Jum’at disetiap hari Jum’at. Khusus untuk bulan Ramadhan Masjid

Lautze memiliki Jadwal tersendiri dalam menyelenggarakan sholat tarawih, serta

buka puasa bersama yang dilaksanakan sekali dalam sepekan yaitu dihari sabtu tiap

bulan Ramadhan.104 Ini dimaksudkan agar jamaah yang berasal dari kota-kota

penyangga Ibu Kota seperti, Depok, Tanggerang, Bekasi dan juga Bogor bisa ikut

berkumpul, karena cukup banyak jumlah jamaah Masjid Lautze dari kota-kota

tersebut.

104Harian Kompas, Nama dan Peristiwa, Selasa 28 November 1995

Page 65: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

50

B.3 Tokoh Muslim Tionghoa

Karim Oei atau yang yang dikenal juga dengan nama Haji Abdul Karim Oei,

lahir pada 6 Juni 1905 di Padang Panjang dengan nama asli Oei Tjeng Hien. Beliau

masuk Islam pada 1926, sesuatu yang sangat langka pada saat itu melihat etnis

Tionghoa memeluk agama Islam, sehingga keberadaan Karim Oei menjadi sorotan

masyarakat baik dari kalangan pribumi maupun etnis Tionghoa itu sendiri.105

Keputusan Karim Oei untuk menjadi seorang muslim mendapat banyak sekali

cemoohan dari kalangan etnis Tionghoa. Hal ini dikarenakan bagi orang Tionghoa

siapapun yang menjadi Muslim dianggap akan turun derajat sosialnya di mata seluruh

etnis Tionghoa yang masih memegang teguh ajaran agama atau keyakinan dari para

leluhur mereka. Selain itu, orang Tionghoa yang menjadi muslim dianggap oleh

orang Tionghoa lainnya sebagai inlander,106 di mana pada saat itu merupakan

kedudukan tingkat terendah dalam strata sosial di masyarakat pada masa itu. Tetapi,

bagi mereka (Tionghoa yang menjadi muslim) terutama yang berpendirian teguh

seperti Karim Oei tidak merisaukan permasalahan tersebut. Bahkan Karim Oei

merasa bersyukur dengan dirinya menjadi seorang Muslim maka beliau dapat

menyatu dengan masyarakat luas terutama pribumi yang mayoritasnya adalah

penganut agama Islam.

105H. Abdul Karim Oei (Oey Tjeng Hien), Mengabdi Agama, Nusa dan Bangsa, (Jakarta:Gunung Agung, 1982) hlm.4

106Inlander merupakan sebutan mengejek oleh orang Belanda untuk masyarakat asli Indonesia(pribumi) pada masa penjajahan Belanda. http://kbbi.co.id diaskes pada 15 Juli 2016.

Page 66: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

51

Karim Oei merupakan lulusan dari Holland Chinesche School, SD tujuh

tahun dengan bahasa Belanda untuk keturunan Tionghoa pada masa itu. Pada awal

1926 Karim Oei merantau ke Bintuhan (Bengkulu) dan berdagang hasil bumi, dan

pada tahun tersebut juga beliau mememutuskan untuk memeluk agama Islam.107

Dengan masuknnya Karim Oei sebagai penganut agama Islam, maka Oei juga disebut

sebagai seorang saudara baru oleh sebagian besar masyarakat pribumi. Dengan

pergaulan sejak muda di lingkungan Islam, beliau berkesempatan berkenalan dengan

para tokoh pergerakan nasional, diantaranya adalah Buya Hamka dan Bung Karno.

Awal perkenalan Karim Oei dengan Buya Hamka terjadi ketika Oei aktif di

Muhammadiyah dan menjadi Konsul Muhammadiyah di Bengkulu. Beliau juga

dikenal sebagai sahabat karib Bung Karno yang dikenalnya ketika Bung Karno di

Buang ke Bengkulu oleh pemerintah Belanda pada saat itu. Persahabatan Karim Oei

dengan Bung Karno sangat berpengaruh terhadap kehidupan Karim Oei itu sendiri,

disamping ia menjadi muslim yang dikenal sangat taat ia pun menjadi seorang

nasionalis sejati. Semasa kependudukan Jepang ia diangkat menjadi Dewan

Penasehat Jepang (Chuo Sangi Kai). Pada masa kemerdekaan ia diangkat sebagai

KNI Bengkulu dan sebagai anggota DPR mewakili golongan minoritas.108

107H. Abdul Karim Oei (Oey Tjeng Hien), Mengabdi Agama, Nusa dan Bangsa, hlm.4.108H. Abdul Karim Oei (Oey Tjeng Hien), Mengabdi Agama, Nusa dan Bangsa, hlm. 84.

Page 67: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

52

Gambar 3: Buya Hamka, Karim Oei, Soekarno(Sumber: Arsip YHKO)

Haji Abdulkarim Oei juga sebagai businessmen yang sukses. Dalam dunia

bisnis ia dikenal sebagai seorang yang ulet dan memegang jabatan penting di

berbagai perusahaan, antara lain, Komisaris Utama Bank Cental Asia (BCA),

Direktur Utama Asuransi Central Asia, Direktur PT. Mega, Direktur Utama Pabrik

Kaos Aseli 777, dan Direktur Utama Sumber Bengawan Mas.109 Beliau juga pernah

menjadi anggota DPR antara 1956-1959 yang mewakili minoritas Tionghoa.

Kemudian ia juga aktif dalam pasrtai Masyumi dan menjadi ketua partai setelah Juli

1959, serta menjadi anggota Konstituante. Dalam hal dakwah Islam beliau aktif di

Muhammadiyah dan menjadi salah seorang pendiri organisasi dakwah Islam untuk

kalangan etnis Tionghoa yaitu Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) yang

109Junus Jahja, Non-Pri Di Mata Pribumi, (Jakarta: Yayasan Tunas Bangsa,1991) hlm.43

Page 68: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

53

didirikan pada 1961. Organisasi ini merupakan gabungan dari dua organisasi yaitu

Persatuan Islam Tionghoa dan Persatuan Tionghoa Islam yang sudah berdiri terlebih

dahulu. Dalam perkembangannya yang disebabkan situasi politik pada era Orde Baru,

PITI berubah nama menjadi Pembina Iman Tuhid Islam. Beliau juga pernah menjadi

anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pimpinan Harian Panitia

Penyelenggaraan Pembangunan Masjid Istiqlal pada1967-1974.

Tidak hanya menjadi salah satu tokoh pembauran untuk masyarakat luas, Oei

juga menerapkan konsep pembauran di lingkungan keluarganya. Putrinya yang

bernama Tjioe Nio menikah dengan seorang dokter asal Indonesia asli (Pribumi).

Putrinya yang kedua Eng Lie (Iriani) menikah dengan Ir. Macyar Helmy Nasution,

putra dari Mubaligh Kenamaan Yunan Helmy Nasution.110

Gambar 4: H. Abdul Karim Oei

Haji Abdul Karim Oei(Sumber: Arsip Yayasan Haji Karim Oei)

110Junus Jahja, Non-Pri Di Mata Pribumi, hlm.44

Page 69: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

54

Karim Oei atau Haji Abdul Karim Oei meninggal dunia pada hari Jum’at

tanggal 14 Oktober 1988 di usia 83 tahun yang disebabkan penyakit komplikasi.

Jenazahnya dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir Jakarta

Selatan berdekatan dengan makammendiang isterinya Maimunah Mukhtar yang

meninggal empat tahun lebih dulu yaitu pada 1984.111

Penggunaan nama Haji Abdul Karim Oei sebagai nama sebuah yayasan yang

berkonsentrasi untuk memberikan informasi tentang Islam kepada etnis Tiongoa dan

sebagai wadah dakwah untuk etnis Tionghoa di Jakarta mempunyai daya tarik

tersendiri.112 Adanya kata “OEI” yang merupakan nama salah satu marga Tionghoa

pada nama yayasan tersebut menarik perhatian etnis Tionghoa yang memang banyak

bermukim disekitar gedung berdirinya yayasan ini, sehingga banyak etnis Tionghoa

yang tidak segan untuk bertanya mengenai Islam dan pada akhirnya cukup banyak

yang memeluk agama Islam melalui Yayasan Haji Karim Oei.

111Junus Jahja, Non-Pri Di Mata Pribumi, hlm.44.112 Republika, Orang Cina yang Muslim dianggap pribumi, Jum’at 3 mei 1996.

Page 70: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

55

BAB III

SEJARAH BERDIRINYA YAYASAN HAJI KARIM OEI (YHKO)

A. Sejarah Berdirinya Yayasan Haji Karim Oei

Untuk merepson dan mendukung kebijakan-kebijakan pemerintah Orde Baru

tentang pembauran atara masyarakat Etnis Tionghoa dengan pribumi, maka pada

tanggal 9 April 1991 didirikan Yayasan Haji Karim Oei atau biasa disebut dengan

YHKO dihadapan notaris Azhar Alia, SH. No. 49/1991, dengan tujuan utama

didirikannya yayasan ini adalah untuk meningkatkan dakwah Islam dan sebagai pusat

informasi Islam khususnya ke kalangan etnis Tionghoa.

Nama yayasan ini sendiri diambil dari nama seorang tokoh keturunan

Tionghoa yang dikenal sebagai perintis dakwah Islam di kalangan etnis Tionghoa dan

juga pernah menjadi konsul Muhammadiyah di Bengkulu pada 1937-1942. Ia adalah

Haji Abdulkarim Oei atau biasa disebut dengan Karim Oei dengan nama Tionghoa

Oei Tjeng Hien. Selain seorang pendakwah ia juga seorang pengusaha yang sukses

dan berkawan akrab dengan Bung Karno, Buya Hamka dan tokoh-tokoh nasional

yang lainnya. Karim Oei meninggal dunia pada 1988 di usianya yang ke-83 tahun.

Menutut Junus Jahja, Karim Oei adalah seorang Muslim yang taat, businessman yang

sukses dan nasionalis sejati. Selain tujuan utama yayasan ini adalah untuk

meningkatkan dakwah Islam ke kalangan Etnis Tionghoa, yayasan ini juga didirikan

Page 71: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

56

sebagai tanda penghormatan dan untuk mengenang sosok Karim Oei dengan segala

kontribusinya kepada negara.113

Pembentukan yayasan ini merupakan gagasan dari tokoh pembauran yaitu

Junus Jahja, serta organisasi Islam anatara lain, Muhammadiyah, Nahdatul Ulama

(NU), Al-Wasliyah, Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI), Ikatan

Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI), dan Muslim keturunan Cina.114 Dengan

didirikannya yayasan ini mereka ingin kembali meneruskan kiprah yang telah

dilakukan oleh Karim Oei semasa Hidupnya, dan berharap akan muncul Karim Oei-

Karim Oei berikutnya di Indonesia.

Pada mulanya, tempat dimana Yayasan Haji Karim Oei berdiri di jalan Lautze

No.88-89 yang sekarang digunakan sebagai Islamic Center untuk etnis Tionghoa dan

sebuah Masjid adalah gedung sewaan, dan hanya satu gedung yang disewa oleh

yayasan tersebut yaitu gedung bernomor 88. Seiring berjalannya waktu pemilik

gedung menawarkan pihak yayasan untuk membeli gedung tersebut seharga ini 200

juta Rupiah. Namun pada saat itu pihak yayasan tidak memiliki dana yang cukup,

sehigga Lukman Harun dan Junus Jahja sebagai salah seorang pendiri yayasan

berinisiatif mengirim surat kepada Presiden Soeharto perihal meminta dana untuk

membeli gedung tersebut. Menanggapi surat yang dikirimkan oleh yayasan,

kemudian pada 19 September 1992 Presiden Soeharto melalui BJ Habibie yang saat

itu juga menjabat sebagai Ketua Umum Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia

113Junus Jahja, Muslim Tionghoa, Kumpulan Karangan. (Jakarta: Yayasan Haji Karim Oei,1996), hlm. 69.

114Junus Jahja, Muslim Tionghoa: Kumpulan Karangan. hlm. 69.

Page 72: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

57

(ICMI) dan Menristek untuk membeli gedung tersebut atasa nama Yayasan Abdi

Bangsa. Tak lama berselang gedung di sebelah yayasan juga ingin dijual oleh

pemiliknya, lalu Yayasan Bina Pembangunan yang didirikan sejumlah ulama dan

kawan-kawan Departemen Keuagan membeli gedung yang ditawarkan tersebut.

Selanjutnya kedua yayasan yang telah memiliki gedung tersebut secara ikhlas

mempercayakan pengelolaan dan penggunaan gedungnya kepada Yayasan Haji

Karim Oei untuk kegiatan dakwah sesuai dengan misi dan tujuan YHKO ini. Dan

pada 4 Februari 1994 diresmikanlah tempat pemakaian gedung Yayasan Haji Karim

Oei sekaligus Masjid Lautze oleh Prof. Dr. Ing. BJ. Habibie.115

Sebagaimana organisasi atau lembaga pada umumnya, Yayasan Haji Karim

Oei juga memiliki Visi dan Misi. Visi tersebut antara lain116 :

1. “Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari

seorang laki-lakidan perempuandan menjadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi

Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

(Al-Qur’an surat AL-Hujuraat ayat 13).

2. “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena

itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada

Allah supaya kamu mendapatkan rahmat.” (Al-Qur’an surat Al-

Hujuraat ayat 10).

115Wawancara Pribadi dengan Bapak HM. Ali Karim, SH., (Jakarta, 2 Juli 2016).116Berdasarkan buletin yang dibagikan secara gratis oleh Yayasan Haji Karim Oei.

Page 73: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

58

3. “Orang yang benar-benar Muslim atus cinta tanah air dan cinta

pribumi.” (H. Abdul Karim Oei dalam Tempo, 23 Februari 1973).

Sesuai dengan kutipan di atas, pada dasarnya visi Yayasan Haji Karim Oei

adalah untuk mewujudkan pembauran antara etnis Tionghoa dengan masyarakat

pribumi.117 Visi tersebut bertolak dari adanya kesenjangan antara etnis Tionghoa

dengan pribumi yang sudah berlangsung sangat lama yang disebabkan oleh berbagai

faktor, mulai dari politik pecah belah hingga faktor ekonomi. Riwayat dan

pengalaman hidup Karim Oei juga menjadi landasan utama dalam mewujudkan

pembauran antara etnis Tionghoa dengan masyarakat pribumi. Menurut Ali Karim,

pembauran melalui agama Islam adalah cara yang terbaik. Karena didalam Islam

tidak ada perbedaan antar ras atau pun status sosial seorang manusia, yang

membedakan manusia dengan yang lainnya hanya ketakwaannya.

Pernyataan tersebut senada dengan pernyataan Junus Jahja yang menegaskan

bahwa etnis Tionghoa Muslim akan lebih mudah membaur dan diterima oleh pribumi

sepenuhnya. Menurut Junus Jahja, masalah pembauran etnis Tionghoa di Indonesia

akan teratasi jika etnis Tionghoa berbaur dengan memeluk agama mayoritas di

Indonesia yaitu Islam. Hal serupa juga terjadi di Thailand dan Filipina, proses

pembauran di kedua negara tersebut lebih mudah karena etnis Tionghoa memeluk

agama mayoritas disana. Etnis Tionghoa di Thailand memeluk agama Budha,

117Wawancara Pribadi dengan Bapak HM. Ali Karim, SH., (Jakarta, 2 Juli 2016).

Page 74: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

59

sedangkan di Filipina memeluk agama Katolik.118 Oleh karena itu, Yayasan Haji

Karim Oei menganggap agama Islam memiliki peran penting untuk menjalankan Visi

tersebut.

Lalu, misi Yayasan Haji Karim Oei menciptakan karakter Muslim Tionghoa

sebagai seorang Muslim yang taat, nasionalis, dan juga menjadi pengusaha yang

sukses ( 3 in 1 ).119Menurut Ali Karim, seorang Muslim harus menjadi Muslim yang

taat menjalani kewajiban dalam beragama serta memiliki jiwa nasionalis dan bisa

membuktikan kepada khalayak luas bahwa Muslim adalah orang-orang yang sukses

jika tidak ingin di pandang sebelah mata oleh orang lain yang non-muslim. Beliau

juga menambahkan bahwa sebagai seorang muslim Tionghoa harus memiliki rasa

nasionalis yang tinggi sebagai bagian dari warga Indonesia, sehingga pembauran

yang selama ini dicita-citakan oleh etnis Tionghoa di Indonesia ini dapat terwujud.

Faktor lain yang menjadi pendorong berdirinya yayasan ini adalah kurang

aktifnya PITI dalam upaya dakwah ke etnis Tionghoa khususnya di Jakarta. Seperti

penjelasan pak Ali Karim sebagai Ketua Umum yayasan ini menyatakan bahwa etnis

Tionghoa di Jakarta sangat sulit mendapatkan informasi tentang Islam dikarenakan

salah satu wadah dakwah muslim Tionghoa pada masa itu yaitu PITI tidak memiliki

kantor yang tetap dan selalu berpindah bila ada kepengurusan yang baru, sehingga

menyulitkan bilamana ada etnis Tionghoa di Jakarta yang ingin mendapatkan

informasi tetang Islam yang sebenarnya.

118Junus Jahja, Islam Dimata WNI, (Jakarta: Yayasan Haji Karim Oei), hlm.16.119Wawancara Pribadi dengan Bapak HM. Ali Karim, SH., (Jakarta, 2 Juli 2016).

Page 75: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

60

B. Struktur Kepengurusan Yayasan Haji Karim Oei

Periode kepengurusan Yayasan Haji Karim Oei tidak memiliki jangka waktu

tertentu dalam struktur kepegurusannya. Pergantian kepengurusan akan dilakukan

jika pengurus ada yang meniggal dunia, mengundurkan diri, atau dengan hasil rapat

tahuan yang rutin dilaksanakan yayasan tiap tahunnya.Pengesahan susunan

kepengurusan akan dirapatkan dan dilakukan di depan notarisyang kemudian akan di

tandatangani oleh orang-orang yang bersangkutan dalam hal tersebut. Perihal

komposisi etnis dalam struktur kepengurusan di yayasan ini menurut pak Ali Karim

tidak ada etnis yang dominan antara pengurus dari kalangan pribumi maupun etnis

Tionghoa adalah seimbang. Hal ini menegaskan bahwa yayasan ini bukanlah suatu

perkumpulan dari satu gologan, tapi sebuah wadah dakwah yang berkonsetrasi

melakukan dakwahnya ke kalangan etnis Tioghoa.

Selama periode 1991-1998 tercatat kurang lebihnya tiga kali pergantian

kepengurusan, namun dalam hal ini bukan berganti orang namun berganti posisi

dengan orang yang sama. Berikutsususnan pengurus Yayasan Haji Karim Oei

(YHKO) berdasarkan Akta Notaris No.49-09-04-1991, Notaris Azhar Alia, SH.

Sebagai berikut:120

Dewan Pembina:1. Prof. DR. Sri Edi Swasono2. K.H. Ali Yafie3. H. Sofyan S.Tanjdjoeng4. H. Yunan Helmi Nasution, SH5. Drs. H. Lukman Harun6. Fahmi Idris

120Lihat Arsip YHKO Akta No. 49, Notaris H. Azhar Alia, SH. 9 Maret 1991.

Page 76: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

61

7. M.D. Rachman8. Drs. H. Junus Jahja9. Muhammad Amid

Badan Pengurus:Ketua Umum : H.M Ali Karim, SHKetua I : Drs. Fairus LubisKetua II : H. Ahmad Gozali KatiandaKetua III : Endang SuhendiSekretaris Umum : Bambang WiwohoSekretaris I : M. RidwanSekretaris : H.R. Sudrajat BrotokuntjoroBendahara Umum : H. Suria, S.EBendahara II : H.M. Syarief Tanujaya, S.H

Pada pernyataan keputusan rapat YHKO akta Notaris No.4 tanggal 15

Oktober 1993, Notaris Mintarsih Natamihardja, S.H. Ada penambahan komposisi

dalam kepengurusan yaitu dengan masuknya H. Azroel Haroen sebagai bendahara

umum. Sehingga komposisi kepengurusan sebagai berikut:121

Dewan Pembina:Ketua : Prof. DR. Sri Edi SwasonoSekretaris : Drs. H. Junus Jahja

Anggota-anggota:1. K.H. Ali Yafie2. H. Sofyan Tandjoeng3. H. Yunan Helmi Nasution, SH.4. Drs. H. Fahmi Idris5. H. M. D. Rachman

Badan Pegurus:Ketua Umum : Drs. H. Lukman HarunWakil Ketua Umum : H. M. Ali Karim, SH.Ketua I : Drs. Fairus LubisKetua II : H. Ahmad Gozali Katianda, SH.Ketua III : H. Endang SuhendiSekretaris Umum : Bambang Wiwoho

121Lihat Arsip YHKO Akta No. 4 Notaris Mintarsih Natamihardja, SH. 15 Oktober 1993.

Page 77: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

62

Sekretaris I : M. Ridwan Ir. LubisSekretaris : H.R. Sudrajat BrotokuntjoroBendahara Umum : H. Azoel HaroenBendahara I : H. Suria, SE.Bendahara II : H.M. Syarief Tanujaya, S.H

Pada rapat yang dilaksanakan di tahun 1995, H. Azroel Haroen

mengundurkan diri dikarenakan kesibukan, sehingga komposisi kepengurusan

kembali berubah dan sususannya pun ikut mengalami perubahan. Berikut adalah hasil

rapat YHKO berdasarkan Tambahan Berita Negara RI 18-07-1995 No. 57:

Dewan Pembina:1. Prof. DR. Sri Edi Swasono2. K.H. Ali Yafie3. H. Sofyan S. Tandjoeng4. H. Yunan Helmi Nasution, SH5. Drs. H. Lukman Harun6. Fahmi Idris7. M.D. Rachman8. Drs. H. Junus Jahja9. H.M. Amid

Badan Pengurus:Ketua Umum : H.M. Ali Karim, SHKetua I : Drs. Fairus LubisKetua II : H.A. Gozali Katianda, SHKetua III : Endang SuhendiSekretaris Umum : Bambang WiwohoSekretaris I : M. Ridwan Ir. LubisSekretaris : H.R. Sudrajat BrotokuntjoroBendahara Umum : H. Suria, SEBendahara II : H. Syarief Tanujaya

Komposisi pengurus diatas berlaku hingga 1999, dan pada Juli 1999 ada

beberapa penambahan stuktur kepengurusan sesuai dengan keputusan rapat YHKO.

Yaitu adanya Badan Pendiri, Badan Perintis, Badan Penasehat Yayasan, serta Badan

Page 78: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

63

Pengurus Yayasan. Pada Januari 2011 struktur kepengurusan dirampingkan sehingga

menyisakan Badan Pembina, Badan Pengawas, serta Badan Pengurus. Struktur

kepengurusan tersebut berlaku hingga saat ini. Walaupun terjadi beberapa kali

perbubahan komposisi pengurus di YHKO, para pengurus sejak awal mendirikan

yayasan tetap konsisten memfokuskan kegiatan dan tujuan yayasan sebagai pusat

informasi Islam untuk etnis Tionghoa.

Page 79: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

64

BAB IV

PERAN YAYASAN HAJI KARIM OEI SEBAGAI WADAH DAKWAH

MUSLIM TIONGHOA DI JAKARTA

A. Aktifitas dan Kegiatan Yayasan Haji Karim Oei

Yayasan Haji Karim Oei dalam peranannya pada upaya berdakwah

kekalangan etnis Tionghoa tidak lepas dari berbagai macam aktifitas dan kegiatan.

Aktifitas ini bertujuan mengenalkan berbagai kegiatan kerohanian yang dilakukan

umat muslim sebagai pembelajaran untuk muallaf maupun etnis Tionghoa yang ingin

mengenal Islam lebih dalam. Adapun aktifitas dan kegiatan yang dilaksanakan

Yayasan Haji Karim Oei sebagai berikut:

A.1 Pengajian Mingguan

Kegiatan pengajian mingguan ini diadakan setiap hari Minggu yang dimulai

dari pukul 10.00 WIB hingga waktu Ashar tiba atau sektitar pukul 15.00 WIB.

Kegiatan ini diikuti oleh masyarakat muslim baik dari kalangan etnis Tionghoa

maupun pribumi. Bukan hanya masyarakat yang tinggal di sekitar yayasan saja yang

datang pada pengajian mingguan tersebut, melainkan banyak pula jama’ah yang

datang dari berbagai daerah seperti Depok, Tanggerang, Bekasi bahkan Bandung.

Pengajian ini diselenggarakan pada hari minggu karena pada hari minggu para

etnis Tionghoa yang ingin belajar tentang Islam libur dari rutinitas kerja mereka dan

sebagian besar dari mereka biasanya hanya memiliki waktu luang di hari minggu.

Selain itu, karena sebagian besar dari mereka adalah muallaf di mana di dalam

Page 80: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

65

keluarganya lebih banyak non-muslim, yang pada hari minggu seluruh keluarga pergi

meninggalkan rumah untuk beribadah. Sehingga untuk mengisi kekosongan waktu

bagi para muallaf tersebut, maka diadakanlah pengajian di hari minggu secara rutin.

“Hari minggu itu sebagian besar keluarganya pergisembahyang, dan akhirnya dia (muallaf) sendiri dirumah.Makanya kita adakan pengajian setiap hari minggu, selain adatausiyah dari para ustad juga ada acara makan-makan selepaspengajian. Walaupun dengan lauk seadanya yang penting bisabikin para muallaf bisa berbaur”, tutur pak Ali Karim.

Dalam pegajian mingguan ini YHKO menyiapkan empat penceramah yang

akan bergantian mengisi tausiyah pada tiap minggunya. Diantaranya adalah Ustz.

Yaya Ummayah yang mengisi tausiyah pada minggu pertama, H. Pepen Efendi pada

minggu kedua, Hj. Lea pada minggu ketiga, dan H. Mubin yang mengisi tausiyah

pada minggu terakhir ditiap bulannya. Tema tausiyah yang dibawakan para

penceramah selain tetang tauhid dan fiqih, penceramah pun membawakan tema

tentang sosial yang dikaitkan dengan ayat-ayat pada Al-Qur’an.

Rangkaian kegiatan pengajian mingguan ini diawali dengan tausiyah yang

dimulai dari pukul 10.00 WIB hingga masuk waktu sholat Dzuhur atau sekitar pukul

12.00 WIB, yang dilanjutkan dengan sholat Dzuhur berjamaah. Selepas sholat

Dzuhur berjamaah para jamaah YHKO dipersilahkan naik kelantai 3 gedung yayasan

untuk mengikuti acara makan siang bersama dengan lauk sederhana yang sebelumnya

sudah disiapkan oleh para pengurus yayasan.

Page 81: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

66

Gambar 5: Suasana makan bersama yang dilaksanakan setiap hari minggu, terlihat muallafTionghoa dengan akrab bercengkrama dengan pribumi.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Setelah kegiatan makan siang bersama selesai, kegiatan selanjutnya adalah

pembinaan muallaf. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan bagi

para muallaf tentang dasar-dasar agama Islam seperti apa saja yang diperbolehkan

dan dilarang dilakukan dalam agama Islam serta berbagai pengetahuan dasar tentang

Islam lainnya. Kegiatan ini juga diisi dengan bimbingan baca Al-qur’an dengan mulai

mempelajari buku Iqra dengan Ustadz Suhaimi dan ibu Ana sebagai pembimbingnya.

Dengan adanya kegiatan tausiyah dan pembinaan muallaf yang dilakukan oleh

para ustadz sehingga menambah pengetahuan para muallaf tentang agama Islam

dikegiatan pengajian mingguan ini. Selain itu adanya acara makan bersama selepas

tausiyah membuat para muallaf dari kalangan etnis Tionghoa dapat berbaur dengan

Page 82: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

67

jamaah muslim yang lain yang ada di yayasan sehingga proses pembauran yang

selama ini dicita-citakan dapat terwujud.

A.2 Bimbingan baca Al-Qur’an

Kegiatan ini dilaksanakan setiap harinya pada jam 10.00-16.00 WIB. Tempat

pelaksanaan bimbingan baca Al-Qur’an ini dilaksanakan di latai 1 atau 2 yayasan

Haji Karim Oei yang juga berfungsi sebagai masjid. Kegiatan bimbingan baca Al-

Qur’an di yayasan ini mayoritas diikuti oleh para muallaf, walaupun tidak sedikit

pula masyarakat sekitar yang mengikuti kegiatan ini. Jumlah peserta bimbingan

memang tidak dapat dipastikan, namun ada saja yang ingin belajar membaca Al-

Qur’an setiap harinya. Namun jumlahnya cukup banyak di hari minggu ketika

kegiatan pengajian mingguan diadakan.

Metode yang digunakan adalah metode Iqra, dengan Ustadz Suhaimi dan Ibu

Ana sebagai pembimbing yang selalu siap setiap saat bila ada jamaah atau muallaf

yang ingin belajar membaca Al-Qur’an di yayasan ini. YHKO juga menerima

permintaan bimbingan baca Al-Qur’an di luar yayasan jika diperlukan oleh jamaah

atau muallaf.

Kegiatan bimbingan baca Al-Qur’an ini merupakan tindak nyata yayasan

untuk merefleksikan salah satu misi yayasan yaitu menciptakan muallaf yang taat

dapat terwujud, sehingga para etnis Tionghoa yang di muallafkan di yayasan ini

menjadi seorang muslim yang taat dan berkualitas.

Page 83: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

68

A.3 Bimbingan Shalat

Kegiatan bimbingan kepada para Muallaf ataupun jama’ah YHKO tentang

tata cara shalat yang baik dan benar, seperti diajarkan tentang tata cara berwudhu,

bacaan-bacaan dalam shalat, rukun shalat dan syarat-syarat sahnya shalat dll.

Bimbingan ini dilaksanakan setiap hari pukul 10.00-16.00 WIB, biasanya kegiatan ini

dilakukan di lantai 2 masjid Lautze dibawah bimbingan ustadz Suhaimi dan ibu Erna

Rabiah.

Dalam bimbingan ini hal pertama yang diajarkan adalah tentang praktek

gerakan dalam shalat, setelah itu diajarkan bacaan-bacaan dalam shalat terutama yang

menjadi rukun shalat. Menurut Ustadz Suhaimi, ia mengajarkan para muallaf tentang

tata cara shalat ini dengan cara pantonim, yaitu melalui gerakan-gerakan, lalu jika

para mualaf sudah mulai mengerti tentang gerakan-gerakan dalam shalat maka proses

selanjutnya adalah menajarkan bacaan-bacaan dalam shalat.

Gambar 6: Seorang muallaf yang baru saja bersyahadat sedang belajar gerakan-gerakan sholatbersama muallaf lainnya di bawah pengawasan atau bimbingan Ustadz Suhaimi.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Page 84: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

69

Melalui kegiatan ini pengurus yayasan berharap agar para muallaf dapat

melaksanakan kewajiban shalat dengan baik dan sempurna, serta menambah

kekhusukan dalam melakukan ibadah shalat.

A.4 Konsultasi Agama Islam

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberi informasi tentang agama Islam,

baik mengenai aqidah, akhlak, sejarah Islam, Ibadah dan lain sebagainya. Konsultasi

agama Islam ini dilaksanakan setiap hari pukul 10.00-16.00 WIB. Dengan ustadz

Suhaimi dan bapak Yusman Iriansyah, SE yang juga merupakan keturunan Tionghoa

sebagai konsultan dalam kegiatan konsultasi agama ini.

Kegiatan ini dilakukan dengan cara datang langsung ke yayasan ataupun

melalui telepon, namun lebih banyak yang berkonsultasi dengan cara datang langsung

ke yayasan. Peserta konsultasi didominasi oleh mereka yang belum masuk islam dan

biasanya ditangani langsung oleh Yusman Iriansyah, karena mayoritas yang datang

untuk berkonsultasi adalah warga keturunan Tionghoa dan mereka bertanya dengan

bahasa Tionghoa sehingga penempatan pak Yusman sebagai konsultan ini agar etnis

Tionghoa yang ingin mendapat informasitentang Islam tidak canggung dan malu

bertanya. Materi yang diberikan pada kosultasi ini biasanya informasi tentang Islam

yang sebenarnya, syarat-syarat masuk islam dan lain sabagainya.

Melalui konsultasi ini bagi kalangan yang belum masuk Islam, mereka

mendapatkan informasi yang benar tentang Islam yang selama ini kurang dipahami,

dan selanjutnya jika mereka merasa yakin dengan ajaran islam yang didapat dari

kegiatan ini mereka langsung menanyakan syarat-syarat menjadi seorang muslim.

Page 85: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

70

Dan bagi mereka yang muslim dengan adanya konsultasi agama islam ini dapat

memperoleh penjelasan tentang islam.

Dengan adanya konsultasi agama diyayasan ini, YHKO telah menjalankan

fungsi utama sebagai pusat informasi agama Islam kepada siapapun yang

membutuhkannya. Sehingga proses Islamisasi dan upaya pembauran melalui agama

yang dilakukan oleh yayasan ini dapat berjalan dengan baik.

A.5 Sholat Berjamaah

Kegiatan lain yang penting dan wajib dilakukan bagi yayasan yang juga

menjadi masjid ini adalah pelaksanaan sholat berjamaah. Dalam pelaksanaan sholat

fardu berjamaah di YHKO sehari-harinya hanya ada sholat Dzuhur dan sholat Ashar

saja. Ini disebabkan aktifitas etnis Tionghoa ataupun masyarakat pribumi ramai

selama jam kerja karena lokasi berdirinya yayasan ini adalah dikawasan hunian dan

bisnis Pasar Baru Jakarta. Sehingga Yayasan Haji Karim Oei dan juga Masjid Lautze

hanya buka sesuai dengan jam kerja yaitu pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB.

Namun pada kesempatan dan waktu-waktu khusus, Masjid Lautze akan buka

hingga malam hari. Seperti pada bulan Ramadhan, Masjid Lautze digunakan juga

untuk sholat tarawih oleh warga sekitar maupun para jamaah muallaf dari Yayasan

Haji Karim Oei. Kegiatan sholat tarawih berjamaah ini hanya dilaksanakan pada hari

sabtu setiap minggunya dibulan Ramadhan yang dilanjutkan dengan acara buka

bersama. Hal ini dimaksudkan yayasan ingin memudahkan para jama’ah muallaf

yang banyak berasal dari berbagai daerah disekitar Jabodetabek agar bisa ikut

melaksanakan shalat Tarawih serta buka bersama. Keunikan lainnya pada

Page 86: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

71

pelaksanaan shalat Tarawih di masjid Lautze ini adalah imam shalat akan diganti

setiap rakaat kedua, dan yang menjadi imam adalah para muallaf dari kalangan etnis

Tionghoa. Menurut bapak Yusman hal ini dilakukan untuk melatih para muallaf agar

memiliki keberanian dan nantinya akan membuat para muallaf merasa lebih diterima

di lingkungan barunya (Islam) ini.

A.6 Kegiatan Sosial

Selain kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan, Yayasan Haji Karim Oei

juga aktif dalam kegiatan-keggiatan sosial dimana yayasan ini membentuk sebuah

lembaga yang khusus untuk menangani kegiatan sosial yang akan dilaksanakan oleh

yayasan, lembaga ini diberi nama Forum Ukhuwah Karim Oei (FUKO). Lembaga ini

aktif dalam melakukan kegiatan sosial serta secara rutin mengadakan hubungan

silahturrahmi antar jama’ah yayasan, sebagai contoh: apabila ada salah satu jamaah

yang terkena musibah baik itu sakit, korban banjir, bencana alam, dll, maka lembaga

ini secara cepat akan memberikan bantuan kepada jama’ah tersebut maupun warga

sekitar.

FUKO juga sering kali mengadakan kerjasama dengan LSM maupun ormas-

ormas Islam dalam melaksanakan kegiatan sosialnya. Salah satu kegiatan sosial di

yayasan ini adalahkegiatan Teras Sehat yang merupakan pelayanan pengobatan gratis

untuk para Dhuafa dan masyarakat disekitar Yayasan Haji Karim Oei. Pelayanan

pengobatan gratis ini merupakan bentuk kerjasama yayasan dengan Rumah Sehat

BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional) yang dilaksanakan sejak 24 Januari 2016.

Pelayanan pengobatan ini diadakan seminggu sekali dan dilaksanakan pada setiap

Page 87: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

72

hari selasa mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB. Persyaratan bagi

Dhuafa, masyarakat, maupun muallaf yang ingin mengikuti pengobatan gratis ini

cukup membawa fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), serta

surat keterangan tidakmampu dari RT/RW. Menurut dokter Iqbal sebagai dokter yang

menangani para pasien dalam kegiatan tersebut khusus Dhuafa persyaratannya hanya

membawa KTP saja.

Dalam berbagai kegiatan sosial yang dilakukan oleh YHKO muallaf dari etnis

Tionghoa juga ikut dalam pelaksanaannya. Hal ini dilakukan untuk melatih mereka

yang belum terbiasa bersosialisasi dengan masyarakat atau pribumi sehingga dapat

berbaur dengan masyarakat.

A.7 Pengislaman

Pengislaman merupakan hal yang utama bagi Yayasan Haji Karim Oei ini,

karena berkenaan dengan visi dan misi yayasan mengenai pembauran dan

mengenalkan islam kepada etnis Tionghoa. Pengislaman ini dilaksanakan di lantai 1

yayasan yang juga berfungsi sebagai Masjid Lautze dan di selenggarakan setiap hari.

Namun biasanya sering dilakukan pada hari jum’at dan minggu karena pada hari itu

yayasan ramai dikunjungi para jamaah yang sholat jum’at ataupun pengajian

mingguan di hari minggu, sehingga mereka (para calon muallaf) juga dapat langsung

mengikuti atau sekedar melihat tata cara sholat berjamaah. Walaupun demikian,

yayasan akan terbuka dan membantu apabila ada calon muallaf yang ingin di

Islamkan pada hari selain jum’at dan mingggu, karena disesuaikan dengan waktu

luang si calon muallaf itu sendiri.

Page 88: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

73

Gambar 7: Proses pengislaman etnis Tionghoa yang dilakukan di Masjid Lautze (lantai satuYayasan Haji Karim Oei).

(Sumber:Dokumentasi Pribadi)

Mengenai jumlah muallaf yang telah diIslamkan, pihak yayasan tidak dapat

memastikan berapa jumlah orang-orang yang telah di Islamkan melalui Yayasan Haji

Karim Oei sejak awal berdirinya. Ini disebabkan terdapat dua periode pengislaman,

periode pertama di 1991-1996 dan periode kedua 1997 hingga sekarang. Pada periode

pertama, walaupun banyak warga yang mencari informasi dan berkonsultasi tentang

Islam di yayasan ini, namun yayasan seringkali menyarankan kepada para calon

muallaf agar melakukan proses pengislaman tersebut di masjid-masjid lain seperti

masjid Agung Sunda Kelapa, masjid Istiqlal, dan masjid Al-Azhar. Ini dikarenakan

pada periode pertama pihak yayasan tidak mengeluarkan sertifikat pengislaman,

sehingga tidak ada pembukuan atau catatan tentang siapa-siapa saja dan berapa

jumlah muallaf pada periode pertama ini.

Page 89: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

74

“untuk proses pengilsaman, yayasan ini dibagi jadi 2 periode,periode pertama 1991 sampai 1996, yang ke dua dari tahun 1997sampai sekarang. Di periode pertama banyak yang ingin masukislam, tapi kita rekomendasikan ke masjid-masjid lain seperti,masjid Sunda Kelapa, Istiqlal, dan AL-Azhar. Karena masjid itusudah bisa mengeluarkan sertifikat pengislaman sedangkan kitabelum.” Tutur pak Ali Karim

Tabel 3: Jumlah pengislaman di YHKO tahun 1997- 2000

(Sumber: Arsip YHKO)

Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat peran penting YHKO dalam

perkembangan agama Islam di kalangan Etnis Tionghoa Jakarta. Apabila kita

bandingkan dengan tabel pengislaman yang yang tercatat oleh PITI sejak tahun 1968

hingga 1978, organisasi tersebut mampu mengislamkan 119 muallaf Tionghoa

sedangkan pada tahun pertama dan kedua dalam pencatatan pengislamannya YHKO

telah jauh melampaui pencapaian PITI. Hal ini membuktikan bahwa YHKO telah

mampu menjalankan fungsi dan tujuan utamanya yaitu sebagai pusat informasi

agama Islam dengan sangat baik dan efektif.

B. Metode Dakwah Yayasan Haji Karim Oei

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata bahasa Yunani yaitu “meta”

(melalui) dan “hodos” (jalan atau cara). Dengan demikian kita dapat artikan bahwa

Tahun Jumlah Muallaf

1997 104

1998 84

1999 50

2000 52

Jumlah 290

Page 90: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

75

metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.122

Sedangkan dakwah dari segi bahasa berasal dari bahasa arab da’wah, yang

merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a (madli), yad’u (mudlari), yang berarti

seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dapat dilakukan dengan

suara, kata-kata, maupun perbuatan.123Secara garis besar ada tiga metode dalam

berdakwah, yaitu metode Al-Hikmah, metode Al-Mau’idza Al-Hasanah, dan metode

Al-Mujadalah.124

Menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud An-Nasari, dakwah Al-Hikmah

adalah dakwah menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang

menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan guna menarik perhatian orang

kepada agama atau Tuhan. Metode selanjutnya adalah metode Al-Mau’idza Al-

Hasanah, menurut Abdul Hamid Al-Bilali, metode Al-Mau’idza Al-Hasanah adalah

salah satu metode dalam dakwah untuk mengajak kejalan Allah dengan memberikan

nasehat atau membimbing dengan lemah lembut agar mereka mau berbuat baik.

Karena dalam segi bahasa , mau’idzah berasal dari kata wa’adza-ya’idzu-wa’dzan-

‘idzatan yang berarti nasehat, bimbingan pendidian, dan peringatan. Sementara

hasanah artinya kebaikan. Sedangkan Al-Mujadalah secara istilah memiliki arti upaya

tukar pendapat yang dilakukan oleh dua belah pihak adanya suasana yang akan

melahirkan permusuhan. Sedangkan menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi ialah,

122Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011),hlm. 242.

123Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, hlm. 240.124Alwisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah dalam Membentuk Dai dan Khatib Profesional,

hlm. 71.

Page 91: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

76

suatu upaya yang bertujuan untuk mengalahkanpendapat lawan dengan cara memberi

argumen-argumen dan bukti yang kuat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode

Al-Mujadalah adalah metode dakwah dengan cara bertukar pendapat secara santun

yang tidak melnimbulkan permusuhan dengan menggunakan argumen-argumen yang

kuat serta saling mengargai dan menghormati satu sama lain.125

Selain metode dakwah, bentuk dakwah yang biasa digunakan para da’i dalam

mensyiarkan agama Islam pun ada beberapa macam. Diantaranya adalah Dakwah Bil-

Lisan, Dakwah Bil-Hal, dan Dakwah Bil-Qalam.

Dakwah Bil-Lisan adalah dakwah yang dilakukan melalui lisan, yang

dilakukan dengan ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat, dan lain-lain.126

Bentuk dakwah ini merupakan cara dakwah yang paling sering digunakan oleh para

da’i dalam menjalankan kegiatan dakwahnya kepada masyarakat, baik itu cerama di

majelis taklim, khutbah jum’at, ataupun ceramah dipengajian-pengajian. Dakwah

dengan cara ini juga dipakai oleh Yayasan Haji Karim Oei untuk melaksanakan

kegiatan dakwahnya. Ini bisa dilihat dari beberapa kegiatan yang dilaksanakan

yayasan seperti pada pengajian mingguan atau pun khutbah jum’at pada

penyelenggaraan sholat jum’at setiap minggunya.

Selanjutnya adalah Dakwah Bil-Hal,yaitu dakwah dengan perbuatan nyata

yang meliputi keteladanan. Misalnya dengan tindakan amal karya nyata tersebut

125Alwisral Imam Zaidallah, Strategi Dakwah dalam Membentuk Dai dan Khatib Profesional,hlm. 71.

126Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hlm.11.

Page 92: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

77

hasilnya dapat dirasakan secara konkrit oleh masyarakat sebagai objek dakwah.127

Dalam hal ini Yayasan Haji Karim Oei juga melakukan dakwah ini, terbukti dengan

mendirikan sebuah masjid yang diberi nama Masjid Lautze dengan arsitekur

Tionghoanya agar etnis Tionghoa mau mengenal Islam dan berbaur dengan pribumi.

Terakhir Dakwah Bil-Qalam, yaitu dakwah melalui tulisan yang dilakukan

dengan keahlian menulis seperti surat kabar, majalah, buku, maupun jurnal-jurnal.128

Dilihat dari beberapa buku yang pernah di tetbitkan oleh YHKO ini membuktikan

bahwa yayasan ini juga menggunakan bentuk dakwah Bil-Qalam ini. Buku-buku

yang pernah diterbitkan YHKO antaralain, Islam Dimata WNI, WNI Beragama Islam,

dan Pembauran dan Islam. Semua buku tersebut ditulis oleh Junus Jahja salah satu

tokoh pendiri yayasan dan juga dikenal sebagai salah satu tokoh pembauran.

Dilihat dari pemaparan di atas, mulai dari metode dakwah, bentuk dakwah,

hingga kegiatan dan aktifitas yang ada di YHKO, bisa disimpulkan tidak ada metode

ataupun bentuk dakwah khusus yang digunakan oleh yayasan dalam aktifitas dakwah

yang dilakukan untuk etnis Tionghoa, yang membedakan adalah pendekatan dakwah

secara kultural. Seperti yang di katakan pak Ali Karim.

“Kita ga ada metode dakwah atau dakwah khusus yang dipakaidi yayasan ini, mungkin yang bikin kita beda dari yang lainpendekatan kultural yang kita gunakan. Jadi pendekatan kultur,karena orang Tionghoa itu kan susah dipisahkan dengan budayanyajadi kita pakai pendekatan budaya buat menarik perhatianTionghoa, Alhamdulillah berhasil” Ungkap pak Ali Karim.

127Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, hlm. 11.128Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, hlm. 11.

Page 93: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

78

Pendekatan kultural dalam dakwah bisa juga disebut dengan Dakwah kultural.

Dakwah kultural adalah dakwah yang dilakukan dengan cara mengikuti budaya-

budaya masyarakat setempat (objek dakwah) tanpa menyimpang dari aqidah yang

sudah ada dengan tujuan agar dakwahnya dapat diterima di lingkungan masyarakat

tersebut. Dakwah kultural juga bisa diartikan sebagai kegiatan dakwah dengan

memperhatikan potensi dan kecenderungan manusia sebagai makhluk budaya secara

luas dalam rangka menghasilkan kultur baru yang bernuansa Islami atau kegiatan

dakwah dengan memanfaatkan adat, tradisi, seni, dan budaya lokal dalam

prosesnya.129

Pendekatan kultural dalam berdakwah sebenarnya sudah tidak asing di

Indonesia, sebagai contoh adalah dakwah Walisongo. Dalam kegiatan dakwahnya

para walisongo ini sengaja mengambil instrumen kebudayaan lokal yang ada

dimasyarakat wilayahnya untuk mempromosikan nilai-nilai Islam.130 Pendekatan

kultural yang digunakan oleh Walisongo pada saat itu adalah dengan menyesuaikan

media dakwah yang sedang digandrungi oleh masyarakat yaitu wayang. Kesenian

wayang ini kemudian dimodifikasi oleh para Wali dengan konteks keislaman.

Sedangkan pada YHKO, pendekatan kultural yang dimaksud Ali Karim

adalah dengan cara membuat arsitektur Masjid Lautze bergaya khas Tionghoa.

Dengan warna merah dan kuning yang dominan pada bangunan yayasan (Masjid

Lautze), beberapa kaligrafi Arab-Cina, serta penambahan ornamen lampion didepan

129Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 349.130Riddin Sofwan, Islamisasi di Jawa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), hlm. 257.

Page 94: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

79

Masjid. Ini dilakukan agar membuat etnis Tionghoa yang ingin mencari informasi

tetang Islam di yayasan ini tidak sungkan untuk masuk. Pendekatan kultural yang

dilakukan YHKO ini membuahkan hasil, terlihat dari jumlah etnis Tionghoa yang

telah dimuallafkan di yayasan ini telah mampu melampai pencapaian PITI sebagai

organisasi pendahulu dalam bidang dakwah dikalangan Tionghoa ini. Bahkan dalam

pencatatan terakhir yang dilakukan YHKO pada bulan Oktober 2016 telah lebih dari

1200 orang telah dimuallafkan diyayasan ini sejak tahun 1997.

C. Peranan YHKO Sebagai Wadah Dakwah Muslim Tionghoa

Bicara muslim Tionghoa di Jakarta tidak bisa lepas dari peran Yayasan Haji

Karim Oei (YHKO). Di tengah problematika yang dihadapi oleh etnis Tionghoa di

Indonesia, YHKO hadir sebagai sebuah wadah untuk para muslim Tionghoa

berdakwah, mengenenalkan, dan menyebarkan Islam ke etnis Tionghoa yang selama

ini memandang sebelah mata Islam sebagai agama rendahan.

Dengan pendekatan kultural dan berbagai kegiatan yang dilakukan YHKO,

sedikit demi sedikit etnis Tionghoa dapat memahami Islam dengan lebih baik. Ini

dikarenakan, berdirinya yayasan ini sendiri selain bertujuan untuk berdakwah juga

bertujuan menjadi pusat informasi Islam bagi etnis Tionghoa serta menjadi wadah

untuk mereka berasimilasi. Upaya untuk mengenalkan dan mendekatkan Islam

dengan etnis Tionghoa di Jakarta dilakukan dengan mendirikan yayasan di tengah

pecinan, dimana kawasan yang mayoritas penduduknya adalah etnis Tionghoa.

Bentuk bangunan yayasan yang berupa ruko dibuat sedemikian rupa dengan warna

interior dan eksterior serta berbagai ornamen khas Tionghoa juga dibuat oleh yayasan

Page 95: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

80

agar etnis Tionghoa yang datang dan ingin mengenal Islam merasa nyaman dan tidak

canggung. Adanya kata “Oei” pada papan nama Yayasan Haji Karim Oei juga

menjadi daya tarik tersendiri. Karena adanya identitas Tionghoa dalam nama tersebut

sehingga etnis Tionghoa tidak sungkan untuk datang ke yayasan ini.

Walaupun YHKO bukanlah satu-satunya wadah yang berkonsentrasi untuk

berdakwah di kalangan etnis Tionghoa, namun peranannya sebagai wadah dakwah

muslim Tionghoa khususnya di Jakarta sangat besar. Ini bisa dilihat dari pencapaian

YHKO dalam pengislaman di tahun 1997 hingga 1998 ini melampaui pencapaian

pengislaman yang dilakukan PITI pada pada periode tahun 1965-1978.131Bahkan

jumlah etnis Tionghoa yang telah dimuallafkan di yayasan ini tercatat berjumlah lebih

dari 1200 orang sejak 1991 hingga oktober 2016. Pada tahun pertama dan keduanya

YHKO telah mengislamkan 188 muallaf dari etnis Tionghoa, sedangkan PITI pada

rentang tahun 1965-1978 tercatat 119 etnis Tionghoa telah diislamkan.

Berbagai kegiatan yang ada di YHKO adalah sebuah refleksi dari visi dan

misi yang diterapkan yayasan ini. Yaitu untuk menyebarkan agama Islam di kalangan

etnis Tionghoa, mendekatkan Islam dengan etnis Tionghoa, dan memberikan

pendampingan bagi orang Tionghoa yang baru masuk Islam. Dengan berbagai

keterbatasan yang ada Yayasan Haji Karim mampu menjadi sebuah wadah dakwah

dan berasimilasi yang efektif untuk kalangan etnis Tionghoa.

131 Lihat tabel 2 dan 3

Page 96: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

81

BAB V

KESIMPULAN

Dari uraian bab-bab yang telah penulis jelaskan pada skripsi ini bahwasanya

Yayasan Haji Karim Oei (YHKO) merupakan suatu yayasan yang bergerak di bidang

dakwah yang berfokus untuk kalangan etnis Tionghoa di Jakarta. Tumbuh dan

berkembangnya muslimTionghoa di Jakarta tidak lepas dari peranan Yayasan Haji

Karim Oei yang berdiri sejak 1991. Berdasarkan dari apa yang telah diuraikan dalam

skripsi ini, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut:

Pertama, tentang sejarah muslim Tionghoa sejak kedatangannya ke Indonesia

hingga 1990-an. Berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia mulai dari kedatangan

Belanda dengan berbagai kebijakan terkait etnis Tionghoa dan kebijakan yang berbau

rasialnya, serta peristiwa migrasi besar-besaran yang terjadi akibat dari kebutuhan

ekonomi dan situasi politik yang tidak kondusif di negeri asal membuat proses

pembauran antara etnis Tionghoa dengan masyarakat pribumi yang awalnya berjalan

dengan baik perlahan mundur. Ini disebabkan oleh adanya perubahan keadaan sosial,

politik dan budaya yang terjadi kala itu sehingga membuat etnis Tionghoa tidak

mendapatkan informasi tentang Islam. Keadaan ini terus berlanjut hingga masa Orde

Baru berlangsung. Dengan demikian minimnya pengetahuan etnis Tionghoa tentang

Islam yang benar yang disebabkan faktor tersebut membuat proses asimilasi antara

etnis Tionghoa dengan pribumi menjadi terhambat.

Page 97: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

82

Kedua, mengenai berdirinya Yayasan Haji Karim Oei di Jakarta. Berbagai

problematika yang di hadapi etnis Tionghoa sejak masa penjajahan Belanda hingga

Orde Baru membuat jurang pemisah antara etnis Tionghoa dan pribumi semakin jauh,

sehingga menghambat proses pembauran. Dengan melihat akar permasalahan

tersebut, dengan semangat dakwah Islam yang dimiliki muslim Tionghoa maka

berdirilah Yayasan Haji Karim Oei (YHKO) yang mempunyai tujuan utama untuk

memberikan informasi dan dakwah Islam kepada etnis Tionghoa. Dengan adanya

Yayasan Haji Karim Oei diharapkan stigma negatif yang selama ini melekat pada

Islam di mata etnis Tionghoa dapat teratasi.

Terakhir kesimpulan mengenai peran Yayasan Haji Karim Oei sebagai wadah

dakwah muslim Tionghoa di Jakarta. Keberadaan muslim Tionghoa di Jakarta saat ini

tidak lepas dari peran YHKO dalam upaya dakwahnya ke kalangan etnis Tionghoa.

Sejak berdirinya, YHKO menggunakan pendekatan budaya dalam metode

dakwahnya. Pendekatan budaya yang dilakukan YHKO dan berbagai kegiatan yang

dilakukan di yayasan ini berhasil menarik minat etnis Tionghoa untuk mengetahui

Islam lebih dalam, yang pada akhirnya banyak dari mereka memilih Islam sebagai

agama yang diyakininya. Pada tahun pertama dan kedua pecatatan yayasan dalam

pengislaman yang dilakukannya telah melampaui pencapaian yang dilakukan oleh

PITI. Hal ini menjadi bukti betapa penting peranan Yayasan Haji Karim Oei sebagai

wadah dakwah dan juga membuktikan bahwa menjadi seorang muslim adalah salah

satu cara efektif seroang etnis Tionghoa agar dapat berbaur dengan pribumi.

Page 98: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

82

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Primer

1. Arsip Tak Terbit

Akta No.49 tahun 1991, Pendirian Yayasan Haji KarimOei (YHKO),

NotarisAzhar Alia, SH.

Akta No.4 tahun 1993, Pernyataan Keputusan Rapat Yayasan Haji KarimOei

(YHKO), NotarisMintarsihNatamihardja, SH.

Data Pengislaman, PITI 1965-1978.

Intruksi Presiden No. 14 tahun 1967, tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat

Istiadat Cina.

Intruksi Presiden No. 15 tahun 1967, tentang Pembentukan Staf Khusus Urusan

Cina.

Keputusan Presiden No. 240 tahun 1967, tentang Kebijaksanaan Pokok Yang

Menyangkut Warga Negara Keturunan Asing.

Keputusan Presidium 127/U/Kep/12/1966, tentang Peraturan Ganti Nama.

SK. Menteri Perdagangan dan Koperasi No.286/KP/XII/78, tentang Pelarangan

Impor, Penjualan, dan Pengedaran Terbitan Dalam Bahasa dan Aksara Cina.

Undang-Undang No. 4 tahun 1961 tentang Perubahan atau Penambahan Nama

Keluarga.

Undang-Undang Penanaman Modal Asing tahun 1967 tentang Penanaman Modal

Asing di Indonesia.

Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri tahun 1968 tentang

Penanaman Modal Dalam Negeri.

Page 99: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

83

2. Surat Kabar Sezaman

Antara, “Pengusiran WNA Tjina adalah Wajar dan Tepat”, Sabtu 29 Maret 1967

Harian Kompas, “Nama dan Peristiwa”, Selasa 28 November 1995.

Republika, “Orang Cina yang muslim dianggap pribumi”, Jum’at 3 mei 1996.

Sinar Harapan, “Peraturan Ganti Nama di DCI Djakarta Raya”, Rabu 24 Mei

1967.

B. Sumber Skunder

1. Buku

A Muhaimin, Yahya. Bisnis dan Politik: Kebijakan Ekonomi Indonesia 1950-

1980, Jakarta: LP3ES, 1990.

Abdurahman, Dudung. Metode Penitian Sejarah, Logos. Jakarta 1999.

Afif, Afthonul. Identitas Tionghoa Muslim Indnonesia: Pergulatan Mencari Jati

Diri, Depok: Kepik, 2012.

Ali Aziz, Moh. Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2009.

Al-Qurtubbi, Sumanto. Arus Cina Islam Jawa, Yogyakarta, Inspeal Press, 2003.

Ananta Toer, Pramoedya. Arus Balik : Sebuah Epos Pasca Kejayaan Nusantara

di Awal Abad ke-16, Jakarta, Hasta Mitra, 2002.

Batubara, Cosmas. Sejarah Lahirnya Orde BaruHasil dan Tantangannya, Jakarta:

Prahita,1986.

Budiman, Amin. Masyarakat Islam Tionghoa di Indonesia, Semarang: Tanjung

Sari, 1979.

Castles, Lance. Profil etnik Indonesia, Jakarta: Masup Jakarta, 2007.

Page 100: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

84

Coppel, Charles A. Tionghoa Indonesia Dalam Krisis, Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan,1994.

Ekadjati, Edi S. Kebudayaan Sunda: Suatu Pendekatan Sejarah Jilid I, Jakarta:

Pustaka Jaya, 1995.

Graaf, H. J. De. Cina Muslim di Jawa Abad XV dan XVI: Antara Histotitas dan

Mitos, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1997.

Gautama, Prof. Mr. Dr.s. Warganegara dan Orang-Orang Asing Berikut 42

Peraturan dan Contoh, Bandung: Alumni,1975.

Grief,Stuart W. WNI Problematik Orang Indonesia Asal Cina, Jakarta: Pusaka

Utama Grafiti, 1991.

Gottschalk,Louis. Mengerti Sejarah, UI Pres: 1975.

Ham, Ong Hok. Anti Cina, Kapitalisme Cina dan Gerakan Cina, Depok:

Komunitas Bambu, 2008.

_________. Riwayat Tionghoa Peranakan Jawa (Cet ke-2), Depok: Komunitas

Bambu, 2009.

Hoon, Chang Yau Hoon. Identitas Tionghoa Pasca Soeharto: Budaya, Politik dan

Media, Jakarta, Yayasan Nabil dan LP3ES, 2012.

Jahja, Junus. 10 Tahun Masid Lautze, Jakarta: Yayasan Haji Karim Oei, 2001.

__________. Islam Di Mata WNI, Jakarta: Yayasan Haji Karim Oei.

__________. Masalah Tionghoa di Indonesia Asimilasi vs Integrasi, Jakarta:

LPMB, 1999.

__________. Muslim Tionghoa, Kumpulan Karangan. Jakarta: Yayasan Haji

Karim Oei, 1996.

Page 101: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

85

__________. Non Pri Di Mata Pribumi, Jakarta: Yayasan Tunas Bangsa,1991.

__________. Peranakan Idealis: Dari Lie Eng Hok Sampai Teguh Karya, Jakarta:

Kepustakan Populer Gramedia,2002.

Karim, Abdul. Islam di Asia Tengah, Yogyakarta: Bagaskara, 2006.

Liem, Yusiu. Prasangka Terhadap Etnis Cina, Jakarta: Djambatan, 2000

Mulyana, Selamet. Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-

Negara Islam di Nusantara, Yogyakarta: LkiS, 2008.

Ma, Ibrahim Ying. Perkembangan Islam di Tiongkok, Jakarta: Bulan Bintang,

1979

Murata, Sachiko. Gemerlap Cahaya Sufi dari Cina, Jakarta: Pusaka Sufi, 2003

Muriah, Siti. Medodologi Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Mitra Pustaka,

2000.

Oei, H. Abdul Karim. Mengabdi Agama, Nusa dan Bangsa, Jakarta: Gunung

Agung, 1982.

Saputra, Wahidin. Pengantar Ilmu Dakwah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2011.

Setiawan, Teguh. Tionghoa Indonesia : Cina Muslim dan Runtuhnya Republik

Bisnis. Jakarta: Republika, 2012.

Setiono, Benny G. Tionghoa Dalam Pusaran Politik, Jakarta: Trans Media

Pustaka, 2008.

Skiner, G.W. Golongan Minoritas Tionghoa, Jakarta: Gramedia, 1981.

Suryadinata, Leo. Dilema Minoritas Tionghoa,Jakarta: Grafiti Pers. 1984.

____________. Etnis Tionghoa dan Pembanguan Bangsa, Jakarta: LP3ES, 1999.

Page 102: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

86

____________. Kebudayaan Minoritas Tionghoa di Indonesia, Jakarta:

Gramedia,1988.

____________. Mencari Identitas Nasional Dari Tjoe Bou San Sampai Yap

Thiam Hien, Jakarta: LP3ES, 1990.

____________. Politik Etis Tionghoa Indonesia 1900-2002, Jakarta: LP3ES,

2002.

____________. Politik Tionghoa Peranakan di Jawa 1917-1942, Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan, 1986.

Sofwan, Riddin. Islamisasi di Jawa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.

Syukir, Asmuni. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983.

Tan, Mely G. Golongan Minoritas Tionghoa di Indonesia, Jakarta: Gramedia,

1981.

Tailor, Jean Gelman. Kehidupan Sosial di Batavia, Orang Eropa dan Eurasia di

Hindia Timur, Jakarta: Masup Jakarta, 2006.

Wijayakusuma, Hembing. Pembantaian Masal 1740 : Tragedi Berdarah Angke.

Jakarta: Pustaka Populer Obor, 2005.

Zaidallah, Alwisral Imam. Strategi Dakwah dalam Membentuk Dai dan Khatib

Profesional, Jakarta: Kalam Mulia, 2005.

Zhi, Kong Yuan. Muslim Tionghoa Ceng Ho, Jakarta: Pustaka Popular Obor,

2000.

Wibowo, I. Retrospeksi dan Rekontekstualisasi Masalah Cina, Jakarta: Gramedia,

1999.

Page 103: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

87

2. Tesis

Mustopa.Islam dan Pembaruan: Studi Mengenai Tionghoa Muslim di Jakarta,

Tesis, UI: 2006.

Widiastuti, Nurarni. Penggunaan dan Pengakuan Indentitas Islam pada

Masyarakat Cina Muslim, Tesis, UI: 2009.

3. Makalah

Efendi, Wahyu. “Tinjauan atas Rumusan Pasal mengenai Diskriminasi Rasial

dalam Rancangan KUHP”, Makalah,Focus Grup Discussion, Jakarta: 23

November 2006.

Skober, Tanti Restiasih.“Orang Cina di Bandung, 1930-1960: Merajut Geliat

Siasat Minoritas Cina”, Makalah,Konferensi Nasional Sejarah VIII, Jakarta:

14-17 November 2006.

4. Sumber Elektronik

Al-Qurtubbi, Sumanto. Islam di Tiongkok dan China Muslim di Jawa Pada Masa

Pra-Kolonial Belanda, Dalam http://jurnal.elsaonline.com/?p=97.Diakses

pada 21 Mei 2016.

Page 104: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

88

LAMPIRAN

Lampiran 1:

Foto Penulis dengan narasumber H.M. Ali Karim, SH (anak Haji Abdul Karim Oei dan KetuaYayasan Haji Karim Oei) saat wawancara mengenai latar belakang berdirinya Yayasan HajiKarim Oei.

Lampiran 2:

Foto yang diambil penulis saat sholat Jum’at berjamaah di Masjid Lautze (Lantai satuYayasan Haji Karim Oei).

Page 105: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

89

Lampiran 3:

Foto tampak depan Yayasan Haji Karim Oei, terlihat terdapat ornamen etnis Tionghoa mulaidari pemilihan warna cat gedung yang di dominasi warna merah dan kuning, bentuk pintuyang menyerupai pintu klenteng pada umumnya, serta adanya lampion-lampion yang digantung yang menambah kental nuansa Tionghoa pada yayasan ini.

Lampiran 4:

Foto bagian dalam lantai 1 gedung Yayasan Haji Karim Oei yang juga merupakan MasjidLautze. Pada bagian dalam lantai 1 Masjid Lautze terdapat banyak sekali kaligrafi bertuliskanhuruf Arab dengan percampuran seni antara Arab dan Cina yang menghiasi setiap sudutmasjid ini.

Page 106: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

90

Lampiran 5:

Foto data pengislaman yang tercatat dan telah dilakukan Yayasan Haji Karim Oei sejak 1997hingga Oktober 2016.

Page 107: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

91

Lampiran 6:

Data pengislaman yang dilakukan PITI sejak 1965 hingga 1978.

Page 108: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

92

Lampiran 7:

Surat kabar Sinar Harapan dengan judul artikel Peraturan Ganti Nama di DCI Djakarta Rayayang terbit pada rabu 24 Mei 1967 yang memuat berita tentang kebijakan pemerintah OrdeBaru tentang pergantian nama untuk etnis Tionghoa di Indonesia.

Page 109: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

93

Lampiran 8:

Undang-Undang No.4 tahun 1961 tentang perubahan atau penambahan nama keluarga

Page 110: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

94

Page 111: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

95

Lampiran 9:

Keputusan Presidium No.127/U/Kep/12/1966 tentang peraturan ganti nama.

Page 112: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

96

Lampiran 10:

Intruksi Presiden No.14 tahun 1967, tentang agama, kepercayaan dan adat istiadat Cina.

Page 113: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

97

Lampiran 11:

Intruksi Presiden No.15/1967 tentang pembentukan staf khusus urusan Cina.

Page 114: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

98

Page 115: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

99

Lampiran 12:

Keputusan Presiden No.240/1967 tentang kebijaksanaan pokok yang menyangkut warganegara keturunan asing.

Page 116: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

100

Lampiran 13:

Undang-Undang tentang penanaman modal asing.

Page 117: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

101

Page 118: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

102

Page 119: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

103

Lampiran 14:

Undang-undang No.6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri

Page 120: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

104

Page 121: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

105

Lampiran 15:

SK. Mentri Perdagangan dan Koperasi No.286/1978 tentang pelarangan Impor, penjualan,dan pengedaran terbitan dalam bahasa dan aksara Cina.

Page 122: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

106

Lampiran 16:

Arsip Yayasan Haji Karim Oei Akta No. 49, Notaris H. Azhar Alia, SH. 9 Maret 1991.

Page 123: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

107

Page 124: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

108

Page 125: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

109

Page 126: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

110

Lampiran 17:

Arsip Yayasan Haji Karim Oei Akta No. 4 Notaris Mintarsih Natamihardja, SH. 15 Oktober 1993.

Page 127: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

111

Page 128: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

112

DAFTAR WAWANCARA

Nama : Firdaus Alansyah

Nim : 1111022000003

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Adab dan Humaniora

Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam

Narasumber : HM. Ali Karim, SH.

Hari/Tanggal : Sabtu, 2 Juli 2016

Tempat : Yayasan Haji Karim Oei Jl. Laotze no. 88-89, Kelurahan Karang Anyar,

Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Pokok Pembicaraan

Penulis : Apakah alasan ataupun tujuan awal berdirinya Yayasan Haji Karim

Oei?

H.M. Ali Karim, SH : Alasan kita yang paling utama sih untuk ngasih informasi tentang

Islam yang sebenar-benarnya karena sudah sangat lama salah

dipresepsikan oleh orang-orang cina di Indonesia. Ini kan gara-gara

Belanda dulu bikin kita di adu domba sama pribumi supaya ga akur

terus dia bisa monopoli dagang disini. Zaman Belanda kan pribumi

dibikin citra yang jelek, miskin, kumuh, bodoh, dll, jadi berpengaruh

juga kan ke citra Islam karena Islam agama mayoritas pribumi. Nah,

karena itu orang Tionghoa enggan buat kenal sama yang namanya

Islam. Sebaliknya juga, pribumi kan memandang orang Tionghoa itu

antek Belanda, pelit, serakah, dsb. Makin ga akurlah Tionghoa ama

pribumi yang berimbas juga Tionghoa memandang jelek Islam dan ga

mau kenal Islam karena ga ada yang ngasih tau tentang Islam ke

mereka. Orang-orang Tionghoa tuh kesukuannya tinggi, kadang

mereka ga mau dengerin omongan orang selain orang Tionghoa juga,

makanya kita yang Tionghoa tapi udah Islam yang jadi ujung

tombaknya buat ngasih Informasi tentang Islam kemereka

(Tionghoa).

Page 129: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

113

Penulis : Mengapa nama yayasan ini diberi nama Yayasan Haji Karim

Oei?

H.M. Ali Karim, SH : Pertama, biar orang-orang Tionghoa Tau kalau ini yayasan buat

mereka. Kalau ada kata Oei nya kan mereka jadi ga segan untuk

datang kesini, karena Oei itu kan salah satu nama marga Tionghoa.

Yang kedua, karena beliau yang kebetulan juga adalah ayahanda saya

itu seorang tokoh keturunan Tionghoa yang pernah menjadi konsul

Muhammadiyah di Bengkulu, juga pengusaha sukses punya peranan

penting karena aktif waktu perjuangan kemerdekaan. Beliau itu

sahabat karibnya Bung Karno, Buya Hamka, dan pejuang-pejuang

lain. Jelas beliau adalah seorang nasionalis sejati, muslim yang taat,

dan juga pengusaha sukses yang berarti “3 in1”. Misi yayasan ini juga

untuk menyebar luaskan cita-cita Haji Karim Oei dikalangan WNI

keturunan Tionghoa yang seorang seorang nasionalis sejati, muslim

yang taat, dan juga pengusaha sukses (3 in 1).

Penulis : Apakah para pendiri Yayasan Haji Karim Oei didominasi oleh etnis

Tionghoa?

H.M. Ali Karim, SH : Engga, yayasan ini didirikan dari berbagai elemen masyarakat ga

cuma Tionghoa aja. awalnya yayasan ini berdiri dari ide alm. Junus

Jahja yang didukung oleh orang-orang dari Muhammadiyah,

Nadhatul Ulama, Al-Wasliyah, KAHMI, HMI dan ICMI. Jadi bukan

cuma orang cina aja. Bahkan untuk membeli gedung yang kita

tempatin sekarang itu uangnya dari Pak Harto yang dititipkan ke Pak

Habibi yang waktu itu jadi ketua ICMI.

Penulis : Mengapa memilih salah satu ruko di jalan Lautze sebagai tempat

yayasan ini berdiri?

H.M. Ali Karim, SH : Disinikan mayoritas penduduknya orang Tionghoa, bisa diliat kan

daerah sini lebih banyak Vihara dibandingkan Masjid karena ini

memang daerah pecinan, daerahnya orang Tionghoa tapi ada juga

orang pribumi tapi sedikit. Karena fokus sasaran dan tujuan utama

kita ngasih informasi ke etnis Tionghoa, jadi tempat ini kita nilai

sangat cocok untuk tujuan kita.

Page 130: JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/35585/3/FIRDAUS... · Babad Tanah Djawi, Serat Sunda, serta Tembang Babad Demak menyebutkan

114

Penulis : Apakah yayasan ini menggunakan metode dakwah khusus untuk

upaya dakwah kekalangan etnis Tionghoa?

H.M. Ali Karim, SH : engga ada metode khusus dalam dakwah kita ke orang Tionghoa.

Karena kesukuan Tionghoa itu tinggi makanya kita coba bangun

gedung dengan ornamen-ornamen khas Cina biar mereka nyaman, ga

asing dan ga segan buat masuk ke yayasan ini. Sejauh dan selama ini

Alhamdulillah efektif buat menarik minat etnis Tionghoa untuk kesini

dan mengenal Islam lebih dalam. Salah satu buktinya sampe saat ini

sudah lebih dari 1000 orang yang dimuallafkan dan mayoritas yang

dimuallafkan disini etnis Tionghoa.

Penulis : Apa saja kegiatan yang ada di Yayasan Haji Karim Oei?

H.M. Ali Karim, SH : Kegiatannya untuk yang belum jadi muallaf dan mau tau tentang

Islam kita kasih konsultasi intensif mengenai informasi ke Islaman.

Bagi yang sudah jadi muallaf ada bimbingan shalat, bimbingan baca

Al-Qur’an, Pengajian Mingguan. Bimbingan shalat sama baca Al-

Qur’an kita adakan setiap hari, jadi kapan pun para muallaf atau yang

ingin jadi muallaf bisa kapan saja belajar shalat dan baca Al-Qur’an.

Tapi di pengajian mingguan yang kita adakan setiap hari minggu,

setalah Tausiyah keagamaan juga kita adakan bimbingan shalat bagi

yang baru jd muallaf dan baca Al-Qur’an bersama.

Penulis : Selain kegiatan keagamaan, adakah kegiatan yang bersifat

sosial?

H.M. Ali Karim, SH : Kita berkerjasama dengan BAZNAS (Badan Zakat Nasional)

mengadakan pengobatan gratis untuk kaum duafa yang dilaksanakan

setiap hari selasa jam 10 pagi sampai dzuhur. Untuk mendapatkan

pelayanan pengobatan gratis, cukup bawa surat keterangan tidak

mampu dari RT(jika warga sekitar), fotocpy KTP, dan fotocopy KK.

Kalau ada orang yang kebetulan lewat dan dia ga mampu mau berobat

kita layani juga. Pengobatan gratis ini bukan Cuma untuk muallaf,

orang Islam atau orang Tiongghoa saja, tapi untuk semua masyarakat

yang tidak mampu dan tidak memandang suku, ras, dan agama orang

tersebut. Jika dia tidak mampu Insyaallah kita akan selalu layani.