JURNAL TEKNIK NOMMENSEN - repository.uhn.ac.id
Transcript of JURNAL TEKNIK NOMMENSEN - repository.uhn.ac.id
JURNAL TEKNIK
NOMMENSEN
KA'IAN KARAKTERISTIK GETARAN PADA MOBIL TOYOTA KUANGINNOVA REBORN OTTO 2OOO CCDAN DIESEL 24OO CC UNTUK PUTARAN MESIN 1OOO RPM; SOffi NPIU DAN 5OOO RPMPADA DAERAH HORIZONTAL, VERTIKAL DAN LONGITUDINAL BERDASARKAN TIME DOMAIN IIr. suriady sihombing, M! Ir. sibuk Ginting, MSME, wilson Sabastian sr.
STUDI GAMBARAN VISUAL DALAM SISTEM KENDALI NONLINEARDr.Ir. Timbang Pangaribuan, MT 15
32
40
PENGARUH PENGGUNAAN MU-200 SEBAGAT FILLER PADA t AptsAN BASE COURSE (BC)Yetty saragi, sr, MT., Johan oberlyn simanjuntarq sr., MT., Arex peranginangin
KORE1ASIWAKTU PEMOTONGAN TERHADAP KEDAIAMAN POTONG PADA PROSES BUBUTParulian Siagian, ST, MT
ANALISIS QUALITY of SERVTCE JAR|NGAN TELEKOMUNTKASTHIGH.SPEED DOWNLINK PACKET ACCESSIr. Jamser Simanjuntako MT
60
STUDI PEMBUMIAN SISTEM GRID APLIKASI GARDU INDUK 150 KVKAPASITAS 60 MVATANJUNG MORAWALibianko sianturi, sr.,Ir. Fiktor sihombing, MT., odin S. sitohang, ST
87
Volume lV No. 2, 10 September 2A1g
rssN 20A9-8797
,l
lequr,ru,\ ueledn-Ielu qelepu (ietled slttaI nlens nelermSSueut) nltt:f i''- 'uu8riep (>1npo-lcl nr.r.u"l uer8eq Snolouaru) ueeftelad nJens ullll-'>'
1nlun'.,nr1nj.redrp 8ue,( ni1e,n nele lnpord uelliseqSueul {n}rin nl)r-t-'lelrule f ue'( rslnpolcl so>lStto Uelnlueustrl InlLIn tll]-''i ' r- ' -
eSSurqes .nqe,lr uen]es rttelep rs>Irpo.tci qelurnl ueln]Llollp lct'ii'-
uuutseuradn}{e^\tnqeleSuaru'ue3ue6.e,{uute1u,(erq-e,(erquepfrutu:s-..'u1np, '(u,{elqj solfrtto ISe1nIIBI {lep ls{npo-rcl qulurnl depaq'n1 r1n'rr..
"-----,.ir'.ro11ng''(ata1 Suturtlcnru) ueuisauted nl{E'\A Llelepe Intlel3llrll
Sued roqe3 nlES qel€s se>1e>1-red ulsoltt ue8uap rslnpold sesord )inlLi'-l : :
rrrsel4l ueliunSSueur ue8mp uu>1elreryp 8ue'( srrputlls {n}uaq-Ieq ulsarti "'. ' -
-unranq uelpseq8ueu {n}un ueutserued ssso:d q€ieps }nqnq seso'Id
TY
uunlnqBpuad
XYUISflV
uepol I'uesueruuloN d€rxH selISJeAIufl'Ilu{el seunlec 'utsell IIDIoJ IpoJd
i.. uet8etg uellued
-r+i.
rnflofl susoud Y(IVod cNorodNYIAIVTY(Ifl>{dYOVHtIgINVSNOIOHitrdOIXV'{NISYlf,UOX
tn\uoloruad 'srstpuo 'ttplDt\'illqtq uDLtBaL{tad: ""'i-1
:" -"
'e.(utte-ict::;.:...
Burrrelrp leclep srlrroe] ue8uolouecl_ n11e,,u Fep !!"nt qlqel l::ri:i-.rnd.rojo..r.d n11e,tr a!\q€q ue1e1e.(uetrt 8trc.( stselodrq eSfiutqes 'll'1 -ICS:-]:
(so'o) 1r.rep :usaq Lllqal 8l'Ez uup )liep /8'9' 'leseqas tr1rui." 1" llr'" '
rsnqulsig 'yo 96'1 urnprqr.O *8t"p lllep St'tt .-piupe 1e11eld ttsillol''"''-
nDIB^\ uep II]op 9 7y ir."q"s uefiuolout"d nqo'tt'(ntut 71aqa1 ue8uap iu-- ,
uerrr€lepe) % 6l.Z ueupeq-recI ue3uep {pep SZI'IL ( ueiui:d1e ) 1ar:: -
ne8uoloue4 '{pap v'6g reseqos t'nilt'o1ott'td n11e'u 'utul 1 srdrt i;: -
8nolod u€ulelepe{ eped ueiuo}orlad '% S6: (rt)' 90'q : n tselgttt8rs IEt'-
epecl,, 1,, lLrapnls,inq,rirrp ueleunSSuatll elep lrequlo8ua;'Illsllels epol:'*
ueleun8Bue.u unrq'orrrd fitnq (autq 3u111n;) ue8uolouaci n14e'n uY"ptJ:--:
elep esrleue8ueu rrelep ue>punalp 8ue'{ {ltryel 'uelnqnqued s3soi'
eped >Iqe:d ue8uoloued npl€,AA u"p LIoe] ue8uoloured nple'r'r eJuJuB ueepaqr:o
esqeue8ueur {n}un ruI u€I}Ileuod pep uenlnl.ueSuolouted rs>1e ueSuep e,{rnttel
{niueq uep .Jrlruoq' roroi';eg3uo"leq sorod,leiecl so;od luedes uelup:ed uep
ursoru ueuodruol u€Inluoquled seso:d nlens qelepe uelnqnquad sesorg
tEolotust.': '
3o uits:6 -- '
'fEut-.:
Isils lll .
't1u.t.'; g
Lrol:E
',(ttedr-- - .-
rr€rf :
lls': --
I
'1tdrg : -
yang penting dalam rangka penentuan kondisi pemesinan optimum. Untukjumlah produk yang cukup besar maka secara kasar dapat ditentukan waktupemesinan rata-rata untuk mengeq'akan satu produk, yaitu dengan caramembagi seluruh waktu yang digunakan dengan jumlah produk yagdihasilkan. Akan tetapi, cara ini tidak baik untuk dilaksanakan karena tidakmemberikan informasi yang jelas meugenai komponen waktu (bagian waktutotal) yang berkaitan dengan setiap langkah pengerjaan dalam prosespermesinan.
2. Perumusan Masalah
Rumusan teoritis untuk waktu pemesinan telah direkomendasikan,terdapat perbedaan attara rumusan teoritis tersebut dengan pelaksanaanprakteknya. untuk membuktikan kebenaran dan sejauh mana perbedaannyamaka diperlukan pengujian dan pengkajian yang akan dilakukan dalampenelitian ini. Permasalahan yang akan di ungkap dalam penelitian ini adalah:
l. Seberapa lama waktu pemesinan yang dibutuhkan pada prosespembubutan benda kerja
2. Seberapa besar perbedaan waktu pemesinan antara teori denganprakteknya-.
3. Tinjauan Prrstaka
Proses pembubutan adalah suatu proses peurotongan logam denganmetrggunakan alat potong tunggal (single poirtt toc[), dimana gerakan utamaporos berputar pada sumbunya dan alat potong bergerak sepanjang bendakerja, sehingga terjadi serpihan-serpihan yang dinamakan geram. Secaraumum proses pernbubutan dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu:
o Proses pembubutan memanjang adalah proses pembubutansearah dengan sumbu utama mesin
. Proses pernbubutan rnelintang adalah proses pembubutan yangtegak lurus terhadap sumbu utama mesin.
o Proses pembubutan konis adalah proses pernbubutan yang
; bersudut terhadap sumbu utama.
42
ltukfthrcata
]?gidakaktuOSCS
Tiga parameter utama pada setiap proses bubut adalah kecepatan putar spindel
(.p""a), gerak makan (feed) dan kedalaman potong (depth of cut). Faktor yang
iui, ."p"rti bahan benda kerja dan jenis pahat sebenamya juga memiliki
pengaruh yang cukup besar, tetapi tiga parameter di atas adalah bagian yang
ti.u diut.rt oleh operator langsung pada mesin bubut.Kecepatan putam(speed)
selalu dihubungkan dengan spindel(sumbu utama)dan benda kerja. Karena
kecepatan putar diekspresikan sebagai putaran per meqit (revolutions per
minule, ,p*;, hul ini menggambarkan kecepatan putarannla. Akan tetapi yang
diutamakan dalam proses bubut adalah kecepatan potong (Cutting speedatau
V) atau kecepatan benda kerja dilalui oleh pahatlkeliling benda kerja (Gambar
2.1). Secaraiederhana kecepatan potong dapat digambarkan sebagai keliling
benda kerja dikalikan dengan kecepatan putar ataukan,uanmyarlamah:
SES
lgan
ngan
tama
enda
)cara
' -.:3ll
] ang
)ang
Gambar 2.l.Panjang pennukaan benda kerja yang dilalui pahat setiap putara
3.1. Gerak Makan dan Pemakanan serta Dalamnya Pemotongan
Gerak makan,f (feed) , adalah jarak yang ditempuh oleh pahat setiap benda
kerja berputar satu kali (Gambar 2.2..), sehingga satuan f adalah
mm/putaran.Gerak makan ditentukan berdasarkan kekuatan mesin, material
benda kerja, material pahat, bentuk pahat, dan terutama kekralusan permukaan
yang diinginkan. Gerak makan biasanya ditentukan dalam hubungannya
i"n!u. keJalaman potong a.Gerak makan tersebut berharga sekitar 1/3 sampai
ll20 a, atau sesuai dengan kehaluasan permukaqrya_ng dikehendaki.
3
Gambar 2.2. Geraktnakan (0 dan kedalarnan
Disamping memilih putaran rnesin yang benar, proses pen:rbubutan juga
tergantung pada pemakan (feeQ dan dalamn,va petnotougan (depth of cut).
50
a
I
Pemakan adalahpergerakan alat potong dalam satu kali perputaran dari benda
kerja dalam pernbubutan arah memanjang atau arah melintang. Sedangkan
dalamnya pemakan adalah masuknya alat potong kedalam benda kerja.
Untuk menganalisa pamakanan dan dalamnya pemotongan dapat dilihat pada
gambar 2. 3..Dari gambar tersebut sudut potong utama adalah Kr, yaitu sudut
antara mata potong (S) dengan arah kecepatan makan vf. Besar dari sudut
ditentukan oleh geometri pahat dan cara pemasangan pahat pada mesin
perkakas.
x,
wl
Gambar 2.3. Geometri pemakanan dan dalamnya pemakanan
Ketebaian geram sebelutn terpotor-rg dipengaruhi oleh beberapa paratneter
pernotongan lainnya. Gambar 2.4.. akan dipakai sebagai acuan untuk
menguraikan lebih lanjut tentang ketebalan geram sebelum terpotong ini.
Untuk harga a dan f yang sama, sudut ini menetukan besarnya lebar
pemotongan b dan lebar geram yang terpotong h sebagai berikut :
- lebar pemotongan : b : a/sin Kr dalam mm
- tebal beram : h . f: . sin Kr dalam mm
Maka penampang geram yang terpotong adalah :
a : b.h(mm2)
Kedalau{an pemotongan dapat dicapai dengan pengaturan yang sesuai dengan
kondisi pemotongan yang diinginkan. Dalamnya pemotongan pada proses
pembubutan memanjang berarti pengurangan garis tengah, yaitu:
a : Doj," -(mm)2
51
iqrwiiffiiSr**
**,xrtl*!rs{rferrerrd&t$
#*6x
$#* *l$gt6.t54.31td,lse*f r*+tl
?t*r{* a**'t#ri{4 tili s.a**t*{!e*#f ffiq**t *ed *ffs 4tx*ti*rl*lr*strEi** *!:!$al
Gambar 2.4 Penentuan Ketebalan Geram Sebelum Terpotong
Kedalarnan potong a(depth of cut), adalah tebalbagian benda kerja yangdibuang dari benda kerja, atau jarak antara permukaan yang dipotong terhadappermukaan yang belum terpotong (Gambar 2.6.). Ketika pahat memotongsedalam a , maka diameter benda kerja akan berkurung 2a, karena bagianpermukaanbenda kerja yang dipotong ada di dua sisi, akibat dari benda kerjayang berputar.Beberapa proses pemesinan selain proses bubut dapat dilakukanjuga di mesin bubut proses pemesinan yang lain, yaitu bubut dalam (internaltuming), prosespembuatan lubang dengan mata bor (drilling), prosesmemperbesar lubang (boring), pembuatan ulir (thread cutting), dan pembuatanalur (grooving/ parting-off). Proses tersebut dilakukan di mesin bubut denganbantuan peralatan bantu agar proses pemesinan bisa dilakukan (lihat Gambar2.s)
enda
*an
pada
udut;udut
resin
,:il
L LIT
-:ttuk
lebar
lngan
Jika untuk menyelesaikan pekerjaan diperlukan beberapa kali pemotongan ( i), maka kedalaman pemotongan adalah :
a : Dq - d,,, _(rnrn)2. i
**{i+e e+ll+{* r*gs*esi {.
{r
fi4A41, &l?rls*dr* l.s.{,iF*te{}sffit,sq*S &X$t,r*rr
?*;\J
Strlrt
ar.!ts!f *i8S
iJ
n-
t,-r ses
*r
52
(a) pembubutan champer (chamfering)
(b) pernbubutan alur (parting-off)
(c) pembubutan ulir (threading)
(d) pembubutan lubang (boring)
(e) pernbuatan lubang (drilling)
(f pernbLratarr kaftel (knurling)
Gambar 2.5. pr-oses pemesinan pada rnesin bubut
3.2. Waktu Pemotongan
Parameter waktu pemotongan cukup penting diketahui dalarn proses produksipernbubutan, karena dengan menghitung faktor ini dapat diketatrui beberapalama proses berlangsung. Dengan demikian dapat dite;ukan besarnya ongkospemakaian rnesiry'ongkos produksi. untuk mendapatkan *ukt, yurgdibutuhkan dalam proses produksi pernbubutan, terdiri dari:
a. waktu persiapan (setting time)b. waktu tambahan (auxiliaryt time)c. waktu pemesinan (ntachining tinte)
t..a. Waktu'persiapan (setting time)Adalah waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan mesin. peralata,, alatukur yang diperlukan dan pembacaan gambai kerja.
53
}
,s
(lrueur,,uerelnd ) urssur ue;e1nd : u( ue-relnd7urur ) ueue4euled J
( uru ) Suolodip 8ue,t et-ra1 epuaq e,(ruuueqes 3uefued : t(nru) leqed ue{npnpe{-rfHu : II(uru) leqed ue>lnpnpe{ Ie.^Ae el
(l + lt + e1) uelnqnqrusd Suefued : TI( t1uoru ) ueSuoloured HuI nles Inlun ueurseured nDle,l.r : c1
: BUEuIICUXJ
y'2 """"" Qrueu )1-Ixl 'z
( urd,t ) ursotu nu;u1nd u( uerelndTurur ) uuue4eursd : J
(urur) Suolodrp 8ue,( efue>l epueq Suefued -I(1rueu) ue8uoloured IIe{ nles {n}un ueurseured n}le^\ : o}
: ELIELrIIC
( Z7f 'pq'snltvtlts T Znf )
uxJ8 2 """"- (l1ueu ;-1c} 'I
ru8eqes qel€pe Jnlerelrl ue>lresepJoq:]n{uoq
rueursourad nl{e,tA uesnurru undepy
e,{uuueqes uelnqnqued saso-rdueln)Bl3iu urseur eueurp upoued qelep€ (uulnqnqured) ueursaured n11e16
( tOt ' lDLl 'snr"tDllcs y zyry ) uo4ntado &utu.ut1 lDilpD aqJ
sru"tot"tad aunpryru aLfi lpryil, ut apouad atfi s! auu ( Buru.ut| ) Eutult\coru atg
:ue4elu8ueur sncJ€qcs ry zlnl ']nqnq urseru eped ueurseued n11u,Lr Bueluel
(arup *u1u1tpotr{) uuursarued nDIBA\ .r
r'roJeredoueuele8ued4rudelece{uepuelep-reduuderse>1I-rup 3un1ue3-rei"1''ue4n1ue1rp ledep 1eprl ueqeqrre] n]{elA uep ueders-rodnlre.r e,(ueseg 'ueurseured Irseq uees{ueued u?p ueJruIn8ued ,Bnolod
1e1u lelefueru 'efte1 epuoq Sueseueu Inlun uerylnlnqrp Buu.( n11e,r qelepv
(au4l Lutlpxno) ueqequul nDIBd\ .q
1a
Pahat
Gambar 2.6. Kedudukan av'ral alat potong
Dari kedua rumus tersebut terdapat perbedaan dalam menentukan titik awal
pemotongan, dimana menurut "Heinrich gerling" ada penambahan pada awal
dan akhir pemotongan sebesar la + li. Hal ini untuk memudahkan dalam awal
pemotongan dan akhir pemotongan, terutama untuk operator yang belum
berleugalarnan.
4. Tujuan Penelitian :
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui perbedaan antara waktu pemesinau teoritis dengan
rvaktu pemesinan praktikb. Untuk mendapatkan infbrnrasi yang jelas berkaitan dengan waktu yar-rg
dibutuhkan dalarn proses pernbubutan memanj ang (! o n gi t t ttli n a I n r n i n g).c. Untuk mendapatkan standard waktu pengerjaan benda kerja yang nantinya
berguna untuk menentukan ongkos produksi.,
5. Metode Penelitian :
Persiapan HasllPengujian
hdrq+ data
data
u.ji pemotongan
kajian Lqfele_$i
ll'tsc,ir: drbs-{rt!! -e_l }:{e.i ilt
i\rl*.
Gambdr 2.7 Diagrarn sirip ikan metode pelaksanaan penelitian
5.1. Data Waktu Pemotongan
Penelitian dilaksanakan"di Workshop Prodi Teknik Mesin UFIN. Bahan baja St
50 ukuran 1,25 x 125 (mrn) sebanyak 24buah sampel. Sedangkar-r ukuran
55
1h
\{rlai Hasil
-(r
:. -,1'illl
rgan
awalawalawalelum
,:ll3
_t.
. - -l\-a
diameter bahan dalam percobaan adalah (,24 dan $ 23 mm. Kedalaman potong(depth of un) ditentukan, yaitu 1 dan 4 mm.
5.2. Parameter Kerja Kerja Waktu pemotongan
l. Gerakan pemakanan (feeding ), f (rnm/ put ) .,:-,
2. Kedalaman pemotongan (depth of' cut ), a (rnm)3. Putaran mesin, n(rpnr)LIntuk pernbubutan dengan kedalaman potong, a : 1 mrn dan diameter bahan,d: 24 mm dengan gerakan gerakan pemakanan (feeding), f :0.2 mm/putaran,kecepatan potong (cfiting speec[), v : 44 rnlmenit pada kedalaman potong, a: 4 mm diameter bahan, d: 23 mm dimana gerakan pemakanan (feeding), f: 0.4 nirn/ putaran kecepatan potong (ctnfing speeQ,Y :32 m/menit Putaranmesin (n) didapat dengan menghitung sesuai dengan rumus berikut :
1000xVn __ --:_"
*= ftprn)
tL\-(l
Maka untuk kedalaman potong ( u) : 1 mm, kecepatan potong(Y): 44 m/ rnenit, putaran mesin (n1) adalah :
- 1000.144ni:
-
^.4,1/L\;a:561 rpm
Putaran 561 tidak tersedia pada rnesin, rrraka cliambil putaran yang mendekatisesuai dengan yang tertera pada tabel mesin yaitu 540 rpm.
Untuk kedalaman potong (a): 4 mm, kecepatan potong(V) : 32 m/menit, putaran mesin (n4) adalah :
. 1000132n4--' " --'--- : 443 rpnl
m23Putaran 443 trdak tersedia pada mesin, maka diambil putaran yang mendekatisesuai dengan yang tertera pada tabel mesin yaitu 440 rpm.
6. Hasil Percobaan
Setelah melakukan percobaan pembubutan terhadap spesimen, makadiperoleh data-data seperti tabel di bawah ini.
56
Tabel I .Data waktu pemotongan
50,a:1rnm
("')
197 t.3601
02
03
04
05
06
a7
08
09
10
II12
l-)
1-1
15
16
17
l8t920
21
22
23
24
50 , a:4 mm
Sarnpel
Waktu(t), detik
(x)0i 44.4
No
Sarnpel
Waktu(t), detik
(')2x( )
71.4
71.2
71.4
71.5
71.3
70.9
7t.1
7t.270.8
71.2
71.4
71.3
71.4
70.8
70.5
7 t.t71.3
71.4
70.9
71.4
70.9
70.7
7t.471.2
5097.96
5069.44
5097.96
51t2.25
5083.69
5026.81
5055.2t
5069.44
50t2.645069.44
5012.64
s069.44
s097.96
5012.64
4970.25
5055.21
5083.69
5069.44
5026.81
5097.96 t
5026.81
4998.49
5097.96
5069.44
Zx =t7o7.sn
\- rr:12145
57
L',80i9b=
,XK6ZVOI= XZt8'08ti9S'LZ6I
6Z'ez\lr t'0,8 r
99'LZ6t
I
''O'8I bz'9981
68'VL8I
l8'vv6rrv'0v8t
'8'I €8 I
99'LZ6t
68'VL\t9T'I L6Ivz'9981
bv'8161
n9'$6rr8'yb6rIZ'LZ6I68'VL\r9Z'086I
9S'888i
vz'998
Z'T,V
v't,L'e,6'Tby'{.y
6Tnz'f.vC'C+?
I'rv6ZV
8'Zb
n'Evc'ct, c Lv
v'vvT,',ti
8'E'z'v,I'bh6'EVc'c{, L LY
9'yv
v'Ev
z'€.v
VZC7
ZZ
IZ
OZ
6I8ILI9T
SI
vlEI
ZI
IIOI,
60
80
LO
90
90
t0EO
ZO
8S
I
Pembahasan
1. Perhitungan Waktu PdmotonganWaktu pemotongan menurut Jutz & Scltarcus
LTcl - (rnenit)>L:l25mtn.fxnl
125 > f :0.2 mm/put0.2x540
: 1.15 menit:69.4 detik
> n1:540 rpm
LTc4 (menit) ) L: 125mm
>f :O.4mmlput
f xn4125
0.4 x 440i: : 0.71 rnenit ) fi4:440 rpm
:42.6 dettkWaktu pemotongan Menurut Heinrich Gerling
ftTcl:--1- (rr:enit)>Lt - 1+la+li
l-xnl:125 + 5 + 5
= 135 rttttt
135
Tc4
0.2 x540:1.25 menit:75 detik
LT
f xn4:125+5+5
: 135 mm13s
0.4 x 440: 0.76 tnenit:46 detik
Dari kedua metoda analisa di atas terlihat bbhwa terdapat perbedaan waktu
penrotongan antara metoda Jutz & Scharcus dan metoda Heinrich gerling.
Besar perbedaan, yaitu Tc1 : 75 detik - 69.4 detik: 5.56 detik:7.41 %
53
Harga Rata-rata
Sub erup ( Xr)
WaktuPengukuran
(xi)71..4,71..2,71,.4,11.5
71,.3,'t0.9,71..1,71.2
70.8,71,.2, f 1.4,
71..3
71,.4,70.8,70.5,71.17'.J..3,71.4,70.9,
71.4
70.9,70.7,7L.4,71.2
71.300
11..1.25
71..L75
70.950
71.250
71.050
Zx,426.750
= -: detik -'12.6 detik
l -i.:. atau = 7 .41Yo
atas nietoda .Ittl z & Scharcus lebih menguntungkan untuk dipakaipenrotongan, bila operator sudah cukup memal-rami operasi
Data Percobaan Pemotongan
\ormalitas Data Kelompok I
-'- nomalitas data kelompok I, data yang bersumber dari tabel 1
men-iadi 6 (enam) sub grup seperti pada tabel berikut :
i Data sub grup waktu pemotongan
Harga rata-rata dari l'ata-l'ata sr"rb grup :
Yx.X = 2 _ >k =barryak sub grup
k(Sutalaksana, hal.25)Maka,
x- 426'750 -rt.12s
6
Jumlah
54
I
Standard deviasi sebenamYa
5- r -\-; - -Y rr4- Sutalaksana, hal.306 A/-ldinrana ' 'I'N: Jurnlah saurpel yang diukur
:24Xi: Waktu pemotongan yang diamati
Sehingga:
(n..+-lt.tZr: +(71.1'71.125)r +.. .(71.2 - 71.125):
Maka standard deviasi dari distribusi harga rata-rata sub grup adalah :
o X: * ": standard deviasi sebenamya (Sutalaksana, hal.35), .lk
k: banyak sub grup
ox: 0'31:7 :0.128Ja
untuk mengetahui apakah sub grup berada dalam batas kontrol dan
berciistribusi nonlai dipat dikoreksi di antara batas kontrol atas (bka) dan
batas kontrol barvah (bkb)gti\:f_3 oXBKB:X-3 6i.;6 (Sutalaksana, hal.140)
Selanjutnya Sutaiaksana mengatakan, batas kontrol inilah yang merupakan
batas, apakah suatu sub grup seragam atau tidak seragam. Jika semua rata-rata
sub grup berada dalam bitas-batas tersebut, maka data tersebut dikatakan
s"rug-u* (normal). Dernikian pula sebaliknya, jika ada rata-rata sub grup
berada diluar batas kontrol, maka data tersebut dikatakan tidak nonnal (tidak
seragam).
1.125+3x0.128 :71.5091,. 125-3 x0.128 :70.741
= 0.3175O=
1KAB
BKB
55
'I*;
:: {}q
1t.i41
Gambar 2.8. Diagram Kontrol Rata-Rata Sub Grup A
I
E(B
6
56
Dari pengamatan diagram konirol di atas menunjukkant bahwa harga rata-ratadat'r data kelompok A berada dalam batas kontrol, maka data kelompok Adikategorikan berdistribusi notmal.
Uji Normalitas Data Kelompok B
Uji normalitas kelompok A, uji ,or*uU'fr, kolompok B pada prinsipnya salna.
Data yang didapat dari hasil percobaan di bentuk seperti tabei berikut :
Tabel 4Data sub grup Waktu Pemotongan
SubgrupKe
Waktu Pengukuran(xi)
HargaRata-rataSub grup(xr)
1
2
J
4
5
5
44 .4, 43 .2, 43 .4, 44.5
43 .3 . 43 .9, 44.1 , 44.2
43.8, 43.2, 44.4, 43.3
43.4, 42.8. 43.9, 44.1
43 .3 , 43 .2. 42.9 , 42 .4
42.9.42.7.43.4, 42.2
Jumlah
ZX, = 260.125
43.875
43.875
43.61s
43.300
43.200
42.800
Harga rata-rata dari rata-rala sub g'up :
Fx.X: a_ , > k: banyak sub grup
k(Sutalaksana, hal.25)Maka,
260.725x: -' - :43.456,,
Standard deviasi sebeuamva :
(t-
<r- 2
2-txi x) ......sutalaksana,hal.30A'l
dimana:
Dari pengamatan diagram kontrol di atas menunjukkant bahwa harga rata-tata
dari data kelompok A berada dalam batas kontrol, maka data kelompok Adikategorikan berdistribusi nonnal.
Uji Normalitas Data Kelompok B?**\J
Uji normalitas kelompok A, uji normalitas kolompok B pada prinsipnya sama.
Data yang didapat dari hasil percobaan di bentuk seperti tabei berikut :
Tabel 4Data sub grup Waktu Pemotongan
SubgrupKe
Waktu Pengukuran(xi)
HargaRata-rataSub grup(Xr)
1
2
-)
4
5
5
44.4, 43 .2, 43 .4, 44.5
43 .3 . 43 .9 , 44.1 , 44.2
43.8, 43.2, 44.4, 43.3
43.4, 42.8. 43.9, 44.1
43.3. 43.2. 42.9. 42.4
42.9. 42.1 . 43.4. 42.2
43.815
43.815
43.67 s
43.300
43.200
42.800
Jurnlah
Harga rata-rata dari rata-rata sub gn-rp :
FxX: u, '. > k : banyak sub grupk
(Sutalaksana, hal.25)Maka,
260.72sx: -"-"- :43.4s6
Standard deviasi sebenamYa :
f <r,, *)'A/-1
dimana
i:l Sutalaksana, hal.30
ZX, :260.125
(r-
N : Jumlah sampel Yang diukur
:24
Xi: Waktu pemotongan Yang diamati
Sehingga:
(44.4 -43.45)r + ( 43.2 - 43.45)2
+ ....(44.2- 43.4r'1O=
{24-1)
:0.603
\Iaka standard deviasi dari distribusi harga rata-rata sub grup adalah
oX: 6
fr > o :standard deviasi sebenarnYa
BKA: X+3 oX
(Sutalaksana, hal.35)k:banyak sub grup
oX: qgJ6
0.246
untuk mengetahui apakah sub grup berada dalam batas kontrol dan
berdistribusi nonnal dapat dikoreksi di antara batas kontrol atas (bka) dan
batas kontrol bawah (bkb).
BKB: X-3 oX Sutalaksana, hal.140)
Selanjutnya sutalaksana mengatakan, batas kontrol inilah yang merupakan
batas, upakurr suatu sub grup seragam atau tidak seragarn. Jika semua rala'rata
s.,b grup berada dalam batas-batas tersebut, maka data tersebut dikatakan
,"rug-u* (rronnal). Demikian pula sebaliknya, jika ada rata-rata sub grup
berJda diiuar batas kontrol, maka data,tersebut dikatakan tidak nonnal (tidak
seragam). s'
BKA : 43 .45+ 3 . 0.246: 44.1 88
BKB : 43.45 - 3 .0.246 : 42.712
ii
BKA
w43,4 -
4l.s
a)a
4:ij
{:-g
4f,_$OT
Cenldr
5
$r+ffii 6tnuF
' Gambar 7 Diagram Kontrol Rata-Rata Sub Grup B
Dari diagram kontrol di atas terlihat bahwa harga rata-rata dari data kelompokB berada dalam batas kontrol, maka data kelompok B berdrstribusi normal.
Uji Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis dikenal dengan 3 macam pengeftian, yaitupengertian sama atau tidak memiliki perbedaan disebut hipotesis nol (H0)
melawan hipotesis tandingan (Hl) yang mengandung pengertian tidak sarla.lebih kecil atau lebih besar. Jika hipotesis tandingan (Hl) mernpunyai rumusatr
tidak sarna, maka distribusi statistik yang digunakan adalah distribusi nonrial
trr-rtuk ''2". distribusi str.tdent uutuk "t" dan seterustlya, mal<a didapat "2"daerah kritis atau daerah penolakan pada tiap ujung adalah sebesar a 12 (hal
ini disebut pengujian dua arah atau dua pihak).
Jika H1 mempunyai rumusan lebih besar, maka diperoleh daerah kritis sebelah
kanan sebesar a . Kriteria yang dipakai adalah tolak Ho jika statistik yan-e
dihitung berdasarkan sampel tidak kurang (lebih besar) dari daerah kritis.Untuk hal lainnya terima Ho.
Maka pasangan hipotesis adalah :
untuk kel. A untuk kel. B
H0: 1-r:69.4 H0 : pr:42.6
Hl: trt> 69.4 Hl: p442.6
Karena simpangan baku tidak diketahui, tnaka distribusi yang digunakan
adalah distribusi t, yaitu :
iii
B
= | - !'o ...(Sujana. hal.227)
in
U@,83:
X: harga rata-ratasu grup waktu pemotong praktek
1n:hargawaktu pemotongan standart / teoritis
= standart deviasi waktu pemotongan
n: jumlah pengukuran
\{eka distribusi student :
7 1.125 - 69.4Ta: :76.870.3175i _/ lt t
/ \JL+
6- a?!1-9! :z3.is0.6u-i _
"124
frri dattarclistribusistudentt0.g5, cv.:o.o5denganderajatkebebasa.n(dk):
:-l :24-l:23, didapat t:1.11. Sehingga kriteria pengujian adalah :
Tolak Ho jika t hitung lebih besar atau sama dengan 1 .71, terima Ho untuk hal
sehaliknya. Sedangkan hasil penelitian diperoleh ta:26.87 dan tb:23'78 jatuh
puJu aul.uf, penolakan Ho. Jadi hipotesis Ho ditolak, maka hipotesis Hl
diterirna.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa. waktu pemotongan
p.u#"f. lebih lama^ dari waktu . pemotongan teoritis dapat diterima
kebenarannYa
Selanjutnya akan di uji apakah waktu pembubutan untuk kedalaman potong
4.0 nr-m iengan.feeding O.4lebih lama dari waktu pembubutan 1.0 mrn.
Untuk pengujian ini pasangan hipotesis digunakan :
t+,t-.
Ho: Ptl: P2
Hl: tr-t| +,rt2 (Sujana,hal'239)
dimana:
lt | : rala-ratawaktu pemotongan untuk kedalaman potong 1'0 mm
lt 2: rata-ratawaktu pemotongan untuk kedalaman potong 4'0 mm
.._a-
Karena pl + p2 dan data kelompok A dan B berdistribusi nonnal, maka
rumus statistik yang digunakan
XI-X2(Sujana, hal.Z4l)
Ef / ,/ -szr! /nl' n2
Kriteria pengujian adalah : terima H0 jika :
, Wl.tl+W2.t2 --, -W1.t1+W2.t2[V1+'[4r2 l(l+lY2
dimana:
wl: S12/n1 : (0.317r2D4: 0.004153
w2: s2z ln2 : (0.603)'124 : 0.004347
tl: (1-0.5 a ), (n1-1)
t2: t(1-0.5 a), (n}-l)
s1: standar deviasi data kelomPok A
s2: standar deviasi data kelomPok B
n|,n2:jumlah sampel data kelompok A,B
maka harga t' adalah :
71.125 - 43 5
t':
t(0.3 ls7)'? I 24) + (0.6$)'z I 24)
,7 S55- aa A'7- LL.+ I
0.t2263
Sehingga
tl: t2: t(1-0.5 a):22.47 x (1-0'5*0'05):21'91
Wl.tl+W2.t2 - (0.0041 s3).(2l.e l) + (0'00434)'(21 '91) : 21.st
W1+W2 0'004153 + 0'00434
Kriteriapengujian adalah: Terima H0 jika -2|.gl <t' <21.91 dan tolak H0
dalarn nut tuinoyu. Dari perhitungan di atas didapat harga t' :22'47 diluar
daerah penerimaan H0. iadi H0 ditolak pada taraf a : 0.05. Akibatnya
frip"l".i alternatif Hl diterima, yang berarti hipotesis, penelitian yang
mfnyatakan bahwa korelasi waktu p"*otorgu, untuk kedalaman yang tebal
tidak sama dengan waktu pemotongan untuk kedalaman yang tipis
inengandung kebenaran .
Kesimpulan:
l.Analisastatistikterhadaphipotesisyangmenyatakanbahwawaktupemotongan praktek lebihlama dari waktu pemotongsn teoritis ( rumusan
ieoritis ) benar mengandtutg liebenurcm'
l. pemotongan (dilmbil i" mm ), waktu yang dibutuhkan 69.4 detik.
Seda,gkin.,vaktu pemotongan praktek ( percobaan ) adalah 71'125 detik
atau perbedaannya 2.39 %'
-1. Pe,r]otor-,gan dergun tebai ( cliambil 4 tItI ), rvaktu pemotongan hasil
perhitung-an sebela, 42.6 detik dan uaktu pemotongan praktek adalah
43.45 detik atau perbedaannya l.96 %. Berdasarkan literatur , bahwa
penyimpangan maksimum aclalah 6 o%' Maka penyimpangan tersebut
masih dalam batas yang ditentukan untuk mesin yang sudah relatif lama
digunakan ( masa pakai diatas 5 tahun )'4. Hasil distribusi 'l t " yaitu sebesar 26.87 detik dan23.78 dengan jauh
lebih besar dari t(0.9i) sebesar 1.71, sehingga hipotesis H pada taraf
signiflkasi a :0.0i. Jaii seandainya dilakukan penelitian ulang sebanyak
100 kali terhadap kebenaran hipotesis ini, maka hasilnya akan memberikan
paling sedikit qi tati sama dengan hasil penelitian ini dan paling besar 5
kali untuk sebaliknYa.
4.Hipotesisyurrg*"rryatakanbahwawaktupemotonganlebihlamauntukkedalamanpotongyanglebihbesar(dalarnhalinil.0mrrrderrgan4.0mm), ternyata mengandung kebenaran'.,
.
5. Dari hasil perhitungan t' Sebesar 22.47 leblhbesar dari t1 dan 12:21'91'
Sehingga Hipotesi"s Ho ditolak clan hipotesis H1 diterima pada taraf
signiflkana:0.05.Sehingganrendukungkebenarandarihipotesisdiatas.
VI
Daftar Pustaka:
E. Paul De Ganno, 1979, Materictls and Processes in Marutfacturing, collier
tvlachmi llian Publisher, LQIrdon
Etnco, 1981, Instntction Book,Maiimat V13, Austria
Herman Jutz Ancl Scharcus, 1982 ,Westerman Tables For Metal Trade,
Willey Eastern Limited, New Delhi, India
Heinrich Gerling, 1982, Atl Abottt Machine Tools, willey Eastem Limited,
New llelhi, India
l,ass(i And Fotter" tr978, h{achine sltop, American Technicol society, The
Llnited State
,syarnsir A. Muin, !986, Dasar-Dasar Perancangan Perkakas Dan Mesin-
h'Iesin Perkakas, Rajawali Pres, Jakafia'
Sudjana, 1989, Metode Statistika, Tarsito, Bandung'
Sutalaksana, 1985, Teknik Tata cara Keria, Teknik Industri ITB, Bandung
Taufiq Rochim, 1985, Teori Dan Teknologi Proses Permesilrun, Laboratoriurn
Teknik Produksi Teknik Mesin ITB, Bandung 1985
vii