JURNAL … · Imunisasi Polio Henni Safrida Sitompul Pengaruh Olahraga Jalan Santai Terhadap Kadar...
Transcript of JURNAL … · Imunisasi Polio Henni Safrida Sitompul Pengaruh Olahraga Jalan Santai Terhadap Kadar...
ISSN : 2089-0400
JURNAL
COLUMBIA ASIA
Volu m e IX N o : 18 Juli 2018
Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Di Poliklinik Anak RSIA Stella Maris Medan
Sontina Saragih
Hubungan Tingkat Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Pada Balita Di Puskesmas
Sigompul Kec. Lintong Nihuta Tahun 2018
Lili Suryani Tumanggor
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Pada Bayi Yang Tidak Mendapat
Imunisasi Polio
Henni Safrida Sitompul
Pengaruh Olahraga Jalan Santai Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes
Melitus
Ruminta Sirait
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi Di Desa
Nagori Pematang Kerasaan Kabupaten Simalungun
Derma Wani Damanik
Diterbitkan Oleh:
AKADEMI KEPERAWATAN COLUMBIA ASIA MEDAN
Jalan Bunga Lau No 26-28 Kelurahan Kemenangan Tani, Medan Tuntungan
Kode Pos 20136
Website: uca.ac.id
Email: [email protected]
Jurnal Columbia Asia
Volume IX No: 18 Januari 2018
JURNAL COLUMBIA ASIA
Penanggung Jawab Yayasan Gleni
Pimpinan Umum Lili Suryani Tumanggor, S. Kep, Ners., M. Kep
Pimpinan Redaksi Sontina Saragih S. Kep, Ners., MKM
Sekretaris Redaksi Isabella T. Sembiring, S. Sos
Alamat Redaksi:
AKADEMI KEPERAWATAN COLUMBIA ASIA MEDAN
Jalan Bunga Lau No 26-28 Kelurahan Kemenangan Tani, Medan Tuntungan
Kode Pos 20136
Website: uca.ac.id
Email: [email protected]
Jurnal Columbia Asia
Volume IX No : 18 Juli 2018
DAFTAR ISI
Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Di Poliklinik Anak RSIA Stella Maris Medan
Sontina Saragih
Hal 1 - 11
Hubungan Tingkat Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Pada Balita Di Puskesmas Sigompul
Kec. Lintong Nihuta Tahun 2018
Lili Suryani Tumanggor
Hal 12 - 18
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Pada Bayi Yang Tidak Mendapat Imunisasi
Polio
Henni Safrida Sitompul
Hal 19 - 22
Pengaruh Olahraga Jalan Santai Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes
Melitus
Ruminta Sirait
Hal 23 - 27
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi Di Desa
Nagori Pematang Kerasaan Kabupaten Simalungun
Derma Wani Damanik
Hal 28 - 33
Volume IX No: 18 Januari 2018
Jurnal Columbia Asia
Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan Pemberian ASI Eksklusif
Di Poliklinik Anak RSIA Stella Maris Medan
Sontina Saragih
Akademi Keperawatan Columbia Asia Medan
Email : [email protected]
Abstrak
Pemberian ASI secara Eksklusif adalah pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan minum dan makanan lain sampai bayi berumur 6 bulan.
Menurut Word Health Organization (WHO) Tahun 2012, menyatakan bahwa ASI Eksklusif selama 6 bulan
pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Secara global kurang dari 40% bayi yang berusia di bawa 6 bulan
yang menyusui secara eksklusif dan selebihnya bayi sudah diberikan pendamping selain ASI. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. populasi pada
pada penelitian ini adalah ibu menyusui dengan jumlah sampel 32 responden dengan uji analisis chi-
square.jenis data yang digunakan adalah data primer, data sekunder dan data tersier, sedangkan analisa data
yang digunakan univariat dan bivariat. Dari hasil statistic uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% dengan
𝑎 =0,05 diperoleh ⍴ =0,038, maka ⍴ (0,009) < 𝑎 (0,05). artinya ada hubungan pengetahuan ibu menyusui
dengan ASI Eksklusif di Polikinik Anak RSIA Stella Maris Medan. Kesimpulan dan hasil penelitian ini maka
di sarankan bagi tenaga kesehatan agar lebih sering untuk melakukan kegiatan penyuluhan terhadap ibu-ibu
dalam pemberian ASI Eksklusif, tentang konseling dan edukasi mengenai penting nya ASI Eksklusif sehingga
pengetahuan ibu lebih baik.
Kata Kunci : Pengetahuan, Pemberian ASI Eksklusif
The Relationship Of Nursing Mothers’ Knowledge In Giving Breastmilk Exclusive In Child Polyclinic
Rsia Stella Maris Medan
Abstract
Exclusive breastfeeding is breastfeeding (breast milk) as early as possible after delivery, provided
without a schedule and not be drinking and other foods until the baby is 6 months old. According to the Word
Health Organization (WHO) in 2012, states that exclusive breastfeeding during the first 6 months of the baby's
life is the best. Globally less than 40% of infants aged 6 months bring exclusive breastfeeding and the rest of
the baby is given a companion other than breast milk. This study research used analytic survey with cross
sectional approach. population in this research was nursing mothers with a sample of 32 respondents by using
chi-square test. Data of this study used primary data, secondary data and data tertiary, while analysis of the
data used univariate and bivariate. From the results of chi-square test statistic at the 95% confidence level
with 𝑎 = 0.05 was obtained ⍴ = 0.038, then ⍴ (0.009) < a (0.05). meaning there hunbugan knowledge of
nursing mothers with exclusive breastfeeding in the Siti Kholijah Hasibuan clinic Medan. It is suggested for
health workers to be more frequently to conduct outreach to mothers on exclusive breastfeeding, about
counseling and education about the importance of exclusive breastfeeding so his mother knowledge better.
Keywords: Knowledge, Exclusive Breastfeeding
Jurnal Columbia Asia
PENDAHULUAN
Anak merupakan anugrah terindah dari
Tuhan, Kelahiran seorang bayi merupakan sangat
penting dan menggembirakan bagi orang tua.
Kebutuhan nutrisi bayi sampai usia dapat kita
penuhi hanya dengan memberikan air susu ibu
(ASI) saja atau dikenal sebagai “ASI
EKSKLUSIF”. Asi Eksklusif adalah pemberian
Asi tanpa makanan tambahan lain pada bayi
berumur 0-6 bulan.
Pemberian ASI secara Eksklusif adalah
pemberian ASI (air susu ibu) sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan
tidak diberikan minum dan makanan lain sampai
bayi berumur 6 bulan. Bayi hanya diberi asi
eksklusif saja selama 0-6 bulan tanpa memberi
makanan lain seperti air teh,jeruk,madu dan air
putih.(1)
Pengetahuan ibu menyusui berarti
menjalani kasih sayang ibu dan anak. Pemberian
ASI sangat penting mengingat air susu ibu adalah
satu-satunya makanan dan minuman terbaik untuk
bayi dalam masa 6 bulan pertama kehidupanya.
Bayi harus segera disusui setelah lahir, Ibu
hendaknya dapat menyusui anaknya sering
mungkin dengan demikian ASI bertambah dan
cukup untuk kebutuhan bayi.(1)
Menurut World Health Organization
(WHO) tahun 2012, menyatakan bahwa ASI
Eksklusif selama 6 bulan pertama hidup bayi
adalah yang terbaik. Secara global kurang dari 40%
bayi yang berusia di bawah 6 bulan yang menyusui
secara eksklusif dan selebihnya bayi sudah
diberikan pendamping selain ASI.
Menurut United Nations International
Children’s Emergency Fund (UNICEF) laporan
anak dunia tahun 2011 yaitu dari 136,7 juta bayi
lahir di seluruh dunia dan hanya 32,6% dari mereka
yang menyusui secara eksklusif dalam 6 bulan
pertama. Sedangkan di Negara industri, bayi yang
tidak diberi ASI Eksklusif lebih besar meninggal
dari pada bayi yang di beri ASI Eksklusif.
Sementara di Negara berkembang hanya 39% ibu
yang memberikan ASI Eksklusif.(2)
Menurut Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, Jumlah Angka
Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 per 1000
(0,32)% kelahiran hidup. Usaha dalam pencapaian
target dalam penurunan angka kematian bayi
(AKB), dapat di lakukan dengan cara pemberian
ASI Eksklusif pemberian ASI dapat di lakukan
dengan cara pemberian ASI Eksklusif. Pemberian
ASI dapat menekan angka kematian bayi dengan
mengurangi sebesar 30.000 kematian bayi di
indonesia dan 10 juta kematian bayi di dunia
melalui pemberian ASI selama 6 bulan jam
pertama kelahirannya tanpa diberikan makanan
tambahan lainnya kepada bayi. Dari Data SDKI
Tahun 2007 menunjukkan cangkupan ASI
Eksklusif bayi 0-6 bulan sebesr 32 %.
Riset kesehatan dasar (RIKESDAS)
Indonesia Tahun 2013, mendapatkan 30,2% bayi
0-6 bulan mendapatkan ASI saja pada 24 jam
terakhir. Angka yang relatif sangat sedikit, padahal
dengan ASI dan menyusui baik ibu dan bayinya
akan mendapatkan banyak manfaat.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatra Utara Tahun 2012 menunjukkan,
dari bulan januari sampai Desember tahun 2012
didapati daerah yang melakukan pemberian ASI
Eksklusif adalah di Daerah Langkat yaitu 23,4%
dan rendahnya pemberian ASI Eksklusif di daerah
Nias Utara yaitu 40,0% presentase ibu yang
memberikan ASI Eksklusif di Medan adalah
sebanyak 20,0%.(2)
Berdasarkan survei awal yang dilakukan
penulis pada bulan Februari Tahun 2018 terdapat
32orang ibu yang memiliki bayi, 18 ibu (61%)
yang tidak memberikan ASI Eksklusif, dan 14 ibu
(38,89%) yang memberikan ASI Eksklusif.
Berdasarkan latar belakang diatas,
penelitian merasa tertarikmelakukan penelitian
“Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui dengan
Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi di Poliklinik
RSIA Stella Maris Medan Pada Tahun 2018”.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
maka penulis merumuskan masalah penelitian ini
yaitu“Apakah hubungan Pengetahuan ibu
menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif
terhadap bayi di RSIA Stella Maris MedanTahun
2018.
Tujuan Penelitan
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
Jurnal Columbia Asia
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi
pengetahuan ibu menyusui di Poliklinik RSIA
Stella Maris Medan pada Tahun 2018.
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi dengan
pemberian Asi Eksklusif di Eksklusif di RSIA
Stella Maris Medan pada Tahun 2018.
3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi
hubungan antara Pengetahuan dengan
pemberian ASI Eksklusif di RSIA Stella Maris
Medan pada Tahun 2018.
TINJAUAN TEORITIS
Pengertian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian asi saja
pada bayai usia 6 bulan tanpa memberikan cairan
ataupun makanan lain. ASI bemanfaat bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Ketika anak
sedang menyusui pada ibunya, mulutnya mesti
terhubung ke payudara secara tepat
ASI mampu memberi perlindungan baik
secara aktif maupun secara pasif, Asi juga
mengandung zat anti infeksi bayi akan terlindung
dari berbagai macam infeksi, ASI eksklusif adalah
suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose
baik yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur
atau parasit. Asi sangat dianjurkan terlebih saat 4
pertama,tetapi bila memungkinkan Asi diberi
selama 6 bulan. ASI Eksklusif adalah suatu emulsi
dalam larutan protein, laktose dan garam-garam
organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar
payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi air
susu ibu adalah stadiumm laktasi, ras keadaan
Nutrisi dan diit ibu. Air susu ibu menurut stadium
laktasi adalah kolostrum, air susu transisi/
peralihan dan air susu.
Kolostrum
Kolostrum adalah cairanberwarna kuning
kental dan mengandung zat kekebalan tubuh
(antibodi). Biasanya, kolostrum sudah diproduksi
pada tahap akhir kehamilan sehingga sudah ada
segera setelah melahirkan sampai hari ke7
kelahiran.Kolostrum memiliki kandungan zat-zat
berikut.
1. Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama
IgA untuk melindungi dari berbagai penyakit
infeksi terutama Diare
2. Kolostrum yang diproduksi bervariasi
tergantung dari hisapan bayi pada hari pertama
kelahiran.
3. Kolostrum mengandung protein, vitamin A
yang tinggi
4. Membantu mengeluarkan mekonium seperti
kotoran bayiASI adalah asi yang dihasilkan
selama 21setelah melahirkan
Ada beberapa jenis-jenis air susu ibu yaitu
:
Kolostrum
Cairan kental berwarna kekuning-
kuningan yang dihasilkan pada hari pertama
sampai hari ke-3. Kolustrum bisa dikatakan
sebagai "imunisasi" pertama yang diterima bayi
karena banyak mengandung protein untuk daya
tubuh yang berfungsi sebagai pembunuh kuman
dalam jumlah tinggi.Kadarnya 17 kali
dibandingkan dengan ASI matur.
Susu Transisi
Adalah air susu ibu yang di produksi
setelah kolostrum antara hari ke-4 sampai dengan
hari ke-10. Dalam susu transisi ini terdapat
Immunoglobulin, protein dan laktosa dengan
konsentrasi yang lebih rendah dari kolostrum tetapi
konsentrasi lemak dan jumlah kalori lebih tinggi,
vitamin lemak berkurang, vitamin larut air
meningkat. Bentuk atau warna susu lebih putih dari
kolostrum.
Susu masa Peralihan
Susu matur adalah susu yang keluar
setelah hari ke-10. Berwarna putih kental.
Komposisi ASI yang keluar pada isapan-isapan
pertama (foremilk)mengandung lemak dan
karbohidratnya lebih banyak dibandingkan
hindmilk (ASI yang keluar pada isapan-isapan
terakhir), maka jangan terlalu cepat memindahkan
bayi untuk menyusu pada payudara yang lain, bila
ASI pada payudara yang sedang diisapnya belum
habis.
Air Susu Matur
Air susu matur merupakan ASI yang
dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai
seterusnya. ASI matur merupakan nutrisi yang
terus berubah disesuaikan dengan perkembangan
bayi sampai usia 6 bulan. ASI ini berwarna putih
kebiru-biruan seperti susu krim.
Kandungan Nutrisi ASI
Jurnal Columbia Asia
Adapun beberapa kandungan dari ASI
adalah:
Protein
Protein dalam ASI terdiri dari casein
(protein yang sulit dicerna) dan dari pada formula.
Untuk itu bayi yang di anjurkan pemberian ASI
Eksklusif sampai berumur 6 bulan
Lemak
Lemak Asi berfungsi sebagai penghasilan
kalori/ energi utama, yang merupakan komponen
zat gizi yang sangat bervariasi. Lebih mudah di
cerna karena sudah dalam bentuk emulsi.
Karbohidrat-Laktosa
Merupakan jenis karbohidrat yang utama
dalam ASI yang berperan penting sebagai sumber
energi dan berperan dalam perkembangan sistem
sarafbayi.
Vitamin A
Asi mengandung vitamin yang cukup
lengkap yang diperlukan bayi sampai 6 bulan
kecuali vitamin K, karena bayi baru lahir ususnya
belum mampu membentuk vitamin.
Mineral
ASI mengandung yang lengkap walaupun
kadarnya rendah, tetapi bisa mencakupi kebutuhan
bayi sampai berumur 6 bulan.(6)
Kandungan ASI sebagai Zat Pelindung
ASI mengandung zat anti infeksi, bersih
dan bebas terkontaminasi. ASI
mengandung beberapa zam pelindung berikut ini;
1. Faktor Bifidus
faktor bifidus adalah : fasilitas
pertumbuhan lactobacillus
bifidus(melawan bakteri patogen dalam
usus). Zat ini penting untuk merangsang
pertumbuhan bakteri Lactobasillus yang
membantu yang melindungin usus bayi
dari peradangan atau penyakit yang
ditumbulkan oleh infeksi beberapa jenis
bakteri merugikan, seperti keluarga coli.
2. Laktobasilus Bifidus
Berfungsi menghambat pertumbuhan
mikroganisme dalam tubuh bayi yang
dapat menyebabkan beragai penyakit atau
gangguan kesehatan bakteri ini.(7)
Manfaat Pemberian ASI
Manfaat ASI Bagi Bayi
Pemberian ASI membantu bayi memulai
kehidupannya dengan baik. Kolostrum, susu jolong
atau susu pertama mengandung antibodi yang kuat
untuk mencegah infeksi dan membuat bayi
menjadi kuat. Penting sekali memberikan ASI pada
bayi pada jam pertama sesudah lahir kemudian
setidaknya setiap dua tahun tiga jam.
ASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh
baik hal ini disebabkan karena zat-zat dalam ASI
dapat melawan langsug serangan penyakit, dan
juga bermanfaat buat kecerdasan bayi karena, ASI
mengandung AA (Asam Arakhidonat) dan DHA
terbaik, selain laktosa dapat berfungsi untuk proses
menunjang pertumbuhan otak bayi.
Cara Memperbanyak Produksi ASI
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh
para ibu menyusui untuk melakukan cara tips
a. Agar ASI banyak dan berlimpah yaitu dengan :
b. Menyusui sesering mungkin
c. Motivasi yang kuat untuk menyusui bayi
d. Pemeriksaan payudara untuk meningkatkan
produksi ASI juga dapat direncanakan dari
jauh-jauh hari
e. Penggunaan BH yang terlalu sempit akan
mempengaruhi produksi ASI
f. Segera sehabis melahirkan maka sang bayi
langsung diperkenalkan dengan payudara ibu
atau lebih dikenal dengan istilah Inisiasi
menyusui dini Untuk mengatasi keterbatasan
ASI perbanyaklah makan daun katuk, bayam,
daun turi sayuran hijau lainnya yang banyak
mengandung zat untuk memperbanyak
produksi ASI
Proses Terbentuknya ASI
Tahapan-tahapan yang terjadi dalam proes
laktasi mencakup
1. Mammognesis : Terjadi pertumbuhan
payudara baik dari ukuran maupun berat dari
payudara mengalami peningkatan
2. Laktogenesis
a. Tahap 1(kehamilan akhir): sel alveolar
berubah menjadi sel sekretoris
b. Tahap2(hari ke-3 hingga ke-8 kelahiran)
mulai terjadi sekresi susu payudara
menjadi penuh dan hangat kotrolendokrin
beralih menjadi autokrin
3. Involution komposisi ASI ideal untuk bayi.
Jurnal Columbia Asia
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi
ASI
1. Makanan ibu
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh
makanan yang dimakan ibu, apabila makan ibu
secara teratur dan cukup mengandung gizi yang
diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI,
karena kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja
dengan sempurna tanpa makanan yang cukup.
Untuk membentuk produksi ASI yang baik,
makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori,
protein, lemak dan vitamin serta mineral yang
cukup, selain ibu dianjurkan minum lebih banyak
kurang lebih 8-12 liter/per hari
2. Ketenangan jiwa dan pikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh
faktor kejiwaan, ibu yang selalu dalam keadaan
tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai
bentuk ketegangan emosional akan menurunkan
volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi
ASI
3. Laktoferin
Adalah protein yang berkaitan dengan zat
besi. Laktoferin yaitu sejenis protein yang
merupakan komponen zat kekebalan yang
meningkat zat besi didalam saluran pencernaan dan
menyerap FE dari saluran pencernaan, mengurangi
suplai C. Albicans dan E. COLI. Laktoferin
berfungsi menghambat perkembangan jamur
kandidat dan bakteri stfilokokus yang merugikan
kesehatan bayi.
4. Enzim
Enzim yang melindungi bayi terhadap
bakteri dan virus. Jimlah liisozim dalam ASI 300
kali lebih banyak. Lisozim adalah enzim yang
dapat mencegah dinding bakteri dan, bekerja sama
dengan peroksida dan askorbat untuk menyerang
E-COLI dan sebagian spesies salmonela.
5. Imunoglobim (Antibody)
6. Sel-sel darah putih hidup
Sel darah putih pada bayi ASI pada 2
minggu pertama lebih dari 4000 sel per mil yang
terdiri dari 3 macam yaitu, antibodi pernafasan,
antibodi saluran Tissue (MALT)
a. Perawatan payudara
Perawatan payudara adalah dengan merangsang
buah dada akan mempengaruhi hypofise untuk
mengeluarkan hormon progesteron dan
estrogen lebih banyak lagi dan oxyticin.
b. Penggunaan alat kontrasepsi
Pada ibu menyusui bayinya penggunaan alat
kontrasepsi hendaknya diperhatikan karena
pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat dapat
mempengaruhi produksi ASI.
Ibu Menyusui
Ibu menyusui adalah suatu seni yang harus
dipelajari kembali. Untuk keberhasilan menyusui
tudak diperlukan alat-alat yang khusus dan biaya
yang mahal karna yang diperlukan hanyalah
kesabaran, waktu, pengetahuan tentang menyusui,
dan dukungan dari lingkungan terutama suami.
Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan
memulai kehidupan dengan cara yang sehat.
Manfaat Menyusui
Adapun manfaat menyusui adalah;
1. Menyusui dapat membantu wanita
mengurangi berat badan tambahan yang
diperoleh sewaktu hamil
2. Membantu rahim kembali keukuran
normal dengan lebih cepat.
3. Melindungin wanita dari kanker dari
payudara kelak
4. Menyusui juga dapat mengurangi resiko
patah tulang pinggul dan kanker ovarium
kelak.
5. Melindungin kesehatan ibu (mengurangi
pendarahan pasca persalinan, mengurangi
resiko kanker payudara dan induk telur,
mengurangi anemia).
6. Memperpanjang kehamilan berikutnya.
7. Menghemat waktu.(8)
Langkah-langkah Menyusui Yang Benar
Adapun langkah-langkah menyusui yang
benar adalah:
1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit
kemudian dioleskan pada puting dan aerola
sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat
sebagai desinfekta dan m enjaga kelembapan
puting susu.
2. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila
duduk lebih baik menggunakan kursi yang
lebih rendah, (agar kaki ibu tidak
Jurnal Columbia Asia
menggsantung) ibu bersandar pada pada
sandaran kursi
3. bayi dipegang pada belakang bahunya dengan
satu lengan, kepala bayi terletak pada engkung
siku ibu. Satu tangan bayi diletakkan
dibelakang badan ibu dan yang satu didepan.
4. perut bayi menempel pada badan ibu.
Kepala bayi menghadap payudara. Telinga
dan lengan bayi terletak pada satu garis
lurus
5. payudara dipegang dengan ibu jari lain
menompang dibawah, jangan menekan
puting susu atau kalangan payudara saja.
Bayi diberi rangsangan agar membuka
mulut dengan cara menyentuh pipi dengan
puting susu atau sisi mulut bayi.
Cara Menyusui Bayi Yang Benar
1. Tetekan bayi segera atau selambatnya setengah
janin setelah bayi lahir.
Mintalah kepada bidan untuk membantu
melakukan hal ini.
2. Biasakan mencuci tangan dengan memakai
sabun setiap kali sebelum meneteskan
3. Sebelum menyusui asi dikeluarkan sedikit,
dioleskan pada putting susudan aereola
sekitarnya
4. Ibu duduk atau tiduran/ berbaring dengan
santai.
5. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan
posisi
a. Perut bayi menempel dibadan ibu
b. Bagu bayi menempel kepayudara ibu
c. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu
garis lurus
d. Mulut bayi terbuka lebar menutupi daerah
gelap sekitar puting susu
6. Usahakan sebagai besar aereola dapat masuk
kedalam mulut bayi sehingga puting susu
berada di bawah langit-langit dan lidah bayi
akan menekan ASI keluar dari tempat
penampungan ASI yang terletak dibawah
areola
7. Setelah bayi mulai mengisap payudara, tak
perlu dipegang atau disangga lagi
8. Berikan ASI dari satu payudara lainnya
9. Pemberian ASI berikutnya mulai dari payudara
yang belum kosong
Bayi Menolak Menyusui
a. Tanda-tanda bayi menyusui
1. Bayi yang menolak payudara
2. Bayi mencium bau yang baru/berbada pada
ibu
3. Bayi tidak merasa nyaman
4. Bayi sedang sakit atau tumbuh gigi
5. Posisi menyusui yang tidak nyaman
6. Binggung puting
7. Payudara ibu bengkak atau terbanam
b. Penyebab bayi menolak menyusui
a. Bayi mengonsumsi obat-obat
b. Obat-obatan yang sedang dikonsumsikan
oleh ibu
c. Ibu sedang stres
d. Proses persalinan yang sulit
.
Posisi Menyusui Yang Benar
Ada berbagai macam posisi menyusui
yang biasa dilakukan adalah dengan cara duduk,
berdiri atau berbaring. Ada posisi yang berkaitan
dengan situasi tertentu seperti menyusui bayi
kembar dilakukan dengan seperti memegang bola
dimana kedua bayi disusu bersamaan kiri dan
kanan. Pada ASI yang penuh, bayi ditengkurapkan
diatas dada ibu , tangan ibu sedikit menahan kepala
bayi dengan posisi ini bayi tidak akan tersedap.
Sendawakan bayi setiap kali selesai
menyusui. Menyendawakan bayi diperlukan untuk
mengeluarkan udara dari lambung bayi agar tidak
muntah, karena kemungkinan ia akan muntah
sehabis menyusui.
Pengeluaran ASI
Apa bila ASI berlebihan sampai keluar
memancar, maka sebelum menyusui ASI
dikeluarkan terlebih dahulu, untuk menghindari
bayi tersedap atau enggan menyusui.
a. Pengeluaran ASI dengan tangan, cara ini yang
lazim digunakan karena tidak banyak
membutuhkan saran dan lebih mudah.
b. Pengeluaran dengan dipompa payudara dengan
menekan bola karet untuk mengeluarkan
udara,ujung leher diletakkan payudara dengan
puting susu tepat ditengah, dan tabung benar-
benar melekat pada kulit. Bola karet dilepas,
sehingga puting susu dan kalang payudara
tertarik kedalam, tekan dan lepas beberapa
Jurnal Columbia Asia
kali, sehingga ASI akan keluar dan terkumpul
pada lekukan penampung pada sisi tabung.
Masalah Dalam Menyusui
1. Puting Susu Datar Atau Terbenam
Untuk mengetahui apakah putting susu
datar cubitlah areola disisi puting susu yang normal
akan menonjol, namun putting susu akan datar
tidak menonjol. Tidak selalu ibu dengan putting
susu mengalami kesulitan besar waktu menyusui.
2. Puting susu yang tidak lentur
Akan menyulitkan bayi untuk menyusui.
Meskipun demikian, putting susu yang lentur
pada awal kehamilan serig kali akan menjadi
lentur (normal) pada saat menjelang atau saat
persalinan, sehingga tidak memerlukan
tindakan khusus
3. Puting Susu Lecet
Puting susu lecet dapat disebabkan teraoma
pada putting susu, selain itu dapat juga terjadi
retak dan pembentukkan celah-celah.
4. Payudara bengkak
Hal ini terjadi karena edema ringan oleh
hambatan fena atau saluran limfe akibat ASI
yang menumpuk didalam payudara. Jika hal
seperti itu terjadi dapat dilakukan dengan
menyusui bayi bayi sampai payudara kosong,
dan menggunakan BH nyaman dan dapat
menompang dan dapat mengopres air dingin
dan melakukan pemijatan pada payudara.
5. Saluran Susu Tersumbat
Saluran susu tersumbat adalah dimana terjadi
sumbatan pada satu atau lebih saluran susu
atau duktus Laktiferus yang dapat disebabkan
oleh beberapa hal, misalnya tekanan jari , pada
bayi payudara waktu meyusui, pemakaian BH
yang terlalu ketat, dan komplikasi pada
payudara yang bengkak yang menyebabkan
terjadinya sumbatan. Sumbatan saluran susu
dapat dicegah dengan cara. Melakukan
perawatan pada payudara pasca persalinan
teratur. Memakai BH yang menompang dan
tidak terlalu ketat. (9)
Jenis-jenis posisi menyusui yang benar:
1. Posisi cradle adalah : atau mendekap salah
satu tangan bayi seperti memeluk ibu, ibu
dianjurkan menggunakan bantal biasa atau
bantal menyusui agar dapat membantu ibu
menyangga tangan
2. Posisi football Hold adalah : berguna juga
pada kasus menyusui pada bayi kurang bulan/
dengan otot hipotanus/lemas karena ibu dapat
menyangga badan bayi sepenuhnya.
3. Posisi Cross Cradle adalah : posisi ini
bermanfaat pada kondisi lengan ibu pendek,
dengan posisi ini dapat disangga dengan meja
untuk menyangga dengan bayi diletakkan
diatas meja.
4. Posisi Sadle Atau Duduk adalah : posisi ini
bermanfaat untuk kondidsi khusus seperti
aliran ASI ibu yang deras, dan bayi yang
mempunyai masalah menelan/sesak karena
posisis ini menghindari bayi tersedak.(10)
Konsep Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil
mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali
suatu kejadian yang pernah dialami baik secara
sengaja maupun tidak sengaja dan ini sudah terjadi
setelah orang melakukan kontak atau pengamatan
terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan adalah hasil dari tahun dan
ini terjadi setelah orang melakukan
pengindaraanterhadap suatu objek tertentu.
Pengindaraan terjadi melalui panca indra
penglihatan, penciuman, rasa dan raba.
Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara selain angka menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
atau responden.
Hipotesis
Apakah ada hubungan pengetahuan ibu
menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif di
RSIA Stella Maris MedanTahun 2018.
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah survei analitik
dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian
suatu penelitian untuk mempelajari dinamika
korelsi antara faktor-faktor resiko dengan efek,
dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Point
Jurnal Columbia Asia
Time Apporoach), Artinya,tiap subjek penelitian
hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran
terhadap suatu karakter atau variabel subjek pada
saat pemeriksaan.(12)
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di RSIA
Stella Maris Medan
Waktu Penelitian
Telah dilaksanakan mulai bulan Maret
sampai dengan Juni 2018.
Populasi Dan Sampel
Populasi
Populasi adalah yang menjadi sasaran
penelitian berhubungan dengan sekelompok
subjek, baik manusia, gejala, nilai, tes benda-
benda, ataupun peristiwa. Popoulasi yang diteliti
mungkin terbatas, mungkin pula tidak, bergantung
kepada perumusan penelitian.
Populasi yang di ambil dalam penelitian ini
adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi di RSIA
Stella Maris Medan. Namun peneliti hanya
mengambil pada bulan Maret-Mei 2018 yang
berjumlah 32 orang ibu menyusui.
Sampel
Sampel adalah sekelompok orang yang
terpapar dengan faktor resiko, kemudian sampel
diambil dari populasi.Peneliti melaksanakan sistem
penelitian kuesioner dengan total sampling dengan
total populasi 32 orang ibu menyusui.
Kerangka Konsep
Hubungan Pengetahuan ibu menyusui
dengan pemberian Asi Eksklusif pada bayi yang
baru lahir di RSIA Stella Maris Medan tahun 2018.
Kerangka konsep:
Independen Dependen
Gambar 1.Kerangka Konsep
Definisi Operasional Dan Aspek Pengukuran
Tabel 1.
Definisi operasional dan aspek pengukuran
Variabel
Indepen
dent
Defenisi
Operasional
Alat
Uku
r
Hasil
Ukur
Kategor
i
Bobot
nilai
Skala
Pengukuran
Pengetah
uan ibu
menyusu
i
Pemahaman
atau
kemampuan ibu
menyusui:
Pengertian
pengetahuan
adalah
merupakan
hasil tahu dan
ini terjadi
setelah orang
mengadakan
penginderaan
tehadap suatu
objek tertentu.
Kuesi
oner
(10
soal
Pertan
yaan
piliha
n
ganda
a.b,c)
Baik
(7-10)
Cukup
(4-6)
Kurang
(1-3)
3
2
1
0rdinal
Variabel
Depende
n
Defenisi
Operasional
Alat
Uku
r
Hasil
ukur
Karegori
bobot
nilai
Skala
Pengukuran
pemberia
n Asi
Eksklusi
f
Pemberian Asi
saja tanpa
tambahan
cairan lain
selama 0-6
bulan.
Kues
ioner
(1
pery
ataan
)
1.Diber
ikan =1
2.Tida
k
Diberik
anan=0
1
0
0rdinal
Teknis Analisa Data
Analisis Univariat
Analisis hasil penelitian univariat
digunakan untuk mendeskripsikan
datangdilakukan pada tiap variabel dari hasil
penelitian. Data disajikan dalam tabel
distribusifrekuensi terdiri dari
inisial,umur,pendidikan,pekerjaan,alamat. (15)
Analisa Bivariat
Setelah diketahui karakteristik masing-
masing Variabel pada penelitian ini analisis
dilanjutkan pada tingkat bivariat. Untuk
mengetahui hubungan (korelasi) antara Variabel
bebas (independent Variable) dengan variabel
terikat (dependent).
Untuk membuktikan adanya hubungan
yang signifikan antara bebas dengan Variabel
terikat digunakan analisis Chi-square. Pada batas
kemaknaan perhitungan perhitungan statistik P
Value (0,050). Apabila hasil perhitungan
menunjukan nilai P< P Value (0,05) dikatakan
(HO) ditolak, artinya kedua Variabel secara
Statistik mempunyai hubungan yang signifikan
kemidian untuk menjelaskan adanya hubungan
Pemberian Asi
Eksklusif
Pengetahuan
Ibu Menyusui
Jurnal Columbia Asia
antara Variabel Terikat dengan Variabel Bebas
digunakan Analisis Tabulasi.(15)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Tabel 2.
Distribusi ,frekuensiKarakteristik Responden ibu
menyusui di Poliklinik RSIA Stella Maris Medan
Tahun 2018.
No Karakteristik
Responden
Jumlah
F %
1
2
3
Usia
20-38 Tahun
Pendidkan
SD
SMP
SMA
Diploma
Sarjana
Pekerjaan
Wiraswasta
Petani
PNS
32
4
8
13
4
3
9
19
4
100,0
12,5
25,0
40,6
12,5
9,4
28,1
59,4
12,5
Total 32 100,0
Berdasarkan tabel 2.diatas dapat di lihat
bahwa dari 32 responden, Mayoritas usia 20-38
Tahun sebanyak 32 responden (100%),
berpendidikan SD sebanyak 4 responden (12,5%),
pendidikan SMP sebanyak 8 responden (25,o%),
pendidikan SMA sebanyak 13 responden (40,5%),
pendidikan Diploma sebanyak 4 responden
(12,5%), berpendidikan Sarjana sebanyak 3
responden (9,4%), pekerjaan wiraswasta sebanyak
9 responden (28,1%), petani sebanyak 19
responden (59,4%), PNS sebanyak 4 responden
(12,5%).
Univariat
Tabel 3.
Distribusi frekuensi Pengetaahuan ibu menyusui di
RSIA Stella Maris Medan Tahun 2018.
No Pengetahuan Ibu Jumlah
F %
1 Kurang 5 15,6
2 Cukup 11 34,4
3 Baik 16 50,0
Total 32 100,0
Berdasarkan Tabel 3. dapat dilihat bahwa
dari 32 responden ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan
di RSIA Stella Maris Medan 2018, diketahui
bahwa ibu yang memiliki pengetahuan kategori
baik sebanyak 16 responden (50,0)%, sedangkan
pengetahuan dengan kategori cukup berjumlah 11
responden (34,4%), dan yang berpengetahuan
kurang berjumlah sebanyak 5 responden (15,6%).
TABEL 4.
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan
Pemberian ASI eksklusif di RSIA Stella Maris
Medan Tahun 2018.
No Pemberian Asi
Ekslusif
Jumlah
f %
1 Tidak dilakukan 15 46,9
2 Dilakukan 17 53,1
Total 32 100,0
Berdasarkan Tabel 4. dapat dilihat bahwa
dari 32 responden ibu yang memiliki bayi 0-6 bulan
di Poliklinik RSIA Stella Maris Medan 2018, di
ketahui bahwa sebagian besar ibu yang
memberikan ASI Eksklusif sebanyak 17
responden (53,1%) dan yang tidak melakukan ASI
Eksklusif sebanyak 15 responden (46,9%).
Analisa Bivariat
Analisa Bivariat digunakan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan dengan
berkolerasi antara pengetahuan ibu dengan
pemberian ASI Eksklusif di Poliklinik RSIA Stella
Maris Medan 2018 dengan menggunakan uji chi-
square untuk memperlihatkan Hubungan antara
variabel Indenpenden dan Variabel Dependen.
TABEL 5.
Tabulasi silang antara pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI eksklusif Berdasarkan Hubungan
di Poliklinik RSIA Stella MarisTahun 2018.
N0
Pengetahua
n Ibu
Menyusui
Pemberian ASI Eksklusif
Tidak
diberikan Diberikan Total
signifik
an
f % f % f %
0,009
1 Kurang 5 15,6 0 0 5 15,6
2. Cukup 2 6,3 9 28,1 11 34,4
3 Baik 8 25,0 8 25,0 16 50,0
Total 15 46,9 17 53,1 32 100,0
Berdasarkan Tabel 5. tabel tabulasi silang
antara pengetahuan ibu tentang pemberian ASI
eksklusif di RSIA Stella MarisTahun 2018,
diketahui 16 ibu-ibu yang menyusui
berpengetahuan baik terdapat 8 0rang ibu-ibu yang
tidak memberikan ASI Eksklusif. dan 8 0rang ibu
yang memberikan ASI Eksklusif. dari 11 ibu yang
Jurnal Columbia Asia
memberikan baik dapat 2 0rang yang tidak
memberikan ASI Eksklusif.dan 9 0rang yang
memberikan ASI Eksklusif dan yang memberikan
ASI Eksklusif 5 0rang. dan yang tidak memberikan
ASI Eksklusif 0.
PEMBAHASAN PENELITIAN
Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif
Berdasarkan Tabel 2. dapat dilihat bahwa
distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI Eksklusif sebanyak 32 Responden
Mayoritas berpengetahuan kurang sebanyak 5
responden (15,6%) dan mayoritas ibu
berpengetahuan cukup sebanyak 11
responden(34,4%) dan yang berpengetahuan baik
sebanyak 16 responden (50,0%).
Menurut asumsi peneliti berdasarkan
penelitian yang dilakukan di RSIA Stella Maris
Medan Tahun 2018 dapat diketahui bahwa
banyaknya ibu yang memiliki pengetahuan kurang
tentang ASI Eksklusif yang kemungkinan
disebabkan oleh kurangnya ingin rasa tahu ibu
tentang pentingnya ASI Eksklusif dan juga
pendidikan ibu yang rendah sehingga banyak ibu
yang tidak memberikan ASI Eksklusif pada
bayinya.
Berdasarkan Jumlah Ibu yang Memberikan
ASI Eksklusif
Dari hasil penelitian yang dilakukan di
RSIA Stella Maris Medan Tahun 2018,
Berdasarkan Tabel 4.2. dapat diketahui bahwa dari
32 responden yang memiliki bayinya 0-6 bulan, ibu
yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak 17
responden (53,1%), dan yang tidak memberikan
ASI Eksklusif sebanyak 15 responden (46,9%)
ASI Eksklusif adalah suatu emulsi dalam
larutan protein, lactose dan garam-garam organic
dan disekresi oleh kedua belah kelenjar oleh
payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi.
Menurut asumsi peneliti berdasarkan
peneliti yang dilakukan di RSIA Stella MarisTahun
2018 dapat diketahui bahwa banyaknya ibu yang
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya
hingga berusia 0-6 bulan tanpa memberi
makanan,dan minuman lainya seperti susu
formula.
Hubungan Pengetahuan Ibu Menyusui Dengan
Pemberian ASI Eksklusif.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di
RSIA Stella Maris Medan Tahun 2018,
Berdasarkan Tabel tabulasi silang 4.3. dapat
diketahui bahwa sebagian besar ibu memiliki
pengetahuan kurang sebanyak 5 responden
(15,6%) ,dimana ibu yang memberikan ASI
Eksklusif sebanyak 5 responden (15,6%),dan tidak
memberikan ASI Eksklusif sebanyak 8 resonden
(25.0%). Sedangkan sebagian kecil ibu memiliki
pengetahuan baik sebanyak 16 responden (50,0%),
dimana ibu yang memberikan ASI Eksklusif
sebanyak 8 responden (25,0%), dan tidak
memberikan ASI Eksklusif sebanyak 8 responden
(25,0%).
Menurut asumsi peneliti bahwa
pengetahuan ibu sangat mempengaruhi tindakan
pemberian ASI Eksklusif bukan hanya
pengetahuan baik,cukup,kurang ,namun keinginan
ibu untuk mempengaruhi informasi juga
berpengaruh. Semakin banyak ibu yang
berpengetahuan baik tentang ASI Eksklusif maka
semakin rendah lah ibu yang memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya.
Berdasarkan hasil uji statistic chi-square
pada tingkat keperjayaan 95% dengan α=0,05
diperoleh p=0,007, maka P (0,007)<α (0,05).
Dimana hasil yang diperoleh adalah adanya
hubungan antara pengetahuan ibu tentang
menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif pada
bayi 0-6 bulan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa yang telah
dilakukan oleh peneliti mengenai hubungan
Pengetahuan ibu dengan pemberian ASI Eksklusif
di RSIA Stella Maris Medan Tahun 2018 maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. ibu yang berpengetahuan kurang sebanyak 5
responden (15,6%), sedangkan pengetahuan
dengan kategori cukup berjumlah 11
responden (34,4%), dan yang paling sedikit
berada pada pengetahuan baik yang berjumlah
16 responden (50,0%).
Jurnal Columbia Asia
2. ibu yang memberikan ASI Eksklusif sebanyak
7 responden (53,1%), dan yang memberikan
ASI Eksklusif sebanyak 15 responden
(46,9%)
3. Hasil uji statistik chi-square pada tingkat
kepercayaan 95% dan nilai α=0.05, maka
dapat diketahui nilai p=0,007, maka p
(0,009)< α (0,05), Dimana Ha diterima yaitu
hasil yang diperoleh adalah terdapat hubungan
yang signifikan Hubungan Pengetahuan ibu
menyusui dengan pemberian ASI Eksklusif.
Saran
Bagi Tempat Peneliti
Hasil penelitian diharapkan dapat
bermanfaat bagi petugas kesehatan danIbu yang
melahirkan di RSIA Stella Maris tentang
pengetahuan masyarakat tersebut tentang
pentingnya pamberian ASI Eksklusif.
Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan kepada pihak tenaga
kesehatan agar lebih meningkatkan informasi dan
pelayanan mengenai pentingnya ASI Eksklusif.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar
meneliti dengan pengkajian yang lebih dalam dan
cakupan yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA
Utami R. mengenal asi eksklusif. 1st ed. sudarno
Y, editor. jakarta: Trubus
Angriwidia,Anggota IKAPI; 2013.
Dwi s. buku pintar ASI Eksklusif. cetakan
pertama ed. haniah m, editor. jogjakarta;
2012.
Winly s. hubungan pengetahuan ibu menyusui
dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi.
2013.
Chairani sr. hubungan karakteristik ibu menyusui
dengan pemberian ASI Eksklusif pada
bayi. 2015.
Taufan n. ASI dan tumor payudara. cetakan
pertama ed.yogyakarta; 2011.
Aiyeyeh r. asuan kebidanan III. cetakan pertama
ed. jakarta timur; 2012.
H.s.ronald. pedoman dan perawatan balita.
cetakan pertama ed. bandung; 2010.
Weni k. ASI menyusui dan sadari sujiantini ,
editor.yongyakarta; 2011.
Yunisa P. Merawat bayi tanpa baby siswa
pertama c, editor. jakarta ; 2010.
Proverawati atikah ren. kapita selekta ASI dan
menyusui pertama c, editor. Yongyakarta ;
2010.
Kurniadi anwar , Notoatmodjo 2010. manajemen
keperawatan dan prospektifnya pertama c,
editor. jakarta; 2013.
Hubungan Tingkat Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Pada Balita Di Puskesmas Sigompul Kec.
Lintong Nihuta Tahun 2018
Lili Suryani Tumanggor
Akademi Keperawatan Columbia Asia Medan
Email : [email protected]
Abstrak
Prevalensi status gizi kurang pada balita di dunia sangat tinggi, terutama di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia oleh karena itu status gizi kurang pada balita memerlukan perhatian serius dari semua
pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan. Upaya penanggulangan gizi kurang pada balita telah banyak
dilakukan, tetapi belum menunjukkan penurunan yang berarti. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar
ibu belum menyadari pentingnya pencegahan status gizi kurang pada balita serta bahaya yang
ditimbulkan.Sesuai data yang didapatkan dari Puskesmas Sigompul bahwa prevalensi gizi kurang pada tahun
2016 sebesar 33.5 % dari 80 balita dan untuk gizi kurang sebesar 24,3 % dari 56 balita. Sedangkan data yang
didapatkan pada tahun 2017 terakhir sebesar 3.2 % dari 65 balita dan untuk gizi kurang 3,8 % dari 85
Jurnal Columbia Asia
balita.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pola asuh ibu dengan status gizi
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sigompul Tahun 2018. Desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini
sebanyak 64 orang. Sedangkan sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu
sebanyak 32 orang. Analisa data dengan menggunakan uji Chi-Square. Berdasarkan hasil uji
statistikdidapatkan nilai signifikan sebesar 0.00. yang menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat pola asuh
ibu dengan status gizi pada balita di Puskesmas Sigompul Kec. Lintong Nihuta Tahun 2018.
Kata Kunci : Pola Asuh Ibu, Status Gizi Balita
Relationship Between The Mother's Parenting With Nutrition Status In Puskesmas Sigompul Kec.
Lintong Nihuta In 2018
Abstract
The prevalence of malnutrition in children in the world is very high, especially in developing countries
including Indonesia. Therefore, malnutrition in infants requires serious attention from all parties involved in
health services. Efforts to overcome malnutrition in children under five have been widely carried out but have
not shown a significant decline. This is possible because most mothers have not yet realized the importance of
preventing undernourished status in infants and the dangers posed. According to the data obtained from 56
toddlers in Sigompul Health Center that the prevalence of malnutrition in 2016 was 33.5% of 80 children and
for malnutrition was 24.3%. While the data obtained in the last 2017 amounted to 3.2% of 65 toddlers and for
malnutrition 3.8% of 85 toddlers. The purpose of this study was to determine the relationship between the level
of parenting mothers with nutritional status of children in the work area of Sigompul Health Center in 2018.
The research design used in this study was descriptive correlation with the Cross Sectional approach. The
population in this study were 64 people. While the sample was taken using a purposive sampling technique
that is as many as 32 people. Data analysis using the Chi-Square test. Based on the results of statistical tests
obtained a significant value of 0.00 which indicates that there is a relationship between the level of parenting
mothers with nutritional status in children under five in the Sigompul Health Center Kec. Lintong Nihuta in
2018
Keywords: maternal parenting, nutritional status of children.
PENDAHULUAN
Pembangunan Nasional adalah
pembangunan manusia seutuhnya. Upaya
pembangunan manusia seutuhnya harus dimulai
sedini mungkin, yakni sejak manusia itu masih
berada dalam kandungan dan masih balita. Salah
satu upaya yang harus dilakukan adalah perbaikan,
peningkatan gizi, dan kesehatan (DepKes RI,
2010).
Namun salah satu masalah pokok
kesehatan di negara-negara sedang berkembang
adalah masalah gangguan terhadap kesehatan
masyarakat yang disebabkan oleh kekurangan gizi.
Gizi buruk merupakan kondisi kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan
protein dalam asupan makanan sehari-hari hingga
tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG)
(Almatsier, 2010).
Gizi buruk dapat disebabkan oleh daya beli
keluarga rendah/ekonomi lemah, lingkungan
rumah yang kurang baik, pengetahuan gizi kurang,
perilaku kesehatan dan gizi keluarga kurang serta
penyediaan sarana pendidikan dan kesehatan yang
masih kurang (Almatsier, 2010).
Beberapa hal dapat menyebabkan
terjadinya gizi buruk ini secara langsung maupun
tidak langsung, antara lain jenis dan kebiasaan
makan, fluktuasi iklim, serta keadaan lingkungan
seperti sanitasi yang buruk, pemukiman padat, dan
infeksi yang berulang. Dilihat dari faktor-faktor di
atas maka negara berkembang seperti Indonesia
cenderung mempunyai kemungkinan lebih besar
mengalami banyak kasus gizi buruk (Markum,
2010).
Menurut Djamarah (2014), pola asuh
orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten
dan persisten dalam menjaga dan membimbing
Jurnal Columbia Asia
anak dari sejak dilahirkan hingga remaja. Pola asuh
orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan
perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi,
berkomunikasi selama mengadakan kegiatan
pengasuhan. Orang tua memiliki cara dan pola
tersendiri dalam mengasuh dan membimbing
anaknya. Konsep dan pola asuh orang tua untuk
anaknya harus mempunyai jiwa yang bisa
merawat, membantu, mendidik, membimbing dan
melatih anak agar menjadi anak yang tumbuh
kembang secara kreatif, baik dan patuh, bisa
menjadikan anak merasa mempunyai tanggung
jawab serta percaya diri dan dapat menerima pahit
manisnya kehidpan ketika dewasa kelak.
Status gizi normal merupakan suatu
ukuran status gizi dimana terdapat keseimbangan
antara jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh
dan energi yang dikeluarkan dari luar tubuh sesuai
dengan kebutuhan individu. Energi yang masuk ke
dalam tubuh dapat berasal dari karbohidrat,
protein, lemak dan zat gizi lainnya. Status gizi
normal merupakan keadaan yang sangat diinginkan
oleh semua orang (Apriadji, 2008).
Status gizi kurang atau yang lebih
disebutundernutrition merupakan keadaan gizi
seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih
sedikit dari energi yang dikeluarkan. Hal ini dapat
terjadi karena jumlah energi yang masuk lebih
sedikit dari anjuran kebutuhan individu (Wardlaw,
2010).
Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang, pada saat ini mengalami beban ganda
masalah gizi,ketika permasalahan gizi
kurang belum terselesaikan, muncul permasalahan
gizi lebih (Novita, 2008).
Prevalensi overweight anak laki-laki usia 6-14
tahun sebesar 9,5% dari 145.723 balita (2009)
meningkat menjadi 10,7% dari 157.213 balita
(2010) dan pada perempuan sebesar 6,4% dari
156.235 balita (2011) meningkat menjadi 7,7%
dari 186.342 balita (2012). Prevalensi gizi buruk
dan gizi kurang di Indonesia, berdasarkan data
hasil hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013
mengalami peningkatan yaitu sebesar 19,8% dari
187.103 balita, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan
13,9% gizi kurang, sedangkan angka prevalensi
nasional pada tahun 2010 yaitu 17,9% dari 188.675
balita (Riskesdas, 2013).
Di Jawa Barat prevalensi gizi
kurang pada tahun 2010 sebesar 13% dengan
rincian 3,1% gizi buruk dan sebesar 9,9% gizi
kurang, sedangkan pada hasil Riskesdas 2013
prevalensi gizi kurang11,3% dan gizi buruk
sebesar 4,4% (Riskesdas, 2013). Berdasarkan
rekapitulasi Bulan Penimbangan Balita (BPB) di
Kabupaten Cianjur tahun 2014 dari 186.71 balita
yang ditimbang, yang mengalami gizi sangat
kurang diperoleh sebanyak 1297 (0,70%), dan
yang mengalami gizi kurang sebanyak 12.489
(8,71%). Dari 45 Puskesmas di Kabupaten Cianjur,
Puskesmas Gekbrong adalah salah satu Puskesmas
dengan jumlah balita gizi kurangnya cukup
banyak. Pada tahun 2014 dari sebanyak 5.050
balita, yang diukur BB mengalaami gizi sangat
kurang sebanyak 70 balita (1,39%), sedangkan gizi
kurang sebanyak 664 (13,15%) (Dinkes Cianjur,
2015).
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian ini menggunakan Deskriptif
Korelasi. Desain ini digunakan untuk mengetahui
Hubungan Tingkat Pola Asuh Ibu Dengan Status
Gizi Pada Balita. Populasi dalam
penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita
sebanyak 46 orang. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini dengan cara Purposive
Sampling
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sigompul Lintong Nihuta Tahun 2018
Pendidikan Ibu Frekuensi (f) Presentase (%)
SD
SMP
SMA
S1
1
7
22
2
3.1%
21.9%
68.8%
6.3%
Jurnal Columbia Asia
Total 32 100.0%
Berdasarkan tabel 1. diatas hasil penelitian didapatkan mayoritas responden berada pada pendidikan
SMA sebanyak 22 orang (68,8%).
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Sigompul Kec. Lintong Nihuta Tahun 2018
Pekerjaan Frekuensi (f) Presentase (%)
IRT
Petani
Wiraswasta
PNS
12
18
1
1
37.5%
56.3%
3.1%
3.1%
Total 32 100.0
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan responden adalah petani sebanyak 18 orang (56.3%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Informasi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sigompul Kec. Lintong Nihuta Tahun 2018
Informasi Frekuensi (f) Presentase (%)
Media cetak
Media massa
31
1
96.9%
3.1%
Total 32 100.0%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasrkan informasi
menunjukkan bahwa mayoritas informasi responden adalah media cetak sebanyak 31 orang (96,9%).
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kec. Lintong Nihuta Tahun 2018
Tingkat Pola Asuh Frekuensi (f) Presentase (%)
Baik
Cukup
Kurang
13
15
4
40.6%
46.9%
12.5%
Total 32 100.0%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pola asuh ibu dengan status gizi pada balita yaitu
baik sebanyak 13 orang (40,6%), pola asuh cukup sebanyak 15 orang (46,9%), dan kurang sebanyak 4 orang
(12,5%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas tingkat pola asuh ibu dengan status gizi balita adalah cukup.
Table 5. Distribusi Frekuensi Status Gizi Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sigompul
Kec.Lintong Nihuta Tahun 2018
Status Gizi Frekuensi (f) Presentase (%)
Jurnal Columbia Asia
Gizi Baik
Gizi Kurang
Gizi Buruk
10
12
10
31.3%
37.5%
31.3%
Total 32 100.0%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat keadaan status gizi balita mengalami gizi kurang sebanyak 12
orang (37,5%), gizi buruk sebanyak 10 orang (31,3%), dan gizi baik sebanyak 10 orang (31,3%).
Tabel 6. Hasil Uji Korelasi Chi-Square Tingkat Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Pada Balita Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sigompul Kec. Lintong Nihuta Tahun 2018
Status Gizi
Total
P
Gizi
Baik
Gizi
Kurang
Gizi
Buruk
Tingkat Pola Asuh
1. Baik
2. Cukup
3. Kurang
10
0
0
3
9
0
0
6
4
13
15
4
0.00
Total 10 12 10 32
Berdasarkan tabel 6 diatas hasil uji statistik Chi Square dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan
tingkat pola asuh ibu dengan status gizi pada balita. Pada tingkat pola asuh didapat sig = 0,00 dimana sig<0,05.
Hal ini menunjukkan secara statistik bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pola asuh ibu
dengan status gizi pada balita.
PEMBAHASAN
Tingkat Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Pada
Balita Di Puskesmas Sigompul Kec. Lintong
Nihuta Tahun 2018
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan kepada 32 responden ibu yang memiliki
anak balita di wilayah kerja Puskesmas Sigompul
kec. Lintong Nihuta Tahun 2018 berdasarkan hasil
penelitian, mayoritas tingkat pola asuh cukup hal
ini dipengaruhi oleh adanya pendidikan, pekerjaan
dan informasi (media cetak& media massa) tentang
pola asuh pada anak balita. Menurut peneliti
tingkat pola asuh yang cukup dikarenakan oleh
pengetahuan orangtua tentang pola asuh yang
kurang baik.
Menurut peneliti pola asuh yang baik akan
mempengaruhi status gizi yang baik, pola asuh
adalah suatu tindakan, perbuatan, dan interaksi
orang tua untuk mendorong pertumbuhan dan
perkembangan anak agar mereka tumbuh dan
berkembang dengan baik dan benar. Status gizi
sering dihubungkan dengan pola asuh ibu karena
pola asuh ibu tersebut sangat berpengaruh pada
status gizi balita tersebut.
Menurut Djamarah (2014), pola asuh
orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten
dan persisten dalam menjaga dan membimbing
anak dari sejak dilahirkan hingga remaja. Pola asuh
orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan
perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi,
berkomunikasi selama mengadakan kegiatan
pengasuhan. Orang tua memiliki cara dan pola
tersendiri dalam mengasuh dan membimbing
anaknya. Konsep dan pola asuh orang tua untuk
anaknya harus mempunyai jiwa yang bisa
merawat, membantu, mendidik, membimbing dan
melatih anak agar menjadi anak yang tumbuh
kembang secara kreatif, baik dan patuh, bisa
menjadikan anak merasa mempunyai tanggung
jawab serta percaya diri dan dapat menerima pahit
manisnya kehidupan ketika dewasa kelak. Untuk
Jurnal Columbia Asia
ibu bapak agar bisa menjadi orang tua yang positif,
kreatif dan aktif dalam tumbuh kembang anak
anda.
Menurut Gunarsa (2012), aspek-aspek
yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap
anaknya adalah : 1) Karakter orang tua dan anak,
2) Kepribadian orang tua dan anak. 3) Temperamen
orang tua dan anak. 4) Kemauan dan kemampuan
anak untuk menerima perubahan. 5) Asal usul dan
latar belakang. orang tua. 6) Pendidikan orang tua.
7) Budaya yang diterapkan di keluarga. 8)
Demografi dan domisili keluarga. 9) Sistem religi
yang dianut oleh keluarga. 10) Tekanan dan
dukungan dari keluarga dan masyarakat. 11)
Pekerjaan dan karier atau jabatan orang tua. 12)
Kemampuan penalaran anggota keluarga.
Status Gizi Pada Balita Di Puskesmas Sigompul
Kec. Lintong Nihuta Tahun 2018
Hasil penelitian menunjukkan dari 32
responden ibu yang memiliki anak balita yang
mayoritas mengalami status gizi kurang dengan
jumlah 12 orang (37,5%). Menurut peneliti hal ini
dikarenakan kurangnya pemahaman orang tua
dalam melakukan pola asuh yang benar.
Menurut Nix (2015) status gizi normal
merupakan suatu ukuran status gizi dimana
terdapat keseimbangan antara jumlah energi yang
masuk ke dalam tubuh dan energi yang dikeluarkan
dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu.
Energi yang masuk ke dalam tubuh dapat berasal
dari karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi
lainnya.
Keadaan status gizi kurang di Puskesmas
Sigompul Kec. Lintong Nihuta penyebab salah
satunya adalah kurangnya pola asuh ibu terhadap
balita. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Djamarah (2014), yang
menyatakan bahwa keadaan tumbuh kembang anak
dan status gizi sangat dipengaruhi oleh pola asuh
ibu.
Hubungan Tingkat Pola Asuh Ibu Dengan
Status Gizi Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sigompul Kec. Lintong Nihuta
Tahun 2018
Berdasarkan hasil uji Chi-square
didapatkan nilai signifikan (p) dengan dengan nilai
0.00 (< 0.05) yang artinya berarti Ha diterima. Hal
ini menunjukkan adanya hubungan antara tingkat
pola asuh ibu dengan status gizi pada balita hal ini
sangat signifikan dimana apabila ibu mempunyai
tingkat pola asuh yang cukup maka dapat
mempengaruhi dan menyebabkan status gizi yang
kurang pada balita.
Berdasarkan penelitian (Dewi, 2011)
terdapat hubungan antara status gizi dengan
perkembangan anak karena gizi pada masa anak
sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang,
bahkan sejak dalam kandungan. Berdasarkan
penelitian (Syatyawati R, 2013) terdapat hubungan
antara Status gizi dengan prestasi belajar anak,
status gizi juga merupakan keadaan akibat
keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat
gizi dan penggunaan zatzat gizi tersebut, atau
keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi
dalam seluruh tubuh.
Hasil penelitian Fatimah (2010), terdapat
hubungan antara pola asuh dengan perkembangan
anak, karena pola asuh orangtua merupakan
gambaran tentang sikap dan perilaku orangtua dan
anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama
mengadakan kegiatan pengasuhan. Dalam kegiatan
memberikan pengasuhan ini, orangtua akan
memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah
dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan
anaknya. Terdapat hubungan pola asuh ibu dengan
status gizi karena peranan orang tua sangat
berpengaruh dalam keadaan gizi anak, pola asuh
memegang peranan penting dalam terjadinya
gangguan pertumbuhan pada anak, asuhan orang
tua terhadap anak mempengaruhi tumbuh kembang
anak melalui kecukupan makanan dan keadaan
kesehatan (Pratiwi, 2016).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada ibu yang
memiliki anak balita di Puskesmas Sigompul Kec.
Lintong Nihuta Tahun 2018, maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pola asuh ibu dengan status gizi p
value = 0,00 dimana p<0,05 yang berarti Ha
diterima.
Jurnal Columbia Asia
Berdasarkan tingkat pola asuh dan status gizi
adalah:
1. Tingkat pola asuh ibu yang memiliki anak
balita di wilayah kerja Puskesmas
Sigompul Kec. Lintong Nihuta mayoritas
memiliki tingkat pola asuh cukup
sebanyak 15 orang (46,9%).
2. Status gizi pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Sigompul Kec. Lintong Nihuta
mayoritas memiliki gizi kurang sebanyak
12 orang (37,5%).
3. Hubungan tingkat pola asuh ibu dengan
status gizi pada balita dengan
menggunakan uji Chi Square didapatkan
hasil p = 0.00 < 0.05 yang berarti ada
hubungan.
Saran
1. Bagi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan sebagai sumber referensi di
perpustakaan dan untuk penelitian
selanjutnya.
2. Tempat Penelitian
Diharapkan bagi tenaga kesehatan
khususnya perawat atau bidan di
Puskesmas Sigompul Kec. Lintong Nihuta
dapat meningkatkan program penyuluhan
kesehatan tentang pola asuh ibu dan status
gizi pada balita
3. Bagi Responden
Diharapkan kepada ibu yang memiliki
anak balita agar dapat meningkatkan pola
asuh dengan cara meningkatkan
pengetahuan tentang pola asuh yang benar.
4. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan
sebagai pedoman bagi peneliti dalam
melakukan penelitian selanjutnya
terkhusus dalam bidang keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. (2010) Prinsip Dasar IlmuGizi.
Jakarta :PT. Gramedia .Pustaka Utama
Aulia, 2011. Mengajarkan Balita Anda Membaca.
Yogyakarta: Intan Media.
Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta:
Rineka Cipta
Apriadji. (2008) Gizi Dalam Daur Kehidupan.
Jakarta : EGC
Dewi L, (2011). Hubungan Status Gizi Dengan
Perkembangan Anak Usia 3-5 Di
PuskesmasPurwantoro I
Wonogiri.Http//jurnal.akbidmu.ac.id/index.ph
p/jurnalmus/article/download/. Diakses (24
april 2017).
Fatimah. L, (2010). Hubungan Pola Asuh Orang
Tua Dengan Perkembangan Anak Di R.A
Darusalam Desa Sumber Mulyo Joroto
Jombang.http://www.journal.unipdu.ac.id/index.p
hp/seminas/article/download/163/110.
Diakses (4 mei 2017).
Gibson. 2009. “ Hubungan Pola Asuh Dalam
Pemberian Makan dengan Status Gizi pada
Anak Balita Usia 2-5 tahun di Dusun
Mulyosari Balerejo Kecamatan Wonosari
Kabupaten Gunung Kidul”. Yogyakarta :
Stikes Surya Global.
Latifah. (2010) Hubungan Pengetahuan dan Sikap
Orangtua tentang Gizi Seimbang dengan
Status Gizi Anak Usia Balita Di Dusun
Kleber CaturharjoSleman. SKRIPSI
STKES ‘Aisyiyah Yogyakarta.
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pendekatan Praktik
Pratiwi. (2016). Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan
Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Belimbing Kota.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/artic
le/viewFile/. Diakses (24 April 2017).
Soetjiningsih (2013). Tumbuh kembang Anak dan
remaja. Jakarta: sagung seto
Soegiyanto. (2009) Pangan dan Gizi, Teknologi
dan Konsumen. PT. Gramedia: Jakarta
Supariasa, IGD., et al. (2011). Penilaian Status
Gizi. Jakarta: EGC.
Surbakti. 2012 . Prinsip-prinsip Ilmu Gizi.
Kanisius: Yogyakarta
Siwi. (2015). Hubungan Antara Pola Asuh Dengan
Status Gizi Pada
Balita..Http://Eprints.Ums.Ac.Id/39378/1/NA
SKAH%2520PUBLIKASI.Pdf&Ved=0ahuke
wiq4pgqtcxtahvbqy8khdwjcmuqfggjmam&U
sg. Diakses (27 April 2017).
Jurnal Columbia Asia
Yusuf, S. (2014). Psikologi Perkembangan Anak &
Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya
Zulkifli. (2008) Pola Makan Anak Usia 2-3 tahun
di Desa Banaran
Jurnal Columbia Asia
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Pada Bayi Yang Tidak Mendapat Imunisasi Polio
* Eva Ernasari ** Henni Safrida Sitompul
Akademi Keperawatan Columbia Asia Medan
Email : [email protected]
Abstrak
Penyakit polio merupakan salah satu penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi.upaya kesehatan
terbaik demi tumbuh kembang anak,dan imunisasi merupakan upaya pencegahan yang efektif terhadap
penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian dan kecacatan. Makin banyaknya bayi / anak yang
mendapat imunisasi,penyakit yang dicegah tersebut makin jarang terlihat lagi. Menurut data Depkes sampai
dengan 17 juli 2005 telah dilaporkan 291 kasus lumpuh layu, setelah dilakukan pemeriksaan yang ditunjuk,
jumlah kasus politik polio liar berjumlah 149 bayi dan telah tersebar 10 kabupaten di 4 propinsi. Penelitian ini
bersifat deskriptif. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, sampel dalam penelitian ini berjumlah
42 responden. Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas berpengetahuan cukup pada usia 21-25 tahun,
berdasarkan pendidikan berpengetahuan cukup pada pendidikan dasar,berdasarkan pekerjaan berpengetahuan
cukup pada pekerjaan sebagai IRT. Diharapkan kepada ibu yang memiliki bayi untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tentang kesehatan khususnya mengenai dampak pada bayi yang tidak mendapat
imunisasi polio
Kata Kunci : Pengetahuan ibu, dampak pada bayi, tidak mendapat imunisasi polio
Description Of Mother's Knowledge About The Impact Of Infants Who Do Not Receive Polio
Immunization
Abstract
Is one of the infectious diseases that can be prevented by immunizing the best health efforts for child growth
and immunization is an effective prevention effort against infectious diseases that can cause death and
disability. The more babies / children, who get immunized, the more preventable diseases are seen again.
According to the Ministry of Health data until July 17, 2005 there were 291 cases of paralysis withered, after
the appointed inspection, the number of cases of political polio was numbered 149 babies and had spread in
10 districts in 4 provinces. This research is descriptive. Methods of data collection using a questionnaire. The
sample in this study amounted to 42 respondents. From the results of the study it was known that the majority
were knowledgeable enough at the age of 21 to 25 years based on sufficient knowledge in basic education,
based on sufficient knowledgeable work on the job as an IRT. It is expected that mothers who have babies to
add insight and knowledge about health, especially regarding the impact on infants who do not get polio
immunization
Keywords: Mother's knowledge, impact on babies, not getting polio immunization.
PENDAHULUAN
Jurnal Columbia Asia
Penyakit polio merupakan salah satu
penyakit menular yang dapat dicegah dengan
imunisasi. Pemerintah telah menargetkan bahwa
penyakit polio udah harus terberantas terutama di
Jawa, Bali dan Sumatera. Pemerintah bersama
orang tua mempunyai kewajiban memberikan
upaya kesehatan terbaik demi tumbuh kembang
anak, dan imunisasi merupakan upaya pencegahan
yang efektif terhadap penyakit infeksi yang dapat
menyebabkan kematian dan kecacatan. Makin
banyaknya bayi / anak yang mendapat imunisasi,
penyakit yang dicegah tersebut makin jarang
terlihat lagi. Di lain pihak, rasa ketakutan kepada
efek samping vaksinasi menjadi lebih dominan
dibandingkan dengan ketakutan terhadap
penyakitnya. Padahal, akibat dari penyakit, jelas
lebih membahayakan dibandingkan dengan
dampak imunisasi (Rezeki, 2011).
Menurut data yang ada dari kejadian-
kejadian wabah yang terjadi selama ini pada kasus
paralise karena poliomyelitis paling banyak
menyerang anak-anak umur dibawah 3 tahun.
Hasil-hasil penelitian serologis poliomyelitis
dibeberapa tempat di Indonesia juga menunjukkan
bahwa antara 20-60% anak yang berumur kurang
dari 3 tahun tidak mempunyai kekebalan sama
sekali terhadap ketiga tipe virus polio (Momimes,
2002).
Berdasarkan hasil survey Demografi
Kesehatan Indonesia pada tahun 2002/2003 angka
kematian bayi sebesar 35 per 1000 kelahiran hidup.
Umumnya bayi yang lahir diperkotaan mempunyai
angka kematian lebih rendah dari pada yang lahir
dipedesaan. Kematian bayi yang menjadi penyebab
utamanya adalah infeksi oleh sebab itu dapat
dicegah dengan pemberian imunisasi polio. Jika
dibandingkan dengan angka nasional maka angka
kematian bayi di Sumatera Utara untuk tahun 2004,
relative lebih tinggi dibandingkan dengan angka
kematian bayi berkisar 48 per 1000 kelahiran hidup.
Pada umumnya tanggung jawab untuk
mengasuh bayi diberikan pada orang tua
khususnya ibu. Pengetahuan Ibu Tentang Dampak
Pada Bayi Yang Tidak Mendapat Imunisasi Polio
dipengaruhi
oleh faktor pendidikan, tingkat penghasilan dan
kebiasaan. Sehingga dengan adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu
diharapkan adanya perubahan perilaku yang
diharapkan dapat terwujud. Timbulnya kesadaran
kemampuan untuk hidup sehat disamping faktor
sosial ekonomi masyarakat maupun dipihak tenaga
kesehatan (Hilman, 2005).
Virus polio masuk melalui mulut, virus
tersebut umumnya ditemukan di tenggorokan dan
feses sebelum timbulnya gejala. Satu minggu
setelah timbulnya penyakit, virus dalam jumlah
kecil akan menetap di tenggorokan, tetapi virus
tersebut terus-menerus dikeluarkan bersama feses
dalam beberapa minggu (Nanny , 2011)
DAMPAK PADA BAYI YANG TIDAK
MENDAPAT IMUNISASI POLIO
1. Kerusakan tulang punggung
2. Kerusakan susunan saraf pusat (otak)
3. Kelumpuhan
Defenisi Polio
Polio adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus polio. Imunisasi polio belum ada pengobatan
efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapat
menyebabkan kelumpuhan ini disebabkan virus
poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya
bisa lewat makanan/minuman yang tercemar virus
polio. Bisa juga lewat percikan ludah/air liur
penderita polio yang masuk ke mulut orang sehat.
Virus polio berkembang biak dalam
tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus, lalu
masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum
Sebenarnya kondisi suhu yang tinggi
dapat cepat mematikan virus, sebaliknya, pada
keadaan beku atau suhu yang rendah justru virus
dapat bertahan hidup bertahun-tahun. Ketahanan
virus ini di dalam tanah dan air sangat bergantung
pada kelembapan suhu dan adanya mikroba lain.
Virus ini dapat bertahan lama pada air limbah dan
air permukaan, bahkan dapat sampai berkili-
kilometer dari sumber penularan.
Meskipun cara penularan utama adalah
akibat tercemarnya lingkungan oleh virus polio
dari penderita yang terinfeksi, namun virus ini
sebenarnya hidup di lingkungan yang terbatas
(F.P, 2010).
Pencegahan Polio
Menurut Rezeki (2011), beberapa cara
pencegahan penyakit polio yang harus
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan hygiene
Jurnal Columbia Asia
Karena penyakit polio ditularkan per oral
melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh
kotoran manusia yang mengandung virus, maka
hygiene makanan/ minuman sangat penting.
2. Imunisasi Polio
Imunisasi polio yaitu proses pembentukan
kekebalan terhadap penyakit polio dengan
mempergunakan vaksin polio oral (OPV) maupun
injeksi (IPV). OPV sangat bermanfaat pada saat
KLB, karena selain menimbulkan kekebalan
humoral dan local pada usus resipien juga
mempunyai “ community effect” yaitu virus vaksin
yang berbiak di usus akan ikut menyebar ke anak
sekitarnya, sehingga jangkauan imunisasi makin
meluas. Selain itu virus vaksin yang berbiak akan
menutup PVR (polio virus receptor) di usus selama
100 hari, sehingga virus polio liar tidak dapat
menempel dan menimbulkan infeksi. Rekomendasi
WHO semua anak harus mendapatkan imunisasi
pada saat baru lahir, enam minggu, 10 minggu, dan
14 minggu.
Manfaat Imunisasi Polio
Manfaat imunisasi polio adalah untuk
mencegah penyakit polio yang dapat menyebabkan
kesakitan, kecacatan, bahkan kematian. Sedangkan
manfaat imunisasi bagi keluarga adalah dapat
menghilangkan kecemasan dan mencegah biaya
pengobatan yang tinggi bila anak sakit. Bayi dan
anak yang mendapat imunisasi lengkap akan
terlindungi dari beberapa penyakit berbahaya.
Imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh bayi
dan anak sehingga mampu melawan penyakit yang
dapat dicegah dengan vaksin tersebut (Yeyeh,
2010).
Akibat Terjadinya Tidak Mendapat
Imunisasi Polio
Bayi yang tidak mendapat imunisasi polio akan
mudah terkena penyakit infeksi, menjadi cacat
permanen, menderita kekurangan gizi dan bahkan
kematian (F. P, 2010).
KESIMPULAN
Berdasarkan pengetahuan Ibu Tentang Dampak
Pada Bayi Yang Tidak Mendapat Imunisasi Polio
dapat disimpulkan sebagai berikut : mayoritas
berpengetahuan cukup dan minoritas
berpengetahuan baik berdasarkan umur mayoritas
berpengetahuan cukup umur 21-25 minoritas
berpengetahuan umur 21-25 tahun, kurang pada
umur 31-35 tahun. Berdasarkan pendidikan
berpengetahuan baik dan cukup pada tingkat
pendidikan dasar dan kurang pada perguruan tinggi
pekerjaan mayoritas berpengetahuan baik dan
cukup pada Ibu Rumah Tangga. Diharapkan bagi
ibu yang memiliki bayi agar lebih giat mencari
informasi dan banyak bertanya kepada para
petugas kesehatan tentang dampak pada bayi yang
tidak mendapat imunisasi polio. Petugas kesehatan
agar lebih banyak dalam memberikan informasi
tentang dampak pada bayi yang tidak mendapat
imunisasi polio
DAFTAR PUSTAKA
F. P. Anandita, 2010. Mengenal Jenis Imunisasi.
Quadra. Bogor.
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2011. Metode Penelitian
Kebidanan dan Teknik
Analisis Data. Salemba Medika. Jakarta.
Machfoedz, Ircham, 2010. Metodologi Penelitian.
Fitramaya. Yogyakarta
Maryanti Dwi, Sujianti, Tri Budiarti, 2011.
Neonatus Bayi dan Balita. Trans Info Media.
Jakarta.
Muslihatun Nur Wafi, 2010. Asuhan Neonatus
Bayi dan Balita. Fitramaya. Yogyakarta.
Nanny Lia Dewi, Vivian, 2011. Asuhan Neonatus
Bayi dan Anak Balita. Salemba Medika.
Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar, 2007. Pedoman Pengisian
Kuesioner. Jakarta
Rezeki Sri, 2011. Pedoman Imunisasi Di
Indonesia. Badan Penerbit Ikatan
Dokter Anak Indonesia. Jakarta.
Soekidjo Notoatmodjo, 2012. Metodologi
Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
, 2012. Promosi Kesehatan
dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
, 2003. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Wawan , A. Dewi M. 2010. Pengetahuan, Sikap,
dan Perilaku Manusia. Nuha
Medika. Yogyakarta.
Yeyeh Ai Rukiyah, Lia Yulianti, 2010. Asuhan
Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Trans Info Media. Jakarta.
Jurnal Columbia Asia
http://id.wikipedia.org/wiki/Ibu (diakses tanggal
20/12/2013).
http://id.scribd.com/doc/98589746/Gambaran-
Pengetahuan-Ibu-Tentang-Imunisasi-Polio-
Di-Puskesmas (diakses tanggal 25/12/2013).
http://buletinkesehatan.com/ciri-ciri-dan-gejala-
penyakit-polio-akibat-infeksi- virus (diakses
tanggal
01/02/2014).http://cardiacku.blogspot.com/2
013/06/manfaat-imunisasi-bagi-bayi.html
(diakses tanggal 11/02/2014).
Pengaruh Olahraga Jalan Santai Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Pasien Diabetes Melitus
Ruminta Sirait
Akademi Keperawatan Columbia Asia Medan
Email : [email protected]
Abstrak
Jurnal Columbia Asia
Latar Belakang: Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi karena pankreas tidak dapat
menghasilkan cukup insulin atau tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan oleh
pankreas. Terdapat 4 cara dalam mengontrol kadar glukosa darah yaitu; terapi farmakologi, terapi nutrisi,
edukasi cara manajemen diabetes mandiri, dan aktifitas fisik. Berjalan kaki adalah cara yang paling sering
ditunjukan sebagai modalitas aktifitas fisik untuk meningkatkan kesehatan.
Tujuan Penelitian: Mengetahui pengaruh olahraga jalan satai terhadap kadar glukosa darah pada pasien
diabetes mellitus pada kegiatan olahraga jalan santai.
Metode Penelitian: Penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sample
sebanyak 68 orang yang mengikuti kegiatan olahraga jalan santai di Prolanis Padimas Surakarta. Pengambilan
sample dilakukan secara purposive sampling. Kegiatan jalan santai dilakukan sejauh 2 km dengan waktu
tempuh 30 menit.
Hasil Penelitian: Hasil uji statistik beda pemeriksaan glukosa sebelum dan sesudah kegiatan olahraga jalan
santai menggunakan uji paired T test didapatkan hasil p<0,001 yang menunjukan bahwa hasil signifikan atau
bermakna dan memiliki nilai korelasi adalah 0,963 yang menunjukan memiliki pengaruh yang sangat kuat.
Kesimpulan: Penelitian ini didapatkan bahwa olahraga jalan santai sejauh 2 km selama 30 menit dapat
menurunkan kadar glukosa darah secara bermakna pada pasien diabtetes mellitus.
Kata kunci: Diabetes Melitus, Olahraga Jalan Santai, Kadar Glukosa Darah
The Effect Of Relaxing Sports On Blood Glucose Levels In Diabetes Melitus Patients
Abstract
Background: Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease that occurs because the pancreas cannot produce
enough insulin or the body cannot effectively use the insulin produced by the pancreas. There are 4 ways to
control blood glucose levels, namely pharmacological therapy, nutrition therapy, educational methods
management of independent diabetes, and physical activity. Walking is the method most often shown as a
modality of physical activity to improve health.
Objective: To determine the effect of relaxed walking exercise on blood glucose levels in patients with diabetes
mellitus in casual walking activities.
Research Methods: This study was an observational analytic with a cross sectional sample approach as many
as 68 people who took part in a casual road sporting activity in Prolanis Padimas Surakarta. Sampling was
done by purposive sampling. Relaxing road activities carried out as far as 2 KM with a travel time of 30
minutes.
Results: The results of statistical tests of different glucose examinations before and after leisurely sports
activities using the paired T test obtained p <0.001 which indicated that the results were significant or
significant and had a correlation value of 0.963 which showed a very strong influence.
Conclusion: From this study it was found that healthy walking as far as 2 KM with a travel time of 30 minutes
can significantly reduce blood glucose levels in patients with diabetes mellitus.
Keywords: Diabetes mellitus, relaxed walking, blood glucose levels.
Jurnal Columbia Asia
PENDAHULUAN
Diabetes Melitus (DM) atau sering disebut sebagai
penyakit kencing manis merupakan penyakit
kronis yang terjadi karena pankreas tidak dapat
menghasilkan cukup insulin atau karena tubuh
tidak dapat secara efektif menggunakan insulin
yang dihasilkan oleh pankreas. Hiperglikemia atau
meningkatnya kadar glukosa darah merupakan
efek yang sering terjadi pada pasien DM. Kadar
glukosa darah yang tidak terkontrol dari waktu ke
waktu dapat menyebabkan kerusakan serius pada
banyak sistem tubuh, khususnya saraf dan
pembuluh darah (World Health Organization
(WHO), 2013).
Pada tahun 2011 dari 110 negara yang dipilih
terdapat 366 juta orang hidup dengan diabetes dan
akan meningkat pesat pada tahun 2030 menjadi
559 juta orang. Prevalensi DM di Indonesia pada
tahun 2011 mencapai 4,7% dari populasi nasional
dan diperkirakan akan mencapai 5,9% dari
populasi nasional pada tahun 2030. Jumlah
penderita DM pada tahun 2011 diperkirakan
mencapai 7,3 juta dan diperkirakan akan menjadi
11,8 juta pada tahun 2030 Kebanyakan orang
dengan diabetes hidup di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Negara-
negara ini juga akan melihat peningkatan terbesar
selama 19 tahun ke depan (Whiting et al., 2011).
Antara tahun 2010 dan 2030 akan ada peningkatan
sebesar 69% pada Negara sedang berkembang dan
meningkat 20% pada negara maju (Shaw et al.,
2009).
Penatalaksanaan DM terdapat 4 cara penanganan
untuk menjaga kontrol kadar gula darah. Cara
menjaga kadar gula darah tersebut yaitu; terapi
menggunakan obat atau farmakologi, terapi gizi
dan nutrisi, edukasi cara manajemen diabetes
mandiri, dan aktifitas fisik (American Diabetes
Association (ADA), 2014). Aktifitas fisik
merupakan elemen penting dalam mencegah dan
menejemen DM tipe 2. Hal ini dikarenakan adanya
perbaikan secara akut maupun kronis dari aksi dan
kepekaan sel terhadap insulin (Colberg et al.,
2010).
Olahraga adalah gerakan badan untuk menguatkan
dan menyehatkan tubuh (Departemen Pendidikan
Nasional Republik Indonesia (Depdiknas), 2014).
Jalan kaki juga merupakan olahraga rekreasi yang
dapat meningkatkan kebugaran karena bersifat
olahraga aerobik (Hasibuan, 2010). Olahraga jalan
santai disini merupakan olahraga jalan kaki santai
dengan jarak 2 kilometer. Dilakukan selama 30
menit. Pengecekan kadar glukosa darah dilakukan
sebelum dan sesudah dilakukan untuk mengetahui
pengaruh akut dari latihan yang dilakukan
(Hordern et al., 2010).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian
analitik observational dengan pendekatan studi
cross sectional untuk mempelajari adanya
pengaruh olahraga jalan santai terhadap kadar
glukosa darah pada pasien diabetes mellitus.
Penelitian ini dilakukan di Prolanis Padimas
Surakarta di Kelurahan Sriwedari Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta dengan waktu penelitian
bulan Januari 2015. Populasi target adalah pasien
diabetes mellitus di Prolanis di Surakarta, populasi
aktual adalah pasien diabetes mellitus di Prolanis
Padimas Surakarta.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
purposive sampling. Pengambilan dilakukan sesuai
dengan pertimbangan kriteria restriktif yang dibuat
pada penelitian. Kriteria inklusi yaitu pasien
Diabetes mellitus di Prolanis Padimas Surakarta,
mampu melakukan kegiatan jalan santai, dan
bersedia mengikuti jalannya penelitian. Kriteria
Eksklusi yaitu tidak selesai dalam mengikuti jalan
santai, memiliki kadar glukosa darah sewaktu lebih
dari 250 mg/dl, menderita stres, dan sedang
memiliki infeksi, penyakit, operasi. Subjek
penelitian adalah pasien di Prolanis Padimas yang
mengikuti kegiatan olahraga jalan santai dan sesuai
dengan kriteria restriksi. Estimasi besar sampel
dihitung menggunakan rumus numerik
berpasangan dengan ditetapkan Zα sebesar 5% dan
Zβ sebesar 10%. Sample minimal didapatkan
sebanyak 66 responden.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
memeriksa kadar glukosa darah sebelum dan
sesudah melakukan olahraga jalan santai. Data
yang didapatkan kemudian dilakukan uji statistik
menggunakan uji T berpasangan. Pengolahan uji
statistik menggunakan SPSS versi 17 untuk
windows 2007.
Jurnal Columbia Asia
HASIL
Jumlah subjek penelitian ada 68 sampel pasien di Prolanis Padimas yang mengikuti kegiatan
olahraga jalan santai dan sesuai dengan kriteria restriksi.
Tabel 1. Deskripsi data berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Frekuensi Persentase
Laki- laki 34 50
Perempuan 34 50
Total 68 100
Tabel 2. Deskripsi data berdasarkan penggunaan Insulin
Menggunakan Insulin Frekuensi Presentase
Ya 5 7,4
Tidak 63 92,6
Total 68 100
Tabel 3. Deskripsi data berdasarkan usia
Usia Frekuensi Persentase
< 40 1 1,5
41-50 16 23,5
51-60 30 44,1
61-70 15 22,1
>70 6 8,8
Total 68 100
Tabel 4. Deskripsi data hasil pengukuran kadar glukosa darah
Kadar Glukosa Darah Mean Median
Sebelum 147,5 142,0
Sesudah 119,4 115
Selisih 28,13 28,50
Data yang terdistribusi normal memenuhi syarat untuk dilakukan uji t berpasangan. Uji t berpasangan
didapatkan hasil p>0,0001 yang menunjukan bahwa hasil signifikan atau bermakna dan memiliki nilai korelasi
sangat kuat yaitu r 0,963.
DISKUSI
Jurnal Columbia Asia
Aktivitas fisik merupakan salah satu pilar yang
dalam penatalaksanaan DM untuk meningkatkan
kepekaan sel terhadap insulin dalam memproses
glukosa menjadi energi (Perkeni, 2011). Orang
dewasa yang mengalami diabetes mellitus
dianjurkan untuk melakukan olahraga aerobik
intensitas sedang selama total 150 menit dalam
seminggu (ADA, 2014). Olahraga aerobik
intensitas sedang ditandai dengan nafas yang mulai
cepat, masih bisa berbicara jelas ketika melakukan
olahraga contohnya ketika melakukan jalan santai
dan bersepeda (NHS, 2013). Jalan kaki merupakan
aktivitas fisik dan juga bisa merupakan olahraga.
Jalan kaki dikategorikan sebagai olahraga apabila
dilakukan secara berkelanjutan selama minimal 30
menit (Hasibuan, 2010).
Olahraga jalan santai yang telah dilakukan pada
penelitian menunjukan terdapat pengaruh yang
bermakna yaitu dengan nilai p<0,0001 dari hasil uji
t berpasangan yang memiliki nilai signifikan
p<0,050. Penelitian ini melibatkan sebanyak 68
responden. Penelitian lain yang telah dilakukan
oleh Fauzi dan Anggorowati tahun 2013 yang
melibatkan sebanyak 36 pasien DM di paguyuban
diabetes mellitus Ngudi Laras Purbalingga juga
menunjukan bahwa olahraga jalan kaki memiliki
pengaruh yang bermakna terhadap penurunan
kadar glukosa darah yaitu dengan nilai p<0,0001
dari uji yang dilakukan.
Penelitian lain mengenai manfaat olahraga jenis
aerobik terhadap kadar gula darah menunjukan
adanya pengaruh yang bermakna. Penelitian dari
Puji et al tahun 2007 didapatkan bahwa terdapat
pengaruh senam aerobik terhadap penurunan kadar
glukosa darah yang bermakna (p<0,001) pada
pasien DM di Puskesmas Bukateja Purbalingga.
Rata penurunan kadar glukosa darah yang terjadi
adalah 30,14 mg/dl. Penelitian dari Berawi et al
ahun 2013 didapatkan bahwa terdapat pengaruh
senam aerobic terhadap penurunan kadar glukosa
darah puasa yang bermakna (p 0,003) pada peserta
senam aerobik di pusat kebugaran Sonia Bandar
Lampung. Penelitian Ahmad et al tahun 2014
didapatkan bahwa aktifitas fisik intensitas sedang
memberikan kadar glukosa darah yang lebih
terkontrol dibandingkan dengan aktifitas fisik
intensitas ringan di puskesmas Batua dan Bar-
barraya Makassar.
Penelitian ini didapatkan hasil yang sama dengan
penelitian-penelitian sebelumnya yang
menyatakan bahwa olahraga aerobik memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap penurunan
kadar glukosa darah. Penelitian ini lebih ditujukan
untuk mengamati penurunan kadar glukosa darah
secara akut dengan pengambilan sample dilakukan
langsung pada saat sebelum dan setelah dilakukan
olahraga secara tunggal. Penelitian yang dilakukan
di prolanis Padimas Surakarta ini telah
membuktikan bahwa olahraga jalan santai selama
30 menit dapat menurunkan kadar glukosa darah
yang signifikan.
Penelitian ini dibandingkan dengan penelitian yang
telah ada terdapat kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihan penelitian ini dibandingkan penelitian
sebelumnya yaitu memiliki kelebihan pada jumlah
sampel yang lebih banyak. Selain itu pengukuran
kadar glukosa darah dapat dilakukan secara
bersamaan antara responden satu dengan lain yang
memiliki selisih waktu hanya beberapa menit saja.
Sehingga responden lebih homogen. Kekurangan
pada penelitian ini diabndingkan penelitian
sebelumnya yaitu penelitian ini menggunkana
metode observasional dengan pendekatan cross
sectional yang hanya mengamati kegiatan olahraga
jalan santai yang telah ada sehingga variabel
perancu yang ada kurang dapat dikendalikan.
Pengendalian variabel hanya dapat delakukan
dengan pengambilan sampel dengan metode
purposive sampling dengan menyisihkan
responden yang tidak bisa dikendalikan dengan
kriteria resktriksi. Selain itu penelititan ini hanya
mengamati efek jangka pendek dari olahraga jalan
santai terhadap kadar glukosa darah yaitu
pemeriksaan kaar gula darah yang hanya dilakukan
satu kali sesaat sebelum dan sesudah olahraga jalan
santai.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah
dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh penurunan kadar glukosa darah yang
bermakna pada pasien diabetes mellitus sebelum
dan sesudah melakukan olahraga jalan santai. Hasil
penurunan kadar gula darah yang bermakna ini
Jurnal Columbia Asia
didukung oleh beberapa penelitian yang
menyatakan terdapat penurunan kadar gula darah
yang bermakna pada pasien DM.
DAFTAR PUSTAKA
American Diabetes Association., 2013. Stress.
Available in www.diabetes.org. (6
November 2014)
American Diabetes Association., 2014. Standards
of Medical Care in Diabetes 2014.
Diab Care. 37:14-62
Berawi. K.N., Fiana. D.N., Putri. A., 2014.
Pengaruh Senam Aerobik Terhadap
Kadar Glukosa Darah Puasa Pada
Peserta Senam Aerobik di Pusat
Kebugaran Sonia Bandar Lampung.
Med Jour Lamp Univ. 4: 36-43
Colberg. S.R., Sigal.R.J., Fernhall. B.,
Regensteiner.J.G., Blissmer. B.J.,
Rubin.R.R., Taber.R.C., Albright.
A.L., Braun.B., 2010. Exercise and
Type 2 Diabetes. Diab Care. 33:147-
167
Dahlan, S. 2013. Statistik Untuk Kedokteran Dan
Kesehatan Edisi ke 5. Jakarta:
Salemba Medika. Hal. 61-86
Departemen Pendidikan Nasional., 2014. Kamus
Besar Bahasa Indonesia tersedia di
www.badanbahasa.kemdikbud.go.id.
(3 Oktober 2014)
Fauzi. L., Anggorowati. L., 2013. Perbedaan
Intensitas Jalan Kaki Dengan
Terhadap Penurunan Kadar Glukosa
Darah. J Kes Mas. 8(2):85-91
Hasibuan. R., 2010. Terapi Sederhana Menekan
Gejala Penyakit Degeneratif. J Il Kes.
8(2): 78-93
National Health Servis. 2013. Phsycal Activity
Guidelines forAdults. Available in
www. nhs.uk. (4 Oktober 2014)
Jurnal Columbia Asia
Volume IX No : 18 Juli 2018 28
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi Di Desa Nagori
Pematang Kerasaan Kabupaten Simalungun
Derma Wani Damanik
Akper Kesdam I/BB Pematangsiantar
Email: [email protected]
Abstrak
ASI eksklusif merupakan salah satu upaya untuk memperoleh tumbuh kembang bayi yang baik, karena ASI
mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi dan mengandung protein untuk daya tahan tubuh. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Ekslusif pada
bayi di Desa Nagori Pematang Kerasaan Kabupaten Simalungun. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 22
April sampai dengan 7 Mei 2018. Jenis penelitian deskriptif korelasi. Sampel penelitian menggunakan total
populasi yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel sebanyak 52 ibu yang mempunyai bayi usia 6-12
bulan . Instrumen berupa kuisioner. Uji hipotesis menggunakan uji korelasi spearmen Rho. Hasil penelitian
yang telah dilakukan di Desa Nagori Pematang Kerasaan Kabupaten Simalungun diperoleh hasil bahwa
mayoritas responden berada pada kategori dewasa awal yaitu usia 26-35 tahun, berpendidikan mayoritas
rendah (SD/SMP), mayoritas responden tidak bekerja, tingkat pengetahuan mayoritas baik, dan mayoritas
responden tidak memberikan Asi eksklusif, hasil analisis dengan uji korelasi spearmen Rho diketahui bahwa
faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI Ekslusif adalah: umur, pendidikan dan pengetahuan,
sedangkan pekerjaan tidak memiliki hubungan dengan pemberian ASI Eksklusif. Disarankan agar petugas
kesehatan dapat membuat perencanaan yang matang dalam meningkatkan motivasi baik pada ibu bekerja
ataupun tidak bekerja agar terjadi perubahan prilaku dalam praktik m pemberian ASI secara Ekslusif.
Kata kunci: Faktor, Asi Ekslusif, Bayi
Factors Related To Giving Exclusive Breastfeding To Babies in Desa Nagori Pematang Kerasan
Kabupaten Simalungun
Abstract
Exclusive breastfeeding is an effort to get a good baby growth, because breast milk contains colostrum which
is rich in antibodies and contains protein for the body's immune system. The purpose of this study was to
determine the factors associated with exclusive breastfeeding in infants in Nagori Village Pematang Kerasaan
Simalungun District. This research was conducted from 22 April to 7 May 2018. This type of research was
descriptive correlation. The study sample used a total population, namely the entire population as a sample of
52 mothers who had babies aged 6-12 months. Instrument in the form of a questionnaire. Hypothesis testing
using spearmen correlation test The results of research that have been done in Nagori Village Pematang
Kerasaan Simalungun District showed that the majority of respondents were in the early adult category,
namely age 26-35 years old, low majority education (elementary / junior high school), the majority of
respondents did not work, level the majority of knowledge is good, and the majority of respondents do not
provide exclusive breastfeeding, the results of the analysis with spearmen correlation tests are known that the
factors associated with exclusive breastfeeding are: age, education and knowledge, while the work has no
relationship with exclusive breastfeeding. It is recommended that health workers can make careful planning
in increasing motivation both for working mothers and not working so that behavior changes occur in the
practice of exclusive breastfeeding.
Keywords: Factor, Breastfeeding, Infant
Jurnal Columbia Asia
PENDAHULUAN
Air Susu Ibu Eksklusif atau biasa disebut
ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada
bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan
makanan atau minuman tambahan lain (Peraturan
Pemerintah No 33, 2012; Chekol, D.A, Biks, G.A,
Gelaw, Y.A, & Melsew, Y.A, (2017).
ASI eksklusif merupakan salah satu upaya
untuk memperoleh tumbuh kembang bayi yang
baik, karena ASI mengandung kolostrum yang
kaya akan antibodi dan mengandung protein untuk
meningkatkan daya tahan tubuh (Kemenkes RI,
2015).
Peraturan Pemerintah No 33 tahun 2012
pasal 6 menyatakan bahwa setiap ibu yang
melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif
kepada bayi yang dilahirkannya kecuali atas
indikasi medis, yaitu ibu tidak ada atau ibu terpisah
dari bayi. World Health Organization (WHO) juga
merkomendasikan agar bayi disusui secara
eksklusif selama enam bulan pertama. ASI Ekslusif
dianggap sebagai makanan yang ideal untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat.
Kurangnya ASI eksklusif enam bulan pertama,
dianggap sebagai risiko untuk morbiditas dan
mortalitas bayi dan anak (Mututho, L.N, Kiboi,
W.K, & Mucheru, P.K, 2017).
Meskipun pemberian ASI eksklusif telah
terbukti bermanfaat untuk kesehatan ibu dan anak,
namun di sebagian besar negara terutama negara
berkembang praktik pemberian ASI ekslusif masih
tetap rendah (Adeobi, et all, 2017). Penelitian
Chekol, D.A, Biks, G.A, Gelaw, Y.A, & Melsew,
Y.A, (2017) bahwa lebih dari setengah bayi di
Euthopia tidak mendapatkan ASI eksklusif
dikarenakan hambatan dalam pekerjaan.
Dukungan pemberian ASI eksklusif dari
berbagai negara di dunia masih sangat besar. Hal
ini dikarenakan masih rendahnya cakupan
pemberian ASI Ekslusif tersebut. United Nations
International Children’s Emergency Fund
(UNICEF) (2012) menyatakan bahwa cakupan
rata-rata ASI eksklusif di dunia hanya sebesar
38%.Mengacu pada target program tahun 2014
yaitu sebesar 80%, maka secara nasional cakupan
pemberian ASI eksklusif masih belum mencapai
target hanya berkisar 52,3%, di Indonesia hanya
terdapat satu Provinsi yang berhasil mencapai
target yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar
84,7%. Sementara itu Provinsi Jawa Barat, Papua
Barat, dan Sumatera Utara merupakan tiga provinsi
dengan capaian ASI ekslusif terendah (Kemenkes
RI, 2015).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI ekslusif diantaranya usia (Mututho,
L.N, Kiboi, W.K, & Mucheru, P.K, 2017),
pekerjaan, tingkat pendidikan dan pengetahuan
ibu (Patel A.B.S, 2015). Semakin tinggi tingkat
pendidikan ibu, maka pengetahuan ibu akan
semakin baik (Sariati, dkk, 2017).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan menggunakan desain deskriptif
korelasi dengan pendekatan pengamatan sewaktu
(cross sectional). Desain korelasi bertujuan untuk
mengidentifikasi hubungan anatara satu variabel
dengan variabel lainnya (Polit & Beck, 2012).
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi di Desa
Nagori Pematang Kerasaan Kabupaten
Simalungun. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 6-12
bulan yang tinggal di Desa Nagori Pematang
Kerasaan Kabupaten Simalungun. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah seluruh total
populasi yaitu berjumlah 52 orang.
Instrumen pada penelitian ini menggunakan
kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti.
Kuisioner pengetahuan terdiri dari 17 pernyataan
dan kuisioner pemberian ASI ekslusif terdiri dari
satu pernyataan. Pada penelitian ini telah dilakukan
uji validitas dan realibilitas. Uji statistik yang
digunakan adalah spearman Rho.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Demografi
Responden di Desa Nagori Pematang Kerasaan
Kabupaten Simalungun tahun 2018
N
o
Identitas Responden f %
1 Usia
Remaja Akhir (17-25)
Dewasa Awal (26-35)
Dewasa Akhir (36-45)
21
31
0
40,4
59,6
0
Jurnal Columbia Asia
2 Tingkat Pendidikan
Tinggi
Menengah
Rendah
5
15
32
9,6
28,8
61,5
3 Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
12
40
23,1
76,9
Jumlah 52 100
Tabel di atas menjelaskan bahwa mayoritas
responden berada pada kategori dewasa awal yaitu
usia 26-35 tahun sebanyak 31 responden (59,6%),
berpendidikan mayoritas rendah (SD/SMP)
sebanyak 32 responden (61,5%), dan mayoritas
responden tidak bekerja sebanyak 40 responden
(76,9%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan
Responden di Desa Nagori Pematang Kerasaan
Kabupaten Simalungun tahun 2018
No Pengetahuan f %
1.
2.
3.
Baik
Cukup
Kurang
24
14
14
46,2
26,9
26,9
Jumlah 52 100
Tabel 2. Menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
responden mayoritas berada pada kategori baik
sebanyak 24 responden (46,2%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pemberian ASI
Eksklusif di Desa Nagori Pematang Kerasaan
Kabupaten Simalungun tahun 2018
No Pemberian ASI f %
1.
2.
Eksklusif
Tidak Eksklusif
19
33
36,5
63,5
Jumlah 52 100
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat
bahwa mayoritas responden tidak memberikan Asi
eksklusif sebanyak 33 responden (63,5%) .
Tabel 4. Hubungan umur dengan pemberian ASI
Eksklusif di Desa Nagori Pematang Kerasaan
Kabupaten Simalungun tahun 2018
Analisis r p
Umur*Pemberian ASI
Ekslusif
-0.289 0.038
Hasil analisis dengan program SPSS
diperoleh nilai statistik p < 0,05 yaitu sebesar
0.038, berarti bahwa korelasi bermakna, yang
artinya ada hubungan antara umur dengan
pemberian ASI Eksklusif di Desa Nagori Pematang
Kerasaan Kabupaten Simalungun.
Tabel 5. Hubungan pendidikan dengan pemberian
ASI Eksklusif di Desa Nagori Pematang Kerasaan
Kabupaten Simalungun
Analisis r p
Pendidikan*Pemberian
ASI Ekslusif
0.698 0.000
Hasil analisis dengan program SPSS
diperoleh nilai statistik p < 0,05 yaitu sebesar
0.000, berarti bahwa ada korelasi bermakna, yang
artinya ada hubungan antara pendidikan dengan
pemberian ASI Eksklusif di Desa Nagori Pematang
Kerasaan Kabupaten Simalungun.
Tabel 6. Hubungan pekerjaan dengan pemberian
ASI Eksklusif di Desa Nagori Pematang Kerasaan
Kabupaten Simalungun tahun 2018
Analisis r p
Pekerjaan*Pemberian
ASI Ekslusif
-0,131 0.354
Analisis dengan program SPSS diperoleh nilai
statistik p > 0,05 yaitu sebesar 0,354, berarti bahwa
korelasi tidak bermakna, yang artinya tidak ada ada
hubungan antara pekerjaan dengan pemberian ASI
Eksklusif di Desa Nagori Pematang Kerasaan
Kabupaten Simalungun
Tabel 7. Hubungan pengetahuan dengan
pemberian ASI Eksklusif di Desa Nagori Pematang
Kerasaan Kabupaten Simalungun tahun 2018
Analisis r p
Pengetahuan*Pemberian
ASI Ekslusif
-0.472 0.000
Hasil analisis di atas diperoleh nilai statistik p
< 0,05 yaitu sebesar 0.000, yang berarti bahwa
terdapat korelasi bermakna, yang artinya ada
hubungan antara pengetahuan dengan pemberian
ASI Eksklusif di Desa Nagori Pematang Kerasaan
Kabupaten Simalungun.
PEMBAHASAN
1. Hubungan umur dengan pemberian ASI
Ekslusif
Hasil analisis di atas menunjukkan bahwa ada
hubungan antara umur dengan pemberian ASI
Eksklusif di Desa Nagori Pematang Kerasaan
Jurnal Columbia Asia
Kabupaten Simalungun. Hal ini dapat dilihat dari
angka koefisien korelasi (r) sebesar -0.289
dengan p < 0.05.
Asumsi peneliti hal ini bisa terjadi
kemungkinan disebabkan oleh faktor usia
responden yang mayoritas sudah berada pada
kategori dewasa awal. Pendapat Joel, A.B,
(2013), bahwa ibu-ibu yang lebih muda
kemungkinan besar tidak menyusui bayinya
secara eksklusif dikarenakan kurangnya
pengalaman. Semakin tua usia responden maka
semakin eksklusif dalam memberikan ASI
kepada bayi (Dewi, A.S.N, 2014).
2. Hubungan pendidikan dengan pemberian Asi
Ekslusif
Hasil analisis dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara
pendidikan dengan pemberian ASI Eksklusif di
Desa Nagori Pematang Kerasaan Kabupaten
Simalungun. Hal ini dapat dilihat dari koefisien
korelasi (r) sebesar 0.698 dengan p < 0.05.
Asumsi peneliti hal tersebut disebabkan oleh
pengetahuan ibu di Desa tersebut mayoritas sudah
berada pada kategori baik. Pendapat Adnan, N &
Muniandy, N.D (2012) level pendidikan ibu dapat
berpengaruh terhadap pemberian ASI Ekslusif
sehingga status nutrisi bayi akan terpenuhi.
. Dewi. A.S.N. (2014) menambahkan bahwa
pendidikan secara umum berkaitan dengan
jumlah informasi dan tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh responden. Semakin tinggi
tingkat pendidikan responden, maka akan
semakin baik tingkat pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang. Semakin banyak
pendidikan formal yang diperoleh ibu, semakin
tinggi mereka akan cenderung untuk memberikan
ASI Ekslusif (Joel, A.B, 2013).
Didukung oleh penelitian Acharya, P,
(2015) bahwa terdapat hubungan antara pendidikan
ibu dengan pemberian ASI Ekslusif. Pendidikan
diperlukan untuk meningkatkan program
pemberian ASI eksklusif dalam suatu Negara
(Alfaleh, K.M, 2013). Tingkat pendidikan ibu yang
rendah akan mempersulit ibu untuk memahami
informasi pendidikan kesehatan (AL-Abedi,
N.F.H, & Al-Asadi, K.M.N, 2016).
3. Hubungan pekerjaan dengan pemberian Asi
Ekslusif
Hasil analisis diperoleh nilai statistik p
> 0,05 dan koefesien korelasi (r) sebesar 0,354,
berarti bahwa tidak ada korelasi bermakna, yang
artinya tidak ada hubungan antara pekerjaan
terhadap pemberian ASI Eksklusif di Desa Nagori
Pematang Kerasaan Kabupaten Simalungun.
Sesuai dengan penelitian Patel, D.V, et all
(2015) bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara pekerjaan dengan inisiasi menyusui. Jika
fasilitas ditempat kerja memungkinkan waktu ibu
untuk memerah ASI maka laktasi akan dapat
dipertahankan oleh ibu.
Berbeda dengan penelitian Al-Ruzaihan,
S.A, et all, (2017) dan Hardiani, R.S, (2017) yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara menyusui
dengan pekerjaan ibu. Pekerjaan ibu dapat
mempengaruhi pengeluaran ASI, dan dianggap
sebagai salah satu penghambat dalam proses
menyusui (Saied, H, Mohamed, A, Suliman, dan A,
Al Anazi, W, 2013). Ibu yang bekerja dilaporkan
memiliki tingkat menyusui lebih rendah
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja
dikarenakan kurangnya waktu yang cukup secara
eksklusif untuk menyusui bayi mereka. Ini
mungkin juga dikaitkan dengan kesulitan dalam
menyeimbangkan antara pekerjaan dan permintaan
menyusui (Mututho, L.N, Kiboi, W.K, & Mucheru,
P.K, 2017).
.
4. Hubungan Pengetahuan dengan pemberian
Asi Ekslusif
Pengetahuan yang memadai tentang
pemberian ASI eksklusif adalah alat utama yang
mengarahkan jalannya stabilitas inisiasi menyusui
diantara ibu-ibu. Jika semakin tinggi pengetahuan
seseorang maka akan semakin luas wawasan yang
dimiliki orang tersebut (Neupane, Z.E, Kiragu, R
& Kandel, S, 2014).
Bedasarkan hasil Analisis dalam
penelitian ini diperoleh nilai statistik p < 0,05 dan
koefesien korelasi (r) sebesar 0,000, yang berarti
bahwa terdapat korelasi bermakna, yang artinya
ada hubungan antara pengetahuan dengan
pemberian ASI Eksklusif di Desa Nagori Pematang
Kerasaan Kabupaten Simalungun.
Sejalan dengan penelitian Wowor, M,
Laoh.J.M, & Pangemanan D.H.C (2013) bahwa
ada hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI
Ekslusif. Chekol, D.A, Biks, G.A, Gelaw, Y.A, &
Melsew, Y.A, (2017) menambahkan ibu yang
Jurnal Columbia Asia
memiliki pengetahuan kurang lebih kecil
kemungkinannya untuk menyusui secara eksklusif
daripada mereka yang memiliki pengetahuan yang
baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI
Ekslusif pada bayi yaitu faktor umur, pendidikan,
dan faktor pengetahuan, sedangkan factor
pekerjaan tidak berhubungan dengan pemberian
ASI Ekslusif.
Saran
Disarankan agar petugas kesehatan dapat
membuat perencanaan yang matang dalam
meningkatkan motivasi baik pada ibu bekerja
ataupun tidak bekerja agar terjadi perubahan
prilaku dalam praktik pemberian ASI secara
Ekslusif.
DAFTAR PUSTAKA
Acharya, P, Khanal, V. (2015). The effect of
mother’s educational status on early initiation
of breastfeeding: further analysis of three
consecutive Nepal Demographic and Health
Surveys. BMC Public Health. 15(1069). 1-12.
Adaobi, Onyemaechi, B, Chikani, U.N, Ubesie,
A.C, Chime, P.U, Mbanefo, N.R, (2017).
Factors associated with low rate of exclusive
breastfeeding among mothers in Enugu,
Nigeria. International Journal of Research in
Medical Sciences. 5(9).3766-3781.
Adnan, N & Muniandy, N.D. (2012). The
relationship between mother’s educational
level and feeding practice among children in
selected Kindergartens in Selangor Malaysia:
a cross-sectional study.Asian Journal of
clinical nutrition.4 (2). 39-52.
AL-Abedi, N.F.H, & Al-Asadi, K.M.N. (2016).
Assessment of Mother's Knowledge toward
Breastfeeding at AL-Najaf City. International
Journal of Scientific and Research Publications,
6 (12). 31-38.
Alfaleh, K.M. (2013). Perception and knowledge
of breast feeding among females in Saudi
Arabia. Journal of Taibah University Medical
Sciences. 9(2), 139–142.
Al-Ruzaihan, S.A, et all. (2017). Effect of maternal
occupation on breast feeding among females
in Al-Hassa, southeastern region of KSA.
Journal of Taibah University Medical
Sciences.12 (3). Pages 235-240
Chekol, D.A, Biks, G.A, Gelaw, Y.A, & Melsew,
Y.A, (2017). Exclusive breastfeeding and
mothers’employment status in Gondar town,
Northwest Ethiopia: a comparative
crosssectional study. International
Breastfeeding Journal 12 (27). 1-9.
Dewi. A.S.N. (2014). Hubungan karakteristik dan
pengetahuan ibu terhadap pemberian asi
pada ibu menyusui di desa lolong kecamatan
karanganyar kabupaten pekalongan. Jurnal
keperawatan. 7 (1). 25 – 35.
Joel,A.B, (2013). Appraisal of Nursing Mothers’
Knowledge and Practice of Exclusive
Breastfeeding in Yobe State, Nigeria. Journal of
Biology, Agriculture and Healthcare. 3 (20).
75-82.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Profil
Kesehatan Indonesia 2015. Diakses pada
https://www.google.com/search?. Pada tanggal
2 Januari 2018.
Mututho, L.N, Kiboi, W.K, & Mucheru, P.K.
(2017). Factors associated with exclusive
breastfeeding in Kenya: a systematic review.
Journal of Community Medicine and Public
Health. 4(12). 4358-4362
Neupane, Z.E, Kiragu, R & Kandel, S. (2014).
Knowledge, attitude and challenges of
exclusive breastfeeding among primigravidas:a
literature review.Thesis. Centria University of
Applied Sciences. Diakses pada
https://www.google.com/search?. Pada tanggal
2 Juni 2017.
Patel A.B.S, Pusdekar Y, Esamai F, Krebs,N.F,
Goudar S.S. (2015). Rates and determinants
of early initiation of breastfeeding and
exclusive breast feeding at 42 days postnatal in
six low and middle income countries: A
prospective cohort study. Reproductive
Health. 12(2):1-10
Peraturan Pemerintah RI No 33. (2012). Tentang
Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif. Diakses pada
https://www.google.com/search?. Pada tanggal
27 Januari 2018.
PolitD.F, & Beck C.T. (2012). Nursing reseach,
Generating and assesing evidence for
Jurnal Columbia Asia
nursing practice.Ninth Edition.
Philadelphia: J.B. Limpiccot Company.
Sariati, Y, Prastyaningrum, V.Y, Kurniasari, P &
Mustarina, (2017). Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan asi eksklusif 6
bulan pada ibu yang memiliki bayi usia 6-12
bulan di desa kemantren kecamatan jabung
kabupaten malang. Journal of issues in
midwifery, 1 (1), 19-29.
Saied, H, Mohamed, A, Suliman, dan A, Al Anazi,
W. (2013). Breastfeeding knowledge, Attitude
and Barriers among Saudi Women in Riyadh.
Journal of Natural Sciences Research. Vol.3,
No.12. 2225-0921
Patel, D.V, Bansal, S.C, Nimbalkar, A.S Phatak,
A.G, Nimbalkar, S.M, & Desai. R.G. (2015).
Breastfeeding Practices, Demographic
Variables,and Their Association with
Morbidities in Children. Article. 1-9
UNICEF. (2012). Mari jadikan ASI eksklusif
prioritas nasional. Pusat Media UNICEF.
Diakses pada
http://www.unicef.org/indonesia/id/media_192
65.html. tanggal 20 Januari 2017.
Wowor , M, Laoh. J.M, & Pangamanan D.H.C.
(2013). Hubungan pengetahuan dan sikap
dengan pemberian asi eksklusif pada ibu
menyusui di Puskesmas Bahu kota Manado.
E-jurnal Keperawatan. 1.(1). 1-7
Jurnal Columbia Asia
Volum IX No : 18 Januari 2018
PANDUAN UNTUK PENULIS NASKAH JURNAL
Jurnal Columbia Asia hanya menerima naskah asli yang belum diterbitkan di dalam maupun di luar
negeri. Naskah dapat berupa hasil penelitian, konsep-konsep pemikiran inovatif hasil tinjauan pustaka
yang bermanfaat untuk menunjang kemajuan ilmu, pendidikan dan praktik keperawatan profesional.
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dalam bentuk narasi dengan gaya bahasa yang
efektif dan akademis. Naskah hasil penelitian hendaknya disusun menurut sistematika sebagai berikut:
• Judul
o Menggambarkan isi pokok tulisan secara ringkas dan jelas
o Ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, judul dalam bahasa Indonesia dicetak
dengan huruf besar di tengah-tengah menggunakan font 11 Times New Roman. Judul
dalam bahasa Indonesia dan tidak semua diketik dengan huruf besar, hanya disetiap awal
kata kecuali kata penghubung.
• Nama penulis
o Diketik tanpa gelar dan konsisten dalam ejaan nama.
• Alamat
o berupa instansi tempat penulis bekerja atau alamat pribadi dilengkapi dengan alamat E-
mail (untuk penulis korespondensi)
• Abstrak
o Diketik dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dan merupakan intisari seluruh
tulisan
o Di bawah abstrak disertakan 3-5 kata-kata kunci (keywords).
• Pendahuluan
o Meliputi latar belakang masalah.
• Bahan dan Metode
o Berisi penjelasan tentang rancangan, populasi, sampel, variabel, alat-alat yang digunakan,
waktu, tempat, dan teknik.
o Metode harus dijelaskan selengkap mungkin agar peneliti lain dapat melakukan uji coba
ulang.
o Acuan (kepustakaan) diberikan pada metode yang kurang jelas.
• Hasil
o Dikemukakan dengan jelas dalam bentuk narasi dan data yang dimasukkan berkaitan
dengan tujuan penelitian, bila perlu disertai dengan ilustrasi (lukisan, gambar, grafik,
diagram), tabel atau foto yang mendukung data
o Sederhana dan tidak terlalu besar.
o Hasil yang telah dijelaskan dengan tabel atau ilustrasi tidak perlu dijelaskan panjang lebar
dalam teks.
• Pembahasan
Menerangkan arti hasil penelitian yang meliputi: fakta, teori dan opini.
Jurnal Columbia Asia
Volum IX No : 18 Januari 2018
• Kesimpulan
o Berupa kesimpulan hasil penelitian dalam bentuk narasi tidak diperinci dalam poin-poin
yang mengacu pada tujuan penelitian.
• Pengutipan
o Perujukan dan pengutipan menggunakan teknik rujukan berkurung (nama, tahun). Contoh
: (Nursalam, 2008).
• Kepustakaan
o Sumber rujukan (kepustakaan) sedapat mungkin merupakan pustaka terbitan 10 tahun
terakhir diutamakan adalah hasil laporan penelitian (skripsi, thesis dan disertasi) dan
artikel ilmiah dalam jurnal/majalah ilmiah.
• Persamaan Matematis
Dikemukakan dengan jelas. Angka Desimal ditandai dengan koma untuk bahasa
Indonesia dan titik untuk bahasa Inggris.
• Tabel
o Sesederhana mungkin, dikirim dalam format MS Word.
o Tabel diberi nomor dan diacu berurutan dalam teks.
o Penomoran tabel diikuti dengan tanda titik (.)
o Judul di tulis di bagian atas tabel, harap ditulis dengan singkat dan jelas dan diawali
dengan huruf besar yang hanya diawal judul tabel.
o Catatan atau keterangan bila diperlukan (di bagian bawah tabel, untuk menjelaskan
singkatan-singkatan dalam tabel).
o Semua singkatan pada tabel harap dijelaskan pada catatan kaki.
o Garis-garis pada tabel hanya menggunakan garis horisontal tidak menggunakan garis
vertikal.
o Tabel harus diacu dalam pembahasan.
• Ilustrasi
o Berupa lukisan, gambar, grafik atau diagram diberi nomor dan diacu berurutan pada teks.
o Judul diberikan dengan singkat dan jelas dibawah ilustrasi (tidak di dalam ilustrasinya).
o Keterangan Pada ilustrasi atau foto dibuat tanpa menggunakan border.
• Foto hitam-putih/berwarna
Kontras, tajam, jelas dan sebaiknya diambil dalam format JPEG, atau format digital lain
yang bisa diedit.
Naskah yang dikirim ke redaksi hendaknya diketik dalam CD, disertai cetakan pada kertas HVS
dengan salah satu program pengolah data MS Word, ukuran A4 (210 x 297 mm) dengan jarak 1.15 spasi,
font 11 Times New Roman
Jurnal Columbia Asia
Volum IX No : 18 Januari 2018
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
N a m a : ………………………………………………….......................
I n s t a n s i : ………………………………………………….......................
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Jurnal yang berjudul : ………………
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
..........................................................................................................................................
.......................................................................................................................................... adalah
benar hasil karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam Jurnal
tersebut diberi tanda sitasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku dan hal ini tidak menjadi tanggung jawab penerbit dalam hal ini Akademi
Keperawatan Columbia Asia Medan.
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Medan,
Yang membuat pernyataan,
Materei
Rp. 6.000,-
------------------------------------------