Jurnal Umami
-
Upload
tinny-sumardi -
Category
Documents
-
view
142 -
download
1
Transcript of Jurnal Umami
Rumput Laut untuk Flavor Umami dalam Masakan New Nordic
Abstrak
Penggunaan istilah ‘umami’ sebagai rasa dasar kelima dan untuk mendeskripsikan sensasi
kelezatan yang telah ditemukan pada masakan barat. Mekanisme molekul yang unik dibalik
sensasi umami adalah bagian yang dimengerti saat ini sebagai reaksi allosteris dari glutamat
dan reseptor umami 5’-ribonucleaotides. Para Chef sudah mulai menggunakan pengetahuan
ini untuk membuat hidangan lezat dengan menambahkan bahan-bahan lama maupun baru
yang memperkuat umami. Dalam paper ini yang kami ambil sebagai titik utama adalah
masakan tradisional Jepang, kaldu sup dashi sebagai ‘ibu’ umami dan menjelaskan
bagaimana dashi dapat dibuat dari rumput laut Nordic lokal, yaitu sugar kelp, rumput laut
coklat besar (Saccharina latissima) dan dulse rumput laut merah (Palmaria palmata), yang
dapat dikombinasikan dengan daging babi asap, daging ayam, atau jamur kering agar sinergi
dari rasa umami keluar. Kondisi optimal untuk mengekstraksi dashi dari rumput laut tersebut,
dan korespondensi glutamat, aspartan, dan alaninat dihitung secara kuantitatif serta
dibandingkan dengan ekstrak dashi Jepang dari rumput laut coklat konbu (Saccharina
japonica). Dashi dari dulse tercatat sebagai bahan yang berpotensi besar dalam masakan
New Nordic, biasa ditambahkan dalam makanan seperti eskrim, keju segar, dan roti.
Ringkasan Penulis untuk Para Chef
Dalam Buku yang kami review, konsep umami dan konteks sejarah kelezatannya serta
menjelaskan alasan-alasan baru dalam pengetahuan saintis dari persepsi sensorik umami dan
melibatkan reseptor rasa. Agen stimulus primer umami adalah komponen kimia glutamat
yang ditemukan dalam jumlah besar di rumput laut konbu dari jepang yang digunakan untuk
membuat kaldu sup dashi. Kami telah meneliti potensi rumput laut lokal Nordic, khususnya
sugar kelp dan dulse untuk membuat dashi, dan telah mengamati bahwa dulse mengandung
glutamat bebas yang tinggi sehingga bagus untuk flavor umami. Kami menjelaskan metode
yang dapat mengoptimalkan flavor umami menggunakan teknik sous-vide untuk
mengekstraksi rumput laut dan metode penggunaan dulse dashi sebagai resep konkret
pembuatan eskrim, keju segar, dan roti.
Background
Meskipun umami disarankan sebagai rasa dasar pada tahun 1908 oleh ahli kimia
Jepang, Kikune Ikeda, negara Barat sangat lambat dalam memanfaatkan umami. Umami
menjadi konstruksi verbal untuk mendeskripsikan esens kelezatan, (‘umai’ yang berarti lezat
dan ‘mi’ yang berarti esens, tardalam, atau rasa), istilah umami diciptakan oleh Ikeda untuk
menunjukkan keunikan dan sensasi rasa gurih yang pantas menjadi tingkat rasa dasar yang
kelima setelah empat rasa dasar klasik: asam, manis, asin, dan pahit. Pada dekade yang lalu,
sejalan dengan globalisasi dapur Asia dan khususnya dapur Jepang, umami biasa digunakan
untuk kuliner oleh para chef, dan makanan para saintis. Istilah umami sekarang telah masuk
ke dunia melalui resep masakan dan telah menjadi topik utama di buku-buku masak, bahkan
buku sains populer saat ini.
Berdasarkan pernyataan Ikeda, umami sebagai rasa spesifik komponen khusus,
monosodium glutamat (MSG), yang dia temukan dalam jumlah besar dengan bentuk kimia
bebas di salah satu kunci bahan yang ada dalam dashi, sebagai kaldu sup untuk semua sup
Jepang. Dashi dibuat dari ekstrak hangat rumput laut coklat konbu (Saccharina japonica)
yang besar dari Jepang. Ekstrak ini disebut konbhu dashi. Konbhu dashi kemudian
ditambahkan ke produk olahan ikan terbaik, katsuobushi sehingga awalnya disebut dashi
(ichiban dashi). Ikeda menemukan bahwa konbu mengandung sekitar 2 sampai 3 g MSG
bebas / 100 g berat kering konbu. Meskipun banyak makanan olahan dari produk fermentasi
khusus mengandung lebih banyak MSG dan bahkan lebih banyak daripada konbu, tanpa
pengolahan lain bahan organik mentah diketahui mengandung lebih banyak MSG bebas
daripada konbu. Terkait penambahan rantai MSG ke umami, Ikeda segera menayadari
pentingnya teknologi dalam penemuannya untuk memproduksi agen flavor buatan untuk
bahan makanan, ini yang menjadi awal pendirian perusahaan internasional Ajinomoto. MSG
sekarang digunakan seluruh dunia sebagai penambah flavor, potensiator, dan bahan tambahan
dengan ragam yang lebih luas dari berbagai bahan makanan. Di Eropa, dinyatakan sebagai
E621 pada label produk makanan.
Terdapat beberapa alasan umami dapat diterima dengan lambat sebagai rasa dasar di
dunia bagian barat. Pertama, karena berbeda dengan masakan Jepang, tidak ada bahan
tunggal yang umum pada masakan barat yang menyediakan sensasi yang jelas seperti umami
dari dashi, meskipun masakan barat mempunyai garam dapur (sodium chloride) untuk asin,
gula meja (sukrosa) untuk manis, kina untuk pahit, dan asam untuk masam. kedua, perbedaan
budaya yang berarti mendasari perbedaan mendeskripsikan rasa dan dapat menjadi sandi rasa.
Ketiga, sensasi rasa dari MSG murni umami berpengaruh sangat kuat antara manis dan asin.
Ini menjadi dasar yang membingungkan tentang MSG yang menjadi sumber rasa unik atau
pemerkuat rasa yang praktis. Kempat, pergeseran resistansi untuk menerima rasa dasar yag
baru tanpa ilmiah menimbulkan basis sensasi psikologi, kemungkinan juga telah menjadi
tugas tentunya antara para ahli sains pangan dan ahli neurofisiologi.
Sebuah terobosan datang pada tahun 2000 ketika reseptor umami pertama ditemukan:
reseptor rasa glutamat metabotropic – mGluR4, adalah dimer G protein- reseptor pasangan
yang terletak di ujung rasa membran sel. Rasa-mGluR4 adalah versi potongan yang diketahui
baik sebagai reseptor glutamat mGluR4 di otak, dan sensitif terhadap L-glutamat selektif.
Sejak itu, dua reseptor umami yang lain telah ditemukan: T1R1/T1R3 dan reseptor mGlu
khusus yang berhubungan dengan reseptor glutamat di otak, mGluR1. Sisanya belum jelas
apakah perbedaan reseptor umami menggunakan bagian sinyal yang berbeda.
Reseptor T1R1/T1R3 menjadi hal yang menarik untuk diinformasikan, berdasarkan
penggunaan umami di dapur secara molekuler. Perbedaannya, rasa mGluR4 hanya sensitif
pada L-glutamat, T1R1/T1R3 juga berstimulus kuat dengan 5’-ribonukleotida tertentu,
inosinat khusus (inosin-5’-monofosfat, GMP), ragam reseptor sinergis berpotensi yang
sensitif terhadap glutamat. Jenis ini bersinergis dengan rasa umami dan telah diketahui oleh
para fenomologis selama berabad-abad dalam masakan Jepang, dan ahli sains pertama yang
menemukan pada tahun 1957 adalah ahli kimia Jepang, Akira Kuninaka. Pengembangan
penemuan ini dikerjakan oleh Shintaro Kodama yang telah menemukan inosinat di
Katsuobushi. Kuninaka menemukan guanylate dari jamur shiitake kering dan inosinat dari
katsuobushi yang memiliki hubungan sinergis dengan glutamat di konbu. Kesinergisan
tersebut mendasari pembuatan dashi pada umumnya. Basis molekuler untuk sensasi umami
yang sinergis telah dinyatakan sebagai koperatif, ikatan allosteric glutamat dan
ribonulkleotida motif Venus flytrap pada bagian T1R1 dari reseptor kompleks T1R1/T1R3.
Umami juga mempengaruhi rasa lain, khususnya manis dan asin tetapi juga pahit, dan
hubungan khusus yang kompleks telah ditemukan antara reseptor umami dengan reseptor
manis dan pahit. Penambahan glutamat, L-aspartan (monosodium aspartan, MSA) juga
berkaitan dengan umami, tetapi dengan potensi yang masih kurang dan belum diketahui
mekanisme sensoriknya.
Meskipun kurang murni bila dibandingkan dengan masakan Jepang, masakan barat
juga menggunakan umami. Kebanyakan jenis makanan yang mengandung sejumlah MSG
bebas alami, yang paling dikenal adalah Marmite, saus ikan, keju keras matang seperti keju
Parmesan, keju biru, tomat kering oleh matahari, pasta teri, saus kedelai, cured ham, dan
sebagainya. Demikian pula sensasi sinergi umami juga digunakan pada masakan barat secara
berpasangan yang ekstensif, misalnya tomat dengan ikan teri, sayur dengan daging, telur
dengan daging babi bakar, kacang polong hijau dengan kerang, dan sebagainya.
Garis besar dari paper ini adalah sebagai berikut. Pertama, kami mendeskripsikan cara
membuat dashi dari konbu secara tradisional, kemudian kami berpindah untuk menjelaskan
spesies rumput laut yang menjadi bakal pembuatan dashi. Inti dari paper ini ditunjukkan pada
bagian penjelasan metode pembuatan dashi yang telah diperbarui, termasuk pembuatan
secara khusus dengan temperatur yang terkontrol. Kandungan glutamat bebas dan asam
amino lain pada ekstrak rumput laut yang berbeda telah disajikan dalam data. Selebihnya,
tiga resep konkret disiapkan untuk hidangan yang memanfaatkan dashi dan flavor umami
dari rumput laut merah spesies dulse yang ternyata melepaskan sejumlah besar glutamat
bebas. Pada bagian diskusi dan kesimpulan, kami menyajikan potensi dari penggunaan
spesies rumput laut dari perairan lokal Nordic dalam masakan New Nordic.
Dashi dari Rumput Laut
Masakan khas Jepang berkisar sekitar dashi yang dibuat dari konbu dan katsuobuhi.
Di dapur pure dengan vegetarian yang ketat, shojin ryori juga dikenal sebagai ‘enlightened
kitchen’, berasal dari Jepang abad 12, Katsuobushi diganti dengan shiitake kering. Konbu
mengandung glutamat dan shiitake mengandung guanylate untuk menggantikan inosinat dari
Katsuobushi. Reaksi sinergis umami bahkan lebih kuat dengan mengkombinasikan glutamat
dengan guanylate daripada hanya dengan inosinat.
Ada beberapa variasi konbu, dan semuanya dimiliki oleh alga agar Laminariales,
dengan Saccharina japonica menjadi spesies yang umum digunakaan untuk dashi. Kekuatan
Konbu termasuk ke dalam genus yang sama dengan sugar kelp (Saccharina lattisima). Konbu
dapat tumbuh dengan panjang maksimum 3-10cm. Kebanyakan konbu di pasar dunia untuk
konsumsi manusia dibudidayakan di garis pantai sekitar Jepang dan Cina. Setelah
pemanenan, konbu dikeringkan dengan bantuan matahari dan konbu kualitas terbaik
disimpan di ruang bawah tanah (kuragakoi) selama 1-10 tahun, dengan jangka penyimpanan
selama dua tahun . Selama penyimpanan, Rumputlaut akan masak dan menghasilkan flavor
ringan dan rasa yang tidak terlalu kuat, serta bau laut. Flavor umami dari dashi yang dibuat
dari konbu simpan dan masak akan nampak lebih jelas.
Konbu mengandung sejumlah besar asam amino bebas, hampir 80% sampai 90%
asam glutamat dalam bentuk MSG. Asam amino penting lainnya adalah alanin dan prolin,
yang memberi rasa manis pada rumput laut. Konbu tidak mengandung sedikitpun 5’-
ribonukleotida yang bersinergis dengan glutamat umami. Seringnya MSG bebas
berpresipitasi bersama dengan garam dan monnitol ke bentuk lapisan putih di permukaan
konbu kering dan simpan. Lapisan ini seharusnya tidak dihilangkan sebelum dashi diekstrak
dari konbu karena lapisan ini mudah larut dalam air dan menjadi kombinasi dalam flavor
umami, asin dan manis. Manitol adalah rasa manis gula alkohol sekitar 60% relatif lebih
manis daripada gula meja (sukrosa). Mannitol sering ditemukan di famili Saccharina dalam
jumlah besar khususnya di sugar kelp. Konbu mengandung 2-3 g MSG bebas per 100 g berat
kering. Kecuali selain pulp dari tomat matang, konbu kemungkinan sau-satunya jenis bahan
makanan yang dengan jumlah sedikit dalam pengolahan dapat menimbulkan glutamat bebas
dalam jumlah yang cukup.
Banyak variasi yang berbeda dari konbu Jepang, makonbu, rausu-konbu, dan rishiri-
konbu yang dianggap sebagai ekstrak dashi terbaik dan menyebabkan dashi yang sangat
ringan dengan suatu rasa yang kompleks dan ringan. Ma-konbu adalah konbu dengan
sejumlah besar glutamat, 3.200 mg/100 g, rausu-konbu 2.200 mg/100 g, dan rishiri-konbu
2.000 mg/100 g. Kualitas terendah, hidaka-konbu 1.300 mg/100 g. Tuas rumput laut merah
(Porphyra yezoensis) digunakan untuk membuat nori memiliki kandungan yang dapat
dibandingkan, 1.378 mg/100 g, wakame (Undaria pinnatifida) sangat kecil, 9 mg/100 9g.
Sifat luarbiasa dari konbu kering dan simpan sama bagusnya dengan rumput laut lain,
yang memiliki glutamat bebas dalam jaringannya dan dapat berpindah ke air dengan agak
ringan, proses ekstraksi yang hangat hanya melibatkan air. Meskipun ada variasi substansi
dari cara para chef membuat konbu dashi, resep yang umum digunakan hanya merendam
konbu kering dalam air dengan temperatur ruang (biasanya menggunakan 10 g konbu kering
per liter air) selama setengah jam, pemanasan di waterbath dengan suhu 100oC dan
kemudian dengan cepat mengangkatnya sebelum menimbulkan komponen pahit. Selama
prosedur ini, hanya sejumlah kecil dari total glutamat bebas lepas ke air. Konbu dashi atau
ichiban dashi dibuat dengan menggunakan resep tradisional Jepang yang mengandung sekitar
20-30 mg glutamat per 100 g ekstrak dashi encer. Proses ekstraksi dapat dioptimalkan dalam
kondisi yang bervariasi seperti temperatur ekstraksi dan kemungkinan kualitas (kekerasan) air
yang digunakan untuk ekstraksi. Kami akan membahas optimasi pembuatan dashi dalam
paper ini dan menunjukkan bahwa ekstraksi rumput laut dalam temperatur rendah tetapi
dalam jangka waktu yang lebih lama, lebih memiliki karakter flavor dashi dengan tingkat
lebih tinggi secara signifikan dari glutamat sebaik aspartan yang dapat diperoleh.
Meskipun konbu adalah jenis rumput laut yang mengandung persentase glutamat
bebas terbesar, rumput laut lain juga mengandung flavor umami meskipun dengan kandungan
glutamat yang lebih sedikit. Laver (Porphyra spp.) yang digunakan untuk membuat lembaran
nori yang disebut maki-zushi mengandung komponen glutamat bebas yang besar serta
inosinat dan guanylat, yang memperkuat flavor umami dalam masakan sushi. Kenyataannya,
nori hanya rumput laut yang berkontribusi kaldu dasar (glutamat) dan sinergis (nukleotida)
flavor umami.
Sampai sekarang, sejumlah penelitian kecil telah dilaporkan dalam penggunaan
rumput laut lain selain konbu untuk pembuatan dashi, meskipun dikenal baik sebagai rumput
laut yang memberi flavor kelezatan umum makanan, penggunaan rumput laut untuk
konsumsi manusia berkembang lebih kecil di dunia bagian barat. Untuk meneliti potensi
penggunaan rumput laut lokal dari perairan sekitar negara Nordic dalam pembuatan dashi dan
flavor umami, kami telah melakukannya dengan penelitian gastronomic sains secara
kuantitatif dan kualitatif pada ekstrak dashi dari rumput laut coklat, sugar klep (Saccharina
latissima), dan rumput laut merah, dulse (Palmaria palmata). Beberapa penelitian
sebelumnya telah dilakukan dengan menggunakan rumput laut merah ‘graceful red weed’
(Gracilaria verrucosa). Untuk perbandingan, kami telah mempelajari juga dashi khas yang
dibuat dari ragam kualitas konbu Jepang (Saccharina japonica). Penelitian kami berdasarkan
dari upaya untuk meneliti potensi gastronomic dari rumput laut lokal untuk masakan New
Nordic.
Rumput Laut
Sugar Kelp (Saccharina latissima)
Rumput laut coklat (kelp) jenis Laminariales, sugar klep (Saccharina latissima) kaya
yodium dan mineral lain seperti potasium, kalsium, mangan, dan besi. Umumnya terletak di
zona sublitoral laut dingin di Samudra Atlantik Utara, dan memiliki flavor yang lebih kuat di
samudra. Namanya berasal dari rasa manis yang jelas karena sejumlah besar gula alkohol
mannitol. Sugar kelp dapat melepas polisakarida ekstraseluler, seperti alginat yang mudah
larut dalam ekstraksi dengan air, membuat kekentalan untuk sebagian besar gastronomic.
Jaringan sugar kelp lebih kuat daripada konbu.
Pada penelitian terbaru, kami menggunakan sugar kelp yang dibudidayakan di
Denmark. Sampel yang muda maupun tua dipanen dan sebelum digunakan untuk dashi,
dikeringkan dulu. Sampel juga disimpan dan dituakan selama beberap waktu sebelum
digunakan.
Dulse (Palmaria palmata)
Dulse (Palmaria palmata) merah, adalah rumput laut intertidal yang terkenal dalam
masakan tradisional Irnaldia, Skotlandia, dan Islandia, serta negara-negara di sepanjang
pantai Amerika Utara. Umumnya di Samudra atlantik, dapat tumbuh hingga 50 cm. Talusnya
ungu tipis dan lembut, dengan polisakarida yang lebih sederhana daripada rumput laut coklat
yang mempunyai dulse dengan flavor lebih lembut dan tekstur lebih lembut. Ketika
dikeringkan, dulse berkembang menjadi petunjuk adanya akar manis dan asap, serta ketika
dipanggang memiliki rasa pedas. Meskipun dulse tampak sebagai salah satu rumput laut
dengan potensi yang menarik untuk diaplikasi oleh ahli masak, tetapi menjadi sedikit
mengejutkan ketika digunakan dalam masakan modern.
Penelitian baru ini, kami menggunakan jenis suplai yang berbeda dari dulse. Sebagian
dipanen di perairan liar Islandia, dan sebagian lagi dibudidayakan di Denmark. Semua sampel
dikeringkan sebelum digunakan. Sampel khusus memiliki bentuk isotropik karena tumbuh
lepas di kolam dengan air yang terus bergerak dan berpusar. Ini berbeda dengan dulse alami
yang tumbuh di substrat dasar laut yang biasanya bergerak menurut arah, berbentuk seperti
pohon dengan bentuk tangan, sehingga dinamai dengan nama latin palmata.
Graceful red weed (Gracilaria verrucosa)
Rumput laut berserabut merah ini juga disebut ‘sea moss’ (lumut laut) karena talusnya
seperti benang yang tipis, tidak digunakan untuk masakan barat. Secara tradisional digunakan
sebagai sayur laut sebagai contohnya di Hawai dan Jepang, rumput laut ini disebut ogonori.
Gracilaria sumber dari agar yang digunakan sebagai bahan pengental. Akhir-akhir ini,
rumput laut merah telah membuat jalan ke perairan Nordic, di mana ia dianggap sebagai
salah satu spesies invasi yang mengancam kehidupan laut dalam negeri. Dalam penelitian ini,
kami menggunakan Gracilaria yang dibudidayakan di Denmark, dan semua sampel
dikeringkan sebelum digunakan.
Konbu (Saccharina japonica)
Konbu adalah rumput laut coklat besar yang dibudidayakan dalam jumlah besar di
Cina dan Jepang, serta beberapa negara lain. Di negara-negara Asia, bahan baku ini
umumnya digunakan untuk masakan tradisional sebagai sayur laut dan bahan baku dashi, dan
juga digunakan dalam jumlah banyak untuk mengolahnya menjadi produk-produk konvu.
Konbu dihargai karena flavor umaminya yang ringan dan menarik karena teksturnya yang
lembut, meskipun cukup tebal talusnya. Seperti sugar kelp, konbu juga tinggi yodium.
Mengeluarkan sedikit polisakarida dibanding sugar kelp ketika diekstrak dengan air dan
menghasilkan dashi dengan warna yang cerah mirip cairan ke dalam air murni. Dalam
penelitian ini, kami menggunakan dua suplai komersial dari dua kualitas konbu Jepang
berbeda yang dikeringkan: kualitas pertama rausu-konbu dan kualitas kedua hidaka-konbu.
Hasil
Dashi dari rumput laut disiapkan untuk materi dan metode. Dashi konbu berwarna
sangat cerah, dashi ichiban lebih gelap akibat warna dari fermentasi katsuobushi dan dashi
dulse memiliki warna ungu cerah.
Perbedaan jenis bahan baku dashi meemberikan perbedaan warna dan flavor yang
agak signifikan. Warna dan flavor dari dashi sugar kelp berbeda menurut umur rumput laut
dan masa sorus sugar kelp. Sorus mengandung sporofil yang merupakan organ reproduksi
rumput laut. Dashi yang dibuat dari sorus lebih sedikit berflavor dan berwarna lebih cerah
dibanding yang tidak dalam siklus reproduksi. Semua dashi dari sugar kelp bersifat liat.
Sedangkan dulse, ada perbedaan nyata antara dashi dari rumput laut segar dan yang telah
disimpan. Ini terbukti dari penampakan bahan aslinya. Rumput laut simpan menghasilkan
lebih banyak garam (termasuk glutamat) di permukaan talusya yang agak mencolok, serta
rasanya jauh lebih kuat dan kompleks. Sehingga kami dapat menyimpulkan bahwa proses
penyimpanan sangat penting untuk rasa superior dan metode yang dilakukan untuk
menghasilkan konbu berkualitas tinggi.
Perbedaan dashi yang dibuat dari dua jenis konbu sangat tampak dari rasanya.
Hidaka-konbu menghasilkan dashi dengan rona kehijauan, bau yang menggugah selera
sehingga memiliki istilah ‘sayur laut’ (sea vegetable). Rasanya asin, dengan suasana sayur
yang agak metalik. Bedanya, dashi rausu berwarna emas dan rasanya hampir sama dengan
kaldu ayam. Rasa ini diperkuat ketika kami mereduksi rausu-dashi ke dalam dehidrator 60oC,
dan hasilnya menjadi pipih dan krispi. Menggigit serpihannya hampir sama rasanya dengan
menggigit bouillon cube. Kelihatannya hanya Konbu-dashi yang cocok untuk dibuat dashi
dengan proses ini. Dashi yang didehidrasi dari jenis yang lain menjadi pahit, atau tidak bisa
benar-benar kering dan tetap lengket.
Pembuatan dashi yang berbeda dengan sampel rumput laut kering yang berbeda
dianalisa kandungan asam amino dan bentuknya, terutama glutamat dan aspartannya yang
menimbulkan flavor umami, serta alaninat yang menimbulkan rasa manis. Hasilnya
ditunjukkan dalam tabel 1. Gambar 5 menunjukkan bentuk asam amino untuk dua jenis dashi
yang dibuat dari rausu-konbu dan dulse secara respektif. Kami akan kembali mendiskusikan
ini pada bagian diskusi dan membandingkan dashi yang dibuat dari rumput laut yang berbeda
sebagai pembeda untuk menggunakan teknik ekstraksi yang berbeda.
Data dari tabel 1 mengacu pada ekstraksi dengan teknik yang telah dijelaskan dalam
paper ini dan dijelaskan dalam materi dan metode. Perlu dicatat bahwa jumlah yang tepat dari
asam amino dapat tergantung dari sampel, dan bar eror yang dikutip dalam tabel 1 hanya
menggambarkan ketidakpastian dalam memperkirakan analisa asam amino sebenarnya. Dari
data diketahui bahwa rausu-konbu melepaskan sejumlah besar glutamat bebas dan aspartan,
tapi dengan alaninat yang agak rendah. Hidaka-konbu menghasilkan glutamat dan aspartan
hampir setengahnya dari rausu-konbu. Perbedaan umami ini-menghasilkan asam amino yang
menggambarkan sensasi rasa yang kualitatif yang telah dijelaskan di atas dan menjelaskan
mengapa rausu-konbu dianggap superior dibanding hidaka-konbu untuk menghasilkan dashi.
Perbedaannya dalam komponen rasa umami, dua jenis konbu melepas kandungan alaninat
yang sama.
Alaninat keluar saat diekstraksi dalam suhu 60oC dan 100oC menyebabkan hasil yang
sama dengan konsentrasi glutamat, aspartan, dan alaninat di konbu dashi. Juga kelembutan
air tidak terlalu berpengaruh pada konsentrasi dari tiga asam amino pada ekstrak dashi yang
telah dipelajari.
Dashi yang dibuat dari sugar kelp, tabel 1 menunjukkan dashi dari sugar kelp yang
mengandung sedikit asam amino bebas dan hasilnya tergantung apakah menggunakan dengan
temperatur 60oC dan 100oC. Jumlah yang dapat kami temukan sangat rendah, tanpa
tergantung dengan penyimpanan sugar kelp, apakah masak atau tidak, dan apakah terkandung
sorus atau tidak.
Tabel 1. Ekstraksi Glutamat, Aspartan, dan Alaninat dari Rumput laut Kering.
Rumput lautEkstrak glutamat
(mg/100 g)Ekstrak aspartan
(mg/100 g)Ekstrak alaninat
(mg/100 g)Rausu-konbu (budidaya, Jepang) 145±5 85±15 20±3Hidaka-konbu (budidaya, Jepang) 70±15 40±20 20±10Sugar kelp (budidaya, Danish) 3±3 3±2 7±4Dulse (budidaya, Danish) 40±10 27±8 25±6Dulse (liar, Islandia) 10±5 11±2 12±2Graceful red weed (budidaya, Danish) 6 1 4Semua ekstraksi dari 10 g rumput laut kering dan 500 ml air yang diekstraksi dalam 45 menit vakum, diseal dan diletakkan pada waterbath dengan temperatur yang konstan dengan temperatur ekstraksi. Jumlah ekstrak asam amino mengacu pada konsentrasi dihitung pada ekstrak encer spesifik. Kutipan konsentrasi menunjukkan asam amino dalam bentuk deproton. Kutipan bar eror menunjukkan keragaman lebih dari dua sampai lima tergantung pengukuran (kecuali graceful red wed, yang hanya satu pengukuran terbentuk). Perlu dicatat jumlah asam amino yang tepat untuk dihitung dapat menjadi sampel kontrol dan kutipan bar eror hanya menunjukkan perkiraan yang tidak pasti dengan analisa asam amino sebenarnya.