JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

81
TINDAK TUTUR ILOKUSI BURUH PELABUHAN KAYUADI (SUATU KAJIAN PRAGMATIK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia OLEH JUSMAWATI 10533775814 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2018

Transcript of JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Page 1: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

TINDAK TUTUR ILOKUSI BURUH PELABUHAN KAYUADI

(SUATU KAJIAN PRAGMATIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

OLEH

JUSMAWATI

10533775814

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2018

Page 2: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …
Page 3: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …
Page 4: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan

baginya jalan ke syurga.

(H.R Muslim)

Kupersembahkan karya ini untuk

kedua orang tuaku, Muh. Yamin dan

Ahara serta keluarga dan sahabatku

Yang selalu membimbing dan memberikan do‟a

Serta semangat dan motivasi yang tak ada putus-putusnya.

Page 5: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

ABSTRAK

JUSMAWATI 2018, Tindak Tutur Ilokusi Buruh Pelabuhan Kayuadi (Suatu

Kajian Pragmatik). Skripsi. Dibimbing oleh Rosmini Madeamin dan Aliem Bahri.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna yang tersurat dan

tersirat dalam tindak tutur ilokusi dan mendeskripsikan fungsi ilokusi yang

terdapat pada percakapan antar buruh di Pelabuhan Kayuadi. Sumber data pada

penelitian ini adalah buruh Pelabuhan Kayaudi yang dibangun pada 13 Desember

2005. Seluruh tuturan ilokusi yang digunakan oleh para buruh Pelabuhan Kayuadi

merupakan objek dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan dengan

metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan metode

banding untuk memperoleh deskripsi jenis tindak tutur ilokusi dan fungsi ilokusi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) ditemukan tiga jenis tindak tutur

ilokusi pada percakapan antar buruh di Pelabuhan Kayuadi, yaitu tindak tutur

asertif, tindak tutur direktif dan tindak tutur komisif, 2) ditemukan makna yang

tersurat dan tersirat dalam tindak tutur ilokusi, 3) ditemukan lima fungsi ilokusi

pada percakapan antar buruh di Pelabuhan Kayuadi yaitu fungsi kompetitif,

menyenangkan, kerja sama, bertentangan dan konvival.

Peneliti selanjutnya disarankan agar lebih memahami dan menyempurnakan

penelitian tindak tutur ilokusi ini dengan mengambil salah satu jenis tindak tutur ilokusi

agar cakupan penelitian tidak terlalu luas. Peneliti selanjutnya juga dapat mengkaji

tentang bentuk lokusi, bentuk ilokusi, dan bentuk perlokusi yang terdapat pada

percakapan antar buruh Pelabuhan Kayuadi.

Kata Kunci : Tuturan Ilokusi Buruh Pelabuhan Kayuadi, Pragmatik.

Page 6: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

ABSTRACT

JUSMAWATI 2018, Felonies Are Covered In The Harborer Ports Of Kayuadi

(Pragmatic Padaping). The script. Guided by Rosmini Madeamin and Aliem

Bahri.

This study aims to describe the meaning expressed and omplicit in

illocutionary speech acts and describe the illocutionary features found in the

conversation between workers in the port Kayuadi. The source of data in this

study is timber harbor workers built on 13 december 2005. Al the illokusi speech

contained in timber harbor workers is the object of this reseatch. Data collection is

done by observation method, interview and documentation. The data were

analyzed by the method of matching to obtain description of the type of speech act

of illocution and the function of the illocution. The results of this study show

thet:1) found four types of speech act of illocution on the conversation between

port workers Kayuadi, the speech Act assertive, speech Act directive, speech Act

komisif and speech Act expressive, 2) found explicit and implicit meanings in

illocutionary speech acts, 3) found five illocutionary functions were found in the

conversation between workers in the port of the capital, namely the function of

competitive, fun cooperation, contradiction and convivial.

Researchers next suggested that more understand and refine the research

acts said ilokusi this to take one of the kind of acts said ilokusi that coverage ridak

too extensive research. Researchers next can also examines about the form of

lokusi, the form of ilokusi, and shapes perlokusi located at the conversation

between parse docker Kayuadi.

Keywords : Impact Isomel Labor Harbor Kayuadi, Pragmatic.

Page 7: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas berkah yang diberikan oleh Allah subhanahu wa

ta’ala kepada penulis. Dia yang memberikan kesehatan, Dia pulalah yang

memberikan kesempatan sehingga setiap pencapaian target dalam penulisan

proposal ini dapat terlaksana dengan baik. Rasa syukur yang tiada hentinya

terucap atas segala nikmat iman yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala

kepada penulis. Tanpa bantuan dan izin-Nya penulis tidak dapat menyelesaikan

skripsi ini. Sungguh besar nikmat yang Allah subhanahu wa ta’ala berikan

kepada kita semua. Oleh karena itu, kita diajarkan untuk pandai-pandai bersyukur.

Selain rasa syukur yang berlimpah diberikan oleh Allah subhanahu wa

ta’ala, penulis juga mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu

alaihi wassalam merupakan sunnah yang diajarkan oleh beliau dan merupakan

perintah langsung dari Allah subhanahu wa ta’ala. Jangan sampai kita lupa untuk

melakukan amalan ini karena keutamaannya sangatlah besar. Oleh karena itu, kita

sebagai umatnya patutlah kiranya senantiasa taat di jalannya sehingga kita bisa

selamat dunia dan akhirat.

Skripsi yang penulis buat ini merupakan hasil mengenai Tindak Tutur

Ilokusi Buruh Pelabuhan Kayuadi (Suatu Kajian Pragmatik) yang

merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada

jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dari awal hingga akhir penyusunan skripsi

ini, penulis tidak luput dari berbagai macam hambatan dan rintangan. Semua

dapat terlewati dengan baik atas rahmat Allah subhanahu wa ta’ala dan bantuan

dari berbagai pihak.

Page 8: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua atas segala

sesuatu yang telah diberikan, baik itu berupa doa maupun pengorbanan yang tiada

henti-hentinya. Beliau yang mampu membesarkan, mendidik, dan memberikan

dukungan positif kepada penulis.

Terkhusus penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada

Ibu Dr. Hj. Rosmini Madeamin, M.Pd. dan Bapak Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd.

sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan

kesempatan yang sangat berharga bagi penulis. Saran maupun kritik yang

diberikan kepada penulis menjadikan penulis termotivasi agar lebih teliti dalam

mengerjakan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, saran yang membangun sangat penulis

harapkan guna perbaikan nantinya.

Makassar, September 2018

Penulis

Page 9: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN ........................................................................................ iv

SURAT PERJANJIAN ........................................................................................... v

MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................... .... 2

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... ...... 3

D. Manfaat Penelitian.............................................................................. . 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. KAJIAN TEORI................................................................................... 4

1. Penelitian yang Relevan ................................................................ 4

2. Pengertian Pragmatik .................................................................... 5

3. Konteks, Komponen dan Situasi Tutur ......................................... 7

4. Tindak Tutur .................................................................................. 10

5. Makna ............................................................................................ 18

6. Kesantunan Berbahasa .................................................................. 26

B. Kerangka Pikir.............................................................. ....................... 34

Page 10: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian..................................................... ................................ 36

B. Subjek Penelitian....................................................... ........................... 37

C. Lokasi Penelitian............................................................................. ..... 38

D. Data dan Sumber Data.................................................................... ...... 38

E. Prosedur Pengumpulan Data...................................................... .......... 39

F. Analisis Data................................................................................... ..... 41

G. Pengecekan Keabsahan Data........................................................... ..... 42

H. Tahap-tahap Penelitian..................................................................... .... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian..................................................................... ............... 45

1. Tindak Tutur Ilokusi Pada Buruh Pelabuhan Kayuadi ............... 45

2. Jenis Tindak Tutur Ilokusi .......................................................... 52

B. Pembahasan ......................................................................................... 55

1. Makna Tersurat dan Tersirat Dalam Tindak Tutur Ilokusi .......... 56

2. Fungsi Tindak Tutur Ilokusi ......................................................... 56

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ............................................................................................. 65

B. Saran .................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... ...................... 67

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 11: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian bahasa

yang dikaitkan dengan konteks pemakaiannya. Makna bahasa tersebut

dapat dimengerti bila kita mengetahui konteksnya. F.X. Nadar (2009:2)

mengatakan, pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari bahasa

yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu. Pragmatik

adalah cabang semiotika yang mengkaji hubungan tanda dengan pengguna

bahasa. Sedangkan yang dikutip oleh Hamid Hasan (1991:22), pragmatik

yaitu suatu proses penganalisisan studi bahasa dengan pertimbangan-

pertimbangan konteks.

Dalam pragmatik tindak tutur terbagi menjadi tiga bagian yaitu

locutionary acts yang merupakan tindak tutur yang menyatakan tentang

sesuatu, illocutionary acts merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh

penutur, dan perlocutionary acts merupakan hasil atau efek dari ucapan

penutur. Tindak tutur sangat erat kaitannya dalam hal berkomunikasi,

karena tindak tutur terjadi dalam proses komunikasi.

Dalam berkomunikasi tentunya penutur memiliki tujuan dan

makna yang berbeda sesuai dengan konteks pada saat tuturan tersebut

dituturkan oleh sang penutur. Artinya setiap tuturan yang diucapkan oleh

penutur merupakan tindak tutur yang bermakna. Dalam hal ini makna

Page 12: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

merupakan suatu maksud yang disampaikan penutur dengan tujuan mitra

tutur dapat memahami apa yang disampaikan oleh penutur.

Wujud dari makna dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu makna

eksplisit dan makna implisit. Makna eksplisit merupakan makna yang

informasinya sudah jelas dan dimengerti oleh mitra tutur, sedangkan

makna implisit merupakan makna yang harus diinterpretasikan oleh mitra

tutur. Mitra tutur diharuskan memahami konteks, rujukan dan keadaan,

seperti diungkapkan oleh Larson (1984: 34), bahwa makna implisit adalah

makna yang tersirat dan tidak dinyatakan secara langsung: tidak tersurat.

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap tindak tutur ilokusi pada buruh di Pelabuhan Kayuadi.

Difokuskan pada makna implisit komunikasi. Dalam hal ini penelitian

tindak tutur dan makna saling berkaitan. Dengan demikian penutur dan

mitra tutur saling memahami konteks dan rujukan sehingga akan terhindar

dari kesalahpahaman. Penulis memilih para buruh tersebut sebagai sumber

data karena penulis tertarik akan para buruh tersebut, sebab para buruh

tersebut banyak mengandung nilai kekeluargaan, tanggungjawab dan

memiliki sikap tolong-menolong.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang pada penelitian di atas, maka penulis

dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah makna tersurat dan tersirat dalam tindak tutur ilokusi?

Page 13: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

2. Bagaimanakah fungsi tindak tutur ilokusi para buruh Pelabuhan

Kayuadi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas maka tujuan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan makna yang terdapat dalam fungsi tindak tutur ilokusi

2. Menjelaskan fungsi tindak tutur ilokusi dalamkomunitas buruh

Pelabuhan Kayuadi.

Dalam hal ini, penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat

bermanfaat bagi penulis maupun pembaca untuk menambah wawasan dan

pengetahuan tentang makna implisit dalam tindak tutur ilokusi komunitas

buruh Pelabuhan Kayuadi.

D. Manfaat Penulisan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat:

1. Membantu pembaca atau penikmat ikut serta dalam memahami apa itu

makna implisit pada tindak tutur pada buruh di Pelabuhan Kayuadi.

2. Memberikan kontribusi kepada khasanah ilmu pengetahuan pada

umumnya.

Page 14: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. KajianTeori

1. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian kebahasaan yang berhubungan dengan kajian pragmatik

khususnya pada kajian tindak tutur ilokusi bukanlah hal baru lagi dalam

penelitian bahasa. Sudah ada beberapa penelitian mengenai hal tersebut,

tetapi penelitian tentang Tindak Tutur Ilokusi Buruh Pelabuhan

Kayuadi (Suatu Kajian Pragmatik) belum pernah dilakukan. Untuk

membuktikannya, peneliti meninjau dua buah skripsi yaitu, skripsi Lili

Riyani (2007) dengan judul dan Tri Welas Asih (2011) di Universitas

Muhammadiyah Purwokerto. Melalui kedua skripsi tersebut peneliti dapat

mengetahui persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan.

Kedua skripsi tersebut peneliti jadikan acuan atau referensi untuk

melakukan penelitian yang berbeda dari yang sebelumnya. Lili Riyani

(2007) Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan

judul Tindak Ilokusi Komunikatif pada Kuis Radio di Purwokarto.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Data yang

disediakan dalam penelitian ini adalah tuturan pada kuis radio di

purwakerto. Sumber data diambil dari kuis radio di purwokerto. Tahap

analisis data yang digunakan adalah kontekstual. Hasil penelitiannya

adalah bentuk tindak tutur yang berupa ilokusi konstatif, direktif, dan

acknowledgments. Sedangkan Tri Welas Asih dengan judul Kajian

Page 15: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Aspek Ikokusi Tindak Tutur Sales Promotion Girls (SPG) dan Calon

Pembeli di Moro Swalayan Purwokerto. Penelitian ini termasuk

penelitian deskriptif kualitatif. Data pada penelitian ini adalah tuturan yang

digunakan oleh Sales Promotion Girls (SPG) dan calon pembeli di Moro

Swalayan Purwkerto. Sumber data dalam penelitian ini adalah Sales

Promotion Girls (SPG) dan calon pembeli di Moro Swalayan Purwkerto.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kontekstual.

Hasil dari penelitian ini adalah bentuk tindak tutur ilokusi yang berupa

ilokusi konstatif retraktif hanya 1 tuturan, konstatif reponsif 12 tuturan,

konstatif asentif 2 tuturan.

2. Pengertian Pragmatik

Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filosof

bernama Charles Morris pada tahun 1993. Charles Morris (dalam Nadar,

2009: 5) mengartikan pragmatik sebagai “the study of relation of signs to

interpreters” atau studi relasi antara tanda-tanda dengan para penafsirnya.

Tanda-tanda yang dimaksud adalah bahasa yang berawal dari suatu

pemikiraqn dan kemudian berkembanglah pragmatik sebagai salah satu

cabang ilmu linguistik. Definisi pragmatik sudah banyak diperkenalkan

oleh para ahli bahasa. Beberapa diantaranya sebagai berikut.

Thomas (1995: 22), dalam bukunya yang berjudul meaning in

interaction: an introduction to pragmatics mendefinisikan pragmatik

sebagai bidang ilmu yang mengkaji makna dalam interaksi atau meaning

in interaction. Pengertian tersebut dengan mengandaikan bahwa

Page 16: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

pemaknaan merupakan proses dinamis yang melibatkan negosiasi antara

pembicara dan pendengar serta antara konteks ujaran (fisik, sosial, dan

linguistik) dan makna potensial yang mungkin dari sebuah ujaran. Thomas

(1995: 22) membagi pragmatik menjadi dua bagian, yaitu menggunakan

sudut pandang sosial, berarti menghubungkan pragmatik dengan makna

pembicara atau speaker meaning. Pragmatik yang menggunakan sudut

pandang kognitif, berarti menghubungkan pragmatik dengan interpretasi

ujaran atau utterance interpretation. Pendekatan kognitif sering digunakan

oleh para ahli pragmatik, lebih terfokus pada pendengar karena berkaitan

dengan menginterprestasikan sebuah tuturan.

Parker (dalam Kunjana Rahardi, 2005:48) berpendapat, pragmatik

adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara

eksternal. Parker membedakan pragmatik dengan studi tata bahasa yang

dianggapnya sebagai studi seluk beluk bahasa secara internal. Menurutnya,

studi bahasa tidak perlu dikaitkan dengan konteks, sedangkan studi

pragmatik mutlak dikaitkan dengan konteks, seperti yang diutarakan oleh

Levinson yakni pragmatik sebagai `studi bahasa yang mempelajari relasi

bahasa dengan konteksnya (dalam Kunjana Rahardi, 2005:48).

Yule dalam bukunya yang berjudul pragmatics (2006:3-4)

mengemukakan empat ruang lingkup yang terdapat dalam pragmatik,

yaitu: (1) pragmatik adalah studi tentang maksud penutur, (2) pragmatik

adalah studi tentang makna kontekstual, (3) pragmatik adalah studi tentang

Page 17: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan daripada yang dituturkan,

(4) pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak hubungan.

Berdasarkan dari beberapa pengertian para tokoh di atas, dapat

disimpulkan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang

mempelajari tentang makna tuturan yang terdapat dalam suatu peristiwa

tutur, yang terikat dengan konteks yang melatarbelakangi peristiwa tutur

tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa hubungan antara maksud tuturan

dalam suatu peristiwa tutur dengan konteks merupaka dasar dalam

pemahaman ilmu pragmatik.

3. Konteks, Komponen dan Situasi Tutur

Rustono (1999: 20) berpendapat bahwa konteks merupakan suatu

yang menjadi sarana untuk memperjelas maksud pertuturan. Sarana itu

meliputi, ekspresi yang dapat mendukung kejelasan maksud dan situasi

yang berhubungan dengan suatu kejadian. Yunita (2011: 186) juga

memberikan penjelasan mengenai konteks, menurutnya konteks

merupakan latar belakang pengetahuan yang dipahami bersama oleh

penutur dan mitra tutur. Haliday (1985: 6-7) mengatakan konteks

merupakan teks-teks yang menyertai teks yang lain atau kalimta-kalimat

tertentu.

Komponen tutur dan situasi tutur juga memiliki peran yang

penting, dalam kajian pragmatik yakni sebagai bahan pertimbangan untuk

mengungkapkan suatu maksud ttur yang terdapat dalam peristiwa tutur.

Dell Hymes (dalam Pranowo, 2009: 101) mengemukakan beberapa

Page 18: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

komponen tutur yang diakronimkan dengan istilah SPEAKING yang perlu

diperhatikan seseorang dalam berkomunikasi. Masing-masing huruf dalam

akronim merupakan inisial dari istilah-istilah berikut.

a. (S) Setting and Scene (latar) mengacu pada tempat dan waktu terjadinya

komunikasi.

b. (P) Participants (peserta) mengacu pada orang yang terlibat dalam

komunikasi (01 dan 02).

c. (E) Ends (tujuan komunikasi) mengacu pada tujuan yang ingin dicapai

dalam berkomunikasi.

d. (A) Act Sequence (pesan yang ingin disampaikan) mengacu pada

bentuk dan pesan yang ingin disampaikan. Bentuk pesan dapat

disampaikan dalam bahasa tulis atau bahasa lisan misalnya, berupa

permintaan, sedangkan isi pesan adalah wujud permintaannya.

e. (K) Key (kunci) mengacu pada pelaksanaan percakapan. Maksudnya,

bagimana pesan itu disampaikan kepada mitra tutur (cara

penyampaian).

f. (N) Norms (norma) yaitu pranata sosial kemasyarakatan yang mengacu

pada norma perilaku partisipan dalam berkomunikasi.

g. (G) Genres (ragam, register) mengacu pada ragam bahasa yang

digunakan, misalnya ragam formal, ragam santai dan sebagainya.

Situasi tutur adalah situasi yang melahirkan tuturan. Pernyataan ini

sejalan dengan pandangan bahwa tuturan merupakan akibat, sedangkan

situasi tutur merupakan sebabnya. Di dalam komunikasi tidak ada tuturan

Page 19: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

tanpa situasi tutur. Situasi tutur sangat penting di dalam pragmatik.

Maksud tuturan yang sebenarnya hanya dapat diidentifikasi melalui situasi

tutur yang mendukungnya. Tidak selamanya tuturan itu secara langsung

menggambarkan makna yang dikandung oleh unsur-unsurnya (Rustono,

1999: 25).

Leech (edisi terjemahan oleh M. D. D. Oka, 1993: 19-20) membagi

aspek-aspek situasi ujar menjadi lima macam yaitu: (a) penutur dan mitra

tutur, (b) konteks sebuah tuturan, (c) tujuan sebuah tuturan, (d) tuturan

sebagai bentuk tindakan atau kegiatan (tindak ujar), (e) tuturan sebagai

produk tindak verbal.

a. Penutur dan Mitra tutur

Penyapa adalah orang yang menyapa. Penutur adalah orang

yang bertutur, yaitu orang yang menyampaikan fungsi pragmatik

tertentu di dalam peristiwa komunikasi. Mitra tutur adalah orang yang

menjadi sasaran sekaligus kawan penutur di dalam pertuturan. Aspek-

aspek yang berkaitan dengan penutur dan mitra tutur antara lain usia,

latar belakang sosial ekonomi, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan

tingkat keakraban.

b. Konteks Sebuah Tuturan

Konteks merupakan suatu pengetahuan latar belakang bersama

yang dimiliki oleh penutur dan mitra tutur dan yang membantu mitra

tutur menafsirkan makna tuturan.

Page 20: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

c. Tujuan Sebuah Tuturan

Bentuk-bentuk yang diutarakan oleh penutur dilatarbelakangi

oleh maksud dan tujuan tertentu. Tujuan tuturan adalah sesuatu yang

ingin dicapai oleh penutur dengan melakukan tindakan bertutur. Di

dalam peristiwa tutur, bermacam-macam tuturan dapat di ekspresikan

untuk menyatakan suatu tuturan, dan bermacam-macam tujuan dapat

dinyatakan dengan tujuan yang sama.

d. Tuturan sebagai Bentuk Tindakan atau Kegiatan (Tindak Ujar)

Tindak tutur merupakan suatu aktivitas. Menuturkan suatu

tuturan dapat dilihat sebagai melakukan tindakan (act). Tindak tutur

sebagai suatu tindakan itu sama dengan tindakan mencubit dan

menendang. Hanya saja, bagian tubuh yang berperan berbeda. Pada

tindakan bertutur bagian tubuh yang berperan adalah alat ucap.

e. Tuturan sebagai Produk Tindak Verbal

Pragmatik berhubungan dengan tindak verbal (verbal act)

yang terjadi dalam situasi tertentu. Tuturan tercipta melalui tindakan

verbal, maka tuturan itu merupakanhasil tindak verbal. Tindak verbal

adalah tindakan mengespresikan kata-kata atau bahasa.

4. Tindak Tutur

Yule (2006) berpendapat bahwa tindak tutur adalah tindakan-

tindakan yang ditampilkan lewat tuturan. Setiap tindak tutur yang

diucapkan oleh penutur mempunyai makna tertentu. Tindak tuutur dapat

Page 21: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

berwujud permohonan, permintaan maaf, keluhan, pujian, undangan atau

janji.

Rustono (1999: 31) berpendapat behwa tindak tutur merupakan

entitas yang bersifat sentral dalam pragmatik. Oleh karena sifatnya yang

sentral itulah, tindak tutur bersifat pokok di dalam pragmatik.

Mengujarkan sebuah tuturan tertentu bisa dipandang sebagai melakukan

tindakan (mempengaruhi, menyuruh) di samping memang mengucapkan

atau mengujarkan tuturan itu.

Berkaitan dengan teori tindak tutur, Austin (1962) mengutarakan

dua termilogi, yaitu tuturan konstatif, tuturan performatif. Tuturan

konstatif adalah tuturan yang pengutaraannya hanya dipergunakan untuk

menyatakan sesuatu (1962: 4-6). Tuturan performatif adalah tuturan yang

pengutaraannya dipergunakan untuk melakukan sesuatu (1962: 4-11).

Tindak tutur yang dilangsungkan dengan kalimat performatif oleh

Austin (1962:100-102) dirumuskan menjadi tiga tindakan, yaitu:

a. Tindak Lokusi (locutionary act)

Tindak lokusi adalah tindak tutur yang dimaksudkan untuk

menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam

bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami.

b. Tindak Ilokusi (illocutionary act)

Tindak ilokusi merupakan tindak melakukan sesuatu. Berbeda

dari lokusi, tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung

maksud dan fungsi atau daya tuturan.

Page 22: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

c. Tindak Perlokusi (perlocutionary act)

Sebuah tuturan yang diucapkan seorang penutur sering

memiliki efek atau daya pengaruh. Efek yang dihasilkan dengan

mengujarkan sesuatu itulah yang dinamakan tindak perlokusi. Efek

atau daya tuturan itu dapat ditimbulkan oleh penutur secara sengaja,

ataupun tidak sengaja.

Austin (1962: 150-163) membagi tindak tutur ilokusi menjadi

lima kategori, yaitu:

a. Verdiktif

Dilambangkan dengan memberi keputusan misalnya

keputusan hakim, juri, dan penengah atau wasit, perkiraan, dan

penilaian. Verba tindak tutur verdiktif antara lain menilai,

menandai, memperhitungkan, menempatkan, menguraikan, dan

menganalisis.

b. Eksersitif

Tindak tutur eksersitif merupakan tindak tutur yang

menyatakan perjanjian, nasihat, peringatan, dan sebagainya. Verba

yang menandai antara lain, mewariskan, membujuk, menyatakan,

membatalkan perintah (lampau), memperingatkan, menurungkan

pangkat.

c. Komisisf

Tindak tutur komisif dilambangkan dengan harapan atau

dengan kata lain perjanjian; menjanjikan untuk melakukan sesuatu,

Page 23: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

tetapi juga termasuk pengumuman atau pemberitahuan yang bukan

janji. Verba yang menandai antara lain, benjanji, mengambil-alih

atau tanggungjawab, mengajukan, menjamin, bersumpah,

menyetujui.

d. Behabitif

Tindak tutur behabitif meliputi reaksi-reaksi terhadap

kebiasaan dan keberuntungan orang lain dan merupakan sikap atau

ekspresi seseorang terhadap kebiasaan orang lain, misalnya

meminta maaf, berterima kasih, bersimpati, menantang,

mengucapkan salam, mengucapkan selamat.

e. Ekspositif

Tindak tutur ekspositif merupakan tindak tutur yang

member penjelasan, keterangan, atau perincian kepada seseorang,

misalnya menyangkal, menguraikan, menyebutkan,

menginformasikan, menggambarkan, beraksi.

Menurut Sarle, inti dari tindak tutur adalah tindak ilokusi, menurutnya,

dalam tindak ilokusi, penutur dalam mengatakan sesuatu juga melakukan

sesuatu. Sehubungan dengan itu, Sarle menggolongkan tindak tutur ilokusi

menjadi lima bentuk tuturan yang masing-masing memiliki fungsi

komunikatif. Kelima tindak tutur tersebut yaitu tindak tutur asertif, tindak

tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur

deklarasi.

Page 24: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Sarle (dalam Martinich (ed), 1996a: 147-149, Asim Gunarwan, 1994:

85-86) mengklasifikasikan tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis. Kelima

jenis tindak tutur adalah sebagai berikut.

a. Tindak Tutur Representatif atau Asertif

Jenis ini adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada

kebenaran proposisi atas hal yang dikatakannya. Termasuk ke dalam jenis

tindak tutur ini misalnya tuturan-tuturan menyatakan, melaporkan,

memprediksi, menunjukkan dan menyebutkan.

b. Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur jenis ini adalah tindak tutur yang dilakukan oleh

penuturnya dengan maksud agar lawan tutur melakukan tindakan yang

disebutkan di dalam tuturan itu atau berharap lawan tutur melakukan

sesuatu. Tuturan-tuturan, menyuruh, memohon, menyarangkan, dan

menantang termasuk ke dalam jenis tindak tutur direktif ini.

c. Tindak Tutur Komisif

Tindak tutur kimisif adalah tindak tutur untuk mengikat penuturnya

pada suatu tindakan yang dilakukannya pada masa mendatang dan

melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam tuturan. Misalnya tuturan

berjanji, bersumpah, berkaul dan mengancam.

d. Tindak Tutur Ekspresif

Tindak tutur yang dilakukan dengan maksud agar tuturannya

diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan dalam tuturan untuk

mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Tuturan

Page 25: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

memuji, mengucapkan terima kasih, meminta maaf, mengucapkan

selamat, dan mengeluh termasuk ke dalam jenis tindak tutur ekspresif ini.

e. Tindak Tutur Deklarasi

Deklarasi didefinisikan sebagai jenis tindak tutur yang bersifat

khas, berhasilnya tindak ilokusi ini akan mengakibatkan adanya

kesesuaian antara isi proposisi dan realitas di dunia, atau bisa juga

dikatakan sebagai tindak tuturyang dilakukan penutur dengan maksud

untuk menciptakan hal (status, keadaan, dan sebagainya) yang baru.

Pandangan terbaru mengenai tindak tutur dari Kreidler (1998: 183-

194) dalam bukunya introducing English semantics membagi tindak tutur

menjadi tujuh, sebagai berikut: (1) assertive utterances, (2) performative

utterances, (3) verdictive utterances, (4) expressive utterances, (5)

directive utterance, (6) commissive utterances, dan (7) phatic utterances.

Penjelasan mengenai ketujuh tindak tutur tersebut yaitu berikut ini.

a. Tindak Tutur Asertif (Assertive Utterances)

Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang terjadi ketika

pembicara dan pendengar menggunakan bahasa untuk menceritakan apa

yang mereka ketahui dan percayai yang sesuai dengan fakta (Kreidler,

1998: 183-184). Tindak tutur asertif ini bersifat menginformasikan, benar

atau salah (Edy, 2013: 9). Verba dari tindak tutur asertif, misalnya

mengatakan, mengumumkan, menyetujui, melaporkan, menjelaskan,

mengingatkan, menyanggah.

Page 26: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

b. Tindak Tutur Performatif (Performative Utterances)

Tindak tutur performatif adalah tindak tutur yang membuat atau

menyebabkan resminya apa yang diucapkan (Kreidler 1998: 185). Contoh

tindak tutur yang termasuk dalam tindak tutur performatif adalah

mengumumkan, membaptis, menyebut dan menamakan, mencalonkan,

menjatuhkan hukuman. Menurut (Edy 2013: 9). Tindak tutur performatif

adalah tuturan yang pengutaraannya digunakan untuk melakukan

sesuatu/tindakan. Tindak tutur performatif kebanyakan diungkapkan pada

situasi formal, misalnya pada acara pernikahan, pemecatan kerja,

penjatuhan hukuman.

c. Tindak Tutur Verdiktif (Verdictive Utterances)

Tindak tutur verdiktif terjadi karena penutur membuat penilaian

terhadap tindakan orang lain, biasanya mitra tutur, verba yang termasuk

dalam tindak tutur verdiktif meliputi, menuduh atau menyalahkan,

tuntutan atau tuduhan, pernyataan menyesal, berterima kasih (Kreidler.

1998: 187).

d. Tindak Tutur Ekspresif (Expressive Utterances)

Tindak tutur ekspresif terjadi Karena tindakan penutur, kegagalan

penutur serta akibat yang ditimbulkan kegagalan itu, misalnya mengakui,

mengingkari, minta maaf (Kreidler 1998: 188). Jika tindak tutur verdiktif

tentang apa yang telah dilakukan mitra tutur sebelumnya, tindak tutur

ekspresif menilai atau mengevaluasi tindakan sebelumnya atau kegagalan

Page 27: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

dalam tindakan tersebut dari penutur, atau mungkin hasil bertindak atau

kegagalan tersebut sekarang (Edy, 2013: 10).

e. Tindak Tutur Direktif (Directive Utterances)

Tindak tutur direktif mengandung maksud bahwa penutur meminta

mitra tutur untuk melakukan perbuatan atau tidak melakukan perbuatan.

Tindak tutur direktif terbagi menjadi tiga macam, yaitu perintah,

permintaan, dan anjuran atau saran (Kreidler, 1998: 189 dan Edy, 2013:

11).

f. Tindak Tutur Komisif (Commissive Utterances)

Tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang mengikat

seorang penutur untuk melakukan suatu tindakan, misalnya menyetujui,

bertanya, menawarkan, menolak, berjanji atau bersumpah (Kreidler, 1998:

192).

g. Tindak Tutur Fatis (Phatic Utterances)

Tindak tutur fatis merupakan tindak tutur yang bertujuan untuk

menciptakan hubungan antara penutur dan mitra tutur (Kreidler, 1998:

194). Tindak tutur pasif meliputi ucapan salam, ucapan salam berpisah,

cara-cara yang sopan seperti thank you you are welcome, excuse me, yang

tidak berfungsi verdiktif (penilaian terhadap tindakan orang lain) atau

ekspresif (tindak akibat kegagalan penutur) (Kreidler, 1998: 194).

Satu hal yang sangat mendasar dari penggolongan tindak tutur ilokusi

ke dalam bentuk tuturan penutur menurut beberapa tokoh bahasa adalah tindak

tutur ilokusi ternyata dapat memiliki bentuk-bentuk tuturan yang

Page 28: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

mencerminkan maksud dan fungsi komunikasi yang bermacam-macam. Dua

jenis fungsi yang berbeda antara tokoh yang satu dngan tokoh yang lain dapat

bertujuan untuk menyampaikan maksud yang sama, misalnya tindak tutur

verdiktif dari Austin dan Kreidler, dan perfomatif dari Kreidler sama fingsi

atau maksudnya dengan tindak tutur deklaratif menurut pengolompokan dari

Searle dan Leech.

Perbedaan dan persamaan antara penamaan istilah dan fungsi tindak

tutur dari Austin, Searle, Leech, dan Kreidler, secara lebih lengkapnya dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1: Tindak tutur menurut Austin, Searle, Leech, Kreidler

No Austin searle Leech Kreidler

1

Verdiktif Deklarasi Deklaratif Performatif

verdiktif

2 Eksersitif Direktif Direktif Direktif

3 Komisif Komisif Komisif Komisif

4 Behabitif Ekspresif Ekspresif Ekpresif

5 Ekspositif Asertif Asertif Asertif

6 - - Rogatif Fatis

5. Makna

Grice (dalam 1 nyoman payuyasa, 2014) mengemukakan bahwa

suatu percakapan biasanya membutuhkan kerja sama antara penutur dan

Page 29: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

mitra tutur untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Prinsip yang

mengatur kerja sama antara penutur dan mitra tutur dalam suatu

percakapan, oleh H.P. Grice pada 1967 dinamakan sama prinsip

kooperatif. Grice juga mengatakan bahwa salah satu dasar komunikasi

verbal adalah adanya suatu kerjasama antara penutur dan lawan tutur.

Prinsip ini bisa juga dikatakan sebagai prinsip kerjasama (dalam Black,

2011: 50).

Prinsip kerja sama antara penutur dan mitra tutur perlu dilakukan

karena dengan adanya prinsip ini, proses komunikasi dapat berjalan secara

lancar. Prinsip ini antara lain mengatur apa yang harus dilakukan oleh

peserta agar percakapan itu terdengar koheren (Rustono, 1999: 53).

Menurut Allan dalam Kunjana Rahardi (2005: 52), suatu proses

komunikasi antara penutur dan lawan tutur dapat berjalan baik dan lancar,

mereka haruslah dapat saling bekerja sama. Allan juga menambahkan

bahwa bekerja sama yang baik di dalam proses bertutur itu, salah satunya

dapat dilakukan dengan berperilaku sopan kepada pihak lain.

Grice mengemukakan prinsip kerja sama yang berbunyi “make

your conversational contribution such as required, at the stage at which it

occurs, by the accepsed purpose or direction of the salk exchance in which

you are engarged” (buatlah sumbangan percakapan anda seperti yang anda

inginkan pada saat berbicara, berdasarkan tujuan percakapan yang

disepakati atau arah percakapan yang sedang anda ikuti).

Page 30: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Prinsip-prinsip itu secara lengkap dituangkan di dalam prinsip

kerja sama Grice. Prinsip kerja sama Grice (dalam Levinson, 1983: 105-

107) seluruhnya meliputi empat maksim, secara lengkap penjelasanya

sebagi berikut.

a. Maksim Kuantitas (The Maxim Of Quantity)

Maksim kuantitas menuntut penutur mengatakan sesuatu

seinformatif yang dibutuhkan dan tidak menghendaki penutur

mengatakan sesuatu yang melebihi informasi yang dibutuhkan.

Di dalam maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat

memberikan informasi yang cukup relatif memadai, dan seinformatif

mungkin. Informasi demikian itu tidak boleh melebihi informasi yang

sebenarnya dibutuhkan si mitra tutur. Tuturan (1) dan tuturan (2)

berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas pernyataan tersebut.

1) Lihat itu Muhammad Ali mau bertanding lagi!

2) Lihat itu Muhammad Ali yang mantan petinju kelas berat itu mau

bertanding lagi!”

Informasi indeksal;

Tuturan (1) dan (2) dituturkan oleh seorang pengagum Muhammad

Ali kepada rekannya yang juga mengagumi petinju legendaries

itu.Tuturan itu dimunculkan pada waktu mereka bersama-sama

menyaksikan salah satu acara tinju di televisi.

Tuturan (1) pada contoh di atas merupakan tuturan yang sudah

jelas dan isinya sangat informatif. Tuturan (2) justru akan

Page 31: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

menyebabkan tuturan menjadi berlebihan dan terlalu panjang,

sehingga dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas.

b. Maksim Kualitas (The Maxim Of Quality)

Maksim kualitas menghendaki setiap penutur mengatakan hal

yang sebenarnya, dengan didasari bukti-bukti yang kuat.

Maksim kualitas dijabarkan lagi ke dalam 2 submaksim yaitu,

1) jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar, 2) jangan mengatakan

sesuatu yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan secara memadai.

Untuk menjelaskan maksim kualitas tersebut, Grice membuat ilustrasi

sebagai berikut: Saya harapkan kontribusi Anda sungguh-sungguh,

bukan palsu. Kalau saya memerlukan gula sebagai bahan pembuat kue

yang anda minta saya membuatnya, saya tidak mengharapkan Anda

memberikan garam kepada saya; kalau saya memerlukan sendok, saya

ingin sendok sungguhan bukan sendok mainan yang terbuat dari karet

(Grice dalam FX Nadar, 2009: 25). Dengan maksim kualitas, seorang

peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang nyata dan

sesuai fakta sebenarnya di dalam bertutur. Fakta itu harus didukung

dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas. Tuturan (3) dan tuturan (4)

berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas pernyataan tersebut.

3) Silakan menyontek saja biar nanti saya mudah menilainya!

4) Jangan menyontek, nilainya bisa E nanti!”

Page 32: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Informasi Indeksial:

Tuturan (3) dan (4) dituturkan oleh dosen kepada mahasiswanya di

dalam ruang ujian pada saat dia melihat ada seorang mahasiswa yang

sedang berusaha melakukan penyontekan. (Kunjana Rahardi, 2005:

55)

Tuturan (4) jelas lebih memungkinkan terjadinya kerja sama

antara penutur dan mitra tutur. Tuturan (3) dikatakan melanggar

maksim kualitas karena penutur mengatakan sesuatu yang sebenarnya

tidak sesuai dengan yang segarusnya dilakukan seseorang.Akan

merupakan suatu kejanggalan apabila di dalam dunia pendidikan

terdapat seorang dosen yang mempersilakan para mahasiswanya

melakukan penyontekan pada saat ujian berlangsung.

c. Maksim Relevansi (The Maxim Of Relevance)

Maksim relevansi (maksim hubungan) menghendaki penutur

berucap secara relevan. Maksim relevansi dijabarkan ke dalam 1

submaksim, “Be relevant” (Harap relevan). Untuk menjelaskan

maksim relevansi tersebut. Grice membuat ilustrasi sebagai berikut:

Saya menginginkan kontribusi pasangan saya sesuai dengan

kebutuhan yang diperlukan pada setiap tahapan transaksi; seandainya

saya sedang membuat adonan kue, saya tidak mengharapkan diberi

buku, atau lampin walaupun kontribusi barang-barang ini mungkin

sesuai utuk tahapan berikutnya (Grice dalam FX Nadar, 2009: 25-26).

Page 33: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Di dalam maksim relevansi, dinyatakan bahwa agar terjalin

kerja sama yang baik antara penutur dan mitra tutur, masing-masing

hendaknya dapat memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu

yang sedang dipertuturkan. Bertutur dengan tidak memberikan

kontribusi yang demikian dianggap tidak mematuhi dan melanggar

prinsip kerja sama. Sebagai ilustrasi atas pernyataan tersebut perlu

dicermati tuturan (13) dan (14) berikut.

(13) Sang Hyang Tunggal : “Namun sebelum kau pergi, letakkanlah

kata-kataku ini dalam hati!”

Semar : “Hamba bersedia, ya Dewa.”

Informasi Indeksial :

Tuturan ini dituturkan oleh Sang Hyang Tunggal kepada tokoh Semar

dalam sebuah adegan pewayangan.

Pada tuturan (13) dapat dikatakan mematuhi dan menempati

maksim relevansi. Dikatakan demikian, karena apabila dicermati

secara mendalam, tuturan yang disampaikan oleh tokoh Semar, benar-

benar merupakan tanggapan atas perintah Sang Hyang Tunggal yang

dituturkan sebelumnya. Dengan kata lain tuturan itu mematuhi

maksim relevansi dalam prinsip kerja sama Grice. Untuk maksud-

maksud tertentu, misalnya untuk menunjukkan kesantunan tuturan,

ketentuan yang ada pada maksim itu sering kali tidak dipenuhi oleh

penutur. Berkenaan dengan hal ini, perhatikan contoh berikut.

Page 34: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

(14) Direktur : “Bawa sisni semua berkasnya akan saya tanda tangani

dulu!”

Sekretaris: “Maaf Bu, kasihan sekali nenek tua itu.

Informasi Indeksal:

Dituturkan oleh seorang Direktur kepada sekretarisnya pada saat

mereka bersama-sama bekerja di sebuah ruang kerja Direktur. Pada

saat itu, ada seorang nenek tua yang sudah menunggu lama. (Kunjana

Rahardi, 2005: 56)

Di dalam cuplikan percakapan (14) di atas, tampak dengan

jelas bahwa tuturan sang sekretaris, yakni “Maaf Bu, kasihan sekali

nenek tua itu” tidak relevansi dengan apa yang diperintahkan sang

Direktur, yakni “Bawa sini semua berkasnya akan saya tanda tangani

dulu!”. Dengan demikian tuturan (14) di atas dapat dipakai sebagai

salah satu bukti bahwa maksim relevansi dalam prinsip kerja sama

tidak selalu harus dipenuhi dan dipatuhi dalam pertuturan

sesungguhnya. Hal seperti itu dapat dilakukan khususnya apabila

tuturan tersebut dimaksudkan untuk mengungkapkan maksud-maksud

tertentu yang khusus sifatnya.

d. Maksim Pelaksanaan (The Maxim Of Manner)

Maksim pelaksanaan menuntut seorang penutur menghindari

ungkapan yang tidak jelas (kabur), menghindari ketaksaan (ambigu),

berkata dengan singkat, dan mengatakan dengan runtut.

Page 35: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Maksim pelaksanaan dijabarkan ke dalam 4 submaksimal, 1)

hindari ungkapan yang tidak jelas, 2) hindari ungkapan yang

membingungkan, 3) hindari ungkapan berkepanjangan, 4) ungkapkan

sesuatu secara runtut.

Seperti penjelasan sebelumnya, maksim pelaksanaan ini

mengharuskan peserta pertuturan bertutur secara langsung, jelas, dan

tidak kabur. Apabila orang bertutur dengan tidak mempertimbangkan

hal-hal itu dapat dikatakan melanggar prinsip kerja sama karena tidak

mematuhi maksim pelaksanaan. Berkenaan dengan itu tuturan (15)

pada contoh berikut dapat digunakan sebagai ilustrasi.

(15) (+)”Ayo, cepat dibuka!”

(-)”Sebentar dulu, masih dingin.”

Informasi Indeksal:

Dituturkan oleh seorang kakak kepada adik perempuannya. (Kunjana

Rahardi, 2005: 57)

Cuplikan tuturan (15) di atas memiliki kadar kejelasan rendah.

Karena berkadar kejelasan rendah dengan sendirinya kadar

kekaburannya menjadi sangat tinggi. Tuturan si penutur (+) yang

berbunyi “Ayo, cepat dibuka!” sama sekali tidak memberikan

kejelasan tentang apa yang sebenarnya diminta oleh si penutur. Kata

dibuka dalam tuturan di atas mengandung kadar ketaksaan dan

kekaburan yang sangat tinggi. Oleh karenanya, maknanya pun menjadi

sangat kabur. Dapat dikatakan demikian, karena kata itu

Page 36: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

dimungkinkan untuk ditafsirkan bemacam-macam. Demikian pula

tuturan yang disampaikan si mitra tutur (-), yakni “Sebentar dulu,

masih dingin” mengandung kadar ketaksaan cukup tinggi. Kata dingin

pada tuturan itu dapat mendatangkan banyak kemungkinan persepsi

penafsiran karena di dalam tuturan itu tidak jelas apa yang sebenarnya

yang masih dingin itu. Tuturan-tuturan demikian itu dapat dikatakan

melanggar prinsip kerja sama karena tidak mematuhi maksim

pelaksanaan dalam prinsip kerja sama.

6. Kesantunan Berbahasa

Kesopansantunan pada umumnya berkaitan dengan hubungan

antara dua partisipan yang dapat disebut sebagai “diri sendiri” dan “orang

lain”. Konsep kesantunan sudah banyak dikemukakan oleh para ahli.Ada

konsep kesantunan yang dirumuskan di dalam bentuk, norma-norma

sosial, kaidah-kaidah, ada pula yang diformulasi di dalam bentuk strategi.

Berkaitan dengan kesopanan, Lakoff (1972), berpendapat bahwa

terdapat tiga kaidah yang harus dipatuhi agar tuturan memiliki sopan.

Ketiga kaidah itu adalah formalitas, ketidak tegasan, dan kesamaan atau

kesekawanan.

Leech (1983), melihat kesopanan sebagai sebuah maksim

percakapan (conversational maxim).Leech, merumuskan prinsip

kesopanan menjadi beberapa maksim, yaitu maksim kebijaksanaan (lact

maxim), maksim kedermawanan (generosity maxim), maksim

penghargaan (approbation maxim), maksim kesederhanaan (modesty

Page 37: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

maxim), maksim permukatan (agreement maxim), dan maksim

kesimpatian (sympathy maxim).

Menurut Brown dan Levinson (dalam Asim Gunarwan, 1994: 90),

teori kesantunan berkisar atas nosi muka (face), yaitu muka positif dan

muka negatif. Penjelasan mengenai prinsip kesopanan dan strategi

kasantunan berbahasa akan disampaikan dibawah ini.

a. Prinsip Kesopanan

Prinsip kesopanan ini berhubungan dengan dua peserta

percakapan, yakni diri sendiri (self) dan orang lain (other). Diri sendiri

adalah penutur, dan orang lain adalah lawan tutur (I Dewa Putu Wijana

1996). Maksim kesopanan tersebut merupakan kaidah kebahasaan di

dalam interaksi lingual: kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya,

penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap

tindakan dan ucapan lawan tuturnya.

b. Strategi Kesantunan Berbahasa

Menurut brown dan Levinson (dalam Asim Gunarwan, 1994:

90), teori kesantunan berkisar atas nosi muka (face), yaitu muka positif

dan muka negatif. Gagasan mengenai „wajah‟ atau „muka‟, awalnya

berasal dari yang Goffman (1967). Gagasan tersebut berhubungan

dengan beberapa istilah rakyat seperti „kehilangan muka‟ dalam bahasa

inggris atau setara spanyol yang „perder imagen‟ (Jose Maria Gil.

2012: 401). Muka positif adalah muka yang mengacu kepada citra diri

orang yang berkeinginan agar apa yang dilakukannya, apa yang

Page 38: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

dimilikinya, atau apa yang merupakan nilai-nilai yang diyakininya

diakui orang sebagai suatu hal yang baik, menyenangkan, patut

dihargai. Muka negatif adalah muka yang mengacu kepada citra diri

orang yang berkeinginan agar tindakannya atau membiarkannya bebas

dari keharusan mengerjakan sesuatu. Kesantunan yang berkenaan

dengan muka negatif dinamakan kesantunan negatif (Rustono, 1999:

63).

Brown dan Levinson (dalam Nadar , 2009: 32) mengatakan

bahwa konsep tentang muka ini bersifat universal, dan secara alamiah

terdapat berbagai tuturan yang cenderung berupa tindakan yang tidak

menyenangkan yang disebut Face Threatering Acts, „Tindakan yang

mengancam muka‟ disingkat FTA. Tindakan yang mengancam muka

dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tindakan yang mengancam

muka positif dan negatif lawan tutur. Tindakan yang mengancam muka

negative meliputi tindakan yang terkandung dalam:

1) Ungkapan mengenai (perintah dan permintaan, saran, nasihat,

peringatan, ancaman, peringatan, tantangan).

2) Ungkapan mengenai (tawaran, janji).

3) Ungkapan mengenai (pujian, ungkapan perasaan negatif yang kuat

seperti kebencian dan kemarahan terhadap lawan tutur).

Tindakan yang mengancam muka positif lawan tutur meliputi:

Page 39: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

1) Ungkapan mengenai (ketidaksetujuan, kritik, tindakan merendahkan

atau yang mempermalukan, keluhan, kemarahan, dakwaan,

penghinaan).

2) Ungkapan mengenai (pertentangan, ketidaksetujuan atau tantangan).

3) Ungkapan mengenai (emosi yang tidak terkontrol yang membuat

lawan tutur merasa dibuat takut atau dipermalukan).

4) Ungkapan (ungkapan yang tidak sopan, penyebutan hal-hal yang

bersifat labu ataupun yang tidak selayaknya dalam suatu situasi,

yaitu penutur menunjukkan bahwa penutur tidak menghargai nilai-

nilai lawan tutur dan juga tidak mau mengindahkan hal-hal yang

ditakuti oleh lawan tutur).

5) Ungkapan mengenai (ungkapan kabar buruk mengenai lawan tutur,

atau menyombongkan berita baik, yaitu yang menunjukkan bahwa

penutur tidak segan-segan menunjukkan hal-hal yang menyenangkan

pada lawan tutur, tidak begitu mempedulikan perasaan lawan tutur).

6) Ungkapan mengenai (ungkapan tentang hal-hal yang membahayakan

serta topik yang bersifat memecah belah pendapat, seperti masalah

politik, ras, agama, pembebasan wanita.

7) Ungkapan mengenai (penutur menunjukkan bahwa dia tidak

mempedulikan keinginan muka negatif maupun muka positif lawan

tuturnya).

8) Ungkapan mengenai (sebutan ataupun hal-hal yang menunjukkan

status lawan tutur pada perjumpaan pertama.

Page 40: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

c. Skala Kesantunan

Sedikitnya terdapat tiga macam skala pengukur peringkat

kesantunan yang sampai dengan saat ini banyak digunakan sebagai

dasar acuan dalam penelitian kesantunan. Ketiga skala itu antara lain:

1) Skala Kesantunan Leech

Di dalam modal kesantunan Leech (Kunjana Rahardi, 2005:

66), setiap maksim interpersonal itu dapat dimanfaatkan untuk

menentukan peringkat kesantunan sebuah tuturan. Berikut skala

kesantunan Leech :

a) Menunjuk kepada besar kecilnya kerugian dan keuntungan

yang diakibatkanoleh sebuah tindak tutur pada sebuah

pertuturan. Semakin pertuturan tersebut merugikan diri

penutur, akan makin dianggap santunlah tuturan itu. Demikian

sebaliknya, semakin tuturan itu menguntungkan diri penutur

akan semakin dianggap tidak santunlah tuturan itu. Apabila hal

yang demikian itu dilihat dari kacamata si mitra tutur dapat

dikatakan bahwa semakin menguntungkan dari mitra tutur,

akan semakin dipandang tidak santunlah tuturan itu.

b) Menunjuk kepada banyak atau sedikitnya pilihan yang

disampaikan si penutur kepada si mitra tutur di dalam kegiatan

bertutur. Semakin pertuturan itu memungkinkan penutur atau

mitra tutur untuk menentukan pilihan yang banyak dan leluasa,

akan dianggap semakin santunlah tuturan itu.

Page 41: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

c) Menunjuk kepada peringkat langsung atau tidak langsungnya

maksud sebuah tuturan. Semakin tuturan itu bersifat langsung

akan dianggap semakin tidak santunlah tuturan itu.

d) Menunjuk kepada hubungan status sosial antara penutur dan

mitra tutur yang terlibat dalam pertuturan. Semakin jauh jarak

peringkat sosial antara penutur dengan mitra tutur, tuturan

yang digunakan akan cenderung menjadi semakin santun.

e) Menunjuk kepada peringkat hubungan sosial antara penutur

dan mitra tutur yang terlibat dalam sebuah pertuturan. Ada

kecenderungan bahwa semakin dekat jarak peringkat sosial di

antara keduanya, akan menjadi semakin kurang santunlah

tuturan itu.

2) Skala Kesantunan Brown dan Levinson

Skala kesantunan menurut Brown dan Levinson (Kunjana

Rahardi, 2005: 68) sebagai berikut:

a. Skala peringkat jarak sosial antara penutur dan mitra

tutur (social distance between speaker and hearer)

Banyak ditentukan oleh parameter perbedaan usia, jenis

kelamin, dan latar belakang sosial cultural. Berkenaan dengan

perbedaan usia antara penutur dan mitra tutur. Lazimnya

didapatkan bahwa semakin tua usia seseorang, peringkat

kesantunan dalam bertutur akan semakin tinggi. Sebaliknya,

orang yang masih mudah cenderung memiliki peringkat yang

Page 42: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

rendah di dalam kegiatan bertutur. Orang berjenis kelamin

wanita, cenderung memiliki kesantunan lebih tinggi

dibandingkan dengan orang yang berjenis kelamin pria. Hal

demikian disebabkan oleh kenyataan bahwa kaum wanita

cenderung berkenaan dengan sesuatu yang bernilai estetika

dalam keseharian hidupnya. Sebaliknya, pria cenderung jauh

dari hal-hal itu karena biasanya ia banyak berkenaan dengan

kerja dan pemakaian logika dalam kegiatan keseharian

hidupnya.

b. Skala peringkat status sosial antara penutur dan mitra

tutur atau peringkat kekuasaan (power writing)

Didasarkan pada kedudukan asimetrik antara penutur

dan mitra tutur. Contoh: di dalam ruang periksa rumah sakit,

seorang dokter memiliki peringkat kesantunan lebih tinggi

dibandingkan dengan seorang pasien.

c. Skala peringkat tindak tutur (rank rating)

Didasarkan atas kedudukan relative tindak tutur satu

dengan tindak tutur yang lain. Contoh: dalam situasi yang

sangat khusus, bertamu di rumah seorang wanita dengan

melewati batas waktu bertemu yang wajar akan dikatan

sebagai tidak tahu sopan santun dan bahkan melanggar norma

kesopanan yang berlaku pada masyarakat tutur itu. Namun, hal

yang sama akan dianggap wajar dalam situasi berbeda.

Page 43: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Misalnya, saat terjadi kebakaran, orang berada di rumah

tetangganya bahkan sampai waktu yang tidak di tentukan.

3) Skala kesantunan Robin Lakoff

Robin lakoff (dalam Kunjana Rahardi, 2005:70)

menyatakan tiga ketentuan untuk dapat dipenuhi kesantunan

didalam kegiatan bertutur.

a. Skala pertama atau skala pormalitas

Dinyatakan bahwa agar para peserta tutur dapat merasa

nyaman dan kerasan dalam bertutur, tuturan yang digunakan

tidak boleh bernada memaksa dan tidak berkesan angkuh.

b. Skala kedua atau skala ketiktegasan/skala pilihan

Menunjukkan bahwa agar penutur dan mitra tutur dapat

merasa nyaman dalam kegiatan bertutur, pilihan-pilihan dalam

bertutur harus diberikan oleh kedua pihak. Tidak di

perbolehkan terlalu tegang atau kaku.

c. Skala ketiga atau peringkat kesekawanan/kesamaan

Menunjukkan bahwa agar dapat bersikap santun, orang

haruslah bersikap ramah dan selalu mempertahankan

persahabatan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain.

Agar tercapai maksud yang demikian penutur haruslah dapat

mengangap mitra tutur sebagai sahabat. Dengan mengangap

pihak yang satu sebagai sahabat bagi pihak lainnya, rasa

Page 44: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

kesejajaran sebagai salah salah satu prasyarat-prasyarat

kesantunan akan dapat tercapai.

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir yang terkait dengan penelitian ini secara garis besar

dapat dikemukakan sebagai berikut:

Sumber data penelitian ini adalah percakapan atau dialog antara

para buruh Pelabuhan Kayuadi. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui

data dalam penelitian ini adalah tuturan antara para buruh beserta

konteksnya yang mengandung tindak tutur di beberapa Pelabuhan

Kayuadi, seperti di Pelabuhan Benteng dan Pelabuhan Jampea.

Keseluruhan tuturan beserta konteksnya yang terdiri atas beberapa jenis

tuturan dianalisis menggunakan kajian pragmatik yaitu teori tindak tutur

Kreidler. Kemudian setelah diketahui jenis-jenis tindak tutur yang terdapat

dalam proses percakapan antara para buruh Pelabuhan Kayuadi, terlihat

tindak tutur yang mendominasi dan mengapa tindak tutur tersebut

mendominasi. Dalam munculnya suatu tindak tutur, tidak akan lepas

kaitannya dengan prinsip kerja sama dan kesantunannya. Setelah itu

penulis dapat memperoleh hasil simpulan dari pembahasan dalam

penelitian ini.

Berdasarkan uraian di atas maka digambarkan sebagai berikut:

Page 45: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Bagan Kerangka Pikir.

Konteks

Tuturan Buruh Pelabuhan

Kayuadi

Makna

Tindak tutur

a. Jenis-jenisnya

b. Fungsi

c.

Pragmatik

Teori Tindak Tutur

Analisis

Temuan

Temuan

Page 46: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu “suatu

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa tulisan dan

prilaku yang dapat diamati dari subyek itu sendiri”.

Pada dasarnya metode kualitatif memiliki beberapa ciri yang

sangat jelas, yaitu antara lain:

1. Desain penelitian bersifat lentur dan terbuka

2. Data penelitian diambil dari latar alami (natural setting)

3. Data yang dikumpulkan berupa data deskriptif dan reflektif

4. Lebih meningkatkan proses dari pada hasil

5. Sangat mementingkan makna.

6. Sampling dilakukan secara internal yang didasarkan pada subyek yang

memiliki informasi yang palingrepresentative.

7. Analisis data dilakukan pada saat dan setelah pengumpulan data.

Kesimpulan dari penelitian kualitatif dikonfirmasikan dengan

informasi. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus

yaitu merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar, satu subyek,

satu tempat penyimpanan, atau satu peristiwa tertentu. Dalam penelitian ini

studi kasus dititik beratkan pada implementasi Tindak Tutur Ilokusi Buruh

Pelabuhan Kayuadi.

Page 47: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber data yang dimintai

informasinya sesuai dengan masalah penelitian. adapun yang dimaksud

sumber data pada penelitian ini adalah subjek dari mana data diperoleh.

Untuk mendapat data yang tepat maka perlu ditentukan informan yang

memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui bentuk partisipasi dalam proses kerja sama di

Pelabuhan Kayuadi.

Subjek penelitian yang saya lakukan di Pelabuhan Kayuadi yaitu

antara lain sebagai berikut:

1. Buruh

Buruh yang saya maksud yaitu buruh yang bekerja di Pelabuhan pada

saat ada kapal yang sandar di Pelabuhan dan akan membongkar barang-

barang muatannya.

2. Nahkoda

Nahkoda yaitu pemilik kapal yang akan melakukan proses muat barang

atau bongkar barang di Pelabuhan Kayuadi.

3. Pemilik Barang

Pemilik barang disini adalah orang yang mempunyai pesanan barang di

kapal tersebut.

Page 48: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Pelabuhan Kayuadi Kabupaten

Kepulauan Selayar dengan fokus penelitian tindak tutur para buruh dan

nahkodanya di Pelabuhan Kayuadi.

Lokasi ini dipilih karena tempat ini merupakan salah satu

pelabuhan yang ada di Kayuadi yang berkembang pesat serta memiliki

pengaruh yang besar khususnya di kalangan para masyarakat, dan

merupakan satu-satunya Pelabuhan yang bisa dikatakan paling

berkembang di Pulau Kayuadi tersebut yang dapat memberikan pelayanan

yang sesuai bagi masyarakat di Pulau Kayuadi.

D. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah semua data dan informasi yang

diperoleh dari para informan yang dianggap paling mengetahui secara rinci

dan jelas mengenai fokus penelitian yang diteliti, yaitu tindak tutur para

buruh di Pelabuhan Kayuadi. Selain itu diperoleh dari hasil dokumentasi

yang menunjang terhadap data yang berbentuk kata-kata tertulis maupun

tindakan.

Sumber data dalam penelitian ini, peneliti akan mengeksplorasikan

jenis data kualitatif yang berkaitan dengan masing-masing fokus penelitian

yang sedang diamati. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data

primer dan sekunder. Sumber data adalah para informan yang memberikan

informasi yang dibutuhkan peneliti.

Page 49: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

a. Data Primer

Kata-kata dan tindakan dari orang yang diwawancarai atau

yang diamati merupakan sumber data utama dalam penelitian ini. Jenis

penelitian ini diambil dari data tertulis, rekaman, atau pengambilan

foto. Pencatatan sumber data ini melalui wawancara dan pengamatan

serta merupakan hasil gabungan dari melihat, mendengarkan dan

bertanya. Jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan pada subjek

penelitian dicatat sebagai data utama ditambah dengan hasil

pengamatan dari tindakan subjek penelitian di Pelabuhan Kayuadi.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang di peroleh dari pihak yang

tidak berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti. Data

sekunder dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang terkait

dengan Pelabuhan Kayuadi. Sumber data tertulis atau dokumen

diperoleh dari Pelabuhan tempat saya meneliti tersebut. Data tertulis

tersebut di antaranya adalah data tentang kondisi obyektif Pelabuhan

Kayuadi.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode observasi

Metode observasi yaitu “cara pengumpulan data yang

dilakukan secara sistematis dan sengaja, diawali dengan mengadakan

Page 50: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

pengamatan dan pencatatan atas gejala yang sudah diteliti dengan

melibatkan diri dalam latar yang sedang diteliti”.

Penelitian menggunakan metode observasi untuk mengetahui

secara langsung apa yang terdapat di lapangan tentang bagaimana

tindak tutur para buruh di Pelabuhan Kayuadi.

2. Metode wawancara

Metode ini mencakup cara yang dipergunakan seseorang untuk

suatu tujuan tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendapat

secara lisan, langsung dari seseorang atau informan. Sesuai dengan

rencana yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kasus, maka

pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang

hanya memuat garis besar yang diwawancarai. Dengan wawancara ini

kreatifitas pewawancara sangat diperlukan. Hasil wawancara banyak

bergantung pada pewawancara.

Pewawancara bertujuan untuk mengetahui bagaimana tindak

tutur para buruh di Pelabuhan Kayuadi dan hal-hal yang berkaitan

dengan fokus penelitian. Data ini diperoleh dari nahkoda kapal, para

masyarakat dan sejumlah buruh yang ada di Pelabuhan tersebut.

3. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk

mengumpulkan data dari sumber noninsani, sumber ini terdiri dari

dokumen, dan rekaman seperti surat kabar, buku harian, naskah

pribadi, foto-foto, catatan kasus, dan lain sebagainya.

Page 51: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Melalui teknik dokumentasi ini peneliti mengumpulkan data-

data yang diperlukan yang ada di tempat atau lokasi penelitian.

F. Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka

memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Teknik analisis data yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif dengan

membuat gambaran yang dilakukan dengan cara (1) reduksi data atau

penyederhanaan (data reduction), (2) paparan/sajian data (data display),

dan (3) penarikan kesimpulan.

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengobservasian, dan transformasi data mentah/data

kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data

dilakukan dengan membuat ringkasan, mengembangkan sistem

pengkodean, menelusuri tema, membuat gugus-gugus, dan menuliskan

memo.

Penyajian data adalah proses penyusunan informasi yang kompleks

dalam bentuk sistematis, sehingga menjadi bentuk yang sederhana serta

dapat dipahami maknanya. Sedangkan penarikan kesimpulan adalah

langkah terakhir yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data secara

terus menerus baik pada saat pengumpulan data atau setelah pengumpulan

data. Dalam penelitian kualitatif penarikan kesimpulan tersebut dengan

cara induktif, yang mana peneliti berangkat dari kasus-kasus yang bersifat

khusus berdasarkan pengalaman nyata kemudian dirumuskan menjadi

Page 52: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

model, konsep, teori, prinsip, propinsi, atau definisi yang bersifat umum.

Dengan kata lain, penarikan kesimpulan secara induktif adalah proses

penelitian yang diawali dengan mengumpulkan data dan kemudian

mengembangkan suatu teori dari data-data tersebut.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dengan

menggunakan kriteria kredibilitas (derajat kepercayaan). Kredibilitas

dimaksudkan untuk membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan

sesuai dengan kenyataan yang ada dalam latar penelitian. Dalam buku

karangan Lexy J. Moleong dituliskan beberapa teknik pemeriksaan

keabsahan data, yaitu:

1. Perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamat

2. Trianggulasi

3. Pengecekan sejawat

4. Kecukupan referensial

5. Kajian kasus negative

6. Pengecekan anggota

Untuk memenuhi keabsahan temuan tentang tindak tutur para

buruh di Pelabuhan Kayuadi, digunakan teknik pemeriksaan sebagai

berikut:

(a) perpanjangan keikutsertaan pengamat

(b) ketekunan pengamat

Page 53: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

(c) trianggulasi, maksudnya data yang diperoleh dibandingkan, diuji dan

diseleksi keabsahannya.

Teknik trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

cara, yaitu pertama menggunakan trianggulasi dengan sumber, yaitu

membandingkan perolehan data pada teknik yang berbeda dalam

fenomena yang sama. Kedua menggunakan trianggulasi dengan metode,

yaitu membandingkan perolehan data dari teknik pengumpulan data yang

sama dengan sumber yang berbeda.

H. Tahap-tahap Penelitian

Penelitian ini melalui empat tahap, yaitu:

1. Tahap sebelum ke lapangan, meliputi kegiatan:

a) Menyusun proposal penelitian

b) Menentukan fokus penelitian

c) Konsultasi fokus penelitian

d) Menghubungi lokasi penelitian

e) Mengurus perizinan

f) Seminar proposal penelitian.

2. Tahap pekerjaan lapangan, meliputi kegiatan:

a) Memahami latar penelitian dan persiapan diri

b) Memasuki lapangan.

c) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus

penelitian.

d) Pencatatan data.

Page 54: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

3. Tahap analisis data, meliputi kegiatan:

a) Analisis data

b) Penafsiran data

c) Pengecekan keabsahan data

d) Memberi makna.

4. Tahap penelitian laporan, meliputi kegiatan:

a) Penyusunan hasil penelitian

b) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing

c) Perbaikan hasil konsultasi

d) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian

e) Munaqosah skripsi.

Page 55: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Tindak Tutur Ilokusi Pada Buruh Pelabuhan Kayuadi

a. Tindak Tutur Ilokusi Representatif Pada Buruh Pelabuhan

Kayuadi

Menurut Searle (dalam Yule, 2006: 92), tindak tutur

representatif adalah tindak tutur yang menyatakan keyakinan penutur

tentang ihwal realita eksternal. Tindak tutur ini bermaksud

memberitahu orang-orang mengenai sesuatu.Artinya, pada tindak

tutur jenis representatif penutur berupaya agar kata-kata atau tuturan

yang dihasilkan sesuai dengan jenis realita dunia. Penulis mnemukan

tindak tutur ilokusi representatif ini pada data berikut.

…Suaranya cemas dan sedih. Tapi tiga hari berlalu, tidak ada

tanda-tanda keinginan keras buruh goyah. Sore itu, “Pak, ada

kertas dari pemilik barang” kata buruh sambil memberikan

kertas tersebut. Tidak ada keinginan yang bisa dia lakukan

selain memberitahu pada nahkoda kapal bahwa ada salah

seorang pemilik barang yang datang membawa secarik kertas

dengan tulisan barang-barangnya yang hilang.

Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa ucapan

disampaikan penutur (buruh) kepada mitra tutur (nahkoda)

bermaksud untuk melaporkan. Informasi yang dimaksud penutur

Page 56: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

(buruh) dalam tuturannya adalah mengenai adanya sacarik kertas

yang dibawa oleh salah satu pemilik barang. Penanda lingual pada

data tersebut yaitu pada kata “ada secarik kertas dari pemilik

barang”. Penutur (buruh) melaporkan kepada mitra tutur (nahkoda)

tanpa ada tendensi mempengaruhi mitra tutur agar melakukan

tindakan.

Tindak tutur diatas masuk kedalam jenis tindak tutur ilokusi

karena berkenaan dengan kebenaran suatu hal. Data tersebut

menunjukkan tindak tutur ilokusi jenis representatif melaporkan

karena penutur (buruh) tidak menuntut mitra tutur (nahkoda)

melakukan suatu hal atau pekerjaan. Partisipan dalam percakapan

tersebut adalah buruh dan nahkoda. Buruh sebagai penutur dan

nahkoda sebagai mitra tutur. Maksud serta tujuan pertuturan adalah

penutur (buruh) melaporkan bahwa ada secarik kertas dari pemilik

barang.

b. Tindak Tutur Ilokusi Direktif Pada Buruh Pelabuhan Kayuadi

Tindak tutur direktif mengandung hal yang bersifat

keinginan pihak penutur kepada orang lain untuk melakukan sesuatu.

Dengan demikian, tindak tutur direktif merupakan ekspresi dari apa

yang penutur inginkan (Yule, 2006: 93). Tindak tutur direktif penulis

temukan pada data sebagai berikut.

…Buruh tersebut ingin agar nahkodanya bisa mencari barang-

barang yang hilang entah itu barangnya tercecer di rumah

Page 57: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

seseorang atau dimana. Dengan kata yang di utarakan sang

buruh bahwa “aku harap anda bisa mencari barang tersebut

agar pemilik barang itu bisa tenang”.

Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa tuturan yang

disampaikan penutur (buruh) kepada mitra tutur (nahkoda)

bermaksud meminta yang bertujuan agar mitra tutur (nahkoda)

mencari barang tersebut. Tuturan penutur (buruh) dapat digolongkan

dalam jenis direktif, karena berakibat pada mitra tutur (nahkoda)

supaya melakukan tindakan sesuai dengan yang dikendaki penutur

(buruh). Selanjutnya, tuturan penutur (buruh) yang menggunakan

kata minta bukan bermaksud untuk memaksa. Jadi, dapat dipastikan

kata minta merupakanpenuturan yang dianggap lebih sopan dan

tidak terkesan memerintah. Penanda lingual pada tuturan di atas

yaitu kata „minta‟.

Tuturan di atas termasuk ke dalam jenis tindak tutur ilokusi

karena memiliki maksud serta tujuan tertentu. Penanda ilokusi

ditandai pada kata „minta‟. Tuturan di atas menunjukkan tindak tutur

jenis direktif. Penutur meminta mitra tutur untuk melakukan suatu

hal seperti yang diujarkan oleh penutur. Berdasarkan percakapan

yang berlangsung dapat diketahui bahwa reaksi yang ditimbulkan

oleh mitra tutur adalah diam dan menyimak. Penutur berkeinginan

agar mitra tutur maumencari barang-barang yang hilang itu di rumah

yang juga punya barang pesanan. Berdasrkan reaksi-reaksi yang

Page 58: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

ditimbulkan oleh mitra tutur dapat diketahui bahwa tindak tutur

tersebut adalah tindak tutur yang berupa meminta.

c. Tindak Tutur Ilokusi Komisif Pada Buruh Pelabuhan Kayuadi

Menurut Searle (dalam Yule, 2006: 93), member pemahaman

bahwa tindak tutur ilokusi komisif, penutur menindaklanjuti atau

memenuhi apa yang dituturkan. Tuturan semacam ini

mengekspresikan apa yang dimaksudkan oleh penutur. Menurut

(Yule, 2006: 93) jenis tindak tutur komisif memiliki fungsi

menyenangkan. Menyengkan maksudnya adalah menyenangkan

pihak pendengarnya karena dia tidak mengacu kepada kepentingan

penutur. Penulis menemukan tindak tutur ilokusi komisif seperti data

berikut “Mulai hari ini aku akan mengecek satu persatu barang-

barang yang baru datang agar tidak ada lagi barang orang lain

yang tercecer kesini” karena pada dasarnya Tina memang selalu

ceroboh dalam melihat barang-barangnya yang baru datang, kalau

sekarang sudah tidak lagi dan akan lebih hati-hati lagi.

Berdasrkan data di atas dapat dijelaskan bahwa ucapan yang

disampaikan penutur (Tina) kepada mitra tutur (nahkoda) bermaksud

sebagai berjanji yang bermakna berusah untuk mengecek satu

persatu barang-barangnya yang baru datang. Tuturan penutur ( Tina)

dapat digolongkan dalam jenis komisif berjanji karena, menuntut

realisasi dari tuturan penutur (Tina) benar-benar melaksanakan

tuturannya.

Page 59: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Tuturan di atas termasuk kedalam jenis tindak tutur ilokusi

kerena memiliki maksud serta tujuan tertentu. Penanda lingual

ditandai pada ucapan „mulai hari ini, aku akan teliti..‟. kata kerja atau

verba „teliti‟ merupakan penanda utama dari tindak tutur ilokusi.

Akibat dari tuturan di atas maka mengikat penutur untuk

melaksanakan apa yang disebutkan di dalam tuturannya. Tuturan di

atas menunjukkan tindak tutur ilokusi jenis komisif. Percakapan

yang berlangsung dapat diketahui bahwa reaksi yang ditimbulkan

oleh mitra tutur adalah diam dan mendengarkan apa yang diujarkan

penutur. Berdasarkan tuturan yang ditimbulkan oleh penutur dapat

diketahui bahwa tindak tutur tersebut adalah tindak tutur yang

berupa berjanji.

d. Tindak Tutur Ilokusi Ekspresif Pada Buruh Pelabuhan Kayuadi

Yule (2006: 94) berpendapat bahwa tindak tutur ini

mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis penutur terhadap

suatu keadaan.Penulis menemukan jenis tindak tutur ini pada data

berikut.

Aku tersenyum-senyum malu ketika nahkoda kapal itu

memberikan barang-barangku yang tercecer itu dan menyimpannya

di dekat lemari jualanku. Yang keluar dari kerongkonganku hanyalah

kata. “Emm… terima kasih pak… itu saja..” suaraku layu

tercekat. Tanganku terasa gatal.

Page 60: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Berdasrkan data di atas dapat dijelaskan bahwa ucapan yang

disampaikan penutur (pemilik barang) kepada mitra tutur (nahkoda)

bermaksud berterima kasih yang bermakna ungkapan perasaan

penutur terhadap mitra tutur yang telah membawakan barang-

barangnya yang tadinya dikira hilang tapi ternyata hanya tercecer di

barang orang lain. Tuturan penutur (pemilik barang) dapat

digolongkan jenis ekspresif terima kasih karena, penutur (pemilik

barang) mengungkapkan perasaan sesuai dengan apa yang

diterimanya.

Tuturan di atas termasuk ke dalam jenis tindak tutur ilokusi

karena memilik maksud serta tujuan tertentu. Penanda lingual

ditandai pada „terima kasih‟. Tuturan di atas menunjukka tindak

tutur ilokusi jenis ekspresif. Tuturan yang termasuk dalam jenis

tuturan ekspresif tersebut yaitu berterima kasih. Bentuk ujaran yang

digunakan adalah percakapan biasa. Maksud serta tujuan penuturan

adalah ucapan terima kasih penutur kepada mitra tutur karena telah

mengembalikan barangnya yang hilang. Tindak tutur di atas

dimaksudkan penuturnya agar ujarannya diartikan sebagai evaluasi

tentang hal yang disebutkan di dalam tuturan itu.

e. Tindak Tutur Ilokusi Deklaratif Pada Buruh Pelabuhan

Kayuadi

Menurut Yule (2006:94) dapat diketahui bahwa dalam tindak

tutur deklaratif terdapat perubahan dunia sebagai akibat dari tuturan

Page 61: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

itu, misalnya ketika kita mengundurkan diri dengan mengatakan

„Saya mengundurkan diri‟, memecat seseorang dengan mengatakan

„Anda dipecat‟, atau menikahi seseorang dengan menyatakan „Saya

bersedia‟. Penulis menemukan tindak tutur ilokusi deklaratif seperti

pada data berikut. ”Kali ini saya maafkakan karena hujan, lain

kali tidak ada lagi toleransi buat kamu!” Mungkin dia keberatan

barang-barang yang mau diantar pada pemiliknya masih banyak dan

saya datangnya terlambat, yang jelas sekarang dia sudah memaafkan

keterlambatan kami kali ini. Alhamdulillah. Seandainya dia tahu

kalau kami terlambat karena pergi dulu cari kesenangan dan singgah

dulu lihat orang yang adu ayam, kami mungkin sudah dipecat dari

pekerjaan kami.

Berdasrakan data di atas dapat dijelaskan bahwa tuturan yang

disampaikan penutur (nahkoda) kepada mitra tutur (para buruh)

bermaksud mengampuni. Penutur (nahkoda) memaafkan mitra tutur

(para buruh) karena terlambat datang. Tuturan penutur dapat

digolongkan jenis deklaratif memaafkan karena penutur mengikat

mitra tutur dengan perkataannya. Dalam konteks tersebut muncul hal

atau status baru akibat tuturan dari penutur.

Pada tuturan di atas, penanda ilokusi terlihat pada ucapan

„kali ini saya maafkan…‟ yang diutarakan penutur (nahkoda)

kepada mitra tutur (para buruh). Tuturan di atas termasuk ke dalam

jenis tindak tutur ilokusi deklaratif karena, mengubah keadaan atau

Page 62: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

status baru akibat sebuah tuturan. Bentuk ujaran yang digunakan

adalah percakapan biasa. Maksud serta tujuan pertuturan adalah

penutur (nahkoda) mengampuni kesalahan para buruh dan meminta

untuk tidak mengulanginya lagi. Berdasarkan percakapan yang

berlangsung dapat diketahui bahwa reaksi yang ditimbulkan oleh

mitra tutur adalah diam.

2. Jenis Tindak Tutur Ilokusi

Jenis tindak tutur ilokusi yang ditemukan dalam penelitian ini terbagi

menjadi tiga jenis, yaitu tindak tutur asertif, direktif, komisif. Berikut akan

dipaparkan secara berurutan jenis tindak tutur ilokusi yang terdapat pada

buruh Pelabuhan Kayuadi.

a. Tindak Tutur Asertif

Pada ilokusi ini, penutur terikat pada kebenaran tuturan yang

diutarakan. Adapun yang termasuk dalam jenis tindak tutur asertif pada

buruh Pelabuhan Kayuadi dapat dilihat sebagai berikut.

Jumri : Saing muballo inni lamarimu. Tapi biasana gelei kulle

kuangkat.

(Lemari anda semuanya bagus. Biasanya, aku tidak kuat

mengangkatnya, tapi…)

Arfin : Ooo. Inni… lagele na ballinna ka’jala tongi i ri bantaeng.

(Ya. Ini… ini karena harganya juga lumayan mahal di Bantaeng).

Jumri : Ooo, ya ?

(Ah, ya?)

Page 63: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Tuturan di atas diutarakan oleh Jumri kepada Arfin. Tuturan tersebut

terjadi di jalan menuju Pelabuhan Kayuadi pada siang hari. Pada tuturan

tersebut, Jumri memberitahukan informasi bahwa lemarinya sangat bagus.

Komponen tutur dalam situasi tuturan tersebut adalah Jumri sebagai

penutur dan Arfin sebagai mitra tutur. Jumri memberitahukan sebuah

informasi kepada Arfin tentang lemarinya yang bagus. Jumri merasa

herang dan langsung menanyakannya kepada Arfin. Setelah diberitahu

tentang harga lemari tersebut, Jumri percaya atas informasi yang

disampaikan Arfin dan langsung bilang ah, ya.

Dilihat dari komponen tersebut, dapat diketahui bahwa tuturan

tersebut merupakan jenis tindak tutur asertif.

b. Tindak Tutur Direktif

Pada ilokusi ini, penutur mengharapkan suatu tindakan dari mitra tutur

yang diinginkan oleh penutur. Adapun bentuk dari tuturan tersebut adalah

sebagai berikut.

Tina : Kulle juako mupasa’rai musik? Larik todok hiburan.

(dapatkah anda memutar musik? Supaya ada hiburan).

Hasba : Baa ibu.

(Baik ibu).

Tuturan tersebut terjadi di Pelabuhan Kayuadi pada saat siang hari.

Pada tuturan tersebut, Kulle juako mupasa’rai musik meminta Hasba

untuk memutar musik. Tuturan ini terjadi setelah Hasba memberikan nota

pesanan kepada pemilik barang.

Page 64: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Komponen tuturan dalam situasi tuturan tersebut adalah Tina sebagai

penutur dan Hasba sebagai mitra tutur.Kulle juako mupasa’rai musik

meminta Hasba untuk memutar musik. Latar tempat pada tuturan tersebut

berada di Pelabuhan Kayuadi sedangkan latar waktu terjadi di siang hari

menggunakan bentuk tuturan lisan bahasa Selayar.

Dengan mempertimbangkan analisis komponen tutur parlant, dapat

diketahui bahwa tuturan tersebut merupakan jenis tindak tutur direktif.

Dapat dilihat pada komponen tutur parlant bahwa hasil dari tuturan Tina

dituruti oleh Hasba dan melakukan tindakan mengambil remot dan

memutarkan musik.

c. Tindak Tutur Komisif

Pada ilokusi ini, penutur terikat untuk melaksanakan apa yang

disebutkan pada tuturannya. Adapun tuturan tersebut adalah sebagai

berikut.

Musa : Gaukammu apa lamu gaukang injo rinni ri motoro, assalakna

akko tinro rihattu panaitta barang.

(lakukan apa yang mau kamu lakukan disini di kapal, yang

jelas jangan tidur pas mau bongkar barang).

Hasba : Baa. Tantu munjo. Ngera ampunga na, gele jamoi laku

ulangi.

(Iya.Pasti itu. Saya minta maaf, saya tidak akan

mengulanginya lagi).

Page 65: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Tuturan tersebut terjadi di kamar kapal, tuturan ini terjadi karena

Musa sempat melihat Hasba sedang tidur pada saat jam kerja berlangsung

dan menimbulkan rasa jengkel pada nahkoda kapal.

Komponen tutur parlant dalam situasi tuturan tersebut adalah meliputi

Musa sebagai Penutur dan Hasba sebagai mitra tutur. Hasba berjanji

kepada Musa tidak akan tidur lagi pada saat jam kerja. Latar tempat pada

tuturan tersebut berada di Pelabuhan Kayuadi sedangkan latar waktu

terjadi pada siang hari menggunakan bentuk tuturan bahasa Selayar.

Dengan mempertimbangkan analisis komponen, dapat diketahui

bahwa tuturan tersebut merupakan jenis tindak tutur komisif (berjanji).

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan jenis tindak tutur ilokusi dan fungsi ilokusi pada

Buruh Pelabuhan Kayuadi. Yule (2006) berpendapat bahwa tindak tutur

adalah tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan. Setiap tindak

tutur yang diucapkan oleh penutur mempunyai makna tertentu. Tindak

tuutur dapat berwujud permohonan, permintaan maaf, keluhan, pujian,

undangan atau janji.

Rustono (1999: 31) berpendapat behwa tindak tutur merupakan

entitas yang bersifat sentral dalam pragmatik. Oleh karena sifatnya yang

sentral itulah, tindak tutur bersifat pokok di dalam pragmatik.

Mengujarkan sebuah tuturan tertentu bisa dipandang sebagai melakukan

tindakan (mempengaruhi, menyuruh) di samping memang mengucapkan

atau mengujarkan tuturan itu.

Page 66: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

1. Makna Tersurat Dan Tersirat Dalam Tindak Tutur Ilokusi

a. Makna Tersurat

Terdapat dalam tindak tutur ilokusi:

1) Representative, contohnya terdapat pada kalimat sebagai berikut:

“Pak, ada kertas dari pemilik barang”.

2) Komisif, contohnya terdapat pada kalimat sebagai berikut:

“ Mulai hari ini aku akan mengecek satu persatu barang-

barang yang baru datang agar tidak ada lagi barang orang lain

yang tercecer ke sini”.

b. Makna Tersirat

Terdapat dalam tindak tutur ilokusi:

Direktif, contohnya terdapat pada kalimat: “aku harap anda bisa

mencari barang tersebut agar pemilik barang itu bisa tenang”.

2. Fungsi Tindak Tutur Ilokusi Pada Buruh Pelabuhan Kayuadi

a. Fungsi Kompetitif Pada Buruh Pelabuhan Kayuadi

Fungsi kompetitif merupakan salah satu fungsi tindak tutur

ilokusi. Menurut (Oka, 1993: 162) fungsi kompetitif adalah tuturan

yang tidak bertatakrama, misalnya meminta pinjaman dengan nada

memaksa, sehingga disini melibatkan sopan santun. Penulis

menemukan fungsi kompetitif seperti pada data berikut.

Nahkoda meneruskan dengan hati-hati… „Aku mau bercerita

kepada kalian, coba dengarkan…‟ lalu dian sejenak dengan muka

rusuh. Aku menjadi ikut kalut melihatnya…

Page 67: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Berdasarkan data tersebut bahwa fungsi tindak tutur ilokusi

yang terkandung adalah fungsi tindak ilokusi yang berupa meminta.

Dalam hal ini, penutur (nahkoda) meminta mitra tutur (buruh)

mendengarkan penjelasan si penutur dengan mengatakan „coba

dengarkan‟. Penutur (nahkoda) akanbercerita tentang barang-barang

muatannya itu. Fungsi tindak ilokusi kompetitif yang terdapat dalam

data tuturan tersebut adalah fungsi kompetitif meminta. Bentuk ujaran

yang digunakan adalah percakapan biasa. Maksud serta tujuan

pertuturan adalah tentang keinginan dari nahkoda agar buruh mau

bekerja lebih giat lagi. Berdasarkan percakapan yang berlangsung

dapat diketahui bahwa reaksi yang ditimbulkan oleh mitra tutur adalah

diam serta menyimak. Penutur berkeinginan agar mitra tutur mau

bekerja lebih giat. Berdasarkan reaksi yang ditimbulkan oleh mitra

tutur dapat diketahui bahwa fungsi tindak tutur tersebut adalah fungsi

tindak tutur yang berupa meminta.

Selain itu penulis juga menemukan fungsi kompetitif seperti

pada data berikut ini.

Nahkoda ingin buruh yang ada di pelabuhan bisa bekerja lebih

sungguh dan bisa diandalkan oleh banyak orang kata sang nahkoda

secara pelan-pelan. Beliau berhenti sejenak untuk menarik nafas. Aku

Cuma mendengarkan. Nahkoda meneruskaan dengan suara bergetar

“Jadi saya minta dengan sangat jangan malas-malasan. Bukan

Page 68: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

karena melarang tapi kamu harus selesaikan dulu pekerjaanmu

baru bisa santai”.

Partisipan dalam tuturan tersebut adalah nahkoda dan buruh.

Tuturan berlangsung di dalam kamar kapal. Berdasrkan data tersebut

dapat diketahui bahwa fungsi tindak ilokusi yang terkandung adalah

fungsi tindak ilokusi yang berupa meminta. Dalam hal ini penutur

(nahkoda) meminta kepada mitra tutur (buruh) untuk mendengarkan

penjelasan penutur (nahkoda) untuk tidak bermalasa-malasan. Penutur

(nahkoda) sangat ingin buruh yang bekerja dengannya tidak bermalas-

malasan pada saat muat barang. Fungsi tindak ilokusi kompetitif yang

terdapat dalam data tuturan tersebut adalah fungsi kompetitif

meminta. Penanda lingual pada tuturan di atas yaitu kata „minta‟.

Berdasarkan percakapan yang berlangsung dapat diketahui bahwa

reaksi yang ditimbulkan oleh mitra tutur adalah diam serta menyimak.

Penutur berkeinginan agar mitra tutur mau bekerja lebih sungguh lagi

dan tidak bermalas-malasan. Berdasarkan reaksi yang ditimbulkan

oleh mitra tutur dapat diketahui bahwa fungsi tindak tutur tersebut

adalah tindak tutur yang berupa meminta.

b. Fungsi Menyenangkan Pada Buruh Pelabuhan Kayuadi

Fungsi menyenangkan juga merupakan salah satu fungsi tindak

tutur ilokusi. Menurut (Oka, 1993: 162) fungsi menyenangkan adalah

tuturan yang bertatakrama. Tujuan ilokusi sejalan dengan tujuan

Page 69: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

social. Penulis menemukan fungsi menyenangkan seperti pada data

berikut.

Sebelum meninggalkan Pelabuhan aku pamitan dulu pada

nahkoda kapalnya dan minta maaf atas kesalahnku. Dan aku lihat

diapun tersenyum sembari melihat aku.“Besok-besok jangan

diulangi lagi yaa kerja malasa-malasannya”. Akupun mengiyakan

apa yang dikatakan sang nahkoda tersebut dan kembali pulang ke

rumah.

Berdasrkan data tersebut, dapat diketahui bahwa fungsi tindak

ilokusi yang terkandung adalah fungsi tindak ilokusi yang berupa

menyarankan. Dalam konteks ini, penutur (nahkoda) menyarankan

kepada mitra tutur (buruh) untuk jangan mengulangi lagi

kesalahannya.

Tujuan ilokusi sejalan dengan tujuan sosial. Pada fungsi ini,

sopan santun lebih positif bentuknya dan bertujuan mencari

kesempatan untuk beramah tamah. Kalimat „ jangan mengulangi lagi‟

menunjukkan bahwa tuturan tersebut termasuk kedalam fungsi tindak

ilokusi menyenangkan, menyarankan. Jadi fungsi tindak tutur

kompetitif yang terdapat dalam data tuturan tersebut adalah fungsi

fungsi menyenangkan menyarankan. Percakapan tersebut berlangsung

saat buruh sedang berada di atas pelabuhan dan akan pulang ke

rumahnya. Bentuk ujaran yang digunakan adalah percakapan biasa.

Maksud serta tujuan pertuturan adalah tentang saran dan motivasi

Page 70: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

nahkoda kepada buruh yang akan pulang ke rumahnya. Percakapan

yang berlangsung dapat diketahui bahwa reaksi yang ditimbulkan oleh

mitra tutur adalah diam serta menyimak. Berdasarkan reasi yang yang

ditimbulkan oleh mitra tutur dapat diketahui bahwa fungsi tindak tutur

tersebut adalah fungsi tindak tutur yang berupa menyarankan.

c. Fungsi Bekerja Sama Pada Buruh Pelabuhan Kayuadi

Jenis fungsi yang ketiga yaitu fungsi ilokusi bekerja sama, tidak

melibatkan sopan santun karena pada fungsi ini sopan santun tidak

relevan. Penulis menemukan fungsi bekerja bekerja sama seperti pada

data berikut.

Sesampainya saya di pelabuhan saya langsung pergi membantu

abeka kapal untuk mengangkat barang-barang karena saya datangnya

sedikit terlambat. “Mari saya saja yang kerjakan karena ini

memang ini adalah kerjaan saya”. Tapi abeka itu tetap ingin

membantu supaya pekerjaan saya tidak terlalu berat.

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa tindak ilokusi

yang terkandung adalah fungsi tindak ilokusi yang berupa menyatakan

sesuatu. Berdasarkan konteksnya, penutur menyatakan sesuatu kepada

mitra tutur. Penutur menyatakan sesuatu tentangpekerjaan mitra tutur.

Kalimat “tentang pekerjaan” menunjukkan bahwa tuturan tersebut

termasuk ke dalam fungsi tindak ilokusi bekerja sama. Fungsi tindak

ilokusi yang terdapat dalam data tuturan tersebut adalah fungsi

menyenangkan menyatakan sesuatu.

Page 71: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Bentuk ujaran yang digunakan adalah percakapan biasa. Maksud

serta tujuan pertuturan adalah tentang keinginan dari abeka agar buruh

mau dibantu mengangkat barang-barang tersebut. Percakapan yang

berlangsung dapat diketahui bahwa reaksi yang ditimbulkan oleh

mitra tutur adalah diam serta menyimak. Penutur berkeinginan agar

mitra tutur mau dibantu mengerjakan pekerjaannya. Berdasarkan

reaksi yang ditimbulkan oleh mitra tutur dapat diketahui bahwa fungsi

tindak tutur tersebut adalah fungsi tindak tutur bekerja sama yang

berupa menyatakan sesuatu.

d. Fungsi Bertentangan Pada Buruh Pelabuhan Kayuadi

Dalam jenis fungsi ilokusi yang keempat ini yaitu fungsi

bertentangan, unsure sopan santun tidak ada sama sekali karena fungsi

ini bertujuan untuk menimbulkan kemarahan. Menurut Oka (1993:

164) mengancam atau menyumpahi orang misalnya, tidak mungkin

dilakukan dengansopan kecuali penutur menggunakan eufemisme

(penghalus). Penulis menemukan fungsi bertentangan seperti pada

data berikut.

Dia menyeringai, kumis ijuknya yang agak tipis menyembul-

nyembul. “Kalian, itulah tantangan kalian yang paling berat tapi juga

mulia. Memastikan cara kerja kalian disiplin dan tidak ada lagi

toleransi jika kalian berbuat salah lagi”. Katanya datar. “Kalau tidak

berhasil, besok pagi sekali kalian harus datang ke Pelabuhan

Page 72: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

untuk saya beri tambahan pekerjaan buat kalian,” katanya dingin

sambil menutup pintu.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa fungsi tindak

ilokusi yang terkandung adalah fungsi tindak ilokusi yang berupa

mengancam. Berdasarkan konteks, penutur (nahkoda) mengancam

buruh tersebut dengan menyatakan apabila tidak berhasil besok pagi

sekali kembali lagi dan akan diberi tugas tambahan. Kalimat „kalau

tidak berhasil‟ merupakan penanda fungsi tindak tutur bertentangan

karena terkesan mengancam seseorang atau kelompok. Fungsi tindak

ilokusi kompetitif yang terdapat dalam data tuturan tersebut adalah

fungsi kompetitif mengancam. Bentuk ujaran yang digunakan adalah

percakapan biasa. Percakapan yang berlaangsung dapat diketahui

bahwa reaksi yang ditimbulkan oleh mitra tutur dapat diketahui bahwa

fungsi tindak tutur trsebut adalah fungsi tindak tutur bertentangan

yang berupa mengancam.

Selain itu, penulis juga menemukan fungsi bertentangan seperti

pada data berikut.

Kalian adalah orang yang berbakat dan dapat berguna di

masyarakat banyak.Apalagi yang punya darah penyabar dari keluarga

kalian. “Aku ingin kalian menghabiskan barang-barang ini dan kita

bisa beristirahat kedepannya. Tapi tidak salah jika saya sering marah-

marah kepada kalian. “pokoknya saya tidak ingin kalian menjadi

buruh yang pemalas”.

Page 73: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa fungsi tindak

tutur ilokusi yang terkandung adalah fungsi tindak ilokusi yang berupa

melarang. Dalam konteks ini, penutur (nahkoda) melarang mitra

tuturnya (buruh). Penutur (nahkoda) melarang mitra tutur (buruh) jadi

buruh yang pemalas dan penutur (nahkoda) menginginkan buruh

tersebut bekerja yang rajin dan mereka dapat menyelesaikan

pekerjaannya hari itu juga agar bisa istirahat. Kalimat “aku tidak

ingin” menunjukkan bahwa tuturan tersebut termasuk ke dalam fungsi

tindak ilokusi bertentangan melarang. Bentuk ujaran yang digunakan

adalah percakapan biasa. Maksud serta tujuan pertuturan adalah

penutur (nahkoda) menginginkan mitra tutur (buruh) bekerja lebih

rajin lagi. Percakapan yang berlangsung dapat diketahui bahwa reaksi

yang ditimbulkan oleh mitra tutur dapat diketahui bahwa fungsi tindak

tutur bertentangan yang berupa melarang.

e. Fungsi Konvival pada buruh Pelabuhan Kayuadi

Pada fungsi konvival, kesopan santunan digunakan dalam

mencari berbagai kesempatan untuk bersikap hormat seperti

mengucapkan terima kasih, memuji, dan lain-lain. Berikut adalah

tuturan dari fungsi konvival.

Buruh : Inni barang-barang ta. Terima kasih!

(Ini barang-barangnya.Terimakasih!).

Pemilik Barang : Terima kasih.

(Terima kasih).

Page 74: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Tuturan di atas berawal dari dibawakannya barang-barang

tersebut keatas kaisar, salah satu pemilik barang adalah seorang

perempuan, ketika hari menjelang sore barang-barang tersebut sudah

ada dirumah pemilik barang.

Komponen tutur dalam situasi tuturan adalah buruh sebagai

penutur dan pemilik baraang adalah mitra tuturnya. Fungsi dari

tuturan tersebut adalah fungsi konvival (mengucapkan terima kasih).

Tuturan tersebut bermasud untuk menyenangkan hati pemilik

barang. Tuturan ini mengandung fungsi konvival karena tuturannya

bersifat sopan.

Page 75: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang telah dilakukan dapat

ditarik kesimpulan bahwa tindak tutur ilokusi memiliki dua kategori yaitu:

yang pertama adalah makna tersurat dan tersirat dalam tindak tutur ilokusi

diantaranya adalah Makna tersurat seperti Representative, contohnya terdapat

pada kalimat sebagai berikut: “Pak, ada kertas dari pemilik barang”. Komisif,

contohnya terdapat pada kalimat sebagai berikut: “Mulai hari ini aku akan

mengecek satu persatu barang-barang yang baru datang agar tidak ada lagi

barang orang lain yang tercecer ke sini”. Makna tersirat terdapat dalam tindak

tutur ilokusi Direktif, contohnya terdapat pada kalimat: “aku harap anda bisa

mencari barang tersebut agar pemilik barang itu bisa tenang”. Dan yang

kedua adalah fungsi tindak tutur ilokusi yaitu: 1. Fungsi kompetitif pada

buruh Pelabuhan Kayuadi, 2. Fungsi menyenangkan pada buruh Pelabuhan

Kayuadi, 3. fungsi bekerja sama pada buruh Pelabuhan Kayuadi, 4. fungsi

bertentangan pada buruh Pelabuhan Kayuadi, 5. fungsi konvival pada buruh

Pelabuhan Kayuadi.

Adapun peneliti meninjau dua buah skripsi yaitu, skripsi Lili Riyani

(2007) dengan judul “tindak ilokusi komunikatif pada kuis radio di

purwakarto” dan Tri Welas Asih (2011) dengan judul “aspek ilokusi tindak

tutur sales promotion Girls (SPG) dan calon pembeli di moro swalayan

purwekerto” di Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Melalui kedua

Page 76: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

skripsi tersebut peneliti dapat mengetahui persamaan dan perbedaan dengan

penelitian yang dilakukan. Kedua skripsi tersebut peneliti jadikan acuan atau

referensi untuk melakukan penelitian yang berbeda dari yang sebelumnya.

B. Saran

1. Bagi mahasiswa, disarankan bahwa penelitian ini digunakan untuk

meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan wawasan tentang ilmu

pragmatik, khususnya tentang tindak tutur ilokusi serta implementasinya

dalam kehidupan sehar-hari.

2. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar lebih memahami dan

menyempurnakan penelitian tindak tutur ilokusi ini dengan mengambil

salah satu jenis tindak tutur ilokusi agar cakupan penelitian tidak terlalu

luas. Peneliti selanjutnya juga dapat mengkaji tentang bentuk lokusi,

bentuk ilokusi, dan bentuk perlokusi yang terdapat pada percakapan antar

buruh Pelabuhan Kayuadi.

Page 77: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

DAFTAR PUSTAKA

Allan 2005: 52, proses komunikasi antara penutur dan lawan tutur: Kunjana Rahardi

Austin 1962, tuturan performatif, tuturan konstatif.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Austin 1962: 100-102, kalimat performatif. Bandar Lampung: Dunia Pustaka.

Goffman 1967,gagasan mengenai wajah atau muka. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Grice 2014, percakapan biasanya memerlukan kerja sama: Nyoman Payuyusa

Grice 1983: 105-107, prinsip kerja sama: Dalam Levinson

Grice2009: 25, maksim kualitas. Yogyakarta: PT Gadja madah.

Hymes, 2009: 101, pembagian komponentutur yang diakronimkan SPEAKING: Dalam

Pranowo.

Lakoff Robin 2005: 70, tiga kesantunan untuk dapat dipenuhi kesantunan dalam

bertutur. Dalam Kunjana Rahardi

Leech 2005: 66, modal kesantunan: Kunjana Rahardi

Levinson dan Brown 2009: 32, konsep tentang muka bersifat universal: Dalam Nadar

Levinson dan Brown 2005: 68, skala kesantunan: Kunjana Rahardi

Levinson dan Brown 1994: 90, teori kesantunan berkisar atas nosi muka (face): Dalam

Asim Gunarwan

Lili Riyani (2007) dan Tri Welas Asih (2011) di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Morris Charles 2009: 5, pragmatik sebagai “the study of relation of signs to

interpreters”: Dalam Nadar

Page 78: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

Nadar F.X 2009: 2, Pragmatik dalam Ilmu Kebahasaan. Jakarta: Gramedia.

Parker 2005: 48, pragmatik adalah cabang ilmu bahasa secara eksternal: Dalam Kunjana

Rahardi.

Rustono 1999: 20, Yunita 2011: 186, Haliday 1985: 6-7,“pengertian dari

konteks”.Jakarta: Raja Grapindo Persaja

Sarle 1996a: 147-149, Gunawan Asim, 1994: 85-86), “tindak tutur ilokusi menjadi lima

jenis”. Dalam Martinich (ed)

Thomas 1995: 22, “meaning in interaction: an introduction to pragmatics”. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Wijana PutuDewa I 1996, Maksim kesopanan. Jakarta: Bratara.

Yule 2006: 3-4, pragmatics. Cambridge University Press.

Yule (2006), tindak tutur adalah tindakan yang ditampilkan lewat tuturan.Cambridge

University Press.

Page 79: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

DOKUMENTASI

Page 80: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …
Page 81: JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA …

RIWAYAT HIDUP

Jusmawati lahir pada tanggal 03 Mei 1997 di Kayuadi

Kabupaten Kepulauan Selayar, merupakan putri dari

pasangan ayahanda Muh. Yamin dan Ahara. Penulis

memasuki Sekolah Dasar pada tahun 2002 di SDN Bonto

Lipang dan tamat pada tahun 2008, kemudian melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri 1 Taka Bonerate dan tamat tahun 2011, setelah lulus

SMP penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Taka Bonerate dan tamat

tahun 2014. Pada tahun yang sama (2014), penulis melanjutkan pendidikan pada

Program Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pedidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pada tahun 2018 berhasil menulis skripsi dengan judul “TINDAK TUTUR

ILOKUSI BURUH PELABUHAN KAYUADI (SUATU KAJIAN

PRAGMATIK)”