Jurnal p Sidik

download Jurnal p Sidik

of 18

Transcript of Jurnal p Sidik

BAB 1

11

PENGARUH SUHU DAN PENERANGAN EFEKTIF SERTA MOTIVASI KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS KARYAWAN OPERATOR JAHIT DI PT. SAMHONG TULUNGAGUNGM.Sidik Argana1), Surachman2), Ishardita Pramuninditya3),ABSTRAK

PT. Samhong sebagai salah satu industri garmen di Tulungagung sedang mengalami fenomena penurunan semangat kerja yang membawa efek sangat besar bagi perusahaan. Dalam usaha mengatasi masalah tersebut, perusahaan dihadapkan pada kenyataan bahwa dalam dunia perilaku kerja terdapat dua perspektif yaitu yang pertama adalah teori tradisional yang menyebutkan bahwa untuk meningkatkan atau mendorong motivasi kerja karyawan dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan mereka atau dengan menghilangkan faktor yang menyebabkan ketidaknyamanan kerja sehingga secara langsung mereka akan termotivasi. Namun disisi lain Hersberg dalam teori dua faktornya yang dikuatkan oleh Seung Youn (Yonnie) Chyung (2002) menyebutkan bahwa dengan menghilangkan faktor yang menyebabkan karyawan tidak nyaman tidak secara langsung akan memotivasi karyawan. Untuk itulah dalam penelitian adalah mencoba mengkaji apakah teori dua faktor Hersberg khususnya faktor Hygiene untuk kondisi lingkungan kerja fisik khususnya faktor suhu dan penerangan efektif apakah masih relevan digunakan dalam upaya peningkatan motivasi dan produktivitas kerja karyawan ataukah teori tradisional yang lebih relevan .

Dalam penelitian digunakan analisis jalur (Path Analysis) untuk menganalisis hubungan positif dari perlakuan pada faktor suhu dan penerangan efektif sebagai variabel eksogen (X1 dan X2) terhadap motivasi kerja sebagai variabel intervening (Y) dan produktivitas kerja sebagai variabel endogen (Z). Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan pengumpulan data kualitatif persepsi karyawan di PT Samhong sebagai responden terhadap variabel X,Y dan Z. Setelah melalaui tahap pengujian validitas dan reliabilitas, data kuisioner yang masih berupa data ordinal dalam skala Linkert 1 sampai 5 ditransformasi ke dalam skala interval dengan metode MSI (Method of Sucessive Interval) maka dilanjutkan dengan pengolahan data dengan analisis jalur terhadap dua sub struktur yang dibuat yaitu X1,X2 terhadap Y dan X1,X2,Y terhadap Z dengan metode analisis jalur model trimming.

Dari hasil analisis yang dilakukan didapatkan hasil bahwa perlakuan pada faktor suhu dan penerangan efektif tidak berpengaruh signifikan terhadap motivasi dan produktivitas sehingga dapat dikatakan bahwa model struktur yang dibuat tidak cukup mewakili untuk bisa menjelaskan hubungan positif perlakuan pada suhu dan penerangan efektif dapat meningkatkan motivasi dan produktivitas. Jadi berdasarkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa Teori Dua Faktor Herzberg benar dan masih relevan yaitu bahwa faktor motivasi khususnya faktor Hygiene yang termasuk kondisi fisik lingkungan kerja hanya merupakan faktor yang hanya menjaga motivasi saja tetapi tidak mendorong peningkatan motivasi.Kata Kunci : Suhu dan penerangan efektif, Motivasi, produktivitas, Teori dua faktor Herzberg, Analisis JalurABSTRACT

PT. Samhong as one of industrial garmen at Tulungagung has been work dispiriting phenomenon. In order to solve that problem, firm is faced up in fact that there were two perspectives which is the first are traditional motivation theorism which thought that if we want to increase work motivation employee by meeting their needs or remove uncomfortableness causative work factor so directly they will be motivated. But the other side at Hersberg's Theorism that backed up by Seung Youn (Yonnie) Chyung (2002) thought removing causative factor an employee not directly will motivate employee. Based on that condition, this research is try to study two Hersberg's factors theorism especially Hygiene factor of physical work condition in particular temperature factor and effective lightings still relevant or not be utilized.

In this research was utilized Path Analysis for analizing positive relationship of conduct on temperature and effective lighting factor as exogenous variable (X1 and X2) to increase work motivation as intervening variable (Y. ) and work productivity as endogen variable (Z. ). First step that in this research is collected qualitative's data of employee perception in X,Y and Z variable by using quitionare. Afters validity and reliability test phase, quisionares data that is still as ordinal's data in Linkert's scale 1 until 5 been transformed into interval scale with MSI'S method (Method of Sucessive Interval) therefore followed by analizing of two substructured that were made which is X1,X2 to Y. and X1,X2,Y. to Z. with trimming's model path analyis..

From analysis's result,been gotten that conducting on temperature factor and effective lighting is not significant to increase motivation and productivity. So based on that,it can be concluded that Two Herzberg's Factors Theorism is still relevant included Hygiene factor which just as constitute factor for keeping motivation only but not increasing motivation. Key word: Temperature and effective lighting, Motivation, Productivity, Two factors Herzberg's Motivation Theorism, Path Analysis

PENDAHULUAN

PT. Samhong sebagai salah satu industri garmen di Tulungagung menurut informasi dari pihak perusahaan dan berdasarkan observasi yang langsung di lapangan saat ini sedang mengalami fenomena penurunan semangat kerja yang membawa efek yang sangat besar bagi perusahaan. (Sumber : Wawancara Pimpinan PT. Samhong Tulungagung,Januari 2008).

Kondisi tersebut menurut L.N Jewell & Marc Siegall (1990: 554) dikatakan sebagai kondisi kehilangan semangat (motivasi) kerja dimana merupakan salah satu bentuk reaksi ekstrim dari stres yang berkaitan dengan kerja. Secara umum penyebab munculnya stres diantaranya (Dwiyanti, 2001:77-79) adalah kondisi lingkungan kerja fisik dimana bisa berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Dan Perlman dan Hartman (1982) menyimpulkan bahwa kehilangan semangat kerja (motivasi kerja) mungkin didefinisikan sebagai tanggapan terhadap stres emosional kronis yang salah satunya dikarakteristikan dengan produktivitas kerja rendah.

Dari deskripsi tersebut diatas terdapat tiga faktor yang saling berkaitan yaitu stres, motivasi dan produktivitas kerja. Penelitian penelitian yang mendukung adanya hubungan yang kuat antara stres kerja dengan sumbernya yang bervariasi, motivasi dan kinerja atau performansi kerja karyawan diantaranya dilakukan oleh Yani Syafei dan Erwin Maulana Pribadi (2003), Goh See Bena dkk (2004) ,Sundring Pantja Djati (1999), Ossama A. Abdou dkk (1997), June J. Pilcher dkk (2002), Laura Pekkarinen (2007), Zafir Mohamed Makhbul dkk (2007) , Preethi Prakash (2005), Arthur P. Brief and Howard M.Weiss (2002), Derek J.Clements-Croome (2003) Dalam usaha meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja karyawan tersebut, perusahaan dihadapkan pada kenyataan bahwa dalam dunia perilaku kerja terdapat dua perspektif yaitu yang pertama adalah teori tradisional yang menyebutkan bahwa untuk meningkatkan atau mendorong motivasi kerja karyawan dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan mereka seperti kebutuhan primer, sekunder maupun tersier atau dengan menghilangkan faktor yang menyebabkan ketidaknyamanan kerja sehingga secara langsung mereka akan termotivasi.

Namun disisi lain Hersberg dalam teori dua faktornya yang dikuatkan oleh Seung Youn (Yonnie) Chyung (2002) menyebutkan bahwa dengan menghilangkan faktor yang menyebabkan karyawan tidak nyaman tidak secara langsung akan memotivasi karyawan.

Jadi antara faktor yang memotivasi dan mengarahkan karyawan pada kepuasan kerja atau sering disebut faktor motivator adalah sesuatu hal yang jauh berbeda dengan faktor yang menyebabkan karyawan merasa tidak puas atau hanya menjaga motivasi karyawan saja yang sering disebut faktor Hygiene diantaranya adalah kondisi kerja misalnya suhu dan penerangan ruang kerja.Jadi permasalahan yang diangkat dalam penelitian adalah mencoba mengkaji apakah teori dua faktor Hersberg khususnya faktor Hygiene untuk kondisi lingkungan kerja fisik khususnya faktor suhu dan penerangan efektif masih relevan digunakan dalam upaya peningkatan motivasi dan produktivitas kerja karyawan ataukah teori tradisional yang lebih relevan.

Dari hasil penelitian ini diharapkan perusahaan yaitu PT Samhong dapat mengetahui bagaimana sebenarnya hubungan antara kondisi suhu dan penerangan ruang kerja dengan motivasi dan produktivitas karyawan operator jahit di PT Samhong Tulungagung. Dari hubungan yang didapatkan nantinya diharapkan dapat diketahui perlakuan yang tepat terhadap karyawan berkaitan kondisi suhu dan penerangan yang bisa diterima karyawan dan bisa meningkatkan motivasi dan produktivitas mereka.

Dalam rangka mencapai tujuan penelitian tersebut maka perlu dibuat batasan masalah sebagai berikut :

a. Variable dependent dalam penelitian ini adalah (X1) suhu dan penerangan (X2) efektif serta motivasi kerja (X3) sebagai variabel antara (intervening) sedangkan variabel independent adalah produktivitas karyawan (Y).

b. Variabel suhu dan penerangan efektif adalah suhu penerangan yang dirasakan nyaman berdasarkan persepsi karyawan bukan variabel secara teknis.

c. Perlakuan pada variabel suhu dan penerangan dilakukan pada dua kondisi yaitu mulai dari kondisi karyawan merasa tidak nyaman meningkat pada kondisi dimana karyawan merasa nyaman.

d. Selama penelitian diasumsikan tidak terjadi perubahan yang signifikan pada kondisi ruang kerja operaor jahit di PT Samhong.

TINJAUAN PUSTAKA

1.Tinjauan Empiris Penelitian Terdahulu

Penelitian penelitian yang mendukung adanya hubungan yang kuat antara stres kerja dengan sumbernya yang bervariasi, motivasi dan kinerja atau performansi kerja karyawan diantaranya dilakukan oleh Yani Syafei dan Erwin Maulana Pribadi (2003), Goh See Bena dkk (2004) ,Sundring Pantja Djati (1999), Ossama A. Abdou dkk (1997), June J. Pilcher dkk (2002), Laura Pekkarinen (2007), Zafir Mohamed Makhbul dkk (2007) , Preethi Prakash (2005), Arthur P. Brief and Howard M.Weiss (2002), Derek J.Clements-Croome (2003)

Namun dalam kenyataannya bahwa dalam dunia perilaku kerja menurut perspektif teori tradisional untuk meningkatkan atau mendorong motivasi kerja karyawan dapat dilakukan dengan memenuhi kebutuhan mereka seperti kebutuhan primer, sekunder maupun tersier atau dengan menghilangkan faktor yang menyebabkan ketidaknyamanan kerja sehingga secara langsung mereka akan termotivasi.

Disisi lain Hersberg dalam teori dua faktornya yang dikuatkan oleh Seung Youn (Yonnie) Chyung (2002) menyebutkan bahwa dengan menghilangkan faktor yang menyebabkan karyawan tidak nyaman tidak secara langsung akan memotivasi karyawan. 2.Tinjauan Teori

Fenomena Stres Kerja

Ada beberapa alasan mengapa masalah stres yang berkaitan dengan organisasi perlu diangkat ke permukaan pada saat ini. Di antaranya menurut (Nimran, 1999:79-80) adalah:

1. Masalah stres adalah masalah yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan, dan posisinya sangat penting dalam kaitannya dengan produkttfitas kerja karyawan. L.N Jewell & Marc Siegall (1990: 554) menuliskan bahwa Sindrom tersebut dapat disebut sebagai kehilangan semangat (motivasi) kerja dimana merupakan salah satu bentuk reaksi ekstrim dari stres yang berkaitan dengan kerja .Dalam review yang komprehensif tentang masalah ini, Perlman dan Hartman (1982) menyimpulkan bahwa kehilangan semangat kerja (motivasi kerja) mungkin didefinisikan sebagai tanggapan terhadap stres emosional kronis yang dikarakteristikan dengan produktivitas kerja rendah, kelelahan emosi atau fisik (atau keduanya), ......

2. Selain dipengaruhi oleh faktor-faktor yang bersumber dari luar organisasi, stress juga banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam organisasi. Oleh karenanya perlu disadari dan dipahami keberadaannya.

3. Pemahaman akan sumber-sumber stres yang disertai dengan pemahaman terhadap cara-cara mengatasinya, adalah penting sekali bagi karyawan dan siapa saja yang terlibat dalam organisasi demi kelangsungan organisasi yang sehat dan efektif.

Terdapat dua faktor penyebab atau sumber munculnya stres kerja, yaitu faktor lingkungan kerja dan faktor personal (Dwiyanti, 2001:75). Faktor lingkungan kerja dapat berupa kondisi fisik.

Secara umum penyebab munculnya stres diantaranya (Dwiyanti, 2001:77-79) adalah kondisi lingkungan kerja. Kondisi lingkungan kerja fisik ini bisa berupa suhu yang terlalu panas, terlalu dingin, terlalu sesak, kurang cahaya, dan semacamnya. Hubungan antara Motivasi, Kinerja, dan Stres

Gambar 2.2 Hubungan Motivasi, Prestasi (kinerja), dan Stres

*) Sumber : Suprihanto, dkk (2003:64)Dari Gambar 2.2 tampak jelas bahwa stres yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan tingkat prestasi (kinerja) yang rendah (tidak optimum). Bagi seorang manajer (pimpinan) tekanan-tekanan yang diberikan kepada seorang karyawan haruslah dikaitkan dengan apakah stres yang ditimbulkan oleh tekanan- tekanan tersebut masih dalam keadaan wajar. Stres yang berlebihan akan menyebabkan karyawan tersebul frustrasi dan dapat menurunkan prestasinya,sebaliknya stres yang terialu rendah menyebabkan karyawan tersebut tidak bermotivasi untuk berprestasi.Kenyamanan suhu dan faktor iklim ruang kerja

Eko Nurmianto (2004: 271 dalam bukunya menyebutkan bahwa faktor iklim dalam ruangan menurut Grandjean (1986) adalah suatu kondisi fisik sekeliling dimana manusia melakukan suatu aktivitas tertentu yang meliputi hal hal sebagai berikut : (1) temperatur udara, (2) temperatur permukaan sekeliling, (3) kelembaban udara, (4) aliran perpindahan udara. Dan mengenai kenyamanan suhu atau suhu efektif yang dirasakan nyaman oleh manusia adalah selama faktor iklim dalam ruangan tersebut masih dalam batas kenyamanan maka tidak ada masalah, namun jika sudah berada di luar batas kenyamanan akan menjadi sebuah bahasan menarik.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) tentang nilai suhu nyaman yang direkomendasikan adalah sebagai berikut :

1. Kerja ringan

= 30 o C

2. Kerja sedang

= 28 o C

3. Kerja berat

= 26 o C

4. Kerja sangat berat

= 25 o CPenerangan di tempat kerja

L.N Jewell & Marc Siegall (1990: 295 297) menyebutkan penerangan efektif berkaitan dengan kenyamanan tingkat penerangan tempat kerja yang dirasakan nyaman oleh manusia adalah selama faktor tersebut masih dalam batas kenyamanan maka tidak ada masalah, namun jika sudah berada di luar batas kenyamanan akan dapat mengganggu fungsional organ yang berkenaan yaitu mata.

Pertanyaan pertanyaan yang sering muncul berkaitan dengan hal itu adalah mengenai berapa jumlah cahaya (luminaries), jenisnya, dan penempatannya di tempat kerja. Meskipun persepsi tentang penerangan,dapat berbeda beda sesuai dengan kemampuan penglihatan perorangan dan kondisi ruangan, tetapi variasinya tidak terlalu dramatis. Karena itu, pengukuran penerangan, paling tidak dalam pengertian fisik, lebih tidak ada masalah. Spesifikasi penerangan hampir selalu diberikan dalam ukuran baku dari penerangan yaitu footcandles.Motivasi Kerja

Motivasi merupakan masalah kompleks dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas dasar proses belajar yang berbeda pula (Suprihanto dkk, 2003:41).Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja

Menurut Frederick Herzberg (dalam Masithoh, 1998:20) mengembangkan teori hierarki kebutuhan Maslow menjadi teori dua factor tentang motivasi. Dua faktor itu dinamakan faktor pemuas (motivation factor) yang disebut dengan satisfier atau intrinsic motivation dan faktor pemelihara (maintenance factor) yang disebut dengan disatisfier atau extrinsic motivation.

Faktor pemuas yang disebut juga motivator yang merupakan faktor pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri seseorang tersebut (kondisi intrinsik) antara lain:

Prestasi yang diraih (achievement)

Pengakuan orang lain (recognition)

Tanggungjawab (responsibility)

Peluang untuk maju (advancement)

Kepuasan kerja itu sendiri (the work it self)

Kemungkinan pengembangan karir (the possibility of growth)

Sedangkan faktor pemelihara (maintenance factor) disebut juga hygiene factor merupakan faktor yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan untuk memelihara keberadaan karyawan sebagai manusia, pemeliharaan ketentraman dan kesehatan. Faktor ini juga disebut dissatisfier (sumber ketidakpuasan) yang merupakan tempat pemenuhan kebutuhan tingkat rendah yang dikualifikasikan ke dalam faktor ekstrinsik, meliputi:

Kompensasi

Keamanan dan keselamatan kerja

Kondisi kerja

Status

Prosedur perusahaan

Mutu dari supevisi teknis dari hubungan interpersonal di antara teman sejawat, dengan atasan, dan dengan bawahan.Produktivitas/ Kinerja

Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik untuk individu maupun keiompok menjadi pusat perhatian dalam upaya meningkatkan kinerja organisasi (Robert L. Mathis & John H. Jackson, 2002:78).Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Para pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja antara satu karyawan dengan karyawan, lainnya yang berada di bawah pengawasannya. Walaupun karyawan-karyawan bekerja pada tempat yang sama namun produktifitas mereka tidaklah sama. Secara garis besar perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor (As'ad, 1991:49), yaitu : faktor individu dan situasi kerja. Menurut Gibson, et al (dalam Srimulyo, 1999:39), ada tiga perangkat variabel yang mempengaruhi perilaku dan prestasi kerja atau kinerja, yaitu:

1. Variabel individual2. Variabel organisasional3. Variabel psikologisMenurut Tiffin dan Mc. Cormick (dalam Srimuiyo, 1999:40) ada dua variabel yang dapat mempengaruhi kinerja, yaitu:

1. Variabel individual, meliputi: sikap, karakteristik, sifat-sifat fisik, minat dan motivasi, pengalaman, umur, jenis kelamin, pendidikan, serta faktor individual lainnya.

2. Variabel situasional:

a.Faktor fisik dan pekerjaan, terdiri dari; metode kerja, kondisi dan desain perlengkapan kerja, penataan ruang dan lingkungan fisik (penyinaran, temperatur, dan ventilasi)

b.Faktor sosial dan organisasi, meliputi: peraturan-peraturan organisasi, sifat organisasi, jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.

Sutemeister (dalam Srimulyo, 1999:40-41) mengemukakan pendapatnya, bahwa kinerja dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:1. Faktor Kemampuan

a.Pengetahuan:Pendidikan,pengalaman, latihan dan minat

b.Ketrampilan :Kecakapan dan kepribadian.

2. Faktor Motivasia. Kondisi social : organisasi formal dan informal, kepemimpinan dan

b. Serikat kerja kebutuhan individu : fisiologis, sosial dan egoistic

c. Kondisi fisik : lingkungan kerja.Analisis Jalur (Path Analysis)

Imam Ghozali, (2002 :174) dalam bukunya menyebutkan bahwa analisis jalur merupakan perluasan dari analisa regresi linier berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisa regresi untuk menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model casual) yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan teori.

Prosedur ini dapat mengestimasi koefisien-koefisien sejumlah persamaan struktural linear yang mewakili hubungan sebab akibat yang dihipotesakan. Sistem hubungan sebab akibat tersebut mencakup dua jenis variabel yaitu peubah bebas atau peubah penyebab (x1, x2, ...,xq) dan peubah terikat atau peubah akibat (y1, y2, ...,yp).

Berbeda dengan persamaan regresi dimana pengaruh peubah bebas terhadap peubah terikat hanya berbentuk pengaruh langsung, dalam persamaan struktural linear pengaruh peubah bebas terhadap peubah terikat dapat berupa pengaruh langsung dan tidak langsung.

Pengaruh tidak langsung dari suatu peubah bebas terhadap suatu peubah terikat adalah melalui peubah lain yang disebut intervening variable atau peubah antara. Pengaruh total peubah bebas terhadap peubah terikat tersebut merupakan penjumlahan dari pengaruh langsung dan seluruh pengaruh tidak langsung. Desain Eksperimen

Desain eksperimen merupakan langkah-langkah lengkap yang perlu diambil sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan dapat diperoleh sehingga akan membawa pada analisa yang obyektif dan kesimpulan yang berlaku untuk masalah yang dibahas.

Dalam desain eksperimen terdapat beberapa prinsip-prinsip dasar, antara lain :

a. Perlakuan

b. Unit Eksperimenc. Kekeliruan Eksperimend. Replikasi

e. Pengacakan

f. Kontrol localUji Statistika. Uji Validitas

Uji validasi digunakan untuk mengetahui valid tidaknya instrument pengukuran, dimana instrument dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang semestinya diukur atau mampu mengukur apa yang ingin dicari secara tepat (Walpole, 1995). b. Uji Reliabilitas

Singarimbun dan Effendi seperti dikutip oleh Komalasari (2007) menyatakan bahwa uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.

Keandalan disini menunjukkan kemantapan dan ketetapan dari suatu alat ukur. Wallizer dan Wiener (dalam Indratno: 2003) menyatakan bahwa suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila selalu memperoleh hasil yang tetap sama dari gejala pengukuran tidak berubah yang dilakukan pada waktu yang berbeda-beda.. Metode yang digunakan adalah metode Alpha Cronbach KERANGKA KONSEP PENELITIAN

Permasalahan yang harus diselesaikan dalam penelitian ini adalah bagaimana sebenarnya hubungan antara perlakuan pada suhu dan penerangan efektif kaitannya dengan upaya peningkatan motivasi dan produktivitas kerja karyawan perusahaan.

Dan untuk menemukan jawaban sebagai solusi dari permasalahan tersebut maka ada hal yang harus diperhatikan adalah dalam dunia perilaku kerja menurut Herzberg dalam teori dua faktornya menyebutkan bahwa dengan menghilangkan faktor yang menyebabkan karyawan kurang nyaman tidak secara langsung akan memotivasi karyawan.

Untuk lebih jelasnya kerangka konsep dari penelitian ini dapat digambarkan dalam gambar diagram berikut ini :

Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran

Hipotesis Penelitian

Bertitik tolak dari permasalahan yang diajukan dan tujuan penelitian serta tinjauan pustaka yang relevan dengan permasalahan serta alternatif solusi, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Perlakuan faktor suhu dan penerangan ruang kerja berpengaruh signifikan terhadap peningkatan motivasi dan produktivitas karyawan operator jahit di PT Samhong Tulungagung 2. Perlakuan faktor suhu dan penerangan ruang kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan motivasi dan produktivitas karyawan operator jahit di PT Samhong Tulungagung sesuai dengan Teori Dua Faktor Herzberg METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif, dengan menggunakan metode survey dan eskperimen acak sempurna dengan 5 kali replikasi serta 2 perlakuan yaitu :

1). Perlakuan 1

Tanpa blower

Tanpa lampu neon

Jendela dan pintu dibuka

2). Perlakuan 1

Dengan blower

Dengan lampu neon

Jendela dan pintu dibuka

Populasi

Seluruh karyawan divisi produksi (operator jahit) yang berjumlah sebanyak 50 orang, digunakan semua dalam penelitian ini (metode sensus) Variabel Penelitian

1. Variabel Eksogen :Suhu (X1) dan penerangan

efektif (X2)

2. Variabel intervening :Motivasi Kerja (Y)

3. Variabel Endogen :Produktivitas karyawan (Z)Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel atau dapat dikatakan semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Zainuddin dalam Widyantoro, 1999:54). Definisi operasional variabel berisikan indikator-indikator dari suatu variabel, yang memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang relevan untuk variabel tersebut. Dalam penelitian ini, definisi operasional variabelnya adalah sebagai berikut:a. Suhu efektif (X1) :

Dalam penelitian ini yang dimaksud suhu efektif adalah suhu atau iklim ruangan yang nyaman yang bukan diukur secara teknis namun adalah persepsi nyaman operator jahit secara psikologis terhadap kondisi suhu lingkungan kerja sebagai akibat perlakuan eksperimen yang diterapkan dan ditunjukkan dari jawaban responden (operator jahit) pada kuisioner yang disebarkan.

b. Penerangan efektif (X2):

Dalam penelitian ini yang dimaksud penerangan efektif adalah tingkat penerangan tempat kerja yang dirasakan nyaman oleh manusia bukan diukur secara teknis namun adalah persepsi nyaman operator jahit secara psikologis terhadap kondisi penerangan lingkungan kerja sebagai akibat perlakuan eksperimen (yang diterapkan yang didasarkan dari uraian faktor secara teknis diatas) dan ditunjukkan dari jawaban responden (operator jahit) pada kuisioner yang disebarkan. c. Motivasi Kerja (Y)

Motivasi kerja dalam penelitian ini adalah persepsi responden (operator jahit) untuk berperilaku yang lebih bersemangat sebagai respon terhadap kondisi fisik ruang kerja dan terwujud pada jawaban kuisioner yang disebarkan.d. Produktivitas Karyawan (Z)

Dalam penelitian ini produktivitas kerja yang dimaksud adalah produktivitas karyawan (operator jahit) yang diukur dari persepsi dari operator jahit akan jumlah unit produk pakaian dalam yang dihasilkan dan waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu unit produk tersebut pada saat perlakuan dibandingkan dengan kondisi awal sebelum perlakuan.

Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data di lapangan melalui observasi dan eksperimen adalah kuisioner dan pengukuran langsung. Dalam setiap kuisioner yang digunakan terdapat empat model pertanyaan dimana pertanyaan yang pertama berkaitan dengan bagaimana pendapat setiap operator jahit terhadap perlakuan variabel suhu efektif yang diterapkan dalam eksperimen. Pertanyaan kedua berkaitan dengan bagaimana pendapat setiap operator jahit terhadap perlakuan variabel penerangan efektif yang diterapkan dalam eksperimen. Pertanyaan ketiga berkaitan dengan bagaimana pendapat setiap operator jahit dari dua perlakuan variabel suhu dan penerangan efektif yang diterapkan dalam eksperimen dalam hubungannya terhadap perilaku motivasi kerja mereka. Pertanyaan model keempat berkaitan dengan bagaimana persepsi karyawan operator jahit tentang tingkat produktivitas mereka dalam membuat produk celana daam wanita (jumlah an waktu) saat perlakuan suhu dan penerangan dibandingkan dengan sebelum pelakuan. Pendapat operator jahit sebagai responden tersebut dijabarkan dalam 5 skala Linkert. Untuk memastikan bahwa alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian memiliki kesahihan dan keandalan maka nantinya akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas menggunakan software SPSS 13. Analisa data dilakukan dengan metode analisis jalur (Path Analysis) menggunakan software SPSS 13.Lokasi dan Waktu

Pelaksanaan penelitian dilakukan di PT.Samhong yang berlokasi di Desa Sobontoro Tulungagung. Penelitian pada perusahaan ini dilaksanakan selama bulan Mei 2008 setiap hari Jumat dan SabtuTeknik Pengolahan dan Analisis

Dari hasil kuisioner tersebut berikutnya dilakukan uji reliabilitas dan uji validitas. Instrumen penelitian yang baik harus mempunyai dua ukuran yaitu valid (sahih) dan reliabel (handal,

Setelah melewati uji validitas dan reliabilitas maka dilanjutkan dengan porses transformasi data dari data ordinal (data asli kuisioner) ke data interval dengan menggunakan metode MSI (Method of Sucessive Interval) sebagai syarat untuk bisa dilakukan analisisi selanjutnya yaitu analisis jalur atau path analysis. Analisis ini digunakan untuk mengetahui sebuah variabel atau seperangkat variabel terhadap sebuah variabel lainnya, baik pengaruh secara langsung maupun tidak langsung (Sitepu,1994). Analisis jalur digunakan untuk menguji pengaruh variabel intervening. Variabel intervening merupakan variabel antara, fungsinya memediasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2005).

Langkah-langkah analisis jalur (Solimun, 2002) adalah sebagai berikut:

1). Menyusun model kausal, untuk menetapkan variabel yang merupakan penyebab yang mempengaruhi dan yang memperoleh akibat (yang dipengaruhi) berdasarkan teori dan penelitian terdahulu. Berdasarkan hubungan antar variabel secara teoritis tersebut, dapat dibuat model dalam bentuk diagram path sebagai berikut:

Gambar 4.1. Model Analisis Jalur (Analysis Path)

2). Menghitung koefisien path secara langsung

Untuk satu arah digunakan perhitungan regresi variabel dibakukan, secara parsial pada masing-masing persamaan. Metode yang digunakan adalah OLS. Dari perhitungan ini diperoleh koefisien path secara langsung. Sedangkan untuk pengaruh kesalahan pengganggu ditentukan sebagai berikut:

Pi = 1 Ri23). Mencari pengaruh secara tidak langsung

Pengaruh tidak langsung variabel-variabel independen terhadap variabel dependen melalui variabel antara dengan cara:

PTL = P1 x P5

PTL = P2 x P5Keterangan:

P1= pengaruh langsung Suhu efektif (X) terhadap Motivasi Kerja Karyawan);

P2 = pengaruh langsung Penerangan efektif (X2) terhadap Motivasi Kerja Karyawan (X3)

P3= pengaruh langsung Motivasi Kerja Karyawan (X3) terhadap Produktivitas karyawan (Y)

PTL1 = pengaruh tidak langsung untuk Suhu efektif (X) terhadap Produktivitas karyawan (Y) melalui Motivasi Kerja Karyawan (X3);

PTL2 = pengaruh tidak langsung untuk Penerangan efektif (X) terhadap Produktivitas karyawan (Y) melalui Motivasi Kerja Karyawan (X3);

Valid tidaknya suatu hasil analisis jalur bergantung pada terpenuhi atau tidaknya asumsi yang melandasi analisis jalur tersebut, yaitu:

a. Hubungan antar variabel adalah linier dan aditif;

b. Hanya model rekursif yang dapat dipertimbangkan, yaitu hanya sistem aliran kausal satu arah;

c. Variabel endogen minimal dalam skala ukur interval;

d. Variabel penelitian diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan reliabel);

e. Model yang dianalisis diidentifikasi dengan benar berdasarkan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan.

Sedangkan validasi model didalam analisis jalur dengan menggunakan determinasi total dan theory triming.

a. Koefisien determinasi total

Total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model, diukur dengan:

Rm2 = 1 Pe12Pe22Dalam hal ini, interpretasi koefisien determinasi (R2) sama dengan pada analisis regresi.

b. Uji validasi koefisien path pada setiap jalur untuk pengaruh langsung adalah sama dengan regresi, menggunakan nilai p dari uji t, yaitu pengujian koefisien regresi variabel dibakukan secara parsial. Dan langkah terakhir adalah melakukan interpretasi hasil analisis.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini jumlah responden adalah 50 orang karyawan operator jahit. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data-data mengenai usia, jenis kelamin serta status karyawan dapat dibuat diskripsi untuk mengetahui gambaran dari responden yang dijadikan obyek penelitian.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden

Usia (tahun)FrekuensiProsentase (%)

18 - 28310.62

29 - 38120.24

38 - 4870.14

Total50100%

Sumber : Hasil olahan kuisioner identitas responden, 2008

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden

Jenis KelaminFrekuensiProsentase (%)

Pria70.14

Wanita430.86

Total50100%

Sumber : Hasil olahan kuisioner identitas responden, 2008

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Status

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Status Responden

StatusFrekuensiProsentase (%)

Menikah380.76

Belum Menikah120.24

Total50100%

Sumber : Hasil olahan kuisioner identitas responden, 2008

Analisis Statistik DeskriptifAnalisis statistik deskriptif bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi responden berdasarkan kuesioner yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Sebanyak 50 kuesioner yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini. Variabel yang diteliti terdiri dari variabel variabel suhu efektif (X1) dan penerangan efektif (X2) sebagai variabel bebas, motivasi kerja karyawan (Y) sebagai variabel antara, serta produktivitas karyawan (Z) sebagai variabel terikat.

Distribusi frekuensi responden tehadap nilai skor tanggapan pada setiap atribut pertanyaan sebagai berikut

Contoh : Atribut pertanyaan 1 jumlah tanggapan pada nilai skor tanggapan 3 adalah 7 responen maka prosentase distribusinya frekuensinya adalah

Dari analisa keseluruhan distribusi jawaban responden dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang dilakukan terhadap suhu dan penerangan ruang kerja membawa pengaruh pada kondisi kerja karyawan

Uji Validitas Instrumen Penelitian

Untuk menguji validitas ini maka digunakan rumus Pearson dengan korelasi Product Moment (Walpole, 1995) yaitu:

rxy =

dimana:

r= koefisien korelasi.

N

= jumlah sampel.

X

= variabel independent.

Y

= variabel dependent.

Contoh :

X = variabel independent.= item pertanyaan no 1 (X11);

Y = variabel dependent.= Total jawaban 23 item pertanyaan;

N = 50, maka

rxy adalah sebagai berikut :

rxy =

rxy =

Menurut Bambang Suwarno (2002), menyatakan bahwa instrumen dianggap valid kalau nilai r > 0,3. Jadi apabila korelasi antara butir dengan skor total < 0,3 maka butir dalam instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dari asil perhitungan untuk semua item kuisioner didpatkan bahwa r hitung > dari 0,3 jadi semuai item kuisioner yang berjumlah 23 pertanyaan valid. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Keandalan disini menunjukkan kemantapan dan ketetapan dari suatu alat ukur. Wallizer dan Wiener (dalam Indratno: 2003) menyatakan bahwa suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila selalu memperoleh hasil yang tetap sama dari gejala pengukuran tidak berubah yang dilakukan pada waktu yang berbeda-beda.. Metode yang digunakan adalah metode Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut :

Dimana:

= reliabilitas instrumen

k= banyaknya butir pertanyaan

(( b2= jumlah variasi butir

= (((skor butir(2-(( skor butir : n(( :(n(

( t2= varians total

=(( ( skor total(2-(( skor total : n(( (n(Contoh:

Untuk Item Pertanyaan no.1 (X11):

Bambang Suwanro (2002) menjelaskan lebih lanjut bahwa teknik uji dengan menggunakan koefisien alpha cronbach, dengan taraf nyata 5%,. Dengan kriteria jika koefisien korelasi lebih besar dari nilai kritis atau apabila nilai alpha cronbach > 0,6, maka item tersebut dinyatakan reliabel dan dari hasil perihitungan didapatkan bahwa 23 item kuisioner reliabel.

Tranformasi Data Ordinal ke IntervalMentransformasi data ordinal menjadi interval gunanya untuk memenuhi sebagian persyaratan analisis parametrik yang mana setidaknya data berskala interval. Teknik transformasi data yang paling sederhana dan paling banyak digunakan adalah MSI (Method of Successive Interval). Langkah-langkah proses transformasi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Untuk setiap pertanyaan, hitung frekuensi jawaban setiap kategori (pilihan jawaban).

2. Berdasarkan frekuensi setiap kategori dihitung proporsinya.

3. Dari proporsi yang diperoleh, hitung proporsi kumulatif untuk setiap kategori

4. Dengan menggunakan Tabel Distribusi Normal,nilai Z setiap kategori (alternative jawaban) untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh.

5. Dengan menggunakan Tabel Densitas, menentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh .

6. Hitung scale value (interval rata-rata) untuk setiap kategori melalui persamaan berikut:

Keterangan :

Misal untuk Alternatif jawaban 2, maka

Kepadatan batas bawah= Densitas alternatif jawaban 1

Kepadatan batas atas = Densitas alternatif jawaban 2

Daerah di bawah batas atas= Prop.Kumulatif alternatif jawaban 2

Daerah di bawah batas bawah= Prop.Kumulatif alternatif jawaban 1

1. Hitung score (nilai hasil transformasi) untuk setiap kategori melalui persamaan:

(Hays, 1976)

Contoh Perhitungan :

NoItem Perhit.STS(1)TS(2)Netral(3)S(4)SS(5)

1Frekwensi277147258265203

2Proporsi0.250.130.230.240.18

3Proporsi Kum0.250.390.620.861.05

4Zi=1 atau 0.5-Pro.Kum0.250.120.3800.1391-0.05

Zi disesuaikan tabel0.6700.291.220.440.00

5Densitas0.320.380.190.360.40

6Nilai Skala-1.270.48-0.820.720.20

7Skala Akhir1.002.751.452.992.47

Deskripsi Jwb 1 Jwb 2Jwb 3Jwb 4Jwb 5

Perhitungan diatas dilakukan untuk semua skor hasil kuisioner yang didpatkan dan hasil secara lengkap dapat dilihat dalam lampiran. Analisis Jalur (Path Analysis)

Dalam penelitian ini model analisis jalur yang digunakan adalah model Triming. Model Triming adalah model yang digunakan untuk memperbaiki suatu model struktur analisis jalur dengan cara mengeluarkan variable eksogen yang koefisien jalurnya tidak siginifikan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan analisis jalur model Triming adalah sebagai berikut :

1. Merumuskan persamaan structural (seperti dalam bab 3 Kerangka Konsep Penelitian) berdasarkan hipotesis berikut :

a. Suhu (X1) dan penerangan efektif (X2) berkontribusi simultan dan signifikan terhadap motivasi kerja (Y).

b. Suhu efektif (X1), penerangan efektif (X2) dan motivasi kerja (Y) berkontribusi simultan dan signifikan terhadap produktivitas kerja (Z).

Berdasarkan hipotesis tersebut didapatkan persamaan structural sebagai kerangka kausal empiris antara jalur seperti dalam gambar di bawah ini ;

Gambar 5.1 Hubungan Struktur X1,X2,Y dan Z

2. Analisis jalur berdasarkan sub struktur yang dibuat.

Uji Sub struktur 1 : Y = 1X1 + 1X1 + 1

Gambar 5.2 Hubungan Sub -Struktur X1,X2 terhadap Y

a. Pengujian secara simultan (Keseluruhan)

Uji secara simultan dilakukan dengan menggunakan software SPSS 13 analisa ANOVA model.Uji ini dimaksudkan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara variabel eksogen (suhu (X1) dan penerangan (X2) efektif) secara serentak dengan variabel endogen yaitu motivasi dari struktur yang telah dibuat. Hal ini ditunjukkan dengan apakah koefisen jalur ( ) sama atau paling sedikit ada satu yang berbeda (analisa satu jalur) yaitu dengan hipotesis statistik dirumuskan sebagai berikut :

Ho: 1X1 = ........ 2X2= 0, (Tidak ada perbedaan koefisien untuk jalur Suhu efektif maupun penerangan efektif terhadap motivasi sehingga Suhu efektif dan penerangan efektif tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap motivasi kerja)

H1: 1X1 .........2X2 0, (ada perbedaan koefisien untuk jalur Suhu efektif maupun penerangan efektif terhadap motivasi sehingga Suhu efektif dan penerangan efektif berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap motivasi kerja)

Tabel 5.11 ANOVA Model 1

Dari tabel ANOVA diperoleh nilai F untuk model 1 sebesar 9.570 dengan nilai probabilitas (Sig) = 0.000 dimana 0 yang berarti ada hubungan positif. Uji secara individual atau parsial didasarkan pada Tabel 5.12 coefficient hasil pengolahan dengan SPSS 13 .

Tabel 5.12 Coefficient

Yang pertama diuji adalah variabel suhu efektif (X1) dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : 1X1 = 0, (Tidak Ada hubungan antara Suhu efektif dengan motivasi yang berarti Suhu efektif tidak berkontribusi secara signifikan terhadap motivasi kerja) H1 : 1X1 > 0, (Ada hubungan positif antara Suhu efektif dengan motivasi yang berarti Suhu efektif berkontribusi secara signifikan terhadap motivasi kerja)

Dari tabel Coefficient 5.12 diatas diperoleh nilai t model 1 suhu efektif (X1) sebesar 1.341 dengan nilai probabilitas (Sig) = 0.186 dimana >0.05 (), maka keputusannya adalah H1 ditolak dan yang berarti H0 diterima yaitu Suhu efektif tidak berkontribusi secara signifikan terhadap motivasi kerja. Sehingga dapat dikatakan koefisien jalur tidak signifikan.

Yang kedua diuji adalah variabel penerangan efektif (X2) dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : 2X2 = 0, (Tidak ada hubungan antara penerangan efektif dengan motivasi yang berarti penerangan efektif tidak berkontribusi secara signifikan terhadap motivasi kerja) H1 : 2X2 > 0, (Ada hubungan positif antara penerangan efektif dengan motivasi yang berarti penerangan efektif berkontribusi secara signifikan terhadap motivasi kerja)Dari tabel Coefficient 5.12 diatas diperoleh nilai t model 1 penerangan efektif (X1) sebesar 2.433 dengan nilai probabilitas (Sig) = 0.019 dimana 0.05 (), maka keputusannya adalah H1 ditolak dan yang berarti H0 diterima yaitu Suhu efektif tidak berkontribusisecara signifikan terhadap produktivitas kerja. Sehingga dapat dikatakan koefisien jalur tidak signifikan.

Yang kedua diuji adalah variabel penerangan efektif (X2) dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : 5X2 = 0, (Tidak ada hubungan antara suhu efektif dengan motivasi yang berarti suhu efektif tidak berkontribusi secara signifikan terhadap motivasi kerja)

H1 : 5X2 > 0, (Ada hubungan positif antara suhu efektif dengan motivasi yang berarti suhu efektif berkontribusi secara signifikan terhadap motivasi kerja) Dari tabel Coefficient diperoleh nilai t model 1 penerangan efektif (X2) sebesar -0.46 dengan nilai probabilitas (Sig) = 0.963 dimana >0.05 (), maka keputusannya adalah H1 ditolak dan yang berarti H0 diterima yaitu penerangan efektif tidak berkontribusi secara signifikan terhadap produktivitas kerja. Sehingga dapat dikatakan koefisien jalur signifikan terhadap produktivitas kerja.

Dari tabel Coefficient diperoleh nilai t model 1 penerangan efektif (X2) sebesar -0.46 dengan nilai probabilitas (Sig) = 0.963 dimana >0.05 (), maka keputusannya adalah H1 ditolak dan yang berarti H0 diterima yaitu penerangan efektif tidak berkontribusi secara signifikan terhadap produktivitas kerja. Sehingga dapat dikatakan koefisien jalur signifikan terhadap produktivitas kerja.

Yang ketiga diuji adalah variabel motivasi kerja (Y) dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : 6Y = 0, (Tidak ada hubungan antara motivasi dengan produktivitas kerja yang berarti motivasi tidak berkontribusi secara signifikan terhadap produktivitas kerja) H1 : 6Y > 0, (Ada hubungan positif antara motivasi dengan produktivitas kerja yang berarti motivasi berkontribusi secara signifikan terhadap produktivitas kerja)

Dari tabel Coefficient diperoleh nilai t model 1 penerangan efektif (X2) sebesar 3.372 dengan nilai probabilitas (Sig) = 0.002 dimana