Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen,
Transcript of Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen,
190 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 3, No. 3, bulan 2019, hlm. 189 – 204
pajak lainnya seminimal mungkin sepanjang
hal tersebut tidak melanggar Standar
Akuntansi Keuangan maupun ketentuan
Undang-Undang perpajakan yang berlaku
(Suparman, 2014). Perencanaan pajak dapat
dilakukan dengan beberapa cara yaitu
berdasarkan peraturan perundang-undangan
pajak, seperti menghitung penyusutan aset
tetap perusahaan dengan metode tertentu,
penilaian kembali aset perusahaan (revaluasi
aset), penentuan harga transfer perusahaan
(transfer pricing) dan manajemen persediaan
(Ratag, 2013).
Peranan aset tetap sangat besar dalam
perusahaan baik ditinjau dari fungsi aset,
nilai aset yang diinvestasikan, pengolahannya
yang melibatkan banyak pihak, dan proses
pembuatannya yang bersifat jangka panjang,
maupun pengawasan dan pengendalian aset
yang memungkinkan sangat rumit.
Berdasarkan hal tersebut, perusahaan harus
menentukan metode penyusutan yang tepat
bagi asetnya. Menurut Ritonga (2017),
metode penyusutan yang digunakan
perusahaan tentunya sangat memiliki
pengaruh terhadap nilai laba atau rugi
perusahaan ke depannya. Pengelolaan aset
tetap perusahaan memungkinkan perusahaan
untuk mengurangi pajak melalui perencanaan
pajak karena beban penyusutan aset secara
langsung akan mengurangi laba perusahaan
yang menjadi dasar perhitungan pajak
(Ardyansah, 2014).
Revaluasi merupakan metode yang
sering diterapkan oleh perusahaan meskipun
terdapat kompleksitas kesesuaian penilaian
aset di pasar dengan nilai buku yang dimiliki.
Revaluasi aset tetap merupakan penilaian
kembali aset tetap perusahaan yang
mengakibatkan adanya kenaikan aset tetap
tersebut di pasar atau karena rendahnya nilai
buku aset tetap di laporan keuangan
perusahaan yang disebabkan oleh devaluasi
aset. Dampaknya, nilai aset tetap yang
dilaporkan dalam laporan keuangan
perusahaan tidak lagi mencerminkan nilai
wajar. Melalui metode revaluasi aset tetap
tersebut, nilai aset tetap akan bertambah
besar yang secara langsung akan mengurangi
tingkat laba perusahaan. Menurunnya laba
perusahaan akan meminimalkan pajak
terhutang yang dibayarkan oleh perusahaan.
Revaluasi dapat disebut berhasil untuk
efisiensi pajak jika pengurangan pajak yang
ditimbulkan oleh revaluasi aset tetap lebih
besar dari beban yang harus dikeluarkan
perusahaan (Pahlepi dan Wifasari, 2015).
Karakteristik atau ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap praktik
efisiensi pajak perusahaan dengan political
power theory yang didukung oleh sumber
daya yang mencukupi untuk memanfaatkan
proses politik yang menguntungkan
perusahaan berupa perencanaan pajak agresif
yang bertujuan mendapatkan penghematan
pajak optimal (Siregar dan Widyawati, 2016;
Fatharani, 2012). Skala perusahaan atau jenis
ukuran perusahaan adalah skala atau nilai
yang dapat mengklasifikasikan suatu
perusahaan ke dalam kategori perusahaan
besar atau kecil berdasarkan total aset dan
log size, sehingga perusahaan yang lintas
negara memiliki kecenderungan untuk
melaksanakan perencanaan pajak yang lebih
tinggi daripada perusahaan lintas domestik
(Ardyansah, 2014).
PT. Pembangunan Perumahan
(persero), Tbk. atau lebih sering disebut PT.
PP (persero) merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang jasa konstruksi.
Semenjak berdirinya tahun 1953 telah
dipercaya oleh banyak klien untuk
membangun proyek-proyek besar, hingga
semenjak tahun 1991-2002, PT. PP (persero)
telah menjadi pemain utama dalam bisnis
konstruksi nasional dengan berbagai mega
proyek nasional yang dikelola dan dikerjakan
sampai dengan saat ini, oleh karena
perusahaan ini tergolong sebagai perusahaan
yang telah lama berdiri serta telah menjadi
perusahaan publik yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia, maka perlu dilakukan
penyusutan dan revaluasi aset terhadap aset-
aset tetap milik PT. PP (persero), seperti
nilai bangunan dan mesin serta peralatan
Alamsyah, Penerapan Perencanaan Pajak melalui...
konstruksi lainnya agar aset-aset tersebut
dapat disesuaikan dengan nilai saat ini.
Penelitian terdahulu terkait
perencanaan pajak menunjukkan bahwa
kebijakan revaluasi aset tetap yang
diterapkan oleh perusahaan akan
menyebabkan penghematan terhadap pajak
yang akan dibayarkan oleh perusahaan
tersebut (Prihartono, 2016 dan Putri, 2013).
Sebaliknya Sau (2015) dan Ramadhan (2013)
menunjukkan kebijakan revaluasi aset tetap
yang diterapkan oleh perusahan
menyebabkan laba fiskal perusahaan
mengalami penurunan. Terlepas dari itu,
sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 79/PMK.03/2008, selisih atas
revaluasi aset dikenakan pajak final sebesar
10% sehingga jumlah beban pajak yang
dibayarkan perusahaan lebih besar ketika
melakukan revaluasi aset tetap dibandingkan
dengan ketika tidak melakukan revaluasi aset
tetap. Adanya ketidakkonsistenan hasil
penelitian terdahulu, menjadikan alasan
peneliti untuk melakukan pengembangan dari
penelitian sebelumnya. Perbedaannya
terdapat dua fokus metode yang dianalisa
oleh peneliti yaitu revaluasi aset dan
bagaimana penerapan metode penyusutan
aset tetap yang disesuaikan dengan nilai saat
ini pada PT. PP (persero). Diketahui bahwa
PT PP (persero) yang bergerak bidang
konstruksi banyak memiliki aset tetap tidak
hanya berupa bangunan dan tanah namun
juga mesin dan peralatan konstruksi lainnya
sehingga perlu analisis lebih lanjut terkait
kebijakan perencanaan pajak melalui metode
penyusutan dan revaluasi aset yang dilakukan
terkait dampak penghematan terhadap beban
pajak yang dibayarkan perusahaan atau tidak
dibandingkan sebelumnya.
Tujuan penelitian ini adalah menelaah
penerapan perencanaan pajak PT. PP
(persero) melalui metode penyusutan dan
revaluasi aset tetap sebagai upaya
penghematan terhadap beban pajak
penghasilan badan yang harus dibayarkan
PT. PP (persero). Lingkup penelitian ini
adalah penggunaan metode penyusutan yang
digunakan yaitu metode garis lurus dan
metode saldo menurun serta laporan
keuangan yang digunakan merupakan
laporan keuangan tahunan 2015-2016 karena
PT. PP (persero) baru melakukan revaluasi
aset tetap pada tahun 2015-2016.
2. Kajian Teori
Perencanaan pajak merupakan langkah
awal dalam manajemen pajak seperti
melakukan pengumpulan dan penelitian
terhadap peraturan perpajakan untuk
menyeleksi jenis tindakan penghematan
pajak yang akan dilakukan (Suandy, 2011).
Menurut Chrisdianto dan Yunus (2011) dan
Nadeak (2011), perencanaan pajak memiliki
dua strategi yaitu: 1) revaluasi aset atau
menilai aset tetap dengan metode cost model
dan revaluation model, 2) perhitungan
penyusutan dengan metode saldo menurun.
Pada umumnya tujuan dari perencanaan
pajak ditekankan untuk meminimumkan
kewajiban pajak, namun beberapa tujuan
pokok perencanaan pajak seperti yang
diungkapkan Pohan (2013:21) yaitu (1)
meminimalisasi beban pajak terutang, (2)
memaksimalkan laba setelah pajak, (3)
meminimalkan terjadinya kejutan pajak (tax
surprise) jika terjadi pemeriksaan pajak oleh
fiskus, (4) memenuhi kewajiban perpajakan
secara benar dan efektif sesuai ketentuan
perpajakan.
Beberapa strategi umum perencanaan
pajak menurut Ratag (2013) yaitu (a) Tax
saving merupakan upaya efisiensi beban
pajak melalui pemilihan alternatif pengenaan
pajak dengan tarif yang lebih rendah.
Misalnya perusahaan dapat melakukan
perubahan pemberian natura pada karyawan
menjadi tunjangan dalam bentuk uang; (b)
Tax avoidance merupakan upaya efisiensi
beban pajak dengan menghindari pengenaan
pajak melalui transaksi yang bukan
merupakan objek pajak. Misalnya,
perusahaan yang mengalami kerugian perlu
mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk
uang menjadi pemberian natura karena natura
bukan merupakan objek pajak PPh pasal 21;
192 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 3, No. 3, bulan 2019, hlm. 189 – 204
(c) memahami peraturan pajak yang berlaku,
perusahaan dapat menghindari timbulnya
sanksi perpajakan berupa sanksi administrasi
berupa denda, bunga atau kenaikan serta
sanksi pidana atau kurungan; (d) menunda
pembayaran pajak tanpa melanggar peraturan
pajak yang berlaku dengan melalui
penundaan pembayaran PPN yang dilakukan
dengan menunda penerbitan faktur pajak
keluaran hingga batas waktu yang
diperkenankan khususnya untuk penjualan
kredit; dan yang terakhir (e) mengoptimalkan
kredit pajak yang diperkenankan karena
wajib pajak sering kurang memperoleh
informasi mengenai pembayaran pajak yang
dapat dikreditkan yang merupakan pajak
dibayar di muka.
Menurut PSAK No. 16 (Revisi 2011),
aset tetap merupakan aset berwujud yang
dimiliki untuk digunakan dalam produksi
atau penyediaan barang atau jasa untuk
tujuan administrasi dan diharapkan
digunakan selama lebih dari satu periode.
Sedangkan menurut aturan perpajakan, aset
tetap disebut dengan istilah harta berwujud
yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau
dibangun sendiri dengan memenuhi kriteria
yaitu (1) dimiliki dan digunakan dalam usaha
untuk mendapat, menagih dan memelihara
penghasilan dengan memiliki masa manfaat
lebih dari satu tahun; (2) tidak dimaksudkan
untuk dijual dalam kegiatan normal
perusahaan (Ritonga, 2017).
Semua jenis aset tetap memiliki umur
manfaat yang terbatas, kecuali tanah. Umur
manfaat menurut PSAK No. 16 adalah suatu
periode dimana aset diharapkan digunakan
oleh entitas dan jumlah produksi atas unit
serupa yang diharapkan dari aset tersebut
oleh entitas. Menurut aturan perpajakan
maupun akuntansi, nilai aset tidak dapat
dibebankan sekaligus sebagai biaya.
Pembebanan aset tetap harus dilakukan
dengan cara alokasi secara bertahap melalui
penyusutan. Aset tetap harus disajikan
sebesar biaya perolehannya dan dikurangi
akumulasi penyusutannya kecuali tanah.
Ardyansah (2014) menyatakan bahwa aset
tetap perusahaan memungkinkan perusahaan
untuk mengurangi pajak melalui perencanaan
pajak karena beban penyusutan aset secara
langsung akan mengurangi laba perusahaan
yang menjadi dasar perhitungan pajak.
Penyusutan aset adalah sebagian dari
harga perolehan aset tetap yang secara
sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap
periode akuntansi. Menurut Baridwan (2013)
penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset
yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang diestimasi yang akan
dibebankan ke pendapatan baik secara
langsung maupun tidak langsung. Penyusutan
bukannya suatu proses penilaian aset atau
prosedur pengumpulan dana untuk
mengganti aset, tetapi metode untuk
mengalokasikan harga perolehan aset tetap
ke periode-periode akuntansi.
Menurut ketentuan perpajakan aset tetap
berwujud yang mempunyai masa manfaat
atau umur terbatas harus dikelompokkan ke
dalam dua kategori yaitu aset tetap berupa
bangunan dan aset tetap non bangunan
(Harnanto, 2013). Metode penyusutan yang
diperbolehkan dalam ketentuan perpajakan
yaitu metode garus lurus dan metode saldo
menurun, pada dasarnya kedua metode ini
memiliki akumulasi penyusutan yang sama
pada saat umur ekonomi habis tetapi
perbedaan utama terletak pada besarnya
beban penyusutan pada tiap tahun
(Rahmasari, 2017), sedangkan menurut
Suparman (2014) menyatakan metode
penyusutan yang sesua dengan SAK maupun
UU perpajakan adalah metode garis lurus.
Aset tetap berupa bangunan
dikelompokkan lebih lanjut ke dalam
bangunan permanen dan bangunan tidak
permanen, sedangkan untuk aset tetap non
bangunan dikelompokkan dalam 4 kategori
yaitu kelompok 1, 2, 3 dan kelompok 4.
Berdasarkan pada penggolongan aset tetap
berwujud yang mempunyai umur terbatas
sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
mengenai metode penyusutan yang
diperbolehkan berdasarkan ketentuan pasal
11 Undang-undang Pajak Penghasilan No. 36
Alamsyah, Penerapan Perencanaan Pajak melalui...
Tahun 2008 tersebut, maka dilakukan dengan
menggunakan dua metode (Pohan,
2013:256), yaitu (1) metode garis lurus,
metode yang menghasilkan pembebanan
yang tetap sama selama masa umur manfaat
aset jika nilai residunya tidak berubah; dan
(2) metode saldo menurun, metode yang
menghasilkan pembebanan yang menurun
selama masa umur manfaat.
Tabel 1. Penggolongan dan metode
penyusutan aset tetap No Kelompok
Aset/Harta
Umur
(Tahun)
Metode dan Tarif
Penyusutan / Tahun
Garis
Lurus
Saldo
Menurun
1 Bangunan
1.1 Bangunan
tidak permanen
10 5%
1.2 Bangunan Permanen
20 10%
2 Non Bangunan
2.1 Kelompok 1 4 25% 50%
2.2 Kelompok 2 8 12,5% 25%
2.3 Kelompok 3 16 6,25% 12,5%
2.4 Kelompok 4 20 5% 10%
Sumber: Pohan (2013:256)
Revaluasi atau penilaian kembali aset
tetap adalah kegiatan perhitungan kembali
nilai aset tetap sesuai harga pasar yang
berlaku pada saat penilaian dilakukan.
Organisasi yang dapat melakukan penilaian
kembali aset tetap adalah wajib pajak badan
dalam negeri dan bentuk usaha tetap.
Sedangkan jenis aset tetap yang dapat
dilakukan revaluasi adalah seluruh aset tetap
berwujud termasuk tanah yang berstatus hak
milik atau hak guna yang terletak di
Indonesia untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan.
Perusahaan melakukan revaluasi aset
tetap agar dapat melakukan perhitungan
biaya dan penghasilan yang lebih wajar dan
mencerminkan kemampuan serta nilai
perusahaan yang sesungguhnya. Revaluasi
aset tetap dapat dipandang sebagai suatu
fasilitas pajak karena memperkenankan
perusahaan untuk mengakui depresiasi aset
tetap sebagai pengurang penghasilan atau
biaya berdasarkan nilai wajar aktiva setelah
revaluasi yang biasanya lebih besar
dibandingkan dengan nilai buku sebelum
revaluasi, dengan begitu perusahaan
memperoleh manfaat berupa penghematan
pajak (Harnanto, 2013).
Sistem akuntansi yang dikembangkan
dan ditetapkan sesuai ketentuan perpajakan
harus dilaksanakan sesuai dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum, dalam
hal ini sesuai dengan PSAK kecuali jika
terdapat aturan khusus dari ketentuan
perpajakan yang diatur oleh Pemerintah.
Dalam peraturan pajak, penilaian kembali
harus dilakukan sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2008
tanggal 23 Mei 2008 tentang Penilaian
Kembali Aset Tetap Peruahaan untuk tujuan
Perpajakan. Meskipun di dalam peraturan
perpajakan memperbolehkan wajib pajak
untuk melakukan penilaian kembali aset
tetap, tetapi tidak semua aset tetap dapat
direvaluasi atau dinilai kembali. Penelitian
dari Ritonga (2017) mengungkapkan bahwa
berdasarkan peraturan Menteri Keuangan
Nomor 79/PMK.03/2008 tertanggal 23 Mei
2008 pasal 3 ayat 1, revaluasi aset tetap
perusahaan dilakukan terhadap: (1) seluruh
aset tetap berwujud termasuk tanah yang
berstatus hak milik atau hak guna bangunan
atau; (2) seluruh aset tetap berwujud tidak
termasuk tanah, yang terletak atau berada di
Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan yang merupakan objek pajak.
Selisih atas revaluasi adalah selisih antara
nilai buku (setelah revaluasi) dari suatu aset
dengan sisa nilai buku aset secara fiskal
(sebelum revaluasi). Berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 79/PMK.03/2008
Pasal 3 apabila dari selisih tersebut terjadi
kelebihan, maka akan dikenakan pajak final
sebesar 10%. Informasi terakhir bahwa
dirubahnya Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 79/PMK.03/2008 Pasal 3 menjadi
Peraturan Menteri Keuangan nomor
191/PMK.010/2015 tentang penilaian
kembali aset tetap untuk tujuan perpajakan
bagi permohonan yang diajukan pada tahun
2015 dan 2016. Peraturan tersebut
194 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 3, No. 3, bulan 2019, hlm. 189 – 204
memutuskan, wajib pajak dapat melakukan
penilaian kembali aset tetap dengan tujuan
perpajakan dan mendapat perlakuan khusus
apabila permohonan diajukan kepada
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu
sejak berlakunya peraturan tersebut sampai
tanggal 31 Desember 2016. Perlakuan khusus
tersebut berupa pengurangan tarif pajak
penghasilan yang bersifat final dari 10%
menjadi sebesar 3% untuk permohonan yang
diajukan paling lambat tanggal 31 Desember
2015, 4% untuk permohonan yang diajukan
paling lambat tanggal 30 Juni 2016 dan 6%
untuk permohonan yang diajukan paling
lambat tanggal 31 Desember 2016 (PMK
191/PMK.010./2015).
3. Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Data dikumpulkan dan
diidentifikasi yang berkaitan dengan
permasalahan perencanaan pajak PT. PP
(persero) melalui metode penyusutan dan
revaluasi aset tetap sebagai upaya
penghematan terhadap beban pajak PPh Badan
yang harus dibayarkan perusahaan. PT. PP
(persero) yang bergerak dalam bidang jasa
konstruksi dan semenjak tanggal 9 Februari
2010 telah resmi tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Penelitian ini menggunakan jenis data
kuantitatif yang merupakan data yang
berbentuk angka yang dapat diolah untuk
menghasilkan sebuah simpulan. Data yang
dipakai tersebut yaitu laporan keuangan
tahunan yang telah resmi diterbitkan dalam
situs resmi Bursa Efek Indonesia. Data
sekunder dalam penelitian ini didapat dari
laporan keuangan tahunan yang diterbitkan
dalam situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu
www.idx.co.id khususnya data laporan
keuangan komersial dan fiskal tahun 2015 dan
2016 yang nantinya akan digunakan oleh
peneliti dalam mendukung penelitian, serta
data aset tetap perusahaan dan nilai revaluasi
aset lengkap dengan metode penyusutannya.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan
peneliti adalah metode dokumentasi yang
merupakan metode pengumpulan data dengan
cara melakukan analisis terhadap semua
catatan dan dokumen yang dimiliki oleh
organisasi terpilih sebagai objek penelitian.
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa
catatan atas laporan keuangan dalam laporan
tahunan PT. PP (Persero) atau data-data yang
terkait dengan penelitian.
3. Hasil dan Pembahasan
PT. PP (persero) telah melakukan
revaluasi aset tetap sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia dengan nomor 191/PMK.010/2015
tentang penilaian kembali aktiva tetap untuk
tujuan perpajakan bagi permohonan yang
diajukan pada tahun 2015 dan 2016 yang
dikeluarkan oleh Menteri Keuangan
Republik Indonesia pada tanggal 20 Oktober
2015. Tahun 2015–2016, nilai aset tetap pada
PT. PP (Persero), Tbk dinyatakan
berdasarkan nilai revaluasi yang merupakan
nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal
revaluasi, berdasarkan keteraturan yang
memadai untuk memastikan bahwa jumlah
tercatat tidak berbeda secara material dari
jumlah yang ditentukan dengan
menggunakan nilai wajar pada tanggal
laporan posisi keuangan. Aset tetap pada PT.
PP (persero) di nilai dengan menggunakan
cost model dan revaluation model dimana
aset tetap yang dinilai kembali adalah tanah,
bangunan, mesin dan peralatan untuk tahun
2016 sedangkan tahun 2015 perusahaan
melakukan revaluasi hanya pada aset tetap
berupa tanah dan bangunan. Aset tetap yang
dinilai dengan menggunakan cost model yang
ditentukan dengan cara biaya perolehannya
dikurangi akumulasi penyusutan dan
akumulasi rugi penurunan nilai aset yaitu mesin dan peralatan, aset hotel, kendaraan,
inventaris kantor, aset dalam pembangunan
dan aset sewa guna untuk tahun 2015
sedangkan tahun 2016 diketahui bahwa
mesin dan peralatan berubah penilaiannya
menjadi revaluation model yang ditentukan
dengan cara menghitung nilai wajar pada
Alamsyah, Penerapan Perencanaan Pajak melalui...
tanggal revaluasi dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan
nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Seluruh aset tetap perusahaan disusutkan
dengan menggunakan metode garis lurus
kecuali tanah dan aset dalam pembangunan
yang tidak disusutkan, perusahaan juga
menetapkan nilai residu nihil untuk
perhitungan penyusutannya.
Seluruh aset tetap perusahaan
disusutkan dengan menggunakan metode
garis lurus kecuali tanah dan aset dalam
pembangunan yang tidak disusutkan,
perusahaan juga menetapkan nilai residu
nihil untuk perhitungan penyusutannya.
Tabel 2 merupakan daftar aset tetap dan nilai
revaluasi dan biaya perolehan aset tetap yang
dimiliki oleh PT. PP (persero).
Selisih revaluasi pada tahun 2015
disajikan pada Tabel 3, sedangkan selisih
revaluasi pada tahun 2016 disajikan pada
Tabel 4. Tabel 3 dan 4 menunjukkan daftar
aset tetap yang dimiliki oleh PT. PP
(Persero), Tbk beserta umur ekonomis dan
juga tarif penyusutannya dengan
menggunakan metode yang diperbolehkan
menurut peraturan perpajakkan. Biaya
perolehan (cost model) dan Nilai revaluasi
(revaluation model) aset tetap PT. PP
(Persero), Tbk menunjukkan perbedaan tiap
tahunnya, hal ini disebabkan karena tiap
tahunnya adanya pengurangan dan
penambahan aset tetap pada perusahaan,
adapun detail nilai penambahan dan
pengurangan aset tetap perusahaan.
Tabel 2. Daftar aset tetap PT. PP
(persero)
Keterangan
Umur
Ekonomis
Tarif
Penyusutan
Garis
Lurus
Saldo
Menu
run
Tanah -
Bangunan 20 5%
Mesin dan peralatan 8 12,5% 25%
Aset hotel 4 25% 50%
Kendaraan 4 25% 50%
Inventaris kantor 4 25% 50%
Aset sewa guna:
Mesin dan peralatan 8 12,5% 25%
Kendaraan 4 25% 50%
Sumber: Catatan Atas Laporan Keuangan PT. PP
(Persero) tahun 2015.
PT. PP (persero) melakukan penilaian
aset tetapnya dengan menggunakan metode
cost model dan revaluation model, dimana
perusahaan hanya melakukan revaluasi pada
sebagian aset tetap yang dimiliki yaitu tanah,
bangunan, mesin dan peralatan sedangkan
aset tetap lainnya dinilai dengan
menggunakan cost model.
Tabel 3. Biaya Perolehan dan Nilai Revaluasi Aset Tetap PT. PP (Persero) Tahun 2015
Aset Tetap Biaya Perolehan Nilai Revaluasi Selisih Revaluasi
Tanah 118.297.945.375 1.176.806.542.757 1.058.508.597.382
Bangunan 554.762.111.354 645.418.068.674 90.655.957.320
Mesin dan peralatan 507.155.485.380
Aset hotel 29.547.013.720 Kendaraan 4.617.006.827
Inventaris kantor 7.175.084.628
Aset dalam pembangunan 867.513.856.665
Aset sewa guna
Mesin dan peralatan 55.207.736.001
Kendaraan 25.729.897.137
Jumlah 2.170.006.137.087 1.822.224.611.431 1.149.164.554.702
Sumber: Catatan Atas Laporan Keuangan PT. PP (Persero), tahun 2015
196 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 3, No. 3, bulan 2019, hlm. 189 – 204
Tabel 4. Biaya perolehan dan nilai revaluasi aset tetap PT. PP (persero), tahun
2016
Sumber: Catatan Atas Laporan Keuangan PT. PP (Persero) tahun 2016
Tabel 5. Perhitungan beban pajak penghasilan dan pajak final PT. PP
(Persero), tahun 2015-2016 Keterangan 2015 2016
Perhitungan beban pajak penghasilan Pendapatan usaha 14.217.372.867.769 16.458.884.219.698
Beban pokok penjualan (12.210.412.121.484) (14.003.354.538.043)
Laba kotor 2.006.960.746.285 2.455.529.681.655
Beban usaha 321.482.543.324 255.459.929.693
Beban penyusutan 88.459.684.972 231.870.410.332
Total beban usaha 409.942.228.296 487.330.340.025 Laba usaha 1.597.018.517.989 1.968.199.341.630
Pendapatan (beban) lainnya (309.630.106.183) (264.589.195.607)
Laba sebelum pajak penghasilan 1.287.388.411.806 1.703.610.146.023
Tarif pajak penghasilan badan 25% 25% Beban pajak penghasilan 321.847.102.952 425.902.536.506
Perhitungan beban pajak final atas selisih revaluasi Nilai Perolehan sesudah revaluasi 1.822.224.611.431 3.697.140.950.306
Nilai Perolehan sebelum revaluasi 673.060.056.729 3.557.809.266.608
Selisih Revaluasi aset tetap 1.149.164.554.702 139.331.683.698
Tarif Pajak Final 3% 3% Pajak atas selisih revaluasi aset tetap 34.474.936.641 4.179.950.511
Total pajak yang dibayarkan 356.322.039.593 430.082.487.017
Beban penyusutan aset tetap perusahaan
di hitung dengan menggunakan metode garis
lurus pada seluruh aset tetap yang dimiliki,
perhitungan beban penyusutan dan
dampaknya terhadap besarnya beban pajak
yang dibayarkan oleh perusahaan yaitu
menunjukkan bahwa kebijakan aset tetap
diterapkan oleh perusahaan yaitu
menggunakan cost model dan revaluation
model dengan garis lurus sebagai metode
penyusutannya.
Tampak bahwa perencanaan pajak
yang meminimalkan beban pajak pada tahun
2015 lebih efisien melalui penilaian aset
tetap perusahaan dengan cost model tanpa
melakukan revaluasi dan saldo menurun
sebagai perhitungan penyusutannya. Beban
penyusutan aset tetap perusahaan dihitung
dengan menggunakan metode garis lurus
pada seluruh aset tetap yang dimiliki.
Berdasarkan perhitungan beban penyusutan,
maka dapat diketahui nilai beban pajak
penghasilan dan pajak final atas selisih
revaluasi pada PT. PP (persero), sebagaimana
tertera pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa kebijakan
aset tetap yang diterapkan oleh perusahaan yaitu menggunakan cost model dan
Aset Tetap Biaya Perolehan Nilai Revaluasi Selisih Revaluasi
Tanah 1.276.877.653.035 1.318.613.653.035 41.736.000.000
Bangunan 703.465.340.370 709.268.854.691 5.803.514.321
Mesin dan peralatan 1.577.466.273.203 1.669.258.442.580 91.792.169.377
Aset hotel 31.621.368.482
Kendaraan 5.479.833.724
Inventaris kantor 10.125.881.119
Aset dalam pembangunan 1.205.034.228.970
Aset sewa guna
Mesin dan peralatan 47.364.744.001 Kendaraan 37.019.909.683
Jumlah 4.894.455.232.587 3.697.140.950.306 139.331.683.698
Alamsyah, Penerapan Perencanaan Pajak melalui...
revaluation model dengan garis lurus sebagai metode penyusutannya menghasilkan beban penyusutan sebesar Rp88.459.684.972 pada tahun 2015 dan Rp231.870.410.332 tahun 2016, sehingga laba sebelum pajak perusahaan pada tahun 2015 menjadi Rp1.287.388.411.806 dan tahun 2016 sebesar Rp1.703.610.146.023. Hal tersebut berdampak pada besarnya beban pajak yang dibayarkan oleh perusahaan menunjukkan beban pajak penghasilan yang dibayarkan perusahaan pada tahun 2015 sebesar Rp321.847.102.952 dan di tahun 2016 sebesar Rp425.902.536.506. Kebijakan revaluasi aset tetap membuat perusahaan harus membayarkan pajak final atas selisih revaluasi aset tetap yang dinilai kembali, jumlah besarnya pajak final atas selisih revaluasi aset tetap pada tahun 2015 sebesar Rp34.474.936.641 dan di tahun 2016 sebesar Rp4.179.950.511, sehingga pajak keseluruhan dibayarkan oleh PT. PP (Persero), Tbk pada tahun 2015 berjumlah Rp356.322.039.593. Pajak yang dibayarkan tahun 2016 adalah sebesar Rp430.082.487.017.
Adapun perhitungan menggunakan metode revaluation model serta saldo menurun sebagai perhitungan penyusutannya beban pajak yang dibayarkan oleh perusahaan apabila menggunakan metode penyusutan saldo menurun tahun 2015, disajikan pada Tabel 6. Di sisi lain, penyusutan beban pajak yang dibayarkan oleh perusahaan apabila menggunakan metode penyusutan saldo menurun tahun
2016 disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan perhitungan beban
penyusutan, maka dapat diketahui nilai beban
pajak penghasilan dan pajak final atas selisih
revaluasi pada PT. PP (persero). Analisis
menunjukkan bahwa perencanaan pajak
dengan cara menilai aset tetap menggunakan
metode revaluasi model serta saldo menurun
sebagai perhitungan penyusutannya
menghasilkan beban penyusutan lebih besar
dibandingan dengan kebijakan yang di
terapkan oleh perusahaan, sehingga beban
pajak yang dibayarkan oleh perusahaan lebih
kecil atau efisien, selisih efisiensi sebelum
dan sesudah perencanaan pajak dapat dilihat
dari beban penyusutan sebelum perencanaan
pajak tahun 2015 sebesar Rp88.459.684.972
dan tahun 2016 Rp231.870.410.332
sedangkan sesudah perencanaan pajak beban
penyusutan menjadi sebesar
Rp146.498.758.488 pada tahun 2015 dan
Rp431.310.671.802 pada tahun 2016. Hal
tersebut berdampak pada besarnya beban
pajak yang dibayarkan oleh perusahaan
sebelum perencanaan pajak menunjukkan
beban pajak penghasilan yang dibayarkan
perusahaan pada tahun 2015 sebesar
Rp321.847.102.952 dan 2016 sebesar
Rp425.902.536.506.
Tabel 6. Beban penyusutan PT. PP (Persero) sesudah perencanaan pajak tahun 2015
dalam Rp
Aset Tetap Biaya
Perolehan
Nilai Revaluasi Akumulasi
Penyusutan
Nilai Buku Beban
Penyusustan
Saldo Menurun
Bangunan 645.418.068.674 37.005.839.553 608.412.229.121 30.420.611.456
Mesin dan peralatan 507.155.485.380 177.989.163.243 329.166.322.137 82.291.580.534 Aset hotel 29.547.013.720 29.547.013.720 14.773.506.860
Kendaraan 4.617.006.827 3.460.190.747 1.156.816.080 578.408.040
Inventaris kantor 7.175.084.628 5.830.049.154 1.345.035.474 672.517.737
Aset sewa guna Mesin dan peralatan 55.207.736.001 14.794.972.931 40.412.763.070 10.103.190.768
Kendaraan 25.729.897.137 10.412.010.950 15.317.886.187 7.658.943.094
Jumlah 629.432.223.693 645.418.068.674 249.492.226.578 1.025.358.065.789 146.498.758.488
198 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 3, No. 3, bulan 2019, hlm. 189 – 204
Tabel 7. Beban penyusutan PT. PP (Persero) sesudah perencanaan pajak tahun 2016 dalam Rp
Aset Tetap Biaya Perolehan Nilai Revaluasi Akumulasi
Penyusutan
Nilai Buku Beban
Penyusustan
Saldo Menurun
Bangunan 645.418.068.674 37.005.839.553 608.412.229.121 32.430.148.861
Mesin dan peralatan 507.155.485.380 177.989.163.243 329.166.322.137 360.976.550.527
Aset hotel 29.547.013.720 29.547.013.720 15.753.626.076
Kendaraan 4.617.006.827 3.460.190.747 1.156.816.080 850.490.152 Inventaris kantor 7.175.084.628 5.830.049.154 1.345.035.474 1.564.792.811
Aset sewa guna
Mesin dan peralatan 55.207.736.001 14.794.972.931 40.412.763.070 11.841.186.000
Kendaraan 25.729.897.137 10.412.010.950 15.317.886.187 7.893.877.376 Jumlah 629.432.223.693 645.418.068.674 249.492.226.578 1.025.358.065.789 431.310.671.802
Beban pajak yang dibayarkan oleh
perusahaan sesudah perencanaan pajak jauh
lebih kecil yang menunjukkan beban pajak
penghasilan yang dibayarkan perusahaan
pada tahun 2015 sebesar Rp307.337.334.572
dan 2016 sebesar Rp376.042.471.138. Beban
pajak final atas selisih revaluasi aset tetap
sebelum dan sesudah perencanaan pajak
sama besar jumlahnya, hal ini dikarenakan
sebelum dan sesudah perencanaan pajak
sama- sama melakukan revaluasi yaitu pada
tahun 2015 berjumlah Rp34.474.936.641 dan
tahun 2016 sebesar Rp4.179.950.511. Jumlah
keseluruhan beban pajak yang dibayarkan
perusahaan sebelum perencanaan pajak tahun
2015 Rp356.322.039.593 dan tahun 2016
Rp430.082.487.017, sedangkan sesudah
perencanaan pajak tahun 2015
Rp341.812.271.213 dan 2016
Rp380.222.421.649. Analisis sebelum dan
sesudah perencanaan pajak menunjukkan
selisih efisiensi di mana terlihat sesudah
perencanaan pajak beban pajak yang
dibayarkan perusahaan lebih kecil
dibandingkan dengan sebelum melakukan
perencanaan pajak.
Strategi perencanaan pajak yang
kedua yaitu dengan menilai aset hanya
dengan metode cost model atau tanpa
melakukan penilaian kembali terhadap aset
tetap perusahaan, tujuannya untuk
mengetahui apakah dengan cara ini dapat
memberikan efisiensi lebih baik terhadap
beban pajak yang dibayarkan jika
dibandingkan dengan kebijakan yang telah
diterapkan oleh perusahaan. Tabel 8 dan 9
menyajikan perhitungan beban penyusutan
dan beban pajak penghasilan tahun 2015 dan
tahun 2016.
Berdasarkan perhitungan beban
penyusutan, maka dapat diketahui nilai beban
pajak penghasilan dan pajak final atas selisih
revaluasi dengan metode garis lurus pada PT.
PP (persero) pada tahun 2015 dan tahun
2016. Strategi perencanaan pajak yang kedua
ini menunjukkan bahwa apabila perusahaan
tidak melakukan penilaian kembali lebih
efisien menggunakan saldo menurun karena
pajak yang dibayarkan lebih kecil
dibandingan dengan menggunakan metode
penyusutan garis lurus. Hal ini terlihat pada
tabel di atas bahwa pada tahun 2015 beban
pajak yang dibayarkan perusahaan apabila
menggunakan saldo menurun sebesar
Rp308.470.534.039 jauh lebih kecil dari pada
garis lurus sebesar Rp322.980.302.418,
sedangkan tahun 2016 beban pajak yang
dibayarkan perusahaan apabila menggunakan
saldo menurun sebesar Rp381.852.025.653
lebih kecil jika dibandingkan dengan garis
lurus sebesar Rp428.843.585.728. Apabila
dibandingkan dengan sebelum perencanaan
pajak, beban pajak yang dibayarkan jauh
lebih kecil sesudah melakukan perencanaan
pajak dengan cara tanpa revaluasi
menggunakan metode penyusutan saldo
menurun, hal ini terlihat dari beban pajak
yang dibayarkan sebelum perencanaan pajak
tahun 2015 Rp356.322.039.593 dan tahun
2016 Rp430.082.487.017, sedangkan sesudah
Alamsyah, Penerapan Perencanaan Pajak melalui...
perencaan pajak tahun 2015
Rp308.470.534.039 dan 2016
Rp381.852.025.653. Berdasarkan uraian
tersebut maka dapat ditentukan selisih
efisiensi beban pajak sebelum dan sesudah
perencnaan pajak untuk tahun 2015 dan
tahun 2016, dan disajikan di Tabel 10.
Tabel 8. Perbandingan beban penyusutan PT. PP (Persero) dengan dua metode
sesudah perencanaan pajak Tahun 2015
Tabel 9. Perbandingan beban penyusutan PT. PP (Persero) dengan dua metode
sesudah perencanaan pajak tahun 2016
Aset Tetap Akumulasi
Penyusutan
Nilai Buku Beban Penyusutan
Garis Lurus
Beban Penyusutan
Saldo Menurun
Bangunan 37.005.839.553 517.756.271.801 25.887.813.590
Mesin dan peralatan 177.989.163.243 329.166.322.137 41.145.790.267 82.291.580.534
Aset hotel 29.547.013.720 7.386.753.430 14.773.506.860
Kendaraan 3.460.190.747 1.156.816.080 289.204.020 578.408.040
Inventaris kantor 5.830.049.154 1.345.035.474 336.258.869 672.517.737
Aset sewa guna:
Mesin dan peralatan 14.794.972.931 40.412.763.070 5.051.595.384 10.103.190.768
Kendaraan 10.412.010.950 15.317.886.187 3.829.471.547 7.658.943.094
Jumlah 249.492.226.578 934.702.108.469 83.926.887.106 141.965.960.622
Aset Tetap Akumulasi
Penyusutan
Nilai Buku Beban
Penyusutan
Garis Lurus
Beban
Penyusutan
Saldo Menurun
Bangunan 60.665.877.471 642.799.462.899 32.139.973.145
Mesin dan peralatan 225.352.240.472 1.352.114.032.731 169.014.254.091 338.028.508.183
Aset hotel 114.116.331 31.507.252.151 7.876.813.038 15.753.626.076
Kendaraan 3.778.853.420 1.700.980.304 425.245.076 850.490.152
Inventaris kantor 6.996.295.497 3.129.585.622 782.396.406 1.564.792.811
Aset sewa guna:
Mesin dan peralatan 47.364.744.001 5.920.593.000 11.841.186.000
Kendaraan 21.232.154.932 15.787.754.751 3.946.938.688 7.893.877.376
Jumlah 318.139.538.123 2.094.403.812.459 220.106.213.443 408.072.453.742
Keterangan Perencanaan Pajak 2015 Perencanaan Pajak 2016
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Cost Model dan Revaluation Model (revaluasi)
Garis lurus 356.322.039.593 430.082.487.017
Saldo menurun 341.812.271.214 380.222.421.649
Selisih efisiensi 14.509.768.379 49.860.065.368
Cost Model (tanpa revaluasi)
Garis lurus 322.980.302.418 428.843.585.728
Saldo menurun 308.470.534.039 381.852.025.653
Selisih efisiensi 14.509.768.379 46.991.560.075
Perbandingan Revaluasi dan Tanpa Revaluasi (saldo menurun)
Revaluasi 341.812.271.214 380.222.421.649
Tanpa revaluasi 308.470.534.039 381.852.025.653
200 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 3, No. 3, bulan 2019, hlm. 189 – 204
Tabel 10. Analisis Efisiensi Beban Pajak
Selisih efisiensi sebelum dan sesudah
perencanaan dengan menggunakan cost
model dan revaluation model (revaluasi),
menunjukkan pada tahun 2015 angka sebesar
Rp14.509.768.379 lebih efisien sesudah
perencanaan pajak. Selisih pajak pada tahun
2016 menunjukkan angka sebesar
Rp49.860.065.368 lebih efisien sesudah
perencanaan pajak yaitu menilai aset
menggunakan cost model dan revaluation
model dengan saldo menurun sebagai metode
penyusutannya. Selisih efisiensi
menggunakan hanya cost model (tanpa
revaluasi) dengan garis lurus dan saldo
menurun, menunjukkan beban pajak yang
dibayarkan tahun 2015 sebesar
Rp14.509.768.379 lebih efisien
menggunakan saldo menurun. Selisih pajak
pada tahun 2016 menunjukkan angka sebesar
Rp46.991.560.075 lebih efisien
menggunakan saldo menurun, sehingga
apabila perusahaan menerapkan tanpa
revaluasi metode penyusutan aset tetap yang
lebih efisien yaitu menggunakan metode
saldo menurun.
Selisih efisiensi apabila membandingkan
revaluasi dengan tanpa revaluasi
menggunakan metode penyusutan yang sama
yaitu saldo menurun, menunjukkan beban
pajak yang dibayarkan oleh perusahaan tahun
2015 sebesar Rp33.341.737.175 lebih efisien
melakukan tanpa revaluasi, sedangkan tahun
2016 sebesar Rp1.629.604.004 lebih efisien
melakukan revaluasi.
Perencanaan pajak yang dilaksanakan
oleh PT. PP (Persero), Tbk dengan
menggunakan saldo menurun dihasilkan nilai
pajak yang dibayarkan lebih kecil
dibandingan dengan menggunakan metode
penyusutan garis lurus, sehingga konsisten dengan penelitian dari Suparman (2014) dan
Sunyatama dan Ngumar (2017) menyatakan
metode penyusutan yang sesua dengan SAK
maupun UU perpajakan untuk efisiensi
pembayaran pajak adalah metode garis lurus,
sedangkan menurut Rahmasari (2017),
metode penyusutan aset tetap yang lebih
efektif untuk mengefisiensikan beban pajak
penghasilan adalah metode saldo menurun.
Dampak nilai penyusutan aset tetap
terhadap pajak penghasilan badan nampak
dari jumlah pajak yang akan di bayar karena
penyusutan aset tetap akan menjadi unsur
biaya pengurang penghasilan bruto sebagai
efisiensi beban pajak penghasilan, ini
menunjukkan bahwa metode penyusutan
yang diperbolehkan dalam ketentuan
perpajakan yaitu metode garis lurus dan
metode saldo menurun, pada dasarnya kedua
metode ini memiliki akumulasi penyusutan
yang sama pada saat umur ekonomi habis
tetapi perbedaan utama terletak pada
besarnya pembayaran beban penyusutan pada
tiap tahun. Sejalan dengan hasil penelitian
Pahlepi dan Wifasari (2015) dan Ritonga
(2017) yang menyatakan bahwa revaluasi
aset tetap dan metode penyusutan dapat
menghemat pajak atau meninimalkan beban
pajak yang harus dibayar oleh perusahaan.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
didukung data dan informasi yang telah
dibahas sebelumnya, peneliti menarik
kesimpulan bahwa PT. PP (persero) telah
melakukan revaluasi aset tetap sesuai dengan
Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia dengan nomor
191/PMK.010./2015 tentang penilaian
kembali aktiva tetap. Aset tetap dinilai
dengan menggunakan cost model dan
revaluation model serta metode penyusutan
yang digunakan adalah garis lurus pada
seluruh aset tetap. Dengan dilakukannya
penyusutan dan revaluasi aset tetap maka PT.
PP (persero) dapat menghemat beban pajak yang harus dibayar.
Implikasi hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebijakan aset tetap PT.
PP (persero), belum mencapai efisiensi atas
Selisih efisiensi 33.341.737.175 1.629.604.004
Alamsyah, Penerapan Perencanaan Pajak melalui...
beban pajak yang dibayarkan oleh
perusahaan jika dibandingan dengan
perencanaan pajak yang dilakukan oleh
peneliti yaitu pada tahun 2015 dan tahun
2016.
Keterbatasan penelitian merupakan
kelemahan yang diharapkan untuk
disempurnakan pada penelitian-penelitian
selanjutnya yaitu (1) sumber data
menggunakan data sekunder dari perusahaan
yang terdaftar di bursa efek Indonesia,
karena mencari objek penelitian yang
melakukan revaluasi sangat sulit ditelusuri
dan tidak semua perusahaan di bursa efek
Indonesia melakukan revaluasi aset tetap; (2)
Periode yang diteliti hanya 2 tahun yaitu
2015 dan 2016 karena tidak semua
perusahaan melakukan revaluasi pada tahun
terbaru penelitian, kebanyakan perusahaan
hanya melakukan revaluasi baru pada tahun
2015 karena adanya peraturan menteri
keuangan PMK 191 tahun 2015 tentang
revaluasi aset tetap yaitu perubahan tarif atas
selisih revaluasi 10% menjadi 3%. PT. PP
(Persero) dapat menyesuaikan kebijakan aset
tetap dengan metode penyusutan saldo
menurun sebagai perhitungan penyusutannya
karena lebih efisien dalam meminimalkan
beban pajak yang dibayarkan oleh
perusahaan.
Daftar Rujukan
Ardyansah, D. (2014). Pengaruh Size,
Leverage, Profitability, Capital
Intensi Ratio, dan Komisaris
Independen terhadap Efective Tax
Rate (ETR). Semarang: Universitas
Diponegoro.
Baridwan, Z .(2013). Intermediate
Accounting, Edisi 8, Yogyakarta:
BPFE.
Chrisdianto, B. dan Yunus, Y. (2011).
Evaluasi Perencanaan Pajak melalui
Revaluasi Aset Tetap untuk
Meminimalkan Beban Pajak
Perusahaan (Studi Kasus pada PT.
X)”, Simposium Nasional
Perpajakan, Madura: Universitas
Trunojoyo.
Citralarasati, A., Lintje, K., dan Robert, L.
(2015). “Perhitungan Penyusutan
Aset Tetap menurut SAK dan
Peraturan Perpajakan yang
Berpengaruh terhadap Laporan
Keuangan pada PT. Hutama Karya
Manado”, Jurnal Akuntansi, Vol 3(1):
Fatharani, N, (2012). Pengaruh Karakteristik
Kepemilikan, Reformasi Perpajakan
dan Hubungan Politik terhadap
Tindakan Pajak Agresif. Depok:
Universitas Indonesia.
Hanipah, S. dan Pratomo. (2015). Pengaruh
Efektivitas, Efisiensi dan Kontribusi
Pajak Kendaraan Bermotor terhadap
Pendapatan Asli Daerah (Studi kasus
di Kota Bandung periode 2009-2013),
e-Proceeding of Management, Vol 2
(2), 32-74.
Harnanto. 2013. Perencanaan Pajak. Edisi
Pertama, Yogyakarta: BPFE.
Ikatan Akuntan Indonesia, (2015). Standar
Akuntansi Keuangan, Edisi Revisi
2015. Dewan Standar Akuntansi
Keuangan, Jakarta.
Mardiasmo, (2016). Perpajakan,
Edisi Terbaru 2016, Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Marfu’ah, L., (2015). Pengaruh ROA,
Leverage, Ukuran Perusahaan,
Kompensasi Rugi Fiskal dan Koneksi
Politik terhadap Tax Avoidance,
Surakarta: Universitas
Muhammadiyah.
Nadeak, E. (2011). Pengaruh Revaluasi
Aktiva Tetap terhadap Penghematan
Pajak pada PT. Kabelind Murni.
Skripsi tidak dipublikasikan.
Universitas Gunadarma. Jakarta.
Pahlepi, R. dan Wifasari, S. (2015). Analisis
Perencanaan Pajak melalui Revaluasi
terhadap Aset Tetap pada PT.
Sanggar Elegance Indah. Prosiding
Seminar Akuntansi, Vol 1(1):1-24.
202 Jurnal Riset dan Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, Vol. 3, No. 3, bulan 2019, hlm. 189 – 204
Pohan, C. A. (2013). Manajemen
Perpajakan, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Prihartono, R.W. (2016). Analisis penyusutan
aset tetap dan revaluasi aset tetap
untuk upaya meminimalkan beban
pajak penghasilan (PPh) badan.
Universitas Komputer Indonesia,
Bandung.
Putri, T.W.H. (2013). Analisis perencanaan
pajak melalui revaluasi aktiva tetap
dan pengaruhnya terhadap PPh Badan
terutang pada CV. Sinar Baja Electric
di Surabaya. Skripsi tidak
dipublikasikan. Universitas Wijaya
Putra. Surabaya.
Ramadhan, H.A. (2013). Analisis
revaluasi aset tetap terhadap
penghematan beban pajak
penghasilan pada PT. Inka Madiun.
Skripsi tidak dipublikasikan.
Universitas Negeri Surabaya,
Surabaya
Rahmasari, F, (2017). “Penerapan
Perencanaan Pajak atas Aset Tetap
terhadap Efisiensi Beban Pajak
Penghasilan Badan pada PDAM Tirta
Pakuan Bogor”.
Ratag, G.A. (2013). Perencanaan Pajak
melalui Metode Penyusutan Aktiva
Tetap untuk Menghitung PPh Badan
pada PT. Bank Sulut, Jurnal EMBA,
Vol 1(3), 950-958.
Ritonga, P. (2017). Analisis Perencanaan
Pajak Melalui Metode Penyusutan
dan Revaluasi Aset Tetap untuk
Meminimalkan Beban Pajak pada PT.
Taspen (Persero) Cabang Utama
Medan. Jurnal Riset Akuntansi dan
Bisnis, Vol 17(1), 1-14.
Sau, P. (2015). Analisis revaluasi aset tetap
terhadap penghematan beban pajak
penghasilan pada PT. Surya Semesta
Internusa dan Entitas Anak. Skripsi.
Universitas Nusantara PGRI, Kediri.
Siregar, R. dan Widyawati, D. (2016).
Pengaruh Karakteristik Perusahaan
terhadap Penghindaran Pajak pada
Perusahaan Manufaktur di BEI.
Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, Vol
5(2), 1-17.
Suandy, E, (2011). Hukum Pajak, Edisi 5,
Jakarta: Salemba Empat.
Sugeng, B. (2011). “ Pengaruh Perencanaan
Pajak terhdap Efisiensi Beban Pajak
Penghasilan”, Jurnal Riset Akuntansi
dan Bisnis, Volume 11(2).
Suparman. (2014). Kajian atas Perbandingan
Penyusutan Aktiva Tetap menurut
Akuntansi dan menurut Ketentuan
Peraturan Perundang-undangan
Perpajakan. Jurnal Akuntansi, Vol 18
(2), 268-277.