JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN...
Transcript of JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN...
EFEKTIFITAS PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN VCD
BIDANG STUDI FIQH TERHADAP PENINGKATAN
KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA
(Studi Kasus di MTs Al-Ikhwaniyah Pondok Aren Tangerang)
Skripsi ini diajukan untuk syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama
Islam (S.Pd.I)
Disususn Oleh:
Mahfud Fauzi
206011000059
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
ABSTRAK
Mahfud Fauzi:
“Efektifitas Pemanfaatan Media Pembelajaran VCD Bidang Studi Fiqh Terhadap
Peningkatan Kemampuan Kognitif (Studi Kasus di MTs Al-Ikhwaniyah Pondok
Aren)”
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah peningkatan dan
keefektifan kegiatan belajar mengajar menggunakan atau memanfaatkan media
pembelajaran VCD dalam materi pengurusan jenazah yang berkaitan terhadap
perkembanagn kognitif siswa sudah dilaksanakan sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat sebelum mengajar, dan sebanyak tiga
kali pertemuan dalam kegiatan belajar mengajar sesuai dengan pembagian
pembahasan materi pengurusan jenazah, serta tersedianya alokasi waktu belajar
mengajar dengan memanfaatkan media VCD sebagai bahan belajar. Sehingga hasil
pembelajaran dengan menggunakan media VCD siswa kelas VIII A dapat
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisi, sintesis, dan penilaian
terhadap materi pengurusan jenazah secara optimal di MTs Al-Ikhwaniyah pondok
Aren
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang efektifitas
pemanfaatan media pembelajaran VCD terhadap perkembangan kognitif siswa.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka prosedur yang
ditempuh meliputi: persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian menggunakan
metode penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan teknik penelitian yang penulis
gunakan yaitu: teknik observasi, wawancara, uji test pilihan ganda (multiple choice
items) dan dokumentasi. Teknik observasi dengan cara kunjungan langsung ke MTs
Al-Ikhwaniyah, wawancara dengan kepala sekolah, guru bidang studi fiqh dan siswa
kelas VIII A/B, test pilihan ganda peneliti melakukan kepada 50 orang siswa dari
kelas yang beda, 25 siswa kelas VIII A dan 25 siswa dari kelas VIII B di MTs Al-
Ikhwaniyah dan dokumentasi dengan cara melihat gambaran umum MTs Al-
Ikhwaniyah Pondok Aren.
Hasil yang diperoleh dari test dan wawancara efektifitas pemanfaatan media
pembelajaran VCD (pengurusan jenazah) terhadap perkembangan kognitif siswa
menghasilkan peningkatan pembelajaran yang efektif. Hal ini dapat diketahui dari
hasil jawaban siswa kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dengan nilai rata-rata
72,36 sedangkan kelas VIII B sebagai kelas kontrol nilai rata-rata 66,06. Dan hasil
wawancara menunjukan siswa menyenangi dan termotivasi pada saat proses belajar
mengajar dengan memanfaatkan media pembelajaran VCD (Pengurusan Jenazah).
i
KATA PENGANTAR
Puji dan rasa syukur tiada terhingga penulis panjatkan kehadirat Ilahi
Rabbi Allah SWT. Raja di Raja Alam semesta yang merupakan Zat Yang Maha
Agung, yang merupakan tempat mengembalikan segala urusan dan yang telah
memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kita semuah, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Efektifitas Pemanfaatan
Media Pembelajaran VCD Terhadap Perkembangan Kognitif Siswa (Studi Kasus
di MTs Al-Ikhwaniyah Pondok Aren).”
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada uswah semesta alam
yang teramat istimewa, dimana dibalik keistimewaannya tersebut terarngkum sifat
yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya, yaitu mas’humnya beliau dari
kekhilafan dan dosa yang di control langsung oleh Ruhul Amin atas perinyah
Allah SWT, beliaulah pembawa risalah Islam sehingga tersebar keseluruh penjuru
dunia yakni Habibina wa Syafi’ina wa Maulana Muhammad SAW, dan semoga
tercurahkan kepada keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang setia sampai
akhir zaman.
Atas pertolongan Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
sederhana ini, walaupun tidak sedikit rintangan dan hambatan, alhamdulillah
skripsi dapat tersusun dan terselesaikan berkat bantuan dan tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Akhirnya, penulis dapat
menyelesaikannya, untuk itu dengan ketulusan hati penulis menghaturkan rasa
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada: skripsi ini.
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Bahrissalim, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
3. Bapak Drs. Sapiuddin Shidiq, M.Ag. Sekretaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Yudhi Munadi, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga, fikirannya untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam penyususnan laporan penelitian ini.
5. Bapak dan ibu dosen yang telah mentransformasikan ilmunya kepada
penulis selama masa perkuliahan.
6. Bapak Suhandi, S.Pd.I, sebagai Kepala Madrasah Tsanawiyah dan H.
Aminuddin, S.Pd.I, guru bidang studi Fiqh, beserta staf MTs Al-Ikwaniyah
yang telah membantu proses penelitian serta memberikan data-data yang
diperlukan peneliti.
7. Pimpinan dan segenap para karyawan Perpustakaan Tarbiyah dan
Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Orang tua yang tercinta, Ayahanda Ahmad dan Ibundah Masamah, yang
telah mencurahkan segala perhatiannya, kasih sayangnya dan doa yang
tiada henti-hentinya serta didikan dengan tulus ikhlas sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT, selalu memberikan
limpahan kasih sayangnya serta memperoleh keridhaan-Nya.
9. Kakak Neneng Auliyah dan adiku Syaiful Anhar serta Khirul Umam, yang
telah memberikan kasih sayang, bantuan dan motivasinya.
10. Mahasiswan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2006 Non Reguler
FITK Jurusan PAI: Syahri, Miftah, Habib, Tiwi, Mae, Didi, Anto, andri
dan Siroj (angkatan 2004), serta masih banyak lainnya lagi yang tidak
dapat disebutkan satu persatu secara langsung maupun tidak, yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.
11. Untuk teman-teman, Arul, Rizky (Padank), Umam, Zen, Mr. Haikal, dan
masih banyak lainnya lagi yang tidak dapat disebutkan, yang selalu
mengobarkan api semangat dalam keputusasaan penulis dan telah
memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung dengan penuh
iii
toleransi ikut serta memberikan sumbangan yang amat berharga dalam
penyelesaian skripsi ini.
Terimakasi atas segala dukungan dan bantuannya semoga kebaikan yang
mereka berikan dengan keikhlasan hati, semoga Allah SWT mencurahkan
keberkahan dan menjadikannya sebagai amal shaleh serta mendapatkan pahala
yang berlipat ganda di sisi-Nya, Amin…
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari
segi materi maupun kajiannya, hal ini dikarenakan oleh terbatasnya kemapuan
penulis. Namun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca skripsi ini. Amin…
Penulis
Mahfud Fauzi
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN PENULIS
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH
ABSTRAK ………………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 7
D. Perumusan Masalah................................................................................. 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Efetifitas Media Pembelajaran VCD
1. Efetifitas Media Pembelajaran VCD
a. Pengertian Efektifitas …................................................................. 10
b. Ciri-Ciri Efektifitas ....................................................................... 14
v
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran .................................................... 15
b. Kriteria Pemilihan Media Pemelajaran . ..................................... 18
c. Ciri-Ciri Media Pembelajaran ....................................................... 20
d. Nilai atau Manfaat Media Pembelajaran ....................................... 21
3. Media Video/Video Compact Disc (VCD)
a. Pengertian Media Video/Video Compact Disc (VCD) .................. 23
b. Karakteristik dan Langkah-Langkah VCD ………..……………. 25
c. Teknik dan Strategi Pemanfaatan Program VCD........................... 28
B. Perkembangan Kognitif Siswa
1. Pengertian Kognitif
a. Pengertian Kognitif Siswa .............................................................. 30
b. Tingkat Pengembangan Kognitif ……..……………………….... 32
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemapuan Kognitif ……… 36
d. Arti Penting Perkembangan Kognitif Bagi Proses Belajar …….. 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 43
B. Metode Penelitian ................................................................................... 43
vi
C. Objek Penelitian ………………………………………………………. 46
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 46
E. Teknik Analisis Data .............................................................................. 49
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Informan ……………………………………………………... 50
B. Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media VCD ……... 52
C. Pembelajaran Kognitif Siswa Melalui Pemebelajaran Berbentuk Media
VCD …………………………………………………………………... 55
D. Upaya-Upaya MTs Al-Ikhwaniyah dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan …………………………………......................................... 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………………….... 60
B. Saran-Saran ………………………………………………………….... 61
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 63
LAMPIRAN
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu bidang pengetahuan terapan yang diharapkan semakin
memberi sumbangan bagi perkembangan pendidikan di tanah air ialah bidang
teknologi pendidikan. Kemampuan untuk memanfaatkan teknologi modern
dalam upaya pengembangan pendidikan tentu saja sangat banyak tergantung
pada jumlah dan kemampuan para ahli dalam bidang teknologi pendidikan.
Pentingnya pendekatan teknologi dalam pengelolaan tersebut dimaksudkan
agar membantu proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.
Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia,
karena tanpa pendidikan manusia tidak akan dapat menentukan masa
depannya. Pendidikan pada dasarnya usaha sadar untuk menumbuhkan
kebanggaan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara
mendorong dan mempasilitasi kegiatan belajar mereka. Hal tersebut sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional.
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun
2003 disebutkan, “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
2
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengenbangkan potensi yang ada pada dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara”.1 Sedangakan pada bab II Pasal 3, “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakaf, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara demokratis, serta bertanggung jawab.2
Dalam rangka mencerdaskan bangsa, diperlukan suasana belajar dan
proses pembelajaran secara aktif agar peserta didik dapat mengembangkan
potensi dirinya. Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, salah
satunya yang harus ada adalah guru yang berkualitas. Guru yang berkualitas
ini adalah guru yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yakni yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadain, kompetensi sosial, dan kompetensi professional (Undang-Undang
RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).
Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap
(daya kalbu), dan keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam bentuk
perbuatan. Dengan kata lain, kompetensi merupakan perpaduan dari
penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas dan
pekerjaannya.3
1Tim Redaksi Fokusmedia, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2003, (Bandung: Fokusmedia: 2003), h.3 2Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam undang-undang
Sisdiknas, h.37 3Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd, Kemapuan professional Guru dan Tenaga Kependidikan
(Bandung: Alfabeta: 2009), h. 23
3
Keberadaan guru yang memilki kompetensi bagi suatu bangsa amatlah
penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih
bagi keberlangsungan hidup bangsa ditengah-tengah lintasan perjalanan
zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta
pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang
menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan
diri.4
Jadi, dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam upaya mencerdaskan anak didik untuk
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas sumber daya
manusia sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diperolehnya.
Peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari upaya peningkatan
komponen-komponen yang saling berkaitan satu dengan lainnya dalam satu
sistem yaitu guru, metode, kurikulum, siswa, sarana dan prasarana sekolah dan
sebaginya.
Di dalam proses pembelajaran kegiatan interaksi antara guru dan siswa
merupakan kegiatan yang cukup dominan, interaksi guru dan siswa dalam
rangka transfer knowledge (proses transformasi ilmu pengetahuan) dan
transfer of values (mentransfer nilai), akan senantiasa menuntut komponen
yang serasi, dalam arti komponen yang ada dalam kegiatan proses
pembelajaran akan saling bekerj sama dalam rangka mendukung pencapaian
tujuan pembelajaran bagi siswa.
Untuk mencapai tujuan intruksional, masing-masing komponen itu
akan saling merespon dan mempengaruhi antar satu dengan yang lain,
sehingga tugas guru adalah bagaimana harus mendisain dari masing-masing
komponen agar tercipta proses belajar mengajar yang efektif.
4Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya:
2009) , cet: 3, h.7
4
Keberhasilan suatu upaya mencapai tujuan dipengaruhi oleh
efektifitasnya cara yang ditempuh atau metode yang digunakan dalam upaya
tersebut. Menurut Streets yang dikutip oleh Hasbullah, efektifitas adalah
konsistensi kerja yang tinggi untuk mencapai tujuan yang telah disepakati.
Adapun Stoner yang dikutip pula oleh Ahmad Habibullah dkk. Memberikan
definisi efektifitas sebagai kemapuan menetukan tercapainya tujuan.5
Efektifitas pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah
pelaksanaan proses belajar mengajar, yaitu segala daya upaya guru untuk
membentuk para siswa agar bisa belajar dengan baik.6
Jika seorang guru tidak menguasai cara menyampaikan materi
pembelajaran dengan baik, hal tersebut dapat menimbukan kesulitan bagi
siswa dalam mengerti dan memahami materi pembelajaran yang pada
akhirnya menimbulkan kejenuhan, malas, dalam proses pembelajaran. Maka
hal tersebut tentu tidak efektif dalam proses pembelajaran. Sesuatu dapat
dikatakan efektif bila mencapai tujuan tertentu.
Soejono mengatakan bahwa, belajar akan lebih berhasil bila bahan
yang dipelajari menarik perhatian anak. Karena bahan itu harus dipilih yang
sesuai dengan pemahaman anak atau yang didalamnya nampak jelas adanya
tujuan yang sesuai dengan tujuan melakukan aktifitas belajar.
Media merupakan sarana penyalur informasi di dalam proses belajar
mengajar. Media juga dapat juga diartikan sebagai segalany sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Oleh karena
itu media dapat membantu siswa lebih mudah dalam menyerap materi-materi
tersebut. Salah satunya media pembelajaran tersebut ialah dengan
5Ahmad Habibullah dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta: PT pena Citasatria: 2008), cet: 1, h.6 6Trianto, Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan
Implementasinya pada KTSP, (Jakartaa: Kencana: 2009), cet: 1, h.20
5
mengguakan media Video Compact Disk yang biasa kebanyakan orang
mengenalnya sebagai VCD.
Media pembelajaran VCD adalah media yang dirancang sicara
sistematis dengan berpedoman pada kurikulum yang berlaku dan dalam
pengembangannya mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sehingga
program tersebut memungkinkan peserta didik mencerna materi pelajaran
secara lebih mudah dan menarik. Secara fisik Video /VCD pembelajaran
merupakan program pembelajaran yang dikemas dalam kaset video atau CD
dan disajikan dengan menggunakan peralatan VTR atau VCD player serta
monitor.7
Salah satu media pembelajaran yang menampilkan gambar, gerak,
semakin lama semakin popular dalam menyampaikan pesan kepada penerima
pesan karena pesan yang disajikan bisa bersifat fakta (kejadian/peristiwa
penting, berita) mapun fiktif bisa bersifat informative, edukatif maupun
intruksional.
Dengan menggunakan media VCD diharapkan dapat mengurangi
abstraksi dan sekaligus dapat menambah pengetahuan, pemahaman dan
ingatan siswa dapat menjadi semakin menarik dengan simulasi belajar akan
menyenangkan karena akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
tercapainya tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.
Tujuan intruksional pada umumnya di kelompokan dalam tiga
kategori, yakni ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif
mencakup tujuan yang berhubungan dengan ingatan (recall), pengetahuan dan
kemapuan intelektual. Domain afektif mencakup tujuan-tujuan yang
berhubungan dengan perubahan-perubahan sikap, nilai, perasaan, dan minat.
Ranah pisiokomotorik mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan dengan
manipulasi dan kemampuan gerak (motor). Demikian menurut Bloom (1956)
dan Krathwohl (1964) dalam Taxonomy of Educational Objectives. Klasifikasi
7 Pustekom, Pedoman Pemanfaatan Program Video/VCD Pembelajaran, Pustekom, h. 6
6
tujuan tersebut memungkinkan hasil belajar yang diperoleh dari hasil belajar-
mengajar. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa hasil belajar dapat terlihat
dari tingkah laku siswa . hal ini memberikan pula petunjuk bagi guru dalam
menetukan tujuan-tujuan dalam bentuk tingkah laku yang diharapkan dari
dalam diri siswa.8
Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai kapasitas mental yang
merupakan pranata bagi manusia untuk menyadari atau memperoleh
pengetahuan tantang suatu objek. Kemampuan kognitif tersebut mencakup
proses seperti menyadari, mengorganisasikan, memahami,
mempertimbangkan dan mengemukakan berbagai alasan. Selanjutnya proses
kognitif dapat juga diartikan sebagai operasi mental yang terjadi pada waktu
manusia berfikir yang meliputi adanya informasi, kejadian objek dan peristwa
yang ada dan mengemukakan alasan-alasan sebagai hasil analisis, sintesis dan
evaluasi. Operasi kognitif dipengaruhi oleh strategi kognitif yaitu cara-cara
yang digunakan individu yang mengarahkan perhatian belajar, mengingat dan
berpikir.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang: “Efektifitas Pemanfaatan Media Pembelajaran VCD Bidang
Studi Fiqh Terhadap Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa” (Studi
Kasus di MTs Al-Ikhwaniyah Pondok Aren).
B. Identifikasi Masalah
Proses pembelajaran dibuat sedemikian rupa agar tidak membosankan
dan mengefektifkan belajar dan mengajar baik siswa mapun guru. Sekarang
ini banyak siswa yang merasa kurang termotivasi dan kurang minat untuk
belajar secara mandiri dan kurang perhatian terhadap pelajaran, hal ini
mungkin disebabkan karena fasilitas dan pendidikan belum dapat memenuhi
8 Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya:
2009) , cet: 3, h. 34
7
kebutuhan siswanya, serta kurangnya kemapuan guru dalam memanfatkan
atau mengelola media pembelajaran dalam proses pembelajaran. Kebanyakan
guru yang sering kita jumpai hanya menggunakan metode ceramah dalam
menjelaskan materi pelajaran, tanpa di ikuti dengan media pembelajaran.
Terkait dengan persoalan efektifitas pemanfaatan media pembelajaran
VCD bidang studi fiqh terhadap peningkatan kemampuan kognitif siswa,
dapat di identifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Banyak siswa mengalami kesulitan dalam proses belajar, karena materi
membutuhkan daya ingatan, pengetahuan dan kemampuan memahami
yang cukup tinggi.
2. Kurang efektifnya penyampaian materi.
3. Bagaimana hasil belajar sesudah memanfaatkan media pembelajaran
VCD?
4. Perlunya penggunaan media pembelajaran VCD dalam proses
pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
untuk mempermudah dan mengarahkan peneliti ini, penulis membatasi
masalah pada “Efektifitas Pemanfaatan Media Pembelajaran VCD Bidang
Studi fiqh (Pengurusan Jenazah) Terhadap Peningkatan Kemampuan Kognitif
Siswa”
8
D. Perumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: “Bagaimanakah efektifitas pemanfaatan media pembelajaran VCD
bidang studi fiqh (Pengurusan Jenazah) terhadap peningkatan kemampuan
kognitif siswa”?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan media pembelajaran VCD (pengurusan
jenazah) pada mata pelajaran fiqih.
2. Untuk mengetahui hasil pembelajaran materi pengurusan jenazah dengan
menggunakan media VCD di MTs Al-Ikhwaniyah
3. Untuk mengetahui seberapa efektif pemanfaatan media pembelajaran
terhadap perkembangan kognitif siswa di MTs Al-Ikhwaniya
Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi pihak-
pihak yang peduli terhadap pendidikan, kususnya bagi:
1. Bagi sekolah dapat digunakan sebagai wahana untuk memberi kesempatan
kepada guru-guru dalam mengembangkan kreativitas dalam proses
pembelajaran serta meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran.
2. Bagi siswa dapat dipakai sebagai motivasi atau acuan untuk berkreativitas
dalam mencari, menemukan serta memecahkan masalah dengan
menggunakan media pembelajaran VCD sebagai bahan ajar.
3. Bagi guru sebagai seorang pendidik dan fasilitator dalam proses
pembelajaran, perlu mencari inovasi-inovasi dalam menyususn strategi
pembelajaran yang mempermudah siswa menerima informasi dalam
penggunaan media pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalan
efektif serta mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
9
4. Bagi peneliti diharapkan dapat memberi pengetahuan tentang efektifitas
pemanfaatan media pembelajaran VCD (materi pengurusan jenzah)
terhadap perkembangan kognitif siswa. Serta diharapkan dapat
memberikan suasana baru dan motivasi siswa untuk membiasakan aktif
dan mandiri dalam mempelajari suatu pelajaran.
10
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Efektifitas Media Pembelajaran VCD
1. Efektifitas Media Pembelajaran VCD
a. Pengertian Efektifitas
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektifitas berasal dari
kata, efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya,
kesamaannya, manfaatnya, dapat membawa hasil, berhasil guna, mulai
berlaku.9 Dapat juga didefinisikan sebagai sesuatu yang memiliki
pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan
merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini
efektifitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan intruksional
khusus yang telah di canangkan. Metode pembelajaran dikatakan
9Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka: 1996), h. 250
10
11
efektif jika tujuan intruksional khusus yang di canangkan lebih
banyak tercapai.10
Menurut Steers yang dikutip oleh Ahmad Habibullah,
efektifitas adalah konsistensi kerja yang tinggi untuk mencapai tujuan
yang telah disepakati. Adapaun Stoner yang dikutip pula oleh Ahmad
Habibullah dkk, memberikan definisi efektifitas sebagai kemampuan
menentukan tercapainya tujuan.11
Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai
seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu
ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas menurut
Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa: “efektifitas adalah suatu
ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan
waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang
dicapai, makin tinggi efektifitasnya”.12
Keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh
setelah pelaksanaan proses belajar mengajar, yaitu segala daya upanya
guru untuk membentuk para siswa agar bisa belajar dengan baik.13
Dapat juga dikatakan efektif belajar menurut Makmun yang
dikutip oleh Saipul Sagala adalah membawa pengaruh atau makna
tertentu bagi pelajar itu (setidak-tidaknya sampai batas tertentu)
relaitif tetap dan setiap saat diperlukan dapat diproduksi dan
dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah (Problem Solving)
baik ujian ulangan dan sebagainya maupun penyesuain diri bagi
kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan
hidupnya. Efektif belajar dapat ditunjukan:
10
http//agungprudent.WordPress.com/2009/06/18 efektifitas-pembelajaran 11
Ahmad Habibullah dkk, Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan Agama
Islam, (Jakarta: PT pena Citasatria: 2008), cet: 1, h. 6 12
http://dansite. Wordpress.com/2009/03/28/pengerian efektifitas. 13
Trianto, Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan dan
Implementasinya pada KTSP, (Jakartaa: Kencana: 2009), cet: 1, h. 20
12
1. Tepat waktu atau efisien waktu,
2. Pertanyaan sederhana dapat informasi lengkap,
3. Cepat menguasai konsep,
4. Metode tepat sesuai dengan kompetensi dasar, standar kompetensi
dan indikator dan
5. Irit biaya.14
Dalam proses pembelajaran yang dapat dikatakan efektif
apabila seorang guru memiliki kemampuan dalam mengelola materi
ajar sehingga siswa dengan mudah menerima materi yang diajarkan
dan dapat merangsang siswa untuk mengungkapkan gagasannya,
adapun perbedaan siswa menjadi lebih kreatif dan saling menghargai
pendapatnya masing-masing.
Secara fundamental Dollar and Miller (1970) menegaskan
bahwa belajar efektif dipengaruhi oleh: adanya motivasi (drivers)
yaitu peserta didik harus menghendaki sesuatu, adanya perhatian dan
mengetahui sasaran (Cue) yaitu peserta didik harus memperhatikan
sesuatu, adanya usaha (response) yaitu peserta didik harus melakukan
sesuatu dan adanya evaluasi dan pemanfaatan hasil (reinforcement)
peserta didik harus memperoleh sesuatu yang penuh arti dalam
belajar. Agar belajar efektif, pelajaran dimulai dari apa yang diketahui
peserta didik sedangkan kegiatan belajar berbuat dengan
menggunakan bahasa dan istilah yang dapat dipahami peseta didik.15
Suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi
persyaratan utama keefektifan pembelajaran, yaitu:
14
Dr. H. Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
(Bandung: Alpabeta: 2009), h. 174 15
Dr. H. Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
(Bandung: Alpabeta: 2009), h. 175
13
1. Presentase waktu belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
2. Rata-rata prilaku melaksanakan tugas yang tinggi diantara siswa.
3. Ketepatan antara kandungan materi ajaran dengan kemampuan
siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan.
4. Mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif,
mengembangkan struktur kelas yang mendukung.
Guru yang efektif adalah guru menemukan cara dan selalu
berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata
pelajaran dengan presentase waktu belajar akademik yang tinggi dan
pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif
atau hukuman. Selain itu guru yang efektif adalah orang-orang yang
dapat menjalin hubungan yang simpatik dengan para siswa,
menciptakan lingkungan kelas yang mengasuh, penuh perhatian,
memiliki suatu rasa cinta belajar, mengusasi sepenuhnya bidang studi
mereka dan dapat memotivasi siswa untuk bekerja tidak sekedar
mencapai suatu prestasi namun juga menjadi anggota masyarakat yang
pengasih.16
Dengan begitu, upaya untuk melakukan pengajaran,
membiasakan, bimbingan, pengasuhan dan pengembangan potensi
anak didik akan biasa dilakukan dengan sebaik-baiknya pula dan anak
didik tidak hanya memperoleh pengetahuan kognitif, tetapi juga
meresapi nilai-nilai materi yang didapat dengan hati dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
16
http://www.uin.suka.ac.id/detail_kabar php?d=144
14
b. Ciri-Ciri Efektifitas
Menurut Harry Firman (1987), keefektifan program
pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan intruksional
yang telah ditetapkan.
2. Memberikan pengalaman belajar yang efektif, melibatkan siswa
secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan intruksional.
3. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar-mengajar.
Berdasarkan ciri program pembelajaran aktif seperti yang
digambarkan di atas. Keefektifan program pembelajaran tidak hanya
ditinjau dari segi tingkat prestasi belajar saja, melainkan harus pula
ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang.
Aspek hasil meliputi tinjauan terhadap hasil belajar siswa
setelah mengikuti program pembelajaran yang mencakup kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik. Aspek proses meliputi pengamatan
terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi,
aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan media, waktu serta teknik
pemecahan masalah yang ditempuh siswa dalam menghadapi
kesulitan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Aspek
sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan
bahan serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar
mengajar seperti ruang kelas, labolatorium, media pembelajaran dan
buku-buku teks.17
17
http://agungprodent.wodpress.com/2009/06/18/efektifitas -pembelajaran
15
2. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk
jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara
atau pengantar” yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan
penerima pesan (a receiver).18
Media berasal dari bahasa Latin yaitu
“medius” yang secara harfiah berarti “tengah”, “Pengantar”, atau
“perantara”. Dalam bahasa Arab, media disebut “wasail” bentuk jama
dari “wasilah” yakni sinonim al-wasth yang artinya sama yakni
„tengah‟. Kata tengah itu sendiri berarti berada diantara dua sisi, maka
disebut juga sebagai “perantara” (wasilah) atau yang mengantari
kedua sisi tersebut. karena posisinya berada di tengah ia bisa juga
disebut sebagai pengantar atau penghubung, yakni yang
mengantarkan, menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari
satu sisi kesisi lainnya.19
Pembelajaran adalah proses interaksi pererta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.20
Menurut
Asep Henry, mengatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan belajar
siswa yang telah dirancang oleh guru melalui usaha yang terencana
melalui prosedur atau metode tertentu agar terjadi proses perubahan
prilaku secara komprehensif.21
Berdasarkan urain di atas media pembelajaran dapat dipahami
“segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan
dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar
18
Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta:
Prenada Media Group), h. 204 19
Yudhi Munadhi, Media pembelajaran „sebuah pendekatan baru‟” (Ciputat: Gaung
Persada (GP)Press: 2008), h. 6 20
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, bab 1 ketentuan umum
pasal 1. 21
Drs. Asep Herry Hermawan, M.Pd. dkk, Belajar dan Pembelajaran SD, (Bandung: UPI
Press: 2007), h. 3
16
yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar
secara efisien dan efektif.22
Pada hakikatnya peranan media dalam proses pembelajaran,
merupakan proses komunikasi. dalam proses komunikasi, biasanya
guru berperan sebagai komunikator (communication) yang bertugas
menyampaikan pesan/bahan ajar (messager) kepada siswa. Siswa
dalam hal ini bertindak sebagai penerima pesan (communicant). Agar
pesan atau bahan ajar yang disampaikan guru dapat di terima oleh
siswa maka diperlukan wahana penyalur pesan yaitu media
pembelajaran. Apabila proses tersebut divisualisasikan akan Nampak
pada gambar:23
Gambar 1: Proses Komunikasi dalam Pembelajaran
Dalam konteks komunikasi seperti di atas, fungsi media adalah
sebagai alat bantu untuk guru dalam mengkomunikasikan pesan, agar
proses komunikasi berjalan dengan baik dan sempurna sehingga tidak
mungkin lagi ada kesalahan.
Penggunaan media merupakan bagian integral dalam
pembelajaran yang harus direncanakan secara sistematis dengan
memusatkan pada kebutuhan dan karakteristik siswa. sehingga dapat
22
Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran „Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung
Persada (GP)Press: 2008), h. 7-8 23
Drs. Asep Herry Hermawan, M.Pd dkk, Media Pembelajaran Sekolah Dasar,
(Bandung: UPI Press: 2007), h. 4
Communicator
(Guru)
Messager
(Pesan/bahan ajar)
Communican
(Siswa)
Media
17
disimpulkan bahwa media merupakan perantara yang membawa pesan
dari sumber ke penerima pesan sehingga mampu merangsang
penerima untuk belajar. Setiap media baik untuk pembelajaran hanya
bergantung pada isi pesan yang akan di sampaikan dan bagaimana
pesan tersebut didesain/dikemas dalam penggunaannya.
Media pembelajaran selalu terdiri atas dua unsur penting, yaitu
unsure peralatan atau perangkat keras (Hadware) dan unsure pesan
yang dibawanya (Massage/software). Dengan demikian perlu sekali
dicamkan, media pembelajaran memerlukan peralatan untuk
menyajikan pesan, namun yang terpenting bukanlah peralatan itu,
tetapi pesan atau informasi belajar yang dibawakan oleh media
tersebut.
Perangkat lunak (software) adalah informasi atau bahan ajar itu
sendiri yang akan disampaikan kepada siswa, sedangkan perangkat
keras (hardware) adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk
menyajikan pesan/bahan ajar tersebut.24
Dengan demikian, media
pembelajaran merupakan alat penyalur pesan yang digunakan dalam
melaksanakan pendidikan di sekolah guna mencapai tujuan
pendidikan yang telah dirumuskan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS (Sistem
Pendidikan Nasional).
24
Drs. Asep Herry Hermawan, M.Pd dkk, Media Pembelajaran Sekolah Dasar,
(Bandung: UPI Press: 2007), h. 5
SOFTWARE
Perangkat Lunak
(Pesan)
HADWARE
Perangkat Keras
Peralatan
MEDIA PEMBELAJARAN
18
b. Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran
Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan
kegiatan proses belajar. karena beraneka ragamnya media tersebut,
maka masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-
beda. untuk itu perlu memilihnya dengan cermat dan tepat agar dapat
digunakan secara tepat guna. Di samping itu pemilihan media harus
dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan
keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat-sifat
khasnya (karakteristik) media yang bersangkutan.25
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih
media, antara lain: tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,
ketepatgunaan, kondisi siswa, ketersediaan perangkat keras
(hardware) dan perangkat lunak (software), mutu teknis dan biaya.
oleh sebab itu beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan antara
lain:
Media yang dipilih hendaknya selaras dan menunjang tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
1. Aspek materi menjadi pertimbangan yang dianggap penting dalam
memilih media.
2. Kondisi audien (siswa) dari segi subjek belajar menjadi perhatian
yang serius bagi guru dalam memilih media yang sesuai dengan
kondisi anak.
3. Ketersediaan media di sekolah atau memungkinkan bagi guru
mendisain sendiri media yang akan digunakan merupakan hal yang
perlu menjadi pertimbangan seorang guru.
25
Arif S. Sadiman, dkk, Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2006), h. 85
19
4. Media yang dipilih seharusnya dapat menjelaskan apa yang akan
disampaikan kepada audien (siswa) secara tepat dan berhasil guna,
dengan kata lain tujuan yang ditetapkan dapat dicapai secara
optimal. Biaya yang akan dikeluarkan dalam pemanfaatan media
harus seimbang dengan hasil yang akan dicapai. 26
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kriteria pemilihan media
pembelajaran harus selaras dan menunjang tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan, aspek materi menjadi pertimbangan, dengan kondisi
siswa menjadi perhatian serius bagi guru dalam memilih media yang
sesuai dengan kondisi anak, sarana dan prasarana disekolah
memungkinkan guru mendisain sendiri media yang akan digunakan.
Pemilihan media perlu memperbaiki kritertia berikut:
1. Tujuan, media hendaknya menunjang tujuan pengajaran yang telah
dirumuskan.
2. Keterpaduan (validitas), tepat dan berguna bagi pemahaman yang
dipelajari.
3. Keadaan peserta didik, kemampuan daya pikir dan daya tangkap
peserta didik dan besar kecilnya kelemahan peserta didik perlu
dipertimbangkan.
4. Ketersediaan, pemilihan perlu memperhatikan ada atau tidak media
tersedia di perpustakaan atau di sekolah serta mudah sulitnya
diperoleh.
5. Mutu teknis, media harus memiliki kejelasan dan kualitas yang
baik.
6. Biaya, hal ini merupakan pertimbangan bahwa media yang
dikeluarkan apakah seimbang dengan hasil yang dicapai serta ada
kesesuaian atau tidak.
Pemilihan media harus mempertimbangkan pada hal-hal di
atas, sehingga pada saat pemakaian media pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik, dan dalam proses pembelajaran dapat berjalan
26
Asnawir dan Basyirudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers: 2002),
cet: 1, h. 15-16
20
efektif. Hal yang menjadi pertimbangan dalam hal ini adalah biaya,
dimana guru dalam memanfaatkan media harus benar-benar
menyesuikan dengan meteri ajar.
c. Ciri-Ciri Media Pembelajaran
Gerlach dan Ely (1971) mengemukakan tiga ciri media yang
merupakan petunjuk mengapa media digunaka dan apa-apa saja yang
dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (kurang
efisien) melakukannya.
1. Ciri fiksatif (fixative property), ciri ini menggambarkan
kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan
merekontruksikan suatu peristiwa atau obyek. Suatu peristiwa atau
obyek dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti
fotografi, vedio tape, audio tipe, disket komputer, dan film. Dengan
ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau
obyek yang terjadi pada suatu waktu ditransportasikan tanpa
mengenal waktu.
2. Ciri manipulatif (manipulative property), transformasi suatu
kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri
manifulati. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat
disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan
teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Disamping dapat
dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat
menayangkan kembali hasil rekaman video.
3. Ciri distributif (distributive property), ciri distributif dari media
memungkinkan suatu obyek atau kejadian ditransportasikan
melalui ruang dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan
kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang
relatif sama mengenai kejadian itu. Sekali informasi direkam dalam
21
format media apa saja, dapat diproduksi seberapa kali pun dan siap
digunakan secara bersamaan diberbagai tempat atau digunakan
secara berulang-ulang disuatu tempat.27
Dengan adanya ciri media pembelajaran diatas membuktikan dapat
mengkondisikan pembelajaran lebih praktis dan dengan mudah guru
meyampaikan informasi pelajaran tanpa harus mebuang waktu yang lebih
banyak.
d. Nilai atau Manfaat Media Pembelajaran
Media pendidikan yang disebut audiovisual aids menurut
Encylopedia of Educational Research memiliki nilai atau manfaat
sebagai berikut:
1. Meletakan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, oleh karena itu
mengurangi verbalisme (tahu istilah tidak tahu arti, tahu nama
tetapi tidak tahu bendanya).
2. Memperbesar perhatian siswa.
3. Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupakan
4. Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan
kegiatan berusaha sendiri dikalangan para siswa.
5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu.
6. Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan
kemampuan berbahasa.28
Kesimpulannya mengenai nilai dan mafaat media pembelajaran
sangat membantu proses pembelajaran yang dapat menarik minat
siswa dalam belajar, mendorong atau memotivasi siswa bertanya
ketika sudah melihat suatu gambar, benda atau alat yang lain.
27
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2004), cet:
ke-5, h. 12 28
Drs. Moh. Uzer Usman, Menjadi guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya:
2009) , cet: 3, h. 32
22
Secara khusus media pembelajaran memiliki fungsi dan
berperan seperti yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu.
Peristiwa-peristiwa penting atau objek yang langka dapat
diabadikan dengan foto, film atau direkam melalui video atau
audio, kemudia peristiwa itu dapat disimpan dan dapat digunakan
manakala diperlukan.
2. Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu. Melalui
media pembelajaran, guru dapat menyajikan bahan pelajaran yang
bersifat abstrak menjadi kongkrit sehingga mudah dipahami dan
dapat menghilangkan verbalisme. Misalkan untuk menyampaikan
bahan tentang sistem peredaran darah pada manusia, dapat
disajikan melalui film.
3. Menambah gairah dan motivasi belajar siswa. Penggunaan media
dapat menambah motivasi belajar siswa sehingga perhatian siswa
terdapat materi pembelajaran dapat lebih meningkat. Sebagai
contoh sebelum menjelaskan materi pembelajaran polusi, untuk
dapat menartik perhatian siswa terhadap topik tersebut, maka guru
memutar film terlebih dahulu tentang banjir, atau tentang kotoran
limbah indusrti, dan lain sebagainya.
4. Media pembelajaran memiliki nilai praktis sebagai berikut:
a. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki
siswa.
b. Media dapat mengatasi batasan ruang, kelas, hal ini terutama
untuk menyajikan bahan pelajaran yang sulit dipahami secara
langsung oleh peserta.
23
c. Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung
antara peserta dengan lingkungan.
d. Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan
e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan
tepat.
f. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta
untuk belajar dengan baik.
g. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru,
h. Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa.
i. Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari
hal-hal yang ril sampai hal-hal yang abstrak.29
Sebagaimana keterangan di atas media pembelajaran memiliki
nilai peraktis dimana guru dalam mempersiapkan materi ajar dengan
mudah memberikan pengalaman belajar yang menarik, sehingga dapat
memotivasi belajar dan efektifnya proses pembelajaran.
3. Media Video/Video Compact Disc (VCD)
a. Pengertian Media Video/Video Compact Disc (VCD)
Video sebagai media audio-visual yang menampilkan gerak,
semakin lama semakin populer dalam menyampaikan pesan kepada
penerima pesan karena pesan yang disajikan bisa bersifat fakta
(kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif bisa bersifat
informatif, edukatif, maupun intruksional. Video (VCD) dapat
menggambarkan suatu obyek yang bergerak bersama-sama dengan
29
Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta:
Prenada Media Group), h. 209-210
24
suara ilmiah atau suara yang sesuai kemapuan video melukiskan
gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri. Umumnya
media video digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan, demonstrasi dan
pendidikan. Media video dapat menyajikan informasi, memaparkan
proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan
keterampilan menyingkat, atau memperpanjang waktu, dan
mempengaruhi sikap.
Video Compact Disc adalah sistem penyimpanan dan rekaman
video dimana signal audio-visual direkam pada disket plastik, bukan
pada pita magnetik.30
Video Compact Disc adalah video digital yang
disimpan dalam piringan disk. Produk ini muncul pada tahun 1992,
dengan philips sebagai salah satu promotor utamanya. Format ini
memanfaatkan media CD yang sebelumnya sudah dikenal luar dalam
pormat audio CD.31
VCD adalah peralatan sederhana yang
memungkinkan menerima dan menyimpan informasi dalam 12 atau 18
inch piringan. Kemudian informasi dapat diputar dan dilihat kembali
melalui televisi sebagai penerima. VCD mengkombinasikan kelebihan
dari televisi dengan kefleksibelan dari computer.32
Video disc selain menyimpan informasi gambar dan suara pada
pita magnetik, ada satu sistem lagi yaitu menyimpan informasi gambar
dan suara pada piringan (disc). Ada dua sistem yang dikembangkan
dalam video disc ini, yaitu sistem optikal dan sistem capacitance.
Sistem optikal adalah menggunakan sinar laser (laser beam)
untuk menjajaki informasi encode electric yang direkam dipermukaan
piringan. Sistem itu, ada system capacitance penjejakan informasi
30
Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2004), cet ke-5,
h. 36 31
Arif S. Sadiman, dkk, Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2003), cet ke-6, h. 17 32
Richard Schwire, Interactive Video, (New Jersey: Educational Technology Publications:
1987), h. 15
25
gambar dan suara dengan menggunakan tracking arm dan stylu,
sebagaimana layaknya pada turn table audio. Waktu putar dari video
disc ini adalah satu jam masing-masing muka (sisi). Sebagaimana
VTR, video disc ini juga memiliki kemapuan, antara lain:33
1. Reverse dan fast forward
2. Gerak cepat atau gerak lambat, baik maju ataupun mundur
3. Single frame, baik gerak maju ataupun mundur
4. Pencari gambar secara cepat.
5. Stereo sound.
Video disc memiliki kelebihan dan kemampuan dalam
meyimpan data-data atau video sehingga dalam penerapannya
dihasilkan tampilan yang dapat selalu di ingat dan dengan mudah
siswa memahami suatu apa yang ditampilkan oleh video disc.
b. Karakteristik dan Langkah-Langkah Media Video/Video Compact
Disc (VCD)
1. Karakteistik Medai Video/ Video Compact Disc (VCD)
Karakteristik Video/VCD bayak kemiripan dengan media
film, di antaranya adalah:
a. Mengatasi keterbatasan jarak dan waktu
b. Video dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan
c. Pesan yang disampaikan cepat dan mudah diingat
d. Mengembangkan pemikiran dan pendapat para siswa
33
Arif S. Sadiman, dkk, Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2003), cet ke-5, h. 294
26
e. Mengembangkan imajinasi peserta didik
f. Memperjelas hal-hal yang abstrak dan memberikan gambaran
yang lebih realistis.
g. Sangat kuat mempengaruhi emosi seseorang
h. Sangat baik menjelaskan suatu proses dan keterampilan;
mampu menunjukan rangsangan yang sesuai dengan tujuan dan
respon yang diharapkan dari siswa
i. Semua peserta didik dapat belajar dari video, baik yang pandai
maupun yang kurang pandai
j. Menumbuhkan minat dan motivasi belajar dan
k. Dengan video penampilan siswa dapat segera dilihat kembali
untuk dievaluasi. 34
Sebagaimana keterangan di atas bahwa karakteristik media
video/VCD dapat membantu siswa dalam proses belajar mengajar,
khususnya mengenai materi yang membutuhkan keahlian dan
penjelasan yang jelas, contohnya materi pengurusan jenazah, materi ini
bukan hanya menjelasakan, akan tetapi bagaimana pelaksanaan
pengurusan jenazah dapat dilakukan dengan baik dan benar, apabila
siswa merasa kurang mengerti, maka siswa tersebut dapat memutar
kembali video pegurusan jenazah.
2. Langkah-Langkah Media Video/Video Compact Disc (VCD)
Selain karakteristik video/VCD, ada juga yang harus
diperhatikan yaitu, langkah langkah pemanfaatan media
video/Video campact Disc (VCD) dalam proses pembelajaran
hendaknya memperhatikan:
34
Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung
Persada (GP)Press: 2008), h. 127
27
a. Program video harus dipilih agar sesuai dengan tujuan
pembelajaran, hubungan program video dengan tujuan
pembelajaran menurut Anderson (1987: 104-105) sebagaimana
yang dikutip oleh Yudhi Munadi, yaitu:
1. Pemakaian video untuk tujuan kognitif dapat digunakan
untuk hal-hal yang menyangkut kemampuan mengenal
kembali dan kemampuan memberikan rangsangan berupa
gerak yang serasi.
2. Pemakaian video untuk tujuan pisikomotorik dapat
digunakan untuk memperlihatkan contoh keterampilan
gerak, seperti gerak shalat, adab makan bersama, cara
pengurusan mayat-mayat dan lain-lain.
3. Dengan menggunakan berbagai teknik dan efek, Video
dapat menjadi media yang sangat ampuh untuk
mempengaruhi sikap dan emosi.
b. Guru harus mengenal program video yang tersedia dan terlebih
dahulu melihatnya untuk mengetahui manfaatnya bagi pelajar
c. Sesudah program video dipertunjukan, perlu diadakan diskusi,
yang juga dipersiapkan sebelumnya.
d. Adakalanya program video tertentu perlu diputar dua kali atau
lebih untuk memperhatikan aspek-aspek tertentu.
e. Agar siswa tidak memandang program video sebagai media
hiburan belaka, sebelumnya perlu ditugaskan untuk
memperhatikan bagian-bagian tertentu.
28
f. Sesudah itu dapat dites beberapa banyakkah yang dapat mereka
tangkap dari program video itu.35
Langkah-langkah pemanfaatan di atas agar dalam pelaksanaan
proses pembelajaran, siswa tidak memiliki kejenuhan, atau membuat
merek bosan dengan tayangan video, sehingga perlu diadakannya
langkah-langkah pemanfaatan media agar proses pembelajaran dapat
tercapai.
c. Teknik dan Strategi Pemanfaatan Program Video/VCD
pembelajaran
Video/VCD pembelajaran adalah suatu media yang dirancang
secara sistematis dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku
dan dalam pengembangannya mengaplikasikan prinsip-prinsip
pembelajaran sehingga program tersebut memungkinkan peserta didik
mencerna materi pelajaran secara lebih mudah dan menarik. Secara
fisik Video /VCD pembelajaran merupakan program pembelajaran
yang dikemas dalam kaset video atau CD dan disajikan dengan
menggunakan peralatan VTR atau VCD player serta monitor.36
Media
pembelajaran dapat digunakan jika media tersebut mendukung
tercapainya tujuan intruksional yang telah dirumuskan serta sesuai
dengan sifat materi intruksionalnya yang telah dirumuskan. 37
Selama
memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Sebelum menghidupkan atau memulai program video
pembelajaran mengajak siswa agar memperhatikan materi yang
akan dipelajari dengan baik.
35
Yudhi Munadhi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung
Persada (GP)Press: 2008), h. 127-128 36
Pustekom, Pedoman Pemanfaatan Program Video/VCD Pembelajaran, Pustekom, h: 6 37
Arif S. Sadiman, dkk, Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2006), h. 200
29
b. Menjelaskan tujuan dan materi pokok dari program yang akan
dimanfaatkan.
c. Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan.
d. Memberikan prasyarat atau apresiasi pengetahuan/pelajaran
sebelumnya.
e. Mengoprasikan program sesuai dengan petunjuk pemanfaatan atau
petunjuk teknis dan bahan penyerta.
f. Mengamati atau memantau kegiatan siswa selama mengikuti
program.
g. Memberi penguatan/penegasan/pengayaan terhadap tayangan
program.
h. Memutar ulang program video pembelajaran bila diperlukan.
i. Membuat kesimpulan materi/isi program sesudah memberikan
evaluasi kepada siswa.
Setelah kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan media
video guru memberikan kegiatan tindak lanjut. kegiatan tindak lanjut
dimaksudkan untuk menjajagi apakah tujuan telah tercapai dan
memantapkan pemahaman terhadap materi intruksional yang
disampaikan melalui media bersangkutan. Apabila pembelajaran
dilakukan berkelompok, perlu diadakan diskusi kelompok untuk
membicarakan jawaban soal tes atau untuk membicarakan hal-hal yang
kurang jelas atau sulit dipahami. Ada kemungkinan dianjurkan
melakukan tindak lanjut lain misalnya melakukan percobaan atau
melakukan observasi.
30
4. Perkembangan Kognitif Siswa
a. Pengertian Kognitif
Istilah kognitif berasal dari kata cognition yang pada knowing,
yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas cognition (kognisi)
ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan.38
Dalam
perkembangan selanjutnya, istilah kognitif populer sebagai salah satu
domain atau wilayah ranah psikologis manusia yang meliputi setiap
prilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan
pengelolahan informasi pemecahan masalah kesenjangan dan
keyakinan, ranah kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan
dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan
ranah rasa.
Kognitif adalah kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan
(termasuk kesadaran, perasaan, dan sebagainya) atau usaha mengenai
sesuatu melalui pengalaman sendiri.39
Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai kapasitas mental
yang merupakan pranata bagi manusia untuk menyadari atau
memperoleh pengetahuan tentang suatu objek. Kemampuan kognitif
tersebut mencakup proses seperti menyadari, mengorganisasikan,
memahami, mempertimbangkan dan mengemukakan berbagai alasan.
Selanjutnya proses kognitif dapat juga diartikan sebagai operasi mental
yang terjadi pada waktu manusia berpikir yang meliputi adanya
informasi, kejadian objek dan peristwa yang ada dan mengemukakan
alasan-alasan sebagai hasil analisis, sintesis dan evaluasi.40
Operasi
kognitif dipengaruhi oleh strategi kognitif yaitu cara-cara yang
38
Muhibbin Syah, Pisikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada: 2004), h. 22 39
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (jakarta: Balai Pustaka: 2003), h. 579 40
Martini jamaris, Proses Pembelajaran dan Perkembangan Kemampuan Aktualisasi
Kognitif Tingkat Tinggi, ( Jakarta: Universitas Negeri Jakarta: no 19 tahun 2002), h. 70
31
digunakan individu yang mengarahkan perhatian belajar, mengingat
dan berpikir.
Bruner menekankan bahwa perkembangan dan kemampuan
kognitif individu dipengaruhi oleh lingkungan. Interaksi antara
individu dengan lingkungan dapat dibagi kedalam tiga cara yaitu:
melalui tindakan langsung, melalui imajinasi, dan melalui penggunaan
bahasa. Ketiga tahap perkembangan dan kemampuan kognitif tersebut
dimulai dari tahap enaktif ketahap ekonik dan diakhiri dengan tahap
simbolik.
Tahap enaktif/enactive experience adalah pengalaman
langsung, yaitu pengalaman langsung secara nyata, maka proses
pencarian pengetahuan yang dialami manusia berjalan efektif, semua
indera ikut terlibat dalam proses tersebut. Tahap ekonik/iconic atau
pictorial atau gambar, pengetahuan manusia mengalami perkembangan
melalui pengalaman gambar. Tahap simolok/symbolic experience.
Simbol oleh Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss (1996:72), yang dikutip
oleh yudhi Munadi, didefinisikan sebagai sesuatu yang digunakan
untuk atau dipandang sebagai wakil sesuatu lainnya. Dalam proses
pembelajaran di mana guru sering menyampaikan materi ajarnya
melalui bahasa verbal (ceramah) yang mengakibatkan proses
komunikasi dalam pembelajaran tidak efektif .41
Menerut Piaget pertumbuhan mental mengandung dua macam
proses yaitu perkembangan dan belajar. Perkembangan adalah
perubahan struktur dan belajar perubahan isi. Perkembangan kognitif
bukan hanya hasil kematangan organisme, bukan pula pengaruh
41
Yudhi Munadhi, “Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Ciputat: Gaung
Persada (GP)Press: 2008), h. 14-18
32
lingkungan sejauh melainkan interaksi antara keduanya. Jadi proses
perkembangan kognitif dipengaruhi oleh empat faktor yaitu:42
1. Kematangan. Kematangan ini merupakn perkembangan dari
susunan syaraf, misalnya kemampuan melihat atau mendengar
disebabkan oleh kematangan yang sudah dicapai oleh susunan
syaraf yang bersangkutan.
2. Pengalaman, yaitu hubungan timbal balik antara organisme dengan
lingkungannya.
3. Transmisi sosial, yaitu pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam
hubungannya dengan lingkungan sosial, misalnya cara pengasuhan
dan pendidikan dari orang lain yang diberikan kepada anak.
4. Ekuilibrasi, yaitu adanya kemampuan yang mengatur dalam diri
anak, agar ia selalu mempertahankan keseimbangan dan
penyesuaian diri terhadap lingkungan.
Sebagian psikologis kognitivis (ahli psikologi kognitif)
berkeyakinan bahwa proses perkembangan kognitif manusia mulai
berlangsung sejak ia baru lahir.43
Pendayagunaan kapasitas ranah
kognitif manusia sudah mulai berjalan sejak manusia itu mulai
mendayagukan kapasitas motor dan sensorinya.
b. Tingkat Pengembangan Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental
(otak) menurut Bloom, segala upaya yang mencakup aktivitas otak
adalah termaasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif terdapat
enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai
jenjang tertinggi. Keenam jenjang tersebut adalah: (1)
42
Singgih D. Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak (Jakarta: Gunung Mulia:
2003), h. 141 43
Muhibbin Syah, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Raja
Grafindo Persada: 2008), h. 66
33
pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), (2) pemahaman
(comprehension), (3) penerapan atau aplikasi (application), (4) analisi
(analysis), (5) sintesis (synthesis), dan (6) penilaian (evaluation).44
1. Pengetahuan (knowledge) adalah kemapuan seseorang untuk
mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenalkan kembali
tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya.
Pengetahuan atau ingatan ini adalah merupakan proses berpikir
yang paling renda.Contohnya peserta didik dapat menghafal surat
al-„Ashr, menerjemahkan, dan menuliskannya secara baik dan
benar.
2. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan
diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang
sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta
didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan
penjelasan atau uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan
menggunakan kata-katanya sendiri.
3. Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan
seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum,
tatacara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus,
teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan kongkrit.
Aplikasi atau penerapan ini adalah merupakan proses berpikir
setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
4. Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci
atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-
bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya.
44
Anas Sudijiono, Pengantar Evalusai Pendidikan, (Jakarta: Raja Grapindo Persada:
2003), h. 49-52
34
5. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan
kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu
proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara
logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau
berbentuk pola baru.
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) adalah merupakan
jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitif menurut
Taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi ini merupakan
kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap
suatu situasi, nilai atau ide, misalnya jika seseorang dihadapkan
beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang
terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
Dalam proses pembelajaran, keenam tingkat tersebut dapat
terlaksana dengan baik atau efektif jika peserta didik dapat memahami
terhadap materi atau bahan pelajaran. Sebab keenam tingkatan tersebut
berkaitan antara satu dengan lainnya. Dengan siswa memahami materi
maka tujuan pembelajaran kususnya terhadap kognitif siswa dapat
tercapai secara optimal.
Keenam jenjang berpikir yang terdapat pada ranah kognitif
menurut Taksonomi Bloom, jika diurutkan secara hirarki piramida
adalah sebagaimana tertulis pada gambar 3.
Keenam jenjang berpikir pada ranah kognitif ini bersifat
kontinum dan overlap (tumpang tindi), di mana ranah yang lebih tinggi
meliputi semuah ranah yang ada dibawahnya. Overlap di antara enam
jenjang berpikir itu akan lebih jelas terlihat pada gambar 4.
35
6
5
4
3
2
1
Gambar 2. Enam Jenjang Berpikir Pada Ranah Kognitif
Gambar 3. Overlap Antara Enam Jenjang Pada Ranah
Kognitif
Keterangan:
Pengetahuan (1) adalah merupakan jenjang berpikir paling dasar.
Pemahaman (2) mencakup pengetahuan. Aplikasi atau penerapan (3)
mencakup pemahaman dan pengetahuan. Analisis (4) mencakup aplikasi,
pemahaman, dan pengetahuan. Sintesis (5) meliputi juga analisi, aplikasi,
Penilaian (Evaluation)
Sintesis
Analisis
Penerapan
Pemahaman
Pengetahuan
(Synthesis)
(Analysis)
(Application)
(Comprehention)
(Knowledge)
36
pemahaman, dan pengetahuan. Evaluasi (6) meliputi juga sintesis, analisis,
aplikasi, pemahaman dan pengetahuan.45
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif dipengaruhi oleh berbgai faktor, yaitu:46
1. Perhatian. Perhatian memegang peranan penting dalam persepsi hal
ini disebabkan karena memberi arti terhadap informasi-informasi
yang diterima oleh panca indra melihatkan kegiatan
memperhatikan informasi-informasi tersebut.
2. Persepsi. Persepsi adalah proses yang terjadi di dalam pusat
susunan syaraf pada waktu mengorganisasikan informasi-informasi
yang diterima oleh panca indra sehingga informasi tersebut
bermakna. Oleh sebab itu persepsi mempunyai peranan penting
dalam kegiatan belajar yang selanjutnya mempengaruhi kegiatan
perkembangan kognitif.
3. Struktur pengetahuan. Struktur pengetahuan atau skema merupakan
pola atau pedoman yang digunakan dalam memahami kejadian-
kejadian yang ada. Skema berfungsi sebagai sumber pengalaman
dan struktur pengetahuan yang membuat individu sanggup
melakukan berbagai infrensi tentang kejadian umum yang
berlangsung pada kejadian khusus. Oleh sebab itu schemata
memegang peranan penting dalam berpikir, memahami, dan
menemukan alasan-alasan yang digunakan dalam menghadapi
berbagai situasi dan memecahkan masalah.
45
Anas Sudijiono, Pengantar Evalusai Pendidikan, (Jakarta: Raja Grapindo Persada:
2003), h. 52-53 46
Martini jamaris, Proses Pembelajaran dan Perkembangan Kemampuan Aktualisasi
Kognitif Tingkat Tinggi, ( Jakarta: Universitas Negeri Jakarta: no 19 tahun 2002), h. 71
37
4. Formasi konsep. Formasi konsep merupakan faktor lain yang
mempengaruhi operasi kognitif. Konsep dapat diperoleh melalui
dua cara baik induktif maupun deduktif. Formasi konsep
merupakan perolehan dari bebagai konsep sebelum masuk sekolah.
5. Asimilasi konsep. Asimilasi konsep bersifat deduktif merupakan
cara utama untuk memperoleh berbagai konsep setelah memasuki
sekolah.
6. Bahasa. Bahasa Smith, Goodman dan Meredith mengemukakan
bahwa bahasa mempengaruhi pemikirin, perasaan dan untuk
mengerahkan kehendak perbuatan yang sampai ketingkat tertentu.
Bahasa mengendalikan pemikiran, sehubungan dengan hal tersebut
maka bahasa merupakan sarana untuk menafsirkan pengalaman,
untuk mengklasipikasikan fenomena yang ada di dalam maupun di
luar diri manusia.
Kesimpulannya bahwa kemampuan kognitif siswa dapat
mempengaruhi tingkat prestasi belajar siswa kususnya pada perhatian,
persepsi, struktur pengetahuan, formasi konsep, asimilasi konsep, dan
bahasa. Dengan meningkatnya prestasi belajar sebagai salah satu
indikator kualitas pendidikan.
d. Arti Penting Perkembangan Kognitif Bagi Proses Belajar
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa, antara proses
perkembangan dengan proses belajar mengajar yang dikelola para guru
terdapat “benang merah” yang mengikat kedua proses tersebut.
Demikian eratnya ikatan benang merah itu, sehingga hampir tak ada
proses perkembangan siswa baik jasmani maupun rohaninya yang
sama sekali terlepas dari proses belajar mengajar sebagai
pengejawantahan proses pendidikan. Apabila fisik dan mental sudah
38
matang, pancaindera sudah siap menerima stimulus-stimulus dari
lingkungan, berarti kesanggupan siswa pun sudah tiba.47
Program pengajaran disekolah yang baik adalah yang mampu
memberikan dukungan besar kepada para siswa dalam menyelesaikan
tugas-tugas perkembangan mereka. Oleh sebab itu tugas guru
selayaknya memahami materi atau memahami seluruh proses
pembelajaran sehingga perkembangan siswa semakin meningkat.
Pengetahuan mengenai proses perkembangan dengan segala
aspeknya itu sangat banyak manfaatnya, antara lain:
1. Guru dapat memberikan lanyanan bantuan dan bimbingan yang
tepat kepada para siswa, relevan, dengan tingkat perkembangannya
2. Guru dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan timbulnya
kesulitan belajar siswa tertentu, lalu segera mengambil langkah-
langkah yang tepat untuk menanggulanginya
3. Guru dapat mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memulai
aktivitas proses belajar mengajar bidang studi tertentu.
4. Guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan
pembelajaran, materi pelajaran atau pokok bahasa tertentu.
Sebagaimana keterangan di atas bahwa proses perkembangan
terhadap ranah kognitif memberikan tantangan kepada guru untuk
memilki kemampuan mengajar sehingga dalam proses belajar
mengajar guru dapat menemukan dan menetapkan tujuan-tujuan
pembelajaran sehingga kemapuan kognitif siswa bertambah.
Tanpa ranah kognitif sulit dibayangkan seorang siswa dapat
berpikir, selanjutnya tanpa kemampuan berpikir mustahil siswa
47
Muhibbin Syah, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Raja
Grafindo Persada: 2008), h. 82-83
39
tersebut dapat memahami dan meyakini faedah materi-materi pelajaran
yang disajikan kepadanya. Oleh karena itu, upaya pengembangan
kognitif secara terarah baik oleh orang tua atau guru sangat penting.
Upaya pengembangan fungsi kognitif akan berdampak positif bukan
hanya pada ranah kognitif sendiri, melainkan juga terhadap ranah
afektif dan psikomotorik.48
Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa
yang amat perlu dikembangkan segera khususnya oleh guru, yakni: 1).
Strategi belajar memahami isi materi pelajaran, 2). Strategi menyakini
arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap pesan-
pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran tersbut. Tanpa
pengembangan dua macam kecakapan kognitif ini, agaknya siswa sulit
diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan
psikomotoriknya sendiri.49
Tugas guru dalam hal ini ialah menggunakan pendekatan
mengajar yang memungkinkan para siswa menggunakan strategi
belajar yang berorientasi pada pemahaman yang mendalam terhadap
isi materi pelajaran. Kepada para siswa seharusnya dijelaskan contoh-
contoh dan peragaan sepanjang memungkinkan agar mereka
memahami signifikansi materi dan hubungannya dengan materi lain.
Kecuali itu, guru juga sangat diharapkan mampu menjelaskan nilai-
nilai moral yang terkandung dalam materi yang ia ajarkan, sehingga
keyakinan para siswa terhadap faidah materi tersebut semakin tebal
pada gilirannya kelak ia akan mengembangkan dan mengaplikasikan
dengan apa yang ia peroleh.
48
Muhibbin Syah, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Raja
Grafindo Persada: 2008), h. 84 49
Muhibbin Syah, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Raja
Grafindo Persada: 2008), h. 85
40
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa
upaya guru dalam mengembangkan keterampilan ranah kognitif para
siswa merupakan hal yang sangat penting jika guru tersebut
menginginkan siswanya aktif mengembangkan sendiri keterampilan
ranah-ranah pisikologis lainnya. Selanjutnya, untuk memperjelas
gagasan pengembangan kecakapan ranah kognitif di atas, berikut ini
dibuatkan sebuah model yang menggambarkan pola pengembangan
fungsi kognitif siswa.
Gambar 4.
Pola Pengembangan Fungsi Kognitif Siswa
Pengembangan Fungsi Kognitif
Kecakapan Afektif Siswa
Hasil
Upaya
1. Proses Belajar Mengajar (PBM) memahami, meyakini dan
mengaplikasikan isi dan nilai materi pelajaran.
2. Proses Belajar Mengajar (PBM) memecahkan masalah dan
mengaplikasikan isi dan nilai materi nilai pelajaran.
Kecakapan
Psikomotor Siswa
Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas
Kecakapan Kognitif
Siswa
Hasil
41
Sekurang-kurangnya ada dua kecakapan kognitif siswa yang amat
perlu dikembangkan khususnya oleh guru, yakni:50
1. Strategi belajar memahami isi materi pelajaran
2. Strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta
menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam materi pelajaran.
Tanpa pengembangan dua kecakapan kognitif ini, agaknya siswa
sulit diharapkan mampu mengembangkan ranah afektif dan
psikomotoriknya.
Seorang pakar terkemuka Jean Piaget mengklasifikasikan
perkembangan kognitif menjadi enam tahap, perkembangan kognitif
Piaget sebagai berikut:51
1. Sensory-motor schema (Skema sensori-motor) ialah sebuah atau
serangkaian prilaku terbuka yang tersusun secara sistematis untuk
merespon lingkungan (barang, orang, keadaan dan kejadian).
2. Cognitive schema (Skema kognitif) ialah prilaku tertutup berupa
tatanan langkah-langkah kognitif (operations) yang berfungsi
memahami apa yang tersirat atau menyimpulkan lingkungan yang
direspons.
3. Object permanence (ketetapan benda) yakni anggapan bahwa sebuah
benda akan tetap ada walaupun sudah ditinggalkan atau tidak lihat lagi.
4. Asimilition (asimilasi) yakni proses aktif dalam menggunakan skema
untuk merespons lingkungan
5. Accomodation (akomodasi) yakni penyesuaian aplikasi skema yang
cocok dengan lingkungan yang direspons.
50
Muhibbin Syah, Pisikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Raja
Grafindo Persada: 2008), h. 87 51
Muhibbin Syah, Pisikologi Belajar dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Raja Grafindo
Persada: 2008), h. 68-69
42
6. Aquiliberium (equilibrium) yakni keseimbangan antara skema yang
digunakan dengan lingkungan yang direspons sebagai hasil ketepatan
akomodasi.
Untuk mengukur kemampuan siswa yang berdimensi kognitif
(ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara baik dengan tes
tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan, tetapi yang sering dilakukan
adalah menggunaan tes tertulis. Melalui tes tertulis tersebut dapat
diketahui tingkat kemampuan kognitif siswa dengan mengacu pada
beberapa alternative norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar. Di antara norma-norma tersebut adalah
norma skala dari 0 sampai 10 dan norma skala dari 0 sampai 100. Angka
terendah yang menyatakan keberhasilan belajar skala 0 sampai 10 adalah
5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0 sampai 100 adalah 55 atau 60. 52
Alhasil pada prinsipnya jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari
separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah instrument evaluasi
dengan benar, maka dianggap telah memenuhi target keberhasilan belajar.
52
Muhibbin Syah, Pisikologi Belajar dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Raja Grafindo
Persada: 2008), h. 153
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil tempat di MTs Al-Ihkwaniyah yang
beralamat Jl. Panti Asuhan Kp. Ceger Rt. 08/05 No. 73 Jurangmangu Barat
Pondok Aren Tangerang 15223. Madrasah Tsanawiyah itu dipilih karena
sejak tahun 1997 berdasarkan Keputusan Kepala Kantor Wilayah
Departemen Agama Propinsi Jawa Barat No Wi/I/HK008/53/97, sampai
sekarang telah memberikan pelayanan dan perkembangan pendidikan yang
semakin meningkat serta mencetak lulusan yang berkualitas. Sehingga
peneliti tertarik melakukan penelitian khususnya pada siswa/i MTs Al-
Ikhwaniya. Adapun waktu penelitian dimulai pada bulan Oktober 2010
sampai dengan bulan November 2010.
B. Metode Penelitian
Menurut Mardalis metode diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang
dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan
sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk
43
44
memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan
sistematis untuk mewujudkan kebenaran.53
Jadi metode penelitian adalah
suatu cara atau upaya untuk memperoleh fakta yang sistematis untuk
mewujudkan kebenaran.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang berusaha
membuat deskripsi dari fenomena yang diselidiki dengan cara melukiskan dan
mengklasifikasikan atau karakteristik fenomena tersebut secara faktual dan
cermat, kemudian menuangkannya dalam bentuk kesimpulan. Oleh karenanya
tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk memberikan gambaran yang
jelas dan akurat tentang material (fenomena) yang sedang diselidiki. Dengan
kata lain, digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang apa!, bagimana
keadaan sesuatu (fenomena) dan melaporkannya.
Suharsimin Arikunto mengemukakan bahwa metode deskriptif
merupakan penelitian non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya
tidak perlu merumuskan hipotesis.54
Menurut (Bagdon dan Tayor, 1990), yang dikutip oleh S. Margono
bahwa Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
yang deskirptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
prilaku yang dapat diamati.55
Ahli pisikologi pendidikan dari Universitas of
Nebraska, Lincoln (Creswell, 1994: 150) metode pendekatan kualitatif
merupakan sebuah proses investigasi.
Penelitain kualitatif ini memberikan informasi yang mutakhir sehingga
bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih banyak
diterapkan pada berbagai masalah (Husaein Umar, 1990: 81). Sedangkan
53
Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 3003), cet: VI, h. 24 54
Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta: 1992), cet: VIII, h.
206 55
Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007),
h. 36
45
penelitian ini lebih memfokuskan pada studi kasus yang merupakan penelitian
yang rinci mengenai suatu obyek tertentu selama kurun waktu tertentu dengan
cukup mendalam dan menyeluruh. Studi kasus adalah merupakan setrategi
yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan
how atau why, yang bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk
mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus
penelitiannya terletak pada fenomena di dalam kontek kehidupan nyata.56
Menurut Vrendenburg (1987:38) studi kasus adalah suatu pendekatan
yang bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari obyek, artinya data yang
dikumpulakn dalam rangka studi kasus dipelajarai sebagai suatu keseluruhan
yang terintegrasi, di mana tujuannya adalah memperkembangkan pengetahuan
yang mendalam mengenai obyek yang bersangkutan yang berarti bahwa studi
kasus disifatkan sebagai penelitian yang eksploratif dan deskriptif.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:57
1. Studi kepustakaan (library reseach), yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara membaca, mempelajari, dan meneliti buku-buku, kitab-kitab,
majalah, surat kabar, dan sumber lain yang berkaitan dengan tema skripsi.
2. Studi lapangan (field reseach), yaitu penelitian ini dilakukan dengan
mengkaji data-data yang diperoleh dari MTs Al-Ikhwaniya Pondok Aren
Tangerang Selatan.
Dari segi penulisan, penulis berpedoman pada buku Panduan
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang diterbitkan oleh Tim Penyususn
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: UIN Jakarta Press, 2008).
56
Prof. Dr. Robert K. Yin, Studi Kasus Desain & Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada: 2004), cet ke-4, h.1 57
Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007),
h. 167
46
C. Objek Penelitian
Menurut (Bagdon dan Tayor, 1990), yang dikutip oleh S. Margono
bahwa Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
yang deskirptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
prilaku yang dapat diamati. Dengan demikian dalam penelitian ini yang
menjadi objek penelitian adalah siswa MTs Al-Ihkwaniya kelas VIII A dan
VIII B dengan yang berjumlah 50 siswa. 25 siswa/siswi dari kelas VIII A dan
25 Siswa/siswi dari kelas VIII B.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini di dapat dari
observasi dan wawancara. Informasi yang didapat dari observasi langsung,
catatan wawancara, video rekaman penelitian dalam proses pembelajaran.
Informasi tersebut dalam bentuk dokumen dan catatan peristiwa yang diolah
menjadi data.
1. Jenis dan sumber data
Prosedur pengambilan data penelitian menggunakan dua jenis data,
yang dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Data Primer, data primer yang dimaksud meliputi data-data yang
diperoleh dari pihak MTs Al-Ikhwaninyah.
b. Data Sekunder, data sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini
adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan.
2. Cara pengumpulan data
Cara pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
47
a. Observasi, yaitu sebagai pengamatan dan pencatatan secara sitematik
terhadap gejala yang tampak pada objek peneliti. Pengamatan dan
pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau
berlangsungnya peristiwa sehingga observasi berada bersama objek
yang diselidiki.58
Data dikumpulkan dengan mempelajari media VCD
(pengurusan jenazah), kemudian peneliti melakukan observasi
terhadap media VCD, peneliti melakukan pencatatan atau mencatat
data meliputi: Pertama, mempelajarai media pembelajaran VCD
(pengurusan jenazah) kemudian disesuaikan dengan bidang studi fiqih
pada materi pengurusan jenazah. Kedua, mengintegrasiakan media
VCD dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
masing-masing alokasi waktu belajar. Ketiga, proses pembelajaran
dengan menggunakan media pembelajaran VCD (pengurusan jenazah)
dengan bukti rekaman video.
Peneliti juga mengunjungi sekolah MTs Al-Ikhwaniya Pondok
Aren Tangerang, untuk melakukan praktek belajar mengajar dengan
menggunakan media pembelajaran VCD dalam rangka mendapatkan
hasil perkembangan kognitif siswa dan mengetahui keadaan
siswa/siswi serta gambaran umum Madrasah Tsanawiyah Al-
Ikhwaniyah. Peneliti mengamati keadaan siswa/siswi, guru-guru,
sarana dan prasarana yang ada di sekolah.
b. Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara, adalah alat
pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan
secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancar
adalah kontak langsung dengan tatap muka antar pencari informasi
(interviewer) dengan sumber informasi (interviewee).59
Dalam
penelitian ini peneliti melakukan tatap muka langsung untuk
58
Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007),
h: 158 59
Drs. S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007),
h. 165
48
memperoleh data pendukung dan data utama. Untuk mendapatkan data
pendukung peneliti memanfaatkan wawancara tak berstruktur.
Artinya, wawancara tak berstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan
dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas dan leluasa
tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersipkan
sebelumnya. Biasanya pertanyaan muncul secara spontan sesuai
dengan perkembangan situasi dan kondisi ketika melakukan
wawancara. Dengan teknik ini di harapkan terjadi komunikasi
langsung lewes dan fleksibel serta terbuka, sehingga informasi yang
didapat lebih bayak dan luas. Wawancara dilakukan terhadap seorang
administrasi sekolah yang juga menjabat sebagai guru di MTs Al-
Ikhwaniya .
Peneliti melakukan wawancara berhadapan langsung (face to
face) untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan tujuan
mendapatkan data yang dapat menjelaskan permasalahan penelitian.
Peneliti memakai jenis wawancara berstruktur, yaitu pertanyaan dan
alternatif jawaban yang diberikan kepda interviewee telah ditetapkan
terlebih dahulu.Hal ini disebabkan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan harus mengikuti daftar pertanyaan yang telah disiapkan.
Dengan kata lain, peneliti menghindari kehilangan arah agar jangan
sampai terlibat jauh terhadap penjelasan informasi yang sama sekali
tidak berhubungan dengan pertanyaan penelitian.
c. Dokumentasi, merupakan kegiatan penelitian dengan mengamati
berbagai dokumen yang berkaitan dengan topik dan tujuan penelitian,
teknik ini sering disebut juga observasi historis. Dokumentasi
merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan
menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar,
maupun elektronik. Dokumen yang telah diperoleh kemudian dianalisi
(diurai), dibandingkan dan dipadukan (sintesis) membentuk hasil
kajian yang sistematis, padu, dan utuh.
49
E. Teknik Analisis Data
Beberapa langkah diambil untuk menggambarkan teknik menganalisi
data adalah proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan menurut S.
Nasution (1996:126) menjelaskan bahwa penyusunan data berarti
menggolongkan kedalam pola, tema atau kategori sehingga demikian tidak
terjadi chaos. Tafsiran atau interpretasi data artinya memberikan makna
kepada analisi, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara
berbagai konsep yang mencerminkan pandangan atau persepektif peneliti, dan
bukan kebenaran. Kebenaran penelitian masih harus dinilai oleh orang lain
dan diuji dalam berbagai situasi lain.
Untuk menganalisi data dilakukan dengan cara sebagai berikut: (Miles
and Huberman: 1882: 18):
1. Pengumpulan informasi, melalui observasi langsung, wawancara.
2. Reduksi, langkah ini adalah untuk memilih informasi mana yang sesuai
dan tidak dengan masalah penelitian.
3. Penyajian, setelah informasi dipilih maka disajikan dalam bentuk tabel
ataupun uraian penjelas.
4. Tahap akhir, adalah manarik kesimpulan.
Wawncara yang diajukan kepada informasi semata-mata sebagai bahan
kajian mendasar untuk membuat kesimpulan. Bagaimanapun pendapat banyak
orang merupakan hal penting meskipun tidak dijamin validitasnya. Semakin
banyak informasi, maka diharapak akan menghasilkan data yang sudah
tersaring dengan akurat.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Informan
Terlebih dahulu menjelaskan kriteria informan yaitu kepala sekolah,
guru bidang studi fiqh, dan siswa-siswi kelas VIII A/B MTs Al-Ikhwaniyah.
Informasi mengenai informan dengan menggunakan nama asli adalah sebagi
berikut.
1. Bapak Suhandi, adalah informan kepala MTs Al-Ikhwaniyah dan juga
sebagai guru bidang studi Bahasa Indonesia kelas VII dan IX, Bapak
Suhandi berasal dari Pondok Aren Tangerang dan menamatkan pendidikan
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). ia menjadi kepala MTs Al-Ikhwaniya
pada tahun 2010 menggantikan dua kepala sekolah sebelumnya (Drs.
Rahmat Saleh dan Syarif Munawan S.Pd.I) .
2. Bapak H. Aminuddin, adalah informan guru bidang studi fiqh kelas VII,
VIII dan IX berasal dari Pondok Aren Tangerang. Ia menamatkan
pendidikan Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). ia menjadi tenaga pengajar
sejak tahun 2000 sampai sekarang.
50
51
3. Ahmad Rafi, adalah informan siswa kelas VIII A berasal dari Pondok
Aren Tangerang. Ia bersekolah di MTs Al-Ikhwaniyah angkatan tahun
2008. Ia termasuk siswa yang berprestasi di sekolah, kepribadiannya yang
santun serta rajin belajar dapat dikenal baik oleh guru dan teman satu
kelasnya.
4. Siti Hamidah, adalah informan siswi kelas VIII A berasal dari Pondok
Aren Tangerang. Ia bersekolah di MTs Al-Ikhwaniyah angkatan 2008. Ia
termasuk siswi cuku berprestasi di sekolah, kepribadiannya yang pendiam,
tepat waktu, sebagai sekertaris ketua kelas dan bertanggung jawab pada
tugas-tugas yang diberikan guru membawa ia siswi yang disenangi guru.
5. Dwi Sartika, adalah informan siswi kelas VIII B berasal dari Pondok Aren
Tangerang. Ia bersekolah di MTs Al-Ikhwaniyah angkatan 2008. Ia
termasuk siswi berprestasi di sekolah, jiwa sosial yang tinggi pada teman-
teman menjadikan ia sebagai ketua kelas dan pribadi yang menyenangkan.
6. Soim Jazuli, adalah informan siwa kelas VIII B berasal dari Pondok Aren
Tangerang. Ia bersekolah di MTs Al-Ikhwaniyah angkatan 2008, ia
termasuk siswa yang cukup berprestasi di sekolah, sifatnya yang suka
bercanda banyak dikenal oleh para siswa dan guru di sekolah.
Berikut ini adalah rangkuman daftar informan pada penelitian
efektifitas pemanfaatan media pembelajaran VCD terhadap perkembangan
kognitif siswa.
Tabel 1.
Informan Penelitian
No Nama Status Pendidikan Daerah Asal
1 Suhandi Kepala sekolah Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I)
Pondok Aren
2 H. Aminuddin Guru bidang studi fiqh. Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I)
Pondok Aren
3 Ahmad Rafi Pelajar Kelas VIII A MTs Pondok Aren
4 Siti Hamidah Pelajar Kelas VIII A MTs Pondok Aren
52
5 Dwi Sartika Pelajar Kelas VIII B MTs Pondok Aren
6 Soim Jazuli Pelajar Kelas VIII B MTs Pondok Aren
Demikianlah daftar yang menjadi informan penelitian di atas, dalam
rangka sebagai melengkap informasi dan data-data dalam penulisan skripsi.
B. Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Memanfaatkan Media VCD
Dalam pelaksanaan pembelajaran materi yang akan disampaikan oleh
guru adalah pengurusan jenazah sub dari bidang studi fiqh dengan
memanafaatkan media VCD (pengurusan jenazah). Sebelum menyampikan
materi terlebih dahulu guru mempersiapkan VCD yang akan diperlihatkan
kepada siswa, serta mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
sebagai pedoman pada saat pembelajaran. Dengan mempersiapkan kebutuhan
pengajaran, pelaksanaan pembelajaran yang disampaikan guru dapat berjalan
efektif, inopatif, menyenankan dan tercapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Mempelajari media VCD (pengurusan jenazah), kemudian guru
melakukan observasi terhadap media VCD, sebelumnya guru melakukan
pencatatan : Pertama, mempelajarai media pembelajaran VCD (pengurusan
jenazah) kemudian disesuaikan dengan bidang studi fiqih pada materi
pengurusan jenazah. Kedua, mengintegrasiakan media VCD dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan masing-masing alokasi waktu
belajar. Ketiga, proses pembelajaran dengan menggunakan media
pembelajaran VCD (pengurusan jenazah). Adapun hasil dari observasi VCD
ini adalah:
1. Isi materi dalam VCD Pengurusan Jenazah sebagai berikut:
a. Adab dan tata cara memandikan jenazah:
1. Hukum memandikan jenazah
2. Rukun memandikan jenazah
53
3. Adab memandikan jenazah
4. Cara memandikan jenazah
b. Adab dan tata cara mengkafani jenazah:
1. Hukum mengkafani jenazah
2. Anjuran Mengenai kain kafan
3. Cara mengkafani jenazah
4. Cara menyusun kain kafan
c. Adab dan tata cara menshalatkan jenazah:
1. Hukum dan ketentuan menshalatkan jenazah
2. Syarat dan rukun menshalatkan jenazah
3. Sunnah-sunnah dalam shalat jenazah
4. Dan Do‟a pilihan dalam shalat jenazah
d. Adab dan tata cara memakamkan jenazah:
1. Hukum memakamkan jenazah
2. Tata cara memakamkan jenazah.
2. Durasi waktu. Media pembelajaran VCD dengan materi pengurusan jenazah
memiliki durasi waktu 1:09:13. Kemudian durasi waktu tersebut di
sesuaikan atau dibagi pada setiap kali pertemuan pada jam pelajaran
bidang studi fiqh. Masing-masing pertemuan atau pembahasan
memerlukan durasi waktu sebagai berikut:
a. Untuk cara memandikan jenazah memerlukan durasi waktu 11 menit :
01 detik
b. Untuk cara mengkafani jenazah memerlukan durasi waktu 11 menit :
45 detik
c. Untuk cara menshalatkan dan memakamkan jenazah memerlukan
durasi waktu 15 menit : 14 detik.
3. Pesan-pesan yang disampaikan dalam VCD pengurusan jenazah dapat
sempurnah dan dipahami para siswa, maka guru diharapkan dapat
mempraktekkan cara pengurusan jenazah kepada siswa. Sisa pembahasan
lainnya tetap di pelajari dalam kegiatan ekstra kuliluler untuk melengkapi
dari materi pengurusan jenazah yang terdapat dalam media pembelajaran
54
VCD (pengurusan jenazah) sehingga lebih tercapainya suatu tujuan
pembelajaran.
Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan acuan guru
sebelum proses kegiatan belajar mengajar dimulai. Dalam penelitian ini
peneliti membuat RPP yang disesuiakan dengan materi pembelajaran. RPP
yang dipersiapkan sebanyak tiga kali pertemuan dikarenakan materi yang akan
dibahas cukup sulit dan pembahasannya cukup luas, adapun isi rencana
pelakanaan pembelajaran yang penulis lakukan teridiri dari: alokasi waktu,
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, Metode, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran dan
penilaian hasil pembelajaran.
Setelah dilakukan observasi pada VCD pengurusan jenazah dan
pembuatan RPP maka guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Dalam
pelaksanan pembelajaran terlebih dahulu mempersiapkan perlengkapan media
yang akan diajarkan kepada siswa, mengkordinir keadaan siswa agar
pembelajaran kreatif, inofatif dan menyenangkan setelah itu di sela-sela lagka-
langka pembelajaran guru memanfaatkan media VCD sebagai bahan ajar.
Kegiatan proses pembelajaran bidang studi fiqih dengan materi pengurusan
jenzah dimulai dari jam 10.00 sampai jam 11.30. kegiatan belajar ini diawali
dengan menerangkan materi mengurus jenazah secara garis besar kemudian
menayangkan VCD tentang mengurus jenazah. Selama dalam proses
pembelajaran, siswa sangat antusias dan merespon dengan baik terhadap
tayangan VCD yang diperlihatkan, hal ini dikarenakan dengan menayangkan
VCD pengurusan jenazah merupakan hal yang baru bagi siswa dan siswa
dapat secara langsung melihat proses kegiatan pengurusan jenazah yang benar.
Selama ini guru bidang studi fiqih hanya menjelaskan pembahasan cara
pengurusan jenazah sebatas teori dan ceramah sehingga pemahaman siswa
sedikit sekali yang di ingat dan di mengerti, bahkan tidak mampu untuk
memperaktekan dengan benar bagaimana cara memandikan, mengkafani,
menshalatkan bahkan memakamkan sesuai dengan syariat islam.
55
Setelah diperlihatkannya VCD (pengurusan jenazah) kemudian guru
melakukan tanya jawab dan diskusi mengenai materi yang suda dipelajari
kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam materi
mengurus jenazah dan seberapa efektif pelakasanaan pembelajaran
menggunakan media VCD (pengurusan jenazah). Dari hasil tanya jawab dan
diskusi yang dilakukan terhadap siswa, peneliti mengetahui atau memperoleh
pakta bahwasannya terdapat keefektifan penggunaan media VCD (pengurusan
jenazah) terhadap pemahan siswa tentang materi mengurus jenazah.
C. Pembelajaran Kognitif Siswa Melalui Pemebelajaran Berbentuk Media
VCD
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).
Rangsangan yang dapat mempengaruhi ranah kogntif dipengaruhi oleh
interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar. Dalam pemebalajaran
dengan menggunkan media dapat mempengaruhi ranah kognitif siswa dengan
cara. Pertaman, Strategi belajar memahami isi materi pelajaran merupakan
upaya ranah kognitif siswa berkembang dengan pemanfaatan media VCD.
Kedua, Strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dengan bentuk
media VCD dan aplikasinya serta menyerap pesan-pesan moral yang
terkandung dalam materi pelajaran tersbut.
Untuk mengetahui materi, siswa terlebih dahulu diberikan arahan akan
pentingnya seseorang dapat memperaktikan atau mengetahui bagaimana
pengurusan jenazah dengan benar tanpa mengalami kesalahan sedikitpun.
Arahan tersebut direalisasikan pada saat penayangan media VCD (pengurusan
jenazah) sehingga siswa menyadari kalau manusia apabila mengalami
kematian maka sebagai orang muslim segera mengurusi segala kebutuhan
jenazah. Tayangan VCD tersebut bukan bermaksud menakut-nakuti siswa
melainkan salah satu cara untuk lebih mudah memahami materi pelajaran
yang cukup sulit.
56
Dalam pelaksanaan pembelajaran untuk melihat apakah siswa dapat
membedakan pesan pelajaran, maka penggunaan media VCD disesuaikan
pada kelompok materi ajar gunanya agar membedakan mana cara
memandikan, mengkafani, menshalatkan dan bahkan menguburkan. Dengan
cara pengelompokan materi yang melibatkan media VCD dapat memberiakan
arahan yang benar pada saat akan memperaktikannya.
Kreatifitas pengajaran salah satunya dengan cara pemanfaatan media
VCD dapat menerangan yang jelasa, dan menampilkan suatu contoh
memudahkan siswa memahami materi yang diajarkan, ketika mendapatkan
kesulitan memahami materi siswa dapat melihat atau memutar kembali media
VCD sebagai bahan ajar. Keunggulan media VCD siswa dapat
mempertimbangkan apakah yang harus di persiapkan pada saat seseorang
meninggal dunia (wafat),
Pembelajaran kognitif biasanya dipengaruhi juga oleh lingkungan.
Interaksi antara individu dapat dibagi kedalam tiga cara yaitu: melalui
tindakan langsung, melalui imajinasi dan melalui penggunaan bahasa.
Pertama melalui tindakan langsung, siswa melihat langsung dengan panca
indra bagaimana penyelenggaraan proses pelaksanaan pembelajaran dengan
memanfaatan media VCD, dimana media VCD merupakan media audio visual
yang menampilkan gambar, suara dan gerak secara bersamaan. Keefektifan
pembelajaran biasanya membawa pengaruh atau makna tertentu bagi pelajar
agar bisa belajar dengan baik, sehingga kulitas siswa dapat diproduksi dan
digunakan seperti siswa dalam memecahkan masalah (Priblem Solving) baik
dalam ujian ulangan ataupun penyesuaian diri dengan lingkungan.
Kedua melaui imajinasi, proses belajar mengajar yang melibatkan
media VCD (pengurusan jenazah) memperjelas hal-hal yang abstrak kepada
hal-hal yang realistis sehingga siswa dengan mudah mengingat apa yang siswa
rasakan dari pesan-pesan dan nasehat yang disampaikan seorang sumber yang
terdapat dalam media VCD. Dalam proses pembelajaran apabila siswa
57
menerima materi yang di ajarkan dan dapat merangsang untuk
mengungkapkan gagasannya menunjukan indikasi bahwa siswa dapat
berimajinasi pada materi pengurusan jenazah. Belajar merupakan kegiatan
yang berproses dan unsur yang fundamental dalam setiap perkembanagan
daya fikir siswa.
Ketiga, Media VCD/audio visual (pengurusan jenzah) terdapat gambar,
suara, gerak muncul secara bersamaan, hal ini menunjukan tanda-tanda mana
yang harus dilkukan dan tidak dilakukan pada saat penyeleggaraan pengurusan
jenazah. Sikap tersebut dapat mempengaruhi emosi siswa ketika berinteraksi
atau berkomunkasi secara langsung dengan media VCD.
Ketiga penagruh lingkugan diatas menunjukan indikasi pembelajaran
kognitif siwa. Dimana perkemabangan kognitif berwilaya pada pisikologis
manusia yang berhubungan dengan prilaku mental seseorang.
Perkembangan kognitif siswa diperoleh melalui pengalaman pribadi
yang melibatkan proses seperti belajar, karena dalam proses belajar terjadi
proses peningkatan pengetahuan dan pemahaman diri yang dimiliki
sebelumnya. Kemapuan kognitif dapat diukur dengan cara meberikan evaluasi
untuk dapat menentukan tingkat keberhasilan yang dicapai siswa dalam proses
pembelajaran atau dapat juga dikatkan tercapainya tujuan pembelajaran.
D. Upaya MTs Al-Ikhwaniyah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembngnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Dengan fungsi pendidikan nasional tersebut diharapkan semua sekolah
58
dapat mengembangkan potensi yang dimilki oleh siswa dengan meningkatkan
mutu pendidikan yang ada di sekolah sesuai dengan standar nasional
pendidikan.
Upaya yang dilakukan MTs Al Ikhwaniyah Pondok Aren dalam
meningkatkan mutu pendidikan yang ada disekolah dengan berusaha
meningkatkan pelayanan dan fasilitas dari tahun ke tahun demi kemajuan
sekolah tersebut. Hal ini dapat terlihat dari segi peningkatan pembangunan
sarana dan prasarana sekolah yang termasuk di dalamnya adalah sarana
Teknologi Informasi yang selalu ditingkatkan mengikuti perkembangan
zaman untuk menciptakan para siswa yang berkualitas tinggi dan dapat
bersaing pada era globalisasi.
Dari segi kualitas guru MTs Al Ikhwaniyah Pondok Aren, guru
hampir semua guru memiliki jenjang pendidikan Starta Saru (S1). Untuk
meningkatkan pengetahuan guru, sekolah sering mengikutsertakan guru pada
seminar-seminar dan pelatihan-pelatihan. Dengan diikut sertakannya guru
pada seminar dan pelatihan diharapkan guru dapat memberikan sumbangsih
terhadap perkembangan pengetahuan siswa. Selain mengikutsertakan guru
pada pelatihan dan seminar, sekolah juga mendaftarkan guru untuk
mengikuti sertifikasi program pemerintah dalam upaya meningkatkan
profesionalisme yang dimiliki. Dengan demikian guru yang berkualitas dapat
meningkatkan mutu pendidikan yang ada di sekolah.
Selain mengupayakan guru yang berkualitas, sekolah juga
memberikan fasilitas yang mendukung seperti, lab komputer, lab bahasa,
perpustakaan, sarana kegiatan olah raga, dan kesehatan siswa. Fasilitas yang
mendukung dapat memberikan dampak yang positif kepada siswa dan
menumbuhkan minat dan menambah pengetahuan dan wawasan yang
dimiliki siswa.
Untuk mengisi waktu luang siswa, sekolah mengadakan kegiatan
ekstrakulikuler. Kegiatan ekstrakulikuler ini bertujuan menumbuhkan dan
59
meningkatkan bakat yang dimiliki siswa, selain itu dengan kegiatan tersebut
siswa dapat terhindar dari pergaulan bebas dan kenakalan remaja yang saat ini
semakin mengkhawatirkan. Kegiatan ekstrakulikuler yang dimiliki sekolah
antara lain paskibra, PMR, drum band, qira‟at, marawis, futsal, dan pramuka.
Kegiatan ekastrakulikuler ini membuktikan sekolah memenuhi semua
kebutuhan siswa dan menyalurkan kemampuan yang dimiliki siswa.
Meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya dilakukan oleh sekolah,
guru dan siswa saja, akan tetapi dukungan masyarakat sekitarpun dibutuhkan
oleh sekolah untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pendidikan.
Dalam hal ini sekolah bekerja sama dengan masyarakat sekitar seperti
mengadakan bakti sosial, gotong royong, dan membatu sekolah dalam hal
mengawasi siswa ketika di luar sekolah. Kerja sama yang baik dan
berkelanjutan menjadikan sekolah dan masyarakat sebagai salah satu faktor
keberhasilan dalam mendidik dan terlaksananya kerja sama yang saling
menguntungkan.
60
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan perumusan masalah “ Bagaimanakah efektifitas
pemanfaatan media pembelajaran VCD (pengurusan jenazah) terhadap
peningkatan kemampuan kognitif siswa” dan hasil penelitian yang dilakukan,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pemanfaatan media VCD (pengurusan jenazah) dalam proses belajar
mengajar merupakan kreatifitas guru dalam rangka meningkatkan
pemahaman dan penguasaan materi pengurusan jenazah secara optimal.
2. Berdasarkan hasil wawancara menunjukan pelaksanaan pemanfaatan
media VCD (pengurusan jenzah) pada saat pembelajaran sangat efektif.
Materi pengurusan jenazah merupkan materi yang cukup sulit
menjelaskannya karena materi tersebut membutuhkan keterampilan serta
dapat memperaktikan, penggunakan media VCD (pengurusan jenazah)
yang menampilkan gambar, suara dan gerak secara bersamaan secara
60
61
langsung dapat berinteraksi bagaimana proses cara memandikan,
mengkafani, menshalatkan bahkan menguburkan dengan tertib dan benar.
Sifatnya yang praktis atau ringan dan persiapan yang maksimal
memudahkan guru menggunakan media VCD (pengurus jenazah) tanpa
mendapatkan kendala, membebankan bahkan menyulitkan guru dalam
proses belajar mengajar, hal itu dapat dirasakan siswa dengan
pembelajarannya memanfaatkan media tidak membosankan dan
menjenuhan, serta persiapan perencanaan pembelajaran yang maksimal
membawa pengaruh keberhasilan belajar.
3. Efektifitas pemanfaatan media pembelajaran VCD (pengurusan Jenazah)
terhadap kemampuan kognitif siswa di MTs Al-Ikhwaniya Pondok Aren,
memberikan perkembanagan mutu pendidikan dengan adanya media
sebagai bahan ajar di sekolah dapat mempengaruhi pertumbuhan pisikolgi
belajar anak pada perkembangan kognitifnya.
A. Saran-Saran
Dari kesimpulan yang diperoleh penulis, saran-saran yang dapat
dikemukakan oleh penulis adalah:
1. Meningkatkan kreatifitas pengajaran tidaklah sulit, sekarang ini
ketersediaan sarana media pembelajaran dapat diperoleh dengan mudah,
gunanya untuk lebih mengembangan gaya mengajar guru terutama guru
bidang studi fiqh dalam rangka memotivasi siswa dan meningkatkan
prestasi belajar.
2. Hendaknya materi pelajaran yang berisikan keterampilan dan keahlian
siswa dalam proses belajar menggajar menngunakan media pembelajaran
audio visual (VCD), karena memudahkan siswa memahami materi dan
mampu memperaktikan.
62
3. Pembelajaran dengan menggunakan audio visual secara otomatis akan
meningkatkan minat belajar siswa jika dikemas dengan tehnik
penyampaian materi yang baik oleh guru, sehingga menghasilkan warna
yang baru dalam proses belajar mengajar.
4. Kepada pihak sekolah untuk lebih memperhatikan dan mengevaluasi guru
dalam mengajar agar lebih bertanggung jawab pada peserta didik yang
diajarkan. Serta memperhatikan sarana dan prasarana yang dapat
menunjang berlangsung proses pembelajaran secara optimal serta
mengembangkan guru dengan mengadakan laithan-latihan secara
independent oleh pihak sekolah.
5. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk
mengadakan penelitian-penelitian. Selanjutnya khusu penelitian yang
berkenaan dengan efektifitas pemanfaatan media VCD terhadap
perkembangan kognitif siswa di sekolah-sekolah lain dan semoga
bermanfaat.
63
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam undang-
undang Sisdiknas,
Arikunto, Suharsimin. Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta: 1992), cet:
VIII
Arsyad, Azhar. Media Pengajaran, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2004),
cet, ke-5
Asnawir dan Basyirudin Usman. Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Pers:
2002), cet, ke-1
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka: 1996)
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (jakarta: Balai Pustaka: 2003)
Gunarsa, Singgih D. Dasar dan Teori Perkembangan anak (Jakarta: Gunung
Mulia: 2003)
Habibullah, Ahmad dkk. Efektifitas Pokjawas dan Kinerja Pengawas Pendidikan
Agama Islam, (Jakarta: PT pena Citasatria: 2008), cet, ke-1
Hermawan, Asep Herry dkk. Media Pembelajaran Sekolah Dasar, (Bandung: UPI
Press: 2007)
http//agungprudent.WordPress.com/2009/06/18 efektifitas-pembelajaran
http://agungprodent.wodpress.com/2009/06/18/efektifitas -pembelajaran
http://dansite. Wordpress.com/2009/03/28/pengerian efektifitas.
http://www.uin.suka.ac.id/detail_kabar php?d=144
Jamaris, Martini. Proses Pembelajaran dan Perkembangan Kemampuan
Aktualisasi Kognitif Tingkat Tinggi, ( Jakarta: Universitas Negeri Jakarta:
no 19 tahun 2002)
Mardalis, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 3003), cet: VI
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2007)
Munadhi, Yudhi. “.Media pembelajaran „sebuah pendekatan baru‟” (Ciputat:
Gaung Persada (GP)Press: 2008)
Pustekom, “Pedoman Pemanfaatan Program Video/VCD Pembelajaran,
64
Sadiman, Arif S. dkk. Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2006)
-----------------------,. Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2003), cet, ke-6
Sagala, Syaiful. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,
(Bandung: Alpabeta: 2009)
Sanjaya, Wina. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Prenada
Media Group)
Schwire, Richard. Interactive Video, (New Jersey: Educational Technology
Publications: 1987)
Sudijiono, Anas. Pengantar Evalusai Pendidikan, (Jakarta: Raja Grapindo
Persada: 2003)
Syah, Muhibbin. Pisikologi Belajar dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Raja
Grafindo Persada: 2008)
Tim Redaksi Fokusmedia, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2003, (Bandung: Fokusmedia: 2003)
Trianto, Mendesain Model pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan
dan Implementasinya pada KTSP, (Jakartaa: Kencana: 2009), cet, ke-1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, bab 1 ketentuan
umum pasal 1.
Usman, Moh. Uzer. Menjadi guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya: 2009), cet, ke-3
Yin, Robert K. Studi kasus Desain & Metode (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada:
2004), cet ke-4