JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU...
Transcript of JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU...
METODE PEMBELAJARAN HADIS DAN PENGARUHNYA
TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA
DI SMP RIYADLUL JANNAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Disusun Oleh:
REKA WIBAWA
NIM. 105011000157
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H / 2010 M
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING
METODE PEMBELAJARAN HADIS DAN PENGARUHNYA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA
DI SMP RIYADLUL JANNAH
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapat Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Di Bawah Bimbingan:
Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag NIP. 19580707 198703 1 005
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2010 M / 1431 H
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH
Skripsi berjudul ”Metode Pembelajaran Hadis dan Pengaruhnya Terhadap
Minat Belajar Siswa di SMP Riyadlul Jannah” diajukan kepada Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan
telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 17 Juni 2010, di
hadapan Dewan Penguji. Karena itu penulis, berhak memperoleh gelar Sarjana S1
(S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama pada Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Juni 2010
Panitia Ujian Munaqasah Tanggal Tanda Tangan Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)
Bahrissalim, M. Ag ................. ....................... NIP. 19680307 199803 1 002 Sekretaris Jurusan Drs. Sapiudin Shidiq, M. A ................. ....................... NIP. 19670328 200003 1 001 Penguji I
Dr. Khalimi, M. A .................. ....................... NIP. 19650515 199403 1 006 Penguji II
Dr. Hj. Siti Salmiah, M. A .................. ........................ NIP. 150 020 004
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A NIP. 19571005 198703 1 003
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Reka Wibawa
Tempat/ Tgl. Lahir : Bogor, 02 Desember 1988
NIM : 105011000157
Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul skripsi : Metode Pembelajaran Hadis dan Pengaruhnya
Terhadap Minat Belajar Siswa di SMP Riyadlul
Jannah
Dosen Pembimbing : Dr. H. Abdul Madjid Khon, M. Ag
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah
Jakarta, 21 Juni 2010
Mahasiswa Ybs.
Reka Wibawa NIM. 105011000157
DEPARTEMEN AGAMA No. Dokumen : FITK-FR-AKD-099 UIN JAKARTA FORM (FR) Tgl. Terbit : 27 Juli 2009 FITK No. Revisi: : 00
Jl. Ir. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 Indonesia Hal : 1/1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
i
ABSTRAK
Reka Wibawa Metode Pembelajaran Hadis dan Pengaruhnya Terhadap Minat Belajar Siswa di SMP Riyadlul Jannah
Dalam rangka upaya peningkatan mutu pendidikan yang berkualitas maka terdapat salah satu faktor terpenting yang perlu diperhatikan yaitu faktor guru. Hal tersebut dikarenakan guru merupakan seseorang yang memiliki andil cukup besar dalam mengajar, mendidik dan membina peserta didik sehingga tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai. Selain itu, seorang guru dituntut agar memiliki kompetensi dan profesionalitas yang tinggi dalam proses pembelajaran. Kompetensi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu mengenai pengetahuan dan kemampuan guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang efektif khususnya pada mata pelajaran hadis sehingga dapat manciptakan situasi dan kondisi pembelajaran yang kondusif serta mampu menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar siswa. Oleh karenanya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran hadis dengan minat belajar siswa di SMP Riyadlul Jannah. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Riyadlul Jannah yang berlokasi di Ciseeng Bogor pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei tahun 2010 dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII, VIII dan IX SMP Riyadlul Jannah yang mana keseluruhannya berjumlah 87 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil seluruh populasi yang ada, hal ini dikarenakan populasi kurang dari 100 orang. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh atau korelasi positif yang sedang atau cukup antara metode pembelajaran hadis terhadap minat belajar siswa di SMP Riyadlul Jannah. Hal ini di dasarkan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa rxy yang diperoleh yaitu sebesar 0, 665 yang apabila hasil tersebut diinterpretasikan secara sederhana melalui angka indeks korelasi “r”, ternyata diperoleh besarnya rxy (0,665) berkisar antara 0,40-0,70 yang artinnya antara variabel X (metode pembelajaran hadis) dan variabel Y (minat belajar siswa) terdapat korelasi yang sedang atau cukup.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang senantiasa telah memberikan nikmat yang berlimpah kepada penulis.
Shalawat dan salam semoga tercurah ke haribaan Rasulullah SAW, keluarganya
dan para sahabatnya, sehingga penulis memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
laporan skripsi ini yang berjudul Metode Pembelajaran Hadis dan
Pengaruhnya Terhadap Minat Belajar Siswa di SMP Riyadlul Jannah dalam
rangka menyelesaikan studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah menerima banyak bimbingan,
dorongan, semangat serta bantuan dari berbagai pihak yang tak ternilai harganya.
Dan pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Rektor Universitas Islam Negeri Jakarta yang memberikan kesempatan pada
penulis untuk dapat menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Jakarta
yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.
3. Ketua, Sekretaris dan Staf Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam
Negeri Jakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan
penelitian.
4. Yudhi Munadi, M. Ag sebagai Dosen Pembimbing akademik yang dengan
sabar membimbing penulis dari awal hingga selesainya studi ini.
5. Dr. H. Abdul Madjid Khon, M. Ag sebagai Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dan telah banyak membimbing, memberi masukan
serta memotivasi penulis dengan sabar dan penuh perhatian dari awal hingga
akhir penulisan laporan skripsi ini.
6. Acep Saripudin, M. Ag sebagai Kepala Sekolah SMP Riyadlul Jannah yang
telah bersedia memberikan ijin dan fasilitas selama penulis melakukan
penelitian.
iii
7. Nur Siti Latifah sebagai Guru Mata Pelajaran Hadis Kelas VII SMP Riyadlul
Jannah yang telah bersedia memberikan ijin dan fasilitas selama penulis
melakukan penelitian.
8. Soleha sebagai Guru Mata Pelajaran Hadis Kelas VIII dan IX SMP Riyadlul
Jannah yang telah bersedia memberikan ijin dan fasilitas selama penulis
melakukan penelitian.
9. Kedua orang tuaku, ayahanda Sofwan, S. Pd, MM dan Ibunda Nuryati yang
selalu memberikan doa, semangat, pengorbanan, cinta, dan kasih sayang
kepada peneliti.
10. Kakakku (Ida Fitrisa) dan Adik-adikku tersayang (Lady Kayda dan Rafi
Trisnawan) yang selalu memberikan kasih sayang, perhatian, do’a dan
dorongan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman terbaikku Khoir, Endah, Myra, Ifah, Umi, Lia, Eli, Maya dan
seluruh teman-teman kelas D’05 yang telah banyak membantu dan
mensupport penulis. Semoga tali silaturahim dan persahabatan kita selalu
terjaga.
12. Teman-teman dan keluarga besar Riyadlul Jannah Nur Siti Latifah, Bu Yantih,
Bu Fitri, Pak Rahmat, Pak Usup, Lilis, Safitri, Alim dan khususnya
Qomaruddin yang tiada lelah dan henti-hentinya mendo’akan dan memotivasi
penulis. Semoga Allah membalas Semua kebaikan kalian.
13. Semua pihak yang telah membuat penulis tetap survive dan selalu semangat
dalam menyelesaikan studi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih kurang dari
sempurna, sehingga kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis
harapkan. Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis mendapat limpahan balasan dari Allah SWT, dan akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Depok, 11 Juni 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ...................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................1
B. Permasalahan Peneliti
1. Identifikasi Masalah
2. Pembatasan Masalah ............................................................4
3. Perumusan Masalah ..............................................................5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian ..................................................................5
2. Manfaat Penelitian ................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran ..........................................7
2. Kedudukan dan Fungsi Metode Pembelajaran .....................11
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran .............12
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Metode Pembelajaran ..15
B. Minat Belajar
1. Pengertian Minat Belajar ......................................................18
2. Fungsi dan Tujuan Minat Belajar .........................................21
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar ..............23
v
C. Metode Pembelajaran Hadis
1. Pengertian Hadis ...................................................................27
2. Pengertian Metode Pembelajaran Hadis ...............................29
3. Tujuan Mata Pelajaran Hadis ................................................30
4. Macam-Macam Metode Pembelajaran Hadis.........................31
D. Kerangka Berfikir ........................................................................38
E. Hipotesis ......................................................................................40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................41
B. Metode Penelitian .........................................................................41
C. Variabel Penelitian .......................................................................41
D. Populasi dan Sampling .................................................................42
E. Teknik Pengumpulan Data ...........................................................43
F. Teknik Pengolahan dan Analisis data ..........................................45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Sejarah Berdirinya SMP Riyadlul Jannah .............................50
2. Keadaan Guru dan Siswa SMP Riyadlul Jannah ...................51
3. Sistem Pendidikan SMP Riyadlul Jannah ..............................53
4. Visi dan Misi SMP Riyadlul Jannah ......................................55
5. Stuktur Organisasi SMP Riyadlul Jannah ..............................56
6. Sarana dan Prasarana SMP Riyadlul Jannah ..........................57
B. Analisis Data ................................................................................58
C. Pembahasan ..................................................................................80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................82
B. Saran .............................................................................................83
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
3.1 Daftar Jumlah Siswa SMP Riyadlul Jannah ................................. 42
3.2 Kisi-Kisi Instrument Angket/Kuesioner ....................................... 43
3.3 Pedoman Interpretasi Secara Sederhana Terhadap Angka Indeks
korelasi ”r” Product Moment ......................................................... 48
4.1 Keadaan Guru SMP Riyadlul Jannah .......................................... 52
4.2 Keadaan Siswa SMP Riyadlul Jannah .......................................... 53
4.3 Jadwal Kegiatan Belajar Mengajar SMP Riyadlul Jannah ........... 54
4.4 Prasarana SMP Riyadlul Jannah .................................................... 54
4.5 Buku Perpustakaan SMP Riyadlul Jannah .................................... 57
4.6 Alat Penunjang KBM/Alat Peraga ................................................ 57
4.7 Identitas Responden …………………………………………….. 58
4.8 Distribusi Frekuensi Variabel X (metode yang digunakan guru
sudah sesuai dengan materi yang disampaikan) …………………. 58
4.9 Distribusi Frekuensi Variabel X (dalam menyampaikan materi
pelajaran hadis, guru menggunakan metode cerita) …………….. 59
4.10 Distribusi Frekuensi Variabel X (siswa memahami setiap materi
hadis yang disampaikan oleh guru ketika menggunakan metode
cerita)……………………………………………………………… 60
4.11 Distribusi Frekuensi Variabel X (Dalam pembelajaran hadis,
guru membaca, menerjemahkan dan menerangkan materi pelajaran
hadis dan siswa mendengarkan serta menulis penjelasan guru) …… 60
4.12 Distribusi Frekuensi Variabel X (Dalam pembelajaran hadis siswa
diharuskan menghafal setiap materi yang telah disampaikan) .......... 61
4.13 Distribusi Frekuensi Variabel X (Ketika kegiatan belajar mengajar
hadis berlangsung, guru menggunakan media atau alat bantu
pengajaran) ………………………………………………………… 62
4.14 Distribusi Frekuensi Variabel X (Guru mengerti dan menguasai
alat bantu pengajaran yang digunakan dalam pembelajaran hadis
secara baik) ……………………………………………………….. 62
vii
4.15 Distribusi Frekuensi Variabel X (Guru menguasai materi
hadis yang disampaikan di kelas) .................................................... 63
4.16 Distribusi Frekuensi Variabel X (Materi yang disampaikan guru
disesuaikan dengan perkembangan isu saat ini) .............................. 64
4.17 Distribusi Frekuensi Variabel X (Saat siswa mengajukan
pertanyaan tentang materi pelajaran hadis, guru menjawab
dengan baik dan jelas) ..................................................................... 64
4.18 Distribusi Frekuensi Variabel X (Contoh yang diberikan guru
sesuai dengan materi hadis yang disampaikan) ............................... 65
4.19 Distribusi Frekuensi Variabel X (Cara mengajar guru dalam
menyampiakan materi hadis membosankan) ……………………... 66
4.20 Distribusi Frekuensi Variabel X (Sebelum pelajaran hadis dimulai,
guru menjelaskan tujuan dan manfaat mempelajari materi
yang akan disampaikan) .................................................................. 66
4.21 Distribusi Frekuensi Variabel X (Dalam setiap menyampaikan
materi guru memotivasi (memberi dorongan) siswa untuk
belajar hadis) ………………………………………………………. 67
4.22 Distribusi Frekuensi Variabel X (Dalam pembelajaran hadis, guru
memberikan reward dalam bentuk pujian atau hadiah bagi siswa
yang mampu menghafal atau mendapatkan nilai tertinggi dikelas)…. 67
4.23 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya mendengarkan dengan penuh
perhatian setiap penjelasan yang disampaikan guru hadis di kelas)…. 68
4.24 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya menyukai posisi duduk
paling depan pada saat pelajaran hadis berlangsung) ……………….. 69
4.25 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya tidak malu-malu untuk
bertanya pada guru jika ada penjelasan guru yang belum saya
mengerti) ……………………………………………………………. 69
4.26 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Ketika belajar hadis saya
mengantuk)………………………………………………………….. 70
4.27 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Sebaiknya jam pelajaran hadis di
sekolah ditambah) ………………………………………………….. 70
viii
4.28 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Ketika guru menjelaskan materi
hadis di kelas rasanya ingin cepat-cepat selesai)................................ 71
4.29 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya tidak suka belajar hadis
karena berbahasa Arab sehingga banyak kata-kata yang saya
tidak mengerti)................................................................................... 72
4.30 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya tidak senang ketika
diharuskan menghafal pada setiap pelajaran hadis)………………… 72
4.31 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya tidak senang ketika pelajaran
hadis disampaikan dengan metode cerita) ........................................... 73
4.32 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya senang belajar hadis bila hanya
mendengarkan penjelasan guru) .......................................................... 73
4.33 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya tetap giat belajar walaupun
nilai ulangan hadis saya jelek)……………………………………….. 74
4.34 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya suka belajar hadis di luar jam
pelajaran) .............................................................................................. 75
4.35 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Saya akan tetap berada di kelas
dan membaca buku hadis walaupun guru hadis tidak hadir)…………. 75
4.36 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Menurut saya, tugas hadis yang
diberikan guru adalah beban bagi saya)………………………………. 76
4.37 Distribusi Frekuensi Variabel Y (Rajin mengerjakan tugas karena
takut ditegur atau diberi hukuman oleh guru)………………………. .. 76
LAMPIRAN
1. Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
2. Pedoman Wawancara Guru Bidang Studi Hadis
3. Instrumen Angket/Kuesioner
4. Hasil Angket/Kuesioner
5. Peta Korelasi
6. Nilai “r” Product Moment
7. Pengajuan Judul Skripsi
8. Surat Bimbingan Skripsi
9. Surat Izin Penelitian
10. Surat Izin Wawancara Kepala Sekolah
11. Surat Izin Wawancara Guru Bidang Studi
12. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Islam memiliki beberapa sumber hukum yang dapat dijadikan sebagai
sandaran atau pedoman bagi umatnya, yaitu kitab suci Al-Quran, Hadis
Rasulullah saw dan ijtihad. Ketiga sumber tersebut sangat penting untuk diimani
dan dijalankan oleh setiap muslim.1
Hadis ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad saw atau
sahabat atau tabi’in, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir maupun sifat dan
keadaannya.2 Selain sebagai salah satu sumber syari’at Islam, hadis juga
merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah-sekolah Islam di
Indonesia, baik disekolah-sekolah negeri maupun swasta, mulai pada madrasah
tingkat pertama, dua madrasah tingkat teratas bahkan sampai tingkat perguruan
tinggi dengan dikelola oleh Departemen Agama.3
Adapun tujuan dari mata pelajaran hadis ialah agar orang mengerti akan ajaran
Islam yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dibicarakan pada hadis
tersebut yaitu tentang teks yang berasal dari ucapan nabi atau para sahabat dan
1 Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h.103
2 Aminudin, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), Cet. 1, h. 55 3 Qym, http://karya2ilmiah.blogspot.com/2009/12/penerapan-metode-menghafal-dan.html, 28 Februari 2010
2
para tabi’in tentang nabi, sehingga dapat menjadi salah satu acuan atau patokan
untuk kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, pada realitanya permasalahan yang sering dijumpai dalam proses
pembelajaran hadis yaitu kurangnya pemahaman dan penguasaan guru dalam
memilih dan menggunakan variasi metode pembelajaran yang tepat, sehingga hal
tersebut berdampak kepada terciptanya situasi dan kondisi pembelajaran yang
kurang kondusif serta mengakibatkan kurangnya minat atau gairah siswa untuk
mengikuti proses pembelajaran hadis.
Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka seharusnya dalam
mengkomunikasikan ilmu pengetahuan seorang guru perlu menerapkan atau
menggunakan berbagai macam/variasi metode pembelajaran yang disesuaikan
dengan tujuan pengajaran, materi ajar, karakteristik peserta didik, situasi dan
kondisi yang ada serta yang tak kalah penting yaitu disesuaikan dengan
kompetensi yang dimiliki guru guna meningkatkan kualitas pembelajaran
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan secara efektif/tidak
membosankan dan siswa mampu menangkap, memahami serta mengaplikasikan
makna yang terkandung dalam materi hadis tersebut dengan baik.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa metode memiliki nilai
strategis dalam proses kegiatan belajar mengajar. Karena metode merupakan
bagian integral dalam sistem pendidikan dan merupakan alat atau fasilitas untuk
mengantarkan bahan pelajaran kepada anak didik dalam upaya mencapai
kompetensi yang telah ditetapkan.4 Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa
memperhatikan pemakaian metode akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan
pengajaran tersebut. Hal ini sejalan dengan sebuah istilah yang mengatakan bahwa
al-ţarîqat ahamm min al-maddah (metode jauh lebih penting dibanding materi). 5
4 Pupuh Faturrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar (Melalui Penanaman
Konsep Umum & Konsep Islam), (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), cet.1, h. 59 5 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 39.
3
Metode yang lazim digunakan dalam pembelajaran hadis adalah metode
kisah/cerita, bandongan, hafalan, dan sebagainya. Oleh karena itu, dalam memilih
dan menggunakan sebuah metode pembelajaran seorang guru harus mampu
mempertimbangkan aspek efektivitas dan relevansinya antara metode dengan
tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, materi yang disampaikan, serta
kemampuan dan kebutuhan peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan
meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran hadis.
Minat adalah suatu perhatian khusus atau dorongan kuat bagi seseorang untuk
melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita yang menjadi
keinginannya serta merupakan keadaan psikologis yang dapat mempengaruhi
proses dan hasil belajar siswa. Apabila seseorang memiliki minat yang besar maka
ia akan cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar pula terhadap
subjek tersebut, sehingga pada akhirnya ia akan mendapatkan hasil yang
maksimal, karena hal tersebut di dasari dengan rasa suka atau ketertarikan. Namun
sebaliknya, jika minatnya kurang maka akan mengakibatkan kurangnya intensitas
kegiatan dalam hal ini siswa tidak akan mau belajar, dan dari kurangnya intensitas
kegiatan atau belajar tersebut maka akan menimbulkan hasil yang kurang
memuaskan pula.
Sedangkan belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh individu untuk
mengadakan perubahan dalam dirinya baik dari segi kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Keberhasilan belajar bukan hanya tergantung pada kecemerlangan
otak, tetapi sikap dan minat juga mempunyai andil yang cukup besar dalam
menentukan keberhasilan siswa. Karena ketika seseorang melakukan suatu
kegiatan yang didasari dengan adanya minat, maka ia akan menjalankannya
dengan penuh semangat sehingga pada akhir kegiatan dia dapat merasakan
manfaat akan apa yang sudah dilakukannya. Selain itu, minat sangat diperlukan
untuk menunjang jalannya proses belajar mengajar yang baik khususnya pada
mata pelajaran hadis.
4
Namun, setelah dilihat dari hasil belajar siswa pada mata pelajaran hadis yang
diperoleh dari daftar nilai siswa SMP Riyadlul Jannah kelas VII, VIII dan IX
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa tersebut masih berada dibawah standar
yang ditetapkan oleh pihak SMP Riyadlul Jannah. Selain itu, ternyata tidak semua
siswa SMP Riyadlul Jannah ikut serta aktif dalam mengikuti mata pelajaran hadis.
Ini terlihat dari adanya beberapa siswa yang kurang serius dalam mengikuti mata
pelajaran hadis, salah satu contohnya yaitu tidak mengerjakan tugas yang telah
berikan oleh guru, bahkan ada diantaranya dengan berbagai alasan berusaha
untuk tidak mengikuti mata pelajaran hadis. Oleh karenanya, berdasarkan
kecendurungan tersebut, kemungkinan penyebab ketidak aktifan dan rendahnya
hasil belajar sebagian besar siswa dikarenakan masih rendahnya minat belajar
siswa dalam mengikuti mata pelajaran hadis. Adapun salah satu indikasi yang
dapat mempengaruhi rendahnya minat belajar siswa yaitu kurangnya variasi
dalam menggunakan metode pembelajaran hadis yang dilaksanakan di SMP
Riyadlul Jannah.
Berdasarkan uraian diatas dan belum pernah adanya penelitian mengenai hal
tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan sebuah penelitian
mengenai Metode Pembelajaran Hadis dan Pengaruhnya Terhadap Minat
Belajar Siswa di SMP Riyadlul Jannah.
B. Permasalahan Penelitian
1. Identifikasi Masalah Dari penjelasan latar belakang masalah di atas, maka muncul beberapa
permasalahan, sebagai berikut:
a. Sarana dan Prasarana yang tersedia di SMP Riyadlul Jannah kurang
memadai sehingga dalam proses belajar mengajar, guru tidak dapat
menggunakan metode pembelajaran secara optimal.
b. Kurangnya variasi mengajar guru dalam menyajikan materi hadis
sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa SMP Riyadlul Jannah
5
c. Kurangnya perhatian dan keaktifan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran hadis
d. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran hadis masih barada dibawah
standar yang ditetapkan oleh pihak SMP Riyadlul Jannah
2. Batasan Masalah Untuk lebih memfokuskan dalam mendapatkan hasil penelitian yang dituju,
maka peneliti akan membatasi permasalahan penelitian pada beberapa hal,
yaitu sebagai berikut:
a. Metode pembelajaran yang digunakan guru pada mata pelajaran hadis
di SMP Riyadlul Jannah
b. Minat belajar yang dimaksud adalah minat belajar siswa pada mata
pelajaran hadis di SMP Riyadlul Jannah dengan indikatornya yaitu
perhatian dalam belajar, perasaan senang, giat belajar, dan
mengerjakan tugas dengan baik
c. Pengaruh metode pembelajaran hadis dimaksudkan yang dapat
memberikan implikasi terhadap minat belajar siswa pada mata
pelajaran hadis di SMP Riyadlul Jannah
3. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana metode pembelajaran hadis di SMP Riyadlul Jannah?
b. Bagaimana minat belajar siswa pada mata pelajaran hadis di SMP
Riyadlul Jannah?
c. Bagaimana pengaruh metode pembelajaran hadis terhadap minat
belajar siswa pada mata pelajaran hadis di SMP Riyadlul Jannah?
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian a. Mengetahui gambaran tentang metode pembelajaran yang digunakan
pada mata pelajaran hadis di SMP Riyadlul Jannah
b. Mengetahui gambaran tentang minat belajar siswa pada mata pelajaran
hadis di SMP Riyadlul Jannah .
c. Menjelaskan pengaruh metode pembelajaran hadis terhadap minat
belajar siswa di SMP Riyadlul Jannah
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Dapat mengembangkan dan melatih kemampuan peneliti dalam
menerapkan ilmu tarbiyah dan keguruan serta menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai metode pembelajaran hadis dan pengaruhnya
terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran hadis di SMP Riyadlul
Jannah serta dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti lain
yang akan membahas masalah yang sama.
b. Bagi Riyadlul Jannah
Sebagai bahan masukan dalam menentukan langkah-langkah dan
strategi pengajaran untuk meningkatkan kualitas siswa khususnya dalam
menumbuhkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Hadis
c. Bagi Guru Mata Pelajaran
Sebagai bahan masukkan dalam penerapan metode pembelajaran yang
efektif dalam mata pelajaran hadis sehingga dapat menumbuhkan dan
meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran hadis.
e. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Secara koleksi dapat menambah pembendaharaan ilmu pengetahuan
dalam bidang ilmu tarbiyah dan keguruan yang selanjutnya dapat menjadi
bahan acuan atau informasi bagi peneliti lain yang akan membahas
masalah yang sama.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Metode Pembelajaran 1. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode merupakan salah satu unsur yang sangat penting keberadaannya
dalam pendidikan, karna dengan adanya metode diharapkan mampu
membantu guru dan siswa dalam tercapainya tujuan pendidikan sesuai dengan
kurikulum yang dicanangkan.
Secara etimologi, ”metode berasal dari bahasa Yunani yaitu metodos kata
ini terdiri dari dua suku kata yaitu metha dan hodos. Metha berarti melalui dan
hodos berarti jalan atau cara. Dengan demikian metode adalah cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.”1 Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) metode adalah “cara yang teratur dan terpikir baik-
baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan, dan sebagainya), cara
kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan."2
Sedangkan secara terminologi, metode yaitu suatu cara tertentu (khusus)
yang tepat dan sesuai guna menyajikan suatu materi pendidikan, sehingga
tercapai tujuan pendidikan tersebut, baik berupa tujuan jangka pendek maupun
1 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Lgos Wacana Ilmu, 1997), h. 91 2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1981), Cet.1, h. 291.
8
jangka panjang, dimana siswa dapat menerima pendidikan dengan mudah
serta mampu menangkap makna yang terkandung di dalamnya dan pada
akhirnya siswa dapat mengamalkan materi pendidikan tanpa ada unsur
pemaksaan (penekanan).3
Untuk lebih jauh memahami tentang metode, maka penulis
mengemukakan beberapa definisi metode menurut pendapat para ahli,
diantaranya sebagai berikut:
a. Menurut Mahmud Yunus ”metode adalah jalan yang hendak ditempuh
oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam
lingkungan perusahaan/perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu
pengetahuan dan lainnya.” Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
metode mengandung arti adanya urutan kerja yang terencana dan
sistematis guna mencapai tujuan yang direncanakan.4
b. Menurut Ahmad Tafsir ”metode ialah cara yang paling tepat dan cepat
dalam melakukan sesuatu.” Kata tepat dan cepat inilah yang sering di
ungkapkan dengan efektif dan efesien. Pengajaran yang efektif artinya
pengajaran yang dapat dipahami murid secara sempurna. Dalam ilmu
pendidikan sering juga dikatakan bahwa pengajaran yang tepat ialah
pengajaran yang berfungsi pada murid. Berfungsi artinya menjadi
milik murid, pengajaran itu membentuk dan mempengaruhi
pribadinya. adapun pengajaran yang cepat adalah pengajaran yang
tidak memerlukan waktu yang lama.5
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
adalah suatu cara atau jalan yang terencana dan sistematis yang ditempuh guru
dalam pelaksanaan proses pembelajaran dengan tujuan untuk memudahkan
siswa dalam mencapai kompetensi yang telah ditentukan.
3 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor Dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, (Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2005), Ed. 1, h. 71-72 4 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), h. 87 5 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2007), Cet.9, h. 9-10
9
Namun, dalam pemilihan dan penggunaan metode seorang guru harus
mampu mengetahui kelemahan dan kelebihan dari metode yang akan
digunakannya serta harus mampu mempertimbangkan aspek efektifitas,
efesiensi dan relevansinya dengan tujuan pembelajaran, materi yang akan
disampaikan, karakteristik siswa dan sebagainya sehingga siswa mampu
menangkap, memahami dan mengaplikasikan makna yang terkandung di
dalam materi pembelajaran tersebut.
Pembelajaran secara etimologi berasal dari kata ”belajar” yaitu berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Kemudian dari kata belajar
tersebut diberi imbuhan pe- dan –an sehingga terbentuk kata ”pembelajaran”
yang artinya proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar.6
Sedangkan pengertian pembelajaran menurut pendapat para ahli, yaitu:
a. Menurut Syaiful Sagala, ”pembelajaran adalah membelajarkan siswa
menggunakan azas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan
penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan
proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru
sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.”
b. Menurut Corey, ”pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan
seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta
dalam tingkah laku dan kondisi khusus atau menghasilkan respon
terhadap situasi tertentu.”
c. Menurut Oemar Hamalik, ”pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, materil, fasilitas dan
perlengkapan, serta prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran.” Adapun yang termasuk unsur-unsur manusia
adalah siswa, guru dan tenaga lainnya. Materil meliputi buku-buku,
papan tulis, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan
6 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1981), Cet.1, h. 17.
10
perlengkapan meliputi ruangan kelas, komputer, dan sebagainya.
Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek,
belajar, ujian, dan sebaginya.7
Dengan demikian, inti dari kegiatan pembelajaran adalah memilih,
menetapkan, dan mengembangkan metode pengajaran yang cocok dengan
kondisi yang ada guna menacapai kompetensi pembelajaran yang diharapkan.
Dan untuk mencapai hal tersebut harus berpijak pada empat hal pokok yang
disebut dengan kondisi pembelajaran, yaitu:
a. Tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
b. Isi pembelajaran yang harus dipelajari peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut
c. Sumber belajar yang tersedia dan dapat mengantarkan pesan pembelajaran
yang lebih efektif dan efisien
d. Karakteristik peserta didik yang belajar.8
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh guru secara sistematis dalam upaya
memberi pemahaman kepada siswa dengan tujuan agar dapat merubah tingkah
lakunya sesuai dengan kompetensi yang diharapkan. Selain itu, metode
pembelajaran mempunyai arti lebih dari sebagai alat untuk menyampaikan
pengetahuan kepada otak siswa, melainkan dapat pula sebagai alat untuk
memperoleh keterampilan, sikap, minat, dan nilai-nilai yang diinginkan.
Berdasarkan hal tersebut, dapat difahami bahwa proses pengajaran yang
dibangun oleh guru sesungguhnya bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kreativitas, kemampuan berpikir, serta meningkatkan
penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Oleh karena itu,
pembelajaran sebaiknya lebih memusatkan perhatian pada “bagaimana
membelajarkan siswa” bukan pada “apa yang dipelajari siswa”.
7 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 239 8 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam
di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2004), Cet.3, h. 185-187
11
2. Kedudukan dan Fungsi Metode Pembelajaran
Dalam proses pendidikan, metode memiliki kedudukan yang sangat
signifikan untuk mencapai tujuan atau kompetensi pembelajaran. Adapun
kedudukan metode pembelajaran menurut Syaiful B. Djaramah ialah:
a. Sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar
Motivasi adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk bergerak,
baik disadari maupun tidak disadari. Motivasi terbagi menjadi dua yaitu
motivasi instrinsik (berasal dari dalam diri individu) dan motivasi
Ekstrinsik (berasal dari luar diri individu). Oleh karenanya, penggunaan
metode oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar berfungsi
sebagai alat motivasi ekstrinsik atau pendorong yang berasal dari uar
individu yang bisa membuat orang/siswa belajar. Motivasi memiliki
kekuatan yang sangat besar dalam proses belajar mengajar sehingga
berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar salah satunya dipengaruhi
oleh adannya motivasi.
b. Menyiasati perbedaan individual anak didik
Anak didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yang berbeda-
beda, baik dari aspek psikologis maupun minat, bakat, motivasi,
lingkungan sosial dan keluarga, kebiasaan, dan lain-lain. Oleh karenanya,
penggunaan metode oleh guru dalam proses kegiatan belajar mengajar
diharapkan dapat menyiasati segala perbedaan tersebut, sehingga anak
didik mampu belajar atau menerima pelajaran sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing.
c. Untuk mencapai tujuan pembelajaran.9
Metode merupakan fasilitas untuk mengantarkan bahan pelajaran
dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bahan pelajaran yang
disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode akan mempersulit
guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Sebuah realita bahwa cara
penyampaian yang komunikatif lebih disenangi oleh peserta didik walau
9 Pupuh Faturrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar (Melalui Penanaman
Konsep Umum & Konsep Islam), (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), Cet.1, h. 55
12
sebenarnya materi yang disampaikan sesungguhnya tidak terlalu menarik.
Sebaliknya, materi yang menarik karena disampaikan dengan cara yang
kurang baik atau kurang tepat, maka materi tersebut kurang dapat dicerna
oleh peserta didik sehingga tujuan pembelajaran pun tidak tercapai secara
maksimal.
Sedangkan fungsi metode pembelajaran secara umum ialah sebagai
pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksana operasional
pendidikan. Sedangkan dalam konteks lain metode merupakan sarana untuk
menemukan, menguji, dan menyusun data yang di perlukan bagi
pengembangan disiplin suatu ilmu. Karenanya dalam memfungsikan metode
terdapat suatu prinsip umum, yaitu prinsip agar pengajaran dapat disampaikan
dalam suasana menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan dan
motivasi, sehingga pelajaran atau materi itu dapat dengan mudah diberikan
guru kepada siswa. Banyaknya metode yang ditawarkan para ahli lebih
merupakan usaha mempermudah atau mencari jalan paling sesuai dengan
perkembangan jiwa si anak dalam menerima pelajaran.10
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan
pembelajaran, diantaranya yaitu:
a. Faktor Guru
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi
suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan
idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan,
karena keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan
tergantung kepada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik
dan taktik pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya berperan sebagai model
atau teladan bagi siswa yang diajarnya, tetapi juga sebagai pengelola
pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian, efektifitas dan
10 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 93-94
13
keberhasilan suatu proses pembelajaran terletak di pundak guru dalam
artian sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru.
b. Faktor Siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan
tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan
seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan
masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses
pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama
itu, disamping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
Seperti halnya guru, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses
pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa
yang menurut Dunkin disebut pupil formative experiences serta faktor sifat
yang dimiliki siswa (pupil properties). Aspek latar belakang meliputi jenis
kelamin siswa, tempat kelahiran, tempat tingla siswa, dan tingkat sosial
ekonomi siswa. Sedangkan dilihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi
kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap.11
c. Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung
terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran,
perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah
segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan
proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah,
kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan
membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. 12
Dengan demikian, sarana dan prasarana merupakan komponen penting
yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Terdapat beberapa
keuntungan bagi sekolah yang memiliki kelengkapan sarana dan
prasarana, diantaranya yaitu dapat menumbuhkan gairah dan motivasi guru
11 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan , (Jakarta:
Kencana, 2008), Ed. 1, Cet. 5, h. 54 12 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan..., h. 55
14
dalam mengajar serta dapat memberikan berbagai pilihan pada siswa untuk
belajar.
d. Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan
faktor iklim sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas yang didalamnya
meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang
bisa mempengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu
besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran khususnya
dalam menciptakan iklim belajar mengajar yang baik. Sedangkan faktor
iklim sosial-psikologis, maksudnya yaitu keharmonisan hubungan antara
orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat
terjadi secara internal atau eksternal. Adapun hubungan sosial-psikologis
secara intrnal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam
lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa,
siswa dengan guru. Sedangkan iklim sosial-psikologis eksteranal adalah
keharmoniasan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar.13
Pendapat lain mengatakan bahwa agar terwujudnya proses pembelajaran
yang efektif bisa dilakukan dengan cara:
a. Penyampaian materi pengajaran dengan bahasa yang jelas dan menarik
b. Menggunakan metode yang bervariasi
c. Adanya korelasi materi dengan humor
d. Menggunakan alat peraga yang tepat
e. Memberi penghargaan dan hukuman yang mendidik, serta sesuai dengan
perbuatannya. 14
13 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan..., h. 56-57
14 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2005), Cet.5, h. 166
15
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Metode Pembelajaran
Pada prinsipnya, tidak satu pun metode yang dapat dipandang sempurna
dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap bidang studi.
Karena itu, guru tidak boleh sembarangan memilih serta menggunakan metode
pembelajaran. Berikut merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi
pemilihan dan penentuan metode pembelajaran antara lain:
a. Tujuan yang hendak dicapai
Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan belajar
mengajar. Perumusan tujuan akan berpengaruh terhadap kemampuan anak
didik dan pemilihan metode yang akan digunakan. Oleh karenanya,
metode yang dipilih harus sejalan dengan taraf kemampuan yang hendak
diisi ke dalam diri setiap anak didik. Artinya metodelah yang harus tunduk
kepada tujuan dan bukan sebaliknya. Kemampuan yang bagaimana yang
dikehendaki oleh tujuan maka metode harus mendukung sepenuhnya.
b. Materi pelajaran
Materi pelajaran ialah sejumlah bahan ajar yang hendak disampaikan
guru kepada siswa. Setiap mata pelajaran memiliki materi yang berbeda-
beda, dan untuk menyiasati perbedaan tersebut maka diperlukan cara atau
metode pembelajaran yang tepat agar materi yang disampaikan dapat
dengan mudah difahami dan dikuasai oleh siswa, sehingga hasil belajar
yang diperolehnya pun dapat optimal.
c. Peserta didik
Peserta didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik yang
berbeda-beda, baik dari aspek psikologis maupun minat, bakat, kebiasaan,
motivasi, situasi sosial, lingkungan keluarga dan harapan terhadap masa
depannya. Dimana semua perbedaan tadi akan berpengaruh terhadap
penentuan metode pembelajaran.
d. Situasi
Situasi kegiatan belajar mengajar yang diciptakan guru tidak selamanya
sama dari hari ke hari. Oleh karenanya, dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran seorang guru diharuskan dapat menciptakan situasi yang
16
dinamis, tidak hanya melakukan proses pembelajaran di dalam kelas,
namun pada waktu tertentu guru sebaiknya melakukan proses
pembelajaran di luar kelas atau di alam terbuka.
e. Fasilitas
Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di
sekolah, lengkap tidaknya fasilitas belajar dapat mempengaruhi pemilihan
dan penggunaan metode mengajar. Fasilitas belajar yang lengkap akan
sangat membantu guru dalam memilih dan menggunakan metode yang
bervariasi, sebaliknya ketiadaan metode akan sangat mengganggu proses
pembelajaran terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode.
f. Guru
Setiap orang memiliki kepribadian, performance style, kebiasaan dan
pengalaman mengajar yang berbeda-beda. Adapun salah satu pengaruh
kompetensi mengajar guru adalah latar belakang pendidikan. Guru yang
berlatar belakang pendidikan keguruan biasanya lebih terampil dalam
memilih metode dan tepat dalam menerapkannya. Sedangkan guru yang
latar belakang pendidikannya kurang relevan, sekalipun tepat dalam
menentukan metode, namun sering mengalami hambatan dalam
penerapannya. Jadi, untuk menjadi seorang guru pada intinya harus
memiliki jiwa yang profesional.15
Selain itu, Syaiful Bahri Djamarah & Winarno Surakhmad (1991),
mengemukakan ada lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode
pembelajaran, yaitu:
a. Tujuan yang hendak dicapai
b. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya
c. Situasi berlainan keadaannya
d. Fasilitas bervariasi secara kualitas dan kuantitas
e. Kepribadian dan kompetensi guru yang berbeda-beda.16
15 Pupuh Faturrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 60-61 16 Pupuh Faturrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 15
17
Sedangkan Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar mengatakan bahwa ada
beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memillih dan mengaplikasikan
sebuah metode pembelajaran, yaitu:
a. Tujuan yang hendak dicapai b. Kemampuan guru c. Anak didik d. Situasi dan kondisi pengajaran berlangsung e. Fasilitias yang tersedia f. Waktu yang tersedia g. Kebaikan dan kekurangan sebuah metode.17
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
dalam pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran terdapat beberapa
faktor yang harus diperhatikan, diantaranya yaitu;
a. Harus adanya kesesuaian antara metode yang digunakan dengan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
b. Harus adanya kesesuaian antara metode yang digunakan dengan
kompetensi atau kemampuan yang dimiliki guru, karena berhasil atau
tidaknya suatu strategi pembelajaran tergantung kepada kepiawaian
atau kompetensi guru dalam menggunakan metode.
c. Harus adanya kesesuaian antara metode dengan karakteristik peserta
didik. Karena ia merupakan subjek belajar yang memiliki karakteristik
berbeda-beda. oleh karenanya, pemilihan dan penggunaan metode
yang dilakukan oleh guru diharapkan dapat menyiasati segala
perbedaan tersebut.
d. Harus adanya kesesuaian antara metode pembelajaran dengan situasi
dan kondisi pembelajaran berlangsung.
e. Ketersediaan fasilitas yang dapat menunjang atau membantu proses
pembelajaran terutama dalam memilih dan menggunakan metode yang
bervariasi.
17 Armai Areif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam..., h. 109
18
B. Minat Belajar 1. Pengertian Minat Belajar
Salah satu prinsip pendidikan adalah peserta didik dituntut secara aktif
mengambil bagian dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan. Oleh
karenanya, untuk mencapai hal tersebut maka harus ada minat atau dorongan
terlebih dahulu didalam diri seseorang.
Secara etimologi minat ialah kehendak, keinginan atau kesukaan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) “minat adalah kecenderungan hati
yang tinggi terhadap sesuatu.”18
Untuk lebih jauh memahami minat, maka peneliti mengemukakan
beberapa pendapat tentang pengertian minat, diantaranya yaitu sebagai
berikut:
a. Menurut Hilgard minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.”19
b. Menurut Abd. Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab “minat dapat
diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk memberikan perhatian
dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek
dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang.” Dalam batasan
tersebut terkandung suatu pengertian bahwa di dalam minat ada
pemusatan perhatian subjek, ada usaha (untuk mendekati/mengetahui
/menguasai) dari subjek yang dilakukan dengan perasaan senang, ada
daya penarik dari objek.20
c. Menurut psikologi minat (interest) adalah “suatu kecenderungan untuk
selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus.”
Minat ini erat kaitannya dengan perasaan terutama perasaan senang,
karenanya dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang
18 Tim Penyusun Kamus Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia..., h. 744 19 Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008), h. 27 20 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam
Persfektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 262-263
19
kepada sesuatu. Orang yang berminat kepada sesuatu berarti ia
bersikap senang kepada sesuatu itu.21
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah
dorongan-dorongan dari dalam diri peserta didik secara psikis dalam
mempelajari sesuatu dengan penuh kesadaran, ketenangan dan kedisiplinan,
sehingga menyebabkan individu secara aktif dan senang untuk melakukannya.
Sedangkan pengertian belajar menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut:
a. Menurut Skinner belajar adalah “suatu proses adaptasi atau
penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.”22
b. Menurut Thursan Hakim “belajar adalah suatu proses perubahan di
dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti
peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,
keterampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya.”23
c. Menurut Surya “belajar ialah suatu proses yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
kesseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.”24
d. Menurut Slameto dan Ali “belajar merupakan suatu usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh statu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.”25
21 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, h. 84 22 Pupuh Faturrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h 5 23 Pupuh Faturrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 6 24 Tohirin, Ms, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam: Berbasis Integrasi dan
Kompetensi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), Ed. 1, h. 8 25 Tohirin, Ms, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam…, h. 8
20
Dalam belajar, terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Ilmu yang dituntut adalah ilmu yang diridlai Allah 2. Berniat dan ikhlas karena Allah SWT 3. Beribadah dengan benar dan taat melaksanakan perintah Allah serta
menjauhi larangan-Nya 4. Bersungguh-sungguh, rajin dan ulet 5. Bersikap hormat dan sopan kepada siapapun, terutama kepada orangtua
dan guru.pendidik 6. Mengajarkan dan mengamalkan ilmu yang didapat.26
Jadi, belajar adalah suatu usaha yang dilakukan individu untuk
mengadakan perubahan tingkah laku baik pada aspek kognitif, afektif maupun
psikomotorik.
Berdasarkan beberapa pengertian minat dan pengertian belajar yang telah
dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah
suatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang
disengaja sehingga melahirkan rasa senang dalam menimbulkan perubahan
tingkah laku yang positif terhadap siswa. Selain itu, minat belajar ditimbulkan
oleh perasaan. Dengan perasaannya siswa mengadakan penilaian yang spontan
terhadap pengalaman-pengalaman belajar disekolah. Penilaian ini
diungkapkan dalam perasasan senang ataupun perasaan tidak senang. Perasaan
senang dapat dingkapkan dengan rasa puas, rasa gembira, simpati, dan lain
sebagainya.
Oleh karenanya, keberhasilan belajar tidak hanya tergantung kepada
kecemerlangan otak, tetapi sikap kebiasaan dan pengetahuan awal diduga juga
mempunyai andil yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan siswa,
begitu juga dengan minat siswa itu sendiri, karena dengan adanya minat
seseorang dalam melakukan suatu kegiatan akan menjalankannya dengan
penuh semangat untuk mencapai tujuannya dan akhir kegiatan dia akan
merasakan manfaat akan apa yang sudah dilakukan.
26 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan..., h.159
21
2. Fungsi dan Tujuan Minat Belajar
Sekurang-kurangnya ada tiga fungsi minat yang dapat mempengaruhi dan
membantu siswa untuk memiliki kecenderungan dalam belajar hadis, yaitu:
a. Motivating Force (Motivasi yang kuat).
Dikatakan sebagai Motivating Force karena berfungsi sebagai
kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar, karena siswa yang
berminat atau senang pada pelajaran yang diajarkan, maka ia terdorong
untuk terus tekun belajar. Oleh karena itu, proses awal pengajaran
hendaknya dimulai dengan usaha membangkitkan minat tersebut, bila
minat si anak telah muncul maka perhatian terhadap pelajaran akan
mengikutinya.
b. Mendorong siswa untuk bertanya.
Dalam suatu kelas bila terdapat siswa yang bertanya, biasanya seorang
guru merasa bangga karena dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut
menunjukkan bahwa siswa-siswinya mau memperhatikan apa yang telah
diajarkan. Siswa yang mengajukan pertanyaan biasanya ia berfikir
terhadap apa yang tidak diketahui. Hal inilah yang mendorong minat dan
perhatiannya terus memberanikan diri untuk bertanya.
c. Untuk mencapai tujuan pendidikan.
Mengembangkan suatu minat belajar pada peserta didik merupakan hal
yang penting dalam proses belajar mengajar, karena minat merupakan
suatu alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.27
Menurut Slameto (1987) minat belajar memiliki tujuan yang bersifat
permanen, yaitu terjadinya perubahan pada anak didik yang meliputi:
a. Perubahan yang terjadi secara sadar, sekurang-kurangnya sadar bahwa
pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah, kecakapannya
berkembang, dan lain-lain.
27 Baser, http://makalahpai.blogspot.com/2008/11/minat-siswa-terhadap-pemahaman-baca.
html, 10 Februari 2010
22
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. Belajar
bukan proses yang statis karena terus berkemabang secara gradual dan
setiap hasil belajar memiliki makna dan guna yang praktis.
c. Perubahan belajar bersifat positif dan aktif.
d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, bukan hasil belajar
jika perubahan itu hanya sesaat, seperti berkeringat, bersin dan lain-
lain.
e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah. Sebelum belajar
seseorang hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah pada
dirinya melalui belajar.
f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, bukan bagian-bagian
tertentu secara parsial.28
Sedangkan menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar di sekolah itu
ditujukan untuk mencapai:
a. Pengumpulan pengetahuan
b. Penanaman konsep dan kecekatan/keterampilan
c. Pembentukan sikap dan perbuatan. 29
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa minat belajar berfungsi
sebagai motivasi atau dorongan bagi siswa agar dapat mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan. Sedangkan tujuan minat belajar yaitu terjadinya
perubahan tingkah laku siswa ke arah yang lebih positif baik dalam aspek
kognitif (untuk memperoleh pengetahuan fakta/ingatan, pemahaman, aplikasi,
dan kemampuan berfikir analisis), afektif (untuk memperoleh sikap, apresiasi,
karakterisasi) maupun psikomotorik (untuk memperoleh keterampilan fisik
yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi
verbal dan non verbal) serta dapat menumbuhkan rasa ketertarikan siswa
dalam belajar sehingga ia menaruh perhatian yang lebih besar kepada hal
tersebut.
28 Pupuh Faturrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belaja Mengajar…, h. 10 29 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional..., h. 58
23
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Siswa merupakan subjek belajar yang memiliki minat yang berbeda-beda
yaitu ada yang memiliki minat tinggi dan ada pula yang memiliki minat
rendah. Secara garis besar perbedaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
yang mempengaruhinya, diantaranya yaitu:
a. Faktor Intern, meliputi:
1) Kondisi fisik/jasmani siswa saat mengikuti pelajaran. Faktor
kesehatan badan, seperti kesehatan yang prima dan tidak dalam
keadaan sakit atau lelah, akan sangat membantu dalam
memusatkan perhatian terhadap pelajaran.
2) Pengalaman belajar. Pengalaman belajar di jenjang pendidikan
sebelumnya sangat berkaitan dengan kemampuan awal (entry
behavior). Sebagaimana yang dikemukakan oleh Bloom yaitu
kemampuan awal adalah pengetahuan, keterampilan dan
kompetensi, yang merupakan prasyarat yang dimiliki untuk dapat
mempelajari suatu pelajaran baru atau lebih lanjut.30
b. Faktor Ekstern, meliputi:
1) Metode dan gaya mengajar guru.
Metode dan gaya mengajar guru juga memberi pengaruh terhadap
minat siswa. Oleh karena itu hendaknya guru dapat menggunakan
metode dan gaya mengajar yang dapat menumbuhkan minat dan
perhatian siswa. Cara penyampaian pelajaran yang kurang menarik
menjadikan siswa kurang berminat dan kurang bersemangat untuk
mengikutinya. Namun sebaliknya, jika pelajaran disampaikan dengan
cara dan gaya yang menarik perhatian, maka akan menjadikan siswa
tertarik dan bersemangat untuk selalu mengikutinya dan kemudian
mendorongnya untuk terus mempelajarinya.31
30 H. Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Belajar Mengajar,
(Jakarta: Delia Press, 2004), Cet. 2, h. 64 31 H. Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Belajar Mengajar...,
h. 64-65
24
Cara seorang guru dalam menyampaikan pelajaran sangat terkait
dengan tipe atau karakter kepribadiannya, seperti yang di kemukakan
Muhibin Syah, sebagai berikut:
a) Guru yang otoriter (Autoriterian)
Secara harfiah, otoriter berarti berkuasa sendiri atau sewenang-
wenang. Dalam PBM, guru yang otoriter mengarahkan dengan
keras segala aktivitas para siswa tanpa dapat ditawar-tawar. Hanya
sedikit sekali kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk
berperan serta memutuskan cara terbaik untuk kepentingan belajar
mereka, sehingga antara guru dan murid tidak terdapat hubungan
yang akrab.
b) Guru Laissez-Faire (Lezeifee)
adalah individualisme (paham yang menghendaki kebebasan
pribadi). Guru yang berwatak ini biasanya gemar mengubah arah
dan cara pengelolaan PBM secara seenaknya, sehingga
menyulitkan siswa dalam mempersiapkan diri. Sebenarnya guru
tersebut tidak menyenangi profesinya sebagai tenaga pendidik
meskipun ia memiliki kemampuan yang memadai.
c) Guru yang demokratis (Democratie)
Arti demokratis adalah bersifat demokratis yang pada intinya
mengandung makna memperhatikan persamaan hak dan kewajiban
semua orang. Guru yang memiliki sifat ini pada umumnya
dipandang sebagai guru yang paling baik dan ideal. Alasannya,
dibanding dengan guru yang lainnya guru tipe demokratis lebih
suka bekerjasama dengan rekan-rekan seprofesinya, namun tetap
menyelesaikan tugasnya secara mandiri. Ditinjau dari sudut hasil
pengajaran, guru yang demokratis dengan yang otoriter tidak jauh
berbeda. Akan tetapi dari sudut moral, guru yang demokratis dan
karenanya ia lebih disenangi oleh rekan-rekan sejawatnya maupun
oleh para siswanya sendiri.
25
d) Guru yang otoritatif (Authoritative)
Otoritatif berarti berwibawa karena adanya kewenangan baik
berdasarkan kemampuan maupun kekuasaan yang diberikan. Guru
yang otoritatif adalah guru yang memiliki dasar-dasar pengetahuan
baik pengetahuan bidang studi faknya maupun pengetahuan umum.
Guru seperti ini biasanya ditandai oleh kemampuan memerintah
secara efektif kepada para siswa dan kesenangan mengajak kerja
sama kepada para siswa bila diperlukan dalam mengikhtiarkan cara
terbaik untuk penyelenggaraan PBM. Dalam hal ini, guru ini
hampir sama dengan guru yang demokratis. Namun, dalam hal
memerintah atau memberi anjuran, guru yang otoritatif pada
umumnya lebih efektif, karena lebih disegani oleh para siswa dan
dipandang sebagai pemegang otoritas ilmu pengetahuan paknya.32
2) Tersedianya fasilitas dan alat penunjang pelajaran
Fasilitas dan alat dalam belajar memiliki peran penting dalam
memotivasi minat siswa pada suatu pelajaran. Tersedianya fasilitas dan
alat yang memadai dapat memancing minat belajar siswa. Sebagai
contoh, papan tulis, kapur tulis/spidol, ruangan kelas dan sebagainya.
Belajar dengan menggunakan fasilitas dan alat lebih efektif dan lebih
menyenangkan dibandingkan tanpa menggunakan alat peraga atau
hanya dengan teori saja.
3) Situasi dan kondisi lingkungan
Faktor situasi dan kondisi lingkungan yang dimaksud di sini adalah
situasi dan kondisi saat siswa melakukan aktivitas belajar di sekolah,
baik fisik ataupun sosial. Faktor kondisi lingkungan fisik termasuk di
dalamnya adalah seperti keadaan suhu, kelembaban, kepengapan
udara, pencahayaan dan sebagainya. Kondisi lingkungan sosial yang
lain, seperti suara mesin pabrik, hiruk-pikuk lalu lintas, gemuruh pasar
dan sebagainya, juga berpengaruh terhadap konsentrasi dan perhatian
32 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2002), cet. 7, h. 253-255
26
siswa saat belajar. Karena itulah disarankan hendaknya lingkungan
sekolah agar didirikan jauh dari pabrik, keramaian lalu lintas dan
pasar.33
Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa ada dua faktor yang dapat
mempengaruhi minat belajar, yaitu:
a. Faktor individual yaitu faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri.
Antara lain: faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan latihan,
motivasi, dan faktor pribadi.
b. Faktor sosial yaitu faktor yang ada di luar individual. Faktor yang
termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga,
guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam
mengajar, lingkungan, dan motivasi sosial.34
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum ada
dua faktor yang mempengaruhi timbulnya minat yaitu faktor intern
(bersumber dari dalam diri individu yang bersangkutan, misal: bobot, umur,
jenis kelamin, pengalaman, perasaan mampu, kepribadian, dan sebagainya)
dan faktor ekstern (berasal dari luar mencangkup lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat).
Menurut Maslow minat seseorang akan muncul bila sesuatu itu terkait
dengan kebutuhannya. Jadi, bahan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan
anak didik akan memotivasi atau membangkitkan minat anak didik dalam
jangka waktu tertentu.35 Apabila siswa tidak berminat kepada bahan/mata
pelajaran juga kepada gurunya, maka siswa tidak akan mau belajar.
Sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka akan mudah
dipelajari dan disimpan sehingga menambah semangat dalam kegiatan belajar
mengajar. Oleh karena itu, apabila siswa tidak berminat sebaiknya
33 H. Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Belajar Mengajar...,
h. 64-67 34 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam
Persfektif Islam..., h. 224-225 35 Pupuh Faturrohman dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 14
27
dibangkitkan sikap positif (sikap menerima) kepada pelajaran dan kepada
gurunya, agar siswa mau belajar memperhatikan pelajaran.
Karena itu guru harus bisa membangkitkan minat siswa. Sehingga bagi
siswa yang pada mulanya tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada
sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Pada dasarnya ada dua
macam cara untuk membangkitkan minat pada anak, diantaranya yaitu dengan
memberikan rangsangan serta memberi pujian dan dorongan atau motivasi.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak
mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas
belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu
tidak menyentuh kebutuhannya. Dan segala sesuatu yang menarik minat orang
tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Oleh
karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu membangkitkan minatnya
sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya
sendiri. Jadi motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas
belajar seseorang sehingga ia berminat terhadap sesuatu objek, karena minat
adalah alat motivasi dalam belajar.
C. Metode Pembelajaran Hadis 1. Pengertian Hadis
Secara Etimologis hadis berasal dari akar kata حدث يحدث حدوثا وحداثة
yang memiliki beberapa makna, diantaranya yaitu:
a. الجديد : baru b. الكالم : perkataan, omongan c. الخبر : kabar, berita d. الحكاية : hikayat, cerita 36
36 Tim Kashiko, Kamus Lengkap Arab-Indonesia, (Surabaya: Kashiko, 2000), h. 111
28
Sedangkan secara terminologis, banyak para ahli hadis memberikan
definisi tentang hadis. Salah satunya yaitu Mahmud Ath-Thahan yang
mendefinisikan hadis sebagai berikut:
ماجاء عن النبي صلى اهللا عليه وسلم سواء آان قوال أو فعال أو تقريرا
Sesuatu yang datang dari Nabi saw baik berupa perkataan atau perbuatan dan atau persetujuan. 37 Definisi di atas memberikan kesimpulan bahwa hadis mempunyai tiga
komponen yakni:38
Sedangkan menurut Abu Al-Baqa ”hadis adalah kata benda (isim) dari kata
at-tahdits yang diartikan al-ikhbar = pemberitaan, kemudian menjadi termin
nama suatu perkataan, perbuatan dan persetujuan yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad saw.”39
Pendapat serupa dikemukakan pula oleh ulama hadits yang mendefinisikan
bahwa hadis ialah segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi saw baik berupa
sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ikhwal nabi.40
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hadis ialah segala
sesuatu yang bersumber dari Nabi saw baik berupa perkataan, perbuatan,
ketetapan, maupun sikap atau kepribadiannya.
37 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2009), Ed. 1, Cet. 3, h. 2 38 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis...,h. 4 39 Abdul Majid Khon, Ulumul Hads...,h. 2 40 Endang Soetani, Ilmu Hadis, (Bandung: Amal Bakti Press, 1997), Cet. 2, h. 1-2
KOMPONEN HADIS
Perkataan Nabi/ Qawli
Perbuatan Nabi/ Fi’li
Persetujuan Nabi/ Taqriri
29
Dalam kenyataan yang kita lihat sekarang, hadis merupakan teks ucapan
Nabi, atau ucapan sahabat tentang apa yang dilihat atau didengarnya dari
Nabi. Teks itu diriwayatkan oleh para sahabat, diriwayatkan lagi oleh para
tabi’in, sampai kepada rawi terakhir yang mendapat ijazah untuk
meriwayatkan hadis, seperti Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasa’i,
Ibnu Majah, dan lailn-lain. Namun, sebagai sumber hukum Islam sesudah Al-
Qur’an dan sebagai nama suatu mata pelajaran, hadis ditulis dalam ejaan
Indonesia tanpa “t” sebelum “s” (hadis). 41
Ruang lingkup pengajaran hadis ini sebenarnya bergantung pada tujuan
pengajarannya pada suatu tingkatan perguruan yang dimuat dalam kurikulum
yang dilengkapi dengan GBPP-nya. Yang jelas semuanya adalah pelajaran
tentang teks dan pengertiannya, baik teks itu berasal dari ucapan nabi, atau
ucapan para sahabat tentang Nabi Muhammad saw. Pada perguruan tingkat
rendah, tentu sekedar terjemah atau alih bahasa saja berulang kali. Semakin
tinggi tingkatan perguruan, semakin luas dalam uraian dan penjelasannya. Dan
masalah yang dibicarakannya pun berbeda pada masing-masing tingkatan.
2. Pengertian Metode Pembelajaran Hadis
Metode merupakan suatu cara atau jalan yang terencana dan sistematis
yang digunakan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran yang
diharapkan melalui cara tersebut proses transfer pengetahuan dapat diterima
dengan baik sehingga siswa mampu memahami dan mengaplikasikan makna
yang terkandung dalam pengetahuan yang diterimanya tersebut.
Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan guru dalam
membelajarkan atau mengarahkan aktivitas siswa ke arah aktivitas belajar
serta merupakan proses interaksi baik antara guru dengan siswa maupun siswa
dengan siswa. Dimana dalam interaksi ini, terjadi proses saling mempengaruhi
sehingga terjadi perubahan perilaku pada diri pelajar dalam bentuk tercapainya
hasil belajar.
41 Zakiah Daradjat,Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004),
h. 100
30
Hadis ialah segala sesuatu yang diberitakan dari nabi SAW baik berupa
sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ikhwal nabi.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran hadis adalah suatu cara atau upaya yang ditempuh guru dalam
menyampaikan materi hadis sehingga membuat peserta didik dapat belajar,
butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus menerus
mempelajari hadis agar tercapainya tujuan belajar mengajar yang diharapkan
serta dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Tujuan Mata Pelajaran Hadis
Dalam KTSP hadis MTS terdapat beberapa tujuan atau kompetensi mata
pelajaran hadis, yaitu:
a. Memahami hadis-hadis tentang akhlak terhadap Ibu Bapak, sesama
manusia, dan perintah bertaqwa, meyakini kebenaran Islam dan
Istiqomah, cinta kepada Allah dan Rasul, makanan yang halal dan
baik, perintah menuntut ilmu, taat kepada Allah, Rasul dan
Pemerintah.
b. Memahami sejarah turunnya Hadis.
c. Memahami arti hadis dan macam-macamnya.
Sedangkan menurut Zakiah Daradjat tujuan yang akan dicapai setelah
mempelajari hadis ialah orang mengerti akan ajaran Islam yang berhubungan
dengan masalah yang dibicarakan dalam hadis tersebut.42 Oleh karenanya,
untuk mencapai tujuan tersebut maka diperlukan cara pengajaran yang
menyenangkan sehingga proses pembelajaran hadis itu tidak mati dan tidak
membosankan, yaitu disamping dengan cara yang menarik dan masuk akal
sesuai dengan alam pikiran anak belajar, maka isi dan orientasinya pun harus
dapat mengikuti perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan kebutuhan
yang logis dan wajar dalam artian bahwa pemberian materi hadis hendaknya
selalu berorientasi pada kenyataan dan kebutuhan pada waktu tertentu.
42 Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam..., h. 103
31
Namun, Ini bukan berarti bahwa ajaran agama yang terkandung dalam
hadis itu harus disesuaikan dengan semua kenyataan yang berlawanan dengan
prinsip ajaran agama, tetapi isi ajaran yang terkandung dalam hadis itu jangan
dipisahkan dengan kenyataan dan harus diusahakan dapat mengikuti
kenyataan dan merangkul kenyataan itu sesuai dengan prinsip ajaran yang
tekandung dalam hadis itu. Hal yang demikian tentu tidak mudah bagi seorang
guru hadis, tetapi dengan latihan dan kelincahan guru, diperkuat dengan
pengetahuan guru yang komprehensif, hal itu akan dapat dicapai.43
4. Macam-Macam Metode Pembelajaran Hadis
Dalam proses pembelajaran harus diupayakan mengunakan metode
pembelajaran yang bervariasi, karena berdasarkan hasil penelitian
(dikemukakan oleh Dr. Vernon A. Magnesen, 1983) ternyata penguasaan
materi pelajaran oleh anak/peserta didik menunjukkan:
10% dari apa yang dibaca
20% dari apa yang didengar
30% dari apa yang dilihat
50% dari apa yang dilihat dan didengar
70% dari apa yang dikatakan
90% dari apa yang dikatakan dan dilakukan 44
Secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih,
menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran
yang diinginkan. Pemilihan, penetapan dan pengembangan metode ini
didasarkan pada kondisi pengajaran yang ada. Apabila guru hanya
menggunakan satu metode saja dalam mengajar maka akan membosankan,
yang akhirnya siswa tidak tertarik memperhatikan pelajaran. Jadi hendaknya
guru dapat menggunakan berbagai metode mengajar yang bervariasi sesuai
dengan tujuan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran hadis.
Berikut ini adalah beberapa metode yang biasa diterapkan dalam proses
pembelajaran hadis, diantaranya yaitu:
43 Zakiah Daradjat, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam..., h. 104 44 Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan..., h. 167
32
a. Metode Kisah/Cerita
Metode kisah/cerita yaitu suatu metode yang digunakan guru dengan cara
bertutur kata atau memberikan penerangan/penjelasan kepada anak didik
secara lisan. Dalam penggunaan metode ini, seorang guru harus mampu
menyesuaikan tokoh dalam cerita tersebut (membuat suara dan mimik muka
yang berubah-ubah) sehingga pesan yang terkandung di dalamnya dapat
tersampaikan. Adapun penggunaan metode kisah/cerita ini terkandung dalam
Firman Allah swt yaitu:
☺
⌧
☺
Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-quran inikepadamu. Dan sesungguhnya kamu sebelum (aku mewahyukan) adalah termasuk orang-orang yang lalai. (Q.S Yusuf: 3)
Kandungan ayat ini mencerminkan bahwa cerita yang ada dalam al-Qur’an
merupakan cerita-cerita pilihan yang mengandung nilai pedagogis. Metode
kisah/cerita dalam Pendidikan Islam menggunakan paradigma al-Qur’an dan
Hadis Nabi Saw sehingga dikenal istilah “kisah Qur’ani dan kisah Nabawi.”
Kedua sumber tersebut memiliki substansi cerita yang valid tanpa diragukan
lagi kebenarannya. Oleh karenanya, metode kisah/cerita ini dapat digunakan
dalam menyampaikan materi pembelajaran hadis. Hal tersebut dikarenakan
bahwa dalam materi pembelajaran hadis banyak meredaksikan kisah yang
menyimpan nilai-nilai pedagogis-religius yang memungkinkan anak didik
mampu meresapinya.45 Disamping itu, kisah-kisah yang berasal dari
Rasulullah Saw selalu lengkap karena mengandung sekian banyak manfaat
dan terkait dengan sekian masalah. Ada kisah yang bertalian erat dengan
tauhid yang mana dengan kisah itu beliau menerangkan keimanan kepada
Allah swt (perintah shalat yang didalamnya terdapat kisah nabi ketika
melaksanakan isra’ mi’raj), keharusan bersabar terhadap takdir-Nya,
45 Pupuh Faturrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar…, h. 62
33
menyerahkan secara penuh segala urusan kepada-Nya, keutamaan bertaubat,
jujur dalam pergaulan, keutamaan tawakal, dan sebagainya. Ada pula kisah
yang bertalian erat dengan akhlak yaitu akhlak terhadap Ibu Bapak, sesama
manusia, dan sebagainya.
Berdasarkan hal tersebut, dapat difahami bahwa metode cerita atau kisah
yang digunakan guru dalam pembelajaran hadis dianggap efektif dan
mempunyai daya tarik yang kuat sesuai dengan sifat alamiah manuisa yang
menyenangi cerita. Hal ini terlihat dari perhatian dan kegembiraan yang
mereka ekspresikan ketika mendengarkan cerita guru.
b. Metode Bandongan
Dalam dunia pendidikan Islam terdapat dua metode pembelajaran yang
dikenal dengan istilah sorogan dan bandongan. Metode sorogan merupakan
metode pembelajaran di mana santri membacakan dan menjelaskan dari kitab
dan kyai hanya menjadi pengawas atau penguji sedangkan metode bandongan
adalah kebalikan dari metode sorogan yaitu kyai membacakan penjelasan
kitab kuning dan didengarkan semua santrinya. Metode ini relative cocok
dengan pertimbangan jumlah santri yang cukup banyak dan kyai pengampu
yang relatif sedikit.
Metode bandongan ini didasarkan kepada pristiwa yang dialami Nabi Saw
ketika menerima wahyu melalui Malaikat Jibril, mereka langsung bertemu
satu persatu, yaitu antara Malaikat Jibril dan Nabi Saw. Dan juga ketika Nabi
Saw setelah menerima wahyu kemudian menyampaikan kepada para
sahabatnya serta membimbing bacaannnya, kemudian di antara para sahabat
juga ada yang mencatat bacaan-bacaan yang disampaikan Nabi.
Metode bandongan menurut Imran Arifin, yaitu ”kyai membaca suatu
kitab dalam waktu tertentu dan santri membawa kitab yang sama, kemudian
santri mendengarkan dan menyimak tentang bacaan kyai tersebut.”46
Definisi serupa dikemukakan pula oleh Zamakhsyari Dhofier yang
mengatakan bahwa:
46 Armei Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam…, h. 154
34
Metode bandongan adalah sekelompok murid (antara 5-500) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam Bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah fikiran yang sulit.47
Sedangkan Armei Arief berpendapat bahwa:
Metode bandongan adalah kyai menggunakan bahasa daerah setempat, kyai membaca, menerjemahkan, menerangkan, kalimat demi kalimat kitab yang dipelajarinya, santri secara cermat mengikuti penjelasan yang diberikan oleh kyai dengan memberikan catatan-catatan tertentu pada kitabnya masing-masing dengan kode-kode tertentu sehingga kitabnya disebut kitab jenggot karena banyaknya catatan yang menyerupai jenggot kyai.48
Selain itu, metode bandongan disebut juga dengan wetonan. Metode
bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau Ustadz terhadap sekelompok
santri yang akan mendengarkan dan menyimak kitab yang dibacanya.
Sementara sang Kyai atau Ustadz membaca, menerjemahkan, menerangkan,
dan mengulas teks-teks kitab berbahasa arab tanpa harakat (gundul), dengan
memegang kitab yang sama, masing-masing santri melakukan pendhabithan
harakat, pencatatan simbol-simbol kedudukan kata, dan arti-arti kata langsung
di bawah kata yang dimaksud. Selain itu juga keterangan lain yang dianggap
penting dan dapat membantu dalam memahami teks.49
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode bandongan adalah
salah satu metode pembelajaran dalam pendidikan Islam termasuk
pembelajaran hadis. Dimana siswa/santri tidak menghadap guru/kyai satu
demi satu, tetapi semua peserta didik menghadap guru dengan membawa
buku/kitab masing-masing. Kemudian guru membacakan, menerjemahkan,
menerangkan kalimat demi kalimat dari kitab berbahasa arab ke dalam bahasa
lokal, sementara santri secara cermat mengikuti penjelasan yang diberikan
oleh kyai dengan memberikan catatan-catatan tertentu. Metode ini dilakukan
47 Armei Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam..., h. 153 48 Armei Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam…, h. 154 49 Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, (Tangerang: Media Nusantara, 2006),
Cet.1, h. 60-61
35
dalam rangka memenuhi kompetensi kognitif dan memperluas referensi
keilmuan bagi siswa.
Dalam tahammul al-hadis (menerima hadis) metode bandongan atau
wetonan disebut juga dengan metode sama’ yang artinya mendengarkan secara
langsung hadis dari syekh. Dalam prakteknya seorang syeikh/kyai membaca
hadits dan seorang murid mendengarkannya, baik dia membaca dari kitabnya
atau dari hafalannya.50
Adapun syarat-syarat penggunaan metode bandongan adalah:
1) Metode ini cocok diberikan kepada anak yang baru belajar kitab
2) Murid yang diajarkan sekurang-kurangnya lima orang
3) Tenaga guru yang mengajar sedikit sedangkan yang diajarkan banyak
4) Bahan yang akan diajarkan terlalu banyak, sedangkan alokasi
waktunya sedikit.51
Sejalan dengan hal tersebut, maka seorang kyai atau ustadz sebelum
melangsungkan proses pembelajaran harus memperhatikan beberapa hal,
diantaranya yaitu:
1) Santri yang mengikuti kegiatan pembelajaran adalah santri yang sudah bisa membaca
2) Penentuan mata pelajaran, kitab, bab, bagian dan topik yang dipelajari disesuaikan dengan urutan dan jadwal yang telah ditentukan serta tetap memperhatikan tingkat kemampuan santri
3) Walaupun yang lebih aktif dalam pembelajaran adalah kyai atau ustadz, tetapi para santri juga perlu dilibatkan dengan berbagai macam cara, seperti tanya jawab, dan lain sebagainya.
4) Untuk membantu pemahaman santri, kyai atau ustadz dapat mempergunakan alat peraga, alat bantu, atau alat media pengajaran seperti: papan tulis, OHP, pengeras suara, peta, dan lain sebagainya.52
Adapun evaluasi dalam kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode
bandongan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Pertama, pada setiap tatap muka atau pada tatap muka tertentu.
Kedua, pada saat telah dikhatamkannya pengkajian sebuah kitab.
50 Azis, http://hanumsyafa.wordpress.com/2010/03/16/tahammul-hadits-cara-menerima-dan-
menyampaikan-hadits, 20 Mei 2010 51 Armei Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam..., h. 156 52 Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren..., h. 61-62
36
Dalam kaitan ini, kyai atau ustadz menilai berbagai aspek yang berada pada
santri, diantaranya yaitu:
1) Aspek kognitif (pengetahuan) dilakukan dengan menilai kemampuan
santri dalam membaca, dan menjelaskan materi kitab.
2) Aspek afektif (sikap) dapat dinilai dari sikap dan kepribadian santri
dalam kehidupan keseharian.
3) Aspek skill (keterampilan) yang dikuasi oleh para santri dapat dilihat
melalui praktik kehidupan sehari-hari dalam bidang ibadah, akhlaqul
karimah dan lain sebagainya.53
c. Metode Hafalan
Pengertian metode hafalan menurut beberapa ahli pendidikan diantaranya
yaitu:
”Metode hafalan adalah cara mempelajari isi kitab yang telah dipelajari
dari kyai (para pembantunya) dengan cara menghafal, dimana para santri
diharuskan menghafal satu bab dari (satu pelajaran) untuk di perdengarkan
kepada kyai (para pembantunya)”.54
Metode hafalan adalah suatu metode yang berlangsung dimana santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya. Materi hafalan biasanya dalam bentuk syair/nazham. Sebagai pelengkap metode hafalan sangat efektif untuk memelihara daya ingat (memorizing) santri terhadap materi yang dipelajari, karena dapat dilakukan baik di dalam maupun diluar kelas.55 Metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu
teks tertentu di bawah bimbingan dan pengawasan seorang ustadz/kyai. Para
santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu
tertantu. Hafalan yang dimiliki santri ini kemudian di demonstrasikan di
hadapan sang ustad/kyai, baik secara periodik atau insidental, tergantung
kepada keinginan sang guru.56
53 Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren..., h. 65-66 54 Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren…, h. 75 55 M. Sulthon Masyhud dan Moh. Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva
Pustaka, 2005), cet. 2, h. 89 56 Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren…,h. 72-73
37
Metode hafalan umumnya digunakan dalam pembelajaran kitab yang
berbentuk nazham atau syair. Dalam pelaksanaannya, santri ditugasi untuk
menghafalkan bagian tertentu dari kitab, untuk kemudian di demonstrasikan di
depan sang kyai atau ustadz. Setelah mendapat materi pelajaran tertentu dari
kitab, mereka kemudian disuruh menghafal teks yang telah dipelajari untuk
disetorkan, disorogkan (diucapkan secara hafal) pada pertemuan berikutnya di
hadapan kyai atau ustadz.57
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode hafalan adalah
suatu cara yang digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar dimana
siswa diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan pilihan dalam jangka
waktu tertentu. Hafalan yang dimiliki siswa ini kemudian di setorkan
dihadapan kyai atau ustadz. Dengan demikian, titik tekan pada pembelajaran
ini adalah siswa mampu mengucapkan atau melafalkan sekumpulan materi
pembelajaran secara lancar dengan tanpa melihat atau mem\baca teks.
Al-Qabisy mengemukakan bahwa metode belajar yang efektif, yaitu
dengan cara menghafal, melakukan latihan dan demonstrasi. Belajar dengan
cara menghafal yang dimulai dengan memahami pelajaran dengan baik akan
membantu hafalan yang baik. Oleh karenanya, baik pendidikan pada zaman
nabi maupun pendidikan modern sekarang ini menganjurkan agar mengajar
anak-anak dengan cara menghafalkan pelajaran agama serta memahami
maksudnya secara jelas. Metode hafalan yang di ajukan Al-Qabisy didasarkan
pada hadis nabi saw yang menyebutkan bahwa:
Perumpamaan Al-Quran itu seperti unta yang diikat dengan tali, jika pemiliknya mengokohkan ikatannya, unta itu akan terikat erat pula, dan jika ia melepaskan tali ikatannya, maka ia akan pergi. 58
Atas dasar hadis di atas dapat diketahui bahwa meskipun metode hafalan
umumnya dipakai untuk menghafal kitab-kitab tertentu dalam bentuk syair
semisal Alfiyah Ibnu Malik, Imriti, dan sebagainya. Namun metode ini juga
sering digunakan untuk menghafalkan al-Quran baik surat-surat pendek
57 Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren…,h. 73 58 Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2001), h. 34
38
maupun secara keseluruhan serta digunakan untuk menghafalkan hadis. Hal
tersebut dikarenakan hadis merupakan sumber hukum Islam kedua setelah al-
Quran, oleh karenanya sebuah keharusan bagi umat Islam untuk dapat
memahami dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dan salah
satu caranya yaitu dengan menghafal. Jika hafalan itu diulang-ulanginya,
maka ia akan tetap mengingatnya, dan jika ia tidak pernah membacanya, maka
ia akan melupakannya (hilang hafalannya).
Berdasarkan hal tersebut, maka SMP Riyadlul Jannah dalam
menyampaikan materi hadis menggunakan metode hafalan. Adapun langkah-
langkahnya yaitu pertama-tama guru memberikan beberapa hadis pilihan
kepada siswa, kemudian hadis yang telah diberikan tersebut dibaca bersama-
sama secara lantang dengan dituntun oleh guru (biasannya diulang sebanyak 3
kali), setelah itu guru memberikan waktu kepada siswa ± 15 menit untuk
menghafal hadis secara individu. Setelah dirasa cukup, maka hafalan yang
dimiliki siswa tersebut disetorkan kepada guru. Bagi siswa yang telah
menghafal hadis secara baik, guru memintanya untuk menuliskan hafalan
hadisnya di papan tulis. Sedangkan bagi siswa yang belum menyetorkan
hafalannya, maka guru akan memberikan waktu tambahan yaitu sampai
dengan pertemuan minggu depan. Adapun Cara mengevaluasi kegiatan belajar
santri dalam menggunakan metode hafalan dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Pertama, evaluasi pada setiap kali tatap muka yaitu santri menyetorkan tugas
hafalannya kepada kyai atau ustadz. Jika dapat menghafal dengan
baik, dia diperbolehkan untuk melanjutkan pelajarannya.
Sebaliknya, jika belum, dia harus mengulang hafalannya sampai
lancar pada pertemuan yang akan datang.
Kedua, evaluasi pada waktu telah diselesaikannya seluruh hafalan yang
ditugaskan kepada santri. Praktiknya, sang kyai atau ustadz
membacakan sepotong teks yang kemudian santri diminta untuk
melanjutkan hingga sempurna.59
59 Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren..., h. 73-74
39
D. Kerangka Berfikir Metode pembelajaran hadis adalah suatu cara atau upaya yang ditempuh guru
dalam menyampaikan materi ajar sehingga membuat peserta didik dapat belajar,
butuh belajar, terdorong belajar, mau belajar, dan tertarik untuk terus menerus
mempelajari hadis sehingga kompetensi atau tujuan pembelajaran hadis dapat
tercapai.
Sedangkan minat belajar adalah suatu keinginan atau kemauan seseorang yang
disertai dengan perhatian dan keaktifan yang disengaja sehingga melahirkan rasa
senang yang diwujudkan dalam perubahan tingkah laku, baik perubahan dalam
aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
Salah satu cara yang dapat ditempuh guru dalam menciptakan proses
pembelajaran yang efektif khususnya dalam pembelajaran hadis yaitu perlu
adanya metode Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan (PAIKEM) sehingga melalui cara tersebut, siswa mampu
mencapai kompetensi yang diharapkan dan proses kegiatan belajar mengajar pun
menjadi lebih kondusif atau tidak membosankan. Oleh karenanya, Para ahli
memberikan berbagai macam alternatif metode yang bertujuan untuk
memudahkan para guru dalam mencapai kompetensi belajar mengajar yang
diharapkan. Jika cara penyampaian atau metode yang diterapkan guru lebih
komunikatif maka akan menimbulkan perhatian, kesenangan atau minat terhadap
materi yang disampaikannya sehingga siswa mampu menyerap, memahami dan
mengaplikasikan makna yang terkandung dalam pelajaran hadis tersebut. Namun
sebaliknya, jika cara penyampaian yang digunakan guru tidak tepat atau tidak
relevan dengan materi yang dibahas, maka akan berdampak pada kurangnya
perhatian atau kemauan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
sehingga materi yang diajarkan pun kurang dapat dicerna oleh siswa.
Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa salah satu faktor penyebab
berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran ditentukan oleh metode yang
digunakan guru. Jika metode yang digunakan telah sesuai atau tepat maka hal
40
tersebut akan dapat menumbuhkan minat belajar siswa sehingga siswa terdorong
untuk memberikan perhatian yang lebih besar kepada mata pelajaran hadis.
Oleh karenanya, dalam penggunaan metode pembelajaran hadis, seorang guru
harus memperhatikan dan mengetahui minat siswa. Karena jika seseorang
memiliki minat tinggi maka ia akan cenderung untuk memberikan perhatian yang
lebih besar terhadap subjek tersebut, sehingga hasil yang di perolehnya pun
maksimal karena di dasari dengan rasa suka atau ketertarikan. Sebaliknya, jika
minatnya rendah maka akan mengakibatkan kurangnya intensitas kegiatan dalam
hal ini siswa tidak akan mau belajar, sehingga akan menimbulkan hasil yang
kurang memuaskan pula. Dan salah satu cara untuk mewujudkan proses
pembelajaran hadis yang efektif yaitu melalui penggunaan metode yang
bervariasi. Untuk mengetahui siswa berminat atau tidak terhadap mata pelajaran
hadis dapat dilihat atau diekspresikan melalui suatu pernyataan yang
menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai pelajaran hadis daripada pelajaran
lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi aktif dalam aktivitas
pembelajaran hadis, serta cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap mata pelajaran hadis.
Berdasarkan hal di atas, maka peneliti ingin mengetahui metode pembelajaran
hadis dan pengaruhnya terhadap minat belajar siswa di SMP Riyadlul Jannah.
E. Hipotesis Berdasarkan kajian teori di atas, maka dirumuskan hipotesis. Hipotesis dapat
diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat
pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran hadis dan pengaruhnya
terhadap minat belajar siswa di SMP Riyadlul Jannah.
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Riyadlul Jannah yang berlokasi di Jl.
Raya H. Mad Nur Desa Babakan Kec. Ciseeng Kab. Bogor Prop.Jawa Barat.
Waktu penelitian adalah pada bulan Februari-Mei 2010.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian
survei. Adapun teknik pengumpulan data dapat peneliti peroleh dengan cara
penyebaran angket untuk mendapatkan informasi mendalam tentang metode
pembelajaran hadis dan pengaruhnya terhadap minat belajar siswa pada mata
pelajaran hadis, dan observasi serta wawancara untuk mendalami data yang telah
di dapat dari angket.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu;
1. Variabel Independent (Variabel X)
Yaitu variabel bebas yang mempengaruhi variabel lain. Dalam hal ini
variabel X yang dimaksud adalah metode pembelajaran hadis yang merupakan
suatu cara yang ditempuh guru dalam menyampaikan materi ajar serta
membuat siswa mau dan merasa tertarik untuk mempelajari hadis sehingga
tercapainya kompetensi belajar yang diharapkan.
42
2. Variabel Dependent (Variabel Y)
Yaitu variabel terikat yang merupakan variabel yang dipengaruhi oleh
variabel bebas. Dalam hal ini variabel Y yang dimaksud adalah minat belajar
siswa pada mata pelajaran hadis yaitu suatu perhatian lebih yang diberikan
siswa dalam mempelajari hadis sehingga melahirkan rasa senang sehingga
terjadinya perubahan tingkah laku. Adapun indikator minatnya adalah
perhatian dalam belajar, perasaan senang, giat belajar, dan mengerjakan tugas.
Hubungan antara kedua variabel, yaitu variabel independent dan variabel
dependent dapat divisualisasikan dalam bentuk sebagai berikut:
Keterangan:
X : Metode Pembelajaran Hadis
Y : Minat Belajar Siswa
D. Populasi dan Sampling
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII, VIII,
dan IX SMP Riyadlul Jannah dengan jumlah keseluruhan yaitu 87 siswa.
Adapun rinciannya yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1
Daftar Jumlah Siswa SMP Riyadlul Jannah
Jenis Kelamin No Kelas
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 VII 15 13 28
2 VIII 18 18 36
3 IX 11 12 23
Jumlah
44 43 87
X Y
43
2. Sample
Dikarenakan jumlah populasi yang ada kurang dari 100 siswa, maka
sampel bersifat sampel jenuh. Hal tersebut sependapat dengan Suharsimi
Arikunto di dalam buku prosedur penelitian yang menyatakan bahwa apabila
subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi. Oleh karenanya sample dalam penelitian ini
adalah seluruh populasi, yaitu 87 siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan:
1. Angket
Yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan peneliti untuk
memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para responden tentang
metode pembelajaran hadis dan pengaruhnya terhadap minat belajar siswa
pada mata pelajaran hadis.
Angket/kuesioner yang disediakan dalam penelitian ini berupa pernyataan
yang bersifat tertutup dimana option jawaban sudah ditentukan seluruhnya
terlebih dahulu oleh peneliti dan responden tidak diberi kesempatan untuk
memberikan jawaban yang lain.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrument Angket/Kuesioner
No Variabel Indikator Nomor
Butir Jumlah
1 Metode
Pembelajaran
1. Kesesuaian antara metode dengan
materi ajar
2. Kemampuan guru dalam
menggunakan alat bantu
pengajaran dalam proses
pembelajaran hadis
1, 2, 3, 4, 5
6, 7
5
2
44
2. Observasi
Yaitu pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti pada kelas VII,
VIII, dan IX SMP Riyadlul Jannah mengenai kegiatan proses kegiatan belajar
mengajar yang berlangsung di kelas. Adapun pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti lebih terfokus pada metode pembelajaran yang digunakan dalam mata
pelajaran hadis dan pengaruhnya terhadap minat belajar siswa pada mata
pelajaran hadis dengan indikatornya yaitu perhatian dalam belajar, perasaan
senang, giat belajar, dan mengerjakan tugas.
3. Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memberikan beberapa
pertanyaan kepada responden yang meliputi kepala sekolah dan dua orang
guru bidang studi hadis guna mendapatkan informasi/data tentang profil SMP
Riyadlul Jannah, kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran hadis,
metode yang digunakan atau diterapkan dalam pembelajaran hadis, minat
belajar siswa dalam mata pelajaran hadis, kendala yang dihadapi serta cara
pemecahan masalah/solusi yang dilakukan.
3. Kemampuan guru dalam
menguasai materi
4. Kemampuan guru dalam
menumbuhkan minat belajar
siswa
8, 9, 10, 11
12, 13, 14,
15
4
4
2 Minat Belajar 1. Perhatian dalam belajar hadis
2. Perasaan senang dalam
mempelajari hadis
3. Giat belajar hadis
4. Tekun dalam mengerjakan tugas
hadis
1, 2, 3, 4
5, 6, 7, 8, 9,
10
11, 12, 13
14, 15
4
6
3
2
45
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
1. Teknik Pengolahan Data
Dalam proses pengolahan data, ada beberapa kegiatan yang dilakukan
peneliti, yaitu:
a. Editing
Editing yang dilakukan peneliti yaitu dengan cara melihat, memeriksa
atau meneliti setiap daftar pertanyaan angket/kuesioner yang telah diisi
oleh responden. Untuk kegiatan editing ini, peneliti langsung memeriksa
kuesioner pada hari itu juga, sehingga apabila terdapat keraguan dapat
dilakukan pengecekan kepada responden saat itu juga.
b. Coding
Coding yang dilakukan yaitu dengan cara mengklasifikasi data dan
memberi kode untuk masing-masing pertanyaan yaitu mengkode dari
jawaban yang berbentuk huruf ke dalam bentuk angka.
Untuk jawaban pernyataan positif dalam variable X, skornya ialah:
Selalu (S) : 4
Sering (Sr) : 3
Kadang-Kadang (Kd) : 2
Tidak Pernah (TP) : 1
Sedangkan untuk jawaban pernyataan negatif dalam variable X,
skornya ialah:
Selalu (S) : 1
Sering (Sr) : 2
Kadang-Kadang (Kd) : 3
Tidak Pernah (TP) : 4
Untuk jawaban pernyataan positif dalam variable Y, skornya ialah:
Sangat Setuju (SS) : 4
Setuju (S) : 3
Tidak Setuju (TS) : 2
Sangat Tidak Setuju (STS) : 1
46
Sedangkan untuk jawaban pernyataan negatif dalam variabel Y,
skornya ialah:
Sangat Setuju (SS) : 1
Setuju (S) : 2
Tidak Setuju (TS) : 3
Sangat Tidak Setuju (STS) : 4
c. Tabulasi
Tabulasi yang dilakukan yaitu dengan memeriksa jawaban-jawaban
dari tiap responden/siswa, lalu dijumlah dan menghasilkan skor total,
kemudiian diklasifikasikan dan ditabulasikan (dibuat tabel) data yang di
dapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat satu tabel masing-masing.
Adapun rumusnya:
Keterangan:
p : Angka persentase
f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Number of cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu).1
2. Analisis Data
Berdasarkan data hasil presentase di atas, selanjutnya dilakukan analisa
dengan menggunakan teknik analisa korelasi product moment untuk
mendapatkan hasil seberapa besar pengaruh metode pembelajaran hadis
terhadap minat belajar siswa kelas VII, VIII dan IX pada mata pelajaran hadis
di SMP Riyadlul Jannah.
Untuk menganalisis data, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai
berikut:
1 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), Ed.1, h. 43
p N
f = 100% X
47
a. Mencari korelasi yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan yang signifikan antara metode pembelajaran hadis terhadap
minat belajar siswa. Serta untuk mengetahui apakah hubungan kedua
variabel tersebut termasuk hubungan erat, cukup atau lemah. Namun,
dikarenakan N lebih dari 30, maka peneliti menggunakan rumus ”r”
product moment.
Adapun rumusnya yaitu:2
Keterangan:
rxy = Jumlah hasil perkalian silang (product of the moment) antara
frekuensi sel (f) dengan x′ dan y′
Cx′ = Nilai koreksi pada variable X yang dapat dicari/diperoleh
dengan rumus:
Cy′ = Nilai koreksi pada variable Y yang dapat dicari/diperoleh
dengna rumus:
SDx′ = Deviasi standar skor X dalam arti tiap skor sebagai 1 unit
SDy′ = Deviasi standar skor Y dalam arti tiap skor sebagai 1 unit
N = number of cases
Setelah nilai rxy diketahui maka peneliti memberikan interpretasi secara
sederhana terhadap angka indeks korelasi product moment (rxy), pada
umumnya digunakan pedoman sebagai berikut:3
2 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan…, h. 220
∑x′y′
N ( Cx′ ) ( Cy′ )
(SDx′) (SDy′) =rxy
∑fx′ N
=Cx′
∑fy′ N
=Cy′
48
Tabel 3.3
Pedoman Interpretasi Secara Sederhana Terhadap Angka Indeks
Korelasi “r” Product Moment (rxy)
b. Merumuskan (membuat) hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil atau
hipotesis nol (Ho)
c. Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah diajukan,
dengan jalan memperbandingkan besarnya “r” yang telah diperoleh dalam
proses perhitungan atau “r” observasi (ro) dengan besarnya “r” yang
tercantum dalam tabel nilai “r” product moment (rt). Dengan terlebih
3 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan…, h. 193
Besarnya ”r”
product moment
(rxy)
Interpretasi
0,00-0,20
0,20-0,40
0,40-0,70
0,70-0,90
0,90-1,00
Antara variable X dan variable Y memang terdapat
korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau
sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan
(dianggap tidak ada korelasi antara variable X dan
variable Y)
Antara variable X dan varibel Y terdapat korelasi yang
lemah atau rendah
Antara variable X daan Variable Y terdapat korelasi
yang sedang atau cukup
Antara variable X dan Variable Y terdapat korelasi
yang kuat atau tinggi
Antara variable X dan variabel Y terdapat korelasi
yang sangat kuat atau sangat tinggi
49
dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedom-nya (df)
yang rumusnya adalah sebagai berikut:
df = N - nr
Keterangan:
df = Degress of freedom
N = Number of cases
Nr = Banyaknya variable yang kita korelasikan (karena teknik analisis
korelasi yang kita bicarakan disini adalah teknik analisis
korelasional bivariat, maka nr akan selalu = 2, sebab variabel
yang kita korelasikan hanya dua buah).
Dengan diperolehnya db atau df maka dapat dicari besarnya “r” yang
tercantum dalam tebel nilai “r” product moment, baik pada taraf signifikasi
5% maupun pada taraf signifikasi 1%.
Jika ro sama dengan atau lebih besar dari pada rt maka hipotesis alternative
(Ha) disetujui atau diterima atau terbukti kebenarannya. Berarti memang benar
antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi positif yang signifikan.
Sebaliknya, hipotesis nihil (Ho) tidak dapat disetujui atau tidak dapat diterima
atau tidak terbukti kebenarannya. Ini berarti bahwa hipotesis nihil yang
menyatakan tidak adanya korelasi antara variable X dan Variabel Y itu salah.4
4 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan…, h. 194 -195
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Sejarah Berdirinya SMP Riyadlul Jannah SMP Riyadlul Jannah merupakan salah satu sekolah swasta yang
beralamat di Jl. H. Madnur Ds. Binong Kel. Babakan Kec. Ciseeng Kab.
Bogor. SMP Riyadlul Jannah berada dibawah Yayasan Pondok Pesantren
Riyadlul Jannah yang telah berdiri sejak tahun 1993. Pada saat itu Pimpinan
Pondok Pesantren Riyadlul Jannah (KH. M. Supriadi AM, SE) mengajar di
Asy-Syidiqiyah kemudian ada seorang wali santri yang dermawan (KH. M.
Syamsuddin) yang mewakafkan tanahnya seluas 1 hektar berikut pagar dan 2
rumah. Setelah mempersiapkan beberapa hal akhirnya pada tanggal 2 Mei
1994 berdirilah sekolah SMP Riyadlul Jannah dan pada tahun inilah proses
belajar mengajar dimulai dengan SK No 199/102/KEP/0T/96.
Pada awalnya sekolah ini dinamakan Darul Mukhlisin, namun dikarenakan
lokasi yang berdekatan dengan Pondok Pesantren Al-Muklisin, jadi nama
tersebut diganti dengan nama Riyadlul Jannah. Adapun nama Riyadlul
Jannahnya sendiri diberikan oleh mertua KH. M. Supriadi AM, SE. Nama ini
juga tercantum di dalam kitab Hadis Bab 2 Ad-Dzikru yang artinya tempat
orang-orang berzikir, dan hal itu pula yang diterapkan di SMP Riyadlul
Jannah yaitu tidak lepas dari dzikir.
51
Berkat dukungan dan kerja keras baik yang dilakukan oleh pihak sekolah
dan masyarakat akhirnya pada tanggal 23 Januari 2006 SMP Riyadlul Jannah
telah memiliki status yaitu terakreditasi B dengan No. 421/167 DIKMEN.
SMP Riyadlul Jannah tidak hanya membekali santri dengan ilmu
pengetahuan agama dan umum, tetapi juga mendidik mereka menjadi seorang
yang mukminin, berakhlak karimah, dan selalu membimbing santrinya untuk
berpola kehidupan yang sederhana dalam berbagai hal dengan mengutamakan
semangat bersilaturahmi.
2. Keadaan Guru dan Siswa
a. Keadaan Guru
Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu lembaga
pendidikan, karena figur seorang guru dalam ruang geraknya maupun
aktifitasnya selalu diperhatikan oleh siswa. Berdasarkan data yang
dikumpulkan melalui observasi dan wawancara dapat diketahui bahwa
sebagian dari guru SMP Riyadlul Jannah memiliki latar belakang pendidikan
Sarjana (S1 dan S2), Diploma (D2 dan D3) dan lulusan MA/SMA. Adapun
rinciannya yaitu sebagai berikut:
52
Tabel 4.1
Keadaan Guru
No Nama Guru Pendidikan
Terakhir Jabatan
Guru Bidang
Studi
1 Acep Saripudin S. Ag S1 IAIN Jkt Kepala Sekolah Bhs. Indonesia
2 Agus Sunarti, M. Ag S2 UIN Jkt Guru Biologi
3 Usup S.Ag S1 IAIN Jkt PKS Kurikulum Geografi
4 Jayadi, S. Sos S1 UIN Jkt Guru Sejarah
5 Maliyatul Fitriah, S. SE S1 UIN Jkt Guru Ekonomi
6 Drs. Nurrohmat S1 IAIN Sby Guru Sejarah
7 Defri Hamdani S1 UIN Jkt Guru Bhs. Indonesia
8 Yantih S1 SIFA Guru SKI, Mahfuzot
9 A. Muhaimin, A. Md D3 ISTA Jkt Guru Komputer
10 Drs. H. Supriadi Sidiq D 2 IKIP Jkt PKS Kesiswaan Fisika
11 M. Maskub SMF Jkt Tata Usaha Matematika
12 Rahmat Hidayat. AM ABA Jkt Guru Bahasa Inggris
13 Siti Mutmainnah MA Al-Bayan Guru Bahasa Arab
14 Taufiq Nur Rohman SMA RJ Guru Ushuluddin
15 M. Murtadlo SMA RJ Guru Muthala’ah
16 Dzaki Daradjat SMA RJ Guru Bahasa Inggris
17 Nurfajri SMA RJ Guru Tafsir
18 Nursiti Latifah SMA RJ Guru Hadis, Tajwid
19 Soleha SMA RJ Guru Hadis
20 M. Arifin Soleh SMA RJ Guru Fiqih
21 Endang Solehudin SMA RJ Guru PKN
22 M.A Hafidzul Umam SMA RJ Guru Muthala’ah
Dari tebel di atas diketahui bahwa guru yang latar belakang pendidikannya
Pasca Sarjana sebanyak 4,5% (1 orang), Sarjana sebanyak 31,9% (7 orang),
Diploma sebanyak 13,6% (3 orang), SMA dan sederajat sebanyak 50% (11
orang).
53
b. Keadaan Siswa
Jumlah siswa SMP Riyadlul Jannah pada tahun ajaran 2009/2010 adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Keadaan Siswa
Jenis Kelamin No Kelas
Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 VII 15 13 28
2 VIII 18 18 36
3 IX 11 12 23
Jumlah
44 43 87
Tabel diatas menunjukkan bahwa siswa SMP Riyadlul Jannah berjumlah
87 siswa dengan keterangan yaitu siswa kelas VII berjumlah 28 siswa, kelas
VIII berjumlah 36 siswa dan kelas IX berjumlah 23 siswa. Dengan rincian
bahwa jumlah siswa yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 44 siswa,
sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 43 siswa.
3. Sistem Pendidikan
SMP Riyadlul Jannah memiliki sistem pendidikan integral (terpadu) yaitu
sistem pendidikan yang memadukan antara pendidikan nasional (proses
belajar mengajar untuk tercapainya tujuan pendidikan) dengan pendidikan
pesantren atau antara bidang studi umum (DEPDIKNAS) dengan bidang studi
agama (Kurikulum Pesantren). Hal tersebut dikarenakan dalam proses
kegiatan belajar mengajar, SMP Riyadlul Jannah mempelajari kitab-kitab
kuning serta menggunakan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris dalam percakapan
sehari-hari yang bertujuan untuk mencetak regenerasi yang berfikiran luas dan
mampu memberikan solusi terhadap tantangan zaman. Adapun Jadwal
Kegiatan Belajar Mengajar SMP Riyadlul Jannah adalah:
54
Tabel 4.3
Jadwal Kegiatan Belajar Mengajar SMP Riyadlul Jannah
Waktu Kegiatan
05.45 – 06.30
06.30 – 07.15
07.15 – 09.55
09.55 - 10.20
10.20 - 13.00
Belajar Formal
Istirahat (Makan Pagi)
Belajar Formal
Istirahat
Belajar Formal
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SMP Riyadlul Jannah
dimulai pukul 05.45 sampai pukul 06.30, kemudian pada pukul 06.30 sampai
07.15 istrirahat untuk makan pagi bersama dan piket. Pukul 07.15 sampai
pukul 09.55 masuk kembali ke dalam kelas untuk mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Pukul 09.55 sampai pukul 10.20 istirahat yang diisi dengan
kegiatan shalat dhuha bersama. Pukul 10.20 masuk kelas yang diakhiri pada
pukul 13.00.
Tabel 4.4
Jadwal Mata Pelajaran Hadis SMP Riyadlul Jannah
Semester 2 Tahun Pelajaran 2009/2010
Kelas Hari Jam Ke-
VII VIII IX
Jum’at 1-2
(05.30-06.45)
√
Sabtu
1
(05.45-06.30)
2
(07.15-07.55)
√
Sabtu 4-5
(08.35-09.55)
√
55
Tabel di atas menunjukkan bahwa pembelajaran hadis untuk kelas VII
diberikan pada hari jum’at jam ke-1 dan ke-2 yaitu pukul 05.30-06.45 dengan
guru bidang studi yaitu Ibu Nur Siti Latifah, sedangkan pada hari sabtu
pembelajaran hadis diberikan untuk kelas VIII pada jam ke-4 dan jam ke-5
yaitu pukul 08.35 sampai pukul 09.55 serta kelas IX pada jam ke-1 pukul
05.45 sampai pukul 06.30 dan jam ke-2 pukul 07.15 sampai pukul 07.55 (pada
pukul 06.30 sampai pukul 07.15 dipergunakan untuk makan pagi dan piket)
dengan guru bidang studi yaitu Ibu Soleha.
4. Visi dan Misi SMP Riyadlul Jannah
a. Visi
Terwujudnya siswa yang cerdas, trampil, percaya diri, mampu
mengendalikan diri, dan mampu mengemban amanah umat serta
bertanggungjawab terhadap masyarakat.
b. Misi
1) Membantu pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa
2) Membantu pemerintah dalam pemerataan kesempatan belajar
3) Membina umat Islam dalam memahami ajaran-ajaran Islam dan
mengembangkan menjadi umat yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT, sehingga memiliki:
(a) Akhlak Karimah
(b) Pengetahuan dan ketermpilan
(c) Kesehatan jasmani dan rohani
(d) Rasa tanggungjawab atas masa depan agama, nusa dan bangsa
56
5. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi SMP Riyadlul Jannah, tertera pada bagan dibawah ini:
Bagan 4.1
Stuktur Organisasi SMP Riyadlul Jannah
Humas
Jayadi, S. Sos
Kepala Sekolah
Acep Saripudin, S. Ag
Tata Usaha
M. Maskub, AM
PKS Sarana dan Prasarana
Rahmat Hidayat, AM
PKS Kesiswaan
Drs. H. Supriadi Shidiq
PKS Kurikulum
Usup, S. Ag
BP / BK
KH. M. Supriadi, AM, SE Dewan Guru
Wali Kelas
VII : 1. Nurfazri 2. Siti Mutmainnah
VIII : 1. Dzaki Daradjat 2. Endang Solehudin
IX : 1. M. Maskub, AM 2. Yantih
Siswa-Siswi
57
6. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan 2 kata yang tidak dapat dipisahkan.
Sarana adalah semua benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
agar berjalan efektif dan efesien sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai
dengan baik. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan
penunjang atas terselenggaranya statu proses (usa pembengunan, dan
sebagainya). Adapun Sarana dan prasarana yang tersedia di SMP Riyadlul
Jannah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.5
Alat Penunjang KBM/Alat Peraga
No Alat Unit Jumlah 1 KIT IPA - 2 IPS - 3 Bahasa - 4 KIT Matematika - 5 Peta Anatomi - 6 Tarso Manusia - 7 Peta Dinding Dunia 1 8 Peta Dinding Indonesia 2 9 Globe 1 10 Peta Dinding Propinsi 2 11 Peta Dinding Kabupaten/Kota - 12 Alat Olah Raga 4
Tabel 4.6
Prasarana
Ruang Jumlah Ruang Jumlah
Kepala Sekolah 1 Lab. Bahasa Inggris - Guru 1 BP/BK 1 Tata Usaha 2 Músala 1 Kelas 3 OSIS 1 Serba Guna 1 Koperasi 1 Perpustakaan 1 Gudang 1 Lab. IPA - WC Guru 2 Lab. Komputer 1 WC Siswa 6
58
B. Analisa Data Untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran hadis terhadap minat
belajar siswa, maka penulis menganalisa data yang telah diperoleh. Untuk
memudahkan penulis dalam menganalisa data dari hasil penelitian, maka setiap
item dibuat tabulasi yang merupakan proses perubahan data dari instrument
penelitian (angket) menjadi tabel-tabel (persentase). Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel-tabel berikut:
Tabel 4.7
Identitas Responden
N = 87
Jenis Kelamin F %
Laki-laki 44 50,6%
Perempuan 43 49,4%
Total 87 100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yanng lebih banyak adalah
responden yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 50,6%, sedangkan responden
yang berjenis kelamin perempuan yaitu 49,4%.
Tabel 4.8
Metode yang dipergunakan guru memudahkan pemahaman materi siswa
Alternatif Jalaban F %
Selalu 32 36,8 %
Sering 39 44,8 %
Kadang-kadang 10 11,5 %
Tidak Pernah 6 6,9 %
Total 87 100 %
59
Data di atas menunjukkan bahwa metode yang digunakan guru sering
memudahkan pemahaman materi siswa (44,8%), selalu (36,8%), kadang-kadang
(11,5%) dan tidak pernah (6,9%). Pada tabel tersebut sebagian besar siswa SMP
Riyadlul Jannah menyatakan metode pembelajaran yang digunakan guru
memudahkan pemahaman materi siswa (terlihat dari siswa yang menyatakan
selalu dan sering). Sedangkan sebagian kecil lainnya menyatakan kurang dapat
memudahkan pemahaman materi siswa (terlihat dari siswa kadang-kadang) dan
sedikit yang menyatakan tidak pernah memudahkan pemahaman materi siswa.
Tabel 4.9
Dalam menyampaikan materi pembelajaran hadis, guru menggunakan
metode cerita
Alternatif Jawaban F %
Selalu 17 19, 5 %
Sering 32 36, 8%
Kadang-kadang 28 32, 2%
Tidak Pernah 10 11, 5 %
Total 87 100 %
Data di atas menunjukkan bahwa dalam menyampaikan materi pembelajaran
hadis, guru sering menggunakan metode cerita (36,8%), kadang-kadang (32,2%),
selalu (19,5%) dan tidak pernah (11,5%). Pada tabel di atas sebagian besar siswa
SMP Riyadlul Jannah menyatakan bahwa dalam menyampaikan materi pelajaran
hadis, guru menggunakan metode cerita, sedangkan sedikit yang menyatakan
bahwa dalam pembelajaran hadis, guru tidak pernah menggunakan metode cerita.
60
Tabel 4.10
Siswa mudah memahami materi hadis ketika guru menggunakan metode
cerita
Alternatif Jawaban F %
Selalu 31 35, 6%
Sering 22 25, 5%
Kadang-kadang 29 33, 3%
Tidak Pernah 5 5, 7 %
Total 87 100%
Data di atas menunjukkan bahwa paling banyak siswa selalu memahami materi
hadis ketika guru menggunakan metode cerita (35,6 %), dibandingkan dengan
siswa yang menyatakan kadang-kadang memahami (33,3%), sering memahami
(25,5%) dan tidak pernah memahami (5,7%). Pada tabel tersebut sebagian besar
siswa SMP Riyadlul Jannah menyatakan mudah memahami materi hadis ketika
guru menggunakan metode cerita, dan sedikit sekali yang menyatakan bahwa
mereka tidak pernah memahami materi pelajaran hadis jika disampaikan dengan
metode cerita.
Tabel 4.11
Dalam pembelajaran hadis, guru menerangkan materi pembelajaran hadis
dan siswa mendengarkan serta menulis penjelasan guru
Alternatif Jalaban F %
Selalu 42 48, 3%
Sering 27 31%
Kadang-kadang 11 12,6%
Tidak Pernah 7 8%
Total 87 100%
61
Data di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran hadis guru selalu
menerangkan materi pelajaran hadis dan siswa mendengarkan serta menulis
penjelasan guru (48,3%), sering (31%), kadang-kadang (12,6%) dan tidak pernah
(8%). Pada tabel tersebut sebagian besar siswa SMP Riyadlul Jannah menyatakan
bahwa dalam pembelajaran hadis guru menggunakan metode bandongan (guru
membaca, menerjemahkan dan menerangkan sedangkan siswa mendengarkan dan
menulis penjelasan guru), sedangkan sebagian kecil menyatakan bahwa dalam
pembelajaran hadis guru kadang-kadang menggunakan metode bandongan, dan
sedikit yang menyatakan guru tidak pernah menggunakan metode bandongan pada
saat pembelajaran hadis.
Tabel 4.12
Dalam pembelajaran hadis siswa diharuskan menghafal setiap materi yang
telah disampaikan
Alternatif Jawaban F %
Selalu 63 72, 4%
Sering 20 23%
Kadang-kadang 2 2, 3%
Tidak Pernah 2 2,3 %
Total 87 100%
Data di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran hadis siswa selalu
diharuskan menghafal setiap materi yang telah disampaikan (72,4%), sering
(23%), kadang-kadang (2,3%), dan tidak pernah (2,3%). Pada tabel tersebut
hampir seluruh siswa menyatakan bahwa dalam pembelajaran hadis siswa
diharuskan menghafal setiap materi yang telah disampaikan, sedangkan sedikit
sekali yang menyatakan kadang-kadang bahkan tidak pernah diharuskan
menghafal setiap materi hadis yang telah disampaikan.
62
Tabel 4.13
Ketika kegiatan belajar mengajar hadis berlangsung, guru menggunakan
media atau alat bantu pengajaran
Alternatif Jawaban F %
Selalu 4 4,6%
Sering 22 25,3%
Kadang-kadang 29 33,3%
Tidak Pernah 32 36,8%
Total 87 100%
Data di atas menunjukkan bahwa paling banyak siswa menyatakan guru tidak
pernah menggunakan media atau alat bantu pengajaran ketika pembelajaran hadis
berlangsung (36,8%), dibandingkan siswa yang menyatakan kadang-kadang
(33,3%), sering (25,3%) dan selalu (4,6%). Pada tabel di atas sebagian kecil siswa
SMP Riyadlul Jannah menyatakan bahwa dalam pembelajaran hadis, guru tidak
pernah menggunakan media atau alat bantu pengajaran, sedangkan selebihnya
menyatakan bahwa dalam pembelajaran hadis guru menggunakan media atau alat
bantu pengajaran berupa karton, gambar, dan sebagainya.
Tabel 4.14
Guru mengerti dan menguasai alat bantu pengajaran yang digunakan dalam
pembelajaran hadis secara baik
Alternatif Jawaban F %
Selalu 20 23%
Sering 22 25,3%
Kadang-kadang 17 19, 5%
Tidak Pernah 28 32, 2%
Total 87 100%
63
Data di atas menerangkan bahwa paling banyak siswa menyatakan guru tidak
pernah mengerti dan menguasai media atau alat bantu pengajaran yang digunakan
dalam pembelajaran hadis secara baik (32,2%,) dibanding siswa yang menyatakan
sering (25,3%), selalu (23%) dan kadang-kadang (19,5%). Pada tabel tersebut
sebagian kecil siswa menyatakan bahwa guru tidak pernah menguasai media atau
alat bantu pengajaran yang digunakan dalam pembelajaran hadis secara baik (hal
ini dikarenakan dalam kegiatan belajar mengajar guru tidak menggunakan media
atau alat bantu pengajaran) dan sebagian kecil lainnya menyatakan kadang-kadang
menguasai. Sedangkan selebihnya menyatakan bahwa guru mengerti dan
menguasai media atau alat bantu pengajaran yang digunakan dalam pembelajaran
hadis secara baik yaitu sebelum pembelajaran hadis di mulai guru telah
menyiapkan potongan-potongan karton yang berisi materi hadis yang akan
dipelajari. Setelah penyampaian materi selesai, guru meminta beberapa siswa
(dipilih secara acak) untuk menyusun potongan-potongan hadis tersebut sehingga
menjadi satu hadis yang utuh.
Tabel 4.15
Guru menguasai materi hadis yang disampaikan di kelas
Alternatif Jawaban F %
Selalu 54 62,1%
Sering 24 27,6%
Kadang-kadang 7 8 %
Tidak Pernah 2 2,3%
Total 87 100%
Data di atas menunjukkan bahwa paling banyak siswa menyatakan guru selalu
menguasai materi hadis yang disampaikan di kelas (62,1%) dibandingkan dengan
siswa yang menyatakan sering (27,6%), kadang-kadang (8%) dan tidak pernah
(2,3%). Pada tabel tersebut sebagian besar siswa SMP Riyadlul Jannah
menyatakan bahwa guru menguasai materi hadis yang disampaikan di kelas,
sedangkan sedikit sekali siswa yang menyatakan guru kurang menguasai bahkan
tidak pernah menguasai materi hadis yang disampaikan di kelas.
64
Tabel 4.16
Materi yang disampaikan guru disesuaikan dengan perkembangan masa kini
yang dihadapi siswa
Alternatif Jawaban F %
Selalu 24 27, 6 %
Sering 25 28, 7 %
Kadang-kadang 30 34, 5 %
Tidak Pernah 8 9, 2%
Total 87 100% Data di atas menunjukkan bahwa materi yang disampaikan guru kadang-
kadang disesuaikan dengan perkembangan masa kini yang dihadapi siswa
(34,5%), sedangkan siswa yang menyatakan sering disesuaikan (28,7%), selalu
disesuaikan (27,6%) dan tidak pernah disesuaikan (9,2%). Pada tabel di atas lebih
dari separuh siswa SMP Riyadlul Jannah menyatakan bahwa materi yang
disampaikan guru disesuaikan dengan perkembangan masa kini yang dihadapi
siswa, sedangkan sebagian kecil menyatakan kadang-kadang disesuaikan, dan
sedikit sekali yang menyatakan bahwa materi yang disampaikan guru tidak pernah
disesuaikan dengan perkembangan masa kini yang dihadapi siswa.
Tabel 4.17
Saat siswa mengajukan pertanyaan tentang materi pelajaran hadis, guru
menjawab dengan baik dan jelas
Alternatif Jawaban F %
Selalu 52 59,8 %
Sering 20 23%
Kadang-kadang 14 16,1 %
Tidak Pernah 1 1,1 %
Total 87 100%
65
Data di atas menunjukkan bahwa paling banyak siswa menyatakan guru selalu
menjawab setiap pertanyaan yang diajukan siswa dengan baik dan jelas (59,8%),
dibandingkan dengan siswa yang menyatakan sering (23%), kadang-kadang
(16,1%), dan tidak pernah (1,1%). Pada tabel tersebut sebagian besar siswa SMP
Riyadlul Jannah menyatakan bahwa guru dapat menjawab dengan baik dan jelas
setiap pertanyaan yang diajukan oleh siswa, sedangkan sebagian kecil mengatakan
kadang-kadang, dan sedikit sekali yang menyatakan tidak pernah menjawab
dengan baik dan jelas setiap pertanyaan yang diajukan siswa tentang materi hadis.
Tabel 4.18
Contoh yang diberikan guru sesuai dengan materi hadis yang disampaikan
Alternatif Jalaban F %
Selalu 48 55,2 %
Sering 22 25,3 %
Kadang-kadang 14 16,1 %
Tidak Pernah 3 3,4 %
Total 87 100 %
Tabel di atas menunjukkan bahwa paling banyak siswa menyatakan contoh
yang diberikan guru selalu sesuai dengan materi hadis yang disampaikan (55,2%),
dibandingkan siswa yang menyatakan sering sesuai (25,3%), kadang-kadang
sesuai (16,1%) dan tidak pernah sesuai (3,4%). Pada tabel tersebut sebagian besar
siswa SMP Riyadlul Jannah menyatakan bahwa contoh yang diberikan guru telah
sesuai dengan materi hadis yang disampaikan, sedangkan sebagian kecil lainnya
menyatakan kadang-kadang bahkan tidak pernah sesuai dengan materi yang
disampaikan.
66
Tabel 4.19
Cara mengajar guru dalam menyampiakan materi hadis membosankan
Alternatif Jawaban F %
Selalu 7 8 %
Sering 8 9,2 %
Kadang-kadang 42 48, 3%
Tidak Pernah 30 34,5 %
Total 87 100 %
Data di atas menunjukkan bahwa cara mengajar guru dalam menyampaikan
materi hadis kadang-kadang membosankan (48,3%), tidak pernah (34,5%), sering
(9,2%) dan selau (8%). Pada tabel tersebut lebih dari separuh siswa menyatakan
cara mengajar guru dalam menyampaikan materi hadis membosankan, sedangkan
sebagian kecil lainnya menyatakan tidak pernah bosan dengan cara mengajar guru
dalam menyampaikan materi hadis.
Tabel 4.20
Sebelum pelajaran hadis dimulai, guru menjelaskan tujuan dan manfaat
mempelajari materi yang akan disampaikan
Alternatif Jawaban F %
Selalu 23 26,4 %
Sering 31 35,6 %
Kadang-kadang 19 21,8 %
Tidak Pernah 14 16,1 %
Total 87 100 % Data di atas menunjukkan bahwa sebelum pelajaran hadis dimulai, guru sering
menjelaskan tujuan dan manfaat mempelajari materi yang akan disampaikan
(35,6%), selalu menjelaskan (26,4%), kadang-kadang menjelaskan (21,8%) dan
tidak pernah menjelaskan (16,1%). Pada tabel tersebut sebagian besar siswa SMP
Riyadlul Jannah menyatakan bahwa sebelum pelajaran hadis dimulai guru
67
menjelaskan terlebih dahulu tujuan dan manfaat mempelajari materi yang akan
disampaikan, sedangkan sebagian kecil menyatakan bahwa guru tidak pernah
menjelaskan tujuan dan manfaat mempelajari materi hadis yang akan
disampaikan.
Tabel 4.21
Dalam setiap menyampaikan materi guru memotivasi (memberi dorongan)
siswa untuk belajar hadis
Alternatif Jawaban F %
Selalu 19 21,8 %
Sering 30 34,5 %
Kadang-kadang 29 33,3 %
Tidak Pernah 9 10,3 %
Total 87 100 %
Data di atas menunjukkan bahwa dalam setiap menyampaikan materi hadis
guru sering memberi motivasi kepada siswa (34,5%), kadang-kadang memberi
motivasi (33,3%), selalu memberi motivasi (21,8%) dan tidak pernah memberi
motivasi (10,3%). Pada tabel tersebut sebagian besar siswa SMP Riyadlul Jannah
menyatakan bahwa dalam setiap menyampaikan materi guru memberikan
motivasi kepada siswa untuk belajar hadis, sedangkan sebagian kecil lainnya
menyatakan bahwa guru tidak pernah memberikan motivasi untuk belajar hadis.
Tabel 4.22
Dalam pembelajaran hadis, guru memberikan reward dalam bentuk pujian
atau hadiah bagi siswa yang berprestasi
Alternatif Jalaban F %
Selalu 20 23 %
Sering 28 32,2 %
Kadang-kadang 22 25, 3%
Tidak Pernah 17 19,5%
Total 87 100%
68
Data di atas menunjukkan bahwa dalam pembelajaran hadis, guru sering
memberikan reward dalam bentuk pujian atau hadiah bagi siswa yang berprestasi
(32,2%), kadang-kadang (25,3%), selalu (23%), dan tidak pernah (19,5%). Pada
tabel di atas sebagian besar siswa SMP Riyadlul Jannah menyatakan bahwa dalam
pembelajaran hadis, guru memberikan reward kepada siswa yang berprestasi baik
berupa pujian atau hadiah, sedangkan sebagian kecil lainnya, menyatakan bahwa
guru tidak pernah memberikan reward kepada siswa dalam bentuk apa pun.
Tabel 4.23
Saya mendengarkan dengan penuh perhatian setiap penjelasan yang
disampaikan guru hadis di kelas
Alternatif Jawaban F %
Sangat Setuju 25 28,7 %
Setuju 49 56,3 %
Tidak Setuju 11 12,6 %
Sangat Tidak Setuju 2 2,3 %
Total 87 100 % Data di atas menunjukan bahwa paling banyak siswa menyatakan setuju
terhadap pernyataan yang menyatakan bahwa siswa mendengarkan dengan penuh
perhatian setiap penjelasan yang disampaikan guru hadis di kelas (56,3%),
dibandingkan dengan siswa yang menyatakan sangat setuju (28,7%), tidak setuju
(12,6%) dan sangat tidak setuju (2,3%). Pada tabel tersebut sebagian besar siswa
SMP Riyadlul Jannah mendengarkan atau memperhatikan setiap penjelasan yang
disampaikan guru hadis di kelas, sedangkan sebagian kecil lainnya menyatakan
tidak mendengarkan atau tidak memperhatikan setiap penjelasan yang
disampaikan guru hadis di kelas.
69
Tabel 4.24
Saya menyukai posisi duduk paling depan pada saat pelajaran hadis
berlangsung
Alternatif Jawaban F %
Sangat Setuju 31 35, 6%
Setuju 21 24, 1%
Tidak Setuju 27 31 %
Sangat Tidak Setuju 8 9,2 %
Total 87 100 % Data di atas menunjukan bahwa paling banyak siswa menyatakan sangat setuju
terhadap pernyataan yang menyatakan bahwa siswa menyukai posisi duduk paling
depan pada saat pelajaran hadis berlangsung (35,6%), dibandingkan dengan siswa
yang menyatakan tidak setuju (31%), setuju (24,1%) dan sangat tidak setuju
(9,2%). Pada tabel tersebut lebih dari separuh siswa SMP Riyadlul Jannah
menyukai posisi duduk paling depan pada saat pelajaran hadis berlangsung,
sedangkan sebagian kecil lainnya menyatakan bahwa siswa tidak menyukai posisi
duduk paling depan pada saat pelajaran hadis berlangsung.
Tabel 4.25
Saya tidak malu bertanya pada guru jika ada penjelasan guru yang belum
saya mengerti
Alternatif Jawaban F %
Sangat Setuju 22 25,3 %
Setuju 31 35,6 %
Tidak Setuju 26 29,9 %
Sangat Tidak Setuju 8 9,2 %
Total 87 100% Data diatas menunjukan bahwa paling banyak siswa menyatakan setuju
terhadap pernyataan yang menyatakan bahwa siswa tidak malu bertanya pada
guru jika ada penjelasan guru yang belum dimengerti (35,6%), dibandingkan
70
siswa yang menyatakan tidak setuju (29,9%), sangat setuju (25,3%) dan sangat
tidak setuju (9,2%). Pada tabel di atas lebih dari separuh siswa menyatakan berani
bertanya kepada guru jika ada penjelasan yang belum dimengerti, sedangkan
sebagian kecil lainnya menyatakan bahwa siswa merasa malu untuk bertanya
kepada guru jika ada penjelasan yang belum dimengerti.
Tabel 4.26
Ketika belajar hadis saya mengantuk
Alternatif Jawaban F %
Sangat Setuju 5 5,7 %
Setuju 19 21,8 %
Tidak Setuju 37 42,5 %
Sangat Tidak Setuju 26 29,9 %
Total 87 100%
Data diatas menunjukan bahwa paling banyak siswa menyatakan tidak setuju
terhadap pernyataan ketika belajar hadis siswa mengantuk yaitu 42,5%,
dibandingkan dengan siswa yang menyatakan sangat tidak setuju (29,9%), setuju
(21,8%) dan sangat setuju (5,7%). Pada tabel tersebut sebagian besar siswa SMP
Riyadlul Jannah tidak mengantuk ketika belajar hadis, sedangkan sebagian kecil
lainnya menyatakan mengantuk ketika belajar hadis, hal ini dikarenakan mata
pelajaran hadis yang di sajikan pada jam ke-1 yaitu pukul 05.45–06.30, sehingga
kondisi siswa masih mengantuk.
Tabel 4.27
Sebaiknya jam pelajaran hadis di sekolah ditambah
Alternatif Jawaban F %
Sangat Setuju 15 17,2 %
Setuju 23 26,4%
Tidak Setuju 30 34,5 %
Sangat Tidak Setuju 19 21,8%
Total 87 100%
71
Data diatas menunjukan bahwa paling banyak siswa menyatakan tidak setuju
terhadap pernyataan yang menyatakan bahwa sebaiknya jam pelajaran hadis di
sekolah ditambah yaitu 34,5%, dibandingkan dengan siswa yang menyatakan
setuju dengan adanya penambahan jam (26,4%), sangat tidak setuju (21,8%), dan
sangat setuju (17,2%). Pada tabel tersebut hampir separuh siswa SMP Riyadlul
Jannah menghendaki adanya penambahan jam pada mata pelajaran hadis,
sedangkan lebih dari separuh siswa lainnya tidak menghendaki adanya
penambahan jam pada mata pelajaran hadis di kelas.
Tabel 4.28
Ketika guru menjelaskan materi hadis di kelas rasanya ingin cepat-cepat
selesai
Alternatif Jawaban F %
Sangat Setuju 14 16,1 %
Setuju 22 25,3 %
Tidak Setuju 32 36,8 %
Sangat Tidak Setuju 19 21,8 %
Total 87 100%
Data diatas menunjukan bahwa paling banyak siswa menyatakan tidak setuju
terhadap pernyataan yang menyatakan bahwa ketika guru menjelasskan materi
hadis dikelas rasanya ingin cepat-cepat selesai (36,8%), dibandingkan dengan
siswa yang menyatakan setuju (25,3%), sangat tidak setuju (21,8%), dan sangat
setuju (16,1%). Pada tabel di atas hampir separuh dari siswa SMP Riyadlul Jannah
merasa ingin cepat-cepat selesai ketika guru menjelaskan materi hadis, sedangkan
lebih dari separuh lainnya merasakan tidak ingin cepat-cepat selesai ketika guru
menjelaskan materi hadis di kelas.
72
Tabel 4.29
Saya tidak suka belajar hadis karena berbahasa Arab sehingga banyak kata-
kata yang saya tidak mengerti
Alternatif Jawaban F %
Sangat Setuju 8 9,2%
Setuju 15 17,2%
Tidak Setuju 36 41,4%
Sangat Tidak Setuju 28 32,2%
Total 87 100%
Data diatas menunjukan bahwa paling banyak siswa menyatakan tidak setuju
terhadap pernyataan yang menyatakan siswa tidak suka belajar hadis karena
berbahasa Arab sehingga banyak kata-kata yang tidak dimengerti yaitu 41,4%,
dibandingkan dengan siswa yang menyatakan sangat tidak setuju (32,2%), setuju
(17,2%) dan sangat setuju (9,2%). Pada tabel tersebut sebagian besar siswa SMP
Riyadlul Jannah menyukai pelajaran hadis meskipun menggunakan bahasa Arab,
sedangkan sebagian kecil lainnya menyatakan tidak suka karena berbahasa Arab
sehingga mata pelajaran hadis sulit untuk difahami.
Tabel 4.30
Saya tidak senang ketika diharuskan menghafal pada setiap pelajaran hadis
Alternatif Jawaban F %
Sangat Setuju 4 4,6%
Setuju 18 20,7 %
Tidak Setuju 35 40,2 %
Sangat Tidak Setuju 30 34,5 %
Total 87 100%
Data diatas menunjukan bahwa paling banyak siswa menyatakan tidak setuju
(40,2%) terhadap pernyataan siswa tidak senang ketika diharuskan menghafal
pada setiap pelajaran hadis, dibandingkan siswa yang menyatakan sangat tidak
setuju (34,5%), setuju (20,7%) dan sangat setuju (4,6%). Pada tabel di atas
73
sebagian besar siswa SMP Riyadlul Jannah merasa senang ketika diharuskan
menghafal setiap materi hadis yang diberikan guru, sedangkan sebagian kecil
lainnya menyatakan tidak senang ketika diharuskan menghafal setiap materi hadis
yang diberikan guru.
Tabel 4.31
Saya tidak senang ketika pelajaran hadis disampaikan dengan metode cerita
Alternatif Jawaban F %
Sangat Setuju 9 10,3 %
Setuju 15 17,2 %
Tidak Setuju 33 37,9 %
Sangat Tidak Setuju 30 34,5%
Total 87 100% Data diatas menunjukan bahwa paling banyak siswa menyatakan tidak setuju
(37,9%) terhadap pernyataan yang menyatakan siswa tidak senang ketika
pelajaran hadis disampaikan dengan metode cerita, dibandingkan dengan siswa
yang menyatakan sangat tidak setuju (34,5%), setuju (17,2%) dan sangat setuju
(10,3%). Pada tabel tersebut sebagian besar siswa SMP Riyadlul Jannah merasa
senang ketika guru menyampaikan materi hadis dengan menggunakan metode
cerita, sedangkan sebagian kecil lainnya menyatakan tidak senang ketika pelajaran
hadis disampaikan dengan menggunakan metode cerita.
Tabel 4.32
Saya senang belajar hadis bila hanya mendengarkan penjelasan guru
Alternatif Jawaban F %
Sangat Setuju 11 12,6 %
Setuju 24 27,6 %
Tidak Setuju 35 40,2 %
Sangat Tidak Setuju 17 19,5 %
Total 87 100%
74
Data diatas menunjukan bahwa paling banyak siswa menyatakan tidak setuju
(40,2%) terhadap pernyataan siswa senang belajar hadis bila hanya mendengarkan
penjelasan guru, dibandingkan dengan siswa yang menyatakan setuju (27,6%),
sangat tidak setuju (19,5%), dan sangat setuju (12,6%). Pada tabel tersebut hampir
separuh dari siswa SMP Riyadlul Jannah merasa senang belajar hadis bila hanya
mendengarkan penjelasan guru, dengan kata lain siswa lebih menyenangi proses
pembelajaran yang hanya berpusat kepada guru (teacher centred), sedangkan
lebih dari separuh siswa lainnya merasa tidak senang bila hanya mendengarkan
penjelasan guru karena hal tersebut menyebabkan siswa tidak dapat terlibat aktif
dalam proses pembelajaran sehingga tidak dapat merangsang kemampuan berfikir
siswa dengan kata lain kelompok ini lebih menyenangi proses pembelajaran yang
berpusat kepada siswa (student centred).
Tabel 4.33
Saya tetap giat belajar walaupun nilai ulangan hadis saya jelek
Alternatif Jawaban F %
Sangat Setuju 36 41,4 %
Setuju 31 35,6 %
Tidak Setuju 15 17,2 %
Sangat Tidak Setuju 5 5,7 %
Total 87 100 % Data diatas menunjukan bahwa paling banyak siswa menyatakan sangat setuju
terhadap pernyataan siswa tetap giat belajar walaupun nilai ulangan hadisnya jelek
yaitu 41,4%, dibandingkan dengan siswa yang menyatakan setuju (35,6%), tidak
setuju (17,2%), dan sangat tidak setuju (5,7%). Pada tabel di atas sebagian besar
siswa SMP Riyadlul Jannah tetap giat belajar hadis walaupun mendapatkan nilai
ulangan yang rendah, sedangkan sebagian kecil lainnya menyatakan bahwa
mereka menjadi malas belajar hadis dikarenakan mendapat nilai ulangan yang
rendah.
75
Tabel 4.34
Saya suka belajar hadis di luar jam pelajaran
Alternatif Jawaban F %
Sangat Setuju 12 13,8 %
Setuju 29 33,3 %
Tidak Setuju 30 34,5 %
Sangat Tidak Setuju 16 18,4 %
Total 87 100% Data diatas menunjukan bahwa paling banyak siswa menyatakan tidak setuju
(34,5%) terhadap pernyataan siswa suka belajar hadis di luar jam pelajaran,
dibandingkan dengan siswa yang menyatakan setuju (33,3%), sangat tidak setuju
(18,4%), sangat setuju (13,8%). Pada tabel tersebut hampir separuh dari siswa
SMP Riyadlul Jannah mempelajari hadis di luar jam pelajaran yang biasa
dilakukan pada malam hari yaitu ketika kegiatan belajar malam bersama,
sedangkan lebih dari separuh siswa lainnya menyatakan tidak suka belajar hadis di
luar jam pelajaran.
Tabel 4.35
Saya akan tetap berada di kelas dan membaca buku hadis walaupun guru
hadis tidak hadir
Alternatif Jawaban F %
Sangat Setuju 15 17,2 %
Setuju 36 41,4 %
Tidak Setuju 26 29,9 %
Sangat Tidak Setuju 10 11,5 %
Total 87 100 % Data diatas menunjukan bahwa paling banyak siswa menyatakan setuju
terhadap pernyataan siswa akan tetap berada di kelas dan membaca buku hadis
walaupun guru hadis tidak hadir yaitu 41,4%, dibandingkan dengan siswa yang
menyatakan tidak setuju (29,9%), sangat setuju (17,2%), dan sangat tidak setuju
76
(11,5%). Pada tabel di atas lebih dari separuh siswa SMP Riyadlul Jannah
menyatakan bahwa mereka akan tetap berada di dalam kelas dan membaca buku
walaupun guru hadis tidak hadir, sedangkan hampir separuh siswa lainnya
menyatakan bahwa ketika guru hadis tidak hadir maka mereka tidak berada di
dalam kelas dan tidak pula membaca buku.
Tabel 4.36
Menurut saya, tugas hadis yang diberikan guru adalah beban bagi saya
Alternatif Jawaban F %
Sangat Setuju 4 4,6 %
Setuju 20 23%
Tidak Setuju 43 49,4 %
Sangat Tidak Setuju 20 23 %
Total 87 100 %
Data diatas menunjukan bahwa paling banyak siswa menyatakan tidak setuju
terhadap pernyataan yang menyatakan bahwa tugas hadis yang diberikan guru
adalah beban bagi siswa yaitu 49,4%, dibandingkan dengan siswa yang
menyatakan sangat tidak setuju (23%), setuju (23%), dan sangat setuju (4,6%).
Pada tabel tersebut sebagian besar siswa SMP Riyadlul Jannah menganggap
bahwa tugas yang diberikan guru hadis bukanlah suatu beban, sedangkan sebagian
kecil siswa lainnya menyatakan bahwa tugas yang diberikan guru hadis adalah
beban bagi siswa.
Tabel 4.37
Rajin mengerjakan tugas karena takut ditegur atau diberi hukuman oleh
guru
Alternatif Jawaban F %
Sangat Setuju 10 11,5 %
Setuju 20 23 %
Tidak Setuju 38 43,7 %
Sangat Tidak Setuju 19 21,8 %
Total 87 100 %
77
Data diatas menunjukan bahwa paling banyak siswa menyatakan tidak setuju
terhadap pernyataan siswa rajin mengerjakan tugas karena takut ditegur atau
diberi hukuman oleh guru ialah 43,7%, dibandingkan dengan siswa yang
menyatakan setuju (23%), tidak setuju (21,8%) dan sangat setuju (11,5%). Pada
tabel tersebut sebagian besar siswa SMP Riyadlul Jannah rajin mengerjakan tugas
hadis bukan karena takut ditegur atau dihukum oleh guru melainkan atas
kesadaran dan kemauan diri sendiri, sedangkan sebagian kecil siswa lainnya
menyatakan bahwa mereka rajin mengerjakan tugas hadis dikarenakan takut
ditegur atau dihukum oleh guru.
Untuk mendapatkan angka indeks korelasi antara variabel X (metode
pembelajaran hadis) dan variabel Y (minat belajar siswa). Maka, pertama-tama
peneliti menyiapkan peta korelasinya. (data terlampir)
Berdasarkan peta korelasi tersebut, maka diketahui:
N = 87
∑fx′ = 86
∑fy′ = 22
∑fx′ 2 = 2942
∑fy′ 2 = 3648
∑x′y′ = 2165
Mencari Cx, dengan rumus:
Mencari Cy, dengan rumus:
∑fx′ N
= 86
87 = 0, 99=Cx′
∑fy′
N =
22
87 = 0, 25= Cy′
78
Mencari SDx, dengan humus: Mencari SDy′, dengan rumus:
∑fx′ 2
N ∑fx′
N
2 =SDx′ i
2942
87 86
87
2 = 1
= 33,8161 (0,99) 2
= 33,8161 0,9771
= 32, 839 1
1
1
= 5,731
∑fy′ 2
N ∑fy′
N
2 =SDy′ i
3648
87 22
87
2 = 1
= 41,9310 (0,25) 2
= 41, 9310 0,0640
= 41, 867 1
1
1
= 6, 470
79
Mencari rxy, dengan rumus:
Sebelum memberikan interpretasi terhadap rxy maka terlebih dahulu
merumuskan hipotesis alternatif dan hipotesis nolnya, yaitu:
Ha = Ada korelasi positif yang signitifikan antara variabel X dan variabel Y
Ho = Tidak ada korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.
Selanjutnya kedua hipotesis tersebut diuji dengan membandingkan besarnya
rxy atau ro dengan besarnya rtabel yang tercantum dalam tabel nilai “r” product
moment dengan memperhitungkan df-nya terlebih dahulu. Adapun
perhitungannya yaitu:
df = N – nr
= 87 – 2
= 85
(Konsultasi tabel Nilai “r” ternyata df 85 tidak terdapat pada tabel, maka
penulis menggunakan df 90).
Dengan df sebesar 90 maka diperoleh rtabel pada taraf signifikansi 5% yaitu
sebesar 0, 205 dan pada taraf signifikansi 1% diperoleh sebesar 0, 265.
∑x′y′
N ( Cx′ ) ( Cy′ )
(SDx′) (SDy′) =rxy
2165
87 (0,99) (0,25)
(5,731) (6,470) =
=24,8851 0, 2475
37, 0796
=24, 6376 37, 0796
= 0, 6645
80
Berdasarkan hal diatas menunjukkan bahwa ternyata rxy atau ro (yang
besarnya = 0,665) adalah jauh lebih besar daripada rtabel (yang besarnya 0,205 dan
0, 267). Karena ro lebih besar dari pada rtabel, maka hipotesis nol ditolak dan
interpretasi yang digunakan adalah antara 0,40 - 0,70, yaitu berarti menunjukkan
adanya korelasi positif yang cukup atau sedang antara variabel X dan variabel Y.
Kesimpulannya yaitu metode pembelajaran hadis yang digunakan guru cukup
mempunyai pengaruh terhadap minat belajar siswa di SMP Riyadlul Jannah.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa rxy yang diperoleh
yaitu sebesar 0,665 dan untuk mengetahui hasil tersebut signifikan atau tidak,
maka rxy dibandingkan dengan rtabel dimana telah diketahui bahwa df-nya yaitu
sebesar 90. Kemudian dengan memeriksa tebel nilai “r” product moment (rtabel)
ternyata dengan df 90 pada taraf signifikan 5% diperoleh sebesar 0,205 dan pada
taraf signifikan 1% diperoleh sebesar 0,265.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa harga rxy jauh lebih besar dari pada
rtabel. Berarti Ha yang menyatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara metode
pembelajaran hadis terhadap minat belajar siswa SMP Riyadlul Jannah diterima,
sedangkan Ho yang menyatakan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
metode pembelajaran hadis terhadap minat belajar siswa SMP Riyadlul Jannah ditolak. Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana pengaruh metode
pembelajaran hadis terhadap minat belajar siswa, maka hasil rxy tersebut
dicocokkan dengan menggunakan indeks korelasi “r” product moment sehingga
dapat diketahui bahwa besarnya rxy (0,665) berkisar antara 0,40-0,70, berarti
antara variabel X (metode pembelajaran hadis) dan variabel Y (minat belajar
siswa) terdapat korelasi yang sedang atau cukup.
Adapun yang dimaksud dengan metode pembelajaran hadis yaitu suatu cara
yang digunakan guru dalam menyampaikan materi hadis kepada siswa dengan
memperhatikan kesesuaian antara metode dengan tujuan pembelajaran, materi
yang disampaikan, karakteristik peserta didik, fasilitas yang tersedia, serta situasi
81
dan kondisi yang ada agar dapat merangsang dan menarik perhatian siswa
sehingga siswa akan memiliki minat yang tinggi untuk belajar. Berdasarkan teori
tersebut maka metode pembelajaran hadis yang digunakan di SMP Riyadlul
Jannah dapat dikatakan sudah efektif, hal ini terbukti bahwa lebih dari separuh
siswa (57,5%) menyatakan metode pembelajaran yang digunakan guru hadis telah
efektif.
Sedangkan minat belajar ialah suatu keinginan atau kemauan seseorang yang
disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja sehingga melahirkan rasa senang
dalam menimbulkan perubahan tingkah laku yang positif baik dalam aspek
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Suatu minat dapat diekspresikan melalui
pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal
lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas.
Oleh karenanya, siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung
untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadapnya. Berdasarkan hal
tersebut, maka dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 50,6% siswa SMP
Riyadlul Jannah memiliki minat yang tinggi dalam belajar hadis.
Dalam upaya mencapai suatu tujuan dan hasil belajar yang optimal maka
dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor
internal yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu minat siswa untuk belajar hadis.
Sedangkan Faktor eksternal yang dimaksud yaitu kreativitas guru dalam
pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang tepat pada mata pelajaran
hadis agar kompetensi pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai serta
dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Dengan
demikian semakin efektif metode pembelajaran hadis yang digunakan guru, maka
semakin tinggi minat siswa untuk belajar. Oleh sebab itu, sebaiknya pendidikan di
sekolah dapat mencari alternatif pembelajaran yang tidak menggurui, tetapi
mampu merangsang imajinasi dan kreativitas anak sehingga anak berminat untuk
belajar khususnya pada pelajaran hadis.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti mengenai metode
pembelajaran hadis dan pengaruhnya terhadap minat belajar siswa SMP Riyadlul
Jannah, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Metode yang digunakan dalam pembelajaran hadis di SMP Riyadlul Jannah
adalah metode bandongan (al-sama’), metode cerita dan metode hafalan.
2. Metode yang digunakan guru ternyata mampu meningkatkan minat belajar
siswa. Hal ini terbukti dari 84,7% siswa yang menyatakan senang ketika
diharuskan menghafal materi hadis pada setiap mata pelajaran hadis
berlangsung, 72,4% siswa menyatakan senang ketika pelajaran hadis
disampaikan dengan menggunakan metode cerita, dan 40,2% siswa
menyatakan senang ketika pelajaran hadis disampaikan dengan metode
bandongan.
3. Metode pembelajaran hadis memiliki implikasi positif yang cukup atau sedang
terhadap minat belajar siswa di SMP Riyadlul Jannah. Hal ini di dasarkan
pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa rxy yang diperoleh yaitu
sebesar 0, 665 yang apabila hasil tersebut diinterpretasikan secara sederhana
melalui angka indeks korelasi “r”, ternyata diperoleh besarnya rxy (0,665)
83
berkisar antara 0,40-0,70 yang artinnya antara variabel X (metode
pembelajaran hadis) dan variabel Y (minat relajar siswa) terdapat korelasi
yang sedang atau cukup.
B. Saran Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan dan minat belajar siswa di SMP
Riyadlul Jannah terutama dalam hal memilih dan menggunakan metode
pembelajaran hadis guna menumbuhkan dan meningkatkan minat belajar siswa,
maka perlu kiranya peneliti memberikan sumbangan pikiran diantaranya sebagai
berikut:
1. Kepada pihak sekolah SMP Riyadlul Jannah hendaknya menyediakan sarana
dan prasarana pengajaran yang sekiranya dapat menunjang atau membantu
guru dalam menggunakan berbagai macam/variasi metode pembelajaran
khususnya pada mata pelajaran hadis.
2. Kepada kepala sekolah SMP Riyadlul Jannah hendaknya memberikan
pengawasan secara kontinu kepada para guru, agar mereka merasa
diperhatikan sehingga terdorong untuk meningkatkan potensi profesinya dan
lebih memperkaya keterampilan mengajarnya.
3. Dalam proses pembelajaran hadis, hendaknya guru menggunakan strategi
pembelajaran active learning yang dimaksudkan untuk mengoptimalkan
penggunaan potensi yang dimiliki peserta didik sehingga dapat mencapai hasil
belajar yang memuaskan. Misalnya menggunakan CD tentang hadis, diskusi
dan sebagainya.
4. Sebaiknya kitab yang digunakan dalam proses pembelajaran hadis dilengkapi
dengan kitab Riyadlul Shalihin
5. Kepada para guru memberikan perhatian yang lebih kepada siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajar, sehingga ia mampu mengetahui faktor
penyebab kesulitan tersebut yang kemudian mencari jalan keluar atau
solusinya.
84
6. Hendaknya para siswa menyadari, bahwa belajar adalah kewajiban bagi setiap
muslim laki-laki dan perempuan, oleh karena itu para siswa hendaknya belajar
dengan giat dan ikhlas.
7. Dalam menggunakan metode cerita, hendaknya seorang guru harus dapat
mengekspresikan cerita tersebut dengan gerakan, misalnya mimik muka dan
intonasi suara yang disesuaikan dengan tokoh yang berada dalam cerita
tersebut.
8. Dalam menggunakan metode bandongan sebaiknya guru tidak mempersempit
atau membatasi kreatifitas siswa melaikan harus memberi kesempatan kepada
siswa untuk dapat berekspolarasi atau ikut terlibat aktif dalam proses
pembelajaran, misalnya: memberi kesempatan untuk bertanya, kesempatan
untuk menjelaskan dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Aminudin, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.
Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
Azis, Tahammul Hadits (Cara Menerima dan Menyampaikan Hadits), dalam www.google.com, 20 Mei 2010.
Baser, Minat Siswa Terhadap Pemahaman Baca al-Quran, dalam www.google.com, 10 Februari 2010.
Daradjat, Zakiah, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2004.
Faturrohman, Pupuh dan M.Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar: Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islam, Bandung: PT Refika Aditama, Cet. I, 2007.
Kashiko, Kamus Lengkap Arab-Indonesia, Surabaya: Kashiko, 2000
Khon, Abdul Majid, Ulumul Hadis, Jakarta: Amzah, Cet. III, 2005.
Mahmud, Model-Model Pembelajaran di Pesantren, Tangerang: Media Nusantara, Cet. I, 2006.
Masyhud, M. Sulthon dan Moh. Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren. Jakarta: Diva Pustaka, Cet. II, 2005.
Muchtar, Heri Jauhari, Fikih Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet. V, 2005.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet. III, 2004.
Munadi, Yudhi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta: Gaung Persada Press, 2008.
Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Belajar Mengajar, Jakarta: Delia Press, Cet. II, 2004.
Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Sabri, M. Alisuf, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet. II, 1996.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, Cet. V, 2008.
Shaleh, Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Persfektif Islam, Jakarta: Kencana, 2004.
Soetani, Endang, Ilmu Hadis, Bandung: Amal Bakti Press, Cet. II, 2002.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet. VII, 2002.
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, Cet. IX, 2007.
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I, 1981.
Usman, M. Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, Cet. I, 2002.
Qym, Penerapan Metode Hafalan, dalam www.google.com, 28 Februari 2010
Zarkasyi, Abdullah Syukri, Gontor dan Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.
Pedoman Wawancara
Hari : Rabu
Interviewee : Bpk. Acep Saripudin, S. Ag
Jabatan : Kepala Sekolah SMP Riyadlul Jannah
Pokok Pembicaraan : Gambaran Umum SMP Riyadlul Jannah
1. Bagaimana sejarah berdirinya SMP Riyadlul Jannah?
Awal berdirinya SMP Riyadlul Jannah yaitu pada tahun 1993 dimana KH. M. Supriadi AM, SE (Pimpinan Riyadlul Jannah) pada saat itu mengajar di Asy-Syidiqiyah kemudian ada seorang wali santri yang dermawan (KH. M. Syamsuddin) yang mewakafkan tanah seluas 1 hektar berikut pagar dan 2 rumah. Setelah mempersiapkan beberapa hal akhirnya pada tahun 1994 berdirilah sekolah SMP Riyadlul Jannah dan pada tahun inilah proses belajar mengajar dimulai. Sedangkan nama Riyadlul Jannahnya sendiri diberikan oleh mertuanya sebelum beliau meninggal pada 2 hari setelahnya. Awalnya sekolah ini dinamakan darul mukhlisin, namun dikarenakan lokasi yang berdekatan dengan pondok pesantren al-muklisin, jadi nama tersebut diganti dengan nama Riyadlul Jannah. Nama ini juga tercantum di dalam kitab hadis Bab 2 Ad-dzikru yang artinya tempat orang-orang berzikir, dan hal itu pula yang diterapkan di sekolah ini yaitu tidak lepas dari dzikir.
2. Apa Visi dan Misi yang melatar belakangi berdirinya SMP Riyadlul Jannah?
Visi: Terwujudnya siswa yang cerdas, trampil, percaya diri, mampu mengendalikan diri, dan mampu mengembann amanah umat serta bertanggungjawab terhadap masyarakat.
Misi: a. Membantu pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa b. Membantu pemerintah dalam pemerataan kesempatan belajar c. Membina umat Islam dalam memahami ajaran-ajaran Islam dan
mengembangkan menjadi umat yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, sehingga memiliki : 1) Akhlak Karimah 2) Pengetahuan dan ketermpilan 3) Kesehatan jasmani dan rohani 4) Rasa tanggungjawab atas masa depan agama, nusa dan bangsa
3. Berapakah jumlah tenaga pengajar serta siswa SMP Riyadlul Jannah pada
tahun ajaran 2010 (sekarang)?
Jumlah tenaga pengajar SMP Riyadlul Jannah saat ini adalah 21 guru sedangkan untuk jumlah siswa SMP Riyadlul Jannah adalah 87 siswa dengan rincian yaitu kelas VII berjumlah 28 siswa, kelas VIII berjumlah 36 siswa dan kelas IX berjumlah 23 siswa.
4. Bagaimana latar belakang pendidikan tenaga pengajar SMP Riyadlul Jannah?
Sebagian besar latar belakang pendidikan guru SMP Riyadlul Jannah telah sesuai dengan bidangnya masing-masing, meskipun ada beberapa guru yang belum memenuhi standar nasional. Namun hal tersebut bisa disiasati karena sebagian besar pengajar atau guru termasuk guru mata pelajaran hadis adalah merupakan lulusan dari pondok pesantren. Sehingga sedikit banyaknya mereka cukup mampu dan memahami metode pembelajaran yang seharusnya digunakan dalam menyampaikan materi yang mereka pegang.
5. Bagaimana kurikulum yang diterapkan oleh pihak sekolah dalam
pembelajaran hadis?
Kurikulum yang diterapkan oleh pihak SMP Riyadlul Jannah adalah gabungan antara kurikulum KTSP dengan kurikulum pesantren salaf dan pesantren modern. Hal tersebut dikarena dalam kegiatan belajar mengajar SMP Riyadlul jannah mempelajari kitab-kitab kuning atau kitab salaf yang merupakan ciri dari kurikulum salaf, selain itu sekolah ini pun menggunakan kurikulum pesantren modern karena dalam percakapan sehari-hari menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris.
Adapun sumber belajar yang digunakan pada mata pelajaran hadis adalah Kitab Bulugul Maram, Fiqih Sunnah yang mana buku rujukan tersebut ditentukan oleh pihak sekolah, namun ada pula sumber belajar yang ditentukan sendiri oleh guru mata pelajaran masing-masing tetapi masih disesuaikan dengan KTSP yang digunakan disekolah.
Biasanya disekolah lain pelajaran hadis tergabung dengan pelajaran al-qur’an, namun di SMP Riyadlul Jannah pelajaran hadis merupakan suatu disipilin ilmu dalam artian berdiri sendiri tanpa penggabungan dengan mata pelajaran Al-qur’an. Hal ini dikarenakan cakupan bahasan yang akan dipelajari pada mata pelajaran hadis cukup luas, selain itu waktu yang tersediapun banyak yang biasanya kalau disekolah umum 38 jam/mingjgu, namun di SMP Riyadlul Jannah 51 jam/Minggu. Sedangkan mata pelajaran Al-qur’an terbagi lagi menjadi beberapa mata pelajaran, diantaranya yaitu tajwid, tafsir, dan lain sebagainya.
6. Usaha apa saja yang telah Bapak lakukan selaku menjabat sebagai kepala
sekolah sehubungan dengan peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam
pengajaran hadis sehingga membangkitkan minat belajar siswa pada mata
pelajaran tersebut?
Sejauh ini upaya yang telah saya lakukan selaku kepala sekolah SMP Riyadlul Jannah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan minat belajar siswa pada mata pelajaran hadis adalah dengan memberikan pelatihan-pelatihan kepada guru mata pelajaran yang terbentuk dalam MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) yang biasanya dilakukan 2 bulan sekali.
7. Sarana dan prasarana apa saja yang dimiliki oleh SMP Riyadlul Jannah dalam
menunjang proses kegiatan belajar mengajar?
Sarana dan prasarana yang disediakan oleh pihak sekolah sebagai penunjang pembelajaran hadis adalah dengan disediakannya buku-buku atau kitab-kitab hadis yang digunakan dalam pembelajaran, namun untuk media elektronik pihak sekolah belum memiliki sarana yang lengkap yang tersedia hanya CD, Sound, computer.
Ciseeng, 28 April 2010
Interviewee, Interviewier,
(Acep Saripudin, S. Ag) (Reka Wibawa)
Pedoman Wawancara
Hari : Jum’at
Interviewee : Ibu. Soleha
Jabatan : Guru Bidang Studi Hadis
Pokok Pembicaraan : Metode Pembelajaran Hadis dan Pengaruhnya Terhadap
Minat Belajar Siswa
1. Bagaimana kurikulum yang diterapkan oleh pihak sekolah dalam
pembelajaran hadis?
Kurikulum yang diterapkan di SMP Riyadlul Jannah adalah paduan antara
KTSP dengan kurikulum pesantren. Dalam proses kegiatan belajar mengajar
guru diharuskan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) guna
mencapai tujuan yang hendak dicapai, namun sumber atau buku yang
digunakan dalam proses pembelajaran hadis berupa kitab-kitab yang mana
merupakan ciri dari system pembelajaran pesantren.
2. Berapa jam dalam seminggu mata pelajaran hadis diberikan di setiap kelas?
Mata pelajaran hadis disajikan selama 2 x 90 menit/minggu
3. Buku apa saja yang dijadikan pedoman bagi guru dan siswa dalam pengajaran
hadis?
Buku yang digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran hadis adalah
buku Hadis Bulughul Maram yang ditulis oleh Ibnu Hajar Al-Asqalani, 1596
Hadis. yang memiliki dua jilid.
4. Apa pendapat Ibu mengenai metode ?
Metode adalah thariqah atau cara yang digunakan guru untuk menyampaikan
sebuah materi yang disesuaikan dengan kondisi yang ada.
5. Bagaimana respons atau reaksi siswa ketika Ibu menyampaikan materi
pelajaran hadis dengan menggunakan metode tersebut ?
Bermacam-macam, ada siswa yang senang karena sudah terbiasa dan lancar
membaca tulisan Arab, ada pula yang tidak suka karena belum lancar
bacaannya, ada yang malas, mengantuk, dan lain-lain.
6. Metode apa saja yang biasanya Ibu gunakan dalam menyampaikan materi
pelajaran hadis?
Metode yang biasa saya gunakan adalah metode hafalan, bandongan dan
cerita. Namun yang sering digunakan adalah metode bandongan dan hafalan
dimana dalam pembelajaran ini guru mewajibkan siswa untuk menghafal
hadis yang telah diberikan. Setelah itu, siswa mencoba menuangkannya
dalam bentuk tulisan di papan tulis.
7. Hambatan-hambatan apa saja yang Ibu rasakan dalam melaksanakan
pengajaran hadis melalui metode yang Ibu gunakan?
Biasanya hambatan/kendala yang saya temui ialah ketika menggunakan
metode hafalan yang mana terlihat banyak siswa yang malas dan bahkan
sama sekali tidak mau menyetor hafalan. Selain itu, ketika saya
menggunakan metode bandongan banyak diantara siswa yang mengantuk
karena ia hanya menulis dan mendengarkan penjelasan guru saja.
8. Bagaimana cara Ibu untuk mengatasi hambatan tersebut?
Memberikan motivasi kepada mereka dengan menyatakan bahwa ”orang
yang menghafal itu berarti dia rajin membaca dan orang yang sering
menghafal itu tidak membiarkan otaknya menjadi tumupl/beku”. Atau
memberi kebebasan kepada mereka tempat untuk menghafal yang mereka
sukai dengan syarat harus hafal.
9. Disamping hambatan-hambatan tersebut, keuntungan apa saja yang Ibu
rasakan dalam pengajaran hadis melalui metode yang Ibu gunakan?
Keuntungan belajar hadis banyak dan metode yang saya gunakan yaitu
adanya perubahan dari segi akhlak sehari-hari. Contoh: ada teman yang
makan sambil berdiri, lalu teman yang satunya lagi mengingatkan dengan
mengeluarkan bunyi hadis tersebut.
10. Usaha apa saja yang ibu lakukan untuk menarik perhatian siswa agar berminat
dalam mempelajari hadis?
Solusi yang ditawarkan adalah harus adanya kesesuaian antara metode
dengan materi dan tujuan pelajaran supaya tidak membuat bosan anak didik,
selain itu menciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif atau yang biasa
disebut PAKEM (pengajaran aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan),
selain itu seorang guru juga dapat memberikan kebebasan kepada siswa
dalam artian tidak ada paksaan, karena jika guru memberikana tekanan atau
paksaan dimana siswa tersebut diharuskan fakus atau memperhatikan materi
yang disampaikan guru maka yang nantinya akan menimbulkan stress pada
siswa.
11. Bagaimana hasil belajar rata-rata siswa dalam mata pelajaran hadis?
Hasil ujian hadis di bawah standar rata-rata, karena dari sebuah hadis saja
banyak pendapat di keluarkan oleh para ulama/perawi hadis.
Ciseeng, 07 Mei 2010
Interviewee, Interviewier,
(Soleha) (Reka Wibawa)
Pedoman Wawancara
Hari : Jum’at
Interviewee : Ibu. Nur Siti Latifah
Jabatan : Guru Bidang Studi Hadis
Pokok Pembicaraan : Metode Pembelajaran Hadis dan Pengaruhnya Terhadap
Minat Belajar Siswa
1. Bagaimana kurikulum yang diterapkan oleh pihak sekolah dalam
pembelajaran hadis?
Kurikulum yang diterapkan di SMP Riyadlul Jannah adalah kurikulum
nasional yang dipadukan dengan kurikulum pesantren. Selain itu, setiap guru
diharuskan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk
persiapa mengajar di kelas.
2. Berapa jam dalam seminggu mata pelajaran hadis diberikan di setiap kelas?
Mata pelajaran hadis disajikan selama 2 x 90 menit/minggu
3. Buku apa saja yang dijadikan pedoman bagi guru dan siswa dalam pengajaran
hadis?
Buku yang digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran hadis adalah
buku Hadis Bulughul Maram, Fiqih Sunnah, 1001 hadis, dan buku-buku
lainnya yang sekiranya berhubungan dengan perkembangan isu saat ini.
4. Apa pendapat Ibu mengenai metode ?
Metode adalah cara seorang guru untuk menyampaikan ilmu kepada anak
didiknya.
5. Bagaimana respons atau reaksi siswa ketika Ibu menyampaikan materi
pelajaran hadis dengan menggunakan metode tersebut ?
Mengenai respon siswa terhadap metode yang saya gunakan beraneka ragam
yaitu biasanya siswa lebih berminat jika saya menyampaikan materi dengan
cara cerita, namun ketika siswa disuruh mengahafal hadis, maka sebagian
siswa kurang berminat hal ini ditunjukkan dengan tidak dikerjakannya tugas
yang telah diberikan guru kepada siswa.
6. Metode apa saja yang biasanya Ibu gunakan dalam menyampaikan materi
pelajaran hadis?
Metode yang biasa saya gunakan dalam pembelajaran hadis adalah metode
cerita yaitu dengan menghubungkan antara materi hadis yang disampaikan
dengan cerita atau kisah-kisah yang terjadi pada masa Rasul, sahabat
maupun tabi’in sehingga menyebabkan turunnya hadis tersebut dan metode
hafalan dimana siswa diharuskan menyetor hadis-hadis pilihan yang telah
diberikan tiap minggunya.
7. Hambatan-hambatan apa saja yang Ibu rasakan dalam melaksanakan
pengajaran hadis melalui metode yang Ibu gunakan?
Hambatan yang dihadapi selama menggunakan metode yang saya gunakan
dalam proses pembelajaran hadis biasanya ketika saya menggunakan metode
hafalan, yaitu baik kesulitan dalam menghafalkan hadis-hadis pilihan yang
diberikan oleh guru maupun kesulitan dalam menulis hadis yang telah
dihafalnya di papan tulis.
8. Bagaimana cara Ibu untuk mengatasi hambatan tersebut?
Cara mengatasi hambatan-hambatan tersebut yaitu memberikan keringanan
kepada siswa dengan carasiswa diminta duduk kembali sambil berlatih
menulis hadis yang telah disampaikan di kertas kosong kemudian setelah
lain yaitu dengan mendikte atau mengimla setiap bacaan dalam hadis
tersebut. Selain itu, saya memotivasinya atau memberikan
dorongan/semangat agar siswa tersebut lebih mau belajar. Selain itu, jika
siswa belum bisa menghafal biasanya saya akan memberikan kesempatan
atau memberikan waktu lebih agar siswa menghafal kembali sampai kiranya
cukup atau siap untuk menyetorkan hafalan tersebut. Namun biasanya saya
memberi kesempatan sebanyak 3 kali, lebih dari itu, jika siswa tersebut tidak
menyetor hafalan maka saya akan memberikan hukuman yaitu dengan cara
berdiri di depan kelas atau meminta tanda tangan ke guru piket. Dan bagi
siswa yang mampu mengerjakan atau menghafal hadis dengan baik biasanya
saya akan memberikan respon positif seperti mengacungkan jempol dengan
berkata “bagus”, dan lain-lain.
9. Disamping hambatan-hambatan tersebut, keuntungan apa saja yang Ibu
rasakan dalam pengajaran hadis melalui metode yang Ibu gunakan?
Keuntungan belajar hadis dengan metode yang saya gunakan yaitu melalui
metode cerita siswa dapat mengetahui sebab-sebab turunnya hadis yang telah
diberikan, sedangkan melalui metode hafalan yaitu siswa dapat menjadikan
hadis yang telah difal atau dikuasainya sebagai modal awal untuk bahan
berdakwah yang biasanya dilakukan dua kali dalam seminggu.
10. Usaha apa saja yang ibu lakukan untuk menarik perhatian siswa agar berminat
dalam mempelajari hadis?
Sejauh ini usaha yang telah saya lakukan untuk menarik minat siswa adalah
dengan cara menciptakan situasi yang tenang dan menyenangkan. Nah,
setelah siswa merasa siap dan nyaman untuk menerima pelajaran barulah
guru menyajikan pelajaran tersebut, yang terpenting adalah guru memikat
hati siswa , setelah siswa senang dengan kita maka kita akan mudah
memberikan pengertian kepadanya terutama dalam pemberian pelajaran
11. Bagaimana hasil belajar rata-rata siswa dalam mata pelajaran hadis?
Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran hadis berada di bawah standar
rata-rata. Hal tersebut dikarenakan banyaknya materi yang harus mereka
hafal dalam satu hari seperti tafsir/ muthala’ah/ mahfudzot.
Ciseeng, 07 Mei 2010
Interviewee, Interviewier,
(Nur Siti Latifah) (Reka Wibawa)
KUESIONER PENGAMBILAN DATA
MENGENAI METODE PEMBELAJARAN HADIS DAN PENGARUHNYA
TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA DI SMP RIYADLUL JANNAH
Petunjuk Pengisian
1. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan sebenarnya yaitu dengan
memberi tanda silang (x) pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan
pendapat anda
2. Jawaban apapun yang anda berikan dijamin kerahasiaannya dan tidak ada
pengaruh bagi nilai anda
3. Jawaban yang anda berikan akan menjadi bahan masukkan bagi pihak
sekolah dan guru mata pelajaran dalam menambil kebijakan-kebijakan
yang lebih baik.
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama : ………………………………..………
2. Kelas : ………………………………………..
3. Jenis Kelamin : a. Laki-laki
b. Perempuan
B. PERNYATAAN I. Metode Pembelajaran Keterangan :
S : Selalu
Sr : Sering
Kd : Kadang-Kadang
TP : Tidak Pernah
No Pernyataan S Sr Kd TP
1 Metode yang dipergunakan guru dalam pembelajaran
hadis memudahkan pemahaman materi siswa
2 Dalam menyampaikan materi pelajaran hadis, guru
menggunakan metode cerita
3 Siswa mudah memahami materi hadis ketika guru
menggunakan metode cerita
4
Dalam pembelajaran hadis, guru menerangkan materi
pembelajaran hadis dan siswa mendengarkan serta
menulis penjelasan guru
5 Dalam pembelajaran hadis siswa diharuskan menghafal
setiap materi yang telah disampaikan
6 Ketika kegiatan belajar mengajar hadis berlangsung, guru
menggunakan media atau alat bantu pengajaran
7 Guru mengerti dan menguasai alat bantu pengajaran yang
digunakan dalam pembelajaran hadis secara baik
8 Guru menguasai materi hadis yang disampaikan di kelas
9 Materi hadis yang disampaikan guru disesuaikan dengan
perkembangan masa kini yang dihadapi siswa
10 Saat siswa mengajukan pertanyaan tentang materi
pelajaran hadis, guru menjawab dengan baik dan jelas
12 Cara mengajar guru dalam menyampaikan materi hadis
membosankan
13
Sebelum pelajaran hadis dimulai, guru menjelaskan
tujuan dan manfaat mempelajari materi yang akan
disampaikan
14 Dalam setiap menyampaikan materi guru memotivasi
(memberi dorongan) siswa untuk belajar hadis
15
Dalam pembelajaran hadis, guru memberikan reward
dalam bentuk pujian atau hadiah bagi siswa yang
berprestasi
II. Minat Belajar
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya mendengarkan dengan penuh perhatian penjelasan
yang disampaikan guru hadis di kelas
2 Saya menyukai posisi duduk paling depan pada saat
pelajaran hadis berlangsung
3 Saya tidak malu bertanya pada guru hadis jika ada
penjelasan guru yang belum saya mengerti
4 Ketika belajar hadis saya mengantuk
5 Sebaiknya jam pelajaran hadis di sekolah ditambah
6 Ketika guru menjelaskan materi hadis di kelas rasanya
ingin cepat-cepat selesai
8 Saya tidak senang ketika diharuskan menghafal pada
setiap pelajaran hadis
9 Saya tidak senang ketika pelajaran hadis disampaikan
dengan metode cerita
10 Saya senang belajar hadis bila hanya mendengarkan
penjelasan guru
11 Saya tetap giat belajar walaupun nilai ulangan hadis saya
rendah
12 Saya suka belajar hadis di luar jam pelajaran
13 Saya akan tetap berada di kelas dan membaca buku hadis
walaupun guru hadis tidak hadir
14 Menurut saya, tugas hadis yang diberikan guru adalah
beban bagi saya
15 Rajin mengerjakan tugas karena takut ditegur atau diberi
hukuman oleh guru
Item Pernyataan Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jml
1 4 3 2 4 4 3 4 4 1 4 1 2 4 1 3 44 2 3 3 4 4 4 1 2 3 2 3 4 3 1 2 2 41 3 3 1 3 3 4 2 3 4 2 4 2 4 4 4 1 44 4 2 4 1 2 3 2 1 4 3 4 1 4 3 3 3 40 5 4 4 4 4 4 3 1 3 2 4 4 3 1 2 1 44 6 4 2 3 1 4 1 2 4 4 2 4 3 2 4 3 43 7 3 2 2 4 4 1 3 4 2 3 4 3 2 4 3 44 8 2 1 4 4 4 3 1 3 2 3 4 1 3 3 4 42 9 2 3 4 4 3 2 1 4 2 4 3 4 2 3 1 42
10 4 4 2 3 3 1 3 3 4 2 3 3 4 2 2 43 11 3 3 4 2 3 1 4 2 4 2 1 3 3 4 4 43 12 4 2 3 3 4 2 1 4 4 2 3 1 2 3 3 41 13 3 3 2 1 4 2 2 3 3 4 3 3 3 2 2 40 14 4 1 3 4 4 1 4 4 4 4 4 2 1 2 1 43 15 3 3 4 1 3 2 2 4 3 2 4 4 4 4 3 46 16 3 1 2 4 3 4 3 3 2 3 4 4 2 3 4 45 17 4 2 3 1 4 2 1 4 1 4 4 3 1 1 3 38 18 3 3 1 3 4 3 2 3 1 2 3 4 3 1 4 40 19 3 1 2 2 4 1 1 4 3 1 4 3 1 2 1 33 20 3 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3 3 2 4 2 45 21 2 1 4 2 4 2 1 4 2 4 4 3 1 4 3 41 22 4 1 3 1 4 2 1 4 4 4 4 3 1 1 2 39 23 4 2 2 3 4 1 2 4 2 2 2 2 3 1 3 37 24 2 1 4 4 3 1 1 3 3 2 4 3 1 2 1 35 25 4 3 2 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 51 26 3 4 4 4 2 3 4 4 3 3 3 1 2 4 4 48 27 4 3 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 4 3 4 54 28 4 2 3 4 4 2 4 4 2 4 4 3 2 4 4 50 29 3 4 3 2 4 3 4 4 2 3 2 4 1 3 4 46 30 3 2 2 4 2 1 1 3 3 3 4 2 3 4 3 40 31 4 3 4 3 4 1 3 4 2 4 3 4 3 2 3 47 32 4 1 3 4 3 2 4 3 2 3 3 1 3 2 1 39 33 3 2 1 4 4 3 1 4 1 4 4 1 1 2 1 36 34 2 3 2 4 4 1 3 3 3 4 4 1 3 4 4 45 35 1 4 2 4 4 1 1 4 4 3 2 4 4 2 2 42 36 3 2 3 2 1 3 4 1 2 4 2 3 3 3 2 38 37 3 2 3 3 3 1 1 2 3 4 3 3 3 2 2 38 38 1 2 2 4 4 1 2 2 1 4 4 4 1 2 2 36 39 4 4 4 4 4 1 2 4 4 2 2 3 4 4 3 49 40 3 2 2 4 4 3 3 4 3 4 2 4 3 3 3 47
Hasil Kuesioner/Angket Variabel X (Metode Pembelajaran Hadis)
46 4 2 2 4 4 2 3 4 2 4 4 4 4 3 3 4947 4 3 4 4 4 2 3 4 2 4 3 3 3 2 3 48 48 3 3 4 4 4 2 2 3 4 4 3 4 3 2 3 48 49 3 2 4 4 4 3 3 4 2 4 4 3 4 3 3 50 50 4 3 4 3 4 2 4 3 3 4 4 3 4 4 3 52 51 4 3 2 3 4 2 3 4 2 4 4 4 4 3 4 50 52 1 1 2 4 4 1 1 3 2 3 3 3 2 2 2 34 53 1 2 2 2 4 1 3 3 1 2 2 3 2 1 1 32 54 3 4 4 3 4 2 3 4 3 4 4 4 3 3 3 51 55 2 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 52 56 4 3 4 4 4 4 2 3 3 4 4 3 4 3 4 53 57 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 54 58 3 2 2 4 4 1 1 4 3 4 4 3 4 3 2 44 59 4 3 2 1 4 1 2 4 1 4 4 2 1 1 1 35 60 3 4 1 3 4 2 2 4 3 2 2 4 3 1 1 39 61 2 3 2 2 1 4 4 2 3 2 3 3 3 2 2 38 62 3 2 1 3 3 3 3 3 2 4 2 3 4 3 3 42 63 3 3 2 4 3 2 1 1 3 4 3 2 2 2 2 37 64 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 2 2 1 4 48 65 4 4 3 3 4 1 1 4 2 4 4 4 2 3 1 44 66 4 3 4 2 3 1 1 4 1 4 4 3 3 3 3 43 67 3 3 3 4 3 1 2 4 3 4 4 4 3 2 4 47 68 3 2 2 3 4 1 3 4 2 3 2 3 2 2 1 37 69 3 2 2 2 4 1 2 4 3 4 4 3 4 4 2 44 70 4 3 4 2 4 1 1 4 2 4 4 4 2 4 2 45 71 3 2 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 51 72 4 2 4 4 4 1 2 4 3 4 4 4 3 4 2 49 73 4 4 2 4 4 2 1 4 2 4 4 3 2 2 2 44 74 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 4 3 2 3 2 50 75 3 2 3 3 4 2 1 4 4 3 3 3 4 3 3 45 76 4 2 4 1 3 2 3 2 4 3 3 4 4 2 4 45 77 2 2 2 4 4 1 1 4 4 3 3 1 1 2 1 35 78 3 2 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 46 79 4 4 3 4 4 1 1 4 3 4 4 3 3 2 2 46 80 3 4 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 3 3 4 54 81 4 2 4 4 4 2 1 4 4 4 4 4 2 2 1 46 82 4 3 2 3 4 2 1 4 4 4 4 3 4 3 1 46 83 3 4 3 4 3 3 1 4 2 4 2 4 3 4 2 46 84 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 50 85 3 3 2 3 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 1 33 86 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 3 3 4 53 87 2 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 4 53
Item Pernyataan Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Jml
1 1 1 2 2 4 4 3 4 1 3 3 4 1 3 3 39 2 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 43 3 4 4 2 4 4 4 4 4 1 4 4 1 3 4 1 48 4 3 4 2 3 3 1 4 4 1 4 2 1 3 4 4 43 5 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 4 2 2 3 1 43 6 3 1 4 2 4 4 3 1 4 1 4 3 4 2 4 44 7 4 4 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 48 8 4 3 2 4 2 4 1 4 4 4 2 2 1 4 3 44 9 2 1 2 3 1 2 3 2 4 2 4 3 3 3 4 39
10 3 4 2 3 1 3 3 2 4 2 4 4 4 1 2 42 11 4 1 4 3 4 2 3 4 4 1 4 2 3 2 3 44 12 2 4 4 3 2 3 1 3 4 2 3 4 2 4 3 44 13 3 4 2 4 2 2 2 3 2 1 4 3 3 3 3 41 14 3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 1 2 2 3 4 44 15 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 49 16 3 2 1 4 3 4 4 3 2 3 3 4 3 3 2 44 17 3 4 3 2 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 2 49 18 1 3 1 3 3 4 4 3 1 2 2 3 1 3 1 35 19 3 3 2 4 2 3 2 3 2 2 4 2 3 3 3 41 20 3 3 2 4 2 3 3 4 4 3 1 2 2 3 2 41 21 3 4 4 3 3 3 4 3 2 4 4 3 3 3 1 47 22 3 3 4 4 2 3 4 4 4 3 3 2 2 3 3 47 23 3 2 4 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 42 24 3 3 4 3 1 4 3 4 2 3 4 3 1 2 2 42 25 3 3 3 4 4 4 1 2 4 3 4 1 3 3 3 45 26 3 2 1 3 1 4 3 4 3 2 3 4 2 4 3 42 27 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 4 49 28 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 2 1 3 3 49 29 3 4 3 4 2 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 47 30 3 2 3 3 2 2 4 3 3 3 4 2 1 3 2 40 31 3 2 2 2 1 1 2 2 3 3 4 1 2 3 3 34 32 2 2 1 2 1 2 2 2 4 1 3 1 3 1 3 30 33 3 2 2 4 3 3 4 4 2 3 3 2 4 4 4 47 34 4 3 4 2 4 2 2 3 1 4 4 3 3 3 3 45 35 3 2 3 2 2 2 4 3 3 2 3 2 2 3 2 38 36 4 4 2 3 1 4 3 4 4 1 2 2 3 4 4 45 37 3 1 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 46 38 3 2 3 3 4 3 3 4 3 2 4 1 3 3 4 45 39 4 1 2 4 1 3 4 3 3 3 3 2 3 3 1 40 40 2 3 4 4 3 4 2 3 4 3 4 3 4 3 4 50 41 3 4 3 2 2 1 4 2 3 3 2 3 2 2 2 38
Hasil Kuesioner/Angket Variabel Y (Minat Belajar Siswa)
45 3 2 4 2 2 2 4 3 3 3 4 2 2 3 3 4246 3 3 3 2 1 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 36 47 4 4 3 3 2 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 51 48 3 2 2 4 1 1 3 2 3 4 3 3 4 2 2 39 49 3 2 4 3 1 3 3 1 4 4 3 2 2 3 1 39 50 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 2 4 4 3 46 51 4 4 4 2 2 3 4 4 1 4 4 3 2 3 3 47 52 4 3 2 3 4 1 3 2 3 2 1 3 3 3 2 39 53 3 1 3 4 2 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 47 54 3 2 2 1 3 2 3 3 4 3 3 1 2 2 1 35 55 3 4 4 4 2 4 4 4 3 3 4 2 3 4 4 52 56 4 4 1 3 3 1 4 3 4 3 2 3 4 4 3 46 57 2 4 3 2 2 2 3 2 3 1 4 1 2 3 2 36 58 3 4 4 4 3 3 3 4 4 2 2 4 4 2 3 49 59 2 3 4 2 4 3 2 3 4 2 3 3 1 2 1 39 60 3 4 4 3 1 4 1 3 2 4 4 3 3 3 4 46 61 4 2 3 4 3 4 2 2 2 1 2 2 3 1 2 37 62 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 3 50 63 4 4 3 2 4 2 3 3 2 3 2 1 1 2 2 38 64 4 4 3 4 3 2 3 4 4 3 3 2 3 4 4 50 65 3 3 2 3 2 2 3 1 4 2 3 2 2 2 3 37 66 4 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 52 67 2 2 3 3 3 3 2 3 1 2 2 2 3 3 3 37 68 3 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 36 69 4 4 3 4 2 4 4 4 4 2 3 4 4 3 4 53 70 4 4 3 4 4 2 3 4 4 3 4 4 4 4 2 53 71 3 2 4 3 2 2 3 4 4 4 4 3 4 4 4 50 72 4 4 4 4 4 2 4 4 3 3 4 3 4 3 4 54 73 2 2 3 3 1 1 3 3 1 3 2 2 2 3 3 34 74 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 54 75 3 4 1 3 2 2 1 2 3 2 3 1 2 2 3 34 76 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 51 77 2 2 2 2 2 1 3 4 2 2 3 1 2 2 3 33 78 4 3 1 3 1 3 2 1 2 3 2 2 3 2 1 33 79 2 2 3 2 1 3 4 3 2 2 1 1 2 3 2 33 80 4 4 4 3 3 4 4 3 4 1 4 3 2 4 4 51 81 3 3 1 2 3 2 3 2 2 1 4 2 2 1 1 32 82 3 2 3 1 2 2 1 2 3 2 3 1 2 2 2 31 83 3 2 2 3 2 1 1 2 2 1 3 3 3 2 2 32 84 2 2 3 2 1 2 1 2 3 2 2 3 1 2 3 31 85 3 2 2 1 1 1 3 3 1 3 1 2 2 3 2 30 86 4 4 2 3 4 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 48 87 3 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 1 4 2 2 31
Y/X 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 f (y) Y' fy' fy'2 x' y'
54 2/2 88 2 12 24 288 288
53 2/ 242 2 11 22 242 242
52 2/ 140 2 10 20 200 140
51 3/ 270 3 9 27 243 270
50 1/ -64 2/
80 1/ 72 4 8 32 256 88
49 1/ -35 1/
28 3/ 168 5 7 35 245 161
48 3/ 18 3 6 18 108 18
47 1/ -5 4/
60 1/ 35 6 5 30 150 90
46 2/ 32 2/
48 4 4 16 64 80
45 1/ -21 1/
-9 1/ 3 1/
9 4 3 12 36 -18
44 1/ -18 1/
-4 1/ 0 2/
8 1/ 10 6 2 12 24 -4
43 2/ 4 1/
6 3 1 3 3 10
42 1/ 0
2/ 0 1/0 1/
0 5 0 0 0 0
41 1/ 3 2/
-4 3 -1 -3 3 -1
40 2/ -4 2 -2 -4 8 -4
39 1/ 12
1/ 9 2/
6 1/ 0 2/
-18 7 -3 -21 63 9
38 2/ 40 1/
8 3 -4 -12 48 48
37 1/ -5 1/
-20 1/ -45 3 -5 -15 75 -70
36 1/ 42 2/
48 1/ -30 4 -6 -24 144 60
35 1/ 35 1/
21 2 -7 -14 98 56
34 2/ 160 2/
-112 4 -8 -32 256 48
33 3/ 162 3 -9 -27 243 162
32 1/ 90 1/
70 2 -10 -20 200 160
31 2/ 176 1/
0 3 -11 -33 363 176
30 1/ 132 1/
24 2 -12 -24 288 156
f (x) 1 2 2 3 3 3 4 3 4 3 4 5 8 6 7 5 4 3 5 3 2 3 2 2 87 22 3648 2165 x' -11 -10 -9 -8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 fx' -11 -20 -18 -24 -21 -18 -20 -12 -12 -6 -4 0 8 12 21 20 20 18 35 24 18 30 22 24 86
fx'2 121 200 162 192 147 108 100 48 36 12 4 0 8 24 63 80 100 108 245 192 162 300 242 288 2942 x' y' 132 160 72 112 91 162 40 60 24 28 1 0 12 8 51 40 60 54 63 168 27 270 242 288 2165
Nomor : Istimewa Lamp : 1 Berkas Perihal : Pengajuan Proposal Skripsi Kepada Yth. Ketua Program Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Di – Tempat
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera saya sampaikan, semoga Bapak/Ibu senantiasa dalam lindungan Allah SWT dan sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Amin.
Selanjutnya, yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Reka wibawa NIM : 105011000157 Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)
Bermaksud mengajukan skripsi dengan judul: ”FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MENGHAFAL SISWA PADA MATA PELAJARAN HADIS DI SMP RIYADLUL JANNAH ”.
Sebagai bahan pertimbangan, berikut saya lampirkan : 1. Out Line 2. Bab I, Bab II, Bab III 3. Daftar Pustaka Sementara Demikianlah surat permohonan ini saya sampaikan, dengan harapan semoga Bapak/Ibu berkenan menerima judul skripsi yang saya ajukan. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
Ciputat, 10 Februari 2010
Dosen Seminar Skripsi Pemohon
Rusydi Zakaria, M. Ed, M. Phil Reka Wibawa NIP. 195605301985031002 NIM.105011000157
Dosen Pembimbing Akademik
Yudhi Munadi, M.Ag NIP. 19701203 199803 1 003