jurnal presbikusis

16
FAKTOR RISIKO PRESBIKUSIS PADA KELAS SOSIO-EKONOMI MENENGAH Presbikusis terutama melibatkan telinga bagian dalam dan saraf koklea, menyebabkan tuli sensorineural. Faktor risiko meliputi penyakit sistemik dan kebiasaan buruk yang menyebabkan kerusakan telinga bagian dalam dan menyebabkan presbikusis. Identifikasi yang benar dari faktor risiko ini relevan terhadap pencegahan. Tujuan: Untuk mengevaluasi prevalensi dan mengidentifikasi faktor-faktor risiko presbikusis pada sampel berusia di atas 40 tahun. Desain studi: serial kasus retrospektif. Subyek dan Metode: rekam medis dari 625 pasien. Presbikusis diidentifikasi menggunakan nada murni Audiometri, pidato audiometri dan pengujian impedansi dari semua pasien. Hasil: Prevalensi presbikusis adalah 36,1%; usia rata-rata adalah 50,5 tahun dengan rentang usia 40 sampai 86 tahun; 85,5% adalah laki-laki dan 14,5% perempuan. Usia, jenis kelamin laki-laki, diabetes mellitus, dan keturunan gangguan pendengaran diidentifikasi sebagai faktor risiko dari presbikusis. Penyakit kardiovaskular, merokok dan konsumsi alkohol tidak terbukti sebagai faktor risiko, meskipun hal ini sering disebut-sebut sebagai faktor risiko untuk presbikusis. Kesimpulan: presbikusis memiliki beberapa faktor risiko, adapun penelitian ini mengidentifikasi beberapa faktor risiko untuk penyakit ini. 1

description

jurnal presbikusis

Transcript of jurnal presbikusis

Page 1: jurnal presbikusis

FAKTOR RISIKO PRESBIKUSIS PADA KELAS

SOSIO-EKONOMI MENENGAH

Presbikusis terutama melibatkan telinga bagian dalam dan saraf koklea, menyebabkan tuli

sensorineural. Faktor risiko meliputi penyakit sistemik dan kebiasaan buruk yang

menyebabkan kerusakan telinga bagian dalam dan menyebabkan presbikusis. Identifikasi

yang benar dari faktor risiko ini relevan terhadap pencegahan. Tujuan: Untuk mengevaluasi

prevalensi dan mengidentifikasi faktor-faktor risiko presbikusis pada sampel berusia di atas

40 tahun. Desain studi: serial kasus retrospektif. Subyek dan Metode: rekam medis dari 625

pasien. Presbikusis diidentifikasi menggunakan nada murni Audiometri, pidato audiometri

dan pengujian impedansi dari semua pasien. Hasil: Prevalensi presbikusis adalah 36,1%; usia

rata-rata adalah 50,5 tahun dengan rentang usia 40 sampai 86 tahun; 85,5% adalah laki-laki

dan 14,5% perempuan. Usia, jenis kelamin laki-laki, diabetes mellitus, dan keturunan

gangguan pendengaran diidentifikasi sebagai faktor risiko dari presbikusis. Penyakit

kardiovaskular, merokok dan konsumsi alkohol tidak terbukti sebagai faktor risiko, meskipun

hal ini sering disebut-sebut sebagai faktor risiko untuk presbikusis. Kesimpulan: presbikusis

memiliki beberapa faktor risiko, adapun penelitian ini mengidentifikasi beberapa faktor risiko

untuk penyakit ini.

PENDAHULUAN

Presbikusis (dari prébys Yunani = tua, dan ákousis = pendengaran) mengacu pada

hilangnya pendengaran terkait usia tanpa sebab yang jelas. Istilah tua atau usia mengacu

kepada orang-orang berusia 60 tahun atau lebih, seperti yang didefinisikan oleh Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1984.   The Brazilian Geographical and Statistical

Institute (Instituto Brasileiro de Geografia e Estatística atau IBGE) mendefinisikan kelas

sosial dan ekonomi menengah adalah dengan penghasilan bulanan rata-rata 7 hingga 15 gaji

minimum Brasil.

Menurut IBGE, jumlah orang berusia di atas 60 tahun tiga juta orang di tahun 1960

menjadi tujuh juta orang pada tahun 1975 dan 14 juta pada tahun 2002; terjadi peningkatan

500% selama periode 40 tahun. Setiap tahunnya, 650 ribu orang usia lanjut menjadi

1

Page 2: jurnal presbikusis

penduduk Brasil. Proyeksi untuk 2024 menunjukkan bahwa akan terdapat 32 juta orang usia

lanjut di Brazil, sekitar 15% dari populasi; hal ini menempatkan Brasil berada di tempat

keenam dalam klasifikasi dunia negara-negara dengan populasi terbesar dari orang

tua. Terdapat beberapa studi epidemiologi tentang prevalensi presbikusis di Brasil.

Presbikusis ditandai dengan ditemukannya lesi histopatologi di telinga bagian dalam

dan saraf koklea, dan secara fungsional mengalami gangguan pendengaran atau tuli

sensorineural. Keadaan ini bermula pada dekade kelima kehidupan dan saat ini dianggap

sebagai penyebab paling sering dari gangguan pendengaran pada dewasa; hal ini

memperlihatkan bahwa timbulnya degenerasi pada sistem pendengaran dimulai sebelum awal

usia tua. Presbikusis meperlihatkan adanya kesulitan komunikasi, penarikan sosial, depresi

dan penurunan kualitas hidup menyebabkan masalah kesehatan yang signifikan, dan

mempengaruhi secara signifikan pada sistem kesehatan masyarakat.

Faktor risiko seperti penyakit sistemik dan kebiasaan yang buruk meningkatkan angka

kejadian presbikusis. Menurut literatur, faktor risiko yang dimaksud adalah jenis kelamin

pria, merokok, paparan kebisingan pada istirahat/bersantai, stres, kondisi metabolisme dan

pembuluh darah (diabetes, dislipidemia, hipertensi arteri sistemik, aterosklerosis, keluaran

dgn otak rendah) dan herediter/keturunan. Hubungan antara presbikusis dan faktor risiko ini,

bagaimanapun masih kontroversial dan belum terbukti jelas. Namun demikian, faktor-faktor

ini harus diperhatikan untuk mencegah efek dari presbikusis.

TUJUAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai prevalensi presbikusis dan untuk

meghubungkan faktor risiko yang mungkin berperan dalam sampel populasi usia 40 tahun ke

atas, dengan atau tanpa keluhan gangguan pendengaran.

SERIES DAN METODE

Sebuah studi observasi cross-sectional dengan sampel dari data rekam medis dari

kedua jenis kelamin (pria dan wanita) berusia 40 tahun ke atas di unit check-up Rumah Sakit

X dari Januari 2001 hingga Agustus 2005. Komite Lembaga Etika Penelitian menyetujui

studi (protokol jumlah 16/03 dari 12/08/2003).

2

Page 3: jurnal presbikusis

Pasien yang menjalani check-up dan evaluasi di unit ini umumnya memiliki gelar

universitas di bawah sarjana dan bekerja di perusahaan menengah dan besar; pendapatan

mereka menempatkan mereka di antara penduduk Brasil untuk kelas sosial / ekonomi yang

tinggi.

Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, 625 rekam medis yang dipilih.

Kriteria inklusi:

1. Subyek berusia 40 tahun atau lebih.

2. Tidak ada keluhan vestibular dan tidak ada riwayat operasi otological.

3. Pendengaran normal dicirikan sebagai:

a. Ambang nada murni (konduksi udara) lebih dari 25 dBHL pada 250 Hz sampai 8 kHz

b. Tipe A (Jerger) kurva tympanometric.

4. Gangguan pendengaran sensorineural dengan diagnosis presbikusis:

a. Bilateral dan simetris gangguan pendengaran.

b. Ambang nada murni menurun dari 26 dBHL setidaknya pada 2 kHz ke 8 kHz (datar

atau turun)

c. Tipe A (Jerger) kurva tympanometric.

Kriteria eksklusi:

1. Penyakit telinga tengah atau luar

2. Gangguan pendengaran sensorineural, dengan penyebab yang jelas selain presbikusis.

3. Pasien yang bekerja di lingkungan bising tanpa perlindungan pendengaran yang memadai.

Sebuah form yang dihasilkan oleh peneliti utama didapat dari data yang akan

dikumpulkan. Faktor risiko yang diteliti adalah: jenis kelamin, usia, profesi, diabetes mellitus,

dislipidemia (kolesterol dan trigliserida), hipertensi arteri, penggunaan jangka panjang obat,

penggunaan hormon, konsumsi alkohol (dua kali atau lebih seminggu), merokok, riwayat

genetik gangguan pendengaran usia-terkait atau idiopatik.

3

Page 4: jurnal presbikusis

Pasien yang melakukan check-up rutin termasuk pemeriksaan telinga hidung dan

tenggorokan dan audiologi evaluasi, ujian laboratorium, dan penilaian klinis spesialisasi

medis lainnya. Pemeriksaan telinga hidung dan tenggorokan (THT) terdiri dari pemeriksaan

fisik dan audiologi. Para profesional yang sama (dua dokter dan dua terapis wicara) yang

melaksanakan pemeriksaan.

Terapis wicara dilakukan dengan suara standar dan audiometri nada murni dan

pengujian dalam bilik akustik. Sebuah audiometer Interacoustics AC5 dengan headphone

TDH 19 digunakan untuk suara dan audiometri nada murni; perangkat Interacoustics AZ7

digunakan untuk pengujian dalam bilik akustik akustik. Alat ini dikalibrasi setiap tahunnya.

Hasil audiometri diklasifikasikan sebagai normal atau presbyacustic, terlepas dari

tingkat gangguan pendengaran. Analisis statistik bivariat digunakan untuk menguji variabel,

mengevaluasi hubungan antara presbikusis dan kemungkinan faktor risiko yang terkait.

Usia dibagi menjadi enam kelompok yaitu : 40-45 tahun, 46-50 tahun, 51-55 tahun,

56-60 tahun, 61-65 tahun, dan di atas usia 65 tahun.

Dua kelompok profesi meliputi: insinyur dan lain-lain. Sebagian besar sampel terdiri

dari insinyur, yang menjelaskan divisi ini; juga terdapat beberapa profesi lainnya yang

diwakili.

Uji chi-square statistik dilakukan untuk mempelajari hubungan antara variabel

kualitatif; hasil tes audiometri (outcome) dan tes non-parametrik Kruskal-Wallis digunakan

untuk membandingkan distribusi variabel kuantitatif dalam tes audiometri. Tingkat

signifikansi (p) adalah 5%.

Model regresi logistik linear (analisis multivariat) digunakan untuk memilih variabel-

variabel yang terbaik menjelaskan gangguan pendengaran. Variabel dengan p <0,20 dalam

analisis bivariat digunakan dalam model awal. Metode mundur (Wald) digunakan untuk

seleksi variabel. Rasio odds yang disesuaikan (OR) dari variabel yang terdiri dari model akhir

dan interval kepercayaan 95% mereka (CI) dihitung. SPSS untuk perangkat lunak Windows,

versi 13.0, yang digunakan dalam penelitian ini.

4

Page 5: jurnal presbikusis

HASIL

Berdasarkan data, pasien laki-laki adalah 534 orang (85,4%) dari 625. Presbikusis

ditemukan pada 226 orang (36,1%) dari kasus-kasus ini. Usia rata-rata dalam sampel adalah

50,5 tahun (- 6,7 tahun SD); pasien termuda berusia 40 tahun dan yang tertua 86 tahun. Tabel

1 memperlihatkan gambaran sosial dan demografi sampel dan distribusi berdasarkan uji chi-

square. Variabel jenis kelamin dan usia signifikan secara statistik (p <0,05); variabel profesi

secara statistik tidak berhubungan dengan presbikusis.

Tabel 1. Gambaran sosial dan demografi sampel dan profil audiometri

Tabel 2 memperlihatkan hubungan antara data klinis dan presbikusis; uji chi-square

mengungkapkan signifikansi statistik positif bagi variabel diabetes mellitus dan riwayat

keluarga dengan gangguan pendengaran. Terdapat hubungan non-signifikan dengan variabel:

konsumsi alkohol, merokok, riwayat keluarga dislipidemia, hipertensi arteri sistemik,

penggunaan hormon, penggunaan obat-obatan terus menerus, dan penyakit lainnya.

5

Page 6: jurnal presbikusis

Variabel Profil Audiometrik

% Normal Presbikusis p

N % N %

Riwayat

penurunan

pendengaran di

keluarga

Tidak/tidak

diketahui

Iya

85,1

14,9

359

40

90%

10%

173

53

76,50%

23,50%

0

Hipertensi Tidak

Iya

66,7

33,3

275

124

68,90%

31,10%

142

84

62,80%

37,20%

0,121

DM Tidak

Iya

95,7

4,3

388

11

97,20%

2,80%

210

16

92,90%

7,10%

0,011

Penggunaan

obat

berkelanjutan

Tidak

Iya

27,7

72,3

297

71

74,40%

31,40%

155

102

68,60%

25,60%

0,116

Penggunaan

hormon

Tidak

Iya

92,2

7,8

368

31

92%

7,80%

208

18

92%

8,00%

0,93

Riwayat

dislipidemia

keluarga

Tidak/Tidak

diketahui

Iya

90,6

9,4

361

38

90,50%

9,50%

205

21

90,70%

9,30%

0,924

Penyakit

lainnya

Tidak

Iya

77,3

22,7

316

83

79,20%

20,80%

167

59

73,90%

26,10%

0,128

Merokok Tidak

Iya

77,9

22,1

313

86

78,40%

21,60%

174

52

77%

23%

0,674

Minum

alkohol

Tidak

Iya

25,3

74,7

107

292

26,80%

73,20%

51

175

22,60%

77,40%

0,24

Sub-total 399 226

Tabel 2. Data klinis dan profil audiometri

P: level signifikansi tes chi-square

Tidak terdapat hubungan statistik positif antara profil lipid dan presbikusis (Tabel 3).

Variabel yang dipilih untuk model regresi logistik adalah mereka yang terkait dengan

presbikusis dalam sampel ini. Tabel 4 menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan adalah

faktor protektif terhadap gangguan pendengaran (OR <1). Subyek berusia di atas 50 tahun

6

Page 7: jurnal presbikusis

memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami presbikusis, seperti yang ditemukan pada

subyek dengan diabetes mellitus dan riwayat keluarga positif gangguan pendengaran.

Tabel 3. Hasil profil lipid dan profil audiometrik

Variabel Profil Audiometrik p

Normal Berubah Total

TG 345 215 560 0,086

Kolesterol total 345 214 559 0,623

LDL-kolesterol 337 208 545 0,966

P: level signifikansi Kruskal-Wallis tes non parametrik

Tabel 4. Variabel terpilih pada mode regresi logistik dan hasil

Variabel p QR 95,0% CI

Lebih rendah Lebih tinggi

Seks Perempuan 0,003 0,286 0,22 0,727

Kelompok

umur

40-45

46-50

51-55

56-60

61-65

Diatas 65

Referensi

0,321

0

0

0

0

1,367

1,953

3,677

10,851

12,217

0,738

1,07

1,908

3,441

3,875

2,535

3,564

7,089

34,213

38,519

Riwayat

penurunan

pendengaran

di keluarga

Iya 0 3,098 1,853 5,18

DM iya 0,93 2,12 0,883 5,088

P level signifikansi dari metode sebelumnya (Wald).

OR odds ratio <1.

CI confidence interval.

7

Page 8: jurnal presbikusis

Tabel 5 menunjukkan hasil model regresi logistik. Perbandingan antara prediksi dan

profil audiometrik pada sampel menunjukkan bahwa persentase pasien dengan profil

audiometri normal 80,3% dan 50,7% untuk profil audiometri berubah. Total persentase yaitu

68,9%.

Tabel 5. Sensitivitas dan spesifitas model

Profil Audiometrik Normal Presbikusis %ketepatan

Normal 277 68 80,3

Presbikusis 106 109 50,7

%ketepatan 68,9

8

Page 9: jurnal presbikusis

PEMBAHASAN

Menurut penelitian histopatologi, onset presbikusis terjadi pada dekade kelima

kehidupan. WHO mendefinisikan tua yaitu seseorang yang mencapai dekade ketujuh

kehidupan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai faktor risiko presbikusis;

kelompok umur ditetapkan berdasarkan studi histopatologis penuaan sistim auditori, yaitu

subjek dengan usia dekade kelima keatas.

Presbikusis merupakan proses multifaktor dimana terdapat variasi luas individual

dalam tiap-tiap faktor; dan literatur mendukung fakta ini.

Prevalensi presbikusis 36,1% pada sampel. Prevalensi penurunan pendengaran yang

telah dipublish sebelumnya berkisar 5% sampai 71,8%, populasi berdasarkan penelitian

epidemiologi menunjukkan angka prevalensi dari 20 sampai 40%. Ditemukannya

perbedaan/variasi ini pada literatur kebanyakan terjadi akibat variasi metode deteksi

presbikusis, mulai dari kuesioner sampai pemeriksaan audiologi lengkap.

Pendapatan keluarga dan pendidikan berbanding terbalik terhadap prevalensi

presbikusis. Pada orang Brazil ditemukan prevalensi 71,8% (tertinggi pada review ini)

sampel terdiri dari yang berpenghasilan rendah (44,7%) dan populasi berpengetahuan rendah

yang berisiko tinggi. Hasil ini menyarankan agar sampel lebih berpendidikan dan lebih kaya

(dimana merekan memiliki akses lebih terhadap informasi dan pelayanan kesehatan) sehingga

dapat lebih mengontrol faktor risiko presbikusis.

Metode terdiri atas sampel berusia dekade kelima keatas; berdasar literatur rentang

usia ini presbikusis sering terjadi. Hubungan antara peningkatan usia dan prevalensi

presbikusis secara statistik signifikan, dan sesuai dengan data yang ada.

Sampel penelitian terdiri atas laki-laki (85,4%), berdasar variabel demografik:

variabel profesi pada manajerial atau direktur perusahaan menengah dan besar; juga terdapat

beberapa perempuan. Pada penelitian ini jenis kelamin laki-laki berhubungan dengan

presbikusis; kesimpulan ini menggambarkan bahwa laki-laki lebih berisiko mengalami

presbikusis. Pernyataan ini, bagaimanapun masih merupakan isu terbuka; beberapa referensi

9

Page 10: jurnal presbikusis

berpendapat perempuan memiliki faktor risiko presbikusis. Dua dokumen menyimpulkan

bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan presbikusis.

Persentase ahli mesin pada sampel (47,40%) menstimulasi investigasi profesi ini

sebagai faktor risiko presbikusis. Subjek kemungkinan terpapar lingkungan tidak sehat dari

sudut auditori, yang mengarah pada presbikusis. Namun pada penelitian ini tidak terdapat

hubungan positif antara ahli mesin dan presbikusis. Penjelasannya adalah kebanyakan ahli

mesin pada sampel terpapar lingkungan bising periode singkat dan secara rutin menggunakan

alat pelindung diri (penyumbat telinga dan/ penutup telinga). Korelasi positif antara

penurunan pendengaran dan profesi tertentu sering terjadi, meskipun tidak perlu digolongkan

sebagai penurunan pendengaran akibat bising.

Temuan pada penelitian ini memberikan hubungan positif antara diabetes dan

presbikusis; tipe diabetes tidak spesifik. Hubungan ini diketahui dan diterima secara umum;

namun beberapa peneliti meragukan hubungan/korelasi ini. Penurunan pendengaran pada

beberapa bentuk diabetes mellitus tipe I berasal dari fenotipe mitokondrial yang diwariskan

ditambah efek disglikemia pada telinga dalam.

Hipertensi sistemik sering dihubungkan dengan presbikusis, meskipun hanya sedikit

konsensus sejak beberapa penelitian tidak menetapkan korelasi ini; kemungkinan akibat

tatalaksana medis kondisi ini. Peneliti menemukan tidak ada hubungan antara hipertensi dan

presbikusis.

Peneliti juga menemukan tidak ada hubungan positif antara dislipidemia dan

presbikusis, hal ini merupakan temuan yang sering pada literatur. Beberapa penulis

berpendapat bahwa hubungan ini bergantung pada tingkat keparahan dan durasi dislipidemia.

Terapi pengganti hormon (progesteron dan/ estrogen) telah lama dianggap sebagai

faktor risiko presbikusis. Penelitian ini tidak menemukan ada hubungan antara presbikusis

dan terapi pengganti hormon, kemungkinan akibat jumlah sampel.

Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara merokok/ alkohol dan

presbikusis. Kebiasaan ini dikoding secara kualitatif sebagai ada atau tidak ada pada

kuesioner; tidak terdapat informasi mengenai durasi dan intensitas. Beberapa dokumen

meningkatkan kemungkinan asosiasi antara merokok dan Presbikusis, sementara yang lain

tidak mengkonfirmasi korelasi ini.

10

Page 11: jurnal presbikusis

Terdapat asosiasi positif antara presbikusis dan riwayat keluarga, merupakan

konsensus di literatur. Penelitian genom menemukan kemungkinan X-linked lokus gen

mitokondrial mempengaruhi sampel/subjek laki-laki.

KESIMPULAN

Sebuah penelitian faktor risiko presbikusis pada subjek sosial/ekonomi menengah

mengungkapkan bahwa:

1. Angka prevalensi presbikusis adalah 36,1%

2. Secara statistik ditemukan hubungan positif antara presbikusis dan: umur, laki-laki,

diabetes mellitus dan riwayat presbikusis dalam keluarga.

3. Tidak terdapat hubungan antara presbikusis dan: profesi, hipertensi sistemik, dislipidemia

(trigliserida, kolesterol total, dan low-density lipoprotein), riwayat keluarga dislipidemia, dan

merokok dan alkohol.

4. Hasil menunjukkan bahwa meski terdapat faktor risiko multipel presbikusis pada literatur,

faktor ini terbatas pada sampel penelitian.

11