Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar

11
1 | Penggunaan Media Cerita Bergambar PENGGUNAAN CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA NYARING SISWA KELAS II SDN MARGOREJO III/405 SURABAYA Jurnal : Jurnal Unesa : Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Volume 1 Nomer 1 (Februari 2013) Tahun : 2013 Penulis : M. Syifak (PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya) Sumber : http://ejournal.unesa.ac.id Ditelaah oleh: Ady Setiawan (NIM 111714043) Mahasiswa S1 Program Studi Manajemen Pendidikan FIP Universitas Negeri Surabaya ISI JURNAL M. Syifak dalam jurnalnya yang berjudul Penggunaan Cerita Bergambar untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Nyaring Siswa Kelas II SDN Margorejo III/405 Surabaya, menjelaskan tentang sebuah penelitian peningkatan kemampuan membaca nyaring siswa yang dapat ditunjang oleh penggunaan media modern yakni media cerita bergambar. Dari hasil penelitian tersebut secara singkat disimpulkan bahwa keberadaan media cerita bergambar sangatlah menunjang peningkatan kemampuan membaca nyaring siswa. Media cerita bergambar yang menarik dapat meningkatkan konsentrasi siswa pada materi yang diberikan, dan menambah motivasi serta daya tarik tersendiri bagi siswa untuk membaca kalimat pendek ataupun panjang yang ada di sekitar gambar tersebut. Sasaran dari penelitian ini adalah siswa kelas II SDN Margorejo III/405 Surabaya. Beberapa tujuan penelitian yang dilakukan di kelas II SDN Margorejo III/405 Surabaya tersebut diantaranya: (1) untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media cerita bergambar untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring siswa kelas II SDN Margorejo III/405 Surabaya; (2) mendeskripsikan hasil belajar membaca nyaring siswa kelas II SDN Margorejo III/405 Surabaya dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan media cerita bergambar; dan (3) mendeskripsikan kendala yang ditemui dalam pelaksanaan

description

 

Transcript of Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar

Page 1: Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar

1 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r

PENGGUNAAN CERITA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN MEMBACA NYARING SISWA KELAS II SDN

MARGOREJO III/405 SURABAYA

Jurnal : Jurnal Unesa : Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar,

Volume 1 Nomer 1 (Februari 2013)

Tahun : 2013

Penulis : M. Syifak (PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya)

Sumber : http://ejournal.unesa.ac.id

Ditelaah oleh:

Ady Setiawan (NIM 111714043)

Mahasiswa S1 Program Studi Manajemen Pendidikan

FIP Universitas Negeri Surabaya

ISI JURNAL

M. Syifak dalam jurnalnya yang berjudul “Penggunaan Cerita Bergambar

untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Nyaring Siswa Kelas II SDN Margorejo

III/405 Surabaya”, menjelaskan tentang sebuah penelitian peningkatan kemampuan

membaca nyaring siswa yang dapat ditunjang oleh penggunaan media modern yakni

media cerita bergambar. Dari hasil penelitian tersebut secara singkat disimpulkan

bahwa keberadaan media cerita bergambar sangatlah menunjang peningkatan

kemampuan membaca nyaring siswa. Media cerita bergambar yang menarik dapat

meningkatkan konsentrasi siswa pada materi yang diberikan, dan menambah motivasi

serta daya tarik tersendiri bagi siswa untuk membaca kalimat pendek ataupun panjang

yang ada di sekitar gambar tersebut. Sasaran dari penelitian ini adalah siswa kelas II

SDN Margorejo III/405 Surabaya.

Beberapa tujuan penelitian yang dilakukan di kelas II SDN Margorejo III/405

Surabaya tersebut diantaranya: (1) untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan media cerita bergambar untuk meningkatkan keterampilan

membaca nyaring siswa kelas II SDN Margorejo III/405 Surabaya; (2)

mendeskripsikan hasil belajar membaca nyaring siswa kelas II SDN Margorejo

III/405 Surabaya dalam pelaksanaan pembelajaran dengan penggunaan media cerita

bergambar; dan (3) mendeskripsikan kendala yang ditemui dalam pelaksanaan

Page 2: Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar

2 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r

pembelajaran dengan penggunaan media cerita bergambar untuk meningkatkan

keterampilan membaca nyaring siswa kelas II SDN Margorejo III/405 Surabaya dan

cara mengatasinya.

Penelitian ini menggunakan metode Tindakan Penelitian Kelas, yang

dilakukan dalam dua siklus, yakni siklus I dan siklus II. Sedangkan rangkaian

prosedur kegiatan dapat dituliskan sebagai berikut: (1) tahap perencanaan tindakan,

tahap awal ini terdiri dari beberapa kegiatan, diantaranya menganalisis kurikulum

mata pelajaran bahasa Indonesia, menyusun RPP bahasa Indonesia dengan

menggunakan media cerita bergambar, merencanakan langkah-langkah pembelajaran,

merencanakan evaluasi, dan menyusun instrumen penelitian; (2) tahap pelaksanaan,

yakni pelaksanaan dilakukan oleh peneliti, sedangkan guru serta teman sejawat

bertindak selaku observer dalam keperluan pengumpulan data. Pelaksanaan tindakan

direncanakan dengan rangkaian siklus-siklus secara berulang, yakni siklus I dilakukan

selama 4 kali pertemuan, dan siklus II dilakukan selama 4 kali pertemuan juga dengan

cacatan bila semua koordinator telah terpenuhi, maka siklus akan diakhiri. (3) tahap

observasi, tahap ini dilaksanakan oleh guru kelas II dan teman sejawat secara intensif

untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media cerita

bergambar, mereka juga mencatat segala aktivitas dan jalannya pelaksanaan

pembelajaran dalam suatu lembar instrumen penelitian yang telah disiapkan oleh

peneliti. (4) tahap refleksi, tahap ini merupakan langkah akhir dari penelitian ini,

yakni dilakukan setelah segala instrumen penelitian terpenuhi.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti di lapangan, bahwa pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan media cerita bergambar untuk meningkatkan

keterampilan membaca nyaring cenderung mengalami peningkatan yang signifikan di

setiap siklusnya. Indikator yang sangat tampak ketika pembelajaran berlangsung ialah

berjalannya proses pembelajaran dengan baik dan semangat membaca nyaring siswa

yang dapat terlihat dari wajah mereka. Untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran

dalam siklus I dan II pertemuan 1 dan 2, dapat diamati dari sajian diagram berikut ini:

Page 3: Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar

3 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r

Gambar 1. Diagram keterlaksanaan pembelajaran

Dari diagram tersebut dapat difahami bahwa pada siklus I pertemuan 1 mencapai

presentase 88,23% dan pertemuan 2 mencapai persentase 94,12% dengan rata-rata

persentase 91,18%, sedangkan persentase ketercapaian pembelajaran pada siklus I

pertemuan 1 dan 2 mencapai 78,83% dan pada siklus II pertemuan 1 dan 2 mencapai

persentase 88,82% dengan kriteria baik sekali. Data keterlaksanaan pembelajaran

pada siklus I jika dibandingkan dengan siklus II secara singkat dapat disimpulkan

telah mengalami peningkatan. Dengan demikian, hal ini telah menunjukkan bahwa

keterlaksanaan pembelajaran membaca nyaring siswa kelas II SDN Margorejo III/405

Surabaya sudah berjalan baik. Tentu pernyataan ini dapat dibuktikan dengan adanya

peningkatan yang terjadi pada siklus II di atas.

Setelah mengetahui keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media

cerita bergambar tersebut, maka selanjutnya penulis akan menyajikan suatu hasil

belajar siswa sebagaimana yang telah disajikan oleh peneliti, sebagai berikut:

Gambar 2. Diagram hasil belajar siswa

80.00%

85.00%

90.00%

95.00%

100.00%

Siklus I Siklus II

Pertemuan I Pertemuan II

65.00%

70.00%

75.00%

80.00%

85.00%

Siklus I Siklus II

Siklus I dan II

Page 4: Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar

4 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r

Berdasar dari diagram tersebut dapat difahami bahwa pada siklus I nilai rata-rata hasil

belajar siswa belum mencapai 75%, olehnya itu peneliti melanjutkan pada siklus II

dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga dapat mencapai

ketuntasan klasikal yang telah ditentukan. Sedangkan pada siklus II, hasil nilai rata-

rata hasil belajar ialah 82,5%, yang berarti telah mengalami peningkatan dari siklus I.

Berikut penulis sajikan diagram ketuntasan klasikal berdasarkan jurnal yang ditulis

oleh peneliti,

Gambar 3. Diagram ketuntasan hasil belajar

Berdasarkan diagram di atas, maka dapat difahami bahwa ketuntasan hasil belajar siswa untuk mata

pelajaran bahasa Indonesia materi membaca nyaring, secara klasikal pada siklus I telah mencapai

ketuntasan klasikal 59,5% , dan 40,5% dari jumlah keseluruhan siswa belum mencapai standar

yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan bahasa lain, telah diketahui sebanyak 24 siswa yang

telah tuntas belajar sesuai indikator yang telah ditetapkan sebelumnya, dan sebanyak 16 siswa

lainnya yang belum mencapai ketuntasan belajar. Hasil ini telah menunjukkan bahwa siklus I belum

mencapai standar ketuntasan klasikal yang ditetapkan yakni sebesar 75%. Selanjutnya, pada siklus II

ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi membaca

nyaring mencapai ketuntasan klasikal 82,5% dan hanya sebesar 17,5% saja yang belum mencapai

standar. Atau dengan bahasa lain dapat diterjemahkan bahwa sebanyak 33 siswa yang yang telah

tuntas belajar dan hanya tersisa 7 siswa saja yang belum mencapai ketuntasan belajar. Dari kedua

hasil yang telah didapatkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pencapaian ketuntasan belajar

siswa secara klasikal antara siklus I dan siklus II telah mengalami peningkatan hingga mencapai

standar yang telah ditetapkan pada indikator keberhasilan. Adanya peningkatan ketuntasan hasil

belajar klasikal tersebut menunjukkan bahwa penggunaan media cerita bergambar sangat

berpengaruh untuk meningkatkan keterampilan membaca nyaring siswa kelas II SDN Margorejo

III/405 Surabaya.

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Siklus I Siklus II

Siklus I dan II

Page 5: Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar

5 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r

Penelitian yang dilakukan selama dua siklus tersebut menemukan beberapa

kendala yang dapat dideskripsikan berikut ini: (1) kurangnya kemampuan siswa kelas

II SDN Margorejo III/405 Surabaya dalam membaca, hal ini tampak dengan

ditemukannya beberapa siswa yang belum mampu membaca dengan lancar, dan (2)

diperlukannya waktu adaptasi siswa kelas II SDN Margorejo III/405 Surabaya dalam

menerima metode pembelajaran membaca nyaring menggunakan media cerita

bergambar, hal ini akibat dari belum pernah diperkenalkannya media cerita bergambar

kepada siswa.

Page 6: Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar

6 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r

KELEBIHAN JURNAL

a. Pendahuluan

Beberapa kelebihan dalam sub pendahuluan yang dituliskan penulis yakni:

1) Penulis berusaha menuliskan pendahuluan secara hierarki

2) Berusaha menyajikan analisis berdasarkan kasus di lapangan

3) Menjelaskan kondisi penggunaan metode media cerita bergambar secara detail

4) Didukung dengan alasan kuat mengapa media cerita bergambar perlu

digunakan dalam kasus ini. Dukungan tersebut juga berupa usaha dalam

meyakinkan pembaca bahwa media ini sudah lama digunakan oleh beberapa

Negara maju, dan metode mengeja layaknya yang sedang digunakan ini

ternyata sudah lama ditinggalkan oleh beberapa Negara.

5) Penulis merumuskan tujuan dengan cukup signifikan dan mewakili tujuan

umum penelitian, yaitu agar dapat mendeskripsikan pembelajaran dan hasil

belajar siswa dengan menggunakan media cerita bergambar, serta

mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi.

b. Kajian pustaka

Dalam penulisan jurnal ini, penulis tidak menyajikan sub kajian pustaka. Sehingga

penelaah tidak dapat menganalisis kelebihan dan atau kekurangannya.

c. Metode penelitian

1) Penulis menyajikan metode penelitian secara rinci tahap demi tahap

2) Merujuk pada kurikulum yang sedang berlaku untuk kelas sampling

3) Penulis memaparkan sampel dan populasi serta waktu yang digunakan selama

penelitian

4) Dalam tahap pelaksanaan, peneliti melibatkan guru kelas dan teman sejawat

sebagai observer

d. Hasil penelitian dan pembahasan

1) Menyajikan diagram dan tabel untuk membantu pembaca dalam memahami

pembahasan

2) Penulis memberikan pembahasan atas tabel atau diagram yang disajikan

3) Membuka pembahasan dengan kalimat simpulan sekilas

e. Simpulan

Penulis berusaha me-review dengan bahasa sesingkat mungkin dengan tanpa

menghilangkan makna sebenarnya

Page 7: Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar

7 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r

KEKURANGAN JURNAL

a. Pendahuluan

1) Tidak menuliskan Kajian Pustaka sebagai suatu sub bab tersendiri

2) Masih terdapat beberapa penggalan kalimat yang belum singkron dengan

kalimat berikutnya karena ketiadaan atau kurang tepatnya kata penghubung

yang digunakan

3) Pencampuradukan antara pendahuluan dan kajian pustaka, sehingga teks

terkesan terlalu panjang dan dapat membingungkan pembaca

4) Dalam kalimat terakhir, penulis menuliskan kalimat yang sebaiknya

diletakkan di kesimpulan

b. Kajian pustaka

Dalam penulisan jurnal ini, penulis tidak menyajikan sub kajian pustaka. Sehingga

penelaah tidak dapat menganalisis kelebihan dan atau kekurangannya.

c. Metode penelitian

1) Tidak dicantumkan jenis metode yang digunakan sebagai penekanan setelah

disebutkan di dalam abstrak

2) Tidak menjelaskan populasi dan sampel penelitian secara tegas

3) Tidak memaparkan teknik pengumpulan data dan pengembangan instrument

dengan jelas

4) Pada tahap persiapan, tidak dicantumkan dalam poin terpisah tentang

persiapan pengadaan media cerita bergambar yang akan digunakan

5) Pada tahap refleksi, penjelasan terlalu singkat sehingga dikhawatirkan dapat

mengaburkan pemahaman pembaca terkait metode pelaksanaan refleksi

setelah penelitian tindakan kelas

d. Hasil penelitian dan pembahasan

1) Pemaparan dan pembahasan penelitian belum sesuai tujuan penelitian, yakni

dengan tidak dibahasnya kendala penelitian dalam sub pembahasan hasil

penelitian

2) Tampilan tabel atau grafik masih belum maksimal. Hal ini dilihat dari hanya

ditampilkannya 2 dari 4 pertemuan saja. Seperti pada tabel keterlaksanaan

pembelajaran.

3) Tidak adanya penjelasan awal sebagai penekanan terhadap definisi dan nilai

ketuntasan klasikal serta indikator keberhasilan. Penjelesan tersebut dapat

disampaikan dalam metode atau dalam penulisan awal pembahasan.

4) Masih terdapat kesenjangan antara penjelasan tabel dengan data yang terdapat

dalam tabel sendiri.

Misal, pada penjelasan tabel tentang keterlaksanaan pembelajaran. Peneliti

hanya menuliskan hasil penelitian pada siklus I pertemuan 1 dan 2, dengan

mengabaikan penjelasan hasil penelitian pada siklus II pertemuan 1 dan 2.

Page 8: Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar

8 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r

Sementara penulis langsung memberi kesimpulan dengan tanpa pembanding

yang jelas.

5) Tidak adanya keterangan waktu yang jelas dan akurat tentang kapan data

diambil. Keterangan tersebut dapat berupa rentang waktu antara siklus I

berlangsung atau antara pertemuan 1 berlangsung menuju ke pertemuan 2, 3,

hingga 4.

e. Simpulan dan Saran

1) Terdapat beberapa pola bahasa yang dikhawatirkan dapat membingungan

pembaca. Seperti pada kalimat “… dapat disimpulkan penggunaan media

cerita bergambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya membaca

nyaring, hal ini terbukti dengan kemampuan guru dalam melaksanakan RPP

mendapatkan hasil yang sangat baik sekali dan hasil belajar siswa meningkat”.

Sebaiknya dituliskan secara ringkas dan jelas bahwa media cerita bergambar

sangat berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan membaca nyaring

siswa kelas II …, hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan pada hasil

belajar siswa.

2) Penulisan dalam kesimpulan hasil penelitian tidak terpadu dengan

pembahasan, seperti dalam kesimpulan menggunakan istilah “keterlaksanaan

RPP”, sementara dalam pembahasan menggunakan istilah “keterlaksanaan

pembelajaran”. Juga terdapat perbedaan angka yang dicantumkan antara

dalam kesimpulan dan pembahasan

3) Memasukkan kendala penelitian dalam kesimpulan

Page 9: Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar

9 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r

ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH

Pada sub pembahasan kali ini, penelaah akan mencoba menyajikan berbagai

alternative penyelesaian atas beberapa kekurangan yang penelaah temukan dalam

penulisan yang disajikan penulis. Berikut pembahasan secara terperinci yakni:

1) Pendahuluan

Menurut hemat penelaah, setidaknya dalam sub pendahuluan perlu memuat (1)

permasalahan penelitian, (2) rencana pemecahan masalah, (3) tujuan penelitian,

(4) biasanya pula dituliskan manfaat serta harapan penelitian, dan (5) menyajikan

secara singkat ulasan kajian teoritik terkait penelitian ini.

Hendaknya pendahuluan disajikan secara hierarki mulai permasalahan hingga

diakhiri dengan alasan mengapa mengangkap penelitian ini. selain itu, penulisan

dalam pendahuluan perlu ditata dengan baik agar pembaca tidak kebingungan

dalam memahami teks, atau bahkan menghilangkan beberapa kata penghubung

yang justru akan berakibat fatal pada kesempurnaan teks. Menurut penelaah juga,

tidak seharusnya setiap pendahuluan ditulis dengan kalimat yang panjang

sebagaimana disajikan penulis dan peneliti di atas. Artinya selama susunan

kalimat tersebut cukup mewakili maksud penulis, maka sewajarnya dapat

meminimalisir penggunaan kata.

2) Kajian Pustaka

Selazimnya kajian pustaka dihadirkan dalam suatu sub pembahasan tersendiri. Hal

ini dilakukan agar mempermudah pembaca dalam memahami tulisan. Namun

penelaah belum mengetahui alasan mengapa penulis memasukkan dalam sub

pendahuluan. Dapat memungkinkan hal tersebut karena ketentuan yang penulis

jalankan dari institusi yang dianut, sehingga penelaah tidak serta merta

menyalahkan penulisan ini dan tetap menghargai karya penulis sekaligus peneliti

tersebut. Dalam penulisannya, keseluruhan teks perlu dirangkai secara hierarki

mulai kajian pustaka skala umum menuju khusus, sebagaimana yang sudah

berusaha dilakukan oleh penulis jurnal ini. namun sayangnya penulis memasukkan

kajian pustaka tersebut di dalam pendahuluan dan terkesan masih belum hierarki.

Artinya penulis menerangkan terlebih dahulu pendapat beberapa ahli tentang

membaca hingga pentingnya penggunaan media cerita bergambar. Namun di lain

paragraph penulis kembali membahas tentang apa makna masing-masing dari

media, media cerita bergambar, dan apa makna membaca nyaring itu.

Alangkah baiknya jika penulis memaparkan tentang bagaimana pentingnya

berkomunikasi menurut para ahli, kemudian apa yang dimaksud membaca,

bagaimana membaca nyaring itu dan mengapa penting untuk anak sekolah rendah,

lalu memaparkan makna media, kemudian media apa saja yang bisa digunakan,

dan diakhiri dengan penjelesanan media cerita bergambar yang akan diteliti

tersebut. memang sudah menjadi ciri karya ilmiah dengan mencantumkan gagasan

orang lain dan menuliskan sumber gagasan tersebut didapat. Penulis dalam usaha

Page 10: Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar

10 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r

menyuguhkan pendapat orang lain sudahlah cukup baik, hanya saja tetap perlu

diindahkan unsur keterpaduan antar satu pendapat dengan pendapat yang lainnya.

3) Metode penelitian

Sebagai koreksi atas beberapa kekurangan yang penelaah temukan dalam sub ini,

maka sebaiknya:

a) Penulis secara jelas dan tegas mencantumkan jenis metode yang digunakan

dalam penelitian sekalipun sudah disebutkan dalam abstrak yakni teknik

Penelitian Tindakan Kelas.

b) Penulis hendaknya secara jelas dan tegas menuliskan dimana populasi dan

sampel yang diteliti tersebut, seperti menuliskan “penelitian ini akan

berlangsung di kelas II SDN Margorejo III/405 Surabaya dengan jumlah

sampel sebanyak 35 siswa”.

c) Mungkin ini merupakan kelengahan penulis, setelah asyik memaparkan tahap-

tahap penelitian tersebut sehingga terlupa untuk memaparkan bagaimana

teknik pengumpulan data dan bagaimana pengembangan instrument.

Penjelesan kedua hal tersebut lazim dilakukan oleh para peneliti agar pembaca

senada dengan peneliti dalam menyikapi penelitian yang dilakukan.

d) Menurut penelaah, persiapan pengadaan instrument yang berupa media cerita

bergambar perlu dituliskan dengan jelas. Hal ini karena merupakan salah satu

rangkaian pada tahap persiapan penelitian.

e) Pada tahap refleksi, sebaiknya penulis memaparkan secara rinci bagaimana

dan siapa saja yang akan merefleksi data yang telah diperoleh tersebut.

4) Hasil dan pembahasan

a) Salah satu tujuan utama sub hasil dan pembahasan ialah untuk menjawab

tujuan penelitian sebagaimana dituliskan dalam pendahuluan. Sehingga

sewajarnya bila pola penulisan pun mengikuti hierarki tujuan penelitian.

Penulis sudah berusaha memberikan yang terbaik dalam pembahasan, namun

dalam sub hasil dan pembahasan penulis tidak memaparkan tujuan ketiga

penelitian, yakni mendeskripsikan kendala-kendala selama penelitian. Akan

tetapi dipaparkan pada sub simpulan dan saran.

b) Fungsi utama tabel atau grafik ialah untuk mempermudah pemahaman dan

sebagai pengganti redaksi. Sehingga sebaiknya penulis menyajikan tabel

secara sempurna sesuai fakta ataupun redaksi penjelasnya. Kejanggalan

ditemukan penelaah, ketika penulis menjelaskan bahwa penelitan akan

berlangsung selama 2 siklus dan masing-masing 4 kali pertemuan. Namun

penulis hanya menyajikan pembahasan dua kali pertemuan saja dalam tabel.

Hal ini tentu tidak sama dengan konsep yang diberikan.

c) Nilai ketuntasan belajar dan indicator keberhasilan menurut penelaah sangat

perlu dijelaskan sejak awal. Sehingga antara penulis dan pembaca memiliki

sepemahaman untuk memberikan penilaian atas hasil penelitian yang

dilakukan.

Page 11: Jurnal Pendidikan_Penggunaan Media Cerita Bergambar

11 | P e n g g u n a a n M e d i a C e r i t a B e r g a m b a r

d) Penulis haruslah konsisten. Artinya jika di dalam tabel tertuliskan dua siklus

dengan masing-masing dua kali pertemuan. Maka seharusnya penulis

menjelaskan masing-masing data secara detail sehingga mempermudah

pemahaman pembaca. Begitu halnya dengan tabel lainnya yang disajikan

dalam jurnal ini.

e) Sebaiknya penulis mencantumkan petunjuk waktu penelitian dilakukan

dengan jelas. Keterangan tersebut dapat berupa rentang waktu antara siklus I

berlangsung atau antara pertemuan 1 berlangsung menuju ke pertemuan 2, 3,

hingga 4.

5) Penutup dan simpulan

Menurut hemat penelaah, bahwa keberadaan simpulan sebagai suatu ringkasan

yang terpadu mewakili secara keseluruhan terhadap penulisan dari awal hingga

akhir. Sehingga pola bahasa dan tata penulisan perllu diatur sebaik mungkin agar

tulisan dapat ringkas dengan tanpa mengurangi makna yang sebenarnya.