JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN ...lib.unnes.ac.id/35980/1/1511414148_Optimized.pdfvi 7....
Transcript of JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN ...lib.unnes.ac.id/35980/1/1511414148_Optimized.pdfvi 7....
i
HUBUNGAN ANTARA TOLERANSI RESIKO DENGAN
SAFETY BEHAVIOR DALAM PENGGUNAAN BAHAN
AGROKIMIA PADA PETANI DI KECAMATAN SADANG
KABUPATEN KEBUMEN
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh
Teguh Widodo
1511414148
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi dengan judul
“Hubungan Antara Toleransi Resiko dengan Safety Behavior dalam Penggunaan
Bahan Agrokimia Pada Petani di Kecamatan Sadang Kabupaten Kebumen” ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 5 Februari 2020
Yang menyatakan,
Teguh Widodo
1511414148
iii
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “Hubungan Antara Toleransi Resiko dengan Safety
Behavior Dalam Penggunaan Bahan Agrokimia Pada Petani di Kecamatan Sadang
Kabupaten Kebumen” telah diujikan pada hari, Rabu 5 Februari 2020 dan telah
dilakukan perbaikan oleh pengusul.
Panitia,
Ketua Sekertaris
Dra. Sinta Saraswati, M.pd., Kons. Rahmawati Prihastuty, S.Psi., M. Si.
NIP. 196006051999032001 NIP. 197905022008012018
Penguji I Penguji II
.
Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., Msi Sukma Adi Galuh A., S.Psi., M. Psi.
NIP. 197503092008011008 NIP. 198501212015042001
Penguji III/Pembimbing
Amri Hana Muhammad, S.Psi, M.A
NIP. 197810072005011003
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto
“Bertekadlah untuk menjadi pribadi yang berguna bagi lingkungan sekitar.
Gunakan apa yang kamu punya untuk membantu sesama.” (B. J. Habibie)
Persembahan
Penulis mempersembahkan skripsi ini
untuk segenap keluarga tercinta
terutama Bapak Nur Sodik, Ibu
Sunarti, Mbak Sumiati, Mbak Sudarti,
dan Mas Ngudiyono.
v
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik, dan hidayah-Nya,
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara
Toleransi Resiko dengan Safety Behavior dalam Penggunaan Bahan Agrokimia
pada Petani di Kecamatan Sadang Kabupaten Kebumen” Penyusunan skripsi ini
tidak lepas dari partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada
kesempatan ini penulis mengucapan terima kasih kepada:
1. Dr. Achmad Rifai RC, M.Pd, Dekan Fakutas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang.
2. Rahmawati Prihastuty, S.Psi., M.Psi. Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang dan juga sebagai sekretaris dalam
ujian skripsi yang telah membantu kelancaran ujian skripsi.
3. Nuke Martiarini, S.Psi.,M.A selaku dosen wali penulis yang telah membantu
kelancaran studi penulis di Universitas Negeri Semarang.
4. Amri Hana Muhammad, S.Psi., S.sy., M.A. sebagai penguji III dan dosen
pembimbing yang telah dengan penuh ketulusan, memberikan saran, arahan dan
meluangkan waktu sampai terselesaikannya skripsi ini.
5. Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si. selaku dosen penguji 1 yang telah
memberikan kritik, masukan dan arahan demi perbaikan skripsi ini.
6. Sukma Adi Galuh Amawidyati., S.Psi., M.Psi., Psikolog selaku dosen penguji
2 yang telah memberikan kritik, masukan dan arahan demi perbaikan skripsi
ini.
vi
7. Semua Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Psikologi yang telah membagikan ilmu
dan pengetahuan, terima kasih atas segala pengajaran yang diberikan.
8. Segenap keluarga penulis, utamanya Bapak Nur Sodik, dan Ibu Sunarti yang
tidak pernah berhenti dalam memberikan segala bentuk dukungan serta
motivasi kepada penulis.
9. Masyarakat Tani Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebuman yang telah berkenan
menjadi responden dalam penelitian ini guna berkembangnya ilmu
pengetahuan.
10. Sahabat-sahabat terdekat, Gunawan Dwi Susanto, Dede Slamet Riyadi, dan
Rizqi Naely Adikya, atas doa serta semangat dan bantuan dalam penelitian guna
menyelesaikan skripsi ini.
11. Seluruh rekan Mahasiswa Psikologi Unnes 2014 terutama Bakhrudin Adi
Wijaya, Adi Waluyo serta rekan-rekan lain yang tidak dapat penulis sebutkan
satu per satu.
12. Seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung, telah
memberikan kontribusi terhadap terselesaikannya skripsi ini.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih setulus hati kepada semua
pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini
memberikan manfaat dan kontribusi untuk perkembangan ilmu Psikologi.
Semarang, 20 Januari 2020
Penulis
vii
ABSTRAK
Widodo, Teguh. 2020. Hubungan Antara Toleransi Resiko Dengan Safety Behavior
Dalam Penggunaan Bahan Agrokimia Pada Petani Di kecamatan Sadang
Kabupaten Kebumen. Skripsi. Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : Amri Hana Muhammad, S.Psi., M.A.
Kata Kunci : Safety Behavior, Toleransi Resiko, Agrokimia.
Sektor pertanian merupakan bidang yang cukup penting untuk menopang
perekonomian Indonesia. Tingginya jumlah tenaga kerja di bidang pertanian juga
memiliki permasalahan tidak terkecuali permasalahan keselamatan kerja petani,
terutama dalam penggunaan bahan-bahan agrokimia seperti pestisida, herbisida dan
lain-lain. Fenomena tersebut berkaitan dengan safety behavior atau perilaku
keselamatan. Safety behavior adalah perilaku keselamatan yang sesuai dengan
standar keselamatan dalam bekerja, yang dapat mencegah terjadinya kecelakaan
dalam bekerja baik pada diri sendiri ataupun orang lain. Toleransi Resiko
dimungkinkan melatarbelakangi rendahnya safety behavior dalam penggunaan
bahan agrokimia oleh petani. Toleransi resiko adalah sikap membiarkan atau
bersedia menanggung dampak dari sebuah proses atau kejadian yang terjadi saat
bekerja. Sedangkan agrokimia adalah penyebutan secara umum untuk bahan kimia
yang digunakan dalam pertanian, yang memiliki fungsi untuk membantu
pertumbuhan dan menjaga keamanan tanaman guna mendapatkan hasil panen yang
diinginkan.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif korelasional. Total
sampel pada penelitian ini adalah 183 Petani di Kecamatan Sadang Kabupaten
Kebumen. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti yaitu cluster random
sampling, dengan mengambil subjek secara random di empat dari tujuh desa yang
ada di kecamatan Sadang. Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan
skala safety behavior dan skala toleransi resiko. Analisis validitas dan reliabilitas
instrumen dianalisis menggunakan komputer dengan aplikasi statistika. Metode
analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji Spearman.
Hasil penelitian dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,622 dengan p
sebesar 0,000 dengan nilai signifikansi 0,000<0,05 menunjukkan bahwa ada
hubungan positif yang signifikan antara toleransi resiko dengan safety behavior
dalam penggunaan bahan agrokimia. Jika safety behavior naik maka toleransi
resiko juga naik, dan Sebaliknya. Kemudian hipotesis yang berbunyi “Ada
hubungan antara toleransi resiko dengan safety behavior dalam penggunaan bahan
agrokimia pada petani di Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen” diterima.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
PERNYATAAN ...................................................................................... ii
PENGESAHAN ....................................................................................... iii
MOTTO DAN PERUNTUKKAN ........................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................. v
ABSTRAK .............................................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv
BAB ........................................................................................................ I
1. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 11
1.3 Tujuan................................................................................................ 11
1.4 Manfaat .............................................................................................. 11
1.4.1 Manfaat Teoritis .............................................................................. 11
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................... 12
BAB ........................................................................................................ II
2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 13
2.1 Safety Behavior .................................................................................. 13
ix
2.1.1 Definisi Safety Behavior .................................................................. 13
2.1.2 Faktor Safety Behavior .................................................................... 13
2.1.3 Aspek-Aspek Safety Behavior ......................................................... 15
2.1.4 Indikator Safety Behavior ................................................................ 16
2.2 Toleransi Resiko ................................................................................ 17
2.2.1 Definisi Toleransi Resiko ................................................................ 17
2.2.2 Faktor-faktor Toleransi resiko ......................................................... 19
2.3 Definisi Petani Sebagai Profesi........................................................... 25
2.4 Hakikat Agrokimia ............................................................................. 25
2.4.1 Klasifikasi Agrokimia ..................................................................... 26
2.4.2 Dampak Agrokimia ......................................................................... 27
2.5 Hubungan Antara Toleransi Resiko dengan Safety Behavior .............. 28
2.4 Kerangka Berfikir .............................................................................. 29
2.4 Hipotesis ............................................................................................ 31
BAB ........................................................................................................ 32
3. METODE PENELITIAN ..................................................................... 32
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................. 32
3.2 Desain Penelitian ............................................................................... 33
3.3 Identifikasi Variabel Penelitian .......................................................... 33
3.4 Definisi Operasional........................................................................... 35
3.4.1 Definisi Operasional Toleransi Resiko............................................. 35
3.4.2 Definisi Operasional Safety Behavior .............................................. 35
3.5 Subjek ................................................................................................ 36
x
3.5.1 Populasi dan Sampel ....................................................................... 36
3.5.2 Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 36
3.6 Metode Pengumpulan Data ................................................................ 37
3.6.1 Alat Pengumpul Data ...................................................................... 37
3.6.1.1 Skala Toleransi Resiko ................................................................. 38
3.6.1.2 Skala Safety Behavior ................................................................... 39
3.7 Validitas dan Reliabilitas .................................................................... 41
3.7.1 Validitas .......................................................................................... 41
3.7.2 Reliabilitas ...................................................................................... 42
3.8 Teknik Anlisis Data ........................................................................... 42
BAB ........................................................................................................ 43
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 43
4.1 Persiapan Penelitian ........................................................................... 43
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ............................................................ 43
4.1.2 Penentuan subjek............................................................................. 43
4.1.3 Penyusunan Instrumen .................................................................... 45
4.1.3 Uji Coba Alat Ukur ......................................................................... 47
4.2 Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 47
4.2.1 Pengumpulan Data Penelitian .......................................................... 47
4.2.2 Pelaksanaan Skoring ....................................................................... 48
4.3 Hasil Penelitian .................................................................................. 48
4.3.1 Gambaran Subjek Penelitian ............................................................ 49
4.3.2 Analisis Inferensial.......................................................................... 49
xi
4.3.3 Analisis Deskriptif .......................................................................... 50
4.3.3.1 Gambaran Umum Safety Behavior ................................................ 51
4.3.3.2 Gambaran Umum Toleransi Resiko .............................................. 64
4.4 Pembahasan ....................................................................................... 81
4.4.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Safety Behavior ............................. 81
4.4.2 Pembahasan Analisis Deskriptif Toleransi Resiko ........................... 84
4.4.3 Pembahasan Analisis Statistik Inferensial Hubungan Toleransi Resiko
dengan Safety Behavior Dalam Penggunaan Bahan Agrokimia ....... 87
4.5 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 90
BAB ........................................................................................................ 92
5. PENUTUP ........................................................................................... 92
5.1 Simpulan ............................................................................................ 92
5.2 Saran .................................................................................................. 92
5.2.1 Saran Untuk Penelitian Selanjutnya ................................................. 92
5.2.1 Saran Untuk Petani .......................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 94
LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 98
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1 Hasil Studi Pendahuluan .................................................................... 7
3.1 Blueprint Blueprint Toleransi resiko ................................................... 36
3.2 Blueprint Blueprint Safety Behavior ................................................... 37
3.3 Interpretasi Reliabilitas Cronbach’s Alpha ......................................... 40
3.4 Hasil Uji Reliabilitas Safety Behavior ................................................. 40
3.5 Hasil Uji Reliabilitas Toleransi Resiko ............................................... 41
4.1 Karakteristik Subjek Penelitian .......................................................... 49
4.1 Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 50
4.3 Mean Safety Behavior ........................................................................ 52
4.4 Gambaran Safety Behavior Penggunaan Bahan Agrokimia ................. 53
4.5 Mean Aspek Pengamatan Terhadap Bahaya ....................................... 54
4.6 Gambaran Aspek Pengamatan Terhadap Bahaya ................................ 55
4.7 Mean Aspek Pengenalan terhadap Bahaya.......................................... 56
4.8 Gambaran Aspek Pengenalan Terhadap Bahaya ................................. 57
4.9 Mean Aspek Pengambilan Keputusan Untuk Menghindar .................. 58
4.10 Gambaran Aspek Pengambilan Keputusan Untuk Menghindar ......... 59
4.11 Mean Safety Aspek Kemampuan Untuk Menghindar ........................ 60
4.12 Gambaran Aspek Kemampuan Untuk Menghindar ........................... 61
4.13 Ringkasan Deskriptiff Aspek-aspek Safety Behavior ........................ 62
4.14 Perbandingan Mean Empiris Aspek Safety Behavior ........................ 63
4.15 Mean Toleransi Resiko ..................................................................... 65
xiii
4.16 Gambaran Toleransi Resiko ............................................................. 66
4.17 Mean Aspek Resiko Berdasarkan Jenis Bahan Agrokimia Yang
Digunakan ........................................................................................ 67
4.18 Gambaran Aspek Resiko Berdasarkan Jenis BahanAgrokimia
Yang Digunakan ............................................................................. 67
4.19 Mean Toleransi Resiko Aspek Resiko Berdasarkan Alat Yang
Digunakan ....................................................................................... 67
4.20 Gambaran Aspek Resiko Berdasarkan Alat Yang Digunakan ........... 70
4.21 Mean Aspek Resiko Berdasarkan Proses Penyemprotan ................... 71
4.22 Gambaran Aspek Resiko Berdasarkan Proses Penyemprotan ........... 73
4.23 Mean Aspek Resiko Berdasarkan Lama Penyemprotan .................... 74
4.24 Gambaran Aspek Resiko Berdasarkan Proses Penyemproan ............. 75
4.25 Mean Aspek Resiko Berdasarkan Proses Kerja ................................. 76
4.26 Gambaran Aspek Resiko Berdasarkan Proses Kerja ......................... 77
4.27. Ringkasan Deskriptif Aspek-aspek Toleransi Resiko ....................... 78
4.28 Perbandingan Mean Empiris Aspek Toleransi Resiko ....................... 80
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir .............................................................................. 31
4.1 Gambaran Safety Behavior ................................................................. 53
4.2 Gambaran Aspek Pengamatan Terhadap Bahaya ................................ 55
4.3 Gambaran Aspek Pengenalan Terhadap Bahaya ................................. 56
4.4 Gambaran Aspek Pengambilan Keputusan Untuk Menghindar ........... 60
4.5 Gambaran Aspek Kemampuan Untuk Menghindar ............................. 62
4.6 Ringkasan Semua Aspek Safety Behavior ........................................... 63
4.7 Perbandingan Mean Empiris Safety Behavior ..................................... 64
4.8 Gambaran Toleransi Resiko ............................................................... 66
4.9 Gambaran Aspek Resiko Berdasarkan Jenis Bahan Agrokimia Yang
Digunakan ......................................................................................... 69
4.10 Gambaran Aspek Resiko Berdasarkan Alat Yang Digunakan ........... 71
4.11 Gambaran Aspek Resiko Berdasarkan Proses Penyemprotan ............ 73
4.12 Gambaran Aspek Resiko Berdasarkan Lama Penyemprotan ............. 76
4.13 Gambaran Aspek Resiko Berdasarkan Proses Kerja ......................... 78
4.14 Ringkasan Semua Aspek Toleransi Resiko ....................................... 79
4.15 Perbandingan Mean Empiris Setiap Aspek Toleransi Resiko ............ 81
4.16 Histrogram Normalitas Data Safety Behavior ................................... 89
4.17 Histogram Normalitas Data Toleransi Resiko ................................... 89
4.18 Gambaran Aspek Reaksi Negatif Kelompok Good Sleepers ............. 89
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Blueprint Instrumen Penelitian ............................................................. 101
2. Instrumen Penelitian ........................................................................... 106
3. Tabulasi Data ...................................................................................... 118
4. Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ............................................... 145
5. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ........................................... 156
6. Hasil Analisis Inferensial dan Deskriptif .............................................. 158
7. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................... 160
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kajian mengenai keselamatan kerja merupakan bagian dari ilmu kesehatan
beserta prakteknya yang bertujuan agar para tenaga kerja memperoleh derajat
kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan upaya
pencegahan dan pengobatan penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh faktor pekerjaan dan lingkungan serta terhadap penyakit umum. Keselamatan
dan Kesehatan Kerja merupakan suatu upaya perlindungan yang ditujukan kepada
semua faktor yang dapat menimbulkan bahaya. Hal tersebut bertujuan agar tenaga
kerja dan pihak ataupun individu lain yang berada di lokasi kerja selalu dalam
keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat digunakan secara
aman dan efisien (Suma’mur, 1989).
Banyak upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak guna mewujudkan
keselamatan dan kesehatan kerja demi terciptanya lingkungan kerja yang aman.
Banyak faktor yang bisa mempengaruhi keselamatan pekerja dalam bekerja
diantaranya perilaku pekerja yang berbahaya, kondisi dan lingkungan kerja yang
berbahaya. Faktor manusia memegang peran penting dalam hal timbulnya
kecelakaan, sekitar 80%-85% kecelakaan disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan
faktor manusia (Sumaa’mur, 1989). Salah satu hal yang menjadikan mengapa
faktor manusia menjadi penyumbang terbesar dalam kecelakaan kerja adalah safety
behavior atau perilaku keamanan saat bekerja.
2
Safety behavior secara harfiah berarti perilaku keselamatan. Safety behavior
adalah cara berperilaku seorang individu di tempat kerja dalam rangka
mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja yang bisa berakibat fatal. Menurut APA
Dictionary of Psychology (2007) safety behavior adalah suatu perilaku yang
dilakukan dengan ketertarikan individu dalam usaha untuk memperkecil atau
mencegah suatu bencana yang ditakutkan. Menurut Heinrich (1980) safety behavior
atau yang disebutnya perilaku aman adalah sebuah tindakan ataupun perbuatan dari
seseorang atau beberapa orang karyawan yang memperkecil kemungkinan
terjadinya kecelakaan terhadap karyawan. Sedangkan menurut Bird dan Germain
(1990) perilaku aman adalah perilaku yang tidak dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan atau insiden.
Safety behavior dalam dunia kerja adalah penerapan pola dan cara
berperilaku kerja seorang tenaga kerja di tempat kerja yang lebih menekankan pada
usaha antisipasi terhadap terjadinya kecelakaan di tempat kerja. Semua pekerja,
baik karyawan maupun manajer perusahaan, perlu mengetahui perilaku ini (safety
behavior). Tentu tidak lain untuk menjaga agar lingkungan kerja tetap kondusif,
dan seluruh pekerja merasa nyaman dalam bekerja. Safety behavior mencakup
semua pekerja, bukan hanya tenaga kerja yang berada di sebuah perusahaan yang
berkerak di sektor industri manufaktur ataupun jasa, tetapi juga pada petani yang
bekerja mengolah lahan pertanian mereka.
Sektor pertanian merupakan bidang yang cukup penting untuk menopang
perekonomian Indonesia. Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya
hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku
3
industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. Hal
tersebut didukung kondisi geografis. Hal tersebut dibuktikan pertanian Indonesia
masuk 25 terbaik di dunia. Fakta tersebut diungkapkan oleh sebuah lembaga riset
dan analisis ekonomi internasional yang berpusat di Inggris, The Economist
Intelligent Unit (EIU) dan Barilla Center for Food and Nutrition (BCFN)
Foundation. Selain itu Indonesia adalah negara produsen beras terbesar ketiga
dunia setelah China dan India.
Salah satu daerah di Kabupaten Kebumen dengan corak pertanian adalah
Kecamatan Sadang. Kecamatan Sadang merupakan salah satu kecamatan yang
berada di pinggiran Kabupaten Kebumen, tepatnya berada di bagian utara
Kabupaten Kebumen Jawa Tengah, dengan luas wilayah pertanian 2.707,3 Ha dari
total luas wilayah 5.721,2 Ha. Dengan luas wilayah tersebut 51,3 persen dari total
18.267 per tahun 2016 bekerja sebagai petani.
Tingginya jumlah tenaga kerja di bidang pertanian juga memiliki
permasalahan tidak terkecuali permasalahan keselamatan kerja petani, baik itu
karena faktor kelalaian manusia atau faktor human error dan faktor lainnya seperti
penggunaan bahan-bahan agrokimia seperti pestisida, herbisida dan lain-lain.
Safety behavior dalam bidang pertanian menggambarkan bagaimana perilaku
keselamatan petani ketika bekerja. Penting bagi para petani memperhatikan
keselamatan dan kesehatan kerja, guna mencegah kecelakaan kerja yang bisa
membehayakan petani itu sendiri ataupun orang lain.
Perilaku petani saat bekerja sangat mempengaruhi keselamatan petani
tersebut, terlebih ancaman keselamatan petani saat bekerja bukan hanya dari
4
lingkungan kerja seperti dari alam, lingkungan fisik, mikrooganisme, bahan-bahan
berbahaya yang di gunakan dalam pertanian, tetapi juga dari safety behavior dari
petani tersebut dalam penggunaan bahan agrokimia.
Berbicara mengenai bahan agrokimia Officer Advokasi dan Jaringan
Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah, mengatakan,
penggunaan pestisida dari waktu ke waktu terus meningkat. Berdasarkan data
Komisi Pestisida (dibawah Kementerian Pertanian), saat ini terdaftar 350 merek
fungisida, 600 merek herbisida, dan 800 merek insektisida dengan izin tetap.
Jumlah itu tidak termasuk produk ilegal. Kemudian ekspor pestisida ke negara-
negera Asia tenggara setiap tahunnya semakin meningkat termasuk Indonesia.
Idealnya petani dalam bekerja tetap para petani memperhatikan keselamatan
diri sendiri. Dengan demikian safety behavior menjadi sangat penting, terlebih
dalam penggunaan bahan-bahan agrokimia, seperti pestisida, herbisida, fungisida
ataupun insektisida dan bahan kimia lainya termasuk pupuk anorganik. Seperti pada
saat melakukan penyemprotan pada tanaman atau hama, ataupun pemupukan pada
tanaman sebaiknya petani dilengkapi dengan alat keamanan untuk menghindari hal-
hal yang tidak diinginkan.
Tidak hanya berhenti disitu, penggunaan bahan agrokimia harus dilakukan
dengan teknik yang tepat agar petani tidak terpapar langsung oleh bahan agrokimia
yang bisa menimbulkan efek samping. Tidak makan, minum atau merokok selama
melakukan aktivitas yang berkaitan langsung dengan bahan agrokimia. Tidak
menyentuh tanaman yang baru disemprot bahan agrokimia. Membersihkan tubuh
dan peralatan yang baru saja digunakan.
5
Hasil studi wawancara yang sudah dilakukan oleh peneliti dengan beberapa
petani di Desa Sadangkulon menunjukkan rendahnya safety behavior dari para
petani dalam menggunakan bahan-bahan agrokimia, petani hanya menggunakan
peralatan keamanan yang seadanya dan sangat minimalis, sebagian petani sudah
ada yang mulai menggunakan peralatan keamanan walaupun belum sepenunhya.
Peralatan yang dipakai para petani hanya penutup wajah atau masker itupun masih
ada beberapa petani yang menggunakannya jika bahan agrokimia yang dipakai
memiliki bau yang menyengat, penutup kepala yang dipakai bukan bertujuan untuk
melindungi dari bahan kimia tersebut melainkan untuk melindungi dari panas dan
hujan saja. Tidak menggunakan sarung tangan dan kacamata khusus, serta tidak
selalu memakai pakaian panjang dan sepatu boots.
Safety behavior yang masih rendah diperparah dengan penggunaan dosis
yang berlebihan pada bahan-bahan agrokimia, anggapan petani hal tersebut akan
mempercepat dalam memberantas hama. Bukan hanya dosis yang lebih, petani juga
melakukan pencampuran dengan bahan lain seperti sabun colek, dengan tujuan
setelah disemprotkan pestisida atau herbisida lebih menempel di tanaman dan tidak
mudah hilang saat terkena air hujan, serta mencampurnya dengan susu kental
manis. Petani menganggap bahwa dengan mencampur susu kental manis akan lebih
cepat memanggil hama untuk menghampiri tanaman, dengan demikian hama yang
mengganggu tanaman akan lebih cepat mati.
Berdasarkan penelitian yang membahas safety behavior yang dilakukan
oleh Haris (2017) menunjukan prosentase angka kecelakaan kerja mencapai 66%.
Kemudian penelitian Roe (2013) melaporkan resiko kecelakaan kerja dalam bidang
6
pertanian tidak akan hilang. Karena itu, memahami kemampuan petani untuk
mentolerir risiko merupakan hal yang penting.
Penelitian lain menunjukkan resiko atau bahaya dalam penggunaan bahan
agrokimia mengancam petani dan lingkungan namun, petani masih banyak yang
tidak mempedulikan hal tersebut dan cenderung toleran dengan bahaya atau resiko
yang mengancam. Yuniarti dkk (2013) yang lalu menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan petani tentang penggunaan pestisida dan bahayanya masih kurang.
Menurut pengetahuan petani di Desa Curut bahwa penggunaan pestisida boleh
dicampur tanpa memperhatikan komposisi serta jenis pestisida 61,1% menyatakan
benar; 40,7% tidak perlu membaca label pada kemasan; 64,8% petani mencampur
pestisida berdasarkan petunjuk teman (sesama petani).79,6% petani melakuan
pencampuran di dekat sumber air. Penyemprotan pestisida sesuai dengan kebiasaan
tanpa melihat arah angin 85,2%. Setelah melakukan penyemprotan 83,3% petani
tidak membersihan alat semprot dengan alasan masih digunakan untuk
menyemprot. Penggunaan pestisida yang aman oleh petani didominasi oleh
persepsi manfaat sedangkan tekanan eksternal atau norma subjektif tidak
memainkan banyak peran (Wang, 2016). Beberapa penelitian tersebut tersebut
diatas belum banyak yang menghubungkan antarara risk tolerance dengan safety
behavior dalam bidang pertanian terkait penggunaan bahan-bahan agrokimia.
Studi pendahuluan telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 18-23
Desember 2018 di Desa Sadangkulon, Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen,
dengan memberikan kuesioner sederhana tentang safety behavior. Kuesioner
tersebut deiberikan kepada warga desa yang berprofesi sebagai petani.
7
No. Peryataan Ya Tidak
1. Saya menggunakan baju lengan panjang saat
menggunakan bahan agrokimia.
10
(50%)
10
(50%)
2. Saya menggunakan masker saat menggunakan
bahan agrokimia.
6
(30%)
14
(70%)
3. Saya sudah menggunakan sepatu lars (sepatu bot)
saat menggunakan bahan agrokimia.
3
(15%)
17
(85%)
4. Saya menggunakan sarung tangan saat
menggunakan bahan agrokimia.
3
(15%)
17
(85%)
5. Saya menggunakan pelindung mata saat
menggunakan bahan agrokimaia.
1 (5%) 19
(95%)
6. Saya langsung membersihkan diri (cuci tangan,
mandi dll) setelah menggunakan bahan agrokimia.
10
(50%)
10
(50%)
7. Saya mencampurkan bahan agrokimia sesuai dengan
dosis dan aturan yang berlaku.
6
(30%)
14
(70%)
8. Saya menempatkan alat-alat sesuai dengan
tempatnya dan cara yang benar.
11
(55%)
9 (45%)
9. Saya membuang limbah sisa bahan agrokimia di
tempat khusus.
3
(15%)
17
(85%)
10. Saya menyimpan bahan agrokimia di empat khusus. 15
(75%)
5 (25%)
Tabel 1.1
Tabel Hasil Studi Pendahuluan
Berdasarkan data hasil studi pendahuluan di atas dapat dilihat gambaran
awal safety behavior pada petani di kecamatan Sadang. Penjabaran dari studi
pendahuluan tersebut diantaranya alat pelindung diri seperti penutup kepala, baju
dan celana panjang, masker, pelindung mata, sarung tangan dan sepatu lars, yang
digunakan masih minim.Masih banyak petani yang belum membuang libah pada
tempatnya dan beberapa masih melakukan hal berbahaya seperti merokok saat
bekerja dengan bahan agrokimia.
Salah satu variabel yang dimungkinkan melatarbelakangi tinggi rendahnya
safety behavior dalam penggunaan bahan agrokimia oleh petani adalah toleransi
resiko. Toleransi secara bahasa berasal dari Bahasa Inggris “tolerance” yang
8
berarti membiarkan. Resiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi yang dapat
terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang akan
datang. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan toleransi resiko adalah sikap
membiarkan atau menanggung akibat dari sebuah proses atau dampak yang
diakibatkan dari sebuah proses atau kejadian yang akan datang.
Bahasan mengenai toleransi resiko itu sendiri lebih banyak dibahas dalam
bidang perekonomian, lebih spesifiknya dalam penentuan infestasi oleh para
pemodal yang berkaitan dengan resiko untung ataupun rugi, namun dalam
penelitian ini peneliti mencoba mengkaji toleransi resiko tersebut dalam bidang lain
yaitu toleransi resiko terhadap bahaya yang akan dihadapi, dalam penelitian ini
resiko yang dimaksud yaitu resiko dalam penggunaan bahan agrokimia.
Pemggunaan bahan agrokimia memiliki dampak baik itu langsung saat itu
juga ataupun tidak langsung yaitu dari efek berkepanjangan atau residu dari
pemakaian bahan agrokimia. Dalam penelitiannya Dasuki dkk (2016) menyatakan,
petani dan buruh tani merupakan pekerjaan yang banyak terkena paparan dari bahan
agrokimia. Pusing, mata berkunang, perasaan letih, muntah-muntah, sesak nafas
merupakan gejala yang timbul akibat paparan bahan agrokimia.
Lebih jauh lagi efek dari residu-residu bahan agrokimia akibat penggunaan
yang berkepanjangan, Paparan dari bahan agrokimia tersebut tidak selalu
berdampak langsung, tetapi bisa mengendap pada tubuh manusia akibat pemakaian
dalam waktu yang cukup lama dan intensitas penggunaan yang sering. Sebuah
penelitian yang dilakukan oleh menyatakan bahwa paparan bahan agrokimia
terutama pestisida dapat menghambat aksi cholinesterase, pada sel darah merah.
9
Cholinesterase merupakan enzim yang terdapat pada sel darah merah, apabila
enzim tersebut tidak dapat bekerja dengan baik maka sel syaraf pusat bisa
terganggu.
WHO menyatakan setiap tahun terjadi 1-5 juta kasus keracunan pestisida
pada pekerja pertanian, dengan tingkat kematian mencapai 220.000 korban jiwa,
sekitar 80% kasus keracunan dilaporkan terjadi di negara berkembang (Samosir
dkk, 2017). Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2016 terjadi 771 kasus
keracunan yang disebabkan oleh pestisida, hal tersebut diungkapkan oleh Sentra
Informasi Keracunan Nasional (SIKERNAS) Badan POM.
Fakta-fakta tersebut menunjukan betapa pentingnya safety behavior bagi
petani dalam penggunaan bahan agrokimia. Mengingat batapa berbahayanya efek
yang ditimbulkan oleh bahan agrokimia, maka petani harus lebih memperhatikan
safety behavior ketika bekerja terutama dalam menggunakan bahan agrokimia guna
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kasus-kasus yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Kemudian haltersebut bisa menekan angka kecelakaan
kerja dan keracunan dalam penggunaan bahan agrokimia pada petani.
Banyak sekali hal yang mendasari mengapa safety behavior pada petani
tersebut kurang diperhatikan ketika petani bekerja dan menggunakan bahan
agrokimia. Diantaranya petani cenderung toleran terhadap resiko yang bisa saja
mereka dapatkan saat menggunakan bahan-bahan agrokimia. Toleransi risiko
adalah kesiapan organisasi atau pemangku kepentingan dari organisasi tersebut
untuk menanggung suatu risiko dalam rangka mencapai tujuan mereka.
Berdasarkan definisi tersebut berarti petani siap untuk menanggung resiko yang
10
bisa saja mereka dapatkan saat bekerja. Resiko disini yaitu bahaya yang
ditimbulkan oleh bahan-bahan agrokimia yang sering digunakan oleh petani.
Toleransi resiko tersebut kemungkinan memiliki hubungan dengan safety
behavior pada petani dalam penggunaan bahan agrokimia. Resiko yang
ditimbulkan tersebut selain berdampak pada petani itu sendiri, juga berdampak
terhadap lingkungan sekitar seperti pada tanah, air, mahluk hidup lain atau bahkan
manusia lainya yang tidak terlibat dalam penggunaan bahan agrokimia tersebut.
Sudah banyak penelitian yang mengangkat permasalahan safety behavior
dan toleransi resiko sebagai variabel, namun masih jarang yang mencoba
menghubungkan kedua variabel tersebut. Walapun sudah banyak penelitian yang
mengangkat masalah safety behavior, namun yang spesifik di bidang pertanian
masih jarang, kebanyakan penelitian yang mengangkat permasalahan safety
behavior fokus pada bidang industri ataupun bidang konstruksi.
Terlepas dari hal tersebut hasil penelitian tentang safety behavior dapat
memberikan informasi dan pengetahuan bukan hanya untuk petani melainkan lebih
banyak pihak lain yang bias teredukasi. Oleh karena itu penelitian ini berjudul
“Hubungan antara Toleransi Resiko dengan Safety Behavior dalam Penggunaan
bahan Agrokimia di Kabupaten Kebumen.”
Penelitian ini diawali dengan melakukan tinjauan literatur tentang safety
behavior, toleransi resiko, dan langkah berikutnya menyususn dan
mengembangkan hipotesis, metodelogi penelitian, serta analisis dan hasil
penelitian.
11
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana gambaran safety behavior petani di Kabupaten Kebumen?
2. Bagaimana gambaran toleransi resiko petani di Kabupaten Kebumen?
3. Apakah ada hubungan anatara toleransi resiko dengan safety behavior
dalam pada petani dalam penggunaan bahan agrokimia di Kabupaten
Kebumen?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka ditetapkan tujuan penelitian
sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana gambaran safety behavior petani di Kabupaten
Kebumen.
2. Mengetahui bagaimana gambaran toleransi resiko petani di Kabupaten
Kebumen
3. Menguji apakah ada hubungan anatara toleransi resiko dengan safety behavior
pada petani di Kabupaten Kebumen.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan hasil dari penelitian dapat bermanfaat dalam
menambah refrensi dan teori tantang toleransi resiko dan safety behavior. Bisa
dijadikan pembanding untuk penelitian sebelumnya ataupun penelitian yang
akan datang.
12
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Petani
Diharapkan hasil penelitian dapat berdampak dan bermanfaat secara
langsung ataupun tidak langsung bagi petani. Petani bisa lebih memahami
safety behavior atau perilaku keselamatan dan secara tidak langsung
diharapkan bisa membantu mengurangi angka kecelakaan kerja petani.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang penelitian, safety
behavior dan menambah pengalaman empiris dalam penelitian.
13
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Safety Behavior
2.1.1 Definisi Safety Behavior
Safety behavior adalah perilaku yang dikaitkan langsung dengan
keselamatan dalam kerja, misalnya pemakaian kacamata keselamatan,
penandatanganan risk assessment sebelum kerja atau diskusi masalah keselamatan
(Sya’af, 2007: 8). Kemudian Cooper (2004) menyatakan bahwa safety behavior
adalah proses yang menciptakan kemitraan keamanan antara manajemen dan
tenaga dengan focus berkelanjutan anatara menejemen dengan tenaga kerja.
Menurut Heinrich et al (1980: 34) safety behavior adalah gejala dari
kebijakan manajemen yang baik, kontrol yang baik terhadap pekerjaannya,
pengetahuan yang cukup terhadap pekerjaan, penilaian yang tidak tepat terhadap
bahaya yang ada, atau faktor pribadi lainnya. Bird dan Germain (1990)
menjelaskan bahwa safety behavior adalah perilaku yang tidak dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan atau insiden.
Borman dan Motowidlo (1993) menyatakan bahwa safety behavior
adalah perilaku tugas dan perilaku kontekstual, yaitu pematuhan dan partisipasi
individu pada aktivitas-aktivitas pemeliharaan keselamatan di tempat kerja.
Perbedaan perilaku keselamatan dan perilaku K3 (kesehatan dan keselamatan
kerja) yaitu perilaku keselamatan hanya berfokus kepada keselamatannya,
sedangkan perilaku K3 tidak hanya pada keselamatan namun juga pada
14
kesehatan kerjanya.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa safety
behavior adalah perilaku keselamatan yang sesuai dengan standar keselamatan
dalam bekerja, yang dapat mencegah terjadinya kecelakaan dalam bekerja baik
pada diri sendiri ataupun orang lain.
2.1.2 Aspek Safety Behavior
Menurut Neal dan Griffin (2000) ada dua aspek yang mempengaruhi Safety
behavior, diantaranya aspek yang berasal dari dalam individu, seperti komitmen,
perbedaan individu misalnya ketelitian, kepribadian contohnya karakter yang
dimiliki bersifat permanen atau orang tersebut memiliki kecenderungan untuk
mengambil tindakan aman. Dan Aspek lingkungan kerja, seperti iklim keselam
atan dan aspek organisasional misalnya supervisi dan desain pekerjaan.
Menurut Heimich (1980) aspek-aspek dalam safety behavior diantaranya:
…Pengamatan terhadap bahaya, kemampuan dari pekerja untuk
mengamati ada tidaknya bahaya di lokasi kerja guna mengidentifikasi
bahaya dari pekerjaan yang akan mereka lakukan. Yang berikutnya
pengenalan terhadap bahaya, setelah pekerja mampu mengamati dan
mengidentifikasi adanya potensi bahaya ditempat kerja, maka selanjutnya
pekerja harus mengenali bahaya tersebut, dikarenakan ketidakmampuan
pekerja dalam mengenali jenis bahaya yang mereka hadapi dapat
menimbulkan kecelakaan kerja yang lebih fatal. Kemudian keputusan
untuk menghindar dan yang terpenting dari semua itu adalah kemampan
untuk menghindari bahaya.…
Menurut Ramsey (2000), perilaku kerja yang aman atau terjadinya perilaku
yang dapat menyebabkan kecelakaan, ditentukan oleh 4 (empat) aspek yaitu :
Pengamatan (perception), Kognitif (cognition), Pengambilan Keputusan (decision
making), Kemampuan (ability). Keempat aspek tersebut merupakan suatu proses
15
yang sekuensial mulai dari yang pertama hingga yang terakhir. Bila keempat
tahapan ini dapat berlangsung dengan baik maka akan dapat terbentuk suatu
perilaku yang aman.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menggunakan aspek-aspek dari Ramsey
(2000) untuk dijadikan acuan dalam membuat alat ukur. Aspek-aspek tersebut
dirasa sudah mewakili berbagai savety behavior dalam penggunaan bahan
agrokima.
2.1.3 Faktor Yang Mempengaruhi Safety Behavior
Geller (2001: 31) menyatakan bahwa aspek yang dapat menentukan
proses keberhasilan keselamatan dibagi menjadi 2 yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi states traits, attitude, belief, feelings,
thoughts, personalities, perceptions, and values, intensions. Dan faktor
eksternal meliputi behavior, coaching, recognizing, complying,
commmunicating, and actively caring.
Faktor psikososial yang berpengaruh terhadap safety behavior yaitu Job
demands, tuntutan kerja terbagi menjadi dua yaitu tuntutan kerja fisik dan
tuntutan kerja mental. Tuntutan kerja fisik yaitu suatu kondisi yang secara
langsung berasal dari beban kerja fisik (physical work load) dan mempengaruhi
tubuh atau membutuhkan tubuh untuk menggunakan posture tertentu selama
waktu tertentu. Sedangkan tuntutan kerja mental ialah suatu kondisi yang
secara langsung berhubungan dengan proses-proses mental apa saja yang
terlibat dan dibutuhkan dalam bekerja.
16
Faktor psikososial berikutnya yaitu Symptom, adalah keluhan yang
merupakan indikasi dari adanya suatu keadaan dalam diri pekerja yang sedang
sakit yang berhubungan dengan kondisi-kondisi tempat kerja. Dan Faktor
psikososial yang terakhir adalah kebisingan, kebisingan bisa dianggap suatu
masalah yang harus diperhatikan oleh industri. Pertama, kebisingan tidak
disukai orang, kedua ia merusak pendengaran, ketiga bisa berpengaruh buruk
pada efisiensi kerja. (Winarsunu, 2008: 127).
Heinrich et al, (1980: 35) faktor-faktor yang mempengaruhi safety
behavior terbagi menjadi 3 yaitu di faktor kebijakan manajemen, faktor
personal, dan faktor lingkungan. Management Safety Policy and Decision
(Faktor Kebijakan Managemen Tentang Keselamatan). Faktor kebijakan
manajemen tentang keselamatan berpengaruh terhadap safety behavior
karyawan karena akan menjadi arahan karyawan ketika bekerja.
Faktor lingkungan merupakan faktor yang ada di sekitar tempat
karyawan tersebut bekerja, diantaranya: suhu ruangan kerja; tekanan kerja;
tingkat kelembaban; arah angin; tingkat kebisingan; tingkat penerangan, sifat
lingkungan (permukaan yang licin, halangan, dukungan yang tidak memadai,
dan zat-zat berbahaya). Faktor lingkungan merupakan faktor yang paling statis,
biasanya perusahaan merubah lingkungan kerja dalam tempo yang lama.
Lingkungan yang sifatnya cenderung statis ini harus dikenali betul oleh
karyawan agar mereka dapat bekerja secara benar dan teratur.
2.1.4 Indikator Safety Behavior
Heinrich et al (1980: 34) safety behavior dapat diukur dengan
17
menggunakan indikator-indikator sebagai berikut:
1. Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang sesuai.
2. Mengoperasikan peralatan yang memang haknya.
3. Menggunakan peralatan yang sesuai.
4. Menggunakan peralatan yang benar.
5. Menjaga peralatan keselamatan agar tetap berfungsi.
6. Memperingatkan rekan kerja yang bekerja tidak aman.
7. Menggunakan APD dengan benar.
8. Mengangkat dengan beban yang seharusnya dan menempatkannya
ditempat yang seharunya.
9. Bekerja dengan posisi yang benar.
10. Mengangkat material atau alat dengan cara yang benar.
11. Memperbaiki peralatan dalam keadaan mati.
12. Bekerja dengan halus.
13. Tidak mabuk ketika bekerja.
14. Tidak menggunakan narkoba.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menggunakan aspek-aspek dari Ramsey
(2000) dan indikator-indikator dari Heinrich (1980) untuk dijadikan acuan dalam
membuat alat ukur. Aspek-aspek tersebut dirasa sudah mewakili berbagai savety
behavior dalam penggunaan bahan agrokima.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menggunakan indikator-indikator dari
Heinrich (1980) untuk dijadikan acuan dalam membuat alat ukur. Aspek-aspek
tersebut dirasa sudah mewakili berbagai savety behavior dalam penggunaan bahan
18
agrokima.
2.2 Toleransi Resiko
2.2.1 Definisi Toleransi Resiko
Toleransi secara bahasa berasal dari Bahasa Inggris “tolerance” yang
berarti membiarkan. Sedangkan enurut KBBI toleransi adalah bersifat atau bersikap
menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan, dsb) yang berbeda atau bertentangan
dengan pendirian sendiri. Sedangkan resiko adalah bahaya, akibat atau konsekuensi
yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian
yang akan datang. Dalam bidang asuransi, risiko dapat diartikan sebagai suatu
keadaan ketidakpastian, di mana jika terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki
dapat menimbulkan suatu kerugian.
Toleransi risiko merupakan faktor yang dapat memberikan pengaruh
terhadap sikap dalam pengambilan risiko, selain faktor, pendidikan, intelegensi,
keterampilan kerja, rasa aman, lingkungan, dan decision making. Terdapat tiga
dimensi toleransi risiko dalam pemahaman tentang risiko yaitu ketidakpastian hasil,
harapan hasil, dan potensi hasil (Rivai, 2001).
Menurut Roszkowski (1989), toleransi risiko cenderung di dasarkan atas
kependudukan yang diarahkan pada risiko prediksi heuristik. Heuristik berikut ini
didasarkan pada kependudukan, terus banyak digunakan untuk memisahkan orang
ke dalam kategori toleransi tinggi, sedang dan tanpa risiko.
Lee (2000), menyatakan bahwa sikap pengambilan resiko didefinisikan
sebagai kepercayaan, perasaan, dan tujuan perilaku sehubungan dengan
19
partisipasinya dalam kegiatan yang berisiko. Menurut Zuckerman (1994), perilaku
pengambilan resiko merupakan bagian dari pencarian sensasi seseorang, sehingga
resiko diartikan sebagai suatu penilaian terhadap kemungkinan dari perilaku negatif
yang akan muncul. Pencari sensasi diartikan sebagai suatu ciri yang
menggambarkan kecenderungan orang secara konsisten untuk mencari berbagai
macam sensasi dan pengalaman baru yang luar biasa dan kompleks, serta bersedia
mengambil resiko fisik, sosial, hukum dan finansial demi pengalaman tersebut.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan toleransi resiko adalah potensi untuk
membiarkan atau bersedia menanggung dampak dari sebuah proses atau kejadian
yang terjadi saat bekerja. Dalam penelitian ini resiko yang dimaksud yaitu resiko
dalam penggunaan bahan agrokimia.
2.2.2 Faktor-faktor Toleransi Resiko
Faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi resiko disini adalah faktor dari
resiko dalam penggunaan bahan agrokimia, adapun faktor-faktor tersebut
diantaranya:
1. Faktor Resiko berdasarkan Jenis Pestisida yang Digunakan
Dalam penggunaan pestisida perlu diperhatikan jenis pestisida yang
digunakan. Dalam aturannya dianjurkan bahwa penggunaan pestisida pada satu
tanaman adalah satu jenis saja. Namun dikarenakan banyak ragamnya dam
organisme pengganggu tanaman yang sering menyerang tanaman, petani cenderung
menggunakan beberapa jenis pestisida baik secara berkala ataupun sekaligus.
2. Faktor Risiko berdasarkan Waktu Penyemprotan
20
Penggunaan pestisida perlu diperhatikan secara serius mengingat bahaya
dari pestisida yang dapat menyebabkan keracunan, penyakit, kanker bahkan
kematian akibat keracunan ataupun terpapar pestisida. Tingkat pajanan terhadap
pestisida tidak dirasakan lansug saat ini karena sifatnya yang kumulatif dan
berpengaruh terhadap lama kerja yang dialami penyemprot pestisida sehingga pada
akhirnya papara pestisida dapat menyebabkan kematian Semakin lama petani
penyemprot menggunakan pestisida maka diasumsikan semakin besar
kemungkinan terjadinya keracunan bahan kimia pada petani penyemprot pestisida
tersebut .
3. Faktor Risiko Berdasarkan Alat penyemprot yang Digunakan
Keterpaparan pestisida juga dapat terjadi melalui kontak langsung saat
penggunaan pompa gendong. Selain alat semprot bisa juga dari alat lain yang
digunakan langsung dengan bahan-bahan agrokimia, hal tersebut bisa saja terjadi
karena masih ada sisa-sisa bahan agrokimia yang masih menempel.
4. Faktor Resiko Berdasarkan Lama Penyemprotan
Pekerja yang bekerja dalam jangka waktu yang cukup lama dengan
pestisida akan mengalami keracunan yang menahun, artinya makin lama bekerja
maka akan semakin bertambah jumlah pestisida yang terabsorbsi dan
mengakibatkan menurunnya aktivitas cholinesterase. Menurut Permenaker No.
Per-03/Men1986 pasal 2 ayat 2a dinyatakan bahwa untuk menjaga efek yang tidak
diinginkan maka dianjurkan supaya tidak melebihi 4 jam sehari dalam seminggu
berturut-turut bila menggunakan pestisida. Sementara WHO menerapkan lama
21
penyemprotan terpajan pestisida saat bekerja selama 5-6 jam perhari dan setiap
minggu harus dilakukan pengujian kesehatan termasuk kadar cholinesterase darah.
5. Faktor Resiko Pada Proses Kerja
Pekerja paling banyak terpapar pestisida pada saat melakukan
penyemprotan, selain itu pada saat melakukan pencampuran, mengisi peralatan,
membersihkan peralatan dan saat menangani kemasan kosong.
a. Proses Penyimpanan
Penyimpanan pestisida merupakan salah satu faktor yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan pestisida. Menurut aturan penggunaan
pestisida, pestisida yang disimpan dianjurkan untuk disimpan pada ruang
tertutup dan terhindar dari sinar matahari untuk mengurangi faktor
terjadinya penguapan akibat reaksi kimia dan fisika bahan kimia pestisida
dengan udara. Selain itu, wadah pestisida yang sudah digunakan haruslah
dibuang dan tidak tersebar dimana-mana. Sebab sisa-sisa pestisida yang ada
di dalam kemasan pestisida yang telah habis pakai bisa saja mengalami
reaksi dengan udara dan mencemari lingkungan bahkan membuat
masyarakat terpapar dengan pestisida secara tidak langsung. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sudarmo (1992) bahwa pestisida harus disimpan
ditempat yang khusus dan dikunci agar jauh dari jangkauan anak-anak dan
tidak terkena sinar matahari langsung.
b. Proses Pencampuran Pestisida
Sebelum digunakan atau disemprotkan, petani penyemprot biasanya
mencampur pestisida terlebih dahulu ke dalam wadah sebelum dimasukkan
22
ke alat penyemprot. Pencampuran ini dilakukan untuk melarutkan atau
mencampur pestisida sesuai dengan dosis dan takaran yang dianjurkan.
Sewaktu mempersiapkan pestisida yang akan disemprotkan, pilihlah
tempat yang sirkulasi udaranya lancar. Di tempat tertutup, pestisida yang
berdaya racun tinggi terlebih yang mudah menguap, dapat mengakibatkan
keracunan melalui pernapasan bahkan bisa mengakibatkan kebakaran.
Selain itu jangan biarkan anak-anak berada disekitar lokasi ini. Buka tutup
kemasan dengan hati-hati agar pestisida tidak berhamburan atau memercik
mengenai bagian tubuh. Setelah itu tuang dalam gelas ukur, timbangan atau
alat pengukur lain dalam drum atau ember khusus. Bukan wadah yang biasa
untuk keperluan makan, minum dan mencuci. Tambahkan air lagi sesuai
dosis dan konsentrasi yang dianjurkan. Untuk pencampuran pestisida
janganlah dalam tangki penyemprot karena sudah dipastikan apakah
pestisida dan air yang telah tercampur sempurna atau belum. Campuran
yang kurang sempurna akan mengurangi keefektifannya.
6. Teknis Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida merupakan proses dimana pestisida digunakan
sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembaban
dan curah hujan. Begitu juga dengan cara menyemprot pestisida. Diusahakan
sebaiknya para petani menyemprot dengan cara yang dapat menghindari kontak
langsung dengan pestisida yang disemprotkan. Sebab itu pestisida harus
disemprotkan sesuai dengan tinggi tanaman. Semakin tinggi tanaman yang
23
disemprot maka semakin besar risiko terpapar pestisida baik karena terpercik,
terciprat, terbawa aliran udara, ataupun kontak langsung.
Menurut Agung (dalam Mahyuni, 2014) sebaiknya petani memakai alat
pelindung diri yang wajib dikenakan untuk meminimalkan masuknya pestisida
lewat jalur pernapasan, inhalasi dan pencernaan, oleh karena itu pemakaian masker,
topi, sarung tangan, baju lengan panjang dan celana panjang sangat dianjurkan
untuk mengurangi risiko masuknya pestisida dalam tubuh yang dapat
mempengaruhi tingkat cholinesterase.
Rustia (dalam Mahyuni, 2014) menerangkan bahwa petani penyemprot
pestisida juga perlu melakukan tindakan seperti dibawah ini dalam penggunaan
pestisida yaitu: 1.) harus mengikuti petunjuk yang tercantum dalam label. Jangan
menyemprot pestisida selama 10 hari sebelum tanaman dipanen. 2.) apabila terjadi
luka, tutuplah luka tersebut, karena pestisida dapat terserap melalui luka. 3.)
gunakan perlengkapan khusus, pakaian lengan panjang dan kaki, sarung tangan,
sepatu kebun, kacamata, penutup hidung dan rambut, topeng muka. 4.) jangan
mencium pestisida, karena pestisida sangat berbahaya apabila tercium sebaiknya
pada waktu pengenceran atau pencampuran pestisida dilakukan di tempat terbuka.
5.) gunakan selalu alat-alat yang bersih dan alat khusus. 6.) dalam mencampur
pestisida sesuaikan dengan takaran yang dianjurkan. Jangan berlebih atau kurang.
7.) tidak diperkenankan mencampur pestisida lebih dari satu macam, kecuali
dianjurkan. 8.) jangan menyemprot atau menabur pestisida pada waktu akan turun
hujan, cuaca panas, angin kencang dan arah semprotan atau sebaran berlawanan
arah angin dan makan/minum serta merokok. Bila tidak enak badan berhentilah
24
bekerja dan istirahat secukupnya. 9.) wadah bekas pestisida harus dirusak atau
dibenamkan, dibakar supaya tidak digunakan oleh orang lain untuk tempat
makanan maupun minuman. 10.) pasanglah tanda peringatan di tempat yang baru
diperlakukan dengan pestisida. 11.) setelah bekerja dengan pestisida, semua
peralatan harus dibersihkan, demikian pula pakaian-pakaian, dan mandilah dengan
air sabun sebersih mungkin dan cuci tangan dengan sabun sebelum makan/minum
dan merokok. Jangan mencemari kolam dengan pestisida. Karena itu penggunaan
alat pelindung diri yang lengkap sangatlah dianjurkan bagi petani.
Penggunaan APD oleh aplikator atau penyemprot pestisida akan
menurunkan risiko terpajan pestisida, berdasarkan Permenkes No. 258/
MENKES/PER/III/1992 tentang Persyaratan Penggunaan Pestisida, untuk
perlengkapan pelindung yang minimal harus digunakan berdasarkan jenis
pekerjaan dan klasifikasi pestisida khusus penyemprotan diluar gedung dengan
klasifikasi pestisida yaitu:
1.) Pestisidia yang sangat berbahaya sekali: sepatu boot, baju terusan lengan
panjang dan celana lengan panjang, topi, pelindung muka, masker, dan sarung
tangan.
2.) Pestisida yang sangat berbahaya: sepatu kanvas, baju terusan lengan panjang
dan celana lengan panjang, topi, masker.
3.) Pestisida yang berbahaya; sepatu kanvas, baju terusan lengan panjang dan celana
panjang, topi, masker.
4. Pestisida yang cukup berbahaya: sepatu kanvas, baju terusan lengan panjang dan
celana panjang, topi.
25
Selain uraian faktor yang sudah dijabarkan diatas, peneliti
menggunakan aspek-aspek dari Mahyuni (2014) dan indikator-indikator dari
persyaratan penggunaan APD dari Permenkes No. 258 tahun 1992 untuk
dijadikan acuan dalam membuat alat ukur. Aspek-aspek tersebut dirasa sudah
mewakili berbagai toleransi pengambilan resiko dalam penggunaan bahan
agrokima.
2.3 Definisi Petani sebagai Profesi
Menurut KBBI petani adalah orang yang pekerjaannya bercocok tanam
pada tanah pertanian. Sedangkan definisi petani menurut Anwas (2015) pertanian
adalah kegiatan manusia mengusahakan terus dengan maksud memperoleh hasil-
hasil tanaman ataupun hasil hewan, tanpa mengakibatkan kerusakan alam. Definisi
petani sebagai profesi yaitu orang yang keseharianya bekerja mengolah lahan
dengan tujuan memperolah hasil panen.
2.4 Hakikat Agrokimia
Menurut KBBI agrokimia adalah bahan kimia untuk pertanian, Agrokimia
ataupun agrochemical, adalah penyebutan secara umum yang untuk bahan kimia
yang digunakan dalam pertanian, yang memiliki fungsi untuk membantu
pertumbuhan dan menjaga keamanan tanaman guna mendapatkan hasil panen yang
diinginkan. Agrokimia diproduksi untuk melindungi tanaman dari hama dan untuk
meningkatkan hasil panen. Agrokimia merupakan seseuatu yang berharga untuk
pertanian. Klasifikasi bahan agrokimia, agrokimia mengacu pada pestisida yang
meliputi insektisida, herbisia, fungisida, rodentisida, moluskosida dan nematisida.
Agrokimia juga termasuk pupuk dan kondisioner tanah.
26
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bahan agrokimia
adalah bahan-bahan kimia yang digunakan di bidang pertanian baik itu untuk
menyuburkan tanah dan tanaman ataupun untuk pemberantas hama. Dalam
penelitian ini bahan agrokimia yang dimaksud bahan agrokimia yang sering
digunakan oleh petani dalam pengolahan lahan pertanian.
2.4.1 Klasifikasi Agrokimia
1. Pestisida
Pestisida adalah bahan kimia atau zat yang digunakan untuk menghancurkan
atau mengendalikan beberapa jenis tumbuhan atau organisme yang juga dikenal
sebagai hama, yang berbahaya bagi tanaman budidaya atau hewan. Pestisida
kebanyakan bekerja melalui racun hama.Insektisida digunakan untuk
menghancurkan serangga. Insektisida dapat berupa ovisida yang membunuh
telur, larvisida untuk membunuh larva. Contoh pestisida: Organoklorin,
organofosfat, karbamat dan piretroid.
2. Herbisida
Herbisida digunakan untuk mengendalikan atau membunuh gulma dan tumbuh-
tumbuhan. Contoh herbisida: Gramoxone dan glifosat.
3. Fungisida
Fungisida digunakan untuk mengendalikan jamur dan oomycetes. Contoh
fungisida: Mankosida.
4. Algasida
Algasida digunakan untuk mengendalikan ganggang. Juga dikenal sebagai
algisida
27
5. Rodenisida
Rodentisida digunakan untuk mencegah penyebaran hewan pengerat seperti
tikus, tikus. Contoh: Klerat.
6. Moluskosida
Moluskosida digunakan untuk mengendalikan moluska seperti siput dan keong.
Contoh: Slugit.
7. Nematisida
Nematisida digunakan untuk mengendalikan atau membunuh nematoda.
Contoh: Furadan.
8. Pupuk
Pupuk adalah adalah senyawa kimia yang digunakan untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Pupuk digunakan untuk mengurangi kekurangan nutrisi
di dalam tanah. Biasanya, ini diaplikasikan ke tanah atau ke jaringan tanaman.
Pupuk dapat dikategorikan menjadi dua kategori: pupuk organik dan anorganik.
Pupuk organik secara alami adalah zat yang ada yang disiapkan melalui proses
alami. Pupuk anorganik, yang juga disebut pupuk sintetis diproduksi secara
buatan dengan menggunakan proses kimia dengan memanfaatkan endapan
alami, yang diubah secara kimiawi.
9. Kondisioner Tanah
Kondisioner tanah terkadang bisa terlalu asam atau terlalu basa untuk
pertumbuhan tanaman yang tepat. Dalam kasus ini, pengapuran dan pengasaman
produk ditambahkan ke tanah untuk menyesuaikan pH nya. Bila tanahnya terlalu
asam, kapur terutama dalam bentuk kapur tohor atau CaO sering di tambahkan,
28
sedangkan untuk tanah yang bersifat basa senyawa sulfur sering ditambahkan
untuk menetralkan.
2.4.2 Dampak Agrokimia
Bahan agrokimia digunakan dengan tujuan memperbaiki kesehatan
tanaman dan menjaganya dari hama. Namun penggunaan bahan kimia ini secara
berlebihan dapat mempengaruhi lingkungan seperti tanah air dan udara, bahkan
dapat berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Penggunaan agrokimia berdampa
terhadap kesehatan, mulai dari kulit mudah iritasi dan iritasi mata. Efek lain pada
kesehatan yaitu dapat mempengaruhi sistem saraf, menyebabkan kanker dan juga
masalah reproduksi. Dapat menyebabkan kerusakan saraf, ketidaksuburan, kelainan
hormon dan neurotoksisitas.
2.5 Hubungan Antara Toleransi Resiko dengan Safety Behavior
Bahan agro kimia merupakan bahan kimia yang digunakan di dunia
pertanian guna menyuburkan tanaman ataupun memberantas hama untuk
mendapatkan hasil panen yang bagus. Bahan agrokimia yang sering digunakan oleh
para petani diantaranya pertisida, herbisida, pupuk unorgank dan bahan kimia
lainya. Bahan kimia tersbut bisa menimbulkan efek terhadap kesehatan, bahkan
keselamatan petani. Dampak tersebut bisa dicegah atau diminimalisir melalui
perilaku petani saat menggunakanya, sehingga safety behavior pada petani
sangatlah pentig.
Safety behavior adalah perilaku keselamatan yang sesuai dengan standar
keselamatan dalam bekerja, yang dapat mencegah terjadinja kecelakaan dalam
bekerja baik pada diri sendiri ataupun orang lain. Salah satu yang mempengaruhi
29
safety behavior dalam penggunaan bahan agro kimia adalah toleransi resiko, sikap
tolerans terhadap resiko adalah sikap membiarkan atau menanggung akibat dari
sebuah proses atau dampak yang diakibatkan dari sebuah proses atau kejadian yang
akan dating.Dalam penelitian ini resiko yang dimaksud yaitu resiko dalam
penggunaan bahan agrokimia.
Menggunakan peralatan yang sesuai merupakan indikator penting dari
safety behavior termasuk dalam proses penyemprotan, petani yang mentoleril
resiko dalam penggunaan bahan agrokimia tidak mempedulikan kesesuaian alat
yang digunakan dalam bekerja. Selain itu dalam proses penyemprotan petani yang
memperhatikan resiko juga tidak akan menggunakan bahan-bahan yang berbahaya
dan berlebihan.
Menggunakan peralatan yang benar, bekerja dengan APD dan bekerja
dengan posisi yang benar dipengaruhi oleh toleransi terhadap resiko dalam proses
penyemprotan bahan agrokimia. Termasuk menjaga peralatan agar tetap berfungsi
dipengaruhi oleh proses penyimpanan, petani yang memiliki toleransi terhadap
bahaya cenderung kurang mempedulikan hal-hal tersebut.
Kesimpulannya adalah bahwa ada hubungan antara toleransi resiko dan
safety behavior akan diperoleh jika data perilaku yang dikumpulkan cukup.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengukur aspek-aspek dan indikator
yang sudah ditetapkan dan dapat mewakili toleransi resiko guna mengungkap
apakah ada hubunganya dengan safety behavior.
Dampak terhadap penelitian ini lebih lanjut mendukung penggunaan sikap
toleransi resiko sebagai alat diagnostik yang berguna dalam mengukur perilaku
30
petani selain itu juga untuk mengetahui apakah para petani sudah bekerja secara
aman. Berdasarkan penjelasan dari penelitian-penelitian tersebut, maka penulis
berasumsi bahwa toleransi resiko mempunyai hubungan yang signifikan terhadap
safety behavior.
2.6 Kerangka Berfikir
Safety behavior atau perilaku keselamatan adalah perilaku keselamatan
yang sesuai dengan standar keselamatan dalam bekerja, yang dapat mencegah
terjadinja kecelakaan dalam bekerja baik pada diri sendiri ataupun orang lain. Safety
behavior pada petani dicerminkan pada saat mereka melakukan pekerjaan maopun
pra atu paska mereka bekerja, salah satunya dalam penggunaan bahan agrokimia.
Tinggi rendahnya safety behavior pada petani dipengaruhi oleh berbagai macam
factor seperti pengetahuan, pengalaman, kognisi, pengambilan keputusan dan
sebagaiannya.
Banyak resiko yang dihadapi petani dalam penggunaan bahan agrokimia
saat mereka melakukan pekerjaan. Resiko tersebut bisa berdampak langsung
maopun tidak langsung baik itu terhadap diri si petani maopun terhadap lingkungan
sekitarnya. Namun dari banyaknya resiko yang petani hadapi dalam penggunaan
pestisida mulai dari proses penyimpanan, proses pencampuran hingga proses
penyemprotan kurang begitu diperhatikan atau masih ditoleransi oleh para petani.
31
Berdasarkan safety behavior atau perilaku keselamatan dan sikap toleransi
resiko dalam penggunaan bahan-bahan agrokimia pada petani pada saat bekerja,
peneliti ingin meneliti hubungan antara toleransi resiko dengan safety behavior
dalam penggunaan bahan agrokimia pada petani.
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
2.7 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian
sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis ada ketika peneliti telah
mendalami masalah penelitian serta menetapkan anggapan dasar dan membuat teori
yang bersifat sementara dan perlu diuji kebenarannya. Hipotesis yang diajukan
sebagai jawaban sementara pada permasalahan safety behavior dalam penelitian ini
adalah ada hubungan antara toleransi reiko dengan safety behavior dalam
penggunaan bahan agrokimia pada petani di Kecamatan Sadang, Kabupaten
Kebumen. Gambaran hubungan tersebut yaitu apabila toleransi resiko naik atau
tinggi maka safety behavior turun atau rendah.
Safety Behavior
• Pengamatan terhadap bahaya
• Pengenalan terhadap bahaya
• Pengambilan keputusan untuk menghindar
• Kemampuan untuk menghindar
Toleransi Resiko
• Jenis bahan yang digunakan
• Alat yang digunakan
• Proses penyemprotan
• lama penyemprotan
• Proses kerja
Penggunaan Bahan Agro kimia
92
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian mengenai hubungan toleransi resiko dengan safety
behavior dalam penggunaan bahan agrokimia pada petani yang telah dilaksanakan,
peneliti menyimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, terdapat hubungan yang signifikan
kea rah positif antara toleransi resiko dengan safety behavior dalam
penggunaan bahan agrokimia. Dengan demikian Hipotesis yang berbunyi :ada
hubungan yang negatif antara toleransi resiko dengan safety behavior dalam
penggunaan bahan agrokimia pada petani di kecamatan Sadang kabupaten
Kebumen” diterima.
2. Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan, tingkat safety behavior
dalam penggunaan bahan agrokimia berada dalam kategori rendah.
3. Berdasarkan analisis deskriptif yang telah dilakukan, tingkat toleransi resiko
pada petani berada dalam kategori sedang.
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Penelitian Selanjutnya
1. Lebih memperhatikan dan melengkapi konstruk teori variabel safety behavior
dan toleransi resiko.
2. Dalam menyususn blueprint item lebih memperhatikankonstruk teosri yang
digunakan.
93
3. Dalam penyusunan bentuk skala dengan subjek petani lebih memperhatikan
latar belakang subjek, dalam pengambilan data menyertakan latar belakang
pendidikan agar data yang diperoleh lebih mendalam. Selanjutnya bentuk
jawaban dalam skala lebih baik menggunakan pilihan 2 jawaban (Ya/Tidak).
4. Dalam melakukan penelitian dengan subjek petani lebih memperhatikan hal-
hal non teknis diluar penelitian tersebut, guna mengurangi hambatan ataupun
kendala dalam mengambil data.
5. Dalam menyusun hipotesis penelitian, peneliti diharapkan bisa memberikan
gambaran yang jelas mengenai arah hubungan antar variabel, yaitu positif atau
negatif.
5.2.2 Saran Kepada Petani
1. Senantiasa memperhatikan perilaku keselamatan (safety behavior) dalam
bekerja, khususnya dalam penggunaan bahan agrokimia.
2. Lebih memperhatikan resiko-resiko ataupun bahaya yang dapat terjadi saat
bekerja, utamanya saat menggunaan bahan agrokimia.
94
DAFTAR PUSTAKA
Achmad R Zainaldi, Kurniawan Bina, dan Wahyuni Ida. 2017. Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Safe Behavior pada Pekerja Rekanan Bagian
Sipil di PT. Indonesia Power Up Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Vo.5 No5. 318-326.
Agus Muhammad, Siwi Tri Agustina. 2014. Pengaruh Safety Climate terhadap
Kecelakaan Kerja dengan Safety Behavior Sebagai Variabel Intervening
Pada Karyawan PT Panca Wana Indonesia di Krian. Jurnal Manajemen
Teori dan Terapan. 125-136.
Amponsah-Tawaih, K., Adu, M. A. 2016. Work Pressure and Safety Behaviors
among Health Workers in Ghana: The Moderating Role of Management
Commitment to Safety. Safety and Health at Work, Vol.30. 1-7.
Anwas M. 2013. Kompetensi Penyuluh Pertanian dalam Memberdayakan
Petani. Jurnal MIPA UT Vol.1. 46-55
Azwar, S. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2012). Penyuunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas Edisi 4. Yogyaakarta: Pustaka
Pelajar.
Borman, W. C. & Mortowidlo, S. J. (1993). Expanding The Criterion Domain
To Include Elemen of Extra-role Performance, Personel Selection in
Organizations. San Fransisco: Jossey-Bass.
Bird and Germain, F. J. (1990). Practicial Loss Control Leadership. USA:
Institute Publishing.
BPS Kabupaten Kebumen. (2018). Kecamatan Sadang Dalam Angka 2018.
Kebumen: CV. Puspita Warna.
Cigularov, K.P., Chen, P.Y., Rosecrance, J., 2010. The effects of error
management climate and safety communication on safety: a multi-level
study. Accident Analysis and Prevention 42, 1498-1506.
Cooper, M.D. dan Philips, R.A. 2004. Exploratory analysis of the safety climate
and safety behavior relationship. Journal of Safety Research, Vol 35.
95
497- 512.
Cornelissen, P., 2011. Corporate communication, a guide to theory and practice.
Sage Publication Ltd, London.
Dasuki, Hananto Miko, Hermawan Asep dan Elsi Elsa. 2016. Ganguan
Kesehatan Pada Wanita Usia Subur Akibat Pajanan Pestisida
Organofosfat di Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Ekologi Kesehatan
Vol. 15. No.3. 140-149
Elvira Nisa D, Handoko Lukman, Setiani Vivin. 2018. Pengaruh faktor Personal
terhadap Perilaku Keselamatan (Safety Behavior) Pekerja di Perusahaan
Kereta Api. ISSN No.2581-1770. 535-540.
Febrian Dwi Rahadi, H. H. 2013. Hubungan Antara Persepsi Lingkungan Kerja
Fisik Dengan Perilaku Keselamatan Karyawan. Jurnal Ecopsy, Vol. 1,
13- 17.
Firdaus Usep Huda, Sumawati Angraini dan Made Sumertajaya. 2016. Model
Perilaku Keselamatan Karyawan pada Industri Beresiko Tinggi. Jurnal
Manajemen Teknologi. 51-66.
Geller, E.S. 2001. The Psychology of Safety Handbook. Boca Raton: Lewis
Publisher.
Germonprez, M., Zigurs, I., 2009. Task, technology, and Tailoring in
communicative action: an in-depth analysis of group communication.
Information and Organization 19, 22-40.
Griffin, M.A dan Neal, A. 2000. Perception of Safety at Work: A Framework
for Linking Safety Climate to Safety Performance, Knowledge, and
Motivation. Journal of Occupational Health Psychology Vol 5, 347-358.
Hadi, S. (2015). Metodelogi Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Halimah Siti 2010. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Aman di PTSim
Plan Tambun II Tahun 2010. Skripsi Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Hanna D Sherman, Gutter S Michael, and Fan X Jessie. 2001. A Measure of Risk
Tolerance Based on Economic Theory. 53-60.
Hanna, S., & Chen, P. (n.d.). Subjective And Objective Risk Tolerance:
Implications For Optimal Portfolios. Financial Counseling and Planning,
Volume 8(2), 1997, 20.
96
Haris Abd, Marbun MBRiyanto Agus. 2017. Geochemical Analisys of Shale Gas
Reservoir Based on Well long and 3D Seismic. AIP Conference Proceding,
Vol. 1862. 30-76.
Heinrich, H. W. Petersen, D., Ro0s, N. 1980. Industrial Accident Prevention. New
York: McGRAW-HILL BOOK Company.
Holanda Liana N, Grable John. 2016. A cross Cultural Test of Financial Risk
Tolerance Attitudes: Brazilian and American Similarities and Differences.
International Journal of Economics and Financial Issue.314-322.
Huang, Y., Robertson M.M., Lee, J., Rineer, J., Murphy, L.A., Garabet, A.,
Dainoff, M.J. 2014. Supervisory Interpretation of Safety Climate Versus
Employee Safety Climate Perception: Association with Safety Behavior
and Outcomes for Lone Workers. Journal of Transportation Research
Part F, Vol. 26 , 348-360.
Hou, B., & Wu, L. (2010). Safety impact and farmer awareness of pesticide
residues. 192.
International Labor Organization. 2011. Safety and Health in Agriculture. Geneva:
International Labor Office.
JianhuaWang, Deng, Y., & Ma, Y. (2017). Relationships between Safe Pesticide
Practice and Perceived Benefits and Subjective Norm, and the Moderation
Role of Information Acquisition: Evidence from 971 Farmers in China.
International Journal of Environmental Research and Public Healt, 1.
Kath, L.M., Marks, K.M., Ranney, J., 2010. Safety climate dimensions, leader-
member exchange, and organizational support as predictors of upward
safety communication in a sample of rail industry workers. Safety Science
48, 643-650.
Lee, T and Harrison, K. 2000. Assessing Safety Culture in Nuclear Power Station.
Safety Science Vol 30. 61-97.
Lu, C.S., Yang, C.S., 2011. Safety climate and safety behavior in the passenger
ferry context. Accident Analysis and Prevention 43, 329-341.
Lundgren, R.E., McMackin, A.H., 2009. Risk Communication: a Handbook for
Communicating Environmental, Safety, and Health Risks. New Jersey: John
Wiley & Sons.
Luria, G., Yagil, D., 2010. Safety perception referents of permanent and temporary
employees: Safety climate boundaries in the industrial workplace. Accident
Analysis and Prevention 42, 1423-1430.
97
Mahyuni, E. L. (2014). Faktor Resiko Dalam Penggunaan Pestisida Terhadap
Keluhan Kesehatan Pada Petani Di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo
2014. KESMAS, Vol. 9 No. 1, Maret 2015, pp 79-89, 81-87.
Majeed Abdul. 2018. Application of Agrochemicals in Agriculture: Benefits, Risk,
and Responsibility of Stakeholders. Journal of Food Science and
Toxicology Vol.2. No.1, 1-2.
Marina br Karo, Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Holtikultura dalam
Penggunaan Pestisida di Desa Aji Mbelang Kecamatan Tiga Panah Lebih
Baik dibandingkan Petani Holtikultura di Desa Deram Kecamatan Merdeka
Kabupaten Karo Tahun 2011, Jurnal PANNMED, Volume 8, Nomor 1,
hal.73-77, 2013
Mohamed, S., Ali, T.H. and Tam, W.Y.V. (2009): “National Culture and Safe Work
Behaviour of Construction Workers in Pakistan”, Safety Science, 47: 29-35.
Nahrgang, J.D., Hofmann, D.A., Morgeson, F.P. 2010. Safety at Work: A Meta-
Analytic Investigation of the Link Between Job Demands, Job
Resources, Burnout, Engagement, and Safety Outcomes. Journal of
Applied Psychology, 1-24.
Prihatiningsih dan Sugiyanto. 2010. Pengaruh Iklim Keselamatan dan
Pengalaman Personal terhadap Kepatuhan pada Peraturan Keselamatan
Pekerja Konstruksi. Jurnal Psikologi Vol 37, 82-93.
Puspitasari Bella. 2018. Pengaruh Locus of Control Internal, Toleransi Resiko
dan Persepsi Resiko Terhadap Pengambilan Keputusan Investasi. Skripsi
STIE Perbanas Surabaya.
Rachmat R.S. 2002. Dorongan Mencari Sensasi danPerilaku Pengambilan
Resiko Pada Mahasiswa. Psikologika No.14 Vol. VII. 53-69.
Rahmawati, Dileep M Kumar, Kambuaya Meyland. 2015. Determinants of the
Risk Tolerance of Individual Investors. International Journal of
Economics and Financial Issue. 373-378.
Ramsey, H. 2000. Safety Audit/ Inspeksi Manual. Washington DC: ACS
Committee on Chemical Safety.
Ranehill Eva, Dreber Anna, Johannesson Magnus. 2015. Assessing the
Robustness of Power Posing: No Effect on Hormones and Risk
Tolerance in a Large Sample of Men and Women. Psychological
Science. 1-4.
98
Retnani, N.D., Ardyanto, D. 2013. Analisis Pengaruh Activator dan
Consequence Terhadap Safe Behavior Pada Tenaga Kerja Di PT. Pupuk
Kalimantan Timur Tahun 2013. The Indonesian Journal of Occupational
Safety and Health, Vol.2 119-129.
Roszkowski, Mark E. 1989. Business Law: Principle Cases, and Policy, Second
Edition. USA: Harper Collins Publisher.
Rustia Hana. 2009. Pengaruh Pajanan Pestisida Pada Petani di Bandung, Tesis,
FKM UI.
Sadullah, P. D., & Kanten, D. S. (2009). A Research on The Effect of
Organizational Safety Climate Upn The Safe Behaviors. Ege Akademik
Bakış / Ege Academic Review 9 (3) 2009: 923-932, 926.
Samosir Kholilah, Setiani Onny dan Nurjazuli. 2017. Hubungan Pajanan
Pestisida Dengan Gangguan Keseimbangan Tubuh Petani Hortikultura
di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. Jurnal Kesehatan
Lingkungan Indonesia. 63-69
Sayid Ivan Nurahman, Setiawan Iwan, Insan Noor Trisna, Rachmadi Meddy.
2019. Konformitas Petani dalam Usahatani Kedelai. Mimbar Agribisnis.
338-345.
Silahudin Angga, Kurniawan Bina, dan Jayanti Siswi. 2018. Analisis Faktor
yang Berhubungan dengan Safety Behavior pada Pekerja Bagian Line
Produksi di PT Coca Cola Botling Indonesia. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Vol.6 No.1. 607-615.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).
Bandung: Alfabeta
Suma'mur. 1989. Keselamatan Kerja Dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta:
Gunung Agung.
Sulistiyono. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Bawang Merah dalam
Penggunaan Pestisida. (Kasus di Kabupaten Nganjuk Propinsi Jawa
Timur). Thesis Program Pascasarjana. IPB. 2002.
Suutarinen, J. (2004). Management as a Risk Factorfor Farm Injuries. Journal
of Agricultural Safety and Health 10(1): 39−50, 41-43.
Sya'af, Z. R. 2007. Occupational Healt and Safety Behavior Dalam Kuliah
Departemen K3. Depok: FKM Universitas Indonesia.
99
Syifa'a Rachmahana. 2002. Dorongan Mencari Sensasi dan Perilaku
Pengambilan Resiko pada Mahasiswa. Psikologika No. 14 Vol. VII. 53-
69.
Turenberg, W. and Daniell, W. (2008): “Evaluation of A Healthcare Safety
Climate Measurement Tool”, Journal of Safety Research, 39: 563-568.
Wang Mei. 2016. The Impact Culture of loss Aversion. Journal of Behavioral
Decision Making, Vol. 30.
Winarsunu, Tulus. 2008. Psikologi Keselamatan Kerja. Yogyakarta: UMM
Press.
Yuantari, M. C., Widiarnako, B., & Sunoko, H. R. (2013). Tingkat Pengetahuan
Petani dalam Menggunakan Pestisida (Studi Kasus di Desa Curut
kecamatan Penawangan Kabupaten Grobogan). ISBN 978-602-17001-1-
2, 142.
Zhou, F., Jiang, C. 2015. Leader-member Exchange and Employees Safety
Behavior: The Moderating Effect of Safety Climate. Procedur
Manufacturing Vol.3, 5014-5021.
Zhou, Q., Fang, D. and Wang, X. (2008): “A Method to Identify Strategies for
The Improvement of Human Safety Behavior by Considering Safety
Climate and Personal Experience”, Safety Science, 46: 1406–1419.
Zohar, D. 1980. Safety Climate in Industrial Organizations: Theoritical and
Applied Implications. Journal of Applied Psychology, Vol. 65 No. 1, 96-
102.
Zuckerman, M. 1994. Behavior Expression and Biosocial Bayers of Sensation
Seeking. New York: Cambridge University Press.