Jurnal Penelitian Dwi Mardianto (0702120612)
Transcript of Jurnal Penelitian Dwi Mardianto (0702120612)
1
ABSTRAK
ANALISIS TINGKAT LOYALITAS PELANGGAN PADA RUMAH SAKIT SWASTA DI
KOTA PEKANBARU (STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT BINA KASIH DI
PEKANBARU)
DWI MARDIANTO
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Riau
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur dan menganalisis tingkat loyalitas pelanggan
Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan signifikan tingkat
loyalitas pelanggan rawat inap dan rawat jalan pada Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru sehingga
dapat merancang strategi yang tepat untuk rumah sakit tersebut.
Penelitian ini dilakukan pada 100 orang responden yang dibagi menjadi 50 orang pasien
rawat inap dan 50 orang pasien rawat jalan, dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan independent sample t test
(yang dilakukan dengan menggunakan SPSS ver. 17).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa switcher/price buyer rawat inap lebih besar
daripada rawat jalan, artinya lebih banyak responden rawat inap suka berpindah-pindah rumah
sakit. Pada tingkat habitual buyer pasien rawat jalan lebih tinggi daripada pasien rawat inap, artinya
banyak pasien rawat jalan berobat ke Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru karena kebiasaan. Di
tingkat likes the brand dan satisfied buyer, pasien rawat inap lebih tinggi daripada pasien rawat
jalan, berarti lebih banyak responden rawat inap yang puas dan menyukai Rumah Sakit Bina Kasih
Pekanbaru. Dan pada tingkat committed buyer pasien rawat inap lebih besar daripada pasien rawat
jalan, artinya lebih banyak pasien rawat inap yang menawarkan atau mempromosikan Rumah Sakit
Bina Kasih Pekanbaru kepada orang lain daripada pasien rawat jalan. Hasil pengujian independent
sampel t test, dari kelima variabel tingkatan loyalitas pelanggan, dua variabel diantaranya terdapat
perbedaan loyalitas pelanggan yang signifikan pada pasien rawat inap dengan rawat jalan yaitu
pada tingkatan switcher/price buyer dan committed buyer, yang ditunjukan dengan nilai t hitung -
2,949 serta sigt. t sebesar 0,004 pada switcher/price buyer dan nilai t hitung -3,940 serta sign. t
sebesar 0,000 pada committed buyer. Sedangkan pada ketiga variabel tingkatan yang lain tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pasien rawat inap dan pasien rawat jalan yang
ditunjukkan dengan besarnya nilai sign. t pada masing-masing tingkatan tersebut lebih besar dari
0,05. Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan loyalitas pelanggannya, sebaiknya Rumah
Sakit Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru melakukan strategi-strategi peningkatan loyalitas agar
rumah sakit tidak kehilangan pelanggan. Walaupun saat ini pelanggan tersebut masuk ke dalam
kategori switcher buyer, dengan strategi-strategi yang dilakukan nanti dapat meningkat menjadi
pelanggan dalam kategori habitual buyer, satisfied buyer, likes the brand, ataupun committed buyer.
Kata Kunci: Switcher / Price Buyer, Habitual Buyer, Satisfied Buyer, Likes The Brand, dan
Committed Buyer.
A . PENDAHULUAN Situasi persaingan dalam era globalisasi
pada saat sekarang ini terasa semakin meningkat,
sehingga perusahaan yang dapat bertahan adalah
perusahaan yang memiliki kemampuan untuk
meningkatkan loyalitas pelanggan secara
berkesinambungan yang dapat menjadi kunci
keunggulan bersaingnya.
Persaingan yang ketat akan
menyebabkan perusahaan sulit untuk
meningkatkan jumlah pelanggan di pasar yang
sudah ada karena terlalu banyak produk/jasa
dengan berbagai keunggulan serta nilai lebih
yang ditawarkan oleh para pesaing sehingga sulit
bagi perusahaan untuk merebut pangsa pasar
pesaing. Sedangkan untuk memasuki pasar baru
memerlukan biaya yang cukup besar. Setiap
perusahaan pada umumnya menginginkan bahwa
pelanggan yang diciptakannya dapat
dipertahankan selamanya. Ini bukan tugas yang
mudah mengingat perubahan-perubahan dapat
terjadi setiap saat, baik perubahan pada diri
1
2
pelanggan maupun perubahan kondisi
lingkungan yang akan berdampak pada proses
keputusan membeli pelanggan. Mempertahankan
semua pelanggan yang ada umumnya akan lebih
menguntungkan dibandingkan dengan pergantian
pelanggan karena biaya untuk menarik pelanggan
baru bisa lima kali lipat dari biaya
mempertahankan seorang pelanggan yang sudah
ada (Kotler et al,2000:60). Jadi mempertahankan
pelanggan sama dengan mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan.
Dalam jangka panjang, loyalitas
pelanggan menjadi tujuan setiap perusahaan yang
akan dijadikan sebagai dasar pengembangan
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
Pelanggan yang puas dan loyal (setia)
merupakan peluang untuk mendapatkan
pelanggan baru. Adapun ciri-ciri
pelanggan yang loyal (Lupiyaodi,2001:161)
adalah: Repeat buying (melakukan pembelian
kembali), retention (bertahan mengkonsumsi
produk/jasa), dan referral (merekomendasikan
orang lain untuk membeli).
Kondisi tersebut diatas juga berlaku pada
industri jasa kesehatan. Salah satu bentuk jasa
kesehatan adalah rumah sakit, dimana di
Indonesia dewasa ini menunjukan suatu
kecendrungan peningkatan kompetisi yang kian
besar. Berdasarkan PerMenKes
No.84/MenKes/II/V/1990 yang diperbarui dari
PerMenKes No.920/MenKes/Per/XII/86, RS
Swadana, Inpres No. 4 Tahun 2000, RS Perjan
yang memperbolehkan pemilikan Rumah Sakit
oleh badan hukum seperti PT atau CV
(Wijono,2001:269), maka mulailah era bisnis di
bidang jasa Rumah Sakit.
Sekarang ini mayoritas rumah sakit yang
ada di Indonesia sudah bergeser ke arah profit
oriented, hal ini disebabkan karena masuknya
Indonesia kedalam persaingan pasar bebas yang
mengharuskan kita untuk merubah cara pandang
terhadap rumah sakit. Saat ini tidak
memungkinkan lagi jika rumah sakit hanya
dipandang sebagai institusi sosial. Dengan
berjalannya waktu rumah sakit telah menjadi
institusi yang bersifat sosio-ekonomis. Selain itu
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dimana
investor baik yang berasal dari dalam maupun
luar negeri diberi kesempatan untuk
menanamkan modalnya dalam bidang jasa
Rumah Sakit, semakin memudahkan pergeseran
tersebut. Sehingga tidak heran sekarang ini
banyak dibangun rumah sakit baru yang
memiliki pelayanan seperti hotel berbintang,
teknologi baru dan canggih, serta dikelola
dengan manajemen profesional yang tentunya
berorientasi profit. Hal tersebut menimbulkan
persaingan yang semakin ketat antar rumah sakit.
Rumah sakit tidak hanya bersaing dengan rumah
sakit lainya, tetapi juga harus bersaing dengan
praktek bidan, praktek dokter, dan pelayanan
kesehatan lainnya seperti puskesmas dan balai
pengobatan.
Hal tersebut menjadi sebuah tantangan
tersendiri bagi rumah sakit untuk segera benah
diri dalam meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatannya sehingga dapat memberi kepuasan
maksimal kepada pelanggan/pasien dan akhirnya
tercipta loyalitas pelanggan yang tinggi.
Sebagai salah satu Rumah Sakit Swasta
di Pekanbaru, Rumah Sakit Bina Kasih selalu
berusaha memberikan pelayanan yang terbaik
kepada setiap pasiennya. Semuanya ditangani
oleh dokter-dokter profesional dan spesialis
sesuai bidangnya, para bidan dan perawat yang
berpengalaman yang siap membantu pasien
dengan fasilitas pelayanan dan peralatan yang
memadai yang tujuannya adalah agar
pelanggan/pasien loyal dengan rumah sakit.
Dilihat dari perkembangan jumlah pasien
rawat inap dan rawat jalannya, Rumah Sakit Bina
Kasih Pekanbaru dari tahun 2008 sampai tahun
2010 terus mengalami meningkat. Pada tahun
2008 jumlah pasien rawat inap adalah 2.766
pasien dan rawat jalan adalah 543 pasien, pada
tahun 2009 terjadi peningkatan jumlah pasien
rawat inap yaitu menjadi 2.875 pasien dan
jumlah pasien rawat jalan juga meningkat
menjadi 595 pasien. Pada tahun 2010 jumlah
pasien rawat inap juga meningkat menjadi 2.925
pasien dan rawat jalan meningkat menjadi 613
pasien. Hal ini menunjukkan bahwa
pasien/pelanggan merasa puas dengan pelayanan
di Rumah Sakit ini sehingga hal itu dapat
menaikkan tingkat loyalitas pasien terhadap
Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka
sekiranya sangat perlu terutama bagi pengelola
Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru untuk
mengetahui bagaimana tingkat loyalitas
pelanggannya, posisi terbesar manakah yang
dapat diraih pada tingkat loyalitas, sekiranya
pelanggannya tidak setia kemana mereka akan
berpindah. Selanjutnya dengan mengetahui hal-
hal tersebut pengelola dapat merancang atau
memperkuat strategi loyalitas yang menarik
pelanggan.
3
B . KAJIAN PUSTAKA
1 . Pemasaran Jasa Jasa menurut Tjiptono (2002:134)
merupakan setiap tindakan atau perbuatan yang
dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak
lain yang pada dasarnya bersifat tidak berwujud
fisik dan tidak menghasilkan kepemilikan
sesuatu.
Sebenarnya perbedaan antara produk dan
jasa sukar dilakukan karena pembelian suatu
produk seringkali disertai dengan jasa-jasa
tertentu, misalnya instalasi dan pembelian suatu
jasa seringkali pula meliputi barang-barang yang
melengkapinya, misalnya makanan di restoran.
Jasa memiliki empat karakteristik utama
yang membedakannya dari barang
(Kotler,2003:488):
1) Intangibility, maksudnya tidak dapat dilihat,
dirasa dan dicium, didengar atau diraba
sebelum dibeli dan dikonsumsi.
2) Inseparability, maksudnya biasanya barang
diproduksi, kemudian dijual lalu dikonsumsi.
Sedangkan jasa di pihak lain, umumnya dijual
terlebih dahulu baru kemudian diproduksi dan
dikonsumsi secara bersamaan.
3) Variability, maksudnya jasa bersifat variabel,
artinya banyak variasi bentuk kualitas dan
jenis tergantung pada siapa, kapan dan
dimana jasa tersebut dihasilkan.
4) Perishability, maksudnya jasa merupakan
komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat
disimpan. Misalnya jam tertentu tanpa pasien
di tempat praktek seorang dokter, akan berlalu
/ hilang begitu saja karena tidak dapat
disimpan untuk dipergunakan diwaktu lain.
2 . Pemasaran Jasa Rumah Sakit Rumah Sakit sebagai institusi jasa
mempunyai ciri-ciri yaitu tidak berwujud,
merupakan aktivitas pelayanan antara tenaga
medis dan non medis dengan pelanggan, tidak
ada kepemilikan, konsumsi bersamaan dengan
produksi dan proses produksi bisa berkaitan atau
tidak dengan produk fisiknya.
Hal ini sesuai dengan pendapat dari
Zeithaml dan Bitner (2000:3) bahwa jasa
memiliki ciri-ciri yaitu: (1) Tidak berwujud, (2)
Merupakan suatu aktivitas, kegiatan, atau
kinerja, (3) Tidak menyebabkan kepemilikan, (4)
Produksi dan konsumsi terjadi secara barsamaan,
dan (5) Proses produksinya berkaitan atau tidak
berkaitan dengan produk fisik. Menurut Sabarguna (2004:1), Perbedaan
antara pemasaran rumah sakit dengan pemasaran
jasa pada umumnya, yaitu:
1) Produknya berupa pelayanan yang hanya
dapat menjanjikan usaha bukan menjadi
hasil.
2) Pasien hanya akan menggunakan pelayanan
bila diperlukan, walaupun sekarang ini ia
tertarik.
3) Tidak selamanya tarif berperan penting
dalam pemilihan terutama pada kasus dalam
keadaan darurat.
4) Pelayanan hanya dapat dirasakan pada saat
digunakan dan tidak dapat di coba secara
leluasa.
5) Fakta akan lebih jelas pengaruhnya dari pada
hanya pembicaraan belaka.
3 . Loyalitas Pelanggan
Konsep Loyalitas Pelanggan Pelanggan adalah seseorang yang
menjadi terbiasa untuk membeli. Kebiasaan itu
terbentuk melalui pembelian dan interaksi yang
sering selama periode waktu tertentu. Tanpa
adanya track record hubungan yang kuat dan
pembelian berulang, orang tersebut bukanlah
pelanggan, ia adalah pembeli. Pelanggan sejati
tumbuh seiring dengan waktu. (Griffin, 2003:31).
Pelanggan yang loyal adalah orang yang
melakukan pembelian berulang secara teratur,
membeli antar lini produk dan jasa,
mereferensikan kepada orang lain, dan
menunjukkan kekebalan terhadap tarikan
pesaing. (Griffin, 2003:31). Loyalitas pelanggan secara umum dapat
dipahami sebagai konsep yang
menekankan pada runtutan pembelian
(Basuswasta, 2002:74). Menurut Sheth dan
Mittal dalam (Tjiptono,2005:387) loyalitas
pelanggan merupakan komitmen pelanggan
terhadap suatu merek, toko atau pemasok,
berdasarkan sikap yang sangat positif, dan
tercermin dalam pembelian ulang yang
konsisten.
Menurut Kotler (2005:18) loyalitas
pelanggan adalah suatu pembelian ulang yang
dilakukan oleh seorang pelanggan karena
komitmen pada suatu merek atau perusahaan.
Tingkat Loyalitas Pelanggan Menurut Aaker dalam (Durianto, dkk.,
2004:19) bahwa loyalitas pelanggan terhadap
suatu merek terdiri dari beberapa tingkatan,
sebagai berikut:
1) Switcher/Price Buyer (pembeli yang
berpindah-pindah).Switcher merupakan
tingkat loyalitas yang paling dasar. Semakin
sering pembelian konsumen berpindah dari
suatu merek ke merek yang lain
4
mengindikasikan bahwa mereka tidak loyal,
semua merek dianggap memadai. Dalam hal
ini merek memegang peranan yang kecil
dalam keputusan pembelian. Ciri paling jelas
dalam kategori ini adalah mereka membeli
suatu merek karena banyak konsumen lain
membeli merek tersebut karena harganya
murah.
2) Habitual Buyer (pembeli yang bersifat
kebiasaan). Habitual buyer adalah pembeli
yang tidak mengalami ketidakpuasan dalam
mengkonsumsi suatu merek produk. Tidak
ada alasan yang kuat baginya untuk membeli
merek produk atau jasa lain atau berpindah
merek, terutama jika peralihan itu
membutuhkan usaha, biaya atau
pengorbanan lain. Jadi konsumen membeli
produk atau jasa karena kebiasaan.
3) Satisfied Buyer (pembeli yang puas dengan
biaya peralihan). Satisfied buyer adalah
kategori pembeli yang puas dengan merek
yang mereka konsumsi. Namun mereka
dapat saja berpindah merek dengan
menanggung switching cost (biaya
peralihan), seperti waktu, biaya atau resiko
yang timbul akibat tindakan peralihan merek
tersebut. Untuk menarik peminat pembeli
kategori ini, pesaing perlu mengatasi biaya
peralihan yang harus ditanggung pembeli
dengan menawarkan berbagai manfaat
sebagai kompensasi.
4) Likes The Brand (pembeli yang menyukai
merek). Likes the brand adalah kategori
pembeli yang sungguh-sungguh menyukai
merek tersebut. Rasa suka didasari oleh
asosiasi yang berkaitan dengan simbol,
rangkaian pengalaman menggunakan merek
itu sebelumnya atau persepsi kualitas yang
tinggi.
5) Committed Buyer (pembeli yang
berkomitmen). Committed buyer adalah
kategori pembeli yang setia. Mereka
mempunyai kebanggaan dalam
menggunakan suatu merek. Merek tersebut
bahkan menjadi sangat penting baik dari segi
fungsi maupun sebagai ekspresi siapa
sebenarnya penggunannya. Ciri yang tampak
pada kategori ini adalah tindakan pembeli
untuk merekomendasikan/mempromosikan
merek yang digunakan kapada orang lain.
Sumber : Durianto, dkk. dalam jurnal Johannes Marthin dan Hutane Semuel di Surabaya dengan judul
Analisis Tingkat Brand Loyalty pada Produk Shampoo Merek Head & Shoulders (2007:93).
Gambar 1 : Piramida Brand Loyalty dengan Brand Equity yang Lemah (A), Piramida Brand
Loyalty dengan Brand Equity yang Kuat (B)
Dari piramida tingkat loyalitas yang
disebutkan gambar 1 terlihat mulai dari
switcher/price buyer (tingkat yang paling rendah
dengan porsi yang paling besar), habitual buyer,
satisfied buyer, likes the brand, hingga
committed buyer (tingkat yang paling tinggi
dengan porsi yang paling kecil) adalah sangat
sesuai bagi merek yang belum memiliki brand
equity yang kuat (lihat Gambar 1A). Sebaliknya,
tingkatan brand loyalty yang dimulai dari
switcher/price buyer (tingkat yang paling rendah
dengan porsi yang paling kecil), habitual buyer,
satisfied buyer, likes the brand, hingga
committed buyer (tingkat yang paling tinggi
dengan porsi yang paling besar) adalah sesuai
Committed Buyer
Likes the Brand
Satisfied Buyer
Habitual Buyer
Swicher/Price Buyer
Likes the Brand
Satisfied Buyer
Habitual Buyer
Swicher/ Price Buyer
A B
Committed Buyer
5
bagi merek dengan brand equity yang kuat (lihat
Gambar 1B).
Strategi Meningkatkan Loyalitas 1) Customer Bonding (Mengikat Pelanggan).
Untuk meningkatkan loyalitas
pelanggan, pemasar dapat melakukan customer
bonding (mengikat pelanggan) dengan program
yang direkomendasikan oleh Berry dan
Parasuraman dalam (Kotler,2003:153) sebagai
berikut:
a. Adding Financial Benefits (menambah
manfaat keuangan) merupakan program
pemberian reward bagi pelanggan yang
sering dan banyak membeli serta program
keanggotaan club.
b. Adding Social Benefits (menambah manfaat
sosial) merupakan program dimana
karyawan perusahaan berusaha
meningkatkan ikatan sosial mereka dengan
para pelanggan dengan cara membangun
relasi dengan masing-masing pelanggan
mereka secara lebih pribadi. Pelanggan
diperlakukan sebagai partner melalui
personalisasi dan individualisasi,
membership, proaktif, dan problem solving.
c. Adding Structural ties (menambah ikatan
struktural) merupakan program dimana
perusahaan mungkin memberikan kepada
pelanggan alat khusus atau hubungan
komputer yang membantu pelanggan
mengelola pesanan, pengupahan, dan
persediaan.
2) Mengelola Inelastis Demand
Guna menciptakan loyalitas pelanggan,
perusahaan perlu mengelola permintaan menjadi
inelastis dengan penyesuaian bauran pemasaran.
3) Kualitas Produk/Jasa
Konsumen yang memperoleh kepuasan
atas produk atau jasa yang dibelinya cenderung
melakukan pembelian ulang produk atau jasa
yang sama salah satunya adalah karena kualitas.
Pemasar yang kurang atau tidak memperhatikan
kualitas produk/jasa yang ditawarkan akan
menanggung resiko tidak loyalnya konsumen.
Jika pemasar sangat memperhatikan
kualitas,bahkan diperkuat dengan periklanan
yang intensif, loyalitas konsumennya pada merek
yang ditawarkan akan lebih mudah diperoleh.
Kualitas dan periklanan itu menjadi faktor kunci
untuk menciptakan loyalitas merek jangka
panjang.
4) Promosi Penjualan
Loyalitas pelanggan terhadap merek
dapat dikembangkan melalui promosi penjualan
yang intensif.
5) Relationship Marketing
Kunci pokok dalam setiap program
promosi loyalitas adalah upaya menjalin relasi
jangka dengan para pelanggan. Asumsinya
adalah bahwa relasi yang kokoh dan saling
menguntungkan antara perusahaan dan
pelanggan dapat membangun bisnis ulang dan
menciptakan loyalitas pelanggan.
6) Perbaikan Berkesinambungan
Sekalipun loyalitas pelanggan sebagai
tujuan akhir, namun tidak ada jaminan dapat
langgeng dengan sendirinya, perusahaan harus
selalu aktif mencari berbagai inovasi dan
terobosan dalam merespon setiap perubahan
menyangkut faktor pelanggan, perusahaan, dan
pesaing. Berbagai teknik dan metode yang
digunakan seperti Total Quality Management dan
Business Process Reengineering sangat
bermanfaat dalam membantu proses perbaikan
berkesinambungan setiap organisasi.
7) Meningkatkan Nilai Tambah Bagi
Pelanggan
Memberi nilai tambah kepada para
pelanggan intinya. Nilai tambah tersebut
direalisasikan dalam wujud kualitas, biaya,
waktu siklus, teknologi, dan manfaat-manfaat
lain yang dipersepsikan penting dan signifikan
oleh pelanggan.
Retensi dan loyalitas pelanggan inti
harus dijadikan obsesi perusahaan, perlakukan
pelanggan inti sebagai orang penting, perhatikan
kepentingannya dan dijadikan dasar rancangan
dan pengembangan hingga penyampaian produk.
8) Membahagiakan Pelanggan
a. Berusaha untuk memuaskan pelanggan
menuju customer delight, customer
excitement.
b. Wujudkan pelayanan dan karakteristik
produk yang belum diharapkan atau
diantisipasi pelanggan, namun dapat
meningkatkan tingkat kesetiaan mereka.
c. Biasakan untuk selalu menyenangkan
pelanggan dengan say greeting (tegus sapa),
say thank you (terima kasih), smilling
(tersenyum) dan I am sorry (minta maaf) jika
salah.
9) Membina Keakraban Dengan Pelanggan
a. Mengembangkan kedekatan dengan
pelanggan, membina relasi dengan
pelanggan sebelum pembelian dan purna
beli.
b. Merancang suatu data base tentang
pelanggan dan secara berkala mengumpulkan
data tentang pembelian pelanggan.
6
c. Berusaha menyesuaikan produk maupun jasa
dengan kebutuhan spesifik setiap pelanggan,
member solusi total dengan memberikan
pelayanan dan advis yang bersifat personal.
d. Mengembangkan budaya yang
memprioritaskan solusi spesifik dan berfokus
pada jalinan hubungan pelanggan yang akrab
dan langgeng. Tanamkan pada seluruh
lapisan organisasi komitmen pengembangan
solusi, membantu pelanggan memahami
dengan tepat apa yang mereka butuhkan.
C . METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap dan rawat jalan pada
Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru mulai bulan
Januari 2010 sampai bulan Desember 2010 yang
jumlahnya adalah 3.538 pasien. Ukuran sampel
dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan rumus Slovin yang hasilnya
diperoleh 100 sampel, dimana terdiri dari 50
sampel untuk mewakili pasien rawat inap dan 50
sampel untuk mewakili pasien rawat jalan. Adapun metode pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
dengan menyesuaikan diri berdasarkan kriteria
dan tujuan tertentu (Simamora, 2004:207).
Karakteristik responden/sampel dalam penelitian
ini adalah pasien rawat inap dan rawat jalan yang
telah berobat/memeriksakan diri di Rumah Sakit
Bina Kasih pekanbaru sebanyak dua kali dan
minimal berusia 17 tahun.
Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner sebelum disebarkan secara
formal untuk mendapatkan data utama penelitian,
maka terlebih dahulu dilakukan pretest terhadap
20 orang responden agar dapat diketahui
validitas dan reliabilitasnya, yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Uji Validitas Alat Ukur (Kuesioner)
Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan (kesahihan)
suatu instrumen (Arikunto, 2002:144). Uji
validitas menggunakan korelasi Pearson Product
Moment (SPSS v.17), yaitu korelasi nilai
masing-masing butir pertanyaan dengan nilai
total pertanyaan (nilai variabel). Butir pertanyaan
dikatakan valid apabila r hitung > r tabel (tingkat
signifikansi 0,05 dengan uji 2 sisi). Butir
pertanyaan tidak valid dibuang, dan dilakukan
proses validitas diulang untuk butir yang valid
saja.
2. Uji Reliabilitas Alat Ukur (Kuesioner)
Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur
yang dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara
eksternal maupun internal (Sugiyono, 2005:273)
Uji reliabilitas menggunakan metode
Cronbachs's Alpha, yang diaplikasikan dengan
program SPSS (v.17). Apabila nilai Cronbachs's
Alpha (r-Alpha) lebih besar dari 0,60 maka alat
ukur dinyatakan reliable. Sebaliknya, apabila alat
ukur tidak reliabel, maka harus diuji coba ulang.
Metode Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Pada penelitian ini digunakan metode
penelitian bersifat deskriptif. Dan dalam
penelitian ini memberikan penjelasan dan
gambaran tentang analisis tingkat loyalitas
pelanggan terhadap Rumah Sakit Bina Kasih
Pekanbaru. Analisis deskriptif yaitu transformasi
data mentah ke dalam bentuk yang mudah
dipahami atau diinterpretasi
(Simamora,2004:231). Berkaitan dengan usaha
penganalisaan tersebut, penulis menggunakan
metode:
a. Crosstab (Tabulasi Silang)
Crosstab adalah sebuah tabel silang yang
terdiri atas satu baris atau lebih dan satu kolom
atau lebih. Crosstab menghasilkan tabel-tabel
yang mencerminkan distribusi gabungan dua atau
lebih variabel dengan jumlah kategori atau nilai
pembeda yang terbatas.
b. Mean (Rata-rata hitung)
Mean untuk mengetahui nilai tunggal
dari setiap variabel penelitian, sehingga dapat
digunakan untuk mendeskripsikan variabel
penelitian yang dibahas. Penelitian ini
menggunakan lima interval kelas, dimana
formulasi setiap kelas dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut : Interval kelas = (Skala
tertinggi – Skala terendah) Jumlah kelas.
Sehingga diperoleh interval kelas = (5 – 1) / 5 =
0,80.Rentang skala adalah: (1) 1,00 – < 1,80 =
Sangat jelek, (2) 1,80 – < 2,60 = Jelek, (3) 2,60
– < 3,40 = Cukup, (4) 3,40 – < 4,20 = Baik, dan
(5) 4,20 – 5,00 = Sangat baik.
c. Standard Deviation
Standard deviation untuk mengetahui
penyimpangan data dari nilai tengah (mean),
7
sehingga akan diketahui gambaran tunggal
terhadap variasi data atau untuk mengetahui
homogenitas jawaban responden. Standard
deviation tidak besar (tidak lebih dari 20% mean)
menunjukkan variasi data kecil, jawaban
responden relatif homogen, demikian juga
sebaliknya.
d. Persentase Kumulatif (%)
Persentase digunakan untuk melihat
seberapa besar jumlah switcher/price buyer,
habitual buyer, satisfied buyer, likes the brand,
dan committed buyer, agar dapat dibuat piramida
tingkat loyalitas merek. Persentase dihitung
berdasarkan jumlah responden yang menjawab
skor 4 dan skor 5 dibagi dengan jumlah
responden penelitian secara kumulatif. Adapun
rentang skala persentase adalah sebagai berikut:
1% - < 34% = Rendah
34% - < 67 % = Menengah
67% - 100% = Tinggi
2. Analisis Kuantitatif
Pada penelitian ini menggunakan skala likert
dimana variabel akan diukur atau dijabarkan
menjadi indikator variabel seperti apa yang telah
dijelaskan pada teknik pengumpulan data.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai
titik tolak untuk menyusun item-item instrumen
berupa pernyataan. Namun karena jawaban dari
pernyataan tersebut bersifat kualitatif, maka data
yang sifatnya kualitatif tersebut akan diberi skor
hingga menjadi kuantitatif, untuk setiap jawaban
diberi nilai berdasarkan lima alternatif dengan
ketentuan sebagai berikut:
Jawaban Sangat Setuju diberi skor : 5
Jawaban Setuju diberi skor : 4
Jawaban Cukup Setuju diberi skor : 3
Jawaban Tidak Setuju diberi skor : 2
Jawaban Sangat Tidak Setuju diberi sko r : 1
3. Independent Sample T Test
Independent sampel t test atau uji beda 2
rata-rata digunakan untuk menguji dua rata-rata
pada dua kelompok data yang independen yang
dapat diaplikasikan dengan menggunakan
program SPSS Versi 17 dengan tingkat
signifikan 0,05 (Priyatno,2009:76).
D . PEMBAHASAN
Analisis Switcher/Price Buyer
Switcher/price buyer adalah tingkatan
loyalitas yang paling dasar. Dimana konsumen
pada tingkat ini mempunyai perilaku suka
berpindah-pindah rumah sakit dari satu rumah
sakit ke rumah sakit yang lain mengindikasikan
bahwa mereka tidak loyal, semua rumah sakit
dianggap memadai. Responden yang termasuk
switcher/price buyer adalah responden yang
menjawab “setuju” (skor 4) dan “sangat setuju”
(skor 5) untuk tiga pernyataan untuk
mengindikasikan switcher/price buyer.
Tabel 5.9 Analisis Switcher/Price Buyer
Jawaban Responden Frequency Percent Valid Percent Cumulative
R.Inap R.Jalan R.Inap R.Jalan R.Inap R.Jalan R.Inap R.Jalan
1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Tidak Setuju 6 27 4,0 18,0 4,0 18,0 4,0 18,0
3 Cukup Setuju 97 95 64,7 63,3 64,7 63,3 68,7 81,3
4 Setuju 47 28 31,3 18,7 31,3 18,7 100,0 100,0
5 Sangat Setuju 0 0 0 0 0 0
Total 150 150 100,0 100,0 100,0 100,0
Rawat Inap Rawat Jalan
Mean : 3,27 Mean : 3,01
Standard Deviation : 0,53 Standard Deviation : 0,61
Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2011
Table 5.9 menunjukkan secara kumulatif
rata-rata responden Rumah Sakit Bina Kasih
Pekanbaru jarang berpindah-pindah rumah sakit
ditunjukkan melalui frekuensi skor 1, 2 dan 3
yaitu untuk pasien rawat inap sebanyak 103
orang (68,7%) dan rawat jalan sebanyak 122
(81,3%). Sedangkan responden yang sering
8
berpindah-pindah ke rumah sakit lain
ditunjukkan melalui frekuensi skor 4 dan 5 yaitu
untuk pasien rawat inap sebanyak 47 orang
(31,3%) dan pasien rawat jalan sebanyak 28
orang (18,7%) yang berdasarkan tabel 5.6
sebanyak 52% responden menjawab akan
berpindah ke RSUD Arifin Achmad. Nilai mean
dari switcher/price buyer untuk pasien rawat inap
dan rawat jalan masuk dalam kategori cukup
(rentang skala 2,60 sampai dengan < 3,40) dan
nilai standard deviation untuk rawat inap adalah
0,53 lebih kecil dari 20% mean (0,65), maka
dapat dikatakan jawaban responden satu dengan
yang lain relatif mendekati sama atau homogen.
Sedangkan nilai standard deviation untuk rawat
jalan adalah 0,61 lebih besar dari 20% mean
(0,60), maka dapat dikatakan jawaban responden
relatif berbeda atau heterogen. Kategori cukup
ini, memberikan arti bahwa informasi yang
nampak memberikan harapan yang baik bagi
Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru.
Analisis Habitual Buyer Habitual Buyer adalah pembeli yang
tidak mengalami ketidakpuasan dalam
mengkonsumsi suatu produk. Tidak ada alasan
yang kuat baginya untuk membeli produk atau
jasa lain atau berpindah, terutama jika peralihan
itu membutuhkan usaha, biaya atau pengorbanan
lain. Jadi konsumen membeli produk atau jasa
karena kebiasaan. Habitual buyer dihitung
berdasarkan jawaban “setuju” (skor 4) dan
“sangat setuju” (skor 5) dari tiga pernyataan
habitual buyer. Tabel 5.10 menunjukkan secara
kumulatif rata-rata responden tidak setuju dan
cukup setuju bahwa berkunjung ke Rumah Sakit
Bina Kasih karena kebiasaan, pengalaman
pelayanan dan pernah berobat kesana, yang
ditunjukkan melalui frekuensi skor 1, 2 dan 3
yaitu untuk pasien rawat inap sebanyak 94 orang
(62,7%) dan rawat jalan sebanyak 88 (58,7%).
Sedangkan responden yang setuju dan sangat
setuju ditunjukkan melalui frekuensi skor 4 dan 5
dimana untuk pasien rawat inap ada sebanyak 56
orang (37,3%) dan rawat jalan sebanyak 62
orang (41,4%). Nilai mean dari habitual buyer
untuk pasien rawat inap dan rawat jalan masuk
dalam kategori cukup (rentang skala 2,60 sampai
dengan < 3,40) dan nilai standard deviation
untuk rawat inap adalah 0,52 lebih kecil dari
20% mean (0,67), maka dapat dikatakan jawaban
responden satu dengan yang lain relatif
mendekati sama atau homogen. Sedangkan nilai
standard deviation untuk rawat jalan adalah 0,67
lebih besar dari 20% mean (0,66), maka dapat
dikatakan jawaban responden relatif berbeda
atau heterogen. Kategori cukup ini
memberikan arti bahwa informasi yang tergali
memberikan harapan yang baik bagi Rumah
Sakit Bina Kasih Pekanbaru.
Tabel 5.10 Analisis Habitual Buyer
Jawaban Responden Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
R.Inap R.Jalan R.Inap R.Jalan R.Inap R.Jalan R.Inap R.Jalan
1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Tidak Setuju 3 16 2,0 10,7 2,0 10,7 2,0 10,7
3 Cukup Setuju 91 72 60,7 48,0 60,7 48,0 62,7 58,7
4 Setuju 56 61 37,3 40,7 37,3 40,7 100,0 99,3
5 Sangat Setuju 0 1 0 ,7 0 ,7
100,0
Total 150 150 100,0 100,0 100,0 100,0
Rawat Inap Rawat Jalan
Mean : 3,35 Mean : 3,31
Standard Deviation : 0,52 Standard Deviation : 0,67
Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2011
Analisis Satisfied Buyer Satisfied Buyer adalah kategori pembeli
yang puas dengan produk/jasa yang mereka
konsumsi. Namun mereka dapat saja berpindah
dengan menanggung switching cost (biaya
peralihan), seperti waktu, biaya atau resiko yang
timbul akibat tindakan peralihan tersebut.
Satisfied buyer dihitung berdasarkan jawaban
“setuju” (skor 4) dan “sangat setuju” (skor 5)
dari tiga pernyataan satisfied buyer.
9
Tabel 5.11 menunjukkan secara
kumulatif rata-rata responden yang tidak puas
dengan Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru yang
mereka kunjungi walaupun ada kemungkinan
mereka berpindah rumah sakit lain dengan
menanggung biaya peralihan ditunjukkan melalui
frekuensi skor 1, 2 dan 3 yaitu untuk pasien
rawat inap sebanyak 15 orang (10%) dan rawat
jalan sebanyak 24 orang (14,7%). Sedangkan
responden yang setuju dan sangat setuju
ditunjukkan melalui frekuensi skor 4 dan 5 untuk
rawat inap sebanyak 135 orang (90%) dan rawat
jalan sebanyak 128 orang (85,3%). Nilai mean
dari Satisfied buyer untuk pasien rawat inap dan
rawat jalan masuk dalam kategori baik (rentang
skala 3,40 sampai dengan < 4,20) dan nilai
standard deviation untuk rawat inap adalah 0,62
lebih kecil dari 20% mean (0,84), maka dapat
dikatakan jawaban responden satu dengan yang
lain relatif mendekati sama atau homogen.
Begitu pula nilai standard deviation untuk rawat
jalan adalah 0,75 lebih kecil dari 20% mean
(0,83), maka dapat dikatakan jawaban responden
satu dengan yang lain relatif mendekati sama
atau homogen. Kategori baik ini memberikan arti
bahwa informasi yang tergali mampu
menunjukkan dukungan yang kuat terhadap
tingkat loyalitas dari Rumah Sakit Bina Kasih
Pekanbaru.
Tabel 5.11 Analisis Satisfied Buyer
Jawaban Responden Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
R.Inap R.Jalan R.Inap R.Jalan R.Inap R.Jalan R.Inap R.Jalan
1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Tidak Setuju 1 5 ,7 3,3 ,7 3,3 ,7 3,3
3 Cukup Setuju 14 17 9,3 11,3 9,3 11,3 10,0 14,7
4 Setuju 89 77 59,3 51,3 59,3 51,3 69,3 66,0
5 Sangat Setuju 46 51 30,7 34,0 30,7 34,0 100,0 100,0
Total 150 150 100,0 100,0 100,0 100,0
Rawat Inap Rawat Jalan
Mean : 4,20 Mean : 4,16
Standard Deviation : 0,62 Standard Deviation : 0,75
Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2011
Tabel 5.12 Analisis Likes The Brand
Jawaban Responden Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
R.Inap R.Jalan R.Inap R.Jalan R.Inap R.Jalan R.Inap R.Jalan
1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Tidak Setuju 6 4 4,0 2,7 4,0 2,7 4,0 2,7
3 Cukup Setuju 27 35 18,0 23,3 18,0 23,3 22,0 26,0
4 Setuju 80 71 53,3 47,3 53,3 47,3 75,3 73,3
5 Sangat Setuju 37 40 24,7 26,7 24,7 26,7 100,0 100,0
Total 150 150 100,0 100,0 100,0 100,0
Rawat Inap Rawat Jalan
Mean : 3,99 Mean : 3,98
Standard Deviation : 0,77 Standard Deviation : 0,78
Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2011
10
Analisis Likes The Brand Likes the brand adalah kategori pembeli
yang sungguh-sungguh menyukai suatu
produk/jasa. Responden yang termasuk likes the
brand adalah responden yang menjawab “setuju”
(skor 4) dan “sangat setuju” (skor 5) untuk tiga
pernyataan untuk mengindikasikan likes the
brand.
Tabel 5.12 menunjukkan secara
kumulatif rata-rata responden tidak suka dan
biasa saja pada Rumah Sakit Bina Kasih
Pekanbaru, ditunjukkan melalui frekuensi skor 1,
2 dan 3 dimana untuk pasien rawat inap
sebanyak 33 orang (22%) dan rawat jalan
sebanyak 39 orang (26%). Sebaliknya, responden
yang menyukai Rumah Sakit Bina Kasih
Pekanbaru ditunjukkan melalui frekuensi skor 4
dan 5 yaitu untuk pasien rawat inap sebanyak
117 orang (78%) dan rawat jalan sebanyak 111
orang (74%). Nilai mean dari likes the brand
untuk pasien rawat inap dan rawat jalan masuk
dalam kategori baik (rentang skala 3,40 sampai
dengan < 4,20) dan nilai standard deviation
untuk rawat inap adalah 0,77 lebih kecil dari
20% mean (0,79), maka dapat dikatakan jawaban
responden satu dengan yang lain relatif
mendekati sama atau homogen. Dan nilai
standard deviation untuk rawat jalan adalah 0,78
lebih kecil dari 20% mean (0,79), maka dapat
dikatakan jawaban responden satu dengan yang
lain relatif mendekati sama atau homogen.
Kategori baik ini memberikan arti bahwa
informasi yang tergali memberikan harapan yang
baik bagi Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru.
Analisis Committed Buyer
Committed buyer adalah kategori
pembeli yang setia. Mereka mempunyai
kebanggan dalam menggunakan suatu
produk/jasa. Ciri yang tampak pada kategori ini
adalah tindakan pembeli untuk
merekomendasikan/ mempromosikan
produk/jasa yang digunakan kepada orang lain.
Responden yang termasuk committed buyer
adalah responden yang menjawab “setuju” (skor
4) dan “sangat setuju” (skor 5) untuk tiga
pernyataan untuk mengindikasikan committed
buyer.
Tabel 5.13 Analisis Committed Buyer
Jawaban Responden Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
R.Inap R.Jalan R.Inap R.Jalan R.Inap R.Jalan R.Inap R.Jalan
1 Sangat Tidak Setuju 0 0 0 0 0 0 0 0
2 Tidak Setuju 2 7 1,3 4,7 1,3 4,7 1,3 4,7
3 Cukup Setuju 10 43 6,7 28,7 6,7 28,7 8,0 33,3
4 Setuju 97 79 64,7 52,7 64,7 52,7 72,7 86,0
5 Sangat Setuju 41 21 27,3 14,0 27,3 14,0 100,0 100,0
Total 150 150 100,0 100,0 100,0 100,0
Rawat Inap Rawat Jalan
Mean : 4,18 Mean : 3,76
Standard Deviation : 0,60 Standard Deviation : 0,75
Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2011
Tabel 5.13 menunjukkan bahwa secara
kumulatif rata-rata responden jarang dan tidak
pernah merekomendasikan pada orang lain, tidak
setia, dan tidak ingin mengunjungi Rumah Sakit
Bina Kasih Pekanbaru jika mendengar informasi
negatif tentang Rumah Sakit tersebut ditunjukkan
melalui frekuensi skor 1, 2 dan 3 dimana untuk
rawat inap sebanyak 12 orang (8%) dan rawat
jalan sebanyak 50 orang (33,3%). Sebaliknya
responden yang suka merekomendasikan pada
orang lain, setia dan Tetap mengunjungi Rumah
Sakit Bina Kasih Pekanbaru meskipun
mendengar informasi negatif tentang rumah sakit
tersebut ditunjukkan melalui frekuensi skor 4 dan
5 sebanyak 138 orang (92%) dan rawat jalan
sebanyak 100 orang (66,7%). Nilai mean dari
committed buyer untuk pasien rawat inap dan
rawat jalan masuk dalam kategori baik (rentang
skala 3,40 sampai dengan < 4,20) dan nilai
standard deviation untuk rawat inap adalah 0,60
lebih kecil dari 20% mean (0,84), maka dapat
dikatakan jawaban responden satu dengan yang
lain relatif mendekati sama atau homogen.
Sedangkan nilai standard deviation untuk rawat
jalan adalah 0,75 sama besar nilainya dengan
20% mean (0,75), maka dapat dikatakan
jawaban responden satu dengan yang lain tidak
11
dapat dipastikan homogen atau heterogen.
Kategori baik ini memberikan arti bahwa
informasi yang tergali memberikan harapan yang
baik bagi Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru.
Loyalitas Pelanggan
Menurut Kotler (2005:18) loyalitas
pelanggan adalah suatu pembelian ulang yang
dilakukan oleh seorang pelanggan karena
komitmen pada suatu merek atau perusahaan.
Menurut Aaker dalam (Durianto,dkk.,2004:19)
bahwa loyalitas pelanggan terhadap suatu merek
terdiri dari beberapa tingkatan yaitu
switcher/price buyer, habitual buyer, satisfied
buyer, likes the brand, dan committed buyer Di
bawah ini disajikan tingkat loyalitas pelanggan
dari Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru yang
didasarkan atas kumulasi jawaban responden
untuk switcher/price buyer, habitual buyer,
satisfied buyer, likes the brand, dan committed
buyer yang telah ditunjukkan sebelumnya.
Tabel 5.14 Kumulasi Skor Jawaban Responden
Tingkat Loyalitas Pasien
Kumulasi
Skor Jawaban Responden Total
Jawaban 1 2 3 4* 5*
Switcher/Price Buyer
(I,II,III)
Rawat Inap 0 6 97 47 0 150
Rawat Jalan 0 27 95 28 0 150
Habitual Buyer
(I,II,III)
Rawat Inap 0 3 91 56 0 150
Rawat Jalan 0 16 72 61 1 150
Satisfied Buyer
(I,II,III)
Rawat Inap 0 1 14 89 46 150
Rawat Jalan 0 5 17 77 51 150
Likes The Brand
(I,II,III)
Rawat Inap 0 6 27 80 37 150
Rawat Jalan 0 4 35 71 40 150
Committed Buyer
(I,II,III)
Rawat Inap 0 2 10 97 41 150
Rawat Jalan 0 7 43 79 21 150 Sumber: Data Olahan Penelitian Tahun 2011
Dari tabel 5.14 maka dapat diketahui persentase masing-masing tingkatan loyalitas pelanggan
rawat inap dan rawat jalan Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru dengan menganalisis responden yang
menjawab ”setuju” (skor 4) dan ”sangat setuju” (skor 5), perhitungannya sebagai berikut:
RAWAT INAP
1. Switcher Buyer = (47+0)/150 x 100%
= 31,33%
2. Habitual Buyer = (56+0)/150 x 100%
= 37,33%
3. Satisfied Buyer = (89+46)/150 x 100%
= 90%
4. Likes The Brand = (80+37)/150 x 100%
= 78%
5. Committed Buyer = (97+41)/150 x 100%
= 92%
RAWAT JALAN
1. Switcher Buyer = (28+0)/150 x 100%
= 18,67%
2. Habitual Buyer = (61+1)/150 x 100%
= 41,33%
3. Satisfied Buyer = (77+51)/150 x 100%
= 85,33%
12
4. Likes The Brand = (71+40)/150 x 100%
= 74%
5. Committed Buyer = (79+21)/150 x 100%
= 66,67%
Berdasarkan data persentase di atas, maka dapat digambarkan piramida loyalitas pelanggan
Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru sesuai hasil penelitian, sebagai mana ditunjukan pada gambar
berikut:
Sumber : Data Hasil Olahan Penelitian Tahun 2011
Gambar 5.1 : Piramida Loyalitas Pelanggan Rawat Inap Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru
Sumber : Data Hasil Olahan Penelitian Tahun 2011
Gambar 5.2 : Piramida Loyalitas Pelanggan Rawat Jalan Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbar
Switcher
/Price
Buyer
18,67%
Habitual Buyer
41,33%
Satisfied Buyer
85,33%
Likes The Brand
74%
Committed Buyer
66,67%
Switcher
/Price
Buyer
33,33%
Habitual Buyer 37,33%
Satisfied Buyer 90%
Likes The Brand 78%
Committed Buyer
92%
13
Dari gambar 5.1 dan 5.2 dapat dilihat
switcher/price buyer pada rawat inap ada sebesar
31,33% dan pada rawat jalan ada sebesar
18,67%, keduanya termasuk dalam kategori
rendah (rentang skala persentase 1% - < 34%).
Walaupun berada dalam kategori yang sama,
tetapi persentase switcher/price buyer pada rawat
inap lebih besar dari pada pasien rawat jalan,
berarti pasien rawat inap lebih banyak yang suka
berpindah-pindah rumah sakit dari pada pasien
rawat jalan.
Kemudian habitual buyer pada rawat
inap ada sebesar 37,33% dan pada rawat jalan
ada sebesar 41,33%, keduanya termasuk dalam
kategori menengah (rentang skala persentase
34% - < 67%). Walaupun berada dalam kategori
yang sama, tetapi persentase habitual buyer pada
rawat jalan lebih tinggi daripada pasien rawat
inap, artinya banyak pasien rawat jalan berobat
ke Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru karena
kebiasaan dari pada pasien rawat jalan.
Selanjutnya satisfied buyer pada rawat
inap ada sebesar 90% dan pada rawat jalan ada
sebesar 85,33%, keduanya termasuk dalam
kategori tinggi (rentang skala persentase 67% -
100%). Walaupun berada dalam kategori yang
sama, tetapi persentase satisfied buyer pada
rawat inap lebih tinggi daripada rawat jalan,
artinya pasien rawat inap lebih banyak yang puas
terhadap Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru
daripada pasien rawat jalan.
Kemudian pada likes the brand rawat
inap ada sebesar 78% dan pada rawat jalan ada
sebesar 74%, keduanya termasuk dalam kategori
tinggi (rentang skala persentase 67% - 100%).
Walaupun berada dalam kategori yang sama,
tetapi persentase likes the brand pada rawat inap
lebih besar daripada rawat jalan, berarti lebih
banyak pasien rawat inap yang menyukai Rumah
Sakit Bina Kasih Pekanbaru daripada pasien
rawat jalan.
Dan committed buyer pada rawat inap
ada sebesar 92% termasuk dalam kategori tinggi
(rentang skala persentase 67% - 100%).
Sedangkan committed buyer pada rawat jalan ada
sebesar 66,67%, termasuk dalam kategori
menengah (rentang skala persentase 34% - <
67%). pasien rawat jalan yang termasuk
tingkatan committed buyer, ini menunjukan
committed buyer pada rawat inap lebih besar
daripada rawat jalan, artinya lebih banyak pasien
rawat inap yang menawarkan atau
mempromosikan Rumah Sakit Bina Kasih
Pekanbaru kepada orang lain daripada pasien
rawat jalan.
Independent Sampel T Test
Untuk menganalisis hipotesis tentang
adanya perbedaan tingkat loyalitas
pelanggan/pasien terhadap Rumah Sakit Bina
Kasih berdasarkan kategori pasien yaitu rawat
inap dan rawat jalan maka digunakan metode
analisis independent sample t test dimana analisis
ini digunakan untuk menguji dua rata-rata dari
dua kelompok variabel. Adapun perumusan
hipotesis, yaitu:
Ho : Tidak ada perbedaan signifikan tingkat
loyalitas pelanggan rawat inap dan rawat
jalan pada Rumah Sakit Bina Kasih
Pekanbaru.
Ha : Ada perbedaan signifikan tingkat
loyalitas pelanggan rawat inap dan rawat
jalan pada Rumah Sakit Bina Kasih
Pekanbaru.
Pengujian signifikansi dilakukan dengan
membandingkan t hitung dengan t tabel pada
tingkat signifikansi 0,05 : 2 = 0,025 dengan uji 2
sisi dengan derajat kebebasan (df) n-2 dengan
kriteria pengujian sebagai berikut
(Priyatno,2009:77):
1. Jika -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel, maka Ho
diterima.
2. Jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel,
maka Ho ditolak.
Berdasar signifikansi:
1. Jika signifikansi > 0,05, maka Ho diterima.
2. Jika signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak.
Tabel 5.15 : Independent Sampel T Test
Variabel t hitung sign. t Keterangan
Switcher / Price Buyer -2,949 0,004 Terdapat perbedaan
Habitual Buyer -0,412 0,681 Tidak ada perbedaan
Satisfied Buyer -0,365 0,716 Tidak ada perbedaan
Likes The Brand -0,054 0,957 Tidak ada perbedaan
Committed Buyer -3,940 0,000 Terdapat perbedaan
Sumber : Data Hasil Olahan Penelitian Tahun 2011
14
Berdasarkan tabel 5.15 dapat maka
diketahui bahwa dari kelima variabel tingkatan
loyalitas pelanggan, dua variabel diantaranya
terdapat perbedaan signifikan tingkat loyalitas
pelanggan rawat inap dengan rawat jalan yaitu
pada tingkatan switcher/price buyer dan
committed buyer, yang ditunjukan dengan nilai t
hitung -2,949 serta sigt. t sebesar 0,004 pada
switcher/price buyer dan nilai t hitung -3,940
serta sign. t sebesar 0,000 pada committed buyer.
Sedangkan pada ketiga variabel tingkatan yang
lain tidak terdapat perbedaan signifikan tingkat
loyalitas pelanggan rawat inap dan rawat jalan
yang ditunjukkan dengan besarnya nilai sign. t
pada masing-masing tingkatan tersebut lebih
besar dari 0,05. Dengan demikian hanya pada
tingkatan switcher/price buyer dan committed
buyer terdapat perbedaan signifikan tingkat
loyalitas pelanggan rawat inap dan rawat jalan
pada Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru.
F . KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan tentang tingkat loyalitas pelanggan
rawat inap dan rawat jalan Rumah Sakit Bina
Kasih Pekanbaru, maka dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis deskriptif
disimpulkan bahwa switcher/price buyer
rawat inap lebih besar daripada
switcher/price buyer rawat jalan, artinya
lebih banyak pasien rawat inap yang suka
berpindah-pindah rumah sakit karena sensitif
terhadap harga dan pelayanan daripada
pasien rawat jalan. Dan sebagian besar
memilih berpindah ke RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru.
2. Pada tingkat habitual buyer, didapat habitual
buyer rawat jalan lebih tinggi daripada
pasien rawat inap, artinya banyak pasien
rawat jalan berobat ke Rumah Sakit Bina
Kasih Pekanbaru karena kebiasaan.
3. Satisfied buyer dan likes the brand rawat
inap lebih tinggi daripada satisfied buyer dan
likes the brand rawat jalan, berarti lebih
banyak pasien rawat inap yang puas dan
menyukai Rumah Sakit Bina Kasih
Pekanbaru dibandingkan pasien rawat jalan.
4. Diperoleh committed buyer rawat inap lebih
besar daripada rawat jalan, yang artinya lebih
banyak pasien rawat inap yang menawarkan
atau mempromosikan Rumah Sakit Bina
Kasih Pekanbaru kepada orang lain daripada
pasien rawat jalan.
5. Dari pengujian independent sampel t test,
diperoleh hasil dari kelima variabel tingkatan
loyalitas pelanggan, dua variabel diantaranya
terdapat perbedaan signifikan tingkat
loyalitas pelanggan rawat inap dan rawat
jalan pada Rumah Sakit Bina Kasih
Pekanbaru yaitu pada tingkatan
switcher/price buyer dan committed buyer.
Sedangkan pada ketiga variabel tingkatan
yang lain tidak terdapat perbedaan signifikan
tingkat loyalitas pelanggan rawat inap dan
rawat jalan pada Rumah Sakit Bina Kasih
Pekanbaru.
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, peneliti mengemukakan beberapa
saran bagi Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru,
antara lain:
1. Mengadakan program voucher diskon.
Contohnya ada pasien ingin check up
kesehatan. Pada check up pertama pasien
masih diwajibkan membayar penuh tetapi dia
akan diberi voucher diskon, jadi apabila dia
melakukan check up kedua pada Rumah
Sakit Bina Kasih Pekanbaru, ia akan
mendapat potongan harga, untuk pasien
rawat inap bisa dengan potongan harga
kamar, sedangkan pada pasien rawat jalan
bisa potongan tarif berobatnya, Hal itu
dilakukan agar konsumen datang kembali
berobat/mengunjungi Rumah Sakit Bina
Kasih Pekanbaru.
2. Melakukan program Award untuk semua
pegawai Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru
dari jajaran yang paling rendah sampai yang
paling tinggi. Ini baik dilakukan agar semua
pegawai berlomba memberikan sesuatu yang
terbaik buat Rumah Sakit Bina Kasih
Pekanbaru, dimana siapapun terpilih menjadi
yang terbaik akan diikutkan training atau
dimagangkan pada rumah sakit-rumah sakit
terbaik sehingga ilmu yang akan ia dapat
nanti bisa diterapkannya di Rumah Sakit
Bina Kasih Pekanbaru dengan harapan
teman-temannya juga terpancing mengikuti
ilmu yang ia terapin tadi di Rumah Sakit
Bina Kasih Pekanbaru. Sehingga pelayanan
terbaik (pelayanan prima) pun dapat tercipta.
3. Membiasakan menyenangkan pelanggan
dengan say greeting (tegur sapa), say thank
you (terima kasih), smilling (tersenyum), dan
15
I am sorry (minta maaf) jika salah. Strategi
ini memang kelihatan mudah, namun dalam
pengaplikasianya sangat sulit dilakukan.
Dengan strategi ini konsumen akan merasa
dihargai dan sangat diperhatikan, sehingga
meningkatkan kesetiaan mereka terhadap
Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru.
4. Mengadakan program home care, yaitu
melakukan kunjungan ke rumah-rumah
pasien tertentu sebagai wujud perhatian
Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru terhadap
pasiennya berupa pengecekan kesehatan
kembali. program ini memang sulit untuk
menjalankannya. Namun program ini bisa
membuat hubungan antara pelanggan
dengan rumah sakit terjalin baik.
5. Program senam sehat bersama dengan pasien
untuk menciptakan keakraban dan hubungan
yang langgeng baik antara pasien dengan
rumah sakit, maupun antara pasien dengan
pasien.
6. Dari luas area, Rumah Sakit Bina Kasih
Pekanbaru perlu melakukan perkembangan.
Karena hal ini bisa mempengaruhi kepuasan
dan kenyamanan pelanggannya. Seperti
kurangnya area parkir, kecilnya area parkir
tersebut dapat mempengaruhi kepuasan dan
kenyamanan pelanggan karena ketika calon
pasien ingin berobat atau keluarga pasien
ingin menjenguk bila parkiran telah penuh
mereka bisa saja mengurungi niatnya
mengunjungi Rumah Sakit Bina Kasih
Pekanbaru. Dan ini bisa menjadi hal yang
buruk bagi Rumah Sakit Bina Kasih
Pekanbaru, karena ini bisa menjadi alasan
pelanggan untuk tidak berobat atau
mengunjungi rumah sakit karena kurangnya
lahan parkir dan resiko yang diterima
berkurangnya loyalitas pelanggan terhadap
rumah sakit. Untuk mengatasi ini hal yang
dapat dilakukan rumah sakit adalah seperti
mencari investor untuk membantu
mengembangkan rumah sakit. Apabila
investor telah didapat hal yang dapat
dilakukan mencari lahan yang luas dari yang
sebelumnya, lalu mendirikan rumah sakit
dimana rumah sakit yang baru ini akan
menampung pasien rawat inap, sedangkan
rumah sakit yang sebelumnya digunakan
untuk melayani pasien rawat jalan. Hal ini
memang sedikit sulit dalam pelaksanaannya,
namun dalam jangka panjang bisa dijadikan
target untuk pengembangan rumah sakit.
7. Dalam manajerial ada 3 titik pelayanan yang
harus diperhatikan yaitu pada bagian
administrasi, paramedis, dan tenaga medis.
Rumah Sakit Bina Kasih Pekanbaru sudah
cukup memperhatikan 3 titik pelayanan ini.
Namun sebaiknya lebih ditingkatkan lagi
agar diperoleh hasil yang lebih baik,
sehingga dapat meningkatkan loyalitas
pelanggan.
G . DAFTAR PUSTAKA
Aaker , David A . 1991. Managing Brand
Equity: Capitalizing on The Value of A
Brand Name, New York. The Free press.
Arifin, Zainal. 2006. Analisis Brand Loyalty
Pengguna Handphone Nokia.
http://abfisipupnyk.com/files/Zainal_Arifin_
Jurnal.pdf.
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsmi. 2002. Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
Atmawati, Rustika dan Wahyuddin. 2007.
”Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan
Terhadap Kepuasan Konsumen Pada
Matahari Departement Store Di Solo Grand
Mall”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Hal. 1 –
12. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta.
Balthasar, Elu. 2004. Strategi Manajemen
Pemasaran Jasa Kesehatan. Jakarta:
Manajemen Usahawan Indonesia
No.06/TH.XXXIII Juni 2004: 35-40.
Basu swasta, 2002, Azas- azas Marketing, edisi
3, Yogyakarta: Liberty.
Boy S.Sabarguna. 2004. Pemasaran Rumah
Sakit. Yogyakarta: Konsorsium Rumah Sakit
Islam Jateng. DIY, Yogyakarta.
Cooper, Philip D. 1994. Health Care Marketing:
A Foundation For Managed Quality.
Gaithersburg, Maryland: Aspen Publisher,
Inc.: 1-331.
16
Dick, A. S. and Basu, K. 1994. “Customer
Loyalty: Toward an Integrated Conceptual
Framework,” Journal of the Academy of
Marketing Science, 22 (2):99-113.
Durianto, Darmadi, Sugiarto dan Tony Sitinjak.
2004. Strategi Menaklukkan Pasar. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Garbarino, Ellen and Mark S Johnson. 1999. The
Different Roles of Satisfaction, Trust, and
Commitment in Customer Relationships.
Journal of Marketing 63: 70-87.
Griffin, Jill. 2003. Customer loyalty:
Menumbuhkan dan Mempertahankan
Kesetiaan Pelanggan. Jakarta: Erlangga.
Harrison, Paul and Robin Shaw. 2004. Consumer
Satisfaction and Postpurchase Intentions: An
Exploratory Study of Museum Visitors.
International Journal of Arts Management 6:
23-32.
Hasan, Ali. 2008. Marketing. Yogyakarta.
Penerbit Media Pressindo.
Hiam A. and Shewe. 2000. Pemasaran. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Jaiswal, Arand Kumar dan Rakesh Niraj. 2007.
Examining the Nonlinear Effects in
Satisfaction-Loyalty-Behavioral Intentions
Model Research and Publication. Indian
Institute of Management Ahmedabad. India.
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran
Edisi Milenium. Jakarta: Prenhallindo.
Kotler, Philip; Swee Hoon Ang; Siew Meng
Leong dan Chin Tiong Tan. 2000.
Manajemen Pemasaran Perspektif Asia.
Buku I. (alih bahasa Fandy Tjiptono).
Cetakan Kedua. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong, 2003, Dasar-
dasar Pemasaran, Jilid 1, Edisi Kesembilan,
Jakarta, PT. Indeks Gramedia.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran.
Jakarta:Indeks.
Lupiyoadi, Rambat. 2001. Manajemen
Pemasaran Jasa: Teori dan Praktik. Jakarta:
Salemba Empat.
Marthin, Johannes dan Hatane Semuel. Analisis
Tingkat Brand Loyalty pada Produk
Shampoo Merek Head & Shoulders.
Jurnal Manajemen Pemasaran, Vol 2 No.
2 Oktober 2007: 90-102.
Priyatno, Duwi. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data
Dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi.
Rangkuti, Freddy. 2004. The Power of Brands.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Simamora, Bilson. 2004. Riset Pemasaran.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: CV Alfabeta.
Suhartanto, Dwi dan Lusianus Kusdibyo. 2005.
Orientasi Konsumen di Sektor Publik:
Perspektif Pebisnis. Usahawan. No. 06 TH
XXXIV Juni 2005.
Tjandra, Yoga Aditama. 2003. Manajemen
Administrasi Rumah Sakit. Jakarta:
Universitas Indonesia: 169-241.
Tjiptono, Fandy. 2000. Strategi Pemasaran.
Yogyakarta: Andi.
_____________. 2002. Strategi Pemasaran.
Yogyakarta: Andi.
_____________. 2004. Manajemen Jasa.
Yogyakarta: Andi.
_____________. 2005. Pemasaran Jasa, Edisi
Pertama, Bayu Media. Malang.
Umar, Husein. 2005. Metode Penelitian untuk
Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi Baru. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Wijono, Djoko. 2001. Manajemen Mutu
Pelayanan Kesehatan: Teori, Strategi, dan
Aplikasi. Airlangga University Press.
Surabaya.
Zeithaml, Valarie A and Mary Jo Bitner. 2000.
Service Marketing. Singapore: Mc Graw-Hill
Companies Inc.: 3-287.p.
17