JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id TANGKAPAN DAN...lingkungan, danpengkayaanstok...

15

Transcript of JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id TANGKAPAN DAN...lingkungan, danpengkayaanstok...

Page 1: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id TANGKAPAN DAN...lingkungan, danpengkayaanstok ikan. Terbit pertama kalitahun 1994.Tahun 2006, frekuensi penerbitan Jurnal ini tiga
Page 2: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id TANGKAPAN DAN...lingkungan, danpengkayaanstok ikan. Terbit pertama kalitahun 1994.Tahun 2006, frekuensi penerbitan Jurnal ini tiga

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIA

ISSN 0853 - 5884

Volume 21 Nomor 1 Maret 2015Nomor Akreditasi: 455/AU2/P2MI/LIPI/08/2012

(Periode: Agustus 2012 - Agustus 2015)

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia adalah wadah informasi perikanan,baik laut maupun perairan umum daratan. Jurnal ini menyajikan hasil penelitian

sumber daya, penangkapan, oseanografi, lingkungan, rehabilitasilingkungan, dan pengkayaan stok ikan.

Terbit pertama kali tahun 1994. Tahun 2006, frekuensi penerbitanJurnal ini tiga kali dalam setahun padabulan April, Agustus, dan Desember.

Tahun 2008, frekuensi penerbitan menjadi empat kali yaitu padabulan MARET, JUNI, SEPTEMBER, dan DESEMBER.

Ketua Redaksi:Prof. Dr. Ir. Wudianto, M.Sc. (Teknologi Penangkapan Ikan-P4KSI)

Anggota:Prof. Dr. Ir. Ngurah Nyoman Wiadnyana, DEA. (Ekologi Perairan-P4KSI)

Prof. Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA. (Ekologi Ikan-IPB)Prof. Dr. Ir. Mennofatria Boer, DEA. (Matematika dan Statistika Terapan-IPB)Dr. Eko Sriwiyono, S.Pi, M.Si. (Teknologi Kapasitas Penangkapan Ikan-IPB)

Dr. Ir. Nani Hendiarti, M. Sc. (Penginderaan Jauh-BPPT)

Bebestari untuk Nomor ini:Prof. Dr. Ir. Endi Setiadi Kartamihardja, M. Sc. (Pengelolaan Perikanan PUD-P4KSI)

Prof. Dr. Ir. Sam Wouthuyzen, M.Sc. (Oseanografi Perikanan-LIPI)Prof. Dr. Ir. Ari Purbayanto, M.Sc. (Metode Penangkapan Ikan-IPB)

Prof. Dr. Ir. Indra Jaya. (Hidro Akustik Perikanan-IPB)Dr. Ir. Sudarto, M.Si. (Genetika Akuakultur-BP2BIH)

Dr. Ir. Abdul Ghofar, M.Sc. (Pengkajian Sumber Daya Ikan-UNDIP)

Redaksi Pelaksana:Dra. Endang SriyatiDarwanto, S.Sos.

Sekretariat :Amalia Setiasari, A.Md

Alamat Redaksi/Penerbit:Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya IkanGedung Balitbang KP II, Jl. Pasir Putih II Ancol Timur Jakarta Utara 14430Telp. (021) 64700928, Fax. (021) 64700929Website : http://p4ksi.litbang.kkp.go.idEmail: [email protected]

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia diterbitkan oleh Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan danKonservasi Sumber Daya Ikan-Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan-Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Page 3: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id TANGKAPAN DAN...lingkungan, danpengkayaanstok ikan. Terbit pertama kalitahun 1994.Tahun 2006, frekuensi penerbitan Jurnal ini tiga

i

KATAPENGANTAR

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia (JPPI) di tahun 2015 memasuki Volume ke-21. Pencetakan jurnalini dibiayai oleh Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan tahun anggaran2015. Semua naskah yang terbit telah melalui proses evaluasi oleh Dewan Redaksi dan editing oleh RedaksiPelaksana.

Penerbitan pertama di Volume 21 Nomor 1 tahun 2015 menampilkan tujuh artikel hasil penelitian perikanandi perairan Indonesia. Ketujuh artikel tersebut mengulas tentang: Umur, pertumbuhan dan laju pemanfaatanikan banyar (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1816), di Selat Malaka (wilayah pengelolaan perikanan-571);Fluktuasi tangkapan dan struktur ukuran ikan opah (Lampris gattatus) hasil tangkapan rawai tuna di SamuderaHindia; Perikanan tongkol dan daya dukungnya terhadap penyediaan bahan baku industri pengolahan diPelabuhanratu; Perkembangan dan potensi produksi perikanan pelagis kecil, serta strategi pemulihan sumberdaya ikannya di Laut Jawa; Perkembangan dan potensi produksi perikanan pelagis kecil, serta strategipemulihan sumber daya ikannya di Laut Jawa; Konversi genetik ikan sidat tropis (Anguilla spp) di perairanIndonesia; Pengembangan lampu LED dengan teknologi photovoltaic (LED-PV) sebagai alat bantu pengumpulIkan pada perikanan bagan.

Diharapkan tulisan ini dapat memberikan kontribusi bagi para pengambil kebijakan dan pengelola sumberdaya perikanan di Indonesia. Redaksi mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktif para peneliti darilingkup dan luar Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan.

Redaksi

Page 4: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id TANGKAPAN DAN...lingkungan, danpengkayaanstok ikan. Terbit pertama kalitahun 1994.Tahun 2006, frekuensi penerbitan Jurnal ini tiga

iii

ISSN 0853 - 5884

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIAVolume 21 Nomor 1 Maret 2015

DAFTAR ISI

Halaman

i

iii

v-vii

1-8

9-16

17-24

25-36

37-34

45-54

55-62

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………...................................

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………..……………………..

KUMPULAN ABSTRAK .......................................................................................................

Umur, Pertumbuhan dan Laju Pemanfaatan Ikan Banyar (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1816), diSelat Malaka (Wilayah Pengelolaan Perikanan-571)Oleh: Tuti Hariati, Ria Faizah dan Duto Nugroho..........................................................................................................

Fluktuasi Tangkapan dan Struktur Ukuran Ikan Opah (Lampris gattatus) Hasil Tangkapan RawaiTuna di Samudera HindiaOleh: Dian Novianto, Irwan Jatmiko dan Bram Setyadji............................………………………………………

Perikanan Tongkol dan Daya Dukungnya terhadap Penyediaan Bahan Baku Industri Pengolahan diPelabuhanratuOleh: Wijopriono dan Puput Fitri Rachmawati………………………………………………………………………

Perkembangan dan Potensi Produksi Perikanan Pelagis Kecil, serta Strategi Pemulihan SumberDaya Ikannya di Laut JawaOleh: Purwanto......................................................................................………………………………………………

Produksi Optomal Pukat Cincin di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pemangkat, Kalimantan BaratOleh: Tri Wahyu Budiarti, Eko Sri Wiyono dan Nimmi Zulbainami....……………………………………………..

Konversi Genetik Ikan Sidat Tropis (Anguilla spp) di Perairan IndonesiaOleh: Melta Rini Fahmi............................................…………………………………………………………………..

Pengembangan Lampu LED dengan Teknologi Photovoltaic (LED-PV) sebagaiAlat Bantu PengumpulIkan pada Perikanan BaganOleh: Mochamad Arief Sofihanto, Irfan Rasyidi dan Manggala Saputra.................................................................

Page 5: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id TANGKAPAN DAN...lingkungan, danpengkayaanstok ikan. Terbit pertama kalitahun 1994.Tahun 2006, frekuensi penerbitan Jurnal ini tiga

JURNAL PENELITIAN PERIKANAN INDONESIAVol. 21 No.1-Maret 2015

KUMPULAN ABSTRAK

v

UMUR, PERTUMBUHAN DAN LAJUPEMANFAATAN IKAN BANYAR (Rastrelligerkanagurta Cuvier, 1816), DI SELAT MALAKA(WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN-571)

Tuti HariatiJPPI Maret 2015, Vol.21 No.1, Hal.1-8.e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Analisis perkiraan umur dan pertumbuhan populasiikan banyar (Rastrelliger kanagurta Cuvier, 1816) diperairan Selat Malaka ditujukan untuk mendapatkankarakteristik populasi sebagai dasar perkiraan tingkatpemanfaatan dan perkembangan terkini. Himpunan datasebaran frekuensi panjang yang didaratkan armadapukat cincin di Banda Aceh yang mendaratkan hasiltangkapan di Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo yangdikumpulkan sejak periode April-Desember 2011 danMaret–September 2012 digunakan sebagai dasaranalisis. Hasil analisis menunjukkan bahwa, lajupertumbuhan (K) memberikan nilai sebesar 0,73 denganpanjang asimptotik 27,2 cmFL, perkiraan laju kematianalami (M) sebesar 1,21 dan laju kematian akibat tekananpenangkapan (F) sebesar 3,17. Estimasi lajupemanfaatan (E) sebesar 0,72 menunjukkan bahwastatus sumberdaya ikan banyar di perairan Selat Malakasudah berada pada kondisi yang perlu dikendalikan.Dibandingkan dengan hasil kajian pada periodesebelumnya, nilai E pada penelitian ini termasuk tinggi.Tingginya laju pemanfaatan antara lain ditunjukkan olehrerata hasil tangkapan ikan tahun 2011-2012 lebih kecildibandingkan tahun 1988 dan 1998 sehingga dapatdiprediksi bahwa sediaan biomassa induk ikan banyarsemakin menurun.

KATAKUNCI: Ikan banyar, umur, pertumbuhan, lajupemanfaatan, Selat Malaka

FLUKTUASI TANGKAPAN DAN STRUKTURUKURAN IKAN OPAH (Lampris guttatus)TANGKAPAN RAWAI TUNADI SAMUDERAHINDIA

Dian NoviantoJPPI Maret 2015, Vol.21 No.1, Hal.9-16.e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Ikan opah (Lampris guttatus) atau “moonfish” adalahikan non target dari pengoperasian rawai tuna. Informasitentang perikanan opah saat ini belum banyakterpublikasi, sehingga minimnya pengetahuan tentangsiklus hidup, biologi reproduksi dan besaran populasi

membuat kesulitan untuk menentukan status stok danlangkah-langkah pengelolaan ikan opah. Tulisan inimembahas fluktuasi hasil tangkapan ikan opah danstruktur ukurannya yang merupakan hasil tangkapansampingan (by-catch) dari pengoperasian rawai tuna diperairan Samudera Hindia. Data dikumpulkan padaperiode 2005–2013 dengan melakukan operasipenangkapan sebanyak 94 trip oleh pengamat ilmiah diatas kapal rawai tuna komersial dari Pelabuhan Benoa.Hasil penelitian menunjukkan bahawa ikan opah lebihbanyak tertangkap di Samudera Hindia, namun tidakbanyak tertangkap di Samudera Hindia bagian BaratSumatera. Jenis ikan ini tertangkap sepanjang tahun diSamudera Hindia dengan nilai laju pancing tertinggi 10,33(untuk 1.000 mata pancing) terjadi pada Juli–Agustus2012. Ikan opah berukuran panjang antara 55–200 cmFLdengan dominasi ikan yang berukuran 80 cmFL yangdiduga telah mengalami pemijahan. Sebaran secaravertikal antara kedalaman 50–450 m. Pada kedalamanini kisaran suhu rata-rata antara 260C-120C dimana ikanopah banyak tertangkap pada kedalaman 200–300 mdengan kisaran suhu rata-rata 180C- 200C. Didugakisaran kedalaman ini nampaknya merupakan habitathidup dari ikan opah.

KATAKUNCI: Hasil tangkapan, ukuran, ikan opah,Samudera Hindia

PERIKANAN TONGKOL DAN DAYA DUKUNGNYATERHADAP PENYEDIAAN BAHAN BAKU INDUSTRIPENGOLAHAN DI PALABUHANRATU

WijoprionoJPPI Maret 2015, Vol.21 No.1, Hal.17-24.e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Palabuhanratu sebagai salah satu area pendaratanutama tongkol di pantai selatan Provinsi Jawa Barat, telahditetapkan menjadi sentra pengembangan industriperikanan. Penelitian dilakukan dengan tujuan untukmengetahui status perikanan dan kapasitas produksinyadalam memenuhi kebutuhan bahan baku industri lokal.Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahapenangkapan tongkol dilakukan oleh berbagai armadayang umumnya masuk kategori skala kecil (< 10 GT)dengan target tangkapan multi-spesies. Terdapat tigajenis hasil tangkapan tongkol yang didaratkan diPalabuhanratu, yaitu tongkol lisong (Auxis rochei), diikutioleh tongkol komo (Eutyhynnus affinis) dan tongkol banyar(Auxis thazard). Rata-rata produksi hasil tangkapantongkol adalah 520,183 ton/tahun. Armada payang rata-rata menyumbang 65,37% terhadap total produksitahunan. Produksi tongkol dari hasil tangkapan di

Page 6: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id TANGKAPAN DAN...lingkungan, danpengkayaanstok ikan. Terbit pertama kalitahun 1994.Tahun 2006, frekuensi penerbitan Jurnal ini tiga

vi

Palabuhanratu hanya mampu memenuhi 50-60% darikebutuhan industri olahan setempat. Salah satu pilihanuntuk peningkatan produksi tongkol adalah melaluipengembangan pancing tonda dengan ukuran kapal dantenaga penggerak yang layak, sistem penangkapan yangberkelompok menggunakan kapal induk sebagai upayapenghematan biaya operasi.

KATA KUNCI: Perikanan tongkol, daya dukung,pengolahan, Palabuhanratu

PERKEMBANGAN DAN POTENSI PRODUKSIPERIKANAN PELAGIS KECIL, SERTA STRATEGIPEMULIHAN SUMBER DAYA IKANNYA DI LAUTJAWA

PurwantoJPPI Maret 2015, Vol.21 No.1, Hal.25-36.e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Laut Jawa adalah salah satu daerah penangkapanutama perikanan pelagis kecil di Indonesia. Untukpengelolaan perikanan tersebut, telah dilakukanpengkajian sumber daya ikannya. Hasil kajianmenunjukkan bahwa produksi lestari maksimum (MSY)dari pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil sekitar312,1 ribu ton/tahun, yang dihasilkan dari penangkapandengan upaya optimal (E

MSY) setara dengan

pengoperasian 996 kapal pukat cincin berukuran 80 GTdengan mesin utama 270 DK. Hasil kajian jugamenunjukkan bahwa sumber daya ikan pelagis kecil diLaut Jawa sudah dimanfaatkan secara berlebih sejak1999. Agar sumber daya ikan menghasilkan produksipada tingkat MSY perlu dilakukan langkah pemulihannya,yaitu penghentian penangkapan ikan pada tahunpertama; kegiatan penangkapan dimulai kembali padatahun kedua dari periode pemulihan dengan upayapenangkapan setara 80% dari E

MSYdan tahun-tahun

sesudahnya setara dengan EMSY

. Bila terdapat resistensikuat terhadap penghentian kegiatan penangkapan,strategi alternatifnya adalah pengendalian upayapenangkapan pada tingkat E

MSYsejak tahun pertama

periode pemulihan.

KATAKUNCI: Potensi produksi, upaya penangkapan,strategi pemulihan, perikanan pelagiskecil, Laut Jawa

PRODUKSI OPTIMAL PUKAT CINCIN DIPELABUHAN PERIKANAN NUSANTARAPEMANGKAT, KALIMANTAN BARAT

Tri Wahyu BudartiJPPI Maret 2015, Vol.21 No.1, Hal.37-44.e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Secara umum nelayan penangkap ikanmengharapkan produksi/hasil tangkapan secara ideal

dengan penggunaan input yang efisien. Penentuanefisiensi teknis dan produktivitas dapat dijadikan indikatorpengukuran kinerja alat penangkapan ikan. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui nilai produksioptimal pukat cincin yang mendaratkan hasil tangkapandi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Pemangkat,Kalimantan Barat pada periode Februari sampaiNovember 2014. Pengukuran efisiensi teknis dilakukanterhadap 30 unit kapal pukat cincin di Pemangkat denganmenggunakan pendekatan DEA (Data EnvelopmentAnalysis), dan model produksi dianalisis berdasarkanpersamaan Cobb-Douglass. Hasil analisismenunjukkan bahwa terdapat kelebihan tangkap sebesar2,35% dari nilai produksi optimal. Hal ini disebabkankarena adanya kelebihan input (excess capacity) padatiga jenis faktor produksi yang mempengaruhinya (lamawaktu trip, bahan bakar, dan ransum).

KATAKUNCI: Efisiensi teknis, produksi optimal, DEA,Cobb-Douglass, pukat cincin

KONSERVASI GENETIK IKAN SIDATTROPIS (Anguilla spp) DI PERAIRANINDONESIA

Melta Rini FahmiJPPI Maret 2015, Vol.21 No.1, Hal.45-54.

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Konservasi genetik merupakan upaya pengelolaandan konservasi spesies dengan menggunakanpendekatan molekuler dalam memahami berbagai aspekbiologi spesies. Penelitian ini menyajikan modelpengelolaan dan konservasi ikan sidat berdasarkan datagenetika populasi dengan pendekatan melokuler. Ikansidat yang digunakan berasal dari perairan Indonesiameliputi Aceh, Mentawai, Padang, Bengkulu, PelabuhanRatu, Pangandaran, Cilacap, Bali, Lombok, KalimantanTimur, Danau Poso, Manado, Perairan Ambon danTanjung Boy Papua. Penelitian terbagi tiga tahap; pertamaadalah identifikasi dengan menggunakan metoda semi-multiplek PCR; kedua adalah membuat peta distribusidan ketiga adalah analisis keragaman genetik danstruktur populasi menggunakan marka cytochrome b danmikrosatelit. Hasil identifikasi menunjukkan bahwaperairan Indonesia didiami oleh tujuh spesies dansubspecies yaitu Anguilla marmorata, A. bicolor bicolor,A. b. pacifica, A. celebesensis, A. bornensis, A. interiorisdan A. nebulosa nebulosa. Jenis A. marmorata dan A.bicolor merupakan spesies yang memiliki sebaran yanglebih luas dan keragaman genetik yang tinggi, sedangkanA. celebesensis, A. bornensis, A. interioris merupakanspesies dengan sebaran sempit dan spesies endemikIndonesia. Nilai keragaman genetik ikan sidat di perairanIndonesia cukup tinggi yaitu 0,98 dan 4,75% masing-masing untuk keragaman haplotipe dan keragamannukleotid. Jenis A. borneensis merupakan spesies basalgenus Anguilla yang mendiami perairan Indonesia.Pengelolaan dan konservasi ikan sidat wilayah perairan

Page 7: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id TANGKAPAN DAN...lingkungan, danpengkayaanstok ikan. Terbit pertama kalitahun 1994.Tahun 2006, frekuensi penerbitan Jurnal ini tiga

vii

Indonesia dapat dilakukan berdasarkan distribusi dantingkat keragaman genetik. Spesies-spesies yangmemiliki nilai keragaman genetik yang tinggi danpenyebaran yang luas dapat dimanfaatkan atau dikelolasedangkan untuk spesies endemik perairan Indonesiadilakukan perlindungan atau konservasi.

KATAKUNCI: Ikan sidat tropis, konservasi genetik,distribusi ikan sidat, struktur pupolasiperairan Indonesia

PENGEMBANGAN LAMPU LED DENGANTEKNOLOGI PHOTOVOLTAIC (LED-PV) SEBAGAIALAT BANTU PENGUMPUL IKAN PADAPERIKANAN BAGAN

Mochamad Arief SofijantoJPPI Maret 2015, Vol.21 No.1, Hal.55-62.e-mail: sofianarief @yahoo.com

ABSTRAK

Bagan adalah satu jenis alat penangkapan ikan yangmenggunakan cahaya buatan sebagai alat bantupengumpul ikan. Saat ini alat tangkap tersebutmenggunakan genset bensin untuk menghidupkanlampu hemat energi (LHE) sebagai pemikat ikan, yangdipasang di bawah rumah bagan. Saat ini harga bensinmakin mahal akibat subsidi BBM dikurangi pemerintah

mengakibatkan biaya operasi penangkapan juga makinmahal. Untuk efisiensi usaha penangkapan diperlukansumber energi alternatif sehingga biaya yang dikeluarkanakan lebih sedikit. Pada penelitian ini digunakan lampuLED (light emitting diode) dengan panel surya(photovoltaic) sehingga tidak menggunakan bahan bakarminyak. Tujuan penelitian ini adalah: (1) untukmengetahui apakah lampu LED dapat menggantikanlampu petromaks dan lampu LHE, (2) untuk mengetahuiperbedaan jumlah hasil tangkapan pada bagan tancapakibat perlakuan warna lampu LED yang berbeda.Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif danexperimental fishing dimana rancangan penelitiannyaadalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) denganperlakuan warna lampu LED sebanyak 5 jenis warnayaitu merah (A), kuning (B), hijau (C), biru (D), dan putih(E) dengan 6 kali ulangan. Secara deskriptif hasilpenelitian menunjukkan lampu LED dapat digunakanuntuk menggantikan lampu petromaks dan lampu LHE.Diperoleh 17 jenis ikan laut yang tertarik pada cahayalampu LED yang digunakan. Hasil analisis statistikmenunjukkan terdapat perbedaan nyata terhadap hasiltangkapan bagan dengan perlakuan warna lampu LED.Berdasarkan Uji Nyata Terkecil dinyatakan bahwa baganyang menggunakan warna lampu LED biru mendapatkanhasil tangkapan tertinggi kemudian diikuti oleh warnakuning, hijau, putih dan merah.

KATAKUNCI: Lampu, hasil tangkapan,pengembangan, bagan

Page 8: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id TANGKAPAN DAN...lingkungan, danpengkayaanstok ikan. Terbit pertama kalitahun 1994.Tahun 2006, frekuensi penerbitan Jurnal ini tiga

9

___________________Korespondensi penulis:Loka Penelitian Perikanan Tuna; e-mail: [email protected]. Mertasari No. 140 Denpasar-Bali

Fluktuasi Tangkapan danStruktur Ukuran Ikan Opah……….di Samudera Hindia (Novianto, D., et al)

FLUKTUASI TANGKAPAN DAN STRUKTUR UKURAN IKAN OPAH(Lampris guttatus) TANGKAPAN RAWAI TUNA DI SAMUDERA HINDIA

CATCH FLUCTUATIONS AND SIZE STRUCTURE OF OPAH(Lampris guttatus) CAUGHT BY TUNA LONGLINE IN INDIAN OCEAN

Dian Novianto, Irwan Jatmiko dan Bram Setyadji

Peneliti pada Loka Penelitian Perikanan TunaTeregistrasi I tanggal: 30 April 2014; Diterima setelah perbaikan tanggal: 02 Februari 2015;

Disetujui terbit tanggal: 05 Februari 2015

ABSTRAK

Ikan opah (Lampris guttatus) atau “moonfish” adalah ikan non target dari pengoperasian rawaituna. Informasi tentang perikanan opah saat ini belum banyak terpublikasi, sehingga minimnyapengetahuan tentang siklus hidup, biologi reproduksi dan besaran populasi membuat kesulitanuntuk menentukan status stok dan langkah-langkah pengelolaan ikan opah. Tulisan ini membahasfluktuasi hasil tangkapan ikan opah dan struktur ukurannya yang merupakan hasil tangkapansampingan (by-catch) dari pengoperasian rawai tuna di perairan Samudera Hindia. Datadikumpulkan pada periode 2005–2013 dengan melakukan operasi penangkapan sebanyak 94trip oleh pengamat ilmiah di atas kapal rawai tuna komersial dari Pelabuhan Benoa. Hasil penelitianmenunjukkan bahawa ikan opah lebih banyak tertangkap di Samudera Hindia, namun tidak banyaktertangkap di Samudera Hindia bagian Barat Sumatera. Jenis ikan ini tertangkap sepanjang tahundi Samudera Hindia dengan nilai laju pancing tertinggi 10,33 (untuk 1.000 mata pancing) terjadipada Juli–Agustus 2012. Ikan opah berukuran panjang antara 55–200 cmFL dengan dominasiikan yang berukuran 80 cmFL yang diduga telah mengalami pemijahan. Sebaran secara vertikalantara kedalaman 50–450 m. Pada kedalaman ini kisaran suhu rata-rata antara 260C-120C dimanaikan opah banyak tertangkap pada kedalaman 200–300 m dengan kisaran suhu rata-rata 180C-200C. Diduga kisaran kedalaman ini nampaknya merupakan habitat hidup dari ikan opah.

KATA KUNCI: Hasil tangkapan, ukuran, ikan opah, Samudera Hindia

ABSTRACT

Opah (Lampris guttatus) or “moonfish” is a non-target fish of the tuna longline operations.Information about moonfish fishery has not been widely published, so the lack of knowledge aboutthe life cycle, reproductive biology and population size makes it difficult to determine the status ofstocks and management measures for moonfish fisheries. This paper discusses the fluctuations ofcatches and size structure of moonfih as bycatch from tuna longline operations in the IndianOcean. Data were collected in the period of 2005-2013 with the total number of trip is 94 scientifictrip over commercial tuna longline vessels in the port of Benoa. The results of the study indicatemore opah fish caught in the Indian Ocean, but rare opah fish caught in the western Indian Oceanof Sumatera. This species caught throughout the year in the Indian Ocean with the highest value ofCPUE 10.33 (/1.000 hooks) occurred in July - August 2012. Moonfish has length 55–200 cmFLwhich is dominated by fish sized 80 cmFL who is to be are mature. Distribution vertically betweendepths 50-450 m. At this depth the temperature range on average between 260C – 120C wheremore moonfish were caught at a depth of 200-300 m with an average temperature range of 180C -200C. Allegedly this depth range seems to be the habitat of moonfish.

KEYWORDS: The catch, size, opah fish, Indian Ocean

PENDAHULUAN

Opah (Lampris guttatus) biasa dikenal dengannama “moonfish” adalah ikan pelagis yang bersifatsoliter (menyendiri) dan menyebar hampir diseluruhbagian lautan yang beriklim tropis, subtropis dandingin (Bray, 2012). Jenis ikan ini lebih dikenal dengan

sebutan ikan merah, louhan atau ikan semar. Padaperikanan rawai tuna Indonesia, ikan opah merupakanikan non target dari hasil pengoperasian rawai tuna diSamudera Hindia. Jenis ikan ini dimanfaatkan apabilaruang palkah masih memungkinkan untukpenyimpanan, namun apabila ruang palkah sudahpenuh maka ikan dibuang ke laut dalam keadaan

Page 9: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id TANGKAPAN DAN...lingkungan, danpengkayaanstok ikan. Terbit pertama kalitahun 1994.Tahun 2006, frekuensi penerbitan Jurnal ini tiga

J. Lit. Perikan. Ind. Vol.21 No.1 Maret 2015:

10

terluka atau mati. Tangkapan ikan opah dikumpulkanumumnya pada saat kapal menuju pulang dari laut.

Pada perikanan rawai tuna di perairan New Zaelanddilaporkan sebagian besar ikan opah hasil tangkapankapal longline berusia 2–14 tahun (Francis et al.,2004). Selanjutnya dikatakan bahwa sebanyak 71 %dari hasil tangkapan ikan opah merupakan ikan yangtelah matang gonad yang mana ikan-ikan pertamakali matang gonad berumur 4-5 tahun denganpertumbuhan yang cepat dalam dua tahun pertama.Pada perikanan rawai tuna Hawaii, ikan opahumumnya tertangkap dengan pancing yangmenargetkan tuna mata besar. Meskipun tidakmerupakan ikan target, opah merupakan komoditasperikanan hasil tangkapan sampingan komersial yangdiperhitungkan (Polovina, 2008).

Saat ini permintaan pasar untuk daging ikan opahsemakin meningkat sehingga menyebabkanperubahan perlakuan terhadap hasil tangkapan ikanini, yang dahulu tidak dimanfaatkan namun sekarangselalu disimpan karena memberi nilai tambah.Penelitian tentang perikanan opah belum banyakterpublikasi, minimnya pengetahuan tentang siklushidup, biologi reproduksi dan besaran populasi,menyebabkan kesulitan untuk menentukan statusstok ikan opah, bahkan secara nasional ikan opahtidak terdata dalam buku statistik perikanan,sementara produksi pendaratan opah cukup banyakdi pelabuhan perikanan yang terdapat armada kapalrawai tuna.

Tulisan ini membahas fluktuasi hasil tangkapanikan opah dan struktur ukurannya dari hasil tangkapansampingan pada perikanan rawai tuna di SamuderaHindia.

BAHAN DAN METODEPengumpulan Data

Data hasil tangkapan ikan opah diperoleh darikegiatan observer ilmiah dari Stasiun MonitoringPerikanan Tuna Benoa yang telah berganti namamenjadi Loka Penelitian Perikanan Tuna sejak 1Januari 2011. Data dikumpulkan dengan melakukanoperasi penangkapan sebanyak 94 trip yang diikutiolehobserver ilmiah di atas kapal rawai tuna komersialyang berbasis di pelabuhan Benoa pada periode 2005-2013.

Data yang dikumpulkan berupa data operasionalpenangkapan (spesifikasi alat tangkap, informasisetting dan hauling), posisi daerah penangkapan, danpengamatan aspek biologi yang meliputi pengukuranpanjang cagak ikan (fork length), dengan

menggunakan man pita besi ukuran 5 m. Posisidaerah penangkapan ikan diketahui denganmenggunakan GPS (Global Positioning System).

Analisis DataSebaran Frekuensi Panjang

Data hasil tangkapan dan ukuran panjang (FLT/Fork Length Tape) digunakan untuk mengetahuirentang panjang dari tiap individu ikan opah kemudianditabulasi dan dianalisis dengan menggunakanprogram Microsoft Office Excel.

Laju Pancing

Upaya penangkapan pada perikanan rawai tunadinyatakan dalam jumlah pancing yang digunakanuntuk penangkapan pada suatu daerah tertentu,sedangkan hasil tangkapan per satuan upaya dihitungsebagai jumlah ikan/bobot ikan yang tertangkap per100 atau 1.000 pancing (Klawe, 1980) seperti formatberikut :

................................................... (1)

dimana :HR= Laju pancing (ekor/1.000 pancing)JI = Jumlah ikan (ekor)JP = Jumlah pancingA = Jumlah pancing (per 1.000 pancing)

Kedalaman Mata Pancing

Dalam pengukuran kedalaman mata pancing,terdapat banyak faktor yang mempengaruhi, antaralain: jumlah basket yang digunakan, panjang taliutama, panjang tali cabang, panjang tali pelampung,kecepatan kapal, lama setting dan faktor arus sebagaifaktor koreksi. Kedalaman mata pancing dapatdiperkirakan dengan menggunakan rumus Yoshihara(1951) diacu Suharto (1995) sebagai berikut:

..(2)

dimana :D = kedalaman mata pancing (m)fl = panjang tali pelampung (m)n = jumlah tali cabang dalam satu basket + 1

(jumlah bagian dari tali utama)s = arah garis singgung pada tali utama dan tali

pelampung, yang besarnya Cotg-1/Cos h (k tgs)

BK= panjang main line dalam satu basket (m)bl = panjang branch line (m)j = nomor posisi pancing.

AXJP

JIHR

2222

1 /211 CotgnjCotgBKblflD

9-16

Page 10: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id TANGKAPAN DAN...lingkungan, danpengkayaanstok ikan. Terbit pertama kalitahun 1994.Tahun 2006, frekuensi penerbitan Jurnal ini tiga

11

Dan:

................................................. (3)

dimana :K = koefisien kelengkunganVk = kecepatan kapal (m/jam)

Ts = lama settingBK = panjang main line dalam satu basket (m)

b = jumlah basket yang terpasang.

Hubungan antara nilai K, ó dan Cotg2 ó dapat dilihatpada Tabel 1.

bBK x

TsXVkK

Tabel 1. Hubungan antara nilai K, ó dan Cotg2 óTable 1. The relationship between the value of K, ó and ó Cotg2 ó

K σ (0) Cotg2 σ

0,902 40 1,2767

0,847 50 0,7038

0,769 56 0,4727

0,725 600300 0,3300

0,703 65 0,2077

0,661 68 0,1630

0,540 72 0,1331

0,000 90 0,0000

HASIL DAN BAHASAN

HASILIkan Opah Tangkapan Sampingan Rawai Tuna

Ikan opah memiliki ciri-ciri sebagai berikut : bentuktubuh oval dan pipih, pada bagian punggung berwaranabiru-keperakan dengan totol-totol putih diseluruhbagian badan dan sirip. Bagian mulut, bibir dan sirip

Sumber/Source: Muripto (1981) dalam Suharto (1995)

memiliki warna merah cemerlang dan memiliki matayang besar dilingkari warna kuning (Gambar 1). Ikanini bernilai ekonomis karena dapat dikonsumsi,memiliki daging yang sangat kaya dengan minyakikan yang sehat, dengan fleksibilitas penggunaan yangmenarik bagi restoran dan biasa diolah dengan dipanggang, jarang diolah menjadi sashimi dan sangatbaik diolah menjadi daging asap (Hawaiian SeafoodCouncil, 2004).

Gambar 1.Ikan Opah (Lampris guttatus).Figure 1. Opah (Lampris guttatus).

Dalam kurun waktu 2005-2013 jumlah matapancing rawai tuna yang diamati berjumlah 3.264.588buah dengan jumlah pengoperasian (setting)

sebanyak 2.268 kali. Jumlah pancing yang diamatibervariasi dari yang paling sedikit 130.224 pancingdengan jumlah setting 131 kali terjadi pada 2011

Fluktuasi Tangkapan danStruktur Ukuran Ikan Opah……….di Samudera Hindia (Novianto, D., et al)

Page 11: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id TANGKAPAN DAN...lingkungan, danpengkayaanstok ikan. Terbit pertama kalitahun 1994.Tahun 2006, frekuensi penerbitan Jurnal ini tiga

J. Lit. Perikan. Ind. Vol.21 No.1 Maret 2015:

12

sedangkan yang terbanyak (661.650 pancing denganjumlah setting 464 kali) tercatat pada tahun 2006.Jumlah mata pancing dan setting rawai tuna yangdiamati sangat tergantung pada jumlah kapal rawaituna yang diikuti oleh observer ilmiah. Laju pancingrawai tuna untuk ikan opah dihitung berdasarkan padajumlah trip observer ilmiah yang mendapatkan ikan

opah, karena tidak semua trip mendapat ikan opah.Selama periode 2005–2013, laju pancing terendahtercatat pada 2005 dengan nilai 0,29 dan tertinggiterjadi pada 2012 dengan nilai 10,60 sedangkan pada2006 hingga 2011 dan 2013 hampir sama yaitu denganrata-rata 1,11 (Tabel 2).

Tabel 2. Jumlah trip, setting, total pancing dan total hook rate ikan opah pertahunTable 2. Number of trip, setting, hook and annually hook rate of moonfish

Tahun/yearJumlah

Trip (No oftrip)

Trip yang tertangkapikan opah (trip

caught moonfish)

Jumlah Setting(No of setting)

JumlahPancing (No

of hook)

TotalHR/1.000Pancing(Hook

rate/1000)

2005 6 4 55 149.545 0,29

2006 19 11 244 357.270 1,70

2007 14 8 195 310.801 1,82

2008 15 10 319 420.258 1,09

2009 14 7 167 182.533 0,70

2010 8 3 81 81.939 0,96

2011 6 2 74 65.304 0,74

2012 8 4 110 750.034 10,60

2013 7 5 198 222.738 1,59

Kapal rawai tuna yang berbasis di Benoa terdiridari tiga tipe alat tangkap yaitu: (i) tipe rawai tunapermukaan (surface longline) memiliki 4, 5, 6 dan 7mata pancing antar bola, (ii) tipe rawai tuna peralihan(middle depth) memiliki 11, 12 dan 13 mata pancingantar bola dan (iii) tipe rawai tuna dalam (depthlongline) memiliki 15 sampai dengan 21 mata pancingantar bola.

Hasil pengamatan berdasarkan kedalaman matapancing dengan menggunakan metode Yoshihara,ikan opah tertangkap pada semua tipe pancing rawai

tuna yang diperasikan dengan rentang kedalaman 50sampai dengan 450 m (Gambar 2).

Berdasarkanhasilperhitungandiatas, ikanopahbanyaktertangkap pada kedalaman antara 201-250 m sebesar28.09%padakisaranrata-ratasuhu200C.Padakedalaman251–300m ikanopahtertangkapsebanyak 26,60%padakisaran rata-rata suhu 180C. Pada kontruksi rawai tuna dikedalaman renang 200–300 m merupakan tipe pancingdalam (deep longline) yang mencapai lapisan perairandibawah thermoklin untuk menangkap ikan target (tunamatabesar/bigeyetuna) (Gambar3).

87.643

141.65

193.97

235.99

285.72

318.56

351.78

408.45

431.78445.46

385.24

311.47

269.56

248.64

223.53

199.65

130.38

75.18

0

50

100

150

200

250

300

350

400

450

500

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Kedalam

an/D

epth

(m)

Jumlah pancing / basket (hooks/basket)

5 pancing

11 pancing

12 pancing

15 pancing

16 pancing

18 pancing

Gambar 2.Kedalaman mata pancing hasil perhitungan dari rumus Yoshihara.Figure 2. Depth of hooks calculated using Yoshihara’s formula.

9-16

Page 12: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id TANGKAPAN DAN...lingkungan, danpengkayaanstok ikan. Terbit pertama kalitahun 1994.Tahun 2006, frekuensi penerbitan Jurnal ini tiga

13

6,57 %

11,11 %

19,09 %

28,09 %

26,6 %

7,43 (%)

3,91 %

7,04 %

26 0C

24 0C

22 0C

20 0C

18 0C

16 0C

14 0C

12 0C

11

13

15

17

19

21

23

25

270 5 10 15 20 25 30 35

50-100

101-150

151-200

201-250

251-300

301-350

351-400

401-450

Persentase Tangkapan / Percetage of catch (%)

Rat

a-ra

take

dal

aman

/D

epth

(m)

Rata-rata

suhu/

Tem

perature

average(

0C)

Gambar 3.Kedalaman mata pancing rawai tuna dan suhu rata-rata daerah penangkapan ikan opah di SamuderaHindia.

Figure 3. Depth of hook of tuna longline and average of temperature of fishing ground of moonfish in IndianOcean.

Distribusi dan Kelimpahan Ikan Opah

Dari total 97 trip yang telah dilakukan selamaperiode 2005–2013 tercatat 54 trip yang berhasilmendapatkan ikan opah dengan jumlah setting 1.443kali dari total 2.268 kali setting. Ikan opah banyak

tertangkap di Samudera Hindia namun ikan opah tidaktertangkap di Samudera Hindia bagian BaratSumatera. Ikan opah banyak tertangkap di daerahlaut lepas Samudera Hindia (pada posisi 300 - 350 LS,800 - 950 BT) dan hampir merata di lintang 70 - 170 LS,1080 - 1200BT (Gambar 4).

( per 1.000 mata pancing)

Gambar 4.Kelimpahan dan distribusi ikan opah hasil tangkapan rawai tuna periode 2005–2013.Figure 4. Abundance and distribution of Opah caught by tuna longline in 2005–2013.

Fluktuasi Tangkapan danStruktur Ukuran Ikan Opah……….di Samudera Hindia (Novianto, D., et al)

Page 13: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id TANGKAPAN DAN...lingkungan, danpengkayaanstok ikan. Terbit pertama kalitahun 1994.Tahun 2006, frekuensi penerbitan Jurnal ini tiga

J. Lit. Perikan. Ind. Vol.21 No.1 Maret 2015:

14

Struktur Ukuran Ikan Opah

Dari total 1.296 ekor ikan opah yang tertangkapselama 2005 – 2013, observer ilmiah berhasilmengukur 1.128 ekor dengan kisaran panjang cagakantara 55 – 200 cmFL dengan modus panjang 80cmFL. Secara teknis, L50 adalah panjang di mana50% dari betina dari spesies tertentu telah mencapaiukuran reproduksi; dasarnya berarti bahwa setelah

ikan telah mencapai ukuran L50 yang kemungkinanbesar telah memiliki kesempatan untuk bertelur(memijah). Dengan demikian, bahwa ikan yangditangkap di bawah ukuran L50 kemungkinan besartidak memiliki kesempatan untuk bereproduksi. Hanyamenangkap ikan yang memiliki ukuran L50 adalahsalah satu cara untuk membantu memastikankelestarian sumberdaya ikan di laut (Gambar 5).

0

25

50

75

100

125

150

175

200

225

250

50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100105110115120125130135140145150155160165170175180185190195200205

Fre

ku

ensi

(Ek

or)

Panjang (cmFL)

n = 1.128

L50 = 80 cmFL

Gambar 5.Distribusi frekuensi panjang ikan opah hasil tangkapan tuna longline periode 2005 – 2013 di SamuderaHindia.

Figure 5. Length distribution frequency of opah caught by tuna longline in 2005 – 2013 in Indian Ocean.

BAHASAN

Ikan opah tertangkap hampir di setiap lapisankedalaman renang antara 50 m sampai dengan 450m. Pada kisaran kedalaman 200–300 m dengankisaran suhu 180C - 200C merupakan tempat dimanaikan opah banyak tertangkap. Lapisan tersebutnampaknya merupakan habitat hidup dari ikan opah(Polovina et al. 2008). Lebih jauh dikatakan bahwaada perbedaan kisaran kedalaman antara siang danmalam. Ikan opah sering ditemukan di kedalaman 50-150 m pada malam hari dan pada kedalaman yanglebih dalam (100-400 m) pada siang hari, tetapi secaraterus-menerus bergerak secara vertikal di berbagaike dalaman. Pada malam hari ikan opah jarangberada di kedalaman di bawah 200 m dan selamasiang hari ikan opah lebih suka menghabiskan waktudi kedalaman >175 m. Ward & Myers (2005)menyatakan di perairan Pasifik bagian timur, ikanopah memiliki peluang tertangkap (catchability) yangtinggi pada perairan mesopelagic dimana kedalamanrenang untuk mencari makan pada kedalaman lapisanmenengah dan paling dalam (>200 m) di siang haridan memiliki kedalaman renang yang lebih bervariasipada malam hari. Hal ini hampir sama dengan hasilpenelitian ini yang mengungkapkan kelimpahan ikanopah yang terkonsentrasi pada lapisan kedalaman200–300m pada siang hari, ditandai dengan waktu

setting yang yang dilakukan pada pagi hari (jam 6.00– 8.30) dan berkhir menjelang siang hari (lama setting4–6 jam), dengan waktu jeda antara setting ke houling(soak time ± 3–5 jam) diduga ikan opah memakanumpan antara jam 15.00–18.00. WITA.

Lapisan kedalaman renang ikan opah di SamuderaHindia tercatat di kedalaman renang 201-250mmemilik peluang tertangkap (catchability) tertinggi(28,09%), kemudian di lapisan kedalaman 251-300m (26,6%) dan pada lapisan kedalaman 151-200 msebanyak 19,09%. Sedangkan Zhenhua et al. (2013),menyatakan di perairan sebelah timur kepulauanSolomon ikan opah tertangkap pada kedalaman antara242,13 - 286,83 m, dimana 44,7% (47 ekor) tertangkappada kedalaman 286,83 m dengan kisaran suhu 190C– 200C. Fenomena ini hampir sama dengan hasilpengamatan Beverly et al. (2009), denganmenggunakan rawai tuna dengan kedalaman 211 msebagai kontrol mendapatkan tangkapan ikan opahsebanyak 43 ekor sedangkan untuk rawai percobaandengan kedalaman 248 m diperoleh hasil tangkapansebanyak 73 ekor. Selanjutnya Abécassis (2006)menyimpulkan bahwa ikan opah selalu bergerak naikdan turun dan tampaknya ikan opah tidak pernahmendiami kedalaman yang tertentu pada waktu yangsama dikarenakan ikan opah dapat menyesuaikanpergerakannya terhadap perubahan lingkungan.

9-16

Page 14: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id TANGKAPAN DAN...lingkungan, danpengkayaanstok ikan. Terbit pertama kalitahun 1994.Tahun 2006, frekuensi penerbitan Jurnal ini tiga

15

Pada perikanan rawai tuna di Hawaii hasilpengukuran panjang ikan opah pada periode 1994 dan2011, berkisar antara 35 - 163 cmFL dengan rata-rata98,5 ± 10,8 cm (Hawn & Collette, 2012). Hasil yangberbeda dilaporkan oleh Runcie et al. (2009), yaitusebanyak 121 opah tertangkap antara 2002-2006selama operasi penangkapan rawai tuna komersialdi Samudera Pasifik Kepulauan Hawaii, ikan opahmemiliki ukuran panjang berkisar antara 74,8-114,6cmFL, sedangkan menurut Collette (2010),menyatakan ukuran ikan opah memiliki panjangmaksimum sekitar 185 cmTL. Selanjutnya ukuranopah di perairan Laut Mediterania wilayahAlgeria danItalia, ikan opah memiliki ukuran panjang 38,5 cm,sedangkan untuk perairan Mediterania di wilayahPerancis ikan opah memiliki panjang 73 – 101 cmFL(Francour et al. 2010). Francis et al. (2004),melaporkan di wilayah perairan New Zealand ukuranpanjang ikan opah umumnya berkisar antara 47 - 125cmFL dan di duga ukuran pertama kali memijah ikanopah terjadi pada panjang 80 cmFL, sedangkanstruktur ukuran panjang opah yang tertangkap selamapenelitian ini berkisar antara 55–200 cmFL denganmodus 80 cmFL, hal ini mengindikasikan bahwa ikanopah yang tertangkap di Samudera Hindia di dominasioleh ikan yang telah memijah (68,95%) sehinggauntuk saat ini perikanan opah masih bersifatsustainable namun di butuhkan perhatian yang lebihuntuk pendataan hasil tangkapan di sentra – sentrapelabuhan yang memiliki armada rawai tuna gunamemonitor perkembangan jumlah tangkapan maupunukurannya sehingga kita dapat melakukan langkah-langkah antisipasi pengelolaan perikan yangberkelanjutan.

Penyebaran ikan opah ditemukan di perairan tropisdan subtropis di seluruh dunia, hidup di perairansamudera laut dalam, bermigrasi jauh, danpergerakannya mengikuti perubahan kondisioseanografi, seperti suhu. Musim penangkapan ikanopah di Samudera Pasifik terjadi sepanjang tahun danpuncaknya pada periode April-Agustus berdasarkandata produksi kapal landing (www.fishwatch.gov).Sedangkan dari data statistik dari PelabuhanPerikanan Samudera Cilacap musim puncakpendaratan ikan opah terjadi pada bulan Juni (Datik-PPS Cilacap, 2012), selanjutnya berdasarkan hasilpenelitian ini, ikan opah tertangkap sepanjang tahundi Samudera Hindia dimana laju pancing paling tinggiterjadi pada Juli – Agustus 2012 di lokasi lintang jauhantara 30 - 330 LS dan 85 - 950 BT, dimana dari 43kali setting didapat 984 ekor opah dengan laju pancing10,33/1.000 pancing.

KESIMPULAN

Ikan opah tertangkap sepanjang tahun diSamudera Hindia dengan nilai laju pancing tertinggi10,33/ 1.000 pancing terjadi pada Juli–Agustus 2012dengan struktur ukuran panjang berkisar antara 55–200 cmFL dengan modus ukuran 80 cmFL yang didugatelah pernah memijah. Jenis ikan ini menyebar secaravertikal pada lapisan kedalaman antara 50–450 mdengan kisaran suhu rata-rata antara 260C – 120Cdimana ikan opah banyak tertangkap di kisarankedalaman 200 – 300 m dengan kisaran suhu rata-rata 180C - 200C dimana lapisan tersebut nampaknyamerupakan habitat hidup dari ikan opah. Perikananlongline di Samudera Hindia menangkap ikan opahyang di duga telah memijah sehingga dapat dikatakanperikan opah hasil tangkapan sampingan armadalongline masih sustainable.

DAFTAR PUSTAKA

Abécassis, M. 2006. Vertical habitats of opah(Lampris guttatus) electronically tagged with pop-up archival satellite tags. M´emoire de Master“Mention Sciences de l’Univers, Environnement,Ecologie. Sp´ecialit´e Oc´eanographie etEnvironnements Marins. URL :http://www.melanie-abecassis.eu/index.html. di unduh 22 April 2014.

Beverly, S., D. Curran, M. Musyl & B. Molony. 2009.Effects of eliminating shallow hooks from tunalongline sets on target and non-target species inthe Hawaii-based pelagic tuna fishery. Fish. Res.No. 96: 281–288.

Bray, D.J. 2012. Opahs, LAMPRIDAE, in Fishes ofAustralia, accessed 23 Dec 2013, http://www.fishesofaustralia.net.au/home/family/296.

Collette, BB. 2010. Chapter 2. Reproduction anddevelopment in epipelagic fishes. In: Cole KS (ed)Reproduction and sexuality in marine fishes:patterns and processes. University of CaliforniaPress, Berkeley, pp 21–63 pp. (Tersediapadahttp:// w w w . g o o g l e . c o . i d /books?hl=en&Ir=&id=_4xZ_QoYNSwC&oi=fnd&pg=PA21&dq=

Reproduction+and+development+in+epipeagic+Fisheries%3B

Blampirs+guttatus&ots=G7ew2DZX53&sig=7csbOzbaKUsB

0EAcy5sO07x9Moc&redir_ecs=y#v=onepage&q&f=false).

Francour, P., J.M. Cottalorda., M. Aubert., S. Bava.,M. Colombey., P. Gilles., H. Kara., P. Lelong., L.Mangialajo., R. Miniconi & J.P. Quignard. 2010.

Fluktuasi Tangkapan danStruktur Ukuran Ikan Opah……….di Samudera Hindia (Novianto, D., et al)

Page 15: JURNALPENELITIANPERIKANANINDONESIA - lp2t.kkp.go.id TANGKAPAN DAN...lingkungan, danpengkayaanstok ikan. Terbit pertama kalitahun 1994.Tahun 2006, frekuensi penerbitan Jurnal ini tiga

J. Lit. Perikan. Ind. Vol.21 No.1 Maret 2015:

16

Recent occurrences of opah, Lampris guttatus(Actinopterygii, Lampriformes, Lampridae), in theWestern Mediterranean Sea. Acta Ichthyologicaet Piscatoria. 40 (1): 91–98.

Francis. M., L. Griggs & C.O. Maolagain. 2004.Growth rate, age at maturity, longevity and naturalmortality rate of moonfish (Lampris guttatus). Finalresearch report for ministry of fisheries researchproject TUN2003-01. National Institute of Waterand Atmospheric Research. pp. 28. http://fs.fish.govt.nz. Di unduh tanggal 5 Januari 2015.

Hawaii seafood council. Opah moonfish (Lamprisguttatus). 2004. Final Report. URL : http://www.hawaii-seafood.org/wild-hawaii-fish/other-ocean-species/moonfish-opah/ di unduh padatanggal 14 April 2014.

Hawn, D.R & B.B. Collette. 2012. What are themaximum size and live body coloration of opah(Teleostei: Lampridae: Lampris species)?. SHORTREPORT. Ichthyol Res. DOI 10.1007/s10228-012-0277-z.

Hawn, D.R., M. Seki & R. Nishimoto. 2002. Anestimation of the life history and ecology of opahand Monchong in the North Pacific. 15th Meetingof the Standing Committee on Tuna and Billfish2003. Available online: http://www.soest.hawaii.edu/PFRP/sctb15/papers/BBRG-2.pdf. di unduh tanggal 3 Maret 2014.

http://www.fishwatch.gov/seafood_profiles/species/opah/species_pages/opah.htm. di unduh tanggal3 Maret 2014.

http://www.calacademy.org/research/ichthyology/catalog/ Catalog of Fishes, 13-May-2004, website(version 10-May-04) di unduh tanggal 26 Februari2014.

Klawe, WL. 1980. Long lines catches of tunas withinthe 200 miles economic zones of the Indian andWestern Pasific Ocean. Dev. Rep. Indian OceanProg. 48: 83 pp.

Polovina, JJ., D.R. Hawn & M. Abécassis. 2008.Vertical movement and habitat of opah (Lamprisguttatus) in the central North Pacific recorded withpop-up archival tags. Mar. Bio. 153: 257-267.

PPS Cilacap. 2012. Data statistik PelabuhanPerikanan Samudera Cilacap tahun 2006 – 2012.

Runcie, RM., H. Dewar., R.D. Hawn., R.F. Lawrence& K.A. Dickson. 2009. Evidence for cranialendothermy in the opah (Lampris guttatus). J.lExperimental Bio. 212(4): 461–470.

Suharto. 1995. Pengaruh kedalaman mata pancingrawai tuna terhadap hasil tangkapan (Percobaanorientasi dengan KM. Madidihang di SamuderaHindia Sebelah Barat Sumatera). Skripsi (tidakdipublikasikan). Jurusan PemanfaatanSumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan.Institut Pertanian Bogor. 78 p.

Ward, P & R.A. Myers. 2005. Inferring the depthdistribution of catchability for pelagic Fishes andcorrecting for variations in the depth of longlinefishing gear. Can. J. Fish. Aquat. Sci. 62: 1130–1142.

Zhenhua, W., D. Xiaojie., J. Zhu & W. Xuefang. 2013.Catch and depth distribution of pelagic fishescaught in a Chinese observer trip in the water ofeastern Solomon Islands. WCPFC-SC9-2013/ EB-WP-13. 8pp.

9-16