JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS …lib.unnes.ac.id/6399/1/7540.pdf · 2 PERSETUJUAN PEMBIMBING...

download JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS …lib.unnes.ac.id/6399/1/7540.pdf · 2 PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi ini ... 3.2 Variabel Penelitian ... Tabel 1.1 Nilai Ulangan Kenaikan Kelas

If you can't read please download the document

Transcript of JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS …lib.unnes.ac.id/6399/1/7540.pdf · 2 PERSETUJUAN PEMBIMBING...

  • 1

    KOMPARASI EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

    DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP

    HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI

    SISWA KELAS XI IS SMA NEGERI 14 SEMARANG

    SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Pada Universitas Negeri Semarang

    Oleh :

    Rahman Erfian

    7101407023

    JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2011

  • 2

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Skripsi ini disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian

    skripsi pada:

    Hari :

    Tanggal :

    Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

    Drs. Asrori, MS. Linda Agustina, SE., M. Si.

    NIP. 196005051986011001 NIP. 197708152000122001

    Mengetahui,

    Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi

    Dr.Partono Thomas, M.S

    NIP.195212191982031002

    ii

  • 3

    PENGESAHAN KELULUSAN

    Skripsi ini telah dipertahankan dalam sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas

    Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:

    Hari :

    Tanggal :

    Penguji Utama

    Drs. Tarsis Tarmudji, MM.

    NIP. 194911211976031002

    Anggota I Anggota II

    Drs. Asrori, M.S. Linda Agustina, SE., M. Si.

    NIP. 196005051986011001 NIP. 197708152000122001

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Ekonomi

    Drs. S. Martono, M. Si.

    NIP.196603081989011001

    iii

  • 4

    PERNYATAAN

    Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

    saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau

    seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini

    dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari

    terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya

    bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    Semarang, 27 Juli 2011

    Rahman Erfian

    NIM. 7101407023

    iv

  • 5

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    Sesungguhnya Allah tidak mengubah suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri(QS.Ar-Raad:11)

    Bersikap Sabar dan menjaga sholat adalah kunci untuk meraih kemenangan yang nyata dan pertolongan yang dekat.(QS.Al-Baqoroh:45)

    Selalu menjaga kepercayaan

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

    Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas kasih sayang, perhatian, doa serta dukungan yang telah diberikan selama ini.

    Mas Ridwan dan Mbak Endah yang menberikan motivasi kepadaku.

    Calon makmumku yang tak henti-hentinya memberikan doa dan semangat.

    Sahabat-sahabatku(anda,eko,Heigo,ilham) terima kasih motivasi dan kebersamaannya selama ini.

    Kawan-kawan pend. Akuntansi07.

    Teman-teman Jogo Bonito kost yang sudah seperti keluarga sendiri.

    v

  • 6

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

    limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Komparasi

    Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)

    dengan Pembelajaran Konvensional Terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran

    Akuntansi Siswa Kelas XI IS SMA Negeri 14 Semarang , dapat terselesaikan

    dengan baik.

    Penulis juga menyadari bahwa dalam penelitian ini tidak terlepas dari

    bimbingan, bantuan dan saran dari segala pihak. Oleh karena itu, dalam

    kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri

    Semarang.

    2. Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

    Semarang.

    3. Dr. Partono Thomas, M.S, Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas

    Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

    4. Drs. Asrori, MS., Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan

    mengarahkan skripsi ini.

    5. Linda Agustina SE., M. Si., Dosen Pembimbing II yang telah membimbing

    dan mengarahkan skripsi ini.

    vi

  • 7

    6. Drs. Wagino Sunarto, Kepala SMA N 14 Semarang yang telah memberikan

    ijin penelitian, guru dan karyawan SMA N 14 Semarang yang telah memberi

    bantuan dalam melaksanakan penelitian.

    7. Siswa-siswi kelas XI IS SMA Negeri 14 Semarang yang telah membantu

    dalam penelitian ini.

    8. Arum Widayati yang memberikan doa dan dukungan selama ini.

    9. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat

    penulis sebutkan satu persatu.

    Semoga Allah SWT memberi rahmat serta hidayah-Nya pada kita semua

    baik di dunia maupun di akhirat. Penulis sadar bahwa kesempurnaan hanya milik

    Allah Yang Maha Kuasa, penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat bagi

    Almamater pada khususnya serta pembaca pada umumnya.

    Semarang, 27 Juli 2011

    Rahman Erfian

    NIM. 7101407023

    vii

  • 8

    SARI

    Erfian, Rahman. 2011. Komparasi Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe

    Numbered Head Together (NHT) dengan Pembelajaran Konvensional Terhadap

    Hasil Belajar Mata Pelajaran Akuntansi SMA Negeri 14 Semarang. Skripsi.

    Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.

    Pembimbing I: Drs. Asrori, MS. Pembimbing II: Linda Agustina SE., M. Si.

    Kata kunci: Efektifitas, Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head

    Together (NHT), Pembelajaran Konvensional, Hasil belajar.

    Hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.

    Faktor yang dibahas dalam penelitian ini adalah faktor eksternal yaitu metode

    pembelajaran. Dalam penelitian ini metode pembelajaran yang digunakan adalah

    model kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dan metode pembelajaran

    konvensional. Permasalahan dalam penelitian ini adalah adakah perbedaan hasil

    belajar pembelajaran kooperatif Numbered Head Together dengan hasil belajar

    pembelajaran konvensional pada mata pelajaran akuntansi siswa kelas XI IS SMA

    Negeri 14 Semarang?

    Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IS SMA Negeri 14

    Semarang tahun 2010. Dari populasi tersebut diambil 2 kelas sebagai sampel yaitu

    kelas XI IS 4 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IS 1 sebagai kelas kontrol.

    Kemudian kelas XII IPS 3 adalah sebagai kelas uji coba instrument. Pada kelas

    eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sedangkan pada

    kelas kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional. Metode pengumpulan

    data dalam penelitian ini adalah observasi/pengamatan, tes hasil belajar, dan

    dokumentasi.

    Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata post-test kelas eksperiment =

    79,34 dan rata-rata kelas kontrol 70,53 dengan n1 = 32 dan n2 = 30 sehingga

    diperoleh thitung = 4,502 dengan taraf signifikan 5% dan dk = (32+30)-2 = 60 maka

    ttabel = 1,67, karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hasil efektifitas

    pembelajaran untuk indikator aktivitas siswa menunjukan nilai rata-rata hasil

    observasi kelas eksperimen = 314,50 dan rata-rata kelas kontrol = 284,50 dengan

    n1 =8 dan n2 = 8 sehingga diperoleh thitung = 3,375 dengan taraf signifikan 5% dan

    dk = (8+8)-2 = 14 maka ttabel = 2,14, karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha

    diterima. Sedangkan indikator pengelolaan pembelajaran menunjukan nilai rata-

    rata hasil observasi kelas eksperimen = 11,13 dan rata-rata kelas kontrol = 10,23

    dengan n1 =8 dan n2 = 8 sehingga diperoleh thitung = 1,296 dengan taraf signifikan

    5% dan dk = (8+8)-2 = 14 maka ttabel = 2,14, karena thitung < ttabel maka Ho diterima

    dan Ha ditolak.

    Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil

    belajar kelas eksperimen (pembelajaran NHT) dengan hasil belajar kelas kontrol

    (pembelajaran konvensional). Saran yang berkaitan dengan hasil penelitian ini

    yaitu model pembelajaran NHT dapat digunakan sebagai alternatif dalam

    pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

    viii

  • 9

    ABSTRACT

    Erfian, Rahman. 2011. The Comparation of The Effectiveness of Cooperative

    Learning type Numbered Head Together (NHT) with Conventional Learning to

    The Learning Achievement in The accounting at 14 Senior High School

    Semarang. Final project. Economy Department. Economy Faculty. Semarang

    State University. First Advisor is Drs. Asrori, M.S. Second Advisor is Linda

    Agustina SE., M. Si.

    Key words: Effectiveness, Cooperative Learning type NHT, Conventional

    learning, learning achievement.

    Learning achievement is influenced by two factors: internal and external

    factors. Factor which is discussed in this study is an external factor which is the

    method of learning. In this study the learning method used is the type of

    cooperative model Numbered Head Together (NHT) and conventional learning

    methods. The problems in this study is whether any different learning

    achievement between students taught using Numbered Head Together (NHT)

    metodh and those taught using conventional way for the students at grade XI of

    student accounting subjects in class XI IS 14 Senior High School Semarang?

    The population of this study were students in grade XI IS 14 Senior High

    School Semarang in the academic year 2011. From this population as a sample

    taken two classes namely class XI IS 4 as the experimental class and the class XI

    IS 1 as the control class. Then the class XII IPS 3 is the class of test instruments.

    In experiments class applied the model of cooperative learning in the classroom

    while the NHT type of control applied conventional learning models. Methods of

    data collection in this study are the observation, tests, and documentation.

    The results showed the average post-test class of experiments = 79.34 and

    averaged 70.53 of the control class and n2 n1 = 32 = 30 to obtain thitung = 4.502

    with a significant level of 5% and dk = (32 +30 ) -2 = 60 then TTable = 1.67,

    because thitung> TTable then Ho is rejected and Ha accepted. The results of the

    effectiveness of learning for the student activity indicator shows the average value

    of the observation of experimental class = 314.50 and the average grade controls =

    284.50 with n1 = 8 and n2 = 8, so obtained thitung = 3.375 with a significant level

    of 5% and dk = (8 +8) -2 = 14 then TTable = 2.14, because thitung> TTable then

    Ho is rejected and Ha accepted. While the learning management indicator shows

    the average value of the observation of experimental class = 11.13 and averaged

    10.23 with the control class = n1 = 8 and n2 = 8, so obtained thitung = 1.296 with

    a significant level of 5% and dk = (8 +8) -2 = 14 then TTable = 2.14, because

    thitung

  • 10

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ ii

    PENGESAHAN KELULUSAN ........................................................................... iii

    PERNYATAAN .................................................................................................... iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v

    KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

    SARI ..................................................................................................................... vii

    ABSTRACT .......................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

    DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 8

    1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 9

    1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 9

    BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................. 11

    2.1 Landasan Teori .................................................................................... 11

    2.1.1 Hasil Belajar ................................................................................. 11

    2.1.2 Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Hasil Belajar ....................... 12

    2.1.3 Teori Belajar................................................................................. 15

    2.1.4 Efektifitas Pembelajaran .............................................................. 23

    2.1.5 Model Pembelajaran..................................................................... 25

    2.1.6 Pembelajaran Kooperatif .............................................................. 27

    2.1.7 Pembelajaran Koopertif tipe Numbered Head Together ............... 35

    2.1.8 Pembelajaran Konvensional .......................................................... 38

    2.2 Kerangka Berpikir .............................................................................. 40

    x

  • 11

    2.3 Hipotesis .............................................................................................. 43

    BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 44

    3.1 Metode Populasi dan Sampel Penelitian ......................................... 44

    3.1.1 Populasi .................................................................................. 45

    3.1.2 Sampel .................................................................................... 45

    3.2 Variabel Penelitian ............................................................................ 47

    3.2.1 Variabel Bebas ......................................................................... 47

    3.2.2 Variabel Terikat ....................................................................... 48

    3.3 Sumber Data...................................................................................... 48

    3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 48

    3.4.1 Metode Tes ............................................................................. 49

    3.4.2 Metode Pengamatan (observasi) ............................................. 49

    3.3.3 Metode Dokumentasi .............................................................. 49

    3.5 Rancangan Penelitian ........................................................................ 49

    3.6 Analisis Instrument Penelitian .......................................................... 50

    3.6.1 Validitas Butir Soal ................................................................. 50

    3.6.2 Reliabilitas .............................................................................. 52

    3.6.3 Daya Pembeda ........................................................................ 53

    3.6.4 Tingkat Kesukaran Butir Soal ................................................. 55

    3.7 Prosedur Penelitian ........................................................................... 56

    3.7.1 Kelas Eksperimen ................................................................... 56

    3.7.2 Kelas Kontrol .......................................................................... 57

    3.8 Metode Analisis Data ........................................................................ 57

    3.8.1 Analisis Data Tahap Awal ...................................................... 58

    3.8.2 Analisis Data Tahap Akhir ...................................................... 61

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 67

    4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 67

    4.1.1 Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 67

    4.1.2 Keefektifan Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ...................... 67

    4.1.3 Keefektifan Pembelajaran Konvensional ................................... 75

    4.1.4 Analisis Data Awal .................................................................... 81

    xi

  • 12

    4.1.5 Analisis Data Akhir ................................................................... 84

    4.2 Pembahasan ............................................................................................ 90

    BAB V PENUTUP ............................................................................................... 95

    5.1 Simpulan ............................................................................................... 95

    5.2 Saran ...................................................................................................... 96

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 97

    LAMPIRAN

    xii

  • 13

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    Tabel 1.1 Nilai Ulangan Kenaikan Kelas 2009/2010 Pelajaran Akuntansi .......... 4

    Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ...................................... 34

    Tabel 3.1 Analisis Uji Normalitas Populasi ........................................................ 46

    Tabel 3.2 Analisis Uji Homogenitas Populasi .................................................... 47

    Tabel 3.3 Analisis Validitas Butir Soal ............................................................... 51

    Tabel 3.4 Analisis Daya Pembeda Butir Soal ..................................................... 54

    Tabel 3.5 Interval Kelas dan Kategori Aspek Aktivitas Siswa ........................... 65

    Tabel 3.6 Interval Kelas dan Kategori Aspek Pengelolaan Pembelajaran .......... 66

    Tabel 4.1 Hasil Observasi Aspek Pengelolaan Pembelajaran NHT ................... 70

    Tabel 4.2 Deskriptif Persentatif Aspek Aktivitas Siswa Pembelajaran NHT ..... 71

    Tabel 4.3 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Konvensional ................. 77

    Tabel 4.4 Deskriptif Persentatif Aspek Aktivitas Siswa Pembelajaran

    Konvensional ...................................................................................... 78

    Tabel 4.5 Analisis Uji Normalitas Data Awal .................................................... 82

    Tabel 4.6 Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Awal ................................ 83

    Tabel 4.7 Analisis Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ............................................... 84

    Tabel 4.8 Analisis Uji Normalitas Data Akhir .................................................... 85

    Tabel 4.9 Analisis Uji Kesamaan Dua Varians Data Akhir ................................ 80

    Tabel 4.10 Analisis Uji Beda Hasil Pembelajaran .............................................. 87

    Tabel 4.11 Analisis Uji Beda Hasil Aktivitas Siswa........................................... 88

    xiii

  • 14

    Tabel 4.12 Analisis Uji Beda Hasil Aktivitas Siswa........................................... 89

    Tabel 4.13 Analisis Uji Ketuntasan Hasil Belajar .............................................. 90

    xiv

  • 15

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................... 43

    Gambar 3.1 Gambaran Prosedur Penelitian ...................................................... 50

    xv

  • 16

    DAFTAR LAMPIRAN

    halaman

    Lampiran 1 Nilai Ulangan Tengah Semester Kelas XI IS 1 ................................ 99

    Lampiran 2 Nilai Ulangan Tengah Semester Kelas XI IS 2 ................................ 100

    Lampiran 3 Nilai Ulangan Tengah Semester Kelas XI IS 3 ................................. 101

    Lampiran 4 Nilai Ulangan Tengah Semester Kelas XI IS 4 ................................. 102

    Lampiran 5 Daftar Nama Kelas Uji Coba ............................................................. 103

    Lampiran 6 Daftar Nama Kelas Kontrol ............................................................... 104

    Lampiran 7 Daftar Nama Kelas Eksperimen ........................................................ 105

    Lampiran 8 Daftar Nilai Ulangan Tengah Semester kelas XI IS 1,2,3,4 .............. 106

    Lampiran 9 Uji Normalitas Nilai UTS kelas XI IS 1 ............................................ 107

    Lampiran 10 Uji Normalitas Nilai UTS kelas XI IS 2 .......................................... 108

    Lampiran 11 Uji Normalitas Nilai UTS kelas XI IS 3 .......................................... 109

    Lampiran 12 Uji Normalitas Nilai UTS kelas XI IS 4 .......................................... 110

    Lampiran 13 Uji Homogenitas Populasi ............................................................... 111

    Lampiran 14 Kisi-Kisi Uji Coba ........................................................................... 112

    Lampiran 15 Soal Uji Coba................................................................................... 113

    Lampiran 16 Kunci Jawaban Soal ........................................................................ 122

    Lampiran 17 Hasil Uji Coba ................................................................................. 123

    Lampiran 18 Validitas Soal ................................................................................. 127

    Lampiran 19 Reliabilitas Soal ............................................................................... 128

    Lampiran 20 Daya Pembeda Soal ......................................................................... 129

    Lampiran 21 Tingkat Kesukaran Soal................................................................... 130

    xvi

  • 17

    Lampiran 22 Kisi-Kisi Soal Pre Test ................................................................... 131

    Lampiran 23 Soal Pre Test .................................................................................... 132

    Lampiran 24 Kunci Jawaban Soal Pre Test .......................................................... 139

    Lampiran 25 Nilai Pre Test Kelas Kontrol ........................................................... 140

    Lampiran 26 Nilai Pre Test Kelas Eksperimen..................................................... 141

    Lampiran 27 Uji Normalitas Kelas Eksperimen (XI IS 4) .................................... 142

    Lampiran 28 Uji Normalitas Kelas Kontrol (XI IS 1) .......................................... 143

    Lampiran 29 Uji Homogenitas Pre Test ............................................................... 144

    Lampiran 30 Uji Kesamaan Dua Varian Pre Test ................................................ 145

    Lampiran 31 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Pre Test ........................................... 146

    Lampiran 32 Soal Post Test .................................................................................. 147

    Lampiran 33 Kunci Jawaban Post Test ................................................................. 154

    Lampiran 34 Nilai Post Test Kelas Kontrol .......................................................... 155

    Lampiran 35 Nilai Post Test Kelas Eksperimen ................................................... 156

    Lampiran 36 Data Nilai Post Test kelas Eksperimen dan Kontrol ....................... 157

    Lampiran 37 Uji Normalitas Post Test Kelas Eksperimen ................................... 158

    Lampiran 38 Uji Normalitas Post Test Kelas Kontrol .......................................... 159

    Lampiran 39 Uji Kesamaan Dua Varian Post Test .............................................. 160

    Lampiran 40 Uji Beda Dua Rata Post Test ........................................................... 161

    Lampiran 41 Uji Ketuntasan Belajar Kelas Eksperimen ...................................... 162

    Lampiran 42 Uji Ketuntasan Belajar Kelas Kontrol ............................................. 163

    Lampiran 43 Uji Kesamaan Dua Varian Aktivitas Siswa ..................................... 164

    Lampiran 44 Uji Beda Aktivitas Siswa ................................................................. 165

    xvii

  • 18

    Lampiran 45 Uji Kesamaan Dua Varian Pengelolaan Pembelajaran .................... 166

    Lampiran 46 Uji Beda Pengelolaan Pembelajaran................................................ 167

    Lampiran 47 Hasil Pengelolaan Pembelajaran ..................................................... 168

    Lampiran 48 Hasil Aktivitas Siswa....................................................................... 179

    Lampiran 49 RPP kelas Eksperimen ..................................................................... 180

    Lampiran 50 RPP Kelas Kontrol........................................................................... 190

    Lampiran 51 Daftar Nama Kelompok Eksperimen .............................................. 198

    Lampiran 52 Dokumentasi .................................................................................... 199

    Lampiran 53 Permohonan Ijin Penelitian Kepada Kepala SMA N 14 Semarang

    ....................................................................................................... 203

    Lampiran 54 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SMA N

    14 Semarang ................................................................................... 204

    xviii

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Pendidikan adalah usaha sadar menumbuhkembangkan potensi sumber daya

    manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran yang bertujuan membantu siswa

    dalam pengembangan dirinya secara optimal, yaitu pengembangan semua potensi,

    kecakapan serta karakteristik pribadinya ke arah positif. Keberhasilan pencapaian

    tujuan pendidikan terutama ditentukan oleh proses pembelajaran yang dialami

    siswa. Dengan proses pembelajaran diharapkan adanya peningkatan pada aspek

    pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa.

    Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003,

    menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan

    bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang

    bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki

    pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang

    mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

    Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar

    mengajar. Siswa yang terlibat dalam proses belajar mengajar diharapkan

    mengalami perubahan baik dalam bidang pengetahuan, pemahaman,

    keterampilan, nilai dan sikap. Dalam proses belajar-mengajar guru akan

    1

  • 2

    menghadapi siswa yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga

    guru tidak akan lepas dengan masalah hasil belajar.

    Keberhasilan dalam proses belajar mengajar di sekolah tergantung kepada

    beberapa aspek yaitu kurikulum, sarana dan prasarana, guru, siswa, dan metode.

    Aspek yang dominan dalam proses belajar mengajar adalah guru dan siswa.

    Kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam hubungannya dengan pendidikan

    disebut kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai motivator dan fasilitator

    sedangkan siswa sebagai penerima informasi yang diharapkan dapat lebih aktif

    dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk menciptakan suasana belajar siswa aktif,

    maka diperlukan pemilihan metode yang tepat agar keaktifan siswa dapat terjadi.

    Metode pengajaran sangat diperlukan oleh guru sesuai dengan tujuan yang

    dicapai setelah pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan

    tugasnya bila dia tidak menguasai satu pun metode mengajar yang telah

    dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan (Djamarah,

    2002:53). Guru harus memiliki strategi dalam proses pengajaran dan

    pembelajaran, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sehingga tercapai

    ketuntasan hasil belajar.

    Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui

    proses pembelajaran (Sudjana, 1999:22). Hasil belajar terdiri dari tiga aspek

    meliputi kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar kognitif merupakan

    tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Hasil belajar aspek afektif lebih

    berorientasi pada pembentukan sikap melalui proses pembelajaran. Sedangkan

    hasil belajar psikomotor berkaitan dengan hasil kemampuan fisik siswa. Menurut

  • 3

    Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor

    intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri dari faktor jasmaniah, faktor

    psikologis, faktor kelelahan.Faktor Ekstern terdiri dari faktor keluarga, faktor

    sekolah, faktor masyarakat.

    Pelaksanaan pembelajaran ekonomi di Sekolah Menengah Atas (SMA)

    merupakan pengajaran terpadu dari ekonomi dan akuntansi. Berdasarkan

    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, selanjutnya disingkat KTSP, mata

    pelajaran Akuntansi pada Sekolah Menengah Atas (SMA) dipelajari oleh siswa-

    siswi jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Akuntansi mulai dipelajari di kelas

    XI yang mengkaji akuntansi mulai dari dasar yang meliputi: akuntansi dan

    lingkungannya, dasar-dasar prosedur pembukuan, jurnal dan posting, penyesuaian

    pembukuan, neraca lajur, penutupan buku dan penyesuaian kembali. Pemberian

    mata pelajaran akuntansi bertujuan membekali lulusan SMA dengan berbagai

    kompetensi dasar agar mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep

    dasar, prinsip dan prosedur akuntansi yang benar dan baik untuk kepentingan

    melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi ataupun untuk terjun ke masyarakat

    (Depdiknas 2003).

    Observasi awal di SMA Negeri 14 Semarang tahun pelajaran 2009/2010

    yaitu kelas XI Ilmu Sosial (IS) diperoleh data yang menunjukan masih banyak

    nilai akuntansi siswa kurang dari ketuntasan. Hal ini dibuktikan dengan nilai

    akuntansi ujian akhir semester genap siswa kelas XI IS banyak di bawah standar

    ketuntasan yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 68. Untuk lebih jelasnya

    berikut ini tabel ketuntasan siswa:

  • 4

    Tabel 1.1 Nilai Ujian Akhir Semester Genap 2009/2010 Pelajaran

    Akuntansi

    No Kelas Jumlah

    Siswa

    Tuntas % Belum

    tuntas

    %

    1

    2

    3

    4

    XI IS 1

    XI IS 2

    XI IS 3

    XI IS 4

    38

    38

    38

    40

    20

    22

    22

    21

    52,6%

    57,8%

    57,8%

    52,5%

    18

    16

    16

    19

    47,4%

    42,2%

    42,2%

    47,5%

    154 86 55,15% 70 44,85%

    Sumber: Dokumentasi nilai sumatif guru mapel ekonomi SMA 14 Semarang

    Nilai prosentase berdasarkan tabel 1.1 di atas belum mencapai kriteria

    ketuntasan yang ditargetkan minimal 90% dari siswa per kelas sedangkan

    kenyataannya siswa yang mencapai ketuntasan baru 52% sampai 58% per

    kelasnya. Hal ini menunjukan bahwa banyaknya siswa yang masih belum tuntas

    dalam belajarnya, disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor utama yaitu cara

    mengajar guru di kelas masih tetap menggunakan cara lama, yaitu menggunakan

    metode konvensional. Guru sangat aktif dan siswa menjadi pasif dan tidak kreatif.

    Guru hanya menjalankan tugasnya sebagai pengajar yang merupakan sumber

    informasi satu-satunya bukan sebagai fasilitator belajar.

    Pembelajaran seperti ini berpusat pada guru yaitu dengan memadukan

    metode ceramah, tanya jawab, dan tanpa ada variasi lain pada tiap kali mengajar.

    Siswa sebagai penerima dan pelaksanaan tugas dari guru yang merasa kurang

    termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran akuntansi. Apabila guru memberikan

    kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami

    mereka hanya diam dan tidak mau bertanya. Maka dibutuhkan pengembangan

  • 5

    metode pembelajaran guna menciptakan lingkungan pembelajaran yang dapat

    meningkatkan peran aktif siswa dan meningkatkan hasil belajar bidang studi

    akuntansi.

    Akuntansi merupakan seperangkat pengetahuan menghasilkan informasi

    keuangan dan penalaran dalam materi akuntansi bersifat deduktif (dari pengertian

    akuntansi secara umum sampai laporan keuangan baik perusahaan jasa, dagang,

    maupun koperasi dan akhirnya pada analisis laporan keuangan). Tujuan pelajaran

    akuntansi adalah membekali siswa berbagai pengetahuan dan pemahaman agar

    mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan

    prosedur akuntansi yang benar.

    Salah satu standar kompotensi mata pelajaran akuntansi pada kelas XI IS

    adalah ayat jurnal penyesuaian. Ayat jurnal penyesuaian adalah ayat jurnal untuk

    menyesuaikan angka-angka dalam neraca sisa yang masih belum memperlihatkan

    transaksi operasional perusahaan yang sesungguhnya pada akhir periode

    (Suhadimanto, 2005:115). Materi ini memerlukan pemahaman konsep yang

    mendalam, ketrampilan, dan ketelitian serta penalaran dalam mempelajarinya.

    Materi jurnal penyesuaian menjadi materi yang rumit karena ada keterkaitan

    dengan transaksi yang terjadi sebelumnya dan memerlukan perhitungan

    matematika untuk mengetahui besarnya penyesuaian.

    Pembelajaran akuntansi yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran yang

    dapat meningkatkan penguasaan materi dan kreatifitas siswa. Dengan terlibatnya

    siswa secara aktif dalam pembelajaran, maka siswa akan merasa senang dan

    tertarik dalam pembelajaran. Sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat

  • 6

    semakin baik. Namun, tidak hanya itu pembelajaran yang dapat menimbulkan

    atau meningkatkan kerjasama, sifat menghargai pendapat orang lain juga

    diperlukan.

    Cara untuk mengatasi kondisi di atas, salah satu solusinya adalah model

    pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran kooperatif.

    Pembelajaran kooperatif didefinisikan sebagai proses pembelajaran berbasis kerja

    sama (Budimansyah, 2002:9). Dalam pembelajaran kooperatif siswa dibagi dalam

    kelompok-kelompok kecil yang akan bekerjasama dalam memecahkan masalah

    yang diberikan guru.

    Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk

    berfikir, menjawab dan saling membantu satu sama lain. Penerapan model

    pembelajaran kooperatif akan menambah pembelajaran yang lebih menarik,

    menyenangkan, melibatkan siswa, meningkatkan aktifitas dan kerja sama siswa.

    Pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam pendekatan diantaranya

    yaitu Student Team Achivement Division (STAD), Jigsaw, Investigasi kelompok

    (Team Games Tournament atau TGT), Pendekatan struktural yang terbagi dalam

    dua macam yaitu Think Pair Share dan Numbered Head Together (NHT).

    Numbered Heads Together atau penomoran berpikir bersama adalah

    merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi

    pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. NHT

    (Numbered Heads Together) pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen

    (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang

    tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

  • 7

    pelajaran tersebut (Trianto, 2007:62). Meskipun memiliki banyak persamaan

    dengan pendekatan yang lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada

    penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

    siswa.

    Numbered Head Together (NHT) sebagai model pembelajaran pada

    dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Model NHT digunakan

    untuk materi pelajaran yang membutuhkan pemahaman konsep yang mendalam,

    sehingga sangat tepat digunakan dalam mata pelajaran akuntansi khususnya pokok

    bahasan jurnal penyesuaian karena didalamnya dibutuhkan pemahman kosep-

    konsep yang mendalam. Adapun ciri khas dari Numbered Head Together adalah

    guru hanya menunjuk seseorang siswa tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa

    yang akan mewakili kelompoknya masing-masing. Melalui model pembelajaran

    seperti ini siswa dituntut untuk terlibat secara maksimal, sehingga tidak hanya

    bergantung dari teman sekelompoknya serta siswa diberi kesempatan untuk

    memberikan ide-ide dan menerima pendapat anggota lain untuk menetukan

    jawaban yang paling tepat mengenai materi jurnal penyesuaian. Meskipun dalam

    model NHT siswa lebih aktif, namun guru tetap mengawasi kelas untuk

    memberikan semangat dorongan belajar dan memberikan bimbingan secara

    individu atau kelompok.

    Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa NHT menunjukan hasil yang

    signifikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian

    yang telah dilakukan oleh Mufid (2007), menunjukan bahwa penggunaan

    pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas

  • 8

    VII-A MTs Islamiyah Sumpiuh pada pokok bahasan operasi hitung bentuk aljabar

    hasil siklus I rata-rata 64,11 dan pada siklus II meningkat 76,63. Munaharoh

    (2008) menunjukan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPS 2 MA AL-ASROR pada bahasan

    jurnal penyesuaian dapat dilihat dari hasil siklus I nilai rata-rata sebesar 64,44

    pada siklus II meningkat menjadi 75.22.

    Smialek dan Boburka (2006) meneliti tentang pengaruh efektifitas latihan

    pembelajaran kooperatif pada kemampuan mendengarkan secara kritis di

    perguruan tinggi menunjukan bahwa nilai rata-rata pada kelas eksperimen yang

    diberi perlakuan pembelajaran tradisional (ceramah). Hal ini dapat dilihat pada

    nilai pelajaran musicsal style period. Nilai rata-rata kelas eksperimen 83,87

    sedangkan nilai rata-rata kelas control 76,23

    Penelitian lain pernah dilakukan oleh Bernard et al. (2005) yang meneliti

    tentang pengaruh pembelajaran kooperatif dalam mengajar puisi. Hasil

    penelitiannya menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif lebih efektif untuk

    meningkatkan prestasi akademik siswa. Sesuai latar belakang di atas dan

    diperkuat dengan penelitian sebelumnya maka judul penelitian ini adalah

    KOMPARASI EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

    NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN PEMBELAJARAN

    KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA

    PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 14

    SEMARANG.

  • 9

    1.2 Rumusan Masalah

    Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

    1. Adakah perbedaan hasil belajar yang dicapai antara siswa dalam

    pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT

    dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran akuntansi kelas XI

    IS di SMA Negeri 14 Semarang?

    2. Adakah perbedaan efektifitas pembelajaran antara pembelajaran kooperatif

    tipe NHT dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran

    akuntansi pada siswa kelas XI IS SMA Negeri 14 Semarang?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian sesuai rumusan masalah di atas adalah untuk mengetahui:

    1. Perbedaan hasil belajar yang dicapai antara siswa dalam pembelajaran

    yang menggunakan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran

    konvensional pada mata pelajaran akuntansi Kelas XI IS SMA Negeri 14

    Semarang.

    2. Perbedaan efektifitas pembelajaran antara pembelajaran kooperatif tipe

    NHT dengan pembelajaran konvensional pada mata pelajaran akuntansi

    pada siswa kelas XI IS SMA Negeri 14 Semarang.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk:

    1. Manfaat Teoritis

    Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dalam menambah

    pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya penggunaan model

  • 10

    pembelajaran NHT untuk meningkatkan hasil belajar mata pelajaran

    akuntansi.

    2. Manfaat Praktis

    Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut

    a. Bagi siswa

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar baru dan

    diharapkan dengan adanya model pembelajaran ini, belajar menjadi lebih

    mudah dan menyenangkan dan tentunya dengan hasil yang lebih baik.

    b. Bagi guru

    Penelitian ini diharapkan dapat sebagai alternatif guru untuk memilih model

    pembelajaran yang variatif, sehingga akan meningkatkan motivasi belajar

    siswa.

    c. Bagi sekolah

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai model-

    model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

    meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi di sekolah.

  • 11

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Landasan Teori

    2.1.1. Hasil Belajar

    Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

    menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 1999:22). Hasil belajar merupakan

    perubahan yang diperoleh pembelajaran setelah mengalami aktivitas belajar.

    Merujuk pemikiran Gagne dalam Supriono (2010:5-6), hasil belajar berupa:

    1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

    bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara

    spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak

    memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan

    aturan.

    2. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan

    lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,

    kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-

    prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemempuan

    melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

    3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas

    kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan

    kaidah dalam memecahkan masalah.

    11

  • 12

    4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

    jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak

    jasmani.

    5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan

    penilaian terhadap obyek tersebut. Sikap berupa kemampuan

    menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan

    kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

    Sesuai beberapa pendapat tentang hasil belajar di atas, maka dapat

    disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki

    siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam sistem pendidikan

    nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kulikuler maupun tujuan

    instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang

    secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah

    afektif, ranah psikomotorik.

    2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor

    yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang

    yang belajar dan ada pula dari luar dirinya. Dalam Slameto (2003:54) faktor-

    faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi dua

    faktor, yaitu :

    1. Faktor dalam (internal) yaitu faktor yang berasal dari siswa yang sedang

    mengalami proses pembelajaran.

  • 13

    a. Faktor jasmaniah, adalah faktor kesehatan tubuh dalam kesiapan

    menerima pelajaran, cacat tubuh yang mempengaruhi secara langsung

    atau tidaknya dalam proses belajar

    b. Kondisi psikologi, sekurang-kurangnya ada 7 faktor yang tergolong

    dalam faktor psikologi yang mempengaruhi hasil belajar.

    Faktor-faktor itu adalah :

    1). Intelegensi adalah kecakapan untuk mengahadapi dan

    menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif,

    mengetahui atau menggunakan konsep yang abstrak secara efektif,

    mengetahui hasil dan mempelajari dengan cepat.

    2). Perhatian yaitu keaktifan jiwa atau sekumpulan obyek dalam hal ini

    proses belajar

    3). Minat yaitu kecenderungan tetap untuk memperhatikan dan

    mengenang beberapa kegiatan

    4). Bakat yaitu kemampuan untuk belajar

    5). Motif yaitu yang menjadi penyebab berbuat

    6). Kematangan yaitu kesediaan untuk memberikan respon atau reaksi

    dalam belajar

    c. Faktor kelelahan : faktor-faktor kelelahan dibagi menjadi 2 yaitu

    1). Kelelahan jasmani

    2). Kelelahan rohani

    2. Faktor luar (eksternal) yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa

    yang mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor luar meliputi :

  • 14

    a. Faktor keluarga

    Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar

    anak, demikian juga relasi antara anak dan anggota keluarganya yang

    lain bila tercipta kondisi yang dinamis akan berpengaruh baik dalam

    belajar anak dan sebaliknya, kemudian suasana rumah terkait dengan

    kejadian yang sering terjadi di dalam keluarga dimana anak berada

    dan belajar, serta keadaan ekonomi keluarga yaitu terkait dengan

    pemenuhan kebutuhan pokok dan fasilitas belajar anak apakah sudah

    terpenuhi.

    b. Faktor sekolah

    1) Kurikulum, diartikan sebagai sejumlah kegiatan yang diberikan

    kepada siswa sebagian besar menyajikan bahan pelajaran agar

    siswa dapat menerima pelajaran dengan baik.

    2) Relasi siswa dengan guru dan siswa lain. Cara belajar siswa

    dipengaruhi relasi dengan gurunya, guru yang kurang interaksi

    dengan siswa menyebabkan siswa segan berpartisipasi aktif dalam

    belajar. Menciptakan relasi yang baik antara siswa perlu agar dapat

    memberikan pengaruh positif terhadap belajar siswa.

    3) Disiplin sekolah. Agar siswa lebih maju, harus disiplin dalam

    belajar di sekolah dan di rumah yang dicontohkan oleh guru dan

    staf.

    4) Kondisi dan fasilitas belajar, mengusahakan kondisi yang baik dan

    fasilitas yang lengkap diperlukan agar guru dapat mengajar dengan

  • 15

    baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik dan

    dapat belajar dengan baik pula.

    5) Metode adalah cara yang harus dilalui di dalam mengajar. Metode

    belajar Sangat mempengaruhi belajar. Metode mengajar guru yang

    kurang baik maka hasil belajar siswa kurang baik pula. Guru biasa

    mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan,

    mengantuk dan pasif dan hanya mencatat saja. Guru progresif

    berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu

    meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa. Agar

    dapat berjalan dengan baik, maka metode belajar harus diusahakan

    yang tepat, efisien dan seefektif mungkin.

    c. Faktor masyarakat

    Faktor masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh

    terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keadaannya siswa

    dalam masyarakat dan pergaulan siswa dalam masyarakat.

    2.1.3. Teori Belajar

    Teori belajar menurut Sugandi (2004:7) adalah konsep-konsep dan prinsip-

    prinsip belajar yang bersifat teoritis dan telah teruji kebenarannya melalui

    eksperimen. Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai

    bagaimana terjadinya belajar dan bagaimana informasi diproses di dalam pikiran

    siswa. Gagne dalam Supriono (2010:2) menyatakan belajar adalah perubahan

    disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan

  • 16

    disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan secara

    alamiah.

    Sesuai beberapa pendapat tentang belajar di atas, maka dapat disimpulkan

    bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang secara sadar dalam rangka

    untuk mengembangkan diri baik dalam aspek kognitif, afektif maupun

    psikomotorik sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

    lingkungan. Ada beberapa teori belajar yang melandasi munculnya model

    pembelajaran, diantaranya teori belajar behavioristik dan teori kontruktivisme.

    1. Teori Belajar Behavioristik

    Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage

    dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

    Dalam perspektik behaviorisme pembelajaran diartikan sebagai proses

    pembentukan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan balas (respons). Hasil

    pembelajaran yang diharapkan adalah perubahan perilaku berupa kebiasaan.

    Teori behavioristik sering disebut stimulus-respons (S-R) psikologis artinya

    bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan

    penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dalam tingkah laku belajar

    terdapat jalinan erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulnya. Tokoh-

    tokoh perilaku yang tergolong dalam pengkondisian klasik adalah Ivan Petrovich

    Pavlov sedangkan tokoh-tokoh perilaku yang termasuk dalam pengondisian

    operan adalah Edward Lee Thorndike dan Skinner (Supriono, 2010:18). Beberapa

    pemikiran tokoh-tokoh teori perilaku dijabarkan sebagai berikut:

  • 17

    a. Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov

    Pavlov mengadakan percobaan labortoris terhadap anjing. Dalam

    percobaan ini anjing diberi stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi

    bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia

    adalah bunyi bel di kelas untuk penanda sesuatu terhadap bunyi-bunyian.

    Melalui berbagai bunyi bel ternyata individu dapat dikendalikan melalui

    cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk

    mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Belajar menurut teori

    ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat

    yang menimbulkan reaksi.

    b. Connectionism (S-R Bond) menurut Thorndike

    Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya

    asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respons. Teori

    belajar ini disebut teori connectionism. Eksperimen yang dilakukan dengan

    kucing yang dimasukan pada sangkar tertutup. Percobaan tersebut

    menghasilkan teori Trial and Error. Sumbangan pemikiran Thorndike

    mengenai perubahan perilaku sebagai hasil belajar adalah hukum-hukum

    sebagai berikut:

    1). Hukum kesiapan atau Law of Readiness

    Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk

    memperoleh stimulus, maka pelaksanaan tingkah laku akan

    menimbulkan kepuasan individu sehingga assosiasi cenderung

    diperkuat.

  • 18

    2). Hukum latihan atau Law of Exercise

    Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan, maka

    asosiasi cenderung diperkuat.

    3). Hukum hasil atau Law of Effect

    Hubungan antara rangsangan dan perilaku akan makin kukuh apabila

    terdapat kepuasan dan akan makin diperlemah apabila tidak terdapat

    kepuasan.

    c. Operant Conditioning menurut B.F. Skinner

    Operant Conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku

    operant positif atau negatif yang mengakibatkan perilaku tersebut dapat

    berulang kembali atau menghilang sesuai keinginan. Peneguhan positif

    adalah rangsangan yang makin memperkuat atau mendorong suatu tindak

    balas. Peneguhan negatif ialah peneguhan yang mendorong individu untuk

    menghindari suatu tindak balas tertentu yang tidak memuaskan.

    Implikasi prinsip-prinsip behaviorisme pada kegiatan pembelajaran adalah:

    1). Kegiatan belajar adalah belajar figuratif.

    2). Belajar menekankan perolehan informasi dan penembahan informasi.

    3). Belajar merupakan proses dialog imperatif, bukan dialog interaktif.

    4). Belajar bukan proses organik dan konstruktif melainkan proses

    mekanik.

    5). Aktivitas belajar didominasi oleh kegiatan menghafal dan latihan.

    Aplikasi teori behavioristik pada proses pembelajaran, di dalam teori ini

    guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran

  • 19

    dalam bentuk sudah siap. Dalam pembelajarannya dimana siswa berpusat pada

    guru (teacher centered learning), bersifat mekanistik dan hanya diamati dan

    diukur. Tujuan dalam pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang

    ditandai dengan pencapaian suatu keterampilan. Evaluasi didasari atas perilaku

    tampak dalam diri siswa.

    2. Teori belajar kontruktivisme

    Seiring perbaikan kualitas pembelajaran ke arah pembelajaran organis,

    filsafat kontruktivisme kian populer pada dekade terakhir ini. Teori

    kontruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit yang

    kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Sebagaimana telah

    dikemukakan bahwa menurut teori belajar kontruktivisme, pengetahuan tidak

    dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya bahwa

    siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan

    kematangan kognitif yang dimilikinya.

    Pendekatan kontruktivisme adalah pendekatan yang mengajak siswa untuk

    berpikir dan mengkontruksi dalam memecahkan suatu permasalahan secara

    bersama-sama sehingga didapatkan suatu penyelesaian yang akurat. Prinsip utama

    dalam pembelajaran dengan teori belajar kontuktivisme adalah pengetahuan tidak

    dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa dan

    fungsi kognitif bersifat aditif dan membantu pengorganisasian melalui

    pengalaman nyata yang dimiliki anak. Model pembelajaran yang dikembangkan

    berdasarkan teori kontruktivisme ialah Contextual Teaching and Learning (CTL),

    model pembelajaran Quantum, dan model pembelajaran kooperatif.

  • 20

    1. Contextual Teaching and Learning (CTL)

    Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar dimana guru

    menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat

    hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam

    kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

    Komponen utama pembelajaran kontektual yang efektif meliputi:

    a. Kontruktivisme, konsep ini menuntut siswa untuk menyusun dan

    membangun makna atas pengalaman baru yang didasarkan pada

    pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi

    sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara

    tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih diutamakan

    dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan dari atau

    mengingat pengetahuan.

    b. Tanya jawab, dalam konsep ini kegiatan tanya jawab yang dilakukan baik

    oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan

    mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertanyaan siswa merupakan

    wujud keingintahuan.

    c. Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan atau

    konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi,

    analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi:

    observasi, tanya jawab, hipotesis, pengumpulan data, analisis data,

    kemudian disimpulkan.

  • 21

    d. Komunitas belajar, adalah kelompok belajar atau komunitas yang

    berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan

    gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam pembentukan kelompok kecil

    atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan

    kelas sederajat, bekerja dengan kelas diatasnya, bekerja dengan

    masyarakat.

    e. Pemodelan, dalam konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja

    agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu dengan

    model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn (cara

    belajar) dan guru bukan satu-satunya model dapat diambil dari siswa

    berpresentasi melalui media cetak dan elektronik.

    f. Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan

    dan pengalaman yang bertujuan mengidentifikasi hal yang sudah

    diketahui, dan hal yang belum diketahui agar dapat dilakukan suatu

    tindakan penyempurnaan. Adapun realisasinya adalah pertanyaan langsung

    tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku

    siswa, kesan dan saran, siswa mengenai pembelajaran pada hari itu,

    diskusi dan hasil karya.

    g. Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukan kemampuan

    (pengetahuan, keterampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan

    penilaian otentik adalah pembelajaran yang seharusnya membantu siswa

    agar mampu mempelajari sesuatu, bukan pada diperolehnya informasi di

    akhir periode, kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada

  • 22

    prosesnya dengan berbagai cara, menilai pengetahuan dan keterampilan

    yang diperoleh siswa.

    Aplikasi CTL dalam pembelajaranya, tugas guru adalah membantu siswa

    dalam mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih berurusan dengan strategi dari

    pada memberi informasi. Proses belajar mengajar lebih diwarnai Student Centered

    dari pada Teacher Centered.

    2. Pembelajaran Quantum

    Quantum Learning didefinisikan sebagai interaksi yang mengubah energi

    menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi, sedangkan learning adalah

    belajar. Dengan demikian, quantum learning adalah cara perubahan bermacam-

    macam interaksi, hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar momen

    belajar. (DePorter & Mike dalam Baharuddin 2007:134)

    Asas utama yang berkaitan dengan pembelajaran quantum adalah konsep

    Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia

    Mereka. Mengandung konsekuensi bahwa langkah pertama yang harus

    dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah membangun jembatan

    autentik memasuki kehidupan siswa, untuk mendapatkan hak mengajar. Dengan

    demikian, pembelajaran merupakan kegiatan full-contact yang melibatkan sesuai

    aspek kepribadian siswa (pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh) disamping

    pengetahuan, sikap dan keyakinan sebelumnya, serta persepsi masa depan.

    Aplikasi dalam pembelajaran, dimana guru harus menyiapkan suasana yang

    menggairahkan menyangkut hubungan antara guru dan siswa, jalinan rasa simpati

    dan pengertian, keringanan dan ketakjuban dan rasa saling memiliki. Pedoman

  • 23

    yang jelas dalam merancang suatu pengajaran untuk diikuti siswa, misalnya:

    tujuan, prisip, keyakinan, prosedur,dan kebijakan yang jelas agar materiyang

    disampaikan kepada siswa dapat diterima dan dipahami.

    3. Pembelajaran Kooperatif

    Model pembelajaran kooperatif bernaung pada teori kontruktivisme.

    Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

    menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi

    dengan temannya. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran

    dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan

    berbeda. Pembelajaran kooperatif sebagai proses pembelajaran berbasis kerja

    sama. Dalam pelajaran kooperatif siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil

    yang akan bekerja sama dalam memecahkan masalah yang diberikan guru

    (Budimansyah, 2002:9).

    Lie (2002:29) menjelaskan ada lima unsur dalam kodel pembelajaran

    kooperatif yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan,

    tatap muka, komunikasi antar kelas, evaluasi proses kelas. Menurut Eggen dan

    Kauchak (dalam Trianto, 2007:42) pembelajaran kooperatif merupakan sebuah

    strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk

    mencapai tujuan bersama.

    2.1.4. Efektifitas Pembelajaran

    Efektifitas adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai

    terjadinya efek atau akibat yang dikehendaki seseorang. Efektifitas berkaitan

    dangan pencapaian target yang berkaitan dengan pencapaian untuk kerja secara

  • 24

    maksimal, dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas,

    dan waktu. Efektifitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran

    seberapa jauh target yang dicapai (Mulyasa, 2004:132-133).

    Pembelajaran dikatakan efektif apabila mencapai sasaran yang diinginkan,

    baik dari segi tujuan pembelajaran dan prestasi siswa yang maksimal, sehingga

    yang merupakan indikator keefektifan pembelajaran yaitu ketercapaian ketuntasan

    belajar, ketercapaian keefektifan aktivitas siswa, yaitu pencapaian waktu ideal

    yang digunakan siswa untuk melakukan setiap kegiatan termuat dalam rencana

    pembelajaran, ketercapaian efektifitas kemampuan guru mengelola pembelajaran,

    respon siswa terhadap pembelajaran yang positif (Pardomuan, 2008:78).

    Mengajar yang efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar siswa

    belajar efektif pula. Untuk melaksanakan mengajar yang efektif diperlukan syarat-

    syarat seperti belajar secara aktif, baik mental maupun fisik, guru harus

    mempergunakan banyak metode pada waktu mengajar, guru harus bisa

    memberikan motivasi kepada siswa tepat sasaran. Kurikulum yang baik dan

    seimbang, guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual, guru senantiasa

    membuat perencanaan sebelum mengajar, pengaruh guru sugestif perlu diberikan

    pula kepada siswa, guru harus memiliki keberanian menghadapi siswa-siswanya,

    juga masalah-masalah yang timbul waktu proses belajar berlangsung, guru harus

    menciptakan suasana yang demokratis di sekolah (Slameto, 2003:92-94).

    Simpulan dari pengertian di atas maka efektifitas pembelajaran adalah

    pengaruh atau akibat yang ditimbulkan dari pembelajaran yang telah

    dilaksanakan. Efektifitas menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan, suatu

  • 25

    pembelajaran dikatakan efektif apabila telah mencapai tujuan pembelajaran yang

    ditetapkan. Kriteria efektifitas dalam penelitian ini mengacu pada ketuntasan hasil

    belajar siswa dan rata-rata nilai ketuntasan belajar pada pokok bahasan jurnal

    penyesuaian.

    2.1.5. Model Pembelajaran

    Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan

    sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran

    dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk

    didalamnya buku-buku, film, komputer, dan lain-lain (Joyce dalam Trianto

    2007:5). Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

    prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

    mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

    pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Supriono, 2010:46).

    Model pembelajaran terdiri atas model pembelajaran langsung, model

    pembelajaran kooperatif, dan Model berbasis masalah (Supriono, 2010:46).

    1. Model Pembelajaran Langsung

    Pembelajaran langsung atau direct intruction dikenal dengan sebutan

    active teaching. Penyebutan itu mengacu pada gaya mengajar dimana guru

    terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan

    mengajarkannya secara langsung kepada seluruh siswa. Pembelajaran

    langsung dirancang untuk penguasaan pengetahuan prosedural, pengetahuan

    deklaratif (pengetahuan faktual) serta berbagai keterampilan. Pembelajaran

    langsung dimaksudkan untuk menuntaskan dua hasil belajar yaitu

  • 26

    penguasaan pengetahuan yang distrukturkan dengan baik dan penguasaan

    keterampilan

    2. Model Pembelajaran Kooperatif

    Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi

    semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin lebih

    dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif tidak

    sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar

    pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembagian kelompok

    yang dilakukan asal-asalan.

    3. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

    Model pembelajaran berbasis masalah dikembangkan berdasarkan

    konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut adalah

    belajar penemuan atau discovery learning. Mengenai discovery learning ,

    Johnson membedakannya dengan inquiry learning. Hal ini karena proses

    akhir discovery learning adalah penemuan, sedangkan inquiry learning

    proses akhir terletak pada kepuasan meneliti.

    Walaupun ada pendapat yang membedakan antara discovery learning

    dan inquiry learning, namun keduanya memiliki persamaan discovery

    learning dan inquiry learning merupakan pembelajaran beraksentuasi pada

    masalah-masalah kontekstual. Keduanya merupakan pembelajaran yang

    menekankan aktivitas penyelidikan meliputi proses informasi, transformasi

    dan evaluasi.

  • 27

    2.1.6. Pembelajaran Kooperatif

    Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran dimana

    siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda.

    Pembelajaran kooperatif sebagai proses pembelajaran berbasis kerja sama. Dalam

    pelajaran kooperatif siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang akan

    bekerja sama dalam memecahkan masalah yang diberikan guru (Budimansyah,

    2002:9).

    Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat

    elemen-elemen yang saling terkait. Adapun elemen dalam pembelajaran

    kooperatif adalah adanya saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka,

    akuntabilitas individual, dan keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi

    atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan (Abdurrahman & Bintoro,

    2000:78-79 dalam Nurhadi, 2000:61).

    1. Saling ketergantungan positif

    Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang

    mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling

    membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif.

    Saling ketergantungan positif menuntut adanya Interaksi promotif yang

    memungkinkan sesama siswa saling memberikan motivasi untuk meraih

    hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai

    melalui saling ketergantungan pencapaian tujuan, saling ketergantungan

    dalam menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber,

    saling ketergantungan peran, dan saling ketergantungan hadiah.

  • 28

    2. Interaksi tatap muka

    Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat

    saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya

    dengan guru, tetapi juga sesama siswa. Interaksi semacam itu

    memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga

    sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi semacam itu sangat penting karena

    ada siswa yang lebih mudah belajar dari sesamanya.

    3. Akuntabilitas individual

    Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar

    kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditujukan untuk mengetahui

    penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil

    penilaian secara individual tersebut selanjutnya disampaikan oleh guru

    kepada kelompok agar anggota kelompok mengetahui siapa anggota

    kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa anggota kelompok yang

    dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil

    belajar semua anggotanya, dan karena itu tiap anggota kelompok harus

    memberikan urunan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang

    didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara

    inividual inilah yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.

    4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

    Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang

    rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik

    teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendomonasi orang

  • 29

    lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin

    hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya

    diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat

    menjalin hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru

    tetapi juga dari sesama siswa. Pendekatan kooperatif terdiri dari berbagai

    macam pendekatan diantaranya yaitu:

    a. Student Team Achivement Division (STAD)

    STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya

    di Universitas John Hopkin. Guru yang menggunakan STAD mengacu

    kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi baru kepada

    siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal/teks.

    Pelaksanaan pembelajaran STAD dengan mengelompokan siswa

    dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4-5orang secara

    heterogen. Guru menyajikan pelajaran dan siswa yang bekerja dalam

    tim, mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai

    pelajaran tersebut. Kemudian semua siswa diberi tes yang dikerjakan

    individu.

    b. Jigsaw

    Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot dan

    teman-teman di Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh

    Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Dalam

    penerapan Jigsaw, Siswa dibagi berkelompok 5/6 anggota kelompok

    belajar heterogen dengan pola kelompok asal dan kelompok ahli,

  • 30

    materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah

    dibagi menjadi beberapa sub bab. Kemudian siswa mempelajari sub

    bab yang ditugaskan dalam kelompok ahli, setelah itu kelompok

    ahli membantu kelompok asal mempelajari sub bab tersebut.

    c. Group Investigation (GI)

    Investigasi kelompok mungkin merupakan model pembelajaran

    kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan.

    Dalam mengimplementasi tipe investigasi kelompok guru membagi

    kelas menjadi kelompok-kelompok heterogen dengan anggota 5-6

    siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk

    diselidiki, dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik

    yang dipilih. Selanjutnya siswa menyiapkan dan mempresentasikan

    laporannya kepada seluruh kelas.

    d. Pendekatan Struktural

    Pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer kagen dan kawan-

    kawan. Meskipun banyak memiliki persamaan dengan pendekatan

    yang lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada

    penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk memperoleh pola

    interaksi siswa. Dalam penerapan pendekatan struktural, guru

    membentuk kelompok dengan jumlah yang bervariasi misal berdua,

    bertiga, atau 4-5orang anggota. Pemilihan topik pelajaran biasanya

    dilakukan oleh guru. Tugas siswa mengerjakan tugas-tugas yang

    diberikan secara sosial dan kognitif. Pada akhir pembelajaran seluruh

  • 31

    siswa diberi tes yang dikerjakan individu. Ada struktur tertentu yang

    dikembangkan untuk meningkatkan perolehan isi akademik, dan ada

    struktur yang dirancang untuk mengajarkan yang terkenal, adalah

    Think Pair Share dan Numbered Head Together yang dapat digunakan

    oleh guru untuk mengajarkan isi akademik atau mengecek

    pemahaman siswa terhadap isi tertentu.

    Model pembelajaraan kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil

    belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan

    pengembangan ketermpilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model

    pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdependensi peserta didik

    dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas

    berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu

    pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan

    maupun reward.

    Salah satu aksentuasi model pembelajaran kooperatif adalah interaksi

    kelompok. Interaksi kelompok merupakan interaksi personal (interaksi antar

    anggota). Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan

    mengembangkan intelegensi interpersonal. Intelegensi ini berupa kemampuan

    untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, watak,

    tempramen orang lain. Secara umum intelegensi interpersonal berkaitan dengan

    kemampuan seseorang menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang.

    Interaksi kelompok dalam interaksi pembelajaran kooperatif dengan kata lain

    bertujuan mengembangkan keterampilan sosial (social skill). Beberapa komponen

  • 32

    keterampilan sosial adalah kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja

    kooperatif dan kolaboratif, serta solidaritas (Supriono, 2010:61-62)

    Unsur-unsur dalam pembelajran kooperatif menurut Ibrahim (2000:6) adalah

    sebagai berikut:

    1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup

    sepenanggungan bersama.

    2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya,

    seperti milik mereka sendiri.

    3) Siswa harus melihat bahwa semua anggota didalam kelompok menjadi

    tujuan yang sama.

    4) Siswa haruslah membagi tugas semua dan tanggung jawab yang sama

    diantara anggota-anggota kelompoknya.

    5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan

    yang juga akan dikenakan oleh anggota kecil.

    Kelebihan pembelajaran kooperatif antara lain diantaranya:

    1) Adanya saling ketergantungan yang positif, Saling membantu dan

    memberika motivasi sehingga ada interaksi yang baik.

    2) Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerjasama seperti

    kepemimpinan, kemampuan komunikasi mempercayai orang lain dan

    mengelola konflik secara langsung diajarkan dalam melakukan kerjasama

    kelompok.

    3) Adanya penataan tingkat kecerdasan pemahaman siswa karena siswa

    terbagi dalam kelompok yang terdiri dari berbagai macam perbedaan.

  • 33

    4) Siswa lebih termotivasi dan terlibat dalam proses pembelajaran.

    Kekurangan pembelajaran kooperatif diantaranya:

    1) Apabila dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak benar-benar

    memahami dan guru tidak mengendalikan kelas dengan baik maka

    pembelajaran ini tidak akan mencapai tujuan.

    2) Waktu yang diperoleh relatif lama karena guru harus membagi siswa

    dalam kelompok yang sama rata dan harus mengendalikan, membimbing

    masing-masing kelompok dalam berdiskusi.

    3) Kesulitan dalam pembagian kelompok heterogen, artinya jika siswa

    terdiri dari macam-macam tingkat perbedaan kecerdasan, latar belakang,

    suku dan budaya serta agama maka kelompok harus dibagi secara merata.

    Langkah-langkah utama atau harapan di dalam pelajaran yang menggunakan

    pembelajaran kooperatif. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 2.1

  • 34

    Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif

    Fase Tingkah laku guru

    Fase 1

    Menyampaikan tujuan

    pembelajaran dan

    memotivasi pendidik.

    Menyampaikan tujuan pembelajaran yang

    ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

    memotivasi peserta didik belajar.

    Fase 2

    Menyajikan informasi

    Menyajikan informasi kepada peserta didik

    dengan jalan demontrasi/lewat bacaan

    Fase 3

    Mengorganisasikan

    peserta didik ke dalam

    kelompok

    Menjelaskan kepada peserta didik bagaimana

    caranya membentuk kelompok belajar dan

    membantu setiap kelompok agar mengerjakan

    tugas dengan baik

    Fase 4

    Membimbing kelompok

    bekerja dan belajar.

    Membimbing kelompok-kelompok belajar

    pada saat mengerjakan tugas.

    Fase 5

    Evaluasi

    Mengevaluasi hasil belajar tentang materi

    yang telah dipelajari masing-masing

    kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

    Fase 6

    Memberikan

    penghargaan

    Guru mencari cara untuk menghargai dengan

    baik upaya/hasil belajar individu/kelompok.

    Sumber: Ibrahim 2000:10

  • 35

    2.1.7. Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together

    Numbered Head Together (NHT) adalah struktural pembelajaran kooperatif

    yang telah dikembangkan oleh Spencer Kagen (dalam Ibrahim 2000:25).

    Meskipun memiliki banyak persamaan dengan pendekatan yang lain, namun

    pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang

    dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Numbered Head Together

    (NHT) adalah menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan

    mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Ibrahim, 2000:25).

    Numbered Head Together (NHT) sebagai model pembelajaran pada

    dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Adapun ciri khas dari

    Numbered Head Together (NHT) adalah guru hanya menunjuk seseorang siswa

    tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya

    masing-masing. Melalui cara seperti dalam model pembelajaran ini siswa dituntut

    untuk terlibat secara maksimal, sehingga tidak hanya bergantung dari teman

    sekelompoknya. Selain itu dalam model pembelajaran Numbered Head Together

    (NHT) siswa diberi kesempatan untuk memberikan ide-ide dan menerima

    pendapat orang lain untuk menetukan jawaban yang paling tepat.

    Numbered Head Together (NHT) adalah tipe model pembelajaran kooperatif

    yang merupakan struktur sederhana dan memiliki karakteristik yang terdiri dari 4

    tahap yang digunakan untuk mengevaluasi fakta-fakta dan informasi dasar yang

    berfungsi untuk mengatur interaksi sosial. Dalam NHT ada 4 langkah yang harus

    dijalankan, yaitu:

  • 36

    1. Penomoran (Numbering)

    Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang

    beranggotakan 3 hingga 5 orang dan member mereka nomor sehingga tiap

    siswa dalam tim tersebut memiliki nomor berbeda.

    2. Pengajuan pertanyaan (Questioning)

    Guru mengajukan suatu pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat

    bervariasi, dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.

    3. Berpikir bersama (Head Together)

    Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa

    tiap orang mengetahui jawaban tersebut.

    4. Menjawab (Answering)

    Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor

    yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

    Pembelajaran kooperatif tipe NHT yang dilakukan terdiri dari tiga tahap

    yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Pada masing-masing langkahnya

    adalah sebagai berikut:

    1. Persiapan

    Didalam fase persiapan ini hal-hal yang dilakukan meliputi:

    a. Menyusun perangkat pembelajran seperti rencana seperti rencana

    pelaksanaan pembelajaran (RPP) beserta tujuan pembelajaran

    b. Membuat lembar diskusi siswa beserta jawaban

    c. Merancang pembentukan kelompok beserta membuat nomor undian

    d. Membuat soal latihan mandiri.

  • 37

    2. Pelaksanaan

    Dalam fase pelaksanaan ini hal-hal yang didukung meliputi:

    a. Menyampaikan apersepsi dan motivasi pada siswa

    b. Menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi yang akan

    disampaikan

    c. Mengorganisakan siswa ke dalam kelompok kooperatif tipe NHT (tiap

    anggota diberi nomor urut 1)

    d. Menyajikan informasi atau materi kepada siswa

    e. Mengajukan pertanyaan melalui lembar diskusi siswa

    f. Masing-masing kelompok belajar berpikir bersama (Head Together)

    membahas penyelesaian dari lembar diskusi

    g. Guru membimbing masing-masing kelompok belajar

    h. Mengadakan diskusi bersama kelompok belajar tentang materi yang

    dipelajari dengan menggunakan model NHT. Setelah itu menyimpulkan

    bersama siswa materi yang telah dipelajari.

    i. Mengadakan soal latihan mandiri

    3. Evaluasi

    Hal yang dilakukan dalam tahap evaluasi ini adalah mengevaluasi hasil

    belajar tentang materi yang telah dipelajari atau dari masing-masing

    kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

  • 38

    2.1.8. Pembelajaran Konvensional

    Pembelajaran konvensional merupakan kegiatan belajar mengajar yang

    diawali dengan penyajian informasi bahan ajar yang akan dipelajari yang disertai

    dengan pemberian contoh soal, pemberian tugas, diskusi,dan tanya jawab sampai

    pada akhirnya siswa dapat mengerti apa yang diajarkan oleh guru (Trianto,

    2007:41). Penyajian materi pelajaran secara lisan sangat berbeda dengan

    penyampaian secara tertulis. Hal ini tergantung pada cara guru mengajar,

    kecepatan bicaranya serta volume bicara guru.

    Pembelajaran konvensional lebih berpusat pada guru (teacher centered).

    Kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru menekankan pentingnya aktivitas

    guru dalam membelajarkan peserta didik. Peserta didik berperan sebagai pengikut

    dan penerima pasif dari kegiatan yang dilaksanakan.

    Guru dalam pembelajaran konvensional biasanya menyampaikan mata

    pelajaran yang dalam bentuk ceramah atau penjelasan lisan, siswa diharapkan

    dapat mengungkapkan kembali semua yang telah dimiliki ketika diberi pertanyaan

    oleh guru. Komunikasi yang digunakan adalah searah, kegiatan siswa terbatas

    pada ucapan guru, mencatat dan sesekali bertanya. Lingkungan belajar kurang

    mendapat perhatian, siswa kebanyakan pasif hanya sebagai pendengar.

    Pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

    1. Dominasi guru dalam kegiatan pembelajaran sedangkan peserta didik

    bersifat pasif dan hanya melakukan kegiatan melalui perbuatan pendidik.

    2. Bahan belajar terdiri atas konsep-konsep dasar atau materi belajar tidak

    dikaitkan dengan pengetahuan awal siswa

  • 39

    3. Pembelajaran tidak dilakukan secara kelompok

    4. Pembelajaran tidak dilaksanakan melalui kegiatan laboratoriun

    Kelebihan metode pembelajaran konvensional:

    1. Bahan belajar dapat dituntaskan secara tuntas

    2. Dapat dipahami oleh peserta didik dalam jumlah besar

    3. Pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan alokasi waktu

    4. Target materi relatif mudah dicapai

    Kekurangan pembelajaran konvensional:

    1. Sangat membosankan karena mengurangi motivasi dan kreativitas siswa

    2. Keberhasilan perubahan sikap dan perilaku peserta didik relatif sulit diukur

    3. Kualitas pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan adalah relatif

    rendah karena pendidik sering hanya mengejar targrt waktu untuk

    menghabiskan target materi pembelajaran

    4. Pembelajaran kebanyakan menggunakan ceramah dan Tanya jawab

    Pembelajaran konvensional yang dilakukan terdiri dari tiga tahap yaitu tahap

    persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Adapun tahapan dan masing-masing

    langkahnya adalah sebagai berikut:

    1. Persiapan

    Didalam fase persiapan ini hal-hal yang dilakukan meliputi: menyusun

    perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

    yang didalamya telah mencakup tujuan pembelajaran dan pokok-pokok

    materi yang akan diceramahkan atu dijelaskan.

  • 40

    2. Pelaksanaan

    Didalam fase pelaksanaan ini hal-hal yang dilakukan meliputi:

    a. Menyampaikan apersepsi dan motivasi pada siswa

    b. Menghubungkan materi pelajaran yang lalu dengan materi yang akan

    disampaikan

    c. Menyampaikan materi pembelajaran dengan cara bertutur dengan

    sesekali mengajukan pertanyaan kepada siswa, dan siswa bebas

    menjawab tanpa ditunjuk atau guru menunjuk siswa yang pandai

    untuk menjawab

    d. Guru memberikan contoh soal pada siswa secara umum definisi dan

    cara penyelesaian dikerjakan oleh guru. Guru memerintahkan apa

    yang harus dikerjakan dan bagaimana cara menyimpulkan. Kemudian

    selanjutnya siswa diberi latihan soal dan yang menyelesaikan soal

    adalah guru sedangkan siswa hanya menyalin

    e. Guru menutup ceramah atau pembelajaran dengan menyimpulkan

    materi pelajaran yang baru disampaikan

    3. Evaluasi

    Hal yang dilakukan dalam tahap evaluasi ini biasanya dengan menilai tugas

    yang telah diberikan sebelumnya atau hasil dari tugas yang dikerjakan

    selama pembelajaran.

    2.2 Kerangka Berpikir

    Pelaksanaan pembelajaran akuntansi di kelas tidak bisa hanya menggunakan

    metode ceramah saja tanpa latihan secara mandiri, sedangkan mata pelajaran

  • 41

    akuntansi banyak memerlukan latihan untuk melatih kemampuan dan

    keterampilan dalam pencatatan akuntansi yang benar. Hasil belajar akuntansi

    dipengaruhi oleh beberapa hal yang salah satunya adalah penggunaan model

    pembelajaran. Model pembelajaran yang efektif sangat diperlukan untuk

    mengembangkan dan meningkatkan hasil belajar sesuai dengan apa yang

    diharapkan.

    Setiap guru dalam proses belajar mengajar senantiasa mengharapkan anak

    didiknya dapat mencapai hasil belajar yang semaksimal mungkin. Untuk itu guru