Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal...

98
Vol. 9 No. 1, Juni 2013 ISSN 1858-0610 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Hubungan antara Stres Psikososial dengan Perilaku Merokok pada Remaja Gani Apriningtyas B, Sumarni DW, Akhmadi 1-9 Pengaruh Home Visit terhadap Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam Merawat Anggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa Mamnu'ah 10-18 Penerapan Budaya Keselamatan Pasien sebagai Upaya Pencegahan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) Ag. Sri Oktri Hastuti 19-28 Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap Penyembuhan Luka pada Pasien Ulkus Diabetikum Salia Marvinia, Widaryati 29-36 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Ekslusif Risa Devita 37-46 Pemanfaatan Metadon pada Injecting Drug Users di Puskesmas Gedong Tengen Yogyakarta Herlin Fitriana Kurniawati, Antono Suryoputro 47-56 Gambaran Faktor-Faktor Kepatuhan Diet Lanjut Usia Penderita Hipertensi Kurnianto Priambodo, Lutfi Nurdian Asnindari 57-64 Pengaruh Status Kepegawaian Terhadap Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Muhammad Saefulloh 65-73 Pengalaman Orang dengan HIV/AIDS Mendapatkan Perawatan Keluarga: Studi Fenomenologi Suratini, Wiwin Wiarsih, Henny Permatasari 74-83 Hubungan Antara Kualitas Pelayanan Kesehatan Posyandu dengan Frekuensi Kunjungan Ibu Balita Rahmi Nur Fitri Handayani, Tenti Kurniawati 84-92

Transcript of Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal...

Page 1: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

Vol. 9 No. 1, Juni 2013 ISSN 1858-0610

JurnalKebidanan dan Keperawatan

Hubungan antara Stres Psikososial dengan Perilaku Merokok pada RemajaGani Apriningtyas B, Sumarni DW, Akhmadi 1-9

Pengaruh Home Visit terhadap Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam MerawatAnggota Keluarga yang Mengalami Gangguan JiwaMamnu'ah 10-18

Penerapan Budaya Keselamatan Pasien sebagai Upaya Pencegahan KejadianTidak Diinginkan (KTD)Ag. Sri Oktri Hastuti 19-28

Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap Penyembuhan Lukapada Pasien Ulkus DiabetikumSalia Marvinia, Widaryati 29-36

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI EkslusifRisa Devita 37-46

Pemanfaatan Metadon pada Injecting Drug Users di Puskesmas Gedong TengenYogyakartaHerlin Fitriana Kurniawati, Antono Suryoputro 47-56

Gambaran Faktor-Faktor Kepatuhan Diet Lanjut Usia Penderita HipertensiKurnianto Priambodo, Lutfi Nurdian Asnindari 57-64

Pengaruh Status Kepegawaian Terhadap Kinerja Perawat di Ruang Rawat InapMuhammad Saefulloh 65-73

Pengalaman Orang dengan HIV/AIDS Mendapatkan Perawatan Keluarga:Studi FenomenologiSuratini, Wiwin Wiarsih, Henny Permatasari 74-83

Hubungan Antara Kualitas Pelayanan Kesehatan Posyandu dengan FrekuensiKunjungan Ibu BalitaRahmi Nur Fitri Handayani, Tenti Kurniawati 84-92

Page 2: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

.

Page 3: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

HUBUNGAN ANTARA STRES PSIKOSOSIAL DENGANPERILAKU MEROKOK PADA REMAJA

Gani Apriningtyas B, Sumarni DW, AkhmadiPSIK-FK UGM, Bagian Jiwa RSUP dr. Sardjito

E-mail: [email protected]

Abstract: This research aims at determining the relationship betweenpsychosocial stress and smoking behavior in teenagers. This research isa descriptive research with quantitative design (correlation analytic) andcross sectional approach. The population was teenagers who wereidentified as smokers. The samples were a number of 56 respondentswho were taken by using quota sampling technique. The instruments ofthis research were a psychosocial stress questionnaire and smokingbehavior questionnaire. The result of the statistic test showed the signifi-cance value on p 0.021 (p<0.05) in the positive correlation. Spearman-Rank test showed the correlation value (r) on 0,308. The conclusionwas an association between psychosocial stress and smoking behaviorin teenagers but the correlation was not strong enough.

Keywords: teenagerssmoking behavior, psychosocial stress

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antarastres psikososial dengan perilaku merokok pada remaja. Penelitian inimerupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan analitik korelasi danpendekatan waktu cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah65 siswa yang teridentifikasi berperilaku merokok dan diperoleh sampelsebanyak 56 orang dengan quota sampling. Instrumen yang digunakanadalah kuesioner stres psikososial dan angket perilaku merokok. Hasiluji statistik menunjukkan nilai significancy (p) 0,021 (p<0,05), arahkorelasi positif, nilai korelasi (r) Spearman-Rank sebesar 0,308. Terdapatkorelasi antara stres psikososial dengan perilaku merokok pada remajadengan kekuatan korelasi lemah.

Kata kunci: perilaku merokok remaja, stres psikososial

Page 4: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

2 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 1-9

PENDAHULUANDi Indonesia, usia rata-rata bersen-

tuhan dengan rokok adalah pada saat usia14-15 tahun. Dinyatakan bahwa 3 dari 10pelajar (30,9%) merokok sebelum berumur10 tahun. Hasil survei menunjukkan bahwalebih dari sepertiga (37,3%) pelajar SMPIndonesia pernah merokok (Hidayati,2011). Hasil survei yang dilakukan olehDinas Kesehatan Provinsi DIY tahun 2006dan 2008 menunjukkan 18,7% remaja diDIY adalah perokok aktif (Dinas KesehatanProvinsi DIY, 2010). Alasan merokok yangdikemukakan antara lain untuk meringankanketegangan dan stres sebanyak 54,59% dan29,36% lainnya menyatakan untuk bersantai(Tempo Interaktif, 2011).

Individu dalam tiap tahap perkem-bangan remaja akan mengalami stres (Ibung,2008). Stres yang terjadi pada usia remajabermanifestasi dalam bentuk lari daritanggung jawab dan melakukan perilakuberisiko tinggi (Dwiyathitami, 2011). Salahsatu perilaku berisiko pada remaja yang di-lakukan adalah penggunaan rokok (Sadock& Saddock, 2003). Hal ini ditunjukkan olehpenelitian yang dilakukan pada siswa diMalang mengenai hubungan stres denganperilaku merokok menunjukkan terdapathubungan antara tingkat stres dan tingkatperilaku merokok (Rohman, 2009).

Berdasarkan hasil wawancara denganguru di SMP PGRI, sekolah belum pernahmendapatkan penyuluhan mengenai rokokataupun bahaya merokok. Berdasarkanhasil studi pendahuluan, diketahui bahwadari 15 orang yang diduga merokok, 10diantaranya adalah perokok dan 5 dianta-ranya mengalami stres psikososial. Perawatmempunyai peran serta tanggung jawabdalam penanganan serta pencegahan peri-laku merokok pada remaja. Dalam hal ini,perawat dapat berperan sebagai edukatordimana perawat dapat memberikan infor-masi serta sosialisasi mengenai dampak

merokok dan cara pencegahan yang dapatdilakukan remaja. Melihat fenomena peri-laku merokok remaja yang semakin mening-kat, dan salah satu faktor penyebabnya ada-lah stres, maka peneliti tertarik untuk menelitiadakah hubungan antara stres psikososialyang dialami remaja dengan perilakumerokok.

METODE PENELITIANPenelitian ini adalah penelitian kuan-

titatif dengan analitik korelasi dan meng-gunakan rancangan cross-sectional. Pene-litian dilakukan pada bulan Juni 2011 diSMP PGRI Kasihan Bantul. Populasi pene-litian adalah siswa kelas VII dan VIII yangteridentifikasi berperilaku merokok yangberjumlah 65 orang. Penentuan sampel se-cara Quota Sampling. Sampel ditentukandengan menggunakan tabel penentuan jum-lah sampel yang menggunakan tabel Krejcie,dengan tingkat kesalahan sebesar 5% (Sudi-yanto, 1998). Berdasarkan pedoman terse-but, sampel yang diperlukan dalam penelitianini berjumlah 56 orang. Kriteria inklusi pene-litian ini adalah siswa yang kooperatif, aktifmengikuti kegiatan belajar mengajar, dansiswa yang teridentifikasi berperilakumerokok.

Instrumen penelitian berupa kuesionerInstrumen Penilaian Stres Psikososial (IPSP)dan angket perilaku merokok. KuesionerIPSP berisi 35 butir keadaan yang berlakusebagai stresor dan 1 butir (butir ke 36) yangmasih kosong untuk tambahan apabila adaperistiwa lain yang belum disebutkan. Carapenilaian koesioner ini adalah denganmemberikan bobot 0 jika tidak terganggu, 1jika terganggu, serta 2 jika sangat tergangguoleh peristiwa tersebut. Untuk objektifitaspenilaian derajat beratnya stresor, makadiberikan bobot yang berbeda pada tiapperistiwa (Tabel 1). (Sudiyanto, 1998).

Penghitungan skor masing-masingbutir adalah dengan mengalikan bobot butir

Page 5: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

3Gani Apriningtyas B, dkk., Hubungan Antara Stres Psikososial...

dengan bobot perasaan responden terhadapperistiwa, kemudian taraf beratnya stresorditentukan dengan menjumlah semua butirperistiwa yang ada. Stres psikososial kemu-dian dikategorikan menjadi 0 tidak meng-alami stres, (1-8) mengalami sedikit stres,(9-16) stres ringan, (17-24) stres sedang,(25-33) stres berat, (34-40) stres sangat be-rat dan (>41) malapetaka (Asmara, 2004).Sedangkan perilaku merokok dikategorikanmenjadi perokok ringan bila menghisap 10batang rokok atau kurang per hari, perokoksedang bila menghisap antara 11 hingga 20batang rokok per hari, dan perokok beratbila menghisap lebih dari 20 batang rokokper hari.

Tabel 1. Butir dan Bobot Peristiwa Stre-sor Psikososial

Butir Bobot 1-5 1

6-10 2 11-15 3 16-20 4 21-30 5 31-35 6

Instrumen ini telah diuji dan dapat digu-nakan sebagai instrumen penelitian selan-jutnya. Nilai Cronbach-Alpha adalah0,9139 yang berarti instrumen (>0,6) inidinyatakan valid dan reliabel sehingga dapatdilakukan untuk pengambilan data (instru-men) pada penelitian ini (Sudiyanto, 1998).

Pengumpulan data dalam penelitian iniadalah dengan cara mengambil data langsungdari subjek penelitian. Dalam pengumpulandata ini, peneliti dibantu oleh seorang asis-ten. Data yang telah dikumpulkan ditabulasiterlebih dahulu, dikelompokkan, dan kemu-dian dianalisis dengan uji korelasi Spear-man-Rank.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik RespondenResponden dalam penelitian ini terdiri

dari 56 siswa perokok. Berdasarkan datakarakteristik responden diketahui bahwasebagian besar responden adalah laki-lakiyaitu sebesar 83,93% (Tabel 2). Hasil inisesuai dengan data WHO (2010), bahwaprevalensi merokok pada pria lebih tinggidibandingkan dengan wanita. Pria sebesar40%, sedangkan wanita (9%) dan jumlahpria yang merokok untuk persentase 80%mendekati satu juta orang.

Pada tabel 2 terlihat bahwa respondenyang berperilaku merokok sebagian besar(58,93%) berusia kurang dari atau samadengan 14 tahun. Sesuai dengan data surveipada anak sekolah yang berusia 13-15tahun di Jakarta yang menunjukkan bahwalebih dari 20% anak adalah perokok tetap.Alasannya karena remaja ingin mencoba halbaru maupun pengaruh dari teman sebaya(Astuti, Kustanti, & Hartini, 2009).

Tabel 2. Karakteristik Responden Ber-dasarkan Jenis Kelamin danUsia

Karakteristik Responden Jumlah Persentase

Jenis Kelamin Laki-laki 47 83,93 Perempuan 9 16,07 Total 56 100 Usia ≤14 tahun 33 58,93 >14 tahun 23 16,07 Total 56 100

Karakteristik responden berdasarkanpekerjaan ayah diperoleh bahwa 50% ayahresponden bekerja sebagai wiraswasta.

Page 6: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

4 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 1-9

Sedangkan berdasarkan pekerjaan ibu,diperoleh bahwa sebagian besar ibu res-ponden merupakan ibu rumah tangga yaitusebesar 58,93% (Tabel 3).

Tabel 3. Karakteristik Responden Ber-dasarkan Pekerjaan Ayah danIbu

Karakteristik Responden Jumlah Persentase

Pekerjaan Ayah Wiraswasta 28 50,0PNS/Polri/TNI 2 3,57Buruh Tani 18 32,14Lainnya 3 5,36Tidak Bekerja 5 8,93Total 56 100Pekerjaan Ibu Wiraswasta 13 23,21PNS/Polri/TNI 0 0Buruh Tani 8 14,29Lainnya 2 3,57Tidak Bekerja 33 58,93Total 56 100

Berdasarkan pendidikan ayah dan ibumenunjukkan bahwa keduanya sebagianbesar mempunyai pendidikan terakhir padajenjang SMA yaitu ayah sebesar 48,21%dan ibu sebesar 42,86% (tabel 4).

Status sosial ekonomi dapat dilihat an-tara lain dari tingkat pendidikan dan peker-jaan (Rohman, 2009). Dari data didapatkanbahwa sebagian besar responden memilikiorang tua dengan pekerjaan sebagai wira-swasta (pedagang kecil/pedagang asongan)dan buruh/tani dengan tingkat pendidikanterakhirnya adalah SMA. Dapat dikatakanbahwa sebagian besar responden berasaldari kalangan sosial ekonomi rendah. Data

Tabel 4. Karakteristik Responden Ber-dasarkan Pendidikan Ayah danPendidikan Ibu

Karakteristik Responden

Jumlah Persentase

Pendidikan Ayah SD 15 26,79 SMP 10 17,86 SMA 27 48,21 Akademi/Perguru-an Tinggi

4 7,14

Total 56 100 Pendidikan Ibu SD 15 26,79 SMP 15 26,79 SMA 24 42,86 Akademi/Perguru-an Tinggi

2 3,57

Total 56 100

World Health Organization (WHO) yangmenunjukkan bahwa persentase perokoklebih besar terjadi pada kelas sosial ekonomirendah (28% wanita dan 32% pria) diban-dingkan dengan yang terjadi pada kelassosial ekonomi tinggi (14% wanita dan 17%pria) (WHO, 2010).

Melihat data Tabel 4, berdasarkantingkat pendidikannya, diketahui bahwaorangtua responden, baik ayah maupun ibu,sebagian besar berpendidikan SMA. Hal inimempengaruhi tingkat pengetahuan orang-tua terhadap bahaya merokok. Pengetahuanindividu terhadap bahaya merokok mempe-ngaruhi perilaku merokok seseorang. Sema-kin rendah tingkat pengetahuannya terhadapbahaya rokok, maka akan semakin besarrisiko untuk melanjutkan perilaku mero-koknya (Ding dalam Putri, Dasuki, &Hasanbasri, 2005).

Page 7: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

5Gani Apriningtyas B, dkk., Hubungan Antara Stres Psikososial...

Gambaran Stres Psikososial Responden

Tabel 5. Tingkat Stres Psikososial Res-ponden di SMP PGRI KasihanBantul Tahun Ajaran 2010/2011 Kelas VII dan VIII

Stres Psikososial Jumlah Tidak Stres 6 Sedikit 19 Ringan 7 Sedang 3 Berat 9 Sangat Berat 9 Malapetaka 3

Total 56

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwasebagian besar responden berada pada ting-kat sedikit stres (33,93%). Sebagai pem-banding, hasil dari penelitian Kusuma danPrabandari (2007) yang menunjukkan bah-wa remaja berada pada tahap tidak stres.Perbedaan hasil yang ada dapat disebabkanoleh perbedaaan karakteristik responden,yang merupakan siswa yang mempunyai la-tar belakang tingkat perekonomian mene-ngah ke atas. Pada penelitian ini ditemukanstresor yang paling banyak dialami dandirasakan mengganggu responden adalahadanya keinginan yang belum terpenuhi,karena responden berada pada tingkatekonomi menengah ke bawah.

Gambaran Perilaku Merokok RespondenBerdasarkan tabel 6 diketahui bahwa

sebagian besar responden adalah perokokringan yaitu sebesar 92,86%. Hasil yangberbeda ditunjukkan dalam penelitian Sari,Ramdhani dan Eliza (2003) bahwa sebagianbesar responden 51,33% merokok antara11-22 batang.

Tabel 6. Klasifikasi Tingkat PerilakuMerokok Responden di SMPPGRI Kasihan Bantul TahunAjaran 2010/2011 Kelas VIIdan VIII

Klasifikasi Perilaku Merokok

Jumlah

Perokok Ringan (≤10) 52 Perokok Sedang (11-20) 4 Perokok Berat (>20) 0 Total 56

Perbedaan hasil penelitian tersebutdapat terjadi karena perbedaan usia respon-den, dimana responden pada penelitian Sari,Ramdhani dan Eliza (2003) berusia antara15 hingga 22 tahun. Sebagai pembanding,hasil yang sama ditunjukkan pada penelitianRadityasari (2010) yang mengungkapkanbahwa responden mengkonsumsi antara 1hingga 10 batang rokok setiap hari.

Pola Perilaku Merokok RespondenPola perilaku merokok responden me-

liputi usia pertama kali merokok, alasan per-tama kali merokok, alasan merokok saat ini,cara mendapatkan rokok, tempat biasa me-rokok, lingkungan yang merokok, sumberinformasi tentang rokok, informasi mengenaibahaya merokok, mengetahui bahaya merokokdan jumlah uang untuk merokok (tabel 7).

Penelitian ini menunjukkan bahwa se-banyak 37,50% responden menghisap ro-kok pertama kali saat berusia 12 tahun. Se-suai dengan penelitian lain bahwa subjekmerokok sejak usia 12-16 sebanyak 56%(Radityasari, 2010). Diketahui bahwa seba-gian besar responden menyatakan alasanpertama kali menghisap rokok karena ajak-an teman (36%) diikuti dengan menghilang-kan stres. Perkembangan penggunaan rokokdipengaruhi oleh beberapa hal yang

Page 8: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

6 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 1-9

kompleks seperti personal, sosial dan kebu-dayaan yang dapat bervariasi sepanjangwaktu dalam tiap tahap perkembangan yangdapat berdampak pada laki-laki dan pe-rempuan (WHO, 2010).

Sebagian besar responden merokokuntuk menghilangkan kejenuhan (33,80%)disertai alasan lain yaitu menghilangkan stres.Hasil penelitian ini didukung oleh beberapapenelitian, diantaranya adalah penelitianPrabandari (1994) bahwa alasan seorangremaja merokok antara lain adalah coba-coba, terlihat macho, ditawari oleh teman,mempererat persahabatan, tidak ketinggalanjaman, menyenangkan dan mengurangi stres.Komalasari dan Helmi (2000) mengung-kapkan bahwa remaja mempunyai suatupandangan bahwa rokok dapat membantumengurangi beban masalah, namun jikaremaja tidak menemukan pemecahan atasmasalah yang terjadi maka akan semakinmeningkatkan perilaku merokoknya.

Sebagian besar responden memper-oleh rokok atau membeli rokok dari penjualasongan atau warung kecil yaitu sebesar31%. Hal ini terkait dengan banyaknya wa-rung di sekitar lingkungan sekolah, sehinggaresponden dapat dengan leluasa membelirokok secara eceran. Beberapa penelitianmenunjukkan hasil yang serupa yaitu padapenelitian Radityasari (2010) di manasebagian besar subyek membeli rokok seca-ra ecer di warung pinggir jalan.

Data yang diperoleh menunjukkanbahwa responden paling banyak menghisaprokok di tempat umum (pinggir jalan, mall,warung/kafe/restoran dan angkutan umum)yaitu sebesar 53,33%. Hasil yang samaditunjukkan pada penelitian Astuti, Kustanti,dan Hartini (2009) bahwa sebanyak 37,5% remaja dengan persentase terbesar mero-kok di tempat umum, karena bebas daripengawasan guru dan orangtua, sehinggamerasa aman.

Tabel 7. Pola Perilaku Merokok Responden di SMP PGRI Kasihan, Bantul TahunAjaran 2010/2011

Pola Perilaku Merokok Kategori dengan Persentase Tertinggi Jumlah

Usia Pertama Kali Merokok Usia 12 tahun 21 Alasan Pertama Kali Merokok Ajakan teman 27 Alasan Merokok Saat Ini Menghilangkan jenuh 24 Cara Mendapatkan Rokok Penjual asongan 31 Tempat Biasa Merokok Tempat umum 32 Lingkungan yang Merokok a. Keluarga b. Teman Dekat c. Guru

Ayah >10 orang 1- 5 orang

36 24 30

Sumber Informasi Orangtua 22 Pernah Mendapat Informasi Mengenai Bahaya Rokok

Ya

48

Jumlah Uang yang Dihabiskan Untuk Merokok

<10 ribu 31a

Page 9: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

7Gani Apriningtyas B, dkk., Hubungan Antara Stres Psikososial...

Diketahui bahwa ayah merupakananggota keluarga dengan persentase ber-perilaku merokok terbesar dalam anggotakeluarga (43,93%). Sesuai dengan penelitianHarjanto, Purwanta dan Rahmat (2004)bahwa 91,7% orangtua remaja yang mero-kok juga merupakan perokok. Remajadengan orangtua yang merokok mempunyaikecenderungan 0,96 kali untuk merokok(Nurkania, dkk, 2007).

Responden mendapatkan informasitentang rokok sebagian besar dari orangtua(29,33%) dan televisi (26,67%). Ini menun-jukkan bahwa remaja mempunyai aksesyang tinggi terhadap media baik media cetakmaupun elektronik, karena media dapatdijadikan sebagai sumber informasi, hiburanmaupun sarana interaksi dengan teman(Nurkania, Hakimi & Prabandari, 2007).

Sebagian besar responden mengha-biskan kurang dari sepuluh ribu untukmembeli rokok (55,36%). Beberapa studimengindikasikan remaja yang banyak menghabiskan uang sakunya mempunyai tingkatyang tinggi dalam penggunaan rokok. Dibeberapa negara remaja lebih sensitifterhadap harga rokok, semakin tinggi hargarokok akan berpengaruh pada seberapauang yang diperlukan untuk merokok danmempunyai dampak substansial padapenggunaan rokok (WHO, 2010).

Hubungan Antara Stres Psikososialdengan Perilaku Merokok Responden

Hasil uji statistik menunjukkan nilaisignificancy (p) 0,021 (p<0,05), arah ko-relasi positif, nilai korelasi (r) Spearman-Rank sebesar 0,308. Hasil korelasi tersebutdapat diinterpretasikan bahwa terdapat hu-bungan bermakna antara stres psikososialdengan perilaku merokok pada remaja diSMP PGRI Kasihan Bantul. Arah korelasipositif menunjukkan hubungan yang searah,yang artinya semakin besar tingkat stres

psikososial semakin besar pula tingkatperilaku merokok yang dilakukan (jumlahrokok yang dihisap bertambah). Kekuatankorelasi antara kedua variabel dalam pene-litian ini lemah yang berarti bahwa remajamempunyai kecenderungan untuk merokoksaat stres.

Finkelstein dan Booker (dalam Roh-man, 2009) menjelaskan bahwa tingkat stresyang tinggi berakibat terhadap meningkatnyarisiko seseorang untuk merokok. Hal initerkait dengan harapan agar dapat teralihrasa tegang atau keadaan yang menye-babkan stres tersebut dengan merokok.Harjanto (2004) menjelaskan bahwa kea-daan stres yang termasuk dalam faktorkepribadian yaitu faktor yang berasal daridalam diri seseorang berpengaruh dalamperilaku/konsumsi terhadap rokok (Har-janto, dkk, 2004).

Pada penelitian ini meskipun terdapatkorelasi yang bermakna, namun kekuatannyalemah. Hal ini didukung oleh penelitianKoval, dkk, (2004) menyatakan bahwa me-rokok pada siswa tingkat SMP tidak selaluterkait dengan masalah stres yang dialami,namun hal ini berbeda pada tingkat SMAawal di mana stres sangat mempengaruhikeinginan remaja untuk merokok. Selain itujuga didukung oleh data-data penelitian lainbahwa alasan remaja merokok menun-jukkan persentase terbesar yaitu karenamenghilangkan kejenuhan.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanPada tingkat stres psikososial, seba-

gian besar responden berada pada tingkatsedikit stres. Pada tingkat perilaku mero-kok, sebagian besar responden berada padatingkat perokok ringan. Terdapat hubunganbermakna antara stres psikososial denganperilaku merokok pada remaja di SMP

Page 10: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

8 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 1-9

PGRI Kasihan, Bantul dengan arah positifnamun mempunyai kekuatan korelasi yanglemah.

SaranBagi SMP PGRI Kasihan, Bantul

diharapkan dapat lebih meningkatkanpendidikan kesehatan tentang perilakumerokok pada siswa-siswa terkait perilakumerokok siswa, agar menghentikan kebia-saan merokok sedini mungkin.

DAFTAR RUJUKANAstuti, F., Kustanti, A., & Hartini, S. 2009.

Gambaran Persepsi, Sikap, dan Pe-rilaku Merokok pada SiswaSekolah Menengah Pertama(SMP) di Urban Kabupaten Slem-an. Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogya-karta: Universitas Gadjah Mada.

Byrne, D. G., & Mazanov, L. 2003. Ado-lescent Stress and Future SmokingBehavior A Prospective Investi-gation. Journal of PsychosomaticResearch, 54: 313-321.

Dinas Kesehatan Provinsi Daerah IstimewaYogyakarta. 2010. Riset Kesehat-an Dasar Badan Penelitian danPengembangan Kesehatan Ke-menterian Kesehatan RepublikIndonesia. Jakarta: Dinas Kesehatan.

Dwiyathitami, Ni. M. 2011. Mengenal StresPada Anak, (Online), (http://www.balipost.co.id/mediadetail.php§module=detailberita&kid=24&id=48084§), diakses 15 Februari 2011.

Hidayati, N. 2011. Tiga dari 10 Pelajardi RI Merokok Sebelum Umur 10Tahun, (Online), (http://m.detik.com dari browser ponsel anda! detiknews.com), diakses 15 Februari2011.

Harjanto, T., Purwanta., & Rahmat, I. 2004.Faktor-faktor yang Mempenga-ruhi Perilaku Merokok di Ka-langan Pelajar SMU Negeri 1Kartasura Jawa Tengah. Skripsi.Tidak diterbitkan. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.

Komalasari, D., & Helmi, A. F. 2000.Faktor-faktor Penyebab Perila-ku Merokok pada Remaja, (On-line), (http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilakumerokok_avin.pdf.2000§), diakses 3 Juni 2011.

Koval, J. J., Linda, L. P., Stella, S. H., &Chan. 2004. Psychosocial VariablesIn A Cohort of Students In Grades8 and 11: A Comparison of Currentand Never Smokers. PreventiveMedicine, 39: 1017-1025.

Kusuma, M. T., & Prabandari, L. 2007.Hubungan Antara Status StresPsikososial dengan Status GiziSiswi SMP Stella Duce 1 Yogya-karta. Skripsi. Tidak diterbitkan.Yogyakarta: Universitas GadjahMada.

Nurkania, N., Hakimi, M., Prabandari, Y.S. 2007. Pengaruh PenerapanKawasan Tanpa Rokok di Seko-lah Terhadap Sikap dan PerilakuBerhenti Merokok di KalanganSiswa SMA di Kota Bogor. Tesis.Tidak diterbitkan. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.

Prabandari, Y. S. 1994. PendidikanKesehatan Melalui Seminar danDiskusi sebagai Alternatif Pe-nanggulangan Perilaku Merokokpada Remaja Pelajar SLTA diKodya Yogyakarta. Tesis. Tidakditerbitkan. Yogyakarta: UniversitasGadjah Mada.

Page 11: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

9Gani Apriningtyas B, dkk., Hubungan Antara Stres Psikososial...

Putri, I., Dasuki, D., Hasanbasri, M. 2005.Struktur Keluarga dan PerilakuMerokok pada Remaja AnalisiData sakerti 3 Tahun 2000. Tesis.Tidak diterbitkan. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.

Radityasari, A. 2010. Gambaran PerilakuMerokok Siswa SMA/Sederajat diKota Semarang Tahun 2010.Skripsi. Tidak Diterbitkan. Univer-sitas Diponegoro: Semarang,(Online), (http://eprints.undip.ac.id/17277/), diakses 3 Juni 2011.

Rohman, A. 2009. Hubungan AntaraTingkat Stres dan Status SosialEkonomi Orang Tua denganPerilaku Merokok Pada Remaja.Skripsi. Jurusan Bimbingan danKonseling dan Psikologi FakultasIlmu Pendidikan Universitas NegeriMalang, (Online), (http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/BK-Psikologi/article/view/2685),diakses 27 Februari 2011.

Sari, A. T. O., Ramdhani, N., & Eliza, M.2003. Empati dan Perilaku Mero-kok di Tempat Umum. Jurnal Psi-kologi, XXX (2): 81-90, (Online),(http://neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wpcontent/uploads/2008/02/

empatijurnal1.pdf. 2003), diakses 9April 2011.

Sadock, V. A., & Saddock, B. J. 2003.Kaplan & Sadock’s Synopsis ofPsychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 9th Edition.Lippincott Williams & Wilkins:Philadelphia.

Sudiyanto, A. 1998. Pengaruh PendidikanKesehatan Jiwa Keluarga Terha-dap Kekambuhan PenderitaGangguan Afektif Berat. Disertasi.Tidak diterbitkan. Yogyakarta:Universitas Gadjah Mada.

Tempo Interaktif. 2011. Perokok MudaMakin Menggila, (Online), (http://majalah.tempointeraktif.com/id/a r s i p / 2 0 0 8 / 0 1 / 2 8 / K S H /mbm.20080128.KSH126188.id.html),diakses 15 Februari 2011.

World Health Organization. 2010. Gender,Women, and the Tobacco Epi-demic: 3. Prevalence of TobaccoUse and Factors Inûuencing Ini-tiation and Maintenance AmongWomen (Online), (http://www.who.int/tobacco/ publications/gender/women_tob_epidemic/en/),diakses 15 Februari 2011.

.

Page 12: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

PENGARUH HOME VISIT TERHADAP KEMAMPUANPASIEN DAN KELUARGA DALAM MERAWAT ANGGOTA

KELUARGA YANG MENGALAMI GANGGUAN JIWA

Mamnu'ahSTIKES 'Aisyiyah YogyakartaEmail: [email protected]

Abstract: The purpose of this quasi-experiment study was to determinethe effect of home visit on the abilities of clients and their families intaking care of the family member with mental problem in Banaran village,Galur, Kulon Progo. The sample of this research were patients who hadmental problem and their families. The sampling technique used in thisresearch was a random sampling technique taken from 11 clients whowere given four home visits in a month. The data were analyzed usingpaired t-test. After the patients were given the home visit, the researchersmeasured the respondents' abilities. The result showed that there wasan effect of home visits on the client's ability (p=0.000) and there wasno effect of home visit on the family ability in taking care the patients(p=0.480).

Keywords: home visit, family and patients ability to care, mental problem

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis Pengaruh HomeVisit Terhadap Kemampuan Pasien dan Keluarga dalam MerawatAnggota Keluarga yang Mengalami Gangguan Jiwa Di Desa BanaranGalur Kulonprogo. Penelitian ini merupakan penelitian QuasiExperiment. Responden penelitian ini adalah pasien dan keluarga yangmempunyai anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Tekniksampel yang digunakan adalah acak pada sejumlah 11 responden yangdiberikan intervensi home visit sebanyak empat kali selama sebulan,kemudian diukur tingkat kemampuan pasien dan keluarga. Analisis datayang digunakan adalah Paired T Test. Diperoleh hasil adanya pengaruhhome visit terhadap kemampuan pasien (p=0,000) dan tidak ada pengaruhhome visit terhadap kemampuan keluarga (p=0,480).

Kata kunci: home visit, kemampuan keluarga dan pasien dalammerawat, gangguan jiwa

Page 13: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

11Mamnu’ah, Pengaruh Home Visit .....

PENDAHULUANMenurut Departemen Kesehatan RI

(2000) kesehatan jiwa merupakan suatukondisi yang memungkinkan perkembanganyang optimal baik secara fisik, intelektualdan emosi dari seseorang yang selaras de-ngan orang lain. Organisasi Kesehatan Du-nia (WHO) mendefinisikan kesehatan seba-gai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial,bukan semata-mata keadaan tanpa penyakitatau kelemahan. Definisi tersebut menekan-kan kesehatan sebagai suatu keadaan sejah-tera yang positif, bukan sekedar keadaantanpa penyakit. Orang yang memiliki kese-jahteraan emosional, fisik dan sosial dapatmemenuhi tanggung jawab kehidupan, ber-fungsi dengan afektif dalam kehidupan sehari-hari dan puas dengan hubungan interpersonaldan diri mereka sendiri (Videbeck, 2008).

Upaya kesehatan jiwa ditujukan untukmenjamin setiap orang dapat menikmatikehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dariketakutan, tekanan, dan gangguan lain yangdapat mengganggu kesehatan jiwa. Upayakesehatan jiwa sebagaimana dimaksudterdiri atas preventif, promotif, kuratif, reha-bilitatif pasien gangguan jiwa dan masalahpsikososial (Undang-Undang No. 36 Tahun2009 Tentang Kesehatan).

Kesehatan jiwa merupakan suatu ren-tang meliputi sehat jiwa, risiko dan gangguanjiwa. Setiap orang berisiko apakah akan se-hat jiwa, mengalami masalah psikososialmaupun gangguan jiwa. Hasil Riskesdas(2007) menunjukkan angka gangguan jiwaberat di Indonesia mencapai 0,46%, diDaerah Istimewa Yogyakarta mencapai0,38%. Angka ini masih di bawah angka na-sional akan tetapi beban akibat gangguanjiwa sangat berat apalagi bagi keluarga yangmerawat pasien dengan gangguan jiwa.

Adanya gangguan jiwa di keluargamempengaruhi fungsi keluarga. Keluargayang berfungsi dengan baik akan dapatmemberikan perawatan pada anggota

keluarganya dengan baik namun sebaliknyapada keluarga yang tidak menjalankan fungikeluarga dengan baik maka akan mempe-ngaruhi klien. Darwis (2007) mengatakanbanyak keluarga tidak membawa pulangklien karena malu, merasa terganggu, tidakmampu merawat dan sebagainya. Akibat-nya, kapasitas rumah sakit menjadi tidakmencukupi. Keluarga yang keberatan mene-rima kembali klien di lingkungan keluargaakan menambah beban klien akibatnya klientidak betah di keluarga dan merasa nyamandi rumah sakit. Penerimaan keluarga ini sa-ngat penting bagi kesembuhan klien karenaapabila klien sembuh akan mempengaruhifungsi keluarga.

Masalah lain yang dirasakan keluargadengan adanya gangguan jiwa di keluargadapat mempengaruhi kemampuan ekonomikeluarga dalam membayar biaya rumahsakit. Biaya yang harus dikeluarkan keluargacukup tinggi. Keluarga diharuskan mengun-jungi anggota keluarganya yang mengalamigangguan jiwa di rumah sakit secara rutin,padahal belum tentu jarak rumah sakitdengan tempat tinggal klien dekat sehinggamembutuhkan biaya untuk transportasi danakomodasi.

Berbagai macam cara dipilih keluargauntuk mencapai fungsi keluarga. Penelitianterkait pernah dilakukan oleh Seloilwe(2006) tentang pengalaman dan kebutuhankeluarga dengan gangguan jiwa di rumah diBotswana. Hasilnya bahwa merawat ang-gota keluarga dengan gangguan jiwa mem-buat keluarga bingung, sedih dan merupakanpenderitaan tiada habisnya. Pemberi pera-watan dituntut untuk melakukan koping seti-ap hari, menjadi tidak jujur dengan anggotakeluarga yang mengalami gangguan, mani-pulatif, akomodatif, menerima dan negosiasiterhadap situasi yang terjadi.

Besarnya dampak yang ditimbulkangangguan jiwa terhadap keluarga khususnyayang merawat perlu diantisipasi dengan cara

Page 14: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

12 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 10-18

salah satunya adalah melakukan berbagaimacam penelitian yang dibutuhkan untukmenentukan kebijakan pelaksanaan terapikeluarga yang dibutuhkan keluarga ketikamerawat anggota keluarganya yang menga-lami gangguan jiwa. Melalui penelitian ini,diharapkan home visit yang dilakukan olehperawat puskesmas akan membantu me-ningkatkan kemampuan keluarga dalammerawat anggota keluarga yang mengalamigangguan jiwa.

Berdasarkan wawancara dengan pera-wat penanggung jawab program jiwa diPuskesmas Galur II didapatkan data bahwajumlah pasien gangguan jiwa di Desa Ba-naran sebanyak 75 pasien, angka ini tertinggidibandingkan dua desa lainnya yaitu di DesaNomporejo 30 pasien dan di Desa Krang-gan sebanyak 34 pasien. Petugas juga men-jelaskan adanya 15 pasien yang tidak kontrollagi ke puskesmas padahal sebelumnya rutinkontrol, kondisi ini menggambarkan salah satuindikator kemampuan pasien dan ketidak-mampuan keluarga dalam merawat anggotakeluarga yang mengalami gangguan jiwa.

Berdasarkan latar belakang dan per-masalahan, maka dapat diasumsikan bahwahome visit mampu meningkatkan kemam-puan pasien dan keluarga dalam merawatanggota keluarga yang mengalami gangguanjiwa sehingga rumusan masalah dari peneli-tian ini adalah “Bagaimana pengaruh homevisit terhadap kemampuan pasien dan kelu-arga dalam merawat anggota keluarga yangmengalami gangguan jiwa?” Penelitian inibertujuan untuk menganalisis pengaruhhome visit terhadap kemampuan pasien dankeluarga dalam merawat anggota keluargayang mengalami gangguan jiwa.

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian

Quasi Experiment untuk menilai pengaruhhome visit terhadap kemampuan pasienkeluarga dalam merawat anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa. Penelitianini merupakan penelitian Pre-post Experi-ment dengan mengukur sebelum dan sesuahdiintervensi lalu diukur hasilnya (Noto-atmodjo, 2010). Populasi adalah keselu-ruhan objek penelitian atau objek yang diteliti(Arikunto, 2006). Populasi dalam penelitianini yaitu semua pasien dan keluarga yangmerawat anggota keluarga yang mengalamigangguan jiwa yang berjumlah 75 orang.Sampel adalah bagian populasi yang akanditeliti atau sebagian jumlah dari karakteristikyang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007).Sampelnya adalah pasien dan keluarga yangbertanggungjawab merawat pasien yangmengalami gangguan jiwa di rumahnya. Tek-nik sampel yang digunakan adalah randomsampling sebanyak 11 orang pasien dan ke-luarga yang akan dilakukan intervensi.Instrumen yang digunakan dalam penelitianini adalah lembar kuesioner dalam bentukpertanyaan tertutup dan ceklist. Instrumenyang digunakan untuk intervensi home visitmenggunakan standar prosedur operasionalyang telah disusun oleh peneliti.

Metode yang digunakan dalam pe-ngumpulan data adalah dengan memberikankuesioner dan ceklist untuk mendapatkandata kemampuan keluarga dalam merawat.Kemampuan pasien diukur menggunakanceklist. Home visit dilakukan empat kalipertemuan, pertemuan pertama membica-rakan tentang cara mengatasi gejala, perte-muan kedua cara memenuhi kebutuhanADL, pertemuan ketiga cara bersosialisasidan pertemuan keempat manajemen obat.Kegiatan ini dilakukan selama satu bulan,tiap pertemuan dilakukan selama 60 menit.Pengukuran kemampuan keluarga dilak-sanakan satu jam sebelum intervensi dansatu jam setelah dilakukan intervensi padapertemuan keempat. Dalam proses pengum-pulan data, peneliti dibantu oleh dua orangasisten. Data yang diperoleh dilakukan ujinormalitas data. Hasilnya diperoleh data

Page 15: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

13Mamnu’ah, Pengaruh Home Visit .....

terdistribusi normal sehingga dilakukan ujiparametrik menggunakan paired t Test(Sugiyono, 2010).

HASIL DAN PEMBAHASANDesa Banaran merupakan desa binaan

Puskesmas Galur II Kabupaten KulonProgo. Desa ini mempunyai angka gangguanjiwa lebih tinggi dibandingkan dua desa lain-nya. Pelayanan kesehatan jiwa sudah dila-kukan di puskesmas ini. Kunjungan ke rumahpasien dan keluarga dilakukan tetapi tidakterjadwal secara rutin dan materi kunjunganjuga tidak terstruktur. Karakteristik respon-den dapat dilihat pada tabel 1.

Karakteristik Responden BerdasarkanUmur, Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan

Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rataumur pasien adalah 39 tahun (95% CI:28,96-49,03), dengan standar deviasi 14,93tahun. Umur termuda responden adalah 22tahun dan umur tertua 78 tahun. Dari hasilestimasi interval dapat disimpulkan bahwa95% diyakini bahwa rata-rata umur

responden adalah diantara 28,96-49,03.Sedangkan umur keluarga yang merawatdidapatkan rata-rata 52 tahun (95% CI:44,38-59,80), dengan standar deviasi 11,47.Umur termuda 35 tahun dan umur tertua 72tahun. Dari hasil estimasi interval dapatdisimpulkan bahwa 95% diyakini bahwarata-rata umur responden adalah diantara44,38-59,80.

Karakteristik Responden BerdasarkanJenis Kelamin

Tabel 2 menunjukkan bahwa respon-den pasien paling banyak perempuansebanyak 6 (54,5%) sedangkan respondenkeluarga paling banyak laki-laki sebanyak54,5%.

Karakteristik Responden BerdasarkanTingkat Pendidikan

Tabel 3 menunjukkan bahwa pendi-dikan responden pasien paling banyak SMAsebanyak 5 (45,5%) sedangkan respondenkeluarga paling banyak SD dan SMAsebanyak 4 (36,4%).

Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Variabel Mean SD Minimal-Maksimal 95% CI

Umur Pasien 39 14,93 22-78 28,96-49,03

Umur Keluarga 52 11,47 35-72 44,38-59,80

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Pasien Keluarga

Frekuensi % Frekuensi % Laki-laki 5 45,5 6 54,5 Perempuan 6 54,5 5 45,5 Jumlah 11 100 11 100

Page 16: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

14 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 10-18

Karakteristik Responden BerdasarkanJenis Pekerjaan

Tabel 4 menunjukkan bahwa respondenpasien sebagian besar tidak bekerja sebanyak6 (54,5%) sedangkan responden keluargasebagian besar bekerja swasta sebanyak 4(36,5%).

Karakteristik Responden BerdasarkanHubungan Keluarga

Tabel 5 menunjukkan hubungankeluarga dengan pasien, sebagian besarsebagai orang tua, ada 4 orang (36,3%).

Analisis BivariatHasil uji statistik pengaruh home visit

terhadap kemampuan pasien dan keluargadalam merawat anggota keluarga yangmengalami gangguan jiwa diuji menggunakanT Test Paired Test dan didapatkan hasilseperti pada tabel 6.

Pada tabel 6 tersebut ditunjukkanbahwa rata-rata kemampuan pasien sebe-lum dilakukan home visit adalah 43,63dengan standar deviasi 7,80. Setelah dila-kukan home visit didapatkan rata-rata51,63 dengan standar deviasi 7,01. Terlihatnilai mean perbedaan sebelum dan sesudah

Pendidikan Pasien Keluarga Frekuensi % Frekuensi %

Tidak sekolah 1 9,1 0 0 SD 2 18,2 4 36,4 SMP 3 27,2 3 27,2 SMA 5 45,5 4 36,4 Jumlah 11 100 11 100

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Jenis Kelamin Pasien Keluarga Frekuensi % Frekuensi %

Tidak bekerja 6 54,5 0 0 IRT 3 27,2 3 27,2 Buruh 0 0 3 27,2 Swasta 1 9,1 4 36,5 Tani 0 0 1 9,1 Pensiunan 1 9,1 0 0 Jumlah 11 100 11 100

Pekerjaan

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Res-ponden Berdasarkan Hu-bungan dengan Pasien

Hubungan Frekuensi PersentaseKakak/adik 3 27,3 Anak 1 9,1 Orang tua 4 36,3Suami 2 18,2Tante 1 9,1

Jumlah 11 100

Page 17: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

15Mamnu’ah, Pengaruh Home Visit .....

intervensi adalah 8 dengan standar deviasi4,242. Hasil uji statistik didapatkan nilai0,000 maka dapat disimpulkan adaperbedaan yang signifikan antara sebelumdan sesudah dilakukan home visit.

Kemampuan KeluargaKemampuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang mengalami gangguanjiwa dapat dilihat pada tabel 7.

Pada tabel 7 menunjukkan bahwarata-rata kemampuan keluarga sebelum dila-kukan home visit adalah 11,18 denganstandar deviasi 6,20. Setelah dilakukanhome visit didapatkan rata-rata 12,09 de-ngan standar deviasi 3,36. Terlihat nilai meanperbedaan sebelum dan sesudah intervensiadalah 0,909 dengan standar deviasi 4,109.Hasil uji statistik didapatkan nilai 0,480 ma-ka dapat disimpulkan tidak ada perbedaanyang signifikan antara sebelum dan sesudahdilakukan home visit.

Kemampuan pasien sebelum dilaku-kan home visit pada skor 43,63 dan me-ningkat menjadi 51,63 setelah dilakukan

home visit, terjadi kenaikan sebanyak 8poin. Hal ini menunjukkan bahwa home visityang dilakukan tenaga puskesmas selakupenanggung jawab program kesehatan jiwadi masyarakat memberikan dampak positifuntuk meningkatkan kemampuan pasien. Halini sesuai dengan teorinya Keliat (2012)bahwa adanya perawat Community Men-tal Health Nursing (CMHN) di puskesmasmempunyai tugas salah satunya adalahmelakukan kunjungan kepada pasien akanmampu meningkatkan kemampuan pasiendalam memenuhi kebutuhan sehari-hariseperti mandi, berdandan, interaksi sosialdan berobat secara teratur.

Kemampuan pasien mengalami pe-ningkatan hal ini didukung oleh pendidikanpasien yang sebagian besar SMA sehinggamemudahkan dalam memberikan pendi-dikan kesehatan. Notoatmodjo (2003)memberikan gambaran bahwa kemampuanmeliputi kognitif, afektif dan psikomotor.Dalam home visit ini diberikan ketiga haltersebut kepada pasien. Kemampuan meng-atasi gejala gangguan jiwa yang dialami,

Tabel 6. Distribusi Rata-Rata Skor Kemampuan Pasien Sebelum dan SesudahDilakukan Home Visit

Tabel 7. Distribusi Rata-Rata Skor Kemampuan Keluarga Sebelum dan SesudahDilakukan Home Visit

Variabel Mean SD SE P Value N Kemampuan Sebelum 43,63 7,80 2,35 0, 000 11 Sesudah 51,63 7,01 2,11

Variabel Mean SD SE P Value N Kemampuan Sebelum 11,18 6,20 1,87 0,480 11 Sesudah 12,09 3,36 1,01

Page 18: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

16 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 10-18

interaksi sosial, kepatuhan minum obat danpenggunaan fasilitas kesehatan yang diberi-kan pemerintah. Usia pasien yang rata-rataberusia 39 tahun memudahkan transferkemampuan. Umur menjadi salah satupendukung terjadinya peningkatan kemam-puan pasien dalam menerima materi yangdiberikan.

Home visit yang dilakukan perawatpuskesmas kepada pasien merupakanbagian dari peran, fungsi dan tugas perawat.Apalagi jika dilakukan secara teratur danterstruktur seperti dalam penelitian ini.Dalam pembentukan Desa Siaga Sehat Jiwa(DSSJ), peran perawat jiwa sebagai ma-najer pelayanan kesehatan jiwa di komunitasdapat memberi kewenangan membentukkader-kader kesehatan jiwa yang bertugassebagai kepanjangan tangan perawatpuskesmas (Keliat, 2010). Tugas home visitbisa berkoordinasi dengan para kaderkesehatan jiwa sehingga pasien senantiasamerasa diperhatikan oleh petugas.

Kemampuan keluarga sebelum dilaku-kan home visit rata-rata 11,18 dan mening-kat menjadi 12,09, terjadi peningkatansebanyak 0,909. Peningkatan ini sangatsedikit. Hasil uji statistik memperlihatkantidak ada pengaruh home visit terhadapkemampuan keluarga. Hal ini berkaitan de-ngan beban yang dirasakan keluarga denganadanya anggota keluarga yang mengalamigangguan jiwa merupakan hal sangat beratdan banyak sumber stresor di keluarga yangmempengaruhi keberfungsian keluarga.Menurut Torrey (1988 dalam Arif, 2006)bahwa adanya klien gangguan jiwa dalamkeluarga merupakan stresor yang sangatberat yang harus ditanggung keluarga.Keluarga sebagai matriks relasi maka seluruhanggotanya terhubung satu sama lain akanterkena dampak yang besar. Keseimbangankeluarga sebagai suatu sistem mendapatkantantangan yang besar.

Penelitian terkait pernah dilakukan olehSeloilwe (2006) tentang pengalaman dankebutuhan keluarga dengan gangguan jiwadi rumah di Botswana. Hasilnya bahwamerawat anggota keluarga dengan gangguanjiwa membuat keluarga bingung, sedih danmerupakan penderitaan tiada habisnya.Pemberi perawatan dituntut untuk melaku-kan koping setiap hari, menjadi tidak jujurdengan anggota keluarga yang mengalamigangguan, manipulatif, akomodatif, mene-rima dan negosiasi terhadap situasi yangterjadi. Kondisi inilah yang dialami keluargadalam penelitian ini. Keluarga mengatakansangat berat mempunyai anggota keluargayang mengalami gangguan jiwa.

Adanya sikap positif akan memudah-kan keluarga melakukan perawatan. Psiko-motor atau kemampuan praktek merujukpada pergerakan muskuler yang merupakanhasil dari koordinasi pengetahuan danmenunjukkan penguasaan terhadap suatutugas atau ketrampilan (Craven, 2006).Kemampuan psikomotor akan ditunjukkankeluarga dalam keseharian ketika merawatpasien. Aspek tersebut penting dalam pera-watan pasien.

Pada penelitian ini tidak semua kelu-arga mempunyai sikap positif, ada yangmengatakan sama saja begitu-begitu terus.Ini merupakan tantangan besar bagi perawatCMHN untuk membuat metode baru yangmampu membangun sikap positif keluargadalam memberikan perawatan kepadaanggota keluarga yang mengalami gangguanjiwa. Menurut Stuart dan Laraia (2005) jugamenjelaskan bahwa keyakinan positif terha-dap suatu pengobatan akan mempercepatkesembuhan pasien. Untuk itulah diperlukansikap positif keluarga dalam melakukanperawatan kepada pasien.

Tidak adanya pengaruh home visitterhadap kemampuan keluarga juga didu-kung usia keluarga yang merawat pasien

Page 19: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

17Mamnu’ah, Pengaruh Home Visit .....

rata-rata berusia 52 tahun. Sehingga ke-mampuan menangkap informasi dan ke-mauan untuk meningkatkan kemampuanpasien kurang mendukung. Sehingga dibu-tuhkan peran serta masyarakat melalui kaderkesehatan jiwa untuk membantu mendam-pingi keluarga dalam memberikan pera-watan pada pasien gangguan jiwa. Adanyakader kesehatan jiwa sangat membantukeluarga memonitor dan mengevaluasi per-kembangan kemampuan pasien sekaligusmelaporkan segera ke perawat jiwa puskes-mas apabila terjadi kekambuhan pasiengangguan jiwa (Keliat, 2010).

Beard dan Gillespie, (2001 dalam For-tinash dan Worret, 2004) mengemukakanbahwa tidak semua keluarga cukup kuatuntuk mengatasi tuntutan anggota keluargayang mengalami gangguan jiwa. Anggotakeluarga mungkin akan mengalami kesulitanuntuk membicarakan masalah yang merekatemukan selama merawat anggota keluargayang mengalami gangguan jiwa. Adanya ra-hasia dalam keluarga tentang anggota kelu-arga yang mengalami gangguan adalah halyang umum sehingga tidak mudah men-dapatkan informasi dari pemberi perawatankeluarga maupun anggota keluarga lainnya.

Pada beberapa kasus, keluarga jugamengalami disfungsi dan tidak mampumemberi support yang penting bagi klien.Kadang-kadang anggota keluarga tidakmampu berperan atau menyelesaikan tugas-nya dengan berbagai alasan. Ketidakmam-puan sering terjadi selama waktu stres dantransisi terutama jika keluarga mengalamikecaman/ejekan.

Pada penelitian ini juga tidak semuakeluarga terbuka menerima kunjungan daripetugas kesehatan. Ada hal-hal yang tidak bisamereka ceritakan secara terbuka danmenganggap sebagai aib keluarga yang tidakperlu diceritakan. Padahal kondisi ini akanmenambah beban keluarga selama merawatpasien. Home visit dengan memberikan

psikoedukasi bagi keluarga diharapkanmampu mengatasi permasalahan keluarga.Sesuai teori Stuart (2009) bahwa psiko-edukasi keluarga, triangle therapy mampumemberikan solusi bagi keluarga dalammemberikan perawatan pasien gangguan jiwa.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanBerdasarkan pembahasan dapat di-

simpulkan bahwa kemampuan pasiensebelum dilakukan home visit rata-rata43,63 dan meningkat menjadi 51,63 setelahdilakukan home visit. Kemampuan kelu-arga sebelum dilakukan home visit rata-rata11,18 dan meningkat menjadi12,09 setelahdilakukan home visit. Ada pengaruh homevisit terhadap kemampuan pasien dalammelakukan kegiatan sehari-hari di DesaBanaran dan tidak ada pengaruh home visitterhadap kemampuan keluarga dalammerawat anggota keluarga yang mengalamigangguan jiwa di Desa Banaran.

SaranDiharapkan kepala desa Banaran be-

kerjasama dengan Puskesmas Galur IImemberikan dukungan dengan melakukanpendampingan secara terstrukur kepadakeluarga dan pasien untuk meningkatkankemampuannya dalam melakukan kegiatansehari-hari. Diharapkan penanggung jawabprogram keperawatan jiwa di PuskesmasGalur II melakukan home visit secara terja-dual untuk pasien dan keluarga yang meng-alami gangguan jiwa. Bagi pasien diharapkandapat menerapkan pengetahuan dan kete-rampilan yang diberikan saat home visitdalam kehidupan sehari-hari. Peneliti selan-jutnya diharapkan melakukan penelitianmenggunakan metode lain yang dilakukansaat home visit untuk meningkatkankemampuan keluarga dan dilakukan dalamjumlah sampel yang lebih besar.

Page 20: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

18 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 10-18

DAFTAR RUJUKANArif, I. S. 2006. Skizofrenia Memahami

Dinamika Keluarga Pasien. Ce-takan Pertama. PT Refina Aditama:Bandung.

Arikunto, S. 2006. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praktek. EdisiVI. Rineka Cipta: Jakarta.

Craven, R.F. & Hirnle, C.J. 2006.Fundamental of Nursing HumanHealth and Function. Fifth edition.Williams & Wilkins: Lippincott.

Darwis, Y. 2007. 50 Persen Orang GilaTerlantar di RSJ, (Online), (http://www.banjarmasin post.co.id/content/view/4131/297/), diakses31 Januari 2008.

Departemen Kesehatan RI. 2008. RisetKesehatan Dasar (Riskesdas)2007. Laporan Nasional 2007.Jakarta: Badan Penelitian dan Pe-ngembangan Kesehatan Depar-temen Kesehatan RI.

Fortinash & Worret. 2004. PsychiatricMental Health Nursing. (3rdedition). Mosby: St. Louis.

Hidayat, A. A. A. 2007. Riset Kepe-rawatan dan Teknik PenulisanIlmiah. Salemba Medika: Jakarta.

Keliat, B.A. & Akemat. 2012. ModelPraktik Keperawatan Profe-sional Jiwa. EGC: Jakarta.

Keliat, B.A. 2010. Manajemen Kepe-rawatan Jiwa Komunitas DesaSiaga (CMHN IntermediateCourse). EGC: Jakarta.

Notoatmojo, S. 2003. Pendidikan danPerilaku Kesehatan. Rineka Cipta:Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Pene-litian Kesehatan. (Edisi Revisi).Rineka Cipta: Jakarta.

Republik Indonesia. 2009. Undang - UndangRepublik Indonesia No. 36 Tahun2009 Tentang Kesehatan. Jakarta:Kementrian Hukum dan HAM.

Seloilwe, E.S. 2006. Experineces andDemands of Families with MentallyIll People at Home in Botswana,Journal of Nursing Scholarship,38(3): 262-268.

Stuart, G. W. 2009. Principles andPractice of Psychiatric Nursing.(9th edition). Mosby Elsevier:Canada.

Stuart, G.W. & Laraia, M.T. 2005. Prin-ciples and Practice of PsychiatricNursing. (7th edition). Mosby: StLouis.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Pene-litian. Cetakan ke-16. Alfabeta:Bandung.

Videbeck, S. L. 2008. Buku Ajar Kepe-rawatan Jiwa. EGC: Jakarta.

Page 21: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

PENERAPAN BUDAYA KESELAMATAN PASIENSEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEJADIAN

TIDAK DIINGINKAN (KTD)

Ag. Sri Oktri HastutiAkper Panti Rapih YogyakartaE-mail: [email protected]

Abstract: This research aims at giving an overview on the patient safetybehavior application to prevent unwanted circumstances in Panti RapihHospital Yogyakarta. The approach used in this research was a cross-sectional approach. The population was the employee of Panti RapihYogyakarta Hospital. The number of the respondents was 373 respondentsselected by using simple random sampling. The result showed that thehighest positive response of the patient safety behavior was thedevelopment of organization learning aspect (81.67%). Meanwhile, thenumber of incident reports (21.09%) needed more attention from themanagement. In conclusion, this research on patient safety behaviorwas not optimally achieved.

Keywords: adverse event, patient safety behavior, incident report

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran penerapanbudaya Keselamatan Pasien (KP) untuk mencegah Kejadian TidakDiinginkan (KTD) di RS Panti Rapih Yogyakarta. Pendekatan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan cross-sectional.Populasi adalah karyawan RS Panti Rapih Yogyakarta. Respondensejumlah 373 dipilih dengan metode simple random sampling. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa budaya KP yang memiliki respon positiftertinggi adalah aspek pengembangan belajar organisasi (81,67%),sedangkan yang paling membutuhkan perhatian manajemen adalahbanyaknya pelaporan insiden (21,09%). Kesimpulan dari penelitian iniadalah budaya KP untuk pembelajaran belum tercapai secara optimal.

Kata kunci: kejadian tidak diinginkan (KTD), budaya keselamatanpasien, pelaporan insiden

Page 22: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

20 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 19-28

PENDAHULUANKeselamatan Pasien/KP (Patient

Safety) merupakan isu global dan meru-pakan komponen penting dari mutu pela-yanan kesehatan serta sebagai komponenkritis dalam manajemen mutu RS (WHO,2005). Fokus terhadap Keselamatan Pasienini didorong oleh masih tingginya angkaKejadian Tidak Diharapkan (KTD)/Ad-verse Event (AE) di rumah sakit. Data me-nunjukkan bahwa angka kejadian KTD yangterjadi di berbagai negara diperkirakansekitar 3–16% (WHO, 2005) dan hampir50% diantaranya adalah kejadian yang dapatdicegah (Cahyono, 2008, Yahya, 2011).

KTD selain berdampak pada pening-katan biaya pelayanan kesehatan dapat pulamembawa rumah sakit ke area blaming.Kondisi tersebut dapat menimbulkan konflikantara dokter/petugas kesehatan lain denganpasien, dan tidak jarang yang berakhirdengan tuntutan hukum yang sangat merugi-kan rumah sakit (Depkes RI, 2006). DataKTD di Indonesia masih sulit diperolehsecara lengkap dan akurat, tetapi dapatdiasumsikan bahwa angka kejadiannyatidaklah kecil (PERSI-KKP-RS, 2011).

Reason (1998) berpendapat bahwasistem pelaporan yang mengutamakanpembelajaran dari kesalahan ke perbaikansistem pelayanan merupakan dasar daribudaya keselamatan. Upaya menciptakanbudaya keselamatan merupakan langkahpertama sebagaimana tercantum dalamkonsep “Tujuh Langkah Menuju Kesela-matan Pasien Rumah Sakit” di Indonesia.Hambatan terbesar dalam memperbaikipelayanan kesehatan yang lebih aman adalahbudaya organisasi kesehatan (Cooper,2008). Budaya organisasi merupakan sistemnilai-nilai, keyakinan dan kebiasaan bersamadalam organisasi yang berinteraksi denganstruktur formal untuk menghasilkan normaperilaku (Cahyono, 2008).

Beberapa contoh upaya membangunbudaya KP adalah JCAHO (Joint Com-mission on Acreditaton of Healthcare Or-ganization) di Amerika, sejak tahun 2007telah menetapkan penilaian tahunan terhadapbudaya keselamatan sebagai target KP,sedangkan NPSA (National Patient SafetyAgency) di Inggris mencantumkan budayakeselamatan pasien sebagai langkah pertamadari Seven Step to Patient safety.

Instrumen untuk survei budaya kesela-matan pasien yang dirancang untuk seluruhpekerja di RS adalah HSOPSC (HospitalSurvey on Patient Safey Culture) yang di-lakukan oleh Soora dan Nieva (2004), ter-diri atas 12 dimensi budaya keselamatan dan2 dimensi outcome. Pengukuran budayaKP di RS penting dilakukan untuk menilaibagaimana sikap, persepsi, kompetensi indi-vidu dan perilaku orang/kelompok menen-tukan komitmen dalam meminimalkaninsiden di rumah sakit.

Rumah Sakit Panti Rapih (RSPR) ada-lah rumah sakit swasta tipe B yang beradadi wilayah Yogyakarta, dalam menyeleng-garakan pelayanan kesehatan menem-patkan pasien menjadi fokus utama. Ge-rakan keselamatan pasien telah dimulai padatahun 2006 dengan dibentuknya Tim Kese-lamatan Pasien RS. Dengan 370 kapasitastempat tidur dan tingginya kompleksitaspelayanan kesehatan yang ada sangatdimungkinkan terjadinya cedera/insiden yangmerugikan pasien dan rumah sakit.

Berdasarkan uraian tersebut, penelitianini difokuskan pada permasalahan budayakerja, yaitu sejauh mana budaya kerja dapatmembentuk budaya keselamatan (yangtercermin dalam 12 dimensi keselamatanpasien) dalam melakukan tugas profesinyamasing-masing. Penelitian ini bertujuan untukmemperoleh data tentang penerapan budayakeselamatan pasien untuk mencegah KTDdan untuk mendapatkan gambaran tentang

Page 23: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

21Ag. Sri Oktri Hastuti, Penerapan Budaya Keselamatan Pasien...

karakteristik responden, gambaran budayakeselamatan, gambaran persepsi karyawantentang level budaya keselamatan serta gam-baran persepsi responden terhadap angkapelaporan insiden.

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian

deskriptif dengan pendekatan cross sectio-nal. Populasi adalah seluruh karyawandalam berbagai profesi yang bekerja diseluruh unit RSPR sejumlah 1.200 orang.Jenis sampel dalam penelitian ini adalahprobability sampling. Teknik pengambilansampel dalam penelitian ini adalah simplerandom sampling, sejumlah 35% dari totalpopulasi yaitu 420 karyawan.

Menurut AHRQ bila menghendakirespon rate (angka formulir dijawab leng-kap) lebih dari 60% (>60), maka dibu-tuhkan formulir survei 30-50% dari jumlahtotal responden. Dari 420 kuesioner yangdisebarkan, yang kembali dan memenuhikriteria untuk dilakukan tabulasi sejumlah373 kuesioner.

Pengumpulan data dilakukan daritanggal 1 Juni sampai dengan 6 Agustus2012 dengan menggunakan instrumen Hos-

pital Survey on Patient Safety Culture(Survei Budaya Keselamatan Pasien RumahSakit) yang disusun oleh AHRQ (AmericanHospital Research and Quality). Instrumenini dirancang untuk mengukur opini karyawanrumah sakit terhadap isu keselamatan pa-sien, medical errors, dan pelaporan insidenyang terdiri atas 42 item pertanyaan dalam12 dimensi keselamatan pasien yang sudahteruji validitas dan reliabilitasnya serta sudahdigunakan di beberapa negara untuk meng-ukur tingkat budaya keselamatan pasien dirumah sakit.

Karena keterbatasan, penulis tidakmelakukan uji validitas dan uji reliabilitas ulangsebelum digunakan. Data yang diperolehdiolah dengan program SPSS versi 15,dianalisis dengan menghitung frekuensi responsetiap item setelah data dikelompokkan dalam12 dimensi keselamatan dan analisis univariatdalam bentuk distribusi frekuensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden BerdasarkanProfesi di Rumah Sakit

Data tabel 1 menunjukkan bahwasebagian besar responden berprofesi seba-

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Profesi/Jabatan di RS PantiRapih Yogyakarta tahun 2012

No. Jabatan Frekuensi Persentase

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Dokter Asisten Apoteker Teknisi Perawat Ahli Gizi Analis Lab Radiografer Apoteker Administrasi Sanitarian Satpam Lain-lain (cleaning service, asisten perawat, )

716 3

179 2

12 5 3

57 3 4

80

1, 88 4, 29 0, 80

47, 99 0, 54 3, 22 1, 34 0, 80

15, 28 0, 80 1, 07

21, 45

Jumlah 373 100,00

Page 24: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

22 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 19-28

gai perawat (47,99%), tenaga administrasisebesar 15,28%, analisis laboratorium se-banyak 3,22%, radiografer 1,34%, satpamsejumlah 1,07% dan apoteker sejumlah0,8%. Melihat data tersebut dapat diketahuibahwa profesi perawat merupakan jenisprofesi yang terbanyak jika dibandingkandengan jenis profesi lain. Menurut Yahya(2011) semua profesi yang bekerja di suaturumah sakit memiliki risiko untuk melakukansuatu kesalahan (error).

Perawat bekerja dan bersama pasienselama 24 jam, sekitar 60% dari keterampilanyang ada di rumah sakit adalah keterampilankeperawatan. Untuk mengantisipasi terjadinyaKTD, seluruh perawat bekerja denganmengunakan SOP (standar operasional pro-sedur) yang ada di rumah sakit.

Karakteristik Responden BerdasarkanUnit Kerja

Seluruh karyawan yang berkarya diRS Panti Rapih terbagi dalam 44 unit kerja(Tabel 2). Responden yang paling besaradalah yang berkarya di unit rawat inap yaitusebanyak 32,97%. Karyawan yang bekerjadi seluruh unit di RS Panti Rapih berisikountuk terjadi kesalahan/KTD. Untuk itulah

semua profesi di seluruh unit harusmemahami tentang budaya keselamatanpasien, bekerja sesuai SOP yang ada danmengupayakan keselamatan pasien sebagaifokus dalam pelayanan di unit kerjanyamasing-masing. Hal ini sesuai denganpendapat Cahyono (2008) yang menyatakanbahwa KTD dapat terjadi dimana-mana dankapan saja di seluruh unit pelayanan dirumah sakit yang sangat kompleks danberagam.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Res-ponden Berdasarkan LamaBekerja di RS Panti RapihYogyakarta tahun 2012

Lama Bekerja di RSPR

Frekuensi Persentase

Kurang dari 1 tahun 1 – 5 tahun 6 – 10 tahun 11 – 15 tahun 16 – 20 tahun 21 tahun atau lebih

30 88 38 63 78 74

8, 09 23, 72 10, 24 16, 98 21, 02 19, 95

Dari hasil pengumpulan data diketahuibahwa sebagian besar responden (23,72%)berada pada rentang 1-5 tahun bekerja di

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Unit Kerja di RS PantiRapih Yogyakarta tahun 2012

No. Unit Kerja Frekuensi Persentase

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11

Rawat Inap Rawat Jalan Farmasi Fisiotherapi IGD dan Ruang Operasi Laboratorium Non Medis (LHK, keu, tenik, RM) Maternal PGPM (gizi) Pelayanan Medis Lain-lain

123 46 19 3 19 40 61 15 18 5 24

32, 97 12, 33 5, 09 0, 80 5, 09

10, 72 16, 35 4, 04 4, 83 1, 34 6, 44

Jumlah 373 100, 00

Page 25: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

23Ag. Sri Oktri Hastuti, Penerapan Budaya Keselamatan Pasien...

rumah sakit, sedangkan yang bekerjaselama kurang dari 1 tahun merupakanjumlah yang terkecil, yaitu 8,09%. Robbins(2003) berpendapat bahwa ada hubunganpositif antara senioritas dengan produktivitaskerja. Jika dikaitkan dengan sistem jenjangkarier profesi perawat yang disusun olehDepkes RI (2006) rentang pengalamankerja antara 1–5 tahun di rumah sakit setaradengan tingkatan perawat antara perawatklinik I (novice) dan perawat klinik II(advance beginners). Kondisi ini kurangaman dan perlu diwaspadai oleh pihakmanajemen karena perawat dengan masakerja tersebut rata-rata berusia sekitar 21–25 tahun yang merupakan usia rentan untukmencari pengalaman baru atau pun usia(menjelang pernikahan) sehingga memung-kinkan untuk pindah bekerja karena meng-ikuti suami ataupun alasan lain.

Budaya Keselamatan Dalam 12Dimensi Keselamatan

Dari hasil pengumpulan data (Tabel 4)dapat diketahui area budaya keselamatanyang mempunyai respon positif tinggi

(>75%) dan area budaya yang mem-butuhkan pengembangan (respon positif<50%).

Area kekuatan budaya keselamatanpasien yang mempunyai respon kekuatantinggi adalah aspek pengembangan budayabelajar berkelanjutan (81,67%), aspekkerja tim antar unit dengan respon positifsebesar 79,30% dan aspek dukunganmanajemen terhadap keselamatan pasien(respon positif 75,68%). Dari survei inidapat diketahui area budaya keselamatanyang masih membutuhkan pengembanganyaitu aspek banyaknya pelaporan insidendengan respon positif sebesar 21,09%,aspek ketenagaan/SDM (Sumber DayaManusia) memiliki respon positif sebesar43,12%, aspek respon tanpa hukumandengan respon positif sebesar 41,81%.

Budaya organisasi berunsurkan nilai-nilai atau keyakinan (core value) yangberfungsi sebagai perekat organisasi, yangdijadikan dasar dalam membentuk perilakusetiap individu dalam organisasi dalamrangka mencapai visi organisasi. Nilai-nilaiyang dimaksud diantaranya adalah

Tabel 4. Gambaran Budaya Keselamatan dalam 12 Dimensi Keselamatan di RSPanti Rapih Yogyakarta 2012

No. Aspek Budaya KP Persentase Respon Positif

1 Belajar berkelanjutan organisasi 81, 67 2 Kerja tim dalam unit kerja 79, 30 3 Upaya atasan dalam meningkatkan KP 61, 18 4 Dukungan manajemen terhadap KP 75, 68 5 Persepsi keseluruhan mengenai KP 61,01 6 Komunikasi dan Umpan balik mengenai KP 57, 40 7 Keterbukaan komunikasi 53, 36 8 Banyaknya pelaporan insiden 21, 09 9 Kerja tim antar unit 64, 83

10 Sumber daya manusia 43, 12 11 Pergantian shift dan transfer pasien antar unit 63, 48 12 Respon tanpa hukuman untuk kesalahan 41, 81

Page 26: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

24 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 19-28

melaporkan dan membahas kesalahan/KTDtanpa bersikap menyalahkan, bekerjasecara teamwork dan memandang suatukesalahan dalam kerangka sistem. Jikadikaitkan dengan teori Reiling (2006) dalamSetyawati (2010), budaya keselamatanterdiri atas informed culture, reportingcultur, just culture dan learning culture.

Informed CultureKeselamatan pasien telah diinfor-

masikan ke seluruh karyawan. Di RS PantiRapih telah dibentuk tim keselamatan pasienrumah sakit dan telah dideklarasikan sejakbulan Desember 2010. Sampai saat ini timkeselamatan pasien ini tetap eksis dan ber-hasil mengadakan berbagai macam kegiatandan pelatihan-pelatihan baik internal maupuneksternal dalam upaya menurunkan KTD.Dukungan manajemen dirasakan baik olehseluruh karyawan yang ditunjukkan denganhasil pengumpulan data pada aspek du-kungan manajemen terhadap keselamatanpasien mendapatkan respon positif sebesar75,68%.

Data lain yang terkait dengan aspekbudaya dalam kerja tim dalam unit jugamenunjukkan respon positif yang cukup tinggiyaitu mencapai 79,30%. Hal ini meng-gambarkan bahwa semangat bekerja samadan saling mendukung untuk terlaksananyaprogram keselamatan pasien telah terbangundengan baik. Kondisi ini terjadi karena budayakerja yang selama ini terbentuk di RS PantiRapih sudah baik. Melihat kesadaran seluruhkaryawan dan dukungan manajemen yangbaik, menumbuhkan harapan bahwa programkeselamatan pasien yang dicanangkan akanberjalan dengan baik sehingga mampumeminimalkan adanya KTD.

Reporting CultureNPSA (The National Patient Safety

Agency) menempatkan pelaporan sebagaisatu dari tujuh langkah keselamatan pasien,

pelaporan dianggap sebagai bagian yangsangat penting dalam upaya membangunkeselamatan pasien. Dengan berjalannyaproses pelaporan yang baik (non punitif/tidak menghukum, tepat waktu, dianalisisoleh ahli dan berorientasi pada sistem),hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai pem-belajaran dan berguna untuk menentukanprioritas pemecahan masalah, serta untukmonitoring dan evaluasi keberhasilan dalampenerapan program.

Menurut Cahyono (2008) budayayang dapat menghambat program kesela-matan pasien diantaranya adalah ketakutanterhadap hukuman, cara memandang suatukesalahan/KTD dimana penyebab KTDdipandang sebagai kesalahan personal danbukan sistem, respon terhadap kesalahan/KTD dimana masih terdapat naming (men-cari siapa yang salah), blaming (menya-lahkan) dan mencari “kambing hitam” padasaat terjadi kesalahan, serta menutupikejadian KTD, sistem pelaporan yang tidakpraktis dan pelaporan yang berujung sanksi.Hasil sebuah penelitian yang dilakukan olehTucker dalam Cahyono (2008), para pera-wat cenderung melakukan penyesuaian diridengan lingkungan yang tidak aman dannyaman daripada harus membicarakanataupun melaporkan suatu kesalahan yangmengakibatkan cedera.

Keterbukaan komunikasi yang dira-sakan oleh karyawan masih perlu mendapatperhatian. Hal ini dibuktikan dengan peni-laian aspek komunikasi dan umpan balikmengenai insiden keselamatan mendapatkanpenilaian respon positif sebesar 57,40%.Pelaporan insiden mendapatkan responpositif yang paling rendah, yaitu sebesar21,09%. Keadaan ini membuktikan bahwamanfaat pelaporan insiden belum sepe-nuhnya dipahami oleh karyawan, sehinggamereka belum terbiasa melaporkan kejadiankesalahan di unitnya masing-masing.

Page 27: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

25Ag. Sri Oktri Hastuti, Penerapan Budaya Keselamatan Pasien...

Menurut Hopskin (2002) budaya pela-poran sangat tergantung pada cara organisasimengatasi blaming dan penegakkan disiplin,sedangkan menurut Arjaty Daud (2011)masalah yang sering muncul dalam pelaporaninsiden diantaranya adalah bahwa laporanmasih dipersepsikan sebagai “pekerjaantambahan” perawat dan laporan seringdisembunyikan/under report karena takutdisalahkan, terlambat dalam pelaporan danlaporan miskin data karena ada blame culture.

Data lain terkait dengan budaya kese-lamatan khususnya aspek Sumber DayaManusia (SDM)/ketenagaan, masih men-dapatkan respon positif sebesar 43,12%.Hal ini menunjukkan bahwa karyawanmerasa bekerja dengan beban kerja yangtinggi sehingga mudah lelah dan masihenggan untuk melaporkan jika melakukankesalahan. Beban kerja yang terlalu tinggidapat sebagai penyebab kegagalan aktif(active failure) yang ikut berkontribusiterhadap terjadinya insiden di rumah sakit(NPSA, 2004). Ilyas (2011) menyatakanbahwa SDM merupakan kunci yang sangatpenting untuk kemajuan dan keberhasilanorganisasi, maka kualitas dan kuantitasSDM rumah sakit harus direncanakandengan baik. Jika kekurangan ketenagaanini tidak segera diatasi maka kemungkinanKTD akan mudah terjadi.

Just CultureHerkutanto (2009) menyampaikan

bahwa keselamatan pasien sebenarnya tidakterletak dalam diri seseorang, alat/depar-temen secara individual, tetapi muncul dariinteraksi komponen-komponen sebuahsistem dan berada dalam konteks pelayananyang berkualitas.

Penilaian responden terhadap respontanpa hukuman untuk kesalahan menda-patkan penilaian respon positif sebesar41,81%. Dengan demikian dapat dipahami

bahwa sebagian karyawan merasakanbahwa kesalahan yang mereka lakukandigunakan untuk menyalahkan mereka, danbila melaporkan suatu insiden yang utamadibicarakan adalah pelakunya bukan masa-lahnnya, selain itu karyawan masih merasakhawatir bahwa kesalahan yang merekabuat akan dicatat dalam penilaian kinerjamereka. Keterbukaan komunikasi menda-patkan respon positif sebesar 53,36%. Halini menunjukkan bahwa karyawan belummerasa bebas membicarakan tentang segalasesuatu yang berdampak negatif pada pa-sien dan belum merasa bebas menanyakanhal tersebut kepada atasan.

Learning CultureHasil pengumpulan data memperoleh

gambaran bahwa aspek belajar berkelan-jutan pada organisasi mendapatkan responpositif paling tinggi, yaitu 81,67%. Kondisiini menunjukkan bahwa seluruh karyawanmemiliki semangat belajar yang tinggi danmudah menyerap informasi baru. MenurutYahya (2006) bahwa nafas dari PatientSafety adalah belajar (learning) dari KTDyang terjadi pada masa lalu dan untukselanjutnya akan disusun langkah-langkahagar kejadian serupa tidak akan terulangkembali.

Jika pelaporan insiden belum menjadibudaya di seluruh unit, maka prosespembelajaran belum berjalan dengan baikkarena budaya pembelajaran dalam kesela-matan pasien dimulai dari proses pelaporaninsiden dan selanjutnya dianalisis sampaidengan ditemukannya akar masalah yangdapat digunakan sebagai dasar untukmemperbaiki sistem kerja yang bergunadalam menurunkan statistik KTD.

Budaya pelaporan insiden yangdilaporkan dalam satu tahun terakhir inimenurut persepsi responden (tabel 5) adalahsebagian besar (46,92%) menyatakan tidak

Page 28: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

26 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 19-28

ada pelaporan, sebesar 27,05% menyata-kan terdapat 1-2 pelaporan, dan hanya6,17% responden yang menyatakan mela-porkan 21 atau lebih kejadian. Dari datatersebut diketahui bahwa sebagian karya-wan telah memahami bahwa penting untukmelaporkan insiden kepada tim keselamatanpasien jika terjadi KTD di unit kerjanya,namun sebagian responden belum mela-porkan adanya insiden.

Salah satu program utama dalam pene-rapan keselamatan pasien rumah sakit ada-lah pelaporan insiden keselamatan pasien.Melalui sistem pelaporan dan investigasiyang baik dapat diungkap jenis kesalahan,jenis cedera, kegagalan petugas, kondisilingkungan yang memudahkan terjadinyakesalahan. Data yang diperoleh melalui sis-tem pelaporan dapat dianalisis dan diguna-kan untuk membuat rekomendasi untukmemperbaiki sistem yang ada.

Dari tabel 6 dapat diketahui bahwapersepsi responden tentang pentingnyakeselamatan pasien di seluruh unit RSPR sudahtumbuh baik. Hal ini ditunjukkan denganpenilaian (persepsi) tingkat budayakeselamatan oleh sejumlah 216 responden(57,91%) menyatakan baik, dan sejumlah 107responden (28,69%) menyatakan bisaditerima, dan hanya 1 responden (0,27%) yang

menyatakan buruk. Data tersebut memberikangambaran bahwa program keselamatan pasiensudah diterima dengan baik oleh sebagianbesar karyawan, dan telah terlibat aktif dalampelaksanaan program keselamatan pasien yangdilakukan oleh tim keselamatan pasien rumahsakit. Perlu ditekankan juga bahwa persepsibaik belum cukup karena masih sebataskognitif dan belum menunjukkan perilaku yangsesungguhnya.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanBudaya keselamatan yang ada di RS

Panti Rapih dilihat dari 12 dimensi kesela-matan adalah area kekuatan yang memiliki

Tabel 5. Gambaran Persepsi Responden terhadap Angka Pelaporan InsidenKeselamatan Pasien di RS Panti Rapih Yogyakarta tahun 2012

Tabel 6. Gambaran Persepsi Respon-den tentang Tingkat BudayaKP di RS Panti Rapih Yogya-karta 2012

Aspek Frekuensi Persentase Sempurna 26 6, 97 Baik 216 57, 91 Bisa diterima 107 28, 69 Sedang 23 6, 17 Buruk 1 0, 27 Jumlah 373 100, 00

Banyaknya Pelaporan IKP dalam 12 Bulan Terakhir Frekuensi Persentase

Tidak ada laporan 175 46, 92 1—2 laporan 101 27, 05 3—5 laporan 38 10, 19 6—10 laporan 22 5, 90 11—20 laporan 14 3, 75 21/lebih laporan 23 6, 17 Jumlah 373 100

Page 29: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

27Ag. Sri Oktri Hastuti, Penerapan Budaya Keselamatan Pasien...

respon positif paling tinggi adalah aspekpengembangan belajar organisasi (81,67%),sedangkan area budaya keselamatan yangmasih membutuhkan perhatian dari mana-jemen secara khusus dan membutuhkanperhatian pengembangan adalah banyaknyapelaporan insiden yaitu 21,09%.

Gambaran mengenai persepsi res-ponden penelitian terhadap angka pelaporaninsiden adalah sebesar 46,92% respondenmenyatakan tidak ada pelaporan di unitnya,sedangkan persepsi responden terkaitdengan tingkat budaya keselamatan pasienadalah sebesar 216 responden (57,91%)menyatakan baik, sejumlah 107 responden(28,69%) menyatakan bisa diterima, danhanya 1 responden (0,27%) yang menya-takan buruk.

SaranSaran kepada manajer/pimpinan

supaya dapat menciptakan budaya mela-porkan KTD dengan cara melakukan so-sialisasi secara terus menerus tentang pen-tingnya melaporkan insiden keselamatanpasien kepada tim KP-RSPR misalnyadengan menyelenggarakan pelatihan khusustentang pelaporan insiden, mengidentifikasipenyebab rendahnya pelaporan insiden, jikadimungkinkan bisa memberikan hadiah/reward bagi karyawan yang melaporkaninsiden, sedangkan untuk menciptakanketerbukaan berkomunikasi baik antar stafataupun dengan pihak manajemen perludihidupkan kembali kegiatan informal sepertirekreasi bersama ataupun arisan.

DAFTAR RUJUKAN

Busroni, Wahid. 2007. Analisis PenentuanTarif Rawat Inap: Studi Kasus diRumah Sakit Umum DaerahKabupaten Sleman. Tesis. Diter-bitkan. Yogyakarta: MM-UGM.

Cahyono, Suharjo, J.B. 2008. Membangun

Budaya Keselamatan Pasiendalam Praktik Kedokteran,cetakan ke-5. Kanisius: Yogyakarta.

Daud, Arjaty. 2011. Keselamatan Pasiendan Manajemen Risiko Klinis.Materi Workshop: Komite Kese-lamatan Pasien Rumah Sakit.

Depkes RI. 2006. Panduan Nasional Ke-selamatan Pasien Rumah Sakit.Jakarta.

Herkutanto. 2009. Profil Komite Medis danFaktor-faktor yang MempengaruhiKinerjanya dalam Menjamin Kese-lamatan Pasien. Jurnal ManajemenPelayanan Kesehatan, 12 (1).

Hopskin A, 2002, Safety Culture, Min-fulness and Safe Behavior: Con-verging Idea. The AustralianNational Universiy.

Ilyas, Y. 2011. Perencanaan SDM RumahSakit, Teori, Metoda dan Formu-la. FKM-UI: Jakarta.

Joann Soora, Veronica Nieva, Ph.D. 2004.Hospital Survey on Patient SafetyCulture. AHRQ Publication, 04-0041.

Joint Commission International. 2011.Standar Akreditasi Rumah Sakit.Edisi ke-4. PT Gramedia: Jakarta.

PERSI-KKP-RS. 2011. Kumpulan Ma-teri Workshop Keselamatan Pasi-en dan Manajemen Risiko Klinis:Jakarta.

Raleigh, V.S., Cooper, J., Bremmer, S.a.,at.all. 2008. Patient Safety Indi-cators for England from HospitalAdministrative Data: Case-controlAnalysis and Comparison with USData. British Medical Journal, 337(a1702).

Reason, James. 1998. Achiving A SafeCulture: Theory And Practice. Work& Stress, 12 (3).

Page 30: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

28 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 19-28

Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Orga-nisasi. Edisi ke-10. PT IndexKelompok Gramedia: Jakarta.

Yahya, Adib. 2006. Konsep dan Program“Patient Safety”. Makalah disam-paikan dalam Proceedings of Na-tional Convention VI of The Hospi-tal Quality Hotel Permata Bidakara,Bandung.

__________. 2011. Kumpulan MateriWorkshop Keselamatan Pasien &Manajemen Risiko Klinis di RSPanti Rapih. Yogyakarta.

Page 31: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

EFEKTIVITAS METODE PERAWATAN LUKA MOISTUREBALANCE TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PADA

PASIEN ULKUS DIABETIKUM

Salia Marvinia, WidaryatiSTIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

Email: [email protected]

Abstract: The objective of this study is to investigate the effectivenessof moisture balance wound care method in healing diabetic ulcers atWound Care Clinic, Faculty of Health Sciences, UMM. This study is apre-experimental research with prospective approach. The instrumentused in this research was observation sheet. The population in this studywas 40 people. The sample was taken by using accidental samplingtechnique which obtained 12 respondents. The effectiveness of moisturebalance wound care method obtained mean of 28.4 before wound caretreatment and 19.3 after the treatment. Data analysis using paired samplet-test showed that there was significant differences between pre- andpost-treatment with the moisture balance wound care method in patientswith diabetic ulcers (t=16.722, > t critic=2.201). It is recommended toset the moisture balance wound care method as the standardized methodin wound care of diabetic ulcers. UMM’s Faculty of Health Sciencescan develop the related treatment toward other types of wound.

Keywords: wound care, moisture balance, diabetic ulcers

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitasperawatan luka moisture balance terhadap penyembuhan luka ulkusdiabetikum di klinik spesialis perawatan luka FIKES UMM. Penelitian iniadalah penelitian pra eksperimen dengan pendekatan prospektif. Instrumenpenelitian menggunakan lembar observasi. Populasi dalam penelitian ini 40orang dengan menggunakan teknik accidental sampling didapatkan sampel12 orang. Penilaian efektivitas perawatan luka didapatkan kondisi lukasebelum dilakukan perawatan luka moisture balance jumlah rerata 28,4dan setelah dilakukan perawatan luka moisture balance didapatkan jumlahrerata 19,3. Hasil analisis dengan Paired Sampel T-test menunjukkan adaperbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perawatan lukadengan metode moisture balance pada pasien ulkus diabetikumnilai (t=16,722, > t kritik=2,201). Perawatan luka moisture balance dijadikanstandar perawatan luka khususnya ulkus diabetikum, dan Klinik FIKESUMM dapat mengembangkan ilmu terkait perawatan luka pada penangananluka lainnya.

Kata kunci: perawatan luka, moisture balance, ulkus diabetikum

Page 32: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

30 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 29-36

PENDAHULUANJumlah penderita diabetes mellitus di

Indonesia dari tahun ke tahun mengalamipeningkatan. Hal ini berkaitan dengan jumlahpopulasi yang meningkat dan sebagai dampakpembangunan, pola penyakit mengalamipergeseran yang cukup meyakinkan. Peru-bahan pola penyakit ini diduga ada hubung-annya dengan cara hidup yang berubah,contohnya adalah pola makan. Perubahantersebut terlihat banyaknya konsumsi kompo-sisi makanan yang terlalu banyak mengandungkarbohidrat, protein, lemak, gula, garam dansedikit serat. Hal inilah yang berisiko terjadinyabeberapa penyakit, diantaranya adalah diabe-tes mellitus (Suyono, 2006).

Diabetes mellitus adalah penyakit me-tabolik yang kebanyakan herediter, dengantanda-tanda hiperglikemia dan glukosuriadisertai dengan atau tidak adanya gejalaklinik akut maupun kronik, sebagai akibatdari kurangnya insulin efektif di dalam tubuh,gangguan primer terletak pada metabolismekarbohidrat yang biasanya disertai jugagangguan metabolisme lemak dan protein(Tjokropawiro, 2007).

Organisasi kesehatan dunia (WHO)memperkirakan jumlah pasien diabetesmellitus akan meningkat hingga melebihi 300juta pada tahun 2025. Indonesia merupakannegara dengan penderita penyakit diabetesmellitus cukup tinggi. Saat ini menempatiurutan keempat dengan jumlah penderitaterbesar di dunia setelah India, Cina danAmerika Serikat. Dengan prevalensi 8,6%dari total penduduk, pada tahun 1995terdapat 4,5 juta pengidap diabetes mellitusdan pada tahun 2025 diperkirakan mening-kat menjadi 12,4 juta penderita.

Di wilayah Jawa Tengah penderita dia-betes mellitus mencapai 40% dari jumlahpenduduk 120 ribu jiwa. Komplikasi laindiabetes mellitus adalah kerentanan terhadapinfeksi, tuberculosis paru dan infeksi padakaki, yang kemudian dapat berkembang

menjadi ulkus diabetikum. Ulkus diabetikumadalah luka pada kaki yang merah kehi-taman yang berbau busuk akibat sumbatanyang terjadi di pembuluh darah sedang ataubesar di tungkai. Ulkus diabetikum merupa-kan salah satu komplikasi kronik diabetesmellitus yang paling ditakuti oleh setiappenderita diabetes mellitus (Tjokropawiro,2007).

Dibandingkan non diabetes, penderitadiabetes mellitus lebih sering mengalamiulkus diabetikum, diperkirakan 17 kali lebihsering. Dampak ulkus diabetikum yang lamapenyembuhannya terhadap kelangsungankualitas hidup individu selain membutuhkanbiaya yang cukup banyak dan waktu yangtidak sebentar, berdampak juga padapsikologis pasien. Semakin lama prosespenyembuhan pasien merasa semakin maludengan penyakit yang tidak kunjungsembuh.

Penanganan luka pada pasien ulkusdiabetikum tidak boleh dianggap remeh,namun hingga kini penanganan luka masihdilakukan dengan cara lama. Penangananluka dengan cara lama biasanya disebutsebagai manajemen luka metode konven-sional. Pada luka ringan perawatan dilaku-kan dengan cara membersihkan luka danmengoleskan obat luka yang dikenal denganobat merah atau betadhine. Sementarapada luka berat, langkah yang diambilhampir sama.

Banyak yang tidak memikirkan apakahluka tersebut perlu dibalut atau tidak. Ber-dasarkan data yang didapatkan di BalaiPengobatan dan Konsultasi Dinas Kese-hatan Kabupaten Magelang terdapat 45%warga dengan usia 45-70 tahun menderitadiabetes mellitus dan terdapat 20% dari totaljumlah penduduk 25 ribu warga yangmempunyai diabetes mellitus dan berisikomuncul ulkus diabetikum. Di dunia yangsudah berkembang saat ini, perawatan lukatelah mengalami perkembangan yang sangat

Page 33: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

31Salia Marvinia dan Widaryati, Efektivitas Metode Perawatan Luka ...

pesat terutama dalam dua dekade terakhir.Di samping itu, isu terkini yang berkait denganperawatan luka ini berkaitan dengan perubahanprofil pasien, dimana pasien dengan kondisipenyakit degeneratif dan kelainan metaboliksemakin banyak ditemukan. Kondisi tersebutbiasanya sering menyertai kekomplekan suatuluka dimana perawatan yang tepat diperlukanagar proses penyembuhan bisa tercapai denganoptimal.

Beberapa hal yang perlu diperhatikandalam perawatan ulkus diabetikum yaitupengaturan makan yang baik denganmengurangi makanan yang mengandung gula,mengkonsumsi makanan dengan kadarprotein tinggi misalnya daging tanpa lemak,telur, ikan, sayur hijau dan harus menjauhimakanan dengan kandungan tinggi karbo-hidrat serta melakukan latihan fisik secarateratur (Nurhasan, 2002).

Metode konvensional atau metodeyang sering diterapkan sejak dahulu telahdikembangkan untuk membantu penyem-buhan luka, seperti dengan menjahit luka,menggunakan antiseptik dosis tinggi, danpembalutan dengan menggunakan bahanyang menyerap. Namun ketika diteliti lebihlanjut, ternyata cara tersebut sama sekalitidak membantu penyembuhan luka bahkanberisiko memperburuk kondisi luka.

Antiseptik seperti hydrogen peroxide,povidone iodine dan acetic acid selaludigunakan untuk menangani luka padametode konvensional. Walaupun alasanpenggunaan antiseptik pada luka bertujuanuntuk menjaga luka tersebut agar menjadisteril, masalah utama yang justru timbuladalah antiseptik tersebut tidak hanyamembunuh kuman-kuman yang ada, namunjuga membunuh leukosit yaitu sel darah yangdapat membunuh bakteri pathogen danjaringan fibroblast yang membentuk jaringankulit baru. Hal ini dapat menyebabkangangguan pada proses penyembuhan luka.“Allah SWT telah menurunkan penyakit

dan penawarnya dan Dia telah menen-tukan setiap penawar untuk setiap pe-nyakit. Jadi rawatlah dirimu sendiri de-ngan menggunakan obat-obatan sekuat-mu, tetapi jangan menggunakan sesuatuyang jelas-jelas dilarang.” (HR. AbuDawud dari Abu Al Darda).

Perkembangan perawatan luka(wound care) berkembang dengan sangatpesat di dunia kesehatan. Metode pera-watan luka yang berkembang saat ini adalahperawatan luka dengan menggunakanprinsip moisture balance. Perawatan lukatersebut dikenal sebagai metode moisturebalance dan memakai alat ganti balut yanglebih modern. Turner dan Hartman (2002)menyatakan bahwa perawatan luka dengankonsep lembab yang dilakukan secarakontinyu akan mempercepat penguranganluka dan mempercepat proses pembentukanjaringan granulasi dan reepitelisasi.

Menurut Ovington (2002) bahwapenggunaan kasa baik dengan cara keringatau dilembabkan memiliki beberapakekurangan yaitu dapat menyebabkan rasatidak nyaman saat penggantian balutan,menunda proses penyembuhan terutamaepitelisasi, meningkatkan risiko infeksi dankurang efektif serta efisien dalam hal peng-gunaan waktu dan tenaga.

Hasil riset Winter (1962) menyatakankelembaban pada lingkungan luka akanmempercepat proses penyembuhan luka.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuitingkat efektivitas perawatan luka moisturebalance terhadap penyembuhan luka padapasien ulkus diabetikum di Klinik SpesialisPerawatan Luka FIKES UMM.

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian pre-

experiment (pra-eksperimen) dengan onegroup pretest-postest design. Populasidalam penelitian ini berjumlah 40 orangdengan menggunakan teknik accidental

Page 34: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

32 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 29-36

sampling didapatkan sampel 12 orang.Pengambilan data menggunakan lembarobservasi baku yang digunakan untuk meng-observasi kondisi luka di Klinik PerawatanLuka FIKES UMM berdasarkan pedomandari Certified Wound Care Clinician(CWCC) yang terdiri dari 10 item obser-vasi. Sepuluh item tersebut adalah luas luka,kedalaman, tepi luka, goa, tipe eksudat,jumlah eksudat, warna kulit sekitar luka,jaringan yang edema, jaringan granulasi, danepitelisasi.

Penilaian dilakukan sebelum diberikanperawatan moisture balance dan setelahdilakukan perawatan moisture balanceselama tujuh hari. Setiap item mempunyaiskala penilaian 1–5 yang bersifat unfa-vorable (negatif) sehingga semakin tingginilai setiap item, maka semakin burukkondisi luka diabetikum. Data respondendisajikan berupa skor luka, sehingga skaladata berupa skala interval.

Perawatan luka yang diberikan berupaperawatan luka moisture balance. Caranyadengan membersihkan luka dengan airhangat kemudian dibersihkan dengan sabun,setelah dibersihkan menciptakan dasar lukadengan cara debridement atau pengambilanjaringan mati (nekrosis) dan slough kemu-dian dilakukan penilaian terhadap luka.Perawatan luka pada pasien ulkus dia-betikum dilakukan selama tujuh hari dansetiap pasien dengan ulkus diabetikummendapatkan perlakuan perawatan lukadengan moisture balance tiga kali pera-watan dalam tujuh hari.

Analisis data dilakukan denganmenggunakan statistic parametric karenadata berupa skala interval. Sebelum diana-lisis, dilakukan uji normalitas. Setelah datadinyatakan terdistribusi normal, datakemudian dianalisis menggunakan PairedSample t-Test.

HASIL DAN PEMBAHASANData yang diambil pada bulan Januari

2013, diperoleh 12 orang sebagai respon-den penelitian. Responden dalam penelitianini adalah pasien dengan ulkus diabetikumyang melakukan pemeriksaan di klinikperawatan luka FIKES UMM. Jumlahsampel dalam penelitian ini adalah 12 orangdengan karakteristik responden berda-sarkan umur, jenis kelamin, personalhygiene dan status nutrisi (tabel 1).

Tabel 1 menunjukkan bahwa respon-den dalam penelitian ini sebagian besarberusia 45-54 tahun sebanyak 5 orang(41,7%) dan hanya 1 responden yang ber-usia lebih dari 74 tahun (8,3%). Berdasarkanjenis kelamin, jumlah responden laki-lakisebanyak 8 orang (66,7%). Berdasarkanstatus nutrisi, responden dalam penelitian inimemiliki status nutrisi yang baik dan sedangmasing-masing sebanyak 6 orang (masing-masing 50%) dengan tingkat personalhygiene baik sebanyak 7 orang (58,3%).

Tabel 1. Karakteristik RespondenPenelitian

Karakteristik Frekuensi (F)

Persentase (%)

Umur 45 - 54 th 55 – 64 th 65 – 74 th > 74 th Jumlah

5 4 2 1

12

41,7 33,3 16,7 8,3

100,0 Jenis Kelamin

Laki – laki Perempuan Jumlah

8 4

12

66,7 33,3

100,0 Status Nutrisi

Baik Sedang Buruk Jumlah

6 6 0

12

50,0 50,0 00,0

100,0 Personal Hygiene Baik Sedang Buruk Jumlah

7 5 0

12

58,3 41,7 00,0

100,0

Page 35: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

33Salia Marvinia dan Widaryati, Efektivitas Metode Perawatan Luka ...

babkan penurunan sirkulasi migrasi sel darahputih pada luka dan fagositosis terlambatdapat menganggu proses penyembuhan.Faktor nutrisi misalnya menghambat responimun dan opsonisasi bakteri.

Defisiensi asam askorbat merupakanpenyebab gangguan penyembuhan luka yangpaling sering. Asam askorbat merupakansuatu kofaktor dalam hidroksilasi prolinmenjadi asam aminohidroksi prolin padasintesis kolagen dalam penambahan molekuloksigen. Jaringan parut lama, memilikiaktifitas kolagenase yang lebih tinggi daripada kulit normal. Zat besi merupakan unsuryang penting untuk penyembuhan luka. Zatbesi juga diperlukan untuk berlangsungnyahidroksilase residu prolin. Kalsium dan mag-nesium dibutuhkan untuk aktivasi kolage-nase dan sintesis protein secara umum.Faktor esensial lain untuk penyembuhan lukaadalah suplai oksigen yang adekuat. Keba-nyakan penyembuhan luka yang kronikdapat diatasi secara efektif dengan mening-katkan oksigenasi jaringan.

Berdasarkan data yang peneliti dapat-kan bahwa dari 10 item mengalami

Penilaian kondisi luka ulkus diabetikumsebelum dan setelah dilakukan perawatanmoisture balance yang didapatkan daripenjumlahan 10 item penilaian pada lembarobservasi dengan hasil ditampilkan padatabel 2. Hasil penelitian didapatkan kondisiluka ulkus diabetikum sebelum dilakukanperawatan luka dengan metode moisturebalance memiliki nilai rerata 28,4 (kriteriakondisi luka sedang) dan setelah dilakukanperawatan moisture balance nilai reratamenjadi 19,3 (kriteria kondisi luka ringan).

Gejala yang menyertai timbulnya ulkusdiabetikum adalah kemerahan yang makinmeluas, rasa nyeri makin meningkat, panasbadan dan adanya nanah yang makinbanyak serta adanya bau yang makin tajam(Gitarja, 2000).

Berdasarkan tabel 2 terdapat satupasien dengan kondisi luka sedang. Faktoryang menghambat penyembuhan luka padapasien ulkus diabetikum yaitu status nutrisiyang tidak adekuat dan pasien berumur >65 atau tua juga mengalami penurunanrespon inflamatari yang memperlambatproses penyembuhan. Usia tua menye-

Responden Pre test Kategori Post test Kategori 1 32 Sedang 22 Baik 2 29 Sedang 19 Baik 3 36 Sedang 25 Sedang 4 5 6 7 8 9

10 11 12

19 28 27 31 30 32 30 22 25

Baik Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

Baik Sedang

14 17 18 22 20 22 19 15 18

Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik

Rerata 28,4 Rerata 19,3 Baik

Tabel 2. Data Kondisi Luka Sebelum dan Setelah Dilakukan Perawatan MoistureBalance

Page 36: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

34 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 29-36

keterlambatan dalam item pertama yaitu luasluka, karena untuk menciptakan luas lukadapat berkurang secara signifikan penelitimembutuhkan waktu yang cukup lama. Epi-telisasi dan granulasi dapat berkembangdengan sempurna apabila didukung denganjumlah eksudat dan goa pada luka berku-rang. Mayoritas responden memiliki ke-mampuan respon tubuh yang sama, didu-kung juga dengan kadar gula yang terkontrolmaka kecepatan kesembuhan cepat.

Luka dikatakan mengalami prosespenyembuhan jika mengalami fase responinflamasi akut terhadap cedera, fase destruktif,fase proliferatif dan fase maturasi (Morison,2004). Kemudian disertai dengan berkurangnyaluasnya luka, jumlah eksudate berkurang,jaringan luka semakin membaik, sedangkan lukasedang bisa dikategorikan dalam kondisi lukayang tidak mengalami infeksi.

Sebelum analisis data dilakukan, sudahdilakukan uji normalitas data dan hasilpretest-posttest berdistribusi normal sehing-ga analisis data selanjutnya uji statistikparametrik. Berikut akan disajikan deskripsidata penelitian yang akan memberikaninformasi tentang nilai maksimum, nilaiminimum, mean dan standar deviasiberdasar subyek penelitian (Tabel 3.)

Tabel 3. Deskripsi Data Kondisi LukaSebelum dan Setelah Dilaku-kan Perawatan Luka MoistureBalance

Deskripsi Data Pretest PosttestNilai minimumNilai maksimum Rerata Standar Deviasi Mean

19 36

28,4 4,7 28,4

1425

19,3 3,2

19,3

Berdasarkan tabel 3 untuk menga-nalisis efektivitas metode perawatan

moisture balance pada luka ulkusdiabetikum dilakukan uji statistik denganmenguji perbedaan kondisi luka ulkusdiabetikum sebelum dan setelah dilakukanperawatan moisture balance.

Tabel 4. Data Uji Statistik PairedSampel T-test

Nilai t Nilai P

Pretest dan posttest 16,722 0,000

Uji statistik menggunakan Paired Sam-pel T-test dan didapatkan nilai p sebesar0,000 (p<0,05), maka hipotesis nol ditolakdan hipotesis alternatif diterima, dengan katalain ada perbedaan yang signifikan secarastatistik kondisi luka antara sebelum dansesudah perawatan luka ulkus diabetikum.

Gambaran secara umum didapatkandata bahwa mayoritas pasien dengan ulkusdiabetikum mempunyai luas luka < 36 cm,dalam stage tiga, produksi pus atau nanahmasih banyak dan purulent, belum ada per-tumbuhan granulasi dan epitelisasi, warnasekitar kulit putih, pucat atau hipopigmentasi.

Beberapa faktor yang dapat meng-hambat proses penyembuhan diantaranyakurang maksimalnya pengendalian variabelpengganggu seperti status nutrisi, yaitu polamakan yang tidak teratur serta personalhygiene pasien yang kurang memperhatikankebersihan diri, terutama menjaga kondisiluka. Berdasarkan data yang peneliti dapat-kan, penilaian terhadap kondisi luka ber-dasarkan dari 10 item mengalami keterlam-batan dalam item kesepuluh yaitu epitelisasi.

Epitelisasi pada tepi luka memerlukanperhatian khusus terhadap adanya pertum-buhan kuman dan hipergranulasi yang dapatmenghambat epitelisasi dan penutupan lukakarena untuk menciptakan epitelisasi dapattumbuh secara signifikan peneliti membutuh-

Page 37: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

35Salia Marvinia dan Widaryati, Efektivitas Metode Perawatan Luka ...

kan waktu yang cukup lama. Epitelisasidapat berkembang sempurna apabila didu-kung jumlah eksudat dan goa pada luka ber-kurang. Mayoritas responden memiliki ke-mampuan respon tubuh yang sama, didu-kung juga dengan kadar gula yang terkontrolmaka kesembuhan dapat dicapai.

Luka dikatakan mengalami prosespenyembuhan jika mengalami proses faserespon inflamasi akut terhadap cedera, fasedestruktif, fase proliferatif dan fase maturasi(Morison, 2004). Kemudian disertai denganberkurangnya luasnya luka, jumlah eksudatberkurang, jaringan luka semakin membaik,sedangkan luka sedang bisa dikategorikandalam kondisi luka yang tidak mengalamiinfeksi. Penyembuhan luka merupakan sua-tu proses yang kompleks karena proses pe-nyembuhan luka adalah kegiatan bio-seluler,bio-kimia yang terjadi berkesinambungan.

Penanggungan respon vaskuler,aktifitas seluler dan terbentuknya bahankimia sebagai substansi mediator di daerahluka merupakan komponen yang salingterkait pada proses penyembuhan luka.Besarnya perbedaan mengenai penyem-buhan luka dan aplikasi klinis saat ini telahdapat diperkecil dengan pemahaman danpenelitian yang berhubungan dengan prosespenyembuhan luka dan pemakaian bahanpengobatan yang berhasil memberikankesembuhan (Gitarja, 2000).

Kondisi fisiologis jaringan adalah kon-disi hidrasi yang seimbang untuk memper-tahankan kelembaban. Kondisi yang lembabmemfasilitasi pertumbuhan jaringan yang ba-ru (granulasi). Keadaan ini biasanya dapatterjaga dengan baik bila kondisi kulit utuh.Namun inilah masalahnya dimana kulit sudahmengalami kerusakan dan gagal melakukanfungsinya. Untuk itu bagaimana memper-tahankan kondisi hidrasi luka yang sudahkehilangan perlindungan yaitu kulit.

Penelitian eksperimen menggunakanluka superfisial pada babi (Rainey, 2002)

pernah dilakukan dengan setengah dari lukaini dilakukan teknik perawatan luka keringdan sebagian ditutupi polythene sehinggalingkungan luka lembab. Hasil menunjukkanbahwa perawatan luka dengan polytheneterjadi epitelisasi dua kali lebih cepat dariperawatan luka kering. Hal tersebut menun-jukkan bahwa lingkungan luka yang keringmenghalangi sel epitel yang migrasi di per-mukaan luka, sedangkan dengan lingkunganlembab sel-sel epitel lebih cepat migrasinyauntuk membentuk proses epitelisasi (Car-ville, 2007). Lingkungan luka yang lembabdapat diciptakan dengan occlusive dres-sing/semi-occlusive dressing. MenurutCarville (2007) manajemen luka yang dila-kukan tidak hanya melakukan aplikasi se-buah balutan atau dressing tetapi bagaimanamelakukan perawatan total pada kliendengan luka.

Manajemen luka ditentukan dari peng-kajian klien, luka klien dan lingkungannya.Tujuan dari manajemen luka yaitu men-dukung pengendalian infeksi, membersihkan(debridement), membuang benda asing,mempersiapkan dasar luka, mempertahan-kan sinus terbuka untuk memfasilitasi draina-se, mempertahankan keseimbangan kelem-baban, melindungi kulit sekitar luka, mendo-rong kesembuhan luka dengan penyem-buhan primer dan penyembuhan sekunder.

Menjaga kelembaban atau metodemoisture akan melindungi permukaan lukadengan mencegah kekeringan (desiccation)dan cedera tambahan. Selain itu, balutantertutup juga dapat mengurangi risiko infeksi.Alasan perawatan luka dengan lingkunganluka yang lembab dapat membentuk fibri-nolisis yaitu fibrin yang terbentuk pada lukakronis dapat dengan cepat dihilangkan (fi-brinolitik) oleh netrofil dan sel endotel dalamsuasana lembab. Terjadi juga angiogenesisyaitu keadaan hipoksi pada perawatantertutup akan lebih merangsang lebih cepatangiogenesis dan mutu pembuluh kapiler.

Page 38: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

36 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 29-36

Angiogenesis akan bertambah denganterbentuknya heparin dan tumor nekrosisfaktor-alpha (TNF-alpha), kejadian infeksilebih rendah dibandingkan dengan pera-watan kering (2,6% vs 7,1%), pembentukangrowth factors yang berperan pada prosespenyembuhan dipercepat pada suasanalembab dan percepatan pembentukan selaktif; invasi netrofil yang diikuti oleh ma-krofag, monosit, dan limfosit ke daerah lukaberfungsi lebih dini. Berdasarkan penelitianWinter tahun 1962, kelembaban pada ling-kungan luka akan mempercepat prosespenyembuhan luka. Dengan perawatan lukatertutup (occlusive dressing) maka keadaanyang lembab dapat tercapai. Dengandemikian, untuk menciptakan lingkunganyang lembab maka diperlukan pemilihanbalutan yang tepat.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Kondisi luka ulkus diabetikum sebe-lum dilakukan perawatan moisture balancedalam kategori sedang sebanyak (83,3%)dengan rerata 28,4 sedangkan setelah dila-kukan perawatan moisture balance dalamkategori baik (91,7%) dengan rerata 19,3,sehingga perawatan luka dengan metodemoisture balance efektif terhadap penyem-buhan luka ulkus diabetikum (t hitung =16,722 (> 2,201); p value 0,000 (< 0,005).Saran

Perawatan luka moisture balancedijadikan standar perawatan luka khususnyaulkus diabetikum, dan Klinik FIKES UMMdapat mengembangkan ilmu perawatan lukapada penanganan luka lainnya.

DAFTAR RUJUKANCarville, K. 2007. Wound Care Manual

(Terjemahan). Edisi 3. Silver:Australia.

Depkes, RI. 2000. Profil KesehatanIndonesia. Jakarta: DepartemenKesehatan RI.

Gitarja. 2000. Perawatan Luka Diabeti-kum. Edisi 2. Wocare Publising:Bogor.

Hadits Rasulullah SAW. Hadits riwayat AbuDawud dari Abu al Darda.

Morison, Moya, J. 2004. ManajemanLuka. (Alih Bahasa Tyasmono).EGC: Jakarta.

Nurhasan. 2002. Prosedur Penelitian. PTRineka Cipta: Jakarta.

Ovington LG. 2002. Evolusi ManajemenLuka: Asal-Usul Kuno dan Kema-juan dalam 20 Tahun Terakhir.Healthc Perawat Rumah, 20 (10).

Rainey, Joy. 2002. Wound Care: A Hand-book for Community Nurses.Whurr Publisher: Piladelphia.

Suyono, Slamet. 2006. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam Jilid III. Edisi 4.Ilmu Penyakit Dalam FK-UI:Jakarta.

Tjokropawiro, A. 2007. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam. AirlanggaUniversity Press: Surabaya.

Winter, GD. 1962. Formation of the scaband the rate of epithelializationsuperficial wounds in the skin of theyoun domestic pig. Nature, 193:293-294.

Page 39: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGANDENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Risa DevitaAkademi Kebidanan ’Aisyiyah Palembang

Email: [email protected]

Abstract: The purpose of this study is to explore some factors affectingthe exclusive breastfeeding and the most dominant factor affecting theexclusive breastfeeding. This study is an analytical survey study withcross sectional approach. The samples which were taken by purposivesampling resulted in a number of 93 mothers who had children at age of7-12 months. The data were collected in June 2012. The data wasanalyzed by using chi-square test showed that mother’s maternal parity(p=0.041), maternal employment (p=0.043), knowledge (p=0.029),maternal attitude (p=0.043) and maternal measures (p=0.005) hadsignificant relationship with exclusive breastfeeding. Meanwhile, family/husband support (p=0,646) had no meaningful relationship with exclusivebreastfeeding. Multiple logistic regression test results showed that themost decisive factors that significantly affected the exclusive breastfeedingwas the mothers’ act (OR=4,438).

Keywords: exclusive breastfeeding, maternal parity, maternalemployment, mother’s knowledge, mother‘s attitude, mother’s act,familly/husband support

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yangberhubungan dan faktor yang paling menjadi penentu yang berhubungandengan pemberian ASI eksklusif. Jenis penelitian adalah survei analitikdengan pendekatan cross sectional, sampel yang diambil secarapurposive sampling berjumlah 93 ibu yang mempunyai anak berusia7-12 bulan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2012. Analisis datamenggunakan uji chi-square menunjukkan variabel paritas ibu(p=0,041), pekerjaan ibu (p=0,043), pengetahuan ibu (p=0,029), sikapibu (p=0,043), tindakan ibu (p=0,005) ada hubungan bermakna denganpemberian ASI eksklusif, sedangkan dukungan keluarga/suami (p=0,646)tidak ada hubungan bermakna dengan pemberian ASI eksklusif. Hasiluji regresi logistik ganda di dapatkan faktor paling penentu berhubunganbermakna dengan pemberian ASI eksklusif adalah tindakan ibu(OR=4,438).

Kata kunci: pemberian ASI eksklusif, paritas ibu, pekerjaan ibu,pengetahuan ibu, sikap ibu, tindakan ibu, dukungan keluarga/suami

Page 40: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

38 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 37-46

PENDAHULUANASI merupakan sumber gizi yang

sangat ideal dengan komposisi yang seim-bang dan disesuaikan dengan kebutuhanpertumbuhan bayi. ASI adalah makananyang sempurna, baik kualitas maupunkuantitasnya dengan tatalaksana menyusuiyang benar. ASI sebagai bahan makanantunggal akan cukup memenuhi kebutuhantumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan danketika mulai diberikan makanan padat dapatditeruskan sampai usia 2 tahun atau lebih(Soetjiningsih, 1997).

Pemberian ASI eksklusif kepada bayimerupakan hal yang penting dalam pemba-ngunan sumberdaya manusia sejak dini,karena sejak dini bayi mendapatkan ma-kanan yang paling sehat dan tepat yang akanmemberi pengaruh positif terhadap tumbuhkembang selanjutnya. Untuk mencapaitumbuh kembang optimal, di dalam GlobalStrategy for Infant and Young ChildFeeding, World Health Organization(WHO)/United Nations EmergencyChildren’s Fund (UNICEF) merekomen-dasikan empat hal penting yang harusdilakukan yaitu, memberikan ASI kepadabayi segera dalam waktu 30 menit setelahbayi lahir, memberikan hanya air susu ibu(ASI) saja atau pemberian ASI secaraeksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6bulan, memberikan Makanan PendampingAir Susu Ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia6 bulan sampai 24 bulan dan meneruskanpemberian ASI sampai anak berusia 24bulan atau lebih (Kemenkes RI, 2010).

Secara nasional berdasarkan dataSurvei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas),cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayisampai 6 bulan menurun dari 28,6% tahun2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008 danmeningkat menjadi 34,3% pada tahun 2009.Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas, 2010) menyatakan persentasebayi yang diberikan ASI eksklusif yaitu bayi

antara umur 0-1 bulan sebesar 38,8%, bayiantara umur 1-2 bulan sebesar 32,5%, bayiantara umur 2-3 bulan sebesar 30,7%, bayiantara umur 3-4 bulan sebesar 25,2%, bayiantara umur 4-5 bulan sebesar 26,3% danbayi antara umur 5-6 bulan sebesar 15,3%.

Masalah utama masih rendahnyapemberian ASI di Indonesia adalah karenafaktor sosial budaya, kurangnya penge-tahuan ibu hamil, keluarga dan masyarakatakan pentingnya ASI, serta jajaran kese-hatan yang belum sepenuhnya mendukungPeningkatan Pemberian ASI (PP-ASI).Masalah ini diperparah dengan gencarnyapromosi susu formula dan kurangnya du-kungan dari masyarakat, termasuk institusiyang memperkerjakan perempuan yangbelum memberikan tempat dan kesempatanbagi ibu menyusui di tempat kerja (sepertiruang ASI). Keberhasilan ibu menyusuiuntuk terus menyusui bayinya sangat diten-tukan oleh dukungan dari suami, keluarga,petugas kesehatan, masyarakat serta ling-kungan kerja (Kemenkes RI, 2010).

Beberapa kendala dalam hal pembe-rian ASI eksklusif antara lain disebabkankarena kurangnya pengetahuan ibu, kurang-nya dukungan keluarga serta rendahnyakesadaran masyarakat tentang manfaat pem-berian ASI eksklusif. Selain itu kurangnyadukungan tenaga kesehatan, fasilitas pela-yanan kesehatan, dan produsen makananbayi untuk keberhasilan ibu dalam menyusuibayinya (PP No. 33 Tahun 2012).

Faktor-faktor lainnya yang berpe-ngaruh terhadap pemberian ASI eksklusifadalah umur ibu, jumlah anak, pekerjaan ibu,pendidikan ibu, dukungan suami/orang tua,pengetahuan, sikap dan perilaku ibu(Gustina, 2008).

Berbagai upaya dilakukan untuk mem-promosikan pemberian ASI. UNICEFmencanangkan ASI eksklusif sebagai langkahuntuk menurunkan angka kematian bayi.Pemerintah Indonesia berupaya meningkatkan

Page 41: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

39Risa Devita, Faktor-Faktor yang Berhubungan ...

minat dan kesadaran masyarakat tentangpentingnya pemberian ASI melalui berbagaikegiatan seperti lomba bayi sehat, lomba klinikdan rumah sakit sayang bayi.

Data dari Dinas Kesehatan KotaPalembang untuk cakupan pemberian ASIeksklusif di Puskesmas Makrayu tahun2009 yaitu dari 795 bayi yang mendapatkanASI eksklusif hanya 158 bayi (19,87%),tahun 2010 dari 1.701 bayi yang menda-patkan ASI eksklusif hanya 573 bayi(33,69%) dan tahun 2011 dari 805 bayiyang mendapatkan ASI eksklusif hanya 337bayi (41,86%) (Profil Dinkes KotaPalembang, 2009-2011).

Zat kekebalan yang terdapat pada ASIdapat mengurangi resiko infeksi lambung danusus, sembelit serta alergi. Pemberian ASI lebihmendekatkan hubungan ibu dengan bayinya.ASI juga dapat menurunkan kemungkinan bayiterkena penyakit infeksi telinga, batuk, pilek.Bayi yang diberi ASI lebih kebal terhadappenyakit dari pada bayi yang tidakmendapatkan ASI (Depkes, 1997).

Berdasarkan uraian data tersebutmaka peneliti ingin mengetahui faktor-faktoryang berhubungan dengan pemberian ASIeksklusif di wilayah kerja PuskesmasMakrayu Palembang Tahun 2012.

METODE PENELITIANJenis penelitian ini adalah survei analitik

dengan pendekatan cross sectional. Populasidan sampel penelitian ini adalah seluruh ibuyang mempunyai bayi berusia 7-12 bulan yangberada di wilayah kerja Puskesmas MakrayuPalembang sebanyak 93 orang. Carapengambilan sampel dengan metode NonRandom/Non Probability Sampling denganteknik porposive sampling. Variabel yangakan diteliti pada penelitian ini adalah pemberianASI eksklusif sebagai variabel terikat danparitas, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, sikapibu, tindakan ibu serta dukungan keluarga/suami sebagai variabel bebas.

Alat ukur yang digunakan adalahkuesioner dengan beberapa pertanyaankepada responden yang mengacu parameteryang sudah dibuat oleh peneliti terhadappenelitian yang akan dilakukan. Metodepengolahan data yaitu editing, koding,skoring, tabulating dan entry data dananalisa dengan menggunakan software.

Analisis dibagi dalam tiga bentuk yaituanalisis univariat untuk melihat gambaranmasing-masing variabel, analisis bivariatuntuk melihat hubungan variabel bebas danterikat menggunakan Chi-Square denganderajat kepercayaan 95% (á=0,05). Bila p< 0,05 menunjukan bahwa ada hubunganyang bermakna antara variabel bebasdengan variabel terikat. Pada analisismultivariat, uji statistik yang digunakanadalah regresi logistik ganda, untukmenganalisis hubungan beberapa variabelbebas dengan satu variabel terikat. Hasilanalisis multivariat dapat dilihat dari nilaiexpose atau yang disebut odd ratio. Sema-kin besar nilai odd ratio berarti semakinbesar pengaruhnya terhadap variabel terikatyang dianalisis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis UnivariatDari Tabel 1 diketahui bahwa ibu yang

memberikan ASI eksklusif masih sedikityaitu sebesar 34,4%. Sebagian besar ibumempunyai paritas dengan kategori rendahsebesar 62,4 %. Sebagian besar ibu tidakbekerja yaitu 55,9%. Sebagian besar ibumempunyai pengetahuan dengan kategoritinggi yaitu 51,6 %. Ibu yang mempunyaisikap dengan kategori setuju sebesar52,7%. Ibu yang mendapatkan dukungandari keluarga/suami hanya 54,8%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwaresponden yang memberikan ASI eksklusifhanya 34,4% lebih sedikit dibandingkandengan yang tidak memberikan ASI eksklusif.

Page 42: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

40 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 37-46

Hal ini berarti terdapat 56,6% bayi yang telahmendapatkan makanan atau minuman lainselain ASI sebelum usia 6 bulan.

Tabel 1. Distribusi Responden MenurutPemberian ASI Eksklusif, Paritas,Pekerjaan, Pengetahuan, Sikap,Tindakan Ibu dan DukunganKeluarga/Suami di Wilayah KerjaPuskesmas Makrayu PalembangTahun 2012

Pemberian ASI Eksklusif Jumlah Persentase

Eksklusif 32 34,4Tidak Eksklusif 61 65,6Total 93 100

Paritas Rendah 58 62,4Tinggi 35 73,6Total 93 100

Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja 52 55,9Bekerja 41 44,1Total 93 100

Pengetahuan Ibu Tinggi 48 51,6Rendah 45 48,4Total 93 100

Sikap Ibu Setuju 49 52,7Tidak Setuju 44 47,3Total 93 100

Tindakan Ibu Baik 44 47,3 Tidak Baik 49 52,7 Total 93 100

Dukungan Keluarga/Suami

Mendukung 51 54,8 Tidak Mendukung 42 45,2 Total 93 100

Sejalan dengan penelitian Misbah(2005) di Kelurahan Bukit Lama Palem-bang, dari 87 responden hanya 26,4% ibuyang memberikan ASI secara eksklusif dan

73,6% ibu sudah memberikan makanan/minuman tambahan sebelum bayi berusia 6bulan. Demikian juga dengan data Riskesdas(2010) yang menyatakan bahwa hanya15,3% bayi diberikan ASI eksklusif dancakupan ASI eksklusif di Kota Palembangtahun 2011 yaitu sebesar 36,94%.

Analisis Bivariat

Hubungan antara Paritas dan PekerjaanIbu dengan Pemberian ASI Eksklusif

Hasil analisis untuk paritas ibu (lihatTabel 2) diperoleh p value 0,041, karena pvalue (0,041) lebih kecil dari α (0,05) makasecara statistik dapat dinyatakan ada hu-bungan yang bermakna antara paritas ibudengan pemberian ASI eksklusif.

Penelitian Setioningrum (2004) mem-perlihatkan tidak ada hubungan yang ber-makna antara paritas dengan pemberianASI eksklusif, hal ini disebabkan ibu inginmenjalin rasa keintiman dan kasih sayangkepada anaknya walaupun paritas tinggi te-tap ingin memberikan ASI secara eksklusif.

Menurut peneliti, paritas berhubungandengan pemberian ASI eksklusif karenapada ibu dengan jumlah anak yang rendah(kurang dari atau sama dengan tiga orang),ibu akan mempunyai waktu yang lebihbanyak untuk merawat anaknya dalam halini mempunyai waktu yang lebih untukmemberikan ASI kepada bayinya setiapwaktu dibanding dengan ibu yang mempu-nyai paritas tinggi.

Hal ini menunjukkan bahwa ibu yangmempunyai paritas rendah cenderung akanmemberikan ASI secara eksklusif kepadabayinya dikarenakan dengan jumlah anakyang lebih sedikit ibu memiliki waktu ataukesempatan lebih besar untuk memberikanASI. Sedangkan ibu yang mempunyai jumlahanak yang banyak telah mempunyaipengalaman dalam memberikan makananpendamping ASI (PASI) kepada anaknya.

Page 43: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

41Risa Devita, Faktor-Faktor yang Berhubungan ...

Hasil analisis untuk pekerjaan ibudiperoleh p value 0,043, karena p value(0,043) lebih kecil dari α (0,05) makasecara statistik dapat dinyatakan adahubungan yang bermakna antara pekerjaanibu dengan pemberian ASI eksklusif.

Menurut Nuryanto (2000) kelompokibu yang bekerja mempunyai risiko 1,16 kalilebih cepat untuk berhenti memberikan ASIsaja daripada kelompok ibu yang tidakbekerja setelah dikontrol variabel keterpa-paran oleh media elektronik dan penolongpersalinan. Pekerjaan ibu juga diperkirakandapat mempengaruhi pengetahuan dankesempatan ibu dalam memberikan ASIeksklusif. Pengetahuan responden yangbekerja lebih baik bila dibandingkan denganpengetahuan responden yang tidak bekerja.Semua ini disebabkan karena ibu yangbekerja di luar rumah (sektor formal)memiliki akses yang lebih baik terhadapberbagai informasi, termasuk mendapatkaninformasi tentang pemberian ASI eksklusif(Depkes RI 1999).

Menurut peneliti, ibu rumah tangga danibu yang bekerja di rumah sendiri untukmenyusui tidak terjadwal bukan merupakanbeban atau masalah, akan tetapi bagi ibu

yang bekerja di luar rumah dan harusmeninggalkan anaknya lebih dari 7 jammenyusui bukanlah hal yang mudah, karenaterhalang dengan jadwal mereka bekerja.

Hubungan Antara Pengetahuan danSikap Ibu dengan Pemberian ASIEksklusif

Hasil analisis untuk pengetahuan Ibu(lihat Tabel 3) diperoleh p value 0,029karena p value (0,029) lebih kecil dari á(0,05) maka secara statistik dapat dinyata-kan ada hubungan yang bermakna antarapengetahuan ibu dengan pemberian ASIeksklusif.

Adanya perbedaan pengetahuan ibutentang ASI akan memberikan perbedaanlamanya memberikan ASI Eksklusif. Ibuyang memiliki pengetahuan yang tinggitentang ASI akan menyusui anaknya secaraeksklusif karena umumnya mereka menge-tahui berbagai manfaat dari ASI dibandingdengan ibu yang memiliki pengetahuan yangrendah (Zeitlyn & Rowshan, 1997).

Menurut peneliti, kecenderungan ibu-ibu tidak memberikan ASI secara eksklusifdisebabkan kurangnya pengetahuan ibutentang manfaat ASI Eksklusif baik bagi ibu

Tabel 2. Hubungan Paritas Ibu dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASIEksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Makrayu Palembang Tahun 2012

Paritas Ibu

Pemberian ASI

Eksklusif Tidak Eksklusif Jumlah p value n % n % n

Rendah 25 43,1 33 56,9 58 0,041 Tinggi 7 20,0 28 80,0 35 Jumlah 32 34,4 63 65,6 93

Pekerjaan Ibu Tidak Bekerja 23 44,2 29 55,8 52 0,043 Bekerja 9 22,0 32 78,0 41 Jumlah 32 34,4 61 65,6 93

Page 44: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

42 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 37-46

dan utamanya bagi bayi bahkan bagi seluruhanggota keluarga dimana ketika bayi berusia0-6 bulan ASI bertindak sebagai makananutama bayi karena mengandung lebih dari60 % kebutuhan bayi.

Hasil analisis untuk sikap ibu diperolehp value 0,043 karena p value (0,043) lebihkecil dari α (0,05) maka secara statistik da-pat dinyatakan ada hubungan yang bermak-na antara sikap ibu dengan pemberian ASIeksklusif.

Nurwulandari (2008) yang melakukanpenelitian di Puskesmas Grogol Depok de-ngan metode penelitian cross sectional, adahubungan yang signifikan antara sikap denganpemberian ASI eksklusif, dimana sekitar 53,3% responden yang memiliki sikap positifmemberikan ASI secara eksklusif.

Menurut peneliti, kecenderungan ibu-ibu yang memiliki sikap yang setuju/positifdalam pemberian ASI eksklusif tetapi tidakmemberikan ASI secara eksklusif dikare-nakan sikap merupakan kesiapan seseoranguntuk bereaksi terhadap suatu objek danmerupakan kecenderungan potensial untukbereaksi dengan cara tertentu. Sikap masihberupa pandangan atau perasaan yangdisertai kecenderungan untuk bertindakterhadap obyek tertentu belum terbukti

dalam tindakan nyata, sehingga belum tentuibu yang memiliki sikap setuju/positif dalampemberian ASI eksklusif akan langsungdapat memberikan ASI secara eksklusif.

Hubungan Antara Tindakan Ibu danDukungan Keluarga/Suami denganPemberian ASI Eksklusif

Hasil analisis untuk tindakan ibu (lihatTabel 4) diperoleh p value 0,005 karena pvalue (0,005) lebih kecil dari α (0,05) makasecara statistik dapat dinyatakan ada hu-bungan yang bermakna antara sikap ibudengan pemberian ASI eksklusif.

Budiarso (2004) yang menyatakanbahwa diantara ibu-ibu yang mempunyaitindakan baik cenderung lebih tinggi persen-tasenya dalam memberikan ASI eksklusifterhadap bayi dibandingkan ibu yangmempunyai tindakan tidak baik.

Menurut peneliti, ibu-ibu yang mem-punyai tindakan setuju/positif akan tetapitidak memberikan ASI secara eksklusifdapat dipengaruhi juga oleh faktor-faktoryang lain, misalnya karena kondisi yang tidakmemungkinkan seperti ASI tidak keluar, ibuyang bekerja atau bayi yang tidak maumenyusu sehingga ibu tidak dapat mem-berikan ASI secara eksklusif.

Tabel 3. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusifdi Wilayah Kerja Puskesmas Makrayu Palembang Tahun 2012

Pengetahuan Ibu Pemberian ASI

Eksklusif Tidak Eksklusif Jumlah p value n % n % n

Tinggi 22 45,8 26 54,2 48 0,029 Rendah 10 22,2 35 77,8 45 Jumlah 32 34,4 61 65,6 93

Sikap Ibu Setuju 22 44,9 27 55,1 49 0,043 Tidak Setuju 10 22.7 34 77,3 44 Jumlah 32 34,4 61 65,6 93

Page 45: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

43Risa Devita, Faktor-Faktor yang Berhubungan ...

Hasil analisis untuk dukungan keluarga/suami diperoleh p value 0,646 karena pvalue (0,646) lebih besar dari α (0,05) ma-ka secara statistik dapat dinyatakan tidakada hubungan yang bermakna antaradukungan keluarga/suami dengan pemberianASI eksklusif.

Ibu yang suaminya mendukungpemberian ASI eksklusif berpeluangmemberikan ASI eksklusif 2 kali daripadaibu yang suaminya kurang mendukungpemberian ASI eksklusif setelah dikontrololeh pekerjaan suami, dukungan petugaskesehatan, dan pekerjaan ibu. Oleh karenaperan suami penting dalam pemberian ASIeksklusif, maka suami harus dijadikansasaran penyuluhan ASI dan didorong untuklebih aktif mencari informasi serta aktifbelajar mengenai ASI, sehingga lebih paham

dalam memberikan dukungan kepada ibuuntuk menyusui secara eksklusif (Yulian-darin, 2009).

Adanya perbedaan hasil penelitian inikemungkinan disebabkan oleh adanyaperbedaan karakteristik demografi pene-litian, desain penelitian ataupun populasi dansampel penelitian sehingga pada penelitianini didapatkan tidak adanya hubungan antaradukungan keluarga/suami dengan pemberianASI eksklusif.

Analisis Multivariat

Faktor yang Paling Berhubungan(Dominan)

Dari tabel 5, dapat dilihat bahwa selu-ruh variabel berhubungan dengan pemberianASI eksklusif yaitu paritas, pekerjaan, pe-

Tabel 4. Hubungan Tindakan Ibu dan Dukungan Keluarga/Suami dengan PemberianASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Makrayu Palembang Tahun 2012

Tindakan Ibu

Pemberian ASI Eksklusif Tidak Eksklusif Jumlah p

value n % n % nBaik 22 50 22 50 44 0,005 Tidak baik 10 20,4 39 79,6 49 Jumlah 32 34,4 61 65,6 93

Dukungan Keluarga/Suami

Mendukung 16 31,4 35 68,6 51 0,646

Tidak Mendukung 16 38,1 26 61,9 42

Jumlah 32 34,4 61 65,6 93

Variabel Independen B P value Exp (B) 95% CI Paritas 0,887 0,109 2,427 0,820 – 7,185 Pekerjaan 0,269 0,733 1,309 0,278 - 6,155 Pengetahuan 0,782 0,310 2,185 0,483 – 9,878 Sikap - 0,361 0,659 0,697 0,140 – 3,470 Tindakan 1,490 0,060 4,438 0,942 -20,915 Constant - 3,175

Tabel 5. Hasil Analisis Akhir Model Prediksi Tanpa Interaksi

Page 46: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

44 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 37-46

ngetahuan, sikap dan tindakan. Variabelpenentu atau yang paling besar hubungan-nya dengan pemberian ASI eksklusif adalahtindakan dengan OR=4,438 (dilihat dari nilaiExp (B)) berarti responden dengan tindakanyang baik berpeluang 4 kali mempunyaihubungan dengan pemberian ASI eksklusifdibandingkan dengan responden dengan tin-dakan yang tidak baik setelah dikontroldengan variabel paritas, pekerjaan, penge-tahuan dan sikap. Berdasarkan hasil analisisakhir model prediksi tanpa interaksi makafaktor dominan yang berhubungan denganpemberian ASI eksklusif, dari yang terbesarsampai yang terkecil adalah tindakan (4,438),paritas (2,427), pengetahuan (2,185),pekerjaan (1,309) dan sikap (0,697).

Tindakan adalah respon nyata yangdilakukan seseorang setelah seseorang men-dapatkan pengetahuan tentang suatu infor-masi. Dalam kaitannya dengan pemberianASI eksklusif, ibu yang mempunyai tindakanyang baik dalam hal ini melakukan hal-halyang mendukung pelaksanaan pemberianASI secara eksklusif, seharusnya akanmemberikan ASI kepada anaknya secaraeksklusif dibandingkan dengan ibu yangmempunyai tindakan yang tidak baik. Tetapitidak selalu demikian halnya, karena banyakfaktor lain yang mempengaruhi tindakanseseorang.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkanbahwa proporsi responden yang memberi-kan ASI eksklusif masih tergolong rendahhanya sebesar 34,4%, proporsi respondenyang mempunyai paritas rendah sebesar62,4%, sebanyak 55,9% responden yangtidak bekerja, 51,6% responden denganketegori pengetahuan tinggi, 52,7% res-ponden dengan sikap setuju, 47,3% respon-den dengan tindakan baik dan 54,8%

responden dengan dukungan keluarga/suamiyang mendukung.

Ada hubungan yang bermakna antaraparitas ibu dengan pemberian ASI eksklusif,karena p value (0,041) lebih kecil dari á(0,05), ada hubungan yang bermakna antarapekerjaan ibu dengan pemberian ASIeksklusif, karena p value (0,043) lebih kecildari α (0,05), ada hubungan yang bermaknaantara pengetahuan ibu dengan pemberianASI eksklusif, karena p value (0,029) lebihkecil dari α (0,05), ada hubungan yang ber-makna antara sikap ibu dengan pemberianASI eksklusif karena p value (0,043) lebihkecil dari α (0,05), ada hubungan yang ber-makna antara tindakan ibu dengan pembe-rian ASI eksklusif karena p value (0,005)lebih kecil dari α (0,05).

Tidak ada hubungan yang bermaknaantara dukungan keluarga/suami denganpemberian ASI eksklusif karena p value(0,646) lebih besar dari α (0,05), faktor yangpaling berhubungan (dominan) denganpemberian ASI eksklusif adalah tindakan,jadi semakin baik tindakan ibu maka sema-kin tinggi keinginan ibu untuk melaksanakanpemberian ASI secara eksklusif.Saran

Bagi Puskesmas, target pemerintahdalam pemberian ASI eksklusif adalah 80%,sedangkan hasil penelitian ini ibu-ibu diwilayah kerja Puskesmas Makrayu Palem-bang hanya sebesar 34,4% oleh karena itupada Puskesmas Makrayu disarankan untukmelibatkan keluarga/suami mulai dari masaawal kehamilan sampai dengan menyusuimelalui kegiatan pendampingan ibu baikpada saat ibu melakukan pemeriksaan diposyandu atau di puskesmas.

Petugas puskesmas dalam hal ini bidandengan melibatkan kader-kader posyandumelakukan kunjungan rumah dalam rangkapemetaan ibu hamil dan nifas dengan tujuanmemberikan penyuluhan/pengarahan tentang

Page 47: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

45Risa Devita, Faktor-Faktor yang Berhubungan ...

ASI eksklusif, meningkatkan pengetahuanibu-ibu tentang ASI eksklusif dengan jalanmemberikan penyuluhan tentang ASI eksklusifsehingga di harapkan dapat mempengaruhitindakan ibu dalam pemberian ASI eksklusif,meningkatkan peran petugas puskesmasterutama bidan dan kader-kader posyandudalam memberikan pengetahuan tentangmanajemen laktasi kepada ibu-ibu di wilayahkerja puskesmas.

Bagi peneliti lain diharapkan untuk me-nyempurnakan penelitian ini dengan mela-kukan penelitian secara kualitatif sehinggadapat lebih mengkaji faktor-faktor secaralebih mendalam tentang pemberian ASIeksklusif di masyarakat ataupun faktor-faktor pendukung lainnya dalam pemberianASI eksklusif misalnya faktor motivasi ibu.

DAFTAR RUJUKAN

Budiarso. 2004. Faktor-faktor yangBerhubungan dengan PemberianASI Eksklusif di Wilayah BinaanPuskesmas Padangsari Keca-matan Banyumanik. Skripsi.Semarang: Universitas Diponogoro.

Departemen Kesehatan RI. 1997. Petun-juk Pelaksanaan PeningkatanASI Eksklusif. Dirjen PembinaanKesehatan Masyarakat: Jakarta.

_ . 1999. Petunjuk PelaksanaanPeningkatan ASI Eksklusif BagiPetugas Puskesmas. Depkes RI:Jakarta.

Dinas Kesehatan Kota Palembang. 2011.Profil Dinas Kesehatan KotaPalembang Tahun 2009-2011.

. 2011. Profil Puskesmas MakrayuPalembang Tahun 2011.

Gustina, Nila. 2008. Faktor-Faktor yangBerhubungan dengan Pola Pem-berian ASI di Puskesmas Pekan-baru Kota Pekanbaru. Tesis.

Yogyakarta: UGM.Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset

Kesehatan Dasar 2010. BadanPengembangan dan Penelitian Ke-sehatan: Jakarta.

Misbah. 2005. Hubungan Antara Penge-tahuan dan Sikap dengan Peri-laku Ibu dalam Pemberian ASIEksklusif di Kelurahan BukitLama Palembang. Skripsi. Palem-bang: Universitas Sriwijaya.

Nurwulandari, Aprilia. 2008. Hubunganantara Pengetahuan, Sikap danPerilaku Ibu Dengan PemberianASI Eksklusif di Wilayah KerjaPuskesmas Grogol Depok.Skripsi. Jakarta: UniversitasPembangunan Nasional Veteran.

Nuryanto. 2001. Hubungan Antara Pe-kerjaan Ibu dengan Kelang-sungan Pemberian ASI pada anakusia 0-11 bulan di Indonesia. Tesis.Jakarta: Universitas Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. 2012.Peraturan Pemerintah RepublikIndonesia Nomor 33 Tahun 2012Tentang Pemberian Air Susu IbuEksklusif. Jakarta: KementrianKesehatan RI.

Setioningrum, Yeni Makdalena. 2004.Faktor-Faktor Yang Berhu-bungan Pemberian ASI Eksklusifdi Desa Jeruklegi Wetan Keca-matan Jeruklegi Kabupaten Cila-cap. Skripsi. Yogyakarta: UGM

Soetjiningsih. 1997. Persepsi dan PerilakuIbu Menyusui. Majalah Kedok-teran Indonesia, (4).

UNICEF WHO IDAI. 2005. Rekomen-dasi tentang Pemberian Ma-kanan Bayi pada Situasi Darurat.Jakarta: Pernyataan bersamaUNICEF WHO IDAI.

Page 48: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

46 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 37-46

Yuliandarin, Eka Mutia. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhipemberian ASI Eksklusif Di KotaBekasi. Tesis. Jakarta: UniversitasIndonesia.

Zeitlyn, Sushila & Rowshan, Rabeya. 1997.Privileged Knowledge and Mo-thers’ “Perceptions”: The Case ofBreast-Feeding and InsufficientMilk in Bangladesh. MedicalAnthropology Quarterly, 11 (1) :56–68.

Page 49: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

PEMANFAATAN METADON PADA INJECTING DRUGUSERS DI PUSKESMAS GEDONG TENGEN

YOGYAKARTA

Herlin Fitriana Kurniawati, Antono SuryoputroSTIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

Email: [email protected]

Abstract: The purpose of this study is to examine the use of methadoneservices by Injecting Drug Users (IDUs) in Puskesmas Gedong Tengen,Yogyakarta. This research is a qualitative research design. The sampleswere taken by using purposive sampling, as the result, there were fourpeople taken as the informants. The data were collected by using in-depthinterviews, the data analysis was done by using thematic content analysis.The result showed that all of the informants continuously came to thehealth center and took the methadone, had insufficient knowledge aboutmethadone, positive attitude toward the methadone service in health center,the easy access to the methadone and the existence of special elbowroom for methadone clients in health center. The informants stated thatthey needed the methadone because they wanted to quit using drugs.

Keywords: methadone service, injecting drug users

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan layananmetadon oleh penasun di Puskesmas Gedong Tengen, Yogyakarta. Desainpenelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, pengambilan sampeldengan purposive sampling. Informan penelitian terdiri dari empat orang.Pengumpulan data dengan wawancara mendalam, analisis data denganmetode thematic content analysis. Hasil penelitian menunjukkan semuainforman rutin memanfaatkan layanan metadon dengan datang langsungke puskesmas, memiliki pengetahuan yang kurang tentang layanan metadon,bersikap positif terhadap layanan metadon di puskesmas, akses terhadaplayanan metadon mudah dan tersedia ruangan yang khusus bagi klienmetadon. Semua informan menyatakan membutuhkan layanan metadondidasarkan karena ingin berhenti dari penggunaan napza.

Kata kunci: layanan metadon, pengguna napza suntik

Page 50: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

48 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 47-56

PENDAHULUANBerdasarkan data Direktorat Jendral

Penanggulangan Penyakit dan PenyehatanLingkungan Kemenkes RI (Dirjen PP& PLKemenkes RI) tahun 2011 (periode 1 Janu-ari-31 Desember) mencatat sebanyak 21.031kasus baru HIV dan 4.162 kasus AIDS.Secara kumulatif kasus HIV dan AIDS dari 1April 1987 sampai dengan 31 Desember 2011terdapat 77.879 kasus HIV dan 29.879 kasusAIDS dengan kasus kematian sebanyak5.430. Jumlah kumulatif kasus AIDSberdasarkan faktor risiko yaitu tertinggi padaheteroseksual sebanyak 14.775 kasus,pengguna napza suntik sebanyak 9.392 kasus,tidak diketahui sebanyak 940 kasus,homoseksual 807 kasus, transmisi perinatal730 kasus dan transfusi darah 51 kasus (DitjenPP&PL Kemenkes RI, 2012).

Penggunaan napza suntik menghadapidua risiko untuk mendapatkan HIV danAIDS. Pertama, melalui jarum suntik danalat suntik yang tidak steril yang digunakansecara bersama-sama. Kedua, melalui hu-bungan seksual terutama bagi mereka yangmelakukannya dengan lebih dari satu pa-sangan, atau melakukan hubungan seks tan-pa menggunakan kondom (Sucahyo, 2001).

Penyalahgunaan napza menjadi masa-lah serius yang harus dihadapi Indonesia,khususnya penyalahgunaan napza suntik. Halini dikarenakan jarum suntik serta peralatanuntuk menyuntik yang digunakan secara ber-gantian pada kelompok pengguna napzasuntik telah menjadi sarana yang menye-babkan meningkatnya penyebaran HIV danAIDS. Salah satu strategi yang dilaksanakanuntuk mengurangi peningkatan penyebaraninfeksi HIV dan AIDS tersebut denganharm reduction (pengurangan dampakburuk penggunaan narkoba suntik).

Berdasarkan hasil penelitian di bebe-rapa negara, seperti Australia dan AmerikaSerikat, didapatkan bahwa harm reductiondapat menekan laju penularan HIV dan

AIDS dan tidak mengakibatkan munculnyapengguna napza suntik baru. Masih besarnyakasus di kalangan pengguna napza suntikmembuat pemerintah, masyarakat, danlembaga swadaya masyarakat (LSM) harusterus menjalin kerjasa sama (Mansrianto,2006).

Harm reduction merupakan penang-gulangan dan pencegahan yang menekankanpada tujuan jangka pendek dan dilakukansecara cepat dan tepat untuk mengurangisegala dampak buruk akibat penggunaannapza suntik tidak steril serta hubungan sekstanpa kondom yang dapat membuka pelu-ang tertular HIV, hepatitis maupun penyakitlainnya. Penerapan harm reduction meru-pakan upaya memotong mata rantai daripenularan HIV dan AIDS di kalangan peng-guna napza suntik (Mansrianto, 2006).

Semua aktivitas harm reductionbertujuan agar HIV dan AIDS dapat dita-ngani dan tidak menular pada banyak orang.Harm reduction tidak menganjurkan peng-guna napza suntik untuk terus menggunakannapza karena adanya jarum, namun secaratidak langsung berperan menurunkan jumlahpengguna napza, sebab program harmreduction juga sebagai pintu masuk bagipengguna napza suntik untuk ikut terapimetadon yang pada akhirnya dapat mem-buatnya sampai pada abstinence (Man-srianto, 2006). Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pemanfaatan layanan metadonoleh penasun di Puskesmas Gedong Te-ngen, Yogyakarta.

METODE PENELITIANMetode yang digunakan dalam pene-

litian ini adalah deskriptif dengan pendekatankualitatif. Informan utama adalah penggunanapza suntik yang memanfaatkan layananmetadon di Puskesmas Gedong Tengen Ko-ta Yogyakarta sebanyak empat orang. Pe-nentuan informan utama ditentukan denganbantuan dari petugas kesehatan (dokter dan

Page 51: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

49Herlin Fitriana Kurniawati, Antono Suryoputro, Pemanfaatan Metadon pada...

perawat) dan petugas outreach. Informansekunder adalah sebagai triangulasi sumberyang terlibat dalam pemanfaatan layananmetadon di Puskemas Gedong Tengen KotaYogyakarta oleh pengguna napza suntik,yaitu petugas kesehatan di Puskesmas Ge-dong Tengan yang terdiri dari dokter pe-nanggung jawab dan perawat serta petugasoutreach.

Kriteria informan utama adalah sudahmenggunakan layanan metadon secara rutinselama minimal enam bulan, pada waktupenelitian berada di Kota Yogyakarta danbersedia menjadi informan penelitian. Teknikpengambilan sampel menggunakan tekniknon probability sampling yaitu teknikpengambilan sampel yang tidak memberipeluang atau kesempatan yang sama bagisetiap unsur atau anggota populasi untukdipilih menjadi sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan layanan metadonSemua informan menyatakan meman-

faatkan layanan metadon secara rutin, de-ngan datang ke puskesmas setiap hari, atauapabila ada halangan atau tidak dapat hadirke puskesmas dapat meminta metadonuntuk dibawa pulang, dengan memenuhisyarat yang telah ditentukan oleh PuskesmasGedong Tengen. Menurut perawat di pus-kesmas, bahwa semua klien yang meman-faatkan layanan metadon harus datang lang-sung ke puskesmas setiap hari, kecuali adaalasan yang dapat dipertanggungjawabkan,dapat meminta metadon untuk dibawapulang, dengan syarat klien rutin meman-faatkan metadon atau ada bukti memangbenar yang bersangkutan ada acara.

Sesuai dengan Kemenkes RI No.350/Menkes/SK/IV/ 2008, klien metadon harushadir setiap hari di klinik. Metadon diberikanoleh asisten apoteker atau perawat yang

diberi wewenang oleh dokter. Klien harusmenelan metadon tersebut di hadapan petu-gas program terapi rumatan metadon, harusdiminum setiap hari karena metadon dapatbekerja pada tubuh selama rata-rata 24 jam.

Syarat menjadi klien metadon, menurutperawat Puskesmas Gedong Tengen, ada-lah harus pengguna opioid suntik pada satutahun terakhir (pemakaian 6 bulan dipertim-bangkan), dibuktikan dengan tes urin, usia18 tahun, tidak menderita gangguan jiwaberat atau retardasi mental, didampingi orangtua pada saat pertama kali datang, kemudianbersedia mentaati peraturan PTRM, menye-rahkan KTP dan kartu keluarga sebagaiidentitas serta foto 3x4.

Proses seleksi klien metadon dilakukanoleh dokter. Sesuai syarat yang tercantumdalam Kemenkes RI No. 350/Menkes/SK/IV/2008, terapi metadon diindikasikan bagimereka yang mengalami ketergantunganopioida dan telah menggunakan opioidasecara teratur untuk periode yang lama, yaituterdapat kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteriainklusi meliputi memenuhi kriteria ICD-Xuntuk ketergantungan opioida, usia yangdirekomendasikan 18 tahun atau lebih na-mun klien yang berusia kurang dari 18 tahunharus mendapat second opinion dari profe-sional medis, ketergantungan opioida (dalamjangka 12 bulan terakhir), sudah pernahmencoba berhenti menggunakan opioidaminimal satu kali. Kriteria eksklusi sepertiklien dengan penyakit berat, psikosis yangjelas, retardasi mental yang jelas. Programterapi rumatan metadon tidak diberikan padaklien dalam keadaan overdosis.

Layanan harm reduction sudah dilak-sanakan di puskesmas. Sebagian besarinforman menyatakan bahwa layanan meta-don bersifat fleksibel dari segi waktu danhari, dilayani setiap hari walaupun hari besar.Ada sebagian kecil informan yang menya-takan bahwa waktu layanan metadon terba-

Page 52: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

50 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 47-56

tas. Berdasarkan peraturan waktu layananmetadon adalah jam 08.00-12.00 WIB,namun pada pelaksanaannya jam 09.00-11.00 WIB. Dokter penanggung jawablayanan metadon di Puskesmas GedongTengen menyampaikan bahwa waktu untuklayanan metadon bersifat fleksibel.

Layanan diberikan sesuai waktu la-yanan di Puskesmas Gedong Tengen. Pem-berian metadon pada hari Minggu dan harilibur diberikan khusus untuk klien yang telahlama menggunakan metadon di puskesmastersebut, bukan untuk klien yang baru. Bagiklien metadon yang baru, menyesuaikan de-ngan jadwal layanan di Puskesmas GedongTengen Kota Yogyakarta.

Di Puskesmas Gedong Tengen jugasudah ada pembagian jadwal piket petugaskesehatan yang memberikan layanan meta-don. Sesuai Kemenkes RI No. 350/Men-kes/SK/IV/2008, layanan program terapirumatan metadon buka setiap hari, tujuh haridalam seminggu dengan jam kerja sepanjangmungkin, bergantung pada kemampuanmasing-masing program terapi rumatanmetadon. Jam kerja pada bulan puasa harusdisesuaikan, meski demikian penerimaanklien baru hanya pada hari kerja dan jamkerja resmi. Seperti yang terlihat dalampernyataan informan berikut ini:

“...Rutin... datang ke puskesmas...prosedurnya biaya gratis untuk me-tadon untuk yang ber-ktp Jogja…nunggu ketemu dokter terus dikasihdosis, minum metadon…buka setiaphari walaupun hari besar tetap buka... waktu terbatas...”

D, Perempuan, 34 tahun.

”...Syaratnya hanya membawaKTP, tes urin, biaya gratis tapihanya untuk yang KTP-nya Kota,fleksibel... prosedurnya, yang pastidatang ke Puskesmas GedongTengen, minum metadon, minumnya

di depan petugasnya, dikasih minumair putih, ya gitu ajah…”

Y, Laki-laki, 32 tahun.

Layanan harm reduction diberikanseperti halnya layanan umum lainnya yangada di puskesmas. Prinsip layanan HIV danAIDS bagi pengguna napza suntik jugamemiliki kesamaan baik dalam keterbukaanlayanan dan komunikasi, keramahan, kenya-manan dan mengutamakan kualitas. Prinsipbekerja dalam melayani pengguna napzasuntik yaitu bersikap tulus dan terbuka. Si-kap yang tulus dibutuhkan karena penggunanapza suntik adalah individu yang seringkalimengalami perlakuan diskriminatif. Olehkarena itu tidak jarang pengguna napza sun-tik menjadi individu yang sensitif, tidakmudah begitu saja percaya pada keinginanorang lain untuk menolong.

Keterbukaan akan mempermudahterbentuknya rasa percaya pengguna napzasuntik kepada petugas layanan kesehatanmaupun petugas outreach. Rasa percayaakan memudahkan proses layanan yangdiberikan, termasuk kemungkinan terjadinyaperubahan perilaku kearah positif (KPA,2008). Berdasarkan teori Anderson (1995)bahwa pemanfaatan layanan kesehatan akandipengaruhi oleh faktor predisposing,enabling dan needs.

Pengetahuan tentang Layanan MetadonSebagian besar informan menyatakan

bahwa tujuan dari layanan harm reductionadalah untuk mengurangi penularan virusHIV. Layanan harm reduction dapat me-ngurangi jumlah penularan virus HIV sehing-ga secara otomatis jumlah orang terinfeksiHIV akan menurun. Semua informan yangmemanfaatkan layanan metadon menya-takan bahwa metadon merupakan obat legalyang diberikan dengan cara diminum setiaphari, mempunyai rasa yang hampir samaseperti heroin.

Page 53: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

51Herlin Fitriana Kurniawati, Antono Suryoputro, Pemanfaatan Metadon pada...

Dosis pemberian metadon sesuaidengan aturan dari dokter pemberi layananharm reduction. Efek samping yang biasadialami yaitu mual, muntah dan gangguantidur. Sebagian kecil informan menyatakanbahwa layanan metadon membutuhkankepatuhan dari kliennya karena harus datangke layanan atau ke puskesmas setiap hari.Hal ini sesuai bahwa Program Terapi Ru-matan Metadon (PTRM) merupakan pro-gram layanan yang memberikan zat bernamametadon sebagai pengganti (substitusi) darizat heroin ilegal yang dikonsumsi klien,bersifat jangka panjang. Metadon adalah zatsintetik golongan opioid yang bersifat agonis.

Dasar rasional PTRM adalah faktatingginya angka kekambuhan pada pecanduheroin yang mengindikasikan kebutuhantubuh atas zat jenis opioida untuk membuatkeseimbangan tubuh agar dapat beraktivitassecara normal. Metadon bekerja pada tu-buh selama rata-rata 24 jam, sehingga hanyaminum satu kali sehari. Program rumatan inidiberikan minimal 6 bulan dan dapat dite-ruskan sampai 2 tahun sesuai dengan kriteriayang telah ditentukan (Kurniawan, 2009).

Peserta program rumatan metadon inisebelumnya harus dilakukan skrining danjuga konseling untuk meyakinkan bahwapengguna napza suntik memahami benarkonsekuensi dari program yang diikutinya.Tidak semua pengguna napza suntik dapatmengikuti program rumatan metadon,beberapa kriteria harus dipenuhi. Pemberianzat yang bersifat substitusi ini bersifat jangkapanjang, maka dibutuhkan kepatuhan bagiyang memanfaatkannya. Seperti yang terlihatdalam pernyataan informan berikut ini:

“...Layanan apa ya untuk mencegahpenularan virus HIV... jenisnyaVCT, IMS, Metadon, LASS, Kon-dom... sasaran temen-temen pema-kai narkoba suntik...tujuannyamengurangi jumlah penularan virusHIV... metadon gantinya obat/

heroin yang ilegal, dengan caradiminum, minum setiap hari, punyarasa kurang lebih sama sepertiputau…efek sampingnya, mual maumuntah gitu…”

D, Perempuan, 34 tahun

“...Untuk mengurangi dampakburuk dari penggunaan narkobasuntik ... Metadon, LASS, VCT,Kondom... Pengguna narkoba sun-tik yang masih aktif... Mengurangipenularan HIV di kalangan peng-guna...caranya dengan diminum,dosisnya sesuai aturan dari dokter,minumnya setiap hari, makanyasetiap hari datang ke puskesmas, yaini butuh patuh…”

Y, Laki-laki, 32 tahun

Sikap terhadap Layanan MetadonSemua informan menyatakan mempu-

nyai sikap yang positif terhadap layananmetadon di puskesmas. Jawaban dari infor-man bervariasi. Informan ada yang menyam-paikan mendukung layanan tersebut karenawaktu layanan sesuai dengan aturan tertulisdi Puskesmas Gedong Tengen. Informan lainmenyampaikan bahwa mendukung layanantersebut dengan alasan petugas outreachakan menghubungi melalui telepon apabiladirinya terlambat datang ke puskesmas, adayang mendukung dikarenakan dapat mence-gah penularan HIV.

Namun demikian, ada juga penggunanapza suntik juga yang belum memanfaatkanlayanan harm reduction, kemungkinankarena ketidaktahuan akan layanan tersebutdan rasa takut akan adanya mata-mata daripihak kepolisian. Dalam bidang kesehatan,penguna napza suntik harus mendapatkanperlindungan dan pelayanan kesehatanuntuk mencegah penyebaran penyakit yangmenular melalui darah (blood bornediseases) seperti HIV dan AIDS.

Page 54: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

52 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 47-56

Harm reduction lebih menekankantujuan jangka pendek dari pada tujuanjangka panjang.

Upaya pencegahan laju penyebaranHIV harus dilaksanakan sesegera mungkin,jika tidak dilakukan maka semua tujuanjangka panjang seperti penghentian peng-gunaan napza akan sia-sia. Menurut Noto-atmodjo (2003), pengetahuan merupakankomponen pendukung sikap yang utama.Menurut Anderson (1995), sikap merupa-kan salah satu faktor predisposing sehinggaseseorang mau menggunakan pelayanankesehatan. Komponen ini menggambarkankarakteristik perorangan yang sudah adasebelum seseorang memanfaatkan pela-yanan kesehatan. Komponen ini menjadidasar atau motivasi seseorang untuk berpe-rilaku dalam memanfaatkan pelayanan kese-hatan. Seperti yang terlihat dalam pernyataaninforman berikut ini:

“...Mendukung...yang mau datangberarti mereka merasa butuh la-yanan itu... yang belum datang kelayanan ini untuk temen-temanyang masih aktif merasa ketakutanyang besar kalau berhubungan de-ngan puskesmas itu kan dianggapaparat orang-orang pemerintahantakutnya malah ditangkap polisi…”

D, Perempuan, 34 tahun

”...Mendukung...ada kesadaran un-tuk datang itu... ya mungkin karenatakut dicap terus didata di kepo-lisian...”

I, Laki-laki, 33 tahun

Akses Layanan MetadonSemua informan menyatakan bahwa

akses terhadap layanan metadon adalahmudah. Seperti yang disampaikan informanbahwa lokasi puskesmas dekat dari rumah,dapat ditempuh dengan waktu 20 menitdengan mengendarai sepeda motor dan ti-

dak ada hambatan. Informan lain juga me-nyatakan jaraknya tidak terlalu jauh, tidak adakesulitan, bahkan karena dekat denganrumah maka datang ke puskesmas denganberjalan kaki. Hal ini senada dengan yangdisampaikan oleh informan lain bahwa jarakpuskesmas dekat, kurang lebih 500 meter darirumah, akses mudah dikarenakan PuskesmasGedong Tengen termasuk dekat dengan pusatkota dan tempatnya sangat strategis.

Semua informan menyatakan tidaktakut memanfaatkan layanan metadon dipuskesmas karena dianggap obat yang legaldari pemerintah sehingga merasa aman untukmemanfaatkannya. Ada sebagian informanyang menyatakan bahwa merasa kesulitanketika harus datang setiap hari untuk minummetadon pada jam yang sama, tetapiinforman tetap memanfaatkannya karenasudah mengetahui prosedurnya memangseperti itu.

Penelitian ini sejalan dengan penelitianKurniawan (2009) bahwa jarak pelayanankesehatan mempengaruhi pemanfaatannya.Menurut Anderson (1995) jarak pelayanankesehatan dengan rumah akan berpengaruhterhadap pemanfaatan layanan kesehatan.Hasil penelitian di RSKO Jakarta dan RSSanglah Bali, menyatakan bahwa klien terapirumatan metadon yang droup out sekitar40-50%, dengan alasan utama karenasulitnya akses menuju tempat layanan.

Salah satu faktor yang mempengaruhipemanfaatan pelayanan kesehatan yangmenjadikan pertimbangan untuk menentukansikap individu memilih sumber perawatanadalah jarak yang ditempuh dan tempattinggal mereka sampai ke tempat sumberperawatan. Seperti yang terlihat dalampernyataan informan berikut ini:

“...Dekat dari rumah...Akses mu-dah, jarak 20 menit dari rumah...tidak ada hambatan cuma diwa-jibkan setiap hari ya itu, yang radamenganggu, kalau buat saya itu sih

Page 55: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

53Herlin Fitriana Kurniawati, Antono Suryoputro, Pemanfaatan Metadon pada...

harus datang setiap hari...”D, Perempuan, 34 tahun

”...Tidak ada kesulitan dan jugamudah tidak sulit, bukan berartisemaunya klien tetap sesuai prose-dur... Kadang jalan kaki, pake mo-tor ... deket...”

I, Laki-laki, 33 tahun

”...Akses mudah, apalagi puskes-mas ini termasuk deket dengankota…dan menurut ku tempat sa-ngat strategis...”

Y, Laki-laki, 32 tahun

Ketersediaan Layanan MetadonPuskesmas menyediakan ruang khusus

untuk layanan metadon yaitu untuk bertemudengan dokter. Minum obat dilakukan diruangan obat umum. Hal ini sesuai denganyang disampaikan oleh dokter penanggungjawab layanan harm reduction di Pus-kesmas Gedong Tengen bahwa terdapatruangan khusus untuk memberikan layananmetadon yang terpisah dengan poli umum.Ketika minum metadon tidak di ruangantersebut melainkan di ruangan obat umumpuskesmas atas dasar pertimbangan kea-manan penyimpanan obat karena klinikmetadon terpisah dari gedung utama Pus-kesmas Gedong Tengen dan belum meme-nuhi keamanan dalam penyimpanan obat.

Berdasar Kemenkes RI No. 350/Menkes/SK/IV/2008 lokasi PTRM beradadi sekitar poli rawat jalan dan sebaiknyaditempatkan di area yang tidak terlalu ramai.Sarana layanan terapi rumatan metadonharus memiliki beberapa ruangan yang terdiridari ruangan untuk ruang tunggu, peme-riksaan kesehatan, konseling individu, kon-seling kelompok, tempat memberikan obatmetadon, penyimpanan sementara danpenyimpanan metadon.

Ruang tempat penyimpanan metadonharus aman dan terjaga, dekat dengan pospetugas keamanan. Ruang atau loket untuk

pemberian dosis hanya memungkinkan satuorang dilayani pada satu saat. Loket tersebutharus ada pengamanan khusus, yaitu adanyapemisah antara pemberi obat dengan pene-rima metadon. Puskesmas Gedong Tengensudah menyediakan ruangan yang khususuntuk layanan metadon namun belum meme-nuhi standar sesuai dengan Kemenkes RINo. 350/Menkes/SK/IV/2008 yaitu belumtersedianya ruang atau loket untuk pembe-rian dosis yang hanya memungkinkan satuorang dilayani pada satu saat, loket tersebutbelum memiliki pengamanan khusus, belumada pemisah antara pemberi obat denganpenerima metadon.

Sebagian besar informan utama me-nyatakan bahwa di Puskesmas GedongTengen tersedia dokter, perawat dan petugasoutreach. Hal ini sesuai dengan yang disam-paikan oleh dokter bahwa di PuskesmasGedong Tengen terdapat satu orang dokteryang merupakan dokter poli umum sekaligusmerangkap sebagai penanggung jawabdalam layanan harm reduction, dua orangperawat dan petugas outreach. Petugasoutreach menyampaikan bahwa penggunanapza suntik lebih diutamakan dalam men-dapatkan layanan harm reduction di pus-kesmas. Pengguna layanan metadon akanlangsung mendapatkan pelayanan tanpaharus mengantri.

Semua informan utama menyatakanbahwa prosedur layanan metadon mudah,tidak dipungut biaya untuk yang mempunyaiKartu Tanda Penduduk Kota Yogyakartasedangkan untuk yang tidak mempunyaiKTP Kota Yogyakarta dipungut biayasebesar Rp 5.000,00. Hal ini menunjukkankeseriusan dari pemerintah Kota Yogyakartauntuk menjalankan layanan harm reductiondi puskesmas kepada pengguna napzasuntik dengan tidak membebankan biayalayanan bagi yang mempunyai KTP KotaYogyakarta, dengan harapan dapatmenekan dan mengurangi kejadian HIV.

Page 56: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

54 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 47-56

Seperti yang terlihat dalam pernyataaninforman berikut ini:

“...Di sini ada, ketemu dokter di ru-ang, khusus untuk minum obat ma-sih di dalam tempat umum di tempatobat umum...informasi dari temen-temen, temen-temen penjangkau...buka setiap hari walaupun hari be-sar tetap buka ... waktu ter-batas...””

D, Perempuan, 34 tahun

”...Ada ruangan khusus untuk me-tadon, di sana itu deket labo-ratorium... Informasi dari tementemen-penjangkau, leflet...”

Y, Laki-laki, 32 tahun

Hasil penelitian ini berbeda denganpenelitian Kurniawan (2009) yang menya-takan bahwa ketersediaan fasilitas dan biayalayanan tidak berpengaruh terhadap peman-faatan layanan kesehatan. Menurut Ander-son (1995) ketersediaan layanan termasukdalam faktor pemungkin (enabling) kondisiyang membuat seseorang mampu mela-kukan pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Informasi tentang layanan harmreduction diperoleh dari petugas outreachmaupun leafleat yang diberikan. Informasijuga diberikan melalui media lain sepertisiaran di radio, website Puskesmas GedongTengen, stasiun televisi (TVRI) serta melaluipenyuluhan kepada komunitas penggunanapza suntik masyarakat umum.

Kebutuhan Atas Layanan MetadonSemua informan menyatakan membu-

tuhkan layanan metadon, karena ingin ber-henti dari penggunaan napza atau lepas dariketergantungan terhadap napza, sudah jenuhdan berharap dengan terapi metadon dapatberhenti menggunakan napza. Sebagian ke-cil informan menyatakan bahwa membutuh-kan layanan metadon ini dikarenakan ingin

berhenti menggunakan heroin tanpa harusmerasakan sakit karena gejala putus obat,dan tidak harus khawatir dengan polisikarena metadon merupakan obat yangbersifat legal.

Sebagian kecil informan menyatakanbahwa memanfaatkan layanan metadonmerupakan inisiatif sendiri yang pada awal-nya hanya karena tidak ada heroin atausekalipun ada namun heroin dengan kualitasyang kurang bagus tetapi harganya mahal.Hal ini senada dengan penelitian Kumalasari(2010), bahwa faktor yang mempengaruhiterapi metadon pada umumnya informanmengatakan ingin lepas dari menyuntik dansudah lelah dengan cara hidup merekaselama ini.

Menurut petugas outreach, penggunanapza suntik datang ke layanan karena sa-ngat membutuhkan harm reduction. Peng-guna napza tersebut menyatakan bahwadirinya terinfeksi HIV AIDS karena tidakpaham tentang penyakit tersebut dan untukmengakses jarum suntik steril mengalamikesulitan sehingga saling tukar menukarjarum suntik dengan sesama pengguna. Me-nurut Anderson (1995), faktor kebutuhan(needs) terhadap layanan kesehatan dida-sarkan adanya ketidaknyamanan yangdirasakan sehingga individu tersebut akanmelakukan atau mencari upaya pelayanankesehatan tersebut. Seperti yang terlihatdalam pernyataan informan berikut ini:

“...Inisiatif ... emang udah gimanaya nyari duit susah, ada barang lagikosong, ada barang jelek terus duitkeluar gede, mau gak mau putarbalik juga...ini liat brosurnya hari keempat saya coba...Ada keinginanuntuk berhenti...”

I, Laki-laki, 33 tahun”...Ya aku dah jenuh aja, pengenberhenti...”

Y, Laki-laki, 32 tahun

Page 57: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

55Herlin Fitriana Kurniawati, Antono Suryoputro, Pemanfaatan Metadon pada...

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Semua informan yang memanfaatkanlayanan metadon menyatakan bahwakebutuhan mereka atas layanan metadondidasarkan oleh keinginan untuk berhentidari penggunaan napza suntik. Padahal,dalam konteks pengurangan dampak burukakibat penggunaan napza suntik tidak hanyaberhenti sampai pada ketergantungan napza.Tetapi, tujuan harm reduction adalah agarpara pengguna tersebut jangan sampaikembali pada perilaku yang berisiko sepertimenggunakan napza suntik yang tidak sterilataupun hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan tanpa menggunakankondom.Saran

Saran kepada Puskesmas, agar berko-ordinasi dengan Komisi PenanggulanganAIDS DIY maupun kota/kabupaten untuklebih giat melakukan sosialisasi kepada ke-lompok pengguna napza suntik yang belummemanfaatkan layanan harm reductionagar mau untuk memanfaatkannya denganmenggiatkan petugas outreach. Memberi-kan penguatan tentang maksud dan tujuandari layanan harm reduction kepada peng-guna napza suntik yang sudah memanfa-atkan layanan di puskesmas agar tidak kem-bali kepada perilaku yang berisiko. Sertadiharapkan untuk melakukan penataan ulangruangan di gedung Puskesmas Gedong-tengen terutama untuk layanan metadon danVCT agar memenuhi standar keamanan.

DAFTAR RUJUKANAnderson, R.M. 1995. Revisiting The Be-

havior Model and Acces to MedicalCare: Does It Matter, (Online),(Journal of Health and Social Be-havior, 36 (3): 1-10), diakses 6Agustus 2012.

Ditjen PP&PL Kemenkes RI. 2012. Sta-tistik Kasus HIV/AIDS di Indo-nesia dilaporkan s.d. Desember2011. Jakarta: Kemenkes RI.

Komisi Penanggulangan AIDS. 2008. Pe-doman Prosedur PelaksanaanProgram Pengurangan DampakBuruk bagi Pengguna NAPZASuntik di Puskesmas. Jakarta:KPA.

Kumalasari, T.N. 2010. Perilaku Peng-guna Napza Suntik (Penasun)terhadap Program Terapi Ru-matan Metadon di Rumah SakitErnaldi Bahar 2010. Dalam BukuAbstrak Pertemuan Nasional AIDSIV (hlm. 105). Yogyakarta.

Kurniawan, A., Intiasari, A.D. 2009. Ana-lisis faktor-faktor yang Mempe-ngaruhi Pemanfaatan Sarana Pe-layanan Kesehatan PoliklinikKesehatan Desa di KabupatenPurbalingga. Prosiding SeminarNasional, JKM FKIK UniversitasJendral Soedirman.

Mansrianto, A. 2006. Mengenal LebihDalam tentang Harm Reduction,(Online), (http://kabarpositif.blogspot.com/2006/12/mengenal-lebih-dalam-tentangharm.html),diakses 12 Desember 2011.

Menteri Kesehatan RI. 2008. KeputusanMenteri Kesehatan Nomor350/Menkes/SK/IV/ 2008 tentang Pe-netapan Rumah Sakit Pengampudan Satelit Program Terapi Ru-matan Metadon. Jakarta: Ke-menterian Kesehatan RepublikIndonesia.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan danPerilaku Kesehatan. Rineka Cipta:Jakarta.

Page 58: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

56 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 47-56

Sucahyo P.K., Siagian F. & Sari K. 2001.Memahami Kebutuhan Aktor danPenggunaan Narkotika Suntik.PSKK UGM: Yogyakarta.

Sutriswanto. 2003. Perilaku IDU(Intravenous Drug Users) dalamMenghadapi Bahaya HIV/AIDSdi Kota Semarang Propinsi JawaTengah (Studi Kualitiatif). Tesis.Diterbitkan. Semarang: FKMUniversitas Diponegoro.

Page 59: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR KEPATUHAN DIETLANJUT USIA PENDERITA HIPERTENSI

Kurnianto Priambodo, Lutfi Nurdian AsnindariRSU PKU Muhammadiyah Gamping Sleman

Email: [email protected]

Abstract: This research aims at identifying the visible image of elderlyobedient to the dietary factors in hypertension patients in Margosari,Pengasih, Kulon Progo in 2010. This study used the observational anddescriptive method with cross sectional time approach. using a singlevariable which is elderly diet obedient in hypertension patients. Purposivesampling was used to take the sample. The obedient factors of dietaryon hypertension patients based on sex were dominated by 28 femalepatients (57.1%), 27 patients with under IDR 745.000 monthly income(55.1%), 20 patients graduated from elementary school only (40.8%),and 49 patients suffered complication disease (100%). A number of 46patients (93.9%) had lost their disease symptoms while 47 patients(95.9%) showed positive attitude toward the health agents. Based onthe research, there were many factors that affect hypertension.

Keywords: dietary adherence factors, advanced age, hypertension

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran faktordiet kepatuhan lansia penderita hipertensi pada pasien Margosari PengasihKulon Progo 2010. Penelitian ini menggunakan metode observasionaldan deskriptif, dengan mengambil satu faktor yaitu variabel kepatuhandiet lansia pasien hipertensi. Pendekatan waktu menggunakan crosssectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposivesampling. Faktor kepatuhan diet penderita hipertensi berdasarkan jeniskelamin adalah mayoritas perempuan 28 orang (57,1% ), status sosialekonomi sebagian besar pendapatan kurang dari Rp745.000 sebanyak27 orang (55,1% ), 20 orang memiliki tingkat pendidikan dasar (40,8%),keparahan penyakit komplikasi sebanyak 49 orang (100%), hilangnyagejala karena terapi 46 orang (93,9%), penerimaan dan penolakan penyakit44 orang (89,8%), sikap pasien terhadap petugas kesehatan menunjukkansikap yang baik 47 orang (95,9 %). Berdasarkan penelitian yang dilakukanbanyak faktor yang mempengaruhi hipertensi.

Kata Kunci: faktor kepatuhan diet, usia lanjut, hipertensi

Page 60: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

58 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 57-64

PENDAHULUANPembangunan nasional Indonesia telah

berdampak banyak dalam semua bidangilmu pengetahuan, baik dalam bidang ilmukomunikasi, ekonomi, kemajuan ilmu tek-nologi dan pengetah uan, terutama dalambidang kesehatan, sehingga diharapkandapat meningkatkan kesejahteraan dankesehatan masyarakat Indonesia baik yangberumur balita, anak, dewasa, maupun lan-sia, meningkatkan kualitas kesehatan pen-duduk serta meningkatkan umur harapanhidup manusia. Akibatnya jumlah pedudukyang berusia lanjut meningkat dan pertam-bahannya cenderung lebih cepat (Nugroho,2000).

Hipertensi mempunyai kecenderunganmenjadi salah satu masalah kesehatan ma-syarakat. Hipertensi penting untuk diketahuikarena penyakit hipertensi dikenal sebagaisilent killer atau pembunuh berselimutkarena tidak menunjukkan gejala-gejalaseperti penyakit lain dimana penderitamerasa sakit sehingga perlu memeriksakandiri ke dokter (Budiyanto, 2001).

Hipertensi juga merupakan penyakityang banyak diderita penduduk di Indo-nesia. Menurut WHO, sebanyak 10% pen-duduk dewasa Indonesia menderita hiper-tensi. Dari data survei kesehatan rumahtangga 1992, penyebab kematian terbanyak(16,4%) disebabkan oleh penyakit jantungdan pembuluh darah diantaranya adalahhipertensi (Wirakusumah, 1999).

Survei faktor risiko penyakit kardio-vaskuler oleh WHO di Jakarta, menunjuk-kan angka pravelensi hipertensi pada priaadalah 13,6% (1988), 16,5% (1933), dan12,1% (2000). Pada wanita, angka preva-lensi mencapai 16% (1988), 17% (1993),dan 12,2% (2000). Secara umum pravelensihipertensi pada usia lebih dari 50 tahunberkisar antara 15%-20%.

Beberapa variabel yang mempenga-ruhi tingkat kepatuhan menurut Smeltzer dan

Bare (2002) adalah variabel demografi (se-perti usia, jenis kelamin, suku bangsa, statussosial ekonomi dan pendidikan), variabelpenyakit (seperti keparahan penyakit, hi-langnya gejala akibat terapi), variabel pro-gram terapeutik (seperti kompleksitas pro-gram dan efek samping yang tidak menye-nangkan), variabel psikososial (seperti in-telegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan,penerimaan atau penyangkalan terhadappenyakit, keyakinan agama atau budaya,financial dan lainnya).

Hipertensi merupakan penyakit yangbanyak diderita oleh kaum lanjut usia, baiklaki-laki ataupun perempuan. Adapun dam-pak apabila penyakit hipertensi tidak dike-lola dengan baik dapat menyebabkan pe-nyakit yang lebih parah. Tekanan darah ting-gi yang terus menerus menyebabkan jantungseseorang bekerja ekstra keras, akhirnyakondisi ini berakibat terjadinya kerusakanpada pembuluh darah jantung, ginjal, otakdan mata. Penyakit hipertensi ini merupakanpenyebab umum terjadinya stroke dan se-rangan jantung.

Pada lanjut usia, penyakit-penyakittersebut sangat rentan, sehingga untuk paralanjut usia dianjurkan untuk dapat mengon-trol hipertensi dengan baik, untuk mencegahpenyakit menjadi lebih parah. Sementaraprevalensi hipertensi di Indonesia mencapai31,7% dari populasi pada usia 18 tahun keatas. Dari jumlah itu, 60% penderita hiper-tensi berakhir pada stroke. Data Riskesdasmenyebutkan hipertensi sebagai penyebabkematian nomor 3 setelah stroke dan tuber-kulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari pro-porsi penyebab kematian pada semua umurdi Indonesia (Departemen Kesehatan RI).

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian

observasional dengan metode deskriptif,yaitu suatu metode penelitian yang dilakukandengan tujuan utama untuk membuat

Page 61: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

59Kurnianto Priambodo, Lutfi Nurdian Asnindari, Gambaran Faktor-Faktor Kepatuhan...

gambaran atau deskripsi tentang suatukeadaan secara obyektif (Notoatmodjo,2002).

Pendekatan waktu yang digunakanadalah cross sectional yaitu denganpengumpulan data yang dilakukan sekaliguspada suatu saat (point time approach), tiapsubyek penelitian hanya diobservasi sekalisaja dan pengukuran dilakukan terhadapstatus karakter atau variabel subyek padasaat pemeriksaan (Notoatmodjo, 2002).

Populasi adalah keseluruhan respon-den yang diteliti (Notoatmodjo, 2002).Populasi adalah wilayah generalisasi yangterdiri atas obyek atau subyek yang mempu-nyai kuantitas dan karakteristik tertentu yangditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dankemudian ditarik kesimpulannya (Suyono,2006). Populasi dalam penelitian ini adalahpenderita hipertensi lansia yang berada diwilayah Desa Margosari, Pengasih, KulonProgo, Yogyakarta tahun 2010. Data diper-oleh dari Puskesmas Pengasih II, KulonProgo. Dengan jumlah populasi 54 respon-den, dan yang patuh terhadap diet hipertensisebanyak 49 orang.

Pada penelitian ini jumlah respondensebanyak 49 orang, didapat dari skrining res-ponden yang jumlah awalnya sebanyak 54orang, dan yang patuh terhadap diet hiper-tensi didapatkan sebanyak 49 orang. Peng-ambilan sampel dengan menggunakan pur-posive sampling, karena penentuan sampeldengan pertimbangan tertentu. Kriteriasampel dalam penelitian ini adalah penderitahipertensi lanjut usia yang patuh terhadapdietnya dan bersedia menjadi responden.

Alat pengumpulan data yang diguna-kan adalah kuesioner yang diberikan padaresponden, jawaban ditulis pada kolom yangtersedia. Jenis kuesioner adalah pertanyaantertutup (closed ended) yaitu pada setiappertanyaan sudah disediakan jawabansehingga responden tinggal memilih satujawaban yang sesuai (Notoatmodjo, 2002).

Kuesioner dalam penelitian ini digunakanuntuk mengukur kepatuhan dietnya sertafaktor-faktor kepatuhan diet lanjut usiapenderita hipertensi di Desa Margosari,Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta.

Kuesioner kepatuhan diet berisi 20pertanyaan yang terdiri dari dua macam,yaitu 10 pertanyaan unfavorable dan 10pertanyaan favorable. Nilai untuk perta-nyaan unfavorable adalah 4 untuk tidakpernah (TP), 3 untuk jarang (JR), 2 untukkadang-kadang (KD), 1 untuk sering (SR)dan 0 untuk selalu (SL). Nilai untuk per-tanyaan favorable adalah 0 untuk tidakpernah (TP), 1 untuk jarang (JR), 2 untukkadang-kadang (KD), 3 untuk sering (SR),dan 4 untuk selalu (SL). Sedangkan untukkuesioner faktor-faktor kepatuhan diet,masing-masing terdiri dari 1 pertanyaandengan jawaban yang sudah tersedia,responden tinggal memilih jawaban yangdianggap sesuai.

Kriteria dari selalu (SL) adalah setiaphari menkonsumsi lebih dari atau samadengan 3 kali, sering (SR) adalah mengkon-sumsi sehari kurang dari 3 kali, kadang-kadang (KD) adalah mengkonsumsi 2 harisekali, jarang (JR) adalah mengkonsumsilebih dari 3 hari sampai 1 minggu sekali, dantidak pernah (TP) adalah tidak pernahmengkonsumsinya.

HASIL DAN PEMBAHASANPenelitian ini membahas gambaran

faktor-faktor kepatuhan diet penderita hiper-tensi lanjut usia di Desa Margosari, Penga-sih, Kulon Progo, Yogyakarta tahun 2010.Data penelitian diperoleh dengan cara me-ngisi angket/kuesioner yang terkait dengankepatuhan diet yang terdiri dari 20 butirpertanyaan dan 11 butir pertanyaan tentangfaktor-faktor kepatuhan diet responden.

Berdasarkan hasil angket/kuesionerdapat dideskripsikan distribusi frekuensifaktor-faktor kepatuhan diet penderita

Page 62: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

60 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 57-64

hipertensi lanjut usia di Desa Margosari,Pengasih, Kulon Progo, Yogyakarta tahun2010 yang disajikan pada masing-masingtabel berikut ini.

Faktor UsiaKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor usia dijelaskanpada tabel berikut ini.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi FaktorUsia

Kategori Frekuensi Persentase 60-65 th 66-70 th 71-75 th 76-80 th >80 th

19 11 8 7 4

38,822,4 16,3 14,3 8,2

Total 49 100

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yangpatuh diet yaitu berusia 60-65 tahun seba-nyak 19 orang (38,8%), sedangkan palingsedikit responden yang patuh diet yaituberusia lebih dari 80 tahun sebanyak 4 orang(8,2%). Hal ini menunjukkan mayoritasresponden patuh diet berada pada usia 60-65 tahun.

Faktor Jenis KelaminKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor jenis kelamindijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi FaktorJenis Kelamin

Kategori Frekuensi Persentase Laki-laki Perempuan

21 28

42,957,1

Total 49 100

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yang

patuh diet berjenis kelamin perempuan yaitusebanyak 28 orang (57,1%). Hal ini menun-jukkan mayoritas responden perempuanpatuh diet penderita hipertensi lanjut usia.

Faktor PendapatanKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor pendapatandijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi FaktorPendapatan

Kategori Frekuensi PersentaseKurang Rp. 745.000Lebih Rp. 745.000

27 22

55,1 44,9

Total 49 100

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yang pa-tuh diet memiliki pendapatan kurang dariRp745.000 yaitu sebanyak 27 orang(55,1%). Hal ini menunjukkan mayoritasresponden yang memiliki pendapatan rendahpatuh diet penderita hipertensi lanjut usia.

Faktor PendidikanKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor pendidikandijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi FaktorPendidikan

Kategori Frekuensi PersentaseSDSLTP SLTA Perguruan Tinggi

2016 9 4

40,8 32,7 18,4 8,2

Total 49 100

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yangpatuh diet memiliki tingkat pendidikan SD

Page 63: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

61Kurnianto Priambodo, Lutfi Nurdian Asnindari, Gambaran Faktor-Faktor Kepatuhan...

yaitu sebanyak 20 orang (40,8%). Hal inimenunjukkan mayoritas responden yangpatuh diet penderita hipertensi lanjut usiamemiliki tingkat pendidikan SD.

Faktor Penyakit KomplikasiKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor penyakit kom-plikasi dijelaskan pada tabel 5 sebagaiberikut ini.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi FaktorPenyakit Komplikasi

Kategori Frekuensi PersentaseTidak Ada Ada

49 0

100 0

Total 49 100

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yang pa-tuh diet penderita hipertensi lanjut usia adalahyang tidak memiliki komplikasi dari penyakithipertensi yang diderita sekarang sebanyak49 orang (100%).

Faktor Gejala Sakit BerkurangKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor gejala sakitberkurang dijelaskan pada tabel 6 sebagaiberikut ini.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi FaktorGejala Sakit Berkurang

Kategori Frekuensi PersentaseBerkurang Tidak Berkurang

46 3

93,9 6,1

Total 49 100

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yangpatuh dalam menjalankan diet penderitahipertensi lanjut usia adalah yang memilikigejala sakit berkurang yaitu sebanyak 46orang (93,9%).

Faktor Program DietKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor program dietdijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi FaktorProgram Diet

Kategori Frekuensi Persentase Tidak KomplekKomplek

436

87,7 12,2

Total 49 100

Berdasarkan tabel 7 di atas, dapatdiketahui bahwa sebagian besar respondenyang patuh diet penderita hipertensi lanjutusia, menganggap bahwa diet merupakanprogram yang tidak rumit atau tidakkompleks. Persentase mereka mencapai87,8%, yaitu sebanyak 43 orang.

Faktor Efek SampingKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor efek sampingdijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi FaktorEfek Samping

Kategori Frekuensi Persentase Tidak Ada Ada

37 12

75,5 24,5

Total 49 100

Berdasarkan tabel 8 di atas, dapatdiketahui bahwa sebagian besar respondenyang patuh diet penderita hipertensi lanjutusia menganggap diet tidak memiliki efeksamping yang kurang menyenangkan.Prosentase mereka mencapai 75,5%, yaitusebanyak 37 orang.

Faktor Diet Tergolong Mahal/MurahKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor diet tergolongmahal/murah dijelaskan pada tabel 9 berikutdi bawah ini.

Page 64: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

62 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 57-64

Tabel 11. Distribusi Frekuensi FaktorSikap kepada Tenaga Medis

Kategori Frekuensi Persentase Baik Kurang Baik

47 2

95,9 4,1

Total 49 100

Berdasarkan tabel 11 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yangpatuh diet penderita hipertensi lanjut usiamenunjukkan sikap baik kepada tenagamedis yaitu sebanyak 47 orang (95,9%).

Faktor Usia Penderita Hipertensi padaLansia

Penyakit hipertensi maupun diabetesmerupakan penyakit yang tidak dapat di-sembuhkan. Diet atau terapi yang diberikanhanya sebatas untuk mempertahankan kon-disi agar tidak terjadi komplikasi penyakitlainya sehingga butuh motivasi dan semangatagar mampu bertahan. Bagi responden yangmemiliki penyakit hipertensi diharapkanuntuk terus mengikuti program diet agar lebihsehat.

Pengaruh keparahan pada kepatuhanyaitu semakin banyak komplikasi yang ada,maka dapat disimpulkan juga bahwa orangyang menderita hipertensi itu tidak patuhterhadap dietnya. Pengelolaan kepatuhandiet pada lanjut usia sangat dibutuhkan,karena dengan pengelolaan kepatuhan itusendiri maka dapat meminimalisasi adanyakomplikasi yang lebih besar dan penyakityang diderita para lanjut usia tidak bertam-bah parah.

Usia merupakan lama waktu hidupatau ada (sejak dilahirkan atau diadakan)(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001).Status kesehatan dapat ditentukan olehfaktor usia. Setiap rentang usia (bayi-lansia)memiliki pemahaman dan respon terhadap

Tabel 9. Distribusi Frekuensi FaktorDiet Mahal/Murah

Kategori Frekuensi Persentase Murah Mahal

45 4

91,8 8,2

Total 49 100

Berdasarkan tabel 9 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden yangpatuh diet penderita hipertensi lanjut usiamenganggap diet yeng dilakukan tergolongmurah yaitu sebanyak 45 orang (91,8%).Hal ini menunjukkan mayoritas respondenyang patuh diet penderita hipertensi lanjutusia menganggap diet yeng dilakukan tergo-long murah.

Faktor Menerima PenyakitKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor menerimapenyakit yang diderita dijelaskan pada tabelberikut ini.

Tabel 10. Distribusi Frekuensi FaktorMenerima Penyakit

Kategori Frekuensi PersentaseMenerima Tidak Menerima

44 5

89,810,2

Total 49 100

Berdasarkan tabel 10 di atas, dapatdiketahui bahwa sebagian besar respondenyang patuh menjalankan diet bagi penderitahipertensi lanjut usia mereka bersikapmenerima penyakit yang sedang diderita.Persentase mereka sebanyak 89,8%, yaitusebanyak 44 orang.

Faktor Sikap Kepada Tenaga MedisKepatuhan diet penderita hipertensi

lanjut usia berdasarkan faktor sikap kepadatenaga medis dijelaskan pada tabel 11sebagai berikut:

Page 65: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

63Kurnianto Priambodo, Lutfi Nurdian Asnindari, Gambaran Faktor-Faktor Kepatuhan...

perubahan kesehatan yang berbeda-beda.Usia berpengaruh terhadap cara pandangseseorang dalam kehidupan, masa depandan pengambilan keputusan. Penderita yangdalam usia produktif merasa terpacu untukpatuh terhadap terapi mengingat dia masihmuda, mempunyai harapan hidup yang tinggi,sementara yang tua merasa hanya menungguwaktu, akibatnya mereka kurang motivasidalam menjalani terapi.

Menurut penelitian ini, hipertensi meru-pakan penyakit yang banyak diderita olehkaum wanita. Adapun dampak penyakithipertensi apabila tidak dikelola dengan baikdapat menyebabkan penyakit yang lebihparah. Penyakit hipertensi merupakan pe-nyebab umum terjadinya stroke dan se-rangan jantung. Pada lanjut usia penyakit-penyakit tersebut sangat rentan dan seringsekali menyerang usia lanjut, sehingga untukpara lanjut usia dianjurkan untuk dapatmelaksanakan pengontrolan hipertensidengan baik, untuk mencegah penyakitmenjadi lebih parah.

Jenis kelamin berpengaruh terhadapkepatuhan dalam menerapkan terapi nonfarmakologi. Hasil ini didukung hasil pene-litian sebelumnya yang dilakukan olehRiastuti (2005) bahwa responden wanitalebih banyak daripada pria disebabkankarena usia wanita lebih panjang sehinggamengalami proses penuaan yang beresikopada penyakit kelainan metabolisme pen-cernaan, salah satunya adalah hipertensi.Tingkat kesadaran perempuan lebih tinggisehingga lebih banyak yang terdeteksi.

Tingkat ekonomi atau penghasilanyang rendah akan berhubungan denganpemanfaatan pelayanan kesehatan maupunpencegahan penyakit. Semakin tinggi biayayang dikeluarkan untuk melakukan dietsedangkan penghasilan yang didapat relatifrendah, maka akan semakin rendah pulakepatuhannya terhadap diet. Sedangkansemakin tinggi tingkat ekonomi seseorang

biasanya akan lebih cepat tanggap terhadapgejala penyakit yang dirasakan, akan sece-pat mungkin untuk mencari pencegahan agarpenyakit dapat diatasi. Sehingga ia akansegera mencari pertolongan ketika merasaada gangguan pada kesehatannya tanpabingung memikirkan biaya.

Tingkat pendidikan berpengaruh padastatus pengetahuan seseorang tentang pe-nyakit hipertensi dapat mempengaruhikemampuannya dalam memilih dan memu-tuskan terapi maupun diet yang sesuai de-ngan kondisinya untuk mereda penyakityang dialaminya. Status pendidikan dapatmempengaruhi kesempatan dalam mempe-roleh informasi mengenai pengelolaan pe-nyakitnya. Seseorang yang memiliki pendi-dikan tinggi akan lebih mudah mendapatkaninformasi dan pengetahuan terkait kesehatan,cenderung lebih mudah mencari tahu terapiyang seharusnya dijalani, sedangkan yangberpendidikan rendah sedikit kesempatanmencari pengetahuan. Hal ini mempengaruhitingkat kepatuhan diet untuk mengurangipenyakit hipertensi.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanSimpulan dari penelitian ini adalah faktor

jenis kelamin penderita hipertensi pada lansiasebagian besar responden yang patuh dietberjenis kelamin perempuan sebanyak 28orang (57,1%), faktor status sosial ekonomipenderita hipertensi sebagian besarresponden yang patuh diet memiliki penda-patan kurang dari Rp745.000 sebanyak 27orang (55,1%), faktor pendidikan penderitahipertensi sebagian besar responden yangpatuh diet memiliki tingkat pendidikan SDsebanyak 20 orang (40,8%), faktorkeparahan penyakit penderita hipertensisebagian besar responden yang patuh dietpenderita hipertensi lanjut usia tidak memilikikomplikasi dari penyakit hipertensi yang

Page 66: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

64 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 57-64

dialami sekarang sebanyak 49 orang (100%).Faktor hilangnya gejala akibat terapi

yang dilakukan sebagian responden yangpatut diet sebanyak 46 orang (93,9%), fak-tor penerimaan dan penyangkalan terhadappenyakit sebagian besar responden yang pa-tuh diet penderita hipertensi lanjut usia mene-rima penyakit yang sedang diderita sebanyak44 orang (89,8%), faktor sikap penderitaterhadap tenaga kesehatan sebagian besarresponden yang patuh diet penderita hiper-tensi lanjut usia menunjukkan sikap baikkepada tenaga medis sebanyak 47 orang(95,9%).

SaranSaran yang dapat diberikan bagi

masyarakat Desa Margosari khususnya lansiapenderita hipertensi lebih memperhatikanfaktor-faktor lain yang dapat mempengaruhikepatuhan diet, dan dapat menerapkan diethipertensi dengan baik.

Bagi peneliti selanjutnya dapat menja-dikan hasil penelitan ini sebagai sumber pus-taka atau referensi dan meningkatkan penge-tahuan tentang faktor-faktor kepatuhan dietlansia penderita hipertensi. Peneliti selan-jutnya dapat meneliti beberapa faktor lainyang mempengaruhi kepatuhan diet lanjutusia penderita hipertensi, seperti faktorpekerjaan, aktivitas, tempat tinggal, faktorkonsumsi makanan, kurang olahraga, obe-sitas, kebiasaan merokok, riwayat keluargahipertensi, diabetes millitus, suku bangsa,intelegensi, budaya, dan agama.

Bagi Puskesmas Pengasih II agar da-pat memberikan konseling dan pemantauanbagi para penderita hipertensi lanjut usia diDesa Margosari, agar mereka dapat menge-lola dietnya dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, MAK. 2001. Dasar - DasarIlmu Gizi. UMM Press: Malang.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan/Pusat Bahasa. 2001. Kamus BesarBahasa Indonesia. Edisi 3. BalaiPustaka: Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Pene-litian. Rineka Cipta: Jakarta.

Nugroho, W. 2000. Keperawatan Ge-rontik. EGC: Jakarta.

Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jen-deral Departemen Kesehatan. Hin-dari Hipertensi, Konsumsi Ga-ram 1 Sendok Teh per Hari. Disa-jikan dalam Seminar Hipertensi danDeteksi Dini Faktor Risikonya,(Online), (http://depkes.go.id/index.php?vw=2&id=263), diakses15 Juni 2010.

Pusat Komunikasi Publik, SekretariatJenderal Departemen Kesehatan.Hipertensi Kematian Nomor 3.Disampaikan dalam Kegiatan The4th Scientific Meeting, (Online),(ht t p: / /www.depkes.go . id/index.php?vw=2&id=810),diakses 15 Juni 2010.

Riastuti, M.N.D.P. 2005. Pengaruh Kun-jungan Rumah Terhadap Kepa-tuhan Diet dan Kadar Gula Da-rah Pada Pasien Diabetes Melli-tus Tidak Tergantung Insulin Ra-wat Jalan di RS dr Sardjito Yogya-karta, (Online), (http://linfolib.med.ugm.pdf ), diakses 15 Juni 2010.

Smeltzer, Bare. 2002. Buku Ajar Kepera-watan Medical Bedah Brunnerdan Suddart. EGC: Jakarta.

Suyono, Slamet. 2006. Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam Jilid III. Edisi 4.Departemen Ilmu Penyakit DalamFK-UI: Jakarta.

Wirakusumah, ES. 1999. PerencanaanMenu Anemia Gizi Besi. TrubusAgriwirya: Jakarta.

Page 67: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

PENGARUH STATUS KEPEGAWAIAN TERHADAPKINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP

Muhammad SaefullohSTIKes Indramayu

E-mail: [email protected]

Abstract: This research aims at obtaining the differences between civilservant and non-civil servant performance in Indramayu RegionalHospital. This research is a comparative research study. The samplingtechnique used in this research was total population sampling technique.A number of 119 respondents were taken as the sample of this research.The statistics showed that there were 63.03% civil servant nurses whilethe others (36,97%) were not civil servants. The data on this researchwere taken by using nurse self-assessment performance in giving theirservice. The result of independent t-test showed value at 0.05. The resultof the statistics test showed p-value = 0.520 (α 0.05). In conclusion,there was no meaningful different performance between civil servantnurses and non-civil servant nurses in Indramayu Regional Hospital in2012.

Keywords: nurses performance, personnel status

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kinerjaperawat PNS dengan Non PNS di ruang rawat inap RSUD KabupatenIndramayu. Desain penelitian menggunakan studi komparasi. Tekniksampling menggunakan total populasi dengan jumlah responden sebanyak119 orang. Data diambil menggunakan kuesioner self assesment kinerjaperawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Analisis statistik meng-gunakan independent t-test dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa sebanyak 63,03% perawat berstatus PNSdan 36,97% berstatus non PNS. Hasil uji statistik menunjukkan p-value=0,520 (α 0,05) artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antarakinerja perawat PNS dengan non PNS di ruang rawat inap RSUDKabupaten Indramayu. Hal ini dapat disebabkan perawat yang berstatusnon PNS memiliki tanggung jawab yang sama dalam memberikan asuhankeperawatan terhadap pasien. Kesimpulan penelitian adalah tidak adaperbedaan yang bermakna antara kinerja perawat pelaksana yangberstatus PNS dengan non PNS di ruang rawat inap RSUD KabupatenIndramayu Tahun 2012..Kata Kunci: kinerja perawat, status kepegawaian

Page 68: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

66 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 65-73

PENDAHULUANJumlah sumber daya manusia bidang

keperawatan di berbagai rumah sakit padaumumnya mencapai 40–60% dari jumlahsumber daya manusia secara keseluruhan dirumah sakit tersebut (Gillies, 2000). Kondisitersebut menyebabkan pelayanan yangdiberikan oleh perawat selama 24 jam akanberpengaruh terhadap pelayanan yangdiberikan oleh rumah sakit secara keselu-ruhan pula. Hal tersebut akan nampak padakinerja rumah sakit yang dapat diukurdengan pencapaian tujuan rumah sakit.

Kinerja adalah apa yang dilakukanatau tidak dilakukan oleh karyawan yangmempengaruhi seberapa banyak merekamemberikan kontribusi kepada organisasi,seperti kuantitas output, kualitas output,jangka waktu output, kehadiran di tempatkerja dan sikap kooperatif (Mathis &Jackson, 2002). Kinerja merupakan hasilpekerjaan yang mempunyai hubungan kuatdengan tujuan strategis organisasi, kepuasankonsumen, dan memberikan kontribusi padaekonomi (Wibowo, 2009). Dengan demi-kian kinerja adalah tentang apa yangdikerjakan oleh seseorang dalam suatuorganisasi dan bagaimana cara mengerja-kannya, serta hasil yang dicapai dari peker-jaan tersebut sehingga tercapai tujuanorganisasi.

Kinerja adalah hasil yang dicapai sese-orang menurut ukuran yang berlaku untukpekerjaan yang bersangkutan (As’ad,2003). Kinerja suatu organisasi, misalnyarumah sakit, bukan hasil penampilan satuindividu namun merupakan hasil penampilanseluruh individu yang ada di organisasitersebut. Kinerja perawat adalah tindakanatau kegiatan yang dilakukan oleh seorangperawat dalam suatu institusi pelayanankesehatan sesuai dengan wewenang dantanggung jawabnya masing-masing, standarpraktek serta memeperhatikan aspek etiklegal. Kinerja perawat pada hakekatnya

adalah terlaksananya asuhan keperawatanterhadap pasien melalui proses keperawatanyaitu berupa aktivitas yang dilakukan secarasistematis melalui lima tahap yakni pengka-jian, diagnosis, perencanaan tindakan,implementasi dan evaluasi keperawatan.

Perawat di rumah sakit memiliki peransebagai perawat klinik (PK), perawatmanajer (PM), perawat pendidik (PP) danperawat riset (PR) (PPNI, 2002). Di rumahsakit, perawat dominan berperan sebagaiperawat klinik yaitu pemberi asuhan kepera-watan sehingga apabila kita akan melihatkinerja perawat maka yang dilihat adalahhasil yang dicapai oleh perawat dalam mem-berikan asuhan keperawatan. Hasil kinerjaperawat di rumah sakit dapat dilakukanmelalui pengamatan langsung yaitu prosespemberian asuhan keperawatan (prosesasuhan keperawatan) atau laporan dan ca-tatan pasien (dokumentasi) asuhan kepera-watan yang telah diberikan (hasil asuhankeperawatan).

Oleh karena itu Persatuan PerawatNasional Indonesia (PPNI) pada tahun 2000telah menetapkan standar praktik kepera-watan yang mengacu pada proses kepera-watan yang meliputi pengkajian, diagnosa,perencanaan, implementasi dan evaluasi.Pelaksanaan asuhan keperawatan kepadapasien di ruang rawat inap merupakan kegi-atan pokok yang sering menjadi barometertentang baik atau buruknya suatu pelayanankesehatan di rumah sakit. Hal ini disebabkandi ruang rawat inap merupakan tempatkontak antara perawat dengan pasien palingsering atau terlama terjadi.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)Kabupaten Indramayu adalah salah satusarana pelayanan kesehatan yang ada diKabupaten Indramayu dan merupakanrumah sakit pemerintah yang menjadi pusatrujukan kesehatan di tingkat kabupaten.RSUD Kabupaten Indramayu sudahterakreditasi tipe B dengan lima pelayanan

Page 69: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

67Muhammad Saefulloh, Pengaruh Status Kepegawaian...

(bidang Administrasi, Pelayanan, Kepe-rawatan, Unit Gawat Darurat dan MedicalRecord) dan masuk kategori BLUD (BadanLayanan Umum Daerah) sejak tahun 2011.

Visi RSUD Kabupaten Indramayuadalah terwujudnya pelayanan kesehatanyang bermutu kepada seluruh lapisan ma-syarakat Kabupaten Indramayu menuju kearah kesehatan yang lebih baik. Misinyaadalah memberikan pelayanan kesehatanspesialistik yang optimal, menjadi pusatrujukan pelayanan kesehatan untuk wilayahIndramayu, meningkatkan sumber daya ma-nusia, meningkatkan sarana dan prasaranarumah sakit, dan meningkatkan kese-jahteraan pegawai (Profil RSUD KabupatenIndramayu, 2012).

Tabel 1. Indikator Kinerja Pelayanandi Ruang Rawat Inap RSUDKabupaten Indramayu

Indikator 2010 2011 2012 (s.d. Juli)

BOR (Bed Occupancy Rate)

75,19 86,75 84,6

LOS (Length of Stay)

3 3 3

BTO (Bed Turn Over)

85 98 58

TOI (Turn Over Interval)

1 0 1

Tabel 1 menggambarkan sampai de-ngan bulan Juli tahun 2012 nilai BOR (BedOccupancy Rate) atau tingkat pemanfaatantempat tidur rata-rata sebesar 84,6%, LOS(Length of Stay) atau lamanya hari pera-watan di rumah sakit rata-rata selama 3 hari,BTO (Bed Turn Over) atau rata-rata satutempat tidur terpakai dalam satu tahunsebanyak 58 kali per tahun dan angka TOI(Turn Over Interval) atau interval waktutempat tidur tidak ditempati selama 1 hari.

Instalasi rawat inap RSUD KabupatenIndramayu memiliki jumlah perawat 149orang dan kapasitas tempat tidur 177 buah,terdiri dari 9 ruang perawatan yang masing-masing ruangan dipimpin oleh kepalaruangan. Ruang rawat inap tersebut adalahRuang VIP A (Paviliun Kidang Kencana),Ruang VIP B, Ruang Kelas Satu, RuangPenyakit Dalam, Ruang Penyakit Bedah,Ruang Penyakit Anak, Ruang ICU(Intensive Care Unit), Ruang Bersalin(nifas) dan Ruang Perinatologi.

Hasil studi pendahuluan di RumahSakit Umum Daerah (RSUD) KabupatenIndramayu ditemukan data bahwa seluruhperawat RSUD Kabupaten Indramayubaik yang Pegawai Negeri Sipil (PNS)maupun Non PNS (Bukan Pegawai NegeriSipil) mencatat hasil kegiatan harian padabuku catatan pelaksanaan kegiatan, namunpencatatannya belum rutin dilakukan setiaphari. Secara rutin diadakan penilaian kinerjaperawat, khusus untuk perawat yangberstatus PNS penilaian kinerja ditambahmenggunakan format Daftar PenilaianPelaksanaan Pekerjaan (DP3) meliputikesetiaan, prestasi kerja, tanggung jawab,ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsadan kepemimpinan. Nilai rata-rata DP3perawat di RSUD Kabupaten Indramayuadalah 80,00% (kategori baik). Sedangkanuntuk perawat yang Non PNS tiak adapenilaian DP3.

Hasil observasi peneliti terhadap sepu-luh dokumentasi asuhan keperawatan daritanggal 28 September–3 Oktober 2012pada salah satu ruang rawat inap, delapandokumen sudah diisi tetapi ada dua doku-men diisi setelah tiga hari perawatan. Wa-wancara peneliti kepada perawat di ruangtersebut menyatakan bahwa penundaanpencatatan dokumen asuhan keperawatanini disebabkan perawat menerima lebih darisatu pasien baru dalam satu shift.

Page 70: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

68 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 65-73

Perawat mendahulukan pelaksanaantindakan keperawatan untuk memenuhikebutuhan pasien atau menghindari kom-plain pasien dan keluarga pasien. Dari hasilwawancara didapatkan data ada anggapanbahwa perawat dengan status PNS memilikitanggungjawab lebih besar daripada nonPNS sehingga dalam bekerja harus lebihbaik. Hal ini akan terlihat dari cara kerjaperawat tersebut.

Menurut Kopelmen (1981) dalamIlyas (2002) terdapat dua faktor yang mem-pengaruhi kinerja pegawai yaitu motivasi dankemampuan. Semakin tinggi motivasi kerjadan kemampuan staf maka semakin tinggipula kinerja yang dihasilkan, sebaliknyasemakin rendah motivasi dan kemampuanstaf maka semakin rendah pula kinerjanya.Berkaitan dengan perawat yang bekerja dirumah sakit, motivasi kerja seorang perawatdapat mempengaruhi pelaksanaan pelayanankeperawatan kepada pasien.

Motivasi kerja perawat timbul dari da-lam diri perawat untuk melaksanakan asuhankeperawatan. Apabila motivasi kerja pera-wat baik maka kinerja perawat dalam mem-berikan asuhan keperawatan akan baikpula. Sebaliknya apabila motivasi kerja pe-rawat menurun maka akan menimbulkanpermasalahan dalam pelayanan kepera-watan seperti menurunnya kinerja perawatyang berdampak pada menurunnya kualitaspelayanan kesehatan secara keseluruhan.

Teori motivasi menurut FrederickHerzberg (1950) dalam Robbins (1998),Hasibuan (2001), Munandar (2004) yangdikenal dengan teori dua faktor menjelaskanbahwa ada dua faktor yang akan mempe-ngaruhi motivasi seseorang dalam melak-sanakan pekerjaannya yaitu faktor motivatordan faktor hygiene. Kedua faktor tersebuttidak berdiri sendiri namun akan selaluberkaitan. Faktor motivator meliputi pres-tasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri,

tanggung jawab, kemajuan dan pertum-buhan. Faktor ini merupakan faktor yangsecara konsisten berkaitan dengan kepuasankerja. Apabila faktor-faktor tersebut terpe-nuhi maka seseorang akan merasakan kepu-asan, sehingga akan mendorong untukmeningkatkan motivasi kerjanya.

Faktor motivator merupakan faktorintrinsik, artinya faktor yang timbul daridalam diri individu (Robbins, 1998). Faktorhygiene meliputi kebijakan dan administrasiperusahaan, supervisi, hubungan dengansupervisor, gaji, hubungan dengan rekankerja, kehidupan pribadi, hubungan denganbawahan, status dan keamanan. Faktor inimerupakan yang berkaitan dengan ketidak-puasan. Apabila faktor-faktor tersebutterpenuhi maka seseorang merasa terpenuhikepuasannya (tidak ada ketidakpuasan)sehingga akan mendorong untuk mening-katkan motivasi kerjanya. Faktor hygienemerupakan faktor ekstrinsik, artinya faktoryang timbul dari luar diri individu (Robbins,1998).

Berdasar analisis terhadap fenomena diatas maka diperlukan informasi spesifik yangmenjelaskan perbedaan kinerja perawatpelaksana antara PNS dengan non PNS,sehingga masalah penelitian yang dirumuskanadalah “Apakah ada perbedaan yangbermakna antara kinerja perawat pelaksanaPNS dan Non PNS di Ruang Rawat InapRSUD Kabupaten Indramayu?”

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian

komparasi. Sampel dalam penelitian ini ada-lah perawat pelaksana di ruang rawat inapRSUD Kabupaten Indramayu sebanyak119 responden. Status kepegawaian dike-lompokkan menjadi PNS dan non PNS.Data kinerja diambil menggunakan kuesi-oner self assesment kinerja perawat dalampemberian asuhan keperawatan. Kuesioner

Page 71: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

69Muhammad Saefulloh, Pengaruh Status Kepegawaian...

yang dipakai telah dilakukan uji validitas danreliabilitas di Rumah Sakit Umum Daerah(RSUD) M.A. Sentot di Patrol KabupatenIndramayu terhadap 30 responden. Datadianalisis secara univariat dan bivariat (Sabri& Hastono, 1999).

HASIL DAN PEMBAHASANData hasil penelitian dikelompokkan

berdasarkan status kepegawaian PNS dannon PNS. Selanjutnya, berdasarkan statuskepegawaian tersebut data karakteristikresponden dikelompokkan menjadi datanumerik dan kategorik.

Hasil analisis data pada tabel 2menunjukkan bahwa perawat pelaksanayang bekerja di ruang rawat inap RSUDIndramayu berdasarkan jenis kelaminsebagian besar berjenis kelamin perempuan(70,59%) dan berdasarkan t ingkatpendidikan sebagian besar berpendidikanDIII keperawatan (82,35%).

Tabel 3 menunjukkan bahwa perawatpelaksana yang bekerja di ruang rawat inapRSUD Indramayu berdasarkan umurmemiliki rata-rata umur 31 tahun denganumur termuda 24 tahun dan umur tertua 42tahun (95%CI, 29,93 – 32,06 tahun),sedangkan berdasarkan lama kerja memilikilama kerja rata-rata 5,58 tahun dengan lamakerja terendah 0 tahun dan tertinggi 23 tahun(95%CI, 4,29 – 6,86 tahun)

Tabel 4 menunjukkan bahwa perawatyang berstatus PNS sebanyak 75 respondenmemiliki kinerja rata-rata 85,54 dengansimpang deviasi 10,27. Ini menunjukkanbahwa secara kuantitas kinerja perawatyang berstatus PNS memiliki kategori baikbila distandarkan dengan DP3 (DaftarPenilaian Prestasi Pegawai) yang selama inidiberlakukan untuk PNS. Untuk perawatyang berstatus non PNS sebanyak 44responden memiliki kinerja rata-rata 84,32dengan simpang deviasi 9,62. Inimenunjukkan pula bahwa secara kuantitaskinerja perawat yang berstatus non PNSmemiliki kategori baik bila distandarkandengan DP3 (Daftar Penilaian PrestasiPegawai) yang selama ini diberlakukan untukPNS.

Hasil uji statistik didapatkan p value0,520 (∂ 0,05) sehingga hipotesis nolditerima yang berarti tidak ada perbedaanyang bermakna antara kinerja perawat PNSdengan non PNS di Ruang Rawat InapRSUD Kabupaten Indramayu. Hasil inimenunjukkan pula baik perawat yangberstatus PNS maupun non PNS memilikikinerja dengan kategori baik.

Berdasarkan hasil penelitian didapat-kan data bahwa perawat di ruang rawat inapRumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabu-paten Indramayu berusia rata-rata 31 tahun.Ini menunjukkan bahwa meskipun perawat

Variabel Kelompok PNS

Kelompok Non PNS

Jumlah

n % n % n % Jenis Kelamin Laki Laki Perempuan

21 54

28,0 72,0

14 30

31,8 68,2

35 84

29,41 70,59

Tingkat pendidikan D III Keperawatan Ners

59 16

78,7 21,3

39 5

88,6 11,4

98 21

82,35 17,65

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Perawat Pelaksana Berdasarkan Jenis Kelamindan Tingkat Pendidikan Pada Kelompok PNS dan Non PNS Di RuangRawat Inap RSUD Indramayu Tahun 2012

Page 72: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

70 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 65-73

di ruang rawat inap RSUD KabupatenIndramayu memiliki umur rata-rata yangmasih muda namun sudah memiliki semangatkerja yang tinggi. Kondisi ini tidak sesuaidengan pendapat Gordon (1993) yangmenjelaskan semakin tua umur seseorangseharusnya semakin tinggi pula keinginanuntuk membuktikan existence di tempatkerjanya.

Namun, hasil penelitian ini sesuai de-ngan pendapat Gibson (1997) dalam Ilyas(2002) bahwa umur berefek tidak langsungterhadap kinerja. Di usia muda biasanyaindividu ingin berprestasi dan mencari penga-laman yang sebanyak-banyaknya, hal inidimungkinkan menjadi pendorong kinerja.Meskipun usia masih muda namun tidakmenghalangi untuk memiliki kinerja yangbaik.

Berdasarkan lama kerja, hasil pene-litian menunjukkan bahwa lama kerja pera-wat pelaksana di ruang rawat inap RSUDIndramayu rata-rata 5,58 tahun. Robbins(1998) menjelaskan senioritas atau lamakerja seseorang menunjang kinerja pegawai.Hal ini tidak terjadi di RSUD Kabupaten

Indramayu, dimana meskipun lama kerjabelum lama (masih yunior) namun sudahberkinerja baik.

Berdasarkan jenis kelamin, hasil pene-litian menunjukkan bahwa jenis kelaminperawat pelaksana di ruang rawat inapRSUD Kabupaten Indramayu sebanyak70,59% berjenis kelamin perempuan. De-ngan kondisi lebih dari setengah berjeniskelamin perempuan ternyata memiliki nilaikinerja yang baik. Gibson (1997) dalamIlyas (2002) menjelaskan bahwa jeniskelamin tidak berhubungan langsung dengankinerja. Robbins (1998) menjelaskan bahwatidak ada perbedaan yang jelas antara laki-laki dan perempuan dalam kinerja. Jeniskelamin bukan faktor determinan dalamkinerja. Seorang yang berjenis kelamin laki-laki dapat berkinerja baik atau kurang baiktergantung dari faktor pendorongnya. Begitupula sebaliknya dengan seorang perempuan.

Berdasarkan tingkat pendidikan, hasilpenelitian menunjukkan bahwa tingkatpendidikan perawat di ruang rawat inapRSUD Indramayu sebanyak 82,35% ber-pendidikan D-III Keperawatan. Dengan

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Perawat Pelaksana Berdasarkan Umur dan LamaKerja Pada Kelompok PNS dan Non PNS Di Ruang Rawat Inap RSUDIndramayu Tahun 2012

Tabel 4. Analisis Perbedaan Kinerja Perawat PNS dan Non PNS Di Ruang RawatInap RSUD Kabupaten Indramayu 2012

Status Pegawai n Mean Med SD Min – Max p value PNS 75 85,54 89,00 10,27 61 – 96 0,520 Non PNS 44 84,32 87,00 9,62 61 – 96

Variabel Kelompok n Mean Median SD Min-Maks

95% CI

Umur PNS 75 34,75 34 4,92 26 – 48 33,61 – 35,87 Non PNS 44 27,25 26,50 3,80 22 – 36 26,25 – 28,24

Total 119 31 30,25 4,10 24 - 42 29,93 – 32,06 Lama Kerja

PNS 75 8,25 9 5,63 0 – 25 6,95 – 9,55 Non PNS 44 2,91 1,50 4,19 0 – 21 1,63 – 4,18

Total 91 5,58 5,25 4,91 0 – 23 4,29 – 6,86

Page 73: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

71Muhammad Saefulloh, Pengaruh Status Kepegawaian...

pendidikan tinggi diharapkan perawat memi-liki ilmu dan ketrampilan yang cukup dalambekerja. Sehingga dimungkinkan hal ini men-jadi pendorong kinerja yang baik pada diriperawat di RSUD Kabupaten Indramayu.

Berdasarkan status pegawai, hasilpenelitian menunjukkan bahwa status pega-wai perawat pelaksana di ruang rawat inapRSUD Indramayu yang berstatus PNS se-banyak 63,03% dan berstatus non PNS se-banyak 36,97%. Perawat PNS memilikikinerja rata-rata 85,54 dan perawat nonPNS memiliki kinerja rata-rata 84,32. Seli-sih kinerja antara perawat PNS dengan nonPNS adalah 1,22 poin. Berdasarkan analisislanjutan didapatkan p value 0,52 sehinggadapat disimpulkan bahwa tidak ada perbe-daan kinerja antara perawat yang berstatusPNS dengan non PNS (∂ 0,05; 95% CI).

Hasil uji statistik tersebut dapat dipaha-mi karena secara kuantitas perbedaankinerja antara PNS dan non PNS sebesar1,22 poin dalam rentang nilai 0 – 100 tentusaja tidak berarti karena hanya berbeda1,22% dan secara kualitas berdasarkan nilaiDP3 skor 85,54 dan 84,32 berada padakategori yang sama yaitu kategori baik.

PNS merupakan salah satu perangkatnegara yang diangkat oleh pemerintah de-ngan tugas memberikan pelayanan kepadamasyarakat. Kehidupan PNS dijamin olehnegara dalam hal pemenuhan kehidupanyang layak bagi kehidupan manusia meliputisandang, pangan, dan papan untuk seluruhanggota keluarga inti.

Jaminan negara untuk PNS meliputijuga untuk pendidikan lanjutan dalam rangkapeningkatan kompetensi yang dapat menun-jang kinerjanya. Dengan jaminan tersebutdiharapkan PNS dapat melayani masya-rakat sesuai dengan standar yang telah dite-tapkan. PNS merupakan abdi masyarakatsehingga tertuntut untuk memberikanpelayanan yang terbaik kepada masyarakatsebagai konsumen. Halnya dengan pera-

wat, salah satu konsumennya adalah pasiensehingga perawat memiliki kewajiban untukmemberikan pelayanan yang terbaik sesuaistandar praktek yang telah dikeluarkan olehPPNI.

Perawat PNS merupakan bagian dariPNS yang bertugas memberikan pelayanankeperawatan kepada masyarakat khususnyadi instansi pelayanan kesehatan dalam halini adalah rumah sakit yang diselenggarakanoleh pemerintah. Sama dengan PNS padaumumnya, perawat PNS oleh negara dibe-rikan hak antara lain gaji pokok, tunjanganjabatan (fungsional atau struktural), tun-jangan istri/suami dan anak, tunjangan kese-hatan, tunjangan bantuan uang muka rumah,tunjangan pensiun, dan fasilitas-fasilitas lainyang diterima misalnya cuti sakit, cuti ta-hunan, dan cuti melahirkan.

Hak-hak tersebut diberikan oleh nega-ra sebagai timbal balik atas kesediaanyamenjalankan kewajiban sebagai abdi ma-syarakat, sehingga sudah seharusnya se-orang perawat PNS memiliki kinerja yangbaik yang diwujudkan saat pemberian pela-yanan keperawatan. Bahkan di beberaparumah sakit milik pemerintah, selain haktersebut perawat mendapat tunjangan tam-bahan dari rumah sakit. Halnya denganperawat non PNS, mereka mendapatkanhak dari rumah sakit yang kuantitasnya ham-pir sama seperti PNS namun tidak sebesardan selengkap PNS. Di beberapa rumahsakit, baik perawat PNS maupun non PNSmendapat fasilitas tambahan yaitu bebasbiaya perawatan bagi dirinya dan anggotakeluarga inti bila dirawat di rumah sakitdimana yang bersangkutan bekerja.

Meskipun hak yang diterima antaraperawat PNS dan non PNS tidaklah samanamun tidak menghalangi perawat non PNSuntuk memberikan kinerja yang terbaikuntuk rumah sakit dalam memberikanpelayanan. Meskipun berdasarkan tingkatpendidikan ada perbedaan wewenang dalam

Page 74: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

72 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 65-73

pemberian pelayanan keperawatan namunberdasarkan umur, lama kerja dan jeniskelamin seluruh perawat harus memberikanpelayanan sesuai standar yang telah ditetap-kan. Seluruh perawat wajib memberikanpelayanan yang berkualitas di unit kerjanyamasing-masing, misal bagian penyakitdalam, penyakit bedah, bagian perawatananak atau unit yang lainnya.

Adanya kesamaan kewajiban perawatdalam pemberian pelayanan kepada pasienharus dapat menjadi dorongan bagi rumahsakit agar dapat mempertahankan kondisilingkungan yang dapat meningkatkan kinerjaperawat terutama yang menjadi ujung tom-bak dalam pemberian pelayanan terhadappasien karena semakin tinggi kinerja stafmaka semakin tinggi pula produktivitas yangdihasilkan, sebaliknya semakin rendah ki-nerja maka semakin rendah pula produk-tivitasnya, yang pada akhirnya akan berim-bas pada produktifitas rumah sakit. Upayatersebut misalnya melalui persamaan perla-kuan antara perawat PNS dan non PNS,mengembangkan modul rekrutmen perawatdengan status non PNS.

Terlepas dari hasil penelitian, dalamstudi pendahuluan ditemukan fenomenapenundaan pencatatan dokumen asuhankeperawatan. Penting untuk mendapatkanperhatian yang serius dan pengelolaan yanglebih baik dari rumah sakit, mengingat bebe-rapa resiko dan dampak yang dapat timbulberkaitan dengan pendokumentasian asuhankeperawatan. Seperti yang diungkapkanoleh Nursalam (2001) bahwa dokumentasikeperawatan adalah informasi tertulis tentangstatus dan perkembangan kondisi klien sertasemua kegiatan asuhan keperawatan yangdilakukan oleh perawat.

Dokumentasi asuhan keperawatanmerupakan bukti kinerja perawat dalammemberikan asuhan keperawatan. Melaluidokumentasi, seluruh kegiatan perawat yangdiberikan kepada pasien akan terlihat dan

dapat menjadi bukti di mata hukum. Dengandemikian menjadi hal yang penting bagi suatuorganisasi termasuk rumah sakit untuk dapatmenciptakan suatu upaya meningkatkanpendokumentasian asuhan keperawatankarena kualitas dokumentasi dapat menjadigambaran hasil kinerja perawat pelaksanadalam memberikan asuhan keperawatan.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Hasil penelitian ini menyimpulkanbahwa tidak ada perbedaan yang bermaknaantara kinerja perawat yang berstatus PNSdengan non PNS. Hasil penelitian ini me-nyimpulkan pula kedua kelompok memilikikinerja yang baik dalam pemberian asuhankeperawatan.Saran

Peneliti menyarankan kepada rumahsakit agar tetap memberikan perlakuan yangsama dan tidak ragu-ragu apabila akan me-lakukan rekrutmen perawat dengan statusnon PNS. Bagi perawat pelaksana agar sela-lu mempertahankan kinerja yang sudahbaik. Bagi peneliti lain disarankan melakukanpenelitian lanjutan faktor-faktor yang mem-pengaruhi kinerja perawat pelaksana baikperawat yang berstatus PNS maupun nonPNS. Bagi keilmuan manajemen kepera-watan yaitu mengembangkan modul rekrut-men perawat sehingga dapat memperolehperawat yang memiliki kinerja baik dalampemberian asuhan keperawatan.

DAFTAR RUJUKANAs’ad, M. 2003. Psikologi industri.

Liberty: Yogyakarta.Gillies, Dee Ann. 2000. Manajemen

Keperawatan sebagai SuatuPendekatan Sistem. YayasanIAPKP: Bandung.

Gordon, Judith R. 1993. Organizationalbehavior: A Diagnostic Approach

Page 75: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

73Muhammad Saefulloh, Pengaruh Status Kepegawaian...

to Organizational Behavior.Needham Height: Allyn and Bacon.

Hasibuan, M. 2001. Manajemen sumberdaya manusia. Ed revisi. BumiAksara: Jakarta.

Ilyas, Y. 2002. Kinerja teori, penilaiandan penelitian. Cetakan Ketiga.Pusat Kajian Ekonomi KesehatanFKM UI: Depok.

Mathis, R.L., Jackson, J.H. 2002. Ma-najemen Sumber Daya Manusia.Buku 2. Salemba Empat: Jakarta.

Munandar, A.S. 2004. Psikologi industridan organisasi. Edisi Keenam.Universitas Indonesia: Jakarta.

Nursalam. 2001. Proses & DokumentasiKeperawatan: Konsep dan Prak-tik. Salemba Medika: Jakarta.

PPNI. 2000. Standar praktek kepera-watan. PPNI: Jakarta.

_____.2002. Pedoman umum penyeleng-garaan pendidikan berkelanjutanbagi perawat. Persatuan PerawatNasional Indonesia: Jakarta.

Robbins, S. 1998. Perilaku organisasi:Konsep Kontroversi, Aplikasi.Versi Bahasa Indonesia. PT Pren-halindo: Jakarta.

RSUD Kabupaten Indramayu. 2012. ProfilRSUD Kabupaten Indramayu.Indramayu.

Sabri, L. & Hastono, S.P. 1999. ModulMata Ajar Biostatistik dan Statis-tik Kesehatan. FKM UI: Depok.

Wibowo. 2009. Manajemen Kinerja.Rajawali Pres: Jakarta.

Page 76: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

PENGALAMAN ORANG DENGAN HIV/AIDS MENDAPATKANPERAWATAN KELUARGA: STUDI FENOMENOLOGI

Suratini, Wiwin Wiarsih, Henny PermatasariSTIKES 'Aisyiyah YogyakartaEmail: [email protected]

Abstract: The purpose of this study is to reveal the meaningful experienceof people with HIV/AIDS who had a care treatment in their family. Thisresearch is a qualitative research design with phenomenological des-criptive approach. The data collected by interviewing nine respondentsin Kulon Progo Regency and analyzed by using Collaizi technique. Theresult of the study revealed 13 themes, those who declined and thosewho accepted their HIV/AIDS in front of their family. Based on theseinventions of the themes above, it was expected for the district nursescommunity to provide holistic family interpersonal skills course to thefamilies of people living with HIV/AIDS so that they could treat thepeople with HIV emphatically.

Keywords: people with HIV/AIDS, family care

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah memahami arti dan makna penga-laman orang dengan HIV/AIDS mendapatkan perawatan keluarga.Desain penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif.Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara pada sembilan partisipandi wilayah Kabupaten Kulon Progo. Analisis data menggunakan tehnikCollaizi. Hasil penelitian ditemukan 13 tema yaitu orang dengan HIVmemiliki respon menolak saat terkena HIV/AIDS dan respon menerimaterhadap penyakit HIV/AIDS. Berdasarkan tema tersebut disarankanagar perawat komunitas dapat memberikan pelatihan ketrampilan asuhankeperawatan secara holistik kepada keluarga yang memiliki anggotakeluarga dengan HIV/AIDS sehingga mampu merawat dengan empati.

Kata kunci: orang dengan HIV/AIDS, perawatan keluarga

Page 77: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

75Suratini, dkk., Pengalaman Orang dengan HIV/AIDS ...

PENDAHULUANAcquired Immnunodeficiency Syn-

drom (AIDS) merupakan kumpulan gejalapenyakit yang disebabkan oleh HumanImmunodeficiency Virus (HIV). Penyakitinfeksi HIV/AIDS hingga saat ini merupakanmasalah kesehatan darurat global karenaangka kejadian dan kematian yang masihtinggi (Nasronudin, 2007). Perjalanan pe-nyakit HIV sangat progresif merusak keke-balan tubuh. Kebanyakan orang dengan HIVakan meninggal dalam beberapa tahun setelahtanda pertama AIDS muncul dan tidakmendapatkan pelayanan serta terapi yangtepat (Departemen Kesehatan RI, 2010).

Menurut Judarwanto (2008) di seluruhdunia lebih dari 20 juta orang meninggal se-mentara 40 juta orang telah terinfeksi. Faktayang lebih memprihatinkan adalah di seluruhdunia setiap hari virus HIV menular kepadasekitar 2.000 anak di bawah 15 tahun,terutama berasal dari penularan ibu-bayi,menewaskan 1.400 anak di bawah 15 tahundan menginfeksi lebih dari 6.000 orang mudadalam usia produktif antara 15 sampaidengan 24 tahun yang juga merupakanmayoritas dari orang-orang yang hidupdengan HIV dan AIDS.

AIDS menduduki peringkat ke-4 pe-nyebab kematian pada orang dewasa diseluruh dunia. AIDS juga menyebabkan usiaharapan hidup turun lebih dari 10 tahun dibeberapa negara (Komisi PenanggulanganAIDS Nasional, 2009). Menurut UNAIDS(2001) dan Departemen Kesehatan RI(2010) upaya pencegahan penularan HIVdari ibu ke anak dilakukan dengan preven-tion of mother to child transmission(PMTCT). Program pencegahan HIV/AIDS di masyarakat saat ini adalahVoluntary Counseling and Testing (VCT)yang terbukti efektif bagi pencegahan HIVdan memudahkan orang mengaksesberbagai pelayanan kesehatan yang dibutuh-

kan. Menurut Judarwanto (2008) tingginyatingkat penyebaran HIV dan AIDS membu-tuhkan jasa pelayanan kesehatan. Perkem-bangan penyakit yang lamban dari infeksiHIV berarti bahwa pasien sedikit demisedikit menjadi lebih sakit dalam jangkawaktu yang panjang dan membutuhkansemakin banyak perawatan kesehatan danbiaya yang dibutuhkan semakin besar.

ODHA mengalami masalah sosialantara lain dianggap sebagai benda asingtetapi menarik bagi kebanyakan masyara-kat. Menurut Dermatoto (2008) ODHAdiperlakukan berbeda dengan orang lain,dalam pergaulan dikucilkan oleh temanbahkan oleh keluarganya sendiri. Ketakutandiperlakukan berbeda membuat ODHAmembatasi diri dengan orang lain. ODHAtakut membagi pengalamannya, takut me-nyatakan bahwa dirinya sakit dan membu-tuhkan pertolongan orang lain.

Abdullah (2008) mengemukakanbahwa keyakinan diri yang rendah padapenderita HIV/AIDS akan menyebabkanpenderita mengalami hipocondria, pende-rita seringkali memikirkan kehilangan,kesepian dan perasaan berdosa atas segalayang dilakukannya sehingga menyebabkanmereka kurang menitik beratkan langkah-langkah penjagaan kesehatan dan kero-hanian mereka.

Hasil penelitian Nasution (2000) me-maparkan begitu individu terinfeksi AIDS,penderita mengalami shock. Penderitamengalami depresi berat, sehingga menye-babkan penyakit makin lama makin berat,timbul berbagai infeksi opotunistik, penderitamakin tersiksa. Biaya pengobatan tambahbesar, jenis penyakit bertambah banyak,obat yang dikonsumsi harus tambah ba-nyak, dengan berbagai efek samping, yangmemperparah keadaan penderita.

Ollich (2007) mengidentifikasi infeksiHIV saat ini belum ditemukan pengo-

Page 78: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

76 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 74-83

batannya, sehingga sangat memungkinkanbagi pasien yang tidak mempunyai kopingindividu efektif akan mengalami kecemasandan depresi. Dari 15 orang penderita HIV/AIDS yang di rawat inap, yang tidak depresiada 2 orang (13,33%), depresi ringan 6 orang(40,00%), depresi sedang 5 orang (33,34%)dan depresi berat 2 orang (13,33%).

Peran keluarga sangat besar dalammemberikan dukungan terhadap upayameningkatkan kualitas hidup klien HIV/AIDS, terutama dalam memenuhi kebutuhanakan perawatan hidup sehari-hari. Fungsiperawatan kesehatan yang dilakukan olehkeluarga memberikan arti penting terhadapkehidupan penderita HIV/AIDS dalammengatasi keluhan-keluhan akibat penyakityang dideritanya. Keluarga sangat berpe-ngaruh besar terhadap kesehatan fisikanggota keluarganya (Campbell, 2000 da-lam Friedman, Bowden & Jones, 2010).

METODE PENELITIANMenurut Streubert dan Carpenter

(2003), metode fenomenologi deskriptif da-pat menggali, menganalisa dan menjelaskanfenomena dari pengalaman yang nyatasecara rinci, luas dan mendalam. Siegelberg(1975) dalam Streubert & Carpenter(2003) menyatakan ada tiga langkah dalamfenomenologi deskriptif yaitu intuiting,analyzing and describing.

Realitas perawatan orang dengan HIV/AIDS yang dilakukan keluarga di Kabu-paten Kulon Progo merupakan suatu halyang sangat subyektif dan interpretatif se-hingga pendekatan fenomenologi deskriptifdapat digunakan dalam penelitian ini. Pene-litian ini melibatkan sembilan partisipan,menggunakan wawancara tidak terstruktur(wawancara mendalam) dan observasidengan menggunakan field note sebagai alatpengumpulan data. Analisis data dalam studikualitatif didasarkan pada penafsiran data.

Peneliti menafsirkan setiap informasi yangdidapatkan dari partisipan dan mencobamenyimpulkan beberapa informasi yangsesuai dengan tujuan dari penelitian. Penelitimengumpulkan sejumlah data yang sangatbesar yang kemudian dikurangi menjadisuatu pola tertentu, kategori atau tema(Creswell, 1998).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik PartisipanPartisipan dalam penelitian ini ber-

jumlah sembilan orang dengan jenis kelaminlaki-laki sebanyak lima orang dan perempuansebanyak empat orang. Usia partisipanbervariasi, yaitu antara usia 32 sampaidengan 47 tahun.

Tingkat pendidikan partisipan sangatbervariasi mulai dari Sekolah Dasar empatorang, Sekolah Menengah Pertama duaorang, Sekolah Menengah Atas atau Keju-ruan dua orang dan satu orang lulusan Pergu-ruan Tinggi. Pekerjaan partisipan adalahburuh satu orang, petani empat orang,wiraswasta tiga orang dan ibu rumah tanggayang tidak bekerja satu orang. Partisipanberasal dari suku Jawa delapan orang dansuku Melayu satu orang.

Lamanya partisipan terdeteksi HIV/AIDS mulai dari tiga bulan sampai denganlima tahun. Seluruh partisipan tinggal dan hi-dup bersama keluarga dan yang berpartisipasimerawat adalah istri, suami, anak, orang tua,mertua. ODHA yang tinggal bersamakeluarga besar (extended family) ada tujuhorang sedangkan yang tinggal dengankeluarga inti (nuclear family) ada dua orang.Adapun hasil penelitian dapat dilihat dari hasilanalisis tematik sebagai berikut.

Analisis TematisPada peneilitian ini ditemukan 13 tema

yang terkait dengan arti dan makna penga-laman orang dengan HIV/AIDS mendapatkan

Page 79: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

77Suratini, dkk., Pengalaman Orang dengan HIV/AIDS ...

perawatan keluarga sebagai berikut.Respon partisipan terdiagnosis HIV/

AIDS akan memberikan gambaran tentangsituasi yang berhubungan dengan perilakupada saat pertama kali partisipan didiagnosismenderita HIV/AIDS. Respon ini me-nunjukkan bagaimana seorang individu yangpada awalnya sehat, akhirnya didiagnosissebagai menderita HIV/AIDS. Respon saatdidiagnosis HIV/AIDS menolak ataupunmenerima tergantung dari kondisi partisipansaat itu.

Tema 1. Respon Menolak Pasien (Me-nyangkal, Depresi dan Tawar Menawar)

Respon menolak dapat diungkapkanpartisipan dengan respon terkejut dan tidakpercaya ketika terkena HIV/AIDS sebagaiberikut:

“saya benar tidak menyangka sayakan tidak pernah selingkuh danberbuat seks selain dengan suami-ku kok bisa ya kena HIV?”(P.5)

Partisipan ketika tahu terkena HIV/AIDSmengalami depresi berupa putus asa, ke-khawatiran dan kesedihan yang mendalam.Ungkapan partisipan dapat dilihat sebagaiberikut:

“kayaknya tidak ada harapan dimasa depan”(P.7)“saya merasa berat dunia ini terasaberat kayak mau kiamat” (P.2)

Tema 2. Respon Menerima TerhadapHIV/AIDS

Adapun respon penerimaan tersebutterungkap dari ungkapan partisipan melaluikepasrahan dan ketegaran. Hal tersebut da-pat dilihat dari ungkapan partisipan sebagaiberikut:

“saya benar-benar ingin memper-baiki diri saya ke jalan Tuhan”( P.7)“setelah diketahui saya menjadimembuka diri ya berubah hidupnyamenjadi lebih baik” (P.3)

Tema 3. Masalah FisikMasalah fisik yang sering dialami

oleh orang dengan HIV/AIDS antara lainpenyakit sistem gastrointestinal, sistemintegumen, sistem pernafasan dan penyakitkelamin. Partisipan yang menderita sistemgastro intestinal biasanya terkena sariawanmelalui ungkapan sebagai berikut.

“bibir dalam itu kering ada banyakluka kekuning kuningan sakit ba-nget tuk makan dan banyak bangettidak kunjung sembuh” (P.6)

Selain itu partisipan juga ada yang mengalamidiare yang terungkap sebagai berikut.

“diare terus dan tidak pernah sembuhpadahal lebih dari satu bulan” (P.4)

Pada sistem pernafasan mengalami TBCdan depresi pernafasan. Hal tersebut dapatdilihat dari ungkapan sebagai berikut.

“batuk-batuk berdahak kental se-lama lebih satu bulan minum obatbatuk tidak sembuh-sembuh juga,lama banget” (P.6)

Sedangkan untuk penyakit kelamin yang di-alami ODHA adalah herpes dan gonorhoe,hal tersebut dapat dilihat dari ungkapanpartisipan sebagai berikut.

“kencingnya banyak nanahnya sakitdan badannya demam tinggi” ( P.7)

Tema 4. Masalah PsikososialMasalah psikososial yang dialami

ODHA antara lain menarik diri, harga dirirendah dan menyalahkan diri. Ungkapanpartisipan yang menarik diri adalah sebagaiberikut.

“saya banyak menyendiri gak maubergaul ama teman-teman dantetangga juga saudara”(P.5)

Sedangkan ungkapan partisipan yangmerasa harga dirinya rendah (minder) dapatdiungkapkan sebagai berikut.

“saya tu merasa gak percaya dirisaat bergaul dengan tetangga sejakkena sakit B 20” ( P.8)

Page 80: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

78 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 74-83

Tema 5. Masalah SosialMasalah sosial yang dialami ODHA

berasal dari sikap lingkungan dan keluargayang kurang mendukung antara lain tidakbersahabat, curiga, dan mengisolasi. Hal inidapat dilihat dari ungkapan partisipansebagai berikut.

“menyindiri kalau aku ketemu dijalan... dia bilang ke orang-orangjangan dekat dekat entar ketu-laran” ( P.8)“waktu sakit itu mereka juga ber-tanya saya diet apa dan minum obatapa kenapa kok jadi hitam dankurus badanmu”(P.4)

Sikap keluarga yang tidak mendukungmeliputi sedih, marah, dan malu. Hal tersebutterlihat dari ungkapan partisipan sebagaiberikut.

“Istri saya marah dia ngomelin sayasetiap hari kenapa saya pakai tato sambil menangis” ( P.3)

Tema 6. Masalah EkonomiMasalah ekonomi yang dialami ODHA

antara lain tidak memiliki jaminan pemeliharaankesehatan, sumber keuangan dan kecu-kupannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ungkapan partisipan yang berkaitandengan keberatan biaya sebagai berikut.

“untuk biaya pengobatan ya akhirnyajual tanah bagian saya” (P.6)

Sedangkan ungkapan partisipan yangberkaitan dengan sumber keuangan yangberasal dari keluarga sebagai berikut.

“saya gak punya duit, saudara-saudara saya yang kasih duit tukberobat ke RS dr Sardjito” ( P.1)

Tema 7. Spiritual Orang dengan HIV/AIDS

Spiritualitas teridentifikasi dari menja-lankan ibadah dan tidak menjalankan ibadah.ODHA menjalankan ibadah dengan baikselama sakit yang meliputi menjalankan

sholat, puasa, zakat, sholat sunah, banyakberdoa. ODHA yang beragama Islam lebihtaat dalam manjalankan sholat wajib hal initerungkap dari ungkapan partisipan sebagaiberikut.

“saya sekarang sholatnya lebih taatdan selalu menjalankan sholat limawaktu”(P.8)“setiap hari hanya berdoa dan ber-doa dan menangis tobat semuanya”( P.5)

Akan tetapi ada ODHA yang selama sakittidak pernah menjalankan ibadah baik sholatmaupun puasa. Hal tersebut terlihat dariungkapan partisipan sebagi berikut.

“saya selama ini tidak pernah men-jalankan sholat lima waktu” ( P.6)

Tema 8. Kepatuhan ARVODHA dalam penelitian ini secara rutin

menjalani pengobatan HIV/AIDS denganmendapatkan obat ARV (Anti Retro Viral).Pemberian ARV diberikan pada setiap bulandan bisa diakses di rumah sakit dengan CareSupport Treatment di masing-masingdaerah.

Dalam menjalani pengobatan ODHApatuh minum obat walaupun terkadang efeksampingnya sangat banyak dalam kehidupansehari harinya. Partisipan patuh dalam minumobat baik waktu maupun pengambilannya.Hal ini terungkap melalui peryataanpartisipan berikut.

“harus tertib obatnya ya kalau jam6 pagi maka yang sore harus dimi-num jam 6 sore tepat” ( P.1, P.2, P.4dan P.9).“sekarang setiap bulan sekali harusmengambil obat ARV ke rumahsakit Sardjito” ( P.1, P.2, P.3, P.4,P.5).

Tema 9. Stigma MasyarakatStigma ODHA sangat mengganggu

aktivitas partisipan dalam kehidupan sehari-

Page 81: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

79Suratini, dkk., Pengalaman Orang dengan HIV/AIDS ...

harinya yang berupa perlakuan tidak baikakibat takut tertular dan membuang pakaian.

“Masyarakat bersikap seperti ini te-tangga ada yang hajatan akan te-tapi saya tidak diundang, pas seribuhari kematian suami saya tetanggatidak ada yang mau datang karenatakut tertular melalui makanan”(P.2)

Masyarakat juga takut tertular melalui pa-kaian ODHA sehingga partisipan disuruhmembuang semua pakaian suaminya. Haltersebut terungkap dari ungkapan partisipansebagai berikut.

“Sadis-sadis yang orang sekitar ru-mahku ini katanya penyakit menu-lar ada yang menyuruh buang pa-kainnya buang kasurnya disuruhbuang ya saya buang di sungai,semua yang dipakai suamiku sayabuang” ( P.5)

Tema 10. Diskriminasi PelayananKesehatan

Partisipan merasakan adanya diskri-minasi dalam pelayanan kesehatan antaralain perlakuan yang berbeda, tidak maumerawat dan mencemooh partisipan. Perla-kuan berbeda dirasakan partisipan ber-dampak ketidakpuasaan dan sakit hati,seperti diungkapkan oleh parrtisipan sebagaiberikut.

“sewaktu saya sakit, saya tidak da-pat kamar, katanya semua bangsalpenuh dan disuruh pulang. Padahalsaya sudah ambruk di depan poli-klinik tidak bisa berdiri tetapi petu-gas kesehatan tidak ada yangpeduli” ( P.2)

Tema 11. Perawatan yang DilakukanKeluarga Sesuai Dengan TugasKesehatan Keluarga

Pada tema ini ditemukan keluarga me-ngenal masalah kesehatan, mengambil

keputusan, merawat klien dengan HIV/AIDS, melakukan modifikasi lingkungandan menggunakan fasilitas pelayanankesehatan. Keluarga juga dapat melakukanperawatan kepada ODHA dengan optimal.Kemampuan keluarga dalam melakukanperawatan memberikan dampak psikologisyang besar terhadap ODHA selama sakit.Hal tersebut terungkap dari pernyataanpartisipan sebagai berikut.

“Mandi di mandiin dengan dilapditempat tidur” ( P.6)“mereka ingatkan minum obat jikasaatnya minum obat belum minumobat” ( P.4)

Tema 12. Bersikap EmpatiODHA sangat menginginkan tindakan

perawatan yang dilakukan oleh keluargapenuh ketanggapan, kesabaran, perhatiandan tidak membeda-bedakan. Ini terungkapdari penyataan partisipan sebagai berikut.

“ya otomatis kalau kakak saya sakitkakakku dah ribut ayo tak anterperiksa ya, kalau sakit ya langsungdianter ke rumah sakit” ( P.1)“orang tua saya merawat denganpenuh kesabaran dan kasih sayang”(P.4)

ODHA mengharapkan mendapatkanmotivasi untuk memberikan semangat agardapat menjalani hidup walaupun sudahterkena HIV/AIDS. Hal tersebut terungkapmelalui ungkapan partisipan sebagai berikut.

“keluarga saya sesudah sakit justrumemberikan semangat tuk bekerjalebih keras, menabung untuk haritua, berobat rutin, menghindari seksbebas dan segera untuk menikah”(P.4)

Tema 13. Dukungan KeluargaMakna pengalaman orang dengan

HIV/AIDS mendapatkan perawatan keluar-ga di wilayah Kabupaten Kulon Progo

Page 82: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

80 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 74-83

teridentifikasi melalui dukungan yang diberi-kan oleh keluarga. Bentuk dukungan keluar-ga berupa dukungan instrumental, penghar-gaan dan emosi. Dukungan keluarga sangatmembantu partisipan dalam menjalankanfungsi dan perannya dalam kehidupanbermasyarakat. Hal tersebut terungkap daripernyataan partisipan sebagai berikut.

“keluargaku dah tahu betul kebu-tuhanku jadi semua dah disiapkanya uang dan kebutuhan lainnya”(P.1)“trus keluarga yang lain bisa kasihsaya bantuan uang sekedarnya un-tuk berobat karena saat ini saya dahtidak punya uang” (P.8)

Dukungan emosi sangat dibutuhkan ODHAberupa perhatian dan semangat. Hal inididukung oleh penyataan partisipan sebagaiberikut

“Perhatian dan kesabaran waktumerawat sehingga saya termotivasiuntuk bertahan dengan keadaansakit HIV” (P.9)Kubler-Ross (1969) dalam Suliswati

(2005) menyatakan bahwa reaksi pertamaindividu terhadap kehilangan adalah terkejut,tidak percaya, merasa terpukul dan me-nyangkal. Secara sadar maupun tidak sadarseseorang yang berada dalam tahap ini me-nolak semua fakta, informasi dan segalasesuatu yang berhubungan dengan hal yangdialaminya. Individu merasa hidupnya tidakberarti lagi.

Dalam penelitian ini ditemukan masalahfisik yang dialami meliputi masalah padasistem gastrointestinal, masalah pada sistempernafasan, masalah pada sistem integumen,masalah pada sistem penglihatan dan penya-kit kelamin. ODHA mengalami infeksioportunistik sesuai dengan stadium/ fasepenyakit.

Hasil penelitian Agustriadi dan Suta(2008) di Rumah Sakit Sanglah Balididapatkan infeksi pada sistem pernafasan

yang tersering adalah 65% penderita AIDSmengalami komplikasi pulmonal dimanaPneumonia Caranii merupakan infeksioportunistik tersering, diikuti infeksi Myco-bacterium Tuberculosis, pneumonia bak-terial dan jamur, sedangkan pneumonia virallebih jarang terjadi.

Hasil penelitian Sasanti, Irmagita danIndriasti (2006) terdapat sekitar 30-50%candida albikan pada rongga mulut orangdewasa sehat, 45% pada neonatus, 45-65% pada anak-anak sehat, 50-65% padapasien yang memakai gigi palsu lepasan, 65-88% pada orang yang mengkonsumsi obat-obatan jangka panjang, 90% pada pasienleukemia akut yang menjalani kemoterapi dan95% pada pasien HIV/AIDS.

Pada penelitian ini ditemukan masalahpsikososial antara lain adalah harga dirirendah pada ODHA. ODHA mengalamiberbagai bentuk beban yang dialami dian-taranya adalah dikucilkan keluarga, diber-hentikan dari pekerjaan, tidak mendapatlayanan medis yang dibutuhkan, tidakmendapat ganti rugi asuransi sampai menjadibahan pemberitaan di media massa.

Hasil penelitian Kodja (2010) menun-jukkan bahwa sebagian besar klien di BPRSDadi Makassar yang mengalami gangguankonsep diri adalah harga diri rendah 60%dan yang mengalami kerusakan interaksi so-sial dengan menarik diri 70%. Ada hubunganyang bermakna antara gangguan konsep diri(harga diri rendah) dengan kerusakaninteraksi sosial (menarik diri) pada klien diBPRS Dadi Makassar. Stuart dan Sundeen(1998) menyatakan menarik diri adalah sua-tu keadaan pasien yang mengalami ketidak-mampuan untuk mengadakan hubungandengan orang lain atau dengan lingkungandi sekitarnya secara wajar.

Respon sosial dan emosional yangmaladaptif sering sekali terjadi dalamkehidupan sehari-hari, khususnya seringdialami pada ODHA menarik diri. Sikap

Page 83: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

81Suratini, dkk., Pengalaman Orang dengan HIV/AIDS ...

lingkungan dalam penelitian ini setelahterkena HIV/AIDS adalah tidak bersahabat,ada yang berkata-kata menyakitkan, adayang mendiamkan dengan tidak menegurdan menyapa, curiga dan mengisolasiODHA. Adanya stigma-stigma itu memun-culkan sikap-sikap diskriminatif. Akibatnya.hak-hak orang dengan HIV/AIDS menjaditidak terpenuhi. Banyak yang tidak maubergaul dengan mereka. Enggan berde-katan, tidak mau berjabat tangan, tidak maumemeluk mereka, semua dengan alasantakut tertular.

Masalah spiritualitas pada orang de-ngan HIV/AIDS meliputi peningkatanibadah yang dilakukan oleh ODHA denganmenjalankan sholat lima waktu, puasa, zakat,puasa sunah dan banyak berdoa. Spiritu-alitas adalah sebuah konsep pribadi sikapdan keyakinan yang terkait dengan Allah(O’Brien, 2003).

Pada penelitian ini ditemukan maknaperawatan orang dengan HIV/AIDS adalahdukungan yang diberikan oleh keluargaterhadap ODHA. Bentuk dukungan yang di-dapat dalam keluarga berupa dukunganinstrumental, penghargaan dan dukunganemosional. Saronson (1991) menerangkanbahwa dukungan sosial dapat dianggapsebagai sesuatu keadaan yang bermanfaatbagi individu yang diperoleh dari orang lainyang dapat dipercaya. Dari keadaan terse-but individu akan mengetahui bahwa oranglain memperhatikan, menghargai, danmencintainya.

Menurut Heardman (1990) keluargamerupakan sumber dukungan sosial, karenadidalam keluarga tercipta hubungan yangsaling mempercayai diantara anggota kelu-arga. Individu sebagai anggota keluargaakan menjadikan keluarga sebagai kum-pulan harapan, tempat bercerita, tempatbertanya dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana individu sedang mengalamipermasalahan.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanKehidupan ODHA merupakan suatu

penderitaan baginya. Penderitaan tersebutdisebabkan karena tidak menginginkanpenyakit HIV/AIDS ada dalam dirinya.Respon yang dominan adalah menolak.Penyakit HIV/AIDS menyebabkan banyakmasalah kesehatan baik fisik, sosial, eko-nomi, psikososial dan spiritual pada diriODHA. Masalah kesehatan pada ODHAmenyebabkan berbagai keterbatasan, se-hingga membutuhkan orang lain yang mem-bantu untuk mengatasi masalahnya. ODHAmemaknai pengobatan ARV harus dijalan-kan dengan penuh kepatuhan terutamawaktu minum obat walaupun banyak me-nimbulkan efek samping pada ODHA.

Penyakit HIV/AIDS menyebabkanpenderitanya mengalami masalah stigma dandiskriminasi. Stigma dan diskriminasi yangdirasakan ODHA membuat dirinya menutupdiri terhadap orang lain. ODHA mengalamigangguan dalam berinteraksi sosial yang ber-asal dari dirinya sendiri maupun dari oranglain disekitar dirinya. ODHA yang tinggalbersama keluarga dilakukan perawatan se-cara maksimal oleh keluarga. Kemampuankeluarga merawat ODHA sangat tergantungdari keluarga dapat mengenal masalahkesehatan dalam keluarga, mengambilkeputusan, merawat anggota keluarga yangsakit, dan pemanfaatan pelayanankesehatan.

SaranHarapan orang dengan HIV/AIDS

pada penelitian ini adalah mendapatkanperawatan oleh keluarga yang penuh denganempati. Perawatan yang penuh empatimerupakan bentuk dukungan sosial darikeluarga. Makna perawatan orang denganHIV/AIDS yang dilakukan oleh keluargaadalah dengan memberikan dukungan

Page 84: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

82 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 74-83

berupa dukungan instrumental, emosi danpenghargaan pada ODHA, yang memegangperanan penting dalam kehidupannya.

DAFTAR RUJUKANAbdullah, A. F. 2008. Membangun Po-

sitive Thinking Secara Islam.Gema Insani: Jakarta.

Agustriadi, O., Sutha B.I. 2008. Aspek Pul-monologis Infeksi Oportunistikpada Infeksi HIV/AIDS. Jur-nal Ilmu Penyakit Dalam, 9 (3).

Creswell, W.J. 1998. Qualitative Inquiryand Research Design. SagePublication.Inc: California.

Depertemen Kesehatan RI. 2010. StrategiPenanggulangan HIV/AIDS 2003-2007. Jakarta: Kementrian Koor-dinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.

Dermatoto, A. 2008. ODHA MasalahSosial pada Pemecahannya.Publikasi Ilmiah Fakultas IlmuSosial dan Ilmu Politik. Surakarta :Universitas Sebelas Maret.

Friedman, M.M., Bowden,R.V & Jones,G.E. 2010. Buku Ajar Kepera-watan Keluarga Riset, Teori danPraktik. Edisi 5. EGC: Jakarta.

Heardman. 1990. Apa Itu DukunganSosial, (Online), (http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-dukungan-sosial.html), diakses 22Juni 2011.

Judarwanto,W. 2008. HIV dan AIDS Me-ngancam Gerenasi Muda, (on-line), (http://www.wikimu.com/News/Print.aspx?id=11946),diakses 20 Januari 2011.

Kodja. B. 2010. Hubungan Gangguan Kon-sep Diri dengan Kerusakan InteraksiSosial Menarik Diri Klien GangguanJiwa di BPRS Dadi Makasar.Media kesehatan, IV (2).

Komisi Penanggulangan AIDS Nasional.2009. HIV dan AIDS SekilasPandang. Edisi 2. KPAN: Jakarta.

Nasronudin. 2007. HIV/AIDS PendekatanBiologi Molekuler, Klinis danSosial. Airlangga University Press:Surabaya.

Nasution, Rizali, dkk. 2000. AIDS KitaBisa Kena, Kita Bisa Cegah (10Esai Terbaik Kelompok Pergu-ruan Tinggi dan SMU/Kejuruan).Manora: Jakarta.

O’Brien M. E. 2003. Spirutuality inNursing: Satnding on HolyGround. Edisi 2. Jones and Bartlet:Boston.

Ollich.J. 2007. Derajat Depresi PenderitaHIV/AIDS yang Dirawat Inap diRS Wahidin Sudirohusodo Perio-de bulan Mei 2007, (online),(www.pdskjijaya.org/abstrak/Fr ee%20Paper %20V.doc) ,diakses 25 Desember 2010.

Saronson. 1991. Apa Itu DukunganSosial, (Online), (http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-dukungan-sosial.html), diakses 22Juni 2011.

Sasanti, A., Irmagita & Indriasti W. 2006.Oral Health Profile of Person withHIV at Pokdisus AIDS-RSCM,(online), (Preliminary report.http://staff.ui.ac.id/internal/130611 2 36/material/IHVCB-UI 2 90107.pdf3),diakses 26 Juni 2011.

Stuart, W & Sundeen, J. 1998. Buku SakuKeperawatan Jiwa. Edisi 3. EGC:Jakarta.

Streubert, H.J & Carpenter, D.R. 2003.Qualitative Research in Nursing.Advancing The HumanisticImperative. Edisi 3. LippincottWilliams & Wilkins: Philadelphia.

Page 85: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

83Suratini, dkk., Pengalaman Orang dengan HIV/AIDS ...

Suliswati dkk. 2005. Konsep DasarKeperawatan Kesehatan Jiwa.EGC: Jakarta.

UNAIDS. 2001. The Impact of VoluntaryCaounseling and Testing: AGlobal Review of The Benefit andChallenges, (online), (http://www.uniads.org), diakses 28Januari 2011.

Page 86: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN POSYANDUDENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU BALITA

Rahmi Nur Fitri Handayani, Tenti KurniawatiSTIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta

E-mail: [email protected]

Abstract: This study aims at determining the correlation between thequality of Posyandu health care service and mothers visit at PosyanduXI, Serangan, Sidoluhur, Godean, Sleman, Yogyakarta. This researchused the analytical correlation survey method with the cross-sectionalapproach. The sampling technique used in this research was totalsampling technique. The respondents, therefore, were the total numberof mothers who regularly visits the Posyandu (44 mothers). The dataanalyzed by Kendall-Tau. The result showed that the τ value was 0.471at the significant level of α = 0.05 resulted the value of ρ = 0.001, itmeant ρ< α. A number of 28 mothers (63.6%) were categorized intohigh visit frequency, while 22 others (50.0%) were categorized as fairlyregular visit. The conclusion is there was a correlation between thequality of Posyandu health care and the frequency of mothers visit atPosyandu XI, Serangan, Sidoluhur, Godean, Sleman, Yogyakarta.

Keywords: maternal & child health center, health care service quality,visit frequency

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antarakualitas pelayanan kesehatan dengan frekuensi kunjungan ibu balita diPosyandu XI, Serangan, Sidoluhur, Godean, Sleman, Yogyakarta.Penelitian ini menggunakan metode survei analitik korelatif denganpendekatan cross-sectional. Sampel penelitian sebanyak 44 ibu balitayang diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Analisis datamenggunakan uji korelasi Kendall Tau menunjukkan bahwa nilai τ=0,471pada tingkat signifikan α = 0,05 menghasilkan nilai ρ = 0,001, yang berartiρ <α. Sebanyak 18 ibu (63,6%) dikategorikan mempunyai frekuensikunjungan teratur dan sebanyak 22 ibu (50,0%) memiliki frekuensikunjungan cukup teratur. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubunganantara kualitas pelayanan kesehatan posyandu dengan frekuensi ibu balitayang berkunjung di Posyandu XI, Serangan, Sidoluhur, Godean, Sleman,Yogyakarta.

Kata kunci: posyandu, kualitas pelayanan kesehatan, frekuensikunjungan

Page 87: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

85Rahmi Nur Fitri Handayani, Tenti Kurniawati, Hubungan Antara Kualitas Pelayanan...

PENDAHULUANPembangunan kesehatan dilaksanakan

secara bersama-sama oleh pemerintah danmasyarakat. Peran serta masyarakat dalamberbagai upaya pembangunan kesehatanantara lain dapat dilihat dari Upaya Kese-hatan Bersumberdaya Masyarakat(UKBM) yang berkembang dengan pesatbaik dalam bentuk Pos Pelayanan Terpadu(Posyandu), Pos Obat Desa (POD) maupunDana Sehat. Rasio posyandu terhadap desapada tahun 1999 sudah melebihi 90%,artinya hampir setiap desa telah mempunyaisebuah posyandu yang berfungsi untukmendekatkan pelayanan kesehatan padamasyarakat (Wijayanti, 2009).

Posyandu adalah salah satu bentukUKBM yang dikelola dan diselenggarakandari, oleh, untuk dan bersama masyarakatdalam penyelenggaraan pembangunan kese-hatan untuk pemberdayaan masyarakat danmemberikan kemudahan kepada masya-rakat dalam memperoleh pelayanan kese-hatan dasar untuk mempercepat penurunanangka kematian ibu dan bayi (DepartemenKesehatan RI, 2006). Posyandu menjadiujung tombak perbaikan gizi anak.Posyandu diasumsikan sebagai salah satupendekatan yang tepat untuk menurunkanangka kematian dan kesakitan balita sertadapat meningkatkan status gizi balita(Adisasmito, 2008).

Posyandu setiap bulannya melakukankegiatan penimbangan berat badan balitadan hasilnya dicatat dalam buku KIA atauKMS. Catatan KIA bertujuan untuk me-ngetahui hasil penimbangan apakah garispertumbuhannya naik, tidak naik atau dibawah garis merah (BGM). Dengan penim-bangan anak balita yang dilaksanakan setiapbulan dapat diketahui kecenderungan statusgizi seorang anak (Sulistyorini, 2010).Posyandu memiliki lima kegiatan pokokyaitu keluarga berencana (KB), kesehatanibu dan anak (KIA), pemantauan gizi anak,

imunisasi dan penanggulangan diare. Semuaprogram posyandu memiliki peran yangpenting dalam menurunkan angka kematianbayi (AKB).

Kebijakan pemerintah melalui SuratEdaran Menteri dalam Negeri dan otonomiDaerah Nomor 411.3/1116/SJ tanggal 13Juni 2001 tentang Pedoman Umum Revi-talisasi Posyandu merupakan acuan upayapemenuhan kebutuhan kesehatan dasar danpeningkatan status gizi masyarakat (Sulis-tyorini, 2010). Dasar pelaksanaan posyanduyaitu Surat Keputusan Bersama MenteriDalam Negeri, Menteri Kesehatan danKepala BKKBN no.23 tahun 1985, 21/Men.Kes/Inst.B./IV 1985, 112/HK-011/A/1985 tentang penyelenggaraan posyandu(Hikmawati, 2008).

Sekarang ini tercatat sekitar 235 ribuposyandu di seluruh Indonesia. Jumlahposyandu ini diharapkan akan semakin ber-tambah banyak, sehingga berbagai programkesehatan yang diselenggarakan pemerintahbisa menjangkau warga masyarakat di desa-desa (Ma’sum, 2007). Jumlah posyandupada tahun 2006 di Propinsi Daerah Isti-mewa Yogyakarta berjumlah 5.572 pos-yandu, dengan persentase posyandu purna-ma dan mandiri sebesar 50,47%. Angka inilebih besar dari target standar minimal yangtelah ditetapkan yaitu sebesar 25% (DinkesDIY, 2007).

Pada data Susenas 2001 ditemukanbahwa 40% balita dilaporkan dibawa keposyandu dalam satu tahun terakhir dansekitar 28% balita tidak pernah dibawa keposyandu sama sekali. Sedangkan 32%balita jarang melakukan kunjungan keposyandu, atau hanya beberapa kali sajadalam setahun. Fakta ini menunjukkanbahwa, walaupun lebih dari 90 persen desatelah memiliki posyandu yang telah tersebar,namun hanya 40 persen balita yang meman-faatkan pelayanan posyandu secara rutinsetiap bulannya (Depkes RI, 2006). Apabila

Page 88: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

86 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 84-92

perilaku berkunjung ke posyandu semakinberkurang maka dapat mengakibatkantahap tumbuh kembang anak akan tergang-gu, status gizi anak tidak terpantau denganbaik, dan tujuan dari posyandu itu sendirijuga tidak akan tercapai sehingga sampaimenyebabkan angka kecacatan, kematian,serta kesakitan balita akan meningkat.

Faktor-faktor yang dapat mempe-ngaruhi ketidakaktifan ibu balita sehinggatidak berkunjung ke posyandu antara lainfaktor keluarga meliputi tingkat pendidikan,tingkat pengetahuan, umur balita, keperca-yaan, status pekerjaan, tingkat pendapatandan sikap (Notoatmodjo, 2003). Faktorlingkungan meliputi keterjangkauan (letakdan jarak), sarana dan fasilitas posyandu(Hikmawati, 2008). Faktor kualitas pela-yanan kesehatan posyandu meliputi kompe-tensi teknis, akses terhadap pelayanan,efektifitas, efisiensi, kontinuitas, keamanan,hubungan antar manusia, kenyamanan(Pohan, 2007). Sedangkan menurut Wijono(2000) kualitas dipengaruhi oleh struktur,proses dan outcome.

Posyandu XI adalah salah satu Pos-yandu aktif dari 15 Posyandu di Desa Sido-luhur, Godean, Sleman. Posyandu ini beradadi Dusun Serangan, Sidoluhur Godean,Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Darihasil studi pendahuluan, diperoleh datajumlah balita yang ada di Posyandu XI ada40 anak, jumlah yang hadir (berkunjung) 21anak sedangkan yang tidak hadir 19 anak.Data penimbangan berat badan yang meng-alami kenaikan ada 10, yang mengalamipenurunan ada 5 dan yang tetap ada 6,sedangkan berat badan dibawah garis merahtidak ada.

Berdasarkan hasil survei tanya jawabdengan salah satu ibu mengatakan bahwakader kesehatan yang ada di Posyandu XIterbatas, hanya ada 3 kader kesehatan yaitukader yang bertugas di meja pendaftaran,kader di meja penimbangan dan kader di

meja pemberian makanan tambahan.Faktor-faktor lain yang mempengaruhipenurunan kunjungan di Posyandu XI yaitukurangnya ketrampilan yang dimiliki kaderkesehatan, karena ketrampilan merupakanhal penting dalam memantau status kese-hatan. Pemantauan kunjungan dari petugaskesehatan Puskesmas yang kurang teratur,rendahnya minat masyarakat untuk meng-ikuti kegiatan posyandu, kurangnya kemam-puan kader kesehatan dalam mengelola danmeningkatkan kualitas pelayanan kesehatanposyandu.

Melihat jumlah kunjungan posyandubalita masih kurang, maka penulis tertarikmelakukan penelitian mengenai “Hubunganantara kualitas pelayanan kesehatan Pos-yandu dengan frekuensi kunjungan ibu balitadi Posyandu XI Serangan, Sidoluhur,Godean, Sleman, Yogyakarta”.

METODE PENELITIANPenelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan menggunakan metodepenelitian survei analitik korelatif denganmenggunakan pendekatan cross sectional.Besar sampel pada penelitian ini adalah 44responden, artinya semua ibu yang mem-punyai anak balita usia 1-5 tahun di wilayahkerja Posyandu XI Serangan, Sidoluhur,Godean, Sleman, Yogyakarta. Instrumenyang digunakan dalam penelitian ini adalahkuesioner dengan bentuk pertanyaantertutup (closed ended).

Kuesioner terbagi menjadi 3 bagianyaitu kuesioner A mengenai data identitasresponden, kuesioner B mengenai datapernyataan tentang kualitas pelayanankesehatan posyandu yang berjumlah 24pernyataan dan kuesioner C mengenai dataperilaku berkunjung ke posyandu denganmelihat buku KMS atau KIA dalam kurunwaktu satu tahun terakhir secara berturut-turut. Analisis data menggunakan uji korelasiKendal Tau (t).

Page 89: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

87Rahmi Nur Fitri Handayani, Tenti Kurniawati, Hubungan Antara Kualitas Pelayanan...

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Res-ponden Berdasarkan Usia danJenis Pekerjaan Responden

Usia Responden Frekuensi Persentase< 20 tahun 1 2,3%20-35 tahun 32 72,7%> 35 tahun 11 25%Total 44 100%

Jenis Pekerjaan IRT 28 63,6%PNS 3 6,8%Karyawan/Swasta 12 27,3%Wiraswasta 1 2,3%Total 44 100%

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden adalah ibudengan rentang usia 20-35 tahun yaitusebanyak 32 orang (72,7%). Sebagianbesar responden adalah ibu yang berprofesisebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 28orang (63,6%).

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Res-ponden Berdasarkan SumberInformasi Posyandu

Sumber Informasi Frekuensi PersentasePenyuluhan 38 86,4%Tetangga 6 13,6%Total 44 100%

Berdasarkan tabel 2 di atas, dapatdiketahui bahwa sebagian besar respondenatau sebanyak 38 responden (86,4%)memperoleh informasi mengenai PosyanduXI melalui penyuluhan.

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Res-ponden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Responden Frekuensi PersentaseSD 1 2,3% SLTP 3 6,8% SLTA/SMK 30 68,2% PT 10 22,7% Total 44 100%

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden adalah ibuyang memiliki pendidikan terakhir SLTA/SMK yaitu sebanyak 30 orang (68,2%).

Tabel 4. Distribusi Karakteristik Res-ponden Berdasarkan Jarakdari Rumah dan FrekuensiKunjungan ke Posyandu

Jarak dari rumah ke Posyandu

Frekuensi Persentase

< 0,5 km 14 31,8% 0,5-1 km 11 25,0% > 1 km 19 43,2% Total 44 100% Frekuensi Kunjungan

ke Posyandu

Teratur 18 40,9% Cukup teratur 22 50,0% Tidak teratur 4 9,1% Total 44 100%

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden atausebanyak 19 responden (43,2%) memilikijarak dari rumah ke Posyandu adalah lebihdari 1 km. Sebagian besar responden atausebanyak 22 orang (50,0%) cukup teraturmelakukan kunjungan ke Posyandu (8-11kali dalam setahun).

Page 90: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

88 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 84-92

Kualitas Pelayanan Kesehatan Posyandu

Tabel 5. Distribusi Karakteristik Res-ponden Berdasarkan KualitasPelayanan Kesehatan Posyandu

Kualitas Pelayanan Kesehatan Posyandu Frekuensi Persentase

Baik 9 20,5%Cukup baik 28 63,6%Kurang baik 7 15,9%

Total 44 100%

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden atau se-banyak 28 orang (63,6%) menganggap ataumenilai kualitas pelayanan kesehatanposyandu cukup baik.

Hubungan antara Kualitas PelayananKesehatan Posyandu dengan FrekuensiKunjungan Ibu Balita di Posyandu XISerangan Sidoluhur Godean Sleman

Berdasarkan uji statisktik kendall taudidapatkan nilai τ sebesar 0,471 dengantaraf signifikan atau ρ = 0,001 lebih kecildari nilai α = 0,05 atau ρ < α maka Hoditolak dan Ha diterima. Akhirnya dapatdisimpulkan bahwa terdapat hubungan an-tara kualitas pelayanan kesehatan posyandudengan frekuensi kunjungan ibu balita diPosyandu XI Serangan Sidoluhur GodeanSleman Yogyakarta.

Frekuensi Kunjungan Ibu Balita diPosyandu

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden atau seba-nyak 22 orang (50,0%) cukup teraturmelakukan kunjungan ke Posyandu (8-11kali dalam setahun). Hal ini dapat dipe-ngaruhi beberapa faktor antara lain tingkatpendidikan, tingkat pengetahuan, umurbalita, status pekerjaan, jarak tempat tinggal

dan jumlah anak (Notoatmodjo, 2003).Sedangkan menurut Pohan (2007) menye-butkan faktor yang dapat mempengaruhikunjungan ibu balita ke posyandu yaitukualitas pelayanan kesehatan.

Faktor tingkat pendidikan ibu seba-gaimana terlihat dalam tabel 3 menunjukkanbahwa sebagian besar responden adalah ibuyang memiliki pendidikan terakhir SLTA/SMK yaitu sebanyak 30 orang (68,2%). Halini sesuai dengan penelitian Ngastiyah (2005)yang menjelaskan bahwa faktor tingkatpendidikan menentukan tinggi rendahnyaseseorang dalam memahami pengetahuantentang kegiatan posyandu. Semakin baiktingkat pendidikan orang tua, maka orangtua dapat menerima segala informasi dari luarterutama tentang cara pengasuhan anak danmanfaat kegiatan posyandu. Dalam pene-litian ini, tingkat pendidikan dikendalikandengan memilih ibu yang memiliki tingkatpendidikan terakhir minimal SD.

Faktor tingkat pengetahuan ibu seba-gaimana terlihat dalam tabel 2 menunjukkanbahwa sebagian besar responden atausebanyak 38 responden (86,4%) mempe-roleh informasi mengenai Posyandu XImelalui penyuluhan. Hal ini menunjukkanbahwa tingkat pengetahuan seseorangbanyak mempengaruhi perilaku individu,dimana semakin tinggi tingkat pengetahuanseorang ibu tentang manfaat posyandu,maka semakin tinggi pula tingkat kesadaranuntuk berperan serta dalam programkegiatan posyandu. Pengetahuan tentangposyandu yang rendah akan menyebabkanrendahnya tingkat kesadaran ibu untukberkunjung ke posyandu.

Faktor usia balita mempengaruhikunjungan balita ke posyandu karena masabalita adalah masa pertumbuhan dasar yangakan mempengaruhi dan menentukanperkembangan selanjutnya. Menurut teoriNotoatmodjo (2003) menjelaskan bahwafaktor usia balita merupakan faktor yang

Page 91: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

89Rahmi Nur Fitri Handayani, Tenti Kurniawati, Hubungan Antara Kualitas Pelayanan...

paling berpengaruh terhadap kunjungan keposyandu, dengan rentang umur 12–35bulan dan umur 36–59 bulan.

Pada penelitian ini rata-rata balita yangteratur melakukan kunjungan ke posyanduyaitu umur 1–4 tahun. Hal ini menunjukkanbahwa ibu yang mempunyai balita mendekatiumur 5 tahun sudah merasa tidak perlu lagiberkunjung ke posyandu. Hasil penelitian inisesuai dengan penelitian Trisnawati (2011)yang menjelaskan bahwa ibu yang mempu-nyai balita berusia lebih dari 35 bulan tidakperlu lagi hadir ke posyandu, karena ibu me-rasa balitanya sudah mendapatkan imunisasilengkap.

Soetjiningsih (2000), menyatakanbahwa jumlah anak yang banyak padakeluarga akan mengakibatkan berkurangnyaperhatian dan kasih sayang terhadap balita-nya. Penelitian ini juga didukung oleh teoriHurlock (2005) yang menyatakan bahwasemakin besar keluarga maka semakinbesar juga permasalahan yang akan munculterutama untuk mengurus anak mereka,sehingga hal ini dapat mempengaruhikehadiran seorang ibu dan balitanya untukberkunjung ke posyandu.

Pada penelitian ini sebagian besar ibuyang berkunjung ke posyandu memilikijumlah anak satu, sehingga ibu yang memilikijumlah anak satu lebih teratur berkunjungdaripada ibu yang memiliki jumlah anak lebihdari satu. Hal ini dikarenakan ibu yangmemiliki jumlah anak satu lebih fokus dalammengurus balitanya. Dalam penelitian inifaktor jumlah anak telah dikendalikandengan memilih ibu yang memiliki anak balitamaksimal 4 anak, karena pembatasan jumlahanak inilah faktor jumlah anak dapat diabai-kan pengaruhnya dalam pengaruh kunjunganbalita ke posyandu.

Faktor terakhir yang mempengaruhifrekuensi kunjungan adalah faktor kualitaspelayanan kesehatan. Depkes RI (2003)mengatakan bahwa kualitas merupakankinerja yang menunjuk pada tingkat kesem-purnaan pelayanan kesehatan, dapat me-nimbulkan kepuasan, serta tata cara penye-lenggaraannya sesuai dengan standar dankode etik profesi yang telah ditetapkan.Sehingga jika kualitas pelayanan kesehatanposyandu baik, maka kunjungan ibu balitajuga akan baik dan rutin. Tetapi sebaliknyajika kualitas pelayanan kesehatan posyandu

Tabel 6. Tabulasi Silang Hubungan Antara Kualitas Pelayanan Kesehatan Posyandudengan Frekuensi Kunjungan Ibu Balita di Posyandu XI SeranganSidoluhur Godean Sleman Yogyakarta

Frekuensi Kunjungan Ibu Balita di Posyandu

Kualitas Pelayanan Kesehatan Posyandu Jumlah

Baik Cukup baik Kurang baik

F % F % F % F %

Teratur 7 15,9% 11 25,0% 0 0,0 18 40,9%

Cukup teratur 2 4,5% 15 34,1% 5 11,4% 22 50,0%

Tidak teratur 0 0,1% 2 4,5% 2 4,5% 4 9,1%

Total 9 20,5% 28 63,6% 7 15,9% 44 100,00%

Page 92: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

90 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 84-92

kurang baik maka kunjungan ibu balita untukikut berpartisipasi dalam kegiatan posyandujuga kurang baik. Faktor inilah yang digalihubungannya dengan tingkat frekuensikunjungan ibu balita di posyandu.

Hubungan Antara Kualitas PelayananKesehatan Posyandu dengan FrekuensiKunjungan Ibu Balita di Posyandu XISerangan, Sidoluhur, Godean, Sleman

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahuibahwa sebagian besar responden atausebanyak 28 orang (63,6%) menganggapatau menilai kualitas pelayanan kesehatanposyandu dalam kategori cukup baik,mayoritas 15 responden (34,1%) memilikifrekuensi kunjungan ke posyandu cukupteratur pula yaitu melakukan kunjungan 8-11 kali dalam satu tahun. Hasil uji statisktikkendall tau didapatkan nilai τ sebesar0,471 dengan taraf signifikan atau ρ = 0,001lebih kecil dari nilai α = 0,05 atau ρ < α ,sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapathubungan antara kualitas pelayanan kese-hatan posyandu dengan frekuensi kunjunganibu balita di Posyandu XI Serangan, Sido-luhur, Godean, Sleman.

Responden yang menilai kualitaspelayanan kesehatan posyandu cukup baikdan melakukan kunjungan cukup teratur(34,1%) menunjukkan bahwa adaketerkaitan antara kualitas pelayanandengan frekuensi kunjungan. Hal ini dapatdisebabkan karena responden merasa puasterhadap pelayanan kesehatan yang telahdiberikan oleh petugas kesehatan (kaderkesehatan posyandu).

Pelayanan yang diberikan sudah sesuaidengan kebutuhan mereka dan diberikandengan cara yang ramah pada waktumereka berkunjung sesuai sumber dayayang dimiliki, sehingga ibu-ibu balitatermotivasi untuk melakukan kegiatankunjungan kembali ke posyandu secara rutinsetiap sebulan sekali.

Hasil penelitian ini didukung oleh teoriPohan (2007) yang menyatakan bahwakualitas pelayanan kesehatan memilikipengaruh terhadap frekuensi kunjungan ibubalita di posyandu. Semakin baik kualitaspelayanan kesehatan posyandu maka sema-kin baik pula frekuensi kunjungan ibu balitake Posyandu.

Kualitas pelayanan kesehatan yang baikdapat diukur dengan delapan dimensi.Menurut teori Tjiptono (2007) menyatakanbahwa kualitas pelayanan kesehatan terdiridari delapan dimensi kualitas pelayanankesehatan yang meliputi kompetensi teknis,akses terhadap pelayanan, efektifitas, efisien,kontinuitas, keamanan, hubungan antarmanusia, kenyamanan. Pada penelitian inidimensi-dimensi pelayanan kesehatan yangdigunakan untuk mengukur standar pela-yanan di Posyandu XI yaitu dimensi aksespelayanan kesehatan, kompetensi teknis danhubungan antar manusia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bah-wa standar pelayanan kesehatan di Pos-yandu XI sudah memenuhi ketiga dimensitersebut, yaitu dimensi akses pelayanankesehatan, kompetensi teknis, dan hubunganantar manusia. Artinya kualitas pelayanankesehatan di Posyandu XI sudah cukupbaik, sehingga secara langsung dapat me-ningkatkan frekuensi kunjungan ke posyandusecara rutin.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pene-litian Lestari (2009) yang menyatakan bahwajika mutu pelayanan baik (sudah sesuai denganstandar pelayanan kesehatan) maka tingkatkepuasan juga tinggi. Hal itu mendukungtingginya frekuensi kunjungan, karena semakintinggi tingkat kepuasan maka semakin tinggipula frekuensi kunjungan ke posyandu. Lestari(2009) berpendapat bahwa ada hubunganyang signifikan antara mutu pelayanankesehatan dengan tingkat kepuasan ibu balitapengguna Posyandu di Desa Trimulyo Sleman,dengan nilai signifikan 0,04.

Page 93: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

91Rahmi Nur Fitri Handayani, Tenti Kurniawati, Hubungan Antara Kualitas Pelayanan...

Berdasarkan tabel 6 menunjukkanbahwa sebagian besar responden atau se-banyak 28 orang (63,6%) menilai kualitaspelayanan kesehatan posyandu dalam kate-gori cukup baik, mayoritas 15 responden(34,1%) juga memiliki frekuensi kunjunganke posyandu cukup teratur pula. Hal inimenunjukkan bahwa kualitas pelayanankesehatan mempengaruhi frekuensi kun-jungan.

Trisnawati (2011) dalam penelitiannyamenunjukkan bahwa ada hubungan antarapersepsi ibu tentang posyandu denganperilaku kunjungan ibu ke posyandu balitadi Posyandu Mawar Dusun SoraganNgestiharjo Kasihan Bantul 2011, dengantaraf signifikan 0,004.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan pem-

bahasan dapat disimpulkan sebagai berikutbahwa sebagian besar responden memilikifrekuensi kunjungan di posyandu cukupteratur yaitu sebanyak 22 ibu (50,0%),sebagian besar responden menilai kualitaspelayanan kesehatan posyandu cukup baikyaitu sebanyak 28 ibu (63,6%), ada hu-bungan antara kualitas pelayanan kesehatanposyandu dengan frekuensi kunjungan ibubalita di Posyandu XI Serangan SidoluhurGodean Sleman yang ditunjukkan dengannilai τ sebesar 0,471 dengan taraf signifikanatau ρ = 0,001 lebih kecil dari nilai α= 0,05atau ρ < α .

SaranBagi responden yang memiliki freku-

ensi kunjungan di posyandu dengan kriteriabaik agar tetap dipertahankan, sedangkanuntuk responden yang memiliki frekuensikunjungan di posyandu dengan kriteria

cukup baik dan kurang baik disarankanuntuk meningkatkan kunjungan ke posyandusetiap sebulan sekali agar status kesehatanbalitanya dapat terpantau dengan baik.

Bagi profesi keperawatan khususnyaperawat anak dan komunitas agar lebihmemperhatikan status kesehatan dan tingkattumbuh kembang balita serta memberikandukungan kepada ibu balita agar rutinmelakukan kunjungan ke posyandu. Misal-nya perawat dan kader kesehatan menda-tangi atau melakukan kunjungan ke rumah-rumah ibu balita, terutama balita yang tidakteratur dalam melakukan kunjungan keposyandu.

Bagi kader posyandu diharapkandapat meningkatkan kualitas pelayanankesehatan posyandu melalui penyuluhankesehatan yang bekerjasama dengan petu-gas kesehatan puskesmas, pemeriksaankesehatan oleh petugas puskesmas setiapsebulan sekali, konseling, dan mengaktifkankegiatan posyandu di meja 4 dan 5 agar ibu-ibu balita termotivasi untuk melakukankunjungan ke posyandu sehingga statuskesehatan balita dapat terpantau denganbaik. Selain itu, kualitas pelayanan kese-hatan posyandu dapat ditingkatkan melaluimenjalin hubungan yang baik dengan ibu-ibu balita misalnya melalui komunikasi yangefektif, mengajak ibu-ibu untuk mengikutikegiatan posyandu, dan meningkatkan kom-petensi teknis dari kader-kader posyandu.

Bagi peneliti lain yang berminat mela-kukan penelitian tentang posyandu diharap-kan dapat mengembangkan penelitian inidiantaranya dengan mengembangkanvariabel bebasnya, misalnya persepsi ibutentang manfaat posyandu dengan frekuensikunjungan ibu balita ke posyandu ataupersepsi ibu tentang status kesehatan balitadengan frekuensi kunjungan ibu balita keposyandu.

Page 94: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

92 Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, Vol. 9, No. 1, Juni 2013: 84-92

DAFTAR RUJUKANAdisasmito, W. 2008. Sistem Kesehatan.

PT. Raja Grafindo Pesada: Jakarta.DepKes RI. 2003. Pedoman Pelaksanaan

Jaminan Mutu di Puskesmas.Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

DepKes RI. 2006. Buku Pedoman UmumPengelolaan Posyandu. Depar-temen Kesehatan RI: Jakarta.

Dinas Kesehaan DIY. 2007. Profil Ke-sehatan Propinsi D.I. YogyakartaTahun 2007. Dinas KesehatanDIY: Yogyakarta.

Hurlock, Elizabeth B. 2005. Perkem-bangan Anak. Erlangga: Jakarta.

Hikmawati, K. 2008. Hubungan TingkatPengetahuan Ibu tentang Pe-mantau Pertumbuhan Berat Ba-dan dengan Frekuensi Penim-bangan Batita 1-3 Tahun di Pos-yandu Pakuncen WirobrajanYogyakarta 2008. KTI Tidakditerbitkan. Yogyakarta: STIKES‘Aisyiyah Yogyakarta.

Lestari, I.D. 2009. Hubungan Mutu Pela-yanan Kesehatan dengan TingkatKepuasan Ibu Balita PenggunaPosyandu di Desa Trimulyo Sle-man. Skripsi Tidak diterbitkan.Yogyakarta: STIKES ‘AisyiyahYogyakarta.

Ma’sum, Ma’ruf. 2007. Bayi (PanduanLengkap Sejak dalam Kandung-an hingga Merawat Bayi). SmartMedia: Solo.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit.EGC: Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. Pengantar Pen-didikan dan Perilaku Kesehatan.Rineka Cipta: Jakarta.

Pohan, I. 2007. Jaminan Mutu LayananKesehatan (Dasar-Dasar, Pe-ngertian, dan Penerapan). EGC:Jakarta.

Sulistyorini, C.I. 2010. POSYANDU (PosPelayanan Terpadu) dan DesaSiaga. Nuha Medika: Yogyakarta.

Soetjiningsih. 2000. Tumbuh KembangAnak. EGC: Jakarta.

Tjiptono, F. 2007. Service, Quality, Satis-faction edisi 2. C.V Andi Offset:Yogyakarta.

Trisnawati. 2011. Hubungan Persepsi IbuTentang Posyandu dengan Peri-laku Kunjungan Balita ke Pos-yandu Mawar di Dusun SoraganNgestiharjo Kasihan Bantul Yog-yakarta Tahun 2011. Skripsi Tidakditerbitkan. Yogyakarta: Prodi S1Keperawatan STIKES ‘AisyiyahYogyakarta.

Wijayanti, R. 2009. Hubungan TingkatPengetahuan Ibu tentang Pos-yandu dengan Frekuensi Kun-jungan Posyandu Balita di DesaBandung Kecamatan Playen Ka-bupaten Gunung Kidul Yogya-karta Tahun 2009. KTI Tidakditerbitkan. Yogyakarta: Prodi DIIIKebidanan STIKES ‘AisyiyahYogyakarta.

Wijono, D. 2000. Manajemen Mutu Pela-yanan Kesehatan, Vol. 1. Air-langga University Press: Surabaya.

Page 95: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

Petunjuk bagi PenulisJURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN

1. Artikel yang ditulis dalam Jurnal Kebidanan dan Keperawatan meliputi hasil penelitiandi bidang kebidanan dan keperawatan. Naskah diketik dengan program Microsoft Word,huruf Times New Roman, ukuran 12 pts, dengan spasi At least 12 pts, dicetak padakertas A4 sepanjang lebih kurang 20 halaman dan diserahkan dalam bentuk Print-Outsebanyak 2 eksemplar beserta softcopynya. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagaiAttachment e-mail ke alamat: [email protected]

2. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Sistematika artikel hasil penelitianadalah judul, nama penulis, abstrak disertai kata kunci, pendahuluan, metode penelitian,hasil dan pembahasan, simpulan dan saran, serta daftar pustaka.

3. Judul artikel tidak boleh lebih dari 20 kata. Judul dicetak dengan huruf kapital di tengah-tengah, dengan ukuran huruf 14 poin.

4. Nama penulis artikel dicantumkan tanpa gelar akademik, disertai lembaga asal, danditempatkan di bawah judul artikel. Jika naskah ditulis oleh tim, maka penyunting hanyaberhubungan dengan penulis utama atau penulis yang namanya tercantum pada urutanpertama. Penulis utama harus mencantumkan alamat korespondensi atau e-mail.

5. Abstrak dan kata kunci ditulis dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris). Panjangmasing-masing abstrak maksimal 150 kata, sedangkan jumlah kata kunci 3-5 kata. Isiabstrak mengandung tujuan, metode, dan hasil penelitian.

6. Bagian pendahuluan berisi latar belakang, konteks penelitian, hasil kajian pustaka, dantujuan penelitian. Seluruh bagian pendahuluan dipaparkan secara terintegrasi dalambentuk paragraf-paragraf.

7. Bagian metode penelitian berisi paparan dalam bentuk paragraf tentang rancanganpenelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisis yang secara nyatadilakukan peneliti.

8. Bagian hasil penelitian berisi paparan hasil analisis yang berkaitan dengan pertanyaanpenelitian. Setiap hasil penelitian harus dibahas. Pembahasan berisi pemaknaan hasildan pembandingan dengan teori dan/atau hasil penelitian sejenis.

9. Bagian simpulan berisi temuan penelitian yang berupa jawaban atas pertanyaan penelitianatau berupa intisari hasil pembahasan. Simpulan disajikan dalam bentuk paragraf. Saranditulis secara jelas untuk siapa dan bersifat operasional. Saran disajikan dalam bentukparagraf.

10. Daftar rujukan hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk, dan semua sumber yangdirujuk harus tercantum dalam daftar rujukan. Sumber rujukan minimal 80% beruparujukan terbitan 10 tahun terakhir. Rujukan yang digunakan adalah sumber-sumber primerberupa artikel-artikel penelitian dalam jurnal atau laporan penelitian (termasuk skripsi,tesis, disertasi). Artikel yang dimuat di Jurnal Kebidanan dan Keperawatan disarankanuntuk digunakan sebagai rujukan.

11. Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama akhir,tahun). Pencantuman sumber pada kutipan langsung hendaknya disertai keterangantentang nomor halaman tempat asal kutipan. Contoh: (Davis, 2003: 47).

12. Daftar rujukan disusun dengan tata cara seperti contoh berikut ini dan diurutkan secaraalfabetis dan kronologis.Buku: Smeltzer, Suzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunnerand Suddarth. Edisi 8. EGC: Jakarta.Buku kumpulan artikel: Saukah, A. & Waseso, M.G. (Eds). 2002. Menulis Artikeluntuk Jurnal Ilmiah (edisi ke - 4, cetakan ke-1). Malang: UM Press.

Page 96: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

Artikel dalam buku kumpulan artikel: Russel, T. 1998. An Alternative Conception:Representing Representation. Dalam P.J. Black & A. Lucas (Eds). Children’s InformalIdeas in Science (hlm. 62-84). London: Routledge.Artikel dalam jurnal atau majalah: Kansil, C.L. 2002. Orientasi Baru PenyelenggaraanPendidikan Program Profesional dalam memenuhi Kebutuhan Industri. Transport, XX(4): 57-61.Artikel dalam koran: Pitunov, B. 13 Desember, 2002. Sekolah Unggulan ataukahSekolah Pengunggulan, Jawa Post, hlm. 4 & 11.Tulisan/berita dalam koran (tanpa nama pengarang): Jawa Pos. 22 April, 2006.Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri, hlm. 3.Dokumen resmi: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.1997. PedomanPenulisan Pelaporan Penelitian. Jakarta : Depdikbud. Undang-undang Republik IndonesiaNomor 2 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: PT Ammas Duta Jaya.Skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian: Sudyasih, T. 2006. Hubungan TingkatPengetahuan Tentang Tubercolosis Paru Dengan Sikap Orang Tua Anak (0-10 Tahun)Penderita Tuberkulosis Paru Selama Menjalani Pengobatan di Puskesmas PiyunganBantul Tahun 2006. Skripsi Diterbitkan. Yogyakarta: PSIK-STIKES ‘ASYIYAHYOGYAKARTA.Makalah seminar, lokakarya, penataran: Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format JurnalIlmiah. Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya Penulisan Artikel dan PengelolaanJurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat, Banjarmasin, 9-11 Agustus 2001.Internet (karya individual): Hitchcock, S., Carr, L. & Hall, W. 1996. A Survey ofSTM Online Journals, 1990-1995: The Calm before the Storm, (Online), (http://journal.ecs.soton.ac.uk/survey/survey.html), diakses 12 Agustus 2006.Internet (artikel dalam jurnal online): Kumaidi, 2004. Pengukuran Bekal AwalBelajar dan Pengembangan Tesnya. Jurnal Ilmu Pendidikan. (online), Jilid 5, No. 4,(http://www.malang.ac.id), diakses 20 Januari 2000.

13. Tata cara penyajian kutipan, rujukan, tabel, gambar pada artikel berbahasa Indonesiamenggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan(Depdikbud, 1987).

14. Semua naskah ditelaah secara anonim oleh mitra bestari (reviewers) yang ditunjukoleh penyunting menurut bidang kepakarannya. Penulis artikel diberi kesempatan untukmelakukan perbaikan (revisi) naskah atas dasar rekomendasi/saran dari mitra bebestariatau penyunting. Kepastian pemuatan atau penolakan naskah akan diberitahukan secaratertulis.

15. Segala sesuatu yang menyangkut perizinan pengutipan atau penggunaan softwarekomputer untuk pembuatan naskah atau ihwal lain yang terkait dengan HaKI yangdilakukan oleh penulis artikel, berikut konsekuensi hukum yang mungkin timbulkarenanya, menjadi tanggungjawab penuh penulis artikel.

16. Sebagai prasyarat bagi pemrosesan artikel, para penyumbang artikel wajib menjadipelanggan minimal selama satu tahun (dua nomor). Penulis menerima nomor buktipemuatan sebanyak 2 (dua) eksemplar dan cetak lepas sebanyak 2 (dua eksemplar).Artikel yang tidak dimuat tidak akan dikembalikan, kecuali atas permintaan penulis.

Page 97: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATANJl. Ring Road Barat 63, Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55292

Telp. (0274) 4496199; Fax. (0274) 4469204

Bersama ini kami kirimkan Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol. 9, No. 1, Juni 2013

sebanyak ….... eks.

Untuk selanjutnya apabila Bpk/Ibu/Sdr/Institusi Anda berkenan melanggannya, mohon

untuk mengisi blangko formulir berlangganan di bawah ini dan kirimkan ke alamat :

REDAKSI JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATANJl. Ring Road Barat No. 63, Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta 55292.

Telp (0274) 4469199 pesawat 166, Fax. (0274) 4469204

------ --------------------------------------------------------------------------------------------------------------

------ --------------------------------------------------------------------------------------------------------------

FORMULIR BERLANGGANAN JURNAL KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN Nama : ...................................................................................................

□Mahasiswa □Individu □Instansi Alamat : ................................................................................................... ....................................................... Telp. : ................................ Akan Berlangganan JKK:

Vol. ....... : No. ........................... s/d ...................................... Sejumlah : ....................... eks./penerbitan

Untuk itu saya akan mengirimkan biaya pengganti ongkos cetak dan ongkos kirim sejumlah : Rp. ..........................

TANDA TERIMA

Telah terima Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Vol. 9, No. 1, Juni 2013

sebanyak: ......................... eksemplar dengan baik.

Diterima di/tgl. : .................................... (Harap dikembalikan ke alamat di atas, bila ada

perubahan nama & alamat mohon ditulis)

Nama : ....................................

Biaya berlangganan untuk satu tahun penerbitan: Rp 60.000 (Jawa) dan Rp 75.000 (Luar Jawa)

Melalui : Transfer BRI Unit KH Ahmad Dahlan Yogyakartaa.n Jurnal Kebidanan dan Keperawatan No. Rek : 3005-01-013030-53-8

(fotokopi bukti pembayaran terlampir/dikirimkan ke alamat di atas)

Page 98: Jurnal Kebidanan dan Keperawatan - digilib.unisayogya.ac.iddigilib.unisayogya.ac.id/2307/1/1jurnal JKK -juni13 OK.pdf · Efektivitas Metode Perawatan Luka Moisture Balance Terhadap

.