jurnaliskanan
-
Upload
keme-suko-koade -
Category
Documents
-
view
216 -
download
1
description
Transcript of jurnaliskanan
Anak perempuan, usia 1 tahun, dibawa ke instalasi gawat darurat pada malam hari karena
sesak nafas. Sejak seminggu yang lalu ia demam, batuk dan pilek. Sesak napas baru dialami
untuk yang pertama kali. Saat diperiksa ia tampak pucat, bibirnya kebiruan. BB 9kg, TB 67cm.
Vital sign suhu 37®C, respirasi 40 x/menit, nadi 80 x/menit. Terdapat pernapasan cuping hidung,
terdengar nafas mengi dan nafas cepat. Pada auskultasi terdenger wheezing. Dokter
mendiagnosis astma dan memutuskan untuk memberikan terapi salbutamol secara inhalasi
menggunakan nebulizer. Setelah sesak nafas reda dokter meresepkan salbutamol dan
aminophyllin untuk diminum secara teratur untuk mencegah kekambuhan asma. Orang tua
pasien menanyakan kepada dokter, apakah pemberian obat tersebut efektif dan aman untuk
anaknya ?
Step I: Menentukan Problem Pasien
Problem terapi
Terapi apa yang tepat diberikan untuk pasien asma pada anak ?
Apakah terapi albuterol dengan dosis terkontrol secara inhalasi dan spacer lebih
baik daripada nebulizer ?
Berapakah pemberian albuterol pada penyakit asma ?
Step II : Analisis PICO
Patient/ problem (P) : Anak perempuan 1 tahun dengan riwayat sesak nafas,
disertai dengan demam, batuk dan pilek.
Intervention (I) : Terapi albuterol menggunakan inhalasi dan spacer
Comparation (C) : Terapi albuterol menggunakan nebulizer
Outcome (O) : Efektif?
Step III : Menyusun Good Clinical Answerable Question
Apakah terapi albuterol dengan dosis terkontrol secara inhalasi dan spacer lebih baik
daripada nebulizer ?
Step IV : Penelusuran Evidence
Melalui website : http//www. Search.EBSCOHOST.com
Kata kunci : Therapy asthma, comparison of therapy asthma
Artikel yang dipilih:
A Comparison of Albuterol Administered by Metered-Dose Inhaler and Spacer With
Albuterol by Nebulizer in Adults Presenting to an Urban Emergency Department With
Acute Asthma
Kenneth B. Newman, MD, FCCP, Scott Milne, MD, Cathy Hamilton, MPH and Kent Hall, MD
Background : Untuk menentukan efikasi inhaler albuterol oleh meteran-dosis (MDI) dan
spacer dibandingkan dengan nebulizer.
Methods : Pasien yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien dewasa dengan umur
>18 tahun dan telah disampaikan ke ED dari University of Cincinnati Medical Center dari
Oktober 1994 sampai April 1997 dengan eksaserbasi akut asma. Semua pasien dengan asma akut
yang dilihat oleh dokter di UGD selama periode ini termasuk dalam studi ini. Sebanyak 1.429
dari 2.342 kunjungan ED untuk asma akut dicatat dan dievaluasi secara statistik. Merokok bukan
kriteria pengecualian dalam penelitian ini. Dan dibagi menjadi 2 tahap. Dengan tahapan sebagai
berikut :
Tahap Pertama : Tahap penelitian (tahap 1), di mana semua pasien
menerima nebulized albuterol eksklusif, terdiri dari 913 kunjungan ED individu.
Tahap Kedua : Selama 18 bulan berikutnya dari studi (tahap 2)
Result : Sebagian besar pasien yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah ras Afrika-
Amerika (75,4%). Sebagian besar adalah perempuan (58,6%), dan rata-rata (± SD) usia peserta
adalah 35,5 ± 13,5 tahun. entri data dikumpulkan dan dikompilasi dari total 2.342 kunjungan ED.
Jumlah pasien yang unik terlihat pada kunjungan ini adalah 1.429. Tidak ada perbedaan yang
signifikan dalam karakteristik demografi antara pasien dalam fase 1 (nebulizer) dan mereka pada
fase 2 (MDI / space r). Terlihat di table 1
Table 1-Demographics and patient characteristics
Characteristics Phase 1 (n = 617) Phase 2 (n = 864) Combined (n = 1,481)
Age, yr
Mean ± SD 36.26 ± 13.77 35.07 ± 13.22 35.54 ± 13.45
Range 7–87 8–88 7–88
Sex, %
Male 41.0 41.3 41.2
female 59.0 58.7 58.8
Race, %
Asian 0.1 0.3 0.2
African American 76.6 75.4 75.8
White 23,2 23,9 23,6
Hispanie 0.1 0.5 0.3
Total ED visits 913 1429 2342
Obat gunakan pada saat presentasi ke ED tercantum dalam Tabel 2. Tidak ada perbedaan yang
signifikan antara dua periode. Secara keseluruhan, sekitar sepertiga dari pasien yang telah
menerima dihirup kortikosteroid sebelum kunjungan ED. Selama kunjungan ED, 61,7% pasien
pada fase 1 dan 60,6% dari pasien pada fase 2 perlakuan yang diterima dengan steroid sistemik.
Pada saat dikeluarkan dari rumah sakit, steroid oral diresepkan untuk 60,9% dari pasien pada
fase 1 dan 57,2% dari pasien pada fase 2. Terlihat di table 2
Table 2 - Prior Medications*
Medications Phase 1 Phase 2
β2-agonists 76,1 75,9
Inhaled corticosteroid 30,1 34,5
Theophyline 26,8 20,6
Prednisome 16 11,5
Ipratropium 4,9 3,5
Cromolyn 2,6 2,9
Pada Tabel 3, parameter klinis dan rumah sakit kunci untuk pasien yang dirawat selama tahap 1
dan 2 penelitian dirangkum. Ukuran status paru pasien di presentasi (misalnya, PEFR
premedikasi dan SaO2) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara dua kelompok
perlakuan, menunjukkan bahwa episode akut asma, secara umum, keparahan yang sama pada
kedua kelompok pasien. Terlihat di table 3
Table 3 - Clinical and Nonclinical Parameters for Phase 1 vs Phase 2*
Parameter Phase 1 Patients, No.
Phase 2 Patients, No. p Value†
premedication
PEFR, L/min
211.4 ± 105.7 768 220.4 ± 100.3 1,277 0.056
Postmedication PEFR, L/min
308.1 ± 114.2 617 342.0 ± 130.3 1,119 0.001‡
Change in PEFR
111.9 ± 86.8 614 126.8 ± 102.12 1119 0.002‡
Hospital admission rate, %
14.6 13.2 NS
Change in heart rate, beats/min
−4.8 493 −4.9 818 NS
Premedication Sao2
96.2 ± 3.6 804 96.2 ± 4.1 1,284 NS
Postmedication Sao2
96.1 ± 3.3 268 96.4 (± 2.8) 425 NS
Change in Sao2
1.4 ± 4.1 266 2.0 ± 4.1 425 0.043‡
Time in ED, min
175.0 ± 96.7 903 163.6 ± 100.5 1,418 0.007‡
ED charge, 1,163.50 ± 5,261.49
909 917.46 ± 2,083.45 1,135 NS
Total albuterol dose per patient, μg
6,700 ± 3,775 1,125 ± 612 0.001‡
Relapse rate,% 913 1,429
14-d 9.6 6.6 < 0.01‡
21-d 13.5 10.7 < 0.05‡
Conclusions : Studi besar dari 2.342 kunjungan ED berturut-turut untuk asma akut
menunjukkan bahwa penggunaan albuterol dengan MDI / spacer sama efektifnya dengan
memberikan albuterol oleh nebulizer.
Keywords : asthma; albuterol; nebulizer
Step V : Menjawab Pertanyaan dari Problem yang ditanyakan
Pasien yang menerima terapi oleh MDI / spacer dihabiskan, rata-rata, waktu 6,5% lebih rendah
di UGD daripada menjalani terapi nebulizer. Perbedaan yang sangat signifikan dan sangat besar
yang ditemukan antara kelompok dalam jumlah albuterol digunakan selama perawatan. (dari
efektifitas waktu maka menggunakan MDI / Spacer lebih baik). Rata-rata, lebih dari enam kali
albuterol banyak yang dispensasi dari nebulizers sebagai dari MDI / spacer ( Nebulizer lebih
efektif). Sedangkan biaya rata-rata DE dalam kelompok nebulizer lebih tinggi daripada
kelompok / spacer MDI (nebulizer lebih mahal).
Step VI: menentukan level of evidence
Hasil penelitian terapi dengan single RCT tanpa blinding : 1B
Step VII: Critical Apprasial
Worksheet therapy
Judul jurnal :
A Comparison of Albuterol Administered by Metered-Dose Inhaler and Spacer With
Albuterol by Nebulizer in Adults Presenting to an Urban Emergency Department With
Acute Asthma
Sumber :http//www. Search.EBSCOHOST.com October 18, 2001.\
1a. Apakah alokasi
pasien terhadap terapi/
perlakuan dilakukan
secara random?
Ya (√)
Tidak ()
Alokasi pasien dilakukan
secara random.
Pasien secara acak di
kelompokkan menjadi 2
Hal 2
1b. Apakah rendomisasi
dilakukan tersembunyi?
Ya (√)
Tidak ()
Alokasi pasien secara
tersembunyi.
Patients were randomly
selected into three groups
A, B
And C.
Sehingga dokter tidak
mengetahui pasien
termasuk kedalam
kelompok yang mana.
Hal 2
1c. Apakah antara
subyek penilitian dan
peneliti “blind”
terhadap terapi/
perlakuan yang
diberikan?
Ya ()
Tidak (√)
Karena pada penelitian
ini terapi yang di gunakan
pada setiap kelompok
menggunakan obat
dengan alat yang berbeda.
Hal 2
2a. Apakah semua
subyek yang ikut serta
dalam penelitian
diperhitungkan dalam
hasil / kesimpulan ?
(apakah
pengamanannya cukup
lengkap?)
Ya (√)
Tidak ()
Apakah jurnal ini penting ?
1. berapa besar efek terapi? Resiko dengan terapi kombinasi
X=98,9%
Resiko dengan terapi tunggal
Y=95,9%
Absolute risk reduction (ARR)
X-Y= 98,9-95,9=3%
Relative risk (RR)=Y/X
95,9/98,9=0,97
Relative resiko reduction (RRR)=(1-
Y/X)x100 atau ((x-y)/x )x 100%
1-0,97x100=3
Number need to treat (NNT)=1/ARR
1/0,03=33
2. Seberapa tepat estimasi efek terapi?
Step VIII : penerapan pada praktik
Dengan memperhatikan beberapa kriteria kesamaan kasus atau problem dan variable
individu pasien asma dapat disimpulkan bahwa hasil pencarian evidence ini dapat di terapkan
pada kasus asma.
Step IX : Evaluasi
Perlu dilakukan pencarian sumber lain supaya mendapatkan evidence yang lebih baik
terutama dalam hal tahun penerbitan, lokasi penelitian yang sama, kesamaan karakteristik
penderita dan keamanan hasil tindakan.
Kesan dan Pesan
Analisis kasus dengan pendekatan EBM yang dilakukan memiliki manfaat yang sangat
besar terhadap mahasiswa. Penelusuran ini dilakukan berdasarkan kasus pemicu yang di bagikan
tiap-tiap kelompok. Pencarian bukti ilmiah ini tentu sangat berguna hingga di klinisnya nanti.
Tetapi hal ini dibatasi dengan jurnal ilmiah yang harus membayar, sehingga terdapat
keterbatasan untuk memperoleh jurnal yang valid. Dengan adanya EBM, maka seorang dokter
tertentu dapat menentukan tindakan terapi man ayang lebih efektif dan paling baru untuk
pasiennya sehingga pengobatan untuk pasien pun lebih adekuat, sehingga prognosis untuk kasus
pasien pun mendekati baik. Namun dalam penelusuran jurnal EBM, kami memperoleh kesulitan
antara lain:
Sulitnya mencari jurnal yang benar-benar sesuai dengan kasus yang diberikan.
Kesulitan mencari jurnal yang berisi tindakan terapi yang saling membandingkan.
Sulitnya menentukan critical apratial bagian apakah penting jurnal yang dipilih.
Dengan demikian, dalam analisis melalui EBM ini tentu diperlukan kemahiran yang
ditentukan dari seringnya melakukan hal tersebut. Kesulitan lain, mungkin bahasa masih banyak
diperbaiki.
PENUGASAN EVIDENCE BASED MEDICINE
BLOK RESPIRASI
A COMPARISON OF ALBUTEROL ADMINISTERED BY METERED-DOSE INHALER
AND SPACER WITH ALBUTEROL BY NEBULIZER IN ADULTS PRESENTING TO
AN URBAN EMERGENCY DEPARTMENT WITH ACUTE ASTHMA