jurnal rumah layak huni (Repaired) (06-24-13-10-29-30)

15
245 eJournal Pemerintahan Integratif, 2013, 1 (2): 245-259 ISSN 2337-8670 , ejournal.pin.or.id © Copyright 2013 Studi Tentang Pelaksanaan Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Rumah Layak Huni di Desa Tideng Pale Induk Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung Dwi Putra Perdana 1 Abstrak Penelitian ini melihat dan mempelajari tentang Pelaksanaan Program Rumah Layak Huni Arah pembahasan ini untuk melihat kepada implementasi dari kemasyarakatan program rehabilitasi rumah layak Huni di Kabupaten Tana Tidung Khususnya di Desa Tideng Pale Induk. Sasaran dari program ini yaitu untuk mensejahterakan masyarakat lemah yang bertempat tinggal dirumah tidak layak huni. Karya ilmiah ini berargumentasi bahwa program ini dapat dirasakan langsung oleh orang-orang yang menerimanya meskipun dalam program tersebut masih saja ditemukan kekurangan dan halangan. Dari pelaksanaan program tersebut diharapkan agar lebih baik lagi terutama yang berkaitan dengan pelaksanaannya dimana dalam pelaksanaan tersebut tidak ada pengawasan langsung dari pihak yang terkait sehingga program tersebut terkesan apa adanya. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tideng Pale Induk Kabupaten Tana Tidung. Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian kepustakaan, penelitian lapangan observasi, wawancara dan dokumentasi. Responden dalam penelitian ini terdiri dari Kepala Dinas, Kepala Desa , Kaur Pembangunan, dan masyarakat yang menerima program rumah layak huni. Hasil penelitian ini menunjukakan bahwa pelaksanaan program rumah layak huni untuk masyarakat kurang mampu di Desa Tideng Pale Induk Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung dapat dikatakan telah memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat kurang mampu dalam hal ini dapat dikaitkan dengan tahapan pelaksanaannya mulai dari kriteria calon penerima bantuan sampai dengan waktu pelaksanaannya sudah dapat dilaksanakan dengan cukup maksimal. Walaupun terdapat persoalan klasik yang sering sekali terjadi. Seperti: waktu yang lama, berbelit-belit dan dan tidak tepat waktu. Selain itu kurangnya pengawasan dari pemerintah sehingga pelaksanaan program tersebut terkesan apa adanya tanpa pengawasan. Pada titik inilah akan lama pemprosesannya, namun kedepannya akan diperbaiki. 1 Mahasiswa Program S1 Pemerintahan Integratif, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman.

description

jurnal rumah latyak huni

Transcript of jurnal rumah layak huni (Repaired) (06-24-13-10-29-30)

  • 245

    eJournal Pemerintahan Integratif, 2013, 1 (2): 245-259 ISSN 2337-8670 , ejournal.pin.or.id Copyright 2013

    Studi Tentang Pelaksanaan Program Pelayanan dan Rehabilitasi

    Kesejahteraan Sosial Rumah Layak Huni di Desa

    Tideng Pale Induk Kecamatan Sesayap

    Kabupaten Tana Tidung

    Dwi Putra Perdana 1

    Abstrak

    Penelitian ini melihat dan mempelajari tentang Pelaksanaan Program Rumah

    Layak Huni Arah pembahasan ini untuk melihat kepada implementasi dari

    kemasyarakatan program rehabilitasi rumah layak Huni di Kabupaten Tana Tidung Khususnya di Desa Tideng Pale Induk. Sasaran dari program ini yaitu

    untuk mensejahterakan masyarakat lemah yang bertempat tinggal dirumah

    tidak layak huni. Karya ilmiah ini berargumentasi bahwa program ini dapat

    dirasakan langsung oleh orang-orang yang menerimanya meskipun dalam

    program tersebut masih saja ditemukan kekurangan dan halangan. Dari

    pelaksanaan program tersebut diharapkan agar lebih baik lagi terutama yang

    berkaitan dengan pelaksanaannya dimana dalam pelaksanaan tersebut tidak

    ada pengawasan langsung dari pihak yang terkait sehingga program tersebut

    terkesan apa adanya. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tideng Pale Induk

    Kabupaten Tana Tidung. Pengumpulan data dilakukan dengan penelitian

    kepustakaan, penelitian lapangan observasi, wawancara dan dokumentasi.

    Responden dalam penelitian ini terdiri dari Kepala Dinas, Kepala Desa , Kaur

    Pembangunan, dan masyarakat yang menerima program rumah layak huni.

    Hasil penelitian ini menunjukakan bahwa pelaksanaan program rumah

    layak huni untuk masyarakat kurang mampu di Desa Tideng Pale Induk

    Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung dapat dikatakan telah

    memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat kurang mampu dalam

    hal ini dapat dikaitkan dengan tahapan pelaksanaannya mulai dari kriteria

    calon penerima bantuan sampai dengan waktu pelaksanaannya sudah dapat

    dilaksanakan dengan cukup maksimal. Walaupun terdapat persoalan klasik

    yang sering sekali terjadi. Seperti: waktu yang lama, berbelit-belit dan dan

    tidak tepat waktu. Selain itu kurangnya pengawasan dari pemerintah sehingga

    pelaksanaan program tersebut terkesan apa adanya tanpa pengawasan. Pada

    titik inilah akan lama pemprosesannya, namun kedepannya akan diperbaiki.

    1 Mahasiswa Program S1 Pemerintahan Integratif, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

    Universitas Mulawarman.

  • Pelaksanaan Program Rumah Layak Huni (Dwi Traper)

    246

    Kata Kunci : Pelaksanaan , Program, Rumah Layak Huni di Desa Tideng pale

    Induk

    Pendahuluan

    Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk

    ditangani. Khususnya di wilayah yang sulit di jangkau oleh Pemerintah, salah

    satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki

    akses prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas

    perumahan dan permukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, serta mata

    pencaharian yang tidak menentu. Masalah yang sedang dihadapi tersebut adalah

    masalah kemiskinan karena masalah kemiskinan merupakan masalah pokok

    nasional yang penaggulangannya tidak dapat ditunda dengan dalih apapun dan

    harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan

    sosial dan sampai pada saat sekarang ini masih banyak masyarakat yang berada

    dibawah garis kemiskinan. Kemiskinan menjadi salah satu masalah sosial yang

    menjadi ukuran terpenting untuk mengetahui tingkat kesejahteraan suatu rumah

    tangga.Sebagai suatu ukuran agregat, tingkatkemiskinan di suatu wilayah lazim

    digunakan untuk mengukur tingkatkesejahteraan di wilayah tersebut. Dengan

    demikian, kemiskinan menjadi salah satu tema utama pembangunan.

    Keberhasilan dan kegagalan pembangunan acapkali diukur berdasarkan

    perubahan pada tingkat kemiskinan. Permasalahan kemiskinan sangat kompleks

    dan upaya penanggulangannya harusdilakukan secara komprehensif, mencakup

    berbagai aspek kehidupan masyarakat,dan dilaksanakan secara terpadu.

    Berhubungan dengan kebutuhan pokok, kebutuhan pokok tersebut

    adalah sandang pangan dan papan. Sesuai pasal 28H Ayat 1 UUD 1945

    Amandemen II menetapkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat,

    serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Dengan adanya undang-undang tentang pemerintahan daerah maka

    menjadikan rentan kendali pemerintah lebih dekat, yang dulunya harus melalui

    pusat, namun kini lebih dekat karena daerah sudah bisa untuk menanganinya.

    Kecuali beberapa hal yang tidak boleh ditangani oleh daerah, dan hanya pusat

    yang mempunyai kewenangan untuk menanganinya. Sehingga dengan semakin

    dekatnya rentan kendali pemerintah dengan masyarakatnya, diharapkan

    pemerintah dapat memberikan pelayanan yang baik dan pro rakyat. Karena

    seperti yang kita ketahui bahwa pemerintah diadakan bukan untuk melayani

    kepentingannya sendiri melainkan untuk melayani masyarakat. Namun apa

    yang menjadi harapan dan tujuan dari masyarakat terhadap pelayanan yang

    diberikan tidaklah sejalan.

    Dalam rangka mewujudkan hunian yang layak bagi semua orang

    pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan fasilitasi kepada masyarakat

    agar dapat menghuni rumah yang layak, sehat, aman, terjamin, mudah diakses

    dan terjangkau yang mencakup sarana dan prasarana pendukungnya. Untuk itu,

    pemerintah perlu menyiapkan program-program pembangunan perumahan.

    Pemerintah daerah (Pemda) memiliki peran yang penting dalam pembangunan

  • eJournal Pemerintahan Integratif , Volume 1, Nomor 2, 2013: 245-259

    247

    perumahan , sebab Pemda adalah pihak yang mengetahui berapa jumlah

    kebutuhan hunian masyarakatnya. Meskipun pembangunan perumahan yang

    layak sudah diarahkan agar terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah,

    akan tetapi sasaran ini masih belum dapat tercapai secara menyeluruh.

    Menurut data dari Desa Tideng Pale Induk, jumlah Penduduk di Desa

    Tideng Pale Induk yakni 3.064 jiwa dengan jumlah kepala keluarga miskin

    yakni 59 kepala keluarga. Saat ini masalah rumah menjadi perhatian

    pemerintah yang diharapkan dapat meningkatkan tarap hidup masyrakat

    miskin. Dari keterbatasan inilah pemerintah melaksanakan program rumah

    layak huni.

    Tahun 2011 di Kabupaten Tana Tidung ditetapkanlah sebanyak 150

    unit rumah yang akan direhab khusus Desa Tideng Pale Induk sebanyak 13

    unit rumah yang akan direhabilitasi. Jika dilihat dari jumlah kepala keluarga

    miskin di Desa Tideng pale Induk yakni 59 kepala keluarga yang mendapatkan

    bantuan hanya 13 kepala keluarga sedangkan yang belum tersentuh yakni 46

    kepala keluarga.

    Artikel ini menyoroti tentang pelaksanaan program rumah layak huni di

    Desa Tideng pale Induk Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung dengan

    berfokus pada pelaksanaan program rumah layak huni dengan mengunakan

    tahapan yakni ; Kriteria pencalonan penerima bantuan, pelaksanaan

    pembagunan rumah layak huni, pendamping pelaksanaan program, dan waktu

    pelaksanaan program.

    Artikel ini berargumen bahwa pelaksanaan program rumah layak huni

    terkesan apa adanya tanpa melalui pengawasan dari pihak yang terkait sehingga

    hasil dari pelaksanaan tersebut kurang maksimal.

    Dalam artikel ini, penulis menggunakan data-data dari penelitian

    lapangan, wawancara dan dokumentasi yang dikumpulkan selama melakukan

    penelitian selama kurang lebih satu bulan dan dianalisis menggunakan analisis

    kualitatif.

    Agar analisis ini mempunyai landasan teoritis, maka terlebih dahulu

    akan diulas kerangka dasar teori/konsep yang berkaitan dengan permasalahan

    artikel ini, yakni gambaran mengenai pelaksanaan program rehabilitasi sosial

    rumah layak huni.

    Kerangka Dasar Teori

    Konsep Kemiskinan

    Dalam konteks penyebab terjadinya kemiskinan maka, kemiskinan

    didefinisikan sebagai suatu integrated concept yang memiliki lima dimensi,

    yaitu: 1) kemiskinan ( proper), 2) ketidakberdayaan ( powerless), 3) kerentanan

    menghadapi situasi darurat ( state of emergency), 4) ketergantungan ( depen-

    dence), dan 5) keterasingan ( isolation) baik secara geografis maupun

    sosiologis. Hidup dalam kemiskinan bukan hanya hidup dalam kekurangan

    uang dan tingkat pendapatan rendah, tetapi juga banyak hal lain, seperti: tingkat

    kesehatan, pendidikan rendah, perlakuan tidak adil dalam hukum, kerentanan

  • Pelaksanaan Program Rumah Layak Huni (Dwi Traper)

    248

    terhadap ancaman tindak kriminal, ketidakberdayaan menghadapi kekuasaan,

    dan ketidakberdayaan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri

    Oleh karena itu permasalahan kemiskinan dipandang sebagai masalah

    yang multidimensi, maka penyebabnya juga bersifat multi dimensi. Dengan

    latar belakang kondisi geografis, potensi sumber faktor-faktor ekonomi,

    masalah sosial budaya yang berbeda untuk masing-masing wilayah, maka

    pendekatan penanggulangan masalah kemiskinan tentu saja tidak bisa

    diseragamkan. Pengenalan dan pemahaman terhadap kondisi dan penyebab

    kemiskinan sangat penting dilakukan agar dapat disusun strategi

    penanggulangan kemiskinan yang tepat.

    Penyebab Kemiskinan

    Kemiskinan dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.

    Internal lebih banyak melibatkan faktor sumberdaya manusianya, sedangkan

    faktor eksternal menunjukan kondisi yang lebih kompleks karena satu dengan

    yang lainnya saling mempengaruhi. Oleh karenanya, program penanggulangan

    kemiskikan akan berjalan efektif apabila memperhatikan unsur kedua-duanya.

    Kebijakan yang keliru dapat menyebabkan suatu keadaan kemiskinan yang

    semakin mengkhawatirkan.

    Oleh karena itu selain pemahaman tentang kemiskinan secara universal,

    maka diperlukan pula pengertian kemiskinan pada tingkat lokal yang

    ditentukan oleh komunitas setempat dan pemerintah daerah terkait. Dengan

    demikian, kriteria kemiskinan, pendataan kemiskinan, penentuan sasaran,

    pemecahan masalah dan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dapat lebih

    obyektif dan tepat sasaran.

    Kebijakan

    Secara etimilogis istilah policy (kebijakan) berasal dari bahasa Yunani, Sansekerta, dan Latin. Akar kata dalam bahasa Yunani dan

    Sansekerta/polis (negara-kota) dan pur (kota) dikembangkan dalam bahasa

    Latin menjadi politia (Negara) dan akhirnya dalam bahasa Inggris Pertengahan

    menjadi policie yang berarti menangani masalah-masalah publik atau

    administrasi pemerintahan (dalam Dunn 2003:51). Kebijakan merupakan suatu keputusan yang digunakan untuk mengatasi

    masalah atau memecahkan suatu masalah tingkahlaku secara umum. Baik

    kepada pemerintah yang membuat keputusan maupun kepada yang tidak

    membuat suatu kebijakan tersebut.

    Menurut Pasolong (2007:39), bahwa pada umumnya kebijakan dapat

    dibedakan atas empat bentuk, yaitu: (1) Regulatory, yaitu mengatur perilaku

    orang, (2) Redistributive, yaitu mendistribusikan kembali kekayaan yang ada,

    atau mengambil kekayaan dari yang kaya lalu memberikannya kepada yang

    miskin, (3) Distributive, yaitu melakukan distribusi atau memberikan akses

    yang sama terhadap sumber daya tertentu, dan (4) Constituent, yaitu ditujukan

    untuk melindungi negara.

  • eJournal Pemerintahan Integratif , Volume 1, Nomor 2, 2013: 245-259

    249

    Dengan definisi berbagai kebijakan diatas dapat disimpulkan bahwa

    kebijakan merupakan serangkain konsep dan tindakan yang di buat atau di

    usulkan oleh orang atau kelompok yang di gunakan untuk mencapai suatu

    tujuan. Tujuan tersebut berasal dari input (orang/sekelompok orang).

    Pelaksanaan ( Implementasi )

    Menurut Kamus Webster (dalam Abdul Abdul Wahab 2005:64)

    implementasi secara pendek berarti penyediakan sarana untuk melaksanakan

    sesuatu, menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu. Jika lihat makna

    implementasi berarti suatu proses melaksanakan keputusan kebijaksanaan

    biasanya dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan

    peradilan, perintah eksekutif atau dekrit presiden.

    Hakikat dari implementasi merupakan rangkaian kegiatan yang

    terencana dan bertahap yang dilakukan oleh instansi pelaksana dengan

    didasarkan pada kebijakan yang telah ditetapkan oleh otoritas berwenang.

    Sebagaimana rumusan dari Mazmanian dan Sabartier (dalam Wahab 2005:68-

    69) mengemukakan implementasi adalah pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk Undang-undang namun dapat pula

    berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting

    atau keputusan badan peradilan. Proses tersebut berlangsung setelah melalui sejumlah tahapan tertentu, biasanya diawali dengan tahapan pengesahan

    Undang-undang kemudian output kebijakan dalam bentuk pelaksanaan

    keputusan oleh badan (instansi) pelaksana, dan akhirnya perbaikan-perbaikan

    penting terhadap Undang-undang atau peraturan yang bersangkutan.

    Proses pelaksanaan pada umumnya terlihat cenderung mengarah pada

    pendekatan yang bersifat sentralis atau dari atas ke bawah. Apa yang

    dilaksanakan adalah apa yang telah diputuskan. Kebijakan publik merupakan

    kebijakan pemerintah, tapi semua kegiatan hasil akhir dari kegiatan itu harus

    dapat dipertanggung jawabkan kepada rakyat. Kebijakan dan pelaksanaan dari

    kebijakan harus mengindahkan penerimaan rakyat.

    Dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud dengan implementasi adalah

    rangkaian kegiatan terencana dan bertahap yang dilakukan oleh pelaksana

    instansi yang telah mendapat kewenangan atau perintah dari eksekutif atau

    dekrit presiden dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah dan

    keputusan peradilan yang saling mempengaruhi dalam pelaksanaan kegiatan.

    Pengertian Pembangunan

    Dalam pemahaman sederhana pembangunan diartikan sebagai proses

    perubahan kearah yang lebih baik, melalui upaya yang dilakukan secara

    terencana. Pembangunan dalam sebuah negara sering dikaitkan dengan

    pembangunan ekonomi (economic development). Pembangunan ekonomi

    adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita

    dengan memperhitungkan adanya peningkatan jumlah dan produktifitas sumber

    daya, termasuk pertambahan penduduk, disertai dengan perubahan fundamental

    dalam struktur ekonomi suatu negara serta pemerataan pendapatan bagi

  • Pelaksanaan Program Rumah Layak Huni (Dwi Traper)

    250

    penduduk suatu negara. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh

    Sumitro dalam Deliarnov (2006:89), bahwa proses pembangunan ekonomi

    harus merupakan proses pembebasan, yaitu pembebasan rakyat banyak dari

    belenggu kekuatan-kekuatan ekonomi, dan pembebasan negara-negara

    berkembang dari belenggu tata kekuatan ekonomi dunia.

    Secara terminologis, di Indonesia pembangunan identik dengan

    istilahdevelopment, modernization, westernization, empowering, industrializati

    on,economic growth, europanization, bahkan istilah tersebut juga sering

    disamakan dengan term political change. Identifikasi pembangunan dengan

    beberapa term tersebut lahir karena pembangunan memiliki makna yangmulti-

    interpretable, sehingga kerap kali istilah tersebut disamakan dengan beberapa

    term lain yang berlainan arti (Moeljarto Tjokrowinoto, 2004).

    Makna dasar dari development adalah pembangunan. Artinya,

    serangkaian upaya atau langkah untuk memajukan kondisi masyarakat sebuah

    kawasan atau negara dengan konsep pembangunan tertentu.

    Lahirnya Pembangunan

    Dalam perkembangan sejarahnya, terlihat bahwa kapitalisme lahir lebih

    kurang tiga abad sebelum teori-teori pembangunan muncul. Sehingga, berbagai

    perdebatan terhadap teori maupun praktek pembangunan sudah berada di dalam

    alam kapitalisme. Karena itu, tidak mengherankan jika kapitalisme sangat

    mewarnai teori-teori pembangunan.

    Motivasi teori modernisasi untuk merubah cara produksi masyarakat

    berkembang sesungguhnya adalah usaha merubah cara produksi pra-kapitalis

    ke kapitalis, sebagaimana negara-negara maju sudah menerapkannya untuk

    ditiru. Selanjutnya dalam teori dependensi yang bertolak dari analisa Marxis,

    dapat diakatakan hanyalah mengangkat kritik terhadap kapitalisme dari skala

    pabrik (majikan dan buruh) ke tingkat antar negara (sentarl dan pinggiran),

    dengan analisis utama yang sama yaitu eksploitasi. Demikian halnya dengan

    teori sistem dunia yang didasari teori dependensi, menganalisis persoalan

    kapitalisme dengan satuan analisis dunia sebagai hanya satu sistem, yaitu

    sistem ekonomi kapitalis.

    Teori Modernisasi

    Teori Modernisasi lahir sekitar tahun 1950-an di Amerika Serikat

    sebagai wujud respon kaum intelektual atas Perang Dunia II yang telah

    menyebabkan munculnya negara-negara Dunia Ketiga. Kelompok negara

    miskin yang ada dalam istilah Dunia Ketiga adalah negara bekas jajahan perang

    yang menjadi bahan rebutan pelaku Perang Dunia II.

    Oleh karena adanya kepentingan tersebut, maka negara adidaya,

    khususnya Amerika Serikat mendorong kepada ilmuwan sosial untuk

    mempelajari permasalahan-permasalahan yang terjadi di negara dunia ke tiga

    tersebut. Maka muncullah beberapa teori-teori pembangunan dengan berbagai

    istilahnya dan berbagai alirannya dalam perspektif beberapa ahli yang

    mengemukakannnya. Permasalahan di dunia ketiga tersebut salah satunya di

  • eJournal Pemerintahan Integratif , Volume 1, Nomor 2, 2013: 245-259

    251

    kaji melalui Teori Modernisasi. Teori modernisasi di bahas oleh beberapa

    sosiolog dengan perspektif yang berbeda-berbeda.

    Asumsi Dasar Modernisasi

    Secara etimologis, ada beberapa tokoh yang mengajukan pendapat

    tentang makna modernisasi. Everett M. Rogers dalam Modernization Among Peasants: The 10 Impact of Communication menyatakan bahwa modernisasi merupakan proses dimana individu berubah dari cara hidup tradisional menuju

    gaya hidup lebih kompleks dan maju secara teknologis serta cepat berubah.

    Cyril E. Black dalam Dinamics of Modernization berpendapat bahwa secara historis modernisasi adalah proses perkembangan lembaga-lembaga

    secara perlahan disesuaikan dengan perubahan fungsi secara cepat dan

    menimbulkan peningkatan yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam hal

    pengetahuan manusia. Dengan pengetahuan tersebut, akan memungkinkan

    manusia untuk menguasai lingkungannya dan melakukan revolusi ilmiah.

    Daniel Lerner dalam The Passing of Traditional Society: Modernizing the Middle East menyatakan bahwa modernisasi merupakan suatu trend unilateral yang sekuler dalam mengarahkan cara-cara hidup dari tradisional

    menjadi partisipan. Marion Ievy dalam Modernization and the Structure of Societies juga menyatakan bahwa modernisasi adalah adanya penggunaan ukuran rasio sumberdaya kekuasaan, jika makin tinggi rasio tersebut, maka

    modernisasi akan semakin mungkin terjadi.

    Dari beberapa definisi tersebut, modernisasi dapat dipahami sebagai

    sebuah upaya tindakan menuju perbaikan dari kondisi sebelumnya. Selain

    upaya, modernisasi juga berarti proses yang memiliki tahapan dan waktu

    tertentu dan terukur.

    Sebagaimana sebuah teori, Modernisasi memiliki asumsi dasar yang

    menjadi pangkal hipotesisnya dalam menawarkan rekayasa

    pembangunan.Pertama, kemiskinan dipandang oleh Modernisasi sebagai

    masalah internal dalam sebuah negara (Arief Budiman, 2000:18).

    Kemiskinan dan problem pembangunan yang ada lebih merupakan

    akibat dari keterbelakangan dan kebodohan internal yang berada dalam sebuah

    negara, bukan merupakan problem yang dibawa oleh faktor dari luar negara.

    Jika ada seorang warga yang miskin sehingga ia tidak mampu mencukupi

    kebutuhan gizinya, maka penyebab utama dari fakta tersebut adalah orang itu

    sendiri dan negara dimana orang tersebut berada, bukan disebabkan orang atau

    negara lain. Artinya, yang paling pantas dan layak melakukan penyelesaian

    masalah atas kasus tersebut adalah orang dan negara dimana orang itu berada,

    bukan negara lain.

    Kedua, dari segala problem adalah kemiskinan, pembangunan berarti

    perang terhadap kemiskinan. Jika pembangunan ingin berhasil, maka yang kali

    pertama harus dilakukan adalah menghilangkan kemiskinan dari sebuah negara.

    Cara paling tepat menurut Modernisasi untuk menghilangkan kemiskinan

    adalah dengan ketersediaan modal untuk melakukan investasi. Semakin tinggi

  • Pelaksanaan Program Rumah Layak Huni (Dwi Traper)

    252

    tingkat investasi di sebuah negara, maka secara otomatis, pembangunan telah

    berhasil, (Mansour Fakih, 2002:44-47).

    Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Rumah Layak

    Huni

    Rumah memiliki fungsi yang sangat besar bagi individu dan keluarga

    tidak saja mencakup aspek fisik, tetapi juga mental dan sosial. Untuk

    menunjang fungsi rumah sebagai tempat tinggal yang baik maka harus dipenuhi

    syarat fisik yaitu aman sebagai tempat berlindung, secara mental memenuhi

    rasa kenyamanan dan secara sosial dapat menjaga privasi setiap anggota

    keluarga, menjadi media bagi pelaksanaan bimbingan serta pendidikan

    keluarga. Dengan terpenuhinya salah satu kebutuhan dasar berupa rumah yag

    layak huni, diharapkan tercapai ketahanan keluarga.

    Oleh sebab itu, kepedulian untuk menangani masalah tersebut

    diharapkan terus ditingkatkan dengan melibatkan seluruh komponen

    masyarakat (stakeholder) baik pemerintah pusat maupun daerah, dunia usaha,

    masyarakat, LSM dan elemen lainnya. Untuk mengalokasikan kegiatan

    Rehabilitasi Sosial Rumah Layak Huni (RSLH) yang dipadukan dengan

    pembuatan Sarana dan Prasarana Lingkungan sesuai dengan kebutuhan

    masyarakat yang dapat diakses secara umum.

    Metode Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yakni

    mendapatkan gambaran menyeluruh terhadap objek penelitian yang akan

    diteliti.

    Menurut Sugiyono (2009:11) penelitian deskriptif adalah penelitian

    yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel

    ataupun lebih (independen) tenpa membuat perbandingan atau menghubungkan

    antara variabel satu dengan variabel yang lain.

    Menurut Moleong (2006) penelitian kualitatif adalah penelitian yang

    bermaksud untuk memahami fenomena tantang apa yang dialami oleh subjek

    penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara

    holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada

    suatu konteks khusus yang dialami dan dengan memanfaatkan berbagai metode

    alamiah.

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis sumber data, yakni

    data primer dan data skunder, dengan penentuan sumber data menggunakan

    teknik purposive sampling. Menurut sugiyono (2007:30) purposive sampling

    yaitu teknik penentuan sampel untuk tujuan tertentu saja. Lebih lanjut menurut

    Subagyo (2004:31) purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel

    dengan berdasarkan pertimbangan ditentukan sendiri oleh peneliti.

    Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Desa Tideng Pale Induk

    Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung selama kurang lebih 3 minggu,

    dan untuk memperoleh data penulis telah menentukan responden yang terdiri

    dari : Kepala Dinas, Kepala Desa, Kaur Pembangunan, Penerima bantuan

  • eJournal Pemerintahan Integratif , Volume 1, Nomor 2, 2013: 245-259

    253

    rumah layak huni di Desa Tideng Pale Kabupaten Tana Tidung. Dan untuk

    menggumpulkan data maka penulis menggunakan penelitian kepustakaan dan

    penelitian lapangan (observasi, wawancara dan dokumentasi). Dan setelah data

    terkumpul maka dilakukan analisis data dengan menggunakan metode analisis

    data kualitatif model interaktif yang meliputi : pengumpulan data, reduksi data,

    penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

    Hasil Penelitian Pembahasan

    Tahapan Pelaksanaan Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan

    Rumah Layak Huni

    Dalam Pelaksanaan Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan

    Sosial Rumah Layak Huni harus dilandasi oleh kepedulian sosial untuk

    membantu orang yang membutuhkan pertolongan dengan empati dan kasih

    sayang, menekankan pada aspek pemerataan tidak diskriminatif dan seimbang

    antara hak dan kewajiban, dilaksanakan dengan memperhatikan kegunaan,

    mengintegrasikan berbagai komponen terkait sehingga dapat berjalan secara

    terkodinir dan sinergis, mendorong orang miskin ikut berperan aktif dalam

    pelaksanaan, pengendalian dan pelestarian seluruh kegiatan Rehabilitasi Rumah

    Layak huni termasuk menerima manfaat serta menerima manfaatnya.

    Berdasarkan hasil penelitian dari peneliti bahwa dalam Pelaksanaan

    Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Rumah Layak Huni

    di Desa Tideng Pale Induk Kecamatan Sesayap Kabupaten Tana Tidung sudah

    berjalan dengan cukup maksimal akan tetapi masih saja ditemukan masalah-

    masalah dalam pelaksanaan program rumah layak huni ini seperti tidak adanya

    pengawasan dari pihak yang terkait sehingga pembangunan rumah layak huni

    ini terkesan kurang maksimal selain itu banyak kendala-kendala yang dihadapi

    dalam proses pelaksanaan program rumah layak huni diantaranya lambatnya

    bahan material datang kelokasi pembangunan rumah layak huni hal ini

    dikarenakan bahan material ini kehabisan stok dan harus memesan keluar

    daerah kabupaten tana tidung serta tidak mendukungnya factor alam seperti

    hujan maka para tukang tidak akan bekerja sehingga melewati waktu yang telah

    ditergetkan.

    1. Tahapan Pelaksanaan Program

    Program rehabilitasi Rumah Layak Huni ini sangat terbuka atau

    transparan kepada masyarakat mulai dari tahap survey, pemantauan besaran

    bantuan yang akan diberikan maupun dalam pelaksanaan pembangunan

    Rehabilitasi Rumah Layak Huni. Hasil dari proses tersebut akan

    disosialisasikan kepada masyarakat, khususnya sasaran penerima program,

    masyarakat berperan aktif dalam setiap kegiatan Rehabilitasi Rumah Layak

    Huni milai dari tahap sosialisasi sampai dengan selesai pembangunan rumah

    layak huni tersebut. Berdasarkan keputusan Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja

    dan Transmigrasi Kabupaten Tana Tidung Nomor

    466/330.1/DSTKT/VIII/2011. Pada tahun 2011 jumlah penerima bantuan

    rumah layak huni di Kabupaten Tana Tidung sebanyak 150 unit khusus didesa

  • Pelaksanaan Program Rumah Layak Huni (Dwi Traper)

    254

    tideng pale induk sebanyak 13 Kepala Keluarga yang direkomendasikan dari

    desa dengan ukuran 6 x 9 M2 .

    Terdapat 150 kepala keluarga yang mendapatkan rumah layak huni di

    Kabupaten Tana Tidung pada tahun 2011 sesuai dengan studi kasus peneliti di

    Desa Tideng Pale jumlah penduduk miskin sebanyak 59 kepala keluarga tetapi

    yang mendapat bantuan rumah layak huni hanyalah 13 kepala keluarga miskin.

    Dari sisa 43 Kepala Keluarga penduduk miskin yang tidak mendapatkan

    bantuan rumah layak huni ini dari pihak Kabupaten akan tetapi dari pihak

    Provinsi akan membantu program ini melalui program rumah layak hunian

    lansung dari provinsi dalam bentuk rumah beton atau bata.

    a) Kriteria Pencalonan Penerima Bantuan

    Dalam pelaksanaan program pelayanan rumah layak huni ini kriteria

    kepala keluarga penerima bantuan program pelayanan dan rehabilitasi

    kesejahteraan sosial rumah layak huni ini adalah kepada mereka yang telah

    mendapatkan rekomendasi dari desa dan hasil seleksi dan verifikasi lapangan,

    dengan syarat-syarat atau kriteria-kriteria sebagai berikut :

    a. Memiliki KTP/identitas diri yang berlaku;

    b. Foto Copy Kartu Keluarga (KK)

    c. Melampirkan surat keterangan dari desa

    d. Kepala keluarga /anggota keluarga tidak mempunyai sumber mata pencaharian atau mempunyai mata pencaharian tetapi tidak dapat

    memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiian;

    e. Kehidupan sehari-hari masih memerlukan bantuan pangan untuk penduduk miskin seperti zakat dan raskin;

    f. Tidak memiliki asset lain apabila dijual tidak cukup untuk membiayai kebutuhan hidup anggota keluarga selama 3 bulan kecuali tanah dan

    rumah yang ditempati;

    g. Memiliki rumah di atas tanah milik sendiri yang dibuktikan dengan sertifikat atau girik atau ada surat keterangan kepemilikan dari

    kelurahan /desa atas status tanah.

    Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di Desa Tideng Pale Induk

    terdapat 13 Kepala keluarga yang mendapatkan bantuan rumah layak huni , dari

    13 kepala keluarga yang mendapatkan bantuan rumah layak hunian ini

    semuanya telah memenuhi persyaratan dengan melampirkan Fotocopy Kartu

    Tanda Penduduk (KTP), Fotocopy Kartu Keluarga , Fotocopy Surat

    Kepemilikan Tanah Pas foto 3x4 sebanyak 3 lembar dan telah mendapatkan

    Surat Keterangan rekomendasi dari Desa setempat untuk bisa diberikan bantuan

    rumah layak huni.

    Sesuai dengan observasi peneliti, bahwa benar adanya dalam

    pelaksanaan program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial rumah

    layak huni bagi keluarga miskin yang bermukim dirumah tidak layak huni

  • eJournal Pemerintahan Integratif , Volume 1, Nomor 2, 2013: 245-259

    255

    merupakan usulan yang telah direkomendasikan dari desa dengan melalui

    seleksi verifikasi lapangan melihat kondisi rumah yang ditempati oleh calon

    penerima yang berdomisili minimal lima tahun didesa tersebut dengan

    penghasilan dibawah rata-rata. Dalam proses verifikasi lapangan, tim verifikasi

    mempunyai parameter apakah benar-benar keluarga kurang mampu yang

    berhak menerima bantuan tersebut.

    b) Pelaksanaan Pembangunan Rumah Layak Huni

    Dalam pemahaman sederhana pembangunan diartikan sebagai proses

    perubahan kearah yang lebih baik, melalui upaya yang dilakukan secara

    terencana. Pembangunan dalam sebuah negara sering dikaitkan dengan

    pembangunan ekonomi (economic development). Pembangunan ekonomi

    adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita

    dengan memperhitungkan adanya peningkatan jumlah dan produktifitas sumber

    daya, termasuk pertambahan penduduk, disertai dengan perubahan fundamental

    dalam struktur ekonomi serta pemerataan pendapatan bagi penduduk.

    Persyaratan bangunan rumah jika mengunakan struktur rangka dari

    kayu harus memenuhi persyaratan pembangunan yakni :

    1) Pengukuran dan pembuatan bowplang;

    2) Penggalian pondasi;

    3) Pembuatan sloof dan lantai beton tumbuk;

    4) Pembuatan kusen pintu dan jendela;

    5) Pembuatan kuda-kuda;

    6) Pembuatan rangka pokok bangunan;

    7) Pemasangan dan penyetelan rangka pokok bangunan;

    8) Pemasangan rangka dinding, pemasangan kusen pintu kayu dan dinding papan;

    9) Pemasangan kuda-kuda serta gording dari kayu 8/12;

    10) Pemasangan atap dari seng gelombang beserta bubungan dan lisplang;

    11) Pemasangan daun pintu dan daun jendela beserta kuncinya;

    12) Pemasangan kamar madi dan WC;

    13) Pemasangan saluran pembuang air kotor dan kotoran (sanitasi)

    14) Pembersihan Pelaksanaan program rumah layak huni bertujuan untuk melihat atau

    mengetahui sejauh mana program pemerintah itu dapat dilaksanakan, sesuai

    dengan mekanisme yang telah ditetapkan, tepat waktu pengerjaan, dan tepat

    sasaran sehingga tujuan diadakannya program tersebut benar-benar dapat

    membantu meringankan kesulitan keluarga miskin untuk memiliki rumah yang

    layak untuk di huni.

    Kegiatan Rehabilitasi Sosial - Rumah Layak Huni bertujuan untuk

    meningkatkan kesejahteraan sosial penduduk miskin melalui pemberian kepada

    yang bersangkutan untuk partisipasi aktif dalam melaksanakan kegiatan secara

  • Pelaksanaan Program Rumah Layak Huni (Dwi Traper)

    256

    swakelola dan melestarikan hasil pencapaian kegiatan secara mandiri dengan

    memanfaatkan dana dari APBD Kabupaten.

    Sehubungan dengan pelaksanaan , seseorang akan mengalami kesulitan

    apabila program itu tidak terealisasi dengan baik, maka dari itu dibutuhkan

    pemahaman mengenai tujuan ataupun mekanisme dari program yang dilakukan

    melalui sosialisasi, apapun bentuk program kalau tidak disosialisasikan akan

    sulit bagi masyarakat untuk mengerti. Untuk menentukan siapa saja yang

    berhak mendapatkan program tersebut maka dibutuhkan data yang akurat dan

    bisa dipertanggungjawabkan apabila terjadi pertanyaan tentang perbaikan

    rumah ini, maka petugas dapat membuktikan kenapa orang itu dapat sedangkan

    yang lain tidak mendapatkan.

    Dana yang telah diberikan untuk proyek rumah layak huni sudah cukup

    besar tetapi pada kenyataannya ada sebagian rumah layak huni ini belum

    selesai dikerjakan seperti halnya dapur dan kamar mandi sehingga para

    penerima program rumah layak hunian ini enggan untuk menempati rumah

    tersebut. Selain itu Seringkali penerima bantuan rumah layak huni tersebut

    justru yang memilih bahan rumahnya sendiri demi untuk mendapatkan rumah

    hunian yang layak dan berumur panjang, sementara untuk proses pembangunan

    proyek tersebut terkesan diperlambat atau diundur bila sang empunya rumah

    tidak mengawasi secara terus menerus setiap hari.

    c) Pendamping Pelaksanaan Program

    Pendamping pada dasarnya merupakan upaya untuk menyertakan

    masyarakat dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki sehingga

    mampu mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Pada kegiatan program

    pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial rumah layak huni didesa tiding

    pale induk kecamatan sesayap kabupaten tana tidung ini dilaksnakan untuk

    mempasilitasi pada proses pengambilan keputusan berbagai kegiatan yang

    terkait kebutuhan masyarakat membangun kemampuan dalam meningkatkan

    pendapatan.

    Dalam pelaksanaan program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan

    sosial pendamping ini diperlukan ketersediaan sumberdaya manusia manusia (

    SDM ) yang berkualitas yang mampu berperan sebagai fasilitator, komunikator,

    dinamisator selama program berlangsung dan berfungsi sebagai konsultan

    sewaktu diperlukan oleh pihak penerima bantuan. Tenaga pendamping dapat

    berasal dari tenaga pendamping lokal diwilayah setempat (tokoh masyarakat)

    maupun tenaga pendamping yang berasal dari luar (LSM) sepanjang memenuhi

    kriteria pendamping. Seperti jika bahan material telah habis maka yang

    berperan dalam hal ini adalah konsultan yang berhubungan langsung dengan

    pihak proyek yang telah mendapatkan program tersebut.

    Dalam pelaksanaan pembangunan rumah layak huni diperlukan suatu

    control yang dimana control tersebut bisa melaksanakan proses pembangunan

    rumah layak huni ini kearah yang lebih baik. Pendamping maksudnya, didalam

    suatu pelaksanaan program perlu adanya pendamping pelaksanan program yang

    dimana pendamping tersebut dapat mengatur mengawasi dari awal sampai

  • eJournal Pemerintahan Integratif , Volume 1, Nomor 2, 2013: 245-259

    257

    program itu selesai begitu juga dalam pelaksanaan program pelayanan dan

    rehabilitasi kesejahteraan sosial rumah layak huni perlu adanya pendamping

    agar pelaksanaan kegiatan bisa berjalan dengan semestinya tanpa ada kendala

    dari pihak manapun. Selain itu pendamping tersebut harus dari masyarakat

    setempat dengan tugas memotifasi kelompok penerima sasaran untuk

    mensuskseskan pelaksanaan pembangunan rumah layak huni diwilayahnya,

    memonitoring dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan.

    Pendamping dari proyek rumah layak huni ini adalah dari pihak proyek

    atau dari pihak yang mendapatkan lelang rumah layak huni yang berasal dari

    masyarakat setempat. Jika bahan-bahan material habis maka penerima rumah

    layak huni akan melaporkan kepada pendamping dan pendamping akan segera

    melihat bahan-bahan apa saja yang kurang. Tapi kebanyakan yang menerima

    bantuan tersebut juga turut ikut serta dalam program ini karena banyak sekali

    para penerima bantuan yang mengeluh atau tidak percaya. Dalam pelaksanaan

    program ini pendamping seharusnya berperan aktif dalam pelaksanaan

    penyaluran bahan material sehingga selesai dalam waktu yang ditetapkan dan

    tidak mengulur ulur waktu.

    d. Waktu Pelaksanaan Program

    Sebelum melaksanakan pekerjaan pembangunan dalam pelaksanaan

    program rumah layak huni sudah tentu diperlukan acuan untuk mencapai target

    penyelesaian pekerjaan dengan mengunakan target waktu penyelesaian untuk

    satu unit rumah yang akan dibangun sehingga dalam program tersebut tidak

    memakan waktu yang cukup lama dan sesuai target penyelesaian. Dalam

    pelaksanaan program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial rumah

    layak huni ini mengunakan waktu 5 ( lima ) bulan atau 150 hari kerja dalam

    satu unit rumah layak huni. Dalam pelaksanaan program rumah layak huni ini

    waktu yang ditargetkan selama 5 ( lima ) bulan bisa saja tidak cukup

    dikarenakan terkendala oleh factor alam , seperti halnya dengan jika cuaca atau

    turun hujan pekerja tidak dapat meneruskan pekerjaannya sehingga harus

    menunda waktu lagi dalam proses pelaksanaan pembuatan rumah layak huni

    tersebut.

    2. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program rumah layak huni

    Dalam mencapai sebuah tujuan organisasi, tidak semua dapat berjalan

    mulus. Pasti ada kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai tujuan suatu

    organisasi. Begitupun dalam pelaksanaan program pelayanan dan rehabilitasi

    kesejahteraan sosial rumah layak huni dimana dalam pelaksanaannya pasti ada

    kendala-kendala dalam mencapai tujuan yaitu mendapatkan sumber daya

    manusia yang berkualitas.

    Adapun kendala-kendala atau hambatan-hambatan dalam pelaksanaan

    program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial rumah layak huni ini

    ialah lambatnya bahan material untuk sampai kelokasi pembangunan rumah

    layak huni ini sehingga pihak pekerja rumah layak huni tersebut harus

  • Pelaksanaan Program Rumah Layak Huni (Dwi Traper)

    258

    mengulurkan waktu sampai bahannya berada dilokasi pembangunan rumah

    layak huni tersebut.

    Hal ini merupakan kendala atau hambatan dalam pelaksanaan program

    tersebut lain halnya dengan jika cuaca atau turun hujan pekerja tidak dapat

    meneruskan pekerjaannya sehingga harus menunda waktu lagi dalam proses

    pelaksaan pembuatan rumah layak huni tersebut.

    Kesimpulan

    1. Pelaksanaan Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Rumah Layak Huni memiliki tahapan-tahapan pelaksanaan yang diantaranya

    terdiri dari kriteria calon penerima bantuan, pelaksanaan pembangunan

    rumah layak huni, pendamping pelaksanaan pembangunan, dan waktu

    pelaksanaan dari tahapan-tahapan tersebut pelaksanaan program rumah

    layak huni dapat dilaksanakan dengan cukup maksimal meskipun masih

    terkendala dengan kurangnya pengawasan dari pihak yang terkait sehingga

    pelaksanaan tersebut terkesan apa adanya.

    2. Hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses pelaksanaan program pelayanan dan rehabiulitasi kesejahteraan sosial rumah layak huni ini

    diantaranya ialah rancunya program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan

    sosial rumah layak huni antara pemerintah provinsi dan pemerintah

    kabupaten. Lambatnya bahan material untuk sampai kelokasi.

    Rekomendasi

    Dari kesimpulan diatas yang telah penulis paparkan, maka penulis

    menyarankan beberapa rekomendasi-rekomendasi kepada pihak-pihak yang

    terkait tentang Pelaksanaan Program dan rehabilitasi Kesejahteraan Sosial

    Rumah Layak Huni di Desa Tideng Pale Induk Kecamatan Sesayap Kabupaten

    Tana Tidung antara lain :

    1. Perlu dilaksanakannya pembuatan SK Program karena dalam Pelaksanaan Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Rumah Layak huni

    peneliti hanya menerima SK Penerima Program Sedangkan SK programnya

    tidak ada hal ini sangat penting untuk menindaklanjuti rancunya

    pembangunan rumah layak huni dengan pemeriuntah provinsi.

    2. Dalam proses pelaksanaan program pelayanan dan rehabilitasi kesejahteraan sosial rumah layak huni ini diperlukan pengawasan sehingga

    berkesan tidak tepat sasaran dan hanya berjalan dengan seadanya saja

    dengan faktanya dilapangan yang mengawasi justru para penerima program

    yang dimana mereka juga harus bekerja untuk mencari kebutuhan sehari-

    hari.

    3. Dari pihak penggarap proyek rumah layak huni diharapkan agar bahan-bahan material telah dipersiapkan terlebih dahulu sehingga para tukang atau

    pekerja rumah layak huni ini tidak menunggu dan memakan waktu yang

    lama sampai bahan material tiba di lokasi pembuatan rumah layak huni.

  • eJournal Pemerintahan Integratif , Volume 1, Nomor 2, 2013: 245-259

    259

    Daftar Pustaka

    Abidin, Zainal Said. 2002. Kebijakan Publik Jakarta: Yayasan Pancur Siwah

    Asenk Lee, 2008. Enam Juta Penduduk Indonesia Belum Miliki Rumah

    Layak Huni

    BPS. Konsep kemiskinan. Tersedia dalam http://www.BPS.go.id. Di akses

    tanggal 15 April 2009

    Budiman, Arif. 2000 Sosiologi Pembangunan dan Keterbelakangan Sosiologi,

    Jakarta: Pustaka Pulsar

    Husman, Husaini, Purnomo setiady Akbar, 2003. Metedologi Penelitian sosial,

    Bumi Aksara, Jakarta.

    JARNASY, OWIN.2004. Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan

    Kemiskinan. Belantika. Jakarta.

    NASIKUN. 2001. Bahan Kuliah ; Isu dan Kebijakan Penanggulangan

    Kemiskinan. Magister Administrasi Publik. Universitas Gadjah Mada,

    Yogyakarta.

    NASIKUN. 1995. Kemiskinan di Indonesia Menurun, dalam Perangkap

    Kemiskinan, Problem, dan Strategi Pengentasannya, (Bagong Suyanto,

    ed), Airlangga Univercity Press.

    Nawawi, H. Hadari. 2005.Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:

    Gadjah Mada University

    Pasalong, Harbani. 2007. Teori Administrasi Publik. Bandung : ALFABATA

    Singarimbun, Masri, 1989. Metodologi Penelitian Survei, LP3ES, PT

    Matahari Bakti, Jakarta

    Subagyo, Joko. 2004. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

    Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

    ALFABETA

    Sutinah, Suyanto Bagong, 2006, Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif

    Pendekatan , Jakarta, Kencana Pranada Media Group.

    Sumber Lainnya:

    Enam Juta Penduduk Indonesia Belum Miliki Rumah Layak Huni. Tersedia di

    http://rosenmaihunuk.blogspot.com. Di akses tanggal 14 April 2009