Jurnal muslim negarawan

32
MERETAS POLITIK PERADABAN ) ر ا ب ا ( Rijalul Imam, S.Hum., M.Si. Usia KAMMI sama dengan usia era Reformasi. Sama-sama lahir di tahun 1998. Kini usia keduanya telah mencapai lebih dari 1 dekade. Melalui tulisan singkat ini, saya ingin kita melakukan transformasi gerakan dari pola gerakan politik nilai ke gerakan politik peradaban. Saya mendefinisikan gerakan politik nilai sebagai gerakan yang mengusung nilai-nilai moralitas yang bersifat idealisme. Sedangkan gerakan politik peradaban adalah gerakan yang mengkombinasikan nilai-nilai moralitas idealisme dengan gerakan yang secara praksis memberikan nilai manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat, bangsa dan dunia pada umumnya. Semasa dekade awal sejak kelahirannya, sudah banyak gagasan-gagasan progresif yang dilahirkan KAMMI, seperti kaderisasi siyasi, intelektual profetik, hingga mewujudkan kader dan kepemimpinan nasional yang berjiwa muslim negarawan. Demikian juga, aksi-aksi yang dilakukan KAMMI di sepuluh tahun pertama berhasil menempatkan KAMMI sebagai icon gerakan reformasi. Prestasi cemerlang ini harus terus disempurnakan sesuai spirit yang dibangun : tuntaskan perubahan! Menapaki usia KAMMI di dekade kedua ini, KAMMI semakin bersaing dengan pergulatan zaman. Bila ustadz Mahfuz Siddiq berhasil merekam jejak 3 tahun pertama KAMMI (1998- 2001) dengan judul buku KAMMI dan Pergulatan Reformasi (Tesis 600-an halaman yang dibukukan), maka di decade kedua ini, persaingannya jauh lebih kompleks dari fase sebelumnya. Tidak semata bergulat dengan reformasi domestik ke- Indonesiaan, melainkan juga kesadaran reformasi dalam skala membangun peradaban. Era 2000-an menandai terjadinya pergeseran poros peradaban. Tahun 2008 secara resmi keuangan Amerika Serikat jatuh hingga menyebabkan multiefek krisis ekonomi global. Di era 2000-an juga krisis energi global semakin tak dapat dihindari. Konstalasi hubungan internasional akan sangat ditentukan oleh politik energi. Demikian pula kita semakin sulit mengelakkan diri dari krisis pemanasan global. Membaca hutan di Kalimantan tidak bisa lagi diposisikan sebagai kekayaan lokalitas, melainkan bagian dari paru- paru dunia. Tingginya gas emisi di Jakarta dan Surabaya tidak bisa dinilai sebagai polutan domestik, melainkan bagian dari unsur penyumbang polusi global. Dalam posisi demikian maka gerakan kaum muda harus dibaca dan diposisikan sebagai gerakan politik peradaban. Demikian juga dalam menggerakkan peran strategis KAMMI. Terkadang makna peradaban merujuk pada hal-hal yang bersifat material, seperti istilah sisa- sisa peradaban. Hal ini karena memang peradaban memiliki basis konkrit yang lebih terasa dan terukur baik secara spiritual maupun material. Jadi politik peradaban sesungguhnya adalah politik karya nyata. Al-Qur’an menjelaskan makna peradaban sebagai kombinasi antara kekuatan spiritual dan material yang seimbang dan bermanfaat nyata, dengan istilah al-Kitab (petunjuk spiritual), al- Mizan (Keseimbangan), dan al-Hadid (besi). “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul- rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.

Transcript of Jurnal muslim negarawan

Page 1: Jurnal muslim negarawan

MERETAS POLITIK PERADABAN � ا���ر��(��� )����� ا ���ب

Rijalul Imam, S.Hum., M.Si.

Usia KAMMI sama dengan usia era

Reformasi. Sama-sama lahir di tahun 1998. Kini usia keduanya telah mencapai lebih dari 1 dekade.

Melalui tulisan singkat ini, saya ingin kita

melakukan transformasi gerakan dari pola gerakan

politik nilai ke gerakan politik peradaban. Saya

mendefinisikan gerakan politik nilai sebagai

gerakan yang mengusung nilai-nilai moralitas yang

bersifat idealisme. Sedangkan gerakan politik

peradaban adalah gerakan yang

mengkombinasikan nilai-nilai moralitas idealisme

dengan gerakan yang secara praksis memberikan

nilai manfaat yang dapat dirasakan oleh

masyarakat, bangsa dan dunia pada umumnya.

Semasa dekade awal sejak kelahirannya,

sudah banyak gagasan-gagasan progresif yang

dilahirkan KAMMI, seperti kaderisasi siyasi,

intelektual profetik, hingga mewujudkan kader dan

kepemimpinan nasional yang berjiwa muslim

negarawan. Demikian juga, aksi-aksi yang

dilakukan KAMMI di sepuluh tahun pertama

berhasil menempatkan KAMMI sebagai icon

gerakan reformasi. Prestasi cemerlang ini harus

terus disempurnakan sesuai spirit yang dibangun :

tuntaskan perubahan!

Menapaki usia KAMMI di dekade kedua ini,

KAMMI semakin bersaing dengan pergulatan zaman. Bila ustadz Mahfuz Siddiq berhasil

merekam jejak 3 tahun pertama KAMMI (1998-

2001) dengan judul buku KAMMI dan Pergulatan

Reformasi (Tesis 600-an halaman yang dibukukan),

maka di decade kedua ini, persaingannya jauh lebih

kompleks dari fase sebelumnya. Tidak semata

bergulat dengan reformasi domestik ke-Indonesiaan, melainkan juga kesadaran reformasi

dalam skala membangun peradaban.

Era 2000-an menandai terjadinya

pergeseran poros peradaban. Tahun 2008 secara resmi keuangan Amerika Serikat jatuh hingga

menyebabkan multiefek krisis ekonomi global. Di

era 2000-an juga krisis energi global semakin tak dapat dihindari. Konstalasi hubungan internasional

akan sangat ditentukan oleh politik energi.

Demikian pula kita semakin sulit mengelakkan diri

dari krisis pemanasan global. Membaca hutan di

Kalimantan tidak bisa lagi diposisikan sebagai

kekayaan lokalitas, melainkan bagian dari paru-

paru dunia. Tingginya gas emisi di Jakarta dan

Surabaya tidak bisa dinilai sebagai polutan

domestik, melainkan bagian dari unsur

penyumbang polusi global. Dalam posisi demikian

maka gerakan kaum muda harus dibaca dan

diposisikan sebagai gerakan politik peradaban.

Demikian juga dalam menggerakkan peran

strategis KAMMI.

Terkadang makna peradaban merujuk pada

hal-hal yang bersifat material, seperti istilah sisa-

sisa peradaban. Hal ini karena memang peradaban

memiliki basis konkrit yang lebih terasa dan

terukur baik secara spiritual maupun material. Jadi

politik peradaban sesungguhnya adalah politik

karya nyata.

Al-Qur’an menjelaskan makna peradaban

sebagai kombinasi antara kekuatan spiritual dan material yang seimbang dan bermanfaat nyata,

dengan istilah al-Kitab (petunjuk spiritual), al-

Mizan (Keseimbangan), dan al-Hadid (besi).

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-

rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang

nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al

Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat

melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi

yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan

berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka

mempergunakan besi itu) dan supaya Allah

mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan

rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.

Page 2: Jurnal muslim negarawan

Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”

(QS. Al-Hadid: 25)

Posisi Strategis KAMMI -------------------------------------------------------------------------------

Untuk memposisikan peran strategis

KAMMI dalam konstalasi politik peradaban, maka perlu penela’ahan yang lebih luas. Semisal, peran

strategis KAMMI yang tidak dapat dilepaskan dari pembacaan sejarah panjang harakah Islamiyah

dalam berbagai dimensinya. Al-Qur’an mengaagar kita melakukan teoritisasi sejarah. Hal ini

penting agar kita mengetahui posisi strategis kita dalam sejarah

kebangkitan Indonesia

dan kemenangan Umat.

Setidaknya KAMMI

dapat kita dudukan dalam tiga dimensi

gerakan, yakni sebagai gerakan mahasiswa

(harakah thullabiyah), gerakan kebangsaan

(harakah wathaniyah), dan gerakan

keummatan (harakah

Islamiyah).

Teoritisasi Trend Gerakan --------------------------

Sebelum menentukan peran strategis

KAMMI hari ini dan di masa yang akan datang,

perlu juga melakukan teoritisasi trend gerakan

sebelumnya, yang tentunya trend tersebut dalam

tiga dimensi pergerakan di atas. Hal ini dilakukan sebagai upaya membaca zeit geist (jiwa zaman),

agar bila telah terbaca marhalah zamannya, kita dapat menentukan peran strategis apa yang dapat

dilakukan, sekaligus menempatkan kader pada tempatnya.

Pertama, dimensi gerakan mahasiswa.

Trend gerakan mahasiswa biasanya

berlangsung selama satu dekade (per sepuluh tahun). Trend gerakan mahasiswa pasca

kemerdekaan, mulai dapat dibaca. Mari kita lihat:

• Pasca kemerdekaan, trendnya adalah

melawan komunisme. Pemeran utamanya

adalah HMI.

• Tahun 50-an, trendnya adalah konsolidasi

ummat secara ideologis. Hal ini tampak

pada keterlibatan gerakan mahasiswa dan

pemuda dalam menyolidkan barisan umat

dalam naungan Majelis Syuro Muslimin

Indonesia (Masyumi), hingga

terpilih menjadi Perdana Menteri pertama

Indonesia.

Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”

-------------------------------------------------------------------------------

sisikan peran strategis

KAMMI dalam konstalasi politik peradaban, maka perlu penela’ahan yang lebih luas. Semisal, peran

strategis KAMMI yang tidak dapat dilepaskan dari harakah Islamiyah

Qur’an mengajarkan agar kita melakukan teoritisasi sejarah. Hal ini

penting agar kita mengetahui posisi strategis kita

Baik KAMMI sebagai gerakan mahasiswa,

kebangsaan, maupun keummatan, pada hakikatnya perjuangan pergerakan KAMMI bersifat terpadu

(integral), tidak diartikan secara terpisah (Begitu pula gerakan KAMMI tidak bisa dilihat dari

sisi ke-KAMMI-annya saja. KAMMI perlu menempatkan diri sebagai bagian inheren dari arus

besar anasir perubahan, baik ia sebagai gerakan mahasiswa, kebangsaan,

maupun

Jadi di sini KAMMI

harus menyadari bahwa

sejarah gerakannya adalah bagian dari

kelanjutan sejarah gerakan mahasiswa,

gerakan kebangsaan, dan gerakan

keummatan.

---------------------------------------------------------------------------

Sebelum menentukan peran strategis

KAMMI hari ini dan di masa yang akan datang,

perlu juga melakukan teoritisasi trend gerakan

sebelumnya, yang tentunya trend tersebut dalam

ga dimensi pergerakan di atas. Hal ini dilakukan (jiwa zaman),

agar bila telah terbaca marhalah zamannya, kita dapat menentukan peran strategis apa yang dapat

dilakukan, sekaligus menempatkan kader pada

Pertama, dimensi gerakan mahasiswa.

Trend gerakan mahasiswa biasanya

berlangsung selama satu dekade (per sepuluh tahun). Trend gerakan mahasiswa pasca

kemerdekaan, mulai dapat dibaca. Mari kita lihat:

Pasca kemerdekaan, trendnya adalah

Pemeran utamanya

an, trendnya adalah konsolidasi

ummat secara ideologis. Hal ini tampak

pada keterlibatan gerakan mahasiswa dan

pemuda dalam menyolidkan barisan umat

dalam naungan Majelis Syuro Muslimin

Indonesia (Masyumi), hingga M. Natsir

terpilih menjadi Perdana Menteri pertama

• Tahun 60-an, trendnya adalah oposisi

gerakan anti rezim otoriterisme. Pada

tahun-tahun ini pertama kali dalam sejarah

gerakan mahasiswa Indonesia berlangsung

kerjasama antara mahasiswa dengan

untuk menumbangkan rezim Soekarno yang

telah berubah menjadi otoriter (demokrasi

terpimpin).

• Tahun 70-an, trendnya adalah kebangkitan

pemikiran Islam. Di level Dunia

berkembangan cukup massif gagasan

Islamisasi Pengetahuan oleh Syed Naquib

Al-Attas dan Ismail Razi Al

Sedangkan di Indonesia yang ketika itu

masih dominan berkutat di dunia mistis,

berlangsung gagasan sekularisasi Islam oleh

aktivis HMI Nurcholish Madjid (alm. Cak

Nur) yakni gerakan penyadaran

memisahkan hal-hal yang bersifat sa

dan profan dengan kacamata pemikiran

yang rasional.

• Gagasan sekularisasi menjadi polemik di kalangan umat Islam, karena diindikasikan

sebagai bibit terjadinya liberalisme pemikiran Islam. Karena itu berkembang

trend pada tahun 80

Baik KAMMI sebagai gerakan mahasiswa,

kebangsaan, maupun keummatan, pada hakikatnya perjuangan pergerakan KAMMI bersifat terpadu

dak diartikan secara terpisah (secular). Begitu pula gerakan KAMMI tidak bisa dilihat dari

annya saja. KAMMI perlu menempatkan diri sebagai bagian inheren dari arus

besar anasir perubahan, baik ia sebagai gerakan mahasiswa, kebangsaan,

maupun keummatan.

Jadi di sini KAMMI

harus menyadari bahwa

sejarah gerakannya adalah bagian dari

kelanjutan sejarah gerakan mahasiswa,

gerakan kebangsaan, dan gerakan

keummatan.

an, trendnya adalah oposisi

gerakan anti rezim otoriterisme. Pada

tahun ini pertama kali dalam sejarah

gerakan mahasiswa Indonesia berlangsung

kerjasama antara mahasiswa dengan militer

untuk menumbangkan rezim Soekarno yang

telah berubah menjadi otoriter (demokrasi

an, trendnya adalah kebangkitan

pemikiran Islam. Di level Dunia

berkembangan cukup massif gagasan

Islamisasi Pengetahuan oleh Syed Naquib

dan Ismail Razi Al-Faruqi.

Sedangkan di Indonesia yang ketika itu

masih dominan berkutat di dunia mistis,

berlangsung gagasan sekularisasi Islam oleh

aktivis HMI Nurcholish Madjid (alm. Cak

Nur) yakni gerakan penyadaran

hal yang bersifat sakral

dan profan dengan kacamata pemikiran

Gagasan sekularisasi menjadi polemik di kalangan umat Islam, karena diindikasikan

sebagai bibit terjadinya liberalisme pemikiran Islam. Karena itu berkembang

trend pada tahun 80-an berupa forum

Page 3: Jurnal muslim negarawan

kajian Islam (FOSI) di kampus-kampus. Gerakan ini cukup massif di berbagai poros

kota besar, seperti di Bandung dengan ITB dan UNPAD-nya, di Jakarta dengan UI-nya,

dan di Yogyakarta dengan UGM-nya, dan

lain-lain. Tokoh-tokohnya ketika itu adalah

MS. Ka’ban, Hatta Rajasa, Abu Ridha,

Hidayat Nur Wahid, dll.

• Sedangkan trend tahun 90-an adalah pelembagaan forum kajian menjadi lembaga

dakwah kampus. Kampus mulai terbuka

dengan forum-forum kajian dakwah

mahasiswa yang dilegalkan di bawah

struktur kampus. Di tahun-tahun ini

gerakan tarbiyah semakin massif di

berbagai kampus. Di level nasional, umat

Islam mendapat momentumnya yang tepat

ketika telah terbentuk strata sosial intelegensia muslim berupa pelembagaan

ICMI (Ikatan Cendekia Muslim Indonesia)

yang dinakhkodai BJ. Habibie dan beberapa

intelektual muslim lainya seperti Amien Rais, Cak Nur, Marwah Daud, dll.

• Menjelang era 2000-an telah terjadi gerakan reformasi dengan

ditumbangkannya rezim Orde Baru oleh gerakan mahasiswa dan elemen masyarakat

lainnya. Memasuki era 2000-an ini, gerakan mahasiswa pun bermetamorfosa menjadi

gerakan politik. Gerakan politik di sini dapat diartikan ke dalam dua hal, pertama, bahwa

breakdown aksi demonstrasi gerakan

mahasiswa selalu berdampak pada

perubahan kebijakan pemerintah. Kedua, di

pertengahan hingga penghujung tahun

2000-an terjadi mobilitas vertikal gerakan

mahasiswa dan alumninya ke level elit

kekuasaan. KAMMI mengalami keduanya,

baik ia sebagai organ aksi maupun alumninya yang melakukan mobilitas

vertikal.

Pertanyaannya sekarang, apa kira-kira trend yang akan berkembang di era tahun 2010-an? Pertanyaan

ini adalah tantangan agar kita berpikir dalam jangka panjang untuk memprediksi, setidaknya dalam

rentang waktu sepuluh tahun ke depan, yang akan mengantarkan kita pada era tahun 2020-an.

Kedua, dimensi gerakan kebangsaan.

Trend kebangsaan biasanya berlangsung

pada narasi besar rezim penguasa dan kecenderungan rakyat. Pasca kemerdekaan,

Indonesia dipimpin oleh enam presiden. Namun

secara fase kebangsaan dapat dipilah menjadi 3

fase:

1. Fase Orde Lama � Soekarno dengan narasi besar revolusi, berlangsung dari tahun 1945

hingga 1966 (21 tahun), namun cenderung sosialis.

2. Fase Orde Baru � Soeharto dengan narasi besar pembangunan, berlangsung dari

tahun 1966-1998 (32 tahun), cenderung

mengadopsi sistem kapitalis.

3. Fase Orde Reformasi � di masa ini

Indonesia dalam fase persimpangan sejarah

bangsa, bergerak tanpa narasi besar,

berlangsung dari tahun 1998 hingga 2009

(11 tahun).

Ketiga, dimensi gerakan keummatan.

Dalam konteks ke-Indonesiaan trend

keummatan biasanya berlangsung per satu abad

(per seratus tahun). Mari kita lihat:

- Abad 16 banyak bermunculan kesultanan

Islam di berbagai daerah - Abad 17-18 massifnya jaringan intelektual

ke jalur Mekkah - Abad 19 terjadi percabangan jalur

intelektual pasca politik etis, dengan

menyekolahkan anak-anak bangsa ke Eropa, Belanda

- Abad 20, hasil dari percabangan intelektual di abad sebelumnya menjadikan terjadinya

pertentangan ideologis antara Islam dan Nasionalis. Sehingga di satu pihak, konsep

syariah dalam bernegara selalu dalam “konteks negosiasi”.

- Abad 21 merupakan era integrasi, yang ditandai dengan integrasi ekonomi dunia,

integrasi komunikasi global dengan sistem

digitalisasi kehidupan. Era integrasi ini

cukup menguntungkan karena ternyata

berpotensi membangun kesadaran Islam secara luas. Di sini Islam tidak hanya

dipahami oleh kalangan santri pesantren melainkan juga oleh kalangan kantoran,

profesional, ilmuwan, pengusaha, militer, dan kelompok masyarakat dari berbagai

dimensi.

Di era ini juga umat Islam terhubungkan secara global dengan internet, kemudahan akses pesawat

yang menghimpun berbagai masyarakat dunia bermigrasi dari satu negara ke negara lainnya, sehingga

satu sama lain bisa berkomunikasi dan lebih jauh saling berkoordinasi. Hal ini semakin memudahkan

Page 4: Jurnal muslim negarawan

umat Islam kembali bangkit dan bersatu secara global. Kemudian, hal yang tak terbantahkan adalah

ide integrasi akan semakin meluas dan massif.

Keempat, dimensi global.

Trend dunia biasanya terjadi per 700 tahun hingga per millenium (per 1000 tahun). Setidaknya

setelah kita memiliki kalender Romawi, kita bisa membaca sejarah secara per millenium.

Per Millenium (1000 tahun)

1. Millenium pertama, munculnya trend

spiritual yang ditandai dengan kemunculan

Nabi Isa a.s yang mengimbangi trend

materialisme Romawi kuno.

2. Millenium kedua, atau 300 tahun setelah Nabi Muhammad Islam sudah menyebar di

dua pertiga dunia dengan sistem khilafah. Secara global trend yang berkembang

adalah ‘urubah (kearab-araban). Namun

dalam perjalanan sejarahnya kemudian,

dunia Islam mengalami deklinasi berupa

perpecahan dinasti dari Bani Umawiyah ke

Bani Abbasiyah, lalu diganti dengan Bani

Utsmaniyah.

3. Millenium ketiga, yaitu masa kita, ditandai

dengan berbagai kemajuan teknologi dan

material di berbagai bidang, namun tidak

merata, dengan kesenjangan ekonomi yang

menganga dan efek pemiskinan struktural

oleh Barat.

Per 700 tahun

1. Tujuh ratus tahun setelah diutusnya

Nabi Isa a.s kemudian diutuslah Nabi

Muhammad saw. untuk mengakhiri

hegemoni dua peradaban dunia yakni

Romawi dan Persia.

2. Tujuh ratus tahun sejak kemunculan

Nabi Muhammad, muncullah pemimpin

muda Muslim yang menaklukkan

Konstantinopel, Romawi Timur.

Kemunculannya menjadikan Islam bangkit

kembali memimpin dunia. Namun selang

tiga abad berikutnya terjadi deklinasi sejarah Islam dengan kemunduran umat di

berbagai segi dan kebangkitan Barat di berbagai segi lengkap dengan

penjajahannya di berbagai belahan dunia. 3. Sekarang kita memasuki era Millenium

ketiga sekaligus 700 tahun ketiga sejak

diutusnya Nabi Muhammad dan

penaklukan Al-Fatih, titik temunya

adalah Abad ke-21. Sebelumnya Barat

telah berkuasa selama 400 tahun, namun

kini telah menunjukkan kelelahannya. Kapitalisme tumbang tidak dengan

serangan dari luar—oleh sosialisme, misalnya. Tetapi tumbang dengan

sendirinya.

Tren yang berkembang pada awal

Millenium ketiga ini di antaranya adalah:

a. Tumbangnya Kapitalisme dari

dalam yang menjadikan Barat atau

Amerika semakin kehilangan pamor

di dunia.

b. Bergesernya politik Internasional

Barat dari Hard Power (kekerasan

hegemoni) ke Smart Power

(kecerdasan diplomasi).

c. Gairah Islamisasi di berbagai segi

kehidupan, dari corak pengetahuan,

sistem ekonomi, sistem pendidikan,

trend kesehatan, hingga sistem

kenegaraan.

d. Mobilitas vertikal umat Islam dalam

konteks kenegaraan di berbagai

belahan dunia.

e. Secara horizontal, terbangun

egalitarianisme kolektif sesama umat yang menjadikan potensi

terbangunnya kerjasama yang bahu membahu dalam menyelesaikan

problem global.

Sekarang pertanyaannya adalah bila siklus sejarah menganut hukum pergiliran peradaban, maka

seharusnya Islamlah yang kini harus meraih tampuk soko guru peradaban dunia, jadi saat inilah

momentumnya, lantas bagaimanakah peran kita sebagai kaum muda muslim meretas peradaban?

Transformasi Gerakan ---------------------------------------------------------------------------------

Lebih lanjut, sebelum menentukan peran

strategis KAMMI, kita pun perlu melakukan

evaluasi kritis terhadap perjalanan KAMMI sendiri.

KAMMI lahir di awal era reformasi ‘98,

tepatnya pada tanggal 29 Maret 1998 di Malang.

Bila diukur dengan tahun 2009 ini maka usia

KAMMI sudah masuk 1 dekade lebih (11 tahun).

Catatan penting sejarah KAMMI dalam satu dekade

Page 5: Jurnal muslim negarawan

lalu adalah bahwa KAMMI berhasil melakukan penguatan aksi politik domestik yang menjadikan

KAMMI diperhitungkan di level nasional. Berbagai prestasi nasional telah diraih, setidaknya dalam

konteks gerakan mahasiswa, KAMMI cukup dalam berbagai isu kebangsaan. Mulai aksi

penggantian rezim, pelaksanaan Enam Visi Reformasi, mengkritisi kebijakan

strategis dari privatisasi BUMN, privatisasi pendidikan (isu Badan Hukum Pendidikan),

pemberantasan korupsi, pengasawan pemerintahan daerah, keterlibatan dalam

penyusunan perundang-undangan pemuda, dan

lain-lain.

Secara internal pada tahun 2005 KAMMI

berhasil merumuskan manhaj kaderisasi baru yang disebut Manhaj Kaderisasi 1427 H atau dikenal

dengan Manhaj Kaderisasi Muslim Negarawan. Manhaj ini diujicobakan dalam rentang waktu 4

tahun. Setelah itu dilakukan evaluasi dan revisi dalam rangka penyesuaian terhadap berbagai

perkembangan internal dan tantangan yang dihadapi. Di samping itu, Muslim Negarawan

menjadi “icon” baru bagi peristilahan

kepemimpinan bangsa yang didorong hingga

pilpres 2009. Prestasi ini patut dijaga dan

dikembangkan.

Pasca 10 tahun reformasi dan memasuki

era pemerintahan baru, maka KAMMI harus

mentransformasi gerakan lebih progresif.

Mengingat pembacaan teoritisasi momentum sejarah sebelumnya dan berbagai perubahan aktual

Mihwar Gerakan ---------------------------------------------------------------------------------------

Peran KAMMI di era Jilid ke 2 ini didasarkan pada:

1. Kesadaran sejarah. KAMMI adalah bagian dari mata rantai sejarah perjuangan umat Islam,

bangsa Indonesia, dan gerakan mahasiswa.

Karena itu masa depan gerakan adalah

mengemban cita-cita yang dititipkan sejarah

Islam, nusantara, dan gerakan mahasiswa.

2. Kondisi aktual (al-waqi’i). KAMMI hadir di era

terbuka, masyarakat yang kritis, persaingan

antar negara, hingga hegemoni korporasi global

terhadap negara-negara yang dikendalikan

pihak-pihak tertentu yang tampak dan

tersembunyi.

3. Perkembangan kapasitas gerakan. KAMMI tidak

mungkin melakukan perbuatan di luar kapasitas gerakannya. KAMMI selalu

menyandarkan gerakannya pada kapasitas

dirinya sebagai kaum muda dan mayoritas

mahasiswa. Namun dengan potensi yang

dimilikinya, KAMMI akan terus melakukan

grade atas kinerja dan performa gerakannya,

seiring dengan kualitas mahasiswa yang masuk

lalu adalah bahwa KAMMI berhasil melakukan penguatan aksi politik domestik yang menjadikan

KAMMI diperhitungkan di level nasional. Berbagai diraih, setidaknya dalam

konteks gerakan mahasiswa, KAMMI cukup leading dalam berbagai isu kebangsaan. Mulai aksi

penggantian rezim, pelaksanaan Enam Visi Reformasi, mengkritisi kebijakan-kebijakan

strategis dari privatisasi BUMN, privatisasi isu Badan Hukum Pendidikan),

pemberantasan korupsi, pengasawan pemerintahan daerah, keterlibatan dalam

undangan pemuda, dan

Secara internal pada tahun 2005 KAMMI

berhasil merumuskan manhaj kaderisasi baru yang Kaderisasi 1427 H atau dikenal

dengan Manhaj Kaderisasi Muslim Negarawan. Manhaj ini diujicobakan dalam rentang waktu 4

tahun. Setelah itu dilakukan evaluasi dan revisi dalam rangka penyesuaian terhadap berbagai

perkembangan internal dan tantangan yang hadapi. Di samping itu, Muslim Negarawan

menjadi “icon” baru bagi peristilahan

kepemimpinan bangsa yang didorong hingga

pilpres 2009. Prestasi ini patut dijaga dan

Pasca 10 tahun reformasi dan memasuki

era pemerintahan baru, maka KAMMI harus

mentransformasi gerakan lebih progresif.

Mengingat pembacaan teoritisasi momentum sejarah sebelumnya dan berbagai perubahan aktual

yang semakin menantang, KAMMI perlu melakukan transformasi gerakan. Transformasi ini diarahkan

pada gerakan yang lebih massikekuatan signifikan dalam melakukan perubahan.

Di dalam renstra ini transformasi gerakan ini dinamakan dengan istilah KAMMI Jilid 2.

KAMMI Jilid 2 adalah era di mana KAMMI sudah tidak lagi hidup di era ’98, yang mana

tantangan gerakan begitu definitif: ganti rezim Orba. KAMMI Jilid 2 ini adalah era baru yang lebih

terbuka. Hidup di era akumulasi 3 momentum sejarah sekaligus: momentum pergeseran

peradaban global, momentum kebangsaan, dan

momentum sejarah baru gerakan mahasiswa. Di

sini tantangan KAMMI sebagai kaum muda muslim

pun semakin kompleks dan karenanya membutuhkan desain gerakan yang tidak

sederhana.

-----------------------------------------------------------------------------------------

Peran KAMMI di era Jilid ke 2 ini didasarkan pada:

Kesadaran sejarah. KAMMI adalah bagian dari mata rantai sejarah perjuangan umat Islam,

bangsa Indonesia, dan gerakan mahasiswa.

Karena itu masa depan gerakan adalah

cita yang dititipkan sejarah

Islam, nusantara, dan gerakan mahasiswa.

). KAMMI hadir di era

terbuka, masyarakat yang kritis, persaingan

antar negara, hingga hegemoni korporasi global

negara yang dikendalikan oleh

pihak tertentu yang tampak dan

Perkembangan kapasitas gerakan. KAMMI tidak

mungkin melakukan perbuatan di luar kapasitas gerakannya. KAMMI selalu

menyandarkan gerakannya pada kapasitas

dirinya sebagai kaum muda dan mayoritas

mahasiswa. Namun dengan potensi yang

erus melakukan up-

atas kinerja dan performa gerakannya,

seiring dengan kualitas mahasiswa yang masuk

ke KAMMI dan jumlah alumni yang kian

bertambah.

Ketiga landasan ini diikat dalam satu istilah

yang disebut dengan mihwar gerakan.

Transformasi gerakan erat kaitannya dengan

perkembangan orbit/mihwar gerakan. Mihwar

gerakan KAMMI diambil dari hasil teoritisasi atas

ideologi gerakan atau prinsip gerakannya.

Secara bahasa mihwar

Arab yang artinya sumbu, pusat/titik, atau poros.

Dalam konteks gerakan sosial, mihwar biasanya

diartikan sebagai poros sosial. Dalam bahasa

dakwah mihwar lebih pada poros sosial dakwah yakni di mana jangkauan dakwah telah mencapai

jangkauan domain sosial tertentu. Semisal, tandzimi diartikan poros organi

yakni pengorganisasian para du’at. Lalu masuk ke

mihwar sya’bi yakni pengorganisasian masyarakat

menjadi masyarakat dakwah. Lalu masuk ke

mihwar mu’assasi yakni jangkauan dakwah pada

pengorganisasian institusi publik seperti parlemen.

Baru masuk ke mihwar dauli

dakwah pada pengorganisasian Negara secara utuh.

yang semakin menantang, KAMMI perlu melakukan transformasi gerakan. Transformasi ini diarahkan

pada gerakan yang lebih massif dan memiliki kekuatan signifikan dalam melakukan perubahan.

Di dalam renstra ini transformasi gerakan ini dinamakan dengan istilah KAMMI Jilid 2.

KAMMI Jilid 2 adalah era di mana KAMMI sudah tidak lagi hidup di era ’98, yang mana

definitif: ganti rezim Orba. KAMMI Jilid 2 ini adalah era baru yang lebih

terbuka. Hidup di era akumulasi 3 momentum sejarah sekaligus: momentum pergeseran

peradaban global, momentum kebangsaan, dan

momentum sejarah baru gerakan mahasiswa. Di

an KAMMI sebagai kaum muda muslim

pun semakin kompleks dan karenanya membutuhkan desain gerakan yang tidak

ke KAMMI dan jumlah alumni yang kian

Ketiga landasan ini diikat dalam satu istilah

yang disebut dengan mihwar gerakan.

n erat kaitannya dengan

perkembangan orbit/mihwar gerakan. Mihwar

gerakan KAMMI diambil dari hasil teoritisasi atas

ideologi gerakan atau prinsip gerakannya.

mihwar bersal dari bahasa

Arab yang artinya sumbu, pusat/titik, atau poros.

onteks gerakan sosial, mihwar biasanya

diartikan sebagai poros sosial. Dalam bahasa

dakwah mihwar lebih pada poros sosial dakwah yakni di mana jangkauan dakwah telah mencapai

jangkauan domain sosial tertentu. Semisal, mihwar

diartikan poros organisasional dakwah

yakni pengorganisasian para du’at. Lalu masuk ke

yakni pengorganisasian masyarakat

menjadi masyarakat dakwah. Lalu masuk ke

mihwar mu’assasi yakni jangkauan dakwah pada

pengorganisasian institusi publik seperti parlemen.

mihwar dauli yakni jangkauan

dakwah pada pengorganisasian Negara secara utuh.

Page 6: Jurnal muslim negarawan

Perlu diingat bahwa perkembangan mihwar dalam dakwah dari satu mihwar ke mihwar yang

lainnya bukan berarti meninggalkan mihwar sebelumnya. Melainkan mihwar atau poros

tersebut meluas. Arti meluas otomatis poros

sebelum dan wilayah baru terintegrasikan.

Demikian juga dengan mihwar yang dirancang

KAMMI. KAMMI merancang mihwar gerakan ini

untuk memberikan titik tekan (tarkiz) dalam

dakwah. Tanpa fokus gerakan maka gerakan akan

kehilangan arah. Fokus gerakan ini dirancang

dalam rencana mencapai cita-cita tertentu. Namun

sebuah cita-cita haruslah terbangun secara

sistematis dalam upaya pencapaiannya. Dan sekali

lagi, fokus gerakan pada mihwar tertentu bukan berarti meninggalkan mihwar lainnya. Mihwar yang

telah dilalui harus menjadi tulang punggung

gerakan dan harus senantiasa dipupuk terus

menerus. Sedangkan mihwar yang belum dicapai

tetap direncanakan, disiapkan dan tidak dilalaikan.

Sebab setelah melewati satu mihwar maka kita siap memasuki mihwar berikutnya. Bila mihwar

berikutnya tidak disiapkan bisa jadi kita set back karena ketidaksiapan menghadapi situasi baru

tersebut.

Mihwar gerakan KAMMI disusun menjadi

enam mihwar gerakan. Mihwar ini diambil dari

teoritisasi prinsip gerakan KAMMI ke dalam

perluasan perjalanan dakwah KAMMI. Mihwar

gerakan ini penting sebab dengan adanya rumusan

mihwar gerakan, maka KAMMI tidak mudah

dimakan agenda orang lain atau bahkan

dipermainkan isu-isu publik yang memicu

reaksioner gerakan mahasiswa. Dengan rumusan

mihwar gerakan maka perjuangan kader-kader KAMMI dapat dikategorikan tidak saja berjihad

melainkan berjihad bil manhaj.

Teoritisasinya sebagai berikut:

Prinsip Gerakan KAMMI Teoritisasi

Transformasional Mihwar Gerakan

Kemenangan Islam adalah Jiwa

Perjuangan KAMMI � Ideologisasi

Kebatilan adalah Musuh Abadi

KAMMI � Resistensi

Solusi Islam adalah Tawaran

Perjuangan KAMMI � Reformulasi

Perbaikan adalah Tradisi

Perjuangan KAMMI � Rekonstruksi

Kepemimpinan Umat adalah Strategi Perjuangan KAMMI

� Leaderisasi

Persaudaraan adalah Watak

Muamalah KAMMI � Internasionalisasi

Ada 6 Mihwar Gerakan KAMMI dalam membangun Indonesia:

1. Fase Ideologisasi (…-98)

Secara ideologis KAMMI lahir tidak di tahun ’98. Ideologinya lahir sejak mula datangnya Islam oleh para

nabi dan rasul. “Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar

dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” (Qs. Al-Fath [48]: 28). Spirit ini tampak nyata ketika tarbiyah mulai massif di kampus pada era ‘80-an. Terlahir para pendiri KAMMI yang

membawa spirit Islamisasi komprehensif di semua lini kehidupan dan diawali di sekolah dan kampus. Di sini

tampak nyata bahwa cita-cita kemenangan Islam menjadi spirit awal dan menjiwa perjuangan kader-kader

KAMMI. Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI.

2. Fase Resistensi (98-2004)

Sejak kelahirannya pasca Munas FSLDK (Musyawarah Nasional Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah

Kampus), KAMMI menegaskan menjadi bagian tak terpisahkan dari agenda kerakyatan. Sejak itu agenda-

agenda resistensi terhadap kekuasaan otoriter Soeharto semakin massif. Satu hal yang pasti: rezim Orba harus

segera diakhiri. Di sini tersemai spirit kebatilan adalah musuh abadi KAMMI. Fase resistensi ini terus

berlanjut hingga rakyat mendapatkan kesempatan untuk menentukan pemimpin pilihannya sendiri.

3. Fase Reformulasi (2004-2009)

Fase ini mengawali pemerintahan baru dengan legitimasi kuat pilihan rakyat karena presiden dipilih langsung oleh rakyat. Gubernur dan Kepala Daerah pun langsung dipilih rakyat secara transparan. Pada saat

yang sama struktur negara pun semakin kuat. Hadir Mahkamah Konstitusi, kokoh pula Komisi Pemberantasan

Korupsi, dan lembaga kenegaraan lainnya. Di fase ini masyarakat pun semakin kuat dengan gerakan

Page 7: Jurnal muslim negarawan

kemandirian sipil lembaga swadaya masyarakatnya yang menunjukkan hadirnya format sosial baru di Indonesia. Mahasiswa pun hadir tidak lagi sebagai penyambung lidah rakyat, karena rakyat telah ‘berlidah’

sendiri untuk memperjuangkan aspirasinya. Mahasiswa dituntut untuk masuk ke fase baru yakni melakukan reformulasi negaranya dengan lebih strategis. Ini yang menjadi tantangan gerakan mahasiswa. KAMMI dalam

hal ini menawarkan formulasi model kepemimpinan baru yang dikenal dengan model kepemimpinan Muslim

Negarawan. Tawaran ini adalah cermin dari prinsip gerakan KAMMI, solusi Islam adalah tawaran

perjuangan KAMMI.

4. Fase Rekonstruksi (2009-2014)

Fase 2009 merupakan fase titik balik yang menentukan. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi.

Namun yang pasti setiap gerakan harus memiliki rencana strategis (renstra) di tengah turbulensi nasional dan

global ini. Rencana strategis di lima tahun ke depan adalah menggulirkan Narasi Rekonstruksi Kebangsaan

yang Islami. “Rekonstruksi” harus menjadi icon bagi pergerakan Indonesia. Rekonstruksi ini membawa agenda

mentransformasikan demokrasi dari demokrasi formal saat ini menuju demokrasi substansial. Demokrasi

yang dibutuhkan bukan lagi keseimbangan kekuasaan (power sharing) antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif, melainkan bagaimana rakyat dapat sejahtera, aman secara politik dan ekonomi, bermartabat secara budaya,

serta kompetitif di kancah global. Ini political content yang mesti digulirkan. Inti dari political content di sini

adalah mengakhiri sepuluh tahun transisi demokrasi yang bertambal sulam dalam demokrasi formal, lalu

memasuki demokrasi substansial, yang lebih mengedepankan agenda kolektif kebangsaan pada pembangunan

kesejahteraan masyarakat, kedaulatan Negara, dan kompetitif di kancah global.

Di antara political content yang harus dibangun adalah melandaskan ideologi pada kemanusiaan dan

keindonesiaan, bukan lagi ideologi Timur dan Barat, atau utara dan selatan. Sehingga dalam konteks

keindonesiaan perlu dibangun konsep nasionalisme baru, nasionalisme progresif bukan nasionalisme

romantis. Di titik ini para elit penguasa pun harus mampu membangun politik rekonsiliasi dalam rangka

rekonstruksi keindonesiaan, gerakan mahasiswa pun harus lebih banyak tampil mempelopori gerakan-gerakan

perbaikan dan konstribusi nyata dalam upaya rekonstruksi baik dari segi amal kemasyarakatan maupun penyaiapan SDM unggulan.

Di sini, KAMMI harus mengkonstruk kader-kadernya meningkatkan keahlian di bidangnya dan bergerak sesuai kompetensinya. Kelak, kader yang kompeten di bidang ekonomi syariah bekerja keras

memperbaiki resesi ekonomi di sektor real dan makro. Kader di kedokteran pun bekerja memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat. Kader di bidang politik pun bersungguh-sungguh

membangun sistem terbaik bagi masyarakat. Para kader pengusaha menjadi perekrut pekerja terbanyak yang

turut menyelamatkan ekonomi keluarga miskin dan menambah devisa negara. Agenda rekonstruksi di

berbagai level ini sebagai bukti bahwa perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI.

Secara gerakan mahasiswa, kader-kader KAMMI harus memainkan pola baru gerakan yakni mengkombinasikan gerakan aksi dan narasi. Yakni membangun aksi pengawasan parlemen dan pemerintahan

serta sosial, juga mewacanakan narasi baru untuk mengarahkan arah perjuangan Indonesia ke masa depan yang lebih baik dan kompetitif di kancah global. Dengan demikian akan terbangun pola gerakan integratif

antara “aksi dan presentasi”. Jadi penampilan KAMMI dapat masuk di ranah publik dan ilmiah sekaligus.

5. Fase Leaderisasi (2014-2019) Bila dalam rentang lima tahun ini KAMMI beserta para alumninya berhasil merekonstruksi bangsa ini,

maka hanya kepercayaan yang akan diberikan masyarakat pada KAMMI untuk memimpin negeri ini. Sudah

saatnya umat ini tampil menjadi pemimpin negeri ini di berbagai sektornya, baik di pemerintahan, media,

hukum, bidang ketahanan militer, ketahanan pangan, teknologi, energi, informasi, pelayanan, bisnis, rektorat

kampus, dan lain sebagainya. Tentu di fase ini usia kader dan alumni KAMMI sudah tidak hanya 20 tahun level mahasiswa melainkan sudah ada yang seusia 30-an seperti Nabi Yusuf as. yang layak memimpin negeri.

Kepemimpinan harus merata di segala sektor. Yang pasti di fase ini, tidak hanya dari organ KAMMI (dan alumni) yang memimpin tapi dari organ lainnya yang memiliki jiwa kenegarawanan. Karena disadari bahwa

yang menyadari pentingnya ide rekonstruksi sudah sangat massif dan banyak yang ingin berperan. Tapi yang jelas semangat ini adalah implementasi dari spirit kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI.

6. Fase Internasionalisasi (2019-2024)

Jika bangsa ini telah bersatu dalam semangat reliji dan kebaikan, maka kebaikan Indonesia harus

diperluas untuk dirasakan oleh negeri lainnya. Karena itu Indonesia harus mengawali spirit global partnership

(kerjasama global) dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kemanusiaan. Ini adalah implementasi dari

ukhuwah Islamiyah, ukhuwah insaniyah, dan ukhuwah ‘alamiyah. KAMMI berprinsip persaudaraan adalah

watak mu’amalah kammi. Jika banyak negara merancang visi 2020, kammi lebih awal di tahun 2019 sudah

Page 8: Jurnal muslim negarawan

menabuh genderang global partnership bebasnya dengan meyakini tesis pemenang dunia global adalah kapitalisme liberal. KAMMI hanya meyakini

dengan usaha perbaikan yang telah dilakukannya, kisah kapitalisme liberal Barat yang sangat rakus ini berhasil dihentikan di Indonesia dengan ekonomi barunya, ekonomi spiritual, lalu kita memasuki fase baru dengan

global new map (peta global baru) dengan Islam sebagai kekuatannya.

SKEMA GERAKAN REKONSTRUKSI

Rekonstruksi Keislaman dalam Konteks

A. Integrasi Ideologi Islam dan Indonesia

Agenda pertama adalah melakukan integrasi

ideologi antara Islam dan Indonesia. Selama ini

ada semacam gap antara muslim dan

negaranya, umat Islam selalu terpinggirkan

dalam pusaran sejarah bangsa. Dibutuhkan

tafsir baru yang mendekatkan ideologi negara pada nuansa keislaman. Berikut ini adalah

upaya penafsiran ulang atas keislaman Indonesia:

1. Pancasila.

Sebagian kalangan memaknai Pancasila

(mabadi’ul khamsah) sebagai simbol

kekalahan umat Islam, akibat dicoretnya 7

kata yang spesifik: menjalankan syariat

Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Bagi kaum

muda muslim bermental penakluk,

pancasila bukanlah simbol kekalahan, tapi

pintu kemenangan. Perhatikan saja, lima sila itu tidak menghilangkan substansi Islam

yang universal. Pertama, Rabbaniyah

Tauhidiyah. Kedua, Insaniyah Akhlakiyah

Ketiga, Wihdah wal Ukhuwah. Keempat, Hikmah wal Musyawarah. Kelima,

al-Ijtima’iyah.

2. Konstitusi Bervisi Internasional

daripada negara lainnya yang menghendaki pabebasnya dengan meyakini tesis pemenang dunia global adalah kapitalisme liberal. KAMMI hanya meyakini

dengan usaha perbaikan yang telah dilakukannya, kisah kapitalisme liberal Barat yang sangat rakus ini berhasil engan ekonomi barunya, ekonomi spiritual, lalu kita memasuki fase baru dengan

(peta global baru) dengan Islam sebagai kekuatannya.

SKEMA GERAKAN REKONSTRUKSI

Rekonstruksi Keislaman dalam Konteks Kebangsaan ------------------------------------

Integrasi Ideologi Islam dan Indonesia

Agenda pertama adalah melakukan integrasi

ideologi antara Islam dan Indonesia. Selama ini

ada semacam gap antara muslim dan

Islam selalu terpinggirkan

dalam pusaran sejarah bangsa. Dibutuhkan

tafsir baru yang mendekatkan ideologi negara pada nuansa keislaman. Berikut ini adalah

upaya penafsiran ulang atas keislaman

Sebagian kalangan memaknai Pancasila

) sebagai simbol

kekalahan umat Islam, akibat dicoretnya 7

kata yang spesifik: menjalankan syariat

pemeluknya. Bagi kaum

muda muslim bermental penakluk,

pancasila bukanlah simbol kekalahan, tapi

kan saja, lima sila itu tidak menghilangkan substansi Islam

Rabbaniyah

Insaniyah Akhlakiyah.

. Keempat, . Kelima, Al-‘Adalah

ernasional

Tidak perlu takut dengan transnasional,

karena konstitusi Indonesia mengajarkan

kita untuk transnasional. Kalimat utama

yang menjadikan bangsa Indonesia

memiliki jiwa transnasional adalah

“Kemerdekaan ialah hak segala bangsa. Oleh

karena itu segala bentuk penjajahan di muka bumi harus dihapuskan.” Kalimat ini

menegaskan agar rakyat Indonesia berani melakukan pembebasan negeri

penjajahan asing (tahrirul wathon

3. Kemerdekaan yang Islami

Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus

1945 atau bertepatan dengan tanggal 9

Ramadhan. Atau 10 hari pertama bulan suci

Ramadhan yang dikenal sebagai hari

rahmat. Karena itu dalam Preambule UUD

’45 disebutkan “Dengan Rahmat Allah SWT”.

Di samping itu, tanggal 17 bulan 8 tahun 45 memiliki relevansi dengan surat 8 (al

ayat 17 tentang kemerdekaan. kalian yang membunuh mereka, akan tetapi

Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan

kalian yang melempar ketika kalian

melempar, tetapi Allah

(Allah berbuat demikian untuk

membinasakan mereka) dan untuk memberi

kemenangan kepada orang

dengan kemenangan yang baik.”

daripada negara lainnya yang menghendaki pasar bebas sebebas-bebasnya dengan meyakini tesis pemenang dunia global adalah kapitalisme liberal. KAMMI hanya meyakini

dengan usaha perbaikan yang telah dilakukannya, kisah kapitalisme liberal Barat yang sangat rakus ini berhasil engan ekonomi barunya, ekonomi spiritual, lalu kita memasuki fase baru dengan the

Tidak perlu takut dengan transnasional,

karena konstitusi Indonesia mengajarkan

kita untuk transnasional. Kalimat utama

yang menjadikan bangsa Indonesia

memiliki jiwa transnasional adalah

“Kemerdekaan ialah hak segala bangsa. Oleh

ala bentuk penjajahan di muka bumi harus dihapuskan.” Kalimat ini

menegaskan agar rakyat Indonesia berani melakukan pembebasan negeri-negeri dari

tahrirul wathon).

Kemerdekaan yang Islami

Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus

au bertepatan dengan tanggal 9

Ramadhan. Atau 10 hari pertama bulan suci

Ramadhan yang dikenal sebagai hari-hari

rahmat. Karena itu dalam Preambule UUD

’45 disebutkan “Dengan Rahmat Allah SWT”.

Di samping itu, tanggal 17 bulan 8 tahun 45 dengan surat 8 (al-Anfal)

ayat 17 tentang kemerdekaan. “Bukanlah

kalian yang membunuh mereka, akan tetapi

Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan

kalian yang melempar ketika kalian

melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.

(Allah berbuat demikian untuk

embinasakan mereka) dan untuk memberi

kemenangan kepada orang-orang mukmin,

dengan kemenangan yang baik.” (Qs. Al-

Page 9: Jurnal muslim negarawan

Anfal: 17) Ayat ini jelas menyatakan bahwa yang memerdekakan negeri ini bukanlah

para pahlawan yang gugur di medan jihad dan dikubur di taman makam pahlawan,

melainkan hakikatnya Allah-lah yang

melakukannya. Karena itu wajar juga dalam

Pembukaan UUD ’45 disebutkan “Dengan

Rahmat Allah SWT”, bukan berkat

perjuangan para pahlawan. Setelah

merdeka, akan banyak lagi masalah dan

musuh, karena itu pula maka setelah

merdeka, Indonesia harus dibangun atas

nama Allah SWT. Qs. Al-Anfal: 45

menyatakan: Hai orang-orang yang beriman

apabila kamu bertemu dengan kelompok

(musuh), maka berteguh hatilah kamu dan

sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya

agar kamu beruntung.

4. Merah Putih, Dua Warna Kecintaan

Rasulullah

Bendera merah putih sesungguhnya adalah

tradisi yang dilestarikan para Ulama untuk

menjaga dua warna kecintaan Rasulullah.

Rasulullah bersabda:

“Sesungguhnya Allah melipat untukku bumi,

maka aku bisa melihat ujung timur bumi dan

ujung baratnya. Dan sesungguhnya

kekuasaan umatku akan mencapai apa yang

dilipat untukku. Aku juga dikaruniai dua

perbendaharaan (kekayaan) merah dan

putih.” (HR. Muslim: Kitabul Fitan nomor

5144, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad. Juga

diriwayatkan oleh Ahmad dari Syadad bin

Aus. Dinyatakan shahih oleh Al-Bani dalam Silsilah al-Ahadits al-Shahihah nomor 2).

Tidak ada ulama yang secara spesifik berani menafsirkan makna dari kekayaan merah

putih tersebut. Tapi bila kita korelasikan dengan temuan-temuan saintifik terbaru,

kekayaan merah putih itu merujuk pada negeri Atlantis yang dikenal kaya raya di

darat dan lautannya. Negeri Atlantis adalah

benua yang tenggelam oleh lautan sejak

berakhirnya Jaman Es 11.600 tahun lalu

setinggi 120 hingga 150 meter. “Negeri Atlantis itu”, seperti ditegaskan oleh Prof.

Arysio Santos, seorang geolog dan fisikawan nuklir asal Brazil, dalam bukunya Atlantis:

The Lost Continent Finally Found (1997-2009), “adalah Indonesia”. Pulau-pulau

sebanyak 17.000 lebih itu merupakan

puncak dari benua besar Atlantis yang

tersisa. Santos juga mengungkapkan bahwa

Atlantis ini disebutkan dalam seluruh

ajaran-ajaran tradisi kuno dan agama-

agama semitis. Yang menarik, definisi Atlantis yang diungkap Plato 25 abad lalu

secara lengkap merujuk kepada negeri yang disebut Indonesia. Yakni “surga” beriklim

tropis yang penuh dengan segala jenis

keindahan dan kekayaan: daratan-daratan

yang luas dan lading-ladang yang indah,

lembah dan gunung-gunung; batu-batu

permata dan logam dari berbagai jenis;

kayu-kayu wangi, wewangian, dan bahan

celup yang sangat tinggi nilainya; sungai-

sungai, danau-danau, dan irigasi yang

melimpah, pertanian yang paling produktif;

istana-istana bertabur emas, tembok perak,

dan benteng; gajah dan segala jenis binatang buas, pulau-pulau rempah-rempah

(Moluccas atau Maluku) dan sebagainya.

5. Nama Indonesia yang Visioner

Banyak perspektif menyebut asal usul nama

Indonesia. Di antaranya menyatakan bahwa

Indonesia diambil dari kata Hindia dan

nesia (nation), yang berarti kepulauan-

kepulauan Hindia. Karena itu Belanda

sebagai penemu Indonesia menyebutnya

Hindia-Belanda. Nama Hindia-Belanda adalah klaim bahwa Belandalah negara

Eropa pertama yang menemukan negeri penghasil rempah-rempah terbesar di

dunia, agar tidak ada klaim bagi negara lain yang menyusuri jalur niaga nusantara ini.

Nama ini adalah klaim penjajah dan

merupakan kekeliruan, karena Indonesia

sudah memiliki nama besar sebelumnya

yakni nusantara.

Baik Nusantara maupun Indonesia,

sesungguhnya dua nama ini adalah nama

yang visioner. Nusantara adalah gabungan

nama yang bermakna antar nusa (Yunani:

nesos) atau antar pulau. Bentangannya lebih

luas mencakup Indonesia sekarang, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina.

Sedangkan nama Indonesia adalah nama

visioner yang menggabungkan dua kata:

Indo dan Nesia. Indo berarti gabungan dan

Nesia berarti bangsa (nation). Jadi nama ini

merupakan pencitraan tentang masa depan

yakni akan terbangunnya gabungan atau

integrasi bangsa-bangsa. Boleh jadi inilah

makna dari hadits di atas: “… Aku juga

dikaruniai dua perbendaharaan

(kekayaan) merah dan putih.”

Perbendaharaan merah dan putih ini adalah

Indonesia, yang kaya raya akan berbagai

sumber daya strategis. Allohu a’lam bish-

showab

Page 10: Jurnal muslim negarawan

B. Transformasi Demokrasi Prosedural ke

Substansial

Agenda kedua adalah mengarahkan negara

pada kerja-kerja substansial, yakni:

1. Menyegarkan kembali solidaritas keberislaman Indonesia, seperti

optimalisasi peran ulama, tarbiyah Islamiyah, penegakkan solat, zakat, dan lain-

lain.

2. Menyelenggarakan proyek-proyek kebaikan

secara massif, mencakup bidang

pendidikan, riset, teknologi, pertanian,

penerapan ekonomi syariah, kewirausahaan

pemuda, pengelolaan potensi maritim, optimalisasi potensi daerah, pertahanan

dan keamanan, dan lain-lain.

3. Menghentikan dan mencegah proyek-

proyek keburukan, seperti korupsi, judi, narkoba, penyalahgunaan wewenang,

intervensi negative dari pihak asing, dan lain-lain.

Substansi berkuasa itu terletak di dalam ayat

berikut ini:

(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan

kedudukan mereka di muka bumi niscaya

mereka mendirikan sembahyang, menunaikan

zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah

dari perbuatan yang mungkar; dan kepada

Allah-lah kembali segala urusan. (Qs. Al-Hajj [22]: 41)

C. Menjaga Pemerintahan dalam Koridor

Kontrak Amanah

Agenda ketiga adalah mengawasi berjalannya

pemerintahan. Kekuasaan dalam Islam bersifat

kontrak. Bila penguasa sudah tidak amanah,

maka kontrak bisa dicabut. Islam tidak

mengajarkan kekuasaan karena darah

keturunan atau kekuatan mistik, dari gunung,

wangsit atau klaim dari Tuhan. Tapi kekuasaan

dalam Islam bersifat pelayanan dan

kepercayaan (khidmah wal amanah). Bila

sudah tidak dipercaya maka kekuasaan bisa dicabut. Namun demikian, kekuasaan adalah

godaan. Ibnu Qoyyim menyebutnya sebagai

syahwat terbesar dan tertinggi di atas syahwat

yang lainnya, karena ketika kekuasaan sudah

didapat, maka seluruh syahwat akan lebih

mudah disalurkan. Karena itu menjaga dan

mengawasi pemerintahan agar berjalan pada

koridor amanahnya merupakan tugas yang

wajib dilakukan oleh KAMMI. Sebab lain adalah

karena kekuasaan negara merupakan incaran

berbagai pihak berkepentingan dari skala kecil hingga skala korporasi global.

Tren Kader Kammi Dalam Kinerja Politik Peradaban -------------------------------------

Di samping agenda-agenda yang sudah disebutkan

di atas, berikut ini adalah tren gerakan KAMMI yang perlu menjadi prioritas dalam rangka membangun

budaya gerakan agar menjadi tradisi personal

kadernya.

A. Tren Kader KAMMI Berbasis Riset

Kader KAMMI harus membiasakan diri

melakukan riset. Kunci pertama riset adalah

membaca secara mendalam dan terjun ke

lapangan mendalami persoalan hingga tuntas.

Kunci kedua adalah merekam jejak riset itu secara tertulis dalam database. Lalu, kunci

ketiga adalah interpretasi data secara kritis-

objektif dan terkadang intuitif. Di sini membaca,

terjun ke lapangan, dan menganalisa harus

menjadi budaya kader.

B. Tren Kader KAMMI Berbasis Kompetensi

Secara personal, kader KAMMI harus bisa

mempertanggungjawabkan spesialisasinya di

publik. Kader KAMMI harus dikenal sebagai

pakar di bidangnya, sekalipun ia masih kuliah

atau sudah alumni. Dan kader KAMMI harus up-

date dengan kebijakan pemerintah dan tren global yang terkait dengan bidangnya. Secara

organisasional, kader KAMMI harus mengambil

inisiatif membangun aliansi dengan masyarakat

berbasis kompetensi/kelompok epistemic

dalam rangka mendalami kompetensinya dan

menyalurkan bakatnya, bahkan mengadvokasi

sesuai kapasitas kepakarannya.

C. Tren Kader KAMMI Berbasis Entrepreneur

Secara personal, kader KAMMI harus memiliki

usaha baik sebagai sumber ma’isyahnya

maupun sebagai pendapatan tambahan. Usaha

yang dibangun sebaiknya dijalankan secara

team work, mendayagunakan tenaga/modal

orang lain. Hal ini melatih kapasitas

kepemimpinan kader, mengasah intuisi,

mengelola konflik, dan lain-lain. Hal ini semua

diawali dengan membangun mental dan

wawasan entrepreneur. Mental entrepreneur

berarti menjadikan diri kader sebagai orang

yang visioner, mandiri, bertanggung jawab, siap

Page 11: Jurnal muslim negarawan

menghadapi resiko, mampu bekerja sama, cepat mengambil peluang, kreatif menciptakan

program dan inovatif memberikan solusi.

1. Negara saat ini tengah di persimpangan sejarah. Bergerak tanpa narasi besar di tengah arus

besar peralihan peradaban dunia. Kehilangan narasi besar ini menjadi pertanyaan mendasar, mau dibawa ke mana Indonesia tercinta ini? Di situasi seperti ini dibutuhkan

anak-anak muda yang berani mengajukan narasi gerakannya sebagai stimulus bagi kemunculan situasi baru.

2. Gerakan mahasiswa mengalami kehilangan orientasi ketika tarikan elit begitu kuat, alih-alih menjaga kesejatiannya sebagai gerakan intelektual, malah terjebak menjadi gerakan

partisan. Gerakan mahasiswa semakin minim melakukan kajian politik, karena itu lebih

banyak terjebak menjadi permainan politik.

3. Situasi ini harus segera dipulihkan agar gerakan mahasiswa yang notabene adalah manusia

berusia produktif dapat berperan jauh lebih besar ketimbang dalam politik pragmatis.

Trend Gerakan Riset dan Kompetensi harus segera dimassifkan di kalangan aktivis

mahasiswa, terutama kader KAMMI.

4. Trend gerakan riset dan kompetensi ini pada hakikatnya adalah trend yang menyatukan

elemen-elemen bangsa di aras pengetahuan. Karena perbedaan selalu dapat diselesaikan dalam titik temu pengetahuan.

5. Gairah trend gerakan riset dan kompetensi juga akan menjadi progresif dengan membuka

jaringan internasional di bidang riset dan pengembangan kapasitas pengalaman kader di

kancah internasional. Kemajuan bangsa-bangsa karena mereka bertumpu pada kualitas

Brain Drain Circulation (sirkulasi orang-orang cerdas di dunia).

6. India telah memulai sejarah reserve brain drain (menarik orang-orang cerdasnya di luar

negeri) yang sebelumnya India lebih banyak mengekspor orang-orang cerdas ke luar negeri

yang kemudian berdampak pada keterpurukan negaranya. Namun kini, ketika infrastruktur

negaranya sudah disiapkan, dan orang-orang cerdas itu ditarik ke dalam negeri, India

semakin melesat ke level global dengan sangat kompetitif. Indonesia perlu mencontoh hal

ini. Yang perlu dicontoh adalah memberikan pengalaman internasional pada kaum muda

cerdas untuk belajar dan berkiprah di luar negeri dan segera menariknya untuk

membangun bangsanya sendiri.

7. Jadi, gerakan berbasis riset dan berbasis kompetensi adalah dua hal yang urgen untuk

dimulai, terlebih bila ke depan Perguruan Tinggi kita dorong untuk berada di bawah

Menristek tidak di bawah Mendiknas, agar Perguruan Tinggi kita berlevel kampus riset yang

memiliki daya saing global, sebagaimana di Malaysia dan Jerman. Visi pendidikan harus

segera diubah, tidak terjebak pada menyiapkan tenaga kerja global (global employee),

melainkan menyiapkan para pemimpin global berbasis kompetensi (the global future

leaders base on talent).

8. Di antara bentuk praktis dari gerakan berbasis riset dan gerakan berbasis kompetensi

adalah diperbanyaknya penyelenggaraan workshop ilmiah nasional antar kader kampus

sesuai kompetensi jurusannya. Ke depannya kader hasil workshop ini dirancang sebagai think thanker gerakan KAMMI yang dapat menyoroti kebijakan publik serta mendorong

alternatif baru kebijakan pemerintah yang lebih progresif dan ilmiah.

9. Bentuk praktis lain adalah pemberangkatan kader-kader unggul sesuai kompetensinya ke

luar negeri dalam paket program short course (kursus singkat), student exchange (pertukaran mahasiswa), bahkan melanjutkan studi postgraduate, dipilih dari kader level

AB3 dengan minimal IPK 3, komitmen berorganisasi, dan komitmen tarbiyah yang bagus.

Bidang-bidang yang dikembangkan mencakup berbagai bidang yang disesuaikan dengan

kebutuhan bangsa ke depan dan kecenderungan umum kader, semisal bidang ekonomi

Islam, energi, teknologi, ekonomi dan bisnis, otonomi daerah, hingga politik hubungan internasional, kafa’ah syar’i, dan lain-lain.

10. Gerakan mahasiswa berbasis riset dan kompetensi mendekatkan gerakan KAMMI pada kelompok epistemik, kalangan akademisi, pengambil kebijakan negara, kelompok

masyarakat, dan kalangan gerakan Islam itu sendiri. Integrasi kelompok pemikir strategi ini

Page 12: Jurnal muslim negarawan

akan memperkokoh negara. Karena keputusan damai atau perang bagi sebuah negara, tidak bisa diputuskan dengan ceramah yang berkobar-kobar, melainkan ia merupakan hasil

ijtihad dari kalangan ulama, akademisi, intelektual, dan kelompok strategis lain yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi validitas pengambilan keputusan negara.

11. Kepemimpinan entrepreneur menjadikan idealisme menjadi lebih nyata. Politik nilai

bertemu dengan kenyataan bila ditopang dengan mentalitas interpreneur yang menekankan

kemandirian, kepeloporan, integritas, kepercayaan, kepemimpinan, ketegasan, tanggung

jawab, kerja sama, kemauan yang keras, cepat belajar, cepat membaca peluang dan cepat

bertindak, serta gairah progresif pada perluasan kebermanfaatan pada masyarakat banyak.

12. Tren gerakan mahasiswa yang hanya bertopang pada aspek politik saja akan tergeser oleh

tren mahasiswa atau kaula muda yang kini telah banyak mewarnai di dunia entrepreneur

muda, baik di dalam maupun di luar negeri. Ini adalah kenyataan. Apalagi bila kita melihat

mahasiswa-mahasiswa Indonesia di luar negeri yang tidak sekedar studi, tapi

mengembangkan jaringan bisnis dan investasi ketika pulang ke dalam negeri semua

jaringan dan asetnya akan turut tertarik masuk ke dalam negeri juga. Dan karenanya mereka berpotensi menjadi pemimpin bangsa di masa kini dan masa depan.

D. Tren Kader KAMMI Berbasis Kompetitor

Penting kiranya kader KAMMI memiliki

kompetitor, agar pergerakannya dinamis dan

pada titik-titik tertentu mencapai titik-titik dan

ruang-ruang sinergis dengan pihak-pihak yang diperlukan.

Medan Kompetsisi KAMMI

1. Dirinya

Medan kompetisi pertama bagi kader adalah dirinya sendiri. Kader harus bisa

memecahkan mitos ketidakmungkinan. Mungkinkah dirinya sukses sebagai mahasiswa sekaligus

sebagai pemimpin pergerakan? Mungkinkah kader di usia 20-an bisa sukses bersamaan di bidang

kompetensi akademiknya, sekaligus sukses dalam aktivitas pergerakannya, dan mandiri secara

finansial? Banyak mahasiswa yang merasa tidak mungkin, tapi bagi kader KAMMI

ketidakmungkinan ini hanyalah mitos. Kader KAMMI harus menjadi teladan, menjadi mahasiswa

tercepat lulus sarjana dan pascasarjananya dengan nilai minimal memuaskan (IPK minimal 3,0),

pada saat yang sama ia sukses mengemban amanah pergerakan di mana pun ia diamanahkan baik sebagai kaderisasi, kebijakan strategis, humas, sosmas, bahkan sebagai pemimpin pergerakannya,

dan ia pun sukses untuk tidak bergantung pada bantuan bulanan orang tuanya, ia punya bisnis

sendiri yang menjadikannya memiliki mental setara dengan para stakeholder.

Dirinya adalah medan pertarungan pertama. Masa mudanya yang penuh godaan adalah

tantangan tersendiri. Kader KAMMI harus bisa melaluinya dengan sukses. Kader KAMMI harus

menjadi teladan. Kuncinya adalah mempersepsi dirinya sebagai teladan terbaik, menyetting

dirinya dengan setting mental pemimpin, dan bergerak dengan perencanaan yang matang dan

tertulis.

2. Kampus

Kampus merupakan medan kompetisi kedua bagi kader KAMMI setelah dirinya. Kampus

adalah ruang terbuka dan miniatur negara pertama bagi gerakan mahasiswa untuk berkiprah di

publik. Dari kampuslah keluar berbagai kebijakan yang sedikit banyak berpengaruh pada

kehidupan sivitas akademika. Di kampus juga bermunculan berbagai dialektika pemikiran. Di

kampus juga berkembang berbagai aliran dan kelompok. Di kampus juga dilakukan berbagai penelitian dan uji coba empiris dalam berbagai hal yang akan dikembangkan oleh perusahaan dan

pemerintahan. Kampus menjadi alat legitimasi ilmiah bagi kebijakan-kebijakan pemerintah. Atas

dasar itu kampus menjadi medan kompetisi strategis bagi mahasiswa wabil khusus kader KAMM

untuk mengasah bibit kepemimpinannya.

Kader KAMMI di kampus harus menjadi pemimpin, teladan, sekaligus organ dan individu

yang berpengaruh. Pemimpin, teladan, organ maupun individu berpengaruh bisa jadi di level

kelasnya, jurusannya, fakultasnya, kampus itu sendiri, ataupun bahkan antar kampus. Dalam hal

Page 13: Jurnal muslim negarawan

ini kader KAMMI harus memiliki perencanaan diri kapan memimpin kelas, jurusan, fakultas, kampus, dan aliansi antar kampus. Setelah itu kuncinya adalah intuisi kepemimpinan.

3. Negara

Negara merupakan medan ketiga setelah dirinya dan kampusnya. Bahkan sebagian

kampus sendiri adalah bagian dari negara. Negara ini merupakan organisasi terbesar di dalam

sebuah bangsa. Di dalamnya lengkap berbagai alat pemerintahan, militer, dan media di berbagai

tingkatannya, baik level local maupun nasional. Berbagai kebijakan yang terkait dengan hajat

hidup orang banyak keluar dari negara, karena memang tugas negara melakukan pengaturan.

Namun demikian kunci-kunci pengaturan negara tidak begitu terbuka hatta dalam system

demokrasi liberal. Sebab pengambilan keputusan hanya dilakukan oleh segelintir orang dengan

berbagai pengaruh yang dimilikinya dan kekuatan-kekuatan berpengaruh yang

mempengaruhinya. Tidak ada satu kekuatan dunia yang abai terhadap pentingnya posisi negara.

Mereka yang berkepentingan akan memantau jalannya negara sesuai kepentingannya. Maka

dalam berbagai bentuk negara baik demokrasi maupun monarki tidak ada yang netral. Power

tends to corrupt. Karena itu negara patut diawasi. Dan pihak-pihak yang berkepentingan agar masa kini dan masa depan negara dalam keadaan baik, harus terlibat dalam menyukseskan

terselenggaranya kebijakan negara yang positif dan pro rakyat.

Kuncinya adalah kritis terhadap apapun yang dilakukan oleh negara. Gerakan mahasiswa

harus berkolaborasi dengan berbagai elemen yang memiliki satu tujuan kebaikan bangsanya.

Kolaborasi ini bersifat aliansi strategis dan taktis, bahkan boleh jadi bersifat aliansi ideologis.

Kajian strategis harus dilakukan secara intensif dan massif, demikian pula networking dan

manuver politik dan media penting dilakukan dalam rangka berkontribusi dan membangun

keseimbangan bernegara.

4. Korporasi Global/Globalisasi

Di atas negara terdapat kekuatan global yang disebut korporasi global. Korporasi global ini

bisa berbentuk perusahaan industri global, yang hadir mewarnai kehidupan manusia bisa berbentuk makanan, obat-obatan, pakaian, dan kesenangan hidup, dari musik, film, hingga

berbagai hiburan kehidupan. Produk akhirnya berupa life style (gaya hidup). Bahkan di antara korporasi global terdapat korporasi khusus yang memproduksi senjata, dari senjata ringan hingga

senjata pemusnah massal. Persaingan antar korporasi global bisa berakibat fatal bagi kehidupan sebuah negara. Bahkan kerap kali perundang-undangan kita adalah produk dari hasil titipan

korporasi asing untuk memuluskan kepentingannya menghegemoni negara. Di negara-negara

maju seperti di Amerika Serikat, sesungguhnya yang mengendalikan negara adalah korporasi. Di

sini nasib negara ditentukan oleh hasil negosiasi transaksional antara negara dan korporasi

global. Korporasi ini adalah elemen imperialisme gaya baru. Karena itu elemen korporasi global merupakan medan kompetisi gerakan mahasiswa yang perlu diperhitungkan.

Dalam level global ini, kader KAMMI harus kritis terhadap sepak terjang berbagai korporasi besar. Pada saat yang sama kader juga harus bisa membangun aliansi global—berbasis

pemuda (base on youth), sebab perjuangan bersifat jangka panjang. Mental yang terlebih dahulu dibangun adalah mental penaklukan. Mental kompetitif agar daya saing bangsa pun terbangun

karena para pemudanya memiliki daya saing yang bagus.

E. Tren Kader KAMMI Berbasis Sinergi

Bagaimanapun, gerakan akan besar bila

ditopang dengan jaringan (network) dan kerjasama (partnership) yang luas. Karena itu

tren gerakan yang harus dibangun KAMMI yang

kelima adalah tren gerakan berbasis sinergi.

Banyak lembaga yang memiliki peran besar

dalam melakukan perubahan. Begitu pula banyak tokoh masyarakat yang memiliki

integritas dan sumber daya strategis telah melakukan kontribusi dalam perubahan bangsa

ke arah yang lebih baik. KAMMI akan berkembang progresif bila dapat membangun

sinergi dengan berbagai pihak internal dan eksternal. Kuncinya adalah mempertemukan

kesamaan, baik kesamaan ideologis, kesamaan strategis, maupun kesamaan kepentingan.

Sinergi ini akan lebih maju bila berangkat dari

rencana pengembangan kapasitas internal

gerakan. Gerakan akan menjadi lebih terukur

dalam mengelola berbagai program sinergi.

Demikian penjelasan singkat gagasan meretas politik peradaban KAMMI (thoriqatusy-syabab

lisiyasatul hadhariyah). Mari beramal nyata! []

Page 14: Jurnal muslim negarawan
Page 15: Jurnal muslim negarawan

Diskusi KAMMI:

"Imam al-Ghazali Melakukan Pembangkangan Sipil” oleh Amin Sudarsono

Ketua Departemen Kajian Strategis PP KAMMI

Bertempat di Markas KAMMI Pusat, Jl Gugus Depan Matraman Jakarta Timur

Rabu, 31 Maret 2010 Narasumber : Asep Sobari, Lc.

Notulensi : Amin Sudarsono Peserta : Rijalul Imam, Deny Priyatno, Maukuf, Joko

Wardoyo, Yudi Hermawan, Inggar Saputra, Syamsul, Erwin, Vina Nisrina, Sari Kurnia Nur Fath,

Yumroni, Kamaludin, Ramli al-Banna.

Rijalul Imam:

Hamdalah, sholawat. Sebelumnya, terimakasih

ustadz telah bersedia hadir pada diskusi rutin kita

tentang politik dan peradaban. Kami biasa menyebut Halaqah Reboan. Untuk mengawali, tema

yang kita angkat sekarang ada korelasi dengan isu yang hangat. Pertama Century, ternyata ada

masalah pengambilan kebijakan, yaitu kebijakan

yang neolib. Indonesia dijarah luar biasa. Problem

pertama peradaban, di tengah Amerika turun, kita

ingin peradaban alternatif yang harus menang di

muka bumi, yaitu Islam. Buku Misteri Masa Kelam

Islam dan Kemenangan Perang Salib ada korelasi,

yaitu kekuatan yang menginvasi Palestina adalah

kekuatan Barat, Romawi. Pada saat yang sama,

internal Islam rusak, kesenjangan terlalu luas.

Identifikasi persoalannya ternyata sama dengan

kondisi saat ini.

Menarik membaca terjemahan ustadz, ternyata

Shalahuddin berhasil memenangkan perang global

dengan satu konstruk sejarah yang luar biasa.

Bukan karena Shalahuddin secara individu yang

merebut Palestina, tapi kerja besar generasi. Saat

membaca aslinya ternyata lebih obsesif judul

aslinya, membuat kita sedih dan meratap.

“Beginilah cara generasi Shalahuddin merebut al-

Quds,” ini bahasa saya. Dalam konteks aktivis

sangat bersemangat. Karena problem kita sama, Palestina masih dikuasai Zionisme.

Ternyata kami juga melihat formula penulisan sejarah di buku ini yang dahsyat. Saya dan Amin

berasal dari jurusan Sejarah Peradaban Islam IAIN Sunan Kalijaga, merasa mendapatkan satu konstruk

metodologi sejarah yang jarang digunakan di IAIN,

karena di IAIN metodenya liberal. Pembacaan

perubahan sosial secara sekuler, nggak usah bicara

hati dalam sejarah. Di buku ini, ada keikhlasan ketemu penyiapan generasi. Pertemuan masyarakat

yang luar biasa.

Spirit yang kita bangun dari diskusi ini adalah bagaimana cara membangun konstruk peradaban

di Indonesia. Karena kita sudah merdeka, ternyata faktanya tidak merdeka, kita belum merdeka. Umat

Islam masih merasa di luar struktur negara. Rata-rata tema pergerakan Islam di luar masalah negara.

Padahal mestinya lebih memimpin. Konstruk ini yang hendak kami bangun. Di sini, kira-kira wacana

apa yang harus kita gagas? Kini, seolah yang berhak

mengelola negara hanya kaum nasionalis. Itu

konteks indonesia.

Sementara internasional, braindrain internasional.

Jadi ketika bicara Palestina tidak sekedar berwacana, tapi menyediakan gerakan utuh. Jangan

hanya khilafah dalam spanduk, tapi bikin gerakan yang nyata. Tapi itu lebih tertata kalau membaca

konstruk sejarahnya. Sebetulnya, ini diskusi yang

sudah lama, kami sudah meminta sejak 2009. Saya

ingat ketika ada yang meminta diskusi buku ini.

Silakan dimulai.

Ustadz Asep Sobari, Lc:

Hamdalah dan sholawat. Saya ucapkan jazakallah

khair atas kesempatan berbagi diskusi terbatas,

agak lama baru terealisasi. Pertama, saya optimis

buku ini sudah dibaca. Ketika kita sudah bicara bisa

langsung ke masalah yang bisa ditarik sisi

kongkretnya. Beberapa kali saya membedah buku

ini—tidak terlalu tebal tapi banyak persoalan yang

diungkap, sangat luas.

Kita dipaparkan pada satu model dalam sejarah,

bahwa umat Islam itu pada dasarnya, dalam arti

normatif benar-benar mendapat jaminan dari Allah

sebagai umat yang paling tinggi. Ternyata

implementasi keIslaman tiap zaman menjadi

berbeda. Tapi di sisi lain, Allah dan Rasul-Nya memberikan satu jalan yang jelas bagi umat Islam

untuk menemukan jalan keluar dari bersoalan umat yang sifatnya besar. Misalnya konsep pembaruan,

tajdid, juga diberikan semacam yang lebih spesifik lagi, yang menurut saya tidak terbatas ruang waktu,

yaitu konsep at-thaifah al-manshurah. Ini konsep

dan bukan hanya identitas sebuah kelompok. Meski

secara bahasa, artinya “golongan yang

diselamatkan.”

Sebetulnya itu sebuah konsep. Konsep yang memberi jalan agar Islam kembali kepada

Page 16: Jurnal muslim negarawan

keunggulannya. Dan tajdid tidak terlepas dari thaifah ini. Dalam

hadits dijelaskan, tidak ada pembaharuan kecuali dalam satu kurun. Di sini, ‘kurun’ tidak pasti dalam

satu waktu tertentu, Qardhawi mengartikan

generasi, ada juga 40 tahun. Intinya ini terjadi

dalam jeda waktu yang cukup panjang. Nah, dalam

jeda itu apa yang bisa diteropong umat Islam. Dari

satu tajdid ke yang lain. Itu la tazal, akan selalu.

Mereka selalu ditolong, menang karena kebenaran.

Para sahabat pun mengkaji masalah ini. Jadi, yang

penting, bukan Anda berada dalam kelompok siapa

atau bersama siapa, tapi kamu sendirian. Jadi

sebenarnya kalau dalam titik nadir juga ada.

Buku ini memaparkan sebuah model yang pernah

ada dalam sejarah. Islam pernah terpuruk bahkan

jauh lebih dalam dari Bani Umayyah. Itu

menunjukkan secara mendasar umat sangat sehat

pada masa Umar bin Abdul Aziz. Karena dalam

waktu dua tahun, ada perubahan yang mendasar,

setelah dari penguasa sebelumnya. Di grass root

umat Islam sangat sehat, sampai zakat tak ada yang

bisa menerima. Meski ada juga persoalan di tingkat

elite.

Saat itu ada masyarakat dari unsur sahabat—yang

tersisa sedikit—dan kalangan tabi’in. Secara umum mereka tidak ada masalah. Tapi berbeda dengan

periode Shalahuddin. Kurang lebih 400 tahun sesudah itu, pembuktian kurun kehancuran umat

Islam terlihat sekali dalam kekalahan di berbagai

lini. Pemberontakan Buwaihiyyah yang berorinetasi

Syiah Ismailiyyah, juga dinasti Fathimiyyah di

Mesir. Yang kondisi ini menguatkan Eropa, yang masuk ke Palestina, saat itulah umat Islam betul-

betul rapuh.

Jadi itu adalah momentum pembuktian saja. Konsepsi umat benar-benar rapuh. Kalau melihat

cerita tentang perang salib di fase ini mengerikan, bagaimana pembantaian mengerikan, dalam satu

hari bisa ratusan ribu dibantai. TANPA ADA

PERLAWANAN! Ada pidato dan orasi, tapi mengapa

ini tidak membangkitkan umat? Munasharah

dimana-mana, tapi umat tidak bangkit. Pertanyaannya kenapa? Butuh waktu 60-an tahun

untuk melahirkan generasi.

Dibatasi daerah Syam, kemudian muncul kekuatan yang bisa menghancurkan Dinasti Fathimiyyah—

yang pengaruhnya sampai Baghdad. Padahal

mereka punya sayap militer. Mereka bekerjasama

dengan Hasyasyin—yang kemudian diserap dalam

bahasa Inggris menjadi assassin (pembunuh

bayaran). Kemudian, sayap militer Qaramithah, ada

sayap intelektual Ikhwanus Shafa. Bahkan sampai

bisa mengosongkan khilafah dalam satu tahun.

Dinasti ini hancur, bukan hanya politik atau kekuasaan. Bahkan masyarakat yang orientasinya

Syi’i kembali ke Sunni, ini ada penyehatan yang luar biasa. Serangan ini menghasilkan kekuatan baru di

segala bidang—terutama intelektual. Ini fase

sejarah yang penting. Bagaimana itu lahir?

Pertanyaan besar, bagaimana Shalahudin bisa

menang?

Selama ini Shalahuddin dipotong sejarahnya, hanya

mengembalikan Palestina. Seakan yang dominan

disitu adalah kembalinya kebangkitan Islam dengan

kepemimpinan Shalahuddin. Tapi, dia lahir dari

mana, dalam kondisi apa, atau itu adalah mu’jizat?

Itu persoalan besar. Kalau kita memotong fase sejarah, sejarah Shalahuddin tidak akan terulang.

Tapi kalau kita lihat sebelum dan sesudahnya,

tampak thaifah manshurah. Ini dari konsep besar

dan itu bisa diteropong sampai sepanjang massa.

Yang penting, Abbasiyah sebagai khilafah itu ada.

Tapi, di masa itu pula pasukan salib. Terlepas dari

masa khilafah ada, generasi Shalahuddin itu lahir.

Artinya yang melahirkan Shalahuddin bukanlah

khilafahnya, tapi dia lahir dalam konteks.

Shalahudin adalah juru bicara dari generasi yang

sudah siap. Kalau bukan Shalahuddin, maka tetap akan ada jubir yang lain. Itu disiapkan generasi

sebelumnya yang menyadari kerapuhan, lalu mendiagnosa, terapi dan melahirkan satu generasi.

Meskipun mereka tidak merasakan buah dan jerih

payah mereka sekian puluh tahun. Itu cakupan

besar buku ini.

Buku ini membahas fase-fase yang menurut saya

komprehensif yaitu melihat sejarah sebagai sebuah keutuhan, bukan penggalan-penggalan. Jadi,

kajiannya bukan model lain dari yang sudah ada. Ini bukan hanya buku sejarah, tetapi FIKIH SEJARAH.

Dia memahamkan kepada kita rangkaian-rangkaian peristiwa. Fokus utamanya adalah muslim bisa

merebut Palestina. Tapi itu hanya penggalan.

Banyak buku yang membahas itu, tapi tidak dalam

konteks. Biasanya Shalahuddin jadi aktor tunggal.

Di buku ini, cerita Shalahuddin menang kok bisa ya?

Apa yang terjadi di umat Islam selama 80 tahun

sebelum kemenangan itu. Masa ketika kalah dengan mudah, dan ketika menang sangat heroik, tidak bisa

dibendung Kristen. Apa yang terjadi selama 80

tahun? Buku ini tidak bicara banyak Shalahuddin,

lebih banyak bicara umat dibangun lagi, satu tren—

bukan hanya satu kelompok orang—arus

pergerakan yang dipelopori para ulama yang tahu

persis dan mengalami sejarah waktu itu karena

keterpurukan.

Page 17: Jurnal muslim negarawan

Mereka membangkitkan semangat umat Islam. Saat

munasharah gagal, khilafah tidak eksis. Khilafah tidak langsung menyelesaikan persoalan. Umat

Islam berkali-kali terpuruk pada saat khilafah

masih ada. Di luar itu justru yang terbangun.

Bahkan cenderung melakukan perlawanan sipil

yang sangat kuat sekali. Tapi bukan berarti

melawan itu semua tidak diterima. Mereka punya

prinsip yang jelas saat melakukan kebangkitan.

Pemerintah tidak tanggung-tanggung untuk

dilawan.

Nah, arus ini sangat kuat. Sulit menunjuk satu aktor

tunggal. Cuma, fakta sejarah belum menggambarkan itu. Kalau baca sejarah klasik,

yang kita dapati hanyalah kronologi. Tapi, kaitan

satu sama lain tidak dijelaskan, melalui buku ini

coba dijelaskan, buku ini fikih sejarah. Itu harus

dikembangkan. Karena peradaban itu, lebih 1/3 al-

Quran adalah kisah. Dan rasul dalam perjalanan

dari Makkah ke Madinah, tidak lepas dari arahan

sejarah.

Sebelumnya, rasul dipaparkan kisah Nabi Musa

secara gamblang. Bagaimana gambaran kaau sudah masuk fase konfrontasi. Dalam al-Quran itu jelas,

memberi satu gambaran tentang sunnatullah dalam hubungan manusia dengan setiap kejadian yang

terjadi –pada masa itu. Sikap mereka menghasilkan apa dan bagaimana. Ini yang penting bagi rasul

untuk merekonstruksi umat sebagai kelanjutan

nabi terdahulu.

Juga memberi gambaran pada beliau agar menjadi visioner. Misalnya saat Perang Khandak, yang

sudah hampir kalah—10.000 pasukan mengepung kota kecil. Tiba-tiba Rasul katakan, Romawi akan

takluk, Persia akan takluk. Itu bukan sekedar persoalan ilham, tapi ada indikator—sunnatullah—

bahwa Quraisy sudah begitu lemah, jadi tanpa kekuatan sendiri tidak bisa menyerang Madinah.

Sehingga musuh mempertimbangkan dengan

kekuatan sebelumnya.

Lihatkah pada Hudaibiyah, Rasul menerima semua kesepakatan. Dianggap merendahkan oleh para

sahabat, tapi Rasul tidak. Menurut Rasul, Quraisy mau tunduk bersepakat damai dengan Madinah itu

sudah merupakan sebuah kekalahan. Dan bisa dilihat Makkah sudah lemah. Fathan mubnina itu

bukan Makkah, tapi Hudaibiyyah, yang

mengantarkan Islam ke kancah internasional. Rasul

pandangannya jauh. Sebenarnya, itulah pentingnya

sejarah. Mencoba rekonstruksi kejadian yang

tampaknya tidak terkait menjadi terkait.

Umat Islam saat dihabisi pasukan Salib, seiring

betul dengan lemahnya internal pada abad 4-5 hijriah. Memang ada pada tahun sebelumnya dan

itu semakin menurun. Bahwa kerapuhan internal yang membuat umat Islam begitu mudah jatuh,

terbukti Palestina. Bukan karena semata kekuatan

musuh dari luar, tapi lebih pada kelemahan

internal. Itu yang membuat perimbangan dengan

luar. Kita secara internal terus turun dan menjadi

lemah.

Ini diterjemahkan sebagai fase. Katakanlah, Mongol

begitu hebat sehingga Baghdad hancur. Bukan

begitu! sebetulnya umat Islam Baghdad sudah

lemah. Mongol bisa masuk ke Syiria dan Mesir dan

mereka kalah. Jadi kekuatan umat ada di internalnya pertama kali dan ini yang membuat

saya berfikir bahwa konspirasi selalu menentukan

akhir perjuangan kita. Dan kita menjadi ahistoris.

Sejak umat dibangun selalu ada konspirasi. Kenapa

bisa menang, karena internal menang. Nah, ketika

yang terjadi di Baghdad dahulu, atau Palestina

sekarang, di sini dipaparkan bagaimana

keterpurukan sosial, politik. Yang harus

digarisbawahi, itu hanyalah gejala, ada masalah

yang lebih mendasar—apa itu? Itu yang jarang dalam kajian strategis. Yaitu pemikiran, nilai,

keilmuan dan keulamaan.

Karena apa? Pertama, ulama dalah warastatul ambiya. Titik Islam adalah nubuwat, karena ada

wahyu dan implementasi. Itulah yang melahirkan

peradaban. Bagaimana Khulafaur Rasyidin, mereka

memiliki kekuatan legal dan otoritatif ’alaikum

bisunnati wa sunnatil khulafaur rasyidin. Itu yang paling ideal 30 tahun dan harus menginspirasi.

Dengan segala kondisinya, umat sejahtera sampai ada konflik antar sahabat, itu tetap masa ideal.

Konfliknya tidak ideal, tapi bagaimana menyikapi konflik, itu yang ideal. Bagaimana para sahabat

menghadapi hak yang sensitif dan krusial. Itu penting.

Nah, ketika ulama dikatakan sebagai pewaris,

sebenarnya misi keulamaanlah yang menjadi

susbtansi perjuangan umat Islam untuk betul-betul mempertahankan dan membangkitkan kembali

kondisi umat. Nah, misi keulamaan itulah yang mencakup pemikiran, nilai dan pendidikan. Itu yang

menjadi sorotan terbesar dari buku ini. Pemaparan lebih banyak diwarnai Imam al-Ghazali dalam hal

ini. Imam al-Ghazali mewakili ulama saat itu yang

membaca kenapa umat rapuh, buktinya umat Islam

begitu rapuh. Imam al-Ghazali butuh 10 tahun

untuk membaca sejarah ini, dan buktinya jelas, ada

penyimpangan luar biasa. Kata ulama tolong jangan

diartikan sebagai ’ustadz masa kini’, tapi lebih luas.

Page 18: Jurnal muslim negarawan

Ulama menyimpang dari risalahnya yaitu amar makruf nahi mungkar, padahal itu substansi umat.

Ukhrijat linas, Allah memberi kemuliaan pada umat. Kuntum generasi awal Islam, ini bukan hanya awal.

Kuntum khaira umat, itu sesudah. Tidak akan

seluruh generasi itu menjadi mulia, karena ada

syarat. Harus amar makruf dan iman. Sayyid Qutb

kasih catatan, iman kenapa dimasukkan, karena

amar makruf harus melalui sudut pandang yang

jelas yaitu iman. Karena baik buruk di mata orang

itu berbeda-beda. Itu kalau diserahkan pada

manusia, tapi kalau iman ada standar sendiri mana

baik mana buruk.

Amar makruf nahi mungkar sesuai sebenar-benarnya. Yang mungkar sudah dieliminasi oleh

generasi awal Islam. Maka mereka mulia. Misi para

ulama itu memberi penjelasan mana baik mana

buruk dan ini akan menjadi corak kebijakan sosial

politik, nah yang hilang di masa itu. Ulama sudah

tren umum sudah rusak. Maka ada ulama dunia dan

akhirat, ada yang terbungkus materi.

Ada pengakuan, setelah Bani Saljuk naik, ulama

diangkat oleh penguasa. Awalnya baik tapi akhirnya

berujung pada tragis. Ulama melihat posisi mereka di pemerintahan awalnya wasilah (jalan), kemudian

menjadi ghayah (tujuan).

Saat itu, mulai hilangnya ulama saleh, yang memberikan pandangan dan penjelasan dalam

fenomena kehidupan. Pemerintah mengambil

kebijakan tanpa pandangan ulama, politik dan

ekonomi rusak. Ini yang menjadi titik persoalan.

Imam al-Ghazali akhirnya memutuskan menjadi tabib, dia bukan satu-satunya contoh—tapi

memang sangat sulit mencari arus pergerakan masa itu. Imam al-Ghazali memberi pengaruh

sangat penting.

Nah gejala-gejala tadi, yaitu kiblat pada politik dan fanatisme madzhab sangat bahaya. Madzhab itu

menjadi pengkotakan, identitas sosial, padahal

pada awalnya bukan begitu. Tapi fungsinya

madrasah pemikiran yang masing-masing punya

pendekatan metologi, untuk menyelesaikan persoalan yang tidak ada keterangan langsung dari

al-Quran dan Sunnah. Pendekatan itu dilakukan para ulama, mereka satu sama lain, posisinya

metodologi perbedaan itu bisa dimaklumi asal dalam kerangka keislaman. Jadi bukan sama sekali

identitas sosial, tapi karena lama-kelamaan menjadi

penunjang popularitas seseorang atau mencapai

jabatan. Misalnya saat itu ada pejabat yang

Hambali, semua ikut Hambali, yang lain dipersulit.

Masing-masing antara ulama itu lalu bersaing

untuk jabatan dan kehormatan. Itu dikritik luar

biasa dalam Ihya Ulumudin.

Imam al-Ghazali itu dulu rektor universitas terelit

di Nidzamiyyah, sangat penting kebijakannya menentukan. Imam al-Ghazali lalu menyelesaikan

itu, pertama membentuk tren pendidikan baru—

karena memang awal masalah adalah keulamaan.

Ishlah Imam al-Ghazali tahap kedua, yang pertama

melalui Bani Saljuk. Jadi dua ishlah model pertama

jalur politik melalui Bani Saljuk—lahirnya

Nidzamiyyah—tapi itu kerangka politik. Dia tidak

sendiri dalam struktur politik. Sehingga ketika

terjadi benturan di atas, yang jadi korban adalah

pendidikan itu, universitas itu. Ulama yang awalnya

ditujukan untik ishlah, akhirnya menjadi tujuan.

Akhirnya Imam al-Ghazali keluar, padahal Nidzamiyyah masih hebat.

Imam al-Ghazali bikin madrasah sendiri,

pendidikan sendiri, revolusi pendidikan untuk

melahirkan generasi yang baru membawa risalah

amar makruf. Yang dibahas adalah terminologi

konseptual, sederhana dan lazim tapi substansinya

mendasar. Misalnya membahas sabar, konseptual,

dan itu diajarkan Imam al-Ghazali pada muridnya.

Polanya ada madrasah—untuk keilmuan rasional intelektual. Ribath—asrama didik sebagai miniatur

masyarakat untuk mengimplementasikan nilai yang dipelajari di madrasah. Lahirnya generasi Syaikh

Abdul Qadir Jailani dan kawan-kawan, mempengaruhi umat Islam dan sampai saat ini.

Akhirnya melahirkan pemerintahan sendiri, sultan.

Perlu diketahui saat itu khalifah satu tapi simbol.

Tapi para sultan yang dibawah khilafah, mereka

otonom sekali.

Ada satu sultan di Syam dipimpin Imadudin Zanki—ayah Nuruddin Zanki— paling banyak

mengadopsi ishlah ini. Ini terwujud benar. Perlawanan terhadap Palestina yang dikuasasi

Kristen sudah dimulai. Ini indikator, perlawanan yang dilakukan Nuruddin Zanki, pasukan salib

kedodoran. Menunjukkan umat Islam sudah mulai

sehat. Karena ada proses penyehatan mulai dari

proses pendidikan.

Ishlah sebetulnya tidak terlalu tepat diartikan

reformasi. Jadi gambarannya dalam buku ini, sebelum kebangkitan militer—yang biasanya jadi

sorotan. Kesehatan pemerintahan Nuruddin Zanki dari kesehatan ekonomi, sosial, kesenjangan

diminimalisir. Bahkan orang asing yang datang, dari

manapun datang bisa dengan nyaman mendapat

penginapan gratis, ganti kendaraan gratis. Sehat

betul. Dan itu tidak terjadi di belahan dunia yang

lain. Itu di masa Syaikh Abdul Qadir Jailani, itu

kesultanan. Ibaratnya gubernuran. Setiap sultan

menyebut khalifah pada shalat Jumat itu cukup,

Page 19: Jurnal muslim negarawan

yang lain itu urusan sendiri.

Ada kisah tentang kehidupan pribadi Nuruddin Zanki, di masa itu dia butuh dana besar untuk

perang. Dia butuh pajak, reformasi pajak kuat.

Dalam ishlah, devisa negara terbatas, bahkan di

saat kejayaan Islam masa Utsman—devisa

terbatas—hanya dari zakat, ghanimah—yang hanya

20 %, jizyah sangat sedikit dari lelaki produktif

saja. Kemudian kharaj lahan negara yang dikelola

rakyat, ushur—semacam pajak perdagangan impor

ekspor bea cukai. Di luar itu tidak ada. Orang

mendirikan bangunan, PPn, PPh, orang jualan

apapun, tidak dikenakan apa pun. Mereka hanya

bayar 10 % saat masuk pertama selama setahun. Selama di pasar, muslim tidak ada pajak apapun.

Pasar dibangun negara, bisa mengambil kios, tapi

tidak permanen. Itu fasilitas negara, sebenarnya

tidak banyak dari pajak.

Yang jelas, praktek pada berikutnya banyak

pungutan, yang disebut dengan maks atau muqus,

itu yang di luar yang asli, liar. Nah, saat itu

Nuruddin Zanki butuh dana, ulama mengkritik

harusnya nggak ada. Nuruddin Zanki menangis,

saat itu juga, dia keluarkan semua. Di luar yang syar’i dihapus. Ternyata itu bukan melemahkan,

masyarakat makin berani bisnis, semua orang diberi kesempatan sama, tidak ada riswah atau

suap, ada peluang yang sama. Malah mereka makmur.

Lalu ditunjang dengan akhlaq. Zuhud, silaturahim,

itu adalah instrumen ekonomi sangat penting.

Itulah, Imam al-Ghazali kembalikan ke konsep sebenarnya. Zuhud bukan benci dunia, tapi lebih

meyakini apa yang di tangan Allah daripada di tangan kita. Saat ada tuntutan, kita tidak berfikir

ulang untuk mendanai setiap kebutuhan sosial. Karena orang kaya saat itu mereka zuhud tidak

pernah takut dan menghitung-hitung.

Zuhud itu bukan konsep untuk orang miskin,

apalagi malas. Tapi orang potensial. Saya kasih,

nanti saya untung lagi. Dan saat itu, semua

kesempatan terbuka sama. Pada masa Nuruddin Zanki, gerakan wakaf luar biasa. Orang luar akan

aman, tidak takut kehabisan bekal, tidak ada copet dan dicukupi kebutuhan tiga hari, mandi air panas

disediakan, ganti kendaraan juga bisa dengan yang baru. Itu kekuatan ekonomi, zuhud, silaturahim

adalah instrumen ekonomi yang penting. Itu yang

hilang sekarang, juga sebelum masa Nuruddin

Zanki. Dengan kondisi itulah muncul militer yang

kuat.

Penyakit sudah dibuang. Masalah keilmuan,

konsepnya seperti apa, ekonomi, gaya hidup, semua

berpengaruh. Yang penting ulama jangan mendunia, ulama menjadi arus yang spiritual,

menyehatkan gejala yang tadinya sakit.

Nuruddin Zanki itu Hanafi, Ibnu Qudamah salah

satu murid Syaikh Abdul Qadir Jailani itu Hambali,

Shalahuddin itu Syafii. Itu bisa dalam satu arus

kerjasama. Ini bisa terbayangkan. Padahal

sebelumnya, perbedaan mazhab merupakan

sumber perpecahan. Kalau hakim dari Hanafi,

seorang dari mazhab Hambali. Hakim bilang, kalau

ada kambing di kampung sebelah—Syafii, kamu

ambil. Luar biasa, demikian parah betul. Perbedaan

dan kotak gerakan. Sampai sekarang masih ada

juga, mereka tidak akan menikahkan anak-anaknya dengan madzhab yang berbeda. Misi keulamaan

menyediakan hak.

Dulu tasawuf dengan fikih berseberangan. Tawawuf

merasa memegang kendali spiritual, intelektual

fikih. Tasawuf bilang fikih hanya kulit, fikih bilang

tasawuf bodoh. Imam al-Ghazali melihat,

gabungkan semuanya, gabungkan antara fikih

dengan tasawuf. Tren yang sama. Kita lihat

perkembangan masa itu dan itu melahirkan

generasi baru ulama, yang kemudian berperang besar dalam pergerakan militer.

Jenderal-jenderal Nuruddin Zanki adalah murid

madrasah dari daerah Hakkari, tergabung dalam organisasi Syaikh Abdul Qadir Jailani, yang orang

sekarang pahami sebagai maqam tasawuf yang

membuat muktamar tahunan pada musim haji. Saat

melihat Palestina, mereka melihat Fathimiyah yang

Syiah, ini melihat jalur yang paling mudah dengan Eropa. Syiah membiarkan terbuka. Maka, tutup

dulu jalur Eropa dengan Palestina dengan men-sunni-kan Mesir. Nuruddin Zanki bergerak, lalu

berhasil setelah beberapa tahap. Asadudin Syirkuh pertama—paman Shalahuddin.

Itu tujuh tahun fasenya. Tapi sebelumnya, murid

Syaikh Abdul Qadir Jailani sudah bergerak. Mereka

berdakwah agar kembali ke Sunni. Nuruddin Zanki,

melalui Asadudin Syirkuh dan Shalahuddin

menyerang, ketika diselesaikan di atas, di bawah sudah selesai. Ini perpaduan yang sangat indah.

Pergerakan di grass root itu lebih panjang dan lama.

Rijalul Imam:

Saya melihat kesalahan mempersepsikan, Syaikh

Abdul Qadir Jailani terlalu tinggi, dia sebagai tokoh

spiritual saja. Kok dipahaminya sangat mistis,

padahal di buku itu pergerakan yang rasional dan

luar biasa sangat aktual.

Page 20: Jurnal muslim negarawan

Asep Sobari, Lc:

Faktor pecahnya usai Syaikh Abdul Qadir Jailani, yang trennya menggabungkan spiritual dengan

rasional. Kemudian pecah lagi, tren rasional ke Ibnu

Qudamah dan lalu Ibnu Taimiyyah. Spiritualnya ke

Qadiriyyah. Syaikh Abdul Qadir Jailani sendiri tidak

begitu. Sebetulnya ada disertasi penulis buku ini

yang menjelaskan Qadiriyah sejak madrasah

sampai tarekat saat ini. Ini perlu dikaji secara

komprehensif.

Tentang Syaikh Abdul Qadir Jailani dan Imam al-

Ghazali. Sosok ini kontroversial, secara akademik

dan dunia Islam. Imam al-Ghazali lebih diidentikkan filosof, pengkritik filsafat, juga sufi

yang pasif. Itu melahirkan umat yang apatis

terhadap kondisi umat Islam saat itu. Tulisan Imam

al-Ghazali tentang umat Islam yang sedang

mengalami dilema peradaban, buku-buku Imam al-

Ghazali tidak ada satupun yang menyebut jihad. Itu

yang membuat orang-orang menyebut Ghazali

pasif. Padahal, di buku ini, Imam al-Ghazali adalah

tokoh sentral gerakan peradaban—jihad. Militer

tidak berdiri tanpa aspek lain yang sehat.

Menarik juga di buku ini, Imam al-Ghazali tidak

menyebut jihad, itu iya. Tapi yang jelas tidak ada ajakan yang heboh dari Imam al-Ghazali untuk

berjihad secara militer. Menurut penulis buku, itu justru pemahaman yang mendalam atas persoalan

masanya. Itu adalah orang sekarang. Yang sekarat

nggak bisa melakukan apapun, apalagi jihad. Dan

itu yang luar biasa dari Imam al-Ghazali. Dia sangat

paham akan kondisi masanya. Yang dia hantam adalah aliran kebatinan. Karena bahayanya adalah

penafsiran dan teks.

Kebatinan punya metodologi tafsir yang sangat rancu. Namanya kebatinan ya metodologinya nggak

ada. Al-Quran ditafsirkan mereka sebagai normatif dan tidak mengakar. Padahal, al-Quran riil sekali,

al-Quran bicara tentang apa dan kemana. Itu

dikembalikan Imam al-Ghazali, dia menghantam

kebatinan. Dan saat itu, orang yang mengkritik

kebatinan ancamannya luar biasa. Kebatinan sebuah aliran, waktu ancamannya bisa dibunuh,

Hasyasyin termasuk gerakan kebatinan. Imam al-Ghazali sangat berani. Ilmu kalam yang lebih pada

jadal (perdebatan) teologi, masalah akidah dan tauhid menjiwai justru menjadi wacana. Itu dikritik

Imam al-Ghazali lewat bukunya. Itu akar persoalan

umat.

Imam al-Ghazali dalam prakteknya, melakukan

pembangkangan sipil. Membuat tren pendidikan

sendiri, radikal revolusioner, dengan materi dan

kurikulumnya. Meski secara disiplin fikih, tafsir,

biasa, tapi ada pemurnian dalam hal ini. Nah, yang menjadi pertanyaan, apa yang menjadi dasar

pemikiran Imam al-Ghazali dari yang dilakukan itu? Selain pengalaman sejarah.

Imam al-Ghazali memiliki landasan filosofi yang

mendalam, dari hadits Rasul terdapat pendekatan

amar makruf nahi mungkar saat kepentingan

publik tersedot oleh kepentingan kelompok. Saat

yang bermain di umat hanya beberapa kelompok.

Idza roaita... wahanan mutaba’an—dan nafsu

diikuti, dan setiap orang cerdik pandai

membanggakan pendapatnya sendiri, dan tidak

bisa menyatu dalam satu bagian interaksi. Muncul

ego dan rivalitas, di saat kondisi itu engkau tidak bisa menyelesaikan semuanya. Maka jangan terjun

atau berfikir terjun selesaikan semuanya. Tapi,

mundurlah, sibukkan dirimu dengan urusan

pribadimu. Bersama orang-orang yang seide,

tinggalkan yang umum. Mundur dari tren, tidak ikut

berdebat, meski ramai orang berdebat. Tidak perlu

mengumbar argumentasi ketika argumentasi hanya

sebagai komoditas.

Jika tidak mungkin memperbaiki, jauh lebih besar

kapasitasnya, maka mundur. Pertama membuat evaluasi internal, lalu komunikasi seide, setelah

mampu kapasitas yang sesuai, kembali ’audah ke arus. Membuat arus. Maka setelah 10 tahun itu,

Imam al-Ghazali dan teman-temannya membuat madrasah sendiri. Imam al-Ghazali dihujat, buku-

bukunya dibakar di Maroko. Tapi, orang yang

terinspirasi Imam al-Ghazali menghafal Ihya

Ulumudin bagaikan al-Quran. Imam al-Ghazali

membuat arus baru.

Kalau kita berfikir, terus kalau gitu kita tidak peduli? Kita tetap peduli, dalam kapasitas terbatas,

tidak semua potensi dicurahkan pada persoalan yang sulit. Jangan masuk ke medan fitnah (yaitu

suatu masalah yang tidak ada ujung pangkal yang bisa diselesaikan), misalnya terbunuhnya Utsman,

sahabat tidak tahu bagaimana, tapi perang harus

diselesaikan. Sikap ini hebat.

Intinya, dalam kondisi fitnah seperti itu, ide dan nilai, hanya bagian dari komoditas. Orang hebat dan

cerdas, diterima idenya hanya untuk menguntungkan—pengiklan, televisi, dll. Itu

sayang, maka Imam al-Ghazali lebih baik membangun. Sepuluh tahun dia membangun, lalu

kembali membentuk madrasah sendiri. Bahkan

Imam al-Ghazali, saat itu ada kaum Murabithin di

Maroko, dengan gagasannya tentang kesatuan

umat. Jadi Imam al-Ghazali bukan mundur pasif, dia

paham betul bagaimana menyelesaikan persoalan

ke akar. Mundur sementara, merasa cukup dan

membuat arus, yang dikembangkan Syaikh Abdul

Page 21: Jurnal muslim negarawan

Qadir Jailani.

Syaikh Abdul Qadir Jailani membuat madrasah pusat, lalu ke cabang, mereka punya tren pemikiran

yang sama. Mereka punya kerangka ishlah yang

sama. Maka ketika mereka dapat kesempatan

Nuruddin Zanki, semua dipasok madrasah ini.

Misalnya Hakkar, jenderal berasal dari murid-

murid Syaikh Abdul Qadir Jailani. Mereka masuk ke

politik. Saat itulah ulama kembali ke politik dengan

wacana, konsep dan pandangan hidup yang

berbeda. Itulah yang membedakan kesultanan

Nuruddin Zanki. Bagaimana mereka menyelesaikan

Fathimiyyah yang sudah 300 tahun berdiri.

Diselesaikan dua gerakan yang tampaknya terpisah, tapi harmonis dan tujuan yang sama.

Jika kita ingin menyelesaikan hanya dengan cara

politik, saya yakin akan gagal. Waktu itu kekuatan

Nuruddin Zanki dan Shalahuddin tetap butuh tujuh

tahun. Sebenarnya di bawah (grass root) bersama

rakyat jelata ada Ibnu Najah dan kawan-kawan

yang bergerak. Tidak menyelesaikan masalah

sendiri. Saya merasa, gambarannya sekarang semua

instrumen seakan menjadi bagian dari struktur

politik atau bagian politik. Itu kerugian besar, tafaqquh dan yang membentuk pandangan hidup

tidak menjadi prioritas. Padahal itu adalah penunjang.

Rijalul Imam:

Usia antara kita dengan generasi Imam al-Ghazali

hampir satu milenium. Ulama merupakan

waratsatul anbiya. Baik, ada yang mau ditanyakan?

Maukuf:

Kalau ana melihat, ada tulisan akh Rijalul Imam tentang Sulaiman. Ana ingin memetakan yang tadi

disampaikan pada titik tertentu. Ana lihat dua masa, kelam dan terang. Ana melihat buku ini

adalah peta kebangkitan. Shalahudin memiliki

modal dasar, kompetensi dasar apa yang ada di

sana. Daya dukung dan sumberdaya strategisnya

apa saja?

Daya dukung yang ana lihat hanya alim ulama, belum ada yang lain. Apakah itu saja? Untuk

kebangkitan peradaban, basisnya ilmu. Kedua, jika kita kaitkan dengan kondisi saat ini, Indonesia mau

bangkit darimana? Padahal banyak para ulama.

Jangan-jangan masa ini justru misteri masa kelam

itu?

Asep Sobari, Lc:

Yang ditonjolkan masa itu adalah ulama. Tapi

jangan ditafsirkan ulama itu mubalig atau ustadz di masa sekarang. Karena sekarang dikotominya

sudah terlalu kuat. Dan itu didukung oleh fakta. Seorang yang belajar fikih, bisa dikatakan sebagai

ulama. Padahal belum tentu tahu tentang tafsir.

Atau sebaliknya. Atau guru besar sejarah Islam

Indonesia, mengomentari sejarah awal Islam dan

hasilnya rancu, muncul kesalahan besar.

Sebelum menguasai Palestina, Nuruddin Zanki

sudah membuat mimbar yang kemudian diletakkan

di mihrab Masjidil Aqsha. Itu visi. Dan yang paling

memahami Nuruddin Zanki adalah Shalahuddin.

Saat Nuruddin Zanki mati agak goyah, tapi

Shalahuddin bisa menyambungkan kembali antara Mesir dengan Syam. Kekuatan Shalahuddin pelanjut

dari Nuruddin Zanki. Yang unik juga, para jenderal

saat itu adalah murid madrasah. Mereka menguasai

ilmu syar’i. Struktur negara dipasok oleh murid

madrasah. Bukan sekedar ulama dalam konteks,

tapi masalah keilmuan. Hal ini berbeda dengan

masa sebelumnya, dimana siapa yang ganas, bisa

jadi jenderal.

Masuk bagian doa Rasulullah. Kita minta agar

jangan sampai dunia menjadi hasrat kami yang tertinggi dan puncak pencapaian kami. Kalau

sekarang, dalam dunia pendidikan, link and match kan kesana. Filsafat pendidikan jauh, itu yang bikin

ilmu jadi rendah. Itulah, karena manusia pola dan trennya materialistis. Yang paling tinggi

bayarannya adalah artis, host acara TV. Kalau guru

ngaji ongkosnya hanya bensin. Intinya ini lebih

pada tren masyarakat. Para ulama keikhlasan

dijunjung tinggi.

Saya kemarin bayar SPT, dimasukkan sebagai pengusaha. Saya bilang, saya guru ngaji, masak

disamakan dengan pengusaha. Karena tidak ada pekerjaan tetap. Kalau pengusaha ada berlembar-

lembar kertas yang harus ditandatangani, masak saya disamakan pengusaha. Hahaha.

Dalam masa Zanki, selama 50 tahun, banyak

menghasilkan banyak tokoh besar yang kontributif

terhadap perubahan. Ini sunnatullah, bahwa tidak ada satupun, individu, etnik atau bangsa yang

dicipta untuk terbelakang. Tinggal, bisa nggak dia menguasai sunnatullah untuk bangkit. Dan itu yang

diajarkan Islam.

Di jaman jahiliyyah, susah lahir pemimpin, kalau

lahir toh dari gen tertentu. Tapi, ketika Rasul

membangun dalam kurun 15 tahun lebih, bisa

melahirkan 40 jenderal, kurang lebih yang dalam

99 % perang itu menang. Dan mereka dari gen

berbeda-beda, dari orang yang dianggap maupun

tidak dianggap dari struktur sosial. Dan, disitulah

Page 22: Jurnal muslim negarawan

kekuatan Shalahuddin. Mereka tahu harus bagaimana.

Deny Priyatno:

Insihab (mundur) itu kan kontemplasi. Bisa

membaca seluruhnya secara utuh. Bagaimana

secara utuh. Negeri ini harus melakukan redefinisi.

Saya pikir ini pas. Gerakan pemuda seperti apa

yang harus lahir? Kita membicarakan kekinian.

KAMMI menciptakan madrasah itu di sini. Di

gerakan kalau berkiblat pada politik saja

bagaimana?

Asep Sobari, Lc:

Kalau kita inginkan lahir Imam al-Ghazali sekarang

itu susah. Thaifah manshurah itu konsep Mahdi.

Imam Mahdi akan datang bukan pada saat umat

berantakan. Mahdi datang sebagai rangkaian, dia

datang sudah melalui tahap, umat sudah rapi.

Bahan-bahan itu ada, dan itu ditakuti Barat. Mereka

tahu dan sadar betul, peradaban itu bergulir,

karena itu mereka tidak ingin ada yang menyadari

hal itu. Meski teks-teks Islam—al-Quran, hadits,

dan sejarah—tafsirnya dikuasai mereka.

Saya menganggap serampangan terhadap penulisan

sejarah Islam yang selalu identik dengan militer. Padahal sejarah itu bukan hanya militer. Ada yang

lebih kokoh dari sekedar itu. Coba bayangkan, bagaimana kekuatan militer bisa menyaingi Persia

dan Romawi? Padahal baru 15 tahun usia Islam?

Bagaimana strategi Umar menguasai, bukan

memperbanyak tentara, tapi dengan gerakan

keilmuan. Jaman Umar bahkan sangat kuat. Seusai perang baru jadi guru ngaji. Abu Darda’ itu, setiap

malam ada 1.200 orang di masjidnya. Ada 120 halaqah, satu halaqah 10 orang. Kita bagaimana?

Perang yang diterjuni Rasulullah ada 28, selama

hidup ada 80 perang. Tapi, tetap lahir puluhan ribu hadits. Padahal, ada 10 perang dalam setahun,

kalau dipikir, kapan beliau bicara. Kalau hanya

militer, kapan beliau bicara tentang cara masuk WC,

tentang cara makan? Ini yang luput dari kita sejak

sekarang, yaitu peradaban ilmu. Jadi, sampai dimana kita? Tugas regenerasi dalam Islam.

Walaupun tidak ada generasi mendatang yang lebih baik dari sebelumnya. Ini tugas kolektif.

Usamah bin Zaid tidak canggung. Sekarang, anak

muda canggung karena ada senioritas. Saya tertarik

menulis buku pemimpin muda. Pasukan Usamah

sangat hebat, di bawahnya ada para senior.

Membuat anak muda percaya diri tapi tahu diri.

Misi Usamah sukses betul. Saat menggerakkan

pasukan ke Syam. Mereka berfikir, Madinah lemah,

tapi kok memberangkatkan ribuan orang untuk

melawan Romawi? Justru karena itu, daerah utara itu tidak ada yang murtad. Mereka justru berfikir,

wah ini berarti Madinah kuat sekali. Romawi bahkan tidak berani menyerang Madinah.

Jadi, nggak usah bikin tokoh muda. Cukup tokoh

saja. Asal kapasitas keilmuannya memadai. Tahun

2014 itu kekosongan calon pemimpin Indonesia. Itu

juga sudah banyak prediksi. Kalau dulu itu sudah

bisa dilihat, bisa diteropong. Masa Nuruddin Zanki

sudah bisa diprediksi. Kalau kitasekarang

kebanyakan menunggu satu generasi habis, baru

berfikir pengganti. Wallahu a’lam. KAMMI harus

kesana mustinya.

Rekomendasi ada di halaman belakang buku ini.

Mereka yang merumuskan adalah orang cerdas.

Dan mereka berpengaruh, mereka juga soleh. Ada

kesinambungan yang kuat, misalnya ikhlas dalam

showab. Aspek ketepatan. Tidak cukup kita syar’i.

Ini adalah cermin dari al-Quran dan sunnah. Kita

dalam framework tauhid, implementasinya

bagaimana Rasul menjalankan agama ini. Agama itu

kan aspek praktis. Sirah adalah praktek, bukan

hanya item per item. Kita bisa memandangnya

dalam sirah. Generasi tabi’in bercerita, kami diajari sirah sebagaimana ayah kami mengajarkan al-

Quran kepada kami. Insihab (mundurlah), dan bangun peradaban!

Rijalul Imam:

Banyak yang berminat untuk schooling tapi tidak

berminat learning. Hanya sekolah saja.

Asep Sobari, Lc:

Kalau tentang kehausan pada ilmu, masih sama. Tapi tujuan berilmu bergeser. Kekacauan pada

masa Umayyah dan Abbasiyyah juga sudah terjadi, tapi tetap saja tradisi keilmuan muncul. Sebenarnya

saat itu pandangan tentang ilmu itu jelas. Belajar tidak pernah berhenti. Imam Nawawi kan ada di

masa kacau. Hampir di ujung kekuasaan

Abbasiyyah. Kalau Ibnu Taimiyyah, lahir 4 tahun di

ujung Baghdad hancur. Tapi ilmu dipentingkan

keluarga mereka. Itu adalah tradisi, ilmu begitu tinggi dan begitu mulia.

Masalahnya sekarang adalah tujuan kelimuan dan risalah keulamaan tidak terealisasi. Intinya, ada

disfungsi keilmuwan dan ulama. Tapi masa kelimuan sampai abad 10 masih kokoh. Tapi

setelah itu keilmuan terpuruk.

Lihat fragmen ini. Ibnu ’Aqil yang hidup di awal

Perang Salib disebutkan kalau makan memilih yang

lembek dan cepat masuk. Karena dia harus menulis

lagi. Pada masa itu, lapar bukan jadi persoalan.

Makan bukan menjadi kegiatan yang khusus,

Page 23: Jurnal muslim negarawan

sampai nggak sempat mereka. Ad-Dzahabi menyebutkan, dia menemukan jilid ke-401 dari

buku Ibnu ’Aqil. Padahal jelas nggak menulis saja pekerjaannya. Dia punya aktivitas lain. Demikian

juga at-Thabari, 84 tahun usianya punya buku hingga 500 jilid.

Rijalul Imam:

Saya mengutip Hery Nurdi: saya tidak khawatir dengan muslim di Palestina, karena mereka tetap

bisa beribadah, kualitas keimanan meningkat, hafalan lancar, anak banyak. Tapi, saya justru lebih

khawatir muslim di Indonesia, yang kualitas

minim. Menurut saya, insihab jangan kolektif.

Mundur jangan semuanya.

Asep Sobari, Lc:

Saya tidak setuju juga kalau perjuangan wilayah

politik dikosongkan. Hanya orientasinya yang harus jelas: peradaban. Bukan hanya material. Misalnya

Syaikh Abdul Qadir Jailani, punya madrasah markaziyah yang cabangnya ada di mana-

Lalu diambil yang potensial, ditariknya ke Baghdad,

karena selain ibukota juga banyak ulamanya, lebih

kongkret. Contohnya Ibnu Qudamah dari

Palestina—anak pengungsi—ditarik ke Baghdad

selama 2 tahun, lalu berguru setelah Syaikh Abdul

Qadir Jailani meninggal, lalu kembali ke Baitul

Maqdis.

Revolusi pendidikan itu bentuknya ya pesantren.

Diskusi

Dzahabi 401 dari

buku Ibnu ’Aqil. Padahal jelas nggak menulis saja pekerjaannya. Dia punya aktivitas lain. Demikian

Thabari, 84 tahun usianya punya buku

Saya mengutip Hery Nurdi: saya tidak khawatir dengan muslim di Palestina, karena mereka tetap

bisa beribadah, kualitas keimanan meningkat, hafalan lancar, anak banyak. Tapi, saya justru lebih

khawatir muslim di Indonesia, yang kualitasnya

minim. Menurut saya, insihab jangan kolektif.

Saya tidak setuju juga kalau perjuangan wilayah

politik dikosongkan. Hanya orientasinya yang harus jelas: peradaban. Bukan hanya material. Misalnya

adir Jailani, punya madrasah -mana.

Lalu diambil yang potensial, ditariknya ke Baghdad,

karena selain ibukota juga banyak ulamanya, lebih

kongkret. Contohnya Ibnu Qudamah dari

ditarik ke Baghdad

selama 2 tahun, lalu berguru setelah Syaikh Abdul

Qadir Jailani meninggal, lalu kembali ke Baitul

Revolusi pendidikan itu bentuknya ya pesantren.

Sebagai sebuah sistem, pesantren diakui di Indonesia, bisa independen dan punya racikan

kurikulum sendiri. Aspek moral lebih terasa dibanding sekolah umum. Masalahnya, bagaimana

membuat pemerataan gerakan itu. Makanya, braindrain itu kalau dibuat polanya akan sangat

relevan. KAMMI punya melting pot. Jangan hanya dikumpulkan dalam seminar, tapi kesosialan

Rijalul Imam:

KAMMI ada 47 cabang, satu di luar negeri yaitu

Jepang. Dulu ada rencana madrasah markaziyah.

Intelektual di jogja, jaringan jakarta, sosial preneur

di solo. Kita mencoba bangun itu. Masalahnya

adalah tim instruktur. Kita tidak punya sekualitas zaman Nuruddin Zanki itu. Kita tidak ada

murabbi yang siap membina sekaligus connect dengan materi gerakan. Dari pengkajian menjadi

pengajian. Semoga bisa segera teralisasi, dan KAMMI meniru peradaban masa Zanki.[]

Data Buku

Pengarang : Dr. Majid ‘Irsan al-

Judul Asli : Hakadza Zhahara Jil Shalahuddin wa

Hakadza ’Adat al-Quds

Judul Indo : Misteri Masa Kelam Islam dan

Kemenangan Perang Salib

Penerbit : Kalam Aulia Mediatama, 2007

Penerjemah : Asep Sobari, Lc dan Amaludin, Lc.,

MA.

Diskusi PP KAMMI di Partai PAS Malaysia

Sebagai sebuah sistem, pesantren diakui di Indonesia, bisa independen dan punya racikan

ndiri. Aspek moral lebih terasa dibanding sekolah umum. Masalahnya, bagaimana

membuat pemerataan gerakan itu. Makanya, braindrain itu kalau dibuat polanya akan sangat

relevan. KAMMI punya melting pot. Jangan hanya dikumpulkan dalam seminar, tapi kesosialan juga.

KAMMI ada 47 cabang, satu di luar negeri yaitu

Jepang. Dulu ada rencana madrasah markaziyah.

Intelektual di jogja, jaringan jakarta, sosial preneur

di solo. Kita mencoba bangun itu. Masalahnya

adalah tim instruktur. Kita tidak punya murabbi sekualitas zaman Nuruddin Zanki itu. Kita tidak ada

murabbi yang siap membina sekaligus connect dengan materi gerakan. Dari pengkajian menjadi

pengajian. Semoga bisa segera teralisasi, dan KAMMI meniru peradaban masa Zanki.[]

-Kilani

Judul Asli : Hakadza Zhahara Jil Shalahuddin wa

Judul Indo : Misteri Masa Kelam Islam dan

Penerbit : Kalam Aulia Mediatama, 2007

Penerjemah : Asep Sobari, Lc dan Amaludin, Lc.,

Page 24: Jurnal muslim negarawan
Page 25: Jurnal muslim negarawan

GERAKAN MUSLIMAH KAMMI

Oleh Apriliana, S.Pd. **

“Dan orangorang yang beriman, laki-laki dan

perempuan, sebagian mereka menjadi penolong

bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh

(berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang

munkar, melaksanakan sholat, menunaikan zakat,

dan taat kepada Alloh dan Rasul-Nya. Mereka akan

diberi rahmat oleh Alloh. Sungguh, Alloh

Mahaperkasa Mahabijaksana.”

(Q.S.At Taubah 71)

“ Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi

fitnah, dan agama hanya bagi Alloh semata...” (Q.S.

Al Anfaal 39)

Sejarah telah membuktikan kiprah wanita mukmin

dalam menguatkan kepemimpinan para pemimpin dunia. Sebutlah, Asiyah istri Fir’aun, Maryam

ibunda Isa a.s, Ummul Mukminin Khadijah r.a, hingga para putri-putri mukmin seperti Fatimah

binti Rasulullah dan Asma’ binti Abu Bakar,

beberapa di antara mereka bahkan sudah diabadikan di dalam hadits Rasulullah sebagai para

wanita penghuni surga. Di sisi lain banyak sekali wanita mukmin maupun nonmuslim yang juga

menjadi para pemimpin kelas dunia seperti Ratu Balqis, Aisyah r.a, hingga Bunda Theresa, Benazir

Butho, Margaret Thatcher, atau Aung San Suu Kyi. Peran menguatkan para pemimpin dunia atau

menjadi pemimpin itu sendiri jelas bukan peran

mudah, perlu kombinasi pengetahuan, ketrampilan,

dan pengalaman yang tentu saja hanya bisa

didapatkan melalui kerja keras dan proses belajar

yang terus –menerus.

Islam sebagai agama yang sempurna tidak

mengenal pembedaan dalam taklif (pembebanan)

terhadap kewajiban sebagai khalifatullah dan

menegakkan dien ini bagi para mukmin mukallaf

baik laki-laki maupun perempuan. Sehingga takdir

kepemimpinan itu sudah selayaknya disambut oleh

para mukminin dengan sikap terbaik sebagai wujud penghambaan kepada Alloh. Sikap terbaik para

mujahidah mukmin telah dibuktikan dengan keteladanan sepanjang sejarah dan sekarang adalah

era bagi para mujahidah kontemporer dengan segala tantangan dan turbulensi zaman untuk

membuktikan kualitas individu dan kolektif kaum

muslimin sebagai pemegang takdir kepemimpinan

akhir zaman. Dalam konstruksi gerakan maka inilah

saatnya Islam kembali “dibumikan” ke dunia

sebagai nilai-nilai kebaikan universal yang akan

membawa seluruh dunia ke dalam keselamatan dan

kesejahteraan.

KAMMI sebagai salah satu organisasi pergerakan mahasiswa Islam sekaligus organ kemasyarakatan

dan kepemudaan memiliki kesempatan luas untuk

dapat mentransformasikan nilai-nilai Islam ke

dalam wacana ke-Indonesiaan sehingga visi KAMMI

pasca Muktamar Makassr adalah melahirkan kader-

kader pemimpin dalam upaya mewujudkan bangsa

dan negara Indonesia yang Islami.Sebagai harokah tajnid maka KAMMI menghadapi tantangan untuk

menyajikan gagasan perbaikan masyarakat melalui Islam dalam bahasa publik sehingga mampu

diterima secara luas oleh masyarakat, sedangkan sebagai harokah ‘amal maka KAMMI dituntut untuk

mentransformasikan gagasan tersebut melalui amal nyata sekaligus membelajarkan kadernya lewat

amal da’wah KAMMI tersebut.

Kemuslimahan KAMMI secara filosofis merupakan

pernyataan keterlibatan gerakan Islam dalam

menyajikan solusi Islam bagi perbaikan masyarakat

khususnya pada persoalan perempuan Indonesia.

Wacana pengarusutamaan gender sebagai salah

satu program global Millenium Development Goals

(MDG’s) selama ini digunakan sebagai alat oleh

para feminis untuk mendekonstruksi budaya Islami

perempuan Indonesia seperti kesopanan dalam berpakaian, pola pikir yang tidak seimbang antara

peran sebagai wanita, anak, istri, ibu dan anggota

masyarakat, bahkan yang paling mengkhawatirkan

adalah dekonstruksi institusi perkawinan dan

keluarga sehingga menjadi bebas nilai. Di sisi lain

perempuan Indonesia sebagaimana perempuan lain

di seluruh dunia juga menghadapi tantangan

kepemimpinan untuk menjadi pemimpin pada

berbagai level bahkan pada skala global sekalipun.

Membaca tuntutan ini maka para mujahidah

KAMMI selayaknya memilki tawaran cerdas berupa gagasan yang sekaligus akan ditransformasikan

dalam bentuk amal nyata dalam medan da’wah KAMMI. Jika persoalan mendasar bangsa ini adalah

menyangkut budaya bangsa maka dalam pemahaman manhaj da’wah KAMMI yang perlu

dikonstruksi pertama kali adalah karakter atau

kepribadian individu (binaul syakhsiyah al

Islamiyah). Dalam kerangka berfikir itulah maka

Page 26: Jurnal muslim negarawan

Kemuslimahan KAMMI mengusung satu gagasan yang disebut Rekonstruksi Perempuan Indonesia.

Rekonstruksi dapat diartikan sebagai membangun ulang karakter individu. Maksudnya adalah

mendefinisikan dan membangun karakter

perempuan Indonesia yang sesuai dengan nilai-

nilai Islam serta mampu memenuhi tugasnya dan

menjawab tantangan zaman seperti yang

diinginkan oleh da’wah Islam secara umum. Objek

yang menjadi sasaran jelas adalah perempuan

Indonesia secara keseluruhan. Pemilihan kata

perempuan dan bukan muslimah adalah salah satu

bentuk transformasi gagasan ini ke dalam konteks

ke-Indonesiaan. Berangkat dari 10 muwashoffat

kader da’wah sebagai ciri-ciri kepribadian Islami (syakhsiyah al Islamiyah) maka Kemuslimahan

KAMMI berinisiatif untuk mentransformasikannya

dalam Rekonstruksi Perempuan Indonesia melalui

delapan karakter perempuan Indonesia sebagai

berikut:

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Mahaesa (terj: salimul aqidah wa shohihul

ibadah)

2. Berakhlaq mulia (matinul khuluq)

3. Cerdas dan progresif (mutaqoful fikr)

4. Sehat jasmani dan rohani (qowiyyul jism)

5. Mandiri (qodirun ‘ala kasbi)

6. Profesional (mujahidun li nafsihi)

7. Memiliki manajemen diri yang baik (haritsun ‘ala waqtihi wa munazhomun fi

syu’unihi)

8. Berdaya guna (nafi’un li ghoirihi)

Kedelapan karakter tersebut adalah fondasi dasar bagi pembentukan budaya bangsa dan negara

Indonesia. Tujuh karakter tersebut diharapkan dapat menjadi tema utama dalam setiap pemilihan

agenda dan isu gerakan Kemuslimahan KAMMi dalam berbagai tingkatan level dan struktur. Dalam

kontestasi gagasan, tema ini diharapkan mampu menjadi sintesis atas nilai-nilai kebenaran universal

menuju bangsa dan negara Indonesia yang Islami.

Transformasi gagasan Rekonstruksi Perempuan

Indonesia pada medal amal lebih lanjut diwujudkan

dalam kesatuan aksi dan gerakan yang disebut

Manifesto Gerakan Perempuan Indonesia. Sekali lagi pemilihan kata perempuan dikonotasikan agar

manifesto ini dapat diwacanakan dan dengan izin Alloh menjadi menjadi arus besar bagi semua

gerakan perempuan khususnya di tingkatan pelajar

dan mahasiswa. Yang dimaksudkan sebagai

Manifesto Gerakan Perempuan Indonesia adalah

rangkaian gerakan yang berkesinambungan dengan

tujuan akhir mewujudkan bangsa dan negara

Indonesia yang Islami. Garis besar dalam manifesto

gerakan tersebut adalah:

1. Gerakan penyadaran perempuan dan

masyarakat

2. Gerakan pembangunan karakter

perempuan

3. Gerakan penetrasi institusi

Manifesto gerakan ini berfokus pada upaya

sosialisasi dan implementasi delapan karakter perempuan Indonesia baik di dalam maupun di luar

organisasi KAMMI. Di dalam organisasi KAMMI pembangunan karakter ini dijalankan oleh

Kemuslimahan KAMMI dengan tetap menjadikan

muwashoffat tarbiyah dan IJDK KAMMI sebagai

standar utama kaderisasi KAMMI. Sedangkan di

luar KAMMI, delapan karakter perempuan Indonesia ini dimaksudkan sebagai filter sekaligus

sarana membangun jaringan dengan tokoh-tokoh yang sevisi dengan KAMMI. Muara akhir manifesto

gerakan ini adalah penyebaran budaya dan fikroh Islam tentang perempuan ke dalam berbagai

institusi kehidupan berbangsa dan bernegara seperti keluarga, lembaga pendidikan, lembaga

hukum, dan lain sebagainya. Wallahu’alam.

** Ketua Kemuslimahan PP KAMMI

Page 27: Jurnal muslim negarawan

Bersama JENESYS:

Studi Pemberantasan Korupsi di Jepang :: Rijalul Imam

Saya ke Jepang mendapat undangan dari pemerintah Jepang. Katanya ini adalah program

pertama untuk aktivis pemuda, sebagai follow up dari Bali Forum yang diselenggarakan tahun 2008.

Peserta yang diundang ada 25 orang. Yang hadir 24 orang. 1 orang dari PMII berhalangan hadir. Yang

datang dari berbagai profesi: OKP (KAMMI, HMI,

GMNI), wartawan (Metro TV), LSM (Pukat, dll),

Advokat (YLBHI), parpol (DPW PKS Sumut, DPW

PPP Sumut), anggota Bali Forum, Dosen UI, aktivis

lintas agama, dll.

Peserta dibagi 3 kelompok. Grup Tokyo, Nagano,

dan Aichi. Saya di Grup Tokyo. Grup Tokyo fokus di

politik. Tempat2 yang dikunjungi di antaranya

Tokyo, Yamanashi, dan Yokohama.

Hari pertama kuliah semua grup digabung diberi

materi tentang Hubungan Demokrasi dan

Pembangunan di Jepang oleh Profesor NAKAMURA

Akira dari Universitas Meiji. Lalu materi tentang

Sistem Politik Demokrasi di Jepang oleh Profesor

IIDA Masamichi dari Universitas Meiji juga. Di hari

pertama ini peserta diajak jalan-jalan ke Kantor

Gubernur Metropolitan Tokyo. Kami naik lift

sampai ketinggian 45 lantai. Dari sana

pemandangan kota Tokyo terlihat panorama yang

indah.

Hari kedua kelompok Tokyo mendapat kuliah dari Prof. DAIROKUNO Kosaku (Univ. Meiji) tentang

Menuju Akuntabilitas dan Responsibilitas Publik

yang Baik. Kelompok Nagano tentang Sistem

Pemerintahan Daerah di Jepang dan Revitalisasi Potensi Daerah oleh Prof. IKAWA Hiroshi (GRIPS).

Sedangkan Grup Aichi mendapat materi Masalah Kemiskinan dan Langkah Mengatasinya oleh Prof.

AOYAMA Yasushi (Univ. Meiji).

Selain mendapat kuliah, di hari kedua, peserta

Indonesia mendapat kesempatan memberikan

presentasi tentang Indonesia masa kini di depan

para mahasiswa Jepang yang dikelola oleh JICA

(partnership JICE, penyelenggara Program

JENESYS) yang dilanjutkan dengan diskusi dan

ramah tamah.

Di hari ketiga, grup Tokyo mendapat materi tentang

Etika Pegawai oleh National Personel Authority. Di

antaranya dipaparkan masalah kepegawaian dan

beberapa hal tentang upaya-upaya pencegahan

korupsi PNS.

Setelah itu, perjalanan dilanjutkan ke Yamanashi.

Menggunakan kereta sekitar 1,5 jam. Seperti jarak

Jakarta-Banten. Tiba di Yamanashi langsung

diterima pegawai kehakiman di kantor kehakiman.

Kami dipersilakan untuk ikut menyaksikan proses

persidangan. Kebetulan hari itu ada jadwal sidang

kasus narkoba seorang pemuda mantan anggota

mafia di Jepang. Yang saya salut adalah hakimnya. Ketika persidangan akan dimulai hakim masuk dan

semua berdiri menghormat. Ketika duduk, saya cukup heran, hakimnya masih sangat muda.

Mungkin sekitar 27 atau di bawah 30 tahun. Proses

persidangan berlangsung, jaksa membacakan

Page 28: Jurnal muslim negarawan

kasusnya dan menyerahkan bukti-bukti. Hari itu memang bukan hari putusan, sesuai peraturan

pengadilan di Jepang kasus akan disidangkan dalam 5 kali sidang sampai vonis. Saya perhatikan peserta

yang menyaksikan sidang sedikit. Tanpa peserta

dari Indonesia hanya 1 orang yang tidak kami

kenal. Dia bawa koper besi. Tapi saya tidak tahu

siapa dia. Yang jelas terdakwa yang diborgol itu

hormat ketika melihatnya. Saya juga baru kali ini

melihat terdakwa begitu dimanusiawikan. Ruangan

sidang sangat lux. Pakai karpet, AC, tempat duduk

yang nyaman. Di Indonesia baru yang pakai karpet

baru di Mahkamah Konstitusi yang saya lihat.

Setelah persidangan ditutup, kami mendapat pelajaran tentang mekanisme dan struktur

peradilan dalam konstitusi Jepang di kelas yang

juga lux. Polanya seperti Indonesia, sama

menggunakan mekanisme triaspolitika dan

independen. Tapi yang menarik adalah hakim—

baik hakim lokal maupun hakim agung—dapat

diimpeach oleh DPR yang beranggotakan 7 anggota

majelis rendah dan 7 anggota majelis tinggi bila

diketahui dan terbukti bersalah atau terjerat kasus

berat. Ini berlaku untuk semua provinsi/kota dan

diproses oleh DPR Pusat. Menariknya, proses hukum bisa diimpeach lewat politik.

Setelah itu kami makan malam pertama di

Yamanashi. Setelah makan, kami diantar ke pusat

perbelanjaan di Yamanashi untuk persiapan 2 hari

perjalanan di Yamanashi dan Gunung Fuji. Di sini

saya terinspirasi banyak hal terutama untuk anak-

anak dan remaja. Secara harga memang lumayan

mahal untuk ukuran orang Indonesia. Tapi di sini

banyak barang kreatif untuk anak-anak. Jadi saya

ingin sekali mengajak anak-anak kalau mau beli

mainan ke sini, banyak alternative yang memicu

kreativitas dan inovasi berpikir anak dan remaja.

Untuk komik memang banyak sekali, tapi tidak saya sarankan. Saya ingin anak-anak muda Indonesia

membuat komik sendiri dengan setting ke-

Indonesiaan dan tentunya visioner.

Setelah belanja, kami diantar ke hotel tradisional

Jepang. Namanya Hotel Kaiji. Di hotel ini banyak

tampilan asli kebudayaan Jepang. Mulai dari

pelayannya yang memakai kimono, pakaian untuk

penghuni kamar yang khas Jepang juga, hingga

tempat mandi ala Jepang.

Temuan-temuan Penting

yang Memiliki Relevansi dengan Pembangunan di Indonesia

Temuan 1: Keberhasilan Jepang dalam membangun

sistem dan kultur.

• Kultur: disiplin – tepat waktu , budaya malu , tetap

memegang budaya - sopan santun. Di Jepang masuk

kerja jam 9 pagi. Telat 1 detik bisa kehilangan gaji

setengah hari.

• Perbaikan sistem: dalam politik: tidak menjadi hal

yang aneh “budaya” mengganti pejabat, atau

mundur dari jabatan.

• Terdapat budaya Hansei. Yakni pertaubatan total.

Atau biasa diterjemahkan refleksi tanpa kompromi.

Apabila pejabat itu bersalah dia akan mundur. Tapi

setelah melakukan Hansei, dia bisa maju kembali.

Malah terdapat kasus, pejabat yang bersalah lalu

melakukan hansei malah di kemudian hari dia

mendapat dukungan besar dari masyarakat.

Page 29: Jurnal muslim negarawan

Temuan 2: Sistem pemerintahan yang terintegrasi

• Membangun komisi independen diluar

pemerintahan, namun dapat terintegrasi dengan

sistem yang dibangun dalam pemerintahan: di

daerah dan ditingkat pusat.

o Komisi Whistler Blower;

o Komisi Pernyataan Tidak Layak;

o Yokohama public conselling office;

Temuan 3: Preferensi dan Kecenderungan Prilaku

Politisi / Anggota Parlemen

o Adanya budaya kin-ki-ka-ray: politisi menemui

konstituennya setiap hari libur di waktu akhir

pekan (Jumat, Sabtu, Minggu), dan kembali ke kota

pada awal pekan (Senin). Jadi resesnya tiap akhir

pekan.

o Adanya kecenderungan anggota DPR

memanfaatkan APBN untuk kepentingan

pembangunan di daerah pemilihannya tanpa

menjadikan dirinya sebagai broker APBN. Jadi

pembangunan lebih merata, tidak Tokyo Minded.

Berbeda dengan di Indonesia yang lebih

Ibukota/Jakarta minded, dan APBN tidak pro

daerah.

o Selama ini PM dan Anggota Parlemen Jepang

berasal dari prefektur/daerah, belum pernah dari

Metropolitan Tokyo.

Temuan 4: Preferensi dan Kecenderungan Prilaku

Pegawai/birokrasi

- Mempunyai rasa bangga dan harga diri untuk

dinilai bahwa dirinya bersih dan bertanggung

jawab.

- Terdapat peraturan tentang etika pegawai, bahwa

mereka diharuskan menghindari jamuan minum

teh, atau makan-makan dari perusahaan-

perusahaan. Dinas-dinas akan menegur

perusahaan2 yang memberi hadiah kalender dsb

kepada pegawai atau Dinas dan Departemen dan

mengembalikannya. Karena di sini dipahami bahwa

korupsi dimulai dari secangkir kopi. Jadi

Pemerintah hati-hati dengan perusahaan2 apalagi

dlm upaya lobby pengadaan barang.

Temuan 5: Pilihan model pembangunan ekonomi

dan peran pemerintah dalam meningkatkan

industri dan kesejahteraan masyarakat

• Pemilihan peran pemerintah yang developmental

government. Pemerintah memfokuskan diri pada

kerja-kerja pembangunan. Di sini, jika diucapkan

terima kasih atas pelayanannya, mereka sering

bilang, berterimakasihlah pada pemerintah kami.

• Adanya proteksi dalam rangka membangun

fondasi industri dalam negeri. Perusahaan-

perusahaan terkenal seperti Sony, Honda, Toyota,

Panasonic, dll mereka dianggap bukan apa-apa,

sekedar kontributor, tapi pemeran utamanya

adalah pemerintah telah memberikan sistem

terbaik bagi perusahaan dalam negerinya.

• Visi investasi pemerintah. Pemerintah lebih

mengutamakan investasi strategis yang berdampak

jangka panjang. Semisal, investasi di bidang

pendidikan, industry, teknologi efisien, hingga

teknologi ramah lingkungan, dan lan-lain.

Temuan 6: Keberhasilan pengendalian korupsi di

Jepang

Korupsi tidak bisa diberantas tuntas dalam sekejap,

tapi bisa dikendalikan, di antaranya:

• Welfare state dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat; Gaji PNS ditingkatkan tinggi tapi tidak

terdapat kesenjangan gaji antara satu strata jabatan

dengan jabatan lainnya.

• Membangun kepercayaan pada pemerintah;

sekuat mungkin pemerintah bekerja untuk

dipercayai masyarakatnya bahwa mereka bisa

melayani dengan tetap good and clean governance.

• Ada contoh, inisiatif dari pegawai Pemda

Yokohama dalam melaksanakan good governance.

Gaji tinggi, pelayanan dipermudah, penegakkan

tegas etika kepatutan kepegawaian.

Temuan 7: Kebijakan pemberian gaji dan jaminan

kesejahteraan

• Nilai upah/gaji disemua sektor baik pegawai

negeri maupun swasta tidak memiliki kesenjangan

yang besar;

• Demikian pula pendapatan anggota parlemen, dan

pejabat dengan pegawai pada umumnya, tidak

begitu besar selisihnya.

Temuan 8: Penegakan Hukum

• Tidak adanya halangan administrasi bagi aparat

penegak hukum dalam penegakan hukum terhadap

pejabat negara;

• Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap aparat

penegak hukum amat tinggi;

• Tidak ada perlakuan istimewa kepada hakim atau

anggota parlemen yang diduga melakukan tindak

pidana;

• Bila aparat hukum berhasil memecahkan kasus,

Page 30: Jurnal muslim negarawan

tidak ada insentif apapun. Jadi itu pekerjaan biasa

saja. Berbeda dengan di Indonesia apabila aparat

hukum telah menuntaskan satu perkara maka dia

mendapat uang stimulus. Jadi semua serba uang.

• Adanya tantangan dalam legislasi: belum

diadopsinya bargaining dan allignment.

Temuan 9: Otonomi Daerah

• Jepang pada dasarnya memiliki pemerintahan

daerah yang memungkinan demokrasi dan

pelayanan dilakukan secara cepat dan efektif:

terdiri dari 47 perpektur (semacam provinsi); 656

kota; dan sekitar 1,100 kabupaten dengan jumlah

populasi 126 juta jiwa.

Temuan 10: Demokrasi yang Murah

• Sedang diperdebatkan penyelenggaraan

demokrasi yang murah. Di masa kampanye tidak

boleh ada jamuan-jamuan mewah untuk

konstituen, seperti adanya pisang. Pisang di sini

dikenal sebagai barang mahal. Kalau jeruk tidak

apa-apa. Bandingkan di Indonesia, kampanye pakai

pengerahan massa, bagi-bagi baju kaos untuk

ribuan orang, dan jamuan-jamuan makan.

Pertemuan dengan KAMMI Jepang

Rijalul Imam ::

Tokyo—Selasa

malam tanggal 20

April 2010,

akhirnya saya bisa bertemu juga

dengan pengurus KAMMI Jepang.

Karena kepadatan waktu juga, kami

hanya bertemu

malam Rabu itu di

Hotel Pacific dan

makan malam di

dekat stasiun

Shinagawa,

Tokyo. Ada 3 orang yang menemui saya, yakni

Muhammad Rasyid, Aulia Everroes, dan Asril

Pramutadi.

Akh Muhammad Rasyid adalah Ketua KAMMI Jepang, beliau S1 Fisika Teknik ITB angkatan masuk

tahun 2001, lalu menempuh S2 dan S3 Komputer Sains di Universitas Teknologi Tokyo. Lalu akh

Aulia Averroes sebagai Sekum KAMMI Jepang, beliau sempat mampir S1 Teknik Sipil di UI

angkatan 2000 selama satu setengah tahun, tapi

langsung ke Jepang memulai dari awal lagi dari D3

hingga sekarang S3 di Teknik Kimia Universitas

Teknologi Tokyo. Dan akh Asril Pramutadi menjabat sebagai Koordinator Kajian Strategis

KAMMI Jepang, beliau sempat S1 di ITB angkatan 2002 lalu S2 dan S3 Nuklir di Universitas Teknologi

Tokyo.

Mereka mendapat beasiswa perbulan sebesar 158 ribu Yen, atau setara dengan Rp. 15,8 Juta/bln.

Angka ini untuk ukuran Indonesia cukup fantastic,

tapi untuk di Jepang terhitung cukup karena

dengan uang itu mereka harus membiayai sewa

rumah, listrik, makan, dan lain-lain dengan tingkat

harga yang cukup tinggi juga. Sewa rumah rata-rata

4,5 juta hingga 8 juta rupiah per bulan. Belum dengan listrik, gas, dan air yang bisa mencapai

10.000 Yen atau 1 juta rupiah. Makan sekitar 3-5 juta per bulan. Parkir sepeda 8.000 rupiah sehari.

Parkir mobil bisa 20 ribu per jam.

Jadi harga sewa rumah lebih mahal. Tapi bisa

mendapatkan sewa rumah murah dengan bayar 1,2

juta rupiah per bulan dengan ikut program Undian.

Caranya mendaftar ke Kecamatan. Syaratnya sudah

menikah, atau punya rencana menikah, atau punya

pasangan. Ini berlaku baik untuk orang Jepang

ataupun mahasiswa luar negeri. Dan, bensin 14 ribu

per liter. Karena import dari Saudi Arabia.

Menariknya bila punya anak, maka tiap anak

mendapat jatah per anak sebesar 3juta rupiah per bulan. Jadi kalau punya empat anak bisa-bisa

enggak kerja, 12juta/bulan. Ini berlaku baik untuk orang jepang maupun luar negeri.

Mengapa demikian besar perhatian pemerintah

Jepang terhadap upaya pemeliharaan generasi muda ini? Hal ini akibat dari minimnya minat anak-

anak muda Jepang untuk menikah. Inilah yang

dimanfaatkan mahasiswa2 asing untuk kuliah

sambil berkeluarga di Jepang.

Di samping itu juga berkembang persepsi kuat

bahwa banyak anak akan banyak menelan biaya besar. Karena anak juga butuh alokasi untuk

banyak hal. Kedua orang tua sibuk bekerja, maka butuh pembantu. Biaya gaji untuk pembantu bisa

mahal. Anak-anak juga butuh pendidikan, seperti

kursus piano, kursus Balet, dan lain-lain.

Page 31: Jurnal muslim negarawan

Di Jepang sebenarnya sedang mengalami persoalan

serius. Bahwa generasi muda Jepang sudah sangat West Style. Ini juga yang dikeluhkan oleh Bapak

SEIDO sewaktu saya tinggal di rumahnya di

Yamanashi. Anak-anak muda sudah banyak

meninggalkan orang tuanya. Masih mending

mereka dititip ke panti jompo, kebanyakan

dibiarkan dan tidak diperhatikan oleh anak-

anaknya. Ada tradisi lebih baik memelihara

binatang piaraan daripada menjaga orang tua atau

anak. Makanya di sini banyak sekali showroom

binatang piaraan.

Pemerintah melakukan perhitungan secara matematis tentang kualitas generasi mudanya yang

sudah West Style dan individualis ini. Bila masih ada 20% anak muda Jepang yang cerdas dan peduli,

maka Jepang masih bisa eksis. Tapi bila yang peduli angkanya hanya 10%, maka Jepang akan tenggelam

di masa yang akan datang. Sekarang kondisinya

menjelang 20% itu.

Jadi ini tantangan bagi Jepang. Lantas yang

dilakukan Dakwah di Jepang sekarang adalah

mencoba untuk memperluas dakwah kepada

masyarakat Jepang sendiri. Sebelumnya dakwah

hanya dilakukan kepada masyarakat Indonesia

yang tinggal di Jepang, sekarang mulai merambah

kepada penduduk setempat. Semoga membuahkan

hasil.

Setahun Pemerintahan SBY,

PP KAMMI Sambangi Mabes TNI

JAKARTA - "Kita harus terus meningkatkan

nasionalisme. Tapi bukan nasionalisme romantis,

yang nadanya menyerang, angkat senjata dan

konfrontasi. Nasionalisme kita progresif, angkat

mutu dan kualitas Indonesia di internasional

dengan prestasi," tegas Mayjen TNI Suprapto,

Asisten Teritorial (Aster) Panglima TNI, di

hadapan Pengurus Pusat KAMMI, Rabu (20/10)

siang.

Setelah bertemu dengan jajaran pimpinan Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 23 Juli 2010

untuk membangun komunikasi dan sinergi kerja

pemberantasan korupsi, Rabu siang tadi, PP

KAMMI menyambangi Markas Besar TNI.

"Komunikasi dan sinergi itu penting. Negarawan

harus begini, bertemu seluruh stakeholder,

berbicara dengan mereka dan bekerjasama di titik

yang sama. Untuk TNI, kita akan sinergi dengan

mereka untuk komisariat perbatasan, penjagaan

kedaulatan teritorial dan pembentukan karakter,"

papar Ketum PP KAMMI, Rijalul Imam.

Diskusi hangat itu berlangsung sejak pukul 10.30

hingga 12.30 WIB,di Markas Besar TNI di

Cilangkap, Jakarta Timur. Kedatangan KAMMI,

bertepatan dengan upacara penyambutan

kepulangan misi Tentara Perdamaian Satuan

Tugas Kontingen Garuda XX-G/MUNOC dari

Kongo. Selama dua jam, PP KAMMI dijamu oleh

para petinggi militer. Selain Mayjen Suprapto,

juga ada Letkol CBA Osman Putra Negara, Letkol

Laut Widi Prasetyo, Letkol Infantri Untung, dan

Kol Infanteri I Made Sumantra.

Selain membincangkan nasionalisme yang salah

kaprah, Mayjen Suprapto juga menyinggung

tentang alutsista (alat utama sistem senjata)

yang sudah banyak rusak. "Tapi, sudah

lumayanlah, ada peningkatan anggaran di APBN

untuk beli senjata. Utamanya untuk TNI AL dan

AD," ujarnya.

Mayjen Suprapto mengungkapkan, kalau

Indonesia sebenarnya sudah dianggap musuh

oleh Angkatan Bersenjata Australia. "Kita

Page 32: Jurnal muslim negarawan

menyebutnya musang (musuh angkatan).

Australia yang jelas-jelas menyebut kita musuh.

Tapi, kita tidak pernah indahkan. Kita tidak

terpancing untuk konfrontasi," tambahnya.

Masalah perbatasan yang rawan juga disinggung.

Banyak warga Indonesia lebih nyaman mengurus

administrasi, perdagangan dan mencari nafkah di

negara jiran karena memang aksesnya lebih

mudah. Menurut Aster Panglima TNI, harusnya

kantor kecamatan, dan koramil dibangun di

perbatasan. "Itu biar konsentrasi penjagaan lebih

ketat. Kalau sekarang kan jauh-jauh, gimana

ngawasinnya?"

Mayjen Suprapto juga menegaskan, akan

menjauhkan militer dari politik. "Yang terjadi,

kalau ada gesekan dengan politik, adalah

memfigurkan atasan masing-masing. TNI bisa

pecah nanti. Kita tetap akan netral dan menjauhi

politik," tegasnya.

Di akhir pembicaraan, Mabes TNI dan PP KAMMI

siap melanjutkan kerjasama. Bentuknya adalah

silang pengetahuan dan training. Dalam pelatihan

yang dilakukan KAMMI, akan disisipi materi

ketahanan bangsa dan pembentukan karakter

kebangsaan. Selain itu, untuk mengakses

anggaran di beberapa kementerian, KAMMI

bersama Mabes TNI akan merancang Character

Building Training, serangkaian kegiatan untuk

peningkatan wawasan nusantara, dan rasa

keindonesiaan.

"Selain itu, direncanakan ada pendampingan

khusus dari Mabes TNI di tiap teritorial yang di

perbatasan, bagi komisariat atau daerah KAMMI.

Ini untuk menjaga kedaulatan teritorial," ujar

Rijal. Kerjasama terdekat, Panglima TNI

Laksamana Agus Suhartono, diundang KAMMI

untuk menjadi pembicara dalam seminar nasional

peringatan Hari Pahlawan 10 November 2010

besok.

Hari ini bertepatan dengan satu tahun

pemerintahan SBY untuk periode kedua. PP

KAMMI justru melakukan aksi yang berbeda.

Semoga langkah ini tepat untuk infiltrasi ke dunia

militer. Kembali bekerjasama seperti gerakan

mahasiswa pada 1966 dahulu. Mengulang sejarah

Soe Hok Gie.[as]

Kunjungan Internasional

Silaturahim ke Islamic Development Bank (IDB) di Kuala Lumpur Malaysia