Jurnal Proyek Mamalia 2

download Jurnal Proyek Mamalia 2

of 10

description

proyek taksonomi vertebrata

Transcript of Jurnal Proyek Mamalia 2

KENEKARAGAMAN MAMALIA DI MAHARANI ZOO, LAMONGAN, JAWA TIMUROleh:

Moch. Yasir (093204011)*, Ayu Dwi Yulianti (093204016)**,Eka Novianti (093204042)***, Sulfiah (093204058)****Pendidikan Biologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya

ABSTRAK

PENDAHULUANIndonesia merupakan salah satu negara terkaya dalam keanekaragaman jenis mamalia. Ini dikarenakan Indonesia memiliki sekitar 701 jenis hewan mamalia. Sampai saat ini (Juli 2009) koleksi ilmiah hewan mamalia terdiri dari sekitar 470 jenis ( 32.000 spesimen). Sedangkan di Jawa Timur total jumlah mamalia terdapat 381 spesies dari 101 marga (Indonesia-Flora and Fauna. Encyclopedia of the Nations: 2010). Mamalia adalah bagian yang amat penting dari megabiodiversitas hewan menyangkut posisinya sebagai Vertebrata tingkat tinggi. Ada sekitar 29 ordo dari mamalia yang tersebar di seluruh permukaan bumi, meliputi: Macroscelidea, Afrosoricida, Tubulidentata, Hyracoidea,Proboscidea, Sirenia, Pilosa, Cingulata, Scandentia, Dermoptera,Primates, Lagomorpha, Rodentia, Erinaceomorpha, Soricomorpha, Ferungulata, Cetartiodactyla, Cetacea, Artiodactyla, Chiroptera, Zooamata, Perissodactyla, Pholidota, dan Carnivora (Jaffe, 2007).

Mamalia memiliki karakter struktural yang membedakan dari kehidupan vertebrata lain. Karakter yang membedakan mamalia dari Vertebrata lainnya adalah: 1) pada betina, terdapat kelenjar mammae (mammary glands), yang merupakan modifikasi dari kelenjar keringat, yang menghasilkan susu untuk kebutuhan nutrisional anak; 2) terdapat rambut yang menutupi bagian tubuh, 3) rahang disusun oleh tulang yang tunggal, 4) rongga mulut memiliki palatum (langit-langit mulut), yang artinya mulut tidak berhubungan langsun dengan nostril, 5) endotermik, yaitu dapat mempertahankan suhu tubuh tetap konstan, 6) memiliki gigi (Sukiya dalam Hikmah dkk, 2009).

Sayangnya, banyak manusia yang tidak menghargai keanekaragaman ini, sehingga 86 spesies dan 24 subspesies, dari total keseluruhan 110 taksa pada kelas Mamalia telah punah; 241 taksa terancam punah, 436 taksa tergolong terancam, dan 776 tergolong rentan (IUCN, 2010). Ini artinya 1453 taksa dari 25% Mamalia yang masih hidup telah tercatat dalam IUCN Red Data Book.

Walaupun 45% daerah Indonesia masih belum berpenghuni dan ditutupi hutan tropis, pertumbuhan populasi Indonesia yang tinggi dengan industrialisasinya, secara perlahan mempengaruhi keberadaan fauna di Indonesia. Ditambah lagi, perdagangan, penjarahan dan penangkapan hewan illegal, pengambilan besar-besarran (over exploitation), maupun akibat kerusakan habitat semakin menambah parah kondisi fauna Indonesia, termasuk di antaranya badak, orangutan, harimau.

Mamalia dimanfaatkan mulai dari sebagai bahan makanan, komoditas industri, biota koleksi, cindera mata (Pasaribu, 1988). Hingga 95% hewan yang dijual di pasar diambil langsung dari hutan dan bukannya melalui konservasi; dan lebih dari 20% hewan ini meninggal dalam perjalanan. Namun, keberadaan mamalia di alam semakin terancam, karena adanya tekanan lingkungan yang semakin berat.

Pada tahun 2003, World Conservation Union mencatat 147 spesies mamalia termasuk dalam hewan-hewan yang terancam punah. Berdasarkan kenyataan ini, Pemerintah di tingkat nasional maupun daerah segera tanggap dengan mengeluarkan beberapa perundang-undangan dan membangun tempat sebagai upaya pelestarian sumber daya hayati dan satwa (mamalia). Salah satunya adalah cagar alam (nature sanctuary). Menurut undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati, cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam karena keadaan alamnya yang mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

Cagar Alam berfungsi sebagai kawasan perlindungan terhadap seluruh komponen ekosistem, baik flora, fauna, maupun habitatnya. Semua proses tersebut dibiarkan berlangsung secara alami tanpa campur tangan manusia sehingga karena kawasan tersebut harus dibiarkan sesuai dengan aslinya. Campur tangan manusia hanya dimungkinkan apabila terjadi suatu proses, baik alamiah maupun karena perbuatan manusia, yang dapat mengakibatkan kawasan tersebut punah. (Wikipedia: 2010)

Salah satu cagar alam sebagai tempat konservasi satwa, khususnya mamalia yaitu Maharani Zoo. Taman Satwa Maharani Zoo berada di jalur pantura, kabupaten Lamongan, Jawa Timur, tepatnya di kecamatan Paciran. Taman satwa ini tepat berada di depan Wisata Bahari Lamongan (WBL). Taman Satwa Maharani Zoo merupakan tempat konservasi yang menampilkan aneka satwa lokal dan satwa dari berbagai penjuru dunia, dengan display sedemikian rupa agar pengunjung bisa berinteraksi langsung dengan satwa yang ada.

Namun, keberadaan Maharani Zoo ternyata belum diketahui oleh khalayak umum, mulai dari letak, kondisi, dan isinya. Terutama belum adanya tindakan nyata untuk melakukan identifikasi satwa-satwa, termasuk mamalia yang ada di Maharani Zoo.

Data tentang keanekaragaman mamalia di kawasan Maharani Zoo saat ini belum tersedia sehingga perlu dilakukan penelitian inventarisasi dan identifikasi keanekaragamannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis mamalia yang wajib dilindungi keberadaannya di Indonesia, terutama di Maharani Zoo dan usaha yang dilakukan dalam menjaga dan merawat mamalia di Cagar Alam di Maharani Zoo. Dari penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam menyediakan data dan informasi tentang keanekaragaman mamalia di Maharani Zoo di tingkat ordo sehingga menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan berbagai stakeholders di Maharani Zoo, kabupaten Lamongan, Jawa Timur, terutama terkait upaya konservasi mamalia di seluruh wilayah cagar alam.

METODOLOGIJenis Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan termasuk penelitian deskriptif, melalui metode survei (surveillance) dan metode pengamatan langsung (observasi) di Maharani Zoo, Lamongan, Jawa Timur.Waktu dan Tempat PenelitianPenelitian mulai dilakukan pada bulan September 2011 sampai dengan bulan November 2011 di Maharani Zoo, Lamongan, Jawa Timur.

Metode survei dilakukan sekali sedangkan metode observasi dilakukan sebanyak 2 kali. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain alat tulis, kamera, tape recorder, buku panduan, buku identifikasi, peta, dan angket. Objek penelitian adalah jenis dan jumlah mamalia yang terdapat di kawasan Maharani Zoo, Lamongan, Jawa Timur. Pengumpulan sampel

Pengumpulan sampel dilakukan dengan mengambil gambar atau foto beserta nama ilmiah satu jenis per tiap tingkatan ordo yang ditemukan. Sampel yang diambil dapat langsung diidentifikasi di tempat tersebutInventarisasi mamalia dilakukan pada pagi hari pada pukul 09.00-11.00 WIB dan siang hari pada pukul 13.00-15.00 WIB. Identifikasi mamalia dilakukan dengan mengamati morfologi luar dari sampel yang didapat dan mencocokkan antara data yang diperoleh di lapangan melaui observasi dengan sumber pustaka yang ada, antara lain buku panduan Taksonomi Vertebrata (Haryono, 2010), Systematics and Phylogeny of Mammals (Brunckhorst, 1993), serta Grzimeks Animal Life Encyclopedia (Hutchins,2001). Adapun inventarisasi vegetasi dilakukan dengan mencatat semua jenis tumbuhan yang menjadi habitat mamalia, dimana mamalia yang bersangkutan terlihat melakukan aktivitas, seperti feeding, playing, joking maupun sleeping.

Data yang diambil berupa data primer. Data primer meliputi jenis mamalia pada tiap habitat, jumlah individu, aktivitas, waktu, dan lokasi perjumpaan.Analisis DataTingkat keanekaragaman mamalia di Maharani Zoo pada suatu tipe habitat dan kualitas habitat akan berpengaruh terhadap jumlah jenis satwa liar (Fithria, 2003). Heriyanto dan iskandar (2004) menambahkan bahwa idikator dari habitat yang baik adalah tersedianya sumber pakan yang cukup, baik, dari segi kelimpahan jenis maupun jumlahnya. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di kawasan Maharani Zoo terdapat 6 ordo mamalia. Tiga ordo, yaitu Artiodactyla, Perissodactyla, Diprotodontia, merupakan famili mamalia padang rumput (grassfields mammals), empat ordo, yaitu Primata, Rodentia, Carnivora, Artiodactyla, merupakan famili mamalia hutan (forests mammals), dan 1 ordo lainnya adalah mamalia padang pasir (watelands mammals). Mamalia ini dijumpai pada lahan rerumputan, hutan hujan tropis, hutan tropis, hutan lindung, padang pasir yang terletak di seluruh kawasan di Indonesia maupun luar negeri yang dipelihara dalam tiap kandang di Maharani Zoo. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa dua famili dari ordo Perissodactyla, sedangkan satu famili merupakan anggota Artiodactyla dan Diprotodontia (Tabel 1).

Tabel 1. Jenis mamalia yang dijumpai pad akawasan Maharani Zoo, Lamongan, Jawa TimurOrdoFamiliStatus Perlindungan

Ordo PrimataCercopithecidae

Lemuridae

Hylobatidae

Atelidae

Hominidae

TarsiidaeP

N

P

P

P

P

Ordo CarnivoraFelidae

Herpestidae

Viverridae

Mephitidae

Procyonidae

UrsidaeP

P

P

N

P

N

Ordo Rodentia

Hystricidae

Sciuridae

Caviidae

SciuridaeP

P

N

N

Ordo ArtiodactylaBovidae

Cervidae

CamelidaeP

P

N

Ordo Perissodactyla

Equidae

TapiridaeP

P

Ordo DiprotodontiaMacropodidaeN

Berdasarkan kehadirannya pada saat pengamatan, jenis mamalia yang selalu dijumpai adalah anggota famili Bovidae, Felidae, dan Cercopithecidae (Tabel 2). Tiga famili ini adalah jenis mamalia padang rumput dan hutan yang sering dijumpai di lokasi pengamatan, dengan jumlah yang relatif lebih banyak dibandingkan mamalia padang rumput, hutan maupun padang pasir lainnya. Anggota Bovidae cenderung hidup di rerumputan yang luas dengan diselingi pepohonan yang rindang dan seringkali dijumpai singgah dan melingkar di atas tanah atau air untuk memakan makanan yang telah disediakan. Anggota Felidae seringkali ditemukan singgah dan tidur maupun beradegan melindungi keluarganya dari gangguan manusia dengan menunjukkan gigi taring dan cakarnya. Sedangkan anggota Cercopithecidae banyak ditemukan sedang bergelantungan dan mencari buah-buahan di pohon jati, sono, dan kersen. Rata-rata mamalia yang banyak dijumpai di Maharani Zoo merupakan jenis-jenis mamalia herbivora dan carnivora cukup dominan dan mudah dijumpai.Tabel 2. Daftar kehadiran mamalia pada saat pengamatan

OrdoFamiliPengamatanHabitat

III

Ordo PrimataCercopithecidae

Lemuridae

Hylobatidae

Atelidae

Hominidae

Tarsiidae7

1

3

1

1

17

1

3

1

1

1Hutan

Hutan

Hutan

Hutan

Hutan

Hutan

Ordo CarnivoraFelidae

Herpestidae

Viverridae

Mephitidae

Procyonidae

Ursidae9

2

2

1

2

19

2

2

1

2

1Hutan

Hutan

Hutan

Hutan

Hutan

Hutan

Ordo Rodentia

Hystricidae

Sciuridae

Caviidae

Sciuridae1

3

2

31

3

2

3Hutan

Hutan

Hutan

Hutan

Ordo ArtiodactylaBovidae

Cervidae

Camelidae12

3

312

3

3Rerumputan

Rerumputan

Padang pasir

Ordo Perissodactyla

Equidae

Tapiridae1

11

1Rerumputan

Rerumputan

Ordo DiprotodontiaMacropodidae33Rerumputan

Jenis mamalia yang sedikit dijumpai pada dua kali pengamatan adalah Lemur catta, Alouatta belzebul, Pongo pygmaeus, Tarsius dentatus, Hystrix pumila, Mephitis mephitis, Helarctos malayanus, Equus caballus, Tapirus indicus dijumpai sedang mencari makan pada rerumputan yang tergenang air dan pepohonan. Mamalia ini adalah pemakan rumput dan buah-buahan (Holmes dan Nash, 1999). Mamalia yang telah disebutkan di atas dijumpai berkelompok pada pohon jati, jambu, sono. Telaah terhadap status jenis menunjukkan bahwa seluruh anggota Lemuridae, Atelidae, Hominidae, Tarsiidae, Hystricidae, Sciuridae, Bovidiae, Mephitidae, Felidae, Ursidae, Equidae, Tapiridae adalah avifauna yang dilindungi di Indonesia (Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999, 1999; Wirasiti, 2004; BBKSDA Jatim I Tahun 2006).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruh mamalia yang menghuni kawasan Maharani Zoo merupakan jenis pemakan rumput dan buah (herbivora dan carnivora). Hal ini berkaitan dengan morfologi mamalia dan sumber daya alam yang terdapat di kawasan Maharani Zoo. Menurut Rose dan Scoot (1994) menyatakan bahwa lokasi pencarian makanan pada mamalia umumnya dipilih berdasarkan perbedaan bentuk dan ukuran tubuh setiap jenis makanan yang disukai. Jenis-jenis makanan yang dapat diperoleh dari Maharani Zoo, antara lain adalah rumput dan buah dari tanaman kersen, sono, mangga, jambu, pisang maupun sebagian ada yang sudah disediakan di dalam kandang mamalia tersebut.

Penyebaran satwa pada suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh kondisi ketersediaan daya dukung lingkungan. Satwa akan lebih banyak ditemukan pada habitat yang memiliki kelimpahan sumber daya yang dibutuhkannya, dan sebaliknya akan jarang atau tidak ditemukan pada lingkungan yang kurang menguntungkan baginya (Wynne-Edwards dalam Nurmansyah, dkk, 2008). Alikodra (2002) juga mengemukakan bahwa suatu wilayah yang sering dikunjungi mamalia disebabkan karena habitat tersebut dapat mensuplai makanan, minuman serta berfungsi sebagai tempat berlindung/sembunyi, tempat tidur dan tempat kawin. Pepohonan yang rimbun dan memiliki tajuk tinggi di Maharani Zoo seperti trembesi, sono,dan jati serta padang rumput yang luas yang mendukung hunian mamalia yang membutuhkan sumber makanan dan bermain maupun berinteraksi dengan lingkungannya.

Jenis mamalia yang dijumpai di Maharani Zoo tersebut serupa dengan jenis-jenis mamalia yang juga dijumpai di areal ruang terbuka hijau (RTH) lain di Jawa Timur, seperti halnya Taman Safari II (Pasuruan), Taman Satwa Waduk Gondang (Lamongan), Taman Wisata Umbul (Madiun), Kebun Binatang Mini Sentul (Blitar), dan RTH Kebun Binatang Surabaya (KBS), antara lain Owa jawa (Hylobates moloch), Binturong (Arcticlis binturong), Kera Jepang (Macaca fuscata), Harimau Dahan (Neofelis Nebulosa), Puma (Puma Concolor), dan Llama (Lama glania). (BBKSDA Jatim I, 2009). Mamalia-mamalia ini dapat diamati dari jarak yang cukup dekat (5 meter) dan agak jauh (10-15 meter) karena ada yang merasa terganggu dengan kedatangan manusia atau makhluk hidup lain yang tidak sejenis dan merupakan hewan buas yang berbahaya (Wikipedia, 2009). Selain dipengaruhi oleh adaptasi,relung, dan kelimpahan sumber daya, keanekaragaman mamalia di Maharani Zoo juga dipengaruhi oleh luas area dan komposisi vegetasi. Wiens (1989) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis mamalia makin tinggi pada habitat yang makin luas. Area yang lebih kecil memiliki daya dukung yang lebih rendah untuk populasi mamalia dan meningkatkan isolasi yang membatasi pergerakan individu antara fragmen (Beeby, 1993).

Fithria (2003) menyatakan bahwa keanekaragaman suatu tipe habitat dan kualitas habitat akan berpengaruh terhadap jumlah jenis satwa liar. Heriyanto dan iskandar (2004) menambahkan bahwa idikator dari habitat yang baik adalah tersedianya sumber pakan yang cukup, baik, dari segi kelimpahan jenis maupun jumlahnya. Areal di Taman Safari, Taman Safari II, Taman Satwa Waduk Gondang, Taman Wisata Umbul, Kebun Binatang Mini Sentul, dan Kebun Binatang Surabaya (KBS), memiliki jenis-jenis mamalia yang hampir sama dengan Maharani Zoo, tetapi dengan komposisi jenis mamalia yang lebih beragam karena areal tersebut ditutup oleh pepohonan yang banyak digunakan mamalia untuk beraktivitas antara lain pohon asam, trembesi, jati, beringin, kersen, dan asam belanda (Ambarwati, dkk., 1997; Ambarwati, 2011). Di samping itu, sumber pakan yang disediakan oleh pengelola sudah mencukupi, baik dari segi kelimpahan jenis maupun jumlahnya, serta perawatan kebesihan kandang diperhatikan secara terperinci. Usulan:

Analisis DataAnalisis data meliputi analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan menggunakan indeks-indeks keanekaragaman jenis. Adapun indeks yang digunakan dalam analisis kuantitatif, meliputi:

Indeks Keanekaragaman Jenis (H)

Keanekaragaman jenis mamalia diketahui dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (Krebs, 1989), dengan rumus:

H = - Pi ln Pi

Indeks Shannon-Wiener memiliki indikator sebagai berikut:

H3,5= tingkat keanekaragaman tinggi

Indeks Kekayaan Jenis (Dmg)

Indeks Kekayaan Jenis (species richness) berfungsi untuk mengetahui kekayaan jenis setiap spesies dalam setiap komunitas yang dijumpai.

Dmg = (S-1)/ln (N)

Ket: Dmg= indeks kekayaan jenis

S= jumlah jenis

N= total jumlah individu seluruh

spesies

Adapun analisis kualitatif dilakukan dengan indeks kesamaan jenis (Indeks Jaccard).

Indeks Kesamaan Jenis Mamalia (Similarity Index)

Indeks Kesamaan Jenis digunakan untuk mengetahui kesamaan jenis mamalia yang ditemukan pada habitat yang berbeda.

Indeks Kesamaan Jenis =

Ket: a= jumlah jenis yang hanya terdapat

di komunitas A

b= jumlah jenis yang hanya terdapat

di komunitas B

c= jumlah jenis yang hanya terdapat

di komunitas A dan B

Nilai indikator untuk indeks kesamaan jenis (JI) adalah JI=I. Apabila nilai JI = I berarti pada dua habitat yang dibandingkan terdapat kesamaan identik dalam hal jenis mamalia yang ditemukan. Keanekaragaman Mamalia Di Maharani Zoo, Lamongan, Jawa Timur 10