JURNAL MEDIATEL - · PDF fileSalah satu contoh metode komunikasi yang digunakan sekarang yaitu...
Transcript of JURNAL MEDIATEL - · PDF fileSalah satu contoh metode komunikasi yang digunakan sekarang yaitu...
JURNAL MEDIATEL
Pelindung : Direktur
Penanggung jawab : Pembantu Direktur I
DEWAN REDAKSI
Ketua : Bloko Budi Rijadi, ST
Anggota : Ismail Mustaqim, SE
Ir. Ade Kusnama
Irwan Hariyanto, ST
Anthoni Chandra, SS
Indah Kusuma Hayati, SP
Redaksi Pelaksana : Mega Juliana, A.Md
Desi Purwitasari, A.Md
ALAMAT REDAKSI Akademi Telekomunikasi Bogor
Program Studi Manajemen Industri Telekomunikasi
Jl. Merdeka No. 78 Bogor 16114
Tlp./Fax. 0251-8325150
email: [email protected]
website : http://www.akatelkom.com
PENGANTAR REDAKSI
Dalam kesempatan penerbitan kali ini, Dewan Redaksi menyajikan karya ilmiah yang bersifat
teknis pada industri telekomunikasi, diantaranya Perencanaan BTS (Base Transceiver
Station) Di Wilayah Layanan Operasi Seluler GSM, Transisi Dari TV Analog Ke TV Digital
Di Indonesia Dan Dampaknya Bagi Masyarakat,, Aplikasi Sistem Telekomunikasi Pelayaran
Dengan GDMSS (Global Maritime Distress And Safety System) Untuk Menanggulangi
Terjadinya Kecelakaan Kapal). Hal ini secara keseluruhan problematika yang banyak
ditemukan di lapangan merupakan permasalahan kesisteman baik di bidang teknik maupun
bidang manajemen pada industri telekomunikasi. Yang akhirnya diharapkan menjadi solusi
bagi permasalahan ini
Disajikan juga aspek manajemen bagaimana sebuah perusahaan mencapai tujuan organisasi
dan pemanfaatan teknologi informasi (ICT) sebagai media pemasaran yang diharapkan
menjadi alternatif bagi entrepreneur untuk memulai usaha.
Kami berharap jurnal ilmiah ini dapat diterima oleh pembaca sekalian dan dapat
berkesinambungan memperbanyak publikasi karya-karya ilmiah yang lain. Dengan segala
kerendahan hati, kami menerima berbagai saran & kritik yang membangun demi kemajuan
ilmu dan teknologi bangsa Indonesia.
Redaksi
DAFTAR ISI
Pengantar Redaksi ………………………………………………………………………… i
Daftar isi …………………………………………………………………………….……. ii
Perencanaan BTS (Base Transceiver Station) Di Wilayah Layanan
Operasi Seluler GSM ……………………………………………………………..……. 1
Transisi Dari TV Analog Ke TV Digital Di Indonesia Dan
Dampaknya Bagi Masyarakat …………………………………………………………. 11
Aplikasi Sistem Telekomunikasi Pelayaran Dengan GDMSS (Global Maritime Distress
And Safety System) Untuk Menanggulangi Terjadinya Kecelakaan Kapal) …............. 22
Perumusan Strategi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Bandung Dalam
Mencapai Tujuan Organisasi ……………………….…………………………………. 33
Analisis Pemanfaatan Blogsite Sebagai Media Pemasaran Consumer Goods …...……… 45
1
1) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
PERENCANAAN BTS (BASE TRANSCEIVER STATION) DI
WILAYAH LAYANAN OPERASI SELULER GSM
Oleh :
Irwan Hariyanto, ST1)
ABSTRAK
Teknologi telekomunikasi selalu mengalami perkembangan yang sangat pesat dari waktu ke waktu dan perkembangan
tersebut sebagai langkah untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk saling berkomunikasi kapan dan di manapun manusia
itu berada tanpa merasa dibatasi oleh ruang dan waktu. Salah satu contoh metode komunikasi yang digunakan sekarang yaitu
dengan memakai telepon kabel dan terintegrasi dalam jaringan telepon atau PSTN (Public Switching Telephone Network).
Dalam perkembangannya ada pilihan lain yang lebih praktis dalam komunikasi suara dan komunikasi data dibanding dengan
telepon biasa atau telepon kabel yaitu telepon seluler dengan memanfaatkan gelombang mikro sebagai perantaranya.
Pemakaian telepon seluler lebih praktis dikarenakan sifatnya yang dinamis, pengguna dapat menikmati layanan komunikasi
seluler dalam keaadaan diam maupun ketika pengguna dalam keadaan bergerak di mobil misalnya. Salah satu komponen
yang penting dalam suatu jaringan komunikasi seluler adalah BTS (Base Transceiver Station) adalah salah satu komponen
yang berfungsi untuk mengirim dan menerima sinyal dari pengguna telepon seluler di area layanannya. Oleh karena itu
diperlukan suatu perencanaan untuk penempatan BTS dalam meningkatkan jangkauan layanan komunikasinya.
Kata kunci : Komunikasi, Telepon seluler, BTS
PENDAHULUAN
Perangkat atau sistem telekomunikasi
yang berkembang saat ini tidak terjadi secara
tiba-tiba, semuanya mengalami evolusi atau
melalui beberapa tahapan. Salah satu jenis
teknologi komunikasi tersebut adalah
teknologi wireless atau teknologi komunikasi
tanpa kabel. Salah satu bentuk teknologi
wireless yang dikembangkan dan
diaplikasikan saat ini adalah sistem
komunikasi bergerak selular (Mobile Selular
Communication) atau dikenal juga sebagai
komunikasi radio selular.
Sistem komunikasi selular ini
mempunyai keuntungan dibandingkan dengan
teknologi wireless lainnya karena sistem
komunikasi selular mempunyai kemampuan
mobilitas yang lebih tinggi dengan jangkauan
atau cakupan operasional yang luas.
Sedangkan perangkat komunikasinya dikenal
dengan telepon selular atau ponsel KERANGKA PEMIKIRAN
Pada arsitektur jaringan GSM
komponen BTS terletak di tengah suatu sel
atau daerah layanan, mempunyai peran yang
penting untuk menciptakan suatu proses
komunikasi. Suatu operator seluler
merencanakan bagaimana BTS tersebut secara
teknis atau non teknis dapat meningkatkan
jangkauan layanan berkomunikasi (Gambar 1)
Gambar 1. Konsep Kerangka Pemikiran
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Sistem Komunikasi Selular
Daerah operasional sistem komunikasi
selular dibagi kedalam sel-sel yang saling
berdekatan. Sel adalah daerah geografi yang
secara teori digambarkan dalam bentuk
heksagonal, sehingga praktis dalam
Teknik Komunikasi
Seluler
Infrastruktur Jaringan
BTS
Perencanaan
Perluasaan Jaringan
2
1) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
melakukan analisa matematis. Pengaruh
topografi seperti adanya bangunan-bangunan
tinggi, perbukitan atau gunung menyebabkan
sel-sel jarang yang berbentuk teratur, karena
batas masing-masing sel yang saling
berhimpitan atau tumpang tindih. Di setiap sel
terdapat stasiun induk atau base station yang
terdiri dari antena, peralatan pemancar dan
penerima serta peralatan switching untuk
menghubungkan pemakai telepon selular
berkomunikasi.
Untuk proses komunikasinya maka
masing-masing sel tersebut dirancang
beberapa set frekuensi yang berbeda, agar
tidak terjadi interferensi antara sel-sel yang
berdekatan itu.
Pada gambar di bawah ini
menunjukkan konfigurasi sel yang berbentuk
heksagonal dan setiap sel ditandai dengan
huruf-huruf yang berbeda, huruf tersebut
menunjukkan alokasi frekuensi yang
digunakkan di setiap selnya. Setiap huruf yang
sama menunjukkan pemakaian frekuensi yang
sama, pemakaian ulang frekuensi tersebut
hanya pada daerah yang terpisah cukup jauh.
Gambar 2. Konfigurasi Sel Komunikasi
Seluler
Di setiap sel pada sistem komunikasi
selular terdapat satu Base Station (BS) yang
dibangun atau ditempatkan pada puncak
gedung, perbukitan, hamparan persawahan,
gurun atau di mana saja. Selama berfungsi
untuk menjangkau (coverage) suatu area di
mana proses komunikasi terjadi.
Setiap pengguna telepon selular
(ponsel) atau Mobile Station (MS) yang
membuat suatu panggilan komunikasi, akan
mengirimkan suatu pesan ke base station
terdekat di mana pengguna ponsel berada.
Kemudian base station akan mengalokasikan
suatu kanal dengan frekuensi tertentu yang
akan digunakan untuk proses komunikasi.
Setelah panggilan selesai, kanal tersebut akan
dibebaskan sehingga memungkinkan untuk
digunakan oleh pemanggil lain dalam sel yang
sama.
Pada saat diaktifkan telepon selular
akan menjaga monitoring sinyal suatu base
station untuk mendeteksi suatu sinyal yang
paling baik atau kuat. Bila mobile station
mendeteksi suatu sinyal yang lebih kuat maka
dapat diasumsikan mobile station tersebut
sedang mendekati suatu sel baru, maka mobile
station akan menginformasikan kepada base
station tersebut bahwa ia segera berpindah ke
sel baru dimana base station itu berada. Proses
berpindahnya suatu mobile station dari suatu
sel ke sel yang lain disebut handover.
Kemudian base station yang baru
akan menginformasikan frekuensi yang akan
digunakan di sel itu kepada mobile station, hal
ini sangat penting bagi base station untuk
mengetahui mobile station berada setiap saat.
Sehingga suatu panggilan yang datang dapat
dirutekan melalui base station yang tepat.
Karakteristik GSM (Global System for
Mobile Communication)
Sistem komunikasi selular generasi
ke-2 atau G2 (second generation) yang lebih
dikenal sebagai GSM (Global System for
Mobile Communication) merupakan sistem
komunikasi selular digital yang dikembangkan
untuk menggantikan sistem- sistem
komunikasi selular sebelumnya yang analog.
Sistem komunikasi selular GSM 900
menggunakan dua frequency band radio yang
masing-masing dengan interval sebesar 25
MHz, frequency band tersebut dialokasikan
sebagai berikut :
Frekuensi (Uplink) 890 – 915 Mhz
Untuk hubungan dari MS (Mobile Station)
ke BS (Base Station).
Frekuensi (Downlink) 935 – 960 Mhz
Untuk hubungan dari BS (Base Station) ke
MS (Mobile Station).
Maka sistem selular GSM 900
mempunyai 124 frequency channels/RF
carrier dengan bandwidth sebesar 200 Khz,
frekuensi-frekuensi tersebut dialokasikan
B
F
B
C
D
A
E
G
B
C
D
F
G C
A
EE
A
C
B
A
B
D
C
F
G
B
G
A
G
3
1) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
secara berpasangan sehingga setiap pasangan
frekuensi (uplink) dan frekuensi (downlink)
terpisah sekitar 45 MHz.
Frequency(MHz)
960
950
935
915
890
905
Base StationTransmit
(Downlink)
Base StationReceive(Uplink)
ChannelSeparation
45 MHz
Gambar 3. Spektrum Frekuensi GSM
Dengan metode akses TDMA (Time
Division Multiple Access) setiap frekuensi
pembawa (RF Carrier) dibagi ke dalam 8
saluran (Traffic Channel). Sebuah frame
TDMA terdiri dari 8 kerangka waktu (8 Time
Slot ) yang memiliki durasi selama 4.615 ms,
sedangkan masing – masing time slot
berdurasi 0.577 ms.
Multiframe (26 Frame)
Frame TDMA 8 TS (4.615ms)
0 1 2 3 4 5 6 7
Burst (0.577 ms)
3 Tail Bit 58 Data Bit 26 Bit TS 58 Data Bit 3 Tail Bit
Gambar 4. Format TDMA GSM
Frame TDMA GSM yang terdiri dari
8 TS (Time Slot ) tersebut dikirimkan dengan
kecepatan (Data Transmission Rate) 270.833
Kbps. Pada umumnya sistem- sistem
komunikasi selular yang analog menggunakan
metode akses FDMA (Frequency Division
Multiple Access). Dengan metode tersebut
sebuah frekuensi secara khusus dialokasikan
kepada setiap pengguna selama panggilan,
sehingga pada situasi komunikasi yang padat
akan terjadi overload dan menyebabkan proses
komunikasi sering mengalami kegagalan.
Berdasarkan alasan tersebut
maka sistem GSM mengkombinasikan dua
metode akses yaitu antara TDMA (Time
Division Multiple Access) dan FDMA
(Frequency Division Multiple Access) Frequency
F7
F6
F5
F4
F3
F2
F1
Time
TS 0 TS 1 TS 2 TS 3 TS 4 TS 5 TS 6 TS 7
TS 0 TS 1 TS 2 TS 3 TS 4 TS 5 TS 6 TS 7
TS 0 TS 1 TS 2 TS 3 TS 4 TS 5 TS 6 TS 7
TS 0 TS 1 TS 2 TS 3 TS 4 TS 5 TS 6 TS 7
TS 0 TS 1 TS 2 TS 3 TS 4 TS 5 TS 6 TS 7
TS 0 TS 1 TS 2 TS 3 TS 4 TS 5 TS 6 TS 7
TS 0 TS 1 TS 2 TS 3 TS 4 TS 5 TS 6 TS 7
Gambar 5. Format TDMA/FDMA GSM
Pada kondisi tingkat penuh atau full
rate maka 8 TS akan dinotasikan untuk setiap
frekuensi, dengan metode akses TDMA setiap
pengguna akan mengirimkan sinyal secara
periodik sedangkan dengan akses FDMA
pengguna mengirimkan sinyal secara
permanen. Perbedaan antara keduanya dapat
dijelaskan melalui gambar 2.4, frekuensi (F1)
dapat menunjukkan frekuensi GSM dengan 1
TS aktif yaitu sinyal yang dikirim setiap frame
TDMA.
Sehingga memungkinkan TDMA
dapat melayani saluran lainnya atau 7 TS
secara bersamaan pada frekuensi yang sama
pada kondisi tingkat penuh (full rate). Proses
tersebut membuktikan kombinasi antara akses
TDMA dan akses FDMA.
Melalui metode akses TDMA maka
transceiver di BS (Base Station) mempunyai
kemampuan untuk memonitor frekuensi yang
mungkin digunakan, karena ada dua band
frekuensi yaitu untuk pengiriman dan
penerimaan.
4
1) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
Sistem Komunikasi selular digital
GSM (Global System for Mobile
Communication) menggunakan suatu teknik
modulasi yaitu GMSK (Gaussian Minimum
Shift Keying).
Base Transceiver Station (BTS)
Konsep dasar komunikasi selular yaitu
memanfaatkan pola sel-sel dan masing-masing
selnya terdapat suatu station radio yang lebih
dikenal dengan Base Transceiver Station
(BTS). BTS merupakan bagian yang mampu
mencakup (coverage) suatu tempat tertentu
dimana proses link komunikasi dengan Mobile
Station (MS) dilakukan. BTS tersebut
mempunyai antena dengan beberapa
transceiver (TRX), proses penterjemahan
sinyal dilakukan oleh BTS sebelum diteruskan
ke Base Station Controller (BSC) dan Mobile
Switching Centre (MSC).
BTS juga berfungsi sebagai
interkoneksi antara infrastruktur sistem selular
dengan out station dan bertugas memonitor
out station yang masuk atau keluar dari sel
BTS tersebut. Kemampuan BTS untuk
mencakup (coverage) suatu daerah
operasionalnya dipengaruhi oleh topografi
permukaan bumi antara lain gedung- gedung
tinggi, perbukitan dan pegunungan.
Gambar 6. Topologi Base Station Subsystem
Perencanaan Sel (Cell Planning)
Sel didefinisikan sebagai suatu area
yang memiliki luas, diameter tertentu dan
dapat membentuk suatu pola yang tersusun
dari beberapa sel. Proses komunikasi antara
pengguna telepon selular dapat terjadi karena
di setiap sel terdapat base station yang mampu
mengirim dan menerima sinyal. Telepon
selular atau mobile station dapat diaktifkan
dan dapat berpindah dari sel satu ke sel yang
lain karena sifat mobilitas dari pengguna
telepon selular.
Karena ukurannya maka sel-sel itu
dapat dibagi dalam dua bentuk sel yaitu sel
berukuran besar (Macro Cell) mempunyai
ukuran diameter yang besar sehingga
diasumsikan sebagai wilayah yang luas dan sel
berukuran kecil (Micro Cell) diasumsikan
sebagai wilayah yang tidak luas karena ukuran
diameternya yang kecil.
Sel-sel yang berukuran kecil (Micro
Cell) terkonsentrasi di tengah perkotaan
karena untuk melayani pemakai telepon selular
dengan jumlah besar, sedangkan sel-sel yang
berukuran besar (Macro Cell) lebih
terkonsentrasi di daerah pinggir kota untuk
melayani pemakai telepon selular yang lebih
sedikit. Sel yang besar memiliki diameter
sekitar 35 km (rekomendasi GSM) yang berarti
base station dalam sel itu mampu melayani
suatu area yang luas.
Sektorisasi Sel (Cell Sectorisation)
Sektorisasi sel dilakukan khusus untuk
sel-sel yang berukuran besar (Macro Cell),
tujuannya adalah agar BTS dalam sel itu
mampu mencakup (coverage) beberapa sektor
area karena sel makro diasumsikan sebagai
wilayah yang luas. Tujuan yang lain dari
sektorisasi sel untuk memudahkan
pengalokasian sel.
BTS
BTS
BTS BSC
Base Station Subsystem
5
1) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
Gambar 7. Sektorisasi Sel
Dalam gambar (7) terlihat sektorisasi
terhadap dua buah sel, sel yang pertama
disektorisasi menjadi 3 sektor dengan masing-
masing sektor mempunyai sudut 1200.
Sedangkan sel kedua disektorisasi menjadi 6
sektor, sehingga masing-masing sektornya
mempunyai sudut 600.
Pengalokasian Frekuensi Sel
Seperti telah dijelaskan pada bab
sebelumnya bahwa kelebihan dari komunikasi
selular adalah efisiensi dalam pemakaian
frekuensi, karena frekuensi yang sudah
dialokasikan untuk sebuah sel dapat dipakai
kembali (frequency reuse) untuk sel lain.
Tetapi pengalokasian frekuensi ini merupakan
suatu tahap yang rumit karena antara sel yang
berdekatan tidak boleh mempunyai frekuensi
yang sama untuk menghindari terjadinya
interferensi.
Sehingga dua tahapan sebelumnya yaitu
perencanaan sel (cell planning) dan sektorisasi
sel (cell sectorisation) dapat membantu dalam
proses pengalokasian frekuensi. Perencanaan
sel yang umum dilakukan adalah
menggunakan pola tujuh sel (seven cell
cluster), kemudian sel-sel tersebut nantinya
dapat dialokasikan sepasang frekuensi yaitu
frekuensi yang dikirim dari BTS ke pengguna
ponsel (frequency downlink) dan frekuensi
yang dikirim dari pengguna ponsel ke BTS
(frequency uplink).
Gambar 8. Pola 7 sel (Seven Cell Cluster)
Setiap sel untuk pola 7 sel ditandai dengan
nomor yang berbeda, berarti sel-sel tersebut
memiliki frekuensi yang berbeda pula.
Frekuensi untuk setiap sel dialokasikan secara
berpasangan yaitu frekuensi yang dikirim dari
BTS ke telepon selular (frequency downlink)
dan frekuensi yang dikirim dari telepon selular
ke BTS (frequency uplink).
HASIL PENELITIAN
Perencanaan BTS (Base Transceiver
Station) Di Kawasan Bogor Baru
Sebuah tower didirikan khusus untuk
perencanaan sebuah BTS (Base Transceiver
Station) terletak di kawasan perumahan Bogor
Baru kecamatan Bogor Utara, direncanakan
BTS tersebut nantinya melayani suatu area
yang luas (Macro Cell). Karena merupakan
tipe sel besar atau macro cell dan
direncanakan untuk melayani beberapa
kawasan atau wilayah maka sel tersebut
disektorisasi menjadi tiga sektor
Gambar di bawah ini menunjukkan
sektorisasi sel makro (macro cell) untuk BTS
yang direncanakan di perumahan Bogor Baru
Gambar 9. Sektorisasi sel untuk sel BTS
Bogor Baru
Cell Site
Cell Site 120 Degree Sector / Cells
60 Degree Sector / Cells
1
3
2
4
6
3
2
1
5
BTS Timur
1
3
2
Barat Daya
Barat Laut
Utara
2
4
2
7
6
1
5
3
2
7
6
4
3 7
1
55
1
7
2
1
2
6
7
4
3
2
3
1
3
6
1) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
Ketiga arah yang berbeda itu direncanakan
untuk melayani beberapa wilayah di
kotamadya Bogor yaitu :
Sektor 1 (Barat Daya) untuk diarahkan
ke tengah kota Bogor.
Sektor 2 (Barat Laut) untuk diarahkan
ke kawasan pemukiman penduduk
diantaranya perumahan Bantarjati dan
perumahan Indraprasta Warung Jambu
Bogor.
Sektor 3 (Timur) untuk diarahkan ke
kawasan terbuka meliputi jalan tol
Jagorawi arah Ciawi dan sebagian
perumahan Bogor Lakeside.
Sehingga dapat diasumsikan
bahwa BTS dalam sel itu memancarkan
sinyal untuk melayani tiga wilayah yang
berbeda, sektor 1(Barat Daya) melayani
daerah perkotaan atau wilayah urban,
sektor 2 (Barat Laut) melayani daerah
pemukiman penduduk di pinggir kota atau
wilayah suburban, dan sektor 3 (Timur)
melayani daerah terbuka atau open area.
Redaman Lintasan (Path Loss) Sinyal yang dipancarkan dari BTS ke sejumlah
tempat atau wilayah akan mengalami redaman
lintasan (Path Loss), sehingga seorang teknisi
telekomunikasi dari Jepang membagi redaman
lintasan yang dialami oleh sinyal tersebut ke
dalam suatu rumus berdasarkan tipikal
wilayahnya masing-masing. Rumus-rumus
redaman lintasan yang dialami oleh suatu
sinyal berdasarkan tipikal wilayah yang
dilaluinya adalah sebagai berikut:
Wilayah perkotaan (Urban Area).
Lp = 69,55 + 26,16 log fc – 13,82 log hb –
a(hm) + (44,9 – 6,66 log hb) . log R (dB)
Wilayah pinggir kota (Suburban Area).
Lps = Lp(Urban Area) – 4,78 (log fc)2 +
18,33 log fc – 40,94 (dB)
Wilayah terbuka (Open Area).
Lpo = Lp(Urban Area) – 4,78 (log fc)2 +
18,33 log fc – 40,98 (dB) Pada rumus redaman lintasan untuk
urban area terdapat a(hm) sebagai faktor
koreksi keberadaan pengguna ponsel untuk
tipe kota di bawah ini :
Kota sedang atau kecil (Medium Small
City) maka nilai koreksi a(hm) :
a(hm) = (1,1 log fc – 0,7 ).hm – (1,56 log
fc – 0,8)
Kota besar (Large City) maka nilai koreksi
a(hm) :
a(hm) = 3,2 (log 11,75. hm)2 – 4,97
Keterangan :
hb = h1
Ketinggian antena di tower (m).
hm = h2
Ketinggian antena ponsel atau mobile station
(m).
fc = f (downlink)
Frekuensi yang dipancarkan BTS (Mhz).
R = d
Jarak antara BTS dan pengguna telepon selular
(Km).
Alokasi Frekuensi Untuk BTS Bogor Baru
Sel yang akan ditempati BTS di
kawasan Bogor Baru merupakan sel yang
berukuran besar (Macro Cell), setelah
disektorisasi menjadi 3 sektor maka langkah
selanjutnya adalah mengalokasikan frekuensi
untuk setiap sektornya.
Gambar 10. Alokasi Frekuensi BTS Bogor
Baru
Pada gambar di atas terlihat setiap
sektor telah dialokasikan frekuensi yang
berbeda, sektor 1 (Barat Daya) dengan Ch.50,
sektor 2 (Barat Laut) dengan Ch.75 dan sektor
3 (Timur) dengan Ch.100.
Melalui tabel GSM Channels maka
dapat diketahui pasangan frekuensi yang
dialokasikan untuk setiap sektornya pada sel
itu.
Sektor 1 (Barat Daya) dengan Ch.50
berarti memiliki frekuensi uplink (900
Mhz) dan frekuensi downlink (945 Mhz).
Sektor 3 (Timur )
Sektor 1 (Barat Daya )
Sektor 2 (Barat Laut )
Ch.50
Ch.75
Ch.100
7
1) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
Sektor 2 (Barat Laut) dengan Ch.75 berarti
memiliki frekuensi uplink (905 Mhz) dan
frekuensi downlink (950 Mhz).
Sektor 3 (Barat Daya) dengan Ch.100
berarti memiliki frekuensi uplink (910
Mhz) dan frekuensi downlink (955 Mhz).
Untuk memancarkan atau
mengirimkan sinyal dari BTS ke pengguna
telepon selular, masing-masing sektor di BTS
tersebut menggunakan antena sektor (Flat
Panel Antenna).
Kalkulasi Redaman Lintasan
Untuk memperoleh seberapa besar
redaman lintasan untuk setiap wilayah yang
dilayani oleh BTS yang berlokasi di Bogor
Baru, perlu diketahui juga ketinggian antena
yang terpasang di tower. Karena BTS
direncanakan untuk melayani 3 wilayah
cakupan (coverage) maka antena sektor yang
diperlukan berjumlah 3 antena sektor dan
diasumsikan untuk BTS di Bogor Baru
tersebut ketiga antena dipasang pada
ketinggian yang sama
BTS Bogor Baru terletak di suatu
lokasi yang diasumsikan sebagai sel besar
(Macro Cell) dengan diameter sepanjang 35
Km, berarti setiap sektornya diharapkan
mampu menjangkau pengguna telepon selular dengan jarak sekitar 17,5 Km (radius sel).
Ketiga antena sektor dipasang pada ketinggian
yang sama (h1=70 m).
Gambar 11. Ilustrasi BTS Bogor Baru
Kalkulasi Redaman Lintasan Sektor 1
(Wilayah Urban)
Sektor 1 (Barat Daya) yang
diarahkan ke tengah kota Bogor atau wilayah
urban mempunyai alokasi pasangan frekuensi
uplink (900 Mhz) dan frekuensi downlink (945
Mhz). Data lain yang perlu diketahui adalah
sebagai berikut :
h1 = 70 m (tinggi antena di tower).
h2 = hm = 1,5 m (tinggi antena telepon
selular).
fc = 945 Mhz (frekuensi
downlink/frekuensi yang dipancarkan BTS
ke telepon selular) sesuai dengan alokasi
frekuensi untuk sektor 1.
d = R (jarak dari BTS ke pengguna telepon
selular dalam Km) saat perhitungan jarak
yang dipakai berturut-turut mulai dari
1,3,6,9,12,15, dan 17,5 Km.
Dari luas wilayahnya kota Bogor
dapat digolongkan sebagai kota sedang
sehingga faktor koreksi a(hm) didapat dengan
menggunakan rumus (4.4) yaitu :
a(hm) = (1,1 log fc – 0,7 ).hm – (1,56 log fc –
0,8)
Perhitungannya untuk faktor koreksi a(hm)
adalah sebagai berikut :
a(hm) = (1,1 log fc – 0,7 ).hm – (1,56 log fc
– 0,8)
= (1,1 log 945 – 0,7).1,5 – (1,56
log 945 – 0,8)
= 3,85 – 3,84
= 0,01 Perhitungan redaman lintasan untuk
wilayah urban dimulai dengan jarak 1 Km,
seperti dicontohkan :
Lp = 69,55 + 26,16 log fc – 13,82 log hb
– a(hm) + (44,9 – 6,66 log hb).log R
= 69,55 + 26,16 log 945 – 13,82 log 70
– 0,01 + (44,9 – 6,66 log 70).log 1
= 69,55 + 77,83 – 25,50 – 0,01
+ (32,61). 0
= 121,87 dB
Perhitungan tetap sama dilakukan
untuk jarak (d) lainnya yang telah ditentukan.
Kalkulasi Redaman Lintasan Sektor 2
(Wilayah Suburban)
Sektor 2 (Barat Laut) yang diarahkan
ke kawasan perumahan (wilayah suburban)
meliputi perumahan Bantarjati dan perumahan
Indraprasta Warung Jambu mempunyai
alokasi pasangan frekuensi uplink (905 Mhz)
dan frekuensi downlink (950 Mhz). Data lain
sama dengan sektor 1 kecuali untuk frekuensi
downlink :
h1 = 70 m (tinggi antena di tower).
BTS Bogor Baru
Antena Sektor
Pengguna Ponsel (MS)
h1 (m)
h2 (m)
R=d= Jarak (Km)
8
1) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
h2 = hm = 1,5 m (tinggi antena telepon
selular).
fc = 950 Mhz (frekuensi
downlink/frekuensi yang dipancarkan BTS
ke telepon selular) sesuai dengan alokasi
frekuensi untuk sektor 2.
d = R (jarak dari BTS ke pengguna telepon
selular dalam Km) saat perhitungan jarak
yang dipakai berturut-turut mulai dari
1,3,6,9,12,15, dan 17,5 Km.
Perhitungan redaman lintasan untuk
wilayah suburban menggunakan rumus Lps =
Lp (Urban Area) – 4,78 (log fc)2 + 18,33 log fc
– 40,94 (dB), . Perhitungannya dimulai
dengan jarak 1 Km, seperti yang tertulis di
bawah ini :
Lps = Lp (Urban Area) – 4,78 (log fc)2
+ 18,33 log fc – 40,94
= Lp (1 Km) – 4,78 (log 950)2
+ 18,33 log 950 – 40,94
= Lp (1Km) – 42,38 + 13,64
= Lp (1Km) – 56,02
= 121,87 – 56,02 = 65,85 dB
Perhitungan tetap sama dilakukan
untuk jarak (d) lainnya yang telah ditentukan.
Kalkulasi Redaman Lintasan Sektor 3
(Wilayah Terbuka)
Sektor 3 (Timur) yang diarahkan ke
kawasan terbuka meliputi jalan tol Jagorawi
arah Ciawi dan sebagian kawasan perumahan
Bogor Lakeside mempunyai alokasi pasangan
frekuensi uplink (910 Mhz) dan frekuensi
downlink (955 Mhz). Data lain sama dengan
sektor 1 maupun sektor 2 kecuali untuk
frekuensi downlink :
h1 = 70 m (tinggi antena di tower).
h2 = hm = 1,5 m (tinggi antena telepon
selular).
fc = 955 Mhz (frekuensi
downlink/frekuensi yang dipancarkan BTS
ke telepon selular) sesuai dengan alokasi
frekuensi untuk sektor 3.
d = R (jarak dari BTS ke pengguna telepon
selular dalam Km) saat perhitungan jarak
yang dipakai berturut-turut mulai dari
1,3,6,9,12,15, dan 17,5 Km.
Perhitungan redaman lintasan untuk
wilayah terbuka (Open Area) menggunakan
rumus Lpo = Lp(Urban Area) – 4,78 (log fc)2
+ 18,33 log fc – 40,98 (dB), Perhitungannya
dimulai dengan jarak 1 Km, seperti yang
tertulis di bawah ini :
Lpo = Lp(Urban Area) – 4,78 (log fc)2
+ 18,33 log fc – 40,98
= Lp (1Km) – 4,78 (log 955)2
+ 18,33 log 955 – 40,98
= Lp (1Km) – 42,44 + 13,64
= Lp (1Km) – 56,09
= 121,87 – 56,09
= 65,78 dB
Perhitungan tetap sama dilakukan untuk jarak
(d) lainnya yang telah ditentukan.
Kuat Sinyal Yang Diterima (Received
Signal Level)
Sinyal yang dipancarkan dari BTS
(Base Transceiver Station) melalui antena
memiliki daya pancar (Transceiver Output
Power). BTS yang berada di Bogor Baru
memiliki parameter pemancar untuk semua
sektor sebagai berikut :
PTRX = daya keluaran (TRX power output)
= 35 Watt (45,44 dBm).
Gain antena = 12 dB
Redaman saluran (Base Feeder Loss) = 3
dB
Dari parameter tersebut kekuatan
sinyal yang dapat diterima pengguna telepon
selular atau RSL (Received Signal Level)
diperoleh melalui persamaan :
d = do.10 (EIRP – Lo – RSL) / 10. Dimana :
do = 4.h1.h2 / Keterangan :
RSL = Kuat sinyal yang diterima telepon
selular (dBm).
do = Titik Fresnel Zone (m).
d = Jarak antara BTS dan pengguna
telepon selular (Km).
h1 = Ketinggian antena di tower (m).
h2 = Ketinggian antena telepon selular
(m).
Lo = Redaman Lintasan (dB).
= 4 (konstanta propagasi).
Kuat Sinyal Di Wilayah Urban (Sektor 1)
Untuk mengetahui seberapa besar
sinyal yang dapat diterima telepon selular di
pusat kota Bogor (wilayah urban) maka ada
beberapa parameter lain yang perlu
diperhatikan antara lain :
h1 = 70 m (ketinggian antena di BTS).
9
1) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
h2 = 1,5 m (Ketinggian antena telepon
selular).
Lo = Lp atau Redaman Lintasan wilayah
urban dari tabel (4.1).
= 4 (konstanta propagasi).
f = fc = 945 Mhz (frekuensi
downlink/frekuensi yang dipancarkan BTS
ke telepon selular) sesuai dengan alokasi
frekuensi untuk sektor 1.
Panjang gelombang () dapat
diperoleh melalui persamaan = C/f (m) maka
panjang gelombang untuk frekuensi downlink
(945 Mhz) adalah :
= C/f
= 3.108 / 945.10
6
= 0,317 m
Sehingga didapatkan titik fresnel zone (do) :
Do = 4.h1.h2 /
= 4.70.1,5 / 0,317
= 1324,92 m
Parameter pemancar untuk BTS Bogor
Baru diketahui :
PTRX = daya keluaran (TRX power
output) = 35 Watt (45,44 dBm).
Gain antena = 12 dB
Redaman saluran (Feeder Loss) = 3
dB
Diperoleh besaran EIRP :
EIRP = PTRX + Gain Ant – L Feeder Loss
= 45,44 + 12 – 3
= 54,44 dBm Kuat sinyal (RSL) yang diterima
telepon selular pada jarak-jarak tertentu di
wilayah jangkauan sektor 1 (wilayah urban)
dapat diperoleh melalui persamaan
d = do.10 (EIRP – Lo – RSL) / 10.
Atau : EIRP – Lo – RSL = d. / do
Diketahui :
EIRP = 54,44 dBm (berlaku untuk semua
sektor).
do = 1324,92 m
= 4 (konstanta propagasi).
Lo = Lp = Redaman lintasan wilayah urban
tabel
d = jarak dari BTS ke pengguna telepon
selular saat perhitungan jarak yang dipakai
berturut-turut mulai dari 1,3,6,9,12,15, dan
17,5 Km.
Sehingga kuat sinyal RSL (Received
Signal Level) yang diterima pada jarak 1 Km
di pusat kota Bogor :
EIRP – Lo – RSL = d. / do Lo = Lp
(redaman lintasan wilayah urban)
EIRP – Lp –RSL = 1.4 / 1324,92
RSL = 54,44 – 121,87 – (1.4 / 1324,92)
RSL (1km) = - 67,43 dBm
Perhitungan tetap sama dilakukan untuk jarak
(d) lainnya yang telah ditentukan.
Kuat Sinyal Di Wilayah Suburban (Sektor
2)
Untuk mengetahui seberapa besar
sinyal yang dapat diterima telepon selular
dalam jangkauan sektor 2 yang meliputi
kawasan perumahan Bantarjati dan Indraprasta
Warung Jambu Bogor. Maka parameter yang
digunakan dalam perhitungan adalah sama
dengan sebelumnya hanya frekuensinya saja
yang berbeda, karena diketahui BTS disektor 2
memancarkan frekuensi downlink (950 Mhz).
Dengan frekuensi downlink (950Mhz) maka
panjang gelombangnya () :
= C/f
= 3.108 / 950.10
6 = 0,315 m
Didapatkan titik fresnel zone (do) :
do = 4.h1.h2 /
= 4.70.1,5 / 0,315
= 1333,33 m
Bila diketahui : EIRP = 54,44 dBm (berlaku
untuk semua sektor).
do = 1333,33 m
= 4 (konstanta propagasi).
Lo = Lps = Redaman lintasan wilayah
suburban
Kuat sinyal (RSL) yang diterima
telepon selular pada jarak-jarak tertentu di
wilayah jangkauan sektor 2 (wilayah
suburban) dapat diperoleh melalui persamaan :
d = do.10 (EIRP – Lo – RSL) / 10.
Atau : EIRP – Lo – RSL = d. / do
Sehingga kuat sinyal RSL (Received
Signal Level) yang diterima pada jarak 1 Km
untuk kawasan perumahan Bantarjati dan
Indraprasta Warung Jambu Bogor :
EIRP – Lo – RSL = d. / do , Lo = Lps
(redaman lintasan wilayah suburban)
EIRP – Lps –RSL = 1.4 / 1333,33
10
1) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
RSL = 54,44 – 65,85 – (1.4 / 1333,33)
RSL (1km) = - 11,41 dBm
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis perhitungan kuat sinyal
yang diterima atau RSL (Received Signal
Level) dari perencanaan BTS (Base
Transceiver Station) di kawasan Bogor Baru
dapat diperoleh beberapa kesimpulan antara
lain :
1. Sinyal dari sektor 1 (Barat Daya) yang
diarahkan ke tengah kota Bogor (wilayah
urban) melemah pada jarak 12 Kilometer
(nilai RSL adalah –102,65 dBm), karena
batas sensitivitas yang direkomendasikan
adalah sebesar –102 dBm sehingga
diperlukan BTS lain untuk melayani
pengguna telepon selular setelah jarak 12
Kilometer dari BTS Bogor Baru arah
Barat Daya.
2. Sinyal dari Sektor 2 (Barat Laut) yang
diarahkan ke kawasan perumahan
(wilayah suburban) meliputi perumahan
Bantarjati dan perumahan Indraprasta
Warung Jambu dan sinyal dari Sektor 3
(Timur) yang diarahkan ke kawasan
terbuka meliputi jalan tol Jagorawi arah
Ciawi dan sebagian kawasan perumahan
Bogor Lakeside, pada jarak 17,5
Kilometer masih baik atau kuat masing-
masing sebesar –51,99 dBm dan –51,92
dBm. Sehingga pada jarak tersebut tidak
diperlukan BTS lain untuk melayani
pengguna telepon selular.
3. Solusi lain dalam merencanakan BTS di
suatu lokasi adalah dengan mengetahui
kuat sinyal terendah atau buruk (di bawah
batas sensitivitas) dari sinyal yang
dipancarkan BTS lainnya. DAFTAR PUSTAKA
Sunomo. 2005. Sistem Komunikasi Nirkabel.
Gramedia.
D.M. Balston. 1996. Radio Cellular Network,
Artech house Inc,.
Modul, Introduction To Digital Cellular,
Motorola. 1996
Modul, Base Station Subsystem (BSS),
Motorola. 1996
Modul, Mobile Switching Subsystem (MSS),
Motorola. 1996
Modul, Base Station, Siemens. 2000.
11 TTrraannssiissii DDaarrii TTvv AAnnaalloogg KKee TTvv DDiiggiittaall DDii IInnddoonneessiiaa……………………………………..
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
TTRRAANNSSIISSII DDAARRII TTVV AANNAALLOOGG KKEE TTVV DDIIGGIITTAALL DDII IINNDDOONNEESSIIAA
DDAANN DDAAMMPPAAKKNNYYAA BBAAGGII MMAASSYYAARRAAKKAATT
OOlleehh ::
HHiimmaawwaann PPrraasseettyyoo11)) ddaann AAnntthhoonnii CChhaannddrraa SSSS22))
AABBSSTTRRAACCTT
Essentially, digital TV means that broadcasters can transmit high-quality pictures and sounds which are far superior to what is
available today on the analog television system. This technology is spreading across the globe and it is imperative that Indonesia
will keep pace with this as manufacturers abandon production of old-style televisions. In any case, consumers have been
demanding better quality for many years and digital television will be a major step in providing this service. Also, overseas
television programs and films are all being produced in high-quality digital format and this means that we need to upgrade the
television system to be able to watch them. The switch to digital television makes no difference to the free to air system we are
currently enjoy. All television stations will still broadcast their programs into the homes of all consumers who are d igitally
connected. The change to digital also opens up the broadcasting range over which programs can be transmitted. This means that
there will be many more channels available for you to choose from, and in fact most television stations are now broadcasting over
an extra two or three channels.The old system of analogue technology will become redundant at the end of 2013, but we do not
have to wait until then to make the change. We can purchase new digital televisions and take advantage of the free to air
broadcasts immediately. The changeover period between 2010 and 2013 is simply the timeframe chosen by the government to give people time to make the switch without undue budgetary concerns that an immediate switch would generate.
Keywords : Quality of Work life, Job Performance, job satisfaction and commitment
PENDAHULUAN
Era televisi analog pelan-pelan
tergeser era televisi digital. Dengan
pemancaran multimedia bandwith lebar,
definisi perangkat hiburan rumah tangga akan
berubah secara drastis. Setelah 50 tahun
sistem transmisi televisi bertahan
menggunakan standar analog, di era digital
ini hal tersebut, inilai sudah ketinggalan
zaman. Memang di tahun-tahun terakhir,
mutu pemancaran televisi analog sudah
meningkat pesat. Apalagi dengan
memanfaatkan saluran kabel atau satelit yang
membuat gambar di layar televisi nampak
lebih jernih. Akan tetapi, sejak tahun 1998
lalu para pengusaha pemancar televisi
menyadari ada kendala yang tidak dapat
ditembus, untuk terus meningkatkan mutu
gambar siaran televisi jika tetap
menggunakan standar analog.
Ketika itulah dicanangkan
perpindahan teknologi dari analog ke digital.
Akan tetapi, perpindahannya tentu saja
tidak bisa dilakukan secara revolusioner,
sebab masih terdapat ratusan juta pesawat
televisi analog yang pada prinsipnya tidak
dapat menangkap siaran digital. Untuk itu,
diperlukan masa transisi dari TV Analog ke
Ke TV Digital. Hal ini sekarang dialami oleh
Indonesia. Pemerintah Indonesia akan
menerapkan siaran TV Digital. Kita tahu, di
Indonesia kebanyakan masyarakatnya
masih menggunakan TV Analog dan
untuk itu jika masyarakat ingin melihat
tayangan TV Digital harus membeli dekoder
yang harganya mahal. Oleh karena itu, di
indonesia pun harus diberlakukan masa
transisi dari TV Analog ke TV Digital.
Berkenaan dengan masalah tersebut di atas,
maka kita perlu mengetahui tentang beberapa
hal, antara lain bagaimana proses transisi yang
akan dilakukan, bagaimana regulasi
pemerintah tentang pengkanalan frekuensi digital, perangkat apa saja yang diperlukan
12 TTrraannssiissii DDaarrii TTvv AAnnaalloogg KKee TTvv DDiiggiittaall DDii IInnddoonneessiiaa……………………………………..
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
untuk proses transisi serta apa saja dampak
dari transisi dan penyiaran TV Digital bagi
masyarakat Indonesia. TV Digital di sini
bukan berarti pesawat TV yang digital,
melainkan lebih kepada sinyal yang
dikirimkan adalah sinyal digital atau
mungkin yang lebih tepat adalah siaran
digital.
SEJARAH TV DIGITAL
Sejarah TV Digital dimulai di
Jerman pada tahun 1988. Saat itu,
masyarakat terutama pars pengusaha pemancar
televisi menyadari ada kendala yang tidak
dapat ditembus, untuk terus meningkatkan
mutu gambar siaran televisi jika tetap
menggunakan standar analog. Ketika
itulah dicanangkan perpindahan teknologi
dari analog ke digital. Akan tetapi,
perpindahannya tentu saja tidak bias dilakukan
secara revolusioner, sebab masih terdapat ratusan
juta
pesawat televisi analog yang pada
prinsipnya tidak dapat menangkap siaran
digital. Di sisi lainnya, terdapat desakan
kuat untuk segera memanfaatkan sistem
pemancaran digital, yang kualitasnya jauh
lebih unggul. Karena itulah CeBBIT, suatu
teknologi informatika dan telekomunikasi
terbesar di dunia menawarkan TV Digital
dengan dekodernya untuk menangkap siaran
digital.
Di Jerman, kompromi teknologi
penyiaran digital inilah yang akan
dimanfaatkan, mengisi celah antara sistem
pemancaran digital dan penangkapan analog.
Pertimbangannya, jika tidak dimulai
sekarang, dengan kompromi semacam itu
maka banyak yang akan ketinggalan
teknologi. Karena itu di
Jerman awalnya akan diterapkan sistem
pemancaran sistem digital melalui
satelit dan system digital melalui kabel. Juga
untuk menguji coba siaran digital semacam
itu, Jerman melakukannnya secara bertahap
yang dimulai di daerah Berlin dan Sekitarnya.
STANDAR TV DIGITAL
Siaran TV Digital adalah siaran TV
yang dipancarkan dengan sistem digital.
Secara teknik pita spektrum frekuensi radio
yang digunakan untuk televisi analog dapat
digunakan untuk penyiaran televise digital
sehingga tidak perlu ada perubahan pita
alokasi baik VHF(Very High Frequency)
maupun UHF (Ultra High Frequency)
Sedangkan lebar pita frekuensi yang
digunakan untuk analog dan digital berbanding
1:6 artinya bila pada teknologi analog
memerlukan pita selebar 8 MHz untuk satu
kanal transmisi, maka pada teknologi
digital dengan lebar pita frekuensi yang
sama dengan teknik multiplek dapat
digunakan untuk memancarkan sebanyak 6
hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan
program yang berbeda tentunya. Frekuensi
TV Digital terrestrial sama dengan frekuensi
TV Analog terrestrial yang ada dewasa ini,
yaitu kanal VHF dan UHF.
Menarik untuk disimak bahwa pada
alokasi frekuensi tersebut 170 Mhz untuk
Up link dan 230 Mhz untuk Down link 230
Mhz serta 470 Mhz untuk Up link dan Down
link 890 MHz sebetulnya alokasi frekuensi
yang telah diberlakukan ITU (International
Telecommunication Union) untuk Region 3
(Asia Pasifik) tidak eksklusif untuk penyiaran,
melainkan untuk Fixed, untuk alat
komunikasi yang tidak bergerak seperti
telepon rumah. Sedangkan Mobile adalah
untuk alat komunikasi yang bergerak
seperti handphone dan Broadcasting adalah
untuk penyiaran Televisi.
Teknologi digital efisien dalam
pemanfaatan spektrum.Ada satu
penyelenggara televise digital meminta
spektrum dalam jumlah yang cukup besar
artinya tidak cukup hanya 1 (satu) kanal
carrier melainkan lebih. Hal ini disebabkan
dalam penyelenggaraannya nanti
penyelenggara hanya akan berfungsi sebagai
operator penyelenggara jaringan yaitu untuk
mentransfer program dari stasiun-stasiun
televisi lain yang ada di dunia menjadi satu
paket layanan sebagaimana
penyelenggaraan televisi kabel
berlangganan yang ada saat ini.
13 TTrraannssiissii DDaarrii TTvv AAnnaalloogg KKee TTvv DDiiggiittaall DDii IInnddoonneessiiaa……………………………………..
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
Meningkatnya penyelenggaraan televisi di
masa depan dapat diantisipasi dengan suatu
terobosan kebijakan dalam pemanfaatan spektrum
frekuensi, misalkan penyelenggara televisi
digital hanya berfungsi sebagai operator
penyelenggara jaringan televisi digital,
sedangkan programnya dapat
diselenggarakan oleh operator yang khusus
menyelenggarakan jasa program 8 televisi
digital.
Dari aspek regulasi akan terdapat ijin
penyelenggara jaringan dan ijin
penyelenggara jasa sehingga dapat
menampung sekian banyak perusahaan
baru yang akan bergerak dibidang
penyelenggaraan televisi digital. Dengan
demikian akan dapat dihindari adanya
monopoli penyelenggaraan televisi digital di
Indonesia.
Dalam paruh dekade terakhir,
sejumlah standar TV Digital untuk siaran
terrestrial mencuat dari sentra-sentra
kekuatan teknologi modern. Secara
kronologis menurut kemunculannya,
standar-standar tersebut adalah sebagai
berikut :
Advanced Television System
Committee (ATSC) untuk AS
Digital Video Broadcasting-
Terrestrial (DVB-T) untuk Eropa
Digital Multimedia Broadcasting-
Terrestrial (DMB-T) untuk Cina
Terrestrial-Digital Multimedia
Broadcasting (T-DMB) untuk Korea
Integrated Services Digital
Broadcasting-Terrestrial (ISDB-T)
untuk Jepang
Sistem ATSC mengirimkan sinyal TV
Digital dengan teknik modulasi amplitudo
digital yang dipadu dengan pemfilteran VSB
untuk membatasi bandwidth. ATSC dipandang
lebih sesuai untuk penerima TV yang tidak
bergerak dan sejak semula memang
dirancang untuk mampu menghantarkan
sinyal HDTV. Namun, DVB-T dan ISDB-T
yang berbasis teknik OFDM (orthogonal
frequency division multiplexing) yang
dikombinasikan dengan interleaving
memiliki kelebihan dalam kemampuannya
untuk menjangkau pelanggan TV yang
bergerak, bahkan yang berada di atas mobil
berkecepatan tinggi. Teknik OFDM membagi
aliran informasi TV Digital yang berlaju
tinggi ke dalam sejumlah sub-aliran dengan
laju rendah yang masing-masing akan
memodulasi gelombang pembawa yang
saling orthogonal. Teknik ini mampu
memberikan imunitas terhadap efek lintasan
jamak.
Sedangkan interleaving-pengubahan urutan
simbol-simbol yang ditransmisikan untuk
kemudian ditata kembali pada penerima-
akan memberikan kekebalan terhadap
gangguan kanal yang berupa fading
maupun derau impuls. Dipadu dengan dua
lapis teknik pengodean untuk koreksi sinyal,
maka system DVB-T memiliki ketahanan
tinggi terhadap berbagai gangguan akibat
kondisi kanal yang buruk dengan adanya
derau, lintasan jamak, dan variasi daya terima
karena fading. DVB-T juga dapat
diimplementasikan dalam mode SFN (single
frequency network) di mana suatu operator
dapat memasang beberapa pemancar dengan
frekuensi yang sama tersebar pada suatu area
dengan tujuan untuk memperluas dan
memperbaiki kualitas cakupan tanpa perlu
menambah frekuensi.
Pada 2004, badan standar Eropa (ETSI)
merilis standar bare sebagai pengembangan
DVB-T, yaitu DVB-H (H = handheld) yang
diperuntukkan
bagi pelanggan bergerak dengan pesawat
penerima bertenaga baterai seperti PDA atau
handphone. Penggunaan tenaga baterai
secara hemat untuk penerimaan sinyal TV
dalam waktu yang lama dimungkinkan oleh
pengiriman sinyal -secara tak kontinu. Sinyal TV
digital dibagi-bagi ke dalam sejumlah blok
yang masing-masing dikirimkan berurutan
namun dipisahkan oleh interval waktu
kosong sedemikian sehingga terminal
penerima dapat menjadi non-aktif selama
waktu jeda ini.
Pada sistem ISDB-T digunakan
BST-OFDM (Band Segmented
Transmission-OFDM) sebagai sistem
transmisi. Satu kanal TV selebar 6 MHz
dibagi ke dalam 13 segmen yang masing-
14 TTrraannssiissii DDaarrii TTvv AAnnaalloogg KKee TTvv DDiiggiittaall DDii IInnddoonneessiiaa……………………………………..
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
masing dimodulasi secara OFDM.
Sedangkan sistem T-DMB yang
dikembangkan di Korea merupakan
modifikasi aplikasi sistem radio Digital
Audio Broadcasting (DAB) pada band VHF.
DAB dipilih karena sudah teruji
keandalannya, efisien dalam penggunaan
frekuensi, dan memiliki laju bit yang cukup
untuk siaran TV Digital. Satu kanal VHF (di
Korea selebar 6 MHz) dibagi ke dalam 3
blok, masing-masing bisa digunakan untuk
satu programsiaran TV mobile DMB.Untuk
siaran terrestrial, standar yang dirilis paling
akhir adalah DMB-T yang dikembangkan
oleh Tsinghua University China yang
merupakan modifikasi dari DVB-T.Seperti
halnya DVB-T, DMB-T menerapkan dua
lapis pengkodean dan dua lapisan
interleaving untuk mendapatkan ketahanan
terhadap derau, interferensi, dan perubahan
kondisi lintasan radio terhadap. waktu.
Keunggulan DMB-T disebabkan oleh sistem
OFDM yang dilengkapi sinkronisasi pada .
domain waktu (TDS-OFDM). Sinyal
sinkronisasi dikirim secara terpisah dari
sinyal TV dengan menggunakan teknologi
spread spectrum sehingga memberikan
ketahanan lebih tinggi bagi sinyal sinkronisasi
terhadap derau dan interferensi sehingga
proses deteksi OFDM yang membawa sinyal
TV menjadi lebih baik pula.
Dari hasil uji coba siaran digital
TV, teknologi DVB-T mampu
memultipleks beberapa program sekaligus.
Enam program siaran dapat dimasukkan
sekaligus ke dalam satu kanal TV berlebar
pita 8 M
Hz, dengan kualitas cukup baik. Di
samping itu, penambahan varian DVB-H
mampu menyediakan tambahan sampai
enam program siaran lagi, khususnya
untuk penerimaan bergerak atau mobile.
Hal ini sangat memungkinkan bagi
penambahan siaran-siaran TV bare. Sistem
penyiaran TV Digital adalah penggunaan
aplikasi teknologi digital pada sistem
penyiaran TV yang dikembangkan pada
pertengahan tahun 90-an dan diujicobakan
pada tahun 2000. Pada awal pengoperasian
sistem digital ini umumnya dilakukan siaran
TV secara Simulcast atau
siaran bersama dengan siaran analog
sebagai masa transisi. Sekaligus ujicoba
sistem tersebut sampai mendapatkan hasil
penerapan siaran TV. Berikut di bawah ini
adalah gambar Konfigurasi Pemancar dan
PenerimaTV Digital:
Gambar 1. Konfigurasi Penyiaran TV Digital
a. Broadcast Center adalah merupakan
Pemancar dari TV Digital yang
merupakan operator TV Digital,
operator TV Digital memproduksi
program, mengedit, merekam dan
menyimpan data. Pengiriman data dengan
menggunakan Satelit yang digunakan oleh
TV berlangganan. Stasiun Penerima
menerima data dari satelit yang
ditransmisikan oleh Operator TV Digital.
b. Stasiun TV memerlukan perangkat set
top box untuk menerima siaran
digital. Dalam set-top box terjadi
peristiwa Error Correction Code di mana
transmisi yang sering error akan dikoreksi
kembali sehingga tampilan di TV tetap baik,
dan juga terjadi proses pengompresan
video oleh MPEG 4 (Move Picture Expert
Group 4) dan juga untuk proses
pengkodean sinyal.
15 TTrraannssiissii DDaarrii TTvv AAnnaalloogg KKee TTvv DDiiggiittaall DDii IInnddoonneessiiaa……………………………………..
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
Gambar 2. Set-Top Box
KUALITAS PENYIARAN TV DIGITAL
Terdapat dua aspek yang berbeda dan
memerlukan kompromi dalam hal ini. Aspek
yang pertama, teknologi TV Digital
memungkinkan pengiriman gambar dengan
akurasi dan resolusi sangat tinggi, tetapi
memerlukan tersedianya kanal dengan laju
sangat tinggi, mencapai belasan Mbps. Aspek
yang kedua, sistem TV digital juga
diharapkan mampu menghasilkan
penerimaan gambar yang jernih, stabil, dan
tanpa efek bayangan atau gambar ganda,
walaupun pesawat penerima berada dalam
keadaan bergerak dengan kecepatan tinggi.
Perbedaan antara TV Analog dengan
TV Digital adalah sebagai berikut:
TV Digital :
Ketahanan : Tahan Noise
Penggunaan Bandwith : Lebih Hemat
Saluran Siaran : Banyak
Kerapatan gambar : Tinggi
Penggunaan Infrastruktur : Lebih efisien
TV Analog :
Ketahanan : Tidak Tahan Noise
Penggunaan Bandwith : Boros (I bandwith >
Saluran)
Saluran Siaran : Satu
Kerapatan gambar : Rendah
Penggunaan Infrastruktur : Tidak efisien
AWAL TRANSISI KE TV DIGITAL
Pesawat TV analog tidak akan
bisa menerima sinyal digital, sehingga
diperlukan pesawat TV. digital yang barn
agar TV dapat menggunakan alat
tambahan barn yang berfungsi merubah
sinyal digital menjadi analog. Perangkat
tambahan tersebut disebut dengan decoder
atau set top box (STB). Proses perpindahan
dari teknologi analog ke teknologi digital
akan membutuhkan sejumlah penggantian
perangkat baik dari sisi pemancar TV-nya
ataupun dari sisi penerima siaran. Pada saat
pemerintah memulai siaran digital yang
berbasis terrestrial perlu
dilakukan proses transisi migrasi dengan
meminimalkan resiko kerugian khusus
yang dihadapi baik oleh operator TV
(Broadcasters) maupun masyarakat. Resiko
kerugian khusus yang dimaksud adalah
informasi program ataupun perangkat
tambahan yang harus dipasang. Bila
perubahan diputuskan untuk dilakukan maka
perlu dilaksanakan melalui masa `Simulcast',
yaitu masa dimana sebelum masyarakat
mampu membeli pesawat penerima digital
dan pesawat penerima analog yang
dimilikinya harus tetap dapat dipakai
menerima siaran analog dari pemancar TV
yang menyiarkan siaran TV Digital.
Seperti diketahui, teknologi analog
tidak dapat mengimbangi permintaan
industri penyiaran dalam hal penyaluran
program siaran yang terus bertambah karena
terbatasnya jumlah kanal frekuensi yang tersedia.
Selain itu, penggelaran infrastruktur penyiaran
analog pun tidak efisien karena belum adanya
konvergensi. Kondisi saat ini di penyiaran
analog adalah masing-masing lembaga
penyiaran memiliki infrastruktur
penyiarannya sendiri - sendiri seperti
menara pemancar, antena, dan sebagainya.
Akibatnya adalah biaya pemeliharaan yang
relatif mahal, pemakaian daya listrik yang
besar, serta pemanfaatan lahan yang lebih
boros. Di sisi penerimaan siaran pun akan
terjadi masalah karena masyarakat mendapat
kualitas penerimaan siaran yang tidak merata
meski berada dalam wilayah layanan yang
sama.Itulah yang menjadi alasan mengapa
diperlukan masa transisi. Masa transisi juga
diperlukan untuk melindungi puluhan
juta pemirsa (masyarakat) yang telah
memiliki pesawat penerima TV analog
untuk dapat secara perlahan-lahan beralih ke
teknologi TV Digital dengan tanpa terputus
layanan siaran yang ada selama ini. Selain
juga melindungi industri dan investasi
operator TV analog yang telah ada, dengan
memberi kesempatan prioritas bagi operator
16 TTrraannssiissii DDaarrii TTvv AAnnaalloogg KKee TTvv DDiiggiittaall DDii IInnddoonneessiiaa……………………………………..
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
TV eksisting. Keuntungan memberikan
prioritas kepada operator TV eksisting
adalah mereka dapat memanfaatkan
infrastruktur yang telah dibangun, seperti
studio, tower, bangunan, SDM dan lain
sebagainya. Selain itu karena infrastruktur
TV digital terrestrial relatif jauh lebih mahal
dibandingkan dengan infrastruktur TV
analog, maka efisiensi dan penggunaan
kembali fasilitas dan infrastruktur yang telah
dibangun menjadi sangat penting.Selain itu
juga mengapa harus ada masa transisi karena
agar masyarakat tidak terlalu kaget jika
langsung menyiarkan tv digital.
ALASAN TRANSISI KE TV DIGITAL
Seperti diketahui, teknologi analog
tidak dapat mengimbangi permintaan
industri penyiaran dalam hal penyaluran
program siaran yang terus bertambah karena
terbatasnya jumlah kanal frekuensi yang tersedia.
Selain itu, penggelaran infrastruktur penyiaran
analog pun tidak efisien karena belum adanya
konvergensi. Kondisi saat ini di penyiaran
analog adalah masing-masing lembaga
penyiaran memiliki infrastruktur
penyiarannya sendiri - sendiri seperti
menara pemancar, antena, dan sebagainya.
Akibatnya adalah biaya pemeliharaan
yang relatif mahal, pemakaian daya listrik yang
besar, serta pemanfaatan lahan yang lebih
boros. Di sisi penerimaan siaran pun akan
terjadi masalah karena masyarakat mendapat
kualitas penerimaan siaran yang tidak merata
meski berada dalam wilayah layanan yang
sama.Itulah yang menjadi alasan mengapa
diperlukan masa transisi. Masa transisi juga
diperlukan untuk melindungi puluhan
juta pemirsa (masyarakat) yang telah
memiliki pesawat penerima TV analog
untuk dapat secara perlahan-lahan beralih ke
teknologi TV Digital dengan tanpa terputus
layanan siaran yang ada selama ini.
Selain juga melindungi industri dan
investasi operator TV analog yang telah ada,
dengan memberi kesempatan prioritas bagi
operator TV eksisting. Keuntungan
memberikan prioritas kepada operator TV
eksisting adalah mereka dapat
memanfaatkan infrastruktur yang telah
dibangun, seperti studio, tower, bangunan,
SDM dan lain sebagainya. Selain itu karena
infrastruktur TV digital terrestrial relatif
jauh lebih mahal dibandingkan dengan
infrastruktur TV analog, maka efisiensi dan
penggunaan kembali fasilitas dan
infrastrukturyang telah dibangun menjadi
sangat penting.Selain itu juga mengapa
harus ada masa transisi karena agar
masyarakat tidak terlalu kaget jika langsung
menyiarakan tv digital.
PROSES TRANSISI KE TV DIGITAL
Migrasi analog ke digital adalah
masa transisi sebelum tibanya masa fully
digital. Proses migrasi yang mulus menuju
era TV Digital melibatkan beberapa pihak. Di
sisi operator, selain dipasang pemancar digital,
operator sebaiknya tetap mengoperasikan siaran
TV analog-nya hingga beberapa waktu
(tahun) ke depan untuk melayani pemirsa
yang belum memiliki penerima digital.
Sementara di sisi industri, produksi
penerima TV Analog harus segera
dihentikan agar yang beredar di toko adalah
yang sudah digital. Adapun untuk pemirsa
yang ingin menikmati TV Digital, tapi
belum mau membeli TV baru (digital),
hares disediakan konverter digital ke analog
yang disebut set-top box (STB) hingga
beberapa waktu (tahun) ke depan. Sementara
di sisi pemirsa, mereka yang mampu dan
sudah masanya mengganti TV disarankan
untuk membeli TV dengan tuner digital.
Yang belum mau mengganti disarankan
membeli STB. Yang belum mau keduanya
tetap bisa menikmati siaran TV Analog
seperti biasa hingga waktu migrasi berakhir,
yang dijadwalkan pada tahun 2018. Di sisi
pemerintah sebagai regulator, dalam hal ini
Departemen Komunikasi dan Informatika,
diharapkan menyiapkan semua instrumen
regulasi terkait alokasi kanal, aturan layanan,
aturan konten, dan sejenisnya. Sementara
Departemen Perindustrian diharapkan telah
menjadwalkan kapan pabrik hares berhenti
memproduksi TV Analog, kapan
memproduksi TV Digital dan STB, dan
17 TTrraannssiissii DDaarrii TTvv AAnnaalloogg KKee TTvv DDiiggiittaall DDii IInnddoonneessiiaa……………………………………..
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
seterusnya. Sementara Departemen
Perdagangan mengupayakan bagaimana cara
agar barang-barang itu diproduksi di dalam
negeri, misalnya menjamin impor chip dan
material yang diperlukan dan membantu
pengusaha untuk mendapat lisensi produksi
TV digital. Bila keempat pihak di atas
berjalan serempak, ke depan, proses
migrasi menuju era TV Digital akan berjalan
dengan mulus.
KUALITAS PENYIARAN TV DIGITAL
Terdapat dua aspek yang berbeda dan
memerlukan kompromi dalam hal ini. Aspek
yang pertama, teknologi TV Digital
memungkinkan pengiriman gambar dengan
akurasi dan resolusi sangat tinggi, tetapi
memerlukan tersedianya kanal dengan laju
sangat tinggi, mencapai belasan Mbps. Aspek
yang kedua, sistem TV digital juga
diharapkan mampu menghasilkan
penerimaan gambar yang jernih, stabil, dan
tanpa efek bayangan atau gambar ganda,
walaupun pesawat penerima berada dalam
keadaan bergerak dengan kecepatan tinggi.
PERSPEKTIF REGULASI TV DIGITAL
Pada era digital, di mana kapasitas kanal
digambarkan dalam satuan bit per
second (bps), menarik untuk disimak kaitannya
dengan band frekuensi dalam
satuan Hertz (Hz). Relasi yang umum di
antara keduanya adalah bahwa BW (Hz)
= 2 BW (bps). Kanal untuk TV Analog
saat ini adalah 6 MHz per stasiun
pemancar. Berarti secara teoretis bisa
tersedia kanal digital dengan kapasitas 12
Mbps. Bila standar AV digital yang akan
digunakan nanti adalah MPEG4 yang satu
streaming video memiliki bit rate 1,8 Mbps,
satu kanal TV Analog bisa membawa 6
kanal digital. Artinya, bila izin operator
adalah izin alokasi kanal seperti analog
sekarang, satu operator bisa siaran 6
program secara bersamaan pada satu
frekuensi carrier. Memang berbeda dengan
Wimax yang dalam fungsi layanannya
mempunyai banyak kompetitor, pada TV
Digital, sepanjang content-nya adalah
siaran TV seperti biasa, migrasi dari analog
ke digital adalah merupakan proses
kemajuan zaman yang berjalan secara alamiah.
Teknologi barn yang lahir dari
adanya tuntutan kualitas hidup yang makin
tinggi pasti akan membawa perubahan gaya
hidup dan masalah sosial yang barn pula.
Untuk mewujudkan hal itu maka perlu
dipersiapkan hal-hal berikut seperti yang
tercantum pada halaman berikutnya :
a. Kesiapan regulasi di bidang digitalisasi
penyiaran.
b. Kesiapan penyelenggarallembaga siaran.
c. Kesiapan industri dalam negeri terkait
dengan set top box, receiver yang akan
digunakan.
d. Pertimbangan dari aspek politis dengan
negara-negara tetangga, utamanya
dengan negara ASEAN dalam
menetapkan standar penyiaran digital
beserta perangkat pendukung. Hal ini
dimaksudkan agar Indonesia dapat
bekerjasama dengan negara tetangga
membangun pasar regional yang
besar.
DAMPAK MASA TRANSISI BAGI
MASYARAKAT
Adapun dampak yang akan dirasakan
masyarakat terhadap masa transisi ini adalah
1. Masyarakat dapat menyaksikan
tayangan TV Analog dan TV Digital
secara bergantian.
2. Untuk menerima siaran digital,
masyarakat membutuhkan perangkat
tambahan berupa Set Top-Box.
3. Masyarakat dapat mempersiapkan diri
dalam menghadapai era siaran TV
Digital.
Sementara manfaat penyiaran digital
bagi masyarakat adalah :
a. Pemirsa juga dapat memilih sendiri
kapan akan menonton, remote tidak
lagi untuk memilih saluran tapi juga
18 TTrraannssiissii DDaarrii TTvv AAnnaalloogg KKee TTvv DDiiggiittaall DDii IInnddoonneessiiaa……………………………………..
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
untuk melihat simpanan
program, (siaran interaktif). Televisi
yang menjadi siaran interaktif akan
lebih memudahkan pemirsanya untuk
mencari-cari program yang dia sukai.
Tidak ada lagi prime-time karena saat
itupemirsadapat mencari program lain
yang dibutuhkan.
b. Penerimaan mobile, efisiensi kanal
frekuensi,dan potensi jasa tambahan
seperti TV-Interaktif dan layanan data-
casting.
c. Aplikasi teknologi siaran digital
menawarkan integrasi dengan layanan
multimedia lainnya serta integrasi
dengan layanan interaktif seperti Video
On Demand (VoD), Pay Per View
(PPV), bahkan layanan komunikasi dua
arah seperti teleconference.
DAMPAK PENYIARAN TV DIGITAL
a. Bagi Perkembangan Teknologi
Komunikasi
Perubahan-perubahan tersebut akan
menyebabkan lembaga regulasi
(regulator) yang sektoral menjadi
tidak efisien dan efektif karena
yang akan mengatur penyiaran TV
Digital adalah lembaga regulasi yang
meliputi semua sektor.
Terjadinya konvergensi dalam
pelayanan
penyiaran,telekomunikasi suara,
data, gambar, multi-media melalui
berbagai jaringan.
Tersedianya saluran televisi dan
frekuensi untuk radio yang hampir
tidak terbatas.
Peralihan dari sistem analog radio
dan televisi ke sistem digital radio
dan televisi dengan jasa layanan
tambahan dalam bentuk data
services. b. Dampak Bagi Masyarakat
1. Dampak Psikologis
a. Masyarakat akan merasa senang
dan puas dengan adanya siaran
TV Digital karena TV Digital
akan memberikan tayangan yang
lebih berkualitas dibandingkan
dengan TV Analog seperti tingkat
ketajaman gambar yang lebih
tinggi.
b. Masyarakat tak akan merasa
jenuh lagi dalam menyaksikan
tayangan Televisi yang itu-itu
saja karena TV Digital mampu
menayangkan beberapa
tayangan sekaligus secara
bersamaan dari seluruh dunia.
2. Dampak Sosial
a. Segala lapisan Masyarakat dari
kalangan atas maupun bawah
dapat menyaksikan siaran TV
Digital. Secara tidak langsung
itu akan mengurangi
kesenjangan sosial, karena
selama ini stigma masyarakat
Indonesia umumnya adalah
bahwa tayangan digital
merupakan tayangan ekslusif
dengan biaya yang relatif hanya
terjangkau oleh kalangan atas
saja.
b. Berubahnya perilaku dan
pergaulan di Lingkungan sosial
masyarakat karena mencontoh
perilaku dari apa yang
ditayangkan TV Digital karena
TV Digital menayangkan
tayangan pergaulan dari seluruh
dunia.
3. Dampak Ekonomi
a. Bagi Masyarakat tak perlu
khawatir khususnya Masyarakat
kelas bawah karena TV Digital
akan disiarkan secar gratis dan
tak
perlu berlangganan dan juga
kotak converter (Set Top box)
pada masa transisi pun akan
dibagikan secara gratis
sehingga masyarakat tak perlu
mengeluarkan uang untuk
melihat Siaran TV Digital.
b. Masyarakat akan memperoleh
kesetaraan ilmu pengetahuan dan
informasi dari seluruh dunia
19 TTrraannssiissii DDaarrii TTvv AAnnaalloogg KKee TTvv DDiiggiittaall DDii IInnddoonneessiiaa……………………………………..
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
yang berkaitan dengan cara
meningkatkan taraf. hidup dan
kesejahteraan yang ditayangkan
TV Digital
sehingga Masyarakat dapat
meningkatkan taraf hidup dan
keadaan ekonomi mereka.
MODEL BISNIS PENYIARAN TV
DIGITAL MASA DEPAN
Perspektif bentuk penyelenggaraan
system penyiaran diera digital juga
mengalami perubahan yang sangat berarti
baik dari pemanfaatan kanalmaupun
teknologi jasa pelayanannya. Pada
pemanfaatan kanal frekuensi akan terjadi
efisiensi penggunaan kanal yang sangat berarti.
Satu kanal frekuensi yang saat ini hanya bisa
diisi oleh satu program saja nantinya akan bisa
diisi antara empat sampai enam program
sekaligus.
Sepuluh program siaran TV-swasta
Nasional saat ini yang menduduki juga 10
kanal di UHF (Ultra High Frequency) hanya
menduduki 2 atau 3 kanal saja. Disisi lain
pendudukan kanal-kanal saat ini untuk
sistem tranmisi analog juga tidak hemat
karena antara kanal yang berdekatan
hares ada 1 kanal kosong sebagai kanal
perantara. Kanal perantara ini tidak ada
disistem digital dan kanal frekuensi di sistem
digital bisa dimanfaatkan secara
berurutan. Bentuk jasa pelayanan sistem
penyiaran digital secara blok jaringan
juga akan terpisah-pisah yaitu mulai dari
penyedia program (content creators)
kemudian akan dikirim ke content
agregators yang berfungsi sebagai
pendistribusi program yang kemudian
program itu diubah dalam bentuk format
MPEG2 atau MPEG4. Lalu dikirim ke
`MPEG2 multiplexer providers' dan
kemudian disalurkan ke berbagai pemirsa
melalui jaringan pemancar TV Digital
oleh `transport providers'.Masing-masing
bentuk jasa pelayanan di atas bisa
membentuk badan usaha yang disesuaikan
dengan kompetensi jasa pelayanan tersebut.
Dengan pemisahan ini maka masing-
masing bisa lebih terkonsentrasi pada
bidang bisnisnya sendiri sehingga
masyarakat pemirsa TV akan memperoleh
kualitas pelayanan yang lebih beragam dan
tentunya lebih baik. Pada sistem penyiaran
TV Digital dimungkinkan munculnya jasa-
jasa layanan barn seperti :
a. informasi-informasi laporan lalu lintas,
b. ramalan cuaca,
c. berita,
d. olahraga,
e. pendidikan,
f. bursa saham,
g. kesehatan dan
h. informasi-informasi layanan masyarakat
lainnya.
Para penyedia content hanya
terkonsentrasi pada isi program saja dan
tidak perlu mengurus penyiapan infrastruktur
jaringan dan pengoperasiannya. Penyedia
Content disini adalah para operator TV Digital.
KESIMPULAN
Dalam transisi ke TV Digital
diperlukan perangkat tambahan yaitu set-top
box yang merupakan alat penerima siaran TV
digital melaluimediasatelit.Perangkat set-top
box sendiri harus memenuhi semua
persyaratan teknis agar dapat
memberikan hasil dan manfaat yang maksimal.
Dalam transisi ke TV Digital, standar TV
Digital yang akan digunakan adalah
DVB-T karena telah di ujicobakan dalam uji
coba penyiaran TV Digital di Indonesia dan
sistem DVB-T memiliki ketahanan tinggi
terhadap berbagai gangguan akibat kondisi
kanal yang buruk dengan adanya derau,
lintasan jamak, dan variasi daya terima
karena fading. DVB-T juga dapat
diimplementasikan dalam mode SFN
(Single Frequency Network) di mana suatu
operator dapat memasang beberapa pemancar
dengan frekuensi yang sama tersebar pada suatu
area dengan tujuan untuk memperluas dan
memperbaiki kualitas cakupan tanpa perlu
menambah frekuensi. Proses transisi sendiri
melibatkan beberapa pihak, diantaranya
adalah perusahaan industri televisi digital,
20 TTrraannssiissii DDaarrii TTvv AAnnaalloogg KKee TTvv DDiiggiittaall DDii IInnddoonneessiiaa……………………………………..
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vo. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
pemirsa televisi sebagai konsumen atau
penikmat televisi, pemerintah sebagai
regulator dan Departemen Perindustrian
sebagai lembaga
untuk menghentikan produksi TV Analog.
Dalam masa transisi ini, Pemerintah
menyiapkan langkah-langkah strategis
dengan membentuk tiga kelompok kerja
agar proses migrasi ke TV Digital berjalan
lancar. Tiga kelompok kerja tersebut adalah :
Working group Master Plan Frekuensi,
Working group Teknologi Peralatan
Penyiaran Digital, Working group Regulasi.
Akibat atau dampak dari penyiaran
TV Digital di Indonesia secara umum dapat
membuat teknologi telekomunikasi di Indonesia
berkembang pesat. Diantaranya adalah
konvergensi dalam pelayanan penyiaran,
telekomunikasi suara, data,
gambar, multi-media melalui berbagai
jaringan. Dampak terhadap pemirsa atau
pelanggan tentu saja merupakan dampak
yang signifikan karena merekalah yang akan
menikmati siaran TV Digital, dengan
penyiaran TV Digital, maka pemirsa tidak
perlu membayar untuk menonton acara TV
Digital yang biasanya terdapat pada TV
berlangganan. Pihak-pihak yang terlibat
dalam proses transisi adalah antara lain
pemerintah, penyelenggara program siaran,
penyelenggara infrasytuktur dan masyarakat.
Namun sebaiknya pemerintah tidak
terlalu lama memberlakukan masa transisi
ini, karena akan menimbulkan kejenuhan
masyarakat dalam menunggu realisasi
penyiaran TV Digital. Siaran TV Digital
sebaiknya bersifat gratis dan masyarakat
harus senantiasa mendukung pemerintah
dalam masa transisi ke TV Digital agar
proses migrasi berjalan lancer, salah satunya
adalah dengan membeli sendiri perangkat
Set-Top Box-nya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Day, Mila. Buku Pinter Televisi,
2004,Trilogos library, Jakarta
Saydam, Gouzali. Sistem Telekomunikasi di
Indonesia, 2006, Alfabeta, cv, Bandung
Cetakan ke-3
Website:
http://www.wikipedia.c om
ptikinn bppt,go,id
http://www.depkominfo.go.id/
http://www.lutvin.com/
http://Iecturer.eepis-its.edu/
http://mastel. or. id
http://itb. ac. id
http; //antara._co,.id
aa.. aassyyaarraakkaatt ddiittiinnjjaauu ddaarrii aassppeekk tteekknniiss,,
21
Aplikasi Sistem Telekomunikasi Pelayaran Dengan GMDSS…………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
AAPPLLIIKKAASSII SSIISSTTEEMM TTEELLEEKKOOMMUUNNIIKKAASSII PPEELLAAYYAARRAANN DDEENNGGAANN
GGMMDDSSSS ((GGLLOOBBAALL MMAARRIITTIIMMEE DDIISSTTRREESSSS AANNDD SSAAFFEETTYY SSYYSSTTEEMM))
UUNNTTUUKK MMEENNAANNGGGGUULLAANNGGII TTEERRJJAADDIINNYYAA KKEECCEELLAAKKAAAANN KKAAPPAALL
OOlleehh ::
CChhrriissttiinn VViirrttiiuuss IIrriiaannii JJ11)) ddaann IIrrwwaann HHaarriiyyaannttoo,, SSTT22))
AABBSSTTRRAAKK
Keselamatan jiwa di laut dan pertolongan terhadap orang yang sedang mengalami musibah merupakan hal yang sangat penting. Untuk
itu dibutuhkan teknologi teknologi canggih yang dapat segera memberikan sinyal dan juga informasi kepada stasiun radio pantai atau
stasiun radio kapal untuk menanggulangi musibah tersebut, agar mencegah timbulnya banyak korban jiwa dilaut karena musibah yang
terjadi. Dengan memahami kebutuhan-kebutuhan dalam menanggulangi musibah yang terjadi di laut, maka dewan IMO (lnternational
Maritime Organization) mencetuskan untuk menciptakan sistem yang dapat menyiarkan dengan cepat apabila terjadi musibah dilaut,
yaitu sistem GMDSS (Global Maritime Distress and Safety System) Sistem GMDSS (Global Maritime Distress and Safety System)
Menggunakan 2 (dua) sistem komunikasi yaitu sistem komunikasi satelit dan sistem komunikasi teresterial. Sistem komunikasi satelit
digunakan dalam 2 (dua) arah yaitu dari kapal ke pantai dan dari pantai ke kapal. Sedangkan pada sistem komunikasi teresterial dibagi
menjadi 3 (tiga) daerah pelayanan yaitu daerah pelayanan jarak jauh,kemudian daerah pelayanan jarak sedang dan yang terakhir daerah
pelayanan jarak pendek. Ketiganya digunakan dengan arah komunikasi dari kapal ke pantai dan dari pantai ke kapal dengan
menggunakan band frekuensi.
KKeeyywwoorrddss :: RRaaddiioo,, SSiisstteemm kkoommuunniikkaassii ssaatteelliitt,, SSiisstteemm KKoommuunniikkaassii tteerreessttrriiaall
PPEENNDDAAHHUULLUUAANN
Negara Republik Indonesia merupakan
negara kepulauan yang sebagian wilayahnya terdiri
dari lautan yang memisahkan pulau-pulau, oleh
sebab itu sangat diperlukan adanya alat transportasi
antar pulau yang dapat mengakomodasi segala
kebutuhan. Namun dengan segala keterbatasan
yang ada dan kebutuhan yang mendesak terkadang
keselamatan jiwa di laut tidak diperhatikan.
Seperti kita ketahui bahwa keselamatan jiwa di
laut dan pertolongan terhadap manusia yang
mengalami musibah di laut merupakan hal yang
sangat penting, seperti yang dinyatakan oleh
Dewan IMO (Intemational Maritime
Organization). Dengan memahami kebutuhan-
kebutuhan untuk secara terus menerus
mengembangkan dan meningkatkan berbagai unsur
pada sistem deteksi dini dan keselamatan maritim
serta untuk mengembangkan dan membentuk
prinsip-prinsip dan peraturan yang sama (seragam)
dalam meningkatkan keselamatan jiwa di laut,
Dewan IMO (Internasional Marime Organization)
telah menyusun persyaratan-persyaratan
intemasional untuk keselamatan jiwa di laut dan
menghasilkan kesepakatan untuk membuat rencana
global pada SAR maritim dalam rangka
persetujuan bilateral atau multilateral antar negara-
negara yang saling bertetangga.
Tentu saja dalam hal saling melengkapi
dan menyelenggarakan p layaran-pelayaran SAR di
pantai pada perairan samudera yang berdekatan
untuk melakukan kerjasama dan saling membantu
dalam menanggulang miusibah. Dewan IMO
(lnternational Maritime Organization) juga
menghasilkan kesepakatan untuk mengembangkan
sistem deteksi dini dan keselamatan maritim,
termasuk persyaratan-persyaratan telekomunikasi
untuk mengoperasikan secara efektif komunikasi
untuk deteksi dini dan keselamatan maritim yang
ada dengan menciptakan sistem yang baru untuk
meningkatkan keselamatan dan penanggulangan
bahaya.
Komunikasi radio dan prosedur yang harus
dibangun dalam hubungannya dengan infrastruklur
dari SAR (Search and Rescue) yang telah
terkoordinasi yang akan menggabungkan
kemajuan-kemajuante knik dewasai ni yang
selanjutnyaju ga berarti meningkatkan keselamatan
jiwa di laut. Maksud dan Tujuan penulisan jurnal
ini adalah untuk menelaah lebih dalam mengenai
sistem komunikasi pelayaran GMDSS (Globai
Maritime Distress & Safety System) pada saat
terjadi kecelakaan kapal dan juga cara
penanggulangannya Serta persyaratan-persyratan
telekomunikasi pelayaran.
22
Aplikasi Sistem Telekomunikasi Pelayaran Dengan GMDSS…………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
DASAR TELEKOMUNIKASI
Dasar telekomunikasi dapat dikaji dari
pengertian komunikasi yaitu berbagai cara untuk
menyarnpaikan atau menyebar-luaskan berita,
informasi, pikiran dan masih banyak lagi.
Penyampaian berita dapat bermacam-macam car4
bisa melalui media cetak seperti surat kabar,
majalah, tabloid, desas-desus di warung kopi dan
masih banyak lagi.
Komunikasi yang disampaikan tanpa
transportasi, sebagai contoh sederhana yaitu
kentongan dan asap seperti yang digunakan orang
Indian di Negara Amerika. Jika isyarat dengan asap
digunakan orang Indian pada jaman dahulu, maka
sekarang orang menganggap telekomunikasi
dengan elektronika yang paling
tepat.Telekomunikasi elektronika yang terbagi
menjadi dua macam yaitu yang pertama adalah
telekomunikasi elektronika yang menggunakan
kabel seperti telepon, interkom dan TV kabel
dengan jarak terbatas, dan telekomunikasi yang
kedua yaitu telekomunikasi elektronika tanpa kabel
yang dapat menjangkau seluruh dunia, tergantung
pada jenis frekuensi dan antena yang digunakan,
Dengan menggunakan gelombang elektromagnetik
yang dapat mengirim informasi dalam bentuk
suara, tulisan dan gambar yang dapat disampaikan
dari satu tempat ke tempat lain. Tepatnya
komunikasi tanpa kabel menggunakan gelombang
elektromagnetis yang dapat mengirimkan informasi
dalam bentuk suara, tulisan. gambar yang
disampaikan dari satu tempat ketempat lain yang
dekat atau jauh.
Media penyaluran informasi terbagi
menjadi 2 (dua) jenis, yaitu fisik dan non-fisik.
Media penyaluran informasi fisik adalah melalui
kawat dan serat optik yang biasa digunakan oleh
telepon yang berupa kawat tembaga dan serat
gelas/serat kaca. Media penyaluran informasi fisik
yang lainnya yaitu radio yang menggunakan
spektrum dan frekuensi tertentu.Sedangkan media
penyaluran informasi non-fisik adalah melalui
gelombang elektromagnetik yang digunakan oleh
satelit dan gelombang radio.
SATELIT KOMUNIKASI
Satelit komunikasi sebenarnya merupakan
stasiun relay repeater gelombang mikro yang
diletakkan di angkasa. Fungsi satelit komunikasi
yaitu menerima sinyal radio dengan bidang
frekuensi tertentu dari bumi, kemudian dikirimkan
kembali sinyal radio tersebut ke bumi setelah
diperkuat dan diubah menjadi frekuensi yang
berbeda. Pemasangan stasiun penghubung dari
satelit ke bumi disebut stasiun bumi. Stasiun bumi
ini berfungsi untuk memancarkan sinyal radio ke
satelit dan menerima kembali sinyal radio dari
satelit.
Suatu satelit biasanya terdiri dari beberapa
transponder. Transponder adalah peralatan yang
berfungsi menerima sinyal, memperkuat frekuensi
dan memancarkan ulang sinyal tersebut.
Satelit yang diletakan di angkasa
mempunyai orbit. Hal ini terjadi karena satelit
tersebut dipengaruhi oleh dua macam gaya yang
saling berlawanan yaitu gaya tarik menarik dengan
bumi dan gaya sentrifugat yaitu arah tarik menarik
dengan luar bumi.
Satelit komunikasi teribagi atas 3 (tiga) jenis:
a. Satelit Berorbit Rendah
Tinggi : 100-300mil.
Periodarotasi : sekitar 1.5 jam.
b. Satelit Berorbit Medium
Tinggi : 600-12.000 mil.
Perioda rotasi : sekitar 5-12 jam.
c. Satelit Geosynchronous
Tinggi : 22.300 mill atau sekitar
35.900 Km
Perioda rotasi : 24 jam, sama dengan
perioda rotasi bumi
(lokasinya terhadap bumi
relatif tetap atau
stasioner).
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SATELIT
KOMUNIKASI
a. Keuntungan:
Pembangunan relatif cepat dibandingkan
teresterial. Pengaruh Fading lebih kecil disbanding
teresterial, sistem gelombang mikro sistem
gelombang mikro. Daerah lingkup sangat luas dan
cocok untuk daerah seperti Indonesia.
b. Kerugian :
Relatif mahal.
Umur satelit terbatas.
Adanya delay karena jarak satelit dengan
bumi yang jauh.
Adanya kemungkinan terjadinya "gerhana
satelit" yang menyebabkan satelit tidak
mendapat energi matahari.
23
Aplikasi Sistem Telekomunikasi Pelayaran Dengan GMDSS…………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
Gerhana satelit ini maksimum terjadi 68
menit/hari atau 44.5 hari/tahun.
Daya pancar satelit dibatasi oleh :
a. Penguat daya satelit
b. Adanya peraturan mengenai besarnya rapat
daya pancar satelit yang diperbolehkan di
permukaan bumi agar tidak mengganggu
system komunikasi teresterial yang
menggunakan frekuensi yang sama.
TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT
KENAVIGASIAN
Direktorat Kenavigasian adalah bagian dari
Dirjen Perhubungan Laut pada Direktorat
Perhubungan Laut Republik Indonesia. Direktorat
Kenavigasian mempunyai tugas melaksanakan
perumusan kebijakan, bimbingan teknis dan
evaluasi dibidang kenavi gasian. Dalam
melaksanakan tugasnya, Direktorat Kenavigasian
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Persiapan perumusan kebijakan di bidang
perambuan, telekomunikasi pelayaran,
pengamanan laut, kapal Negara dan pangkalan
kenavigasian, sarana dan prasarana
kenavigasian.
b. Mempersiapkan perumusan norrna, kriteria
pedoman dan prosedur dibidang perambuan,
telekomunikasi pelayaran, kapal Negara dan
pangkalan kenavigasian, sarana dan prasarana
kenavigasian.
c. Pemberian bimbingan teknis dibidang
perambuan, telekomunikasi pelayaran, kapal
negara dan pangkalan kenavigasian, sarana
dan prasarana kenavigasian.
d. Persiapan pemberian perizinan dan pelayaran
dalam penyelenggaraan perambuan dan
telekomunikasi pelayaran.
e. Pelaksanaan evaluasi penyelenggaraan
kegiatan di bidang perambuan telekomunikasi
pelayaran, pengamanan laut, kapal negara dan
pangkalan kenavigasian, sarana dan prasarana
kenavigasian.
f. Pelaksanaan u rusan tata usaha, kepegawaian
dan rumah tangga direktorat.
Direktorat Kenavigasian terdiri dari :
Sub Direktorat Perambuan
Sub Direktorat Telekomunikasi Pelavaran
Sub Direktorat Kapal Negara dan Kenavigasian
Sub Direktorat Panskalan Kenavisasian
Sub Direktorat Sarana dan Prasarana
Sub Direktorat Bagian Tata Usaha
Pembahasana kan lebih ditekankan pada Sub
Direktorat Telekomunikasi Pelayaran.
Sub Direktorat Telekomunikasi Pelayaran
mempunyai tugas melaksanakan penyusunan
pedoman, norma, kriteria prosedur dan
bimbingan teknis serta evaluasi di bidang
telekomunikasi pelayaran.
Dalam melaksanakan tugasnya, Sub Direktorat
Telekomunikasi Pelayaran memiliki fungsi sebagai
berikut:
a. Mempersiapkan penyusunan pedoman, norrna
kriteria dan prosedur di bidang pengoperasian
peralatan dan pemeliharaan telekomunikasi
pelayaran.
b. Mempersiapkan bimbingan teknis di bidang
peralatan dan pemeliharaan telekomunikasi
pelayaran.
c. Mempersiapkan valuasi pelaksanaan kegiatan di
bidang pengoperasian, peralatan dan
pemeliharaan telekomunikasi pelayaran.
Dasar telekomunikasi pelayaran Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut yaitu sistem hubungan
dimana untuk maksud tertentu digunakan
pemancaran atau penerimaan tanda-tanda tulisan,
gambar, dan suara atau keterangan lainnya melalui
kawat, radio, optik atau sistem gelombang
elektromagnetik lainnya yang diatur berdasarkan
peraturan nasional dengan tujuan untuk menunjang
:
a. Penyelenggaraan keselamatan jiwa di laut.
b. Keselamatan dan keamanan pelayaran.
c. Kegiatan pengaturan dan pengendalian kapal
dalam kegiatan lalu lintas angkutan laut.
d. Pertukaran berita untuk umum dari darat ke
kapal dan sebaliknya.
e. Hubungan komando dan hubungan antar unit
pelaksana teknis
Sementara itu, Direktorat Perhubungan Laut
Sub Direktorat Telekomunikasi Pelayaran
terdiri atas:
aa.. Seksi Operasional, yang mempunyai tugas
melakukan Persiapan bahan penyusunan
pedoman, norrna, kriteria, prosedur dan
bimbingan teknis serta evaluasi pelaksanaan
24
Aplikasi Sistem Telekomunikasi Pelayaran Dengan GMDSS…………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
kegiatan pengoperasian telekomunikasi
pelayaran serta kuasa perhitungan
telekomunikas pelayaran.
b. Seksi Peralatan dan Pemeliharaan, yang
mempunyai tugas melakukan pedoman,
norrna, kriteria, prosedur dan pelaksanaank
egiatan dibidang peralatan pelayaran
penyiapan bahan penyusunan bimbingan
teknis serta evaluasi dan pemeliharaan
telekomunikasi
GMDSS (GLOBAL MARTIME DISTRESS
AND SAFETY SYSTEM) Sistem teknologi GMDSS (Global
Maritime Distress and Safety System) berkembang
pertama kali pada I (satu) Februari 1999 di
Australia dan kemudian diterapkan oleh Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut Indonesia sekitar
pertengahan tahun 1999. Dengan kesadaran bahwa
keselamatan jiwa di laut dan pertolongan terhadap
manusia yang mengalami musibah di laut
merupakan hal yang sangat penting, maka dirasa
sangat perlu untuk memahami kebutuhan untuk
secara terus menerus mengembangkan dan
meningkatkan berbagai unsur pada sistem deteksi
dini dan keselamatan maritime. Dengan alas an
tersebut, maka terciptalah teknologi GMDSS
(Global Maritime Distress and Safety System).
Konsep dasar sistem ini adalah bahwa unit
yang berwenang tentang SAR (Search and Rescue)
yang berada di pantai demikian juga kapal-kapal
yang berlayar di sekitar kapal yang mengalami
musibah, akan segera menerima peringatan adanya
kecelakaan sehingga mereka dapat memberikan
bantuan kepada tim SAR yang telah
dikoordinasikan dengan keterlambatan waktu yang
sekecil mungkin. Sistem ini juga dilengkapi
dengan komunikasi untuk keamanan dan berita
segera serta penyebaran informasi tentang
keselamatan pelayaran termasuk di dalamnya
peringatan navigasi dan cuaca. Dengan kata lain
setiap kapal akan dapat menyelenggarakan fungsi-
fungsi komunikasi tersebut apabila menurut
pertimbangannya penting untuk keselamatan
kapalnya itu sendiri dan juga untuk kapal-kapal
lain pada daerah operasi yang sama, tidak
tergantung di daerah mana mereka berada. Radio
yang tergabung dalam sistem global tersebut
masing-masing mempunyai keterbatasan terhadap
lingkup geografi dan pelayaran-pelayaran yang
tersedia. Peralatan-peralatan yang diperlukan dan
dibawa oleh kapal pada prinsipnyad itentukan oleh
daerah operasinya sebagai berikut :
1. Daerah Al: Di dalam daerah jarak capai
perangkat radio VHF (Very High Frequency)s
tasiun radio pantai antara 20 - 30 mil
2. Daerah A2: Di dalam daerah jarak capai
perangkat radio MF (Medium Frequency)
stasiun radio pantai yang ditempatkan
dipantai. Di luar daerah Al kira - kira 100
mill.
3. Daerah A3: Di dalam daerah liputan satelit
komunikasi maritime, terletak di luar daerah
A l dan A2 antara70o lintang utara dan 70
o
lintang selatan.
4. Daerah A4 : Daerah lain atau daerah sisa yang
tidak termasuk dalam daerah Al, A2 dan A3.
Gambar 1. Pembagian Area GMDSS
PERANGKAT STASIUN RADIO KAPAL
MINIMUM
Area Al dilengkapi oleh perangkat :
DSC (Digital Selective Calling)
menggunakanVHF (Very High Frequency)
NAVTEX (Navigasi Telex)
EPIRB (Emergency Position Indicating Radio
Beacon)
SART (Survival Craft Transponder)
Area A2 dilengkapi oleh perangkat :
DSC (Digital Selective Calling)
menggunakanVHF (Very High Frequency)
DSC (Digital Selective Calling) menggunakan
M F (Medium Frequency)
NAVTEX (Navigasi Telex)
25
Aplikasi Sistem Telekomunikasi Pelayaran Dengan GMDSS…………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
EPIRB (Emergency Position Indicating Radio
Beacon)
SART (Survival Craft Transponder)
Area A3 dilengkapi oleh perangkat:
DSC (Digital Selective Calling)
menggunakanV HF (Very High Frequency)
DSC (Digital Selective Calling)
menggunakanM F (Medium Frequency)
TNMARSAT
NAVTEX (Navigasi Telex)
EPIRB (Emergency Position Indicating Radio
Beacon)
SART (Survival Craft Transponder)
Area A4 dilengkapi oleh perangkat :
DSC (Digital Selective Calling)
menggunakanVHF (Very High Frequency)
DSC (Digital Selective Calling)
menggunakanM F (Medium Frequency)atau
HF (High Frequency) dan NBDP (Narrow
Band Direct Printing)
NAVTEX (Navigasi Telex)
EPIRB (Emergency Position Indicating Radio
Beacon)
SART (Survival Craft Transponder)
PERANGKAT KAPAL
Digital Selective Calling System-DSC (Sistem
Panggil Pilih Digital)
Gambar 2. Digital Selective Calling System
Funsi: Sebagai alat komunikasi paling awal apabila
sedang terjadi tanda bahaya atau kecelakaan kapal
yang akan terhubung ke stasiun radio pantai
terdekat untuk meminta bantuan tim SAR (Search
and Rescue) atau kapal penolong.
NAVTEX (Navigation Telex)
Gambar 3. Navigation Telex
Fungsi: Untuk deteksi dini kecelakaan kapal yang
terjadi kepada kapal-kapal yang sedang berlayar di
sekitar kapal yang mengalami kecelakaan disiarkan
melalui saluran HF (High Frequency) untuk
memberikan pertolongan awal sambil menunggu
tim SAR (Search and Rescue) atau kapal penolong.
SART (Survival Craft Transponder)
Gambar 4. SART
Fungsi: Memancarkan sinyal yang langsung
menghubungkan ke stasiun radio pantai
EPIRB (Emergency Position Indicating Radio
Beacon)
Gambar 5. EPIRB
Fungsi: Memancarkan sinyal yang langsung
menghubungkan ke satelit Cospass Sarsat dan
INMARSAT yang kemudian diterima oleh LUT
(Local User Terminal) yang berada di kota-kota
yang menjadi pangkalan data.
FUNGSI DARI SISTEM GMDSS (GLOBAL
MARITIME DISTRESS AND SAFETY
SYSTEM) 1. Pemancaran sinyal tanda bahaya
2. Komunikasi untuk koordinasi SAR (Search
and Rescue)
26
Aplikasi Sistem Telekomunikasi Pelayaran Dengan GMDSS…………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
3. Komunikasi di lokasi kejadian
4. Sinyal untuk penentuan lokasi
5. Penyiaran informasi keselamatan pelayaran
6. Komunikasi untuk radio umum
PENANGGULANGAN KECELAKAAN PADA
KAPAL
Pada saat terjadi musibah/kecelakaan pada
kapal, maka awak kapal akan langsung
menghubungi stasiun radio pantai (Coast Radio
Station-CRS) terdekat dengan menggunakan
system Panggil Pilih Digital (Digital Selektive
Calling-DSC). Isi panggilan DSC antara lain
adalah Address (alamat) yaitu ditujukan kepada
"semua kapal" atau "kapal-kapal yang berada di
geografi atau area tertentu". Dalam hal ini kapal-
kapal yang berada di sekitar kapal yang sedang
mengalami musibah, kemudian Pengenal Diri yaitu
identitas kapal yang sedang mengalami musibah,
kemudian Berita yang berisi beberapa informasi di
lapangan yang menunjukkan maksud dan tujuan
dari pemanggilan tersebut, dalam hal ini terjadinya
kecelakaan kapal.
Setelah itu awak kapal menunggu respon
dari stasiun radio pantai yang kemudian akan
dengan segera memerintahkan tim SAR untuk
menanggulangi kecelakaan tersebut, namun stasiun
radio pantai juga akan menghubungi kapal-kapal
yang sedang berada di sekitar kapal yang
mengalami musibah untuk melakukan pertolongan
pertama, sambil menunggu tim SAR. Jika dengan
menggunakan sistem DSC tidak mendapatkan
respon dari stasiun radio pantai, maka awak kapal
akan menggunakan suatu alat yang bernama SART
(Survival Craft Transponder). Alat ini berfungsi
untuk memancarkan sinyal/radar yang akan
diterima oleh stasiun radio pantai dengan membaca
radar tersebut dan kemudian merespon balik
dengan langsung mengirimkan Tim SAR (Search
and Rescue), dan juga memerintahkan kepada
kapal-kapal yang sedang berada di sekitar kapal
yang sedang mengalami musibah untuk
memberikan pertolongan pertama.
Jika usaha yang kedua belum berhsil juga,
maka awak kapal akanmenggunakan alat yang
bemama EPIRB (Emergency Position Indicating
RadioBeacon) yang penggunaannya dengan cara
diapungkan dilaut, kemudian alat ini akan
memancarkan sinyal/radar yang langsung
menghubungkan ke satelit Cospass Sarsat yang
akan diterima oleh LUT (Local User Terminal) di
kota tertentu. Setelah itu akan dihubungkan kepada
stasiun radio pantai terdekat dan dengan segera
stasiun radio pantai mengirimkan Tim SAR untuk
menanggulangi musibah tersebut, namun stasiun
radio pantai juga menghubungi kapal-kapal yang
berada disekitar kapal yang mengalami musibah
untuk membantu memberikan pertolongan
pertama.
Jika usaha yang ketiga belum berhasil
juga, maka awak kapal akan menggunakan radar
INMARSAT yang akan langsung terhubungkan
dengan satelit INMARSAT lalu kemudian
terhubung ke Stasiun Bumi Pantai (Coast Earth
Station-CES) yang akan segera memerintahkan
Tim SAR untuk menanggulangi kecelakaan
tersebut dan tentunya memerintahkan kepada
kapal-kapal yang sedang berada di sekitar kapal
pertolongan pertama. yang sedang mengalami
musibah untuk melakukan pertolongan pertama.
Gambar 6. Sistem Telekomunikasi Pada Saat Kecelakaan
Kapal
SISTEM KOMUNIKASI YANG DIGUNAKAN
Sistem Komunikasi Satelit
Penggunaan komunikasi satelit untuk
meningkatkan keselamatan maritim sangat penting
untuk mulai mempergunakannya dalam sistem
global dan untuk pembangunan jaringan
komunikasi yang handal. Komunikasi satelit akan
digunakan dalam 2 (dua) arah yaitu dari kapal ke
pantai dan dari pantai ke kapal. Sistem satelit
INMARSAT menggunakan satelit
GEOSTASIONER dan bekerja pada band
frekuensi 1,5 dan 1,6 GHz. Juga akan
diperlengkapi dengan sarana untuk pemancaran
sinyal tanda bahaya dari kapal-kapal dengan
menggunakan SBKp (Stasiun Bumi Kapal) atau
EPIRB (Emergency Position Indicating Radio
27
Aplikasi Sistem Telekomunikasi Pelayaran Dengan GMDSS…………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
Beacon) satelit dan diberikan kemampuan untuk
berkomunikasi 2 (dua) arah menggunakan telex
radio kapal dan telepon radio jika diperlukan.
Penyiaran informasi keselamatan pelayaran kepada
kapal-kapal menggunakan telex radio juga akan
disediakan melalui sistem INMARSAT dengan
menggunakan SBKp (Stasiun Bumi Kapal) standar
dan peralatan tambahannya atau fasilitas yang
dibuat untuk itu.
Ruang angkasa satelit INMARSAT adalah
satelit dengan orbit Geostasioner, 36000 Km diatas
Equator, Batas samudera Atlantik, Samudera
Hindia dan Samudera Pasifik serta memberikan
daerah liput hampir seluruh permukaan bumi.
satelit INMARSAT sanggup menampung 400
percakapan telepon secara serentak. Suatu
pelayanan sistem EPIRB satelit yang mengorbit
lintasan dekat kutub (sistem COSPASS SARSAT)
adalah yang bekerja pada band frekuensi 406-406,r
MHz akan memberikan kelengkapan utama untuk
pemancaran sinyal tanda bahaya dan menentukan
lokasi tempat bekerjanya EPIRB satelit yang
terapung bebas melalui sistem tersebut. Sistem ini
disiapkan untuk pemancaran sinyal tanda bahaya
yang cepat, kira-kira 2 (dua) menit dengan tenaga
pancar output sebesar 100 watt dan daerah lingkup
700 lintang utara.
Untuk komunikasi satelit 2 (dua) arah
dipergunakan jenis peralatan di kapal antara lain
SBK (Stasiun Bumi Kapal) yang disetujui oleh
INMARSAT dan EPIRB Satelit yang dapat
dioperasikan secara manual dan dapat dihidupkan
secara otomatis pada saat mengapung bebas saat
kapal tenggelam.
Gambar 7. Komunikasi Satelit INMARSAT
SISTEM PANGGILAN PILIH DIGITAL
(DIGITAL SELECTIVE CALLING-DSC)
Panggilan Pilih Digital (Digital Selective
Calling-DSC) adalah bagian yang tak terpisahkan
dari GMDSS (Global Maritime Distress and Safety
System), digunakan dalam sistem ini terutama
untuk pemancaran tanda terima sinyal tanda
bahaya dari kapal-kapal dan untuk pemancaranta
ndat erima sinyal tanda bahaya dari stasiun radio
pantai. Ini juga digunakan untuk memancarkan
ulang sinyal tanda bahaya baik dari kapal-kapala
taupun dari stasiun radio pantai.
Karakteristik teknik
Sistem Panggil Pilih Digital (Digital
Selektive Calling-DSC) merupakan sistem
panggilan digital yang digunakan untuk memanggil
kapal-kapal dan
Stasiun radio pantai dengan menggunakan
frekuensi-frekuensi dalam band MF (Medium
Frequency), Hf (High Frequency) atau VHF (Very
High Frequency). Sistem tersebut adalah sistem
sinkron (sincronous system) dengan menggunakan
kode pendeteksian kesalahan 10 unit (Ten Unit
Error Detecting Code). Informasi dalam panggilan
tersebut disajikan dalam bentuk urutan kombinasi
binary 7 unit.
PROSEDUR OPERASIONAL
Isi panggilan DSC (Digital Selective
Calling) termasuk didalamnya address secara
numeric dari stasiun (atau beberapa stasiun) yang
dipanggil,pengenal diri dari stasiun memancarkan
panggilan tersebut serta berita yang berisi beberapa
informasi dilapangan yang menunjukan maksud
dan tujuan dari pemanggilan tersebut.T ersediab
erbagaij enis atau tipe panggilanD SC (Digital
Selective Calling) baik panggilan yang
bersangkutan dengan tanda bahaya dan keamanan
atau panggilan-panggilan rutin. Yang termasukd
alam panggilan rutin yaitu panggilan telegrafi atau
telephoni yang diperlukan.
Dalam hal VHF (Very High Frequency),
sambungan otomatis ke jaringan umum dapat juga
dilakukan melalui stasiun radio pantai yang
dilengkapi dengan peralatan sesuai untuk itu.
Penerimaan suatu panggilan DSC (Digital
Selective Calling) oleh stasiun penerima diikuti
oleh penunjukan yang sesuai dengan papan peraga
atau cetakan mengenai alamat, pengenal diri dari
stasiun yang memancarkan isi dari panggilan DSC
(Digital Selective Calling) bersama-sama dengan
28
Aplikasi Sistem Telekomunikasi Pelayaran Dengan GMDSS…………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
suara alarm dan visual alarm atau keduanya untuk
kategori panggilan tertentu dalam hal ini panggilan
yang berkaitan dengan tanda bahaya dan
keselamatan.
Kecepatan pemancaran dari suatu
panggilan DSC (Digital Selective Calling) 100
bauds pada MF (Medium Frequency) HF (High
Frequency) dan 1200 bauds pada VHF (Very High
Frequency). Kode koreksi kesalahan dimasukan
serta dalam pemancaran setiap karakter 2 (dua) kali
bersama-sama dengan karakter pengontrol berita
secara keseluruhan. Lama dari suatu panggilan
DSC (Digital Selective Calling) tunggal bervariasi
antara 6,2 - 7,2 detik pada MF (Medium
F'requency) dan HF (High Frequency) atau 0,45 -
0,36 detik padaVHF (Very High Frequency)
tergantung pada jenis panggilan DSC (Digital
Selective Calling) yang dipancarkan.
Untuk meningkatkan kemungkinan dari
kemampuan agar panggilan tanda bahaya dan
panggilan ulang tanda bahaya dapat diterima, hal
ini dapat diulang beberapa kali sehingga tercipta
suatu usaha panggilan tanda bahaya tertentu
(Distress Call Attemp). Pada MF (Medium
Frequency) dan HF (High Frequency) dapat
digunakan 2 (dua) tipe usaha panggilan tanda
bahaya yaitu usaha panggilan tanda bahaya dengan
flekuensi tunggal lima deret panggilan tanda
bahaya DSC (Digital Selective Calling) pada 1
(satu) frekuensi atau usaha panggil dengan
frekuensi ganda (enam atau lebih) deretan
panggilan Digital Selective Calling-DSC yang
dibaurkan pada salah satu dari 6 (enam) frekuensi
tanda bahaya yaitu I (satu) frekuensi pada MF
(Medium Frequency) dan 5 (lima) frekuensi pada
HF (High Frequency).
Pada VHF (Very High Frequency) hanya
digunakan 1 (satu) usaha panggilan dengan
frekuensi tunggal karena hanya ada 1 (satu)
frekuensi DSC VHF (kanal 70). Berbagai
panggilan yang berhubungan dengan tanda bahaya
dan keselamatan dibentuk di bawah ini bersama-
samadengan uraian dari berita untuk suatu atau
setiap jenis panggilan tambahan pada isi berita
setiap panggilan DSC (Digital Selective Calling)
juga berisi informasi lain yang tidak disampaikan
ke stasiun penerima tetapi digunakan untuk
meyakinkan atau menjamin terpadunya teknis
sistem DSC (Digital Selective Calling).
PANGGILAN TANDA BAHAYA
Panggilan-panggilan tanda bahaya dengan
DSC (Digital Selective Calling) dipancarkan oleh
kapal yang sedang dalam keadaan bahaya dan
selalu dialamatkan ke semua kapal akan diterima
oleh semua kapal dan stasiun radio pantai yang
menggunakan peralatan khusus. Hal tersebut pada
jarak capai sesuai dengan frekuensi gelombang
radio yang dipergunakan. Panggilan tanda bahaya
dengan DSC (Digital Selective Calling) berisi
informasi-informasi yang menyertainya yang akan
ditujukan pada stasiun radio pantai. Informasi ini
akan secara otomatis termasuk dalam panggilan
tanda bahaya DSC (Digital Selective Calling) yang
dipancarkan atau akan dimasukan oleh operator
sebelum pemancaran Apabila waktu tidak
megijinkan untuk memasukan suatu informasi
cacat (default) seperti yang ditunjukan di bawah ini
akan secara otomatis masuk di dalamnya yaitu :
Bentuk Tanda Khusus (format specifier)
Distress(masuk secaraotomatis)
Identifikasi Diri : Identifikasi pelayanan dinas
maritim yang memberikan pengenalan untuk
stasiun radio pemancar yaitu kapal-kapal yang
dalam keadaan tanda bahaya (masuk secara
otomatis)
SIFAT-SIFAT BAHAYA YANG DIALAMI
9 indikator beda yang memberitahukan sifat
bahaya yang dialami yaitu :
1. Kebakaran atau Ledakan
2. Genangan Air
3. Tabrakan
4. Kandas
5. Miring serta dalam keadaan kemungkinan
terbalik
6. Tenggelam
7. Mogok dan Hanyut
8. Bahaya Mendadak
9. Trouble Engine (Kerusakan Mesin)
Sinyal tanda penerima tanda bahaya DSC
(Digital Selective Calling) biasanya dipancarkan
oleh stasiun pantai dalam menanggapi panggilan
tanda bahaya DSC (Digital Selective Calling) yang
diterima. Tanda-tanda penerimaan tersebut
menunjukan kepada kapal yang sedang mengalami
bahaya dan kepada stasiun radio lainnya dalam
jarak capai perambatannya, bahwa panggilan tanda
bahaya telah diterima serta unit yang berwenang
29
Aplikasi Sistem Telekomunikasi Pelayaran Dengan GMDSS…………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
melakukan SAR (Search and Rescue) telah
diberitahu. Pancaran ulang tanda bahaya
dipancarkan dalam 2 (dua) situasi sebagai berikut:
1. Oleh stasiun radio pantai untuk
memperingatkan kapal-kapal yang berada
didaerah terjadinya marabahaya bahwa terjadi
musibah. Pancaran ulang semacam itu
biasanya hanya dipancarkan jika kapal-kapal
di daerah tersebut tidak dapat menerima sinyal
tanda bahaya y ang asli dari kapal yang
mengalami musibah, misalnya sinyal tanda
bahaya DSC (Digital Selective Calling)
dipancarkan pada frekuensi yang tidak dapat
diterima oleh kapal-kapal di daerah tersebut
atau jika sinyal tanda bahaya yang asli tidak
dipancarkan dengan menggunakan DSC
(Digital Selective Calling).
2. Oleh stasiun radio pantai kepada stasiun radio
pantai yang lain dimana kapal tersebut telah
menerima panggilan marabahaya pada
frekuensi HF yang tidak diterima oleh stasiun
radio pantai dalam jangka waktu 5 (lima)
menit.
Jika sinyal pemberitahuan bahwa
panggilan marabahaya DSC (Digital Selective
Calling) telah tidak ada pada waktu menanggapi
pancaran panggilan tanda bahaya tersebut,
selanjutnya kapal-kapal yang mengalami musibah
dapat terus
berusaha untuk mengulangi panggilan-panggilan
tanda bahaya Digital Selective Calling-DSC (Jika
diperlukan dapat menggunakan frekuensi
panggilan tanda bahaya DSC lainnya), sesudah
diam selama 3,5 - 4,5 menit dari dimulainya
panggilan pertama. Suatu stasiun radio pantai yang
sedang menerima panggilan tanda bahaya DSC
(Digital Selective Calling) pada MF (Medium
Frequency) dan HF (High Frequency) harus
memancarkan pemberitahuan penerimaan
panggilan tanda bahaya DSC tersebut, minimal 1
(satu) menit setelah panggilan tanda bahaya, tetapi
jika memungkinkan dalam selang waktu maksimal
2,75 menit pada sinyal diterimanya panggilan
tanda bahaya Digital Selective Calling-DSC
dengan VHF (Very High Frequency) harus
dipancarkan secepat mungkin.
Pemancaran sinyal tanda bahaya
merupakan laporan tentang terjadinya musibah
yang cepat dan berhasil kepada suatu unit yang
dapat menyediakan atau mengkoordinasikan suatu
pertolongan. Mungkin hal dapat terjadi kepada
kapal lain yang berada disekitarnya yang sering
disebut sebagai Kantor Koordinasi Rescue (KKR).
Apabila suatu sinyal tanda bahaya diterima oleh
KKR biasanya melalui stasiun radio pantai atau
stasiun bumi pantai. KKR akan menyampaikan
tanda bahaya ini ke unit-unit SAR (Search and
Rescue) dan ke kapal yang berada di sekitar
terjadinya musibah. Sinyal bahaya ini harus
menunjukan identifikasi dan posisi dari musibah
tersebut serta apabila memungkinkan sifat-sifut
musibah dan informasi lain yang bermanfaat bagi
operasi pertolongannya. Susunan komunikasi
tersebut dirancang agar memungkinkan pancaran
sinyal tanda bahaya dapat dilaksanakan ke 3 (tiga)
tujuan yaitu dari kapal ke pantai, dari kapal ke
kapal dan dari pantai ke kapal pada seluruh daerah
perairan laut.
Kemungkinan berhasilnya pemancaran
sinyal marabahaya harus tinggi karena diharapkan
waktu pemancaran sinyal marabahaya tersebut
cukup pendek dan penanggapannya harus cepat,
oleh sebab itu meningkatkan kemungkinan
berhasilnya pertolongan tetapi pemancaran sinyal
tanda bahaya dari kapal ke kapal dirancang agar
efektif pada jarak kira-kira sampai 100 mil. Jika
tidak ada kapal
dalam jarak 100 mill dari kapal yang mengalami
musibah, sistem ini dirancang untuk dapat
memberikan pertolongan yang dikendalikan dari
pantai dengan menggunakan satelit atau
komunikasi HF (High Frequency) atau gabungan
dari keduanya.
Kapal yang berlayar di daerah A3 dan A4
akan memancarkan sinyal tanda bahaya dari kapal
ke kapal pada frekuensi 2187,5 kHz dan
memancarkan. sinyal tanda bahaya dari kapal ke
pantai menggunakan stasiun bumi pantai.
Kapal-kapal yang berlayar di daerah A2
memancarkan sinyal tanda bahaya dari kapal ke
kapal dan dari kapal ke pantai pada frekuensi
2187,5 kHz serta kapal-kapal yang berlayar di
daerah Al memancarkan sinyal tanda bahaya dari.
kapal ke kapal dan dari kapal ke pantai pada
frekuensi 156,525 MHz dengan menggunakan
DSC.
Sinyal tanda bahaya biasanya dimulai
dengan manual dan semua sinyal tanda bahaya
tersebut akan ditanggapi secara manual. Jika kapal
30
Aplikasi Sistem Telekomunikasi Pelayaran Dengan GMDSS…………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
tenggelam, EPIRB (Emergency Position Indicating
Radio Beacon), satelit yang terapung secara bebas
akan bekerja secara otomatis. Pemancaran ulang
suatu sinyal tanda bahaya dari suatu stasiun radio
pantai/Kantor Koordinasi Rescue ke kapal di
sekitar terjadinya musibah akan dilakukan dengan
menggunakan satelit komunikasi ke stasiun bumi
pantai dan menggunakan komunikasi teresterial
dengan frekuensi yang sesuai. Untuk mencegah
agar semua kapal-kapal di daerah perairan laut
yang luas menerima pancaran sinyal tanda bahaya
tersebut, suatu "Area Call" biasanya dipancarkan
sedemikian rupa sehingga hanya kapal-kapal
disekitar terjadinya musibah itu saja yang akan
mendengar sinyal tanda bahaya tersebut. Pada
waktu menerima pemancaran ulang sinyal
marabahaya, kapal-kapal di daerah dimana
pemancaran marabahaya dimaksudkan, harus
mengadakan komunikasi dengan stasiun radio
pantai/KKR yang bersangkutan agar dapat
mengadakan koordinasi pertolongan.
KOMUNIKASI UNTUK KOORDINASI SAR
Pada umumnya ini merupakan komunikasi
yang diperlukan untuk koordinasi kapal-kapal dan
pesawat terbang yang sedang mengikutinya.
Kegiatan pencarian akibat adanya sinyal tanda
bahaya serta termasuk di dalamnya komunikasi
antar stasiun radio pantai KKR dengan suatu OSC
(On Scene Commander) atau Coordinator Surface
Search (Koordinator Pencarian Di Permukaan
Laut) di daerah terjadinya musibah. Untuk operasi
SAR dimungkinkan untuk memancarkan berita-
berita dalam 2 (dua) arah yaitu untuk membedakan
dari pemancaran sinyal tanda bahaya yang
biasanya pemancaran suatu berita khusus hanya
dalam satu arah dan lalu lintas marabahaya dan
keamanan menggunakan telepon radio dan telex
radio yang biasanya dipergunakan untuk
menyalurkan berita-berita tersebut.
Sesuai dengan system global teknik yang
disediakan untuk lalulintas marabahaya dan
keamanan digunakan telepon radio atau telex radio
atau keduanya sekaligus. Komunikasi ini akan
dilakukan dengan sarana komunikasi satelit
tersebut tergabung dari peralatan yang ada di kapal
dan daerah dimana musibah itu terjadi.
Komunikasi di lokasi musibah biasanya
menggunakan band MF (Medium Frequency) dan
VHF (Very High Frequency) pada frekuensi yang
telah ditentukan untuk lalulintas tanda bahaya dan
keselamatan dengan menggunakan telepon radio
atau telex radio.Komunikasi ini antara kapal dalam
musibah dengan unit-unit yang berusaha
menolongnya dan akan menyalurkan usaha
bantuan ke kapal untuk menolong orang-orang
yang mengalami musibah. Apabila dilibatkan kapal
terbang, komunikasi pada lokasi musibah dapat
menggunakan frekuensi 3023 kHz, 4125 kHz dan
5680 kHz.
Tambahan kapal terbang SAR harus
dilengkapi dengan peralatan untuk komunikasi
pada frekuensi dinas bergerak pelayaran lainnya
Sinyal-sinyal untuk penentuan lokasi adalah suatu
pancaran yang dimaksud untuk memperrnudah
usaha penemuan kapal yang dalam keadaan bahaya
atau lokasi korban musibah. Untuk ini terutama
menggunakan transponder SAR 9 GHz pada lokasi
dalam hubungan untuk bantuan terhadap unit radar
9 GHz. Peralatan telah dibuat untuk kapal-kapal
yang perlu petunjuk tentang peringatan-peringatan
navigasi dan cuaca serta informasi-informasi
penting mengenai pelayaran. Pada band MF
frekuensi 518 kHz telah digunakan untuk siaran dengan memanlaatkan NBDP (Narrow Band
Direct Printing) telegrafi yang menggunakan
koreksi kesalahan ke depan.
Bersamaan dengan ini informasi-informasi
tesebut juga disiarkan melalui INMARSAT dan
mungkin pula disiarkan menggunakan High
Frequency. Sistem yang baru ini dimaksudkan
untuk menyediakan penerimaan secara otomatis
penuh untuk semua informasi keselamatan
pelayaran, termasuk peringatan-peringatan
mengenai navigasi dan cuaca serta informasi
keselamatan yang penting lainnya.
PELAYARAN JARAK JAUH
HF (High Frequency) akan memberikan
pelayanan jarak jauh untuk digunakan dalam arah
komunikasi dari kapal ke pantai dan dari pantai ke
kapal. Pada daerah-daerah yang diliput oleh
INMARSAT HF tersebut dapat digunakan sebagai
altematif terhadap komunikasi satelit dan di luar
daerah-daerah ini hanya digunakan komunikasi
dengan kemampuan jarak jauh yang sudah
ditentukan frekuensinya pada band frekuensi 4,
6,8,12 dan 16 MHz sebagai sarana kelengkapan
untuk pemancaran dan penerimaan sinyal tanda
bahaya dan panggilan keselamatan serta untuk
31
Aplikasi Sistem Telekomunikasi Pelayaran Dengan GMDSS…………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
menyalurkan lalulintas tanda bahaya dan
keselamatan.
Panggilan Pilih Digital (DSC), adalah
stasiun radio pantai yang ikut serta dalam kegiatan
jaringan untuk penjagaan panggilan tanda bahaya
dan berita keselamatan perlu memilih dari 5 (lima)
frekuensi band yang memancarkan ulang sinyal
tanda bahaya tersebut. Pemilihan tersebut
tergantung dari posisi kapal yang mengalami
musibah, daerah geografi yang perlu mendapatkan
Pancaran sinyal tersebut serta karakteristik
propagansi gelombang radio saat itu. Perlu
diperhatikan bahwa kapal-kapal yang
diperlengkapi perangkat HF. High Frequency
sebagai tambahan harus selalu menjaga frekuensi
tanda bahaya pada band 8 MHz dan salah satu
frekuensi yang diharuskan yaitu frekuensi yang
cocok untuk daerah di mana kapal tersebut sedang
berlavar.
PELAYARAN JARAK SEDANG
Pelayaran jarak sedang disediakan pada
frekuensi-ferkuensi dalam band frekuensi 2 MHz.
Untuk arah-arah kapal ke pantai, kapal ke kapal
serta pantai ke kapal akan digunakan frekuensi
2187,5 kIIz, sedangkan untuk sinyal marabahaya
dan panggilan keselamatan dengan menggunakan
Digital Selective Calling dan frekuensi 2182 kHz
akan digunakan untuk lalulintas berita bahaya dan
keselamatan yang menggunakan telepon radio
termasuk di dalamnya untuk koordinasi fungsi-
fungsi SAR dan komunikasi pada lokasi musibah.
Sedangkan frekuensi 2174,5 kHz digunakan untuk
lalulintas tanda bahaya dan keselamatan yang
menggunakan radio telex Narrow Band Direct
Printing-NBDP). Frekuensi-frekuensi yang
berdekatan dengan 500 kIIz digunakan untuk arah
komunikasi dari pantai ke kapal, frekuensi 518 kHz
digunakan untuk memancarkan berita peringatan
navigasi dan cuaca di dalam system NAVTEX.
PELAYARAN JARAK PENDEK
VHF memberikan pelayaran jarak pendek pada
frekuensi sebagai berikut :
156,525 MHz (ch.70) untuk sinyal
marabahayad an keselamatan menggunakan
Digital Selective Calling.
156,800 MHz (ch.16) untuk lalulintas tanda
bahaya menggunakan telepon radio, termasuk
didalamnya komunikasi untuk koordinasi
fungsi-fungsi SAR dan komunikasi pada
lokasi musibah.
KESIMPULAN
Berdasarkan pada uraian-uraian di atas,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengenalan satelit komunikasi maritim,
bersama dengan system panggil pilih digital
(DSC-Digital Selective Calling) untuk
penyiaran informasi keselamatan pelayaran
telah menjadi dasar yang diperlukan untuk
sistem GMDSS (Global Maritime Distress
and Safety System) ini.
2. Memanfaatkan sepenuhnya peralatan yang
sudah ada untuk meneruskan pelayanan
keselamatan terhadap kapal-kapal yang sejak
semula belum dilengkapi dengan peralatan-
peralatan tersebut.
3. Sistem penanggulangan musibah dan
keselamatan yang sekarang ini akan tetap
digunakan bersamaan dengan sistem GMDSS
untuk jangka waktu yang cukup dan sesuai.
Sesudah jangka waktu tersebut, sistem yang
baru akan menjadi kewajiban secara
internasional.
4. Tergantung daerah operasinya, maka kapal
kapal harus membawa peralatan-peralatan
sesuai dengan macam-macam system radio
tersebut secara bersama-sama.
5. Secara intemasional telah dilakukan berbagai
usaha untuk mengembangkan dan
mempersiapkan penerapan sistem GMDSS
(Global Maritime Distress and Safety System),
untuk memperoleh kemajuan-kemajuan yang
telah dilaksanakan dalam komunikasi
satelitdan teresterial dan juga teknik dan
peralatan-peralatan yang sedemikian rupa
sehingga keselamatan jiwa di laut dapat
ditingkatkan.
6. Kelebihan sistem GMDSS (Global Maritime
Distress and Safety System) antara lain :
Berita marabahaya yang dikirim dapat
diterima dengan stasiun radio pantar
dalam waktu yang sangat cepat, dengan
menggunakan sistem gelombang
teresterial dan satelit
Data-data mengenai kecelakaan kapal,
antara lain: posisi kapal, jenis musibah dan
sifat musibah sangat jelas dan akurat.
32
Aplikasi Sistem Telekomunikasi Pelayaran Dengan GMDSS…………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
Memiliki beberapa perangkat yang dapat
digunakan bertahap untuk menyiarkan
kecelakaan kapal tersebut,sehingga berita
kecelakaan dapat dengan cepat tersiar
kepada stasiun radio pantai dan kapal-
kapal yang sedang berl ayar disekitarnya.
7. Kekurangan sistem GMDSS (Global Maritime
Distress and Safety System) antara lain:
Hanya beberapa jenis kapal yang sudah
menggunakan sistem ini, karena
keterbatasan finansial.
Adanya delay padas istems atelit, karena
jarak satelit dengan bumi yang jauh
Adanya kemungkinan terjadi gerhana
satelit, yang menyebabkan satelit tidak
mendapat energi matahari.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2002. General Operator Global M
aritirne Distresas and Savety System, Bina
Sena Media, Jakarta.
Anonymous,2002 Operator Manual, Bina Sena
Media, Jakarta
Robert, M., Erwin, 1986, Pengantar
Telekomunikasi Multi Media, Jakarta
www. Google. Com/GMDSS/'parpostel
33
Perumusan Strategi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio…………………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
PERUMUSAN STRATEGI BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI
RADIO KELAS II BANDUNG DALAM MENCAPAI TUJUAN
ORGANISASI
Oleh :
Sielvia Sisca1) dan Bloko Budi Rijadi2)
ABSTRAK
Balai monitoring (Balmon) keberadaanya dibawah Direktorat Jenderal Pos dan telekomunikasi (Ditjen Postel) yang merupakan
salah satu unit kerja yaitu Direktorat Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio yang bertugas untuk melakukan pengaturan
pemanfaatan spektrum frekuensi radio nasional mempunyai peran yang penting seiring dengan perkembangan teknologi
informasi di tandai dengan munculnya berbagai jenis kegiatan yang berbasis pada teknologi IT. Dan kemungkinan pada
kehidupan mendatang sektor teknologi informasi dan telekomunikasi merupakan sektor yang paling dominan. Hal ini di
karenakan kemajuan teknologi yang tidak dapat dipisahkan dari kemampuan rekayasa jaringan komunikasi baik yang bersifat
fisik (kabel, serat optik) maupun non fisik berupa frekuensi radio. Didalam penggunaan spektrum frekuensi radio yaitu salah satu
media jaringan komunikasi yang pada kenyataannya sampai saat ini masih banyak pengguna yang belum memiliki izin (ilegal).
Semua kegiatan yang dilaksanakan oleh Balai Monitoring (Balmon) Bandung pada dasarnya diarahkan untuk memaksimalkan
fungsi Balmon Spektrum frekuensi radio dalam menjalankan fungsi pelayanannya kepada masyarakat dan stakeholder yang
terkait. Dan membuat rumusan strategi agar dalam pelaksaan monitoring dan pemantauan penggunaan frekuensi radio dapat
berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan organisasi.
Kata kunci : Balai Monitoring, Spektrum frekuensi, Telekomunikasi
PENDAHULUAN
Untuk mengurusi bidang telekomunikasi
khususnya pada penggunaan spektrum frekuensi
radio, pemerintah dibantu oleh Kementerian
Komunikasi dan Informatika. Kementrian
Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo)
memiliki wewenang terhadap Direktorat
Jenderal Pos dan Telekomunikasi (Ditjen Postel)
yang mengatur perumusan, kebijakan, dan
standarisasi teknis dibidang penyelenggaraan
pos dan telekomunikasi. Ditjen Postel memiliki
salah satu unit kerja yaitu Direktorat
Pengelolaan Spektrum Frekuensi Radio yang
bertugas untuk melakukan pengaturan
pemanfaatan spektrum frekuensi radio nasional.
Maka disetiap provinsi yang ada di Indonesia,
Direktorat Pengelolaan Spektrum Frekuensi
Radio memiliki Unit Pelaksana Teknis (UPT)
yang berkedudukan disetiap ibu kota provinsi.
Salah satunya antara lain UPT yang mewakili
provinsi Jawa Barat yaitu Balai Monitor
Spektrum Frekuensi Radio Kelas II Bandung
(Balmon Kelas II Bandung).
Secara spesifik tugas pokok dan fungsi
UPT Monitoring Spektrum Frekuensi Radio
diuraikan dalam Peraturan Menteri Komunikasi
dan Informatika nomor 15/PER/M.KOMINFO/
02/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Monitor Spektrum Frekuensi
Radio. Secara garis besar meliputi kegiatan
pengamatan, deteksi sumber pancaran, monitor,
penertiban evaluasi dan pengujian ilmiah,
pengukuran, koodinasi monitoring frekuensi
radio, pancaran orbit satelit, penyusunan rencana
dan program, penyediaan suku cadang,
pemeliharaan dan perbaikan perangkat, serta
urusan ketatausahaan dan kerumah-tanggaan.
Adapun kondisi geografis Provinsi Jawa Barat
yaitu terletak diantara 5°50 -7°50 LS dan 104°48
- 108°48 BT dengan batas-batas wilayahnya
antara lain:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Laut
Jawa bagian barat dan Banten serta DKI
Jakarta di utara.
2. Sebelah timur berbatasan dengan
Provinsi Jawa Tengah, antara Samudera
Indonesia di Selatan dan Selat Sunda di
barat.
Dengan daratan dan pulau-pulau kecil (48 Pulau
di Samudera Indonesia, 4 Pulau di Laut Jawa, 14
34
Perumusan Strategi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio…………………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
Pulau di Teluk Banten dan 20 Pulau di Selat
Sunda), luas wilayah Jawa Barat 44.354,61 Km2
atau 4.435.461 Ha.
Dengan ditetapkannya Wilayah Banten menjadi
Provinsi Banten, maka luas wilayah Jawa Barat
saat ini menjadi 34.816,96 Km2 (Data
berdasarkan Survei Sosial/Ekonomi 2005).
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Strategi dan Manajemen Strategi
Menurut Barry (1986) dalam buku
Strategic Planning Workbook for Nonprofit
Organizations hal.10 :
Strategi adalah rencana tentang apa yang ingin
dicapai atau hendak-menjadi-apa suatu
organisasi di masa depan (arah) dan bagaimana
cara mencapai keadaan yang diinginkan tersebut
(rute).
Dalam tahap perumusan strategi tidak
lepas dari pengertian tentang manajemen
strategi. Manajemen Strategi dapat juga
dipandang sebagai proses untuk mengelola
strategi agar rumusan strategi dapat dijalankan
dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai.
Pengertian Visi dan Misi
Pemahaman visi dan misi yang baik dan
fokus terhadap bisnis sangat dibutuhkan sekali
ketika pertama kali akan memulai suatu bisnis.
Hakikatnya pernyataan visi dan misi merupakan
gambaran tentang keunggulan atau kelemahan
kompetitif suatu perusahaan. Menurut Ducker
bahwa pengembangan visi dan misi yang jelas
merupakan “tanggung jawab pertama penyusun
strategi”. Maksudnya yaitu pernyataan visi dan
misi merupakan alat yang sangat penting untuk
para penyusun strategi dalam merumuskan,
menerapkan, dan mengevaluasi strategi.
Menurut Campbell dan Yeung yang
membedakan istilah visi dan misi yaitu bahwa
visi adalah “ suatu keadaan masa depan
organisasi yang mungkin dan dikehendaki” yang
mencakup tujuan-tujuan spesifik, sementara itu
untuk misi lebih terkait dengan perilaku dan
masa kini. Komponen pembentuk visi
berdasarkan Fred R. David harus memiliki
kriteria:
1 Pernyataan visi harus menjawab pertanyaan
dasar, “Ingin menjadi seperti apakah kita?”
2 Sebuah pernyataan visi yang jelas menjadi
dasar bagi pengembangan pernyataan visi
yang komprehensif
3 Pernyataan visi haruslah singkat,
diharapkan satu kalimat, dan sebanyak
mungkin manajer diminta masukannya
dalam proses pengembangannya
Komponen pernyataan misi berdasarkan
Fred R. David harus dapat memasukan 9
komponen, yaitu :
1. Konsumen (Siapakah konsumen
perusahaan?)
2. Produk atau jasa (Apakah produk/jasa
utama perusahaan?)
3. Pasar (Secara geografis, dimanakah
perusahaan bersaing?)
4. Teknologi (Apakah perusahaan canggih
secara teknologi?)
5. Fokus pada kelangsungan hidup,
pertumbuhan, dan profitabilitas (Apakah
perusahaan komitmen terhadap
pertumbuhan dan kondisi keuangan yang
sehat?)
6. Filosofi (Apakah keyakinan, nilai, asprasi,
dan prioritas etis dasar perusahaan?)
7. Konsep diri (Apakah kompetensi khusus
atau keunggulan kompetitif utama
perusahaan?)
8. Fokus pada citra publik (Apakah
perusahaan responsif terhadap masalah-
masalah sosial, komunitas, dan lingkungan
hidup?)
9. Fokus pada karyawan (Apakah karyawan
dipandang sebagai aset perusahaan yang
berharga?)
Penilaian Situasi Eksternal
Pemantauan terhadap situasi lingkungan
dan perubahan dimasa depan sangat penting,
karena seringkali dapat merubah total proses
atau faktor-faktor kunci sukses untuk
menjalankan suatu bisnis.
Tujuan dari analisis eksternal
merupakan pengembangan daftar terbatas dari
peluang yang dapat dijadikan sebagai
keuntungan atau menjadi sebuah ancaman yang
harus dihindarinya. Untuk melakukan analisis
eksternal, suatu perusahaan terlebih dahulu
mengumpulkan intelijen kompetitif dan juga
informasi mengenai berbagai tren ekonomi,
35
Perumusan Strategi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio…………………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik,
pemerintah, hukum, dan teknologi. Setelah
terkumpul maka dapat disesuaikan dan
dievaluasi atau dengan cara rapat manajer dalam
mengidentifikasi peluang dan ancaman yang
dihadapi oleh suatu perusahan.
Penilaian Situasi Internal
Setiap organisasi pasti memiliki
kekuatan dan kelemahan dari area fungsional
bisnis. Dan tidak ada suatu bisnis yang kuat atau
lemahnya sama disetiap area. Jika kekuatan atau
kelemahan internal disuatu bisnis, ditambahkan
dengan peluang atau ancaman eksternal serta
pernyataan misi yang jelas, maka akan
memberikan suatu landasan untuk menetapkan
tujuan strategi. Oleh karena itu penetapan tujuan
dan strategi dimaksudkan untuk memanfaatkan
dan memaksimalkan kekuatan agar tingkat
kelemahan internal bisnis dapat teratasi. Untuk
melakukan analisis internal suatu perusahaan,
terlebih dahulu untuk mengetahui informasi
mengenai manajemen, pemasaran,
keuangan/akuntansi produksi/operasi, penelitian
dan pengembangan (litbang), serta operasi
sistem informasi manajemen perusahaan.
ANALISIS DATA
Untuk mengetahui strategi yang dipakai
oleh Balmon Kelas II Bandung dalam mencapai
tujuan organisasi, maka penulis menggunakan
metode analisis Matriks IFE (Internal Factor
Evaluation), Matriks EFE (Eksternal Factor
Evaluation), Matriks SWOT (Strength,
Weakness, Opportunity, dan Threat), Matriks IE
(Internal-Eksternal) dan Matriks QSPM
(Quantitative Strategy Planning Matrix) untuk
merumuskan strategi apa saja yang dilakukan
agar tujuan organisasinya tercapai.
Analisis ini akan memberikan hasil
apakah Balmon Kelas II Bandung sudah
menggunakan strategi yang efektif dalam
mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan bersama. Didalam teknik perumusan
strategi terbagi menjadi 3 tahapan yaitu :
1. Tahap input : berupa isi informasi dasar
untuk melakukan tahap pencocokan dan
tahap keputusan yang akan dibahas
selanjutnya. Tahap ini mengembangkan
Matriks EFE dan Matriks IFE.
2. Tahap pencocokan : untuk menciptakan
strategi alternatif dari faktor-faktor
3. keberhasilan Eksternal dan Internal. Tahap
ini menggunakan teknik Matriks SWOT dan
Matriks IE
4. Tahap keputusan : strategi yang
kemungkinan akan diusulkan dalam
pemilihan strategi. Tahap ini hanya
menggunakan satu teknik saja yaitu Matriks
QSPM.
Untuk tahap 1 dalam kerangka
perumusan terdiri atas Matriks Evaluasi Faktor
Eksternal (Eksternal Factor Evaluation-EFE)
dan Matriks Evaluasi Faktor Internal (Internal
Factor Evaluation-IFE).
Untuk tahap 2 merupakan tahap
pencocokan , berfokus pada penciptaan strategi
alternatif yang masuk akal dengan
memeperhatikan faktor-faktor eksternal dan
internal utama. Meliputi Matriks SWOT dan
Matriks Internal-Eksternal (Internal-Eksternal –
IE ). Analisa Matriks SWOT merupakan sebuah
bentuk analisa situasi dan kondisi yang bersifat
deskriptif (memberi gambaran). Proses analisa
adalah suatu kegiatan untuk memahami seluruh
informasi yang terdapat suatu kasus,
menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa
yang sedang terjadi, dan memutuskan tindakan
apa yang harus segera dilakukan untuk
memecahkan masalah. Analisa Matriks ini juga
merupakan alat pencocokan yang penting dalam
membantu para manajer mengembangkan 4 jenis
strategi, yaitu Strategi SO (kekuatan-peluang),
Strategi WO (kelemahan-peluang), Strategi ST
(kekuatan-ancaman), dan Strategi WT
(kelemahan-ancaman).
Sedangkan untuk analisa Matriks IE
bertujuan untuk melihat posisi perusahaan serta
arah perkembangan selanjutnya dan memperoleh
strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih
detail dalam bentuk diagram. Diagram tersebut
mengidentifikasikan 9 sel strategi perusahaan,
tetapi pada prinsipnya kesembilan sel itu dapat
dikelompokkan menjadi 3 strategi utama.
HASIL PENELITIAN
Visi dan Misi Balmon Bandung
Visi Balmon Kelas II Bandung yaitu :
“ Menjadi Balai Monitor terbaik dalam penyedia
jasa pemantauan spektrum frekuensi radio dan
36
Perumusan Strategi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio…………………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
informasi yang akurat ”
Dapat diartikan bahwa Balmon ingin
memberikan pelayanan yang terbaik terhadap
pelanggan (pengguna frekuensi radio legal) oleh
karena itu Balmon berupaya sebaik mungkin
dalam penyediaan informasi dan pelayanan
terhadap pemakaian jasa pemantauan spektrum
frekuensi radio. Guna dalam menjalankan visi
yang diatas, Balmon Kelas II Bandung memiliki
misi yaitu antara lain :
1. Menyediakan informasi yang berkaitan
dengan stasiun radio secara akurat.
2. Memberikan perlindungan kepada
pengguna frekuensi yang legal dan
semua pihak yang terkait.
Sesuai dengan dasar teori visi dan misi
yang dikemukakan oleh Fred R. David, Balmon
Bandung telah merumuskan visi dan misi
dengan baik dan jelas untuk mewujudkan apa
yang menjadi tujuan organisasi Balmon
Bandung itu sendiri. Seperti halnya yang
dikemukakan oleh Fred R. David, ada 3
komponen pembentukan visi yang pertama yaitu
Pernyataan visi harus menjawab pertanyaan
dasar, “Ingin menjadi seperti apakah kita?” dan
Balmon Bandung telah memenuhi persyaratan
salah satu komponen pembentukan visi tersebut
yaitu visi yang berbunyi :
“ Menjadi Balai Monitor terbaik dalam
penyedia jasa pemantauan spektrum frekuensi
radio dan informasi yang akurat ” ,
yang merupakan gambaran tentang keinginan
Balmon Bandung sebagai penyedia jasa
pelayanan yang berhubungan dengan spektrum
frekuensi radio dan juga memberikan informasi
yang benar sesuai hasil evaluasi dan monitor
dilapangan. Yang kedua yaitu sebuah pernyataan
visi yang jelas, visi yang dikemukakan oleh
Balmon Bandung sudah jelas yaitu ingin
menjadi Balmon yang menyediakan jasa
pemantauan spektrum frekuensi radio dan juga
memberikan informasi yang akurat. Yang ketiga
yaitu pernyataan visi yang singkat dan
diharapkan satu kalimat saja, sudah dipenuhi
oleh pernyataan visi Balmon Bandung.
Tidak hanya visi yang dirumuskan
secara baik, tetapi misi juga ditetapkan secara
jelas untuk menetapkan tujuan dan juga
perumusan strategi yang dilakukan oleh Balmon
Bandung. Kandungan pernyataan dari misi
Balmon sesuai dengan dasar teori yang
dikemukakan oleh Fred R. David yaitu :
1. Siapakah konsumen perusahaan?
Jawabannya adalah pelanggan (pengguna
frekuensi legal)
2. Apakah produk/jasa utama perusahaan?
Jawabannya adalah menyediakan informasi
yang berhubun
3. gan dengan stasiun radio.
4. Secara geografis, dimanakah perusahaan
bersaing? Jawabannya adalah dibidang
informasi tentang stasiun radio.
5. Apakah perusahaan canggih secara
teknologi? Jawabannya adalah dalam misi
Balmon Bandung tidak menjelaskan apakah
sudah menggunakan teknologi canggih
dalam kegiatannya.
6. Apakah perusahaan komitmen terhadap
pertumbuhan dan kondisi keuangan yang
sehat? Jawabannya adalah dalam misi
Balmon Bandung tidak menjelaskan
komitmen pertumbuhan dan kondisi
keuangan yang sehat.
7. Apakah keyakinan, nilai, asprasi, dan
prioritas etis dasar perusahaan? Jawabannya
adalah dalam misi Balmon Bandung tidak
menjelaskan tentang keyakinan, nilai,
aspirasi, dan prioritas etis dasar perusahaan.
8. Apakah kompetensi khusus atau
keunggulan kompetitif utama perusahaan?
Jawabannya adalah dalam misi Balmon
Bandung tidak menunjukkan keunggulan
kompetitif perusahaan.
9. Apakah perusahaan responsif terhadap
masalah-masalah sosial, komunitas, dan
lingkungan hidup? Jawabannya adalah
dalam misi Balmon Bandung tidak
menjelaskan apakah perusahaan respon
terhadap masalah-masalah sosial,
komunitas, dan lingkungan hidup.
10. Apakah karyawan dipandang sebagai aset
perusahaan yang berharga? Jawabannya
adalah dalam misi Balmon Bandung tidak
menjelaskan apakah perusahaan
memandang karyawan sebagai aset yang
berharga.
Pernyataan visi dan misi Balmon
Bandung dapat secara jelas memberikan arahan
terhadap organisasinya agar sesuai dengan
37
Perumusan Strategi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio…………………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
tujuan utama dari Balmon Bandung dan juga
mengatasi konflik yang ada.
Tujuan Balmon Bandung
Setelah pernyataan visi dan misi dibuat
maka diperlukan suatu strategi untuk pencapaian
dari visi dan misi tersebut. Tujuan jangka
panjang dari Balmon Bandung merupakan upaya
untuk pencapain visi yang telah ada. Didalam
tujuan jangka panjang ini, dapat memberikan
suatu landasan untuk merancang pekerjaan dan
mengatur berbagai aktivitas yang akan
dilaksanakan oleh Balmon Bandung. Maka
seluruh pimpinan maupun staf Balmon Bandung
merumuskan tujuan organisasi agar visi dan misi
dapat tercapai. Isi dari tujuan tersebut yaitu:
1. Meningkatkan mutu layanan untuk
mencapai tingkat kepuasan pelanggan
yang tinggi .
2. Mengembangkan sistem informasi yang
efektif dengan mengoptimalkan
penggunaan perangkat dan
pemutakhiran data.
3. Meningkatkan Kompetensi Sumber
Daya Manusia.
4. Meningkatkan Komunikasi dan
Koordinasi Internal dan Eksternal.
Faktor-Faktor Internal
Faktor-faktor Internal yang ada dapat
dijadikan sebagai kekuatan atau kelemahaman
yang berasal dari didalam organisasi Balmon
Kelas II Bandung sendiri. Adapun faktor-faktor
internal yang ada di Balmon Kelas II Bandung
yaitu :
1. Manajemen
a. Jumlah pegawai (SDM) yang terbatas
b. SDM yang tersedia pada tingkat
pendidikan sarjana hanya 20% dan
kebanyakan pada tingkat pendidikan
SLTA yaitu sebesar 46,7%
c. Penempatan pegawai belum dilakukan
sesuai standar kompetensi/keahlian.
d. Peningkatan kompetensi dengan
melaksanakan pelatihan-pelatihan pada
karyawan.
e. Kegiatan monitor dan evaluasi berjalan
dengan baik.
f. Informasi yang diberikan sesuai dari
hasil observasi dilapangan.
2. Pemasaran/sosialisasi
a. Fungsi dari web yang dimiliki
Balmon Kelas II Bandung
belum maksimal dalam
memberikan informasi yg
update (terkini).
b. Pemasangan baliho/biliboard sangat
sedikit yang dibuat untuk himbauan
agar masyarakat sadar akan izin
penggunaan frekuensi radio.
c. Kantor pelayanan yang terbatas untuk
konsultasi yang berkaitan dengan
perijinan frekuensi radio dan juga
keluhan dari pelanggan.
d. Hasil survey kepuasan pelanggan
belum dianalisa dengan baik.
3. Keuangan/akuntansi
a. Kenaikan biaya operasional Balmon
Kelas II Bandung.
b. Pemberian beasiswa bagi karyawan
yang melanjutkan pendidikan.
c. Penghematan terhadap penggunaan
anggaran.
4. Produksi/operasi
a. Peralatan operasional dalam
monitoring masih banyak yang rusak.
b. Kegiatan pemantauan langsung
kelapangan secara rutin oleh seksi
pemantauan.
c. Peralatan monitoring tersedia sesuai
kebutuhan.
d. Penanganan dan penyelesaian terhadap
gangguan frekuensi terselesaikan
dengan baik.
5. Litbang (Penelitian dan Pengembangan)
Kegiatan litbang pada Balmon Bandung
tidak berjalan.
6. Sistem Informasi Manajemen
a. Pemakaian web Balmon Kelas II
Bandung berjalan dengan baik agar
pembaca mendapatkan banyak
informasi yang berhubungan dengan
penggunaan frekuensi radio.
b. Sistem informasi manajemen terus
diperbaiki dan dikembangkan.
Faktor-Faktor Eksternal
Didalam faktor-faktor ekternal dapat
dijadikan peluang atau ancaman yang
38
Perumusan Strategi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio…………………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
berpengaruh terhadap Balmon Kelas II
Bandung. Berikut ini merupakan faktor-faktor
eksternal yang berpengaruh terhadap Balmon
Kelas II Bandung yaitu :
1. Kekuatan Ekonomi
a. Banyaknya investor dibidang
penyelenggaraan telekomunikasi
b. Persaingan didunia bisnis
telekomunikasi yang terus meningkat
c. Lemahnya nilai mata uang Indonesia.
d. Peningkatan jumlah kemiskinan di
Indonesia.
2. Kekuatan Sosial, Budaya, Demografis, dan
Lingkungan
a. Wilayah provinsi Jawa Barat yang
cukup luas.
b. Meningkatnya gaya hidup orang desa
yang hampir sama dengan
penduduk di perkotaan.
c. Sifat orang Indonesia yang latah
terhadap sesuatu yang baru.
d. Kurangnya cinta terhadap tanah air
sendiri.
e. Terjadinya peningkatan
terhadap pengguna frekuensi
radio.
3. Kekuatan Politik, Pemerintah, dan
Hukum
a. Kegiatan pemilu atau pilkada
b. Perubahan dalam undang-undang
telekomunikasi
c. Banyaknya penyelenggara
telekomunikasi dari asing yang masuk
ke Indonesia.
d. Hubungan yang tidak harmonis dengan
negara tetangga.
4. Kekuatan Teknologi
a. Kemajuan teknologi yang berkembang
pesat
b. Penyalahgunaan teknologi oleh orang
jahat.
c. Penyebaran jaringan telekomunikasi
yang belum merata.
d. Dampak pemakaian teknologi dalam
kehidupan.
5. Kekuatan Kompetitif
a. Pelanggan telekomunikasi di
Indonesia sangat berkembang pesat
b. Pentingnya informasi dalam
kehidupan
c. Indonesia konsumen terbesar dalam
bidang jasa telekomunikasi
Analisa Matriks EFE (Eksternal Factor
Evaluation Matrix)
EFE Matriks membantu para perancang
strategi untuk merangkum dan mengevaluasi
informasi ekternal yang meliputi aspek ekonomi,
aspek sosial-budaya-demografis-lingkungan,
aspek politk-pemerintah-hukum, aspek teknologi
dan aspek kompetitif. Berikut ini merupakan
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi
Balmon Kelas II Bandung yang dianalisa
berdasarkan evaluasi faktor eksternal.
Tabel 1. Matriks EFE Balmon Kelas II Bandung
NO FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL UTAMA BOBOT PERINGKAT
SKOR
BOBOT
I Peluang
1 Persaingan didunia bisnis telekomunikasi terus meningkat 0,06 3 0,18
2 Meningkatnya gaya hidup orang desa yang hampir sama 0.049 2 0,098
dengan orang kota
3 Sifat orang Indonesia yang ''latah'' terhadap sesuatau yang baru 0,047 2 0,094
4 Peningkatan penggunaan frekuensi radio 0,068 3 0,204
5 Kegiatan pemilu dan pilkada 0,05 2 0,1
6 Kemajuan teknologi berkembang pesat 0,067 3 0,201
7 Pelanggan telekomunikasi di Indonesia berkembang pesat 0,061 3 0,183
8 Banyaknya investor dibidang penyelenggaraan telekomunikasi 0,059 3 0,177
9 Banyaknya penyelenggara telekomunikasi asing 0,048 2 0,096
yang masuk ke Indonesia
II Ancaman
1 Peningkatan jumlah kemiskinan 0,049 2 0,098
2 Wilayah Prov.Jawa Barat yang cukup luas 0,068 3 0,204
39
Perumusan Strategi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio…………………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
3 Hubungan yang tidak harmonis dengan negara tetangga 0,049 2 0,098
4 Penyalahgunaan teknologi 0,049 2 0,098
5 Jaringan telekomunikasi belum menyeluruh kepelosok Indonesia 0,063 3 0,189
6 Indonesia konsumen terbesar dalam bidang jasa telekomunikasi 0,066 3 0,198
7 Kurangnya rasa Nasionalisme 0,04 2 0,08
8 Nilai mata uang yang lemah 0,042 2 0,084
9 Dampak pemakaian teknologi 0,065 3 0,195
TOTAL 1 2,577
Pada perhitungan Matriks EFE, dapat
dilihat peluang terbesar berdasarkan jumlah
bobot yaitu peningkatan penggunaan frekuensi
radio dengan bobot yang dihasilkan sebesar
0,068 yang merupakan jumlah bobot diatas rata-
rata yaitu sebesar 0,055. Hal ini dimanfaatkan
oleh Balmon Bandung untuk lebih
meningkatkan pelayanan dan pemberian sumber
informasi yang berkaitan tentang penggunaan
spektrum frekuensi radio agar para pelanggan
frekuensi radio memberikan kepercayaan penuh
pada Balmon Bandung. Dan juga kemajuan
teknologi dengan jumlah bobot 0,067 di
manfaatkan oleh Balmon Bandung untuk
memaksimalkan kualitas informasi yang akan
diberikan dan juga sebagai sarana publikasi
umum.
Adapun ancaman yang dihasilkan pada
Matriks EFE yang memiliki jumlah bobot
terbesar yaitu sebesar 0,068 dengan wilayah
Prov. Jawa Barat yang cukup luas. Karena
wilayah Prov. Jawa Barat yang cukup luas maka
Balmon Bandung didalam kegiatan monitor
perlu adanya peningkatan jumlah karyawan dan
sarana prasarana yang dapat mendukung
kegiatan monitor tersebut. Serta Indonesia
menjadi konsumen terbesar dibidang jasa
telekomunikasi dengan jumlah bobot sebesar
0,066 , membuat Balmon Balmon harus bekerja
ekstra agar pelayanan jasa dapat berjalan dengan
baik.
Untuk pemberian rating dalam Matriks
EFE dilakukan agar dapat mengelompokkan
faktor mana yang lebih berpengaruh terhadap
Balmon Bandung. Pemberian rating lebih besar
jika strategi ekternal berpengaruh terhadap
Balmon Bandung dan jika rating yang diberikan
lebih kecil maka strategi eksternal dinilai kurang
berpengaruh. Total skor yang dihasilkan pada
perhitungan Matriks EFE sebesar 2,577 yang
artinya respon yang diberikan Balmon Bandung
pada lingkungan eksternal tergolong cukup baik
dalam memanfaatkan peluang dan dapat
menghindari ancaman.
Analisa Matriks IFE (Internal Factor
Evaluation) Analisa Matriks IFE dilakukan
untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
utama yang berpengaruh terhadap Balmon
Bandung. Selanjutnya diolah dan dihitung
pembobotan, rating, dan skor pada masing-
masing faktor internal utama. Perhitungan
Matriks IFE pada Balmon Bandung dapat dilihat
berikut ini :
Tabel 2. Matriks IFE Balmon Kelas II Bandung
NO FAKTOR-FAKTOR INTERNAL UTAMA BOBOT PERINGKAT SKOR BOBOT
I Kekuatan
1 Peningkatan kompetensi karyawan dengan pelatihan 0,085 3 0,255
2 Kegiatan monitor dan evaluasi berjalan dengan baik 0,08 3 0,24
3 Penghematan penggunaan anggaran 0,075 2 0,15
4 Kegiatan pemantauan langsung kelapangan 0,087 3 0,261
dilakukan secara berkala
5 Pemakaian website balmon Bandung memberikan 0,086 3 0,258
informasi berhubungan dengan penggunaan frekrad
II Kelemahan
1 Jumlah pegawai yang terbatas 0,096 3 0,288
2 Pemasangan baliho/biliboard yang sedikit 0,083 3 0,249
40
Perumusan Strategi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio…………………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
3 Kantor pelayanan yang terbatas 0,09 3 0,27
4 Kenaikan biaya operasional 0,078 2 0,156
5 Peralatan operasional dan monitor masih ada yang rusak 0,092 3 0,276
6 Hasil survey kepuasan pelanggan belum dianalisa 0,08 2 0,16
dengan baik
7 Kegiatan litbang pada Balmon Bandung tidak berjalan 0,068 2 0,136
TOTAL 1 2,699
Berdasarkan perhitungan Matriks IFE,
dapat kita ketahui kekuatan utama yang
berpengaruh terhadap Balmon Bandung yaitu
kegiatan memonitor dilakukan secara berkala
menjadi kekuatan Balmon Bandung untuk lebih
meningkatkan kualitas sumber informasi yang
didapat dari hasil evaluasi dan monitor
dilapangan dan juga penanganan penertiban
serta pemantauan pengguna frekuensi radio.
Kegiatan monitor yang dilakukan secara berkala
memiliki jumlah bobot terbesar yaitu sebesar
0,087 yang merupakan jumlah diatas rata-rata
yaitu sebesar 0,083. Selain itu pemakaian
website dalam memberikan informasi yang
berhubungan pemakaian frekuensi radio menjadi
kekuatan utama yang memiliki jumlah bobot
0,086. Hal ini dilakukan agar masyarakat tahu
dan sadar akan izin terhadap penggunaan
spektrum frekuensi radio karena sumberdaya
spektrum frekuensi radio sangat terbatas.
Selain faktor kekuatan, terdapat juga
faktor kelemahan. Faktor kelemahan utama yang
memiliki jumlah bobot terbesar yaitu jumlah
pegawai yang terbatas yang memiliki jumlah
bobot sebesar 0.096. Karena jumlah pegawai
Balmon Bandung yang terbatas maka perlu
diadakan perekrutan karyawan agar kegiatan
yang dilakukan oleh Balmon Bandung
khususnya dalam kegiatan monitor langsung
kelapangan dapat berjalan dengan baik. Tidak
hanya jumlah karyawan yang terbatas, Balmon
Bandung juga memiliki kelemahan yang lainnya
yaitu masih adanya peralatan operasional dan
monitor yang rusak dengan jumlah bobot
sebesar 0,092. Hal ini mengakibatkan gangguan
terhadap pelaksanaan dari kegiatan monitor dan
dapat mengurangi keakuratan hasil monitor
dilapangan. Sehingga Balmon Bandung perlu
melakukan pengecekan secara rutin terhadap
peralatan yang akan digunakan saat kegiatan
monitor akan dilaksanakan serta melakukan
pemeliharaan dan perbaikan terhadap sarana
operasional dan pendukung lainnya.
Jumlah skor yang dihasilkan pada
perhitungan Matriks IFE sebesar 2,699. Hal ini
menjelaskan bahwa Balmon Bandung mampu
memanfaatkan dengan baik kekuatan yang
dimiliki dengan menutupi kelemahan-kelemahan
yang ada.
Analisa Matriks I-E (Internal-Eksternal)
Tujuan penggunaan Matriks IE yaitu
untuk memperoleh perumusan strategi, sehingga
Balmon Bandung dapat menentukan strategi apa
yang tepat untuk dikembangkan. Matriks
Internal-Eksternal merupakan penggabungan
dari Matriks IFE dan EFE berdasarkan skor
bobot total. Berdasarkan Matriks IE
menghasilkan posisi Balmon Bandung berada
pada sel V dengan nilai (2,577 : 2,699). Yang
termasuk kedalam sel V dapat ditangani dengan
baik melalui strategi menjaga dan
mempertahankan (hold and maintain). Nilai
Matriks Internal 2,699 , merupakan gambaran
bahwa posisi Balmon Bandung berada pada
posisi sedang dalam pengembangan strategi
yang telah dirumuskan. Nilai Matriks Eksternal
2,577 yang menunjukkan bahwa respon yang
diberikan faktor eksternal tergolong sedang.
Total Skor IFE
Kuat Rata-rata Lemah
3,0 – 4,0 2,0 – 3,0 1,0 – 1,9
4,0 3,0 2,0 1,0
I II III
IV V VI
VII VIII IX
3,0 Tinggi 3,0 – 4,0
Sedang 2,0 – 2,9
Rendah 1,0 – 1,9
2,0
1,0
Total Skor EFE
Gambar 1. Matriks Internal-Eksternal (IE)
Namun berdasarkan hasil dari analisa
Matriks IE, strategi menjaga dan
mempertahankan (hold and maintain) tidak
cocok untuk keadaan Balmon Bandung itu
41
Perumusan Strategi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio…………………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
sendiri karena masih banyak yang harus
diperbaiki baik dari segi SDM maupun sarana
prasarana dalam kegiatan monitor.
Analisa Matriks SWOT (Strengths
Weaknesses- Opportunities- Threats)
Banyak cara untuk merancang strategi,
salah satunya adalah dengan Matriks SWOT
(Strengths- Weaknesses- Opportunities-
Threats). Matriks SWOT adalah sebuah alat
pencocokan yang penting yang membantu para
manajer mengembangkan 4 jenis strategi.
Berdasarkan analisis SWOT yang peneliti
lakukan terhadap perumusan strategi Balmon
Bandung merupakan pencocokan atau
penggabungan dari kekuatan dengan peluang
(S-O), kelemahan dan peluang (W-O), kekuatan
dengan ancaman (S-T), kelemahan dan
ancaman (W-T). Berikut ini merupakan uraian
strateginya :
1. Strategi S-O
a. Penambahan jumlah karyawan untuk
melakukan kegiatan monitoring.
b. Menyediakan informasi yang akurat dan
update berhubungan dengan penggunaan
spektrum frekuensi radio.
c. Melakukan seleksi terhadap pengguna
spektrum frekuensi radio khususnya
penyelenggara telekomunikasi.
2. Strategi S-T
a. Penambahan karyawan, sarana dan
prasarana dalam kegiatan monitoring.
b. Membangun data base hasil monitoring
disetiap kota besar yang ada di Prov.
Jawa Barat.
c. Peningkatan pelayanan terhadap
pelanggan dan penambahan kantor
pelayanan serta publikasi umum disetiap
kota.
d. Menempatkan karyawan sesuai
keahliannya.
e. Membangun jaringan telekomunikasi
kepelosok daerah terpencil.
3. Strategi W-O
a. Pemakaian teknologi untuk sarana
publikasi umum tentang Balmon
Bandung melalui jaringan internet
seperti : website, jejaring sosial, dll.
b. Melakukan analisa pelanggan dengan
metode statistik dan perumusan kualitas
pelayanan yang diinginkan.
4. Strategi W-T
a. Peningkatan kulitas maupun kuantitas
karyawan agar pelayanan jasa dapat
berjalan dengan baik.
b. Peningkatan dan perbaikan perangkat
alat pendukung untuk kegiatan monitor.
Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif
(Quantitative Strategic Palnning Matrix –
QSPM)
Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif
merupakan salah satu teknik analisis dalam
literatur yang dirancang untuk menentukan daya
tarik relatif dari berbagai tindakan alternatif.
Secara konseptual, QSPM menentukan daya
tarik relatif dari berbagai strategi yang dibangun
berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting
eksternal dan internal. Berikut ini merupakan
QSPM untuk Balmon Bandung :
Tabel 4. Matriks QSPM Balmon Kelas II Bandung
Peningkatan kuantitas maupun kualitas karyawan agar pelayanan
jasa berjalan baik
Peningkatan dan perbaikan
alat pendukung
untuk kegiatan monitor
No FAKTOR-FAKTOR INTERNAL UTAMA BOBOT AS TAS AS TAS I Kekuatan 1 Peningkatan kompetensi karyawan dengan pelatihan 0,085 4 0,34 2 0,17 2 Kegiatan monitor dan evaluasi berjalan dengan baik 0,08 3 0,24 4 0,32 3 Penghematan penggunaan anggaran 0,075 4 Kegiatan pemantauan langsung kelapangan 0,087 3 0,261 4 0,348
42
Perumusan Strategi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio…………………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
dilakukan secara berkala 5 Pemakaian website balmon Bandung memberikan informasi berhubungan dengan penggunaan frekrad 0,086
II Kelemahan 1 Jumlah pegawai yang terbatas 0,096 2 Pemasangan baliho/biliboard yang sedikit 0,083 3 0,288 1 0,096 3 Kantor pelayanan yang terbatas 0,09 4 Kenaikan biaya operasional 0,078 4 0,36 1 0,09 5 Peralatan operasional dan monitor masih ada yang rusak 0,092 6 Hasil survey kepuasan pelanggan belum dianalisa 0,08 3 0,276 4 0,368 dengan baik
7 Kegiatan litbang pada Balmon Bandung tidak berjalan 0,068 TOTAL 1 No FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL UTAMA
I Peluang 1 Persaingan didunia bisnis telekomunikasi terus meningkat 0,06 2 Meningkatnya gaya hidup orang desa yang hampir sama 0.049
dengan orang kota 3 Sifat orang Indonesia yang ''latah'' terhadap sesuatau yang baru 0,047 4 Peningkatan penggunaan frekuensi radio 0,068 3 0,204 2 0,136 5 Kegiatan pemilu dan pilkada 0,05 6 Kemajuan teknologi berkembang pesat 0,067 1 0,067 4 0,268 7 Pelanggan telekomunikasi di Indonesia berkembang pesat 0,061 8 Banyaknya investor dibidang penyelenggaraan telekomunikasi 0,059 9 Banyaknya penyelenggara telekomunikasi asing 0,048
yang masuk ke Indonesia II Ancaman 1 Peningkatan jumlah kemiskinan 0,049 2 Wilayah Prov.Jawa Barat yang cukup luas 0,068 4 0,272 3 0,204 3 Hubungan yang tidak harmonis dengan negara tetangga 0,049 4 Penyalahgunaan teknologi 0,049 5 Jaringan telekomunikasi belum menyeluruh kepelosok Indonesia 0,063 6 Indonesia konsumen terbesar dalam bidang jasa telekomunikasi 0,066 3 0,198 1 0,066 7 Kurangnya rasa Nasionalisme 0,04 8 Nilai mata uang yang lemah 0,042 9 Dampak pemakaian teknologi 0,065
TOTAL 1 2,506 2,066 Berdasarkan pada analisa dengan menggunakan
Matriks QSPM, bahwa Balmon Bandung perlu
adanya peningkatan kuantitas maupun kualitas
karyawan agar pelayanan jasa berjalan dengan
baik. Hal ini diperkuat dengan jumlah
keseluruhan daya tarik total terbesar berada pada
alternatif strategi peningkatan kuantitas maupun
kualitas karyawan yaitu sebesar 2,506.
Perumusan Strategi Balmon Kelas II
Bandung
Setelah diketahui faktor-faktor ekternal
maupun internal pada Balmon Bandung, dapat
diketahui strategi yang dilakukannya untuk
mengatasi faktor-faktor yang dapat berpengaruh
terhadap Balmon Bandung itu sendiri.
Perumusan strategi ini merupakan agar
pernyataan visi dan misi dari Balmon Bandung
dapat tercapai. Balmon Bandung memiliki
strategi agar para manajer dapat memiliki
pemahaman yang sama dalam perumusan
pernyataan visi dan misi yaitu dengan cara
mengajak peran aktif seluruh anggota yang ada
didalamnya dalam merencanakan kegiatan yang
43
Perumusan Strategi Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio…………………………………….
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
akan dilakukan. Perumusan strategi tersebut
yaitu dilakukan dengan cara :
1. Peningkatan kuantitas karyawan agar
pelayanan jasa dapat berjalan dengan
baik.
2. Meningkatkan kualitas SDM melalui
berbagai pelatihan, khususnya yang
berkaitan dengan optimalisasi sarana
pengendalian frekuensi radio dan
pelatihan umum lainnya.
3. Peningkatan dan perbaikan alat
pendukung untuk kegiatan monitor.
4. Menumbuhkan motivasi serta
merencanakan yang akan dikerjakan dan
kemudian mengerjakan atas apa yang
telah direncanakan.
5. Mengembangkan sarana pengendalian
frekuensi radio yang tepat guna sesuai
dengan kondisi di Jawa Barat.
6. Membangun data base hasil monitoring
dan kegiatan pengendalian frekuensi
radio lainnya sebagai acuan dalam
menganalisa gangguan serta masukan
dalam penataan alokasi selanjutnya.
Perumusan strategi ini didapat dari hasil
analisa Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks IE,
Matriks SWOT, dan Matriks QSPM. Hasil dari
perumusan strategi ini diharapkan dapat
mewujudkan tujuan dari Balmon Bandung agar
pernyataan visi dan misi yang telah ditetapkan
bersama dapat tercapai.
KESIMPULAN
1. Pernyataan visi Balmon Kelas II Bandung
sudah sesuai dengan dasar teori yang
dikemukakan oleh Fred R. David yaitu
terdapat 3 komponen pernyataan visi.
Namun untuk pernyataan misi belum sesuai
dengan dasar teori yang ada karena menurut
Fred R. David pernyataan misi terdiri dari 9
komponen yang sangat penting, sedangkan
misi Balmon Bandung masih ada 6
komponen yang belum terdapat didalam
pernyataan misi tersebut.
2. Strategi yang didapat dari hasil analisa
Matriks IE yaitu Balmon Kelas II Bandung
berada dalam strategi menjaga dan
mempertahankan, akan tetapi itu tidak
sesuai dengan situasi Balmon Kelas II
Bandung saat ini yang mengharuskan dapat
memperbaiki dari segi SDM maupun sarana
dan prasarana pendukung agar pelaksanaan
kegiatan monitor dapat berjalan dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Buku laporan tahunan 2009 Balai Monitor
Spektrum Frekuensi Radio Kelas II
Bandung
Dirgantoro, Crown. 2001. Manajemen Strategi
Konsep Kasus dan Implementasi.
Grasindo. Jakarta.
Tripomo, Tedjo. dan Udan. 2005. Manajemen
Strategi. Informatika. Bandung. http: //[email protected]/
44
Analisis Pemanfaatan Blogsite Sebagai Media …………………
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
Analisis Pemanfaatan Blogsite Sebagai Media Pemasaran Consumer Goods
Oleh :
Prama Rahadiansyah1) dan Bloko Budi Rijadi2)
ABSTRAK
Perkembangan penggunaan internet di Indonesia yang sangat tinggi pada angka 75 juta pengguna. Ditambah dengan tujuan
penggunaan yang semakin meluas telah membuat internet dan aplikasi pendukung menjadi sesuatu yang sangat multifungsi
dimulai dari ekspersi diri, transfer data hingga menjadi alat bisnis dalam pemasaran yang utama dengan dukungan konsep social
networkingnya yang menjanjikan. Website dan blogsite telah menjadi objek utama dalam bisnis ini dengan sebuah konsep web
based marketing system. Pemanfaatan hal-hal yang turut mendukung pemanfaatan blogsite sebagai media pemasaran seperti fitur
internet social networking, afiliasi dan lain sebagainya telah menjadi alat yang jitu dalam mendukung suksesnya program ini.
Blogger.com merupakan salah satu blogsite ternama dengan beragam fitur keunggulannya yang menarik dan mudah
pembuatannya telah mengambil peran dalam hal ini. Ia telah menjadi objek display produk seperti yang telah penulis manfaatkan
dalam memasarkan consumer goods berupa Polo Bag Original. Dalam prakteknya, tas ini didisplay pada blogspot tersebut
dengan tampilan yang menarik dan dipasarkan dengan memanfaatkan afiliasi pada blog dengan sistem social networking Link
dengan opsi konsep transaksi penjualan Cash On Delivery (COD) dan transfer rekening. Dilihat dari konsep efektifitasnya,
ditambah dengan kekuatan yang dimiliki oleh blogsite dalam memasarkan sebuah produk baik kekuatan teknologi, ekonomi dan
sosial serta lainnya juga manajemen yang diterapkan dalam proses awal hingga analisa proses yang dimulai dari analisa
konsumen, produk, penetapan harga, proses transaksi, riset pemasaran dan analisa peluang yang ada. Ke semua hal tersebut telah
mengindikasikan tingkat efektifitas yang tinggi dalam memasarkan produk Polo Bag ini. Penelitian ini mencoba untuk
mendeskripsikan tingkat efektifitas pemanfaatan blog tersebut dalam perannya sebagai media pemasaran salah satu produk dalam
konsep marketing berbasis teknologi yang menjanjikan.
Kata kunci : Pemasaran, Blogsite, Social networking
PENDAHULUAN
Menurut Asosiasi Penyelenggara
Internet Indonesia (APJII) penguna internet dari
tahun 1998 terus meningkat hingga mencapai
25.000.000 di tahun 2007 dan diperkirakan akan
meningkat hingga tahun 2010 dan seterusnya.
Berdasarkan data dari (www.postel.go.id)
jumlah pelanggan ISP (internet service provider)
di Indonesia pertumbuhannya sangat pesat pada
saat ini diperkirakan telah mencapai 1,7 juta
pelanggan. Berdasarkan data yang ada
pelanggan ISP di Indonesia telah tersebar ke
segala propinsi di Indonesia, Apalagi pada saat
ini para pelanggan/pemakai internet sangat
mudah untuk mendapatkannya, baik dengan cara
berlangganan maupun peroranggan dengan
menggunakan jasa warnet.
Trend inilah yang menjadi dasar
mengapa para pengguna internet cenderung
memanfaatkannya sebagai media pemasaran
dengan pertimbangan dukungan social
networking-nya. Pemasaran produk seperti ini di
anggap tepat oleh sebagian kalangan, namun ada
juga pihak yang menganggap hal tersebut
sebagai sebuah usaha sampingan. Namun pada
hakikatnya dibalik sebuah kesuksesan
menjalankan sebuah pemasaran produk tersebut,
tetap ada sebuah konsep pemasaran.
TINJAUAN PUSTAKA
Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial
dan manajerial yang didalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan mempertukarkan produk yang
bernilai kepada pihak lain. Kotler (1997).
Fungsi Pemasaran (Functions Of Marketing)
Ada 7 fungsi dari pemasaran yaitu: (1)
analisis konsumen, (2) penjualan produk/jasa,
(3) perencanaan produk dan jasa, (4) penetapan
harga, (5) distribusi, (6) riset pemasaran, (7)
analsis peluang. Memahami fungsi-fungsi ini
dapat membantu para penyusun strategi
mengidentifikasi serta mengevaluasi kekuatan
dan kelemahan pemasaran.
Analisis konsumen adalah pengamatan dan
evaluasi kebutuhan, hasrat, dan keinginan
konsumen yang melibatkan pengadaan
45
Analisis Pemanfaatan Blogsite Sebagai Media …………………
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
survei konsumen, penganalisisan informasi
konsumen, pengevaluasian strategi
pemosisian pasar, pengembangan profil
konsumen, dan penentuan strategi
segmentasi pasar yang optimal
Penjualan Produk/Jasa meliputi banyak
aktivitas pemasaran, seperti iklan, promosi
penjualan, publisitas, penjualan perorangan,
dll. Aktivitas ini sangat penting ketika
perusahaan menjalankan strategi penetrasi
pasar.
Perencanaan Produk dan Jasa meliputi
berbagai aktivitas seperti uji pemasaran;
pemosisian produk dan merk; pemanfaatan
garansi; pengemasan; penentuan pilihan
produk; dll. Hal ini sangat penting jika
sebuah perusahaan melakukan diversifikasi
produk.
Penetapan harga lima pemangku
kepentingan (stakeholder) memengaruhi
dalam penetapan harga suatu produk, lima
pemangku kepentingan tersebut adalah
konsumen, pemerintah, pemasok,
distributor, dan pesaing.
Distribusi mencakup penggudangan,
saluran-saluran distribusi, cakupan
distribusi, lokasi tempat ritel, wilayah
penjualan, tingkat dan lokasi penjualan,
kurir transportasi, penjualan grosir, dan
ritel.
Riset pemasaran adalah pengumpulan,
pencatatan, dan penganalisisan data yang
sistematis mengenai berbagai persoalan
yang terkait dengan pemasaran barang dan
jasa.
Analisis peluang yang melibatkan penilaian
atas biaya, manfaat, dan risiko yang terkait
dengan keputusan pemasaran
Produk/Consumer Goods
Dalam ekonomi barang jadi adalah
barang yang pada akhirnya dikonsumsi daripada
yang digunakan dalam produksi barang yang
lain. Sebagai contoh, mobil dijual ke konsumen
adalah barang akhir; komponen seperti ban yang
dijual ke produsen mobil tidak, mereka adalah
barang antara yang digunakan untuk membuat
akhir yang baik.Ketika digunakan dalam ukuran
pendapatan nasional dan output barang jadi
istilah hanya mencakup barang-barang
baru. Misalnya, PDB tidak termasuk item
dihitung dalam tahun sebelumnya untuk
mencegah penghitungan ganda dari produksi
berdasarkan penjualan kembali dari tangan
kedua dan ketiga sama item.
Dalam konteks ini definisi ekonomi
barang termasuk apa yang dikenal sebagai
layanan. Barang konsumen adalah barang akhir
yang khusus ditujukan untuk pasar
massal. Sebagai contoh, barang konsumen tidak
termasuk aset investasi seperti barang antik
berharga, walaupun barang-barang antik ini
adalah barang akhir.
Produksi barang adalah barang yang
telah diproses melalui mesin. Dengan demikian,
mereka adalah kebalikan dari bahan baku, tetapi
termasuk barang setengah jadi maupun barang
jadi.
Efektifitas
Pengertian efektifitas secara umum
menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya
suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan.
Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas
menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan
bahwa :
“Efektifitas adalah suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh target
(kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai.
Dimana makin besar presentase target yang
dicapai, makin tinggi efektifitasnya”.
Sedangkan pengertian efektifitas
menurut Schemerhon John R. Jr. (1986:35)
adalah sebagai berikut :
“Efektifitas adalah pencapaian target output
yang diukur dengan cara membandingkan output
anggaran atau seharusnya (OA) dengan output
realisasi atau sesungguhnya (OS), jika (OA) >
(OS) disebut efektif ”.
Adapun pengertian efektifitas menurut
Prasetyo Budi Saksono (1984) adalah :
“Efektifitas adalah seberapa besar tingkat
kelekatan output yang dicapai dengan output
yang diharapkan dari sejumlah input“.
Dari pengertian-pengertian efektifitas
tersebut dapat disimpulkan bahwa efektifitas
adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa
jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang
46
Analisis Pemanfaatan Blogsite Sebagai Media …………………
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
telah dicapai oleh manajemen, yang mana target
tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.
Website
Website atau situs juga dapat diartikan
sebagai kumpulan halaman yang menampilkan
informasi data teks, data gambar diam atau
gerak, data animasi, suara, video dan atau
gabungan dari semuanya, baik yang bersifat
statis maupun dinamis yang membentuk satu
rangkaian bangunan yang saling terkait dimana
masing-masing dihubungkan dengan jaringan-
jaringan halaman (Budi Sutedjo oetomo, S.
Kom., MM. 2003).
Bersifat statis apabila isi informasi
website tetap, jarang berubah, dan isi
informasinya searah hanya dari pemilik website.
Bersifat dinamis apabila isi informasi website
selalu berubah-ubah, dan isi informasinya
interaktif dua arah berasal dari pemilik serta
pengguna website. Contoh website statis adalah
berisi profil perusahaan, sedangkan website
dinamis adalah seperti Friendster, Multiply, dll.
Dalam sisi pengembangannya, website
statis hanya bisa diupdate oleh pemiliknya saja,
sedangkan website dinamis bisa diupdate oleh
pengguna maupun pemilik.
Website memiliki banyak macam
contoh seperti salah satunya social networking
dan blogsite dan di dalamnya terdapat aspek
manajemen seperti kekuatan eksternal utama
yaitu kekuatan ekonomi; kekuatan sosial,
budaya, demografis.dan lingkungan; kekuatan
politik, pemerintahan dan hukum; kekuatan
teknologi; dan kekuatan kompetitif.
Blogsite Blogsite merupakan singkatan dari "web
log" adalah bentuk aplikasi web yang
menyerupai tulisan-tulisan (yang dimuat sebagai
posting) pada sebuah halaman web umum, yaitu
sejenis website dengan keterbatasan content,
memori, dan paket lainnya dengan backbone
website yang lebih besar alias menginduk
padanya. Namun ia tetap saja digemari oleh
banyak pengusaha apalagi orang yang ingin
memiliki komunitas lebih dan mencari
popularitas. Blog inilah yang dapat digunakan
sebagai pengganti website jika kita merasa sulit
untuk membuatnya.
Media blog pertama kali dipopulerkan
oleh Blogger.com, yang dimiliki oleh PyraLab
sebelum akhirnya diakuisi oleh Google.com
pada akhir tahun 2002 yang lalu. Semenjak itu,
banyak terdapat aplikasi-aplikasi yang bersifat
sumber terbuka yang diperuntukkan kepada
perkembangan para penulis blog tersebut. Blog
mempunyai fungsi yang sangat beragam,dari
sebuah catatan harian, media publikasi dalam
sebuah kampanye politik, sampai dengan
program-program media dan perusahaan-
perusahaan. Sebagian blog dipelihara oleh
seorang penulis tunggal, sementara sebagian
lainnya oleh beberapa penulis. Banyak juga
weblog yang memiliki fasilitas interaksi dengan
para pengunjungnya, seperti menggunakan buku
tamu dan kolom komentar yang dapat
memperkenankan para pengunjungnya untuk
meninggalkan komentar atas isi dari tulisan yang
dipublikasikan, namun demikian ada juga yang
yang sebaliknya atau yang bersifat non-
interaktif.
Social Networking
Jaringan sosial adalah struktur sosial
yang terdiri dari individu (atau organisasi) yang
disebut "node" yang terikat (dihubungkan)
dengan satu atau lebih jenis tertentu saling
ketergantungan, seperti pertemanan,
kekerabatan, kepentingan bersama, pertukaran
keuangan, tidak suka, seksual hubungan, atau
hubungan kepercayaan, pengetahuan atau
prestise.
Analisis jaringan sosial pandangan
hubungan sosial dari segi teori jaringan terdiri
dari node dan hubungan. Node adalah aktor
individual dalam jaringan, dan hubungan adalah
hubungan antara para aktor. Struktur berbasis
grafik yang dihasilkan seringkali sangat
kompleks. Ada bisa banyak jenis hubungan
antara node. Penelitian di berbagai bidang
akademik telah menunjukkan bahwa jaringan
sosial beroperasi pada banyak tingkatan, dari
keluarga sampai ke tingkat negara-negara, dan
memainkan peran penting dalam menentukan
cara memecahkan masalah tersebut, organisasi
47
Analisis Pemanfaatan Blogsite Sebagai Media …………………
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
dijalankan, dan sejauh mana individu-individu
berhasil dalam mencapai tujuan mereka.
Dalam bentuk yang paling sederhana,
jaringan sosial adalah peta semua ikatan yang
relevan antara semua node yang sedang
dipelajari. Jaringan tersebut juga dapat
digunakan untuk mengukur modal sosial - nilai
bahwa seseorang mendapatkan dari jaringan
sosial. Konsep-konsep ini sering ditampilkan
dalam diagram jaringan sosial, dimana node
adalah poin dan hubungan adalah baris.
Metodologi Penelitian
Dalam menyelenggarakan penelitian ini,
penulis menggunakan metode deskriptif analisis.
Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk
membuat gambaran objek penelitian secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat serta hubungan fenomena yang
diselidiki. Detail teknis berkisar pada penelitian
yang terfokus pada analisa pemanfaatan blogsite
sebagai media pemasaran produk bagi para user
atau blogger selaku pebisnis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengunaan Blogsite Penggunaan blogsite pada saat ini di
Indonesia maupun di dunia telah digunakan
untuk berbagai macam kepentingan. Pada tahun
2009 menurut sumber dari toptenreviews.com
blogsite tervaforit di dunia adalah milik
wordpress.com, blogsite tidak hanya digunakan
sebagai blog saja namun saat ini telah banyak
blogsite yang lebih condong ke arah toko online,
situs iklan, situs perusahaan, dan bebagai macam
tipe lainnya. Berikut adalah layanan 10 blog
terbaik di dunia:
Tabel 1. 10 Layanan Blog Terbaik di Dunia Nama Blogsite Keterangan
Wordpress Free
Typepad $ 4.95
Squarespace $ 8
Blogger Free
Yahoo 360 Free
AOL Journals Free
Windows Live Spaces Free
Xanga Free
Live Journals Free
Vox Free
melihat dari data yang ada di atas, ini
menunjukan bahwa mayoritas pemilik sebuah
blogsite memberikan layanan gratis untuk para
blogger menggunakan blogsite yang mereka
miliki. Hal ini akan berdampak positif karena
dengan memberikan layanan gratis pada blogsite
mereka, tentunya akan meningkatkan pamor
blogsite tersebut semakin meningkat. Terlebih
pada saat ini masih banyak para pengguna yang
lebih menyukai sesuatu yang bersifat gratis.
Banyak jenis-jenis yang banyak di gunakan oleh
para blogger untuk mengapresiasikan blogsite
mereka seperti:
Blog politik: Tentang berita, politik, aktivis,
dan semua persoalan berbasis blog (Seperti
kampanye)
Blog pribadi: Disebut juga buku harian
online yang berisikan tentang pengalaman
keseharian seseorang, keluhan, puisi atau
syair, gagasan jahat, dan perbincangan
teman
Blog bertopik: Blog yang membahas
tentang sesuatu, dan fokus pada bahasan
tertentu
Blog kesehatan: Lebih spesifik tentang
kesehatan. Blog kesehatan kebanyakan
berisi tentang keluhan pasien, berita
kesehatan terbaru, keterangan-ketarangan
tentang kesehatan
Blog sastra: Lebih dikenal sebagai litblog
(Literary blog)
Blog perjalanan: Fokus pada bahasan cerita
perjalanan yang menceritakan keterangan-
keterangan tentang perjalanan/traveling,
Blog riset: Persoalan tentang akademis
seperti berita riset terbaru,
Blog hukum: Persoalan tentang hukum atau
urusan hukum; disebut juga dengan blawgs
(Blog Laws)
Blog media: Berfokus pada bahasan
kebohongan atau ketidakkonsistensi media
massa; biasanya hanya untuk koran atau
jaringan televisi
Blog agama: Membahas tentang agama
Blog pendidikan: Biasanya ditulis oleh
pelajar atau guru
Blog kebersamaan: Topik lebih spesifik
ditulis oleh kelompok tertentu
48
Analisis Pemanfaatan Blogsite Sebagai Media …………………
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
Blog petunjuk (directory): Berisi ratusan
link halaman website
Blog bisnis: Digunakan oleh pegawai atau
wirausahawan untuk kegiatan promosi
bisnis mereka
Blog pengejawantahan: Fokus tentang
objek diluar manusia; seperti anjing
Blog pengganggu (spam): Digunakan untuk
promosi bisnis affiliate; juga dikenal
sebagai splogs (Spam Blog)
Kemajuan teknologi yang pesat termasuk
internet, memberikan peluang bagi setiap orang
di belahan dunia manapun untuk bisa bertemu
dan bertegur sapa bisa menjadi semakin besar.
Tidak ada salahnya jika jumlah pengguna
internet yang besar ini kita manfaatkan pula
untuk kepentingan pembangunan citra diri
sekaligus bisnis. Padanya kita bisa menjual
pemikiran, ide, konsep, kemampuan, dan lain
sebagainya tak melulu hanya berupa produk.
Strategi Memanfaatkan Blogsite Sebagai
Media Pemasaran
E-Marketing (Web Based Marketting System) Sebuah strategi pemasaran yang
komprehensif berbasis web yang menggunakan
taktik dan strategi pemasaran yang efektif adalah
kunci sukses bisnis online. Dimana kita perlu
merencanakan bagaimana cara terbaik untuk
menarik prospek baru, mengubah arah ke
penjualan, dan memaksimalkan nilai seumur
hidup pelanggan. Kabar baiknya adalah bahwa
setelah Anda menemukan formula yang tepat,
biasanya mudah untuk mengotomatisasi proses,
dan memanfaatkan Internet untuk cepat melipat
gandakan keuntungan.
Web atau Internet Marketing adalah
strategi membentuk landasan dari bisnis online,
dan garis besar secara umum apa yang
diperlukan untuk membuat bisnis dengan cara
online agar menuju sukses (misalnya,
mengemudi pelanggan potensial ke situs
web). Idealnya kita harus mempertimbangkan
dan tuliskan unsur-unsur yang berbeda dari
strategi pemasaran keseluruhan sebelum kita
melakukan hal lain. Istilah Internet Marketing
Tactics adalah sebuah taktik guna mencapai
tujuan yang ditetapkan dalam strategi pemasaran
yang berarti berarti mengambil tindakan dan
menerapkan berbagai taktik
pemasaran. Mengetahui web taktik pemasaran
yang benar-benar bekerja, atau sama pentingnya.
Banyak orang yang akhirnya
menjalankan strategi pemasarannya dengan
memanfaatkan internet dengan berbagai taktik
dan teknik yang yang telah dan sedang mereka
terapkan. Sampai sekarang sudah mencapai
ribuan perusahaan dan individu dari seluruh
dunia menjual produk atau jasa melalui internet
dan menghasilkan uang dengan investasi murah
meriah. Kiranya hal ini layak untuk kita jadikan
benchmark untuk memulai dan memodifikasi
kembali sistem pemasaran konvensional kita
menjadi sistem online dalam sebuah wadah
berupa Web guna mengefektifkan dan membuat
proses penjualan dan promosi produk agar
mudah dikenal dan menguntungkan. .
Social Network dan Peranannya dalam
Afiliasi E-Marketing
Social network pada saat ini telah
menjadi sebuah aplikasi web/internet yang
sangat multifungsi. Dalam bentuk yang paling
sederhana, jaringan sosial adalah peta semua
ikatan yang relevan atau node yang sedang
dipelajari. Jaringan tersebut juga dapat
digunakan untuk mengukur modal sosial, dan
juga nilai bahwa seseorang mendapatkan dari
jaringan sosial. Konsep-konsep ini sering
ditampilkan dalam lingkup jejaring sosial.
Dewasa ini, sungguh begitu mudah
untuk mencoba bergabung dalam berbagai social
networking, hal ini ditandai dengan banyaknya
situs situs yang menawarkan aplikasi login
menuju lingkup jejaring sosial ini seperti
aplikasi facebook, friendster, twitter, hingga
sebuah blog yang memiliki keunggulan
tersendiri dalam perluasan lingkup jaringan
sosialnya dengan jaringan lain dengan cara
membuat akun dan log in sebagai user. Social
networking telah menempati posisi yang sangat
penting bagi kehidupan seseorang khususnya di
era internet technology, dengannya sesorang
dapat memasarkan produknya melalui network
luas yang dia miliki. Pemasaran pun akan sangat
berjalan efektif dengan media ini dalam lingkup
konsep pengembangan jaringan yang luas dalam
social networking.
49
Analisis Pemanfaatan Blogsite Sebagai Media …………………
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
Contoh termudah adalah jika kita
memiliki produk yang kita coba promosikan
melalui blogsite, hanya dengan membuat sebuah
akun blog di beberapa situs blog dengan free
lalu kemudian kita promosikan dengan
mendisplay produk yang ingin kita jual, hal ini
secara langsung telah memasarkan produk kita
lewat blogsite tersebut. Umumnya, blogsite
cenderung digunakan sebagai etalase oleh para
usersnya (blogger), sementara untuk
memperluas jaringan promosi, para blogger
memperluas akses jaringan dengan cara
membagi akun blog mereka ke social
networking mereka. Dalam hal ini, blogger
melakukannya melalui sebuah akun seperti
facebook dan twitter misalnya. Hal ini sengaja
dilakukan agar mereka dapat tampil di dalam
akun facebook atau twitter yang secara tidak
langsung diharapkan dengannnya dapat
mengundang orang untuk melihat dan masuk ke
dalam blog yang mereka cantumkan tersebut.
Mini E-Marketing (Product on Blogsite)
Secara umum, konsep marketing
berbasis web seperti yang penulis paparkan
diatas merupakan pemasaran produk melalui
sebuah web. Hal ini memang sangat rentan dan
begitu rumit mengingat cakupan web tergolong
rumit dengan pertimbangan konseptual
pembuatan bahasa pemrograman web, desain
web, hosting dengan besaran biayanya. Namun
untuk mereduksi hal-hal tersebut dan
mempermudah dengan cara yang simpel dapat
kita jelajahi celah yang lebih mudah yaitu
dengan fasilitas selain web. Menurut Alfa
Hartoko, 2010 Blogspot sebagi salah satu media
yang digunakan untuk pengaktualisasian diri,
ternyata tak hanya bisa untuk pembentukan
image namun juga mampu mendatangkan
popularitas dan uang. Awalnya blog atau weblog
hanya digunakan sebagai sarana untuk
mengekspresikan gagasan dan proses aktualisasi
diri karena kalau kita perhatikan sedari tahun
2000 lalu, blog mendapat perhatian lebih karena
telah menjadi competitor dari majalah dan surat
kabar. Jumlah anggotanya yang semakin
meningkat serta kemudahan untuk memposting
dan juga penyebarannya membuat pengaruhnya
pun semakin meningkat namun sejalan dengan
perkembangan dunia online yang semakin pesat
ia menjadi sarana berbagai kegiatan dan tujuan.
Dengan blog ini kita dapat membangun
Personal Brand dan juga mendatangkan uang
darinya. Dalam hal ini penulis memilih blogsite
dimana walaupun blog ini masih menginduk ke
dalamm sebuah situs namun blog dapat
dimanfaatkan secara gratis hanya dengan
membuat akun, dengannya kita dapat
menampilkan apapun (ekspresi diri, produk
bahkan hal lainnya sesuai keinginan kita)
dengan adanya fasilitas quota data gratis
padanya.
Dengan hal tersebut kita dapat
mengurangi biaya pembiayaan operasional
promosi layaknya sebuah pemasaran dengan
memanfaatkan dengan efisien dan efektif. Hal
ini lah yang penulis berikan istilah baru dengan
nama “Mini E-marketing” yang memberi sebuah
konsep pemasaran produk secara elektrik dan
online dengan lingkup blog yang notabene
nampak mini dibanding dengan sebuah web.
Terapan Aplikasi Marketing berbasis
Blogsite System
Salah satu blog yang memiliki beragam
keunggulan dan penulis pilih adalah blogspot
atau blogger. Media blog yang diluncurkan oleh
pyra labs pada tahun 1999 ini dalam
perkembangannya, blogspot menjadi semakin
mendunia. Hal ini di karenakan beragam
keunggulan yang dimiliki seperti fitur-fitur yang
user friendly, free hosting, free space,
kemudahan pengkonfigurasian dan lain
sebagainya.
Modeling Produk Display
Dalam sub bab penerapan aplikasi
promosi sekaligus pemasaran dengan sistem
blogsite. Pada tahap awal tentunya seorang
pemasar harus menentukan model produk dan
kategorinya yang akan didisplay pada blog
tersebut. Pada kesempatan kali ini penulis
mencoba melakukan pengujian langsung dengan
cara memasarkan langsung beberapa varian
produk melalui blogsite yang penulis buat pada
blogger.com sebagai induk dari blogsite yang
penulis buat yaitu :
http://senyumdenganindah.blogspot.com.
50
Analisis Pemanfaatan Blogsite Sebagai Media …………………
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
Kategori produk yang penulis pilih
adalah kategori produk consumer good yaitu
produk yang banyak dikonsumsi oleh publik
sebagai konsumen, beberapa produk yang coba
akan display sebagai objek promosi tersebut
diantarannya ; Tas dengan merek Polo Original
yang merupakan produk unggulan inti yang
penulis pasarkan. Adapun produk lainnya yang
penulis tampilkan dalam blog sifatnya hanya
sebagai produk sampingan saja. Produk yang penulis promosikan pada
blogsite adalah sebuah tas yang sering
digunakan oleh banyak orang karena tas ini
adalah sebuah kebutuhan bagi orang-orang yang
mempunyai mobilitas yang sangat tinggi. Tas
yang dimaksud adalah tas dengan merk POLO
ORIGINAL. Produk ini didapatkan dari seorang
teman yang bekerja di sebuah gudang produk-
produk luar negeri di daerah Jakarta Utara.
Dalam memasarkan produk tersebut,
penulis juga mencoba untuk membuat konsep
sistem penjualan produk atau barang-barang
dengan sistem reseller selain dengan konsep
penjualan langsung terhadap konsumen
Gambar 1. Blogsite (Modeling Produk Display)
Perumusan Aplikasi Proses Transaksi Fase sebelum memulai promosi produk
tersebut menuntut kita untuk memilih tipe
transaksi yang akan kita gunakan dalam promosi
produk ini yang nantinya akan dilihat dan
kemudian diminati untuk ditawar oleh calon
konsumen. Oleh karenanya perlu ditentukan
konsep transaksi seperti apa yang digunakan
Banyak cara bertransaksi melalui web marketing
di Indonesia, seperti pembayaran online, via
rekening, atau bahkan Cash On Delivery (COD).
Namun pembayaran yang paling di minati oleh
semua kalangan pecinta web marketing yaitu via
rekening dan COD. Pembayaran ini di anggap
aman dan terpercaya, namun masih banyak
orang yang masih kurang percaya jika
melakukan pembayaran tanpa bertemu langsung.
Sebenarnya hal seperti ini dapat disiasati dengan
berbagai macam cara, salah satunya adalah
dengan membeli barang secara online pada situs
atau blogsite yang memang sudah dipercaya dan
juga kita bisa dengan mencoba cara
51
Analisis Pemanfaatan Blogsite Sebagai Media …………………
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
menghubungi contact yang sudah tercantum di
dalam sebuah situs atau blog yang mereka
berikan, kita hanya melihat respon dari orang
yang menjual produk tersebut, jika respon yang
diberikan lamban kita masih harus sedikit
mencurigai penjual tersebut. Pada dasarnya belanja secara online baik
dari situs maupun blogsite atau social
networking lainnya sama saja atau kita ibaratkan
dengan sebuah pisau bermata dua, percaya atau
tidak percaya. Namun jika kita ingin melakukan
pemasaran pada internet kita harus memberikan
kesan yang sangat baik dan memberikan respon
yang sangat cepat kepada para konsumen, agar
para konsumen tersebut mempercayai dan
mencoba lebih mengenal dengan kita. Menurut banyak ahli pemasaran,
memulai usaha promosi produk akan lebih baik
dimulai dengan produk yang kecil sehingga
menimbulkan kepercayaan kepada konsumen.
Sehingga nantinya jika kita sudah dipercaya atau
produk kita dan blog kita sudah dapat dipercaya
orang, ini menimbulkan hal yang positif bagi
kita. Metode transaksi yang penulis pilih dan
tentukan dalam pembuatan blogsite dan promosi
produk tersebut adalah 2 metode yaitu : satu,
COD yaitu metode dimana sang penjual
mengirimkan produk yang dipesan ke lokasi
pembeli dan pembayaran dilakukan di tempat
sang pembeli dan kedua, via Transfer rekening
yaitu pembeli mengirimkan sejumlah
pembayaran ke rekening penjual, setelah penjual
menerima transfer rekening tersebut maka
penjual mengirimkan produk ke lokasi pembeli.
Pengembangan Perluasan Area Pemasaran
Produk dengan Fasillitas Social Networking
Untuk memasarkan sebuah produk
melalui blogsite banyak keuntungan yang bisa
kita dapatkan, peran sebuah social networking
pun dapat kita manfaatkan sebaik-baiknya,
karena jaringan dari social networking seperti
facebook maupun twitter memiliki jangkauan
yang sangat luas. Jaringan seperti inilah yang
harus kita manfaatkan selain membuat afiliasi
dan sistem pengikutan dalam blog yang sudah
familiar dan memang merupakan bagian dari
aplikasi fitur blog, karena jaringan social
networking yang kita miliki tidak dapat
terpisahkan oleh jarak dan waktu. Jadi sebagai
seorang pelaku pemasaran dapat memasarkan
produk kita baik di dalam maupun luar negeri
hanya menggunakan satu jaringan yaitu internet.
Tanpa perlu mengeluarkan modal yang sangat
banyak kita sudah dapat mengirimkan atau
memasarkan pasar ke luar negeri. Inilah salah
satu keunggulan yang dimiliki oleh pemasaran
online ini.
Dalam memanfaatkan sebuah blogsite
untuk memasarkan produk, banyak widget yang
telah mendukung kita untuk melakukan
perluasan promosi ke social networking. Kita
tinggal memilih salah satu dan setiap posting
yang kita keluarkan pada blogsite kita, tinggal
melakukan klik pada widget tersebut dan
akhirnya produk yang kita pasarkan dapat
langsng tampil pada jejaring sosial .
Dengan yang akan kita afiliasikan
hingga kemudian diketahui oleh teman-teman
yang ada pada akun social networking yang kita
miliki. Tentu hal ini sangat bermanfaat bagi kita
untuk memasarkan produk kita pada blogsite
tersebut dengan memperluas jaringan kita.
Idealnya adalah jika penjual akan memasarkan
produknya hendaknya sang penjual melakukan
studi pengembangan jaringan yang nantinya
akan menjadikan jaringan yang sudah
dipersiapkan tersebut sebagai media
pengembagan dan perluasan area promosi kita
ke pada pihak lainnya.
Uji Efektifitas Manfaat Blog dalam
Pemasaran Consumer Goods
Dalam hal ini penulis mencoba untuk
memberikan bebarapa narasi dalam praktisi blog
sebagai agar efektif yang kemudian akan penulis
bandingkan dengan apa yang penulis laksanakan
untuk membuat perbandingan yang ideal dalam
efektifitas blog sebagai media pemasaran.
Berikut beberapa yang bisa penulis coba
paparkan :
Tabel 2. Efektifitas Blog Sebagai Media
Pemasaran No Asumsi efektifitas Realita Pelaksanaan Program
1 Blog dikenali oleh
banyak orang dan menjadi tujuan jutaan
orang (Alfa Hartoko,
Blog yang penulis bangun telah
memiliki afiliasi dan kunjungan sejumlah 66 orang
52
Analisis Pemanfaatan Blogsite Sebagai Media …………………
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
2010)
2 Perlu Kreatifitas dengan karakter, ilmu dan
keterampilan untuk
menarik pasar dengan karakter
Dalam setting blog baik content, display, desain hingga
postingan telah penulis coba
terapkan dengan kreatifitas yang telah diusahakan
3 Bangun Personal brand
guna mengembangkan penulis pada bisnis
jutaan pengguna blog
dan jejaring sosial sebagai target market
(sharing blog ke situs
social media) serta penambahan gadget
jejaring sosial yang
sedang booming
Dengan proses afiliasi dan
follow dalam blogspot ditambah dengan link berbagai situs
jejaring sosial yang penulis
terapkan telah terealiasi dan terintegrasi dengan baik. Dan
penulis secara rutin memberikan
postingan di jejaring sosial seperti facebook dalam
mencoba memperkenalkan
produk yang memiliki link menuju blog penulis dan gadget
pun telah terpasang pada blog
untuk mempermudah akses jejaring sosial.
4 Ada baiknya memulai
jenis bisnis pada blog berawal dari hal yang
kita sesuaikan, bukan
dari unsur pengikutan tren yang ada dengan
kesamaan.
Pemilihan produk Polo Bag
dengan asumsi mudahnya akses sumber barang.
5 Berikan sesuatu yang
positif bagi pengunjung seperti membagi ilmu,
informasi berharga,
gagasan kepada orang lain yang bermanfaat
baik dengan tips atau
trik informatif yang menarik.
Penulis sesekali memberikan
postingan perawatan tas yang baik yang dapat dijadikan
rujukan oleh pengunjung dalam
penggunaan tas sehari-harinya.
6 Content blog tampilan
bersifat singkat padat dan dapat
mendeskripsikan isi blog
atau image
Konsep tas yang penulis jadikan
objek display telah penulis desain agar lingkungan layar
blog mewakili produk itu
sendiri seperti dengan background tas dan bisnis.
7 Tambahkan aplikasi atau
gadget yang dapat mengakomodasi
interaksi pengunjung
dengan pemilik blog
Adanya contact atau fasilitas
Chat YM telah mewakili.
8 Penyesuaian gaya bahasa dengan pangsa
pasar produk
Target market tas blog ini adalah para karyawan dan
mahasiswa anak muda, jadi
bahasa yang penulis pergunakan pun telah disesuaikan dengan
gaya bahasa pasar tas
umumnya.
9 Memberikan jawaban
akan komentar dengan
bijak walau menyakitkan
Sampai saat ini belum ada
coment pada blog karena satu
dan lain hal sehingga parameter ini belum terlaksana dengan
baik.
10 Display beberapa varian
produk yang ditawarkan dengan fasilitas gadget.
Tidak ada
11 Tidak berkecil hati jika
produk yang ditawarkan belum nampak secara
nyata. Karena konsep
Indikasi transaksi terkadang
terjadi namun tahap final transaksi masih belum terlihat
untuk produk inti yang
penjualan itu sendiri tak hanya produk tetapi jasa,
kemampuan dan
keadaan yang dimiliki
ditawarkan. Sementara produk lainnya telah berhasil yaitu
penjualan ponsel Nokia 9500
12 Update postingan lama dengan postingan baru.
Agar tidak terkesan
membosankan
Terhitung tanggal 7 Oktober sampai 23 november penulis
telah memposting 6 postingan.
postingan ini secara sequence merupakan revisi dan lanjutan
dari posting-posting
sebelumnya
13 Pertahankan kontinuitas
pada content blog, dan
postingan
Update pun tak hanya pada
postingan namun juga content
blog secara umum mulai dari gadget dan desain.
Perkembangan Pemanfaatan Blogsite Secara
Umum di Indonesia
Berdasarkan dengan data yang telah
penulis dapatkan pada sub-bab hasil penelitian,
ternyata pada pemanfaatan blogsite di Indonesia
pada saat ini sangat beragam dengan klasifikasi
yang ada di dalamnya. Ternyata dalam
perkembangannya pemanfaatan blogsite terdapat
unsur faktor kekuatan utama eksternal
manajemen pemasaran yang berupa: kekuatan
ekonomi; kekuatan sosial, budaya, demografis
dan lingkungan; kekuatan politik, pemerintahan
dan hukum; kekuatan teknologi; kekuatan
kompetitif bisa di pastikan jika blogsite ini juga
berjalan berdasarkan teori yang ada pada faktor
kekuatan utama manajemen pemasaran. Jika kita
ilustrasikan pada tabel maka akan seperti di
bawah ini,
Tabel 3. Pemanfaatan Blogsite di Indonesia
Faktor Kekuatan Utama
Eksternal Manajemen
Pemasaran
Pemanfaatan Blogsite
di Indonesia Dewasa ini
kekuatan ekonomi
kekuatan sosial, budaya, demografis dan
lingkungan
kekuatan politik,
pemerintahan dan hokum
kekuatan teknologi
kekuatan kompetitif
Pemanfaatan blogsite yang lebih luas
tidak hanya terbatas tulisan-tulisan pribadi dan
bisa lebih ke media pemasaran dapat
membangun kekuatan ekonomi disamping bisnis
konvensional yang sudah ada dimana faktor
kompetitif sangat kental didalamnya, dengan
dukungan social networking-nya menjadikan
media blogsite sebagai sarana yang efektif untuk
pertemanan, media promosi dalam membentuk
53
Analisis Pemanfaatan Blogsite Sebagai Media …………………
1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Industri Akatelkom Vol. 2, No. 1 Juni 2012 2) Dosen Jurusan Manajemen Industri Akatelkom
Jurnal Mediatel Akatelkom, Jurusan Manajemen Industri
opini apabila difungsikan sebagai kekuatan
sosial dan politik karena sifatnya yang massive
(masal).
Strategi Memanfaatkan Blogsite Sebagai
Media Pemasaran
Berdasarkan dari data yang telah penulis
dapatkan dari hasil penelitian, ternyata pada
strategi memanfaatkan blogsite sebagai media
pemasaran jika kita bandingkan akan terjadi
kevalidan antara data yang di dapat dengan dasar
teori dari strategi fungsi-sungsi pemasaran. Ini
membuktikan bahwa melalui media internetpun
seorang yang menjalankan hal tersebut tetap
mengacu kepada dasar-dasar teori yang sudah
ada.
Tabel 4. Strategi Memanfaatkan Blogsite
Sebagai Media Pemasaran Strategi Fungsi-Sungsi
Pemasaran
Strategi Memanfaatkan
Blogsite Sebagai Media
Pemasaran
Analisis Konsumen
Penjualan Produk/Jasa
Perencanaan Produk/jasa
Penetapan Harga
Distribusi
Riset Pemasaran
Analisis Peluang
Tingkat Efektifitas Pemasaran Pada Blogsite
berdasarkan tabel 2. Pada uji efektifitas,
sudah dapat dilihat bahwa sekitar 75% tingkat
ke efektifan yang menjadi asumsi pada tabel
dengan realita pelaksanaan sudah berjalan
dengan benar. Hal ini membuktikan bahwa jika
sesorang akan memasarkan produknya atau jasa
mereka melalui blogsite dengan memanfaatkan
strategi fungsi-fungsi pemasaran, hal ini di
anggap tepat dan dapat memberikan peluang
bagi alternatif peluang bagi entrepreneur untuk
memulai usaha.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa blogsite pada saat ini efektif
digunakan untuk melakukan pemasaran ini
dibuktikan dengan pemanfaatan sharing blog ke
situs jejaring sosial sebagai target market-nya
memberikan feedback kunjungan ke blog penulis
(http://senyumdenganindah.blogspot.com) sejumlah 66 hit semenjak blog di perkenalkan.
Keberhasilan pemasaran produk dan jasa yang
penulis alami disamping ditunjang oleh strategi
pemasaran juga beberapa faktor diantaranya :
promosi yang terus-menerus, memberikan
manfaat kepada pengunjung blogsite (dalam
penelitian ini tips merawat tas), isi blog yang
diperbaharui secara berkala agar pengunjung
tidak bosan, berikan respon yang cepat pada
setiap pertanyaan, dan berikan kemudahan pada
satiap transaksi.
DAFTAR PUSTAKA
Konsep Pemasaran, 1978,
http://www.wikipedia.com//konsep_pem
asaran.html, Acceses, 31 Agustus 2010.
Kristianto Dwi,ST, 2002, “Internet”, 28 Juli
2010, http://faculty.petra.a
c.id/dwikris/docs/desgrafisweb/www/1-
apaitu_internet.html
Tasikisme, “Website”, 29 Juli 2010,
http://www.tasikisme.com/index.php?vi
ew=article&id=963:25-besar-domain-
website-pertama-di-
dunia&option=com_content&Itemid=69
Sawyer, Stacey C. & Williams, Brian K. (2001).
Using Information Technology, New
York: McGraw-Hill Company.
Lin, Carolyn A. & Atkin, David A. (2002).
Communication Technology and
Society, Cresskill, NJ: Hampton Press,
Inc.
Pemasaran Digital, 2003,
http://www.google.co.id//pemasaran_dig
ital.html, Acceses, 3 Agustus 2010.
William J. Stanton, Prinsip Pemasaran, Alih
Bahasa Wilhelmus W. Bokowatun,
Erlangga, Jakarta, 1991.
Internet usage, 2007,
www.internetworldstats.com/stats.htm,
acceses, 3 Agustus 2010
Yusuf Iskandar Basuki, 2009, Data Statistik II,
Ditjen Pos dan Telekomunikasi, Jakarta,
2009.
CATATAN UNTUK PENULIS
1. Umum
a. Penulis adalah siapa saja yang berlatar belakang, berkecimpung atau berminat dalam
bidang Manajemen, Industri dan dunia Telekomunikasi
b. Tanggung-jawab atas isi tulisan yang dimuat tetap berada pada penulis
c. Tulisan belum pernah diterbitkan di Jurnal Ilmiah lainnya
d. Jurnal direncanakan akan terbit 1 (satu) kali setahun
2. Naskah
a. Naskah dapat berupa :
i. Laporan hasil penelitian
ii. Pandangan penulis tentang suatu aspek yang aktual yang berkaitan dengan
bidang ilmu Manajemen, Industri dan Telekomunikasi saat ini dan mendatang
b. Dianjurkan naskah tidak melebihi 8 halaman cetak (16 halaman naskah) dengan
format : 1 spasi, huruf Times New Roman (14pt-bold untuk judul utama, 9pt-normal
untuk isi abstrak dan foot note, 11pt-bold untuk setiap judul bab dan 11 pt-normal
untuk isi tulisan), judul utama dan judul bab semua menggunakan huruf besar (capital
letter).
c. Abstrak naskah berbahasa Indonesia ditulis dalam bahasa Inggris (berkisar 75-250
kata), abstrak ditutup dengan kata pencarian yang terdiri dari 5 kata kunci
menyangkut naskah yang ditulis.
d. Naskah harus lengkap dengan : Judul dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris,
Nama Penulis, Afiliasi (foot note), Abstrak, Pendahuluan, Bahan dan Metode (dalam
Bahan dan Metode penelitian ini kemukakan bahan-bahan yang digunakan serta
prosedur penelitian untuk menguji hipotesis secara empiris), Hasil dan Pembahasan
(dalam hal ini dikemukakan hasil penelitian termasuk pengujian hipotesis serta
dibahas mengapa hal itu terjadi dengan membandingkan antara hasil faktual dengan
teori yang ada), Kesimpulan dan Saran (dalam hal ini dikemukakan intisari hasil
penelitian serta saran yang terdapat nama pengarang, tahun penerbitan, judul
buku/jurnal lengkap, Nama publikasi/penerbit, nomor publikasi, dan halaman (untuk
jurnal). Daftar pustaka disusun berturut sesuai dengan nama belakang pengarang.