Jur.supervisi Ak.kemitraan

download Jur.supervisi Ak.kemitraan

of 10

Transcript of Jur.supervisi Ak.kemitraan

  • 7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan

    1/10

    MODEL SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS KEMITRAANIstianah Qudsi Falkhi Taqqiya, Heri Yanto, Kardoyo

    37

    Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan

    Vol. 1, No. 2, Oktober 2014

    ISSN 2355-9683

    MODEL SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS KEMITRAAN

    Istianah Qudsi Falkhi Taqqiya1, Heri Yanto2, Kardoyo31 SMAN I Paiton Jawa Timur

    2,3Universitas Negeri Semarang,

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh langsung kompetensi pengawas dan

    komunikasi pengawas terhadap keefektifan supervisi akademik. Selain itu, penelitian ini

    bertujuan untuk mengungkap pengaruh tidak langsung kompetensi pengawas dan komunikasi

    pengawas terhadap keefektifan supervisi akademik melalui variabel intervening, yaitu komitmen

    pengawas dan hubungan kemitraan antara pengawas dan guru. Pendekatan yang digunakandalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif dengan analisis SEM (Structural Equation Model).

    Hasil penelitian mengungkapkan kompetensi pengawas dan komunikasi pengawas tidak

    berpengaruh langsung terhadap supervisi akademik. Komitmen pengawas dan hubungan

    kemitraan berpengaruh langsung terhadap keefektifan supervisi akademik. Komitmen pengawas

    dan hubungan kemitraan berfungsi sebagai variabel intervening dari kompetensi pengawas dan

    komunikasi pengawas terhadap keefektifan supervisi akademik. Dengan demikian disimpulkan

    bahwa supervisi akademik akan terlaksana dengan efektif jika didukung oleh komitmen yang

    tinggi dari pengawas dan hubungan kemitraan yang baik antara pengawas dan guru.

    2014 Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan

    Kata Kunci: hubungan kemitraan; komitmen; kompetensi; komunikasi; supervisi akademik

    PENDAHULUAN

    Minimnya kompetensi pengawas sebagai faktor yang memengaruhi keefektifan supervisi

    akademik juga diteliti oleh Callicot (2011) dalam supervisi pembelajaran program pendidikan

    psikologi. Hasil penelitian Callicot ini menyimpulkan kompetensi pengawas sebagai faktor penting

    yang berpengaruh terhadap kefektifan supervisi. Selanjutnya dalam bidang kesehatan, Tveiten dan

    Severinsson (2006) dan Reid-Searl dan Happel (2011) menemukan komunikasi sebagai inti dan

    faktor yang paling kuat dari pelaksanaan supervisi yang efektif.

    Kajian terhadap faktor-faktor yang disebutkan di atas menyimpulkan faktor yang dominan

    muncul pada keefektifan pelaksanaan supervisi adalah faktor yang berhubungan dengan sumber

    daya pengawas, yaitu kompetensi, komunikasi, dan komitmen. Hasil kajian ini menjadi dasar dalam

    mengungkap fenomena supervisi akademik di Kabupaten Probolinggo.

    Penelitian tentang pengaruh kompetensi pengawas, komunikasi pengawas, dan komitmen

    pengawas terhadap keefektifan supervisi akademik masih terbatas. Hal ini menyebabkan minimnya

    informasi tentang besarnya pengaruh kompetensi pengawas, komunikasi pengawas, dan komitmen

    pengawas yang berkontribusi pada keefektifan supervisi akademik dari penelitian terdahulu.

    Sebaliknya, merujuk pada penelitian supervisi dalam bidang industri, kesehatan, dan pembelajaran,

    keefektifan supervisi dikatakan dipengaruhi oleh hubungan kemitraan. Seperti hasil penelitian

    Kilminster dan Jolly (2000), Callicot (2011), dan Tahir et al.(2012) yang menyimpulkan hubungan

  • 7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan

    2/10

    38Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan

    Vol. 1. No. 2. (2014)

    kemitraan yang dibangun antara supervisor dan supervisee menjadi faktor yang paling penting

    dalam pelaksanaan supervisi yang efektif.

    Berdasarkan pemaparan di atas, maka penelitian ini mengembangkan model keefektifan

    supervisi akademik berbasis kemitraan dengan kompetensi pengawas, komunikasi pengawas, dan

    komitmen pengawas sebagai variabel yang memengaruhi. Pengembangan model ini penting sebagaisalah satu alternatif solusi untuk meningkatkan pelaksanaan supervisi akademik yang efektif.

    Dye (2011) mendefinisikan hubungan kemitraan sebagai cara pengawas dan guru

    berhubungan dalam suatu kerja sama untuk menentukan tujuan supervisi, baik tujuan secara umum

    maupun tujuan secara pribadi. Hubungan kemitraan merupakan hal yang utama dalam pelaksanaan

    supervisi akademik. Hal ini didukung oleh teori hubungan manusia dari Mayo (1933) yang

    menyatakan hubungan manusiawi antara supervisor dan karyawan adalah faktor penting dalam

    upaya meningkatkan produktivitas karyawan.

    Dye (2011) mengatakan hubungan kemitraan dipengaruhi oleh karakteristik personal dan

    banyak faktor demografi lainnya. Sementara, dalam beberapa penelitian terdahulu disebutkan aspek

    yang memengaruhi sebuah hubungan kemitraan antara pengawas dan guru adalah kompetensi

    pengawas (Culbreth & Borders, 1998), komunikasi pengawas (Rashida, 2005; Tveiten &Severinsson, 2006), dan komitmen pengawas (Culbreth & Borders, 1998). Mengacu pada kajian

    penelitian sebelumnya, maka pada penelitian ini juga akan diungkap pengaruh kompetensi,

    komunikasi, dan komitmen pengawas terhadap hubungan kemitraan antara pengawas dengan guru

    dalam pelaksanaan supervisi akademik.

    Menurut Sudjana (2012) kompetensi pengawas adalah kemampuan yang direfleksikan pada

    pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugas pokok dan fungsi jabatan

    profesional sebagai pengawas sekolah. Kompetensi pengawas diperlukan agar pengawas dapat

    melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya dalam meningkatkan mutu

    penyelenggaraan pendidikan di sekolah binaan. Rendahnya kompetensi pengawas dapat

    menyebabkan tidak efektifnya pelaksanaan supervisi akademik (Danso, 2009; Ruswenda, 2011;

    Hamadi, 2011). Dengan demikian, kompetensi merupakan salah satu faktor penting yang harus

    dimiliki pengawas dalam upaya melaksanakan supervisi akademik yang efektif.

    Pada penelitian Fadli et al.(2012) ditemukan adanya pengaruh positif kompetensi karyawan

    terhadap komitmen kerja. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini juga akan diungkap pengaruh

    kompetensi pengawas terhadap komitmen pengawas dalam upaya membangun hubungan

    kemitraan antara pengawas dan guru maupun dalam pelaksanaan supervisi akademik yang efektif.

    Komunikasi antara pengawas dan guru dikenal sebagai komunikasi antara atasan dan

    bawahan. Komunikasi antara atasan dan bawahan merupakan proses interaksi dalam upaya

    mencapai tujuan organisasi dan membina hubungan kemitraan di antara mereka. Dengan demikian,

    komunikasi antara pengawas dan guru sangat penting dalam mencapai tujuan supervisi akademik.

    Telaah pada penelitian lain menemukan adanya hubungan yang signifikan antara komunikasidan kompetensi terhadap komitmen, seperti dalam penelitian Situmorang (2012) dan Guney et al.

    (2012) yang menyatakan komunikasi organisasi berhubungan positif dengan komitmen organisasi.

    Berdasarkan hasil telaah yang dilakukan, maka dalam penelitian ini akan diungkap pengaruh

    komunikasi pengawas terhadap komitmen pengawas dalam upaya membangun hubungan

    kemitraan antara pengawas dan guru maupun dalam pelaksanaan supervisi akademik yang efektif.

    Komitmen pengawas didefinisikan sebagai keterlibatan pengawas untuk membantu guru

    meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran melalui kegiatan supervisi. Komitmen pengawas

    merupakan faktor utama yang mempengaruhi motivasi kinerja guru. Hal ini didukung hasil

    penelitian Cheng, Jiang, dan Riley (2003) yang menemukan komitmen pengawas berdampak

    signifikan terhadap hasil organisasi karyawan, seperti kepuasan kerja, omset, kinerja tugas, dan

  • 7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan

    3/10

    MODEL SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS KEMITRAANIstianah Qudsi Falkhi Taqqiya, Heri Yanto, Kardoyo

    39

    perilaku warga organisasi. Berdasarkan kajian tersebut, maka komitmen pengawas merupakan

    faktor yang paling penting dalam upaya melaksanakan supervisi akademik yang efektif.

    METODE PENELITIAN

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif dengan populasi

    penelitian seluruh guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) SMA Negeri di Kabupaten Probolinggo yang

    berjumlah 297 orang. Sampel penelitian terdiri dari 200 orang guru yang dipilih dengan

    menggunakan metode proportional randomsampling. Teknik proportional dilakukan untuk menarik

    sampel yang besarnya sebanding dengan besarnya populasi pada masing-masing sekolah .

    Selanjutnya, pengambilan sampel individual dari masing-masing sekolah menggunakan teknik

    randomyaitu pengambilan sampel secara acak. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner

    dalam bentuk skala Likert.Terdapat 5 alternatif jawaban yang ditawarkan kepada responden, dan

    responden diminta untuk memilih salah satu jawaban yang dianggap cocok atau sesuai dengan

    persepsi responden. Untuk pernyataan positif, pilihan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 5 dan Sangat

    Tidak Setuju (STS) diberi nilai 1. Sebaliknya, untuk pernyataan negatif Sangat Tidak Setuju (STS)

    diberi nilai 5 dan Sangat Setuju (SS) diberi nilai 1. Pertanyaan dalam kuesioner dijabarkan dari

    indikator setiap variabel penelitian yang dikembangkan dari konstruk teori. Terdapat lima variabel

    dalam penelitian ini, yaitu kompentensi pengawas dan komunikasi pengawas sebagai variabel

    eksogen, komitmen pengawas dan hubungan kemitraan sebagai variabel endogen intervening, dan

    supervisi akademik sebagai variabel endogen tergantung.

    Variabel supervisi akademik diwakili dengan empat belas indikator, yaitu diskusi

    permasalahan guru (SA1), diskusi perencanaan pembelajaran (SA2), diskusi instrumen supervisi

    (SA3), observasi aktivitas guru mengajar (SA4), observasi motivasi peserta didik (SA5), observasi

    aktivitas belajar peserta didik (SA6), penilaian perangkat pembelajaran (SA7), penilaian pelaksanaan

    pembelajaran (SA8), penilaian evaluasi hasil belajar (SA9), diskusi kesimpulan observasi (SA10),

    diskusi refleksi guru (SA11), pembimbingan pembuatan media TIK (SA12), pembimbingan perangkat

    pembelajaran (SA8), dan pembimbingan analisis data hasil belajar (SA8). Variabel hubungan

    kemitraan diwakili oleh indikator sikap pengawas yang jujur (KM1), adil (KM2), penuh kebajikan

    (KM3), terbuka (KM4), ramah (KM5), memuji untuk memotivasi guru (KM6), memuji untuk

    menghilangkan stres guru (KM6), dan memuji untuk membuat guru percaya diri (KM8). Variabel

    komitmen pengawas diwakili oleh indikator kemauan untuk berperilaku konsisten (KT1),

    berperilaku disiplin (KT2), menerima kritik (KT3), mendukung (KT4), menghargai prestasi (KT5),

    mendorong ide inovatif (KT6), fokus pada profesionalisme guru (KT7), dan membuat penting

    pelaksanaan supervisi (KT8).

    Variabel kompetensi pengawas diwakili oleh sepuluh indikator, yaitu kemampuan berdiskusi

    dengan guru (KP1), melakukan observasi kelas (KP2), melaksanakan workshop (KP3),mendemonstrasikan pembelajaran (KP4), memotivasi guru (KP6), memahami guru (KP6),

    menghormati guru (KP7), membuat visi (KP8), membuat misi (KP9), dan membuat program kerja

    (KP10),. Komunikasi pengawas diwakili oleh indikator penyampaian informasi dengan bahasa yang

    jelas (KN1), mengulangi informasi yang penting (KN2), melengkapi informasi dengan alat

    peraga/demonstrasi (KN3), menjelaskan tujuan supervisi (KN4), menjelaskan fungsi supervisi (KN5),

    menjelaskan prosedur supervisi (KN6), umpan balik berdasarkan data objektif (KN7), umpan balik

    dengan ekspresi positif (KN8), dan memberikan kritik membangun (KN9).

    Data penelitian dianalisis menggunakan SEM (Structural Equation Model) dengan bantuan

    program AMOS 22.00. Sebelumnya, dilakukan uji asumsi dan analisis deskriptif dengan bantuan

    program SPSS 19.00. Uji asumsi yang dilakukan dan telah memenuhi syarat antara lain jumlah

    sampel, normalitas, linieritas, multikolinearitas, dan outlier.

  • 7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan

    4/10

    40Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan

    Vol. 1. No. 2. (2014)

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Hasil uji analisis SEM terhadap model supervisi akademik berbasis kemitraan diawali dengananalisis faktor konfirmatori. Analisis faktor konfirmatori bertujuan untuk mengukur validitas

    indikator dalam mengukur variabelnya. Indikator yang dinyatakan valid kemudian digunakan

    dalam analisis full model struktural. Pada penelitian ini dilakukan modifikasi pada model awal

    untuk mendapatkan kriteria model yang fit. Hasil akhir analisis fullmodel struktural ditunjukkan

    pada gambar 1 berikut.

    Gambar 1Full Model Struktural

    Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat bahwa hubungan kompetensi dan komunikasi terhadap

    keefektifan supervisi akademik tidak signifikan. Hal ini menandakan kompetensi pengawas dan

    komunikasi pengawas tidak berhubungan langsung dengan keefektifan supervisi akademik. Nilai

    korelasi antar variabel secara lengkap dapat dilihat dari outputnilai regression weightdan standardized

    regression weightyang disajikan dalam Tabel 2.

    Tabel 2 Nilai Regresi Untuk Model Supervisi Akademik Berbasis Kemitraan

    Regression Weight Standardized Regression

    WeightsEstimate S.E Cr p

    KompetensiKomitmen 0,266 0,068 3,916 *** 0,418

    KomunikasiKomitmen 0,648 0,163 3,969 *** 0,520

    Kompetensi Hubungan

    kemitraan0,241 0,086 2,798 ** 0,227

    Komunikasi Hubungan

    kemitraan1,361 0,276 4,940 *** 0,653

    Komitmen Hubungan

    kemitraan-0,039 0,230 -0,168 0,867 -0,023

  • 7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan

    5/10

    MODEL SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS KEMITRAANIstianah Qudsi Falkhi Taqqiya, Heri Yanto, Kardoyo

    41

    Kompetensi Supervisi

    akademik0,161 0,114 1,414 0,157 0,160

    Komunikasi Supervisi

    akademik0,249 0,347 0,718 0,473 0,126

    Komitmen Supervisiakademik

    0,402 0,173 2,320 * 0,254

    Hubungan kemitraan

    Supervisi akademik0,306 0,108 2,824 ** 0,323

    ***p0,001 **p0,01 *p0,05

    Tabel 2 menginformasikan variabel kompetensi pengawas dan komunikasi pengawas secara

    signifikan berhubungan tidak langsung dengan supervisi akademik melalui variabel komitmen

    maupun hubungan kemitraan. Nilai korelasi langsung, tidak langsung, dan total dapat diketahui

    dari tabel standardized direct effects, standardized indirect effects, dan standardized total effectsditampilkan

    pada Tabel 3.

    Tabel 3 NilaiEffectUntuk Model Supervisi Akademik Berbasis Kemitraan

    Standardized

    Direct Effects

    Standardized

    Indirect Effects

    Standardized

    Total Effects

    KompetensiKomitmen 0,418 0,000 0,418

    KomunikasiKomitmen 0,520 0,000 0,520

    KompetensiHubungan kemitraan 0,227 -0,012 0,215

    KomunikasiHubungan kemitraan 0,653 -0,009 0,644

    KomitmenHubungan kemitraan -0,023 0,000 -0,023

    KompetensiSupervisi akademik 0,160 0,180 0,340

    KomunikasiSupervisi akademik 0,126 0,216 0,342

    KomitmenSupervisi akademik 0,254 -0,005 0,249

    Hubungan kemitraan Supervisi

    akademik0,323 0,000 0,323

    Tabel 3 menginformasikan nilai indirect effect dari variabel kompetensi pengawas dan

    komunikasi pengawas terhadap supervisi akademik lebih besar dibandingkan nilai direct effect. Hal

    ini menunjukkan hubungan kemitraan dan komitmen pengawas berfungsi efektif sebagai variabel

    intervening. Sementara, besarnya kontribusi dari masing-masing variabel eksogen terhadap variabel

    endogen dapat dilihat dari Squared Multiple Regressionyang ditampilkan pada Tabel 4.

    Tabel 4 Kontribusi Variabel Eksogen terhadap Variabel Endogen

    Estimate

    Hubungan kemitraan 0,545

    Komitmen 0,542

    Supervisi akademik 0,254

    Pembahasan

    Berdasarkan hasil penelitian ditemukan model keefektifan supervisi akademik berbasis

    kemitraan dipengaruhi oleh kompetensi pengawas, komunikasi pengawas, komitmen pengawas, dan

    hubungan kemitraan. Temuan model ini dapat dilihat pada gambar 2. Pada Gambar 2 dinyatakan

  • 7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan

    6/10

    42Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan

    Vol. 1. No. 2. (2014)

    bahwa untuk meningkatkan pelaksanaan supervisi akademik yang efektif di SMAN Kabupaten

    Probolinggo harus diawali dari peningkatan kompetensi pengawas dan komunikasi pengawas.

    Kompetensi dan komunikasi pengawas ini tidak dapat langsung berpengaruh terhadap keefektifan

    supervisi akademik, tetapi harus dimediasi oleh pendekatan kemitraan atau tingginya komitmen dari

    pengawas. Penerapan pendekatan kemitraan dalam supervisi akademik atau peningkatan komitmenpengawas dalam bertugas merupakan penentu keberhasilan supervisi akademik yang efektif.

    Gambar 2 Model Supervisi Akademik Berbasis Kemitraan

    1.

    Kompetensi Pengawas

    Kompetensi pengawas diwakili oleh indikator kemampuan pengawas dalam memahami guru,

    membuat visi, dan membuat misi. Kemampuan membuat misi merupakan indikator dengansumbangan terbesar pada variabel kompetensi pengawas, disusul dengan kemampuan membuat visi,

    dan paling lemah adalah kemampuan dalam memahami guru. Hasil ini menunjukkan bahwa visi

    dan misi pengawas merupakan hal pertama yang mendukung keterlaksanaan supervisi akademik

    secara efektif. Seperti yang diungkapkan Masaong (2012: 56) bahwa visi dan misi kepengawasan

    yang tidak jelas mengakibatkan pelaksanaan supervisi akademik kurang efektif.

    Supervisi akademik membutuhkan perencanaan yang sistematis dan prospektif agar dapat

    mencapai tujuan yang ditetapkan. Untuk itu, seorang pengawas dituntut mampu membuat visi dan

    misi yang dapat dituangkan dalam tujuan dan strategi pencapaian yang berkelanjutan. Adanya visi

    dan misi yang berasal dari analisis kebutuhan untuk mengembangkan profesionalisme guru akan

    berdampak pada tercapainya tujuan supervisi akademik. Hal ini disebabkan supervisi akademik

    bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masing-masing guru dalam melaksanakan

    pembelajaran.

    Supervisi akademik yang terlaksana sesuai dengan kebutuhan guru akan meningkatkan

    kepercayaan guru kepada pengawas dalam membantu menyelesaikan problematika pembelajaran.

    Selain itu, dapat meningkatkan keterlibatan pengawas dalam membantu guru mengembangkan diri

    agar menjadi guru profesional. Pada akhirnya, tujuan supervisi akademik untuk membantu guru

    meningkatkan kualitas pembelajaran akan tercapai. Tercapainya tujuan supervisi akademik

    menandakan supervisi akademik terlaksana dengan efektif. Dengan demikian, peningkatan

    kemampuan pengawas dalam membuat visi dan misi merupakan langkah pertama yang harus

    dilakukan dalam upaya mewujudkan pelaksanaan supervisi akademik yang efektif.

    Berdasarkan hasil pengujian indikator ditunjukkan bahwa ketrampilan teknis pengawas

    dalam melaksanakan supervisi akademik tidak digunakan sebagai indikator kompetensi pengawas.

  • 7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan

    7/10

    MODEL SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS KEMITRAANIstianah Qudsi Falkhi Taqqiya, Heri Yanto, Kardoyo

    43

    Hal ini dapat dijelaskan karena teknik supervisi merupakan bagian kecil dari sebuah perencanaan

    supervisi akademik yang berawal dari visi dan misi seorang pengawas. Kemampuan dalam

    membuat program kerja tidak representatif dalam menjelaskan kompetensi pengawas karena

    program kerja dibuat bersama-sama oleh pengawas, sehingga tidak dapat mencerminkan

    kompetensi yang sebenarnya dari masing-masing pengawas. Sementara, kemampuan memotivasidan menghormati tidak mewakili kompetensi pengawas dapat disebabkan menghormati dan

    memotivasi guru sudah menjadi budaya kerja pengawas di SMAN Kabupaten Probolinggo.

    2.

    Komunikasi Pengawas

    Komunikasi pengawas diwakili oleh indikator penyampaian informasi dengan mengulangi

    bagian yang penting, penjelasan tujuan supervisi, dan penjelasan fungsi supervisi. Sumbangan

    terbesar terhadap variabel komunikasi pengawas diberikan oleh indikator penjelasan fungsi dan

    tujuan supervisi. Sementara, mengulangi bagian informasi yang penting memiliki kontribusi yang

    paling lemah. Hasil ini memperlihatkan bahwa penjelasan pengawas kepada guru tentang fungsi

    supervisi akademik merupakan langkah pertama yang harus dilakukan dalam mewujudkan supervisi

    akademik yang efektif.

    Pemahaman tentang supervisi akademik penting bagi guru, sebab guru merupakan objek yangdikenai tindakan. Tanpa adanya pemahaman yang memadai, guru akan tetap memandang supervisi

    akademik sebagai kegiatan adminstratif semata. Hal ini disebabkan komunikasi adalah perantara

    yang dapat menghubungkan pengawas dan guru untuk mencapai tujuan bersama. Seperti penjelasan

    Weihrich dan Koontz (dalam Turkalj & Fosic, 2009) bahwa komunikasi dalam organisasi berfungsi

    untuk menghubungkan anggota dengan organisasi dalam proses pencapaian tujuan bersama.

    Berdasarkan indikator dari komunikasi maka peran pengawas dalam mengkomunikasikan

    fungsi dan tujuan supervisi serta mengulanginya sebagai informasi penting yang harus diketahui

    guru adalah faktor yang dapat mempengaruhi keefektifan pelaksanaan supervisi akademik. Sesuai

    dengan postulat Lovell yang dikutip Neagley dan Evans (1980) bahwa proses supervisi merupakan

    kegiatan komunikasi antara pengawas dan guru, dan seorang pengawas dikatakan efektif jika

    mampu menyajikan informasi secara jelas, lengkap, ringkas, konsisten, benar dan sopan (Carter,

    2011).

    Indikator yang mencerminkan pemberian umpan balik dari pengawas kepada guru, seperti

    berdasarkan data obyektif, menggunakan ekspresi positif, dan memberikan kritik membangun tidak

    representatif dalam menjelaskan variabel komunikasi pengawas. Kemungkinan disebabkan hasil

    supervisi akademik dikomunikasikan pengawas kepada kepala sekolah sebagai rekomendasi

    penilaian guru yang bersangkutan, bukan sebagai umpan balik dari pengawas kepada guru dalam

    upaya membantu guru meningkatkan kualitas pembelajaran di dalam kelas.

    Penyampaian informasi dengan bahasa yang jelas tidak digunakan sebagai indikator

    komunikasi pengawas karena kemungkinan tidak semua pengawas mampu memberikan informasi

    sesuai dengan pemahaman guru. Penggunakan alat peraga atau demonstrasi juga tidak digunakansebagai indikator komunikasi pengawas sebab pengawas lebih sering menggunakan media berbasis

    IT dalam menyampaikan informasi. Sementara, penjelasan prosedur supervisi tidak representatif

    dalam menggambarkan komunikasi pengawas dapat disebabkan minimnya pengawas di SMAN

    Kabupaten Probolinggo yang memiliki kemauan untuk menjelaskan prosedur supervisi akademik.

    3.

    Komitmen Pengawas

    Komitmen pengawas diwakili oleh indikator kemauan pengawas untuk berperilaku konsisten,

    berperilaku disiplin, menghargai prestasi, dan mendorong ide inovatif. Indikator yang paling kuat

    dalam menjelaskan variabel komitmen adalah perilaku pengawas yang konsisten dan disiplin.

    Sementara, perilaku pengawas dalam mendorong ide inovatif dan menghargai prestasi guru

    memiliki kontribusi yang lemah. Hasil ini memperlihatkan bahwa pengawas yang berperilaku

    konsisten dan disiplin sangat menentukan terhadap pelaksanaan supervisi akademik yang efektif.

  • 7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan

    8/10

    44Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan

    Vol. 1. No. 2. (2014)

    Pengawas adalah pemimpin bagi guru. Oleh sebab itu, perilaku konsisten dan disiplin

    diperlukan agar dapat memberikan keteladanan bagi guru. Keteladanan yang diberikan pengawas

    dalam melaksanakan supervisi akademik akan membangkitkan semangat guru dalam bekerja.

    Seperti yang disimpulkan Loke (2001) bahwa perilaku seorang pemimpin berpengaruh terhadap

    kepuasan kerja, komitmen terhadap organisasi dan produktivitas dari bawahannya.Konsistensi dan kedisiplinan pengawas dalam penelitian ini dapat ditingkatkan melalui

    kompetensi dan komunikasi yang efektif dengan guru. Hal ini disebabkan penguasaan kompetensi

    dan komunikasi yang efektif bagi pengawas akan meningkatkan keterlibatannya dalam membantu

    guru. Keterlibatan yang terus menerus dapat menimbulkan konsistensi dan kedisiplinan dalam

    melaksanakan supervisi akademik.

    Lemahnya indikator perilaku pengawas dalam mendorong ide inovatif dan menghargai

    prestasi guru dapat disebabkan pelaksanaan supervisi akademik masih belum menekankan pada

    peningkatan profesionalisme guru. Alasan ini didasari oleh tidak representatifnya indikator fokus

    pada profesionalisme guru dalam menjelaskan variabel komitmen pengawas. Indikator menerima

    kritik tidak digunakan sebagai indikator komitmen pengawas karena guru masih beranggapan

    pengawas sebagai pemimpin yang paling tahu dan paling benar sehingga tidak membutuhkan sarandan masukan. Mendukung tidak representatif sebagai indikator komitmen kemungkinan disebabkan

    kurangnya tatap muka antara pengawas dan guru, sehingga pengawas tidak memiliki kesempatan

    untuk mendukung guru. Sementara, membuat penting pelaksanaan supervisi tidak digunakan

    sebagai indikator dapat disebabkan pelaksanaan supervisi akademik masih dalam tahap untuk

    menggugurkan kewajiban tugas, belum sampai pada upaya peningkatan kualitas pembelajaran di

    dalam kelas.

    4.

    Hubungan Kemitraan antara Pengawas dan Guru

    Hubungan kemitraan antara pengawas dan guru diwakili oleh indikator sikap pengawas yang

    jujur, ramah, memuji untuk memotivasi guru, dan memuji untuk membuat guru percaya diri.

    Indikator terkuat yang merepresentasikan kemitraan adalah ucapan pengawas untuk memotivasi

    guru. Sikap jujur, ramah, dan memuji untuk membuat guru percaya diri memiliki kontribusi yang

    rendah dalam merepresentasikan hubungan kemitraan. Hasil ini menunjukkan hal yang paling

    penting dalam membangun hubungan kemitraan dengan guru adalah dengan memberikan ucapan

    positif untuk memotivasi guru. Hubungan kemitraan yang kuat akan berdampak pelaksanaan

    supervisi akademik yang efektif.

    Ucapan positif diperlukan dalam pelaksanaan supervisi akademik sebagai umpan balik

    terhadap kinerja guru, seperti pendapat Neagley dan Evans (1980) bahwa setelah observasi kelas

    seorang guru yang menyadari kinerjanya baik, berharap mendapat kata-kata pujian dari pengawas.

    Pujian dari pengawas untuk memotivasi guru akan membangkitkan semangat guru untuk

    meningkatkan kemampuannya dalam mengajar. Pernyataan ini didukung oleh Delin dan

    Baumeister (dalam Bradler et al., 2012) yang mengatakan pujian memengaruhi kinerja seseorangbaik secara positif maupun negatif.

    Pemberian pujian untuk memotivasi guru dipengaruhi oleh kemampuan pengawas dan

    komunikasi pengawas dengan guru. Seorang pengawas yang memahami karakteristik guru dan

    dapat berkomunikasi secara efektif dengan guru akan lebih mampu memberikan pujian yang dapat

    memotivasi guru untuk meningkatkan kinerjanya. Peningkatan kinerja guru setelah pelaksanaan

    supervisi akademik menunjukkan supervisi akademik terlaksana dengan efektif.

    Sikap jujur, ramah, dan memuji untuk membuat guru percaya diri memiliki kontribusi yang

    rendah kemungkinan disebabkan sikap tersebut sudah menjadi bagian dari budaya organisasi.

    Bukan sikap untuk membangun hubungan kemitraan. Indikator terbuka dan kehilangan beban stres

    tidak representatif sebagai indikator hubungan kemitraan, kemungkinan penyebabnya adalah

    hubungan pengawas dan guru yang terjadi masih hubungan satu arah atau hubungan profesional

  • 7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan

    9/10

    MODEL SUPERVISI AKADEMIK BERBASIS KEMITRAANIstianah Qudsi Falkhi Taqqiya, Heri Yanto, Kardoyo

    45

    yang kaku. Akibatnya guru terbebani secara psikologis untuk dinilai ketika mendapat supervisi

    akademik dari pengawas. Indikator adil dan bersikap peduli tidak digunakan sebagai indikator

    hubungan kemitraan karena rasio pengawas dan guru yang tidak seimbang. Akibatnya pelaksanaan

    supervisi akademik dengan teknik observasi kelas hanya dilakukan pada beberapa orang guru senior

    yang menjadi sampel kinerja guru secara keseluruhan di suatu sekolah.5.

    Supervisi Akademik

    Supervisi akademik yang efektif diwakili oleh indikator kegiatan observasi aktivitas guru

    mengajar, observasi motivasi peserta didik, dan observasi aktivitas belajar peserta didik. Indikator

    yang paling kuat merepresentasikan supervisi akademik adalah observasi motivasi peserta didik,

    sedangkan observasi aktivitas guru dan peserta didik dalam pembelajaran memiliki kontribusi yang

    rendah dalam merepresentasikan supervisi akademik. Hasil ini memperlihatkan observasi motivasi

    peserta didik adalah hal utama yang harus dilakukan dalam pelaksanaan supervisi akademik yang

    efektif.

    Indikator dalam lingkup pertemuan perencanaan, penilaian, pertemuan tindak lanjut, dan

    pembimbingan tidak menjadi indikator dari supervisi akademik. Kemungkinan penyebabnya adalah

    persepsi atau pengetahuan guru tentang supervisi akademik terbatas pada observasi kelas. MenurutNeagley dan Evans (1980) observasi atau pengamatan adalah teknik dasar dalam supervisi

    akademik.

    Motivasi peserta didik menjadi fokus dalam observasi supervisi akademik disebabkan tujuan

    utama supervisi akademik adalah peningkatan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Salah satu

    representasi dari pembelajaran yang berkualiatas adalah peningkatan motivasi peserta didik dalam

    belajar. Dengan demikian, pengamatan terhadap motivasi peserta didik dalam belajar diperlukan

    sebagai langkah evaluasi terhadap pembelajaran yang telah terjadi.

    Hasil penelitian mengungkap adanya dua pola jalur yang dapat dilakukan dalam upaya

    melaksanakan supervisi akademik yang efektif. Jalur pertama dengan menggunakan pendekatan

    hubungan kemitraan dan jalur kedua dengan meningkatkan komitmen pengawas. Namun, kedua

    jalur memiliki prasyarat awal yang sama, yaitu kompetensi pengawas yang memadai dan

    komunikasi pengawas yang efektif. Dengan demikian, penelitian ini merekomendasikan

    peningkatan kompetensi pengawas dan komunikasi pengawas sebagai modal awal untuk

    meningkatkan komitmen pengawas dan membangun hubungan kemitraan dalam rangka

    mewujudkan supervisi akademik yang efektif di SMAN Kabupaten Probolinggo.

    SIMPULAN

    Kompetensi pengawas dan komunikasi pengawas tidak berpengaruh langsung terhadap

    keefektifan supervisi akademik. Kompetensi pengawas dan komunikasi pengawas berpengaruh pada

    keefektifan supervisi akademik melalui variabel intervening, yaitu komitmen pengawas danhubungan kemitraan. Komitmen pengawas tidak berdampak pada hubungan kemitraan. Dengan

    demikian, faktor yang paling berperan dalam pelaksanaan supervisi akademik adalah komitmen

    pengawas dan hubungan kemitraan antara pengawas dan guru. Komitmen pengawas dan hubungan

    kemitraan ini dipengaruhi oleh kompetensi pengawas dan komunikasi pengawas dengan guru.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Terima kasih dihaturkan kepada Dirjen P2TK Dikmen, Kemendiknas sebagai penyandang

    dana dari penelitian ini.

  • 7/25/2019 Jur.supervisi Ak.kemitraan

    10/10

    46Jurnal Penelitian Tindakan Sekolah dan Kepengawasan

    Vol. 1. No. 2. (2014)

    DAFTAR PUSTAKA

    Bradler, C. et al. 2012. Employee Recognition and Performance - A Field Experiment. Draft.

    http://dems.unimib.it/ciseps/workshop_240512/ 240512_Non_paper.pdf.(diunduh 24 Januari 2014).Callicott, K. M. 2011. An Investigation of Factors Involved when Educational Psychologists Supervise Other

    Professionals. Tesis. Birmingham: School of Education the University of Birmingham.

    Carter, M. 2011. The Importance of Effective Supervision Through Communication.

    http://www.studymode.com/essays/The-Importance-Of-Effective-Supervision-Through-645844.html

    (diunduh 20 Januari 2014).

    Cheng, B. S., Jiang, D. Y., dan Riley, J. H. 2003. Organizational Commitment, Supervisory Commitment,

    and Employee Outcomes in The Chinese Context: Proximal Hypothesis or Global Hypothesis?.

    Journal of Organizational Behavior, Volume 24 No. 3. Hal. 313-334.

    Culbreth, J. R. dan Borders, L. D. 1998. Perceptions of the Supervisory Relationship: A Preliminary

    Qualitative Study of Recovering and Non-Recovering Substance Abuse Counselors. Journal of Substance

    Abuse Treatment, Volume 14 No. 1. Hal. 1-8.

    Fadli, U. M., Fadili, D. A., dan Kartawijaya, Y. 2012. Pengaruh Kompetensi Karyawan Terhadap KomitmenKerja pada PT. PLN (PERSERO) Rayon Rengasdengklok. Jurnal Manajemen, Volume 09 No. 2. Hal

    577-589.

    Gney, S. et al. 2012. Effects of Organizational Communication on Work Commitment: A Case Study on a

    Public Agency in Ankara.Business Management Dynamics, Volume 2 No.4. hal. 18-29.

    Hamadi. 2011. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah di Sekolah Dasar Kecamatan Kelapa

    Kampit Kabupaten Belitung Timur. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.

    Kilminster, S. M. dan Jolly, B. C. 2000. Effective Supervision in Clinical Practice Settings: A Literature

    Review.Medical Education, Volume 34. Hal. 827-840.

    Loke, J. C. F. 2001. Leadership Behaviours: Effects on Job Satisfaction, Productivity and Organizational

    Commitment. Journal of Nursing Management, Volume 9 No. 4. Hal. 191-204.

    Masaong, A. K. 2012. Supervisi Pembelajaran dan Pengembangan Kapasitas Guru. Bandung: Alfabeta.

    Mayo, E. 1933. The Human Problems of an Industrial Civilization. New York: Macmillan.Neagley, R. L. dan Evans, N. D. 1980.Handbook for Effective Supervision of Instruction. Englewood Cliffs, N. J. :

    Prentice-Hall, Inc.

    Oliva, P. F. 1984. Supervision for Todays Schools(2nd ed). New York: Longman, Inc.

    Pani, K. 2009. Manajemen Pengawas Sekolah di Kabupaten Aceh Singkil. Tesis. Medan: Universitas Negeri

    Medan.

    Situmorang, B. 2012. Pengaruh Budaya Organisasi, Kepemimpinan, Komunikasi Interpersonal, dan

    Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi Kepala Sekolah (Studi Kasus SMK di Kota Medan).

    Disertasi. Medan: Universitas Negeri Medan.

    Sudjana, N. 2012. Pengawas dan Kepengawasan. Bekasi: Binamitra Publishing.

    Tahir, I. M. et al. 2012. Effective Supervision from Research Students Perspective. International Journal of

    Education, Volume 4 No. 2. Hal. 211-222.

    Tveiten, S. dan Severinsson, E. 2006. Communication A Core Concept In Client Supervision By PublicHealth Nurses. Journal of Nursing Management, Volume 14. Hal. 235-243.