jurnal p
-
Upload
bayu-perdana-putra -
Category
Documents
-
view
18 -
download
0
Transcript of jurnal p
Prosiding Seminar �asional Teknologi Pengolahan Limbah VI
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATA� ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
141
APLIKASI TEKIK UKLIR UTUK STUDI GEOKROOLOGI SEDIME
DI PERAIRA PATAI LOKASI TAPAK PLT UJUG LEMAHABAG,
SEMEAJUG MURIA
Heni Susiati*, Ali Arman Lubis**, Yarianto SBS*, Fepriadi*, Sarmin*
*) Pusat Pengembangan Energi Nuklir - BATAN
**) Pusat Aplikasi Teknologi Iradiasi - BATAN
ABSTRAK
Penyelidikan geokronologi dari 8 coring sedimen yang dikumpulkan dari perairan pantai
Semenanjung Muria telah dilakukan dengan menggunakan radionuklida alam 210Pb sebagai perunut melalui
analisis profil akumulasi unsupported 210Pb dalam sedimen. Sampel sedimen coring diambil menggunakan
gravity core dari 8 lokasi di daerah perairan pantai Semenanjung Muria, dan dilakukan preparasi serta
analisis dengan spektrometer alpha. Hasil analisis unsupported 210Pb menunjukkan bahwa lapisan paling
bawah yang dapat ditentukan dengan metode radionuklida alam 210Pb yaitu pada kedalaman coring sediment
antara 19 - 28 cm mempunyai umur 96 – 128 tahun.
ABSTRACT
This investigation of geochronology of eight sediment cores, collected from Muria peninsula
coastal has been carried out using natural radionuclide 210Pb as a tracer through the sediment accumulation
profile of unsupported 210Pb. Sediment samplse were collected using gravity core from 8 locations in Muria
Peninsula coastal area. Sample was prepared and then analyzed using alpha spectrometer. The result of
unsupported 210Pb analysis shows that at statios with the depth of 19 – 28 cm the sediment are 96 – 128 year
old.
PEDAHULUA
Salah satu kriteria pemilihan tapak
PLTN adalah aman dari faktor penolak
(exclusion factors). Disamping itu juga
dipertimbangkan factor kecocokan
(suitability factor) karena akan
mempengaruhi biaya konstruksi dan operasi
PLTN. Dinamika transport/ angkutan
sedimen pantai di tapak PLTN dimana
sebagian besar PLTN dibangun tidak jauh
dengan sumber air terbuka seperti perairan
pesisir laut yang digunakan sebagai fasilitas
air pendingin sebelum proses pembangunan
perlu dilakukan evaluasi yang mendalam.
Perairan Ujung Lemahabang sebagai calon
tapak PLTN saat ini telah mengalami proses
abrasi yang cukup mengkawatirkan. Hal ini
dikarenakan pesatnya pertumbuhan industri,
seperti adanya PLTU Tanjungjati,
penambangan pasir besi dan kepadatan
penduduk. Proses sedimentasi akan
menyebabkan terjadinya pendangkalan yang
cukup tinggi sehingga akibatnya dapat
mengganggu kegiatan kegiatan lalu lintas
transportasi peralatan berat di perairan laut
ke lokasi tapak pada waktu konstruksi
PLTN, sehingga permasalahan sedimentasi
harus dievaluasi dalam rencana
pembangunan PLTN. Sehubungan dengan
hal tersebut maka pada studi ini akan
dilakukan pemodelan transport sedimen di
perairan tersebut dalam rangka persiapan
pembangunan PLTN di Indonesia.
Penentuan umur sedimen sedimen
dengan teknik radioisotop alam 210Pb telah
digunakan secara luas baik di danau maupun
di perairan laut. Pengukuran aktivitas
spesifik 210Pb pada lapisan sedimen coring
dapat menentukan umur sedimen hingga
sekitar 150 tahun ke masa lampau. Sehingga
penentuan umur sedimen dengan 210Pb
sangat sesuai untuk digunakan sebagai tool
untuk kajian perubahan dan kejadian dalam
periode dimana aktivitas manusia mulai
memberi dampak pada lingkungan dengan
adanya perubahan yang signifikan pada
lingkungan sekitar.
Radionuklida 210Pb adalah salah satu
anak luruh 238U, keberadaannya dalam
sedimen berasal dari proses: (1). 226Ra
meluruh dan terbentuk gas 222Rn yang
terpancar ke udara hingga terbentuk 210Pb
excess (unsupported), kemudian turun ke
permukaan dan berikatan dengan partikel
suspensi dan mengendap bersamaan
membentuk lapisan sediment; (2) yang
terbentuk karena adanya peluruhan 226Ra
yang terdapat dalam sedimen tersebut
melalui proses kesetimbangan dan meluruh
menjadi 210Pb (supported).
Prosiding Seminar �asional Teknologi Pengolahan Limbah VI
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATA� ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
142
Penelitian ini bertujuan untuk estimasi
umur sediment menggunakan radionuklida
alam Pb-201 sebagai perunut melalui
analisis profil unsupported Pb-210 dalam
sedimen coring daerah Semenanjung Muria
sebagai data dasar dalam persiapan
pembangunan PLTN Muria.
BAHA DA METODE
Penelitian dilakukan di daerah pesisir
Semenanjung Muria yang direncanakan
sebagai lokasi untuk pembangunan PLTN.
Sampel sedimen core diambil pada bulan
Juni 2007 dengan titik sampling seperti
terlihat pada Gambar 1. Data lengkap
pengambilan sedimen core dicantumkan
pada Tabel 1.
Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel sedimen coring (titik 1 sampai dengan 11) di daerah
Pesisir Semenanjung Muria.
Prosiding Seminar �asional Teknologi Pengolahan Limbah VI
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATA� ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
143
Tabel 1. Data sedimen core.
Titik
sampling
Posisi Panjang
sampel (cm)
Kedalaman
(m) Remarks
Lintang Bujur
1. 060 23’ 99,3” 110
0 56’ 06,7” 44,5 3,5 St1
2. 060 23’ 42,2” 110
0 54’ 27,5” 47 4,5 St2
3. 060 23’ 18,4” 110
0 52’ 48,2” 43 8,5 St3
4. 060 23’ 32,6” 110
0 50’ 16,7” 36,5 9,5 St4
5. 060 24’ 01,0” 110
0 47’ 06,0” 35,5 11,5 St5
6. 060 22’ 30,3” 110
0 47’ 09,0” 50 24,5 St6
7. 060 24’ 00,2” 110
0 45’ 11,2” 43 21 St7
8. 060 25’ 49,1” 110
0 44’ 01,7” 46 12 St8
Pengambilan sampel dilakukan pada
bulan Juni 2007 di daerah pesisir
Semenanjung Muria. Sampel sedimen coring
diambil menggunakan gravity core dari
bahan stainles teel (housing) yang bagian
dalam dilapisi dengan pipa akrilik. Pipa
akrilik berfungsi untuk menghindari
kontaminasi logam berat pada sampel
sedimen. Sampel sedimen core didinginkan
dengan es batu untuk menghindari adanya
percampuran antar lapisan sedimen dan
posisi sedimen diupayakan selalu tegak.
Sampel yang telah beku selanjutnya
dipotong-potong setiap 1 cm pada bagian
atas, 2 cm pada bagian tengah dan 3 cm
pada bagian bawah.
Perlakuan sampel selanjutnya
dilaksanakan di laboratorium Kelautan dan
Kimia, Bidang Sumber Daya Alam dan
Lingkungan, Pusat Aplikasi Teknologi
Isotop dan Radiasi, BATAN.
Setiap lapisan sedimen ditimbang berat
basah dan selanjutnya dilakukan
pengeringan dengan oven pada suhu 600C
selama sekitar 3 hari. Pengeringan bertujuan
untuk mendapatkan persentase kandungan
air dalam sedimen. Sedimen yang telah
kering, digerus dengan mortar hingga halus
dan diambil 3 g untuk dianalisis kandungan 210Pb dan 1 g untuk kandungan logam berat.
Proses preparasi selanjutnya adalah
destruksi sedimen untuk analisis 210Pb.
Secara singkat adalah pada 3 g sampel
sedimen kering diteteskan larutan standar 209Po sebagai tracer sebanyak 0,169 Bq
sebagai tracer, ditambahkan 10 mL
HCl(1:1), 10 mL HNO3(1:1), 15 mL H2O
dan beberapa tetes H2O2 dan dipanaskan
pada suhu 800C sampai kering. Kemudian
ditambahkan 10 mL HCl (1:1) dan 40 mL
H2O dan dipanaskan dan disaring. Filtrat
dipanaskan sampai kering hingga terbentuk
endapan dan ditambahkan 4 mL HCl (1:1)
dan diaduk. Selanjutnya ditepatkan
volumenya menjadi 100 mL dengan
menambahkan HCl 0,3N dan juga
ditambahkan 400 mg asam askorbat. 50 mL
diambil untuk deposisi spontan 210Po dan
209Po pada tembaga (Cu) disk, sedangkan
sisanya sebanyak 50 mL digunakan untuk
pengukuran logam berat dengan metode
AAS.
Kedua isotop 210Po dan
209Po dicacah
dengan alpha spektrometer produksi
Canberra dengan detektor PIPS (Passiveted
Implanted Planar Silicon) area 450 mm2,
resolusi 20keV dan kondisi vakum.
Pencacahan dilakukan selama sekitar 3 jam
dan energi yang digunakan adalah 4,88 MeV
untuk 209Po (tracer) dan 5,305 MeV untuk
210Po. Pengukuran background dilakukan
pada periode yang sama dengan pengukuran
sampel dan hasilnya dikurangkan pada hasil
pengukuran sampel.
Metode APN, 200 mg masing-masing
lapisan sedimen core dari lokasi core 5, core
7 dan core 8 dimasukkan kedalam vial
kantong plastik dan digunakan standar
sedimen IAEA 405 sebagai pembanding.
Sedimen diiradiasi di Reaktor Riset
Siwabessy, PRSG - BATAN, kawasan
PUSPIPTEK Serpong.
Perhitungan aktivitas:
Aktivitas Pb-210 excess berubah
terhadap waktu sesuai dengan persamaan:
dengan C(o) adalah konsentrasi Pb-210
excess pada lapisan permukaan sedimen.
Sehingga umur (t) lapisan sedimen adalah;
Prosiding Seminar �asional Teknologi Pengolahan Limbah VI
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATA� ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
144
Kumulatif Pb-210 excess A pada
lapisan sedimen yang dibawah lapisan
tertentu pada waktu t menggunakan rumus;
Dengan A(o) adalah jumlah
total Pb-210 excess pada kolom sedimen, k
adalah konstanta peluruhan Pb-210,
, T1/2 Pb-210=22,3 tahun. A dan
A(o) dihitung dari penjumlahan Pb-210
excess sepanjang core. Sehingga umur
sedimen pada lapisan tertentu (lapisan x)
adalah:
HASIL DA PEMBAHASA
1. Porositas.
Hasil analisis persentase kandungan air
(porositas) sedimen core ditampilkan
pada Gambar 2a sampai dengan
Gambar 2h. Kadar air pada semua core
pada umumnya semakin berkurang
dengan bertambahnya kedalaman,
kecuali pada core stasiun-1 dan stasiun-
2. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
pemadatan lapisan sedimen pada lapisan
bawah oleh lapisan sedimen diatasnya.
Pada stasiun-1 dan stasiun-2, sedimen
diambil berdekatan dengan muara
sungai Tajung, Ujung Watu, pada
kedalaman hanya 3,5 m dan 4,5 m.
Tingginya dinamika air akibat seperti
pasang surut di daerah muara akan
mempengaruhi pelapisan sedimen di
daerah tersebut. Sedangkan pada core
yang lainnya diambil dari lokasi yang
cukup dalam, sehingga pengaruh dari
pasang surut tidak sebesar di daerah
muara atau tepi laut. Sedimen pada
seluruh sampel dari stasiun-1 sampai
dengan stasiun-8 mengandung lebih
banyak lumpur halus (clay). Demikian
juga pada sepanjang core dari lapisan
permukaan hingga lapisan paling bawah
pada masing-masing lokasi umumnya
mengandung lebih banyak clay.
Kandungan air (porositas) pada seluruh
sedimen core berkisar antara 40%
hingga 60% kecuali pada stasiun-3,
stasiun-4 dan stasiun-5 hingga mencapai
70% pada lapisan permukaan.
2. Umur sedimen.
Hasil pengukuran Pb-210 excess pada
masing-masing sedimen core dari stasiun-1
sampai dengan stasiun-8 dapat dilihat pada
Gambar 3a sampai Gambar 3h. Profil Pb-
210 excess umumnya berfluktuasi pada
seluruh core kecuali pada stasiun-6 yang
menurun secara linier dari permukaan
hingga lapisan paling bawah. Berdasarkan
pola kandungan Pb-210 excess tersebut
maka penentuan umur dan laju akumulasi
sedimen dilakukan dengan menggunakan
model CRS (Constant Rate of Supply).
Gambar 4 menunjukkan profil
geokronologi sedimen yang berada di
sepanjang perairan pantai Semenanjung
Muria.
Umur sedimen bervariasi untuk seluruh
sedimen core seperti terlihat pada Gambar
4a sampai Gambar 4h. Lapisan paling bawah
yang dapat ditentukan dengan metode
radionuklida alam 210Pb yaitu pada
kedalaman (20-22) cm dari core stasiun-1
berumur hingga 128 tahun, sedangkan
stasiun-2 pada kedalaman (25-28) cm
berumur 103 tahun, stasiun-3 pada
kedalaman (25-28) cm berumur 102 tahun,
stasiun-4 pada kedalaman (19-21) tahun
berumur 99 tahun, stasiun-5 pada kedalaman
(21-23) cm berumur 111 tahun, stasiun-6
pada kedalaman (24-27) tahun berumur 98
tahun, stasiun-7 pada kedalaman (17-19) cm
berumur 72 tahun dan stasiun-8 pada
kedalaman (19-21) tahun berumur 96 tahun.
KESIMPULA
Laju akumulasi sedimen di daerah
pesisir Semenanjung Muria menunjukkan
bahwa daerah sebelah timur tinggi yang
mencapai hampir dua kali dibandingkan
dengan sebelah barat terutama setelah tahun
1970-an. Sedangkan pada periode
sebelumnya menunjukkan laju akumulasi
yang hampir sama yaitu antara (0,5 -1)
kg/m2.tahun untuk kedua daerah barat dan
timur. Besarnya laju akumulasi sedimen
kemungkinan karena kontribusi dari sungai-
sungai yang bermuara ke daerah
Semenanjung Muria serta kemungkinan
Prosiding Seminar �asional Teknologi Pengolahan Limbah VI
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATA� ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
145
adanya abrasi di daerah pesisir timur
Semenanjung Muria.
SARA
Penelitian laju akumulasi sedimen
di daerah Semenanjung Muria dilakukan
menggunakan radionuklida alam 210Pb.
Dalam metode ini belum diperoleh arah
sedimentasi dan sumber dari sedimen
tersebut. Oleh karena itu disarankan untuk
menggunakan metode radioperunut buatan
(tracer) seperti Ir-192, Sc-47 dan
radioperunut lainnya untuk mendapatkan
informasi yang lebih lengkap tentang
sedimentasi di daerah Semenanjung Muria.
Hal ini sangat penting dilakukan untuk
mendukung data sedimentasi dalam kegiatan
rencana pembangunan PLTN di daerah
Semenanjung Muria. Selanjutnya penelitian
dengan teknik perunut buatan dapat
digunakan untuk mendapatkan pola
distribusi dan arah pergerakan polutan di air
laut. Disamping itu dengan teknik perunut
buatan tersebut akan memberikan informasi
tentang laju sedimentasi dan arah pergerakan
sedimen dalam kaitannya dengan
kemungkinan adanya kontribusi dari PLTU
yang lokasinya sangat berdekatan dengan
rencana lokasi PLTN, yang kemungkinan
PLTU juga memberikan perubahan terhadap
lingkungan sekitar pesisir Semenanjung
Muria.
DAFTAR PUSTAKA
1. Crickmore, M.J., Tazioli, G.S.,
Appleby, P.G., and Oldfield, F., The
use of nuclear techniques in sediment
transport and sedimentation problems,
International Hydrological Programme,
UNESCO, (1990).
2. IAEA-TECDOC 298, Radioisotopes in
sediment studies, (1983).
3. Sanchez-Cabeza, J.A., Masque, P.,
Schell, W.R., Palanques, A., Valiente,
M., Palet, C., Obiol, R.P., and Cano,
J.P., Record of anthropogenic
environmental impact in the
continental shelf north of Barcelona
city, Proceeding of a symposium,
IAEA, 1993.
4. Hancock, G.J. and Hunter, J.R, Use of
excess 210Pb and
228Th to estimate rates
of sediment accumulation and
bioturbation in Port Philip Bay,
Australia, Marine and Freshwater
Research, (1999).
5. Sanchez-Cabeza, J.A., Masque’, P.,
Ani-Ragolta, I., Merino, J., Frignani,
M., Alvisi, F., Palanques, A. and Puig,
P., Sediment accumulation rates in the
southern Barcelona continental margin
(NW Mediteranean Sea) derived from 210Pb and
137Cs chronology, Progress in
Oceanograhpy, 44 (1999).
6. IAEA-TECDOC 1360, Collection and
preparation bottom sediment sampels
for analysis of radionuclides and trace
elements, July 2003.
7. Theng, T.L., Ahmad, Z. and
Mohammed A.R., Estimation of
sedimentation rates using 210Pb and
210Po at the coastal water of Sabah,
Malaysia, Journal of Radioanalytical
and Nuclear Chemistry, vol 256, no.1,
(2003).
8. Kumar, U.S., Navada, S.V., Rao, S.M.,
Nachiappan, Rm.P., Kumar ,B.,
Krishnamoorthy, T.M., Jha, S.K., and
Shukla, V.K., Determination of recent
sedimentation rates and pattern in Lake
Naini, India by 210Pb and
137Cs dating
techniques, Applied Radiation and
Isotopes, 51 (1999).
9. Lubis, A.A., Yatim, S., Aliyanta, B.,
dan Menry, Y., Estimasi laju
akumulasi sedimen daerah Teluk
Jakarta dengan teknik radionuklida
alam unsupported 210Pb, Prosiding
Seminar Ilmiah Aplikasi Teknologi
Isotop dan Radiasi, BATAN, 2004.
10. Arman A, dan Mellawati.J, Penentuan
Uranium dan Thorium Sedimen Laut
dengan Metode Aktif dan Pasif,
Risalah Pertemuan Ilmiah Penelitian
dan Pengembangan Aplikasi Isotop
dan Radiasi 2001 PATIR-BATAN, 6-7
November 2001.
11. Arman, A. dan Aliyanta, B.,
Preliminary study of Sediment Ages
and Accumulation Rates in Jakarta
Bay Derived from Depth Profiles of
Unsupported 210
Pb, Indonesian Journal
of Chemistry, UGM, Yogyakarta,
2006.
12. Arman, A., Distribution of Natural and
Anthropogenic Radionulides in
Surficial Sediment of Jakarta Bay,
Jurnal SAINTIKA (Sain, Teknologi
dan Rekayasa), Vol :6 No: 2,
September 2006, ISSN: 1412-2995,
Akredatasi No: 23a/DIKTI/Kep/2004,
Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Medan.
Prosiding Seminar �asional Teknologi Pengolahan Limbah VI
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATA� ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
146
13. Arman, A., Constant Rate of Suply
(CRS) Model for Determining the
Sediment Accumulation Rates in the
Coastal Area Using 210
Pb. Journal of
Coastal Development, Vol: 10 No: 1,
Oktober 2006, ISSN: 1410-5217,
Akreditasi B, No:
23a/DIKTI/Kep/2004, Lembaga
Penelitian Universitas Diponegoro dan
Asosiasi Oseanologi Indonesia.
14. Arman, A. Instrumental �eutron
Activation Analysis (I�AA) of
Cisadane Estarine Sediments, Jurnal
Natur Indonesia, Vol. 10 no. 2,
Oktober 2007, Akreditasi B, No
52/DIKTI/Kep/2002, Lembaga
Penelitian Universitas Riau.
15. Arman, A. Pandu, W., Andayani, S.,
dan Bambang, Umur dan Laju
Sedimentasi Daerah Perairan Laut
Padang, Sumatera Barat, Penelitian
bersama Tsunami Early Warning
System (TEWS) kordinasi Menristek,
dengan Tim terdiri dari BPPT, Badan
Riset Kelautan dan Perikanan, Dep.
Kelautan, PATIR-BATAN dan IPB,
UNPAD, Laporan kegiatan, unpublish,
2006.
Prosiding Seminar �asional Teknologi Pengolahan Limbah VI
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATA� ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
147
Gambar 2a. Stasiun-1 Gambar 2b. Stasiun-2 Gambar 2c. Stasiun-3
Gambar 2d. Stasiun-4 Gambar 2e. Stasiun-5 Gambar 2f. Stasiun-6
Gambar 2g. Stasiun-7 Gambar 2h. Stasiun-8
Gambar 2. Porositas Sedimen
Prosiding Seminar �asional Teknologi Pengolahan Limbah VI
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATA� ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
148
Gambar 3a. Stasiun-1 Gambar 3b. Stasiun-2 Gambar 3c. Stasiun-3
Gambar 3d. Stasiun-4 Gambar 3e. Stasiun-5 Gambar 3f. Stasiun-6
Gambar 3g. Stasiun-7 Gambar 3h. Stasiun-8
Gambar 3. Profil Aktivitas Pb-210
Prosiding Seminar �asional Teknologi Pengolahan Limbah VI
Pusat Teknologi Limbah Radioaktif-BATA� ISSN 1410-6086
Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi-RISTEK
149
Gambar 4a. Stasiun-1 Gambar 4b. Stasiun-2 Gambar 4c. Stasiun-3
Gambar 4d. Stasiun-4 Gambar 4e. Stasiun-5 Gambar 4f. Stasiun-6
Gambar 4g. Stasiun-7 Gambar 4h. Stasiun-8
Gambar 4. Profil geokronologi sedimen yang berada di sepanjang perairan pantai
Semenanjung Muria