Jurnal Tht

17
Studi Banding Khasiat Fludrokortison vs Glukokortikoid dan Vasodilator dalam Pengobatan Gangguan Pendengaran Idiopatik Sensorineural Koklea Abstrak Pendahuluan dan Tujuan : Gangguan pendengaran idiopatik sensorineural koklea adalah salah satu defisit sensorik manusia yang paling sering dan tidak ada terapi obat khusus untuk itu. Pemulihan pendengaran mungkin berkaitan dengan pembentukan kembali homeostasis ion normal dari kontrol endolymph oleh mineralokortikoid sebagaimana bisa ditunjukkan dalam eksperimental. Tujuan dari uji klinis ini adalah untuk mengkonfirmasi kemanjuran mineralocorticoids untuk pemulihan tingkat pendengaran pada pasien yang menderita gangguan pendengaran idiopatik sensorineural terhadap glukokortikoid dan obat-obatan vasodilator. Bahan dan Metode: Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan dan melibatkan 90 pasien yang dialokasikan ke dalam empat kelompok yang berbeda: kelompok Placebo, terdiri dari 20 pasien (10 laki-laki dan 10 perempuan); kelompok yang terdiri dari 22 pasien yang diobati dengan terapi glukokortikoid (12 1

description

telinga hidung tenggorokan

Transcript of Jurnal Tht

Page 1: Jurnal Tht

Studi Banding Khasiat Fludrokortison vs Glukokortikoid dan Vasodilator

dalam Pengobatan Gangguan Pendengaran Idiopatik Sensorineural

Koklea

Abstrak

Pendahuluan dan Tujuan : Gangguan pendengaran idiopatik sensorineural koklea

adalah salah satu defisit sensorik manusia yang paling sering dan tidak ada terapi obat khusus

untuk itu. Pemulihan pendengaran mungkin berkaitan dengan pembentukan kembali

homeostasis ion normal dari kontrol endolymph oleh mineralokortikoid sebagaimana bisa

ditunjukkan dalam eksperimental. Tujuan dari uji klinis ini adalah untuk mengkonfirmasi

kemanjuran mineralocorticoids untuk pemulihan tingkat pendengaran pada pasien yang

menderita gangguan pendengaran idiopatik sensorineural terhadap glukokortikoid dan obat-

obatan vasodilator.

Bahan dan Metode: Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan dan melibatkan 90

pasien yang dialokasikan ke dalam empat kelompok yang berbeda: kelompok Placebo, terdiri

dari 20 pasien (10 laki-laki dan 10 perempuan); kelompok yang terdiri dari 22 pasien yang

diobati dengan terapi glukokortikoid (12 laki-laki dan 10 perempuan); kelompok yang diobati

dengan terapi mineralokortikoid mencakup 26 pasien (13 laki-laki dan 13 perempuan) dan

kelompok vasodilator yang dibentuk oleh 22 pasien (12 laki-laki dan 10 perempuan). Tingkat

gangguan pendengaran diperkirakan dengan tes Liminal Tone Audiometry (LTA) dan

Auditory Brainsteam Response (ABR).

Hasil: Fitur utama dalam penelitian ini adalah respon yang secara keseluruhan lebih

baik dalam meningkatkan tingkat pendengaran dengan terapi mineralokortikoid. Peningkatan

di tingkat mendengar lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria, dan respon yang lebih

tinggi ditemukan pada telinga kiri terlepas dari jenis kelamin pasien.

1

Page 2: Jurnal Tht

Kesimpulan: Peningkatan pendengaran secara signifikan unggul dalam kelompok

mineralokortikoid diikuti oleh kelompok glukokortikoid sedangkan respon vasodilator adalah

lebih rendah dan tanpa signifikansi statistik.

Kata kunci : Gangguan pendengaran idiopatiksensorineural koklea, Liminal Tone

Audiometry (LTA) dan Auditory Brainsteam Response (ABR)

1. Pendahuluan

Gangguan pendengaran sensorineural adalah defisit sensorik manusia yang sering

muncul dalam populasi orang dewasa dan menyebabkan perubahan serius pada fungsi

pendengaran pada pasien akibat kerusakan yang mendasari di telinga bagian dalam atau di

jalur saraf [1] [2].

Patogenesis SNH adalah multifaktorial dan mencakup penyebab intrinsik

(predisposisi genetik, auto imun, pembuluh darah) dan penyebab ekstrinsik (beracun, infeksi,

degeneratif, trauma dan neoplastik). Hal ini tidak mungkin diketahui secara persis apa yang

menyebabkan kerusakan pada telinga bagian dalam, sehingga mengakibatkan transduksi

koklea dan transmisi sinyal akustik [1] - [3].

Tidak ada terapi obat khusus untuk gangguan pendengaran sensorineural [2] [3].

Mayoritas pendekatan terapi berfokus pada uji coba dengan terapi yang bertujuan untuk

mengendalikan patogenesisnya [4] - [9]. Baru-baru ini sebuah hipotesis baru telah terkait dengan

penurunan pendengaran tingkat di patologi ini untuk ketidakseimbangan konsentrasi ion dari

telinga bagian dalam, dan pemulihan koklea homeostasis ion, sebagai konsep kunci untuk

mencapai pemulihan pendengaran [8].

Sekitar 25 tahun yang lalu, diketahui bahwa ada reseptor kortikoid di telinga bagian

dalam, di kedua bentuk glukokortikoid dan mineralokortikoid [10] [11], dan juga di neuron Corti

2

Page 3: Jurnal Tht

dan SSP [12]. Eksperimental, telah menunjukkan bahwa mineralokortikoid terutama terlibat

dalam regulasi ionik koklea [13] [14].

Sampai saat ini, kita mengetahui efeknya melalui beberapa hewan percobaan yang

telah dilakukan oleh beberapa peneliti [13] - [15], tapi kita tidak tahu studi klinis tentang hal itu.

Tujuan dari makalah ini, sebagai hasil dari eksperimen ini, adalah untuk

mempertahankan penggunaan obat mineralokortikoid untuk meningkatkan tingkat

pendengaran pada pasien dewasa dengan gangguan pendengaran idiopatik sensorineural.

2. Bahan dan metode

2.1 Dukungan keuangan

Uji klinis ini didanai oleh Institut Kesehatan Carlos III setelah panggilan dibuat untuk

proyek klinis non-komersial pencarian obat pada manusia, dan dibiayai oleh Dana

Pembangunan Daerah Eropa.

2.2 Ukuran Sampel

Penelitian ini melibatkan total 90 pasien yang telah didiagnosis menderita gangguan

pendengaran idiopatik bilateral sensorineural koklea (180 telinga dipelajari).

2.3Penelitian pada Pasien

Sebanyak 90 pasien dibagi menjadi kelompok plasebo dan kelompok perlakuan dan

diperlakukan selama tiga bulan.

Para pasien berasal dari dua rumah sakit universitas besar di "daerah otonom The

Canaries" yang telah didiagnosis menderita gangguan pendengaran idiopatik sensorineural.

Mereka dievaluasi oleh profesional perawatan kesehatan yang sama, dan pemantauan rutin

dilakukan oleh dokter yang sama.

3

Page 4: Jurnal Tht

Untuk mengambil bagian dalam studi ini, itu diperlukan bahwa pasien tidak

mengambil vasodilator atau steroid pada saat itu dan setidaknya dalam tiga bulan sebelum

dimulainya pengobatan. Semua pasien diberitahu kelemahan potensi terapi dan secara

sukarela setuju untuk berpartisipasi. Semua dipelajari lagi dengan gadolinium MRI untuk

menyingkirkan patologi di sudut pontine.

Usia pasien berkisar antara 19 dan 71 tahun, 43 adalah perempuan dan 47 laki-laki

(Gambar 1 dan Gambar 2). Semuanya menderita bilateral sensorineural, tetapi tidak simetris,

gangguan pendengaran. 85,5% lebih tua dari 50 tahun (Tabel 1). Para pasien dipasangkan

berdasar usia, jenis kelamin dan tingkat gangguan pendengaran.

Desain yang dipakai adalah pengambilan acak tunggal sebagai referensi kelompok plasebo.

2.3.1 Kelompok Perlakuan

Pasien dalam percobaan dibagi menjadi 4 kelompok standar secara acak (Gambar 1

dan Gambar 2).

1) kelompok plasebo, terdiri dari 20 pasien, (10 dari setiap jenis kelamin), 2)

kelompok lain terdiri ari 22 pasien diobati dengan glukokortikoid, deflazacort, (10 wanita dan

12 pria) dengan dosis 6 mg / 12 jam, 3) kelompok terdiri dari 26 pasien diobati dengan

mineralokortikoid, fludrokortison, (13 wanita dan 13 pria) dengan dosis 0,1 mg / 12 jam, dan

kelompok terakhir 4) diobati dengan vasodilator, nimodipin, terdiri dari 22 pasien, (10 wanita

dan 12 laki-laki) dengan dosis 30 mg / setiap 8 jam.

Terapi tersebut bersifat individu dan dikendalikan untuk setiap pasien, dan dosis yang

digunakan adalah konsentrasi khasiat minimal antara margin minimal efektivitas, menurut

literatur [8].

Hasil pada akhir percobaan dianalisis dalam kaitannya dengan telinga yang dipelajari,

usia pasien, jenis kelamin dan obat yang digunakan.

4

Page 5: Jurnal Tht

2.3.2 Metodologi

1) Evaluasi tingkat pendengaran Basal

Awalnya semua pasien dievaluasi menggunakan Liminal Tone Audiometry (LTA) dan

Auditory Brainsteam Response (ABR) setiap 15 hari selama dua bulan pertama dan pada akhir

penelitian.

Diagnosis gangguan pendengaran sensorineural dan derajat tingkat pendengaran

diadakan sesuai dengan kriteria yang diadopsi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) [2].

Kebanyakan memiliki nada Audiometri liminal dengan penurunan yang lebih besar

pada frekuensi tinggi, ABR tidak menunjukkan keterlibatan retrocochlear, tanpa kenaikan

dalam interval IN, dan pola gangguan pendengaran koklea. Kami menggunakan hilangnya

gelombang V untuk membandingkan gradasi pendengaran sehubungan dengan audiometri

nada liminal.

Gradasi tingkat pendengaran pasien diperkirakan di kisaran frekuensi percakapan

sebagai berikut: kerugian ringan: <35 dBs; kerugian moderat:> 35 dBs dan <50 dBs; sedang-

berat:> 50 dBs dan <60 dBs; berat:> 60 dBs dan <75 dBs dan mendalam:> 75 dBs. Hasil

pengukuran akhir didasarkan pada rata-rata antara pengukuran diperoleh dengan

menggunakan LTA (Liminal Tonal Audiometry), hanya dalam frekuensi percakapan, dan

yang dicapai oleh ABR (Auditory Brainstem Response).

Kemanjuran pengobatan dicapai relatif untuk setiap obat dan dengan menyilangkan

hasil dengan penggunaan obat yang berbeda.

3. Analisis Statistik

Statistik deskriptif univariat dan bivariat telah dilakukan berdasarkan jenis kelamin,

usia, telinga yang terkena dan derajat gangguan pendengaran.

5

Page 6: Jurnal Tht

Metode statistik The Bonferroni(beberapa perbandingan) digunakan untuk

membandingkan efektivitas antara obat yang berbeda.

4. Hasil

Sebanyak 90 pasien yang diteliti, 19-70 tahun. Sekitar 86% dari mereka yang lebih

tua dari 50 tahun (Tabel 1).

Dalam semua kelompok didominasi kehilangan pendengaran asimetris (Tabel 2).

Terutama telinga kiri menunjukkan gangguan pendengaran yang parah dan dalam

(27,35%) dibandingkan dengan telinga kanan (20,64%) sedangkan telinga kanan

menunjukkan prevalensi tinggi gangguan pendengaran sedang-berat (78,35%) dibandingkan

dengan telinga kiri (72,72% ) (Tabel 3).

Setelah pengobatan, telinga kiri mengalami peningkatan yang lebih tinggi dalam

percobaan (Gambar 3) terlepas dari jenis kelamin pasien (Gambar 4). Peningkatan ini lebih

jelas pada kelompok fludrokortison (Gambar 5, Tabel 4). Ada respon yang lebih baik pada

wanita dibandingkan pada pria, pada semua kelompok (Gambar 4).

4.1 Karakteristik berdasar Kelompok

4.1.1 Kelompok Plasebo

Kelompok ini terdiri 20 orang, 10 laki-laki dan 10 perempuan (Gambar 1 dan Gambar

2), yang menunjukkan gangguan pendengaran sensorineural bilateral (Tabel 2).

Telinga kanan: ringan sampai sedang pada 15 orang (75%), dan sedang sampai berat

pada 5 orang (25%). Di telinga kiri: hilangnya pendengaran ringan-sedang pada 6 pasien

(30%), sedang-berat pada 6 pasien (30%) dan berat pada 8 pasien (40%) Variasi dalam

tingkat pendengaran pada akhir penelitian adalah 0,6 dBS untuk telinga kanan, dan 0,9 dBs di

kiri (Gambar 5).

6

Page 7: Jurnal Tht

4.1.2. Kelompok Pasien di Reatea dengan Deflazacort

Kelompok ini terdiri dari 22 pasien, 12 pria dan 10 wanita, dengan gangguan

pendengaran sensorineural bilateral (Tabel 2).

Di telinga kanan: ringan sampai moderat pada 10 pasien (45%), sedang sampai berat

pada 5 pasien (22,7%), berat pada 5 pasien (22,7%) dan mendalam pada 2 pasien (9,6%). Di

telinga kiri: ringan sampai sedang pada 14 pasien (63,6%), sedang sampai berat pada 3 pasien

(13,6%), berat pada 3 pasien (13,6%) dan mendalam pada 2 pasien (9,2%).

Pada pasien-pasien ini kami menemukan perolehan dari 6,7 dBs di telinga kanan dan 9,2 dBs

di telinga kiri (Gambar 5).

4.1.3. Kelompok yang Diobati dengan Fludrokortison

Kelompok ini terdiri dari 26 pasien, 13 pria dan 13 wanita menunjukkan gangguan

pendengaran sensorineural bilateral (Tabel)

Telinga kanan: ringan sampai sedang di 16 kasus (61,5%), sedang sampai berat pada

3 kasus (11,6%) dan berat di 7 kasus (26,9%).

Di telinga kiri: hilangnya ringan sampai sedang pada 18 pasien (69,2%), sedang

sampai parah di 3 kasus (11,6%), berat di 4 kasus (15,3%) dan mendalam dalam 1 kasus

(3,9%).

Kami menemukan perolehan pendengaran rata-rata sekitar 9,6 dBs di telinga kanan,

dan 12,8 dBs di telinga kiri (Gambar 5).

4.1.4. Kelompok Diobati dengan Nimodipine

Terdiri dari 22 orang, 12 laki-laki dan 10 perempuan, yang menderita gangguan

pendengaran sensorineural binaural (Tabel 2).

7

Page 8: Jurnal Tht

Di telinga kanan kehilangannya adalah: ringan sampai sedang pada 12 pasien (54,5%)

sedang sampai parah di 4 pasien (18,1%) yang parah di 4 pasien (18,1%) dan mendalam pada

2 pasien (9,3%). Di telinga kiri kehilangannya adalah: ringan sampai sedang pada 14 pasien

(63,6%), sedang sampai berat pada 2 pasien (9,3%) dan berat di 6 (27,1%).

Pada akhir penelitian kami menemukan peningkatan rata-rata 4,5 dalam dB untuk

telinga kanan dan 3.0 dB untuk telinga kiri (Gambar 5).

4.2. Penilaian Akhir dari Hasil Dicapai

Estimasi perolehan pendengaran dicapai pada akhir penelitian yang dibandingkan

dengan kelas pendengaran awal, dilakukan secara individual untuk setiap telinga (Gambar 3),

jenis kelamin (Gambar 4) dan masing-masing dari obat yang digunakan (Gambar 5).

Dengan studi Bonferroni kami memverifikasi khasiat obat yang berbeda, dicapai

dengan beberapa perbandingan di antara mereka.

4.3. Penilaian dari Efek Samping

Secara keseluruhan tidak ada efek samping, hanya sedikit tekanan darah pada 3 pasien

yang diobati dengan deflazacort (13,6%) dan 7 pasien yang diobati dengan fludrokortison

(26,8%). Peningkatan tekanan darah telah dinormalkan menggunakan obat diuretik thiazidic.

5. Diskusi

Gangguan pendengaran adalah salah satu dari enam kontributor utama untuk beban

penyakit di negara-negara industri, dan itu adalah salah satu kondisi yang paling parah yang

merusak kualitas hidup bagi mereka yang menderitanya [2] [3].

Ada dua bentuk gangguan pendengaran: konduktif dan sensorineural. Bentuk terakhir

yang dihasilkan adalah baik kerusakan pada sel-sel sensorik dari telinga bagian dalam, ke

8

Page 9: Jurnal Tht

gangguan dalam homeostasis-atau koklea dari penyakit yang berbeda yang mempengaruhi

saraf koklea (termasuk sinapsis nya) [2].

Gangguan idiopatik pendengaran sensorineural dominan pada orang dewasa setengah

baya, dan itu merata berdasarkan jenis kelamin [1] [2], meskipun, dalam penelitian ini, kami

menemukan prevalensi lebih tinggi non-signifikan pada laki-laki (Gambar 1 dan Gambar 2).

Gangguan pendengaran konduktif memiliki berbagai kemungkinan pengobatan,

sedangkan tidak ada terapi obat khusus untuk gangguan pendengaran sensorineural, terlepas

dari pendekatan gejala dengan keberhasilan moderat [2] - [7].

Salah satu alasan utama untuk tidak adanya alat khusus untuk menyembuhkan atau

mencegah SNHL adalah pengetahuan yang cukup tentang mekanisme molekuler dasar

normal dan gangguan pendengaran dewasa, sehingga langkah-langkah terapi berfokus pada

pemulihan tingkat mendengar dengan mencoba mengontrol patogenesis nya [1] - [9].

Hipotesis berpendapat, dalam kasus kehilangan pendengaran mendadak, dan

gangguan pendengaran sekunder terhadap trauma akustik, adalah bahwa hal itu disebabkan

oleh perubahan terhadap hemodinamik dari tingkat koklea yang berakhir cedera iskemik,

yang dapat dikendalikan dengan obat vasodilator [5 ] [6]. Terapi ini yang kita gunakan, berpikir

bahwa beberapa faktor dapat memiliki implikasi patogenetik, tidak menunjukkan sisi efektif

untuk pemulihan mendengar.

Ada bukti yang didokumentasikan tentang penggunaan steroid dalam pengobatan

patologi dari telinga bagian dalam dan juga telah dibuktikan oleh penelitian yang berbeda

yang menunjukkan bahwa ada sejumlah besar reseptor steroid di telinga bagian dalam, tidak

hanya di neuron nya tetapi juga di organ corti di sini terutama terkonsentrasi di vaskularis

stria koklea yang misinya adalah bahwa mengatur keseimbangan ion endolimfatik.

Telah dibuktikan oleh Trune dkk. [13], di tikus autoimun, yang mineralokortikoid

adalah regulator kunci dari keseimbangan ini dan atas dasar ini banyak penelitian advokat

9

Page 10: Jurnal Tht

untuk glukokortikoid sebagai terapi yang efektif untuk pasien yang menderita kekebalan

menengah atau proses tuli inflamasi, sedangkan mineralokortikoid harus digunakan dalam

pengobatan idiopatik atau tuli yang tidak didefinisikan dengan baik [13] - [15].

Berdasarkan temuan ini, dan dengan bukti bahwa pemulihan pendengaran dengan

pengobatan steroid adalah karena peningkatan transportasi stria natrium-kalium, untuk

membangun kembali jumlah ionik normal dalam endolymph, penelitian kami bertujuan untuk

menunjukkan apakah hal itu memiliki aplikasi dalam klinis Model.

Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan kemanjuran mineralokortikoid pada

pasien yang menderita gangguan pendengaran idiopatik koklea dan menarik kontras dengan

glukokortikoid dan juga dengan obat vasodilator.

Pada semua pasien yang dirawat kami mengamati perolehan di pendengaran binaural,

lebih besar pada kelompok yang diobati dengan steroid dibandingkan kelompok yang diobati

dengan vasodilator, dan jauh lebih signifikan dengan mineralokortikoid (Gambar 5, Tabel 4).

Kami menemukan respon yang lebih baik pada wanita, dan pemulihan mendengar

lebih besar di telinga kiri (Gambar 3 dan Gambar 4). Kami tidak bisa memberikan

pembenaran untuk hasil tersebut.

Pada semua pasien,efek samping tekanan darah dengan mudah diatur dengan

pengobatan thiazide.

6. Kesimpulan

Terapi mineralokortikoid efektif untuk digunakan dalam meningkatkan fungsi

pendengaran pada pasien dengan HNS idiopatik dengan pola BRA koklea.

Penggunaannya memberikan hasil yang signifikan secara statistik, lebih tinggi dari

yang diamati dengan penggunaan glukokortikoid. Obat vasodilator kekurangan efek

bermanfaat dalam pemulihan tingkat pendengaran di patologi ini. Efek samping dari terapi

steroid dapat dengan mudah dikendalikan.

10