Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 … · ini menggunakan metodologi observasi,...

27
Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus 2013 Page | 26 Tingkat Kesadaran Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada Suatu Refleksi School-Based Democracy Education (Studi Kasus Pilkada Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara Tahun 2010) J. W. Batawi [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesadaran siswa SLTA sebagai pemilih pemula dalam pilkada dalam konteks berpolitik dan penerapan sekolah sebagai laboratorium demokrasi (School–Based Democracy Education). Penelitian mengambil sampel siswa SLTA di wilayah Wasile sebanyak 35 responden dan wilayah Maba sebanyak 40 responden. Wilayah Wasile mengambil 3 sekolah sedangkan wilayah Maba sebanyak 6 sekolah yang berbeda. Responden adalah siswa yang telah melakukan pemilihan/pencoblosan pada masa pilkada untuk memilih kepala dan wakil kepala daerah di wilayah kabupaten Halmahera Timur (Haltim) tahun 2010. Penelitian ini menggunakan metodologi observasi, wawancara langsung dan pengisian kuesioner. Berdasakan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kesadaran siswa sebagai pemilih pemula dalam pilkada menunjukan perbedaan yang didasarkan pada pemahaman dan pengalaman belajar konsep berpolitik di tingkat persekolahan. Sedangkan 60 persen siswa senang terdaftar sebagai pemilih pemula dalam pilkada. Sebagai pemilih pemula, siswa dihadapkan pada persoalan psikologis yaitu menempatkan jati diri dan pemahaman tentang belajar berpolitik yang banyak dipengaruhi oleh pergaulan antar rekan sejawat dan lingkup persekolahan. Selain itu, jika dipetakan dari tingkat kesadaran tidak terlepas dari pengalaman yang masih baru dan awam sebagai pemilih pemula, sehingga peran guru dan lingkungan persekolahan dapat dijadikan laboratorium demokrasi yang komprehensif. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran ikut aktif berpolitik telah menjadi kekuatan individu siswa dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Faktor-faktor yang menonjol dari tingkat kesadaran politik siswa sebagai pemilih pemula dalam pilkada dapat ditemukan dalam daya kritis siswa seputar pemahaman makna berpolitik di diskusi kelas. Kata kunci: kesadaran politik, pemilih pemula, pilkada, Halmahera Timur. Dosen pada Program Studi PGSD Universitas Halmahera.

Transcript of Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 … · ini menggunakan metodologi observasi,...

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 26

Tingkat Kesadaran Politik Pemilih Pemula dalam Pilkada

Suatu Refleksi School-Based Democracy Education(Studi Kasus Pilkada Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara

Tahun 2010)

J. W. Batawi

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesadaran siswa SLTAsebagai pemilih pemula dalam pilkada dalam konteks berpolitik dan penerapan sekolahsebagai laboratorium demokrasi (School–Based Democracy Education). Penelitianmengambil sampel siswa SLTA di wilayah Wasile sebanyak 35 responden dan wilayahMaba sebanyak 40 responden. Wilayah Wasile mengambil 3 sekolah sedangkanwilayah Maba sebanyak 6 sekolah yang berbeda. Responden adalah siswa yang telahmelakukan pemilihan/pencoblosan pada masa pilkada untuk memilih kepala dan wakilkepala daerah di wilayah kabupaten Halmahera Timur (Haltim) tahun 2010. Penelitianini menggunakan metodologi observasi, wawancara langsung dan pengisian kuesioner.Berdasakan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa tingkatkesadaran siswa sebagai pemilih pemula dalam pilkada menunjukan perbedaan yangdidasarkan pada pemahaman dan pengalaman belajar konsep berpolitik di tingkatpersekolahan. Sedangkan 60 persen siswa senang terdaftar sebagai pemilih pemuladalam pilkada. Sebagai pemilih pemula, siswa dihadapkan pada persoalan psikologisyaitu menempatkan jati diri dan pemahaman tentang belajar berpolitik yang banyakdipengaruhi oleh pergaulan antar rekan sejawat dan lingkup persekolahan. Selain itu,jika dipetakan dari tingkat kesadaran tidak terlepas dari pengalaman yang masih barudan awam sebagai pemilih pemula, sehingga peran guru dan lingkungan persekolahandapat dijadikan laboratorium demokrasi yang komprehensif. Hal ini menunjukanbahwa kesadaran ikut aktif berpolitik telah menjadi kekuatan individu siswa dalambermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Faktor-faktor yang menonjol dari tingkatkesadaran politik siswa sebagai pemilih pemula dalam pilkada dapat ditemukan dalamdaya kritis siswa seputar pemahaman makna berpolitik di diskusi kelas.

Kata kunci: kesadaran politik, pemilih pemula, pilkada, Halmahera Timur.

Dosen pada Program Studi PGSD Universitas Halmahera.

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 27

Pendahuluan

A. Latar BelakangPada umumnya diterima

pendapat bahwa pendidikan dalam artiluas bertujuan untuk mensosialisasikansiswa ke dalam nilai, norma-norma dankebiasaan-kebiasaan dasar darimasyarakatnya. Pendidikan sebagaisuatu proses dalam berbagaikesempatan, jauh lebih luas daripadahasil lembaga persekolahan, mencakupinteraksi kemasyarakatan di masyarakatitu sendiri.

Berkenaan dengan pendidikanpolitik bagi siswa sebagai bagianmasyarakat pemilih pemula dalampilkada diharapkan dapat dijadikanproses pembelajaran untuk memahamikehidupan bernegara. Sebagaimanadiketahui bahwa pilkada merupakanproses pergantian kepala daerah danwakil kepala daerah yang secara sahdiakui hukum, serta momentum bagirakyat untuk secara langsungmenentukan pasangan kepala daerahdan wakil kepala daerah sesuai denganaspirasi/keinginan rakyat.

Dalam jalur pendidikan formalsebagaimana kita ketahui dan alamipenanaman kesadaran politik dilakukanbaik melalui kegiatan-kegiatan intramaupun ekstra kurikuler, sedangkandalam jalur non formal dan informalproses tersebut berjalan melaluikomunikasi sosial secara timbal-balik,di lingkungan keluarga, organisasi-organisasi kemasyarakatan serta forum-forum kemasyarakatan lainnya

Kekeliruan pandangan umumtentang politik terhadap siswa dapatdipahami, terutama di negaraberkembang seperti Indonesia. Bagisiswa kekaburan tentang pandanganpolitikmenjadi besar karenapengalaman-pengalaman di masa laludan praktek di kehidupan politik yanglebih menampilkan aspek negatifsehingga menumbuhkan citra yangnegatif pula. Misalnya masih adanyafenomena politik uang (money politic)atau politik praktis yang memaksakankehendak untuk kepentingan sesaatbagigolongan politik tertentu. Hal ini berartiaspek-aspek praktis dari sistem politikyang berlaku lebih berpengaruh dalampembentukan persepsi kesadaran siswatentang budaya politik yang kurangbenar.

Pada saat ini rata-rata usia siswaSLTA berkisar 16-18 tahun, adapunkegiatan pilkada di beberapa daerahmencakup pilkada untuk kepala daerahtingkat kabupaten (bupati/walikota),hingga gubernur. Dapat penulisbayangkan berapa kali siswa yangsemula sebagai pemilih pemula akanmengikuti perhelatan politik didaerahnya berkenaan dengan pilkada.

Jika dianalisis, maka seringnyasiswa terlibat dalam kegiatan berpolitikakan muncul beberapa kondisipsikologis, diantaranya (1) kejenuhanakibat kegiatan pilkada yang monotondan siswa sekedar dianggap sebagai“anak bawang” yang belum tentuaspirasi suaranya dapat didengar oleh

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 28

pemenang pilkada atau penguasa/pemdasetempat. (2)pembelajaran berpolitik hanya sesaat,sehingga setelah perhelatan pilkadaselesai maka selesailah tugas merekasebagai anggota masyarakat dalamberdemokrasi. Padahal pemahaman danetika berdemokrasi sangat diperlukansepanjang mereka sebagai warga negaradan generasi penerus bangsa untukmemajukan budaya politik yang terpuji.

Disinilah kita melihat betapaperlunya mensosialisasikan kesadaranpolitik bagi siswa dalam nilai-nilai,norma-norma dan kebiasaan-kebiasaandasar dalam kehidupan kemasyarakatan,dimana kehidupan politik merupakansalah satu seginya. Dan karena tujuanyang demikian itu adalah jugamerupakan tujuan dari pendidikan, baikformal maupun informal.

Kesenjangan pendidikansemakin melebar tatkala, orientasipandidikan itu sendiri masih berfokuspada aspek kognitif, dan siswa lebihbanyak diperlakukan sebagai objekpelengkap dalam proses pembelajaran.apa yang mereka pelajari di kelaskadang tidak sesuai dengan kehidupanyang mereka jalani sebagai anggotamasyarakat,padahal mereka adalahanggota masyarakat yang diharapkandapat memberikan kontribusi posotifbagi ligkungannya. (Umberto, 2002: 42)

Memahami kesadaran politiksiswa sebagai pemilh pemula dalampilkada perlu kiranyadiaktualisasimelalui pembelajaran yangmelibatkan langsung diri siswa terhadap

fenomena sosial yang terjadi dilingkungan anggota dan aktivitaskeluarga (masyarakat) denganpendekatan school-based democracyeducaton. Program ini pada intinyamendekatkan materi pembelajarandengan objek sesungguhnya ataupengkajian fenomena sosial secaralangsung (Polma, 1987 : 62). Dengandemikian siswa akan terlibat langsungdengan aktivitas masyarakat dan dirinyasebagai obyek sekaligus subyek dalamberdemokrasi.

Dengan memperhatikan latarbelakang tersebut, penulis terdoronguntuk mengkaji lebih dalam danmemfokuskan pada bagaimana peransekolah terhadap fenomena siswa dalamberdemokrasi, sebagai aset bangsa yangmemiliki visi dan misi budaya politikyang terpiji. Adapun alasan sekolahsebagai tempat yang dapatmengembangkan pembelajarandemokrasi, dikarenakan pada umumnyalingkungan sekolah telah memilikiunsur-unsur dasar demokrasi yang dapatdikaji dan dipelajari dengan karakterindividu yang beragam. Selain itumasyarakat sekolah dapat mewakilisebagai miniatur kegiatan sosial, politikdan budaya yang utuh bagipembelajaran siswa dalamberdemokrasi.

B. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang

tersebut, maka perumusan masalahpenelitian ini ditekankan pada sejauhmana tingkat aktualisasi kesadaranpolitik siswa sebagai pemilih pemula

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 29

terhadap pilkada dengan programschool-based Democracy Education.Aspek kesadaran politik siswa danproses pembelajaran dikembangkandengan memperhatikan beberapaindikator sebagai berikut.

1. Partisipasi siswa dalamketerlibatannya secara langsungdalam berpolitik sebagai bagian darituntutan sistem demokrasi

2. Siswa mengerti, meresapi,mendalami, dan menghayati nilai-nilai hidup kemasyarakatan dankenegaraan serta sistem organisasipolitik yang berlaku.

3. Sistem sosial siswa sebagai remajayang menggambarkan nilai-nilai dannorma-norma dari kelompok sebaya(peer group).

4. Implementasi dari praktek hidupkenegaraan yang sesuai dan tidakmenyimpang dari nlai-nilai idealyang siswa terima melaluipendidikan politik maupun prosessosialisasi dalam interaksi sosial.

5. Pemahaman yang memadaimengenai pendidikan berpolitikmelalui program School-BasedDemocracy Education.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahn di atas, makatujuan penelitian ini adalah sebagaiberikut.

1. Mengetahui tingkat kesadaransiswa sebagai pemilih pemuladalam pilkada

2. Memahami karakteristikpendidikan dan budaya politik

siswa sebagai pemilih pemuladalam pilkada

3. Mengaktualisasi polaberdemokrasi di sekoah dankehidupan sehari-hari siswadalam lingkup persekolahan danmasyarakat.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkandapat memberikan manfaat untukpengembangan keilmuan dan perbaikanpembelajaran demokrasi, terutamadalam memasyarakatkan budaya politikdi kalangan siswa sebagai aset generasimasa depan bangsa.

1. Bagi siswa: memahami konsep-konsep dasar demokrasi danmemberikan pembelajaran yangkonkrit yaitu pengalaman-pengalaman nyata, sehinggasiswa mampu sebagai obyekjuga subyek dalammengaktualisasikan budayaberpolitik yang terpuji

2. Bagi guru: diharapkan gurudapat mengoptimalkanpembelajaran demokrasi sesuaidengan tujuan kompetensi yangdiinginkan dan dapatmemecahkan berbagai masalahmateri pembelajaran demokrasiyang sulit dikembangkan denganlangsung melibatkan sumbermateri di lapangan sertamelakukan perbaikan-perbaikanpembelajaran.

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 30

3. Bagi sekolah: hasil penelitian iniakan memberikan sumbanganyang baik terhadapsekolahdalam rangka perbaikanpembelajaran berbasisdemocracy education.

4. Bagi dinas terkait: sebagai bahanpertimbangan dalampengambilan keputusan untukpengembangan pendidikandemokrasi bagi generasi mudauntuk kegiatan pilkada

Kajian Teori

A. Pendidikan dan KesadaranPolitik bagi Siswa

Dalam pengertian umum,pendidikan politik adalah carabagaimana suatu bangsa mentransferbudaya politiknya dari generasi satu kegenerasi kemudian (Panggabean,1994 :36 ). Sedangkan budaya politik adalahkeseluruhan nilai, keyakinan empirik,dan lambang ekspresif yangmenentukan terciptanya situasi ditempat kegiatan politik terselenggara.

Pendidikan politik sebagaiproses penyampaian budaya politikbangsa, mencakup cita-cita politikmaupun norma-norma operasional darisistem organisasi politik yangberdasarkan nilai-nilai Pancasila.Pendidikan politik perlu ditingkatkansebagai kesadaran dalam berpolitik akanhak dan kewajiban sebagai warganegara, sehingga siswa diharapkan ikut

serta secara aktif dalam kehidupankenegaraan dan pembangunan.

Pendidikan politikmengupayakan penghayatan ataupemilikan siswa terhadap nilai-nilaiyang meningkat dan akan terwujuddalam sikap dan tingkah laku sehari-hari dalam hidup kemasyarakatantermasuk hidup kenegaraan sertaberpartisipasi dalam usaha-usahapembangunan sesuai dengan fungsimasing-masing. Dengan kata lainpendidikan politik menginginkan agarsiswa berkembang menjadi warganegara yang baik, yang menghayatinilai-nilai dasar yang luhur daribangsanya dan sadar akan hak-hak dankewajibannya di dalam kerangka nilai-nilai tersebut.

Pendidikan dalam sistem yangdemokratis menempatkan posisi yangsangat sentral.secara ideal pendidikandimaksudkan untuk mendidik warganegara tentang kebajikan dan tanggungjawab sebagai anggota civil society.Pendidikan dalam arti tersebutmerupakan suatu proses yang panjangsepanjang usia seseorang untukmengembangkan diri. Proses tersebutbukan hanya yang dilakukan dalamlingkungan pendidikan formalsepertisekolah tapi juga meliputi pendidikandalam arti yang sangat luas melibatkankeluaga dan juga lingkungan sosial.Lembaga-lembaga pendidikan harusmencerminkan proses untuk mendidikwarga negara ke arah suatu masyarakatsipil yang kondusif bagi berlangsungnyademokrasi dan sebaliknya harusdihindarkan sejauh mungkin dari unsur-

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 31

unsur yang memungkinkan tumbuhnyahambatan-hambatan demokrasi (RizaNoer Arfani,1996: 64). Namundemikian di samping dibicarakanmasalah kesadaran berpolitik, makaperlu pemahaman pula apa yangdimaksud dengan pengertian budayapolitik, menurut Meriam Budiarjokonsep budaya politik ini berdasarkankeyakinan, bahwa setiap politik itudidukung oleh suatu kumpulan kaidah,perasaan dan orientasi terhadap tingkahlaku politik (Meriam Budiardjo1982:17).

B. Kebudayaan Remaja/Siswasebagai Pemilih Pemula dalamPilkada

Siswa atau remaja pada umumnyamemiliki suatu sistem sosial yangseolah-olah menggambarkan bahwamereka mempunyai “duniasendiri”.dalam sistem remaja initerdapat kebudayaan yang antara lainmempunyai nilai-nilai, norma-norma.sikap serta bahasa tersendiri yangberbeda dari orang dewasa. Dengandemikian remaja pada umumnyamempunyai persamaan dalam polatingkah laku, sikap dan nilai, dimanapola tingkah laku kolektif ini dapatberbeda dalam beberapa hal denganorang dewasa (Prijono, 1987: 52).

Nilai kebudayaan remaja antara lainadalah santai, bebas dan cenderung padahal-hal yang informal dan mencarikesenangan, oleh karena itu semua halyang kurang menyenangkan dihindari.Di samping mencari kesenangan,

kelompok sebaya atau”peer group”adalah penting dalam kehidupanseorang remaja, sehingga bagi seorangremaja perlu mempunyai kelompokteman sendiri dalam pergaulan.

Masa pubertas merupakan tahappermulaan perkembangan perasaansosial. Pada masa ini timbul keinginanremaja untuk mempunyai teman akrabdan sikap bersatu dengan teman-temannya, sedangkan terhadap orangdewasa mereka mejauhkan diri. “peerculture” ini berpengaruh sekali selamamasa remaja sehingga nilai-nilaikelompok sebaya mempengaruhikelakuan mereka. Seorang remajamembutuhkan dukungan dan konsensusdari kelompok sebayanya. Dalam hal inisetiap penyimpangan nilai dan normakelompok akan mendapat celaan darikelompoknya, karena hubungan antararemaja dan kelompoknya bersifatsolider dan setia kawan. Pada umumnyapara remaja atas kelompok-kelompokyang lebi kecil berdasarkan persamaandalam minat, kesenangan atau faktorlain.

Berkenaan dengan kapasitas kebudayanremaja/siswa tersebut, setidaknya dapatdijadikan gambaran pentingupayamelihat peta demokrasi dan kesadaranpolitik kalangan remaja di lingkunganpersekolahan sebagai bagian pemilihpemula dalam pilkada. MenurutBambang, ada tiga tingkat materi yangperlu ditanamkan dalam kurikulumpendidikan. Ketiga materi tersebutadalah penanaman hakekat pemilu yangbenar sehingga memunculkan motifyang kuat bagi pemilih pemula untuk

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 32

mengikuti pemilu, pemahamanmengenai sistem pemilu, danpemahaman tentang posisi tawar politik.(seminar “Menggagas Partisipasi AktifGuru Dalam Peta Politik Indonesia” diBandung 5 Ferbuari 2004).

Pemahaman perilaku politik(Political Behavior) yaitu perilakupolitik dapat dinyatakan sebagaikeseluruhan tingkah laku aktorpolitik dan warga negara yang telahsaling memiliki hubungan antarapemerintah dan masyarakat antaralembaga-lembaga pemerintah, danantara kelompok masyarakat dalamrangka proses pembuatan,pelaksanan dan penegakankeputusan politik. Sedangkanmenurut Almond dan Verba yangdimaksud budaya politik (PoliticalCulture) merupakan suatu sikaporientasi yang khas warga negaraterhadap sistem politik dan anekaragam, serta sikap terhadap perananwarga negara yang ada di dalamsistem itu. Warga negara senantiasamengidentifikasi diri mereka dengansimbol-simbol dan lembagakenegaraan berdasarkan orientasiyang mereka miliki (Budiyanto,2004: 103).

C. Pendidikan Demokrasi diLingkup Sekolah

Pendidikan Demokrasi adalah esensinyapendidikan kewarganegaraan (PKn).PKn itu sendiri bagian dari PendidikanIlmu Pengetahuan Sosial (PIPS). PIPS

memiliki tiga tradisi seperti dikatakanoleh Barr, Barth dan Shermis (1937)dalam Soemantri (2001:81) “The ThreeSocial Studies Traditions yaitu: (a)Social Studies as CitizenshipTransmissions (Civic Education), (b)Social Studies as Social Science, (c)Social Studies as Reflective Inquiry”.Kaitan dengan tradisi pertama yaitu“social studies as citizenshiptransmission”. menunjukan bahwa PIPSsebagai Citizenship Education atauCivic Education atau pendidikankewarganegaraan (PKn).Kewarganegaraan sebagai wahanautama dan esensi dari pendidikandemokrasi (CICED, 1999). Dengan katalain bahwa pendidikan demokrasisebagai muatannya, pendidikankewarganegaraan sebagaikendaraannya, sedangkan PIPS sebagaijembatan pendidikan ilmu-ilmu sosialyang bertujuan pendidikan. Kaitannyadengan tradisi kedua “social studies associal science” atau PIPS sebagai ilmu-ilmu sosial. Secara logika pendidikandemokrasi itu sendiri merupakanturunan dari ilmu politik yang bertujuanpendidikan yang ditopang oleh ilmu-ilmu sosial secara interdisipliner,walaupun terjadi tarik-menarik antaraPIPS perlu diajarkan secara terpadu dansecara terpisah. Akhirnya terpisah.Kaitan dengan tradisi ketiga “socialstudies as reflective inquiry” bahwasocial studies cenderung unutk melatihketerampilan “reflective thinking” (Barrdkk, 1977:37). Diperkuat oleh ShirleyEngle pada tahun 1960 menerbitkansebuah buku yang berjudul “DecisionMaking: The Heart Of Social Studies

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 33

Instruction”. Secara tegas danmerefleksikan gagasan John Deweytentang pendidikan berpikir kritis.

Dengan kata lain pembelajarandemokrasi di lingkup sekolah dapat:meningkatkan kemampan siswamenganalisis isu-isu demokrasi yangmuncul di masyarakat menambahkemampuan nalar siswa dalampengetahuan kemasyarakatan (sicio-scientific reasoning), mengembangkanketerampilan berpikir (higher-orderthinking skill), termasuk memecahkanmasalah, mengambil keputusan,

membuatmenganalisis dan kritis,mengembangkan kesadaran peran siswadalam proses dari perubahan demokrasi,membantu siswa mengakuikompleksnya dari membuat keputusanmasalah demokrasi, menyediakankesempatan siswa untuk mengujikemungkinan dampak demokrasi bagikehidupan dan perubahan masyarakat.Dengan rujukan berbagi penjelasantentang pendidikan demokrasi dandampaknya pada perubahan sikapsiswa, dapat dijabarkan dalam alurberikut

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 34

D. School-Based DemocracyEducation ModelPendidikan demokrasi yang baik

adalah bagian dari pendidikan yang baiksecara umum.berkenaan dengan haltersebut disarankan Gandal dan Finn(Saripudin,2001) perlu dikembangkanmodel sekolah berbasis pendidikandemokrasi. Terdapat 4 (empat) alternatifbentuk dari model ini

1. Perhatian yang cermat diberikanpada landasan dan bentuk-bentuk demokrasi

2. Adanya kurikulum yang dapatmenfasilitasi siswa untukmengeksplorasi bagaimana idedemokrasi telah diterjemahkandalam bentuk-bentukkelembagaan dan praktik diberbagai belahan bumi dalamberbagai kurun waktu. Dengandemikian siswa akanmengetahui dan memahamikekuatan dan kelemahandemokrasi dalamm berbagaikonteks ruang dan waktu.

3. Adanya kurikulum yangmemungkinkan siswa dapatmengeksplorasi sejarahdemokrasi di negaranya unutkdapat menjawab persoalanapakah kekuatan dan kelemahandemokrasi yang diterapkan dinegaranya dalam berbagai kurunwaktu.

4. Tersedianya kesempatan bagisiswa untuk memahami kondisidemokrasi yang diterapkan dinegara-negara di dunia, sehinggapara siswa memiliki wawasan

yang luas tentang aneka ragamsistem sosial demokrasi dalamberbagai konteks.

Selain dari uraian tersebut di atas agardapat diupayakan dalam bentukkegiatan ekstra kulikuler yangbernuansa demokrasi sertamembudayakan budaya demokratis danmenjadikan sekolah sebagai budayalingkungan yang demokratis sertaperlunya keterlibatan/penglibatan siswadalam kegiatan masyarakat. Sanusi(Saripudin.U.,2001:56 ) jugamengemukakan perlu dikembangkannyapendidikan demokrasi yang bersifatmultidimensional yang memungkinkanpara siswa dapat mengembangkan danmenggunakan seluruh potensinyasebagai individu dan warga negaradalam masyarakat bangsa-bangsa yangdemokratis.

Lebih lanjut dikatakan bahwasalah satu materi pendidikankewarganegaraan dalam paradigmabarunya yaitu mengembangkanpendidikan demokrasi mengemban tigafungsi pokok, yakni mengembangkankecerdasan warganegara (Civicintellingence), membina tanggungjawab warganegara (Civic Responbility)dan mendorong partisipasi warganegara(Civic Participation). Keccerdasanwarganegara yang dikembangkan untukmembentuk waganegara yang baikbukan hanya dalam dimensi rasionalmelainkan juga dalam dimensi spiritual,emosional dan sosial sehinggaparadigma baru pendidikankewarganegaraan bercirikanmultidimensional.

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 35

E. Tata Aturan PilkadaPilkada, meskipun di dalam

undang-undang 32 tahun 2004 yangterdapat dalam pasal 56-119 tidakmemberikan definisi yang tegas tentangpilkada, tetapi menurut hemat penulisdefinisi pilkada dapat kita definisikan,bahwa pilkada adalah singkatan daripemilihan kepala daerah dan wakilkepala daerah (Gubernur dan wakilnyadi tingkat provinsi dan Bupati/Walikotadan wakilnya di tingkat kab/kota),pilkada dapat juga diartikan sebagaiproses pergantian kepala daerah danwakil kepala daerah yang secara sahdiakui hukum, serta momentum bagirakyat untuk secara langsungmenentukan pasangan kepala daerahdan wakil kepala daerah sesuai dengnaaspirasi/keinginan rakyat. Dalam hal inipilkada, meskipun salah satu produknegara yang berlandaskan hukum(Recht Staat) bukan berdasarkan ataskekuasaan belaka (Machtstaat) namunbukan berarti pilkada merupakanparameter yang mutlak dalam rangkamemberikan suatu penilaian apakahmomentum pilkada benar-benardemokratis, disisi lain pilkadamerupakan demokrasi yangproseduraldan belum menyentuh asasdemokrasi yang substansial yaknilahirnya kualitas kepemimpinan yangbersih, jujur, dan lain sebagainya.

Keterlibatan masyarakat dalammomentum pilkada langsung menjadilandasan dasar bagi bangunandemokrasi. Bengunan demokrasi tidakakan kokoh manakala kualitaspartisipasi masyarakat diabaikan.

Karena itu, proses demokratisasi yangsejatinya menegakan kedaulatan rakyatmenjadi semu dan hanya menjadianjang rekayasa bagi mesin-mesinpolitik tertentu. Format demokrasi padaaras lokal (Pilkada) meniscayakanadanya kadar dan derajat kualitaspartisipasi masyarakat yang baik.Apabila demokrasi yang totalitasbermetamorfosis menjadi konkrit dannyata, atau semakin besar dan baikkualitas partisipasi masyarakat, makakelangsungan demokrasi akan semakinbaik pula. Demikian juga sebaliknya,semakin kecil dan rendahnya kualitaspartisipasi masyarakat maka semakinrendah kadar kualitas demokrasitersebut.

Pentingnya pandidikan demokrasimemungkinkan setiap warga negaradapat belajar demokrasi melalui praktekkehidupan yang demokratis, dan untukmembangun tatanan dan praksiskehidupan demokrasi yang lebih baik dimasa mendatang (Saripudin,2001).

Dalam sejarah perkembanganperaturan perundang-undanganpemerintah daerah sejak tahun 1945mengalami beberapa kali perubahan danpenyempurnaan dimaksudkan untukmencari bentuk yang dapatmecerminkan aspirasi dan hingga sejakreformasi lahirlah UUNo. 22 Tahun1999 tentang pemerintahan daerah dantidak lama kemudiandisempurnakanlagi oleh UU No. 3 tahun 2004. Daridua perubahan terakhir mengalamiperubahan yang cukup mendasardibandingkan dengan peraturanperundangan pemerintahan yang pernah

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 36

terjadi, jika belum sesuai denganaspirasi masyarakat, maka yang perludipertanyakan kemudian mungkinsistem perundang-undangan ataukahmemang mungkin dari tingkatkesadaran masyarakat sebagian belummemahaminya. Berikut disebutkan“Kepala Daerh dan Wakil KepalaDaerah dipilih dalam satu pasangancalon yang dilaksanakan secarademokratis berdasarkan asas langsung,umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil”Pasal 56 ayat (1) UU No. 32 Tahun2004 yang kemudian diatur pendukungperaturan perundangan lainsepertiperaturan pemerintah No. 6 Tahun 2005& Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun2005, tentang pemilihan, pengesahanpengangkatan, dan pemberhentianKepala Daerah dan Wakil KepalaDaerah.

Metodologi Penelitian

A. Definisi Konsepsional

Definisi konsepsional merupakanpembatasan pengertian tentang hal-halyang perlu diamati. Sedangkanpengertian konsep itu sendiri adalahsuatu pemikiran umum mengenai suatumasalah atau persoalan(Koentjaraningrat, 1980). Daripengertian tersebut, maka dapatdisimpulkan bahwa konsep merupakanpembatasan terhadap variabel-veriabelpenelitian untuk menentukan indikator-indikator yang akan diteliti. Dengandemikian definisi konsepsional padaTingkat Kesadaran Politik PemilihPemula dalam Pilkada adalah suatusikap yang ditentukan adanya

kepedulian terhadap budaya berpolitikyang baik dengan mengikutsertakansecara aktif dalam memaknaipembelajaran berpolitik danmemanfaatkannya dengan sikappengendalian diri melaluipengembangan pengalaman yangdidapatkannya untuk bekalbermasyarakat, berbangsa danbernegara.

B. Definisi Operasional

Menurut Koentjaraningrat (1980 76),definisi operasional adalah unsurpenelitian yang memberikan pengertiantentang cara mengubah konsep-konsepyang berupa konstruk dengan kata-katayang menggambarkan perilaku gejalayang dapat diamati dan dapat diuji sertaditentukan kebenarannya oleh oranglain.

Dengan demikian variabel dalampenelitian ini mencakup kesadaranpolitik dan pemaham siswa sebagaipemilih pemula dalam pilkada.Sedangkan instrumen dikembangkanberdasarkan indikator sebagai berikut:

1. Sikap dan perilaku yang salingpeduli, yaitu: suatu nilai dariperbuatan yang timbal balikuntuk dapatmemperhatikan/menghiraukansesuatu/lingkungan.

2. Partisipasi aktif, yaitu: perihalturut berperan serta di suatukegiatan secara giat/berusaha.

3. Kebermanfaatan yang diperolahyaitu: sesuatu hal/keadaan yangberguna untuk dicapai.

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 37

4. Akses dan kontrol sosial, yaitu:pencapaian pengendalianberkenaan dengan masyarakat.

5. Dampak yang didapat daripengalaman, yaitu: pengaruhkuat yang mendatangkan akibatnegatif atau positif daripengalaman yang telahdidapatkannya.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalahsiswa SLTA di daerah penelitian Wasiledan Maba Kabupaten Halmahera TimurProvinsi Maluku Utara denganmengambil sampel daerah Wasile 3sekolah. Pengambilan sampel dilakukanmelalui rancangan sampling menurutkategori sampel acak sederhana. Jumlah

siswa yang terkait dengan penelitiansebanyak 75 siswa, dimana merekatelah mengikuti kegiatan pilkada padamasa pemilihan/pencoblosan sebagaipemilih pemula dalam pilkada didaerahnya masing-masing.untuk gurusebagai sampel sebanyak 27 orang dari2 daerah ujicoba. Data kuesioner darisiswa yang daat diidentifikasi denganbaik sebanyak 48 responden. Sedangkanalasan pengambilan daerah penelitianyaitu wilayah Wasile dan MabaKabupaten Halmahera Timur ProvMaluku Utara dikarenakan daerahtersebut telah menyelenggarakanpilkada dengan karakteristik sebagaidaerah kompleksitas pemilih pemulayang potensial. Siswa dari sekolah yangterlibat dalam penelitian ini antara lain:

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 38

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data sebagai bahandalam penelitian ini, akan dipergunakanbeberapa teknik pengumpulan data,antara lain:

a. Library research, yaitu satupenelitian dengan caramempelajari danmengumpulkan berbagaibahan bacaan atau literatur,dokumen serta media masayang ada hubungannyadengan penulisan penelitian.

b. Field Work Research, yaitumengumpulkan data daripenelitian yang dilakukansecara langsung di lapangan.Untuk mempermudahpenelitian di lapangan, perluditentukan teknikpengumpulan data agar yangdihimpun dapat efektif danefisien. Teknik yangdilakukan menggunakanmetode sebagai berikut:

1. Interview

Menurut Hadi (1990) berpendapatbahwa: interview adalah metodepengumpulan data dengan caratanya jawab secara sepihak, yangdikerjakan dengan sistematis, logis,metodologis dan berlandaskan padatujuan penelitian. Adapun bentukwawancara yang dipergunakandalam penelitian berpedoman padakuesioner yang berstruktur atautertutup yang memuat pertanyaansecara cermat dan terperinci dengan

pilihan jawaban yang telahdisediakan.

2. Observasi

Menurut Winarno Surakhmat(1990) observasi adalah teknikpengumpulan data dimanapeneliti mengadakanpengamatan terhadap gejalayang diteliti yang dilaksanakandalam situasi yang khusus.Observasi dalam penelitian iniadalah peneliti dengan seksamamengamati langsung terhadapobyek dan sasaran penelitianyaitu aktualisasi kesadaran siswasebagai pemilih pemula dalampembelajaran politik di kegiatanpilkada.

3. Menurut Suharsimi Arikunto(1993) dokumentasi adalahmencari data mengenai sesuatuhal atau variabel yang berasaldari pihak lain berupacatatan,buku, surat kabar.

E. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang akandigunakan dalam penelitian adalahdengan menghitung standar deviasi.Sedangkan untuk menggambarkanvariabelitas tingkat kesadaran politiksiswa sebagai pemilih pemula dalampilkada dipergunakan rumus sebagaiberikut:

1. Untuk mencari tingkatkesadaran politik digolongkan:

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 39

a. Kesadaran politk yangsangat baik (u+0.5.T)

b. Kesadaran politik baikantara (u+0,25.T) dan(u+0,5.T)

c. Kesadaran politik cukupantara (u+0,5.T) dan(u+0,25.T)

d. Kesadaran politik kurangbaik antara (u+0,5.T) dan(u-0,25.T)

e. Kesadaran politik sangatkurang baik <(u-0,5T)

2. Untuk mencari standar deviasidari suatu variabel dirumuskandengan uji –T

3. Untuk mencari rata-rata dapatdigunakan rumus sebagaiberikut

1

U =---------------------- [xi]

N

Keterangan :U = rata-rataT = standar deviasiN = pupulasi[xi] = jumlah deviasi

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan disampaikan data-data hasil penelitian lapangan tentangKesadaran Politik Pemilih Pemuladalam pilkada; suatu refleksi School-Based Democracy Education, melaluinilai sikap dan perilaku yang salingpeduli, partisipasi aktif, kebermanfaatanyang diperoleh, akses kontrol sosial,

dampak yang didapat dari pengalamansebagai pemilih pemula dalam pilkada,dan gambaran hasil kegiatanpembelajaran sosiologidi sekolah.

Indikator-indikator dijabarkan secararinci berdasarkan konsep teori dandiukur menggunakan instrumen skalaLikert dengan 5 skala pernyataan yaitu,skala 1 untuk menyatakan sangat tidaksetuju, skala 2 tidak setuju, skala 3cukup setuju, skala 4 setuju dan skala 5sangat setuju. Adapun pernyataaan yangdikembangkan berdasarkan indikatorsebagai berikut

1. Nilai sikap dan perilaku yangsaling peduli (suatu nilai dariperbuatan yang timbal balikuntuk dapatmemperhatikan/menghiraukansesuatu/lingkungan)

Diukur menggunakan pernyataan-pernyataan seperti: “saya senangterdaftar sebagai pemilih pemula dalampilkada”, “memang sebaiknya seusiasaya sudah diwajibkan untuk ikutberpolitik”, “ikut berpolitik tidak hanyasebagai pemilih pemula dalam pilkada”,“ikut pilkada hanya sebagai keisengansaja”, “karena teman yang lain tidak adayang jadi pemilih sehingga saya jugatidak memilih, pada saat pilkada”, “sayadan kelompok teman bermain sedangada kegiatan lain sehingga lebih baiktidak memilih”, “saya disuruh datang keTPS untuk menyoblos padahal sayabelum berpengalaman”, “saya berusahamengajak teman yang lain yang sudahterdaftar sebagai pemilih untuk ikut jadipemilih”, “malas ikut pilkada”, “kriteria

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 40

calon pilkada tidak ada yang sesuaidengan keinginan saya”, “sayamelakukan pencoblosan dalam pilkadakarena saya ingin jadi warga yangbaik”. Indikator nilai sikap dan perilakuyang peduli (suatu nilai dari perbuatanyang timbal balik untuk dapatmemperhatikan/menghiraukansesuatu/lingkungan) mempunyai tingkatreabilitas = 0,76.

2. Partisipasi aktif (perihal turutberperan serta di suatu kegiatansecara giat/berusaha)

Diukur menggunakan pernyataan-pernyataan seperti: “sebagai generasimuda saya dukung kegiatan politik”,“saya akan memilih salah satu calon dipilkada dengan ikut kampanye”. “sayaselalu mencari informasi di media untukmengetahui perkembangan pilkada”, “disetiap waktu saya suka membicarakantentang pilkada dengan teman lain”,“saya menyebarluaskan berita tentangpilkada kepada orang lain”, “supayaorang lain menjadi mengerti sehinggasaya suka berdiskusi dengan para gurumengenai pilkada”. Indikator partisipasiaktif (perihal turut berperan serta disuatu kegiatan secara giat/berusaha)mempunyai tingkat reabilitas = 0,64.

3. Kebermanfaatan yang diperoleh(sesuatu hal/keadaan yangberguna unutk dicapai)

Diukur menggunakan pernyataan-pernyataan seperti: “ saya ikut memilihdalam pilkada supaya mengertiberpolitik”, “sebagai pemilih di Pilkadatidak ada untungnya”, “tujuan saya

memilih pilkada karena memangdisuruh oleh guru di sekolah”, “ikutpilkada sebagai bagian daripembelajaran di sekolah”, “saya merasajadi warga yang baik setelah ikutpemilihan dalam pilkada”, “belajar disekolah tentang berpolitik sebatas teorisedangkan prakteknya saya ikutpilkada”, “lebih baik belajar berpolitikdilakukakn sesaat saja”. Indikatorkebermanfatan yang diperoleh (sesuatuhal/keadaan yang berguna unutkdicapai) mempunyai tingkat reabilitas =0,74.

4. Akses kontrol sosial (pencapaianpengendalian berkenaan denganmasyarakat)

Diukur menggunakan pernyataan-pernyataan seperti: “saya adalah bagiandari masyarakat”,”jika terdapatpenyimpangan berpolitik dalammasyarakat saya cuek saja”, “sayaselalu ikut-ikutan dalam kegiatanmasyarakat”, “lebih baik berdiam dirisaat ada keributan mengenai pilkada”,“saya akan berusaha mencari informasitentang calon pilkada yang pantas sayapilih”, “membantu kegiatan seputarpilkada, jika diperlukan”, “sebaiknyasebagai pelajar kita wajibmenyukseskan pilkada”. Indikator akseskontrol sosial (pencapaian pengendalianberkenaan dengan masyarakat)mempunyai tingkat reabilitas = 0,67.

Dampak yang didapat dari pengalamansebagai pemilih pemula dalam pilkada(pengaruh kuat yang mendatangkanakibat negatif atau positif daripengalaman yang telah didapatkannya)

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 41

diukur menggunakan pernyataan-pernyataan seperti: “saya tidak berminatikut-ikutan dalam pemilihan pilkada”,“setelah ikut pilkada saya tidak merasamendapatkan pembelajaran politik”,“ikut pilkada biasa-biasa saja”, “sayajadi bertambah paham tentang berpolitiksetelah ikut pilkada”, “saya akan ajakteman untuk ikut pilkada karenaberguna untuk masa depan”, “lebih baikbelajar politik di sekolah saja seperti

dalam pemilihan ketua kelas”, “sayajadi ragu apakah aspirasi saya untukmemilih dapat direalisasikan olehpemenang pilkada”. Indikator dampakyang didapat dari pengalaman sebagaipemilih pemula dalam pilkada(pengaruh kuat yang mendatangkanakibat negatif atau positif daripengalaman yang telah didapatkannya)mempunyai tingkat reabilitas = 0,83.

Deskripsi Responden

Responden adalah siswa SLTAyang telah melakukan kegiatanpencoblosan untuk memilih kepaladaerah dalam hal ini pilkada gubernurprovinsi Maluku Utara pada tahun 2009.Dari 75 siswa yang dimintai pengisiankuesioner, sebanyak 48 respondendijaring dan memberikan pernyataannyasecara terstruktur dengan baik, selaininterview/wawancara seputar fenomenapilkada. Sementara itu untuk

mendukung data, dilakukan observasiterhadap kegiatn program School-BasedDemocracy Education pada guru, siswa,dan kepala sekoah. Jumlah guru yangterlibat sebanyak 7 orang sedangkansiswa terbagi dalam, siswa priasebanyak 42 orang dan siswa wanitasebanyak 33 orang.

Refleksi School-Based DemocracyEducation

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 42

Kegiatan ini melibatkan guru,siswa dan kepala sekolah. Indikatoryang digunakan adalah mengidentifikasimekanisme perubahan sosial budaya,seperti pembangunan masyarakat disektor politik. Program diarahkan padapendekatan School-Based DemocracyEducation, yaitu siswa ditugaskan untukterlibat secara langsung dalam menggalikonsep berpolitik di lapangan danmendiskusikan dalam kelas. Dari hasilwawancara dengan pihak guru dansiswa dihasilkan:

1. Program School-Based DemocracyEducation lebih bermakna jikamelibatkan siswa sebagai subyekdan obyek dalam kegiatan pilkada.

2. beberapa temuan di lapanganseputar kasus pilkada dapatdijadikan bahan diskusi yangteridentifikasi secara menyeluruh

3. simulasi sangat penting dalamrangka pemahaman teknis dalampilkada, terutama bagi siswa yangbaru sebagai pemilih pemula

4. daya kritis siswa terhadap karaktercalon kepala daerah menjadi polapikir yang dapat dijadikanpertimbangan dalam memilih.Sebagian besar dari hasil wawancaraini siswa lebih mencermatipandangan visi dan misi calonkepala daerah yang banyakdipampangkan dalam bentuk poster,spanduk, dan baliho.

5. Sebagai pemilih pragmatikmencerminkan bahwa pandangansiswa terhadap fenomena tersebutterbagi kedalam kelompokpendukung dan menolak, yang

intinya bahwa melalui pembelajaranpolitik di sekolah pemahamanmereka terhadap politik praktismenjadi konsep yaitu berpolitik bagimereka adalah pengakuan jati diridengan kebebasan untukmenentukan diri sendiri

Selain itu pendekatan yangdigunakan dalam pembelajarandemokrasi juga melibatkan pada unsurpelajaran sosiologi. Intinya pelajaran iniditerapkan dengan pendekatanpembelajaran aktif yangdikombinasikan dengan konseplingkungan meluas atau expandingenvironment approach. Dengan modelpembelajaran konstruktivisme tersebutdidapatkan fungsi guru, siswa dansarana belajar secara sinergi, denganmemperhatikan:

1. Keseimbangan antara kognisi,keterampilan, afektifdankeseimbangan antara deduktif daninduktif,

2. Penyajian materi menggunakanilustrasi dan pemberian tugas secaraaktif,

3. Proses pembelajaran dilakukandengan upaya memfasilitasitumbuhnya dinamika kelompok didalam kelas, sehingga terwujudsiswa yang mandiri dalam belajar.

Sesuai dengan karaketer matapelajaran sosiologi, strategipembelajaran yang diharapkanadalah pembelajaran yangterpusat pada siswa denganppendekatan belajar aktif, yaitusiswa menjadi pusat kegitanbelajar mengajar. Siswa

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 43

dirangsang untuk bertanya danmencari pemecahan masalahserta didorong untukmenafsirkan informasi yangdiberikan oleh guru, sampaiinformasi tersebut dapatditerima oleh akal sehat.

peta hasil belajar rumpunpembelajaran demokrasi yangdapt dikembangka untuk nilai-nilai demokrasi, meliputi

Deskripsi Hasil Analisis Indikator

1. Nilai sikap dan perilaku yangsaling peduli

Nilai-nilai memainkan perananpenting di dalam kehidupan masyarakat.

Terjadinya hubungan-hubungan sosialdidasarkn bukan saja pada fakta-faktapositif, akan tetapi juga pertimbangan-pertimbangan nilai negatif(Duverger,1982).

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 44

Karena nilai-nilai mencerminkansuatu kualitas preferensi dalamtindakan. Nilai sikap dan perilaku yangsaling peduli dibedakan dalam limapernyataan yang terdiri dari sangatsetuju, setuju, cukup setuju, tidak setujudan sangat tidak setuju. Dalampernyataan “saya senang terdaftarsebagai pemilih pemula dalam pilkada”menunjukan bahwa 60 persen setujuatau 29 responden dari 48 yangmenyatakan sangat senang terdaftarsebagai pemilih pemula.

Selanjutnya dalampernyataan“sebaiknya seusia saya sudahdiwajibkan untuk ikut berpolitik”menunjukan bahwa 60 persen setujuatau 29 responden dari 48 yangmenyatakan sebaiknya seusia sayasudah diwajibkan unutk ikut berpolitik.Sedangkan 10 persen menyatakan tidaksetuju

Berikutnya dalampernyataan:”ikut berpolitik tidak hanyasebagai pemilih pemula dalam pilkada”menunjukan bahwa 48 persen setujuatau 23 responden dari 48 yangmenyatakan sebaiknya ikut berpolitiktidak hanya sebagai pemilih pemuladalam pilkada

Dalam pernyataan: “ikut pilkada hanyasebagai keisengan saja” menunjukanbahwa 73 persen tidak setuju atau 35responden dari 48 yang menyatakan“ikut pilkada hanya sebagai keisengansaja” dan hanya 8 persen yang setuju.

Berikut pernyataan “karena teman yanglain tidak ada yang jadi pemilihsehingga saya juga tidak memilih,

menunjukan 67 persen tidak setuju atau32 responden dari 48 yang menyatakantersebut

Selanjutnya pernyataan: “padasaat pilkada, saya dan kelompok temanbermain sedang ada kegiatan lainsehingga lebih baik tidak memilih”,menunjukan bahwa 62 persen tidaksetuju atao 30 responden dari 48 yangmenyatakan tersebut

Dalam pernyataan: “saya disuruh datangke TPS untuk menyoblos padahal sayabelum berpengalaman”, menunjukanbahwa 46 persen setuju atau 22responden dari 48 yang menyatakantersebut. Sedangkan 25 persen yangtidak setuju.

Pernyataan : “saya berusaha mengajakyang lain yang sudah terdaftar sebagaipemilih untuk ikut jadi pemilih pemuladalam pilkada”, menunjukan bahwa 58persen setuju atau 28 responden dari 48yang menyatakan tersebut

Selanjutnya pernyataan: “program pemda/KPU tidak sesuaidengan aspirasi saya, sehingga sayamalas ikut pilkada”, menunjukan bahwa44 persen tidak setuju atau 21responden dari 48 yang menyatakantersebut. Sedangkan yang setujusebanyak 33 persen.

Selanjutnya pernyataan: “kriteria calonpilkada tidak ada yang sesuai dengankeinginan saya”, menunjukn bahwa 42persen tidak setuju atau 20 respondendari 48 yang menyatakan tersebutnamun yang setuju sebanyak 54 persen

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 45

atau 26 responden, dimana pernyataancukup setuju dan setuju seimbang.

Berikut pernyataan: “saya melakukanpencoblosan untuk pilkada karena sayaingin jadi warga yang baik”,menunjukan bahwa 52 persen setujuatau 25 responden dari 48 yangmenyatakan tersebut. Namunberdasarkan data, secara umumresponden menyatakan setuju.

2. Partisipasi aktif yaitu perihalturut berperan serta di suatukegiatan secara giat/berusaha

Menggambarkan data sebagaiberikut: pernyataan “sebagai generasimuda saya dukung kegiatan politik”,menunjukan 52 persen setuju atau 25responden yang menyatakan tersebut.“saya akan memilih salah satu calon dipilkada dengan ikut kampanye”,menunjukan 50 persen cukup setujuatau 24 responden yang menyatakantersebut. “saya selalu mencari informasidi media unutk mengetahuiperkembangan pilkada”, menunjukan 40persen cukup setuju atau 19 orang yangmenyatakan tersebut. “disetiap waktusaya suka membicarakan tentangpilkada dengan teman lain”,menunjukan 42 persen cukup setuju dantidak setuju atau masing-masing 25responden yang menyatakan tersebut.“saya menyebarluaskan berita tentangpilkada kepada orang lain”, menunjukanbahwa 56 persen setuju atau 27responden yang menyatakan tersebut.

“supaya orang lain menjadi mengertisehingga saya berdiskusi dengan paraguru mengenai pilkada”. Menunjukan

hampir seimbang yaitu 50 persen tidaksetuju dan 46 persen setuju.

3. Kebermanfaatan yang diperolehyaitu sesuatu hal/keadaan yangberguna untuk dicapai,

Menggambarkan pernyataan:“saya ikut memilih dalam pilkadasupaya mengertiberpolitik”,menunjukan 48 persensetuju atau 23 responden yangmenyatakan tersebut. “sebagai pemilihdi pilkada tidak ada untungnya”,menunjukan 50 persen tidak setuju atau24 responden yang menyatakan tersebutdan 23 persen setuju atau 11 respondenmenyatakan hal yang sama. “tujuansaya ikut memilih pilkada karenamemang disuruh oleh guru di sekolah”,menunjukan 54 persen tidak setuju atau26 responden yang menyatakantersebut.

“ikut pilkada sebagai bagian daripembelajaran di sekolah”, mennjukan44 persen setuju atau 21 responden yangmenyatakan tersebut. “saya merasa jadiwarga yang baik setelah ikut pemilihandalam pilkadaa”, menunjukkan 56persen setuju atau 27 responden yangmenyatakan tersebut

“belajar di seklah tentang berpolitiksebatas teori sedangkan prakteknya sayaikut pilkada”, menunjukan 50 persensetuju atau 24 responden yangmenyatakan tersebut.

“lebih baik belajar berpolitik dilakukansesaat saja”. Menunjukan 50 persentidak setuju atau 24 responden yangmenyatakan tersebut. Namun 46

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 46

responden menyatakan setuju dan cukupsetuju.

4. Akses kontrol sosial yaitupencapaian pengendalianberkenaan dengan masyarakat,

Digambarkan denganpernyataan: “syaa adalah bagian darimasyarakat”, menunjukan 70 persensetuju atau 34 responden yangmenyatakan tersebut.

“jika terdapat penyimpangan berpolitikdalam masyarakat saya cuek saja”,menunjukkan masing-masing seimbangyaitu 35 persen setuju dan tidak setujuatau 15 responden yang menyatakantersebut. “saya selalu ikut-ikutan dalamkegiatan masyarakat”, menunjukkan 42persen tidak setuju atau 20 respondenyang menyatakan tersebut.

“lebih baik berdiam diri, saat adakeributan mengenai pilkada”,menunjukkan 29 persen tidak setujuatau 14 responden yang menyatakantersebut. Namun 31 persen respondensetuju. “saya akan berusaha mencariinformasi tentang calon pilkada yangpantas saya pilih”, menunjukkan 54persen setuju atau 26 responden yangmenyatakan tersebut.

“membantu kegiatan seputar pilkada,jika diperlukan”, menunjukkan 84persen setuju dan cukup setuju atau 40responden yang menyatakan tersebut.

“sebaiknya sebagai pelajar kita wajibmenyukseskan pilkada”, menunjukkan90 persen setuju dan cukup setuju atau43 responden yang menyatakantersebut.

5. Dampak yang didapat daripengalaman sebagai pemilihpemula dalam pilkada

Yaitu pengaruh kuat yangmendatangkan akibat negatif ataupositif dari pengalaman ygn telahdidapatkannya, menggambarkan datapernyataan: “saya tidak berminat ikut-ikutan dalam pemilihan pilkada”,menunjukkan 44 persen tidak setuju atai21 responden yang menyatakantersebut. “setelah ikut pilkada saya tidakmerasa mendapatkan pembelajaranpolitik”, menunjukkan 38 persen setujuatau 18 responden yang menyatakantersebut.

“ikut Pilkada biasa-biasa saja”,menunjukan 40 persen setuju atau 19responden yang menyatakan tersebut.“saya paham tentang berpolitik setelahikut Pilkada”, menunjukan 44 persensetuju atau 21 responden yangmenyatakan tersebut. “saya akan ajakteman untuk ikut Pilkada karenaberguna untuk masa depan”,menunjukan 40 persen setuju atau 19responden yang menyatakan tersebut,“lebih baik belajar politik di sekolahsaja seperti dalam pemilihan ketuakelas”, menunjukann 38 persen tidaksetuju atau 18 responden yangmenyatakan tersebut. “saya jadi raguapakah aspirasi saya untuk memilihdapat direalisasikan oleh pemenangPilkada”, menunjukan 33 persen tidaksetuju atau 16 responden yangenyatakan tersebut. Namun 31 persenmenyatakan setuju.

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 47

Tabel 3. Rata-rata Prosentase Pernyataan sikap berdasarkan hasil pengisiankuesioner

Pernyataan sikap Rata-rataprosentase

Keterangan

nilai sikap dan periku yang saling peduli yaitu suatunilai dari perbuatan yang timbal balik untuk dapatmemperhatikan/menghiraukan sesuatu/lingkungan

Lebih dari60 %

Berpandangan positif

partisipasi aktif yaitu perihal turut berperan sertadisuatu kegiatan secara giat/berusaha

56% Mendukung danterlibat langsung

Kebermanfaatan yang diperoleh yaitu suatuhal/keadaan yang berguna untuk dicapai

48 % Positif denganmanfaat yangdidapatkannya

Akses kontrol sosial yaitu pencapaian pengendalianberkenaan dengan masyarakat

62% Berkontribusi baik

Dampak yang didapat dari pengalaman sebagaipemilih pemula dalam pilkada yaitu pengaruh kuatyang mendatangkan akibat negatif atau positif daripengalaman yang telah didapatkannya

40% berpengaruh terhadappola pikirnya

B . Pembahasan

Dalam pembahasan konseptingkat kesadaran pemilih pemula dalampilkada digunakan indikator yangtergambarkan dalam bentuk item-itempernyataan sikap, yaitu pilihan jawabanresponden terhadap item-itempernyataan yang ada pada kuesioner,yang merupakan pernyataan dengankategori sangat setuju, setuju, cukupsetuju, tidak setuju, dan sangat tidaksetuju.

Apabila respondden memberikanpersetujuan dengan konsisten dan betul-betul atas dasar pemahaman isipernyataan, maka responden yang

mempunyai tingkat kesadaran baik akandengan konsisten menyetujuipernyataan-pernyataan yang bernilaiskala besar. Sebaliknya responden yangtidak mempunyai kesadaran baik akansecara konsisten menyetujuipernyataan-pernyataan yangmempunyai nilai skala kecil. Ataudengan perkataan laindapat dikatakanbahwa pandangan positif dan bernilaiskala besar, jika setuju dengan konsepsebagai pemilih pemula di pilkada,sebaliknya pandangan negatif danbernilai skala kecil jika tidak setujudengan konsep sebagai pemilih pemuladalam pilkada.

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 48

Perhitungan skor akan dilakukanmelalui Standar Deviasi. Sebelummenggunakan perhitungan standardeviasi, terlebih dahulu akan dirinci

nilai/skor tingkat kesadaran politikpemilih pemula dalam pilkada sebagaiberikut.

Dari skor/nilai di atas, maka dapatdiketahui bahwa :

N = 48[x i = 5803[xi2 = 709401

Berdasarkan skor tingkat kesadaranpemilih pemula dalam pilkada di atas ,maka akan dihitung terlebih dahulu nilairata-rata sebagai berikut.

U = 1/N.[xi=1/48.5803=120,89

Dari hasil perhitungan nilai rata-ratatersebut, selanjutnya akan dihitung pulastandar deviasi dari tingkat kesadaranpemilih pemula dalam pilkada sebagaiberikut.

T = V.N. [xi2 - ( [xi ) 2/N2=48.709401 -( 5803 ) 2/2304=34051248 - 33674809/2304=376439/2304

T =12,78

Dari hasil perhitungan standar deviasi diatas, maka akan diperoleh kriteriatingkat kesadaran pemilih pemula dalampilkada sebagai berikut.

a) Tingkat kesadaran pemilihpemula dalam pilkada, sangatkurang baik, yaitu kurang dari :<( u-0,5 T )<( 120,89 - 0,5.12,78 )<( 120,89 - 6,39 )< 114,5< 115

Kesimpulan yang dapat ditarik darihasil perhitungan di atas,adalah tingkatkesadaran pemilih pemula dalampilkada yang mempunyai kriteria sangatkurang baik berjumlah 16 orang atau33,

b) Tingkat kesadaran pemilihpemula dalam pilkada kurangbaik, antara :=( u-0,5.T ) dan ( u-0,25.T )

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 49

=( 120,89 - 0,5.12,78 ) dan (120,89 – 0,25.12,78 )=120,89 -6,39 dan 120,89 –3,195=114,5 – 11769=115-118

Kesimpulan yang dapat ditarik darihasil perhitungan di atas , adalah bahwatingkat kesadaran pemilih pemula dalampilkada yang mempunyai kriteriakurang baik berdasarkan perhitungannilai/skor tidak ada.

c) Tingkat kesadaran pemilihpemula dalam pilkada cukupbaik, antara := ( u – 0,25. T ) dan ( u + 0,25.T)=( 120,89 – 0,25. 12,78 ) dan (120,89 + 0,25. 12,78 )=( 120,89 -3,195 ) dan ( 120,89+ 3,195 )= 117,69 – 124,08=118 – 124

Kesimpulan yang dapat ditarik darihasil perhitungan di atas, adalah bahwatingkat kesadaran pemilih pemula dalampilkada yang mempunyai kriteria cukupbaik berjumlah 14 orang atau 29,2 %.

d) Tingkat kesadaran pemilihpemula dalam pilkada baik,antara := ( u + 0,25.T ) dan ( U + 0,5 .T)= ( 120,89 + 0,25 . 12,78 ) dan (120,89 + 0,5. 12,78 )= ( 120,89 + 3,195 ) dan (120,89 + 6,39 )= 124,08 – 127,28= 124 – 127

e) Tingkat kesadaran pemilihpemula dalam pilkada sangatbaik, lebih besar dari( u + o,5. T )( 120,89 + 0,5 . 12,79 )( 120,89 + 6,39 )127,28127

Kesimpulan dapat ditarik dariperhitungan di atas, adalah bahwatingkat kesadaran pemilih pemula dalampilkada yang mempunyai kriteria baikdan sangat baik berjumlah 18 orang atau37,5 %.

Tabel 4. Tingkat Kesadaran PemilihPemula dalam Pilkada

Dari tabel di atas menunjukan bahwaprosentase dari masing-masing kriteriamempunyai selisih yang tidak jauhberbeda. Dengan demikian yang dapatkami simpulkan bahwa tingkatkesadaran siswa SLTA diwilayah wasilesebagai pemilih pemula dala pilkada.

Pilkada Halmahera Timur memilikipandangan yang sangat beragam. Halini sangat beralasan karena sebagaipemilih pemula siswa dihadapkan padapersoalan psikologis yaitumenempatkan jati diri dan pemahamantentang belajar berpolitik yang banyakdipengaruhi oleh pergaulan antar rekansejawat dan lingkup persekolahan.Selain itu jika dapat dipetakan daritingkat kesadaran tersebut tidak terlepasdari pengalaman yang masih baru danawam sabagai pemilih pemula, sehinggaperan guru terutama guru sosiologi

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 50

dapat berperan aktif dalammensosialisasikan konsep politik yangbenar dan tepat kepada para siswa.Dengan program School-BasedDemocracy Education diharapkanpenerapan budaya berpolitik yang tepatdapa diimplementasikan secaraprofesional oleh masyarakat sekolah.

Penutup

A. Kesimpulan

Berdasarkan kesimpulan yang diperolehdari hasil penelitian mengenai tingkatkesadaran politik pemilih pemula dalampilkada : sebagai refleksi School-BasedDemocracy Education, dapatdisimpukan beberapa hal sebagaiberikut :

1) Tingkat kesadaran siswasebagai pemilih pemula dalampilkada enunjukan perbedaanyang beragam didasarkan padapemahaman dan pengalamanbelajar konsep berpolitikditingkat persekolahan. Padaumumnya pengalaman tersebutdidapat sebatas dalam pemilihanketua OSIS atau ketua kelas danpeilihan lainnya.

2) Dari hasil penjabaran indikatoryang dikembangkanmenghasilkan indikasi bahwahampir 60 persen siswa senangterdaftar sebagai pemilih pemuladalam pilkada. Hal inimenunjukan bahwa kesadaranikut aktif berpolitik telah enjadikekuatan individu siswa dalam

bermasyarakat , berbangsa danbernegara.

3) Pentingnya kesadaran berpolitikbagi siswa dapat dijelaskandengan nilai sikap dan perilakuyang saling peduli yaitu suatunilai dari perbuatan yang timbalbalik untuk dapatmemperhatikan/menghiraukansesuatu/lingkungan. Rata-ratapernyataan sikap siswa di atas60 persen berpandangan positif.Sedangkan partisipasi aktif yaituperilaku turut berperan sertadisuatu kegiatan secaragiat/berusaha. Rata-ratapernyataan sikap siswa 56persen mendukung. Adapunmengenai kebermanfaatan yangdiperoleh yaitu suatuhal/keadaan yang berguna untukdicapai, rata-rata pernyataansikap siswa 48 persenmenyatakan positif. Mengenaiakses kontrol sosial yaitupencapaian pengendaliaanberkenaan dengan masyarakat,rata-rata pernyataan sikap siswa62 persen memberikankontribusi baik, dan berdasarkandampak yang didapat daripengalaman sebagai pemilihpemula dalam pilkada yaitupengaruh kuat yang mendatangkan akibat negatif danpositif dari pengalaman yangtelah didapatkannya, rata0ratapernyataan sikap siswa 40persen berpengaruh terhadappola pikirnya.

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 51

4) Faktor-faktor yang menonjoldari tingkat kesadaran politiksiswa sebagai pemilih pemuladalam pilkada dapat ditemukandalam daya kritis siswa seputarpemahaman makna berpolitik didiskusi kelas, yaitu siswa bebasberekspersi , berpendapat danmenggagas permasalahan secaralugas dalam bahasa sendiri.

B. Saran1) Perlu diberikan sosialisasi

kesadaran berpolitik bagi siswasebagai pemilih pemula dalampilkada dilingkup persekolahan,pemda setempat, dan LSMterkait.

2) Perlu mengembangkan hasilpenelitian dengan melakukanpenelitian lanjutan yang lebihluas dan sistematis, sehinggadiperoleh anfaat yang lebihoptimal.

3) Peran komponen sekolah , yaitusiswa , guru, dan komite sekolahterhadap pendidikan demokrasisebagai aplikasi dari School-Based Democracy Educationlebih disenergikan.

4) Pengadaan suatu Civic LearningCenter yang dapat digunakansiswa untuk belajar dan berbagipengalaman seputar budayapolitik dan berdiskusi tentangmakna demokrasi sehinggapemahaman mengenai berpolitikmenjadi lebih profesional danbermakna menjadi fokuskeberadaannya. Ditempat iniakan dijumpai beberapa kegiatan

seperti kegiatan eskul lainnyadan zona online serta melibatkansiswa pada observasi-observasilapangan seputar masalahpilkada

Daftar Pustaka

Arfani, Riza Noer, 1996, DemokrasiIndonesia Kontemporer,Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Bambang, 2004, ”MenggagasPartisipasi Aktif Guru dalamPeta Politik Indonesia” MateriSeminar, Bandung.

Budiardjo Miriam, 1982, MasalahKenegaraan, Jakarta:Gramedia.

Budiyanto, 2002, Kewarganegaraan ,SMA Kurikulum 2004, Jakarta :Elangga

Hadi Sutrisno, 1990, MetodologiResearch. Yogyakarta : AndiOffset

J.W.Batawi, 2004, Guru dalam PartaiPolitik, makalah, tidakditerbitkan.

Koentjaraningrat, 1980, MetodePenelitian Sosial. Jakarta:Gramedia.

Panggabean, 1994, Pendidikan Politikdan Kaderisasi Bangsa,Jakarta: Sinar Harapan.

Polma M.Margaret, 1987, SosiologiKontemporer. Jakarta:Rajawali

Prijono Onny, 1987, KebudayaanRemaja dan Sub-KebudayaanDelinkuen, Jakarta: CSIS.

Rush, Michael dan Althoff, Philip(1990). Penganntar sosiologiPolitik, Jakarta: Rajawali Press.

Saripudin U, 2001, Jatidiri PendidikanKewarganegaraan SebagaiWahana Sistemik Pendidikan

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404 Agustus2013

Page | 52

Demokrasi ( Disertasi ). UPI :Program Pascasarjana.

Saripudin U.dkk, 2003, Materi danPembelajaran PKn SD, Jakarta:Pusat Penerbitan UniversitasTerbuka.

Suharsimi A, 1993, Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktek.Jakarta.

Suhartono, 2006, Tingkat KesadaranPemilih dalam Pemilu, (makalahtidak diterbitkan).