JURNAL PENELITIAN
-
Upload
hendri-kurniawan -
Category
Documents
-
view
10 -
download
1
description
Transcript of JURNAL PENELITIAN
Kontribusi Kepemimpinan Kepala Madrasah Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Di Kabupaten Agam Wilayah Timur Sumatera
Barat
Oleh :
Yesimakhmi. NIM. 10668Universitas Negeri Padang
ABSTRAK
Kinerja guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Agam Wilayah Timur dirasakan masih belum optimal. Belum optimalnya kinerja guru ini diduga kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi kerja yang rendah.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan kontribusi variabel kepemimpinan kepala madrasah dan Motivasi Kerja terhadap variabel Kinerja Guru Madrasah Tsnawiyah Negeri Di Kabupaten Agam Wilayah Timur Sumatera Barat. Adapun hipotesis yang diajukan ialah: Pertama, kepemimpinan kepalada madrasah berkontribusi terhadap kinerja guru Madrasah Tsnawiyah Negeri Di Kabupaten Agam Wilayah Timur Sumatera Barat. Kedua, motivasi kerja berkontribusi terhadap kinerja guru Madrasah Tsnawiyah Negeri Di Kabupaten Agam Wilayah Timur Sumatera Barat. Ketiga, kepemimpinan kepala madrasah dan Motivasi kerja secara bersama-sama berkontribusi terhadap kinerja guru Madrasah Tsnawiyah Negeri Di Kabupaten Agam Wilayah Timur Sumatera Barat.
Populasi penelitian ini adalah 237 Guru Madrasah Tsnawiyah Negeri dii Kabupaten Agam Wilayah Timur Sumatera Barat. Sebanyak 62 orang di antaranya dipilih sebagai sampel dengan menggunakan teknik stratified proportional random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan skala model Likert. Data dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi.
Hasil pengujian hipotesis memperlihatkan bahwa ketiga hipotesis yang diajukan dapat diterima, yaitu: kepemimpinan kepala madrasah dan motivasi kerja baik secara parsial maupun secara bersama-sama berkontribusi terhadap kinerja guru. Temuan penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan kepala madrasah berkontribusi terhadap kinerja guru sebesar 21,3%. Motivasi Kerja berkontribusi terhadap kinerja guru sebesar 11,5%. Secara bersama-sama kepemimpinan kepala madrasah dan motivasi kerja berkontribusi sebesar 31,8% terhadap kinerja guru. Kedua variabel bebas memiliki kontribusi secara signifikan terhadap kinerja guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Di Kabupaten Agam Wilayah Timur, di samping faktor-faktor lain yang tidak dianalisis dalam penelitian ini. Dengan kata lain, kinerja guru dapat ditingkatkan melalui kepemimpinan yang efektif dan pembinaan motivasi kerja yang lebih intensif.
Kata Kunci : Kepemimpinan, Motivasi Kerja, Kinerja
1
The Contribution of Headmaster Leadership and Work Motivation toward Teachers’ Performance at Junior Islamics School in Agam Regency
By
Yesimakhmi. NIM. 10668Post Graduate Program State University of Padang
ABSTRACT
The Teachers’ performance at Junior Islamics school in Agam Regency still low. Not yet, optimally the Teachers’ performance caused headmaster leadership and work motivation low.
The purpose of this research is to investigate the contribution of Headmaster Leadership and Work Motivation on the Junior Islamics school in Agam Regency. The problems of this research are formulated as follows: 1) Does Headmaster Leadership have significant contribution toward Teachers’ Performance; 2) Does the Work Motivation have any significant contribution toward Teachers’ Performance; and 3) do the Headmaster Leadership and Work Motivation contibute mutually toward Teachers’ Performance.
The hypothesis of this reaearch are: 1) Headmaster Leadership contributes sigificantly toward Teachers’ Performance; 2) Work Motivation contributes sigificantly toward Teachers’ Performance; 3) Headmaster Leadership and Work Motivation contributes mutually toward Teachers’ Performance.
This research used the quantitative research method. The population of this reasearch is all of the 237 Junior Islamics school in Agam Regency students, while 62 students were randomly selected as the sample of this research. Questionaire using the Likert scale is used as instrument of data gathering.
The result of the hypothesis testing that used the correlation and regretion techniques shows that both predictors conctribute positively and significantly on the related varible either saparatedly or mutually. The contribution of X1 on Y is 21,3%, and the contribution of X2 on Y is 11,5%. Mutually, both predictors have a significant correlation to the related variable at 0,563 with determinant coofesien at 0,318. In other words both predictors contribute at 31,8% toward variable Y. Equally, to improving teacher’s performance toward through effectiveness leadership and construction of more intensive work motivation.
Key Word : Leadership, Work Motivation, Performance
2
PENDAHULUAN
3
Madrasah adalah suatu Lembaga
Pendidikan yang bernaung di bawah
Kementerian Agama. Lembaga Pendidikan
ini menurut sejarahnya tumbuh dan
berkembang dari masyarakat dan untuk
masyarakat Islam. Kelembagaan madrasah
ini melayani pendidikan masyarakat secara
massif yang pada umumnya
diselenggarakan secara swakelola.
Dalam khasanah nasional
Madrasah merupakan fenomena budaya
yang berusia lebih dari satu abad, bahkan
bukan suatu hal yang berlebihan, madrasah
telah menjadi salah satu wujud entitas
budaya Indonesia yang dengan sendirinya
menjalani sosialisasi yang relatif intensif.
Indikasinya adalah kenyataan bahwa
wujud entitas budaya ini telah diakui dan
diterima kehadirannya. Secara berangsur
namun pasti, ia telah memasuki arus utama
pembangunan bangsa menjelang akhir
abad ke 20 ini
Pembangunan pendidikan di
madrasah dan peningkatan sumber daya
manusia tidak terlepas dari peran guru.
Guru adalah ‘boss in the class’. Guru
adalah orang yang bertatap langsung
dengan peserta didik. Artinya roda
komunitas yang bernama madrasah sangat
diwarnai oleh kinerja para gurunya.
Pentingya peranan dan kualitas
seorang guru berdampingan dengan
banyaknya problematika yang dihadapi
oleh para guru. Hal yang mendasar pada
problema tersebut adalah kemauan untuk
maju. Diyakini bahwa siswa tidak ada
yang bodoh dengan multiple intellegences-
nya masing-masing. Oleh sebab itu, timbul
keyakinan bahwa tidak ada guru yang
tidak becus mengajar. Namun, kenyataan
yang dijumpai di lapangan adalah adanya
keengganan sebagian guru untuk terus
belajar dan bekerja dengan baik
disebabkan oleh tidak adanya kemauan
untuk belajar dan maju, yang
mengakibatkan tidak meningkatnya
kualitas pembelajaran.
Data hasil ujian nasional tingkat
SLTP se-Sumatera Barat menunjukkan
bahwa tidak satu pun MTs Negeri di
4
Sumatera Barat yang masuk dalam
peringkat 10 besar. Peringkat madrasah
terbaik, bila ditinjau dari hasil ujian
nasional (benchmark) masih dinominasi
sekolah di bawah naungan Kementerian
Pendidikan Nasional.
Begitu pula dengan hasil UN
siswa tingkat SMP/MTs di Kabupaten
Agam. Hasil UN tingkat SMP/MTs tahun
pelajaran 2009/2010 berdasarkan data dari
Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga,
MTsN Kabupaten Agam Wilayah Timur
dari seluruh SMP dan MTs se Sumatera
Barat, hanya mampu menempati Peringkat
ke 275 ( MTsN IV Angkata Candung), 348
( MTsN Padang Tarab), 416 (MTsN Bukit
Bunian Bukareh), 537 ( MTsN Kamang),
552 ( MTsn Penampung), 597 ( MTsN
Matur), 633 ( MTsN Kubang Putih), 564
( MTsN Balingka)
Dari data di atas, terlihat bahwa
hasil ujian nasional siswa MTs Negeri di
Kabupaten Agam masih belum
memuaskan. Peringkat masing-masing
MTs Negeri ini bila dilihat, tidak ada yang
menempati peringkat 100 besar dari sekian
SMP/MTs/SMPT se Sumatera Barat.
Walaupun demikian, secara rata-rata hasil
ujian nasional tingkat SMP/MTs/SMPT
se-Sumatera Barat, Kabupaten Agam telah
dapat menduduki peringkat 6 dari 19
kabupaten/kota yang ada di Sumatera
Barat.
Berbagai hal yang diduga
penyebab belum optimalnya hasil ujian
nasional siswa MTs Negeri di Kabupaten
Agam Wilayah Timur merupakan dampak
dari Pola Kepemimpinan Kepala madrasah
dan motivasi kerja guru dalam
melaksanakan tugasnya. Kecilnya
kesempatan meningkatkan jenjang dan
kualifikasi pendidikan serta tidak adanya
adanya kebijakan yang memberikan
reward dan penghargaan atas prestasi
guru.
Berdasarkan hasil observasi dan
pengamatan awal yang penulis lakukan di
beberapa MTs Negeri, terindikasi
rendahnya motivasi kerja. Data yang
diperoleh dari pengawas madrasah
5
kabupaten Agam, menunjukkan adanya
catatan-catatan yang perlu mendapat
perhatian kepala madrasah, guru dan
warga madrasah terkait dengan motivasi
kerja. Adanya catatan yang menunjukkan
sejumlah guru yang terlambat datang ke
madrasah dan tidak sesuai dengan waktu
kerja yang ada, guru meninggalkan kelas
pada waktu jam belajar, guru kurang
memperhatikan jam belajar dan cenderung
mengulur waktu untuk memulai
pembelajaran, adanya sebagian guru yang
masih berada di kantor dan ruang majelis
guru saat jam belajar sudah harus dimulai
dan adanya guru yang mengajar tanpa
persiapan bahan ajar yang akan disajikan
kepada peserta didik, meskipun pembagian
tugas dan tata aturan yang diberikan
kepada masing-masing guru sudah
disepakati.
sebagian guru ada yang belum
berupaya secara maksimal menyelesaikan
pembelajaran sesuai rencana yang telah
dibuat, seperti: bekerja menunggu perintah
dan masih perlu pengawasan, masih
adanya guru yang kurang perhatian
terhadap kemajuan belajar peserta didik,
egoisme guru dalam mementingkan
dirinya pada saat yang bersamaan harus
mengajar di kelas.
Di samping fenomena yang
tampak seperti yang dikemukakan di atas,
terdapat pula indikasi lain terkait dengan
rendahnya kinerja guru yakni pengaruh
Kepemimpinan kepala madrasah dalam
memimpin madrasahnya dan Motivasi
kerja guru itu sendiri.
Masalah ini jika dibiarkan, tidak
hanya berdampak terhadap rendahnya
kualitas pendidikan di Kabupaten Agam,
tetapi juga persoalan sumber daya manusia
yang dibutuhkan pada era globalisasi yang
tidak mampu dipersiapkan dengan baik.
Oleh karena itu, setiap guru hendaknya
berupaya menyelesaikan pekerjaannya
dengan baik, memperhatikan tanggung
jawab yang telah diberikan, mengajar
sesuai dengan jam mengajar yang
ditetapkan dan mengajar secara optimal
6
berdasarkan kompetensi dan kewenangan
yang diberikan.
Dari fenomena di atas, terlihat
bahwa kinerja guru MTs Negeri di
Kabupaten Agam wilayah timur dirasakan
masih rendah. Jika hal ini tidak segera
dicarikan solusinya, dikhawatirkan akan
berdampak terhadap pencapaian strategi
pembangunan pendidikan secara nasional
dalam rangka mewujudkan pendidikan
yang bermutu. Oleh sebab itu, berbagai
kebijakan yang diambil madrasah maupun
Kementerian Agama Kabupaten Agam
hendaknya mengacu pada upaya
peningkatan mutu pendidikan yang
bersumber atas data empiris yang
diperoleh melalui kajian yang dilakukan
secara sistematis, valid dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Berdasarkan latar belakang di atas
maka masalah penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut : 1) Apakah
kepemimpinan kepala madrasah
berkontribusi terhadap kinerja guru MTs
Negeri di Kabupaten Agam Wilayah
Timur? 2) Apakah motivasi kerja
berkontribusi terhadap kinerja guru MTs
Negeri di Kabupaten Agam Wilayah
Timur? 3) Apakah kepemimpinan kepala
madrasah dan motivasi kerja secara
bersama-sama berkontribusi terhadap
kinerja guru MTs Negeri di Kabupaten
Agam Wilayah Timur?
Berdasarkan rumusan masalah
yang dikemukakan di atas, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengungkapkan:
1)Kontribusi Kepemimpinan kepala
madrasah terhadap kinerja guru MTs
Negeri di Kabupaten Agam Wilayah
Timur. 2) Kontribusi motivasi kerja
terhadap kinerja guru MTs Negeri di
Kabupaten Agam Wilayah Timur. 3)
Kontribusi kepemimpinan kepala
madrasah dan motivasi kerja secara
bersama-sama terhadap kinerja guru MTs
Negeri di Kabupaten Agam Wilayah
Timur
7
a. Kinerja
Dharma (1991) menyatakan bahwa
kinerja adalah sesuatu yang dikerjakan
atau produk jasa yang dihasilkan atau yang
diberikan seseorang atau kelompok orang.
Untuk mendapatkan hasil kerja yang baik,
sebagaimana yang diharapkan oleh
lembaga, maka setiap anggota organisasi
harus dapat bertanggung jawab terhadap
masing-masing tugas secara optimal.
Kinerja guru ditentukan oleh 2
(dua) modal dasar yang harus dimiliki
seorang guru yakni kemampuan mendisain
program dan keterampilan
mengomunikasikan program untuk
kepentingan proses belajar dan mengajar.
Sedangkan Soedjiarto (1993:44)
mengemukakan bahwa seorang guru harus
memiliki 4 (empat) modal kemampuan
yaitu (1) merencanakan program belajar
dan mengajar, (2) melaksanakan dan
memimpin proses belajar dan mengajar,
(3) menilai kemajuan proses belajar dan
mengajar, dan (4) menafsirkan dan
memanfaatkan hasil belajar dan mengajar.
Dengan modal kemampuan ini diharapkan
guru akan selalu meningkatkan
kompetensinya sebagai tenaga pendidikan
yang profesional.
Di samping itu, Sudirman
(2003:163) menyatakan bahwa seorang
guru harus memiliki 10 (sepuluh)
kompetensi sebagai tolok ukur kinerja
mereka, tolok ukur tersebut adalah: a)
Menguasai bahan yang diajarkan, b)
Mampu mengelola program belajar dan
mengajar, c) Mampu mengelola kelas
dengan baik, d) Mampu menggunakan
media sebagai sarana belajar, e)
Menguasai Landasan pendidikan, f)
Mampu mengelola interaksi belajar dan
mengajar, g) Mampu menilai proses
belajar dan mengajar, h) Mampu
menyelenggarakan program bimbingan
konseling di sekolah, i) Mampu
menyelenggarakan adminsitrasi sekolah
dan j) Mampu melakukan penelitian
sederhana.
Kompetensi guru dikembangkan
berdasarkan pada analisis tugas-tugas yang
8
menjadi tanggung jawab guru dalam
mengelola proses belajar dan mengajar di
sekolah. Kesepuluh kompetensi guru
secara operasional mencerminkan suatu
hasil perbuatan (performance) guru dalam
pelaksana tugas belajar dan mengajar.
Oleh karena itu menurut Sudirman
(2003:173) kesepuluh kompetensi guru
dapat digunakan sebagai indikator untuk
mengetahui sejauhmana tingkat kinerja.
Kompetensi guru berdasarkan
Permen No. 74 tahun 2008 adalah sebagai
berikut: “kompetensi guru meliputi a)
kompetensi pedagogik, b) kompetensi
kepribadian, c) kompetensi sosial dan d)
kompetensi profesional”.
Kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang sekurang-
kurang, meliputi: a) Pemahaman
wawasan atau landasan kependidikan, b)
Pemahaman terhadap peserta didik, c)
Pengembangan kurikulum atau silabus, d)
Perancangan pembelajaran, e) Pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran, g)
Evaluasi hasil belajar, h) Pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya”.
Kompetensi kepribadian sekurang-
kurangnya mencakup kepribadian sebagai
berikut: “a) Beriman dan bertakwa, b)
Berakhlak mulia, c) Arif dan bijaksana, d)
Demokratis, e) Mantap, f) Berwibawa, g)
Stabil, h) Dewasa, i) Jujur, j) Sportif, k)
Menjadi teladan bagi peserta didik dan
masyarakat, l) Mengembangkan diri secara
mandiri dan berkelanjutan.
Kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat yang sekurang-kurangnya
meliputi kompetensi untuk :a)
berkomunikasi lisan, tulis dan atau isyarat
secara santun, b) menggunakan teknologi
komunikasi dan informasi secara
fungsional, c) bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik,
tenaga kependidikan, pimpinan satuan
pendidikan, orang tua atau wali peserta
didik, d) bergaul secara santun dengan
9
masyarakat sekitar dengan mengindahkan
norma serta sistem nilai yang berlaku, dan
e) menerapkan prinsip persaudaraan sejati
dan semangat kebersamaan.
Kompetensi profesional merupakan
kemampuan guru dalam menguasai ilmu
pengetahuan dan atau seni dan budaya
yang diampuhnya yang sekurang-
kurangnya meliputi penguasaan: a) materi
pelajaran secara luas dan mendalam sesuai
dengan standar isi program satuan
pendidikan, mata pelajaran yang akan
diampuh, b) konsep dan metode motivasi
keilmuan, teknologi atau seni yang relevan
yang secara konseptual manaungi atau
koheren dengan program satuan
pendidikan, mata pelajaran dan atau
kelompok mata pelajaran yang akan
diampuh.
Rahardja (2001:43) menjelaskan
faktor yang mempengaruhi kinerja guru
terdiri dari: (1) Kepemimpinan, (2)
pengalaman penataran (3) sistem isentif
dan (4) pola pengembangan guru serta (5)
iklim sekolah yang kondusif.
Kepemimpinan berkaitan dengan seberapa
efektif seorang kepala sekolah
memberikan dukungan dan support kepada
para guru dalam melaksanakan tugas.
Sedangkan iklim sekolah, merupakan
perwujudan upaya lembaga dalam
membangun organisasi yang kondusif
untuk mencapai visi dan misi bersama.
Timpe (1993) menyatakan bahwa
ada beberapa faktor yang cukup
mempengaruhi kinerja seseorang. Hal
tersebut berkenan dengan (a) kejelasan
tugas, (b) umpan balik, (c) akibat yang
bias timbul dari pekerjaannya, (d) individu
yang bekerja, (e) sumber daya yang
dimiliki. Selain itu di ungkapkan bahwa
faktor dari individu yang mempengaruhi
kerja seorang guru tersebut dapat berupa:
(a) kondisi mental dan fisik, (b)
kemampuan / pengetahuan serta
keterampilan yang dimiliki, dan (c)
kesediaan untuk bekerja.
Dari berbagai pendapat yang telah
diungkapkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa kinerja merupakan suatu bentuk
10
manipestasi perbuatan dan tindakan yang
dilakukan guru dalam pencapaian tujuan
pelaksanaan tugas pendidikan.
Pelaksanaan tugas tersebut menjadi ciri
kinerja yang dimilikinya. Sebagai
indikator kinerja dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: (a) tersedianya
program pembelajaran, (b) terlaksananya
proses pembelajaran (c) terlaksananya
evaluasi pembelajaran dan (d) adanya
tindak lanjut dari evaluasi
b. Kepemimpinan
Kemimpinan yang dibawa seorang
akan dapat berpengaruh terhadap
bawahannya untuk mencapai tujuan
organisasi, dengan memberikan motivasi
untuk mendorong gairah kerja, kreatifitas,
partisipasi, loyalitas bawahan untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya serta dapat
memberikan kepuasan kerja yang tinggi
untuk guru nya guna menghilangkan
hambatan-hambatan dalam pencapaian
tujuan.
Robbins (2003:73) mendefinisikan
kepemimpinan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok kearah
tercapainya tujuan. Menurut Rivai
(2003:134) dalam organisasi terdapat dua
pihak yang saling tergantung dan
merupakan unsure utama dalam suatu
organaisasi, yaitu keberadaan pimpinan
sebagai atasan dan bawahan sebagai guru .
Kedua belah pihak saling membutuhkan
dan tidak dapat dipisahkan keberadaannya.
Untuk itulah perlu ada penilaian terhadap
kinerja bawahan dan bawahan mempunyai
penilaian terhadap atasannya, apakah
pimpinannya merupakan pribadi yang
dapat dicontoh sebagai teladan atau orang
yang mampu memberikan motivasi kepada
bawahan untuk bekerja lebih baik, mampu
mengembangkan bawahannya sesuai
dengan kemampuannya artinya pimpinan
merupakan orang yang bertanggng jawab
dan mampu mengatasi berbagai kesulitan
dalam organiasi.
Menurut Zenger (2004:39) untuk
mengubah perilaku dan karakter seseorang
11
agar dapat bekerja secara optimal dan
memuaskan, maka seorang pemimpin
harus mampu membangun hubungan
dengan seluruh guru secara baik dalam
situasi kerja yang aman dan nyaman.
Masalah kepemimpinaan ini tidak saja
dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan
seorang pimpinan, tetapi juga tidak terlepas
dari situasional kepemimpinan itu sendiri.
Sedangkan Sukanto (1986)
menyatakan bahwa kepemimpinan adalah
merubah sesuatu yang potensial menjadi
kenyataan.
Syachroza (1995:5) mengungkapkan
bahwa ”kepemimpinan mencakup upaya
memadukan, medorong, dan menfasilitasi
orang lain dalam rangka pencapaian tujuan
dengan menggunakan cara-cara tertentu, di
mana tujuan dan cara tersebut disetujui
oleh yang bersangkutan”. Dengan
demikian, kepemimpinan menuntut
kemampuan untuk menyelaraskan
keinginan pengikut dan pimpinan,
sehingga pengikut bersedia mengikuti
pimpinan secara sukarela, antusias, dan
dedikasi.
Berdasarkan penjelasan di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan kepemimpinan adalah
prilaku kepala sekolah dalam memimpin
suatu kerja persekolahan yang berorientasi
kepada pengutamaan terhadap tugas (task
oriented), di mana pemimpin merasa puas
jika tugas dilaksanakan, mengutamakan
hubungan kemanusiaan (human
relationship), dan pempinan yang
cenderung memperhatikan
perkembangan/kematangan bawahan
Handoko (l996) mengemukakan
kriteria kepemimpinan yang efektif yaitu
1) memiliki kemampuan melakukan tugas-
tugas supervisi, 2) merasa memerlukan
dan memiliki kebutuhan akan prestasi
dalam pekerjaan di samping memiliki rasa
tanggung jawab dan keinginan untuk
sukses, 3) memiliki kecerdasan yang,
mencakup pengambilan kebijakan,
pemikiran kreatif dan daya fikir 4)
memiliki ketegasan (decisiveness) atau
12
kemampuan untuk membuat keputusan-
keputusan dan memecahkan masalah-
masalah dengan cakap dan tepat, 5)
mempunyai kepercayaan diri atau
pandangan terhadap dirinya dalam
menghadapi masalah, 6) mempunyai
inisiatif atau kemampuan untuk bertindak
tampa tergantung pada orang lain,
mengembangkan serangkaian kegiatan dan
menemukan cara-cara baru untuk inovasi
atau pembaharuan.
Timpe (2003:26) bahwa
kepemimpinan yang efektif tergantung dari
landasan manajerial yang kokoh yaitu cara
berkomunikasi seperti: pemberian
motivasi, kemampuan memimpin,
pemngambilan keputusan, kekuasaan yang
positif. Kepemimpian sebagai suatu proses
yang mana pimpinan digambarkan akan
memberikan perintah atau pengarahan,
bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan
orang lain dalam memilih dan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Dari beberapa pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa hakikat
kepemimpinan kepala madrasah adalah
mempengaruhi orang lain agar bawahan
dapat bekerja sama dan dapat mencapai
hubungan yang baik, dapat melaksanakan
tugas dengan baik dalam rangka mencapai
tujuan bersama yang telah ditetapkan.
Dengan indikator sebagai berikut: 1)
Adanya upaya mempengaruhi guru, 2)
Adanya usaha menggerakkan guru, 3)
Adanya usaha mengarahkan guru dan 4)
Adanya upaya memotivasi guru.
c. Motivasi Kerja
Winardi (2001:6) berpendapat
motivasi adalah suatu kekuatan potensial
yang ada dalam diri seorang manusia,
yang dapat dikembangkannya sendiri, atau
dikembangkan oleh sejumlah kekuatan
luar yang pada intinya berkisar imbalan
moneter dan imbalan non moneter yang
dapat mempengaruhi hasil kerjanya secara
positif atau secara negatif, hal mana
tergantung pada situasi dan kondisi yang
dihadapi orang yang bersangkutan.
Dengan bertolak dari arti kata
motivasi diatas, motivasi kerja tidak lain
adalah sesuatu yang menimbulkan
13
dorongan atau semangat kerja yang dapat
menjadi pendorong semangat kerja.
Dengan demikian, pemberian
motivasi merupakan suatu usaha yang
dilakukan kepala sekolah dalam
mendorong para guru untuk lebih
memiliki kesadaran dan tanggung jawab
dalam bekerja dengan cara memberikan
motivasi yang sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan guru dalam bekerja.
Saydam (2005:232), mengatakan
bahwa pimpinan yang gagal memberikan
motivasi kepada bawahannya, tentulah
akan dapat menciptakan kondisi
demotivasi. Dalam kondisi seperti ini, para
guru akan bekerja tanpa motivasi maka
yang akan terjadi adalah: 1) Menurunnya
semangat dan gairah kerja, 2) Merosotnya
prestasi kerja, 3) Sering terjadi kesalahan
yang diperbuat guru , 4) Berkembangnya
rasa tidak puas, 5) Merosotnya
produktivitas kerja dan 6) Membesarnya
konflik antar guru .
Sugandha (1981:87) menyatakan
motivasi yang tinggi terlihat pada
kecenderungan seseorang dalam
menyelesaikan suatu pekerjaannya dengan
semangat tinggi sehingga memberikan
hasil yang Excelent atau berprestasi serta
dapat mengembangkan potensi individu
yang dimilikinya.
Gollerman (1963:36) menyatakan
bahwa orang-orang yang memiliki
motivasi tinggi mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut: 1) kencenderungan untuk
dirinya bekerja lebih keras baik dalam
suasana biasa maupun dalam suasana
gawat, dan akibatnya mereka mencapai
prestasi dalam pekerjaannya, 2) lebih
menyukai persaingan berat dengan jerih
payah dari pada memperoleh uang atau
pujian yang bersifat umum, 3) ia hanya
merasa puas jika melakukan hal-hal yang
sulit sehingga tidak mudah untuk disogok,
4) lebih suka mencari uang tetapi tidak
dalam membelanjakannya, 5) uang adalah
sebagai ukuran dan juga sebagai
pembanding prestasinya dengan prestasi
14
orang lain, 6) secara mental mereka lebih
suka bertarung dengan gigih, 7) pemikiran
berorientasi ke depan dengan penuh
pertimbangan yang logis dalam
mengambil keputusan, 8) menggunakan
segala potensi diri secara efektif, 9)
mampu menangani rintangan secara cepat,
tanpa membiarkan persoalan itu berlalu,
10) senang terhadap hal-hal yang praktis,
berani dan mantap, 11) jika pekerjaan
membutuhkan pembantu, ia lebih senang
memilih orang-orang yang enerjik, 12)
selalu melakukan penyempurnaan untuk
mencapai suatu yang terbaik, 13)
pekerjaan yang belum selesai akan
memberatkan hatinya, dll.
Berdasarkan uraian di atas diperoleh
kesimpulan bahwa motivasi berprestasi
yang tinggi dapat dilihat dari: (1) semangat
yang tinggi dalam mencapai keberhasilan,
(2) kesempurnaan tugas, (3) memiliki
prakarsa dalam bekerja, dan (4)
berorientasi pada prestasi.
METODELOGI
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode kuantitatif melalui
pendekatan korelasional. Analisis yang
akan digunakan adalah analisis deskriptif
dan inferensial. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh guru MTs Negeri di
Kabupaten Agam wilayah Timur.
Sedangkan teknik pengambilan sampel
adalah bagian dari populasi yang mewakili
populasi tersebut. Penentuan sampel dalam
penelitiam ini dilakukan secara stratified
proportional random sampling. Adapun
penentuan besarnya sampel menggunakan
rumus Cochran (1977). Dari hasil
perhitungan maka jumlah sample
penelitian adalah 56 orang guru MTs
Negeri di Kabupaten Agam seperti
wilayah timur.
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa
angket yang disebar kepada guru MTs
Negeri di Kabupaten Agam wilayah
Timur. Data dianalisis dengan
15
menggunakan teknik korelasi dan regresi
dengan memakai bantuan Program SPSS
Versi.15 .
Sedangkan analisis data
dilakukan, terlebih dahulu dengan
melakukan pengujian persyaratan analisis
seperti uji normalitas data menggunakan
teknik Chi Kuadrat. Uji homogenitas
populasi menggunakan teknik Chi Kuadrat
Barlett. Uji independensi variabel-variabel
bebas, dengan menggunakan rumus
korelasi Product Moment. Selanjutnya
menggunakan uji linearitas garis regresi
dengan teknik regresi sederhana.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil analisis data dan pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa ketiga
hipotesis penelitian diterima secara
empiris. Variabel Kepemimpinan dan
variabel Motivasi Kerja baik secara
parsial maupun secara bersama-sama
berkorelasi positif dengan variabel
Kinerja.
Hasil pengujian hipotesis penelitian
mengungkapkan bahwa Kepemimpinan
berkorelasi signifikan dengan kinerja. Hal
ini ditunjukkan dengan besaran koefisien
korelasi kedua variabel sebesar 0,462
dengan signifikansi sebesar 0,006.
Koefisien determinasi sebesar 0,213.
Koefisien ini menunjukkan bahwa
Kepemimpinan berkontribusi 21,3%
terhadap kinerja . Hasil penelitian ini
memperkuat penelitian yang dilakukan
Darman (2000), bahwa Kepemimpinan
merupakan salah satu variabel yang turut
berkontribusi dalam meningkatkan kinerja
guru.
Variabel Motivasi Kerja berdasarkan
hasil analisis berkorelasi signifikan dengan
kinerja. Adapun koefisien korelasi
Motivasi Kerja dengan kinerja sebesar
0,338 dan taraf signifikansi sebesar 0,012.
Koefisien determinasi sebesar 0,115.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa
kontribusi Motivasi Kerja terhadap kinerja
sebesar 11,5%. Temuan penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian yang
16
dilakukan Ilyas (2005). Temuan kedua
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
Motivasi Kerja merupakan hal penting
yang perlu mendapat perhatian dalam
upaya peningkatkan kinerja guru .
Secara bersama-sama variabel
Kepemimpinan dan variabel Motivasi
Kerja terhadap kinerja berkorelasi
signifikan. Besar koefisien korelasi kedua
variabel bebasa terhadap variabel terikat
sebesar 0,5639, Koefisien determinasi
sebesar 0,318. Besaran koefisien tersebut
menunjukkan bahwa kedua variabel bebas
berkontriusi sebesar 31,8% terhadap
kinerja .
Deskripsi data menggambarkan
bahwa variabel Kinerja termasuk dalam
kategori cukup baik. Gambaran tersebut
mengungkapkan bahwa kinerja sudah
cukup baik sebagai mana yang diharapkan.
Tingkat pencapaian skor indicator variabel
Kinerja sebesar 71,24%, dari skor ideal.
Skor ini termasuk kategori cukup baik. Hal
tersebut menunjukkan bahwa Kinerja
yang dirasakan guru sudah cukup baik.
Terutama terkait dengan faktor (a)
tersedianya program pembelajaran, (b)
terlaksananya proses pembelajaran (c)
terlaksananya evaluasi pembelajaran dan
(d) adanya tindak lanjut dari evaluasi.
Deskripsi data untuk variabel
Kepemimpinan terungkap cukup baik.
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa
Kepemimpinan masih dirasakan cukup
kondusif. Hasil analisis menunjukkan
bahwa tingkat pencapaian skor variabel
Kepemimpinan sebesar 70,5%, dari skor
ideal. Skor ini termasuk kategori cukup
baik. Artinya, dapat diungkapkan bahwa
Kepemimpinan yang dirasakan guru
sudah cukup baik. Terutama yang
berhubungan dengan 1) Adanya upaya
mempengaruhi guru, 2) Adanya usaha
menggerakan guru, 3) Adanya usaha
mengarahkan guru, dan 4) Adanya upaya
memotivasi guru.
Pada variabel Motivasi Kerja, tingkat
pencapaian skor variabel sebesar 71,05%,
dari skor ideal. Besaran skor ini termasuk
kategori cukup baik. Artinya, Motivasi
17
Kerja yang diterima guru sudah cukup
memuaskan. Hal ini terkait dengan adanya
(1) semangat yang tinggi dalam mencapai
keberhasilan, (2) kesempurnaan tugas, (3)
memiliki prakarsa dalam bekerja, dan (4)
berorientasi pada prestasi.
Untuk meningkatkan kinerja
diperlukan upaya yang sistematis dan
terencana yang perlu dilakukan dengan
mengembangkan Kepemimpinan yang
baik dan pemberiaan Motivasi Kerja yang
memadai. Kedua hal ini diyakini akan
dapat meningkatkan kinerja guru.
Melalui peningkatan kepemimpinan
dan motivasi kerja, baik secara berganda
maupun parsial cenderung akan dapat
meningkatkan kinerja. Karena itu
kepemimpinan, perlu ditingkatkan agar
kinerja terlaksana sesuai dengan standar
yang telah gariskan.
Pada variabel Motivasi Kerja, dari hasil
analisis terlihat adanya kontribusi yang
signifikan terhadap kinerja. Kontribusi ini
mengisyaratkan bahwa motivasi kerja
perlu mendapat perhatian pada masa yang
akan datang. Motivasi kerja yang tepat
sasaran yang diberikan kepada guru
diperlukan untuk peningkatan
kesejahteraan guna memberikan rasa puas
dan rasa keadilan bagi guru. Bila Motivasi
Kerja dapat ditingkatkan maka diprediksi
kinerja akan semakin meningkat.
Peningkatan kepemimpinan dan
motivasi kerja merupakan upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan
kinerja. Peningkatan peran dan tanggung
jawab berbagai pihak yang ada dalam
sistem pendidikan dalam mengembangkan
organisasi pendidikan menjadi suatu hal
yang sangat penting, mengingat sampai
saat ini kualitas pendidikan dan tamatan
diploma semakin hari menunjukkan
tuntutan kualitas yang lebih baik.
Optimalisasi peningkatan kinerja dapat
dicapai antara lain melalui perbaikan
Kepemimpinan dan peningkatan
kesejahteraan guru melalui pemberian
Motivasi Kerja yang lebih menarik. Bila
pemahaman terhadap variabel
Kepemimpinan dan variabel Motivasi
18
Kerja dapat dicermati secara tepat, maka
perlu ada upaya perbaikan yang dilakukan
dalam mengembangkan organisasi dengan
menumbuh kembangkan sikap
akuntabilitas dan akseptabilitas pimpinan
di mata guru . Semangat perbaikan dan
peningkatan sistem manajemen tersebut
merupakan cerminan terhadap keseriusan
pimpinan dalam membangun team work
yang didasarkan atas kebersamaan dan
maju bersama.
Hasil penelitian ini mengungkapkan
pula bahwa masing-masing variabel bebas
baik secara partial maupun secara
bersama-sama berkontribusi signifikan
terhadap kinerja. Secara bersama-sama
kedua prediktor berkontribusi sebesar
31,8%.
Peningkatan kinerja, dapat ditempuh
dengan melakukan peningkatan faktor-
faktor lain yang diduga turut
mempengaruhinya. Oleh sebab itu,
penelitian terhadap prediktor yang diduga
turut berkontribusi terhadap Kinerja masih
sangat perlu dilanjutkan.
a. Kinerja Guru
Dari hasil pengumpulan data
penelitian yang bersumber dari instrumen
penelitian kinerja yang berjumlah 34 butir
diperoleh skor minimal 105,00 dan skor
maksimum 142,00. Hasil analisis deskripsi
menggambarkan besaran skor rata-rata
122,35, median 121,240, modus 120,83
dan simpangan baku sebesar 8,63. Selisih
skor rata-rata, median dan modus tidak
melebihi satu simpangan baku, hal ini
menunjukkan bahwa distribusi skor kinerja
cenderung berdistribusi normal. Adapun
histogram distribusi skor variabel Kinerja
guru sebagai berikut.
Hasil analisis data diperoleh tingkat
pencapaian skor variabel Kinerja Guru
sebesar 71,24%, dari skor ideal. Skor ini
termasuk kategori cukup/sedang. Ini
berarti tingkat kinerja guru belum
maksimal. Belum maksmimal kerja guru
merupakan gambaran dari tugas dan
tanggung jawab guru terkait dengan
perencanaan pengajaran, keterlaksanaan
pembelajaran, pelaksanaan evaluasi
19
pembelajaran, pemberian latihan dan
penguatan serta kemampuan guru
manajemen/pengelolaan kelas.
b. Kepemimpinan Kepala Madrasah
Instrumen penelitian untuk variabel
kepemimpinan kepala madrasah
berjumlah 29 butir. Hasil pengumpulan
data diperoleh skor minimal 102,00 dan
skor maksimum 142,00. Skor rata-rata
hasil analisis deskripsi diperoleh sebesar
123,643; median 123,50; modus 122,50
dan simpangan baku 9,95. Hasil analisis
tersebut menunjukkan bahwa selisih skor
rata-rata, median dan modus tidak
melebihi satu simpangan baku. Dari
analisis data deskripsi variabel
kepemimpimpinan kepala madrasah
diperoleh tingkat capaian skor variabel
Kepemimpinan sebesar 70,51%, dari skor
ideal. Besaran skor ini berada pada
kategori cukup baik. Dengan demikian,
Kepemimpinan kepala Madrasah
berdasarkan hasil penelitian ini
dipersepsikan guru berada pada tingkat
kategori cukup.
c. Motivasi Kerja
Instrumen variabel Motivasi Kerja
terdiri dari 31 butir, maka skor minimal
yang mungkin terjadi adalah 31 dan skor
maksimal 155. Skor tertinggi sebesar
139,00 dan skor terendah sebesar 100,00.
Dari hasil analisis diketahui skor rata-rata
sebesar 115,625, median sebesar 115,120,
modus sebesar 106,00 dan simpangan
baku 10,346. Selisih skor rata-rata, median
dan modus tidak melebihi satu simpangan
baku, ini memberikan indikasi bahwa
distribusi skor Motivasi Kerja cenderung
berdistribusi normal. Hasil analisis
menunjukkan bahwa tingkat pencapaian
skor variabel Motivasi Kerja 71,05%, dari
skor ideal. Skor ini termasuk kategori
cukup baik. Artinya, Motivasi Kerja yang
diberikan kepada guru yang dirasakan
mereka belum baik dalam hal
pengahargaan, pujian, kesempatan,
kesejahteraan, dan pemberian paket atau
hadiah dari lembaga.
20
Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama yang diuji dalam
penelitian ini adalah Kepemimpinan
berkontribusi terhadap kinerja. Untuk
menguji hipotesis ini, pertama sekali
dilakukan analisis korelasi antara skor
Kepemimpinan dengan skor kinerja. Table
18 memperlihatkan bahwa koefisien
korelasi (ry,1) antara variabel
Kepemimpinan dengan variabel Kinerja
sebesar 0,462 dan koefisien determinasi
sebesar 0,213 dengan (p) 0,006 < (0,01).
Ini berarti koefisien korelasi juga
signifikan antara Kepemimpinan dengan
kinerja pada taraf kepercayaan 99%.
Untuk mengetahui apakah
hubungan kepemimpinan dengan kinerja
prediktif atau tidak, maka dilakukan
analisis regresi sederhana. Dari hasil
analisis regresi sederhana diperoleh
koefisien determinant sebesar 0,213. Hal
ini menunjukkan bahwa kontribusi
kepemimpinan terhadap kinerja guru
sebesar 21,3%.
Persamaan regresi Ŷ= 83,478 +
0,314X1 menunjukkan bahwa perubahan
Kepemimpinan sebesar satu satuan akan
diikuti dengan perubahan kinerja sebesar
0,314 satuan pada arah yang sama dengan
konstanta 83,478.
Untuk mengetahui apakan model
regresi di atas signifikan atau tidak untuk
memprediksi kinerja guru, diuji dengan
mengaplikasikan Anova melalui uji F.
Tabel 20 memperlihatkan hasil uji F
terlihat bahwa Fhitung sebesar 8,156 dengan
p < (0,01), Hal ini berarti bahwa model
persamaan regresi tersebut signifikan
dalam taraf kepercayaan 99%.
Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua yang diuji dalam
penelitian ini adalah Motivasi Kerja
berkontribusi terhadap kinerja. Untuk
menguji hipotesis ini pertama sekali
dilakukan analisis korelasi antara skor
motivasi kerja dengan kinerja. Tabel 21
memperlihatkan bahwa koefisien korelasi
(ry,2) antara variabel Motivasi Kerja
dengan variabel Kinerja sebesar 0,338 dan
21
koefisien determinasi sebesar 0,115
dengan (p) 0,012 < (0,05). Ini berarti
koefisien korelasi juga signifikan antara
Motivasi Kerja dengan kinerja pada taraf
kepercayaan 95%
Untuk mengetahui apakah
hubungan Motivasi Kerja dengan kinerja
prediktif atau tidak, maka dilakukan
analisis regresi sederhana seperti disajikan
pada tabel 23. Dari hasil analisis regresi
sederhana diperoleh Model regresi
sederhana Ŷ = 89,686 + 0,283X2.
Persamaan ini diuji keberartian
dan kelinierannya dengan uji F. Hasil
analisis terangkum pada Tabel 23. Pada
Tabel 23 terlihat bahwa Fhitung sebesar
7,247 dengan p < (0,05), Hal ini berarti
bahwa model persamaan regresi tersebut
signifikan pada taraf kepercayaan 95%.
Hasil analisis untuk uji linearitas garis
regresi diperoleh F hitung sebesar 3,012
dengan (p) 0,085 > 0,05. Ini berarti bahwa
persamaan regresi Ŷ = 89,686 + 0,283X2.
Persamaan ini menunjukkan bahwa
perubahan Motivasi Kerja sebesar satu
satuan akan diikuti dengan perubahan
kinerja sebesar 0,283 satuan pada arah
yang sama dengan konstanta 89,686.
Berdasarkan hasil pengujian yang telah
dilakukan di atas, hipotesis kedua yang
berbunyi Motivasi Kerja berkontribusi
terhadap kinerja dapat diterima dalam
taraf kepercayaan 95% dan besarnya
kontribusi Motivasi Kerja terhadap kinerja
sebesar 11,5%.
Untuk mengetahui apakan model
regresi di atas signifikan atau tidak untuk
memprediksi kinerja guru, diuji dengan
mengaplikasikan Anova melalui uji F.
Pada Tabel 23 terlihat bahwa Fhitung sebesar
7,247 dengan p < (0,05), Hal ini berarti
bahwa model persamaan regresi tersebut
signifikan dalam taraf kepercayaan 95%
dan dinyatakan hubungan linear.
Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga yang diuji dalam
penelitian ini adalah Kepemimpinan dan
Motivasi Kerja secara besama-sama
berkontribusi terhadap kinerja .
22
Untuk menguji hipotesis ketiga
ini dilakukan dengan analisis korelasi dan
regresi ganda. Hasil perhitungan pada
Tabel 24 menunjukkan bahwa koefisien
korelasi antara Kepemimpinan dan
Motivasi Kerja secara bersama-sama
terhadap Kinerja (Ry1,2) sebesar 0,563
dan koefisien determinasi sebesar 0,318,
dengan p. 0,003 < 0,01. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa korelasi antara
variabel Kepemimpinan dan Motivasi
Kerja secara bersama-sama terhadap
Kinerja sangat signifikan pada taraf
kepercayaan 99%.
Untuk mengetahui bentuk
hubungan prediktif atau tidak dilakukan
analisis regresi ganda. Hasil analisis pada
tabel 25, menunjukkan model persamaan
regresi ganda Ŷ= 64,554 + 0,259X1 +
0,223X2. Persamaan ini menunjukkan
bahwa perubahan Kepemimpinan dan
Motivasi Kerja sebesar satu satuan akan
diikuti dengan perubahan kinerja sebesar
0,259 dari variabel Kepemimpinan dan
0,223 dari variabel Motivasi Kerja pada
arah yang sama dengan konstanta sebesar
64,554.
Persamaan regresi ini diuji
signifikansinya dengan uji F. Pada Tabel
26 terlihat bahwa harga F hitung sebesar
6,562 dengan p = 0,003 < α (0,01). Ini berarti
bahwa model persamaan regresi ganda Ŷ=
64,554 + 0,259X1 + 0,223X2 signifikan
pada taraf kepercayaan 99% dan dapat
digunakan untuk memprediksi variansi
variabel Kinerja.
Hipotesis ketiga yang berbunyi
Kepemimpinan dan Motivasi Kerja
secara bersama-sama berkontribusi
terhadap Kinerja dapat diterima pada
taraf kepercayaan 99%. Besarnya
kontribusi secara bersama-sama sebesar
31,8 %. Untuk mengetahui kontribusi
efektif secara murni dari masing-masing
variabel bebas, maka perlu dilakukan
analisis lanjutan. Adapun teknik analisis
yang digunakan untuk analisis dimaksud
adalah analisis korelasi parsial. Tabel 26 di
atas memperlihatkan bahwa variabel
Kepemimpinan berkontribusi terhadap
23
Kinerja secara signifikan pada saat
variabel Motivasi Kerja dalam keadaan
konstan. Kontribusi variabel
Kepemimpinan terhadap variabel Kinerja
secara parsial sebesar 20,5%. Sedangkan
variabel Motivasi Kerja secara parsial
berkontribusi terhadap variabel Kinerja
pada saat variabel Kepemimpinan dalam
keadaan konstan sebesar 7,7%.
Berdasarkan hasil analisis tersebut
dapat dijelaskan bahwa kontaminasi yang
terjadi pada saat Kepemimpinan
berkontribusi terhadap Kinerja sebesar
0.8%. Artinya 0.8% terjadi pembauran
variabel lain pada saat Kepemimpinan
berkontribusi terhadap Kinerja. Sedangkan
kontaminasi yang terjadi pada saat variabel
Motivasi Kerja berkontribusi terhadap
Kinerja sebesar 3.8%. Dengan demikian,
dapat dijelaskan bahwa pada saat variabel
Motivasi Kerja berkontribusi terhadap
Kinerja terjadi pembaruan sebesar 3.8%.
SIMPULAN
Hasil penelitian ini telah
mengungkapkan beberapa temuan yang
dapat dijadikan kesimpulan.
Kepemimpinan, motivasi kerja dan Kinerja
dipersepsikan guru-guru Madrasah
Tsanawiyah Negeri Kabupaten Agam
Wilayah Timur, berada pada kategori
cukup.
Kepemimpinan berkontribusi
secara signifikan terhadap kinerja guru.
Kontribusi Kepemimpinan terhadap
kinerja guru sebesar 21,3%. Ini berati
bahwa 21,3% variansi yang terjadi pada
kinerja merupakan kontribusi yang
diberikan oleh kepmimpinan.
Motivasi Kerja berkontribusi
secara signifikan terhadap kinerja guru.
Adapun besar kontribusi motivasi kerja
terhadap kinerja guru sebesar 11,5%. Hal
ini berarti motivasi kerja memiliki
kontribusi yang cukup memadai dalam
upaya peningkatan kinerja guru. Untuk
dapat meningkatkan kinerja guru ke arah
yang lebih baik, perlu ada upaya perbaikan
kinerja pada Madrasah Tsanawiyah
Negeri Kabupaten Agam Wilayah Timur.
24
Kinerja dapat diprediksi melalui
kepemimpinan dan motivasi kerja yang
terjadi di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Kabupaten Agam Wilayah Timur. Kedua
prediktor secara parsial maupun secara
bersama-sama berkontribusi terhadap
kinerja guru. Secara bersama-sama
prediktor berkontribusi sebesar 31,8%
terhadap kinerja. Berdasarkan temuan
tersebut, dapat diungkapkan bahwa
kepemimpinan dan motivasi kerja dapat
meningkatkan kinerja guru pada Madrasah
Tsanawiyah Negeri Kabupaten Agam
Wilayah Timur.
CATATAN
Temuan ini membawa implikasi
pada pentingnya perhatian dan
optimalisasi terhadap upaya peningkatan
efektifitas kepemimpinan dan motivasi
kerja guna meningkatkan kinerja guru.
Perhatian terhadap kedua faktor tersebut
diyakini dapat meningkatkan kinerja guru
pada Madrasah Tsanawiyah Negeri
Kabupaten Agam Wilayah Timur untuk
masa mendatang.
Dari hasil analisis dan temuan ini
berimplikasi pada pentingnya perhatian
terhadap efektifitas kepemimpinan di
madrasah. Kepemimpinan yang lebih
efektif diyakini dapat meningkatkan
kinerja organisasi secara keseluruhan.
Penataan dan upaya pembenahan pola
kepemimpinan pada Madrasah
Tsanawiyah memungkinkan terjadinya
peningkatan kinerja guru yang lebih baik.
Hal ini pada gilirannya akan mampu
menumbuhkan etos kerja guru sesuai
dengan peran dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Dengan demikian,
peningkatan kinerja guru tidak terlepas
dari upaya meningkatkan efektifitas
kepemimpinan yang lebih baik.
Di samping itu, motivasi kerja
perlu ditingkatkan dalam rangka memacu
kinerja guru secara optimal. Motivasi kerja
diharapkan dapat menjadi penopang
berbagai aktivitas kerja guru di sekolah
dalam mencapai tujuan pendidikan yang
berkualitas secara efektif dan efisien.
25
DAFTAR RUJUKAN
Agus, Dharma. (1991). Manajemen Prestasi Kerja.Yogyakarta: Rajawali.
Cochran, W.G. (1977). Sampling Techniques. Third E n. New York: John Willey & Sons.
Darman. (2000). Kontribusi Kepemimpinan dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Kerja Guru SMP Negeri IV Angkat Candung Kabupaten Agam. Tesis. Padang: PPs Universitas Negeri Padang.
Depdiknas. (2005). Undang-undang guru dan dosen. Jakarta: Depdiknas
Dinas Pendidikan Kab. Agam. (2010). Laporan Hasil UN tingkat SMP/MTs. Agam: Dinas Pendidikan
Gollerman, Daniel. (1963). In-service education: A guide to better practice. Boston:Allyn and Bacon.
Handoko T, Hani (2006). Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Ilyas. (2005). Dampak Pengembangan Diri dan Insentif Terhadap Motivasi Kerja Karyanan Universitas Negeri Padang. Tesis. PPs UNP.
Rahardja. (2001 ). Dasar -Dasar Manajemen, Jakarta: Balai Aksara.
Rivai, Bachtim. (2003). Persepektif dari pembangunan ilmu dan telmologi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Robins, stephen. (2002). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta; Press-indo.
Saydam, Ghazali. (2005). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Membangun Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineke Cipta.
Soedjiarto. (1993). Prilaku kepemimpinan dan motivasi kerja. Jakarta: Pustaka Binaan Pressendo
Sudirman. 2003. Peningkatan Profesionalme Guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugandha. (1981). Profesionalisasi Manajemen Pendidiknn Kejuruan di Indonesia.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Sukanto (1986). Perubahon karakteristik dunia kerja dan revitalisasi pembelajaran dalam kurikulum pendidikan. Yogyakarta: andi offset.
Syachroza. (1995). Organisasi perusahaan, teori, struktur dan perilaku. Yogyakarta: BPFE.
Timpe, A Dale. (1993). Kinerja (seri ilmu dan seni manajemen bisnis). Jakarta: Gramedia.
Winardi. (2001). Asas-asas manajemen Bandung: Penerbit Alumni.
26