Jurnal Penelitian

download Jurnal Penelitian

of 9

description

jurnal

Transcript of Jurnal Penelitian

1

STRUKTUR, NILAI, DAN FUNGSI MANTRA DALAM RITUAL HEIMBUA

PADA MASYARAKAT KALEDUPA

DI KABUPATEN WAKATOBIWa Ode Arianingsih

A1 D1 09 040

Pembimbing I : Dr. Zalili Sailan, M.Pd.Pembimbing II: Dr. La Niampe, M.Hum.ABSTRAKPenelitian ini berjudul Struktur, Nilai, dan Fungsi Mantra Ritual Heimbua Pada Masyarakat Kaledupa Di Kabupaten Wakatobi. Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan struktur mantra ritual Heimbua pada masyarakat Kaledupa di Kabupaten Wakatobi, (2) Mendeskripsikan nilai yang terkandung dalam Mantra Ritual Heimbua Pada Masyarakat Kaledupa Di Kabupaten Wakatobi. (3) Mendeskripsikan Fungsi Mantra Ritual Heimbua Pada Masyarakat Kaledupa Di Kabupaten Wakatobi. Penelitian ini adalah penelitian lapangan, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Lokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di Desa Kasuari Kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1-30 November 2013. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer. Informan dalam penelitian ini adalah ibu Asiah dan ibu Wa Ode Aniihi. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Alat bantu penelitian adalah pedoman wawancara, buku catatan, alat perekam, dan kamera. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi non partisipasi, wawancara tidak terstruktur, dan dokumentasi. Teknik penyajian data terdiri atas tiga komponen yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan serta pengujian kesimpulan. Dari hasil penelitian diperoleh informasi bahwa struktur mantra ritual Heimbua terdiri dari struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik meliputi tipografi, diksi, imaji, kata konkret, gaya bahasa, dan rima. Sedangkan struktur batin meliputi tema, rasa, nada, dan amanat. Nilai yang terkandung dalam mantra ritual Heimbua adalah nilai religius. Fungsi mantra ritual Heimbua adalah sebagai media penyampaian informasi, sebagai media pendidikan masyarakat, sebagai identitas budaya, dan sebagai sistem proyeksi.Latar BelakangSecara khusus dalam kehidupan budaya masyarakat Kaledupa terdapat satu kepercayaan rakyat yang masih dipercaya oleh mereka yang disebut ritual heimbua. Ritual heimbua merupakan salah satu pengobatan tradisional yang sangat dipercaya oleh masyarakat Kaledupa. Ritual ini dilaksanakan oleh masyarakat Kaledupa yang mengalami penyakit magis atau non medis atau terjadi sebuah peristiwa yang aneh misalnya tiba-tiba banyak orang yang meninggal dunia hampir secara bersamaan.

Ritual Heimbua menjadi salah satu kepercayaan rakyat pada masyarakat Kaledupa yang bertujuan pada kesembuhan masyarakat yang bertindak sebagai objek ritual. Salah satu unsur dalam ritual tersebut yang mempunyai peran dalam prosesi pelaksanaan ritual adalah mantra yang digunakan oleh orang yang memimpin ritual tersebut.

Sebagai sastra lisan, mantra ritual heimbua sudah tidak diketahui lagi penciptanya namun masih diwariskan secara lisan oleh masyarakat pendukungnya sehingga mantra ritual heimbua masih hidup dalam kehidupan budaya masyarakat Kaledupa. Tuturan dalam mantra tersebut mempunyai kekuatan yang diyakini dapat memberikan kesembuhan. Selain itu, bentuk tuturan mantra dalam ritual tersebut yang rangkai dari kata-kata menjadi kalimat mempunyai manfaat bagi masyarakat Kaledupa.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti akan melakukan penelitian untuk mengkaji struktur, nilai, dan fungsi mantra ritual Heimbua pada masyarakat Kaledupa di Kabupaten WakatobiRumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Bagaimanakah struktur mantra ritual Heimbua pada masyarakat Kaledupa Kabupaten Wakatobi?

2. Bagaimanakah nilai mantra ritual Heimbua pada masyarakat Kaledupa Kabupaten Wakatobi?

3. Bagaimanakah fungsi mantra ritual Heimbua pada masyarakat Kaledupa Kabupaten Wakatobi?

Tujuan PenelitianBerdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendesrikpsikan struktur mantra ritual heimbua pada masyarakat Kaledupa Kabupaten Wakatobi

2. Mengkaji nilai mantra ritual Heimbua pada masyarakat Kaledupa Kabupaten Wakatobi.3. Mendeskripsikan fungsi mantra ritual Heimbua pada masyarakat Kaledupa Kabupaten WakatobiManfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat teoritis dan praktis. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan sebagai referensi dan literatur yang dapat menambah khazanah pengetahuan tentang kebudayaan dan kearifan lokal. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan sebagai berikut:1. Bagi pemerintah Wakatobi, sebagai bahan pengetahuan yang dapat membuka peluang bagi pelestarian tradisi dalam masyarakat. 2. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai tradisi Heimbua pada masyarakat Kaledupa di Kabupaten Wakatobi.3. Bagi pembaca, sebagai bahan informasi dalam memahami ritual Heimbua pada masyarakat Kaledupa di Kabupaten Wakatobi.4. Bagi penelitian selanjutnya, sebagai bahan informasi yang relevan dengan penelitian ini.Tinjauan PustakaPengertian SastraSemi (1993:1) berpendapat bahwa sastra lahir oleh dorongan manusia untuk mengungkapkan diri tentang masalah manusia, kemanusiaan, dan semesta. Selain sebagai karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi, sastra juga sebagai karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi intelektual dan emosional. Sastra yang telah dilahirkan oleh sastrawan diharapkan dapat memberi kepuasan estetik dan intelektual bagi pembaca. Namun, sering karya tidak mampu dinikmati dan dipahami sepenuhnya oleh sebagian pembacanyaSastra LisanMenurut Atmazaki (1986: 82) bahwa sastra lisan adalah sastra yang disampaikan secara lisan dari mulut ke mulut seorang pencerita atau penyair kepada seseorang atau kelompok pendengar. Selanjutnya Usman Efendi menberikan batasan tentang sastra lisan adalah jenis karya sastra tertentu yang dituturkan dari mulut ke mulut, tersebar secara lisan, anonim dan menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa lampau. Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa sastra lisan adalah jenis karya sastra yang dituturkan dari mulut ke mulut, tersebar secara lisan, anonim, dan menggambarkan nilai kehidupan masyarakat pada masa lampau.Sastra TulisSastra tulis (written literature) yaitu sastra yang menggunakan media tulisan atau literal. Menurut Sulastin Sutrisno (1985) awal sejarah sastra tulis Indonesia (Melayu) bisa dijejaki sejak abad ke-7 M. Berdasarkan penemuan prasasti bertuliskan huruf Pallawa peninggalan kerajaan Sriwijawa di Kedukan Bukit (683) Talang Tuo (684) Kota Kapur (686) dan Karang Berahi (686). Walaupun tulisan pada prasasti-prasati tersebut masih pendek-pendek, tetapi prasasti-prasasti yang merupakan benda peninggalan sejarah itu dapat disebut sebagai cikal bakal lahirnya tradisi menulis atau sebuah bahasa yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Sastra tulis dianggap sebagai ciri sastra modern karena bahasa tulisan dianggap sebagai refleksi peradaban masyarakat yang lebih maju. Pada akhirnya, proses pergeseran dari tradisi sastra lisan menuju sastra tulisan tidak dapat dihindari. Karena sadar atau tidak, bagaimanapun proses pertumbuhan sastra akan mengarah dan berusaha menemukan bentuk yang kebih maju dan lebih sempurna sebagaimana terjadi pada bidang yang lainnya. http://indrabastra.blogspot. com/2012/06/ sastra-lisan-dan-sastra-tulisan. html. (di akses pada tanggal 16 Desember 2013)MantraMenurut Feuerstein mantra adalah bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan kata-kata yang dianggap mampu "menciptakan perubahan" (misalnya perubahan spiritual). Jenis dan kegunaan mantra berbeda-beda tergantung mahzab dan filsafat yang terkait dengan mantra tersebut. Mantra juga dikenal masyarakat indonesia sebagai rapalan untuk maksud dan tujuan tertentu (maksud baik maupun maksud kurang baik). Dalam dunia sastra, mantra adalah jenis puisi lama yang mengandung daya magis. Setiap daerah di Indonesia umumnya memiliki mantra, biasanya mantra di daerah menggunakan bahasa daerah masing-masing. Sebagian masyarakat tradisional khususnya di nusantara biasanya menggunakan mantra untuk tujuan tertentu. (Wikipedia, diakses pada tanggal 1 Agustus 2013).Ritual HeimbuaRitual heimbua merupakan salah satu pengobatan tradisional yang sangat dipercaya oleh masyarakat Kaledupa. Anggota masyarakat Kaledupa yang mempunyai saudara dengan imbu sedang sakit, maka ritual tersebut dapat menjadi solusi untuk menyembuhkan penyakitnya. Selain itu, ritual heimbua juga dilaksanakan untuk kesembuhan penyakit lain baik itu medis maupun non media dengan syarat tertentu pula. Waktu dilaksanakan ritual heimbua adalah pada hari Jumat saat air laut pasang.Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural merupakan pendekatan intrinsik, yakni membicarakan karya tersebut pada unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Pendekatan tersebut meneliti karya sastra sebagai karya yang otonom dan terlepas dari latar belakang sosial, sejarah, biografi pengarang dan segala hal yang ada di luar karya sastra (Satoto, 1993: 32). Mengenai struktur, Wellek dan Warren (1992: 56) memberi batasan bahwa struktur pengertiannya dimasukkan kedalam isi dan bentuk, sejauh keduanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan estetik. Jadi struktur karya sastra (fiksi) itu terdiri dari bentuk dan isi. Unsur-unsur puisi meliputi struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik puisi terdiri dari:

1. Perwajahan puisi (tipografi),

2. Diksi,

3. Imaji,

4. Kata konkret,

5. Gaya bahasa, 6. Rima/IramaStruktur batin puisi terdiri dari:1. Tema/makna

2. Rasa (feeling)3. Nada (tone)

4. Amanat(http://id.wikipedia.org/wiki/Puisi, diakses pada tanggal 10 November 2013)Teori NilaiBertens (2005:139) menjelaskan bahwa nilai merupakan sesuatu yang menarik bagi kita, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai dan diinginkan, singkatnya sesuatu yang baik.FungsionalismeMalinowski yang dinyatakan oleh Ihromi (2006:60) berasumsi bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat di mana unsur itu terdapat. Dengan kata lain pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang sudah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan bersangkutan.

Mantra sebagai Bahan Pembelajaran Di Sekolah. Mantra dapat menunjang kemampuan siswa seperti keterampilan berbahasa dengan mengkaji struktur yang ada pada mantra tersebut, cipta dan rasa melalui pengetahuan konteks penggunaan atau ritualnya, dan pembangunan watak dari nilai-nilai yang terkandung dari sebagai aspek budaya tersebut. Kemudian juga mantra dapat memberikan gambaran kepada siswa bahwa meskipun orang terdahulu terbatas dalam segi infrastruktur, tetapi mereka tetap berkarya dan tidak menjadikan keterbatasan tersebut sebagai penghalang, apa lagi kita yang hidup di zaman yang serba canggih ini yang memungkinkan untuk berkarya lebih dari orang terdahulu dengan memanfaatkan sebagai fasilitas yang serba lengkap dan canggih.Metodologi Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Creswell seperti yang diungkapkan oleh Raco (2010:7) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Untuk mengerti gejala sentral tersebut peneliti mewawancarai partisipan dengan mengajukan pertanyaan yang umum dan agak luas. Informasi yang disampaikan partisipan kemudian dikumpulkan. Informasi tersebut biasanya berupa kata atau teks. Data yang berupa kata-kata atau teks tersebut kemudian dianalisis. Hasil analisis itu terdapat penggambaran atau deskripsi atau dapat pula dalam bentuk tema-tema. Dari data-data itu peneliti membuat interpretasi untuk menangkap arti yang terdalam.

Jenis PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian lapangan, di mana peneliti secara langsung turun ke lokasi penelitian untuk bertemu dengan informan yang mengetahui mantra dalam ritual Heimbua. Tempat dan Waktu PenelitianLokasi pelaksanaan penelitian ini adalah di desa Kasuari Kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi. Dipilihnya lokasi tersebut sebagai tempat penelitian didasarkan bahwa lokasi tersebut dapat dijangkau dengan mudah oleh peneliti sehingga memudahkan peneliti dalam pengumpulan data. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1-30 November 2013.

Data dan Sumber Data. Data dalam penelitian ini adalah teks mantra ritual heimbua. Data yang dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan kalimat. Secara kongkret data yang dikumpulkan terdiri atas rekaman hasil wawancara mendalam dengan informan. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer, dimana data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi di lapangan dan wawancara dengan informan.Penentuan InformanInforman dalam penelitian ini adalah anggota masyarakat di desa Kasuari kecamatan Kaledupa yang mengetahui persoalan atau permasalahan yang dihadapi peneliti yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat dan terpercaya baik berupa pernyataan-pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu pemecahan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menentukan dan memilih informan yang sesuai dengan tujuan penelitian yakni informan yang mengetahui masalah yang dihadapi dalam penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini menggunakan informan kunci/pokok dan informan biasa.Instrumen dan Alat Bantu PenelitianRatna (2010:248) menyatakan bahwa instrumen utama penelitian kualitatif adalah manusia, dalam hubungan ini peneliti sendiri sebagai human instrumen. Adapun alat bantu dalam penelitian ini sebagai berikut:1. Pedoman wawancara

2. Buku catatan berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data.

3. Alat perekam berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan.

4. Kamera berfungsi untuk memotret kalau peneliti melakukan pembicaraan dengan informan/sumber data.

Teknik Pengumpulan DataDalam penelitian kualitatif Sugiyono (2012:63) menyatakan bahwa pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer (sumber data langsung), dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi partisipatif (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi. Teknik Analisis DataMiles dan Huberman mengemukakan suatu teknik analisis data yang sebut interactive model. Teknik ini pada dasarnya terdiri dari tiga komponen yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan serta pengujian kesimpulan. (Pawito, 2007:104).

Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil penelitian ini disajikan dengan menggunakan teknik informal. Secara informal, hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk narasi dengan mengikuti kaidah penulisan ilmiah. Hasil dan Pembahasan

Hasil

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan, maka diperoleh mantra/bhatata ritual heimbua yang disampaikan oleh ibu Asiah, yakni:

Ikoo La Raja Gunnu

Ikoo La Raja Lao

Ka,ana kuhukomo te manga

Baramo ko epe e la.wa.

Artinya:Wahai penguasa gunung

Wahai penguasa laut

Datanglah saya berikan makan

Sembukanlah penyakit la.wa.

Selain itu, bhatata ritual heimbua juga disampaikan oleh ibu Wa Ode Aniihi, yakni:

Ikoo La Mbarara

Ikoo Wa Jingga

Ikoo La Ishaka

Mai manga

Ka ana na kamaliu

Ka ana na sapouMellai ipi e te sabara dao

Huukami te kapooli, rajaki paka nihengga Artinya:

Wahai La Mbarara

Wahai Wa Jingga

Wahai Ishaka

Mari makan

Di rumahmu

Di tempat tinggalmu

Jauhkan kami dari segala musibah

Berikan kami keselamatan, rejeki yang berlimpah

Pembahasan

Struktur Mantra/Bhatata Ritual Heimbua.

1. Struktur Fisik. Struktur fisik bhatata ritual heimbua meliputi, tipografi, diksi, imaji, kata konkret, gaya bahasa, dan rima. a. Tipografi. Bhatata ritual heimbua yang disampaikan oleh ibu Asiah memiliki tipografi yang terdiri dari satu bait yang memiliki empat baris. Sedangkan mantra yang disampaikan ibu Wa Ode Anihi terdiri dari satu bait yang memiliki delapan baris.b. Diksi atau pilihan kata. Diksi yang dipilih dalam mantra ritual heimbua telah memiliki jiwa (perasaan-perasaan penyair) yang maknanya disesuaikan dengan fungsi dan tujuan mantra. Diksi yang dimaksud meliputi kata yang maknanya dapat langsung dimengerti (denotatif) seperti pada mantra pertama yakni kata Ikoo, ka,ana,, te manga, baramo, ko epe e la.wa.( wahai, datanglah, makan, kami, sembuhkanlah, penyakit). Pada mantra kedua terdapat pada kata ikoo, mai, manga, ka ana, na kamaliu, na sapou, mellai, ipi e, te sabara, dao, huukami, te kapooli, rajaki, paka, nihengga (Wahai, mari, makan, di rumahmu, di tempat tinggalmu, jauhkan, kami, dari, segala, musibah, berikan, keselamatan, rejeki, yang berlimpah).Kata yang maknanya perlu penjabaran (konotatif) seperti hubungan kata Raja Gunnu dan Raja Lao (Penguasa Gunung, Penguasa Laut). Dalam kepercayaan masyarakat Kaledupa, Raja Gunnu dan Raja Lao (Penguasa Gunung, Penguasa Laut) menurut Taalami merujuk kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya La Mbarara dan Wa Jingga merujuk pada nama laki-laki (La Mbarara) dan perempuan (Wa Jingga) yang merupakan saudara manusia, sejenis hewan laut yang bernama Imbu.c. Imaji. Pada mantra pertama pengindaran berupa gambaran rasa pada kalimat Ikoo La Raja Gunnu (wahai Penguasa Gunung) dan Ikoo La Raja Lao (wahai Penguasa Laut) memberikan imaji terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa yang menguasai langit beserta isinya. Kalimat Baramo ko epe e yang berarti sembukanlah penyakit, memberikan gambaran rasa bahagia akan kesembuhan seseorang yang menjadi objek ritual. Mantra kedua pengindraan berupa penglihatan pada kalimat Ikoo La Mbarara dan Ikoo Wa Jingga memberikan gambaran hewan laut berbentuk gurita yang memiliki tentakel berjumlah sembilan. Hewan tersebut dalam kepercayaan masyarakat Kaledupa disebut dengan Imbu. Kata Kamaliu dan sapou (rumah adat atau tempat tinggal) memberi gambaran penglihatan akan rumah yang menjadi tempat makan yang telah dipersiapkan sebagai salah satu syarat dalam ritual Heimbua. Gambaran rasa pada kalimat mellai ipi e te sabara dao yang berarti jauhkan kami dari segala musibah, memberi gambaran kesedihan akan masalah yang dialami dapat segera berlalu. Kalimat huukami te kapooli, rajaki paka nihengga yang berarti berikan kami keselamatan, rejeki yang berlimpah memberikan gambaran rasa bahagia.d. Kata konkret. Kata konkret pada mantra ritual heimbua yang merupakan simbol yang dapat mewakili sesuatu yang lain yaitu Raja Gunnu dan Raja Lao yang berarti penguasa gunung dan penguasa laut mengkonkretkan Tuhan yang mengusai semesta alam.e. Gaya bahasa. Gaya bahasa yang terdapat pada mantra ritual heimbua adalah majas simbolik yakni melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan suatu maksud, Depdiknas (2007:67). Perhatikan penggalan mantra di bawah ini:Ikoo La Raja Gunnu

Ikoo La Raja Lao

Artinya:Wahai Penguasa Gunung

Wahai Penguasa Laut

Raja Gunnu dan Raja Lao merupakan simbolisasi yang merujuk pada kebesaran Tuhan yang menguasai alam semesta.

f. Rima. Bila dicermati menurut bunyinya, maka rima pada mantra yang disampaikan oleh ibu Asiah adalah asonansi dan aliterasi. Rima asonansi dapat dilihat pada ikoo,raja, gunnu kaana, kuhukomo, manga, epee. Rima aliterasi dapat diperhatikan pada kata kaana kuhukomo. mantra yang disampaikan oleh ibu Wa Ode Anihi memiliki rima asonansi. Hal ini dapat dilihat pada kata ikoo, mbarara, ishaka, manga, kaana, kamaliu, ipi, sabara, rajaki, dan paka.Menurut letaknya, mantra yang disampaikan oleh ibu Asiah dan Ibu Wa Ode Anihi memiliki rima bebas karena tidak memiliki pola persajakan dengan pola aabb atau ccdd, abab atau cdcd, abba atau cdda, aaaa atau bbbb, dan abaa atau bcbb.2. Struktur Batin. Struktur batin bhatata ritual heimbua meliputi tema, rasa/feeling, nada, dan amanat.

a. Tema. Sebagai salah satu jenis puisi lama, mantra pada ritual heimbua memiliki tema yang ingin disampaikan kepada pembaca atau pendengar. Bhatata yang disampaikan oleh ibu Asiah dan ibu Wa Ode Anhini memiliki tema ketuhanan. Hal tersebut dapat dicermati melalui isi mantra yang berisi mengenai kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk memperoleh kesembuhan, keselamatan, dan rejeki yang berlimpah.b. Rasa/feeling. Perasaan yang berhubungan dengan suasana hati pande olo (dukun) pada bhatata ritual heimbua adalah rasa pengharapan dan kepasrahan yang ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pengharapan dan kepasrahan tersebut dapat dicermati melalui diksi yang digunakan yakni ikoo (wahai), baramo epee (sembukanlah), mellai (jauhkan), huukami (berikan).c. Nada. Nada bhatata ritual heimbua bersifat religius karena dapat menimbulkan suasana khusyuk. Hal ini sangat berhubungan dengan tujuan dilaksanakannya ritual tersebut yakni untuk memperoleh kesembuhan. d. Amanat. Amanat bhatata ritual heimbua adalah dalam hidup ini segala sesuatunya harus kita tidak boleh berpaling pada Tuhan.Nilai Mantra Ritual Heimbua Nilai ReligiusNilai religius yang terdapat dalam bhatata ritual heimbua dapat dicermati pada penggalan mantra di bawah ini:

Ikoo La Raja Gunnu

Ikoo La Raja Lao

Artinya:Wahai Penguasa Gunung

Wahai Penguasa Laut

Raja Gunnu dan Raja Lao merujuk pada salah satu sifat Tuhan yang menguasai gunung dan laut.Fungsi Mantra Ritual Heimbua1. Sebagai Media Penyampaian Informasi. Adapun informasi-informasi yang dapat diperoleh dari bhatata ritual heimbua antara lain sebagai berikut:

a. Raja Gunnu dan Raja Lao dapat memberikan informasi tentang konsep ketuhanan pada masyarakat Kaledupa.

b. La Mabara dan Wa Jingga memberikan informasi mengenai nama saudara laki-laki atau perempuan dari anggota masyarakat Kaledupa yang bersaudara dengan Imbu. 2. Sebagai Media Pendidikan Masyarakat. Hal ini dapat dicermati dari teks-teks bhatata yang mengajak pendengar untuk kembali kepada nilai ketuhanan. Selain itu, bhatata ritual heimbua merupakan cerminan masyarakat pada zamannya. Keberadaannya dalam masyarakat memiliki peranan yang penting. Hal ini karena, sebagai salah satu jenis puisi lama keberadaanya tidak terlepas dari masyarakat itu sendiri.3. Sebagai Identitas Budaya. Kata-kata yang digunakan dalam bhatata dapat menjadi identitas masyarakat Kaledupa pada khususnya dan masyarakat Wakatobi pada umumnya.4. Sebagai Sistem Proyeksi. Artinya, ketika teks mantra diucapkan, maka praktis te pande oloo (dukun) akan menciptakan suatu proyeksi baru dalam pemikirannya atau yang dicapainya yakni memberikan kesembuhan objek ritual. Keinginan agar kata-kata yang diucapkan menjadi kenyataan sehingga menjadi pengobat rasa sakit. Hal tersebut menunjukkan bahwa bhatata ritual heimbua seringkali berlaku jujur dalam menunjukkan proyeksi emosi suatu masyarakat.KesimpulanDari hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Struktur mantra ritual heimbua meliputi struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik terdiri dari tipografi, diksi, Imaji, kata konkret, gaya bahasa, dan. Rima. Struktur batin mantra ritual heimbua meliputi tema, rasa, nada, dan amanat.2. Nilai yang terkandung dalam mantra ritual heimbua adalah nilai religius.3. Fungsi mantra ritual heimbua adalah sebagai media penyampaian informasi, sebagai media pendidikan masyarakat, sebagai identitas budaya, dan sebagai sistem proyeksiDaftar PustakaAtar Semi. 1993. Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa.Atmazaki. 1986. Ilmu Sastra (Teori dan Terapan). Bandung: Angkasa Raya.Bertens, K. 2005. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka.Depdiknas. 2007. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

http://indrabastra.blogspot. com/2012/06/ sastra-lisan-dan-sastra-tulisan. html.http://id.wikipedia.org/wiki/Mantrahttp://id.wikipedia.org/wiki/PuisiIhromi, T.O. 2006. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: Lkis.

Satoto, Soediro. 1993. Metode Penelitian Sastra. Surakarta: UNS Press.Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.Raco, J.R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya. Jakarta: Grasindo.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya Dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Wellek, Rene and Austin Warren. 1989. Teori Kesusastraan.Jakarta: P.T. Gramedia.